Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 Elite Politik Dalam Kontenstasi di Desa dengan menggunakan studi Peran Blater dalam Pilkades di desa Banjar, Galis, Bangkalan Madura Siti Rohmatul Ainillah Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan elite politik dalam kontestasi di desa, yang menekankan peran elite blater dalam pemilihan kepala desa Banjar kecamatan Galis, Bangkalan Madura. Tujuannnya mendeskripsikan bentuk struktur elite didesa Banjar, kemudian peran yang dilakukan elite blater dalam kontestasi pemilihan Pilkades 2015, dan tujuan serta kepentingan elite blater dalam kontestasi Pilkades. Dengan menggunakan teori elite penentu Suzanne Keller dengan melalui pendekatan kualitatif yang didukung oleh teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi, maka penelitian ini berusaha menampilkan data yang bersihat deskriptif. Sedangkan teknik pengambilan informan dilakukan secara purposive. Pelaksanaan Pilkades bagi masyarakat Madura menjadi agenda politik dan peneguhan kultural, yang mana dalam proses pemilihan kepala desa, elite blater sangat berperan untuk peneguhan statusnya sebagai elite desa. Bentuk dan struktur elite lokal desa Banjar yang paling tinggi pengaruhnya Kyai kemudian blater dan yang terakhir kepala desa, kemudian peran elite blater saat Pilkades dengan strategi dan berbagai cara untuk mendapatkan kepercayaan dan pengaruh besar masyarakat dan yang terakhir mengetahui tujuan elite blater dalam persaingan saat Pilkades ini. Dengan adanya beberapa elite desa di desa Banjar ada kyai, blater dan kepala desa dan elite-elite lokal tersebut memiliki ketererikatan satu sama lain. Dalam struktur elite desa di desa Banjar kyai menjadi tumpuan utama blater dalam kehidupan religi, kemudian blater utama yang menjadi pengaruh besar atas masyarakat desa Banjar khususnya dalam pemilihan kepala desa. Dengan segala strategi dan cara untuk mendapatkan pengaruh yang besar dalam Pilkades ini dan mendapatkan suara masyarakat, perselisihan antar blaterpun juga terjadi saat dan sesudah Pilkades, karena selain menjadi agenda politik pemilihan kepala desa menjadi agenda peneguhan status kultural bagi elite blater dengan tujuan dan kepentingan atas prestige dan status jagoanisme blater. Kata Kunci : Struktur elite, Peran elite, kepentingan elite ABSTRACT This study describes the political elite in village dispute, which emphasizes the role of the elite blater in Banjar villlage headman elections at Galis district, Bangkalan, Madura. This study is purposed to describe the form of elite structure in Banjar village, role which is played by elite blater in electoral contestation Pilkades (village headman election) 2015, also goal and interest of elite blater in village headman election dispute. 282 Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 By using the theory of determinants elite Suzanne Keller through a qualitative approach that is supported by the data collection techniques such as interviews and documentation, this study seeks to show the data that is descriptive, while the technique of making informant is done purposively. The village headman election execution is the agenda of political and cultural affirmation of the Madura, where the Elite Blater has the important role in the village headman election process to confirm their status as the village elite. The form and structure of the local elite highest Banjar village effect is Kyai then following by blater and the last is the village headman, then, the elite blater role in village headman election is using the strategy and various ways to gain citizen trust and impression and the last one is to know the purpose of the current elite blater competition blater in this village headman election. As the existence of several Village Elites in Banjar Village such as Kyai, Blater and headman also the local elites have been bounded each other. In the village elite structure in Banjar village, Kyai be the main focus blater in religious life, so the main blater be a major influence on society, especially Banjar village in village headman elections. With all the strategies and means to gain great influence in this village headman elections and get citizens voices, disputes between blater were also occur during and after village headman elections, because of being a political agenda village elections on the agenda of cultural affirmation for elite status blater with the purpose and interest heroism blater prestige and status. Keywords: elite structure, elite roles, elite interest PENDAHULUAN Pemilihan Pilkades yang dilaksanakan tahun 2015 ini merupakan menjadi agenda penting Indonesia, setelah dilaksanakannya otonomi daerah, pemilihan kepala desa ini merupakan agenda yang telah tertera Undang-Undang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2014 dengan pokok bahasan tentang Pemilihan Kepala Desa, dalam hal ini telah tertera ketentuan umum yang harus dijalani dalam pemilihan kepala desa atas panitia Pilkades yang mana dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses Pilkades, dan calon kepala desa adalah bakal calon Kepala Desa yang ditetapkan oleh panitia pemilihan sebagai calon yang berhak dipilih menjadi kepala Desa. Dan pemilihan kepala desa di Madura dilaksanakan secara serentak ataupun bergelombang. Karena pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sempat tertunda karena pemilihan legislatif dan pemilihan eksekutif maka Pilkades diundur ditahun 2015 ini, dan semua peraturan pelaksaan Pilkades ini telah tertera sesuai undang undang no 6 tahun 2013 dan Peraturan Pemrintahan (PP) no 43 tahun 2014. Pemilihan kepala desa atau klebun sebutan dalam masyarakat Madura ini merupakan termasuk peristiwa politik dan termasuk peristiwa kultural oleh masyarakat Madura, dan pemilihan klebun ini bukan hanya upaya seseorang mendapatkan kekuasaan akan tetapi khususnya di Madura pemilihan kepala desa merupakan pengukuhan status sosial yang sangat dekat dengan kehormatan, harga diri, keluarga karena tidak semua dan sembarang orang mencalonkan diri untuk pemilihan kepala desa. Karena diantaranya harus memiliki kemampuan personal, memiliki ikatan kekerabatan Blater, kekayaan serta memiliki dan berhubungan 283 Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 langsung dengan jaringan keblateran.yang mana tidak jauh dengan adat Madura remoh dan Sandor. Dalam kontestasi Pemilihan Kepala Desa di Banjar Galis Madura ini yang melibatkan peran dan kebijakan elite blater ini disetiap pilkades, Blater yang mana merupakan elite desa Madura memberikan pengaruh dalam setiap kebijakan, penyelesaian permasalahan ataupun kontestasi pemilihan kepala desa. Dalam daerah ini peran dan kebijakan elite sangatlah menjadi pedoman utama. Karena faktor kebudayaan dan sejarah elite blater sampai saat ini daerah Banjar Madura masih menggunakan kebijakan dan keputusan blater dalam setiap agenda di Madura. Blater merupakan elite pedesaan desa yang memiliki social origin dan tradisi, blater dibesarkan atas unsur jagoanisme, dulu dekat dengan kekerasaan dan tidak jauh dari istilah adat shandor, remoh dan kerapan sapi, dan istilah ini terkenal di Bangkalan dan Sampang. Jika di Sumenep dan Pamekasan terkenal dengan bajingan. Namun blater perangai saat ini bisa dikatakan sudah naik tingkatan sosial yang mana dalam image memiliki identitas sosial yang lebih tinggi dari masyarakat lainnya dan perangani memili moral serta peradaban yang lebih tinggi. Tokoh masyarakat atau blater yang memihak secara penuh bahkan memberikan dana untuk kebutuhan salah satu calon kepala desa Banjar Tanah Merah Madura. Pemilihan kepala desa yang diadakan bulan Juni 2015, menarik untuk diteliti. Mulanya salah satu calon kepala desa pernah menjabat sebagai kepala desa akan tetapi berhenti ditengah masa jabatannya dikarenakan beberapa hal yang mengakibatkan masyarakat menginginkan untuk turun. Dan diganti untuk sisa periodenya dan penggantinyapun demikian tidak selesai untuk sisa jabatannya dikarenkan meninggal dunia, yang mana jabatan kepala desa Banjar dialihkan ke bap kecamatan setempat. Dan akhirnya dalam periode 2015-2020 pemilihan kepala desa dimenangkan telak oleh salah satu calon kepala desa. Dengan kemenangan telak ini tidak lepas dari peran Elite blater banjar, salah satu toko masyarakat Banjar yang memihak secara penuh untuk menjabat kembali kepala desa, masyarakat awalnya hanya melihat kepada Blater atas tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar sehingga banyak dari masyarakat setempat memilihnya. Masyarakat berpendapat dan meilihat sosok Blater atas dasar keberadaan dan tanggung jawab beberapa Blater, mereka berpandapat mungkin adanya perubahan jika Blater yang memegang penuh dan bertanggung jawab atas calon kepala desa akan berbeda dengan pemerintahannya terdahulu. Adat istiadat madura atas keberadaan Blater yang merupakan elite pedesaan memiliki sifat origin dan tradisi yang tinggi, keharuman nama ingin tetap memiliki image dan kewibawaan oleh masyarakat, dan Blater memegang perangan Moral serta peradaban yang tinggi. Para Blater tetap menginginkan kehormatan dan ingin selalu disegani oleh masyarakat setempat. Beberapa tujuan yang diketahui tujuan Blater memberikan dukungan penuh dalam bentuk memberi bantuan moril dan banyak materil. Elite Politik Elite menurut Suzzana Keller berasal dari kata elligere, yang berarti memilih, dalam perkataan biasa kata itu berarti bagian yang menjadi pilihan atau bunga suatu bangsa, budaya, kelompok usia dan juga orang-orang yang menduduki posisi yang tinggi. Dalam arti umum elite menunjuk pada sekelompok orang dalam masyarakat yang menempati kedudukan-kedudukan tertinggi. Dengan kata lain elite adalah kelompok warga masyarakat yang memiliki kelebihan 284 Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 dari pada warga masyarakat lainnya sehingga menempati kekuasaan sosial diatas warga masyarakat lainnya. Perbedaan yang tidak mugkin terletakkan diantara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya dapat dinyatakan sebagai titik awal bagi munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai keunggulan apabila dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya dalam masyarakat yang sama. Anggota masyarakat yang memiliki keunggulan tersebut pada gilirannya akan tergabung dalam suatu kelompok yang dikenal dengan sebutan kelompok elite. Keunggualan yang melekat pada dirinya akan menggiring mereka tergabung dalam kelompok elite. Yang memiliki perbedaan dengan anggota masyarakat kebanyakan lainnya yang tidak memiliki keunggulan. Sebutan elite atau terminologi elite, sebagaimana diungkapkan oleh Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca, Suzzana Keller dan pemikir yang tergolong elite theoris, memang menunjukkan pada kelompok atau golongan yang ada disuatu masyarakat yang memiliki keunggulan atau superioritas apabila dibandingkan dengan kelompok atau golongan lainnya. Elite itu merupakan bagian golongan minoritas dan golongan ini mewakili untuk melakukan tujuan sosial untuk melanjutkan suatu tatanan sosial. Dan golongan elite ini ada karena ada timbul awalnya dari solidaritas organis dalam arti bahwa kekuasaan umum atau ruling elite yang mana tidak dapat berhubungan langsung dengan tiap anggota masyarakat secara individu dan akan tetapi perlu berkomunikasi dengan organ dalam masyrakat, yaitu dalam hal ini pusat kekuasaan atau strategic elite oleh Suzzane Keller. Tumbuhnya beberapa kelas dalam masyarakat yang awalnya lahir dari sejarah yaitu dari kelas kasta sampai kelas kepentingan atas kompleksitas macam pekerjaan masyarakat saat ini, Dan kelas penentu itu lahir dari dorongan dan elite tidak jauh dengan sejarah sebagai alternatif struktural dari kelas penguasa dan kasta penguasa yang mewakili suatu bentuk kepemimpinan yang lebih berspesifikasi dan maju. Teori elite bahwasnya dalam setiap masyarakat terbagi dalm dua kategori : 1. Sekelompok kecil manusia yang memiliki kemampuan dan karenanya menduduki posisi untuk memerintah dan mereka disebut : (a). Elite yang berkuasa (b). Elite yang tidak berkuasa. 2. Sejumlah massa yang ditakdirkan untuk diperintah. Elite yang berkuasa jumlahnya relatif sedikit, mereka memiliki kemampuan dan kelebihan untuk memanfaatkan kekuasaan, mereka memegang semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan sehingga dengan mudah memanfaatkannya dengan mudah memanfaatkan untuk tujuan yang baik misalnya : kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendidikan, perluasan kesempatan kerja , peningkatan derajat kesejahteraan dan lain-lain, tetapi kekuasaanya itu bisa digunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak baik, misalnya : memperkaya diri sendiri, memperkuat posisi oligarki, memasukkan klan dan keluarganya dalam pemerintah, menggalang kekuatan untuk memberantas oposisi dan lain-lain. Disamping itu juga terdapat elite yang tidak berkuasa, mereka menjadi lapis kedua dalam strata kekuasaan elite. Lapisan elite ini akan menjadi pengganti elite diatasanya jika sewaktu-waktu elite pemegang kekuasaan kehilangan kemampuan untuk mengendelikan pemerintahan,elite ini juga menjadi tandingan apabila elite yang berkuasa tidak mampu menjalankan tugas mengendalikan kekuasaan. Suzanne Keller menambahkan terdapat empat proses sosial utama yang mendorong perkembangan elite yakni: 1. Pertumbuhan penduduk 2. Pertumbuhan spesialisasi jabatan 3. 285 Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 Pertumbuhan organisasi formal atau birokrasi, 4.Perkembangan keagamaan moral. Konsekuensinya, kaum elite pun semakin bergam, dan lebih bersifat otonom. Elite-elite penentu adalah suatu kristalisasi, suatu perkembangan lebih lanjut dari kelas-kelas penguasa, jadi mereka dapat dianggap sebagai setaraf dalam fungsinya tetapi sebagai alternatif-alternatif struktural dari kelas-kelas penguasa dan kasta-kasta penguasa, yang mewakili suatu bentuk kepemimpinan sosial yang lebih berspesialisasi dan lebih maju. Suzanne Keller membagi tipe kepemimpinan sosial dapat dibagi menjadi 5 : 1. Kasta penguasa Membina orang melalui reproduksi biologis dan dengan prestise yang tinggi. Kasta penguasa terbentuk terpisah dengan agama, kekerabatan, bahasa, daerah tempat tinggal, kedudukan ekonomi serta aktivitas jabatan. Didapatkan dari kelahiran dan meninggalkan dengan kematian. 2. Aristokrasi Terbentuk melalui ikatan keluarga melalui kekerabatan dan kekayaan, aristrokrasi menyukai jabatan politik dan perang. 3. Estate pertama Dapat didapatkan melalui pelaksanaan, pembuatan, oengangkatan dan perkawinan jadi status bisa hilang. 4. Elite-elite penentu Elite ini spesialis istimewa, seleksi atas dasar kompetensi perseorangan mencangkup menyingkirkan yang tidak kompeten, dan prinsip ini menghubungkan elite modern dengan lembaga kepimimpinan primitif termasuk kepala desa, pendeta, raja, ataupun prajurit. Elite penentu memiliki keistimewaan dalam segala hal atau keunggulan semua segi. Elite penentu sering menghubungkan dengan masyarakat, elite-elite lainnya bahkan susah untuk menjangkau dan menyelesaikan permasalahan karena tertutupnya misalkan kasta Asal-usul elite penentu sebagaimana terdapat pada keadaan semua kelompok-kelompok berkuasa yang mana ada pada masyarakat heterogen dalam segi usia, jenis kelamin, kekuatan, kesukupan, ras dan asal usul kelas sosial terletak dalam pembagian kerja masyarakat. Perbedaan masyarakat modern atau masyarakat industri dengan masyarakat modern yang lebih maju dalam tekhnologi dan kerja, dan dengan diferensiasi internal itu menimbulkan elite-elite penentu PEMBAHASAN Di desa Banjar kepala desa pernah beberapa saat kosong jabatan, kemudian sebelumnya dijabat oleh Jamila yang mana merupakan anak blater Mat Jaiz, kemudian karena tidak dapat diperpanjang lagi jabatannya karena sudah 3 periode kemudian dijabat oleh PJS yang mana merupakan jabatan sementara yang ditunjuk oleh kabupaten untuk mengisi kekosongan kepala desa di desa Banjar selama dua kali. Yang pertama dijabat oleh saudara Wasi,SE dan yang kedua dijabat Moh Ali, yang mana keduanya merupakan Pegawai Negri Sipil kecamatan Galis yang dipilih pemerintah Kabupaten untuk menjabat sementara di desa Banjar Madura. Dengan kekosongan yang lama sebenarnya masyarakat desa Banjar sudah menyiapkan satu tahun sebelumnya untuk pemilihan kepala desa. Karena masyarakat merasa bahwasanya mereka dipimpin bukan dari masyarakat Banjar sendiri. Masyarakat Banjar juga merasa kesulitan untuk 286 Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 mengurus administrasi yang mana mereka tidak merasa dilayani karena mereka harus mencari PJS di kantor kecamatan terlebih dahulu jadi kekosongan kepala desa ini membuat masyarakat resah akan hal ini. Dan hasil Pilkades yang memenangkan M.Ripin sebagai kepala desa Banjar, mulai dari periode tahun 2015-2020, kepala desa Banjar dijabat oleh M.Ripin dengan beberapa pengaruh elite blater. Dan saat ini komunitas blater lah yang dominan sebagai elite pedesaan, yang mana blater memainkan peran sebagai broker keamanan dalam interaksi ekonomi dan sosial politik. Akan tetapi ada juga yang memiliki dua peran sebagai keamanan juga sebagai tokoh formal, blater bermain politik praktis. Dengan pernyataan informan bahwasanya blater juga terkadang termasuk klebun atau kepala desa. Di beberapa daerah Madura blater termasuk governing eite yang mana menjadi kepala desa. Akan tetapi ada beberapa Blater itu tidak ingin menjadi kepala desa, hanya simbolik saja masyarakat mempercayakan kepada blater untuk pengurus desa. Akan tetapi kekuasaan untuk melindungi desa tetap dipegang oleh Blater. Elite blater ini sangat kuat keberadaannya atau eksistensinya sangat terjaga, blater memiliki tanggung jawab moral akan desanya dan masyarakatmya atas kekuatan dan pengaruhnya maka Blater bisa menjadi tokoh desa dan ada yang menjadi kepala desa, shandor merupakan acara blater untuk menjaga eksisitensinya, acara perkumpulan para Blater Bangkalan dan Sampang. Dalam hal ini beberapa elite desa Banjar memiki kepentingan dan tujuan yang berbeda-beda akan tetapi masyarakat itu sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantungan dan memerlukan suatu orientasi pemimpin yang bersatu dalam hal ini elite politik desa Banjar memiliki dasar moral untuk saling bergantungan. Awalnya ada elite religi yaitu Kholilur Rohman dari keturunan Syaikhona Kholil Bangkalan yang mana merupakan ulama besar Madura sampai saat ini masyarakat madura masih mengedepankan kultur dan kebudayaan akan tunduk kepada penerus Rasul yaitu ulama atau wali, Ra Lilur ini bisa dibilang sakti dan wali oleh masyarakat setempat dan dianggap lebih dekat dengan Allah dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Ra lilur ini pengaruhnya bukan dalam kehidupan politik melainkan untuk konsultasi religi saja. Yang kemudian Blater, blater utama disini masih tunduk di bawah pengaruh Ra Lilur, karena blaterpun mengutamakan ulama, mereka meminta berkah dan sowan setiap ada acara baik pemilihan kepala desa atupun acara lainnya. Blater disini memiliki keunggulan dan keistimewaan dengan jagoanisme dengan status sosial ini mereka memiliki kepercayaan masyarakat dalam hal penyelesaian masalah baik masalah kecil seperti masalah pernikahan, kemudian masalah sosial, atau ekonomi dan masalah keamanan. Dan masalah konflik masyarakatpun biasanya yang menyelesaikan blater, untuk tidak berselisih blater mendatangi kedua pihak agar tidak sampai terjadi carok. Dan dalam permasalahan politik desa salah satunya Pilkades, blater sangat berperan penting dalam Pilkades mulai dari pencalonan sampai dengan perlindungan atau membackup kepala desa. Dan dalam hal ini blater utama dapat memobilisasi blater-blater dusun, dan blater dusun pun dibawah pengaruh blater utama karena blater utama memiliki keunggulan ekonomi, keunggulan kekuasaan yang lebih kuat dan luas dari pada blater dusun dan banya juga keluarga dan saudara blater utama di desa Banjar. 287 Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 Dan proses pembuatan keputusan mulai dari blater yang mebuat dan merencanakan permasalahan kemudian meminta pendapat kepada Kyai Kholilur Rohman dan kemudian memobilisasi kepada blater dusun untuk melaksanakan keputusan. Dan ini masih menjadi tanggung jawab moral elite politik desa Banjar akan status sosialnya di masyarakat. Ada empat blater utama di desa Banjar yaitu H.Muhajir, Mahmud, Musalei dan Pak Timbang, mereka dulunya berhubungan baik karena anggota dan bawahan dari blater Mat Jaiz, setelah Mat Jaiz meninggal tidak ada sentral kekuasaan, sehingga sesam blater bersaing untuk mendapatkan pengaruh yang lebih besar dari lainnya. Hubungan berempat ini tidak terlalu baik, karena para blater ingin menunjukkan kekuasaan pengaruhnya di desa Banjar, jadi terpecahnya dua kubun yang satu mencalonkan M.Ripin dan yang satu mencalonkan Sahab. Dan ada beberapa alasan bahwasanya blater Pak Timbang dan Musaeli memilih dan memihak calon Sahab, Dan blater H. Muhajir dan Mahmud demikian memiliki kepentingan akan pengaruh dirinya kepada masyarakat, dan ada beberapa pertimbangan yang pertama M.Ripin dulunya merupakan masih ada keturunan kyai atau leluhur dan banyak keluarga M.Ripin yang berada di desa Banjar, memudahkan untuk mendapt suara yang lebih banyak, kemudian H.Muhajir dekat secara emosianal dari dulu kepada M.Ripin sehingga mbanyak faktor untuk berpihak kepada M.Ripin, kemudian Mahmud juga memilih dan memihak M.Ripin padahal msih ada hubungan dengan calon Sahab jika dilihat bahwasanya tidak ada kecocokan visi kepada calon Sahab, dan juga umur Sahab lebih muda dari Mahmud, sehingga Mahmud mengedepankan gengsi. Calon M.Ripin ada blater yang membackupnya, H. Muhajir merupakan elite blater dari desa Banjar yang menetap di Jakarta untuk bekerja disana akan tetapi masih memiliki rumah tinggal di Banjar. Di Jakarta H. Muhajir memiliki kru bisa dibilang kelompok elite blater muda dari desa Banjar yang berada di Jakarta, kemudian ada Mahmud, merupakan Blater Banjar yang mana bertempat tinggal di Surabaya, Mahmud memiliki pengaruh yang besar didunia keblateran di Madura dan Surabaya. Dalam masa kampanye atau waktu sebelum Pilkades masing-masing Blater melakukan beberapa strategi untuk kampanye atau mencari suara masyarakat, salah satunya dengan tokoh Blater calon kepala desa satu punya anggota atau kerabat Blater di setiap dusun nanti bermusyawarah dengan tokoh-tokoh blater didaerah ini, Dan setelah pertemuan itu blater dusun tetap bertarung mengambli simpatik masyarakat. Dalam masyarakat industri maju kelompok ini terdiri dari berbagai elite, tiap kelompok mempunyai fungsi sosial yang berbeda-beda dan terorganisir secara berlainan. Elite-elite ini bertanggung jawab terhadap kesejahteraan material dan moril dari berbagai golongan dan dari segenap masyarakat dan bangsa umumnya. Bentuk, kapasitas, dan keputusan elite-elite ini mencerminkan serta mempengaruhi ciri-ciri dari masyarakat tempat ia tumbuh. Blater dengan segala tanggung jawab yang dilakukannya atas dasar tanggung jawab moral kepada masyarakat yang awalnya masyarakat percaya akan pengaruhnya dan kebijakannya masyarakat akan menjadi sejahtera dan pembangunan desa pun akan berjalan dengan baik. Blater masih mengedapankan pola sosial atas pengakuan dirinya bahwasanya mereka berpengaruh atas paham jagoanisme, mereka dapat menyelesaikan permasalahan. Setelah terpilihnya kepala desa M.Ripin maka persaingan antar elite telah sedikit meredam, karena puncak akan hal penunjukan diri atas keunggulan masing-masing blater, dan dari pihak blater yang kalah, akan tetapi Blater tidak mengingnkan jabatan struktural desa 288 Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 karena menurut blater kekuasaanya akan lebih kecil, setelah Pilkades selesai maka Blater datang kebeberapa daerah tetangga dan daerah luar untuk bersilaturrahmi dan menginginkan kerjasama agar membantu dalam keamanan desanya, karena jaringa blater tau akan pelaku pencurian disetiap desa. Di desa Banjar elite blater tidak tergiur dengan keuntungan ekonomi karena melihat beberapa blater sudah memiliki kehidupan dengan ekonomi yang dapat dibilang tinggi, mereka tidak menginginkan jabatan atau keuntungan dirinya, melainkan mereka memilki visi misi yang jelas untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan desa. Dalam hal ini kepentingan antar lapisan elite politik yang saling berkaitan blater utama membutuhkan masukan dan nasehat religi kepada kyai Kholilur Rohman dan dalam hal ini kyai juga mendapatkan keuntungan ekonomi dari beberapa masyarakat yang datang dengan memberikan sedikit santunan, dan demikian pula blater-blater dusun mereka dibantu banyak akan kebutuhan desa dan pembangunan desa oleh Blater utama. Dan blater utama pun demikian kepentingan akan harga diri seta gengsi dan tanggung jawab moral atas status sosialnya di masyarakat. Penutup Berdasarkan hasil pnelitian yang dilakukan, penulis memperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, Struktur elite politik di desa Banjar kecamata Galis Madura dapat dikategorikan menjadi empat lapisan elite yang mempengaruhi kehiudpan sosial dan khusunya politik, yaitu Kyai atau tokoh agama, kedua blater utama desa Banjar dan para anggota blater lainnya yang ketiga Kepala desa. Kemudian ada blater Mat Jaiz yang sekarang sudah meninggal dan digantikan oleh blater-blater utama H.Muhajir, Mahmud, Pak Timbang dan Musaeli yang menjadi pengaruh atas aspek jagoanisme, dan yang setara pengaruhnya dengan kyai desa adalah KH. Husni Madani sebagai tokoh yang juga menjadi pengaruh masyarakat desa Banjar dalam kehidupan sosial politik dan religi. Dan dibawah itu masih ada blater-blater dusun dan tokoh agama dusun atau ustadz-ustadz dusun yang memiliki pengaruh juga akan hal sosial dan politik. Kedua, Peran elite Blater dalam pemilihan kepala desa di desa Banjar yang awalnya mereka mencari massa mulai dari wilayah kekuasaannya sampai desa Banjar sendiri dan melibatkan Blater kampung dusun yang merupakan anggotanya, pengumpulan dana untuk keperluan kampanye dan lainnya, kemudian setelah Pilkades membackup sekarang dan melakukan rencana taktik dan strategi sebelum dan setelah Pilkades dan setelah Pilkades blater masih bertanggungjawab moral atas desanya baik segi keamanan, penyelsaian masalah samapai pembangunan desa. Ketiga, kepentingan blater memiliki tanggung jawab moral, dan Persaingan antar blater Di desa banjar dalam mencalonkan calon Kepala desa Banjar dapat dikatakan tanda bahwasanya blater melakukan fungsi sosial dalam kelas sosialnya, dan akan tetap menjaga eksistensi dirinya akan pengaruhnya di desa. Blater menggunakan strategi untuk mendapatkan suara rakyat dengan berbagai cara untuk mendapat pengakuan dari masayarakat atau dapat dikatakan sebagai peneguhan kultural. DAFTAR PUSTAKA Buku: Giring, 2004, Madura Di Mata Dayak, Galangan Press, Jogjakarta. 289 Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus –Desember 2016, 282 - 290 Hariyanto, 2015. Kekuasaan Elit; Suatu Bahasan Pengantar. PLOD-JIP-FISIPOL UGM: Yogyakarta Horrison,Lisa, 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana Pernada Group Kartodirdjo, Sartono. 1983. Elite dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES Keller, Suzanne. 1995. Penguasa dan Kelompok Elit, Peranan Elit Penentu dalam Masyarakat Modern. Jakarta: PT Grafindo Persada Mantra,Bagoes Ida. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nordolt, Nico Schulte. 1987. Kepemimpinan Lokal dalam Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Quarles, Philip van Ufford. 1988. Kepemimpinan Lokal dan Implementasi Program, terj. Shirley., Jakarta : PT Gramedia. Santoso, Thomas, 2002, Orang Madura dan Orang Peranakan Tionghoa, Lutfansah Mediatama, Surabaya. Subaharianto, Andang, dkk, 2004, Tantangan Industrialisasi Madura (Membentur Kultur, Menjunjung leluhur), Bayumedia Publishing, Malang. Varma, SP . 2001. Teori Politik Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wiyata, A. Latief. 2002. Carok, Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta: LKIS. Website: http://Hukum.bantulkab.go.id m.kompasiana.com/gustaafkusno/istilah-kontestasi-yang-ngawur bangkalankab.co.id, diakses 29 November 2015, jam 11.00 Artikel: Abdur Rozaki, artikel;Kepemimpina Informal Madura, (Sumenep : Maret, 2007) Jainuri, artikel;Orang Kuat Partai di Aras Lokal: Blater Verses Lora Dalam Percaturan Politik, (Malang : Citra Mentari Press,2012) Nawangga Soni Pratama SIPTesis “kontestasi antar elite desa dalam implementasi visi desa agrowisata segoroguung, kab karanganyar, jawa tengah” Badan Pusat Statistik, Kecamatan Galis Dalam Angka (Bangkalan :BPS,2014 Surat Keputusan Bupati Bangkalan Nomor 1885.45/114/PJ-KD/433.204/2014 BPD Banjar, Lampiran Keputusan Nomor 141/02/BPD/XI/2014 290