plagiat merupakan tindakan tidak terpuji

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI ETNOEKOLOGI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT
OLEH MASYARAKAT SUKU DAYAK TUNJUNG LINGGANG
DI KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Alfret Edward Runtunuwu
091434026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
STUDI ETNOEKOLOGI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT
OLEH MASYARAKAT SUKU DAYAK TUNJUNG LINGGANG
DI KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh:
Alfret Edward Runtunuwu
091434026
Telah Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc
Tanggal: 13 September 2013
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
..
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Pada Hati Yang Tertambat Sesama
Ilmu Takkan Pernah Membisu”
KUPERSEMBAHKAN KARYAKU INI KEPADA
AYAH, IBU DAN ADIK SERTA
KABUPATEN KU YANG KU CINTAI, KUTAI BARAT
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Oktober 2013
Penulis,
Alfret Edward Runtunuwu
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama
Nomor Mahasiswa
: Alfret Edward Runtunuwu
: 091434026
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
STUDI ETNOEKOLOGI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT
OLEH MASYARAKAT SUKU DAYAK TUNJUNG LINGGANG
DI KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya
memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di
: Yogyakarta
Pada tanggal : 16 Oktober 2013
Yang menyatakan,
Alfret Edward Runtunuwu
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Dayak Tunjung terdiri dari beberapa sub suku, salah satunya yaitu suku
Dayak Tunjung Linggang. Masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang memiliki
keunikan tersendiri dalam pemanfaatan tumbuhan khususnya tumbuhan obat. Oleh
karena itu inventarisasi dan dokumentasi pemanfaatan tumbuhan obat oleh
masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan mengungkap Etnoekologi masyarakat suku Dayak Tunjung
Linggang terkait dengan jenis tumbuhan obat, organ tumbuhan yang dimanfaatkan,
penyakit yang dapat diobati, cara pemanfaatan dan sumber perolehan tanaman obat
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara observasi dan wawancara dari 20
orang informan, para informan diambil dari tokoh masyarakat seperti kepala adat,
budayawan, dan masyarakat yang mengerti mengenai pemanfaatan tanaman obat.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari
lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari fenomena
yang ada di lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal yang ada di masyarakat
suku Dayak Tunjung Linggang masih sangat kental karena suku ini merupakan suatu
suku yang sangat berpegang teguh pada adat istiadat. Jenis tumbuhan obat yang
didata sebanyak 80 jenis tanaman dari 37 famili yang berbeda, suku ini
menggunakan hampir semua bagian tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan obat, jenis penyakit yang dapat diobati oleh tanaman tersebut adalah luka
luar, kram / kejang, penyakit kulit, terkilir, bengkak, penangkal racun, sakit gigi,
vitalitas / daya tahan tubuh, luka dalam, kanker, kosmetik dan penyakit dalam; cara
pemanfaatan tanaman obat dilakukan dengan 5 cara berbeda yang dapat
dikombinasikan yaitu direbus, dioleskan, ditempelkan, dikonsumsi mentah – mentah
/ segar dan di uapkan atau dijadikan sebagai sauna. Masyarakat suku Dayak Tunjung
Linggang memperoleh tanaman obat dengan 2 cara yaitu didapatkan tumbuh secara
liar atau di budidaya.
Kata kunci : Etnoekologi, Kearifan Lokal, Tumbuhan Obat, Masyarakat Suku Dayak
Tunjung Linggang
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics; one of them is
Dayak Tunjung Linggang. The community of Dayak Tunjung Linggang has their
own characteristic in utilize plants; especially in utilize the medicinal plants.
Therefore, the inventory and documentation of the utilization of medicinal plants by
the Dayak Tunjung Linggang ethnic community is necessary. This study aims to find
out the ethno-ecology of the Dayak Tunjung Linggang which is related with
medicinal plants, part of plants that were used, diseases that can be treated, the way
to utilize the medicinal plants, and the source of the medicinal plants. This study is
qualitative study which used descriptive method. The data collected from
observation and interview with 20 informants. The informants were chosen from the
public figures of Dayak Tunung Linggang such as village headman and cultural
experts, and also people who understand about medicinal plants utilization. In this
study, the data were analyzed inductively; begin from the empirical fact by direct
observation to the study location, and then learn the phenomenon exist in the
location.
The result of the study shows that the local wisdoms exist in Dayak Tunjung
Linggang ethnic community is still very strong. It is because they still holding fast
their traditions. There are 80 species of medicinal plants from 37 different families
which can be found in this study. Dayak Tunjung Linggang ethnic community uses
almost all parts of the plant as drug materials. Furthermore, it found that there are
several types of diseases that can be treated by the medicinal plants, such as wounds,
cramps/spasms, skin diseases, sprains, swelling, antidote, tooth pain,
vitality/endurance, injuries, cancer, cosmetic and medicine. It also found that there
are five different ways in utilized the medicinal plants, such as boiling the plants,
applying the plants, affixing the plant, consuming the raw plants, or steam the
plants, and used it as sauna. These ways can also be combined. The result of the
study also found that Dayak Tunjung Linggang ethnic community obtains medicinal
plants in 2 ways: grows wild or in cultivation.
Keyword: Ethno-ecology, local wisdom, medicinal plant, Dayak Tunjung Linggang
ethnic community.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Studi Etnoekologi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh masyarakat
Suku Dayak Tunjung Linggang Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi
Kalimantan Timur. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan
akedemik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, khususnya kepada:
1. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan penulis kesempatan
untuk melaksanakan tugas belajar di Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Kepala Kampung Tering Seberang, Muara Mujan, Muara Leban, Melapeh Lama
dan Linggang Amer.
3. Kepala Adat Kampung Tering Seberang, Muara Mujan, Muara Leban, Melapeh
Lama dan Linggang Amer.
4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing.
5. Pdt. Tommy Runtunuwu, Ny. Elfika Runtunuwu sebagai ayah dan ibu, dan Lidya
Suzeth Runtunuwu sebagai adik.
6. Natalia Cintya Arianti sebagai kekasih yang telah banyak membantu dalam
penyusunan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan
Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Teman-teman seperjuangan (Yulius, Adit bantul, Yerri, Gentili, Wisnu, Fajar,
Widi, dll) & Seluruh rekan-rekan Pendidikan Biologi USD angkatan 2009 atas
kerjasama dan bantuannya, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
9. Seluruh Masyarakat Dayak Tunjung Linggang yang ada di Kabupaten Kutai
Barat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangannya, untuk itu
saran, kritik dan masukan sangat diharapkan agar skripsi ini dapat menjadi lebih
baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak.
Sleman, 16 Oktober 2013
Alfret Edward Runtunuwu
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................
vi
ABSTRAK ........................................................................................................
vii
ABSTRACT........................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xix
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
2
C. Batasan Penelitian ..................................................................................
3
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................
3
E. Manfaat Penelitian .................................................................................
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5
A. Etnoekologi……………………………………………………………...
5
B. Tanaman Obat .......................................................................................
7
C. Suku Dayak Tunjung .............................................................................
8
BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................... 11
A. Jenis Penelitian ....................................................... ................................
11
B. Subjek Penelitian ..................................................................................
11
C. Tempat dan Waktu Penelitian. ...............................................................
12
D. Data dan Sumber Data.... .......................................................................
12
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Teknik Pengumpulan Data. ....................................................................
13
F. Analisis Data. ........................................................................................
13
1. Pengumpulan Data.................................................................................
14
2. Reduksi Data .....................................................................................
14
3. Penyajian Data...................................................................................
14
4. Pengambilan Kesimpulan ..................................................................
14
G. Instrumen Penelitian . ............................................................................
15
H. Alat – alat Penelitian ..............................................................................
15
I. Diagram Alir Penelitian .........................................................................
16
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
17
A. Daerah Penelitian ...................................................................................
17
B. Suku Dayak Tunjung Linggang ..............................................................
20
C. Tanaman Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Suku Dayak
Tunjung Linggang .................................................................................
25
1. Bakukng / Bakung (Crynum asiaticum L.)........................................
32
2. Bakaaq .............................................................................................
33
3. Belayatn ...........................................................................................
33
4. Beliming Tunyuk / Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ............
34
5. Brentaleng / Mampat (Cratoxylon arborescens) ...............................
35
6. Benuang Rarikng / Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) ................
36
7. Uruuq Beheq / Rumput Bulu (Ageratum conyzoides L.) ...................
37
8. Baduk / Sukun (Artocarpus communis) ............................................
39
9. Botooq / Anggrung (Trema orientalis) ............................................
40
10. Kerurang / Terong Asam (Solanum ferox L.) ....................................
41
11. Brakat Lutuuq Kuning / Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)............
42
12. Butaq ...............................................................................................
43
13. Cahai / Kunyit (Curcuma domestica) ...............................................
44
14. Cahai Putiiq / Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ...............
45
15. Engkuduuq / Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ...............................
47
16. Lejaaq Uraakng ................................................................................
49
17. Maralampukg ...................................................................................
50
18. Topus Tongau ..................................................................................
51
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19. Petoot...............................................................................................
52
20. Engkapaaq / Kadaka (Asplenium nidus)............................................
53
21. Gaharaaq ..........................................................................................
54
22. Gaka Bruerai (Abrus precatorius L.) ................................................
55
23. Gaka Kedoot (Aglaia borneensis Merr.) ...........................................
56
24. Ngelagit ...........................................................................................
57
25. Lemonuq ..........................................................................................
58
26. Mukng Baluuq .................................................................................
58
27. Gaka Omang ....................................................................................
59
28. Geringakng (Cassia alata L.) ...........................................................
60
29. Geriq / Kemiri (Aleurites moluccana)...............................................
61
30. Isak – Isik ........................................................................................
63
31. Jamuuq / Jambu Biji (Psidium guajava) ...........................................
63
32. Jemewer / Sambiloto (Andrographis paniculata)..............................
65
33. Juakng Nayuq / Hanjuang Merah (Cordyline terminalis) ..................
66
34. Kajuuq Narakng ...............................................................................
67
35. Kajuuq Nriokng ...............................................................................
68
36. Gedakng / Pepaya (Carica papaya) ..................................................
68
37. Pelehet (Psychotria viridiflora Thw.) ...............................................
70
38. Keranyiiq / Asam Keranji (Dialium indum) ......................................
71
39. Ketikookng / Kayu Kuning (Arcangelisia flava L. Merr.) ................
72
40. Kerehau / Meniran Hutan (Callicarpa longifolia) .............................
73
41. Kunceekng / Harendong (Melastoma affine).....................................
74
42. Labuuq Biasa / Labu Siam (Sechium edule)...................................... ` 74
43. Lancikng ..........................................................................................
75
44. Luukng ............................................................................................
77
45. Nyelutuui Putaakng / Jelutung (Dyera costulata)..............................
77
46. Limau Bintakng / Jeruk Pepaya (Citrus medica var. proper L) .........
78
47. Lunuuk Dukutn (Ficus sp.)..............................................................
79
48. Marauleq / Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) .................................
80
49. Nancakng / Mahang (Macaranga mappa) ........................................
81
50. Nilapm / Nilam (Pogostemon cablin) ...............................................
82
51. Nturuui ............................................................................................
83
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52. Paatn / Pinang (Areca catechu).........................................................
84
53. Pacar / Pacar Cina (Aglaia odorata) .................................................
85
54. Paku Ataai / Paku Sayur (Diplazium esculentum) .............................
86
55. Paku Parapm / Paku Pedang (Nephrolepis sp) ..................................
88
56. Pangir Bohokng ...............................................................................
89
57. Pengesik...........................................................................................
90
58. Pianguuq ..........................................................................................
91
59. Raja Pengalah / Benalu (Loranthus sp.) ............................................
92
60. Rakap / Sirih (Piper betle) ................................................................
93
61. Rakap Bohokng / Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) ...........
94
62. Sabeeq Lemit ...................................................................................
95
63. Sabeeq Pok / Paprika (Capsicum annuum var. Grossum) ..................
96
64. Selangkat .........................................................................................
97
65. Sempat Iliir ......................................................................................
98
66. Sengkerapak Badak ..........................................................................
99
67. Sepaai / Secang (Caesalpinia sappan L.)..........................................
99
68. Serempolupm / Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) ...........................
100
69. Seweet / Pisang Hutan (Musa balbisiana) ........................................
101
70. Sumiiq Meong / Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)...................
102
71. Tabat Barito (Ficus deltoidea) ..........................................................
103
72. Tawar Seribu ....................................................................................
104
73. Telasak / Salam (Syzygium polyanthum) ...........................................
105
74. Terok ...............................................................................................
107
75. Tempera / Nangsi (Villebrunia rubescens Bl.) ..................................
108
76. Pengooq Peay...................................................................................
108
77. Tetukng Galekng / Sarang Semut (Myrmecodia sp) ..........................
109
78. Tuuq Jarukng / Anggrek Macan (Grammatophyllum scriptum) ........
111
79. Tuuq Nayuq (Saccharum sp.) ...........................................................
112
80. Pemusiiq Taluutn .............................................................................
113
D. Organ Tanaman Obat Yang Dimanfaatkan Sebagai Ramuan Obat..........
114
E. Jenis Penyakit Yang Terdapat Di Masyarakat Suku Dayak Tunjung
Linggang ...............................................................................................
xiii
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Jenis Metode Pemanfaatan Tanaman Obat .............................................
118
G. Sumber Perolehan Tanaman Obat ..........................................................
121
H. Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Sumber Belajar Biologi ................
122
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
125
A. Kesimpulan............................................................................................
125
B. Saran .....................................................................................................
125
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
127
LAMPIRAN.. ....................................................................................................
130
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Aspek, Data Yang Dibutuhkan dan Sumber Data. .............................
12
Tabel 3.2. Alat-alat penelitian ............................................................................
15
Tabel 4.1. Jenis Tanaman Obat Yang Terdata ....................................................
26
Tabel 4.2. Proporsi Organ Tanaman Yang Digunakan .......................................
115
Tabel 4.3. Proporsi Jenis Penyakit Yang Dapat Diobati .....................................
117
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian .................................................................
16
Gambar 4.1 Bakukng / Bakung (Crynum asiaticum L.)......................................
32
Gambar 4.2 Bakaaq ...........................................................................................
33
Gambar 4.3 Belayatn .........................................................................................
34
Gambar 4.4 Beliming Tunyuk / Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ..........
34
Gambar 4.5 Brentaleng / Mampat (Cratoxylon arborescens) .............................
35
Gambar 4.6 Benuang Rarikng / Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) ..............
36
Gambar 4.7 Uruuq Beheq / Rumput Bulu (Ageratum conyzoides L.) .................
37
Gambar 4.8 Baduk / Sukun (Artocarpus communis) ..........................................
39
Gambar 4.9 Botooq / Anggrung (Trema orientalis) ..........................................
40
Gambar 4.10 Kerurang / Terong Asam (Solanum ferox L.) ................................
41
Gambar 4.11 Lutuuq Kuning / Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) ...................
42
Gambar 4.12 Butaq............................................................................................
43
Gambar 4.13 Cahai / Kunyit (Curcuma domestica) ............................................
45
Gambar 4.14 Cahai Putiiq / Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)............
45
Gambar 4.15 Engkuduuq / Mengkudu (Morinda citrifolia L.)............................
47
Gambar 4.16 Lejaaq Uraakng ............................................................................
49
Gambar 4.17 Maralampuk .................................................................................
50
Gambar 4.18 Topus Tongau ..............................................................................
51
Gambar 4.19 Petoot ...........................................................................................
52
Gambar 4.20 Engkapaaq / Kadaka (Asplenium nidus) ........................................
53
Gambar 4.21 Gaharaaq ......................................................................................
54
Gambar 4.22 Gaka Bruerai (Abrus precatorius L.) ............................................
55
Gambar 4.23 Gaka Kedoot (Aglaia borneensis Merr.) .......................................
56
Gambar 4.24 Ngelagit .......................................................................................
57
Gambar 4.25 Lemonuq ......................................................................................
58
Gambar 4.26 Mukng Baluuq..............................................................................
59
Gambar 4.27 Gaka Omang ................................................................................
60
Gambar 4.28 Geringakng (Cassia alata L.) .......................................................
61
Gambar 4.29 Geriq / Kemiri (Aleurites moluccana) ...........................................
62
Gambar 4.30 Isak – Isik .....................................................................................
63
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.31 Jamuuq / Jambu Biji (Psidium guajava)........................................
64
Gambar 4.32 Jemewer / Sambiloto (Andrographis paniculata) ..........................
65
Gambar 4.33 Juakng Nayuq / Hanjuang Merah (Cordyline terminalis) ..............
66
Gambar 4.34 Kajuuq Nriokng ............................................................................
68
Gambar 4.35 Gedakng / Pepaya (Carica papaya) ..............................................
69
Gambar 4.36 Pelehet (Psychotria viridiflora Thw.) ...........................................
70
Gambar 4.37 Keranyiiq / Asam Keranji (Dialium indum) ..................................
71
Gambar 4.38 Ketikookng / Kayu Kuning (Arcangelisia flava L. Merr.) ............
72
Gambar 4.39 Kerehau / Meniran Hutan (Callicarpa longifolia) .........................
73
Gambar 4.40 Kunceekng / Harendong (Melastoma affine) .................................
74
Gambar 4.41 Labuuq Biasa / Labu Siam (Sechium edule) .................................. ` 75
Gambar 4.42 Lancikng ......................................................................................
76
Gambar 4.43 Luukng .........................................................................................
77
Gambar 4.44 Nyelutuui Putaakng / Jelutung (Dyera costulata) ..........................
78
Gambar 4.45 Limau Bintakng / Jeruk Pepaya (Citrus medica var. proper L) .....
78
Gambar 4.46 Lunuuk Dukutn (Ficus sp.) ...........................................................
79
Gambar 4.47 Marauleq / Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) .............................
80
Gambar 4.48 Nancakng / Mahang (Macaranga mappa).....................................
81
Gambar 4.49 Nilapm / Nilam (Pogostemon cablin) ...........................................
82
Gambar 4.50 Nturuui .........................................................................................
83
Gambar 4.51 Paatn / Pinang (Areca catechu) .....................................................
84
Gambar 4.52 Pacar / Pacar Cina (Aglaia odorata)..............................................
85
Gambar 4.53 Paku Ataai / Paku Sayur (Diplazium esculentum) .........................
87
Gambar 4.54 Paku Parapm / Paku Pedang (Nephrolepis sp) ...............................
88
Gambar 4.55 Pangir Bohokng ............................................................................
89
Gambar 4.56 Pengesik .......................................................................................
90
Gambar 4.57 Pianguuq ......................................................................................
91
Gambar 4.58 Raja Pengalah / Benalu (Loranthus sp.) ........................................
92
Gambar 4.59 Rakap / Sirih (Piper betle) ............................................................
93
Gambar 4.60 Rakap Bohokng / Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) .......
94
Gambar 4.61 Sabeeq Lemit ...............................................................................
95
Gambar 4.62 Sabeeq Pok / Paprika (Capsicum annuum var. Grossum) ..............
96
Gambar 4.63 Selangkat......................................................................................
97
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.64 Sempat Iliir ..................................................................................
98
Gambar 4.65 Sengkerapak Badak ......................................................................
99
Gambar 4.66 Sepaai / Secang (Caesalpinia sappan L.) ......................................
100
Gambar 4.67 Serempolupm / Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) .......................
101
Gambar 4.68 Seweet / Pisang Hutan (Musa balbisiana) .....................................
102
Gambar 4.69 Sumiiq Meong / Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) ...............
102
Gambar 4.70 Tabat Barito (Ficus deltoidea) ......................................................
104
Gambar 4.71 Tawar Seribu ................................................................................
105
Gambar 4.72 Telasak / Salam (Syzygium polyanthum) .......................................
106
Gambar 4.73 Terok............................................................................................
107
Gambar 4.74 Tempera / Nangsi (Villebrunia rubescens Bl.) ..............................
108
Gambar 4.75 Pengooq Peay ...............................................................................
109
Gambar 4.76 Tetukng Galekng / Sarang Semut (Myrmecodia sp) ......................
110
Gambar 4.77 Tuuq Jarukng / Anggrek Macan (Grammatophyllum scriptum).....
111
Gambar 4.78 Tuuq Nayuq (Saccharum sp.) .......................................................
112
Gambar 4.79 Pemusiiq Taluutn .........................................................................
113
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Wawancara ..............................................................
130
Lampiran 2. Instrumen Perekaman Data .....................................................
131
Lampiran 3. Peta Lokasi Penelitian ............................................................
132
Lampiran 4. SILABUS...............................................................................
133
Lampiran 5. RPP ........................................................................................
135
Lampiran 6. Materi Belajar ........................................................................
140
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa/Tugas Kelompok ...................................
142
Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Evaluasi ...........................................................
143
Lampiran 9. Soal Evaluasi..........................................................................
144
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Dari Kampung Tering Seberang ...........
147
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Dari Kampung Muara Mujan ...............
148
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian Dari Kampung Muara Leban ................
149
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian Dari Kampung Linggang Melapeh .......
150
Lampiran 14. Surat Izin Penelitian Dari Universitas ...................................
151
Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ........................................................
152
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya pengobatan tradisional merupakan salah satu pengetahuan yang
memiliki perbedaan besar antara suatu suku, etnis dengan masyarakat lainnya.
Indonesia memiliki budaya pengobatan tradisional (pemanfaatan tumbuhan obat)
yang dilestarikan secara turun temurun sejak dulu. Menurut data Survei Ekonomi
Nasional 2007 masyarakat yang memilih mengobati diri sendiri dengan obat
tradisional mencapai 28,69% meningkat dalam waktu tujuh tahun dari yang
semula hanya 15,2% pada tahun 2001. Namun seiring dengan perkembangan
zaman dan kemajuan IPTEK serta adanya modernisasi budaya, menyebabkan
hilangnya pengetahuan maupun kearifan lokal termasuk pengetahuan pengobatan
tradisional yang ada di masyarakat. Pengetahuan maupun kearifan lokal ini hilang
ebelum dicatat atau diketahui oleh peneliti, dimana hal tersebut merupakan
informasi yang sangat berharga untuk pelestarian pemanfaatan keanekaragaman
sumberdaya alam.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam strategi ekologi modern
perlu dilakukan adanya pemberdayaan kapasitas pengetahuan lokal. Dengan kata
lain pengetahuan lokal dan praktik-praktik tradisional seperti budaya pengobatan
tradisional perlu dilegitimasi sebagai kapasitas kearifan lokal yang potensial untuk
pembangunan sehingga pengetahuan lokal dan praktik-praktik tradisional seperti
budaya pengobatan tradisional tidak hilang begitu saja.
Tema dari penelitian ini adalah pemanfaatan tanaman obat yang sangat
penting dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan cara hidup masyarakat
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
suku Dayak Tunjung Linggang. Suku Dayak Tunjung Linggang merupakan salah
satu suku yang terdapat di Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat,
Kalimantan Timur dan merupakan salah satu sub suku dari suku Dayak Tunjung.
Penelitian mengenai pemanfaatan tanaman obat di suku Dayak Tunjung
yang pernah dilakukan hanya masih bersifat umum dan beberapa peneliti hanya
mendata tanaman obat yang telah diteliti sehingga mudah untuk diidentifikasi
sedangkan tanaman endemik lain yang belum diidentifikasi di biarkan begitu saja.
Selain itu penelitian juga hanya dilakukan pada suku Dayak Tunjung secara
umum, padahal berdasarkan fakta di lapangan suku Dayak Tunjung memiliki 7
sub suku yang pastinya memiliki perbedaan kultur dan bahasa Kutai Barat,
Kalimantan Timur. Pendekatan dengan cara mengidentifikasi dan inventarisasi
jenis tanaman obat dan pemanfaatannya merupakan langkah awal dalam
mengungkapkan potensi berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan secara
tradisional oleh masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Jenis Tumbuhan apa saja yang dimanfaatkan sebagai obat oleh Masyarakat
Suku Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi
Kalimantan Timur?
2. Organ tumbuhan apa saja yang digunakan oleh Masyarakat Suku Dayak
Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur?
3. Jenis penyakit apa saja yang dapat disembuhkan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
4. Bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh Masyarakat Suku Dayak
Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur?
5. Bagaimana cara memperoleh tumbuhan obat oleh Masyarakat Suku Dayak
Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
C. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada kajian Etnoekologi yang berfokus pada:
1.
Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Masyarakat Suku Dayak Tunjung
Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
2. Pemanfaatan tumbuhan yang diteliti terbatas pada tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
3. Tumbuhan obat diidentifikasi dari tingkat famili hingga pada tingkat
spesies.
4. Variabel penelitian terbatas pada jenis tumbuhan obat, manfaat tumbuhan
obat, macam organ tumbuhan yang dimanfaatkan, cara pemanfaatan, dan
cara mendapatkan tumbuhan obat.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mengungkap Etnoekologi
masyarakat Dayak Tunjung Linggang terkait dengan:
1. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Dayak
Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Organ Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat oleh Masyarakat Suku
Dayak Tunjung Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur.
3. Penyakit yang dapat diobati dengan tumbuhan obat.
4. Cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung
Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
5. Cara memperoleh tumbuhan obat oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung
Linggang, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah khazanah keilmuan, khusunya mengenai studi Etnoekologi di
Indonesia.
2. Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat sehingga dapat
di aplikasikan bagi siswa dan guru
4. Sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah dalam pengelolaan dan
perlindungan Sumber Daya Alam (SDA) secara berkelanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etnoekologi
Etnoekologi (bahasa Inggris: ethnoecology) merupakan cabang ilmu yang
kehadirannya relatif baru, karenanya beberapa ahli dalam menentukan terminologinya
belum ada kesepakatan. Bidang ilmu ini muncul akibat dari adanya perspektif
paradigma baru ilmu ekologi yaitu sustainability. Oleh karena itu ilmu ekologi
berkembang tidak hanya mempelajari interaksi antara suatu bentuk kehidupan dengan
bentuk kehidupan lainnya berikut kondisi lingkungannya, tetapi bersifat holistik
hingga pada analisis tentang sistim pengetahuan suatu kelompok masyarakat atau
etnik dalam pengelolaan sumber daya alam beserta lingkungannya. Bidang ilmu
etnoekologi berasal dari 4 sumber utama yaitu bidang ilmu Antropologi (etnosains),
Etnobiologi, Agro-Ekologi, dan Geografi lingkungan (Purwanto, 2003).
Menurut Suryadarma (2005), Etnoekologi yaitu ilmu tentang bagaimana
pandangan kelompok masyarakat terhadap alam terkait dengan kepercayaan,
pengetahuan dan tujuan, dan bagaimana mereka mengimajinasikan penggunaannya,
pengelolaan dan peluang pemanfaatan sumber daya. Penekanannya pada keseluruhan
Sumber Daya Alam (SDA), melalui keterlibatan berbagai bidang keilmuan.
Toledo (1992) menyatakan Etnoekologi akan tetap terikat oleh tempat tertentu
atau lebih luas, terikat pada wilayah atau Negara tertentu. Sehingga memunculkan ciri
khas yang ditampilkan pada wilayah tersebut sebagai akibat dari adanya manusia
sebagai penghuni dengan segala keinginan nya yang tak terbatas.
Pemahaman ilmu Etnoekologi akan mengalami perkembangan terus-menerus
seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan hasil penelitian-penelitian.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Intisari ilmu Etnoekologi yang diadaptasi dari N. Daldjoeni (1982) mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1. Ilmu Etnoekologi sebagai ilmu pengetahuan bio‐fisis: hal ini dikarenakan yang
mendasari analisis atas seluk beluk tanah, air, iklim dan curah
hujan
sebagai
habitat manusia adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan
biotik dan abiotik.
2. Ilmu Etnoekologi sebagai ilmu land-scape study : hal ini dikarenakan yang
mendasari analisis dan pembahasan pada daerah pantai, pegunungan, dataran
rendah sebagai habitat manusia untuk melakukan aktifitas adaptasi keruangan
(spatial adaptation) mereka
3. Ilmu Etnoekologi sebagai Ekologi budaya : hal ini dikarenakan yang mendasari
analisis dan pembahasan mengenai semua aspek kebudayaan, saling
berhubungan secara fungsional dengan cara yang tidak pasti.
4. Ilmu etnoekologi sebagai ilmu Ekologi dan adaptasi manusia: hal ini mendasari
analisis dan pembahasan mengenai adaptasi manusia bersama budaya yang
melekat terhadap habitatnya dan mahkluk hidup lainnya. Manusia tidak hanya
sebagai mahkluk biotik bagian dari alam di lingkungannya tetapi manusia
sebagai kekuatan untuk mengubah alam. Setiap masyarakat akan memiliki
teknik-teknik adaptasi yang diwariskan dari generasi sebelumnya secara turun
temurun dan teknik-teknik tersebut akan mengalami perkembangan yang
dinamis. Pembahasan dan analisis
yang dilakukan terkadang kurang
memperhatikan adanya saling pengaruh antara wilayah yang satu dengan
wilayah lainnya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan intisari ilmu Etnoekologi sebagai
ilmu Ekologi dan adaptasi manusia dengan alasan bahwa penggunaan tumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
sebagai obat tradisional merupakan salah satu cara manusia untuk beradaptasi dengan
lingkungannya kemudian teknik-teknik adaptasi tersebut diwariskan secara turun
temurun oleh generasi sebelumnya dari Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang.
B. Tanaman Obat
Pengertian Obat menurut PerMenKes RI. No.949 / MenKes / Per / VI / 2000,
adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pengingkatan kesehatan, dan kontrasepsi.
Sulaksana dan Jayusman (2005) berpendapat bahwa tanaman obat adalah
suatu jenis tumbuhan atan tanaman yank sebagian atau seluruh bagian tanaman
berkhasiat menghilangkan atau menyembuhkan suatu penyakit dan keluhan rasa sakit
pada bagian atau organ tubuh manusia. Sedangkan Oswald (1995) menambahkan
bahwa obat tradisional merupakan ramuan dari satu tumbuhan atau lebih, yang
berkhasiat sebagai obat.
Hampir setiap orang di Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk
mengobati penyakit atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik
ketika masih bayi, kanak-kanak maupun setelah dewasa (Zein, 2005). Selain itu Zein
juga menambahkan bahwa sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat saat
ini disebut dengan Herbal Medicinal atau Fitofarmaka
Menurut Andrianto (2011), Tumbuhan obat mempunyai khasiat yang bekerja
sebagai antioksidan, anti radang, analgesik, dan lain-lain, mengarah pada
penyembuhan suatu penyakit. Hal ini tidak terlepas dari adanya kandungan bahan
kimia tumbuhan obat yang berasal dari metabolisme sekunder. Setiap tumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
menghasilkan bermacam-macam senyawa kimia yang merupakan bagian dari proses
normal dalam tumbuhan.
Zudud, dkk (1994) dalam Rahayu 2005 mengatakan, apabila mengacu pada
Etnofarmakologi dan Etnobotani, maka tanaman obat dapat dikelompokkan menjadi 3
macam yaitu sebagai berikut :
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui dan
dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat ini terbagi menjadi 3
yaitu :
a. Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, dengan
khasiat yang sama
b. Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, tapi
dengan khasiat yang berbeda.
c. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat hanya di daerah tersebut (tidak
digunakan sebagai obat di daerah lain).
2. Tumbuhan obat modern sebagai bahan dasar (precursor) baik bahan asli
maupun untuk sintesis. Tumbuhan obat ini telah dibuktikan mengandung
senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial yang belum dikenal, yaitu berdasarkan informasi
diduga sebagai obat tetapi belum jelas penggunaan dan kegunaannya secara
medis.
C. Suku Dayak Tunjung
Masyarakat Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu suku yang mendiami
Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur dengan persentase 24,2 % dari total
keseluruhan masyarakat yang mendiami Kabupaten Kutai Barat. Seperti halnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
masyarakat tradisional lain di Indonesia, masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang
mempunyai seperangkat pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya tumbuhan
untuk berbagai keperluan hidupnya sehari-hari.
Suku Tunjung menggunakan bahasa tunjung namun seiring dengan kemajuan
dan perkembangan zaman, beberapa daerah sudah menggunakan bahasa Indonesia,
namun ada juga yang menggunakan bahasa tunjung yang bercampur dengan bahasa
pergaulan sehari-hari. Sebagian besar suku tunjung beragama Katolik dan Nasrani
namun ada juga sebagian kecil yang beragama muslim. Dayak Tunjung merupakan
sebuah sub dari Dayak, namun didalam Dayak Tunjung itu sendiri terdapat perbedaan
logat bahasa dan wujud kebudayaan, tetapi tidak begitu besar. Akibat penyebaran ini
sehingga terjadi berbagai macam jenis yaitu:
1. Tunjung Bubut, mereka mendiami daerah Asa, Juhan Asa, baloq Asa, Pepas
Asa, Juaq Asa, Muara Asa, Ongko Asa, Ombau Asa, Ngenyan Asa, Gemuhan
Asa, Kelumpang dan sekitarnya.
2. Tunjung Asli, mendiami daerah Geleo (baru dan Lama).
3. Tunjung Bahau, mendiami Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Sekolaq Muliaq,
Sekolaq Oday, Sekolaq Joleq dan sekitarnya.
4. Tunjung Hilir, mendiami wilayah Empas, Empakuq, Bunyut, Kuangan dan
sekitarnya.
5. Tunjung Lonokng, mendiami daerah seberang Mahakam yaitu Gemuruh,
Sekong Rotoq, Sakaq Tada, Gadur dan sekitarnya.
6. Tunjung Linggang, mendiami daerah dataran Linggang seperti Linggang
Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Amer, Linggang Mapan, Linggang
Kebut, Linggang Marimun, Muara Leban, Muara Mujan, Tering, Jelemuq, lakan
bilem, into lingau, muara batuq dan wilayah sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
7. Tunjung Berambai, mendiami Wilayah hilir sungai Mahakam seperti Muara
Pahu, Abit, Selais, Muara Jawaq, Kota Bangun, Enggelam, Lamin Telihan,
Kemabgn janggut, Kelkat, dan Pulau Pinang.
Bagi suku Dayak Tunjung terutama Tunjung Linggang, alam dan lingkungan
merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus dijaga, karena itu di Suku Dayak
Tunjung Linggang terdapat istilah Taluutn sebagai sebutan untuk hutan. Taluutn
biasanya dilindungi secara adat, kemudian dibuat isu-isu mistis untuk melindungi
hutan tersebut agar tidak diganggu dan tidak dirusak oeh orang luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
penyajian data deskriptif. Metode penyajian data secara deskriptif adalah suatu bentuk
metode penelitian untuk membuat deskripsi atau memberi gambaran secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki (Nazir, 2005).
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian merupakan beberapa individu maupun kelompok masyarakat
dari Suku Dayak Tunjung Linggang
yang memenuhi kriteria dalam menjawab
instrumen pertanyaan penelitian seperti :
1. Berasal dari Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang asli
2. Memiliki pengetahuan luas dan cukup mendalam mengenai kehidupan sosial
Suku Dayak Tunjung Linggang Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan
Timur
3. Memiliki pengaruh yang kuat dikalangan masyarakat.
4. Memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai pengobatan tradisional
Beberapa orang yang dapat dijadikan informan kunci yaitu : Kepala adat, kepala
kampung, tokoh masyarakat (sesepuh).
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang representatif, penulis melakukan penelitian di 6
kampung yaitu kampung Linggang Melapeh, Linggang Amer, Tering, Muara Mujan,
Muara Leban, dan Jelemuq di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur
selama 3 bulan terhitung dari tanggal awal bulan Maret 2013 sampai dengan akhir
bulan Mei 2013
D. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang dibutuhkan dalam penulisan dapat dilihat pada tabel
3.1
Tabel 3.1. Aspek, Data Yang Dibutuhkan dan Sumber Data
No
Aspek
Data Yang Dibutuhkan
 Sejarah Suku Dayak
Tunjung Linggang
1
2
Deskripsi Suku
Dayak Tunjung
Linggang
Pengetahuan
tradisional
tentang
pemanfaatan
tumbuhan
 Pola Kebiasaan dan
Kehidupan Sehari-hari
 Mata Pencaharian
Sumber Data
 Narasumber
wawancara (Kepala
Adat atau tokoh
masyarakat dari setiap
kampung yang menjadi
tempat penelitian)
 Kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan hidup
 Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, Museum
Etnografi Kutai Barat
 Jenis tanaman yang
dimanfaatkan
 Narasumber
wawancara (Kepala
Adat atau tokoh
masyarakat dari setiap
kampung yang menjadi
tempat penelitian)
 Organ tanaman yang
dimanfaatkan
 Jenis Penyakit Yang dapat
diobati
 Cara penggunaan dari
tanaman obat
 Cara memperoleh tanaman
obat
 Observasi Lapangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
E. Teknik Pengumpulan Data
Data etnoekologi diperoleh melalui studi literatur, wawancara struktural dan
wawancara semi struktural terhadap masyarakat secara kualitatif yang disertai dengan
keterlibatan aktif Penulis dalam kegiatan masyarakat setempat. Agar data yang
diperoleh tercukupi maka perlu digunakan beberapa model pembuatan pertanyaan dan
metode pendekatannya mengenai pemanfaatan tumbuhan di masyarakat Suku Dayak
Tunjung Linggang.
Selain menggunakan metode wawancara, penulis juga melakukan penilaian
secara ekologis melalui pengamatan langsung di lapangan. Misalnya untuk mengetahui
komposisi vegetasinya dilakukan dengan cara membuat transek di setiap satuan
lingkungan yang terbentuk dikawasan tersebut. Ukuran dan cara pengamatan
disesuaikan dengan bentuk dan kondisi satuan lingkungannya.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara induktif. Metode induktif
adalah jalan berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data yang bersifat
khusus. Pendapat lain menyatakan bahwa berpikir induktif adalah berangkat dari faktafakta atau peristiwa-peristiwa yang konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat umum (Sutrisno Hadi, 1986).
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan dengan cara
proses pengumpulan data. Menurut Miles dan Humberman (1992), tahapan analisis
data adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Pengumpulan data
Di tahap ini, penulis mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya
sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan
2. Reduksi Data
Reduksi data diperlukan untuk memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan
fokus penelitian. Dalam tahap ini, penulis melakukan penggolongan,
pengarahan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data-data
yang telah direduksi sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih tajam
tentang hasil pengamatan dan mempermudah ketika mencarinya sewaktu-waktu
kemudian.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi, selanjutnya penulis melakukan penyajian data,
penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penulis menyajikan
data dalam bentuk deskripsi, chart dan grafis sehingga dapat dimengerti.
4. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya. Dari semua
data yang telah diperoleh maka dapat diambil kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
G. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data tentang etnoekologi Suku Dayak Tunjung Kabupaten Kutai
Barat Provinsi Kalimantan Timur dalam pemanfaatan tumbuhan obat dilakukan dengan
menggunakan instrumen berupa wawancara berdasarkan panduan yang telah disusun
dalam bentuk butir-butir pertanyaan.
Penggunaan bahasa pada waktu wawancara menggunakan bahasa lokal untuk
memudahkan
komunikasi
dengan
masyarakat
setempat.
Penggunaan
bahasa
disesuaikan dengan situasi, kondisi serta kemampuan responden dalam berbahasa
Indonesia. Daftar pertanyaan yang dijadikan sebagai panduan oleh Penulis dapat dilihat
pada lampiran 1 sedangkan instrumen perekaman data dapat dilihat pada lampiran 2.
H. Alat-alat Penelitian
Alat – alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.2
Tabel 3.2. Alat-alat Penelitian
Alat
Keterangan
Kamera Digital & Camcorder
Canon EOS 550D
Alat Tulis
Ballpoint, Log Book, dll
Recorder
-
Peralatan untuk transek
Instrumen Penelitian
- Daftar pertanyaan wawancara
- Lembar perekaman data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
I. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan Panduan wawancara &
Instrumen Penelitian
Penelitian
Lapangan
Identifikasi &
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Penentuan Lokasi & Waktu
Penelitian
Penentuan Jumlah Responden atau
Informan Kunci
Pengumpulan
Data
Analisis Data
TIDAK
Data Yang Diinginkan
Lengkap ?
YA
Reduksi Data
SELESAI
Penyajian Data
Kesimpulan &
Saran
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kutai Barat tempat domisili
masyarakat suku Dayak tunjung yang akan menjadi subjek penelitian. Secara
geografis Kabupaten Kutai Barat memiliki luas 31.628,70 km2 atau sekitar 15% dari
total luas Kalimantan timur, terletak antara 1130 48’ 49’’ - 116032’43’’ Bujur Timur
serta diantara 1031’05’’ Lintang Utara dan 1009’33’’ Lintang Selatan, Kutai Barat
didominasi topografi bergelombang, dari kemiringan landai sampai curam dengan
kemiringan antara 0-60% dan ketingian berkisar antara 0-1500 m dpl (Badan Pusat
Statistik Kubar, 2007).
Daerah dataran rendah pada umumnya dijumpai di kawasan danau dan
kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah perbukitan dan pegunungan memiliki
ketinggian lebih dari 1000 m dpl dengan kemiringan 30% terdapat di bagian barat
laut yang berbatasan dengan wilayah Malaysia.
Wilayah yang menjadi batas Kabupaten Kutai Barat adalah Kabupaten
Malinau dan Negara Sarawak (Malaysia Timur) di sebelah Utara, Kabupaten Kutai
Kartanegara di sebelah Timur, dan Kabupaten Penajam Paser Utara di sebelah
Selatan. Sedangkan untuk sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan
Tengah serta Provinsi Kalimantan Barat.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat tahun 2011, Kabupaten
Kutai Barat terbagi menjadi 21 Kecamatan dan 238 Kampung. Kedua Puluh Satu
Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bongan, Kecamatan Jempang, Kecamatan
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Penyinggahan, Kecamatan Muara Pahu, Kecamatan Muara Lawa, Kecamatan
Damai, Kecamatan Barong Tongkok, Kecamatan Melak, Kecamatan Long Iram,
Kecamatan Long Hubung, Kecamatan Long Bagun, Kecamatan Long Pahangai,
Kecamatan Long Apari, Kecamatan Bentian Besar, Kecamatan Linggang Bigung,
Kecamatan Nyuatan, Kecamatan Siluq Ngurai, Kecamatan Manor Bulatn,
Kecamatan Sekolaq Darat, Kecamatan Tering dan Kecamatan Laham.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat 2011 juga menyebutkan jenis
tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat. Menurut Soil Taxonomi VSDA
tergolong ke dalam jenis tanah: ultisol, entisol, histosol, inseptisol, dan mollisol, atau
menurut lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah: podsolik. alluvial,
andosol, dan renzina. Diperkirakan luas dan sebaran jenis tanah di Kabupaten Kutai
Barat didominasi oleh 4 (empat) jenis tanah yaitu organosol gley humus ; alluvial ;
komplek podsolid merah kuning, latosol dan litosol serta podsolik merah kuning.
Karakteristik iklim di Kabupaten Kutai Barat adalah iklim hutan tropika
humida di mana tidak ada perbedaan yang tegas antara musim kemarau dan musim
hujan. Curah hujan tahunan berkisar antara 2000-4000 mm dan umumnya hujan
lebih banyak turun pada bulan Oktober sampai dengan bulan April dan biasanya
disebut dengan bulan- bulan basah. Temperatur rata-rata berkisar antara 260 C
dengan perbedaan antara siang dan malam antara 5-7 0C.
Wilayah Kabupaten Kutai Barat sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
yang merupakan sumber penghasil kayu yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti
kayu ulin, kapur, bengkirai, meranti, tengkaeng, rotan, bambu, serta beraneka ragam
buah-buahan. Selain itu terdapat pula berbagai jenis pakis, rotan, bambu serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
beraneka ragam buah-buahan seperti cempedak, durian, rambutan, langsat, lay dan
lain-lain.
Di daerah Kecamatan Sekolaq Darat, dan Damai terdapat lokasi cagar alam
yang ditumbuhi berbagai macam jenis anggrek (Anggrek Hitam) yang disebut
sebagai cagar alam Kersik Luway. Selain anggrek hitam, di cagar alam seluas 5.000
hektar ini juga hidup tumbuhan dan hewan yang beraneka ragam.
Jenis satwa yang ada di daerah ini terdiri dari berbagai macam jenis ular,
burung, rusa, kijang, kancil, beruang, kucing hutan, landak, orang hutan dan lain
sebagainya di mana beberapa diantaranya merupakan satwa yang dilindungi di
daerah ini, yaitu orang utan (Pongo pygmaeus), Owa-Owa (Hylobatidae), Bekantan
(Nasalis larvatus), Trenggiling (Manis javanica), burung Enggang (Rucerotidae) dan
ikan Pesut (Orcaella brevirostris).
Penelitian ini dilakukan pada 6 kampung yang termasuk dalam dataran
linggang (tempat masyarakat Dayak Tunjung Linggang berdomisili). Enam kampung
tersebut adalah Muara Mujan, Muara Leban, Tering Seberang, Melapeh Lama,
Linggang Amer dan Jelemuq. Kampung Jelemuq tidak dapat dijadikan sebagai lokasi
penelitian karena terhalang oleh banjir tahunan, sehingga hampir semua warga
mengungsi karena kampung jelemuq merupakan kampung yang berada tepat di tepi
Sungai Mahakam.
Dataran linggang sendiri terdiri dari 2 kecamatan yaitu kecamatan Tering
dan kecamatan Linggang Bigung. Kampung Tering, Muara Mujan dan Muara Leban
termasuk dalam kecamatan Tering sedangkan Melapeh Lama dan Linggang Amer
termasuk dalam kecamatan Linggang Bigung. Kedua kecamatan ini memiliki
perbedaan dan persamaan yaitu sebagian besar kampung di kecamatan Linggang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Bigung terletak di daerah dataran dengan ketinggian 25-100 m dpl dan terletak di
luar kawasan hutan sedangkan kecamatan Tering, sebagian besar kampung terletak di
daerah lembah / DAS, dengan ketinggian 25-100 m dpl dan terletak di luar kawasan
hutan.
Selain melakukan wawancara, observasi lapangan secara langsung
juga
dilaksanakan di hutan adat Eno yang terletak di kampung Linggang Melapeh dengan
jarak tempuh ± 15-20 menit dari kampung tersebut. Di hutan ini dilakukan analisa
vegetasi dengan mendata tanaman obat apa saja yang terdapat di hutan adat tersebut.
Akhirnya dari hasil penelitian dan pengumpulan data yang dilakukan selama ± 1,5
bulan, berhasil mendapatkan 80 jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh suku Dayak
Tunjung Linggang sebagai obat-obatan tradisional. Peta lokasi penelitian dapat
dilihat pada lampiran 3.
Penelitian yang dijadwalkan dimulai pada awal Bulan Maret 2013 dan
berakhir pada awal Bulan Mei 2013, kondisi lapangan yang terkadang tidak
bersahabat benar-benar membuat proses penelitian terganggu, misalnya proses
penelitian yang terhambat selama 2 minggu akibat banjir tahunan yang melanda
Kabupaten Kutai Barat. Akan tetapi penelitian masih dapat dilanjutkan setelah banjir
surut.
B. Suku Dayak Tunjung Linggang
Sejarah dari Suku Dayak Tunjung Linggang atau dalam bahasa Tunjung
disebut sebagai Tonyooi Rentenuukng, Tonyooi Rentenuukng adalah sebutan dari
suku Tunjung di luar suku Dayak Tunjung Linggang terhadap suku dayak Tunjung
Linggang. Sebutan ini juga digunakan oleh suku Dayak Tunjung Linggang untuk
suku mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Data-data maupun dokumen tertulis mengenai Masyarakat Dayak Tunjung
Linggang dapat dikatakan masih kurang sehingga membuat kita merasa kesulitan
untuk mencari informasi mengenai suku ini, oleh karena sangat diperlukan adanya
tindakan untuk memfasilitasi Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang dengan
membuat suatu dokumentasi mengenai suku ini, Dokumentasi ini akan sangat
membantu dalam menjembatani celah antara praktek tradisional dengan pengetahuan
ilmiah sehingga dapat menjadi bentuk sinergi yang memiliki dampak positif bagi
pembangunan daerah.
Ada tiga pernyataan yang berbeda berkaitan dengan asal-usul suku Dayak
Tunjung Linggang. Pernyataan pertama mengatakan bahwa suku Dayak Tunjung
Linggang berasal dari daerah perhuluan sungai mahakam, sebagai bagian dari
perpecahan suku dayak Penihing atau Oaheng.
Menurut Lahajir (2001) adanya kesamaan dari beberapa pandangan para
antropolog yang pernah melakukan penelitian terhadap masyarakat suku Dayak
Tunjung Linggang seperti Nieuwenhuis (1994), Mallinkrodt (1928), Sellato (1989),
Coomans (1987), Boyce (1986), dan Rosseau (1990). Para antropolog ini
berpandangan bahwa suku Dayak Tunjung Linggang adalah suku yang berpindah
dari daerah perhuluan sungai mahakam. Diperkirakan bahwa mereka berasal dari
suku Penihing yang didesak oleh suku Dayak Bahau yang bermigrasi dari dataran
Apau Kayan di bagian utara Kalimantan Timur (sekarang Kalimantan Utara) sekitar
tahun 1700-1750. Oleh karena itu, orang Tunjung Linggang adalah suku pendatang
dari dataran tinggi tunjung.
Pernyataan kedua mengatakan bahwa orang Tunjung Linggang adalah
penduduk asli dataran tinggi Tunjung Linggang (pernyataan ini merupakan
pernyataan dari orang Tunjung Linggang sendiri). Pernyataan ketiga mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bahwa orang Tunjung Linggang adalah suku yang berasal dari Kalimantan Tengah
yang meninggalkan daerah tersebut melalui hulu sungai mahakam dan akhirnya
terdesak oleh suku Dayak Bahau yang pindah dari dataran tinggi Apau Kayan ke
perhuluan sungai mahakam.
Dalam sistem mata pencaharian, sebagian besar masyarakat suku Dayak
Tunjung Linggang masih memanfaatkan perladangan tradisional. Seiring dengan
perkembangan zaman dan daerah, kegiatan membuat ladang seperti ini mungkin
sudah jarang dijumpai karena masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang cenderung
memilih untuk berkebun karet, walaupun berdasarkan fakta dilapangan, kegiatan
memanfaatkan lahan untuk menjadi ladang ini tidak dapat ditinggalkan begitu saja.
Hal ini disebabkan orang Dayak Tunjung Linggang merasa aman dan nyaman
apabila dapat menyediakan cadangan bahan makanan untuk keluarga selama 1 tahun.
Kegiatan membuat ladang ini biasanya dilakukan oleh kalangan orang tua.
Pengetahuan tentang pelestarian lingkungan hidup telah dipelajari oleh
masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang secara turun-temurun dari generasi ke
generasi sejak zaman nenek moyang khususnya dalam pengetahuan mengenai flora
dan fauna. Pengetahuan ini merupakan salah satu pengetahuan dasar orang Tunjung
Linggang mengingat bahwa mata pencaharian utama pada mulanya adalah
berladang.
Peran flora dan fauna sangat penting bagi masyarakat suku dayak Tunjung
Linggang, misalnya orang Tunjung Linggang mengenal beberapa jenis tumbuhan
yang edible (bisa dimakan) dan yang tidak bisa dimakan akan tetapi dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan lain seperti obat-obatan, racun untuk membunuh
hewan dan zat pewarna. Jenis tumbuhan yang bisa dijadikan obat-obatan tradisional
biasanya berupa akar-akaran, daun, tanaman herba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Sebagian besar dari tanaman tersebut memang belum dikaji secara ilmiah
akan tetapi masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang meyakini bahwa tanamantanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang memiliki khasiat
untuk menyembuhkan penyakit tertentu, akan tetapi tidak semua tanaman langsung
dapat digunakan sebagai obat tradisional, beberapa jenis tanaman harus digunakan
dalam ritual adat sebelum dimanfaatkan sebagai obat. Masyarakat suku Dayak
Tunjung Linggang juga memiliki pengetahuan untuk membedakan jenis pohon /
kayu yang memiliki kualitas baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan,
misalnya kayu ulin (Ensidroxylon zwageri) dan meranti merah ( Shorea leprosula).
Fauna juga memiliki peran penting dalam kehidupan orang Tunjung
Linggang dimana sebagian besar dari hewan-hewan ini dimanfaatkan sebagai bahan
konsumsi misalnya, babi, kijang, rusa, dll. Masyarakat suku Dayak Tunjung
Linggang mampu mengenali karakteristik hewan yang akan dikonsumsinya sehingga
dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut ketika akan berburu. Hal ini dikarenakan
pada zaman dahulu, orang Tunjung Linggang mempertahankan hidupnya dengan
bergantung sepenuhnya kepada alam, sehingga pengetahuan seperti ini sangatlah
penting.
Benda-benda di lingkungan sekitar juga memiliki arti yang sangat penting
bagi masyarakat suku dayak Tunjung Linggang. Sebagian besar fungsi dari elemenelemen tersebut adalah untuk dikonsumsi (flora, fauna & air), sedangkan fungsi
lainnya berupa pemanfaatan sebagai media pengobatan, bahan sandang papan, dll.
Karena menyadari pentingnya elemen-elemen tersebut akhirnya orang Tunjung
Linggang
membuat aturan-aturan atau norma adat yang mengatur perlakuan
warganya terhadap sungai, danau, dan tanah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Salah satu contoh mengenai keterkaitan budaya Masyarakat Tunjung
Linggang dengan lingkungan adalah hutan lindung di Gunung Eno. Hutan Lindung
Gunung Eno merupakan hutan yang dikonversikan menjadi hutan komunal adat oleh
masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang, sebagai hutan adat, hutan ini dilindungi
oleh hukum adat setempat secara ketat. Tujuannya adalah agar hutan ini dapat
berfungsi sebagai hutan lindung, hutan penelitian ilmiah, dan sebagai warisan bagi
anak cucu di masa depan.
Orang Tunjung Linggang telah mempelajari bagaimana cara membedakan
kualitas tanah yang subur atau pun tidak subur dalam memanfaatkannya sebagai
lahan untuk berladang. Selain air dan tanah, orang Tunjung Linggang juga
memanfaatkan jenis batu-batuan dan berbagai jenis logam yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk membuat peralatan kerja sehari seperti parang, lingga, pisau
toreh, dll. Hanya saja seiring dengan kemajuan teknologi kegiatan untuk
memanfaatkan batuan dan logam dari alam sekitar sudah tidak dijumpai lagi karena
orang Tunjung Linggang dapat memperoleh bahan-bahan tersebut dengan cara di
beli atau memanfaatkan besi dan logam dari sisa benda lain.
Segala bentuk praktek pengobatan tradisional, hutan adat, dan upacara adat
istiadat lainnya dari suku ini memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan
objek pariwisata. Karena hal-hal tersebut sangat menarik bagi turis-turis lokal
maupun asing sehingga perlu dilakukan adanya upaya nyata oleh pemerintah Kutai
Barat untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kutai Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
C. Tanaman Obat Yang di Manfaatkan Oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung
Linggang
Selama penelitian, telah berhasil didata sebanyak 80 jenis tanaman obat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang. Data dari 80 jenis
tanaman itu dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tidak semua tanaman yang didata dapat diidentifikasi hingga tingkat spesies,
hal ini disebabkan kurangnya informasi mengenai tanaman tersebut. Tanaman obat
yang terdata merupakan anggota dari 38 famili yang berbeda. 38 famili ini
merupakan anggota dari 26 ordo yang sengaja tidak dicantumkan mengingat tujuan
awal dari penelitian ini adalah menginventarisir dan mengidentifikasi tanaman obat
hingga tingkat spesies dan minimal hingga tingkat famili.
Dari 26 ordo tersebut terbagi kedalam 3 jenis kelas yaitu, 9 ordo termasuk
kedalam kelas liliopsida, 14 ordo pada kelas magnoliopsida dan sisanya yaitu 3 ordo
yang termasuk dalam kelas pteridopsida. Dari 38 kelas yang terdata, 35 termasuk
dalam divisi magnoliophyta sedangkan 3 kelas sisanya merupakan bagian dari divisi
pterydophyta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.1. Jenis Tumbuhan Obat Yang Terdata
Nama Tumbuhan
Sumber
Perolehan
Metode
Pemanfaatan
Cyperaceae
Liar
Direbus
Amaryllidaceae
Budidaya
Ditempelkan
Liar
Ditempelkan
No
Lokal
1
Bakaaq
2
Bakukng
3
Belayatn
Umum
Cyperus sp.
Bakung
Belimbing
sayur
8
9
5
6
Crynum asiaticum
Jenis Penyakit
Akar,
batang
Daun,
bunga
Keram / kejang kejang
Famili
-
Beliming
tunyuk
Brentaleng
Benuang
rarikng
Uruq
Beheq
4
Ilmiah
Organ
Daun
Averrhoa bilimbi
Oxalidaceae
Budidaya
Ditempelkan
Cratoxylon arborescens
Hypericaceae
Liar
Ditempelkan
Buah,
bunga
Daun
Bengkak / terkilir
Luka bakar /
tersayat benda
tajam
Cacar air
Terkilir
Benuang
Octomeles sumatrana Miq.
Datiscaceae
Liar
Direbus
Akar
Rumput
bulu
Ageratum conyzoides L
Asteraceae
Liar
Direbus
Semua
bagian
Baduk
Sukun
Artocarpus communis
Moraceae
Budidaya
Direbus
Buah
Anggrung
Terong
pungo
Bambu
Kuning
Trema orientalis
Ulmaceae
Liar
Direbus
Akar
Solanum sp
Solanaceae
Budidaya
Direubus
Akar
Penyakit liver
Poaceae
Budidaya
Direbus
Akar
Penyakit kuning
12
Botooq
Brakat
kerurang
Lutuuq
Kuning
Butaq
Sakit perut,
keputihan
Memperlancar
ASI
Penawar racun
Liar
Direbus
Akar
Penangkal racun
13
Cahai
Jahe
Budidaya
Direbus
Rimpang
7
10
11
Bambusa vulgaris
-
Curcuma domestica
Zingiberaceae
Sakit kuning
Sakit Gigi
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Lokal
Umum
Nama Tumbuhan
Ilmiah
Direbus
Rimpang,
bunga
Kencing darah
Liar
Ditempelkan
Semua
Bagian
Liar
Direbus
Rimpang
-
Liar
Direbus
Daun
Luka bakar /
tersayat benda
tajam
Tipes, Kencing
batu, raja singa
Luka dalam
-
Liar
Direbus
Daun
bengkak
Aspleniaceae
Budidaya
Direbus
Akar
Rubiaceae
Budidaya
Di konsumsi
Buah
-
Liar
Dioleskan
-
Liar
Direbus
Daun
Semua
Bagian
Semua
Bagian
Daun
Sakit perut
Tekanan darah
tinggi
herpes
Akar
-
16
Maralampu
k
-
20
Kadaka
21
Engkuduuq
Mengkudu
22
25
Gaharaaq
Gaka
brewerai
Gaka
kedoot
Ngelagit
26
lemonuq
19
23
24
28
Gaka
omang
Geringakng
29
Geriq
30
Isak – isik
27
Curcuma
xanthorrhiza Roxb.
Hedychium sp.
Kemiri
Jenis Penyakit
Liar
Lejaaq
Uraakng
18
Organ
Rimpang
15
Topus
Tongau
Petoot
Mukng
Baluq
Engkapaaq
Metode
pemanfaatan
Direbus /
makan
Cahai
putiiq
17
Sumber
perolehan
- Penambah daya
tahan tubuh
- Penambah
nafsu makan
- Penawar racun
14
Temulawak
Famili
Asplenium nidus
Morinda citrifolia
Zingiberaceae
Zingiberaceae
Zingiberaceae
Budidaya
Aglaia borneensis Hk.f.
Meliaceae
Liar
-
Verbenaceae
Liar
Direbus,
dioleskan
Direbus
-
Liar
Dikonsumsi
-
Liar
Dioleskan
Cassia alata L.
Caesalpiniaceae
Liar
Dioleskan
Aleurites moluccana
Euphorbiaceae
Budidaya
Dikonsumsi
Liar
Dioleskan
-
Semua
Bagian
Daun
Daun,
Buah
Semua
Bagian
keputihan
Sariawan, diare
Disentri
Sakit perut /
keracunan
Luka luar +
Bengkak
Kurap / kudis
Malaria / Tipes
Luka luar
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Lokal
Umum
Nama Tumbuhan
Ilmiah
Psidium guajava
Famili
Sumber
Perolehan
Metode
Pemanfaatan
Organ
Myrtaceae
Budidaya
Dikonsumsi
mentah
Daun
Diare
Acanthaceae
Budidaya
Direbus
Akar
- BAB darah
- Malaria
- Sakit perut
Agavaceae
Budidaya
Direbus
Daun
Batu ginjal
Jenis Penyakit
31
Jamuuq
Jambu
32
Jemewer
Sambiloto
Andrographis
paniculata
Juakng
nayuq
Kajuuq
narakng
Hanjuang
merah
Cordyline terminalis L
Kayu arang
-
Liar
Dioleskan /
ditempelkan
Batang
-
Liar
Dioleskan /
ditempelkan
Akar
Budidaya
Direbus
Daun
Liar
Dikonsumsi
mentah
Batang
Fabaceae
Liar
Ditempelkan
Daun
Menispermaceae
Liar
Direbus
Akar
Lamiaceae
Liar
dioleskan
Daun
Gatal – gatal
Melastomataceae
Liar
Ditempelkan
Daun
Luka luar /
menghentikan
pendarahan
Cucurbitaceae
Budidaya
Dikonsumsi
Buah
Tekanan
Liar
Direbus
Araceae
Liar
Direbus
Akar,
batang
Akar
Apocynaceae
Budidaya
Direbus
batang
33
34
35
Kajuuq
riokng
36
Gedakng
37
Pelehet
38
Keranyiiq
39
Ketikookng
40
Krehau
41
Kunceekng
Harendong
Melastoma affine
42
Labuuq
biasa
Labu siam
Sechium edule
43
Lancikng
-
44
Luukng
Nyelutuui
putaakng
-
45
Kates /
pepaya
Carica papaya L
Caricaceae
Psychotria viridiflora
Thw.
Asam
Keranji
Akar kuning
Jelutung
Dialium indum
Arcangelisia flava
Merr.
Callicarpa longifolia
Lamk.
Dyera costulata
Penawar bisa
gigitan hewan
Ambeien, luka
luar / tersayat
benda tajam
Malaria
Sakit gigi
Luka Luar akibat
benda tajam
Sakit Pinggang,
vitalitas pria
keputihan
Keracunan
Tipes
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
46
Lokal
Umum
Nama Tumbuhan
Ilmiah
Limau
Bintakng
Jeruk
pepaya
Citrus medica var.
proper L.
Famili
Sumber
Perolehan
Metode
Pemanfaatan
Organ
Rutaceae
Budidaya
Dikonsumsi
Buah
- Batuk
- Asma
- Asam urat
Jenis Penyakit
-
-
Moraceae
Budidaya
Direbus
Akar
keracunan
48
Lunuuk
Dukutn
Marauleq
Pasak Bumi
Eurycoma longifolia
Simaroubaceae
Liar
Direbus
Akar
49
Nancakng
Mahang
Macaranga mappa
Euphorbiaceae
Liar
50
51
52
Nilapm
Nturui
Paatn
Nilam
Pogostemon cablin
Pinang
Areca catechu
Lamiaceae
Moreceae
Arecaceae
Budidaya
Liar
Budidaya
- Malaria
- Sakit perut
- Sariawan
(getah)
Alergi
herpes
Obat batuk
53
Pacar
Pacar Cina
Aglaia odorata
Meliaceae
Budidaya
54
Paku ataai
Paku Sayur
Diplazium
esculentum
Polypodiaceae
Liar
Dikonsumsi
Paku pedang
Nephrolepis sp
Dryopteridaceae
Liar
Dikonsumsi
Morinda sp.
Rubiaceae
Liar
Direbus
Akar
Keputihan
Albizia sp.
Fabaceae
Liar
Direbus
Daun
muda
Vitalitas pria
47
55
56
57
Paku
Parapm
Pangir
Bohokng
Pengesik
58
Pianguuq
59
Raja
Pengalah
60
Rakap
61
Rakap
Bohokng
sirih
Sirih Merah
Dioleskan
Dioleskan
Dikonsumsi
Dioleskan /
ditempelkan
Akar,
batang
Daun
Daun
Buah, biji
Daun
Daun,
batang
Daun,
batang
Luka luar
Penambah darah
Awet muda
Akar,
daun
-
Daun
- Obat kanker
Kudis
Kurap
Penawar racun
Sakit perut
-
Liar
Direbus,
dioleskan
Loranthaceae
Liar
Direbus
Piper betle
Piperaceae
Budidaya
Dikonsumsi
Daun
Menghilangkan
bau badan, sakit
gigi
Piper crocatum Ruiz &
Pav.
Piperaceae
Budidaya
Dikonsumsi
Daun
Kencing Manis
-
benalu
Direbus,
dioleskan
Loranthus sp.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Nama Tumbuhan
Ilmiah
Lokal
Sabeeq
lemit
Umum
63
Sabeeq pok
Paprika
64
Selangkat
-
65
Sempaat
iliir
-
66
Sengkerapa
k badak
67
Sepaai
68
Serempolu
pm
69
Seweet
62
-
Ginseng
kalimantan
Cocor
Bebek
Pisang
Hutan
Kumis
kucing
Capsicum
annuum var. Grossum
Jenis Penyakit
Budidaya
Direbus
Akar
keracunan
Budidaya
Direbus
Akar
obat tekanan
Liar
Direbus
Liar
Dikonsumsi
mentah
Liar
Direbus
Akar,
batang
Akar,
batang
Rimpang,
Buah
Direbus
Batang
Kalanchoe pinnata
Crassulaceae
Budidaya
Dioleskan,
direbus
Daun, akar
Musa balbisiana
Musaceae
Liar
Dioleskan
Batang
Orthosiphon aristatus
Lamiaceae
Budidaya
Direbus
Daun
Ficus deltoidea
Moraceae
Budidaya
Direbus
-
Euphorbiaceae
Budidaya
Dioleskan
Syzygium polyanthum
Myrtaceae
Liar
Liar
Urtiaceae
Villebrunia rubescens
Bl.
76
Pengooq
Peay
-
77
Tetukng
galekng
Sarang
semut
Organ
Budidaya
Tempera
salam
Metode
Pemanfaatan
Caesalpiniaceae
75
72
Tabat Barito
Zingiberaceae
Sumber
Perolehan
Caesalpinia sappan
L.
73
74
71
Solanaceae
-
Sumiiq
meong
Tabat
barito
Tawar
seribu
telasak
Terok
70
Famili
Myrmecodia tuberosa
Rubiaceae
Pembersih ginjal
Penawar racun
Penambah daya
tahan tubuh dan
vitalitas pria
- Penawar racun
- Sakit perut
- Awet muda
Lemah syahwat
- Borok, luka
Ditempelkan
Direbus
Akar,
batang
Daun,
batang
Daun
Batang
Peluruh batu
ginjal
Penyakit / luka
dalam
Obat gigitan
serangga
Sariawan
TBC
Budidaya
Dikonsumsi
Batang
Diare
Budidaya
Direbus
Umbi
kencing darah
Budidaya
Direbus
Akar
Kanker
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
78
Lokal
Tuuq
jarukng
79
Tuuq
nayuq
80
Pemusiiq
Taluutn
Umum
Anggrek
macan
Tebu Merah
Nama Tumbuhan
Ilmiah
Gramatophyllum
scriptum BL
Saccharum sp.
-
Famili
Sumber
Perolehan
Metode
Pemanfaatan
Organ
Jenis Penyakit
Orchidaceae
Liar
Direbus
Akar
Sakit pinggang
Poaceae
Budidaya
dikonsumsi
batang
Penawar racun,
peluruh batu
ginjal
Liar
Direbus
Umbi
Asma
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Deskripsi dari 80 tanaman tersebut adalah :
1. Bakukng / Bakung (Crynum asiaticum L.)
Gambar 4.1 Bakukng / Bakung (Crynum asiaticum L.)
Bakung merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi ± 1m. Memiliki
batang semu, tegak, lunak dan berwarna putih kehijauan. Daun tunggal
berbentuk lanset dan runcing di bagian ujungnya sedangkan pada bagian
pangkalnya berbentuk tumpul. Bakung memiliki bunga berbentuk payung,
pangkal mahkota berdekatan membentuk corong berwarna putih dengan putik
yang panjang berwarna ungu serta benang sari berwarna jingga. Bakung
memiliki buah berbentuk kotak atau bulat telur.
Di Indonesia bakung memiliki beberapa nama yaitu bakong, semur
(Bangka), dausa (Ambon) sedangkan dalam bahasa inggris bakung dikenal
dengan sebutan Crinum lily atau Spider lily.
Bakung biasanya tumbuh liar namun tidak jarang dimanfaatkan
sebagai tanaman hias. Habitat bakung pada umumnya terletak di tepi sungai
yang rindang dengan ketinggian daratan ± 700m dpl. Selain sebagai tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
hias, bakung juga memiliki manfaat sebagai bahan obat herbal. Pada bagian
akar dan batangnya dapat digunakan sebagai obat untuk rematik, radang kulit,
bisul dan borok serta dimanfaatkan sebagai analgesik, antibiotik, dan
ekspektoran.
2. Bakaaq
Gambar 4.2 Bakaaq
Bakaaq merupakan sejenis tanaman herba berupa rumput-rumputan,
sekilas bakaaq terlihat mirip seperti rumput teki. Bakaaq memiliki bentuk
batang lurus, dengan tinggi batang mencapai 35 cm, pertulangan daun sejajar
dan tumbuh di seluruh bagian tubuh utama. Bakaaq memiliki akar berupa akar
serabut dan hidup di daerah tropis yang memiliki tekstur tanah gambut dan
lembab. Bagi masyarakat Dayak Tunjung Linggang, Bakaaq memiliki khasiat
sebagai obat anti kram dan kejang – kejang.
3. Belayatn
Belayatn merupakan tanaman sejenis sulur. Belayatn tumbuh dengan
cara menjalar diatas tanah atau pada tanaman lainnya. Bentuk batang belayatn
berwarna hijau seperti sulur dengan diameter 1 cm, warna daun hijau dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pangkal daun berbentuk busur sedangkan bagian ujung daun runcing;
pertulangan daun menyirip dan bagian tepi daun halus tidak bergerigi.
Gambar 4.3 Belayatn
Di permukaan daun bagian atas terdapat bulu pendek dan lembut
sedangkan pada permukaan bagian bawah tidak memiliki bulu dan halus.
Belayatn memiliki buah berbentuk kecil berwarna hijau. Selain itu belayatn
mengeluarkan getah berwarna putih apabila ada bagian tubuhnya yang terluka.
Getah inilah yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak Tunjung
Linggang di Kalimantan Timur sebagai obat untuk luka bakar atau luka akibat
tersayat benda tajam.
4. Beliming Tunyuk / Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Gambar 4.4 Beliming Tunyuk / Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Belimbing wuluh merupakan jenis tanaman yang tumbuh liar atau
dibudidayakan dipekarangan rumah yang cukup memperoleh sinar matahari.
Nama lain dari belimbing wuluh di Indonesia memiliki perbedaan di setiap
daerah misalnya, di Aceh belimbing wuluh dikenal dengan nama limeng, di
daerah Sunda dikenal dengan sebutan calingcing, dan bainang di Makasar. Di
luar Indonesia cucumber tree
merupakan sebutan untuk tanaman yang
memiliki rasa yang khas ini.
Belimbing wuluh memiliki batang berkayu yang keras dengan tinggi
mencapai ± 11m. Daun belimbing wuluh bersirip genap, bunga berbentuk
bintang dengan warna merah muda atau ungu. Tekstur buah belimbing sangat
berair dan asam serta memiliki warna hijau dengan bentuk lonjong yang
bergelantungan secara berkelompok pada batang atau dahan (Dalimartha,
2007). Belimbing wuluh dikenal memiliki khasiat sebagai obat tradisional
yaitu sebagai antipiretik, ekspektoran, kencing manis, radang tenggorokan dan
sariawan.
5. Brentaleng / Mampat (Cratoxylon arborescens)
Gambar 4.5 Brentaleng / Mampat (Cratoxylon arborescens)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Menurut DEPKESRI dalam inventaris tanaman obat indonesia (2007),
mampat atau yang dikenal juga dengan sebutan Garunggang merupakan
sejenis pohon yang mampu tumbuh hingga mencapai 60 m dan memiliki
diameter batang mencapai 120 cm. kulit mampat biasanya berwarna abu-abu
hingga coklat bahkan ada juga yang berwarna coklat kemerahan, teksture kulit
halus dan tipis.
Habitat dari mampat sangat luas, distribusinya meliputi Burma selatan,
Sumatera, Semenanjung Malaysia dan Kalimantan. Mampat merupakan jenis
tanaman yang hidup di dataran rendah akan tetapi mampat juga diketahui
dapat hidup didataran dengan ketinggian hingga 1400m dpl. Secara ekologis
mampat tumbuh di daerah rawa, hutan gambut. Bagi masyarakat suku dayak
tunjung linggang, mampat dikenal sebagai tanaman yang berkhasiat untuk
menyembuhkan / pengurang rasa sakit pada bagian tubuh yang terkilir
(keseleo).
6. Benuang Rarikng / Binuang (Octomeles sumatrana Miq.)
Gambar 4.6 Benuang Rarikng / Binuang
(Octomeles sumatrana Miq.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tanaman binuang merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh.
Binuang memiliki batang berkayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan kertas, triplex, korek api, dll. Binuang yang tergolong
tanaman pionir ini tumbuh tersebar diseluruh Indonesia terutama di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Di Indonesia binuang dikenal
dengan sebutan binuang, benuang, kapu, palaka dan erima. Binuang tumbuh di
hutan hujan dataran rendah dengan ketinggian dataran 0-1000m dpl dan ratarata curah hujan ± 1500 mm/tahun. Tanah yang cocok untuk dijadikan tempat
tumbuh bagi benuang adalah tanah aluvial atau tanah lembab dipinggir sungai
yang bertekstur liat / liat berpasir. Binuang dipercaya dapat dimanfaatkan
sebagai obat sakit kuning yaitu dengan cara merebus bagian akarnya kemudian
dikonsumsi dengan cara meminum air rebusan tersebut (Heyne, 1987).
7. Uruuq Beheq / Rumput Bulu (Ageratum conyzoides L.)
Gambar 4.7 Uruuq Beheq / Rumput Bulu
(Ageratum conyzoides L.)
Rumput Bulu atau yang biasa disebut dengan bandotan merupakan
sejenis terna namun tidak jarang dianggap sebagai gulma pertanian. Di
Indonesia bandotan memiliki beberapa nama yaitu babandotan (sunda) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
wedusan (jawa) sedangkan dalam bahasa Inggris bandotan dikenal dengan
sebutan chick weed, goat weed, atau white weed. Tanaman ini disebut
babandotan karena tanaman ini mengeluarkan aroma khas yang menyerupai
bau kambing.
Selain memiliki aroma yang menyerupai bau kambing, bandotan
memiliki batang tegak atau “berbaring” di tanah kemudian bagian batang yang
menyentuh tanah akan memiliki akar dengan sendirinya. Batang berbentuk
gilig, bercabang dan terdapat bulu-bulu halus dipermukaan batang hingga
daun. Tinggi batang mencapai 120 cm dan terdapat banyak kuntum bunga
majemuk pada bagian ujung batang.
Daun-daun bertangkai dengan panjang 0,5-5 cm, terletak berseling atau
berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun berbentuk
bulat telur hingga menyerupai belah ketupat. Pangkal daun berbentuk seperti
jantung, membulat atau meruncing; dan bagian ujungnya berbentuk tumpul
atau meruncing; tepi bergerigi; permukaan bagian atas dan bawah terdapat
bulu – bulu halus.
Bandotan sering ditemukan hidup di sawah-sawah yang mengering,
ladang. Pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air dan wilayah semak belukar.
Ditemukan hidup hingga ketinggian 3000m dpl. Bandotan dipercaya dapat
dimanfaatkan sebagai obat luka luar sedangkan rebusan dari daun juga dapat
digunakan sebagai obat sakit dada, disentri dan demam (Dalimartha, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
8. Baduk / Sukun (Artocarpus communis)
Sukun atau dalam bahasa inggris disebut breadfruit merupakan jenis
tanaman hidup di kawasan tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Sukun
dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 20m. Di beberapa daerah seperti
pulau jawa, tanaman ini merupakan tanaman yang dibudidaya oleh
masyarakat. Buah sukun terbentuk dari keseluruhan kelopak bunganya,
berbentuk bulat atau lonjong dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan
alternatif.
Gambar 4.8 Baduk / Sukun (Artocarpus communis)
Pertumbuhan sukun tidak tergantung pada musim hanya saja proses
penyerbukan hanya terjadi dua kali dalam setahun. Kulit buah sukun berwarna
hijau dan akan berubah menjadi hijau kekuningan ketika mencapai tingkat
kematangannya, di permukaan kulitnya terdapat segmen-segmen petak
berbentuk poligonal, dari segmen poligonal inilah kita dapat menentukan
tahap kematangan buah sukun selain dari warnanya. Di kalangan masyarakat
Suku Dayak Tunjung, Baduk / Sukun dimanfaatkan sebagai suplemen untuk
memperlancar ASI. Cara pemanfaatannya yaitu dengan merebus buahnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
masih muda kemudian dikonsumsi dengan cara memakan buah yang telah
direbus (Heyne, 1987).
9. Botooq / Anggrung (Trema orientalis)
Di Indonesia, anggrung memiliki berbagai sebutan yaitu dehong,
mumusuat, bongkoreyon (batak), mangkirai (minang), bengkire (aceh).
Anggrung sendiri merupakan tumbuhan perenial berbentuk pohon dengan
tinggi sekitar 10 m. Akar berbentuk tunggang, batang berkayu, silindris, tegak,
berwarna hitam kecokelatan, permukaan batang halus dan percabangan
simpodial. Daun majemuk, bertangkai, tersusun secara berselang-seling,
berwarna hijau dengan panjang 5-9 cm dan lebar 2,5-3,5 cm; bentuk daun
lonjong dengan ujung runcing dan pangkalnya tumpul serta memiliki tepi daun
yang rata dan pertulangan daun menyirip.
Gambar 4.9 Botooq / Anggrung (Trema orientalis)
Bunga anggrung merupakan bunga majemuk yang muncul dari
axillaris (ketiak daun), panjang mahkota 0,5 cm. Buah berwarna muda hijau
dan akan merubah menjadi cokelat ketika tua dan berisi 4-10 biji untuk
perbanyak secara generatif. Anggrung dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
obat penawar racun, cara pemanfaatannya dengan cara merebus bagian akar
anggrung kemudian dikonsumsi dengan meminum air rebusan tersebut.
10. Kerurang / Terong asam (Solanum ferox L)
Gambar 4.10 Kerurang / Terong asam (Solanum ferox L)
Terung asam atau yang biasa disebut juga sebagai terong dayak
merupakan tanaman terna, perenial dan tinggi batang mencapai 1-2 m. Bentuk
batang bulat, berwarna hijau, permukaan batang berbulu ungu dan berduri
tajam. Daun terung asam berbentuk tunggal dan tersebar; panjang tangkai
daun 13-20 cm, berambut ungu dan berduri; helaian bulat telur sampai elips,
tepi berlekuk, ujung runcing, pangkal berbelah, permukaan berbulu, panjang
daun 20-33 cm, lebar 19-30 cm, berwarna hijau, pertulangan daun menyirip,
tulang daun diselimuti rambut berwarna ungu dan duri kuning kehijauan.
Bunga terung asam adalah bunga majemuk dengan 4-10 bunga disetiap
tandan; dan berkelopak 5, berduri, hijau, bagian ujung ditutupi rambut ungu;
mahkota bunga berjumlah 5, berlekatan, betuk bintang dengan panjang 2-2,5
cm, berwarna putih, bagian bawah berambut ungu; memiliki 1 kepala putik
berwarna ungu dan 5 benang sari berwarna kuning. Buang terung asam
berbentuk bulat dengan diamater 2,5-3 cm, permukaan buah halus berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
hijau dan akan menjadi kuning ketika matang, di sekitar buah terdapat kelopak
yang menyusun dan menutupi buah.
Biji terung asam berbentuk pipih seperti ginjal dan berwarna kuning.
Terung asam juga memiliki akar tunggang berwarna putih. Akar terung asam
dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti
raja singa, demam, iritasi kulit dan luka luar. Selain akar, biji terung asam juga
berkhasiat untuk mengurangi sakit gigi. Kandungan kimi yang terdapat pada
tanamab terung asam antara lain alkaloid, saponin, flavanoid dan polifenol
(Nurmalina, 2012).
11. Brakat Lutuuq Kuning / Bambu kuning (Bambusa vulgaris)
Gambar 4.11 Brakat Lutuuq Kuning / Bambu kuning
(Bambusa vulgaris)
Bambu kuning atau yang dikenal juga dengan sebutan bambu ampel
merupakan tanaman dari famili poaceae yang berbentuk rumpun, tegak, tinggi
mencapai 10-20 m, diameter batang 4-10 cm, permukaan batang hijau
mengkilap, kuning, atau kuning bergaris-garis hijau; internodus berjarak 20-45
cm, permukaan batang berambut hitam dan dilapisi lilin putih ketika muda dan
berangsur-angsur menjadi halus tak berambut dan mengkilap; nodus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tenggelam. Cabang-cabang muncul dari nodus tengah dan atas dari rumpun.
Selubung rumpun berbentuk segitiga lebar; daun lurus, berbentuk segitiga
lebar (broadly triangular), panjang 4-5 cm dan lebar 5-6 cm, ujung daun
meruncing, berambut pada kedua permukaan daun dan di tepi-tepi daun;
panjang ligula 3 mm, bergerigi (Kebler PJA & Sidiyasa K, 1999).
Bambu kuning merupakan tumbuhan yang berasal dari kawasan Asia
Tropis. Bambu kuning dapat dijumpai tumbuh di seluruh kawasan pantropikal,
pada ketinggian 1200 m dpl. Bambu ini dapat tumbuh baik di daerah dataran
rendah dengan kondisi kelembapan udara dan tipe tanah yang luas. Bambu
kuning dipercaya dapat menyembuhkan sakit kuning dengan cara merebus
bagian akarnya untuk diminum air rebusannya.
12. Butaq
Gambar 4.12 Butaq
Butaq merupakan sejenis tanaman yang apabila dilihat secara sekilas
memiliki kemiripan dengan tanaman waru terutama dari bentuk daunnya.
Butaq tumbuh didaerah dengan ketinggin 1200 m dpl, dengan lingkungan
yang lembab dan tanah gambut. Butaq memiliki batang berwarna hijau dengan
tinggi mencapai 2 m, diameter batang 3-5 cm dan terdapat noktah-noktah kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
berwarna hitam disekujur batang, sedangkan bagian dari tangkai daunnya
berwarna merah muda.
Daun butaq berwarna hijau dengan bentuk ginjal, pendek dan lebar;
berwarna hijau serta pertulangan daun menyirip, tepi daun tidak bergerigi.
Lebar daun 10 cm, panjang daun 8 cm, permukaan atas dan bawah daun halus
dan licin. Butaq dipercaya memiliki khasiat sebagai penangkal racun oleh
masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang.
13. Cahai / kunyit (Curcuma domestica)
Menurut Nurmalina (2012), Tanaman kunyit tumbuh bercabang
dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat,
membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari
pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset)
memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip
dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik
dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan
lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing,
tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging
buah merah jingga kekuning-kuningan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 4.13 Cahai / kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik,
curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit
terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan
tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning
jingga. Bagi masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang, kunyit memiliki
banyak sekali manfaat, selain sebagai bumbu masak, kunyit juga dipercaya
dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mengurangi rasa nyeri ketika sakit
gigi.
14. Cahai Putiiq / Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Gambar 4.14 Cahai Putiiq / Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) banyak ditemukan di hutanhutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar
pemukiman, terutama pada tanah yang gembur, sehingga buah rimpangnya
mudah berkembang menjadi besar. Daerah tumbuhnya selain di dataran
rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di
atas permukaan laut.
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang
pohonnya terbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daun
tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan
seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50-55cm,
lebarnya 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya
saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana
hijau tua dengan garis-garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 3090cm, dengan jumlah anakan per rumpun antara 3-9 anak.
Bunga tanaman temu lawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang
tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari
samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga
umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya
berwarna ungu. Panjang tangkai bunga 3cm dan rangkaian bunga
(inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.
Rimpang temulawak sejak lama telah dikenal sebagai bahan ramuan obat.
Aroma dan warana khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan
daging
buahnya
berwarna
kekuning-kuningan.
Temulawak
biasanya
digunakan sebagai precursor dalam pembuatan suplemen untuk menambah
daya tahan tubuh dan meningkatkan nafsu makan (DEPKESRI, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
15. Engkuduuq / Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang
bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang
tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu – abuan atau cokelat kekuning –
kuningan , berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegai empat.
Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah
setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada.
Gambar 4.15 Engkuduuq / Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan.
Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset,
berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun
berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu.
Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi,
berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran.
Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A.
Perbungaan
mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4cm.
Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk
corong, panjangnya bisa mencapai 1,5cm. Benang sari tertancap di mulut
mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk
seperti tandan. Bunganya putih, harum.
Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam
bahkan ada yang berdiameter 7,5-10cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam
sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula
buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah
matang, warnanya putih transparan dan lunak.
Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida,
berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak
mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena
pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak
yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak
atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga
kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotic (Heyne, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
16. Lejaaq Uraakng
Gambar 4.16 Lejaaq Uraakng
Lejaaq uraakng merupakan jenis tanaman yang hidup di habitat yang
lembab dan dengan ketersediaan air tinggi, misalnya di tepi sungai atau danau.
Dari bentuk daunnya dapat dipastikan bahwa lejaaq uraakng masih termasuk
dalam famili Zingiberaceae dan diduga masih termasuk dalam genus
Hedychium hanya saja belum ada sumber yang menyebutkan nama spesiesnya.
Lejaaq Uraakng atau dalam bahasa Indonesianya Jahe Udang memiliki batang
semu berwarna hijau, dimeter batang 2-3 cm, tinggi mencapai 40 cm.
Daun Lejaaq Uraakng berbentuk elliptical yaitu memiliki bagian
tengah daun yang lebar dengan ukuran 5-9 cm, panjang daun 10-18 cm,
pangkal dan ujung daun runcing serta pertulangan daun yang berbentuk
sejajar. Lejaaq Uraakng memiliki bunga berwarna merah muda dengan tangkai
bunga berwarna hijau kehitaman. Tangkai bunga dari Lejaaq Uraakng
memiliki ukuran yang lebih panjang daripada batang Lejaaq Uraakng sendiri,
hal ini menyebabkan bunga Lejaaq Uraakng tidak dapat tumbuh tegak keatas
melainkan tumbuh melengkung ketanah karena tangkai yang tidak mampu
menahan bobot dari bunga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Akar Lejaaq Uraakng berbentuk rimpang seperti jahe yang dapat
menurut Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk mengobati hematuria atau kencing darah.
17. Maralampukng
Gambar 4.17 Maralampukng
Maralampuk termasuk dalam jenis tanaman herba dan hidup dengan
cara merambat. Tinggi tanaman mencapai 75 cm, bentuk batang kecil, lurus,
diameter 1,5 cm, memiliki bulu – bulu halus diseluruh permukaan batang, dan
berwarna hijau. Daun berwarna hijau kekuningan berbentul lanset, ujung daun
runcing, tepi daun rata, permukaan daun dipenuhi oleh bulu-bulu halus dan
lembut ; pertulangan daun menyirip, lebar daun 3 cm, panjang daun 5 cm.
Maralampuk hidup daerah dengan ketinggian 1200 m dpl, lembab, dan
memiliki teksture tanah gambut. Maralampuk dipercaya memiliki khasiat
untuk mengobati jenis luka luar seperti luka bakar dan tersayat benda tajam,
cara pemanfaatannya dengan menghancurkan seluruh bagian tumbuhan dari
batang hingga daun kemudian ditempelkan pada bagian tubuh yang terluka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
18. Topus Tongau
Gambar 4.18 Topus Tongau
Apabila dilihat dari cirri morfologinya, Topus Tongau merupakan
tanaman dari suku Zingiberaceae, dan termasuk dalam genus Hedychium.
Topus Tongau memiliki batang semu berwarna hijau, dengan tinggi mencapai
1 m, diameter batang 2-4 cm.
Daun Topus Tongau berbentul eliptical, berwarna hijau dengan
pertulangan daun menyirip. Panjang daun mencapai 30 cm, lebar daun 7-10
cm, permukaan bagian atas dan bawah daun mulus dan licin.
Topus Tongau memiliki bunga dengan kelopak dan mahkota berwarna
putih sedangkan kepala putiknya berwarna merah muda. Akar berbentuk
rimpang, dan memiliki aroma khas seperti aroma mint. Oleh masyarakat suku
Dayak Tunjung Linggang, rimpang Topus Tongau dimanfaatkan sebagai obat
tipes, kecing batu dan penyakit organ genital seperti sipilis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
19. Petoot
Gambar 4.19 Petoot
Petot merupakan tanaman sejenis perdu yang tumbuh liar di hutan,
untuk mengenali Petot tidak sulit yaitu dapat dikenali dengan melihat daunnya.
Petot memiliki batang berwarna hijau dengan bulu-bulu halus diseluruh
permukaan batangnya. Petot dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 2 m,
diameter batang 4-6 cm.
Daun Petot berbentuk lanset, dengan pertulangan menyirip, tepi daun
bergelombang, permukaan bagian atas dari daun Petot berwarna hijau tetapi
memiliki corak lurus membujur berwarna putih di bagian tengah daun
sedangkan permukaan bagian bawah berwarna hijau. Lebar daun Petot 5-7
cm, panjang 10-15 cm.
Tidak diketahui apakah Petot memiliki bunga akan tetapi Petot
memiliki buah berwarna hijau ketika masih muda dan akan berubah menjadi
warna kuning ketika matang. Buah petot memiliki ukuran seperti kelereng.
Daun petot memiliki khasiat untuk mengobati luka dalam. Biasanya orang
Dayak Tunjung Linggang memanfaatkan Petot dengan cara merebus daunnya
dan air hasil rebusannya dikonsumsi dengan cara diminum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
20. Engkapaaq / Kadaka (Asplenium nidus)
Gambar 4.20 Engkapaaq / Kadaka (Asplenium nidus)
Engkapaaq atau yang disebut juga sebagai kadak merupakan tanaman
sejenis paku-pakuan. Tanaman
ini mudah dikenal karena tajuknya yang
besar, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai
daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah,
dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi
bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung
memanjang (biasa pada Aspleniaceae). Ental-ental yang mengering akan
membentuk semacam "sarang" yang menumpang pada cabang-cabang pohon.
"Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit
lainnya.
Paku ini kebanyakan epifit, namun sebetulnya dapat tumbuh di mana
saja asalkan terdapat bahan organik yang menyediakan hara. Karena
merupakan tumbuhan bawah tajuk,
ia
menyukai
naungan.
Kadaka
dimanfaatkan sebagai obat sakit perut dengan cara meminum air rebusan
akarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
21. Gaharaaq
Gambar 4.21 Gaharaaq
Gaharaaq
merupakan tumbuhan perdu yang hidup di habitat yang
lembab, dekat dengan sumber air seperti di tepi sungai, danau bahkan dapat
juga ditemukan didalam hutan dengan tingkat curah hujan tinggi. Gaharaaq
memiliki batang dengan tinggi mencapai 5 m, diameter batang 5-8 cm. daun
Gaharaaq berwarna hijau, tiper pertulangan daun menyirip, lebar daun 7-10
cm, panjang daun mencapai 35 cm, tepi daun bergelombang. Sistem perakaran
tunggang, selain itu Gaharaaq tidak memiliki buah.
Gaharaaq dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati penyakit
herpes, masyarakat suku dayak tunjung linggang memanfaatkan tanaman ini
dengan cara mengambil daunnya untuk dihancurkan hingga halus kemudian
dicampur dengan bedak dari beras lalu ditempelkan ada bagian tubuh yang
terkena herpes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
22. Gaka Bruerai (Abrus precatorius L).
Gambar 4.22 Gaka Bruerai (Abrus precatorius L).
Bruerai merupakan sejenis tumbuhan merambat dan hidup dengan
membelit inang (epifit). Di Indonesia bruerai juga dikenal sebagai saga rambat
atau saga telik. Batang bruerai berukuran kecil, panjang dapat mencapai 10 m,
diameter batang 2-3 cm. Daun bruerai adalah tipe daun majemuk berbentuk
bulat telur, berukuran kecil menyerupai daun Tamarindus indica. Bruerai
mempunyai biji yang berwarna jingga kemerahan dengan warna hitam pada
bagian yang runcing dari salah satu sisi biji. Biji dari bruerai dikenal beracun
sehingga tidak dianjurkan untuk dimakan.
Daun
bruerai
dipercaya
memiliki
khasiat
untuk
mengatasi
permasalahan kesehatan seperti keputihan dan sariawan. Beberapa sumber
juga mengatakan bahwa daun bruerai yang dikombinasikan dengan daun sirih
akan meningkatkan kemampuan penyembuhan sariawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
23. Gaka Kedoot (Aglaia borneensis Merr.)
Tinggi tanaman ini sekitar 2-6 meter, batangnya berkayu, bercabang
banyak, dan tangkainya berbintik-bintik kelenjar berwarna hitam. Daunnya
bersifat majemuk dan menyirip ganjil yang tumbuh berselang-seling dengan
anak daun 3-5 buah. Anak daun ini bertangkai pendek, berbentuk bundar
dengan panjang 3-6 sentimeter (cm), dan lebar 1-3,5 m.
Gambar 4.23 Gaka Kedoot (Aglaia borneensis Merr.)
Ujung dan pangkal daun meruncing dan permukaannya licin mengilap
terutama daun muda. Bagian yang dimanfaatkan biasanya bunga, daun,
batang, dan ranting. Bagian bunganya berkhasiat untuk mengatasi beragam
gangguan kesehatan seperti sariawan dan diare.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
24. Ngelagit
Gambar 4.24 Ngelagit
Ngelagit merupakan tanaman jenis liana yang termasuk dalam famili
Verbenaceae dan hidup di hutan tropis. Tanaman ini bukanlah parasit hanya
saja dapat melemahkan tumbuhan lain yang menjadi penyangganya dan
membuat tumbuhan yang menyangganya tidak mendapatkan cahaya yang
cukup.
Tinggi ngelagit tidak diketahui, bergantung pada jenis inang. Daun
ngelagit berbentuk bulat telur terbalik, ujung berbentuk bulat, pangkal runcing,
ukuran daun 20 x 8 cm, pertulangan daun menyirip, permukaan daun bagian
atas berwarna hijau tua, licin (tidak memiliki trikoma), permukaan bagian
bawah berwarna hijau muda.
Batang ngelagit berkayu, diameter 10-15 cm berwarna abu
abu.
Ngelagit dikenal memiliki kandungan air yang cukup tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai salah satu sumber air darurat bagi orang yang kehabisan
persediaan air di hutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
25. Lemonuq
Gambar 4.25 Lemonuq
Lemonuq merupakan tumbuhan perdu yang habitatnya berada di
daerah yana memiliki kadar air tinggi seperti tepi sungai, tepi danau, atau
hutan tropis dengan ketinggian hingga 1200m dpl. Lemonuq dapat tumbuh
tinggi mencapai 2 m, diameter batang 5-9 cm, warna batang kelabu.
Daun lemonuq berbentuk oval, bagian ujung dan pangkal runcing,
panjang daun 15-20 cm, lebar 8-12 cm, pertulangan daun menyirip,
permukaan bagian atas dan bawah daun dipenuhi oleh bulu-bulu halus. Warna
permukaan daun bagian atas berwarna hijau
tua kemerahan, permukaan
bagian bawah berwarna hijau muda. Buah dan bunga tidak diketahui.
Lemonuq dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati sakit perut dan
keracunan dengan cara merebus akarnya kemudian meminum air rebusannya.
26. Mukng Baluuq
Mukng Baluq merupakan tanaman jenis perdu yang dapat tumbuh
hingga ketinggian 8 m dengan diameter batang 6-15 cm. Daun Mukng Baluq
dapat dikatakan sangat besar apabila dibandingkan dengan tinggi tanaman dan
diameter batang dikarenakan daun yang berbentuk bulat telur terbalik ini
memiliki ukuran dengan panjang 25-30 cm, lebar 10 cm, ujung daun tumpul,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pangkal tumpul, terdapat organ seperti sayap pada tangkai daun, warna
permukaan daun bagian atas hijau tua, permukaan bagian bawah hijau muda,
tepi daun rata, pertulangan daun menyirip dan permukaan bagian atas kasar.
Gambar 4.26 Mukng Baluq
Mukng Baluq dapat ditemukan di daerah hutan tropis, atau perbukitan
terutama daerah yang berupa lereng gunung. Daunnya yang sangat lebar
merupakan ciri utama dari Mukng Baluq sehingga mudah dikenali. Mukng
baluuq berkhasiat sebagai anti swelling atau mengobati bagian tubuh yang
bengkak, cara pemanfaatannya yaitu dengan merebus bagian daunnya untuk
kemudian diminum air rebusannya.
27. Gaka Omang
Gaka Omang merupakan tanaman jenis herba, hidup menjalar diatas
tanah, tidak epifit. Panjang Gaka Omang diperkirakan mencapai 3 m, diameter
3-5 cm, bentuk batang berbuku-buku, batang berwarna hijau sedangkan pada
bagian pangkal (dekat akar) berwarna putih kekuningan. Daun berbentuk oval,
lebar daun 3-5 cm, panjang daun 7-13 cm,
pertulangan daun menyirip,
berwarna hijau, tepi daun rata, permukaan atas dan bawah daun licin dan
mulus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 4.27 Gaka Omang
Akar Gaka Omang memiliki anak akar yang berfungsi sebagai alat
untuk menyerap makanan dan unsure hara yang ada didalam tanah. Habitat
Gaka Omang merupakan daerah yang lembab, tanah yang gembur seperti di
tepi sungai, dipegunungan khususnya daerah lereng gunung. Gaka omang
memiliki khasiat untuk menyembuhkan luka luar dengan cara menghancurkan
semua bagian tanaman untuk mendapatkan getahnya kemudian dioleskan pada
bagian tubuh yang terluka.
28. Geringakng / Ketepeng cina (Cassia alata L.)
Ketepeng cina merupakan perdu tegak, berumur 1-2 tahun, cabang
banyak, batang muda berwarna hijau. Tinggi mencapai 3 m. Daun majemuk
menyirip genap, tangkai daun panjang, terdiri dari 5-12 pasang anak daun.
Anak daun bulat panjang ada pula yang bulat telur. Panjang daun 3-15 cm,
lebar 2,5-9 cm. tangkai pendek 1-2 cm, warna hijau, pangkal dan ujung daun
tumpul, tepi daun rata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 4.28 Geringakng / Ketepeng cina (Cassia alata L.)
Bunga tersusun dalam tandan yang panjang, tumbuh dari ujung cabang,
mahkota bunga warna kuning, jumlah tandan bung 3-8 buah. Buah polong,
panjang 10-20 cm, lebar 12-15 mm, segi empat, bersayap. Buah muda warna
hijau, buah matang hitam dan pecah. Biji terdapat dalam buah, berjumlah +5070, warna coklat muda, bentuk bulat telur pipih, meruncinng di bagian
pangkal. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji.
Tumbuhan ini hidup liar di lahan terbuka atau agak terlindung, pinggir
hutan, semak-semak belukar, tanah yang agak lembap, dekat ddengan sumber
air, atau lahan terlantar. Tumbuhan ini merupakan gulma pada tanaman
tahunan sereti karet, kelapa, dan kelapa sawit (Kebler PJA & Sidiyasa K,
1999).
29. Geriq / Kemiri (Aleurites moluccana)
Kemiri merupakan tanaman yang hidup didaerah tropis, ciri-ciri kemiri
adalah pohon besar; dengan tinggi mencapai 40 m dan gemang hingga 1,5 m.
Pepagan abu-abu, sedikit kasar berlentisel. Daun muda, ranting, dan karangan
bunga dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna perak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mentega; seolah bertabur tepung. Dari kejauhan tajuk pohon ini nampak
keputihan atau keperakan.
Gambar 4.29 Geriq / Kemiri (Aleurites moluccana)
Daun tunggal, berseling, hijau tua, bertangkai panjang hingga 30 cm,
dengan sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun hampir bundar, bundar
telur, bundar telur lonjong atau menyegitiga, berdiameter hingga 30 cm,
dengan pangkal bentuk jantung, bertulang daun menjari hanya pada awalnya,
bertaju 3-5 bentuk segitiga di ujungnya.
Perbungaan dalam malai thyrsoid yang terletak terminal atau di ketiak
ujung, panjang 10-20 cm. Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai
pendek. Bunga-bunga betina berada di ujung malai payung tambahan; bungabunga jantan yang lebih kecil dan mekar lebih dahulu berada di sekelilingnya,
berjumlah lebih banyak. Kelopak bertaju 2-3; mahkota bentuk lanset, bertaju5, panjang 6-7 mm pada bunga jantan, dan 9-10 mm pada bunga betina. Buah
batu agak bulat telur gepeng, 5-6 cm × 4-7 cm, hijau zaitun di luar dengan
rambut beledu, berdaging keputihan, tidak memecah, berbiji 2 atau 1. Biji
bertempurung keras dan tebal, agak gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan
keping biji keputihan, kaya akan minyak. Geriq / kemiri memiliki khasiat
untuk menyembuhkan sakit malaria dan typhus (Suprapto, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
30. Isak-Isik
Gambar 4.30 Isak-Isik
Isak – isik merupakan tanaman herba yang dapat ditemukan didaerah
yang lembab dan memiliki kandungan air yang tinggi misalnya tepi sungai,
danau, maupun lereng perbukitan. Isak isik berukuran kecil dengan tinggi
maks 15 cm, tanaman ini hanya memiliki batang semua berupa tangkai yang
langsung menjadi tangkai daun sehingga tubuh utama dari tanaman ini tidak
terlihat. Bentuk dan isak-isik lanset memanjang, lebar daun 2-2,5 cm, panjang
daun 3-5 cm, pelepah daun 2-3 cm, pertulangan daun menyirip dan berwarna
hijau. Akar isak – isik berbentuk rimpang kecil, tebal, diameter akar 1-1,5 cm.
Isak-isik memiliki khasiat untuk mengobati luka luar dengan cara
menghancurkan seluruh bagian tumbuhan kemudian dioleskan pada bagian
tubuh yang terluka.
31. Jamuuq / Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus) yang
bentuknya kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah,bercabang cabang banyak
dan cabang-cabangnya bercabang lagi. Sehingga memberi kekuatan yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
besar pada batang, dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat
menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak.
Gambar 4.31 Jamuuq / Jambu Biji (Psidium guajava)
Bentuk cabang pada jambu biji yaitu berkayu dan permukaannya licin dan
terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati). Arah tumbuh batangnya tegak
lurus (erectus). Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau
virgula sucre scens) yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek
yang selain daun juga merupakan pendukng bunga dan buah.
Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya
berada ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong karena perbandingan
panjang : lebarnya adalah 2 : 1. Jambu biji memiliki ujung yang tumpul, Ujung
tumpul, tepi daun rata.
Daun jambu biji memiliki pertumbuhan daun yang menyirip (penninervis)
yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke
ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar
tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan
sirip-sirip pada ikan. Jambu biji memiliki khasiat sebagai obat diare (Suprapto,
2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
32. Jemewer / sambiloto (Andrographis paniculata)
Sambiloto merupakan tumbuhan berkhasiat obat berupa terna tegak yang
tingginya bisa mencapai 90 sentimeter. Asalnya diduga dari Asia tropika.
Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai di Siam, ke timur sampai
semenanjung Malaya, kemudian ditemukan Jawa. Tumbuh baik di dataran
rendah sampai ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Sambiloto dapat
tumbuh baik pada curah hujan 2000-3000 mm/tahun dan suhu udara 25-32
derajat Celcius. Kelembaban yang dibutuhkan termasuk sedang, yaitu 70-90%
dengan penyinaran agak lama. Nama daerah untuk sambiloto antara lain:
sambilata (Melayu); ampadu tanah (Sumatera Barat); sambiloto, ki pait,
bidara, andiloto (Jawa Tengah); ki oray (Sunda); pepaitan (Madura),
sedangkan nama asingnya Chuan xin lien (Cina).
Gambar 4.32 Jemewer / sambiloto (Andrographis paniculata)
Tanaman sambiloto digunakan untuk mencegah pembentukan radang,
memperlancar air seni (diuretika), menurunkan panas badan (antipiretika),
obat sakit perut, kencing manis, dan terkena racun. kandungan senyawa
kalium memberikan khasiat menurunkan tekanan darah. Hasil percobaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
farmakologi menunjukkan bahwa air rebusan daun sambiloto 10% dengan
takaran 0.3 ml/kg berat badan dapat memberikan penurunan kadar gula darah
yang sebanding dengan pemberian suspensi glibenclamid. Selain itu, daun
Sambiloto juga dipercaya bisa digunakan sebagai obat penyakit typhus dengan
cara mengambil 10-15 daun yang direbus sampai mendidih dan diminum air
rebusannya (Nurmalina, 2012).
33. Juakng Nayuq / Hanjuang Merah (Cordyline terminalis)
Gambar 4.33 Juakng Nayuq / Hanjuang Merah
(Cordyline terminalis)
Tanaman ini biasa dimanfaatkan sebagai tanaman hias, Tanaman
kuburan, dan tanaman pagar. Daun tunggal, berbentuk lanset lebar, berwarna
merah tua, merah kecoklatan atau hijau. Bunga berbentuk malai, panjang
sekitar 30 cm, berwarna hijau keunguan atau kuning muda. Buah berbentuk
bola, berwarna merah mengkilat.
Tanaman ini berasal dari Asia Timur, dan hidup di dataran rendah
sampai ketinggian 1900 m dpl. Perbanyakan tanaman menggunakan stek
batang atau stumb. Stek digunakan batang tanaman yang keras sepanjang 5-10
cm. Sedangkan stumb dengan membuang daun yang ada dan memasukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sepertiga tanaman kedalam tanah. Pemeliharaan tanaman ini mudah, seperti
tanaman lain dibutuhkan cukup air dengan penyiraman atau dengan menjaga
kelembaban tanah. Disamping itu dibutuhkan pemupukan terutama pupuk
dasar. Hanjuang memiliki rasa manis, hambar, dan bersifat menyejukkan.
Kandungan kimia dari tumbuhan ini belum banyak diketahui, tetapi kegunaan
tumbuhan ini telah banyak diketahui, di antaranya menyejukkan darah,
menghentikan pendarahan, dan menghilangkan bengkak karena memar (anti
swelling) (DEPKESRI, 2006).
34. Kajuuq Narakng
Informasi mengenai bentuk dan ciri morfologi mengenai tanaman ini
masih sangat jarang, hal ini dikarenakan tanaman ini sangat susah untuk
ditemukan, bahkan dari beberapa pengakuan warga, Kajuuq Narakng hanya
bisa ditemukan apabila nasib kita sedang beruntung. Berdasarkan gambaran
dari warga, Kajuuq Narakng merupakan tumbuhan berkayu, dengan
ketinggian mencapai 10-15 m, diameter batang 50-80 cm, akar berbentuk
tunggang, bentuk daun tidak diketahui akan tetapi pohon ini memiliki ciri khas
yaitu kulitnya yang berwarna hitam mirip seperti arang. Apabila dilihat secara
sepintas, kita tidak akan bisa membedakan antara Kajuuq Narakng dengan
arang biasa. Kajuuq Narakng hidup didaerah tropis dengan ketinggian hingga
1200 m dpl. Kajuuq Narakng dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai anti bisa
hewan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
35. Kajuuq Nriokng
Kajuuq Nriokng merupakan tanaman sejenis perdu yang pada awalnya
di budidaya di pekarangan rumah, akan tetapi karena sifatnya yang gampang
tumbuh dan menyebar sehingga terkadang dianggap sebagai tanaman
pengganggu. Kajuuq Nriokng memiliki bentuk batang tegak dengan tinggi
mencapai 1 m, diameter 2 cm, batang berwarna merah.
Gambar 4.34 Kajuuq Nriokng
Daun Kajuuq Nriokng berbentuk lanset dengan ujung runcing dan
pangkal tumpul; daun berwarna hijau dengan panjang 3-7 cm, lebar 2-3 cm,
tumbuh secara tersebar diseluruh permukaan batang, pertulangan daun
menyirip, tepi daun bergerigi dan tangkai daun berwarna merah muda. Kajuuq
nriokng dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati penyakit wasir dan
ambeien.
36. Gedakng / Pepaya (Carica papaya)
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit,
tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai
yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap
ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam.
Gambar 4.35 Gedakng / Pepaya (Carica papaya)
Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah
dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit).
Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan
kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah
ini mandul (tidak menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat
tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat
dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan
tumbuh pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar
pucuk.
Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya
meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau
muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina
dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan
buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari karpela yang menebal,
berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah
berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam
lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya,
biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah. Pepaya
diketahui memiliki khasiat sebagai obat malaria melalui daunnya yang direbus
kemudian dikonsumsi (Suprapto, 2000).
37. Pelehet (Psychotria viridiflora Thw.)
Gambar 4.36 Pelehet (Psychotria viridiflora Thw.)
Pelehet merupakan sejenis semak dengan ketinggian mencapai 8 m dan
diameter batang mencapai 14 cm. Daun tumbuh secara
berlawanan,
pertulangan daun menyirip, panjang daun 8-10 cm, lebar daun 3-6 cm. warna
permukaan daun bagian atas hijau tua, permukaan bagian bawah hijau muda.
Permukaan daun licin dan mulus, tepi daun rata dan bentuk daun lanset.
Pelehet memiliki bunga dengan diameter 4 mm berwarna putih, kuning,
hingga merah muda. Buah pelehet berdiameter 9 mm, berwarna merah hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ungu. Pelehet hidup didataran dengan ketinggiann sekitar 600 m dpl. Biasanya
ditemukan di sepanjang tepi sungai, lereng gunung, dan hutan tropis.
38. Keranyiiq /Asam Keranji (Dialium indum)
Keranyiiq merupakan tanaman dengan habitus berupa pohon yang
dapat tumbuh dengan mencapai ketinggian 10-25 m. Bentuk batang tegak,
bulat, percabangan simpodial, berduri dan berwarna putih. Akar keranyiiq
merupakan akar tunggang.
Gambar 4.37 Keranyiiq /Asam Keranji (Dialium indum)
Daun keranyiiq merupakan daun majemuk, dengan letak berselangseling, pertulangan menyirip, bentuk daun lanset, tepi daun rata, panjang daun
2-4 cm, lebar 1-2 cm. Buah keranyiiq berbentuk seperti polong, berwarna
hijau ketika masih muda dan berwarna merah kehijauan ketika matang.
Teksture biji bulat pipih, memiliki selaput biji berwarna putih, permukaan biji
licin berwarna hitam. Keranyiiq hidup di hutan dipterocarpae campuran,
ketinggian dataran hingga 1200 m dpl. Biasanya hidup didaerah pegunungan,
tanah berpasir. Keranyiiq dipercaya memiliki khasiat sebagai obat luka luar
dengan cara mengambil bagian daunnya untuk dihancurkan kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
ditempelkan pada bagian tubuh yang terluka, luka luar yang dimaksud
biasanya berupa luka akibat tersayat benda tajam.
39. Ketikookng / Kayu Kuning (Arcangelisia flava L. Merr.)
Gambar 4.38 Ketikookng / Kayu Kuning
(Arcangelisia flava L. Merr.)
Tumbuhan ini berupa liana, panjangnya dapat mencapai ± 10 m,
batang utama sebelum bercabang dua besarnya seperti lengan/betis orang
dewasa, batang tersebut mengandung air, batang dan cabangnya liat, dalam
batang berwarna kuning dan rasanya pahit. Bentuk daun bundar telur sampai
lonjong/elip yang meruncing di bagian ujung, permukaan daun hijau
mengkilat.
Perbungaan malai, terdapat pada batang tua atau di ketiak daun, warna
bunga kuning pucat. Pada batang atau cabang-cabang yang besar terdapat
tandan buah yang menggantung, buah berwarna kuning, terdiri atas daging
buah yang berlendir dan biji besar, pipih. Kayu Kuning dapat dijumpai di
Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan sebagian di Irian.
Tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian ± 800 m dpl. Ketikoong
memiliki khasiat sebagai suplemen untuk menambah daya tahan tubuh
maupun vitalitas (bagi laki-laki).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
40. Krehau / Meniran Hutan (Callicarpa longifolia)
Krehau atau meniran hutan merupakan tanaman sejenis semak yang
dapat tumbuh hingga 6 m dengan diameter batang 11 cm. Daun tumbuh
secara berhadapan, seluruh permukaan daun dan batang ditutupi oleh bulubulu halus. Buang berwarna putih hingga merah muda kebiruan dengan
diameter 2 mm. Buah krehau berwarna putih dengan diameter 2 mm.
Gambar 4.39 Krehau / Meniran Hutan
(Callicarpa longifolia)
Krehau hidup didaerah dengan iklim tropis dengan habitat di hutan
dipterocarpae dengan ketinggian hingga 400 m dpl. Tanaman ini juga sering
ditemukan di tepi sungai, lereng bukit, daerah padang pasir, dan daerah batuan
kapur. Krehau dimanfaatkan oleh suku Dayak Tunjung Linggang sebagai
bahan untuk membuat ramuan semacam bedak atau lotion untuk mengobati
alergi kulit dengan cara menghancurkan bagian daunnya kemudian di oleskan
pada bagian tubuh yang terkena alergi (Oswald, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
41. Kunceekng / Harendong (Melastoma affine)
Gambar 4.40 Kunceekng / Harendong (Melastoma affine)
Harendong merupakan tanaman sejenis semak dengan tinggi tanaman
mencapai 6 m. daun Harendong berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan
panjang antara 6-12 cm dan lebar 2-4 cm. permukaan rambut dan batang
ditutupi oleh rambut halus. Batang harendong berwarna merah hingga orange
dengan diameter mencapai 8 cm. tanaman ini banyak terdapat didaerah yang
memiliki iklim tropis. Harendong dipercaya memiliki berbagai khasiat mulai
dari sebagai penangkal racun, mempercepat proses pembekuan darah dll.
Selain mudah dikenal karena memiliki ciri yang khas, Tanaman ini juga sangat
mudah ditemukan di tepi jalan, lapangan, hutan dll (Oswald, 1995).
42. Labuuq Biasa / Labu Siam (Sechium edule)
Tanaman Labu Siam termasuk tanaman merambat, atau menjalar. Untuk
itu sebaiknya kalau berkebun Labu Siem paling baik mempergunakan anjanganjang. Asli Amerika Selatan, daunnya berbentuk lekuk tangan, sedangkan
buahnya berbentuk genta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 4.41 Labuuq Biasa / Labu Siam (Sechium edule)
Dalam kehidupan sehari-hari, labu siam dikenal sebagai sayuran buah
yang menyehatkan. Buahnya bisa dimasak sayur lodeh, oseng-oseng, atau
sayur asam. Pucuk batang dan daun mudanya biasa dibuat lalap, diasak osengoseng, sebagai teman makan nasi.
Buahnya mengandung zat saponin, alkaloid, dan tannin. Daunnya
mengandung saponin, flafonoid, dan polifenol, Daging buahnya terdiri dari 90
persen air, 7,5 persen karbohidrat, 1 persen protein, 0,6 persen serat, 0,2
persen abu dan 0,1 persen lemak. Juga mengandung sekitar 20 mg kalsium, 25
mg fosfor, 100 mg kalium, 0,3 mg zat besi, 2 mg natrium, serta beberapa zat
kimia yang berkhasiat obat (Dalimartha, 2007).
43. Lancikng
Lancikng merupakan tanaman jenis perdu yang hidup di hutan tropis,
lereng gunung. Pohon Lancking tumbuh tegak, percabangan simpodial,
memiki tinggi mencapai 4 m, diameter batang 3-5 cm, warna batang kelabu
dan sistem perakaran tunggang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.42 Lancikng
Daun lancikng berbentuk oval dengan bagian ujung runcing sedangkan
bagian pangkalnya tumpul, panjang daun diperkirakan 15-20 cm, lebar daun 58 cm, warna permukaan daun bagian atas hijau tua sedikit kusam sedangkan
warna permukaan daun bagian bawah hijau muda dan ditutupi oleh bulu-bulu
halus. Sistem pertulangan daun lancikng menyirip dan sedikit melengkung
serta memiliki tepi daun yang
keputihan pada wanita.
rata. Lancikng dipercaya sebagai obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
44. Luukng
Gambar 4.43 Luukng
Luukng merupakan tumbuhan sejenis talas. Talas atau taro merupakan
tumbuhan asli daerah tropis. sentrum asal tanaman talas adalah dataran Cina
dan India. Luukng hidup ditepi sungai maupun tepi danau, perbedaannya
dengan talas biasa adalah luukng memiliki batang berwarna merah, umbinya
berwarna merah, sedangkan daunnya berwarna hijau kemerahan. Luukng
dipercaya memiliki khasiat sebagai penawar racun.
45. Nyelutuui Putaakng / Jelutung (Dyera costulata)
Pohon jelutung tingginya mencapai80 meter, diameter 30 cm. Kulit
batang berwarna abu-abu gelap atau hitam, licin. Kayunya dapat di bentuk
menjadi kerajinan dengan mudah. Sering digunakan untuk bahan pembuatan
peti mati, pensil, mainan anak-anak, dan plywood yang relatif murah. Sebelum
diganti dengan Hevea brasiliensis dari Amerika Serikat, jenis ini dijadikan
sumberdaya penghasil karet yang potensial. Sampai saat ini, getah jelutung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
digunakan sebagai bahan dasar permen karet, meskipun telah ditemukan
sumberdaya lain yang lebih baik, misalnya sebagai obat disentri.
Gambar 4.44 Nyelutuui Putaakng / Jelutung (Dyera costulata)
Tinggi pohon mencapai 25-45 m dengan tajuk tipis serta berdaun
tunggal yang duduk melingkar pada ranting sebanyak 4-8 helai. Panjang
batang bebas cabang 15-30 m dan diameter dapat mencapai 100 cm. Batang
berbentuk silindris dan kulit luarnya berwarna kelabu kehitama. Pohon tidak
berbanir dan mengeluarkan getah putih seperti susu kental.
46. Limau Bintakng / Jeruk Pepaya (Citrus medica var. proper L.)
Gambar 4.45 Limau Bintakng / Jeruk Pepaya
(Citrus medica var. proper L.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pohon jeruk papaya tidak berbeda dengan pohon jeruk lainnya hanya
saja jeruk papaya memiliki perbedaan pada bentuk buahnya yang mirip seperti
papaya, di kalangan masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang, tanaman ini
dikenal dengan limau bintakng karena apabila diris secara membujur maka
bagian dalam dari jeruk ini akan terlihat speeti bentuk bintang. Buah jeruk
papaya berukuran 20-25 cm, berdiameter 10 cm. Kulit jeruk papaya sangat
tebal hingga isinya tidak dapat dapat dimakan karena sari buahnya sedikit dan
rasanya sangat asam karena itu bagian yang dapat dimanfaatkan dari jeruk ini
yaitu buah mulai dari kulit hingga isinya. Jeruk pepaya diperkirakan hanya
tumbuh dikawasan hutan pegunungan akan tetapi bukan tidak mungkin untuk
dijumpai didataran rendah. Jeruk papaya diketahui memiliki khasiat sebagai
obat asthma, batuk dan asam urat.
47. Lunuuk Dukutn
Gambar 4.46 Lunuuk Dukutn
Lunuuk dukutn merupakan tumbuhan berkayu yang hidup didaerah
dataran rendah. Tumbuhan ini apabila dilihat secara sekilas sangat mirip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dengan tanaman ketapang akan tetapi perbedaannya adalah Lunuuk dukutn
tidak memiliki buah.
Lunuuk dukutn dapat tumbuh hingga mencapai 5-10m, diameter
batang 20-40cm, daun berwarna hijau berbentuk bulat telur, pertulangan daun
menyirip, dengan lebar 20cm dan panjang 35cm, percabangan simpodial serta
sistem perakaran nya tunggang. Tumbuhan ini dipercaya memiliki khasiat
sebagai penawar racun dengan cara merebus akarnya untuk diminum air
rebusannya.
48. Marauleq / Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)
Gambar 4.47 Marauleq / Pasak Bumi
(Eurycoma longifolia)
Pasak Bumi adalah pohon kecil hingga 15 m tinggi. Tanaman
dioecious (bunga pada tanaman adalah baik laki-laki atau perempuan). Daun
majemuk, panjang, dan penuh di ujung cabang. Ketika daun jatuh mereka
meninggalkan bekas luka besar di batang.
Daun adalah ovate. Bunga berkelamin tunggal; laki-laki selalu dengan
putik steril, perempuan selalu dengan benang sari steril. Buah ellipsoid atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
bujur telur, 10-20 x 5-12 mm, hijau ke merah kehitaman ketika masak. Pasak
Bumi cendrung hidup didaerah asam dan tanah berpasir di ketinggian rendah
hingga 700 m dpl. Tanaman ini biasanya tumbuh di hutan pantai, hutan primer
dan sekunder, hutan Dipterocarpae campuran dan juga di hutan lindung. Akar
pasak bumi diketahui memiliki khasiat sebagai obat malaria dan sebagai
precursor untuk pembuatan jamu vitalitas pria.
49. Nancakng / Mahang (Macaranga mappa)
Mahang merupakan jenis pohon dengan ketinggian hingga 25 m dan
diameter 55 cm. Batang lurus, bulat, tidak berbanir, berkulit halus dengan
warna coklat muda abu-abu. Tajuk agak melebar dan tidak seberapa lebat.
Daun tunggal berbentuk bulat telur yang melebar dan bercagap dalam tiga.
Permukaan bawah daun putih, berbuku halus dengan urat daun menjari. Daun
yang berbentuk setengah bulatan.
Gambar 4.48 Nancakng / Mahang (Macaranga mappa)
Bunga berdiameter sekitar 0,5 mm, berwarna hijau kekuningan, yang
merupakan bagian dari malai besar. Buah berdiameter sekitar 10 mm berwarna
abu-abu kuning, Biasanya hidup dihutan dipterocarpae atau daerah yang dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dengan pantai dan dipengaruhi pasang-sungai, di sepanjang jalan dan di
perbukitan serta pegunungan. Sebagian besar pada tanah berpasir atau berbatu.
Dengan ketinggian hingga 1400 m dpl. Akar dan batang nancakng memiliki
khasiat sebagai obat sakit perut / diare sedangkan getahnya dipercaya dapat
menyembuhkan sariawan.
50. Nilapm / Nilam (Pogostemon cablin)
Nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang didalam
industri kimia dipergunakan sebagai bahan membuat produk wewangian
(parfum), farmasi (obat alergi), kosmetika, pengawetan barang dan bahan
industri lainnya. Nilam dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah dengan
ketinggian 0-1.200 m dpl. Nilam juga dapat tumbuh dan berproduksi secara
optimum pada daerah dengan ketinggian 10-400 m dpl.
Gambar 4.49 Nilapm / Nilam (Pogostemon cablin)
Curah hujan dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman 2.300-3.000
mm/tahun. Suhu udara antara 24-28 derajat Celcius dengan kelembapan di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
75%. Agar produksi minyak nilam optimal diperlukan, intensitas penyinaran
matahari sekitar 75-100% (DEPKESRI, 2006).
51. Nturuui
Nturuui merupakan tanaman sejenis perdu yang hidup dihutan tropis,
padang rumput, lereng gunung maupun tepi sungai. Nturui dapat tumbuh
hingga mencapai ketinggian 5 m dengan diameter batang 10-15 cm, warna
batang kelabu dan sistem perakaran tunggang.
Gambar 4.50 Nturuui
Nturui memiliki daun dengan bentuk palmate yaitu pertulangan daun
menjari, jumlah ujung daun dalam setiap daun 5 yaitu 3 dibagian ujung daun
sedangkan pada bagian pangkal terdapat ujung dan yang terlihat seperti sayap
pada pertulangan daun. Warna daun nturui hijau tua, permukaan bagian atas
dan bawah sedikit kasar, teskturnya tebal. Panjang daun nturui mencapai 15
cm, lebar daun pada bagain yang menyatu 6-10 cm. Daun nturuui dipercaya
memiliki khasiat sebagai obat herpes, cara pemanfaatannya dengan cara
menghancurkan daunnya kemudian dijadikan semacam lotion kemudian di
oleskan pada bagian tubuh yang terkena herpes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
52. Paatn / Pinang (Areca catechu)
Pohon pinang batang lurus langsing, dapat mencapai ketinggian 25 m
dengan diameter 15 cm, meski ada pula yang lebih besar. Tajuk tidak rimbun,
pelepah daun berbentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek;
helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85 x 5 cm, dengan ujung
sobek dan bergerigi.
Gambar 4.51 Paatn / Pinang (Areca catechu)
Tongkol bunga dengan seludang (spatha) yang panjang dan mudah
rontok, muncul dibawah daun, panjang lebih kurang 75 cm, dengan tangkai
pendek bercabang rangkap, sumbu ujung sampai panjang 35 cm, dengan 1
bunga betina pada pangkal, di atasnya dengan banyak bunga jantan tersusun
dalam 2 baris yang tertancap dalam alur.
Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning; benang sari 6. Bunga betina
panjang lebih kurang 1,5 cm, hijau; bakal buah beruang 1. Buah buni bulat
telur terbalik memanjang, merah oranye, panjang 3,5-7 cm, dengan dinding
buah yang berserabut. Biji 1 berbentuk telur, dan memiliki gambaran seperti
jala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya, yang di dunia
Barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran
orang makan sirih, selain gambir dan kapur.
Biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina (arecaine)
dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat
merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan
untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita.
Sementara itu, beberapa macam pinang bijinya menimbulkan rasa
pening apabila dikunyah. Zat lain yang dikandung buah ini antara lain
arecaidine, arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa unsur
lainnya.
Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk
mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga
dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah dan bahan penyamak
(Heyne, 1987) .
53. Pacar / Pacar Cina (Aglaia odorata)
Gambar 4.52 Pacar / Pacar Cina (Aglaia odorata)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pacar Cina merupakan tanaman sejenis semak yang berbentuk tinggi,
gundul, tegak. Tinggi tanaman pacar cina berkisar antara 2-5 m. Daun bersifat
polimorfi, majemuk menyirip ganjil yang tumbuh berseling panjang sekitar 13
cm, helaian daun 3-9 umumnya 5, tangkai induk (rachis) tanpa atau bersayap
sempit, dengan beberapa sisik atau rambut bintang atau gundul. Helaian anak
daun; gundul, panjang 1,5-11 cm, lebar 1-4,5 cm. bertangkai pendek,
berbentuk sudip sampai bulat telur terbalik memanjang. Tangkai anak daun
berdiameter 1-4 mm. Bunganya rapat, panjang 5cm - 6 cm berwarna kuning
dan berbau harum, sedangkan buahnya bulat lonjong, merah, dengan 1-3 biji.
Pacar Cina tumbuh menyebar namun biasanya dalam satu tempat dan
ditemukan di malai hijau primer dan hutan yang tumbuh kembali setelah
bencana, sedang sepanjang pesisir, di atas ketinggian 700 m dpl.
Pacar cina berkhasiat menyembuhkan perut kembung, sukar menelan,
batuk, bisul dan mempercepat persalinan karena mengandung minyak atsiri,
alkaloid, serta garam-garam mineral. Pacar cina juga terbukti dapat menekan
penyakit bengkak akar yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. pada tanaman
tomat. Bunga keringnya dapat digunakan sebagai bahan penambah aroma teh
hijau (Suprapto, 2000).
54. Paku Atai / Paku Sayur (Diplazium esculentum)
Paku sayur merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di lembahlembah di pinggir sungai terlindung pada tanah yang kaya bahan organik.
Dapat tumbuh dari ketinggian 350 m -1600 m dpl.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gambar 4.53 Paku Ataai / Paku Sayur (Diplazium esculentum)
Daun paku sayur bertipe majemuk, pertulangan menyirip, bentuk daun
lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 5-6 cm, lebar 12 cm, tangkai silindris, berambut, pertulangan menyirip, hijau. Ental yang
muda ditutupi oleh sisik berwarna coklat muda. Tersusun atas 15 pasang anakanak daun panjangnya 40 cm dan lebarnya 8 cm.
Tekstur daun agak kaku dengan tepi bergigi berwarna hijau gelap.
Batang tegak nampak berdaging dengan ental banyak mencapai panjang 1,2 m
lebih. Akar Serabut, berwarna hitam. Sori tumbuh di sepanjang urat anak daun
pada ketiak anak daun tumbuh tunas untuk perbanyakan diri. Spora dihasilkan
pada sporofil, terutama di permukaan bawah daun, berwarna coklat. Paku atai
dipercaya memiliki khasiat sebagai penambah darah, cara pemanfaatannya
yaitu dengan mengkonsumsi daunnya yang sudah diolah menjadi makanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
55. Paku Parapm / Paku Pedang (Nephrolepis sp)
Gambar 4.54 Paku Parapm / Paku Pedang (Nephrolepis sp)
Paku pedang memiliki batang berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini
terdapat seperti lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya
merupakan tanaman kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m
tinggi. Warna batang kecoklatan. Permukaan halus akan tetapi seperti tedapat
rambut-rambut yang sangat halus pada batangnya.
Daun pada spesies ini terdapat percabangan pada tulang daun. Ujung
dari urat daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan bebas,
pada ujung urat daun perdapat sporangium yang tertata dengan rapi
disepanjang tepi daun. Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu
tropofil (daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil
(daun penghasil spora), dan yang kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar
disebut makrofil. Pada spesiens ini daunnya termasuk mikrofol. Ujungnya
seringkali bebas, ada yang tidak mencapai tepi, sampai atau sangat dekat
dengan
tepi
atau
bahkan
sampai
Hymenophyllaceae (Backer, 1972).
diluar
tepi
daun
seperti
pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tumbuhan ini memiliki permukaan daun yang halus dan bersisik.
Ukuran pada umumnya panjang mencapai 2 cm dengan lebar 1 cm. Bentuk
daun menjorong dan ujungnya terbelah, sedangkan pada tepi daunnya
bergerigi.selain itu spesies ini juga mempunyai ental yang bertumpuk di atas
permukaan, yaitu adanya daun muda yang mengulung.
Umumnya tumbuhan ini memiliki akar yang serabut, akar tumbuh di
bawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, berfungsi menyerap air dan
nutrisi dari tanah. Akar-akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil. Paku
parapm dipercaya memiliki khasiat untuk memperlambat penuaan kulit (awet
muda) yaitu dengan cara mengkonsumsi daunnya.
56. Pangir Bohokng
Pangir Bohokng merupakan tanaman yang masih termasuk dalam
Famili Rubiaceae (suku kopi – kopian). Masyarakat suku Dayak Tunjung
Linggang menyebutnya pangir bohokng karena bunga dari tanaman ini yang
berwarna merah.
Gambar 4.55 Pangir Bohokng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tanaman pangir bohokng dapat tumbuh mencapai 3 m, habitusnya
perdu, diameter batang 5-10 cm, bentuk daun seperti jantung, pertulangan
daun menyirip melengkung, warna daun hijau tua dengan permkaan daun yang
ditutupi oleh bulu – bulu halus, tepi daun rata. Bunga pangir bohokng
berwarna merah, dengan lebih dar1 bunga disetiap tangkainya, sekilas bunga
pangir bohokng berbentuk seperti bulir – bulir.
57. Pengesik
Pengesik merupakan tanaman perdu yang biasa hidup di hutan
diterocarpae campuran dengan ketinggian dataran hingga 1200 m dpl.
Pengesik dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 5 m, diameter batang 5-10
cm, batang berwarna kelabu.
Gambar 4.56 Pengesik
Daun pengesik berbentuk oval, dengan ujung dan pangkalnya runcing.
Warna daun hijau muda sedangkan daun yang masih muda berwarna merah
muda. Bentuk buah pengesik tidak diketahui begitu pula dengan bentuk
bunganya. Akar pengesik berbentuk tunggang karena termasuk tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dikotil. Daun pengesik yang masih muda biasanya dikonsumsi oleh kaum pria
sebagai suplemen untuk menambah daya tahan tubuh dan vitalitas pria.
58. Pianguuq
Gambar 4.57 Pianguuq
Pianguuq merupakan tanaman perdu yang sering ditemukan di daerah
hutan tropis. Tinggi pianguq mencapai 4 m, diameter batang 3-6 cm, batang
berwarna kelabu sedangkan cabang berwarna hijau. Pianguuq memiliki daun
berbentuk oval berwarna hijau, pertulangan menyirip, ujung daun runcing,
pangkal daun tumpul, tepi daun bergerigi, panjang daun 3-5 cm, lebar daun 23 cm.
Buah pianguuq berbentuk bulir-bulir tidak tumbuh dicabang melainkan
di tandan yang langsung menempel pada tubuh pohon utama. Dalam satu
tandan terdapat 3-4 buah kecil berwarna hijau dengan diameter buah 2 cm.
Daun pianguuq memiliki khasiat untuk mengobati alergi kulit seperti kudis,
kurap sedangkan akarnya dapat digunakan sebagai penawar racun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
59. Raja Pengalah / Benalu (Loranthus sp.)
Gambar 4.58 Raja Pengalah / Benalu (Loranthus sp.)
Benalu (Loranthus sp.) merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya
tidak memerlukan media tanah. Ia hidup sebagai parasit (parasiet=Belanda),
menempel pada dahan-dahan pohon kayu lain dan mengisap mineral yang
larut dalm pohon kayu yang ditempelinya dapat mati.
Bunga benalu berkelamin tunggal biji buahnya mengandung getah.
Pengembangbiakannya melalui binatang atau burung yang memakan biji buah
benalu tersebut. Proses pengembangbiakannya sangat sederhana: biji benalu
yang bergetah itu dimakan binatang atau burung. Kemudian biji benalu
tersebut melekat di dahan dahan kayu bersama dengan kotoran burung yang
memakannya, dan tumbuh di dahan itu. Benalu dipercaya memiliki khasiat
sebagai obat kanker, cara pemanfaatannya dengan merebus daunnya kemudian
meminum air rebusannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
60. Rakap / Sirih (Piper betle)
Gambar 4.59 Rakap / Sirih (Piper betle)
Piper bettle tumbuh di daerah hutan agak lembab dengan keadaan
tanah yang lembab. Hidup pada daerah yang mempunyai curah hujan 22504750 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat ditemukan hingga ketinggian 900 m dpl
dan menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah
yang beririgasi baik dan kaya bahan organik dengan pH 7-7,5.
Batang umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat,
memiliki ruas, bagian ini merupakan bakal tumbuhnya akar. Daun sirih
berbentuk jantung, tunggal, bagian ujung daun runcing, tumbuh berselang
seling, setiap daun memiliki tangkai, bila daun diremas akan mengeluarkan
aroma khas, panjang sekitar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm.
Bunga sirih berbentuk bulir, memiliki daun pelindung kurang lebih 1
mm dengan bentuk bulat panjang. Bulir betina memiliki panjang antara 1,5-6
cm.Pada bagian bulir betina ini terdapat kepala putik berjumlah antara 3-5
buah dengan warna putih dan hijau kekuningan. Bulir jantan memiliki panjang
1,5-3 cm.Pada bulir jantan terdapat dua benang sari yang pendek. Buah sirih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
termasuk kedalam buah buni ( memiliki dinding dengan dua lapisan), bentuk
buah bulat dengan warna hijau keabu-abuan. Akar sirih termasuk akar
tunggang dengan bentuk bulat serta warna coklat kekuningan. Daun sirih
diketahui memiliki khasiat untuk menguatkan gigi dan mengurangi bau badan
(DEPKESRI, 2006).
61. Rakap Bohokng / Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
Gambar 4.60 Rakap Bohokng / Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.)
Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga.
Permukaanya kasar dan bila terkena cahaya akan cepat mengering. Batangnya
bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Di setiap buku tumbuh bakal
akar (Sudewo, 2010).
Daunnya
bertangkai
membentuk
jantung dengan bagian atas
meruncing, bertepi rata, dan permukaannya mengilap atau tidak berbulu.
Panjang daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau
bercorak warna putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati
cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Akar daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz dan Pav) adalah akar
tunggang yang bentuknya bulat dan berwarna coklat kekuningan. Tanaman
sirih merah tergolong langka karena tidak tumbuh di setiap atau daerah. Srih
merah tidak dapat tumbuh sebur di daerah panas. Sementara itu, di tempat
berhawa dingin sirih merah dapat tumbuh dengan baik. Jika terlalu banyak
terkena sinar matahari, batangnya cepat mengering, tetapi jika disiram secara
berlebihan akar batang cepat membusuk. Tanaman sirih merah akan tumbuh
dengan baik jika mendapatkan 60-70% cahaya matahari. Tanaman ini
diketahui memiliki khasiat untuk mengobati kencing manis (DEPKESRI,
2006).
62. Sabeeq Lemit
Gambar 4.61 Sabeeq Lemit
Sabeeq Lemit merupakan tanaman jenis perdu yang ditanam untuk
keperluan tertentu, salah satunya sebagai tanaman obat keluarga, sabeeq dalam
bahasa Dayak Tunjung Linggang berarti cabe akan tetapi tanaman ini tidak
terlihat seperti pohon cabe. Sabeeq Lemit memiliki tinggi 1-1,5 m, diameter
batang 5-10 cm, sistem percabangan simpodial, warna batang utama hijau,
cabang berwarna hijau tua dan memiliki sistem perakaran tunggang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Sabeeq lemit memiliki daun berbentuk lanset dengan pangkal dan
ujung daun berbentuk runcing, letak daun berpasangan, panjang daun 5 cm,
lebar 2 cm, warna daun hijau muda, sistem pertulangan daun menjari,
permukaan daun halus, dan tepi daun rata.
63. Sabeeq Pok / Paprika (Capsicum annuum var. Grossum)
Paprika atau yang biasa juga disebut cabai paprika merupakan tanaman
sejenis perdu atau semak yang termasuk dalam suku Solanaceae. Tanaman
paprika dapat hingga mencapai ketinggian 4 m. Batang paprika keras, berkayu,
berbentuk bulat, halus, berwarna hijau gelap dan memiliki sistem percabangan
simpodial. Batang utama paprika tegak dan kuat, cabang paprika beruas-ruas,
setiap ruas ditumbuhi daun atau tunas.
Gambar 4.62 Sabeeq Pok / Paprika
(Capsicum annuum var. Grossum)
Daun paprika berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun
rata. Daun tunggal, pertulangan daun menyirip, letak daun agak mendatar,
warna daun hijau tua. Bunga cabai paprika merupakan bunga tunggal (soliter)
dan berbentuk bintang, dengan mahkota bunga berwarna putih. bunga tumbuh
menunduk pada ketiak daun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Buah akan terbentuk setelah tejadi penyerbukan. buah cabai paprika
memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, warna, dan rasa. pada umumnya,
buah cabai paprika berbentuk seperti tomat, tetapi lebih bulat dan pendek.
Tanaman cabai paprika memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus kepusat
bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar kesamping. Akar dari paprika
dipercaya dapat mengobati tekanan darah tinggi apabila dikonsumsi dengan
cara meminum air rebusan akarnya.
64. Selangkat
Gambar 4.63 Selangkat
Selangkat merupakan tanaman jenis perdu yang biasa dibudidaya
sebagai tanaman hias dipekarangan rumah, dijadikan tanaman hias karena
warnanya yang unik yaitu daun nya yang memiliki degradasi warna hijau
kemerahan. Daun selangkat merupakan daun majemuk yang terletak secara
berhadapan, jumlah anak daun 8-12 pasang. Selangkat memiliki tinggi 2-3 m,
percabangan polypodial dan sistem perakaran nya tunggang. Daun selangkat
memiliki pertulangan menyirip, bentuk dan lansut dengan ujung runcing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
sedangkan
bagian
pangkalnya
tumpul.
Selangkat
dipercaya
dapat
membersihkan ginjal, yang dimaksud dengan membersihkan ginjal adalah
menghancurkan batu ginjal. Cara pemanfaatannya dengan meminum air
rebusan akar dan batang selangkat.
65. Sempat Iliir
Gambar 4.64 Sempat Iliir
Sempat Iliir
masih digolongkan tanaman liar. Memang ia dapat
tumbuh di sembarang tempat terutama di daerah pegunungan. Di daerah
dataran rendah pun kecombrang juga acap ditemui. Sempat Iliir memiliki
kemiripan dengan tanaman kecombrang baik bentuk tanaman, daun, buah,
hingga aromanya.
Tanaman famili jahe ini berupa herba setinggi 2-5 meter. Batang
semunya tegak, hanya bergaris tengah 2-3 cm sehingga tampak kurus.
Berpelepah dan membentuk rimpang hijau Daunnya tunggal, berbentuk lanset
yang memanjang seperti pita sekitar 40-50 cm, selebar 8-10 cm. ujung dan
pangkal daun runcing, dan hijau.
Buah Sempat Iliir berbentuk panjang dan menggerombol. Dalam
buahnya yang bewarna kuning kecoklatan ini banyak sekali bijinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Pembudidayaannya lebih mudah dilakukan dengan stek atau tunas akar
tinggalnya (anakan yang keluar dari akar tinggalnya). Rimpang sempat iliir
dipercaya memili khasiat sebagai penawar racun.
66. Sengkerapak Badak
Sengkerapak Badak merupakan tanaman jenis perdu yang banyak
terdapat daerah hutan perbukitan maupun lereng gunung. Sengkerapak Badak
memiliki tinggi mencapai 4 m dengan dengan diameter batang 10-15 cm.
Gambar 4.65 Sengkerapak Badak
Sekilas sengkerapak badak terlihat mirip dengan kayu manis hanya
saja perbedaannya adalah sengkerapak badak memiliki akar tunggang
berwarna putih dengan aroma mirip daun mint. Sengkerapak badak memiliki
khasiat sebagai penambah daya tahan tubuh dan vitalitas pria.
67. Sepaai / Secang (Caesalpinia sappan L.)
Secang (Caesalpinia sappan L) merupakan perdu yang umumnya
tumbuh di tempat terbuka sampai ketinggian 1000 dpl seperti di darah
pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tingginya 5-10 m.
Batangnya berkayu, bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Pada batang dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
percabangannya terdapat duri-duri tempel yang bentuknya bengkok dan
letaknya tersebar.
Gambar 4.66 Sepaai / Secang (Caesalpinia sappan L.)
Daun secang merupakan daun majemuk menyirip ganda dengan
panjang 25-40 cm, jumlah anak daunnya 10-20 psang yang letaknya
berhadapan. Anak daun tidak bertangkai berbentuk lonjong, pangkal rompang,
ujung bulat, tepi daun rata dan hampir sejajar. Panjang anak daun 10-25 mm,
lebar 3-11 mm dan berwana hijau.
Bunga secang adalah bunga majemuk berbentuk malai, bunganya
keluar dari ujung tngkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bunga berbentuk
tabung berwarna kuning. Buah secang adalah buah polong, panjang 8-10 cm,
lebar 3-4 cm, ujung seperti paruh berisi 3-4 biji, jika masak berwarna hitam.
Bijinya bulat memanjang dengan panjang 15-18 mm dan lebar 8-11 mm,
tebalnya 5-7 mm, warnanya kuning kecoklatan. Akar secang adalah akar
tunggang berwarna coklat kotor (Heyne, 1987).
68. Serempolupm / Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)
Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal
berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda (kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
kadang abu-abu). Bunga majemuk, buah kotak. Bila dimakan cocor bebek
rasanya agak asam dan dingin. Cocor bebek populer digunakan sebagai
tanaman hias di rumah tetapi banyak pula yang tumbuh liar di kebun-kebun
dan pinggir parit yang tanahnya banyak berbatu.
Gambar 4.67 Serempolupm / Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)
Cocor bebek mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium
malat, kalsium oksalat, asam formiat, dan tanin. Cocor bebek digunakan
sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan sakit kepala, batuk, sakit dada,
borok, dan penyakit kulit lainnya, menyembuhkan demam, memperlancar haid
yang tidak teratur, obat luka, serta bisul (Nurmalina, 2012).
69. Seweet / Pisang Hutan (Musa balbisiana)
Tanaman pisang berbatang semu (nampak di atas tanah) tinggi dapat
mencapai ± 3 m. Di atas batang semu tersebut terdapat banyak daun yang
menggerombol dengan pelepah daun 1-2 m. Daun mudah robek. Perbungaan
keluar dari ujung batang, dekat daun berbentuk tandan, warna bunga putih.
Buah juga berbentuk tandan setelah masak berwarna kuning. Pisang biji
rasanya manis tetapi banyak sekali bijinya, 1 buah terdapat ± 50 biji, biji kecil,
warna hitam (seperti biji kapuk randu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Gambar 4.68 Seweet / Pisang Hutan (Musa balbisiana)
Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian ± 2200 m
dpl. Tanaman pisang menyukai daerah yang panas, subur atau sedikit berbatu,
dekat pembuangan sampah. Seweet dipercaya memiliki khasiat sebagai obat
luka luar dan penyakit kulit seperti koreng.
70. Sumiiq Meong / Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
Gambar 4.69 Sumiiq Meong / Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Menurut Heyne (1987), kumis kucing termasuk terna tegak, pada
bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2
meter. Batang bersegi empat agak beralur berbulu pendek atau gundul. Helai
daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat
yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun panjang 1-10cm dan lebarnya
7,5mm-1,5cm. Urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana
kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya
sangat banyak, panjang tangkai daun 7-29cm.
Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan
pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas
gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang
keluar dari ujung cabang dengan panjang 7-29 cm, dengan ukuran panjang 1327mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian
menjadi putih, panjang tabung 10-18mm, panjang bibir 4,5-10mm, helai bunga
tumpul, bundar.
Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi
bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1,752mm. Gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm
(Heyne, 1987).
71. Tabat Barito (Ficus deltoidea)
Tabat Barito merupakan tanaman yang cara hidupnya dari terrestrial
sampai epifit atau epilitik. Daun tersusun zig zag pada cabang-cabang
ramping, bertangkai panjang 0,1-9 cm, tebal 1-5 mm, gundul; helaian beragam
membundar telur sungsang sampai melancet 8 cm panjangnya, berwarna hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
terang kekuningan atau coklat kekuningan dengan bintik-bintik dan mengkilap
di permukaannya. Urat daun utamanya bercabang dengan beberapa bintik
coklat yang jelas di bawah poros urat daunnya. Jenis ini memiliki daun yang
sangat bervariasi (dalam ukuran, bentuk, susunan tulang daun, keberadaan dan
penyebaran kelenjar lilin, panjang tangkai daun) dan syconium (bentuk, warn
a matang, panjang dan diameter tangkai perbungaannya).
Gambar 4.70 Tabat Barito (Ficus deltoidea)
Perbungaan atau disebut syconium, rumen aksiler, berpasangan atau
tunggal; tangkai 1,5-3 cm atau duduk; dasar perbungaan bervariasi membulat,
menjorong, membulat telur, melonjong dan hampir silinder, diameter 0,4-0,8
cm berwarna kuning-jingga atau merah-ungu tua. Tabat barito diketahui
memiliki khasiat untuk mengobati penyakit dan luka dalam.
72. Tawar Seribu
Tawar seribu merupakan tanaman yang masih termasuk dalam suku
euphorbiaceae, tanaman ini memiliki ukuran dengan tinggi mencapai 15 cm,
diameter batang 2 cm. tawar seribu memiliki batang berwarna hijau, dan
memiliki getah berwarna putih apabila batangnya dipatahkan atau ditusuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Gambar 4.71 Tawar Seribu
Daun tawar seribu berbentuk bulat telur, berwarna hijau tua,
pertulangan daun menyirip dan memiliki daging daun yang tebal. Tawar seribu
biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias dengan media pot dipekarangan
rumah. Tawar seribu diketahui memiliki khasiat sebagai obat untuk gigitan
serangga maupun alergi kulit.
73. Telasak / salam (Syzygium polyanthum)
Pohon berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm.
Pepagan (kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik.
Daun tunggal terletak berhadapan, dengan tangkai hingga 12 mm. Helai daun
berbentuk jorong-lonjong, jorong sempit atau lanset, 5-16 x 2,5-7 cm, gundul,
dengan 6-11 urat daun sekunder, dan sejalur urat daun intramarginal nampak
jelas dekat tepi helaian, berbintik kelenjar minyak yang sangat halus.
Karangan bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, 2-8 cm, muncul
di bawah daun atau kadang-kadang pada ketiak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Gambar 4.72 Telasak / salam (Syzygium polyanthum)
Bunga kecil-kecil, duduk, berbau harum, berbilangan-4; kelopak
seperti mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm; mahkota lepas-lepas, putih, 2,53,5 mm; benang sari banyak, lebar 3 mm, terkumpul dalam 4 kelompok, lekas
rontok; piringan tengah agak persegi, jingga kekuningan. Buah buni membulat
atau agak tertekan, 12 mm, bermahkota keping kelopak, berwarna merah
sampai ungu kehitaman apabila masak.
Pohon ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder,
mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah)
dan 1.300 m dpl (di Thailand); kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk
bawah (Dalimartha, 2007).
Di samping itu salam ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahanlahan yang lain, terutama untuk diambil daunnya. Daun salam liar hampir tak
pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda
dan kurang harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
74. Terok
Gambar 4.73 Terok
Terok merupakan tanaman jenis perdu yang hidup dengan cara
memanjat tanaman lain. Terok masih termasuk tumbuhan dikotil, tidak bersifat
epifit karena akar utamanya masih berada di dalam tanah. Terok cukup sulit
untuk ditemukan karena sifat hidupnya diantara pepohonan yang tinggi
sehongga terok hanya dapat dikenali melalui buahnya yang jatuh ketanah.
Buah terok berwarna merah, bentuknya pipih mirip seperti buah secang hanya
saja buah terok memiliki semacam rambut diseluruh permukaan buahnya dan
rambut ini dapat lepas dengan mudah ketika disentuh oleh manusia, selain
mudah lepas, daun ini akan menempel dikulit, menancap pada pori – pori kulit
sehingga mengakibatkan rasa gatal yang berujung pada isritasi kulit. Terok
dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati Tubercolosis (TBC).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
75. Tempera / Nangsi (Villebrunia rubescens Bl.)
Gambar 4.74 Tempera / Nangsi (Villebrunia rubescens Bl.)
Tempera merupakan tanaman sejenis perdu dengan tinggi antara 3-8
meter. Buah tempera kecil berwarna kuning. Tempera biasa hidup didaerah
pegunungan dengan ketinggian hingga 1400 m dpl. Tempera memiliki daun
berbentul lanset, berwarna hijau, pertulangan menyirip. Tanaman ini memiliki
cairang yang keluar dari batang dan dapat diminum lalu dimanfaatkan sebagai
bahan untuk mengobati penyakit kesulitan kencing atau digunakan untuk
mengobati bengkak pada mata.
76. Pengooq Peay
Pengooq Peay merupakan tanaman jenis perdu yang hidup didataran
dengan ketinggian hingga 1200 m dpl. Pengooq Peaya biasa ditemukan hidup
didaerah perbukitan, lereng gunung, dan hutan dipterocarpae campuran.
Pengooq Peay memiliki tinggi hingga 2 m, diameter batang 3-6 cm, warna
batang kelabu, dan percabangan simpodial serta sistem perakaran tunggang.
Daun Pengooq Peay berbentuk lanset dengan ujung dan pangkal daun
runcing; warna daun hijau tua, panjang daun 5-8 cm, lebar daun 2 cm,
pertulangan daun menyirip dan sedikit melengkung,.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Gambar 4.75 Pengooq Peay
Buah Pengooq Peay berbentuk seperti kacang polong, berwarna hijau
dengan bentuk didak beraturan. Buah berkumpul dalam satu tandan, setiap
tandan dapat memiliki buah antara 20-25 butir buah.
77. Tetukng Galekng / Sarang Semut (Myrmecodia sp)
Sarang semut adalah tumbuhan epifit (menempel pada tumbuhan lain
yang lebih besar tetapi bukan parasit) yang batangnya menggelembung besar
dimana di dalamnya banyak terdapat ruang atau rongga kecil yang dihuni
semut. Tumbuhan sarang semut banyak tumbuh di Malaysia, Filipina,
Kamboja, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Papua, Papua Nugini, Cape York
sampai ke Kepulauan Solomon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Gambar 4.76 Tetukng Galekng / Sarang Semut (Myrmecodia sp)
Di Papua populasi sarang semut sangat banyak karena daerahnya
sebagian besar adalah dataran tinggi, tempat yang tepat bagi tumbuhan sarang
semut untuk berkembang biak, yaitu di atas 600 mdpl (meter di atas
permukaan laut). Satu tumbuhan sarang semut selalu dihuni oleh satu jenis
semut. Tercatat, ada 26 jenis tumbuhan sarang semut. Dan tumbuhan sarang
semut yang dipakai untuk pengobatan adalah spesies Myrmecodia pendens.
Jenis ini banyak tumbuh di daerah Wamena, Papua
Bentuknya
menggelembung.
mirip
umbi,
Bagian
yang
di
bawah
batang
menggelembung
itulah
tanaman
yang
yang
banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan digunakan masyarakat sebagai
tanaman obat. Di dalamnya terdapat tiga jenis semut (Irydomyrmex) sebagai
penghuninya, jadi bukan sembarang sarang semut seperti tampak di beberapa
ranting pahon seperti pohon Mangga (Nurmalina, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
78. Tuuq Jarukng / Anggrek Macan (Grammatophyllum scriptum)
Gambar 4.77 Tuuq Jarukng / Anggrek Macan
(Grammatophyllum scriptum)
Grammatophyllum scriptum adalah spesies anggrek dari keluarga
Orchidaceae. Pada umumnya spesies ini memiliki bunga dengan lebar sampai
4,5 cm, dengan warna hijau serta tanda berwarna cokelat tua. G. scriptum
merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang bisa ditemukan di dataran rendah
pesisir (100 meter di atas air laut). Karena ukurannya yang besar, tanaman ini
jarang ditemukan di luar budidaya lembaga botani. Anggrek macan dipercaya
memiliki khasiat sebagai obat sakit pinggang atau pegal linu, cara
pemanfaatannya yaitu dengan meminum air rebusan akarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
79. Tuuq Nayuq (Saccharum sp.)
Gambar 4.77 Tuuq Nayuq (Saccharum sp.)
Tuuq Nayuq merupakan tanaman sejenis tebu hanya sajaTuuq Nayuq
berwarna merah. Tidak ada perbedaan lainnya dari tebu biasa selain warna
batangnya yang berwarna merah. Tuuq Nayuq biasa tumbuh liar akan tetapi
ada beberapa penduduk yang membudidayakan Tuuq Nayuq sebagai bahan
obat-obatan keluarga. Tuuq nayuq dipercaya memiliki khasiat sebagai
penawar racun dan peluruh batu ginjal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
80. Pemusiiq Taluutn
Gambar 4.79 Pemusiiq Taluutn
Pemusiiq Taluutn merupakan tanaman sejenis rumput yang hidup di
padang rumput, daerah perbukitan maupun lereng gunung. Sangat sedikit
informasi mengenai tanaman ini. Tinggi Pemusiiq Taluutn mencapai 30 cm,
daun lanset, pertulangan daun sejajar, akarnya serabut. Pemusiiq Taluutn
memiliki cirri khas yaitu pada bagian akarnya terdapat seperti umbi yang
berisi daging akar. Warna akar Pemusiiq Taluutn berwarna putih. Pemusiiq
taluutn dipercaya memiliki khasiat sebagai obat asthma.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa orang Dayak Tunjung Linggang
memiliki kemampuan untuk mengenali jenis tumbuhan obat melalui ciri-ciri khusus,
cara hidupnya, habitat dan sebagainya sehingga mereka dapat membedakan dua jenis
tanaman yang terlihat sangat mirip akan tetapi mempunyai perbedaan baik itu dari
ciri, cara hidup, dan habitatnya. Pengetahuan ini sangat penting untuk menentukan
jenis tumbuhan obat yang dibutuhkan untuk dimanfaatkan sebagai obat pada penyakit
yang tepat sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang dapat mengakibatkan
keracunan atau efek samping lainnya pada orang yang mengkonsumsi.
Selain pengetahuan untuk membedakan jenis-jenis tumbuhan, masyarakat
suku Dayak Tunjung Linggang juga mempunyai metode tersendiri dalam menentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
nama dari suatu tumbuhan terutama tanaman obat. Nama tanaman diambil dan
diberikan berdasarkan ciri khusus yang menonjol, habitat, kemiripan salah satu ciri
dengan benda lain, dan organ tumbuhan yang paling dominan. Misalnya, orang Dayak
Tunjung Linggang menyebut akar dengan sebutan brakat, batang dengan sebutan
lengaan, daun dengan sebutan rootn, dan buah dengan sebutan ugan. Sebutan ini akan
digunakan sebagai dasar pemberian nama bagi tanaman tersebut terutama tanaman
dengan salah satu organnya yang lebih dominan, cth : Brakat Kerurang (Solanum
spp.), Brakat lutuuq kuning (Bambusa vulgaris).
Selain pemberian nama yang menggunakan ciri atau organ yang paling
dominan, nama tumbuhan juga dapat diberikan dengan berdasarkan pada habitat dan
ciri dari tanaman yang mirip dengan benda atau tanaman lain yang mungkin tidak ada
hubungannya secara klasifikasi. Contoh : Pemusiiq Taluutn, dalam bahasa tunjung
pemusiiq = pengisi; taluutn = hutan. Bila diartikan pemusiiq taluutn = pengisi hutan,
sebutan ini diberikan karena orang Dayak Tunjung Linggang sendiri tidak mengetahui
dengan pasti dan spesifik nama dari tanaman tersebut sehingga hanya disebut sebagai
“pengisi hutan”. Sebutan pemusiiq taluutn ternyata tidak hanya diberikan pada satu
jenis tanaman saja akan tetapi beberapa jenis tanaman yang ada di hutan tetapi tidak
diketahui namanya, walaupun begitu orang Dayak Tunjung Linggang tetap dapat
membedakan jenis – jenis tanaman itu meskipun memiliki nama yang sama.
D. Organ Tanaman Obat Yang Dimanfaatkan sebagai Ramuan Obat
Dalam pemanfaatannya, tanaman obat memiliki fungsi yang berbeda
tergantung dari organ tumbuhan yang diambil dan jenis penyakit yang ingin
disembuhkan. Dengan kata lain tiap organ tumbuhan obat memiliki fungsi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
berbeda sehingga suatu tanaman obat dapat menyembuhkan lebih dari satu jenis
penyakit.
Pengumpulan data organ tanaman yang digunakan berdasarkan data tanaman
obat yang dikumpulkan lalu dilanjutkan dengan mengidentifikasi organ tumbuhan
bagian mana saja yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Tidak semua organ tanaman
dapat digunakan sebagai obat, bahkan beberapa tanaman dikenal beracun. Oleh
karena itu pemilihan bagian tumbuhan yang tepat sangat penting bagi pemanfaatan
tanaman obat itu sendiri agar tidak terjadi kesalahan yang fatal ketika digunakan.
Organ tanaman obat dapat digolongkan berdasarkan organ akar, batang, biji,
buah, bunga, daun, rimpang, umbi. Data dari organ tanaman obat tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Proporsi Organ Tanaman Yang Digunakan
Nama Organ
Akar
Batang
Biji
Buah
Daun
Bunga
Rimpang
Semua bagian tanaman
Umbi
TOTAL
Jumlah
10
15
2
5
20
3
10
10
5
80
Berdasarkan data yang diperoleh organ dari total tanaman obat yang paling
banyak digunakan adalah bagian daun sedangkan yang paling jarang digunakan
adalah bagian biji. Organ tanaman yang digunakan hanya satu bagian dari suatu
tumbuhan walaupun ada beberapa tanaman yang dapat digunakan semua bagian
tanaman sebagai obat. Bagian biji sedikit digunakan karena pada umumnya beberapa
tanaman tidak memiliki biji dan tidak sedikit tanaman yang memiliki kandungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
kimia yang beracun pada biji ataupun buah. Beberapa bagian lain yang digunakan
adalah batang, akar, rimpang, bunga dan umbi.
Batang biasanya dimanfaatkan dengan cara direbus atau dihancurkan untuk
diambil ekstraknya, namun beberapa metode pemanfaatan hanya memanfaatkan getah
yang dikeluarkan dari batang tanaman tersebut untung dioleskan atau ditempelkan.
Akar, rimpang, bunga dan umbi diamanfaatkan dengan cara direbus atau dihancurkan
untuk kemudian ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diobati.
Umumnya tanaman obat yang hanya diambil satu bagian, bagian lainnya yang
tersisa akan dibuang. Contoh dari tanaman yang digunakan satu bagian saja antara
lain Brakat kerurang / Solanum spp (akar), Sepaai (batang), Nyelutuui putaakng (buah
& biji), isak – isik (bunga), lejaaq uraakng (rimpang), Pengooq peay (umbi).
Sedangkan jenis tanaman yang dapat digunakan semua bagian umumnya berbentuk
tanaman herba seperti pemusiiq taluutn (semua bagian) yang dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit asthma, Pemusiiq taluutn dimanfaatkan dengan mengambil semua
bagian dari tanaman tersebut untuk kemudian direbus dan dikonsumsi air rebusannya.
E. Jenis Penyakit Yang Terdapat Di Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang
Untuk mempermudah dalam menganalisa jenis penyakit yang terdapat di
masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang maka jenis penyakit digolongkan kedalam
beberapa golongan yaitu luka luar, kram / kejang-kejang, penyakit kulit, terkilir,
bengkak, penawar / penangkal racun, sakit gigi, vitalitas & daya tahan tubuh, luka
dalam, kanker, kosmetik, dan penyakit dalam.
Selain menggolongkan jenis penyakit dan pemanfaatannya, data juga disajikan
dalam bentuk histogram untuk mengetahui jenis penyakit dan metode pemanfaatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
seperti apa yang paling banyak terdapat di masyarakat suku Dayak Tunjung
Linggang. Data dari jumlah dan jenis penyakit dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Proporsi Jenis Penyakit Yang Dapat Diobati
Jenis Penyakit
Luka luar
Kram / Kejang-kejang
Penyakit kulit
Terkilir
Bengkak
Sakit gigi
Vitalitas & Daya tahan tubuh
Luka dalam
Kanker
Penyakit dalam
TOTAL
Jumlah
17
1
8
2
7
6
10
5
3
20
79
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar tanaman obat memiliki
fungsi untuk menyembuhkan lebih dari satu penyakit sehingga jenis penyakit yang
dapat diobati berjumlah lebih banyak daripada jumlah tanaman obat itu sendiri, selain
itu jenis penyakit yang dapat disembuhkan oleh suatu tanaman tertentu dapat
bertambah apabila tanaman tersebut dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan lain
yang ditemukan dilingkungan sekitar baik yang bersumber dari sesama tumbuhan
maupun hewan atau bahkan dari sumber abiotik lainnya sehingga membentuk suatu
formula obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang membutuhkan
metode pengobatan yang spesifik misalnya, untuk mengobati penyakit cacar air,
masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang mengkombinasikan tanaman Jagokng
mangur (jagung muda) + belimikng tunyuk (belimbing sayur) + ocok pare (pucuk
pare) yang dihancurkan sampai halus kemudian dibentuk seperti lotion sedangkan
orang Dayak Tunjung Linggang menyebutnya sebagai Burai, setelah itu burai yang
telah dibuat dioleskan pada bagian tubuh yang terkena cacar air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Dari hasil penelitian, jenis penyakit yang umumnya muncul di masyarakat
suku Dayak Tunjung Linggang yang dapat diobati oleh tanaman obat adalah jenis
penyakit seperti penyakit dalam. Penyakit dalam yang dimaksud dalam hal ini
misalnya disentri, kencing darah, batu ginjal, dll. Kemudian luka luar, yang dimaksud
dengan luka luar adalah luka yang terjadi diluar tubuh (pada daerah kulit). Luka luar
yang paling banyak muncul adalah luka akibat tersayat benda tajam, kecelakaan, dll.
Selain penyakit dalam dan luka luar, vitalitas & daya tahan tubuh menjadi salah satu
permasalahan yang umum dikalangan masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang hal
ini dikarenakan beratnya aktivitas sehari-hari terutama kaum pria sehingga mereka
memanfaatkan tanaman herbal sebagai ganti suplemen untuk menunjang aktivitas
sehari-hari.
Selain mengobati penyakit, beberapa tanaman obat yang ada di masyarakat
suku Dayak Tunjung Linggang juga berfungsi sebagai kosmetik misalnya sebagai
obat awet muda, mengencangkan kulit, mengurangi bau badan, menghilangkan
jerawat, dll.
F. Jenis Metode Pemanfaatan Tanaman Obat
Dalam pemanfaatannya sebagai tanaman obat, metode pemanfaatan yang
dipakai tentu saja berbeda dan bervariasi tergantung dari jenis tanaman dan jenis
penyakit yang akan diobati. Metode-metode tersebut adalah direbus, dioleskan,
ditempelkan, dikonsumsi mentah-mentah dan diuapkan atau dijadikan sauna.
Dalam mengobati penyakit dalam biasanya tanaman dimanfaatkan dengan
cara merebus bagian tanaman yang dipercaya memiliki khasiat kemudian air dari
rebusan tersebut diminum atau dikonsumsi hingga sembuh dari penyakit. Umumnya
air rebusan memiliki aroma yang tidak sedap dan rasa yang sangat pahit, untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
mengatasi masalah ini orang Dayak Tunjung Linggang menambahkan campuran air
aren atau madu agar rasa air rebusan menjadi lebih manis ketika dikonsumsi.
Metode pemanfaatan yang menggunakan cara pengolesan biasanya dilakukan
pada jenis penyakit luar seperti penyakit kulit, luka luar, luka bakar bahkan digunakan
juga sebagai pengganti kosmetik. Dalam metode ini, tanaman obat yang akan
dimanfaatkan diambil salah satu bagian tumbuhan tersebut yang dipercaya memiliki
khasiat kemudian ditumbuk dan dilumat hingga halus kemudian kemudian dioleskan
pada bagian tubuh yang membutuhkan. Umumnya metode ini tidak dapat dilakukan
hanya sekali sehingga perlu dilakukan berkali-kali hingga penyakit tersebut sembuh.
Metode ini biasanya dapat menggunakan bahan tunggal atau satu jenis
tanaman saja namun dapat juga menggunakan suatu formula sehingga membutuhkan
bahan-bahan lain yang dapat membantu proses penyembuhan. Contoh dari
pemanfaatan satu jenis tanaman adalah pemanfaatan tanaman Nilapm sebagai obat
alergi pada kulit, Daun nilapm diambil kemudian dihancurkan lalu dioleskan pada
bagian tubuh yang terkena alergi kulit. Sedangkan contoh dari metode pengolesan
dengan menggunakan formula yaitu pada pengobatan penyakit herpes. Pada penyakit
ini orang Dayak Tunjung Linggang mengkombinasikan tanaman Paatn mangur
(Areca catechu) + rootn rakap (Piper betle), kedua bahan tersebut dihancurkan secara
bersamaan hingga halus kemudian ditambahkan sedikit air lalu dioleskan pada bagian
tubuh yang terkena penyakit herpes.
Dalam pengobatan penyakit luar seperti luka dan penyakit kulit, metode
pemanfaatan dengan cara dioleskan bukanlah menjadi satu-satunya metode yang
dapat digunakan, dalam mengobati penyakit seperti ini, masyarakat suku Dayak
Tunjung Linggang juga menggunakan metode lain yaitu dengan cara menempelkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
tanaman obat yang telah diolah pada bagian tubuh yang terkena penyakit kulit atau
luka.
Pemanfaatan tanaman obat dengan metode ini umumnya sangat efektif
terhadap proses penyembuhan luka luar, metode penempelan dapat membantu
mempercepat proses pembekuan darah sehingga apabila terjadi luka akibat sayatan
benda tajam, pendarahan yang terjadi dapat diminimalisir. Contoh dari metode ini
adalah pemanfaatan tanaman Melastoma affine atau yang biasa dikenal dengan
Harendong, Orang Dayak Tunjung Linggang menggunakan daun yang masih muda
dari Melastoma affine untuk mengobati luka akibat sayatan benda tajam, yaitu dengan
cara menghancurkan daun tersebut hingga hancur lalu kemudian ditempelkan pada
bagian tubuh yang terluka.
Selain menghancurkan dengan cara ditumbuk, daun Melastoma affine
biasanya dikunyah karena reaksi antara kandungan kimia yang ada di dalam daun
Melastoma affine dengan air liur dipercaya memiliki khasiat yang lebih baik daripada
daun yang dihancurkan dengan cara ditumbuk. Metode pemanfaatan tanaman obat
dengan cara ditempelkan ini sangat efektif apabila dilakukan sebagai bentuk
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), berbeda dengan metode pengolesan
yang biasanya perlu dilakukan berkali-kali.
Beberapa tanaman dalam pemanfaatannya tidak perlu diberi perlakukan
khusus. Ocok jamuu (Psidium guajava), orang Dayak Tunjung Linggang
memanfaatkan tanaman ini sebagai obat untuk diare yaitu dengan cara mengambil
bagian pucuk dari Psidium guajava lalu dimakan mentah-mentah.
Metode yang terakhir adalah diuapkan atau dijadikan sauna. Sejak dahulu
orang Dayak Tunjung Linggang telah mengenal formula-formula dari tanaman yang
dapat digunakan sebagai bahan sauna. Sauna biasanya dilakukan untuk mengurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
bau badan. Sauna dalam bahasa Dayak Tunjung Linggang dikenal dengan istilah
reruukng, reruukng biasanya dilakukan oleh kalangan wanita khususnya bagi yang
baru selesai melahirkan, reruukng dipercaya dapat membuang “keringat jahat” yang
ada di dalam tubuh ketika proses melahirkan. Formula untuk reruukng umumnya
adalah Hamuukng + Kerehau + Ocok kelepapaq + Ocok runuukng + Serai Limau
dimana semua bahan ini dikumpulkan menjadi satu kemudian direbus lalu dibawa
kesuatu ruangan kecil dan tertutup agar uap yang dihasilkan dapat memberikan hasil
yang maksimal.
G. Sumber Perolehan Tanaman Obat
Masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang sejak zaman dahulu merupakan
suku yang memiliki ketergantungan besar terhadap alam dan lingkungan sehingga
hampir sebagian besar tanaman diperoleh dengan cara diambil langsung dari alam.
Berdasarkan pengamatan, ada 3 jenis sumber perolehan tanaman obat bagi suku
Dayak Tunjung Linggang yaitu tanaman yang hidup liar, hasil budidaya dan dibeli.
Dari total 80 tanaman yang didata, 47 jenis tanaman obat didapatkan secara
liar sehingga untuk mendapatkannya orang Dayak Tunjung Linggang harus mencari
tanaman tersebut dihutan walaupun ada beberapa jenis tanaman yang tidak mudah
untuk ditemukan di karenakan populasi tanaman tersebut yang semakin menyusut
seiring dengan terjadinya penebangan hutan secara liar dan pembukaan lahan untuk
berladang.
Total 33 tanaman dari 80 tanaman didapatkan dari hasil budidaya, tanamantanaman ini biasanya merupakan tanaman yang ditanam di pekarangan rumah.
Pembudidayaan dilakukan dengan tujuan agar tanaman obat tersebut lebih mudah
ditemukan ketika diperlukan sehingga tidak perlu jauh-jauh mencari ke dalam hutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Selain mempermudah untuk memperoleh tanaman obat, budidaya juga dilakukan
untuk mengkonservasi jenis tanaman obat tertentu yang sudah sulit ditemukan. Salah
satu contoh tanaman yang dibudidaya dengan tujuan konservasi adalah Tetukng
galeekng, tanaman ini memiliki khasiat untuk mengobati penyakit kanker akan tetapi
tanaman ini sudah sangat jarang sekali ditemukan sehingga beberapa orang dari Suku
Dayak Tunjung Linggang berinisiatif untuk membudidayakan tanaman ini agar tidak
punah.
Sumber perolehan yang terakhir untuk mendapatkan tanaman obat adalah
dengan cara dibeli di pasar walaupun dari data yang didapatkan, tidak ada satupun
tanaman yang didapatkan dengan cara dibeli. Akan tetapi dari informasi yang
diberikan oleh beberapa informan, penulis mengetahui bahwa ada beberapa jenis
tanaman obat baik campurannya yang hanya didapatkan dengan cara membeli hal ini
tentu saja tidak berlaku bagi warga yang telah membudidayakan tanaman tersebut
dirumahnya, namun bagi yang tidak memiliki tanaman tersebut memilih untuk
membeli daripada harus mencari ke dalam hutan.
H. Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Sumber Belajar Biologi
Pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tanaman obat ternyata masih
sangat kurang, hal ini ditunjukkan dengan fakta di lapangan bahwa tidak semua orang
di masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang mengerti mengenai pemanfaatan
tanaman oba. Dalam hal ini, pengetahuan akan pemanfaatan tanaman obat ini perlu
ditingkatkan.
Cara meningkatkan pengetahuan mengenai pemanfaatan tanaman obat ini
dapat dilakukan dengan membuat suatu materi khusus dalam pembelajaran disekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
baik SMP maupun SMA mengenai jenis-jenis tanaman lokal yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat sehingga siswa dapat mendapatkan materi pembelajaran yang bersifat
kontekstual karena semua tanaman yang ada di dalam materi pembelajaran dapat
ditemukan di daerah sekitarnya.
Hasil dari penelitian ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu
bentuk upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan
tanaman obat yaitu dengan cara menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian
dalam pembelajaran biologi terutama dalam materi keanekaragaman
hayati pada
kompetensi dasar “Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan
peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi” di satuan pendidikan SMA kelas X
semester II (Silabus & RPP dapat dilihat pada lampiran 4 & 5).
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan
bagi guru dalam memberikan pembelajaran biologi yaitu dengan memanfaatkan
sumber belajar yang bersifat kontekstual ketika memberikan materi mengenai
keanekaragaman hayati kepada siswa khususnya di daerah kabupaten Kutai Barat.
Dengan begitu siswa akan lebih mudah memahami, menemukan dan mengenali jenis
– jenis tanaman obat.
Untuk daerah seperti Kutai Barat, penerapan model pendekatan Inquiry pada
materi pemanfaatan tanaman obat akan lebih memudahkan guru sehingga dalam
menjelaskan kepada siswa, guru cukup memberikan pemahaman mengenai bagaimana
pemanfaatan tanaman obat tersebut dilakukan, ciri-ciri tanaman obat, cara
mendeterminasi dan tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk konservasi tanaman
khas daerah yang sudah hampir punah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Selain memberikan materi, guru juga dapat memberikan tutorial dalam
pembuatan herbarium sehingga hal ini dapat memicu minat dan kreatifitas siswa.
Diakhir pertemuan, guru akan memberikan tugas mandiri tidak terstruktur yaitu tugas
yang diselesaikan dan dikumpulkan pada batas maksimum yang ditentukan oleh guru
dan siswa dapat mengumpulkannya kapan saja direntang antara batas maksimum yang
ditentukan. Isi dari tugas itu adalah siswa diminta untuk menemukan tanaman obat
(Bryophyta, Pterydophyta dan Spermatophyta), mengidentifikasi (nama daerah,
umum, ilmiah), mendeskripsikan ciri dan metode pemanfaatannya, serta membuat
herbarium dari tanaman tersebut.
Dari proses belajar seperti ini diharapkan siswa akan lebih memahami
mengenai materi keanekaragaman hayati terutama peranan tumbuhan terhadap
kelangsungan hidup manusia khususnya tanaman obat, siswa
bagaimana
juga belajar untuk
memanfaatkan keanekaragaman hayati dengan benar,
mencintai
lingkungan dan ikut membantu dalam melakukan konservasi tumbuhan yang hampir
punah (Biosentris).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh suku Dayak Tunjung Linggang
sangat bervariasi dengan sebagian besar merupakan Spermatophyta, selain itu
terdapat sebanyak 80 jenis tanaman yang berasal dari 38 famili yang berbeda.
2. Organ tumbuhan obat yang dimanfaatkan adalah akar, batang, biji, buah,
bunga, daun, rimpang, semua bagian tumbuhan dan umbi.
3. Jenis penyakit yang dapat disembuhkan juga bervariasi yaitu luka luar, kram /
kejang-kejang, penyakit kulit, terkilir, bengkak, penangkal racun, sakit gigi,
vitalitas / daya tahan tubuh, luka dalam, kanker, dan penyakit dalam.
4. Cara pemanfaatan tumbuhan obat yang terdapat di masyarakat suku Dayak
Tunjung Linggang yaitu direbus, dioleskan, ditempelkan, dikonsumsi mentah
– mentah / segar dan di uapkan atau dijadikan sebagai sauna.
5. Cara memperoleh tumbuhan obat di masyarakat suku Dayak Tunjung
Linggang antara lain didapatkan tumbuh secara liar dan dibudidaya.
B. Saran
1. Pengetahuan mengenai pemanfaatan tanaman obat harus ditingkatkan, penulis
menganjurkan untuk dibuat materi khusus dalam pembelajaran disekolah baik
SMP
maupun SMA mengenai jenis-jenis tanaman lokal yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat sehingga siswa dapat mendapatkan materi
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
pembelajaran yang bersifat kontekstual karena semua tanaman yang ada di
dalam materi pembelajaran dapat ditemukan di daerah sekitarnya.
2. Karena masih banyak hal-hal lain dari Suku Dayak Tunjung Linggang yang
belum tercantum di dalam penelitian ini maka penulis menganjurkan untuk
diupayakan tindak lanjut dalam inventarisasi dan dokumentasi tanaman obat
tradisional yang ada di Kabupaten Kutai Barat baik dari suku Dayak Tunjung
dan suku-suku lainnya agar lebih banyak lagi tanaman obat yang dapat
dieksplorasi sehingga pengetahuan mengenai pemanfaatan tanaman obat tidak
hilang begitu saja.
3. Selain mendokumentasikan jenis-jenis tanaman obat tradisional, dokumentasi
mengenai
praktek-praktek
pengobatan
tradisional
yang
menggunakan
tumbuhan juga perlu dibuat sebagai bahan kajian yang mungkin akan
diperlukan sebagai referensi bagi peneliti dan masyarakat serta dapat dijadikan
sebagai upaya untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal agar tidak luntur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T.T. 2011. Ampuhnya Terapi Herbal Berantas Berbagai Penyakit Berat.
Najah. Yogyakarta.
Anna, L.K. 2011. Kepercayaan Masyarakat Pada Obat Herbal Makin Tinggi.
http://health.kompas.com/read/2011/12/10/11055041/Kepercayaan.Masyarak
at.pada.Obat.Herbal.Makin.Tinggi, diakses tanggal 19 september 2013.
Anonim, 2010. The Plant List. www.theplantlist.org. diakses tanggal 2 agustus 2013.
Anonim. 2012. The International Plant Names Index. www.ipni.org, diakses tanggal
2 agustus 2013.
Anonim. 2012. Your Plant Database. www.plantamor.com, diakses tanggal 20 juli
2013.
Anonim. 2013. Tropicos, www.tropicos.org. diakses tanggal 5 agustus 2013.
Anonim. 2007. Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2007. Sendawar: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Kutai Barat.
Anonim. 2011. Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2011. Sendawar: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Kutai Barat.
C.A .BACKER, D.Sc. (urtrecht) & R. C. Bakhuizen van den brink Jr, Ph. D. 1972.
Flora Of Java (Spermatophytes Only), Netherlands.
Daldjoeni, N. 1982. Geografi Kesejarahan I (Peradaban Dunia). Bandung:
Universitas Negeri Malang.
Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 4. Jakarta: Puspa Swara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Registrasi Jenis Obat-obatan.
Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
DEPKESRI. 2006. Invetaris Tanaman Obat Indonesia (VI). Jakarta: DEPKESRI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta: BALITBANG
Kehutanan.
Jacobs, M. 1982. The study of minor forest products. Flora Malesiana Bulletin 35:
3768-3782 p.
Kebler PJA, Sidiyasa K. 1999. Pohon-Pohon Hutan Kalimantan Timur: Pedoman
mengenal 280 jenis pohon pilihan di daerah Balikpapan-Samarinda.
Balikpapan: The Tropenbos Foundation.
Lahajir, Y. 2001. Etnoekologi perladangan orang Dayak Tunjung Linggang
(Etnografi lingkungan hidup di Dataran Tinggi Tunjung). Yogyakarta:
Galang Press.
Miles, B.B., dan A.M. Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalio Indonesia
Nurmalina, R. 2012. Herbal Legendaris Untuk Kesehatan Anda. Jakarta: Bandung
Valley.
Oswald, T. T. 1995. Tumbuhan Obat Bagi Pencinta Alam. Jakarta: Cetakan II.
Penerbit Bhratara Niaga Media.
Purwanto, Y. 2003. Studi etnoekologi masyarakat Dani-Baliem dan perubahan
lengkungan di lembah Baliem, Jayawijaya, Irian Jaya. Jakarta:
Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Rahayu, Y. D. 2005. Kajian Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Malinau Research
Forest (MRF) CIFOR Kabupaten Malinau Kalimantan Timur. Tesis Program
Studi Ilmu Kehutanan. Program Pascasarjana Magister. Universitas
Mulawarman. Samarinda.
Sulaksana, J., & D. I. Jayusman. 2005. Keji Beling : Mencegah dan Menggembur
Batu Ginjal. Cetakan I. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprapto, W. 2000. Toga (Tanaman Obat Keluarga): pengobatan alternatif. Jakarta:
Pusat Kajian Masyarakat UNIKA Atma Jaya.
Suryadarma, I.G.P. 2005, Konsepsi Kosmologi dalam Pengobatan Usada Taru
Pramana. Journal of Tropical Ethnobiology. Vol. 2, No. 1,. Januari 2005.
LIPI. Bogor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Sutrisno, H. 1986. Metode Research. hlm. 42. Jakarta: Andi Offset.
Syamsuhidayat, S.S & Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
Edisi Kedua. Jakarta: DEPKES RI.
Toledo, M.V. 1992. What is Ethnoecology? Origen, Scope and Implications of A
Rising Dicipline. Ethnoecologica, vol. 1(1) : 5 – 21.
Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan. Fakultas Kedokteran USU. Medan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
LAMPIRAN 1
Panduan dan Tujuan Pertanyaan Wawancara
No.
Pertanyaan
Tujuan
1.
Dapatkah anda mendeskripsikan kepada saya
mengenai Sejarah Suku Dayak Tunjung
Linggang?
Untuk mengetahui sejarah dari Suku Dayak
Tunjung Linggang
2.
Bagaimana Pola Kebiasaan dan Keseharian
dari Suku Dayak Tunjung Linggang? Apa
sumber mata pencaharian utama nya?
Untuk mengetahui Pola Kebiasaan dan
Kehidupan
sehari-hari
serta
mata
pencaharian dari Suku Dayak Tunjung
Linggang
3
Bagaimana
reaksi
masyarakat
dalam
menanggapi isu-isu yang terkait dengan
lingkungan hidup? Apakah ada aturan tertentu
dalam adat istiadat Suku Dayak Tunjung
Linggang mengenai pelestarian lingkungan
hidup?
Untuk mengetahui bagaimana reaksi
masyarakat dalam menanggapi isu – isu
yang terkait dengan pelestarian lingkungan
hidup dan mengetahui aturan adat istiadat
suku dayak tunjung linggang mengenai
peletarian lingkungan hidup.
4.
Tanaman apa saja yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat oleh suku Dayak Tunjung
Linggang?
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi
jenis tanaman apa saja yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat.
5.
Organ tanaman bagian mana yang digunakan
untuk dijadikan obat
Untuk mengetahui organ tanaman bagian
mana yang dapat dimanfaatkan menjadi obat
Bagaimana pemanfaatan nya? Pada jenis
penyakit apa?
Untuk mengetahui cara pemanfaatan
tanaman tersebut dan jenis penyakit apa
yang dapat disembuhkan
Dimana tempat bisa ditemukan nya tanaman
tersebut?
Untuk mengetahui tempat
tanaman obat tersebut.
6.
7.
perolehan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
LAMPIRAN 2
Intrumen Perekaman Data Untuk Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat
Suku Dayak Tunjung Linggang di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan
Timur
Nama
No
Genus
Umum
1
2
3
4
5
6
7
dst
Lokal
Ilmiah
(spesies)
Organ
Yang
Digunakan
Cara Penggunaan
Manfaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
LAMPIRAN 3
PETA LOKASI PENELITIAN
Kabupaten
Kutai Barat
Muara Leban
Muara Mujan
Jelemuq
Tering
Linggang Melapeh
Linggang Amer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4
SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN
SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
:
: BIOLOGI
: X/II
: 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati
KOMPETENSI DASAR
: 3.1. Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di Bumi
ALOKASI WAKTU
: 2

45 menit
Indikator Pencapaian Kompetensi
Materi Pembelajaran



Peranan dunia tumbuhan
bagi manusia
Jenis – jenis tanaman obat
khas daerah serta metode
pemanfaatan nya
Tutorial pembuatan
herbarium
Kegiatan
Pembelajaran
Penilaian
Koginitif
 Tanya jawab mengenai Produk
peran dan manfaat
 Mendeskripsik
dunia tumbuhan bagi
an peran dan
manusia.
manfaat
tumbuhan
 Menampilkan foto
mengenai pemanfaatan sebagai obat.
tumbuhan sebagai obat.  Menyebutkan
jenis-jenis
 Melakukan
tanaman obat
pengamatan diluar
khas daerah
kelas.
dan
 Berdiskusi dan mengisi manfaatnya
LKS.
 mendeskripsika
 Mempresentasikan
n jenis-jenis
hasil diskusi tentang
metode
LKS.
pemanfaatan
tanaman obat
 Membahas LKS.
dan penyakit
 Memberi tugas
yang dapat
pembuatan herbarium.
diobati.
Psikomotor
Membuat
herbarium dari
salah satu jenis
tanaman obat
dengan
keterangan
yang lengkap.
Afektif
Karakter :


Melakukan
diskusi dengan
serius dan teliti
dalam
mengerjakan
LKS.
Disiplin dalam
pengumpulan
LKS
Tes :
 Soal uji
kompetensi
tertulis
Non Tes :
 Laporan
hasil
pengamatan
 Pembuatan
herbarium
Alokasi
Waktu
2  45 menit
Sumber Belajar
 Buku Biologi X, Dyah
Aryulina dkk, Esis,
BAB VIII
 Buku Kerja Biologi IB,
Ign. Kristiyono P.S,
Esis
 Sumber belajar dari
Internet, Perpustakaan,
dll
 Contoh tumbuhan obat
 Loupe
 Artikel tentang
pemanfaatan tanaman
obat
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Kognitif
Proses :
 Melalui kerja
kelompok
siswa dapat
mengamati
jenis-jenis
tanaman obat
khas daerah.
 Melalui kerja
kelompok
siswa dapat
mengamati
organ-organ
tanaman yang
dimanfaatkan
sebagai obat.
 Melalui kerja
kelompok
siswa dapat
mengidentifik
asi jenis-jenis
tanaman obat
khas daerah.
Psikomotor
Afektif
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Sosial :
 Siswa sopan
mampu bekerja
sama dengan
baik saat
melakukan kerja
kelompok.
 Siswa mampu
memiliki
toleransi yang
tingi terhadap
pendapat teman.
 Siswa sopan
dalam
menyanggah
pendapat teman
saat diskusi
 Melalui kerja
kelompok
siswa mampu
mengidentifik
asi manfaat
dari masingmasing
tanaman obat
yang
teridentifikasi.
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Pertemuan
Alokasi Waktu
:
:
:
:
Biologi
X (Sepuluh)/ 2
6
2 jam pelajaran
A. Standar Kompetensi
Memahami manfaat keanekaragaman hayati
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi
kelangsungan hidup di bumi
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Kognitif
a. Kognitif Produk
 Mendeskripsikan peran dan manfaat tumbuhan sebagai obat
 Menyebutkan jenis-jenis tanaman obat khas daerah dan manfaatnya
 mendeskripsikan jenis-jenis metode pemanfaatan tanaman obat dan penyakit
yang dapat diobati.
b. Kognitif Proses
 Mengamati jenis-jenis tanaman obat khas daerah
 Mengamati organ-organ tanaman yang dapat dijadikan sebagai obat
 mengidentifikasi jenis-jenis tanaman obat khas daerah
 mengidentifikasi masing-masing manfaat dari tanaman obat yang
teridentifikasi
2. Psikomotor
Membuat herbarium dari salah satu jenis tanaman obat dengan keterangan yang
lengkap.
3. Afektif
a. Afektif karakter
 Melakukan diskusi dengan serius dan teliti dalam mengerjakan LKS
 Disiplin dalam pengumpulan LKS
b. Afektif sosial
 Bekerja sama dengan baik saat melakukan kerja kelompok
 Memiliki toleransi tinggi terhadap pendapat teman
 Sopan dalam menyanggah pendapat teman saat diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Kognitif Produk
 Secara mandiri siswa mampu mendeskripsikan peran dan manfaat tumbuhan
sebagai obat.
 Secara mandiri siswa mampu menyebutkan jenis-jenis tanaman obat beserta
manfaatnya.
 Secara mandiri siswa mampu mendeskripsikan jenis-jenis metode pemanfaatan
tanaman obat dan penyakit yang dapat diobati.
b. Kognitif Proses
 Melalui kerja kelompok siswa dapat mengamati jenis-jenis tanaman obat khas
daerah.
 Melalui kerja kelompok siswa dapat mengamati organ-organ tanaman yang
dimanfaatkan sebagai obat.
 Melalui kerja kelompok siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis tanaman obat
khas daerah.
 Melalui kerja kelompok siswa mampu mengidentifikasi manfaat dari masingmasing tanaman obat yang teridentifikasi.
2. Psikomotor
Siswa dapat membuat herbarium dari salah satu jenis tanaman obat dengan
keterangan yang lengkap.
3. Afektif
a. Afektif karakter
 Siswa mampu melakukan diskusi dengan serius dan teliti dalam mengerjakan
LKS
 Siswa disiplin dalam mengumpulkan LKS
b. Afektif sosial
 Siswa sopan mampu bekerja sama dengan baik saat melakukan kerja kelompok
 Siswa mampu memiliki toleransi yang tingi terhadap pendapat teman
 Siswa sopan dalam menyanggah pendapat teman saat diskusi
B. Materi Ajar
1. Peranan dunia tumbuhan bagi manusia
2. Jenis – jenis tanaman obat khas daerah serta metode pemanfaatan nya
3. Tutorial pembuatan herbarium
C. Model dan Metode Pembelajaran
1. Pengamatan – Diskusi
2. Strategi Pembelajaran
Tatap Muka
 Mendeskripsikan
peranan dunia tumbuhan
bagi manusia
Terstruktur
Mandiri
 Siswa dapat
mengumpulkan
informasi mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Tatap Muka
Terstruktur
Mandiri
 Mendeskripsikan jenis –
jenis tanaman obat khas
daerah
 Tutorial pembuatan
herbarium
pemanfaatan tanaman
obat melalui
pengamatan yang
dilakukan secara
berkelompok
D. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 6 (2 jam pelajaran)
Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan
Guru
Alokasi
Siswa
Waktu
Kegiatan Awal (10 menit)
 Memberi salam,
 Mengecek absensi,
 Mengecek kesiapan siswa
Pembukaan
 Menyiapkan media, alat dan bahan
pembelajaran.
 Guru menanyakan tentang peran
Apersepsi
dan manfaat dunia tumbuhan bagi
manusia.
 Memuji siswa yang berani
menjawab.
 Meluruskan jawaban siswa,
Motivasi
 Menjawab
salam,
 Siswa,
mengeluarkan
buku.
 Berpikir dan
menjawab
pertanyaan dari
3 menit
guru.
 Menanggapi
pujian guru
 Siswa
membawa siswa berpikir menuju
memperhatikan
pelajaran pokok.
penjelasan guru
 Menjelaskan tujuan pembelajaran.
5 menit
dan bertanya
apabila merasa
kurang jelas.
 Siswa
memperhatikan
guru.
2 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan
Guru
Alokasi
Siswa
Waktu
Kegiatan Inti (65 menit)
 Guru menampilkan beberapa foto
mengenai pemanfaatan tumbuhan
mengamati foto
sebagai obat
yang ditampilkan
 Guru membagi kelas menjadi 5
kelompok (setiap kelompok5 siswa)
Eksplorasi
 Siswa
 Guru membagikan artikel dan LKS
kepada kelompok siswa.
guru.
 Siswa
menempatkan
5 menit
diri bersama
kelompoknya.
 Siswa menerima
artikel & LKS.
 Guru meminta siswa untuk
mengungkapkan tanaman obat apa
dalam kelompok
saja yang pernah ditemukan siswa
dan menjawab
berdasarkan pengamatan dalam
petanyaan.
kehidupan sehari-hari siswa..
 Guru mengajak siswa untuk mencari
tanaman yang memiliki ciri-ciri yang
 Siswa mengikuti
guru
 Siswa berdiskusi
sesuai dengan deskripsi siswa
dan mengisi
dilingkungan sekolah.
LKS
 Guru meminta siswa untuk
Elaborasi
 Siswa berdiskusi
berdiskusi dan mengisi LKS
 Guru menyuruhsiswa
mengumpulkan LKS
 Guru menunjuk 2 perwakilan
 Siswa dalam
proses diskusi
 Siswamengumpu
lkan LKS.
 Siswa yang
kelompok untuk mempresentasikan
ditunjuk oleh
hasil diskusi tentang LKS.
guru
 Guru meminta siswa lain untuk
mempresentasika
menanggapi hasil presentasi
n hasi ldiskusi
temannya.
tentang LKS.
50 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan
Guru
 Guru membahas LKS bersama
siswa.
Alokasi
Siswa
Waktu
 Siswa
menanggapi
hasil presentasi
temannya.
 Siswa
memperhatikan
Konfirmasi
 Guru menjelaskan beberapa hal yang
 Siswa mencatat
masih belum diketahui oleh siswa
hal-hal yang
 Guru meminta salah satu siswa untuk
menyimpulkan pelajaran.
dianggap penting
dari tambahan
guru.
 Siswa
menyimpulkan
hasil
pembelajaran.
Kegiatan Akhir (10 menit)
 Memberi tugas untuk membuat
herbarium
Penutup
 Menutup pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
 Siswa
mendengarkan
tugas/pengumum
an dari guru.
 Menjawab salam
E. Alat / Bahan/ Sumber
1. Buku Kerja Biologi, Esis
2. Buku Biologi SMA kelas X, Esis, Bab VIII
3. Foto mengenai pemanfaatan tanaman sebagai obat
4. Loupe
F. Penilaian
1. Uji kompetensi tertulis
2. Tugas pembuatan herbarium
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
LAMPIRAN 6
MATERI PEMBELAJARAN
PERAN DAN MANFAAT DUNIA TUMBUHAN
SEBAGAI TANAMAN OBAT
Cajus Plinius Secundus Sr ( 300 SM – AD 25) seorang penulis, naturalis dan
filsuf alam berpendapat bahwa alam seisinya diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan
manusia, sehingga adanya tumbuhan di permukaan bumi ini pun diciptakan oleh Tuhan
untuk memenuhi keperluan – keperluan hidup manusia, misalnya sebagai bahan pangan,
obat – obatan, dll. Bahkan menurut Plinius semua tumbuhan mempunyai daya
pengobatan.
Walaupun seiring dengan perkembangan IPTEK, sekarang ini banyak obat –
obatan yang dibuat secara sintetik di pabrik bukan berarti kita dapat mengabaikan begitu
saja arti tumbuhan sebagai penghasil bahan berkhasiat obat. Berdasarkan fakta yang
ada, zat – zat yang bersifat sebagai antibiotika (penisilin, streptomesin, dll) merupakan
zat yang berasal dari tumbuhan.
Manusia telah mengenal pemanfaatan tanaman obat sejak berabad – abad yang
lalu bahkan sebelum Plinius lahir. Mungkin sulit bagi kita untuk menerima dan percaya
bagaimana manusia dapat menemukan tanaman yang tepat untuk mengobati suatu
penyakit. Bila ditelusuri, penemuan – penemuan ini bukanlah penemuan yang
didasarkan pada suatu pemikiran rasional, melainkan insting yang dimiliki oleh
manusia. Melalui insting, manusia memilih tanaman yang diperkirakan dapat digunakan
sebagai obat dan ternyata insting nya benar bahwa tanaman itu berkhasiat dalam
menyembuhkan penyakit atau mengurangi rasa sakit, lalu kemudian pengetahuan itu di
wariskan secara turun temurun dari setiap generasi ke generasi secara lisan. Setelah
IPTEK mengalami kemajuan yang cukup pesat, manusia menyadari bahwa pengetahuan
mengenai pemanfaatan tanaman obat itu perlu di abadikan atau didokumentasikan.
Tumbuhan obat di artikan sebagai tanaman ataupun tumbuhan yang secara
alamiah memiliki kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit. Hampir setiap orang
di Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit atau
kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika masih bayi, kanak-kanak
maupun setelah dewasa. Tercatat ada sebanyak 7557 jenis tumbuhan yang berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
informasi digunakan sebagai obat dan tumbuh tersebar di Indonesia. Dari jumlah
tersebut baru sebagian kecil yang diteliti dari segi budaya dan kegunaannya,
Tanaman obat dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut :
1. Tumbuhan obat lokal, yaitu berdasarkan informasi di daerah tertentu dijadikan
obat, dan ini dapat dibagi lagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, dengan
khasiat yang sama, misalnya pepaya sebagai obat malaria, daun jambu
untuk diare
b. Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat didaerah lain, tapi
dengan khasiat yang berbeda. Misalnya, beberapa daerah di di Indonesia
memanfaatkan belimbing sayur / wuluh sebagai obat batuk tetapi di Kutai
Barat, belimbing sayur / wuluh dimanfaatkan sebagai obat cacar air
c. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat hanya di daerah tersebut (tidak
digunakan sebagai obat di daerah lain). Contoh : Kajuuq Naraakng (Kayu
Arang).
2. Tumbuhan obat sebagai bahan dasar (precursor) baik bahan asli maupun untuk
sintesis. Contoh : Temulawak
3. Tumbuhan obat yang belum dikenal, yaitu berdasarkan informasi diduga
sebagai obat tetapi belum jelas penggunaan dan kegunaannya. Contoh :
beringin
Walaupun banyak tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, banyak
orang yang tidak mengetahuinya dan memilih untuk memusnahkan tanaman tersebut
karena kurangnya pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati di bidang obat –
obatan terutama dalam pemanfaatan tanaman obat. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kepunahan spesies tumbuhan tertentu yang mungkin memiliki khasiat dan
peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, tanaman obat perlu dilindungi dan di budidayakan, manfaat
dalam melindungi dan budidaya tanaman obat adalah selain kita dapat membantu dalam
upaya konservasi tumbuhan dan pelestarian lingkungan, bukanlah hal yang mustahil
apabila tanaman obat tersebut dapat mendatangkan keuntungan secara kesehatan pada
diri sendiri bahkan keuntungan ekonomi karena tidak sedikit tanaman obat yang
memiliki nilai jual tinggi karena sangat sulit didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
LAMPIRAN 7
TUGAS KELOMPOK
Setelah kalian menerima penjelasan mengenai pemanfaatan tumbuhan obat,
diskusikanlah topik – topik berikut bersama anggota kelompokmu :
1. Tanaman obat apa saja yang terdapat di daerah mu (min. 5 jenis tanaman &
sertakanlah nama lokal, umum dan ilmiah dari tanaman tersebut)?
2. Bagaimana metode pemanfaatan tanaman tersebut, organ tumbuhan apa saja yang
digunakan dan jenis penyakit apa yang dapat disembuhkan serta bagaimana cara
memperolehnya (cara penyajian data bebas dapat berupa tabel, chart, dll)?
3. Buatlah tabel perekaman data ketika kamu melakukan pengamatan !
Contoh tabel perekaman data :
No
Nama
Umum
Nama
Lokal
Nama Ilmiah
(spesies)
Genus
Organ
Yang
Digunakan
Cara
Penggunaan
Manfaat
1
2
4. Buatlah dokumentasi dari hasil pengamatan yang kalian lakukan dapat berupa foto
atau video lalu dilampirkan pada hasil pengamatan.
5. Tindakan apa saja yang akan kalian lakukan dalam usaha konservasi dan budidaya
tanaman obat
6. Dari data tanaman obat yang kalian dapatkan, ambilah beberapa tanaman dan buatlah
herbarium dari tanaman tersebut (pembuatan herbarium dapat dilihat pada video
tutorial pembuatan herbarium)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 8
KISI-KISI SOAL EVALUASI
Nama Sekolah
:-
Kurikulum
: KTSP
Kelas/Semester
:X
Bentuk Soal
: Uraian
Mata Pelajaran
: Biologi
Penyusun
: Peneliti
Materi Pembelajaran : Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Aspek
Indikator
Mendeskripsikan peran dan manfaat
(C1)
Pengetahuan
B3
(C2)
Pemahaman
B1
(C3)
Penerapan
B8
(C4)
Analisis
(C5)
Sintesis
(C6)
Penilaian
tumbuhan sebagai obat
Menyebutkan jenis-jenis tanaman obat
B2,
B7,B10
beserta manfaatnya
mendeskripsikan jenis-jenis metode
B4,B5
B6
B9,B10
pemanfaatan tanaman obat dan penyakit
yang dapat diobati.
Ket :
B
: Soal Essai
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
LAMPIRAN 9
SOAL EVALUASI
“Pemanfaatan Tumbuhan Obat”
Nama
Kelas
Mata Pelajaran
Tanggal
:
:
:
:
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Apa yang dimaksud dengan tanaman obat? (skor 3)
2. Sebutkan 3 jenis tanaman obat yang kamu ketahui berikut manfaatnya! (skor 2)
3. Tumbuhan obat dapat dikelompokkan menjadi 3, sebutkan!(skor 2)
4. Berikan 3 contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan obat herbal maupun sintesis!(skor 2)
5. Sebutkan jenis-jenis metode pemanfaatan tanaman obat yang kamu ketahui beserta
tahapan pemanfaatan nya!(skor 2)
6. Masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang sering menambahkan air aren atau madu
pada ramuan obat tradisional. Jelaskan menurut pendapatmu, mengapa hal itu perlu
dilakukan!(skor 4)
7. Suatu tumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Tanaman herba
 tinggi batang mencapai 120cm
 habitat : padang rumput, sawah atau rawa yang sudah mengering
 memiliki aroma yang khas menyerupai bau kambing
Jelaskan, tanaman apakah yang dimaksud dan apa saja manfaatnya sebagai tumbuhan
obat!(skor 5)
8. Mengapa tanaman obat perlu dilindungi & dibudidayakan?(skor 4)
9. Sebagian besar tumbuhan obat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit dan bukan
sakit. Jelaskan pernyataan tersebut!(skor 5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
10. Andaikan kamu adalah seorang peneliti tanaman obat, dari gambar tanaman dibawah
ini berikan penjelasan mu mengenai : (skor 5)
a.
b.
c.
d.
Nama umum, nama ilmiah dari tanaman diatas
Gambarkan ciri-ciri khas yang membuat tanaman ini mudah dikenali
Apa manfaat dari tanaman tersebut ?
Bagaimana cara pemanfaatan nya ?
Pedoman Penilaian
𝒏
× 𝟏𝟎𝟎 = 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓
𝑵
Ket :
n
N
: Nilai yang diperoleh siswa
: Total nilai soal (34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
KUNCI JAWABAN
1. Tanaman ataupun tumbuhan yang secara alamiah memiliki kemampuan
menyembuhkan berbagai penyakit.
2. 3 jenis tumbuhan / tanaman obat yaitu :
a. Cocor bebek sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan sakit kepala,
batuk, sakit dada, borok, dan penyakit kulit lainnya, menyembuhkan demam,
memperlancar haid yang tidak teratur, obat luka, serta bisul.
b. Sirih untuk menguatkan gigi dan mengurangi bau badan.
c. Pasak Bumi sebagai obat malaria dan sebagai precursor untuk pembuatan
jamu vitalitas pria.
3. Tumbuhan obat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Tumbuhan obat lokal
b. Tumbuhan obat precursor / bahan dasar obat herbal maupun sintesis
c. Tumbuhan obat yang belum di indentifikasi
4. Temulawak, Jahe, Kumis Kucing.
5. Dioleskan, dikonsumsi, ditempelkan, dll
6. Untuk memberi cita rasa manis pada ramuan obat karena sebagian besar ramuan
obat cendrung memiliki rasa pahit.
7. Rumput bulu / Ageratum conyzoides L
8. Sebagai bentuk upaya konservasi tumbuhan dan pelestarian lingkungan.
9. Sakit adalah suatu perasaan yang tidak enak (sengsara) dalam segi mental atau
fisik atau suatu penderitaan yang disababkan oleh gangguan fungsional, penyakit
atau keturunan. Penyakit adalah suatu peralihan dari keadaan sehat ke suatu
kondisi abnormal dari bagian tubuh/jiwa.
10. Penjelasan :
a. Nama tanaman kumis kucing / Orthosiphon aristatus
b. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga yang berkelenjar, urat dan
pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas
gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang
keluar dari ujung cabang, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna
ungu dan kemudian menjadi putih, helai bunga tumpul, bundar.
c. Peluruh batu ginjal
d. Direbus untuk diminum air rebusannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
LAMPIRAN 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
LAMPIRAN 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
LAMPIRAN 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
LAMPIRAN 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
LAMPIRAN 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
LAMPIRAN 15
DOKUMENTASI
Wawancara dengan narasumber
Observasi lapangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Beberapa aktivitas masyarakat suku Dayak Tunjung Linggang
Hutan Bukit Eno (lokasi analisa vegetasi)
Download