PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN

advertisement
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN
Iis Suwanti
Program Studi Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto
Email : [email protected]
ABSTRAK
Komunikasi bertujuan untuk merubah perilaku klien kearah positif atau
meningkatkan kepatuhan. Ketidakpatuhan yang dialami pada anak di RSUD
Sidoarjo sering ditemukan karena kurangnya komunikasi terpaeutik antara perawat
dan pasien. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh komunikasi
terapeutik terhadap kepatuhan dalam atindakan keperawatan pada anak usia 4-12
tahun di RSUD Sidoarjo.
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy eksperimen, populasi
pada penelitian ini adalah anak usia 4-12 tahun yang dirawat di ruang anak RSUD
Sidoarjo, menggunakan accidental sampling. Variabel independen adalah
komunikasi terapeutik dan variabel dependen adalah kepatuhan pada anak dalam
tindakan keperawatan. Data yang terkumpul melalui observasi dianalisa dengan uji
statistik Mc. Nemar dan uji Fisher dengan tingkat kemaknaan : α < 0,05.
Hasil analisa menunjukkan terdapat kepatuhan antara sesudah dilakukan
intervensi komunikasi terapeutik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
dengan nilai significan pada p value 0,020 (α < 0,05) sehingga terdapat pengaruh
komunikasi terapeutik terhadap kepatuhan dalam tindakan keperawatan pada anak
usia 4-12 tahun di RSUD Sidoarjo
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada pengaruh
komunikasi terapeutik terhadap kapatuhan dalam tindakan keperawatan pada anak
usia 4-12 tahun di RSUD Sidoarjo. Melihat hasil penelitian ini komunikasi terapeutik
dapat diterapkan oleh perawat sebagai metode atau salah satu cara untuk
menangani masalah pasien secara efektif.
Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, Kepatuhan, Tindakan Keperawatan, Anak
Halaman | 69
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan metode utama
dalam mengimplementasikan proses asuhan
keperawatan. Dalam asuhan keperawatan,
komunikasi ditujukan untuk mengubah
perilaku klien dalam
mencapai tingkat
kesehatan yang optimal, karena bertujuan
untuk terapi maka komunikasi dalam
keperawatan disebut komunikasi terapeutik
(Suryani, 2005). Fenomena yang terjadi saat
studi pendahuluan yaitu sering dijumpai ketika
anak sedang sakit saat akan dilakukan
tindakan keperawatan mengalami penolakan
seperti
menangis,
memberontak,
dan
bertindak kasar hal ini akan menghambat
proses keperawatan. Dengan komunikasi
terapeutik yang baik maka akan terbina
sebuah kerjasama dan hubungan saling
percaya sehingga klien patuh terhadap
tindakan keperawatan. Kepatuhan merupakan
suatu perilaku pasien yang setuju terhadap
instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam
bentuk terapi apapun yang ditentukan baik itu
diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji
dalam perawatan dan pengobatan (Stanley,
2006).
Dalam
asuhan
keperawatan
perkembangan komunikasi terapeutik sangat
menentukan dalam proses keperawatan
karena dapat memperlancar intervensi dalam
keperawatan khususnya pada anak yang tidak
patuh dalam tindakan keperawatan dan
pengobatan. Kepatuhan pada anak dapat
menghambat
intervensi
dalam
proses
kepererawatan,
saat
dilakukan
studi
pendahuluan di RSUD Sidoarjo di Ruang
Anak didapatkan data jumlah pasien yang
rawat inap selama 1 bulan berkisar antara 2088 anak. diantaranya 4 dari 7 pasien yang
dirawat di Ruang Anak saat akan dilakukan
tindakan keperawatan mengalami penolakan,
sedangkan 3 pasien anak lain relatif
kooperatif dan taat saat akan dilakukan
tindakan keperawatan.
Penyebab
ketidakpatuhan
dalam
asuhan keperawatan pada anak dalam
tindakan keperawatan dipengaruhi oleh umur,
pengetahuan,
tugas
perkembangan,
lingkungan dan dukungan keluarga. Dari data
diatas ketidakpatuhan atau penolakan pada
anak saat dilakukan tindakan keperawatan
tersebut berbentuk respon emosi seperti
menangis, memberontak, tingkah laku protes,
bosan, kesepian, frustasi, menarik diri,
regresi,
mencari
informasi,
merengek,
menggertakkan gigi, menggerang, bertindak
berani dan lain-lain. Ketidakpatuhan tersebut
jika tidak segera dilakukan intervensi maka
akan mempengaruhi keberhasilan dalam
tindakan keperawatan dan pengobatan (
Hidayat, 2005).
Peran perawat dan tenaga medis lain
dalam berkomunikasi pada anak sangat
penting. Dan secara psikologis anak
membutuhkan cinta, kasih sayang dan rasa
aman atau bebas dari ancaman. Oleh sebab
itu diharapkan dengan komunikasi terapeutik
yang baik akan terjalin kerjasama dan
hubungan saling percaya, sehingga akan
tercapai efek terapeutik keberhasilan dalam
tindakan keperawatan dan pengobatan. Dari
uraian di atas peneliti tertarik akan melakukan
penelitian untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
kepatuhan dalam tindakan keperawatan pada
anak usia 4-12 tahun. Tujuan penelitian ini
adalah
untuk
mengetahui
pengaruh
komunikasi terapeutik terhadap kepatuhan
dalam tindakan keperawatan pada anak usia
4-12 tahun di Ruang Anak RSUD Sidoarjo.
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan adalah quasy
eksperimen
dengan
cara
melibatkan
kelompok kontrol disamping kelompok
eksperimental. Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah semua anak yang berusia
4-12 tahun yang dirawat di RSU Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto. Sampel pada
penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria
yaitu karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau
oleh peneliti. Dalam penelitian ini variabel
independennya adalah komunikasi terapeutik.
Dalam penelitian ini variabel dependennya
adalah kepatuhan pada anak usia 4-12 tahun
dalam tindakan keperawatan. Pada penelitian
ini setelah data terkumpul, kemudian
dilakukan editing, coding ,scoring dan
tabulating. Setelah data terkumpul melalui
observasi, kemudian data ditabulasi dan
dikelompokkan sesuai variabel yang diteliti.
Untuk menganalisa pengaruh komunikasi
terapeutik terhadap kepatuhan pada anak
digunakan SPSS 17,0 dengan uji analisa data
Mc. Nemar (untuk kategori dikotomik) dengan
tingkat kemaknaan α = 0,05 bila hasil yang
diperoleh α < 0,05 dan menggunakan uji chi
square fisher maka H0 ditolak dan H1 diterima
berarti komunikasi terapeutik mempengaruhi
kepatuhan.
Halaman | 70
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di RSUD Sidoarjo
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Karakteristik
Prosentase
Prosentase
Usia
Frekuensi
Frekuensi
(%)
(%)
4 – 6 th
2
20
4
40
7 – 9 th
3
30
4
40
11 – 12 th
5
50
2
20
Total
10
100
10
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan didapatkan
setengahnya (50 %) responden berumur 11 – 12 tahun sebanyak 5 responden. Sedangkan
pada kelompok kontrol didapatkan hampir setengah (40 %) responden berumur 4 - 6 tahun
dan 7 - 9 tahun.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Sidoarjo
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Karakteristik
Prosentase
Prosentase
Jenis kelamin
Frekuensi
Frekuensi
(%)
(%)
Laki-laki
6
60
5
50
Perempuan
4
40
5
50
Total
10
100
10
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkkan bahwa jenis kelamin responden pada kelompok
perlakuan sebagian besar adalah laki-laki yaitu 6 anak (60%), sedangkan pada kelompok
kontrol antara laki- laki dan perempuan sama besar yaitu masing-masing 5 anak (50%).
3. Kepatuhan pada anak usia 4-12 tahun sesudah dilakukan komunikasi terapeutik pada
kelompok perlakuan
Tabel 3 Kepatuhan Pada Anak Usia 4-12 Tahun Dalam Tindakan Keperawatan Sesudah
Dilakukan Komunikasi Terapeutik pada kelompok perlakuan di RSUD Sidoarjo
Kelompok Perlakuan
Kategori Kepatuhan
Frekuensi
Prosentase (%)
Patuh
9
90
Tidak patuh
1
10
Total
10
100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sesudah dilakukan komunikasi terapeutik
pada kelompok perlakuan didapatkan 9 anak (90%) dari 10 anak (100%) dalam kategori
patuh.
4. Kepatuhan pada anak usia 4-12 tahun setelah dilakukan komunikasi terapeutik
Tabel 4 Kepatuhan Pada Anak Usia 4-12 Tahun Dalam Tindakan Keperawatan Sesudah
Dilakukan Komunikasi Terapeutik pada kelompok kontrol di RSUD Sidoarjo
Kelompok Kontrol
Kategori Kepatuhan
Frekuensi
Prosentase (%)
Patuh
3
30
Tidak patuh
7
70
Total
10
100
Berdasarkan pada tabel 4 menunjukkan bahwa kepatuhan pada anak usia 4-12 tahun
sesudah diberikan komunikasi terapeutik pada kelompok kontrol didapatkan didapatkan
sebagian besar (70%) sebanyak 7 anak lainnya dalam kategori tidak patuh.
Halaman | 71
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
5. Analisa pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kepatuhan dalam tindakan keperawatan
pada anak usia 4-12 tahun di RSUD Sidoarjo
Tabel 5 Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kepatuhan Dalam Tindakan
Keperawatan Pada Anak Usia 4-12 Tahun di RSUD Sidoarjo
Value
PearsonChiSquare
Continuity
Correction
Likelihood
Ratio
Fisher Exact
Test
Linear-by
Associaton
N of Valid
Cases
df
7.500a
1
Asymp. Sig.
(2- sided
.006
5.208
1
.022
8.202
1
.004
7.125
1
.008
Exact Sig.
(2- sided)
Exact Sig.
(1- sided)
.020
.010
20
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sesudah dilakukan uji statistik Mc.Nemar
dan uji fisher exact dihasilkan p=0,020 yang artinya H1 diterima dan H0 ditolak sehingga
peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada pengaruh komunikasi terapeutik dalam tindakan
keperawatan pada anak usia4-12 tahun di RSUD SIDOARJO.
PEMBAHASAN
1. Identifikasi Kepatuhan Pada Anak Usia 412 Tahun Sesudah Dilakukan Komunikasi
Terapeutik Pada Kelompok Perlakuan
Berdasarkan hasil observasi dari
tabel 3 didapatkan pada kelompok
perlakuan yaitu 9 anak (90% ) dalam
kategori patuh. Patuh adalah sikap positif
yang
ditunjukkan
dengan
adanya
perubahan secara berarti sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan (Carpenito, 2002).
Beberapa faktor yang mempengaruhi
kepatuhan yaitu faktor situasi, usia,
dukungan keluarga, pengetahuan, metode
perawatan,
dan
sumber
penyakit.
Kepatuhan
menurut
kamus
bahasa
Indonesia (Depdikbud, 1996) patuh adalah
suka menurut perintah, taat pada aturan.
Peneliti mencatat fakta di RSUD
Sidoarjo bahwa pada dasrnya kepatuhan
pada anak ditentukan oleh usia, semakin
bertambahnya usia maka akan meningkat
pula
kematangan
individu
dalam
berkomunikasi,
sehingga
apa
yang
disampaikan atau diinstruksikan oleh
perawat atau petugas kesehatan lainnya
akan mudah dicerna dan kepatuhan akan
meningkat. Selain dari faktor usia
diantaranya dukungan keluarga merupakan
kenyamanan fisik dan psikologis yang yang
dibutuhkan oleh klien, karena dari keluarga
klien memulai belajar bersosialisasi
sehingga keluarga dapat mendukung apa
yang disampaikan oleh perawat. Dilihat
dari segi usia dan dukungan keluarga
diantaranya metode perawatan juga
mempengaruhi proses kesembuhan klien,
keperawatan merupakan bentuk pelayanan
yang bersifat biopsikososiospiritual dan
komprehensif yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat yang
sehat maupun sakit, sehingga dengan
terciptanya komunikasi terapeutik akan
meningkatkan hubungan yang terapeutik
antara perawat dan pasien.
2. Identifikasi Kepatuhan Pada Anak Usia 412 Tahun Sesudah Dilakukan Komunikasi
Terapeutik Pada Kelompok Kontrol
Berdasakan hasil observasi dari tabel
4 didapatkan pada kelompok kontrol
sesudah
dilakukan
postes
seluruh
responden yaitu 7 anak (70 %) dalam
kategori
tidak
patuh.
Penyebab
ketidakpatuhan menurut (Neil Niven, 2002)
ada tiga yaitu tentang pemahaman
instruksi, kualitas instruksi dan isolasi
sosial dan keluarga.
Ketidakpatuhan pada anak usia 4-12
tahun yang terjadi di RSUD Sidoarjo
banyak dipengaruhi oleh usia, hal ini dapat
dikaitkan dengan pemahaman tentang
instruksi. Anak yang berusia lebih tinggi
tentunya pemikiran dan pemahaman
tentang berkomunikasi akan jauh lebih
mudah untuk dipahami.
Peneliti mencatat kualitas instruksi
yang tidak efektif juga dapat menentukan
ketidakpatuhan, karena kualitas instruksi
Halaman | 72
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
merupakan
bentuk
keterampilan
interpersonal yang dimiliki oleh perawat
atau tenaga kesehatan lain dalam
berkomunikasi. Pada tahap sekolah ini
anak sudah bisa berpikir secara abstrak
dan bisa memahami hubungan sebab
akibat, di usia ini orang tua perlu berperan
sebagai “sahabat” karena di usia ini
biasanya anak cenderung mengikuti
perkataan teman, peran orang tua sebagai
sahabat disini adalah agar orang tua dapat
menggali masalah atau ketidakpatuhan
yang dialami oleh anak. Selain itu
kemampuan bicara anak ini sudah
berkembang sangat baik dan kompleks
seperti orang dewsa, jadi perawat disini
harus meningkatkan kualitas komunikasi
perawat dengan anak. Di usia ini
kemampuan
menulispun
sudah
berkembang dengan baik, sehingga
perawat dapat memberikan instruksi
tertulis, hal ini untuk melatih anak bisa
mengelola
kemampuannya
dalam
berkomunikasi sehingga ketidakpatuhan
pada anak dapat ditangani.
3. Pengaruh komunikasi terapaeutik terhadap
kepatuhan pada anak usia 4-12 tahun
Pada tabel 5 diatas dapat dilihat
bahwa
ada
perubahan
rata-rata
peningkatan kepatuhan. Setelah dilakukan
uji Mc.Nemar dan Fisher dihasilkan p =
0,020 yang artinya H1 diterima H0 ditolak
sehingga peneliti dapat menyimpulkan
bahwa
ada
pengaruh
komunikasi
terapeutik terhadap kepatuhan dalam
tindakan keperawatan pada anak usia 4 12 tahun di RSUD Sidoarjo. Fungsi
komunikasi terapeutik adalah untuk
mendorong dan meganjurkan kerjasama
antara perawat dan pasien (Mundakir,
2006).
Peneliti
mencatat
komunikasi
merupakan metode yang efektif untuk
pemecahan masalah, karena dengan
komunikasi yang
baik akan tercipta
hubungan saling percaya antara perawat
pasien sehingga apa yang diharapkan oleh
perawat dan pasien tercapai. Komunikasi
terapeutik merupakan jembatan untuk
mengetahui dengan baik perasaan,
pemikiran serta apa yang tengah menjadi
masalah
pada
anak.
Dengan
berkomunikasi pulalah perawat atau
petugas kesehatan lain bisa mengoreksi
sikap, tingkah laku atau pemikiran anak
yang salah dengan cara yang dapat
diterima oleh anak.
SIMPULAN
Ada pengaruh komunikasi terapeutik
terhadap
kepatuhan
dalam
tindakan
keperawatan pada anak usia 4-12 tahun di
RSUD Sidoarjo
SARAN
1. Bagi
RSUD
Sidoarjo.
Komunikasi
terapeutik ini dapat diterapkan oleh
perawat dalam tindakan keperawatan
khususnya pada anak.
2. Bagi responden. Perlunya pendampingan
keluarga untuk anak yang sakit agar tujuan
dari komunikasi terapeutik tercapai.
3. Bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini bisa
dilanjutkan dengan jumlah sampel yang
lebih banyak, dengan waktu yang lebih
lama dan perlu adanya pengembangan
variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. (2001). Dasar-dasar Keperawatan
Profesional. Jakarta : Widya Medika
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta
Asmadi . (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian. Jakarta : EGC
Candra, Budiman. (2008). Riset & Teknik
Keperawatan Ilmiah. Jakarata : Salemba
Medika
Carpenito, Lynda Jual. (2006). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakara
: EGC
Hidayat,A. Aziz Alimul. (2005). Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba
Medika
Hidayat,A. Aziz Alimul. (2009). Metode
penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
Jumadi, Gaffar La Ode. (1999). Pengantar
Keperawatan Profesional. Jakarta :
Jakart : EGC
Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi & Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Halaman | 73
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto
Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan
Aplikasi dalam Pelajaran. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Stanley,
Mickey.
(2006).
Buku
Ajar
Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta :
EGC
Niven,Neil. (2000). Psikologi Kesehatan.
Pengantar Untuk Perawat Kesehatan
Lain. Jakarta : EGC
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsp
Keperawatan Dasar Anak. Jakarta :
EGC
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian.
Jakarta
:
Salemba Medika
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik dan
Teori Praktik. Jakarta : EGC
Purwanto. (1994). Komunikasi untuk Perawat.
Jakarta. EGC
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Yulifah,. Et al. (2009). Komunikasi Dan
Konseling Dalam Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Departemen Pendidikan Nasional. (2005).
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Sastroasmoro.
(2002).
Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2.
Jakarta : Sagung Seto
Halaman | 74
Download