Sekam, bahan bakar alternatif yang dapat menghemat konsumsi minyak tanah sekaligus membebaskan penggilingan padi dari limbah. Daftar Isi Giliran Sekam untuk Bahan Bakar Alternatif 1 Sistem Produksi Padi Hemat Input 4 Mangga Gedong Gincu, Peluang Bisnis Baru 5 Daging Serati Sumber Protein yang Menjanjikan 7 Bisakah Lahan Bekas Tambang Batu Bara untuk Pengembangan Pertanian? 8 Kenalilah Organisme Pengganggu Tanaman Manggis 10 Terapkan Pengendalian Hama Terpadu pada Sayuran Anda 12 Padi Ciherang Makin Populer 14 Potensi Lahan Kering Masam untuk Pengembangan Pertanian 16 Keterlibatan Badan Litbang Pertanian di APEC 18 Giliran Sekam untuk Bahan Bakar Alternatif Suatu pemandangan yang lazim kita temukan di sekitar penggilingan padi adalah gunungan sekam yang makin lama makin tinggi, tidak dimanfaatkan. Penelitian untuk memanfaatkan sekam sebenarnya telah dilaksanakan sejak lebih 15 tahun lalu, tetapi hasil penelitian itu tidak dilirik siapa pun. Pasalnya, kita masih dimanja dengan melimpahnya minyak tanah sebagai bahan bakar. Kini, ketika minyak tanah makin mahal, saatnya kita manfaatkan sekam sebagai bahan bakar sekaligus membebaskan penggilingan padi dari limbah. S ekam sebagai limbah penggilingan padi jumlahnya mencapai 20-23% dari gabah. Jika produksi gabah kering giling (GKG) menurut press release Badan Pusat Statistik 1 November 2005 sekitar 54 juta ton maka jumlah sekam yang dihasilkan lebih dari 10,8 juta ton. Pemanfaatan sekam memang masih sangat terbatas, antara lain sebagai media tanaman hias, pembakaran bata merah, alas pada peti 1 Briket arang sekam (kiri) dan cara penggunaan sekam untuk memasak dengan kompor sederhana KOMSEKAR (tengan dan kanan). telur, dan keperluan lokal yang masih sangat sedikit. Oleh karena itu, gunungan sekam menjadi pemandangan yang biasa di sekitar lokasi penggilingan padi dan diduga dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitar. Melihat potensi yang besar pada sekam, sangat memungkinkan untuk memasyarakatkan penggunaan sekam sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan warung sebagai pengganti energi kayu atau minyak tanah. Nilai energi sekam memang lebih rendah dibanding briket batu bara muda yang mengandung energi 5.500 kkal/kg, minyak tanah 8.900 kkal/l, dan elpiji 11.900 kkal/kg, sedangkan panas pembakaran sekam hanya sekitar 3.300 kkal. Dilihat dari perbandingan harga saat ini, biaya konsumsi elpiji sekitar Rp5.000/kg, minyak tanah Rp 2.500/l, dan briket batu bara Rp2.000/kg, sedangkan sekam relatif tidak memiliki nilai jual atau hanya sekitar Rp400 tiap karung berbobot 20 kg. Dengan demikian penggunaan sekam sangat prospektif sebagai sumber energi panas karena memberi nilai ekonomis dan membantu menekan terjadinya gangguan lingkungan terutama di sekitar penggilingan padi. Untuk memanfaatkan sekam, terdapat beberapa hasil penelitian yang meliputi sekam sebagai bahan bakar kompor, sekam untuk pengeringan gabah, dan briket arang sekam untuk bahan bakar rumah tangga. Sekam sebagai Bahan Bakar Kompor Tahun 1989, Instalasi Penelitian Karawang menghasilkan cara pemanfaatan sekam untuk bahan bakar kompor rumah tangga. Namun, saat itu hasil penelitian itu tidak dilirik orang, karena kita memilih minyak tanah yang masih murah. Ketika harga minyak tanah makin melambung, upaya mendapatkan bahan bakar alternatif banyak dilakukan, termasuk memanfaatkan sekam. Untuk dapat menggunakan sekam dengan mudah diperlukan kompor sederhana tanpa sumbu, yang kemudian diberi nama KOMSEKAR. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa sekam dengan kompor sederhana tersebut dapat digunakan untuk memasak dengan nyala api biru sedikit kemerahan dan sedikit berasap. Asap memang sulit dihindari. Saat ini, KOMSEKAR telah diperbaiki dan dievaluasi dibandingkan dengan kompor minyak tanah dan kompor gas elpiji (Tabel 1). Hasilnya menunjukkan bahwa kompor sekam cukup prospektif sebagai pengganti minyak tanah pada Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian diterbitkan enam kali dalam setahun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pengarah: Banun Harpini; Tim Penyunting: Erru Getarawan, Sulusi Prabawati, Sofyan Iskandar, Bambang Drajat, Prasetyo Nugroho, Ashari, Hermanto, Dyah Pitaloka, Wiwik Hartatik, Suhardi, M. Djazuli, Sudi Mardianto, Karden Mulia; Penyunting Pelaksana: Endang Setyorini, Usep Pahing Sumantri; Tanda Terbit: No. 635/SK/DITJEN PPG/STT/1979; Alamat Penyunting: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122, Telepon: (0251) 321746, Faksimile: 62-251-326561, E-mail:[email protected]. Selain dalam bentuk tercetak, Warta tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada http://www.pustaka-deptan.go.id Redaksi menerima artikel tentang hasil penelitian serta tinjauan, opini, ataupun gagasan berdasarkan hasil penelitian terdahulu dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi, dan jasa serta berita-berita aktual tentang kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Artikel disajikan dalam bentuk ilmiah populer. Jumlah halaman naskah maksimum 6 halaman ketik 2 spasi. 2 Tabel 1. Perbandingan biaya mendidihkan 6 liter air dengan berbagai bahan bakar. Bahan bakar Waktu (menit) Gas (elpiji) Minyak tanah Sekam 11 25 35 Bahan Biaya (Rp) 0,1 kg 140 ml 1 kg 500 350 2 Harga gas Rp5.000/kg, minyak tanah Rp2.500/liter, sekam Rp400/20 kg. skala rumah tangga petani/pedesaan atau warung makan, karena sekam tersedia melimpah dan penggunaannya mudah, hanya memerlukan kompor sederhana. Kompor sekam telah didemonstrasikan kepada para petani, penyuluh, dan pemda di beberapa daerah, seperti Desa Tempuran dan Telagasari Kabupaten Karawang, dan Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut Jawa Barat, dan mendapat perhatian dengan keinginan untuk mengadopsinya. Untuk itu dilakukan uji coba terlebih dulu lima buah kompor oleh kelompok tani di Karawang. Jika minat masyarakat Karawang makin tinggi akan dibuat kerja sama pemanfaatan sekam, baik untuk rumah tangga maupun pada skala yang lebih besar. Sekam untuk Pengeringan Gabah Pemanfaatan sekam untuk sumber energi panas pada pengeringan gabah dilakukan dengan menggunakan pengering bahan bakar sekam (BBS). Pengering tipe bak dengan kapasitas 6 ton gabah basah telah dibangun di beberapa lokasi, yaitu di Laboratorium Karawang sebagai in house model agroindustri padi terpadu, di Gapoktan Pancasari, Kecamatan Compreng, Subang, dan di penggilingan padi Intisari di Kecamatan Rengasdengklok, Karawang. Pengering BBS mampu mengeringkan 6 ton gabah kering panen (GKP) dari kadar air 22-30% menjadi sekitar 14% dalam waktu 8-10 jam atau 0,96-1,2%/jam. Konsumsi sekam sekitar 365 kg/6 ton Tabel 2. Kualitas arang sekam hasil pembakaran dengan menggunakan cerobong. Komponen mutu arang Kadar air sekam (%) Arang sekam (%) Kadar air arang sekam (%) Kadar abu sekam (%) Waktu pembuatan (jam) Kapasitas pembakaran (kg/jam) GKP dan suhu stabil yang dapat dicapai sekitar 45-550C. Briket Arang Sekam Arang sekam sebagai bahan bakar rumah tangga harus dibuat briket, karena bila digunakan dalam keadaan curah sulit untuk membangkitkan bara apalagi nyala dalam waktu yang cukup untuk keperluan rumah tangga seperti memasak. Jika diinginkan tidak ada asap dan pemanasan lebih lama, maka sekam digunakan dalam bentuk briket arang sekam. Untuk membuat briket, sekam harus dibakar menjadi arang lebih dahulu. Pembuatan arang sekam dapat dilakukan antara lain menggunakan cerobong. Sekam kering dicurahkan di sekitar cerobong yang di dalamnya sudah diberi bara api. Api dalam cerobong akan menyala dan merambat membakar sekam di sekitarnya. Pembakaran berlangsung tanpa menimbulkan api sehingga akan terbentuk arang. Cara ini membutuhkan waktu 2 jam untuk menghasilkan arang. Hasil pembakaran adalah arang sekam dengan kadar sekam yang tidak terbakar 5%, kadar abu hanya 1%, rendemen tinggi (75,45%), dan mutunya baik (Tabel 2). Pembuatan arang sekam dengan menggunakan cerobong cukup efisien dengan kapasitas pembakaran mencapai 15 kg/jam. Untuk membuat briket arang dibutuhkan bahan perekat supaya briket tidak mudah hancur. Bahan perekat yang biasa digunakan da- Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 2, 2006 Nilai 10,05 75,45 7,35 1 2 15 lam pembuatan briket arang yaitu lumpur tanah dan pati dari ubi kayu (aci). Pemakaian pati 6% menghasilkan briket dengan biaya yang murah. Kadar air briket arang sekam (6,4%) lebih rendah dibanding kadar air arang sekam (7,35%). Jika dilihat dari lamanya atau ketahanan nyala bara api, briket dengan campuran aci 12% dapat bertahan lebih lama sehingga dapat mendidihkan air lebih cepat. Makin banyak persentase perekat pada briket arang, makin kuat tekstur briket sehingga lebih tahan pecah, tetapi biaya pembuatannya lebih mahal. Adonan dengan 6% pati kanji menghasilkan briket arang sekam yang cukup kompak dengan daya bakar yang baik. Jika sekam dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar rumah tangga atau warung di pedesaan maka cara ini dapat memberikan dua keuntungan sekaligus, yaitu mengurangi gunungan limbah sekam dan menekan konsumsi minyak tanah/ kayu bakar (Ridwan Rahmat). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jalan Tentara Pelajar No. 12 Bogor 16111 Telepon : (0251) 321762 Faksimile : (0251) 321762 E-mail : [email protected] [email protected] [email protected] 3