ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DISERTAI LEMBAR KERJA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR-DASAR BUDIDAYA TANAMAN TERHADAP SISWA KELAS X ATPH SMK NEGERI 2 BATU Neny Rukmiati SMK Negeri 2 Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas belajar siswa, (2) memudahkan siswa memahami tentang persyaratan tumbuh tanaman, (3) memudahkan pemahaman siswa pada faktor biotik dan abiotik, (4) memudahkan siswa dalam mengidentifikasi gejala kerusakan tanaman akibat faktor biotik dan abiotik, (5) meningkatkan hasil belajar siswa, Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2 Batu kelas X Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 yang dilakukan dengan dua siklus. Masing-masing siklus memuat tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dan objek penelitiannya adalah (1) aktivitas belajar, (2) pemahaman konsep siswa hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Dasar-dasar Budidaya Tanaman dengan penerapan Metode Demonstrasi Disertai Lembar Kerja Siswa dapat (1) meningkatkan aktivitas belajar siswa, (2) meningkatkan pemahaman konsep Dasar-dasar Budidaya Tanaman siswa. dan (3) meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran Dasardasar Budidaya Tanaman. Dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa, terjadi peningkatan KKM dari siklus I sebesar 79% menjadi 82% pada siklus II. Masih terdapat siswa yang belum tuntas maka akan dilakukan remidi. Kata Kunci: demonstrasi, aktivitas, hasil belajar, pemahaman konsep Mata pelajaran Dasar-dasar Budidaya Tanaman diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman untuk membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah ketrampilan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi dibidang budidaya tanaman. Mata pelajaran dasar-dasar budidaya merupakan materi pokok yang harus dikuasai peserta didik karena merupakan dasar dari mata pelajaran produktif lebih lanjut. Karena mata pelajaran ini belum didapatkan di sekolah sebelumnya maka bagi peserta didik merupakan mata pelajaran yang masih baru sehingga perlu adanya pembekalan dan pemahaman materi, sehingga diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar. Hal ini berkaitan dengan permendikbud No. 54 tahun 2013 tentang standar kompetensi lulusan mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan. Pembelajaran yang aktif dan efektif tidak akan berjalan jika kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran itu sendiri. Metode yang diajarkan guru yang hanya membuat peserta didiknya berhayal tidak akan mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Kondisi ini menghendaki seorang guru untuk mengubah metode mengajar serta menyediakan media belajar dalam proses pembelajarannya. Pelajaran dasar-dasar budidaya tanaman menuntut guru untuk memberikan ketrampilan kepada peserta didik, salah satu ketrampilan tersebut adalah ketrampilan dalam berbudidaya tanaman. Dalam proses pembelajarannya siswa dituntut untuk aktif dan kreatif belajar dengan menggunakan media pembelajaran untuk menunjang keberhasilan budidaya tanaman. Dengan 837 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 metode demonstrasi dan pemberian lembar kerja bisa meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan ketrampilan proses. Namun demikian yang terjadi bahwa pembelajaran di kelas X ATPH terkait dengan materi pelajaran di atas menunjukan beberapa kendala atau masalah sebagai berikut masih ditemukan siswa yang belum menghasilkan pembelajaran yang efektif. Pada saat pembelajaran masih banyak siswa yang kurang penuh perhatian demonstrasi guru tentang materi yang disampaikan. Bahkan sedikit siswa yang masih sempat melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, misalnya mengganggu teman yang serius mengikuti pelajaran, memain-mainkan sesuatu, tidak membantu teman karena alasan tidak tahu kerja, melihat teman yang kerja seperti duduk termenung, banyak hal yang selalu saja ada di saat guru memberi tugas kelompok. Untuk itu perlu dilakukan metode demonstrasi yang dilengkapi dengan lembar kerja siswa. Ada beberapa aspek yang harus dipersiapkan matang oleh guru sebelum melaksanakan metode demonstrasi terutama yang berkaitan dengan pengelolaan alat peraga/media pembelajaran. Aspek-aspek tersebut adalah relevansi alat peraga/media yang digunakan dengan konsep/materi yang diajarkan, kesesuaian jumlah dan kelengkapan alat peraga/media yang digunakan sehingga menarik bagi siswa, proporsi ukuran alat peraga/media yang digunakan sehingga mudah diamati siswa, estetika/kerapihan alat peraga/media sehingga menarik bagi siswa, dan keterampilan menggunakan alat peraga /media. Pembelajaran dengan metode Demonstrasi telah dikaji oleh beberapa peneliti (Johana 2015; Agristein Peole, Vanny Maria Agustina, Lestari Alisyahbana 2015; Utin Emma 2015; Agung Setyawan 2015; Suryo Widu & Elvis Buntaa 2013;). Menurut Johana (2015), pembelajaran dengan metode Demonstrasi dapat membelajarkan siswa secara efektif dan menyenangkan. Dari studi pendahuluan pembelajaran yang hanya teori kurang efektif dipahami oleh peserta didik, sehingga perlu adanya media untuk ketrampilan proses. Djamarah (dalam Johana 2015) mengemukakan kelebihan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa lebih dapat dipusatkan, proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, membantu anak didik memahami dengan sejelas-jelasnya. Menurut Agristein Peole, Vanny Maria Agustina, Lestari Alisyahbana (2015), dengan metode demonstrasi siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyususn sesuatu. Menurut Utim Emma (2015), dengan menggunakan metode Demonstrasi dapat meningkatkan belajar siswa. Menurut Agung Stiyawan (2015), metode Demonstrasi diharapkan dapat memunculkan berbagai variasi pembelajaran. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa berperan sebagai penggerak/pemeran utamanya dalam pembelajaran. Menurut Suryo Widu & Elvis Buntaa (2013), metode Demonstrasi merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran, karena dengan metode ini, siswa dapat mengamati sendiri dan hal ini membuat siswa lebih mudah memahami bahan ajar. Langkah-langkah diantaranya adalah sebagai berikut (1) Guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), (2) Guru menyajikan gambar sekilas materi yang akan disampaikan, (3) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan, (4) Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan, (5) Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa, (6) Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan, dan (7) Guru membuat kesimpulan. Berkaitan dengan permasalahan di atas perlunya dilakukan penelitian dengan judul meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode demonstrasi disertai lembar kerja dalam mata pelajaran dasar-dasar budidaya tanaman terhadap siswa kelas X ATPH SMK Negeri 2 Batu bisa meningkatkan belajar siswa melalui pemahaman dan ketrampilan proses. 838 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan Penelitian Tindakan Kelas metode Demonstrasi yang mudah dipahami siswa sehingga guru menggunakan media saat mengajar. Materi yang diajarkan adalah mengidentifikasi persyaratan tumbuh tanaman. Waktu guru membuka dengan salam kemudian mengecek kehadiran siswa yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 4 orang perempuan, siswa sangat senang dan memperhatikan alat-alat atau media yang ada di depan kelas dengan penuh tanda tanya, ada siswa yang kreatif ada yang duduk diam, ada yang mencoba untuk cepat mengetahui apa yang akan dilakukan, ada satu siswa yang sangat cerdas dan bertanya kepada guru kegiatan yang akan dilakukan. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dan memberi tugas untuk memahami prosedur kerja yang ada LKS. Guru mendemonstrasikan langkah kerja praktikum yang akan dilakukan, kemudian setiap siswa dalam kelompok melakukan kegiatan praktikum sesuai prosedur kerja pada LKS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas, dengan menggunakan empat langkah, yaitu sebagai berikut (1) Perencanaan, pada tahap perencanaan ini dipilih kelas yang akan dijadikan obyek penelitian berdasarkan hasil pre test yang telah dilakukan. Selanjutnya memilih metode yang sesuai untuk penyampaian materi mengidentifikasi persyaratan tumbuh tanaman; (2) Pelaksanaan, pada tahap ini guru mempersiapkan perangkat demi terlaksananya pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, skenario pembelajaran, soal tes yang akan diberikan; (3) Observasi/Pengamatan, pada tahap ini akan diamati sejauh mana keberhasilan dari metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran; (4) Refleksi/Perbaikan Pembelajaran, pada tahap ini akan diidentifikasi hal-hal yang dapat dilakukan sebagai perbaikan untuk tindakan lanjut pada siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X ATPH SMKN 2 Batu dengan jumlah siswa 20 orang. Pengumpulan data dengan teknik observasi/pengamatan oleh guru dan pemberian LKS. Setelah melaksanakan observasi dan pengumpulan hasil LKS maka penulis mengambil kesimpulan hasil penelitian telah menunjukkan hasil yang memuaskan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Terdapat lima kegiatan dilaksanakan dalam tahap perencanaan (1) menyusun rencana perbaiakan pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) mengembangkan lembar kerja (LKS), (4) mengembangkan pedoman observasi, dan (5) mengembangkan alat evaluasi. Dalam menyususun RPP, peneliti mengembangkan kompetensi dasar ―menganalisis persyaratan tumbuh tanaman dan melaksanakan persyaratan tumbuh tanaman‖ menjadi tiga indikator, yakni (1) menjelaskan persyaratan tumbuh tanaman, (2) menerapkan persyaratan tumbuh tanaman, (3) melaksanakan pengukuran faktor biotik dan abiotik, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan, model dan metode, Kegiatan Belajar Mengajar, dan penilaian pembelajaran berupa tes tertulis dan unjuk kerja. Media pembelajaran yang dipilih berupa tanaman jeruk yang ada di lahan praktik di sekolah, dilengkapi dengan lembar kerja siswa yang memuat tentang langkah kerja pengamatan. Melalui lembar kerja siswa dilakukan pengukuran hasil melalui penilaian proses dan unjuk kerja kompetensi. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanakan siklus I yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016 di kelas X-C ATPH SMKN 2 Batu dengan jumlah siswa 20 orang dalam 3 jam pelajaran dengan materi pokok menerapkan persyaratan tumbuh tanaman. Kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan memberi salam, meminta siswa untuk berdoa, melakukan presensi siswa dan menanyakan kondisi siswa. Kemudian guru 839 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 mengkomunikasikan pelajaran sebelumnya dengan pelajaran saat ini. Saat memanfaatkan waktu kegiatan awal pembelajaran guru menyampaikan ruang lingkup materi dan arah pembelajaran yang bersifat apersepsi. Apersepsi yang diberikan guru dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk membentuk motivasi siswa. Ketika guru mengajukan pertanyaan, ada beberapa siswa yang menjawab dengan antusias sehingga terbentuk dialog interaksi antara guru dengan siswa sebagai berikut. Guru Siswa 1 Guru Siswa 2 Guru Siswa 3 : Apa saja yang menjadi persyaratan tumbuh tanaman? : faktor iklim yaitu suhu, udara, kelembaban, angin, cahaya, : Bagus. Faktor yang lain? : Faktor medium (tanah, air), : Ya..... betul. Ada satu fakto lagi coba sebutkan! : Faktor biologi/biotik. Interaksi pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti yang dimulai dengan pertanyaan guru kepada siswa untuk membentuk interaksi yang kondusif yang mengarah kepada pemahaman tentang persyaratan tumbuh tanaman. Guru : Faktor biotik apa saja yang menyebabkan pertumbuhan tanaman? Siswa 1: unsur hara Siswa 2: yang merusak tanaman Siswa 3: penyerbukan Guru : bagus..... semua yang kalian jawab adalah benar. Guru memberi penekanan dari hasil jawaban siswa tentang faktor biotik pada persyaratan tumbuh tanaman, dengan menuliskan di papan tulis. Faktor biotik terbagi menjadi dua yaitu faktor menguntungkan dan merugikan. Faktor biotik menguntungkan bagi tanaman adalah unsur hara yang terdiri dari organisme yang membantu dalam menyediakan unsur Nitrogen di dalam tanah dan organisme yang membantu dalam proses penyerbukan. Kemudian guru menjelaskan faktor biotik yang merugikan bagi persyaratan tumbuh tanaman yang bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman meliputi hama, penyakit dan gulma. Guru menjelaskan gejala kerusakan tanaman dengan menggambarkan gejala tanaman yang terserang penyakit. Gejala serangan penyakit tanaman meliputi hiperflasia, hipoplasia, perubahan warna, nekrose (lihat Gambar 1). Siswa tetap berkonsentrasi dan memeperhatikan penjelasan dari guru. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Siswa menyebutkan macam-macam gejala tanaman yang terserang penyakit dan menjawab secara bergantian. Gambar 1. Faktor biotik dalam persyaratan tumbuh tanaman Untuk mendalami materi Guru menetapkan siswa menjadi 5 kelompok dan setiap kelompok dibagikan LKS. Guru memberi penjelasan tentang prosedur kerja dalam LKS untuk melakukan pengamatan di lapang. Guru meminta siswa untuk menuju ke lahan jeruk. Siswa melakukan 840 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 pengamatan pada tanaman jeruk sesuai langkah kerja yang ada pada LKS, dengan menggambar gejala kerusakan tanaman dan mendiskripsikan ciri-ciri kerusakan tanaman (lihat Gambar 2) Gambar 2. Pelaksanakan metode demonstrasi saat pengamatan gejala penyakit tanaman jeruk Guru memberikan pendampingan dan penguatan kepada siswa dalam melakukan pengamatan, ternyata siswa menjadi aktif dan mandiri. Siswa antusias, konsentrasi, dan megerjakan tugas dengan mengisi LKS dan terjadi interaksi dialog antara guru dan siswa untuk mendeskripsikan ciri-ciri penyakit tanaman yang ditemui di tanaman jeruk. Guru meminta siswa untuk kembali ke ruang kelas untuk menganalisis hasil pengamatan secara berkelompok. Siswa secara berkelompok mendiskusikan dan menganalisis hasil pengamatan. Guru membimbing siswa untuk menganalisis hasil pengamatan (lihat Gambar 3). Gambar 3. Guru mendampingi siswa pada saat melakukan diskusi analisis hasil pengamatan. Siswa dan guru membahas hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan membandingkan dengan materi yang ada di literatur. Pada kegiatan ini guru dan siswa melakukan tanya jawab. Guru mempersilakan perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi dan pengamatan tentang gejala penyakit tanaman jeruk secara bergantian. Siswa melakukan kegiatan pengamatan ini diberikan penguatan dengan kegiatan unjuk kerja dengan menghasilkan produk yang selanjutnya dikumpulkan sebagai hasil kerja individu. Adapun produk yang dihasilkan berupa lembar kerja siswa dalam bentuk sebagai berikut (Gambar 4). Gambar 4. Hasil kerja siswa 841 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Kegiatan penutup pembelajaran dilakukan penyimpulan bersama siswa tentang gejala penyakit tanaman jeruk. Guru memberi penekanan tentang kesimpulan gejala penyakit tanaman jeruk. Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa. Penilaian menggunakan pembobotan terhadap unsur nilai proses 10%, tes tulis 20%, dan unjuk kerja 70%, dengan penetapan KKM 75. Hasil penilaian dapat digambarkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Nilai No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Siswa Proses Tulis Unjuk kerja NA Keterangan AP 75 70 75 74 BelumTuntas ANM ARNM BGS DN FJ GB HNK ING IS NP NN RA RB RN RAJN SU SG WF ER Rata-rata 80 85 80 75 60 80 85 90 79 80 85 80 85 80 90 85 80 75 70 70 85 75 60 30 75 84 87 70 78 80 78 80 82 80 80 60 65 76 80 90 80 75 50 85 90 95 75 80 85 80 85 85 80 85 80 80 70 78 89 79 72 47 83 88 93 74 80 84 80 84 84 81 84 76 77 71 79 Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Berdasarkan hasil Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi memperoleh nilai rata-rata kelas 79, jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 15 siswa, dibawah KKM sebanyak 5 siswa, presentase ketuntasan belajar siswa mencapai 79%. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena siswa langsung memperhatikan pelajaran yang dijelaskan, dengan mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan teori dengan kenyataan. Pengamatan Berdasarkan pengamatan guru dan observer, pelaksanaan kegiatan awal pembelajaran siswa sangat antusias, aktif, dan menjadi mandiri setelah diberikan tugas melalui LKS, tetapi ada siswa yang mengantuk ketika diterangkan oleh guru dan ada yang mengobrol dengan temannya hal ini dimungkinkan ada siswa yang belum paham dengan apa yang dilakukan dari hasil kegiatan proses. Pada saat pelaksanaan pengamatan gejala kerusakan pada tanaman jeruk di lahan percobaan ada siswa 842 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 yang hanya diam saja dan tidak mendeskripsikan gejala kerusakan tanaman akibat penyakit tanaman, dan ketika melakukan diskusi kelompok ada siswa yang tidak aktif. Refleksi Selesai pembelajaran, peneliti melakukan refleksi terhadap segala kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran tersebut. Hasil refleksi diperoleh beberapa kendala dan penyebab selama proses pembelajaran, yang terinci dalam ringkasan pada Tabel 2. Tabel 2. Kendala, penyebab, dan alternatif selama proses pembelajaran Kendala Masih banyak siswa yang belum maksimal dalam membuat kesimpulan dari hasil pengamatan Terdapat siswa yang belum bisa melakukan identifikasi gejala penyakit tanaman jeruk Siswa belum dapat membedakan gejala serangan penyakit dengan gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama tanaman Penyebab Buku referensi tentang gejala penyakit yang diberikan guru ke siswa masih terbatas (satu kelompok hanya satu bendel referensi) Siswa belum memahami tentang beberapa penyebab penyakit tanaman jeruk Siswa belum memahami tentang kerusakan tanaman akibat penyakit Alternatif perbaikan Perlu memperbanyak bendel referensi yang dibutuhkan dari setiap kegiatan pengamatan Meminta siswa untuk membaca referensi tentang penyebab dan gejala penyakit tanaman jeruk Meminta siswa mencermati gejala serangan penyakit dari referensi Hasil refleksi menunjukkan bahwa guru perlu melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk siklus berikutnya adalah tentang bagaimana siswa dapat menyimpulkan dari hasil kegiatan proses, dengan memperbanyak referensi tentang penyakit tanaman dan siswa perlu mencermati gejala serangan penyakit tanaman yang diamati. Siklus II Perencanaan Terdapat lima kegiatan dilaksanakan dalam tahap perencanaan (1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan hasil siklus I, (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) mengembangkan lembar kerja (LKS), (4) mengembangkan pedoman observasi, dan (5) mengembangkan alat evaluasi. Dalam menyusun RPP perlu perbaikan kegiatan siswa, peneliti mengembangkan kompetensi dasar ―menganalisis penyiapan lahan dan melaksanakan penyiapan lahan‖ menjadi beberapa indikator, yakni (1) Menjelaskan ruang lingkup persiapan lahan, (2) mengidentifikasi pengolahan tanah, (3) Mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan pengolahan tanah, (4) Melaksanakan teknik pengukuran pembukaan, sanitasi dan pengolahan lahan, (5) Melaksanakan teknik pemupukan dasar, (6) Melaksanakan pemulsaan dan pembuatan lubang tanam, (7) Menerapkan prinsip untuk mengontrol, mengendalikan dan evaluasi pengolahan lahan, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan, model dan metode, Kegiatan Belajar Mengajar, dan penilaian pembelajaran berupa tes tertulis dan unjuk kerja. Media pembelajaran yang dipilih berupa peralatan dan lahan praktik di sekolah, dilengkapi dengan lembar kerja siswa yang memuat tentang langkah kerja pengamatan. Melalui lembar kerja siswa dilakukan pengukuran hasil melalui penilaian proses dan unjuk kerja kompetensi. 843 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanakan siklus II yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup dilaksanakan pada tanggal 2 Nopember 2016 di kelas X-C ATPH SMKN 2 Batu dengan jumlah siswa 20 orang dalam 3 jam pelajaran dengan materi pokok Mendeskripsikan Persiapan Lahan. Kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan memberi salam, meminta siswa untuk berdoa, melakukan presensi siswa dan menanyakan kondisi siswa. Kemudian guru mengkomunikasikan pelajaran sebelumnya dengan pelajaran saat ini. Saat memanfaatkan waktu kegiatan awal pembelajaran guru menyampaikan ruang lingkup materi dan arah pembelajaran yang bersifat apersepsi. Apersepsi yang diberikan guru dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk membentuk motivasi siswa. Ketika guru mengajukan pertanyaan, ada beberapa siswa yang menjawab dengan antusias sehingga terbentuk dialog interaksi antara guru dengan siswa sebagai berikut. Guru Siswa 1 Guru Siswa 2 Guru : alat apa saja yang digunakan untuk pengolahan lahan secara manual? : cangkul, sabit? : Betul sekali. Mungkin ada yang lain? : tangkil, lempak, : Ya..... betul. Interaksi pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti yang dimulai dengan pertanyaan guru kepada siswa untuk membentuk interaksi yang kondusif yang mengarah kepada pemahaman tentang spesifikasi alat pengolahan lahan secara manual. Guru memberi penekanan dari hasil jawaban siswa tentang peralatan pengolahan lahan secara manual dengan menggunakan tayangan LCD. (lihat Gambar 5). Siswa tetap berkonsentrasi dan memperhatikan penjelasan dari guru. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Siswa menyebutkan macam-macam alat manual dan spesifikasi alat yang digunakan untuk pengolahan lahan secara bergantian. Gambar 5. Macam-macam alat pengolahan lahan Untuk mendalami materi Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dan setiap kelompok dibagikan LKS. Guru memberi penjelasan tentang prosedur kerja dalam LKS untuk melakukan pengamatan peralatan pengolahan lahan. Guru meminta siswa untuk menuju ke gudang peralatan untuk mengambil alat yang digunakan pengolahan lahan. Siswa melakukan pengamatan dengan menyebutkan spesifikasi, fungsi bagian-bagian alat, dan cara perawatan alat pengolahan lahan, serta pengelompokan alat berdasarkan fungsinya (lihat Gambar 6). 844 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Gambar 6. Identifikasi spesifikasi alat Guru memberikan pendampingan dan penguatan kepada siswa dalam melakukan pengamatan, ternyata siswa menjadi aktif dan mandiri. Siswa antusias, konsentrasi, dan megerjakan tugas dengan mengisi LKS dan terjadi interaksi dialog antara guru dan siswa yang dilakukan di luar kelas untuk mendeskripsikan spesifikasi alat pengolahan lahan (Gambar 7). Gambar 7. Pendampingan guru terhadap siswa pada penagamatan spesifikasi alat pengolahan lahan Siswa dan guru membahas hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan membandingkan dengan materi yang ada di literatur. Pada kegiatan ini guru dan siswa melakukan tanya jawab. Guru mempersilakan perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi dan pengamatan tentang spesifikasi alat, fungsi bagian-bagian alat, dan cara perawatan alat pengolahan lahan dengan menunjukan alat yang telah diidentifikasi. Kegiatan penutup pembelajaran dilakukan penyimpulan bersama siswa tentang spesifikasi alat, fungsi bagian-bagian alat, cara perawatan alat pengolahan lahan. Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa. Dengan menggunakan metode demonstrasi terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas 82, jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 18 siswa, dibawah KKM sebanyak 2 siswa, presentase ketuntasan belajar siswa mencapai 82%, adapun siswa yang belum tuntas akan mendapatkan remidial. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena siswa langsung memperhatikan pelajaran yang dijelaskan, dengan mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan teori dengan kenyataan. Pengamatan Berdasarkan pengamatan guru dan observer pada kegiatan siklus II, pelaksanaan kegiatan awal pembelajaran siswa sangat antusias, aktif, dan menjadi mandiri setelah diberikan tugas melalui LKS. Pada saat pelaksanaan pengamatan masih ada siswa yang mengobrol, tetapi kembali berdiskusi setelah diberi pendampingan dan penguatan oleh guru. 845 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Refleksi Melalui tindakan pelaksanaan Siklus II, telah terjadi peningkatan hasil pemahaman dan ketrampilan siswa melalui pengamatan spesifikasi alat, fungsi dan cara perawatan alat pengolahan lahan dan merupakan penyempurnaan dari hasil kegiatan Siklus I. Beberapa kendala pada siklus II misalnya sebagian kecil siswa yang masih mengombrol di luar kontek pembelajaran, namun ketika dilakukan penguatan dan pendampingan oleh guru maka siswa kembali aktif untuk melakukan kegiatan pembelajaran. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan ketrampilan proses yang disusun dengan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan aktivitas demonstrasi dan memfasilitasi aktivitas ketrampilan proses siswa. Tindakan pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan kinerja guru menggunakan metode demonstrasi untuk mengembangkan ketrampilan proses dilakukan dengan pembatasan jenis ketrampilan proses, yaitu mengobservasi meliputi penggunaan indera dan mencatat hasil pengamatan, berkomunikasi mengajukan dan menjawab pertanyaan, serta melaporkan hasil pengamatan. Upaya untuk mengembangkan ketrampilan proses siswa yang dilakukan guru dengan cara mengoptimalkan kinerja pengelolaan pembelajaran terutama dalam hal tuntutan konsep dan keterlibatan siswa mendeskripsikan hasil pengamatan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, membimbing siswa agar termotivasi melakukan ketrampilan proses, dan ketepatan serta keefektifan penggunaan lembar pengamatan oleh siswa. Dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa, terjadi peningkatan KKM dari siklus I sebesar 79% menjadi 82% pada siklus II. Masih terdapat siswa yang belum tuntas maka akan dilakukan remidi. DAFTAR RUJUKAN Agristein P, Agustina V.M, Alisyahbana L. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Perigi Mountong. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No 6 ISSN 2354-614X Stiyawan, A. 2015. Penerapan Model Inquiry dengan Metode Demonstrasi Materi Dinamika Planet Bumi sebagai Ruang Kehidupan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Kelas X IIS 5 Semester 1 di SMA Negeri 8 Batam Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “ Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. hal (1044-1053) Fuakubuan, J. 2015. Penerapan Metode Demonstrasi dalam memahamkan pembelajaran kooperatif berbantuan media tata siswa materi revolusi bulan memahamkan surya dengan ketrampilan proses untuk memahamkan siswa materi revolusi bulan. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “ Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. Halaman 448 – 454 Permendikbud No. 54 Tahun 2013. Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidkan Dasar Dan Menengah Hal 4 Suryo Widu & Elvis Buntaa. 2013. Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Penyederhanaan Pecahan Bagi Siswa Kelas VI SDK Tabang. Proseding 2 Teqid 1 Hal (792-794) Utin Emma Dafiana Erta. 2015 Meningkatkan Hasil Belajar melalui Metode Demontrasi Menggunakan Media Realita pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di 846 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Kelas VII SMP Negeri 2 Sanggau. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “ Membangun Generasi Kreatif Melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. Hal (91-95). 847 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN BIOGRAFI UNTUK SISWA KELAS XI IPS SMA PGRI BATU PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KD MOBILITAS SOSIAL Nunuk Dwi Mulyanti SMA PGRI Batu [email protected] Abstrak: Tujuan diadakanya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan praktik pembelajaran Problem Based Learning di kelas XI IPS SMA PGRI Batu. pada pembelajaran sosiologi KD mobilitas sosial dengan bantuan biografi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Batu pada siswa kelas XI IPS dengan jumlah siswa 21 orang yang terdiri dari 4 siswa putra dan 17 orang siswa putri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik Problem Based Learning dilaksanakan dalam langkah-langkah: orientasi - memberi lima biografi; organisasi-membagi kelompok; membimbing penyelidikan - menuntun dan memantau siswa mengerjakan lembar kerja, mengembangkan dan menyajikan hasil karya – tiap kelompok mempersentasikan hasil diskusi, menganalisa dan evaluasi – feedback dari hasil presentasi. Kata kunci: Problem Based Learning, mobilitas sosial, biografi Laju perubahan dan perkembangan jaman yang sedemikian cepat sebagai dampak dari modernisasi dan arus globalisasi (Trianingsih. 2015). Dampak dari modernisasi dan globalisasi menuntut masyarakat untuk berfikir secara kritis, kreatif, dan analitis. Tuntutan yang begitu besar dari arus modernisasi memaksa masyarakat harus bekerja keras menemukan cara – cara terbaik dalam menyelesaikan segala tuntutan yang dihadapi. Kemampuan berpikir analitis dari para generasi muda di Indonesia sangatlah rendah (Nenoliu. 2015). Hal ini terlihat dari nilai siswa pada ulangan yang rendah. Apabila diamati, mayoritas kesalahan siswa terdapat pada jenis soal yang mengukur kemampuan siswa dalam menganalisa dan menarik kesimpulan terkait dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Karena itu pembelajaran di sekolah haruslah berkaitan dengan masalah yang terjadi di masyarakat. Proses pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).Duch, dkk. (2001) menjelaskan bahwa metode yang digunakan dalam PBL dapat meningkatkan kemampuan untuk berpikir kritis analisis dalam menyelesaikan masalah maupun masalah yang terjadi di kehidupan nyata. Menurut Dion (1996), PBL merupakan pendekatan yang berbasis pada siswa yang mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam melaksanakan penelitian, yang berintegrasi kepada teori dan praktik, dan penerapan keterampilan untuk mengembang kan solusi terbaik dari sebuah masalah. Penggunaan PBL dirasa sangat sesuai dalam penelitian ini, sehingga peneliti hendak menerapkan PBL dalam upaya peningkatan kemampuan analisis siswa. Dalam menggunakan PBL sebagai metode pembelajaran di kelas, Dion (1996) telah memcoba membuat struktur pelaksanaan PBL tersebut. Langkah pertama adalah mengenalkan masalah kepada siswa di awal pelajaran dengan jelas. Kedua, jika masalah tersebut berupa media cetak, setiap 848 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 kelompok haruslah memiliki lembar tersebut. OLeh karena itu, peneliti juga menggunakan masalah berupa kumpulan biografi dari tokoh-tokoh terkenal di Indonesia. Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks dari pada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga. Teks biografi disusun oleh orang lain, bukan oleh diri sendiri. Media pembelajaran dengan menggunakan tokoh terkenal yang telah mengalami mobilitas sosial diharapkan dapat mendorong siswa untuk belajar dan memberikan inspirasi didalam kehidupan (Afrida. 2015). Biografi ini digunakan dalam KD mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah perpindahan strata sosial suatu masyarakat menuju strata yang berbeda. METODE PENELITIAN Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakanselama dua kali pertemuan pada tanggal 12 dan 19 oktober 2016 dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 X 45 menit. Pada pertemuan pertama, guru melaksanakan tiga tahap dari Problem Based Learning meliputi tahap orientasi, organisasi, dan membimbing penyelidikan. Sebelum guru memulai melaksanakan langkah-langkah PBL, guru memberikan pre-test terlebih dahulu dengan memberikan 4 soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir analisis siswa. Setiap soal memiliki bobot nilai yang berbeda sebagai berikut; nomor 1 bernilai 25, nomor 2 dan 3 bernilai masing-masing 20, dan nomor 4 bernilai 35. Pada tahap orientasi, guru memberikan lima biografi dari orang-orang terkenal di Indonesia dengan latar belakang yang berbeda meliputi; Bob Sadino, Susilo Bambang Yudhoyono, Inul Daratista, Susi Pujiastuti, dan Abdul Rahman Tukiman (Cak Man bakso kota). Biografi disajikan dalam bentuk media cetak beserta foto dari tiap tokoh. Tiap kelompok akan mendapatkan biografi dari kelima tokoh tersebut. Pada tahap organisasi, guru membagi kelompok menjadi lima dan tiap kelompok berjumlah empat siswa. Pembagian kelompok dilakukan dengan menggunakan cluster random sampling berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Tiap kelompok terdiri dari empat siswa dengan kemampuan masing-masing yang berbeda. Pada tahap membimbing penyelidikan, guru membagikan lembar kerja berisikan tabel yang terdiri dari; nomor, nama, data pribadi, prestasi yang pernah di raih, pandangan hidup, masalah terburuk yang pernah dihadapi, kontribusi kepada masyarakat sekitar. Pada tahap ini, guru mengarahkan siswa agar dapat mengelompokkan biografi dari tiap tokoh tersebut kedalam tiap kolom dari tabel yang sudah tersedia. Pada tahap ini guru berperan sebagai pengamat dan fasiliator dalam proses pembelajaran. Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan dua tahap dari Problem Based Learning meliputi tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi hasil. Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tiap kelompok diminta untuk memilih satu tokoh yang menarik bagi mereka untuk dipresentasikan di depan kelas. Tiap kelompok akan mempresentasikan tokoh yang berbeda. Guru akan memilih secara acak kelompok mana yang akan maju terlebih dahulu. Kelompok lain harus memperhatikan dan mengajukan pertanyaan terkait dengan hasil presentasi dan menghasilkan diskusi yang aktif. Apabila tidak ada kelompok yang bertanya, guru akan mengajukan pertanyaan yang dapat memancing kelompok lain untuk mengutarakan pendapatnya. Pada tahap menganalisis dan evaluasi hasil, tiap kelompok yang telah maju akan mendapatkan feedback dari guru yang berperan sebagai penilai. Guru memberikan nilai secara 849 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 kuantitatif dan memberikan beberapa saran kepada kelompok yang telah maju. Pada saat pelaksanaan penilaian terdapat juga guru lain yang berperan sebagai pengamat kedua. Pengamat kedua bertugas untuk mengamati segala proses belajar mengajar di kelas apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). HASIL Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Pada pertemuan pertama, guru melaksanakan tiga tahap dari Problem Based Learning meliputi tahap orientasi, organisasi, dan membimbing penyelidiakan. Sebelum melaksanakan tahap orientasi, guru melaksanakan pre-test dengan nilai rata-rata siswa sebesar 59,57dengan nilai ketuntasan minimum 70. Sehingga rata-rata siswa belum bisa mencapai ketuntasan minimal tersebut. Pada tahap orientasi, guru memberikan lima biografi dari orang-orang terkenal di Indonesia dengan latar belakang yang berbeda. Pada tahap ini, guru juga membawa biografi dari kelima tokoh terkenal. Pada saat guru menjelaskan, guru menulisakan nama-nama tokoh tersebut dipapan tulis agar tiap siswa dapat memperhatikan. Tiap siswa mendengarkan setiap penjelasan yang guru berikan. Pada tahap organisasi, guru membagi kelompok dan kondisi kelas sedikit ribut karena harus berpindah tempat dan membentuk kelompok.Waktu yang diperlukan untuk mengorganisasi kelas lagi kira-kira lima menit. Pada tahap membimbing penyelidikan, guru memberi instruksi tentang apa yang harus dikerjakan dan membagikan lembar kerja pada tiap kelompok. Tanpa diarahkan oleh pendamping tiap kelompok sudah membagi tugas kepada masing-masing anggota kelompok berdasrkan tokoh yang ada. Satu anak menjabarkan satu tokoh. Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan dua tahap dari Problem Based Learning meliputi tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi hasil. Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tiap kelompok menjelaskan satu tokoh yang mereka kehendaki. Kelompok lain menyiapkan pertanyaan terkait dengan apa yang dibahas. Pada presentasi ke dua, tidak ada satu pun kelompok yang bertanya. Sehingga guru mengajukan pertanyaan kepada presentator. Pertanyaan yang diajukan adalah ―apa yang membuat Bob Sadino tidak menyerah?‖. Pertanyaan tersebut menghasilkan diskusi atau tanggapan dari baik presentator maupun kelompok lain. Pada tahap menganalisis dan evaluasi hasil, guru memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi. Guru juga memberikan poin kepada tiap siswa yang aktif dalam forum diskusi. Setelah guru memberi tanggapan, guru melaksanakan ujian berisi lima soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikiran alisis siswa. Pada hasil ujian ini didapati rata-rata nilai siswa adalah 69,52. PEMBAHASAN Kegiatan observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung oleh guru pertama dan guru kedua yang telah hadir selama proses pembelajaran dengan tujuan memperoleh gambaran yang sesungguhnya. Pada saat proses pembelajaran, pada tahap orientasi semua siswa mendengarkan dengan baik. Hal itu dikarenakan mereka mengerti dengan tokoh-tokoh yang sudah familiar bagi mereka. Akan tetapi, bagi anak yang bernama Afirmasi asal Papua, anak tersebut tidak mengenal tokoh yang bernama Abdul Rahman Tukiman (cak man). Sehingga anak-anak yang bernama Afirmasi diam saja pada saat guru membahas tentang tokoh tersebut. Pada tahap organisasi, sedikit terjadi keributan di kelas. Hal itu dikarenakan siswa harus pergi menuju kelompok yang sudah di tetapkan. Selain itu terdapat beberapa anak yang kurang puas dengan pembagian kelompok karena mereka harus berpisah dengan teman dekat mereka. Namun pada saat proses diskusi kelompok, tiap siswa mengerjakan dengan baik dan aktif. Dari hasil pengamatan, 850 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 dimana pelaksanaan pembelajaran mencapai kenaikan 4,86 % dan penambahan siswa tuntas dalam KKM 70 hanya seorang siswa, tentunya masih jauh dari harapan, ada beberapa hal yang mungkin menjadi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah 1) Siswa kurang memahami maksud dari panduan yang diberikan, sehingga poster belum tersusun sesuai dengan panduan , maka guru perlu mejelaskan maksud panduan yang diberikan oleh guru, sehingga siswa dapat membuat poster sesuai yang diharapkan.2) Diskusi dalam kelompok belum terkordinir dengan baik karena belum ada yang berperan sebagai pemimpin, hal ini menyebabkan kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, untuk itu perlu ditetapkan ketua kelompok dalam setiap kelompok.3) Presentasi, masih ada beberapa anak yang sama sekali tidak berani melakukan presentasi di depan kelas, yang disebabkan malu maupun kurangnya ketrampilan berbicara. 4) Konfirmasi yang dilakukan oleh guru terlaksana dengan terburu buru, disebabkan keterbatasan waktu, untuk itu perlu penambahan waktu. Sehubungan dengan hasil refleksi yang menunjukan adanya kelemahan disana sini, maka semuanya itu akan dilakukan perbaikan tindakan pada waktu pembelajaran berikutnya. Pada tahap membimbing penyelidikan, ada beberapa murid yang kurang jelas dengan instruksi yang diberikan. Pada saat guru berkeliling di kelas, beberapa siswa yang kurang jelas bertanya kepada guru. Aktifitas Tanya jawab antara guru dan siswa seperti pada gambar 1. Gambar 1. Tanya jawab antar guru dan siswa Kegiatan penyelidikan berlangsung dengan baik sekalipun beberapa siswa sedikit ramai dan perlu diingatkan kembali agar kembali mengerjakan tugasnya. Proses pelaksanaan diskusi kelompok sanggatlah memberi pelajaran bagi siswa. White (1995) berpendapat bahwa memberikan kesempatan siswa untuk membaca, menyimpulkan, dan membuat pemikiran kritis dapat menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi siswa. Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Tiap kelompok memilih satu tokoh saja untuk dipresentasikan. Tokohtokoh yang dipresentasikan berurutan adalah Abdul Rahman Tukiman, Bob Sadino, Susi Pujiastuti, Inul Daratista, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Kegiatan presentasi salah satu kelompok dapat digambarkan seperti pada gambar 2 851 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Gambar 2. Presentasi dari salah satu kelompok Dari urutan yang ada, terlihat bahwa mayoritas siswa sanggat tertarik dengan tokoh yang merupakan pengusaha. Selain itu mereka juga tertarik pada tokoh yang memiliki gebrakan dan inovasi. Namun, untuk tokoh politik para siswa tidak melihat hal itu sebagai hal yang cukup menarik untuk diketahui.Pada waktu presentasi, masih ada kelompok yang belum menyelesaikan poster kelompok, sehingga ketika salah satu kelompok maju mempresentasikan hasil kerja kelompok, ada 2 kelompok yang masih sibuk menyelesaikan poster kelompoknya sendiri dan tidak memperhatikan presentasi dari kelompok lain, juga ketika presentasi ternyata ditemukan siswa memiliki pemahaman yang berbeda pada perintah yang ada pada panduan. Pada tahap menganalisis dan evaluasi hasil, guru memberikan nilai kepada kelompok secara tertutup baik nilai kelompok atau poin bagi siswa yang aktif. Setelah disukusi tanya jawab terjadi, guru menanyakan tentang nilai yang dapat kita ambil serta mengambil kesimpulan dari kisah inspiratif tokoh tersebut. Setelah itu guru menginstruksikan pada seluruh siswa untuk memberi tepuk tangan sebagai tanda apresiasi dari apa yang telah mereka kerjakan. Dalam pelaksaaan diskusi kelompok, secara umum sikap anak cukup antusias, tetapi dalam pelaksanaan diskusi kelompok ada kelompok yang tidak mampu membagi tugas dengan baik,sehingga kerjasama kelompok belum terbangun dengan baik. Dalam membuat poster, guru sudah memberikan panduan tetapi dalam pelaksanaannya siswa dalam kelompok kurang dapat memahami perintah yang diberikan. Sebagai contoh ada 3 kelompok yang tidak dapat menampilkan point tentang sumbangan atau peran tokoh pada masyarakat. Juga point, tentang nilai apa yang bisa kita petik dari tokoh, sehingga guru perlu menjelaskan pada setiap kelompok, maksud panduan yang diberikan oleh guru. Guru membantu siswa dalam melakukan refleksi dari setiap presentasi. Hal ini sesuai dengan kesimpulanS avery (2006) yang mengatakan bahwa penerapan PBL oleh siswa yang baru menggunakannya diperlukan pemberian instruksi yang jelas untuk mendukung pengembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Instruktur juga perlu melakukan banyak latihan dan praktik agar instruksi yang diberikan dapat jelas bagi setiap siswa. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik pembelajaran dengan metode Problem Based Learning yang dilaksanakan dalam langkah-langkah: orientasi, organisasi; membimbing penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisa dan evaluasi dapat meningkatkan peningkatan nilai sebesar 9,95. Meskipun nilai rata-rata siswa belum mencapai ketuntasan minimal 70, namun peningkatan nilai lebih dari 7 adalah peningkatan yang cukup signifikan.Dengan pengevalusian kinerja dan perbaikan yang disesuaikan dengan karakter kelas yang ada, akan bisa lebih meningkatkan nilai rata-rata siswa lebih signifikan. 852 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 DAFTAR RUJUKAN Afrida. 2015. Peningkatan Kemampuan Mengindentifikasi Tokoh, Dan Latar Dalam Cerpen Melalui Strategi Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Generasi Kreatif melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. Dion, L. (1996). ―But I teach a large class.‖ Available on-line at: http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96bisc2.html. Duch, B. J., Groh, S. E., & Allen, D. E. (2001). Why problem-based learning? A case study of institutional change in undergraduate education. In B. Duch, S. Groh, & D. Allen (Eds.), The power of problem-based learning (pp. 3-11). Sterling, VA: Stylus. Nenoliu, E. T. 2015. Penerapan Metode STAD ( Student Teams Achievemen Division) Pada Materi Penjumlahan Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Leob. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Generasi Kreatif melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. Savery, John R. (2006). ―Overview of Problem-based Learning: Definitions and Distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning.III(1):15. Trianingsih, D.E. 2015. Problematik Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkaitan Dengan Kompetensi Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran Sastra. Prosiding Seminar Nasional TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) dengan tema “Membangun Generasi Kreatif melalui Pembelajaran Bermakna” pada 31 Oktober 2015 di Hotel Purnama, Batu. White, H. (1995). ―Creating problems’ for PBL‖.Available on-line at: http://www.udel. edu/pbl/cte/jan95-chem.html. 853 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY BERBANTUAN DEMONTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA MATERI DINAMIKA PLANET BUMI SEBAGAI RUANG KEHIDUPAN SISWA KELAS X IPS1 DI SMA NEGERI 1 BATU Amantho SMA Negeri 1 Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran inquiry dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi siswa. Penelitian menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus dilakukan dalam dua pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inquiry dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dari siklus I dengan skor rata-rata 25.30 Meningkat pada siklus 2 menjadi rata-rata 82.15. Kata kunci: pembelajaran inquiry, berpikir tingkat tinggi Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Agar pendidikan nasional berhasil dengan baik maka sesuai dengan permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah maka di dalam kegiatan pembelajaran memenuhi ketentuan sebagai berikut: (1) penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya belajarnya (learning style) untuk memiliki kompetensi yang sama; (2) penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya); (3) penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4) penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik); (5) penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim); (6) penguatan pembelajaran berbasis multimedia; (7) penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) penguatan pola pembelajaran kritis. Permasalahan yang dihadapi siswa kelas X IPS 1 di SMA Negeri 1 Batu adalah rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai ulangan harian yang yang mengacu pada soal berpikir tingkat tinggi masih banyak yang belum mencapai kreteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan inquiry dengan bantuan metode demonstrasi. Digunakan model inkuiri karena pembelajaran yang terpusat pada siswa (student center). Siswa didorong untuk terlibat langsung dalam melakukan inkuiri, yaitu bertanya, merumuskan permasalahan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, 854 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 menarik kesimpulan, berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir (minds-on activities), karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil secara fisik (hands-on activities) seperti terampil merangkai alat percobaan dan sebagainya. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan terampil secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah, sekaligus sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum, dan teori. Penggunaan metode demonstrasi adalah untuk mengurangi verbalisme dalam penyampaian materi pelajaran. Metode ini juga memudahkan siswa dalam mengerti dan memahami materi yang dipelajarinya. Selain itu ditinjau dari sudut tujuan penggunaanya dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi bukan merupakan metode yang dapat diimplementasikan secara independen. Sebab metode demonstrasi merupakan cara membantu siswa untuk memperjelas apa apa yang diuraikan, baik secara verbal maupun secara tekstual. Untuk memperkuat pendekatan saintific disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian atau discovery/inquiri learning (Permendikbud nomor 22 tahun 2016). Pembelajaran dengan metode inquiri telah dikaji oleh beberapa peneliti (Aprianie, 2015; Daniaty, 2011; Ahda, 2016). Heni Aprianie (2015) menerapkan pembelajaran dengan metode Inquiry dan hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ira Daniaty (2011) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan metode Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salis Ahda (2016) menerapkan pembelajaran inquiry dengan berbantuan link maps, memperoleh hasil bahwa pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian beberapa peneliti tersebut membuktikan bahwa metode Inquiry Learning sangat efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti berusaha menerapkan metode pembelajaran Inquiry pada materi Dinamika Planet Bumi Sebagai Ruang Kehidupan pada siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Batu. METODE Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 2 (dua) siklus. Masing-masing siklus meliputi tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beracuan pada metode demonstrasi, mengembangkan lembar kerja siswa, menyusun alat penilaian. Tahap pelaksanaan dilakukan praktik pembelajaran sekaligus direkam dengan video dan diobservasi oleh teman sejawat. Tahap refleksi dilakukan peneliti dengan observer untuk mencermati pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilakukan, mengaji kelemahannya, dan mencari alternative perbaikan. Langkah langkah penelitian tindakan kelas tergambar dalam proses siklus berikut. 855 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 PELAKSANAAN PERENCANAAN SIKLUS 1 PENGAMATAN \ REFLEKSI PELAKSANAAN PERENCANAAN SIKLUS 2 PENGAMATAN REFLEKSI Gambar 1. Siklus penelitian tindakan kelas Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Batu, kelas yang diteliti X IPS 1 berjumlah 28 siswa yang terdiri 8 orang laki-laki dan 20 orang perempuan HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Perencanaan Dalam penelitian ini terdapat empat kegiatan dalam tahap perencanaan: (1) menyususn rencana perbaikan pembelajaran (RPP), (2) mengembangkan media pembelajaran, (3) mengembangkan pedoman observasi, dan (4) mengembangkan alat evaluasi. Untuk menyususn RPP, peneliti mengembangkan kompetensi dasar ‖Menganalisis dinamika planet bumi sebagai ruang kehidupan. ‖Menjadi dua indikator yaitu, (a) menjelaskan proses pembentukan bumi, (b) Menganalisis perkembangan muka bumi. Media pembelajaran yang dipilih adalah sebuah model atau alat peraga yang dikerjakan oleh siswa secara berkelompok sesuai dengan topiknya yaitu: (a) kelompok satu teori kontraksi, (b) kelompok dua teori laurasia-gondwana, (c) kelompok tiga teori apungan benua, (d) kelompok empat teori konveksi, (e) kelompok lima teori pergeseran dasar laut, (f) kelompok enam teori lempeng Tektonik Dalam pembagian kelompok peneliti mendasarkan pada nomor urut absen, masing masing kelompok ditunjuk oleh kelompoknya sebagai ketua yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan kerja kelompoknya. Pelaksanaan Tindakan Terdapat tiga kegiatan utama dalam dalam pelaksanaan tindakan: (1) kegiatan pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup. Masing-masing kegiatan tersebut diuraikan sebagaiberikut. Kegiatan pendahuluan. Kegiatan pendahuluan diawali dengan doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa. Untuk mencairkan suasana agar tidak tegang para siswa diajak untuk bermain selama 5 menit. Siswa diminta berdiri membentuk lingkaran. Guru menginstruksikan jika saya menyebut angka ganjil maka siswa bertepuk tiga kali, sedangkan jika guru menyebut angka genap siswa mengucapkan yes dua kali. Dalam permainan guru menyebutkan angka ganjil dan genap secara berselang seling Jika ada siswa yang mengalami 856 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 kesalahan maka secara jujur siswa harus mengakui kesalahannya dengan terlebih dahulu mengangkat telunjuknya. Guru mengemukakan alasannya bahwa hal ini dilakukan untuk melatih siswa untuk berperilaku jujur. Pada saat permainan ada tiga siswa yang mengalami kesalahan. Setelah selesai tepuk tangan bersama dan guru mempersilakan siswa menempati tempat duduknya sesuai kelompoknya. Langkah berikutnya guru menyampaikan kompetensi dasar, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan pendahuluan juga digunakan untuk mengungkap pengetahuan awal siswa dengan mengadakan Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut. G: Apakah kondisi permukaan bumi kita selalu tetap? S: Tidak G: Mengapa? Berikan alasan! S: Permukaan bumi selalu mengalami perubahan karena adanya pergerakan lempeng lempeng bumi G: Apakah akibatnya dengan adanya pergerakan lempeng tersebut? S: Terbentuknya gunung, pegunungan, lembah, letusan gunung api dan gempa Jawaban siswa dalam dialog tersebut nampak bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran hari itu bukanlah siswa tidak tahu apa-apa tentang lempeng dunia dan gerakannya. Namun, mereka memiliki pengetahuan awal tentang lempeng-lempeng tersebut. Oleh karena itu dalam tindakan pembelajaran ini siswa harus diberi peran yang lebih aktif untuk mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki. Kegiatan inti. Guru mempersilakan kelompok satu untuk maju dan mengingatkan kepada seluruh siswa bahwa agar kegiatan berjalan lancar dan mudah terekam setiap aktifitas harus diawali dengan menunjukkan nomor absen dan namanya masing-masing, walaupun setiap siswa sudah ada kartu nama di dadanya, karena observer ada di belakang siswa. Kemudian kelompok satu maju ke depan dan memperagakan model sejarah terbentuknya permukaan bumi menurut teori kontraksi. Setelah selesai mendemonstrasikan kelompok yang sedang maju menawarkan kepada kelompok lain untuk bertanya: Siswa penyaji :―Apakah ada pertanyaan‖? Siswa audien : ―Apa faktor yang mempengaruhi bumi mendingin dengan cepat?‖ Siswa penyaji : karena pengaruh unsur-unsur yang ada di jagad raya maka bumi bisa mendingin. Siswa audin dari kelompok lain bertanya:‖Apakah ada bukti jika bumi itu mendingan di bagian luarnya saja?‖ Siswa kelompok penyaji: ―jika gunung yang meletus mengeluarkan magma. Hal itu membktkan bahwa bumi kita telah mendingin bagian luarnya saja sedangkan bagian dalam masih berpijar‖. Gambar 2: Kelompok 3 sedang memperagakan teori lempeng tektonik 857 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Kelompok tiga yang memperagakan hasil karyanya tentang teori laurasia gondwana sangat bagus sekali. Bahannya terbuat dari karton, lem, stick dari bambu, dan pensil warna. Dalam peragaan itu ditampilkan proses pergerakan benua yang semula menyatu terpecah hingga sampai kepada bentuk atau posisi benua yang sekarang. Suasana pembelajaran dapat digambarkan dalam dialog berikut. Siswa keompok lain bertanya: ―Faktor faktor apa yang menyebabkan benua tersebut terpecah‖ Siswa penyaji menjawab: ―terpecahnya benua disebabkan oleh arus konveksi pada lapisam mantle bumi‖. Gambar 3. Guru memperhatikan siswa melakukan demonstrasi Pengamatan Secara umum para observer mengatakan bahwa kreatifitas siswa baik sekali terbukti masing masing kelompok mampu membuat alat peraga yang berbeda. Dari sebuah kalimat yang berupa teori bisa diterjemahkan kedalam bentuk nyata sebuah alat peraga. Juga dalam pelaksanaan pembelajaran sudah baik terbukti dengan penampilan masing masing kelompok sudah bisa mendemonstrasikan alat peraga yang dibuatnya dengan lancar. Juga tiap tiap kelompok sudah bisa menguasai dan menyampaikan materinya masing masing dan kelompok lain ikut berperan aktif. Pemberian pujian dari guru, tepuk tangan bersama dan pembenaran dalam setiap jawaban siswa menambah percaya diri bagi siswa. Disisi lain masih ada kekurangan antara lain suasana masih kelihatan tegang dan terlalu serius. Juga waktu yang terlalu pendek sehingga siswa tidak leluasa untuk berekspresi tanya jawab. Kemudian tentang aktifitas siswa masih ada satu kelompok yaitu kelompok enam yang belum siap terbukti masih mempersiapkan materinya walaupun ada kelompok lain yang sedang tampil. Hasil tes menunjukkan siswa setelah mengikuti pembelajaran adalah nilai tertinggi 73 dan nilai terendah 25. Dengan KKM 70 berarti dalam penilaian ini yang tuntas hanya 25.30%. Hal ini karena soal test sudah mengacu pada soal HOTS (Higher Order Thingking Skills), sementara dalam pembelajaran belum HOTS sehingga masih ada kesenjangan, tidak sinkron antara pembelajaran dengan penilaian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan tindakan pada siklus ke dua. Proses pembelajaran pada siklus 2 dapat digambarkan sebagai berikut. Kegiatan awal. Dalam kegiatan ini diawali dengan kegiatan pendahuluan. Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam. (2) Guru mengecek kehadiran siswa dengan menanyakan kepada siswa, ―Apakah pada hari ini ada siswa yang tidak hadir, dijawab oleh siswa tidak ―tidak ada pak‖. (3) memberikan motivasi dan mengajak siswa untuk bermain sejenak, siswa membentuk lingkaran, kemudian guru meminta siswa untuk berhitung, jika kelipatan tujuh maka siswa yang bersangkutan harus berkata dengan keras ―Yes‖ setelah selesai siswa diminta duduk kembali. (4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran memalui penayangan power point. Kegiatan Inti. Kelas yang posisi tempat duduknya sudah diatur berbentuk U dan diminta para siswa untuk menempati tempat duduknya sesuai dengan kelompoknya yang sebelumya sudah terbentuk kelompok dengan nama menurut pelangi yaitu Mejikuhibiniu. (2) guru meminta tiap tiap kelompok untuk maju secara bergantian untuk memperagakan hasil karyanya. (3) Untuk penampilan pertama kelompok me atau merah maka kelompok merah maju kedepan untuk memperagakan hasil 858 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 karyanya (4) Kelompok lain memperhatikan dengan seksama (5) Setelah selesai membawakan hasil kerjanya (6) sesi berikutnya tanya jawab, kelompok yang tampil menawarkan ―apakah ada pertanyaan?‖ kemudian kelompok kuning memberikan pertanyaan dan dijawab oleh kelompok merah (6) guru meminta kelompok lain untuk maju secara bergantian dan memberikan semangat untuk kelmpok berikutnya. Setelah selesai semua kelompok maka pembelajaran diakhiri dengan salam. Siklus dua diakhiri dengan refleksi: (1) Alat peraga yang dibuat siswa sudah ada peningkatan termasuk cara penyampaian pesan lebih baik. (2) Keaktifan siswa sudah berkembang, kelas lebih hidup. Dari kegiatan proses kegiatan belajar diatas berikut ini sisajikan hasil siklus satu dan siklus dua Tabel 1. Perolehan hasil belajar siswa No 1 2 Kategori ketuntasan Tuntas Tidak tuntas Jumlah Siklus 1 25.30% 74.7% 100% Prosentase kegiatan % Siklus 2 82.15% 17.85% 100% Berdasarkan tabel hasil belajar siswa di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Batu. Hasil belajar pada siklus satu, angka prosentase ketuntasan 25.30% dan angka perolehan ketidaktuntasan 74.7%. Setelah dilakukan refleksi dan perbaikan pada siklus dua maka didapat hasil prosentase ketuntasan 82.15 dan prosentase ketidaktuntasan 17.85%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa naik secara signifikan sebesar 56.85. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inquiri Learning berbantuan demontrasi dapat meningkatkan kompetensi analisis dalam berpikir tingkat tinggi. Peningkatan kompetensi tersebut dapat terjadi karena dalam model inkuiri terdapat tahapan-tahapan kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tahapan tersebut adalah analisis data dan organisasi data. Analisis dapat dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan karakteristik data dan tujuannya. Keterlibatan siswa dalam kegiatan organisasi dan analisis data tersebut dapat meningkatkan keterampilannya dalam berpikir tingkat tinggi. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan pembahasa dapat disimpilkan bahwa pembelajaran inquiry dengan bantuan demontrasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dari siklus I dengan skor rata-rata 25.30 meningkat pada siklus 2 menjadi rata-rata 82.15. DAFTAR RUJUKAN Aprianie, Heni. 2015 Penerapan Inquiry Learning Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Kelas X IPS 3 SMAN 10 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015 Hal.1071-1077 Etika, Aulia Dwi. 2012. Penerapan metode inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir ritis dan Hasil Belajar pada Kelas X F SM Madrasah Aliah Jember. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi.Jurusan IPS Fakultas Ilmu Pendidkan Universitas Jember. Daniaty, Ira. 2011; Penerapan Metode Inquiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS di MAN 2 Probolinggo http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel.pdf 13 Nopember 2016 859 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Setyawan, Agung, 2015; Penerapan Model Inquiry dengan Metode Demonstrasi Materi Dinamika Planet Bumi Sebagai Ruang Kehidupan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Kelas X IIS 5 di SMA Negeri 1 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015 Hal,1044-1053 Sudrajad, Akhmad. Pembelajaran Inkuiri: Pengertian, Ciri-ciri, Prinsip-Prinsip dan Langkah-Lanakah. (Online)https:/akhmadsudrajad:wordprss.com), diakses tanggal 13 November 2016 Ahda, Salis, 2016. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Hipotetik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Negeri 4 Malang. Jurnal Kajian Pembelajarran Sekolah JKPS, Vol 1 Nomor 1 2016. Wahyudi. 2015. Efektifitas Model Pembelajaran Inquiry dalam meningkatkan Keampuan berpikir kritis, di SMA I PIRI I Yogjakarta. Abstract. (online) (Htttp:eprints Uny 860 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN BANTUAN MODEL JIGSAW DAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS X – IIS – 1 DI SMA IMMANUEL BATU Sri Harijati SMA Immanuel Batu febri.didin70@gmail Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar geografi melalui Penerapan pendekatan saintifik pada materi dinamika bumi sebagai ruang kehidupan dengan bantuan model jigsaw dan media visual, pada peserta didik X – IIS 1 SMA Immanuel Batu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan dan audio visual dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas X IIS 1 SMA Imanuel Batu pada materi dinamika bumi sebagai ruang kehidupan. Hal ini terlihat dari kenaikan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 25%. Kata kunci: Pendekatan saintifik, Model Jigsaw, Media visual, Hasil belajar Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar (central basic) yang dapat membawa perubahan terhadap manusia. Perubahan tersebut sifatnya bertahap dan memerlukan waktu yang cukup lama. Telah banyak perkembangan dan kemajuan di segala bidang yang disebabkan oleh adanya pendidikan. Dengan demikian adanya pendidikan dapat mengubah suatu keadaan (negara, bangsa bahkan perorangan) menjadi kondisi kehidupan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga dapat dikembangkan di lingkungan masyarakat untuk kepentingan masyarakat dan dirinya sendiri. Mengingat begitu pentingnya pendidikan, maka sudah sepatutnya apabila berbagai lembaga pendidikan dari waktu ke waktu senantiasa meningkatkan peranannya, termasuk dalam peningkatan mutu pembelajarannya. Hasil pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang berarti bagi peserta didik, sehingga perubahan prilaku dalam wawasan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dirumuskan dalam pembelajaran dapat dicapai secara optimal (Winkel, 1987). Pemberian permasalahan yang riil akan merangsang rasa ingin tahu, keinginan untuk mengamati, serta keinginan untuk terlibat dalam suatu masalah akan semakin besar. Pendekatan saintifik, menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, tetapi peserta didik diberikan peran untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar (Sudrajat, 2011). Pemberian peran dan tanggung jawab kepada peserta didik akan memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Harapannya melalui penemuan masalah dan pencarian solusi dari suatu masalah, proses memahami suatu konsep, proses menganalisis suatu permasalahan akan lebih cepat terserap oleh peserta didik. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak. Menurut pandangan konstruktivis, pengetahuan merupakan suatu proses yang berkembang terus menerus. Mesti-nya dalam pembelajaran, khususnya kelas X, siswa tidak hanya dituntut meng-hafalkan faktafakta dan konsep-konsep, melainkan juga mengerti dan membangun sistem berpikirnya sendiri. Siswa akan mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Mengonstruksi pengetahuan adalah suatu usaha yang sangat aktif oleh pelajar untuk mengonstruksi atau memahami ide baru diperlukan pemikiran yang 861 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 aktif tentang ide tersebut. Selanjutnya konstruksi pengetahuan memerlukan pemikiran reflektif, yakni secara aktif memikirkan ide. Berpikir reflektif berarti mengubah melalui ide-ide yang ada untuk mencari ide-ide yang kiranya paling berguna untuk memberi arti terhadap ide baru (Subanji, 2011). Faktor metode dan media pembelajaran yang belum sesuai dengan materi yang disajikan menjadikan pembelajaran menjadi kurang bermakna, peserta didik tidak memiliki minat tinggi dalam belajar yang bisa diukur melalui hasil tes dan hasil observasi. Keadaan ini memerlukan suatu tindakan untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik, dintaranya melalui pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan indikator dan penggunaan media visual untuk memperlihatkan. Karena itu tugas guru adalah memfasilitasi siswa untuk belajar. Salah satu bentuk fasilitasi siswa belajar adalah menggunakan pendekatan saintifik dengan bantuan model jigsaw dan media visual. Pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa. Menurut Masdalifa (2013), pada pembelajaran model Jigsaw setiap siswa adalah anggota dari dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelom-pok ahli. Prinsipnya guru membagi topik besar menjadi sub-sub topik. Siswa me-mulai pelajaran dalam kelompok-kelom-pok asal. Pada Model Jigsaw, setiap anggota kelompok asal diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan dan memahami salah satu sub topik. Untuk me-mahami sub-sub topik setiap anggota tim harus berkerja sama dengan anggota kelompok lain untuk berbagi pengetahuan secara efektif. Selanjutnya setiap siswa menjadi ―ahli‖ dan mengajarkan ke ang-gota kelompok asalnya. Menurut Viktorino Teddy Loong (2013), pembelajaran model Jigsaw memiliki langkahlangkah: (1) penjelasan dari guru, (2) siswa bekerja di ke-lompok ahli untuk menyelesaikan masa-lah yang berbeda, (3) siswa kembali ke kelompok asal untuk saling menjelaskan hasil pekerjaan di kelompok ahli kepada temannya, (4) kuis, dan (5) pemberian penghargaan. Dalam kooperatif Jigsaw para siswa dimotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran yang diberikan se-baik mungkin dan bekerja keras di dalam kelompok ahli sehingga dapat membantu anggota kelompok lainnya. Dalam penelitian ini dilakukan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada materi Mengenal bumi. Hal ini dilandasi oleh adanya masalah dalam penguasaan materi Lithosfer pada siswa kelas XIIS -2 SMA Immanuel Batu. Siswa mengalami kesu-litan dalam memahami materi mengenal bumi. Dalam hal ini siswa belum bisa memahami proses terbentuknya jagad raya dan pembentukan bumi. Dampaknya siswa akan mengalami kesulitan ketika mempelajari tentang jagad raya. Kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari materi pembentukan bumi karena pembelajaran kurang menarik minat peserta didik, serta sulitnya menghubungkan pengetahuan dari bentuk abstrak ke bentuk nyata. Berdasarkan berbagai alasan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas pada materi bangun ruang sisi datar dengan mengambil judul Penerapan Pendekatan Saintifik dengan bantuan Model Jig-saw dan media visual untuk meningkatkan hasil belajar Geografi di kelas X – IIS-1 di SMA Immanuel Batu METODE Rancangan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang mencakup dua siklus, siklus I dilakukan dalam dua pertemuan, dimulai dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Prosedur pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut: 862 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis Siklus I a. Perencanaan. Pada tahap perencanaan kegiatan pembelajaran berikut (1) guru menyusun rencana pembelajaran, untuk KD dinamika planet bumi sebagai ruang kehidupan dengan indikator menjelaskan tentang jagad raya dan tata surya, rencana pembelajaran (RPP) yang disusun mengacu pada sintaks Inquiri Learning: observasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (2) menyiapkan lembar kerja peserta didik, (3) menyiapkan perangkat penilaian, (4) mempersiapkan media (5) mempersiapkan lembar observasi peserta didik. b. Pelaksanaan tindakan. Tahap pelaksanaan tindakan siklus satu dilakukan dalam dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu setiap pertemuan 3 X 45 menit. Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini adalah penerapan Inquiri Learning. Penerapan tersebut disusun dalam pembelajaran yang dilakukan dalam pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. c. Observasi. Kegiatan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Tujuan kegiatan untuk memperoleh data pelaksanaan tindakan secara mendalam dan menyeluruh. Observasi dilakukan secara kolaboratif melibatkan satu orang kolaborator teman sejawat yang sudah mendapatkan pengarahan dan memiliki kemampuan dalam melakukan pembelajaran dengan model Inquiry learning yaitu Pitri Agriani Marbun. Observasi difokuskan kepada peserta didik, dan guru. Pengamatan aktifitas peserta didik meliputi: observasi media, berdiskusi, bertanya, menyampaikan pendapat, pengisian lembar kerja, menyajikan hasil diskusi, dan mengisi evaluasi. Aktivitas guru yang diamati meliputi: apersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran, menyampaikan langkahlangkah pembelajaran, menyimpulkan materi, memberikan penguatan materi, dan memberikan penugasan. d. Refleksi Dalam refleksi hasil-hasil observasi di bahas bersama oleh guru dan observer. Pada akhir siklus I diperoleh gambaran dampak penerapan Inquiri Learning. Hasil pembahasan yang diperoleh merupakan hasil refleksi dari apa yang telah terjadi selama penerapan tindakan siklus I. Jika ditemukan permasalahan pada siklus I digunakan untuk pertimbangan dalam menyusun perencanaan tindakan pada tahap II. 863 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Siklus II a. Perencanaan. Dalam perencanaan siklus II ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) guru dan observer mempelajari hasil refleksi dari tindakan siklus I yang menjadi masukan dalam melakukan tindakan yang lebih efektif pada siklus II, (2) pada prinsipnya persiapan pada siklus II sama dengan siklus I perbedaannya terdapat pada indikator pembelajaran; menjelaskan proses terbentuknya tata surya dan bumi, (3) menyiapkan media pembelajaran sesuai dengan indikator pembelajaran, (4) menyiapkan perangkat penilaian sesuai dengan indikator pembelajaran yaitu menganalisis karakteristik lapisan permukaan bumi, (5) mempersiapkan lembar kerja peserta didik, dan (5) mempersiapkan lembar observasi. b. Pelaksanaan tindakan. Pada siklus ke-2 tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I setelah melalui refleksi. c. Observasi. Tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, hal-hal yang diamati sesuai dengan siklus I, disesuaikan dengan kondisi lapangan dan hasil refleksi pada siklus satu. d. Refleksi. Hasil pengamatan dibahas bersama guru dengan kolabolator untuk memperoleh gambaran dampak penerapan pendekatan saintifik dengan bantuan model jigsaw dan media visual.Penelitian ini dilaksanakan di SMAImmanuel Batu beralamat di Kelurahan Sisir Kecamatan Batu Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Subjek penelitian peserta didik kelas X-IIS - 1 sebanyak 24 peserta didik, dilakukan pada bulan Oktober 2016. Instrumen pengumpulan data berupa tes hasil belajar dan dokumentasi. Data tersebut dikumpulkan dengan prosedur berikut: (1) tes, data yang diperoleh dari tes akhir yang digunakan untuk mengukur hasil belajar, (2) observasi, yaitu data yang diperoleh dari keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam penerapan pendekatan saintifik dengan bantuan, (3) catatan lapangan yaitu data yang diperoleh dari catatan lapangan yang berupa kegiatan yang tidak tercantum di dalam lembar observasi, seperti jumlah peserta didik yang tidak hadir, situasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung, kerjasama peserta didik dalam pembelajaran, respon peserta didik terhadap media pembelajaran, dan jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM. Dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti data nilai awal sebelum pelaksanaan refleksi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah (1) skor tes, yang diperoleh dari soal, (2) skor tes aktivitas kerja peserta didik yang diperoleh dengan lembar observasi proses pembelajaran, (3) catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (4) pedoman klasifikasi untuk frekuensi prestasi belajar peserta didik, dengan kreteria sangat baik (85-100), baik (70-84), sedang (55-69), kurang (40-54), dan kurang (0-39). Analisis data dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir analisa tersebut dilakukan untuk data yang berwujud kualitatif. Selain itu analisis dilakukan secara deskriptif untuk data yang berwujud kuantitatif. Indikator keberhasilan tindakan hasil belajar peserta didik kelas X - IIS SMA Immanuel Batu di tentukan dengan cara sebagai berikut: (1) dengan melihat perubahan ketercapaian hasil belajar antara tindakan siklus dua dan tindakan siklus satu. Keberhasilan tindakan pada siklus dua diketahui dari selisih skor antara tindakan siklus dua dan siklus satu, (2) indikator keberhasilan tindakan ditentukan oleh peneliti yaitu apabila peserta didik kelas X IIS - 2 SMA Immanuel Batu menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belaja 864 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiri dengan metode jiksaw. Dalam hal ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan (1 kali pembelajaran dan satu kali tes). Pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut: Siklus 1 pertemuan 1 Terdapat lima kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan1) pembuatan rpp 2) menyiapkan media visual untuk pembelajaran pembelajaran 3) mengembangkan pedoman observasi 4) menyiapkan lembar penilaian. RPP disusun untuk KD 3.3. Menganalisis dinamika planet bumi sebagai ruang kehidupan.RPP dibuat dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan metode inquiri dengan bantuan model Jiksaw dan media visual diharapkan siswa dalam proses pembelajaran lebih jelas dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan perolehan nilai yang meningkat. Pelaksanaan Tindakan Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi / penguatan kepada siswa untuk memotivasi siswa dengan menunjukkan beberapa contoh berbagai fenomena dalam kehidupan seharihari yang terkait dengan unsur – unsur geosfer. Anak – anak terlihat antusias tetapi ada beberapa siswa yang masih belum begitu memperhatikan ada yang masih sibuk dengan temannya sendiri sehingga terlihat belum begitu fokus. Saat proses pembelajaran siswa bekerja kelompok (kelompok ahli). Dalam hal ini ada 4 masalah yang diberikan kepada siswa. Kemudian kelompok ahli 1 membahas masalah 1, kelompok ahli 2 membahas masalah 2, kelompok ahli 3 membahas masalah 3 dan kelompok 4 membahas masalah 4. Setelah selesai mengerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali berdiskusi di kelompok asal. Siswa saling mengajari satu dengan yang lain terkait dengan masalah yang sudah diselesaikan di kelompok ahli. Dalam hal ini guru melakukan penilaian proses diskusi kelompok. Komponen yang dinilai guru meliputi: keaktifan siswa dalam diskusi, bagaimana siswa menyatakan pendapatnya, siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari temannya, cara mempresentasikan hasil kerja kepada anggota kelompok, menjawab pertanyaan saat presentasi, mengajukan pertanyaan ke kelompok lain saat presentasi, mengerjakan soal tes dengan baik. Masing-masing kelompok, salah satu dari anggotanya ada yang mewakili ke depan untuk melakukan presentasi dengan menggunakan bantuan media visual. Kelompok 3 mewakili presentasi soal no 1, kelompok 2 mewakili presentasi soal no 2, kelompok 4 mewakili presentasi soal no 3 dan kelompok 1 mewakili presentasi soal no 4. Kemudian guru memberi penguatan pada jawaban yang kurang benar. Selanjutnya seluruh siswa diminta untuk merangkum materi. 865 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Kendala yang dihadapi dalam pembagian kelompok adalah lamanya anak – anak masuk dalam kelompoknya masing – masing sehingga waktu terbuang. Rata – rata siswa memeperhatikan dengan baik penjelasan dari kelompok ahli, tetapi ada juga yang belum mau memperhatikan. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab disini siswa mulai antusias dalam memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kelompok lain. Karena waktu tidak mencukupi maka diskusi untuk kelompok yang belum presentasi dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Kegiatan penutup dilaksanakan dengan baik interaksi antara siswa dan guru dalam umpan balik sudah berjalan dengan baik. Dan hasil dari penilaian akhir belum begitu memuaskan kemungkinan anak – anak belum terbiasa dengan metode ini. Siklus 1 pertemuan 2 Pembelajaran diawali dengan memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan untuk materi yang sudah dibahas kemarin. Berdasarkan dialog tersebut siswa sudah menguasai materi prasyarat untuk pembelajaran pertemuan 1 dan melanjutkan presentasi 1 kelompok yang belum maju. Setelah selesai semua guru bertanya apakah sudah faham dengan materi tentang proses terjadinya tata surya dan anggota tata surya. Ada yang sudah mengerti tentang materi tersebut tapi masih ada juga yang belum mengerti sehingga guru menjelaskan beberapa hal yang belum dimengerti siswa. Sebagai bahan evaluasi guru memberikan beberapa soal berbentuk essay. Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan observer terdapat temuan-temuan sebagai berikut: (1) peserta didik tidak fokus terhadap media karena volume audio visualnya terlalu kecil dan tampilan video cepat, (2) ada beberapa peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan diskusi khususnya peserta didik yang duduk di kursi belakang, peserta didik dalam kegiatan diskusi ngobrol dengan sebangkunya,(3) peserta didik kesulitan untuk membuat deskripsi permasalahan dalam kegiatan diskusi, (4) peserta didik kesulitan dalam menjawab soal analisis, seperti diungkapkan peserta didik ‖Ini, harus dibagaimanakan, Bu?‖. Refleksi Saran-saran yang diberikan observer untuk perbaikan dalam kegiatan pembelajaran di sikulus I: (1) volume audio visual ditambah agar peserta didik bisa mendengar informasi yang sampaikan, dan ada pemberian penekanan materi (2) ada peran yang diberikan kepada masingmasing peserta didik agar supaya peserta didik turut berperan dalam kegiatan diskusi, (3) penambahan pengetahuan dalam data Siklus II Perencanaan Terdapat lima kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan1) pembuatan rpp 2) menyiapkan media visual untuk pembelajaran pembelajaran 3)mengembangkan pedoman observasi 4) menyiapkan lembar penilaian. RPP disusun untuk KD 3.3. Menganalisis dinamika planet bumi sebagai ruang kehidupan.RPP dibuat dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan metode inquiri dengan bantuan model Jiksaw dan media visual diharapkan siswa dalam proses pembelajaran lebih jelas dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan perolehan nilai yang meningkat. Pelaksanaan Tindakan Hasil penelitian pada siklus II, dari sisi proses digambarkan sebagai berikut (1) guru membuka pembelajaran dimulai stimulus melalui video pembentukan bumi, bertujuan agar peserta didik fokus terhadap pelajaran yang akan dimulai (2) menunjukkan tujuan pembelajaran yang ditunjukkan melalui LCD,(3) menyampaikan kegiatan pembelajaran yang dimulai memperkenalkan 866 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 langkah-langkah pembelajaran dalam model jigsaw (4) melakukan observasi terhadap media pembelajaran yang ditayangkan melalui LCD yang dilengkapi dengan penambahan informasi melalui penjelasan guru sehingga pemahaman siswa lebih cepat terbangun, peserta didik diberikan lembar kerja untuk panduan selama kegiatan observasi yang merupakan pengantar materi untuk masuk dalam kegiatan diskusi, (5) mengelompokkan peserta didik dalam enam kelompok diskusi yang masingmasing membahas permasalahan nyata yang berkaitan dengan roses pembentukan bumi peserta didik dalam siklus II lebih diperjelas, sehingga masing-masing memiliki kontribusi dalam menyelesaikan masalah diskusi,(6) peserta didik mengumpulkan data mengenai teori mana yang paling mungkin kebenarannya sebagai teori asal mula pembentukan bumi, (7) guru memberikan penjelasan tentang asal mula pembentukan bumi, (8) peserta didik menjawab soal-soal tes, dengan bentuk soal tertulis sebanyak 5 soal pilihan analisis dan 5 soal pilihan ganda. Sebelum soal dibagikan ada penjelasan tentang petunjuk soal analisis. Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan observer terdapat temuan-temuan sebagai berikut: (1) masih terdapat peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan diskusi, masih asik berbicara sendiri karena pembelajaran dilaksanakan siang hari, (2) peserta didik kesulitan untuk membuat deskripsi dan dangkalnya pendalaman materi pada pembahasan diskusi masih muncul, ditandai dengan ―Ibu, jadi setelah ini apa lagi yang harus kami tuliskan‖. Refleksi Saran-saran yang diberikan observer untuk perbaikan dalam kegiatan pembelajaran di siklus II: (1) pemberian peran yang jelas yang diberikan kepada masing-masing peserta didik agar supaya peserta didik turut berperan dalam kegiatan diskusi, (2) penambahan pengetahuan dalam data. Untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi digunakan instrumen tes yang dilakukan di akhir kegiatan siklus I dan siklus II, sebanyak 13 peserta didik (46%), sebagian besar peserta didik pada siklus I, masih berada pada kategori sangat kurang. Sedangkan hasil belajar peserta didik yang dilakukan pada siklus II, menunjukkan, hasil belajar dengan klasifikasi baik 29% atau terdapat peningkatan sebanyak 25%. Dan terdapat penurunan jumlah peserta didik dengan klasifikasi sangat kurang dari siklus I ke siklus II sebanyak 8 peserta didik (75%). Hasil Belajar Siklus II Tingkat keberhasilan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar peserta didik 40, dengan persentase ketuntasan belajar 4%. Setelah melalui perbaikan pembelajaran sesuai hasil refleksi pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan 14%, menjadi 54. Persentase ketuntasan belajar pada siklus II, 29% artinya terjadi peningkatan 25%. Terlihat adanya peningkatan hasil belajar meskipun belum semua peserta didik bisa tuntas 100% dalam hasil belajar. Keterangan Nilai Rata-Rata Persentase Ketuntasan Siklus 1 Siklus II 40 54 4% 29% 867 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar melalui pendekatan saintifik dengan bantuan model jigsaw dan media visual. Hal itu di duga dapat terjadi karena beberapa faktor. Pertama, pembelajaran yang menyenangkan diawali dengan adanya stimulus berupa media. Keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengobservasi media pembelajaran, memberikan pengalaman pembelajaran sebanyak 30% pelajaran yang peserta didik terima akan mudah mereka ingat. Hal ini sesuai dengan Kerucut Pengalaman (Cone Of Experience) Edgar Dale seperti terlihat pada gambar 4 berikut: Gambar 4. Kerucut Pengalaman Edgar Dale Media menurut Herminegari (tanpa tahun), memiliki fungsi untuk peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Sejalan dengan pendapat Herminegari tersebut, Levie & Lents (1982) juga mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: (1) Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran, (2) Fungsi afektif, dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik, (3) Fungsi kognitif, mengungkapkan bahwa lambang visual/gambar memperlancar pencapaiaan tujuan untuk memahami dan mengingat informasi yang terkandung dalam gambar, dan (4) Fungsi kompensatoris terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Kedua, peserta didik diberikan pengalaman belajar dengan cara mengalami sendiri sehingga peserta didik lebih mudah untuk mengingat hasil pembelajaran. Hal ini sesuai denganteori yang dikembangkan oleh Edgar Dale (dalam Bagus 2014)mengatakan: ―hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkret), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak)‖. Pengalaman langsung akan memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena adanya melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ketiga, Pemberian pengalaman belajar, membuat peserta didik menjadi lebih mandiri, mampu berfikir logis dan bisa menggunakan penalaran ilmiah jika dihadapkan pada suatu 868 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 permasalahan. Pembelajaran metode inkuiri dengan bantuan model jigsaw menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri, pembelajaran terpusat pada peserta didik dan guru berfungsi sebagai fasilitator. Piaget (Pristiadi, tidak ada tahun) menyatakan bahwa tahapan dalam perkembangan Peserta didik tingkat SMA termasuk ke dalam periode operasional formal, periode dimana terjadi puncak perkembangan struktur kognitif, anak mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah serta dapat menerima pandangan orang lain. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Dianti (2011), memperlihatkan bahwa dengan model Inquiry learning mampu meningkatkan keaktifan peserta didik, terlihat saat adanya aktivitas saling bertukar pendapat dengan anggota kelompoknya apabila salah satu anggota kelompok mengalami kesulitan dari sini juga menunjukkan peserta didik menjadi terlatih untuk menghargai pendapat orang lain. Dengan diberikan pengalaman belajar melalui sintaks-sintaks yang terdapat pada model Inquiri Learning terbangun kesesuaian antara kemampuan perkembangan pengetahuan kognitif dengan model pembelajarannya sehingga harapan terjadinya peningkatan hasil belajar dapat terwujud. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan bantuan model jigsaw dan audio visual di SMA Immanuel Batu menunjukkan adanya peningkatan dalam hasil belajar. Terjadi peningkatan ketuntansan belajar siswa, dari 4% menjadi 29%. DAFTAR RUJUKAN Nur, M. dan Wikandari P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Peserta didik Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press.Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Penerbit Media Abadi Sudrajat, Akhmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri: Pengertian, Ciri-Ciri, Prinsip-Prinsip dan LangkahLangkah. (online),(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2011/09/12/ pembelajaraninkuiri), diakses tanggal 18 Oktober 2016 Radyan, Bagus. 2014. Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) Edgar Dale. (online), (https://bagus dwiradyan. wordpress.com/2014/07/06/kerucut-pengalaman-cone-ofexperience-edgardale). (online). diakses tanggal 18 oktober 2016 Zuhri, Achmad. 2013. Fungsi dan Manfa’at Media Pembelajaran. https://achmadzuhrihs. wordpress. com/2013/05/11/fungsi-dan-manfaat mediapembelajaran/ (online). Diakses tanggal 18 Oktober 2015 Mamah, Aprilia. Tanpa tahun. Teori Perkembangan Vygotsky.(online), (https://april044. wordpress. com/teori-perkembangan-vygotsky), diakses tanggal 17 Oktober 2015 Utomo, Pristiadi. Tanpa tahun. Piaget dan Teorinya. (online), (https://ilmuwanmuda. Wordpress .com/piaget-dan-teorinya), diakses tanggal 17 Oktober 2015 Herminegari. Tanpa tahun. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran. (online), (https://herminegari. wordpress.com/perkuliahan/fungsi-dan-manfaat mediapembelajaran/) diakses tanggal 18 Oktober 2016 Daniati, Ira. (2011). Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS di MAN 2 Probolinggo.(online), (http://jurnalonline. um.ac.id/data/artikel/artikel E254 61F532 A87262667762FA47B35C7.pdf) 869 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Hartini, (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Ciri Khusus Tumbuhan Di kelas VIB SDN 002 Tanah Grogot. Kalimantan Timur: Tidak diterbitkan. Junaidi H. Matsum, (2001). Interaksi Sosial dan Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Desertasi Pasca Sarjana FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. 870 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS 1 MAN BATU Susi Hernawati MAN Batu Propinsi Jawa Timur [email protected] Abstrak: Siswa kelas X IPS 1 di MAN Kota Batu belum menunjukkan peran aktifnya saat pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa belum dapat memahami materi pada pembelajaran geografi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai hasil belajar ulangan harian siswa yang mampu mencapai KKM adalah 60% dari jumlah siswa yaitu 18 siswa, sedang sisanya 12 siswa masih di bawah KKM. Rendahnya motivasi dan hasil belajar dipengaruhi oleh penerapan metode pembelajaran yang membosankan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Achievment Division (STAD). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada siklus 1 peserta didik yang memperoleh nilai 75 sebanyak 60%, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 90% dari total keseluruhan peserta didik. Peserta didik yang memperoleh 75 pada siklus 1 sebanyak 40% dan pada siklus 2 menurun menjadi 10%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Student Achievment Division (STAD) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X IPS 1 di MAN Kota Batu. Kata Kunci: motivasisiswa, hasilbelajarsiswa, model pembelajaranStudent Achievment Division (STAD) Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembangkan atau meningkatkan kualitas manusia dari aspek kepribadian, kemampuan berpikir, dan bersosialiasi dengan lingkungan sekitarnya baik di dalam sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan juga berperan dalam mewariskan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Misbahudholam, 2009). Di dalam dunia pendidikan, guru berperan sebagai fasilitator yang bisa menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Selain itu peran guru adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pembelajaran. Ilmu geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa SMA. Pembelajaran geografi tidak hanya untuk menguasai pengetahuan belaka, tetapi juga diharapkan mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Pengaplikasian pembelajaran yaitu melalui kegiatan belajar sebagai proses pengembangan kemampuan tingkah laku siswa untuk membentuk kepribadian siswa. Sehingga guru memiliki peranan penting dalam menentuan kualitas siswanya. Oleh sebab itu, guru harus bisa meningkatkan kemampuan mengajarnya agar dapat meningkatkan kualitas siswa. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan pada tanggal 3 September 2016, diketahui bahwa proses pembelajaran Geografi di kelas X IPS 1MAN Batu mengalami beberapa masalah, yaitu guru geografi di kelas X IPS 1MAN BATU menggunakan metode pembelajaran yang monoton yaitu metode ceramah, sehingga pada saat guru menjelaskan materi banyak siswa yang belum menunjukan peran aktifnya, dan juga masih ada siswa yang kurang memperhatikan, misalnya: bercerita dengan teman sebangku, tidur dikelas, bermain sendiri, dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan rendahnya motivasi belajar siswa dalam matapelajaran geografi. 871 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Penggunaan metode ceramah juga membuat penyerapan materi yang diterima oleh siswa cenderung lebih lambat sehingga apabila guru mengajukan pertanyaan kepada siswa maka siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dari hasil observasi menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa. Rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X IPS 1 yaitu 72, sedangkan nilai KKM yang ditetapkan oleh guru adalah 75.Siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM 60 % dari jumlah siswa, yaitu 18 siswa. Sedangkan 12 siswa yang lain nilainya berada di bawah KKM. Hasil ulangan harian siswa menunjukan bahwa ketuntasan belajar siswa belum maksimal, siswa belum memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode yang berpusat pada guru, dimana guru lebih sering ceramah sehingga siswa tidak bisa aktif dan proses pembelajaran menjadi pasif, tidak menyenangkan, dan membosankan bagi siswa karena siswa hanya melihat, mendengarkan, dan mencatat.. Berdasarkan hasil observasi awal tersebut maka perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas tentang penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dalam pembelajaran Geografi. Penerapan model pembelajaran tersebut sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran Geografi karena dengan model pembelajaran STAD ini siswa dituntut aktif dan memiliki sikap terbuka antar satu sama lain. Selain itu siswa juga dilatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dengan keahlian. Pembelajaran dengan menggunakan model ini juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan konsep pembelajaran dan mendorong siswa untuk lebih memahami materi yang ada. Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) menekankan keaktifan interaksi antar siswa. Sehingga dengan interaksi tersebut diharapkan siswa dapat memahami materi dengan mudah, karena biasanya siswa lebih mudah paham jika dijelaskan oleh teman sebaya. Ketika siswa memiliki pemahaman materi pelajaran dengan baik maka akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Achievmet Division (STAD). Melatih siswa membangun pemahaman secara mandiri, dapat diharapkan mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Hal ini akan memudahkan siswa menyimpan informasi lebih lama dan materi yang dipelajari menjadi lebih mudah dipahami, dipelajari, dan diaplikasikan langsung pada lingkunganya. Setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dalam tingkat motivasi da npengetahuan. Rangkaian kegiatan model pembelajaran STAD dapat membantu peserta didik fokus dalam pembelajaran dan mengorganisir materi yang diperoleh sebagai sebuah pengetahuan. Hasil pembelajaran dituangkan dalam bentuk visual dan lebih fleksibel dapat meningkatkan pengetahuan siswa. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dengan siklus. Masing-masing siklus terdiri tahapan perencanaa, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tindakan pembelajaran yang diterapkan adalah penerapan model pembelajaran Student Achievmet Division (STAD). Penelitian ini dilaksanakan di MAN Kota Batupada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa X IPS 1 berjumlah 30 orang yang komposisinya terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15siswa perempuan. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah lembar observasi, soal tes hasil belajar, dan catatan lapangan. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan deskriptif kuantitatif, membandingkan tingkat motivasi dan hasli belajar siswas ebelum diterapkan model pembelajaran STAD dengan sesudah penerapan tindakan. Pengukuran keberhasilan tindakan penelitian ini menggunakan kriteria tingkat kualitas pembelajaran yaitu terdapat 70 % peserta didik tuntas dari segi proses dan segi hasil. 872 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Siklus dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 3.1. Perencanaan Siklus 1 Refleksi Tindakan/ Observasi Siklus 2 Perbaikan Perencanaan Refleksi Tindakan/ Observasi Siklus 3 Perbaikan Perencanaan Refleksi Tindakan/ Observasi Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas (Adaptasi dari model Kemmis dan Taggart dalam Sumadayo, 2013) Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga kehadiran peneliti sangat diperlukan. Kedudukan atau peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksanaan tindakan, observer, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN SIKLUS I Perencanaan Perencanan tindakan diawali dengan analisis hasil belajar siswa sebelumnya, berdasarkan hasil ulangan harian. Hasil analisis menunjukan bahwa ketuntasan belajar siswa belum tercapai. Ini menunjukan bahwa siswa belum memahami materi yang telah diajarkan oleh guru pada saat proses pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil ulangan. Hal ini disebabkan karema proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode yang berpusat pada guru, dimana guru lebih sering ceramah sehingga siswa tidak bisa aktif dan proses pembelajaran menjadi pasif, tidak menyenangkan, dan membosankan bagi siswa karena siswa hanya melihat, mendengarkan, dan mencatat. Dari kenyataan itu, penulis mengambil langkah dengan mengubah strategi pembelajaran dari konvensional menjadi berpusat pada anak-anak dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievement Divisions). Lima langkah yang penulis lakukan dalam tahap perencanaan adalah (1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS), (4) mengembangkan pedoman observasi, dan (5) mengembangkan alat evaluasi.Lima kegiatan itu menyertakan teman sejawat dari guru mata pelajaran geografi di MAN Batu. Persiapan pertama yang penulis siapkan adalah RPP lengkap dengan Lembar Kegiatan Siswa dan Media penunjang yang relevan dan bisa menstimulus siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam RPP ini kegiatan bertumpu pada peserta didik yang sudah dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 siswa secara heterogen. Masing-masing 873 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 kelompok diberi 1 LKS, 1 mika transparan, 5 spidol warna dan 5 layer ( peta dasar ) untuk kegiatan analisis hasil overlay. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Oktober 2016 jam ke 6 – 8 di Kls X IPS 1 MAN Batu dengan materi Memahami Penginderaan Jauh dan Sistim Informasi Geografi. Terdapat tiga kegiatan utama dalam pelaksanaan tindakan: (1) Kegiatan pendahuluan, (2) Kegiatan inti, dan (3) Kegiatan penutup. Dalam pendahuluan, pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan menanyakan kondisi peserta didik dalam kesiapannya mengikuti kegiatan pembelajaran, Setelah mempresensi, penulis menayangkan video animasi aplikatif tentang Sistim Informasi Geografi (SIG).. Tujuan penayangan video untuk menstimulus siswa memahami makna dan manfaat tentang Sistim Informasi Geografi. Setelah 10 menit siswa mengikuti tayangan video, terjadi dialog dengan siswa seperti kutipan berikut: Guru : dari tayangan video tadi,,,apa yang anak-anak pahami tentang SIG? Siswa 1 : SIG adalah informasi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan Guru : Bagus…ada pendapat lain? Siswa 2 : SIG sangat berguna untuk pembangunan kota Siswa 3 : SIG diperoleh dari pengolahan data-data yang ada Guru : Jawaban anak-anak benar semua….tepuk tangan dulu….. Berdasarkan dialog tersebut menunjukkan bahwa peserta didik sudah paham dan mengerti tentang Sistim Informasi Geografi dan manfaatnya. Setelah terjadi interaktif dengan beberapa pertanyaan, jawaban, dan pernyataan baik dari peserta didik ataupun penulis, guru menguatkan pemahan tentang SIG dengan menampilkan power point tentang materi dan cara pengolahan data dalam SIG. Setelah dirasa sudah paham, sekali lagi guru bertanya bila ada yang kurang jelas, silahkan ditanyakan sebelum kita lanjutkan pada kegiatan berukutnya ? Peserta didik serentak menjawab ―sudah paham Bu‖ Kegiatan inti : diawali dengan membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa secara heterogen, dalam arti satu kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil ulangan harian pada materimateri sebelumnya.Setelah terbentuk kelompok, siswa mengambil posisi duduk sesuai kelompoknya.Penulis membagikan Lembar Kegiatan Siswa pada masing-masing kelompok. Pengamatan Untuk lebih mendalami dan memahami materi SIG, siswa secara berkelompok mengamati dan menganalisis layer-layer yang telah disiapkan sebagai dasar menganalisis gejala geografi, baik gejala fisik maupun gejala sosial. Gambar 1: Penyampaianmateri Gambar 2: Aktivitasbertanya 874 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Gambar 3: Kegiatan overlay Awal kegiatan, siswa secara serius tampak mengamati layer-layer yang diterima dan segera mendiskusikan dengan teman sekelompoknya untuk menentukan fenomena yang akan dirumuskan. Beberapa pertanyaan dan dialog di awal kegiatan: Siswa 1 : Bu..kalo kami akan mendirikan pabrik tempe di Batu apa bisa dijadikan topik bahasan? Guru : Boleh lah,,itu contoh fenomena sosial Siswa 2 : Kalo begitu…semua layer yang ada apa harus dipakai semua? Guru : Perhatikan semua….sebagai contoh yang ditanyakan temanmu tadi…tidak harus semua layer di overlay kan untuk fenomena yang kalian tentukan, cukup yang menurut hasil diskusi kalian dalam kelompok layer yang relevan saja. Sebagai contoh untuk menentukan lokasi didirikannya pabrik tempe bisa digunakan layer kemiringan lereng, land use, hidrologi, dan sebaran penduduk. Dan jangan jangan lupa dijelaskan relevansi masing-masing layer terhadap fenomena yang ada. Pahamkah? Siswa 2 : Insya Allah paham buuu…. KegiatanPenutup Rangkaian kegiatan pembelajaran materi Penginderaan jauh dan sistim informasi geografi pada siklus 1 telah dilalui, siswa tampak relativ lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya siswa diajak untuk menyimpulkan tentang langkah-langkah mengoverlay peta beserta manfaatnya dalam bidang kehidupan sehari-hari. KegiatanRefleksi Kegiatan refleksi dilaksanakan sesaat setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Secara umum observer menilai kegiatan hari ini berhasil, terbukti hampir semua siswa turut aktif dalam kegiatan pembelajaran.Masing-masing kelompok secara bersama tampak aktif dalam berdiskusi untuk menentukan topik permasalah yang akan dianalisa dan dilanjukan dengan mendeliniasi masingmasing layer untuk mencari solusi dan jawaban dari topik yang telah disepakati. Disisi lain, ternyata masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dan fokus pada kegiatan pembelajaran hari itu, hal ini disebabkan penjelasan yang agak panjang dan Lembar Kerja Siswa yang hanya dibagikan 1 paket untuk masing-masing kelompok.Dari kegiatan pembelajaran hari itu, diperoleh hasil tes yang masih belum maksimal. Dari KKM 75 baru 18 siswa ( 60 % ) mencapai nilai tuntas walau secara keaktifan siswa sudah cukup menggembirakan.Untuk mengatasi kekurangan yang ditemukan, diperlukan tindakan yang tepat pada siklus ke 2. 875 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 SIKLUS II Perencanaan Perencanan tindakan diawali dengan analisis hasil tes siswa pada siklus 1.Hasil tes pada siklus 1 menunjukan bahwa ketuntasan belajar siswabaru 60 %. Ini menunjukan bahwa siswa belum seluruhnya paham terhadap materi yang diajarkan. Hal ini disebabkanpenjelasan guru terlalu monoton dan Lembar Kegiatan Siswa yang hanya 1 paket tiap 5 siswa (perkelompok). Dari kenyataan di atas, dengan tetap menggunakan model pembelajatan Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) 5 langkah yang penulis lakukan dalam tahap perencanaan siklus 2 ini adalah (1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS), (4) mengembangkan pedoman observasi, (5) mengembangkan alat evaluasi Persiapan pertama yang penulis siapkan adalah RPP lengkap dengan Lembar Kegiatan Siswa dan Media penunjang yang relevan dan bisa menstimulus siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam RPP ini kegiatan bertumpu pada peserta didik yang sudah dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 siswa secara heterogen. Masing-masing siswa dalam kelompok dibagikan 1 lembar foto udara untuk di interpretasi bersama kelompok. Pelaksanaan Tindakandan Observasi Tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Oktober 2016 jam ke 6 – 8 di Kls X IPS 1 MAN Batu dengan materi Memahami Penginderaan Jauh dan Sistim Informasi Geografi. Terdapat tiga kegiatan utama dalam pelaksanaan tindakan yaitukegiatanpendahuluan, inti, dan penutup. Dalam pendahuluan, pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan menanyakan kondisi peserta didik dalam kesiapannya mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah mempresensi, penulis menayangkan video animasi aplikatif tentang Penginderaan Jauh. Tujuan penayangan video untuk menstimulus siswa memahami makna dan manfaat tentang Sistim Penginderaan Jauh. Setelah terjadi interaktif dengan beberapa pertanyaan, jawaban, dan pernyataan baik dari peserta didik ataupun penulis, guru menguatkan pemahanman tentang Penginderaan Jauh dengan menampilkan power point tentang materi teoritis penginderaan jauh. Kegiatan Inti Kegiatan inti diawali dengan membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa secara heterogen, dalam arti satu kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil tes pada materi sebelumnya. Setelah terbentuk kelompok, siswa mengambil posisi duduk sesuai kelompoknya dan mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa. Untuk lebih mendalami dan memahami materi penginderaan jauh, siswa secara berkelompok mengamati dan menganalisis layer-layer yang telah disiapkan sebagai dasar menganalisis gejala geografi, baik gejala fisik maupun gejala sosial. Awal kegiatan, siswa secara serius tampak mengamati layer-layer yang diterima dan segera mendiskusikan dengan teman sekelompoknya untuk menentukan fenomena yang akan dirumuskan. Gambar4:Penyampaian materi Gambar 5: Kegiatan interpretasi citra 876 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Gambar6:Kegiatan presentasi KegiatanPenutup Rangkaian kegiatan pembelajaran materi Penginderaan jauh dan sistim informasi geografi pada siklus 2 telah dilalui, siswa tampak jauh lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan proses pembelajaran pada siklus 1. Selanjutnya siswa diajak untuk menyimpulkan tentang langkah-langkah menginterpretasi citra beserta manfaatnya dalam bidang kehidupan sehari-hari. Refleksi Kegiatan refleksi siklus 2 dilaksanakan sehari setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Secara umum observer menilai kegiatan pada siklus 2 jauh lebih baik daripada siklus 1,semua siswa turut aktif dalam kegiatan pembelajaran.Masing-masing siswa secara bersama tampak aktif dalam berdiskusi untuk mengidentifikasi obyek yang tergambar pada foto udara. Dari kegiatan pembelajaran hari itu, diperoleh hasil tes yang cukup maksimal. Dari KKM 75 baru 27 siswa ( 90 % ) mencapai nilai tuntas dan secara keaktifan siswa sudah cukup menggembirakan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa sangat dipengaruhi oleh kesiapan dan model pembelajaran yang menstimulus siswa untuk turut aktif berperan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil penilaian siswa yang tuntas mencapai 90 % atau sebanyak 27 siswa dari 30 peserta didik. Saran Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, agar diperoleh proses belajar mengajar Geografi yang lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1) Untuk melaksanakan pembelajaran memerlukanpersiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topikyang benar-benar bisa diterapkan, misalnya pembelajaran Geografidengan penerapan pembelajaranKoopratif model STAD dan dapat diperoleh hasil belajar dan aktifitas belajar yang optimal, dan Dalam rangka meningkatkanminat dan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagaimetode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukanpengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampumemecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. DAFTAR RUJUKAN Ahsan, Arfiyadi. 2012. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD). Online: modelpembelajarankooperatif.blogspot.com Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 877 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Isjoni. 2009. Cooperatif Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfa Beta. Kayanto, Frengki D. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1, SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung Pada Mata Pelajaran Geografi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Kurniawan, Tony. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS dalam Materi Lingkungan Hidup di SMA Negeri 9 Kupang Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi Misbahudholam, Muhammad. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Teams Achievement Division (Stad)Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Geografi Siswa Kelas XI-Ips 2 Semester 2 Man I Sumenep Pada Materi Menganalisis Pemanfaatan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Munawwarah, dkk. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Tipe STAD untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XIS-3 SMAN 3 Lau Maros (Studi pada Materi Pokok Stoikiometri). Jurnal Online: portal.fi.itb.ac.id/snips2015/files/snips_2015_proceedings_4379724828.pdf Nikmah, Erlita Hidaya dkk. 2013. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Online: jurnalonline.um.ac.id/data/.../artikelE91D7FB9C21685AA36E47BE7A44B0CC7.pdf Prayogi, Pio. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievment Division (STAD) Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar IPS-Geografi Siswa Kelas VII-A SMPN 2 Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. 878 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE TANYA JAWAB KELAS XI IPS 2 MADRASAH ALIYAH NEGERI BATU Sucipto MAN Batu Jawa Timur [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui Metode Tanya Jawab sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI IPS 2 MAN Batu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan 2 siklus. Penelitian ini dilaksanakan dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan langkah: tanya jawab, diskusi kelompok, dengan materi demokrasi di Indonesia melalui metode tanya jawab, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Siklus 1 dengan rata-rata nilai di bawah KKM yaitu 60 dengan ketuntasan 50%, sedangkan dalam siklus ke dua rata-rata nilai di atas KKM, yaitu 80. Ketuntasan secara klasikal sebesar 98%. Kata Kunci: peningkatan, mendeskripsikan demokrasi, metode tanya jawab Mata Pelajaran PPKN bertujuan untuk mengembangkanpeserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air melalui proses menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya dan memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun dan peduli serta percaya diri (Kemendikbud, 2016). Proses PBM ke 8, hari Jumat, 7 Oktober 2016 jam ke 1 dan 2 (06.45 – 08.15) Kompetensi Dasar 3.3 dan 4.3. Dinamika demokrasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia, hasil pembelajaran menunjukan sebagai berikut. Pertama, ketercapaian kurikulum atau ketuntasan belajar masih belum terpenuhi. Hal ini terlihat dari 28 siswa yang dapat mencapai KKM 10 artinya siswa yang belum tuntas 18 siswa. Kedua, keaktifan siswa masih rendah.Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak semangat dan tidak aktif dalam PBM diantaranya materi, metode, dan sarana prasaran yang di fasilitasi sekolah. Memperhatikan materi pembelajaran sebagai seorang guru harus pandai menyesuaikan antara materi dan metode. Metode mana yang lebih cocok dipergunakan menyampaikan materi pembelajaran tersebut? Tampaknya metode tanya jawab yang perlu dipergunakan dalam proses belajar tersebut sehingga siswa dari belajar secara pasif menjadi aktif. Atas dasar kelemahan pembelajaran tersebut diperlukan bagai mana cara memperbaiki hasil belajar siswa, secara klasikal di kelas XI IPS -2. Dalam hal ini penulis ingin memilih dan menentukan metode pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih aktif dalam PBM sehingga target kurikulum bisa tercapai. Dari hasil pemikiran yang sangat mendalam dan memperhatikan buku rujukan terciptalah topik penelitian ‖Metode Tanya Jawab sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah Negeri Batu. Metode Tanya jawab merupakan metode yang sudah tua sekali umurnya. Socrates (469 – 399 SM) seorang filosof Yunani menggunakan metode tanya jawab untuk berfilsafat. Selain metode tanya jawab merupakan metode yang tertua, metode tersebut juga banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah (Jusuf, 1985:22). Mengingat kegiatan belajar – mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks, maka hampir tidak mungkin 879 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 untuk menunjukkan dan menyimpulkan suatu metode belajar – mengajar tertentu lebih unggul daripada metode belajar-mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua tujuan oleh semua guru, untuk semua murid, dan semua mata pelajaran, dalam semua kondisi (Muhaimin dkk., 1996:81–82 ). Metode Tanya jawab banyak diterapkan dan dipakai pada pendidikan normatif adaptif dalam hubungannya dengan materi pelajaran tersebut yang meliputi PPKN, sejarah, agama, sosiologi, dan bahasa oleh karena itu metode Tanya jawab merupakan suatu metode mengajar yang sudah biasa digunakan mengajar baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan penggunaan metode ini menjadi salah satu tawaran yang diperkenalkan bagaimana keefektifan berbicara dapat diimplementasikan dalam keberanian bertanya dan menjawab, tidak hanya ahli atau mahir dalam menjawab pertanyaan dalam bentuk tulisan. Inilah mengapa peneliti menggunakan metode Tanya jawab dalam meningkatkan keaktifan siswa kelas XI khususnya kelas IPS 2 MA Negeri Batu. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan metode observasi, dokumentasi, dan interpretasi. Meliputi pengamatan dan observasi aktivitas siswa di kelas. Selain itu penggunaan metode dokumentasi diaplikasikan dengan perwujudan beberapa dokumentasi dari bahan–bahan tertulis dan hal–hal yang mendukung objektivitas penelitian. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Tanya jawab dapat meningkatkan keaktifan, sikap keberanian, serta membantu memberikan daya dukung yang kuat bagi siswa dalam pembelajaran PendidikanPancasila dan kewarganegaraan di kelas XI IPS 2 MAN Batu. Dari latar belakang masalah seperti di atas, terdapat persoalan – persoalan yang perlu dipertanyakan yaitu (1) bagaimana meningkatkan keaktifan siswa dengan metode tanya jawab dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 2 MAN Batu, (2) bagaimana meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan metode tanya jawab di kelas XI IPS 2 MAN Batu? METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK), khususnya model Kurt Lewin. Desain tindakan adalah model Kurt Lewin, yaitu meliputi 4 komponen (i) rencana (planning), (ii) tindakan (acting), (iii) pengamatan (observing), dan (iv) refleksi berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPS-2 sejumlah 28 siswa (laki-laki 13, perempuan 15). Datanya berupa skor siswa, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data skor diperoleh melalui tes subjektif (tes esai) dan tes objektif (jawaban singkat). Data catatan lapangan diperoleh melalui pedoman observasi yang dilakukan oleh para pengamat (Ibu Rohani, S.Pd dan Ibu Dra Latifah). Data dokumentasi diperoleh melalui teknik analisis dokumen. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Perencanaan Tindakan Ada empat kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan: (1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) mengembangkan alat evaluasi, dan (4) mengembangkan lembar observasi. Kegiatan pertama yang peneliti lakukan berupa penyusunan RPP dengan materi perkembangan demokrasi di Indonesia untuk 2 x pertemuan @ 45 menit di hari Jumat, 18 Oktober 2016 dan Jumat, 21 Oktober 2016. Indikator yang penulis jabarkan meliputi (a) mengidentifikasi hakikat demokrasi, (b) mengidentifikasi makna demokrasi, (c) memerikan prinsip demokrasi, (d) mengidentifikasi prinsip demokrasi Pancasila, (e) mengidentifikasi pelaksanaan demokrasi liberal Indonesia, dan (f) mengidentifikasi pelaksanaan demokrasi terpimpin. Tujuan pembelajaran siswa diharapkan dapat menjelaskan hakikat demokrasi, penerapan demokrasi di 880 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Indonesia dan pembangunan demokrasi untuk Indonesia ini gambaran rencana perbaikan pembelajaran pertama. Dalam rencana perbaikan pembelajaran kedua memiliki indikator yang berbeda meskipun kompetensinya sama, indikator yang peneliti maksudkan adalah demokrasi Pancasila orde baru, demokrasi Pancasila masa reformasi, pentingnya kehidupan yang demokratis dan perilaku sesuai dengan nilai – nilai demokrasi. Rencana tindakan berikutnya menyiapkan media pembelajaran. Media pembelajaran meliputi lembar kerja siswa, sajian materi dengan power point, dan slide lagu Gebyar-gebyar karya Gombloh dan Hak Asasi Manusia karya Rhoma Irama. Dalam LKS berisi pertanyaan atau soal tentang (a) hakikat demokrasi, (b) penerapan demokrasi di Indonesia, (c) demokrasi pada era Orde Lama, (d) demokrasi pada era Orde Reformasi, serta (e) pelaksanaan demokrasi di masa depan. Mengembangkan alat evaluasi merupakan perencanaan ketiga yang dilakukan peneliti. Alat evaluasi telah diproyeksikan ke dalam dua pertemuan rencana perbaikan pembelajaran. Pada rencana perbaikan pembelajaran satu dalam bentuk subjektif tes berjumlah lima pertanyaan masing-masing memiliki bobot dan kualifikasi tingkat kesulitan yang berbeda. Naskah soal bernomor 1 dan 2 tergolong mudah dengan skor penilaian masing-masing 1, untuk nomor 3, 4 skor nilainya masingmasing 2, dan soal nomor 5 memiliki skor nilai 4. Total skor alat evaluasi rencana perbaikan pembelajaran 1 sama dengan 10. Alat evaluasi pada rencana perbaikan pembelajaran pertemuan ke dua dalam bentuk obyektif test berjumlah 10 pertanyaan bobot soal masing-masing mudah, yakni satu (1). Langkah keempat dalam persiapan adalah memilih lembar observasi. Lembar observasi berisi tiga kolom, yakni (a) kejadian, (b) check, dan (c) catatan. Kolom kejadian berupa deskripsi (i) konsentrasi siswa selama kegiatan dari pendahuluan, inti, dan penutup, (ii) tidak konsentasinya siswa selama kegiatan dari pendahuluan, inti, dan penutup, (iii) manfaat pembelajaran, dan (iv) aspek yang dipandang tidak perlu, atau ada dalam pembelajaran. Kolom check berisi pilihan yang harus dilakukan pengamat dalam menentukan kejadian di dalam kelas. Check itu meliputi pilihan-pilihan berikut: ―semua-sebagian‖, serta ―ya-tidak‖. Dalam kolom catatan, pengamat diminta untuk mendeskripsikan secara objektif apa yang terjadi di kelas, baik kegiatan siswa maupun kegiatan guru. Dalam tahap ini peneliti membuat rencana tindakan untuk mempermudah pelaksanaan yang mencakupi: (1) lokasi kelas XI IPS 2 MA Negeri Batu, (2) kegiatan dilakukan mulai tangga18 Oktober 2016, (3) subjek yang terlibat adalah guru peserta pembuatan artikel ilmiah dan didampingi pembina pembuatan karya ilimiah dari APPPI di kelas XI IPS2 MAN Batu, (4) objek sekaligus subjek dalam penelitian ini adalah siswa XI IPS 2 MAN Batu, (5) desain tindakan adalah model Kurt Lewin. Alat dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: Alat yang digunakan: program tahunan, program semester, silabus, RPP, dan hasil refleksi. Teknik pengumpulan data: observasi dan dokumentasi Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui upaya penerapan metode tanya jawab dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PPKN kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah Negeri Batu, sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu sekali dirumuskan skenario tindakan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi. Himbauan dan motivasi kepada para siswa untuk membaca buku apa saja yang berkaitan dengan materi pelajaran PPKN kelas XI sebagai persiapan untuk pertemuan minggu depan dalam rangka penerapan metode tanya jawab dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan memberikan himbauan dan motivasi kepada para siswa untuk membaca buku-buku PPKN kelas XI maka siswa diharapkan dapat mengemukakan pendapat atau argumen mereka yang berkaitan dengan mata pelajaran dan materi pembelajaran sehingga suasana kelas lebih hidup karena siswa dan guru sama-sama aktif yang pada akhirnya terjadi hubungan timbal balik yang positif antara siswa dan guru maupun siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pelaksanaan Tindakan 881 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Dalam penelitian tindakan ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan tepatnya pada setiap hari Jumat jam pelajaran ke-1 dan 2, untuk siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2016 dan 21 Oktober 2016. Adapun skenario tindakan yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan bentuk kegiatan yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan @ 2x45 menit adalah sebagai berikut: Setelah prosedur awal tersebut dilaksanakan, maka peneliti tinggal menerapkannya di dalam kelas sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Di sini peneliti akan menjabarkan hasil penelitian selama kegiatan belajar mengajar yang dibagi menjadi dua siklus.Siklus pertama terdiri dari pertemuan pertama, kedua yang membahas tentang materi perkembngan demokrasi di Indonesia. Pada pertemuan pertama menggunakan media yakni media lembar kerja siswa (LKS) dan disertai adanya tanya jawab, tanya jawab sendiri bertujuan untuk memberikan pemahaman awal bagi siswa dari hal yang tidak dimengerti menjadi paham. Pertemuan pertama menggunakan LKS yang berisi tentang soal/pertanyaan yang kemudian diberikan siswa untuk dikerjakan. Ketika siswa mengerjakan soal, guru memonetor sehingga kerja siswa efektif dan efisien. Untuk memperkuat pemahaman siswa mengenahi makna dan perkembangan demokrasi, siswa secara kelompok, siswa menyajikan dan mengaktualisasikan hasil kerjanya, dalam bentuk jawaban pertanyaan secara tertulis maka terjadilah dilogis tiga dimensi yaitu antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, kelompok siswa dengan kelompok siswa yang lain. Secara faktual proses belajar dan mengajar di kelas hidup dan semarak. Proses belajar dan mengajar diakhiri oleh guru dan disampaikan simpulan dialogis antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa serta ditambah dengan memutar lagu ―Demokrasi Pancasila‖ dari Haji Rhoma Irama. Fakta proses belajar dan mengajar di kelas XI IPS-2 Madrasah Aliyah Negeri Batu Jalan Pattimura nomor 25 Kota Batu tampak terlihat pada gambar berikut di bawah ini. Sedangkan untuk pertemuan kedua media yang digunakan adalah Power point yang berisi tujuh pertanyaan, lagu gebyar-gebyar dari seniman Gombloh dan lagu HAM dari Bang Haji Rhoma Irama. pertanyaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam kompetensi dasar. Siswa bekerja secara kelompok sesuai Gambar 1: Suasana belajar PKn dengan yang sudah ditentukan, kemudian mengerjakan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tentang perkembangan demokrasi di Indonesia. Situasi dan kondisi sesuai yang terlihat pada gambar sebagai berikut: Pada dokumentasi ini menunjukan ada satu siswa yang sedang mengaktualisasikan hasil kerja kelompok dengan antusias. Sementara kelompok yang lain memperhatikan dengan penuh konsentrasi karena memiliki rasa ingin tahu apa dan bagai mana yang sedang di sajikan oleh kelompok tersebut. Dalam situasi dan kondisi proses belajar dan mengajar seperti ini profesionalisme seorang guru sangat dibutuhkan agar proses dialogis antarkelompok debattebel dan akuntabel serta memiliki nilai kebenaran secara teoretis dan akademis. Guru tidak hanya sekadar memperhatikan jalannya dialogis tetapi harus melakukan pencatatan hal-hal yang dianggap penting baik yang berkaitan dengan materi akademis maupun sikap siswa, sehingga KKM dalam pencapaian target kurikulum dapat dipenuhi. Refleksi Refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan berlangsung. Refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi antara peneliti dengan guru pengamat. Yang didiskusikan adalah hasil postes yang sudah dilaksanakan. Hasil refleksi merekomendasikan bahwa masih perlu ada tahap siklus II untuk memperbaiki kualitas dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, dari hasil pengamatan juga disarankan kepada peneliti untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar. 882 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Siklus Kedua Perencanaan Tindakan Ada empat kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan: (1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP), (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) mengembangkan alat evaluasi, dan (4) mengembangkan lembar observasi. Kegiatan pertama yang peneliti lakukan berupa penyusunan RPP dengan materi perkembangan demokrasi di Indonesia untuk 2 x pertemuan @ 45 menit di hari Jumat, 18 Oktober 2016 dan Jumat, 21 Oktober 2016. Indikator yang penulis jabarkan meliputi (a) mengidentifikasi hakikat demokrasi, (b) mengidentifikasi makna demokrasi, (c) memerikan prinsip demokrasi, (d) mengidentifikasi prinsip demokrasi Pancasila, (e) mengidentifikasi pelaksanaan demokrasi liberal Indonesia, dan (f) mengidentifikasi pelaksanaan demokrasi terpimpin. Tujuan pembelajaran siswa diharapkan dapat menjelaskan hakikat demokrasi, penerapan demokrasi di Indonesia dan pembangunan demokrasi untuk Indonesia ini gambaran rencana perbaikan pembelajaran pertama. Dalam rencana perbaikan pembelajaran kedua memiliki indikator yang berbeda meskipun kompetensinya sama, indikator yang peneliti maksudkan adalah demokrasi Pancasila orde baru, demokrasi Pancasila masa reformasi, pentingnya kehidupan yang demokratis dan perilaku sesuai dengan nilai – nilai demokrasi. Rencana tindakan berikutnya menyiapkan media pembelajaran. Media pembelajaran meliputi lembar kerja siswa, sajian materi dengan power point, dan slide lagu Gebyar-gebyar karya Gombloh dan Hak Asasi Manusia karya Rhoma Irama. Dalam LKS berisi pertanyaan atau soal tentang (a) hakikat demokrasi, (b) penerapan demokrasi di Indonesia, (c) demokrasi pada era Orde Lama, (d) demokrasi pada era Orde Reformasi, serta (e) pelaksanaan demokrasi di masa depan. Mengembangkan alat evaluasi merupakan perencanaan ketiga yang dilakukan peneliti. Alat evaluasi telah diproyeksikan ke dalam dua pertemuan rencana perbaikan pembelajaran. Pada rencana perbaikan pembelajaran satu dalam bentuk subyektif tes berjumlah lima pertanyaan masing-masing memiliki bobot dan kualifikasi tingkat kesulitan yang berbeda. Naskah soal bernomor 1 dan 2 tergolong mudah dengan skor penilaian masing-masing 1, untuk nomor 3, 4 skor nilainya masingmasing 2, dan soal nomor 5 memiliki skor nilai 4. Total skor alat evaluasi rencana perbaikan pembelajaran 1 sama dengan 10. Alat evaluasi pada rencana perbaikan pembelajaran pertemuan ke dua dalam bentuk obyektif test berjumlah 10 petanyaan bobot soal masing-masing mudah, yakni satu (1). Langkah keempat dalam persiapan adalah memilih lembar observasi. Lembar observasi berisi tiga kolom, yakni (a) kejadian, (b) check, dan (c) catatan. Kolom kejadian berupa deskripsi (i) konsentrasi siswa selama kegiatan dari pendahuluan, inti, dan penutup, (ii) tidak konsentasinya siswa selama kegiatan dari pendahuluan, inti, dan penutup, (iii) manfaat pembelajaran, dan (iv) aspek yang dipandang tidak perlu, atau ada dalam pembelajaran. Kolom check berisi pilihan yang harus dilakukan pengamat dalam menentukan kejadian di dalam kelas. Check itu meliputi pilihan-pilihan berikut: ―semua-sebagian‖, serta ―ya-tidak‖. Dalam kolom catatan, pengamat diminta untuk mendeskripsikan secara objektif apa yang terjadi di kelas, baik kegiatan siswa maupun kegiatan guru. Dalam tahap ini membuat rencana tindakan untuk mempermudah pelaksanaan yang mencakup: (1) Lokasi kelas XI IPS 2 MA Negeri Batu, (2) Kegiatan dilakukan mulai tangga18 Oktober 2016, (3) Subjek yang terlibat adalah guru peserta pembuatan artikel ilmiah dan didampingi pembina pembuatan karya ilimiah dari APPPI di kelas XI IPS2 MAN Batu, (4) Objek sekaligus subjek dalam penelitian ini adalah siswa XI IPS 2 MAN Batu, (5) Desain tindakan adalah model Kurt Lewin, yaitu meliputi 4 komponen: rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan. Alat dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: Alat yang digunakan: program tahunan, program semester, silabus, RPP, dan hasil refleksi.Teknik pengumpulan data: observasi dan dokumentasi Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui upaya penerapan metode tanya jawab 883 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PPKN kelas XI IPS 2 Madrasah Aliyah Negeri Batu, sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu sekali dirumuskan skenario tindakan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi. Himbauan dan motivasi kepada para siswa untuk membaca buku apa saja yang berkaitan dengan materi pelajaran PPKN kelas XI sebagai persiapan untuk pertemuan minggu depan dalam rangka penerapan metode tanya jawab dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan memberikan himbauan dan motivasi kepada para siswa untuk membaca buku-buku PPKN kelas XI maka siswa diharapkan dapat mengemukakan pendapat atau argumen mereka yang berkaitan dengan mata pelajaran dan materi pembelajaran sehingga suasana kelas lebih hidup karena siswa dan guru sama-sama aktif yang pada akhirnya terjadi hubungan timbal balik yang positif antara siswa dan guru maupun siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Implementasi Tindakan Siklus kedua terdiri dari pertemuan pertama, kedua yang membahas tentang materi perkembangan demokrasi di Indonesia dengan pengembagan Elemen Demokrasi: Lembaga Tinggi Negara, Partai Politik, Kelompok Kepentingan Pada pertemuan pertama menggunakan media yakni media lembar kerja siswa( lks ) disamping itu sebelumnya ada tayangan aksi demo buruk selama empat menit dan setelah tayangan berakhir diadakan aktualisasi tentang aksi demo tersebut dan disertai adanya tanya jawab, tanya jawab sendiri bertujuan untuk memberikan pemahaman awal bagi siswa dari hal yang tidak dimengerti menjadi paham. Pertemuan pertama menggunakan LKS yang berisi tentang soal/pertanyaan yang kemudian diberikan siswa untuk dikerjakan. Ketika siswa mengerjakan, guru memonitor selama 20 menit dan kemudian sajiakan anatar kelompok (kelompok 1 vs kelompok 2,3 vs 4, dan 5 vs 6) prosesi tanya jawab efektif.Kemudian diakhiri oleh guru dan disampaikan simpulan dialogis antara guru dengan siswa. Fakta proses belajar dan mengajar di kelas XI IPS-2 Madrasah Aliyah Negeri Batu Jalan Patimura nomor 25 Kota Batu tampak terlihat pada gambar berikut di bawah ini. Sedangkan untuk pertemuan kedua media yang digunakan adalah Power point yang berisi lima pertanyaan yang berkaitan perkembangan demokrasi yang di fokuskan pada elemen demokrasi yang berupa DPR RI, DPRD TK.I,DPRD TK.II,serta DPR merupaka elemen terbaik dalam demokrasi, tetapi sebelumnya saya putarkan lagu dari Iwan Fals yang berjudul surat buat wakil rakyat. pertanyaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam kompetensi dasar. Siswa bekerja secara kelompok sesuai dengan yang sudah ditentukan, kemudian mengerjakan pertanyaan yang berkaitan dengan materi Perkembangan Demokrasi di Indonesia. Situasi dan kondisi sesuai yang terlihat pada gambar sebagai berikut: Pada dokumentasi ini menunjukan ada satu siswa yang sedang mengaktualisasikan hasil kerja kelompok dengan antusias. Sementara kelompok yang lain memperhatikan dengan penuh konsentrasi karena memiliki rasa ingin tahu apa dan bagai mana yang sedang di sajikan oleh kelompok tersebut.Dalam situasi dan kondisi proses belajar dan mengajar seperti ini profesionalisme seorang guru sangat dibutukan agar proses dialogis antar kelompok debattebel dan akuntabel serta memiliki nilai kebenaran secara teoritis dan akademis. Guru tidak hanya sekedar memperhatikan jalannya dialogis tetapi harus melakukan pencatatan hal-hal yang dianggap penting baik yang berkaitan dengan materi 884 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 akademis maupun sikap siswa, sehingga kreteria ketuntansan minimal (KKM) dalam pencapaian target kurikulum dapat dipenuhi. Refleksi Sama dengan refleksi pada siklus I, revisi siklus II dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara peneliti dengan guru pengamat setelah pelaksanaan tindakan berjalan. Hasil pengamatan dari para observer menunjukkan bahwa siswa sudah lebih bersemangat mengikuti pembelajaran dengan metode tanya jawab. Hasil postes juga menunjukkan bahwa seluruh siswa sudah mencapai KKM sehingga sudah tidak diperlukan lagi siklus selanjutnya. PENUTUP Simpulan Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa penerapan metode tanya jawab dapat meningkatkan keaaktifan siswa dalam KBM mata pelajaran PPKN kelas XI IPS 2 di MAN Batu. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa dalam KBM di kelas. Selanjutnya dapat diambil dari hasil penelitian tindakan kelas tersebut suatu kesimpulan berikut. Pertama, dengan penerapan metode tanya jawab, siswa kelas XI IPS 2 di MAN Batu lebih giat belajar, ini bisa dilihat ketika dalam KBM mereka banyak bertanya atau mengemukakan pendapat. Kedua, dengan metode tanya jawab siswa kelas XI IPS 2 MAN Batu dapat ikut aktif dalam KBM dan lebih berpikir kritis dari sebelumnya, sehingga kelas terasa lebih hidup. Ketiga, dengan penerapan metode tanya jawab siswa kelas XI IPS 2 MAN Batu memberikan respon yang positif dan semangat dalam KBM, ini terlihat dengan tidak adanya siswa yang mengantuk apalagi tidur seperti biasanya. Keempat, dengan penerapan metode tanya jawab siswa kelas XI IPS 2 MAN Batu guru dan siswa mendapatkan pengalaman dan masukan, karena dalam KBM kedunya saling mengungkapkan pendapat yang didapat dengan membaca dari sumber-sumber yang berbeda. Meskipun demikian masih banyak kekurangan atau dampak negatif dari metode tanya jawab tersebut). Saran Selaku penulis sekaligus peneliti dalam tindakan kelas, ada beberapa saran yang sifatnya konstruktif yang bisa penulis berikan demi terwujudnya dan berkembangnya KBM di kelas, dalam hal ini khususnya pelajaran PPKN. Adapun saran-saran yang penulis berikan adalah sebagai berikut. Pertama, guru sebaiknya tidak monoton hanya menggunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan materi yang ber kena an dengan mata pelajaran PPKN, tetapi lebih baiknya diselingi penggunaan metode tanya jawab. Kedua, dalam setiap pembelajaran PPKN perlu adanya pendekatan metode, maupun teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat siswa yang hendaknya telah dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Ketiga, agar para guru dapat memberikan motivasi kepada siswa agar dapat lebih aktif dalam KBM dengan salah satu jalan yaitu penerapan metode tanya jawab sehingga di dalam kelas terasa lebih hidup dan siswa akan lebih bersikap kritis dalam menanggapi suatu masalah). DAFTAR RUJUKAN Bahri Djamarah Syaiful Zain Azwan.1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djajadisastra. Jusuf. 1985. Metode-Metode Mengajar. Bandung: Angkasa. Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV Citra Media. N. K. Roestiyah. 1986. Didaktik-Metodik. Jakarta: PT Bina Aksara. Supeno Hadi. 1999. Pendidikan dalam Belenggu Kekuasaan. Magelang: Pustaka Paramedia. 885 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN PADA SISWA KELAS XII BUSANA BUTIK 1 SMK NEGERI 1 BATU Umi Sholikhah SMK Negeri 1 Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal dengan teman sebaya melalui layanan informasi dengan menggunakan permainan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dengan menggunakan 2 siklus. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Batu dengan jumlah siswi sejumlah 13 siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan bimbingan yang dilakukan dengan langkah: Penjelasan materi dan tujuan serta melakukan kegiatan permainan yang sesuai dengan materi dapat lebih meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa menjadi lebih baik. Pada siklus I masih ada sekitar 15,38 % yang berada pada ketegori kurang faham dan disiklus II sebanyak 100% siswa berada pada kategori faham. Kata Kunci: Meningkatkan kemampuan, Layanan Informasi, Permainan Manusia adalah merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari selalu berhubungan dengan orang lain. Menurut Triyono (2014) manusia diciptakan dan ditakdirkan hidup didunia ini tidak dapat menyendiri jauh dari orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang keterbatasan dan kelemahan. Manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, misalnya: seorang insinyur tidak dapat mengobati penyakit yang ada pada dirinya, yang dapat mengobati adalah dokter, seorang pedagang juga perlu makan, padahal dia tidak pernah menanam padi. Petani perlu pakaian, padahal dia tidak mampu membuat kain sendiri. Manusia dalam hidupnya saling membutuhkan dan saling ada ketergantungan satu dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial maka manusia memerlukan komunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Komunikasi itu sendiri menurut Triyono (2014) adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada kamunikan untuk mencapai tujuan tertentu.Dalam berkomunikasi kita bisa menggunakan bahasa lisan atau bahasa isyarat. Komunikas memegang peranan yang sangat penting dalam kehdupan manusia. Komunikasi itu sendiri tidak hanya berfungsi sebatas pertukaran informasi atau pesan saja, tetapi lebih luas lagi sebagai kegiatan individu dan kelompok dalam kegiatan tukar menukar data, fakta dan ide. Agar komunikasi dapat berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang komunikan dapat diterima dan difahami dengan baik, maka akan sangat penting bagi seseorang untuk memiliki kemampuaan yang baik dalam berkomunikasi. Siswa sebagai seorang yang berada pada masa remaja. Pada masa ini komunikasi merupakan salah satu sarana untuk memperluas cakrawala sosial remaja.Dengan memperluas cakrawala sosial, maka remaja akan menemukan bahwa komunikasi ataupun berbicara merupakan sarana penting untuk memperoleh tempat dalam kelompok sebaya. Menurut Sugiyo (2005) komunikasi antar pribadi yaitu merupakan komunikasi dimana orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi dan bukan sebagai obyek disamakan dengan benda, dan komunikasi antar pribadi merupakan pertemuan diantara pribadi-pribadi. Komunikasi Individu mampu membuat suasana menjadi terbuka, memberikan dukungan kepada pihak yang sedang diajak berkomunikasi dan merasa percaya diri untuk berkomunikasi dengan teman sebaya. 886 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Hasil dari penelitian Hartop (dalam Safaria, 2005) menegaskan bahwa anak dengan hubungan sebaya yang buruk memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami gangguan neurotik dan psikotik, gangguan tingkah laku, kenakalan, gangguan dalam perilaku seksual serta penyesuaian diri dimasa dewasa. Sebaliknya anak dengan hubungan sebaya yang positif lebih matang dan mampu menyesuaikan diri dimasa dewasanya. Hasil penelitian tersebut menegaskan pentingnya kemampuan interpersonal bagi anak. Remaja membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang tinggi agar mampu dan terampil bergaul dengan teman sebayanya. Kecerdasan dalam berkomunikasi tidak dibawa sejak lahir, namun diperoleh melalui proses belajar yang berkesinambungan. Remaja membutuhkan pelatihan dan bimbingan untuk dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi sehingga nantinya diharapkan dengan keterampilan yang dimiliknya akan membantu dalam kehidupan setelah dia keluar dari SMK. Tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan nasional, pasal 3 yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepasa Tuhan YME, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.‖ Sekolah sebagai lembaga formal juga bertanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa dengan berbagai macam cara, tapi jika dilihat dari muatan kurikulum yang ada, pendidikan disekolah lebih ditekankan pada segi kognitif dan ketrampilan produktif sehingga segi afektif kurang mendapatkan perhatian yang mencukupi. Depdiknas (2003) teman adalah kawan, sahabat yang selalu menemani berbagai keadaan baik sukar ataupun bahagia. Depdiknas (2003) mengemukakan pengertian sebaya yaitu sama umurnya, sejajar atau seimbang contohnya bermain dengan teman satu kelasnya. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman sebayanya anak harus dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat diterima dikelompok sebayanya dan dengan adanya teman sebaya siswa dapat bercerita tentang masalahnya secara leluasa dan bebas karena memiliki umur yang seusia sehingga pikiran dan pendapat mereka cenderung sama sehingga membuat mereka merasa nyaman untuk saling berkomunikasi. Siswa yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi antar teman sebaya akan mengalami kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan lingkungannya. Apabila kemampuan komunikasi dengan teman sebayanya terhambat maka akan dapat menyebabkan terhambatnya pemenuhan tugas perkembangan selanjutnya.Terhambatnya kemampuan berkomunikasi juga dapat menghambat prestasi belajar siswa, siswa yang kesulitan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan si SMK Negeri 1 Batu masih ada beberapa siswa yang kurang memiliki keterampilan berkomunikasi. Dilihat secara umum rata-rata anak memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Namun jika diperhatikan secara khusus atau secara individual kemampuan secara individu berbeda-beda. Ada beberapa orang anak yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman sebaya. Kesulitan-kesulitan tersebut membuat komunikasi antar teman sebaya kurang begitu efektif, hal ini terjadi karena siswa belum dapat memenuhi faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi antar teman sebaya diantaranya adalah keterbukaan, empati, dorongan atau dukungan dalam bekerjasama, perasaan positif dan kesamaan. Siswa kurang memiliki sikap terbuka terlihat dari siswa yang kurang aktif dalam bergaul dengan teman sebaya, mereka lebih banyak diam dan menarik diri dari pergaulan, pendiam, malu bertanya saat dia tidak mengetahui sesuatu. Tingkat empati siswa juga sedikit rendah hal ini juga bisa dilihat dari sikap acuh tak acuh pada teman yang membutuhkan jika itu bukan kelompoknya, demikian juga masih ada siswa yang masih mau menang sendiri dan tidak mau mendengarkan apa yang dibicarakan teman yang lain, mereka masih tetap mempertahankan pendapatnya sendiri meskipun itu bertentangan dengan pendapatnya. Apabila hal tersebut dibiarkan saja maka akan menghambat proses perkembangan sosial remaja yang sudah pasti akan menghambat tugas 887 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 perkembangan selanjutnya sehingga anak tidak dapat berkembang secara maksimal baik secara fisik, mental, intelektual dan sosial. Untuk mengembangkan keterampilan komunikasi antar teman sebaya maka Sebagai seorang guru Bimbingan dan konseling perlu kiranya ada upaya yang harus dilakukan untuk membuat para siswa tersebut memiliki keterampilan komunikasi yang baik dan dengan cara yang menyenangkan. Salah satu cara untuk membuat siswa memiliki keterampilan komunikasi adalah memberikan layanan Informasi dengan menggunakan teknik diskusi dan permainan. Bermain, khususnya permainan dalam komunikasi adalah aktifitas yang menyenangkan bagi siswa, dan kemampuan komunikasi dengan teman sebaya akan dapat diperoleh melalui proses belajar, karena tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Beberapa peneliti telah melakukan kajian tentang komunikasi, diantaranya Dono (2015), Sulistinganah (2013), Wicaksono dan Naqiyah (2013), Fithriyana dan Sugiharto (2014). Dono (2015) mengatakan bahwa bimbingan kelompok teknik permainan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VII G SMP Negeri 2 Menganti. Sulinganah (2013) mengatakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan komunikasi antar teman sebaya pada siswa kelas V SD Negeri 1 parakacanggah Banjarnegara, Wicaksono Galih dan Naqiyah Najlatun (2013) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa dengan teknik bermain peran dalam bimbingan kelompok akan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas X Multimedia SMK IKIP. Berdasarkan permasalahan yang terjadi dan kajian penelitian yang dilakukan maka penting untuk melakukan penelitian yang terkait upaya meningkatkan kemampuan komunikasi Interpersonal dengan teman sebaya melalui layanan Informasi dengan menggunakan permainan pada siswa kelas XII busana butik SMK Negeri 1 Batu. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Batu kelas XII Busana Butik 1 dengan jumlah 13 siswi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Tindakan Kelas. Model Penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan kelas ini adalah model Spiral dari Kemmis dan Mc.Taggrat. Menurut Akib (2006) menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukannya yaitu dimulai dengan tahap perencanaan tindakan, Tahap Pelaksanaan Tindakan, Tahap Observasi serta tahap Refleksi. Adapun langkah-langkah pada tiap tahapan adalah sebagai berikut: 1) Pada tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan Tindakan ini yang dilakukan adalah merancang strategi pelaksanaan layanan yang dituangkan dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Layanan, mempesiapkan fasilitas/sarana pendukung yang akan digunakan, menyiapkan cara merekam ataupun menganalisis data serta melakukan simulasi pelaksanaan tindakan jika dipandang perlu. 2) Pada tahap Pelaksanaan Layanan Pada Tahap Pelaksanaan Tindakan ini yang dilakukan adalah melaksanakan apa yang sudah direncanakan di Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling yang sudah dibuat pada tahap perencanaan kedalam situasi kegiatan yang nyata 3) Pada TahapPengamatan Pada tahap pengamatan ini kegiatan yang dilakukan adalah merekam ataupun mencatat segala kegiatan yang terjadi selama tindakan kegiatan bimbingan kelompok sehingga akan nampak apa yang terjadi dalam kelompok. 4) Pada tahap Refleksi Pada tahap Refleksi ini yang dilakukan adalah menkaji apa yang telah dan atau yang tidak terjadi, apa yag telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan digunakan untuk menetapkan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya mencapai tujuan penelitian tindakan kelas yang ditetapkan. Dengan kata lain refleksi 888 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus dengan 4 kali pertemuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan teman sebaya melalui Layanan informasi dengan menggunakan permainan pada siswa kelas XII Busana Butik I SMK Negeri 1 Batu Siklus I Pertemuan pertama Perencanaan Pada tahap perencanaan terdapat empat kegiatan yang dilaksanakan yaitu: (1). Menyusun rencana Kegiatan Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling. (2) menyiapkan media pembelajaran. (3), mengembangkan lembar refleksi peserta didik. (4) mengembangkan pedoman observasi/ pengamatan proses kegiatan Peserta didik. Keempat kegiatan tersebut melibatkan rekan sejawat yang sesama guru Bimbingan Konseling. Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan Informasi Bimbingan konseling ini guru mengambil tugas perkembangan siswa yaitu agar siswa mampu mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan tujuan kompetensi siswa mampu berkomunikasi dan mampu bekerjasama dengan teman sebaya. Media yang digunakan dalam pelaksanaan Layanan Bimbingan ini menggunakan media Powerpoint yang digunakan untuk menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pelaksanaan layanan bimbingan serta petunjuk pelaksanaan permainan, sedangkan Puzzle digunakan sebagai media dalam mempraktekkan dan membelajarkan siswa dalam melatih kerjasama Lembar refleksi peserta didik disusun untuk mengetahui seberapa besar daya serap siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling, sehingga dari proses kegiatan siswa itu dapat diketahui seberapa besar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pedomaan observasi disusun untuk mengetahui keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Pedoman pengamatan ini disusun untuk mengetahui (1). Partipasi siswa dalam kegiatan kelompok, (2) Keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok. (3) kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu: (1) kegiatan pendahuluan. (2) kegiatan inti. (3) kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan langkah awal yang dilakukan guru adalah mengajak peserta didik untuk berdoa bersama dengan tujuan agar peserta didik memiliki karakter bahwa setiap kegiatan harus selalu diawali dengan berdoa. Setelah kegiatan berdoa guru menunjuk salah satu peserta didik untuk memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah selesai menyanyikan lagu Kebangsaan dilanjutkan dengan melakukan apersepsi dengan memberi pertanyaan pada siswa Guru: manusia adalah makhluk sosial, maka dalam kehidupannya sehari-hari maka manusia selalu membutuhkan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain maka manusia melakukan apa? siswa: komunikasi bu. guru: nah agar komunikasi berjalan dengan efektif maka tentunya ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi. Pada hari ini kita akan berbicara bagaimana agar komunikasi dapat dapat berjalan dengan efektik. 889 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Pada kegiatan apersepsi semua peserta didik memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang dijelaskan oleh guru. Pada kegiatan inti guru menerangkan sekilas tentang komunikasi dan tujuan dari proses diadakannya bimbingan. Dengan disampaikannya tujuan kegiatan bimbingan diharapkan peserta didik dapat mengambil pelajaran dari proses kegiatan bermain kemudian dilanjutkan dengan menyuruh siswa untuk mulai membentuk kelompok menjadi 3 kelompok dengan cara menghitung 1,2,3 diulangi sampai semua siswa memperoleh kelompok. Setelah selesai membagi kelompok kemudian siswa menata bangku dan berkelompok sesuai dengan nomor yang disebutkan oleh siswa dan menempati tempat duduk yang sudah diatur oleh siswa, selanjutnya guru menjelaskan langkah dalam melaksanakan kegiatan permainan dan membagikan puzzle ke masing-masing kelompok dan memberikan batasan waktu 15 menit untuk menyelesaikan permainan puzzle. Guru mempersilahkan siswa untuk memulai permainan, ketika siswa melakukan permainan puzzle, guru dengan dibantu rekan sejawat mengobservasi proses kegiatan bermain yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan bermain yang dilakukan siswa nampak seperti pada gambar 1. Gambar 1. Suasana siswa sedang melakukan kegiatan bermain Dari hasil pengamatan seluruh kelompok bersemangat dalam melakukan kegiatan bermain tersebut sampai selesai. Kelompok satu menyelesaikan menyusun puzzle urutan pertama namun ada satu siswa yang tidak ikut mendiskusikan hasil refleksi dalam permainan. Urutan kedua dalam penyelesaian puzzle adalah kelompok dua dan yang terakhir adalah kelompok tiga, langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan refleksi secara lisan oleh siswa tentang pengalamanpengalaman yang didapat dari kegiatan kelompok tadi dengan memberikan pertanyaan terbuka pada siswa sebagai berikut Guru: Pengalaman apa yang anda dapatkan dari permainan kerjasama tersebut? Siswa: lebih bisa menghargai orang lain, Guru: Ada yang lain? Siswa: satu masalah bila diselesaikan bersama akan cepat selesai Guru : Bagus, ada yang lain lagi Siswa: bisa lebih kompak bu, Berdasarkan hasil dialog antara guru dan siswa nampak bahwa siswa mampu mengambil manfaat dari proses permainan. Pada kegiatan penutup langkah yang dilakukan adalah mengevalusi proses kegiatan permainan dan membagikan lembar refleksi untuk diisi oleh siswa. Dalam proses pengisian lembar refleksi siswa, guru memantau dari satu kelompok kekelompok lain untuk mengetahui apa ada siswa yang merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan dan ternyata mereka dapat mengerjakan semua pertanyaan tanpa kesulitan yang berarti dan setelah selesai mereka mengumpulkan lembar refleksi 890 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 yang sudah dikerjakan tadi dan guru menyimpulkan hasil pertemuan selama mengkomunikasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. 45 menit dan Pengamatan Kegiatan penelitian ini dibantu oleh satu orang teman sejawat untuk membantu melakukan observasi. Kegiatan observasi yang dilakukan berkaitan dengan observasi keaktifan siswa, keterlaksanan pembelajaran berdasarkan RPP yang sudah dirancang. Hasil Observasi yang terkait dengan keaktifan siswa adalah sebagai berikut:karena siswa tidak menggunakan tanda pengenal sehingga observer merasa kesulitan dalam mengamati keaktifan siswa, observer belum dilengkapi dengan lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran sehingga observer hanya berbekal RPP dalam mengamati kesesuaian pembelajaran dengan RPL yang disusun. Hasil pengamatan observer adalah sebagai berikut ; guru tidak melakukan presensi terhadap diri peserta didik, Refleksi Hasil refleksi terhadap guru adalah pada langkah persiapan guru tidak melakukan presensi terhadap diri peserta didik sehingga belum mengetahui secara pasti jumlah siswa yang mengikuti tetapi dapat diatasi dengan menghitung jumlah hasi refleksi siswa yang lengkap sebanyak 13 orang siswi, refleksi kedua adalah penyampaian materi bimbingan, guru menyampaikannya terlalu cepat, sehingga masih ada siswa yang bertanya karena kurang jelas,solusinya adalah dalam menyampaikan materi iramanya disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan untuk pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat. Pengamat tidak bisa melakukan pengamatan secara maksimal karena tidak hafal nama seluruh peserta didik sehingga perlu solusi untuk pertemuan selanjutnya guru membuat penomoran menurut absen siswa yang nantinya nomor itu dibawa siswa sehingga memudahkan pengamat untuk melakukan pengamatan. Hasil refleksi terhadap siswa, pada umumnya siswa dapat mengikuti kegiatan layanan dengan tertib, hanya saja pada waktu persiapaan guru salah dalam memakai kata-kata sosial dan individual sehingga siswa ramai. Selain itu pada saat siswa menjawab lembar refleksi hanya ada satu siswa yang pada saat mengerjakan lembar refleksi bekerja sendiri tapi guru tidak mengingatkan. Hasil refleksi ini akan dipergunakan untuk perbaikan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Konseling pada siklus I pertemuan yang kedua. Siklus I pertemuan kedua Persiapan Pada tahap perencanaan terdapat empat kegiatan yang dilaksanakan yaitu: (1). Menyusun Rencana Kegiatan Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling. (2) menyiapkan media pembelajaran. (3), mengembangkan lembar refleksi peserta didik. (4) mengembangkan pedoman observasi atau pengamatan proses kegiatan Peserta didik. (5). Membuat penomoran siswa untuk mempermudah tugas observer. Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan Informasi Bimbingan konseling ini guru menngambil tugas perkembangan siswa yaitu agar siswa mampu mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan tujuan kompetensi siswa mampu berkomunikasi dan mampu bekerjasama dengan teman sebaya. Media yang digunakan dalam pelaksanaan Layanan Bimbingan ini menggunakan media Powerpoint yang digunakan untuk menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pelaksanaan layanan bimbingan serta petunjuk pelaksanaan permainan. Sedangkan untuk permainan menggunakan kertas HVS kosong dan balpoint untuk menulis puisi berjalan yang fungsinya adalah untuk berlatih siswa 891 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 mengembangkan imajinasinya serta melatih siswa mengembangkan sikap empatinya terhadap kelompok. Lembar refleksi peserta didik disusun untuk mengetahui seberapa besar daya serap siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling, sehingga dari proses kegiatan siswa itu dapat diketahui seberapa besar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pedomaan observasi disusun untuk mengetahui keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Pedoman observasi ini disusun untuk mengetahui keaktifan siswa dalam kelompok. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu: (1) kegiatan pendahuluan. (2) kegiatan inti. (3) kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan langkah awal yang dilakukan guru adalah mengajak peserta didik untuk berdoa bersama dengan tujuan agar peserta didik memiliki karakter bahwa setiap kegiatan harus selalu diawali dengan berdoa. Setelah kegiatan berdoa guru menunjuk salah satu peserta didik untuk memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah selesai menyanyikan lagu Kebangsaan dilanjutkan dengan melakukan apersepsi dengan memberi pertanyaan pada siswa seperti dialog berikut ; Guru: Pada pertemuan sebelumnya kita sudah membicarakan faktor kerjasama dalam komunikasi. Hari ini kita akan membahas tentang empati. Ada yang tahu apa empati itu? siswa: ...... guru: Sebelum kita bermain perlu kiranya kita membahas apa itu empati dan mengapa kita harus memiliki sikap empati terhadap teman. Pada kegiatan apersepsi ini siswa mengikuti kegiatan dengan antusias terlihat dari sikap mereka memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang empati serta contoh-contoh sikap yang mencerminkan empati, serta tujuan kenapa kita harus memiliki sikap empati terhadap orang lain, selanjutnya guru menyuruh siswa untuk membentuk 2 kelompok dengan cara berhitung 1, 2 sampai semua siswa mendapatkan kelompok. Setelah selesai membagi kelompok kemudian siswa menata bangku dan berkelompok sesuai dengan nomor yang disebutkan oleh siswa dan menempati tempat duduk yang sudah diatur oleh siswa, selanjutnya guru menjelaskan langkah – langkah dalam melaksanakan kegiatan permainan dan membagikan kertas HVS kosong ke masing-masing kelompok dan memberikan batasan waktu 15 menit untuk menyelesaikan permainan membuat puisi berjalan. Guru mempersilahkan siswa untuk memulai permainan, ketika siswa melakukan permainan menlis puisi berjalan, guru dengan dibantu rekan sejawat mengobservasi proses kegiatan bermain yang dilakukan oleh siswa.Kegiatan permainan puisi berjalan tampak pada gambar 2. Gambar 2. suasana ketika siswa sedang melakukan kegiatan puisi berjalan. 892 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Dari hasil pengamatan kedua kelompok mereka kelihatan sangat antusias untuk segera menyelesaikan penulisan puisi sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Pada kelompok yang Pertama terlihat beberapa orang terlihat tidak sabar melihat temannya yang berpikir agak lama sehingga cenderung mendikte teman tersebut. sedangkan pada kelompok ke dua mereka lebih kelihatan tenang menghadapi teman-temannya yang berpikir agak lama, mereka terlihat lebih memahami kemampuan masing-masing teman, kedua kelompok menyelesaikan permainan ini dengan waktu yang hampir bersamaan, kemudian dengan dilanjutkan dengan membacakan hasil puisi masing-masing kelompok untuk mendapatkan masukan dari kelompok yang lain. langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan refleksi secara lisan oleh siswa tentang pengalaman-pengalaman yang didapat dari kegiatan kelompok tadi dengan memberikan pertanyaan terbuka pada siswa sebagai berikut Guru : perasaan apa yang ada dalam hati anda tentang permainan ini ? Siswa 1 : senang bu Guru : ada lagi Siswa2 : Kadang geregetan melihat teman mikirnya lama bu Guru : Yang lain Siswa 3 : kita kadang sulit mengendalikan diri untuk tidak mendikte teman yang berpikirnya terlalu lama bu. Guru :berarti pelajaran apa yang kira-kira bisa kita ambil dari permainan ini. Siswa 4 :kita harus belajar untuk bisa memahami orang lain bu Guru : Bagus, yang lain Siswa 5 : Belajar sabar bu Berdasarkan hasil dialog antara guru dan siswa nampak bahwa siswa mampu mengambil manfaat dan manfaat dari materi permainan ini. Pada kegiatan penutup ini langkah yang dilakukan adalah adalah mengevalusi proses kegiatan permainan dan membagikan lembar refleksi untuk diisi oleh siswa. Dalam proses pengisian lembar refleksi siswa, guru memantau dari satu kelompok kekelompok lain untuk mengetahui apa ada siswa memperhatikan keterangan yang merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan dan ternyata mereka dapat mengerjakan semua pertanyaan tanpa kesulitan yang berarti dan setelah selesai mereka mengumpulkan lembar refleksi yang sudah dikerjakan tadi dan guru menyimpulkan hasil pertemuan selama 45 menit dan mengkomunikasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Pengamatan Kegiatan penelitian ini dibantu oleh satu orang teman sejawat untuk membantu melakukan observasi. Kegiatan observasi yang dilakukan berkaitan dengan observasi keaktifan siswa, keterlaksanan pembelajaran berdasarkan RPL yang sudah dirancang. Hasil Observasi yang terkait dengan keaktifan siswa adalah sebagai berikut:Kegiatan observasi tidak bisa dilaksanakan secara maksimal karena observer juga sedang ada kegiatan lain sehingga tidak bisa fokus dengan kegiatan penelitian yang sedang dilakukan. Hasil pengamatan observer terhadap keterlaksanaan kegiatan layanan bimbingan adalah hendaknya posisi tempat duduk tidak melingkar karena dengan posisi seperti itu kecenderungan siswa yang berpikir agak lama akan didikte oleh teman-temannya yang mempunyai kemampuan yang lebih. Refleksi Hasil refleksi terhadap proses layanan bimbingan adalah pengamat yang melakukan pengamatan lebih dari satu orang sehingga hasil pengamatan bisa lebih maksimal dan akan lebih obyektif sesuai dengan 893 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 kondisi yang sesungguhnya. Untuk posisi duduk kelompok pada pertemuan selanjutnya akan dibuat berbaris sejajar sehingga kecil kemungkinan siswa yang satu mendikte siswa yang lain. Hasil refleksi terhadap siswa pada siklus 1 ini pada umumnya siswa dapat mengikuti kegiatan layanan dengan tertib dan dari 13 siswa yang mengikuti kegiatan layanan bimbingan ini hanya ada 2 orang siswa atau sekitar 15 % yang masuk dalam kategori kurang memahami materi sedangkan selebihnya sebanyak 11 siswa atau sekitar 85 % sudah memahami materi yang diberikan, padahal layanan bimbingan ini dikatakan berhasil apabila seluruh siswa yang mengikuti ayanan bimbingan dalam kategori faham. Oleh karena itu penelitian tindakan layanan bimbingan ini perlu dilanjutkan pada siklus ke 2. Siklus II Pertemuan pertama Persiapan Pada tahap perencanaan terdapat empat kegiatan yang dilaksanakan yaitu:(1). Menyusun rencana kegiatan Layanan bimbingan konseling. (2) menyiapkan media Layanan. (3) Mengembangkan Instrumen. (4) Menyiapkan pedoman observasi. Keempat kegiatan tersebut melibatkan rekan sejawat yang sesama guru bimbingan konseling. Media yang digunakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling adalah dengan menggunakan powerpoint yang digunakan untuk menjelaskan tentang kompetensi dasar dan tujuan pelaksanaan layanan bimbingan serta petunjuk pelaksanaan permainan, sedangkan untuk permainannya menggunakan kertas HVS kosong dan balpoint untuk menuliskan hal-hal tentang diri siswa terutama yang jarang diketahui oleh orang lain, hal ini bertujuan untuk melatih keterbukaan siswa. Pedoman observasi disusun untuk mengetahui keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pelayanan bimbingan konseling. Pedoman obsrvasi ini untuk mengetahui keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu: (1) kegiatan pendahuluan. (2) kegiatan inti. (3). Kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan langkah awal yang dilakukan adalah mengajak peserta didik untuk berdoa bersama dengan tujuan agar masing-masing peserta didik memiliki karakter bahwa disetiap kegiatan harus selalu diawali dengan doa. Setelah melakukan kegiatan pentingnya doa bersama kegiatan dilanjutkan dengan membina hubungan dengan siswa serta melakukan apersepsi dengan kegiatan tanya jawab dengan siswa. Pada kegiatan apersepsi ini siswa mengikuti kegiatan dengan antusias terlihat dari sikap mereka yang secara sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru. Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang keterbukaan dalam komunikasi dengan teman sebaya serta tujuan kenapa kita harus terbuka serta memberi contoh-contoh real yang terjadi masyarakat. Selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah permainan siapa saya dan selanjutnya membagikan kertas HVS kosong kepada siswa dan memberikan batasan waktu 15 menit untuk menuliskan 3 hal yang berkaitan dengan diri individu yang terutama hal-hal/peri stiwa yang kurang diketahui oleh orang lain. Guru mempersilahkan siswa untuk memulai menulis hal-hal yang berhubungan dengan dirinya, ketika siswa sedang sibuk mengerjakan tugasnya, guru membantu rekan sejawat melakukan observasi terhadap siswa dan membantu siswa yang kesulitan dalam mengerjakan tugasnya.Setelah siswa menyelesaikan tugasnya guru menyuruh siswa untuk melipat hasilpekerjaannya dan mengumpulkan dalam wadah yang sudah disediakan. Kemudian mengambil satu untuk dibaca. Guru menanyakan pada siswa satu persatu untuk mengenali siapakah pemilik tulisan, demikian seterusnya. 894 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Dari hasil pengamatan perindividu diantara 13 siswa telihat 2 orang yang agak kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan, hal ini bisa dilihat dari waktu yang sudah berjalan 5 menit tapi kertasnya masih kosong belum ada coretan apapun sehingga guru mendekati dan membantu mengarahkan siswa tersebut. Setelah waktu 15 menit selesai, hampir semua siswa menyelesaikan tugasnya dan hanya satu orang yang sedikit lambat dalam menyelesaikan tugasnya. Pada pertemuan kedua ini guru tidak mengadakan refleksi karena waktunya kurang dan tidak semua tulisan siswa yang dibacakan tapi hanya milik 6 orang siswa. Pada kegiatan penutup, guru hanya menyimpulkan hasil pertemuan selama 45 menit dan mengkomunikasi kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Pengamatan Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diperoleh hasil yang pertama pada apersepsi terlalu panjang karena banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh siswa sehingga dalam pembahasan tidak selesai semuanya. Hasil pengamatan yang berkaitan dengan keaktifan siswa adalah sebagai berikut: ada dua orang yang agak terlambat mengerjakan karena kedua siswa tersebut duduknya berdekatan sehingga kedua siswa tersebut berbicara diluar konteks. Refleksi Hasil refleksi yang dilakukan adalah pertama pada apersepsi yang terlalu panjang karena banyaknya siswa yang bertanya sehingga memakan waktu yang agak panjang maka langkah yang dibisa dilakukan adalah dengan menampung semua pertanyaan siswa terlebih dahulu, untuk pertanyaan yang sama digabung jadi satu.Hasil pengamatan observer terhadap proses kegiatan bimbingan konseling juga perlu memperhatikan jarak tempat duduk antar siswa sehingga dengan begitu siswa tidak ada peluang untuk berbicara diluar konteks. Siklus II Pertemuan kedua Persiapan Pada tahap perencanaan terdapat empat kegiatan yang dilaksanakan yaitu:(1). Menyusun rencana kegiatan Layanan bimbingan konseling. (2) menyiapkan media Layanan. (3) Menyiapkan Instrumen. (4) Menyiapkan pedoman observasi. Keempat kegiatan tersebut melibatkan rekan sejawat yang sesama guru bimbingan konseling. Media yang digunakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling adalah dengan menggunakan powerpoint yang digunakan untuk menjelaskan tentang kompetensi dasar dan tujuan pelaksanaan layanan bimbingan serta petunjuk pelaksanaan permainan, sedangkan untuk permainannya menggunakan beberan simulasi yang bertujuan untuk melatih siswa mengemukakakan pendapatnya dan membelajarkan siswa yang lain untuk menghargai pendapat teman yang berbeda dengan dirinya. Lembar refleksi peserta didik disusun untuk mengetahui seberapa besar daya serap siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling, sehingga dari proses kegiatan siswa itu dapat diketahui seberapa besar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pedomaan observasi disusun untuk mengetahui keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Pedoman observasi ini disusun untuk mengetahui keaktifan siswa dalam kelompok. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan dibagi dalam tiga tahap yaitu: (1) Kegiatan pendahuluan. (2) Kegiatan inti. (3) kegiatan penutup. 895 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Pada tahap pendahuluan, langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengajak siswa untuk melakukan doa bersama dilanjutkan dengan mengabsensi siswa dengan menyebutkan nama mereka satu persatu. Langkah selanjutnya adalah melakukan apersepsi dengan menjelaskan kegiatan hari ini dan tujuan dilakukannya kegiatan ini sehingga dengan begitu siswa memahami tujuan belajar yang akan dilakukan pada pertemuan ini. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang sikap menghargai orang lain dan tujuan kenapa kita harus belajar menghargai orang lain .Selanjutnya guru menjelaskan kegiatan ini akan dilakukan dengan melalui suatu permainan simuasi. Langkah selanjutnya adalah guru menginstruksikan pada siswa untuk membentuk 2 kelompok dengan cara menghitung 1 dan 2 sampai semua siswa mendapatkan kelompok. Setelah siswa selesai membagi kelompok kemudian siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing setelah itu guru menjelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan simulasi dan memulai kegiatan dengan meminta perwakilan kelompok untuk melempar dadu dan membaca perintah yang ada dalam beberan simulasi, dan kelompok yang ke dua memberikan pendapatnya, hal ii dilakukan secara bergantian antara kelompok 1 dan 2 sampai selesai. Dari hasil pengamatan, kelompok pertama kelihatan agak lama dalam mengemukakan pendapatnya, mereka harus mendiskusikan dulu jawabannya dengan anggota kelompok yang lain sedangkan pada kelompok ke dua mereka begitu kelihatan siap dalam melaksanakan proses pelayanan bimbingan. Pada kegiatan penutup, langkah yang dilakukan adalah mengevaluasi proses kegiatan pelayanan bimbingan konseling dengan teknik permainan dan membagikan lembar refleksi untuk diisi oleh siswa, setelah pengisian selesai guru mengumpulkan lembar refleksi siswa untuk dianalisa serta mengakhiri pertemuan dengan merangkum hasil kegiatan yang sudah dilakukan selama 45 menit tadi. Pengamatan Kegiatan penelitian ini dibantu oleh satu rekan sejawat yang membantu dalam melakukan observasi baik terhadap diri siswa ataupun keterlaksanaan pelayanan bimbingan konseling berdasarkan Rencana pelaksanaan layanan bimbingan konseling yang sudah dirancang sebelumnya. Hasil observasi yang terkait dengan siswa adalah dalam proses pelaksanaan layanan bimbingan pada kelompok satu kelihatan agak lama dalam menjawab karena ternyata mereka tidak memahami pertanyaan yang tertulis dibeberan simulasi. Refleksi Hasil refleksi terhadap proses layanan bimbingan adalah adanya satu kelompok yang agak lama karena mereka kurang memahami pernyataan yang ada dibeberan sehingga untuk selanjutnya perlu perbaikan dengan menggunakan bahasa yang lebih operasional lagi sehingga dengan begitu siswa tidak merasa kesulitan dalam memahami pernyataan ataupun pernyataan yang tertera dalam beberan simulasi Hasil refleksi terhadap siswa pada siklus 2 ini mengalami kenaikan, kalau pada siklus yang pertama ada sekitar 2 orang yang masuk kategori kurang faham atau sekitar 15% namun pada siklus ke 2 ini seluruh siswa sebanyak 13 orang atau sekitar 100% masuk dalam kategori faham.Karena indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai maka penelitian dihentikan pada siklus ke 2 Sehingga bisa dikatakan bahwa dengan melalui layanan informasi menggunakan permainan ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal dengan teman sebaya. PENUTUP Simpulan Tingkaat kemampuan berkomunikasi interpersonal antar teman sebaya pada siswa kelas XII Busana Butik 1 dapatd ditingkatkan melalui layanan Informasi dengan menggunakan permainaan,, 896 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 hal ini dapat dilihat ada saat siswa berada disekolah baik ketika ada diluar kelas ataupun didalam kelas pada saat pelaksanaan layanan bimbingan dengan makin baiknya kerjasama antar siswa, perasaan empati dengan teman yang lain, sikap penghargaan yang semakin baik terhadap teman yang lain serta sikap keterbukaan dengan teman sebaya dalam kelas. Terdapat peningkatan pemahaman siswa setelah diberikan tindakan yang pada awal siklus pertama masih terdapat 15,38 % siswa yang bekategori kurang faham dan meningkat pada siklus ke 2 yaitu 100 % semua siswa berada dalam kategori faham. Saran Untuk media yang berupa permainan perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan siswa dan akrab dalam kehidupan siswa sehingga pada saat membaca masalah dipermainan mereka bisa langsung memahami perintah apa yang dimaksudkan dalam permainan tersebut. DAFTAR RUJUKAN Triyono dan Mastur. 2014. Materi Layanan Klassikal Bimbingan Konseling Bidang Bimbingan Sosial. Penerbit Paramitra Publishing. Sugiyo. 2015. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: UNNES Press Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Sutinganah. 2013. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar teman sebaya menggunakan Bimbingan Kelompok berbasis permainan pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Parakacanggah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012/2013. Skripsi.Universitas Negeri semarang Wicaksono, Galih dan Naqiyah, Najlatun. 2013. Penerapan Teknk bermain Peran dalam Bimbingan Keompok Untuk meningkatkan kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas X Multimedia SMK IKIP Surabaya. Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling. Volume 1 Nomer 1 Tahun 2013, pp 61-78 Januari 2013 Sugiharto, Dwi dan Fithriyana, Arina. 2014. Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antar Pribadi Siswa. Jurnal Bimbingan Konseling 3 (2)(2014). Dono, Oki. 2016. Penerapan bimbingan kelompok teknik permainan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalsiswa SMP Negeri 2 Menganti.Jurnal Bimbingan Konseling Unesa/Vol. 6 no. 3 Malahayati, Tendi Khrishna Murti. 2012. 50 Permainan Edukatif Untuk mengembangkan Potensi & Mental Positif. Penerbit P.T Citraaji Permana. Akib, Z.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Yama Widya Prayitno & Amti, Erman. (20104). Dasar-Dasar BK. Jakarta: Rineka Cipta Purwoko, Budi. (2008). Organisasi dan Managemen Bimbingan Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Tim Pengembang MKDK IKIP Semarang. (1993). Bimbingan Konseling Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah pendekatan Baru.Penerbit. Gaung Persada Press.2010 Safaria, T. 2005. Interpersonal Inteligence: metode pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Diterjemahkan oleh Maulana Agus. Jakarta: Profesional Books. Supratiknya, 2000. Komunikasi Antar Pribadi Pendidikan Psikologis. Jakarta: Kanisius 897 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI MATERI KETIMPANGAN SOSIAL DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TURNAMENT (TGT) Yayuk Harumiwati SMA Negeri 1 Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus pada kelas XII IPS 5 SMA NEGERI 1 Batu. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah: menjelaskan materi, diskusi kelompok, turnamen, penilaian dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi ketimpangan sosial. Kata kunci: Team Game Turnamen (TGT), peningkatan hasil belajar Berdasarkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan menengah atas menyebutkan bahwa melalui mata pelajaran Sosiologi peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai (Permendiknas No.22 Tahun 2006:162). Sosiologi merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. (Depdiknas: 2007). Tujuan mata pelajaran Sosiologi yang termuat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah agar peserta didik mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat serta lingkungannya. Tujuan mata pelajaran ini tampak dari dua kompetensi dasar yang ingin dicapai, yaitu kompeten dalam berpikir logis dan kritis, dan kompeten dalam berkomunikasi, bekerjasama dan mampu berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, maupun global. Ruang lingkup mata pelajaran Sosiologi meliputi aspek-aspek (1) manusia, tempat, dan lingkungannya, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial, budaya, dan (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (KTSP:2006). Konsep-konsep yang disajikan dalam KTSP tersebut dapat merubah kehidupan masyarakat serta lingkungannya sesuai dengan tujuannya (Sapriya 2012:12). Mengacu pada tujuan pembelajaran Sosiologi, maka diperlukan pembelajaran yang dapat membuat peserta didik yang aktif berpartisipasi dalam pembelajaran sosiologi dengan menarik minat dan motivasi dalam diri peserta didik sehingga mampu memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai sesuai dengan tujuan pembelajaran sosiologi. Kenyataannya, pembelajaran Sosiologi di kelas XIIIPS-5 SMA Negeri 1 Batu masih belum sesuai harapan. Setelah peneliti melakukan refleksi melalui data observasi, catatan lapangan, dan data dokumen bersama kolaborator didapatkan permasalahan mangenai kualitas pembelajaran Sosiologi yang masih rendah di kelas XII IPS-5 SMA Negeri 1 Batu. Permasalahan-permasalahan yang muncul menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran Sosiologi diantaranya adalah guru yang masih kurang dalam mengembangkan minat dan motivasi peserta didik dengan memberikan model pembelajaran 898 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 inovatif disertakan pemakaian berbagai macam media yang mendukung pada setiap proses pembelajaran. Pembelajaran juga masih terpusat pada guru sehingga peserta didik belum mampu aktif dalam pembelajaran Sosiologi di kelas XII IPS -5. Kurangnya penggunaan model-model pembelajaran yang variatif dan penggunaan media yang menarik pada pembelajaran Sosiologi juga menyebabkan rasa kerja sama dan tanggung jawab peserta didik belum tercipta pada pembelajaran Sosiologi. Partisipasi peserta didik yang masih rendah juga merupakan permasalahan yang perlu dipecahkan untuk menarik peserta didik agar lebih aktif dalam pembelajaran dikelas XII IPS -5 SMA Negeri 1 Batu. Permasalahan tersebut didukung hasil belajar Sosiologi kelas XII IPS -5 yang masih kurang optimal. Terbukti pada hasil tes formatif materi ketimpangan sosial sebagai dampak perubahan sosial ditengah globalisasi masih rendah. Karena itu upaya perbaikan pembelajaran harus segera dilakukan. Berdasarkan refleksi awal peneliti dan rendahnya nilai hasil tes formatif perbaikan pembelajaran difokuskan pada penerapan pembelajarn kooperatif. Kajian pembelajaran kooperatif telah dilakukan oleh beberapa peneliti (Hikmah, 2013; Masdalifah, 2013). Hikmah (2013) menyatakan pentingnya pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Masdalifah (2013) menemukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa siswa pembelajaran kooperatif Team Game Turnamen (TGT). Penerapan pembelajaran TGT telah dikaji oleh beberapa peneliti (Fajri, 2015; Nurwito, 2013). Fajri (2015) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif TGT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Nurwito (2015) melakukan penelitian menggunakan pembelajaran kooperatif TGT untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari beberapa penelitian pembelajaran kooperatif tersebut, penelitian ini mengangkat penerapan TGT untuk meningkatkan hasil belajar materi ketimpangan sosial pada siswa kelas XII IPS 5 SMAN 1 Batu. METODE Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan harapan dapat memperbaiki pembelajaran. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus,masing-masing siklus memuat tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahap perencanaan dilakukan kegiatan penyusunan RPP, lembar kerja siswa, media dan penilaian. Tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan mempraktikkan pembelajaran TGT di kelas sekaligus diobservasi oleh teman sejawat. Kegiatan refleksi dilakukan bersama teman sejawat dengan mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran dan perbaikan yang akan dilakukan untuk siklus 2. Siklus I dilakukan pada tanggal 27 dan 28 Oktober 2016. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 dan 11 November 2016. Penelitian ini dilakukan di kelas XII IPS-5 di SMA Negeri 1 Batu dengan jumlah siswa 30 orang. Data penelitian dianalisis secara kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Perencanaan Pada tahap perencanaan kegiatan pembelajaran berikut (1) guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran, (2) menyiapkan perangkat penilaian, (3) mempersiapkan media, dan (4) mempersiapkan lembar observasi peserta didik. RPP disusun untuk KD 3.1.1 ―menganalisis ketimpangan sosial akibat dari perubahan sosial di tengah-tengah globalisasi‖. Dari KD tersebut dikembangkan dua indikator: (a) mengidentifikasi ketimpangan sosial di Indonesia, serta (b) mendeskripsikan pemecahan dan solusi ketimpangan sosial di Indonesia. Rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang disusun mengacu pada sintaks yang mengandung team game tournament. Perangkat penilaian soal penilain berupa subjektif tes sejumlah 5 soal dilengkapi dengan kunci jawaban dilengkapi berupa paparan, dan pilihan ganda sejumlah 50 soal dilengkapi dengan 899 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 kunci jawaban. Media pembelajaran berupa soal-soal untuk permainan team game tournament, soalsoal ini dikemas dalam bentuk kotak-kotak yang dikerjakan secara kelompok. Lembar observasi berisi point-point tentang fenomena-fenomena menarik yang disajikan guru beserta penyebab yang menimbulkan masalah, tampak pada saat kegiatan inti mengamati diskusi konsentrasi peserta didik. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran kooperatif TGT dilakukan dalam tiga kegiatan: pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan menggali pengetahuan awal siswa untuk belajar materi ketimpangan sosial dengan melakukan dialog seperti berikut. Guru : Apa yang anda ketahui tentang ketimpangan sosial anak-anak? Siswa : Ketimpangan kesenjangan atau ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau memanfaatkan sumber daya yang berupa kebutuhan primer seperti pendidikan, kesehatan perumahan dan peluang kerja. Guru : Apa penyebab ketimpangan sosial? Siswa : Tidak adanya kemauan/pasrah/patah semangat (fatalisme), rendahnya tingkat aspirasi, tingkat kompromis yang menyedihkan dan lain-lain. Dari dialog tersebut, nampak bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal. Atas dasar itu, pembelajaran dapat dilanjutkan untuk tahap selanjutnya. Kegiatan dilanjutkan ke kegiatan inti, di mana guru memberikan tugas kepada siswa untuk didiskusikan. Adapun cuplikan tugas disajikan seperti berikut. Guru menyiapkan RPP terlebih dahulu, dilanjutkan menerangkan melalui PPT dan memberikan penjelasan secukupnya, lalu membagi 5 kelompok masing-masing kelompok di sediakan 15 soal dalam amplop dengan soal yang sama lalu mengambil satu demi satu dan didiskusikan dalam kelompok dan jawabanya di tulis di papan tulis dengan di iringi yel-yel dari masing-masing kelompok, kemudian pada saat pelaksanaan peserta didik tidak boleh membuka buku. Hasil siswa melalui jawaban soal yang dituli di depan papan tulis, yang jumlah jawaban benar paling banyak kelompom di beri penghargaan. Observer belum di beri tahu soal game tournamentnya, Pembelajaran ini menyenangkan, melibatkan seluruh peserta didik, terjalin kerja sama dalam masing – masing kelompok diskusi dan kompetitif di antara peserta didik, Dengan model pembelajaran TGT ini peserta didik menjadi lebih aktif dan seluruhnyaikut berartisipasi dalam kegiatan pembelajaran suasana kelas menjadi sangat menyenangkan. Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan para observer, pembelajaran dengan KD ―ketimpangan sosial dan solusinya‖ menunjukkan sebagai berikut. Pembelajaran ini berjalan menyenangkan. Siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Untuk merayakan setiap peristiwa siswa memiliki yel-yel untuk 900 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 memberikan semangat kepada semua peserta. Dengan yel-yel anak-anak semakin terlibat dalam pembelajaran. Seluruh peserta didik, setelah dibagi menjadi 5 kelompok dan masuk dalam kelompok masing-masing. Setiap kelompok memperoleh soal yang sama. Dalam kerja kelompok, nampak terjalin kerja sama kelompok dan kompetisi diantara peserta didik. Terutama pada saat diskusi kelompok dalam menjawab soal-soal team games tournament, mereka bersama-sama memecahkan persoalan fenomena-fenomena dalam soal tersebut. Setelah selesai menjawab soal satu demi satu masing-masing kelompokmenuliskan jawaban hasil diskusi di papan tulis. Dari jawaban masing-masing kelompok yang paling banyak benarnya diberi penghargaan oleh guru. Peserta didik disiapkan materi, pada saat pelaksanaan peserta didik tidak boleh membuka buku. Aspek pembelajaran ini dapat dipetik manfaatnya bagi pengamat yakni adanya kerja sama, sportivitas, toleransi, dan suasana kelas menjadi menyenangkan. Refleksi Setelah proses pembelajaran selesai dilakukan diskusi antara peneliti dengan observer. Hasil diskusi menunjukkan sebagai berikut. Pertama, kelas sudah tampak lebih aktif dari sebelumnya. Peserta didik sudah mulai berani mengemukakan pendapan kaitannya dengan materi ketimpangan sosial. Hanya saja masih ada beberapa siswa yang pasif, belum terlibat secara sepunuhnya dalam pembelajaran. Kedua, Hasil pos tes menunjukkan bahwa peserta didik mayoritas (70%) sudah dapat mengerjakan soal uraian. Soal nomor satu (dampak dari ketimpangan sosial sudah dapat dijawab dengan baik. Soal nomor dua tentang penyebab kemiskinan juga dapat dijawab dengan baik. Soal nomor empat tentang tujuan pemerintah mengurangi ketimpangan sosial dapat dijawab dengan sempurna. Sebaliknya soal nomor tiga tentang tindakan kreatif yangdilakukan untuk mengatasi kemiskinan dengan benar. Dan soal nomor lima tentang ketimpangan sosial sebagai ketimpangan sosial belum dijawab dengan baik. Atas dasar kondisi tersebut diputuskan bahwa pembelajaran KD 3.33 tentang ketimpangan sosial dan solusinya, dilanjutkan dalam siklus dua. Siklus II Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus II ini, sejumlah kegiatan dilakukan: (a) penyiapan RPP perbaikan siklus II, (2) pengembangan media, (3) pengembangan alat penilaian. Pada RPP perbaikan siklus II secara umum tidak ada perbedaan dengan siklus I. yang membedakan adalah pengemasan materi ke dalam media power point. Dengan power point, diharapkan pemahaman siswa dapat lebih baik. Alat penilaian juga dikembangkan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa terhadap materi ―ketimpangan sosial dan solusinya‖. Alat penilaian berwujud soal-soal dalam bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban A, B, C, D, dan E. Alat penilaian ini dilengkapi dengan kunci jawaban. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan terdiri atas tiga kegiatan utama: pembukaan, inti, dan penutup. Pelaksanaan tindakan pada kegiatan awal guru menerangkan konsep seperlunya dengan menggunakan power point tentang ketimpangan sosial. Guru juga melakukan tanya jawab untuk memperdalam penguasaan siswa. Media pembelajaran menggunakan power point yang memuat poin-poin materi secukupnya, agar siswa memahami konsep tentang materi sosiologi ketimpangan sosial, dengan demikian diharapkan proses pembelajaran lebih jelas dan mudah dipahami serta menarik. Apapun pembelajaran kognitif learning dituntut dapat maksimal dilaksanakan. Sebagai penutup untuk mengakhiri pelajaran diberi tanya-jawab soal sebagai pos tes untuk mengukur berapa prosen materi ketimpangan sosial yang sudah disampaikan pada peserta didik yang bisa terserap secara maksimal. 901 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Pengamatan Jika melihat metode TGT yang digunakan, maka pendekatan yang digunakan kooperatif learning yang mengharuskan adanya ketertiban peserta didik. Namun dalam penyajian materi belum terlihat adanya keterliban peserta didik. Pembelajaran masih teacher centre, perlu melibatkan peserta didik secara penuh sehingga dalam pembelajaran ini masih nampak peserta didik pasif dan mengantuk. Media pembelajaran yang digunakan masih belum secara optimal, menarik minat, peserta didik belum tertarik mengikuti pembelajaran, karena po wer point yang digunakan masih berbentuk teks bukan point-point pembelajaran. Pembelajaran awal masih dikuasai guru, partisipasi peserta didik masih terbatas pada mendengarkan dan menjawab secara klasikal bukan individu. Pembelajaran awal terlalu dikuasai guru, perlu pembagian alokasi waktu pembelajaran agar pembelajaran kognitif learning dapat meksimal dilaksanakan. Setelah berjalannya waktu nampak terlihat kerja sama aktif diantara peserta didik. Power point dapat diperbaiki menjadi lebih interaktif, bukan lagi power point teks sehingga peserta didik lebih semangat dan tertarik terhadap materi yang disajikan. Refleksi Pada akhir pelaksanaan tindakan pada siklus II diadakan refleksi. Pesertanya adalah peneliti dan para observer. Hasilnya menunjukkan sebagai berikut. Pertama, secara umum pelaksanaan pembelajaran sudah baik. Ada kemajuan jika dibandingkan dengan siklus I. Siswa menjadi lebih mudah memahami materi setelah guru mengemasnya ke dalam program tayangan power point. Kedua, secara umum prestasi siswa menjadi lebih baik. Dari 30 siswa, sebanyak 29 siswa memperoleh penguasaan lebih dari 85%. Masih ada satu siswa yang belum tuntas KKM.. Forum refleksi memutuskan bahwa pembelajaran sudah dihentikan pada siklus II. Untuk selanjutnya yang bersangkutan akan dilayani dengan pembelajaran remedial dan dilaksanakan di luar jam pelajaran reguler. PENUTUP Simpulan Kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas XII IPS-5 SMA Negeri 1 Batu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, melalui siklus 1 dan siklus 2, telah memperbaiki proses pembelajaran khususnya pada standar kompetensi menganalisis fenomena ketimpangan sosial pada materi sosiologi Ketimpangan sosial sebagai dampak perubahan sosial ditengah tengah globalisasi, dipandang berhasil membantu peserta didik dalam hasil belajar konsep sosiologi. Kedua, melalui siklus I dan II prestasi siswa dapat ditingkatkan, dari semula tidak tuntas KKM menjadi siswa mampu menguasai KD dengan baik. Saran-saran Atas dasar hasil penelitian, disarankan kepada guru Sosiologi agar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajarannya. Dengan TGT, aktivitas kelas menjadi lebih dinamis dan prestasi siswa dapat meningkat. DAFTAR RUJUKAN Hikmah, H.N, 2013. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD dengan Media Manipulative untuk Menentukan Rumus Volume Bangun Ruang Sisi Datar di Kelas VIII SMP Negeri 2 Tanah Grogot. Jurnal Peningkatan Kualitas Guru J-TEQIP 2013. Tahun IV Nomor 2, hlm. 255—260. Masdalifah, 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIIB SMPN 5 Sanggau. Jurnal Peningkatan Kualitas Guru J-TEQIP 2013. Tahun IV Nomor 2, hlm. 261—269. 902 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Fajri, A.H., 2015. Pengaruh Pemberian Speed Test terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Game- Turnament (TGT) pada Pokok Bahasan Gerak Di Kelas X SMK Negeri 6 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015, hlm. 484—488. Nurwito, 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Meningkatkan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 030 Long Ikis Kabupaten Paser. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2013, hlm. 1078—1082 903 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PPKn TENTANG SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD BAGI SISWA KELAS X MM-B SMK NEGERI 3 BATU Umi Salamah SMK Negeri 3 Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa tentang sistem hukum dan peradilan nasional dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik STAD pada mata pelajaran PPKn bagi siswa kelas X MM-b SMK Negeri 3 Batu semester gasal. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian bertahap yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I materi yang diberikan adalah Sistem Hukum. Pada siklus II materi yang diberikan adalah Peradilan Nasional. Ketercapaian ketuntasan hasil belajar pada siklus I adalah 76,80% siswa, sedangkan pada siklus II sebesar 92,93%. Pada siklus I siswa memiliki motivasi tinggi sebesar 73, 49%. Dan pada siklus II sebesar 89, 67%. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD (Student teams achievement Devision) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Kata-kata kunci: Pembelajaran Kooperatif teknik STAD, Motivasi, Prestasi Belajar. Salah satu tujuan pendidikan adalah memajukan bangsa, mengantarkan siswa pada perubahan tingkah laku baik moral maupun intelektual yang dapat dijadikan bekal hidup sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa berinteraksidengan lingkungan belajar yang telah dibimbing oleh guru melalui suatu proses yaitu kegiatan belajar mengajar. Usaha meningkatkan mutu pendidikan di tanah air sebenarnya sudah cukup banyak diupayakan, antara lain dengan melakukan perubahan kurikulum, penataan guru, dan sebagainya. Namun demikian, sekalipun berbagai upaya tersebut dilakukan secara intensif, tetapi pengemasan pendidikan sering tidak sejalan dengan hakikat belajar, hakikat mengajar, hakikat orang belajar, dan hakikat orang mengajar. Selama ini proses pembelajaran PPKn di sekolah masih banyak menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH) sehingga kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran PPKn Namun Kenyataan yang terjadi di kelas, pembelajaran PPKn masih menyulitkan siswa dalam menguasai konsep yang diajarkan guru karena pembelajaran disajikan tidak menggabungkan metode pembelajaran yang menarik. Pembelajaran seperti ini menjadikan siswa pasif dalam proses pembelajaran, akhirnya siswa jenuh, mengantuk, kurang bersemangat, ribut, dan tidak tertarik untuk mempelajari materi yang diajarkan. Dalam hal ini Depdiknas (2005) mengajarkan sebagai berikut: Sebagai seorang guru sangat perlu memahami perkembangan siswa. Perkembangan siswa tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosio emosional dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik sosio emosional mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual, mental dan perkembangan kognitif siswa. Perkembangan tersebut sangat diperlukan untuk merancang 904 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 pembelajaran yang kondusif dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil belajar yang diinginkan Diharapkan melalui pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PPKn, Serta semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi PPKn, Sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman yang Optimal terhadap mata pelajaran PPKn. Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif teknik STAD adalah adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif teknik STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah Bagaimana peningkatan motivasi dan prestasi belajar Siswa pada pembelajaran PPKn dengan menggunakan model pembelajaran STAD? Untuk lebih terarah, maka rumusan masalah akan dijabarkan kedalam pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) bagaimana upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning teknik STAD?, dan (2) bagaimana upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Cooperative learning teknik STAD? METODE Penelitian ini menggunakan rancangan PTK yang bertujuan untuk memperbaiki proses dan prestasi belajar siswa tentang ―Sistem Hukum dan Peradilan Nasional‖. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing mengandung empat kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Tahap perencanaan meliputi pembuatan RPP, tahap pelaksanaan tindakan meliputi pelaksanaan tindakan pembelajaran di kelas X MM-B, tindakan pengamatan meliputi pencatatan hasil pelaksanaan selama pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi, refleksi meliputi tindakan diskusi antara peneliti dengan teman sejawat/pengamat selama proses pembelajaran. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X MM-B, sebanyak 30 siswa,yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Mayoritas siswa orang tuanya adalah seorang petani. Dalam penelitian ini menggunakan dua instrument penilaian, yakni lembar observasi dan tes. Lembar observasi dan tes digunakan untuk menjaring pelaksanaan proses pembalajaran. Instrument digunakan untuk menjaring kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran mengenai sistem hukum dan peradilan nasional. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif (menghitung persentase jawaban yang betul). HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Pada tanggal 23September 2016 peneliti melakukan koordinasi dengan guru PPKn dan Kepala Sekolah, dan diperoleh kesepakatan pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai tanggal 18 Oktober 2016. Perencanaan Perencanaan alokasi waktu untuk materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional adalah 4 kali pertemuan. Standar ketuntasan belajar minimal siswa pada kelas X MM-B SMK Negeri 3 Batu sudah ditentukan oleh pihak sekolah, yaitu sebesar 80. Pembelajaran klasikal dikatakan tuntas jika minimal 75% siswa dalam kelas mengalami ketuntasan belajar, jadi 75% siswa harus mendapat skor nilai 905 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 minimal 80. Selain itu peneliti juga berkolaborasi dengan guru kelas untuk membantu melaksanakan penelitian dan dua teman sejawat sebagai observer, yaitu Enggar Pristianora dan Mimin Yuliati. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengambil contoh dari hasil tes ulangan harian sebelumnya. Berdasarkan hasil tes ulangan harian tanggal 5 Oktober 2016, dari 30 siswa yang mendapatkan nilai rata-rata di atas 80, yaitu hanya 43, 30% atau 13 siswa saja, sedangkan 17 siswa atau 64% siswa yang lain mendapat nilai di bawah KKM. Sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran, peneliti mempersiapkan Lembar Kerja Siswa sebagai bahan diskusi siswa. Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, instrumen motivasi serta lembar catatan lapangan untuk mengetahui aktifitas siswa dan aktifitas guru dalam proses pembelajaran. Terdapat lima kegitan dilaksanakan dalam tahap perencanaan: (1) menyusun rencana perbaikan pembelajarn (RPP), (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) mengembangkan lembar kerja siswa (LKS), (4) mengembangkan pedoman observasi, dan (5) mengembangkan alat evaluasi. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Di dalam melaksanakan tindakan kelas, guru melaksanakan dalam 2 tahapan pelaksanaan atau dalam 2 siklus, yaitu dengan tahapan siklus 1 dan siklus 2. Model pembelajaran yang digunakan dalam tindakan kelas ini adalah Cooperatif Learning model STAD. Materi yang dipelajari pada siklus I adalah materi tentang ―sistem hukum dan lembaga peradilan‖ yang dilaksanakan mengikuti tahaptahap sebagai berikut. Dalam pertemuan pertama Siklus I, kegiatan Pembelajaran dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Oktoberi 2016. Pembelajaran direncanakan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit (2 jam pelajaran).Alokasi waktu ini disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran yang berlaku di SMK Negeri 3 Batu. Dalam kegiatan pembelajaran ini, peneliti bertindak sebagai Perancang dan berkolaborasi dengan guru kelas sebagai pengajar, beberapa teman sejawat bertindak sebagai observer. Untuk melaksanakan pembelajaran, peneliti berpedoman pada RPP dan Lembar observasi pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan diawali dengan tahap pendahuluan, guru mengucapkan salam, menanyakan kabar siswa, mengecek kehadiran siswa menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran yang tentunya sesuai dengan model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti Cooperatif Learning denga model STAD. Adapun tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan 1 siklus I adalah sebagai berikut: Pada tahap pendahuluan ini, guru melakukan kegiatan pendahuluan. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan siswa menjawab serentak, kemudian melakukan presensi siswa dengan memanggil satu persatu nama siswa dan diketahui 30 siswa hadir. Sebelum guru membagikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, guru melakukan test Awal.Tes ini bertujuan hasilnya untuk mengelompokkan siswa agar menjadi kelompok yang heterogen. Hasil dari tes awal, dapat dibentuk 5 kelompok dengan 6 siswa pada masing-masing kelompok. Setelah itu guru membagikan materi pembelajaran kepada siswa dan menyuruh siswa untuk membuka buku pelajaran PPKn pada Bab 5 yaitu: ―sistem hukum dan peradilan Nasional‖. Guru memberikan motivasi dan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan, agar siswa termotivasi dan mudah memahami materi yang akan diajarkan. Kemudian, guru meyampaikan tujuan pembela pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan. Beberapa siswa ada yang bertanya tentang prosedur pembelajaran karena ada siswa yang masih belum memahami. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pemberian pertanyaan oleh guru, yaitu ―masih ingatkah kalian apa itu hukum?‖ Tujuan pertanyaan ini adalah memancing pengetahuan awal. Siswa yang menjawab 5 orang siswa. Jawaban siswa 1 ―hukum itu aturan‖, siswa 2 menjawab ―hukum itu sanksi‖, siswa 3 menjawab ―hukum itu memaksa‖, siswa 4 menjawab ―hukum itu keadilan‖, serta siswa 5 menjawab ―hukum itu penjara‖. Dari jawaban yang diberikan oleh siswa ini peneliti 906 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 menyimpulkan bahwa masih banyak siswa yang sudah tahu tentang hokum tapi kurang memahaminya. Dengan demikian maka perlu di ajarkan materi tentang Hukum dan Peradilan Nasional. Pada kegiatan inti dibagi menjadi 5 tahap sesuai dengan langkah-langkah pembelajarandengan pembelajaran Teknik STAD namun pada pertemuan siklus pertama hanya di lakukan 3 tahap yaitu: Tahap penyajian materi, kerja kelompok, dan Tahap Perhitungan Skor perkembangan Individu. Pada tahap penyajian materi ini guru membagi kelompok dan membimbingnya untuk berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibentuk oleh guru. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa campuran. Setelah siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menjelaskan materi dan disertai dengan memberikan pertanyaan-pertanyan agar siswa lebih paham tentang materi yang disampaikan. Guru : Siswa Guru Siswa : : : Guru Siswa : : Anak- anak apa yang kalian ketahui tentang hukum ? yang bisa menjawab tolong acungkan tangan Saya bu, 5 siswa mengacungkan tangan Iya Ardha. Silahkan dijawab Ardha, baik Bu. Hukum adalah suatu peraturan yang bersifat mengikat dan memiliki sanksi yang tegas Bagus sekali Ardha, kasih aplaus untuk Ardha. Semua memberi aplaus, Gambar 1. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menjelaskan materi dan disertai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan tanya jawab dan antusias siwa dalam menjawab, menunjukan bahwa sebagaian besar siswa sudah memahami materi Hukum dan Peradilan Nasional. Pada tahap kerja kelompok ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yag akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, diharapkan siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Dari 5 kelompok, 4 kelompok dapat bekerja denganbaik,sedangkan satu tidak terjadi kerja sama. Hal inidisebabkan karena salah satu kelompok kurang bekerja sama dan bersenda gurau di dalam mengerjakan tugasnya. 907 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Gambar 2. Siswa dalam kelompok saling membantu menyelesaikan tugasnya agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas. Perkembangan skor individu dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan perkembanagan skor dimaksud agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Skor yang diperoleh siswa, digunakan untuk perhitungan skor kelompok. Pada kegian penutup, guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi dan mengulangi pelajarannya di rumah. Kemudian guru memberitahu kepada siswa bahwa untuk pertemuan selanjutnya akan membahas tentang ―Lembaga peradilan dan peranan lembaga peradilan‖ dan menyarankan kepada siswa untuk belajar terlebih dahulu dirumah. Siswa pun menyimak apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru menutup pelajaran dengan ucapan salam dan siswa pun menjawab salam. Pembelajaran untuk pengulangan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Oktober 2016 dan berlangsung pukul 07.00-08.30 WIB. Pelaksanaan tindakan diawali dengan tahap pendahuluan,kegiatan inti kemudian kegiatan penutup. Guru juga menjelaskan tahap-tahap proses yang tentunya sesuai dengan pembelajaran kooperatif Teknik STAD yang akan diterapkan oleh peneliti. Adapun tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan 2 siklus I sebagai berikut. Pada tahap pendahuluan ini, guru melakukan kegiatan pendahuluan. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan siswa menjawab serentak, kemudian melakukan presensi siswa dengan memanggil satu per satu nama siswa dan diketahui 30 siswa yang hadir, Guru menyuruh siswa untuk membuka buku pelajaran yaitu pada halaman 165 tentang Lembaga peradilan dan peranan Lembaga Peradilan. Guru memberikan motivasi dan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan, agar siswa termotivasi dan mudah memahami materi yang akan diajarkan. Dilanjutkan dengan kegiatan inti dengan 5 tahapan pembelajaran. Pada tahap penyajian materi ini guru membagi dengan menyuruh siswa langsung duduk dalam bentuk kelompok kooperatif sesuai dengan pembagian kelompok. Setelah siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menjelaskan materi dan disertai dengan menunjukkan gambar-gambar agar siswa lebih paham tentang materi yang disampaikan. Berikut dikemukakan dialog guru-siswa tentang hukum dan peradilan Guru : Coba kalian perhatikan, buka buku paket kalian halaman 148 dan perhatikan Gambar 5.4. kemudian berikan pendapat kalian tentang gambar tersebut. Apa yang dilakukan oleh para hakim pada gambar tersebut.? Siswa : Baik, Bu. Pada tahap kerja kelompok ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yag akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok, kemudian dipresentasikan Dari kerja kelompok akan 908 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 menemukan hasil, yang selanjutnya dari masing-masing kelompok yang diwakili salah satu anggota kelompoknya maju kedepan untuk mempresentasikannya. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Skor dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan perkembanagan skor dimaksud agar siswa terpacu untuk memeperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Pada kegian penutup, guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi dan mengulangi pelajarannya di rumah dan guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.Kemudian guru memberitahu kepada siswa bahwa untuk pertemuan selanjutnya akan diadakan tes harian I dan menyarankan kepada siswa untuk belajar terlebih dahulu dirumah. Siswa pun menyimak apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru menutup pelajaran dengan ucapan salam dan siswa pun menjawab salam. Dalam kegiatan pengamatan, peneliti melibatkan teman sejawat sebagai pengamat, pengamat bertugas mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung, aktivitas peneliti selama proses pembelajaran (lembar keterlaksanaan pembelajaran) dalam pengamatan ini, peneliti juga menyertakan catatan lapangan pada siklus I. Dari observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari kegiatan observasi dengan menggunakan pedoman penilaian, bahwa kualitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I rata-ratanya 70, 39% berarti pelaksanaan pembelajarannya memenuhi kriteria baik. Adapun kualitas aktivitas keterlaksanaan siswa pada siklus I rata ratanya 76, 84% berarti keterlaksanaan pembelajaran belum memenuhi criteria penilaian. Motivasi belajar siswa pada siklus I diperoleh dari observasi dengan menggunakan instrumen motivasi belajar siswa yang terdapat dalam lampiran. Adapun secara garis besar motivasi belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I rataratanya 73, 49% ini berarti bahwa motivasi belajar siswa pada Siklus I belum memenuhi kriteria penilaian. Refleksi Dari hasil observasi ditemukan beberapa masalah yang menunjukknan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif teknik STAD masih belum memenuhi harapann peneliti sehingga diperlukan perbaikan silkus II dengan materi pemberantasan korupsi dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Menampilkan sikap peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi dalam lingkup NKRI, dan menjelaskan Pancasila dan keadilan yang merata dalam lingkup NKRI. Kekurangan dari siklus I, pada pembagian kelompok awal, siswa relative ramai, dan ketika diskusi berlangsung, masih ada siswa yang tidak mengikuti diskusi dengan baik, pada saat presentasi masihh ada siswa yangtidak memanfaatkan waktu dengan baik sehingga waktu tidak cukup untuk kelompok lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan lembar bservasi yang ada, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus 1 pertemuan pertama dan kedua, berjalan dengan baik, namun ada beberapa kekurangan yang terjadi pembelajaran Pada siklus 1, sehingga untuk perbaikannya diadakan berbagai pemecahan masalah yaitu: pada saat diskusi, guru harus bisa menguasiai kelas sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik, dan pada saat presentasi guru menunjuk salah satu siswa sebagai moderator, sehingga bisa mengatur jalannya presentasi, agar waktu yang ada bisa digunakan secara optimal. Perbaikan ini dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I yang akan diperbaiki pada siklus II, yaitu sebagai berikut: pembagian kelompok dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung agar tidak ramai dan waktunya singkat, pada saat diskusi Guru harus selalu mengontrol siswa sehingga semua siswa terlibat di dalam diskusi tersebut, dan pada saat presentasi, guru Memberikan waktu kepada setiap kelompok sehingga waktu tidak terbunag begitu saja. 909 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Siklus II Materi yang dipelajari pada siklus II adalah pemberantasan korupsi dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Menampilkan sikap peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Menjelaskan pancasila dan keadilan yang merata dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adapuntahaptahap yang dlaksanakan pada siklus II sebagai berikut. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti antara lain:menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan bahan ajar tentang materi yang diajarkan pada siklus II, yaitu pemberantasan korupsi dalam lingkup NKRI, peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi dalam lingkup NKRI, dan pancasila dan keadilan yang merata dalam lingkup NKRI, menyusun lembar pedoman penilaian pelaksanaan pembelajaran, menyusun Lembar instrumen motivasi belajar siswa, menyusun pedoman penilaian keterampilan proses PPKn siswa, dan menyusun tes prestasi belajar. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Nopember 2016. Pembelajaran direncanakan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit (2 jam pelajaran). Alokasi waktu ini disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran yang berlaku di SMK Negeri 3 Batu.Dalam kegiatan pembelajaran ini, peneliti bertindak sebagai Perancang dan berkolaborasi dengan guru kelas sebagai pengajar, beberapa teman sejawat bertindak sebagai observer. Untuk melaksanakan pembelajaran, peneliti berpedoman pada RPP dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap pendahuluan ini, guru melakukan kegiatan pendahuluan. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan siswa menjawab serentak, kemudian melakukan presensi siswa dengan memanggil satu persatu nama siswa dan diketahui 30 siswa hadir. Kemudian guru menyuruh siswa untuk menyiapkan kertas, dan alat tulis karena ada test prestasi belajar siklus I. Setelah selesai tes, guru menyuruh siswa duduk ke dalam kelompok masing-masing sesuai dengan pembagian kelompok kooperatif. 1 kelompok terdiri dari 6 siswa yang di ambil secara heterogen berdasarkan jenis kelamin, suku, maupun kemampuan akademik. kemudan guru membagikan materi pembelajaran kepada siswa dan menyuruh siswa untuk membuka buku pelajaran yaitu pada Bab 5 yaitu: sistem hukum dan peradilan nasional. Guru memberikan motivasi dan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan, agar siswa termotivasi dan mudah memahami materi yang akan diajarkan. Guru : Anak anak coba acungkan tangan,siapa yang sudah pernah melihat proses persidangan suatu perkara? Siswa : Saya Buuu … siswa Agus mengacungkan tangan dan menjawab. Saya pernah melihat proses persidangan kasus perkara Kopi Mirna buu.. tapi prosesnya ruwet bu Guru : Seruwet apapun suatu kasus perkara, pada akhirnya nanti pasti akan ditemukan solusinya anak-anakku Pada kegiatan inti dibagi menjadi 5 tahap sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran Teknik STAD,Namun pada pertemuan pertama siklus 2 hanya melaksanakan 3 tahap yaitu tahap penyajian materi, tahap kerja kelompok, tahap perhitungan skor yaitu sebagai berikut. Pada tahap penyajian materi ini guru membagi kelompok dan membimbingnya untuk berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibentuk oleh guru. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa campuran. Setelah siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menjelaskan materi dan di sertai dengan demonstrasi agar siswa lebih paham tentang materi yang disampaikan. 910 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pemberantasan korupsi di Indonesia Guru : coba kalian perhatikan, buka Halaman 165 pada Buku paket yang sudah ibu bagikan pada setiap kelompok. perhatikan gambar 5.6. sekarang coba kalian berikan pendapat dan tanggapan kalian tentang gambar tersebut siswa : Baik Buuu Pada tahap kerja kelompok ini, setelah selesai mengamati materi yang dijelaskan oleh guru, dilanjutkan dengan tahap pengisian dan penyelesaian soal-soal pada LKS diharapkan siswa dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan kelompok masing-masing, kemudian guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi setiap kelompok. Skor dihitung berdasarkan skor awal.Perhitungan perkembanagan skor dimaksud agar siswa terpacu untuk memeperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Pada kegian penutup, Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi dan mengulangi pelajarannya dirumah. Kemudian guru memberitahu kepada siswa bahwa untuk pertemuan selanjutnya akan membahas tentang ―peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia dan Pancasila dan keadilan merata‖ dan menyarankan kepada siswa untuk belajar terlebih dahulu dirumah karena setelah penyampaian materi dan presentasi dilanjutkan dengan test siklus II. Siswa pun menyimak apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru menutup pelajaran dengan ucapan salam dan siswapun menjawab salam. Pembelajaran untuk pengulangan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 9 November 2016 dan berlangsung pukul 07.00-08.30 WIB. Pelaksanaan tindakan diawali dengan tahap pendahuluan,kegiatan inti kemudian kegiatan penutup. Guru juga menjelaskan tahap-tahap proses yang tentunya sesuai dengan pembelajaran kooperatif Teknik STAD yang akan diterapkan oleh peneliti. Adapun tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan 2 siklus II sebagai berikut. Pada tahap pendahuluan ini, guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan siswa menjawab serentak, kemudian melakukan presensi siswa dengan memanggil satu persatu nama siswa dan diketahui 29 siswa yang hadir,. Guru menyuruh siswa untuk membuka buku pelajaran yaitu pada halaman 172 tentang pemberantasan korupsi. Guru memberikan motivasi dan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan, agar siswa termotivasi dan mudah memahami materi yang akan diajarkan. Kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran STAD, yaitu sebagai berikut. Pada tahap penyajian data ini guru membagi menyuruh siswa langsung duduk dalam bentuk kelompok kooperatif yang sudah dibentuk sebelumnya. Setelah siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menjelaskan materi dan di sertai dengan menunjukan gmbar-gambar agar siswa lebih paham tentang materi yang disampaikan. Guru : coba kalian perhatikan, buka buku paket kalian halaman 172 dan perhatikan Gambar 5.7. kemudian berikan pendapat kalian tentang gambar tersebut. Apa yang dilakukan oleh para hakim pada gambar tersebut.? Siswa : Baik buk.... Pada tahap kerja kelompok ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yag akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok kemudian dipresentasikan. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Skor dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan 911 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 perkembanagan skor dimaksud agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/ peghargaan kepada masing-masing kelompk sesuai dengan predikatnya. Pada kegian penutup, guru memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi dan mengulangi pelajaran-pelajaran yang sudah diajarkan oleh guru di sekolah, dan mengucapkan terimakasih atas kerja sama siswa selama 4 kali pertemuan dalam kegiatan pengamatan, peneliti melibatkan teman sejawat sebagai pengamat, pengamat bertugas mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung, aktivitas peneliti selama proses pembelajaran (lembar keterlaksanaan pembelajaran) dalam pengamatan ini, peneliti juga menyertakan catatan lapangan pada siklus II. Data observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari kegiatan observasi dengan menggunakan pedoman penilaian kegiatan pembelajaran pada siklus II rata-ratanya 90, 67% berarti pelaksanaan pembelajarannya memenuhi kriteria baik dan mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa pada siklus II diperoleh dari observasi dengan menggunakan instrumen motivasi belajar siswa yang terdapat dalam lampiran. Adapun secara garis besar motivasi belajar siswa pada siklus II rataratanya 89, 67%, ini berarti bahwa motivasi belajar siswa pada Siklus II memenuhi kriteria baikdan mengalami peningkatan. Dari hasil tes prestasi belajar pada siklus II sebagaimana terlampir, diperoleh bahwa nilai ratarata prestasi belajar siswa sebesar 86, 70%. Dilihat dari segi ketuntasan belajar siswa yang memenuhi (KKM ≥ 80) pada siklus II sebanyak 26 siswa atau 86, 66% dari 30 siswa yang mengikuti ulangan. Refleksi Berdasarkan data pengamatan dari observasi yang sudah disediakan menunjukkan keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran berlangsung baik. Hal ini dilihat dari kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran. Begitu pula berdasarkan catatan lapangan yang ada aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berjalan baik, siswa tidak ramai saat pembagian kelompok, serta waktu yang digunakan untuk berlangsungnya diskusi dan presentasi tidak terbuang, dikarenakan Siswa dan guru saling bekerja sama dengan baik. PENUTUP Simpulan Berdasarkan uraian temuan penelitian di atas, peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran PPKn diSMK Negeri 3 Batu, pada pokok bahasan Lembaga peradilan dan peranan Lembaga Peradilan, dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Saran-saran Dari hasil penelitian disarankan kepada beberapa pihak sebagai berikut. Kepada guru PPKn disarankan agar dapat memanfaatkan pembelajaran kooperatif model STAD untuk membelajarkan topik-topik yang memerlukan belajar kelompok. Kedua, kepada kepala sekolah agar membuat kebijakan kepada guru agar mereka dapat memanfaatkan pembelajaran kooperatif model STAD ini. DAFTAR RUJUKAN Puskur, 2016 Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/MA/SMK/MAK). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Depdiknas, 2005 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Th 2005, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta Dep Dik Nas, 2005. Slavin, Robert 2008 Cooperative Learning (Teori, Riset, Praktik), Bandung: Nusa Media Suharsimi Arikunto 1990 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT, Rineka Cipta 912 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Sardiman,2011 Interkasi dan Motivasi Belajar, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011 Santoso, D.,Waluyanti, S., Suparna, Sugianto, R., & Setiyowulan, E.2007 Pembelajaran Kooperatif STAD untuk meningkatkan proses dan hasil belajar MPEA siswa SMKN 2 Depok Sleman. Jogjakarta: Universitas Negeri Jogjakarta, www.staff.uny.ac.id, diunduh tanggal 8 Oktober 2016, pukul 16.30 wib Munawwarah, Maryono, Ramdani, 2015 Penerapan Model Pembelajaran Tipe STAD untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas Xis-3 SMAN 3 Lau Maros (Studi pada Materi Pokok Stikiometri). https:/yuriwsa.files:wordpress.com diunduh tanggal 8 Oktober 2016, pukul 16.45 wib. 913 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA AP2K UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI SISWA KELAS XII IPA-2 MAN BATU TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Rini Waraswati MAN Kota Batu [email protected] Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar materi transformasi geometri dengan media AP2K (Alat Peraga Papan Kartesius) melalui model pembelajaranDiscovery Learning (DL).Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas bersiklus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperolehdengan menggunakan (1) tes, (2) observasi, dan (3) wawancara, serta (4) dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan analisis dalam observasi guru, observasi siswa dan hasil belajar kognitif siswa pada siklus II lebih baik dari pada siklus I. Persentase ketuntasan klasikal menunjukan siklus II mengalami peningkatan lebih baik dari pada siklus I. Dari hasil refleksi aktivitas pembelajaran, baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa, beberapa aspek yang termasuk dalam kategori cukup dan kategori kurang yang muncul pada siklus I, sudah tidak ada pada siklus II. Hal-hal yang perlu diperbaiki dapat dilaksanakan dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan, pembelajaran materi transformasi geometri pada siswa XII/IPA-2 di MAN Batu dapat diajarkan dengan menggunakan media AP2K melalui model Discovery Learning (DL). Kata Kunci: transformasi geometri, AP2K, Discovery Learning (DL) Pembelajaran matematika pada penelitian ini memiliki tujuan khusus, yaitu siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar materi transformasi geometri dengan media AP2K melalui model pembelajaran Discovery Learning (DL). Pengajaran matematika pada siswa kelas XII/IPA-2 madrasah aliyah memberikan suatu tantangan yang besar bagi pengajarnya. Hal itu disebabkan oleh sejumlah besar materi matematika terdiri dari konsep-konsep yang abstrak (Kean dan Middlecamp, 1984) yang harus diajarkan dalam waktu yang relatif singkat. Keterbatasan waktu juga menyebabkan pengajaran beberapa konsep matematika mengacu pada transfer pengetahuan untuk mengejar target kurikulum. Bila transfer konsep-konsep matematika berlangsung terus, pemahaman siswa terhadap konsep matematika akan terbatas pada ranah kognitif saja, akibatnya guru tidak dapat mendorong siswa berfikir kritis. Bila pembelajaran matematika didominasi dengan metode ceramah, maka pelajaran ini dapat menjadi mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan bagi siswa karena banyak rumus matematika dan konsep-konsep abstrak yang harus dihafalkan. Berbagai usaha untuk mengadakan perbaikan pengajaran matematika telah banyakdilakukan namun hasil belajar matematika yang dicapai siswa masih kurang maksimal.Realita dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa setiap evaluasi belajar pada materi transformasi geometri selalu saja ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah 50 sekitar 30% dari keseluruhan siswa.Demikian juga dari hasil pretest siswa kelas XII/IPA-2, hasil yang dicapai juga kurang maksimal.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya situasi belajar di kelas yang tidak kondusif sehingga banyak yang kurang memperhatikan, karena siswa masih menganggap matematika itu sulit. Dari faktor guru, cara mengajar guru yang kurang sesuai pendekatan pembelajarannya membuat siswa merasa jenuh. Selain itu media pembelajaran yang digunakan guru kurang bisa memberikan pengaruh positif terhadap aktifitas siswa. Di samping ketiga faktor di atas, berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa 914 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 diperoleh info bahwa materi transformasi geometri adalah materi abstrak yang sulit dipahami oleh siswa.Mereka berharap agar guru menyajikan materi menggunakan media pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran Discovery Learning (disingkat DL) ini dipandang tepat untuk memecahkan permasalahan di atas karena dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan dan proses kognitif serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif menemukan, menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan , mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. (Trianto, 2007) Upaya guru memperbaiki system pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dibantu dengan menggunakan Alat Peraga Papan Kartesius (AP2K). Penggunaan AP2K tersebut dimaksudkan agar siswa terdorong untuk memecahkan masalah dan berfikir kritis menemukan ide-ide baru yang pada akhirnya dapat merumuskan dan menjelaskan suatu konsep yang abstrak, dan untuk mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa yang berbeda-beda. Harapannya, AP2K tersebut dapat menghasilkan keseragaman pengamatan, yang pada akhirnya dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa belajar. Oleh sebab itu, penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Media AP2K untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Transformasi Geometri Siswa Kelas XII/IPA-2 di MAN Batu Tahun Pelajaran 2016/2017”. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan secara berulang-ulang kepada siswa untuk belajar aktif meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Kondisi ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang “teacher oriented menuju ke student oriented”. Pembelajaran Discovery Learning menuntut siswa untuk menemukan hal baru, proses untuk menemukan hal baru diperlukan kreatifitas, sehingga dengan model pembelajaran ini dan sintaks yang ada di dalamnya dapat meningkatkan berfikir kreatif siswa.Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Schlenker (dalam Irianto, 2007) yang menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Keuntungan menggunakan model pembelajaran Discovery Learningadalah: a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan dan proses kognitif b. Pengetahuan yang diperoleh menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan. c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil serta membantu siswa memperkuat konsep. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning menurut Syah (2004) sebagai berikut: a. Stimulation(stimulasi/ pemberian rangrangan) Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberikan generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.Stimulasi berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. b. Problem Statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah-masalah yang relevan dengan bahan ajar, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) 915 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur c. Data Collection (pengumpulan data) Pada tahap ini guru juga memberi kesempatan pada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). d. Data Processing (pengolahan data) Menurut Syah (2004:244), pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. e. Verification (pembuktian) Tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. f. Generalization (menarik kesimpulan) Tahap generalisasi adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Dalam model pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan. Media Pembelajaran adalah segala sesuatu/ alat bantu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali (Nursyamsi, 2012).Penulis menggunakan media alat peraga AP2K (Alat Peraga Papan Kartesius). Menurut (Supriyanto, 2014), dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan model Discovery Learning pembelajaran berjalan dengan baik, siswa terlihat lebih antusias dan tertarik dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, dari data hasil analisanya dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember yang diperoleh dari prosentase ketuntasan pada siklus I sebesar 60,60% (tuntas) dan pada siklus II sebesar 90,90% (tuntas). (Rudyanto, 2014) menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model Discovery Learning dinyatakan efektif, dengan indikator:1) kemampuan berfikir kreatif mencapai ketuntasan dengan nilai rataan 71,55 dan mencapai ketuntasan klasikal mencapai 90%, (2) rata-rata kemampuan berfikir kreatif kelas model Discovery Learning dengan pendekatan saintifik lebih baik dari pada kel;as ekspositori, (3) karakteristik rasa ingin tahu dan keterampilan mengkomunikasikan berpengaruh positif terhadap kemampuan berfikir kreatif. Dari hasil kajian teori dan hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa model pembelajaran Discovery learning adalah cara yang terbaik bagi siswa untuk mempelajari konsepkonsep matematika dengan cara mengkonstruksi/ membangun ide-ide secara mandiri, sehingga siswa termotivasi untuk mengembangkan rasa ingin tahu dalam memecahkan masalah sampai menemukan jawabannya. Yang pada akhirnya membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran sehingga dalam jangka waktu tertentu siswa mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan identifikasi masalah dan kajian teori di atas, diperoleh kerangka berfikir bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika khususnya materi 916 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 transformasi geometri, diperlukan model pembelajaran Discovery Learning. Melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learningdengan media AP2K siswa didorong untuk aktif bekerja dan belajar dengan cara mengkonstruksi/ membangun sendiri konsep-konsep matematika. Hasil observasi tanggal2 September 2016terhadap pelaksanaan pembelajaran transformasi menunjukkan bahwa kompetensi siswa masih rendah.Nilai pretest siswa masih di bawah rata-rata ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75.Ada 3 catatan yang dapat dikemukakan, yakni (1) siswa kurang berminat dalam menyelesaikan latihan soal karena banyaknya rumus yang harus dihafal,(2) siswa merasa kesulitan mengkongkretkan maksud soal, (3) siswa cenderung menghafalkan rumus, sehingga kurang membantu dalam pemahaman konsep. Saat pembelajaran guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan cara penyelesaian transformasi operasi translasi dan refleksi dan hanya memberikan contoh soal sekaligus pembahasan dipapan tulis.Sementara siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan penyelesaian soal.Selain itu tidak adanya alat peraga yang dibutuhkan siswa dalam mengkongkretkan masalah semakin mempersulitkan siswa dalam memahami konsep transformasi operasi translasi dan refleksi.Hal-hal di atas merupakan sebab-sebab ketidakberhasilan pembelajaran. Supaya siswa mampu menyelesaikan masalah transformasi geometri translasi dan refleksi dengan baik, maka diperlukan pembelajaran yang mampu membuat siswa mengkonstruksi/ membangun ide-ide secara mandiri, termotivasi untuk kritis dalam memecahkan masalah sampai menemukan jawabannya. Untuk mengatasi hal tersebut penulis menggunakan media AP2K (Alat Peraga Papan Kartesius) dengan model pembelajaran Discovery Learning. Penggunaan AP2K diharapkan memberi kemudahan bagi siswa untuk mendorong bekerja aktif dengan cara membangun sendiri konsep-konsep matematika.Media AP2K singkatan dari Alat Peraga Papan Kartesius adalah sejenis alat peraga yang dibuat oleh penulis dalam membantu pemahaman siswa pada materi transformasi geometri. AP2K merupakan alat peraga yang berupa papan banner bergambar yang terdiri dari gambar koordinat kartesius, sumbu x dan sumbu y, dan dilengkapi dengan magnit-magnit untuk meletakkan titik-titik atau gambar bangun pada papan kartesius, serta gambar bangun yang bisa digunakan berulang-ulang oleh siswa untuk uji kemampuan. Alat peraga tersebut bertujuan untuk memudahkan guru dalam mengontrol pemahaman konsep transformasi, sehingga siswa tidak harus menghafal rumus. Dalam pelaksanaannya siswa diminta mengikuti langkah-langkah yang ada dalam LKS yang sudah disiapkan oleh penulis. Tahap pertama guru akan memberikan permasalahan pada siswa. Selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok mengidentifikasi masalah dengan memanipulasi AP2K, mengumpulkan data, mengolah data, membuktikan hasil, dan menarik kesimpulan. Dari hasil LKS yangtelah dikerjakan secara kelompok, akan didiskusikan dengan kelompok lain melalui presentasi didepan kelas. Kelebihan penggunaan media AP2K dalam pembelajaran transformasi khususnya translasi dan refleksi adalah siswa dapat menguji kemampuan pemahaman konsep matematika tanpa menghafalkan rumus, tapi langsung praktek pada AP2K. Alat peraga ini bisa dimanipulasi oleh siswa berulang-ulang. Media dalam pembelajaran ini tidak akan berhasil dengan baik bila dalam kelas tersebut tidak ada diskusi kelompok. Dengan kegiatan diskusi kelompok tersebut, diharapkan siswa dapat mengeksplorasi media AP2K sehingga meningkatkan keterampilan aktif menemukan dan menganalisis sebelum menyimpulkan jawaban setiap masalah. Berdasarkan kegiatan tersebut, maka model pembelajaran discovery learning merupakan alternatif yang tepat untuk digunakan. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif, jenis penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian ini melibatkan guru mata pelajaran matematika yang bertindak sebagai peneliti sekaligus pelaksana. Teman sejawat membantu sebagai pengamat dalam proses pembelajaran. Penelitian dilakukan di MAN Kota Batu, Jalan Patimura 25, Kelurahan Temas, Kota Batu. Subjek 917 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur penelitian adalah siswa kelas XII IPA-2.Jumlah siswa sebanyak 31, terdiri atas 6 laki-laki dan 25 perempuan.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Akbar (2010: 28) PTK adalah “proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas, proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu”. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Model pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan model guru sebagai peneliti dengan acuan model bersiklus penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart (1990). Siklus model Kurt Lewin ini menjadi acuan pokok ahli sebagai berikut: Pelaksanaan Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Refleksi Siklus berikutnya Pelaksanaan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Refleksi Gambar 1. Bagan Alur Siklus Model Kurt Lewin Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi, dan selanjutnya diulang kembali dengan perencanaan tindakan berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dibedakan atas 3proses pembelajaran, dari hasil observasi guru, dari hasil observasi siswa, dan dari hasil belajar kognitif translasi dan refleksi pada materi transformasi geometri siswa kelas XII IPA-2 MAN Kota Batu. Paparan Data Siklus I Hasil Observasi Guru Dari analisis hasil observasi guru selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran discovery learning yang terdiri dari 15 aspek pengamatan yang dilakukan seorang observer, dapat dikemukakan bahwa kategori baik 2 aspek, kategori cukup 10 aspek, dan kategori kurang 3 aspek. 918 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Adapun aspek-aspek yang sudah berjalan baik adalah (1) guru memberikan evaluasi sesuai dengan pembelajaran yang sedang diajarkan, (2) guru memberikan tindak lanjut sesuai dengan materi dan memotivasi siswa. Ada 10 aspek yang perlu diperbaiki dan masih dalam kategori cukup, antara lain (1) guru menggali pengetahuan awal siswa dan menyampaikan apersepsi sesuai dengan materi tetapi tidak memotivasi siswa, (2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara komutatif, jelas tetapi tidak rinci, (3) guru memberikan permasalahan dengan jelas tetapi kurang sesuai dengan pembelajaran, (4) guru membimbing sebagian siswa dalam membentuk kelompok, (5) guru memberikan waktu kepada siswa 1-3 menit untuk memahami permasalahan dan memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, (6) guru membimbing sebagian siswa dalam mengidentifikasi masalah, (7) guru membimbing sebagian siswa dalam mengumpulkan semua data yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, (8) guru membimbing dua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas, (9) guru memberikan pemantapan materi dengan media dan alat peraga tetapi jumlah alat peraga terbatas, (10) guru membimbing siswa menyimpulkan materi hanya disebutkan dan kurang dapat menjawab pertanyaan siswa. Sedangkan 3 aspek yang termasuk dalam kategori kurang, diantaranya adalah (1) guru tidak membimbing siswa dalam pengolahan data untuk membuat hiposesis, (2) guru membimbing kurang dari separuh kelompok untuk pembuktian dan pengecekan terhadap jawaban, (3) guru tidak membimbing siswa dalam menarik kesimpulan. Hasil Observasi Siswa Berdasarkan hasil analisis observasi siswa selama proses pembelajaran model discovery laearning” yang terdiri dari 15 aspek pengamatan yang dilakukan oleh seorang observer. Hasil observasi siswa menunjukkan 4 aspek kategori baik, 11 aspek kategori cukup, dan 0 aspek kategori kurang. Adapun 4 aspek yang sudah berjalan baik diantaranya, (1) seluruh siswa serius mendengarkan petunjuk guru dan serius membentuk kelompok, (2) seluruh kelompok antusias mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas, (3) seluruh siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru denngan serius, (4) seluruh siswa menanggapi tindak lanjut yang diberikan guru Ada 11 aspek yang masih menunjukka kategori cukup, yakni (1) jika sebagian siswa antusias menganggapi apersepsi yang disampaikan guru, (2) jika sebagian siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) jika sebagian siswa yang serius mengidentifikasi masalah yang diberikan guru, (4) jika sebagian siswa yang serius menyelesaikan masalah, (5) jika sebagian siswa yang serius dalam membuat hipotesis pada LKS, (6) jika hanya sebagian siswa mengumpulkan informasi jawaban yang sesuai dengan masalah, (7) jika sebagian siswa yang mau mengecek kembali jawaban LKS, (8) jika sebagian siswa yang berdiskusi untuk merevisi hipotesis dalam mencari jawaban yang benar, (9) jika sebagian kelompok siswa menyimpulkan jawaban, (10) jika hanya sebagian siswa yang menyimak pemantapan materi dari guru, (11) jika sebagian siswa yang berantusias menyuimpulkan materi. Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan hasil belajar kognitif , dari jumlah kelompok pada siklus I sebanyak 5 kelompok, hanya 2 kelompok yang dikatakan tuntas. Pengamatan keaktifan siswa dilakukan sejak prasiklus, dilanjutkan dengan pengamatan dalam siklus-siklus yang ditujukan untuk mencapai peningkatan hasil belajar materi transformasi geometri dengan mediaAP2K melalui model pembelajaran discovery learning. Siklus I Pada kegiatan tahap perencanaan ini peneliti mengawali menyusun dan menyiapkan beberapa kegiatan di antaranya: (1) Merancang strategi pembelajaran, yakni strategi pembelajaran dengan 919 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur menggunakan media AP2K melalui model discoveru learning, (2) Pembuatan desain pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP, (3) Menyusun instrumen lembar observasi guru dan siswa, (4) Menyusun instrumen tes hasil dan lembar penilaian hasil belajar siswa. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 7 September 2016 sampai tanggal 14 September 2016. Pembelajaran diawali dengan salam dan doa. Dilanjutkan dengan penjelasan guru tentang arti transformasi geometri dengan menggunakan model discovery learning melalui media AP2K. Pembelajaran transformasi geometritranslasi dengan menggunakan model discovery learning melalui media AP2K merupakan hal baru bagi siswa kelas XII IPA-2. Hal pertama yang dilakukan guru (peneliti) adalah memberikan penjelasan menyelesaikan masalah transformasi dengan AP2K. Penerapan model discovery learning melalui media AP2Kdalam penelitian ini meliputi langkahlangkah berikut. 1. Guru memberikan sedikit pengantar tentang tahap-tahap bagaimana model discovery learningmenggunakam media AP2K untuk menyelesaikan LKS 2. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen 3. Siswa mencermati pertanyaan yang ada di LKS 4. Bersama kelompoknya, siswa mengidentifikasi pertanyaan pada LKS 5. Bersama kelompoknya, siswa mengumpulkan data dengan memanfaatkan AP2K yang ada di papan tulis 6. Dengan berdiskusi bersama kelompok siswa memperoleh hasil penyelesaian 7. Setiap kelompok mengecek jawaban penyelesaian , kemudian mempresentasikan hasil didepan kelas 8. Guru dan siswa menyimpulkan ciri-ciri transformasi geometri translasi 9. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas 10. Guru menyampaikan tindak lanjut untuk rencana kegiatan pertemuan selanjutnya 11. Penutup Setelah guru menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan masalah, guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok. Siswa mulai menggunakan AP2K yang ada didepan kelas secara bergantian. Awalnya siswa sempat bingung menggunakan media AP2K, karena belum pernah menggunakan media itu. Masing-masing kelompok bergantian menggunakan AP2K yang ada di depan kelas. Mereka saling berdiskusi untuk memberi masukan atas masalah yang ada dalam LKS. Hasil diskusi kelompok dipakai untuk mengecek jawaban, sekaligus menyimpulkan. Mereka aktif dalam diskusi.Dari hasil diskusi kelompok, siswa disiapkan untuk mempresentasikan hasil didepan kelas.Pembelajaran transformasi geometri translasi dengan menggunakan model discovery learning melalui media AP2K berjalan lancar dan menyenangkan. Gambar 2. Guru sedang menjelaskan cara menggunakan AP2K 920 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Gambar 3. Siswa sedang berdiskusi dalam kelompok masing-masing Gambar 4. Salah satu kelompok sedang mempresentasikan hasil di depan kelas Refleksi dilakukan berdasarkan analisis data terhadap observasi guru dan siswa serta hasil kognitif belajar matematika dengan penerapan model discovery learningmelalui media AP2K. Penilaian pada siklus I dapat diketahui aspek-aspek yang sudah termasuk dalam kriteria baik dan aspek-aspek yang masih perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. Sedangkan nilai rata-rata dan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal belum tuntas. Hasil belajar siklus I diperoleh nilai 69,52 dengan ketuntasan belajar klasikal 61,75%. Hasil ini ditunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus I belum bisa dikategorikan tuntas karena berdasarkan keputusan Depdiknas (2006) bahwa proses pembelajaran di kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila 75% siswa dikelas mendapatkan nilai Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, juga dilakukan pengamatan proses pelaksanaan pembelajaran oleh teman sejawatdi sekolah tempat pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi yang dibuat oleh penulis yang meliputi pembuka pembelajaran, inti, dan penutup. Hasil pengamatan ini digunakan sebagai bahan diskusi saat refleksi pada akhir siklus. Dari hasil refleksi siklus I diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran transformasi geometri translasidengan model pembelajaran discovery learning melalui media AP2Kterdapat beberapa kelebihan, antara lain, (1) siswa lebih aktif belajar dengan menggunakan AP2K, (2) siswa lebih cepat menyelesaikan masalah dengan menggunakan media ini, dibandingkan dengan cara menghafalkan rumus ,(3) hasil pekerjaan yang ada di LKS lebih sistematis dan mudah dipahami, karena siswa mendapat masukan dari kelompoknya dan kelompok lain. 921 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Beberapa kelemahan dalam pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut, (1) waktu yang digunakan untuk menyelesaikan LKS hingga presentasi kurang.Hal tersebut mengakibatkan beberapa kelompok terburu dalam mengerjakan latihan, (2) AP2K yang jumlahnya hanya satu memperlambat kerja siswa, karena mereka harus bekerja bergantian. Dari hasil refleksi ini, hal yang harus diperbaiki dalam pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut, (1) perlu menambah waktu dalam mengerjakan LKS hingga presentasi, , dan (2) memberikan AP2K pada masing-masing kelompok, sehingga kerja mereka lebih fokus. Dari hasil refleksi ini nampak bahwa tujuan penelitian belun tercapai sepenuhnya sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus berikutnya. Siklus II Berdasarkan refleksi siklus I ditemukan adanya kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran serta belum tercapainya indikator ketercapaian penelitian. Upaya perbaikan siklus I pada siklus II diperlukan untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, yaitu penambahan waktu dalam mengerjakan LKS hingga presentasi, dan memberikan AP2K pada setiap kelompok, agak siswa lebih cepat dan fokus dalam menyelesaikan masalah. Gambar 5. Penggunaan AP2K pada masing-masing kelompok Siklus II dilaksanakan pada tanggal 23 September 2016 hingga tanggal 30 September 2016.Berdasarkan refleksi analisis data observasi guru Pada siklus I masih terdapat beberapa aspek yang termasuk cukup dan kurang, maka harus melakukan perbaikan-perbaikan pada setiap aspek pengamatan lembar observasi guru sebagai berikut:(1). membentuk kelompok,(2) membuat hipotesis, (3) menyimpulkan materi. Pada siklus II sudah menunjukkan adanya sikap positif dari hasil pemantauan. Demikian juga dengan aktivitas siswa, menunjukkan antusias yang lebih baik dibandingkan pada siklus I. Pada awal pertemuan siklus II, guru dan siswa mencari kendala-kendala yang menghambat kegiatan penelitian. Dengan menambah waktu dalam mengerjakan LKS sekaligus presentasi kelompok, serta memberikan AP2K pada masing-masing kelompok, diharapkan kendala yang ada pada siklus I dapat teratasi. Disini nampak perubahan terhadap aktivitas siswa dalam menyelesaikan LKS. Mereka lebih fokus dan cepat dalam mengerjakan karena pada masing-masing kelompok sudah tersedia AP2K. Keberhasilan aktivitas siswa di setiap tahapan penerapan discovery learning melalui AP2K dikarenakan sudah dirancang sedemikian rupa oleh penulis sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep matematika melalui proses mentalnya sendiri, tanpa harus selalu menghafalkan rumus. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan dalam dua siklus, terjadi peningkatan hasil belajar (kognitif) pada materi transformasi geometri kelas XII/IPA-2 MAN Batu 922 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 dengan penerapan Discovery Learning melalui media AP2K pada siklus I dan siklus II. Peningkatan ini berhubungan dengan kualitas proses pembelajaran yang ditinjau dari penilaian observasi guru dan siswa, serta dari hasil belajar kognitif. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Pada siklus I diperoleh rata-rata post test 69,52 dengan persentase ketuntasan belajar 61,75% belum tuntas dan meningkat pada siklus II sebesar 79 dengan persentase ketuntasan belajar 88% dan sudah dikatakan tuntas. Keberhasilan ketuntasan belajar secara klasikal disetiap siklusnya dikarenakan penulis telah melakukan upaya perbaikan terhadap aspek-aspek yang belum terlaksana dengan baik pada tiap pertemuan per siklusnya sehingga mempengaruhi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa lebih antusias dan fokus saat diberikan media AP2K, karena siswa semakin faham akan keefektifan dari media tersebut. Siswa merasa lebih mudah menyelesaikan masalah dengan AP2K dari pada harus menghafal banyak rumus. Ini artinya penggunaan media belajar dan model pembelajaran yang tepat akan mampu membangkitkan minat dan keaktifan siswa, sehingga dapat merangsang kemampuan menanamkan konsep. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan yang dapat ditarik adalahdalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar materi transformasi geometri dengan penerapan model pembelajaran discovery learning dengan media AP2K siswa kelas XII IPA-2 MAN Batu yang meliputi hasil tes siklus I nilai rata-rata 63,5 dan siklus II nilai rata-rata 84,5 . Hasil yang dicapai tersebut sudah memenuhi target yang telah ditetapkan. Peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar secara klasikal ini membuktikan keberhasilan pembelajaran materi transformasi geometri. Saran Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan simpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran materi transformasi geometri, karena dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan dan proses kognitif serta aktif menemukan dan membangun konsep sendiri. 2. Penulis menyarankan kepada guru agar menggunakan media AP2K (Alat Peraga Papan Kartesius) dalam proses pembelajaran, khususnya materi transformasi untuk menghindari anakanak menghafal rumus yang selama ini menjadi beban bagi siswa DAFTAR RUJUKAN Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Rudyanto, Hendra Erik. 2010. Model Discovery Learning dengan pendekatan Saintifik Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif. Madiun. IKIP PGRI Pardjono,dkk. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga penelitian UNY Supriyanto, Bambang: Jurnal Unej.ac.id @ Pancaran, Vol.3,No.2, hal 165 -174, Mei 2014: Penerapan Discovery Learning UntukMeningkatkan Hasil belajar Siswa Kelas Vib Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kab. Jember 923 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATERI JARINGAN HEWAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA I SMA NEGERI 2 BATU Wartono SMAN 2 Batu Jawa Timur [email protected] Abstraksi: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang jaringan hewan melalui Peta Konsep (Maind Map) . Tahapan pemberian materi melalui peta konsep ini adalah, 1) pemberian contoh peta konsep untuk materi sebelumnya, 2) pemberian materi dengan penugasan pembuatan peta konsep secara mandiri, 3) pemberian materi dengan penugasan pembuatan peta konsep secara berkelompok, 4). melakukan diskusi kelompok dan presentasi, 5) pos test . Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Data diambil dari kegiatan Real teaching di SMAN 2 Batu, dan dari hasil pengamatan beberapa observer yang disampaikan melalui kegiatan lesson study pada tahap refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tentang Jaringan Pada Hewan dengan menggunakan Peta Konsep dapat meningkatkan keaktifan siswa, membentuk suasana belajar yang menyenangkan dan membentuk interaksi yang kondusif antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru serta hasil belajar siswa meningkat sebesar 8,4 % Kata kunci: peta konsep, Jaringan hewan dan hasil belajar Di dalam Pembukaan Undang–Undang Dasar 1945 tercantum jelas tujuan dari negara dalam bidang pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran serta semua pihak dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, sangat diharapkan. karena pendidikan merupakan inpestasi terbaik untuk masa depan bangsa dan merupakan kewajiban semua warga Indonesia Melalui pendidikan diharapkan para peserta didik tidak hanya dituntut untuk memiliki wawasan, pengetahuan, kecakapan hidup dan keterampilan yang memadai tetapi juga diharapkan memiliki nilai nilai sikap yang baik. Dengan kemampuan yang dimiliki para siswa tersebut diyakini masa depan khusunya para siswa dan umumnya tujuan bangsa Indonesia akan tercapai.Guru memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan cita cita tersebut. Oleh karena itu guru pun seharusnya memiliki komitmen yang kuat dan kemampuan yang mumpuni agar di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berjalan dengan baik dan hasilnya dapat segera dirasakan oleh semua pihak.Mengingat kemajuan ilmu dan teknologi makin pesat , maka guru wajib setiap saat meng-Update pengetahuan dan informasi serta teknologi terbarukan yang berkembang agar tidak ketinggalan oleh kemajuan zaman khusunya yang berkaitan dengan tugas dan kewajibannya. Hal yang menggembirakan sekaligus dapat meringankan guru dalam manjalankan tugasnya adalah berkembangnya teori-teori pembelajarn .srategi pembelajaran, model-model pembelajaran, media pembelajaran, metode, pendekatan serta sumber belajar dan lain lain. Para guru bisa dengan mudah mendapatkannya baik melalui media elektronik maupun media cetak dan semua itu dapat meningkatkan profesionalisme guru dan dapat menjadi alternatif dalam mendesain proses pembelajaran di kelas. Di sisi lain dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan, penulis banyak menemukan permasalahan yang mengakibatkan proses belajar mengajar belum mencapai hasil maksimal. Beberapa masalah yang ditemukan antara lain : 1. rendahnya motivasi siswa dalam belajar 2. minat baca siswa masih rendah 3.media belajar belum mampu meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa dalam belajar 3. metode yang digunakan guru belum merangsang siswa untuk aktif 924 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 dalam pembelajaran 4. hasil belajar siswa masih rendah 5. interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru belum maksimal Untuk mengatasi beberapa kekurangan tersebut, penerapan peta konsep diyakini mampu mengatasi masalah yang ditemui guru dalam proses pembelajaran maupun masalah yang ditemui siswa berupa sulitnya memahami konsep yang diberikan guru, mampu meningkatkan nilai-nilai positif siswa serta hasil belajar siswa . Concept mapping adalah istilah yang digunakan oleh Novak dan Gowin (1984) tentang cara yang dapat digunakan dosen untuk membantu mahasiswa mengorganisasikan materi perkuliahan yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antar komponennnya. Rose dan Nicholl (2002: 136) menyatakan: Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Mereka menggunakan format global atau umum, yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita berfungsi-dalam pelbagai arah secara serempak. Teknik penggunaan peta konsep ini di populerkan kembali oleh Tony Buzan dalam bentuk peta pikiran hasil risetnya tentang cara kerja otak yang sebenarnya, hingga pada teori-teori quantum. Peta konsep menurut Buzan Center, Pusat Mind Map yang berada di Kanada menjelaskan bahwa mind map adalah sebuah teknik grafik ampuh yang menyediakan suatu kunci yang universal untuk membuka seluruh potensi otak manusia sehingga dapat menggunakan seluruh kemampuan yang ada di kedua belah otak seperti gambar, kata, angka, logika, ritme dan warna dalam suatu cara yang unik. (Herdian, 2009) Penggunakan peta konsep dalam pembelajaran dapat diaplikasikan salah satunya pada pembelajaran mata pelajaran biologi. Siswa memetakan pengetahuan apa yang mereka peroleh dari guru maupun buku-buku referensi dengan gambar-gambar, kata-kata, maupun panah-panah, sehingga keseluruhan materi dapat termuat dalam peta konsep tersebut. Lebih lanjut Tony Buzan (2005: 42) menjelaskan bahwa fungsi peta konsep antara lain dapat membantu mempermudah dalam mengingatkan informasi; memperoleh ide; efektif dan efisien . menjadikan hidup lebih kreatif; serta dapat mengatur kehidupan sehari – hari. Dilihat dari manfaatnya Herdian (2009) menjelaskan bahawa peta konsep memiliki beberapa manfaat antara lain: a. Merencana b. Berkomunikasi c. Menjadi kreatif d. Menghemat waktu e. Menyelesaikan masalah f. Memusatkan perhatian g. Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran h. Mengingat dengan lebih baik i. Belajar lebih cepat dan efisien j. Melihat gambar keseluruhan. Sementara menurut Hisyam Zaini, dkk. (2002:21) dilihat dari segi content, peta konsep memberikan sejumlah keuntungan antara lain: a. Concept map, sesuai dengan tabiatnya, memberikan visualisasi konsep-konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur di dalam otak dosen ke dalam kertas yang dapat dilihat secara empiris. b. Gambar konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara satu dengan yang lain. c. Concept map memberikan bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan konsep lain, baik utama maupun pendukung. Beberapa keuntungan/keunggulan peenerapan peta konsep yang dapat diperoleh antara lain menangkap seluruh konsep, menyusun bahan dan informasi secara praktis, memperlihatkan hubungan berbagai konsep dan gagasan, mengingat kembali dengan mudah, melakukannya secara menyenangkan, dan merangsang kreativitas. Dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk beberapa tujuan (Dahar, 1988: 156) antara lain: menyelidiki apa yang telah diketahui peserta didik . Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak mahasiswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep releva n yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses ini, baik dosen maupun mahasiswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”. b. Belajar bagaimana belajar. Belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta konsep bukan untuk memenuhi keinginan dosen, melainkan harus timbul dari keinginan mahasiswa untuk memahami isi 925 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur pelajaran bagi diri mahasiswa sendiri. c. Mengungkapkan konsepsi salah. Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada mahasiswa. Konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah. d. Alat evaluasi. Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori Ausubel yaitu : 1) Struktur konitif diatur secara hirarki, dengan konsep dan proposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsep-konsep dan propisisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. 2) Konsep dalam struktur kognitif mengalami differensiasi progresif. 3) Penyesuaian integratif. Dengan diketahuinya beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan mind map tersebut, metode ini menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan dalam mengkaji materi tentang Jaringan pada hewan. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri tiga tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tahapan tindakan dan tahapan refleksi, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Tahap Perencanaan, pada tahap ini peneliti bekerja sama dengan teman sejawat (observer) menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran antara lain: a) rencana pelaksanaan pembelajaran, b) lembar kerja siswa, c) media pembelajaran, d) lembar penilaian keaktifan siswa, e) lembar respon siswa, f) alat efaluasi dan g) lembar pengamatan untuk observer. 2.) Tahap Tindakan, dengan bantuan observer peneliti melaksanakan semua rencana yang telah ditentukan pada tahap perencanaa sekaligus mengambil data hasil pelaksanaan pembelajaran. Peran Peneliti adalah sebagai guru model sementara Observer bertugas mengamati dan mencatat data temuan terkait proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dan masing masing pertemuan berlangsung 2 jam pelajaran (90 menit). Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Senin , tanggal 3 Oktober 2016 dan pertemuan ke-2 pada hari Rabu, tanggal 5 Oktober 2016. Sementara siklus II pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 Oktober 2016 selama 2 jam pelajaran dan pertemuan ke-2 hari Rabu, tanggal 12 Oktober 2016 selama 2 jam pelajaran. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung ,Observer mencatat segala hal penting terkait proses pembelajaran terutama aktifitas siswa sebagai hasil respon terhadap tindakan guru. 3) Tahaf Refleksi, setiap proses pembelajaran berakhir, guru model dan observer berkumpul untuk menyampaikan hasil temuan pada proses pembelajaran yang baru berlangsung. Pada kegiatan ini di tunjuk seorang moderator dan sekertaris yang berasal dari Observer. Kegiatandiawali oleh moderator dilanjutkan dengan penyampain pendapat dari peneliti sebagai guru model selanjutnya secara bergantian observer menyampaikan data temuan. Semua data tersebut dicatat dan diserahkan kepada peneliti untuk dijadikan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran berikutnya. 4) Tahap Analisis Data, data yang diambil meliputi data hasil belajar siswa dari hasil tes untuk aspek Kognitif, karya siswa berupa peta konsep sebagai bahan penilaian Psikomotorik dan respon serta aktivitas siswa yang menunjukkan nilai-nilai positif siswa sebagai sumber penilaian aspek apektif. Pada setiap pertemuan pembelajaran, dilakukan tahapan sebagai berikut : a) Kegiatan Pembukaan Kegiatan pembukaan diawali dengan guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, melihat kesiapan siswa, melakukan presensi, setelah itu guru melakukan apersepsi, menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran, dan terakhir menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan itu. 926 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 b) Kegiatan Inti Guru membagi kelompok, memberikan LKS dan membimbing siswa dalam menggali materi dan mengerjakan Lembar Kerja Siswa serta membuat Peta konsep tentang materi yang dipelajari. c.) Kegiatan Penutup Bersama siswa guuru menarik kesimpulan, memberi kesempatan untuk bertanya dan memberikan penguatan, menjelaskan materi kajian berikutnya dan teralhir mengucap salam. Sesuai dengan tujuan pembelajaran ini maka teknik pengambailan data yang dilakukan adalah dengan cara : (a ) pemberian lembaran kerja siswa (LKS ) , fungsi dari LKS adalah sebagai pengarah bagi siswa agar bisa secara mudah menentukan poin poin penting yang ada dalam materi serta memberi kemudahan kepada siswa untuk memahami konsep. Disamping itu LKS dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur tingkat keaktifan siswa dalam belajar. (b) penugasan pembuatan produk (peta konsep), (c). kuesioner, serangkaian pertanyaan tentang proses pembelajaran untuk memperoleh informasi dari siswa yang berkaitan dengan metode, media dan proses pembelajaran serta (3) observasi, menggunakan lembaran pengamatan tentang kejadian di dalam kelas pada proses pembelajaran yang dilakukan guru sejawat (observer) dan disampaikan pada kegiatan refleksi, dan (d) Post Test (test akhir) diakhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses pembelajaran Terdapat lima kegiatan dilaksana-kan dalam tahap perencanaan: (1) menyusun rencana perbaikan pem-belajaran (RPP), (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) mengem-bangkan lembar kerja siswa (LKS), (4) mengembangkan pedoman obser-vasi, dan (5) mengembangkan alat evaluasi. Lima kegiatan itu menyertakan teman sejawat dari kelompok musyawarah guru mata pelajaran sejenis (MGMPS) SMAN 2 Batu. Fokus utama dari Penelitian Tindakan Kelas yaitu yang pertama adanya perbaikan karakter siswa seperti ; kerja sama, disiplin menghargai orang lain, bekerja keras , kreatif dan memiliki kesasdaran bahwa semua mahluk diciptakan oleh Alloh SWT. Sasaran kedua ialah adanya peningkatan nilai test siswa sebagai bukti adanya peningkatan keberhasilan siswa dalam memahami konsep. Secara rinci hasil dari penelitian Tindakan Kelas dengan Peta Konsep ini adalah sebagai berikut : Siklus I Perencanaan Siklus I Pada tahap perencanaan, peneliti bekerja sama dengan teman sejawat (observer) menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran antara lain: a) rencana pelaksanaan pembelajaran, b) lembar kerja siswa, c) media pembelajaran, d) lembar penilaian keaktifan siswa beserta pedomannya, e) lembar respon siswa, f) alat efaluasi dan g) lembar pengamatan untuk observer. Tahap perencanaan pembelajaran siklus I diawali dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) peneliti mengembangkan kompetensi dasar Jaringan pada hewan menjadi empat indikator yaitu; (1) mendeskripsikan jaringan epitel, (2). mendekripsikan jaringan Ikat, (3). mendeskripsikan jaringan otot dan (4) mendeskripsikan jaringan saraf dengan sasaran utama adalah kegiatan yang berpusat pada siswa dengan bentuk kegiatan adalah pembahasan materi dan pembuatan peta konsepnnya secara mandiri. Disamping itu penulis membuat Lembar Kerja siswa yang sudah didesain sedemikian rupa sesuai indikator dan tujuan pembelajaran sehingga siswa bekerja secara terarah, cepat memahami materi serta mempermudah dalam membuat peta konsepnya. Hasil pekerjaan LKS akan dijadikan bahan penilaian aspek kognitif, dan psikomotorik sementara sikap siswa ketika melakukan proses pembelajaran juga akan di jadikan bahan penilaian untuk aspek apektif. 927 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada hari Senin tanggal 3 Oktober 2016 dan hari Rabu tanggal 5 Oktober 2016 di kela s XI MIA 1 SMAN 2 Batu. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan, dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Kegiatan pembukaan diawali dengan guru mengucapkan salam, menanyakan kabar, melihat kesiapan siswa, melakukan presensi, setelah itu guru melakukan apersepsi, menjelaskan indikator dan tujuan pembelajaran, dan terakhir menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan itu. Kegiatan inti penulis membagi LKS yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Lembar Kerja Siswa pada pertemuan ini berisi materi penting dan singkat tentang jaringan efitel dan jaringan ikat serta tagihan berupa isian singkat, gambar, soal pilihan ganda serta peta konsep. Pada tahap ini guru memberikan bimbingan dan memeriksa hasil pekerjaan siswa. Di akhir pembelajaran/kegiatan penutup, guru bersama siswa dan guru melakukan refleksi dengan cara tanya jawab, dilanjutkan dengan melakukan post test pada siswa. Sebelum dikhiri guru mengingatkan siswa untuk mengerjakan LKS secara individu di rumah masing-masing dan dikumpulkan pertemuan berikutnya, serta memberi tugas siswa untuk mempelajari materi pertemuan selanjutnya. Pengamatan Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan observer, selama kegiatan pembelajaran ada beberapa temuan yang menarik pada aktivitas siswa, antara lain : a) Pada awal sampai akhir permainan semua siswa antusias mengikuti proses pembelajaran, b) Ada beberapa siswa yang kurang memahami materi, sehingga salah memasangkan kartunya, c) Pada saat membacakan kartu pasangan suasana masih ramai karena ada beberapa siswa yang masih bingung, sehingga yang lain juga terpengaruh dan kurang konsentrasi, d) Pada saat refleksi pembelajaran ada beberapa siswa yang masih salah menjawab pertanyaan, e) Ada siswa yang masih main HP dan berjalan ke meja temannya, f) Pada saat post test, masih ada siswa yang bertanya pada temannya. Refleksi Siklus I Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi bersama dengan observer dan beberapa guru yang lain, adapun hasil diskusi tersebut antaraa lain adalah sebagai berikut : a) Pada kegiatan pembukaan belum semua siswa konsentrasi mendengar penjelasan guru, b) Perlu adanya fenomena yang menarik yang ditampilkan agar siswa lebih terkonsentrasi, c) Pada saat kegiatan inti, di permainan awal memang semua siswa antusias, tetapi lama kelamaan mereka bosan, mungkin karena harus berpindah-pindah tempat karena ruangan juga sempit, jadi ada beberapa siswa yang akhirnya pasip dalam mencari pasangan, d) pada saat pembacaan kartu secara berpasangan kondisi kelas yang masih ramai sehingga menyebabkan siswa yang lain tidak mendengar apa yang dibacakan temannya, sehingga saat refleksi dan post test masih kebingungan, e) Saat mendapat kartu pasangan tidak semua siswa mendapat semua kartu sehingga hanya kartu yang mereka pegang yang dipahami, dan kartu yang belum mereka pegang jadi tidak tahu, sehingga siswa belum paham dengan baik, f) Saat post test siswa belum paham dengan baik pada materi yang sudah dipelajari, sehingga masih ada beberapa siswa yang masih bingung dan bertanya pada temannya. Nilai post tes juga belum menunjukkan hasil yang signifikan lebih dari 30 % yang masih dibawah KKM. Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan, penelitian belum berhasil secara maksimal, perlu direvisi sedikit pada RPP yang sudah disusun, khususnya pada kegiatan inti kartu dtidak dibagi secara klasikal, tetapi dibentuk kelompok – kelompok yang lebih kecil lagi sehingga materi bisa dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. 928 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Siklus II Perencanaan Siklus II Siklus II dilakukan untuk memperbaiki kegiatan pada siklus I yang sudah dilakukan dan belum mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Siklus II dilakukan berdasarkan hasil temuan masalah pada siklus I dan kemungkinan pemecahannya. Dengan melakukan perbaikan pada siklus II diharapkan tujuan penelitian bisa dicapai dengan baik. Revisi RPP pada siklus I, dilakukan pada bagian kegiatan pembukaan, inti dan penutup. Pada kegiatan pembukaan setelah menyiapkan siswa untuk belajar selanjutnya ditayangkan sebuah fenomena dari LCD proyektor untuk menarik perhatian siswa dan membantu siswa berkonsentrasi pada materi yang akan dibahas (pada siklus I belum ada), selain itu siswa juga bisa mengeksplore pengetahuan yang sudah didapatkan sebelumnya. Pada kegiatan inti, yang sebelumnya pada siklus I model Make and Match dilakukan secara klasikal, pada siklus II dilakukan secara berkelompok, sehingga penerapan model make and Match dilakukan pada lingkup yang lebih kecil lagi (terdiri dari 5 – 6 orang). Hal ini dilakukan agar siswa lebih memahami materi yang dibahas, sehingga diharapkan saat presentasi siswa benar-benar sudah menguasai materi, demikian juga pada saat post tes siswa akan dengan mudah mengerjakan soal dengan harapan nilai siswa memenuhi KKM yang ditentukan (lebih dari 80% jumlah siswa). Selanjutnya siswa akan diskusi secara berkelompok dan mengerjakan LKS masing-masing. Pada kegiatan penutup, siswa melakukan refleksi pembelajaran bersama dengan guru untuk menyimpulkan apa yang sudah dipelajari pada pertemuan tersebut. Selanjutnya guru melakukan pos tes untuk menguji kemampuan siswa. Dan guru mengakhiri pembelajaran. Untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran, digunakan media pembelajaran berupa banner peta konsep tentang jaringan pada hewan lengkap dengan poin-poin pentingnya. sementara lima banner lainnya berupa aneka skema kosongan yang nanti akan diminta kepada siswa melalui perwakilannya untuk diisi sesuai hasil diskusi kelompoknya. Disamping mengembangkan media pembelajaran, pembuatan dan pengembangan lembar kegiatan siswa (LKS) mutlak dilakukan oleh seorang guru atau peneliti. hal ini ditujukan agar proses pembelajaran siswa efisien dan efektif. Isi dari LKS adalah tagihan berupa soal isian singkat dan uraian yang disusun berurut sesuai alur materi dan dikerjakan oleh siswa secara berkelompok. Berbekal pengetahuan dan pengalaman dalam menjawab soal yang ada pada LKS, setiap kelompok diminta membuat peta konsep berisi poin poin penting yang ada pada materi yang dipelajari. Untuk melihat tindakan guru dalam belajar dan menilai tingkat keaktifan siswa dalam belajar, maka disusun form isian pengamatan bagi observer. tugas obesrver dalam proses pembelajaran ini adalah mengamati tindakan yang dilakukan guru model atau peneliti dan aktifitas siswa yang ditemukan pada saat proses pembelajaran. data hasil pengamatan ini disampaikan observer pada saat refleksi dan hasil dari refleksi inilah yang akan dijadikan bahan kajian dan pengambilan tindakan lanjutan demi perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Terakhir penulis melakukan perbaikan alat evaluasi ; 1). Sebelum evaluasi, siswa diberi soal isian singkat secara berurut sesuai materi dan dikerjakan secara berkelompok. 2). Soal untuk evaluasi berupa soal Pilihan Ganda yang sudah diperbaiki baik struktur seperti gambar yang lebih jelas dan pemberian stimulus, bahasa yang sesuai EYD dan singkat tapi jelas dan terakhir cakupan materinya disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal l November 2016 pada kelas X ATU-1 di SMK Muhammadiyah 1 Batu. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan, dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Pada kegiatan pembukaan, siswa dikondisikan dengan cara guru memberi salam pada siswa dan menyiapkan siswa 929 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur untuk mengikuti pembelajaran dengan memberikan pertanyaan pada siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, menanyakan apakah siswa sudah mempelajari materi hari ini di rumah sebagaimana telah peneliti sampaikan pada pertemuan sebelumnya dan menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran pada hari itu. Peneliti juga menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menjelaskan sintak model Make and Match. Kegiatan inti dilakukan sesuai sintak model Make and Match yaitu : guru membagi kelompok siswa (menjadi 5 kelompok), selanjutnya wakil tiap kelompok maju untuk mengambil nama kelompok dan perangkat permainan yang terdiri dari 1 set kartu, aturan permainan, kata kunci, lembar prestasi. Sebelum permainan dimulai peneliti membacakan dan menjelaskan aturan permainan dan semua siswa mendengarkan. Selanjutnya guru mempersilahkan masing-masing kelompok untuk memulai permainan sesuai sintak dan aturan permainan. Peneliti mengamati jalannya permainan dan memberi bimbingan pada siswa jika ada yang ditanyakan. Setelah semua kelompok melakukan permainan sampai 3 kali putaran, guru membagikan LKS dan siswa mengerjakannya secara individu dengan berdiskusi dalam kelompoknya. Di akhir pembelajaran/kegiatan penutup, siswa dan guru melakukan refleksi dengan cara tanya jawab, selanjutnya dilanjutkan dengan melakukan post test pada siswa. Sebelum dikhiri guru meminta siswa mengumpulkan LKS, dan menjelaskan tugas kelompok yang harus dikerjakan di rumah yaitu membuat poster tentang hewan vertebrata sesuai dengan kelompoknya untuk dikumpulkan minggu depan, dan mengingatkan siswa menyiapkan diri mengikuti uji kompetensi materi pertemuan hari ini. Pengamatan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan observer, selama kegiatan pembelajaran ada beberapa temuan yang menarik pada aktivitas siswa, antara lain : a) Pada awal sampai akhir permainan semua siswa antusias mengikuti proses pembelajaran, b) Ada beberapa siswa yang kurang memahami aturan permainan dan materi, sehingga salah dalam mencari pasangan kartunya, namun setelah diberi pengarahan dan bimbingan permainan menjadi lancar c) Semua siswa konsentrasi pada kartunya masing-masing dan merasa tertantang untuk mencari pasangan, namun siswa yang menang duluan menjadi kurang aktif dan hanya diam saja menonton temannya d) Pada saat mengerjakan LKS ada beberapa siswa yang masih melihat dan mencontoh jawaban temannya tanpa diskusi, namun hanya beberapa saja, d) Pada saat refleksi pembelajaran siswa telah menjawab dengan benar dan tertib e) Pada saat post test dilaksanakan dengan cara tanta jawab dan masing-masing perwakilan kelompok menjawab soal yang diberikan guru dengan benar dan tertib. Refleksi Siklus II Kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi bersama dengan observer, adapun hasil diskusi tersebut antaraa lain adalah sebagai berikut : a) Pada Kegiatan pembukaan semua siswa konsentrasi mendengar penjelasan guru, b) Dengan ditayangannya fenomena siswa lebih berkonsentrasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan peneliti sehubungan dengan tayangan tersebut, c) Pada saat kegiatan inti, di permainan awal masih ada beberapa siswa yang belum memahami dengan baik aturan permainan serta materi sehingga masih ada kesalahan dalam mencari pasangan kartu, namun setelah putaran kedua dan ketiga permainan berjalan dengan lancar, sebaiknya penjelasan aturan permainan lebih diperjelas agar siswa lebih paham dan siswa menyiapkan diri dengan materi yang akan dibahas dengan baik di rumah. Untuk menambah pengetahuan siswa peneliti bisa membuat hand out tentang materi tersebut untuk dipelajari siswa di rumah. d) Pada saat mengerjakan LKS masih ada yang menncontoh temannya dan mencatat penjelasan temannya saat refleksi pembelajaran, sebaiknya LKS dikumpulkan sebelum melakukan refleksi pembelajaran e) Saat 930 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 post test siswa sudah paham dengan baik pada materi yang sudah dipelajari, sehingga beberapa siswa sudah bisa menjawab dengan baik dan benar. Nilai post tes yang dilakukan ada pertemuan berikutnya sudah menunjukkan peningkatan dan semua siswa sudah mendapat nilai diatas KKM (75). Tugas kelompok yang telah diberikan guru juga sudah dikerjakan dengan baik oleh siswa dan sudah dikumpulkan tepat waktu. Adapun hasil analisis data yang telah dilakukan baik data pada siklus I maupun II adalah sebagai berikut : Tabel. 1. Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus Siswa Aktiv Siswa tidak aktiv Siklus I 75 % 25 % Siklus II 95 % 5% Tabel. 2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus Prosentase siswa yang tuntas Prosentase siswa yang tidak tuntas Nilai Rata-rata Siklus I 62 % 38 % 68,5 Siklus II 82 % 18 % 83 Perbandingan aktivitas belajar siswa dideskripsikan sebagai beikut : pada siklus I ada 75 % siswa yang aktiv saat mengikuti proses pembelajaran sedangkan yang 25 % masih kurang aktiv mengikuti pembelajaran, pada siklus II ada 95 % siswa yang aktiv saat mengikuti proses pembelajaran sedangkan yang 5 % masih kurang aktiv mengikuti pembelajaran. Hal ini berarti terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. Sedangkan perbandingan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II dideskripsikan sebagai berikut : pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 68,5 dan pada siklus II adalah 83. Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 14,5. Dengan melihat prosentase hasil belajar, pada siklus I prosentase siswa yang tuntas 62% dan prosentase siswa yang tidak tuntas 38 % sedangkan pada siklus II prosentase siswa yang tuntas 82% dan prosentase siswa yang tidak tuntas 18%. Terjadi peningkatan prosentase siswa yang tuntas sebesar 20 %. Dari hasil analisis data dan refleksi baik pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan, penelitian sudah berhasil dengan baik, walaupun masih ada beberapa kekurangan untuk penyempurnaan Dari karakter siswa ditemukan adanya peningkatan sikap positif siswa dalam belajar yaitu 90 % siswa mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga proses belajar terlihat aktif, tertib dan mengikuti dengan seksama seluruh arahan guru. kekompakan dalam belajar dan rasa bersaing diantara para peserta didik terlihat jelas . ini penting karena dengan itu kita dapat mempersepsikan para peserta didik memiliki minat dan tanggung jawab yang tinggi. Sementara dilihat dari hasil belajar siswa melalui serangkaian proses dan diakhiri dengan test yang dilakukan diakhir proses pembelajaran didapat data Nilai Rata-rata siswa sebelum dilakukan PTK adalah 76.73 dibulatkan 76 , nilai rarat-rata siswa yang diperoleh siswa pada siklus pertama adalah 81.44 dibulatkan 81 sedangkan nilai rata-rata siswa setelah siklus 2 yaitu 85.20 dibulatkan 85. Meski terdapat siswa yang hasil belajarnya masih perlu ditingkatkan, tapi secara keseluruhan hasil belajar siswa menunjukan grafik yang meningkat. Tindakan yang dilakukan penulis terhadap siswa yang memperoleh nilai kognitifnya rendah atau belum menunjukan peningkatan yang 931 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur membahagiakan, maka penulis memberikan tugas tambahan yaitu menyuruh siswa tersebut membuat rangkuman materi dan menjawab soal isian singkat. Dari penjabaran di atas, penulis memiliki keyakinan bahwa penerapan metode maind map untuk materi Jaringan pada Hewan adalah tepat karena dapat meningkatkan nilai-nilai positif siswa baik sikap, keterampilan maupun pengetahuannya. KESIMPULAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode MAIND MAP dapat meningkatkan keterampilan proses siswa pada topik jaringan pada hewan 2. Terjadi peningkatan kemampuan guru model dalam mengajar materi BIOLOGI 3. Guru model lebih percaya diri dalam menerapkan metode maind mapp.. 4. Para Siswa kelas xi mia lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran biologi 5. Terjadinya peningkatan hasil belajar BIOLOGI siswa kelas XI MIPA SMAN 2 BATU. SARAN Dari kesimpulan diatas :(1) Guru sebaiknya menggunakan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran, (2) Untuk meningkatkan kreatifitas siswa, guru hendaknya menggunakan media, (3) Agar pembelajaran menyenangkan dan bermakna, sebaiknya guru menggunakan metode maind map. DAFTAR RUJUKAN Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (ed.), (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahar, R.W., (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Ibrohim, (2015). Panduan Pelaksanaan Lesson Study. Malang: Universitas Negeri Malang Sujana. 2002, Metode Demokrasi Cara Penyajian Materi dengan Penjelasan Lisan dengan Lisan. 932 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DENGAN METODE SILIH TANYA DI KELAS V SD NEGERI 017 GALANG KOTA BATAM Khemer Riau Wati SD Negeri 017 Galang, Kota Batam [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan pada siswa Kelas V SDN 017 Galang Kota Batam dengan metode silih tanya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua Siklus. Masing – masing siklus menggunakan tahapan Perencanaan, Pelaksanaan dan Refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan pembelajaran silih tanya dengan langkah-langkah (1) menyajikan masalah, (2) menyusun masalah dan jawaban, (3) membentuk kelompok, (4) permainan silih tanya, (5) mengoreksi dan menilai, dan (6) mendiskusikan masalah yang rumit, dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar siswa materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan metode silih tanya di kelas V SDN 017 Galang Kota Batam pada siklus I dan II 50% dan peningkatan nilai ratarata dari hasil pembelajaran yaitu 24,3. Kata Kunci: Hasil Belajar Pembelajaran silih tanya, Pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari karena sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan oleh siswa agar mereka memiliki kemampuan untuk meperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah dan kompetetif. Kompetensi dasar mata pelajaran matematika untuk sekolah dasar dimulai dari yang sederhana sampai dengan keseluruhan tetap memperhatikan kemampuan berpikir siswa sekolah dasar. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada permasalahan dalam pembelajaran operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa yang kurang terampil dalam memahami pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan membuat mereka kesulitan dalam menemukan hasil penjumlahan dan pengurangan pecahan. Sarna setiap kali melakukan pembelajaran matematika siswa selalu merasa jenuh dan membosankan, dengan metode yang digunakan guru hanya menjelaskan, memberikan latihan, dan tes. Sehingga berdampak pada kurangnya motivasi yang di dapatkan oleh siswa, pada saat pembelajaran siswa terlihat pasif dan guru yang lebih aktif, pada akhirnya hasil yang didapati oleh anak rendah yang tidak mencapai KKM. Dari permasalahan yang dialami oleh siswa kelas V SDN 017 Galang Kota Batam maka penulis tertarik untuk melakukukan penelitian dengan judul upaya meningkatkan hasil belajar siswa materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan metode silih tanya di kelas V SD Negeri 017 Galang kota batam . Di dalam pembelajaran matematika bagaimana cara menanamkan pemahaman tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan, sangat memerlukan setrategi penyampaian materi kepada siswa dengan menggunakan media pendekatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa agar dapat memperkuat bekal pengetahuan matematika yang dimiliki guru dan siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi operasi hitung penjumlahan dan 933 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur pengurangan pecahan, maka dilaksanakanlah perbaikan melalui pembalajaran dengan metode silih tanya berbantuan kartu model. (Priyono. S. N, 2015) Pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol – simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan sehari – hari. Dengan harapan mampu meningkakan keberhasilan dalam pembelajaran tersebut, sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai ketuntasan dalam materi yang di berikan. Hasil belajar menurut Sudjana (Priyono. N. S, 2006) adalah kemampuan yang di miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang mengalami perubahan kemampuan yang di capai oleh siswa yaitu perubahan yang mengacu pada aspek kognitif dalam memecahkan atau menyelesaikan soal – soal tes materi yang di nyatakan dalam bentuk nilai. Pembelajaran di dalam kelas guru mempunyai tugas untuk menyelesaikan permasalahan di dalam kelasnya, sehingga peneliti tertarik ingin menggunakan metode silih tanya berbantuan kartu model. Geminitawijaya. T, (2009) dalam Subanji (2011) mengungkapkan bahwa penggunaan media (peraga) sangat penting dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan pemahaman siswa. Dan menurut Subanji (2013) model pembelajaran silih tanya memadukan unsur-unsur koopreatif, kreatif, kompetitif, dan suasana menyenangkan dengan permainan. Metode silih tanya berbantuan kartu model merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki empat (4) unsur pokok : 1. mendorong anak untuk kreatif melalui proses ―Problem posing (mengajukan masalah). 2. mengkondisikan anak untuk berkompetisi (bisa secara perorang maupun secara kelompok). 3. membiasakan anak untuk saling membantu mengajari temannya yang mengalami kesulitan. 4. menciptakan situasi pembelajaran sambil bermain, sehingga dalam proses pembelajaran anak merasakan situasi yang menyenangkan, asik belajar sambil bermain. Kreatif merupakan kompetensi tertinggi yang harus dimiliki oleh setiap anak. Dimana dengan kreatif, anak akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan dunia yang berkembang dengan pesat. Dengan adanya kreatifitas siswa akan mampu memberi perubahan dalam kehidupannya. Dan juga mampu menciptakan sesuatu yang lebih berguna untuk khalayak umum sehingga anak menjadi insan yang produktif. METODE PENELITIAN Penelitian ini mendiskripsikan pembelajaran metode silih tanya yang dapat meningkatkan hasil belajar dan jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalan dua siklus yang masing-masing siklus dilakukan aktifitas perencanaan, tindakan, dan observasi, dan refleksi. Aktifitas perencanaan pelaksanaan dilakukan dengan menyusun RPP, LKS, media model kartu, dan instrumen tes. Tindakan diobservasikan dengan melibatkan teman sejawat. Refleksi dilakukan secara bersama-sama antara peneliti dan observer (sebanyak 6 orang). Adapun proses penelitian dapat di gambarkan sebagai berikut. Penelitian tindakan kelas ini di lakukan pada bulan juli-september 2016 dalam dua siklus masing-masing siklus dilakukan 3 tindakan pembelajaran dan 1 kali tes. Di akhir tes dilakukan hasil belajar, subjek penelitian ini adalah siswa SDN 017 Galang, Kota Batam yang berjumlah 6 siswa dengan sebaran 6 siswa perempuan. 934 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Alur kegiatan PTK yang akan dilaksanakan sebagai berikut : ALUR ARTIKEL PENELITIAN penelitian Masalah dan alternatif Refleksi & anlisis data Kukurangan SIKLUS I Perencanaan Tindakan dan Pengamatan Alternatif pemecahan Refleksi dan anlisis data SIKLUS II Perencanaan Tindakan dan pengamatan Kekurangan HASIL DAN PEMBAHASAN Diskrpsi pembelajaran siklus I Siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan yang terdiri atas dua kali pertemuan tatap muka untuk pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes. Masing-masing pertemuan menggunakan tahapan pembelajaran: menyajikan masalah, menyusun masalah dan jawaban, membentuk kelompok, permainan silih tanya satu orang mengajukan soal dan anggota lain menjawab, mengoreksi dan menilai, mendiskusikan masalah-masalah yang sulit. Pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut. Metode yang digunakan untuk pembelajaran adalah dalam bentuk permainan dengan cara hompimpah dan berbantuan kartu model. Sedangkan media yang digunakan adalah kertas karton dan anggota tubuh anak yaitu tangan untuk memulai permainan undian dalam kelompok . Untuk semua keperluan tersebut, guru menyiapkan karton yang dibuat menjadi kartu model. Agar lebih mudah melaksanakan pembelajaran silih tanya, maka perlu dilengkapi dengan sistem pendukung, Prinsip pengelolaan dan system social, system pendukung mencakup : Bahan ajar, Lembar kerja Siswa, Perangkat penilaian, dan Kartu model. Prinsip pengelolaan meliputi : Menyediakan sumber belajar, Menekankan kompetisi dan Kooperatif, Menfasilitasi dengan permainan, Menghargai dan 935 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Memotivasi. Sistem social yang dibentuk adalah Kompetisi, Kebebasan menyusun masalah, Menekankan tanggung jawab, dan Kesamaan derajat. Pada penelitian ini penulis dalam pembelajaran menggunakan metode Silih Tanya model kompetisi biasa. Pembelajaran matematika dilaksanakan di kelas V SDN. 017 Galang dan diobservasi oleh 2 orang ( 1 orang guru kelas, 1 orang exspert ) Kegiatan Siklus 1 pertemuan 1 Kegiatan siklus I terdiri dari aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan komponen yang tersedia pada lembar observasi dan hasil tes belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus I. Ada pun proses dan pelaksanaan pembelajaran terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada proses pembelajaran dimulai dengan pendahuluan. guru mencoba mengingatkan kembali pelajaran yang terdahulu dengan mengadakan dialog sebagai berikut. Guru : Ayo anak-anak ibu semua masih ingat kembali dengan materi pecahan yang sudah pernah dipelajari (guru bertanya) apa yang dimaksud dengan pecahan? Siswa : pecahan adalah biasa bu... Guru : yang lain....????? Siswa : pecahan adalah pecahan bilangan yang dibagi bu.... Guru : terus yang lain nak????? Siswa : pecahan adalah desimal...persen dan campuran bu Guru : iya...semua yang anak- anak ibu sampaikan itu juga benar, tapi yang lebih tepatnya pecahan adalah sebuah bilangan yang terdiri dari pembilang dan penyebut Siswa : oh gitu ya bu.... Guru : iya nak,,, contoh sampai disini paham nak???? Siswa : iya bu paham... Dari dialog di atas terlihat bahwa siswa sudah memahami pengetahuan awal tentang pengertian pecahan. Setelah melakukan kegiatan pendahuluan guru melanjutkan dengan kegiatan inti dengan berdialog kembali Guru : Baiklah anak-anak semua, sekarang ibu mempunyai selembar kertas, lalu kertas ini ibu potong menjadi 4 bagian.jika kita jadikan pecahan, maka menjadi pecahan berapa nak ? Siswa : menjadi satu perempat buk,,, Guru : bagus… yang lain berapa nak??? Siswa : iya ...itu satu perempat bu. Guru : bagus,,,pintar anak-anak ibu ternyata memamg masih ingat semua ya. Baiklah kita lanjutkan dengan pelajaran kita hari tentang penjumlahan pecahan. Siswa : ya buk….. Dari dialog diatas terlihat bahwa siswa sudah mengetahui tentang pecahan, kemudian guru melanjutkan kegiatan inti dengan menjelaskan materi penjumlahan pecahan, dengan memberi contoh: + = + = =1 . Dalam hal ini siswa memperhatikan dengan seksama penjelasan guru. Untuk melatih siswa menyusun soal sendiri, maka dilakukan kegiatan membuat soal dan dijawab sendiri. Beberapa soal yang dibuat oleh siswa adalah ( ) 936 ( ) ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Siswa menjawab soalnya sendiri dengan langkah menyamakan penyebut dan menjumlahkan pembilangnya, sehingga diperoleh hasilnya yang benar. Setelah melakukan kegiatan inti guru melakukan kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah disampaikan pada hari ini. pembelajaran siklus 1 pertemuan pertama telah dilakukan, guru melajutkan dengan siklus 1 pertama dengan pertemuan kedua. Kegiatan Siklus 1 pertemuan 2 Kegiatan siklus I pertemuan kedua terdiri dari aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan komponen yang tersedia pada lembaran observasi dan hasil tes belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus I. Ada pun proses dan pelaksanaan pembelajaran terdiri atas kegiatan pendahuluan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Adapun proses pembelajaran dimulai dengan pendahuluan. guru mencoba mengingatkan kembali pelajaran yang terdahulu dengan mengadakan dialog sebagai berikut. Guru Siswa Guru Siswa Guru : anak ibu semua apa kabar hari ni nak : sehat bu,,,, : terus tadi udah sarapan nak : sudah bu : alhamdulillah.....kalau begitu kita bisa mulai pembelajaran ya karna anak-anak ibu sehat semuanya Siswa : iya bu Guru : baiklah anak – anak, sebelumnya ibu melanjutkan pembelajaran kita, ibu ingin bertanya apakah kalian masih ingat cara menjumlahkan pecahan? Siswa : ingat buk ,,, Guru : pintar anak ibu … baiklah jika masih ingat bagaimana langkah pertama kita melakukan penjumlahkan pecahan jika penyebutnya bebeda, apa yang harus kita lakukan terlebih dahulu. Siswa : kita harus menyamakan penyebut terdahulu buk, baru kita bisa menjumlahkannya, Guru : pintar anak ibu, jawabannya benar sekali, ternyata anak – anak ibu sudah mengerti dan memahami materi penjumlahan, sekarang ibu lanjutkan pembelajaran ini. Dari dialog diatas terlihat siswa sudah memahami pengetahuan tentang penjumlahan pecahan, setelah melakukan kegiatan pendahuluan guru melanjutkan dengan kegiatan inti guru menjelaskan materi penjumlahan pecahan dengan contoh sebagai berikut. Contoh : + = + = =1 dan siswa memperhatikan dengan seksama dan kemudian melakukan tanya jawab bersama – sama, kemudian guru juga meminta siswa untuk tampil didepan papan tulis dengan membuat soal sendiri terkait penjumlahan pecahan. Setelah menjelaskan dan di pahami oleh siswa guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, dikarenakan jumlah siswa hanya berjumlah enam orang maka hanya terbentuk satu kelompok saja. Selanjutnya guru memberikan dua buah karton pada masing masing siswa. Dimana dua buah karton tadi digunakan untuk membuat soal penjumlahan pecahan dan jawaban pada lembaran yang bebeda. Kemudian siswa pun membuat soal penjumlahan pecahan dan jawaban pada karton yang berbeda, jawaban yang telah dibuat tidak boleh diketahui teman yang lain. Ada pun bentuk soal yang dibuat oleh siswa adalah : 937 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur (a). + = (c). + = (e). + = + + + = =1 (b). + = + = =1 = =1 (d). + = + = =2 = (f). + = + = =1 =1 =2 Setelah selesai pembuatan soal penjumlahan pecahan permainan pun di mulai dengan cara hompimpah, lalu si pemenang mengeluarkan soalnya dan memberikan soal. Berikut Soal beserta jawaban siswa sebagai berikut: pada temannya untuk di jawab, lalu menayakan pada temantemannya berapa lama waktu yang bisa mengerjakan soalnya. Waktu yang paling sedikit yang akan di pilih untuk mengerjakan soal. Setelah selesai di jawab si pemberi soal menunjukkan kunci jawaban di karton tadi. Siswa yang salah menjawab, bertanya kepada si pemberi soal dan menjelaskan cara mengerjakan soal yang diberikan bersam-sama. Begitu seterusnya sampai semua siswa memberikan soal kepada teman dan yang lainnya menjawab sehingga semua terselesaikan dalam kelompok tersebut. Setelah selesai permainan tersebut, guru meminta melaporkan hasil kerja setiap siswa, dan melaporkannya di depan kelas dan dipandu oleh guru. Berikut gambar kegiatannya Dari kegiatan diatas tampak siswa dan guru bisa saling berintraksi untuk mememecahkan masalah penjumlahan pada pecahan. Setelah selesai bertanya jawab antara siswa dan guru, guru melanjutkan dengan kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah disampaikan pada hari ini. Setelah melaksanakan siklus I pertemuan II guru melanjutkan siklus I pertemuan III Kegiatan Siklus 1 pertemuan 3 Kegiatan yang dilakukan pada siklus satu pertemuan ketiga anak-anak diberikan tes, dengan soal yang diberikan dari guru berjumlah 5 berbentuk tes isian. Dari hasil tes yang diberikan dapat dilihat pada siklus I yang dikerjakan secara individu menunjukkan bahwa nilai siswa yang tuntas dengan capaian 6,5 dari nilai KKM berjumlah 3 siswa (%), sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas atau di bawah KKM sebanyak 3 siswa (%) dengan nilai rata-rata kelas masih rendah yaitu 67,3. Hal ini belum sesuai dengan harapan penulis, ketuntasan siswa belum mencapai 85% yang sesuai KKM. Oleh karena itu penulis mencoba menelusuri penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa pada siklus pertama. Pembelajaran belum mencapai keberhasilan sehingga penulis perlu mengadakan perbaikan 938 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 pada langkah-langkah pembelajaran yang meliputi: penjelasan materi dilakukan lebih terperinci, dan mengadakan pendampingan secara khusus kepada siswa yang hasil belajarnya jauh dibawah KKM. Refleksi Refleksi pembelajaran dilakukan dengan mengkaji hal-hal yang masih menjadi kendala dalam pembelajaran. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. Ringkasan hasil refleksi disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1. Ringkasan hasil refleksi Kendala dalam pembelajara Kegiatan silih tanya masih didominasi oleh guru dalam mengatur pertanyaan Penyebabnya Keyakinan guru tentang kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan Alternatif perbaikan Siswa diajak untuk membuat pertanyaan yang baik dan menantang Ada siswa yang kurang aktif Pembuatan soal dilakukan secara kelompok Pembuatan soal dilakukan secara individu Deskripsi Pembelajaran Pada Siklus II Pada siklus II pembelajaran dilaksanakan tiga kali tatap muka, dua kali tatap muka untuk pembelajaran dan satu kali melaksanakan tes. Siklus II dilakukan pada tanggal 25–27 agustus 2016. Kegiatan Siklus II pertemuan I Pada awal pembelajaran guru memberi motivasi dan dorongan kepada siswa agar siswa mempunyai semangat dalam belajar matematika. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang tertulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Karena pada siklus I masih ditemukan beberapa anak yang masih belum menguasai materi penjumlahan pecahan, maka anak-anak diminta untuk memperhatikan penjelasan guru kembali terkait materi pengurangan pecahan pada papan tulis. Disini guru masih menggunakan metode yang sama, langkah mengerjakan pecahan juga masih sama, hanya saja operasi hitungnya saja yang bebeda. Ada pun proses pembelajaran dimulai dengan pendahuluan. guru mencoba mengingatkan kembali pelajaran yang terdahulu dengan mengadakan dialog sebagai berikut. Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru : apa kabar anak-anak ibu semua : sehat bu,,,, : alhamdulillah.....sudah siap untuk memulai pembelajaran hari ini nak : iya siap bu : baiklah,,, sebelum ibu melanjutkan pembelajaran kita, ibu ingin bertanya anak-anak ibu masih ingat langkah penjumlahkan pecahan? : ingat buk ,,, : pintar anak ibu … baiklah jika masih ingat kita akan memulai pembelajaran kita pada hari ini, yaitu pengurangan pecahan. Dimana pembelajaran kita kali ini masih sama dengan penjumlahan pecaha kemarin, dan langkah-langkahnya juga masih sama hanya operasi hitungnya yang bebeda. : oh begitu ya bu. : iya nak. 939 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dari dialog di atas siswa mulai memahami materi yag akan dipelajari hari ini masih terkait materi pecahan tetapi operasi hitungnya yang bebeda yaitu pengurangan. Selanjutnya guru memulai kegiatan inti dengan memberi penjelasan dan contoh soal pengurangan pecahan yaitu = - = - dan siswa pun mendengarkan dengan seksama. Kemudian guru juga meminta siswa untuk tampil di depan dengan membuat soal yang dibuatnya sendiri sementara guru dan teman-teman yang lain memngoreksi yang dikerjakan siswa tadi. Setelah selesai pembuatan soal pengurangan pecahan permainan pun di mulai dengan cara hompimpah, lalu si pemenang mengeluarkan soalnya dan memberikan soal, adapun soal sebagai berikut: pada temannya untuk di jawab, lalu menayakan pada teman-temannya berapa lama waktu yang bisa mengerjakan soalnya. Waktu yang paling sedikit yang akan di pilih untuk mengerjakan soal. Setelah selesai di jawab si pemberi soal menunjukkan kunci jawaban yang telah ditulis di karton tadi. Siswa yang salah menjawab, bertanya kepada si pemberi soal dan menjelaskan cara mengerjakan soal yang diberikan. Begitu seterusnya sampai semua siswa memberikan soal kepada teman dan yang lainnya menjawab sehingga semua terselesaikan dalam kelompok tersebut. Setelah selesai permainan tersebut, guru meminta melaporkan hasil kerja setiap siswa, dan melaporkannya di depan kelas dan dipandu oleh guru. Kegiatan Siklus II pertemuan II Pada siklus II pertemuan II pada kegiatan pembelajaran guru memberi motivasi dan dorongan kepada siswa agar siswa tidak bosan, siap dan semangat dalam belajar matematika. Kegiatan dilakukan dengan permainan tepuk tangan untuk melatih konsentrasi anak. Kegiatan dimulai dengan pendahuluan yaitu guru mencoba mengingatkan kembali pelajaran bertanya jawab tentang materi pengurangan pecahan dan penjumlahan pecahan. yang terdahulu. dengan mengadakan dialog sebagai berikut. Guru : assalamualaikum anak-anak ibu semua Siswa : wa’alaikumsalam bu,,,, Guru : baiklah,,, sebelum ibu melanjutkan pembelajaran kita, ibu ingin bertanya anak-anak ibu masih ingat langkah pengurangan pecahan? Siswa : ingat buk ,,, Guru : pintar anak ibu… ibu mau bertanya lagi, apakah langkah mengerjakan operasi hitung penjumlahan pecahan dan operasi hitung pengurangan pecahan sama nak??? Siswa : sama bu.... Guru : hebat anak ibu semuanya 940 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Dari dialog di atas dapat dilihat siswa sudah memahami materi yang dipelajari terkait materi operasi penjumlahan pecahan dan operasi pengurangan pecahan. Selanjutnya guru melanjutkan dengan memberikan tugas latihan sebanyak 5 soal pecahan kepada siswa dari soal yang di buat oleh guru. Pada saat mengerjakan tugas guru megelilingi serta melihat apa yang dikerjakan siswa. Setelah selesai mengerjakan tugas guru dan siswa memeriksa hasil kerjanya bersama-sama. Dari hasil yang di dapat sangat memuaskan. Berdasarkan pada pengamatan penulis terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II lebih meningkat dari pada siklus I. Siswa terlihat lebih cepat memahami pembelajaran dengan menggunakan metode silih tanya. Dan siswa pun sangat bersemangat dalam belajar, semua siswa sudah lebih berani untuk menunjukkan kemampuannya. Siswa juga lebih berani dalam menjawab pertanyaan guru. Bahkan untuk pembelajaran lainnya siswa juga meminta untuk diterapkan metode silih tanya ini, Karena menurut siswa metode ini sangat menyenangkan. Peningkatan pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada siklus I siswa di kelas V berjumlah 6 siswa yang tuntas atau hasil belajarnya memenuhi KKM sebanyak 3 siswa (50%), sedangkan pada siklus II tuntas memenuhi KKM sebanyak 6 siswa (100%). Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 57 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 81,3. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa lebih meningkat. Hal ini membuktikan bahwa dengan pembelajaran menggunakan metode silih tanya anak lebih aktif dalam mengerjakan tugas yang di minta guru, lebih bersemangat dan percaya diri, Siswa bisa saling membantu dalam menyelesaikan tugas dengan saling bertanya karena dengan pembelajaran menggunakan metode silih tanya dapat menemukan sendiri jawaban atas permasalahnya dan pembelajaran lebih menyenangkan bersama teman dan dapat meningkatkan aktifitas siswa. PENUTUP Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode silih tanya berbantuan kartu model yang dilakukan dengan langkah-langkah: (1) menyajikan masalah, (2) menyusun masalah dan jawaban, (3) membentuk kelompok, (4) permainan silih tanya, (5) mengoreksi dan menilai, dan (6) mendiskusikan masalah yang rumit, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 017 Galang dalam belajar matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Peningkatan KKM dari siklus I sebanyak 3 siswa (50%) menjadi siklus II sebanyak 6 siswa (100%). Peningkatan nilai rata-rata dari 57 (pada siklus I) menjadi 81,3 (pada siklus II). DAFTAR RUJUKAN Geminitawijaya. T, (2015) Penggunaan Metode Garismatika DalamPembelajaran Operasi Perkalian pada Siswa Sekolah Dasar, Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal:176-181 Priyono. SN, (2015) Penerapan Metode Silih Tanya Materi Sifat–sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat pada Siswa, Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal: 171-176 Subanji (2013) Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Hal: 146 941 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENGKLASIFIKASIKAN MAKHLUK HIDUP MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 1 SANGGAU Jamingan SMP Negeri 1 Sanggau,Kalimantan Barat [email protected] Abstrak: penelitian ini bertujuan membantu memecahkan kesulitan dalam pembelajaran baik yang dihdapi siswa maupun guru. Model yang digunakan Discovery Learning dengan media Kartu Kata. Subyek penelitian tindakan kelas sebanyak 32 peserta didik dari kelas VIIA SMP Negeri 1 Sanggau tahun Pelajaran 2016/2017. Proses penelitian menggunakan 2 siklus dan tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi peserta didik dari 16 % sebelum diadakan perlakukan menjadi 66%, dari data awal peserta didik mencapai KKM 12 peserta didik (38%). Setelah dianalisis dan dilakukan penelitian pada siklus I hasil belajar meningkat dari 12 peserta didik menjadi 20 peserta didik (meningkat dari 38% menjadi 59%), pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 26 peserta didik (81%). Kata Kunci: media, kartu kata, motivasi, hasil helajar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pada muatan kurikulum 2013. Mata pelajaran IPA di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII merupakan mata pelajaran IPA Terpadu Wahono Widodo dan kawan-kawan (2016 : III) Buku Siswa IPA edisi revisi 2014. Mengklasifikasikan makhluk hidup dan benda berdasarkan karakteristik yang diamati merupakan salah satu dari Kompetensi Dasar (KD) dalam materi mata pelajaran IPA di SMP kelas VII pada kurikulum 2013 (Buku Siswa Kemendikbud RI, 2016: 32). Dalam mengklasifikasikan makhluk hidup sebagian besar peserta didik masih kesulitan membedakan karakteristik dari makhluk hidup tersebut. Untuk lebih mudah difahami, maka penulis mencoba menggunakan media yang dapat dipakai dalam membantu memahami permasalahan itu. Mengklasifikasikan artinya mengelompokkan karakteristik makhluk hidup baik perbedaan maupun persamaan yang dimiliki oleh makhluk hidup tersebut.pengelompokkan bedasarkan jenis hewan dan tumbuhan, pengelompokkan tumbuhan berdasarkan habitatnya, pengelompokan tumbuhan berdasarkan perkembangbiakannya dan pengelompokan tumbuhan berdasarkan kotiledonnya. Pengelompokkan hewan berdasarkan bangsa, berdasarkan reproduksinya, dan berdasarkan tulang belakang. Berdasarkan hasil observasi dalam satu kali proses pembelajaran sebelum dilakukakanya penelitian tercatat sebagai berikut: Tabel 1 Observasi motivasi kelas VIIA sebanyak 32 peserta didik No Jumlah Persentasi Perserta didik aktif bertanya / menjawab Peserta didik pasif 5 16 % 27 84% 942 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Tabel 2 Hasil Nilai Ulangan Hariam Kelas VIIA Sebanyak 32 Peserta Didik dengan KKM 75 sebelum Dilakukan Tindakan Penelitian. Jumlah peserta Jumlah Persentasi Mencapai nilai KKM Belum mencapai nilai KKM 12 38 % 20 63% Berdasarkan hasil dari observasi dan nilai ulangan harian pra siklus didapatkan data bahwa: (1) Motivasi belajar peserta didik masih rendah, hal ini didapat data dari hasil pengamatan. (2) Prestasi hasil belajar peserta didik masih rendah, karena peserta didik yang mencapai KKM 75 baru 12 orang atau 38%.Dari data ini maka peneliti ingin mencari permasalahan yang terjadi dan cara mengatasi permasalahan tersebut agar proses pembelajaran di kelas VIIA dapat lebih menarik dan menyenangkan serta didapatkan hasil belajar IPA yang meningkat. Dari wawancara pada guru lain yang mengajar di kelas VIIA mengatakan bahwa peserta didik sebenarnya mampu untuk aktif dan meningkatkan hasil belajar asalkan dalam proses pembelajaran digunakan alat peraga atau media yang dapat manarik minat belajar peserta didik. Dari wawancara dengan perwakilan siswa yang pasif ternyata mendapatkan masukan bahwa cara mengajar guru sulit difahami karena tidak menggunakan media yang dapat memperjelas tujuan pembelajaran. Menurut Sudirman (2009: 76) dalam Bistari (2015: 47) Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong untuk individu melakukan sesuatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Menurut Herdianto Y (2016)motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan baik dari faktor luar maupun dari faktor dalam diri yang akan membantu mempercepat tercapainya suatu tujuan. Setelah mencari data dari beberapa sumber dan menganalisis, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa rendahnya motivasi dan prestasi belajar peserta didik disebabkan oleh : (1) Peserta didik kurang termotivasi karena selama proses pembelajaran belum banyak yang terlibat dalam pembelajaran, (2) dalam proses pembelajaran belum menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan, dan (3) belum optimal penggunaan media pembelajaran. . Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan motivasi dan perstasi belajar dalam mengklasifikasikan makhluk hidup menggunakan media kartu kata. METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan penilitian tindakan kelas (classroom based action research) dengan dua siklus model Hopkins (1985) yang terdiri dari siklus – siklus yang saling berhubungan dimana pada tiap siklus terdiri dari tahap – tahapan :(1) Plan/Perencanaan; (2) Action/Tindakan Pelaksanaan; (3) Observation/Pengamatan; (4) Reflecive/ Tindak lanjut. Bila siklus I belum mencapai indikator yang ditargetkan maka dilanjutkan dengan siklus kedua yaitu perbaikan rencana, tindakanpelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Siklus berikutnya selalu dimulai dengan perbaikan tindakan dari siklus sebelumnya. Dasna (2013) mengemukakan pada tahap perencanaan sudah menyiapkan hal – hal : 1) menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan tindakan yang dipilih; 2) bahan ajar yang diperlukan dalam pembelajaran termasuk lembar kerja peserta didik (LKPD); 3) alat evaluasi seperti quis dan tes; 4) media pembelajaran yang diperlukan; 5) lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan RPP dan perubahan yang terjadi pada peserta didik ketika belajar (keaktifan, pertanyaan, jawaban dll). Pada tahap tindakan (pelaksanaan) guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dirancang yang dimulai dengan kegiatan membuka 943 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur pelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada tahap tindakan inilah partisipasi guru dalam peneliti diterapkan. Guru sebagai pengajar juga melakukan pengumpulan data dengan mencatat kejadian – kejadian penting yang terjadi selama proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas dan pelaksanaan quiz. Setelah itu di lanjutkan tahapan refleksi untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan tindakan yang telah dijalankan serta mencari pemecahan atas kendala yang dihadapi selama kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah yang pertama penemuan masalah yang terjadi di kelas, setelah itu perencanaan tindakan I untuk siklus I, selanjutnya pelaksanaan tindakan I dan pengumpulan data tindakan I. Setelah didapat data tindakan I dilanjutkan dengan refleksi tindakan I. Dari hasil siklus I direncanakan tindakan II pada siklus II, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan II dan pengumpulan data II. Hasil dari pelaksanaan tindakan II dan pengumpulan data II di lakukan refleksi tindakan II. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIIA SMP Negeri 1 Sanggau Kabupaten Sanggau. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus – September 2016 semester 1pada tahun ajaran 2016/2017. Materi IPA yang digunakan adalah KD 3.3 Mengklasifikasikan Makhluk Hidup berdasarkan karakteristiknya. Media yang digunakan adalah Media Kartu Kata. Pengumpulan data penelitian motivasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, dan lembar tes/kuis untuk masing – masing peserta didik setiap akhir pembelajaran. Data hasil belajar diambil menggunakan instrument tes tertulis yang dilakukan setelah siklus berakhir. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif tentang proses dan hasil belajar pada setiap siklus. Pendahuluan diawali dengan mengecek kehadiran peserta didik, memberi motivasi dan membuat kelompok kerja siswa antara 4-5 orang. Guru menunjukkan contoh kartu kata sebagai stimulus/rangsangan agar peserta didik mengamati dan bertanya untuk menumbuhkan rasa ingin tahhu peserta didik. Guru membagikan LKPD kepada peserta didik untuk dipelajari dan di baca petunjuk cara kerjanya. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Guru membagikan alat / bahan yang diperlukan peserta didik berupa kartu kata pada tiap-tiap kelompok. Kegiatan inti, Guru memberikan jangka waktu 30 menit untuk menyusun kata-kata nama makhluk hidup pada kartu kata tersebut untuk di tempelkan pada lembar kerja peserta didik sesuai petunjuk dan perintah yang ada di LKPD. Guru meminta setiap kelompok membuat kesimpulan dari hasil kegiatan penyusunan kartu kata tersebut untuk dipresentasikan di depan kelompok lainnya dengan waktu 30 menit. Sedangkan kegiatan penutup selama 10 menit, guru beserta peserta didik membuat kesimpulan kesimpulan sebagai hasil dari proses pembelajaran yang telah dicapai pada saat itu. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Guru memberikan tugas remidial pada kelompok yang masih meraih hasil rendah dan memberikan pengayaan kepada kelompok yang meraih hasil tinggi. Selama berlangsung pelaksanaan proses pembelajaran, guru meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati dan mencatat hasil pengamatannya pada lembar pengamatan guru dan peserta didik yang sudah disiapkan. Hail pengamatan teman selama pelaksanaan pembelajaran dijadikan refleksi untuk menyusun langkah-langkah perbaikan pada pertemuan/siklus selanjutnya. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah: (1) Penelitian berhasil jika motivasi belajar peserta didik meningkat presentasinya dari siklus I ke siklus II, (2) Penelitian berhasil jika hasil belajar peserta didik dapat meningkat dan mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) lebih dari 80 % HASIL Pada penelitian ini, motivasi belajar peserta didik dikategorikan menjadi 2 yaitu peserta didik aktif dan peserta didik pasif. Katagori aktif jika peserta didik aktif dalam bertanya, menjawab dan menyampaikan pendapatnya. Katagori pasif jika peserta didik hanya diam atau hanya mencatat hasil 944 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 yang sudah didiskusikan. Perkembangan motivasi peserta didik dapat dilihat pada tabel. 3 data rekap perkembangan motivasi peserta didik kelas VIIA, dan grafik 1 berikut ini. Tabel.3 Perkembangan motivasi peserta didik SIKLUS I PESERTA DIDIK PERT. PERT. 1 2 PESERTA DIDIK AKTIF 14 12 PESERTA DIDIK PASIF 18 20 SIKLUS II PERT. PERT. 1 2 19 13 21 11 25 20 15 10 PESERTA DIDIK AKTIF 5 PESERTA DIDIK PASIF 0 PERT. 1 PERT. 2 SIKLUS I PERT. 1 PERT. 2 SIKLUS II Grafik 1. Perkembangan Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Siklus I dan Siklus II Dari data dan grafik terlihat adanya peningkatan motivasi belajar dari siklus I ke siklus II, walaupun pada pertemuan ke 2 siklus I peserta didik yang aktif menurun tetapi pada pertemuan ke 1 dan ke 2 pada siklus II menunjukkan peningkatan motivasi belajar sangat baik.Pada peserta didik aktif terjadi peningkatan dari siklus I rata-rata 41% ke siklus II menjadi rata-rata 92%. Perkembangan hasil belajar peserta didik kelas VIIA dapat dilihat pada tabel 4 perkembangan hasil belajar peserta didik kelas VIIA, grafik 2, dan gafik 3 berikut ini Tabel 4 perkembangan hasil belajar peserta didik kelas VIIA pada siklus I dan siklus II PESERTA DIDIK MENCAPAI KKM BELUM MENCAPAI KKM SIKLUS I SIKLUS II 19 13 26 6 945 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur 30 25 MENCAPAI KKM 20 BELUM MENCAPAI KKM 15 10 5 0 SIKLUS I SIKLUS II Grafik 2. Perkembangan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Siklus I dan Siklus II PERSENTASI PENCAPAIAN KKM 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% PROSENTASI PENCAPAIAN KKM SIKLUS I SIKLUS II Grafik 3. Perkembangan presentasi hasil belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data peningkatan motivasi belajar dari sebelum dan sesudah pertemuan pertama siklus I yaitu dari 16% menjadi 44% atau naik sebesar 28%. Hal ini dikarenakan keingin tahuan peserta didik sangat tinggi sehingga dalam proses pembelajaran pertemuan I siklus I sangat semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada pertemuan kedua siklus I terdapat penurunan motivasi sebesar 6% dari 44% menjadi 38%, hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran disamping kelas VIIA suasana gaduh karena sedang ada permainan olah raga sehingga mengganggu konsentrasi belajar peserta didik yang berakibat penurunan motivasi. Menurut Sudirman (2008:83) fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut: (1) Mendorong manusia untuk berbuat sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.(2) Menentukan cara perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan 946 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 demikian motivasi dapat memberakan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Menyeleksi perbuatan. (3) Menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut. Menurur Sadiman, 2006: 76 dalam skripsi Asti Wahyuni Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Pada siklus II motivasi belajar siswa masih tetap mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama tercatat motivasi belajar siswa sebesar 19 peserta didik yang aktif atau 59% menjadi 21 peserta didik yang aktif atau 66%. Berdasarkan analisis data maka motivasi belajar peserta didik semakin meningkat dari siklus I ke siklus II. Perhitungan kenaikan ini didasarkan pada kenaikan jumlah peserta didik yang aktif (bertanya,menjawab, dan mengeluarkan pendapatnya) makin meningkat antara siklus I dan siklus II. Diakhir siklus untuk mengetahui hasil belajar peserta didik maka diadakan ulangan harian dengan bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan sebaran sebagai berikut: Tabel 4 Kriteria Soal Ulangan Pada Siklus I Tujuan yang ingin dicapai peserta didik 1. Dapat menyebutkan ciri-ciri kesamaan makhluk hidup 2. Dapat menyebutkan ciri-ciri kesamaan makhluk hidup 3. Mengelompokkan tumbuhan yang berdasarkan ciri tertentu 4. menjelaskan tumbuhan monokotil dan dikotil 5. Memberikan contoh tumbuhan monokotil dan dikotil 6. Menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki hewan 7. Mengelompokkan hewan yang memiliki ciri yang sama 8. Menjelaskan hewan mamalia dan contohnya 9. Mengelompokkan hewan berdasarkan anatomi 10. Mengelompokkan hewan bersadarkan cara hidup Tabel 5 Kriteria Soal Ulangan Pada Siklus II Tujuan yang ingin dicapai peserta didik 1. Kelompok pekembangbiakan dengan spora 2. Kelompok perkembangbiakan dengan bunga 3. Mengelompokkan tumbuhan tegak, menjalar, dan merambat 4. Menyebutkan contohnya 5. Mengelompokkan perkembangbiakan generatif dan fegetatif serta contoh jenis tumbuhannya 6. Urutan takson dari makhluk hidup 7. Menjelaskan kunci determinan 8. Menentukan contoh dari kuplet 9. Mengelompokkan tumbuhan berbatang jelas dan tidak jelas 10. Mengelompokkan tumbuhan biji terbuka dan tertutup 11. Mengelompokkan tumbuhan berkeping satu dan tumbuhan berkeping dua 12. Menyebutkan jenis tumbuhan berbunga terompet 947 Nomor soal 1 dan 2 3 dan 4 5 dan 6 7 dan 8 9 dan 10 11 dan 12 13 dan 14 15 dan 16 17 dan 18 19 dan 20 Nomor soal 1 2 3 dan 4 5 dan 6 7 dan 8 9 dan 10 11 dan 12 13 14 dan 15 16 dan 17 18 dan 19 20 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dari hasil analisis pada siklus I hasil belajar yang mencapai KKM 75 sebanyak 19 orang atau 59% dan pada siklus II hasil belajar sebanyak sebanyak 26 orang atau 81%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan data hasil yang dicapai pada siklus I dan siklus II, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Penelitian ini berhasil karena sudah memenuhi indikator pencapaian: (1) Motivasi peserta didik dari siklus I ke siklus II makin meningkat. (2) Hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah mencapai lebih dari 80%. Dilihat dari rumusan masalah pada penelitian ini maka: (1) Media kartu kata dapat diterima peserta didik dalam membantu mempermudah pemahaman konsep dan membuat motivasi belajar peserta didik meningkat.(2) Kartu kata dapat dipakai dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Saran Sebagai seorang guru hendaknya kita selalu membaca, mengamati, menganalisis serta melakukan tindak lanjut terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya untuk dapat mendidik dan mengembangkan potensi yang ada padanya. Bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian dengan materi yang sama gasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan walaupun masih banyak yang harus disempurnakan. Sebagai pendidik dan pengajar guru hendaknya jangan berhenti untuk belajar dan belajar karena ilmu semakin lama semakin maju dan tidak boleh tertinggal dengan kemajuan jaman dan teknologi. DAFTAR RUJUKAN Bistari 2015. Mewujudkan Penelitian Tindakan Kelas. Pontianak PT. Ekajaya Multi Inovasi. Dasna, I Wayan. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang : Universitas Negeri Malang (UM PREES) Herdianto Y Meningkatkan Motivasi Belajar Materi Penghematan Energi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Berbantuan Media Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Ngaglik 04 Kota Batu. Makalah -4-pp-618-apppi. Hopkins 1985: 43 Dalam Muslich M. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah.Penerbit BUMI ASSARA. Sardiman 2006: 76 Dalam Skripsi Wahyuni A. Pengaruh Motivasi belajar dan Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Akutansi siswa kelas I jurusan akutaansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang. http://www.slideshare.net/chillamaya/26707467-Pengaruhmotivasibelajar danmetodepembelajaranterhadapprestasi Sihkabuden 2005: 5 Dalam Muslich M. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah.Penerbit BUMI ASSARA. Widodo W, Rachmadiari F, Hidayah S.N, Ilmu Pengetahuan Alam kelas VII semester 1. Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. 948 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA MATERI STRUKTUR ORGAN TUBUH MANUSIA DAN FUNGSINYA SISWA KELAS IV SD NEGERI 004 TANJUNG PIAYU Kusarman SDN 004 Sungai Beduk Kota Batam [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siwa dan mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA materi konsep struktur organ tubuh manusia dan fungsinnya melalui model pembelajaran picture and picture bagi siswa kelas IV SD Negeri 004 Tanjung Piayu. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian tindakan kelas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan tes atau penugasan, sedangkan analisis data dilakukan dengan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Motivasi belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II terdapat peningkatan aspek tanggung jawab dari cukup menjadi baik, aspek tekun dari cukup baik menjadi amat baik, aspek memiliki sejumlah usaha dari cukup baik menjadi baik, aspek memperhatikan umpa balik dari cukup baik menjadi baik, aspek waktu penyelesaian tugas dari cukup baik menjadi baik, dan aspek menetapkan tujuan yang realistis dari cukup baik menjadi amat baik. Sedangkan hasil belajar tampak dari hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan kondisi awal ketuntasan siswa pada siklus II mencapai 100%. Nilai rata-rata kelas juga meningkat dari 66,67 menjadi 83,00 meningkat 16,33. Kata kunci: motivasi, hasil belajar, IPA, model Picture And Picture. Materi pelajaran ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu usaha manusia untuk memahami dan mengerti alam dan kehidupan. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya struktur organ tubuh manusia merupakan suatu pembelajaran yang masih sulit bagi siswa kelas IV di SD Negeri 004 Tanjung Piayu. Dari hasil ulangan harian tentang konsep Struktur Organ Tubuh Manusia Dan Fungsinya dari 42 siswa hanya 20 siswa yang mengumpulkan tepat waktu padahal materi sudah diselesaikan. Siswa kurang bergairah dalam menerima pelajaran, sehingga hasil belajar relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tidak tepatnya guru dalam pembelajaran, dimana pembelajaran yang diterapkan masih dominan penggunaan metode ceramah dan guru sebagai satusatunya sumber belajar. Ditambahkan pula, bahwa dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah terus menerus yang mengakibatkan siswa menjadi bosan, siswa hanya mendengarkan saja, siswa banyak yang mengantuk. Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Lebih lanjut, belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar 949 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang .Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Model pembelajaran picture and picture membantu membangun tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok juga untuk mengubah situasi belajar agar siswa tidak bosan, memberi kesempatan siswa untuk belajar dan bekerja sama dengan kelompoknya. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian terkait peningkatan motivasi dan hasil belajar ilmu pengetahuan alam materi konsep struktur organ tubuh manusia dan fungsinya melalui model pembelajaran Picture And Picture Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 004 Tanjung Piayu. METODE PENELTIAN Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan September 2016. Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 004 Tanjung Piayu, Kota Batam, Provinsi Kepri. Subjek penelitian adalah motivasi dan hasil belajar IPA materi konsep organ tubuh manusia dan fungsinya kelas IV SD Negeri 004 Tanjung Piayu dengan jumlah siswa 42. Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data berasal dari subjek penelitian (primer) dan dari bukan subjek (skunder). Teknik pengumpulan data: teknik tes, dan teknik non tes. Alat pengumpulan butir soal dan lembar observasi. Data kualitatif hasil pengamatan proses pembelajaran dianalisis menggunakan analisis diskriptis kualitatif. Sedangkan data yang berupa angka (data kualitatif) dari motivasi dan ketrampilan siswa dianalisis menggunakan diskriptif komparatif yaitu membadingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II, kemudian direfleksi. Deskripsi Pembelajaran Motivasi dan hasil belajar situs pada pembelajaran IPA materi konsep struktur organ tubuh manusia sebelum diadakan penelitian dapat dilihat pada tabel. Tabel 1. Motivasi Belajar Siswa Kondisi Awal No 1 2 3 4 5 6 Aspek Bertanggung jawab ketekunan Memiliki usaha Memperhatikan umpan balik Waktu penyelesaian tugas Menetapkan tujuan yang realistis Nilai Rata-rata 2,6 2,7 2,5 2,7 2,4 2,6 Kategori Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Hasil Pre tes atau pra siklus siswa diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 2. Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal No 1 2 3 Uraian Nilai Ulangan Harian 55 85 66,67 Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata – rata 950 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, materi yang disampaikan adalah organ tubuh dan fungsinya. Hasil belajar tersebut masih belum mencapai ketuntasan. .Hal ini masih ada siswa yang hasilnya belum tuntas. Hasil pretes mendapatkan nilai rata-rata 55 dengan persentase 66,67% siswa yang belum tuntas belajar. Pembelajaran siklus I : Pembelajaran dimulai dengan berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas dan diikuti oleh semua siswa berserta lalu memberikan salam pada guru dan guru menjawab salam. Selanjutnya mengabsen siswa satu persatu. Guru memberikan apersepsi dengan memberi pertanyaan pada siswa“sebutkan organ – organ tubuh manusia ? “ dan diharapkan siswa menyebutkan organ tubuh manusia. Ternyata empat siswa mengangkat tangan dan menyebutkan organ tubuh manusia. Selanjutnya guru memberi pertanyaan lagi pada siswa “ apakah semua manusia memiliki organ tubuh ?” dan diharapkan siswa menjawab “ya “ ternyata ada lima orang berani mengangkat tangan dan menjawab “ya” . Dengan menggunakan gambar guru menyebutkan pokok bahasan yang akan disampaikan kepada siswa yaitu tentang organ tubuh manusia dengan tujuan yang akan dicapai yaitu : (1) Siswa mampu menyebutkan organ tubuh manusia.(2) Siswa dapat menjelaskan fungsi organ tubuh manusia. (3)Siswa dapat menyebutkan factor – factor yang mempengaruhi kesehatan organ tubuh manusia ,akan tetapi ada juga siswa yang tidak memperhatikan karena bermain sendiri sehingga guru menegur dan bertanya kepada siswa . Selanjutnya siswa diberi tugas untuk mencari gambar dan informasi yang sebanyak – banyaknya mengenai konsep organ tubuh manusia beserta fungsinya dan dilanjutkan diskusi kelompok. ternyata dalam diskusi masih ada tiga siswa yang berlama diskusi tiga orang tersebut yang belum memahami apa yang dimaksud diskusi karena mereka bicara dan bermain sendiri . Selanjutnya guru membagikan LKS pada siswa dan memberikan pengarahan tentang langkah kerja yang harus dilakukan siswa nantinya dirumah . Ternyata masih ada siswa yang belum jelas kemudian guru menjelaskan kembali . Pada pertemuan berikutnya siswa mejelaskan organ tubuh manusia yang ditugaskan oleh guru dan yang lainnya memberikan tanggapan serta masukkan ataupun mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan paparan siswa yang sedang di presentasikan didepan kelas. Semua hasi kerja siswa dikoreksi, ternyata masih ada anak yang belum mancapai nilai rata – rata. Sebagai akhir dari pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan penilaian hasil belajar IPA siswa siklus I. Penilaian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami materi konsep struktur organ tubuh manusia. Hasil dari tes siklus I adalah sebagai berikut. Tabel 3. Nilai Ulangan Harian Siklus I No 1 2 3 Uraian Nilai Ulangan Harian 60 85 72,67 Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata – rata Pengamatan dan Evaluasi Hasil observasi tentang motivasi belajar siswa pada Siklus I dapat dilihat pada tabel motivasi belajar berikut. 951 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Tabel 4. Motivasi Belajar Siswa Siklus I No 1 2 3 4 Aspek Bertanggung jawab Ketekunan Memiliki usaha Waktu penyelesaian tugas Nilai Rata-rata 3,5 3,7 3,4 3,5 Kategori Baik baik baik baik Dari tabel di atas dapat dijelaskan ,bahwa dengan model picture and picture diperoleh nilai rata – rata 68,66 ketuntasan mencapai 33 persen atau ada 10 orang dari 42 siswa yang sudah tuntas belajar.Hasil tersebut menunjukkan secara umum siswa belum tuntas belajar karena siswa belum mencapai nilai lebih dari 75. Hal ini disebabkan oleh: (1) Siswa masih merasa asing apa yang dimaksud dengn picture and picture, (2). Kurang maksmalnya guru dalam menyampaikan tujuan, (3) Siwa belum memahami sepenuhnya langkah kerja dalam model picture and picture, dan (4) Siswa merasa kesulitan dalam membuat kesimpulan model picture and picture. Refleksi dalam pembelajaran pada siklus 1 adalah: (1) Guru kurang maksimal didalam memotivasi siswa, (2) Guru kurang maksimal dalam mengelola waktu, dan (3) Selama pembelajaran berlangsung siswa kurang aktif. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II beberapa tindakan yang diperbaiki adalah (1) guru lebih terampil dalam memotivasi siswa didalam menyampaikan tujuan pembelajaran, dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan,sehingga siswa akan lebih semangat dan (2) guru perlu menambah informasi yang diperlukan siswa sebagai hal yang perlu dicatat. Deskripsi Siklus II Hasil nilai siswa pada ulangan harian siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Tabel 5. Nilai Ulangan Harian Siklus II No 1 2 3 4 Uraian Nilai Ulangan Harian 70 100 83 30 Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rerata Rentang Nilai Pengamatan dan Evaluasi Hasil observasi tentang motivasi belajar siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel motivasi belajar berikut. Tabel 6. Motivasi Belajar Siswa Siklus I No 1 2 3 4 Aspek Bertanggung jawab Ketekunan Memiliki usaha Waktu penyelesaian tugas Nilai Rata-rata 3,8 4,0 3,7 3,7 Kategori baik amat baik baik baik Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus II, peneliti bersama teman sejawat mendiskusikan hasil tindakan kelas da diperoleh beberapa simpulan berikut. 1) Guru secara bertahap telah melaksanakan pembelajaran dengan baik. 2) Motivasi belajar siswa tinggi. 952 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 3) keaktifan, umpan balik antara guru-siswa dan siswa-siswa sudah dilaksanakan dan berjalan baik, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif. 4) Guru dapat mengendalikan suasana belajar dengan baik. 5) siswa berdiskusi dengan tim biasa. 6) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan terjadi perubahan perilaku siswa kea rah positif. Pembahasan Hasil pembahasan dalam penelitian meliputi motivasi belajar, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi konsep organ tubuh manusia. Tabel 7. Motivasi Belajar Siswa per Siklus No 1 Kondisi Awal Bertanggung Jawab: Nilai rata-rata: 2,6 Kategori: cukup baik Ketekunan Nilai rata-rata: 2,7 Kategori: cukup baik Usaha: Nilai rata-rata: 2,5 Kategori: cukup baik Waktu Penyelesaian tugas: Nilai rata-rata: 2,4 Kategori:cukup baik Siklus I Bertanggung Jawab: Nilai rata-rata: 3,5 Kategori: baik Ketekunan Nilai rata-rata: 3,7 Kategori: baik Usaha: Nilai rata-rata: 3,4 Kategori: baik Siklus II Bertanggung Jawab: Nilai rata-rata: 3,8 Kategori: baik Ketekunan Nilai rata-rata: 4,0 Kategori: amat baik Refleksi Motivasi belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II terdapat peningkatan; aspek tanggung jawab dari cukup baik menjadi baik; aspek tekun cukup baik menjadi amat baik; Usaha: Nilai rata-rata: 3,7 Kategori: baik Waktu Penyelesaian tugas: Waktu Nilai rata-rata: 3,6 Penyelesaian Kategori: baik tugas: Nilai rata-rata: 3,7 Kategori: baik aspek waktu penyelesaian tugas dari cukup baik menjadi baik; dan aspek Tabel di atas menunjukkan bahwa melalui pembelajaran aktif model picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi konsep struktur organ tubuh manusia dan fungsinya bagi siswa kelas IV SD Negeri 004 Tanjung Piayu semester I tahun pelajaran 2016/2017. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran aktif model picture an picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA materi konsep organ tubuh manusia dan fungsinya bagi siswa kelas IV SD Negeri 004 Tanjung Piayu semester I tahun pelajaran 2016/2017. 1. Memberikan pengaruh yang positif baik pada guru dan pada siswa dan merupakan cara praktis untuk membantu siswa dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi konsep struktur organ tubuh manusia dan fungsinya. 2. Membantu siswa yang kurang/sukar dalam memahami pelajaran IPA khususnya pada konsep struktur organ tubuh manusia dan fungsinya. 953 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Berdasarkan hasil penelitian, analisis daa dan kesimpulan penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu sebagai berikut. 1. Saran kepada siswa; demi peningkatan motivasi dan hasil belajar yang memadai dalam belajar IPA, disarankan kepada siswa agar belajar dengan baik jangan segan-segan untuk bertanya kepada orang lain atau membaca buku sumber. 2. Saran kepada para guru; guru senantiasa menerapkan strategi mengajar yang bervariasi dan sesuai dengan latar belakang serta kemampuan siswa, serta terus memberi motivasi siswa. 3. Sara kepada sekolah; diharapkan sekolah menambah media alat peraga dan sarana-prasarana lain yang dibutuhkan dan 4. Saran kepada guru sejawat; penelitian ini diharapkan sebagai motivasi dan penguatan, serta masukan dalam melakukan penelitian tindakan kelas selanjutnya. DAFTAR RUJUKAN Kapustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT ). 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi baru. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix Jakarta. Hismam, Bermawy,sekar ( 2008:93) 954 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENERAPAN KOOPERATIF JIGSAW DIPADU KEGIATAN LABORATORIUM PADA PEMBELAJARAN SENYAWA KARBON Shinta Amalia SMAN 1 Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini dilakukan di kelas XII MIPA 4 SMAN 1 Batu dengan melalui dua siklus. Pembelajaran siklus pertama menggunakan metode Jigsaw dengan materi tatanama senyawa karbon (alkanol, alkoksi alkana, alkanal, alkanon, asam alkanoat, alkil alkanoat, dan alkil halida). Pada siklus kedua, pembelajaran menggunakan metode Jigsaw yang dipadu dengan kegiatan laboratorium. Materi pembelajaran pada siklus dua berupa identifikasi aldehid keton dengan tollens, identifikasi aldehid keton dengan fehling, dan esterifikasi. Hasil penelitian memperlihatkan keaktifan peserta didik, kerjasama, dan rasa percaya diri yang meningkat. Hasil penilaian tes tertulis pada siklus pertama memberikan nilai rata-rata 79,67 sedangkan hasil penilaian tes formatif dari siklus kedua memberikan nilai rata-rata 84,85. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus satu ke siklus dua. Kata kunci: metode Jigsaw, kegiatan laboratorium, pembelajaran senyawa karbon. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa diupayakan oleh pemerintah, salah satunya dengan penggunaan strategi pembelajaran inovatif dalam pembelajaran seperti yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014. Lebih lanjut dijabarkan bahwa pembelajaran merupakan salah satu bagian dari proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter peserta didik yang bersinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memungkinkan peserta didik mengembangkan potensinya, semakin lama semakin meningkat. Potensi tersebut meliputi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Untuk mencapai kualitas yang telah dicanangkan, dikembangkan sejumlah prinsip kegiatan pembelajaran antara lain: peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu, peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar, proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah, pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, serta suasana belajar menyenangkan ( Permendikbud, 2014). Sesuai dengan silabus mata pelajaran Kimia Tingkat SMA/MA, materi senyawa karbon diajarkan di kelas XII dan biasanya disampaikan di semester gasal dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran per minggu (@ 45 menit). Ada dua kompetensi dasar pada materi senyawa karbon yaitu Kompetensi Dasar 3.9 dan Kompetensi Dasar 4.9 dengan cakupan materi sangat luas yang meliputi struktur, tata nama, sifat, sintesis, dan kegunaan senyawa karbon (haloalkana, amina, alkanol, alkoksialkana, alkanal, alkanon, asam alkanoat, dan alkil alkanoat), sedang alokasi waktunya hanya 8 x 45 menit. Mengingat singkatnya waktu yang tersedia, biasanya pembelajaran disampaikan dengan metode ceramah dengan alasan untuk lebih menyingkat waktu. Dalam kondisi tersebut, peserta didik umumnya hanya berperan sebagai objek penerima materi, implikasinya tentu tidak ada proses konstruksi pada proses pembelajaran. Peserta didik menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran. 955 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Banyak metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik serta mendukung peserta didik dalam membangun pengetahuannya, salah satunya adalah metode kooperatif Jigsaw. Menurut Slavin (1982) dalam Reuven, Lazarowitz et.al.(1985) pada metode kooperatif Jigsaw, peserta didik diatur menjadi beberapa kelompok (kelompok asal). Materi pelajaran dibagi menjadi beberapa bagian untuk dipelajari peserta anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok mendapat bagian berbeda untuk dipelajari. Semua anggota dari kelompok yang berbeda dengan bahan materi yang sama, bergabung menjadi satu kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, peserta didik membaca, berdiskusi, memahami materi, dan merencanakan bagaimana mengajarkan materi tersebut pada teman yang lain. Setelah waktu yang ditentukan, masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal. Di kelompok asal, masing-masing peserta didik mengajarkan kepada temannya tentang materi yang dipelajari sebelumnya pada kelompok ahli. Dengan mekanisme ini diharapkan peserta didik akan berusaha memahami seluruh materi pelajaran melalui diskusi di dalam kelompok asal. Melalui metode Jigsaw, peserta didik belajar melalui teman sebaya, saling menghargai, belajar dan mengajari, serta membantu satu sama lain. Menurut Aronson et. al. (1978) dalam Reuven, Lazarowitz et. al.(1985) penerapan metode Jigsaw di sekolah dasar memberi pengaruh yang positif diantaranya rasa kebersamaan, rasa percaya diri, dan ketuntasan yang lebih baik. Penelitian dilakukan dengan membandingkan 2 kelas berbeda di dua sekolah yang berbeda. Pembelajaran di kelas penelitian menggunakan metode Jigsaw, sedangkan pembelajaran di kelas kontrol tidak menggunakan metode Jigsaw. Sharan (1980) dalam Reuven, Lazarowitz et. al.(1985) melakukan penelitian untuk membandingkan TGT, STAD, dan Jigsaw di sekolah menengah pertama selama enam minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Jigsaw meningkatkan rasa percaya diri. Hartini (2012-2013) menyatakan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Penelitian dilakukan di kelas VIB SDN 002 Tanah Grogot pada materi ciri khusus tumbuhan. Materi senyawa karbon sangat sesuai jika menggunakan metode kooperatif Jigsaw, karena pada materi senyawa karbon ada beberapa konsep yang kurang lebih setara yang perlu dipahami peserta didik. Slavin (1982) dalam Reuven, Lazarowitz et. al.(1985) menyatakan materi yang dipelajari melalui metode Jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian yang kurang lebih materinya setara. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan hasil pembelajaran materi senyawa karbon akan meningkat dengan menggunakan metode kooperatif Jigsaw. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dalam penelitian tindakan ini guru bertindak sebagai peneliti dan teman sejawat bertindak sebagai observer. Penelitian ini terdiri atas tiga komponen utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan ( meliputi observasi dan refleksi), penyelesaian. Pelaksanaan tindakan terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dilakukan tes akhir hasil belajar pada setiap siklus. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas, guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga peserta didik tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. Langkah-langkah penelitian terdiri atas; 956 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Siklus 1: Perencanaan Pada tahap perencanaan dilaksanakan langkah-langkah pembuatan RPP, pertanyaan untuk pembelajaran, lembar observasi, soal evaluasi, dan rubrik penilaian. Penyusunan RPP pada siklus pertama dilakukan melalui penelaahan pada Kompetensi Dasar 3.9 di kelas XII yaitu menganalisis struktur, tata nama, sifat, sintesis, dan kegunaan senyawa karbon (haloalkana, alkanol, alkoksialkana, alkanal, alkanon, asam alkanoat, dan alkil alkanoat), dan disusun untuk dua kali pertemuan. Materi struktur dan tata nama senyawa karbon peneliti bagi menjadi 7 bagian yang terdiri dari alkanol, alkoksialkana, alkanal, alkanon, asam alkanoat, alkil alkanoat, dan alkil halida. Sehingga setiap kelompok ahli mempelajari satu bagian tata nama (ada 7 kelompok ahli). Soal evaluasi yang disusun juga terdiri dari 7 soal yang setiap soal mewakili 1 bagian tata nama/ struktur. Lembar observasi yang disusun terdiri dari dua bagian yaitu observasi terhadap aktivitas peserta didik selama pembelajaran dan observasi terhadap langkah-langkah pembelajaran. Pertanyaan yang dimuat pada observasi aktivitas peserta didik adalah: a) Apakah semua peserta didik benar-benar telah belajar tentang topik pembelajaran hari ini? Bagaimana proses mereka belajar? b) Peserta didik mana yang tidak dapat mengikut kegiatan pembelajaran pada hari ini? c) Mengapa peserta didik tersebut tidak dapat belajar dengan baik? Menurut Anda apa penyebabnya dan bagaimana alternatif solusinya menurut Anda? d) Bagaimana usaha guru dalam mendorong peserta didik yang tidak aktif untuk belajar? e) Pelajaran berharga apa yang dapat Anda petik dari pengamatan pembelajaran hari ini? Lembar observasi langkah pembelajaran meliputi pengamatan terhadap kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Pada kegiatan awal hal yang diobservasi mengenai apersepsi dan motivasi. Materi ajar, pengelolaan sumber belajar/media, strategi pembelajaran diamati pada kegiatan inti. Pada kegiatan penutup hal yang diamati kegiatan penguatan materi dan evaluasi. Pelaksanaan dan Observasi Langkah pelaksanaan meliputi pembentukan kelompok asal yang beranggota masing-masing 7 peserta didik secara heterogen. Anggota disusun dengan jumlah anggota 7 orang karena materi yang akan dipelajari terdiri dari 7 bahasan. Masing-masing peserta didik pada kelompok asal berhitung dari 1 sampai 7. Anggota kelompok dengan nomor sama bergabung menjadi kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Peserta didik berdiskusi pada kelompok ahli sampai memahami materi dilanjutkan berdiskusi pada kelompok asal untuk saling bertukar pengetahuan. Pengamatan selama pembelajaran dilakukan oleh peneliti maupun oleh observer, dan terakhir dilakukan evaluasi. Refleksi Pada tahap ini dilaksanakan diskusi antara peneliti dan observer untuk memperbaiki kekurangan yang teramati pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus 1. Sehingga diharapkan pada siklus dua akan dihasilkan pembelajaran yang lebih baik. Siklus 2 Perencanaan Pada tahap perencanaan dilaksanakan langkah-langkah sama dengan siklus satu, hanya pada siklus dua dilaksanakan metode Jigsaw dipadu dengan praktikum. Sehingga pada siklus dua dipersiapkan LKS untuk memandu kegiatan praktikum. Materi pada siklus dua masih pada senyawa karbon, hanya kompetensi dasar yang digunakan adalah Kompetensi Dasar 4.9. Merancang dan melakukan percobaan untuk sintesis senyawa karbon, identifikasi gugus fungsi. Praktikum pada siklus dua dirancang dengan tiga judul percobaan yaitu identifikasi aldehid dan keton dengan pereaksi tollens, identifikasi aldehid dan keton dengan pereaksi fehling, serta reaksi esterifikasi. Pembelajaran 957 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 pada siklus dua pun direncanakan dilaksanakan dengan dua kali pertemuan dan diakhiri dengan evaluasi. Pelaksanaan dan Observasi Langkah pelaksanaan meliputi pembentukan kelompok asal yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 peserta didik secara heterogen. Setiap anggota kelompok asal berhitung dari 1sampai 3, sehingga dalam kelompok asal ada 2 orang yang bernomor sama. Setiap peserta dengan nomor sama bergabung menjadi satu kelompok ahli yang terdiri dari 6 orang. Dalam satu kelas ada 6 kelompok ahli dan setiap 2 kelompok ahli melakukan percobaan yang sama. Ada 3 percobaan yang dilakukan, yaitu identifikasi aldehid dan keton dengan tollens, identifikasi aldehid dan keton dengan fehling, serta esterifikasi. Setiap percobaan yang dilaksanakan di kelompok ahli direkam melalui hand phone oleh anggota kelompok sebagai bahan untuk diperlihatkan pada anggota kelompok asal. Seteleh percobaan dan diskusi selesai dilaksanakan pada kelompok ahli, setiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal untuk berbagi pengetahuan yang diperoleh di kelompok ahli. Pada akhir pembelajaran sebelum dilaksanakan evaluasi, 3 orang perwakilan peserta didik mempresentasikan cara kerja, hasil percobaan, dan reaksi yang terjadi selama percobaan. Refleksi Pada tahap ini dilaksanakan diskusi antara peneliti dan observer untuk memperbaiki kekurangan yang teramati pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada siklus 2 sehingga pembelajaran yang selanjutnya akan lebih baik lagi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Perencanaan Hasil perencanaan berupa RPP, lembar observasi beserta perangkat lainnya, dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok dengan anggota 7 orang, yang dipilih secara acak. Materi kajian terdiri dari tata nama dan struktur alkanol, tata nama dan struktur alkoksialkana, tata nama dan struktur alkanal, tata nama dan struktur alkanon, tata nama dan struktur asam alkanoat, tata nama dan struktur alkil alkanoat, tata nama dan struktur alkil halida. Masing-masing anggota kelompok ahli bertanggung jawab memahami materi tertentu. Pelaksanaan dan Observasi Pembelajaran dilaksanakan hari Rabu tanggal 5 Oktober jam ke 7 dan ke 8. Pembelajaran dimulai oleh guru dengan mengucapkan salam dan memeriksa kehadiran peserta didik. Dilanjutkan dengan menginformasikan tujuan pembelajaran yaitu untuk mengetahui aturan pemberian nama senyawa turunan alkana. Turunan alkana begitu banyaknya dan tidak mungkin dihafalkan semua nama senyawanya. Oleh karena itu penting untuk mengetahui tata cara pemberian nama. Peneliti mengingatkan kembali tentang aturan memberi nama senyawa alkana yang pernah dipelajari di kelas XI. Waktu yang diperlukan untuk langkah ini selama 10 menit. Berikutnya guru menyampaikan skenario pembelajaran yang dilakukan, yaitu metode Jigsaw dan meminta mereka membagi menjadi 5 kelompok heterogen beranggotakan 7 orang. Peserta didik menyimak penjelasan guru dan mulai membagi kelompok sesuai permintaan guru. Karena banyak peserta didik dalam kelas adalah 36 orang, maka terbentuk 5 kelompok yang salah satunya beranggotakan 8 orang. Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan pembelajaran, pertama setiap kelompok diminta berhitung 1 sampai dengan 7, berikutnya setiap anggota kelompok dengan nomor yang sama bergabung menjadi kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Ada 7 kelompok ahli yang masing-masing kelompok ahli bertanggung jawab untuk mempelajari tata nama dan struktur suatu gugus fungsi. Pengaturan kelompok menghabiskan waktu 10 menit. 958 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Langkah selanjutnya, guru menugasi setiap kelompok untuk berdiskusi tentang tata nama dari salah satu jenis turunan alkana, yaitu alkanol, alkoksi alkana, alkanal, alkanon, asam alkanoat, alkil alkanoat, dan alkil halida. Sebagai bahan diskusi guru memberi beberapa soal tentang nama dan rumus struktur senyawa karbon yang berbeda sesuai dengan kelompok ahli. Diskusi pada kelompok ahli berlangsung selama 50 menit. Banyak hal menarik yang teramati oleh peneliti pada saat diskusi di kelompok ahli. Semua peserta didik terlihat aktif untuk mempelajari, karena merasa bertanggungjawab untuk menjelaskan kembali di kelompoknya. Jika mereka kesulitan, mereka akan bertanya pada peneliti dan peneliti berusaha untuk memancing peserta didik berpikir. Gambar 1. Peserta didik berdiskusi Berikut ini beberapa dialog yang terjadi pada saat diskusi di kelompok ahli. Peserta didik : “ Apakah nomor atom C yang mengikat gugus OH pada alkanal selalu nomor 1?” Guru : “ Kira-kira menurut kamu bagaimana?” Peserta didik : “ Nggak tahu….” Guru : “ Coba kamu pindah ke nomor 2!” Peserta didik : “ Tidak bisa….berarti selalu nomor 1?” Peserta didik pada kelompok ahli alkanal memahami bahwa atom C yang mengikat gugus OH pada alkanal selalu sebagai atom C nomor 1. Pada anggota kelompok ahli alkanon, dialog yang terjadi, Peserta didik: “ Kenapa penamaan propanon dan butanon tidak diberi nomor, sedangkan pentanon diberi nomor?” Guru : “ Coba kamu buat rumus struktur propanon, beri nomor dan tulis namanya!” Peserta didik: (menuliskan rumus propanon beserta nama yang dilengkapi nomornya) Guru : “ Coba kamu buat rumus struktur butanon, beri nomor dan tulis namanya!” Peserta didik: (menuliskan rumus butanon beserta nama yang dilengkapi nomornya) Guru : “ Pindahkan letak gugus fungsi pada butanon, beri nomor dan tulis namanya!” Peserta didik: (menuliskan rumus butanon beserta nama yang dilengkapi nomornya) “ Untuk nama butanon…namanya sama saja meskipun letak gugus fungsi dipindahkan!” Guru : “ Coba kamu buat rumus struktur pentanon, beri nomor dan tulis namanya!” Peserta didik: (menuliskan rumus pentanon beserta nama yang dilengkapi nomornya) Guru :“ Pindahkan gugus fungsi pada pentanon, beri nomor dan tulis namanya!” Peserta didik: (menuliskan rumus pentanon beserta nama yang dilengkapi nomornya) “ Oh….saya ngerti, untuk pentanon…namanya berbeda!” “Berarti mulai pentanon…harus diberi nomor letak gugus fungsinya?” Guru : “Iya….” 959 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Peserta didik akhirnya memahami bahwa pada senyawa alkanon mulai rantai C berjumlah 5 harus diberi nomor untuk menunjukkan letak gugus fungsi, sedangkan rantai C kurang dari 5 tidak perlu diberi nomor karena tidak akan mempunyai nama yang berbeda meskipun letak gugus fungsi dipindahkan. Terlebih lagi untuk senyawa alkanon dengan rantai C berjumlah 3, gugus fungsinya tidak bisa dipindahkan. Berikutnya dialog yang terjadi pada kelompok ahli asam karboksilat, Peserta didik: “ Bagaimana kalau senyawa asam karboksilat ada cabangnya?” Guru : “ Coba kamu tulis…bagaimana senyawanya?” Peserta didik: (menuliskan contoh senyawa asam karboksilat yang memiliki cabang) Guru : “ Coba kamu beri nomor rantai utamanya!” Peserta didik: (menuliskan nomor rantai utamanya) Guru : “Sekarang kamu beri nama…yang tidak ada nomornya berarti cabang, dan cara memberi nama seperti aturan alkana Peserta didik: “Oh…iya…saya bisa!” Pada akhirnya peserta didik memahami cara memberi nama senyawa alkana yang memiliki cabang. Pada kelompok ahli ester pertanyaan yang muncul diantaranya, Peserta didik: “ Bagaimana membedakan alkil dan alkanoat?” Guru : “ Coba kamu tulis contoh rumus struktur yang ada di buku!” Peserta didik: (menulis rumus struktur metil etanoat) Guru : “ Coba kamu perhatikan…yang mana metil (C nya satu), yang mana etanoat (C nya dua)!” Peserta didik: “ Oh…ini yang metil, dan ini yang etanoat…!” Guru : “ Nah…kamu perhatikan cirinya…metil itu menjadi ciri untuk memilih gugus alkil, dan etanoat menjadi ciri untuk memilih gugus alkanoat”! Peserta didik: “ Berarti alkil di ujung dekat atom O, sedangkan alkanoat yang mengikat gugus COO!” Guru : “ Iya…begitu, jangan lupa C yang mengikat dua atom O dihitung sebagai alkanoat!” Peserta didik akhirnya dapat menyimpulkan cara menentukan gugus alkil dan gugus alkanoat. Berikut contoh dialog pada kelompok ahli halo alkana. Peserta didik: “ Bagaimana memberi nomor pada senyawa halo alkana?” Guru : “ Coba kamu tuliskan satu rumus struktur senyawa halo alkana!” Peserta didik: (menulis satu rumus struktur senyawa halo alkana) Guru : “ Coba kamu hitung atom C nya…kira-kira kamu mulai dari mana?” Peserta didik: “ Dari yang dekat cabang halogennya!” Guru : “ Sebagai tambahan…perlu diingat…prioritas penomoran berdasarkan urutan kereaktifan senyawa halogen. Tetapi penulisan nama cabang halogen berdasarkan urutan alfabetis, kloro dianggap chloro sehingga ditulis lebih dahulu dibanding fluoro. Peserta didik memahami cara penomoran pada senyawa alkil halida. Ada beberapa temuan yang menarik saat peserta didik berdiskusi di kelompok asal. Jika salah seorang temannya menjelaskan dan ada peserta didik yang belum memahami, dengan spontan mengatakan belum paham. Sehingga temannya mengulangi untuk menjelaskan. Sebaliknya jika salah satu temannya menjelaskan dan semua anggota kelompok memahami, secara spontan mereka mengatakan paham….sip sambil tepuk tangan bersama. Ada juga kelompok yang menghapal secara bersama tata nama 960 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 alkana yang merupakan dasar penamaan turunan alkana.Temuan lain yang peneliti amati adalah bahwa rasa percaya diri siswa terlihat meningkat, terutama pada peserta yang biasanya tidak terlalu memperhatikan pelajaran. Peserta didik merasa berarti karena keberadaanya diperlukan di dalam kelompok. Semua anggota kelompok menunggu penjelasan dari setiap peserta didik dan tidak bisa diwakilkan oleh anggota kelompok yang lain. Setelah selesai diskusi pada kelompok ahli, peserta didik kembali pada kelompok asal untuk saling berbagi ilmu yang telah dipelajari pada kelompok ahli. Pada pertemuan pertama peserta didik hanya memiliki waktu 10 menit untuk berbagi ilmu, sehingga harus dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016 pada jam pelajaran ke 3 dan ke 4. Pertemuan kedua diawali dengan memberi salam dan mengecek kehadiran peserta didik. Peserta didik berbagi ilmu di kelompok asal selama 50 menit. Suasana kelas tampak ramai, semua peserta didik sibuk berdiskusi di dalam kelompok dan tidak ada seorang pun yang berbicara di luar materi. Ada juga kelompok yang sedikit kebingungan karena ada 1 anggota kelompok yang tidak masuk, sehingga peneliti harus mengundang ahli dari kelompok lain. Observasi terhadap aktivitas peserta didik yang dilakukan observer memberikan hasil sebagai berikut: a) Secara keseluruhan semua peserta didik belajar dan berdiskusi dengan kelompoknya, peserta didik yang belum memahami langsung bertanya pada temannya, b) Hampir semua peserta didik mengikuti pembelajaran dengan aktif, hanya beberapa peserta didik yang kelihatan kurang aktif. Ag terlihat sedikit kurang aktif, namun memperhatikan temannya yang menjelaskan, merespon, dan mencatat hal-hal yang penting. RA dan Hb terlihat diam sambil memperhatikan temannya yang sedang menjelaskan, c) Peserta didik yang kurang belajar dengan baik karena masih sibuk mencatat penjelasan pada materi sebelumnya, sedangkan teman lain sudah menjelaskan materi lain, d) Guru mendekati dan memperhatikan diskusi yang dilakukan peserta didik dan memberi pertanyaan pancingan ketika ada peserta didik yang menjelaskan materi kurang jelas, e) Model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, melatih peserta didik belajar mandiri. Observasi terhadap langkah pembelajaran, pada awal kegiatan guru kurang menggali motivasi peserta didik . Peserta didik sudah merespon apersepsi yang diberikan guru tentang tata nama alkana, guru sudah memberikan penjelasan umum tentang prosedur kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik, akan tetapi guru belum menyampaikan manfaat mempelajari materi ini. Observasi terhadap interaksi peserta didik dengan sumber belajar/ buku sudah terlihat sangat baik. Proses pembelajaran sudah dilaksanakan dengan strategi yang sesuai dan belangsung secara lancar, peserta didik aktif berdiskusi berbagai materi, bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Semua peserta didik sudah dapat mengikuti alur kegiatan belajar yang dirancang. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali dan memperbaiki pemahaman peserta didik. Pada kegiatan penutup guru tidak memberikan penguatan tapi memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya. Dilaksanakan juga evaluasi di akhir pembelajaran, tetapi guru tidak membahasnya sehingga pencapaian tujuan belajar tidak diketahui dengan langsung. Penilaian terhadap siklus pertama dilakukan setelah selesai diskusi pada kelompok asal. Penilaian dilakukan dengan memberikan soal uraian mengenai tata nama dan menulis struktur. Soal uraian terdiri dari 7 butir soal yang setiap soal mewakili tata nama setiap gugus fungsi. Peserta didik mengerjakan soal uraian selama 20 menit. Hasil penilaian pada siklus pertama menunjukkan hasil rata-rata 79,67 dengan nilai terendah 36 dan nilai tertinggi 96. Secara rinci hasil evaluasi dapat dilihat pada Tabel 1. 961 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Tabel 1. Hasil Penilaian Siklus 1 Rata-rata nilai Nilai tertinggi Nilai terendah Persentase peserta didik dengan nilai di atas KKM (nilai ≥78) Persentase peserta didik dengan nilai di bawah KKM (nilai <78) 79,67 96 36 63,89% 36,11% Banyak temuan menarik dari penilaian Siklus 1, diantaranya pada soal yang menanyakan tentang nama alkohol beberapa peserta didik masih ada yang tidak teliti untuk menulis nomor letak gugus OH. Ada juga peserta didik yang belum bisa sama sekali memberi nama senyawa alkohol (RA yang menurut observer tampak kurang aktif). Pada soal yang menanyakan tentang nama senyawa alkanon sebagian besar peserta didik sudah memahami dengan baik, hanya beberapa peserta didik yang belum memahami. Pada soal tentang tata nama eter, sebagian besar peserta didik sudah memahami tetapi banyak yang kurang teliti pada penomoran letak cabang. Refleksi Dari hasil pelaksanaan pada Siklus 1 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Jigsaw dapat mengaktifkan proses pembelajaran peserta didik. Akan tetapi mengingat masih ada siswa yang kurang aktif dan masih cukup banyak siswa yang nilainya belum melampaui nilai KKM, maka dilakukan Siklus 2 dengan menambahkan kerja laboratorium pada metode Jigsaw. Siklus 2 Perencanaan Hasil perencanaan pada Siklus 2 sama dengan perencanaan pada Siklus 1, perbedaannya pada Siklus 2 menggunakan metode Jigsaw yang dipadu dengan kegiatan laboratorium. Sehingga untuk Siklus 2 disusun lembar kerja untuk memandu peserta didik melakukan percobaan. Soal yang disusun untuk bahan evaluasi pun lebih mengarah pada kegiatan praktikum yang telah dilakukan. Ada 3 percobaan yang dilakukan, yaitu identifikasi aldehid dan keton dengan tollens, identifikasi aldehid dan keton dengan fehling, serta esterifikasi. Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok yang heterogen dan setiap anggota kelompok diminta berhitung dari 1 sampai 3, sehingga ada 2 orang yang bernomor sama. Setiap peserta didik yang memiliki nomor yang sama bergabung menjadi satu kelompok. Siklus 2 direncanakan berlangsung 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama peserta didik melakukan percobaan dilanjutkan diskusi pada kelompok ahli. Pada pertemuan kedua peserta didik berdiskusi pada kelompok asal, dilanjutkan presentasi dari perwakilan peserta didik. Pertemuan kedua diakhiri dengan pemberian evaluasi formatif. Pelaksanaan dan Observasi Pembelajaran dilaksanakan hari Jumat tanggal 14 Oktober 2016 pada jam pelajaran ke 3 dan ke 4. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan memeriksa kehadiran peserta didik. Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok yang heterogen dan setiap anggota kelompok diminta berhitung dari 1 sampai 3, sehingga ada 2 orang yang bernomor sama. Setiap peserta didik yang memiliki nomor yang sama bergabung menjadi satu kelompok. Pembagian kelompok memerlukan waktu 10 menit. Selama 15 menit berikutnya peserta didik menerima penjelasan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi aldehid dan keton serta membuat ester metil salisilat dan etil asetat. Dijelaskan pula teknik pembelajaran dan penilaian yang akan dilakukan. Peserta didik diingatkan kembali 962 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 tentang ciri gugus aldehid dan keton. Peserta didik juga diberi penjelasan salah satu manfaat mengidentifikasi aldehid untuk mengetahui keberadaan formalin. Kemudian peserta didik diberi tugas dengan rincian kelompok dengan nomor 1 melakukan percobaan identifikasi aldehida dan keton dengan pereaksi tollens, kelompok nomor 2 melakukan percobaan identifikasi aldehida dan keton dengan pereaksi fehling, kelompok nomor 3 melakukan percobaan pembentukan ester metil salisilat dan etil asetat. Selama percobaan peserta didik mengamati, merekam percobaan dengan hand phone, mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja dan berdiskusi. Peserta didik banyak yang mengalami kebingungan pada saat melakukan percobaan, karena peserta didik tidak mempelajari sama sekali percobaan yang akan dilakukan. Akibatnya peserta didik tidak mengerti tentang percobaan yang dilakukan. Gambar 2. Guru membimbing dan peserta didik mengamati percobaan Hampir semua kelompok menanyakan tentang sampai bagaimana tabung reaksi dipanaskan dalam penangas. Berikut ini dialognya, Peserta didik: “Sampai terjadi apa…pada tabung reaksi?” Guru : “Coba kamu baca teori yang ada pada buku!” Peserta didik: “Sampai terbentuk endapan CuO yang berwarna merah bata”(pada kelompok aldehid keton dengan fehling) Guru : “Nah…begitu, hanya karena aldehid yang digunakan metanal…maka warna endapan yang dihasilkan agak pudar…hampir warna jingga.” Peserta didik: “Sampai terbentuk endapan Ag !”(pada kelompok aldehid keton dengan tollens) Guru : “Bukan endapan Ag…tetapi cermin perak, karena menempel di dinding tabung reaksi.” Peserta didik akhirnya memahami bahwa pada percobaan aldehid dengan fehling akan terbentuk endapan yang berwarna merah bata, sedangkan percobaan aldehid dengan tollens terbentuk cermin perak. Langkah ini memerlukan waktu yang lama, hingga waktu pembelajaran hampir selesai, peserta didik masih berdiskusi pada kelompok ahli. Akhirnya pembelajaran ditutup dengan menjelaskan bahwa pada pertemuan selanjutnya peserta didik berdiskusi di kelompok asal, perwakilan peserta didik presentasi, dan terakhir evaluasi. Pertemuan kedua dilaksanakan hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016, pembelajaran dimulai dengan memberikan salam dan mengecek kehadiran peserta didik. Peserta didik menyimak penjelasan mengenai tujuan pembelajaran, teknik pembelajaran, dan teknik penilaian. Kegiatan ini berlangsung selama 10 menit. Selanjutnya peserta didik berdiskusi pada kelompok asal. 963 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Gambar 4. Peserta didik berdiskusi dan mempresentasikan hasil percobaan Pada kegiatan ini peserta didik saling berbagi ilmu mengenai percobaan yang telah dilakukan dan melengkapi lembar kerja yang diberikan. Kegiatan ini berlangsung selama 40 menit. Kemudian guru meminta perwakilan peserta didik untuk mempresentasikan hasil percobaan. Presentasi meliputi cara kerja, pengamatan, reaksi yang terjadi, dan kesimpulan. Ada 3 orang perwakilan peserta didik yang mempresentasikan, setiap orang mempresentasikan percobaan yang berbeda. Waktu yang digunakan untuk presentasi peserta didik 15 menit. Observasi terhadap aktivitas peserta didik yang dilakukan observer memberikan hasil sebagai berikut: a) Secara keseluruhan semua peserta didik belajar, semua anggota kelompok terlibat melakukan percobaan, b) Hampir semua peserta didik mengikuti pembelajaran dengan aktif, hanya ada 2 peserta didik yang terlihat pasif dan ada 1 peserta didik yang terlihat oleh observer membuka hand phone di luar konteks pembelajaran, c) Peserta didik yang tidak siap mengikuti pembelajaran disebabkan tidak mengetahui konsep. Di samping itu meja praktikum yang terlalu panjang menyebabkan pengamatan peserta didik terbatas. Faktor ketersediaan bahan praktikum yang kurang menyebabkan peserta didik yang melakukan percobaan yang sama harus menunggu peserta lain selesai mengambil zat, d) Guru berkeliling pada setiap kelompok, memberi bimbingan, e) Pembentukkan kelompok dengan jumlah anggota 6 orang terlalu banyak, sebaiknya dibentuk kelompok dengan jumlah anggota 4 orang. Meja praktikum yang panjang mengganggu mobilitas peserta didik, di samping menyulitkan peserta didik untuk berhadapan dengan anggota kelompoknya. Observasi terhadap langkah pembelajaran, pada awal kegiatan guru kurang menggali motivasi peserta didik, tidak ada peserta didik yang bertanya. Pada awal pembelajaran sudah ada penjelasan umum tentang tugas kelompok ahli, peranan materi pembelajaran yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Observasi terhadap interaksi peserta didik dengan sumber belajar/buku sudah terlihat cukup baik. Proses pembelajaran sudah dilaksanakan dengan strategi yang sesuai dan belangsung secara lancar, peserta didik aktif melakukan percobaan, namun dibutuhkan waktu yang lama dalam melakukan percobaan, sehingga ada siswa yang mengobrol saat menunggu reaksi hasil percobaan. Pada kegiatan penutup guru tidak memberikan penguatan tapi memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya. Dilaksanakan juga evaluasi di akhir pembelajaran, tetapi guru tidak membahasnya sehingga pencapaian tujuan belajar tidak diketahui dengan langsung. Langkah terakhir dari Siklus 2 adalah melaksanakan penilaian. Penilaian diperoleh melalui 2 cara yaitu dengan memberikan soal tertulis berupa uraian sebanyak 4 nomor dan penilaian dari lembar kerja. Soal uraian menanyakan hal-hal mengenai percobaan yang telah dilakukan dan reaksi yang terjadi pada percobaan. Peserta didik diberi waktu selama 25 menit untuk menyelesaikan soal yang diberikan. 964 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Analisis hasil penilaian dari soal tertulis pada Siklus 2 menunjukkan bahwa jawaban peserta didik pada soal nomor 1, soal yang menanyakan tentang cara membedakan aldehid dan keton hampir semua peserta didik dapat menjawab dengan hampir sempurna. Sebagian kecil peserta didik menjawab secara tidak sempurna, hanya menyebutkan pereaksinya saja tanpa disebutkan hasil yang teramati. Begitu pula pada soal nomor 3, soal yang menanyakan tentang cara pembuatan ester hanya sebagian peserta didik yang menjawab tidak sempurna. Sebagian besar peserta didik mendapat skor rendah pada soal nomor 2 dan 4. Soal nomor 2 menanyakan tentang reaksi formaldehid dengan pereaksi fehling, sedangkan soal nomor 4 menanyakan tentang reaksi pembentukkan etil asetat. Banyak peserta didik yang kesulitan untuk menuliskan reaksi dengan tepat disertai wujud masingmasing zat. Penilaian pada lembar kerja berupa dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu identifikasi aldehid keton dengan tollens, identifikasi aldehid keton dengan fehling, dan esterifikasi. Pada setiap bagian ada tujuan percobaan, pengamatan, pertanyaan, dan kesimpulan. Penilaian dilakukan pada masing-masing bagian. Pada percobaan identifikasi aldehid dan keton dengan pereaksi tollens, hampir semua peserta didik dapat menuliskan dengan tepat tujuan percobaan dan pengamatan selama percobaan. Hanya ada peserta didik yang tidak menuliskan pengamatan saat proses reaksi aldehid dengan tollens, tidak menuliskan perubahan yang teramati saat aseton direaksikan dengan tollens. Pada percobaan identifikasi aldehid dan keton dengan pereaksi fehling, hampir semua peserta didik dapat menuliskan dengan tepat tujuan percobaan dan pengamatan selama percobaan. Pada bagian pengamatan, ada peserta didik yang tidak menuliskan hasil pengamatan percobaan aseton dengan pereaksi fehling. Ada juga peserta didik yang menuliskan terbentuk larutan tidak berwarna pada pengamatan pada percobaan aseton dengan fehling (seharusnya terbentuk larutan berwarna biru). Pada bagian kesimpulan ada yang menuliskan bahwa keton tidak dapat direaksikan dengan fehling, seharusnya dituliskan keton tidak bereaksi dengan fehling. Pada percobaan pembentukan ester hampir semua peserta didik menuliskan dengan tepat pada bagian tujuan, pengamatan, pertanyaan, dan kesimpulan. Penilaian akhir Siklus 2 diperoleh dengan mengambil rata-rata nilai dari penilaian lembar kerja dan penilaian test tulis. Hasil penilaian memberikan hasil rata-rata 84,85, dengan nilai terendah 63 dan nilai tertinggi 99. Jumlah peserta didik yang mencapai nilai ≥ KKM sebanyak 80%. Perincian hasil penilaian pada Siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penilaian Siklus 2 Rata-rata nilai Nilai tertinggi Nilai terendah Persentase peserta didik dengan nilai di atas KKM (nilai ≥78) Persentase peserta didik dengan nilai di bawah KKM (nilai <78) 84,85 99 63 80,0% 20,0% Hasil penilaian Siklus 2 ( rata-rata nilai 84,85) lebih baik dari hasil penilaian Siklus 1 ( rata-rata nilai 79,67), demikian pula persentase peserta didik yang melampaui nilai KKM pada siklus 2 lebih banyak (80,0%) dibanding siklus 1(63,89%). Perbandingan nilai yang diperoleh Siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 3. 965 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Tabel 3. Perbandingan Hasil Penilaian Siklus 1 dan Siklus 2 Perbandingan nilai Rata-rata nilai Nilai tertinggi Nilai terendah Persentase peserta didik dengan nilai di atas KKM (nilai ≥78) Persentase peserta didik dengan nilai di bawah KKM (nilai <78) Siklus 1 79,67 96 36 63,89 Siklus 2 84,85 99 63 80,0 36,11 20,0 Kegiatan peserta didik selama pembelajaran metode Jigsaw terlihat lebih aktif baik pada Siklus 1 maupun Siklus 2. Secara umum hampir semua peserta didik antusias terlibat dalam proses pembelajaran karena setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan kepada teman. Selain itu rasa percaya diri peserta didik meningkat, terlihat dari keberanian peserta didik untuk menjelaskan konsep yang telah dikuasainya kepada teman satu kelompok. Refleksi Dari hasil pelaksanaan pada Siklus 2 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Jigsaw dipadu dengan kegiatan laboratorium secara umum dapat meningkatkan proses pembelajaran peserta didik. Untuk mengurangi peserta didik yang kurang aktif, sebaiknya setiap kelompok dibentuk dengan jumlah anggota 4 orang. Kesiapan peserta didik sangat mempengaruhi lancarnya proses pembelajaran. Sebaiknya peserta didik diberi tugas mempelajari materi yang akan dikerjakan di laboratorium dan di awal pembelajaran diadakan tanya jawab untuk menggali kesiapan peserta didik melakukan percobaan. Dari hasil evaluasi pada kedua siklus menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dari siklus satu ke siklus dua. KESIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran materi senyawa karbon di kelas XII MIPA 4 SMAN 1 Batu dengan metode Jigsaw yang dipadu dengan kegiatan laboratorium memperlihatkan bahwa metode ini lebih meningkatkan aktivitas pembelajaran, menjalin kerja sama antar peserta didik serta meningkatkan rasa percaya diri peserta didik. Hasil penilaian pada Siklus 1 yaitu pembelajaran dengan metode Jigsaw menunjukkan nilai rata-rata peserta didik sebesar 79,67. Sedangkan pada Siklus 2 yaitu pembelajaran kooperatif Jigsaw dipadu dengan kegiatan laboratorium memberikan hasil penilaian yang lebih tinggi, dengan hasil nilai rata-rata sebesar 84,85. Pada pembelajaran dengan metode apa pun sebaiknya peserta didik sudah mempelajari dahulu materi yang akan dipelajari pada proses pembelajaran. Terutama jika materi tersebut berhubungan dengan kegiatan percobaan yang akan dilakukan. Sehingga diharapkan percobaan yang dilakukan lebih bermakna bagi peserta didik. Dan sebaiknya bahan-bahan yang akan diidentifikasi dalam percobaan diambil dari kehidupan sehari-hari sehingga percobaan akan lebih bermakna. DAFTAR RUJUKAN Hartini, 2013. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Ciri Khusus Tumbuhan di Kelas VIB SDN 002 Tanah Grogot: Kalimantan Timur Mukhlis, Abdul (Ed) 2000. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban. 966 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Reuven, Lazarowitz et. al.,1985. The Effects of Modified Jigsaw on Achievement, Classroom Social Climate, and Self-Esteem in High-School Science Classes, Library of Congress Cataloging in Publication Data , Plenum Press: New York Udin S.Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:Universitas Terbuka, Tahun 2007 ............, 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Lembaran Negara :Jakarta 967 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 PENERAPAN PEMBELAJARAN STAD BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIFUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI SISWA KELAS XII-IPS SMA PGRI BATU Tri Andarini SMA PGRI Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini mengkaji penerapan pembelajaran kooperatif model Students Team Achievements Division (STAD) berbantuan media manipulatif pada materi operasi perkalian matriks yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII-IPS SMA PGRI tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 17 orang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dilakukan 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model Students Team Achievements Division (STAD) berbantuan media manipulatif dapat meningkatkan hasil belajar. Dari rata-rata nilai 66,4 pada siklus I meningkat menjadi 84,0 pada siklus II . Ketuntasan dari 47,1% pada siklus I menjadi 88,2 % pada siklus II. Kata kunci: pembelajaran kooperatif STAD, media manipulatif, operasi perkalian matriks Disadari atau tidak, matematika selalu memiliki peran dalam setiap sisi kehidupan manusia dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu maupun dalam pengembangan Matematika itu sendiri. Crockroft dalam Suharjo (1999) mengemukakan bahwa matematika sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan, perdagangan, dan industri, karena matematika dapat memberikan cara-cara berkomunikasi yang tepat, singkat dan akurat serta memberikan cara-cara menjelaskan dan memprediksi sesuatu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penguasaan matematika oleh siswa menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi, terutama di dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang semakin kompetitif. Berdasarkan pengalaman mengajar selama ini dengan menggunakan metode konvensional, yakni seperti ceramah langsung, hasil belajar siswa masih belum memuaskan, terutama berkaitan dengan materi operasi perkalian matriks. Berdasarkan pengalaman, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut ditunjukkan dari 17 siswa yang mengikuti pembelajaran hanya 30% siswa yang mencapai ketuntasan. Metode pembelajaran konvensional tidak tepat digunakan karena tugas siswa hanya menerima, mengingat, menghafal dan mengungkapkan kembali berdasarkan permintaan. Hal tersebut membuat siswa terkondisi sebagai partisipan yang pasif di dalam kelas, hanya menerima informasi dan pengetahuan, mereka tidak terbiasa merespon dan berpikir kritis tentang pengetahuan yang mereka dapatkan sehingga tidak terbiasa memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika, guru dituntut dapat menjadi fasilitator yang mampu memberikan arahan kepada siswa. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari, bertanya, menemukan sendiri konsep-konsep matematika serta memberi kesempatan mengonstruksi perolehannya sendiri. Berdasarkan pernyataan di atas, pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah cooperative learning ( Attle and Bakker , 2007) Pembelajaran cooperative learning sudah dikaji oleh banyak peneliti diantaranya Dwiyana dan As’ari dalam Salmani dan Agus Mujiono (2010). Dinyatakan bahwa dalam pembelajaran cooperative learning siswa selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajarnya, sedangkan pengajar 968 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 bertindak sebagai fasilitator, motivator, evaluator, dan sekaligus sebagai pembimbing belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa belajar bersama dengan teman, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab atas pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil-kecil yang terdiri dari 3 atau 4 siswa, sehingga diharapkan dengan kelompok kecil ini interaksi siswa menjadi maksimal dan efektif. Peneliti memilih model pembelajaran Students Team Achievements Division (STAD) yang dikemukakan oleh Slavin bahwa STAD is appropriate to use in a wide variety of subjects including mathematics, language arts and social studies. It is most appropriate for teaching well-defined objectives, such as mathematical computations and applications, language usage and mechanics, geography and map skills, and science facts and concepts. Pembelajaran kooperatif Students Team Achievements Division (STAD) telah dikaji oleh beberapa peneliti (Fitriyati, 2013; Salmani dan Agus Mujiono, 2010; Hikmah, 2013; Wasi’ah, 2013; Izzati, 2015). Fitriyati (2013) menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat membuat siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapat, melaksanakan presentasi ke depan kelas dan menimbulkan sikap saling menghargai sesama teman dalam satu kelompok.Salmani dan Mujiono (2010) menerapkan pembelajaran STAD pada materi “Pencerminan” dan memperoleh hasil bahwa pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar. Hikmah (2013) menerapkan model pembelajaran cooperative tipe STAD dalam kegiatan on-going menunjukkan bahwa adanya interaksi yang baik antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Selain itu, masih menurut Hikmah bahwa penggunaaan media manipulative berupa model-model bangun ruang sisi datar cukup menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran secara aktif. Wasi’ah (2013) dalam penelitiannya yang membahas mengenai pembelajaran konsep luas layang-layang dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dipadu dengan media LCD dalam penelitian tindakan kelas ini telah berhasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar siswa dalam memahami konsep luas layang-layang meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa meliputi peningkatkan nilai rata-rata kelas dan ketercapaian KKM perorangan . Dengan penggunaan model dan penguasaan serta kemampuan guru dalam penerapan media LCD seiring dengan kemajuan teknologi informasi tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari namun juga pembelajaran. Lebih jauh lagi, Izzati (2015) menemukan bahwa metode permainan sandi dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi invers matriks, mengaktifkan siswa, serta membentuk suasana belajar menyenangkan. Penerapan pembelajaran kooperatif STAD menjadi lebih efektif dengan dibantu media , Card Short , LCD, Media Manipulatif . Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut ,penelitian ini mengkaji penerapan pembelajaran kooperatif STAD di SMA PGRI Batu. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini berupa penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD . Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas XII-IPS SMA PGRI tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 17 orang pada semester I tahun pelajaran 2016-2017. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Nopember 2016 yang terbagi dalam dua siklus, dan masingmasing siklus terdiri dari 2 pertemuan (@ 2 jam pelajaran x 45 menit). Siklus pertama dilakukan pada tanggal 18 dan 21 Oktober 2016 dan siklus kedua dilakukan pada tanggal 8 dan 11 Nopember 2016. Setiap akhir siklus dilakukan refleksi, untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan memperbaikinya untuk siklus berikutnya. Alur siklus dalam PTK menurut Mariam (2016) dapat ditunjukkan seperti dalam bagan berikut. 969 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Gambar 1. Alur PTK Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 teknik yaitu teknik observasi dan teknik tes. Teknik observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang digunakan sebagai sumber data yang diperoleh dari pengamatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan untuk teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa dalam bentuk soal dan Lembar Kerja Siswa (LKS). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dipaparkan berdasarkan tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam hal ini dilakukan dua siklus. Siklus I Perencanaan Terdapat lima kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan. Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan (@ 2 jam pelajaran x 45 menit). Pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut : Siklus I diawali dengan perencanaan melalui kegiatan sebagai berikut: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam dua kali pertemuan, 2) Menyiapkan media yang akan digunakan pada pembelajaran, 3) Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS), 4) mengembangkan pedoman observasi dan 5) mengembangkan alat evaluasi. Lima kegiatan tersebut menyertakan teman sejawat dari guru bidang studi yang sama yang ada di sekolah. Dalam kegiatan menyusun RPP peneliti mengembangkan kompetensi dasar ,memilih media pembelajaran yang akan digunakan,mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyiapkan lembar obervasi dan lembar penilaian hasil belajar siswa . Berikutnya peneliti menyusun skenario pembelajaran dengan menentukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Adapun kegiatan pendahuluan sebagai berikut: a) Guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan memberi salam, berdoa, dan mengabsen siswa, memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya dengan materi perkalian matriks, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan tersebut di atas termasuk salah satu tahapan STAD yakni menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Kegiatan selanjutnya yakni kegiatan inti. Tahapan kegiatan inti dijelaskan sebagai berikut: a) Guru secara singkat menyampaikan materi pelajaran.Tahapan tersebut merupakan tahapan kegiatan STAD yakni menyampaikan informasi. (b) Guru mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok 970 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 4-5 orang, c) Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dengan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok dan memberikan pengarahan mengenai petunjuk kegiatan pada LKS, d) Siswa mulai bekerja bersama kelompok. Kegiatan termasuk tahapan STAD yakni mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. e) Guru membimbing siswa selama bekerja dengan anggota kelompoknya, f) Guru mengawasi dan mengingatkan setiap kelompok agar saling membantu dalam memahami dan mengerjakan tugas. Kegiatan ini termasuk tahapan membimbing kelompok belajar. g) Guru meminta setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja dari Lembar Kerja Siswa (LKS) ,ini masuk tahapan evaluasi. Tahapan terakhir dalam kegiatan inti yakni, h) guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mengumpulkan LKS paling awal yang merupakan tahapan STAD yakni memberikan penghargaan. Kegiatan terakhir yakni kegiatan penutup dengan tahapan aktifitas sebagai berikut: a) Guru menanyakan kepada siswa kesan dan materi yang telah dipelajari hari ini, b) Guru menugaskan kepada siswa mempelajari materi operasi matriks dirumah, untuk evaluasi pada pertemuan berikutnya. Selama ketiga kegiatan tersebut berjalan observasi akan dilakukan oleh observer, yakni dua orang guru yang bertugas untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, baik yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun untuk mengamati perkembangaan aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut. a. Siklus I, Pertemuan 1 Pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan dalam waktu 2x45 menit. Seting pembelajaran yang dilaksanakan adalah penerapan kooperatif tipe STAD. Siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan diskusi di kelompok masing-masing. Untuk keperluan tersebut pada fase pendahuluan guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran yang diawali dengan salam, berdoa, dan mengabsen siswa, selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini dengan memberi motivasi tentang masalah pada sanggar Kewirausahaan Sekolah. Guru memberikan ilustrasi proses transaksi ekonomi yaitu belanja harian sanggar yang dinyatakan sebagai berikut Tabel 1.1 Belanja barang Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Teh Gelas 4 3 3 2 1 5 Kopi Cup 5 3 2 2 1 4 Pop Mi 2 2 3 4 1 6 Tabel 1.2 Harga Teh Gelas Kopi Cup Pop Mi Toko A 800 900 3000 971 Toko B 900 800 3500 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Guru mengajak siswa menghitung belanja pada hari Senin Guru : Bagaimana kalian menghitung belanja hari Senin dari Toko A? Siswa : Maksudnya apa bu? Guru : Ya, berapa rupiah yang dikeluarkan pengelola sanggar ? Siswa : 4 teh gelas dikalikan 800, terus 5 kopi dikalikan 900, dan 2 pop mie dikalikan 3000, jadi 3200, 4500, dan 6000. Guru : Lantas.. Siswa : Apa dijumlahkan bu.. Guru : Lho kalau pengelola mau belanja, harus membawa uang berapa? Siswa : Ya..3200 ditambah 4500 ditambah 6000 ya bu…jadi 13700 ya bu Guru : Bagaimana anak-anak benar demikian?.. Siswa : ya bu.. Dari dialog pendahuluan tampak siswa sudah bisa melakukan perkalian baris dan kolom pada tabel belanja barang dengan harga. Selanjutnya masuk dalam kegiatan inti, guru memberikan tantangan kepada siswa untuk menjelaskan konsep perkalian skalar dengan matriks dan perkalian matriks dengan matriks dengan memberikan contoh beberapa soal kontekstual menghitung jumlah Absensi siswa dalam satu semester untuk menjelaskan konsep perkalian sklar dengan matriks, sedangkan masalah jual beli di sanggar sekolah digunakan untuk menjelaskan konsep perkalian matriks dengan matriks. Tabel 1. Rata-rata Absensi siswa kelas III tiap bulan Tahun 2016 Nama siswa Sakit Ijin Alpha Bima 2 0 4 Linggar 1 3 5 Adelia 2 4 0 Dari gambar ilustrasi di atas guru mengajak siswa menentukan jumlah absensi setiap siswa dalam 1 semester melalui dialog berikut : Guru : Ada berapa bulan dalam 1 semester ? Siswa : Enam, Bu... Guru : Benar... Kalau begitu bagaimana jumlah absensi siswa-siswa tersebut dalam 1 semester? Siswa : Bima…6 bulan dikalikan 2 sakit,6bulan dikalikan 0 ijin,6 bulan dikalikan 4 alpha; Linggar…6 bulan dikalikan 1,6 bulan dikalikan 3, 6 bulan dikalikan5;Adelia…6 bulan dikalikan 2,6 bulan dikalikan4, 6 bulan dikalikan 0,jadi Bima…12,0,24; Linggar…6,18,30; dan Adelia…12, 24,0. 972 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Dialog di atas menggambarkan iswa dapat mengalikan unsur-unsur matriks dengan skalar. Guru :lalu cara menulisnya bagaimana… Siswa :ya diisikan ke tabel bu… Guru : benar begitu anak-anak…silahkan salah satu dari kalian maju Guru : Sekarang coba pikirkan … jika banyaknya bulan dalam satu semester menyatakan skalar (k) judul baris (nama siswa) dan judul kolom ( S,I,A ) dihapus ,apa yang terjadi … Siswa : Jadi ya… k sama dengan 6 ,susunan angka-angkanya menjadi matriks. Guru : benar…itu yang dimaksud perkalian skalar dengan matriks Guru :kalian ingat bagaimana menghitung belanja harian sanggar di awal pembelajaran? Siswa : ya…bu. Guru :bagaimana jika judul kolom dan judul baris dihilangkan…bagaimana tadi cara mengalikannya apa kalian juga bisa? Siswa :saya coba ya bu… Guru : Ya betul, berarti kalian sudah memahami konsep perkalian skalar dengan matriks. Baik, kalau begitu sekarang kita akan membahas tentang perkalian matriks dengan matriks yakni dengan melanjutkan menghitung belanja Toko B. Dari dialog ini siswa dapat melakukan operasi perkalian mariks dengan skalar. Guru Siswa Guru Siswa Siswa Guru Siswa Guru Siswa : Tentu kalian sudah menyelesaikan belanja hari senin sampai dengan sabtu dari toko A bukan,gunakan cara yang sama untuk menghitung belanja hari senin sampai dengan sabtu dari toko B. : ya…dikalikan terus dijumlah seperti tadi bu…? : lho…pengelola belanja lagi kan,berarti harus tahu berapa yang harus dibayar? : 4 teh gelas dikalikan 900, terus 5 kopi dikalikan 800, dan 2 pop mie dikalikan 3500, jadi 3600, 4000, dan 7000.. : jadi..belanja hari senin dari toko B 3600 ditambah 4000 ditambah 7000 ya bu…jadi 14600 ya bu : bagaimana anak-anak ..benar demikian? : ya bu… : baik selesaikan juga balanja sanggar sampai hari sabtu : ya bu.. Dari dialog siswa dapat mengalikan unsur-unsur dua buah matriks Guru : lalu bagaimana kalian menuliskan hasil belanja dari kedua toko tersebut jika judul baris dan kolom dihapus seperti pada saat belanja di satu toko? Siswa : ditaruh di sebelah hasil toko A bu… Guru : maksudnya… Siswa : ( 13700 14600 ) 973 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa : baik…sekarang coba pikirkan jika pengelola sanggar belanja di tiga toko. Bagaimana…apa ada kesulitan setelah mengerjakan dua masalah belanja sebelumnya? :tidak bu… :Syukurlah…kalau begitu selesaikan, selanjutnya pikirkan nanti dengan anggota kelompok masing-masing jika pada tabel harga ditambah satu jenis barang. :lho …bu kok tidak ada pasangannya? : maksudnya… : lha tidak belanja barang itu bu…tapi ada harganya,jadi tidak ada pasangannya :jadi… bagaimana supaya ada pasangannya…? : judul kolom tabel belanja barang (Teh Gelas, Kopi Cup, Pop Mi) dan judul baris tabel harga (Teh Gelas, Kopi Cup, Pop Mi) juga dihapus, dan bagaimana juga bila judul kolom dan baris di setiap tabel dihapus,apa yang terjadi … baik kita akan mempelajarinya pada pertemuan ini juga. Dialog pada bagian ini, siswa dapat menentukan sifat perkalian dua buah matriks. Untuk menjawab semua permasalahan siswa, guru mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 4-5 orang dengan bertanya: :Bagaimana anak-anak …apa kalian bisa memahami tentang perkalian matriks dengan masalah nyata yang kita bahas? Siswa :Ya bu… mudheng saya sekarang Guru :Karena jumlah siswa ganjil, ada satu kelompok yang beranggotakan 5 orang. Guru Setelah terbentuk kelompok-kelompok, guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dengan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok serta memberikan pengarahan mengenai petunjuk kegiatan pada LKS. Selama siswa mulai bekerja bersama kelompok, guru melakukan pembimbingan individu maupun kelompok agar saling membantu dalam memahami dan mengerjakan tugas. Setiap siswa terlihat antusias berdiskusi, tetapi ada dua siswi, yakni “P” dan “A” yang tampak bingung, untuk itu peneliti sebagai guru mendekati siswa tersebut untuk melakukan bimbingan. Setelah semua siswa tidak mengalami kesulitan, guru meminta setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja dari Lembar Kerja Siswa. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mengumpulkan LKS paling awal. Untuk mengakhiri pertemuan pertama: a) Guru menanyakan kepada siswa kesan dan materi yang telah dipelajari hari ini, b) Guru menugaskan kepada siswa mempelajari materi operasi matriks dirumah c) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan pesan untuk tetap semangat belajar dan salam. Dari kegiatan pembelajaran pertemuan pertama, siswa sudah mulai antusias, aktif dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran. 974 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Meskipun demikian, masih belum bisa diketahui dampak dari pembelajaran dengan model STAD terhadap hasil belajar. Untuk itu penilaian hasil belajar (evaluasi) akan dilaksanakan pada siklus pertama, pertemuan ke dua. b. Siklus 1, Pertemuan 2 Pembelajaran diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa untuk menggali pengetahuan awal dan menelusuri kesiapan siswa dalam belajar. Guru : Anak-anak kemarin kita sudah belajar perkalian skalar dengan matriks dan perkalian matriks dengan matriks menggunakan bantuan media dan masalah kontekstual. Bagaimana perasaan kalian? Siswa : Senang bu ... Guru : Pada pertemuan ini, kita akan melaksanakan evaluasi tentang operasi perkalian matriks.Bagaimana …sudah siap? Siswa : Belum, Bu…Sudah, Bu… Dari dialog tersebut menunjukkan bahwa kesiapan siswa belajar masih beragam yang ditunjukkan dengan adanya siswa yang sudah paham dan belum paham mengenai materi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran masuk pada kegiatan inti, yakni evaluasi seperti yang telah disepakati dalam pertemuan pertama, kemudian guru membagikan lembar soal yang harus dikerjakan secara individu. Beberapa siswa tampak tenang mengerjakan beberapa yang lain tampak gelisah dan mencoba mencari bantuan kepada temannya.Guru mengingatkan siswa untuk fokus dan tetap tenang. Pertemuan ke dua siklus satu diakhiri dengan mengumpulkan hasil kerja siswa dan salam. Dari hasil evaluasi pada sikus satu, pertemuan kedua diperoleh hasil belajar siswa pada siklus 1 sebagai berikut: yang memperoleh nilai kurang dari KKM ada 9 siswa (52,9%), memperoleh nilai lebih dari KKM ada 8 siswa (47,1%) dengan nilai rata-rata kelas 66,4 . Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh guru sebagai peneliti dibantu oleh dua teman sejawat sebagai observer. Tugas observer yaitu mengamati guru dalam melaksanakan proses pembelajaran terkait dengan persiapan dalam menyampaikan materi pembelajaran yang dilakukan dengan mengamati, memberikan catatan, memberikan komentar pada lembar pengamatan yang telah disediakan, diantaranya mengenai kejadian kapan siswa mulai berkonsentrasi?, kapan siswa tidak berkonsentrasi?, kesiapan media dan alat pembelajaran, melakukan penilaian/evaluasi pada akhir pembelajaran. Selain itu juga guru dan observer mengamati keaktifan, antusiasme dan kerjasama yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan kooperatif STAD. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat menggunakan lembar observasi yang telah disepakati oleh peneliti dan pengamat. Refleksi Hasil dari siklus satu, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam melakukan operasi perkalian matriks yang banyak kolom matriks pertama sama dengan banyak kolom matriks ke dua. Hal ini mungkin disebabkan guru terlalu terburu-buru dalam menjelaskan konsep perkalian matriks dengan matriks. Guru langsung menjelaskan tanpa mengikuti tahapan-tahapan perkalian matriks dengan matriks. Selain itu, guru lupa informasikan bahwa pada petemuan selanjutnya akan diadakan evaluasi mengenai perkalian matriks dengan matriks. Guru hanya meminta siswa mempelajari kembali materi yang telah diajarkan, yang menyebabkan siswa tidak belajar secara maksimal.Akibatnya hasil tes tidak sesuai dengan yang diharapkan karena hanya 47,1% yang mencapai KKM.Sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus 2. 975 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Siklus II Berdasarkan refleksi siklus I ditemukan beberapa kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran serta target yang diharapkan dalam penelitian belum tercapai. Upaya perbaikan siklus I pada siklus II diperlukan untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, yaitu dengan memperbaiki RPP dengan memperjelas langkah langkah penyampaian materi dan mempertegas informasi pelaksanaan evaluasi kepada siswa di akhir pembelajaran. Perencanaan Terdapat lima kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan. Siklus II terdiri dari 2 pertemuan (@ 2 x 45 menit). Pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut : Siklus II diawali dengan perencanaan melalui kegiatan sebagai berikut : 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) dalam dua kali pertemuan, 2) Menyiapkan media yang akan digunakan pada pembelajaran, 3) Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS), 4) mengembangkan pedoman observasi dan 5) mengembangkan alat evaluasi. Lima kegiatan tersebut menyertakan teman sejawat dari guru bidang studi yang sama yang ada di sekolah. Dalam kegiatan menyusun RPP peneliti mengembangkan kompetensi dasar, memilih media pembelajaran yang akan digunakan,mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyiapkan lembar obervasi dan lembar penilaian hasil belajar siswa . Berikutnya peneliti menyusun skenario pembelajaran dengan menentukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Adapun kegiatan pendahuluan sebagai berikut: a) Guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan memberi salam, berdoa, dan mengabsen siswa, memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan matriks dengan media pembelajaran yang dipilih adalah media manipulatif tayangan LCD dan spidol, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan tersebut di atas termasuk salah satu tahapan STAD yakni menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Kegiatan selanjutnya yakni kegiatan inti. Tahapan kegiatan inti dijelaskan sebagai berikut: a) Guru secara singkat menyampaikan materi pelajaran melalui tayangan dengan LCD. Tahapan tersebut merupakan salah satu tahapan kegiatan STAD yakni menyampaikan informasi. (b) Guru mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 4orang, c) Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok dengan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa dan memberikan pengarahan mengenai petunjuk kegiatan pada LKS, d) Siswa mulai bekerja bersama kelompok. Tahapan tersebut termasuk tahapan STAD yakni mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. e) Guru membimbing siswa selama bekerja dengan anggota kelompoknya, f) Guru mengawasi dan mengingatkan setiap kelompok agar saling membantu dalam memahami dan mengerjakan tugas. Tahapan tersebut termasuk tahapan STAD yakni membimbing kelompok belajar. g) Guru meminta setiap kelompok mengumpulkan satu hasil kerja dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibagikan, dan termasuk tahapan STAD yakni evaluasi. Tahapan terakhir dalam kegiatan inti yakni, h) guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mengumpulkan LKS paling awal yang merupakan tahapan STAD yakni memberikan penghargaan. Kegiatan terakhir yakni kegiatan penutup dengan tahapan aktifitas sebagai berikut: a) Guru menanyakan kepada siswa kesan dan materi yang telah dipelajari hari ini, b) Guru menugaskan kepada siswa mempelajari materi menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan matriks dirumah, untuk persiapan review dan evaluasi pada pertemuan berikutnya, c) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan pesan untuk tetap semangat belajar dan salam. Selama ketiga kegiatan tersebut berjalan, observer, yakni dua orang guru yang bertugas untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, baik yang dilakukan oleh 976 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 guru sebagai peneliti dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun untuk mengamati perkembangaan aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut. a.Siklus II, Pertemuan 1 Pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan dalam waktu 2x45 menit. Seting pembelajaran yang dilaksanakan adalah penerapan model kooperatif tipe STAD. Siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan diskusi di kelompok masing-masing. Untuk keperluan tersebut pada fase pendahuluan guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Diawali dengan salam, berdoa, dan mengabsen siswa,yang pada saat pertemuan 1 ada satu siswa yang tidak masuk “L” selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini dengan memberi motivasi tentang masalah pada toko alat tulis. Guru memberikan ilustrasi proses transaksi ekonomi yaitu penjualan di tokotersebut yang ditayangkan di LCD sebagai berikut: Rizka sangat membutuhkan buku tulis dan pensil, tapi ia khawatir uangnya tidak cukup.Toko itu tidak mencantumkan harga barang-barang tersebut, sementara itu Rizka merasa segan untuk bertanya langsung pada pelayan toko. Lalu ia mulai mengamati orang-orang yang belanja.Ia melihat seorang anak membeli 4 buku tulis dan 3 pensil. lalu anak itu membayar Rp 19.500,00. Dan anak lain membeli 2 buku tuis dan 4 pensil kemudian membayar Rp 16.000,00. Coba carilah cara untuk menentukan harga sebuah buku tulis dan harga sebuah pensil. Guru mengajak siswa memecahkan masalah ,semua siswa tampak serius dan antusias. Guru : Kisah tentang apa yang kalian baca ? Siswa : Rizka bu? Guru : Ya, Rizka kenapa..? Siswa :Rizka mau beli buku dan pensil tapi takut uangnya tidak cukup. Guru :Betul… terus apa yang dia lakukan ? Siswa :Anu Bu…dia tidak mau tanya ke pelayan toko…tapi mengamati beberapa anak yang belanja. Guru :Ada berapa anak yang diamati? Siswa :Dua anak Bu…Anak pertama membeli 4 buku tulis sama 3 pensil. Guru :Lalu… Siswa :Anak itu membayar Rp 19.500,00.Anak kedua membeli 2 buku tulis sama 4 pensil, terus dia membayar Rp 16.000,00. Guru :Benar…kalau ada soal seperti ini disuruh menyelesaikan berapa harga sebuah buku dan harga sebuah pensil .Apa yang biasanya kalian lakukan? Siswa :Mengelompokkan… Guru :Artinya mengelompokkan itu bagaimana..? Siswa :Dua pensil…kemudian …apa Bu…empat buku tiga pensil sama dengan 19500. Guru :Biasanya diapakan dulu…apa yang kamu lakukan… diberi lambang dulu… ya tho Apa? Dialog pada bagian ini menunjukkan siswa dapat mengelompokkan permasalahan kalimat-kalimat matematika. 977 ke dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Siswa :x…y… Guru :Dengan x sama y…ya betul sekali.Kalau begitu bisakah kalian nanti menuliskan soal cerita itu dalam bentuk seperti ini { ... itu mewakili apa? Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru :Jumlah.. :Jumlahnya apa…nah kita sepakati dulu yang pertama kamu baca apa? :Buku… :Kalau begitu buku kalian beri nama apa…? :x…terus pensil ..y. :Kalau begitu kalimat yang pertama tadi…anak nya membeli…4 buku dan 3 pensil dan harus membayar 19500.Berarti.. diganti dengan 4 terus yang 3 pensilnya menjadi . Terus ini kira-kira mewakili apa? Siswa :Harga… Guru :Kalau begitu ..ini menjadi …. Siswa :19500… Dialog ini menunjukkan siswa dapat menentukan koefisien, variabel dan konstanta dari masalah kontekstual yang disajikan. Guru :Ini untuk kalimat yang pertama sudah jadi seperti ini… 4x + 3y = 19500, berarti …kalimat yang kedua juga bisa tho dibuat seperti ini..ya? Siswa :Ya… Guru :Kalimat yang kedua jadi bagaimana…? Siswa : …. Guru : Jadi kalimat yang kedua menjadi 2x + 4y = 16000, jika kedua kalimat kita tulis { ini yang namanya sistem persamaan linier dua variabel yang kita singkat SPLDV. Paham ini… dari soal cerita menjadi SPLDV dulu…(Fd)? Siswa :ya.. Guru :Yakin..?Nah ini sengaja ibu beri warna yang berbeda…Merah tadi mewakili apa? Siswa :Jumlah barang. Guru :Terus x dan y mewakili apa ? Siswa :Nama barang… Guru :Kemudian yang hijau.. Siswa :Harga.. Dialog menjelaskan siswa dapat menyatakan masalah kontekstual kedalam sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) Guru dan siswa :Yang merah-merah menyatakan koefisien, sehingga A sebagai matriks koefisien.Yang hitam X sebagai matriks variabel dan yang terakhir harga diwakili matriks B sebagai matriks konstanta.Sehingga SPLDV tadi kalau dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks menjadi? Siswa : A kali X samadengan B(AX=B) Guru :Kemarin sudah kita pelajari tho ya..bagaimana mencari matriksX?Ikuti langkah-langkah berikut. Dialog akhir pendahuluan siswa dapat menyatakan SPLDV dalam bentuk persamaan matriks. 978 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Untuk menjawab semua permasalahan siswa, guru mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 4 orang dengan bertanya: Guru :Baiklah anak-anak …apa kalian bisa memahami langkah-langkah tadi ? Siswa : Ya Bu…jadi lebih paham kalau langkah-langkahnya dirinci seperti ini. Guru :Alhamdulillah…Kalau begitu…karena hari ini satu orang tidak hadir maka setiap kelompok tediri dari 4 orang . Setelah terbentuk kelompok-kelompok , guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dengan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa tidak seperti pada siklus 1,setiap kelompok hanya mendapat 1 LKS.Serta memberikan pengarahan mengenai petunjuk kegiatan pada LKS. Siswa memperhatikan dengan seksama pengarahan dari guru.Selama siswa mulai bekerja bersama kelompok, guru melakukan pembimbingan individu maupun kelompok agar saling membantu dalam memahami dan mengerjakan tugas. Siswa : Bu…yang ini dari mana ? Guru : Lha ini merah ya dari merah , hitam…. Siswa : O..Ya bu ya bu …terimakasih. Setelah setiap siswa dalam kelompok menerima LKS, guru memberikan pengarahan mengenai petunjuk kegiatan untuk didiskusikan. Setiap siswa terlihat antusias berdiskusi, tetapi ada seorang siswi, yakni “P” yang tampak bingung, untuk itu peneliti sebagai guru mendekati siswa”R”yang ada dalam kelompok yang sama untuk membantu melakukan bimbingan kepada “P”. Ada juga siswa yang masih kesulitan melakukan perkalian matriks dengan matriks. Berdasarkan pengalaman pada siklus 1, peneliti menggunakan media manipulative lain yaitu spidol warna, ternyata hasilnya jauh lebih baik.Setelah semua siswa tidak mengalami kesulitan, kelompok demi kelompok berhasil menyelesaikan LKSnya. Setelah itu guru meminta setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja dari Lembar Kerja Siswa. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok pada saat berhasil mengumpulkan LKS.Kali ini kelompok”S,Sy,A,I” yang berhasil menyelesaikan lebih dahulu. Untuk mengakhiri pertemuan pertama: a) Guru menanyakan kepada siswa kesan dan materi yang telah dipelajari hari ini, b) Guru menugaskan kepada siswa mempelajari kembali hasil kerja pada LKS di rumah c) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan pesan untuk tetap semangat belajar dan salam dan memberitahu jika pada pertemuan kedua akan dikalsanakan evaluasi yang didahului dengan review. Dari kegiatan pembelajaran pertemuan pertama siklus 2, siswa terlihat semakin antusias, aktif dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran dibanding pada siklus 1 . Meskipun demikian, masih belum bisa diketahui dampak dari pembelajaran dengan model STAD terhadap hasil belajar. Untuk itu penilaian hasil belajar (evaluasi) akan dilaksanakan pada siklus kedua, pertemuan ke dua. 979 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 b. Siklus II, Pertemuan 2 Pembelajaran diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa (Review) untuk menggali pengetahuan awal dan menelusuri kesiapan siswa dalam pelaksanaan evaluasi. Guru : Anak-anak kemarin kita sudah belajar tentang determinan, invers dan persamaan matriks menggunakan bantuan media LCD dan masalah kontekstual. Bagaimana bagaimana menurut kalian? Siswa : Enak bu.. Guru : Enak bagaimana…bisa memahami materinya apa tidak? Siswa : Ya…begitu bu…langkah-langkahnya lebih rinci dan petunjuknya jelas tiap langkah. Guru : Sudah siap melaksanakan tes untuk evaluasi kalau begitu. Siswa :Insyaallah… Guru :Baiklah…duduk yang rapi. Dari dialog tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah siap untuk mengikuti tes sebagai evaluasi belajar. Untuk kegiatan tersebut , guru mambagikan lembar soal untuk penilaian hasil belajar kepada setiap siswa. Dari hasil evaluasi pada sikus II, pertemuan kedua diperoleh hasil belajar siswa sebagai berikut: yang memperoleh nilai kurang dari KKM ada 2 siswa (11,8%), memperoleh nilai lebih dari KKM ada 15 siswa (88,2%) dengan nilai rata-rata kelas 84,0 . Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh guru sebagai peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer. Tugas observer yaitu mengamati guru dalam melaksanakan proses pembelajaran terkait dengan persiapan dalam menyampaikan materi pembelajaran yang dilakukan dengan mengamati, memberikan catatan, memberikan komentar pada lembar pengamatan yang telah disediakan, diantaranya mengenai kejadian kapan siswa mulai berkonsentrasi?, kapan siswa tidak berkonsentrasi?, kesiapan media dan alat pembelajaran, melakukan penilaian/evaluasi pada akhir pembelajaran. Selain itu juga guru dan observer mengamati keaktifan, antusiasme dan kerjasama yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat menggunakan lembar observasi yang telah disepakati oleh peneliti dan pengamat. Refleksi Pada siklus dua, diketahui bahwa siswa merasa proses pembelajaran lebih pas dengan pola pikir mereka. Hal ini ternyata disebabkan guru lebih rinci dan lebih menarik dalam menjelaskan proses penyelesaian SPLDV dengan matriks. Pada tahapan perencanaan guru sudah merencanakan memberikan informasi bahwa pada petemuan selanjutnya akan diadakan evaluasi mengenai penyelesaian SPLDV dengan matriks, pada pelaksanaan guru tidak lupa lagi memberitahukannya . 980 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Guru meminta siswa mempelajari kembali materi yang telah diajarkan, dan akan dilakukan review sebelum pelaksanaa.Pada awal pertemuan 2 guru melakukan review tentang materi pada pertemuan pertama. Hasil tes sesuai dengan yang diharapkan yaitu ada 88,2% siswa yang berhasil mencapai KKM, sehingga target minimal 75% siswa berhasil mencapai KKM bisa tercapai bahkan melampaui. Sehingga tidak diperlukan diadakan siklus selanjutnya. Terjadi perbedaan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II .Pada siklus I, siswa yang berhasil memnuhi KKM sebanyak 8 siswa (47,1%) dengan nilai rata-rata kelas 66,4. Sedangkan pada siklus II sebanyak 15 siswa (88,2%) yang memenuhi KKM dengan nilai rata-rata kelas 84,0. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa lebih meningkat. Hal ini membuktikan bahwa dengan pembelajaran kooperative motivasi siswa lebih meningkat dan siswa lebih aktif , karena dengan pembelajaran kooperative siswa dapat bekerjasama untuk menyelesaikan masalah mereka dengan berdiskusi dan pembelajaran lebih bermakna. Hal ini diperjelas oleh Salmanidan Mujiono (2010) menerapkan pembelajaran STAD pada materi “Pencerminan” dan memperoleh hasil bahwa pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar. Wasi’ah (2013) dalam penelitiannya yang membahas mengenai pembelajaran konsep luas layang-layang dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dipadu dengan media LCD dalam penelitian tindakan kelas ini telah berhasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar siswa dalam memahami materi matriks meningkat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini pembelajaran dengan menggunakan kooperatif model STAD dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pemahaman pembelajaran matriks. Kualitas pembelajaran yang dimaksudkan adalah adanya motivasi yang tinggi dari siswa selama pembelajaran, kemampuan dalam melaksanakan diskusi kelompok berjalan dengan baik dan hasil belajar juga bisa meningkat. Hal ini terlihat selama dalam pembelajaran berlangsung, peneliti selalu mengamati, memperhatikan, mencatat jalannya diskusi semua kelompok selama pembelajaran berlangsung. Peningkatan kualitas juga terlihat dari hasil belajar siswa yaitu, Dari ratarata nilai 66,4 pada siklus I meningkat menjadi 84,0 pada siklus II . Ketuntasan dari 47,1% pada siklus I menjadi 88,2 % pada siklus II. Sehingga terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 17,6% DAFTAR RUJUKAN Attle,Simon & Baker, Bob.2007. Cooperative Learning in a Competitive Environment: Classroom Applications.International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. Volume 19, Number 1, 77-83 http://www.isetl.org/ijtlhe/ ISSN 1812-9129 Fitriyati, Ida, 2013. Penggunaan model Kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa di SMP.981, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013 Hikmah, Helmi Nurul , 2013. Penerapan model pembelajaran Cooperative tipe STAD dengan media manipulative untuk menentukan rumus volume bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP Negeri 2 Tanah Grogot. 981, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013 Izzati, Naila, 2015. Penerapan Pembelajaran Cooperative Learning STAD Berbantuan Card Short dalam Permainan Sandi pada Materi Matriks Kelas XI MIPA SMA Negeri 11 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal: 126-136. Li, M. P. & Lam, B. H. 2005-2013.Cooperative Learning: The Hong Kong Institute of Education . www.ied.edu.hk/aclass/ Mariam,Siti, 2016. Upaya meningkatkan hasil belajar materi volume bangun ruang melalaui pembelajaran inquiri berbantuan media LCD pada kelas V SDN Junrejo 02 Kota Batu. JKPS,Jurnal Kajian Pembelajaran Sekolah,Tahun I.No 1,Mei 2016.Hal : 44-55. 981 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Salmani & Mujiono, A., 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pemcerminan Siswa Kelas V SDN 017 Penajam. Jurnal Peningkatan Kualitas Guru J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1. Hal 86-89. Wasi”ah, Aah , 2013. Penggunaan Media LCD dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika mengenai Konsep Luas Layang- laying pada siswa Kelas V SD Negeri 007 Ranai. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2013. Hal: 41 - 47. 982 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENERAPAN METODE OBSERVASI BERBANTUKAN MEDIA REALITA PADA MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 006 BELAKANG PADANG Sinta Dewi SDN 006 Belakang Padang, Batam Email: [email protected] Abstrak: Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 006 Belakang Padang kota Batam, sebelum dilakukan PTK siswa tersebut kurang aktif dan tidak kosentrasi dalam belajar karena rendahnya motivasi, penggunaan media yang kurang efektif serta metode pembelajaran yang monoton. Setelah diadakan PTK dengan menerapkan metode observasi berbantukan media realita, materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya telah dikuasai siswa, dan nilai siswa meningkat menjadi lebih baik. Kata kunci: metode observasi, media Realita Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada satuan pendidikan sekolah dasar melalui proses pembelajaran tematik. Menurut Abdullah (1998:2), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Dengan demikian, suatu pembelajaran harus mampu membuat siswa lebih aktif, yaitu melalui metode dan media pembelajaran yang tepat. Pada kegiatan belajar mengajar di kelas dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada beberapa macam metode menurut Tri Mulyani (2003:53), metode di gunakan dalam pembelajaran dikelas meliputi: (a) Metode ceramah (b) Metode tanya jawab (c)Metode diskusi (d) Metode demonstrasi (e) Metode kerja kelompok (f) Metode pemberian tugas (g) Metode eksperimen (h) Metode penemuan (i) Metode simulasi (j) Metode pengajaran unit. Metode pembelajaran yang monoton dan penggunaan media yang terbatas, menimbulkan kejenuhan dan kebosanan bagi siswa. Selama ini guru lebih banyak menyajikan pembelajaran dengan metode ceramah dan kurang efektif menggunakan media yang ada, dampaknya siswa lebih banyak melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak berhubungan dengan mata pelajaran yang disajikan oleh guru. kurangnya penguatan dari guru juga membuat siswa tidak termotivasi dalam belajar. Pembelajaran menjadi tidak efektif sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah dan jauh di bawah KKM. Cara menarik perhatian dan kosentrasi siswa, disajikan metode observasi pada materi Bagianbagian Tumbuhan dengan bantuan media realita (media nyata) yang ada di sekitar. Menurut Nana Sujana (1990:207) penggunaan benda nyata di dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek studi tertentu,atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan. Benda-benda nyata dapat memegang peranan penting dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Nana Sujana juga menambahkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu: (1) Benda-benda atau makhluk hidup apakah mungkin dimanfaatkan dikelas secara efisien, (2) Bagaimana caranya agar semua benda itu berkesesuaian terhadap pola belajar siswa, (3) Darimana sumbernya untuk memperoleh benda- 983 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 benda tersebut. Dengan demikian guru dapat memotivasi siswa untuk mengalami sendiri berbagai proses keterampilan dan pengetahuan serta melakukan kerja ilmiah sejak dini dengan memanfaatkan benda-benda nyata dalam bentuk utuh.sebagaimana yang ingin di terapkan oleh kurikulum misalnya mengamati, menggolongkan, memprediksikan, dan melakukan percobaan. Diharapkan dengan diadakan penelitian, hasil belajar IPA kelas V SDN 006 Belakang Padang tentang bagian-bagian tumbuhan, akan semakin baik dan mencapai KKM . Berdasarkan pemikiran di atas maka dilakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya, kelas V SDN 006 Belakang Padang. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 006 Belakang Padang.Jumlah siswa sebanyak 53 siswa yaitu 32 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 006 Belakang Padang tahun pelajaran 2016/2017 yang terletak di pulau Kasu, kecamatan belakang padang kota Batam Propinsi Kepulauan Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah metode observasi berbantukan media realita yang terdiri 2 siklus terdiri dari (a) perencanaan (b) pelaksanaan pembelajaran dan observasi, (c) refleksi. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 sampai dengan tanggal 27 Agustus 2016. Adapun Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 06 sampai 12 Agustus 2016 dan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 13 sampai 27 Agustus 2016. Rincian rancangan PTK pada siklus I 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun Kegiatan yang dilakukan dalam perencaan adalah: a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengacu pada silabus yang dibuat guru b) Menyiapkan bahan ajar c) Menyiapkan model pembelajaran (metode Observasi berbantu media realita) 2. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: a) Melakukan appersepsi dan motivasi sebagai kegiatan awal dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan b) Menyampaikan informasi materi pelajaran dan tujuan pembelajaran c) Melakukan kegiatan inti dengan menggunakan metode observasi berbantu media realita (nyata) d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati bagian-bagian tumbuhan yang ada dilingkungan sekolah e) Membahas materi pelajaran dengan memberikan contoh dan penugasan f) Memberikan latihan g) Memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan diskusi kelompok dan membuat kesimpulan h) Mengadakan evaluasi i) Observasi (pengamatan) Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator, didapat data bahwa pada siklus pertama berlangsung, muncul diskriptor dengan nilai rata-rata masih belum baik. 3. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama siklus I ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Adapun yang perlu diperbaiki sebagai bahan peningkatan hasil pembelajaran yaitu guru kurang mengarahkan dan memotivasi siswa dalam belajar serta kurang membimbing seluruh kelompok sehingga masih ada siswa yang belum terlibat dalam kegiatan kelompok. Diharapkan untuk siklus II lebih ditingkatkan lagi perhatian dan motivasi dari guru. Rincian rancangan PTK pada siklus II 1. Perencanaan Adapun perencanaan yang akan dilakukan pada PTK siklus II adalah: a) Menyusun RPP b) Menyiapkan alat bantu mengajar c) Menyiapkan model pembelajaran (metode observasi berbantu 984 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 media realita) d) Menyiapkan lembar observasi dan pedoman wawancara untuk teman sejawat dan superpisor. 2. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini adalah: a) Mengkondisikan siswa dalam situasi belajar b) Mengadakan appersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan c) Menyampaikan tujuan pembelajaran d) Membagi siswa kedalam beberapa kelompok e) Melaksanakan kegiatan inti dengan menimbang sesuai dengan kesetaraannya f) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali informasi dengan cara berdiskusi dengan temannya f) Memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan diskusi dan membuat kesimpulan g) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran h) Menugasi siswa maju kedepan kelas untuk mempersentasikan hasil pengamatan kelompoknya masing-masing, i) Membuat kesimpulan, j) Mengadakan evaluasi, k) Observasi (pengamatan). Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator, didapat data bahwa pada siklus II berlangsung, muncul diskriptor dengan nilai rata-rata lebih baik dari pada siklus pertama. 3. Refleksi Selama siklus kedua berlangsung, diskriptor yang belum muncul pada siklus I sudah mulai muncul antara lain; siswa tidak takut bertanya, siswa yang bertanya lebih banyak, siswa mengerjakan tugas lebih cepat dan tepat waktu, siswa sudah berani berkomunikasi dengan gurunya, siswa semakin bergairah dalam belajar, guru semakin hapal dengan identitas siswa, guru sudah menggunakan metode dan alat bantu pembelajaran yang variatif dan efektif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembelajaran Siklus I Pada saat pembelajaran siklus I dilaksanakan 3 kegiatan yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Di mana kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama dan guru menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu “Cara Hidup Manusia, Hewan, dan Tumbuhan”. Serta guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi : kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasi dan menyimpulkan. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan stimulus dengan mengajukan pertanyaan “Tahukah anak-anak bagian-bagian dari tumbuhan?” dari pertanyaan yang di ajukan oleh guru ternyata hanya sebagian saja yang menjawab bagian-bagian tumbuhan terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengamati gambar tanaman tomat yang ada di buku teks masing-masing serta menyimpulkan apa yang di peroleh dari bacaan tadi yang sebelumnya siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya , mereka saling bertukar pendapat dengan cara yang santun. Siswa dibimbing untuk menyimpulkan bagian-bagian tumbuhan. Rasa ingin tahu siswa dipancing dengan menunjukkan salah satu pohon besar yang ada dihalaman sekolah, siswa menggali informasi dengan cara berdiskusi mengenai fungsi pohon bagi kehidupan. Pada pertemuan selanjutnya masing-masing siswa maju kedepan untuk menyampaikan hasil kesimpulan nya, teman lain diberi kesempatan untuk bertanya kepada teman yang didepan dan jika teman yang didepan kurang tepat menjawab, teman yang lain boleh membantu menjawabnya. Begitu seterusnya secara bergantian. Namun begitu ada 3 siswa yang belum bisa mempersentasikan hasilnya karena belum selesai menyimpulkan tugas yang diberikan. Kemudian siswa diberi tes tertulis untuk dikerjakan setelah selesai semua siswa mengumpulkan hasilnya untuk dinilai oleh guru. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan oleh guru, ternyata masih ada beberapa siswa yang belum bisa mendiskripsikan fungsi bagian-bagian tumbuhan sehingga alokasi waktu yang ada tidak dapat termanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Begitu juga hasil tes tertulis nilai rata-rata yang diperoleh hanya 63,77. Rendahnya penguasaan materi tentang bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya dapat dilihat pada tabel berikut. 985 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Tabel 1. Hasil Analisis Nilai Tes pada siklus I Uraian Jumlah seluruh siswa Jumlah siswa yang mengikuti tes Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang belum tuntas belajar Nilai rata-rata kelas Ketuntasan belajar klasikal Jumlah Siswa 53 siswa 53 siswa 26 siswa 27 siswa 75 66,60 Tuntas/Tidak Tuntas Tuntas Belum Tuntas Berdasarkan refleksi serta pengamatan pada siklus I ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru sebelum memulai proses pembelajaran pada siklus II. Hal yang harus diperhatikan antara lain adalah: (1) Memotivasi siswa agar mau mengemukakan pendapat dengan meyakini bahwa salah dalam belajar merupakan hal yang wajar. (2) Memberikan perhatian yang lebih pada peserta didik yang sebelumnya kurang aktif, (3) Menciptakan suasana yang menyenangkan, dengan lebih banyak bersabar dan rileks dalam belajar. (4) Lebih intensif membimbing kelompok dan individu yang mengalami kesulitan dalam belajar, (5) Menekankan pencapaian indikator dan menjelaskan materi yang kurang dipahami siswa. Diharapkan untuk siklus ke II perhatian dan motivasi dari guru membuat siswa menjadi semangat untu belajar dan memperoleh nilai yang semakin baik. Gambar 1. Kegiatan Plan (Perencanaan) Pembelajaran Siklus II Pembelajaran pada siklus II ini sama dengan pembelajaran pada siklus I yaitu juga dilengkapi dengan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut memuat unsur-unsur lengkap sebagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran umum, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, media dan sumber pembelajaran. Kegiatan diawali dengan mengecek kehadiran siswa, kemudian menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang “Cara Hidup Manusia dan tumbuhan” dan menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasi dan menyampaikan. Kegiatan inti dilanjutkan dengan mengamati gambar tanaman tomat yang ada di gambar, kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang gambar yang dilihatnya setelah itu guru membagikan siswa kedalam kelompok, tujuan agar mempermudahkan siswa dalam memahami materi dan bisa saling bertukar pikiran antar teman. Guru membagi siswa kedalam tujuh kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan delapan orang siswa dan ada tiga kelompok yang beranggotakan tujuh orang. Sebelum bergabung kedalam kelompoknya, masing-masing siswa 986 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 mempersiapkan alat tulis mereka, sehingga apa yang didapatkan dari hasil penelitiannya tentang bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya dapat didiskusikan bersama teman kelompoknya masingmasing. Guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati tanaman yang ada dilingkungan sekolah, masing-masing anak mengamati bagian-bagian tumbuhan dan mencatat kesimpulan tentang hasil penelitiannya. Siswa menggali informasi dengan berdiskusi dengan cara yang santun, guru membimbing dan memberikan perhatian kepada siswa dalam berdiskusi dan menyimpulkan tentang fungsi pohon bagi kehidupan manusia. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya tentang apa yang mereka amati tentang bagian-bagian tumbuhan secara bergantian didepan kelas, tidak lupa disetiap proses pembelajaran guru memberikan penguatan berupa pujian dan ucapan terima kasih, Karena dengan demikian membuat siswa merasa dihargai. Selanjutnya guru memberikan tes tertulis kepada siswa dan mengumpulkan hasilnya dengan tepat waktu. Kegiatan penutup diakhiri dengan dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk membantu menjawab pertanyaan temannya tentang materi yang telah dipelajari, Kemudian bersama-sama menyimpulkan nya hasil pembelajaran . Berikut disajikan daftar nilai hasil siklus I dan siklus II. Tabel 2. Daftar nilai siklus I dan siklus II SIKLUS I NO NILAI Banyak Jumlah Siswa 1 100 2 90 3 80 4 70 5 60 6 50 7 40 8 30 9 20 10 10 Jumlah Rata-Rata 2 13 11 19 8 - 180 1040 770 1140 400 3530 66.60 SIKLUS II Banyak Siswa 1 9 18 25 - Jumlah 100 810 1440 1750 4100 77,35 30 25 20 Siklus I 15 Siklus II 10 5 0 50 60 70 80 90 100 Gambar 2. Diagram kemampuan hasil belajar tentang bagian-bagian tumbuhan pada siklus I dan II. 987 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Gambar 3. Kegiatan Do (mengamati bagian-bagian tumbuhan) pada siklus II Gambar 4. Kegiatan Do (Persentasi) pada siklus II Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa dalam tes hasil belajar siswa tentang bagianbagian tumbuhan dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat adanya peningkatan nilai rata-rata maupun jumlah siswa yang mendapatkan nilai Tuntas (75) keatas. Pada siklus I nilai rata-rata berjumlah 66,60 dan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah nilai rata-rata menjadi 77,35. KESIMPULAN Siswa sudah mulai mampu berkomunikasi antar kelompoknya pada siklus II, sudah mulai berani bertanya hal yang kurang mengerti kepada guru, terjadi peningkatan aktivitas siswa yang sebelumnya kurang aktif menjadi lebih aktif, Perhatian mereka lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran yang diberikan, serta lebih fokus mengerjakan tugas dan mengumpulkan hasil tugasnya dengan tepat waktu. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat siswa dan keinginan yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar juga akan membawa pengaruh psikologis pada anak. Pada pembelajaran ini penggunaan metode observasi berbantukan media realita(nyata) sudah mampu meningkatkan pengetahuan siswa tentang bagianbagian tumbuhan dan fungsinya secara maksimal. DAFTAR RUJUKAN Abdullah (1998:18). Http:// googlewebleight.com/2014/04/29/Pengertian pendidikan ipa dan perkembangannya. Tri Mulyani (2003:53).googleweblight.com/pengertian pengertian info blogspot.com/ 2015/05/pengertian dan komponen-komponen.html. Sudjana Nana, 2009, Media Pengajaran Bandung: Sinar Baru Algersindo. 988 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENERAPAN PEMBELAJARAN STRATEGI MAM BERBANTUAN KARTU PELANGI DAN TABEL BOX DI KELAS VI SD 010 SEKUPANG UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN Herawana SD 010 Sekupang Kota Batam [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi faktor bilangan dan kelipatan bilangan melalui pembelajaran strategi MAM dengan menggunakan media kartu pelangi dan tabel box pada siswa kelas VI SD Negeri 010 Sekupang .Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang diterapkan pada 37 siswa kelas VI SD Negeri 010 Sekupang di Kota Batam dan dilakukan dalam dua siklus.Dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media kartu pelangi dan tabel box dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi faktor bilangan dan kelipatan bilangan ketuntasan siswa pada siklus I meningkat 10,8 % pada siklus II. Kata Kunci: Pemahaman Faktor dan Kelipatan Bilangan, Strategi pembelajaran cooperative permainan MAM, Kartu Pelangi dan Magic Box Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak pernah lepas pengaruhnya dalam kehidupan sehari – hari mulai dari yang paling sulit maupun yang paling mudah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran referensi untuk mata pelajaran lain sehingga berpengaruh banyak pada mata pelajaran lainnya. Russefendi (1997 : 73-74) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu deduktif, bahasa seni, ratunya ilmu, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dan ilmu tentang pola dan hubungannya. Maka dari itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua anak didik mulai dari tingkat sekolah dasar sehingga tingkat universitas, karena membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di ujikan secara nasional maka secara logis mata pelajaran matematika menjadi perhatian yang sangat penting di sekolah. Matematika adalah ilmu murni yang mendasari berbagai macam ilmu lainnya, dan berperan penting dalam kehidupan sehari –hari. Sebagai seorang guru kelas di SD 010 SEKUPANG, penulis mengajar berbagai materi yang ada, salah satunya materi FPB dan KPK. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa siswa kurang optimal dalam pencapaian kompetensi untuk Kompetensi Inti/ Kompetensi Dasar yang berkenaan dengan materi Faktor dan Kelipatan Bilangan. Capaian skor mereka seringkali di bawah KKM yang ditetapkan. Dampaknya untuk materi yang berkenaan dengan penggunaan Faktor dan Kelipatan Bilangan, seperti operasi bentuk pecahan, siswa mengalami kesulitan. Siswa menunjukkan kebingungan manakala disajikan persoalan yang melibatkan Faktor dan Kelipatan Bilangan, mereka tidak bisa membedakan mana yang Faktor Bilangan atau Kelipatan Bilangan. Pembelajaran yang dilakukan penulis selama ini memang kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat. Guru kurang melibatkan mereka untuk mendiskusikan materi dengan temannya, guru tidak menggunakan media yang sesuai dengan materi yang disajikan. Selain itu, dominasi penggunaan metode ceramah, sehingga siswa cenderung pasif menerima pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu upaya memperbaiki pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dan perlunya alat peraga dalam pelaksanaaannya. 989 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Berdasarkan metode pembelajaran kooferatif dengan model Make – A – Match (MAM) atau mencari pasangan yang dikembangkan oleh Lorn Curran, 1994 merupakan salah satu tehnik untuk meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas yang dapat digunakan oleh guru dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan, Suyatno (2009: 72) mengungkapkan bahwa model MAM adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan satu kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya.selain melatih keaktifan siswa pembelajaran model MAM ini dapat melatih sikap social siswa dengan baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping itu melatih kecepatan berfikir siswa. Karena metode pembelajaran MAM siswa dapat belajar berinteraksi dengan pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau materi dalam suasana yang menyenangkan dan terlihat secara nyata keaktifan siswa dalam proses belajar. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman secara abstrak sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan dan objek yang di lihat. Dengan pengalaman dari pengamatan tersebut maka disesuaikanlah proses pembelajaran matematika disekolah dengan pola pemikiran siswa secara induktif maupun deduktif. Namun kesemuanya itu di sesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelacaran dalam proses pembelajaran di kelas. Sehingga di upayakan dari semua tenaga pendidik dan kependidikan untuk meningkatkan prestasi siswa, salah satu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi siswa dengan memilih model atau strategi yang akan disajikan di dalam kelas yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa yang ada di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan dan dipakai oleh guru untuk meningkatkan prestasi siswa adalah Model pembelajaran Kooperatif MAM. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Eksperimental sesuai dengan yang disampaikan oleh Tatang Senendar, 2008 di dalam Blog Akhmad Sudrajat, karena PTK eksperimental merupakan penelitian yang menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efesien dalam suatu kegiatan belajar – mengajar,di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar memungkinkan terdapat lebih dari satu strategis atau tehnik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional ,dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran. Penulis melaksanakan penelitian ini di SDN 010 Sekupang, Tiban lama Kota Batam Kepulauan Riau pada hari senin tanggal 15 Agustus 2016 untuk siklus pertama dan siklus kedua dilaksanakan pada hari senin tanggal 22 agustus 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI C sebanyak 37 orang yang terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan 21 orang siswa laki- laki . Latar belakang subjek dari berbagai suku daerah, karena Batam merupakan kota yang heterogen dalam arti banyak perantau dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini mempengaruhi guru dalam pembelajaran, karena adanya perbedaan suku dan karakter pribadi masing – masing siswa. Bahan ajar yang dipilih untuk menjadi bahan penelitian adalah muatan MATEMATIKA dengan Kompetensi dasar: Menggunakan sifat- sifat pembelajaran materi Faktor dan Kelipatan Bilangan. Pada materi ini siswa kelas VI di SDN 010 sekupang masih kesulitan dalam memahami tentang pemaktoran bilangan dan kelipatan suatu bilangan. Peneliti meggunakan alat peraga berupa kartu bilangan pelangi dan tabel box sebagai alat bantu untuk digunakan dalam pembelajaran dengan materi faktor bilangan dan kelipatan bilangan. Dalam pembelajaran ini penulis juga menggunakan metode pembelajaran cooverative MAM yang dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut : (1) guru menyiapkan tabel box dan kartu pelangi atau kartu soal berwarna; (2) Siswa dibuat beberapa kelompok untuk saling bekerja sama 990 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 mencari faktor atau kelipatan bilangan yang diambil oleh siswa dari kelompok lain; (3) setiap kartu soal yang telah diambil, diacak kembali oleh guru untuk kelompok yang lain; (4) siswa mencocokkan jawaban dengan diberi tanda kartu pelangi yang dimasukkan ke dalam tabel box di papan tulis. Penelitian ini dilaksanakan atas dua siklus, masing- masing siklus melalui tahapan – tahapan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (implementing), Penilaian ( evaluating) seperti yang digambarkan oleh Ernest (1996). Dalam mengumpulkan dan perekaman data ini, penulis mempersiapkan yang berupa instumen bantu untuk bahan penunjang dalam penelitian yang meliputi catatan lapangan dan lembar kerja siswa untuk penentuan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi yang disampaikan dalam pembelajaran. Penulis juga melibatkan obsever, seorang guru senior yang ada di SDN 010 sekupang. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk penelitian ini pembelajaran dilaksanakan terdiri dari dua siklus, pada setiap siklus akan diadakan pelaksanaan dan akan ada evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif pemahaman siswa pada materi yang disajikan guru dikelas. Siklus I Perencanaan Tindakan (Planning) Pada tahap perencanaan tindakan penulis menyiapkan beberapa bahan yang digunakan dalam penelitian, seperti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang “pemaktoran bilangan, Kelipatan bilangan,Faktor persekutuan dan Kelipatan Persekutuan” , alat peraga berupa tabel box dan kartu pelangi. Penulis sebagai guru juga menyiapkan lembar kerja siswa untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Selain menyiapkan perangkat pembelajaran penulis juga menyiapkan lembar observasi guru untuk menilai proses pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru, dan juga lembar observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan Tindakan (Implementing) Pada tahapan pelaksanaan siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan pembelajaran permainan MAM siswa kelas VI.C berjumlah 37 orang yang dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 6 sampai 7 orang. Guru menetapkan salah satu siswa untuk menjadi pemimpin yang bertujuan untuk mengkoordinasi mewakili tiap kelompok untuk mengambil kartu soal yang ada di depan kelas.Kegiatan pada siklus I berlangsung selama 2 X 35 menit (2 jam pelajaran). Setiap wakil anggota yang mengambil kartu soal menunjuk anggota kelompok yang lain untuk memasukkan kartu pelangi kedalam tabel box yang telah disediakan oleh guru di papan tulis. Guru mengajak siswa untuk berekplorasi tentang Faktor Bilangan dengan menjelaskan dan mengambil kesimpulan dari setiap bilangan yang menjadi permainan siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberi soal untuk dikerjakan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Evaluasi dilakukan selama 15-20 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama pembelajaran berlangsung sudah siswa kuasai. Untuk mengetahui keaktifan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung penulis meminta guru senior mengobservasi kegiatan siswa dan memberi penilaian untuk mengukur keaktifan siswa. Kegiatan Awal Pada awal kegiatan pembelajaran siswa memberi salam pada guru secara serentak dan guru menjawab salam siswa, kemudian siswa menyiapkan diri untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran, selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa. Berikutnya guru menanyakan kabar siswa pada hari itu dan menanyakan kesehatan mereka dan untuk mengetahui kesiapan siswa untuk belajar pada hari ini. Untuk mengetahui kesiapan siswa guru mengajukan pertanyaan sebagai berikut. 991 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Guru : “anak – anak pernah mendengar kata faktor bilangan?”. Siswa : “ pernah , bu” Guru :” Apa itu Faktor bilangan?”. Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh guru Sebagian siswa ada yang diam dan sambil berbisikbisik mengingat arti dari kata faktor bilangan. Guru memancing dengan memberikan salah satu contoh faktor bilangan, dan siswa mulai merespon setelah guru menanyakan kembali dari arti faktor bilangan. Guru “ Siapa yang Tahu?” Salah satu siswa menjawab. Siswa :” faktor bilangan adalah bilangan yang bisa membagi suatu bilangan”. Berdasarkan dialog di atas, penulis menyimpulkan bahwa siswa memiliki pengetahuan awal yang cukup dan siap menerima pembelajaran. Berikutnya guru melanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi pembelajaran. Kegiatan inti Setelah guru menekankan dengan menanyakan kembali pertanyaan dari pengertian faktor bilangan, guru mengkondisikan siswa dengan membagi kelompok siswa dari mulai kelompok 1 sampai kelompok V1. Sebelum memulai pembelajaran permainan guru menjelaskan cara permainan tabel box dan kartu pelangi dengan metode pembelajaran cooperative MAM untuk mencari suatu faktor bilangan dan kelipatan bilangan. Ilustrasi table box berserta kartu pelangi disajikan pada gambar berikut. Gambar 1. Tabel box dan Kartu Pelangi Untuk memulai pembelajaran, guru menunjuk kelompok I menjadi kelompok yang pertama untuk mengambil kartu soal yang diacak oleh guru. Kartu yang didapat adalah 32. Kartu ini diberikan kepada kelompok IV untuk dikerjakan di table box.Kelompok IV yang ditunjuk berkewajiban mencari faktor dari bilangan 32 dan memasukan kartu pelangi ke dalam table box. Salah satu anggota kelompok IV memasukkan kartu pelangi pada kolom factor 32 di table box. Akan tetapi hasil ini belum lengkap sebagai factor dari 32. Guru mengarahkan anggota kelompok IV untuk melengkapi hasil tersebut. Setelah anggota kelompok IV yang lain melengkapi, diperoleh hasil factor 32 oleh mereka yaitu : 1,2,4,8,16,32. 992 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Gambar.2 Kelompok I memberikan kartu soal pada kelompok IV. Dalam proses kelompok IV mengisi kartu pelangi ke dalam table box, siswa belum menunjukan keaktifan karena masih bingung dengan jalan permainan, hal ini terungkap dari pertanyaan siswa. Siswa 1: “Maksudnya kartu warna itu mau diapakan ya?”. Siswa 2:” Dimasukin ke dalam kotak kecil – kecil itu.( sambil menunjuk kearah papan tulis).” Siswa 1:” oh, jadi ngambil kartunya suka – suka kita ,dong?”. Guru mendekati kedua siswa di kelompok IV . Siswa 1 : “ Bu, nanti kartu pelanginya masukin semuanya ,ya?”. Guru : “ tidak,nanti kamu ambil satu warna saja untuk satu bilangan,boleh kamu ambil warna merah ,biru atau hijau.Coba kamu lihat Riski kan mengambil satu warna saja dan kartu pelanginya dimasukan kedalam tabel box yang ada angka sesuai dengan faktor bilangan yang kamu dapat.” Dari kebingungan siswa tersebut guru memberikan pengarahan kembali penggunaan table box dan kartu pelangi, perlahan siswa mulai memahaminya. Proses dilanjutkan dengan kelompok IV mengambil kartu bilangan yang lain, diperoleh kartu 62. Kartu ini diserahkan ke kelompok VI. Kelompok ini selanjutnya mencari factor bilangan yang diberikan dan mengisikan kartu pelangi pada table box. Gambar.3 Kegiatan siswa mengisikan kartu pelangi ke dalam tabel box. 993 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Setelah kedua kelompok mendapatkan faktornya, guru memandu pemahaman siswa tentang factor persekutuan terbesar dengan melakukan dialog sebagai berikut: Guru :”Coba perhatikan kedepan semua, kelompok IV tadi mendapat kan bilangan 32, kita perhatikan ketabel box , berapa faktornya?.” Siswa :( Secara serentak menjawab)” 1,2,4,8,16 dan 32”. Guru : “ nah, untuk kelompok VI tadi dapat kartu soal ,berapa?.” Siswa :” 62,bu.” Guru :” berapa yang didapatkan oleh kelompok VI dari bilangan 62?”. Siswa : ( secara serentak menjawab )”1,2,31,dan 62.” Guru :”nah, sekarang kita lihat angka yang sama itu yang di sebut dengan faktor persekutuan. Berapa ? Siswa :” 1 sama 2,bu.” Guru :” jadi Faktor Persekutuan Terbesarnya adalah 2”. Dan guru menuliskannya kembali kepapan tulis. Faktor dari 32 : 1,2,4,8,16,32. Faktor dari 62 : 1,2,31,62. Faktor Persekutuan 32 dan 62 adalah 1,2. Maka FPB dari 32 dan 62 adalah 2. Setelah kelompok VI mendapat giliran memasukan kartu pelangi ketabel box kemudian kelompok VI mengambil kartu soal untuk diserahkan kekelompok II dengan bilangan 18,dan kelompok II mendapat giliran mencari faktor dengan mengisikan kartu pelangi kedalam tabel box yang tersedia dan berlanjut kekelompok II untuk mengambil kartu soal yang diserahkan kepada kelompok III untuk mencari faktor dengan bilangan 9. Setelah kelompok II dan kelompok III mengerjakan faktor dari bilangan 18 dan 9, Kemudian guru menjelaskan kesimpulan dari kedua bilangan tersebut. Guru :”Coba kita lihat yang di kerjakan oleh kelompok I1 tadi mereka mendapat kan bilangan 18, kita perhatikan ketabel box dan kelompok 11 menggunakan warna hijau , berapa faktornya?.” Siswa :( Secara serentak menjawab)” 1,2,3,6,9,dan 18”. Guru : “ nah, untuk kelompok 111 tadi dapat kartu soal ,berapa?.” Siswa :” 9,bu.” Guru :” Kartu warna apa yang digunakan oleh kelompok 111?”. Siswa : ( secara serentak menjawab )”biru.” Guru :”nah, sekarang kita lihat kartu warna biru ada di dalam kotak angka berapa saja.” Siswa :” 1,3,dan 9 ,bu.” Guru :” Kemudian kotak angka yang mana yang terisi dengan dua kartu pelangi?”. Siswa :” Kotak angka 1,3, sama 9.” Guru :” nah, angka tersebut yang di sebut dengan Faktor Persekutuan dari bilangan 18 dan 9.” Untuk kesimpulan dari faktor yang di kerjakan oleh kelompok II dan kelompok III ,guru memperjelas dengan menuliskannya kembali ke papan tulis adalah: Faktor 18 : 1,2,3,6,9,dan 18. Faktor 9 : 1,3,9 Faktor Persekutuan dari 18 dan 9 adalah : 1,3,9. Maka FPB dari 18 dan 9 adalah : 9 994 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Dan kembali kelompok III mengambil kartu soal dengan mendapatkan bilangan 12, dan dan diserahkan pada kelompok I untuk mencari faktor bilangan 12 dengan menggunakan kartu pelangi yang dimasukkan ke dalam tabel box,setelah kelompok satu mendapatkan jawaban bilangan dan memasukkan kartu pelangi kedalam tabel box maka kelompok I mengambil kartu soal dengan bilangan 7 yang akan diserahkan pada kelompok V sebagai kelompok terakhir yang mendapatkan giliran untuk memasukan kartu pelangi kedalam tabel box. Dan guru menyimpulkan dari kedua bilangan tersebut yaitu: Faktor 12 adalah : 1,2,3,4,6,12. Faktor 7 adalah : 1,7. Faktor Persekutuan dari 12 dan 7 adalah : 1 Maka FPB dari 12 dan 7 adalah 1 Kegiatan Akhir. Setelah semua kelompok mendapatkan giliran untuk mengerjakan pemfaktoran bilangan dengan kartu pelangi yang dilengkapi dengan table box, guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan pembelajaran dan penguatan tentang faktor bilangan. Guru :”Untuk kartu soal bilangan 32 dan 62 yang di kerjakan oleh kelompok IV dan kelompok VI siapa yang bisa menyimpulkan?” Siswa :”Saya bu,(Auliyah).Setiap faktor bilangan yang kedua bilangannya habis dibagi oleh salah satu bilangan maka FPB nya adalah Faktor Persekutuan pada bilangan yang paling besar.” Guru :” ya, bagus. Dan untuk kartu soal yang dikerjakan oleh kelompok II dan III dengan bilangan 18 dan 9 sipa yang bisa menyimpulkan ?” Siswa :” Saya bu, (Milli agustina).Kalau bilangannya berkelipatan pada salah satu bilangan yang lain , maka FPB nya adalah bilangan yang terkecil.” Guru :” ya benar,Sekarang untuk kartu soal yang di kerjakan oleh kelompok I dan V yaitu bilangan 12 dan 7 , siapa yang dapat menyimpulkan?”. Siswa :”Saya bu (M.Idris).Kalau bilangan salah satu merupakan bilangan prima atau mendekati prima maka FPB bilangan – bilangan tersebut adalah 1. Setelah penyimpulan hasil dari permainan kartu pelangi dan tabel box faktor bilangan dari setiap kelompok ,guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar tes yang diberikan oleh guru,dan dikerjakan secara individual dengan waktu 20 menit sebanyak 5 soal.Hasil dari tes tertulis tersebut akan dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman materi faktor bilangan,dan menjadi ukuran refleksi menuju siklus berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan penerapan pembelajaran cooverative Make – A- Match hasil belajar siswa dapat digambarkan bahwa dari siswa yang berjumlah 37 orang diantaranya 31 siswa memenuhi target KKM 70, sedangkan 6 siswa dibawah KKM, walaupun masih ada siswa yang pasif dalam pembelajaran prensentase tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat di lihat pada tabel 1 berikut. 995 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Tabel 1. No Rentang Nilai Jlm Siswa % Ketuntasan 1 0 – 49 - - - 2 50 – 59 2 5,4% Tidak Tuntas 3 60 – 69 4 10,8% Tidak Tuntas 4 70 – 79 5 13,5% Tuntas 5 80 - 100 26 70,3% Tuntas 37 100% Jumlah Jumlah Nilai Rata – rata Nilai : 3097 : 83,7 Dari tabel di atas bisa diketahui bahwa dari 37 siswa, yang mendapatkan nilai 50 – 59 hanya 2 orang, atau 5,4%, yang mendapatkan nilai 60 – 69 = 4 siswa atau 10,8%, yang mendapatkan nilai 70 -79 = 5 siswa atau 13,5%,dan yang mendapatkan nilai 80 -100 = 26 siswa atau 70,3%. Dari hasil pengamatan pembelajaran pada siklus I ini, pemahaman siswa pada faktor bilangan menunjukan kategori yang baik dilihat dari persentase keberhasilan 83,8%, dan siswa yang belum tuntas terlihat dalam persentase 16,2 %. Sebahagian besar siswa menunjukan pemahaman yang baik pada materi faktor bilangan dengan menggunakan permainan MAM. Dan dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan di siklus I siswa sudah memahami tentang faktor bilangan, faktor persekutuan, dan hasil akhir FPB dengan bilangan yang kecil,dan akan berlanjut pada pertemuan siklus kedua. Refleksi (See) Setelah melakukan pembelajaran pada siklus I penulis mengkaji hal – hal yang masih menjadi kendala dalam pembelajaran.Hasil refleksi ini akan digunakan untuk melakukan pembelajaran pada siklus berikutnya. Kelebihan dalam pembelajaran pada siklus pertama adalah guru menggunakan media yang menarik dan menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa belajar dalam situasi menyenangkan. Adapun kekurangan pada pembelajaran di siklus pertama adalah dalam permainan masih ada siswa yang belum terlibat langsung dalam permainan karena permainan yang dilakukan merupakan perwakilan saja sehingga siswa yang berkemampuan tinggi dan hapal dalam perkalian mendominasi permainan. Dari kekurangan dalam pembelajaran disiklus pertama itu, maka guru melakukan perbaikan tindakan misalnya guru akan lebih memfokuskan pada siswa yang belum aktif dalam pembelajaran dengan memberikan kesempatan untuk mencoba kedepan kelas,pada siklus kedua guru akan merencanakan untuk materi Faktor dan Kelipatan Bilangan ,dengan mencari kelipatan suatu bilangan dan kelipatan persekutuan suatu bilangan serta hasil akhir dari Kelipatan Persekutuan Terkecil. SIKLUS II Dengan memperhatikan hasil siklus I , maka penulis akan menindak lanjuti pada siklus II dengan berbagai tahapan yang dimulai pada tahapan perencanaan untuk pelaksanaan,dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,Media pembelajaran dengan alat peraga kartu pelangi dan tabel box,membuat lembar tes untuk pengukuran kemampuan kognitif siswa,menyiapkan bahan observasi yang berupa format Pengamatan siswa dan Format Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar. 996 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Pada siklus II ini pembentukan kelompok masih sama dengan siklus I dan materi berlanjut dengan menggunakan media yang sama, dilaksanakan pada hari senin tanggal 22 agustus 2016, dengan alokasi waktu 2 X 35 menit dengan subjek kelas VI.C, kegiatan pembelajaran hampir sama dengan pertemuan pada siklus pertama,tetapi untuk pertemuan pada siklus kedua materinya membahas tentang hasil akhir dari Kelipatan Persekutuan Terkecil, Kelipatan suatu bilangan ,dan Kelipatan Persekutuan suatu bilangan. 1.Kegiatan Awal Pada kegiatan awal pembelajaran seperti biasa siswa menyiapkan diri dan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing – masing,dan guru membiasakan untuk menanyakan kabar kesehatan pada siswa, pembelajaran juga diawali oleh guru dengan memotivasi siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang faktor bilangan yang telah dipelajari pada pertemuan siklus pertama. Guru :”Apakah kalian masih ingat yang kita pelajari pada pertemuan senin yang lalu , nak?. Siswa:”Masih ,bu.” Guru “Nah, kalau kalian masih ingat tentang faktor bilangan, siapa yang bisa menyebutkan faktor dari bilangan 36?.” Siswa: “saya ,bu”. Guru:”Ya, Auliyah berapa?”. Siswa:”1,2,3,6,12,18 dan 36.” Guru:’ Masih ada bilangan yang lain?”. Siswa : ( Serentak)” tidak ada ,bu dah habis”. Setelah terjadi tanya jawab dan guru sudah yakin siswa masih mengingat dan memahami tentang faktor bilangan maka guru melanjutkan penyampaian materi yang akan dipelajari yaitu kelipatan bilangan, kelipatan persekutuan dan KPK.Dan guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran yang akan berlangsung. 2. Kegiatan Inti Setelah menyampaikan tujuan dan materi yang akan dipelajari, guru melanjutkan dengan membentuk kelompok siswa menjadi beberapa kelompok seperti pada pertemuan disiklus pertama , dilanjutkan dengan penyampaian aturan permainan.Karena permainannya hampir sama dengan pertemuan siklus pertama, siswa tidak terlalu mengalami kesulitan dalam memahami aturan permainan,guru dengan mudah mengarahkan dan menjelaskan aturan jalan permainan kepada siswa. Gambar 5. Guru mengkondisikan siswa menjadi beberapa kelompok . 997 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Guru memulai dengan mengacak kartu soal diatas meja dan meminta pada perwakilan kelompok II untuk mengambil satu kartu dan menyerahkan kartu soal tersebut pada kelompok IV untuk mencari kelipatan dari bilangan 10, dan siswa yang mewakili kelompok IV adalah Fitri Yanisyah,dan siswa yang menjadi perwakilan maju kedepan kelas untuk memasukan kartu pelangi kedalam tabel box. Kelipatan 10 adalah : 10,20,30,40,50,60,70,80,90,100. Gambar 6. Siswa dari kelompok II mencari kelipatan 10 Setelah kelompok IV mengisikan kelipatan 10 dengan menggunakan kartu pelangi ke tabel box maka ,siswa dari kelompok IV mengambil kartu soal untuk di serahkan pada kelompok III, giliran siswa perwakilan kelompok III maju kedepan kelas untuk mencari kelipatan dari bilangan 20 : Kelipatan 20 adalah : 20,40,60,80, 100. Setelah kedua kelompok mengisikan kelipatan bilangan dengan menggunakan kartu pelangi kedalam tabel box , maka guru menuliskan di papan tulis: Kelipatan 10 adalah : 10,20,30,40,50,60,70,80,90,100. Kelipatan 20 adalah : 20,40,60,80,100. Kelipatan Persekutuan dari 10 dan 20 adalah : 20,40,60,80,100. Kelipatan Persekutuan Terkecil dari 10 dan 20 adalah : 20. Suasana kelas semakin riuh dengan suara siswa yang aktif ingin mencoba untuk menjadi perwakilan dalam kelompok mereka dalam permainan karena pada pertemuan disiklus kedua ini mulai dimengerti oleh siswa, dan ada beberapa siswa yang diam dan hanya memperhatikan temannya yang riuh menunjuk jari untuk dipilih oleh temannya dan menjadi perwakilan dari kelompoknya untuk mencari kelipatan bilangan,karena kelompok III sudah memilih kartu soal dan bilangan yang didapat adalah 4, kemudian kelompok III menyerahkan kartu soal tersebut kelompok VI untuk mengerjakan kelipatan bilangan dengan menggunakan kartu pelangi tersebut kedepan kelas. Kelipatan 4 adalah : 4,8,12,16,20,24,28,32,36,40. 998 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Setelah mengisi dan mencari kelipatan dari bilangan 4, kemudian kelompok VI mendapat giliran memilih kartu soal ,dan diserahkan kepada kelompok V untuk mngisi tabel box dengan kartu pelangi yang sesuai kelipatan pada bilangan 9. Kelipatan 9 adalah : 9,18,27,36,45,54,63,72,81,90. Kemudian hasil dari kedua kelompok tersebut ditulis kembali oleh guru dipapan tulis. Kelipatan 4 : 4,8,12,16,20,24,28,32,36,40. Kelipatan 9 adalah : 9,18,27,36,45,54,63,72,81,90. Kelipatan persekutuan dari 4 dan 9 adalah : 36 KPK dari 4 dan 9 adalah : 36 Setelah setiap kelompok mendapat kan gilirin dalam permainan tersebut guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dari hasil yang permainan siswa. Guru :”Sekarang kita lihat dari hasil yang dikerjakan oleh kelompok IV dan kelompok III.” Guru mulai mengalihkan perhatian siswa untuk dapat menyimpulkan hasil permainan. Guru :” Kelompok IV mencari kelipatan bilangan,berapa?” Siswa :” 10 .” Guru :”lihat tabel box nya kartu yang dipakai oleh kelompok IV berwarna merah, diisikan dalam box angka berapa ?”. Siswa :”10,20,30,40,50,60,70,80,90,100. Siswa 1 :”bu, kan masih banyak lagi kelipatan 10 itu, ada 110,120,130 dan seterusnya.” Guru :” ya, masih banyak tapi kita kan pakai tabel box yang ada saja karena tabel boxnya hanya sampai angka 100 saja.” Guru :”Berapa kelipatan 20 yang dikerjakan oleh kelompok III?” Siswa :”20,40,60,80,100 Guru :”Siapa yang bisa menyimpulkan?” Siswa :” Saya bu.”(M. dava)”. Guru :” ya.” Siswa :”Setiap bilangan yang berkelipatan maka KPK nya dari bilangan yang paling besar.” Kemudian guru dan siswa juga menyimpulkan kartu soal yang dikerjakan oleh kelompok VI dan kelompok V adalah: Kelipatan 4 : 4,8,12,16,20,24,28,32,36,40. Kelipatan 9 adalah : 9,18,27,36,45,54,63,72,81,90. Kelipatan persekutuan dari 4 dan 9 adalah : 36 KPK dari 4 dan 9 adalah : 36 Guru menyimpulkan bahwa KPK untuk suatu bilangan prima dan bilangan lain,yang faktor primanya bukan bilangan prima itu, maka KPK nya adalah hasil dari perkalian kedua bilangan tersebut. 3. Kegiatan akhir Diakhir kegiatan permainan guru memberikan tugas tertulis untuk mengukur pemahaman siswa tentang Kelipatan suatu bilangan , kelipatan persekutuan bilangan dan hasil akhir KPK bilangan. Siswa menyelesaikan 5 soal dalam 20 menit untuk dikerjakan secara individu,hasil evaluasi individu diperoleh hasil 17 siswa mendapat skor 100,1 siswa mendapat skor 98,1 siswa mendapatkan skor 95,1 siswa mendapatkan skor 93, 7 siswa mendapatkan skor 90, 1 siswa mendapatka skor 88,3siswa mendapatkan skor 85,2 siswa mendapatka skor 80,1 siswa mendapatkan skor 78,1 siswa mendapatka skor 70, 1 siswa mendapatkan skor 65 dan 1 siswa mendapatkan skor 58. 999 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Gambar 7. Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa materi KPK Pada tes tertulis pada siklus kedua secara klasikal hasil pembelajaran dari tes tertulis dengan KKM 70,siswa yang belum tuntas terlihat 2 siswa. Tabel.2 No 1 2 3 4 Rentang Nilai 50 -59 60 – 69 70 – 79 80 - 100 Jumlah Jumlah Siswa 1 1 2 33 % 2,7% 2,7% 5,4% 89,2% 37 100% Ketuntasan Tidak tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Jumlah Nilai : 3390 Rata-rata Nilai : 91,6 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 37 siswa ,yang mendapatkan nilai 50-59 =1 siswa atau 2,7%,yang mendapatkan nilai 60 - 69 = 1 atau 2,7 %,yang mendapatkan nilai 70 - 79 = 2 siswa atau 5,4%, dan yang mendapatkan nilai 80 – 100 = 33 siswa atau 89,2 % Dari hasil pengamatan pembelajaran pada siklus II ini, pemahaman siswa pada kelipatan bilangan menunjukan kategori yang baik dilihat dari persentase keberhasilan 94,6%, dan siswa yang belum tuntas terlihat dalam persentase 5,4 %. Sebahagian besar siswa menunjukan pemahaman yang baik pada materi kelipatan bilangan dengan menggunakan permainan MAM. Perbandingan hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II di deskripsikan sebagai berikut pada siklus I jumlah nilai 3097 dengan nilai rata – rata kelas adalah 83,7 dan pada siklus II dengan jumlah nilai 3390 dan rata- rata nilai 91,6,dilihat dari peningkatan rata –rata nilai berarti terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan nilai rata –rata 10,8%.Pada siklus ke II ini aktivitas siswa lebih terlihat aktif dan semakin membaik dengan adanya peningkatan pemahaman materi 1000 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan dari penelitian pembelajaran dengan mengunakan pendekatan pembelajaran cooverative MAM, dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi FAKTOR , KELIPATAN, FPB dan KPK suatu bilangan, di SD Negeri 010 sekupang Batam,yang dapat dilihat dari hasil tes tertulis mulai dari siklus pertama dan siklus kedua , pada hasil dari tes tertulis sudah mencapai KKM yang ditetapkan oleh guru, hanya beberapa siswa yang dibawah KKM dan guru mengajukan wawacara/ pendekatan secara personal dengan siswa tersebut ternyata dapat disimpulkan bahwa siswa yang bersangkutan kurang menguasai perkalian,dari temuan tersebut guru mulai melakukan pendekatan dengan siswa tersebut di luar jam pembelajaran untuk melakukan pembelajaran tambahan diluar kelas. Dari hasil tes tertulis hasil yang didapat pada tes siklus pertama dengan materi FAKTOR BILANGAN siswa menunjukan pemahaman yang baik dengan mencapai rata –rata nilai 83.7, dan pada pertemuan siklus kedua untuk materi KELIPATAN BILANGAN siswa menunjukan peningkatan pemahaman dengan mencapai nilai rata-rata kelas 91,6. Dari hasil penelitian ini,pengunaan pembelajaran dengan tehnik pembelajaran kooverative Make- A-Match dapat dijadikan sebagai salah satu alternative untuk peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran dikelas.Dan guru dapat mengembangkan model pembelajaran MAM dengan materi pembelajaran yang lain, dengan mengembangkan alat peraga yang lebih sempurna karena alat atau media yang digunakan guru pada penelitian ini masih menggunakan angka – angka kecil sehingga untuk materi kelipatan masih terbatas bilangannya,dan pada dasarnya siswa juga sangat menyukai pembelajaran dalam permainan walau sedikit menimbulkan kegaduhan didalam kelas tetapi dengan keahlian seorang guru dalam pengelolaan kelas metode permainan dalam penerapan tehnik MAM sangat menarik siswa untuk belajar secara aktif. DAFTAR RUJUKAN Eni Lambang Sari,2016. Penerapan Model Pembelajaran Make-A-Macth untuk meningkatkan hasil belajar siswa 11 pada materi satuan berat.J-TEQIP,21 Mei 2016:462-471. Russeffendi.1997.Dasar-dasar Matematika modern untuk guru.Bandung:Tarsito. Sunendar,Tatang.2008.Penelitian Tindakan Kelas. URL.https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii/( Diakses Tanggal 16 Agustus 2016). Suyatno,2009.Menjelajah Pembelajaran Inovatif.(Sidoarjo:Masmedia Buana Pustaka). Surya,Yohanes.2015.Pintar Berhitung GASING.BSD CITY Serpong.PT Kandel Tangerang 15322. Kusmawati,heny.Sumanto.Aksin,Nur.2008 Gemar Matematika 6:untuk SD/MI Kelas VI/YD. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 1001 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS XI IPA SMA ISLAM HASYIM ASY’ARI BATU Kumaidi SMA Islam Hasyim Asy’ari Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengaji penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Islam Hasyim Asy’ari. Penelitian dilakukan dengan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah 24 siswa dengan sebaran 4 laki-laki dan 20 perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari siklus I dengan rata-rata 77,0 menjadi meningkat pada siklus II dengan rata-rata 81,3. Kata Kunci: kooperatif tipe STAD, keaktifan siswa, hasil belajar siswa Keberhasilan dalam proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kreatifitas guru. Guru dituntut melakukan inovasi melalui proses pembelajarannya, dalam hal ini pemilihan metode dan strategi pembelajaran menjadi hal penting dalam proses belajar. Pembelajaran PKn yang dipaksakan tanpa melalui proses yang menyenangkan akan menyebabkan siswa merasa jenuh untuk mengikuti pembelajaran, sehingga membawa dampak pada hasil belajar siswa. PKn yang masuk katagori bidang studi normatif dan karakter materinya yang dianggap sebagian besar siswa adalah pelajaran yang membosankan, dan tingkat kesukaran dalam memahami materi sedikit banyak berpengaruh pada semangat belajar dan hasil belajar. Disamping dikarenakan metode pembelajaran yang kurang tepat atau pembelajaran yang masih bersifat tradisional sehingga siswa kesulitan memahami materi yang diajarkan. Metode dan pendekatan pembelajaran yang masih banyak digunakan adalash metode konvensional (metode ceramah), guru menggunakan metode ceramah. Peserta didik hanya mendapatkan materi secara teoritis, peserta didik tidak dapat kesempatan untuk menemukan konsep. Hal ini yang dapat menyebabkan siswa cenderung bersikap pasif, siswa malas belajar dan siswa menjadi ketergantungan kepada guru. Salah satu pembelajaran yang dapat membuat siswa senang adalah pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi proses pembelajaran, dan terjadi proses pembelajaran yang tidak lagi guru menjadi satu-satunya sumber belajar, tidak lagi pembelajaran berlangsung berpusat pada guru, disini mengedepankan student centere, peran guru dalam hal ini adalah sebagai motivator dan fasilitator sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien. Dalam perannya sebagai fasilitator, guru perlu memfasilitasi siswa sedemikian hingga siswa memiliki rasa ingin tahu terhadap materi pelajaran. Dalam pembelajaran hendaknya guru dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik, yang mana materi perlu disesuaikan dengan tingkat berpikir peserta didik dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang akan menimbulkan sikap positif terhadap pembelajaran PKn. pada hakikatnya belajar PKn, merupakan belajar tentang tatanan kehidupan. 1002 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Belajar adalah salah satu cara untuk mendapatkan pengalaman tatanan kehidupan. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan strategi pembelajaran tertentu untuk mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Kondisi tersebut sering ditemui pada proses pembelajaran di SMA Islam Hasyim Asy’ari Batu. Kondisi ini juga terjadi di kelas XI IPA. Pembelajaran berlangsung pasif, dimana siswa hanya menerima yang diberikan oleh guru, siswa menunggu jawaban yang benar dari guru atau siswa lain yang lebih pintar. Sebagian besar siswa tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang berkemampuan lebih mendominasi proses pembelajaran dan cenderung mengambil posisi tempat duduk di depan. Sehingga siswa yang mempunyai kemampuan kurang berkecenderungan semakin tertinggal. Hal ini menunujkkan ada masalah dalam pembelajaran PKn di Kelas XI IPA SMA Islam Hasyim Asy’ari Batu yang harus segara dicarikan solusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran cooperative tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Menurut Slavin (dalam Subanji, 2013) langkah-langkah STAD adalah sebagai berikut: (1) membentuk kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan sebagainya), (2) Guru menyajikan materi, (3) guru memberikan tugas kepada kelompok. Selain itu, guru harus memiliki kemampuan untuk mengemas materi pelajaran lebih menarik dan lebih bermakna bagi siswa, mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Guru juga harus memfasilitasi terciptanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan antar siswa itu sendiri. Siswa yang pintar dapat membantu siswa yang kurang pintar, dan diharapkan dengan diskusi kelompok, siswa yang mempunyai kemampuan kurang dapat lebih percaya diri karena dimotivasi teman kelompoknya. Hal demikian akan mendorong dan meningkatkan keaktifan siswa yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan kooperatif tipe STAD telah dikaji oleh beberapa peneliti (Izzati, 2015; Herniwati, 2015; Wahyudansyah, 2015; Rosdinar, 2015; Hudaya, 2015 ). Izzati (2015), pembelajaran kooperatif STAD mampu menumbuhkan motivasi, mengaktifkan siswa, meningkatkan pemahaman dan nilai siswa, serta dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Herniwati (2015) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Wahyudansyah (2015) menyatakan bahwa kooperatif tipe STAD dapat mengaktifkan siswa untuk belajar dan ada peningkatan hasil belajar siswa. Hudaya (2015) menunjukkan pentingnya kooperatif STAD untuk meningkatkan interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Dari berbagai temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena itu dalam penelitian ini, mengkaji penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada materi pentingnya keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pada siswa kelas XI IPA SMA Islam Hasyim Asy’ari Batu semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengaji penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan keaktifan pemelajaran dan hasil belajar. Subjek penelitian ini adalah 24 siswa kelas XI IPA SMA Islam Hasyim Asy’ari Batu yang tersebar laki-laki 4 dan 20 perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus memuat tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat pembelajaran PKn di SMA Islam Hasyim Asy’ari Batu yang berorientasi pendekatan keterampilan proses dalam setting pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tahap pelaksanaan siklus I dan siklus II dilakukan bulan Oktober – November 2016. Pada saat pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan observasi oleh teman sejawat. Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti 1003 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 bersama teman sejawat sebagai observator, dimaksudkan untuk mengaji kendala-kendala yang ada dalam pembelajaran sekaligus arlternatif pemecahannya. Prosedur Penelitian Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan selama 2 siklus. Dengan masingmasing siklus 2 pertemuan. Siklus I : 1) Perencanaan ( Planning ) dengan kegiatan sebagai berikut: a) Mengumpulkan dan analisis data berupa nilai ulangan harian PKn materi Keterbukaan dan keadilan. b) Identifikasi dan klarifikasi semua masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam , kegiatan belajar mengajar. c) Menyiapkan materi yang akan disampaikan. d) Menyusun RPP, materi bahan diskusi, Alat evaluasi akhir siklus, lembar pengamatan. 2) Tindakan, dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru dan observator untuk aktifitas belajar Adapun pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut: Dalam pertemuan pertama dilakukan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: Guru memberi rangsangan tentang materi pentingnya keterbukaan dan keadilan, Guru membimbing siswa melakuakan dengan mengidentifikasi masalah materi pentingnya keterbukaan dan keadilan, Guru mengarahkan siswa melakukan Penggumpulan data, masalah materi pentingnya keterbukaan dan keadilan, Guru pendapingan siswa menjeneralisasi, menarik kesimpulan materi pentingnya keterbukaan dan keadilan Guru memerintahkan kelompok mempresetasikan hasil diskusi, Guru memberi penguatan perihal konsep pentingnya keterbukaan dan keadilan. Setelah siswa belajar dengan menggunakan kooperatif tipe STAD, maka dalam Pertemuan ke 3 di lakukan tes tertulis. Soal yang digunakan pada test individu berupa soal uraian sebanyak 5 soal. Pelaksanaan dilaksanakan pada pertemuan ketiga masih dalam siklus ini. setelah test tulis bentuk uraian ini selesai sisa waktu kurang lebih 25 menit digunakan membahas dengan tujuan memperdalam kemampuan siswa, 3) Pengamatan, Kegiatan observasi dilakukan guru untuk mengumpulkan data aktifitas pembelajaran siswa. 4) Refleksi, Data dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti. Analisis dilakukan dengan cara mengukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian disimpulkan bagaimana hasil belajar siswa dan bagaimana hasil pembelajaran guru. Kemudian direfleksikan hasil analisis yang telah dikerjakan. Siklus II dilakukan setelah mengidentifikasi temuan kekurangan pada siklus I dengan melakuan perbaikan dengan urutan kegiatan sebagai berikut : Perencanaan, Mengumpulkan dan analisis data berupa nilai ulangan harian PKn tetang materi pentingnya keterukaan dan keadilan. Identifikasi dan klarifikasi semua masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar pada kegiatan siklus 1. Menyiapkan materi yang akan disampaikan yaitu pentingnya keterukaan dan keadilan. Menyusun RPP,materi bahan diskusi, Alat evaluasi akhir siklus, lembar pengamatan. Tindakan Peneliti akan melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai guru dan observator untuk aktifitas belajar. Adapun pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut:Dalam pertemuan kedua materi pembelajaran adalah menentukan pentingnya keterukaan dan keadilan. . Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Guru memberi stimulan (memberi rangsangan) tentang materi pentingnya keterukaan dan keadilan. 2) peserta didik melakuakan Identifikasi masalah pentingnya keterukaan dan keadilan. . 3) peserta didik melakukan penggumpulan data masalah materi pentingnya keterukaan dan keadilan. 4) peserta didik menemukan menjeneralisasi (menarik kesimpulan) materi pentingnya keterukaan dan keadilan. 5) Guru memberikan kesempatan kelompok mempresetasikan hasil diskusi, 6) Guru memberi penguatan atau perihal konsep pentingnya keterukaan dan keadilan. Setelah siswa belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dalam Pertemuan ke tiga di lakukan tes tertulis. Soal yang digunakan pada tes individu berupa soal raian sebanyak 5 soal. Pelaksanaan dilaksanakan pada pertemuan kedua masih dalam siklus ini. setelah test tulis bentuk uraian ini selesai sisa waktu kurang lebih 25 menit digunakan membahas dengan tujuan memperdalam kemampuan siswa. Pengamatan Peneliti mengadakan refleksi hasil siklus kedua yang 1004 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Bahan penilaian observasi dapat dilihat pada lampiran Refleksi, Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I,dan II, kemudian melakukan Refleksi terhadap strategi yang dilakukan dalam tindakan kelas. Apakah dengan menggunakan media pembelajaran tersebut dapat berhasil meningkatkan hasil belajar PKn materi pentingnya keterbukaan dan keadilan kelas XI IPA Di SMA Islam Hasyim Asy’ari Batu semester ganjil tahun pelajaran 2016-2017. Adapun rancangan penelitian ini disajikan sebagai berikut. Siklus 1 Rencana awal Refleksi Tindakan/ Observasi Siklus 2 Rencana yang direvisi Refleksi Tindakan/ Observasi Siklus 3 Rencana yang direvisi Refleksi Tindakan/ Observasi Gambar 1. Siklus PTK Data yang diperoleh berupa rekaman pembelajaran dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan mendeskripsikan praktik pembelajaran kooperatif tipe STAD dan membandingkan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus 1 dilaksanakan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan dikembangkan RPP, materi keterbukaan dan keadilan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, memuat bahan ajar (bahan diskusi) membuat soal tes tulis uraian lembar kerja siswa, membuat lembar observasi keaktifan siswa mengerjakan diskusi kelompok dan penilaian. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran menggunakan tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan mengkondisikan suasana kelas termasuk 1005 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri 4 – 5 siswa dilanjutkan dengan berdo’a, menyanyikan lagu wajib nasional, memotivasi siswa, kemudian menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan ini yaitu keterbukaan dan keadilan dan sekaligus menyampaikan tujuan pembejaran yang ingin dicapai melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada kegiatan awal juga peneliti menghimbau masing-masing kelompok melakukan kegiatan untuk memahami materi pelajaran melalui buku pegangan siswa dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menganalisa, mengkomunikasikan, membuat kesimpulan–kesimpulan dari hasil diskusi, dan mempresentasikannya, lalu dilanjutkan peneliti dengan menggali pengetahuan awal siswa melalui tanya jawab. G : siapa yang bisa membantu, apa itu keterbukaan? S (Abim): keterbukaan adalah sesuatu yang terlihat G : Siapa lagi? S (Ina): keterbukaan adalah transparansi. G : Sekarang, apa yang maksud dengan keadilan? S (Nava): Keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, siswa yang lain, saya Pak. Oh ya kamu Iqbal. S (Iqbal): Keadilan itu, membagi sesuatu dengan pembagian yang sama, tidak ada pilih kasih. G : jawaban dari kalian semua anak-anak benar sekali. Berdasarkan dialog diatas Nampak bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal tentang pengertian keterbukaan dan keadilan. Keterbukaan diartikan siswa, sesuatu yang terlihat, transparansi. Sedangkan keadilan siswa mengartikan menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan ada yang mengartikan membagi sesuatu dengan pembagian yang sama tidak ada pilih kasih. Pada kegiatan inti, guru sebagai peneliti memerintahkan siswa mengamati kasus yang tetera pada bahan diskusi. Supaya berjalannya diskusi terarah guru memberi pengarahan, pendampingan dan bantuan pemikiran yang ditemui oleh siswa dalam proses diskusi. Arahan juga diberikan pada pesoalan alur kerja pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti melalui LCD ditayangkan berita penggusuran PKL. Mohon anak-anak cermati kasus dibawah! SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Setelah dilakukan sosialisasi tentang peringatan larangan berjualan di area terlarang untuk Pedagang Kaki Lima (PKL), Pemkot Malang merencanakan wacana. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pasar Kota Malang, Wahyu Setianto. Ia mengatakan, besok, Rabu (13/7/2016), PKL di Pasar Besar akan segera digusur. "Kami mulai penggusuran besok. Titik yang paling banyak itu di Pasar Besar. Area ini harus bersih dari PKL," tuturnya, Selasa (12/7/2016). Menurutnya, sosialisasi yang sudah dilakukan oleh Dinas Pasar, cukup jelas, sehingga Dinas Pasar harus segera menindaklanjuti PKL agar tidak semakin menjamur. Wahyu menambahkan, operasi PKL dan penggusuran akan dimulai pada pukul 06.00 WIB. Operasi ini mengerahkan 80 pasukan dari bidang Pengawasan dan Penertiban (Wastib) Dinas Pasar, yang mengutamakan kawasan tapal kuda Pasar Besar. Wahyu menjelaskan, PKL itu ialah mereka yang selama ini berjualan di lorong-lorong Pasar Besar baik di lantai satu maupun lantai dua. Hal ini yang diimbaukan kepada PKL agar mereka tidak menempati kembali lorong di dalam pasar untuk berjualan. Selain itu, PKL Selanjutnya guru memberikan pancingan pertanyaan: bagaimana tindakan Satpol PP, yang melakukan yang ada di Pasar Besar, akan ditampung di Pasar Comboran. Namun, untuk sementara relokasi PKL dari Pasar Besar ke penggusuran PKL, tidak mempertimbangkan perasaan kemanusiaan, Pasar Comboran masihdengan dalam wacana. "Lahannya sudah ada tinggal menata dan akan masihsudahkah dikaji lagi," memenuhi imbuhnya. Terpisah, Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji menambahkan untuk relokasi PKL itu sebenarnya harus melihat cantolan rasa keadilan? jika kalian terposisi a). Sebagai Pamong Praja. b). Sebagai PKL. regulasi terlebih dahulu. "Kalau dicarikan tempat untuk relokasi, maka itu berdasarkan asas kemanusiaan. Tapi kami Siswa dalam kelompok berdiskusi menuliskan hasil diskusinya lembar kerja Hasil juga harus menata, jangan sampai relokasidan ini hanya sekedar percobaan," kata dia. di Menurutnya, apabilasiswa perlu untuk tempat dari relokasi, maka perlu kajian yang lebih dalam.sebagai Seperti, melibatkan diskusi masing-masing kelompok adalah berikut: masyaraka setempat, lalu diperhitungkan lalu lintasnya."Jangan sampai kalau dibuatkan tempat khusus PKL, malah sepi karena tidak terlewati oleh kendaraan. Itu yang harus kami buat set plannya," imbuh dia. Sebelumnya, Dinas Pasar Kota Malang, melakukan sosialisasi oleh PKL di area terlarang, yakni di Jl Ade Irma, Jl Pasar Besar, Jl Kebalen, Jl Danau Jonge, serta Alun-Alun Merdeka. Kelompok A mendasarkan pendapatnya pada definisi keadilan yang disampaikan oleh Thomas Hobbes bahwa keadilan adalah suatu perbuatan yang didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati. Dengan definis tersebut, satpol PP sudah benar. Posisi PKL juga bisa dibenarkan karena mempertahankan hidup untuk memenuhi kebutuhan dasar. 1006 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Kelompok A. (a). Sebagai Satpol PP. keadilan menurut “Thomas Hobbes”, mengatakan “keadilan adalah suatu perbuatan yang didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati”. Berdasarkan pengertian tersebut Satpol PP telah melaksanakan amanat peraturan, ada kesepakatan banyak pihak, pemerintah selaku pemangku wewenang, justru kalau tidak melaksanakan tugas dianggap melanggar aturan.Dan itu telah memenuhi rasa keadilan bagi banyak pihak, pihak – pihak yang berkepentingan. (b). Jika kami terposisi sebagai PKL, secara emosional pasti kami ingin terus mempertahankan jualan agar bisa berjualan supaya bisa menghidupi kompor dapur keluarga yang harus makan, mempertahankan hidup, terpenuhi kebutuhan dasar hajat hidup kami, Satpol PP tidak main gusur, kami berharap ada jalan keluar. Kelompok B mengungkapkan bahwa keadilan perlu dikembalikan pada defininya dan kelompk B menggunakan definisi dari Notonagoro bahwa “keadilan hukum “legalitas” adalah suatu keadaan yang didasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku”. Kelompok B sudah menganggap legal yang dilakukan oleh satpol PP. Di sisi lain sebagai PKL kelompok B hanya bisa mengeluh, sebagai warga yang terpinggirkan. Kelompok B. (a), Sebagai Satpol PP. Seagaimana keadilan yang dikemukakan oleh Notonagoro, “keadilan hukum “legalitas” adalah suatu keadaan yang didasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku”. Satpol PP telah, mensosialisasikan terlebih dulu, tidak main gusur, itu artinya ada perasaan kemanusiaan diperhatikan tidak diabaikan, bahkan membuat rencana untuk relokasi, itu artinya ada solusi tidak main gusur.dan secara hukum dapat dibenarkan, tidak menyalahi aturan. (b). Pedagang Kaki Lima yang sering diperlakukan tidak adil, dipandang sebelah mata dimata aparat pemerintah, membuat ruas atau bahu jalan lalulintas macet, kondisi jalan jadi rusuh, pokoknya dianggap tidak ada positipnya, PKL dari semua sisi dianggap tidak berarti. Kelompok C memandang masalah yang dilakukan oleh satpol PP dan PKL harus dilihat dari keadilan individu dan sosial. Yang dilakukan oleh satpol PP untuk memenuhi keadilan sosial, bahwa masyarakat perlu mendapatkan akses jalan yang mudah, masyarakat akan lebih nyaman kalau melihat kondisi lingkungan yang tertata rapi, dan sebagainya. Sementara kondisi PKL juga perlu mendapat keadilan individu terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu kalau digusur, pemerintah perlu memikirkan lapangan kerja yang lain. Kelompok C. (a).Sebagai Pamong Praja harus taat pada aturan yang ada, pemerintah menggusur pasti ada kepentingan untuk tujuan mengatur dan menertibkan, bagian dari adanya perkembangan populasi penduduk, pertumbuhan ekonomi yang meningkat, mobilitas masyarakat yang meningkat. itu sesuai dengan pengertian keadilan menurut keputusan Panitia Adhoc MPRS 1966, (Keadilan dibagi menjadi 2 (dua) bagian ; 1) Keadilan idividual, dan 2) Keadilan sosial). Masingmasing punya kepentingan, kepentingan Satpol PP selaku aparatur pemerintahan adalah mengamankan dan menertibkan situasi dan kondisi, sedangkan kepentingan PKL adalah bagaimana dagangannya bisa terjual, dan kebutuhan hidup keluarganya bisa diatasi. (b). sebagaimana keadilan ada dua menurut keputusan Panitia Ad-hoc MPRS 1966, (Keadilan dibagi menjadi 2 (dua) bagian ; 1) Keadilan idividual, dan 2) Keadilan sosial). Tuntutan keadilan sosial sebagai warga negara yang didalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945, Negara ini menjamin yaitu memajukan kesejahteraan umum, itu kelompok kami memahaminya, pemerintah dalam hal ini Negara, harus menjamin kelangsungan hidup bangsanya tidak malah digusur-gusur dan tidak memberikan jalan keluarnya, mestinya harus pemerintah membuka lapangan kerja dan memberi kesempatan seluas-luasnya pada warganya untuk mendapatkan pekerjaan.. Kelompok D cenderung memebenarkan satpol PP, namun juga merasakan terlukai hatinya oleh perilaku satpol PP. Karena pedagang PKL sebagai masyarakat kecil yang perlu dikasihani terutama untuk melangsungkan hidup bersama keluarganya. 1007 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Kelompok D. (a), kami dari kelompok D, berkesimpulan dari beberapa sumber yang telah kami diskusikan di kelompok kami, sebagai aparat Satpoil PP, berkewajiban untuk mengambil tindakan yang cepat dan tepat demi ketertiban masyarakat luas yaitu sekitar PKL, mobilitas sosial harus terkendali, berjalan lancar dan itu dibenarkan oleh undang – undang. jadi kalau sebagai aparat diam tidak bertindak itu salah besar. (b). sebagai PKL, jika kami sebagai PKL, tidakan aparatur pemerintah itu melukai hati masyarakat kecil, mengapa karena sepertinya tidak tahu kepentingan rakyat kecil yang harus banting tulang untuk keluarga, kelangsungan keluarga, kelangsungan pendidikan keluarga dan lain sebagainya. Observasi Tahap observasi dilakukan sendiri oleh peneliti dan teman sejawat, disela-sela kegiatan pembelajaran dan mendampingan peserta didik diskusi , peneliti mengamati kegiatan belajar peserta didik tentang aktifitas, partisipasi, komunikasi dan kreatif. Selama peserta didik belajar peneliti mengamati akatifitas peserta didik dengan memberi tanda (v) pada skor dilembar pengamatan dengan skala 1,2,3,4. Sedangkan perihal proses kegiatan belajar tentang aktifitas guru yang bertindak sebagai peneliti dan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil pengamatan keaktifan belajar peserta didik sudah baikdan masih perlu ditingkatkan, sedangkan respon dalam menanggapi kasus dan persolan materi ada merespon dengan baik dan cukup positif, peserta didik komunikatif baik saat diskusi saat presentasi hasil diskusi kelompoknya, bahasanya tertata, logis dan praktis, sistematis. Juga hasil pekerjaan dan saat presetasi daya kreatifitasnya baik. Sedangkan hasil pengamatan peserta didik mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru masih dianggap banyak berkomentar, rancangan bahan diskusi kurang tertata. Oservasi dilakukan untuk mendapatkan data yang terkait dengan kegiatan pemelajaran yang berlangsung di kelas: meliputi keaktifan siswa, kemampuan menyampaikan pendapat siswa, kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, dan sikap saling menghargai pendapat orang lain. Observasi dilakukan peneliti sekaligus sebagai guru pemina pelajaran, sebagai umpan balik pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan waktu menjelang akhir guru memberikan informasi materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan memberi tugas pekerjaan rumah berupa soal latihan. Gambar 2: Foto kegiatan pembelajaran pada siklus Refleksi Hasil pengamatan dan test tulis yang dilaksanakan pada siklus I, masih ada beberapa hal yang perlu ada perbaikan karena aktifitas peserta didik masih perlu ditingkatkan agar diperoleh hasil prestasi belajar meningkat. Ada eberapa hal yang perlu diperbaiki pada siklus I sebagai bahan menyusun perencanaan pada siklus II adalah RPP, rencana pelaksanaan pembelajaran mengenai kegiatan inti peran guru dikurangi sehingga tercipta pembelajaran terpusat pasa peserta didik. Pola 1008 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 belajar aktif juga menjadi kajian khusus untuk memperbaiki RPP. Bahan materi disusun lebih mengarah sesuai sintak pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil pembelajaran kooperatif tipe STAD learning ada peningkatan prestasi hasil belajar siswa dibanding pembelajaran menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah dengan menerangkan pemberi contoh dan latihan soal hasilnya tidak begitu baik rata rata kelas 70 dan siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 yaitu 7 siswa dari 24 siswa. 15 siswa mendapat nilai 75 dan yang mendapat nilai terendah 60 dua orang, sedangkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD didapatkan peserta didik yang mendapat nilai lebih dari 75 ada 15 siswa berarti mengalami peningkatan sebesar 14,2 % dengan rata – rata kelas 82, 2. Pada siklus I mengalami peningkatan prestasi hasil belajar peserta didik cukup segnifikan. Untuk keaktifan juga terlihat model pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup memberi masukan yang sangat berarti sehingga peserta didik lebih aktif dari komponen keaktifan terdapat 11 siswa yang mendapatkan skor 2 sedangan pembelajaran awal 13 siswa mendapat skor 1, komponen partisipasi kooperatif skor 3 ada 12, komponen komunikasi yang mendapat skor 2 ada 10 siswa dan komponen kreatif skor 2 ada 14 siswa dari data ini jika di bandingkan dengan pembelajaran awal yaitu metode tradisional komponen keaktifan, partisipasi, komunikasi,dan kreatif terbanyak pada posisi skor 1 dengan perolehan berturut - turut 12 siswa, 10 siswa, 14 siswa. Melihat data di atas dapat disimpulkan sementara bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik, namaun kali ini masih perlu diperbaiki lagi karena hasinya masih kurang, sehingga pada penelitian ini perlu dilakaukan siklus II. SIKLUS II Perencanaan Pada kegiatan siklus II ada dua pertemuan tatap muka dan satu pertemuan untuk ulangan dan pembahasan, dan dikegiatan perencanaan adalah mempersiapkan RPP pembelajaran matematika dengan materi Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Tidak Transparan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dikegiatan siklus dua ini agak berbeda dengan kegiatan pada siklus I, pada siklus I sekalipun pembelajaran berpusat pada siswa kenyataannya guru terlihat mendominasi. Untuk disiklus II pembelajaran dirancang belajar siswa aktif, Materi diskusi disiapkan yang memacu siswa aktif berpikir yaitu dengan memaparkan materi rasangan mengenai dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan. Contoh dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan.. Karakteristik atau prinsip-prinsip dalam praktik penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (UNDP) : Partisipasi (Participation), Aturan Hukum (Rule of Law), Transparan (Transparency), Daya Tanggap (Responsiveness), Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation), Berkeadilan (Equity), Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency), Akuntabilitas (Accountability), Bervisi Strategis (Strategic Vision), Saling Keterkaitan (Interrelated). Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik sesuai UU Nomor 28 Tahun 1999: Asas Kepastian Hukum, Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, Asas Kepentingan Umum, Asas Proporsionalitas, Asas Profesionalitas, dan Asas Akuntabillitas. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.Pada kegiatan pendahuluan guru cukup memberi pengarahan berkaitan dengan kerja kelompok dan menjelaskan aturan diskusi yang benar agar diperoleh hasil yang maksimum. Selama diskusi siswa dimohon untuk mengidentifikasi masalah dan mendiskusikan dengan anggota kelompok, disini proses penemuan konsep bias digali dan dirumuskan oleh anggota kelompok, sampai kelompok dapat membuat kesimpulan atau menyusun formula dengan pengetahuan 1009 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 yang baik. Pada pertemua kedua tindakan yang dilakkukan guru dan siswa tidak mengalami perubahan hanya materi di tekan pada implementasi penyelenggaraan pemerintahan yang transparan. Pengamatan Pengamatan pada siklus II untuk kegiatan siswa dilakukan oleh guru sendiri yaitu peneliti dengan bantuan intrukmen pengamatan, setiap prilaku siswa dilakukan pengamatan khususnya tentang aktifitas yang meliputi keaktifan, partisipasi, komunikasi dan kreatifitas. Pada kegiatan didskusi siswa tampak aktif bekerja dan berpikir Waupun kelas terkesan ramai. Dalam setiap kelompok kelihatan sekali saling mengajukan pertanyaan dan terkadang kelihatan tegang karena berbeda pendapat teman kelompok yang lain. Dari sini dapat dikatakan pembelajaran benar benar aktif yang sering diwarnai berbagai pendapat bahkan beberapa kelompok saling adu argumentasi. Pada saat presetasi hasil diskusi masing –masing kelompok masih ditemukan perdebatan. Sehingga dapat katakana bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, saling menghormati dan kerja sama serta tanggung jawab. Kerangka berpikir, pengendalian emosi, penalaran dalam memecahkan masalah tergambar dengan baik. Refleksi Hasil pengamatan dan test tulis yang dilaksanakan pada siklus II, hasilnya sangat memuaskan keaktifan siswa dalam belajar mengalami peningkatan, rencana pelaksanaan pembelajaran mengenai kegiatan inti peran guru sudah tidak dominan lagi, sebaliknya kegiatan belajar, aktifitas siswa mengalami peningkatan sehingga tercipta pembelajaran yang terpusat pasa peserta didik. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah berjalan sesuai dengan inginkan yaitu terwujudnya belajar siswa akatif , menemukan konsep dengan pola belajar kelompok dan menemukan konsep bersama dalam diskusi kelompok. Peningkatan prestasi hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang seqnifikan dibanding ketika pada kegiatan belajar disiklus I . Pada siklus II siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 yaitu ada 21 siswa dari 24 siswa dan 3 siswa kurang dari 75. 21 siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 dengan sebaran nilai yaitu 5 orang mendapat nilai 94 orang mendapat nilai 88, 6 orang menfdapat nilai 85 dan 2 orang mendapat 80 dan 2 orang mendapat 75.Artinya siswa yang tutas mencapai 80,3% . Sedangkan untuk keaktifan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi masukan yang positif sehingga peserta didik lebih aktif, dari komponen keaktifan terdapat 4 siswa yang mendapar skor 2, 4 siswa mendapat skor 3 dan 13 siswa menndapat skor 4, komponen partisipasi mengalami peningkatan yang sangat siqnifikan yaitu 19 siswa dengan skor 4, 2 siswa skor 2 dan 2 siswa skor 2, untuk komponen komunikasi , 2 siswa mendapat skor 2 , 4 siswa mendapat skor 3 dan 17 siswa mendapat skor 4 dan teakhir pada komponen kreatif 3 siswa mendapat skor 2, 2 siswa mendapat skor 3 dan 18 siswa mendaoat skor 4. Dengan mempeerhhatikan data diatas baik pada siklus I maupunn siklus II dibandingkan hasil prestasi dari prestasi hasil belajar dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran kooperatif tipe STAD prestasi belajar dan keaktifan belajar siswa lebih tinggi dan dapat dijadikan pembelajaran yang baik direkomendasikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik. karena pada kegiatan siklus II siswa yang tuntas baik prestasi belajar maupun keaktifan siswa sudah mencapai 82 %. Maka penelitaian tindakan kelas dengan pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD dianggap selesai. SIMPULAN Sesudah melaksanakan penelitian sebanyak dua siklus yang dilakukan peneliti dapat diambil kesimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil 1010 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 belajar PKn bagi peserta didik kelas XI IPA SMA Islam Hasyim Asy’Batu tahun pelajaran 20162017. Dari siklus I dengan rata-rata 77,0 menjadi meningkat pada siklus II dengan rata-rata 81,3. DAFTAR RUJUKAN Izzati, N., 2015. Penerapan Pembelajaran Cooperative Learning STAD Berbantuan Card Short dalam Permainan Sandi pada Materi Matriks Kelas XI MIPA SMA Negeri 11 Batam. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 126-136. Herniwati., 2015. Peningkatan Hasil Belajar Siswa SD Kelas V Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Kreatif. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 425-431. Wahyudansyah.,2015. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Materi Ciri – Ciri Khusus Tumbuhan melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 432-437. Rosnidar., 2015. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Ciri-Ciri Khusus Tumbuhan pada Siswa Kelas VI SDN 16 Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman. Prosiding Seminar Nasional TEQIP 2015. Hal. 460-465. Hudaya., 2015. Penggunaan Media Gambar Gerak dalam Pembelajaran Menyampaikan Kembali Isi Pesan Melalui Model STAD Siswa Kelas VI SDN 17 Baruga Kendari. Hal. 670-675. Nenoliu, E. T,, 2015. Penerapan Metode STAD ( Student Teams Achievemen Division) pada Materi Penjumlahan Pecahan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK LEOB, Hal. 271-278 Khairani ,. 2013. Penerapan Kooperatif STAD dalam Menemukan Rumus Luas Trapesium Siswa Kelas V SD 071 Tanjung Mompang Hal. 719-721 Elsionora,M., dan Suharika,S,. 2013. Penerapan Model STAD pada Materi Bangun Ruang dalam Meningkatkan Motivasi Siswa Belajar Menggunakan Media Pembelajaran (Kajian Pelaksanaan Lesson Study) Hal.911-915 Bumiselan,. 2013.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX.6 pada Materi Kesebangunan Dan Kekongruensi dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan Media Powerpoint Hal.916-924 Marlina ,. 2013. Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Materi Pecahan Senilai melalui Penggunaan Pita Bilangan Hal. 929-937 Haryadi,D,A,N., & Simori,B. 2013 Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Memotivasi Belajar Siswa dalam Menemukan Jaring-Jaring Kubus Kelas V SD Inpres 55 Klamono ( Pengalaman pada Kegiatan On Going 1 di Kabupaten Sorong) Hal.938-944 Fitriani ,. 2013 Pembelajaran Menulis Iklan Baris Berbasis STAD Hal.1312-1316 1011 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI DONGENG DENGAN METODE PEMODELAN DI KELAS III SDN 002 BULANG, KOTA BATAM Dedi Suwanto SDN 002 Bulang, Kota Batam Batam [email protected] Absrak: Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk peningkatkan kemampuan memahami dongeng dengan metode pemodelan siswa-siswi kelas III SDN 002 Bulang, Kota Batam. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa langkah–langkah meningkatan prestasi siswa pembelajaran metode pemodelan. Pemodelan yang dalam (1) dilakukan dengan guru memberikan motivasi dengan kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru di dalam penelitian tindakan kelas. Profesionalisme yang dikembangkan guru kelas harus sharing, didkusikan antar sekolah yang ada di Bulang kota batam untuk meningkatakan kemampuan profisionalime sebagai pendidikan sekolah dasar di lingkungan secara akademik Pendagogik untuk memudahkan meliputi: (1) kompetensi akademik, (2) kompetensi pedagogik, dan (3) kinerja unjuk pemodel produktivitas. Rata-rata peningkatan kompetensi pencapaian pemodelan akademik pada bahasa indonesi poin; 26.55 dan Bahasa Indonesia mencapai pemodelan 20.57 poin. Rata-rata peningkatan kompetensi akademik pada Disebarkan agar memudah Bahasa indonesia mencapai mencapai 41. 45 poin, dan Bahasa Indonesia mencapai 21.99 poin. Diseminasi 2 rata-rata peningkatan kompetensi akademik: bahasa Peningkatan kompetensi pedagogik meliputi: (a) merancang kegiatan pembelajaran secara kolaboratif, (b) melaksanakan praktik pembelajaran dengan pemodel open class, (c) melaksanakan penilaian, dan (d) melakukan refleksi setelah kegiatan meningkat, yang ditunjukkan dengan keberhasilan guru dalam memahami, menyimak yang melibatkan 12 orang guru KKG kecamatan bulang kota batam yang. Kata kunci: peningkatan, memahami dongeng, metode pemodelan, diskusi Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat 2). Hal ini berarti bahwa pendidikan nasional tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional. Selain itu, pendidikan juga harus bersifat dinamis dalam rangka menyesuaikan perkembangan zaman. Pembelajaran bahasa Indonesia juga harus turut menyukseskan semangat pendidikan nasional tersebut Dalam Kurikulum bahasa Indonesia 2006, salah satu kompetensi yang harus dipahami oleh siswa adalah memahami dongeng. Sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia, dongeng sudah sepantasnya dikuasai oleh siswa-siswa sekolah dasar. Setiap daerah di Indonesia selalu identik dengan pelbagai dongeng, baik yang berupa dongeng dengan tokoh binatang (fabel), dongeng terjadinya suatu tempat (legenda), dongeng tentang tokoh manusia yang memiliki kekuatan lebih (sage), dongeng tentang kepercayaan masyarakat terkait dengan dewa-dewa dan makhluk halus (mite), dan dongeng yang mengandung nilai-nilai pendidikan atau juga cerita pendek dan sederhana yang mengandung hikmah atau pedoman hidup (parabel). Salah satu dongeng yang sangat terkenal di Kota Batam adalah dongeng Hangtuah. Batam yang merupakan tempat tumbuhnya kebudayaan Melayu sangat akrab dengan dongeng Hangtuah, yakni dongeng tentang kepahlawanan dari tokoh yang dihormati di Tanah Melayu yang bernama Hangtuah. Tokoh Hangtuah sering menjadi acuan orang-orang Melayu dalam mengorbankan jiwanya untuk membela sebuah kebenaran. 1012 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Hasil pelaksanaan pembelajaran memahami teks dongeng di kelas III SDN 002 Bulang, Batam menunjukkan berikut. Pertama, lebih dari 50% siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dengan KKM 60, dari 12 siswa yang mencapai KKM hanyalah 4 orang (20%), sebaliknya 8 orang (80%) berada di bawah skor 60. Kedua, dalam mengikuti pelajaran siswa masih tampak tidak semangat. Mereka kelihatan pasif dan tidak ada yang memberikan tanggapan terhadap stimulus dari guru. Atas dasar ketuntasan belajar, maka pembelajaran memahami teks dongeng harus diulang secara klasikal melalui pembelajaran perbaikan dengan memberikan tindakan tertentu. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dan dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus mengandung empat kegiatan, yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Yang menjadi subjek penelitian itu dalam tindakan ini adalah siswa kelas III SDN 002 Bulang tahun pelajaran 2016/2017 jumlah siswa keseluruhan 12 orang, jumlah siswa laki-laki 5 orang dan jumlah siswa perempuan 7. Instrumen yang digunakan dua buah: (1) instrumen berupa tes untuk menjaring kemampuan siswa dalam memahami dongeng, dan (2) pedoman observasi untuk mengetahui kejadian guru dan siswa selama pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I. Siklus I dilaksanakan sebanyak dua pertemuan yang masing-masingnya dilaksanakan 2 x 35 menit. Perencanaan Guru menyiapkan langkah–langkah (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat guru supaya mudah untuk membantu guru menerangkan kepada siswa secara runtut (2) mengembangkan media bermakna ini untuk memudahkan siswa menyimak apa saja yang dia dengarkan melalui pemodelan oleh guru. simak secara kelasikal (pemodelan) pembelajaran (3) mengembangkan indikator untuk dicapai dalam kegiata-kegiatan ke dalam pembelajaran (4) observasi di kelas guru menyiapkan alat kertas kerja untuk teman sejawat untuk mempermudah peneliti dengan observer dalam menerapkan pengamatan secara visual dengan siswa. (4) menyiapkan waktu untuk Refleksi Guru menyiapkan waktu untuk siswa unjuk kerja di dalam kelas, setelah melakukan penelitian. Pelaksanaan dan Pengamatan Pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian, yakni pembukaan, inti, dan penutup. Pada bagian pembukaan, guru mengajak siswa untuk merefleksi cerita tentang Hangtuah. Siswa merasa senang karena tokoh yang dibicarakan sangat akrab dengan kehidupan siswa, yakni Tanah Melayu. Pada tahap selanjutnya, guru memberikan pemodelan tentang tokoh Hangtuah. Misalnya, guru memberi pemodelan tentang bagaimana Laksamana Hangtuah memberi hormat kepada Yang Dipertuan Agong Malaysia, seperti Gambar 1 berikut. Gambar 1: Laksamana Hangtuah sedang memberi hormat ke Yang Dipertuan Agong Sultan Mahmud 1013 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Dengan pemodelan ini, siswa memperoleh contoh yang benar tentang tokoh Hangtuah. Dengan pemodelan ini pula, siswa-siswa dapat memahami karakter tokoh Hangtuah, memahami kelebihan Hangtuah, memahami kelemahan Hang-tuah, memahami bagaimana kehidupan Hangtuah, serta bagaimana Hangtuah memperoleh gelar kepangkatan tertinggi dalam angkatan laut, yakni Laksamana. Pada kegiatan inti guru membacakan dongeng Hangtuah dan sebaliknya siswa melaku-kan menyimak dengan mencatat hal-hal penting. Selama lebih kurang 9 menit siswa menyimak pembacaan dongeng oleh guru. Setelah itu guru membimbing untuk membentuk kelompok– kelompok, dan guru membagi dua kelompok satu kelompok terdiri dari 6 orang, dan kelompok dua terdiri dari 6 orang siswa berdiskusi untuk memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor). Bahan untuk diskusi sudah ada di dalam lembar kerja siswa (LKS). Siswa berdiskusi pada kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, agar mudah memodelkannya. Untuk memperkaya kegiatan siswa, guru juga mengajak siswa dapat membaca diluar kelas, seperti Gambar 2 berikut. Dengan kegiatan di luar kelas seperti ini, suasana menjadi lebih dinamis, siswa tampak lebih senang. Belajar di luar kelas pada umumnya mengurangi beban siswa dalam belajar. Dengan perasaan yang senang seperti ini pemahaman siswa terhadap dongeng menjadi lebih baik. Gambar 2: Siswa sedang membaca dongeng di bawah pohon Hasil pengamatan dari observer menunjukkan sebagai berikut. Pertama, siswa tampak senang mengikuti pelajaran. Banyak siswa yang dengan senang hati memperagakan tokoh Hangtuah dalam mempertahankan kebenaran dan prinsipnya dari musuh-musuhnya. Kedua, guru sudah tidak lagi mendominasi pembelajaran, sebaliknya siswa-siswa mulai berani mengemukakan pikirannya terkait dengan Hangtuah. Hal ini membuat arah pembelajaran menjadi multiarah, tidak hanya dari guru ke siswa, tetapi juga dari siswa ke guru serta dari siswa ke siswa lainnya. Ketiga, pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas amat menarik bagi siswa. Mereka tampak begitu menikmati pembelajaran dengan tanpa beban. Refleksi Refleksi dilakukan dengan berdiskusi antara peneliti dengan teman-teman guru observer. Yang dibicarakan adalah pencapaian nilai dari setiap siswa secara klasikal. Hasil penilaian dapat diperhatikan pada Tabel 1 berikut. 1014 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Tabel 1: Nilai Siswa dalam Memahami Dongeng pada Siklus I N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 N0 IND. 316 317 310 321 323 324 325 326 327 328 329 331 NAMA SISWA Sela Safitri M. Mansyar P. M. Rivaldi Kirana Sapitra Kurnia Mustika Lesteri Firman Salina Naila Nur Asikin Kelvin Nurhayati Oktavia M. Radit Ikhram NILAI 65 70 55 55 70 55 55 70 80 70 55 55 KKM 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KETUNTASAN Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Dari data dalam Tabel 1 dapat diketahui bahwa 6 orang (50%) tuntas dan 6 orang (50%) tidak tuntas. Hasil diskusi menyarankan bahwa perbaikan pembelajaran dilanjutkan ke Siklus II. Siklus II Siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan masing-masing selama 70 menit (2x35 menit). Perencanaan Secara umum tahap perencanaan siklus II sama dengan siklus I. Hanya saja, yang membedakan adalah persiapan bahan simakan yang berbeda dengan yang pertama meskipun sama-sama bertopik tentang Hangtuah. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Secara umum tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II masih mirip dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Hanya saja, pada tahap inti pembelajaran, yang dibacakan guru adalah dongeng tentang Hangtuah yang berbeda dengan yang digunakan pada siklus I. Pada bagian akhir, guru mengadakan postes untuk mengetehui kompetensi siswa dalam memahami dongeng dari kegiatan menyimak dengan tes. Refleksi Pada akhir pelaksanaan tindakan, peneliti bersama guru observer mengadakan diskusi untuk membicarakan data kompetensi siswa seperti pada Tabel 2 berikut. Tabel 2: Hasil Belajar Siswa pada Siklus Kedua N0 N0 IND. NAMA SISWA 1 316 Sela Safitri 2 317 M. Mansyar, p 3 310 M. Rivaldi 4 321 Kirana Sapitra 5 323 Kurnia Mustik Lesteri 6 324 Firman 7 325 Salina 8 326 Naila 9 327 Nur Asikin 1015 NILAI 65 70 60 65 70 60 65 70 80 KKM 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KETUNTASAN Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 10 11 12 328 329 331 Kelvin Nurhayati Oktavia M. Radit Ikhram 70 65 65 60 60 60 Tuntas Tuntas Tuntas Hasil diskusi menyimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran dihentikan karena semua siswa sudah tuntas. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas sudah selesai. SIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran metode pemodelan yang dapat meningkatkan prestasi siswa adalah (1) kegiatan pendahuluan dilakukan dengan guru memberi motivasi dengan menunjukkan manfaat belajar materi pecahan; (2) kegiatan inti dilakukan dengan memberikan lembar kerja yang menantang bagi siswa; dan (3) Kegiatan penutup dilakukan dengan mengajakaktif dalam pembelajaran. siswa untuk mereview materi yang sedang dipelajari. Adapun peningkatan prestasi secara akademik dengan penerapan pembelajaran metode diskusi adalah 29,4 point (dari rata-rata 65,7 dalam siklus 1 menjadi 95,1 siklus 2). Begitupula ketuntasan meningkat dari 77% dalam siklus 1 menjadi 100% dalam siklus 2. Dari hasil penelitian ini disarankan bahwa guru hendaknya dapat memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, materi, dan bidang studi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat, peran serta, dan aktifitas siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar adalah metode pemodelan. DAFTAR RUJUKAN Yonny, Acep 2004, Mahir Menulis Naskah Drama Yogyakarta : Suaka Media Nurjanah, 2005. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru MIPA di SLTP melalui Program Onservice Lesson Study. Jurnal Matematika, Agustus. Wahyudi & Subanji, 2010. Model-model Pembelajaran. Malang: UM Press 1016 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PASSING BOLA MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 001 GALANG Rio SDN 001 Galang, Kota Batam [email protected] Abstrak: Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan passing bola menggunakan sisi kaki bagian dalam dengan metode demonstrasi pada siswa kelas V SDN 001 Galang Pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran yang ada.adapun media yang di gunakan adalah video tentang permainan sepak bola yang di putar melalui laptop,kemudian menggunakan bola.pembelajaran ini dilakukan dengan berbagai tahap adapun tahapan yang dilakukan adalah: 1.perencanaan pembelajaran 2.pelaksanaan pembelajaran 3.penutup.Hasil pembelajaran yang dilakukan akan di tunjukkan melalui observasi dan tes hasil belajar passing menggunakan kaki bagian dalam dengan metode demonstrasi pada siswa kelas V SDN 001 Galang Kota Batam Kata Kunci: Meningkatkan kemampuan passing bola menggunakan kaki bagian dalam Pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar sangatlah penting sebagai dasar pendidikan anak ke tingkat yang lebih tinggi. Keberhasilan pendidikan jasmani di sekolah dasar tergantung pada kreatifitas guru dan penerapan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Penerapan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat sangat berpengaruh pada hasil pembelajaran.Kondisi nyata di lapangan menunjukkan bahwa pemberian contoh atau demonstrasi sangat jarang dilakukan oleh guru ketika melaksanakan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah guru hanya menguasai materi secara teori tetapi sulit mendemonstrasikan. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar oleh guru hendaknya dilakukan dengan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, sehingga akan mendukung keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat akan berpengaruh pada keaktifan dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.Siswa SD pada umumnya sangat menyenangi mata pelajaran Penjaskes terutama materi permainan sepak bola, akan tetapi masih ada sebagian siswa yang kurang antusias pada pembelajaran tersebut, terutama siswa perempuan. Siswa perempuan kurang tertarik dengan sepak bola karena takut merasa sakit ketika menendang bola.Fakta di lapangan menyebutkan bahwa, masih banyak siswa yang salah dalam gerakan menendang bola pada permainan sepak bola. Sebagian siswa masih menggunakan ujung kaki untuk menendang bola, sehingga akan menimbulkan rasa sakit pada kaki, sehingga mereka enggan untuk berlatih gerakan menendang bola, sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.Hasil belajar siswa SD masih rendah, terbukti, hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari 22 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan, baru 10 siswa yang telah dapat melakukan gerakan menendang sepak bola dengan baik dan benar dan sisanya 12 siswa masih belum menguasai gerakan tersebut dengan baik dan benar. Kondisi demikian apabila dibiarkan akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Hal tersebut menunjukkan adanya suatu permasalahan yang harus dicari jalan keluarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan semacam tindakan yang dilaksanakan secara kolaboratif, yaitu tindakan untuk meningkatkan keterampilan gerak menendang sepak bola pada siswa kelas V SDN 001 Galang. 1017 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Tindakan tersebut adalah upaya meningkatkan kemampuan menendang bola menggunakan sisi kaki bagian dalam pada siswa kelas V SD.Menendang bola menggunakan sisi kaki bagian dalam diharapkan dapat meningkatkan keterampilan gerak menendang bola padasiswa kelas V SDN 001 Galang.Alasan menendang bola menggunakan kaki bagian dalam adalah untuk mengatasi masalah yang terjadi karena sebagian siswa menendang bola menggunakan ujung kaki, sehingga menimbulkan rasa sakit. Dengan menendang menggunakan sisi kaki bagian dalam siswa akan lebih senang karena mereka tidak merasakan sakit pada bagian kaki mereka. Karena keaktifan siswa akan dikembangkan sehingga pembelajaran akan menjadi lebih menarik.Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan kemampuan menendang bola menggunakan kaki bagian dalam pada siswa kelas V SDN 001 Galang?” Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menendang bola pada permainan sepak bola dengan menggunakan sisi kaki bagian dalam pada siswa SDN 001 Galang, Kota Batam. Manfaat hasil Penelitian ini adalah dapat diuraikan sebagai berikut:Bagi Guru: melalui PTK ini guru dapat meningkatkan kemampuan menendang bola siwa SDN 001 Galang, Kota Batam. Bagi Siswa: hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan menendang bola menggunakan sisi kaki bagian dalam. Bagi Sekolah: hasil penelitian ini membantu memperbaiki pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Rangkaian gerakan permainan sepak bola meliputi gerakan passing, shooting,controlling, dan heading. Passing dengan kaki bagian dalam adalah salah satu gerak yang termasuk ke dalam gerak menendang. Gerak menendang menurut fungsinya terbagi menjadi 4, yaitu memberikan (passing), menembakkan (shooting), menahan (controlling), dan menyundul (heading).Passing adalah salah satu gerak dalam sepak bola yang mudah untuk dilakukan, namun dalam pelaksanaannya gerakan ini harus benar dari gerakan awal hingga akhir, karena akan berpengaruh pada hasil passing tersebut. Keterampilan Menendang Sepak bola mengharuskan siswa untuk belajar keterampilan dasar sepak bola. Keterampilan dasar tersebut seperti, keterampilan menendang yang meliputi menendang dengan kaki bagian dalam, menendang dengan punggung kaki, dan mengontrol bola atau menghentikan bola. Menendang dengan kaki bagian dalam Sikap awalan diawali dengan sikap berdiri menghadap ke arah gerakan. Pandangan ke arah bola, badan condong ke belakang. Kaki tumpu berada di samping bola berjarak satu kepal dan arah jari ke depan dengan lutut agak tertekuk. Pergelangan kaki yang akan di gunakan menendang diputar keluar. Kaki ayun ditarik ke belakang membentuk sudut 30° ke arah bola. Sikap perkenaan merupakan lanjutan dari sikap awalan, yaitu dengan sikap berdiri menghadap ke arah gerakan. Pandangan lurus ke arah bola. Badan agak condong ke depan.Perkenaan kaki bagian dalam pada permukaan tengah bola. Kaki tumpu dan kaki ayun membentuk sudut 90°. Gerakan lengan berlawanan dengan ayunan kaki. Sikap Gerakan Akhir Pandangan ke arah tujuan passing. Badan agak condong ke belakang. Tarik kaki yang akan di gunakan menendang ke belakang lalu ayunkan ke depan ke arah bola. Gerakan lengan berlawanan dengan gerakan kaki ayun. Penelitian ini berangkat dari tiga rumusan masalah: (a)bagaimanakah merencanakan pembelajaran passing dan menggiring bola dengan kaki bagian dalam (b) bagaimanakah melaksanakan pembelajaran passing dan menggiring bola dengan kaki bagian dalam dan (c) ,bagaimanakah menilai kompetensi siswa dalam pembelajaran passing dan menggiring bola dengan kaki bagian dalam di SDN 001 Galang kecamatan Galang –Kota Batam. Pada bagian penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Guru meminta siswa untuk menemukan nilai-nilai apa yang dapat dipetik dari pembelajaran tersebut. Salah seorang siswa mengemukakan bahwa pembelajaran sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial. Siswa lainnya berpendapat bahwa pembelajaran .....memuat siswa yang bersangkutan bertambah rasa percaya dirinya. Pada intinya siswa merasa senang dengan mengikuti pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Guru juga memberikan penegasan bahwa kemampuan menendang bola bagian dalam sangat bermanfaat bagi siswa dalam 1018 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 mengarungi kehidupan yang nyata di masa mendatang. Tanpa memiliki kemampuan kemampuan menendang bola bagian dalam siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi hidup yang penuh dengan persaingan. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000:22). Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Tujuan Metode Demonstrasi Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kelekurangan. Manfaat Metode Demonstrasi Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah : Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut : Kelebihan metode demonstrasi Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya. Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan,karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya.Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. Kekurangan metode demonstrasi Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang di demonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik.Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas. Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang 1019 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 sangat minimum. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proes mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara engan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Hasil pelaksanaan pembelajaran meningkatkan kemampuan menendang bola menggunakan sisi kaki bagian dalam dengan metode demonstrasi pada siswa SDN 001 Galang, Kota Batam. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dan di laksanakan dalam dua siklus .siklus kedua dilakukan jika pada siklus pertama belum berhasil dan setiap siklus mengandung empat kegiatan, yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi (4) refleksi. Pada tahap, perencanaan penelitian melakukan (a) pelaksanaan menyusun RPP, (b) mengembangkan media pembelajaran, (c) mengembangkan lembar observasi.pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP. Pada tahap observasi peneliti menggunakan rubric penilaian. Pada tahap refleksi peneliti melakukan diskusi untuk mengambil keputusanapakah PTK masih berlanjut atau tidak. Untuk meningkatkan kemampuan menendang bola menggunakan sisi kaki bagian dalam pada siswa kelas V SDN 001 Galang, Kota Batam. PAPARAN HASIL DAN BAHASAN Berikut dipaparkan tahap persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran passing menggunakan kaki bagian dalam. Perencanaan pembelajaran Sejumlah kegiatan persiapan dilakukan agar pelaksanaan pembelajaran sepak bola berlangsung sukses. Pertama , menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini peneliti mengembangkan KD menjadi tiga indikator : 1. Menggiring bola menggunakan kaki bagian dalam 2. Passing menggunakan kaki bagian dalam 3.mengontrol atau menahan bola. Selain itu, peneliti juga memilih media pembelajaran, yakni video permainan sepak bola. Peneliti juga mengembangkan pedoman observasi yang akan menjadi instrumen untuk memberikan seluruh proses yang ada dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pedoman observasi berisi empat hal penting : (1). Bagai mana guru membuka pelajaran, 2. Bagai mana guru mengola kelas, 3 bagai mana guru memanfaatkan media, dan 4, bagaimana guru menutup pembelajaran. Pedoman observasi secara lengkap dicantumkan dalam lampiran.1 Berikut dipaparkan tahap persiapan,pelaksanaan,dan penilaian pembelajaran kemampuan bermain sepak bola. Perencanaan Pembelajaran Sejumlah kegiatan persiapan agar pelaksanaan pembelajaran passing menggunakan kaki bagian dalam pada permainan sepak bola berlangsung sukses.Pertama,menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.Pada tahap ini peneliti mengembangkan KD menjadi tiga indikator; (1).Menggiring bola menggunakan kaki bagian dalam (2).passing menggunakan kaki bagian dalam (3).mengontrol atau menahan bola selain itu,peneliti juga memilih media pembelajaran,yakni video bermain sepak bola. Pelaksanaan pembelajaran Terdapat tiga langkah dalam pelaksanaan pembelajaran: kegiatan pendahuluan,guru memberikan apersepsi dengan memutar video permainan sepak bola ,secara bersama-sama siswa– 1020 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 siswa memperhatikan permainan sepak bola tersebut dengan sungguh-sungguh. Setelah itu,guru bersama-sama siwa melakukan apresiasi terhadap video permainan sepak bola yang sudah di tampilkan dan di tonton secara bersama-sama .Dari apresiasi itu dapat diketahui bahwa sebuah permainan sepak bola yang dilakukan dengan teknik sangat indah .Bagian pendahuluan diakhiri dengan penyampaian kompetensi dasar yang akan dicapai. Dan ada beberapa bagian kegiatan yaitu: Kegiatan Awal Guru masuk kelas dengan mengucapkan salam,siswa menjawab salam yang di berikan guru. Guru mengabsen siswa,kemudian berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Guru menyuruh siswa berbaris di lapangan kemudian melakukan peregangan atau pemanasan. Kegiatan Inti Guru menjelaskan dan memperagakan materi yang akan di pelajari: 1. Guru mendemonstrasikan teknik menggiring bola menggunakan kaki bagian dalam yang benar 2. Guru mendemonstrasikan teknik passing menggunakan kaki bagian dalam 3. Guru mendemonstrasikan teknik mengontrol atau menahan bola yang benar Kegiatan Akhir Siwa di bariskan kembali,guru membimbing siswa untuk melakukan peregangan kembali dan melakukan pendinginan. Guru memberikan kesimpulan tentang materi pembelajaran yang baru laksanakan. Siswa di bubarkan PENUTUP Pada bagian penutup guru mengajak siwa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah di laksanakan .Guru meminta siswa untuk menemukan nilai-nilai apa yang dapat di petik dari pembelajaran tersebut.Salah satu siswa mengemukakan bahwa pembelajaran sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial. Siswa lainnya berpendapat bahwa pembelajaran membuat siswa yang bersangkutan bertambah percaya diri.pada intinya siswa merasa senang dengan mengikuti pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN Purba, Hartono (2007). Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Medan : FT. UNIMED. Bahri, Syaiful & Zain, Aswan (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Sagala, Syaiful (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta : Alfabeta. Syah, Muhibbin (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1021 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 PENINGKATAN PEMAHAMAN TEKS DESKRIPTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TANYA JAWAB KONSTRUKTIF TEMAN SEJAWAT BAGI SISWA KELAS XII SMA NEGERI 2 BATU Inna Nivanti SMA Negeri 2 Batu [email protected] Abstrak: Berdasarkan pengamatan awal diketahui bahwa kemampuan pemahaman isi bacaan teks deskriptif pada mata pelajaran Bahasa Inggris siswa Kelas XII-MIA-2 SMA Negeri 2 Batu tergolong rendah. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemahaman isi bacaan teks deskriptif menggunakan model pembelajaran Tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa KelasXII-MIA-2 SMA Negeri 2 Batu. Setelah melakukan penelitian dalam dua siklus, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran Tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran pemahaman isi bacaan teks deskriptif. Kata kunci: pemahaman bacaan, teks deskriptif, tanya-jawab konstruktif Pemahaman bacaan merupakan keterampilan yang harus dikuasai siswa untuk mengetahui isi dari suatu bacaan. Keterampilan ini diajarkan sejak siswa belajar di jenjang SMP. Guru SMP secara berkesinambungan mengajarkan keterampilan pemahaman bacaan kepada siswa, sehingga siswa diharapkan memiliki kemampuan pemahaman bacaan dengan baik. Keterampilan ini dilanjutkan pada jenjang SMA dengan materi dan kesulitan yang lebih tinggi. Salah satu materi pemahaman bacaan yang diajarkan di jenjang SMA adalah pemahaman bacaan teks deskriptif (Deppennas, 2006). Dalam bahasa Inggris, pemahaman bacaan dikenal dengan istilah reading comprehension, yaitu merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diarahkan pada pemahaman bacaan untuk mengetahui makna dari isi bacaan. Untuk memahami isi suatu buku secara cepat dapat dilakukan melalui teknik skimming dan scanning. Untuk memahami isi artikel ilmiah dapat dilakukan dengan cara memahami abstraknya. Pemahaman bacaan bisa dilakukan untuk mencermati deatails dari suatu teks. Keterampilan pemahaman bacaan diajarkan pada siswa SMA sampai di Kelas XII. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap pembelajaran Bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Batu, khususnya pemahaman bacaan siswa tergolong rendah. Diketahui bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa sebelum dilaksanakan penelitian ini adalah 61,71. Padahal rata-rata standar minimal yang seharusnya dicapai adalah 75. Menurut pengamatan, diketahui bahwa hal ini dikarenakan kurangnya variasi pendekatan dan metode pada penyampaian materi membaca, sehingga terkesan monoton. Siswa hanya diberi bacaan, kemudian diminta membaca, diikuti dengan sederetan pertanyaan terkait isi bacaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pun mempunyai kesulitan yang cukup tinggi. Akibatnya, tingkat kemampuan pemahaman bacaan siswa tidak optimal. Oleh sebab itu, perlu ada tindak-lanjut untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan sesuai dengan kondisi kelas untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, model pembelajaran „tanya-jawab konstruktif teman sejawat‟ dipandang tepat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di atas. Tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat, termasuk salah satu model pembelajara cooperative learning yang 1022 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis, yaitu suatu program komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah menengah atas. Seperti halnya tipe „team-assisted individualized learning‟, tipe ini didesain untuk mengakomodasi rentang tingkat kemampuan siswa yang luas dalam suatu kelas dengan menggunakan teknik berpasangan dalam kelas secara heterogen dan homogen. Lebih lanjut, Slavin (2010:210) mengemukakan bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang paling efektif dalam pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa. Pengembangan model pembelajaran tanya-jawab antar teman sejawat dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah tradisional dalam pengajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa. Berdasarkan hasil analisis masalah-masalah tradisional dalam pengajaran membaca maka digunakanlah model pembelajaran tanya jawab konstruktif antar teman sejawat sebagai model untuk penyelesaian masalah membaca. Model pembelajaran tanya-jawab antar teman sejawat dikembangkan dari Dansereus (dalam Syaifurahman & Ujiati, 2013:77) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) siswa membentuk tim dengan anggota 2 orang secara heterogen atau homogen, b) guru memberikan bacaan, c) siswa bekerja sama membuat pertanyaan dari bacaan, d) siswa menukar pertanyaan bacaan dengan kelompok siswa yang lain untuk di jawab, e) setelah pertanyaan selesai dijawab, lalu dikembalikan pada kelompok pembuat pertanyaan untuk dikoreksi, didiskusikan dan diberikan nilai, f) guru memastikan pemahaman siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan bacaan secara tertulis dan memberi penguatan, dan g) penutup. Kelebihan model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat dipaparkan sebagai berikut. (1) Siswa dapat memberikan pertanyaan secara bebas. (2) Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain sehingga model pembelajaran tanya-jawab antar teman sejawat amat tepat untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. (3) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. (4) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam tim. (5) Siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. (6) Model pembelajaran tanya-jawab antar teman dapat membantu siswa yang lemah. (7) Model pembelajaran tanya-jawab antar teman sejawat meningkatkan hasil belajar yang berbentuk pemahaman bacaan. (8) Siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. (9) Siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial, seperti: berbagi tugas, aktif bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya dan menjawab, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam tim, dan sebagainya. Sebagai sebuah model, tanya-jawab konstruktif antar teman ini juga memiliki kelemahan, antara lain: (1) pada saat penyusunan soal siswa akan mengalami kesulitan dalam menentukan soal dan tatabahasa pada soal yang akan dibuat, (2) siswa akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan teman yang tidak jelas, (3) siswa tidak objektif dalam memberikan nilai pada jawaban teman. Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa untuk pemahaman bacaan. Karenanya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mendeskripsikan peningkatan ketrampilan siswa dalam membuat pertanyaan dan jawaban terhadap isi bacaan teks deskriptif dengan model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat, dan (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemahaman siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Batu melalui model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Tahap-tahap penelitian tindakan berupa siklus, meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi (Arikunto dkk., 2009). 1023 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan ? Gambar 1. Tahapan siklus penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas XII-MIA-2 SMA Negeri 2 Batu yang berjumlah 28 siswa, dengan rincian 8 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, beralamat di Jl. Hasanudin, Junrejo Batu. Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen penelitian berupa panduan observasi, soal tes, serta panduan studi dokumentasi. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran dan proses penilaian. Tes dilakukan untuk mengumpulkan skor guna mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah disampaikan. Dokumentasi dilakukan terhadap dokumen perangkat pembelajaran yang disiapkan guru. Data yang dianalisis berupa informasi tentang isi perangkat pembelajaran, aktivitas guru saat mengelola pembelajaran, aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, serta informasi hasil belajar siswa. Selain itu dianalisis pula data berupa informasi hasil diskusi refleksi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dibedakan atas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran pemahaman isi bacaan teks deskriptif melalui metode tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat pada mata pelajaran Bahasa Inggris siswa Kelas XII-MIA-2 SMA Negeri 2 Batu. Proses Pembelajaran Kegiatan siswa dapat diamati pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Pengamatan kegiatan siswa yang dilakukan sejak pra-siklus, dan dilanjutkan dengan pengamatan dalam siklussiklus yang ditujukan untuk mencapai peningkatan kemampuan pemahaman bacaan melalui model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat, dipaparkan sebagai berikut. Siklus 1 Pada Siklus 1 ini, tahap perencanaan diisi dengan: (1) pengembangan RPP, perangkat pembelajaran, beserta skenario tindakan yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan model tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat; (2) penyiapan panduan dan lembar observasi pengelolaan kelas menggunakan model pembelajaran yang akan diterapkan, dan lembar observasi keaktifan siswa; (3) penyiapan media pembelajaran, meliputi buku ajar Bahasa Inggris dan LKS; (4) penyiapan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas; (6) penyiapan instrumen tes hasil belajar berupa tes essay yang diambil dari bacaan teks deskriptif yang diberikan kepada siswa; serta (7) pengembangan alat evaluasi pada setiap siklus yang meliputi penilaian proses dan penilaian hasil belajar siswa, baik secara individu maupun kelompok. 1024 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai skenario yang telah direncanakan menggunakan model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat. Pembelajaran dengan model tanya-jawab konstruktif ini merupakan hal baru bagi siswa Kelas XII-MIA-2 SMA Negeri 2 Batu. Hal pertama yang dilakukan guru (peneliti) adalah memberikan penjelasan dan langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan kepada siswa, dan memberikan pengertian bahwa siswa harus dapat bekerja sama dengan baik dalam mengerjakan tugas tim. Setelah guru menjelaskan garis besar skenario pembelajaran, siswa membentuk kelompok beranggotakan 2 orang. Lalu secara berpasangan siswa membaca teks bacaan yang diberikan oleh guru. Tiap kelompok memperoleh 1 eksemplar teks bacaan yang sama sehingga aktivitas membaca dapat dilakukan secara berpasangan dalam satu kelompoknya. Kemudian siswa berdiskusi untuk membuat pertanyaan dari teks deskriptif tersebut. Setelah semua siswa dalam kelompok selesai membuat pertanyaan bacaan dan menukar pertanyaan bacaan tersebut dengan kelompok yang lain, selanjutnya secara bekelompok pula siswa menjawab pertanyaan bacaan teman, setelah masingmasing kelompok selesai menjawab pertanyaan bacaan dari kelompok yang lainnya, maka hasilnya diserahkan kembali pada kelompok asal pembuat soal untuk dikoreksi, didiskusikan dan diberikan nilai. Nilai tersebut yang kemudian diserahkan kepada guru. Setelah itu guru memberikan test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa secara individu. Suasana sempat gaduh saat siswa mendapatkan teks bacaan karena mereka tidak mengetahui untuk apa membaca teks tersebut. Beberapa siswa dalam kelompok yang belum atau sudah selesai membaca pun bergurau. Namun siswa segera diam setelah guru menghampiri kelompok. Kemudian siswa kembali membaca teks dengan serius secara berpasangan. Ketika membuat pertanyaan, ada siswa yang tampak antusias berdiskusi untuk membuat pertanyaan, tapi ada juga siswa yang tampak bingung tentang cara membuat pertanyaan. Beberapa siswa berdebat dengan pasangannya masing-masing. Melihat adanya keributan kecil dalam setiap kelompok, guru pun mengajukan tawaran bagi siswa yang ingin bertanya. Guru Siswa A Guru Siswa B Guru Siswa B Guru : Do you have any difficulties? : Yes, ma’am. I have difficulties to make good questions. : Okay, who wants to help your friend to make good questions? : May I try, mom? : Oh yes, of course, you can try to explain for your friend. : To make good questions, we can use ‘to be’ for answer yes or no. : That’s a good girl. It’s right. Who wants to give another explanation? Dari percakapan tersebut terlihat bahwa siswa antusias untuk mengetahui cara membuat pertanyaan bacaan yang benar. Pasangan siswa yang lainnya mulai mencoba membuat pertanyaan bacaan, sedangkan yang lainnya masih ingin mendengarkan keterangan temannya untuk membuat pertanyaan yang bagus, seperti: Siswa C : Ma’am, may I try? Guru : Yes, okay, please try to give your explanation. Siswa C : To make good questions, we can use 5 Wh-word questions plus how in the beginning of questions. Guru : Yes, you’re right. What are 5 Wh- word questions plus how? Siswa C : 5 Wh- word questions plus how are what, where, when, who, why, and how. Percakapan di atas menunjukkan bahwa beberapa siswa mengetahui cara membuat pertanyaan dengan benar. Selanjutnya guru memberi penguatan terhadap keterangan yang diberikan siswa tentang 1025 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 penulisan dan pembuatan pertanyaan yang benar dengan lebih detail. Siswa tampak puas dengan penjelasan guru. Siswa pun melanjutkan kerjasamanya dalam membuat pertanyaan dari teks yang diberikan. Gambar 2. Siswa Bekerjasama Membuat Pertanyaan Bacaan Selanjutnya, setelah proses pembuatan pertanyaan, siswa menukar hasil kerjanya dengan kelompok yang lain untuk dijawab oleh kelompok lain, demikian juga sebaliknya. Setelah kelompok yang lain memberikan jawaban maka hasilnya diserahkan kembali kepada kelompok pembuat pertanyaan untuk diperiksa dan diberikan penilaian, kemudian nilai yang telah diberikan diserahkan pada guru. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat dengan berpedoman pada lembar observasi. Pada tahap pengamatan, siswa tampak serius ketika membuat pertanyaan berdasarkan bacaan yang telah dibacanya. Salah seorang siswa dalam tiap kelompok tampak serius menulis pertanyaan yang didiktekan temannya. Beberapa siswa tampak santai, ada yang masih berjalan jalan mencari informasi pada kelompok lain, atau mengobrol dengan teman sebangku. Namun, sebagian besar siswa masih konsisten serius dengan proses membuat pertanyaan. Dari hasil refleksi Siklus 1 diperoleh temuan bahwa siswa mendapat kesulitan memahami bahasa Inggris yang digunakan guru, banyak siswa yang belum memahami metode pembelajaran yang diterapkan, banyak juga siswa yang belum memahami tentang cara menentukan pertanyaan bacaan karena penjelasan lisan dari guru sulit dipahami. Siswa baru merasa jelas dan paham setelah penjelasan lisan itu ditambah dengan dialog serta tanya-jawab antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Dari hasil refleksi ini, hal yang harus diperbaiki adalah penggunaan bahasa Inggris yang perlu disesuaikan dengan tingkat penguasaan bahasa Inggris siswa. Masukan lainnya, karena pembelajaran terkesan berlangsung buru-buru, maka perlu dilakukan tambahan alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran. Penambahan itu perlu direncanakan dalam RPP. Terkait aktivitas kelompok, tampaknya diperlukan penghargaan untuk kelompok (tim) agar dapat meningkatkan semangat belajar dan kualitas kerja siswa. Untuk ini semua, diperlukan siklus berikutnya, yaitu Siklus 2. Siklus 2 Pelaksanaan Siklus 2 dilakukan berdasarkan hasil refleksi Siklus 1. Sejumlah revisi dilakukan pada RPP, yaitu penambahan alokasi waktu bekerjasama dalam menentukan pertanyaan bacaan dari semula 20 menit menjadi 30 menit, menjawab pertanyaan dari kelompok lain dari semula 20 menit menjadi 30 menit, dan pengurangan alokasi waktu pembukaan dan penutup dari 10 menit menjadi 5 1026 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 menit. Selain itu, pada langkah penegasan kembali materi oleh guru ditambahkan aktivitas pemberian penghargaan untuk tim terbaik. Pada pelaksanaan pembelajaran dalam Siklus 2, guru tampak telah berupaya memperbaiki bahasa Inggris yang digunakan untuk penyampaian materi pembelajaran. Pilihan-pilihan kata telah dicesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Cara menyapa dan berdialog pun tampak dapat dinikmati oleh siswa. Dampaknya, tidak banyak pertanyaan siswa terkait prosedur pembelajaran dalam tanya-jawab maupun cara membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan bacaan. Kelas berlangsung lebih tertib dan lancar. Beberapa anak yang pada Siklus 1 tampak sering bergurau atau berjalan-jalan, telah ditegur sendiri oleh teman sebangkunya. Artinya, mereka telah semangat mengikuti pembelajaran, sehingga tidak merelakan ada teman yang tidak serius mengikuti pembelajaran. Penyampaian materi pembelajaran sudah sesuai dengan perkembangan pola pikir siswa dan tak terlalu terburu-buru, cara menerapkan model pembelajarannya mulai bisa dimengerti, dan komitmen awal dalam hal menjawab pertanyaan sudah ditetapkan. Pada saat guru memberikan pertanyaan, siswa merespon satu persatu, tidak bersama-sama sehingga dalam menjawab pertanyaan terkesan sungguh-sungguh. Langkah-langkah dalam RPP yang sudah diperbaiki, telah membantu guru saat melaksanakan proses pembelajaran. Guru kembali memberikan penjelasan kepada siswa tentang peran dan tugasnya dalam kelompoknya. Guru memberi penguatan agar siswa termotivasi untuk membuat kelompoknya untuk menjadi kelompok yang terbaik dengan mendapatkan nilai kelompok yang maksimal. Akhirnya, kelompok Power Ranger berhasil pertama kali mengumpulkan penilaian. Karena keterbatasan waktu siswa diperintahkan untuk mengumpulkan hasil penilaian dari tim saja. Pada saat itu guru menjelaskan bagaimana cara mendapatkan skor penilaian agar siswa lebih aktif lagi agar memperoleh nilai yang maksimal, yaitu individu harus aktif dan berusaha mendapat nilai terbaik pada tes individu. Hasil tes individu yang diperoleh akan mempengaruhi nilai tim dalam memperoleh penghargaan. Pengamatan pada Siklus 2 dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Para siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang demikian, walaupun masih perlu penjelasan. Guru memberi penguatan agar semua kelompok dapat menyelesaikan hasil kerja mereka dengan baik. Namun, seperti siklus sebelumnya masih ada beberapa siswa yang tidak serius melakukan tugasnya. Guru memberikan penjelasan bahwa mengerjakan tugas dengan sungguh adalah awal yang baik. Gurupun mulai aktif mendekati para siswa yang kesulitan dalam membuat pertanyaan, dan menegur siswa yang terlihat tidak ikut membantu temannya mengerjakan tugas, banyak bermain, dan melamun, bahkan mengantuk. Secara umum, hasil nilai siswa pada Siklus 2 meningkat. Hasil refleksi pada Siklus 2 menunjukkan adanya dampak bagi guru dan siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa secara klasikal, dibandingkan dengan pada Siklus I. Pada Siklus 2 sebagian besar siswa cukup aktif dalam pembelajaran, malah sebagian besar siswa memiliki keaktifan yang baik dalam pembelajaran. Hasil belajar atau ketuntasan siswa dari prasiklus yang tergolong rendah menjadi meningkat pada Siklus 1, dan pada Siklus 2 lebih meningkat lagi melebihi nilai rata rata ketuntasan minimal. Karena pada Siklus 2 nilai ketuntasan siswa telah meningkat dan melebihi nilai rata-rata ketuntasan minimal, maka diputuskan bahwa penelitian dihentikan sampai pada Siklus 2 saja. Nilai rata-rata keaktifan siswa pada Siklus 1 adalah 34, dengan prosentase 19% yang termasuk dalam katergori kurang. Pada Siklus 2 nilai rata-rata keaktifan siswa menjadi 64, dengan prosentase 36% yang termasuk dalam kategori cukup. 1027 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Rata-rata Peningkatan36% Keaktifan Siswa Persentase 40% 19% 20% 0% Siklus I Siklus II Rata-rata Keaktifan Grafik 1. Rata-rata peningkatan keaktifan siswa Pada grafik 1 terlihat bahwa pada Sikus 2 telah terjadi peningkatan 17% dari Siklus 1. Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar (Nilai Akhir) siswa diambil dari hasil tes individu, skor individual dan skor tim. Kemajuan siswa dilihat dari poin yang didapat dengan menjawab pertanyaan dari dua bacaan teks deskriptif. Data hasil belajar siswa diperoleh dari nilai siswa dan nilai tes akhir siklus. Adapun analisis data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Analisis Hasil Belajar Siswa PRASIKLUS SIKLUS I PRESTASI JUM. JUM. SISWA % % SISWA SISWA SIKLUS II JUM. % SISWA KET. JUM. Nilai <75 21 75 8 29 2 7 Belum Tuntas Belajar Nilai ≥ 75 7 25 20 71 26 93 Tuntas Belajar Jumlah 28 100 28 100 28 100 Nilai Rata-rata 61,71 Ketuntasan BELUM TUNTAS Klasikal 76,14 83,07 TUNTAS TUNTAS Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada prasiklus 7 (25%) siswa yang mengalami ketuntasan belajar dengan perolehan nilai 75 atau lebih, sesuai dengan KKM kelas. Nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah 61,71. Pada Siklus 1 terjadi peningkatan, yaitu terdapat 20 (71%) siswa yang mengalami ketuntasan belajar, dengan nilai rata-rata kelas 76,14. Selanjutnya, pada Siklus 2 terdapat 26 (93%) siswa yang mengalami ketuntasan belajar, dengan nilai rata-rata kelas 83,07. Pada Siklus 2 sudah terjadi ketuntasan belajar secara klasikal. Data skor kemajuan siswa secara individual diperoleh dari nilai dasar (nilai prasiklus) dan nilai akhir. Adapun analisis data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut. 1028 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Tabel 2. Analisis hasil skor kemajuan individu Poin Kemajuan 5 10 20 30 Jumlah Siklus I Jumlah Siswa 3 5 4 16 28 % 10,71 17,86 14,29 57,14 100 Siklus II Jumlah Siswa % 2 7,14 2 7,14 5 17,86 19 67,86 28 100 Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui pada Siklus 1 terdapat 3 (10,71%) siswa yang mendapat poin kemajuan 5, terdapat 5 (17,86%) siswa yang mendapat poin kemajuan 10, terdapat 4 (14,29%) siswa yang mendapat poin kemajuan 20, terdapat 16 (57,14%) siswa yang mendapat poin kemajuan 30. Pada Siklus 2 terdapat 2 (7,14%) siswa yang mendapat poin kemajuan 5, terdapat 2 (7,14%) siswa yang mendapat poin kemajuan 10, terdapat 5 (17,86%) siswa yang mendapat poin kemajuan 20, terdapat 7 (26,92%) siswa yang mendapat poin kemajuan 30. Hal ini berarti pada Siklus 1 terdapat 8 (28,57%) siswa yang mengalami penurunan nilai, dan 20 (71,43%) siswa mengalami peningkatan nilai. Sedangkan pada Siklus 2 terdapat 4 (14,29%) siswa yang mendapat penurunan nilai, dan 24 (85,71%) siswa mendapat peningkatan nilai. Data skor kemajuan kelompok diperoleh dari skor individu. Adapun analisis data skor kemajuan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Analisis hasil skor kemajuan kelompok No. 1. 2. 3. Penghargaan Kelompok Tim Baik Tim Sangat Baik Tim Super Jumlah Siklus I Jumlah Tim 7 5 2 14 % 50 36 14 100 Siklus II Jumlah Tim % 2 14 11 79 1 7 14 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui pada Siklus 1 terdapat 5 tim yang mendapat penghargaan sebagai tim sangat baik (36%), yaitu tim Snoopy, Ultramen, Doraemon, Shincan dan tim Tom-andJerry, dan 2 tim yang mendapat penghargaan sebagai tim super (14%), yaitu tim Scooby-do dan tim Mr. Bean. Pada Siklus 2 terdapat 2 tim, yaitu tim Upin-Ipin dan Shincan yang mendapat penghargaan sebagai tim baik (14%) dan 11 tim yang mendapat penghargaan sebagai tim sangat baik (79%), yaitu tim Naruto, Sailor Moon, Sponge Bob, Scooby-do, Snoopy, Power Ranger, Mr. Bean, Ultramen, Doraemon, Shincan, dan Tom-and-Jerry, serta 1 tim yang mendapat penghargaan sebagai tim Super (7%), yaitu tim Barbie. Model pembelajaran tanya-Jawab konstruktif antar teman sejawat memungkinkan terjadinya kerjasama yang baik antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Anna (dalam Asmani, 2016) yang mengatakan bahwa guru hanyalah berperan sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi menjadi kondusif bagi terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa dapat mengembangkan ketrampilan sosial seperti berbagi tugas, aktif bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide, atau bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. Hal yang demikian terjadi di kelas yang menjadi subjek penelitian ini, dimana siswa tampak antusias dalam berinteraksi dengan teman sejawat. 1029 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Keaktifan siswa seperti tersebut di atas sejalan dengan pendapat Suyatno (2009) tentang kelebihan model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat. Dengan model pembelajaran ini, siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas. Siswa juga dilatih bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat amat tepat untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan siswa dalam pemahaman bacaan. Dengan model pembelajaran ini pula, dominasi guru dalam pembelajaran jadi berkurang. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1) Kemampuan guru dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran melalui model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat pada materi teks deskriptif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Keaktifan siswa dengan model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat pada materi teks deskriptif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti menuliskan beberápa saran sebagai berikut: 1) supaya dapat mencapai kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar yang baik dalam pembelajaran dengan model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat pada materi membaca, maka diperlukan persiapan perangkat pembelajaran yang cukup memadai, misalnya RPP, buku siswa dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harus dimiliki oleh setiap siswa, dan instrumen penilaian baik untuk penilaian formatif maupun sumatif; 2) agar dapat melaksanakan model pembelajaran tanya-jawab konstruktif antar teman sejawat, maka terlebih dahulu harus menyamakan persepsi antara semua pihak khususmya antara guru dan siswa, bahwa model pembelajaran tanyajawab konstruktif antar teman sejawat bukan suatu tujuan belajar melainkan salah satu cara untuk mencapai tujuan belajar; 3) dalam pelaksanaan pembelajaran, diperlukan persiapan terutama pengetahuan dan keahlian guru, penyiapan siswa, serta fasilitas pendukung PBM. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asmani, J.M. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta: DIVA. Deppennas. 2006. Standar Isi 2006: Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: BSNP. Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Syaifurahman dan Ujiati, T. 2013. Manajemen dalam Pembelajaran. Jakarta: Permata Puri Media. 1030 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN NILAI-NILAI DALAM HIKAYAT MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS X TEKNIK KIMIA SMK NEGERI 2 BATU Fatimah SMK Negeri 2 Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat melalui metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2 Batu. Penelitian ini dilakukan dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus. Pembelajaran kooperatif jigsaw dilakukan dengan langkah-langkah: (1) penjelasan materi, (2) pembagian siswa dalam beberapa kelompok kecil, (3) pemberian masalah yang berbeda pada setiap anggota, (4) diskusi tim ahli (setiap anggota dari kelompok yang berbeda akan bergabung dalam tim ahli yang bertugas memecahkan satu masalah yang sama), (5) penjelasan tim ahli dalam kelompok asal, (6) presentasikan hasil diskusi dalam diskusi kelas, dan (7) pemberian evaluasi kepada siswa secara individu. Pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari 71,20 pada siklus I menjadi 79,40 pada siklus II. Kata kunci: kooperatif, jigsaw, hasil belajar, teks hikayat. Dalam silabus Kemendibud (2016) disebutkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan kepercayaan diri siswa sebagai komunikator, pemikir (termasuk pemikir imajinatif), dan menjadi warga negara Indonesia yang melek literasi dan informasi. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan membina dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap berkomunikasi yang diperlukan siswa dalam menempuh pendidikan, hidup di lingkungan sosial, dan berkecakapan di dunia kerja. Lebih lanjut dalam silabus (Kemendikbud, 2016) juga disebutkan bahwa Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar siswa mampu mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan menulis. Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan tiga hal lingkup materi yang saling berhubungan dan saling mendukung pengembangan kompetensi pengetahuan kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa (mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis) siswa. Kompetensi sikap secara terpadu dikembangkan melalui kompetensi pengetahuan kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa. Ketiga hal lingkup materi tersebut adalah bahasa (pengetahuan tentang Bahasa Indonesia); sastra (pemahaman, apresiasi, tanggapan, analisis, dan penciptaan karya sastra); dan literasi (perluasan kompetensi berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan khususnya yang berkaitan dengan membaca dan menulis). Dalam lingkup sastra, siswa diharapkan dapat memahami, mengapresiasi, memberikan tanggapan, menganalisis, dan menciptakan teks sastra baik puisi, prosa, maupun drama. Ketika mengapresiasi, siswa harus dapat menemukan dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai bentuk karya sastra baik yang tersurat maupun yang tersirat. Kurikulum 2013 menuntut siswa aktif menemukan informasi terkait dengan materi yang sedang disampaikan. Selain itu, siswan juga dituntut mampu berperan aktif dalam memperkaya dirinya dengan ilmu yang disampaikan. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 berbasis pada teks. Salah satunya adalah teks hikayat yang diajarkan pada semester I kelas X. Hikayat adalah karya sastra yang berkembang di masyarakat dengan tujuan mengajarkan nilai-nilai yang baik. Dalam KBBI (2008) hikayat (cerita rakyat) diartikan sebagai cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan. Sedangkan hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang 1031 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta. Contohnya Hikayat Bunga Kemuning, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Hang Tuah dan lain-lain. Dalam konteks pembelajaran Kurikulum 2013, cerita rakyat yang digunakan lebih mengacu pada hikayat. Sebagai bentuk karya sastra, hikayat mengandung beberapa nilai baik tersurat maupun tersirat. Nilai-nilai tersebut di antaranya nilai religius, nilai sosial, nilai moral, nilai pendidikan, nilai estetika, nilai politis, nilai etika, nilai kemanusiaan, dan nilai budaya. Nilai religius adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan ketuhanan. Religius juga dapat bermakna nilai keagamaan karena dihubungkan dengan agama yang dianut oleh para tokoh. Nilai sosial adalah nilai yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat, hubungan timbal-balik antarmanusia. Dalam KBBI (2008) nilai sosial diartikan sebagai nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dan masyarakat. Secara umum sosial berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya). Nilai moral adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan akhlak/ perangai atau etika. Nilai moral dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa juga nilai moral yang buruk/jelek. Secara umum, moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; aklak; budi pekerti; susila (KBBI, 2008). Nilai pendidikan/ edukasi yaitu nilai yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku dari buruk/jelek menjadi baik. Nilai estetika adalah nilai yang berhubungan dengan keindahan atau hal-hal yang menarik/menyenangkan. Nilai etika yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan. Nilai politis adalah nilai yang berhubungan dengan pemerintahan. Sedangkan nilai budaya berhubungan dengan kebiasaan masyarakat atau adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Pencapaian skor setara KKM oleh siswa dalam pembelajaran materi mengindentifikasi nilainilai dalam teks hikayat yang penulis lakukan sering tidak optimal. Teridentifikasi bahwa siswa mengalami kesulitan untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks hikayat. Siswa belum mampu mengidentifikasi perbedaan antara nilai satu dengan nilai yang lainnya; misalkan antara nilai sosial dengan nilai moral. Berdasarkan proses pembelajaran yang dilakukan, guru menggunakan media berupa wacana yang dibagikan kepada siswa untuk dibaca dan diidentifikasi nilai yang terkandung di dalamnya secara individu. Ternyata, dari 29 siswa hanya 55% yang memenuhi KKM. Selain kemampuan mengidentifikasi nilai-nilai dalam hikayat yang masih kurang, metode yang dilakukan guru juga menjadi sebab tidak maksimalnya pembelajaran. Sehingga diperlukan sebuah metode agar siswa mampu menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat. Metode pembelajaran ini harus dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat dan memberikan ruang bagi siswa untuk menyampaikan ide/gagasan yang dimiliki dalam diskusi, baik diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam materi ini adalah mengidentifikasi nilainilai dan isi yang terkandung dalam hikayat (KD 3.7) dan menceritakan kembali isi hikayat yang didengar atau dibaca (KD 4.7). Agar dapat mencapai kompetensi tersebut, dilakukan dengan metode kooperatif model jigsaw. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (Ismawati, 2011: 126). Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Menurut Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany (2008) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Metode kooperatif jigsaw adalah sebuah metode pembelajaran 1032 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 yang dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan karena dalam metode ini siswa memiliki tanggung jawab yang sama besar untuk mempelajari materi yang menjadi bagiannya. Iran (dalam Mistiah, 2016) mengemukakan bahwa pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Langkah-langkah penerapan pembelajaran Kooperatif model Jigsaw dijelaskan berikut. Setiap siswa adalah anggota dari dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Prinsipnya guru membagi topik besar menjadi sub-sub topik. Siswa memulai pelajaran dalam kelompok-kelompok asal. Pada Kooperatif model Jigsaw, setiap anggota kelompok asal diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan dan memahami salah satu sub topik. Untuk memahami sub-sub topik setiap anggota tim harus berkerja sama dengan anggota kelompok lain untuk berbagi pengetahuan secara efektif. Selanjutnya setiap siswa menjadi “ahli” dan mengajarkan ke anggota kelompok asalnya. Menurut Loong (dalam Mistiah, 2016), pembelajaran Kooperatif model Jigsaw memiliki langkah-langkah: (1) penjelasan dari guru, (2) siswa bekerja di kelompok ahli untuk menyelesaikan masalah yang berbeda, (3) siswa kembali ke kelompok asal untuk saling menjelaskan hasil pekerjaan di kelompok ahli kepada temannya, (4) kuis, dan (5) pemberian penghargaan. Dalam kooperatif Jigsaw para siswa dimotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran yang diberikan sebaik mungkin dan bekerja keras di dalam kelompok ahli sehingga dapat membantu anggota kelompok lainnya. Dalam penelitian ini dilakukan pembelajaran Kooperatif model Jigsaw pada materi menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat dan menceritakan kembali hikayat yang telah dibaca. Hal ini dilandasi oleh adanya masalah dalam pembelajaran di kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2 Batu. Siswa mengalami kesulitan dalam menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat. Kesulitan-kesulitan siswa dalam menemukan nilai-nilai dalam hikayat juga dipengaruhi model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Selama ini pembelajaran yang dilakukan dengan langkah guru memberikan penjelasan materi, memberikan contoh soal dan memberikan jawaban kemudian memberikan tes. Pembelajaran semacam ini membuat siswa menjadi bosan, jenuh, dan tidak mandiri. Berdasarkan berbagai alasan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas pada materi bangun ruang sisi datar dengan mengambil judul Peningkatan Kemampuan Menemukan Nilai-Nilai dalam Hikayat Melalui Metode Kooperatif Jigsaw pada Siswa Kelas X Teknik Kimia SMK Negeri 2 Batu. METODE PENELITIAN Penelitian ini mendiskripsikan tentang penerapan pembelajaran Kooperatif model Jigsaw dikelas X Teknik Kimia. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus 1 dilakukan 2 kali pertemuan yang membahas materi nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai religius, nilai sosial, nilai moral, nilai budaya, nilai edukatif, dan nilai estetika. Siklus kedua dilakukan 2 kali pertemuan yang membahas materi tentang nilai-nilai dalam teks hikayat yang berbeda dengan siklus I sehingga diperoleh hasil praktik pembelajaran yang dianalisis secara kualitatif. Alur penelitian yang dilakukan dalam penelitian bersiklus seperti terlihat pada gambar 1 berikut. 1033 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan ? Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan tindakan, penulis mempersiapkan dokumen pembelajaran di antaranya menyusun RPP, membuat lembar kerja siswa (LKS), dan menyusun perangkat evaluasi. Dalam penyusunan RPP, penulis mengacu pada kompetensi inti (KI) 3 dan 4 yang sesuai dengan Kurikulum 13 revisi 2016. KI 3 berisi kompetensi pengetahuan yang harus dikuasai siswa dan KI 4 berisi keterampilan yang harus dimiliki siswa. Pada KI 3, penulis merencanakan KD 3.7 yaitu menidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat baik lisan maupun tulis. Sedangkan pada KI 4, penulis merencanakan KD 4.7 yaitu menceritakan kembali isi hikayat yang didengar atau dibaca. Seperti petunjuk kurikulum KI 3 dan KI 4 selalu disajikan secara berangkai. Ada 6 indikator yang dikembangkan penulis dalam RPP 3.7 dan 4.7, yaitu (1) memahami karakteristik hikayat, (2) menentukan karakteristik dalam hikayat, (3) memahami nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat, (4) menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks hikayat, (5) menafsirkan teks cerita rakya (hikayat) berdasarkan isi teks cerita rakyat, dan (6) mempresentasikan dan menanggapi hasil penafsiran teks hikayat. Dalam penelitian ini, ada dua indikator yang ingin dicapai oleh penulis yaitu: (3) memahami nilai-nilai yang terkandung dalam teks cerita rakyat dan indikator (4) menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks hikayat. Dua indikator ini saling terkait karena sebelum dapat menentukan nilainilai yang terkandung dalam hikayat, siswa harus memahami makna dan contoh nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat. Metode yang digunakan dalam pembelajaran oleh penulis adalah diskusi dengan model jigsaw. Model ini dipilih karena lebih sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Model jigsaw memberikan tanggung jawab yang sama kepada seluruh siswa. Siswa akan menjadi ahli dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa akan memiliki keterampilan berbicara karena harus menyampaikan hasil diskusi tim ahli kepada anggota kelompoknya masing-masing. 1034 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Selain itu, peneliti juga menyiapkan lembar kerja yang harus dikerjakan siswa. Lembar kerja berisi satu teks hikayat dengan beberapa soal. Lembar kerja dicetak dengan kertas yang berwarnawarni untuk menarik perhatian siswa. Lembar kerja ini juga menjadi media pembelajaran. Bentuk penilaian yang digunakan adalah tes tertulis dan penilaian proses. Tes tertulis yang diberikan berupa postes. Sedangkan penilaian proses menggunakan lembar observasi (pengamatan) ketika pembelajaran berlangsung. Postes digunakan untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan siswa secara kuantitatif. Sedangkan penilaian proses digunakan untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan siswa secara kualitatif. Pelaksanaan Tindakan Terdapat tiga kegiatan dalam pelaksanaan tindakan: (1) kegiatan pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup. Dalam pendahuluan, pembelajaran diawali dengan salam pembuka, presensi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan apersepsi. Pada kegiatan apersepsi siswa diajak untuk mengingat kembali materi pada pertemuan sebelumnya. Gambar 2: Siswa Antusias dalam Kegiatan Apersepsi Dalam kegiatan inti, guru membagi siswa dalam 6 kelompok heterogen. Setiap kelompok diberikan lembar kerja berupa teks hikayat dan soal yang harus dikerjakan. Sebagai pembeda, lembar kerja dicetak pada kertas yang berbeda warna sehingga lebih menarik. Kemudian siswa membagi tugas untuk masing-masing anggota berdasarkan jumlah soal. Setelah itu, masing-masing siswa akan bergabung dalam kelompok ahli untuk memecahkan soal yang sama. Kegiatan ini berlangsung selama 5 menit. Kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelompok ahli. Dalam diskusi ini masing-masing kelompok yang terdiri atas utusan-utusan kelompok inti membahas satu masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan diawali dengan membaca teks cerita rakyat berjudul “Hiakayat Bayan Budiman” yang diambil dari buku teks siswa. Setelah itu siswa mendiskusikan nilai-nilai yang terkandung dalam teks hikayat. Siswa memberikan tanda pada kutipan-kutipan dalam teks sesuai dengan tugas. Dalam kegiatan itu guru memberikan bimbingan pada tiap-tiap kelompok ahli. Bimbingan yang diberikan berupa cara menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks hikayat. Selain itu bimbingan juga berupa klarifikasi terhadap hal-hal yang sudah ditemukan oleh siswa serta jawaban terhadap pertanyaan siswa terkait bahasa yang digunakan dalam teks hikayat. Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit. 1035 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Gambar 3. Siswa Berdiskusi dalam Kelompok Ahli Setelah diskusi dengan kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok inti untuk menyelesaikan tugas kelompok. Siswa berdiskusi kembali untuk menentukan dan mengisi lembar tugas yang telah disediakan. Dalam kegiatan ini, siswa menyampaikan hasil diskusi dengan kelompok ahli, meminta saran/pendapat dari anggota kelompok inti dan menuliskan jawaban yang sudah disepakati di lembar kerja. Kegiatan ini membutuhkan waktu 20 menit. Gambar 3. Guru Memberikan Bimbingan kepada Tiap-Tiap Kelompok Kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelas. Masing-masing kelompok inti mendapatkan tugas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok inti. Kelompok 1 bertugas menyampaikan nilai-nilai moral yang terdapat dalam teks “Hikayat Bayan Budiman” . Diskusi kelas dipimpin oleh guru sebagai moderator dan fasilitator. Dalam kegiatan ini siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Dimulai dari kelompok 1 yang menyampaikan nilai-nilai moral, konsep nilai, dan kutipan teks hikayat. Setelah penyampaian hasil kelompok 1, guru meminta kelompok lain untuk menanggapi namun tidak ada satu pun siswa yang menanggapi. Guru memberikan pancingan dengan pertanyaan klarifikasi. 1036 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Gambar 5: Siswa Menyampaikan Hasil Diskusi Kelompok dalam Diskusi Kelas Kegiatan berlanjut hingga seluruh kelompok menyajikan hasil kelompoknya. Siswa menjadi antusias. Siswa banyak memberikan tanggapan yang terkadang menghubungkan dengan konteks masyarakat yang ada di sekitar mereka. Kegiatan ini berlangsung selama 30 menit. Kegiatan penutup diakhiri dengan refleksi. Siswa merasa senang dengan kegiatan pembelajaran karena semua memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan soal. Siswa tidak lagi bergantung pada teman yang lain dalam kelompok karena tanggung jawab berbeda. Kegiatan penutup juga diisi dengan kegiatan menyimpulkan materi secara bersama-sama (guru dan siswa). Kegiatan ini berlangsung selama 10 menit. Pengamatan Pengamat yang yang terlibat dalam penelitian ini terdiri atas 4 orang guru. Mereka memberikan catatan-catatan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran yang dilakukan peneliti sudah efektif. Meskipun masih ada beberapa siswa yang tidak konsentrasi terhadap kegiatan. Beberapa siswa tersebut belum memiliki inisiatif untuk mengerjakan tugas. Mereka menunggu hasil pekerjaan siswa lain ketika diskusi ahli berlangsung untuk dicontoh. Pemberian kertas berwarna yang berbeda untuk setiap kelompok juga dianggap sebagai pemberian motivasi untuk siswa. Siswa terlihat lebih tertarik dengan hal itu. Refleksi Refleksi pembelajaran dilakukan dengan mengaji hal-hal yang masih menjadi kendala dalam pembelajaran. Hasil refleksi digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi, terdapat masukan bahwa teks yang diberikan kurang dipahami siswa, sehingga waktu membaca dan memahami teks memerlukan waktu lebih lama. Siswa juga belum dapat membedakan perbedaan nilai moral dengan nilai religius secara tepat. Demikian juga nilai moral dan nilai etika. Sehingga masih diperlukan penjelasan yang lebih mendalam tentang perbedaan nilai-nilai tersebut. Selain mengkaji kendala pembelajaran juga dilakukan evaluasi keberhasilan pembelajaran melalui tes. Dari hasil tes diperoleh rata-rata nilai siswa 71,20 dan persentase ketuntasan 68,07 (20 siswa). Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal. 1037 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Siklus II Perencanaan Tindakan Setelah melaksanakan refleksi siklus I, terindikasi bahwa penggunaan teks hikayat dengan bahasa Melayu sulit dikuasai siswa, maka pada pelaksanaan siklus II penulis menyediakan teks hikayat yang berkembang di Pulau Jawa dengan harapan teks tersebut akan mudah dipahami siswa. Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, penulis mempersiapkan dokumen pembelajaran di antaranya menyusun RPP perbaikan dari siklus I, membuat lembar kerja siswa (LKS) dengan teks hikayat yang berbeda, dan menyusun perangkat evaluasi dengan memanfaatkan teks hikayat dari Pulau Jawa. Dalam penyusunan RPP, penulis mengacu pada hasil siklus I kompetensi inti (KI) 3 dan 4 yang sesuai dengan Kurikulum 13 revisi 2016. KI 3 berisi kompetensi pengetahuan yang harus dikuasai siswa dan KI 4 berisi keterampilan yang harus dimiliki siswa. Pada KI 3, penulis merencanakan KD 3.7 yaitu menidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat baik lisan maupun tulis. Sedangkan pada KI 4, penulis merencanakan KD 4.7 yaitu menceritakan kembali isi hikayat yang didengar atau dibaca. Seperti petunjuk kurikulum KI 3 dan KI 4 selalu disajikan secara berangkai. Masih sama dengan pelaksanaan siklus I, ada dua indikator yang ingin dicapai oleh penulis yaitu: (1) memahami nilai-nilai yang terkandung dalam teks cerita rakyat dan indikator (2) menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks hikayat. Dua indikator ini saling terkait karena sebelum dapat menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat, siswa harus memahami makna dan contoh nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat. Selain itu, peneliti juga menyiapkan lembar kerja yang harus dikerjakan siswa. Lembar kerja berisi satu teks hikayat dengan beberapa soal. Lembar kerja masih tetap dicetak dengan kertas yang berwarna-warni untuk menarik perhatian siswa. Lembar kerja ini juga menjadi media pembelajaran. Bentuk penilaian yang digunakan adalah tes tertulis dan penilaian proses. Tes tertulis yang diberikan berupa pre tes dan post tes. Sedangkan penilaian proses menggunakan lembar observasi (pengamatan) ketika pembelajaran berlangsung. Pos tes digunakan untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan siswa secara kuantitatif. Sedangkan penilaian proses digunakan untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan siswa secara kualitatif. Pelaksanaan Tindakan Terdapat tiga kegiatan dalam pelaksanaan tindakan: (1) kegiatan pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup. Dalam pendahuluan, pembelajaran diawali dengan salam pembuka, presensi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan apersepsi. Pada kegiatan apersepsi siswa diajak untuk mengingat kembali materi pada pertemuan sebelumnya. Jika dalam siklus I guru membagi siswa dalam 6 kelompok, dalam siklus II siswa hanya dibagi menjadi 5 kelompok heterogen. Setiap siswa hanya diberi tanggung jawab untuk memecahkan 1 masalah saja. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengefisienkan penggunaan waktu. Sebagai pembeda, lembar kerja dicetak pada kertas yang berbeda warna sesuai dengan kelompok asal sehingga lebih menarik. Kemudian siswa membagi tugas untuk masing-masing anggota berdasarkan jumlah soal. Setelah itu, masing-masing siswa akan bergabung dalam kelompok ahli untuk memecahkan soal yang sama. Kegiatan ini berlangsung selama 5 menit. Kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelompok ahli. Dalam diskusi ini masing-masing kelompok yang terdiri atas utusan-utusan kelompok inti membahas satu masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan diawali dengan membaca teks cerita rakyat berjudul “Hiakayat Bunga Kemuning” yang diambil dari buku teks siswa. Setelah itu siswa mendiskusikan nilai-nilai yang terkandung dalam teks hikayat. Siswa memberikan tanda pada kutipan-kutipan dalam teks sesuai dengan tugas. Dalam kegiatan itu guru memberikan bimbingan pada tiap-tiap kelompok ahli. Bimbingan yang diberikan berupa cara menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks hikayat. Selain itu bimbingan juga berupa klarifikasi terhadap hal-hal yang sudah ditemukan oleh siswa serta 1038 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 jawaban terhadap pertanyaan siswa terkait bahasa yang digunakan dalam teks hikayat. Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit. Setelah diskusi dengan kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok inti untuk menyelesaikan tugas kelompok. Siswa berdiskusi kembali untuk menentukan dan mengisi lembar tugas yang telah disediakan. Dalam kegiatan ini, siswa menyampaikan hasil diskusi dengan kelompok ahli, meminta saran/ pendapat dari anggota kelompok inti dan menuliskan jawaban yang sudah disepakati di lembar kerja. Kegiatan ini membutuhkan waktu 20 menit. Kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelas. Masing-masing kelompok inti mendapatkan tugas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok inti. Kelompok 1 bertugas menyampaikan nilai-nilai moral yang terdapat dalam teks “Hikayat Bunga Kemuning” . Diskusi kelas dipimpin oleh guru sebagai moderator dan fasilitator. Dalam kegiatan ini siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Dimulai dari kelompok 1 yang menyampaikan nilai-nilai moral, konsep nilai, dan kutipan teks hikayat. Setelah penyampaian hasil kelompok 1, guru meminta kelompok lain untuk menanggapi namun tidak ada satu pun siswa yang menanggapi. Guru memberikan pancingan dengan pertanyaan klarifikasi. Kegiatan berlanjut hingga seluruh kelompok menyajikan hasil kelompoknya. Siswa menjadi antusias. Siswa banyak memberikan tanggapan yang terkadang menghubungkan dengan konteks masyarakat yang ada di sekitar mereka. Kegiatan ini berlangsung selama 30 menit. Kegiatan penutup diakhiri dengan refleksi. Siswa merasa senang dengan kegiatan pembelajaran karena semua memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan soal. Siswa tidak lagi bergantung pada teman yang lain dalam kelompok karena tanggung jawab berbeda. Kegiatan penutup juga diisi dengan kegiatan menyimpulkan materi secara bersama-sama (guru dan siswa). Kegiatan ini berlangsung selama 10 menit. Pengamatan Pengamat yang yang terlibat dalam penelitian ini terdiri atas 8 orang guru. Guru-guru tersebut berasal dari sekolah yang berbeda sehingga tidak mengetahui karakter dan kemampuan siswa. Mereka memberikan catatan- catatan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan, metode pembelajaran yang dilakukan peneliti sudah efektif. Namun, pada saat kelompok ahli kembali pada kelompok asal, diskusi kurang lancar. Siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri. Sehingga kooperatif-nya belum terlihat. Siswa belajar secara kolaboratif. Mereka hanya menyatukan hasil dari kelompok ahli tanpa memberikan uraian/penjelasan kepada anggota kelompok yang lain. Selain itu, beberapa siswa tersebut belum memiliki inisiatif untuk mengerjakan tugas. Mereka menunggu hasil pekerjaan siswa lain ketika diskusi ahli berlangsung untuk dicontoh. Pemberian kertas berwarna yang berbeda untuk setiap kelompok juga dianggap sebagai pemberian motivasi untuk siswa. Siswa terlihat lebih tertarik dengan hal itu. Refleksi Berdasarkan hasil refleksi, terdapat masukan bahwa pembelajaran sudah berlangsung efektif sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Penggantian teks yang diberikan memudahkan siswa sehingga waktu membaca dan memahami teks memerlukan waktu tidak begitu lama. Dalam siklus II ini, siswa juga sudah mampu membedakan nilai moral dengan nilai religius secara tepat. Demikian juga nilai moral dan nilai estetika. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sebagai penutup pelaksanaan siklus II, diadakan evaluasi dengan bentuk postest. Tes dikerjakan secara individu dengan tujuan mengukur kemampuan setiap siswa dalam menguasai materi nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat. Setelah diadakan evaluasi, diperoleh hasil rata-rata nilai 1039 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 siswa mencapai 79,40 dengan ketuntasan klasikal mencapai 82,76%. Dengan demikian tujuan pembelajaran telah tercapai secara maksimal. PENUTUP Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun langkah-langkah yang yang harus dilakukan dalam pembelajaran tipe ini adalah: (1) menjelaskan materi, (2) membagi siswa dalam beberapa kelompok sesuai dengan masalah/ soal yang harus dipecahkan/ diselesaikan, (3) setiap anggota kelompok diberikan masalah yang berbeda sehingga memiliki tanggung jawab yang sama besar, (4) setiap anggota dari kelompok yang berbeda akan bergabung dalam tim ahli yang bertugas memecahkan satu masalah yang sama, (5) setelah selesai, tim ahli akan kembali ke dalam kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusinya kepada teman-teman satu kelompok, (6) setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dalam diskusi kelas. Selanjutnya guru memberikan evaluasi kepada siswa secara individu. Peningkatan hasil belajar telihat dari rata-rata hasil tes siklus I sebesar 71,20 menjadi 79,40 pada siklus II. Sedangkan ketuntasan meningkat dari 68,07% pada siklus I menjadi 82,76% pada siklus II. DAFTAR RUJUKAN Emildadiany, N. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw. (online). Diakses tanggal 29 Oktober 2016. Ismawati, E. 2011. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Surakarta: Yuma Pustaka. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Silabus Mata Pelajaran SMA/MA/ SMK/ MAK. Jakarta: Kemendikbud. Mistiah. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Maarif Batu. Jurnal Kajian Pembelajaran Sekolah, Tahun 1, Nomor 1, Mei 2016. Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka. 1040 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PEMBELAJARAN MENULIS LAPORAN HASIL PERCOBAAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SDN 010 BULANG KOTA BATAM Khairul Apriadi SDN 010 Bulang, Batam [email protected] Abstrak: Penelitan ini bertujuan mendeskripsikan pembelajaran menulis teks laporan hasil pengamatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Untuk mengoptimalkan pembelajaran, pendekatan kooperatif divariasikan dengan metode eksperimen dipilih untuk pembelajaran. Data dalam penelitian berupa dua hal: (1) data prestasi siswa yang dikumpulkan melalui instrument tes, (2) data proses yang dikumpulkan melalui catatan lapangan. Data prestasi diolah dengan melihat persentase dari berbagai aspek yang dinilai. Data proses diolah secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kegiatan perencanaan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan menyusun RPP, mengembangkan model pembelajaran, dan mengembangkan lembar observasi sudah dilaksanakan secara optimal, (2) kegiatan pelaksanaan yang terdiri atas kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup sudah berjalan seperti yang dirncanakan, dan (3) kegiatan penutup yang berisi kegiatan refleksi dan penarikan simpulan sudah berjalan dengn baik. Pendekatan kooperatif dengan metode eksperimen amat cocok digunakan dalam pmbelajaran menulis teks laporan hasil pengamatan. Kata Kunci: menulis teks hasil percobaan, pembelajaran, pendekatan kooperatif, metode eksperimen. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam dunia pendidikan, Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pembelajaran yang wajib dibelajarakan di jenjang sekolah dasar (SD). Peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia mau tidak mau harus ditingkatkan karena sangat berpengaruh pada proses pembelajaran materi lainnya. Karena setiap materi pasti menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia terdiri atas empat aspek atau disebut standar kompetensi, yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Misalnya kompetensi menulis, jika seseorang ingin menulis tentu saja orang tersebut memerlukan kompetensi lainnya untuk mendapatkan bahan tulisannya, sepeti dengan membaca koran, mendengarkan radio, atau berbicara dengan orang narasumber. Begitu juga dengan aspek lain, tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan standar yang lain. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi muda yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan menulis. Menurut Nurgiantoro (dalam Kusmana, 2012:99) menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa tulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan bahasa yang menuntut seseorang menghasilkan suatu tulisan sebagai ungkapan, perasaan, dan pemikirannya. Dengan adanya pembelajaran menulis di sekolah siswa dapat terampil dalam menulis, seperti menulis pengalaman pribadi, menulis laporan, menulis pantun, puisi, cerpen atau menuliskan apa yang dirasakannya. 1041 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran keterampilan menulis, siswa masih banyak mengalamai kesulitan. Selama ini siswa sulit untuk menuangkan kata-kata ke dalam tulisannya. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, kenyataan yang terjadi di lapangan ternyata memperlihatkan bahwa keterampilan menulis siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Khususnya keterampilan menulis siswa kelas IV SND 010 Bulang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Yaitu pada materi menulis laporan percobaan. Dari 16 siswa hanya 4 siswa yang mencapai KKM, tingkat kelulusan baru 25%. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya, sebagian siswa ragu untuk menulis karena penguasaan kosa kata bahasa Indonesia yang kurang memadai, siswa tidak menguasai materi pelajaran, siswa sulit mengurutkan atau kronologis sebuah kejadian. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat kurangnya kesempatan siswa melakukan aktivitas menulis, apalagi dengan menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya siswa masih menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi kemampuan berbahasa Indonesia mereka. Bertolak dari masalah di atas, guru perlu melakukan sebuah tindakan untuk menurunkan tingkat kesulitan yang dialami siswa dalam menulis. Guru perlu mengembangkan model pembelajaran yang sesuai untuk memperbaiki kemampuan menulis siswa. Siswa dikondisikan untuk saling bekerja sama dalam memberikan pemahaman materi belajar yang dieksperimenkan. Dengan demikian siswa akan lebih mudah menulis laporan percobaan. Model belajar kooperatif divariasikan dengan metode eksperimen di harapkan mampu meningkatkan keterampian menulis siswa. Menulis adalah salah satu keterampilan komunikasi secara tertulis. Menurut Nurgiantoro (dalam Kusmana 2012:99) menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa tulis. Menulis dapat diartikan sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang menuntut seseorang menghasilkan sesuatu (tulisan) sebagai ungkapan, perasaan, dan pemikirannya (Kusmana 2012:99). Dengan demikian menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dituangkan dalam bentuk hasil tulisan baik itu sebagai ungkapan, perasaan maupun pemikiran seseorang. Kemampuan seseorang dalam menulis bukan merupakan bawaan dari lahir, melainkan dilakukan melalui serangkaian kegiatan menulis dan dilakukan setiap saat sehingga seseorang bisa menulis dengan baik. Untuk dapat menghasilkan tulisan yang baik, Kusmana (2012:101) mengungkapan beberapa tahapan-tahapan menulis, yakni (a) pra penulisan, (b) proses penulisan, dan (c) penyuntingan. Pra penulisan terdiri atas memilih topik, membatasi topik, merumuskan tujuan, mengumpulkan bahan, dan menyusun kerangka karangan. Proses penulisan terdiri atas menggunakan penalaran dalam menulis, menggunakan ejaan, memilih kata, menggunakan kalimat efektif, menyusun paragraf kohesif dan koheren, dan menerapkan ketentuan menulis. Adapun penyuntingan terdiri atas membaca kembali tulisan, menandai kesalahan dan membetulkan, dan merevisi tulisan. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan sistem belajar secara kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang dikelompokkan secara heterogen mulai dari jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, dan kemampuan secara akademis dengan diberikan tugas-tugas terstruktur dan saling ketergantungan secara positif, saling bekerjasama, dan memiliki tanggung jawab yang penuh dan rasa senasib sepenanggungan dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan menstranformasikan informasi yang kompleks, sehingga membangun pengetahuan yang sudah ada pada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdulhak (dalam Rusman, 2010:203) bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2010:201) pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif 1042 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (Student Oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan, dan memberi peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Sedangkan menurut Johnson (dalam Rusman, 2010:204) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan teknik pengelompokkan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang dan memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Dari pendapat-pendapat di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan sistem belajar kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang dikelompokkan secara heterogen mulai dari jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, dan kemampuan secara akademis dengan diberikan tugas-tugas terstruktur dan saling ketergantungan secara positif, saling bekerjasama, dan memiliki tanggung jawab yang penuh dan rasa senasib dan sepenanggungan dalam kelompoknya. Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara yang efektif. Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal (Anitah, 2009:5.4). Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa, baik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini, siswa diharapkan dapat sepenuhnya terlibat dalam perencanaan eksperimen, melakukan fakta, mengumpulkan data dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata (Asmani, 2011:34). Menurut Rostiyah (2008:80) dalam bukunya “Strategi Belajar Mengajar” menjelaskan bahwa, metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaanya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Menurut Anitah (2009:5.27) metode eksperimen merupakan metode mengajar yang dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses. Sedangkan menurut Mulyasa (2005:110) metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah metode pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Dengan demikian siswa dapat menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan yang dihadapinya dan terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Peran guru dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan belajar dan mengajar. Jadi, peran guru untuk membuat kegiatan belajar ini menjadi faktor penentu berhasil atau gagalnya metode eksperimen ini (Sagala 2007:220). Eksperimen dapat dilakukan secara kelompok maupun sendiri di dalam laboratorium atau di kelas atau di luar kelas. Perlu diperhatikan bahwa setiap kegiatan eksperimen harus dilakukan secara sistemik dan sistematis, yaitu harus dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan kajian hasil. Lebih mendalamnya siswa harus membuat laporan, kemudian disajikan di depan teman-teman 1043 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 yang lain. Laporan tersebut dijadikan dasar untuk melihat seberapa jauh penerapan kemampuan berpikir siswa, kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan berargumentasi dan kemampuan menyimpulkan hasil eksperimen. Menurut Anitah (2009:5.28) prosedur metode eksperimen dapat dilakukan sebagai berikut. (a) Mempersiapkan alat bantu (alat eksperimen). (b) Petunjuk dan informasi tentang tugastugas yang harus dilaksanakan dalam eksperimen. (c) Pelaksanaan eksperimen dengan menggunakan lembaran kerja/pedoman eksperimen yang disusun secara sistematis sehingga siswa dalam pelaksanaannya tidak banyak mendapat kesulitan dan membuat laporan. (d) Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan diskusi, tanya jawab, dan/atau tugas. (e) Kesimpulan. Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Abdul Kadir Harun Dali (2013); Nelly Hagasihita, I Nengah Martha, dan Ni Made Rai Wisudariani (2015), serta Nani Suharni (2013). Dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Laporan Pengamatan Lingkungan di Kelas V SDN 19 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, Abdul Kadir Harun Dali menunjukkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus I menulis laporan pengamatan lingkungan diketahui dari 17 orang siswa yang memperoleh kriteria mampu berjumlah 7 orang atau 41%, dan tidak mampu 10 orang atau 59 %. Sehingga dilaksanakan siklus II sebagai refleksi dari siklus I, pada siklus II terjadi peningkatan yakni dari 17 orang siswa yang memperoleh kriteria mampu berjumlah15 orang atau 88 %, tidak mampu 2 orang atau 15 %. Penelitian kedua dilakukan oleh Hagasihita, Nengah Martha, dan Wisudariani (2015) dalam artikel yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa secara klasikal pada prasiklus 65,00 (cukup), pada siklus I meningkat sebesar 76,84 (baik), dan siklus II meningkat sebesar 79,96 (baik), dan (3) respons siswa terhadap model jurisprudensial berbasis wisata lapangan tergolong positif dengan rata-rata skor pada siklus I sebesar 42,53 (positif) dan meningkat pada siklus II sebesar 43,72 (positif). Sementara itu, Nuryeni (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi Bermuatan Budaya Melalui Discovery Learning Berbantuan Puzzle Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 18 Semarang menemukan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan (1) proses pembelajaran keterampilan menyusun teks laporan hasil observasi bermuatan budaya melalui discovery learning berbantuan puzzle pada siswa kelas VII H SMP Negeri 18 Semarang dari siklus I ke siklus II semakin baik, (2) keterampilan menyusun teks laporan hasil observasi bermuatan budaya dari siklus I ke siklus II yaitu 73,56 atau 43,75% menjadi 83,06 atau 87,5% dan terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 9,5 atau 43,75%, (3) sikap religius dan sikap sosial dari siklus I ke siklus II mengalami perubahan ke arah positif, persentase ketuntasan dari 78,12% menjadi 87,5% dan terjadi peningkatan sikap religius dari siklus I ke siklus II sebesar 9,38%, sedangkan persentase sikap sosial dari siklus I ke siklus II sebesar 69,82% menjadi 97,91% sehingga terjadi peningkatan sebesar 28,09%, dan (4) tanggapan siswa terhadap pembelajaran keterampilan menyusun teks laporan hasil observasi bermuatan budaya melalui discovery learning berbantuan puzzle pada siklus I dan siklus II mengalami perubahan yang positif, pada siklus I siswa merasa senang namun masih mengalami banyak kesulitan dalam proses pembelajaran, sedangkan pada siklus II siswa menyatakan senang dan hanya mengalami sedikit kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimana merencanakan pembelajaran menulis laporan hasil percobaan melalui pendekatan kooperatif dengan metode eksperimen? (2) Bagaimana melaksanakan pembelajaran menulis laporan hasil percobaan melalui pendekatan kooperatif dengan metode eksperimen? (3) Bagaimana mengevaluasi pembelajaran menulis laporan hasil percobaan melalui pendekatan kooperatif dengan metode eksperimen? 1044 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Melalui metode ini penulis berusaha mendeskripsikan sesuatu atau menggambarkan secara sistematis tentang fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat, yakni pelaksanaan pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model kooperatif divariasikan dengan metode eksperimen pada siswa kelas IV SDN 010 Bulang, dari persiapan sampai penilaian. Melalui metode ini penulis mendapatkan informasi apa adanya tentang keadaan serta praktik-praktik yang dilakukan di dalam pembelajaran. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan instrumen yaitu rubrik penilaian hasil menulis laporan observasi. Rubrik penilaian hasil digunakan untuk mengatahui kemampuan siswa menulis laporan. Selain itu digunakan pula panduan observasi yang digunakan sebagai panduan yang membantu peneliti dalam mengamati PAPARAN HASIL PENELITIAN Tiga kegiatan yang akan dilaporkan, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) penilian pembelajaran. Perencanaan Dalam mempersiapkan pembelajaran menulis teks hasil laporan percobaan dengan pembelajaran kooperatif melalui meode eksperimen pada siswa kelas IV SDN 010 Bulang. Pertama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah penting dalam menyusun RPP meliputi (a) menentukan SK dan KD, (b) menjabarkan KD menjadi indikator-indikator keberhasilan, (c) mengembangkan materi pokok, (d) memilih metode dan model pembelajaran yang cocok, dan (e) mengembangkan alat penilaian. Kedua, mengembangkan lembar observasi terhadap persiapan dan pelaksanaan. Lembar observasi yang pertama digunakan untuk mengamati apakah RPP yang sudah disiapkan sudah baik atau belum. Lembar observasi yang kedua digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran. Kedua lembar observasi tersebut digunakan oleh kolaborator di dalam mengamati perencanaan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Hasil pengamatan dari lembar observasi digunakan sebagai bahan refleksi demi memperbaiki RPP dan pelaksanaan pembelajaran. Agar model pembelajaran yang dibuat dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajara yang telah dirumuskan. Maka, diperlukan pengembangan model pembelajaran kooperatif dengan eksperimen. Menurut Siahaan (dalam Rusman 2012:205) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan kooperatif adalah: (1) saling keterganrungan positif, (2) interaksi berhadapan, (3) tanggung jawab individu, (4) keterampilan sosial, (5) terjadinya proses dalam kelompok. Sedangkan untuk metode eksperimen hal yang perlu diperhatikan adalah kemudahan mencari alat dan bahan dan kemudahan mengerjakan eksperimen tersebut. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran menulis teks laporan hasil percobaan menggunakan konsep belajar secara berkelompok dan hasil menulisnya dilakukan secara individu. Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan melalui tiga tahapan utama, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Dalam kegiatan pembelajaran waktu dibagi sebagai berikut. Kegiatan awal (10 menit) Pada kegiatan ini hal-hal yang di lakukan adalah guru mengucapkan salam (assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh) siswa menjawab salam guru (wa‟alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh), kemudian guru menanyakan kehadiran siswa kabar siswa, keadaan siswa, serta menanyakan sudah sarapan atau belum, lalu mempersiapkan siswa untuk belajar. 1045 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember 2016 Kegiatan inti (80 menit) Pada menit (11-25) guru membagikan siswa secara berkelompok (pembagian kelompok sudah dipersiapkan sebelumnya). Kemudian guru menjelaskan tentang teks laporan hasil pengamatan. Hal-hal yang dijelaskan adalah: pengertian, unsur-unsur yang terdapat di dalam laporan hasil percobaan. Pada menit (25-60) guru memulai meminta siswa mempersiapkan alat dan bahan yang sudah dibawa siswa untuk melakukan eksperimen. Guru membagikan lembar langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa. Kemudian siswa mengerjakan kegiatan eksperimen yang telah dibagikan mulai dari awal sampai akhir. Pada kegiatan ini guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk mengecek apakah ada kegiatan yang tidak dimengerti oleh siswa, serta mengecek apakah setiap kelompok sudah mengerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibagikan tadi. Dalam kegiatan ini banyak hal menarik yang terjadi. Salah satunya ada satu kelompok yang lupa membawa salah satu alat, jadi kelompok tersebut harus meminta ke kelompok lain. Setelah percobaan selesai masing-masing kelompok membuat laporan sesuai dengan contoh yang telah dijelaskan diawal pelajaran. Siswa bersama-sama membuat laporan kemudian dikumpulkan. Pada menit (60-80) siswa diminta menulis kembali langkah-langkah yang telah dituliskan tadi. Namun, pada kesempatan ini masing-asing siswa diminta menulis sendiri langkah-langkah yang telah dibuat tadi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa bisa membuat laporan hasil percobaannya masing-masing. Setelah selesai siswa diminta mengumpulkan hasil pekerjaannya. Kegiatan penutup (10 menit) Pada kegiatan ini guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari, hal ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan siswa tentang menulis laporan hasil percobaan. Kemudian guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi. Di akhir pelajaran guru mengajak siswa berdoa agar pelajaran yang telah dilaksanakan bisa bermanfaat bagi siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran menulis teks laporan hasil percobaan dengan pendekatan kooperatif menggunakan metode eksperimen di kelas IV SDN 010 Bulang. Dibutuhkan pendekatan dan metode yang tepat agar siswa bisa termotivasi untuk menulis laporan hasil percobaan. Penggunaan pendekatan dan metode ini bertujuan untuk mempermudah siswa menulis teks hasil percobaan. Pembelajaran menulis laporan hasil percobaan dikatakan berhasil apabila indikatornya tercapai. Adapun indikatornya yaitu menyajikan langkah-langkah percobaan dalam bentuk laporan. Pada akhirnya siswa dapat menulis teks laporan hasil percobaan sesuai dengan eksperimen yang telah dilaksanakan. Penggunaan pendekatan kooperatif dengan metode eksperimen pada pembelajaran menulis teks laporan hasil percobaan di kelas IV SDN 010 bulang membuat siswa lebih aktif dan lebih bersemangat dibandingkan apabila guru masuk kelas tanpa menggunakan pendekatan dan metode apapun. Pada awalnya siswa kesulitan untuk dapat menulis teks laporan hasil percobaan kalau siswa hanya diminta untuk menulis tanpa rangsangan. Dengan demikian, pendekatan kooperatif dengan metode eksperimen dapat (1) membantu siswa belajar dan juga memudahkan pengajaran bagi guru, (2) memberikan pengalaman yang lebih konkret, (3) membuat siswa lebih aktif dan kreatif, (4) lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar, dan (5) dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya. 1046 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 PENUTUP Dari penilitian yang dilakukan melalui pendekatan kooperatif melalui metode eksperimen dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama kegiatan perencanaan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan menyusun RPP, mengembangkan metode, dan mengembangkan lembar observasi sudah dilaksanakan secara optimal. Beberapa pihak memberikan bantuan dalam proses perencanaan ini. Kedua kegiatan pelaksanaan yang terdiri atas kegiatan pendahauluan, inti, dan penutup sudah berjalan seperti yang direncanakan. Ketiga, kegiatan penutup yang berisi kegiatan refleksi dan penarikan simpulan sudah berjalan dengan baik. Guru dan siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan ini. Dari hasil penilitian ini disarankan kepada guru, khususnya guru sekolah dasar, agar dapat memilih pendekatan dan metode yang tepat agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat berlangsung sukses. Salah satu pendekatan dan metode yang dapat dipilih adalah pendekatan kooperatif dengan metode eksperimen. DAFTAR RUJUKAN Anitah, Sri, 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Dali, Abdul Kadir Harun. 2013. Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Laporan Pengamatan Lingkungan di Kelas V SDN 19 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo: UNG. Hagasihita, Nelly. I Nengah Martha Ni Md, Rai Wisudariani. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol 3. No 1:2015. 1-11 Kusmana, Suherli. 2012. Guru Bahasa Indonesia Profesional. Cetakan ketiga. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan. Mulyasa. 2005. KBK Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nuryeni. 2015. Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi Bermuatan Budaya Melalui Discovery Learning Berbantuan Puzzle Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 18 Semarang. Laporan Penelitian. tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Rostiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1047 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGALI INFORMASI DARI TEKS ULASAN BUKU MENGGUNAKAN METODE SQ3R BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 005 NONGSA BATAM Maryani Olga SD Negeri 005 Nongsa Batam [email protected] Abstrak: Berdasarkan pengamatan awal diketahui kemampuan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 005 Nongsa Batam masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam menggali informasi dari teks ulasan buku menggunakan metode SQ3R. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 005 Nongsa. Setelah melakukan penelitian dalam dua siklus, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan model pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam menggali informasi. Kata kunci: kemampuan menggali informasi, ulasan buku, media pembelajaran, SQ3R Membaca merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai siswa. Keterampilan ini diajarkan sejak siswa belajar di jenjang SD. Guru SD harus berkesinambungan dalam mengajarkan keterampilan membaca kepada siswa sehingga siswa memiliki kemampuan membaca yang baik. Salah satu materi membaca yang diajarkan di jenjang SD adalah menggali informasi. Menurut Santosa (2008) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Aktivitas membaca akan membukakan jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam, dan lorong keahlian yang lebar di masa depan. Ada beberapa alternatif dalam melakukan aktivitas membaca untuk studi yang lain dari kebiasaan yang mungkin dilakukan. Alternatif itu dimaksudkan untuk meningkatkan kecepatan membaca yang sesuai dengan tujuan membaca, tingkat kesukaran bahan, serta tingkat pemahaman yang hendak dicapai. Selain itu dimaksudkan untuk menghasilkan pemahaman yang tertanam kuat-kuat dalam ingatan, tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis/pengarang, berpotensi memperkaya diri pembaca, dan dapat membantu pembaca untuk membangun ilmunya. Selain itu dimaksudkan untuk memberikan hasil pemahaman yang dapat membantu pembaca untuk mahir membingkis gagasan pengarang. Membaca adalah kegiatan yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis dengan tujuan untuk mendapatkan informasi. Kegiatan membaca dapat dilakukan untuk memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersirat maupun yang tersurat. Salah satu keterampilan membaca teks yang diajarkan kepada siswa kelas IV SD adalah membaca teks ulasan. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran membaca teks ulasan pada siswa kelas IV SD Negeri 005 Nongsa Batam dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. (1) Kemampuan siswa dalam menggali informasi dari teks ulasan masih rendah. (2) Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi teks ulasan masih rendah. (3) Guru banyak menggunakan metode 1048 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 ceramah, dan ternyata metode yang digunakan tersebut belum dapat meningkatkan minat siswa. (4) Media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu kiranya dilakukan perbaikan guna meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks ulasan. Pelaksanaan menggali informasi dilaksanakan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk membaca teks ulasan. Sebelum membaca teks ulasan, guru menjelaskan langkah-langkah belajar yang dianggap penting untuk dilakukan siswa. Metode yang digunakan untuk memperbaiki keadaan tersebut yaitu metode SQ3R. Menurut Robinson (dalam Hanafiah, 2010:59) SQ3R adalah suatu metode yang mencakup lima tahap membaca yakni survey, question, read, recite, dan review. Tahap-tahap dalam SQ3R meliputi mensurvey, mengajukan pertanyaan, membaca dengan teliti, serta meninjau ulang dengan cara membaca kembali. Survey yaitu menyelidiki terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran selintas mengenai isi pokok yang akan dipelajari. Question yaitu mengajukan pertanyaan dari isi pokok atau isi buku yang dibaca secara selintas. Read yaitu membaca secara aktif untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dibuat. Recite yaitu mengucapkan kembali atas jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan tersebut. Review yaitu mengajukan apa yang dibacakan dengan memeriksakan kata cacatannya. Tujuan metode SQ3R adalah untuk membekali siswa dengan suatu pendekatan yang sistematis terhadap jenis-jenis kenyataan membaca. Selain itu, Metode SQ3R bertujuan untuk meningkatkan proses belajar mengajar secara lebih mantap dan efisien untuk sebagai meteri bacaan. Manfaat metode SQ3R menurut Mintowati (2003: 23) dijelaskan sebagai berikut. Survey terhadap bacaan untuk memberi kemungkinan pada pembaca untuk menentukan apakah bacaan tersebut sesuai. Metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk berlaku fleksibel artinya pengaturan kesempatan membaca untuk setiap bagian bahan bacaan tidaklah harus sama. Metode SQ3R membekali pembaca untuk belajar secara sistematis. Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran akan menghasilkan pemahaman yang komprehensif. Pemahaman komprehensif bertahan lebih lama tersimpan dalam otak dalam sekedar mengingat fakta. Metode SQ3R dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar dengan efektif dan efisien.Kaitan metode SQ3R dengan hasil belajar. Kelebihan metode SQ3R menurut Fitria (2011) antara lain: (1) alokasi waktu yang digunakan untuk memahami sebuah teks dengan model pembelajaran SQ3R mungkin tidak banyak berbeda dengan mempelajari teks biasa; (2) siswa sulit dikondisikan (ramai) saat berdiskusi dengan teman sebangkunya dalam mempelajari teks materi pelajaran; serta (3) tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa yang terlalu besar bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan pertanyaan. Sejalan dengan latar belakang di atas dilakukan penelitian yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas proses hasil belajar siswa untuk pembelajaran membaca pemahaman karenanya tujuan dilakukan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan metode SQ3R. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk siswa dapat menumbuhkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam pelaksanaan proses belajar Bahasa Indonesia kelas IV SD 005 Nongsa sehingga lebih bermakna. Selain itu, untuk guru sebagai referensi dalam proses belajar mengajar terhadap ketepatan dan keefektifan penggunaan strategi pengajaran dengan menggunakan media album teks. Bagi sekolah dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan lembaga pendidikan yang dinamis dan inisiatif. Penelitian ini juga dapat memberi gambaran tentang pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sekaligus sebagai metode yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak. 1049 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Langkah-langkah penelitian berupa siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. PERENCANAAN Pelaksanaan Refleksi Pengamatan Perencanaan Refleksi ? Pelaksanaan SIKLUS II Pengamatan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Prasiklus Hasil analisis terhadap nilai tes formatif peserta didik kelas IV materi mengali informasi teks ulasan pada pembelajaran prasiklus disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Nilai Tes Formatif Prasiklus No Nilai 1 2 3 4 5 6 100 90 80 70 60 <50 Jumlah Jumlah Siswa 0 1 2 1 4 21 29 KKM 70 Keterangan Tuntas Tdk Tuntas √ √ √ √ √ Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 4 peserta didik yaitu 20% dan yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 21 peserta didik yaitu 80%. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu perbaikan pembelajaran supaya dapat meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik. 1050 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 Siklus I Skenario pembelajaran pada siklus 1 dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. 1. Siswa membentuk kelompok heterogen, masing-masing beranggotakan 4 siswa. 2. Setiap kelompok siswa mendapatkan 1 album teks ulasan tentang peninggalan Kerajaan Hindu Budha. 3. Secara berkelompok siswa membaca memindai teks ulasan tersebut (survey). 4. Secara berkelompok siswa menyusun pertanyaan untuk menggali informasi Dalam teks ulasan [question] 5. Secara berkelompok siswa membaca intensif teks ulasan (read), kemudian berdiskusi untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang disusun. 6. Perwakilan siswa dalam tiap kelompok menyampaikan hasil diskusi di hadapan kelompokkelompok yang lain (recite). Kemudian kelompok yang lain memberi tanggapan. 7. Secara berkelompok siswa mengulang membaca untuk memastikan informasi-informasi yang dapat diperoleh dari teks ulasan tersebut (review) dan merevisi jawabannya. Revisi juga mempertimbangkan masukan/ tanggapan dari kelompok lain. Selanjutnya siswa menuliskan hasilnya dan diserahkan kepada guru. 8. Guru memberi penguatan kepada siswa terkait materi menggali informasi dalam teks ulasan buku cerita sejarah. Pada siklus pertama, peneliti sebagai guru mencoba memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada prasiklus. Untuk itu disusun kembali rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang difokuskan pada komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran atau kelemahan pada proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil tes formatif pada pelaksanaan proses perbaikan pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Nilai Tes Formatif Siklus I No Nilai Jumlah Siswa 1 2 3 4 5 6 100 90 80 70 60 <50 Jumlah 0 2 2 4 18 3 29 KKM 70 Keterangan Tuntas Tdk Tuntas √ √ √ √ √ Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 21 peserta didik yaitu 40% dan yang memperoleh nilai di bawah KKM adalah 8 peserta didik yaitu 60%. Jumlah peserta didik yang tuntas belajar untuk materi mengali informasi teks ulasan mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah ada perbaikan. Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM pada siklus pertama menjadi 40%. Dengan kata lain, jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar pada materi membaca kritis adalah 60%. Hasil tersebut masih dirasakan belum optimal mencapai apa yang diharapkan. Perbaikan pembelajaran pada materi tersebut masih perlu di lakukan. Pada perbaikan pembelajaran siklus pertama ini ditemukan kelemahan secara kualitatif antara lain guru menggunakan proses pembelajaran satu arah dan tidak adanya media pembelajaran yang 1051 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 tepat. Berdasarkan hasil refleksi diri diperoleh kesimpulan bahwa proses pembelajaran pada siklus I masih terdapat kelemahan yang harus diperbaiki. Untuk itu perlu diadakan pembelajaran perbaikan pada siklus berikutnya. Siklus II Pada perbaikan pembelajaran siklus II, penulis mencoba memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Hasil refleksi diri tentang kelemahan perbaikan pembelajaran siklus pertama terdapat pada peserta didik yang belum tuntas pada materi mengali informasi dari teks ulasan buku. Untuk itu disusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran yang difokuskan pada komponen kelemahan proses pembelajaran siklus pertama. Hasil penilaian pada pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Nilai Tes Formatif Siklus II No Nilai Jumlah Siswa 1 2 3 4 5 6 100 90 80 70 60 <50 Jumlah 3 7 12 6 1 0 29 KKM 70 Keterangan Tuntas Tdk Tuntas √ √ √ √ √ Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM untuk materi mengali informasi dari teks ulasan pada siklus II sudah mencapai 95%. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan dari perbaikan pembelajaran siklus I ke perbaikan pembelajaran siklus II. Hasil tes pada dua siklus pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran dapat dilihat pada rekapitulasi nilai pada tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Bahasa Indonesia No 1 2 3 4 5 6 Nilai 100 90 80 70 60 <50 Jumlah Rata – rata Perolehan Nilai Peserta Didik Prasiklus Siklus I Siklus II 0 0 3 1 2 7 2 2 12 1 4 6 4 18 1 21 3 0 29 29 29 47,50 65,50 84,00 Ket Untuk lebih jelasnya, maka peningkatan perolehan nilai masing - masing siklus di atas dapat ditunjukkan pada gambar grafik 4.1 berikut. 1052 ISBN: 978 – 602 – 1150 – 21 – 4 12 10 8 Prasiklus 6 Siklus I 4 Siklus II 2 Jumlah Siswa 0 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Perolehan Nilai Bahasa Indonesia. Berdasarkan rekapitulasi nilai, maka pembelajaran yang dilaksanakan sudah menunjukkan peningkatan yang berarti pada putaran siklus dua. Perbaikan yang terjadi dalam perbaikan pembalajaran adalah semua peserta didik secara aktif menunjukkan keterlibatan mereka, hasil belajar mereka berdasarkan tes formatif sudah ada perbaikan bahkan sudah banyak yang mendapat nilai yang memuaskan, mampu mengerjakan latihan secara tertulis maupun lisan yag diberikan secara individual. Pembahasan Hasil Penelitian Siklus I Pada perbaikan pembelajaran siklus pertama, hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa dari 29 peserta didik, baru 8 orang (40%) yang mencapai hasil belajar di atas KKM 70, dan sebagian peserta didik masih berada di bawah nilai KKM 70 (60%). Dari analisa dan hasil belajar yang dicapai dapat diidentifikasi faktor keberhasilan dan kelemahan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Keberhasilan pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus pertama adalah guru telah mengaitkan materi pelajaran dengan penjelasan pada pertemuan yang lalu, dominasi guru dalam proses pembelajaran telah berkurang, sebagian peserta didik menunjukkan keaktifan. Kelemahannya pendekatan mengajar masih secara klasikal, pembelajaran masih sangat menekankan aspek pengetahuan sementara pada aspek keterampilan kurang diperhatikan, kurang mengembangkan pembelajaran kerjasama peserta didik, tidak adanya media pembelajaran membuat siswa kesulitan dalam memahami pembelajaran. Pada pertemuan di siklus pertama ini tindakan pada proses perbaikan pembelajaran dengan melibatkan kerjasama kelompok belum dapat dilaksanakan secara optimal, sehingga peserta didik masih sangat tergantung pada instruksi guru (peneliti). Dilihat dari hasil tes formatif belum berhasil secara memuaskan dengan rata-rata 65,5. Ketuntasan belajar sejumlah peserta didik belum mencapai 85% sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran di siklus 2. Siklus 2 Pada perbaikan pembelajaran siklus dua, hasil belajar peserta didik sudah memuaskan. Bila dibandingkan nilai hasil belajar tes formatif prasiklus dan siklus satu tampak ada perbedaan, terjadi kenaikan hasil ulangan formatif rata-rata = 27,19 dimana rata-rata pada siklus 2 dan 1 = 84,00 – 65,50 = 18,50. Pada siklus 1 (satu) peserta didik yang mendapatkan nilai di atas KKM adalah 40% sementara pada siklus 2 (dua) yang mendapat nilai di atas KKM adalah 95% maka terjadi kenaikan 55% peserta didik yang mendapatkan nilai di atas KKM. 1053 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI dan Dinas Pendidikan Kota Batu pada 4 Desember2016 Dengan hasil-hasil yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran materi ajar menggali informasi dari teks ulasan dengan media kotak album dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan model SQ3R untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat, secara umum dapat disimpulkan bahwa metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca teks ulasan sesuai kelas IV SDN OO5 Nongsa Batam. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Crow, Lester. D. & Crow Alice. 2000. Perkembangan Dan Minat Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta Depdiknas. 2006. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas Hanafiah, 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka Santosa, Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 1054