PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK AIR KULIT BUAH PISANG AMBON LUMUT (Musa acuminata Colla) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Diajukan oleh : Maranty Boy Rante Allo 121434067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK AIR KULIT BUAH PISANG AMBON LUMUT (Musa acuminata Colla) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Diajukan oleh : Maranty Boy Rante Allo 121434067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir” (Pengkhotbah 3: 11) “Prove you’re alive, remind the world you are still here” (Anonymous) Karya ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Bunda Angelita Ayah dan Ibu Adikku dan seluruh keluarga Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah menuntun dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Air Kulit Buah Pisang Ambon Lumut (Musa acuminata Colla) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus”. Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak pula yang membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada: 1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D, selaku rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi. 5. Ibu Retno Herrani, M. Biotech. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 6. Dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam penyempurnaan naskah skripsi. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu penulis selama kuliah dan penelitian berlangsung. 8. Pak Agus selaku laboran yang turut membantu penyediaan alat dan bahan di laboratorium. 9. Pak Slamet Raharjo yang turut memberi masukan dalam penulisan skripsi. 10. Bapak, Ibu, dan adikku Frater Romy yang selalu memberi dukungan dan doa. 11. Bunda Angelita yang selalu mendoakan dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi. 12. Sahabatku Riska, Intan, Lina, Anna Sonia, Endang, Ichy, Tresia Jawa, Tere, Rike, Melly, dan Dina yang sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 13. Sahabatku Intan Sari yang turut memberi masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi. 14. Teman-teman Prodi Pendidikan Biologi Angkatan 2012 yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Penulis viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK AIR KULIT BUAH PISANG AMBON LUMUT (Musa acuminata Colla) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus Maranty Boy Rante Allo 121434067 Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi yang berbahaya. Bakteri tersebut resisten terhadap hampir semua antibiotik seperti penisilin, kloramfenikol, dan metisilin. Masalah resistensi telah menjadi masalah global sehingga dibutuhkan bahan antibakteri baru yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Salah satu varietas pisang yang sering dijumpai di Indonesia adalah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla). Berdasarkan penelitian sebelumnya kulit pisang ambon lumut mengandung flavonoid dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan perlakuan variasi konsentrasi ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut. Pisang ambon lumut didapatkan dari Pasar Stan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Kultur bakteri Staphylococcus aureus didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi PAU, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi Kirby-Bauer (difusi kertas cakram). Hasil uji aktivitas antibakteri berupa zona hambat diukur kemudian dianalisis dengan one way anova dan uji Duncan. Hasil uji one way anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan konsentrasi ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara efektif karena koloni bakteri ada yang menyentuh kertas saring. Oleh sebab itu, konsentrasi hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh maksimal (KBM) belum dapat ditentukan. Kata kunci: Kulit buah pisang ambon lumut, ekstrak air, Staphylococcus aureus, aktivitas antibakteri ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT THE ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST FROM WATER EXTRACT OF AMBON LUMUT BANANA PEEL (Musa acuminata Colla) TOWARDS THE GROWTH OF Staphylococcus aureus Maranty Boy Rante Allo 121434067 Staphylococcus aureus was pathogen bacteria that causes harmful infections. The bacteria was resistant to antibiotics such as penicillin, chloramphenicol, and methicillin. Antibiotic resistance has been a global issues therefor need a new antibacterial to inhibit growth of Staphylococcus aureus. One of famous banana varieties in Indonesia was ambon lumut (Musa acuminata Colla). According to related research, ambon lumut banana contained flavonoid and tannin that can inhibit the growth of pathogen bacteria. The purpose of this research was to know the antibacterial activity of water extract of ambon lumut banana peel towards the growth of Staphylococcus aureus. This research was experimental research with treatment variation of water extract of ambon lumut banana peel concentration. Ambon lumut banana took at Stan market, Maguwoharjo, Yogyakarta. Staphylococcus aureus took at Microbiology laboratory of PAU, Gadjah Mada University. Antibacterial activity test was done by Kirby Bauer diffusion method (paper disk diffusion). The inhibitory zone from antibacterial activity test was measuring and then analyzed with one way anova and Duncan test. The result of one way anova showed significant different between the treatment of extract concentration to the growth of Staphylococcus aureus. Water extract of ambon lumut banana peel had antibacterial activity to growth of Staphylococcus aureus. Antibacterial activity of water extract of ambon lumut banana peel did not inhibit growth of Staphylococcus aureus effectively because bacteria colonies could touch paper filter. Therefore, minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) could not be determined. Keywords: Ambon lumut banana peel, water extract, Staphylococcus aureus, antibacterial activity x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii ABSTRAK .......................................................................................................... ix ABSTRACT .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Ambon Lumut (Musa acuminata Colla) ..................... 7 B. Ekstraksi .................................................................................................. 10 C. Bakteri ..................................................................................................... 11 1. Faktor –Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri................ 13 2. Deskrispsi Bakteri Staphylococcus aureus ....................................... 16 D. Antibakteri............................................................................................... 19 1. Pengukuran Aktivitas Antibakteri ..................................................... 20 2. Kategori Zona Hambat ...................................................................... 20 3. Kloramfenikol ................................................................................... 21 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aktivitas Antibakteri ................. 21 E. Penelitian Lain yang Relevan.................................................................. 23 F. Kerangka Berpikir ................................................................................... 24 G. Hipotesis.................................................................................................. 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 27 B. Batasan Penelitian ................................................................................... 27 C. Sampel dan Populasi ............................................................................... 28 D. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 28 E. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 29 F. Variabel Penelitian .................................................................................. 29 G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30 H. Analisis Data ........................................................................................... 38 BAB IV A. Uji Kemurnian Bakteri ............................................................................ 39 B. Uji Aktivitas Antibakteri ......................................................................... 39 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 48 BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH ......................................................................................... 50 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 52 B. Saran ........................................................................................................ 52 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 54 LAMPIRAN xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Variasi konsentrasi ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut ........ 35 Tabel 4.1. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak air kulit buah pisang ambon terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus .. 41 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Tanaman pisang ambon lumut ....................................................... 7 Gambar 2.2. Staphylococcus aureus ................................................................... 17 Gambar 2.3. Diagram alir kerangka berpikir ...................................................... 25 Gambar 4.1. Hasil pengukuran rerata zona hambat ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus setelah 24 jam ..................................................................... 40 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil pengukuran zona hambat aktivitas antibakteri ...................... 59 Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS one way anova aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ................................................................... 60 Lampiran 3. Hasil Uji Duncan aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ............................................................................................. 61 Lampiran 4. Dokumentasi hasil uji kemurnian kultur Staphylococcus aureus ... 62 Lampiran 5. Dokumentasi hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ........ 64 Lampiran 6. Silabus ............................................................................................ 66 Lampiran 7. RPP ................................................................................................. 70 Lampiran 8. LKS ................................................................................................. 78 Lampiran 9. Format laporan percobaan .............................................................. 81 Lampiran 10. Lembar penilaian laporan praktikum ............................................ 82 Lampiran 11. Instrumen penilaian afektif ........................................................... 85 Lampiran 12. Lembar penilaian psikomotorik .................................................... 87 Lampiran 13. Kisi-kisi Soal Post-test ................................................................. 89 Lampiran 14. Soal Post-test dan Pedoman Penskoran ........................................ 90 Lampiran 15. Lembar Penilaian Kognitif ........................................................... 91 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri mampu berkembang biak dengan cepat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Bakteri juga mampu menyesuaikan dirinya terhadap efek antibiotik. Kemampuan bakteri resisten terhadap antibiotik disebut dengan resistensi antibiotik. Bakteri dikatakan resisten apabila suatu antibiotik tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri padahal sebelumnya bakteri tersebut sensitif terhadap antibiotik tersebut. Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan global saat ini. Ketika terinfeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik, pengobatan menjadi lebih sulit sehingga harus menggunakan obat yang lebih kuat dan lebih mahal dengan lebih banyak efek samping (Salma, 2012). Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama memiliki efek samping antara lain: diare, muntah, mual, kekebalan tubuh menurun, pembentukan batu ginjal, gangguan pembekuan darah, dan gangguan fungsi hati. Salah satu bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah Staphylococcus aureus. S. aureus dapat masuk ke dalam tubuh ketika kulit terluka sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi pada kulit terbagi menjadi 2 jenis yaitu infeksi kulit jaringan lunak dan infeksi invasif (Anonim1, 2014). S. aureus yang resisten terhadap antibiotik banyak terdapat di rumah sakit. 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Staphylococcus tersebut dapat melekat pada kulit pasien dan karyawan di rumah sakit sehingga infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung. Infeksi umumnya terjadi melalui alat-alat rumah sakit yang tidak steril dan mengandung bakteri S. aureus. Daerah di rumah sakit yang paling tinggi resikonya terhadap S. aureus adalah kamar perawatan bayi baru lahir, unit perawatan intesif (ICU), kamar bedah, dan bagian kemoterapi kanker (Brooks dkk., 1996). Sumber utama infeksi bakteri S. aureus adalah lesi manusia, saluran pernapasan, serta kulit manusia. S. aureus merupakan flora normal pada saluran hidung, tenggorokan, serta kulit manusia. S. aureus dapat pula ditemukan pada makanan. S. aureus yang terdapat dalam susu segar dan produk pangan dapat menyebabkan toxic shock syndrome akibat keracunan pangan. Agen yang menyebabkan sindrom keracunan makanan tersebut adalah Staphylococcal enterotoxin (Purnomo dalam Dewi, 2013). Tumbuhan merupakan salah satu sumber obat-obatan yang diperlukan dalam dunia medis. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan obat-obatan tradisional adalah tanaman pisang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman pisang sehingga menjadikannya sebagai salah satu negara pengekspor pisang. Seluruh bagian tanaman pisang dapat dimanfaatkan, mulai dari bonggol, batang, bunga, daun, dan buahnya. Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap buah pisang matang adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan air. Beberapa penelitian menyebut buah pisang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 bisa membantu mengatasi depresi, anemia, tekanan darah, sembelit, sakit jantung, gangguan saraf, dan mensuplai energi dalam otak (Sumathy dalam Chabuck dkk., 2013). Kulit buah pisang juga memiliki banyak manfaat namun belum banyak dimanfanfaatkan oleh masyarakat. Kulit buah pisang dapat meredakan nyeri pada luka bakar, mengatasi gatal pada kulit, mengobati kutil, mempercepat penyembuhan luka yang sudah mulai kering, dan menyuburkan tanah (sebagai pupuk). Kulit buah pisang bahkan digunakan untuk memurnikan air dan menyaring logam berat, terutama timbal (Pb) dan tembaga (Cu) (Sopyan, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Chabuck dkk. (2013) menemukan bahwa ekstrak air kulit buah pisang yang segar dan berwarna kuning mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (S. aureus dan S. pyogenes) dan gram negatif (M. catarrhalis, E. aerogenes, dan K. pneumoniae). Hal ini juga didukung oleh penelitian Ehiowemwenguan dkk (2014) yang menyatakan bahwa kulit buah pisang mengandung glikosida, alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Salah satu jenis pisang yang sering dijumpai adalah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla). Kulit buah pisang ambon lumut berwarna hijau saat matang, berbeda dengan kulit buah pisang pada umumnya yang berwarna kuning. Pisang ambon lumut mudah didapatkan di Indonesia termasuk di Yogyakarta. Pisang ambon lumut disukai oleh masyarakat karena rasanya lebih manis dibandingkan varietas pisang ambon yang lain. Menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Babu dkk. (2012), varietas Musa acuminata yang berwarna hijau memiliki kandungan senyawa fenolik dan flavonoid yang tinggi dibandingkan varietas lainnya. Uji fitokimia yang dilakukan oleh Fitrianingsih dan Purwanti (2012) menunjukkan bahwa ekstrak air pisang ambon yang matang juga memiliki kandungan tanin dan flavonoid. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap Staphylococcus aureus. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus? 2. Berapa konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus? 3. Berapa konsentrasi bunuh minimal (KBM) ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang mampu membunuh Staphylococcus aureus? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri dari ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 2. Mengetahui konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 3. Mengetahui konsentrasi bunuh minimal (KBM) ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang mampu membunuh Staphylococcus aureus. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti tentang cara pengujian bagian tanaman seperti kulit buah pisang ambon lumut sebagai antibakteri khususnya bakteri yang patogen dan membantu peneliti memahami potensi tanaman sebagai antibakteri. 2. Bagi Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi mengenai manfaat kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi kepada pendidik untuk melakukan penelitian ilmiah khususnya pada pembelajaran Biologi SMA Kelas X pada Kompetensi Dasar 3.4 tentang Archaeobacteria dan Eubacteria. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat kulit buah pisang ambon lumut sehingga masyarakat dapat memanfaatkan kulit buah pisang ambon lumut sebagai obat alternatif untuk infeksi seperti impetigo, bisul, pneumonia dan penyakit lain yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Pembuatan ekstrak air kulit buah pisang ambon untuk infeksi pada kulit dapat dibuat dengan merendam kulit pisang pada air panas kemudian ditumbuk dan langsung ditempelkan pada kulit yang terinfeksi. Infeksi dalam tubuh seperti pneumonia dapat diobati dengan meminum ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Ambon Lumut (Musa acuminata Colla) 1. Klasifikasi Menurut Global Biodiversity Information Facility (GBIF), klasifikasi tanaman pisang ambon lumut adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Zingiberales Familia : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa acuminata Colla Gambar 2.1 Tanaman pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) (Anonim2, 2013) 1. Habitat Tanaman Pisang Ambon 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 2. Habitat Tanaman Pisang Tanaman pisang dapat tumbuh di berbagai tempat. Tanaman pisang tumbuh optimal bila ditanam di bawah ketinggian 1.000 dpl. Tanaman pisang dapat tumbuh pada daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Iklim yang dikehendaki adalah iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis tanah yang disukai oleh tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah aluvial yang mengandung kapur dengan pH 4,5-7,5 (Suyanti dan Supriyadi, 2008). 3. Morfologi Tanaman Pisang Menurut Cahyono (2009), tanaman pisang berakar serabut. Akarakar serabut tersebut tumbuh pada umbi batang. Tanaman pisang memiliki batang sejati berupa umbi batang (Jawa: bonggol) yang berada di dalam tanah. Batang sejati tanaman pisang bersifat keras dan memiliki titik tumbuh (mata tunas) yang akan menghasilkan daun dan bunga pisang. Bagian yang berdiri tegak menyerupai batang adalah batang semu yang terdiri atas pelepah-pelepah daun yang saling balut membalut. Batang semu tanaman pisang bersifat lunak dan banyak mengandung air. Daun memiliki tangkai yang panjang, berkisar antara 30-40 cm. Tangkai daun ini bersifat agak keras dan kuat serta mengandung banyak air. Daun pisang memiliki lapisan lilin pada permukaan bagian bawahnya. Bunga tersusun atas daun-daun pelindung yang saling menutupi. Bunga-bunganya terletak pada tiap ketiak di antara daun pelindung dan membentuk sisir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 Menurut Suyanti dan Supriyadi (2008), buah pisang memiliki bentuk ukuran, warna kulit, warna daging buah, rasa, dan aroma yang beragam, tergantung pada varietasnya. Kulit buah pisang ambon lumut pada waktu matang berwarna hijau atau hijau kekuningan dengan bintikbintik cokelat kehitaman. Berat per tandannya mencapai 15-18 kg dengan jumlah sisir 8-12. Setiap sisir kurang lebih terdiri dari 20 buah. Ukuran buah 15-20 cm dengan diameter 3-3,5 cm. 4. Kandungan Kimia dan Manfaat Kulit Buah Pisang Kulit buah pisang secara umum mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin E, Vitamin B6, magnesium, fosfor, potasium, serat, dan zat besi (Sumathy dalam Chabuck dkk., 2013). Kulit buah pisang juga mengandung serotonin dan dopamin yang berfungsi sebagai transmitter yang baik untuk kesehatan saraf dan otak (Kumar dkk., 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ehiowemwenguan (2014), kulit buah pisang mengandung metabolit sekunder yakni alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Tanaman yang mengandung alkaloid dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram negatif (Compean dan Ynalvez, 2014). Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan menghambat fungsi membran sitoplasma (Cushnie dan Lamb, 2005). Saponin berperan sebagai antibakteri dengan mekanisme merusak permeabilitas dinding sel sehingga dapat menimbulkan kematian sel (Cannell dalam Nur dkk., 2012). Tanin memiliki fungsi mempresipitasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 protein sehingga memengaruhi peptidoglikan bakteri (Lino dkk., 2011). Tanin juga juga mengganggu fungsi sitoplasma dan membran plasma, menghambat fungsi enzim, dan menghilangkan substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri (Min dkk., 2008). B. Ekstraksi Agoes (2009) mengemukakan defenisi tentang ekstraksi yaitu: “Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak merupakan sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengekstraksi (menstruum) yang tertentu pula”. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai pelarut sesuai dengan bahan yang ingin diekstraksi. Salah satu pelarut yang umum digunakan adalah air. Hasil ekstraksi menggunakan pelarut air disebut ekstrak air. Menurut Agoes (2009), pembuatan ekstrak air dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: a. Decoctum (dekok): menggunakan simplisia dengan perbandingan dan derajat kehalusan tertentu dan digunakan pada suhu 90°-95°C selama 30 menit. b. Infusum (infus): sama seperti dekoktum hanya ekstraksinya lebih singkat yakni 15 menit. c. Coque (perebusan): penyarian dengan merebus tanaman obat dengan menggunakan api langsung misalnya pada pembuatan jamu tradisional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 d. Seduhan: simplisia direndam menggunakan air mendidih selama 10-15 menit. e. Maserasi: penyarian simplisia menggunakan pelarut pada suhu kamar dalam waktu tertentu. f. Perkolasi: ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai semua bahan aktif terekstraksi. C. Bakteri Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana karena materi genetiknya tidak diselimuti oleh selaput membran inti. Bakteri memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Umumnya sel bakteri memiliki diameter 0,2-2 µm dan panjang 2-8 µm (Radji, 2009). Menurut Irianto (2013), bentuk bakteri bermacam-macam yaitu sebagai berikut. 1. Bakteri berbentuk bulat (bola) Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan coccus, dapat dibedakan atas: a. Monococcus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal. b. Diplococcus, yaitu bakteri berbentuk bola yang bergandengan duadua. c. Sarcina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empatempat sehingga bentuknya mirip kubus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 d. Streptococcus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang membentuk rantai. e. Staphylococcus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelompok sel tidak teratur sehingga bentuknya mirip gumpalan buah anggur. 2. Bakteri berbentuk batang Bakteri berbentuk batang dinamakan bacillus. Bentuk bacillus dapat pula dibedakan atas: a. Basil tunggal, yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal b. Diplobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan duadua. c. Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk rantai 3. Bakteri berbentuk melilit Bakteri berbentuk melilit yang dinamakan spirillum atau spiral. Ada tiga macam bentuk spiral, yaitu sebagai berikut. a. Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral, misalnya Spirillum. b. Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna c. Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. Pada saat bergerak, tubuhnya memanjang dan mengerut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 Bakteri dapat digolongkan ke dalam dua kelompok berdasarkan perbedaan struktur dinding selnya. Cara yang digunakan untuk mengelompokkan bakteri berdasarkan struktur dinding selnya adalah pewarnaan/pengecatan gram. Struktur dinding sel akan menentukan respon pewarnaan. Pengelompokan bakteri menurut pewarnaan gram ada dua, yaitu: a. Gram positif Dinding sel gram positif kaku dan tersusun atas 90% peptidoglikan. Beberapa bakteri gram positif juga mengandung asam teikoat. Salah satu fungsi asam teikoat adalah mengikat Ca2+ dan Mg2+ kemudian ditransfer ke dalam sel. Hasil pengecatan gram positif adalah bakteri berwarna ungu. b. Gram negatif Dinding sel gram negatif tersusun atas lapisan peptidoglikan yang tipis. Sebagian besar dinding sel gram negatif terusun atas membran luar (outer membrane). Membran luar gram negatif terdiri dari lipoprotein, fosfolipid, dan polisakarida, dan lipopolisakarida. Hasil pengecatan gram negatif adalah bakteri berwarna merah (Madigan dkk., 2015). 1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri Menurut Pratiwi (2008), ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 a. Temperatur Temperatur memengaruhi aktivitas enzim. Apabila temperatur terlalu tinggi, maka enzim akan rusak karena terjadi denaturasi protein. Apabila temperatur terlalu rendah, maka kinerja enzim akan lambat bahkan berhenti. Bakteri memiliki temperatur optimal untuk tumbuh. Berdasarkan temperatur, bakteri dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu: 1) Psikrofil, temperatur maksimal 15-20°C, optimal 0°-15°C. 2) Psikrofil fakultatif/psikotrof. temperatur maksimal 30°C, optimal 20°-30°C. 3) Mesofil, temperatur optimal 20°-45°C, maksimal 45°C. 4) Termofil, temperatur optimal 55° -65 °C, maksimal 100°C. b. pH pH merupakan indikasi konsentrasi ion hidrogen. Berdasarkan pH, bakteri dapat dibedakan dalam empat kelompok, yaitu: 1) Asidofil, tumbuh pada pH 1,0-5,5 2) Neutrofil, tumbuh pada pH 5,5-8,0 3) Alkalofil, tumbuh pada pH 8,5-11,5 4) Alkalofil ekstrem, tumbuh pada pH ≥10 c. Tekanan osmosis Bakteri membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Air masuk ke dalam sel bakteri dengan cara osmosis. Apabila sel bakteri berada dalam larutan hipertonik, air akan keluar dari dalam sel sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 menyebabkan plasmolisis pada bakteri. Beberapa bakteri dapat bertahan hidup pada lingkungan hipertonik dengan kadar garam yang tinggi. Bakteri ini disebut halofil. d. Oksigen Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dikelompokkan ke dalam aerob dan anaerob. Bakteri aerob dan anaerob dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu: 1) Obligat aerob: O2 sebagai syarat utama metabolisme, tumbuh pada permukaan media. 2) Obligat anaerob: tidak mentoleransi adanya O2, tumbuh pada dasar media. 3) Anaerob fakultatif: menggunakan O2 sebagai pernapasan, sebagian besar berkumpul di permukaan media. 4) Mikroaerofil: tumbuh baik dengan kadar O2 kurang dari 20%. e. Nutrisi Nutrisi dikelompokkan dibutuhkan ke dalam untuk dua pembentukan kelompok energi. yaitu Nutrisi mikroelemen (dibutuhkan dalam jumlah banyak) dan makroelemen (dibutuhkan dalam jumlah sedikit). Mikroelemen meliputi mangan (Mn), zinc (Zn), kobalt (Co), molibneum (Mo), nikel (Ni), dan tembaga (Cu). Makroelemen antara lain karbon (C), oksigen (O), hydrogen (H), nitrogen (N), sulfur (S), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), besi (Fe). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 f. Media kultur Media kultur merupakan bahan nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri di laboratorium. Media kultur yang digunakan harus disesuaikan dengan habitat asli dari bakteri tersebut agar dapat tumbuh dengan baik. 2. Deskripsi Bakteri Staphylococcus aureus a. Klasifikasi Bakteri Staphyloccus aureus Menurut Global Biodiversity Information Facility (GBIF), klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Phyllum : Firmicutes Classis : Bacilli Ordo : Bacillales Familia : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus b. Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus memiliki koloni mikroskopik menyerupai buah anggur (gambar 2.2.). Bakteri ini diberi nama aureus (berarti emas, seperti matahari) karena menghasilkan pigmen berwarna kuning emas. Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif (Radji, 2009). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 Menurut Brooks dkk. (1996), genus Staphylococcus usia kultur 24 jam bersifat gram positif kuat sedangkan pada biakan yang lebih tua (usia kultur lebih dari 24 jam), banyak sel menjadi gram negatif. S. aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 37°C. Koloni pada media padat berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. S. aureus termasuk koagulase positif. Artinya bakteri tersebut menggunakan enzim katalase untuk menguraikan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen sehingga menghasilkan gelembung-gelembung (Sears dkk., 2011). Gambar 2.2. Staphylococcus aureus (Garthh, 2011) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 c. Habitat Staphylococcus aureus hidup di kulit, kelenjar kulit, dan selaput lendir, bisul, dan luka (Irianto, 2013). Tubuh manusia merupakan habitat normal S. aureus. Bakteri ini tidak banyak terdapat dalam lingkungan bebas kecuali berpindah saat kontak dengan manusia (Anonim3, 2014). d. Penyakit yang disebabkan Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai macam jenis infeksi pada manusia, antara lain: infeksi pada kulit seperti impetigo, dan bisul; serta infeksi yang lebih serius seperti: pneumonia, mastitis (infeksi pada payudara), blefaritis (infeksi tepi kelopak mata); dan infeksi pada saluran urin. S. aureus juga menyebabkan infeksi kronis seperti osteomielitis (infeksi tulang dan otot), dan endokarditis (infeksi katup jantung). S. aureus merupakan salah satu penyebab utama infeksi nosokomial akibat luka tindakan operasi dan pemakaian alatalat perlengkapan perawatan di rumah sakit. S. aureus juga dapat menyebabkan keracunan makanan akibat enterotoksin yang dihasilkannya dan menyebabkan sindrom renjat toksik (toxic shock syndrome) (Radji, 2009). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 D. Antibakteri Menurut Burton dan Engelkirk (2004), antibakteri adalah bahan yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri baik yang bersifat menghambat pertumbuhan maupun membunuh bakteri patogen tersebut. Suatu antibakteri dapat digunakan apabila menghambat atau membunuh bakteri patogen tanpa merusak tubuh hospes. Menurut Talaro (2005), ada 4 mekanisme kerja antibakteri yaitu: a. Menghambat sintesis dinding sel Antibakteri menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara menghambat kinerja enzim yang berperan dalam sintesis dinding sel. b. Mengganggu fungsi membran plasma Antibakteri mengganggu fungsi membran plasma dengan cara berikatan dengan membran plasma kemudian membuka membran plasma sehingga membran plasma menjadi bocor. c. Menganggu sintesis asam nukleat Antibakteri bergabung dalam sintesis asam nukleat dengan menghentikan sintesis nukleotida, menghambat replikasi DNA, dan menghentikan transkripsi. d. Menghentikan translasi Antibakteri menghentikan proses translasi dengan cara mengganggu kerja ribosom-mRNA. Ribosom 30S dan 50S merupakan target spesifik dari antibakteri untuk menghambat translasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Pengujian antibakteri dapat dilakukan di laboratorium. Pengujian antibakeri dilakukan dengan menumbuhkan jenis bakteri tertentu pada media kemudian menambahkan antibakteri pada media tersebut. 1. Pengukuran Aktivitas Antibakteri Uji aktivitas antibakteri dilakukan untuk menentukan kadar terendah dari suatu bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu cara untuk mengukur aktivitas antibakteri adalah dengan metode difusi kertas cakram. Daerah yang terlihat tidak ditumbuhi oleh bakteri disebut sebagai daerah hambatan. Lebar daerah hambatan ini tergantung pada daya resap bahan antibakteri ke dalam agar dan kepekaan bakteri terhadap bahan antibakteri tersebut (Misnadiarly dan Djajaningrat, 2014). 2. Kategori Zona Hambat Menurut Davis dan Stout (1971), zona hambat yang terbentuk pada media dapat dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu: a. Daya hambat lemah : zona hambat yang terbentuk kurang dari 5 mm b. Daya hambat sedang : zona hambat yang terbentuk 5-10 mm c. Daya hambat kuat : zona hambat yang terbentuk 10-19 mm d. Daya hambat sangat kuat: 20 mm atau lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 3. Kloramfenikol Kloramfenikol diperoleh dari hasil metabolisme Actinomycetes venezualae. Kloramfenikol memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun negatif karena mampu mengganggu proses sintesis protein bakteri. Kloramfenikol akan bereaksi dengan bagian ribosom 50S, tempat antibiotik ini menghalangi kinerja peptidil transferase. Enzim ini membentuk ikatan peptida antara asam amino baru yang masih melekat pada t-RNA-nya, dan asam amino terakhir peptida yang sedang berkembang (Radji, 2009). 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aktivitas Antibakteri Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil uji aktivitas antibakteri. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi aktivitas antibakteri yaitu: a. Populasi inokulum Semakin besar populasi bakteri maka semakin rendah pula kepekaan bakteri terhadap antibakteri. Bakteri resisten sering muncul pada populasi yang besar. b. Masa inkubasi Semakin lama masa inkubasi berlangsung; makin besar kemungkinan timbulnya mutan resisten; semakin besar juga kemungkinan bakteri yang kurang peka untuk mulai berkembang biak sementara kekuatan antibakteri berkurang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 c. Spesies bakteri Spesies bakteri menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap antibakteri. Spesies bakteri yang memiliki spora lebih resisten terhadap antibakteri. d. Media Media memengaruhi ukuran zona melalui efeknya terhadap kecepatan pertumbuhan bakteri, kecepatan difusi bahan antibakteri, dan aktivitas antibakteri (Brooks dkk., 1996). e. Suhu Suhu inkubasi optimal umumnya 35°C. Jika suhu di bawah 35°C maka zona hambat yang terbentuk lebih lebar dan waktu yang dibutuhkan lebih lama, sedangkan bila suhu terlalu tinggi seluruh biakan tampak sensitif. f. Potensi cakram antibakteri Diameter zona hambat yang terbentuk tergantung pada potensi cakram antibakteri yaitu jumlah bahan antibakteri yang terkandung dalam kertas cakram tersebut. Bila selama penyimpanan bahan antibakteri rusak, maka kemampuan antibakteri cakram tersebut juga berkurang (Vandepitte dkk., 2011). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 E. Penelitian Lain yang Relevan Beberapa penelitian mengenai antibakteri kulit buah pisang yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian Chabuck dkk. (2013) yang berjudul “Antimicrobial Effect of Aqueous Banana Peel Extract” menemukan bahwa ekstrak air dari kulit buah pisang berwarna kuning segar dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen gram positif dan gram negatif. Berdasarkan penelitian tersebut, konsentrasi ekstrak air kulit buah pisang 100% dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil penelitian tersebut dijadikan dasar untuk menentukan konsentrasi ekstrak pada penelitian ini maka dipilih konsentrasi di bawah 100% yaitu 20%, 40%, 60%, dan 80% dan 100% untuk mencari konsentrasi minimal ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 2. Penelitian Ighodaro (2012) yang berjudul “Evalution study on Nigerian species of Musa paradisiaca Peels” menemukan bahwa ekstrak air kulit buah pisang matang dapat menghambat pertumbuhan bakteri bakteri gram positif, gram negatif, dan jamur. 3. Penelitian Fitrianingsih dan Purwanti (2012) yang berjudul “Uji Hipoglikemik Ekstrak Air Kulit Buah Pisang Ambon Putih (Musa AAA Group) Terhadap Mencit Model Hiperglikemik Galur Swiss Webster” menunjukkan bahwa ekstrak air kulit pisang ambon yang matang mengandung tanin dan flavonoid. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 F. Kerangka Berpikir Staphyloccus aureus dapat menyebabkan berbagai infeksi seperti bisul, impetigo, pneumonia, dan penyakit infeksi berbahaya lainnya. S. aureus merupakan bakteri patogen yang resisten terhadap antibiotik. Masalah resistensi telah menjadi masalah global sehingga saat ini dibutuhkan bahan antibakteri baru yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Tumbuhtumbuhan merupakan sumber obat-obatan yang telah digunakan oleh masyarakat secara tradisional untuk mengobati berbagai penyakit. Salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan sumber obat-obatan adalah tanaman pisang. Seluruh bagian tanaman pisang dapat dimanfaatkan termasuk kulit buah pisang. Kulit buah pisang banyak mengandung glikosida, alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Varietas pisang yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang ambon lumut. Pisang ambon lumut mudah didapatkan di Indonesia termasuk di Yogyakarta. Pisang ambon lumut disukai oleh masyarakat karena rasanya lebih manis dibandingkan varietas pisang ambon yang lain. Kulit buah pisang ambon muda memiliki kandungan flavonoid dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Dalam penelitian ini ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut yang telah matang diujikan terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Apabila terbentuk zona hambat, konsentrasi hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal dapat ditentukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Infeksi Resistensi antibiotik Staphylococcus aureus Kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) Mengandung tanin dan flavonoid Senyawa Antibakteri Ekstraksi dengan pelarut air Uji aktivitas antibakteri Uji kadar hambat minimal Uji kadar bunuh minimal Gambar 2.3. Diagram Alir Kerangka Berpikir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. 2. Konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 40%. 3. Konsentrasi bunuh minimal (KBM) ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang dapat membunuh Staphylococcus aureus adalah di atas 40% . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan melakukan percobaan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. B. Batasan penelitian Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Antibakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang telah matang dengan ciri-ciri berwarna hijau kekuningan dengan bercak coklat kehitaman. Bagian yang digunakan adalah seluruh bagian kulit buah pisang kecuali ujung kulit yang hitam dan keras. 2. Metode ekstraksi yang digunakan adalah seduhan. Metode ekstraksi seduhan dimodifikasi dengan merendam kulit buah pisang dalam air panas kemudian ditumbuk hingga halus dan diambil ekstrak airnya, sedangkan air hasil rendaman kulit pisang tidak digunakan. 3. Pelarut ekstrak yang digunakan adalah akuades. 4. Parameter dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat di sekitar kertas cakram pada media kultur dengan satuan milimeter. 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 5. Media kultur yang digunakan adalah media Nutrient Agar. 6. Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri adalah metode difusi Kirby-Bauer atau difusi kertas cakram dengan menggunakan kertas cakram untuk membantu mengetahui zona hambat yang terbentuk pada media dengan satuan milimeter. 7. Metode yang digunakan dalam menentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah metode dilusi padat dengan parameter media kultur yang telah diinkubasi tidak ditumbuhi bakteri. C. Sampel dan Populasi Sampel bahan antibakteri yang digunakan adalah kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang didapatkan dari Pasar Stan Maguwoharjo sedangkan populasi dari penelitian ini adalah kulit buah pisang. D. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Juni 2016 di Laboratorium Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 E. Alat dan Bahan Penelitian Bahan yang digunakan adalah kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla), media Nutrient Agar (NA), kultur murni Staphylococcus aureus, akuades, kristal violet, iodine, safranin, tinta cina, minyak imersi, alkohol 96%, dan kloramfenikol. Alat yang digunakan adalah erlenmeyer (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), rak tabung reaksi, gelas ukur (Pyrex), gelas kimia (Pyrex), pipet tetes, cawan petri (Pyrex), ose, trigalski, autoklaf (GEA YX-2808), inkubator (Memmert UN 55), vortex, sendok, korek api, batang pengaduk, kamera mikro, spidol, bunsen, gelas benda, mikroskop, lemari es, magnetic stirrer (HMS-79), pinset, pipet volume, kertas payung, aluminium foil, karet, kertas label, kasa, kapas, hot plate, microbial safety cabinet, timbangan analitik (Pioneer), gelas arloji, cotton bud, dan jangka sorong. F. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) dengan variasi konsentrasi 20%, 40%, dan 60%, 80%, dan 100%. 2. Variabel terikat : daya hambat dan daya bunuh Staphylococcus aureus. 3. Variabel kontrol : suhu inkubasi, waktu inkubasi, tingkat pengenceran, media inkubasi, usia kultur bakteri, dan volume kultur bakteri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 G. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap penelitian, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap perlakuan. Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam penelitian: 1. Tahap persiapan Tahap persiapan terdiri dari inventarisasi alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian, sterilisasi alat dan media, dan rekultur bakteri uji. a. Inventarisasi alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan didata kemudian diambil dan ditempatkan pada lemari penyimpanan kemudian diberi label nama peneliti. b. Sterilisasi alat Beberapa alat seperti erlenmeyer, tabung reaksi, cawan petri, pinset, stemper, mortar, kertas saring, dan cotton bud yang digunakan dalam penelitian terlebih dahulu disterilkan agar tidak terjadi kontaminasi. Sterilisasi alat dilakukan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dilakukan pada tekanan 1 atm dan suhu 121°C selama 15 menit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 c. Pembuatan dan sterilisasi media Media yang digunakan yaitu media Nutrient Agar (NA). NA sebanyak 10 gram dilarutkan ke dalam 500 ml akuades, kemudian dipanaskan di atas hot plate. Pengadukan dilakukan dengan memasukkan magnetic stirrer ke dalam larutan. Larutan dipanaskan hingga berwarna kuning jernih kemudian dituang ke dalam erlenmeyer yang telah disterilkan. Selanjutnya, media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C tekanan 1 atm selama 10 menit. Media yang telah steril dituang ke dalam cawan petri dan tabung reaksi sesuai kebutuhan penelitian. Setelah memadat, media diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. 2. Tahap Pelaksanaan a. Penyiapan Bakteri Uji Kultur murni Staphylococcus aureus terlebih dahulu dikultur ulang untuk memperbanyak populasi bakteri tersebut. Selanjutnya, media NA miring disiapkan dalam tabung reaksi. Kemudian, bakteri uji digoreskan secara zig-zag pada media NA miring. Hasil perbanyakan kultur bakteri diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. b. Uji Kemurnian Bakteri Uji Bakteri Staphylococcus aureus yang digunakan dalam penelitian ini diuji kemurniannya melalui langkah-langkah berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 1.) Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri uji diambil sebanyak satu ose, kemudian diinokulasikan secara goresan pada media NA dalam cawan petri. Kemudian, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Setelah 24 jam, morfologi koloni bakteri diamati. Koloni bakteri yang diamati adalah koloni yang terpisah dengan koloni lainnya sehingga dapat diamati bentuk dan warna koloninya. 2.) Pengamatan Morfologi Sel Morfologi sel bakteri uji diamati dengan pengecatan negatif. Langkah kerjanya yaitu gelas benda dan gelas penutup dibersihkan dengan alkohol 96%. Selanjutnya, bakteri uji yang telah diinkubasi pada agar miring selama 24 jam diambil satu ose, kemudian diletakkan pada gelas benda. Tinta cina diteteskan pada bakteri kemudian diaduk menggunakan tusuk gigi. Setelah itu, dibuat apusan dengan cara gelas benda yang lain didekatkan pada suspensi bakteri lalu ditarik permukaannya dari ujung satu ke ujung lain hingga cat merata. Suspensi bakteri dikeringanginkan kemudian ditetesi minyak imersi. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x dan gambar morfologi bakteri diambil menggunakan kamera mikro. 3.) Pengecatan Gram Pengecatan gram dilakukan untuk mengetahui sifat gram bakteri uji. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu gelas benda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 dibersihkan dengan alkohol 96%. Setelah itu, bakteri uji usia 24 jam diambil menggunakan ose secara aseptis dan diratakan di atas kaca benda. Kemudian objek ditetesi akuades secukupnya kemudian dilewatkan di atas api bunsen hingga kering. Objek yang telah difiksasi kemudian ditetesi cat gram A (kristal violet) dan didiamkan selama 60 detik. Hasil pengecatan cat gram A dicuci dengan air mengalir selama 5 detik dan dikeringanginkan. Setelah kering, cat gram B (iodine) diteteskan dan didiamkan selama 60 detik, kemudian dicuci dengan air mengalir selama 5 detik dan dikeringanginkan. Selanjutnya objek ditetesi cat gram C (alkohol 96%) dan didiamkan selama 30 detik. Kemudian, dicuci dengan air mengalir selama 5 detik dan dikeringanginkan. Kemudian objek ditetesi cat gram D (safranin) dan didiamkan selama 60 detik. Setelah itu dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Hasil pengecatan gram ditetesi dengan minyak imersi kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x. Setelah itu dilakukan pengambilan gambar menggunakan kamera mikro. Jika sel berwarna ungu, berarti bakteri tersebut bersifat gram positif dan jika berwarna merah berarti bersifat gram negatif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 c. Pengambilan Sampel Kulit Buah Pisang Ambon Lumut Pisang ambon lumut diperoleh dari Pasar Stan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Pisang ambon lumut yang digunakan adalah pisang yang telah matang dengan ciri-ciri kulit yang berwarna hijau kekuningan dengan bercak coklat kehitaman (Cahyono, 2009). Bagian yang digunakan adalah seluruh kulit buah kecuali bagian ujung kulit yang berwarna hitam dan keras dibuang. d. Pembuatan Ekstrak Air Kulit Buah Pisang Ambon Lumut Pembuatan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut menurut Chabuck dkk. (2013) dimodifikasi dengan mengganti blender dengan mortar dan stemper untuk menghaluskan kulit buah pisang. Pembuatan ekstrak diawali dengan menimbang 700 gram buah pisang ambon lumut kemudian dibersihkan dengan air mengalir. Kemudian permukaan kulit buah pisang disterilkan menggunakan alkohol 96% dan dibilas dengan akuades steril. Setelah itu kulit buah pisang dipisahkan dari buahnya. Bagian ujung kulit buah pisang yang berwarna hitam dan keras dibuang. Kulit buah pisang tersebut dimasukkan ke dalam 1 liter akuades steril yang telah didihkan dan dibiarkan hingga dingin. Kemudian, kulit buah pisang ditumbuk menggunakan mortar dan stemper yang telah disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C tekanan 1 atm selama 15 menit. Ekstrak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 tersebut disaring menggunakan kertas saring steril. Hasil ekstraksi yang didapatkan adalah ekstrak 100%. e. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Air Kulit Buah Pisang Ambon Lumut Setelah mendapatkan ekstrak kulit buah pisang ambon dengan konsentrasi 100%, ekstrak tersebut diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi sebesar 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% dengan menambahkan akuades steril. Variasi konsentrasi ekstrak pada tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Variasi konsentrasi ekstrak Nilai konsentrasi (%) Ekstrak kulit buah Pelarut akuades pisang ambon (ml) (ml) 20 2 8 40 4 6 60 6 4 80 8 2 100 10 - 3. Tahap Perlakuan a. Uji Aktivitas Antibakteri Tahap pertama yang dilakukan dalam uji aktivitas antibakteri ini adalah pengenceran bertingkat 10-5 untuk mengendalikan populasi bakteri. Satu ose biakan murni dimasukkan ke dalam 10 ml akuades steril pada tabung reaksi. Tabung kedua berisi 9 ml akuades steril dan 1 ml suspensi yang diambil dari tabung pertama. Begitu seterusnya hingga pengenceran 10-5 dengan populasi bakteri yang tidak terlalu padat. Suspensi bakteri pada pengenceran 10-5 diinokulasikan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 media NA padat dengan metode spread plate. Sebanyak 0,1 ml suspensi bakteri diteteskan ke dalam cawan petri berisi media NA dan diratakan menggunakan trigalski. Uji aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi kertas cakram. Kertas saring dengan diameter 0,5 cm diambil secara aseptis menggunakan pinset yang telah disterilisasi. Kertas saring tersebut dicelupkan selama 1 jam dalam salah satu variasi konsentrasi ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut kemudian diletakkan pada media yang berisi bakteri uji. Masing-masing perlakuan variasi konsentrasi ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut yaitu 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% dibuat pengulangan sebanyak 3 kali serta akuades steril sebagai kontrol negatif dan kloramfenikol sebagai kontrol positif. Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Efektivitas ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut dilihat dari zona hambat yang didapatkan. Zona hambat terlihat lebih bening daripada daerah sekitarnya dan tidak ditumbuhi bakteri. Zona hambat diukur menggunakan jangka sorong. Zona hambat diukur dengan cara meletakkan jangka sorong pada batas luar kertas saring sampai dengan batas terpanjang dan batas terpendek daerah hambat yang terbentuk sehingga diperoleh jari-jari zona hambat terpanjang dan jari-jari zona hambat terpendek. Parameter untuk menilai efektivitas ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap Staphylococcus aureus adalah menggunakan rumus berikut (Rumahlewang dalam Kristanti, 2014): PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 𝑅= 𝑝+𝑞 2 Keterangan: R : diameter zona penghambatan (mm) p : diameter zona penghambatan terpanjang (mm), dan q : diameter zona penghambat terpendek (mm) b. Uji Kadar Hambat Minimal (KHM) Konsentrasi minimal yang menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada uji antibakteri digunakan untuk menentukan kadar hambat minimal (KHM). Metode yang digunakan untuk menentukan KHM adalah dilusi padat. Langkah kerjanya yaitu media NA dengan suhu 45°C dituangkan ke dalam cawan petri yang sudah berisi bakteri uji dan sampel ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut. Jumlah media kultur yang digunakan sebanyak 10 ml. Bakteri uji pada pengenceran 10-5 digunakan sebanyak 0,5 ml. Sampel ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut sebanyak 0,5 ml. Hasil pour plate diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Media yang terlihat jernih atau tidak ditumbuhi bakteri ditetapkan sebagai KHM. c. Uji Kadar Bunuh Minimal (KBM) Hasil yang ditetapkan sebagai KHM selanjutnya dikultur ulang dengan cara menggoreskan hasil KHM pada media padat NA tanpa penambahan bakteri uji maupun ekstrak menggunakan cotton bud steril. Kemudian, media kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 37°C. Media kultur NA yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai Kadar Bunuh Minimal (KBM). H. Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah uji statistik one way anova menggunakan aplikasi SPSS versi 21. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kemurnian Bakteri Uji kemurnian bakteri S. aureus dilakukan dengan pengamatan morfologi koloni, morfologi sel, dan pengecatan gram. Hasil pengamatan morfologi koloni adalah bakteri memiliki koloni bundar, berwarna putih kekuningan, dan menonjol. Hasil pengamatan morfologi sel adalah sel S. aureus berbentuk bulat dan koloninya menyerupai buah anggur. Hasil pengecatan gram adalah bakteri termasuk dalam gram positif. Hasil pengamatan morfologi koloni, morfologi sel, dan pengecatan gram dapat diamati pada lampiran 4. B. Uji Aktivitas Antibakteri Hasil uji aktivitas antibakteri kulit buah pisang ambon lumut terhadap Staphylococcus aureus setelah inkubasi 24 jam disajikan pada Gambar 4.1. di bawah ini: 39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 40 Zona hambat (mm) 35 30 25 20 15 10 5 0 20 40 60 80 Konsentrasi (%) 100 K+ K- Gambar 4.1. Hasil pengukuran rerata zona hambat ekstrak air kulit pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Keterangan: K+ : kontrol positif; K- : kontrol negatif Berdasarkan Gambar 4.1. dapat diketahui rerata zona hambat yang dibentuk oleh setiap perlakuan konsentrasi ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut 20% sebesar 1,30 mm, konsentrasi 40% sebesar 3,51 mm, konsentrasi 60% sebesar 3,85 mm, konsentrasi 80% sebesar 4,97 mm, dan konsentrasi 100% sebesar 5,39 mm. Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus. Aktivitas antibakteri tersebut ditunjukkan dengan adanya zona hambat di sekitar kertas saring yang telah direndam dengan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut, maka semakin tinggi pula rerata zona hambat yang terbentuk. Hasil pengukuran diameter PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 zona hambat ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut dan kriteria zona hambatnya dapat diamati pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus 1. 20 2. 40 3. 60 4. 80 5. 100 Kontrol positif (kloramfenikol) Rerata diameter zona hambat (mm) a 1,30 b 3,51 a b 3,85 b 4,97 5,39 b c 35,22 Kontrol negatif (akuades steril) 0 No. Konsentrasi ekstrak (%) Kriteria Hambat Lemah Lemah Lemah Lemah Sedang Sangat kuat Tidak ada Keterangan: Angka-angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang tidak sama menunjukkan beda nyata pada DNMRT 5% Berdasarkan kategori zona hambat menurut Davis dan Stout (1971), maka diketahui ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% memiliki daya hambat lemah sedangkan ekstrak air kulit pisang ambon lumut konsentrasi 100% memiliki daya hambat sedang terhadap bakteri uji. Kontrol positif termasuk kategori daya hambat sangat kuat sedangkan kontrol negatif tidak menunjukkan daya hambat terhadap bakteri uji. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan (lampiran 2). Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus. Setelah mendapatkan hasil yang signifikan, kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan. Berdasarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 hasil uji Duncan (lampiran 3), perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut konsentrasi 20% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 40%. Antara perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut konsentrasi 40%, 60%, 80%, dan 100% juga tidak berbeda nyata. Dari hasil uji Duncan tersebut, diketahui bahwa besarnya zona hambat tidak selalu dipengaruhi oleh kenaikan konsentrasi ekstrak. Menurut Elifah (2010) dan Dewi dalam Tambun (2015), diameter zona hambat tergantung pada kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar. Kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh perbandingan jumlah pelarut dan zat terlarut. Dalam keadaan tertentu, antibakteri dapat bekerja secara optimal pada konsentrasi yang rendah. Pada konsentrasi yang rendah, jumlah pelarut lebih banyak dibandingkan dengan zat terlarut. Akuades sebagai pelarut dapat mempercepat proses difusi pada media agar. Apabila konsentrasi tinggi, maka kerapatan molekul antar senyawa antibakteri tinggi sehingga lebih lama berdifusi pada media agar dibandingkan dengan konsentrasi yang rendah. Oleh sebab itu, antar perlakuan konsentrasi ekstrak 40%, 60%, 80%, dan 100% tidak berbeda nyata. Kloramfenikol sebagai kontrol positif berbeda secara nyata dengan perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut dan memiliki nilai zona hambat paling besar. Kloramfenikol memiliki diameter zona hambat sebesar 35,22 mm sehingga dikategorikan memiliki daya hambat yang sangat kuat. Kloramfenikol memiliki sifat bakteriostatik karena mengganggu proses sintesis protein bakteri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 Kontrol negatif tidak dimasukkan dalam perhitungan statistika karena tidak memiliki nilai diameter zona hambat. Dari hasil penelitian, akuades sebagai kontrol negatif membentuk zona bening di sekitar kertas saring seolah-olah terbentuk zona hambat (lampiran 5 gambar 7.10). Namun hal ini tidak bisa dikatakan zona hambat karena akuades tidak memiliki sifat antibakteri terhadap S. aureus. Zona bening yang terlihat disebabkan oleh teknik sebaran yang tidak rata sehingga koloni bakteri tidak tersebar rata pada media. Teknik sebaran yang tidak merata juga dapat ditemukan pada perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% (lampiran 5). Pada gambar tersebut dapat diamati pertumbuhan bakteri yang tidak merata di permukaan media. Ada daerah dengan koloni bakteri yang padat dan ada daerah dengan koloni bakteri yang jarang. Pengukuran zona hambat didasarkan pada koloni di sekitar kertas saring yang tidak terlalu jauh dengan kertas saring untuk menghindari adanya kerancuan antara teknik sebaran yang tidak merata dan zona hambat. Hal ini merupakan keterbatasan dari penelitian sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal. Hasil penelitian yang didapatkan berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Chabuck dkk. (2013). Dalam penelitian yang dilakukan Chabuck dkk. (2013), ekstrak air kulit pisang memiliki daya hambat sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus. Hal ini ditunjukkan dengan diameter zona hambat yang terbentuk sebesar 30 mm. Hasil penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 ini dapat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chabuck dkk. (2013) karena jenis pisang yang digunakan berbeda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chabuck, dkk. (2013), jenis pisang yang digunakan adalah jenis pisang yang memiliki kulit berwarna kuning bila matang sedangkan penelitian ini menggunakan jenis pisang ambon lumut bilamana matang berwarna hijau kekuningan. Perbedaan jenis pisang ini dapat memengaruhi hasil uji aktivitas antibakteri. Kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin dapat berbeda pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Babu dkk. (2012), empat varietas Musa acuminata yang diuji secara fitokomia mempunyai kandungan flavonoid dan polifenol yang berbeda-beda. Perbedaan tempat pengambilan sampel kulit buah pisang juga dapat memengaruhi kandungan metabolit sekunder. Sampel kulit buah pisang yang digunakan oleh Chabuck dkk. (2013) didapatkan di Irak sedangkan dalam penelitian ini sampel kulit buah pisang didapatkan di Yogyakarta, Indonesia. Faktor lingkungan turut memengaruhi jumlah senyawa metabolit sekunder yang dimiliki oleh tanaman pisang. Lingkungan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman dan nutrisi yang tercukupi menyebabkan metabolit sekunder juga akan terbentuk optimal. Faktor lingkungan antara lain suhu, cahaya, iklim, dan tanah. Meskipun sampel tanaman yang digunakan sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat memberikan hasil aktivitas yang berbeda. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Selain perbedaan varietas pisang yang digunakan, strain bakteri yang berbeda akan memberikan reaksi yang berbeda bila diberikan antibakteri yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Poeloengan dkk (2007) membuktikan bahwa bakteri S. aureus hasil isolasi dari sampel susu sapi penderita mastitis dan isolasi bakteri ATCC 25922 menunjukkan zona hambat yang berbeda meskipun keduanya berasal dari spesies yang sama. Bakteri S. aureus juga memiliki daya tahan yang paling kuat di antara bakteri yang tidak memiliki spora. Hampir semua galur S. aureus yang diisolasi dari rumah sakit resisten terhadap semua jenis antibiotik khususnya galur MRSA (methicilin resistant Staphylococcus aureus). MRSA merupakan penyebab utama infeksi nosokomial yang bersifat multiresisten terhadap antibiotik (Radji, 2009). Menurut Fitrianingsih dan Purwanti (2012) flavonoid dan tanin dapat ditemukan pada kulit buah pisang ambon yang matang. Flavonoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak membran plasma. Flavonoid berikatan dengan protein pada membran plasma sehingga tegangan permukaan membran sel menurun dan permeabilitas membran sel meningkat. Akibatnya, terjadi kebocoran molekul atau ion sehingga menyebabkan kerusakan atau kematian sel. Tanin memiliki kemampuan “astringent action” yang mampu mempresipitasikan protein sehingga memengaruhi peptidoglikan bakteri. Tanin merupakan senyawa polar. Bakteri gram positif seperti S. aureus memiliki dinding sel yang bersifat polar sehingga tanin yang juga bersifat polar dapat menembus dinding sel bakteri. Dinding sel berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan melindungi isi sel. Apabila dinding sel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 rusak maka hal tersebut akan mengganggu kegiatan dalam sel sehingga sel tersebut juga akan rusak dan akhirnya mati. Jadi, tanin berfungsi untuk merusak dinding sel bakteri S. aureus. Tanin juga mengganggu fungsi sitoplasma dan membran plasma, menghambat kinerja enzim, serta menghilangkan substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri (Min dkk, 2008). Pada penelitian yang dilakukan, ekstraksi menggunakan pelarut akuades dengan suhu yang tinggi memengaruhi struktur dinding sel dan membran sel. Dinding sel tersusun atas pektin yang berfungsi untuk melekatkan dinding sel yang satu dengan yang lain. Pektin larut dalam air panas sehingga ikatan antar dinding sel putus dan menyebabkan dinding sel menjadi rusak. Suhu yang tinggi juga memengaruhi permeabilitas membran sel. Membran sel dapat rusak bila berada dalam suhu yang tinggi sehingga sifat permeabilitasnya menurun. Bila dinding sel dan membran sel rusak, maka air dapat melarutkan bahan-bahan yang terdapat dalam sel tumbuhan. Metode ekstraksi dengan seduhan air panas dipilih karena air panas dapat menginaktifkan enzim polifenoloksidase yang dapat menyebabkan rusaknya komponen polifenol dalam kulit pisang (Humairani dalam Fitrianingsih dan Purwanti, 2012). Faktor lain yang dapat memengaruhi jumlah senyawa antibakteri yang terekstraksi adalah sifat kepolaran pelarut. Air merupakan pelarut universal yang bersifat polar sehingga hanya dapat melarutkan senyawa yang polar. Akibatnya, senyawa non polar tidak dapat larut dalam air. Saponin merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 senyawa non polar sehingga tidak dapat larut dalam air. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah akuades karena pembuatan obat-obatan tradisional umumnya menggunakan air. Air mudah didapatkan dan pembuatan obat-obatan dengan air juga mudah diaplikasikan oleh masyarakat. Hasil yang didapatkan dari uji aktivitas antibakteri ini tidak dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimum. Meskipun ada zona hambat di sekitar kertas cakram, ada pula koloni bakteri yang bisa menyentuh kertas cakram sehingga jari-jari terpendek zona hambat adalah nol di semua perlakuan konsentrasi. Adanya koloni yang dapat menyentuh kertas saring disebabkan oleh adanya mutan S. aureus yang resisten terhadap ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut. Menurut Pratiwi (2008) munculnya mutan bakteri dapat disebabkan kontak bakteri dengan antibakteri dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga bakteri dapat menyesuaikan dirinya dengan antibakteri misalnya dengan perubahan pola enzim untuk melawan efek antibakteri. Resistensi terhadap antibakteri juga dapat dimiliki bakteri dengan cara mengubah dinding selnya menjadi lebih impermebel dan mengubah sisi perlekatan pada dinding sel. Sebagian bakteri hidup dengan melekat pada suatu substrat menggunakan adhesin. Dengan mengubah komposisi lipid dan protein pada outer membrane dinding sel menjadi lebih hidrofobik dan resisten terhadap antibakteri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Media kultur yang digunakan tidak spesifik. Media yang digunakan adalah media kultur bakteri yang umum yaitu media NA sehingga semua jenis bakteri dapat tumbuh pada media tersebut. Media yang lebih spesifik juga membuat bakteri tumbuh subur dan kontaminan dari bakteri lain akan berkurang. Selama melakukan penelitian sering terjadi kontaminasi sehingga menghambat penelitian. Media spesifik untuk S. aureus yakni media Mannitol Salt Agar tidak digunakan karena sulit didapatkan. 2. Kertas cakram yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri adalah kertas saring bukan paper disk. Harga paper disk relatif mahal dan membutuhkan waktu pemesanan yang lama. Kertas saring yang tidak memiliki kualitas dan ketebalan yang sama dengan paper disk memengaruhi jumlah senyawa antibakteri yang meresap ke dalam kertas saring. Senyawa antibakteri yang meresap ke dalam kertas saring lebih sedikit sehingga zona hambat yang dibentuk kecil. 3. Ruangan penelitian belum dilengkapi dengan sinar UV sehingga sering terjadi kontaminasi. Selain itu, belum tersedia lemari khusus untuk penyimpanan alat-alat yang telah disterilisasi sehingga meningkatkan resiko kontaminasi. 4. Tingkat kematangan pisang ambon lumut yang digunakan. Pisang ambon lumut yang tersedia di pasar Stan, Maguwoharjo umumnya diambil dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 pohon sebelum pisang matang sehingga kandungan metabolit sekunder yang terbentuk pada kulit buah pisang tidak maksimal. 5. Penelitian ini hanya sebatas meneliti tentang aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut. Pengujian secara fitokimia tidak dilakukan sehingga perkiraan senyawa yang terdapat dalam ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Penelitian dalam bidang mikrobiologi yang telah dilakukan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah khususnya SMA kelas X. Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada materi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri. Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dalam bentuk praktikum untuk mengetahui pengaruh antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri. Kegiatan ini dapat diterapkan dalam materi pokok Archaebacteria dan Eubacteria yaitu pada Kompetensi Dasar: 3.4. Menerapkan pemahaman tentang bakteri berkaitan dengan ciri, replikasi, faktor yang mempengaruhi dan peran bakteri dalam aspek kesehatan masyarakat. 4.4. Menyajikan data tentang ciri-ciri, replikasi, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan peran Archaebacteria dan Eubacteria dalam kehidupan berdasarkan hasil pengamatan dalam bentuk laporan tertulis. Alokasi waktu untuk pelaksanaan praktikum pengecatan Gram adalah 3 jam pertemuan dalam satu minggu. Contoh perangkat pembelajaran dapat dilihat pada lampiran, yang meliputi: 1. Silabus ( Lampiran 6) 2. RPP (Lampiran 7) 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 3. LKS (Lampiran 8) 4. Format Laporan Percobaan (Lampiran 9) 5. Lembar Penilaian Laporan Praktikum (Lampiran 10) 6. Instrumen Penilaian Afektif (Lampiran 11) 7. Lembar Penilaian Psikomotorik (Lampiran 12) 8. Kisi-kisi Soal Post-test (Lampiran 13) 9. Soal Post-test dan Pedoman Penskoran (Lampiran 14) 10. Lembar Penilaian Kognitif (Lampiran 15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus namun belum mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara efektif . 2. Kadar hambat minimal (KHM) belum dapat ditentukan. 3. Kadar bunuh minimal (KBM) belum dapat ditentukan. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan uji aktivitas antibakteri kulit pisang ambon lumut dengan pelarut lain yang dapat mengekstraksi senyawa metabolit sekunder secara efektif. 2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kulit pisang ambon lumut (Musa acuminata Colla) yang matang. 3. Pelaksanaan penelitian uji aktivitas antibakteri sebaiknya dilakukan di ruangan steril. 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 4. Dalam melakukan uji aktivitas antibakteri sebaiknya menggunakan media yang spesifik. 5. Dalam melakukan uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi kertas cakram sebaiknya kertas cakram yang digunakan adalah paper disk. 6. Buah pisang yang digunakan sebaiknya buah pisang yang telah matang dari pohonnya agar kandungan metabolit sekunder yang terbentuk maksimal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Agoes, G., 2009. Teknologi Bahan Alam (serial Industri-2) edisi revisi, ITB, Bandung. Anonim1, 2014, Staphylococcus aureus, http://www.dettol.co.id/illness- prevention/illnesses/staph-infection-and-skin-hygiene/, diakses pada 25 Januari 2016. Anonim2, 2013, Tanaman Pisang Ambon, https://petaniternak.wordpress.com /2013/12/01/tanaman-pisang-ambon/, diakses pada 3 September 2016. Anonim3, 2014, Staphylococci, http://infectionnet.org/notes/staphylococci/, diakses pada 26 Januari 2016. Babu, M.A., Suriyakala, M.A., Gothandam, K.M., 2012, Varietal Impact on Phytochemical Contents and Antioxidant Properties of Musa acuminata (Banana), Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol.4(10), pp. 1950-1955. Brooks, G.F., Butel J.S., Morse, S.A. 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Diterjemahkan oleh Hartanto, dkk., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Burton, G.R.W. dan Engelkirk, P.G., 2004, Microbiology for the Health Sciences, Lippincott Williams and Wilkins, USA. Cahyono, B., 2009, Pisang: Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen, Kanisius, Yogyakarta. Chabuck, Z., Hindi, N., Al-Charrakh, A.H., 2013, Antimicrobial Effect of Aqueous Banana Extract, Research Gate: Pharmaceutical Sciences, pp. 73-75. 54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 Compean K.L. dan Ynalvez R.A., 2014, Antimicrobial Activity of Plant Secondary Metabolites: A Review, Research of Medical Plant, pp. 1-10. Cushnie, T.P. dan Lamb A.J., 2005, Antimicrobial Activity of Flavonoids, International Journal of Antimicrobial Agents 26 (2005), pp. 343-356. Davis, W.W. dan Stout, T.T., 1971, Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay, Microbiology 22, pp. 659-665. Dewi, A.K., Isolasi. Identifikasi, dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus Terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta, Jurnal Sain Veteriner 31(2), pp. 138-150. Ehiowemwenguan, G., Emoghene, A.O., Inetianbor, J.E., 2014, Antibacterial and Phytochemical Analysis of Banana Fruit Peel, IQSR Journal of Pharmacy Volume 4, pp. 18-25. Fitrianingnsih, S.P., Purwanti L., 2012, Uji Efek Hipoglikemik Ekstrak Air Kulit Buah Pisang Ambon Putih (Musa AAA Group) Terhadap Mencit Model Hiperglikemik Galur Swiss Webster, Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sains, Teknologi, dan Kesehatan Vol. 3 No.1, pp 7380. Garthh, 2011, Staphylococcus aureus, http://www.microbeworld.org /index.php?option=com_jlibrary&view=article&id=7611, diakses pada 25 Agustus 2016. GBIF, Musa cavendishii, http://www.gbif.org/species/search?q=musa +cavendishii+&dataset_key=d7dddbf4-2cf0-4f39-9b2a-bb099caae36c, diakses pada 3 September 2016. GBIF, Staphylococcus aureus, http://www.gbif.org/species/search? q=staphylococcus+aureus&dataset_key=d7dddbf4-2cf0-4f39-9b2abb099caae36c, diakses pada 3 September 2016. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Ighadaro, O.M., 2012, Evaluation Study on Nigerian Species of Musa paradisiaca Peels, Researcher 2012; 4(8), pp. 17-20. Irianto, K., 2013, Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme, Yrama Widya, Bandung. Kristanti, M.I.K.U., 2014, U ji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.) Terhadap Pertumbuhan Eschericia coli dan Bacillus cereus Secara In-Vitro Serta Kaitannya Dengan Pembelajaran Biologi SMA Kelas X, Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Kumar, K.P.S., Bhowmik, D., Duraivel, S., Umadevi M., 2012. Traditional and Medical Uses of Banana, Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry Volume 1 Issue 3, pp. 51-63. Lino, P.B., Correa, C.F., Archondo, M.E.D.L., Dellova., D.C.A.L., 2011, Evaluation of Post-Surgical Healing In Rats Using A Topical Preparation Based On Extract Of Musa sapientum Epicarp, Revista Brasileira de Farmacognosia Volume 21, pp. 491-496. Madigan, M., Martinko, J., Bender, K., Buckley, D., Stahl, D., 2015, Brock Microbiology of Microorganisms, Pearson, USA. Min, B.R., Pinchak, W.E., Merkel, R., Walker, S., Tomita, G., Anderson, R.C., 2008, Comparative Antimicrobial Activity Of Tannin Extract From Perennial Plants On Mastitis Pathogens, Scientific Research and Essay Vol.3 (2), pp 66-73. Misnadiarly dan Djajaningrat, H., 2014, Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium, Rineka Cipta, Jakarta. Nur, J., Dwyana, Z., Abdullah, A., 2012, Bioaktivitas Getah Pelepah Pisang Ambon Musa paradisiaca var. sapientum Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeuroginosa dan Eschericia coli. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Poeloengan, M., Adriani, Susan, Komala, I., Hasnita, M., 2007, Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Bungur (Largerstoremia speciosa Pers) Terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli Secara In Vitro, Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, pp 776-782. Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta. Radji, M., 2009, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Salma, 2012, Resistensi Antibiotik, http://majalahkesehatan.com/resistensi- antibiotik/, diakses pada 25 Januari 2016. Sears, B.W., Spear, L., Saenz, R., 2011, Intisari Mikrobiologi dan Imunologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sopyan, D.I., 2012, Benar-Benar Unik Tapi Nyata, Pusindo, Jakarta. Suyanti dan Supriyadi, A., 2008, Pisang; Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar, Penebar Swadaya, Jakarta. Talaro, K.P., 2005, Foundation in Microbiology Basic Principles, Fifth Edition, Mc Graw Hill Higher Education, USA. Tambun, S.H., 2015, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Petai (Parkia speciose Hassk.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Eschericia coli ATCC 25922, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Vandepitte, V.J.J., Engbaek, K., Rohner, P., Piot, P., Heuck, C.C., 2011. Prosedur Laboratorium Dasar Untuk Bakteriologi Klinis Edisi 2, EGC, Jakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 Lampiran 1. HASIL PENGUKURAN ZONA HAMBAT AKTIVITAS ANTIBAKTERI Tabel 7.1 Diameter zona hambat ekstrak air kulit buah pisang ambon terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Konsentrasi ekstrak 20% 40% 60% 80% 100% Kontrol positif (kloramfenikol) Kontrol negatif (akuades) Ulangan 1 1,06 4,44 3,28 4,86 5,39 Ulangan 2 2,86 3,43 3 4,65 5,47 Ulangan 3 0 2,74 5,12 5,42 5,32 Rerata zona hambat (mm) 1,30 3,51 3,85 4,97 5,39 32,29 36,81 36,58 35,22 0 0 0 0 Diameter zona hambat (mm) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 Lampiran 2. HASIL ANALISIS SPSS ONE WAY ANOVA AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR KULIT BUAH PISANG AMBON LUMUT (Musa acuminata Colla) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus Tabel 7.2. Hasil uji normalitas Shapiro Wilk terhadap diameter zona hambat yang dibentuk setiap perlakuan Perlakuan Kontrol positif Konsentrasi 20% Konsentrasi 40% Konsentrasi 60% Konsentrasi 80% Konsentrasi 100% Distribusi Uji Normal Diameter hambat dalam mm Statistik .796 .978 .991 .841 .936 .999 Shapiro-Wilk df 3 3 3 3 3 3 Sig. .106 .717 .823 .215 .510 .927 Tabel. 7.3. Hasil uji homegenitas aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Diameter hambat dalam mm Levene Statistic 4.359 df1 df2 Sig. 6 14 .011 Tabel 7.4. Hasil uji one way anova aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus Diameter hambat dalam mm Between Groups Within Groups Total Sum of Squares 2495.452 21.957 2517.409 Df 5 12 17 Mean Square 499.090 1.830 F Sig. 272.763 .000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Lampiran 3. Tabel 7.5 Hasil uji Duncan aktivitas antibakteri ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Perlakuan Konsentrasi 20% Konsentrasi 40% Konsentrasi 60% Konsentrasi 80% Konsentrasi 100% Kontrol positif Sig. N 3 3 3 3 3 3 Subset for alpha = 0.05 1 1.3067 3.5233 .068 2 3 3.5233 3.8533 4.9767 5.3933 .142 35.2100 1.000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Lampiran 4. DOKUMENTASI HASIL UJI KEMURNIAN KULTUR Staphylococcus aureus Gambar 7.1. Hasil pengecatan negatif kultur murni Staphylococcus aureus (Perbesaran 1000x) Keterangan: Sel berbentuk bulat dan berkumpul seperti anggur Gambar 7.2. Hasil pengecatan gram kultur murni Staphylococcus aureus (perbesaran 1000x) Keterangan: Bakteri Staphylococcus aureus termasuk bakteri gram positif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Koloni Staphylococcus aureus Gambar 7.3. Hasil uji morfologi kultur murni Staphylococcus aureus Keterangan: Koloni berbentuk bundar, berwarna putih kekuningan, dan menonjol PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Lampiran 5. DOKUMENTASI HASIL UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKTRAK AIR KULIT BUAH PISANG AMBON LUMUT (Musa acuminata Colla) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus Gambar 7.4. Perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut konsentrasi 20% Gambar 7.5. Perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut konsentrasi 40% Gambar 7.6. Perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut konsentrasi 60% Gambar 7.7. Perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut konsentrasi 80% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Gambar 7.8. Perlakuan ekstrak air kulit buah pisang ambon lumut konsentrasi 100% Gambar 7.9. Kontrol positif (Kloramfenikol) Zona bening yang terlihat seperti zona hambat Gambar 7.10. Kontrol negatif (akuades) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 6. SILABUS SEKOLAH MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER KI 1 KI 2 : : KI 3 : KI 4 : : SEKOLAH MENENGAH ATAS : BIOLOGI : X (SEPULUH)/I 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. 66 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMPETENSI DASAR 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem dan lingkungan hidup. 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, Archaebacteria dan Eubacteria, Ciri, Karakter, dan Peranannya MATERI KEGIATAN ALOKASI PENILAIAN POKOK PEMBELAJARAN WAKTU Pengaruh 1 minggu x 3 JP Mengamati Observasi antibakteri Mengamati gambar koloni Sikap ilmiah terhadap bakteri yang padat pada saat pertumbuhan media agar mengamati, bakteri melaporkan Menanya secara lisan Siswa dimotivasi untuk dan saat membuat pertanyaan diskusi dengan tentang faktor yang lembar memengaruhi pengamatan pertumbuhan bakteri Portofolio Mengumpulkan Data Portofolio hasil (Eksperimen/Eksplorasi) pengamatan uji Melakukan uji aktivitas aktivitas antibakteri untuk antibakteri mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi Tes pertumbuhan bakteri Tertulis untuk menilai Mengasosiasikan pemahaman Mendiskusikan hasil dan kedalaman pengamatan uji aktivitas konsep antibakteri SUMBER BELAJAR Sumber Buku Biologi SMA Kelas X Alat : Laptop, LCD, api bunsen, trigalski, cawan petri, pipet volume, pinset steril, vortex, erlenmeyer 50 ml steril, pipet pump, gelas beker 50 ml, jangka sorong, spidol, inkubator Bahan : LKS, materi ajar (power point), kultur bakteri Staphylococcus aureus, akuades steril, alkohol 96%, kloramfenikol, (media NA, paper disk, kasa, kapas, 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMPETENSI DASAR gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium Archaebacteria dan Eubacteria, Ciri, Karakter, dan Peranannya MATERI KEGIATAN ALOKASI PENILAIAN POKOK PEMBELAJARAN WAKTU Mengkomunikasikan Melaporkan hasil pengamatan secara tertulis menggunakan format laporan sesuai kaidah SUMBER BELAJAR kertas payung 3.4 Menerapkan pemahaman tentang bakteri berkaitan dengan ciri, replikasi, faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan 68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMPETENSI DASAR peran bakteri dalam aspek kesehatan masyarakat Archaebacteria dan Eubacteria, Ciri, Karakter, dan Peranannya MATERI KEGIATAN ALOKASI PENILAIAN POKOK PEMBELAJARAN WAKTU SUMBER BELAJAR 4.4 Menyajikan data tentang ciriciri, replikasi, faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan peran Archaebacteria dan Eubacteria dalam kehidupan berdasarkan hasil pengamatan dalam bentuk laporan tertulis 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Lampiran 7. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Mata pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : X MIA/ 1 Materi : Archaebacteria dan Eubacteria Alokasi Waktu : 3 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasar rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah kongkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Kompetensi Dasar Indikator KD 1.2. Menyadari dan mengagumi 1.2.1. pola pikir ilmiah dalam mengamati ilmiah kemampuan bioproses Mengembangkan dengan pola pikir mengamati hasil percobaan KD 2.1. Berperilaku ilmiah : teliti, jujur 2.1.1. Menunjukkan sikap saling terhadap data dan fakta, disiplin, menghargai pendapat antar teman tanggung jawab dan peduli dalam 2.1.2. Menunjukkan sikap aktif saat observasi dan eksperimen, berani dan melakukan diskusi kelompok santun dalam mengajukan pertanyaan 2.1.3 Menunjukkan sikap teliti saat dan berargumentasi, peduli lingkungan, melakukan percobaan gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/ laboratorium maupun di luar kelas/ laboratorium KD 3.4. Menerapkan pemahaman 3.4.1. Menjelaskan pengaruh antibakteri tentang bakteri berkaitan dengan ciri, terhadap pertumbuhan bakteri. replikasi, faktor yang mempengaruhi 3.4.2. dan peran bakteri dalam aspek penghambatan kesehatan masyarakat replikasi, faktor Archaebacteria dan Eubacteria dalam pengamatan tertulis berdasarkan dalam pertumbuhan bentuk Membuat laporan yang berdasarkan hasil percobaan mempengaruhi pertumbuhan dan peran kehidupan mekanisme bakteri oleh antibakteri KD 4.4. Menyajikan data tentang ciri- 4.4.1. ciri, Menjelaskan hasil laporan tertulis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 C. TUJUAN PEMBELAJARAN 1.2.1.1. Melalui percobaan siswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati hasil percobaan. 2.1.1.1 Selama melakukan percobaan siswa mampu menunjukkan perilaku menghargai pendapat antar teman. 2.1.2.1. Selama melakukan diskusi kelompok siswa mampu menujukkan sikap aktif. 2.1.3.1 Selama melakukan percobaan siswa mampu menunjukkan sikap teliti. 3.4.1.1. Melalui data hasil percobaan siswa mampu menjelaskan pengaruh antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri. 3.4.2.1. Setelah mengkaji pustaka siswa mampu menjelaskan mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri oleh antibakteri. 4.4.1.1 Melalui data hasil percobaan siswa mampu membuat laporan tertulis. D. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN: Pendekatan : Saintifik Model : Pembelajaran Discovery Metode : Diskusi, eksperimen dan pengamatan E. ALAT, SUMBER, DAN BAHAN BELAJAR : Alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran: a. Laptop b. Viewer Alat yang dibutuhkan dalam percobaan: a. Api bunsen g. Erlenmeyer 50 ml steril b. Trigalski h. Pipet pump c. Cawan petri i. Gelas beker 50 ml d. Pipet volume j. Jangka sorong e. Pinset steril k. Spidol f. Vortex l. Inkubator PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran: a. Lembar Kerja Siswa (LKS) b. Materi ajar (Power point) Bahan yang dibutuhkan dalam percobaan: a. Bakteri Staphylococcus aureus f. Paper disk steril b. Akuades steril g. Kasa c. Alkohol 96% h. Kapas d. Kloramfenikol i. Kertas payung e. Media NA Sumber : Buku Biologi SMA Kelas X F. LANGKAH PEMBELAJARAN : Pertemuan pertama ( 2x45 menit) Tahap Pendahuluan Kegiatan Pembelajaran (10 menit) a. Apersepsi - Ditanyakan konsep- konsep terkait yang telah dipelajari sebelumnya, misalnya ciri-ciri bakteri. - Guru menanyakan tugas untuk mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri kemudian menunjuk beberapa siswa untuk memberikan pertanyaan terkait materi tersebut. b. Motivasi - Guru menayangkan gambar pertumbuhan bakteri yang Proses Saintifik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Tahap Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik dihambat oleh antibakteri pada media. - Apa yang kalian amati pada gambar tersebut? - Apa maksud dari zona bening yang terdapat di sekitar kertas cakram tersebut? - Mengingatkan tugas/ PR membaca buku/ sumber terkait materi yang akan dibahas c. Orientasi - Ditayangkan tujuan/ ruang lingkup materi yang akan dibahas d. Mengorganisasi - Siswa diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 3 orang Kegiatan Inti ( 70 - Ditayangkan gambar menit) Mengamati pertumbuhan bakteri yang dihambat antibakteri dengan luas zona hambat yang berbeda-beda. Diajukan pertanyaan : Menanya - Apa yang kalian amati dari gambar tersebut? - Mengapa luas daerah bening masing-masing kertas cakram dapat berbeda-beda? - Siswa berdiskusi menjawab pertanyaan berkaitan dengan pengaruh antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri. Menalar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Tahap Kegiatan Pembelajaran - Siswa melakukan uji aktivitas Proses Saintifik Mencoba antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri - Siswa secara berkelompok berdiskusi menjawab pertanyaan Mengkomunikasikan LKS dan membuat laporan tertulis sesuai format laporan. Tahap Penutup (10 menit) a. Merangkum - Siswa diminta menyimpulkan apa yang telah dipelajari b. Refleksi - Siswa diminta mengungkapkan apa manfaat yang diperoleh setelah melakukan uji aktivitas antibakteri c. Arahan/ Tindak - Siswa diminta mengumpulkan lanjut laporan tertulis Pertemuan Kedua (1x45 menit) Tahap Pendahuluan Kegiatan Pembelajaran (5 menit) a. Apersepsi - Ditanyakan konsep- konsep terkait yang telah dipelajari sebelumnya faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri. b. Motivasi - Mengingatkan tugas/ PR membaca buku/ sumber terkait materi yang akan dibahas Proses Saintifik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Tahap c. Orientasi Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik - Ditayangkan tujuan/ ruang lingkup materi yang akan dibahas d. Mengorganisasi - Siswa diminta membentuk kembali kelompok praktikum sebelumnya Kegiatan Inti (25 - Siswa mengamati hasil uji Mengamati aktivitas antibakteri yang telah menit) dilakukan Diajukan pertanyaan : Menanya - Apa yang kalian amati dari hasil percobaan tersebut? - Mengapa luas daerah bening masing-masing kertas cakram dapat berbeda-beda? - Siswa berdiskusi menjawab Menalar pertanyaan berkaitan dengan pengaruh antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri. - Siswa mengukur diameter zona Mencoba hambat yang terbentuk pada media. - Siswa secara berkelompok berdiskusi menjawab pertanyaan LKS dan membuat laporan tertulis sesuai format laporan. Tahap Penutup (15 menit) a. Merangkum - Siswa diminta menyimpulkan apa yang telah dipelajari Mengkomunikasikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Tahap b. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Proses Saintifik - Siswa mengerjakan soal post-test terkait materi yang telah dibahas c. Refleksi - Siswa diminta mengungkapkan apa manfaat yang diperoleh setelah melakukan uji aktivitas antibakteri d. Arahan/ Tindak - Siswa diminta mengumpulkan lanjut laporan tertulis G. PENILAIAN : Aspek Teknik Instrumen Sikap Observasi Lembar Observasi Pengetahuan Non Tes Portofolio Tes Uraian Observasi kinerja Lembar Observasi Kinerja Keterampilan H. Lampiran 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2. Handout/ Bahan Ajar 3. Instrumen Penilaian Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Guru Biologi Maranty Boy Rante Allo PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 Lampiran 8. Nama Anggota Kelompok: 1. 2. 3. 4. LEMBAR KERJA SISWA (LKS) A. Judul Kegiatan : Pengaruh Antibakteri Terhadap Pertumbuhan Bakteri B. Tujuan : 1. Setelah melakukan menjelaskan pengamatan, pengaruh siswa antibakteri mampu terhadap pertumbuhan bakteri. 2. Setelah berdiskusi, mekanisme siswa penghambatan mampu menjelaskan antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri. C. Alat dan Bahan : 1. Alat: a. Api bunsen h. Erlenmeyer 50 ml steril b. Trigalski i. Pinset steril c. Cawan petri j. Pipet Pump d. Tabung reaksi k. Gelas beker 50 ml e. Pipet volume l. Jangka sorong f. Vortex m. Spidol g. Inkubator PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 2. Bahan: a. Bakteri Staphylococcus aureus f. Paper disk steril b. Akuades steril g. Kasa c. Alkohol 96% h. Kapas d. Kloramfenikol dengan 3 i. Kertas payung konsentrasi (10%, 20%, 30%) e. Media NA D. Prosedur : 1. Bersihkan meja dan tangan dengan alkohol 96% sebelum memulai percobaan. 2. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3. Sterilkan pipet volume dan pipet pump dengan alkohol 96% sebelum digunakan. 4. Nyalakan bunsen. 5. Rendamlah masing-masing paper disk steril dalam 3 konsentrasi larutan kloramfenikol selama 15 menit secara aseptis. 6. Siapkan cawan petri yang berisi media NA kemudian buatlah 3 kuadran untuk masing-masing perlakuan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% menggunakan spidol. 7. Ambillah tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri kemudian ratakan dengan vortex selama 30 detik. 8. Ambillah suspensi bakteri pada tabung reaksi sebanyak 0,1 ml menggunakan pipet volume dekat api bunsen. 9. Letakkan suspensi bakteri tersebut pada cawan petri yang berisi media NA secara aseptis. 10. Ambillah trigalski yang telah disterilkan dengan alkohol 96%, kemudian ratakan suspensi bakteri pada media menggunakan trigalski tersebut. 11. Tutuplah cawan petri, kemudian putar dekat api bunsen sambil trigalski dilewatkan di atas api, kemudian ratakan lagi suspensi bakteri pada media NA menggunakan trigalski. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 12. Ulangi langkah tersebut hingga tiga kali sehingga bakteri rata pada media NA. 13. Ambillah paper disk yang telah direndam dalam kloramfenikol konsentrasi 10% menggunakan pinset steril kemudian letakkan di kuadran satu pada media yang telah diinokulasikan dengan bakteri. Ulangi langkah yang sama untuk kuadran dua dan tiga. 14. Ulangi langkah 7 sampai 13 untuk perlakuan konsentrasi 20% dan 30%. 15. Cawan petri dibalik kemudian ditutup dengan kertas payung. 16. Media diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam. 17. Setelah 24 jam, ukurlah zona hambat yang dibentuk oleh masing-masing perlakuan menggunakan jangka sorong. 18. Buatlah laporan tertulis berdasarkan data percobaan yang kalian lakukan. E. Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Berapa diameter zona hambat yang dibentuk oleh masing-masing konsentrasi kloramfenikol? 2. Apakah ada perbedaan diameter zona hambat yang dibentuk oleh masingmasing konsentrasi kloramfenikol? Jelaskan! 3. Bagaimana mekanisme kloramfenikol? F. Kesimpulan penghambatan pertumbuhan bakteri oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 Lampiran 9. Format Laporan Percobaan A. Acara Praktikum 1. Judul 2. Hari, tanggal 3. Waktu 4. Tempat B. Tujuan C. Dasar Teori D. Alat, Bahan, dan Cara Kerja E. Hasil Percobaan F. Pembahasan G. Kesimpulan H. Daftar Pustaka Skor = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 Lampiran 10. Lembar Penilaian Laporan Praktikum “Pengaruh Antibakteri Terhadap Pertumbuhan Bakteri” Nama : No : Kelas : Berilah tanda centang (√) pada tabel berikut: skor 4 apabila anda menganggap penulisan makalah sangat tepat, skor 3 bila tepat, skor 2 bila kurang tepat, dan skor 1 bila tidak tepat. No. Aspek yang dinilai Skor 4 3 2 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jumlah Skor No. 1. 2. Rubrik Penilaian Laporan Praktikum Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Acara praktikum memuat judul, tanggal, dan tempat dituliskan dengan tepat Penulisan acara 2 indikator terpenuhi praktikum 1 indikator terpenuhi tidak ada indikator yang terpenuhi Penulisan tujuan singkat, penulisan Penulisan tujuan tujuan spesifik, dan penulisan tujuan praktikum sesuai topik Skor 4 3 2 1 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 No. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi tidak ada indikator yang terpenuhi Penulisan landasan teori sesuai dengan Penulisan landasan tujuan praktikum, menuliskan body teori note sesuai sumber pustaka yang digunakan, landasan teori berasal dari buku 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi tidak ada indikator yang terpenuhi Menuliskan alat, bahan, dan cara kerja dengan tepat Penulisan alat, bahan, 2 indikator terpenuhi cara kerja 1 indikator terpenuhi tidak ada indikator yang terpenuhi Menggambarkan zona hambat antibakteri dengan tepat, menuliskan diameter zona hambat dengan tepat, Penulisan hasil menuliskan nama bakteri dengan tepat percobaan 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi tidak ada indikator yang terpenuhi Penulisan pembahasan sesuai dengan hasil pengamatan, lengkap, dan menggunakan bahasan yang mudah Penulisan pembahasan dipahami 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi tidak ada indikator yang terpenuhi Penulisan kesimpulan sesuai dengan tujuan praktikum, singkat, dan jelas Penulisan kesimpulan 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi tidak ada indikator yang terpenuhi Memuat daftar pustaka, sumber pustaka minimal 3 buku, penulisan daftar pustaka tepat, Penulisan daftar 2 indikator terpenuhi pustaka 1 indikator terpenuhi tidak ada indikator yang terpenuhi Waktu pengumpulan laporan Tepat waktu Terlambat 1 hari Skor 3 2 1 4 3 2 1 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Terlambat 2 hari Terlambat 3 hari Skor 2 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Lampiran 11. Instrumen Penilaian Afektif 1. Lembar Pengamatan Sikap No. Aspek yang dinilai 1. Menghargai teman kelompok 2. Sikap aktif dalam kelompok 3. Teliti dalam bekerja 2. Rubrik Penilaian sikap No Aspek yang dinilai 1. Menghargai teman kelompok 2. Sikap aktif dalam kelompok 3. Teliti dalam bekerja 1 2 3 Keterangan Rubrik 1. Menghargai saran dan pendapat sesama teman 2. Kurang menghargai saran dan pendapat sesama teman yang ditunjukkan dengan perdebatan pendapat yang terjadi selama kegiatan praktikum 3. Tidak menghargai saran dan pendapat sesama teman peserta diskusi yang ditunjukkan dengan sikap bersikeras menolak saran dan pendapat sesama teman peserta praktikum 1. Mengikuti kegiatan praktikum secara aktif dan mendapat tugas dalam kegiatan praktikum 2. Siswa mengikuti kegiatan praktikum dengan aktif tetapi tidak mendapat tugas dalam kegiatan diskusi 3. Tidak mengikuti kegiatan praktikum dan tidak mendapat tugas dalam kegiatan praktikum 1. Melakukan percobaan kurang tepat, ceroboh, dan mengambil data kurang tepat 2. Melakukan percobaan dengan tepat namun mengambil data kurang tepat dan ceroboh 3. Melakukan percobaan dengan tepat, tidak ceroboh dan mengambil data dengan tepat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 3. Lembar Penilaian sikap No. Nama Siswa 4. Kriteria Penilaian: Jumlah Skor Nilai 9 Sangat baik 6-8 Baik 3-5 Cukup baik 1-2 Kurang Aspek yang dinilai 1 2 3 Keterangan A B C D Jumlah Skor Nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Lampiran 12. Lembar Penilaian Psikomotorik 1. Lembar Pengamatan Keterampilan Praktikum No. 1. 2. 3. 4. Tingkat Kemampuan 1 2 3 4 Aspek yang Dinilai Sterilisasi diri Sterilisasi alat dengan alkohol 96% Cara menyebarkan bakteri pada media Meletakkan paper disk pada media Jumlah 2. Rubrik Penilaian Keterampilan Pengecatan Gram No 1. Aspek yang dinilai Sterilisasi diri 2. Sterilisasi alat dengan alkohol 96% 3. Cara menyebarkan bakteri pada media 4. Meletakkan paper disk pada media Rubrik Membersihkan siku, tangan, ujung jari, dan meja praktikum 3 indikator terpenuhi 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi Sterilisasi pipet volume, pipet pump, pinset, dan trigalski 3 indikator terpenuhi 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi Meratakan suspensi bakteri dengan vortex, mengambil suspensi bakteri sebanyak 0,1 ml, meletakkan suspensi bakteri tepat di tengah media, penyebaran bakteri dilakukan pada seluruh permukaan media secara merata dan disebarkan minimal tiga kali 3 indikator terpenuhi 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi Membuat tiga kuadran pada cawan petri, mengambil paper disk dengan pinset steril, meletakkan paper disk pada masing-masing kuadran dengan tepat, dan aseptis Skor 4 3 2 1 4 3 2 1 3 2 1 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 No Aspek yang dinilai Rubrik Skor 3 indikator terpenuhi 2 indikator terpenuhi 1 indikator terpenuhi 3 2 1 3. Lembar Penilaian Keterampilan No. Nama Siswa 1 2 3 4. Kriteria Penilaian: Jumlah Skor 13-16 10-12 7-9 4-6 Jumlah Skor Aspek yang dinilai Nilai Sangat baik Baik Cukup baik Kurang A B C D 4 Nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Lampiran 14. Soal Post-test A. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas! 1. Parameter apa yang digunakan untuk mengetahui kloramfenikol menghambat pertumbuhan bakteri? 2. Bagaimana pengaruh konsentrasi kloramfenikol terhadap pertumbuhan bakteri? 3. Bagaimana mekanisme kloramfenikol menghambat pertumbuhan bakteri? B. Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian 1. Parameter yang digunakan untuk mengetahui adanya penghambatan pertumbuhan bakteri oleh kloramfenikol adalah adanya zona hambat yang terlihat lebih bening di sekitar paper disk. 2. Semakin tinggi konsentrasi kloramfenikol, diameter zona hambat yang dihasilkan semakin besar. 3. Kloramfenikol menghambat sintesis protein pada bakteri utamanya saat proses translasi, sehingga pembentukan asam amino terhambat dan akhirnya pertumbuhan bakteri terhambat. C. Pedoman Penskoran Nomor Soal 1 2 3 Kriteria Penilaian Jawaban tepat Jawaban tidak tepat Jawaban tepat Jawaban tidak tepat Jawaban lengkap dan tepat Jawaban kurang tepat Jawaban tidak tepat Skor 2 1 2 1 3 2 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 Lampiran 15. Penilaian Kognitif No. Nama siswa Skor 1 Skor = Nomor Soal 2 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 Jumlah Skor 3 𝑥 100 Nilai Akhir