pengembangan model pembelajaran konstruktivisme dan advance

advertisement
105
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN
ADVANCE ORGANIZER (KONSTAD) UNTUK SISWA SD
Oleh :
Imam Gojali
IKIP Widya Darma Surabaya
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran
KONSTAD bahasa Indonesia untuk siswa SD. Produk yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk model pembelajaran KONSTAD bahasa Indonesia,
buku panduan model pembelajaran, dan instrumen. Pengembangan model
pembelajaran KONSTAD dirujuk ke model pembelajaran pemecahan masalah yang
disarankan oleh Plomp (1997) yang terdiri dari lima tahap: 1.) pemeriksaan
pendahuluan, 2.) penunjukan, 3.) realisasi, 4.) pengujian, evaluasi, dan revisi , dan 5.)
implementasi. Hasilnya terdiri atas kegiatan belajar tiga fase: pra-learning, sementaralearning, dan pasca-learning. Sementara-learning terdiri dari empat tahap: realisasi,
operasional, reflektif, kontrak belajar. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
dikategorikan sebagai baik dan memiliki validitas, kepraktisan, dan keefektifan. Ini
berarti bahwa penerapan model pembelajaran KONSTAD berkualitas baik. Hasil
validasi dari validator terhadap implementasi pembelajaran bahwa model pembelajaran
dikatakan baik.
Kata kunci: Konstruktivistik dan advance organizer
PENDAHULUAN
Pengetahuan dapat dimiliki siswa jika siswa itu sendiri aktif mengonstruksi atau
menemukan pengetahuan tersebut. Proses mengonstruksi terjadi melalui asimilasi dan
akomodasi untuk mencapai keseimbangan atau adaptasi. Cara ini mengharuskan siswa aktif
secara aktif menggunakan pengalaman atau pengertian yang dimiliki dan terkait dengan
pengetahuan yang bakal dikonstruksi. Dalam pembelajaran, seringkali terjadi bahwa para siswa
tidak siap menggunakan pengetahuan prasyarat dan pola pikir yang dipelajari sebelumnya.
Olah karena itu diperlukan suatu aktivitas pembelajaran yang berfungsi mengaktifkan kembali
pengetahuan prasyarat dan pola berpikir siswa untuk memfasilitasi aktivitas setiap individu
mengonstruksi pengetahuanya. Hal ini perlu dilakukan guru antara lain menjeleskan kepada
para peserta didik secara eksplisit mengenai faedah materi yang sedang diajarkan.
Dalam penelitian ini telah mengembangkan model pembelajaran KONSTAD dan
diimplementasikan pada hari Kamis, tanggal 15 Juni 2010 di SDN Negeri Trosobo I pada kelas
II sebagai ujicoba pertama hari Selasa, tanggal 3 Agustus 2010 di SDN Tanjungsari I pada
kelas II sebagai ujicoba kedua, dan hari Rabu, tanggal 25 Agustus 2010 SDN Tawangsari I
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
105
106
kelas II sebagai implementasi terbatas. Alasan mengambil kelas II, karena mampu
mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengetahuanya sendiri dan pembelajaran yang
digunakan adalah tematik.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas dengan perangkat-perangkat pembelajaran yang
sesuai. Setiap model mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran untuk membantu siswa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan
peluang terjadi proses aktif siswa mengonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya,
pemanfaatan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang siswa berkolaborasi
(Mustadji, 2005 dalam Gojali 2010:12). Martin (1994) menyatakan bahwa konstruktivisme
lebih menekankan pada keaktifan siswa untuk mengonstruksi pengetahuan. Aktivitas ini dapat
dilakukan dengan menghubungkan antara hasil belajar sebelumnya dengan apa yang sedang
dipelajari. Dengan demikian teori konstruktivisme menghendaki agar siswa belajar secara aktif
untuk menyusun pengetahuan, membandingkan informasi baru dengan pemahaman
sebelumnya, dan dapat menggunakannya untuk mendapatkan pemahaman baru.
Advance Organizer
Pengertian-pengertian advance organizer dengan mengutip beberapa pendapat. Bell (1964:
135) menyatakan ”An advance Organizer is apreminary statment, discusion, or other activity
which introduces new material at a higher level of generality, inclusiveness, and abstraction
than actual learning task. Kutipan tersebut menyatakan bahwa advance organizer adalah suatu
pertanyaan, diskusi atau kegiatan awal lain yang mengarah pada diperkenalkannya materi baru
pada tingkatan keumuman, keingklusifan dan keabstrakan yang lebih tinggi di bandingkan
dengan tugas belajar sebenarnya (materi baru-peneliti).
Menurut Mayer (dalam Gredler, 1991:269), advance organizer adalah penyajian singkat
informasi visual atau verbal yang tidak mengundang isi atau bahan tertentu dari materi baru
yang akan dipelajari.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
107
Menurut Joyce & Weil (1992:183), model advance organizer dirancang untuk memperkuat
struktur kognitif siswa, suatu istilah yang digunakan Ausubel untuk pengetahuan sesorang
tentang pokok persoalan tertentu pada setiap saat dan seberapa baik terorganisir, jelas dan
stabilnya pengetahuan itu.
Bertolak belakang dari pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
advance organizer adalah suatu kegiatan pendahuluan dalam mengajar materi tertentu yang
bertujuan untuk menjembatani pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi-materi yang
akan dipelajari. Materi bahasan kegiatan pendahuluan tersebut adalah materi-materi yang
termasuk pengantar yang relevan dengan materi baru, tetapi bukan rangkuman mengenai materi
utama. Dalam kaitan dengan pembelajaran konstruktivis, advance organizer berfungsi
membantu siswa mempersiapkan struktur kognitifnya agar mereka lebih siap mengonstruksi
pengetahuan sendiri tentang materi baru. Advance organizer merupakan suatu kegiatan
terencana pada pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai penghubung antara pengalaman
(yaitu pengetahuan prasyarat dan pola berpikir) yang dimiliki siswa yang terkait dengan materi
tertentu itu dengan pengetahuan yang akan dipelajari siswa.
Deskripsi Rancangan Model Konstruktivisme dengan Organizer (model Kostad)
Kontribusi utama yang diinginkan dari kegiatan advance organizer dalam pembelajaran
KONSTAD adalah agar siswa aktif dalam proses mengonstruksi pengetahuannya sendiri.
Melalui advance organizer, siswa memperoleh semacam jembatan yang dapat digunakan untuk
mengorentasikan pemikirannya dalam aktivitas individu mengonstruksi pengetahuannya yang
baru. Kontribusi advance organizer ini relevan dengan dua prinsip pertama dari epistemologis
konstruktivisme, yaitu didapatnya pengetahuan adalah suatu proses adaptif dan diakibatkan
oleh cognizing yang aktif dari individu siswa.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
108
SAINS
Mengidentifikasi jenis
energi yang sering
digunakan dilingkungan
seitar
dan
cara
menghematnya
Bahasa Indonesia
1. Menceritakan
aktivitas
yang
dialami oleh anak
dengan
menggunakan
bahasa
yang
mudah
dimengerti/katakata sendiri.
2. Mengomentari
hasil
presentasi
siswa.
3.
menuliskan
pengalaman
pribadinya dalam
bentuk tertulis
PAI
Akhlakul karimah, Adab dalam
bergaul, dan Teladan Rosululloh
PKN
1. Tata cara menghargai sesama
orang, teman, keluarga, orangtua.
2. Mengajarkan berbuat baik
3.
mengenal
nilai
keujuran,
kedisiplinan, dan senang bekerja
dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas
SBK
Menyanyikan
lagu
kegembiraan
Bahasa Jawa
Mengajarkan
berbicara
bahasa krama
IPS
Melaksanakan
peran
sebagai
anggota keluarga
kegiatan
seharihari
Matematika
Menhitung
operasi
hitung yang dilakukan
sehari-hari,
misalnya
mengitung jumlah uang
saku,
menghitung
barang yang dimiliki
Gambar 1. Pembelajaran Tematik untuk Siswa SD
Tabel 1. Sintaks Model pembelajaran KONSTAD untuk Siswa SD
No
1
2
Fase
Fase persiapan
Aktivitas Pembelajaran
1. menyampaikan secara lisan hasil belajar dan indikator
ketercapaian hasil belajar dan indikator ketercapaian
hasil belajar dan jika perlu memberi penjelasan.
2. memeotivasi siswa dengan cara memberi informasi
tentang pentingnya mengenal materi yang akan dipelajari
dan manfaatnya dalam hidup sehari-hari.
3. memberitahukan beberapa pokok materi yang perlu
dipahami siswa yaitu pengetahuan prasyarat yang
diaktivkan.
Fase
Advance
1. pengaktifan pengetahuan prasyarat yang terkait dengan
Organizer
materi baru. Bentuk aktivitas ini adalah pembahasan dan
pemecahan masalah (soal-soal) yang terdapat dalam
lembar advance Organizer (LAO) itu hendaknya
memberikan kontribusi untuk pembentuakan struktur
kognitif siswa yang diperlukan dalam aktivitas
konstruksi pengetahuan baru.
2. pengaktifan pola berfikir siswa yang berfungsi menuntun
kognisi
siswa
untuk
mengidentifikasi
makna
permasalahan dalam materi baru. Bentuk aktivitas ini
adalah komunikasi interaktif guru dan siswa.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
109
3.
Fase konstruksi
pengetahuan baru
4.
Fase penguatan
struktur kognitif
baru
1. Pemberian masalah dalam wujud tertulis kepada siswa.
ide pemecahan masalah itu merupakan pengethuan yang
akan dikonstruksi.
2. pemberian kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki
masalah itu.
3. pemecahan masalah oleh siswa. siswa dibantu (jika
perlu) secara individual untuk mengungkapkan idenya
secara jelas dengan berdilog, memberi catatan, membuat
skema, tau dengan cara lain. Dalam hal ini guru tidak
memberikan idenya kepada siswa tetapi guru mengikuti
idenya siswa.
4. klarifikasi ide yang dikonstruksikan dengan ide-ide orang
lain atau teman, melalui diskusi atau dengan cara lain
pengumpulan ide.
1. Pengujian gagasan baru melalui latihan pemecahan
masalah (soal-soal). Kalu mungkinkan, ada baiknya bila
gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu
persoalan yang baru. Ide atau pengetahuan yang telah
dibentuk siswa perlu diaplkasikan pada bermacammacam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat
pengetahuan atau struktur kognitif siswa menjadi
lengkap.
METODE PENELITIAN
Tahap-Tahap Pengembangan Model Pembelajaran KONSTAD
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan tipe pertama (prototypical studies),
yaitu merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi model pembelajaran KONSTAD pada
bahasa Indonesia untuk siswa Sekolah Dasar.
I
M
P
L
E
M
E
N
T
A
T
I
O
N
Premlimery Investigation
Desaign
Realization/Construction
Test, evaluation, Revision
Implementation
Gambar 2. Model Pemecahan Masalah Pendidikan (Plomp, 1997).
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
110
Keterangan Gambar 2:
Artinya: proses kegiatan
Artinya: arah kegiatan timbal balik anatara tahap pengembangan dengan
implementasi pendidikan/pembelajaran yang sedang berjalan.
Artinya: arah kegiatan balik ke tahapan pengembanagan sebelumnya
Artinya: arah kegiatan tahapan pengembangan
Pengembangan
model
pembelajaran
KONSTAD
dilakukan
bersamaan
dengan
pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumenya. oleh karena itu, jika sewaktu
validasi, model perlu direvisi maka segera dilihat kembali perangkat dan instrumennya tersebut
apakah terpengaru dengan adanya revisi.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi (pengamatan), tes dan
pemberian angket.
Alur Kegiatan Pengembangan
Draf Awal Model koko, Perangkat
Pembelajaran, Instrumen
Validasi
Fase 3
revisi
Prototipe i
Ujicoba i
Fase 4
Kualitas baik ?
Prototipe Akir
Fase 5
Implementasi
Terbatas
Gambar 3. Alur Kegiatan Pengembangan Model KONSTAD
Keterangan:
i=1,2,…
Hasil
Menunjukkan urutan
Kegiatan
Menujukkan Siklus, jika diperlukan
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
111
Alur tersebut sudah termasuk Perangkat Pembelajaran dan Instrumennya, dari Fase
Realisasi (Awal) sampai fase Implementasai Terbatas kualitas model pembelajaran KONSTAD
Bahasa Indonesia ditetapkan dengan mengacu pada kriteria kualitas produk dari Nieveen
(1999:127-128) yang meliputi tiga aspek, yakni validitas, kepraktisan, dan keefektifan yang
dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Validitas
Model Pembelajaran KONSTAD dikatakan valid jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.) Lebih dari 50 % vallidator menyatakan bahwa model KONSTAD didasarkan pada teori
belajar yang menurut teori konstruktivisme, dan teori advanze organizer; 2.) Lebih dari 50 %
validator menyatakan bahwa komponen-komponen model Pembelajaran KONSTAD
berdasarkan teori konstruktivisme, dan teori advanze organizer.
Kepraktisan
Model KONSTAD dikatakan praktis jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.) Lebih dari
50 % validator memberikan pertimbangan bahwa model KONSTAD tersebut dapat diterapkan
di kelas; 2.) Guru menyatakan dapat menerapkan model KONSTAD di kelas, yaitu guru dapat
menerapkan perangkat pembelajaran dengan model KONSTAD tersebut di kelas; 3.) Tingkat
keterlaksanaan model, dalam hal ini keterlaksanaan perangkat pembelajaran model KONSTAD
tersebut, termasuk dalam kategori baik. Dikatakan baik apabila memenuhi kriteria.
Keefektifan
Keefektifan model pembelajaran KONSTAD ditentukan oleh indikator-indikator sebagai
berikut: 1.) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran; 2.) Aktivitas siswa pada LKS
(Lembar Kegiatan untuk Siswa); 3.) Akivitas siwa pada buku ajar siswa; 4.) Hasil tes pada
setiap selesai kegiatan pembelajaran dengan model Pembelajaran KONSTAD; 5.) Respon
siswa dan guru.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kualitas Model pembelajaran KONSTAD
Model KONSTAD ditetapkan dengan mengacu pada kriteria kualitas produk dari Nieveen
(1999), yang meliputi tiga aspek, yakni validitas, kepraktisan, dan keefektifan.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
112
Validitas
Bagian hasil pertimbangan validator ahli (validasi) di muka telah diuraikan bahwa semua
aspek pada Model pembelajaran KONSTAD, termasuk tingkatan kesesuaian teori pendukung
dinilai baik oleh validator. Ini berarti bahwa validator menilai Pembelajaran KONSTAD
didasarkan pada pertimbangan teoretik yang kuat.
Dari keseluruan penilaian validator terhadap aspek-aspek yang dinilai pada model
pembelajaran KONSTAD dan dilengkapi dengan hasil diskusi bersama beberapa validator,
dapat disimpulkan bahwa cakupan semua aspek yang dinilai termasuk baik. Model
pembelajaran KONSTAD ini berarti konsisten secara internal.
Hasil penilaian ini didukung oleh hasil ujicoba I model pembelajaran KONSTAD yang
menujukkan bahwa perangkat pembelajaran berfungsi baik dalam mendukung keterlaksanaan
kegiatan pembelajaran (KP) sesuai sintaks dan mendukung terlaksanaannya aktivitas
pembelajaran yang diharapkan. Pelaksanaan peran guru sesuai yang diharapkan dalam model
pembelajaran KONSTAD.
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran (KP) diketahui bahwa guru dapat melaksanakan
perannya (prinsip reaksi) secara baik. Dengan demikian, uraian di muka menujukkan bahwa
kriteria validitas yang telah dikemukakan di muka dan terpenuhi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil ujicoba I menunjukkan Model pembelajaran KONSTAD untuk siswa
SD, valid.
Kepraktisan
Dalam penilaian model pembelajaran KONSTAD untuk siswa SD, validator (ahli) diminta
pula untuk memberikan penilain mengenai 1.) tingkat keterlaksanaan sintaks secara
keseluruhan; 2.) kemungkinan guru mewujudkan prinsip atau norma yang dikehendaki dalam
Kegiatan Pembelajaran (KP); 3.) kemungkinan mewujudkan perilaku guru yang diharapkan.
Keseluruhan aspek tersebut, dinilai baik oleh validator. Ini berarti para ahli menilai bahwa
aspek-aspek tersebut dapat terwujud dalam model pembelajaran KONSTAD untuk siswa SD.
Pertimbangan ahli ini ternyata relevan pula dengan pendapat guru. Dari diskusi dengan dua
guru yang terlibat dalam ujicoba (baik yang bertindak sebagai pengajar maupun sebagai
observer), mereka mengatakan bahwa 1.) mereka dapat mengelola kegiatan pembelajaran (KP)
sesuai sintaks model pembelajaran KONSTAD; 2.) pengorganisasian siswa untuk belajar
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
113
dengan pembelajaran secara teori KONSTAD; 3.) siswa dapat diarahkan untuk melaksanakan
peran masing-masing untuk mewujudkan sistem sosial yang dikehendaki; 4.) guru dapat
menjalankan peran sebagai fasilitator sesuai dengan prinsip reaksi, dan 5.) dengan
menggunakan model pembelajaran KONSTAD tujuan pembelajaran (dampak instruksional dan
dampak pengiring) sangat mungkin dapat tercapai. Menyangkut perencanaan, guru mengatakan
bahwa mereka mampu bila yang harus kerjakan adalah 1.) menyusun Rencana Pelaksanan
Pembelajaran (RPP); 2.) menyediakan media pembelajaran yang relevan. Tetapi bila mereka
juga harus menyusun Lembar Kerja untuk Siswa SD (LKS), mereka menyatakan tidak mampu.
Dari penilain ahli dan pendapat guru di muka, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran
KONSTAD dapat diterapkan di kelas. Model pembelaaran KONSTAD ini berarti bahwa
dengan mengacu pendapat Nieveen (1999:127-128) maka dapat dikatakan bahwa terdapat
konsistensi antara harapan (yang terkandung dalam model pembelajaran KONSTAD) dan
pertimbangan (ahli dan guru). Dalam hal perencanaan, guru hanya kesulitan jika mereka juga
harus mengembangkan LKS. Pengembangan LKS memang bukan hal yang mudah, karenanya
dalam model pembelajaran KONSTAD, pengembangan LKS tidak harus dilakukan oleh
masing-masing guru, tetapi dapat dilakukan oleh kelompok atau tim guru KKG.
Dari pelaksanaan ujicoba I, seperti yang telah diuraikan di muka, diperoleh bahwa tingkat
keterlaksanaan model pembelajaran KONSTAD di atas 3 dan termasuk dalam kategori baik.
Dengan mengacu pada penjelasan Nieveen (1999:127-128) maka dapat dinyatakan bahwa
terdapat konsistensi antara harapan (yang terkandung dalam model pembelajaran KONSTAD)
dengan operasional.
Uraian di muka menunjukkan bahwa 1.) ahli dan guru mengatakan bahwa model
pembelajaran KONSTAD dapat diterapkan di kelas (terdapat konsistensi antara harapan dan
pertimbangan), dan 2.) tingkat keterlaksanaan model pembelajaran KONSTAD termasuk
dalam kategori baik (konsistensi anatara harapan dan operasional). Dengan demikian hasil
ujicoba I menujukkan bahwa model pembelajaran KONSTAD bahasa Indonesia , memenuhi
kriteria praktis.
Keefektifan
Format penilaian model pembelajaran KONSTAD, validator (ahli) juga dimintakan untuk
memberikan penilaian mengenai 1.) cakupan jenis-jenis pengiring yang dapat dicapai, dan 2.)
cakupan jenis-jenis dampak pengiring yang dapat dicapai.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
114
Diskusi dengan guru yang terlibat dalam ujicoba I, mereka juga sependapat bahwa bahwa
model pembelajaran KONSTAD bermanfaat bagi siswa maupun guru. Guru menilai bahwa
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran KONSTAD merupakan tantangan
tersendiri bagi guru, karena harus mengubah kebiasaan mengajar, yakni dari kebiasaan transfer
pengetahuan menjadi memfasilitasi siswa untuk belajar dan meahami sendiri, dengan
menggunakan model pembelajaran KONSTAD, siswa menjadi lebih aktif, terdapat kemajuan
pada siswa dalam banyak hal, terutama dalam penguasaan materi, kerjasama, berkomunikasi,
kepercayaan diri, dan dalam mengomunikasikan gagasannya, dan ada pengaruh positif pada
guru, guru merasa perlu lebih siap pada setiap kegiatan pembelajaran (KP), untuk
mengantisipasi pertanyaan, variasi jawaban, tanggapan atau kritikan siswa yang mungkin saja
muncul selama kegiatan pembelajaran (KP) berlangsung.
Pertimbangan ahli dan guru tentunya didasarkan pula pada pengalaman mereka sebagai
pengajar, maka dari pertimbangan validator (ahli) dan berpendapat guru tersebut, dapat
dinyatakan bahwa terdapat konsistensi antara harapan (yang terkandung dalam model
pembelajaran KONSTAD) dengan pengalaman (ahli dan guru).
Hasil observasi aktivitas siswa, diketahui bahwa aktivitas on-task di atas 85 %, sedangkan
aktivitas aktif di atas 42,5%. Informasi ini menunjukkan bahwa kriteria keefektifan
pembelajaran yang berkaitan dengan aspek aktivitas siswa, dipenuhi.
Dari hasil tes yang telah dipaparkan terlihat bahwa kriteria yang berkaitan dengan hasil tes
dapat dipenuhi. Dari hasil angket respon siswa, diketahui bahwa lebih dari 65% dari seluruh
siswa memberikan respon positif pada model pembelajaran KONSTAD. Hal ini berarti bahwa
kriteria keeektifan yang berkaitan dengan aspek respon guru, dipenuhi.
Hasil angket respon guru, diketahui bahwa guru memberikan respon positif pada model
pembelajaran KONSTAD. Hal ini berarti bahwa kriteria keefektifan yang berkaitan dengan
aspek respon guru, dipenuhi.
Hasil penilaian pekerjaan siswa pada LKS baik yang dikerjakan secara individu maupun
kelompok yang telah dipaparkan terlihat bahwa kriteria yang berkaitan dengan hasil penilaian
pekerjaan siswa pada LKS dapat dipenuhi.
Dengan demikian, dari uraian mengenai keefektifan model pembelajaran KONSTAD pada
ujicoba I ini menujukkan bahwa semua kriteria keefektifan yang telah dikemukakan pada Bab
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
115
III, dipenuhi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Model pembelajaran KOKO bahasa
Indonesia pada uji coba I ini merupakan model pembelajaran yang efektif.
Dari hasil kajian tentang kualitas model pembelajaran KONSTAD di muka menunjukkan
bahwa model pembelajaran KONSTAD yang dikembangkan pada uji coba I ini memenuhi
kriteria validitas, kepraktisan dan keefektifan. Dengan demikian hasil uji coba I menunjukkan
bahwa model pembelajaran KONSTAD memiliki kualitas produk baik.
Ini berarti bahwa siklus pengembangan dapat saja berhenti sampai pada uji coba I. Tetapi
dengan pertimbangan bahwa bahwa (1) masih terdapat beberapa revisi yang masih perlu
dilakukan baik pada buku model pembelajaran KONSTAD, maupun pada perangkat
pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran KONSTAD, dan (2) dengan revisi tersebut
dapat diharapkan kualitas produk model pembelajaran KONSTAD masih dapat ditingkatkan;
maka dalam penelitian memutuskan untuk melanjutkan pengembangan model dengan
melakukan ujicoba II. Diharapkan ujicoba II dapat menghasilkan prototipe yang memiliki
kualitas produk yang lebih baik.
Ujicoba II
Keefektifan model pembelajaran KONSTAD untuk siswa SD pada ujicoba II ini
menujukkan bahwa (1) terjadi peningkatan skor tes setelah kegiatan pebelajaran, (2) lebih dari
65% siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KONSTAD, dan guru
memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KONSTAD. Ini berarti bahwa kriteria
keefektifan untuk ujicoba II model pembelajaran KONSTAD dipenuhi, karena rata-rata hasil
penilaian validator ahli adalah 3,45 di atas 3. Dengan demikian dari hasil ujicoba II dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran KONSTAD adalah efektif.
Kesimpulan uraian di muka menujukkan bahwa model pembelajaran KONSTAD yang
dikembangkan pada ujicoba II ini memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan keefektifan.
Dengan demikian hasil ujicoba II menujukkan bahwa model pembelajaran KONSTAD
memiliki kualitas produk yang baik.
Selanjutnya dengan pertimbangan bahwa (1) revisi yang harus dilakukan baik pada model
pembelajaran KONSTAD, maupun pada perangkat pembelajaran berdasarkan hasil ujicoba II,
termasuk revisi kecil (tidak banyak revisi), dan (2) model pembelajaran KONSTAD hasil
ujicoba II memiliki kualitas baik, maka diputuskan bahwa siklus pengembangan model
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
116
pembelajaran KONSTAD pada ujicoba ke II merupakan siklus terakhir. Selanjutnya Model
pembelajaran KONSTAD yang dihasilkan pada akhir ujicoba II ini merupakan prototipe final,
dan akan digunakan dalam implementasi terbatas model pembelajaran KONSTAD.
Fase Implementasi Terbatas
Implementasi terbatas dikaji keefektifan model KONSTAD antara lain: (a) kemampuan
terbatas mengelola pembelajaran; (b) rata-rata aktivitas on-task siswa minimal 85 %; (c) ratarata aktivitas aktif siswa minimal 42,5 %; (d) hasil tes, siswa pada setiap selesai kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran KONSTAD; (d) hasil pekerjaan siswa pada LKS
yang dikerjakan secara individu; (e) hasil pekerjaan siswa pada LKS; (f) lebih dari 65% siswa
memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KONSTAD; (g) guru memberikan
respon positif terhadap model pembelajaran KONSTAD.
Dengan demikian, dari uraian mengenai keefektifan Model pembelajaran KONSTAD
bahasa Indonesia pada implementasi terbatas ini menunjukkan bahwa semua kriteria
keefektifan yang telah dikemukakan di muka, dipenuhi. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa model pembelajaran KONSTAD pada implementasi terbatas ini merupakan model
pembelajaran yang efektif.
Hasil pengembangan Sintaks Model Pembelajaran untuk Siswa SD
Kegiatan pembelajaran
Tama
: Aktivitas
Model
: Pembelajaran konstad
Pendekatan
: top-down
Metode
: kerja mandiri, diskusi, pemberian tugas dan interaktif
Kegiatan
:
Sebelum pembelajaran, kelas dibagi atas beberapa kelompok dengan anggota paling banyak
5 orang. Penetapan anggota setiap kelompok bersifat heterogen dan semua kelompok
seimbang. Pada waktu pembelajaran di mulai, para siswa sekelompok menempati tempat
duduk berdekatan, agar mudah dilakukan penataaan ketika mereka diminta membentuk farmasi
kelompok. Kepada siswa juga disampaikan tentang aktivitas yang harus mereka perlihatkan
selama pembelajaran berlangsung. Diberitahukan juga tentang peran guru dan siswa dalam
pembelajaran ini. Dengan persiapan demikian maka selanjutnya pembelajaran dilaksanakan
sebagai berikut:
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
117
Tabel 2. Tahap pelaksanaan Pembejaran KONSTAD
Kegiatan pembelajaran
Fase
No Aktivitas guru
Aktivitas siswa
Sistem
Waktu
sosial/prinsip
reksi
a. Menyayikan
lagu, Mendengar dan
memberikan motivasi, dan mencermati
1a
melakukan Ice breaking
reaksi no 1b
b. Melakukan
penyampaian
apersepsi guru
(penjajakan
1
Sistem sosial
awal)
berkaitan
yang
10 mnt
dengan
pengetahuan awal siswa
c. Penyampaian secara lisan
hasil belajar dan indikator
ketercapaian hasil belajar
dan jika perlu penjelasan
Memotivasi siswa dengan cara Memperhatikan
memberi informasi
Fase
petingnya
persiapan
mental
tentang informasi yang
mengenal disampaiakan
lingkungan di sekitar siswa guru atau dapat
2
10 mnt
tinggal dan maknanya bagi juga bertanya
pemecahan
masalah
dalam
kehidupan
sehari
hari.
Jelaskan
kembali
betapa
sulitnya memecahkan masalah
Memberitahukan
beberapa Memperhatikan
pokok materi yang perlu di penyampaian
pahami
3
siswa
yaitu guru atau dapat
pengetahuan prasyarat yang juga
diaktifkan dan bagian siswa mengajukan
dapat
menggunakan pertanyaan
pemahaman
itu
10 mnt
untuk
mencapai hasil belajar
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
prinsip
118
1.
Mengaktifkan
pengetahuan Setiap
prasyarat siswa dengan cara:
a. Meminta
siswa
siswa
membaca buku
untuk siswa
membaca
Terlibat
b. melakukan
komunikasi dalam
aktif
dialog
interaktif dengan siswa. interaktif
Guru
meminta
menyimak
25
siswa
soal
menit
tertentu
pada LKS dan memberi
waktu secukupnya kepada
siswa untuk memecahkan
saol itu kemudian lakukan
Fase
tanya
Advance
jawab
jika
diperlukan
Organizer
guru
mempersilahkan
siswa
menulis jawab di papan
tulis materi
2.
Mengaktifkan pola berpikir Memperhatikan
Sistem sosial
siswa agar terlebih terfokus dengan
No 1a
pada
bagaimana sesungguh
mengonstruksi
penyampaian
pengetahuannya
aktivitas
caranya
tentang guru
25
kesehariannya.
adalah
penekanan
menit
memberi
kembali
secara
lisan tentang prosedur
1.
Fase
konstruksi
pengetahuan
baru
Menyampaikan
masalah a. Menerima
dalam wujud tertulis kepada
LKS
siswa:
mendengar
25
penjelesan
menit
a. Memberi
penjelasan
tentang bekerja dengan
LKS tersebut
dan
guru
b. Membuka
LKS
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
119
b. Mempersilahkan
siswa
membuka buku siswa
2.
Memberi kesempatan kepada Menyelidiki
siswa
menyelidiki
25
menit
masalah masalah
dengan cara mempersilahkan dengan
siswa
memecahkan
serta memaca Buku
memantau siswa yang sedang Siswa
menyelidiki masalah
(BS)
pada
bagian
yang
ditunjuk
25
menit
dan LKS
Memberi kesempatan siswa Aktif
secara
untuk memecahkan masalah, individu
dengan cara mempersilahkan mengisi LKS
siswa secara individu
3.
mengisi
LKS.
guru
keliling
untuk
Selanjutnya
kelas
memamantau aktivitas siswa
dan
jika
perlu
memberi
masukan kepada siswa secara
individu. Dalam hal ini guru
tidak memberikan jawaban
kepada
siswa
tetapi
guru
mengikuti jawaban siswa
4.
Memberi kesempatan kepada a. Duduk
siswa
untuk
melakukan
klarifikasi ide, cara:
a. Mempersilahkan
duduk
dengan
formasi
siswa
kelompok
farmasi b. Berdiskusi
kelompok
kelompok
b. Mempersilahkan
berdiskusi
dalam
25
menit
tentang
dalam
kelompoknya tentang hasil
jawaban
untuk LKS,
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
120
yang
dicapai
masing-
sambil
dalam
mengisi
mendengar
LKS. Mengikuti diskusi
penjelasan
siswa
guru
masing
dan
bila
perlu
memberi
masukan c. Berturut-
berdasarkan
jawaban
siswa.
turut
wakil
kelompok
c. Mempersilahkan wakil dua
kelompok
yang
secara
dipilih
acak
untuk
mempresentasikan
hasil
diskusi mereka.
presentasi
dan
menjawab
pertanyaan
d. mempersilahkan
untuk
melakukan
duduk
siswa
dengan
dalam
bantuan
formasi individu
teman
sekelompok
nya
d. Duduk
dalam
formasi
individu
Menguji gagasan baru yang a. aktif
dikonstruksi
siswa
dengan
cara:
memberikan
a. Mempersilahkan
Fase
Penguatan
mempelajari,
siswa
solusi,
mengerjakan soal tantangan
tanggapan
dalam
dan
buku
siswa
dan
memantau pekerjaaan siswa
memecahka
b. Membahas bersama siswa
n suatu soal
Struktur
soal
yang
tidak
Kognitif
dipecahkan
Baru
siswa. Guru lebih banyak
oleh
20
menit
dapat b. membahas
banyak
bersama
guru,
soal
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
121
berperan sebagai mediator
yang
ide
dimaksud
artinya
(jawab)
setiap
siswa
disampaikan
diteruskan
ide
yang c. mencatat
hendaknya
kepada
kesimpulan
para
siswa lain untuk diminta
tanggapan.
Tidak
boleh
terjadi guru yang berpikir
terus, lalu menulis jawaban
di papan tulis dan siswa
hanya menonton
c. Melakukan
penarikan
kesimpulan
menyeluruh
tentang pelajaran pada tatap
muka ini
Total Waktu
90
menit
KESIMPULAN
Simpulan penelitian ini adalah 1.) menghasilkan model pembelajaran KONSTAD yang
berkualitas untuk siswa SD; 2.) menghasilkan perangkat pembelajaran KONSTAD yang
berkualitas untuk siswa SD. Perangkat yang dikembangkan berupa RPP, MAS, LKS. Hasil
penilaian validator terhadap perangkat memenuhi kategori berkualitas untuk siswa SD.
Sedangkan saran yang dapat diberikan dalam penelitian adalah guru diharapkan dapat
mengembangkan model pembelajaran yang lebih efektif. Selain itu guru model juga harus
meningkatkan kemampuan pembelajaran pada tahap implementation.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, F.H. (1964). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools). Dubuque,
Iowa: Wm.C. Brawn Company Publishers.
Gojali, Imam.2010. “Pengembangan Model Pembelajaran KOKO bahasa Indonesia untuk
siswa SMA. Tesis Magister tidak diterbitkan: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
122
Gredler, M. E.B. (1991). Belajar dan Membelajarkan (Learning and Instruction Theory Into
Practice). Terjemahan oleh Muandir. Jakarta: Rajawali
Joyce, Bruce., & M. Weil 1992. Model of Teaching. Massachussentts: Allyn and Bacon
Publishing Company.
Martin, Ralp E,Jr.,et.al.1994. Teaching Science For All Children. Baston: Allyn and Bacon.
Nieveen, Nienke. 1999. Prototyping to Reach Product Qualitiy. In Jan Van den Akker, RM
Branch, K. Gustafson, N. Nieveen, & Tj Plomp (Eds). Design Approaches and Tools in
Education and Training, 125-135. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic
Publishers.
Plomp, Tjeerd. 1997. Educational and Training System Design. Enschede, The Netherlands:
University of Twente.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Download