Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren Islamic Studies Center Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul Yogyakarta Eni Riwayati Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstract: Background of the problem in this research was learning education like formal or non-formal education that still apply the concepts and theories, regardless of the skill of children for the future, so that children understand science only in terms of theory. When the child should be out of school, children did not have the skills to face life. Latitude Songo Boarding School had the goal that when students graduate from the school, students had the skills to live without relying nandiri with others. This study aimed to know how independence based learning system in mumps boarding latitude Songo. Factors inhibiting and supporters as well as the result of his study at the boarding school Latitude Songo. The results showed that the learning system used Mumps boarding Latitude Songo were: (1) the theory and practice (2) the example (3) rob appeal. The programs are taught self-reliance were: (1) enginering (2) Plantation (3) Fisheries (4) livestock. Keywords: Education, Self-Reliance, Boarding School A. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Dalam dunia pendidikan haruslah bisa mengarahkan peserta didik menuju perkembangan anak dengan potensi sepenuhnya, termasuk kecakapan hidup yakni keterampilan atau kemandirian seorang anak. Nantinya ketika anak lulus dari sekolah memiliki kecakapan hidup yang dapat diimplementasikan di tengah-tengah masyarakat dan berguna bagi 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, ( Bandung: Citra Umbara, hlm. 2 1 kehidupannya. Pengembangan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotori siswa melalui belajar, siswa diharapkan mampu mengembangkan dan memperoleh kecakapan hidup atau keterampilan hidup (life skill) yang berguna bagi masa depannya. Pondok pesantren adalah sebuah sistem yang unik. Tidak hanya unik dalam hal pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam pandangan hidup dan tata nilai yang dianut, cara hidup yang ditempuh, struktur pembagian kewenangan, dan semua aspek-aspek kependidikan dan social life lainnya. Oleh sebab itu, tidak ada definisi yang dapat secara tepat mewakili seluruh pondok mampunyai keistimewaan sendiri, yang bisa jadi tidak dimiliki oleh yang lain. Meskipun demikian, dalam hal-hal tertentu pondok pesantren memiliki persamaan. Persamaan- persamaan inilah yang lazim disebut sebagai ciri pondok pesantren, dan selama ini dianggap dapat mengimplikasi pondok pesantren secara kelembagaan.2 Pendidikan yang ada di dunia pesantren mempunyai kelebihan dalam mendidik kemandirian seorang anak didik atau santrinya. Mendidik kemandirian anak sangatlah penting dalam kehidupannya kelak, karena hidup mandiri dalam segala hal. Banyak pembelajaran atau pendidikan formal atau nonformal yang masih menerapkan konsep dan teorinya tanpa menghiraukan praktik, sehingga anak hanya paham ilmu dalam segi teorinya saja. Pada akhirnya ketika anak lulus dari sekolah, anak tidak memiliki keterampilan dalam menghadapi kehidupannya. Walaupun ada pendidikan yang mengajarkan anak dalam hal kemandirian, itupun porsinya masih sangat kecil sekali.3 Pendidikan Islam di masyarakat masih banyak yang baru sebatas menyiapkan mental keagamaan yang bersifat normatif dan adaptif saja, belum sampai pada tahap menyiapkan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi sehingga lulusan diharapakan mampu berkompetisi di pasar kerja. Orientasi pada profesionalitas pengetahuan dan kekaryaan yang mengarah pada sasaran yang tepat dan lebih meyakinkan, komprehensip, kompetitif dan fleksibel dalam mengadaptasi kemajuan ilmu pengetahuan dan 2 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pondok esantren dan Madrasah Diniyah, Pertumbuhan dan Perkembangannya, ( Jakarta, Departemen 3 Ainul Yakin, "Pendidikan Kemandirian di Pesantren". hlm. 5 2 teknologi ilmu mutahkir, menjadi sangat penting untuk disampaikan dalam pembelajaran. Sebagai lembaga pendidikan Islam di masyarakat (formal), pesantren misalnya, terkesan sangat lamban dalam mengadopsi perubahanperubahan, dan berat untuk meninggalkan tradisi lama. Sehingga pesantren dianggap tidak atau kurang mampu menjawab tantangan zaman, dan hanya terpaku pada bidang-bidang normatif saja, kurang berorientasi yang pada akhirnya berujung pada sulitnya para santri terjun ke arena yang penuh dengan persaingan. Dalam hal ini, pesantren berada dalam dua pilihan yang dilematis, yakni tetap mempertahankan tradisi yang mungkin dapat menjaga nilai-nilai agamanya, atau mengikuti perkembangan dengan resiko mungkin kehilangan asetnya (ruh pesantren).4 Berbeda dengan Pondok-pondok Pesantren yang lain, di pondok pesantren Lintang Songo ini santri dididik untuk bisa hidup mandiri, selain bisa berdakwah santri juga di didik untuk bisa terampil dalam kehidupan bermasyarakat (lingkungan sekitar) seperti diajari bagaimana cara bercocok tanam, peternakan, pertanian, tata boga, dan lain-lain. Pondok Pesantren Lintang Songo ini Kyai (pemilik yayasan) sangat mengharapkaan nantinya ketika santri-santri yang lulus dari pondok memiliki keterampilan untuk dibawa pulang, sehingga santri tidak hanya paham atau terampil dalam hal keagamannya saja tetapi juga terampil dalam pengetahuan umum yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya dan masyarakat sekitar.5 Kajian pustaka sangat penting dilakukan karena untuk mengetahui dimana letak perbedaan dari penelitian terdahulu, Najanuddin, "Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren; Study terhadap pesantren mahasiswa Wahid Hasyim Yogyakarta 2003-2006".1 dalam penelitiannya membahas tentang programprogram kemandirian dalam pesantren yang mampu mengakomodasi segenap potensi dan keunikan-keunikan tiap-tiap santri. Pesantren ini tidak mewajibkan santri untuk hidup mandiri hanya dengan jalur tulisan saja, tetapi santri bisa memilih sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Ada santri yang lebih * Arbangi, Suluh, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.3 No.l, 2010, hlm. 8-11. Hasil wawancara dengan bapak Heri Kuswanto, (pemilik yayasan) pada tanggal 9 ^mber 2014, pada jam 16.30 WIB. Bertempat di Pondok Pesantren Lintang Songo Piyungan 3 memilih dalam dunia penerbitan, ada santri yang memilih untuk terus berwirausaha, ada juga santri yang terus mengembangkan kemampuannya dalam dunia akademik dan beberapa proses pengembangan lainnya, sehinga dengan belajar kemandirian tersebut akan dapat mengantarkan dirinya untuk hidup mandiri tanpa tergantung pada orang lain. Kemandirian ini ditekankan pada santri yang menghafal Al-Qur'an, pembentukan kemandirian dari segi ubudiyah. Santri dibiasakan melakukan ibadah-ibadah yang sunnah, serta diberi tanggung jawab dan kedisiplinan dalam setoran hafalan Al-Qur'an. Dengan latihan-latihan itu hasil dari proses kemandirian akan terlihat setelah santri lulus dari pesantren. Dimana kyai disini mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembentukan kemandirian santri. Kyai memotivasi para santri dengan dorongan persuasif yang meliputi daya kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti perlu menegaskan bahwa penelitian dilakukan ini adalah tentang sistem pembelajaran berbasis kemandirian terhadap santri, pengaruh serta penerapan sistem pembelajaran berbasis kemandirian yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari santri. Penelitian ini dapat dibedakan dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya berdasarkan sistem pembelajaran kemandirian. B. PENDIDIKAN Secara umum, pendidikan sesungguhnya dapat difahami dalam dua pengertian yaitu secara luas-tidak terbatas dan secara sempit-terbatas. Pengertian pendidikan secara luas adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pengertian ini menyiratkan bahwa pendidikan telah dimulai sejak manusia berada di muka bumi, atau bahkan sejak dalam kandungan. Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia. Masa pendidikan pada pengertian luas ini adalah berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Lingkungan pendidikannya adalah berlangsung dalam segala lingkungan hidup, 4 baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Bentuk kegiatannya adalah terbentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau tidak disengaja sampai dengan terprogram. Pendidikan terbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup, pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan dapat tejadi disembarang, kapan, dan dimana saja dalam hidup, dan tujuannya adalah terkandung Pengertian pendidikan secara sempit atau sederhana adalah persekolahan. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan fonnal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas sosial. Selain berbagai pengertian pendidikan tersebut, pendidikan juga dapat diartikan dalam perspektif, artinya pendidikan dapat didekati dengan berbagai sudut pandang tertentu. Sudut pandang inilah yang secara spesifikpartikular membedakan antara pengertian satu dengan yang lainnya, sebagai contoh adalah pengertian pendidikan dalam perspektif Negara lain. Pendidikan dalam perspektif Islam tentu juga akan berbeda dengan pendidikan dalam perspektif keyakinan agama lain. Namun demikian, titik temu makna partikular pendidikan tersebut terdapat pada semangat universalnya yaitu sebuah usaha menuju kehidupan yang lebih baik.6 Dalam perspektif keindonesiaan pengertian, fungsi dan tujuan pendidikan terumuskan pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 dan 3 yaitu: Kata " mandiri " di ambil dari dua istilah yang pengertiannya sering disejajarkan silih berganti, yaitu autonomy dan independence, karena perbedaan sangat tipis dari kedua istilah tersebut. Independence dalam arti kebebasan secara umum menunjuk pada kemampuan individu melakukan sendiri aktivitas hidup, tanpa menggantungkan bantuan orang lain, dalam kamus Inggris Indonesia istilah otonomi sama dengan autonomy, 2), hlm. 27 5 swastantra, yang berarti kemampuan untuk memerintah sendiri, mengurus sendiri, atau mengatur kepentingan sendiri. Makna dari kemampuan berdikari individu, yaitu: "otonomi", "kompetensi", dan Kemandirian". Menurutnya, "kompetensi" berarti kemampuan untuk bersaing dengan individu-individu lain yang normal. Kompetensi juga menunjukkan pada suatu taraf mental yang cukup pada individu untuk memukul tanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Istilah "otonomi" sering dianggap sama dengan kemandirian, yaitu bahwa individu yang otonom adalah individu yang mandiri, yang tidak mengandalkan bantuan atau dukungan orang lain, kompeten, dan bebas bertindak. Meskipun demikian, sebenarnya otonom dapat dibedakan dengan kemandirian. Istilah "kemandirian" menunjukkan adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan khusus dari orang lain dan keengganan untuk dikontrol orang lain. Individu yang mandiri sebagai individu yang dapat berdiri sendiri, dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapainya, mampu mengambili keputusan sendiri, mempunyai inisiatif dan kretif, tanpa mengabaikan lingkungan dimana ia berada. Heathers mengemukakan, di samping kepercayaan akan kemampuan diri, dalam kemandirian juga ada unsur ketegasan diri dalam bentuk kebutuhan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan. Menurut Johnson dan Medinnus, kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinkan anak berfungsi otonom dan berusaha ke arah prestasi pribadi dan tercapainya suatu tujuan. Menurut Kartini dan diri sendiri. mandiri emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan atau keterkaitan hubungan emosional individu, terutama sekali orang tua atau orang dewasa lainnya yang banyak melakukan interaksi dengannya, (2) mandiri bertindak adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya, (3) mandiri berfikir adalah kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip benar-salah, baikburuk, apa yang berguna dan sia-sia bagi dirinya.1} Ciri kepribadian mandiri dalam emosional dapat dilihat dalam hal: 6 1. Menahan diri untuk meminta bantuan orang lain saat mengalami kegagalan, kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran 2. Memandang orang lain lebih objektif dengan segala kekurangan dan kelebihan 3. Memandang orang tua dan guru sebagai orang pada umunya, bukan sematamata sebagai orang yang serba sempurna (powefull) 4. Memiliki energi emosi hebat untuk melepaskan diri dan ketergantungan kepada orang lain. Menurut Johnson dan Medinnus, kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinka individu berfungsi otonom dan berusaha ke arah prestasi pribadi dan tercapainya ssuatu tujuan. Sunaryo Kartadinata mengemukakan bahwa kemandirian sebagai kekuatan motivasional dalam diri individu untuk mengambil keputusan dan menerima tanggung jawab atass konsekuensi". Dari pandangan-pandangan tersebut dapatlah dipahami bahwa kemandirian tidak persis sama dengan otonomi, melainkan lebih luas cakupannya dari otonomi. Kemandirian yang merujuk pada konsep. Kemandirian adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain, memiliki hasrat untuk bersaing dalam kehidupannya yang lebih baik, bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, menyelesaikan tugasnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Ciri-ciri kemandirian adalah: (1) mandiri secara emosi yakni aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan atau keterkaitan hubungan emosional individu, terutama sekali orang tua atau orang dewasa lainnya yang banyak melakukan interaksi dengannya, (2) mandiri bertindak adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya, (3) mandiri berfikir adalah kebebasan untuk memaknai seperangkat pnsip benar-salah, baik-buruk, apa yang berguna dan sia-sia bagi dirinya. Menurut Heri Kuswanto, sistem pembelajaran berbasis kemandirian terbagi menjadi 3 aspek yaitu: 7 a. Teori dan Praktik Teori yang diberikan oleh kyai atau ustadz berbeda dengan pondok pesantren yang ada pada umumnya, di pondok pesantren Lintang Songo ini, teori langsung diberikan di lokasi area praktik. Kyai langsung terjun mengajari para santri, sehingga memudahkan untuk santri dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini sama dengan semua program kegiatan yang ada di pondok pesantren Lintang Songo seperti: program pertanian dan perkebunan, perikanan, pembuatan kue dan es, peternakan dan lain sebagainya. Santri di ajak untuk melakukan studi banding. b. Keteladanan Keteladanan yang diberikan kyai kepada para santri adalah kyai langsung terjun ke lapangan bersama para santri, agar hubungan emosional kyai dengan santri lebih dekat sehingga memudahkan . kyai dalam proses belajar mengajar guna melatih keterampilan santri.7 Proses berlatih atau melatih membutuhkan landasan teoritis tentang pemahaman ilmu pendidikan, bagaimana melakukna pendekatan terhadap anak dan orang dewasa. Keduanya jelas sangat berbeda. Dalam bahasa pendidikan, pendekatan terhadap anak disebut (pedagogi), dan orang dewasa disebut (andragogi). Kedua pendekatan tersubut mempunyai metode yang tidak sama. c. Studi banding Studi banding ini mempunyai tujuan penting bagi santri-santri yang ada di pondok pesantren Lintang Songo. Tujuannya adalah untuk memahami secara langsung apa yang telah diajarkan oleh pengajar yang profesional sesuai dengan bidangnya. Dalam bidang pertanian santri di kirim untuk mengikuti studi banding di Serpong, Jakarta. Studi banding ini untuk mengajarkan santri bagaimana cara menanam padi yang bagus serta cara bagaimana padi yang biasanya panen empat bulan sekali dalam setiap panen, kini bisa menjadi tiga bulan dalam sekali panen. Sama halnya dengan program pembuatan kue, santri 7 Hasil wawancara dengan pengasuh pesantren bapak Heri Kuswanto, pada hari Rabu, 6 Mei , pukul 09.00 WIB. 8 di ajak untuk studi banding. Tujuannya adalah memahami secara langsung apa yang diajarkan oleh para profesional sesuai dengan bidangnya Konsep pendidikan bagi anak membutuhkan beberapa hal. Pertama, contoh dan keteladanan pendidik. Kedua, transformasi nilai dan pengetahuan terhadap peserta didik. Ketiga, penyampaian pesan yang senantiasa informatif terhadap peserta didik (monologis), dalam istilah pendidikan disubut konsep tabularasa, Contoh dan keteladanan merupakan hal yang sangat penting yang harus ada pada diri seorang guru atau ustadz, karena guru merupakan figur utama bagi santri atau murid dalam segala hal. Guru adalah contoh yang selalu dilihat oleh murid, jadi seorang guru atau ustadz harus bisa memberikan contoh teladan yang baik bagi santri atau muridnya. Harapan dari pondok pesantren Lintang Songo adalah tidak hanya mencetak generasi yang unggul dalam bidang agama saja, tetapi juga mempunyai keterampilan yang nantinya bisa diterapkan serta memberi banyak manfaat kepada masyarakat sehingga bisa hidup dengan mandiri tanpa bergantung kepada orang lain. Sistem pembelajaran yang diberikan kyai kepada para santri adalah dengan cara kyai langsung terjun ke lapangan bersama dengan para santri, teori diberikan langsung di lapangan praktik, sehingga santri langsung bisa mempraktikkan teori yang diberikan oleh kyai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif-analitis, yaitu mencoba menyajikan fakta secara sistematik tentang keadaan objek yang sebenarnya. Kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri yang diwujudkan dalam aspek kreativitas dan kemampuan mencipta.8Pondok pesantren sebagai salah satu institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan pesantren tidak saja memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi yang jauh lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai moral dan agama. Sesuatu yang teramat penting di tengah proses modernitas dan interaksi antar bangsa yang tidak 8 hlm. Rofiq A, dkk, Pemberdayaan Pesantren Menuju Kemandirian dan Profesional Santri vn Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2005 ), 9 mengenal batas lagi.9 Berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya, pondok pesantren Lintang Songo ini selain mengajari para santrinya berbagai ilmu- ilmu agama, pondok pesantren Lintang Songo ini juga memberi bekal para santrinya dengan berbagai keterampilan. C. PEMBAHASAN Lintang Songo tidaklah sama dengan lembaga pendidikan paua umumnya, syarat dalam penentuannya ada pada otoritas kyai. Ustadz di pondok pesantren Lintang Songo sebagian besar adalah santri senior dan dari berbagai macam tingkat pendidikan, dimulai dari lulusan SLTA, SI,dan S2. Pondok pesantren yang ada pada umumnya adalah seorang ustadz dibayar atas jasanya dalam mengajarkan ilmu-ilmu, berbeda dengan pondok pesantren Lintang Songo ustadz disini tidak dibayar karena ustadz di ambil dari santri-santri senior yang sudah mumpuni dalam keilmuannya. Santri mengajar di pondok pesantren dengan penuh keikhlasan tanpa harus dibayar dan sebagai bentuk pengabdian santri kepada sang kyai.10 Sebelum para santri terjun dalam dunia masyarakat, santri terlebih dahulu di ajari dan diberi contoh oleh kyai, seperti cara ceramah dan lain-lain. Awalnya kyai mengajarkan santri untuk ceramah di masyarakat, santri mengisi ceramah di masjid selama 20 menit kemudian dilanjutkan oleh kyai, namun seiring berjalannya waktu hingga sekarang santri sudah berani dan bisa mengisi ceramah di masjid-masjid. Pesantren merupakan suatu komunitas tersendiri, dimana kiyai, ustadz, santri, dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan, berdasarkan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaannya sendiri, yang secara ekslusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengintarinya. Unsur terpenting pesantren adalah kiyai. Ia adalah tokoh utama yang menentukan corak kehidupan pesantren. Kyai yang menentukan semua kegiatan yang ada di pesantren.11 Sistem pendidikan pesantren didasari, 9 10 ibid., hlm. xvi Hasil wawancara dengan pengasuh Pesantren bapak Heri Kuswanto, pada hari Rabu, 610;pukul 12:30 WIB. 11 Rafiq A, dkk, Pemberdayaan Pesantren, hal. 3-4 10 digerakkan, dan diarahkan oleh nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. Ajaran agama Islam ini menyatu dengan struktur kontekstual atau realitas sosial yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang mendasari konsep pembangunan dan peran kelembagaan pesantren. Selain konsep pembangunan ada juga konsep keagamaan. Konsep keagamaan sekarang mulai bergeser ke arah konsep sosial dan politik yang didasarkan pada kepentingan sosial-ekonomi yang bersifat praktis dan pragmatis. Dengan demikian, fungsi ulama dan santri lainnnya mulai berubah. Begitu pula terdapat kecenderungan yang kuat bahwa santri membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian, atau keterampilan yang jelas, yang dapat mengantarkannya untuk menguasai lapangan kehidupan tertentu, dalam era moderm ini tidak cukup hanya berbekal dengan moral yang baik saja, tetapi perlu dilengkapi dengan keahlian atau keterampilan yang relevan dengan kebutuhan keija. Ini semua akibat dari adanya tuntutan perubahan yang modernis dalam lembagaan pendidikan, terutama sekali pada pesatren yang selama ini sangat akrab dengan pendekatan tradisional. Konsekuensi yang mesti dilakukan ialah, pesantren harus merubah paradigma pendidikannya agar tak ditinggal oleh "masyarakat moderm", dari klasik menjadi lebih ilmiah, logik, dan moderm, terutama sekali untuk memenuhi bekal hidup untuk hari esok bagi anak didik. Kesulitan yang dirasakan oleh pengasuh pondok atau kyai adalah dalam hal komunikasi kyai dengan keluarga santri. Kebanyakan dari orang tua santri tidak lagi bertanggung jawab dengan anak mereka masing-masing, sehingga sulit bagi kyai untuk memberi kabar kepada keluarga santri. Kesulitan yang di alami oleh kyai adalah ketika salah satu dari santri sakit dan memburuhkan biaya dalam masa perawatan, dari keluarga santri tidak ada yang bertanggung jawab, dan pada akhirnya kyai yang akan membiayai semua pengobatan santri. Untuk pelaksanan kegiatan pendidikan kemandirian, maka ada dua hal penting yang harus benarbenar diterapkan, yakni: a. Kyai langsung terjun kelapangan memberikan teori serta contoh secara langsung kepada santri. b. Santri senior membimbing atau mengajari santri yang junior. 11 Faktor Penghambatnya adalah: a. Sarana Prasarana Sarana prasarana yang belum memadahi sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari santri, seperti belum memadainya kasur tikar, dan rak buku, sehingga sulit dalam mengkondisikan kamar atau tempat yang bersih dan rapi. Pemenuhan kebutuhan sehari- hari seperti makan dan minum, di pondok pesantren Lintang Songo ini santri tidak membayar uang bulanan jadi semua biaya keperluan santri kyai yang menanggung, walaupun ada yang membayar biaya bulanan itu pun hanya sebagian santri, maka dari itu dalam menangani masalah perekonomian kyai mengajari santri dalam melatih kemandiriannya dengan melatih keterampilan para santri dengan menghasilkan uang secara mandiri. Jumlah santri di pondok pesantren Lintang Songo ini adalah 70 santri putra dan putri, dalam keperluan sehari-hari pengasuh pondok mengeluarkan uang Rp. 100.000-300.000 setiap harinya, untuk membeli sayur- sayuran dan sebagainya, karena beras disini pondok sudah punya * persediaan sendiri dari hasil panen.12 b. Santri Santri yang ada di pondok pesantren Lintang Songo ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, seperti anak jalanan, yatim piatu, broken home, ketergantungan obat-obatan dan lain-lain. Karakter santri mayoritas nakal, malas, dan pengetahuan agama mereka masih sangat minim sekali. Upaya dalam menangani setiap masalah yang ada di pesantren dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah, identifikasi dilakukan untuk mencari solusi penyelesaian yang paling tepat. Adapun solusi yang di gunakan oleh pondok pesantren Lintang Songo adalah sebagai berikut: 12 Hasil wawancara dengan bendahara pesantren ibu Siti Hidayati, pada hari Kamis, tanggal Mei 2015, pukul 10:00 WIB. 12 1) Intensifikasi Lahan Pertanian Solusi dalam hal mengatasi pengeluaran pondok pesantren adalah dengan memiliki lahan sendiri, sehingga bisa lebih hemat. 2) Pondok Pesantren Memiliki Dokter Solusi dalam hal kesehatan santri adalah pondok pesantren memiliki dokter sendiri, sehingga tidak mengeluarkan biaya dalam hal pengobatan. Dokter ini berasal dari luar pondok yang merupakan teman dari kyai sendiri dan diminta oleh kyai secara langsung untuk membantu menangani kesehatan para santri. 3) Alat Transportasi Sumber dana pesantren berasal dari partisipasi masyarakat. Masyarakat yang termasuk dalam stratafikasi ekonomi yang cukup baik biasanya menyumbangkan alat transportasi kepada pondok pesantren berupa 1 unit motor. 4) Ruang atau gedung Solusi dalam pembangunan gedung pondok pesantren Lintang Songo adalah pihak pesantren melakukan kerjasama dengan lembaga pemerintahan. Selain itu, ada juga dana yang diperoleh dari kyai sendiri, dari hasil mengolah lahan pertanian, peternakan, dan perikanan. D. SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pembelajaran yang digunakan Pondok pesantren Lintang Songo adalah: (1) teori dan praktik; (2) keteladanan, dan (3) studi banding. Program-program kemandirian yang di ajarkan adalah: (1) Program pertanian, (2) Program Perkebunan, (3) Program Perikanan, (4) Program Pertenakan, J) Program Konveksi, (6) Program Kehutanan, dan (7) Program Home Industri. Faktor pendukung yaitu: (a) SDM yang mau bekerja keras. Para pelakunya adalah kyai, ustadz, santri, dan dukungan dari masyarakat sekitar pondok (b) kerjasama dalam hal mengatasi ekonomi dilakukan dengan cara bagi hasil. Faktor 13 penghambatnya adalah: (1) Sarana prasarana yang belum memadai termasuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari santri (2) Santri, jika dilihat dari segi permasalahannya sebagian dari santri pernah terlibat sebagai pecandu narkoba, pereman, anak jalanan, dan lain-lain (3) Santri, memiliki latar belakang kehidupan ekonomi yang berbeda-beda. Jika dilihat dari hasil pembelajarannya maka terlihat adanya: (a) perubahan sikap dan (b) perubahan dalam keterampilan atau skill. BIBLIOGRAFI Anwar Hafid, dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Bandii. 2013. Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan— Kaukaba, 2012. Arbangi, "Pendidikan Islam Dalam Konteks Keluarga, dan Problematikanya" Jurnal Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandunga Rosdakarya, 2010. Djam'an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kuaif, Alfabeta, 2011 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, Perkembangannya, Jakarta: Departemen Agama Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003 Eka. Magelang Jawa Tengah, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan U1N Sunan Kalijaga, 2004 Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, Yogyakarta: Fajar, 2011 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 Najanuddin, Pendidikan Kemandirian Berbasis Pesantren; Study terhadap pesantren mahasiswa Hasyim Asyari Yogyakarta 2003-2006, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2013 Rafiq A, dkk. Pemberdayaan Pesantren Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2005 14 Rahmah El Yunusiyah, Upaya Guru dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia Dini, Studi Kasus di Play Group Aisyiyah Nur'aini Yogyakarta, Skripsi, Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Berbasis Riset, Jakarta: Akademia, 2013 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012 Suyono & Haryanto, Belajar dan Pembelajaran., Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011 Wehs\te:http://manuruliadid.schJd/indexp^pendidikan-kemandirian-di-pesantren, Website: http://www. blozspot.com/2009/06/pendidikan-vokasional. Html 15 16