INTISARI PENGARUH KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PADA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN Muhammad Husaini1 ;Ratih Pratiwi SariP1; Bethy NurhayatyP2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email :[email protected]. Pengaruh kepatuhan minum obat terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi memegang ikatan yang sangat penting.Keberhasilan dalam melaksanaan kepatuhan minum obat berpengaruh banyak terhadap tekanan darah tinggi yang merupakan faktor penentu dalam usaha bersama dari pasien dan dokter yang menanganinya. Salah satu bentuk kesadaran yang harus dilakukan adalah kepatuhan minum obat, Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kepatuhan minum obat terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Posyandu Lansia pada Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin yang meliputi suatu harapan, kepatuhan, dan perubahan tekanan darah Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimental sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan yaitu dengan mengambil data pasien hipertensi. Pada penelitian ini juga menggunakan metode konkuren yaitu metode penelitian yang dimana yang terjadi pada saat bersamaan, proses-proses disebut konkuren jika proses-proses berada pada saat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berobat di Posyandu Lansia pada Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin.Sampel pada penelitian ini sebanyak 50orang.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penilaian pengaruh kepatuhan terhadap tekanan darahpada penderita hipertensi di Posyandu Lansia pada Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin menunjukan bahwa ada perubahan nilai signifikansi 0,302 < 0,05 yang berarti ada pengaruh nyata (signifikan) tentang kepatuhan terhadap tekanan darah Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh kepatuhan minum obat hipertensi yang akan berdampak positif dengan turunnya tekanan darah pasien dan adanya Hubungan kepatuhan minum obat dengan penurunan tekanan darah memiliki korelasi yang bermakna, kekuatan yang sedang dengan arah koefisien korelasi adalah positif. Kata Kunci : Kepatuhan, Tekanan Darah, Puskesmas iv ABSTRACK OF DRUGS ON COMPLIANCE BLOOD PRESSURE PATIENTS WITH HYPERTENSION POSYANDU ELDERLY IN THE PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN Muhammad Husaini1 ; Ratih Pratiwi SariP1; Bethy NurhayatyP2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email :[email protected] Effect of medication adherence on blood pressure in patients with hypertension hold the bonds of highly penting.Keberhasilan in carrying medication adherence less effect on high blood pressure which is a decisive factor in a joint effort of the patient and the doctor in charge. One form of consciousness that must be done is adherence, The purpose of this study to determine the effect of adherence to blood pressure in hypertensive patients in Puskesmas Posyandu Elderly Jingah River Banjarmasin which includes an expectation, compliance, and changes in blood pressure Research using quasi-experimental method as experimentation that has treatment,impact measurement, experimental units but do not use random assignment to create a comparison in order to conclude that the changes caused by retrieving data treatment of hypertensive patients. In this research method is a method of concurrent research which happened at the same time, so-called concurrent processes if the processes are at the same time. The population in this study were hypertensive patients who seek treatment at the Puskesmas Posyandu Elderly Jingah River Banjarmasin. Sampel in this study were 50orang.Teknik data collection is done by using a questionnaire. Results of impact assessment for compliance with darahpada pressure of hypertensive patients in Puskesmas Posyandu Elderly in Banjarmasin Jingah River shows that there are changes in the value of significance 0.302 <0.05, which means there is a real effect (significant) on adherence to blood pressure Based on the results of this study concluded that There hypertension medication adherence influence that will positively impact patients with lower blood pressure and their relationship medication adherence with a reduction in blood pressure correlated significantly, the power of being the direction of the correlation coefficient is positive. Keywords: Compliance, Blood Pressure, Health Center BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi diabetes mellitus dan penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular yang jumlah penderitanya cukup tinggi di dunia. Sekitar hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa (26%) menderita hipertensi dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29% Penderita diabetes mellitus mencapai angka 194 juta jiwa (51%) dari penduduk usia dewasa dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa.Di Indonesia penderita hipertensi jumlahnya terus meningkat. Penelitian hipertensi berskala nasional telah banyak dilakukan antara lain Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas), Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Hasil Surkesnas pada tahun 2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 27% dan wanita 29%. Hasil SKRT tahun 2004 hipertensi pada pria sebesar 12.2% dan wanita 15.5%. Hasil SKRT pada tahun 1992, 1995 dan 2001 menunjukan bahwa penyakit hipertensi selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi yang meningkat yaitu sebesar 16,0%, 18,9% dan 26,4%, laporan hasil riset kesehatan dasar berskala nasional (Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi (berdasarkan pengukuran) pada penduduk usia >18 tahun adalah sebesar 29.8%. Tingginya jumlah penderita tersebut menjadikan Indonesia menempati urutan keempat dunia setelah Amerika Serikat, India dan China (Diabetes Care, 2004) Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah di atas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5%, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab gangguan jantung.Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat juga berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.Penyakit ini seringkali disebut silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital.Penyakit ini memerlukan biaya pengobatan yang tinggi dikarenakan alasan seringnya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan penggunaan obat jangka panjang (Depkes, 2006). 1 Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat.Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah. Hipertensi merupakan faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal akut dan penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease/CKD) karena dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik (Guyton, 2006).Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskular. Penurunan tekan sistolik harus menjadi perhatian utama, karena umumnya tekanan diastolik akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya sistolik (Gunawan, 2008). Ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah, sedangkan terapi non farmakologis atau disebut juga dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet serta yang mencakup psikis antara lain mengurangi stress, olah raga, dan istirahat (Kosasih dan Hassan, 2013). Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi merupakan usaha bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya. Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif dan kesediaan pasien untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan (Burnier et.al, 2001). Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi.Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara terhadap mencegah terjadi komplikasi (Depkes, 2006). Kepatuhan terhadap penggobatan diartikan secara umum sebagai tingkatan perilaku dimana pasien menggunakan obat, menaati semua aturan dan nasihat serta dilanjutkan oleh tenaga kesehatan.Beberapa alasan pasien tidak menggunakan obat antihipertensi dikarenakan sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi jangka panjang, efek samping obat, regimen terapi yang kompleks, pemahaman yang kurang tentang pengelolaan dan risiko hipertensi serta biaya pengobatan yang relatif tinggi (Osterberg & Blaschke, 2005). Ketidakpatuhan pasien menjadi masalah serius yang dihadapi para tenaga kesehatan profesional. Hal ini disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak dialami oleh masyarakat tanpa ada gejala yang signifikan dan juga merupakan penyakit yang menimbulkan penyakit lain yang berbahaya bila tidak diobati secepatnya (Niven, 2002). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung menderita dan ginjal.Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah didiagnosis hipertensi/penyakit tekanan (dokter/perawat/bidan) atau belumpernah darah tinggi didiagnosis oleh tenaga kesehatan menderita hipertensi tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat sendiri). Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis Joint National Commite (JNC) VIII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHgatau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Depkes 2013) Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban tenaga kefarmasian yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1197/MENKES/SK/X/2004. Pelayanan infomasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien (Depkes 2013).