PERAN GURU PAI DALAM MENCIPTAKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DENGAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMP DUA MEI CIPUTAT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Oleh CYNTHIA ARIYANI NIM. 109011000188 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul Peran Guru PAI dalam Menciptakan Komunikasi Yang Efektif Dengan Siswa pada Pembelajaran PAI di SMP Dua Mei Ciputat disusun oleh Cynthia Ariyani, NIM. 109011000188, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas. Jakarta, 27 Januari 2014 Yang mengesahkan Pembimbing Drs. H. Masan AF, M.Pd NIP. 195107161981031005 i LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul Peran Guru PAI Dalam Menciptakan Komunikasi Yang Efektif dengan Siswa pada Pembelajaran PAI di SMP Dua Mei Ciputat disusun oleh Cynthia Ariyani, NIM. 109011000188, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggal 14 April 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam Bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 14 April 2014 Panitia Ujian Munaqasyah Tanggal Tanda Tangan ……...……… ………………….. (Marhamah Saleh, Lc. MA) NIP. 19720313 200801 2 010 Penguji I ..……………. ………………….. (Drs. A. Basuni, M.Ag) NIP. 19491126 197901 1 001 ……………... ………………….. ……………... ………………….. Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam) (Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag) NIP. 19580707 198703 1 005 Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam) Penguji II (Dr. Dimyati, M.Ag) NIP. 19640704 199303 1 003 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dra. Hj. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D NIP. 19591020 198603 2 001 ii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Cynthia Ariyani Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 04- 06- 1991 Nim : 109011000188 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Angkatan Tahun : 2009 Alamat : Jl. Masjid Darussalam No 24 Rt 004/014 Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Provinsi Banten MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul: Peran Guru PAI Dalam Menciptakan Komunikasi Yang Efektif dengan Siswa pada Pembelajaran PAI di SMP Dua Mei Ciputat adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Dosen Pembimbing : Drs. H. Masan. AF, M.Pd NIP : 195107161981031005 Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri Jakarta, 27 Januari 2014 Cynthia Ariyani iii ABSTRAK Cynthia Ariyani (109011000188): Peran Guru PAI Dalam Menciptakan Komunikasi yang Efektif dengan Siswa pada Pembelajaran PAI di SMP Dua Mei Ciputat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran PAI. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2013 di SMP Dua Mei Ciputat. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan upaya guru dalam meningkatkan komunikasi yang efektif terhadap siswa. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yakni dengan metode penelitian studi kasus maka dapat disimpulkan bahwa peran guru PAI di SMP Dua Mei Ciputat memiliki peranan yang efektif dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yakni dalam penyampaian materi yang disampaikan oleh guru PAI, siswa mampu memahaminya. Dalam hal strategi pembelajaran yang digunakan dan pemanfaatan sarana dan prasarana sudah cukup baik. Dari hasil penilaian ditemukan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII pada pembelajaran PAI mendapat hasil rata-rata yang sangat baik, hal ini dapat dilihat dari nilai raport siswa yang telah memenuhi standar KKM. Hal tersebut tak lepas dari pengetahuan guru PAI dalam menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas dan juga dari pemanfaatan guru PAI terhadap sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah. Pengetahuan guru merupakan salah satu faktor upaya yang dilakukan seorang guru dalam menciptakan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa dinilai baik. iv ABSTRACT Cynthia Ariyani (109011000188): Teacher’s Role in Creating Communication of Islamic Education (PAI) Effectively with Student on The Learning in Dua Mei Junior High School, Ciputat This study aims to determine the role of PAI teachers in creating communication effectively on learning PAI with students effectively. This study was conducted in October-December 2013in Dua Mei Junior High School, Ciputat. In this study, the author describes the efforts of teacher in improving communication to students effectively. Based on the results of this study using a qualitative approach that is in the case of study method, it can be concluded that the role of teachers on learning PAI in Dua Mei Junior High School has an effective role in creating effective communication in delivering the material of PAI and student are able to understand it. In terms of learning strategies which is used and the use of facilities and infrastructure of school is good enough. From the results of assessment found that the 8th grade of Dua Mei Junior High School got the average results very good in learning PAI, it can be seen from the report cards of students which already reached the standard of minimum point (KKM). It cannot be separated by the role of teacher knowledge in delivering the material in the classroom and also the utilization of facilities and infrastructure. Knowledge of teacher is the one of factors that made the teacher attempts to create a good communication among students and teacher. It can be concluded that teacher’s role in creating communication effectively with students is considered good. v KATA PENGANTAR Alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang maha dahsyat, yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalamnya-dalamnya kepada Allah SWT, sang pemilik takdir. Yang memberikan nikmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Allahumma Shalli ‘ala Muhammad, shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan mulia Nabi Muhammad saw. seorang revolusioner, sang pemimpin, sang pencerah bagi umat islam. Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Hambatan dan kesulitan tersebut tidak ada yang tidak berguna (sia-sia), penulis akui semua itu menjadi pelajaran yang berharga. Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas. Namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada yang terhormat: 1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. vi 4. Bapak Drs. H. Masan A.F, M.Pd selaku pembimbing penulisan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran. 5. Bapak Muhammad Zuhdi S.Ag, M.Ed, Dosen Penasehat Akademik. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kepala Sekolah SMP Dua Mei, guru dan staf SMP Dua Mei Ciputat, yang telah membantu saya dalam penulisan skripsi ini. 8. Teristimewa untuk ayahanda Wahyudin dan ibunda tercinta Purbayaningsri yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan motivasi yang tak terhingga kepada penulis. 9. Saudara dan saudariku tersayang kepada Widya Febrianti, Silvia Anggreini, Juli Fajar, Farrel, Chandra Yuda Pamungkas, Bunga Aprilia Putri dan nenek tercinta Siti Mariah yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis. 10. Teman-temanku tercinta, Yayah, Irma, Kokom, Aidah, Nadia, Ichon, Sarah, Via, Munzir el-imoenk, Hariri, Nabil, Rizky dan Tya yang telah bersedia mendampingi dan memotivasi penulis. 11. Kawan-kawan tercinta Alumni Pon-Pes Al-Amanah Al-Gontory angkatan 2009, Kelas E PAI 2009 dan Kelas PAI Sejarah. 12. Teman-teman PPKT, Ibu Neng meti Su’aibah, Ibu Sari Nur’aini dan Ibu Lina Andriyani. 13. Imran Satria Muchtar yang senantiasa mendoakan, membantu, dan memberikan dukungan kepada penulis dalam melakukan penelitian. 14. Serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu dalam lembaran ini. Ciputat, 27 Januari 2014 Penulis Cynthia Ariyani vii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................... i LEMBAR PENGESAHAN ……........................................................................... ii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...................................................... iii ABSTRAKSI ......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................... v DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN .................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7 BAB II C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7 D. Perumusan Masalah .................................................................... 8 E. 8 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... Kajian Teoritis A. Kajian Teoritis.............................................................................. 9 1. Hakikat Guru........................................................................... 9 a. Pengertian Guru............................................................... 9 b. Peranan Guru.................................................................... 10 c. Tugas Guru....................................................................... 14 d. Tanggung jawab Guru...................................................... 15 2. Hakikat Pendidikan Agama Islam........................................... 16 a. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................... 16 viii b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam.................. 17 3. Hakikat Komunikasi................................................................ 19 a. Pengertian dan Tujuan Komunikasi................................. 19 b. Unsur-unsur Komunikasi................................................. 22 c. Proses Komunikasi........................................................... 23 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi.............. 24 e. Komunikasi Efektif.......................................................... 26 f. Komunikasi Efektif dalam Pendidikan............................ 28 4. Peran Guru dalam Menciptakan Komunikasi Efektif.............. 29 B. Hasil Penelitian yang Relevan..................................................... BAB III BAB IV 31 Metodologi Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 33 B. Latar Penelitian (Setting) ............................................................ 33 C. Metode Penelitian........................................................................ 33 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................ 35 E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ......................... 38 F. Analisis Data ............................................................................... 39 Hasil Penelitian A. Profil Sekolah SMP Dua Mei Ciputat …………………………. 42 1. Sejarah Alamat Lengkap dan Sejarah Singkat SMP Dua Mei Ciputat ................................................................................... 42 2. Visi, Misi, dan Tujuan............................................................. 43 3. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan................................ 44 4. Data Siswa SMP Dua Mei Tahun Pelajaran 2010-2013.......... 47 5. Data Sarana dan Prasarana....................................................... 47 ix 6. Struktur Kurikulum SMP Dua Mei Ciputat............................. 49 7. Struktur Organisasi Sekolah.................................................... 53 8. Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar.......................................... 54 B. Deskripsi Data………................................................................. 56 C. Analisis Data................................................................................ 58 D. Temuan Hasil Penelitian.............................................................. 66 E. BAB V Keterbatasan Penelitian ............................................................... 70 Kesimpulan, Implikasi dan Saran A. Kesimpulan ................................................................................. 72 B. Implikasi ...................................................................................... 72 C. Saran ............................................................................................ 73 Daftar Pustaka …………………………………………………………………. Lampiran x 74 DAFTAR TABEL No Tabel 4.1 Nama Tabel Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP Dua Halaman 44 Mei Ciputat 4.2 Data Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2013 47 4.3 Data Sarana dan Prasarana Sekolah 47 4.4 Kurikulum Pelajaran di SMP Dua Mei Ciputat 50 4.5 Jadwal Kegiatan Belajar di SMP Dua Mei Ciputat 54 xi DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN Nomor Gambar Nomor Gambar Halaman Gambar 2.1 Proses Komunikasi 23 Gambar 3.1 Situasi Sosial (Social situation) 34 Gambar 4.1 Menunjukkan Proses Komunikasi 58 Gambar 4.2 Gerbang Masuk dan Pos Keamanan 64 SMP Dua Mei Ciputat Gambar 4.3 Lapangan dan Mushola SMP Dua 64 Mei Ciputat Gambar 4.4 Perpustakaan dan Lab Komputer 64 SMP Dua Mei Ciputat Gambar 4.5 Ruang Kelas SMP Dua Mei Ciputat 65 Gambar 4.6 Proses Pembelajaran Pendidikan 65 Agama Islam (PAI) Gambar 4.7 Kegiatan Belajar di Ruang Multimedia SMP Dua mei Ciputat xii 65 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kalender Pendidikan SMP Dua Mei Ciputat Tahun Ajaran 2013-2014 Lampiran 2: Struktur Organisasi Sekolah SMP Dua Mei Ciputat Lampiran 3: Mata Pelajaran Wajib SMP Dua Mei Ciputat Lampiran 4: Pengembangan Diri SMP Dua Mei Ciputat Lampiran 5: Sistem Evaluasi Lampiran 6: Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara Lampiran 7: Daftar Kelas VIII Siswa SMP Dua Mei Ciputat Lampiran 8: Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Lampiran 9: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 10: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 11: Uji Referensi xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara eksistensi setiap bangsa di dunia sepanjang zaman. Pendidikan sangat menentukan bagi terciptanya peradaban masyarakat yang lebih baik. Untuk itulah perwujudan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang semakin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan berdaya saing dengan bangsabangsa di dunia. Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.1 Pengertian pendidikan di atas menunjukkan bahwa tugas seorang pendidik adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, serta ikut berperan serta di dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun batin. Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha 1 Undang-undang RI, No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Visimedia, 2003), cet ke-1, h. 5 1 2 Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Dari pengertian pendidikan dan fungsi serta tujuan pendidikan di atas, maka akan tampak jelas target dari pendidikan itu sendiri yaitu diharapkan akan terwujudnya bangsa Indonesia yang mempunyai potensi dan berkepribadian seutuhnya, yang mampu bertanggung jawab untuk dirinya dan orang-orang yang di sekitarnya. Dalam mengembangkan potensi peserta didik dalam proses belajar mengajar tentunya seorang guru mempunyai suatu peranan, Peran yang dimaksud adalah pola tingkah laku. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi dalam proses pembelajaran. Peran guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran bergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya.3 Oleh karena itu, pendidik adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran, sehingga sebagai pendidik atau pengajar, guru dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif. Kata komunikasi berasal dari kata latin cum, yaitu kata depan yang berarti dengan dan bersama dengan, dan unus, yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam bahasa Inggris menjadi 2 Ibid., h. 5-6 Asnawir & Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 1 3 3 communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.4 Menurut Hardjana, komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Pertukaran makna merupakan inti dari yang terdalam kegiatan komunikasi karena yang disampaikan orang dalam komunikasi bukan kata-kata melainkan arti atau makna dalam kata-kata. Dalam komunikasi, orang bukan menanggapi kata-kata, melainkan arti dari kata-kata. Karena interaksi, komunikasi merupakan kegiatan yang dinamis.5 Onong Uchajana Effendi merumuskan komunikasi sebagai proses pernyataan antar manusia. Hal yang dinyatakan itu adalah fikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahas komunikasi, pernyataan disebut sebagai message (pesan). Orang yang menyampaikan pesan disebut communicator (komunikator). Sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut communicate (komunikan).6 Disadari atau tidak dalam kesehariannya manusia selalu berkomunikasi, baik komunikasi antar individu, individu antar kelompok ataupun antar kelompok. Dengan kata lain komunikasi sudah seperti halnya manusia membutuhkan oksigen untuk bernafas, karena komunikasi merupakan hal yang sudah biasa dilakukan. Kebanyakan kita tidak menyadari bahwa kita telah melakukan kesalahan dalam berkomunikasi untuk itu diperlukan komunikasi yang mampu membangun kerjasama antara individu yang satu dengan individu yang lain, individu dengan kelompok ataupun kelompok yang satu dengan yang lainnya, yakin dengan berkomunikasi yang efektif sehingga individu yang satu dengan individu yang lainnya akan saling memahami, saling 4 Ngainun Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), h. 17 5 Ibid,. h. 18 Onong Uchajana Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: CA Publisher, 2003), h. 28 6 4 mengisi, dan saling memberi. Dengan demikian potensi dari masing-masing individu akan semakin berkembang. Kegiatan komunikasi dalam diri manusia, akan merupakan bagian hakiki dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber dari kegiatan komunikasi dalam hubungannya dengan pihak lain dan kelompok. Bahkan dapat dikatakan melalui komunikasi akan terjaminlah kelanjutan hidup masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia.7 Tidak ada persoalan sosial dari waktu ke waktu yang tidak melibatkan komunikasi. Justru itu dari waktu ke waktu manusia dihadapkan dengan masalah sosial, yang penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang “lebih banyak” ataupun yang “lebih baik” setidak-tidaknya semua kesalahpahaman yang menimbulkan konflik antara manusia, baik dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi maupun dalam bidang militer dinyatakan sebagai “kesalahan komunikasi”. Memang komunikasi sering dimunculkan sebagai “kambing hitam”, jika terjadi keriwetan dan ketidakharmonisan dalam hubungan antar manusia dan antara bangsa (seperti konflik dalam rumah tangga, timbulnya perang, dan sebagainya.8 Komunikasi dipandang sebagai proses untuk mengubah perilaku orang lain, oleh karena setiap hari manusia melakukan komunikasi maka komunikasi sudah menjadi bagian dari kehidupan rutin sehari-hari. Komunikasi yang efektif dengan orang lain sangat diperlukan berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan rumah tangga, tempat pekerjaan, di pasar atau dalam masyarakat dan lembaga pendidikan. Tanpa komunikasi manusia tidak akan dapat berinteraksi dengan lingkungan terutama lingkungan lembaga pendidikan antara guru dan murid. Pada dasarnya seorang guru adalah seorang komunikator. Proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas merupakan proses komunikasi. Dalam konteks komunikasi pendidikan, guru harus memenuhi segala prasyarat komunikasi yang 7 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet ke-10, h. 7 8 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 20 5 efektif dalam menyampaikan pelajaran. Jika tidak, proses pembelajaran akan sulit mencapai hasil maksimal.9 Oleh karena itu, komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Dalam kegiatan pendidikan pada umumnya, dan dalam proses kegiatan belajar pada khususnya, komunikasi merupakan salah satu faktor utama yang turut serta dalam penentuan pencapaian tujuan pendidikan. Maka untuk mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru (komunikator) dan siswa (komunikan). Salah satu bentuk terjalinnya komunikasi yang efektif antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar adalah seorang guru dapat menyampaikan sebuah materi dengan berbagai metode dan variasi. Dengan adanya sebuah variasi metode yang digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi sehingga dapat terjalinnya sebuah komunikasi yang baik dalam menyampaikan materi di dalam sebuah kelas. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, mengurangi kejenuhan dan kebosanan, meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.10 Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut: (1) variasi dalam penggunaan metode pembelajaran, (2) variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, (3) variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi, dan (4) variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.11 9 Ngainun Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), h. 112 10 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke-7, h. 78 11 Ibid.,h. 80 6 Jika melihat makna penting dari komunikasi, dapat diketahui bahwa komunikasi merupakan hal yang besar sekali peranannya dalam kehidupan, terutama dalam sebuah dunia pendidikan. Di lembaga pendidikan formal, peran komunikasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas atau proses pembelajaran terutama komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa atau komponen yang satu dengan yang lainnya. Peranan tersebut akan berjalan dengan baik apabila ada komunikasi yang baik antara komponen-komponen terkait. Akan tetapi dalam realita pendidikan saat ini terdapat kesalahan pada peran guru PAI dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena dalam proses belajar mengajar, guru PAI menggunakan metode yang terlalu sederhana, kurang bervariatif yaitu cenderung menggunakan metode ceramah saja. Hal tersebut menjadikan siswa merasa bahwa belajar Pendidikan Agama Islam itu membosankan. Sehingga dapat menjadikan komunikasi yang kurang efektif dalam proses penyampaian materi yang diajarkan. Dalam hal ini juga materi yang diberikan mungkin terlalu banyak, sehingga siswa kurang memahami atau mencerna materi yang diberikan. Hal lain yang menjadikan komunikasi kurang maksimal yaitu lingkungan kelas yang tidak kondusif yakni jumlah siswa yang terlalu banyak, sehingga tidak tercipta proses komunikasi yang efektif, dan siswa menjadi acuh tak acuh terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal tersebut pula dapat berdampak pada faktor internal atau eksternal siswa. Faktor internal siswa adalah dorongan dalam diri siswa, apakah ada minat atau tidak siswa dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam, tetapi yang lebih berperan adalah eksternal siswa, bagaimana lingkungan di sekitarnya. Selain itu, banyak diantara guru yang mempunyai sikap pilih kasih antara siswa yang pintar dan siswa yang kurang. Hal ini dapat menjadikan kerenggangan komunikasi yang berdapak negatif terhadap proses belajar mengajar dan berdampak pula pada hasi belajar mengajar. Karena terdapat guru yang lebih memperhatikan siswa yang aktif, pintar dan merespon daripada memperhatikan siswa yang kurang 7 pintar, kurang aktif dan nakal. Sehingga berakibat kurangnya rasa hormat siswa terhadap guru dan dapat menjadikan siswa acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang “PERAN GURU PAI DALAM MENCIPTAKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DENGAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMP DUA MEI CIPUTAT”. B. Identifikasi Masalah Penelitian ini dilakukan pada jenjang tingkat Sekolah Menengah Pertama dengan fokus penelitian mengenai peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan identifikasi masalah: 1. Hubungan interaksi antara guru PAI dengan siswa masih kurang maksimal. 2. Kurangnya rasa hormat siswa terhadap guru. 3. Siswa acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 4. Metode pembelajaran oleh guru PAI kurang menarik. 5. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 6. Kurangnya perhatian pandangan sebuah lembaga pendidikan tentang istilah ”komunikasi”, sehingga banyak yang mengabaikan. C. Pembatasan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, maka tentunya akan meluas jika masalah tersebut secara keseluruhan dibahas dalam skripsi ini, maka peneliti membatasi permasalahannya yaitu: 8 1. Peran guru yaitu peran seorang guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Komunikasi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan seorang guru PAI pada kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam kelas. D. Perumusan Masalah Adapun rumusan-rumusan masalah yang akan peneliti tuangkan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran PAI? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu mengetahui Peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi para pengelola pendidikan, para stakeholder dapat dijadikan sebagai bahan masukan akan pentingnya komunikasi yang baik agar selalu terciptanya hubungan yang harmonis antara komponen-komponen yang terkait. 2. Bagi Universitas untuk menambahkan khazanah kepustakaan dan sebagai acuan atau rujukan untuk penelitian yang selanjutnya. 3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan baru dalam hal peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran PAI. BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Hakikat Guru a. Pengertian Guru Pada zaman Era Globalisasi seperti sekarang ini jabatan guru nampaknya sudah menjadi profesi yang menjadi mata pencaharian. Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab dalam pendidikan yang terpikul dipundak orang tua. Guru juga dapat dikatakan orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 1 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa “ Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”1. Seseorang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.2 Hal ini dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan sebagai berikut: Moh. Uzer Usman mendefinisikan guru sebagai jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.3 Roestiyah N. K. mengemukakan bahwa guru adalah seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan peserta didik mampu merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. 1 Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet ke-2, h. 3 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet ke-5, h. 15 3 Moh, Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 6 2 9 10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah guru diartikan sebagai “orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar.4 Dari pendapat diatas merupakan pengertian guru secara profesional dan secara umun, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pekerjaan operasional dengan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. b. Peranan Guru Proses pembelajaran di sekolah tidak mungkin dapat mencapai hasil yang diharapkan tanpa disertai dengan proses belajar mengajar yang memadai dan seimbang. Semua ini menjadi konsekuensi bagi para guru agar dapat meningkatkan peranannya dalam proses pembelajaran. Karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan guru. Menurut Moh Uzer Usman berpendapat bahwa ada beberapa peran guru antara lain, yaitu: a) Guru sebagai Demonstrator Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecture atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus menerus. Dengan cara demikian, ia akan memperkaya dirinya dengan 4 h. 123 berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 11 melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya, agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh peserta didik. b) Guru sebagai Pengelola Kelas Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu di organisasi.Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah pada tujuan-tujuan pendidikan.Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik.Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan jawaban memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.Dengan demikian, guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan belajar secara efektif di kalangan siswa. c) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik, sistematis, baik melalui pre-service maupun inservice training. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Sedangkan guru sebagai fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber 12 belajar yang berguna serta dapat menunjang dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. d) Guru sebagai Evaluator Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.5 Adapun peran guru seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa, antara lain: a. Guru sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. b. Guru sebagai Pengajar Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. c. Guru sebagai Pembimbing Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus 5 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-7, h.9-12 13 ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. d. Guru sebagai Innovator Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah bagaimana menjembataninya secara efektif. Jadi yang menjadi dasar adalah pikiran-pikiran tersebut, dan cara yang dipergunakan untuk mengekspresikan dibentuk oleh corak waktu ketika cara-cara tadi dipergunakan. e. Guru sebagai Emansipator Guru telah melaksanakan fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan, keuletan dan seni memotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit kembali harapannya.6 Adams dan Dickey, mengemukakan bahwa peran guru sesungguhnya lebih luas, meliputi guru sebagai pengajar, Pembimbing, Ilmuwan, dan guru sebagai Pribadi (Teladan).7 Dari pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa seorang guru mempunyai peran yang tidak hanya mengajar di dalam kelas saja, akan tetapi seorang guru harus dapat membimbing peserta didik dalam setiap 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet ke-7, h. 37-60 7 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 4, hal. 123 14 kegiatan yang dilakukan peserta didik tersebut. Di samping itu, peran guru sebagai seorang ilmuwan yang berarti guru harus menguasai pengetahuan sebagai proses perkembangan pendidikan. c. Tugas Guru Menurut Hamzah B. Uno yang dikutip dari Uzer, berpendapat bahwa tugas guru yang dilakukan ada tiga jenis: 1. Tugas guru sebagai suatu profesi. Meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik. 2. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan. Meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya. 3. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.8 Di antara beberapa hal yang menjadi tugas-tugas guru seperti yang dikemukakan oleh Slameto, antara lain: 1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai. 3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi tujuan melalui pengalaman, nilai-nilai penyesuaian diri. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus 8 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet ke-5, h.20-21 15 mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.9 Dari kedua tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya tugas guru sama, yakni tuga guru ialah mengajar, mendidik dan melatih. Namun tugas pada guru PAI dapat dibedakan dengan guru-guru yang lainnya, guru PAI yang melakukan tugas pengajaran, disamping itu juga mengajarkan pengetahuan tentang keagamaan, ia juga melakukan tugas pendidikan dan pembinaan bagi anak didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak disamping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik diantaranya Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menghargai orang lain, bijaksana dan berhati-hati(tidak sembrono, tidak singkat akal). d. Tanggung jawab Guru Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Tanggung jawab guru dapat dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa, sebagai berikut: 1. Tanggung jawab moral Setiap guru harus mampu menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral pancasila dan mengamalkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari. 2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah Setiap guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), melaksanakan pembelajaran yang efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberi nasihat, melaksanakan evaluasi hasil belajar dan mengembangkan peserta didik. 9 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet ke-5, h. 97 16 3. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan Setiap guru harus turut serta mensukseskan pembangunan, harus kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat. 4. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan Setiap guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.10 Guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka mengembangkan kepribadian dan jiwa anak didik. Dengan demikian tanggung jawab seorang guru ialah untuk membentuk anak didik agar menjadi pribadi yang berasusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. 2. Hakikat Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut Zakiah Daradjat pengertian Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. 2. Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. 10 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikat Guru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-4, h.18 17 Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun diakhirat kelak.11 Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik atau guru dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Kurikulum Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk sekolah/madrasah sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Alllah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b. Penanaman Nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. c. Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. 11 Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), h. 86. 18 e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya. f. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, system dan fungsionalnya. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama Islam agar dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.12 Dengan demikian fungsi dari Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, yaitu dalam lingkungan keluarga, orang tua harus diikut sertakan dalam membimbing anaknya dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam, lalu sekolah hanya melanjutkan saja seperti memberikan pengajaran atau bimbingan kepada siswa tentang Pendidikan Agama Islam. “Tujuan pendidikan Islam adalah membekali akal, dengan pemikiaran dan ide-ide yang sehat, baik itu mengenai cabangcabang aqidah, maupun hukum. Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut ilmu dan membekalinya dengan pengetahuan.”13 Jadi, bisa dikatakan bahwa hakikat tujuan pendidikan Islam adalah mampu mencerdaskan akal dan membentuk jiwa yang Islami, sehinnga akan terwujud sosok pribadi muslim sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan. Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu 12 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi, h.134-135. Abdurrahman Al-Bagdadi, Sistem Pendidikan di Masa Khalifah Islam, (Surabaya: AlIzzah, 1996), cet. 1. h. 25. 13 19 benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Sebagian para ahli misalnya mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah yakni melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan ketulusan. Rumusan pendidikan Islam yang diarahkan pada upaya penyempurnaan akhlak atau membentuk akhlak yang mulia, sebagaimana akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup didunia bagi anak didik dan kemudian akan membuahkan kebaikan di akhirat kelak. Dengan demikian tujuan pokok dan terutama pendidikan Islam ialah membentuk budi pekerti dan pendidikan jiwa yang baik. 3. Hakikat Komunikasi a. Pengertian dan Tujuan Komunikasi Komunikasi secara etimology berasal dari bahasa latin Communicate yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, fikiran, gagasan, dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik(feedback).14 Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi mempunyai arti pemberitahuan atau pertukaran pikiran.15 Dalam Kamus 14 A.Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h.35 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) cet ke-19, h.4 15 20 Besar Bahasa Indonesia komunikasi memiliki arti sebagai pengiriman atau penerimaan pesan atau berita.16 Sedangkan secara terminology komunikasi berarti proses penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.17 Beberapa ahli mengemukakan definisi “Komunikasi” sebagai berikut: Himstreet dan Baty dalam Business Communications: Principles and Methods, yang dikutip dari Djoko Purwanto mengemukakan bahwa “komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan”.18 A.A. Anwar mengemukakan bahwa “komunikasi adalah pemindahan informasi dan pemahaman dari seseorang kepada orang lain”. Sedangkan Edwin B. Flippo berpendapat bahwa “komunikasi adalah aktivitas yang menyebabkan orang lain menginterpretasikan suatu ide, terutama yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis”19. Menurut James G. Robbins & Barbara S. Janes yang sudah diterjemahkan oleh R. Turman Sirait, Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambanglambang, yang mengandung arti atau makna. Atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada seorang lainnya.Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai fikiran, dan perasaan-perasaan.20 Bila dilihat lebih lanjut maksud dari model Laswell ini akan kelihatan bahwa yang dimaksud dengan pertanyaan who tersebut adalah menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai 16 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. 1, h. 454 17 T.A, Latief Rosyidy, Dasar-dasar Rhetorika Komunikasi dan Informasi,(Medan: 1985), h.48 18 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2011), cet ke-2, h.4 19 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet ke-5, h. 145 20 James G. Robbins & Barbara S. Janes, penerjemah R. Turman Sirait, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1986), cet ke-3, h.1 21 komunikasi. Yang memulai komunikasi ini dapat berupa seseorang dan dapat sekelompok orang seperti organisasi. Pertanyaan kedua adalah says what atau apa yang dikatakan. Pertanyaan ini adalah berhubungan dengan isi komunikasi atau pesan apa yang disampaikan. Pertanyaan ketiga adalah to whom.Pertanyaan ini maksudnya menayakan siapa yang menjadi penerima dari komunikasi. Pertanyaan keempat adalah through what atau melalui media apa. Yang dimaksud dengan media adalah alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan, kontak mata, sentuhan, radio, televise, surat dan gambar. Pertanyaan terakhir dari model Laswell ini adalah what effect atau apa efeknya dari komunikasi tersebut. Misalnya, sebuah sekolah swasta membuat iklan untuk mengkomunikasikan bahwa mereka akan menerima murid baru. Sesudah iklan ini disiarkan beberapa hari, sudah berapa orangkah yang mendaftar untuk menjadi murid.Jumlah orang yang mendaftar ini adalah merupakan efek dari komunikasi. Jadi pada dasarnya Laswell menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek-efek tertentu.21 Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, gaya, yang di antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna sehingga keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Jelaslah bahwa dalam komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyampaikan pesan berupa lambang-lambang kepada orang lain melalui saluran yang disebut media. Carl I. Hovland yang dikutip dari Onong Uchjana Effendy, dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang 21 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet ke-11, h. 5-7 22 lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals).22 Oleh sebab itu, tujuan dari komunikasi adalah menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan dengan sejelas-jelasnya, agar informasinya dapat dipahami/dimengerti oleh komunikan, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif. b. Unsur-unsur Komunikasi Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam komunikasi, seperti dikemukakan oleh Onong Uchjana, adalah sebagai berikut: a. Komunikator Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada orang lain. b. Pesan Pesan sebagai terjemahan dari bahasa asing “message” adalah lambang bermakna (meaningful symbols), yakni lambang yang membawakan pikiran atau perasaan komunikator. c. Komunikan Komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikator ketika ia menyampaikan pesannya. d. Media Media adalah sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. e. Efek Efek adalah tanggapan, reason atau reaksi dari komunikan ketika ia atau mereka menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah akibat dari proses komunikasi.23 22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) cet ke-19, h.10 23 Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relation, (Bandung, Mandar Madu, 1993), cet-ke 8, h. 14-16 23 c. Proses Komunikasi Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang atau komunikator kepada orang lain atau komunikan. Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lainlain yang muncul dari benak perasaan yang berupa keyakinan, kepastian, kekhawatiran, dan sebagainya yang mucul dari lubuk hati. Komunikasi adalah proses yang dinamis, karena di dalamnya pengirim lambang yang disebut sender dan penerima lambang yang disebut receiver saling mempengaruhi, baik secara fisik maupun psikis, turut terlibat. Faktor fisik misalnya: menunjukkan sikap sopan, baik atau tidak, menerima atau menolak. Sedangkan faktor psikis diantaranya gembira, sedih, acuh, marah dan sebagainya. Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan yang dimaksud. Menurut Stephen P. Robbins, proses komunikasi. Model ini terdiri dari tujuh bagian: (1) Sumber komunikasi, (2) Pengkodean, (3) Pesan, (4) Saluran, (5) Decoding, (6) Penerima, dan (7) Umpan balik.24 Pesan Sumber Pesan Penyandian Pesan Pesan Saluran Penginterpretasian Pesan Pesan Penerima Umpan Balik Gambar : 2.1 Menunjukkan Proses Komunikasi 24 Stephen P. Robbins, Penerjemah Benyamin Molan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006), cet ke-10, h. 393-394 24 Sumber mengawali pesan dengan mengkodekan pikiran. Pesan adalah produk fisik aktual dari sumber yang melakukan penyandian pesan. Bila seseorang berbicara, pembicaraan itu adalah pesan. Bila seseorang menulis, tulisan itulah pesan. Ketika seseorang melakukan gerakan isyarat, gerakan tangan dan ekspresi wajah seseorang itu merupakan pesan. Saluran adalah medium tempat pesan dihantarkan. Saluran itu diseleksi oleh sumber, yang harus menentukan apakah menggunakan saluran formal atau informal. Penerima adalah objek yang menjadi tujuan penyampaian pesan. Tetapi sebelum pesan dapat diterima, simbol-simbol didalamnya harus diterjemahkan ke dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh penerima. Langkah ini adalah penginterpretasian pesan. Kaitan terakhir dalam proses komunikasi adalah lingkaran umpan balik. Umpan balik merupakan pengecekan mengenai seberapa sukses seseorang menyampaikan pesan seperti dimaksudkan semula. Umpan balik menentukan apakah pesan itu telah dipahami atau tidak. d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara dikatakan bahwa “ada dua faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu faktor dari pihak sender (pengirim pesan), dan faktor dari pihak receiver atau komunikan”. a. Faktor dari pihak sender atau komunikator, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan sender, media saluran yang digunakan. 1. Keterampilan sender Sender sebagai pengirim informasi, ide, berita, dan pesan perlu menguasai cara-cara penyampaian pikiran baik secara tertulis maupun lisan. 2. Sikap sender Sikap sender sangat berpengaruh pada receiver. Sender yang bersikap angkuh terhadap receiver dapat mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan menjadi ditolak oleh receiver. Begitu pula sikap sender yang ragu-ragu dapat mengakibatkan receiver menjadi titik percaya terhadap informasi atau pesan yang 25 disampaikan. Maka dari itu, sender harus mampu bersikap meyakinkan receiver terhadap pesan yang diberikan kepadanya. 3. Pengetahuan sender Sender mempunyai pengetahuan luas dan menguasai materi yang disampaikan akan dapat menginformasikannya kepada receiver sejelas mungkin. Dengan demikian, receiver akan lebih mudah mengerti pesan yang disampaikan oleh sender. 4. Media saluran yang digunakan oleh sender Media atau saluran komunikasi sangat membantu dalam penyampaian ide, informasi atau pesan kepada receiver. Sender perlu menggunakan media saluran komunikasi yang sesuai dan menarik perhatian receiver. b. Faktor dari pihak receiver, yaitu keterampilan receiver, sikap receiver, pengetahuan receiver, dan media saluran komunikasi. 1. Keterampilan receiver Keterampilan receiver dalam mendengar dan membaca pesan sangat penting. Pesan yang diberikan oleh sender akan dapat dimengerti dengan baik, jika receiver mempunyai keterampilan mendengar dan membaca. 2. Sikap receiver Sikap receiver terhadap sender sangat mempengaruhi efektif tidaknya komunikasi. meremehkan, Misalnya, berprasangka buruk receiver bersikap terhadap sender, apriori, maka komunikasi menjadi tidak efektif, dan pesan menjadi tidak berarti bagi receiver. Maka dari itu, receiver haruslah bersikap positif terhadap sender, sekalipun pendidikan sender lebih rendah dibandingkan dengannya. 3. Pengetahuan receiver Pengetahuan receiver sangat berpengaruh pula dalam komunikasi. Receiver yang mempunyai pengetahuan yang luas akan lebih mudah dalam menginterpretasikan ide atau pesan yang diterimanya 26 dari sender. Jika pengetahuan receiver kurang luas sangat memungkinkan pesan yang diterimanya menjadi kurang jelas atau kurang dapat dimengerti oleh receiver. 4. Media saluran komunikasi Media saluran komunikasi yang digunakan sangat berpengaruh dalam penerimaan ide atau pesan. Media saluran komunikasi berupa alat indera yang ada pada receiver sangat menentukan apakah pesan dapat diterima atau tidak untuknya. Jika alat indera receiver terganggu maka pesan yang diberikan oleh sender dapat menjadi kurang jelas bagi receiver.25 e. Komunikasi Efektif 1. Pengertian komunikasi efektif Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, hal ini dikarenakan manusia sebagai predikat makhluk sosial, yang secara otomatis tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain artinya manusia sebagai makhluk sosial pasti memerlukan sosialisasi. Dalam proses sosialisasi inilah komunikasi memegang peranan yang urgen. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada komunikan atau penerima pesan, dalam proses komunikasi ini tentunya ada tujuan atau maksud yang hendak dicapai oleh komunikator dan komunikan, tujuan dan maksud dari proses komunikasi itu melahirkan efek-efek tertentu dalam komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian efektif adalah ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada efeknya, dan dapat membuahkan hasil.26Oleh karena itu komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan komunikasi. Efek-efek yang ditimbulkan dalam proses komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 25 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet ke-5, h. 148-150 26 Time Prima Pena, Efektif, (Gimamedia Press:2008), dari http: // kbbi, web id/index 27 1. Efek kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. 2. Efek afektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3. Efek behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.27 2. Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi Komunikasi dalam prosesnya, ada beberapa hal yang merintangi atau menghambat tercapainya tujuan dari proses komunikasi. Hambatan atau rintangan dalam komunikasi bisa berasal dari pribadi komunikan dan komunikator, lingkungan dan lain sebagainya. Menurut James G. Robbins”suatu sebab utama dari kemacetan komunikasi, adalah kebisingan, bunyi atau suara yang ribut, yang dalam konteks ini berarti segala sesuatu yang menggangu penyampaian atau penerima pesan”.28 Menurut Husaini Usman,terdapat 18 hambatan komunikasi dikelas, yaitu: (1) komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami, (2) perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda, (3) terjemahan yang salah, (4) kegaduhan, (5) reaksi emosional seperti terlalu bertahan (defensif) atau terlalu menyerang (agresif), (6) gangguan fisik (gagap,tuli,buta), (7) semantic yaitu pesan bermakna ganda, (8) belum berbudaya baca dan tulis, serta berbudaya diam, (9) teknik bertanya yang buruk, (10) teknik menjawab yang buruk, (11) tidak jujur, (12) tertutup, (13) destruktif, (14) kurang dewasa, (15) kurang respect, (16) kurang 27 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke-7, h. 7 28 James G. Robbins & Barbara S. Janes, penerjemah R. Turman Sirait, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1986), cet ke-3, h. 11 28 persiapan, (17) kurang menguasai materi, dan (18) kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.29 Hambatan-hambatan inilah yang nantinya akan menjadikan komunikasi yang tidak terarah antara guru dengan siswa. Seringkali siswa sebagai subjek maupun objek belajar dalam kesehariannya di sekolah mengalami komunikasi terutama dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu untuk menghilangkan penghambat proses komunikasi perlu adanya solusi yang dapat menyingkirkan hambatan atau kesulitan-kesulitan dalam komunikasi itu. f. Komunikasi Efektif dalam Pendidikan Ditinjau dari prosesnya, Onong Uchjana mengemukakan bahwa pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Lazimnya, pada tingkatan bawah dan menengah pengajar itu dinamakan guru, sedangkan pelajar itu disebut murid, pada tingkatan tinggi pengajar itu dinamakan dosen, sedangkan pelajar dinamakan mahasiswa. Pada tingkatan apapun, proses komunikasi antara pengajar dan pelajar itu pada hakekatnya sama saja. Perbedaannya hanyalah pada jenis pesan serta kualitas yang disampaikan oleh si pengajar kepada si pelajar. 30 Sebagaimana yang telah dijelaskan di awal bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada komunikan atau penerima pesan. Dalam hal ini komunikasi dapat dikatakan efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim.MenurutJohnson yang dikutip oleh A. Supratiknya, menyatakan bahwa ada tiga kiat pengirim pesan secara efektif yang harus dipenuhi, antara lain: 1. Kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah dipahami 29 Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 396 30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) cet ke-19, h. 101-104 29 2. Sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas di mata penerima 3. Kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan kita dalam diri penerima31 Menurut asumsi penulis bahwa kaitannya komunikasi efektif dalam pendidikan paling tidak ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai komunikator, antara lain: 1) Guru harus mengupayakan agar materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan mudah. 2) Guru sebagai komunikator atau pengirim pesan harus memiliki kredibilitas di mata siswa sebagai penerima pesan. 3) Guru harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal mengenai pengaruh yang telah disampaikan kepada siswa. 4. Peran Guru dalam Menciptakan Komunikasi Efektif Sebagaimana telah di ketahui bersama bahwa komunikasi antara manusia merupakan syarat mutlak bagi tercapainya perkembangan jiwa yang sehat dan sempurna. Pertentangan antara manusia seringkali disebabkan karena kurangnya komunikasi, yaitu timbulnya kurang pengertian atau hubungan yang tidak baik atau bahkan salah paham. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hubungan antara manusia. Demikian pula, komunikasi merupakan hal yang penting dalam hubungan antara guru dan murid. Bagaimana komunikasi itu berlangsung?. Uzer Usman dalam karyanya Menjadi Guru Profesional, menegaskan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi yang edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Komunikasi dalam peristiwa proses belajar mengajar mempunyai arti yang 31 A. Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet ke-1, h. 35 30 lebih luas. Tidak sekedar hubungan guru dan siswa, tetapi merupakan komunikasi edukatif.32 S.Nasution dalam buku Sosiologi Pendidikan33, menjelaskan bahwa”Peranan guru dalam hubungannya dengan murid bermacammacam menurut situasi komunikasi sosial yang dihadapinya, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar dalam kelas dan dalam situasi informal. Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Kalau perlu ia dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa anak belajar, melakukan tugasnya atau mematuhi peraturan. Dengan kewibawaan ia menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban belajar mengajar.” Sementara Mudjito dalam bukunya yang disadur dari karyanya Thomas Gordon, menyatakan bahwa: Hubungan guru dengan murid dikatakan baik apabila hubungan tersebut memiliki sifat-sifat, sebagai berikut: a. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun murid saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lainnya. b. Tanggap bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain. c. Kebebasan, yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreativitasnya dan kepribadiannya. Dari berbagai pernyataan diatas, jelaslah bahwa guru memiliki peranan sentral dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa. Dalam hal ini, guru sebaiknya memfasilitasi siswa melalui metode pembelajaran yang bervariatif dan komunikatif, konstruktif dengan harapan siswa dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa lainnya, baik individu ataupun kelompok. Untuk menciptakan interaksi dalam 32 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-7, h.4 33 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet ke-5, h. 92 31 kegiatan belajar mengajar yang komunikatif bagi siswa tentu saja tidak terlepas dari peranan metode dan alat motivasi yang dipilih sebagai penunjang pencapaian tujuan pengajaran. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tentang peran guru dalam menciptakan komunikasi yang efektif seperti ini juga pernah diteliti oleh Shochibul Hujjah dalam skripsinya yang berjudul “Pola Komunikasi Guru Agama dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK Negeri 1 Pasuruan”. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi di SMK Negeri 1 Pasuruan secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang digunakan dalam pembinaan akhlak di SMK Negeri 1 Pasuruan sudah tercipta dengan sangat baik, hal ini terbukti dengan bagaimana siswa/siswinya yang sudah menerapkan akhlak dalam lingkungan sekolah tersebut. Pada hasil penelitian relevan ini, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa terciptanya komunikasi yang baik. Hasil penelitian tersebut belum menggambarkan secara khusus bagaimana hubungan yang komplek antara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Karena dalam hasil penelitian penulis menilai bahwa penelitian tersebut hanya meneliti tentang aspek akhlak. Oleh sebab itu, pada penelitian kali ini, penulis berupaya untuk menggambarkan komunikasi yang lebih detail di dalam maupun di luar sekolah antara guru dan siswa. Kemudian penelitian tentang peran guru dalam menciptakan komunikasi yang efektif juga diteliti oleh Iin Mutmainah dalam skripsinya yang berjudul “Peran Guru dalam Menciptakan Komunikasi yang Efektif dengan Siswa di SMPN 4 Tanggerang”. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan tekhnik angket dan hasil yang ditemukan bahwa peran guru di SMPN 4 Tanggerang memiliki peranan yang efektif dalam menciptakan komunikasi dengan siswa. 32 Pada penelitian ini penulis menenmukan hasil penelitian berupa data prosentase dari kelas interval dengan katagori 33-27. Hal ini membuat penulis tertarik untuk mencoba penelitian yang berbeda dari penelitian tersebut, yaitu dengan cara mendeksripsikan data wawancara, Observasi, sehingga akan mendapatkan kesimpulan atau hasil penelitian tanpa menggunakan prosentase. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober hingga Desember 2013. Adapun lokasi yang dijadikan tempat untuk melakukan penelitian yaitu di SMP Dua Mei di Jln. H. Abdul Gani No.135, Desa Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten. B. Latar Penelitian (Setting) Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 25 Oktober 2013 hingga 5 Desember 2013. Tempat penelitian adalah SMP Dua Mei yang berlokasi di jalan H. Abdul Gani No.135, Ciputat. Yang akan diteliti disini adalah aktivitas belajar siswa, bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agam Islam. Subjek dalam penelitian ini, meliputi: Kepala sekolah SMP Dua Mei, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan siswa kelas VIII (delapan). C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. “Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.1 Sedangkan Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.2 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya: 2011), h. 48 2 Ibid., h. 64 33 34 Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus adalah karena peneliti ingin mengungkap dan mengetahui lebih dalam mengenai peran guru PAI dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran PAI, untuk mendapatkan data penelitian tersebut dibutuhkan pengamatan dan wawancara mendalam. Pada metode studi kasus ini peneliti benar-benar memahami kasus yang ada dengan cara mengumpulkan data, melihat langsung keadaan di lokasi dan mengambil info dari berbagai sumber yang ada di sekitar dan mempelajari keadaan di sekitar. “Suatu kasus dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan studi dokumentasi, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan”.3 Dalam pendekatan metode kualitatif ini, peneliti mengamati secara lebih mendalam lagi mengenai hal-hal yang terkait dengan masalah yang ada. “penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomenafenomena lainnya”.4 Dalam pendekatan metode kualitatif ini dapat diketahui dengan cara mendalami situasi sosial yang ada di lapangan seperti yang terdapat pada gambar berikut ini: Place/tempat Social situation Actor/orang Activity/aktivitas Gambar 3.1 Situasi sosial (Social situation)5 3 Ibid., h. 64 Opcit., h. 99 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta: 2012), cet: 15, h. 216 4 35 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Agar diperoleh data penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian diperlukan prosedur pengumpulan data yang akurat. Prosedur penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan langkahlangkah di antaranya: observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi (gabungan untuk memperoleh data yang ada di tempat penelitian). a. Observasi Observasi merupakan langkah awal yang dilakukan oleh peneliti. Dalam observasi ini peneliti akan melihat langsung kegiatan seharihari yang dilakukan oleh pihak yang terkait penelitian. Dalam penelitian ini ialah semua yang mencakup ruang lingkup sekolah. Hasil observasi ini akan digunakan untuk sumber data penelitian. Dalam observasi, ada tiga komponen yang menjadi obyek penelitian, yaitu: Place (tempat), Actor (pelaku) dan Activity (aktivitas).6 a. Place (tempat) Place atau tempat disini adalah lingkungan sekolah SMP Dua Mei, yaitu ruang belajar, ruang guru, ruang multimedia, perpustakaan, kantin dsb. Tempat yang menjadi obyek penelitian disini ialah SMP Dua Mei Ciputat yang beralamat di jalan H. Abdul Gani No.135, Desa Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten. Tanah SMP Dua Mei ini sepenuhnya Milik Yayasan dengan luas tanah 3.000 M2, dan luas seluruh bangunan 1.000 M2. b. Actor (pelaku) Adapun Actor atau pelaku yang diamati dalam penelitian ialah guru mata pelajaran dan siswa kelas VIII SMP Dua Mei Ciputat. 6 Ibid., h. 229 36 Jumlah guru yang mengajar di SMP Dua Mei Ciputat berjumlah 32 orang, termasuk guru Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini mengambil siswa di kelas VIII (delapan) yang terdapat 2 kelas, VIII 1(satu) berjumlah 39 siswa, VIII 2 (dua) berjumlah 38 siswa, jadi jumlah siswa kelas VIII ialah sebanyak 77 siswa. c. Activity (aktivitas) Activity atau aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran siswa, mulai dari kehadiran siswa di sekolah hingga kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun jadwal mengajar guru PAI di SMP Dua Mei Ciputat dilakukan pada hari senin, rabu dan jum’at. Kegiatan siswa pada hari senin sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, para siswa mengikuti upacara bendera atau upacara pembinaan. Ketika bel tanda kegiatan pembelajaran akan berlangsung para siswa masuk ke kelas masing-masing. Mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung sampai bel tanda istirahat. Ketika bel tanda istirahat berbunyi para siswa mengikuti sholat dhuha berjamaah di mushola. Kemudian siswa diperbolehkan ke kantin sampai waktu istirahat selesai. Setelah bel berbunyi siswa masuk kembali ke dalam kelas dan melanjutkan pembelajaran sampai dengan jam sholat dzuhur berjamaah tiba. Ketika bel tanda sholat berjamaah akan berlangsung siswa dipersilahkan keluar kelas untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Usai melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, siswa dipersilahkan untuk masuk ke kelas kembali untuk melaksanakan pembelajaran selanjutnya. Sampai tanda bel untuk pulang berbunyi. Namun pada hari jumat, para siswa pulang lebih awal yaitu pada pukul 11.00 WIB, dikarenakan untuk para siswa laki-laki melaksanakan sholat jum’at berjamaah kemudian diikuti dengan keputrian bergilir, sebelum kegiatan sholat jum’at berjamaah berlangsung para guru dan siswa melakukan tadarusan, dan pada hari sabtu para siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler masing-masing. 37 b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam pendekatan penelitian kualitatif. Wawancara ini merupakan langkah kedua setelah observasi. Dalam wawancara peneliti akan mewawancarai narasumber yang terkait penelitian. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal dari responden dan menilai keadaan responden terkait hal penelitian. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti melalui 2 tahap yaitu pada saat observasi awal untuk mendapatkan informasi dasar yang digunakan peneliti untuk mengetahui masalah komunikasi antara guru PAI terhadap siswa pada pembelajaran PAI di SMP Dua Mei Ciputat. Pada wawancara ini peneliti hanya mewawancarai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kemudian pada wawancara yang kedua, yang akan diwawancarai oleh peneliti yaitu kepala sekolah, guru mata pelajaran pendidikan agama Islam dan 5 orang siswa kelas VIII (delapan) SMP Dua Mei. Dalam wawancara terdapat pedoman wawancara. Dalam wawancara disini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dalam teknik wawancara tak terstruktur ini, peneliti melakukan wawancara berbentuk dialog dengan informan, dengan tetap berpatokan kepada sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan. Pedoman wawancara yang digunakan untuk wawancara adalah sebagai berikut: a. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Dua Mei Ciputat mengenai: 1. Program rapat evaluasi guru 2. Persiapan guru dalam proses pembelajaran 3. Kinerja guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam 4. Kondisi siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam 5. Sikap perilaku guru PAI terhadap siswa di dalam maupun di luar pembelajaran Pendidikan Agama Islam 38 6. Kendala dalam proses pembelajaran PAI b. Wawancara dengan Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) mengenai: 1. Penerapan kontrak pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2. Persiapan guru terhadap proses pembelajaran 3. Profesionalisme guru terhadap pembelajaran PAI 4. Penggunaan metode pembelajaran yang interaktif 5. Respon siswa terhadap pembelajaran PAI 6. Evaluasi yang digunakan 7. Strategi yang digunakan agar siswa lebih paham 8. Pemanfaatan sarana dalam menciptakan komunikasi c. Wawancara dengan siswa SMP Dua Mei, mengenai: 1. Penerapan kontrak pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2. Kondisi siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam 3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam 4. Respon mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang interaktif 5. Respon penyampaian materi oleh guru PAI 6. Sikap perilaku siswa terhadap guru PAI d. Dokumentasi Adapun dokumentasi yang dimaksud disini ialah dikumpulkan berupa: Foto-foto kegiatan belajar mengajar di kelas, catatan harian, dan kebijakan yang ada di sekolah. E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Dalam pendekatakan metode penelitian kualitatif, “pemeriksaan dan pengecekkan keabsahan data dapat dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut: Credibility dan Trasnferability, Dependability atau Auditability serta Confirmability”.7 Dalam Credibility dan Transferability 7 Tim Penyusun Revisi Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 61-66 39 (kredibilitas data) atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian disini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan observasi selama 1 bulan, meningkatkan ketekunan dalam mengumpulkan data yaitu peneliti beberapa kali kembali ke lapangan untuk mendapatkan sumber data, berdiskusi dengan dosen pembimbing skripsi serta teman sejawat dan menganalisis suatu data yang diperoleh dari sumbernya. Langkah selanjutnya peneliti mengecek data yang diperoleh dari pemberi sumber data. Peneliti berdiskusi dengan pemberi sumber data mengenai data yang telah dikumpulkan selama 1 bulan. Setelah berdiskusi maka hasil yang diperoleh ialah bahwa tidak ada perbedaan antara data yang diperoleh dari pemberi data dengan data yang ada. Setelah melakukan uji kredibilitas, peneliti melakukan Dependability atau Reliabilitas serta Confirmability yaitu data yang ditemukan dianalisis kembali. Dalam triangulasi, peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.8 Tujuan triangulasi data ini untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap masalah yang ada di lapangan. Dalam triangulasi data ini peneliti kembali ke lapangan untuk mendapatkan sumber data lebih mendalam dan akurat. F. Analisis Data Analisis data dalam kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Dalam analisis data ini peneliti menganalisis hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah dikumpulkan. Setiap data yang dikumpulkan peneliti langsung menganalisis data tersebut dan memeriksa keabsahan data yang ada dengan menyusun data yang telah diperoleh dan menanyakan langsung kepada pemberi sumber data. Langkah-langkah 8 Ibid., h. 229-242 40 yang dilakukan dalam analisis data yaitu: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.9 1) Data Reduction (Reduksi data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2) Data Display (Penyajian data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 3) Conclusion Drawing/Verification Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung 9 Sugiyono, op. cit., h. 246 41 oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.10 10 Sugiyono, op. cit., h. 252 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Dua Mei Ciputat 1. Alamat Lengkap dan Sejarah Singkat SMP Dua Mei Ciputat Alamat sekolah menengah pertama (SMP) Dua Mei beralamat di jalan H.abdul Gani No.135 Desa Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdiri pada tahun 1986 dengan Nomor Statistik Sekolah/NSS 204020417107 dan Nomor Data Sekolah 2002040034. Sejak berdiri sampai dengan tahun 2007 SMP Dua Mei Telah menamatkan siswa sebanyak 1888 orang siswa yang sebagian besar melanjutkan ke tingkat SMA, dan SMK baik negeri maupun Swasta. Didorong oleh komitmen terhadap kualitas tamatan yang dihasilkan dan sesuai dengan anjuran Direktorat pendidikan Menengah Umum (Dit. Dikmenum), kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2004 dan KTSP. Keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan keluarga. Berarti penyelenggaraan pendidikan tidak hanya dilaksanakan oleh satu pihak, melainkan secara simultan dilaksanakan oleh tiga unsur tadi, masing-masing berperan sesuai dengan fungsinya. SMP Dua Mei yang merupakan mitra pemerintah atau partner dalam menyelenggarakan sistem pendidikan membantu program pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Prioritas pembangunan pendidikan diarahkan untuk perluasan pemerataan kesempatan belajar yang saat ini salah satu realisasinya adalah pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Meningkatkan daya tampung siswa dan meningkatkan kualitas lulusan perlu didukung oleh saran belajar yang representative untuk 42 43 menunjang kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu SMP Dua Mei menambah ruang belajar sebanyak 3 (tiga) lokal seluas 216 m2.1 2. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi Visi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dua Mei Ciputat yaitu mewujudkan SMP Dua Mei Ciputat sebagai sekolah “ Bermutu, Berakhlak dan Berbudi Pekerti Luhur “ b. Misi Misi SMP Dua Mei Ciputat yaitu : 1. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan pendidikan yang berdasarkan akhlak mulia 2. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan yang berbudi pekerti luhur, jujur, profesional, terampil, tangguh dan berkompeten di bidangnya 3. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan 4. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan yang lengkap, up to date dan canggih 5. Bermutu dalam mewujudkan peningkatan standar kelulusan dan prestasi non akademik 6. Bermutu dalam mewujudkan peningkatan kelembagaan serta manajemen 7. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar pembiayaan 8. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar penilaian pendidikan. c. Tujuan Tujuan pendidikan di SMP Dua Mei Ciputat adalah : 1 Wawancara, dengan Kepala Sekolah di ruang kerja Kepala Sekolah, hari Senin, 2 Desember 2013 di SMP Dua Mei Ciputat. 44 1. Mendidik siswa menjadi insan yang berakhlak mulia 2. Mendidik siswa menjadi insan yang berbudi pekerti luhur 3. Mendidik siswa menjadi insan yang jujur 4. Mendidik siswa menjadi insan yang terampil 5. Mendidik siswa menjadi insan yang disiplin 6. Mengembangkan bakat siswa dalam bidang akademik 7. Mengembangkan bakat siswa dalam bidang non akademik 8. Meningkatkaan pembelajaran yang efektif 9. Meningkatkan mutu pendidikan 10. Mengantarkan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP Dua Mei Ciputat Tabel 4.1 Tenaga Pendidik dan Kependidikan a) Kepala Sekolah Jenis No Nama Jabatan kelamin L P Usia Pendidikan Masa terakhir kerja 1 Enjang Supyan, M.Pd. Kepsek L - 44 Th S.2 12 Th 2 Saptono, S.Pd. Wakasek L - 41 Th S.1 12 Th b) Guru 1) Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah No. Jumlah dan status guru Tingkat Pendidikan GT/PNS GTT/Guru Bantu L P L Jumlah P 1 S3/S2 1 1 2 2 S1 6 6 10 3 D-4 45 4 D3/Sarmud 2 5 D2 6 D1 7 SMA/Sederajat Jumlah 7 2) 7 Jumlah Guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas Guru mengajar D1/ D3/ S1/ S2/ D2 Sar D4 S3 mud IPA 2 Matematika 1 Bahasa Indonesia 2 1 Bahasa Inggris 1 Pendidikan Agama 1 IPS 1 Penjaskes 2 Seni Budaya 1 PKn 1 TIK 1 BK 1 Lainnya Jumlah 13 2 3) No. 1 2 3 4 Jumlah dengan latar belakang pendidikan yang Tidak sesuai dengan tugas mengajar D1/ D2 D3/ Sar mud S1/ D4 1 1 Jumla h S2/ S3 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 16 Pengembangan kompetensi/profesionalisme guru Jenis Pengembangan Kompetensi Penataran KBK/KTSP Penataran Metode Pembelajaran (Termasuk CTL) Penataran PTK Penataran Karya Tulis Ilmiah Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi/profesionalisme Laki-laki Perempuan Jumlah 7 7 14 7 7 14 - - - 46 5 6 7 Sertifikasi Profesi/Komptetensi Penataran PTBK Penataran Pemahaman Guru Terhadap Penilaian Berbasis Kelas Sebagai Acuan Pendidikan di Sekolah 4) Jenis Lomba 1 Lomba PTK 2 Lomba Karya Tulis Inovasi Pembelajaran 3 Lomba Guru Berprestasi 4 Lomba Lainnya… No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tenaga Pendukung Tata Usaha Perpustakaan Laboran Lab.IPA Teknisi lab.Komputer Laboran Lab.Bahasa PTD Kantin Penjaga Sekolah Tukang Kebun 5 - 10 1 7 7 14 Prestasi guru No. 5) 5 1 Perolehan Kejuaraan 1 Sampai 3 dalam 3 tahun terakhir Tingkat Jumlah Guru Nasional Provinsi Kab/Kota Nasional Provinsi Kab/Kota Nasional Provinsi Kab/Kota Nasional Provinsi Kab/Kota - Tenaga Kependidikan : Tenaga Pendukung Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya Jumlah tenaga pendukung berdasarkan status dan jenis kelamin PNS Honorer L P L P - 2 - 1 - Jml SMP SMA D1 D2 D3 S1 - 1 - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - 3 1 - - - - - - - 3 1 - 3 1 2 1 - 47 10 11 Keamanan Lainnya … Jumlah 3 3 4 - - 2 - - - 3 9 - 3 9 4. Data Siswa SMP Dua Mei Tahun Pelajaran 2010-2013 Tabel 4.2 Data Siswa SMP Dua Mei Ciputat Tahun Ajaran 2010-2013 Jumlah Kelas VII Tahun Pendaftar Pelajaran (Cln siswa Jml baru) Jml Kelas VIII Kelas IX Jml Jml Jml Jumlah (Kls VII + VIII + IX) Jml Jml Jml Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel 2010/2011 121 68 2 79 2 71 2 218 6 2011/2012 129 69 2 64 2 80 2 212 6 2012/2013 108 75 2 66 2 56 2 197 6 5. Data Sarana dan Prasarana Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana Sekolah a) Data Ruang Belajar (Kelas) Jumlah dan Ukuran Kondisi Baik Rsk Ringan Rsk Sedang Rsk Berat Rsk Total Keterangan : Ukuran 7x9m Ukuran >63 m Ukuran <63 m Jumlah (d)=(a+b+c) Jml.ruang lainnya yang digunakan untuk ruang kelas (e) 4 Jumlah ruang yang digunakan untuk ruang kelas (f)=(d + e) 2 2 6 2 2 2 2 2 2 10 48 Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Rusak Total Kerusakan 15% - < 30% 30%- <45% 45% - 65% >65% b) Data Ruang Belajar Lainnya Jenis Ruangan 1. Perpustakaan Jumlah (buah) 1 Ukuran (p x l) 7x9 2. Lab. IPA 1 10 x 12 3. Keterampilan 4. Multimedia 1 1 9x9 7x9 5. Kesenian - - Kondisi *) Jenis Jumlah Ruangan (buah) Baik 6. Lab. Bahasa Baik 7.Lab. 1 Komputer Baik 1.PTD Rsk 2. Serbaguna Ringan /Aula 6. - Ukuran (p x l) - Kondisi 7x9 Baik - - - - - c) Data Ruang Kantor Jenis Ruangan 1. Kepala Sekolah 2. Wakil Kepala Sekolah 3. Guru 4. Tata Usaha 5. Tamu Lainnya Jumlah (buah) 1 Ukuran (p x l) Kondisi *) 4x9 Baik 1 1 1 7x9 4x4 2x3 - Baik Baik Baik d) Data Ruang Penunjang Jenis Ruangan 1.Gudang 2.Dapur 3.Reproduksi 4.KM/WC Guru 5.KM/WC Murid 6.BK 7.UKS Jml (buah) 1 1 1 4 1 Ukuran (p x l ) 1x4 2x2 2x2 2x2 3x3 1 3x3 Kondisi *) Jenis Ruangan B B B B B B 10.R.Ibadah 11.R.Ganti 12.R.Koperasi 13.Hall/Lobi 14.R.Kantin 15. R poma air 16.Bansal kend Jml (buah) 1 Ukuran (p x l) 10 x 8 Kondisi *) 1 5x5 B 5 2 2x2 1x1 B B 1 10 x 20 B B 49 8.PMR/Pramuka 1 4x4 B 9.OSIS 1 3x3 B 17. Rmh Penjaga 18. Pos Jaga 1 3x3 B 2 3x3 B e) Lapangan Olahraga dan Upacara Lapangan 1. Lapangan Olahraga a. Lapangan Basket b. Lapangan Futsal 2. Lapangan Upacara Jumlah (buah) Ukuran (p x l) Kondisi *) 1 1 15 x 26 30 x 26 B B B 1 20 x 20 Keterangan 6. Struktur Kurikulum SMP Dua Mei Ciputat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas 5 kelompok mata pelajaran, antara lain : 1) Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak mulia, yang terdiri dari mata pelajaran Agama Islam, Agama Kristen, Agama Hindu, dan Agama Budha. 2) Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian, yang terdiri dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Budi Pekerti. 3) Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang terdiri dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. 4) Kelompok mata pelajaran Estetika yang terdiri dari mata pelajaran Kesenian dan atau Seni Budaya. 5) Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan. 50 Cakupan setiap kelompok mata pelajaran disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.4 Kurikulum Pelajaran di SMP Dua Mei Ciputat No 1. Kelompok Mata Pelajaran Agama dan Kelompok mata pelajaran agama dan Akhlak Mulia akhlak Cakupan mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. 2. Kewarganegaraan Kelompok dan Kepribadian mata kewarganegaraan dan pelajaran kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, 51 kolusi, dan nepotisme. 3. Ilmu Kelompok Pengetahuan dan pengetahuan Teknologi mata pelajaran ilmu dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok pengetahuan mata pelajaran ilmu dan teknologi pada dimaksudkan untuk SMP/MTs/SMPLB memperoleh kompetensi pengetahuan dasar dan ilmu teknologi sertamembudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok pengetahuan mata pelajaran ilmu dan teknologi pada dimaksudkan untuk SMP/Mts/SMPLB memperoleh pengetahuan kompetensi dan lanjut ilmu teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja. 4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika 52 dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. 5. Jasmani, Kelompok mata pelajaran jasmani, Olahraga dan olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB Kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Kelompok mata olahraga dan SMP/MTs/SMPLB meningkatkan pelajaran jasmani, kesehatan pada dimaksudkan untuk potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Kelompok mata olahraga dan pelajaran kesehatan jasmani, pada SMP/MTs/SMPLB// dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, 53 sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah. 7. Struktur Organisasi Sekolah STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SMP DUA MEI YAYASAN Kepala Sekolah Enjang Supyan, M.Pd Waka Kurikulum Kordinator Kesiswaan Saptono, S.Pd Siti Aisyah, S.Pd Guru Bid. Studi Wali Kelas Kordinator BP Pembina OSIS Susi. H, S.Pd Galih. PS, S.Pd Tata Usaha Siswa 54 Bagan 4.1 Struktur SMP Dua Mei Ciputat 8. Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar Adapun pengaturan beban belajar di SMP Dua Mei Ciputat diatur sebagai berikut: 1) Beban belajar yang digunakan dengan menggunakan sistem paket dengan alokasi jam tatap muka 40 menit. 2) Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. 3) Dalam waktu satu minggu terdapat 41 jam tatap muka dengan distribusi sbb : a) hari Senin 8 jam tatap muka, b) hari Selasa, Rabu, dan Kamis 9 jam tatap muka, serta c) hari Jum’at 6 jam tatap muka. Gambaran lengkap mengenai penggunaan waktu belajar adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Belajar di SMP Dua Mei Ciputat Jam ke Senin Jam ke Selasa Jam ke Rabu Jam ke Kamis Jum’at Sabtu 0 07.00 08.00 1 07.15 07.55 1 07.15 07.55 1 07.15 07.55 07.15 07.55 EKSKUL 1 08.00 08.40 2 07.55 08.35 2 07.55 08.35 2 07.55 08.35 07.55 08.35 EKSKUL 2 08.40 09.20 3 08.35 09.15 3 08.35 09.15 3 08.35 09.15 08.35 09.15 EKSKUL 3 09.20 10.00 4 09.15 09.55 4 09.15 09.55 4 09.15 09.55 09.15 09.55 EKSKUL 09.55 10.15 09.55 10.15 10.00 10.20 (ISTIRAHA 09.55 10.15 09.55 10.15 (ISTIRAH 55 T) (ISTIRAHAT) AT) (ISTIRAHAT) (ISTIRAHAT) 4 10.20 11.00 5 10.15 10.55 5 10.15 10.55 5 10.15 10.55 10.15 10.55 5 11.00 11.40 6 10.55 11.35 6 10.55 11.35 6 10.55 11.35 10.55 11.35 6 11.40 12.20 7 11.35 12.15 11.35 12.30 (ISTIRAH AT) 7 11.35 12.15 11.35 - 12.45 SHOLAT JUM’AT 12.20 13.00 (ISTIRAHA T) 12.15 - 12.55 (ISTIRAHAT) 7 12.30 13.10 12.15 - 12.45 (ISTIRAHAT) 7 13.00 13.40 8 12.55 13.35 8 13.10 13.50 8 12.45 13.25 8 13.40 14.20 9 13.35 14.15 9 13.35 14.15 9 13.25 14.05 4) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur sebesar 50 % dari waktu kegiatan tatap muka setiap mata pelajaran. 5) Waktu belajar dalam satu minggu adalah lima (5) hari dari hari Senin sampai Jum’at. 6) Setiap hari Senin secara kontinyu diadakan upacara bendera dalam rangka menanamkan rasa cinta tanah air dan memupuk kedisiplinan. 7) Khusus hari Jum’at diadakan program pembiasaan dalam bentuk kegiatan Shalat Jum’at bagi siswa laki-laki, dan Keputrian khusus untuk siswa putri. 8) Khusus hari Sabtu digunakan untuk kegiatan pengembangan diri dalam bentuk ekstrakurikuler. 56 B. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, diperoleh data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dapat dilihat sebagai berikut: Tentang sarana dan prasarana yang ada 1. Data dari Hasil di SMP Dua Mei Ciputat ini sudah Observasi cukup lengkap, hampir semuanya ada dan sudah terpenuhi oleh pihak sekolah. Dilihat dari personalia yang ada di SMP Dua Mei Ciputat, bahwa kepala sekolah, guru-guru dan karyawan yang ada termasuk orang-orang yang berkompeten, karena latar belakang pendidikan guru atau pengajar sesuai dengan yang diajarkan. Diketahui pula bahwa proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di SMP Dua Mei sudah cukup efektif. Dilihat pada pengajaran yang dilakukan oleh guru PAI yang menggunakan metode bervariatif, sehingga membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan. Dari hasil wawancara terhadap kepala sekolah diketahui bahwa guru-guru di SMP Dua Mei mengadakan rapat mingguan 2. Data dari Hasil Wawancara dan bulanan. Kemudian pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah yang dilakukan secara rutin dan sholat Jum’at berjamaah bagi siswa laki-laki serta kegiatan seperti keputrian bagi siswa perempuan. 57 Adapun pengajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam telah menggunakan metode yang bervariatif serta melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran seperti pemberian tugas kepada siswa, merespon tanggapan siswa, dan menjelaskan kembali materi yang dirasa belum dimengerti oleh siswa. Dari hasil wawancara terhadap 5 orang siswa kelas VIII SMP Dua Mei dapat diketahui bahwa rata-rata mereka cukup antusias dan senang dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil belajar mereka ada yang menjawab baik dan lumayan baik. Adapun kesulitan bagi mereka pada pembelajaran PAI ialah kemampuan dalam membaca Al’Qur’an dan mengenal sejarah-sejarah tentang Nabi. Data yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan masalah seperti gambar-gambar yang berkaitan dengan 3. Data dari Hasil Dokumentasi fasilitas yang tersedia di SMP Dua Mei Ciputat, proses kegiatan belajar mengajar serta pemanfaatan sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar mengajar. 58 C. Analisis Data 1. Hasil Observasi Sarana dan prasarana yang ada di SMP Dua Mei Ciputat ini sudah cukup lengkap, hampir semuanya sudah terpenuhi oleh pihak sekolah. Sarana dan prasarana tersebut adalah bentuk awal dalam upaya guru untuk menciptakan komunikasi yang efektif terhadap siswa. Sarana dan prasarana merupakan media penting seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Stephen P. Robbins, proses komunikasi. Model ini terdiri dari tujuh bagian: (1) Sumber komunikasi, (2) Pengkodean, (3) Pesan, (4) Saluran, (5) Decoding, (6) Penerima, dan (7) Umpan balik.2 Pesan Sumber Pesan Penyandian Pesan Pesan Saluran Penginterpretasian Pesan Pesan Penerima Umpan Balik Gambar : 4.1 Menunjukkan Proses Komunikasi Saluran yang dimaksud merupakan media dalam menyampaikan pesan yang akan disampaikan guru kepada peserta didik. Oleh karena itu sarana dan prasarana merupakan hal penting dalam proses komunikasi yang diciptakan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari personalia SMP Dua Mei Ciputat, bahwa Kepala Sekolah, guru-guru dan karyawan yang ada sudah termasuk orang-orang yang berkompeten, sebab untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pendidikan di dalam sekolah guru atau pengajar yang memegang tanggung jawab mengajar harus menguasai mata pelajaran tersebut, sesuai dengan latar belakang pendidikan yang mereka ajarkan. Hal ini perlu diperhatikan karena guru bukan hanya mengajarkan materi yang terdapat dalam buku2 Stephen P. Robbins, op. cit., h. 393-394 59 buku pelajaran, akan tetapi guru juga dituntut untuk mempunyai kriteria sebagai seorang guru. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Adams dan Dickey yang mengemukakan bahwa “peran guru sesungguhnya lebih luas, meliputi guru sebagai Pengajar, Pembimbing, Ilmuwan, dan guru sebagai Pribadi (Teladan)”.3 Kemudian, diketahui pula bahwa proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di SMP Dua Mei sudah cukup efektif. Dilihat pada saat pengajaran guru membuat kesepakatan belajar atau kontrak belajar dengan siswa dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan komunikasi dengan siswa dan penggunaan metode yang cukup bervariatif sehingga membuat proses kegiatan belajar mengajar menjadi menyenangkan. Adapun variasi metode yang digunakan tercantum di dalam RPP sesuai dengan tingkat kesulitan pada materi yang akan diajarkan. 2. Hasil Wawancara Dari hasil wawancara terhadap kepala sekolah SMP Dua Mei diketahui bahwa kegiatan guru-guru pada rapat mingguan dan rapat evaluasi bulanan dilakukan sebagai bentuk upaya menanggulangi masalah yang terjadi dengan siswa setiap harinya. Kemudian pada pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah dan sholat jum’at berjamaah bertujuan untuk mempererat komunikasi yang baik antar guru dengan siswa dan mengajarkan secara praktek pendidikan agama menyangkut ibadah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru SMP Dua Mei telah berusaha menciptakan komunikasi yang baik terhadap siswa dengan berupaya mengadakan rapat setiap minggu dan setiap bulan, untuk mengetahui keadaan siswa yang memungkinkan terjadinya masalah dalam proses belajar mengajar. Diketahui pula gambaran umum tentang penerapan komunikasi pada pembelajaran PAI bahwa seorang guru PAI mempunyai peran yang penting dalam proses pembelajaran, karena peran guru PAI sebagai pendidik dalam perkembangan akhlak, budi pekerti, dan terutama berperan 3 Oemar Hamalik, op. cit., h. 123 60 untuk membekali siswa pada ajaran syariat Islam (ketauhidan). Seorang guru juga harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan siswa, sebab komunikasi yang efektif dalam proses kegiatan belajar mengajar membawa pengaruh yang besar untuk memberikan perubahan yang baik terhadap siswa. Komunikasi sebagai suatu dasar dalam mencapai tujuan pendidikan, karena tanpa adanya komunikasi maka tidak adanya umpan balik yang dilakukan seorang guru terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam guru PAI sudah cukup efektif dalam berinteraksi dengan siswa, akan tetapi dalam penggunaan multimedia belum begitu memanfaatkannya dengan baik, dikarenakan dalam penggunaan multimedia guru PAI masih belum begitu mahir, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar cenderung menggunakan metode ceramah, metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan lain sebagainya. Dari hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran PAI di SMP Dua Mei yang dapat diketahui ialah salah satu penerapan komunikasi yang dilakukan di lingkungan kelas ialah pada kegiatan pendahuluan, guru memberi salam dan menanyakan kabar siswa sebelum pelajaran akan dimulai dan guru melakukan evaluasi setelah selesai menjelaskan materi yang diajarkan seperti menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, merespon tanggapan siswa dan pemberian tugas kepada siswa. Jika melihat apa yang telah dilakukan guru PAI dalam upaya menciptakan komunikasi yang efektif kepada siswa, maka dapat peneliti ketahui guru sudah mempunyai keterampilan dan sikap dalam memahami situasi dalam proses belajar mengajar. Hal ini tentunya menjadi faktor dalam menciptakan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat A.A Anwar Prabu Mangkunegara dikatakan bahwa “ada dua faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu faktor dari pihak sender (pengirim pesan), dan faktor dari pihak receiver atau komunikan”. 61 a. Faktor dari pihak sender atau komunikator, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan sender, media saluran yang digunakan. 1. Keterampilan sender Sender sebagai pengirim informasi, ide, berita, dan pesan perlu menguasai cara-cara penyampaian pikiran baik secara tertulis maupun lisan. 2. Sikap sender Sikap sender sangat berpengaruh pada receiver. Sender yang bersikap angkuh terhadap receiver dapat mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan menjadi ditolak oleh receiver. Begitu pula sikap sender yang ragu-ragu dapat mengakibatkan receiver menjadi titik percaya terhadap informasi atau pesan yang disampaikan. Maka dari itu, sender harus mampu bersikap meyakinkan receiver terhadap pesan yang diberikan kepadanya. 3. Pengetahuan sender Sender mempunyai pengetahuan luas dan menguasai materi yang disampaikan akan dapat menginformasikannya kepada receiver sejelas mungkin. Dengan demikian, receiver akan lebih mudah mengerti pesan yang disampaikan oleh sender. 4. Media saluran yang digunakan oleh sender Media atau saluran komunikasi sangat membantu dalam penyampaian ide, informasi atau pesan kepada receiver. Sender perlu menggunakan media saluran komunikasi yang sesuai dan menarik perhatian receiver.4 Evaluasi berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman siswa dalam materi yang telah diajarkan. Strategi yang digunakan guru sebagaimana telah dicantumi di dalam RPP terdapat metode yang bervariasi untuk membantu dalam hal mengajar dan berkomunikasi dengan siswa agar pembelajaran dapat menjadi efektif, diyakini pada 4 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, op. cit., h. 148-150 62 metode diskusi lebih membuat siswa menjadi interaktif. Kesulitan pada pembelajaran PAI tidak ada, tetapi dalam hal masih rendahnya kemampuan siswa membaca Al-Qu’ran masih banyak yang belum bisa. Sehingga kendala guru PAI itu sendiri jika harus mengajari siswa membaca Al-Qur’an satu persatu tidak dapat dilakukan cenderung waktu yang terdapat di sekolah relatif tidak banyak, sedangkan pelajaran Pendidikan Agama Islam cenderung dengan ayat Al-Qur’an dan bahasa Arab. Dari hasil wawancara terhadap 5 orang siswa dari kelas VIII SMP Dua Mei dapat diketahui bahwa rata-rata mereka cukup antusias dan senang dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil belajar mereka ada yang menjawab baik dan lumayan baik. Adapun kesulitan bagi mereka dalam mempelajari PAI ialah mengenal sejarah-sejarah tentang Nabi dan kemampuan dalam membaca Al-Qur’an. Materi yang disampaikan oleh guru PAI menurut salah satu dari mereka terlalu cepat dalam menjelaskan dan kurang tegas sehingga materi menjadi sulit dipahami, namun beberapa diantara mereka menyatakan materi yang disampaikan sudah baik dan mudah dimengerti. Bagi mereka, mempelajari Pendidikan Agama Islam itu penting karena dapat mengetahui sejarah-sejarah tentang Nabi dan ajaranajaran syariat Islam. Menurut peneliti dari hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah SMP Dua Mei, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan 5 orang siswa kelas VIII SMP Dua Mei dapat disimpulkan bahwa guru PAI sudah menciptakan komunikasi yang efekif dengan siswa. Salah satunya ialah menanyakan kesulitan dalam pelajaran yang belum dipahami oleh siswa. Komunikasi yang digunakan pada peraturan ataupun kontrak pembelajaran oleh guru PAI untuk mengajar menggunakan interaksi yang tidak terlalu tegas namun siswa tetap menghormati dan taat. Bagi siswa menyatakan menyukai pengajaran yang dilakukan oleh guru PAI. Dengan adanya tanggapan-tanggapan seperti itulah yang dapat dinilai bahwa komunikasi 63 antara guru PAI dan siswa kelas VIII mempunyai komunikasi yang efektif. Ini terlihat dari respon siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Adapun pendapat ini sejalan dengan Mudjito dalam bukunya yang disadur dari karyanya Thomas Gordon, menyatakan bahwa: Hubungan guru dengan siswa dikatakan baik apabila hubungan tersebut memiliki sifat-sifat, sebagai berikut: a. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lainnya. b. Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain. c. Kebebasan, yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreativitasnya dan kepribadiannya. Uzer Usman dalam karyanya Menjadi Guru Profesional, menegaskan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi yang edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Komunikasi dalam peristiwa proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas. Tidak sekedar hubungan guru dan siswa, tetapi merupakan komunikasi edukatif.5 3. Hasil Dokumentasi Langkah dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti disini ialah mengambil dan mengumpulkan gambar-gambar yang berkaitan dengan fasilitas yang tersedia di SMP Dua Mei Ciputat. Dengan adanya dokumen ini peneliti dapat menunjukkan beberapa fasilitas yang tersedia di lingkungan SMP Dua Mei Ciputat. Dapat dilihat sebagai berikut: 5 Moh. Uzer Usman, op. cit., h.4 64 Gambar 4.2 Gerbang masuk dan Pos Keamanan SMP Dua Mei Ciputat Gambar 4.3 Lapangan dan Mushola SMP Dua Mei Ciputat Gambar 4.4 Perpustakaan dan LAB Komputer SMP Dua Mei Ciputat 65 Gambar 4.5 Ruang Kelas SMP Dua Mei Ciputat Gambar 4.6 Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Gambar 4.7 Pemanfaatan Sarana Multimedia Dalam Menciptakan Komunikasi Yang Efektif Dari hasil dokumentasi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa fasilitas yang tersedia di SMP Dua Mei Ciputat sudah cukup lengkap, hampir semuanya sudah terpenuhi. Dengan diterapkannya media pembelajaran di tiap kelas maka tentunya hal ini memberikan kemudahan dalam proses 66 kegiatan belajar mengajar. Juga dengan tersedianya perpustakaan, LAB Multimedia dan LAB Komputer di sekolah ini. D. Temuan Hasil Penelitian 1. Penentuan melalui Sarana dan Prasarana Dalam temuan penelitian, diketahui bahwa fasilitas yang digunakan guru ialah Media dan fasilitas yang diberikan sekolah guna memudahkan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah beberapa ruang seperti ruang kelas yang berkapasitas 40 siswa, kemudian ruang guru, ruang OSIS, ruang Perpustakaan, LAB Multimedia, LAB komputer dan beberapa lapangan olahraga. Sarana dan prasarana yang ada di SMP Dua Mei ini digunakan sebagai upaya menciptakan hubungan yang harmonis antara guru dan siswa agar terhindar dari kegiatan yang berbau negatif dan siswa lebih sering berperilaku baik, khususnya pada perilaku akhlak terpuji yang sesuai dengan materi-materi pada pendidikan agama Islam di sekolah. Kemudian fasilitas masjid yang digunakan dalam kegiatan keagamaan sebagai upaya menciptakan komunikasi yang baik di luar jam pelajaran sekolah terutama dalam hal ibadah. Akan tetapi pada fasilitas laboratorium multimedia yang ada di dalam sekolah, guru masih kurang memanfaatkan penggunaan multimedia di dalam proses kegiatan belajar mengajar tersebut karena penjadwalan laboratorium sering menemukan kendala seperti tidak teraturnya jadwal pemakaian laboratorium sehingga sering terjadi bentrok jadwal antara guru yang lain, disamping itu guru Pendidikan Agama Islam masih belum begitu mahir dalam penggunaan multimedia karena keahlian yang masih terbatas. Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa fasilitas sarana dan prasarana di SMP Dua Mei sudah cukup memadai, hampir semuanya sudah terpenuhi. Dengan diterapkannya fasilitas yang cukup lengkap maka tentunya hal ini memudahkan proses pembelajaran dalam menciptakan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. 67 2. Penentuan melalui RPP dan Kegiatan Belajar Mengajar Diketahui bahwa proses kegiatan belajar mengajar di SMP Dua Mei sudah cukup efektif. Dilihat pada saat guru memulai proses kegiatan belajar mengajar, guru melakukan kontrak belajar atau kesepakatan belajar dengan siswa dalam proses pembelajaran guna memudahkan komunikasi terhadap siswa. Kemudian penggunaan pada metode yang bervariasi tercantum di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat sebelum melakukan proses pengajaran, guru menggunakan metode yang bervariatif sebagai suatu tujuan dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan untuk menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa serta membuat siswa menjadi interaktif dalam proses pembelajaran. Demikian bahwa proses pembelajaran PAI sudah cukup efektif, karena komunikasi dalam bentuk diskusi pada proses belajar mengajar berlangsung cukup efektif, baik antara pengajar dengan pelajar maupun diantara para pelajar sendiri, karena prosesnya memungkinkan siswa mengemukakan pendapatnya (argumen) serta dapat menelaah kembali, apakah yang telah diketahuinya itu benar atau tidak. Strategi yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama islam dalam hal menjelaskan materi pelajaran, guru PAI lebih menggunakan bahasa verbal dan gerakan-gerakan tangan agar lebih dapat menarik perhatian siswa, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai yang diinginkan, kemudian menghubungkan kembali materi pelajaran dengan kejadiankejadian yang ada di lingkungan atau peristiwa yang sedang terjadi pada saat ini sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran dan memberikan daya tarik siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Disamping itu penggunaan metode Active Learning yang digunakan oleh guru PAI pada bab yang dirasa sulit untuk menggunakan metode ceramah. Namun dalam hal ini masih ada sebagian siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan materi yang diberikan oleh guru, 68 maka hal yang dilakukan oleh seorang guru yaitu menjelaskan kembali materi pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa. Dari penentuan melalui RPP dan kegiatan belajar mengajar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa guru dalam menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas berupaya untuk menciptakan komunikasi yang efektif untuk membuat siswa menjadi interaktif dengan metode pembelajaran yang digunakan seperti metode diskusi, strategi yang digunakan pun sudah baik, berupa gerakan-gerakan tangan yang membantu guru lebih dapat menarik perhatian para siswa, dan proses penyesuaian guru terhadap keadaan kelas, sehingga upaya tersebut dilakukan dalam menciptakan komunikasi yang efektif di dalam kelas. 3. Penentuan Jenis Penilaian (evaluasi) Dalam penelitian ini, evaluasi yang digunakan ialah tertulis dan lisan. Adapun tertulis diperoleh dari hasil belajar siswa yaitu nilai ujian semester ganjil dan genap siswa SMP Dua Mei Ciputat yang asli. Kemudian lisan yang dilakukan oleh guru PAI ketika menguji tes lisan mengenai pelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah diajarkan di kelas. Dengan adanya penilaian tertulis dan lisan ini peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa penilaian hasil belajar siswa dengan menggunakan komunikasi yang interaktif. Hasil penilaian ini diperoleh dari nilai leger yang didapatkan peneliti dari sekolah. Dari hasil penilaian ini ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI mendapat hasil rata-rata yang sangat baik (hasil belajar dapat dilihat pada lampiran). Hal ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi guru PAI dalam menyampaikan materi pembelajaran dinilai efektif sehingga dalam penyampaian materi yang disampaikan oleh guru, siswa mampu memahaminya. Hasil belajar siswa tersebut tak lepas dari pengetahuan guru PAI dalam menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas. Pengetahuan guru PAI merupakan salah satu faktor upaya yang dilakukan seorang guru dalam menciptakan komunikasi yang efektif. 69 Namun masih ada sebagian siswa kelas VIII yang hasil belajarnya masih rendah, hal ini dilihat dari hasil ujian semester siswa menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa yang harus mengikuti remedial. Hal ini juga disebabkan bahwa siswa masih tergantung pada guru dalam proses pembelajaran PAI. Jika guru dapat menyampaikan materi dengan baik dan menggunakan metode yang menyenangkan bagi siswa, maka mereka semangat untuk belajar dan memperhatikan materi yang dijelaskan guru, tetapi jika guru kurang jelas dalam menyampaikan materi dan hanya menggunakan metode ceramah saja, maka semangat mereka pun untuk belajar menjadi menurun. Hal ini juga disebabkan kemampuan siswa dalam memahami suatu materi. Kurangnya pengetahuan siswa terhadap mata pelajaran PAI dan malasnya siswa untuk membaca buku pelajaran membuat pengetahuan mereka rendah. Mereka hanya mengandalkan penjelasan guru di dalam kelas. Berbeda halnya dengan siswa yang mayoritas memiliki nilai yang cukup tinggi, mereka memiliki kemampuan yang baik dalam memahami suatu materi serta rajin untuk membaca buku pelajaran dan rajin belajar di rumah. Sehingga tidak hanya mengandalkan penjelasan guru di sekolah. Hal ini tentunya menambah wawasan mereka terhadap suatu materi pelajaran. 4. Keterkaitan dengan temuan penelitian yang Relevan Karena salah satu indikator berhasil atau tidaknya sebuah prestasi belajar siswa di sekolah adalah upaya guru dalam meningkatkan komunikasi yang efektif dengan siswa sebagai sebuah proses dalam penyampaian materi yang baik dengan siswa. Dengan demikian jika guru tidak memiliki sikap dan prilaku yang professional dalam berkomunikasi serta kurang rasa tanggung jawab guru terhadap siswa dalam proses belajar mengajar, maka yang akan terjadi adalah kurangnya pemahaman siswa dalam menerima materi yang diberikan guru sehingga akan 70 berdampak pada hasil belajar dan juga perilaku siswa yang kurang sopan terhadap guru, teman dan staf lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian relevan yang telah dijelaskan peneliti pada bab sebelumnya bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh Rus’an dalam skripsinya yang berjudul “Peran Komunikasi Guru dan Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP Islam Baidhaul Ahkam Tanggerang”. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan skala Likert diketahui bahwa terdapat hubungan antara komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam dengan nilai r hitung sebesar 0,168 dan termasuk kategori sangat lemah (nilai r hitung pada rentang 0,00-0,20). Hal ini terjadi karena guru tidak memiliki sikap dan perilaku yang professional dalam berkomunikasi serta kurang rasa tanggung jawab guru terhadap siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun penelitian yang disusun oleh peneliti sendiri yaitu mengenai “Peran Guru PAI Dalam Menciptakan Komunikasi Yang Efektif dengan Siswa Pada Pembelajaran PAI di SMP Dua Mei Ciputat. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan metode penelitian studi kasus dapat dilihat bahwa Komunikasi yang diciptakan oleh peran guru PAI pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah efektif dengan menggunakan metode yang variatif dan interaktif, kemudian dalam pemanfaatan fasilitas, dan dalam menggunakan strategi pembelajaran guru sudah memanfaatkan dengan cukup baik, ini dapat di lihat pada penerapan guru di Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga timbal balik terhadap hasil belajar siswa SMP Dua Mei pun baik. E. Keterbatasan Penelitian Dari penelitian ini, peneliti merasakan bahwa penelitian ini masih kurang dari hasil yang lebih baik. Hal tersebut karena keterbatasan penelitian yang peneliti rasakan selama penelitian ini berlangsung. Keterbatasan penelitian itu antara lain: 71 1. Kurangnya kemampuan peneliti dalam menilai keadaan di sekolah SMP Dua Mei Ciputat sehingga peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. 2. Masih banyaknya penilaian-penilaian yang mendukung dalam penelitian ini yang masih kurang dikaji secara mendalam oleh peneliti. 3. Peneliti menyadari masih terdapat beberapa point yang perlu dikaji lebih mendalam untuk mengetahui hal-hal dalam menciptakan komunikasi yang efektif terhadap siswa yang belum dapat peneliti lakukan karena keterbatasan peneliti. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yakni dengan metode penelitian studi kasus maka dapat disimpulkan bahwa peran guru PAI di SMP Dua Mei Ciputat memiliki peranan yang efektif dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yakni dalam penyampaian materi yang disampaikan oleh guru PAI, siswa mampu memahaminya. Dalam hal strategi pembelajaran yang digunakan dan pemanfaatan sarana dan prasarana sudah cukup baik. Dari hasil penilaian ditemukan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam mendapat hasil rata-rata yang sangat baik, hal ini dapat dilihat dari nilai raport siswa yang telah memenuhi standar KKM. Hal tersebut tak lepas dari pengetahuan guru PAI dalam menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas dan juga dari pemanfaatan guru PAI terhadap sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah. Pengetahuan guru merupakan salah satu faktor upaya yang dilakukan seorang guru dalam menciptakan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa dinilai baik. B. Impikasi Berdasarkan kesimpulan di atas yang menyatakan bahwa peran guru PAI memiliki peranan yang efektif dalam menciptakan komunikasi yang efektif dengan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam maka implikasinya. Pertama, bahwa keterampilan seorang guru dalam proses pengajaran perlu dikembangkan di sekolah-sekolah tidak hanya pada mata pelajaran umum tetapi juga mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kedua, sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh pihak sekolah seharusnya dimanfaatkan secara optimal sehingga peran guru dalam menciptakan komunikasi menjadi lebih efektif. 72 73 C. Saran Adapun saran yang dapat diambil dari penelitian ini ialah: 1. Guru PAI hendaknya lebih meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal dan berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang efektif yakni dengan menggunakan komunikasi yang bersifat dua arah sehingga siswa ikut terlibat aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan akhlak para anak didikannya, dan senantiasa selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa sehingga bisa ditiru dan diteladani oleh mereka. 2. Bagi siswa hendaknya lebih aktif lagi dalam mengikuti proses pembelajaran, yakni dengan berkonsentrasi ketika mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru, mencatat hal-hal yang penting dan melakukan review pada kesempatan lain. 3. Dengan adanya peran guru dalam proses pembelajaran di kelas, bukan berarti sepenuhnya dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa, karena dalam pembelajaran terdapat banyak unsur yang terkait. Untuk itu perlu diingat bahwa dalam menyampaikan materi pelajaran yang terpenting ialah agar siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan dan siswa merasa senang ketika mengikuti proses pembelajaran. 74 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Effendy, Onong Uchjana. Human Relations dan Public Relation, Bandung: Mandar Madu, 1993. Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Handoko, T. Hani. Pengantar Manajemen,Yogyakarta: BPFE Yogya, 2003. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Muis, A. Komunikasi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikat Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Nasution, S. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Naim, Ngainun. Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011. Purwanto, Djoko. Komunikasi Bisnis, Jakarta: Erlangga, 2011. Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. 75 Robbins & Barbara S. Janes, James G. penerjemah R. Turman Sirait, Komunikasi yang Efektif, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1986. Robbins, Stephen P. Penerjemah Benyamin Molan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2006. Rosyidi, T.A, Latief. Dasar-dasar Rhetorika Komunikasi dan Informasi, Medan: 1985. Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Supratiknya, A. Komunikasi Antar Pribadi, Yogyakarta: Kanisius, 1995. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012. Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011. Tim Penyusun Revisi Penulisan Skripsi FITK. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Gita Media Press, 2006. Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Undang-undang RI, No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Visimedia, 2003. Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Usman, Husaini. Manajemen; Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Usman, Basyiruddin & Asnawir. Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2010. Wursanto, Ig. Dasar-dasar Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Andi, 2003. Lampiran 1 KALENDER PENDIDIKAN SMP DUA MEI CIPUTAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN KETERANGAN SEMSETER 1 (15 Juli – 21 Desember 2013) Awal masuk sekolah Masa Orientasi Siswa (MOS) KBM selama Ramadhan 1434 H Kegiatan Ramadhan 1434 H Libur Idul Fitri 1434 H Masuk setelah Idul Fitri 1434 H Pekan Ulangan harian ke-1 Ulangan Tengah Semester Ganjil Idul Adha 1434 H Pembagian Nilai Tengah Semester ganjil Pekan Ulangan harian ke-2 Review materi semester ganjil Ulangan Umum Semester Ganjil Remedial Test Lomba tingkat gugus 03 Pembagian Raport Semester Ganjil Karyawisata Libur semester ganjil 15 Juli 2013 15-17 Juli 2013 15-26 Juli 2013 29-31 Juli 2013 1 – 16 Agustus 2013 19 Agustus 2013 2 – 6 September 2013 7 – 11 Oktober 2013 15 Oktober 2013 25 Oktober 2013 18 – 22 November 2013 2 – 6 Desember 2013 9 – 13 Desember 2013 16 – 18 Desember 2013 16 – 18 Desember 2013 21 Desember 2013 23 – 26 Desember 2013 23 Desember 2013 – 4 Januari 2014 Hari efektif semester ganjil untuk kelas 7, 8 dan 9 sbb: Juli =5 Agustus = 10 September = 21 Oktober = 16 November = 20 Desember = 5 + Jumlah = 77 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (6 Januari – 21 Juni 2014) Hari efektif semester genap untuk kelas 7 dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 6 Januari – 25 April 2014 (Kls: 8 sbb : 9) Januari = 18 4 Januari – 6 Juni 2014 Februari = 20 Bimbingan Belajar (Bimbel) Maret = 16 Try Out Ujian Nasional : November 2013 – April 2014 April = 12 Pertama Mei = 21 Kedua Januari 2014 Juni =0 + Ketiga Februari 2014 Jumlah = 87 Keempat Maret 2014 April 2014 Hari efektif semester Pekan Ulangan harian ke-1 genap untuk kelas 9 sbb Ujian Praktik 3 – 7 Februari 2014 Lomba MIPA Tk. Kabupaten : 24 – 28 Februari 2014 Pekan Olahraga Pelajar TK. Kota Maret 2014 Januari = 18 Tangsel Maret – April 2014 Februari = 15 Maret = 11 Ulangan Tengah Semester (UTS) 3 – 7 Maret 2014 April =9 Pembagian nilai tengah semester 22 Maret 2014 Mei =0 Ujian Sekolah 24 – 28 Maret 2014 SEMESTER 2 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Olimpiade Sains SMP Ujian Nasional Pekan Ulangan harian ke-2 Pengumuman kelulusan Review materi Ulangan Umum Semester Genap Remedial Test Pembagian Raport Semester Genap Libur Semester Genap Penerimaan Siswa Baru T.P 2014/2015 April – Mei 2014 28 April – 1 Mei 2014 12 – 16 Mei 2014 Minggu ke-1 bulan Juni 2014 26 – 30 Mei 2014 2 – 9 Juni 2014 10 – 13 Juni 2014 21 Juni 2014 23 Juni – 12 Juli 2014 23 Juni – 12 Juli 2014 Juni Jumlah =0 + = 43 Ciputat, 2 Desember 2013 Kepala Sekolah Enjang Supyan, M.Pd. Lampiran 2 STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SMP DUA MEI YAYASAN Kepala Sekolah Enjang Supyan, M.Pd Kordinator Kesiswaan Siti Aisyah, S.Pd Waka Kurikulum Saptono, S.Pd Guru Bid. Studi Wali Kelas Kordinator BP Susi. H, S.Pd Tata Usaha Siswa Pembina OSIS Galih. PS, S.Pd Lampiran 3 Struktur Kurikulum SMP Dua Mei Tahun Pelajaran 2013/2014 disusun sebagai berikut : Semester 1 : KELAS DAN ALOKASI WAKTU VII VIII IX KOMPONEN A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Penjas, Olah Raga dan Kesehatan 10. Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) B. Muatan Lokal : 1. Tata Boga 2. Tata Busana 3. Bimibingan Konseling 4. Baca Tulis Qur’an (BTQ) 5. Budi Pekerti C. Pengembangan Diri JUMLAH dan 2 2 5 5 5 5 5 2 2 3 2 2 5 5 5 5 5 2 2 3 2 2 5 5 5 5 5 2 2 3 2 1 1 1 2*) 41 2 1 1 1 2*) 41 2 1 1 1 2*) 41 Semester 2 : KOMPONEN A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni Budaya 9. Penjas, Olah Raga dan Kesehatan KELAS DAN ALOKASI WAKTU VII VIII IX 3 3 5 4 5 5 5 2 2 3 3 5 4 5 5 5 2 2 3 3 5 4 5 5 5 2 2 10. Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) B. Muatan Lokal : 1. Tata Boga 2. Tata Busana 3. Bimibingan Konseling 4. Teknologi Informasi 5. English Conversation (EC) C. Pengembangan Diri JUMLAH dan 2 2 2 2 1 1 1 2*) 41 2 1 1 1 2*) 41 2 1 1 1 2*) 41 Lampiran 4 Pengembangan diri dalam hal ini, meliputi kegiatan ekstra kurikuler yang menekankan pada ranah afektif dan psikomotor dan kegiatan lain baik yang terjadwal, seperti Upacara Bendera setiap hari Senin dan Hari Besar Nasional, maupun kegiatan yang insidental, seperti peringantan hari keagamaan, kebersihan kelas, dll Kegiatan Pengembangan Diri yang dikembangkan di SMP Dua Mei Kota Tangerang Selatan antara lain : a. Bidang Akademik, khusus untuk kelas IX yang dikembangkan dan dilaksanakan Pendalaman Materi di semester Genap menjelang Ujian Nasional, yang meliputi : 1). Bahasa Indonesia 2). Bahasa Inggris 3). Matematika 4). Ilmu Pengetahuan Alam b. Kegiatan Non Akademik, kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di SMP Dua Mei Kota Tangerang Selatan tahun Pelajaran 2012/2013adalah sebagai berikut : a. Jenis KRIDA, yang meliputi kegiatan : 1). Pramuka 2). Paskibra b. Jenis Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, yang meliputi : 1). Pencak Silat 2). Bola basket 3). Futsal 4). Mading 5). Bola Voli c. Kegiatan Pelayanan Konseling, yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan masalah sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik. Semua kegiatan pengembangan diri dinilai dalam bentuk kualitatif melalui berbagai pendekatan; pengamatan, pemantauan, dan kegiatankegiatan dalam bentuk lomba dan pertandingan. Kualifikasi penilaian kualitatif terdiri dari Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang, dan Sangat Kurang. Jadwal Kegiatan: 1) Pengembangan Diri Terprogram : a. Theater : Selasa pukul 14.30 – 16.00 b. Futsal : Sabtu pukul 07.30 – 09.30 Rabu pukul 15.00 – 17.00 : Sabtu pukul 07.30 – 09.30 c. Paskibra d. Volly ball pukul 15.00 – 17.00 : Kamis e. Basket : Sabtu pukul 09.30 – 11.30 f. Pencak Silat : Selasa pukul 15.00 – 17.00 Jumat pukul 15.00 – 17.00 Sabtu pukul 07.30 – 09.30 2) Pengembangan Diri Rutin : a. Upacara Bendera setiap Senin pagi b. Jumat bersih setiap hari Jumat pagi c. Amal setiap hari Jumat 3) Pengembangan Diri Spontan Memberikan bantuan moril maupun materiil kepada siswa yang terkena musibah dengan berkoordinasi dengan pengurus masjid dan pengurus OSIS. Lampiran 5 Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk : a. Ujian Blok, kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. b. Ulangan Tengah Semester (UTS), kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. c. Ulangan Akhir Semester (UAS), kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester ganjil. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut. d. Ulangan Kenaikan Kelas (UKK), kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik. 2) mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. 3) menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik. 4) menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik. 5) menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik. 6) menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah. 7) menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. 8) melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan. 9) melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota. 10) menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria: a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran. b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan kelompok dan kepribadian; mata pelajaran kelompok mata pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. c) lulus ujian sekolah d) lulus Ujian Nasional. 11) menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional. 12) menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan melalui kegiatan Ujian Nasional untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam). Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: 1). Menyelesaikan seluruh program pembelajaran; 2). Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; 3). Lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan ketentuan sebagai berikut : Seorang siswa dinyatakan lulus Ujian sekolah apabila memiliki nilai rata-rata minimal 6,00 untuk semua mata pelajaran yang diujikan dengan nilai minimal 6,00. 4). Lulus Ujian Nasional Lampiran 6 PEDOMAN WAWANCARA A. Identitas Intervewee 1. Nama : Cynthia Ariyani 2. Fak/Jur : FITK/Pendidikan Agama Islam (PAI) 3. Semester/ Kelas : IX/E 4. NIM : 109011000188 B. Identitas Interviewer 1. Nama : Enjang Supyan, M.Pd 2. Jabatan : Kepala Sekolah 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Tempat dan Waktu : SMP Dua Mei Ciputat, Senin 2 Des 2013 C. Butir Pertanyaan Apakah selama ini dewan guru selalu mengadakan rapat mingguan atau bulanan untuk membahas persoalan yang terjadi pada peserta didik? 2. Apakah Ibu/Bapak mengevaluasi proses pembelajaran? 3. Apakah Ibu/Bapak melakukan monitoring kepada guru dalam proses pembelajaran khususnya terhadap guru mata pelajaran PAI? 4. Apakah guru-guru di SMP Dua Mei membuat RPP sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar? 5. Apakah guru PAI mengelola kelas menggunakan metode yang bervariatif? 6. Kegiatan seperti apa yang diadakan sekolah untuk menambah interaksi antara guru PAI dengan siswa? 7. Apakah siswa mengalami kesulitan terhadap pembelajaran PAI? 8. Apakah siswa mudah memahami konsep yang diberikan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran? 9. Bagaimana sikap guru PAI dalam menghadapi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung? 10. Apakah sikap perilaku guru PAI sudah menjadi teladan bagi para siswa? 11. Apa saja permasalahan yang ditemui guru dalam proses pembelajaran 1. PAI? HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SMP DUA MEI CIPUTAT Nama Kepala Sekolah : Enjang Supyan, M.Pd. Tempat Wawancara : SMP Dua Mei Ciputat Hari/Tanggal : Senin, 2 Desember 2013 1) Apakah selama ini dewan guru selalu mengadakan rapat mingguan atau bulanan untuk membahas persoalan yang terjadi pada peserta didik? 2) Apakah Ibu/Bapak mengevaluasi proses pembelajaran? 3) Apakah Ibu/Bapak melakukan monitoring kepada guru dalam proses pembelajaran khususnya terhadap guru PAI? 4) Apakah guru-guru di SMP Dua Mei membuat RPP sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar? 5) Apakah guru PAI mengelola kelas menggunakan metode yang bervariatif? 6) Kegiatan seperti apa yang di adakan sekolah untuk menambah interaksi antara guru PAI dengan siswa? 7) Apa siswa mengalami kesulitan terhadap pembelajaran PAI? 8) Apakah siswa mudah memahami konsep yang di berikan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran? 9) Bagaimana sikap guru PAI dalam menghadapi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung? 10) Apakah sikap perilaku guru PAI sudah menjadi teladan bagi para siswa? 11) Apa saja permasalahan yang di temui guru dalam proses pembelajaran PAI? Jawaban 1. Ya, kami tiap minggu mengadakan briefing, mengevaluasi temuan-temuan yang terjadi di sekolah, tetapi jika ada kejadian khusus (masalah) seperti ada informasi akan tawuran maka hari itu juga langsung di proses. Biasanya kita berkomunikasi dengan pihak sekolah yang rencana anak itu akan tawuran, lalu ketika razia di temukan rokok dan segera di adakan pertemuan untuk menindak lanjuti siswa tersebut. Kalau tiap bulan, kita selalu briefing untuk mengevaluasi baik kegiatan belajar mengajar maupun kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah. 2. Ya pasti, ada evaluasi dalam proses pembelajaran. dengan adanya Ulangan Harian, kemudian Ujian Tengah Semester sebagai evaluasi kendala-kendala yang dihadapi oleh guru maupun oleh siswa. Apalagi sekarang mengahadapi Kurikulum 2013 meskipun belum mulai tetapi sudah mulai ke arah sana, kita bersosialisasi kepada guru terutama, berbicara perbedaan KTSP dengan Kurikulum 2013. Secara umum juga seperti upacara setiap hari senin secara keseluruhan baik dari TK, SD, SMP, SMA, SMK kita mengevaluasi baik pelaksanaan upacara maupun KBM selama satu minggu itu, yang berjenjang juga paling tidak sebulan sekali itu kita mengevaluasi pelaksanaan KBM. 3. Ya, memonitoring tentunya melaksanakan supervisi 4. Ya, guru-guru membuat RPP untuk setahun, lalu dikoreksi kemudian sebagai pedoman untuk mengajar mereka. 5. Memang dalam penggunaan metode belum begitu banyak variasinya, lebih dominan ke metode ceramah, karena dengan berbagai permasalahan terutama di penguasaan ICT yang belum begitu mahir, karena dalam penggunaan peluang multimedia itu dengan sendirinya harus bisa dulu mengoperasional kannya. Kendalanya dalam penggunaan multimedia memang masih kurang, sehingga saat ini yang saya perhatikan masih cenderung ke metode ceramah belum bervariasi tetapi metode diskusi dan untuk metode lainnya dilaksanakan, mungkin dalam penggunaan multimedia belum begitu mahir akan tetapi untuk pelatihan-pelatihan sudah beberapa kali di lakukan dalam rangka untuk penggunaan ICT untuk proses pembelajaran. 6. Interaksi untuk pelajaran agama itu kita jadwalkan ada Jum’at bergilir, mengapa bergilir, karena masjid disekolah agak kecil, sehingga daya tampung masjid kurang memadai, sementara yang memakainya itu dari 3 jenjang yaitu SMP, SMA dan SMK sehingga jika semua ikut disini memang tidak cukup. Kemudian yang selama ini di laksanakan seperti keputrian yaitu mengkaji tentang masalah-masalah keislaman apabila laki-laki ketika salat Jum’at dan perempuannya oleh guru agama, kemudian ada BTQ tambahan bagi mereka yang mungkin belum begitu lancar dalam membaca Al-Qur’an, dan begitu juga hari-hari besar keislaman selalu kami laksanakan seperti pelaksanaan ibadah salat Idul Adha selalu salat disini, penyembelihan hewan qurban yang melibatkan anak OSIS dan ROHIS. Kemudian hari besar Isra Mi’raj dan Maulid Nabi yang melibatkan semua, siswalah sebagai panitianya dan guru PAI bertugas membimbing anak didik. 7. Kesulitan yang saya amati terutama masih rendahnya anak didik dalam membaca Al-Qu’ran. jadi untuk ukuran anak SMP masih ada yang baru Iqro 2 atau 3, memang untuk mengandalkan di sekolah agak sulit karena waktu yang relatif singkat. Setidaknya anak SMP itu sudah lancar untuk membaca AlQur’an, memang disini yang salah ialah pola asuh di rumah yaitu tidak dibiasakan membaca Al-Qur’an sehingga kendala kepada guru agama itu sendiri jika harus mengajari baca Al-Qur’an satu-satu dari 36 anak yang lancar hanya 6 orang anak. Bahkan ada yang masih baru huruf hijaiyah saja belum hafal ada yang seperti itu. Memang berat tantangan guru di sekolah itu apalagi guru PAI, banyak sekali siswa yang mungkin belum mampu membaca Al-Qur’an, jangankan baik lancar saja belum bisa. Memang dikhawatirkan sekarang seperti itu, kemampuan membaca Al-Qur’an itu sangat rendah sekali tidak sampai 30% kondisinya seperti ini, mungkin saya rasa di semua sekolah pun tidak jauh beda dengan kondisi seperti itu karena terutama pendidikan yang utama kan di keluarga terlebih dahulu, apabila pembiasaan di rumah sudah bagus dan terbiasa maka di sekolah pun anak didik akan lebih mudah di atur. Kendalanya memang seperti itu karena kesadaran akan keagamaan masih rendah, karena kita mendapatkan bibit yang seperti itu, untuk merubah kebiasaan yang jarang sekali kemudian untuk kita paksakan memang perlu pengorbanan dan bantuan atau usaha semua pihak. Dan kita pun tidak bosenbosen untuk mengajak. 8. Tergantung kepada temannya, tapi secara umum karena terbiasa jadi materi bisa mudah di pahami, karena agama bukan hanya di sekolah saja tetapi di lingkungan keluarga juga atau mungkin siswa sering mendengarkan ceramah di televisi, di mushola di lingkungan masing-masing itu juga membantu pemahaman mereka terhadap agama. 9. Sikap guru PAI agak lembut dalam menyampaikan materi, berupa sanksisanksi di laksanakan oleh beliau seperti penugasan. 10. Ya, kalau secara ini saya rasa sudah bisa dikatakan seperti itu, dalam segi ibadahnya memberikan contoh shalat berjamaah, kemudian menegur anak itu sudah menunjukkan guru PAI sudah menjadi teladan. 11. Seperti yang sudah di jelaskan tadi masalahnya yaitu BTQ, membaca AlQur’an, untuk yang lainnya saya rasa itu biasa saja, tapi yang paling utama itu ialah masalah kemampuan membaca Al-Qu’ran, karena jika membacanya tidak bisa otomatis kan nanti ada hubungan dengan ibadah shalatnya juga malas karena tidak mengerti apa yang dibaca, kemudian kembali ke akhlak juga jika kita jarang membaca Al-Qur’an apalagi tidak tau maknanya otomatis prilaku itu menjadi selalu di luar kontrol. Interview Ciputat Timur, Desember 2013 Kepala Sekolah Cynthia Ariyani Enjang Supyan, M.Pd. PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU PAI SMP DUA MEI CIPUTAT Nama Responden : Drs. Jumaroh Ibnu Tempat Wawancara : SMP Dua Mei Ciputat Hari/Tanggal : Senin, 2 Desember 2013 1) Apakah bapak selalu membuat kontrak belajar atau perjanjian belajar pada saat pertama kali memulai proses belajar mengajar guna memudahkan komunikasi terhadap peserta didik? 2) Apakah bapak membuat RPP sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar? 3) Kegiatan apa yang bapak lakukan agar terjalin komunikasi yang efektif terhadap siswa dalam pembelajaran PAI? 4) Metode apa saja yang bapak gunakan pada proses pembelajaran PAI? 5) Menurut bapak metode apa yang lebih membuat siswa menjadi interaktif? 6) Bagaimana bapak menyikapi siswa-siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran di dalam kelas dengan baik? 7) Bagaimana bapak menyikapi pendapat siswa atau siswa yang memberi saran kepada anda? 8) Bagaimana bapak dalam menyikapi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran PAI? 9) Bagaimana sikap bapak dalam memberi hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan? 10) Bagaimana tindakan bapak terhadap siswa yang tertinggal materi pelajaran dikarenakan sedang izin tidak masuk kelas? 11) Apakah setiap pertanyaan yang bapak berikan mendapat tanggapan dari siswa? 12) Apakah siswa selalu mencatat apa yang bapak jelaskan ketika proses pembelajaran berlangsung? 13) Apakah siswa aktif dalam proses pembelajaran? 14) Apakah komunikasi yang bapak terapkan berdampak pada perubahan perilaku siswa? 15) Bagaimana anda memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya? 16) Prestasi apa yang telah di dapat oleh pihak sekolah dalam bidang keagamaan? 17) Strategi apakah yang anda gunakan dalam berkomunikasi dengan siswa pada setiap pembelajaran pendidikan agama islam? 18) Apa yang diperlukan untuk berinteraksi yang baik dengan siswa? 19) Bagaimana guru PAI menanamkan sikap moral terhadap siswa dalam proses pembelajaran? 20) Apakah yang anda lakukan untuk mengetahui pemahaman pada siswa? 21) Apakah anda selalu menggunakan fasilitas yang ada disekolah dalam pembelajaran PAI? 22) Apa saja sarana yang anda pergunakan dalam upaya berkomunikasi dengan siswaa? Jawaban 1. Ya, kesepakatan dengan siswa sangat diperlukan pada saat pertama kali memulai proses belajar mengajar. Seperti, jika kondisi kelas sudah rapi baru dimulai proses pembelajaran dan jika masih ada yang berbicara dikeluarkan dari kelas atau di hukum. 2. Ya tentu, pembuatan RPP untuk satu semester tiap setahun sekali 3. Menggunakan verbal dan gerakan tangan, seperti menghubungkan kasuskasus yang ada di lingkungan yang sedang terjadi 4. Semua metode, yang paling sering digunakan metode ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, jigsaw, CTL dsb 5. Metode Diskusi 6. Diberikan berupa tugas tambahan 7. Sudah dibicarakan di kesepakatan dengan siswa atau perjanjian belajar bahwa bagi siswa yang memberikan berupa pendapat, tanggapan dan sanggahan akan diberi tambahan nilai. 8. Dengan cara mengulangi penjelasan materi, kemudian menanyakan yang mana yang belum di mengerti kemudian di jelaskan dan memberi penjelasan dengan bahasa yang mudah di pahami. 9. Di beri tugas tambahan 10. Sama, dengan di berikan tugas tambahan 11. Terkadang siswa memberikan tanggapan terhadap materi yang sedang di ajarkan 12. Ada yang mencatat, ada yang mendengarkan, tetapi siswa lebih jarang mencatat karena materi yang di ajarkan sudah terdapat di buku pelajaran siswa masing-masing 13. Tergantung pada metode yang di gunakan, misalnya diskusi, anak-anak dapat aktif dalam proses pembelajaran 14. Ya, sesuai dengan siswa yang memahami pembelajaran yang telah di pelajari dan belum signifikan seperti yang di harapkan oleh guru 15. Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai umpan balik bagi siswa dan di berikan kesediaan untuk mengemukakan pendapat pada sesi yang telah di tentukan 16. Belum ada prestasi dalam bidang keagamaan yang di dapat pada tingkat Kota maupun Nasional 17. Menjelaskan materi dari tingkat yang paling mudah ke tingkat yang paling sulit 18. Lingkungan, fasilitas yang memadai, sarana dan sumber belajar yang baik 19. Menjadi teladan bagi siswa baik di dalam maupun di luar sekolah 20. Memberikan evaluasi dengan di adakannya test soal, pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui/mengukur pemahaman pada siswa 21. Ya, saya memanfaatkan fasilitas yang ada, guna menciptakan komunikasi dengan siswa 22. Lab multimedia, masjid, sumber pelajaran, Interview Ciputat Timur, Desember 2013 Guru Mapel PAI Cynthia Ariyani Drs. Jumaroh Ibnu PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA SMP DUA MEI CIPUTAT 1) Apakah terdapat kesulitan dalam memahami pembelajaran Pendidikan Agama Islam? 2) Bagaimana kamu menyikapi peraturan pada pembelajaran PAI? 3) Bagaimana penjelasan materi yang disampaikan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? 4) Bagaimana penggunaan media pembelajaran pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam? 5) Apakah guru PAI berinteraksi terhadap siswa dalam menjelaskan materi yang di ajarkan? 6) Disamping metode ceramah, apakah guru PAI juga menggunakan metode lain, seperti tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas, dll? 7) Apakah guru PAI memberikan apresiasi kepada siswa yang berprestasi? Seperti apa contohnya! 8) Apakah guru PAI memberi arahan atau bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan atau belum menyelesaikan tugasnya? 9) Apakah guru PAI memberi kesempatan kepada siswa untuk bebas memberikan pendapatnya? 10) Apakah guru PAI memberi kesempatan untuk siswa brtanya? 11) Apakah guru PAI merespon pembicaraan atau merespon setiap tanggapan siswa? 12) Dalam menjelaskan materi, apakah guru menggunakan bahasa yang mudah di mengerti (di pahami)? 13) Apakah guru memberikan tugas setelah pembelajaran Pendidikan Agama Islam? 14) Bagaimana kamu menyikapi terhadap guru yang suka marah2 dalam mengajar dan terkadang memberi hukuman kepada siswa? 15) Apakah guru PAI menjadi penengah yang bijaksana dalam menghadapi siswa yang ribut di kelas (konflik antar siswa)? 16) Bagaimana pemahaman kamu terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam? 17) Apakah kamu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan mengenai pelajaran yang sedang diajarkan? 18) Bagaimana nilai kamu pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? 19) Apakah terdapat siswa yang mengikuti remedial pada pembelajaran PAI? 20) Apa saja lomba keagamaan yang pernah di ikuti? 21) Apa saja prestasi yang telah di dapat dalam bidang keagamaan? 22) Bagaimana tanggapan kamu mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam? 23) Apa saja kritik dan saran pada pembelajaran yang diberikan oleh guru PAI? HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA SMP DUA MEI CIPUTAT Nama Kepala Sekolah : Andri Ranggalis Kelas : VIII.1 Hari/Tanggal : Senin, 2 Desember 2013 1. Tidak ada kesulitan 2. Biasa saja 3. Sangat jelas dan bahasanya mudah dipahami 4. Menurut saya sangat baik 5. Ya, menanyakan beberapa pertanyaan kepada siswa 6. Jarang mempergunakan metode 7. Ya, memberikan hadiah kepada siswa yang mendapat nilai yang tinggi 8. Ya, tentu saja 9. Ya, setelah menerangkan materi pelajaran 10. Ya, setelah di akhir pembelajaran 11. Ya, tentu saja 12. Ya, bahasa yang digunakan mudah dimengerti 13. Tidak terlalu sering 14. Menurut saya menyikapi hal itu dengan sangat kurang baik 15. Ya, guru menjadi menengah ketika terjadi konflik antar siswa di dalam kelas 16. Terhadap pembelajaran PAI saya sangat mengerti 17. Ya, saya selalu memperhatikan 18. Baik 19. Ya, siswa yang mendapat nilai kurang baik biasanya mengikuti remedial 20. Belum pernah 21. Belum ada 22. Proses pada pembelajaran PAI cukup baik 23. Pada pembelajaran pendidikan agama Islam agar lebih diterapkan di kehidupan sehari-hari HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA SMP DUA MEI CIPUTAT Nama Kepala Sekolah : Mohammad Elfaza Rivaldy Kelas : VIII.1 Hari/Tanggal : Senin, 2 Desember 2013 1. Tidak, karena guru yang mengajarkan PAI menjelaskan dengan jelas dan mudah dimengerti 2. Mentaati segala peraturan yang ada 3. Jelas dan mudah dimengerti 4. Cukup baik 5. Ya 6. Ya, pada pembelajaran PAI guru selalu melakukan hal tersebut 7. Ya, memberikan hadiah bagi yang memiliki nilai bagus dan berprestasi 8. Ya, apabila anak murid ada yang kurang mengerti guru menjelaskannya kembali 9. Ya, apabila guru sudah selesai menjelaskan 10. Ya, setelah guru menjelaskan da nada siswa yang kurang mengerti 11. Ya, tentu saja 12. Ya, bahasa yang dipakai mudah dimengerti 13. Ya 14. Tindakan yang kurang baik 15. Ya 16. Baik dan tidak ada kesulitan 17. Ya, tetapi tidak selalu 18. Sangat baik 19. Ya, untuk yang mendapat nilai kurang baik atau tidak masuk sekolah karena sakit 20. Tidak ada 21. Pada pembelajaran PAI saya mendapat nilai tertinggi di dalam kelas 22. Cukup baik 23. Lebih memanfaatkan dalam penggunaan media HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA SMP DUA MEI CIPUTAT Nama Kepala Sekolah : Reni Kumalasari Kelas : VIII.1 Hari/Tanggal : Senin, 2 Desember 2013 1. Tidak, karena saya belajar dengan santai 2. Menyikapinya dengan baik dan taat 3. Penjelasannya sangat mudah dimengerti dan dipahami 4. Penggunaan media baik tapi hanya kurang lengkap 5. Ya, gurunya sangat berinteraksi 6. Ya, dilakukan setiap guru selesai menjelaskan 7. Memberikan hadiah berupa alat tulis dan makanan 8. Ya, dengan menasehatinya agar segera menyelesaikan tugasnya 9. Ya, apa yang dikatakan boleh untuk menjadi pendapat 10. Ya, itu diberikan saat guru selesai menerangkan materi pelajaran 11. Ya, apabila tidak jelas akan dijelaskan kembali 12. Ya, dengan bahasa yang dapat mudah dimengerti 13. Ya, hal itu dilakukan setelah bab yang sudah dipelajari sudah cukup banyak dan dilakukan ulangan 14. Menyikapinya dengan baik, karena apabila guru marah-marah tentunya karena kesalah kita yang berbuat ribut dan susah dibilangin 15. Ya 16. Pemahaman saya baik 17. Ya, saya memperhatikannya dengan baik 18. Alhamdulillah sangat baik 19. Ya, ada beberapa siswa yang mengikuti remedial 20. Saya pernah mengikuti lomba kaligrafi dan lomba MTQ 21. MTQ 22. Menurut saya sangat baik 23. Agar lebih banyak lagi melatih murid mengenal sejarah-sejarah Nabi dan agar diperbanyak melatih siswa dalam hal membaca bacaan Al-Qur’an HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA SMP DUA MEI CIPUTAT Nama Kepala Sekolah : Agelsa Deramadhana Kelas : VIII.2 Hari/Tanggal : Senin, 2 Desember 2013 1. Ya, sedikit 2. Mentaatinya 3. Menyenangkan, terkadang susah dimengerti 4. Baik 5. Ya, selalu 6. Ya, selalu 7. Ya, jika murid bisa menjawab makan diberi tepuk tangan 8. Tidak terlalu sering 9. Ya, selalu 10. Ya, selalu 11. Ya, selalu 12. Terkadang bahasa yang digunakan mudah dipahami dan terkadang sulit untuk dimengerti 13. Ya, tetapi tidak terlalu sering 14. Diam saja dan tidak terlalu menghiraukan 15. Tidak terlalu sering 16. Lumayan dimengerti 17. Ya, tetapi pada materi yang sulit dipahami tidak mendengarkan 18. Cukup baik 19. Ya, ada beberapa siswa 20. Menjadi Da’i atau penceramah 21. Waktu SD mengikuti lomba Da’i atau penceramah 22. Proses pembelajaran PAI baik 23. Mengajarnya harus lebih tegas lagi, agar murid-murid diam dan tidak ribut di dalam kelas HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA SMP DUA MEI CIPUTAT Nama Kepala Sekolah : Anisa Aitul Latifa Kelas : VIII.2 Hari/Tanggal : Senin, 2 Desember 2013 1. Tidak ada, cukup dimengerti 2. Menyikapinya dengan taat dan santai 3. Baik dan mudah dimengerti 4. Penggunaan media cukup baik 5. Ya, gurunya sangat berinteraksi 6. Ya, dilakukan setiap guru selesai menjelaskan 7. Ya, memberikan pujian dan tambahan nilai 8. Ya, dengan cara menasehati 9. Ya, memperbolehkan mengeluarkan pendapat 10. Ya, saat guru selesai menerangkan materi pelajaran 11. Ya, apabila tidak jelas akan dijelaskan kembali 12. Ya, guru menggunakan bahasa yang dapat mudah dimengerti 13. Ya, hal itu dilakukan setelah bab materi yang dipelajari sudah selesai 14. Menyikapinya dengan diam 15. Ya, tentu 16. Pemahaman saya cukup baik dan mengerti 17. Ya, saya memperhatikan dengan baik 18. Saya mendapat nilai yang cukup baik 19. Ya, ada beberapa siswa yang mengikuti remedial 20. Tidak pernah 21. Tidak ada 22. Menurut saya sangat baik 23. Agar lebih tegas dan apabila menjelaskan materi suaranya lebih lantang lagi