BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian mengenai capital structure 2.1.1 Optimal Capital Structure Optimal capital structure adalah suatu cara yang memaksimalkan harga saham perusahaan dan secara umum dikenal sebagai ratio hutang yang lebih rendah dibandingkan dengan suatu cara yang memaksimalkan pendapatan per lembar saham / Earning Per Share (EPS) Perusahaan yang memiliki pendapatan tinggi dapat membagikan deviden yang lebih tinggi. Berarti semakin tinggi level hutang, semakin tinggi pendapatan per lembar saham yang diharapkan. Semakin tinggi level hutang juga menaikkan resiko perusahaan dan menaikkan biaya modal serta mengurangi harga saham. 2.1.2 Target Capital Structure Perusahaan harus mengembangkan target struktur modal / target capital structure yaitu kombinasi antara hutang, saham khusus, dan modal biasa yang dipilih dan direcanakan oleh perusahaan untuk menaikkan modal usaha. Kebijakan struktur modal meliputi pertukaran antara imbal hasil dan resiko yaitu menggunakan lebih banyak hutang berarti menaikkan resiko yang dibawa oleh pemegang saham dengan menggunakan lebih banyak hutang yang secara umum mengarah kepada pengharapan tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi. Ada 4 faktor utama yang mempengaruhi keputusan struktur modal yaitu ( Brigham & Houston,2001,p602-603): 1. Resiko bisnis ialah : tingkat resiko terhadap operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan hutang. Semakin tinggi resiko bisnis suatu perusahaan, semakin rendah rasio hutang optimal. 2. Posisi pajak perusahaan : alasan utama untuk memiliki hutang ialah biaya bunga yang dapat diambil kembali, yang berarti mengurangi biaya efektif hutang. 3. Fleksibilitas keuangan : kemampuan untuk menaikkan modal usaha pada kondisi yang wajar dibawah kondisi tertentu. Penyediaan modal usaha yang cukup adalah hal yang penting guna menstabilkan operasi perusahaan itu. Yang berarti merupakan hal yang penting guna pencapaian sukses jangka panjang. 4. Manajemen konservatif atau agresif : beberapa manajer lebih agresif dibandingkan yang lainnya yaitu seperti menggunakan hutang sebagai usaha untuk meningkatkan laba usaha. 2.1.3 Business risk dan Financial risk Business risk ialah resiko terhadap operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan hutang serta ketidakpastian dalam memproyeksi tingkat pengembalian aset / Rate of return on assets (ROA) perusahaan di masa mendatang. Perhitungan ROA dapat dilakukan dengan: Net income to Return on assets = Return to investors = common stockholders + interest payment (ROA) assets assets Jika perusahaan tidak memiliki hutang, pembayaran bunga akan 0 dan aset menjadi sama dengan equity, yaitu : Rate of return on equity (ROE) : ROA = ROE = Net income to common stockholders Common equity Business risk tergantung pada beberapa faktor : 1. Variasi permintaan : semakin stabil suatu permintaan akan produk yang dihasilkan perusahaan, dan yang lain dianggap konstan, semakin rendah resiko bisnisnya. 2. Variasi harga penjualan : Perusahaan dimana produknya dijual pada pasar yang harganya naik turun memiliki resiko bisnis yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan harga yang relatif lebih stabil. 3. Variasi biaya masuk : Perusahaan dimana biaya pemasukannya tidak pasti, memiliki resiko bisnis yang lebih tinggi dibanding yang perusahaan yang memiliki biaya pemasukan pasti. 4. Kemampuan untuk menyesuaikan harga keluar untuk perubahan dalam biaya masuk : Beberapa perusahaan dapat menaikkan harga produknya ketika biaya pemasukan mengalami kenaikan. 5. Kemampuan untuk mengembangkan produk baru yang sesuai dengan perkembangan teknologi secara efektif : Perusahaan yang bergerak di bidang industri teknologi tinggi tergantung pada kondisi trend barang baru yang konstan. Semakin cepat adanya produk yang kadaluawarsa berarti menaikkan resiko bisnis yang dimiliki perusahaan. 6. Pentingnya biaya yang tetap : Jika semakin tinggi presentasi biaya tetap dalam perusahaan, sedangkan permintaan menurun, maka perusahaan mengalami kenaikan business risk. Financial risk ialah peningkatan resiko pemegang saham yang dikarenakan penggunaan hutang untuk membiayai perusahaannya. Jika perusahaan menggunakan hutang, berarti mengkonsentrasikan resiko bisnis pada pemegang saham biasa. Jika perusahaan menggunakan dana dengan modal biasa, dan tiap investor memiliki rasio yang sama dalam kepemilikan modal tersebut, maka tiap investor memiliki pembagian resiko yang sama dalam resiko bisnis. Financial leverage ialah kegunaan hutang yaitu pendapatan tetap sekuriti ( hutang dan saham khusus ) yang digunakan dalam struktur modal perusahaan. 2.2 Teori Capital Structure 2.2.1 MM´s Theory Teori keuangan modern dicetuskan oleh Professors Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) pada tahun 1958, yang disebut sebagi artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan dengan beberapa asumsi yang tegas, bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain, hasil MM mengatakan bahwa tidak perduli bagaimana suatu perusahaan membiayai keuangan operasionalnya, tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan itu sendiri. Teori MM memiliki dua proposisi yaitu : (Brealey & Myers, p477 – 484 ) Proposisi I : Nilai perusahaan ditentukan oleh bagian kiri dari neraca yang berupa aset nyata bukan berasal dari proporsi hutang dan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.Hutang tidak memiliki efek terhadap kekayaan pemegang saham.Pilihan hutang jangka panjang atau jangka pendek, aman atau tidak aman, terpusat atau terbagi-bagi, hutang yang dapat dialihkan atau tidak dapat dialihkan, tidak memiliki efek terhadap nilai perusahaan secara keseluruhan. Proposisi II : Pengharapan dari imbal hasil saham suatu perusahaan yang meningkat akan meningkatkan rasio hutang modal / debt equity ratio ( DER ) perusahaan yang tercermin dari nilai pasar. Tingkat kenaikan tergantung dari jarak antara rA, yaitu pengharapan imbal hasil dari portfolio dari semua saham perusahaan, dan rD, yaitu pengharapan imbal hasil dari hutang. Jika perusahaan tidak memiliki hutang maka rE = ra. rE = rA = pengharapan penghasilan operasional nilai pasar dari keseluruhan saham Asumsi : 1. Tidak ada pajak 2. Tidak ada biaya transaksi 3. Tidak ada biaya kebangkrutan 4. Perseorangan dan perusahaan meminjam uang dengan tingkat bunga yang sama. 5. Semua investor yang memiliki informasi yang sama dengan manajemen mengenai kesempatan investasi masa depan perusahaan 6. EBIT tidak terpengaruh dengan penggunaan hutang Walaupun beberapa fakta menunjukkan bahwa asumsi-asumsi tersebut tidak realistik, hasil MM’s irrelavance sangat penting. Menggunakan indikasi dengan kondisi yang dibutuhkan untuk struktur modal tidak berhubungan dan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil : Pembagian I : VL = VU (Nilai perusahaan yang memiliki hutang= nilai perusahaan tidak memiliki hutang ) Pembagian II : rS = rO + B ( r O – rB ) S 2.2.2 The Effect of Taxes MM menerbitkan lanjutan artikel tahun 1963 dengan asumsi tidak ada pajak perusahaan. Kode Pajak / The Tax Code memperbolehkan perusahaan untuk mengurangi pembayaran bunga sebagai biaya perusahaan, tetapi pembayaran deviden pada pemegang saham tidak dikurangi. Perbedaan perlakuan ini mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang sebagai sumber modal pembiayaan keuangan perusahaan. MM mendemonstrasikan jika semua asumsi ditahan, perlakuan ini akan mengarah pada situasi dimana 100 % pembiayaan keuangan perusahaan menggunakan hutang. Teori diatas kemudian dimodifikasi oleh Miller yaitu bahwa semua pendapatan yang berasal dari obligasi merupakan bunga, dimana pendapatan dipajak sebagai pendapatan perseorangan sedangkan pendapatan dari saham berasal sebagian dari deviden dan sebagian dari keuntungan modal. Modal usaha jangka panjang akan dipajak, dan pajak akan ditahan sampai saham dijual dan mendapatkan keuntungan. Jika saham ditahan hingga pemiliknya meninggal, tidak ada pajak keuntungan modal yang harus dibayarkan. Keuntungan dari saham biasa dipajak dengan tingkat efektif yang lebih rendah dibandingkan pengembalian pada hutang. Miller menunjukkan bahwa (1) pengurangan bunga sebagai imbalan pembiayaan keuangan dengan hutang, tetapi (2) perlakuan pajak terhadap saham yang lebih menguntungkan, menurunkan tingkat pengharapan saham yang dikehendaki dan penggunaan modal sebagai sumber pembiayaan keuangan. 2.2.3 The Effect of Bankruptcy Costs MM’s irrelevance menghasilkan asumsi yang mengatakan tidak adanya biaya kebangkrutan. Dalam kenyataannya, biaya kebangkrutan membutuhkan banyak biaya seperti biaya hukum dan akuntansi, berurusan dengan konsumen, supplier, pegawai dan lain sebagainya. Karena hal itulah mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang sampai pada tingkat tertentu saja yang aman bagi perusahaan itu sendiri. 2.2.4 Trade-off Theory Teori pertukaran / trade off theory dikenal juga sebagai teori pertukaran leverage dimana perusahaan menukar keuntungan menggunakan pembiayaan keuangan dengan hutang melawan tingkat bunga yang tinggi dan biaya kebangkrutan. Fakta bahwa bunga mengurangi pengeluaran pajak , membuat hutang lebih murah daripada saham biasa atau saham khusus. Bahkan, pemerintah ikut membayar biaya dari pembiayaan hutang. Selain itu, hutang memberikan keuntungan perlindungan pajak. Semakin banyak hutang yang digunakan oleh suatu perusahaan, semakin tinggi nilai dan harga saham perusahaan tersebut. Dengan asumsi yang ditulis oleh Modigliani –Miller, harga saham perusahaan akan mencapai tingkat maksimal apabila menggunakan hutang hampir 100% untuk pembiayaan modal perusahaan. Dalam dunia nyata, jarang sekali perusahaan yang menggunakan hutang hampir sebesar 100 persen. Alasan utama perusahaan membatasi penggunaan hutang yaitu, untuk menghindari biaya kebangkrutan. 2.2.5 Signaling Theory MM mengasumsikan bahwa investor dan manajer perusahaan memiliki informasi mengenai perkiraan perusahaan di masa depan yang disebut informasi simetris. Sedangkan situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda atau lebih baik mengenai perkiraan masa depan perusahaan daripada investor disebut informasi tidak simetris yang memiliki efek yang penting pada struktur modal optimal. Signal adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang memberikan tanda bagi investor untuk mengetahui pandangan manajemen mengenai masa depan perusahaan 2.2.6 Pie Theory Pendekatan struktur modal dapat menggunakan model pie. Mengapa model pie? Karena model pie merupakan penjumlahan dari keuangan yang dimiliki suatu perusahaan seperti hutang dan modal. Kita menggunakan rumus : V= B+S V = nilai dari perusahaan itu B = nilai pasar dari hutang S = nilai pasar dari modal Jika pendekatan manajemen perusahaan adalah membuat perusahaan menjadi bernilai semaksimal mungkin, maka perusahaan dapat memilih rasio hutang modal yang membuat total model pie menjadi bernilai semaksimal mungkin. 2.3 Kinerja keuangan perusahaan Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara tergantung dari sisi mana kita menilainya. Salah satu alat pengukuran yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan ialah alat ukur akuntansi yang berguna untuk menentukan kinerja keuangan dari suatu perusahaan. Baik pada waktu lampau, sekarang ataupun masa yang akan datang. Rasio ini menggambarkan hubungan aset, hutang dan modal yang terlihat di neraca, laporan keuangan dan sumber-sumber lain. Menurut Arthur J Keown dan kawan-kawan dalam buku ″Basic Financial Management“ ( 1999 ) : ″we use financial ratios to answer question about a firm’s operations and to evaluate the company’s financial performance.″ Rasio dapat digunakan untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai operasional perusahaan. Pendekatan ini dibantu dengan empat pertanyaan sebagai peta dalam menggunakan rasio keuangan ( Keown, 2002 ) yaitu : 1. How liquid is the firm? 2. Is management generating adequate operating profits on the firms’s assets? 3. How is the firm financing its assets? 4. Are the owners ( stockholders ) receiving an adequate return on their investment? 2. 4 Statistik Menurut Robin D. Mason dan kawan – kawan (1999, p4 ), statistik adalah sekumpulan data, yang dapat dipakai untuk melakukan berbagai analisis terhadap data tersebut seperti peramalan, melakukan uji hipotesis , dll. Statistik tidak dapat dilepaskan dari data, baik dalam statistik deskriptif yang menggambarkan data maupun statistik inferensi yang melakukan analisis terhadap data. Menurut Aczel ( 1999 ), data adalah suatu bentuk pengukuran yang berbentuk beberapa variabel. Data dikumpulkan dengan berbagai metode, ada kalanya data yang diambil menggambarkan keseluruhan populasi tetapi dapat merupakan sampel dari beberapa populasi. Populasi ialah koleksi lengkap dari semua elemen yang akan dipelajari dan sampel ialah bagian dari koleksi elemen yang diambil dari populasi. 2.4.1 Hipotesis Untuk menguji suatu data, terlebih dahulu dilakukan hipotesis yaitu pernyataan dari suatu populasi. Hipotesis nol / null hypothesis ( H0 ) adalah pernyataan berisi nilai parameter populasi yang harus diuji. Hipotesis alternatif / alternative hypothesis ( H1 ) adalah hipotesis yang diterima apabila hipotesis nol ditolak atau merupakan pernyataan yang pasti benar. Hal-hal yang terjadi selama penelitian yang hanya berdasarkan pada sebuah sample adalah sebagai berikut : 1. jika hipotesis atau H0 benar dan berdasarkan penelitian yang dilakukan diterima berarti menolak H1 maka keputusan yang dibuat benar. 2. apabila H0 tidak benar dan penelitian ditolak maka ditentukan untuk menerima keputusan yang diambil merupakan langkah yang benar. 3. jika H0 benar tetapi berdasarkan penelitian ditolak maka ditentukan untuk menerima H1, kesimpulan yang diambil merupakan suatu kekeliruan. Kekeliruan ini dalam statistik dikenal dengan kekeliruan pertama atau kekeliruan (alpha) 4. apabila H0 tidak benar sedangkan penelitian dinyatakan diterima, kesimpulan yg diambil merupakan suatu kekeliruan. Kekeliruan ini dikenal dengan kekeliruan macam kedua atau kekeliruan (beta). 2.4.2 Menghitung korelasi dan regresi 2.4.2.1 Korelasi Korelasi adalah hubungan nyata antara dua variabel dimana salah satunya berhubungan dengan yang lainnya. Korelasi linier adalah alat ukur untuk mengukur kekuatan hubungan linier antara nilai X dan Y dalam sampel. Metode yang lazim digunakan yaitu dengan metode Pearson. Korelasi Pearson yaitu metode yang digunakan untuk menghubungkan antara satu variabel dan variable lainnya. Korelasi yang sederhana dengan menggunakan rumus korelasi Pearson r xy = ∑ ( Xi – X ) ( Yi– Y ) --------------------------------√ ∑ (Xi – X)2 . ∑ (Y1 – Y ) 2 Keterangan : r = tingkat keeratan antar variable (koefisien korelasi) ( Yi – Y ) = variable tidak bebas ( Xi – X ) = variable bebas N = jumlah sampel Jika r = 1 hubungan x dan y sempurna dan positif ( mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif ). r = -1 hubungan x dan y sempurna dan negatif ( mendekati –1 hubungan kuat dan negatif). r = 0 hubungan x dan y lemah sekali atau tidak ada hubungan X dinyatakan mempengaruhi Y, apabila nilai X berubah, maka nilai Y juga akan mengalami perubahaan, yang berarti naik turunnya X akan membuat nilai Y juga akan naik turun. 2.4.2.2 Uji T-test Pada penelitian ini diadakan test statistik (Aczel,1999) yaitu statistik yang berasal dari sample yang dihitung dari data. Nilai dari test statistik ini digunakan untuk menentukan apakah akan menolak the hipotesis nol. Untuk penelitian yang dilakukan dengan sample yang kurang dari 30 buah, digunakan T-test. t = X - µ0 -------------- _____________ s/√n Keterangan : T = T - test X = rata-rata dari data sampel µ0 = mean dari populasi s = standar deviasi sample n = jumlah sampel 2.4.2.3 Multiple Regression Regresi berganda / Multiple regression yaitu menggambarkan hubungan linier antara variable terikat yaitu Y dan dua atau lebih variable bebas ( X1,X2,…,Xn). Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 +…….+ βnXn Keterangan : Y = variable terikat βo = intercept / konstanta βn = koefisien data Xn = variable bebas Test statistik hipotesis untuk menunjukkan hubungan antara Y dengan tiap Xi H01 = β1 = β2 =………. = βk = 0 Ha1 = Not all the βI ( I = 1,….,k ) are zero Jika hipotesis nol benar, maka tidak ada hubungan antara Y dengan setiap variable bebasnya dalam regresi yang diusulkan. Tetapi apabila kita menolak the null hypothesis, ada bukti statistik yang menyatakan adanya hubungan regresi antara Y dengan paling sedikit satu variable bebas dapat diusulkan dalam model regresi. Untuk menjawab pertanyaan apakah variable bebas membantu menjelaskan variable terikat, kita menggunakan analisa ANOVA, yang menyediakan informasi untuk menjelaskan kekuatan dari regresi dan input untuk F-distribusi. Perhitungan dengan F ratio dilakukan dengan penggunaan tabel ANOVA ______________________________________________________________ Source of Variation Sum of squares Degrees of Freedom Mean squares F Ratio Regression SR k MSR = SSR K F = MSR MSE Error SE n-(k+1) MSE = SSE n-(k+1) Total ST n-1 ______________________________________________________________