NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: MUH IRHAMNA NIM: 111 09 019 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2016 1 2 3 4 5 MOTTO بب َ لَقَ ْد َك َ ص ِه ْم ِعب َْرةٌ ِِْلُ ْو ِلى اُ ْْلَ ْل َ َفى ق ِ ص ِ ان Artinya : sesungguhnya pada kisah-kisah(cerita) mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (Q.S Yusuf ayat 111) 6 PERSEMBAHAN Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada: Orangtuaku tercinta yang senantiasa tak pernah berhenti memberikan segala pengorbanan yang tak dapat penulis sebut satu persatu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Keluargaku tercinta yang selalu memberi semangat dan kekuatan dalam pembuatan skripsi ini. Seluruh teman yang selalu memberikan dukungan positif dan kekuatan. Seluruh dosen dan Karywan IAIN Salatiga Semua instansi yang membutuhkan pengajaran tentang nilai pendidikan islam. Saudara sesama islam, yang selalu membagi ilmu dan saling menguatkan. Semua umat manusia, yang selalu senang belajar dan berlatih untuk berubah untuk memahami makna hidup serta mencari ridlo dari Sang Penciptanya. 7 KATA PENGANTAR بسم هللا الرحمن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah ‘Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW). Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum. Selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan pelayanan kepada penulis. 4. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo’akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di IAIN salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 5. Kapada keluarga besar SDN Muncar 02 yang selalu memberi semangat dan memberi kesempatan untuk menjadi pendidik dan pembelajar. 8 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-Hamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Salatiga, April 2015 Penulis Muh Irhamna 11 090 19 9 ABSTRAK Muh Irhamna. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja.Skripsi. Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum. Kata kunci:Nilai-nilai Pendidikan Akhlak. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan wawasan nilai-nilai keislaman yang tedapat dalam karya sastra yang berbentuk cerita. Yang mana nilai-nilai islam dalam cerita Nasruddin Hoja. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) apa saja materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja?, (2) apa saja nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja?, (3) relevansi cerita Nasruddin Hoja dalam pendidikan islam. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan(library reasearch). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi. Selanjutnya penelitian ini menggunan teknik deskriptif analisis (descriptive of analyze research) yaitu dengan mencarimengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi dalam cerita Nasruddin Hoja. Hasil temuan penelitian penelitian dari cerita Nasruddin menunjukkan bahwa: (1) Materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja yaitu materi pendidikan tauhid, materi pendidikan ibadah dan materi pendidikan akhlak, (2) Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja yaitu (a) nilai keimanan antara lain iman kepada Allah, iman kepada hati kiamat, iman kepada taqdir Allah, (b) nilai pendidikan ibadah yaitu Shalat, berdo’a, seruan ibadah, sadaqoh, mengikuti sunnah Rasul,pernikahan, dan dzikir. Sedangkan (c) nilai pendidikan Akhlak mencakup a) Nilai pendidikan akhlak sebagai berikut : (1) Akhlak mahmudah yaitu (a) Akhlak terhadap Allah yaitu Tawakal, Taubat, Syukur, Ikhlas, Husnudhon. (b) Akhlak terhadap diri sendiri yaitu Sabar, Optimisme, Kreatif , Ikhtiar, Ta’dzim, Percaya diri. (c) Akhlak kepada sesamayaitu Membela rakyat, Tolong menolong, Silaturahim, Rifq, Bohong demi kebaikan, Dermawan, Menghibur, Berbakti, Memberi salam. (2) Akhlak madzmumah adapun nilai pendidikannya yaitu larangan meremehkan orang lain, memubadzirkan makanan, larangan sombong, ingkar janji, pelit, riya’, menyuap, tamak, dzalim, kata kasar, dendam, bohong dan marah. (3) Relevansi cerita Nasruddin Hoja dalam pendidikan islam adapun sebagai berikut: (a) Relevansi karakter Nasruddin dalam pendidikan Islam yaitu menjunjung nilai moral, berani bertindak kritis, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, menjauhi penyakit hati. (b) Relevansi Cerita Nasruddin dalam pendidikan islam. 10 DAFTAR ISI 1. NOTA PEMBIMBING ....................................................................... i 2. PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................... ii 3. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................... iii 4. MOTTO................................................................................................ iv 5. PERSEMBAHAN................................................................................ v 6. KATA PENGANTAR........................................................................ vi 7. ABSTRAK .......................................................................................... viii 8. DAFTAR ISI ....................................................................................... ix BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Penegasan Istilah ........................................................... 5 C. Rumusan Masalah ........................................................... 6 D. Tujuan Penelitian ............................................................ 6 E. Manfaat Penelitian ........................................................... 7 F. Metode Penelitian ............................................................ 7 G. Sistematika Penulisan ....................................................... 9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam ................................ 11 11 1. Pengertian Nilai ....................................................... 11 2. Pengertian Pendidikan Islam ................................... 12 3. Materi Pendidikan Islam ........................................ 15 4. Tujuan Pendidikan Islam ........................................ 25 5. Metode Pendidikan Islam ....................................... 28 6. Ruang Lingkup Pendidikan .................................... 32 B. Gambaran Umum Cerita .............................................. 38 1. Pengertian Cerita .................................................... 40 2. Unsur dalam Cerita ................................................ 41 3. Unsur luar Cerita .................................................... 43 C. Manfaat Cerita dalam Pendidikan................................. 44 BAB III. GAMBARAN UMUM CERITA DAN TOKOH NASRUDDIN HOJA A. Tokoh Nasruddin Hoja ................................................. 48 1. Riwayat Hidup Nasruddin Hoja ............................ 48 2. Riwayat Pendidikan ............................................... 49 3. Aktifitas ................................................................. 50 4. Pemaknaan Simbol tokoh Nasruddin Hoja ............ 52 B. Cerita Nasruddin Hoja.................................................. 53 C. Gambaran umum cerita Nasruddin Hoja ...................... 54 D. Karakteristik Nasruddin Hoja dalam Cerita ................. 60 E. Sumber Data Penelitian ................................................ 67 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja.... 72 1. Nilai Pendidikan Ketauhidan dan Keimanan ........... 72 2. Nilai Pendidikan Syari’ah atau Ibadah ..................... 76 12 3. Nilai Pendidikan Akhlak ......................................... 82 a. Akhlak Mahmudah ............................................. 81 1). Akhlak kepada Allah ..................................... 82 2). Akhlak kepada Diri sendiri............................ 87 3). Akhlak kepada sesama ................................. 94 b. Akhlak Madzmumah ........................................ 105 B. Relevansi Nilai Pendidikan Islam dalam karakter Nasruddin Hoja ...................................................................................... 120 C. Relevansi Nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja............................................................................... 125 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................. 133 B. Saran ............................................................................ 134 C. Kata Penutup ................................................................ 134 D. Daftar Pustaka .............................................................. 136 9. LAMPIRAN-LAMPIRAN 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mencakup pandangan hidup, sikap hidup serta ketrampilan hidup (Muchtar Bukhari,1994:13). Maka dalam pendidikan tidak serta merta hanya berkutat didalam sekolahan atau suatu lembaga pendidikan, namun pendidikan mencakup segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak untuk mengarah pada proses pemiskinan kultural dan proses pemiskinan ilmiah (Muchtar Bukhari,1994:2). Pendidikanpun mengikuti norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Jhon Dewey (dalam Retno Listyarti,2012:2) menjelaskan bahwa pendidikan adalah merupakan salah satu proses pembaharuan makna pengalaman. Yangmana sebuah pembaharuan makna didapat setelah kita mendapatkan proses pembelajaran atau pendidikan. Dalam kamus besar bahasa indonesia cerita adalah hiburan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal (peristiwa, kejadian dan sebagainya). Cerita dapat berupa ungkapan, tulisan tentang suatu peristiwa, atau tentang suatu kejadian. Banyak sekali bentuk cerita dalam konteks penulisannya dapat berupa hikayat, sejarah, kisah, dongeng, novel, cerpen dll (wikipedia.com). dalam proses pendidikan cerita dianggap sangat menarik untuk kalangan peserta didik. Dalam proses pendidikan, bercerita dengan peserta didik adalah suatu pembelajaran yang penting yang mana dalam bercerita pendidik dapat mudah meyampaikan pesan moral dan agama. Seperti diteterangkan dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 111 : }111{ بب َ ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ ِِْلُوْ لِى ا ُ ْْلَ ْل َ َفى ق ِ ص ِ َلَقَ ْد َكان 14 Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah(cerita) mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. Cerita dapat digunakan oleh orang tua dan guru sebagai sarana mendidik dan membentuk kepribadian anak melalui pendekatan transmisi budaya (Suyanto & Abbas, 2001). Dalam cerita, nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Anak melakukan serangkaian kegiatan kognisi dan afeksi, mulai dari interpretasi, komprehensi, hingga inferensi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Melalui kegiatan ini, transmisi budaya terjadi secara alamiah, bawah sadar, dan akumulatif jalin menjalin membentuk kepribadian anak. Anak memiliki referensi yang mendalam karena setelah menyimak, anak melakukan aktifitas kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta cerita seperti nama tokoh, sifat tokoh, latar tempat, dan budaya, serta hubungan sebab-akibat dalam alur cerita dan pesan moral yang tersirat didalamnya ( Mbak ITADZ, 2008:19 ). Nilai tersirat tersebut dapat dipetik secara tidak sadar oleh peserta didik untuk dipahami dan menjadi perubahan sikap peserta didik. Berbagai macam bentuk cerita, salah satunya adalah cerita pendek. Dapat kita ketahui bahwa cerpen adalah sebuah karya fiksi yang cerita yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang. Dalam penjelasan lain bahwa cerita pendek berasal dari anekdot, yang menceritakan dengan singkat dan cepat tiba pada tujuaannya (www.wikipedia.com). Dapat kita ketahui ceritapun mempunyai tema alur, latar, tokoh dan sudut pandang dll sebagaimana pada novel (Mbak ITADZ,2008:32). Banyak sekali cerita yang menunjukkan kebijaksanaan. Banyak sekali cerita yang mempunyai unsur humor namun mempunyai pesan yang tersirat. Kisah-kisah abu Nawas, kisah karidin dalam cerita jawa dan banyak sekali kisah yang lucu. Namun pada penelitian ini penulis memilih kisah Hoja Nasruddin. 15 Nasrudin Hoja adalah salah satu tokoh yang mempunyai karakter seperti orang tolol, lugu, kocak, kritis sekaligus bijaksana. Dia terkenal di dunia Timur seperti Turki, Persia dan Arab maupun didunia Barat seperti Rusia dan Uni Soviet. Setiap Negara bangga mengklaim Nasrudin sebagai bagian dari bangsanya. Dibalik kekonyolan dari cerita Nasrudin hodja banyak sekali tersimpan kearifan yakni akan dapat kita petik nilai-nilai pendidikanya. Dalam literatur Azebaijani bahwa Nasruddin menjadi tokoh utama dalam sebuah majalah berjudul Molla Nasraddin, diterbitkan di Azerbaijan dan "dibaca oleh masyarakat Muslim dari Morocco hingga Iran". Majalah satirikal dengan delapan halaman tersebut diterbitkan secara periodik di Tbilisi (dari 1906 sampai 1917),Tabriz (1921), dan Baku (dari 1922 hingga 1931) dalam bahasa Azeri dan terkadang dalam bahasa Rusia. Majalah yang dibuat oleh Jalil Mammadguluzadeh ini menggambarkan ketidakadilan sosial, asimilasi kultural, dan kesewenang-wenangan polisi serta mencemooh kehidupan terbelakang, nilai kependetaan, dan para fanatik, secara jelas mengajak para pembacanya untuk lebih modern dan menerima budaya barat. Majalah ini dilarang beredar beberapa kali (https://id.wikipedia.org/wiki/Nasruddin). Keterangan diatas mengambarkan bahwa simbol tokoh Nasruddin sangat berpengaruh untuk melawan ketidakadilan dan kesewenangan penguasa dengan cara yang unik Nasruddin. Dalam pandangan Islam bahwa kita diperintahkan untuk melawan dan menolak kemungkaran atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya seperti dalam hadist riwayat Muslim dibawah ini : ْْْ َمنْْ َرأَىْ ِمن ُكم:ْللاِْصلىْللاْعليهْوسلمْيَقُو ُْل ْ ْسو َْل ْ ْي َْ ض ُ س ِمعتُْْ َر َ ْ:ْللاُْعَن ْهُْقَا َْل َ ْعَنْْأَبِي ِ س ِعيدْال ُخد ِريْ َر ]ان[رواهْمسلم ِْ ْفَإِنْْلَمْْيَست َِطعْْفَبِقَلبِ ِْهْ َو َذلِكَْْأَض َْعفُْْا ِإلي َم،سانِ ِه َ ِْفَإِنْْلَمْْيَست َِطعْْفَبِل،ُمن َكراْْفَليُ َغيِّر ْهُْبِيَ ِد ِه Terjemah: Dari Abu Sa’id Al-Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihiwasallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka 16 rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”(Riwayat Muslim). Dalam cerita Nasruddin banyak sekali cerita menggambarkan perlakuan kemungkaran berupa ketidak adilan sang pemimpin namun Nasruddin dengan cerdik melawannya dengan segala kemampuannya. Seperti cerita suap yang dilakukan Nasruddin untuk hakim agar dipercepat urusannya namun dengan cara yang tidak biasa yaitu dengan mengisi wadah madu (hadiah untuk hakim) dengan tanah (Winardi,2012:112). Hal tersebut merupakan dakwah melawan suatu kemungkaran dengan cara untuk kreatif dan lebih cerdas (bijaksana) untuk menghadapi suatu masalah yang dilakukan Nasruddin Hoja. Dalam cerita banyak sekali penanaman pendidikan yang mencakup segala aspek. Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita manusia itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena itu islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan (Abudin Nata, 1997:97). Sedang Menurut Abdul Aziz Abdul Majid, tujuan penceritaan dapat berupa menghibur siswa saat pembelajaran berlangsung, menambah wawasan agama dan membersihkan cita rasa (feeling) (dalam Syarif Hade Musyah dkk, 2002:81). Dapat kita ketahui bahwa pendidikan adalah proses pendewasaan dan menemukan potensi anak agar tumbuh dan berkembang selaras dengan bakat dan minat. maka agar tidak terjerumus hal negatif maka peran pendidikan mengambil andil untuk mengarahkan dan membimbing ke hal yang positif. Dalam cerita Nasruddin Hoja banyak sekali yang didalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan islam dapat diambil sebagai penambah wawasan para pembaca dan sebagai acuan para pendidik dan peserta didik dalam proses pendewasaan. 17 Dengan latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA”. B. Penegasan Istilah Agar para pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran terhadap istilah tersebut, maka penulis menjabarkan terlebih dahulu yaitu: 1. Nilai pendidikan islam a. Nilai dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sifat-sifat (hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (depdiknas : 2007) b. Pendidikan islam adalah pengajaran untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai dengan ajaran islam dengan berbagai metode maupun pendekatan. Pendidikan islam lebih ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan.(ZakiyahDaradjat; Jakarta:2011) c. Nilai pendidikan islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifisasi dan pfofesi diantara sekian banyak profesi dalam masyarakat. (Al-Syaibani, 1979:399) 2. Cerita Nasruddin Hoja Cerita Nasruddin Hoja sangat erat dengan kisah-kisah jenaka yang mengundang tawa yang mencakup beragam topik tentang punguasa zalim, hakim, koruptor, ulama, cendekiawan, ketamakan dan kekikiran, sampai dirinya sendiri sebagai bahan humor yang mengandung kritik dan sindiran dalam kisah tersebut. C. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, penulis membuat rumusan masalah penelitian, sebagai berikut: 1. Apa materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja? 18 2. Apa saja nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja? 3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja? D. Tujuan Penelitian Untuk memberikan gambaran secara konkrit, arah yang jelas dan berdasarkan pokok permasalahan diatas maka peneliti bertujuan : 1. Untuk mengetahui materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja 2. Untuk mengetahui Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasrudin Hoja 3. Untuk mengetahui relevansi Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi keilmuan kepada para pendidik tentang nilai-nilai pendidikan dalam proses pengajaran. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran bagi para pembaca bahasanya penanaman nilai pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dalam cerita Nasruddin Hoja sehingga memudahkan dalam mencapai tujuan pendidikan islam. 3. Hasil penelitian diharap dapat memberikan wawasan dengan cara mengetahui relevansi cerita Nasruddin Hoja dengan pendidikan. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Mestika (2008:3) mengartikan penelitian kepustakaan (library research) adalah serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mengolah bahan penelitian. Dalam penelitian penulis, pendekatan penelitian dengan menggunakan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskripsi analisis ini mengenai 19 bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan (moleong, 2005: 29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks, (Robert B dan Steven J, dalam moloeng, 2005: 31) 1. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi (documentation research method). Model metode dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dansebagainya (Arikunto, 1998: 233). Dari pencarian data model dokumentasi tersebut, diharapkan terkumpulnya dokumen atau berkas untuk melengkapi seluruh unit kajian data yang akan diteliti dan dianalisa lebih lanjut. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai cerita Nasruddin. Yaitu berasal dari novel Hoja Nasruddin dan 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja. Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis mengambil data dari dokumen-dokumen yang medukung dari kumpulan berbagai artikel, jurnal, diskusidiskusi book review dan karya tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini tentang nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja. 2. Teknik Analisis Data Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992: 16). Pertama ,setelah 20 pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidakperlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari lima bab antara lain: BAB I: PENDAHULUAN Bab I dalam penulisan penelitian ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan penelitian BAB II: KAJIAN PUSTAKA Pada bab II dalam penulisan penelitian ini berusaha menjelaskan tentang pengertian cerita, unsur dalam cerita, struktur cerita dan manfaat cerita dalam pendidikan. selanjutnya bab ini akan membahas tentang nilai-nilai pendidikan islam, tujuan nilai pendidikan islam, metode pendidikan islam, ruang lingkup pendidikan dan jenis nilainilai pendidikan islam. BAB III : GAMBARAN UMUM CERITA-CERITA HUMOR TOKOH NASRUDIN HOJA Pada bab ini, membahas penulis, memaparkan tokoh Nasrudin Hoja, gambaran umum cerita Nasruddin, karakteristik Nasruddin dalam cerita. Serta tema, alur cerita, penokohan dan latar dalam cerita Hoja Nasruddin. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis memaparkan Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam cerita Nasruddin Hoja dan relevansi Nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja. 21 BAB V : PENUTUP Bab V merupakan bab akhir sebagai penutup dalam penulisan penelitian ini. Adapun isi dalam bab V adalah penyampaian Simpulan dan Saran. 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. NILAI PENDIDIKAN ISLAM 1. Pengertian Nilai Masalah nilai memang sulit untuk dijelaskan dan digambarkan, sebagai tema abstrak sudah diperbincangkan sejak para filosof berbicara tentang kebenaran atau keutamaan. Dapat kita ketahui bahwa nilai merupakan hal yang menarik untuk dicari dan digambarkan. Dalam perkembangan zaman pandangan tentang suatu nilai dianggap penting. Nilai dapat berarti “sesuatu yang baik, benar atau diinginkan”(dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Nilai diunduh pukul 10:35 tanggal 10 april 2016). Sedang Hans Jonas mengatakan nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan dengan kata “Iya” (Bertens, 1997:139). Secara umum nilai berkaitan tentang suatu sikap dan perilaku. Dalam Encyclopedia Britania dalam (Sarjono, 2005:136) disebutkan bahwa nilai adalah sesuatu yang menentukan atau suatu kualitas obyek yang melibatkan suatu jenis atau apresiasi atau minat. Dalam pengertian lain menjelaskan nilai adalah sifat-sifat (hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Depdiknas : 2007). Adapun pengertian nilai menurut para ahli (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:110) adalah sebagai berikut: a. Menurut Yong, nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstak dan sering tidak disadari tentang hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting. b. Green memandang nilai sebagai kesadaran yang secara relatif berlangsung dengan disertai emosi terhadap objek, ide, dan perseorangan. c. Woods yang menyatakan bahwa nilai menampakkan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. 23 d. Dalam pengertian lain, nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah. Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sesuatu yang terdapat di dunia bersifatnya objektif dan tetap, dari situasi kehidupan berhubungan dengan subjek-subjek yang mempunyai kepentingan dengan tolak ukur yang pasti, pada esensi objek tersebut. Nilai menghitung mengenai hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting dari kesadaran relatif memandang hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah. 2. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan dalam bahasa inggris berarti education, sedang bahasa yunani kuno adalah pedagogi, dan dalam bahasa arab pendidikan dapat berarti al-tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim. Menurut Frederick J. MC. Donal (1959 :4) ; “Education in the sense used here, is a prosess or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human being” ( pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah laku manusia). Sedang menurut KBBI online bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (http://kbbi.web.id/didik). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha manusia untuk membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman dan intelektual untuk menjadi lebih dewasa (terlihat dari pola tingkah laku manusia tersebut) dan untuk mencapai tujuan hidupnya (cita-cita) . Sedang Islam berasal dari kata Salam (salama) dalam artinya yang pertama ialah : tenang, diam, telah melakukan kewajiban, telah melunasi, dalam kedamaian sempurna; dalam arti yang kedua menyerahkan diri kepada Tuhan yang denganNya orang telah berdamai. Kata benda yang diturunkan daripadanya berarti perdamaian, (memberi) salam, keamanan, 24 keselamatan.(Syed Ameer Ali, 1978;266). Maka orang yang berislam adalah orang yang selamat dari barbagai masalah hidup kehidupan dan selamat di akhirat kelak, dengan melaksanakan ajaran-ajaran yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. ُ ت ََر ْك: قال رسل هللا صلى هللا عليه وسلم:عن ابى هرريرة رضي هللا عنه قال َضلُوْ ا ِ ت فِ ْي ُك ْم ش ْيئَي ِْن لَ ْن ت َاب هللا و سُنتي َ بَ ْع َدهُ َما ِكت "Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat setelah berpegang dengan keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnahku.” ( Riwayat Al-Hakim dari Abu Hurairah, 1/172, lihat Shahih Al-Jami’ no. 2937 dan Ash-Shahihah no. 1761 dalam http://ibnufuadboss.blogspot.co.id/2008_04_27_archive.html diunduh pada 10 april 2016 pukul 07:36) Dari penjelasan di atas menerangkan bahwa Islam didasarkan pada Alqur’an dan sunnah yang mana pendidikan Islampun sama dengan konsep Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah. Dengan demikian, objek pendidikan Islam sama dengan pendidikan pada umumnya, hanya saja pendidikan islam didasarkan pada konsep dan teori yang dikembangkan dari nilai-nilai Islam: Al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijtihad (Moh.Roqib, 2009:23). Pengertian pendidikan Islam menurut para ahli (dalam buku Arifudin Arif, 2008 : 3436) adalah : a) al-Syaibaniy (1977:399); mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatau aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat. b) Muhammad Fadhil al-Jamaly (1977:3) mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, 25 diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya. c) Ahmad D. Marimba (1989 : 19) menjelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil). d) Hasan Langgulung (1980 : 94) menjabarkan bahwa pendidikan Islam sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan, dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. e) Ahmad Tafsir (1992 :32) mengungkapkan bahwa pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah rangkaian proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada anak didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, baik aspek spiritual, intelektual, maupun fisiknya, guna keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Di atas sudah penulis jelaskan mengenai pengertian nilai dan pendidikan Islam. Maka sebagai kesimpulannya pengertian nilai pendidikan agama Islam adalah isi yang terkandung dalam sebuah pendidikan Islam. Nilai pendiidikan islam sepertinya sesuatu yang mulia dapat diambil atau hal-hal yang bermanfaat bagi pendidikan Islam. 3. Materi Pendidikan Islam Dapat kita ketahui bahwa pendidikan ialah sebuah proses untuk mengubah jati diri peserta didik untuk lebih maju. Sedang nilai merupakan suatu tolak ukur tentang sesuatu. Sedang islam sendiri sebagai paradigma tentang ketuhanan, kemanusiaan dan alam semesta. 26 Dalam pembahasan nilai pendidikan islam mencakup berbagai hal. Sedang menurut Wahab al-Zuhaili (dalam Abdul mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2006:36) menjelaskan bahwa nilai normatif yang menjadi acuan pendidikan Islam. Nilai pendidikan islam yang dimaksud terdiri atas tiga pilar utama yaitu: 1. I’tiqaddiyyah yaitu mengatur tentang rohaniah manusia dengan tuhannya. Maka hai ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan keimanan. 2. Khuluqiyyah yaitu menyangkut tingkah laku dan moral lahir manusia dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Maka hal ini erat kaitannya dengan pendidikan etika, moral maupun akhlak. 3. Amaliyyah yaitu menyangkut hubungan lahiriyah antara manusia dengan Tuhanya, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Dalam pendidikan amaliyah dengan tingkah laku sehari –hari terdiri dari: Adapun dari penjabaran diatas, menurut hemat penulis mengambil kesimpulan bahwa nilai pendidikan islam dibagi menjadi tiga yaitu tentang I’tiqadiyyah yang mencakup tentang nilai keimanan (memuat akidah, tauhid dan iman),tentang Khuluqiyyah yang mencakup tentang nilai akhlak dan terakhir tentang Amaliyah mencakup masalah nilai-nilai ibadah. Berikut penjabaran lebih lanjut gambaran umum diatas mengenai materi pendidikan islam. a. Materi Pendidikan keimanan Materi pendidikan iman dapat juga diidentikkan dengan rukun iman yang terdiri dari enam perkara yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasulullah, iman kepada hari akhir (kiamat) dan iman kepada qodho dan qodhar. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Beriman kepada Allah 27 Iman kepada Allah berarti meyakini sepenuh hati bahwa Allah itu ada.Sedang menurut Thahir (2011:14) Keberadaan Allah hanya dengan zatnya sendiri tidak dengan perantaraan apapun.Keberadaan Allah merupakan suatu hal yang wajib yang tidak mungkin Allah itu tidak ada.Beriman kepada Allah merupakan keimanan yang paling pokok dan mendasar, karena merupakan dasar bagi keimanan selanjutnya. Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S al-Anbiya’:92 sebagai berikut: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku adalah tuhanmu, maka sembahlah aku” 2. Beriman kepada malaikat Allah Allah menciptakan malaikat.Malaikat yaitu makhluk ghaib yang patuh melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Allah. Sedang menurut Thahir(2011:46) malaikat adalah suatu makhlak halus yang diciptakan dari cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum, mereka adalah hamba Allah yang mulia. Mereka tidak akan membantah segala yang diperintahkan kepadanya dan bahkan mereka selalu siap melaksanakan yang diperintahkan. Seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 50: “Mereka takut kepada Tuhan, mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan kepada (kepada mereka)”. 3. Beriman kepada kitab-kitab Allah Kita harus yakin bahwa Allah memiliki beberapa kitab yang diturunkan kepada para utusanNya.Menurut A Taufiq dan M Rohmadi (2010:19) menjelaskan bahwa di dalam kitab-kitab tersebut dijelaskan perintah, larangan, janji dan ancaman Allah. Kitab 28 tersebut antara lain adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an. Setelah turunnya AlQur’an kitab sebelumnya telah hilang karena tidak dijaga keasliannya oleh Allah.Maka kitab sebelumnya Al-Qur’an hanya perlu diimani saja. Seperti dijelaskan dalam surat An-Nisa’ ayat 136: “Hai orang-orang yang beriman, percayalah pada Allah dan Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan sebelum itu.” 4. Beriman kepada Rasulullah Allah menurunkan wahyunya kepada manusia tidak secara langsung, melainkan memilih di antara manusia dan dijadikannya sebagai utusanNya. Rasulullah yang menerima wahyu Allah ditugaskan untuk menerangkan wahyu kepada umatnya.Rasul diutus sebagai rahmat dan anugerah dari Allah SWT, bertugas untuk memberi kabar gembira, peringatan, penjelasan bagi orang yang beriman. Menurut Amin Syukur (2010:65) bahwa ajaran yang disampaikan para rasul prinsipnya sama yaitu tauhid (mengesakan Allah secara mutlak). Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa Nabi/Rasul dahulu juga muslim, dijelaskan dalam al-Qur’an surat yunus ayat 72: Artinya: “(Nuh berkata),” Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (Islam) kepadanya”. 5. Beriman kepada hari akhir (kiamat) Hari kiamat adalah hari dimana hancurnya seluruh alam semesta.Pada hari itu semua yang dibangkitkan dari dalam kuburnya dan dikumpulkan disuatu tempat untuk 29 dihisab amal perbuatannya.Kemudian urusan mereka berakhir dengan mendapatkan nikmat atau adzab. Ayat al-Qur’an yang menjelaskan agar kita beriman kepada hari kiamat adalah sebagai berikut: “Tidakkah kebajikan itu kamu berpaling menghadapkan mukamu ke arah timur dan barat, kebajikan itu ialah beriman akan Allah dan hari kesudahan.”(Q.S. alBaqarah:177). 6. Beriman kepada Takdir Allah Takdir berasal dari kata qadara yang berarti “mengukur, memberi kadar ukuran”. Semua makhluk diberi takdirnya oleh Allah, mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu dan Allah menuntun dan menunjukkan mereka arah yang seharusnya mereka tuju. Takdir dalam arti ini pada alam dapat disamakan dengan istilah sunahullah, tetapi manusia tidak sepenuhnya istilah ini sesuai dengan yang dimaksud dengan takdir (A Taufiq dan M Rohmadi, 2010:23). Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah kepadanya. Dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Hadid ayat 22: “Musibah tidak akan terjadi di atas bumi dan atas dirimu, melainkan telah ditulis dalam kitab semenjak sebelum Kami menjadikan (kejadian-kejadian itu). Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah”. Adapun materi pendidikan tauhid atau iman yaitu segala sesuatu yang mencakup tentang keesaan Allah Swt dan keyakinan akan segala sesuatu mengenai informasi tentang Allah melalui perantara malaikat yang terkumpul dalam kitabNya, disampaikan 30 kepada Rasulullah yang berisi tuntunan untuk mencapai kebahagiaan abadi dimulai dari hari kiamat sebagai ketentuan Allah yang tak dapat dielakkan lagi (A Taufik dkk,2010:24). b. Materi Pendidikan Syari’ah atau Ibadah Pengertian syari’ah secara etimologi berasal dari kata Syari’at yang berarti “jalan menuju ke sumber air” yakni “jalan menuju pokok kehidupan”. Bentuk kata kerja syariat adalah syara’a berarti “menandai atau menggambar jalan yang jelas menuju sumber air” (Ahmad Taufik dkk,2010:25). Sedangkan secara terminologi, Tim Dosen Pendidikan Agama Islam (2009:64) mengemukakan bahwa dalam istilah islam, Syari’ah berarti jalan besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang dapat memberi petunjuk bagi setiap manusia. Dan yang dimaksud syariat yaitu segala tuntutan yang diberikan Allah Swt dan Rasul-Nya melalui perkataan, perbuatan, dan takrir (ketetapan)(Ahmad Taufiq dkk, 2010:27). Tuntutan itu berkaitan dengan akidah, hukum perseorangan dan hubungan dengan khalik, tuntutan manusia dengan diri dan dengan sesamanya. Hal ini sangat erat sekali dengan hubungan ibadah. Wujud keimanan seseorang terlihat dari ibadah. Menurut Amin Syukur ibadah berasal dari bahasa Arab, dari fi’il madhi: ‘abadaya’budu-‘ibadatan, yang Syukur,2010:86). Adapun artinya “mengesakan,melayani dan patuh “(Amin pengertian ibadah, menurut Mahmud Syaltut mengartikan ibadah sebagai suatu perbuatan yang dikerjakan kaum muslimin untuk mendekatkan diri kepada tuhan setra mengingat-ingat keagungan-Nya, yang akan menjadi tanda bukti bagi keimanan kepada Allahdan pengawasan diri serta menghadapkan hati sepenuhnya kepadaNya. Sedang menurut Sidi Gazalba mengemukakan bahwa ibadah adalah suatu perbuatan kaum muslimin dalam mendekatkan dirinya kepada allah dan menyeru kebesaran-Nya dan menundukkan kepercayaan kepada-Nya dalam perundang-undangan-Nya yang suci itu (Amin Syukur,2010:87). Dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah segala perbuatan yang 31 dikerjakan untuk mendekatkan diri pada Allah Swt dan sebagai tanda bukti keimanan kepada Allah Swt. c. Materi Pendidikan Akhlak Dapat kita ketahui bahwa akhlak adalah pembuktian dari iman yang tertanam didalam dada.Akhlak terlihat dari segala perilaku kita. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW: إِن أَ ْك َم َل ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ إِ ْي َمانا ً أَحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا َوأَ ْلطَفُهُ ْم بِأ َ ْهلِ ِه “Sesungguhnya orang yang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lemah lembut kepada keluarganya.” HR. At-Tirmidzi, AlIman, II/82. (Dalam Ahmad Farid, 2008:31). Secara etimologi akhlak dari bahasa Arab jama’ dari bentuk tunggalnya “khuluqun” yang berarti : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004:1). Sedang secara terminologi Imam Ghazali menjelaskan bahwa Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tidak dengan pertimbangan pikiran terlebih dahulu (dalam Zahruddin dan Sinaga, 2004:4). Menurut Sultoni mengungkapkan bahwa akhlak adalah kondisi/keadaan hati seseorang (Ahmad Sultoni,2007:55). Selain aqidah dan syariah, akhlak juga merupakan esensi ajaran Islam. Melalui akhlak akan dapat dilihat corak dan hakikat manusia sebenarnya. Istilah etika adalah suatu ilmu yang membicarakan baik dan buruk manusia. Sedangkan moral adalah tindakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran umun dan diterima oleh kesatuan sosial. Moral dan etika adalah suatu yang seperti tak terpisahkan, secara praktis istilah ini sama dengan akhlak (Amin syukur, 2010:126) Moralitas atau akhlak merupakan inti dari pendidikan islam. Para ahli pendidikan islam sepakat bahwa maksud dari pendidikan islam bukan hanya untuk memenuhi otak 32 dengan segala macam ilmu baru namun lebih pada mendidik akhlak dan jiwa mereka. Dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan akhlak adalah semua tingkah laku yang tertanam dalam jiwa yang timbul perbuatan dengan mudah dan tanpa pertimbangan akal. Pokok-pokok ajaran Al-Qur’an mengenai akhlak itu terbagi dalam enam bidang penerapan: 1) Akhlak terhadap diri sendiri 2) Akhlak terhadap keluarga 3) Akhlak terhadap masyarakat 4) Akhlak terhadap makhluk selain manusia (binatang dan sebagainya) 5) Akhlak terhadap alam Pokok ajaran Islam diatas terdapat dalam A-Qur’an sebagai pedoman manusia untuk mencapai akhlak karimah(K.Permadi,2002;55). a. Akhlak Kepada Allah Swt Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Qur’an surat An-nahl : 18: ْ َوإِ ْن تَ َعد وا نِ ْع َمةَ هللا َل تُحْ ص ُْوهَآ إِن هللاَ لَ َعفُ ْورٌر ِح ْي ٌم artinya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai khalik. 33 Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri. Adapun akhlak kepada Allah adalah sebagai berikut: Mentauhidkan Allah, Bertaqwa kepada Allah, Beribadah hanya kepada Allah, Taubat, Ikhlas, Khauf dan Raja’ dan Tawakal. b. Akhlak kepada Pribadi Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Seperti dalam Q.S Al-Baqarah: 195 َو َل تُ ْلقُ ْوا بِا َ ْي ِد ي ُك ْم اِلَى اَ ْلت ْهلُ ُك ِة Artinya :”dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan”. (AlBaqarah;195). Dari keterangan diatas bahwa kita sebagai makhluk Allah Swt perlu untuk menjaga amanah semua yang dititipkan kepada hambanya dengaan cara menghargai, menghormati, menjaga dan mempergunakan sebaik-baiknya. Hal ini erat kaitanya dengan diri sendiri atau pribadi agar diperlakukan sebagai mestinya dengan melakukan sesuai dengan perintah dan laranganNya. Adapun Akhlak kepada diri sendiri antara lain sabar, optimisme, kreatif, ikhtiar, ta’dzim dan percaya diri yang menjadikan pribadi muslim yang hebat dan kuat. 34 c. Akhlak kepada Sesama Manusia Akhlak terhadap sesama yaitu tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan tingkah laku kita. Hal yang perlu dilakukan kepada sesama manusia mencakup Belas kasihan atau sayang, rasa persaudaraan, memberi nasihat, memberi pertolongan, menahan amarah, sopan santun dan suka memaafkan. Dalam hadis menerangkan bahwa Allah akan menyayangi siapa saja yang menyayangi sesama manusia sebagai berikut: اس َ َل يَرْ َح ُم هللاُ َم ْن َل يَرْ َح ُم الن Artinya; “Allah tidak akan menyayangi siapa saja yang tidak menyayangi manusia”(H.R Bukhori no 7276) Dalam hadis diatas menunjukkan betapa pentingnya akhlak terhadap sesama, agar kita saling menyayangi dengan cara tolong menolong, silaturrahim, rifq, membela rakyat, bohong demi kebaikan, dermawan, menghibur, berbakti. 4. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah melakukan suatu usaha atau kegiatan telah selasai (Zakiyah Darajat, 2011; 29). Pengertian tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan oleh subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu, kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup (Zuhairini, 1995 :159) Pendapat para ahli tentang tujuan pendidikan Islam: a. menurut Naquib al-Attas menyatakan bahwa tujuan pendidikan yag penting harus diambil dari pandangan hidup (philosophy of life). Jika pandangan hidup itu Islam maka 35 tujuannya adalah membentuk manusia sempurna ( insan kamil) menurut Islam (Moh.Roqib, 2009 :27). b. Abd ar-Rahman an-Nahlawi berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan Islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat (Moh.Roqib, 2009 :29). c. Umar Muhammad at-Taumi asy-Syaibani mengemukakan bahwa tujuan tertinggi dari pendidikan Islam adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat (Moh.Roqib, 2009 :29). Adapun tujuan pendidikan Islam tidaklah jauh berbeda dengan pendapat para ahli. Menurut Ahmadi (1992 : 63) tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan pendidikan hidup manusia yang peranannya sebagai makhluk Allah SWT yaitu semata-mata beribadah hanya kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an: “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”. (QS. Adz-Dzariyat : 56) Menurut Arifudin Arif bahwa tujuan pendidikan islam minimal mencakup empat aspek yaitu: a. Berorientasi pada tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal, yaitu manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia, ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas tertentu, yaitu sabagai ‘abd dan khalifah fi al-ardh. Untuk itu pendidikan Islam harus mampu mengantarkan dan memformulasikan sistem pendidikannya ke arah pencapaian tugas dan fungsi manusia diciptakan di muka bumi. 36 b. Untuk memperhatikan sifat-sifat dasar manusia diciptakan Allah SWT. Dengan dibekali berbagai macam fitrah yang memiliki kecenderungan yang hanif tuntunan agamanya. c. Berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman. Tuntutan ini berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan bermasyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan akselerasi dunia modern d. Berorientasi pada dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam yaitu (1) mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi. (2) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik. (3) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (Arifudin Arif, 2008 ;47-48). Berdasarkan penjelasan dan rincian pendidikan tentang tujuan pendidikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut : a. Tujuan pertama adalah menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan posisi manusia sebagai abdul dan khalifah b. Tujuan pendidikan Islam adalah menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah kepada Allah SWT karena manusia mempunyai fitrah hanif untuk menjalankan agama. c. Tujuan Pendidikan Islam adalah membina dan memupuk akhlakul karimah. d. Memperluas pandangan hidup dan wawasan keilmuan sebagai makhluk individu dan sosial. Yangmana manusia selalu dinamis dapat mengimbangi tuntutan masyarakat dan zaman dengan kesejahteraan hidup manusia dan dapat memadukan kepentingan dunia dan akhirat dengan landasan ibadah. 37 5. Metode Pendidikan Islam Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata : yaitu “metha” yang berarti melaui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan (Arifin, 1996 :51) sehubungan dengan hal tersebut Ahmad Tafsir membatasi bahwa metode pendidikan ialah semua cara yang dilakukan dalam upaya mendidik(Ahmad Tafsir,2008 :131). Sedang menurut Abdul Munir Mulkan mengemukakan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik (Arifudin Arif, 2008 : 102). sehingga dapat dipahami bahwa metode pendidikan islam berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar guna tercapai tujuan atau cita-cita pendidikan islam. a. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam Dalam pelaksanaan suatu proses pembelajaran dibutuhkan suatu metode yang tepat, guna pendidikan itu dapat sesuai dengan keadaan siswa. Hal tersebut mempermudah proses penghayatan siswa tentang makna suatu materi. Maka dalam penggunaan metode perlulah suatu prinsip yang mengacu pada sumber ajaran Islam. Corak hubungan pendidik dengan peserta didik perlulah mengacu pada Al-Qur’an dan as-sunnah sebagai sumber ajaran Islam. Penggunaan sumber tersebut digunakan sebagai landasan paradigmatik dalam pengembangan prinsip-prinsip metode pendidikan Islam (Arifuddin Arif, 2008 :107). Dengan demikian proses pendidikan dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut. 38 Menurut H. Hamdan Ihsan (dalam buku Arifudin Arif, 2008 : 107) Adapun prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan psikologis untuk memperlancar proses kependidikan Islam sejalan dengan ajaran Islam adalah : a. Prinsip memberikan suasana gembira b. Prinsip memberikan layanan dan sentuhan dengan lemah lembut c. Prinsip kebermaknaan bagi anak didik d. Prinsip pemberian pengetahuan yang baru e. Prinsip komunikasi terbuka dengan lemah f. Prinsip memberikan perilaku yag baik g. Prinsip praktek (pengalaman) secara aktif h. Prinsip harmonis, keserasian, dan keselarasanantara masukan instrumental dengan masukan enviromental (lingkungan) dalam proses pencapaian tujuan. i. Prinsip kasih sayang j. prinsip bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik. Berdasarkan prinsip pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya metode pendidikan Islam tercakup pada prinsip: 1) Mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya dalam mempelajari gejala kehidupannya, sendi-sendi dari gejala alam sekitarnya. Dalam ruang lingkup pengembangan akal pikiran inilah Allah SWT mendorong manusia untuk berfikir analitis melalui proses berfikir induktif dan deduktif (Q.S. al-Ghasiyah:17-21) 2) Prinsip mendorong manusia untuk mengamalkan Ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannyadalam ruang lingkup sehari-hari. 3) Prinsip dalam usaha meyakinkan manusia bvahwa Islam merupakan kebenaran yang haq, dengan menggunakan pendekatan dan metode pemberian suasana (situasional) sesuai tempat dan waktu tertentu (Arifudin Arif, 2008 : 102). 39 Sejalan dengan hal tersebut maka metode pendidikan islam harus digali, didayagunakan, dan dikembangkan dengan harapan aplikasi nilai-nilai Islam dapat diterima sehingga memotivasi peserta didik untuk mengamalkan dalam bentuk yang nyata. b. Macam-macam pendidikan metode pendidikan Islam Ungkapan tentang “metode lebih penting daripada materi” dikarenakan dalam proses penyampaian informasi atau proses belajar mengajar yang memegang peran adalah tentang bagaiamana cara atau metode kita menyampaikan materi. Jadi metode adalah cara agar proses penyampaian materi dapat mudah dipahami oleh peserta didik. Penjelasan-penjelasan tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran Islam dapat dilihat sebagai berikut: a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyajian yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung (Djamarah dan Zain, 2005 :96). kelebihan metode ini adalah paling mudah, murah, gampang dan tidak banyak memerlukan persediaan bantu lainya. Dalam metode ceramah inti dari metode ini adalah tentang daya tarik peserta didik dan bagaimana kwalitas yang dibicarakan oleh pendidik (Triyo Supriyatno, 27 :2009). Yang prerlu diperhatikan seorang guru adalah tentang dengan siapa kita berbicara, dimana kita membahas hal tersebut, bagaimana kondisi peserta didik, dan bagaimana bobot pembicaraan tersebut. b. Metode Uswatun Hasanah (keteladanan) Metode keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh oleh seseorang dari orang lain, yang mana keteladanan adalah pengambilan manfaat dari figur sebagai teladan. 40 Yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat al-Qur’an (Arief, 2002:54) c. Metode Cerita atau Kisah Di dalam al-Qur’an selain terdapat nama sebuah surat, yaitu surat al-Qashash yang berarti kisah-kisah atau cerita-cerita, yang terdapat kata kisah dalam Al-Qur’an sebanyak 44 kali (M. Fuadz Abdul Baqy, 1987:286-287). Sedang menurut penelitian Quraish Shihab mengemukakan kisah al-Quran tidak segan-segan untuk menceritakan kalemahan-kelemahan manusia. Namun hal tersebut menurut Quraish Shihab, digambar sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang mengandung tepuk tangan atau rangsangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan menggaris bawahi akibat kelemahan itu atau dengan melukiskan saat kesadaran manusia, dan kemenangannya mengalahkan kelemahan tadi (M. Quraish Shihab, II/1982:174). Quraish Shihab lebih lanjut mengajak pembaca untuk memperhatikan, misalnya kisah yang diungkap dalam surat al-Qashash 76-81. Disini, diceritakan setelah dengan bangganya Karun mengakui bahwa kekayaan yang diperolehny itu adalah berkat hasl usahanya sendiri, yang kemudian hartanya itu oleh Allah akhirnya ditenggelamkan ke dalam bumi sebab kecongkakannya tersebut(dalam Triyo Supriyatno, 29 :2009) Kisah cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan dengan menyampaikan ajaran yang terkandung dibalik cerita. d. Metode Nasihat Al-Qur’an Al-karim juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia pada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal dengan nasihat (Nata, 1997:98). 41 Dan dalam nasihat, biasanya berisikan tujuan yang baik agar menumbuhkan kesadaran agar melaksanakan ketentuan hukum atau ajaran agar tidak terjerumus ke keadaan yang tidak diinginkan. 6. Ruang Lingkup Pendidikan Islam Secara umum lingkup materi pendidikan Islam menurut Dr. Abdullah Nasikh Ulwan (dalam Heri Jauhari Muchtar, 2008 : 15)Dalam ruang lingkup materi pendidikan islam, penulis akan mencoba menjelaskan materi pendidikan satu persatu. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a). Pendidikan Keimanan Dalam pendidikan Islam materi yang pertama kali perlu ditanamkan adalah pendidikan keimanan atau dapat disebut dengan aqidah, yang secara etimologi dapat berarti kepercayaan. Sedangkan menurut terminologi Afriatin dkk (1997:94) mendefinisikan sebagai ”sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.” Pendidikan keimanan mencakup pada keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi/Rasul, Hari Akhir dan Takdir atau disebut juga rukun iman. Penggambaran iman adalah terlaksananya amal, maka pendidikan keimananpun mencakup didalamnya adalah materi tata cara ibadah, baik ibadah mahdlah seperti shalat, zakat, shaum, dan haji: maupun ibadah ghair mahdlah seperti berbuat baikkepada sesama manusia. Tujuan dari materi ini adalah agar anak/peserta didik memiliki dasar-dasar keimanan dan ibadah yang kuat (Heri Jauhari Muchtar,2008:16). Adapun menurut Abdullah Nashih Ulwan yang diterjemahkan Raharjo (1999:62) bahwa ajaran Rasulullah dalam pendidikan iman adalah: pertama, membacakan kalimat tauhid kepada anak pada permulaan kehidupannya; kedua, mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak; ketiga, menyuruh anak untuk beribadah sejak umur tujuh tahun; keempat, mendidik 42 anak untuk mencintai rasul, ahli baitnya dan membaca al-Qur’an (dalam Triyo Supriyatno, 40 :2009). Jadi materi pendidikan Islam mencakup urusan keimanan maupun peribadahan, karena semua urusan tersebut dasar perbuatannya didasarkan pada keimanan kepada Allah SWT. b). Pendidikan Moral/Akhlak Akhlak menjadi masalah penting dalam perjalanan hidup manusia.Secara umum pendidikan akhlak meliputi kemampuan anak untuk membedakan antara sikap baik dan buruk. Adapun pengertian akhlak secara etimologi dalam bahasa arab kata akhlak adalah bentuk jamak dari “khuluqun” yang dapat bermaksud budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004:1) sedangkan secara terminologi menurut Imam Al- Ghazali (dalam Zaharuddin dan Sinaga, 2004:4) menyatakan bahwa akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Melihat pengertian akhlak diatas, maka akhlah sama dengan moral. Hal ini melihat pendapat yang diungkapkan Atkinson (dalam Darmadi, 2009:30) yang menyatakan bahwa moral adalah “Views about good and bad, right and wrong, what ought or ought not to do” (pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan). Firman Allah dalam QS.Al-Ahzab ayat 21: 43 Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.Al-Ahzab: 21). Maka dalam pendidikan moral merupakan latihan membangkitkan nafsu rubbubiyah (ketuhanan) dan menghilangkan atau meredam nafsu syaithaniyah. Pada materi akhlak peserta didik dituntut untuk mempelajari mengenai: i. Perilaku atau akhlak yang mulia (akhlakul karimah/mahmudah) seperti jujur, rendah hati, sabar, dan sebagainya. ii. Perilaku atau akhlak tercela (akhlakul madzmumah) seperti dusta, takabur, khianat, dan sabagainya(Heri Jauhari Muchtar,2008:16). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang membangun atau melatih peserta didik untuk melakukan perilaku yang mulia dengan cara mencontoh perilaku nabi muhammad SAW dan menjauhi atau meninggalkan perilaku tercela yang bersumber pada nafsu kita. c). Pendidikan Jasmani Pendidikan Islam tidak hanya menekankan keruhanian semata, tapi dalam pendidikan islam menganjurkan untuk seimbang yaitu juga mengajarkan kesehatan jasmani. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan “didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Pendidikan fisik bertujuan agar anak tumbuh dewasa dengan fisik yang kuat, selamat, sehat, bergairah dan bersemangat (Triyo Supriyatno, 41:2009). Dan dalam pendidikan Islam tidak diajarkan untuk menzhalimi diri sendiri dan bahkan diharamkan seperti minuman keras, obat-obatan terlarang, bertato dan lain sebagainya. d). Pendidikan Akal Manusia diciptakan Allah dalam bentuk sempurna dan mempunyai kelebihan dibanding dengan makhluk lain. Salah satunya manusia dianugerahi Allah SWT dengan akal.Dan dengan akal manusia berfikir dan mendapatkan ilmu. 44 Menurut Heri Jauhari Muchtar (2008: 8)mengatakan bahwa dengan akal manusia dapat membedakan antara benar dan salah. Bahkan dengan akal manusia dapat beragama dan melaksanakan secara benar. Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda : الد ين هوا لعقل ل دين لمن لعقل له “Agama itu ialah akal pikiran, tak ada (artinya) agama bagi orang yang berakal”(dalam Heri Jauhari Muchtar,2008:8). Dari keterangan diatas bahwa akal adalah sesuatu yang utama dan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.Maka supaya akal dapat berkembang dengan baik maka perlu dilatih dengan teratur dan dapat bekembang sesuai dengan kemampuan anak. e). Pendidikan kejiwaan/Hati Nurani Selain nafsu dan akal yang harus dilatih/dididik pada diri manusia adalah kejiwaan atau hati nuraninya. Pada materi ini peserta didik dilatih agar dapat membina hati nuraninya sehingga hatinya nurani dapat menjadi “tuan” dalam dirinya sendiri dan dapat menyuarakan kebenaran dalam keadaan apa pun. Selain itu diharapkan agar peserta didik memiliki jiwa atau hati nurani yang kuat, sabar, dan tabah dalam menjalani kehidupan ini (Heri Jauhari Muchtar,2008:16). Pendidikan emosi adalah sesuatu yang sangat penting, untuk memunculkan rasa simpati dan empati anak terhadap suatu keadaan maka pendidikan emosi sangat membantu dan mengarahkan hal yang positif tidak mengarah pada tawuran dan anarkisme dari luapan emosi yang tak sesuai yang diharapkan. f). Pendidikan sosial/Kemasyarakatan Seperti diketahui bahwa manusia mempunyai dua tugas hubungan yang harus dilakukan dalam hidupnya, yaitu hubungan dengan Allah (habluminallah) berupa ibadah mahdlah dan 45 hubungan dengan sesama manusia (habliminannas) berupa ibadah ghair mahdlah atau kemasyarakatan. Dalam materi pendidikan Islam dalam kemasyarakatan, anak atau peserta didik dikenalkan mengenai, misalnya hal-hal yang terdapat atau terjadi di masyarakat serta bagaimana cara hidup di dalam masyarakat tentu dengan tata cara Islami. Mengapa materi ini perlu disampaikan? Karena Islam mengajarkan mengenai kemasyarakatan: terlebih pada zaman “modern” sekarang ini makin menggejala pola hidup individualistis yang mementingkan diri sendiri. Apabila hal tersebut terus terjadi maka akan terwujud masyarakat yang rapuh, karena tanpa kekuatan. Dengan materi pendidikan diharapkan anak atau peserta didik memiliki wawasan kemasyarakatan dan mereka dapat hidup serta berperan aktif di masyarakat secara benar(Heri Jauhari Muchtar,2008:17-18). g). Pendidikan Seksual Pendidikan seksual berbeda dengan yang dimaksudkan padan orang-orang sekuler. Tetapi yang dimaksud disini adalah pendidikan Islami yang sesuai dengan perkembangan usia anak serta mental peserta didik. Seperti contoh pendidikan Islami adalah dengan cara memisahkan tempat tidur anak dengan orang tau, memisahkan tempat tidur anak laki dengan anak perempuan, menjelaskan perbedaan jenis kelamin anak, kewajiban menutup aurat bagi laki maupun perempuan, menjelaskan batas-batas pergaulan antara lelaki dan perempuan menurut pandangan Islam dan masih banyak lainnya (Heri Jauhari Muchtar,2008:18). Dalam pendidikan seks anak diberi pengertian dan diajarkan tentang urusan kehidupan yang dihalalkan dan diharamkan. Dengan menerapkan akhlak tentang kebiasaan agar tidak mengikuti dorongan syahwat dan cara-cara binatang. B. Gambaran Umum Cerita 1. Pengertian Cerita 46 Pengertian cerita adalah karangan yang menggambarkan kejadian berupa menuturkan perbuatan, pangalaman, atau penderitaan orang. karangan tersebut sungguh-sungguh terjadi maupun hanya rekaan belaka (Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital v1.1). Sedangkan dalam kamus istilah sastra, cerita adalah kisahan nyata atau rekaan dalam bentuk prosa atau puisi yang tujuannya menghibur atau memberikan informasi kepada pendengar atau pembacanya (Panuti Sudjiman; Gramedia: Jakarta: 1984). Cerita menggambarkan kisah berbagai keadaan yang mempunyai pesan kepada pembaca maupun pendengarnya. Hakikat Cerita, menurut Horatius adalah dulce et utile yang berarti menyenangkan dan bermanfaat (Mbak ITADZ,2008:31). Cerita memang manyenangkan anak sebagai penikmatnya, karena cerita memberikan bahan lain dari sisi kehidupan manusia, pengalaman hidup manusia. Dan dalam cerita banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang dapat diresapi dan dicerna oleh siapapun, sisi lain cerita dapat menjadi sarana penuntun yang halus dan sarana kritik yang tidak menyakitkan hati (Mbak ITADZ, 2008:32). Dapat kita pahami bahwa cerita yang menggambarkan kisah dan berbagai keadaan, mempunyai bagian dalam mendidik karena banyak sekali nilai kehidupan yang dapat diambil. 2. Unsur-unsur dalam Cerita Cerita dapat dikategorikan sebagai karya satra. Dan dalam cerita tetap memiliki unsur-unsur utama pembangun fiksi seperti tema dan amanat, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan sarana kebahasaan(Mbak ITADZ,2008:32). Adapun penjabaran unsur dalam cerita sebagai berikut: 1. Tema Tema merupakan gagasan, ide, ataupun pikiran utama didalam karya sastra yang terungkap atau tidak (Sudjiman, 1990 : 78) Santon dan Kenny (dalam Nurgiantoro, 2007 : 67) menyatakan bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. 47 Sementara itu, menurut Nurgiantoro (2007 : 74) menjelaskan tema dalam sebuah karya sastra fiksi hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan. Dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide atau gagasan keseluruhan yang terkandung dalam sebuah cerita. 2. Plot atau Alur Alur adalah urutan peristiwa yang dihubungkan secara kausal.Peristiwa satu menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton dalam Sugihastuti, 2000:46). Sedang menurut Nurgiantoro (2007 : 110) mengungkapkan alur adalah salah satu unsur yang mendukung terbentuknya sebuah cerita. Sedang struktur atau tahapan alur dijabarkan oleh Sumarjono dan Saini (1986 : 49) yaitu: a) Pengenalan b) Timbulnya konflik c) Konflik memuncak d) Klimaks e) Pemecahan masalah Dapat disimpulkan bahwa alur adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa yang tersusun dalam cerita disebabkan oleh konflik atau permasalahan dan diakhiri dengan pemecahan masalah 3. Perwatakan atau Penokohan Dalam cerita pasti meiliki tokoh, walaupun tokoh tersebut nyata maupun tidak nyata dalam cerita.Tokoh cerita dapat didefinisikan sebagai subjek sekaligus objek peristiwa dan pemeran pelaku dalam cerita. Pengertian tokoh merajuk pada pelaku cerita, sedang definisi penokohan lebih merujuk pada penggambaran tokoh-tokoh cerita yang mempunyai watak-watak tertentu. Menurut Abrams (dalam Nurgiyanto, 2007 :165) tokoh cerita (character) orang-orang yang ditampilkan dalam 48 suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2007 : 165) berpendapat bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dapat disimpilkan bahwa penokohan adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh dalam suatu cerita. Ada tiga cara untuk melukiskan watak tokoh: 1) Analitik adalah pengarang langsung menceritakan watak tokoh. Contoh : Siapa yang tidak kenal Pak Hoja yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan muridnya. Lucu dan penyanyang. 2) Dramatik adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung. Bisa melalui tempat tinggal,lingkungan,percakapan/dialog antartokoh, perbuatan, fisik dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu, jalan pikiran tokoh. Contoh : Begitu memasuki kamarnya Rahmah, mahasiswi semester awal itu langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih dahulu (tingkah laku tokoh). 3) Campuran adalah gabungan analitik dan dramatik. 4. Latar atau Setting Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48).Menurut Wellek dan Warren (1989:290), latar 49 didefinisikan sebagai alam sekitar atau lingkungan, terutama lingkungan dalamnya dapat dipandang sebagai pengekspresian watak secara metomimik dan metaforik. Nurgyiantoro (2007: 227) mengklasifikasikan unsur latar kedalam tiga unsur pokok, diantaranya: a) Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. b) Latar waktu, yaitu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. c) Latar sosial, mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Sedangakan Hudgon (dalam Sugiahastuti, 2002:54) membedakan latar menjadi dua, yaitu: a) Latar fisik atau material, yaitu latar yang meliputi tempat, waktu, dan alam fisik di sekitar tokoh cerita. b) Latar sosial, merupakan penggambaran keadaan masyarakat atau kelompok sosial tertentu, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada suatu tempat atau waktu tertentu, pandangan hidup dan adat istiadat yang melatari suatu peristiwa. Jadi dari keterangan diatas latar atau setting dapat didefinisikan bahwa sesuatu atau keadaan(waktu, tempat, dan suasana) yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita. 5. Sudut Pandang Pengarang Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu: a) Sudut pandang orang pertama “Aku”, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dngan kata-katanya sendiri. 50 b) Sudut pandang orang ketiga “Dia”, penggarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlibat di dalam cerita, penggarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. c) Sudut pandang campuran, penggarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, Ia serba melihat, serba mendengar dan serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh. Dari pengertian diatas sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita. 6. Amanat Menurut Kosasih (2012:70) amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karya tersebut. Sedang menurut pendapat lain amanat adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup (www.jelajahduniabahasa.com). Jadi dapat disimpulkan bahwa amanat yaitu pesan-pesan yang terdapat dalam cerita. 3. Unsur luar cerita (ekstrinsik) Unsur ekstrinsik adalah unsur pembentuk cerita yang berasal dari luar karya sastra, seperti tentang hubungan karya sastra dengan lingkungan, pengarang, pembaca, dan penerbitnya.Selain itu unsur ekstrinsik lebih dominan berkonsentrasi dengan peristiwa dan sudut pandan penceritaan. Menurut Nurgiyanto (2007:23), unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra, tapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan sistem organisme karya sastra. Yang dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik sangat berpengaruh besar terhadap wujud dan roh 51 cerita yang dihasilkan karena melibatkan sudut pandang pengarang yang memiliki perbedaan lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya. Jadi unsur ekstrinsik dapat dibagi menjadi tiga hal antara lain: 1. Latar Belakang Penciptaan, yang mana berisi kapan karya sastra tersebut diciptakan. 2. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan, yaitu penggambaran keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya sastra diciptakan. 3. Pandangan hidup pengarang/Latar belakang pengarang. C . Manfaat cerita dalam pendidikan Cerita sekarang bukanlah sesuatu yang rendah dan murahan. cerita dizaman sekarang banyak sekali digunakan dalam pendidikan, walaupun cerita menekankan pada pendidikan yang terpusat pada guru. Namun dengan cerita efektif untuk mendidik anak. Adapun manfaat cerita dalam pendidikan sebagai berikut: 1. Cerita sebagai Alat Pendidikan Budi Pekerti Cerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak yangmana anak memerlukan suatu gambaran atau deskripsi tentang sikap dan tingkah laku seorang tokoh/figur sebagai panutan agar dapat ditiru dan dicontoh anak (MBAK ITADZ;20:2008). Dengan cara bercerita nilai-nilai budi pekerti tersampaikan dengan mudah. Sebagai contoh kita menceritakan kepada anak tentang kisah nabi Muhammad SAW yang begitu sabar saat menghadapi kaum kafir Quraisy walaupun dilempari kotoran, dituduh gila, dan dicemooh. Dan dengan cerita tersebut kita dapat menyampaikan tentang nilai kesabaran yang lebih bermakna daripada kita hanya menyuruh untuk bersabar. 2. Cerita menumbuhkan kecerdasan emosiaonal Cerita pada anak dapat mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap peristiwa yang menimpa orang lain (MBAK ITADZ;20:2008). Jadi dengan 52 bercerita kepada anak, maka kita mengarungi berbagai perasaan manusia yang dapat berupa perasaan kegembiraan, kabahagiaan, kemalangan, derita dan nestapa. Emosi anak dapat dilatih untuk merasakan dan menghayati berbagai jalan kehidupan manusia yang dapat disebut juga sebagai pendidikan emosi (tim pendongeng SPA yogyakarta;7:2010) maka emosi peserta didik dapat diarahkan kepada hal yang positif. 3. Cerita sebagai pelajaran budaya dan budi pekerti Cerita memberikan retensi lebih kuat tentang pelajaran budaya dan budi pekerti daripada diberikan melalui penuturan dan perintah langsung (mbak ITADZ;20:2008) seperti apabila kita menyuruh agar patuh kepada orang tua dengan menceritakan kisah maling kundang akan terasa lebih mengena daripada kita menyuruh mereka agar patuh kepada orang tua secara langsung. Dan hal ini sudah terjadi dinegara Nepal(www.anneahira.com), yang para orang tuanya tidak suka menghukum anak-anaknya dengan cara fisik karena tidak senang anaknya menjadi murung dan menangis. Para orang tua mengontrol perilaku anak dengan menggunakan cerita, dan cara ini cukup berhasil. 4. Cerita menjadikan anak lebih bijaksana Cerita dapat memperkaya pengalaman batin dengan menyajikan kejadian kehidupan manusia dan pengalaman atau sejarah kehidupan yang riil, maka anak akan terlatih memahami makna kehidupan (tim pendongeng SPA yogyakarta;8:2010) anak akan kaya pengalaman batinnya yang akan mematangkan jiwanya. Jiwa yang matang dan kokoh tidak akan mudah terombang-ambing dengan rayuan dan godaan. 5. Cerita mempererat hubungan anak dan orangtua Mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak.Anak-anak paling suka mendengarkan cerita anak. Jika kita lakukan setiap hari, maka cara ini dapat membuat kita semakin mengenal anak kita dan sebaliknya. Kalangan ahli psikologi 53 menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern.Hal itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan bercerita sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa. 6. Cerita sebagai pencuri perhatian Bercerita dapat sebagai hiburan dan menarik perhatian. Selain sebagai pengganti hiburan televisi yang terkadang memberi pengaruh negatif pada anak. Bercerita adalah sarana hiburan yang murah tanpa memerlukan biaya. Dan sebagai hiburan bagi anak yang penat, lelah dan tak berkonsentrasi lagi dalam mengikuti pelajaran, maka anak dapat sejenak istirahat mendengarkan cerita guru sebagai hiburan dan secara tak langsung anakanak mendengarkan dan terpusat kembali konsentrasinya. 7. Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca, menulis dan menyimak pada peserta didik Cerita merupakan metode dan materi yang dapat diintregasikan dengan dasar ketrampilan lain, yakni berbicara, membaca, menulis dan menyimak (Mbak ITADZ,2008:20). Setelah tertarik pada berbagai cerita, mereka diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku cerita yang didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya (www.aneahira.com). Dan sebenarnya banyak sekali manfaat cerita bagi anak seperti meningkatnya kemampuan berbahasa, mendengarkan, komunikasi verbal, konseptual, memecahkan masalah,nilai moral, wawasan, dan lain sebagainya. 54 BAB III GAMBARAN UMUM CERITA DAN TOKOH NASRUDDIN HOJA A. TOKOH NASRUDDIN HOJA 1. Riwayat Hidup Nasruddin Hoja Tentang biografi Nasruddin Hoja tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan tepat, siapa Nasruddin Hoja, dimana dia tinggal, atau kapan ia hidup. Dikarenakan Nasruddin Hoja diklaim berbagai negara. Hal ini dikarenakan kisahnya begitu kaya pemaknaan. Kisah Nasruddin berisikan penggambaran keadaan manusia sebagaimana adanya, termasuk kelemahan umat manusia pada umumnya. Namun menurut N.St.Iskandar bahwa cerita Hoja Nasruddin berada dalam karangan Leonid soloujow cerita ini diriwayatkan mula-mula bersal dari Abu Umar ahmad bin Muhammad dari tuturkata Muhammad ali bin Abdul Aziz, yang mendengar perkataan abu Ubaida al Kasim bin Salamkemudian ia bercerita pula menurut ajaran guru-gurunya. Dan gurunya yang tertuapun berpedoman pada ajaran Umar bin al Khatab dan anaknya yang bernama Abdullah (Iskandar,1995:7). Pada beberapa kisah rakyat di Bulgaria yang berasal dari masa Kesultanan Utsmaniyah, namanya muncul sebagai tokoh antagonis dari seorang pria bijak lokal, dinamakan Sly Peter. Di Sisilia, kisah yang sama menyertakan seorang pria bernama Giufà Dalam kultur Sefardim, yang tersebar di seluruh Kekaisaran Utsmaniyah, terdapat seorang tokoh bernama Djohá (Nasruddin Hoja) yang sering muncul dalam berbagai cerita (www.wikipedia.com). Pendapat yang paling masyhur mengatakan bahwa Nasrudin Hoja adalah Seorang sufisatirikal dari Dinasti Seljuk, di Akshehir, dekat Konya, ibukota dari Kesultanan Rûm Seljuk, sekarang di Turki. seorang ulama Turki yang hidup di akhir abad ke-14 dan awal ke- 55 15. Nasrudin Hoja lahir di desa Khortu, Sivri Hisar, Anatolia Tengah, Turki pada 776 H/1372 M (Irwan Winardi, 2012 ; 17). Nasrudin Hoja meninggal dunia dikota Ak Shehir, Propinsi Konya pada 836 H/1432 M dan dimakamkan dikota itu. Makamnya pun mengundang senyum. Gerbang makamnya besar dengan kunci gembok sebesar ember. Orang yang memandang makam dari kejauhan mengira sulit masuk ke makam itu. Tetapi, ternyata tidak, karea kiri dan kanan makam Nasrudin tidak ada pagar atau benteng. Artinya tidak ada penghalang sama sekali. Pada nisan makamnya ada tulisan berikut, “Ini makam orang yang mengharap rahmat Tuhannya, Nasruddin Affandi. Bacalah al-Fatihah baginya.” Dia meninggal 386 H. Dua angka terdepan tahun wafatnya yang tertulis dinisan harus dibaca terbalik. Sebab, seperti diketahui bahwa Nasrudin Hoja meninggal pada tahun 836 H. Hal tersebut adalah kesengajaan untuk melucu (www.wikpedia.com) atau mungkin juga untuk memenuhi wasiat Nasruddin agar dimakamkan dimakam kuno. 2. Riwayat Pendidikan Nama Nasruddin Hoja Menurut Mikail Bayram yang mengadakan penelitian ekstensif mengenai Nasreddin Hoca, nama lengkapnya adalah Nasir ud-din Mahmud alHoyi(www.wikipedia.com). Sedang dalam pendapat lain menyatakan bahwa dia mendapat gelar “Khawja” atau “Hoca” atau “Hoja” yang dimasyarakat indonesia sama dengan gelar “Kyai.” Di wilayah Uighur, dia diberi tambahan gelar “Avanti” atau “Effendi.” Di tempat lain dia diberigelar “Maulana,” “Mullah,” dan “Syaikh.” Semua itu karena keluasan ilmunya , dia mempunyai banyak murid yang berjumlah lebih dari tiga ratus orang. Dia belajar kepada guru-guru terkenal pada masanya –diantaranya, Sayyid Mahmud Hairani dan Sayyid Haji Ibrahim(Irwan Winardi, 2012 ; 17-22). Dan juga menempuh pendidikan di Horasan dan menjadi murid seorang mufassir Quran yang terkenal, Fakhr al-Din al-Razi, di Herat 56 (www.wikipedia.com). Setelah Menyelesaikan Pendidikannya, dia diangkat sebagai hakim di kota Ak Shehir dan sekitarnya. 3. Aktifitas Nasruddin Hoja adalah seorang ulama bermadzab Hanafi. Salah satu bidang yang sangat ia kuasai adalah ilmu fikih (Muhammad Rajab An Najjar,1993:33). Dan ditanah kelahirannya desa Khorthu ia diangkat menjadi imam untuk menggantikan ayahnya(Muhammad Rajab An Najjar,1993:27) Nasrudin Hoja hidup ketika Turki berada di masa transisi. Pada saat itu keadaan negeri selalu diwarnai konflik berdarah akibat peperangan dan perebutan kekuasaan. Pada masa itu Dinasti Ustmaniyah di bawah pimpinan Bayazid Khan sedang giat-giatnya memperluas kekuasaan dan, setelah berperang cukup lama, akhirnya dapat meruntuhkan Dinasti Saljuk di bawah pimpinan Sultan Alaudin III. Sementara itu, wilayah Asia kecil sudah dikuasai Kerajaan Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk (Temerlane). Timur Lenk yang merasa terancam oleh Bayazid Khan tiba-tiba menginvasi Turki pada 1402. Timur Lenk memperoleh kemenagan dan berhasil menawan Bayazid Khan. Ia dikirim ke Anatolia oleh sang Khalif di Baghdad untuk mengorganisasi pertahanan dan perlawanan terhadap invasi Mongol. Nasruddin Hoja menjabat sebagai seorang kadı (hakim Islamik) di Kayseri. Hal tersebut menjelaskan mengapa dalam cerita dirinya diminta menjadi hakim, tidak hanya dalam segi religius saja. Selama kekacauan invasi Mongol, ia menjadi lawan politik Jalaluddin Rumi, tokoh hebat lain pada masa itu yang juga tinggal di Konya. Ia dikenal di Masnavi dalam anekdot juha karena alasan ini. Ia menjadi pengawas dalam ruang sidang Kaykaus II di Konya. Karena telah tinggal di berbagai kota dan area luas dan setia melawan invasi Mongol serta meliki karakter yang jenaka, ia diterima berbagai bangsa dan kultur dari Turki sampai Arab, dan dari Rusia hingga China, yang kebanyakan merupakan bangsabangsa yang menderita akibat invasi Mongol(www.wikipedia.com). Ternyata tujuan invasi 57 Mongol hanya untuk menahan Dinasti Utsmaniyyah agar tidak memperluas wilayah ke sebelah timur, seperti ketika datang , Timur Lenk tiba-tiba menarik diri dari Turki. Setelah Bayazid Khan meninggal, terjadi serentetan peperangan antara anak-anaknya untuk memperebutkan tahta yang berlangsung selama 11 tahun. Perebutan kekuasaan baru berakhir setelah Muhammad, anak bungsu dari Bazayid naik tahta. Serangakaian pemberontakan ikut pula mewarnai sejarah Turki masa itu. Pemberontakan-pemberontakan yang menginginkan dibubarkannya Dinasti Ustmaniyah lebih menggoyahkan dibanding serangan pasukan monggol. Serangkaian peperangan dan pergantian kekuasaan yang silih berganti mengakibatkan sebagian besar rakyat hidup dalam keadaan menyedihkan. Kemiskinan, kelaparan, keresahan, ketidaktenangan , dan kebingungan melanda sebagian besar masyarakat. Para penguasa hidup dalam kemewahan dan sama sekali tak memperdulikan rakyat. Korupsi sudah menjadi trend. Bahkan ada sebagian ulama berperilaku bobrok. Ulama-ulama bobrok itu, dalam berupaya untuk mengambil hati para tiran, menciptakan dalil agama palsu yang sesuai dengan selera para penguasa(Irwan Winardi, 2012 ;19-20). 4. Pemaknaan Simbol tokoh Nasruddin Hoja Cerita Nasruddin Hoja sangat terkenal di berbagai negara, seperti Uni Soviet, Asia tengah dan beberapa pesantren Timur Tengah kisah-kisahnya digunakan sebagai bahan pelajaran karena simpulan-simpulan logikanya(Irwan Winardi, 2012 ; 13). kemunculaan tokoh Nasruddin Hoja yang selalu memancarkan optimisme di tengah masyarakat yang apatis dan pesimis seakan menjadi pelita di tengah kegelapan. Nasrudin , dengan jiwa humornya yang tinggi, mampu mengubah nestapa kesengsaraan menjadi keadaan yang membangkitkan senyum dan tawa. Selaku seorang ulama, Nasruddin tidak henti-hentinya melawan ketidakadilan. Dalam upaya itu, Nasrudin selalu mencari cara-cara damai untuk 58 menyampaikan pesan-pesannya tanpa harus terlibat dalam percekcokan dan pertengkaran(Irwan Winardi, 2012 ;18-20). Bangsa Turki memandang keramat Nasruddin Hoja. Bukan hal yang luar biasa bila banyak dari mereka yang mengharap berkahnya. Diantara adat kebiasaan kota Ak Shehir ialah: bila diantara mereka ada yang menikah, Dua sejoli harus menziarahi makam sang Mullah, Syaikh Maulana Nasruddin Hoja Affandi, dan mengundangnya ke pesta perkawinan mereka dengan mengatakan, “Merupakan kehormatan bagi kami menjadi salah seorang muridmu.” Menurut mereka, bila adat dilaksanakan, perkawinan mereka akan langgeng. Disamping itu, di kota Ak Shehir, setiap tahun pada tanggal 5 s.d. 10 Juli, diselenggarakan Festival Internasional Nasruddin Hoja . Fesrival ini dimeriahkan oleh seniman-seniman dari penjuru dunia. Selama Festival, diadakan pameran lukisan (khususnya kartun) tentang Nasruddin. Juga diselenggarakan drama Nasruddin dan pemutaran film tentang Nasruddin.(Irwan Winardi, 2012 ; 20-22). Dan padaTahun 1996–1997 diumumkan sebagai Tahun Internasional Nasruddin oleh UNESCO. B. CERITA NASRUDDIN HOJA Hoja Nasruddin merupakan cerita bertemakan pelipur lara yang bercorak, cerita atau riwayat lama. Dalam cerita ini menyajikan riwayat Hoja Nasruddin yaitu salah satu cerita 1001 malam yang sangat terkenal di daerah Timur Tengah. Cerita ini menceritakan hal yang lucu riang-gembira atas tingkah Nasruddin, sedih karena berceritakan tentang penguasa zalim dan hebat menghibur hati karena dengan cerita yang sedikit menegangkan dapat dibalut dengan tingkah Nasruddin yang aneh, konyol namun bisa pula dibilang bijaksana. Dan Nasruddin yang berlaku rusuh selalu membuat onar atas ketidakpuasan pelayanan pemerintah. Menurut N.St.Iskandar bahwa cerita Nasruddin berada dalam karangan Leonid soloujow. cerita ini diriwayatkan mula-mula bersal dari Abu Umar ahmad 59 bin Muhammad dari tuturkata Muhammad ali bin Abdul Aziz, yang mendengar perkataan abu Ubaida al Kasim bin Salamkemudian ia bercerita pula menurut ajaran guru-gurunya. Dan gurunya yang tertuapun berpedoman pada ajaran Umar bin al Khatab dan anaknya yang bernama Abdullah (Iskandar,1995:7). Nasruddin diceritakan bahwa dia setelah lama mengembara ia kembali ke tanah kelahirannya yaitu di Bokhara, namun banyak yang terjadi di tempat kelahirannya tersebut. Dia termasuk orang yang dicari para serdadu pemerintahan karena ia dianggap orang yang menyusahkan negara, pemberontak dan penghujat Allah. Namun menurut penjelasan lain bahwa Namun hal tersebut adalah bukan hal yang sesungguhnya, Nasruddin sangat dekat dengan rakyat dan membela kepentingan rakyat atas pemerintahan yang bobrok. Dalam cerita karya Irwan Winardi digambarkan Nasruddin adalah seorang tokoh dari Akhsehir yang pergi ke hurasan lalu kembali ke rumah asal untuk menjadi hakim menggantikan ayahnya. Dan dalam cerita Nasruddin lebih sering meceritakan suatu cerita yang sangat pendek tiap sub bab. Namun penulis menyimpulkan bahwa cerita antara Sutan Iskandar dan Irwan Winardi mempunyai kesamaan bahwa cerita nasruddin mempunyai tema yang sama. Yaitu menceritakan kebobrokan pemerintahan digambarkan bahwa sang hakim suka menerima suap dan lebih ke arah kritik sosial. C. GAMBARAN UMUM CERITA NASRUDDIN HOJA a. Tema Tema merupakan gagasan, ide, ataupun pikiran utama didalam karya sastra yang terungkap atau tidak (Sudjiman, 1990 : 78) Santon dan Kenny (dalam Nurgiantoro, 2007 : 67) menyatakan bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.Dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide atau gagasan keseluruhan yang terkandung dalam sebuah cerita. 60 Tema yang diambil dalam novel Hoja Nasruddin tentang kehidupan sosial, yaitu menceritakan perjuangan nasruddin melawan si pemakan riba(rentenir), melawan pemerintahan karena rakyat ditarik upah yang begitu tinggi dan kesewenang wenangan pemerintahan atas hukum. Namun Nasrudin yang cerdik dapat melawan dengan kekonyolan, kelucuan bahkan kebijaksanaan. b. Alur Cerita Dalam novel Hoja Nasruddin karya N.St.Iskandar terdapat alur maju. Adapun cerita Nasruddin Hoja ini beralur maju adalah Waktu berusia tiga puluh lima tahun Hoja Nasruddin berangkat dari kampung halaman dan berjalan dengan tidak tentu tujuannya. Lebih dari sepuluh tahun ia berada dalam pembuangan, mengembara dari kota ke kota lain. Dan dari sebuah negeri ke sebuah negeri, melalui lautan dan padang pasir tandus. Ia bermalam dimana saja bila hari telah malam, di tanah-tanah lapang dengan unggunan api yang berkelip kelip hampir padam bekas tempat bermalam orang-orang gembala yang berkeliling-keliling(Iskandar,1995:11). Salah satu bukti adanya alur maju adalah cerita tentang sekembalinya dari mengembara, ternyata rumah yang ditinggalinya sudah rata dengan tanah: Di bokhara, Nasruddin Hoja tidak lagi menemukan sanak saudaranya dan sahabatnya kenalannya yang lama-lama(Iskandar,1995:23). c. Tokoh Penokohan Adapun penokohan dalam cerita Hoja Nasruddin yang ditulis N.St. Iskandar sebagai berikut: 1. Hoja Nasruddin Merupakan tokoh utama dalam novel ini, ia seorang anak dari tukang pelana bernama Syir Mamed yang dipenjara dan disiksa oleh serdadu setelah itu ia wafat. Karena menyimpan rahasia kepergian Hoja Nasruddin, Nasruddin adalah orang yang termashur dikota bhokhara yang paling berani melawan pemerintahan yang kejam. 2. Nias 61 Merupakan orang tua penjual periuk, yang ditolong Nasruddin atas kejamnya si pemakan riba. Dan Nias merupakan orang menolong Nasruddin karena sebagai tempat bersembunyi dan bekerja di Bokhara. 3. Guljan Merupakan anak dari Nias, si penjual periuk. Dan Guljan adalah seorang yang dicintai Nasruddin namun yang terjadi, Guljan dibawa ke kerajaan untuk dijadikan selir oleh raja 4. Ali Adalah teman lama Nasruddin yang mempunyai lepau (warung makan). 5. Yusuf Adalah tukang besi yang pernah ditolong Nasruddin karena terlilit hutang si pemakan riba, namun menjadi teman Nasruddin dan Yusuf yang selalu menolong setiap yang dilakukan Nasruddin 6. Jafar Adalah si pemakan riba yang banyak akalnya untuk menyiksa orang yang terlilit hutang padanya. 7. Sultan Awaludin Syah Yang dalam cerita tidak banyak menyingung dirinya, namun raja Bokhara diceritakan dalam novel ini adalah Sultan Awaludin Syah. 8. Amir Dijelaskan dalam novel ini bahwa amir adalah seorang pemimpin keagamaan yang memegang kendali hukum untuk menjalankan pemerintahan dan pelaku hukum yang salah. 9. Arslan bek Adalah pemimpin serdadu-serdadu pemerintahan dan yang mengutus mata-mata untuk mencari dan menangkap Nasruddin Hoja. 62 10. Bakhira Adalah wazir bukhara yang memegang kendali untuk meminta pajak yang sangat tinggi kepada para rakyat kecil. Sedang dalam cerita Nasruddin yang ditulis oleh Irwan Winardi bahwa Nasruddin adalah sosok yang mempunyai banyak akal namun ia seorang yang lugu dan lucu untuk menghadapi istrinya, sang hakim, dan orang-orang yang terjerat kecerdikannya. Tokoh selain Nasruddin Hoja tidak diceritakan secara detail dan dianonimkan karena cerita relatif sangat singkat. d. Latar Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra(Sudjiman, 1990: 48). Jadi latar adalah segala keterangan menyangkut deksripsi tempat yang terjadi. Novel Hoja Nasruddin berlatar di bokhara yang mana tempat tersebut adalah tanah kelahirannya. Nasruddin pulang ke bokhara untuk mengadu nasib ditempatnya sendiri. Namun yang terjadi adalah Nasrudin adalaah tawanan pemerintahan yang sedang dicari beberapa tahun ini karena dia dianggap sebagai biang masalah dan keonaran dinegaranya tersebut. “Kita akan bertemu muka kelak. Tentu akan kurasai pahit-getir perbuatanmu. Dan engkau akan gemetar dan pucat. Sebab aku, Hoja Nasruddin, ada di Bokhara(Iskandar,1995:50). Adapun latar dalam cerita yang diceritakan Irwan Winardi bahwa cerita Nasruddin Hoja terjadi di kota Aksehir yang sesudah selasai belajar dari Hurosan dan menggantikan ayahnya sebagai Hakim. 63 e. Sudut Pandang Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu: a) Sudutpandang orang pertama “Aku”, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dngan kata-katanya sendiri. b) Sudut pandang orang ketiga “Dia”, penggarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlibat di dalam cerita, penggarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. c) Sudut pandang campuran, penggarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, Ia serba melihat, serba mendengar dan serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh. Dari pengertian diatas sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita. Dalam penggunaan kata dalam cerita Hoja Nasruddin menggunakan sudut pandang orang campuran yaitu kata “ia”, karena si pengarang tidak terlibat dalam cerita dan lebih banyak mengamati dari luar. Kutipan novel: Hampir-hampir sampai ke batas negeri Bokhara ia bertemu dengan sepasukan besar kafilah saudagar-saudagar. Maka diturutkanyalah arah tujuan kafilah itu, hingga masuk ke dalam daerah negeri itu (Iskandar,1995:16). f. Gaya Bahasa 64 Gaya bahasa digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari tiap kata-katanya merasakan kekuatan pandangan hidup yang mendasari bangkitnya semangat untuk mencapai harga diri, potensi dan martabat diri. Kutipan cerita: “Lebih baik sekarang Allah melindungi saya dari pada penyamun di sini,” pikir Hoja Nasruddin, “sebab penyamun di tengah jalan dapat kuselesaikan sendiri saja.” Akan tetapi, ia berdiam diri. Sebab kalau benar-benar tiap perkataan dalam percakapan itu sudah lebih dari sepuluh dinar harus dibayarnya. Maka dibukakan pundi-pundinya, lalu dikeluarkannya uang pembayar bea masuk, bea berkunjung, bea perkara dan uang korban untuk memperindah mesjid-mesjid (Iskandar,1995:21). g. Amanat Menurut Kosasih (2012:70) amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karya tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa amanat yaitu pesan-pesan yang terdapat dalam cerita. Amanat yang terkandung dalam novel Hoja Nasruddin sebagai berikut: Nasruddin sedih akan bagalnya karena gagal melompat melewati parit. Dan dia berkata ia berkata kesedihanya tiga kali berlipat ganda karena bagalnya. Namun si perempua berkata,” kalau bagal yang serupa dengan kuda ini adalah seelok-eloknya ini hanya memikirkan perbuatan mulia saja, takkan melompat ke parit itu dan tuan tidak jatuh terpelanting dari atas pelananya. Wahai, musafir yang terbit sebagai matahari dari balik awan, niscaya tuan akan lewat saja disini. Tuan takkan melihat kami dan kamipun takkan berani menahan tuan supaya berhenti agak sebentar”.(Iskandar,1995:47-48) Dapat disimpulkan diatas bahwa kita tidak boleh mencela sesuatu yang kita benci, karena mungkin sesuatu yang kita benci itu akan mengantarkan kebaikan kepada kita. Amanat dalam cerita yang dipaparkan Irwan winardi sebagai berikut: “Tanya seorang teman yang kepada Nasruddin, “Didunia ini apa yang kau anggap paling bernilai? Tanpa ragu-ragu Nasrudin menjawab. “Yang paling bernilai didunia adalah Nasihat.” Teman-temannya sejenak memikirkan jawaban Nasruddin, namun salah seorang teman bertanya lagi,”Nasruddin, di dunia ini apa yang kau anggap paling tidak bernilai?” Nasruddin tanpa ragu-ragu menjawab,”Nasihat”. Kata seorang temannya, “kau ini bagaiman Nasruddin? Belum semenit yang lalu kau menyatakan bahwa nasihat paling bernilai di dunia. Dan sekarang sekarang kau bilang bahwa nasihat adalah hal yang paling tidak bernilai di dunia. Bagaimana satu hal saja paling berharga dan paling tidak berharga.” 65 Jawab Nasruddin, “Kalau kau memberikan nasihat kepada seseorang dan dia menerima nasihat itu, maka nasihat menjadi hal paling bernilai di dunia. Tetapi jika kau memberikan nasihat kepada seseorang dan diatidak mau menerimanya, maka tentu nasihat itu menjadi hal yang sama sekali tidak ada nilainya didunia” (Irwan Winardi,2012:252-253). Dari cerita tersebut dapat diambil pesan moral atau amanat bahwa nasihat seindah atau seburuk apapn akan berguna apabila orang yang dinasehati bersedia melaksanakan nasihat tersebut. D. KARAKTERISTIK NASRUDDIN HOJA DALAM CERITA Menurut definisi karakter dalam bahasa inggris, Character berarti watak, peran, huruf.(Echols dan Shadily, 2005:107). sedangMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. 2).Karakter juga bisa bermakna "huruf". Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian(Kamisa,1997: 281). sedang menurut Hornby, Karakter (character) bisa berarti orang, masyarakat, ras, sikap mental dan moral, kualitas nalar, orang terkenal, tokoh dalam karya sastra, reputasi dan tanda dalam huruf (metode karakterisasi telaah fiksi,hal 2) Sedangkan Karakteristik adalah ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu(Kamisa,1997: 281).dapat pula diartikan watak atau suatu prilaku dalam cerita(Briliana.com).Tokoh dalam kisah Nasruddin Hoja mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu. 66 Dalam kisah-kisah Nasrudin Hoja banyak karakteristik yang dihadirkan oleh Nasrudin Hoja antara lain ; 1. Lucu Dalam kamus besar bahasa indonesia lucu berarti sesuatu yang dapat menimbulkan tawa, menggelikan hati, jenaka(Purwadarminda,1982:610). Jadi semua hal yang dapat menjadikan tertawa adalah hal yang lucu. Dibawah ini adalah gambaran kelucuan yang dilakukan Nasrudin hoja dari kisahnya; Nasruddin bersama seorang temannya merasa haus.Lalu mereka berhenti disebuah warung untuk minum. Mereka memutuskan membagi segelas susu untuk berdua. “Kamu minum dulu setengah gelas ,” kata teman Nasruddin, karena aku punya gula yang hanya cukup untuk seorang. Aku akan menuangkan gula ini ke dalam susu bagianku.” “Tuangkan saja sekarang,” kata Nasruddin, “dan aku akan minum setengahnya.” “Aku tidak mau. Sudah kukatakan, gula ini hanya cukup membuat manis setengah gelas susu.” Akhirnya Nasruddin pergi ke pemilik warung, dan kembali dengan sekuntum garam. “Ada berita baik,” kata Nasruddin kemudian, “Seperti telah kita setujui, aku akan minum susu ini lebih dahulu. Aku akan minum bagianku dengan garam(Irwan Winardi, 2012 ;28)”. Tergambar kelucuan Nasruddin karena kekikiran temannya yang tak mau membagikan gulanya maka nasruddin bertindak dengan mencampurkan garamnya dahulu karena ia ingin minum susu dengan rasa asin. 2. Lugu Dalam kamus besar bahasa indonesia lugu berarti berlaku sewajarnya, apa adanya Purwadarminda,1982:610).yang dimaksud lugu dalam karakteristik Nasruddin Hoja yaitu keluguan dalam cara berfikirnya yang menggambarkan yang sederhana dan apa adanya. Dibawah ini adalah gambaran keluguan yang dilakukan Nasrudin hoja dari kisahnya; Suatu hari, Nasruddin membeli lidah kambing dipasar. Dalam perjalanan pulang ia bertemu seorang temannya. “Akan kau masak apa lidah itu?” dia bertanya, “Seperti biasa ,” jawab Nasruddin. “Kalau kamu mau, aku bisa mengajarimu cara memasak lidah kambing yang lebih enak.” “baiklah, tetapi tulis saja dikertas cara-cara memasak yang akan kamu ajarkan. Aku akan membaca dan mempraktikkannya dirumah,” kata Nasruddin. Setelah menerima resep masakan, Nasruddin meneruskan perjalanan pulang dengan hati gembira. Dia sudah membayangkan akan makan maakan yang lebih lezat dari biasanya. Namun seekor elang menukik turun dan menyambar bungkusan lidah kambing dari 67 tangannya, kemudian terbang lagi.Sejenak Nasruddin kaget.Tetapi dia tidak merasa sedih. Dia ambil resep dari saku bajunya lalu diacungkan kepada sang elang sambil berteriak: “Percuma kamu tidak akan bisa memakannya!Resepnya ada padaku!” (Irwan Winardi, 2012;56-57) Dari cerita diatas tergambar keluguan Nasruddin karena dia tidak merasa kehilangan barang bawaannya tetapi bertindak mengejutkan dengan berkata resep masakannya ada padanya, dan berprasangka bahwa lidah itu takkan terasa enak tanpa resep masakan tersebut. 3. Konyol Dalam kamus besar bahasa indonesia konyol berarti orang yang setengah gila, kurang akalnya, bodoh (Purwadarminda,1982:522). atau bisa juga dibermaksud tidak sopan atau kurang ajar(artikata.com). dapat ditarik kesimpilan dari penjelasan diatas konyol adalah suatu perlakuan yang tidak sopan karena kebodohan, atau berlagak kurang akalnya. Dibawah ini adalah gambaran kekonyolan yang dilakukan Nasrudin hoja dari kisahnya; Nasruddin hampir terjatuh ke kolam. Ada orang yang tidak terlalu ia kenal berada di dekatnya dan menolongnya pada saat yang tepat. Setelah itu, setiap kali bertemu Nasruddin, ia selalu membicarakan peristiwa itu dan membuat Nasruddin berterimakasih berulang-ulang. Suatu hari, untuk kesekian kalinya, ia menyinggung peristiwa itu lagi. Nasruddin mengajaknya ke lokasi, dan kali ini Nasruddin langsung melompat ke air. “Kau lihat!Sekarang aku sudah benar-benar basah seperti yang seharusnya terjadi kalau engkau dulu tidak menolongku. Sudah, pergi sana!” (Irwan Winardi, 2012;50). Cerita diatas memaparkan tentang seseorang yang selalu menceritakan bahwa ia pernah menolang Nasruddin, dan orang tersebut selalu menceritakannya maka Nasruddin berterima kasih berulang kali. Dan suatu ketika Nasruddin merasa jengkel atas tindakan orang tersebut. Nasruddin mengajak orang tersebut ke lokasi dengan bertindak konyol dengan menceburkan diri kedalam air tersebut. Dengan begitu Nasruddin beranggapan perbuatan menjadi impas. Dalam cerita lain yang menunjukkan kekonyolaan yang dilakukan oleh Nasruddin adalah sebagai berikut: Hoja Nasruddin kembali dari kota ke dalam sebuah dusun di Turki. Ia diam di situ. Oleh karena ia berasa amat lelah dan lesu, berhentilah ia di tepi sebuah anak sungai. Riak air kedengaran seperti nyanyi yang merdu. Angin musim berhembus sepoi-sepoi basa, amat 68 sejuk dan harum baunya. Perasaan Hoja Nasruddin senang sekali. Dengan tidak diketahuinya ia pun tertidur, lalu bermimpi ...telah mati!- “Kalau aku mati,” katanya dalam hati, “tentu aku tidak boleh bergerak –gerak dan mataku tidak boleh kubukakan.” Demikian ia berbaring diam-diam dalam rumput yang lunak. Pada perasaannya mati itu tidak buruk benar: hanya tetap menelentang dan tenang; tidak menyusahkan apa-apa, dan tidak memikirkan kesusahan hidup seperti di dusun!(Iskandar, 1995:60-61). Kutipan cerita diatas menunjukkan kekonyolan Nasruddin bahwa dia beranggapan telah mati tidak perlu membuka mata maupun bergerak dan tidak perlu memikirkan susahnya hidup di dunia. 4.Bijaksana Dalam kamus bahasa indonesia bijaksana berarti orang yang selalu menggunaka akal budinya (pengalaman dan pengetahuan) atau bisa disebut orang yang tajam pikiran Purwadarminda,1982:138). Dalam penjelasan yang lain bijaksana dapat berarti pandai dan berhati-hati apabila menghadapi kesulitan(Artikata.com).dapat disimpulkan bahwa bijaksana adalah orang yang menggunakan akal budinya apabila menghadapi kesulitan. Dibawah ini adalah gambaran kebijaksanaan yang dilakukan Nasrudin hoja dari kisahnya; Setelah bepergian jauh, Nasruddin tiba kembali ke rumah. Istrinya menyambut dengan gembira, “Aku punya sepotong keju untukmu,” kata istrinya. “Alhamdulillah,” puji Nasruddin, “Aku suka keju.Keju itu baik untuk kesehatan perut.” Tidak lama kemudian Nasruddin pergi lagi.Ketika dia kembali, istrinya menyambutnya dengan gembira juga. “Adakah keju untukku?” tanya Nasruddin. “tak ada lagi,”kata istrinya . Kata Nasruddin, “tidak apa-apa. Lagi pula keju tidak baik untuk kesehatan gigi.” “jadi mana yang benar?” kata istri Nasruddin bertanya-tanya, “Keju itu tidak baik untuk perut atau tidak baik untuk gigi?” “itu tergantung,” sambut Nasruddin, “tergantung apakah kejunya ada atau tidak.” Kebijaksanaan Nasruddin tergambar dari cerita diatas bahwa apabila ada suatu nikamat perlu kita syukuri dan apabila tidak mendapatkan apa yang diharapkan maka perlu memikirkan efek negatif apabila mendapatkannya, agar tidak kecewa. Cerita lain yang menggambarkan kebijaksanaan Nasruddin adalah ketika si periuk ingin melunasi hutangnya, namun si Jafar menaikkan jumlah hutangnya tanpa alasan. Dan 69 apabila tidak dapat melunasinya maka anak perempuannya akan dijadikan selir oleh jafar si pemakan riba, adapun kutipannya sebagai berikut: “Sungguh dia sangat cantik,” kata Hoja Nasruddin. “Tetapi, adakah surat pengakuan berhutang dari tukang periuk itu?” “Tentu saja ada! Siapa yang mau menjalankan uang sekarang ini tanpa surat pengakuan. Manusia kini palsu, lancung dan pencuri belaka. Ini surat pengakuan itu! Di dalamnya tertulis jumlah uang dan hari sampai janji, dan ini cap jempol tukang periuk.” Surat pengakuan berutang itu pun dianjurkannya ke tangan Hoja Nasruddin. “Betul surat ini!” katanya membenarkan. “Jadi terimalah uangmu. Tunggu dahulu sebentar, sobat baik, dan tunjukkan saksi,” demikian ia pun berpaling kepada beberapa orang yang lalu-lalang. Surat pengakuan itu dikoyaknya, belah dua: kemudian belah empat, belah delapan. Akhirnya carik-carik halus kertas itu ditaburkannya, lalu beterbangan di udara. Setelah itu dibukannya ikat pinggang dan diberikannya sekalian uang yang diterimanya dari pemakan riba itu tadi itu, ke tangannya kembali (Iskandar, 1995:98-100). Dalam cerita tersebut menunjukkan kebijaksanaan Nasruddin untuk menyelesaikan masalah karena kelicikan jafar pemakan riba yang meneror si tukang periuk untuk menjadikan budak dan anaknya yang akan dijadikan selir apabila tidak membayar dengan tepat waktu. Namun kertas pejanjian dihancurkan Nasruddin dan semua masalah menjadi selesai. 5. Cerdik Dalam kamus bahasa indonesa cerdik berarti orang yang lekas mengerti dan pandai mencari akal(Purwadarminda,1982:201).dan dalam penjelasan yang lain bahwa cerdik adalah orang yang pandai mencari pemecahan(Artikata.com).jadi pandai dapat diartikan orang yang lekas mengerti dan segera mengambil pemcahan tentang suatu hal. Dibawah ini adalah gambaran kecerdikan yang dilakukan Nasrudin hoja dari kisahnya; Pembawa kabar baik bagi Raja biasanya mendapat hadiah besar dari Raja.Nasruddin punya kabar baik untuk Raja.Maka dia pergi ke istana untuk menyampaikannya.Penjaga istana yang biasa mendapat suap dengan sengaja mempersulit Nasruddin Hoja untuk menghadap Raja. Tetapi setelah Nasruddin berjanji untuk membagi dua hadiah yang akan dia terima, dia diperbolehkan menghadap raja. Setelah bersusah payah menghadap raja, akhirnya Nasruddin bisa menceritakan berita baik itu.Raja tampak gembira mendengar cerita Nasruddin.“Piliih sendiri, hadiah apa yang kau inginkan,”katanya. “Lima puluh cambukan,” jawab Nasruddin. (Irwan Winardi, 2012;33) 70 Gambaran cerita diatas mengungkap suatu perbuatan seorang pengawal yang suka minta bagian atas hadiah yang diberikan sang raja. dengan kecerdikan Nasrudiin, pengawalpun mendapat “bagian” atas hadiah yang diterima. Kecerdikan Nasruddin dari cerita lain ditunjukkan sebagai berikut: Karena dendam Jafar belum sirna karena sakit hati Guljan tidak menjadi isrtinya, maka Jafar si pemakan riba mempunyai inisiatif untuk memberitahu bahwa Guljan si anak tukang periuk adalah gadis yang sangat cantik di Bukhara,dia memberi tahu kepada raja agar dijadikan selir. Dan rencana Jafar berhasil, maka Nasruddin harus menolong kekasihnya itu. Namun Nasruddin sendiri adalah buronan Raja maka kecerdikan Nasruddin untuk memasuki istana yaitu dengan menyamar menjadi soerang filusuf terkenal sebagai penasihat raja. Demikian kutipan tersebut: “Tunggu sebentar, Husin Guslia,” kata Amir memutuskan cakap yang panjang itu. “Tuan memperk enankan perkara yang tidak dapat kami pahamkan.” “Segala puji bagi Allah, sebab patik datang pada waktu yang tidak benar,” sahut filusuf itu, sebenarnya tidak lain daripada Hoja Nasruddin. Karena patih telah menghindarkan Amir dari bencana mendekati seorang perempuan pada hari ini. Jadi, kerja patik tidak sia-sia menjaga alam tidak menjadi piatu. Kata-kata itu diucapkanya dengan lancar, dengan suka-cita dan berapi-api, sehingga Amir mau tidak mau mesti percaya akan dia( Iskandar,1995:155). Dari cerita diatas menunjukkan kecerdikan Nasruddin menyamar menjadi seorang filusuf terkenal dan menjaga Guljan agar tidak didekati Amir dengan perhitungan bintang. E. Sumber data penelitian Sumber primer data penelitian, dapat diketahui bahwa pokok data yang diteliti atau bahan penelitian dalam skripsi Nilai-nilai pendidikan dalam cerita Nasruddin Hoja ini bersumber pada dua buku yaitu berupa buku berjudul Hoja Nasruddin dan 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja. Adapun resensi buku tersebut dipaparkan dibawah ini sebagai berikut: 1. Hoja Nasruddin 71 Penulis : N. St. Iskandar Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta Cetakan : Pertama tahun 1995 Tebal : 251 halaman a. Sinopsis Hoja Nasruddin Dalam buku Hoja Nasruddin, di ceritakan bahwa Nasruddin adalah seorang yang suka melawan pemerintahan dengan cara yang sangat unik, lucu dan bijaksana. Kota Bukhara menjadi kota kelahiran dan kota kesayangan Nasruddin. Namun saat kepergian Nasruddin untuk mengelana pergi dari kota Bukhara karena Nasruddin menjadi buronan oleh pemerintahan. Di gambarkan bahwa setelah kepergian Nasruddin Bukhara menjadi kota yang pemerintahan tidak memihak pada rakyat dikarenakan banyak sekali pajak bagi pekerja kecil, banyak sekali praktek suap, biaya yang sangat mahal, para amir yang tidak adil. Setelah kembalinya Nasruddin ke bukhara, Nasruddin membawa perubahan dengan membuat “kualahan” para amir dan hakim karena kecerdikan Nasruddin. Dalam cerita, dikisahkan Nasruddin mencintai seorang anak tukang periuk bernama Guljan, namun si pemakan riba juga mencintainya. Dan dengan segala daya upaya si pemakan riba selalu mengagalkan usaha Nasruddin. Walaupun Nasruddin menjadi buronan dan harus menolong Guljan yang akan dijadikan selir oleh sang raja. Nasruddin mempunyai banyak akal untuk “bertahan” dan menolong kekasihnya Guljan. b. Kelebihan dalam buku Hoja Nasruddin Adapun kelebihan yang termuat dalam buku Hoja Nasruddin setelah penulis analisis sebagai berikut: 1. Dalam buku tersebut sangatlah menarik karena cerita menggambarkan Nasruddin yang menyelesaikan dengan masalah dengan kecerdikan dan humor. 72 2. Buku ini tidak hanya menghibur namun banyak sekali pesan yang disampaikan tanpa menggurui. 3. Dalam cerita sangat akan sarat akan makna dikarenakan kecerdikan Nasruddin untuk memecahkan segala masalah dengan humor atau bahkan sindiran. c. Kakurangan atau kelemahan buku Hoja Nasruddin Adapun hal yang perlu dipertimbangkan dalam kelemahan dalam buku Hoja Nasruddin sebagai berikut: 1. Buku Hoja Nasruddin diceritakan dengan bahasa yang sedikit sulit dipahami dikarenakan buku ini termasuk buku sastra lama. 2. Penulis dalam buku tidak digambarkan riwayat kehidupannya. d. Adapun alasan penulis mengambil sumber primer berupa buku Hoja Nasruddin 1. Cerita Hoja Nasruddin yang dipaparkan Iskandar mempunyai mempunyai riwayat cerita yang menunjukkan kesahihan cerita tersebut. Walaupun dipaparkan dengan bahasa Iskandar sendiri. 2. Cerita Nasruddin Hoja tidak berbeda dengan cerita jenaka seperti Abu Nawas, yang digemari oleh pembaca umumnya. 2. 360 Cerita Jenaka Nasruddin Hoja Penulis : Irwan Winardi Penerbit : Pustaka Hidayah Bandung Cetakan : VI, Shafar 1433/ Januari 2012 M Tebal : 288 halaman a. Sinopsis cerita Dapat kita ketahui cerita Nasruddin Hoja yang ditulis kembali oleh Irwan Winardi memuat cerita kebijaksanaan yang pemaparannya sangat singkat. Diceritakan dengan penggalan cerita dengan banyak judul. Dalam 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja seperti 73 anekdot yang dengan cerita singkat bermuat kelucuan dan mempunyai maksud (menyampaikan pesan moral yang tersirat). Dalam cerita dalam buku ini, menceritakan tentang keluguan Nasruddin namun mengandung humor dan tersirat sindiran yang menjunjung nilai moral masyarakat. Menceritakan dengan Timur Lenk yang dikenal kejam dan bengis namun dengan kecerdikan Nasruddin dapat membuat tertawa si Timur Lenk yang garang dan Nasruddin diangkat menjadi penasehatnya. Dalam tema cerita Nasruddin dan hukum diceritakan hakim suka menerima suap untuk memperlancar segala urusannya namun Nasruddin menyuap dengan cara yang “berbeda” karena kecerdikannya. b. Kelebihan dalam buku 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja Setelah dianalisis oleh penulis adapun kelebihan dalam buku ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam cerita Nasrudin banyak sekali cerita yang mengarah pada sindiran yang biasanya sukar untuk dipahami namun penyampaian cerita kata-kata yang dipilih oleh Irwan Winardi adalah bahasa sehari-hari maka penulisan kata ini mudah dipahami. 2. Cerita Nasruddin yang dipaparkan Irwan Winardi mengambarkan cerita tentang kebijaksanaan yang dibalut dengan kelucuan yang sarat akan makna, dan hal ini menunjukkan cerita ini sangat menarik. c. Kekurangan dalam buku 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja Adapun kekurangan dalam cerita ini adalah sebagai berikut: 1. Riwayat penulis tidak dipaparkan 2. Cerita kebanyakan cenderung sangat pendek dan gambaran unsur intrinsiknya kurang memenuhi ( alur, plot, seting) yang sering sekali tidak ditampilkan sering terfokus pada maksud atau isi cerita karena singkatnya cerita tersebut. d. Adapun alasan penulis mengambil buku 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja sebagai sumber primer penelitian sebagai berikut: 74 1. Dapat diketahui bahwa buku 360 cerita jenaka Nasruddin Hoja, mencapai cetakan ke 6 dan hal ini menunjukkan bahwa buku ini dimanati para pembaca karena cerita ini cenderung bercerita tentang kebijaksaan dengan “balutan” humor. 2. Dapat diketahui cerita dalam buku tersebut yang diceritakan kembali oleh Irwan Winardi menunjukkan riwayat Nasruddin yang cukup jelas dan disebutkan bahan bacaan dan sumber bacaan Nasruddin yang menunjukkan kesahihaan cerita dan bukan hanya rekaan penulis semata. 75 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALILIS DATA A. NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA Melalui cerita Nasruddin Hoja, banyak sekali pelajaran dan ajaran moral yang sesuai nalar yang sangat inspiratif. Walaupun isinya banyak sekali humor yang menyindir namun cerita Nasruddin Hoja mempunyai penggambaran cerita yang sarat akan nilai-nilai pendidikan islam yang dapat dijadikan hiburan yang mendidik. Setelah penulis membaca, meneliti, memahami dan menganalisis cerita Nasruddin Hoja, penulis banyak menemukan berbagai macam nilai pendidikan islam yang terkandung dalam cerita tersebut. Adapun nilai-nilai tersebut adalah menyangkut pendidikan ketauhidan dan keimanan, ibadah, akhlak mahmudah dan madzmumah. Dibawah ini akan dibahas lebih rinci mengenai hal tersebut, yang meliputi: 1. Nilai Pendidikan Keimanan Dapat kita ketahui bahwa esensi iman terletak pada tauhid(Ilyas, 2009:18). tauhid adalah mengesakan Allah, mengakui bahwa tuhan kita hanya Allah swt. Keimanan adalah kepercayaan atau keyakinan yang kukuh. Peningkatan dan pengembangan iman dapat ditempuh melalui pengasahan dan pengasuhan jiwa kita, pikiran kita diarahkan untuk menemukan argumen-argumen baru yang menyangkut objek keimanan agar sampai pada ketentraman dan ketenangan. Karena islam sendiri yang memberikan kita keselamatan dengan kita berserah diri dan tenang.. Adapun nilai pendidikan keimanan meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab allah, iman kepada Rasuullah, iman kepada hati kiamat dan iman kepada takdir allah. Pendidikan keimanan adalah sesuatu yang menunjukkan keimanan sebagai pembelajaran keimanan. Sedang nilai yang menjadi tolak ukur 76 yang dapat diambil dari sesuatu. Berikut nilai pendidikan islam bingkai keimanan dalam cerita Nasruddin Hoja sebagai berikut. a) Iman kepada Allah Beriman kepada allah adalah dasar awal keimanan. Iman kepada Allah harus diyakini dalam hati sepenuhnya dan anggota badan menunjukkan akan konsekuensi untuk melaksanankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah Swt adalah Maha segalanya dan tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Kitalah hanya dapat mampu meminta pertolongan kepadanya.Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S alAnbiya’:92 sebagai berikut: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku adalah tuhanmu, maka sembahlah aku” Adapun cerita yang menunjukkan keimanan kepada Allah sebagai berikut: “Katakan Insya Allah,” kata istrinya. “ Untuk apa bilang ‘Insyaallah’ segala. Uang sudah ada dalam sakuku dan keledai ada dipasar,”jawabnya, “Allah menghendaki atau tidak, ini adalah rencanaku.” Istrinya yang takut akan murka Allah berdoa memohon ampunanNya. Ketika sedang mencari-cari keledai yang cocok, uang disakunya dicopet. Akibatnya dia pulang dengan hati kesal dan sedih. Sesampainya di rumah, Nasruddin yang sudah lebih bijaksana, ditanya istrinya,” Apa yang terjadi padamu? Mana keledai yang kamu beli?” “Uangnya dicopet, Insya Allah,” jawab Nasruddin.(Insya Allah= jika Allah menghendaki) (Irwan Winardi,2012:171-172). Dari kutipan diatas menunjukkan keimanan kepada Allah. Hal tersebut terlihat setelah ia lupa pada Allah Swt setelah itu dingatkan istrinya, namun Allah berkehendak lain dengan uangnya hilang dicopet. Dan Nasruddin mengucap Insyaalah (jika Allah menghendaki). 77 Hal tersebut menunjukkan bahwa Nasruddin beriman atau percaya kepada Allah karena semua yang kita lakukan hakikatnya sesuai dengan kehendak Allah Swt walaupun setelah kejadian Nasruddin kehilangan uang karena dicopet. b) Iman kepada Hari akhir Percaya akan adanya hari kiamat merupakan salah satu rukun iman. Digambarkan bahwa hari kiamat nanti seluruh ala semesta ini musnah dan hancur. Setelah itu seluruh manusia di bangkitkan dan dikumpulkan. Kita akan melewati siratal mustaqim. Dijelaskan dalam hadist berikut,Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Kemudian jembatan shirath dibentangkan di atas neraka dan aku adalah Rasul pertama yang menyeberanginya dan dilanjutkan dengan umatku. Pada saat itu tidak seorangpun yang berbicara. Hanya para Rasul yang berbicara. Mereka mengucapkan,” Ya Allah, selamatkan! Selamatkan!” Di dalam neraka terdapat beberapa besi runcing (tempat menggantungkan daging) seperti duri As-Sa’dan. Apakah kalian tahu apa y ang dimaksud dengan duri As- Sa’dan? Mereka menjawab,” Ya kami tahu’ Rasulullah SAW bersabda, “Besi-besi runcing itu seperti duri AS-Sa’dan. Namun hanya Allah yang tahu sebesar apa besi-besi runcing itu. Besi-besi itu akan menyambar manusia karena amal perbuatannya yang pernah dilakukan di dunia …”(HR Bukhari dan Muslim) (diunduhhttp://sumsel.tribunnews.com/2015/06/23/ini-yang-terjadi-saat-kitamelerwati-jembatan-shiratal-mustaqim pukul 07:00 tanggal 10-3-2016). Dari keterangan diatas bahwa jembatan sirat merupakan cabang dari iman kepada hari akhir. Adapun iman kepada hari akhir ditunjukkan dalam cerita Nasruddin sebagai berikut: Dan sesudah itu, ia pun memberi sedekah kepadaku, sebab perbuatannya yang baik itu dapat meringankan langkahnya meniti jembatan siratal mustaqim dalam perjalanan ke akhirat. Titian itu lebih halus dan ringan daripada sehelai rambut 78 dan lebih sempit dan tajam daripada sebilah pedang, demikian tersebut di dalam Quran suci(Iskandar,1995:31). Adapun yang menunjukkan iman kepada hari akhir adalah meringankan langkah menuju siratal mustaqim. c) Iman kepada taqdir Allah Dapat kita ketahui bahwa iman kepada takdir allah adalah mempercayai tentang apa yang ditetapkan kepada Allah terhadap manusia. Namunberiman dengan benar terhadap takdir bukan berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu. Seperti dijelaskan dalam surat ar-Ra’d ayat 11 berbunyi: Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” Adapun penjelasan diatas bahwa beriman tidak berarti pasrah seluruhnya kepada Allah, namun nasib kita digantungkan sebagian pada usaha kita. Adapun cerita Nasruddin yang mengandung keimanan kepada takdir Allah adalah: Allah memperkenankan permohonannya. Benar, Nasib dan takdir Allah yang baik selalu datang menolong orang, yang senantiasa berjuang dengan hati tetap sampai kepada akhirnya. Dan, Hoja Nasruddin adalah berjuang dengan segala tenaganya, baik untuk hidupnya sendiri baikpun untuk kehidupan masyarakat, umat manusia yang lemah dan diperlemah orang kuat dan berkuasa dengan tidak semena-mena. Oleh karena itu, Nasib tidaklah dapat menahan pertolongan yang layak bagi usahanya itu” (Iskandar,1995:232). Dari kutipan diatas menunjukkan bahwa kita percaya akan nasib yang ditetapkan olleh Allah Swt namun kita juga diberi kesempatan untuk merubah nasib kita dengan do’a (harapan). 2. Nilai Pendidikan Syari’ah atau Ibadah 79 a. Shalat Asal makna Shalat menurut bahasa arab ialah “doa”, sedang secara etimologis sholat ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai takbir dan diakhiri salam dan dengan beberapa syarat yang ditentukan (Rasyid,2009:53). Shalat adalah perkara yang diibaratkan sebagai tiang agama. Dan amalan shalat adalah ibadah yang pertama kali di tanyakan di akhirat. Figur seorang islam menunjukkan dengan melaksananakn shalat. Dijelaskan dalam al-Qu’an perintah melaksanankan shalat sebagai berikut: Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'(Q.S al-Baqarah:43). Adapun cerita Nasruddin yang menunjukkan ibadah shalat adalah: Sedang udara tenang dalam senjakala itu terdengarlah dari menara-menara di dalam kota itu suara orang azan dengan nyaringnya. Di sana keras, lantang, disitu lebih keras dan beralun-alun menyeru sekalian orang yang beriman untuk melakukan wajib sembah yang maghrib(Iskandar,1995:17). Adapun kata yang menunjukkan ibadah shalat dalam cerita diatas adalah orang beriman melaksanakan wajib melaksanakan shalat lima waktu. b. Berdoa Manusia hidup atas kehendak Allah Swt, dan hanya kepada Allah kita memohon. Dalam setiap doa yang panjatkan tidak hanya berisikan permintaan dan permohonan namun juga berisi puji-pujian, meminta ampunan dan rasa syukur kita kepada Allah. Dalam Alqur’an surat an-Naml ayat 59: Artinya : Katakanlah, “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hambahamba-Nya yang dipilih-Nya.” (An-Naml: 59). 80 Adapun cerita Nasruddin menunjukkan doa sebagai berikut: Kemudian dengan memuji Allah, keduanya mulai bekerja seperti biasa seharihari(Iskandar, 1995:113). Dari gambaran diatas sebelum kita melakukan sesuatu perlulah kiranya berdoa dengan memuji Allah Swt. Agar Amalan kita dapat bernilai ibadah. c. Seruan Ibadah Dalam islam kita disuruh untuk saling menasehati, dan menyampaikan pesan seperti sabda Nabi “Sebaiknya orang yang hadir di sini menyampaikan kepada yang tidak hadir di sini menyampaikan kepada yang tidak hadir. Maksudnya, wajib orang yang mendengarkan ucapanku untuk menyampaikan kepada orang yang tidak mendengarkannya.”(M Nawawi,1996:20). Adapun teks anekdot yang mengandung seruan ibadah adalah: Hari Jum`at itu, Nasrudin menjadi imam Shalat Jum`at. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah, “Api ! Api ! Api !” Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya, “Dimana apinya, Mullah ?” Nasrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya, “Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah.” Dari kutipan diatas menunjukkan seruan ibadah adalah “Api dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai ibadah”. Irwan Winardi,2012:251-252). d. Shodaqoh Secara etimologi, kata shodaqoh berasal dari bahasa Arab ash- shadaqah. Pada awal pertumbuhan islam, shodaqoh diartikan dengan pemberian yang disunahkan (sedekah sunah). Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala dari Allah Swt (Harun Nasrun,2000:88-89). Shodaqoh lebih utama apabila diberikan pada hari81 hari mulia, seperti pada hari raya idul adha atau idul fitri. Juga yang paling utama apabila diberikan pada tempat-tempat yang mulia, seperti di Mekkah dan Madinah (Syafei Rachmat,2001:125). Adapun teks yang menunjukkan sodaqoh adalah : Adapun teks yang menunjukkan nilai kedermawanan adalah: Nasruddin meminjam periuk kepada tetangganya. Seminggu kemudian, dia mengembalikan dengan menyertakan juga periuk kecil disampingnya. Tetangganya heran dan bertanya mengenai periuk kecil itu. “Periukmu sedang hamil waktu kupinjam. Dua hari kemudian dia melahirkan bayinya dengan selamat. Tetangganya menerimanya dengan senang. Nasrudinpun pulang (Winardi,2012:32). Dalam cerita lain, Nasruddin menyuruh jafar si pemakan riba untuk memberikan uang kepada setiap orang yang lewat adapun sebagai berikut: “Ya, binasa aku ini! Seru pemakan riba. “Tukang air yang tamak ini mesti jugakah kuberi sedekah?” Dibukakanya pundi-pundinya yang dilemparkannya sebuah uang emas ke kakinya(Iskandar,1995:196). Adapun menunjukkan shodaqoh adalah periuknya hamil dan melahirkan lalu diberikan kepada tetangganya dan jafar meberikan uang emas. e. Mengikuti sunah rasul Kita dianjurkan untuk mengikuti apa-apa yang diajarkan Nabi Muhammad seperti diterangkan dalam hadist berikut: ُ ت ََر ْك: قال رسل هللا صلى هللا عليه وسلم:عن ابى هرريرة رضي هللا عنه قال ت فِ ْي ُك ْم َاب هللا و سُنتي َ َضلُوْ ا بَ ْع َدهُ َما ِكت ِ ش ْيئَي ِْن لَ ْن ت Artinya: Dari Abi Hurairah semoga Allah meredhainya, Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu al-Quran dan Sunnahku.” Jelas bahwa hadits diatas menerangkan kepada kita semua betapa pentingnya sunnah dalam kehidupan kita sehari. Dan barang siapa yang mengerjakan sunnah rasul ia termasuk kepada golongan rasul. 82 Adapun anekdot yang mengandung nilai sunah rasul adalah Nasruddin ingin mengikuti Sunnah Nabi yang ketika muda menjadi pedagang. Pada suatu hari Nasruddin membeli telur. Setiap sembilan telur seharga satu dirham, lalu menjual telur itu dengan harga yang lebih murah: setiap sepuluh telur seharga satu dirham. Seseorang bertanya padanya,” Nasruddin! Kenapa kau jual telur-telur ini dengan harga murah. Apa kau tidak takut rugi?” Dengan tenang Nasruddin menjawab,” Yang penting bagiku bukan untung atau rugi. Tetapi agar orang melihatku melakukan jual beli sehingga orang-orang memandangku sebagai seorang pedagang!”(Winardi,2012:141). Dari teks diatas menunjukkan akan mengikuti sunah rasul adalah “Yang penting bagiku bukan untung atau rugi. Tetapi agar orang melihatku melakukan jual beli sehingga orang-orang memandangku sebagai seorang pedagang!”. f. Pernikahan Nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Pernikahan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram (Rasyid,2009:374). Allah menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina. Dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”(QS. Adzdzariyat ayat 49). Adapun cerita Nasruddin yang mengarah ke pernikahan adalah: Sampai pintu gerbang terbuka, Hoja Nasruddin tinggal dirumah mertuanya...Benar, di situ berupa pada malam itu perkawinan Guljan dengan Hoja Nasruddin diresmikan, sesudah dikunci ijab nikah oleh ayahnya dan disaksikan oleh Ali dan Yusuf. Doa selamat diucapkan dan kata-kata perpisahan pun mengalir dari mulut masing-masing dengan sedih rawan(Iskandar,1995:248). Adapun cerita diatas menggambarkan bahwa Nasruddin dan Guljan melaksanakan pernikahan. 83 g. Dzikir Dzikir berasal dari bahasa Arab, adz-dzikr yang berarti mengingat, mengucap atau menyebut, dan berbuat baik.Namun pengertian sacara istilah Dzikir berarti mengingat dan menyebut asma Allah SWT. Misalnya dengan membaca: tahlil/tauhid, tasbih, istighfar, atau sholawat, dan juga berdoa kepada Allah SWT. Sebab dengan berdoa manusia menyadari bahwa alam semesta dan seluruh isinya ini milik Allah SWT.Karena itu untuk mewujudkan segala keinginan, dan cita-citanya, manusia butuh pertolongan-Nya. Seperti dalam alQur’an sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang”(al-Ahzab 41-42). Adapun cerita Nasruddin menunjukkan Dzikir adalah: 3. Ia pergi ke pasar, lalu dicarinyatempat disimpang baris kedai-kedai jauhari dengan kadai-kedai orang berjual minyak kasturi. Di situ dibentangkannya sehelai tikar sembahyang, dipegangnya seuntai tasbih. Ia duduk dan berzikir(Iskandar,1995:130). Nilai Pendidikan Akhlak atau Perilaku a. Akhlak mahmudah Perbuatan yang baik merupakan akhlaq karimah yang wajib dikerjakan. Akhlaq karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlaq al-karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji.Akhlak yang baik disebut juga dengan akhlak mahmudah. Adapun Akhlak mahmudah dalam cerita Nasruddin Hoja sebagai berikut: 84 1) AKHLAK KEPADA ALLAH a) Tawakal Tawakal adalah menyerahkan sesuatu kepada Allah setelah bekerja keras. Allah memerintahkan kita agar selalu bertawakal kepadanya setelah berusaha sepenuh kemampuan. Firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 23 yaitu: Artinya: “Maka tawakallah (pasrah kepada Allah) kamu sekalian orang-orang yang beriman”. Adapun yang menjelaskan tentang tawakal dalam cerita Nasruddin sebagai berikut: “Pukullah aku”, katanya dengan sedih. “Nyawaku telah kuserahkan ke tangan Allah”. Pengawal-pengawal itu ragu bimbang (Iskandar,1995:228). Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa dalam setiap pekerjaan dipenrintahkan untuk selalu bertawakal kepada Allah dengan memohon perlindungannya. b) Taubat Taubat adalah kembali taat kepada Allah Swt dan menyesal dengan sungguhsungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa besar maupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah. Setiap individu disuruh bertobat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, apakah dilakukan dengan sengaja maupun tidak. Seperti dala al-Qur’an: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orangorang yang mensucikan diri. (Q.S.Al-Baqarah:222) Adapun cerita yang menunjukkan taubat adalah: Dan, sekarang aku, Hoja Nasruddin yang sebenarnya, memberi nasihat kepada kamu sekalian, agar menurut jejakku itu. Akhirnya aku paham sudah bahwasannya Islam adalah agama yang sesungguhnya(Iskandar,1995:201). 85 “Tidak terhitung banyaknya kesesatan dan kesalahan yang telah kulakukan. Akan tetapi, sekarang aku, Hoja Nasruddin tulen, sudah tobat benarbenar(Iskandar,1995:202). Dan penjelasan tentang taubat untuk menyucikan diri tertuang pada cerita: Aku sudah bersumpah, akan mengaji dan sembahyang sehari-hari. Sekalian perintah agama Islam akan kuturut dengan patuh dan taat (Iskandar,1995:202). Adapun cerita di atas menunjukkan bahwa Nasruddin bertaubat yaitu meminta ampun dan tidak mengulanginya kembali atas perbuatannya dan kembali kepada Allah untuk melaksanakan perintah Allah Swt. c) Syukur Syukur dapat berarti menerima dengan ikhlas (Fery Muhammad,2007:20). Syukur menerima semua yang allah limpahkan kepada kita dan semua itu akan berefek kebahagiaan kepada pribadi bersyukur. Firman Allah SWT dalam Q.S AlBaqarah ayat152 yaitu Artinya: ”Maka ingatlah kepadaKu, akupun akan ingat kepadamu dan besyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. Rasa syukur itu terdiri dari tiga unsur, yaitu: a) Mengetahui dan meyakini, bahwa nikmat itu berasal dari Zat yang Maha pemberi nikmat. b) Rasa/sikap senang, bahagia karena kenikmatan yang diberikan. c) Amal perbuatan yang dikehendaki dan disukai oleh pemberi nikmat. Imam Syibli berpendapat, bahwa rasa syukur itu melihat kepada siapa yang memberi nikmat(Allah), bukan kepada kenikmatan itu sendiri (M Nawawi,1996:35). Adapun yang menunjukkan rasa syukur dalam anekdot Nasruddin adalah: “Aku punya sepotong keju untukmu,” kata istrinya. “Alhamdulillah,” puji Nasruddin, “Aku suka keju. Keju itu baik untuk kesehatan perut.” 86 Tidak lama kemudian Nasruddin pergi lagi.Ketika dia kembali, istrinya menyambutnya dengan gembira juga. “Adakah keju untukku?” tanya Nasruddin. “tak ada lagi,”kata istrinya . Kata Nasruddin, “tidak apa-apa. Lagi pula keju tidak baik untuk kesehatan gigi.” “jadi mana yang benar?” kata istri Nasruddin bertanya-tanya, “Keju itu tidak baik untuk perut atau tidak baik untuk gigi?” “itu tergantung,” sambut Nasruddin, “tergantung apakah kejunya ada atau tidak.” Dan di cerita lain menunjukkan bahwa nasruddin sedang duduk dan menikmati istirahatnya: Didalam sepuluh tahun itukerapkali ia melihat langit yang luas, bebas seperti itu. Dan ia selalu percaya bahwa pemandangan dalam waktu sunyi itu sangat menyenangkan pikirannya. Ia merasa lebih kaya daripada orang sekaya-kayanya diatas bumi ini (Iskandar,1995:17). Dari kutipan diatas menunjukkan bahwa kita sebisa mungkin untuk bersyukur, karena semua yang ada berkat limpahan Allah Swt. d) Ikhlas Menurut Imam Ghazali Ikhlas adalah tujuan seseorang di dalam melakukan sesuatu (yang baik) murni hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (M Nawawi,1996:51). Adapun anekdot yang menunjukkan nilai keikhlasan sebagai berikut: “Akan kau masak apa lidah itu?” dia bertanya, “Seperti biasa ,” jawab Nasruddin. “Kalau kamu mau, aku bisa mengajarimu cara memasak lidah kambing yang lebih enak.” “baiklah, tetapi tulis saja dikertas cara-cara memasak yang akan kamu ajarkan. Aku akan membaca dan mempraktikkannya dirumah,” kata Nasruddin. Setelah menerima resep masakan, Nasruddin meneruskan perjalanan pulang dengan hati gembira. Dia sudah membayangkan akan makan makan yang lebih lezat dari biasanya. Namun seekor elang menukik turun dan menyambar bungkusan lidah kambing dari tangannya, kemudian terbang lagi. Sejenak Nasruddin kaget.Tetapi dia tidak merasa sedih. Dia ambil resep dari saku bajunya lalu diacungkan kepada sang elang sambil berteriak: “Percuma kamu tidak akan bisa memakannya!Resepnya ada padaku!” (Irwan Winardi,2012:56-57). 87 Dari kutipan di atas dapat diambil hikmah apabila kita ditimpa musibah maka kita perlu ikhlas menerimanya, kemungkinan dengan hal tersebut kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. e) Husnudhon Husnudhan secara bahasa berarti “berbaik sangka”(Suci Rahayu & Toifuri,2007:41). Lawan katanya adalah suuzan yang berarti “berburuk sangka” atau apriori ,skeptis ,dan sebagainya. Seorang yang memiliki sikap husnudhan akan mepertimbangkan sesuatu dengan pikiran jernih, dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui atas apa yang terjadi terhadap hambanya, kita seharusnya berpikir optimis, yakinlah bahwa Rahmat dan Karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Berikut firman Allah SWT, di bawah ini: Artinya: “Dan rahmat ku meliputi segala sesuatu” (QS.Al-‘Araf 7 : 156). Adapun anekdot menerangkan tentang husnudhon sebagai berikut: Baru saja Nasruddin meletakkan pakaian dan mengeluarkan sabun, seekor gagak mendadak muncul, lalu menyambar sabun kemudian terbang tinggi. Istri Nasruddin kaget dan berteriak-teriak, agar suaminya segera bertindak pada gagak itu. Namun dengan tenang Nasruddin berkata,” Mengapa kamu sedih! Aku kira pakaian gagak itu lebih kotor daripada pakaian kita. Jadi dia lebih memerlukan sabun itu”(Irwan Winardi,2012:165-166). Dalam cerita lain menaparkan husnudhon bahwa Allah akan selalu menolong hambanya, sebagai berikut: Mesti kujalankan! Kalau Amir dapat merampas anak daraku dengan kuasa langit, mengapa aku takkan dianugerahi langit pula kekuasaan untuk memasuki istana dan menjemput ia kembali? Benar, terasa dalam hati nuraniku, bahwa Allah tidak melupakan daku.” Ketika itu barulah ia pergi ke pasar pula. Ia yakin bahwa Ilahi senantiasa menolong dia(Iskandar,1995:140). 88 Dari kutipan diatas menjelaskan tentang Segala yang ditimpakan kepada hambanya adalah suatu rahmat, walaupun itu berupa cobaan, maka kita perlu berbaik sangka kepada Allah Swt karena Dialah yang akan menolong hambanya. 2) AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI a) Sabar Menurut Imam Ghazali di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin(dalam Nawawi,1996:90-91) berpendapat bahwa kesabaran dibagi menjadi dua macam, yaitu: a) Kesabaran Fisik Yaitu dengan melakukan amal-amal perbuatan dan ibadah yang berat atau adakalanya kita menanggung rasa sakit karena pukulan keras atau penyakit parah.Kesabaran ini dinamakan kesabaran fisik yang dipuji oleh agama apabila sesuai ketentuan hukum syariat. b) Kesabaran Jiwa (mental) Banyak sekali bentuk kesabaran jiwa antara lain yaitu sabar akan nafsu perut, sabar menghadapi musibah, sabar saat kaya, sabar saat peperangan, sabar menahan marah, kalapangan dada, sabar menyimpan rahasia, sabar menghindari hidup mewah, sabar menerima bagian rizki walau sedikit. Dalam al-Qur’an sutar al-Baqarah ayat 146 menerangkan bahwa: ََوهللاُ يُ ِحب الصابِ ِرين "Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah:146). Berikut adalah penggalan cerita Nasruddin yang menunjukkan nilai kesabaran: “ Engkau adalah guru terkenal dan tentunya dapat mngajari keledai ini membaca. kalau engkau sanggup melakukannya, aku akan memberimu hadiah yang besar. Tetapi kalau sampai gagal, aku akan menghukummu“, kata Timur Lenk. 89 “ Itu permintaan yang sulit yang mulia. tetapi baiklah, saya akan mengajarinya membaca. Beri saya waktu 3 bulan ditambah biaya yang cukup,“ kata Nasruddin. Timur Lenk memenuhi permintaan Nasruddin dan 3 bulan kemudian dia kembali ke istana.Tanpa banyak bicara Timur Lenk menujuk sebuah buku besar.Nasruddin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya. Si keledai menatap buku itu, dan tak lama kemudian mulai membalik halaman buku dengan lidahnya.Terus menerus keledai itu membalik setiap halaman sampai ke halaman akhir.setelah itu si keledai menatap Nasruddin. “Demikianlah,“ kata Nasruddin,“ keledai saya sudah bisa membaca“ (Winardi,2012:98-99). Adapun cerita lain menyebutkan bahwa keluarga Nasruddin disiksa dan dipukuli namun mereka tetap bersabar menerimanya: “Mereka disiksa, dipukuli, dan dirajam supaya mau mengatakan dimana Hoja Naruddin bersembunyi atau disembunyikan. Berkat karunia Allah, mereka tetap berani dan kuat, tetap sanggup berdiam diri, sehingga Hoja Naaruddin tidak jatuh ke tangan Amir. Akan tetapi ayahnya, Syir Mamed tidak lama setelah disiksa dia jatuh sakit dan berpulang”(Iskandar,1995:24). Dari kutipan di atas menerangkan bahwa Nasruddin bersabar atas keledainya agar dapat membaca dan kisah lain menyebutkan bahwa keluarga Nasruddin mempunyai kesabaran atas siksaan yang diterima. b) Optimisme Optimis adalah suatu pengharapan yang besar untuk mendapatkan sesuatu di sertai usaha dan kerja keras, bedoa dan bertawakal kepada Allah Swt. Lawan optimis adalah pesimis yakni orang yang berpengharapan kecil. Optimis juga dapat diartikan berprasangka baik kepada Allah Swt bahwa kita akan ditolong Allah Swt dan diridhai segala yang kita usahakan. Allah mendorong hambaya agar optimis. walaupun terhadap orang yang berdosa, Allah tetap memberi ampunan terhadap orang yang banyak berbuat dosa, tentuya jika orang tersebut. Nabi Muhammad saw. Bersabda yang artinya: "Allah berfirman, Aku selalu menggikuti prasangka hamba-ku, dan Aku selalu menyertai dia di mana aku aku ingat kepada-ku. Demi Allah, sunggunh Allah lebih senang menerima tobat 90 hamba-Nya dari seorang yang mendapat kembali barang yang hilang di hutan, Dan siapa yang mendekat kepada Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta,dan siapa yang mendekat kepada Ku sehasta,Aku medekat kepadanya sedepa. Dan jika dia datang kepada-ku dengan berjalan, Aku datang kepadanya dengan berlari."(H.R Bukhari-muslim). Adapun teks yang menunjukkan nilai optimisme adalah Aku bisa membuktikan kalau sekarang ini sama kuatnya dengan aku dulu sewaktu masih muda,”ujar Nasruddin. Tentu tidak mungkin,Nasruddin,” sahut seorang kawannya. “tentu saja kekuatanmu sudah berkurang.” “Baiklah, akan kubuktikan biar kalian percaya .”lalu Nasruddin menunjuk sebuah batu besar yang ada dibelakang rumahnya.” Kalian lihat batu besar itu? Dulu, ketika aku masih muda, aku tidak pernah kuat mengangkatnya. Sekarang, ketika aku sudah tua, aku pernah mencoba mengangkat batu itu, dan ternyata aku tetap saja tidak kuat mengangkatnya.” Dari kutipan diatas menunjukkan optimisme adalah “Aku bisa membuktikan kalau sekarang ini sama kuatnya dengan aku dulu sewaktu masih muda”. Walaupun umur semakin bertambah bukan alasan untuk tetap semangat melakukan suatu. c) Kreatif Kreatif berasal dari bahasa inggiris “create” artinnya yang menciptakan sesuatu atau membuat. Sedangkan menurut istilah kreatif berarti suatu sikap yang selalu ingin berusaha membuat atau menciptakan sesuatu yang baru yang memiliki manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam perspektif Islam kreatif di artikan sebagai kesadaran keimanan seseorang untuk menggunakan daya dan kemampuan yang dimiliki sebagai wujud syukur atas nikmat Allah guns menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfaat bagi 91 kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kepada Allah. Allah berfirman dalam al-Qur;an dalam surat an-Najm ayat 39-40 yaitu .( َوأَن َس ْعيَهُ َسوْ فَ يُ َرى39) ْل ْن َسا ِن إِل َما َس َعى َ َوأَ ْن لَي ِ ْ ِْس ل Artinya : dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). (QS. An-Najm: 39-40). Adapun teks yang mengandung nilai kreatif adalah Pada suatu hari hakim di negeri Nasruddin, yang terkenal suka mabukmabukan,dan pergi ke ladang. Di sana hakim itu minum-minuman keras hingga mabuk. Kemudian dia mencopot jubah dan sorbannya. Kebetulan Nasruddin lewat di ladang itu. Ketika melihat sang hakim dalam keadaan mabuk, Nasruddin mengambil jubah sang hakim, memakainya, lalu pergi. Ketika Sang hakim sadar dari mabuknya dan tidak melihat jubahnya, dia segera memerintah bawahannya untuk mencari pencuri jubah. Bawahannya segera berangkat dan mendapati Nasruddin sedang memakai jubah atasannya. Sang bawahan menagkap Nasruddin dan membawanya menghadap sang hakim. Ketika Nasruddin telah menghadap, Sang hakim bertanya kepadanya,” Nasruddin darimana engkau mendapatkan jubah itu?” Jawab Naruddin,” Kemarin aku bersama beberapa temanku pergi kesebuah ladang dipinggir kota ini. Di sana aku melihat seorang laki-laki sedang mabuk dan jatuh terlentang diatas tanah dalam keadaan menyedihkan. Akupun mengambil jubahnya dan memakainya . Aku bisa mendatangkan beberapa saksi yang dengan jujur mau menunjukkan kepada pak hakim dan hadirin, siapa yang mabuk itu!”(Winardi,2012:114). Adapun cerita Nasruddin yang lain sebagai berikut: “Utangnya sudah dibayarnya, bukan? Tidak ada lagi yang akan kau tuntut daripadanya,”jawab Nasruddin kita itu. “Ia sudah merasai bau goreng daging dombaku dan engkaupun telah menikmati dering uangnya” (Iskandar,1995:58). Adapun yang mengandung nilai kreatif adalah Nasruddin menjebak sang hakim agar mengakui aibnya dan melawan penjual daging goring untuk tidak semena-mena karena sebuah asap. d) Ikhtiar 92 Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab (ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih. Adapun menurut istilah, berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk meraih suatu harapan dan keinginan yang dicita-citakan, ikhtiyar juga juga dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. di terangkan dalam al-Qur’an Surat al-Jumu’ah ayat 10: Yang artinya :”Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. Teks yang mengandung nilai ikhtiar adalah: Keesokan harinya dia pergi lagi ke sungai, tapi kali ini dia berencana untuk tidak membuka bajunya. Ketika hendak turun kedalam sungai, teman-temannya yang menemani Nasruddin merasa heran melihat tingkah Nasruddin dan berkata, “Nasruddin, kalau mandi tanpa membuka pakaian tentu bajumu akan basah semua.” “Bagiku, pakaian basah dibadanku adalah lebih baik daripada pakaian kering ditangan pencuri,”jawab Nasruddin(Irwan Winardi,2012:54). Adapun yang menunjukkan kalimat ikhtiar yaitu “Bagiku, pakaian basah dibadanku adalah lebih baik daripada pakaian kering ditangan pencuri,”. e) Ta’dzim Ta’dzim dalam bahasa inggrisnya adalah “respect” yang mempunyai makna sopan-santun, menghormati dan mengagungkan orang yang lebih tua atau yang dituakan. Menurut W.J.S. Poerwadarminta mengatakan bahwa sikap ta’dzim adalah perbuatan atau prilaku yang mencerminkan kesopanan dan menghormati kepada 93 orang lain terlebih kepada orang yang lebih tua darinya atau pada seorang kyai, guru dan orang yang dianggap dimulyakan (KUBI,1976,995) maka dapat disimpulkan bahwa ta’dhim adalah suatu sikap menghormati kepada seorang yang dianggap mulia. Dari Abu Musa ra, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara (yang termasuk) mengagungkan Allah Ta’ala adalah memuliakan orang Islam yang tua, orang yang pandai dalam masalah Al Qur’an yang tidak merasa sombong dan tidak mengabaikannya, serta memuliakan penguasa yang adil”(HR Abu Dawud). Dan hadis lain menjelaskan dari Abu Sa’id Samurah bin Jundub ra berkata, “Pada masa Rasulullah saya masih muda, tetapi saya banyak hafal terhadap apa yang beliau sampaikan. Namun di sini saya tidak akan banyak bicara karena banyak orang yang lebih tua daripada saya.” (HR Bukhari dan Muslim) (Diunduh pada alamat https://mimtulungagung.wordpress.com/2008/11/09/tadhim-pengagungan/pukul 07:10 tanggal 06 maret 2016). Adapun kutipan teks tentang ta’dhim adalah: Setelah keranjang penuh dengan buah ara, Nasruddin mempersembahkannya kepada Timur Lenk. Celakanya, ternyata si tiran tidak menyukai hadiah yang dibawa Nasruddin. Dia lalu membuka keranjang Nasruddin, Memunggut buah ara lalu dan melemparkannya ke wajah Nasruddin. Dilempar dengan buah ara, Nasruddin mengucap,”Syukur alhamdulillah.” Mendengar ucapan tak terduga itu, Timur Lenk tersentak kaget. Kemudian dia mengambil semua buah ara dan melemparkannya satu persatu ke wajah Nasruddin. Setiap kali si tiran melempar buah ara ke mukanya, Nasruddin mengucapkan,” Syukur alhamdulillah.” “Wahai Nasruddin! Dalam keadaan seperti ini, mengapa engkau malah bersyukur? Tanya Timur Lenk. “Benar, Baginda,” jawab Nasruddin. “Seandainya tadi hamba menuruti saran istri saya untuk membawakan buah apel dan pir yang keras, tentu sekarang seluruh wajahku akan memar, mataku akan buta, dan hidungku akan pecah. Hamba bersyukur pada Allah atas atas pertolonganNya, karena hamba menuruti jalan pikiran hamba sendiri dengan hanya mempersembahkan buah ara yang lunak ”(Winardi,2012:109-110). Dan dari cerita lain Nasrudin menunjukkan menghormati rajanya “ Ya Tuanku Syah Alam,” sembah orang kasih yang malang itu. “Perempuan itu sudah kurus kering dan pucat pasisebagai bulan baru”(Iskandar,1995:179). 94 Yang mengandung nilai ta’dzim adalah walaupun rajanya jahat Nasruddin tetap menghormati rajanya. f) Percaya diri Percaya diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Percaya diri yaitu suatu sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Sehingga dengan alasan ini, ia akan mampu melakukan tindakan sesuai dengan apa yang ia inginkan, rencanakan dan harapkan. Seperti dalam alQur’an sebagai berikut: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orangorang yang beriman. (Ali Imran: 139). Adapun cerita Nasruddin yang menunjukkan sikap percaya diri adalah: “Terimakasih banyak, ya, tukang besi. Belum pernah aku mengalami saat yang sesulit ini selama hidupku. Akan tetapi, sungguh bukan sifat dan tabiatku berputus asa. Kini aku pergi, tukang besi, dan aku berjanji kepadamu bahwa aku akan dapat memperthankan diriku sendiri dengan senjataku sendiri!”(Iskandar,1995:135). Dari cerita diatas menjelaskan bahwa Nasruddin tidak patah semangat atas apa yang dia timpa, namun dia mempunyai keyakinan (percaya diri) bahwa dia dapat mempertahankan diri atas kemampuannya. 3) AKHLAK KEPADA ORANG LAIN ( SESAMA) a) Membela rakyat Manusia diciptakan Allah di muka bumi ini pada dasarnya mempunyai banyak kepentingan baik itu bagi Allah sendiri maupun manusia. Namun dari semua 95 kepentingan tersebut, semuanya bermuara pada satu tujuan menyembah dan mengabdi kepada Allah SWT dalam arti yang seluas-luasnya sebagaimana tercermin dalam Alquran Surat Adz-Dzariyat Ayat 56. Tetapi masih perlu dipahami bahwa ayat ini tidaklah menuntut kepada manusia untuk senantiasa hanya melakukan shalat, berzikir maupun berpuasa tanpa mengerjakan hal-hal yang lain. Ibadah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah ibadah dalam format yang umum.Yakni segala sesuatu mempunyai orientasi kepada Allah. Dengan kata lain, ibadah di sini adalah segala bentuk tindakan atau aktivitas manusia selagi itu diorientasikan pada tujuan akhir yaitu Allah. Termasuk dalam hal ini menjaga amanat rakyat, menjadi pemimpin yang adil, membela kepentingan rakyat, menjauhkan diri dari praktik korupsi dan lainlain. Dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut: Katakanlah: ”Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al'Imran (3):26) Adapun kutipan cerita yang menunjukkan Nasruddin membela rakyat sebagai berikut: Bakhtiar diajak oleh Nasruddin Hoja berunding dengan empat mata saja. Azir itu disilahkannya duduk diatas kasur yang empuk, lalu dimulainya menerangkan dengan panjang lebar kepadanya tentang apa sebabnya tambahan pajak atas penghasilan tukang besi, tukang loyang dan tukan senjata harus dihapuskan secepat-cepatnya (Iskandar,1995:167). 96 Dan cerita selanjutnya bahwa Nasruddin akan membela rakyat sebagai berikut: Selama aku masih hidup, selama hayat masih dikandung badan, aku akan tetap memperjuangkan nasib rakyat bokhara sekalian. Dimana jua pun aku tinggal dan bagaimana jua pun keadaanku! (Iskandar,1995:246). Dari cerita diatas menerangkan bahwa Nasruddin membela rakyat dengan menghapuskan pajak agar rakyat tidak terbebani dengan pajak yang tinggi dan akan tetap membela rakyat bokhora selama masih hidup. b) Tolong menolong Manusia adalah makluk yang tidak dapat hidup sendiri. Ketika bayi manusia membutuhkan kasih sayang orang tua untuk merawatnya. Dalam islam diperintahkan agar umat manusia untuk saling membantu, tolong menolong dalam mengerjakan kabaikan/kebajikan dan ketaqwaan. Sebaliknya Allah melarang kita untuk saling menolong dalam melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran.seperti dalam al-Qur’an sebagai berikut: “Dan tolong- menolonglah kamu dalam ( mengerjakan ) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya”(Q.S. al Maidah ayat 2 ). Adapun cerita Nasruddin yang menyangkut tolong menolong: Tukang-tukang besi memasang tapak besi pada kuku-kuku kedua binatang itu, tukang-tukang pelana memberikan dua buah pelana yang mahal harganya. Sebuah dihiasi dengan brokat bagi Hoja Nasruddin dan sebuah lagi berlapiskan perak bagi Guljan. Golongan orang lepau menganugerahkan dua buah cerek teh dan buah cangkir porselen yang halus. Tukang senjata memberikan sebilah pendang yang terbuat dari waja Kurdis yang kenamaan, supaya Hoja Nasruddin dapat melawan penyamun di tengah jalan (Iskandar,1995:246-247). 97 Karena kepergian Nasruddin dan Guljan ketempat lain, karena merasa berterima kasih kepada Nasruddin teman-menan Nasruddin memberikan sesuatu yang ia punya sebagai cidera mata untuk perpisahan. c) Silaturahim Silaturahim artinya tali persaudaraan, sementara bersilaturahmi dapat berarti mengikat tali persaudaraan. Dalam tali persaudaraan sangat erat pula dengan tali kasih sayang. Dan dijelaskan sangat besar hikmah silaturahim dalam hadist berikut: ُ صل َر ِح َمه ِ ََم ْن اَ َحب اَ ْن يُ ْب َسطَ لَهُ فِى ِر ْزقِ ِه َويُ ْن َسا َ لَهُ فِى اَثَ ِر ِه فَ ْلي ”Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya, dan diperpanjang usianya maka hendaklah dia menyambung silaturrahim”(H.R Bukhri 5986) (dalam al atsariyah.com diunduh pukul 20:42 tanggal 30 Maret 2016). Adapun kutipan yang mengandung nilai silaturahim adalah: “Sejahtera sekali kehidupan penduduk dusun ini, sementara penduduk kotaku sedang kekurangan pangan,“ kata Nasruddin. “Kebetulan hari ini hari raya kami. Berbeda dengan hari-hari lain, di hari istimewa ini para penduduk sengaja membikin makanan yang enak-enak,“ kata salah seorang penduduk yang kebetulan mendengar ucapan Nasruddin. Setelah berpikir sejenak Nasruddin berkata,“ kalau saja setiap hari adalah hari raya, tentu aku akan rajin ke sini”(Winardi,2012:79). Kalimat yang mengandung nilai silaturahim adalah “ kalau saja setiap hari adalah hari raya, tentu aku akan rajin ke sini”. d) Penyampaian dengan ma’ruf (Rifq) Rifq (lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan serta selalu mangambil yang mudah). Dalam kisah Nabi Musa Allah berfirman : ْاذهَبَآ إِلَى فِرْ عَوْ نَ إِنهُ طَغَى فَقُولَ لَهُ قَوْ لً ليِّنًا ل َعلهُ يَتَ َذك ُر أَوْ يَ ْخ َشى Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah malampaui batas maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut”(QS. Thoha : 43-44). Dijelaskan pula bahwa berlaku lemah lembut agar tidak menjauhkan diri dari perintah Allah, dalam al-Qur’an sebagai berikut: 98 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159). Adapun teks yang mengandung nilai Rifq adalah: “Nasruddin! Menurutmu, dimanakah tempatku di akhirat, menurut kepercayaanmu?“ Tanya Timur Lenk. Bukan Nasruddin kalau tak dapat menjawab pertanyaan sepelik ini. “Raja penakluk sepertii Paduka,“ jawab Nasruddin,“ insya Allah akan ditempatkan bersama raja-raja dan tokoh-tokoh yang telah menghiasi sejarah. Saya yakin paduka akan ditempatkan bersama Fir‘aun dari Mesir, Raja Namrudz dari Babilon, Kaisar Nero dari Romawi, dan juga Jenghis Khan.“ Timur Lenk benar-benar puas dan gembira mendengar jawaban itu. Catatan: beberapa nama yang disebut Nasruddin adalah nama yang disebut dalam Alqur‘an sebagai penghuni neraka (Winardi,2012:102). Dari teks diatas menunjukkan rifq adalah insya Allah akan ditempatkan bersama raja-raja dan tokoh-tokoh yang telah menghiasi sejarah. Saya yakin paduka akan ditempatkan bersama Fir‘aun dari Mesir, Raja Namrudz dari Babilon, Kaisar Nero dari Romawi, dan juga Jenghis Khan“. e) Bohong demi kebaikan Pada dasarnya, berbohong itu termasuk salah satu dosa besar. Sebagaimana sudah teruraikan di dalam Al-Qu'ran dan Hadis.Namun, ada bohong yang dibolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya.Yaitu berbohong demi kebaikan.Berbohong untuk memperjuangkan agama Allah Swt. Dalam Hadis Riwat Imam Bukhari, dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Nabi Ibrahim pernah berbohong (Bohong demi kebaikan). Yang Pertama, Ketika beliau mengatakan "sesungguhnya aku sakit."Ketika beliau hendak mengatur siasat untuk menghancurkan patung berhala milik bapaknya dan kaumnya. Diterangkan dalam al-Qur’an surat ashafat ayat 83-89 sebagai berikut: 99 "Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah itu? Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?" Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata: "Sesungguhnya aku sakit." Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang. Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata: "Apakah kamu tidak makan. Kenapa kamu tidak menjawab?" Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat). (QS Ash-Shaaffaat [37] : 83-89) Yang Kedua, Ketika beliau mengatakan "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya."Padahal beliau sendiri yang melakukannya. Yang diterangkan dalam al-Qur’an surat al-Anbiya’ ayat 57-63 diterangkan sebagai berikut: Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhalaberhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhalaberhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patungpatung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim." Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan." Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Sebenarnya 100 patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara." (QS Al-Anbiya' [21] : 57-63). Juga dibolehkan untuk berbohong dengan tujuan menakut-nakuti musuh ketika berperang, dan berbohong untuk memuji istri/suami agar hubungan tetap langgeng. “Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya“. (HR Muslim) diunduh pada pada alamat website http://nopandraadipratama.blogspot.co.id/2012/10/berbohong-demi-kebaikan.html pada waktu 5 maret 2016 pukul 10:38). Jadi, jelaslah contoh yang diajarkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya bagaimana bohong demi kebaikan.Bohong demi kebaikan hanya semata-mata untuk mencari keridhoan Allah Swt. Dan juga untukmemperjuangkan Agama-Nya. Adapun yang mengandung nilai bohong dalam kebaikan adalah: “Jangan perlihatkan barang ini kepada madumu, karena ini tanda cintaku padamu,” pesan Nasruddin baik kepada istri tua maupun istri mudanya. Pada suatu hari, keduanya melabrak Nasruddin dan bertanya,”Siapa sebenarnya di antara kami yang lebih kau cintai?” “Aku mencintai yang memakai kalung mutiara warna biru,” jawab Nasruddin. Keduanya berlalu dengan keyakinan masing-masing bahwa dirinya yang lebih dicintai oleh suami mereka(Winardi,2012:173-174). Yang menunjukkan bohong dalam kebaikan adalah “Aku mencintai yang memakai kalung mutiara warna biru,”. f) Dermawan Dermawan diartikan sebagai pemurah hati atau orang yang suka berderma (beramal dan bersedekah), sedangkan menurut istilah dermawan bisa diartikan memberikan sebagian harta yang dimilikinya untuk kepentingan orang lain yang 101 membutuhkan dengan senang hati tanpa keterpaksaan dan ikhlas (tanpa adanya imbalan). Allah sudah berjanji apabila seseorang dermawan, maka Allah SWT akan menggantinya, seperti firman Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an : َازقِ ْين ْ َو َمآاَ ْنفَ ْقتُ ْم ِّم ْن ش ِ َي ٍء فَهُ َو يَ ْخلِفُهُ َوهُ َو َخ ْي ُر الر “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya” (Q.S Saba’ : 39) Oleh karena itu bisa kita pahami bahwa agama islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk memiliki kepedulian terhadap sesama( bersikap dermawan ) terutama kepada orang sedang membutuhkan bantuan. Adapun teks yang menunjukkan nilai kedermawanan adalah: “Hai, diam-diam,” katanya kepada bagalnya, yang melihat dia membuka pundipundi yang lekat akan pelananya.”Ini hai orang tua beruban yang mulia, uang dua ratus lima puluh dinar perak. Berikan kepada si pemakan ribaitu, usir dia dengan cemeti dari rumah tuan dan tinggallah disitu bersenang-senang sampai ajal tuan”(Iskandar,1995:45). Adapun menunjukkan kedermawanan adalah uang Nasruddin diberikan kepada orang tua untuk membayar hutangnya. g) Menghibur Menghibur adalah membuat seorang riang gembira, tersenyum ataupun tertawa. Dalam menghibur dapat meringankan beban masalah seorang. Dalam hadis Rasulullahpun bernah percanda dan menghibur sahabatnya. Dan sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, dia berkata: ”Rasulullah SAW pernah berkunjung ketempat kami, sementara kami mempunyai adik yang bergelar Abu Umair. Ia (Abu Umair) mempunyai kesenangan (hobi) bermain dengan burung. Suatu ketika burung tersebut mati hingga membuat perasaannya menjadi sedih. Rasulullah masuk dan berkata (kepada 102 keluargaku):’mengapa ia bersedih?’ Mereka menjawab:’(Karena) burungnya mati’. Maka beliau SAW berkata, (menghibur): يَا اَبا َ ُع َم ْي ٍر َما فَ َع َل الن َغ ْيرُ؟ ‘Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan oleh si burung kecil?’(HR. Imam Bokhori, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dengan teks redaksi Hadits berasal dari Abu Dawud dalam Abdul Fattah Abu Ghuddah; 2009:178-179) Adapun teks mengandung hiburan sebagai berikut: Suatu saat Nasruddin melihat seorang narapidana dengan kedua tangan dibelenggu rantai panjang. Narapidana itu tampak sangat sedih. Nasruddin mendekatinya dan berkata,” Mengapa kau tampak sedih, sahabat? Bukankah bila rantai ini lepas dari kedua tanganmu, kau bisa menjualnya dengan harga mahal? Dan dengan memakai bukanlah kau beruntung.” Narapidana itu tersenyum mendengar kata-kata Nasruddin (Winardi,2012:140). Teks yang mengandung hiburan adalah ” Mengapa kau tampak sedih, sahabat? Bukankah bila rantai ini lepas dari kedua tanganmu, kau bisa menjualnya dengan harga mahal? Dan dengan memakai bukanlah kau beruntung”. h) Berbakti Menunjukan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada orang tua adalah sesatu bernilai kebaikan dan hal tersebut menunjukkan akan ta’dzim dan kasih sayang kepada sesama manusia. Dalam cerita berikut menunjukkan berbakti sebagai berikut : “Ya, pak Nias yang mulia,” kata orang yang tertua diantara ketiganya. “Anak bapa perempuan telah pergi menurutkan Hoja Nasruddin, bukan? Tentu bapa takkan bersungut-sungut dan berkeluh kesah, sebab demikian undang-undang abadi di bumi ini. Kuda betina tiada dapat hidup tiada dengan kuda jantan, ya, perempuan pun harus hidup bersama-sama dengan suaminya. Akan tetapi, karena bapa telah tua dan supaya hari tua bapa itu tidak terlalu sunyi, kami bertiga beradik semuanya telah sepakat akan bermohon kepada bapa demikian, Barangsiapa berkaum dengan Hoja nasruddin niscaya berkaum jua dengan anak negeri Bokhara. Oleh sebab itu, mulai hari ini, ya, pak Nias, bapa telah berkaum dengan kami ini. Sejak itu rumah kami telah kosong, yaitu bagian yang didiami almarhum ayah kami dulu itu. Sekarang kami berharap dengan sesungguhnya, 103 agar supaya bapa sudi tinggal bersama-sama dengan kami sebagai ayah kandung kami itu”(Iskandar,1995:250). Dalam cerita diatas menunjukkan bahwa tiga anak muda yang ingin merawat pak Nias yang hidup sendiri. i) Memberi salam Dalam islam mengucapkan salam, “Assalamualaikum,” berarti mendo’akan kebaikan dan kesejahteraan baginya. Adapun cerita Nasruddin yang menunjukkan mengucap salam adalah: Mula-mula ada seorang lelaki tua melewati Nasruddin, Karena Nasruddin terkejut mengapa tempat tinggalnya dulu menjdi rata dengan tanah. Maka Nasruddin bertanya: “Assamualaikum , ya, Orang tua! Moga-moga Allah memberi kesehatan dan kesejahteraan kepada Tuan beberapa tahun lagi, serta menganugerahi tuan segala macam harta benda dunia”(Iskandar,1995:24). Kutipan cerita diatas menunjukkan bahwa ketika kita bertemu dengan orang lain maka kita dianjurkan mengucap salam. Dan dalam islam bahwa mengucap salam hukumnya sunnah namun wajib untuk menjawab salam. Dalam surat an-Nisa' Ayat 86 menjelaskan sebagai berikut: Artinya: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu“. b. Akhlak Madzmumah Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. 1) Larangan meremehkan orang lain 104 Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Barang siapa menghina salah satu dari sahabatku berarti dia telah mengikatkan tali peperangan denganku”. Dari keterangan tersebut bahwa Rasulullah akan mengikatkan tali peperangan apabila ada yang menghina salah satu sahabat. Jadi dari hadist tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kita sangat dilarang untuk menghina atau meremehkan orang, orang yang melakukannya di ibaratkan melakukan permusuhan dengan nabi.Oleh karena itu, seharusnya kita senantiasa menghormati dan memuliakan seluruh tingkatan rakyat sesuai dengan keberadaan mereka, khususnya dari keturunan mulia; ahli ilmu, ahli fadhilah dan pemilik sifat wara’ dan takwa. Hadis Nabi riwayat dari Anas Ra adalah “Perbanyaklah olehmu sekalian kenalan orang-orang beriman, karena bagi setiap orang yang beriman itu ada syafaat (kemampuan memberi pertolongan) di sisi Allah pada hari kiamat”(M Nawawi,1996:77). Adapun teks yang mengandung akhlak madzmumah adalah: Setelah bercakap-cakap cukup lama, si ulama yakin bahwa Nasruddin tidak lebih pintar darinya. Ilmunya sejajar dengannya. “Saya rasa Anda tidak lebih pintar dari saya. Mungkin kita sama. Jadi maaf saya tidak memerlukan Anda untuk menceramahi mereka,” kata ulama itu. “ Apa pikir ada perbedaan besar antara kita,” tangkis Nasruddin. “Aku kesini berjalan kaki, menempuh jarak selama tiga hari dengan susah payah. Kalau Anda sudah mengalami kesulitan seperti yang aku alami, dan memberiku ganti rugi yang setimpal, baru kita dapat katakan setaraf”(Winardi,2012:151). Adapun nulai yang menunjukkan meremehkan orang adalah “Saya rasa Anda tidak lebih pintar dari saya. Mungkin kita sama. Jadi maaf saya tidak memerlukan Anda untuk menceramahi mereka,” kata ulama itu. 2) Larangan memubazirkan makanan Mubbazir adalah suatu yang bersifat berlebih-lebihan atau pemborosan, yang menjadikan sesuatu tersebut sia-sia karena tidak berguna. 105 Seperti dalam Q.S Al-Isra ayat 26-27: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan”. (QS.Al-Israa’ : 26-27). Adapun teks yang menunjukkan mubadzir adalah: Nasruddin beristirahat sejenak lalu mengambil semangka bekalnya, tetapi ternyata semangka yang dia bawa masih mentah. Nasruddin kecewa dan membuang semua semangkanya.“Semangka mentah ini rasanya tidak enak,“ gumam Nasruddin. Tengah hari, ketika udara sangat panas, Nasruddin merasa kehausan. Di gunung tidak ada sumber air. Karena kehabisan bekal dia teringat akan sisa-sisa semangka yang dia buang. Meski sudah bercampur kotoran, dia mengambilnya kembali sepotong demi sepotong. “Ah, semangka mentah ternyata rasanya enak,“ kata Nasruddin sambil memakannya sampai habis(Winardi,2012:77). Adapun yang menunjukkan kemubadziran adalah Nasruddin kecewa dan membuang semua semangkanya.“Semangka mentah ini rasanya tidak enak,“ gumam Nasruddin 3) Larangan sombong Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, labih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung dari yang lain. Maka biasanya orang seperti itu memandang orang lain lebih buruk, lebih rendah dan tidak mau mengakui kelebihan orang tersebut, sebab tindakan itu menurutnya sama dengan merendahkan dan menghinakan dirinya sendiri (Yatim Abdullah,2007:66). Al-Ghazali menyebutkan kesombongan itu banyak macamnya. Berdasarkan terhadap apa kesombongan itu ditujukan, maka terdapat tiga macam, yakni sombong terhadap Allah, sombong terhadap para Nabi dan sombong terhadap orang lain (Yatim Abdullah,2007:15). 106 Adapun ayat Al-qur’an yang menjelaskan sifat sombong adalah sebagai berikut: Artinya: adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah. (Q.S. An-Nisa’: 173). Teks yang menunjukkan kesombongan adalah: Nasrudin mendengar ada seorang anak muda yang mengaku tidak bisa ditipu oleh siapapun. Suatu hari Nasrudin bertemu denganya di sebuah perempatan “ Tunggu aku disini. Sebentar lagi akan aku perlihatkan bagaimana aku bisa menipumu,” kata Nasruddin,sambil beranjak pergi meninggalkanya. “baik, kita buktikan saja,” jawab anak muda itu. Setelah menunggu selama beberapa jam, Nasrudin belum tampak batang hidungnya, dan akhirnya dia menjadi jenuh. Seorang kawannya kebetulan lewat, dan bertanya dengan heran, “mengapa engkau berdiri disini?”(Winardi,2012:24). Dalam cerita lain tentang Nasruddin sebagai berikut: “Akan tetapi, engkau tentu maklum .” ujar orang kaya dengan lugas dan sombong.” Ya engkau sendiri maklum, bahwa engkau tidak patut menunggang kuda yang serupa itu, sebab bajumu compang camping. Malah amat berbahaya bagimu , karena tiap-tiap orang akan bertanya-tanya, darimana orang memintaminta itu beroleh kuda yang seindah itu? Dengan mudah engkau diseret ke dalam penjara”(Iskandar,1995:29). Adapun yang menunjukkan sombong adalah ketika mau ditipu Nasruddin sang mepuda menantang, “Buktikanlah” dan seorang kaya yang merendahkan orang berpakaian jelek menunggang kuda bagus. 4) Larangan menginkari janji Setiap manusia selama hidupnya pasti pernah membuat janji dengan manusia lainnya. Masalahnya adalah adanya sebagian orang yang mudah membuat janji karena mengganggapnya perkara remeh-, lalu setelah berjanji ia tidak menepatinya tanpa alasan (udzur) dan tanpa pemberitahuan sebelumnya. 107 Padahal mengingkari janji merupakan kezaliman terhadap orang lain. Berjanji adalah suatu perkara yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ْ ُواأَوْ ف ْ ُيَاأَيهَاال ِذينَآ َمن وابِ ْال ُعقُو ِد “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad (perjanjian) itu”. (QS. Al Maidah : 1). ْ َُوأَوْ ف ًوابِ ْال َع ْه ِدإِن ْال َع ْه َد َكانَ َم ْس ُؤول “…dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabnya”. (QS. Al Israa’ : 34). Kutipan cerita yang mengandung nilai ingkar janji adalah: Setelah diukur segalanya tukang jahit berkata, “Kembalillah kesini seminggu lagi, dan Insya Allah, bajumu sudah akan selesai dijahit.” Terpaksa Nasruddin harus menahan diri selamasatu minggu untuk kemudian kembali ke tukang jahit. “Maaf, bajumu belum selesai. Tapi Insya Alla, besuk sudah jadi.” Keesokan harinya, Nasruddin datang lagi.”sekali lagi maaf,” kata si tukang jahit, “ sedikit lagi selesai. Cobalah besok datang lagi, Insya Allah, bajumu betul-betul sudah rampung.” “berapa lama sih waktu yang kau butuhkan untuk menyelesaikan bajuku?” Tanya Nasruddin jengkel, “Seandainya Allah tidak turut campur dalam urusan ini?” (Winardi,2012:30). Adapun yang menunjukkan ingkar janji adalah perkataan menyelesaikan jahitannya seminggu lagi namun si penjahit tidak memenuhinya. 5) Larangan pelit Kikir dalam bahasa Arab disebut sebagai bakhil dan menurut istilah berarti sifat seseorang yang amat tercela dan hina, tidak hendak mengeluarkan harta yang wajib di keluarkan baik dalam ketentuan agama seperti zakat, nafkah keluarga atau menurut ketentuan perikemanusiaan seperti sedekah, infak, dan hadiah (Aip Hanifatu Rahman, 2009:-). Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-thibbu ar-ruhi mendefinisikan kikir sebagai sifat enggan menunaikan kewajiban, baik harta benda ajau jasa (Joko Harismoyo, 2013). 108 Larangan berbuat kikir diterangkan dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 29: Artinya: “dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu akan menjadi tercela dan menyesal”. Maksud dari ayat ini adalah mengingatkan kita agar tidak terlalu kikir dan jangan pula terlalu pemurah. Adapun teks yang menunjukkan kikir adalah: “Kamu minum dulu setengah gelas ,” kata teman Nasruddin, karena aku punya gula yang hanya cukup untuk seorang. Aku akan menuangkan gula ini ke dalam susu bagianku.” “Tuangkan saja sekarang,” kata Nasruddin, “dan aku akan minum setengahnya.” “Aku tidak mau. Sudah kukatakan, gula ini hanya cukup membuat manis setengah gelas susu.” Akhirnya Nasruddin pergi ke pemilik warung, dan kembali dengan sekuntum garam. “Ada berita baik,” kata Nasruddin kemudian, “Seperti telah kita setujui, aku akan minum susu ini lebih dahulu. Aku akan minum bagianku dengan garam” (Winardi,2012:28). Adapun yang menunjukkan sifat kikir bahwa temanya enggan membagi gula untuk berdua. 6) Larangan riya Menurut bahasa riya’ berarti pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau ingin memperlihatkan yang bukan sebenarnya. Sedangkan menurut istilah riya’ dapat didefinisikan “memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.” Sementara memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sum’ah (ingin didengar). Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman : ًَوقَ ِد ْمنَا إِلَى َما َع ِملُوا ِم ْن َع َم ٍل فَ َج َع ْلنَاهُ هَبَاء منثُورا 109 Artinya : ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23). Adapun yang mengandung larangan riya adalah : Setelah itu, setiap kali bertemu Nasruddin, ia selalu membicarakan peristiwa itu dan membuat Nasruddin berterimakasih berulang-ulang. Suatu hari, untuk kesekian kalinya, ia menyinggung peristiwa itu lagi. Nasruddin mengajaknya ke lokasi, dan kali ini Nasruddin langsung melompat ke air. “Kau lihat! Sekarang aku sudah benar-benar basah seperti yang seharusnya terjadi kalau engkau dulu tidak menolongku. Sudah, pergi sana!”(Winardi,2012:50). Nilai yang terkandung dalam teks yang menunjukkan sifat riya’ adalah ia selalu membicarakan peristiwa itu dan membuat Nasruddin berterimakasih berulang-ulang. 7) Menyuap Dalam bahasa Arab, Suap-menyuap atau sogokan diistilahkan dengan risywah. Kata risywahitu sendiri berasal dari kata rasya’ yang berarti, tali yang menyampaikan timba ke air (Abdullah bin Abd. Muhsin,2001:9). Secara terminologi, merupakan pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk mendapatkan hal yang diinginkan dengan cara yang tidak dibenarkan. Dengan carabathil inilah sebuah ketentuan berubah, sehingga menyakiti banyak orang.Maka wajar bila ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, bahkan perbuatan ini termasuk dosa besar. Sebab sogokan akan membuat hukum menjadi oleng dan tidak adil. Selain itu tata kehidupan yang menjadi tidak jelas (Anwar Sarwat,2009:245-250). Allah SWT berfirman : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188). 110 Kalimat `akkaaluna lissuhti` secara umum memang sering diterjemahkan dengan memakan harta yang haram. Namun konteksnya menurut Imam al-Hasan dan Said bin Jubair adalah memakan harta hasil sogokan atau risywah (Ahmad Syaryashy,1981:81). Adapun yang mengandung teks suap adalah: Maka, untuk memperlancar urusannya, diapun membawa sekaleng besar madu murni untuk sang hakim. Melihat hadiah yang cukup mahal, sang hakim beranjak ke ruang tamu untuk menyambut Nasruddin. Lalu tanpa banyak bertanya, Sang hakim membubuhkan tanda tangannya pada surat jual-beli Nasruddin. Nasruddin lalu minta diri sambil memandang Sang hakim dengan pandangan penuh makna. Dua hari kemudian sang hakim menerima hadiah roti dari seseorang. Ketika menerima hadiah itu, sang hakim segera teringat hadiah madu pemberian Nasruddin. Segera dia membuka kaleng madu itu. Ternyata kaleng tidak terisi madu, tetapi tanah. Betapa marah sang hakim melihat hal itu. Dia berkata kepada bawahannya,”Cepat pergi kerumah Nasruddin! Suruh dia datang segera!” Bawahan itu segera berangkat menemui Nasruddin. Ketika bertemu dengan Nasruddin,bawahan itu berkata penuh hormat, “Tuan Nasruddin! Surat jual-beli tuan ada yang kurang pasal-pasalnya. Karenanya tuan dimohon datang menghadap hakim!” Nasruddin menjawab dengan tersenyum,” surat jual beliku tidak ada yang kurang. Kekurangan justru ada pada pada pikiran Sang hakim. Semoga Allah meluruskannya!”(Winardi,2012:112). Adapun yang mengandung suap adalah nasruddin membawakan kaleng madu yang berisi tanah. 8) Tamak(Serakah) Secara bahasa tamak berarti rakus hatinya.Sedang menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar. Serakah dalam bahasa arab disebut tamak, yaitu sikap yang selalu ingin memperoleh sesuatu yang banyak untuk diri sendiri. Orang tamak selalu mengharap pemberian orang lain, namun dia sendiri justru bersikap pelit atau bakhil. Ia ingin mengumpulkan harta untuk kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan aturan 111 (Mustofa,2008:47). Dalam surah Al-Muddatsir dijelaskan tentang tamak (serakah) yaitu : ) 11 :ثم يطمع ان ازيد ( المدثر Artinya : “Kemudian dia ingin sekali supaya aku menambahnya.”(Q.S Al Muddatsir:15). Adapun yang mengandung ketamakan terdapat pada teks berikut: Di sebuah warung, dia melihat orang menjual sate. Aromanya tercium sedap mengundang selera. Lalu dia duduk di depan warung sate itu. Sambil menikmati aroma asap sate, dia pun memakan rotinya. Diam-diam, pemilik warung mengawasinya. Dia tercengang sambil berpikir apa yang harus dia lakukan. Begitu orang miskin tadi hendak beranjak pergi, si pemilik warung menariknya dan meminta harga aroma sate yang dia nikmati. Namun karena merasa hanya menikmati asap, orang miskin itu menolak membayar. Akhirnya, persoalan ini dibawa ke pengadilan. Kebetulan yang menjadi hakim adalah Nasruddin. Setelah mendengar keterangan dari kedua pihak yang bersengketa, dia lalu mengeluarkan uang beberapa dirham dari sakunya dan membantingnya dekat pemilik warung seraya berkata,” Dekatkan telingamu, dan ambillah gemerincing suara dirham tadi,” katanya. “Apa-apaan ini Tuan?” Tanya peemilik warung. “Ini keputusan yang adil. Kamu kan hanya menjual asap sate. Maka bayarannya adalah gema suara dirham,” jawab Nasruddin(Winardi,2012:128). Adaapun yang mengandung unsur tamak diatas adalah ketika si penjual sate meminta bayaran atas asap yang dihirup si miskin. Dan cerita lain menjelaskan ketamakan adalah : Adapun diceritakan ketamakan sang amir yaitu merebut kulit kambing si miskin karena berselisih atas itu dan meminta biaya siding dan kas negara Yang dipertuan sekalian orang yang beriman, matahari alam, amir kita yang besar, dan mudah-mudahan Allah memberi berkat kepadanya, telah memberi pertimbangan yang baik. Apabila Allah telah mengambil kembali kambing itu, maka menurut hukum dan undang-undang kulitnyapun menjadi milik wakil Allah dibumi yaitu milik amir yang besar. Jadi kulit tersebut harus disoyak, dikeringkan dan dibersihkan setelah itu dibawa ke istana dan diserahkan kepada bendahara khazanah amir.” Bakhtiat dengan cermat meneruskan perkataan, tambahan lagi uang meja, biaya pengadilan besarnya duaratur dinar perak, uang istana banyaknya seratus lima puluh dinar dan lagi uang kurban untuk keindahan mesjid(Iskandar,1995:79). 9) Dzalim 112 Zalim (Arab: ظلم, Dholim) dalam ajaran Islam adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin dan lawan kata dari zalim adalah adil (www.wikipedia.com diunduh tanggal 5 maret 2016 pukul 11:54). Zalim yaitu melanggar hak orang lain. Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.Dari keterangan diatas kita diperintah untuk adil dalam menghukumi sebuah perkara, seperti yang diterangkan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 42 yaitu : ۡ َ( َوإِ ۡن َح َكمۡ تَ ف٢٤) َٱح ُكم بَ ۡينَہُم بِ ۡٱلقِ ۡس ِط إِن لَّلَ ي ُِحب ۡلل ُم ۡق ِس ِطين Artinya; “Dan jika kamu memutuskan perkara di antara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”. (Surat Al Ma’idah ayat 42). Adapun teks yang mengandung unsur dzalim adalah: Adapun yang berisikan kedhaliman adalah saat sang hakim tersebut adalah sang penampar Nasruddin, sang hakim menyuruh si penampar untuk pergi meninggalkan Nasruddin (membela yang salah) Tiba-tiba seorang laki-laki datang dari belakang dan menamparnya cukup keras. Nasruddin kaget, dia menoleh dan berkata, “ Ada apa ini?” tanya Nasruddin marah. “Maafkan saya Tuan, Saya kira Anda teman akrab saya ,” kata lelaki itu. Nasruddin tidak mau menerima maafnya begitu saja. Dia mengadukan lelaki itu ke pengadilan. Tetapi karena hakim yang mengadili adalah teman baik si penampar, dia memenagkan laki-laki itu. Nasruddin tidak puas dengan keputusan tersebut. “Kalau kamu tidak puas dengan keputusanku ini, maka aku memutuskan bahwa dia harus memberimu ganti rugi sepuluh dirham, tunai,” kata hakim.”Sekarang 113 pergilah, dan ambil uang 10 dirham sebagai ganti rugi,” tambahnya kepada lakilaki tersebut. Nasruddin menunggu kedatangan lelaki itu berjam-jam dengan sia-sia. Rupanya si hakim sengaja memberi kesempatan kepada lelaki tadi untuk kabur. Nasruddin merasa telah ditipu. Ketika melihat si hakim tenang-tenag saja dan menyibukkan diri denganpekerjaannya, hati Nasruddin menjadi dongkol. Tiba-tiba dia menampar si hakim seraya berkata: “Maaf, Tuan hakim. Aku sibuk sekali dan tidak punya waktu untuk menunggu. Tolong nanti terima ganti ruginya, aku buru-buru.” Sehabis berkata begitu, Nasruddin beranjak pergi (Winardi,2012;121-122). Adapun cerita lain menunjukkan sombung sebagai berikut: Terjadi ketika Nasruddin memasuki kota Bokhara dan dimintai pajak masuk sehingga Nasruddin tidak mempunyai uang lagi: “Engkau darimana dan apa maksud datang kemari?” tanya pemungut bea kepadanya. Jurutulis menyelamkan pena bulu-bulu angsanya ke dalam tinta dan bersiap-siap akan menuliskan jawabannya. “Saya datang dari Istambul, ya, Tuan yang Mulia. Di sini, di Bukhara diam sanak saudara saya.” “Begitu,” ujar pemungut bea. “Jadi, engkau hendak mengunjungi kaluargamu? Akibatnya,engkau harus membayar bea untuk berkunjung jua.” “Akan tetapi, saya tidak hendak mengunjungi keluarga,” jawab Hoja Nasruddin.”Saya datang untuk menguruskan suatu perkara penting”. “Untuk perkara ?” seru pemungut bea, sedang matanya mulai bersinar-sinar.”Jadi, engkau akan berkunjung mengurus perkara yang penting.” Dan, tanda syukur kepada Allah, yang melindungi engkau di tengah jalan daripada penyamun dan perampas, engkau harus berkorban untuk memperindah mesjid-mesjid”(Iskandar,1995:20). “Tunggu Sebentar,” katanya. “Siapa yang akan membayar bea bagalmu? Apabila engkau mengunjungi keluargamu, tentu binatang itu harus mengunjungi keluarganya pula, bukan?”(Iskandar,1995:21). 10) Berkata kasar Berkata kasar perkataan yang keluar karena tidak semestinya.Perkataan sangatlah mudah untuk diucapkan, namun kata kasar/kotor atau keji merupakan suatu yang tidak baik.Dalam pepatah jawa mengatakan “Ajining diri soko lathi” berarti setiap orang itu dihargai dan dihormati karena lidahnya, maka perkataan dapat menunjukkan karakter seseorang.Islam diperintahkan untuk menjaga lisannya. Dan apabila orang yang suka mencaci, melaknat, berkata keji dan berkata kotor bukan termasuk seorang muslim. Diterangkan dalam hadist sebagai berikut: 114 Dari Ibnu Mas’ud radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ِّش َو َل ْالبَ ِذي َ لَي ِ ْس ْالمـ ُ ْؤ ِم ُن بِالطعا ِن َو َل اللعا ِن َو َل ْالفَا ِح “Bukanlah seorang mukmin orang yang suka mencaci, orang yang gemar melaknat, orang yang suka berbuat/ berkata-kata keji dan orang yang berkatakata kotor/ jorok”. [HR at-Turmudziy: 1977, al-Bukhoriy di dalam al-Adab alMufrad: 312, Ahmad: I/ 404-405 dan al-Hakim. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, sebagaimana di dalam Shahih Sunan at-Turmudziy: 1610, Shahih alAdab al-Mufrad: 237, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 5381 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 320].diunduhdiunduh pukul 12:00 10-03-2016 pada alamat https://www.facebook.com/permalink.php?id=144520272362957&story_fbid=15 8349954313322,). Adapun dalam cerita Nasruddin mengarahkan pada kata kasar sebagai berikut “Ah, Nasruddin pula! Selalu dia... Perkara serupa itu pun dicampurinya jua. Bangsat laknat itu!” Sementara murka demikian Amir berpaling kepada segala wazir, sehingga tahta bergoyang-goyang(Iskandar,1995:132). 11) Dendam Dendam adalah keinginan keras untuk membalas kejahatan seseorang. Dalam pengertian lain dapat dikatakan bahwa dendam adalah rasa marah yang tidak terlampiaskan atau tersalurkan sehingga di dalam hati menjelma menjadi sifat buruk yang selalu berkeinginan membalas perbuatan orang lain. Seperti dalam al-Qur’an surat an-Nur ayat 22: "Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(Q.S. An-Nur : 22). Adapun cerita Nasruddin yang mengandung dendam sebagai berikut: 115 “Akan sama-sama kita lihat kelak,” sahut Hoja Nasruddin. “Dan engkau Jafar, ingat betul-betul perkataanku: aku telah mengeluarkan engkau dari dalam sumur itu, tapi aku bersumpah akan menenggelamkan engkau dalam sumur kembali, sehingga badanmu yang pahit maung itu hancur dakam lumpur dan mati lemas di dalam tumbuh-tumbuhan air”(Iskandar,1995:136). Dalam cerita diatas menjalaskan bahwa Nasruddin demdam dengan jafar se pemakan riba dikarenakan, si jafar suka mempermainkan orang yang hutang kepadanya.Namun sekejam apapun seseorang kita tidak boleh dendam kepadanya dikarenakan hal tersebut akan merusak hati kita dan membuat capek kita sendiri. 12) Bohong Dapat kita ketahui bahwa bohong adalah pernyataan yang salah dibuat oleh seseorang dengan tujuan pendengar percaya. Perbuatan bohong akan menimbulkan rasa saling membenci antara sesama manusia, karena kebohongan akan berubah menjadi fitnah. Dan Allah sangat membenci orang-orang yang berbohong seperti dalam Al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 28: “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” Adapun cerita yang menunjukkan kebohongan dalam cerita Nasruddin hoja sebagai berikut: Nasruddin mengaku sebagai Husin Guslia, “Segala puji bagi Allah, sebab patik datang pada waktu yang tepat benar,” sahut filusuf daripada Hoja Nasruddin (Iskandar,1995:155). Dalam cerita ini menyebutkan bahwa untuk masuk ke kerajaan dan menolong Guljan, Nasruddin berbohong dengan menyamar sebagai ahli filusuf terkenal. 13) Marah Marah adalah perasaan tidak senang yang terlihat dari tingkah laku seorang dapat dari raut muka ataupun nada suara yang lebih tinggi. Marah adalah emosi yang 116 meluap. Maka sepatutnya kita menahan marah seperti dalam al-Qur’an sebagai berikut: ” … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran:134). Adapun kutipan cerita yang menunjukkan sifat marah sebagai berikut: “Hai, coba katakan, apa kehendakmu disitu? Kukira lidahmu tidak bertulang sehingga dapat kau pergunakan semau-maumu saja. Dan, tidak sukar sedikit jua bagiku akan mengalahkan engkau dalam beradu ketajaman otak,” Katanya pula, sambil marah-marah kepada orang yang duduk mengelilingi dia(Iskandar,1995:203). Dalam kutipan diatas menunjukkan akhlak tercela dengan tidak menahan amarahnya. 117 B. RELEVANSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KARAKTER NASRUDDIN HOJA Karakter dapat berarti watak atau peran. Secara istilah karakter bermaksud cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas individu. Adapun dalam cerita Nasruddin menunjukkan beberapa karakter seperti lucu, lugu, konyol namun juga cerdik dan bijaksana. Karakter dalam islam dapat disebut akhlak karena berarti perilaku ataupun tabiat seseorang.Hubungan karakter Nasruddin pada pendidikan islam dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menjunjung Nilai Moral Dapat kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang mana tidak dapat memenuhi keperluannya sendiri, kita manusia saat lahir butuh kasih sayang orang tua agar kita tumbuh besar dan berkembang. Manusia saling membutuhkan satu sama lain. Dalam hubungan antar manusia lain kita mempunyai moral sebagai muatan aturan tindakan agar diterima sebagai kesepakatan umum. moral dapat berarti (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan maupun sikap. Dapat kita ketahui bahwa cerita tentang Nasruddin menunjukkan logika terbalik ataupun sindiran dengan cara kekonyolan dan keluguan Nasruddin Hoja yang tidak lain ditujukan untuk menjunjung nilai moral atau memberikan pelajaran tentang moral seperti dalam cerita sebagai berikut: Suatu hari, untuk kesekian kalinya, ia menyinggung peristiwa itu lagi. Nasruddin mengajaknya ke lokasi, dan kali ini Nasruddin langsung melompat ke air. “Kau lihat! Sekarang aku sudah benar-benar basah seperti yang seharusnya terjadi kalau engkau dulu tidak menolongku. Sudah, pergi sana!”(Winardi,2012:50). Hal yang ingin disampaikan Nasruddin bahwa jangan mengungkit amal kebaikan kepada orang lain dengan cara tersirat yaitu dengan Nasruddin menceburkan diri ke kolam tersebut. 118 Adapun cerita lain yang menunjukkan bahwa Nasruddin menjunjung nilai moral sebagai berikut: Nasrudin mendengar ada seorang anak muda yang mengaku tidak bisa ditipu oleh siapapun. Suatu hari Nasrudin bertemu denganya di sebuah perempatan “ Tunggu aku disini. Sebentar lagi akan aku perlihatkan bagaimana aku bisa menipumu,” kata Nasruddin,sambil beranjak pergi meninggalkanya. “baik, kita buktikan saja,” jawab anak muda itu. Setelah menunggu selama beberapa jam, Nasrudin belum tampak batang hidungnya, dan akhirnya dia menjadi jenuh. Seorang kawannya kebetulan lewat, dan bertanya dengan heran, “mengapa engkau berdiri disini?”(Winardi,2012:24). Hal tersirat yang ingin disampaikan Nasruddin bahwa jangan sombong, dengan cara Nasruddin menipu pemuda sombong tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan perbuatan dan berfikir yang ‘aneh’ Nasruddin. Dia ingin menyampaikan pesan yang tersembunyi atau tersirat dalam perbuatannya tersebut. Tidak lain yaitu ingin menunjukkan nilai moral yang sering di anggap sepele masyarakat sekitarnya. b. Berani bertindak kritis Dalam setiap tindakan pasti diawali dengan pertimbangan akal atau berfikir. Berpikir kritis dapat berarti menggunakan akal budi dengan pertimbangan. Berpikir kritis erat kaitannya dengan pengambilan keputusan, perencanaan strategis dan pemecahan masalah. Sedangkan tindakan adalah suatu perbuatan. Jadi berani bertindak kritis adalah rasa mantap atau percaya diri untuk melakukan dengan penuh pertimbangan. Berani bertindak kritis Nasruddin dalam cerita bahwa ia dengan kecerdikannya melakukan tindakan-tindakan yang berbeda dengan kewajaran seperti cerita Nasruddin sebagai berikut : Maka, untuk memperlancar urusannya, diapun membawa sekaleng besar madu murni untuk sang hakim. Melihat hadiah yang cukup mahal, sang hakim beranjak ke ruang tamu untuk menyambut Nasruddin. Lalu tanpa banyak bertanya, Sang hakim membubuhkan tanda tangannya pada surat jual-beli Nasruddin. Nasruddin lalu minta diri sambil memandang Sang hakim dengan pandangan penuh makna. 119 Dua hari kemudian sang hakim menerima hadiah roti dari seseorang. Ketika menerima hadiah itu, sang hakim segera teringat hadiah madu pemberian Nasruddin. Segera dia membuka kaleng madu itu. Ternyata kaleng tidak terisi madu, tetapi tanah. Betapa marah sang hakim melihat hal itu. Dia berkata kepada bawahannya,”Cepat pergi kerumah Nasruddin! Suruh dia datang segera!” Bawahan itu segera berangkat menemui Nasruddin. Ketika bertemu dengan Nasruddin,bawahan itu berkata penuh hormat, “Tuan Nasruddin! Surat jual-beli tuan ada yang kurang pasal-pasalnya. Karenanya tuan dimohon datang menghadap hakim!” Nasruddin menjawab dengan tersenyum,” surat jual beliku tidak ada yang kurang. Kekurangan justru ada pada pada pikiran Sang hakim. Semoga Allah meluruskannya!”(Winardi,2012:112). Dari cerita diatas bahwa Nasrudin berani melawan hakim yang suka menerima suap untuk mempercepat urusan dengan memberi toples madu yang diisi dengan tanah. Hal tersebut menjelaskan bahwa berani bertindak kritis untuk melawan sang hakim. 120 c. Amar ma’ruf nahi munkar Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Dijelaskan dalam al-Qurán agar kita melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sebagai berikut: Artinya : Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” ( Q.S Luqman:17) Dalam cerita Nasruddin yang menggambarkan karakter Nasruddi beramar ma’ruf nahi munkar adalah sebagai berikut: Hari Jum`at itu, Nasrudin menjadi imam Shalat Jum`at. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah, “Api ! Api ! Api !” Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya, “Dimana apinya, Mullah ?” Nasrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya, “Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah.” Dari kutipan diatas menunjukkan seruan ibadah adalah “Api dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai ibadah”. Irwan Winardi,2012:251-252). Dari cerita diatas menunjukkan bahwa Nasruddin melakukan amar ma’ruf nahi mungkar adalah saat dia berkhutbah, jamaah mengantuk dan Nasruddin meninggikan suaranya dengan berkata Api. Maka seisi masjid konsentrasi kembali untuk mendengarkan khutbah Nasruddin. d. Menjauhi penyakit hati 121 Hati itu merupakan sebuah cermin bagi setiap orang yang memilikinya. Penyakit hati adalah sifat sifat yang muncul dari dalam hati yang dapat menimbulkan dosa. Penyakit hati dapat berupa perasaan sombong, suudzhon, gila hormat dan lain sebagainya. Cara mengobati penyakit hati menurut islam adalah dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Allah dan juga senantiasa untuk menjaga lisan, emosi dan juga hawa nafsu yang kita miliki. Dalam cerita Nasruddin pernah melakukan kekonyolan dan keluguan. Dari cerita tersebut penulis menarik kesimpulan bahwa sososk Nasruddin adalah seorang yang menghindari dendam dan penyakit hati dikarenakan seorang yang mau merendahkan pribadinya untuk berdakwah, hal tersebut menunjukkan bahwa dia jauh dari penyakit hati seperti sombong, takabur, dan dll. Dalam cerita, Nasruddin dijelaskan bahwa ia mempunyi sifat lugu dan ta’dzim yang menjadikan ia jauh dari penyakit hati. Seperti kisah berikut: Setelah keranjang penuh dengan buah ara, Nasruddin mempersembahkannya kepada Timur Lenk. Celakanya, ternyata si tiran tidak menyukai hadiah yang dibawa Nasruddin. Dia lalu membuka keranjang Nasruddin, Memunggut buah ara lalu dan melemparkannya ke wajah Nasruddin. Dilempar dengan buah ara, Nasruddin mengucap,”Syukur alhamdulillah.” Mendengar ucapan tak terduga itu, Timur Lenk tersentak kaget. Kemudian dia mengambil semua buah ara dan melemparkannya satu persatu ke wajah Nasruddin. Setiap kali si tiran melempar buah ara ke mukanya, Nasruddin mengucapkan,” Syukur alhamdulillah.” “Wahai Nasruddin! Dalam keadaan seperti ini, mengapa engkau malah bersyukur? Tanya Timur Lenk. “Benar, Baginda,” jawab Nasruddin. “Seandainya tadi hamba menuruti saran istri saya untuk membawakan buah apel dan pir yang keras, tentu sekarang seluruh wajahku akan memar, mataku akan buta, dan hidungku akan pecah. Hamba bersyukur pada Allah atas atas pertolonganNya, karena hamba menuruti jalan pikiran hamba sendiri dengan hanya mempersembahkan buah ara yang lunak ”(Winardi,2012:109-110). C. RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM CERITA NASRUDDIN HOJA 122 Pendidikan dapat diartikan suatu proses pendewasaan melalui pengajaran dan pelatihan. Islam dapat berarti jalan menuju keselamatan. Sedang pendidikan islam adalah serangkaian proses transformasi dan internalisasi pada anak didik untuk mengembangkan potensi fitrah dalam segala aspek (spiritual, intelektual maupun fisik) guna keselarasan hidup yang sesuai ajaran islam. Sedang pencapaian dalam pendidikan islam yaitu menumbuhkan ketakwaan sebagai Abdullah maupun khalifatullah fil ard dan bagamaina kita berakhlakul karimah kepada Allah Swt, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang mengarah pada muslim yang ideal. Cermin seorang muslim ideal adalah kemampuan akan mencapai keselarasan hidup sesuai ajaran islam dalam segala aspek kehidupan. 123 1. Nilai pendidikan iman Iman menurut bahasa ialah percaya, membenarkan atau meyakini sesuatu dengan hati. Sedang menurut istilah Iman ialah mengikrarkan dengan lisan, meyakini dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan. Iman kepada Allah adalah landasan pokok seluruh ajaran islam. Dalam lafadz “Laailaha illallah” yang berarti tidak ada tuhan selain Allah. Dalam lafadz tersebut adalah kunci islam sebagai jalan hidup. Pengakuan terhadap adanya tuhan hanyalah Allah Swt menunjukkan bahwa tuhan yang menciptakan alam semesta akan memberikan jalan kepada hambanya yang mengakui. Setiap mukmin pastilah meyakini bahwa Allah akan menolong, Allah mengawasi setiap apa yang kita perbuat dan kita senantiasa mendapat kasih sayang Allah yang kita sendiri tidak dapat menghitungnya seperti keselamatan kita, perlindunganNya, dan segala rahmat yang diberikanNya dengan bimbingan berupa taufik dan hidayahNya. Sedang dapat kita ketahui iman dapat berarti mempercayai semua ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, yang bersumber dari Allah SWT, yang tidak cukup dengan pengakuan saja tetapi mesti direalisasikan dalam bentuk pengamalan terhadap ajaran yang dibawakan oleh Nabi kemudian akan timbullah ketaqwaan di dalam diri manusia setelah proses keimanan tersebut. Penanaman keimanan merupakan aspek yang sangat fundamental di dalam berbagai segi kehidupan. Nilai keimanan dalam cerita Nasruddin Hoja adalah iman kepada Allah, iman kepada Hari Akhir, iman kepada Taqdir, kita bertawakal kepada Allah dan kita bertaubat hanya pada Allah. Menunjukkan bahwa dalam cerita Nasruddin menyampaikan pesan keimanan agar sebagai pembaca dapat mengambil pelajaran dalam cerita tersebut. 124 Pada zaman sekarang yang era modern mengangap bahwa semua yang ada didunia ini dapat dinilai dengan uang. Uang dianggap segala-galanya, yakni dengan bergantinya uang sebagai ‘berhala’ baru sebagai cobaan umat manusia. Hal ini menunjukkan bahwa kadar iman berkurang karena adanya uang, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya berita beredar pejabat negara terkena kasus korupsi. Berani bertindak asusila dengan karena diberi uang (artis tersangkut prostitusi) dan masih banyak sekali. Hal tersebut menunjukkan bahwa uang membutakan karena anggapan bahwa uang yang dapat menolong jalannya kehidupan. Maka pendidikan keimanan sangatlah penting karena kepercayaan bahwa Allah maha kaya (Al-Ghaniyu) dan kita adalah hamba Allah yang maha kaya. 2. Nilai pendidikan ibadah Untuk menjalani kehidupan, umat Islam mempunyai panduan dalam al-Quran. Di kitab suci tersebut terdapat sejumlah tuntunan untuk selalu menjalankan perintah Allah SWT. Selain itu terdapat ancaman bagi manusia yang tidak menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Dari segi bahasa, ibadah berarti taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan doa. Sedangkan secara terminologi, ibadah berarti melaksanakan perintah-perintah Allah secara baik. Dapat dimengerti bahwa ibadah merupakan pengabdian dan ketundukan tertinggi kepada Allah swt. Selain Allah tidak ada yang berhak disembah. Dapat disimpukan bahwa pendidikan ibadah adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh keridhaan Allah serta menundukan jiwa kepada-Nya. Dalam cerita Nasruddin yang menunjukkan nilai pendidikan ibadah adalah sholat, berdo’a, seruan ibadah, sodaqoh, mengikuti sunah rasul, membela rakyat, tolong menolong, pernikahan dan dzikir. 125 Dalam ibadahpun mempunyai bentuk berupa ibadah yang sifatnya mahdhah dan ghairu mahdah. Segala perbuatan dapat menjadi nilai ibadah sesuai dengan niat oleh pribadi manusia. Intinya, Islam diibaratkan sebagai rumah dan pintunya adalah syahadat. Di dalam rumah tersebut ada tiang yang dilambangkan sebagai shalat lima waktu. Shalat merupakan ibadah pokok yang menjadi media komunikasi antara manusia dengan sang pencipta Allah SWT. Allah Azza Wajalla menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya surah Adz Dzaariyaat ayat 56: Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" Dapat kita ketahui bahwa pendidikan ibadah yaitu memberikan penanaman agar kita dapat menghamba kepada Allah dengan cara yang disyariatkan. Dalam kehidupan sekarang, banyak terjadi kesalahan perilaku karena sering terjadi seorang karyawan lebih tunduk kepada atasannya daripada kepada Allah, seperti syarat diterimanya kerja ke suatu perusahaan bagi seorang wanita yaitu dengan tidak memakai jilbab. Dan hal tersebut menjadi dilema dan kebiasaan berjilbab menjadi hilang karena peraturan manusia. Kita yang sering lebih giat bekerja untuk mencari materi daripada ibadah. Dan hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya pendidikan ibadah dalam kehidupan, yaitu tentang siapa yang sebenarnya Al-Malik yang perlu kita Agungkan dan kita sembah. 3. Nilai pendidikan akhlak Betapa mirisnya wajah Indonesia yang hampir tiap hari disajikan televisi melalui siaran berita, seperti kasus pemerkosaan, tindakan asusila, minuman keras, tawuran dan tindakan-tindakan kriminal yang seringkali meneyebabkan jatuhnya korban, baik itu korban luka-luka hingga berujung kematian. Yang membuat lebih 126 miris dari semua itu adalah usia para pelaku yang masih berstatus pelajar. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa indonesia dalam keadaan kemerosotan moral. Dan dapat kita ketahui bahwa kehebatan bangsa tercermin pada perilaku pemudanya. Hal ini erat kaitannya dengan perilaku akhlak. Dapat kita ketahui bahwa kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ”AlKhulk ” yang berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Dapat juga berarti budi pekerti atau kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Akhlak dalam penjabarannya terbagi menjadi dua yaitu akhlak al-karimah atau akhlak terpuji maupun akhlak mahmudah yang menunjuk pada perbuatan yang baik maupun terpuji. Sedang akhlakul madzmumah atau akhlak tercela mununjukkan pada perbuatan buruk. Dapat kita ketahui dalam cerita Nasruddin menunjukkan akan nilai pendidikan akhlak berupa dua merujuk pada akhlak mahmudah atau terpuji yaitu syukur, sabar, ikhlas, husnudhon, optimisme, kreatif, ikhtiar, silaturahim, ta’dhim, rifq, bohong demi kebaikan, dermawan, menghibur, menyapa, berbakti dan percaya diri. Adapun akhlak madzmumah dalam cerita Nasruddin Hoja yaitu meremehkan orang lain, memubadzirkan barang, sombong, ingkar janji, pelit, riya, menyuap, tamak, dzalim, kata kasar, dendam, bohong dan marah. Pendidikan akhlak sebagai pendidikan yang penting untuk menanamkan nilainilai moral spiritual dalam kehidupan sehari-hari dapat menumbuhkan budi pekerti, tingkah laku, dan kesusilaan yang baik untuk masa depan seseorang. Banyaknya perilaku menyimpang di kalangan remaja dan anak-anak pada zaman globalisasi ini, merupakan bukti nyata kemerosotan akhlak. Mereka sudah 127 tidak lagi terikat dengan agamanya. Banyaknya kemaksiatan adalah beberapa contoh dan bukti betapa generasi muslim semakin jauh dari nilai-nilai Islami. Semua itu akibat dari minimnya pendidikan akhlak dari dini, kemungkinan sejak kecil seorang anak dibiarkan berkeliaran di luar kontrol orang tuanya karena sibuk mencari nafkah. Setiap anak yang tumbuh dan berkembang, sebelum ia mengalami proses pendidikan disekolah, sejatinya berasal dari rumah tempat ia menjalani hari-harinya bersama keluarga. Karena itu orang tualah yang memgang peran yang sangat penting dalam hal pendidikan anak. Bahkan dalam Al-qur’an serta sunah banyak sekali ditegaskan tenteng pentingnya mendidik anak bagi para orang tua. Sebab hanya dengan akhlak mulia seseorang akan meraih kemuliaan dan derajat yang luhur. Karena rasulullah diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam dan teladan bagi seluruh umat manusia, maka beliau pun memiliki akhlak yang begitu mulia. Bukankah Allah telah menegaskan, bahwa dalam diri Rasulullah Saw. terdapat teladan yang amat baik? Perihal pernyataan dan peringatan Allah SWT. tentang akhlak mulia telah banyak diungkapkan dalam al-Qur'an surat al-Qalam (68): 4) sebagai berikut: Artinya: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam (68): 4). Proses pendidikan tidak hanya sekedar membaca saja akantetapi setelah mendapat Ilmunya maka menerapkan apa yang telah didapatkanya. Maka tidak akan ada artinya apabila pendidikan islam hanya bersifat teoritis namun juga praktek. Dengan hal tersebut sejalan dengan pendidikan untuk semua kalangan mulai dari anak maupun dewasa ataupun dalam ranah lembaga pendidikan maupun 128 masyarakat pada umumnya, karena dapat kita ketahui bahwa pada dasarnya ‘ruh’ pendidikan islam setiap mencakup pendidikan keimanan, pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak. Yang mana nilai-nilai yang mencakup iman, ibadah maupun akhlak dapat dipetik pelajaran dengan tujuan tidak lain dengan tujuan pendidikan islam yaitu dengan keselarasan hidup sesuai ajaran islam dalam segala aspek kehidupan. 129 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis terhadap cerita Nasruddin Hoja, yang dikaitkan dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Maka dapat disimpulkan; 1. Materi pendidikan islam dalam dalam cerita Nasruddin Hoja Nilai pendidikan islam adalah isi yang terkandung dalam sebuah pendidikan Islam. Adapun materi pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja mencakup tiga hal yaitu: (a) Materi keimanan yaitu mencakup Fitrah bertauhid dengan kepercayaan sepenuh hati. (b) Materi ibadah yaitu mencakup segala sesuatu perbuatan yang dikerjakan untuk menghamba kepada Allah Swt. (c) Materi akhlak yaitu semua wujud tingkah laku jiwa dan perbuatan. 2. Nilai-nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja a) Nilai pendidikan keimanan mencakup iman kepada Allah, iman kepada hari kiamat dan iman kepada taqdir Allah Swt, tawakal dan taubat. b) Nilai pendidikan ibadah mencakup shalat, berdoa, membela rakyat, tolong menolong, sedekah, pernikahan. c) Nilai pendidikan akhlak sebagai berikut : (1) Akhlak mahmudah yaitu (a) Akhlak terhadap Allah yaitu Tawakal, Taubat, Syukur, Ikhlas, Husnudhon. (b)Akhlak terhadap diri sendiri yaitu Sabar, Optimisme, Kreatif , Ikhtiar, Ta’dzim, Percaya diri(c)Akhlak kepada sesama yaitu Membela rakyat, Tolong menolong, Silaturahim, Rifq, Bohong demi kebaikan, Dermawan, Menghibur, Berbakti, Memberi salam. (2) Akhlak madzmumah adapun nilai pendidikannya yaitu larangan meremehkan orang 130 lain, memubadzirkan makanan, larangan sombong, ingkar janji, pelit, riya’, menyuap, tamak, dzalim, kata kasar, dendam, bohong dan marah. 3. Relevansi Nilai pendidikan islam dalam cerita Nasruddin Hoja Tedapat relevansi antara nilai pendidikan islam terhadap cerita Nasruddin Hoja yaitu sama-sama mengajak untuk hidup selaras sesuai ajaran islam yang ditetapkan oleh al-Qur’an dan SunnahNya. B. SARAN-SARAN 1. Pendidikan tidak hanya terbatas pada kelembagaan, pendidikan merujuk pada segala ruang lingkup kehidupan. 2. Nilai-nilai pendidikan Islam sangatlah penting dan mendasar untuk seluruh manusia, khususnya para generasi penerus guna memberikan bekal tentang agama dalam menjalani kehidupan. 3. Kepada fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan agar tetap mendukung dan memberi kesempatan kepada para mahasisiwa yang ingin melakukan penelitian dalam bingkai karya sastra guna memperkaya dan memberikan warna lain pada koleksi skripsi di fakultas tersebut. DAFTAR PUSTAKA 131 Abduh, Syekh Muhammad.1992. Risalah At Tauhid, terj. H. Firdaus A.N. Jakarta:Bulan Bintang. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakar. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media. Abdul Mujib dan Muhaimin.1998. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung:Trigenda Karya. Abdullah bin Abd. Muhsin, (2001), Suap dalam Pandangan Islam, Jakarta: Gema Insan. Abdullah,Yatimin.2007. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta: Amzah. Abu Ghuddah, Abdul Fattah. 2009. 40 Metode pendidikan dan pengajaran Rasulullah SAW. Bandung:Irsyad Baitus Salam. Ahmad Syaryashy, (1981) Yasalunaka fi Ad-Din wa al-Hayat. Beirut: Dar Al-Jail. Ahmad Taufiq dan Muh Rohmadi. 2010. Pendidikan agama islam: pendidikan karakter berbasis agama. Surakarta: Yuma Pustaka. Al-banna, Hasan. 1983. Aqidah Islam. Bandung: Al-Ma’arif. Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan. 2014. Kitab Tauhid 1, terj Agus Hasan B. Jakarta: Darul Haq. Al-Syaibani, Omar Muhammad al-Toumi. 1979. Falsafah al-Tarbiyah al Islamiyah terj. Hasan Arif, Arifuddin. 2008. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kultura. Darajat, Zakiyah.2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Farid, Ahmad.2008. Pohon Iman;menyelami iman agar tumbuh dan berkembang. Solo: Pustaka Arofah. Hernowo. 2008. Menjadi Guru yang mau dan mampu mengajar secara Menyenangkan. Bandung: Mizan Learning Center (MLC). Huberman, M.B. Miles. 1992. Analisis data kuantitatif: buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta: UI Press. 132 Ilyas, Yunahar.2009. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI ITADZ,Mbak. 2008. Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita untuk Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wicara. Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Jakarta: Bulan Bintang. Marimba, Ahmad D. 1998. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al-ma’arif. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin,2004. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam) Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta:PSAPM Muhammad, Fery. 2007. The Best Character of moslem. Yogyakarta: Ananda Publishing. Munawwir, Ahmad Warson.1989.Kamus Al Munawwir, Yogyakarta: PP. Al-Munawwir. Musthafa.F,S.2009. Kurikulum Pendidikan Anak Muslim. Surabaya:Pustaka Elba. Nasrun, Haroen. 2000. Fiqh Muamalah. Jakarta : Radar Pratama. Nawani bin Umar, Muhammad. 1996. Qomi’uth Thugyan, terj Ma’ruf Asrori dkk. Surabaya: Al-Miftah. Poerwodarminto,WJS.1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Rasjid, H. Sulaiman.2009. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Algensindo. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode Penelitian Pendidikan Sastra (Dari Strukturialistik hingga Postrukturalisme, Perspektif Wacana Naratif). Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: LkiS. Sultoni, Ahmad. 2007. Sang Maha Segalanya mencintai sang Mahasiswa. STAIN Salatiga Press Syafei, Rachmat.2001. Fiqih Muamalah. Bandung. CV: Pustaka Setia. 133 Syukur, Amin. 2010. Pengantar Studi Islam. Semarang: Pustaka Nuun Tafsir, Ahmad.1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tafsir,Ahmad.2010. Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winardi, Irwan. 2012. 360 Cerita Jenaka Nasruddin Hodja. Bandung: Pustaka Hidayah. Yunahar Ilyas.2001.Kuliah Akhlak.Yogyakarta:Pustaka Ofset. Zainuddin, 1992. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta : Rienka Cipta 134 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Muh Irhamna Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 24 Desember 1992 Agama : Islam Alamat : Trayon, RT03/02, Kebonan, Karanggede, Boyolali Nama Orang tua Ayah : Alm Ichtisan Ibu : Tohirotun Riwayat Pendidikan: 1. TK lulus 1997 2. MI Negeri Kebonan lulus 2003 3. MTs Negeri Susukan lulus 2006 4. MA Negeri Suruh lulus 2009 Salatiga, 28 April 2016 Muh Irhamna 11109019 135 136