1. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN MASALAH FISIK Manusia pada dasarnya selalu menginginkan dirinya sehat, baik itu sehat jasmani maupun sehat rohani.Tetapi ketika penyakit itu menyerang mereka tidak satupun yang dapat menghindarinya. Pasien adalah manusia dengan segenap aspeknya (fisik, psikis, sosial). Penyakit menyerang keseimbangan hidup dari seorang individu menimbulkan implikasi bahwa penanganan seorang pasien yang menderita sakit haruslah meliputi semua aspek tersebut, ini yang disebut sebagai penanganan yang holistik. Dia mempunyai kebutuhan yang amat mendalam yakni ingin sembuh dengan biaya yang terjangkau. Pasien yang mengalami gangguan stroke misalnya tentunya akan mendapatkan obat-obatan untuk penanganan stroke yang dialaminya, tetapi seringkali terlupakan bahwa dia juga mengalami masalah kejiwaan seperti gangguan penyesuaian dengan mood depresi dan cemas karena adanya suatu perubahan dan penderitaan yang dialaminya. Masalah kejiwaan ini sering sekali tidak terdeteksi atau bahkan diabaikan oleh pasien, keluarga bahkan oleh petugas medis. Penyakit fisik yang disertai masalah kejiwaan perlu mendapatkan penanganan yang komprehensif dari semua pihak yang terkait terutama dari para petugas medis, dokter dan perawat. Penelitian menunjukkan bahwa apabila hal ini ditangani dengan baik maka kesembuhan pasien lebih cepat tercapai dan kualitas hidup pasien juga bisa lebih cepat meningkat. Istilah rehabilitasi terdiri dari kata Re, artinya kembali, Habilitasi artinya kemampuan semula yang seharusnya ada. Untuk anak yang baru lahir disebut Habilitasi. Dalam Sistem Kesehatan Nasional istilah rehabilitasi yang tercantum dalam pelayanan kesehatan mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya penyembuhan (kuratif), dan upaya pemulihan (rehabilitasi), yang bersifat menyeluruh. Rehabilitasi Fisik adalah lapangan spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang mengalami gangguan fungsi, kehilangan fungsi, yang berasal dari gangguan otot tulang, susunan otot saraf, susunan otot jantung dan paru, serta gangguan mental, sosial, dan kekaryaan yang menyertainya. 1 Filsafat Dasar Rehabilitasi Fisik Filsafat dasar upaya rehabilitasi fisik pada intinya adalah sebagai berikut: 1) Bahwa pertanggungjawaban para ahli (kesehatan) terhadap individu tidak terbatas sampai panas turun atau jahitan diangkat (Hospital Oriented), tetapi harus berakhir sampai individu kembali ke tengahtengah masyarakat (Community Oriented). Maksudnya adalah: a) Orientasi pertanggungjawaban / penanganan individu jangan terbatas sampai di Rumah Sakit, tetapi harus dipikirkan individu itu bila kembali ke rumah, baik dalam hal perawatan selanjutnya, cara jalan,atau cara memelihara diri sendiri. b) Dipikirkan kemandirian penanganan menyeluruh kelanjutan perawatan pemulihan fungsi sebagai dalam bagian perawatan secara tuntas yang berkesinambungan sampai dapat mandiri di tengah masyarakat. 2) Bahwa seorang tenaga kesehatan harus memperhatikan individu secara keseluruhan baik asfek fisik, mental psikologis sosial (total care concept / wholeman approach / manusia seutuhnya / comprehensip 2 management). Ruang Lingkup Rehabilitasi Fisik Ruang lingkup kegiatan rehabilitasi fisik adalah menangani masalah fungsi tubuh secara keseluruhan, bukan menegakkan diagnosa penyakit. Kegiatannya adalah: a Pemeriksaan Adalah mencari kelainan fungsi sebagai problem akibat gangguan penyakit tertentu, dan tidak menegakkan diagnosa penyakit. Maksudnya adalah: 1 Dalam menangani individu jangan merasa puas dengan keberhasilan struktural misalnya luka kering, tulang menyambung, seharusnya dipikirkan akibatnya setelah struktur pulih, apakah baik fisik, mental, 2 psikologis maupun sosial fungsinya kembali? Bila setelah tulang patah pada kaki dan tangan muncul kontraktur dan atropi otot sehingga individu tidak dapat berjalan dengan baik atau tangan tidak berfungsi, maka secara fungsional individu dapat dikatakan sembuh atau sehat. Menurut WHO Tingkatan gangguan fungsi dapat dikategorikan sebagai berikut: a Impairment, bila ada gangguan fisik atau organ tubuh seperti luka otak, orgam mata atau organ telinga rusak, atau anggota tubuh tertentu lumpuh, b yang menyebabkan bagian tersebut terganggu. Disability, akibat adanya impairment mengakibatkan gangguan fungsi c sehingga berkurangnya kemampuan fisik Handicap, akibat impairment dan disability maka, hubungan sosial ataupun kegiatan sosial masyarakat mengalami hambatan. Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut maka, penanganan bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi dapat diartikan sebagai upaya terkoordinasi yang bersifat medik, sosial, edukasi dan kekaryaan untuk melatih sesseorang kearah tercapainya kemampuan fungsional semaksimal mungkin, dan menjadikan individu sebagai anggota masyarakat yang berswasembada dan berguna. Upaya rehabilitasi fidik merupakan upaya medik untuk mencegah terjadinya impairment, disability, dan handicap dengan memanfaatkan kemampuan yang ada. b Diagnosa. Merupakan kumpulan hasil pemeriksaan jenis problem fungsi yang berasal dari sistem neuromuskular, muskuloskeletal, kardiopulmuner, sistem sensori dan lainnya. Diagnosa rehabilitasi fisik merupakan problem fungsi (Fungsional Problems Oriented Medical Record / FPOMR). FPOMR terdiri dari dua kelompok besar: 1 Kelompok Problem Fisik Diantaranya; atropi otot, paralise otot, kontraktur, gangguan kardiovaskular, gangguan pulmoner, dekubitus, gangguan sensibilitas, pendengaran dan penglihatan. Bila unsur-unsur tadi terganggu, akan menghambat kegiatan fungsional tubuh untuk kegiatan tangan dan mobilisasi. Kelompok Problem Rehabilitasi Terdiri dari mobilisasi berguling, merangkak, duduk, berdiri dan jalan; 2 kemudian komunikasi, bahasa isyarat, lisan dan tulisan; memelihara diri, makan, minum, berpakaian (ADL/Activity of daily living); Psikologis yaitu c motipasi, sosial sikap interaksi, pendidikan, kekaryaan. Terapi Terapi spesialistik rehabilitasi fisik merupakan upaya penyelesaian problem fungsi. Orientasi terapi menyelesaikan catatan kumpulan problem fungsi (FPSOMR) Prinsip terapi rehabilitasi fisik adalah menggunakan obatobatan; memanfaatkan khasiat tenaga fisik seperti air, listrik, cahaya, panas, dan mekanik. Tindakan upaya rehabilitasi fisik dilakukan secara tim, mengingat penderita kebanyakan tidak bersifat tunggal, tetapi bersifat kompleks sehingga penanganannya perlu beberapa ahli yang bersama-sama bekerja secara tim. Oleh karena itu tindakan rehabilitasi fisik sering bersifat menyeluruh meliputi aspek fisik, mental psikologis dan sosial, baik yang menyangkut problem fisik maupun rehabilitasi. d Pencegahan Pada prinsipnya pencegahan ditujukan untuk menghindari atau mengurangi timbulnya kecacatan baik impairment, disability, maupun handicap. Pencegahan secara umum agar terhindar dari kecacatan adalah mobilisasi dini, latihan aktif / aktif dibantu, membatasi bagian yang 3 diimobilisasi, sedangkan yang lainnya harus diaktifkan /dilatih. Aspek Rehabilitasi Fisik Pada Anak Tunadaksa a Aspek Rehabilitasi Pada Cerebral Palsy (CP) 1) Koreksi posisi waktu berbaring, merangkak, diaduk, berdiri, digendong agar; kepala lurus, tubuh lurus, kedua lengan lurus dan menjauhi badan, kedua tangan mengerjakan sesuatu di depan mata, berat badan di sangga sama berat untuk kedua sisi melalui panggul, lutut, kaki atau melalui kedua tungkai dan kedua tangan waktu merangkak. 2) Mencegah kontraktur a Latihan gerak sendi b Latihan merelaksasikan otot yang kaku 3) Mengembangkan keterampilan dini dan aktifitas sehari-hari. a Aktifitas untuk merangsang anak mengangkat kepala b Aktifitas untuk merangsang berguling c Aktifitas untuk merangsang membuka tangan, memegang, meraih, dan koordinasi mata dengan tangan d Aktifitas untuk merangsang duduk e Aktifitas untuk merangsang merangkak f Aktifitas untuk merangsang berdiri dan jalan g Aktifitas untuk merangsang berkomunikasi dan bicara h Aktifitas makan i Aktifitas minum j Aktifitas berpakaian 4) Peralatan khusus Anak Cp dapat membutuhkan alat bantu duduk, berdiri,jalan, bepergian, komunikasi, makan/minum, belajar berpakaian, berpindah tempat. 5) Konsultasi. b Aspek Rehabilitasi Pada Polio Untuk kepentingan rehabilitasi medisnya dibagi menjadi 3 tahap: 1 Tahap akuta; masih panas Biasanya terdapat nyeri otot tungkai, punggung dan leher, karena 2 ariak berbaring dalam posisi tungkai seperti katak. Penanganan ; istirabat di tempat tidur dengan posisi yang benar. Tahap penyembuhan ; dari sejak panas turun sampai18 bulan kemudian; Pada tahap ini herpotensi untuk perbaikan fungsi secara spontan. Program rehabiltasi meliputi posisi yang benar, latihan gerak sendi, latihan perenggangan, stimulasi listrik, latihan penguatan otot brace, dan tongkat, aktifitas sehari-hari jangan sampai kelelahan karena dapat memperburuk keadaan, observasi teratur. Tahap kronis dengan gejala sisa: 18 bulan lebih setelah kejadian pada 3 kasus yang terlantar seringkali terjadi komplikasi kontraktur, deformitas karena renggangan yang berlebihan pada sendi keluar dari tempatnya. Penanganan ditujukan untuk mer.gatasi komplikasi tersebutt disamping c upaya-upaya pada tahap ke 2 dilanjutkan. Aspek Rehabilitasi Pada Dystrhopy Musculorum Progresiva (DMP) Upaya yang dapat dikerjakan meliputi: a Isilah hidup anak sebaik-baiknya, sehingga berguna untuk dirinya, b masyarakat, dan agamanya Latihan perenggangan untuk otot-otot betis, paha belakang, panggul c depan. Latihan menguatkan otot perut dan dada. Latihan otot dengan beban d e f tidak boleh berlebihan Usahakan anak agar selama mungkin dapat berjalan Pencegahan terhadap kontraktur dan skoliosis Konsultasi genetika agar orang tua mengetahui sebab kecacatan dan dapat mengadakan upaya pencegahan. d Aspek Rehabilitasi Pada Absensi Anggota Gerak 1 Balutan, untuk mencegah bengkak, sering dibutuhkan setelah operasi 2 Mencegah kontraktur dengan latihan gerak sendi don posisi yang 3 4 baik, dan latihan perenggangan. Latihan menguatkan otot Alat palsu ( protesa ) pemberiannya tergantung dari saat terjadinya absensi anggota gerak, berat ringann nya dan kemauan atau penerimaan anak don orang tua. 2. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN MASALAH REPRODUKSI DAN MATERNITAS Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan Reproduksi. Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi secara luas meliputi: 1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir 2. Keluarga Berencana 3. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk PMS-HIV/AIDS 4. Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Aborsi 5. Kesehatan Reproduksi Remaja 6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas 7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis 8. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dll. Dalam penerapannya, pelayanan kesehatan reproduksi dilaksanakan secara integrative. Prioritas diberikan kepada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di indonesia, disebut Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu: 1. 2. 3. 4. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Keluarga Berencana Kesehatan Reproduksi Remaja Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi, termasuk PMSHIV/AIDS Selain itu disepakati pula Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK), yang terdiri atas PKRE ditambah dengan Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut. Kebijaksanaan, Strategi dan Kegiatan Pokok Kebijaksanaan umum yang diterapkan dalam kesehatan reproduksi mengikuti paradigma baru, yaitu sebagai berikut. 1. Menutamakan kepentingan klien dengan memperhatikan hak reproduksi, kesetaraan dan keadilan jender. 2. Menggunakan pendekatan siklus kehidupan dalam menangani malah kesehatan reproduksi. 3. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan reproduksi secara proaktif. 4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas. Strategi yang diterapkan dalam melaksanakan kebijakan umum tersebut sebagai berikut. 1. Meningkatkan administrasi upaya untuk advokasi dan menciptakan komitmen suasana politis yang di tiap tingkat mendukung dalam pelaksanaan program kesehatan reproduksi. 2. Menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang merata dan sesuai dengan kewenangan di tiap tingkat pelayanan. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan kepuasan klien. 4. Mengenbangkan upaya kesehatan reproduksi dengan prioritas sesuai dengan masalah spesifik daerah, minimal meliputi paket PKRE, sebagai bagian dari proses desentralisasi. 5. Menerapkan program keshatan reproduksi melalui keterlibatan program, sector dan pihak terkait, termasuk organisasi profesi, agen donor, LSM dan masyarakat. 6. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan jender, termasuk meningkatkan hak perempuan dalam kesehatan reproduksi. 7. Meningkatkan penelitian dan pengumpulan data berwawasan jender yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dalam rangka mendukung kebijaksanaan program dan peningkatan kualitas pelayanan. Penerapan Kegiatan Pendukung Kegiatan pendukung meliputi berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan program dan pelayanan kesehatan reproduksi. 1. Penanganan masalah social yang berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi antara lain: a. Kesetaraan dan keadilan jender. b. Kekerasan terhadap perempuan. Kegiatan untuk mengatasi masalah ini dilaksanakan secara lintas program dan lintas sektor, khususnya Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh sektor kesehatan antara lain: a. Meningkatkan pemahaman petugas kesehatan di tiap tingkatan tentang kesetaraan dan keadilan jender serta berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan akibatnya terhadap kesehatan. b. Meningkatkan ketrampilan pengelola program dalam melakukan analisis jenjed serta mengarus-utamakan jender dalam kebijakan dan program kesehatan. c. Meningkatkan peran serta laki-laki dalam kesehatan reproduksi d. Menangani kasus kekerasan terhadap prerempuan, baik dalam aspek medis, maupun KIE/konseling dalam mengatasi masalah klien untuk mendapatkan pelayanan lainnya. 2. Advokasi dan mobilisasi social. Kegiatan advokasi dan mobilisasi sosial diperlukan untuk pemantapan dan perluasan komitmenserta dukungan politis dalam upaya mengatasi masalah kesehatan reproduksi. Instansi pemerintah yang banyak bergerak dalamaspek ini ditingkat nasional a.I. BKKBN dan Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Contoh kegiatan advokasi dan mobilisasisosial antara lain adalah Gerakan Sayang Ibu (GSI). 3. Koordinasi lintas sektor. Dalam penanganan masalah kesehatan reproduksi diperlukan koordinasi lintas sektor dan lintas program. Untuk itu di tingkat nasional dicunakan forum Komisi Kesehatan Reproduksi dan forum-forum lain yang bersifat fungsional. 4. Pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi, misalnya pengorganisasian transportasi untuk rujukan ibu hamil/bersalin, arisan peserta KB, tabulin, dsb. 5. Pemenuhan kebutuhan logistik. Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. 6. Peningkatan ketrampilan. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi antara lain diperlukan kegiatan untuk meningkatkan ketrampilan. Kegiatan ini diupayakan agar terlaksana secara terpadu, efektif dan efisien. PELAKSANAAN PKRE PADA TIAP PELAYANAN Dalam penerapannya, PKRE dilaksanakan di tiaptingkat pelayanan, sesuai dengan kewenangan tiap tingkat.Pada table di bawah ini dapat dilihat PKRE minimal di tiap tingkat pelayanan kesehatan. Tabel 1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial di Tiap Tingkat Pelayanan Kesehatan Komponen PKRE Pelayanan di Tingkat Desa Pelayanan Tingkat Puskesmas di KesehatanIbudanBayiBaru Lahir Pelayanan kebidanan Pelayanan dasar (antenatal, kebidanan persalinan, nifas dan dasar kunjungan neonatral) (antenatal, Pertolongan pertama persalinan, pada kasus obstetrinifas dan neonatral dan kunjungan rujukannya. neonatral) Konseling kesehatan ibu Pertolongan dan bayi baru lahir, pertama pada termasuk KB kasus postpartum. obstetriKonseling gizi. neonatral dan Pemberdayaan keluarga rujukannya. dalam kesehatan ibu Konseling dan bayi baru lahir, kesehatan ibu termasuk pengenalan dan bayi baru tanda bahaya dan lahir, persiapan keluarga. termasuk KB postpartum. Konseling gizi. Pemberdayaan Pelayanan di Rujukan Primer Tingkat Pelayanan kebidanan dasar (antenatal, persalinan, nifasdan kunjungan neonatal) Pertolongan pertama dan penanganan kasus obstetrineonatal, termasuk pelayanan pasca abortus dan rujukannya. Konseling kesehatan ibu dan bayi baru lahir, termasuk KB postpartum. Konseling gizi. Pemberdayaan keluarga dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir, termasuk pengenalan tanda bahaya dan KeluargaBerencana Konseling KB Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan, kecuali implant dan metode operatif Pertolongan pertama efek samping KB. Rujukan pelayanan KB PencegahandanPenanggula ngan PMS, termasuk HIV/ AIDS Konseling tentang ppPMS,termasukHI V/AIDS Promosi untukpenggunaan kondomuntuk perlindungan. Deteksi PMS melaluipelayanan keluarga dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir, termasuk pengenalan tanda bahaya dan persiapan keluarga. Pembinaan Pelayanan di tingkat desa. persiapan keluarga Pembinaan Pelayanan di tingkat puskesmas Konseling KB Pelayanan KB, sesuai dengan kemampua n. Pertolonga n pertama pada komplikasi dan kegagalan KB serta penangana n efek samping KB Rujukan pelayanan KB Pembinaan di tingkat desa Konseling tentang ppPMS,ter masuk HIV/AIDS Promosi untukpeng gunaan kondomunt Konseling KB Pelayanan semua jenis metoda KB. Penanganan komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek samping KB. Penganan kasus rujukan pelayanan KB. Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas. Konseling tentang ppPMS,termasukHIV /AIDS Promosi untukpenggunaan kondomuntuk perlindungan Diagnosis danpengobatan kasus KIA/KBdengan pendekatansindrom . Merujuk kasus PMS KesehatanReproduksiRema ja Konseling daninformasi tentangkesehatan remaja danreproduksi remaja(Family6 life and lifeskill Education). Pemeriksaan fisik untukmenemuka nanemia.KEKdan gangguan lainnya. Merujuk kasusreproduksi remaja. uk perlindung an Deteksi PMS melaluipela yanan KIA/KB denganpen dekatan sindrom. Merujuk kasus PMS ke RS Kabupaten Konseling dan informasite ntang kesehatanr emaja dan reproduksir emaja (Family6 life andlife skill Education) . Pemeriksaa n fisik untukmene muka anemia.KE Kdan gangguan lainnya. Pelayanan kesehatanr emaja melalui jalursekola h. Penangana n kasusrepro duksi remaja, sesuaideng PMS. Pemeriksaanlaborato rium untujkPMS, bila mungkin jugauntuk HIV/AIDS. Konseling daninformasi tentangkesehatan remaja danreproduksi remaja(Family6 life and lifeskill Education). Pemeriksaan kesehatanbagi remaja. Pengembangankerjas ama dengansekolah setingkatSMP/SMU di ibu kotakabupaten Pelayanankomprehen sif untukkesehatan reproduksiremaja. an kemampua n, danrujukan nya. PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pelaksanaan program dan pelayanan kesehatan reproduksi perlu dipantau dan dievaluasi secara berkala. Banyak indicator yang dapat digunakan dalam memantau kemajuan program kesehatan reproduksi, namun pelu dipilih beberapa indicator yang dipandang strategis dalam menggambarkan keadaan. Di bawah ini adalah contoh beberapa indicator strategis yang dapat digunakan, secara komposit, untuk memantau kemajuan program kesehatan reproduksi (esensial) sebagai berikut. 1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir: Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Proporsi penanganan kasus komplikasi obstetric terhadap persalinan total. 2. Keluarga Berencana: Cakupan pelayanan KB (CPR). Presentase kehamilan dengan keadaan “4 terlalu”. 3. Pencegahan dan penanggulangan PMS, termasuk HIV/AIDS: Trend prevalensi kasus PMS. 4. Kesehatan Reproduksi Remaja: Trend prevalensi kasus kesehatan reproduksi pada remaja. Pemantauan pelayanan kesehatan reproduksi bersifat lebih teknis dan sangat terkait dengan kualitas pelayanan. Pemantauannya dilaksanakan melalui super visiteknis, dengan membandingkan pelaksanaan pelayanan terhadap standard pelayanan yang berlaku. Kesenjangan antara keduanya dijadikan masukan untuk penyusunan rencana spesifik dalam upaya peningkatan pelayanan. 3. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOLOGIS Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: Psyche = jiwa dan logos= kata) dalam bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa/mental itu secara mempelajari arti tentang jiwa/mental. Psikologi tidak langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau didefinisikan kegiatannya, sehingga Psikologi dapat sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa psikologi sebagai studi ilmiah mengenai proses prilaku dan proses - proses mental. Psikologi merupakan salah satu bagian dari ilmu prilaku atau ilmu sosial. Pengelolaan pada pasien dari segi psikologisnya membutuhkan manajemen kasus yang baik untuk menjamin kontinuitas perawatan. Pengelolaan ini bertujuan dalam meredakan gejla klini dan mengurangi penderitaan. Peran perawat home care disini sangat berperan dlaam, misalnya : a) memegang kendali strategis dalam upaya rehabilitative, yang lebih bertujuan pada pemulihn fungsi. b) Upaya restorative fungsi pikososial dan meningktkan kulitas hidup pasien. c) Sebagai motivator dalam membangkitkn dan memelihara serta mengarahkan tingkah laku yang mendorong menuju suatu tujuan yang bisa dilakukan dengan melakukan pendekatan aktualisasi diri. 1. Istiqomah. Bimbingan mental padapasiencacatfisik rspkumuhammadiyah Yogyakarta. 2009. korban kecelakaan di http://digilib.uin-suka.ac.id/3320/1/BAB %20I,IV.pdf. Accessed 4 November 2015. 2. Lahargo K. Masalahkejiwaanpadapenyakitfisik. Agustus 2013. http://www.lahargokembaren.com/2013/08/masalah-kejiwaan-pada-penyakitfisik.html. Accessed 4 November 2015. 3. M. Sugiarmin. Rehabilitasipsikofisikal. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031MOHAMAD_SUGIARMIN/REHABILITASI_PSIKOFISIKA1.pdf. 4. (Prasetyo, Y.B., et al. 2012. Buku Panduan Program Pendidikan Ners Peminatan Home Care. Date Accessed on Nopember 3 rd, 2015. Retreived from http://mhc- fikes.umm.ac.id). 5. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Psikologi.pdf.