Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat saat ini mempercepat
modernisasi di segala bidang, sehingga menimbulkan persaingan yang sangat ketat
antarbangsa. Berbagai perkembangan itu semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi
dan globalisasi. Untuk menghadapi keadaan tersebut diperlukan sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi. Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi
diperlukan untuk menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai sarana mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing untuk menghadapi
tantangan di era globalisasi. Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi adalah melalui pendidikan.
Pemerintah Indonesia dalam mengupayakan terwujudnya ketercapaian sumber
daya manusia Indonesia yang
berkualitas tinggi yaitu melalui program pendidikan
nasional. Pendidikan nasional ini bertujuan mengembangkan potensi peserta didik supaya
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan diantaranya yaitu untuk melahirkan atau
menciptakan peserta didik yang berakhlak mulia, berilmu, cakap dan kreatif. Untuk
mewujudkan keempat aspek tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diimplementasikan
dalam usaha pendidikan yang diwujudkan dalam interaksi kegiatan belajar mengajar yang
inovatif dan menyenangkan sehingga akan terjadi kegiatan pembelajaran yang efektif.
Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menerapkan model
pembelajaran dan metode yang inovatif dalam kegiatan belajar-mengajar. Adapun salah
satu model pembelajaran yang dirasa tepat untuk mewujudkan keempat aspek tersebut
adalah model pembelajaran kooperatif. Dengan konsep pokok bahwa manusia memiliki
derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda
dan dengan perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling
mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi antarsiswa yang saling
1
2
asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community) dan
siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
Matematika merupakan salah satu dasar ilmu pengetahuan yang dewasa ini telah
dikembangkan dengan pesat, baik materi maupun kegunaannya. Di dalam proses belajar
matematika kita harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang terdapat pada indikator
dalam kurikulum yang telah ditentukan. Agar tujuan pembelajaran tercapai, maka
pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kekhasan materi pembelajaran
dan perkembangan berfikir siswa, dengan demikian diharapkan akan terdapat keserasian
antara pengajaran yang menekankan ketrampilan menyesuaikan soal-soal dan
pemecahan masalah.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
bilangan, simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas
dan menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Dengan matematika diharapkan dapat
membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir sistematis yang
simpatis, logis, kritis dengan penuh kecermatan, namun sayangnya pengembangan model
pembelajaran matematika tidak sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama
pada anak-anak sekolah dasar. Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para guru dan apa
yang dapat diterima oleh orang yang berhasil mempelajarinya, merupakan hal yang tidak
masuk akal dan membingungkan bagi anak-anak.
Kenyataan yang ada di SD Negeri Aditirto menunjukkan bahwa para siswa tersebut
merasa kesulitan belajar matematika dan hasil belajar matematika di sekolah tersebut
masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata kelas 5 dengan jumlah siswa 22 yang
terdiri dari siswa perempuan sebanyak 10 orang dan siswa laki-laki sebanyak 12 orang
untuk mata pelajaran matematika yaitu 55. Nilai tersebut jauh di bawah standar yang
ditetapkan oleh sekolah yakni rata-rata untuk nilai matematika 65. Hal ini terjadi karena
guru dalam mengajar di kelas masih bersifat konvensional tanpa mempertimbangkan
tingkat daya tangkap anak dalam memahami materi. Selain itu, guru juga jarang sekali
menggunakan model pembelajaran yang relevan.
Kenyataannya, guru dalam mengajar mata pelajaran matematika belum
sepenuhnya melaksanakan model pembelajaran dan metode pembelajaran yang menuntut
3
interaksi antar siswa yang saling asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat
belajar (Learning community). Guru lebih cenderung menerapkan pembelajaran yang
tradisional dan metode yang konvensional, di mana guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok dan kebanyakan
siswa menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber ilmu. Dalam metode ini guru
lebih kepada ceramah, tanya jawab, dan kemudian memberikan soal ujian sehingga anak
kurang termotivasi untuk mempelajari materi pelajaran matematika.
Selain sistem pembelajaran yang masih konvensional, guru juga kurang
memperhatikan karekteristik siswa. Siswa kelas 5 yang berusia antara 11 – 12 tahun
berada pada fase operasional konkret. Pada fase ini anak belum mampu berpikir secara
abstrak, sehingga anak mengalami kesulitan ketika harus memahami ilmu yang bersifat
abstrak. Untuk mengatasi hal tersebut hendaknya guru menggunakan model pembelajaran
kooperatif supaya siswa lebih mudah dalam memahami materi. Materi pecahan dalam
mata pelajaran matematika merupakan materi yang tergolong sulit dipahami siswa.
Apabila dalam pembelajaran guru hanya menyampaikan rumus dan gambar di papan tulis
sedangkan siswa cenderung menulis dan menggambar tanpa memanfaatkan lingkungan
belajar dan keterampilan sosial dalam berkoordinasi dengan teman sebaya maka hal
tersebut akan membuat siswa semakin sulit untuk dapat memahami konsep dalam
menyelesaikan masalah. Padahal belajar yang efektif harus melalui perbuatan dan
pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang tentunya
akan mudah dilupakan dan sulit untuk dapat dimiliki.
Memperhatikan permasalahan yang terdapat di SD Negeri Aditirto dan mengingat
pentingnya penggunaan model pembelajaran dalam pengajaran matematika, maka perlu
diadakan penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi
permasalahan yang terkait dengan pemilihan dan penggunaan model pembelajaran dalam
pembelajaran di sekolah yaitu sebagai berikut:
1. Siswa kekurangan pengalaman langsung atau contoh nyata dalam belajar sehingga
menganggap bahwa matematika sulit untuk dipahami.
4
2. Model pembelajaran yang kurang bervariasi, lebih banyak ceramah.
3. Guru belum pernah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Nilai hasil belajar siswa rendah, rata-rata 55 < KKM yaitu 65 .
1.3 Cara Pemecahan Masalah
Permasalahan yang diperoleh dari pembelajaran matematika tersebut merupakan
sesuatu yang perlu dipikirkan dan dicari jalan keluarnya agar pembelajaran matematika
dapat berlangsung baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pembelajaran
matematika dengan inovasi model pembelajaran
yang relevan dengan materi yang
dipelajari merupakan salah satu alternatif yang diduga mampu untuk mengatasi masalah
tersebut. Model pembelajaran yang diterapkan hendaknya mampu membuat siswa terlibat
di dalamnya secara utuh. Model pembelajaran merupakan salah satu alat untuk
menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan merupakan salah satu komponen yang
harus dikuasai oleh guru karena dengan menguasai model dan metode pembelajaran guru
dapat mengkomunikasikan bahan pelajaran dengan baik dan menciptakan proses
pembelajaran yang efektif. Adapun model pembelajaran yang peneliti pilih untuk
mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi
yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Jika selama ini guru
berfungsi sebagai pusat pemberi ilmu, namun dalam pembelajaran kooperatif proses
pendidikan siswa tidak hanya mendapat ilmu dari guru tetapi juga dari sesama siswa, dan
salah satu model pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran kooperatif yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk
menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk
membantu teman. Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas
empat-lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar
belakang etniknya. Model Pembelajaran STAD menciptakan interaksi antarsiswa yang
saling asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community)
5
dan siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Chaeriyah dalam penelitian
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII D SMP
Negeri 2 Depok pada Materi Bangun Segiempat” yang menunjukkan bahwa model
pembelajaran
STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah tentang
bangun segiempat yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar pada siklus I yaitu
61,68 dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 74,19.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar matematika tentang pecahan dapat ditingkatkan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada
siswa kelas 5 semester 2 Sekolah Dasar Negeri Aditirto Kecamatan Pejagoan
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang
pecahan pada siswa kelas 5 semester 2 Sekolah Dasar Negeri Aditirto Kecamatan
Pejagoan Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013?
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas 5 semester 2
Sekolah Dasar Negeri Aditirto Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen Tahun
Pelajaran 2012/2013.
2. Mendiskripsikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas 5 semester 2 Sekolah Dasar Negeri
Aditirto Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013.
6
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Siswa Kelas 5 Semester 2 Sekolah Dasar Negeri Aditirto Kecamatan Pejagoan
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat mengembangkan
pengetahuan baru guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, menambah
wawasan guru melalui model pembelajaran yang inovasi dalam pembelajaran
matematika yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Manfaat Praktis
a. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pengelola
sekolah khususnya SD Negeri Aditirto untuk memperhatikan model pembelajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, dari
pihak sekolah dapat mengevaluasi berbagai model pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran sehingga dapat dipilih model pengajaran yang paling
tepat.
b. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan untuk melakukan suatu
pengkajian lebih lanjut terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Guru juga dapat meningkatkan kreativitas untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik dengan model pembelajaran yang inovatif namun
tetap mengacu pada materi yang ada.
c. Siswa
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
khususnya dalam mempelajari materi pecahan, siswa akan lebih senang belajar
matematika karena hal tersebut merupakan hal yang baru bagi siswa SD Negeri
Aditirto. Selain itu juga dapat meningkatkan kreativitas dan minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran matematika sehingga hasil belajar siswa juga akan
meningkat.
Download