BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular adalah salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Sekitar 31% total kematian di seluruh disebabkan oleh 2015). Indonesia Di penyakit penyakit jantung dunia kardiovaskular pada iskemik pada tahun 2007 menyebabkan tahun 2012 (Anonymous, diperkirakan 5.1% kematian penduduk (Soendoro, 2008). Lebih dari 75% dari kematian akibat penyakit kardiovaskular terjadi pada negara dengan penghasilan menengah ke bawah (Anonymous, 2015). Angka tersebut menunjukkan tingginya angka kematian akibat penyakit ini. Infark miokard adalah kondisi dimana otot-otot jantung mati karena iskemia berkepanjangan yang bisa disebabkan oleh berkurangnya bertambahnya aliran darah. kebutuhan Salah satu perfusi atau kelompok dari penyakit jantung iskemik adalah sindroma koroner akut, yang terdiri dari Unstable Angina, non-ST-elevation myocardial infarct (NSTEMI), dan ST-elevation myocardial infarct (STEMI) (Hamm et al., 2009) 1 Adanya ruptur pada plak di arteri koroner adalah penyebab utama terjadinya infark miokard akut. Salah satu faktor risiko dari atherosklerosis dan pembentukan plak ini adalah diasosiasikan dengan diabetes. bertambahnya Diabetes mellitus risiko seseorang menderita infark miokard akut (Tan et al., 2004). Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak mampu untuk menggunakan insulin yang dihasilkan. Kondisi utama yang terjadi pada pasien diabetes mellitus adalah hiperglikemia dimana terdapat peningkatan yang tidak terkontrol pada kadar gula darah (Anonymous, 2015). Hiperglikemia akut dapat terjadi pada kondisi stres yang disebut hiperglikemia stres. Hiperglikemia stres adalah kenaikan glukosa darah yang merupakan hasil aktivasi dari proses neurohormonal ketika organisme terpapar terhadap stres (Koracevic et al., 2006). dengan Hiperglikemia stroke, infark stres miokard, terjadi pada pasien sepsis, luka bakar, trauma, operasi, dan keadaan lainnya (Groeneveld et al., 2002). Kolesterol terdiri dari kolesterol low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan trigliserida. ApoA1 adalah apolipoprotein utama pada HDL 2 yang membawa kolesterol dari jaringan menuju hepar untuk dieliminasi. Proses ini disebut juga proses “reverse cholesterol transfer”. Telah jelas dibuktikan bahwa ada hubungan terbalik antara kadar HDL dan ApoA1 dengan risiko menderita penyakit jantung koroner. ApoB adalah apolipoprotein utama pada LDL yang membawa kolesterol ke dalam jaringan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sniderman et al. (2011), dibuktikan bahwa ApoB adalah petanda kardiovaskular. paling Pada kuat pada penelitian risiko yang lain, penyakit diabetes mellitus tipe 2 juga menaikkan rasio apoB/apoA1 sehingga menambah risiko sindroma koroner akur (Wang et al., 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Jameel et al., (2014) menunjukkan bahwa peningkatan gula darah yaitu glukosa, fruktosa, dan sukrosa berpengaruh pada kadar LDL dan HDL di plasma. Orang yang mengkonsumsi fruktosa akan mengalami peningkatan kadar kolesterol yang lebih besar dibandingkan dengan glukosa dan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah memberikan efek pada metabolisme lipid. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana 3 hubungan antara rasio ApoB/ApoA1 dengan kadar gula darah pada penderita infark miokard akut? C. Keaslian Penelitian Pada tahun 2012, Hwang et al. melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara peningkatan rasio ApoB/ApoA1 dengan diabetes mellitus tipe 2 di populasi orang Korea. Subjek pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan medical check-up antara Januari 2009 sampai Desember 2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan rasio ApoB/ApoA1 dengan diabetes mellitus tipe 2. Pada tahun 2014, Hwang et al. melakukan penelitian yang lain untuk menentukan hubungan antara rasio HDL-C dengan ApoA1 dan insidensi diabetes mellitus tipe 2. Penelitian dilakukan pada 27.988 subjek yang mengalami gangguan kadar glukosa puasa dengan usia 21-91 tahun. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kasus insidensi antara diabetes tipe 2 Subjek berkurang pada jika penelitian rasio HDL-C/ApoA1 tersebut adalah meningkat. orang dengan impaired fasting glucose berusia 21-91 tahun dan diikuti perkembangannya selama kurang lebih 33 bulan. Berbeda dengan penelitian-penelitian penelitian kali ini adalah sebelumnya, pasien penderita subjek infark 4 miokard akut dan hubungan yang dicari adalah rasio ApoB/ApoA1 dengan kadar gula darah sewaktu. Penelitian lain dilakukan oleh Jian et al. pada tahun 2013 pada populasi Taiwan. Penelitian ini mencari hubungan antara beberapa indeks lipid dengan diabetes tipe 2. Beberapa indeks lipid yang dipakai adalah rasio LDL-C/HDL-C, ApoB/ApoA1, ApoB/LDL-C, ApoA1/HDL-C. Dari beberapa indeks tadi, hubungan yang paling signifikan dengan diabetes adalah ApoA1/HDL-C. Pada tahun 1989, Wing et al. melakukan penelitian mengenai faktor risiko insulin, indeks massa tubuh, dan kardiovaskular pada wanita premenopause. Data penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar Apo B, Apo A1 dengan kadar gula darah puasa. Pada penelitian ini, kadar gula yang digunakan adalah kadar gula darah sewaktu. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan bukti secara ilmiah mengenai hubungan antara rasio ApoB/ApoA1 dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien infark miokard akut. 5 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara rasio ApoB/ApoA1 dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien infark miokard akut. 6