BAB II PENGATURAN AKUISISI BERDASARKAN HUKUM POSITIF

advertisement
BAB II
PENGATURAN AKUISISI BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI
INDONESIA
A. Pengertian dan Jenis Akuisisi
1. Pengertian akuisisi
Terminologi “akuisisi” biasanya digunakan untuk mencakup transaksi
yang terjadi antara dua pihak atau lebih, pihak yang satu, pembeli paa akhirnya
mendapatkan dan menjadi pemilik dari sebagian atau seluruh aset pihak lain,
penjual. Akuisisi dapat terjadi dalam bentuk “akuisisi aset”, “akuisisi saham”,
“konsiidasi” dan “merger”. Akuisisi yang diakukan tanpa dukungan dari pengurus
“acquired company” sering disebut dengan “take over”. Beberapa penulis tidak
dapat membedakan terminology akuisisi dan take over, tetapi menyebut menyebut
pengambilalihan aset suatu perusahaan yang dilakukan dengan dukungan
pengurus prusahaan sebagai “friendly takeover” dan tanpa dukungan pengurus
sebagai “hostile takeover”.25
Akuisisi perusahaan tidak sama dengan merger dan konsolidasi
perusahaan. Secara sederhana akuisisi dapat diartikan dua perseroan atau lebih
tetap ada hanya saja terjadi perubahan kepemilikan aset atau saham, sehingga
25
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Persroan Terbatas (Bandung: PT
Alumni, 2004), hlm. 205.
21
22
mengakibatkan pula beralihya pengendalian terhadap persroan terbatas yang
bersangkutan yang telah di ambil alih.26
Pasal 1 Ayat (3) PP Nomor 27 Tahun 1998 memberikan pengertian bahwa
pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau
orang perseorangan untuk mengambilalih baik seluruh atau sebagian besar saham
perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut. Dalam akuisisi terdapat perusahaan yang membeli (akuisisitor) dan ada
perusahaan yang menjadi target untuk dibeli sahamnya (target company). Dengan
adanya pembelian tersebut, maka perusahaan atau badan usaha pembeli akan
menguasai atau mengambilalih perusahaan yang dibelinya, sehingga perusahaan
pembeli akan dapat melakukan kontrol atau pengendalian terhadap perusahaan
yang dibelinya tersebut, dengan kata lain perusahaan yang mengakuisisi
menempatkan perusahaan yang diakuisisinya sebagai subsidiarnya.
Pasal 1 Ayat (11) UUPT memberikan pengertian pengambilalihan adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan
untk
mengambilalih
saham
perseroan
yang
mengakibatkan
beralihnya
pengendalian atas perseroan tersebut. Dunia hukum bisnis mengartikan akuisisi
adalah sederhana saja, yaitu setiap perbuatan hukum untuk mengambil alih
seluruh atau sebagian besar saham dan/aset dari perusahaan lain. Apabila yang
26
Ibid.,
23
diambil alih tersebut adalah saham, maka dengan akuisisi tersebut beralih pula
pengendalian terhadap perusahaan target tersebut.27
Istiah “akuisisi” merupakan satu komponen dari tiga serangkai perbuatan
hukum yaitu yang berupa “marger”,”konsolidasi”, dan “akuisisi”. Akan tetapi,
kadang-kadang dalam praktek hukum dan praktek bisnis, untuk seluruh tiga
serangkai tersebut disebut saja dengan istilah “marger dan akuisisi” yang sering
disingkat dengan M&A. Jika dengan merger, perusahaan yang satu masuk ke
perusahaan yang lain, sehingga yang tinggal hanya satu perusahaan saja,sementara
dengan konsolidasi, kedua perusahaan asal menjadi lenyap, dan yang tinggal
adalah perusahaan yang baru terbentuk. Maka dengan akuisisi, baik perusahaan
pengambil alih, ataupun perusahaan target tetap saja eksis. Jadi dengan akuisisi,
tidak ada perusahaan yang lenyap dan tidak ada pula perusahaan yang baru yang
terbentuk akibat dari setelah tindakan akuisisi tersebut.28
Dasar hukum akuisisi adalah jual beli, direksi perusahaan yang akan
mengakuisisi mengadakan jual beli dengan direksi perusahaan terakuisisi
mengenai hak milik atas saham perusahaan terakuisisi/di ambil alih. Perusahaan
pengakuisisi akan menerima hak milik atas saham perusahaan terakuisisi,
sedangkan perusahaan terakuisisi menerima penyerahan hak atas sejumah uang
harga saham tersebut. Apabila saham tersebut atas nama, maka penyerahannya
27
28
Munir Fuady I, Op.Cit., hlm. 4
Ibid., hlm. 5
24
dilakukan dengan cessie (hak tagih) (Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata).29
Perusahaan pengakuisisi biasanya perusahaan besar yang memiliki dana
yang kuat, manajemen yang baik, dan jaringan usaha yang luas, serta terkelompok
dalam konglomerasi. Sedangkan perusahaan terakuisisi biasanya perusahaan kecil
yang sulit berkembang atau perusahaan yang memang ingin bergabung dengan
perusahaan konglomerasi tersebut, sehingga akuisisi tersebut dapat secara
sukarela/ramah (friendly takeover) atau terpaksa (unfriendly takeover/hostile
takeover).30
2. Jenis Akuisisi
Dalam perkembangannya, akuisisi bermacam-macam dan dapat di pilahpilah berdasarkan kriteria yang dipakai adalah sebagai berikut:31
a. Klasifikasi akuisisi dilihat dari jenis usaha
Bila dilihat dari segi jenis usaha perusahaan-perusahaan yang
terlibat dalam transaksi akuisisi, maka akuisisi dapat digolong-golongkan
sebagai berikut:32
1) Akuisisi horizontal
Dalam hal ini perusahaan yang di akuisisi adalah para
pesaingnya, baik pesaing yang memproduksi produk yang sama, atau
29
Abdul Rasyid Saliman, dkk., Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan contoh Kasus,
(Jakarta:Kencana, 2005), hlm.116.
30
Ibid.,
31
Munir Fudy I , Op.Cit., hlm.69.
32
Ibid., hlm.89.
25
yang memiliki teritorial pemasaran yang sama. Jelas bahwa tujuan dari
akuisisi ini adalah untuk memperbesar pangsa pasar atau membunuh
pesaing
2) Akuisisi vertikal
Akuisisi vertikal dimaksudkan sebagai akuisisi oleh suatu
perusahaan terhadap perusahaan lain yang masih dalam 1 (satu) mata
rantai produksi, yakni suatu perusahaan dalam arus pergerakan
produksi dari hulu ke hilir.
3) Akuisisi konglomerat
Yang dimaksudkan adalah akuisisi terhadap perusahaanperusahaaan yang tidak terkait, baik secara horizontal maupun secara
vertikal.
b. Akuisisi dilihat dari lokalisasi
Apabila dilihat dari segi lokalisasi, perusahaan pengakuisisi dan
perusahaan target akuisisi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Akusisi eksternal
Akuisisi eksternal adalah akuisisi yang terjadi antara dua atau
lebih perusahaan dalam grup yang berbeda atau tidak dalam grup yang
sama.
2) Akuisisi Internal
Akuisisi internal merupakan kebalikan dari akuisisi eksternal.
Pada akuisisi internal, perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi
26
masih terdapat dalam satu grup atau kemlompok usaha. Di Indonesia,
akuisisi ini sangat sering dilakukan, terlebih jika akuisisi itu
merupakan perusahaan terbuka dengan pendanaan akuisisi yang
diambil dari right issue.33
c. Klasifikasi akuisisi dilihat dari objek akuisisi
Apabila dilihat dari objek, akuisisi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Akuisisi saham
Adalah akuisisi yang terjadi antara dua (dua) atau lebih
perusahaan dimana yang diakuisisi adalah sebagian besar atau seluruh
saham dari perusahaan target, baik saham baru dikeluarkan maupun
pembelian saham langsung dari pemegang saham.34
2) Akuisisi aset
Akuisisi aset adalah akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau
lebih perusahaan dimana yang diakuisisi adalah sebagian besar atau
seluruh aset dari perusahaan target.35
3) Akuisisi kegiatan usaha
Akuisisi kegiatan usaha ini merupakan akuisisi yang terjadi
antara dua atau lebih perusahaan dimana yang diakuisisi dari perusaan
33
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm. 486.
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2012) (selanjutnya disebut Munir fuady II), hlm.100.
35
Ibid.,
34
27
target adalah hanya kegiatan usahanya, termasuk jaringan bisnis, alat
produksi, hak milik intelektual, dan lain-lain.36
4) Akuisisi kombinasi
Akuisisi kombinasi adalah jenis akuisisis gabungan atau
kombinasi dari akuisisi saham dan akuisisi aset.37
5) Akuisisi bertahap
Pada jenis ini, akuisisi tidak dilaksanakan secara sekaligus.
Misalnya, perusahaan target menerbitkan terlebih dahulu convertible
bonds, sementara perusahaan pengakuisisi menjadi pembelinya. Dalam
tahap ini, perusahaan pengakuisisi mantransfer sejumlah dana tertentu
ke perusahaan target lewat pembelian surat utang. Tahap selanjutnya,
ditukarkan dengan equity jika kinerja perusahaan target semakin baik.
Dengan demikian, hak opsi ada pada pembeli surat utang, dalam hal ini
adalah perusahaan pengakuisisi.38
d. Klasifikasi akuisisi dilihat dari motivasi akuisisi
1) Akuisisi strategis
Akuisisi strategis merupakan akuisisi di antara 2 (dua) atau
lebih perusahaan dengan motif untuk meningkatkan produktivitas
perusahaan target. Dengan akuisisi ini diharapkan agar dapat
36
Ibid.,
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm. 487.
38
Ibid.,
37
28
meningkatkan sinergi usaha, mengurangi resiko, memperluas pangsa
pasar, dan sebagainya. 39
2) Akuisisi finansial
Akuisisi finansial merupakan akuisisi di antara 2 (dua) atau
lebih perusahaan dimana yang diakuisisi/dibeli adalah sebagian besar
atau seluruh aset dari perusahaan target.40
e. Klasifikasi akuisisi dilihat dari divestitur
1) Take over atau pencaplokan perusahaan
Akuisisi berbentuk take over atau pencaplokan perusahaan ini
seringkali di beda-bedakan ke dalam:41
a) Take over bersahabat
Hal ini take over dilakukan dengan baik-baik secara negosiasi.
b) Hostile take over
Hostile take over ini sebagai suatu usaha untuk mengontrol
manajemen dan perusahaan, yang dilakukan dengan menggunakan
trik-trik bisnis, bahkan secara paksa. Dalam bahasa sehari-hari
sering dijuluki dengan “pencaplokan perusahaan”.
39
Munir Fuady II, Op.Cit., hlm. 101.
Ibid.,
41
Munir Fuady II, Op.Cit., hlm. 97.
40
29
2) Freezeouts dan squeezeouts perusahaan
a) Freezeouts perusahaan
Freezeouts prusahaan adalah akuisisi yang terjadi antara 2
(dua) atau lebih perusahaan, dimana setelah pihak pengakuisisi
menguasai dan mengendalikan perusahaan target, pihak pemegang
saham minoritas di paksa keluar dari perusahaan target tersebut,
dengan menggunakan berbagai teknik yang digunakan oleh hukum.
Misalnya, dengan menjual seluruh aset perusahaan target kepada
perusahaan lain dalam 1 (satu) grup, kemudian perusahaan target
dilikuidasi sehingga pemegang saham minoritas keluar dari
perusahaan target tersebut.42
b) Squeezeouts perusahaan
Squeezeouts perusahaan mirip dengan Freezeouts. Akan
tetapi dengan squeezeouts, pihak pemegang saham minoritas tidak
dikeluarkan secara paksa, tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga
pemegang saham minoritas tersebut tidak betah lagi di perusahaan
target dan akhirnya keluar sendiri. Misalnya, dilakukan engan jalan
membuat pembukuan perusahaan target tidak pernah untung sama
sekali.43
42
43
Munir Fuady II, Op.Cit., hlm. 100.
Ibid., hlm. 101.
30
3) Manajemen buyouts (MBO)
Management Buyouts (MBO) merupakan terminology yang
ditujukan kepada sekelompok manajer dari suatu perusahaan tertentu
yang membeli saham (seluruhnya atau bagian substansial) dari suatu
perusahaan. Misalnya, sekelompok manajer dari suatu anak perusahaan
membeli saham suatu anak perusahaan dalam kelompok tersebut, yang
dijual oleh pemilik kelompok konglemerat yang bersangkutan. MBO
dapat mengambil pola LBO maka pendanaan diambil dari pihak ketiga
dan dibayar oleh perusahaan target.44
4) Leveraged buyouts (LBO)
Leveraged buyouts adalah suatu variasi dari akuisisi atau take
over, yang dilakukan dengan teknik-teknik dan tujuan ternetntu.
Tujuan dilakukannya LBO adalah dengan membeli suatu perusahaan
target, perusahaan target tersebut dipermak dan dibenahi, untuk
kemudian setelah perusahaan target menjadi bagus, perusahaan target
tersebut dijual kembali kepada pihak lain, di mana pihak penjual akan
mendapatkankeuntungan finansial karenanya. Kerena itu, sering kali
yang dibeli adalah perusahaan target yang sakit, tetapi dapat
disembuhkan, untuk kemudian setelah sembuh perusahaan tersebut
dijual kepada pihak ketiga.45
44
45
Munir Fuady I, Op.Cit., hlm. 99.
Munir Fuady II, Op.Cit., hlm. 101.
31
f. Klasifikasi akuisisi dilihat dari model pembayaran
1) Akuisisi dibayar tunai
Tentunya, model pembayaran harga saham dalam akuisisi yang
paling jelas dilakukan adalah dengan jalan membayarnya secara tunai
(cash).46
2) Akuisisi dibayar dengan saham
Pada jenis ini, pihak pengakuisisi menyerahkan sejumlah
sahamnya atau saham perusahaanyya kepada pihak perusahaan yang
diakuisisi atau kepada pemegang saham yang dibeli sebesar nilai harga
saham.47Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan sebagai berikut:
a) Inbreng saham
Inbreng saham sebenarnya hanya salah satu metode
penyetoran saham kepada perusahaan oleh pemegang saham, di
mana dalam hal ini saham tersebut disetor dengan pemberian
saham perusahaan lain. Dengan demikian, setelah inbreng
saham terjadi, maka perusahaan yang menerima penyetoran
saham tersebut menjadi pemegang saham pada perusahaan
lain.48
46
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm. 488.
Ibid.,
48
Munir Fuady I, Op.Cit., hlm. 102.
47
32
b) Share swap
Share
Swap
atau “saling tukar saham” adalah
pertukaran saham antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya, saham mana semula berasal dari portepel, atau saham
baru yang khusus dikeluarkan untuk tujuan share swap
tersebut. Setelah transaksi share swap tersebut, maka masingmasing perusahaan saling memegang saham satu sama lain.49
c) Penukaran saham pemegang saham
Penukaran sahan pemegang saham ini sebenarnya murni
tukar menukar saham. Berbeda dengan swap saham, dalam
penukaran saham pemegang saham ini, yang dipertukarkan
bukanlah saham dalam portepel atau saham baru yang khusus
ditujukan untuk swap saham, melainkan yang dipertukarkan
adalah saham yang sudah diisukan dan sudah dibayar (paid in)
oleh pemegang sahamnya. 50
3) Akuisisi dibayar dengan aset
Adakalanya
pembayaran
harga
akuisisi
dibayar
oleh
perusahaan pengakuisisi dengan aset yang dimiliki kepada perusahaan
target.51 Jadi, model pembelian dengan aset ini ditandai dengan
penyerahan (pembaliknamaan) sejumlah aset dari pihak pengakuisisi
49
Ibid., hlm. 103.
Ibid.,
51
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm.488.
50
33
atau pihak ketiga kepada perusahaan target atau kepada pemegang
saham perusahaan target yang sahamnya di akuisisi.52
4) Akuisisi dengan sistem pembayaran kombinasi
Sering juga dalam praktek, suatu akuisisi dibayar dengan sistem
pembayaran
kombinasi.
Untuk
itu
dapat
dikombinasikan
pembayarannya antara:
a) Pembayaran tunai;
b) Pembayaran dengan saham;
c) Pembayaran dengan aset;
d) Pembayaran dengan bonds.
Sistem pembayaran kombinasi ini lebih fleksibel bagi pihak
pengakuisisi,
tetapi
tidak
selamanya
memuaskan
bagi
pihak
perusahaan target.53
5) Akuisisi dengan tahapan
Pada akuisisi bertahap ini, akuisisi tidak dilaksanakan skaligus.
Akan
tetapi
perkembangan
pembayaran
dilakukan
bertahap
sesuai
dengan
perusahaan target setelah diakuisisi. Hal ini dapat
dilakukan misalnya sebagian di bayar tunai atau dengan saham
sedangkan sebagian lagi di bayar dengan bonds. Misalnya perusahaan
target
52
53
menerbitkan
convertible
Munir Fuady I, Op.Cit., hlm.104.
Ibid.,
bonds,
sementara
perusahaan
34
pengakuisisi menjadi pembelinya. Maka dalam
hal
ini,
setelah
pembayaran sejumlah tertentu, kemudian perusahaan pengakuisisi
mendrop dana ke perusahaan target lewat pembelian bonds. Tahap
selanjutnya dibayar harga saham dengan jalan menukar bonds tersebut
dengan equity, jika kinerja perusahaan target semakin baik. Dengan
demikian, hak opsi ada pada pemilik convertible bonds, yang dalam
hal ini merupakan perusahaan pengakuisisi.54
B. Kelebihan dan Kelemahan Melakukan Akuisisi
1. Kelebihan melakukan akuisisi
Akuisisi sebagai salah satu bentuk strategi penting dalam pengembangan
bisnis dinilai sangat efektif dan efisien jika dibandingkan dengan melakukan
merger atau konsolidasi.55
Ada beberapa alasan, dilakukannya akuisisi perusahaan dikarenakan memiliki
manfaat lebih atau keunggulan , baik dari segi internal maupun eksternal, yakni:56
a. Perkembangan ekonomi bisnis yang semakin pesat sejalan dengan
globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang untuk
menangkap kesempatan pasar yang semakin besar dan luas
54
Ibid.,
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm. 452
56
Sere Magdalena Marnala Siahaan, “Tinjauan Yuridis Atas Akuisisi Perusahaan Setelah
Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,” (Tesis, Ilmu
Hukum, Pasca Sarjana, USU, 201), hlm. 93.
55
35
b. Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan bisnis, terjadi
persaingan yang semakin tajam yang membutuhkan peningkatan efisiensi
agar mampu bersaing.
c. Mempertahankan posisi yang telah dimiliki atau dicapai di pasar.
d. Meningkatkan tambahan modal kerja dan perluasan pinjaman
e. Meningkatkan market share sejalan dengan rencana pengembangan usaha
yang selalu menjadi cita-cita dan idaman setiap pelaku usaha.
f. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar yang sudah
jelas
g. Meningkatkan efisiensi dan mengurangi kompetisi
h. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal,
dan hal ini mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari
konsumen atau pelanggan yang baru.
i. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
j. Memperoleh sistem operasional dan adminitrasi yang mapan.
k. Memperoleh infrastuktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.
Setiap perusahaan yang memiliki keuangan yang kuat akan dengan mudah
mengambil alih saham pada berbagai perusahaan, tidak perlu bersusah payah
untuk mendirikan perusahaan baru, cukup dengan mengambilalih saham
perusahaan sehingga dapat mengembangkan usahanya kemana-mana. Selain itu
dengan melakukan akuisisi akan berdampak pada peningkatan pendapatan,
pengurangan biaya, penurunan atau pengecualian pengenaan pajak, dan
36
pengurangan biaya modal kerja. Dengan kata lain, akuisisi yang efektif dapat
berguna sebagai platform pertumbuhan perusahaan, memberi pondasi yang
diperlukan untuk menciptakan dan mendapatkan keuntungan-keuntungan dari
penghematan skala atau economics of scale. Oleh karena itu, akuisisi menjadi
pilihan yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan pola yang lain. 57
2. Kelemahan melakukan akuisisi
akuisisi dapat memberikan kontribusi positif, bahkan dapat menjadi jalan
keluar berbagai permasalahan yang dihadapi perusahaan, karena akuisisi dapat
meningkatkan uilasi kapasitas perusahaan, menekan biaya transportasi, mengganti
manajer yang berkinerja buruk, dengan manajer yang lebih baik. Perusahaan
dapat meningkatkan inovasi dan teknologi. Bagi perusahaan menengah kebawah,
dapat memberikan banyak keuntungan kerena memungkinkan bersaing dengan
perusahaan besar.58
Namun demikian untuk mencapai manfaat dan keunggulan tersebut, tidak
menutup kemungkinan sering terjadinya kendala-kendala ataupun hambatanhambatan di dalam pelaksanaan akuisisi, seperti misalnya:59
a. Adanya perbedaan sistem keuangan dan pengawasan.
b. Pengakuisisi tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk mengelola
bisnis yang tidak ada hubungannya.
57
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm. 452.
Ibid., hlm. 453.
59
Ibid., hlm. 94.
58
37
c. Adanya beda kepentingan antara direksi perusahaan dengan pemegang
saham, sehingga sering terjadi penolakan dilakukannya akuisisi
d. Lamanya waktu pengambilan keputusan dalam hal akuisisi
e. Birokrasi yang berbelit-belit.
f. Terdapat perbedaan budaya organisasi.
g. Sulitnya mencapai proses integrasi.
h. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
i. Perusahaan target memiliki kesesuaian strategi yang rendah.
j. Perusahaan pengambilalih tidak mengkomunikasikan perencanaan dan
pengharapan mereka terhadap karyawan perusahaan target sehingga terjadi
kegelisahan diantara karyawan.
Akuisisi apabila tidak dikontrol dapat menimbulkan dampak negatif baik
terhadap persaingan maupun terhadap konsumen. Hal ini terjadi ketika transaksi
akuisisi dilakukan untuk melahirkan atau menambah kekuatan perusahaan di pasar
(market power). Dengan kekuatan tersebut, perusahaan dapat menaikkan harga di
atas harga kompetisi dan/atau menurunkan jumlah dan kualitas produknya. Hal ini
sangat merugikan konsumen. Selain itu, kekuatan atau penguasaannya dalam
pasar bersangkutan menjadikan perusahaan tidak lagi mempunyai insentif untuk
meningkatkan kualitas teknologi dan menambahi inovasinya. Dengan kekutan dan
penguasaannya, perusahaan hasil akuisisi dapat menciptakan atau meningkatkan
hambatan masuk bagi pendatang baru untuk masuk ke pasar. Oleh karena itu,
38
analisis aspek persaingan terhadap trnsaksi akuisisi harus dilakukan untuk
menghindari dampak negatif sebagaimana diuraikan.60
Akuisisi aset sendiri, selain dapat memberikan keuntungan, namun
terdapat pula kelemahan. Proses melakukan akuisisi aset umumnya lebih sulit
berhubung pengalihan aset tersebut umumnya harus dilakukan satu persatu dan
masing-masing objek yang dialihkan memerlukan prosedur yang berbeda-beda
sehingga dapat memakan waktu yang lebih lama. Selain itu, akuisisi aset juga
akan memakan biaya lebih bayak. Hal ini disebabkan karena penjualan beberapa
jenis aset memerlukan pajak penjualan yang tinggi. Berbeda dengan akuisisi
saham dimana kelanjutan bisnis, jaringan bisnis, hak milik intelektual, dan
berbagai good will perusahaan lainnya dapat dilanjutkan oleh pihak yang
mengakuisisi, tetapi dengan akuisisi aset, faktor-faktor tersebut tidak ikut
dialihkan kepada pihak yang melakukan akuisisi, sehingga bagi perusahaan yang
telah mampu mempunyai good will dan bisnis besar, akuisisi aset tentu kurang
menguntungkan.
Dilihat dari kelemahan akuisisi, memunculkan pandangan bahwa
keputusan untuk melakukan akuisisi merupakan suatu keputusan yang
kontroversial karena memiliki dampak yang sangat dramatis dan kompleks.
Banyak pihak yang dirugikan, sekaligus diuntungkan, dari peristiwa akuisisi.
Dampak yang merugikan lainnya dapat dilihat dari sisi karyawan karena kebijakan
ini sering disertai dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang jumlahnya
60
Susanti adi Nugroho, Loc. Cit.,
39
barangkali sangat fantastik. Hal demikian terjadi juga pada pemegang saham. Jika
diukur dari sudut pandang moneter pemegang saham perusahaan yang di akuisisi
sering kali diuntungkan karena harga saham mereka dihargai diatas harga pasar.
Sebaliknya, pemegang saham perusahaan yang mengakuisisi belum tentu
diuntungkan karena masih tergantung dari sukses tidaknya akuisisi ini. Sukses
akuisisi diantaranya diukur dari tercapainya peningkatan nilai perusahaan pasca
akuisisi. Jika nilai perusahaan pasca akusisi tidak meningkat berarti pemegang
saham telah kehilangan premium yang dibayarkan ditambah biaya-biaya lain
dalam rangka transaksi akuisisi.61
C. Syarat Melakukan Akuisisi
Pengambilalihan perseroan merupakan urusan “privat” dari masing-masing
perseroan yang melakukan akuisisi, walau demikian Undang-Undang Perseroan
terbatas memberikan batasan-batasan dalam rangka pelaksanaan kegiatan akuisisi
dalam perseroan terbatas. Syarat dalam melakukan akuisisi perusahaan telah
diatur dalam
Pasal 4 PP Nomor 27 Tahun 1998. Selain dalam peraturan
pemerintah, ketentuan mengenai persyaratan dalam melakukan pengambilalihan
juga di atur dalam Pasal 126 UUPT, pengambilalihan hanya dapat dilakukan
dengan memperhatikan;
1. Memperhatikan kepentingan perusahaan
61
Ibid., hlm.457.
40
Salah satu yang dilarang oleh hukum adalah jika dengan akuisisi tersebut
akan merugikan kepentingan perusahaan, baik kepentingan perusahaan yang
mengakuisisi ataupun kepentingan perusahaan target. Apabila akuisisi yang
dilakukan ternyata merugikan perseroan, dalam hal ini sesuai dengan hukum acara
yang berlaku pihak perusahaan dapat meminta ke pengadilan agar:62
a. Tindakan akuisisi tersebut dibatalkan.
b. Pemberian ganti rugi terhadap perusahaan oleh si pelaku akuisisi
c. Pembatalan tindakan akuisisi disertai dengan pemberian ganti rugi.
2. Memperhatikan pemegang saham minoritas
Salah satu yang dilarang oleh UUPT adalah bahwa tindakan akuisisi (juga
merger dan konsolidasi) tidak boleh merugikan hak-hak dari pemegang saham
minoritas. Alasan mengapa pemegang saham minoritas yang ditekankan, bukan
pemegang saham mayoritas karena dalam hal ini UUPT mengungkapkan bahwa
pelaksanaan akuisisi tersebut dilakukan untuk kepentingan pemegang saham
mayoritas, dengan pertimbangan bahwa apabila akuisisi dilakukan dengan
merugikan kepentingan pemegang saham mayoritas, maka tentunya pemegang
saham mayoritas tidak akan setuju dengan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) untuk akuisisi tersebut, sehingga dengan demikian akuisisi tidak dapat
dilaksanakannya, atau pihak pemegang saham mayoritas dapat menghentikan
akuisisi tersebut dengan mengganti direksi yang dianggap tidak koperatif dengan
pemegang saham mayoritas. Kewenangan-kewenangan yang demikian hanya
62
Munir Fuady I, Op.Cit., hlm. 122
41
dipunyai oleh pemegang saham mayoritas dan tidak dimiliki oleh pemegang
saham minoritas.63
3. Memperhatikan karyawan perusahaan
Rencana akan adanya akuisisi harus diumumkan kepada karyawan
perseroan yang akan di akuisisi dan perseroan yang akan mengakuisisi paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum RUPS. Hal ini dilakukan dalam rangka
perlindungan kepentingan Karyawan.
Selanjutnya, harus telah diketahui bagaimana cara penyelesaian status
karyawan. Cara penyelesaian status karyawan harus memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang mengatur pemutusan hubungan kerja, seperti yang di
atur dalam undang-undang Ketenagakerjaan, akuisisi juga harus memperhatikan
ketentuan pemutusan hubungan kerja bersama sebagaimana yang diatur dalam
kesepakatan kerja bersama antara PT A dan PT B dengan masing-masing
karyawan nya.64
4. Memperhatikan kreditur
Menurut ketentuan Pasal 33 PP Nomor 27 Tahun 1998 dikatakan bahwa
direksi wajib menyampaikan dengan surat tercatat rancangan pengambilalihan
kepada seluruh kreditur paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan
Rapat Umum Pemegang Saham. Selanjutnya kreditur dapat mengajukan keberatan
kepada perseroan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pemanggilan Rapat Umum
63
Ibid.,
Bismar Nasution,
Terrace&library,2009), hlm.187.
64
Hukum
Kegiatan
Ekonomi
(1)
(Bandung:
Books
42
Pemegang Saham yang akan memutus mengenai rencana pengambilalihan yang
telah dituangkan dalam rancangan tersebut. Jika dalam jangka waktu tersebut
kreditur tidak mengajukan keberatan, maka kreditur dianggap menyetujui
pengambilalihan. Dalam hal terdapat keberatan yang diajukan oleh kreditur, maka
keberatan kreditur tersebut disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
guna mendapat penyelesaian dan selama penyelesaian atas keberatan kreditur
yang
disampaikan
belum
tercapai
maka
pengambilaihan
tidak
dapat
dilaksanakan.65
5. Memperhatikan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha
Pasal 126 Ayat (1) UUPT mengharuskan pihak yang melakukan akuisisi
untuk memperhatikan juga kepentingan masyarakat dan persaingan sehat. Ada 2
(dua) hal yang dilarang dalam Pasal 126 Ayat (1) ini, yaitu:
a.
Akuisisi yang merugikan kepentingan masyarakat;
b. Akuisisi yang merugikan kepentingan pihak tersaing secara tidak sehat.
Tidak jelas benar apa yang dimaksud dengan akuisisi yang tidak
memperhatikan kepentingan masyarakat dan apa konsekuensi hukum jika terjadi
akuisisi yang demikian. Namun demikian, yang pasti adalah bahwa siapapun di
antara warga masyarakat yang merasa dirugikan langsung karena akuisisi tersebut
dapat menggunakan Pasal 1365 KUH Perdata.66
65
66
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Op .Cit., hlm. 135.
Munir Fuady I, Op. Cit., hlm. 140.
43
Pelaku usaha dilarang melakukan pegambilalihan yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Pelaku usaha
dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila tindakan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat.67
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan atau
Peleburan Badan Usaha dan Pengambilaihan Saham Perusahaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,
adalah dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 28 Ayat (3) dan Pasal 29 Ayat
(2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, menunjukkan adanya langkah awal
pemerintah
dalam
pengambilaliahan
menghadapi
saham
yang
kegiatan
bersifat
penggabungan,
anti-persaingan
peleburan,
atau
dan
setidaknya
mengurangi persaingan.68
Syarat yang dikemukakan di atas, bersifat “komulatif”, sehingga tentu saja
di
antara
syarat
tersebut
dilanggar,
mengakibatkan
perbuatan
hukum
pengambilalihan tidak dapat dilaksanakan. Selain persyaratan di atas, dalam Pasal
123 Ayat (4) UUPT, menambah satu lagi syarat bagi perseroan tertentu yang akan
67
68
Susanti Adi Nugroho, Op. Cit., hlm. 499.
Ibid., hlm. 551.
44
melakukan akuisisi yaitu perlu mendapat persetujuan dari instansi tertentu dari
instansi terkait.
Selanjutnya dalam Pasal 6 PP Nomor 27 Tahun 1998 dinyatakan:
a. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.
b. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan dilakukan berdasarkan
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dihadiri oleh ¾ bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh
paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara tersebut.
c. Bagi perseroan terbuka, dalam hal persyaratan bagaimana dimaksud dalam
Ayat (2) tidak tercapai maka syarat kehadiran dan pengambil keputusan
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.
D. Prosedur Melakukan Akuisisi
Prosedur dalam pengambilalihan perseroan sesuai dengan ketentuan Pasal
125 UUPT dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu pengambilalihan saham
melalui direksi dan pengambilalihan saham langsung dari pemegang saham.
Adapun prosedur dalam melakukan akuisisi adalah:
1. Pernyataan maksud untuk mengambil alih perseroan69
69
Pasal 125 Ayat (5) UU PT.
45
Pengambilalihan dilakukan melalui direksi, pihak yang akan mengambil
alih menyampaikan maksudnya untuk melakukan Pengambilalihan kepada direksi
perseroan yang akan di ambil alih.
2.
Direksi perseroan yang akan di ambil alih dan perseroan yang akan
mengambil alih dengan persetujuan dewan komisaris masing-masing menyusun
rancangan pengambilalihan yang memuat sekurang-kurangnya yaitu; pertama,
nama dan tempat kedudukan dan perseroan yang akan mengambil alih dan
perseroan yang akan di ambil alih serta alasan serta penjelasan direksi perseroan
yang akan mengambil alih dan direksi perseroan yang akan diambil alih; kedua,
laporan keuangan untuk tahun buku terakhir dan perseroan yang akan mengambil
alih; ketiga, tata cara penilaian dan konversi saham dan perseroan yang akan
diambil alih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan
dilakukan dengan saham; keempat, jumlah saham yang akan diambil alih dan
kesiapan pendanaan; kelima, neraca konsolidasi proforma perseroan yang akan
mengambil alih setelah pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; keenam, cara penyelesaian hak
pemegang saham yang tidak setuju terhadap pengambilalihan, penyelesaian status,
hak dan kewajiban anggota direksi, dewan komisaris, dan karyawan dan perseroan
yang akan diambil alih; ketujuh, perkiraan jangka waktu pelaksanaan
pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan saham dan
46
pemegang saham kepada direksi perseroan; kesembilan, rancangan perubahan
anggaran dasar perseroan hasil pengambilalihan apabila ada.70
Pegambilalihan saham yang dilakukan langsung dari pemegang saham
ketentuan ini tidak berlaku. Pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dari
pemegang saham wajib memperhatikan anggaran dasar perseroan yang diambil
alih tentang pemindahan hak atas saham dan perjanjian yang telah dibuat oleh
perseroan dengan pihak lain.
3. Keputusan rapat umum pemegang saham atas rencana pengambialihan
Pasal 127 Ayat (1) UUPT menyebutkan bahwa keputusan RUPS mengenai
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan sah apabila diambil
sesuai dengan Pasal 87 Ayat (1) dan Pasal 89. Pasal 87 Ayat (1) UUPT keputusan
RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam Pasal 89 Ayat (1)
UUPT adalah ¾ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau
diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika dietujui paling sedikit ¾
bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan
kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan
RUPS yang lebih besar.
4.
Pasal 127 Ayat (2) UUPT direksi perseroan yang akan melakukan
penggabungan, peleburan, pangambilalihan, atau pemisahan wajib mengumumkan
ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) surat kabar dan mengumumkan
secara tertulis kepada karyawan dari perseroan yang akan melakukan
70
Pasal 125 Ayat 6 UUPT
47
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan dalam jangka waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.
5.
Rancangan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
yang telah disetujui RUPS dituangkan kedalam akta penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, ataupemisahan yang dibuat dihadapan notaris dalam bahasa
Indonesia. Akta pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dan pemegang
saham wajib dinyatakan dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia.71
6.
Salinan akta
pengambilalihan perseroan wajib dilampirkan pada
penyampaian pemberitahuan kepada menteri tentang perubahan anggaran dasar.
Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan secara langsung dan pemegang
saham, salinan pemindahan hak atas saham wajib dilampirkan pada penyampaian
pemberitahuan kepada menteri tentang perubahan susunan pemegang saham.72
7.
Setiap perubahan yang diakibatkan oleh pengambilalihan (akuisisi) baik
yang berhubungan dengan data-data pemegang saham maupun data yang
berhubungan dengan data-data perseroan wajib dilaporkan pada kantor tempat
pendaftaran perusahaan oleh pemilik atau pengurus perusahaan. 73
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan Atau
Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat
Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
71
Pasal 128 UU PT.
Pasal 130 UU PT.
73
www.gultomlawconsultants.com/tata-cara-pengambilalihan-saham-akuisisi
perseroanterbatas-di-indonesia (diakses pada 1 maret 2015).
72
48
(selanjutnya disebut PP Nomor 57 Tahun 2010) menambahkan prosedur dalam
melakukan akuisisi ialah:
a.
kewajiban pelaku usaha untuk menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada KPPU sejak tanggal berlaku efektif secara yuridis penggabungan, peleburan
dan pengambilalihan. Tidak semua pelaku usaha yang melakukan akuisisi wajib
melaporkan rencana akuisisi. Pasal 5 Ayat 2 PP Nomor 57 Tahun 2010 memberikan
kriteria pelaku usaha yang wajib melaporkan adalah:
1)
Nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus
miliar rupiah); dan/atau
2)
Nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun
rupiah)
Pelaku Usaha yang tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis sebagaimana
dimaksud Pelaku Usaha dikenakan sanksi berupa denda administrative sebesar
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan,
dengan ketentuan denda administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar
Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).74
b. Penilaian (preview) terhadap ada atau tidaknya pelanggaran dari suatu
pengambilalihan.
Berdasarkan pemberitahuan secara tertulis kemudian komisi
melakukan penilaian untuk memberikan pendapat terhadap ada atau tidaknya
dugaan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat akibat dari
74
Pasal 6 PP Nomor 57 Tahun 2010
49
pengambilalihan saham perusahaan. Penilaian sebagaimana dimaksud
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal dokumen pemberitahuan tertulis diterima komisi secara
lengkap. 75
c. Konsultasi
Pelaku Usaha yang akan melakukan Pengambilalihan saham perusahaan
lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu
dapat melakukan konsultasi secara lisan atau tertulis kepada Komisi. Konsultasi
secara tertulis dilakukan dengan mengisi formulir dan menyampaikan dokumen
yang disyaratkan oleh komisi. Saran, bimbingan, dan/atau pendapat tertulis
diberikan dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal diterimanya formulir dan dokumen secara lengkap oleh
Komisi.
Penilaian yang diberikan oleh Komisi bukan merupakan persetujuan atau
penolakan terhadap rencana pengambilalihan saham perusahaan lain yang akan
dilakukan oleh pelaku usaha, dan tidak menghapuskan kewenangan komisi untuk
melakukan penilaian setelah pengambilalihan saham perusahaan lain yang
bersangkutan berlaku efektif secara yuridis
75
Pasal 9 PP Nomor 57 Tahun 2010
Download