PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU

advertisement
PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN RAMBUTAN 03
PAGI JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S,Pd.I)
Disusun Oleh :
M. BASRI
NIM: 809011000340
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN RAMBUTAN 03 PAGI
JAKARTA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Islam (S,Pd.I)
Oleh: M. BASRI
NIM: 809011000340
Di bawah Bimbingan :
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
`
Skirpsi yang berjudul Persepsi Siswa tentang Kemampuan Mengajar
Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur
disusun oleh M. Basri, Nomor Induk Mahasiswa 809011000340, diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada
tanggal 21 April 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 13 Mei 2014
Panitia Ujian Munaqasah
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi Berjudul Persepsi Siswa Ten tang Kemampuan Mengajar Guru
Pendidik Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi disusun oleh M.BASRI,
NIM 809011000340, Jurusan Pendididkan Agama Islam ,Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diuji pada siding
munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas
Jakarta 11 Desember 2013
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: M. BASRI
NIM
: 809011000340
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Alamat
: Tin . H. Kudun RT 009 RW 009 No. 104 Ciracas Kec. Ciracas
Jakarta Timur
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan
Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta
adalah benar hasil karya / di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing
: Drs. H. Mu'arif SAM M.Pd.
NIP
: 19650717 199403 1 005
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
siapmenerima segala konsekuensi bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
iv
ABSTRAK
M. BASRI, NIM: 809011000340. Persepsi Siswa Tentang Kemampuan
Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam dl SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta
Timur,
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara empiris
mengenai persepsi peserta didik tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan
Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
dilakukan dengan menururkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan
fakta, keadaan, variable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung
dan dijelaskan apa adanya. Untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini digunakan
kuesioner.
Hasil penelitian mengungkapkan umumnya siswa berpersepsi guru PAI
belum memiliki kemampuan mengajar secara optimal baik dalam rnembuka
pelajaran, melakukan kegiatan inti pelajaran, maupun menurup pelajaran. Hal ini
dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan mengajar yang berada pada taraf
"Cukup", atau dengan kata lain guru PAI cukup mampu melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan hendaknya guru
mengawali pembelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan penutup dengan
melakukan langkah-langkah kegiatan yang mampu memotivasi dan
membangkitkan minat siswa dalam belajar, terus menerus belajar melalui
berbagai media dan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya.
Kepala Sekolah hendaknya melakukan pembinaan yang optimal melalui berbagai
kegiatan untuk meningkatkan keterampilan mengajar guru PAI, dan mengikut
sertakan guru PAI dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan/seminar
tentang pengembangan kompetensi guru sehingga kemampuan guru PAI dalam
melaksankan pembelajaran dapat meningkat yang akan berimplikasi kepada
ketercapaian kompetensi siswa yang diharapkan.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang
telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik
akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam.
Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi
dan dialami penulis, baik yang berkenaan dengan pengaturan waktu, pengumpulan
data maupun biaya yang tidak sedikit. Namun dengan kerja keras dan dukungan
serta motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai MA,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarip Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd, Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
bimbingan, perhatian dan nasehat yang penulis butuhkan selama pembuat
skripsi ini dan bantuan yang teramat banyak diberikan selama penulis
menempuh studi di fakultas ini.
4. Seluruh Dosen Jurusan PAI yang telah membimbing dan mendidik penulis
5. Hj. Sosilowati, S.Pd, Kepala SDN Rambutan 03 Pagi beserta guru-guru,
karyawan dan para siswa-siswi, yang telah memperkenankan penulis
mengadakan penelitian dan membantu dalam pencarian data-data dan
memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Diding Sulaiman S.Pd.I, guru PAI SDN Rambutan 03 Pagi yang telah
bersedia dijadikan sebagai objek penelitian.
7. Masnon, Istri tercinta, dan anak-anak yang telah mendukung penulis untuk
melanjutkan studi ke jenjang SI.
vi
8. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
Semoga segala kebaikan tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada
kita semua sepanjang kehidupan kita. Amin.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYAILMIAH
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTARISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
Identifikas Masalah ............................................................................. 6
Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
Perumusan Masalah .............................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Kegunaan Hasil Penelitian ...................................................................
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Persepsi ................................................................................................ 8
1. Pengertian Persepsi
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ................................ 9
B. Kemampuan Guru dalam Mengajar ..................................................... 11
1. Pengertian Pembelajaran
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran ....................................................... 13
3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar....................................... 18
4. Langkah-langkah Pembelajaran .................................................... 30
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
Tujuan Penelitian ................................................................................ 38
Tempat dan Waktu Penelitian
Metodelogi Penelitian
Populasi dan Teknik Sampling ............................................................ 39
viii
E.
F.
G.
H.
Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39
Instrumen Penelitian............................................................................. 40
Teknik AnalisaData .............................................................................. 42
Interpretasi Data ................................................................................... 43
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Sejarah SDN Rambutan 03 Pagi .......................................................... 45
B. Deskripsi dan Interprestasi Data
1. Kegiatan Pendahuluan .................................................................. 46
2. Kegiatan Inti .................................................................................. 53
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74
LAMPIRAN
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting dalam pengembangan sumberdaya
manusia sebuah
bangsa. Melalui
pendidikanlah, setiap
generasi
muda
dipersiapkan untuk menjadi lebih siap dalam menghadapi masa depannya. Hal
inilah yang dimaksudkan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan merupakan
suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.1
Senada dengan pendapat Azyumardi Azra tersebut di atas, dalam pasal 1
ayat 1 UU. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa:
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2
Proses pendidikan yang dimaksud dalan uraian di atas, bukan hanya
pendidikan formal melalui lembaga pendidikan/persekolahan tertentu, tetapi juga
termasuk pendidikan non formal (misalnya di keluarga) dan informal (di lembaga
kursus atau pelatihan). Dalan kaitannya dengan penelitian ini, pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan persekolahan.
Esensi dari sebuah pendidikan persekolahan adalah proses pembelajaran.
Kualitas pendidikan persekolahan yang baik tidak akan lahir tanpa kualitas
pembelajaran yang baik pula. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan
persekolahan tidak dapat mencapai tujuan yang maksimal bila belum menyentuh
perbaikan proses pembelajaran. Salah satu komponen yang berperan penting
dalam pengembangan proses pembelajaran tersebut adalah
1
Azyumardi Azra, Pendidikan Mam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Penerbit Kalimah, 2001), Get. Ill, h. 3.
2
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2
faktor guru. Kualitas pembelajaran yang baik dapat muncul dari adanya guru yang
berkualitas.
Guru merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru
merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya
dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak
menentukan keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Gurulah
yang berhadapan langsung dengan anak didik oleh sebab itulah maka wajar jika
dikatakan bahwa guru merupakan aspek yang penting sebagai faktor yang
menentukan bagi masa depan sebuah bangsa. Dengan demikian maka, "...
pendidik (guru) mempunyai tanggung jawab yang sangat berat"3
Tanggungjawab yang sangat berat tersebut dikarenakan strategisnya peran
guru dalam proses pendidikan. Begitu sangat strategisnya kedudukan guru
ini dalam proses pendidikan, maka dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tepatnya Bab III
Pasal 7, diamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (c)
memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h)
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.4
Dengan adanya guru yang profesional sebagaimana prinsip tersebut di atas
maka diharapkan pembelajaran yang berkualitas akan lahir. Sebab pembelajaran
merupakan inti dan muara segenap proses pengelclaan pendidikan. Pembelajaran
harus pula melibatkan peserta didik dengan segala karakteristiknya, mulai dari
kemampuan, motivasi, latar belakang keluarga,
3
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Primasophie, 2004),
Cetakan I, h. 50.
4
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3
lingkungan, ekonomi, dan sebagainya. Sehingga terjadi komunikasi yang
seimbang antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan sesama peserta
didik, dan sebagainya. Dengan kinerja baik yang ditampilkan guru maka
diharapkan dapat berdampak positif bagi pembelajaran peserta didik, sebab
peserta didik dapat mengamati langsung kinerja guru dalam pembelajaran di
kelas.
Namun terkadang, kinerja guru yang maksimal hanya ditunjukkan saat
diamati oleh pimpinannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa atasan guru seperti
kepala sekolah dan pengawas sekali pun tidak mudah untuk mendapatkan data dan
mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta. Memang
program kunjungan kelas oleh kepala sekolah atau pengawas, tidak mungkin
ditolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan
kinerja
terbaiknya
baik
pada
aspek
perencanaan
maupun
pelaksanaan
pembelajaran hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya ia akan kembali bekerja
seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan
antusiasme yang tinggi.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di bangsa kita, proses pembelajaran di
kelas masih merupakan otoritas guru sepenuhnya. Sangat jarang ditemukan pihak
luar yang peduli, memerhatikan serta mencermati pelaksanaan pembelajaran guru
di depan kelas. Bahkan sering dikatakan bahwa pekerjaan guru adalah merupakan
profesi yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, kecuali klien (peserta didik).
Apabila ada pihak lain, baik itu pengawas, kepala sekolah, apa lagi sesama guru
yang ingin tahu bagaimana seorang guru mengajar, maka hal ini dianggap tidak
biasa atau karena memang ada tugas/tanggungjawab dari pihak yang akan
mengamati kinerja guru tersebut dalam mengajar.
Berbagai uraian di atas, -secara tidak langsung- pada dasarnya menunjukkan
bahwa sosok profesi guru dapat ditinjau melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional memiliki tanggung jawab
pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi tercermin
dari kemampuan mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang mampu
memikul dirinya, mengelola dirinya,
4
mengendalikan dirinya, menghargai dan mengembangkan dirinya. Tanggung jawab
sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagi bagian
yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan
melalui penguasaan pengetahuan dan perangkat keterampilan yang diperlukan untuk
menunjang tugas. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui
penampilan guru sebagai makhluk yang beragama, yang berperilaku senantiasa tidak
menyimpang dari norma-norma agama dan moral.5
Guru adalah orang tua kedua bagi para siswanya terutama di sekolah. Semua
yang dilakukan oleh orang tua secara otomatis akan diikuti oleh anak- anak mereka,
baik itu hal yang baik maupun hal yang buruk. Orang tua adalah model keteladanan
yang paling dekat dengan anak. Guru di sekolah juga memiliki peran dalam
pembentukan kepribadian dan perilaku para siswanya terutama di sekolah. Para siswa
menghabiskan cukup banyak waktu di sekolah dan mereka akan bertemu dan
berhadapan langsung dengan para guru yang rnengajar mereka. Para siswa akan
melihat dan bahkan cenderung mencontoh atau mengimitasi sikap dan perilaku dari
guru mereka.5
Peserta didik akan mempersepsikan bagaimana perilaku/sikap guru mereka
dalam proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Persepsi yang
baik dari seorang peserta didik cenderung akan menimbulkan sikap positif dalam
pembelajaran sehingga dapat berdampak pada minat yang baik untuk mengikuti
pelajaran yang diampu oleh guru bersangkutan. Sebaliknya, persepsi yang tidak baik
dari seorang peserta didik kepada guru, salah satunya dapat berdampak pada
menurunnya semangat belajar peserta didik tersebut dalam mengikuti pembelajaran
yang diampu oleh guru yang bersangkutan.
Mulanya minat anak-anak di SDN Rambutan 03 Pagi dalam mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah cukup baik dibandingkan sebelumnya
karena adanya peningkatan fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan
adanya minat ini maka perhatian dan usaha peserta didik akan lebih besar. Hal ini
senada dengan yang diungkapkan oleh Slameto bahwa
5
Surya, et.all, Kapita Sekkta KependidikanSD. (Jakarta: Pusat Penerbitan UT, 2004),
Get. ke-17, h. 47
5
"minat merupakan suatu rasa ketertarikan pada suatu hal dan atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat".6
Pada perkembangan berikutnya banyak siswa yang kurang berminat dalam
mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi.
Beberapa indikasinya adalah timbulnya kepasifan dalam proses belajar. Tentunya
tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikapnya terhadap pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah saja, banyak faktor yang mempengaruhi, baik
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu
peserta didik sedangkan faktor eksternal berasal dari luar individu peserta didik.
Faktor-faktor tersebut ada yang mendukung dan ada pula yang menghambat
peserta didik dalam belajar. Faktor pendukung misalnya adanya iming-iming
hadiah dari pihak lain bila prestasi belajarnya meningkat, tersedianya saran dan
prasarana yang baik, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menghambat peserta
didik dalam belajar misalnya motivasi yang rendah, sarana dan prasarana yang
terbatas, dan sebagainya.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam diberikan oleh guru untuk
menumbuhkembangkan minat belajar agama yang dirasakan masih belum
optimal, karena tatap muka jam pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran dalam satu
minggu. Oleh karena itu, sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam sangat
besar peranannya dalam membantu mengembangkan minat siswa dalam belajar
agama Islam. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara dan metode
pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan dapat dicapai.
Peserta didik yang menurun prestasi belajarnya terutama pada pembelajaran
agama Islam bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya rnenganggap pelajaran
agama Islam tidak terlalu penting, pengelolaan kelas kurang baik, ditambah jam
tatap muka pada pelajaran agama Islam cuma sedikit yaitu dengan alokasi waktu 2
x jam pelajaran (2 x 40 menit) dalam satu minggu.
6
h. 57
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),
6
Apabila kompetensi guru agama Islam rendah dan tidak mampu
menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dapat berdampak pada
minat belajar Pendidikan Agama Islam yang menurun diiringi dengan prestasi
belajar yang tidak optimal. Idealnya, guru hams mampu menampilkan
pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat/perhatian peserta didik.
Dengan penampilan guru yang baik dalam pembelajaran di sekolah, maka
diharapkan peserta didik akan melihat hal itu sehingga mereka menjadi tertarik
dan lebih bersemangat dalam memahami materi yang disampaikan.
Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka peneliti sangat tertarik
untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana "presepsi siswa
tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan
03 Pagi Jakarta".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah yang diidentifikasi adalah :
1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta
2. Minimnya alokasi waktu yang ada pada pembelajaran PAI di SDN Rambutan
03 Pagi Jakarta.
3. Belum terdapat kegiatan keagamaan yang maksimal yang sudah diterapkan
oleh guru PAI di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta.
4. Guru PAI belum terampil dalam melaksanakan pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan penulisan hari-hari yang ada, maka banyak variabel yang
potensial mempengarhui kepuasan kerja guru, antara lain supervisi kepala
sekolah, budaya oraginasi, kompetensi sosial, iklim organisasi disiplin kerja dan
kemitraan organisasi. Mengingat keterbatasan penelitian dalam hal waktu, biaya,
pengetahuan dan tenaga, maka tidak semua variabel tersebut diteliti semua, oleh
7
karena itu penelitian ini dibatasi hanya meneliti dua variabel yaitu supervisi
anak didik kelas VI SDN Rambutan 03 Pagi dan kemampuan guru Pendidikan
Agama Islam dalam mengajar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimana persepsi
siswa tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN
Rambutan 03 Pagi Jakarta?"
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara
empiris mengenai persepsi peserta didik tentang kemampuan mengajar guru
Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, utamanya :
1. Bagi Kepala Sekolah Dasar Negeri Rambutan 03 Pagi Jakarta, sebagai
sumbangan pikiran dalam usaha meningkatkan kinerja guru-guru secara umum
dan guru Pendidikan Agama Islam secara khusus.
2. Bagi guru-guru SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta, untuk dijadikan bahan
masukan dalam memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, khususnya
tentang bagaimana cara pandang peserta didik terhadap guru mereka sehingga
ada usaha yang sungguh-sungguh dari guru dalam meningkatkan proses
pembelajaran di kelas.
3. Ilmu agama yang dimiliki sebagai bekal masa depan bagi dirinya dan di
lingkungan masyarakat sekitar.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai 1)
tanggapan (penerima) langsung dari sesuatu atau bisa juga diartikan dengan
serapan, 2) proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.7
Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, "persepsi adalah
proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.8 Pengertian
ini memberikan pemahaman bahwa persepsi sebuah proses memberi makna
terhadap suatu obyek yang ada di sekeliling seseorang dengan cara
menggabungkan dan mengorganisir terhadap data-data yang diperoleh melalui
penginderaan.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, "persepsi adaiah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada
stimulasi inderawi (sensory stimuli)".9 Pengertian persepsi berdasarkan pandangan
ini, persepsi dapat difahami sebagai pengalaman seseorang terhadap suatu obyek
yang diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Hal
ini senada dengan pengertian persepsi menurut Abdul Rahaman Shaleh dan
Muhbib A. Wahab.
Definisi lain tentang persepsi dikemukakan oleh Rita L. Atkinson dkk, yang
menyatakann bahwa persepsi adalah "proses di mana kita mengorganisasikan dan
menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan".10
7
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
pustaka, 2002), Ed 3, Get. 2, Hal. 863
8
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (dalam
perspektif Islam), (Jakarta: Kencana, 2004), Get. 1, Hal. 88
9
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
Get. 15, Hal. 51
10
Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2003), Jilid 1, Ed. 8,
Hal. 29
9
M. Alisuf Sabri juga ikut menyumbangkan pendapatnya tentang pengertian
"persepsi atau pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia
mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsangan-rangsangan yang
sampai kepadanya melalui alat-alat indera".11
Beberapa pendapat para ahli tentang persepsi di atas menyiratkan pemahaman
bahwa persepsi merupakan kegiatan mengamati lingkungan sekitar (objek) yang
dilakukan dengan menggunakan panca indera sehingga mendapatkan informasi
untuk kemudian digabungkan dan selanjutnya diungkapkan kembali berdasarkan
pengalaman yang didapat.
Istilah
persepsi
biasanya
digunakan
untuk
mengungkapkan
tentang
pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Di
samping
itu,
persepsi
juga
adalah
kemampuan
membeda-bedakan,
mengelompokkan, dan memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan.
Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi dianggap sebagai
sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata
menggunakan pengamatan penginderaan.
Nampaknya persepsi siswa berbeda antara satu sama lainnya objek yang
sama. Perbedaan pribadi seorang dengan yang lain merupakan bukti keunikan
manusia sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap
sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan pengungkapan pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk
menilai objek dan memberikan makna stimulus inderawi. Bentuk pengungkapan
pendapat dari seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman yang ia miliki,
pemahaman tersebut berkaitan erat dengan persepsi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri atau terjadi
begitu saja, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari
dalam (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya
11
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu ,
1993) Get. 1, Hal. 45-36
10
(eksternal). Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek
yang sama. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono terdapat enam faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi, yaitu: (a)
Perhatian, (b) Set, (c) Kebutuhan, (d) Sistem nilai, (e) Ciri kepribadian dan, (f)
Gangguan kejiwaan.12
a. Perhatian: manusia biasanya tidak dapat menangkap seluruh rangsangan
yang terdapat disekitarnya secara sekaligus, hal tersebut disebabkan oleh
keterbatasan manusia dalam menggunakan panca inderanya secara
bersamaan. Di samping itu, perhatian yang terbagi mengakibatkan
konsentrasi yang terpecah sehingga tidak dapat menerima informasi secara
utuh. Oleh karena itu manusia hanya bisa memfokuskan perhatian pada
satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu degan orang lain
menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.
b. Set: adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul.
Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa
akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari.
c. Kebutuhan: kebutuhan merupakan sesuatu yang perlu untuk dipenuhi oleh
seseorang. Baik kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang menetap
pada diri seseorang, dan kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi persepsi
seseorang mengenai suatu objek.
d. Sistem nilai: pandangan hidup suatu masyarakat dengan mayarakat yang
lain memiliki perbedaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik
budaya dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat tersebut.
Sehingga budaya dan system nilai yang ada dapat mempengaruhi persepsi
sesorang tentang suatu objek yang diamati.
e. Ciri kepribadian: ciri kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Misalnya
A dan B bekerja pada suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu
orang atasan. A pemalu dan penakut mempersepsikan atasannya sebagai
tokoh yang menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B yang mempunyai
12
Sarlito Wirawan Sarwono, Peengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 003), Get. 9,
Hal. 46-47
11
lebih kepercayaan diri menganggap atasannya sebagai tokoh yang bisa
diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.
f. Gangguan kejiwaan: gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan
persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi bersifat
individual, jadi hanya dialami oleh penderitanya saja.
Dalam menentukan persepsi seseorang tidak terlepas dari pengaruh kondisi
dalam diri orang tersebut, karena kondisi mempunyai pengaruh besar dalam
diri seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Apabila keadaan dan kondisi
orang tersebut baik, maka hasil persepsi atau kemampuan berpikir seseorang
dalam mempersepsikan juga akan baik pula.
Berdasarkan kajian teori tentang persepsi, maka yang dimaksud dengan
persepsi dalam penelitian ini adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan
manusia mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsanganrangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indera. Persepsi seseorang
diyakini berpengaruh pada perilakunya dan perilaku tersebut akan berpengaruh
pada motivasinya.
B. Kemampuan Guru dalam Mengajar
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pelaksanaan pendidikan, kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Hal ini menunjukkan bahwa
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara
profesional. Kegiatan belajar mengajar senantiasa melibatkan dua pelaku aktif
yaitu guru dan siswa. Perpaduan dari keduanya tersebut melahirkan interaksi
edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya.
Menurut Eveline dan Martini, pembelajaran merupakan usaha yang
dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya
terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri
12
seseorang.13 Senada dengan itu, menurut Miarso sebagaimana dikutip oleh
Eveline Siregar dan Martini Nara pembelajaran adalah usaha pendidikan yang
dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu sebelum peroses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali.14
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran di atas penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha yang
dilakukan secara sengaja, terarah dan terencana yang di dalamnya terdapat
interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik yang diharapkan
menghasilkan perubahan pada peserta didik, yaitu dari belum mampu menjadi
mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi
kompeten.
Interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran disebut
juga interaksi belajar mengajar, karena di dalam interaksi tersebut terjadi
proses belajar dan proses mengajar yang berguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Adapun tugas siswa adalah belajar yaitu mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga tujuan dapat tercapai sesuai
dengan apa yang dicita-citakan di dalam dirinya.
Oleh karena itu, guru yang memiliki peran sebagai sumber belajar,
pengelola pembelajaran, fasilitator, pembimbing, motivator, demonstrator dan
evaluator harus mampu untuk berinteraksi secara baik dengan para peserta
didik. Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif
dan hal tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, memberikan peluang kepada
siswa untuk berinovasi, menjadikan siswa sebagai manusia yang kreatif,
membangun komunikasi pembelajaran yang efektif dan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.15
13
Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran", (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), Get. Ke-1, hal. 13
14
Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran",... hai. 12-13
15
Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aklif Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2,
hal. 33-36
13
Guru harus mampu memotivasi anak didiknya sehingga anak didik merasa
termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Di
samping itu peserta didik diharapkan dapat mengikuti pembelajaran secara aktif
dengan menunjukkan keaktifannya melalui bertanya, menjawab pertanyaan dan
mengemukakan pendapat. Keaktifan anak didik mencakup kegiatan fisik dan
mental, individual dan kelompok. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal
bila terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru,
antara anak didik dengan anak didik, anak didik dengan bahan dan media
pembelajaran bahkan anak didik dengan dirinya sendiri.
Dengan demikian guru harus mampu melibatkan para peserta didik dalam
pembelajaran secara maksimal tanpa mengabaikan perbedaan individual anak
didik, baik aspek intelektual dan psikologis sehingga partisipasi anak didik dapat
menjadi salah satu bentuk interaksi edukatif yang membantu dalam mancapai
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penelitian ini
adalah suatu usaha yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru secara sengaja,
terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan dan pelaksanaannya
terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang sehingga guru
berperan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif guna
membantu anak didik dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang
disampaikan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses kegiatan pembelajaran
terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka
pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar.
Prinsip-prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan
guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga
memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar anak
didik dapat berperan aktif di dalam proses kegiatan pembelajaran.
14
Yudhi Munadi dan Farida Ham id mengungkapkan prinsip-prinsip
pembelajaran sebagai berikut: a) mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran,
b) memberikan peluang kepada siswa untuk berinovasi, c) menjadikan siswa
sebagai manusia yang kreatif, d) membangun komunikasi pembelajaran yang
efektif, e) dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.16
Dari prinsip-prinsip yang telah dikemukakan di atas, maka setiap prinsip dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Mengaktifkan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Belajar adalah wujud keaktifan siswa di dalam proses kegiatan
pembelajaran. Keaktifan belajar anak didik ditandai oleh adanya keterlibatan
secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.
Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah
bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Oleh karena itu,
keaktifan yang dimiliki anak dapat berkembang ke arah yang positif jika
lingkungannya memberikan pengaruh dan dukungan yang baik untuk
mendukung keaktifan anak didik tersebut. Dengan demikian peran serta anak
didik di dalam proses kegiatan pembelajran perlu untuk selalu ditingkatkan
agar anak didik teriibat aktif dalam pembelajaran tersebut.
Pendekatan belajar aktif, adalah pendekatan dalam pengelolaan sistem
pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri.
Kemampuan belajar mandiri tersebut merupakan tujuan akhir dari belajar
aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan
semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik
dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki.
Di samping itu, pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga
perhatian anak didik agar tetap berkonsentrasi pada proses kegiatan
pembelajaran. Peran guru dalam pelaksanaan pembelajran aktif menjadi
sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator
16
Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, fjeatif, Efektifdan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2,
-.si. 33-38
15
yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai nara sumber yang
mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi anak didik, sebagai
pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar
yang bermakna dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan.
Dengan pendekatan belajar aktif anak didik diharapkan akan mampu
mengenal dan mengembangkan kemampuan belajar dan potensi yang
dimilikinya. Dengan demikian, belajar aktif memiliki arti sebagai belajar
yang efektif untuk dapat membentuk anak didik sebagai manusia
seutuhnya yang mempunyai kemauan belajar sepanjang hidupnya.
Ciri-ciri pokok pembelajaran aktif yaitu:
1) Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa
dan antara siswa dengan guru dengan menggunakan sumber belajar yang
bervariasi.
2) Memotivasi anak didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
3) Menantang bagi anak didik untuk mengikuti pembelajaran.
4) Guru memberikan keteladanan kepada anak didik sehingga anak didik
memiliki pandangan yang positif terhadap gurunya.17
b. Memberikan Peluang kepada Siswa untuk Berinovasi
Di dalam prinsip ini, pembelajaran yang dilaksankan diharapkan
mampu memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anak didik untuk
berinovasi. Inovasi memiliki arti pembaruan dan perubahan, inovasi
adalah suatu gagasan atau tindakan perubahan menuju ke arah perbaikan
atau berbeda dari yang sebelumnya, dilakukan secara sengaja dan
berencana.
Memberikan peiuang kepada anak didik untuk melakukan inovasi
bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki anak didik agar
dapat dikembangkan secara maksimal. Sehingga dengan demikian
diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik
17
Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2,
hal. 32
16
dan
anak
didik
merasa
nyaman
dan
senang
untuk
mengikuti
pembelajaran.
c. Menjadikan Siswa sebagai Manusia Kreatif
Anak didik merupakan manusia yang sedang tumbuh dan
berkembang, oleh karena itu anak didik membutuhkan bantuan orang lain
(guru) untuk membimbingnya. Dalam membentuk anak didik agar
menjadi manusia yang kretif, guru harus mampu memfasilitasi belajar
siswa sehingga suasana belajar yang dialami siswa kondusif.
Dalam hal ini, guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
professional yang mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan
kreatif. Dengan penyampaian pembelajaran yang kreatif tersebut,
diharapkan siswa mampu termotivasi untuk menjadi seorang yang
berbeda dan hasil yang maksimal. Sehingga dengan demikian, para anak
didik diharapkan mampu menjadi seorang yang kreatif yang nantinya akan
berguna bagi kehidupannya di masa mendatang.
d. Membangun Komunikasi Pembelajaran yang Efektif
Dilihat dari prosesnya, pembelajaran dapat diartikan sebagai
komunikasi. Karena di dalam pembelajaran terdapat komunikator (guru)
sebagai orang yang menyampaikan pesan, pesan (materi pelajaran) yang
disampaikan oleh guru, dan komunikan (anak didik) sebagai orang yang
menerima pesan yang disampaikan. Ke tiga komponen tersebut merupakan
komponen-komponen di dalam komunikasi. Oleh karena itu, di dalam
pembelajaran yang baik terdapat juga komunikasi yang efektif.
Menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid pembelajaran efektif
adalah pembelajaran yang memberikan hasil atau dampak atau kesan
terhadap siswa sesuai yang diinginkan dalam tujuan pembelajarannya.18
Komunikasi yang efektif diharapkan dapat membatu guru dan anak
18
Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektifdan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2,
hal. 36
17
didik di dalam melaksanakan pembelajaran. Bagi guru komunikasi yang
efektif membantu dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak
didik, dan begitu pula sebaliknya bagi anak didik dapat membantu dalam
memahami materi pelajaran yang disampaikan. Dengan demikian
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapi tujuan yang
telah ditetapkan.
Oleh karna itu, guru diharapkan mampu untuk membangun
komunikasi yang baik kepada anak didiknya. Selain untuk membantu
kegiatan pembelajaran, hal tersebut juga perlu dilakukan oleh guru sebagai
contoh terhadap para anak didiknya.
e. Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang kompleks,
sehingga di dalam pelaksanaannya dibutuhkan sebuah perencanaan yang
matang dan dilanjutkan dengan pelaksanaan yang dilakukan secara kreatif
sehingga anak didik merasa senang dan nyaman dalam mengikuti
pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan dapat dimulai dengan
menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada anak
didik untuk belajar mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar.
Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan juga motivator
pembelajaran. Guru dituntut harus mampu merancang, menciptakan dan
melaksanakan kegiatan yang bersifat menantang bagi anak didik sehingga
membuat anak didik berpikir, menemukan jawaban dan mampu
menyampaikan jawabanya dengan baik dan benar.
Oleh karena itu, guru harus mampu memfasilitasi kegiatan belajar
anak didik dengan semaksimal mungkin. Di samping itus guru perlu untuk
memberikan motivasi kepada anak didiknya sehingga anak didiknya
tertarik dan merasa tertantang untuk melakukan hal yang telah
direncanakan oleh guru.
18
3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar
Mengajar tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran semata, akan
tetapi dimaknai juga sebagai proses kegiatan mengatur lingkungan agar anak didik
belajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan khusus di
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik. Hal
tersebut dimaksudkan agar guru dapat menjalankan fungsinya sebagai tenaga
pendidik dengan baik dan benar.
Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan/keterampilan mengajar yang perlu
dimiliki guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan mengelola kelas, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,
keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, dan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.19
a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1) Membuka Pelajaran
Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan
prakondisi bagi murid agar mental dan perhatian terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap
kegiatan belajar.20 Membuka pelajaran merupakan usaha untuk menciptakan
suasana siap mental pada diri anak didik untuk mengikuti pembelajaran dan
menimbulkan perhatian anak didik agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajarinya.
Menurut Ahmad Sabri, ada 4 (empat) komponen keterampilan membuka
pelajaran yaitu: menarik perhatian siswa,
acuan pelajaran, dan apersepsi.
menimbulkan motivasi, memberi
21
a) Menarik perhatian siswa, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mendapatkan
perhatian
siswa,
antara
lain:
gaya mengaja guru,
penggunaan alat bantu pembelajaran, dan pola interaksi guru yang bervariasi.
19
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. Ke-25, hal. 74
20
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press,
2010), cet. Ke-3, hal. 99
21
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching",... hal. 100-101
19
b) Menimbulkan motivasi belajar siswa, yaitu dapat dilakukan dengan cara
guru menunjukkan kehangatan dan keantusiasan dalam memulai
pembelajaran, menimbulkan rasa ingin tahu anak didik, mengemukakan
ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa.
c) Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti: mengemukakan tujuan
pelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
d) Apersepsi, yaitu membuat kaitan atau hubungan antara materi pelajaran
yang akan diajarkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah
dikuasai oleh anak didik.
2) Menutup Pelajaran
Menurut Moh. Uzer Usman, menutup pelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar
mengajar.22 Dalam kegiatan ini guru berupaya untuk mengetahui pembentukan
kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman anak didik
tentang materi pelajaran yang telah disampaikan sekaligus mengakhiri kegiatan
tersebut.
Mengakhiri kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik dan keterkaitannya
dengan pengalaman sebelumnya serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa.
Menurut Moh. Uzer Usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup
pelajaran,
yaitu:
mengevaluasi.
meninjau
kembali
penguasaan
inti
pelajaran
dan
23
a) Meninjau Penguasaan Inti Pelajaran
Peninjauan kembali penguasaan inti pelajaran merupakan kegiatan
22
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, .
11.. cet. Ke-25, hal. 92
23
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011 cet. Ke-25, hal. 93
20
yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana anak didik mengerti
dan memahami materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Cara yang
dapat dilakukan untuk mengetahui hal tersebut antara lain dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada anak didik, menugaskan siswa untuk membuat
kesimpulan atau menyampaikan ringkasan materi pelajaran yang telah
disampaikan.
b) Evaluasi Pembelajaran
Dalara
hubungan
dengan
kegiatan
pengajaran.
Ahmad
Sabri
mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar
dan pembelajaran yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan penilaian atau
pengukuran belajar dan pembelajaran.24 Sedangkan rumusan yang lebih bersifat
operasional dikemukakan oleh Rcestiyah (1989), bahwa evaluasi adalah
kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya mengenai
kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar guna
mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar.25
Jadi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan
informasi tentang hasil pembelajaran. Fokus evaluasi pembelajaran adalah pada
hasil, baik hasil yang berupa proses atau produk. Informasi hasil pembelajaran
ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang diharapkan
(ditetapkan).
Sebagai evaluator guru berperan untuk untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data
yang diperoleh guru dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap pembelajaran
yang akan dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
Menurut Ngalim Purwanto, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 2 (dua) jenis
yaitu: "evaluasi formatif dan evaluasi sumatif'.26
24
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press.
2010), cet.Ke-3, hal. 133
25
25Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui
penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet. Ke-2,
hal 17
26
Nagalim Purwanto, "Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran", (Bandung: PT
.snaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-15, hal. 26
21
1) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk
mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut
dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang
atau yang sudah dilaksanakan.27
Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang
dilaksanakan ketika program masih berlangsung. Evaluasi formatif
tersebut dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif sejauh mana
program yang telah dirancang dapat berlangsung dan berjalan. Selain itu,
untuk mengetahui hambatan dan masalah yang dihadapi dalam
melaksanakan program tersebut sehingga informasi yang diperoleh dapat
dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki suatu program.
Di samping itu, hasil evaluasi formatif akan diperoleh gambaran
siswa yang telah berhasil dan siswa yang dianggap belum berhasil untuk
selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari
evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan
diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa
yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu.
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi
sumatif
adalah
penilaian
yang
dilakukan
untuk
memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau
pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya
selama jangka waktu tertentu.28
Evaluasi sumatif dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu
yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat
berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Selain itu, fungsi dan tujuan
evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah siswa dapat dapat
dikatakan lulus atau tidak berdasarkan
27
Ibid
Nagalim Purwanto, "Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengqjaran", (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-15, hal. 26
28
22
hasil evaluasi yang telah dilakukannya.
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa, evaluasi formatif ialah
penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan
selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan
evaluasi sumatif adalah ialah penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk
mendapatkan informasi sampai sejauh mana keberhasilan atau pencapaian
hasil belajar siswa yang selanjutnya digunakan untuk pengambilan keputusan
dalam menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa.
b. Mengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Istilah lain dari pengelolaan adalah manajemen, yaitu kata yang aslinya
merupakan berasal dari bahasa inggris yaitu management. Manejemen atau
pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, adalah pengadministrasian, pengaturan, atau
penataan suatu kegiatan29 Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik
sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama nyang mendapat
pengajaran dari guru.30
Menurut Ahmad Sabri, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.31
Sementara itu menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid mengelola kelas adalah
suatu kegiatan yang dilaksanakan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal, serta mengembalikan kondisi belajar yang
terganggu.32
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengelolaan kelas di atas
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas adalah
29
Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-2, hal.196
30
Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", ... hal.196
31
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press,
2010) cet. Ke-3, hal. 86
32
Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif,
Inovatif,Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011),
Cet. Ke-2,
23
keterampilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang aman, nyaman
dan kondusif bagi anak didik serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
timbul di dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan baik.
Suatu kondisi belajar optimal akan dicapai apa bila guru mampu
mengatur siswa dengan suasana pembelajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan
interaksi yang baik antara guru dengan anak didik merupakan syarat
keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran yang
efektif.
c. Keterampilan Menyampaikan/Menjelaskan Materi Pelajaran
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi
secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab-akibat,
definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.33
Menyampaikan atau menjelaskan pelajaran merupakan salah satu aspek
sangat penting dari kegiatan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga
pengajar. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan
dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Di
samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan benar serta mudah dimengerti
menjadi salah satu kunci keberhasilan guru di dalan menjelaskan pelajaran
kepada peserta didik. Karena dengan menggunakan bahasa yang baik dan
benar anak didik akan lebih mengerti tentang mated pelajran yang
disampaikan oleh guru.
Menurut Moh Uzer Usman ada 2 (dua) komponen keterampilan
menjelaskan harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: "merencanakan dan
penyajian suatu penjelasan".34
1) Merencanakan
33
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
cet. Ke-25, hal. 88-89
34
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", ... hal. 90
24
Sebelum guru menjelaskan materi pelajaran kepada anak didik guru
perlu untuk merencanakannya terlebih dahulu, terutama yang berkenaan
dengan isi pesan (materi pelajaran) dan penerima pesan (anak didik).
Berkenaan dengan isi pesan guru harus mampu menguasai materi pelajaran
secara keseluruhan sebelum menyampaikannya kepada anak didik.
Mengenai yang berhubungan dengan penerima pesan sebaiknya guru
memperhatikan anak didik sebelum menyampaikan materi pelajara. Hal
tersebut perlu dilakukan karena anak didik memiliki perbedaan antara satu
dengan yang lainnya yang memungkinkan juga timbulnya perbedaan terhadap
diri anak didik di dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Hal tersebut dipengaruhi faktor usia jenis kelamin, kemampuan, latar
beakang sosial, bakat, minat dan Hngkungan belajr anak.
2) Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
a) Kejelasan,
penjelasan
hendaknya
hendaknya
diberikan
dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, dan menghindari
penggunaan istilah-istilah yang tidak di mengerti oleh anak didik.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, dalam memberikan penjelasan sebaiknya
digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang
ditemui oleh anak didik dalam kehidupan sehari-hari.
c) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan
perhatian anak didik pada maslah pokok dan mengurangi informasi yang
tidak begitu penting.
d)
Penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada
anak didik untuk menunjukkan pemahaman, keraguan atau ketidak
mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.35
d. Keterampilan Bertanya
Dalam proses kegiatan pembelajaran, bertanya memiliki peranan
35
Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, . at. Ke-25, hal.
90
25
penting. Pertanyaan yang tersusun dengan balk dan disampaikan dengan
cara yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa.
Pertanyaan yang sesuai dan tepat merupakan salah satu alat komunikasi
yang efektif antara guru dengan siswa.
Guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai teknik bertanya dan
guru juga harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang
dikemukakan oleh siswa, serta memberikan tanggapan yang positif
terhadap siswa.36 Menurut Moh. Uzer Usman, pertanyaan yang
disampaikan oleh guru memiliki peran sebagai beikut:
1) Meningkatkan pertisipasi siswa dalam belajar mengajar
2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah
yang sedang dihadapi atau sedang dibicarakan.
3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu
sendiri sesungguhnya bertanya.
4) Menuntun berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membentuk
siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.37
Melihat penjelasan di atas, peran pertanyaan berkaitan erat dengan partisipasi
anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus
mampu membangkitkan semangat dan motivasi siswa sebelum melaksanakan
pembelajaran agar pembelajaran berjalan secara aktif.
Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 6 (enam) komponen yang berkaitan
dengan keterampilan bertanya dasar, yaitu: "penggunaan pertanyaan secara
jelas dan singkat, pemberian acuan, pemindahan giliran, penyebaran,
pemberian waktu berpikir, dan pemberian tuntunan.38
1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pertanyaan yang
disampaikan oleh guru kepada anak didik harus disampaikan secara jelas
36
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press,
2010), cet. Ke-3,hal. 79
37
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. Ke-25, hai. 74
38
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. Ke-25, hal. 77-78
26
dan singkat. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami dan sesuai
dengan taraf perkembangan anak didik, akan membantu anak didik
dalam memahami dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang guru
berikan.
2) Pemberian acuan, sebelum guru memberikan sebuah pertanyaan
sebaiknya guru memberikan acuan yang berkaitan dengan pertanyaan
yang akan diberikan. Hal tersebut bertujuan agar anak didik memiliki
gambaran jawaban tentang pertanyaan yang diberikan berdasarkan taraf
kemampuan yang dimilikinya.
3) Pemindahan giliran, pemberian pertanyaan secara bergiliran merupakan
suatu bentuk tindakan yang menunjukkan bahwa guru berlaku adil dan
tidak membeda-bedakan anak didik di dalam proses kegiatan
pembelajaran. Di samping itu, pemindahan giliran pertanyaan guru
bertujuan agar masing-masing anak didik memiliki kesempatan untuk
memberikan tanggapannya mengenai pertanyaan yang disampaikan
sehingga dengan demikian pembelajaran akan terlihat lebih aktif.
4) Penyebaran, penyebaran bertujuan untuk melibatkan siswa sebanyakbanyaknya dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebaiknya berusaha
agar
semua
anak
didik
mendapatkan
giliran
secara
merata.
Perbedaannya dengan pemindahan giliran adalah pemindahan giliran
beberapa siswa diminta untuk menjawab satu pertanyaan yang sama.
Sedangkan pada penyebaran pertanyaan yang diberikan kepada anak
didik berbeda-beda dan disebarkan giliran menjawabnya kepada anak
didik yang berbeda pula.
5) Pemberian waktu berpikir, setelah guru memberikan pertanyaan kepada
seluruh anak didik guru perlu untuk memberikan waktu beberapa saat
sebelum guru memberikan pertanyaan kepada salah satu anak didik. Hal
ini perlu dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada anak didik
agar memiliki gambaran tentang pertanyaan yang diberikan.
27
6) Pemberian tuntunan, apa bila terdapat anak didik yang salah atau
kesulitan dalam menjawab pertanyaan sebaiknya guru memberikan
tuntunan kepada anak didik tersebut agar dia menemukan sendiri
jawaban yang benar.
e. Keterampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons apakah
bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi penerima (siswa)
atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau pun koreksi.39
Sedangkan menurut Moh Uzer Usman penguatan adalah respons terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali tingkah laku tersebut.40
Jadi pengutaan adalah suatu tindakan guru yang merupakan
respons terhadap tingkah laku yang dilakukan oleh anak didik yang
bertujuan untuk memberikan informnasi dan umpan balik kepada anak
didik agar mereka merasa berbesar hati dan lebih giat berpartisipasi dalam
interaksi pembelajaran.
Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 3 (tiga) prinsip penggunaan
pengutan, yaitu: "kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan
menghindari penggunaan respons yang negative".41
1) Kehangatan dan keantusiasan, sikap an gaya guru, termasuk suara, mimik,
dan gerak badan akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan
dalam memberikan pengutan. Dengan demikian diharapkan murid
beranggapan bahwa guru melakukannya dengan menyenangkan.
2) Kebermaknaan, pengutan sebaiknya diberikan sesuai dengan tingkah laku
dan penampilan siswa sehingga dia mengerti dan yakin bahwa dia patut
39
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat
Press2010), cet. Ke-3, hal. 82,
40
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaia Rosdakarya,
2011), cet. Ke-25, hal. 80-81
41
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. Ke-25, hal. 82
28
diberi penguatan. Dengan demikian pengutan menjadi bermakna untuk
dirinya.
3) Menghindari
menghindari
penggunaan
hal-hal
respons
negatif
yang
seperti
negatif,
menghina,
sebaiknya
guru
menjatuhkan
dan
sebagainya di dalam merespons tingkah laku anak didiknya, hal tersebut
perlu dilakukan agar guru tidak mematahkan semangat anak didik untuk
mengembangkan dirinya.
f. Keterampilan Mengadakan Variasi
Menurut Moh. Uzer Usman, variasi stimulus adalah kegiatan guru
dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk
mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar-mengajar murid
senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.42
Di dalam kegiatan pembelajaran guru memiliki peran yang dominan,
oleh karena itu suasana belajar yang kondusif sangat dipengaruhi oleh peran
guru di dalam menciptakan iklim belajar yang sebaik-baiknya. Penggunaan
berbagai macam variasi oleh guru di dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dapat membantu siswa tetap fokus, termotivasi dan antusias
terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Menurut Ahmad Sabri, terdapat 3 (tiga) komponen yang berkaitan
dengan keterampilan mengadakan variasi, yaitu: variasi dalam mengajar guru,
variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran, dan variasi pola
interaksi dan kegiatan siswa.43
1) Variasi dalam Mengajar Guru
Menurut Udin S. Winataputra (2004), variasi adalah keanekaragaman
yang tidak monoton.44 Sebagai seorang tenaga pendidik guru diharapkan
mampu untuk dapat menjadi seorang yang menyenangkan dan mampu
untuk membuat anak didik merasa nyaman dan senang dalam mengikuti
42
42Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. Ke-25...hal. 84
43
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMlcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press,
2010), cet. K.e-3, hal. 94-99
44
Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Reflka Aditama, 2007), cet. Ke-2,
hal. 91
29
kegiatan pembelajaran dengan melakukan perubahan-perubahan yang
sengaja dilakukan untuk memberikan kesan unik. Oleh karena itu,
dalam melaksanakan pembelajaran guru sebaiknya menggunakan
berbagai macam variasi yang bertujuan untuk menghilangkan rasa
jenuh dan bosan yang dialami oleh para anak didik sehingga mereka
dapat tetap fokus dalam mengikuti pembelajaran.
2) Variasi dalam Penggunaan Media dan Alat Pengajaran
Penggunaan media dan alat pengajaran oleh guru diharapkan
relevan dengan tujuan pengajaran. Pemilihan media dan alat pengajaran
yang tepat dapat membantu anak didik di dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemilihan media dan alat
pengajaran yang tepat dapat memotivasi anak didik di dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, anak didik akan merasa senang, tertarik dan
yang terpenting adalah memahami materi pelajarana yang diajarkan.
3) Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Interaksi guru dan anak didik dalam kegiatan pembelajaran sangat
beraneka ragam, dari kegiatan yang sepenuhnya dibimbing oleh guru
sampai pada kegiatan yang dilakukan sendiri oleh anak didik. Hal
tersebut tergantung bagaimana guru mengelola kegiatan pembelajaran
dengan sebaik-baiknya. Penggunaan interaksi yang bermacam-macam
bertujuan agar tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan serta untuk
menghidupkan suasana belajar yang intinya adalah untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Menurut Moh. Uzer Usman, secara fisik bentuk pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan adalah bila jumlah yang dihadapi oleh
guru terbatas yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil,
seorang
untuk
perseorangan.45
Pengajaran
kelompok
kecil
dan
perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian kepada anak
45
Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. Ke-25, hal. 102
30
didik dan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan anak
didik maupun antara anak didik dengan anak didik yang lainnya.
Pengajaran kelompok kecil diharapkan mampu membuat anak didik
belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar,
berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat
memenuhi
kebutuhan anak didik secara optimal.
Dengan
kombinasi
pengajaran klasikal,
dan
kelompok
kecil
demikian,
perseorangan
memberikan peluang yang lebih besar bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian teori tentang keterampilan mengajar di atas,
penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan
mengajar adalah keahlian-keahlian khusus yang perlu dimiliki oleh seorang
guru yang dapat membantunya
kewajibannya
sebagai
dalam
menjalankan
tugas
dan
tenaga pendidik agar pembelajaran yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan benar sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
4. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan
langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik dan
mencapai hasil yang diharapkan. Mennrut Wina Sanjaya pembelajaran adalah
proses yang bertujuan, proses kerja sama, proses yang kompleks, dan proses
memanfaatkan berbagai sumber belajar.46 Berdasarkan pengertian pembelajaran
tersebut, maka di dalam proses pelaksanaan pembelajaran perlu dilakukan
langkah-langkah sistematis yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran
tersebut agar tujuan pembelajar yang telah diietapkan dapat tercapai.
Menurut Abdul Majid, langkah-langkah pembelajaran pada umumnya
meliputi tiga kegiatan, yaitu: (a) kegiatan pembukaan, (b) kegiatan inti, dan (c)
kegiatan penutup.47
a. Kegiatan Pendahuluan
Pembukaan merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk
46
Wina Sanjaya, "Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana
2008), Get. Ke-l,hal. 31-32
47
Abdul Majid,
"Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104-105
31
memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu
kegiatan untuk memberikan motivasi kepada anak didik, menciptakan
kesiapan mental dan menarik perhatian anak didik secara optimal, agar
mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.
Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat
pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan
efek yang positif terhadap kegiatan belajar, kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa
agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.48 Membuka pelajaran
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental agar mereka
memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.
Menurut Abdul Majid, ada 3 (tiga) komponen keterampilan membuka
pelajaran, yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, dan
appersepsi.49
1) Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, perhatian adalah dorongan
rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu orang ini muncul karena dirangsang
melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan
kompleks.50
2) Menarik perhatian siswa bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa
pada proses kegiatan pembelajaran, hal ini perlu dilakukan agar siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan baik tanpa memikirkan sesuatu di
luar pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
men dapat k an perhatian para siswa, antara lain: gaya mengajar yang
dilakukan guru, penggunaan alat bantu pembelajaran dan pola interaksi
yang bervariasi.
48
48Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat
Press, 2010), cet. Ke-3,hal.99
49
Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetewi
Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104
50
Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran", (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), Cet. Ke-I, hal. 52
32
3) Menurut Hilgard sebagaimana yang dikutip oleh Yudhi Munadi dan
Farida Hamid, motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu.51 Berdasarkan definisi motivasi di atas,
motivasi memiliki peranan sebagai penggerak diri anak didik untuk
mengikuti pembelajaran. Di samping itu, motivasi memberikan gairah,
semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga anak didik yang
memiliki motivasi yang besar akan lebih bersemangat mengikuti
pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menimbulkan
motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara: menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi, gunakan humor dalam penyajian materi
pelajar, gunakan peristiwa nyata dan contoh-contoh untuk memperjelas
konsep yang disampaikan.
Menurut Abdul Majid, apersepsi adalah penilaian kemampuan awal
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa.52
Seorang guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki
siswa dengan materi yang akan dipelajari atau pengalaman dan
pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran dan untuk menghindari pengulangan pemberian materi
pelajaran yang sama oleh guru kepada siswa.
b. Kegiatan Inti (penyampain materi pelajaran)
Kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang
terpenting di dalam proses pendidikan itu sendiri, berhasil atau tidaknya
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan yang terjadi selama proses
kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan.
Menurut Abdul Majid, kegiatan inti dalam pembelajaran adalah
51
Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektifdan Menyencmgkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. Ke-2,
hal. 10
52
Abdul Majid,"Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104
33
kegiatan utama untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan.53
Sementara itu, Wina Sanjaya mengartikan kegiatan inti sebagai kegiatan
memberikan
pengalaman
belajar
kepada
siswa.54
Dalam
kegiatan
pembelajaran guru berperan penting dafam memberikan bimbingan dan
bantuan guna membantu anak didik dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikan.
Berdasarkan defmisi kegiatan inti di atas, penulis menyimpulkan
bahwa kegiatan inti dalam pembelajaran adalah sebuah pengalaman yang
dialami anak didik yang di dalamnya terdapat proses kegiatan menanamkan
dan mengembangkan pengetahuan serta sikap dan keterampilan yang tidak
terlepas dengan materi pelajaran yang disampaikan. Dalam kegiatan inti
pembelajaran guru memiliki peran strategis, karena dalam pelaksanaan
kegiatan inti keterampilan guru sebagai tenaga pendidik diuji.
Menurut Abdul Majid, di dalam kegiatan inti mencakup 4 (empat)
kegiatan,
materi
yaitu:
atau
menyampaikan
bahan
ajar,
tujuan
menggunakan
pembelajaran,
metode
menyampaikan
pembelajaran,
dan
menggunakan media pembelajaran.55
1) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
Penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dapat membantu anak didik mengetahui materi pelajaran yang akan
diajarkan. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajacan, akan membatu
menumbuhkan
minat
belajar
anak
didik
yang
kemudian
akan
menumbulkan motivasi pada dirinya.
Penyampaian tujuan pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai
usaha seperti: mengemukakan acuan pelajaran dan batas-batas tugas,
menyarankan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, meningkatkan
masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
53
Ibid,.
Wina Sanjaya, "Perencanaan don Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana
2008), Cet. Ke-1, hal. 176
54
55
Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104
34
2) Menyampaikan Materi atau Bahan Ajar
Menyampaikan materi pelajaran merupakan kegiatan pokok dari
kegiatan
pembelajaran
itu
sendiri.
Baik
buruknya
guru
dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, akan berpengaruh
terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Dalam menyampaikan materi pelajaran guru perlu untuk melakukan
perencanaan, agar penyampaian materi pelajaran yang dilakukan dapat
berjalan dengan baik.
Di samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan menghindari
istilah-istilah asing yang sukar dimengerti oleh anak didik dapat membantu
dan memudahkan anak didik dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikan. Selain itu, dalam memberikan contoh-contoh pelajaran
sebaiknya guru dapat menyesuaikan dengan sesuatu yang ditemui anak
didik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penyampaian materi pelajaran
yang baik diharapkan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancer
dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
3) Menggunakan Metode Pembelajaran
Menurut Ahmad Sabri, metode pembelajaran adalah cara-cara atau
teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat
menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok
dengan maksud agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat
tercapai.56
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode memiliki peranan
yang penting dan tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan pembelajaran. Karena tidak ada satu pun kegiatan pembelajaran
yang tidak menggunakan metode. Oleh karena itu, guru diharapkan
memiliki dan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi ketika
melaksanakan kegiatan pembelajaran agar anak didik tidak merasakan
jenuh dan bosan melainkan termotivasi dan semangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
56
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, FT Ciputat Press,
2010), cet. Ke-3,hal.49
35
Dalam
menetapkan metode pembelajaran, guru harus dapat
menyesuaikan antara metode yang digunakan dengan materi pelajaran
yang akan di ajarkan. Hal tersebut bertujuan agar metode yang digunakan
sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan, sehingga dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif yang dapat membatu anak
didik dalam memahami materi yang diajarkan. 4) Menggunakan Media
Pembelajaran.
Menurut Rossi dan Breidle (1966) sebagaimana dikutip oleh Wina
Sanjaya, media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat
dipakai untuk tujuan pendidikanm, seperti radio, televisi, buku, Koran,
majalah, dan sebagainya.57
Sedangkan menurut Ahmad Sabri, media pembelajaran adalah alat
yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemajuan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar mengajar.58
Berdasarkan
defmisi
media
pembelajaran
di
atas,
penulis
menyimpulkan bahwa yang dimaksud media pembelajaran adalah segala
alat bantu yang digunakan di dalam proses kegiatan pembelajaran yang
dapat dijadikan sebagai alat penyaiur pesan untuk membantu anak didik
dalam memahami maksud pesan yang disampaikan sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai.
Dalam proses pembelajaran, media memiliki kedudukan yang sangat
penting bahkan sejajar dengan metode pembelajaran. Karena metode yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran akan menuntut media apa yang
akan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi. Selain itu, media
memiliki andil penting dalam menjelaskan materi pelajaran yang sulit dan
kompleks sehingga dapat dimengerti o]eh anak didik dan dalam hal-hal
tertentu
media
dapat
mewakili
kekurangan
guru
dalam
mengkomunikasikan materi pelajaran.
57
Wina Sanjaya,"Psrencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana
2008), Get. Ke-I.hal. 204
58
Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press,
2010), cet. Ke-3,hal. 107
36
c. Kegiatan Penutup
Menutup pelajaran merupakan kegatan akhir yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru berupaya untuk
rnengetahui
pembentukan
kompetensi
dan
pencapaian
tujuan
pembelajaran, serta pemahaman anak didik terhadap materi yang telah
dipelajari sekaligus mengakhiri kegiatan tersebut. Menutup pelajaran dapat
diartikan sebagai kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan
dan penilaian terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan pada
kegiatan inti.59
Menurut Ahmad Sabri, ada 2 (dua) komponen keterampilan
menutup pelajaran yaitu: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran
dan mengevaluasi.60
1) Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran, yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerti
dan memahami pelajaran yang telah disampaikan oleh guru yaitu
dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dan menugaskan
siswa untuk menyanipaikan ringkasan atau kesimpulan pelajaran.
2) Mengevaluasi Pembelajaran, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Informasi hasii pembelajaran tersebut kemudian
dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan,
sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan dari pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Di samping itu, evaluasi dapat dijadikan sebagai
tolak ukur dalam melakukan perbajkan pembelajaran yang lebih
bermutu dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dengan demikian, evaluasi pembelajaran mempunyai manfaat yang
besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, kedudukan
evaluasi pembelajaran sangat penting dan sebagai bagian tak
59
Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Get. Ke-6, hal.
60
60Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat
Press, 2010), cet.Ke-3, hal. 100
37
terpisahkan dari keseluruhan proses kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai uraian teori tentang persepsi dan pembelajaran, maka
yang dimaksud dengan persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran dalam penelitian ini adalah pandangan siswa
berdasarkan pengamatan dan pengalamannya pada kemampuan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran yang mencakup tiga kegiatan, yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
38
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SON Rambutan 03 Pagi yang beralamat di
Jl. SD Inpres No.l RT. 004 RW. 003 Kelurahan Rambutan Kecamatan Ciracas,
Jakarta Timur. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai bulan
April sampai dengan bulan Desember 2013, dengan rincian sebagai berikut:
C. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan dengan menuturkan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable dan fenomena
yang terjadi saat penelitian berlangsung dan dijelaskan apa adanya. Untuk
memperoleh data, informasi, dan fakta yang mengungkapkan dan menjelaskan
permasalahan dalam penelitian ini digunakan kuesioner dan wawancara.
39
D. Populasi dan Teknik Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneiiti
untuk diteliti dan ditarik kesimpulannya.61 Populasi target dalam ini adalah
seluruh siswa SON Rambutan Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 473
siswa.62 Sedangkan populasi terjangkaunya adalah kelas VI yang berjumlah 75
orang. Dipiiihnya kelas VI sebagai populasi terjangkau karena kelas tersebut telah
lebih lama mengikuti pendidikan di sekolah tersebut. sehingga kelas VI dianggap
objektif dalam melakukan penilaian.
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.63 Sampel yang diambil dari populasi terjangkau adalah 40
siswa dari kelas VIA&B atau 53% dari populasi terjangkau yang dijadikan
sebagai unit analisis penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan sebagai pencatatan peristiwa atau
karakteristik dari sebagian atau seluruh elemen populasi. Untuk mendapatkan data
objektif, maka dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan prosedur yang
sistematis: sebagai berikut:
1. Angket (Kuesioner)
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.
Dimana responden tinggal memilih jawaban yang telah disedjakan dengan
memilih jawaban yang paling tepat pada empat alternatif jawaban yang telah
disediakan. Angket digunakan untuk memperoleh data dari siswa/i terkait
persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di
SON Rambutan 03 Pagi.
2. Observasi
61
Sogiyono, Metodehgi Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&B, (Bandung: Alfabeta,
2011),cetKe.l3, hal. 57
62
Data siswaSDN Rambut 03 Pagi, tahun 2013
63
Sogiyono, Metodehgi Penelitian Kuantiiatif Kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta,
2011), cetKe.13,hal. 80
40
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan untuk memperkuat data yang diperoleh berdasarkan hasil angket
(Kuesioner).
3. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari guru
PAI tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di SDN Rambutan 03
Pagi.
4. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya
SDN Rambutan 03 Pagi, Silabus, RPP, data-data siswa, Guru, dan Karyawan
serta struktur organisasi sekolah.
F. Instrumen Penelitian
1. Definisi Konseptual
Persepsi siswa tentang kemampuan guru adalah pandangan siswa yang
didasarkan pada pengamatan dan pengalamannya tentang kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Defmisi Operasional
Persepsi
siswa
tentang
keamampuan
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran secara operasional adalah pandangan siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran
yang
dilaksanakan
oleh
guru
yang
meliputi
kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan
meliputi; membuka pelajaran dengan tegur sapa dan doa, menimbulkan
motivasi siswa, menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari, dan
melakukan
apersepsi.
Kegiatan
inti
meliputi;
menyampaikan
tujuan
pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, menggunakan metode
pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
secara kondusif, menggunakan komunuikasi secara efektif, empatik dan
santun, dan memberi kesempatan siswa aktif dalam pembelajaran.
41
Sedangkan kegiatan penutup meliputi; melakukan evaluasi pembelajaran,
memberi umpa balik dan tindak lanjut, serta menutup dengan menyemangati.
No
1
2
TABEL 1
Kisi-Kisi Angket
Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran
Dimensi
Indikator
No. Soal
Jml Soal
Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan Inti
a. Membuka pelajaran
dengan tegur sapa dan
doa
b. Menimbulkan
motivasi
siswa
c. Menjelaskan pokok
bahasan yang akan
dipelajari
d. Melakukan apersepsi
1,2,3
3
a. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
b. Menyampaikan materi
pembelajaran
c. Menggunakan metode
pembelajaran
d. Menggunakan media
pembelajaran
e. Melaksanakan
pembelajaran secara
kondusif
f. Menggunakan
komunuikasi secara
efektif, empatik dan
santun
14
1
17,18
2
24, 25, 26
3
30, 31
2
4,5,6,78,9,
8
10,11 15,16
2
12,13
2
27,28,302,33 4
20,29,34,35
4
42
Kegiatan
Penutup
g. Memberi kesempatan
siswa aktif dalam
pembelajaran
19, 21,23
a. Melakukan evaluasi
pembelajaran
b. Memberi umpa balik dan
tindak lanjut
c. Menutup dengan
menyemangati
22, 36,38,39 5
40
37,41,42
4
Jumlah
3
43,44, 45
45
45
G. Teknik Analisa Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul
dari berbagai sumber yang diproses dari kegiatan wawancara, penyebaran angket,
pengamatan lokasi dan dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul,
dianalisis, ditafsirkan dan disimpulkan ke dalam bahasa yang lebih mudah
difahami, logis dan sesuai dengan penelitian yang dibahas. Untuk menganalisa
data dalam penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam menganalisis data yang harus dilakukan adalah editing. Pada tahap
ini dilakukan pengecekan terhadap pengisian angket. Setiap angket diteliti satu
persatu mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran pengisian angket
tersebut agar terhindar dari kesalahan/kekeliruan dalam mendapatkan informasi
sehingga mendapatkan data yang akurat.
2. Scoring
Scoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir jawaban
yang harus dipilih responden. Dalam menentukan scoring hasil penelitian
untuk pertanyaan masing-masing jawaban diberi nilai sebagai berikut:
No
Alternatif Jawaban
Nilai
43
1
Selalu
2
Sering
3
Jarang
4
Tidak Pernah
3. Tabulating
Langkah selanjutnya adalah penghitungan terhadap data yang sudah diberikan
skor. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus statistik presentase,
dengan rumus sebagai berikut:
p = — xm %
Keterangan:
P = Angka Persentase
F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi) atau banyaknya individu
% - Bilangan tetap (Konstanta)
H. Interprestasi Data
Untuk memberikan interprestasi data atas nilai rata-rata yang diperoleh
dari pengadaan perhitungan melalui rumus prosentase yang ada di atas, peneliti
memberikan kriteria penilaian dari hasil angket yang disebarkan.
Dalam memberikan interprestasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan
pedoman interprestasi sebagai berikut:
81-100%
:Efektif
61-80 %
:Cukup
41-60 %
:Kurang64
< 40
: Tidak (efektif)
%
Untuk
64
menentukan
presentase digunakan
rumus
perhitungan
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, "Evaluasi Program Pendidikan",
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Get. Ke.9, Hal. 35
44
sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan
mengalihkanjumlah item pertanyaan dengan skortertinggi.
Menghitung
nilai
skor
(NS),
nilai
ini
merupakan
sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
Menentukan kategori, yakni dengan menggunakan rumus:
NS
P=
X 100%
NH
nilai
rata-rata
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. SEJARAH SDN RAMBUTAN 03 PAGI
SDN Rambutan 03 Pagi didirikan Pada tahun 1975 di atas lahan seluas
2825 M, bekas rawa sehingga apabila hujan deras akan banjir sampai di kelas.
Pemerintah membangun SDN Rambutan 03 dipindah lokasi yang semula berada
di bawah, maka kini berada di atas berdampingan dengan SDN Rambutan 04 Pagi
yg lebih dulu berdirinya. Meskipun kondisi jalan/akses menuju ke SDN Rambutan
03 masih sering kali banjir, namun tidak menyurutkan masyarakat untuk
menyekolahkan putra putri nya di SDN Rambutan 03 Pagi.
Dari semenjak didirikan tahun 1975, SDN Rambutan 03 Pagi pernah
direhab total tahun 1997/1998 hingga kini belum mengalami rehab !agi dari
pemerintah namun dengan adanya dana BOS dan BOP telah mampu mengadakan
perawatan dengan baik.
SDN Rambutan 03 Pagi sampai saat ini telah memiliki pemimpin
sebanyak 6 orang antara lain:
1. Ibu Hj Urip Latifah memimpin dari tahun 1975 - 1988
2. Bpk H.Hutagalung memimpin dari tahun!988 - 1993
3. Bpk H. Firdaus Marhakim memimpin dari tahun 1993 - 1999
4. Ibu Hj Dawiyah Hardini Memimpin dari tahun 1999 - 2005
5. Bpk DRS R. Sudarmaji Memimpin dari 2005 - 2009
6. Ibu Hj Susilowaty, S.Pd memimpim dari tahun 2009 - saat ini.
B. Deskripsi dan Interpretasi Data
Data diperoleh melalui wawancara dengan guru dan penyebaran angket
kepada anak didik, berisi 44 pertanyaan yang dijawab oleh 40 responden. Setelah
data terkumpul hasil dari wawancara dan angket yang penulis bagikan kepada
anak didik, kemudian data diolah dengan menggunakan rumus prosentase yang
disajikan dalam bentuk tabel-tabel berikut ini:
46
1. Kegiatan Pendahuluan
Biasanya sebelum memulai pembelajaran guru masuk kelas dengan
mengucap salam untuk memberikan pembelajaran kepada siswa agar terbiasa
mengucap salam ketika bertemu dengan siapa pun. Salam juga merupakan
pembelajaran untuk saling mendo'akan antara guru dengan siswa, dan siswa
dengan siswa. Lebih jauh, membiasakan mengucap salam dapat menanamkan
nilai karakter religius dan peduli terhadap sesama. Dengan demikian penting
bagi setiap guru untuk memulai pembelajaran dengan mengucap salam.
Berdasarkan wawancara dengan responden, biasanya guru memulai
pembelajaran dengan mengucap salam. Hal ini sesuai dengan persepsi siswa
yang secara umum dapat dinyatakan bahwa belum semua guru mengucapkan
salam ketika memulai pembelajaran. sebagaimana tertera pada tabel di bawah
ini:
Tabel.1
Memulai Pembelajaran dengan Mengucap Salam
No Alternatif Jawaban
S
P%
1
Selalu
40
100
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru PAI selalu memulai
pembelajaran dengan mengucap salam. Hal ini tentu akan member! kesan kepada
siswa bahwa mengucap salam itu merupakan 1ial yang penting dilakukan oleh
sesama muslim. implikasinya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari di sekolah
guru bertemu siswa atau sebaliknya siswa bertemu guru terbiasa mengucapkan
salam. Mengucapkan salam diawal pembelajaran memberi kesan yang baik
terhadap guru yang mengucapkannya.
Kegiatan kedua yang dilakukan guru pada tahap pendahuluan adalah mengisi
daftar hadir untuk memastikan apakah seluruh siswa hadir dan siap untuk belajar.
Di samping itu, mengabsen siswa juga dilakukan untuk menjalin keakraban guru
dengan siswa dan menanyakan kabar siswa sehingga siswa merasa mendapat
perhatian dari guru. Ketika hal ini
47
ditanyakan kepada guru, biasanya beliau mengabsen siswa, walaupun tidak
selalu dilakukan di awal pembelajaran. Menurut guru PAI, mengisi daftar hadir
tidak harus di awal pembelajaran dan juga tidak harus dengan menyebutkan
nama siswa satu persatu, apalagi bagi guru yang sudah sangat mengenal
siswanya. Hanya dengan melihat tempat duduk yang kosongpun guru sudah
tahu siapa yang tidak hadir sehingga tidak perlu dipanggil namanya satu per
satu.
Pernyataan guru PAI juga diakui oleh siswa. Menurut mereka, secara
umum guru jarang mengabsen siswa ketika memulai pembelajaran. Data
mengenai hal tersebut dapat dilihat pada label di bawah ini:
No
2
Tabel. 2
Mengisi Daftar Hadir
Alternatif Jawaban
S
Selalu
Sering
Jarang
31
Tidak Pernah
9
Jumlah
40
P%
100
77.50.
22.50
100
Data selanjutnya adalah berdoa sebelum memulai pebeiajaran. Data
pada tabel di menunjukkan bahwa guru memimpin/meminta siswa memimpin
do'a atau berdoa bersama sebelum pembelajaran dimulai. Ketika hal tersebut
ditanyakan kepada guru, Beliau menyatakan bahwa berdoa bersama selalu
dilakukan walaupun pada jam pertama sudah dilakukan berdoa bersama.
Tabel. 3
Berdoa Bersama Sebelum Memulai Pembelajaran
No
Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
40
100
3
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Walaupun pada jam berikutnya tidak ada doa bersama, paling tidak
ketika akan memulai pembelajaran sebaiknya guru bersama siswa
48
membaca basmalah, sebab pembelajaran adalah kegiatan yang baik. Setiap
pekerjaan yang baik tanpa diawali dengan basmalah akan tertolak, dernikian
sabda Nabi Muhammad SAW. Dari hasil pengamatan, memang guru memulai
pembelajaran dengan membaca basmalah.
Data selanjutnya yang ingin diperoleh adalah tentang penampilan guru,
terutama dalam hal berpakaian. Berpakaian rapi bagi guru merupakan sebuah
keharusan. Guru adalah teladan bagi siswa baik daiam hal perrkataan maupun
perbuatan, bahkan guru adalah model yang akan dijadikan contoh/inspirasi
bagi
siswanya.
Kerapian
berpakaian
juga
menunjukkan
kepribadian
pemakainya, bahkan berpakaian rapi boleh jadi mampu menambah
kewibawaan seseorang. Menurut siswa, secara umum guru PAI sudah
berpakaian rapi setiap masuk kelas sehingga menambah semangat siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Tabel. 4
Berpakaian Rapi setiap Masuk Kelas
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
35
4
Sering
5
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
P%
87.50
12.50
100
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan guru sebelum memulai
pembelajaran adalah memastika kerapian tempat duduk siswa. Data yang
diperoleh lewat angket ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel. 5
Memastikan Kerapian Tempat Duduk Siswa
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
100
5
Sering
Jarang
21
52.50
Tidak Pernah
19
47.50
Jumlah
40
100
49
Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, salah satunya adalah
dengan cara mengatur tempat duduk siswa dengan baik. Tabel di atas
menunjukkan bahwa guru PAI kurang member! perhatian terhadap kerapihan
tempat duduk siswa. Ini berarti bahwa guru kurang jeli dalam menata kelas,
padahal penataan kelas menjadi tugas guru guna menjamin kenyamanan siswa
dalam belajar. Kondisi seperti ini disebabkan karena jumlah siswa yang terlalu
banyak, waktu belajar yang sangat sempit, sehingga guru lebih banyak mengejar
target mated dan kurang mempedulikan hal-hal yang dianggap tidak terlalu
penting.
Di samping harus memastikan kerapian tempat duduk siswa, guru juga harus
memastikan setiap siswa mengenakan seragam sekolah sesuai jadual yang telah
ditetapkan. Sebagai seorang pelajar, siswa diwajibkan untuk menggunakan
seragam sekolahnya dengan rapi karena hal itu merupakan salah satu bentuk
ketaatan siswa terhadap peraturan sekolah. Namun tanpa keterlibatan guru dalam
pelaksanaannya, mustahil siswa akan berseragam sesuai jadual. Oleh karena itu
guru hendaknya selalu memastikan kerapian pakaian yang dikenakan siswa.
Ketika ditanya apakah guru memeriksa seragam yang dikenakan siswa setiap
masuk ketas, umumnya siswa menjawab guru melakukan hal tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa guru peduli dafam menegakkan aturan sekolah yang
berkaitan dengan pakaian seragam siswa. Data tentang hal tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel. 6
Memastikan Seluruh Siswa Berseragam
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
29
6
Sering
11
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Guru juga sebaiknya memeriksa kelengkapan belajar siswa terutama
kelengkapan buku pelajaran, karena buku pelajaran menjadi sumber utama siswa
dalam memahami materi pelajaran, walaupun belakangan ini ada kecenderungan
sekolah hanya menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) sebagai pengganti buku
pelajaran. Alasan penggunaan LKS biasanya karena
50
buku pelajaran harganya mahal, tak terjangkau siswa, sedangkan LKS jauh lebih
murah.
Tabel. 7
Memeriksa Buku Pelajaran Siswa
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
17
7
Sering
8
Jarang
10
Tidak Pernah
5
Jumlah
40
P%
42.50
20.00
25.00
12.50
100
Berdasarkan paparan data pada tabel di atas diketahui bahwa tidak selalu guru
memeriksa buku pelajaran yang akan digunakan.
Tabel. 8
Menanyakan Kabar Siswa
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
8
Sering
5
Jarang
17
Tidak Pernah
18
Jumlah
40
P%
12.50
42.50
45.00
100
Menanyakan kabar siswa merupakan salah satu bentuk motivasi yang
diberikan guru kepada siswa. Namun pada kenyataanya guru tidak selamanya
menanyakan kabar siswa ketika pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menunjukkan
bahwa menanyakan kabar siswa nampaknya belum menjadi kebiasaan di sekolah
tersebut, padahal menanyakan kabar siswa, walaupun terkesan sepele, tapi hal itu
bisa menjadi pembuka bagi guru dalam rangka mengakrabkan dan menghangatkan
suasana pembelajaran sehingga jalannya pembelajaran menjadi lebih rileks, tidak
kaku.
Walaupun guru bisa saja melihat keadaan siswa secara umum dari depan
kelas, dan guru dapat melihat secara langsung jika terdapat siswa yang sedang
kurang sehat sehingga guru tidah harus selalu menanyakan kabar siswa ketika
hendak memulai pembelajaran, namun sangat diyakini bahwa menanyakan kabar
siswa merupakan bentuk kepedulian guru terhadap keadaan siswa.
Tabel berikut berisi data tentang pembiasaan mendoakan siswa/guru/orangtua
siswa yang sakit, yang dimaksudkan sebagai bentuk
51
kepedulian siswa terhadap orang. Dari data ini diketahui bahwa guru PAI
belum sepenuhnya membelajarkan siswa untuk peduli pada orang lain dengan
cara mendoakan.
Tabel. 9
Mendoakan Siswa/Orang tua Siswa yang Sakit
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
9
Sering
7
17.50
Jarang
14
35.00
Tidak Pernah
19
47.50
Jumlah
40
100
Tabel. 10
Menyemangati Siswa untuk Giat Bebajar
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11
27.50
10 Sering
14
35.00
Jarang
15
37.00
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pembefajaran,
dengan motivasi siswa akan lebih semangat untuk mengikuti pembelajaran. Untuk
memotivasi siswa banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru, diantaranya adalah
dengan memberikan nasehat dan masukan kepada siswa. Berdasarkan data tabel di
atas diketahui bahwa sebagian kecil siswa (27.50%) menyatakan guru PAI selalu
memberi nasihat/ masukan yang membuat siswa termotivasi untuk belajar,
sebagian siswa (35%) menyatakan guru sering memberi nasihat, dan sebagian lagi
(37,50%) menyatakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI belum
sepenuhnya memberikan motivasi kepada siswa untuk bersemangat mengikuti
pembelajaran.
Tabel. 11
Memberi Pujian kepada Siswa
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
11 Sering
20
Jarang
20
Tidak Pernah
Jumlah
40
P%
50
50
100
52
Pemberian reward kepada siswa yang dapat mengerjakan tugas dengan
baik dapat menjadi motivasi dan juga dapat menumbuhkan persaingan yang
sehat antara sesama siswa. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa
merasakan hal itu. Kenyataan ini menyiratkan bahwa memberi reward belum
menjadi kebiasaan guru PAI, walaupun ia tahu bahwa hal tersebut mampu
memotivasi belajar siswa.
Tabel.
12 Melakukan Apersepsi
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
11 Sering
6
Jarang
20
Tidak Pernah
14
Jumlah
40
P%
15.00
50.00
35.00
100
Mengaitkan materi yang telah dibahas dengan materi yang akan diajarkan
bertujuan agar siswa mengingat kembali pelajaran yang telah diajarkan. Di
samping itu, agar siswa mengetahui bahwa antara pelajaran yang telah dibahas
dengan pelajaran yang akan dipelajari memiliki keterkaitan. Berdasarkan data
tabel di atas diketahui bahwa guru PAI belum mampu mengaitkan materi telah
dibahas dengan materi yang akan diajarkan.
Tabel. 13
Mengaitkan Materi dengan Kejadian Nyata
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
6
15.00
Jarang
20
50.00
Tidak Pernah
14
35.00
Jumlah
40
100
Mengaitkan materi pembelajaran dengan kejadian-kejadian nyata yang
sedang hangat dibicarakan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan
juga dapat membuat siswa menjadi tertantang untuk mengikuti pembelajaran.
Namun pada kenyataannya guru PAI belum terbiasa mengaitkan materi
pembelajaran dengan kejadian-kejadian yang sedang hangat dibicarakan.
53
2. Kegiatan inti
Tahap kedua dalam proses pembeiajaran adalah tahap inti atau kegiatan
inti
pembelajaran
yang
fokus
utamanya
pada
penyampaian
materi
pembelajaran. Guru menyampaikan materi pembeiajaran dengan menjelaskan
tujuan pembelajaran, menggunakan metode dan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, serta menggunakan bahasa yang
baik sehingga mudah dipahami oleh siswa.
Tabel. 14
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
11 Sering
Jarang
23
Tidak Pernah
17
Jumlah
40
P%
57.50
42.50
100
Menjelaskan tujuan pembeiajaran dimaksudkan untuk menyadaran siswa
bahwa kegiatan pembeiajaran adalah kegiatan yang sengaja direncanakan dan
dilaksanakan, bertujuan, tidak main-main, ada tagihan yang harus dikuasai
siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Dengan mengetahui tujuan
pembelajaran, diharapkan siswa dapat fokus mengikuti pembelajaran agar
tercapai kompetensi yang diharapkan. Bagi guru sendiri, tujuan pembelajaran
memberi arah terhadap proses agar tidak melenceng. Namun nampaknya guru
PAI belum terbiasa menjelaskan tujuan pembelajaran. Banyak alasan mengapa
guru tidak menjela'skan tujuan pembelajaran: mungkin karena keterbatasan
waktu, menganggap bahwa tujuan tersebut tidak perlu dijelaskan karena sudah
terkandung dalam pokok bahasan, dan juga karena dianggap kurang memberi
manfaat. Menurut guru, dijelaskan atau tidak, keadaannya sama saja, siswa
tidak akan faham, sebab dalam belajar yang paling utama adalah bagaimana
kemampuan guru dalam menerangkan materi pelajaran, bukan dalam
menjelaskan tujuan pembelajaran.
Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru menjelaskan sub-sub
pembahasan yang akan diajarkan.
54
Tabel. 15
Menjelasakan Sub-sub Pembahasan
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
15
11 Sering
17
Jarang
8
Tidak Pernah
Jumlah
40
P%
37.50
42.50
20.00
100
Menjelaskan sub-sub pembahasan yang akan diajarkan dapat membantu
stswa mengetahui materi yang akan dipelajari. Berdasarkan data tabel di atas,
diketahui bahwa siswa menyatakan guru biasanya menjeiaskan sub-sub
pembahasan.
Kegiatan selanjutnya adalah menjeiaskan langkah/tahapan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Tabel. 16
Menjeiaskan Langkah-lan ;kah Pembelajaran
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
15
37.50
11 Sering
17
42.50
Jarang
8
20.00
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Menjeiaskan langkah-langkah/tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran
dimakasudkan untuk menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan oleh guru
dan siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data
tabel di atas dapat dinyatakan bahwa umumnya guru menjeiaskan langkalangkah pembelajaran.
Menjeiaskan materi pembelajaran dengan bahasa yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa menjadi tuntutan bagi guru agar penjelasan materi
yang diberikan guru mudah difahami siswa. Ketika ditanya apakah guru
menjeiaskan materi pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti, 55%
siswa menyatakan guru selalu menjeiaskan materi pembelajaran dengan bahasa
yang mudah dimengerti dan 45% siswa menjawab sering. Data tentang hal
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
55
Tabel. 17
Menggunakan Bahasa yang Mudah Dipahami Siswa
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
22
55.00
11 Sering
18
45.00
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah dipahami merupakan
keterampilan yang penting yang harus dimiliki setiap guru, untuk
mempermudah
siswa
dalam
memahami
materi
pembelajaran
yang
disampaikan.
Teikadang penjelasan guru kurang dapat dimengerti siswa jika tidak disertai
dengan contoh-contoh yang relevan, karenanya guru dituntut untuk member!
contoh nyata yang sesuai dengan materi pembelajaran di samping juga harus
menjelaskan secara baik.
Tabel. 18
Menjelaskan Diserfai Contah yang Sesuai
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
6
15.00
11 Sering
8
20.00
Jarang
26
65.00
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Pemberian contoh-contoh yang sesuai dengan materi pembelajaran dapat
membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan.
Berdasarkan data tabel di atas, 15% siswa menyatakan guru selalu menjelaskan
materi pelajaran disertai contoh-contoh, 20% siswa menyatakan sering, dan
65% siswa menyatakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa merasa guru belum membcrikan contoh-contoh yang relevan dengan
materi pembelajaran, sehingga siswa kesulitan memahami materi pembelajaran
yang disampaikan.
Walaupun guru sudah menjelaskan materi pelajaran dengan berbagai
56
contoh, namun belum tentu semua siswa memahami mater! yang telah
dipelajari. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya merupakan sa!ah
satu cara agar siswa dapat menanyakan secara langsung tentang mater!
pembelajaran yang belum dimengerti oleh siswa Oleh karena itu sebaiknya
guru memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk bertanya tentang hal-hal
yang belum bisa difahami.
Tabel. 19
Memberi Kesempatan Siswa untuk Bertanya
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
23
57.50
11 Sering
17
42.50
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa 57% siswa
berpersepsi guru selalu memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dan
42,50% siswa berpersepsi guru sering memberi kesempatan siswa untuk
bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir dalam setiap pembelajaran guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan siswa dapat
bertanya langsung tentang mater! yang belum dimengerti untuk dijelaskan
kembali oleh guru sehingga siswa mengerti pembelajaran yang diajarkan.
Pertanyaan yang diajukan siswa hendaknya ditanggapi secara baik oleh guru,
bahkan sebaiknya pertanyaan tersebut tidak langsung dijawab guru, melainkan
perlu dilontarkan ke kelas menjadi permasalahan bersama agar siswa yang lain
dapat berkontribusi memberikan solusi/jawaban.
Tabel. 20
Menanggapi/Menjawab Pertanyaan dengan Baik
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
25
62.50
11 Sering
15
37.50
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
57
Nampaknya guru di PAI mampu merespon dan menjawab pertanyaan
siswa sehingga dapat menjawab ketidak mengertian siswa terhadap materi
yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket yang menunjukkan
bahwa 62.50% siswa menyatakan guru menanggapi/menjawab pertanyaan, dan
37,50% siswa menyatakan guru sering melakukan hal tersebut.
Pertanyaan yang diajukan siswa sebaiknya tidak langsung dijawab guru, tapi
siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi, baru guru membenarkan atau
menguatkan jawaban siswa. Ketika hal tersebut ditanyakan kepada siswa,
sebagian siswa menjawab guru sering memberi kesempatan kepada siswa lain
untuk menanggapi pertanyaan teman, dan sebagian lag! menyatakan bahwa
guru jarang melakukan hal itu, bahkan ada yang menyatakan bahwa guru tidak
pernah (10%) melakukan hal tersebut. Tabel berikut berisi tentang data yang
dimaksud.
Tabel. 21
Memberi Kesempatan Siswa Lain untuk Menanggapi
Pertanyaan Teman
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
19
47.50
Jarang
17
42.50
Tidak Pernah
4
10.00
Jumlah
40
100
Di samping merespon dan menjawab pertanyaan siswa, guru juga harus
mampu memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi pembelajaran
yang diajarkan dengan menggunakan bahasa yang mud ah dipahami oleh
siswa. Bertanya merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang
guru.
Pertanyaan
dimaksudkan
untuk
mengukur
tingkat
pemahamansiswa terhadap materi yang dipelajari dan untuk mengembalikan
perhatian/fokus siswa terhadap proses yang sedang berlangsung.
58
Tabel. 22
Mengajukan Pertanyaan terkait Materi yang Telah Dipelajari
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
15
37.50
11 Sering
17
42.50
Jarang
8
20.00
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Berdasarkan data tabel di atas, 37,50% siswa menjawab guru selalu
mengajukan pertanyaan kepada siswa, 42,50% siswa menyatakan guru sering
mengajukan pertanyaan, dan 20% siswa lainnya menyatakan guru jarang
mengajukan pertanyaan.
Selain mempelajari materi dari buku paket, sebaiknya siswa juga
dianjurkan untuk membaca sumber-sumber lain agar wawasan mereka
bertambah. Naiaun ternyata guru jarang menganjurkan hal itu. Dari 40 siswa,
hanya 15 siswa (39,50%) yang menyatakan guru sering menganjurkan siswa
untuk membaca sumber lain, selebihnya menyatakan guru jarang bahkan tidak
pernah menganjurkan hal tersebut, sebagaimana data pada tabel di bawah ini.
Tabel. 23
Member! Kesempatan Siswa Membaca Sumber Lain
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
15
39.50
Jarang
20
50.00
Tidak Pernah
5
10.50
Jumlah
40
100
Guru yang baik tidak selalu menjejali siswa dengan informasi yang sudah
jadi, tetapi harus lebih banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk
menggali/mencari dan menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan serta
mempresentasikan hasil temuannya di hadapan kelas. Ketika hal itu ditanyakan
kepada siswa, 39,50% menyatakan guru sering memberi kesempatan mereka
untuk mempresentasikan hasil kerjanya, 50% menyatakan jarang, dan 10,50%
menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun guru memberi
59
kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil kerja mereka, namun tidak
seluruh siswa
mendapat kesempatan untuk presentasi. Data tentang hal itu dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel. 24
Memberi Kesempatan Siswa Mempersentasikan Hasil Kerja
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
15
39.50
Jarang
20
50.00
Tidak Pernah
5
10.50
Jumlah
40
100
Presentasi hasil kerja siswa selanjutnya ditanggapi oleh siswa/kelompok
lain agar seluruh siswa bisa berpartisipasi secara aktif. Berdasarkan tanggapan
siswa, diketahui bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanggapi presentasi siswa lain, namun seperti halnya memberi kesempatan
siswa untuk mempresentasikan hasil kerja, tidak smua siswa dapat memberi
tanggapan.. Data tentang hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 25
Memberi Kesempatan Kelompok
untuk Menenggapi Hasil Kerja Kelompok Lain
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
15
39.50
Jarang
20
50.00
Tidak Pernah
5
10.50
Jumlah
40
100
Selain ceramah, seharusnya guru juga menggunakan metode lain yang
memungkinkan siswa dapat berinteraksi satu sama lainnya, misalnya metode
diskusi. Menurut pendapat siswa, guru sering menggunakan metode yang
memungkinkan siswa bekerja sama dalam kelompok, sebagaimana data pada
tabei di bawah ini.
60
Tabel. 26
Member! Kesempatan Siswa Membahas Materi Secara Kelompok
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
26
65.00
Jarang
14
35.00
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Terdapat berbagai macam cara bagi guru dalam memberikan motivasi kapada
siswa, salah satunya adalah dengan memberikan pujian. Pujian diberikan
kepada siswa yang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Pujian memiliki
pengaruh yang cukup besar dan dapat mendorong motivasi belajar siswa. Guru
PAI juga hampir selalu memberi pujian terhadap siswa yang aktif,
sebagaimana data berikut ini:
Tabel. 27
Memberi Pujian lerhada > Siswa yang Aktif
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
23
57.50
11 Sering
17
42.50
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Hasil angket yang menunjukkan 57% siswa menyatakan guru PAI selalu
memberi pujian, dan 42,50% siswa menyatakan guru sering memberi pujian.
Hal ini berarti bahwa kesadaran guru dalam memberikan motivasi kepada
siswa tergolong tinggi karena motivasi memiliki pejan besar dan berpengaruh
dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
Menarik minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bisa dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan rnenggunakan metode yang
bervariasi. Menggunakan satu metode pembelajaran dalam menyampaikan
materi pelajaran dapat mengakibatkan situasi belajar menjadi kurang
komunikatif dan siswa mengalami kejenuhan. Untuk menghindari hal tersebut,
penggunaan matode pembelajaran yang bervariasi merupakan solusi yang
paling tepat sehingga pembelajaran menjadi terasa menyenangkan.
61
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI tidak selalu mengajar
dengan menyenangkan, sebagaimana dapat dilihat pada label di bawah ini.
Tabel. 28
Mengajar dengan Menyenangkan
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
15
11 Sering
15
Jarang
10
Tidak Pernah
Jumlah
40
P%
37.50
37.50
25.00
100
Sungguhpun guru telah menjelaskan materi pembelajaran dengan baik,
namun tetap saja masih terdapat siswa yang belum sepenuhnya mencapai hasil
belajar sesuai standar yang diharapkan. Siswa masih perlu memperoleh
bimbingan dari guru baik di dalam kelas maupun di luar jam belajar.
Bimbingan guru bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar tentu
sangat membantu siswa dan juga kegiatan pembelajaran itu sendiri, sehingga
siswa dapat mengerjakan tuganya dengan baik dan benar. Ketika hal tersebut
ditanyakan ke siswa, umumnya siswa menjawab guru melakukan bimbingan
bagi siswa yang mengalami mkesulitan belajar.
Tabel. 29
Membimbing Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
15
37.50
11 Sering
15
37.50
Jarang
10
25.00
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Tuntutan guru selanjutnya dalam melaksanakan proses pembelajaran
adalah kemampuan menggunakan/memanfaatkan media. Menggunakan alat
pembelajaran (media) yang sesuai dengan materi yang diajarkan dapat
mengaktifkan interaksi di dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan data
tabel di atas dapat diketahui bahwa guru jarang menggunakan media yang
sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Hal ini dapat terjadi karena
62
keterbatasan media pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah sehingga guru
kurang maksimal dalam penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tabel. 30
Menggunakan Alat Peraga Sesuai Materi
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
19
47.50
Jarang
21
52.50
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Selain buku paket, guru juga harus menyediakan bahan materi tambahan dari
berbagai sumber agar siswa memiliki wawasan yang lebih luas sehingga
pembelajaran lebih hidup. Namun kenyataanya banyak guru yang hanya
mengandalkan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini juga
dilakukan oleh guru PAI, dalam pembelajaran sangat jarang menyiapkan bahan
ajar tambahan yang bisa digunakan siswa. Tabel di bawah ini membuktikan hal
tersebut.
Tabel. 31
Menyiapkan Bahan Materi Tambahan
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
11 Sering
Jarang
25
Tidak Pernah
15
Jumlah
40
P%
62.50
37.50
100
Suasana belajar yang aman dan nyaman serta tidak berisik merupakan suasana
belajar kondusif yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar dapat
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru harus menegur siswa yang
gaduh guna menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa.
Tabel, 32
Menegur Siswa yang Gaduh
No Alternatif Jawaban
S
Selalu
25
11 Sering
15
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
P%
62.50
37.50
100
63
Dari data tabel di atas, dapat diketahui bahwa 62,50% siswa
menyatakan guru selalu menegur siswa yang membuat gaduh, dan 37,50%
siswa menjawab guru sering menegur siswa yang membuat gaduh. Dengan
demikian, guru hampir selalu menegur siswa yang membuat gaduh ketika
pembelajaran sedang dilaksanakan, sehingga siswa merasakan suasana belajar
yang damai dan membuat siswa nyaman untuk mengikuti pembelajaran.
Untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif, seorang guru harus
mampu bertindak tegas terhadap siswa yang nakal. Hal tersebut dilakukan agar
siswa tidak mengulangi hal yang serupa. Di samping itu, memberi tindakan
tegas dimaksudkan agar siswa yang lain tidak merasa terganggu dengan
ulahnya tersebut, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Tabel. 33
Memberi Tindakan Tegas kepada siswa yang nakal
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
25
62.50
11 Sering
15
37.50
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Berdasarkan data pada label di atas diketahui bahwa 62.50% siswa
menyatakan bahwa guru selalu memberi tindakan tegas kepada siswa yang
nakal, sedangkan sisanya menyatakan sering. Dengan demikian, hampir selalu
guru melakukan tindakan tegasterhadap siswa yang nakal, sehingga siswa
merasa jera.
Umumnya
siswa
senang
kalau
pembelajaran
diselingi
dengan
humor/guyon yang edukatif. Apakah guru-guru PAI juga melakukan hal
tersebut? Tabel 30 di bawah ini menjelaskan tentang hal tersebut.
Tabel. 34
Menyelingi Pembelajaran dengan Humor/Canda
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
15
37.50
Jarang
16
40.00
Tidak Pernah
9
22.50
Jumlah
40
100
64
Guyonan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi rasa jenuh yang
dialami siswa selama mengikuti pembelajaran, oleh karena itu guru perlu
sesekali untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada siswa dengan cara yang
berbeda. Berdasarkan data tabel di atas diketahut bahwa 37,50% siswa
menyatakan selalu melaksanakan pembelajaran dengan sesekali menyelipkan
humor, 40% siswa menyatakan hal tersebut, dan 22,50% siswa menyatakan
guru jarang melakukannya.
Kemampuan menguasai materi pembelajaran tidak akan memiliki makna
apa-apa jika dalam menyampaikannya tidak dapat dipahami dengan baik akibat
penggunaan bahasa yang kurang sesuai, oleh karena itu penting bagi guru
menguasai dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Di samping itu,
penggunaan bahasa yang baik dan benar dapat dijadikan sebagai keteladanan
bagi siswa.
Tabel. 35
Menggunakan Bahasa yang Baik dan Benar
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
16
40.00
11 Sering
24
60.00
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa menurut siswa, 40%
guru selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan 60% sering
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa gum
hampir selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika melaksanakan
pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran yang
diajarkan dengan baik.
3. Kegiatan Penutup
Mengakhiri pembelajaran bagi seorang guru menjadi sebuah kegiatan yang
dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran, sebab pada
tahap penutup inilah dilakukan penilaian hasil
65
belajar yang biasa dikenal dengan istilah penilaian formatif. Secara umum
kegiatan yang dilakukan pada tahap penutup meliputi memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk penguatan, menyimpulkan materi pembelajaran bersama
siswa, melakukan penilaian, dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
Tabel. 36
Mengajukan Pertanyaan Terkait Materi
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
19
47.50
11 Sering
21
52.50
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Tabel di atas memuat data tentang pemberian pertanyaan. Ketika siswa
ditanya apakah guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi
yang telah dipelajari, 47.50% siswa menjawab bahwa guru selalu melakukan
hal tersebut, dan 52.50% siswa menjawab guru sering melakukan hal tersebut.
Tabel. 37
Membimbing Siswa Menyimpulkan Materi yang Telah Dipelajari
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
15
37.50
Jarang
20
50.00
Tidak Pernah
5
12.50
Jumlah
40
100
Seluruh tahapan kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara profesional
agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan menimbulkan kesan yang
menyenangkan tanpa terkecuali kegiatan penutup. Oleh karena ttu, seorang
guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah diajarkan dan dengan bimbingannya
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa 37.50% siswa
menjawab sering, 50% siswa menjawab jarang, dan 12.50% siswa menjawab
tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru jarang
66
membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Hal ini dapat
terjadi karena sebagian guru beranggapan bahwa menyimpulkan adalah tugas
guru sehingga menyimpulkan materi pelajaran dilakukan langsung oleh guru.
Tabel berikutnya berisi data tentang penilaian formatif yang dilakukan untuk
mengukur ketercapaian kompetensi. Biasanya penilaian formatif dilakukan
dengan tes tulis.
Tabel. 38
Memberi Ulangan Setelah Materi Selesai Pipelajari
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
16
40.00
Jarang
24
60.00
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Data pada label di atas menunjukkan 40% siswa menyatakan guru sering
melakukan penilaian formatif, dan 24% siswa menyatakan guru sering
melakukan penilaian formatif. Data tersebut menunjukkan bahwa guru yang
jarang melakukan penilaian formatif sehingga sulit diukur ketercapaian
kompetensi siswa terhadap pokok bahasan yang dibelajarkan pada pertemuan
tersebut.
Untuk memastikan siswa tidak mencontek ketika ulangan, seharusnya
guru mengawasi secara ketat ketika ulangan dilaksanakan. Namun ketika hal
itu ditanyakan kepada siswa, 40% siswa menjawab guru sering mengawasi
secara ketat, 60% menjawab guru jarang melakukan pengawasan secara ketat.
Akibatnya guru tidak tahu apakah kompetensi yang sudah dibelajarkan benarbenar telah dikuasai siswa atau belum. Data terkait dengan hal tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 39
Mengawasi Secara Ketat Ketika Memberi Ulangan
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
16
40.00
Jarang
24
60.00
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
67
Kegiatan selanjutnya adalah memberi tugas (PR) sebagai bentuk kegiatan
tindak lanjut. Seharysnya PR diberikan guru sebagai bentuk remedial bagi
siswa yang belum mencapai kompetensi minimal, dan sebagai bentuk
pengayaan bagi siswa yang sudah mencapai kompetensi minimal. Namun
demikian nampaknya hingga saat ini masih sangat jarang guru memberi PR
yang didasarkan pada pertimbangan tersebut, yang terjadi adalah setiap siswa
mendapat PR yang sama tanpa mempertimbangkan tingkat ketuntasannya.
Kondisi ini biasanya terjadi karena guru tidak mau direpotkan dengan hal
tersebut, bahkan mereka khawatir jika siswa diberi PR yang berbeda akan
membuat kecemburuan antar siswa.
Hal tersebut jugadilakukan guru PAI yang memberi tugas PR yang sama
kepada siswa, sebagaimana terlihat data pada tabel di bawah ini:
Tabel. 40
Memberi PR yang Sama kepada Seluruh Siswa
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
40
100
11 Sering
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Umumnya siswa akan sangat senang apabila basil kerja baik yang berupa
lembar jawaban maupun PR atau karya-karya siswa dinilai oleh guru, diberi
catatan perbaikan, lalu dikembalikan kepada siswa. KetikaJial tersebut
ditanyakan, jawaban siswa adalah sebagai berikut
Tabel. 41
Mengembalikan Hasil Kerja Siswa Setelah Diperiksa
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
25
62.50
11 Sering
15
37.50
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
Dari data yang terpampang pada 2 tabel di atas dapat disimpulkan
68
umumnya guru mengembaiikan hasil kerja siswa dengan memberi beberapa
catatan perbaikan sehingga siswa merasaa dihargai hasil kerjanya.
Tidak setiap siswa dapat mencapai kompetensi sesuai dengan target yang
telah ditetapkan guru. Oleh karena itu seharusnya guru dapat menyediakan
waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing siswa sehingga siswa dapat
mencapai ketuntasan belajar. Namun ha! itu nampaknya jarang dilakukan guru
karena keterbatasan waktu, sebagaiman dapat dibuktikan pada hasil angket
yang terangkum pada tabel di bawah ini:
Tabel. 42
Memberi Catatan Perbaikan terhadap Hasil Kerja Siswa
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
Jarang
31
77.50
Tidak Pernah
9
22.50
Jumlah
40
100
Tabel. 43
Menyediakan Waktu Konsultasi di Luar Jam Pelajaran
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
11 Sering
Jarang
21
52.50
Tidak Pernah
19
47.50
Jumlah
40
100
Tabel terakhir berisi data tentang kebiasaan guru dalam mengahiri
pembelajaran. Sebagai muslim yang baik, sudah sepantasnya mengahiri
pembelajaran dengan mengucapkan salam. Hal tersebut juga nampaknya telah
dilakukan oleh guru PAI.
Tabel. 44
Mengakhiri Pembelajaran dengan Pesan yang Bermanfaaf
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
25
62.50
11 Sering
15
37.50
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
69
Tabel terakhir berisi data tentang kebiasaan guru dalam mengahiri
pembelajaran. Sebagai muslim yang baik, sudah sepantasnya mengahiri
pembelajaran dengan mengucapkan salam. Hal tersebut juga nampaknya telah
dilakukan oleh PAI
Tabel. 45
Mengakhiri Pembelajaran dengan Salam
No Alternatif Jawaban
S
P%
Selalu
40
100
11 Sering
Jarang
Tidak Pernah
Jumlah
40
100
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan untuk memperoleh nilai ratarata setiap dimensi variabel penelitian berdasarkan data yang diperoleh melalui
angket, sehingga diketahui secara umum persepsi siswa tcrhadap kemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu digunakan pedoman
interprestasi menurut Suharsimi Arikunto, yaitu:
1. Baik, jika nilai yang diperoleh beradapada interval 81 - 100%.
2. Cukup, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61 - 80%.
3. Kurang, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 - 60%.
4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval < 40%.6565
Untuk
menentukan
prosentase,
digunakan
perhitungan
sederhana dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan
mengalihkan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
b. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian.
c. Menentukan kategori, yakni dengan menggunakan rumus:66
65
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, M.Pd, "Evaluasi
Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktik Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidlkan",
(Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-3, hal. 35
66
Aldiyan Saputra, Efektivitas Manajemen Kelas di SMP Islam Ruhama Ciputat Timur
70
Berikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 33 siswa yang terdiri dari 3
dimensi yaitu:
TABEL 42
Nilai Rata-rata Skor Penelitian Angket Siswa
N0 Dimensi
No Butir
Pernya
Skor
taan
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai Skor
(NS)
NSxlOO%
NH
Katego
ri Nilai
1
Kegiatan
Pendahuluan
1 - 13
(13)
1377
13 x 4
= 52
1377:40
= 34,43
34.43 x 100% = 66,21%
52
Cukup
2
Kegiatan Inti
14-35
(22)
2474
22 x 4
= 88
2472: 40
= 61.80
61.80x 100% = 70,23%
88
Cukup
3
Kegiatan
Penutup
36-45
(10)
1093
10x4
40
= 1093 :40
= 27,33
27.33x 100% = 68,33%
40
Cukup
68,26%
Cukup
Rata-Rata
Berdasarkan perhitungan statistik sederhana di atas dapat diketahui bahwa
baik kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, maupun kegiatan penutup pembelajaran
berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SDN Rambutan 03
Pagi Jakarta memberikan penilaian terhadap guru PAI dalam melaksanakan proses
pembelajaran belum optimal. Berdasarkan hasil perhitungan angket diketahui bahwa
belum optimalnya kegiatan pendahuluan karena guru PAI mengabaikan hal-hal:
mengabsen/memeriksa kehadiran siswa, memastikan kerapian tempat duduk siswa,
menanyakan kabar siswa, mendoakan stswa/orang tua siswa yang sakit agar lekas
sembuh, menghubungkan materi pelajaran yang akan dibahas dengan materi pelajaran
yang telah dipelajari, dan mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian-kejadian
nyata.
Pada kegiatan inti guru PAI belum melakukan hal-hal: menjelaskan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai siswa, memberi kesempatan kepada siswa lain untuk
menjawab ketika ada siswa yang bertanya, memberi kesempatan kepada siswa lain
untuk menjawab, memberi kesempatan kepada
Tangerang Selatan, hal. 87
71
siswa untuk mempelajari materi dari buku dan sumber-sumber lain, meminta
siswa menyampaikan hasil kerjanya di hadapan kelas, meminta siswa/kelompok
lain memberi tanggapan/penilaian terhadap hasil kerja suatu kelompok,
menyiapkan bahan materi tambahan untuk siswa selain buku paket, dan
menggunakan guyonan/canda agar siswa tidak merasa bosan. Sementara pada
bagian penutup, guru PAI belum membantu/membimbing siswa daiam membuat
kesimpulan materi yang dipelajari, memberikan catatan perbaikan pada lembar
hasil kerja siswa, menyediakan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing
siswa yang mengalami kesuiitan belajar, dan menutup pembeiajaran dengan
memberi pesan-pesan yang bermanfaat.
72
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil anatisis data dan pembahasan yang disajikan pada bab
sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut:
1. Siswa SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta memiliki persepsi bahwa
keterampilan guru PAI da I am membuka pelajaran belum optimal
terutama dalam mengabsen/memeriksa kehadiran siswa, memastikan
kerapian tempat duduk siswa, menanyakan kabar siswa, mendoakan
siswa/orang tua siswa yang sakit agar lekas sembuh, menghubungkan
materi pelajaran yang akan dibahas dengan materi pelajaran yang telah
dipelajari, dan mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian-kejadian
nyata.
2. Siswa SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta memiliki persepsi bahwa
keterampilan guru PAI dalam melaksanakan kegiatan inti, terutama dalam
hal menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, member!
kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab ketika ada siswa yang
bertanya, member! kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab,
memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi dari buku
dan sumber-sumber lain, meminta siswa menyampaikan hasil kerjanya di
hadapan
kelas,
meminta
siswa/kelompok
lain
memberikan
tanggapan/penilaian terhadap hasil kerja suatu kelompok, menyiapkan
bahan materi tambahan untuk siswa selain buku paket, dan menggunakan
guyonan/canda agar siswa tidak me rasa bosan.
3. Siswa SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta memiliki persepsi bahwa
keterampilan
guru
PAI
dalam
proses
pembelajaran
cukup
membantu/membimbing siswa dalam memahami materi pembelajaran,
memberikan
catatan
perbaikan
pada
lembar
hasil
kerja
siswa,
menyediakan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing siswa yang
mengalami kesulitan belajar, dan menutup pembelajaran dengan memberi
pesan-pesan yang bermanfaat.
73
Berdasarkan temuan-temuan penelitian di tersebut peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan persepsi siswa tentang
kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berada pada taraf
"Cukup", atau dengan kata lain guru PAI cukup mampu melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran yang perlu
disampaikan terkait dengan kemampuan guru PAI dalam melaksanakan
pembelajaran di Rambutan 03 Pagi Jakarta:
1. Hendaknya guru mengawali pembelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan
penutup dengan melakukan langkah-langkah kegiatan yang mampu
memotivasi dan membangkitkan minat siswa dalam belajar.
2. Hendaknya guru agama terus menerus belajar melalui berbagai media dan
kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya.
3. Kepala Sekolah hendaknya melakukan pembinaan yang optimal melalui
berbagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan mengajar guru PAI.
4. Hendaknya kepala sekolah mengikut sertakan guru PAI dalam berbagai
kegiatan pendidikfm dan pelatihan/seminar tentang pengembangan
kompetensi guru sehingga kemampuan guru PAI dalam melaksankan
pembelajaran
dapat
meningkat
yang
akan
ketercapaian kompetensi siswa yang diharapkan.
berimplikasi
kepada
74
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2009. "Evaluasi Program
Pendidikan Pedoman Teoretis Praktik Bagi Mahasiswa dan / Praktis
Pendidikan", Jakarta: FT Bumi Aksara.
Azra, Azyumardi, 2001. "Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru' Jakarta: Penerbit Kalimah.
Bahri, Syaiful Djamarah & Aswan Zain, 1996. "Strategi Belajar Mengajar",
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Damayanti, Riksa. "Presepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru Hubunganya
Dengan Minat Belajar Siswa Pada Mala Pelajaran PAI".
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, 2007. "Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsek Vmum & Konsep Islami", Bandung: PT.
Refika Aditama.
Jalaluddin, Rakhman, 2000. "Psikologi Komunikasi", Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul, 2009. "Perencanaan Pemhelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru", Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Munadi, Yudhi & Farida Hamid, 2011. "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Krealif, Efektifdan Menyenangkan ", Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Nur, Uhbiyati, 2005. "Ilmu Pendidikan Islam", Jakarta : CV. Pustaka Setia.
Nurdin, Muhamad, 2004. "Kiat Menjadi Guru Profesional", Yogyakarta:_
Primasophie.
Purwanto, Ngalim M, 2009. "Prinsip-Primip dan Teknik Evaluasi Pengajaran ",
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahman, Abdul Shaleh dan Muhbib A. Wahab, 2004 . "Psikologi Suatu
Pengantar (Dalam Perspektif Islam) ", Jakarta: Kencana.
Rita L, Atkinson dkk, 2003. "Pengantar Psikologi", Jakarta: Erlangga.
Sabri, Alisuf M, 1993. "Pengantar Psikologi Vmum dan Perkembangan", Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya.
75
Sabri, Ahmad, 2010. "Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching",
PT. Ciputat/Press.
Siregar, Eveline & Martini Nara, 2010. "Teori Belajar dan Pembelajaran ",
Bogor: Ghalia Indonesia.
Slameto, 1995. "Belajar dan Faklor-Faktor Yang Mempengaruhi", Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono, 2011. "Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitaiif dan R&B ",
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto, 2002. "Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek”
Jakarta: Balai Pustaka.
Surya, et.all. 2004. "Kapita Selekla Kependidikan SD", Jakarta: Pusat Penerbitan
UT, Get. Ke-17.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002. "Kamus Besar Bahasa Indonseia ",
Jakarta: Balai Pustaka.
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan, Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Uno, Hamzah B, 2008. "Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan
Reormasi/Pendidikan di Indonesia", Jakarta: PT Bumi Askara.
Usman, Moh. Uzer, 2011. "Menjadi Guru Profesional", Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Wirawan, Sarlito Sarwono, 2003. "Penganlar Umum Psikologi", Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Walgito, Bimo, 2007. "Psikologi Sosial", Yogyakarta: Andi Offset.
_____, 2008. "Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajran", Jakarta: Kencana.
_____, 2006. "Strategi Pembelajaran ", Jakarta: Prenada Media Group."
_____, 2008. "Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan PraktekPengembangan
KTSP ", Jakarta: Kencana.
Zurinal, Z dan Wahdi Sayuti, 2006. "Ilmu Pendidikan Penganlar dan DasarDasar Pelaksanaan Pendidikan ", Jakarta: UIN Jakarta Press
76
LAMPIRAN
77
Lampiran 1
ANGKET
Persepsi Siswa tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di
SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta
PETUNJUK DAN PENGISIAN KUESIONER (ANGKET)
1. Angket ini dibuat hanya untuk kepentingan ilmiah dalam rangka menyusun
sebuah skripsi tidak ada tujuan lain. Oleh karena itu, jawaban siswa/i akan
dijamin kerahasiaannya.
2. Isilah data diri anda dengan lengkap.
3. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan, kemudian jawablah dengan jujur
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
4. Berilah tanda (V) pada salah satu jawaban yang tersedia.
5. Atas kesediaannya, saya ucapkan banyak terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Jenis Kelamin : (L/P)
Kelas
:
1. Guru Agama memuiai pembelajaran dengan mengucapkan salam.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D, Tidak Pernah
2. Guru Agama mengabsen/memeriksa kehadiran siswa.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
3. Guru Agama bersama dengan siswa berdo'a sebelum memuiai pembelajaran.
A. Selalu
B. Sering
C Jarang
D. Tidak Pernah
4. Guru Agama berpakaian rapi setiap masuk kelas
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
5. Guru Agama memastikan kerapian tempat duduk siswa.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
6. Guru Agama memastikan seluruh siswa mengenakan seragam sesuai jadwal.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
7. Guru Agama memeriksa buku pelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
8. Guru Agama menanyakan kabar siswa.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
9. Guru Agama mendoakan siswa/orang tua siswa yang sakit agar lekas sembuh
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
78
10. Guru Agama memberikan nasehat
yang membuat siswa semangat untuk
beiajar,
A. Selalu
B. Bering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
11. Guru Agama memberikan hadiah/pujian kepada siswa yang dapat
mengerjakan tugas dengan benar.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
12. Guru Agama menghubungkan materi pelajaran yang akan dibahas dengan
materi pelajaran yang telah dipelajari
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
13. Guru Agama mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian-kejadian nyata.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
14. Guru Agama menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
15. Guru Agama menjelaskan sub-sub pembahasan yang akan diajarkan
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
16. Guru Agama menjelaskan langkah-langkah/tahapan pembelajaran yang akan
dilaksanakan
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
17. Guru Agama menjelaskan materi pembelajaran dengan bahasa yang mudah
dimengerti siswa
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
18. Guru Agama memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan materi pelajaran
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
19. Guru Agama memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami.
A. Selalu B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
20. Guru Agama menanggapi/menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa
dengan baik.
A. Selalu B. Sering
C. Jarang
D, Tidak Pernah
21. Ketika ada siswa yang bertanya, Guru Agama memberi kesempatan kepada
siswa lain untuk menjawab.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
22. Guru Agama mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi
pembelajaran yang telah diajarkan.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
79
23. Guru Agama memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi
dari buku dan sumber-sumber lain.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
24. Guru Agama meminta siswa menyampaikan hasil kerjanya di hadapan kelas,
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
25. Guru Agama meminta siswa/kelompok lain memberi tanggapan/penilaian
terhadap hasil kerja suatu kelompok.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
26. Guru Agama memberi kesempatan siswa untuk membahas materi secara
berkelompok
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
27. Guru Agama memberikan pujian terhadap siswa yang aktif dalam mengikuti
pembelajaran.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
28. Guru Agama mengajar dengan sangat menyenangkan.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
29. Guru Agama memberikan bimbingan/arahan/bantuan kepada siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
30. Guru Agama menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
31. Selain buku paket Guru Agama juga menyiapkan bahan materi tambahan
untuk siswa.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
32. Guru Agama menegur siswa yang membuat gaduh dalam proses
pembelajaran.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
33. Guru Agama memberikan tindakan tegas/memberi hukuman terhadap siswa
yang nakal.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
34. Guru Agama menggunakan guyonan/canda agar siswa tidak merasa bosan.
A. Selalu
B. Sering
G. Jarang
D. Tidak Pernah
35. Guru Agama menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika melaksanakan
pembelajaran.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
80
36. Guru Agama mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang telah
dipelajari.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D, Tidak Pernah
37. Guru Agama membantu/membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
materi yang dipelajari.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
38. Guru Agama memberikan ulangan/tes setiap materi yang telah dipelajari.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
39. Setiap memberi ulangan/tes Guru Agama mengawasi secara ketat agar siswa
tidak bisa mencontek.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
40. Guru Agama memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah (PR) setiap
pembelajaran selesai.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
41. Guru Agama mengembalikan hasil kerja siswa setelah diperiksa.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
42. Guru Agama memberikan catatan perbaikan pada lembar hasil kerja siswa.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
43. Guru Agama menyediakan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
44. Guru Agama mengakhiri pembelajaran dengan memberi pesan-pesan yang
bermanfaat.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
45. Guru Agama mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.
A. Selalu
B. Sering
C. Jarang
D. Tidak Pernah
Download