PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN RAMBUTAN 03 PAGI JAKARTA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S,Pd.I) Disusun Oleh : M. BASRI NIM: 809011000340 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN RAMBUTAN 03 PAGI JAKARTA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S,Pd.I) Oleh: M. BASRI NIM: 809011000340 Di bawah Bimbingan : JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 i LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ` Skirpsi yang berjudul Persepsi Siswa tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur disusun oleh M. Basri, Nomor Induk Mahasiswa 809011000340, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 21 April 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 13 Mei 2014 Panitia Ujian Munaqasah Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi Berjudul Persepsi Siswa Ten tang Kemampuan Mengajar Guru Pendidik Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi disusun oleh M.BASRI, NIM 809011000340, Jurusan Pendididkan Agama Islam ,Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diuji pada siding munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas Jakarta 11 Desember 2013 iii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. BASRI NIM : 809011000340 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Alamat : Tin . H. Kudun RT 009 RW 009 No. 104 Ciracas Kec. Ciracas Jakarta Timur MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa Skripsi yang berjudul Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta adalah benar hasil karya / di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing : Drs. H. Mu'arif SAM M.Pd. NIP : 19650717 199403 1 005 Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan siapmenerima segala konsekuensi bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. iv ABSTRAK M. BASRI, NIM: 809011000340. Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam dl SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur, Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara empiris mengenai persepsi peserta didik tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan dengan menururkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan dijelaskan apa adanya. Untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini digunakan kuesioner. Hasil penelitian mengungkapkan umumnya siswa berpersepsi guru PAI belum memiliki kemampuan mengajar secara optimal baik dalam rnembuka pelajaran, melakukan kegiatan inti pelajaran, maupun menurup pelajaran. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan mengajar yang berada pada taraf "Cukup", atau dengan kata lain guru PAI cukup mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan hendaknya guru mengawali pembelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan penutup dengan melakukan langkah-langkah kegiatan yang mampu memotivasi dan membangkitkan minat siswa dalam belajar, terus menerus belajar melalui berbagai media dan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya. Kepala Sekolah hendaknya melakukan pembinaan yang optimal melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan mengajar guru PAI, dan mengikut sertakan guru PAI dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan/seminar tentang pengembangan kompetensi guru sehingga kemampuan guru PAI dalam melaksankan pembelajaran dapat meningkat yang akan berimplikasi kepada ketercapaian kompetensi siswa yang diharapkan. v KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang berkenaan dengan pengaturan waktu, pengumpulan data maupun biaya yang tidak sedikit. Namun dengan kerja keras dan dukungan serta motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dra. Nurlena Rifai MA,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarip Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd, Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, perhatian dan nasehat yang penulis butuhkan selama pembuat skripsi ini dan bantuan yang teramat banyak diberikan selama penulis menempuh studi di fakultas ini. 4. Seluruh Dosen Jurusan PAI yang telah membimbing dan mendidik penulis 5. Hj. Sosilowati, S.Pd, Kepala SDN Rambutan 03 Pagi beserta guru-guru, karyawan dan para siswa-siswi, yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian dan membantu dalam pencarian data-data dan memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Diding Sulaiman S.Pd.I, guru PAI SDN Rambutan 03 Pagi yang telah bersedia dijadikan sebagai objek penelitian. 7. Masnon, Istri tercinta, dan anak-anak yang telah mendukung penulis untuk melanjutkan studi ke jenjang SI. vi 8. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala kebaikan tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua sepanjang kehidupan kita. Amin. Penulis vii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYAILMIAH ABSTRAK ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTARISI ..................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 Identifikas Masalah ............................................................................. 6 Pembatasan Masalah ........................................................................... 7 Perumusan Masalah ............................................................................. Tujuan Penelitian ................................................................................. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................... BAB II. KAJIAN TEORI A. Persepsi ................................................................................................ 8 1. Pengertian Persepsi 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ................................ 9 B. Kemampuan Guru dalam Mengajar ..................................................... 11 1. Pengertian Pembelajaran 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran ....................................................... 13 3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar....................................... 18 4. Langkah-langkah Pembelajaran .................................................... 30 BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. B. C. D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 38 Tempat dan Waktu Penelitian Metodelogi Penelitian Populasi dan Teknik Sampling ............................................................ 39 viii E. F. G. H. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39 Instrumen Penelitian............................................................................. 40 Teknik AnalisaData .............................................................................. 42 Interpretasi Data ................................................................................... 43 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Sejarah SDN Rambutan 03 Pagi .......................................................... 45 B. Deskripsi dan Interprestasi Data 1. Kegiatan Pendahuluan .................................................................. 46 2. Kegiatan Inti .................................................................................. 53 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 72 B. Saran .................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74 LAMPIRAN ix 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam pengembangan sumberdaya manusia sebuah bangsa. Melalui pendidikanlah, setiap generasi muda dipersiapkan untuk menjadi lebih siap dalam menghadapi masa depannya. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.1 Senada dengan pendapat Azyumardi Azra tersebut di atas, dalam pasal 1 ayat 1 UU. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2 Proses pendidikan yang dimaksud dalan uraian di atas, bukan hanya pendidikan formal melalui lembaga pendidikan/persekolahan tertentu, tetapi juga termasuk pendidikan non formal (misalnya di keluarga) dan informal (di lembaga kursus atau pelatihan). Dalan kaitannya dengan penelitian ini, pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan persekolahan. Esensi dari sebuah pendidikan persekolahan adalah proses pembelajaran. Kualitas pendidikan persekolahan yang baik tidak akan lahir tanpa kualitas pembelajaran yang baik pula. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan persekolahan tidak dapat mencapai tujuan yang maksimal bila belum menyentuh perbaikan proses pembelajaran. Salah satu komponen yang berperan penting dalam pengembangan proses pembelajaran tersebut adalah 1 Azyumardi Azra, Pendidikan Mam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Penerbit Kalimah, 2001), Get. Ill, h. 3. 2 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2 faktor guru. Kualitas pembelajaran yang baik dapat muncul dari adanya guru yang berkualitas. Guru merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Gurulah yang berhadapan langsung dengan anak didik oleh sebab itulah maka wajar jika dikatakan bahwa guru merupakan aspek yang penting sebagai faktor yang menentukan bagi masa depan sebuah bangsa. Dengan demikian maka, "... pendidik (guru) mempunyai tanggung jawab yang sangat berat"3 Tanggungjawab yang sangat berat tersebut dikarenakan strategisnya peran guru dalam proses pendidikan. Begitu sangat strategisnya kedudukan guru ini dalam proses pendidikan, maka dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tepatnya Bab III Pasal 7, diamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.4 Dengan adanya guru yang profesional sebagaimana prinsip tersebut di atas maka diharapkan pembelajaran yang berkualitas akan lahir. Sebab pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses pengelclaan pendidikan. Pembelajaran harus pula melibatkan peserta didik dengan segala karakteristiknya, mulai dari kemampuan, motivasi, latar belakang keluarga, 3 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Primasophie, 2004), Cetakan I, h. 50. 4 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 3 lingkungan, ekonomi, dan sebagainya. Sehingga terjadi komunikasi yang seimbang antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan sesama peserta didik, dan sebagainya. Dengan kinerja baik yang ditampilkan guru maka diharapkan dapat berdampak positif bagi pembelajaran peserta didik, sebab peserta didik dapat mengamati langsung kinerja guru dalam pembelajaran di kelas. Namun terkadang, kinerja guru yang maksimal hanya ditunjukkan saat diamati oleh pimpinannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa atasan guru seperti kepala sekolah dan pengawas sekali pun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta. Memang program kunjungan kelas oleh kepala sekolah atau pengawas, tidak mungkin ditolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi. Dalam penyelenggaraan pendidikan di bangsa kita, proses pembelajaran di kelas masih merupakan otoritas guru sepenuhnya. Sangat jarang ditemukan pihak luar yang peduli, memerhatikan serta mencermati pelaksanaan pembelajaran guru di depan kelas. Bahkan sering dikatakan bahwa pekerjaan guru adalah merupakan profesi yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, kecuali klien (peserta didik). Apabila ada pihak lain, baik itu pengawas, kepala sekolah, apa lagi sesama guru yang ingin tahu bagaimana seorang guru mengajar, maka hal ini dianggap tidak biasa atau karena memang ada tugas/tanggungjawab dari pihak yang akan mengamati kinerja guru tersebut dalam mengajar. Berbagai uraian di atas, -secara tidak langsung- pada dasarnya menunjukkan bahwa sosok profesi guru dapat ditinjau melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional memiliki tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi tercermin dari kemampuan mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang mampu memikul dirinya, mengelola dirinya, 4 mengendalikan dirinya, menghargai dan mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagi bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan pengetahuan dan perangkat keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama, yang berperilaku senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.5 Guru adalah orang tua kedua bagi para siswanya terutama di sekolah. Semua yang dilakukan oleh orang tua secara otomatis akan diikuti oleh anak- anak mereka, baik itu hal yang baik maupun hal yang buruk. Orang tua adalah model keteladanan yang paling dekat dengan anak. Guru di sekolah juga memiliki peran dalam pembentukan kepribadian dan perilaku para siswanya terutama di sekolah. Para siswa menghabiskan cukup banyak waktu di sekolah dan mereka akan bertemu dan berhadapan langsung dengan para guru yang rnengajar mereka. Para siswa akan melihat dan bahkan cenderung mencontoh atau mengimitasi sikap dan perilaku dari guru mereka.5 Peserta didik akan mempersepsikan bagaimana perilaku/sikap guru mereka dalam proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Persepsi yang baik dari seorang peserta didik cenderung akan menimbulkan sikap positif dalam pembelajaran sehingga dapat berdampak pada minat yang baik untuk mengikuti pelajaran yang diampu oleh guru bersangkutan. Sebaliknya, persepsi yang tidak baik dari seorang peserta didik kepada guru, salah satunya dapat berdampak pada menurunnya semangat belajar peserta didik tersebut dalam mengikuti pembelajaran yang diampu oleh guru yang bersangkutan. Mulanya minat anak-anak di SDN Rambutan 03 Pagi dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah cukup baik dibandingkan sebelumnya karena adanya peningkatan fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan adanya minat ini maka perhatian dan usaha peserta didik akan lebih besar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Slameto bahwa 5 Surya, et.all, Kapita Sekkta KependidikanSD. (Jakarta: Pusat Penerbitan UT, 2004), Get. ke-17, h. 47 5 "minat merupakan suatu rasa ketertarikan pada suatu hal dan atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat".6 Pada perkembangan berikutnya banyak siswa yang kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi. Beberapa indikasinya adalah timbulnya kepasifan dalam proses belajar. Tentunya tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikapnya terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saja, banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu peserta didik sedangkan faktor eksternal berasal dari luar individu peserta didik. Faktor-faktor tersebut ada yang mendukung dan ada pula yang menghambat peserta didik dalam belajar. Faktor pendukung misalnya adanya iming-iming hadiah dari pihak lain bila prestasi belajarnya meningkat, tersedianya saran dan prasarana yang baik, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menghambat peserta didik dalam belajar misalnya motivasi yang rendah, sarana dan prasarana yang terbatas, dan sebagainya. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam diberikan oleh guru untuk menumbuhkembangkan minat belajar agama yang dirasakan masih belum optimal, karena tatap muka jam pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Oleh karena itu, sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam sangat besar peranannya dalam membantu mengembangkan minat siswa dalam belajar agama Islam. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara dan metode pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat dicapai. Peserta didik yang menurun prestasi belajarnya terutama pada pembelajaran agama Islam bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya rnenganggap pelajaran agama Islam tidak terlalu penting, pengelolaan kelas kurang baik, ditambah jam tatap muka pada pelajaran agama Islam cuma sedikit yaitu dengan alokasi waktu 2 x jam pelajaran (2 x 40 menit) dalam satu minggu. 6 h. 57 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 6 Apabila kompetensi guru agama Islam rendah dan tidak mampu menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dapat berdampak pada minat belajar Pendidikan Agama Islam yang menurun diiringi dengan prestasi belajar yang tidak optimal. Idealnya, guru hams mampu menampilkan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat/perhatian peserta didik. Dengan penampilan guru yang baik dalam pembelajaran di sekolah, maka diharapkan peserta didik akan melihat hal itu sehingga mereka menjadi tertarik dan lebih bersemangat dalam memahami materi yang disampaikan. Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana "presepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta". B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diidentifikasi adalah : 1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta 2. Minimnya alokasi waktu yang ada pada pembelajaran PAI di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta. 3. Belum terdapat kegiatan keagamaan yang maksimal yang sudah diterapkan oleh guru PAI di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta. 4. Guru PAI belum terampil dalam melaksanakan pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan penulisan hari-hari yang ada, maka banyak variabel yang potensial mempengarhui kepuasan kerja guru, antara lain supervisi kepala sekolah, budaya oraginasi, kompetensi sosial, iklim organisasi disiplin kerja dan kemitraan organisasi. Mengingat keterbatasan penelitian dalam hal waktu, biaya, pengetahuan dan tenaga, maka tidak semua variabel tersebut diteliti semua, oleh 7 karena itu penelitian ini dibatasi hanya meneliti dua variabel yaitu supervisi anak didik kelas VI SDN Rambutan 03 Pagi dan kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimana persepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta?" E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara empiris mengenai persepsi peserta didik tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta. F. Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, utamanya : 1. Bagi Kepala Sekolah Dasar Negeri Rambutan 03 Pagi Jakarta, sebagai sumbangan pikiran dalam usaha meningkatkan kinerja guru-guru secara umum dan guru Pendidikan Agama Islam secara khusus. 2. Bagi guru-guru SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta, untuk dijadikan bahan masukan dalam memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, khususnya tentang bagaimana cara pandang peserta didik terhadap guru mereka sehingga ada usaha yang sungguh-sungguh dari guru dalam meningkatkan proses pembelajaran di kelas. 3. Ilmu agama yang dimiliki sebagai bekal masa depan bagi dirinya dan di lingkungan masyarakat sekitar. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Dalam kamus besar bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai 1) tanggapan (penerima) langsung dari sesuatu atau bisa juga diartikan dengan serapan, 2) proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.7 Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, "persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.8 Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa persepsi sebuah proses memberi makna terhadap suatu obyek yang ada di sekeliling seseorang dengan cara menggabungkan dan mengorganisir terhadap data-data yang diperoleh melalui penginderaan. Menurut Jalaluddin Rakhmat, "persepsi adaiah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulasi inderawi (sensory stimuli)".9 Pengertian persepsi berdasarkan pandangan ini, persepsi dapat difahami sebagai pengalaman seseorang terhadap suatu obyek yang diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Hal ini senada dengan pengertian persepsi menurut Abdul Rahaman Shaleh dan Muhbib A. Wahab. Definisi lain tentang persepsi dikemukakan oleh Rita L. Atkinson dkk, yang menyatakann bahwa persepsi adalah "proses di mana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan".10 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2002), Ed 3, Get. 2, Hal. 863 8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (dalam perspektif Islam), (Jakarta: Kencana, 2004), Get. 1, Hal. 88 9 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Get. 15, Hal. 51 10 Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2003), Jilid 1, Ed. 8, Hal. 29 9 M. Alisuf Sabri juga ikut menyumbangkan pendapatnya tentang pengertian "persepsi atau pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indera".11 Beberapa pendapat para ahli tentang persepsi di atas menyiratkan pemahaman bahwa persepsi merupakan kegiatan mengamati lingkungan sekitar (objek) yang dilakukan dengan menggunakan panca indera sehingga mendapatkan informasi untuk kemudian digabungkan dan selanjutnya diungkapkan kembali berdasarkan pengalaman yang didapat. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Di samping itu, persepsi juga adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan. Nampaknya persepsi siswa berbeda antara satu sama lainnya objek yang sama. Perbedaan pribadi seorang dengan yang lain merupakan bukti keunikan manusia sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pengungkapan pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk menilai objek dan memberikan makna stimulus inderawi. Bentuk pengungkapan pendapat dari seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman yang ia miliki, pemahaman tersebut berkaitan erat dengan persepsi. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri atau terjadi begitu saja, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya 11 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu , 1993) Get. 1, Hal. 45-36 10 (eksternal). Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono terdapat enam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi, yaitu: (a) Perhatian, (b) Set, (c) Kebutuhan, (d) Sistem nilai, (e) Ciri kepribadian dan, (f) Gangguan kejiwaan.12 a. Perhatian: manusia biasanya tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang terdapat disekitarnya secara sekaligus, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan manusia dalam menggunakan panca inderanya secara bersamaan. Di samping itu, perhatian yang terbagi mengakibatkan konsentrasi yang terpecah sehingga tidak dapat menerima informasi secara utuh. Oleh karena itu manusia hanya bisa memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu degan orang lain menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka. b. Set: adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari. c. Kebutuhan: kebutuhan merupakan sesuatu yang perlu untuk dipenuhi oleh seseorang. Baik kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, dan kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai suatu objek. d. Sistem nilai: pandangan hidup suatu masyarakat dengan mayarakat yang lain memiliki perbedaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik budaya dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Sehingga budaya dan system nilai yang ada dapat mempengaruhi persepsi sesorang tentang suatu objek yang diamati. e. Ciri kepribadian: ciri kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Misalnya A dan B bekerja pada suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A pemalu dan penakut mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B yang mempunyai 12 Sarlito Wirawan Sarwono, Peengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 003), Get. 9, Hal. 46-47 11 lebih kepercayaan diri menganggap atasannya sebagai tokoh yang bisa diajak bergaul seperti orang biasa lainnya. f. Gangguan kejiwaan: gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderitanya saja. Dalam menentukan persepsi seseorang tidak terlepas dari pengaruh kondisi dalam diri orang tersebut, karena kondisi mempunyai pengaruh besar dalam diri seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Apabila keadaan dan kondisi orang tersebut baik, maka hasil persepsi atau kemampuan berpikir seseorang dalam mempersepsikan juga akan baik pula. Berdasarkan kajian teori tentang persepsi, maka yang dimaksud dengan persepsi dalam penelitian ini adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsanganrangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indera. Persepsi seseorang diyakini berpengaruh pada perilakunya dan perilaku tersebut akan berpengaruh pada motivasinya. B. Kemampuan Guru dalam Mengajar 1. Pengertian Pembelajaran Dalam keseluruhan proses pelaksanaan pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Kegiatan belajar mengajar senantiasa melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Perpaduan dari keduanya tersebut melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Menurut Eveline dan Martini, pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri 12 seseorang.13 Senada dengan itu, menurut Miarso sebagaimana dikutip oleh Eveline Siregar dan Martini Nara pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum peroses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali.14 Dari beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan secara sengaja, terarah dan terencana yang di dalamnya terdapat interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta didik, yaitu dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten. Interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran disebut juga interaksi belajar mengajar, karena di dalam interaksi tersebut terjadi proses belajar dan proses mengajar yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun tugas siswa adalah belajar yaitu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga tujuan dapat tercapai sesuai dengan apa yang dicita-citakan di dalam dirinya. Oleh karena itu, guru yang memiliki peran sebagai sumber belajar, pengelola pembelajaran, fasilitator, pembimbing, motivator, demonstrator dan evaluator harus mampu untuk berinteraksi secara baik dengan para peserta didik. Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif dan hal tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, memberikan peluang kepada siswa untuk berinovasi, menjadikan siswa sebagai manusia yang kreatif, membangun komunikasi pembelajaran yang efektif dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.15 13 Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran", (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Get. Ke-1, hal. 13 14 Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran",... hai. 12-13 15 Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aklif Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2, hal. 33-36 13 Guru harus mampu memotivasi anak didiknya sehingga anak didik merasa termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Di samping itu peserta didik diharapkan dapat mengikuti pembelajaran secara aktif dengan menunjukkan keaktifannya melalui bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Keaktifan anak didik mencakup kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru, antara anak didik dengan anak didik, anak didik dengan bahan dan media pembelajaran bahkan anak didik dengan dirinya sendiri. Dengan demikian guru harus mampu melibatkan para peserta didik dalam pembelajaran secara maksimal tanpa mengabaikan perbedaan individual anak didik, baik aspek intelektual dan psikologis sehingga partisipasi anak didik dapat menjadi salah satu bentuk interaksi edukatif yang membantu dalam mancapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian tentang pembelajaran, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu usaha yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan dan pelaksanaannya terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang sehingga guru berperan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif guna membantu anak didik dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. 2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses kegiatan pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar. Prinsip-prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar anak didik dapat berperan aktif di dalam proses kegiatan pembelajaran. 14 Yudhi Munadi dan Farida Ham id mengungkapkan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut: a) mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, b) memberikan peluang kepada siswa untuk berinovasi, c) menjadikan siswa sebagai manusia yang kreatif, d) membangun komunikasi pembelajaran yang efektif, e) dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.16 Dari prinsip-prinsip yang telah dikemukakan di atas, maka setiap prinsip dapat diuraikan sebagai berikut: a. Mengaktifkan Siswa dalam Proses Pembelajaran Belajar adalah wujud keaktifan siswa di dalam proses kegiatan pembelajaran. Keaktifan belajar anak didik ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Oleh karena itu, keaktifan yang dimiliki anak dapat berkembang ke arah yang positif jika lingkungannya memberikan pengaruh dan dukungan yang baik untuk mendukung keaktifan anak didik tersebut. Dengan demikian peran serta anak didik di dalam proses kegiatan pembelajran perlu untuk selalu ditingkatkan agar anak didik teriibat aktif dalam pembelajaran tersebut. Pendekatan belajar aktif, adalah pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri. Kemampuan belajar mandiri tersebut merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu, pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian anak didik agar tetap berkonsentrasi pada proses kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam pelaksanaan pembelajran aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator 16 Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, fjeatif, Efektifdan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2, -.si. 33-38 15 yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai nara sumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi anak didik, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar yang bermakna dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan. Dengan pendekatan belajar aktif anak didik diharapkan akan mampu mengenal dan mengembangkan kemampuan belajar dan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, belajar aktif memiliki arti sebagai belajar yang efektif untuk dapat membentuk anak didik sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemauan belajar sepanjang hidupnya. Ciri-ciri pokok pembelajaran aktif yaitu: 1) Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dengan menggunakan sumber belajar yang bervariasi. 2) Memotivasi anak didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 3) Menantang bagi anak didik untuk mengikuti pembelajaran. 4) Guru memberikan keteladanan kepada anak didik sehingga anak didik memiliki pandangan yang positif terhadap gurunya.17 b. Memberikan Peluang kepada Siswa untuk Berinovasi Di dalam prinsip ini, pembelajaran yang dilaksankan diharapkan mampu memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anak didik untuk berinovasi. Inovasi memiliki arti pembaruan dan perubahan, inovasi adalah suatu gagasan atau tindakan perubahan menuju ke arah perbaikan atau berbeda dari yang sebelumnya, dilakukan secara sengaja dan berencana. Memberikan peiuang kepada anak didik untuk melakukan inovasi bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki anak didik agar dapat dikembangkan secara maksimal. Sehingga dengan demikian diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik 17 Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2, hal. 32 16 dan anak didik merasa nyaman dan senang untuk mengikuti pembelajaran. c. Menjadikan Siswa sebagai Manusia Kreatif Anak didik merupakan manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, oleh karena itu anak didik membutuhkan bantuan orang lain (guru) untuk membimbingnya. Dalam membentuk anak didik agar menjadi manusia yang kretif, guru harus mampu memfasilitasi belajar siswa sehingga suasana belajar yang dialami siswa kondusif. Dalam hal ini, guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik professional yang mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan kreatif. Dengan penyampaian pembelajaran yang kreatif tersebut, diharapkan siswa mampu termotivasi untuk menjadi seorang yang berbeda dan hasil yang maksimal. Sehingga dengan demikian, para anak didik diharapkan mampu menjadi seorang yang kreatif yang nantinya akan berguna bagi kehidupannya di masa mendatang. d. Membangun Komunikasi Pembelajaran yang Efektif Dilihat dari prosesnya, pembelajaran dapat diartikan sebagai komunikasi. Karena di dalam pembelajaran terdapat komunikator (guru) sebagai orang yang menyampaikan pesan, pesan (materi pelajaran) yang disampaikan oleh guru, dan komunikan (anak didik) sebagai orang yang menerima pesan yang disampaikan. Ke tiga komponen tersebut merupakan komponen-komponen di dalam komunikasi. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran yang baik terdapat juga komunikasi yang efektif. Menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memberikan hasil atau dampak atau kesan terhadap siswa sesuai yang diinginkan dalam tujuan pembelajarannya.18 Komunikasi yang efektif diharapkan dapat membatu guru dan anak 18 Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektifdan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Get. Ke-2, hal. 36 17 didik di dalam melaksanakan pembelajaran. Bagi guru komunikasi yang efektif membantu dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, dan begitu pula sebaliknya bagi anak didik dapat membantu dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Dengan demikian pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karna itu, guru diharapkan mampu untuk membangun komunikasi yang baik kepada anak didiknya. Selain untuk membantu kegiatan pembelajaran, hal tersebut juga perlu dilakukan oleh guru sebagai contoh terhadap para anak didiknya. e. Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang kompleks, sehingga di dalam pelaksanaannya dibutuhkan sebuah perencanaan yang matang dan dilanjutkan dengan pelaksanaan yang dilakukan secara kreatif sehingga anak didik merasa senang dan nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan dapat dimulai dengan menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan juga motivator pembelajaran. Guru dituntut harus mampu merancang, menciptakan dan melaksanakan kegiatan yang bersifat menantang bagi anak didik sehingga membuat anak didik berpikir, menemukan jawaban dan mampu menyampaikan jawabanya dengan baik dan benar. Oleh karena itu, guru harus mampu memfasilitasi kegiatan belajar anak didik dengan semaksimal mungkin. Di samping itus guru perlu untuk memberikan motivasi kepada anak didiknya sehingga anak didiknya tertarik dan merasa tertantang untuk melakukan hal yang telah direncanakan oleh guru. 18 3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar Mengajar tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi dimaknai juga sebagai proses kegiatan mengatur lingkungan agar anak didik belajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan khusus di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik. Hal tersebut dimaksudkan agar guru dapat menjalankan fungsinya sebagai tenaga pendidik dengan baik dan benar. Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan/keterampilan mengajar yang perlu dimiliki guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.19 a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 1) Membuka Pelajaran Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental dan perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.20 Membuka pelajaran merupakan usaha untuk menciptakan suasana siap mental pada diri anak didik untuk mengikuti pembelajaran dan menimbulkan perhatian anak didik agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya. Menurut Ahmad Sabri, ada 4 (empat) komponen keterampilan membuka pelajaran yaitu: menarik perhatian siswa, acuan pelajaran, dan apersepsi. menimbulkan motivasi, memberi 21 a) Menarik perhatian siswa, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perhatian siswa, antara lain: gaya mengaja guru, penggunaan alat bantu pembelajaran, dan pola interaksi guru yang bervariasi. 19 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 74 20 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3, hal. 99 21 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching",... hal. 100-101 19 b) Menimbulkan motivasi belajar siswa, yaitu dapat dilakukan dengan cara guru menunjukkan kehangatan dan keantusiasan dalam memulai pembelajaran, menimbulkan rasa ingin tahu anak didik, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa. c) Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti: mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. d) Apersepsi, yaitu membuat kaitan atau hubungan antara materi pelajaran yang akan diajarkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik. 2) Menutup Pelajaran Menurut Moh. Uzer Usman, menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.22 Dalam kegiatan ini guru berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman anak didik tentang materi pelajaran yang telah disampaikan sekaligus mengakhiri kegiatan tersebut. Mengakhiri kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik dan keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Menurut Moh. Uzer Usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran, yaitu: mengevaluasi. meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan 23 a) Meninjau Penguasaan Inti Pelajaran Peninjauan kembali penguasaan inti pelajaran merupakan kegiatan 22 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, . 11.. cet. Ke-25, hal. 92 23 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011 cet. Ke-25, hal. 93 20 yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana anak didik mengerti dan memahami materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hal tersebut antara lain dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anak didik, menugaskan siswa untuk membuat kesimpulan atau menyampaikan ringkasan materi pelajaran yang telah disampaikan. b) Evaluasi Pembelajaran Dalara hubungan dengan kegiatan pengajaran. Ahmad Sabri mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran.24 Sedangkan rumusan yang lebih bersifat operasional dikemukakan oleh Rcestiyah (1989), bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya mengenai kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar guna mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar.25 Jadi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses atau produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang diharapkan (ditetapkan). Sebagai evaluator guru berperan untuk untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data yang diperoleh guru dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Menurut Ngalim Purwanto, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu: "evaluasi formatif dan evaluasi sumatif'.26 24 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press. 2010), cet.Ke-3, hal. 133 25 25Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet. Ke-2, hal 17 26 Nagalim Purwanto, "Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran", (Bandung: PT .snaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-15, hal. 26 21 1) Evaluasi Formatif Evaluasi formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.27 Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung. Evaluasi formatif tersebut dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif sejauh mana program yang telah dirancang dapat berlangsung dan berjalan. Selain itu, untuk mengetahui hambatan dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut sehingga informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki suatu program. Di samping itu, hasil evaluasi formatif akan diperoleh gambaran siswa yang telah berhasil dan siswa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. 2) Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.28 Evaluasi sumatif dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Selain itu, fungsi dan tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah siswa dapat dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan 27 Ibid Nagalim Purwanto, "Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengqjaran", (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-15, hal. 26 28 22 hasil evaluasi yang telah dilakukannya. Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa, evaluasi formatif ialah penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi sumatif adalah ialah penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan informasi sampai sejauh mana keberhasilan atau pencapaian hasil belajar siswa yang selanjutnya digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa. b. Mengelolaan Kelas Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari pengelolaan adalah manajemen, yaitu kata yang aslinya merupakan berasal dari bahasa inggris yaitu management. Manejemen atau pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan29 Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama nyang mendapat pengajaran dari guru.30 Menurut Ahmad Sabri, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.31 Sementara itu menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid mengelola kelas adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta mengembalikan kondisi belajar yang terganggu.32 Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengelolaan kelas di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas adalah 29 Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-2, hal.196 30 Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", ... hal.196 31 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010) cet. Ke-3, hal. 86 32 Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif,Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. Ke-2, 23 keterampilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang aman, nyaman dan kondusif bagi anak didik serta mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Suatu kondisi belajar optimal akan dicapai apa bila guru mampu mengatur siswa dengan suasana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan interaksi yang baik antara guru dengan anak didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran yang efektif. c. Keterampilan Menyampaikan/Menjelaskan Materi Pelajaran Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab-akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.33 Menyampaikan atau menjelaskan pelajaran merupakan salah satu aspek sangat penting dari kegiatan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Di samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan benar serta mudah dimengerti menjadi salah satu kunci keberhasilan guru di dalan menjelaskan pelajaran kepada peserta didik. Karena dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar anak didik akan lebih mengerti tentang mated pelajran yang disampaikan oleh guru. Menurut Moh Uzer Usman ada 2 (dua) komponen keterampilan menjelaskan harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: "merencanakan dan penyajian suatu penjelasan".34 1) Merencanakan 33 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, hal. 88-89 34 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", ... hal. 90 24 Sebelum guru menjelaskan materi pelajaran kepada anak didik guru perlu untuk merencanakannya terlebih dahulu, terutama yang berkenaan dengan isi pesan (materi pelajaran) dan penerima pesan (anak didik). Berkenaan dengan isi pesan guru harus mampu menguasai materi pelajaran secara keseluruhan sebelum menyampaikannya kepada anak didik. Mengenai yang berhubungan dengan penerima pesan sebaiknya guru memperhatikan anak didik sebelum menyampaikan materi pelajara. Hal tersebut perlu dilakukan karena anak didik memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya yang memungkinkan juga timbulnya perbedaan terhadap diri anak didik di dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dipengaruhi faktor usia jenis kelamin, kemampuan, latar beakang sosial, bakat, minat dan Hngkungan belajr anak. 2) Penyajian suatu penjelasan Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal berikut: a) Kejelasan, penjelasan hendaknya hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, dan menghindari penggunaan istilah-istilah yang tidak di mengerti oleh anak didik. b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ditemui oleh anak didik dalam kehidupan sehari-hari. c) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian anak didik pada maslah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. d) Penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menunjukkan pemahaman, keraguan atau ketidak mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.35 d. Keterampilan Bertanya Dalam proses kegiatan pembelajaran, bertanya memiliki peranan 35 Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, . at. Ke-25, hal. 90 25 penting. Pertanyaan yang tersusun dengan balk dan disampaikan dengan cara yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa. Pertanyaan yang sesuai dan tepat merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa. Guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai teknik bertanya dan guru juga harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan oleh siswa, serta memberikan tanggapan yang positif terhadap siswa.36 Menurut Moh. Uzer Usman, pertanyaan yang disampaikan oleh guru memiliki peran sebagai beikut: 1) Meningkatkan pertisipasi siswa dalam belajar mengajar 2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau sedang dibicarakan. 3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya bertanya. 4) Menuntun berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membentuk siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik. 5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.37 Melihat penjelasan di atas, peran pertanyaan berkaitan erat dengan partisipasi anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu membangkitkan semangat dan motivasi siswa sebelum melaksanakan pembelajaran agar pembelajaran berjalan secara aktif. Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 6 (enam) komponen yang berkaitan dengan keterampilan bertanya dasar, yaitu: "penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemindahan giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir, dan pemberian tuntunan.38 1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada anak didik harus disampaikan secara jelas 36 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal. 79 37 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hai. 74 38 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 77-78 26 dan singkat. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami dan sesuai dengan taraf perkembangan anak didik, akan membantu anak didik dalam memahami dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang guru berikan. 2) Pemberian acuan, sebelum guru memberikan sebuah pertanyaan sebaiknya guru memberikan acuan yang berkaitan dengan pertanyaan yang akan diberikan. Hal tersebut bertujuan agar anak didik memiliki gambaran jawaban tentang pertanyaan yang diberikan berdasarkan taraf kemampuan yang dimilikinya. 3) Pemindahan giliran, pemberian pertanyaan secara bergiliran merupakan suatu bentuk tindakan yang menunjukkan bahwa guru berlaku adil dan tidak membeda-bedakan anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Di samping itu, pemindahan giliran pertanyaan guru bertujuan agar masing-masing anak didik memiliki kesempatan untuk memberikan tanggapannya mengenai pertanyaan yang disampaikan sehingga dengan demikian pembelajaran akan terlihat lebih aktif. 4) Penyebaran, penyebaran bertujuan untuk melibatkan siswa sebanyakbanyaknya dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebaiknya berusaha agar semua anak didik mendapatkan giliran secara merata. Perbedaannya dengan pemindahan giliran adalah pemindahan giliran beberapa siswa diminta untuk menjawab satu pertanyaan yang sama. Sedangkan pada penyebaran pertanyaan yang diberikan kepada anak didik berbeda-beda dan disebarkan giliran menjawabnya kepada anak didik yang berbeda pula. 5) Pemberian waktu berpikir, setelah guru memberikan pertanyaan kepada seluruh anak didik guru perlu untuk memberikan waktu beberapa saat sebelum guru memberikan pertanyaan kepada salah satu anak didik. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada anak didik agar memiliki gambaran tentang pertanyaan yang diberikan. 27 6) Pemberian tuntunan, apa bila terdapat anak didik yang salah atau kesulitan dalam menjawab pertanyaan sebaiknya guru memberikan tuntunan kepada anak didik tersebut agar dia menemukan sendiri jawaban yang benar. e. Keterampilan Memberikan Penguatan Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons apakah bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau pun koreksi.39 Sedangkan menurut Moh Uzer Usman penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.40 Jadi pengutaan adalah suatu tindakan guru yang merupakan respons terhadap tingkah laku yang dilakukan oleh anak didik yang bertujuan untuk memberikan informnasi dan umpan balik kepada anak didik agar mereka merasa berbesar hati dan lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran. Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 3 (tiga) prinsip penggunaan pengutan, yaitu: "kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negative".41 1) Kehangatan dan keantusiasan, sikap an gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan pengutan. Dengan demikian diharapkan murid beranggapan bahwa guru melakukannya dengan menyenangkan. 2) Kebermaknaan, pengutan sebaiknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga dia mengerti dan yakin bahwa dia patut 39 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press2010), cet. Ke-3, hal. 82, 40 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaia Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 80-81 41 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 82 28 diberi penguatan. Dengan demikian pengutan menjadi bermakna untuk dirinya. 3) Menghindari menghindari penggunaan hal-hal respons negatif yang seperti negatif, menghina, sebaiknya guru menjatuhkan dan sebagainya di dalam merespons tingkah laku anak didiknya, hal tersebut perlu dilakukan agar guru tidak mematahkan semangat anak didik untuk mengembangkan dirinya. f. Keterampilan Mengadakan Variasi Menurut Moh. Uzer Usman, variasi stimulus adalah kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar-mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.42 Di dalam kegiatan pembelajaran guru memiliki peran yang dominan, oleh karena itu suasana belajar yang kondusif sangat dipengaruhi oleh peran guru di dalam menciptakan iklim belajar yang sebaik-baiknya. Penggunaan berbagai macam variasi oleh guru di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat membantu siswa tetap fokus, termotivasi dan antusias terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Ahmad Sabri, terdapat 3 (tiga) komponen yang berkaitan dengan keterampilan mengadakan variasi, yaitu: variasi dalam mengajar guru, variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.43 1) Variasi dalam Mengajar Guru Menurut Udin S. Winataputra (2004), variasi adalah keanekaragaman yang tidak monoton.44 Sebagai seorang tenaga pendidik guru diharapkan mampu untuk dapat menjadi seorang yang menyenangkan dan mampu untuk membuat anak didik merasa nyaman dan senang dalam mengikuti 42 42Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25...hal. 84 43 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMlcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. K.e-3, hal. 94-99 44 Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Reflka Aditama, 2007), cet. Ke-2, hal. 91 29 kegiatan pembelajaran dengan melakukan perubahan-perubahan yang sengaja dilakukan untuk memberikan kesan unik. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran guru sebaiknya menggunakan berbagai macam variasi yang bertujuan untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan yang dialami oleh para anak didik sehingga mereka dapat tetap fokus dalam mengikuti pembelajaran. 2) Variasi dalam Penggunaan Media dan Alat Pengajaran Penggunaan media dan alat pengajaran oleh guru diharapkan relevan dengan tujuan pengajaran. Pemilihan media dan alat pengajaran yang tepat dapat membantu anak didik di dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemilihan media dan alat pengajaran yang tepat dapat memotivasi anak didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, anak didik akan merasa senang, tertarik dan yang terpenting adalah memahami materi pelajarana yang diajarkan. 3) Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa Interaksi guru dan anak didik dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka ragam, dari kegiatan yang sepenuhnya dibimbing oleh guru sampai pada kegiatan yang dilakukan sendiri oleh anak didik. Hal tersebut tergantung bagaimana guru mengelola kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Penggunaan interaksi yang bermacam-macam bertujuan agar tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana belajar yang intinya adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan Menurut Moh. Uzer Usman, secara fisik bentuk pengajaran kelompok kecil dan perseorangan adalah bila jumlah yang dihadapi oleh guru terbatas yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, seorang untuk perseorangan.45 Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian kepada anak 45 Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 102 30 didik dan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan anak didik maupun antara anak didik dengan anak didik yang lainnya. Pengajaran kelompok kecil diharapkan mampu membuat anak didik belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan anak didik secara optimal. Dengan kombinasi pengajaran klasikal, dan kelompok kecil demikian, perseorangan memberikan peluang yang lebih besar bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian teori tentang keterampilan mengajar di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan mengajar adalah keahlian-keahlian khusus yang perlu dimiliki oleh seorang guru yang dapat membantunya kewajibannya sebagai dalam menjalankan tugas dan tenaga pendidik agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan benar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Mennrut Wina Sanjaya pembelajaran adalah proses yang bertujuan, proses kerja sama, proses yang kompleks, dan proses memanfaatkan berbagai sumber belajar.46 Berdasarkan pengertian pembelajaran tersebut, maka di dalam proses pelaksanaan pembelajaran perlu dilakukan langkah-langkah sistematis yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut agar tujuan pembelajar yang telah diietapkan dapat tercapai. Menurut Abdul Majid, langkah-langkah pembelajaran pada umumnya meliputi tiga kegiatan, yaitu: (a) kegiatan pembukaan, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan penutup.47 a. Kegiatan Pendahuluan Pembukaan merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk 46 Wina Sanjaya, "Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana 2008), Get. Ke-l,hal. 31-32 47 Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104-105 31 memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan untuk memberikan motivasi kepada anak didik, menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian anak didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.48 Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Menurut Abdul Majid, ada 3 (tiga) komponen keterampilan membuka pelajaran, yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, dan appersepsi.49 1) Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, perhatian adalah dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu orang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kompleks.50 2) Menarik perhatian siswa bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa pada proses kegiatan pembelajaran, hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik tanpa memikirkan sesuatu di luar pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk men dapat k an perhatian para siswa, antara lain: gaya mengajar yang dilakukan guru, penggunaan alat bantu pembelajaran dan pola interaksi yang bervariasi. 48 48Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal.99 49 Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetewi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104 50 Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran", (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet. Ke-I, hal. 52 32 3) Menurut Hilgard sebagaimana yang dikutip oleh Yudhi Munadi dan Farida Hamid, motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.51 Berdasarkan definisi motivasi di atas, motivasi memiliki peranan sebagai penggerak diri anak didik untuk mengikuti pembelajaran. Di samping itu, motivasi memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga anak didik yang memiliki motivasi yang besar akan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menimbulkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara: menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, gunakan humor dalam penyajian materi pelajar, gunakan peristiwa nyata dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang disampaikan. Menurut Abdul Majid, apersepsi adalah penilaian kemampuan awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa.52 Seorang guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari atau pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan untuk menghindari pengulangan pemberian materi pelajaran yang sama oleh guru kepada siswa. b. Kegiatan Inti (penyampain materi pelajaran) Kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang terpenting di dalam proses pendidikan itu sendiri, berhasil atau tidaknya pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan yang terjadi selama proses kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan. Menurut Abdul Majid, kegiatan inti dalam pembelajaran adalah 51 Yudhi Munadi&Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektifdan Menyencmgkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. Ke-2, hal. 10 52 Abdul Majid,"Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104 33 kegiatan utama untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan.53 Sementara itu, Wina Sanjaya mengartikan kegiatan inti sebagai kegiatan memberikan pengalaman belajar kepada siswa.54 Dalam kegiatan pembelajaran guru berperan penting dafam memberikan bimbingan dan bantuan guna membantu anak didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Berdasarkan defmisi kegiatan inti di atas, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan inti dalam pembelajaran adalah sebuah pengalaman yang dialami anak didik yang di dalamnya terdapat proses kegiatan menanamkan dan mengembangkan pengetahuan serta sikap dan keterampilan yang tidak terlepas dengan materi pelajaran yang disampaikan. Dalam kegiatan inti pembelajaran guru memiliki peran strategis, karena dalam pelaksanaan kegiatan inti keterampilan guru sebagai tenaga pendidik diuji. Menurut Abdul Majid, di dalam kegiatan inti mencakup 4 (empat) kegiatan, materi yaitu: atau menyampaikan bahan ajar, tujuan menggunakan pembelajaran, metode menyampaikan pembelajaran, dan menggunakan media pembelajaran.55 1) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran Penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat membantu anak didik mengetahui materi pelajaran yang akan diajarkan. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajacan, akan membatu menumbuhkan minat belajar anak didik yang kemudian akan menumbulkan motivasi pada dirinya. Penyampaian tujuan pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai usaha seperti: mengemukakan acuan pelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. 53 Ibid,. Wina Sanjaya, "Perencanaan don Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana 2008), Cet. Ke-1, hal. 176 54 55 Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104 34 2) Menyampaikan Materi atau Bahan Ajar Menyampaikan materi pelajaran merupakan kegiatan pokok dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Baik buruknya guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, akan berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru perlu untuk melakukan perencanaan, agar penyampaian materi pelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Di samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan menghindari istilah-istilah asing yang sukar dimengerti oleh anak didik dapat membantu dan memudahkan anak didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Selain itu, dalam memberikan contoh-contoh pelajaran sebaiknya guru dapat menyesuaikan dengan sesuatu yang ditemui anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penyampaian materi pelajaran yang baik diharapkan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancer dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. 3) Menggunakan Metode Pembelajaran Menurut Ahmad Sabri, metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok dengan maksud agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai.56 Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode memiliki peranan yang penting dan tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan pembelajaran. Karena tidak ada satu pun kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan metode. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki dan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran agar anak didik tidak merasakan jenuh dan bosan melainkan termotivasi dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 56 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, FT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal.49 35 Dalam menetapkan metode pembelajaran, guru harus dapat menyesuaikan antara metode yang digunakan dengan materi pelajaran yang akan di ajarkan. Hal tersebut bertujuan agar metode yang digunakan sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif yang dapat membatu anak didik dalam memahami materi yang diajarkan. 4) Menggunakan Media Pembelajaran. Menurut Rossi dan Breidle (1966) sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikanm, seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya.57 Sedangkan menurut Ahmad Sabri, media pembelajaran adalah alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemajuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.58 Berdasarkan defmisi media pembelajaran di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud media pembelajaran adalah segala alat bantu yang digunakan di dalam proses kegiatan pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alat penyaiur pesan untuk membantu anak didik dalam memahami maksud pesan yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dalam proses pembelajaran, media memiliki kedudukan yang sangat penting bahkan sejajar dengan metode pembelajaran. Karena metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran akan menuntut media apa yang akan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi. Selain itu, media memiliki andil penting dalam menjelaskan materi pelajaran yang sulit dan kompleks sehingga dapat dimengerti o]eh anak didik dan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. 57 Wina Sanjaya,"Psrencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana 2008), Get. Ke-I.hal. 204 58 Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal. 107 36 c. Kegiatan Penutup Menutup pelajaran merupakan kegatan akhir yang dilakukan guru untuk mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru berupaya untuk rnengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman anak didik terhadap materi yang telah dipelajari sekaligus mengakhiri kegiatan tersebut. Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti.59 Menurut Ahmad Sabri, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran yaitu: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan mengevaluasi.60 1) Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerti dan memahami pelajaran yang telah disampaikan oleh guru yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dan menugaskan siswa untuk menyanipaikan ringkasan atau kesimpulan pelajaran. 2) Mengevaluasi Pembelajaran, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Informasi hasii pembelajaran tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Di samping itu, evaluasi dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melakukan perbajkan pembelajaran yang lebih bermutu dan sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran mempunyai manfaat yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, kedudukan evaluasi pembelajaran sangat penting dan sebagai bagian tak 59 Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Get. Ke-6, hal. 60 60Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet.Ke-3, hal. 100 37 terpisahkan dari keseluruhan proses kegiatan pembelajaran. Dari berbagai uraian teori tentang persepsi dan pembelajaran, maka yang dimaksud dengan persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam penelitian ini adalah pandangan siswa berdasarkan pengamatan dan pengalamannya pada kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang mencakup tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 38 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SON Rambutan 03 Pagi yang beralamat di Jl. SD Inpres No.l RT. 004 RW. 003 Kelurahan Rambutan Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai bulan April sampai dengan bulan Desember 2013, dengan rincian sebagai berikut: C. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan dengan menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan dijelaskan apa adanya. Untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini digunakan kuesioner dan wawancara. 39 D. Populasi dan Teknik Sampling Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneiiti untuk diteliti dan ditarik kesimpulannya.61 Populasi target dalam ini adalah seluruh siswa SON Rambutan Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 473 siswa.62 Sedangkan populasi terjangkaunya adalah kelas VI yang berjumlah 75 orang. Dipiiihnya kelas VI sebagai populasi terjangkau karena kelas tersebut telah lebih lama mengikuti pendidikan di sekolah tersebut. sehingga kelas VI dianggap objektif dalam melakukan penilaian. Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.63 Sampel yang diambil dari populasi terjangkau adalah 40 siswa dari kelas VIA&B atau 53% dari populasi terjangkau yang dijadikan sebagai unit analisis penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dimaksudkan sebagai pencatatan peristiwa atau karakteristik dari sebagian atau seluruh elemen populasi. Untuk mendapatkan data objektif, maka dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan prosedur yang sistematis: sebagai berikut: 1. Angket (Kuesioner) Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Dimana responden tinggal memilih jawaban yang telah disedjakan dengan memilih jawaban yang paling tepat pada empat alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket digunakan untuk memperoleh data dari siswa/i terkait persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di SON Rambutan 03 Pagi. 2. Observasi 61 Sogiyono, Metodehgi Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2011),cetKe.l3, hal. 57 62 Data siswaSDN Rambut 03 Pagi, tahun 2013 63 Sogiyono, Metodehgi Penelitian Kuantiiatif Kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2011), cetKe.13,hal. 80 40 Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan untuk memperkuat data yang diperoleh berdasarkan hasil angket (Kuesioner). 3. Wawancara Wawancara digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari guru PAI tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di SDN Rambutan 03 Pagi. 4. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya SDN Rambutan 03 Pagi, Silabus, RPP, data-data siswa, Guru, dan Karyawan serta struktur organisasi sekolah. F. Instrumen Penelitian 1. Definisi Konseptual Persepsi siswa tentang kemampuan guru adalah pandangan siswa yang didasarkan pada pengamatan dan pengalamannya tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. 2. Defmisi Operasional Persepsi siswa tentang keamampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran secara operasional adalah pandangan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan meliputi; membuka pelajaran dengan tegur sapa dan doa, menimbulkan motivasi siswa, menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari, dan melakukan apersepsi. Kegiatan inti meliputi; menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, menggunakan metode pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, melaksanakan pembelajaran secara kondusif, menggunakan komunuikasi secara efektif, empatik dan santun, dan memberi kesempatan siswa aktif dalam pembelajaran. 41 Sedangkan kegiatan penutup meliputi; melakukan evaluasi pembelajaran, memberi umpa balik dan tindak lanjut, serta menutup dengan menyemangati. No 1 2 TABEL 1 Kisi-Kisi Angket Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Indikator No. Soal Jml Soal Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti a. Membuka pelajaran dengan tegur sapa dan doa b. Menimbulkan motivasi siswa c. Menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari d. Melakukan apersepsi 1,2,3 3 a. Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Menyampaikan materi pembelajaran c. Menggunakan metode pembelajaran d. Menggunakan media pembelajaran e. Melaksanakan pembelajaran secara kondusif f. Menggunakan komunuikasi secara efektif, empatik dan santun 14 1 17,18 2 24, 25, 26 3 30, 31 2 4,5,6,78,9, 8 10,11 15,16 2 12,13 2 27,28,302,33 4 20,29,34,35 4 42 Kegiatan Penutup g. Memberi kesempatan siswa aktif dalam pembelajaran 19, 21,23 a. Melakukan evaluasi pembelajaran b. Memberi umpa balik dan tindak lanjut c. Menutup dengan menyemangati 22, 36,38,39 5 40 37,41,42 4 Jumlah 3 43,44, 45 45 45 G. Teknik Analisa Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang diproses dari kegiatan wawancara, penyebaran angket, pengamatan lokasi dan dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul, dianalisis, ditafsirkan dan disimpulkan ke dalam bahasa yang lebih mudah difahami, logis dan sesuai dengan penelitian yang dibahas. Untuk menganalisa data dalam penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing Dalam menganalisis data yang harus dilakukan adalah editing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap pengisian angket. Setiap angket diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kesalahan/kekeliruan dalam mendapatkan informasi sehingga mendapatkan data yang akurat. 2. Scoring Scoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir jawaban yang harus dipilih responden. Dalam menentukan scoring hasil penelitian untuk pertanyaan masing-masing jawaban diberi nilai sebagai berikut: No Alternatif Jawaban Nilai 43 1 Selalu 2 Sering 3 Jarang 4 Tidak Pernah 3. Tabulating Langkah selanjutnya adalah penghitungan terhadap data yang sudah diberikan skor. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus statistik presentase, dengan rumus sebagai berikut: p = — xm % Keterangan: P = Angka Persentase F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya N = Number of Cases (Jumlah frekuensi) atau banyaknya individu % - Bilangan tetap (Konstanta) H. Interprestasi Data Untuk memberikan interprestasi data atas nilai rata-rata yang diperoleh dari pengadaan perhitungan melalui rumus prosentase yang ada di atas, peneliti memberikan kriteria penilaian dari hasil angket yang disebarkan. Dalam memberikan interprestasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interprestasi sebagai berikut: 81-100% :Efektif 61-80 % :Cukup 41-60 % :Kurang64 < 40 : Tidak (efektif) % Untuk 64 menentukan presentase digunakan rumus perhitungan Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, "Evaluasi Program Pendidikan", (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Get. Ke.9, Hal. 35 44 sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalihkanjumlah item pertanyaan dengan skortertinggi. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. Menentukan kategori, yakni dengan menggunakan rumus: NS P= X 100% NH nilai rata-rata 45 BAB IV HASIL PENELITIAN A. SEJARAH SDN RAMBUTAN 03 PAGI SDN Rambutan 03 Pagi didirikan Pada tahun 1975 di atas lahan seluas 2825 M, bekas rawa sehingga apabila hujan deras akan banjir sampai di kelas. Pemerintah membangun SDN Rambutan 03 dipindah lokasi yang semula berada di bawah, maka kini berada di atas berdampingan dengan SDN Rambutan 04 Pagi yg lebih dulu berdirinya. Meskipun kondisi jalan/akses menuju ke SDN Rambutan 03 masih sering kali banjir, namun tidak menyurutkan masyarakat untuk menyekolahkan putra putri nya di SDN Rambutan 03 Pagi. Dari semenjak didirikan tahun 1975, SDN Rambutan 03 Pagi pernah direhab total tahun 1997/1998 hingga kini belum mengalami rehab !agi dari pemerintah namun dengan adanya dana BOS dan BOP telah mampu mengadakan perawatan dengan baik. SDN Rambutan 03 Pagi sampai saat ini telah memiliki pemimpin sebanyak 6 orang antara lain: 1. Ibu Hj Urip Latifah memimpin dari tahun 1975 - 1988 2. Bpk H.Hutagalung memimpin dari tahun!988 - 1993 3. Bpk H. Firdaus Marhakim memimpin dari tahun 1993 - 1999 4. Ibu Hj Dawiyah Hardini Memimpin dari tahun 1999 - 2005 5. Bpk DRS R. Sudarmaji Memimpin dari 2005 - 2009 6. Ibu Hj Susilowaty, S.Pd memimpim dari tahun 2009 - saat ini. B. Deskripsi dan Interpretasi Data Data diperoleh melalui wawancara dengan guru dan penyebaran angket kepada anak didik, berisi 44 pertanyaan yang dijawab oleh 40 responden. Setelah data terkumpul hasil dari wawancara dan angket yang penulis bagikan kepada anak didik, kemudian data diolah dengan menggunakan rumus prosentase yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel berikut ini: 46 1. Kegiatan Pendahuluan Biasanya sebelum memulai pembelajaran guru masuk kelas dengan mengucap salam untuk memberikan pembelajaran kepada siswa agar terbiasa mengucap salam ketika bertemu dengan siapa pun. Salam juga merupakan pembelajaran untuk saling mendo'akan antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Lebih jauh, membiasakan mengucap salam dapat menanamkan nilai karakter religius dan peduli terhadap sesama. Dengan demikian penting bagi setiap guru untuk memulai pembelajaran dengan mengucap salam. Berdasarkan wawancara dengan responden, biasanya guru memulai pembelajaran dengan mengucap salam. Hal ini sesuai dengan persepsi siswa yang secara umum dapat dinyatakan bahwa belum semua guru mengucapkan salam ketika memulai pembelajaran. sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini: Tabel.1 Memulai Pembelajaran dengan Mengucap Salam No Alternatif Jawaban S P% 1 Selalu 40 100 Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru PAI selalu memulai pembelajaran dengan mengucap salam. Hal ini tentu akan member! kesan kepada siswa bahwa mengucap salam itu merupakan 1ial yang penting dilakukan oleh sesama muslim. implikasinya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari di sekolah guru bertemu siswa atau sebaliknya siswa bertemu guru terbiasa mengucapkan salam. Mengucapkan salam diawal pembelajaran memberi kesan yang baik terhadap guru yang mengucapkannya. Kegiatan kedua yang dilakukan guru pada tahap pendahuluan adalah mengisi daftar hadir untuk memastikan apakah seluruh siswa hadir dan siap untuk belajar. Di samping itu, mengabsen siswa juga dilakukan untuk menjalin keakraban guru dengan siswa dan menanyakan kabar siswa sehingga siswa merasa mendapat perhatian dari guru. Ketika hal ini 47 ditanyakan kepada guru, biasanya beliau mengabsen siswa, walaupun tidak selalu dilakukan di awal pembelajaran. Menurut guru PAI, mengisi daftar hadir tidak harus di awal pembelajaran dan juga tidak harus dengan menyebutkan nama siswa satu persatu, apalagi bagi guru yang sudah sangat mengenal siswanya. Hanya dengan melihat tempat duduk yang kosongpun guru sudah tahu siapa yang tidak hadir sehingga tidak perlu dipanggil namanya satu per satu. Pernyataan guru PAI juga diakui oleh siswa. Menurut mereka, secara umum guru jarang mengabsen siswa ketika memulai pembelajaran. Data mengenai hal tersebut dapat dilihat pada label di bawah ini: No 2 Tabel. 2 Mengisi Daftar Hadir Alternatif Jawaban S Selalu Sering Jarang 31 Tidak Pernah 9 Jumlah 40 P% 100 77.50. 22.50 100 Data selanjutnya adalah berdoa sebelum memulai pebeiajaran. Data pada tabel di menunjukkan bahwa guru memimpin/meminta siswa memimpin do'a atau berdoa bersama sebelum pembelajaran dimulai. Ketika hal tersebut ditanyakan kepada guru, Beliau menyatakan bahwa berdoa bersama selalu dilakukan walaupun pada jam pertama sudah dilakukan berdoa bersama. Tabel. 3 Berdoa Bersama Sebelum Memulai Pembelajaran No Alternatif Jawaban S P% Selalu 40 100 3 Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Walaupun pada jam berikutnya tidak ada doa bersama, paling tidak ketika akan memulai pembelajaran sebaiknya guru bersama siswa 48 membaca basmalah, sebab pembelajaran adalah kegiatan yang baik. Setiap pekerjaan yang baik tanpa diawali dengan basmalah akan tertolak, dernikian sabda Nabi Muhammad SAW. Dari hasil pengamatan, memang guru memulai pembelajaran dengan membaca basmalah. Data selanjutnya yang ingin diperoleh adalah tentang penampilan guru, terutama dalam hal berpakaian. Berpakaian rapi bagi guru merupakan sebuah keharusan. Guru adalah teladan bagi siswa baik daiam hal perrkataan maupun perbuatan, bahkan guru adalah model yang akan dijadikan contoh/inspirasi bagi siswanya. Kerapian berpakaian juga menunjukkan kepribadian pemakainya, bahkan berpakaian rapi boleh jadi mampu menambah kewibawaan seseorang. Menurut siswa, secara umum guru PAI sudah berpakaian rapi setiap masuk kelas sehingga menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Tabel. 4 Berpakaian Rapi setiap Masuk Kelas No Alternatif Jawaban S Selalu 35 4 Sering 5 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 P% 87.50 12.50 100 Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran adalah memastika kerapian tempat duduk siswa. Data yang diperoleh lewat angket ditampilkan pada tabel berikut: Tabel. 5 Memastikan Kerapian Tempat Duduk Siswa No Alternatif Jawaban S P% Selalu 100 5 Sering Jarang 21 52.50 Tidak Pernah 19 47.50 Jumlah 40 100 49 Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, salah satunya adalah dengan cara mengatur tempat duduk siswa dengan baik. Tabel di atas menunjukkan bahwa guru PAI kurang member! perhatian terhadap kerapihan tempat duduk siswa. Ini berarti bahwa guru kurang jeli dalam menata kelas, padahal penataan kelas menjadi tugas guru guna menjamin kenyamanan siswa dalam belajar. Kondisi seperti ini disebabkan karena jumlah siswa yang terlalu banyak, waktu belajar yang sangat sempit, sehingga guru lebih banyak mengejar target mated dan kurang mempedulikan hal-hal yang dianggap tidak terlalu penting. Di samping harus memastikan kerapian tempat duduk siswa, guru juga harus memastikan setiap siswa mengenakan seragam sekolah sesuai jadual yang telah ditetapkan. Sebagai seorang pelajar, siswa diwajibkan untuk menggunakan seragam sekolahnya dengan rapi karena hal itu merupakan salah satu bentuk ketaatan siswa terhadap peraturan sekolah. Namun tanpa keterlibatan guru dalam pelaksanaannya, mustahil siswa akan berseragam sesuai jadual. Oleh karena itu guru hendaknya selalu memastikan kerapian pakaian yang dikenakan siswa. Ketika ditanya apakah guru memeriksa seragam yang dikenakan siswa setiap masuk ketas, umumnya siswa menjawab guru melakukan hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa guru peduli dafam menegakkan aturan sekolah yang berkaitan dengan pakaian seragam siswa. Data tentang hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 6 Memastikan Seluruh Siswa Berseragam No Alternatif Jawaban S P% Selalu 29 6 Sering 11 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Guru juga sebaiknya memeriksa kelengkapan belajar siswa terutama kelengkapan buku pelajaran, karena buku pelajaran menjadi sumber utama siswa dalam memahami materi pelajaran, walaupun belakangan ini ada kecenderungan sekolah hanya menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) sebagai pengganti buku pelajaran. Alasan penggunaan LKS biasanya karena 50 buku pelajaran harganya mahal, tak terjangkau siswa, sedangkan LKS jauh lebih murah. Tabel. 7 Memeriksa Buku Pelajaran Siswa No Alternatif Jawaban S Selalu 17 7 Sering 8 Jarang 10 Tidak Pernah 5 Jumlah 40 P% 42.50 20.00 25.00 12.50 100 Berdasarkan paparan data pada tabel di atas diketahui bahwa tidak selalu guru memeriksa buku pelajaran yang akan digunakan. Tabel. 8 Menanyakan Kabar Siswa No Alternatif Jawaban S Selalu 8 Sering 5 Jarang 17 Tidak Pernah 18 Jumlah 40 P% 12.50 42.50 45.00 100 Menanyakan kabar siswa merupakan salah satu bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa. Namun pada kenyataanya guru tidak selamanya menanyakan kabar siswa ketika pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa menanyakan kabar siswa nampaknya belum menjadi kebiasaan di sekolah tersebut, padahal menanyakan kabar siswa, walaupun terkesan sepele, tapi hal itu bisa menjadi pembuka bagi guru dalam rangka mengakrabkan dan menghangatkan suasana pembelajaran sehingga jalannya pembelajaran menjadi lebih rileks, tidak kaku. Walaupun guru bisa saja melihat keadaan siswa secara umum dari depan kelas, dan guru dapat melihat secara langsung jika terdapat siswa yang sedang kurang sehat sehingga guru tidah harus selalu menanyakan kabar siswa ketika hendak memulai pembelajaran, namun sangat diyakini bahwa menanyakan kabar siswa merupakan bentuk kepedulian guru terhadap keadaan siswa. Tabel berikut berisi data tentang pembiasaan mendoakan siswa/guru/orangtua siswa yang sakit, yang dimaksudkan sebagai bentuk 51 kepedulian siswa terhadap orang. Dari data ini diketahui bahwa guru PAI belum sepenuhnya membelajarkan siswa untuk peduli pada orang lain dengan cara mendoakan. Tabel. 9 Mendoakan Siswa/Orang tua Siswa yang Sakit No Alternatif Jawaban S P% Selalu 9 Sering 7 17.50 Jarang 14 35.00 Tidak Pernah 19 47.50 Jumlah 40 100 Tabel. 10 Menyemangati Siswa untuk Giat Bebajar No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 27.50 10 Sering 14 35.00 Jarang 15 37.00 Tidak Pernah Jumlah 40 100 Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pembefajaran, dengan motivasi siswa akan lebih semangat untuk mengikuti pembelajaran. Untuk memotivasi siswa banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru, diantaranya adalah dengan memberikan nasehat dan masukan kepada siswa. Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa sebagian kecil siswa (27.50%) menyatakan guru PAI selalu memberi nasihat/ masukan yang membuat siswa termotivasi untuk belajar, sebagian siswa (35%) menyatakan guru sering memberi nasihat, dan sebagian lagi (37,50%) menyatakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI belum sepenuhnya memberikan motivasi kepada siswa untuk bersemangat mengikuti pembelajaran. Tabel. 11 Memberi Pujian kepada Siswa No Alternatif Jawaban S Selalu 11 Sering 20 Jarang 20 Tidak Pernah Jumlah 40 P% 50 50 100 52 Pemberian reward kepada siswa yang dapat mengerjakan tugas dengan baik dapat menjadi motivasi dan juga dapat menumbuhkan persaingan yang sehat antara sesama siswa. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa merasakan hal itu. Kenyataan ini menyiratkan bahwa memberi reward belum menjadi kebiasaan guru PAI, walaupun ia tahu bahwa hal tersebut mampu memotivasi belajar siswa. Tabel. 12 Melakukan Apersepsi No Alternatif Jawaban S Selalu 11 Sering 6 Jarang 20 Tidak Pernah 14 Jumlah 40 P% 15.00 50.00 35.00 100 Mengaitkan materi yang telah dibahas dengan materi yang akan diajarkan bertujuan agar siswa mengingat kembali pelajaran yang telah diajarkan. Di samping itu, agar siswa mengetahui bahwa antara pelajaran yang telah dibahas dengan pelajaran yang akan dipelajari memiliki keterkaitan. Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa guru PAI belum mampu mengaitkan materi telah dibahas dengan materi yang akan diajarkan. Tabel. 13 Mengaitkan Materi dengan Kejadian Nyata No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 6 15.00 Jarang 20 50.00 Tidak Pernah 14 35.00 Jumlah 40 100 Mengaitkan materi pembelajaran dengan kejadian-kejadian nyata yang sedang hangat dibicarakan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan juga dapat membuat siswa menjadi tertantang untuk mengikuti pembelajaran. Namun pada kenyataannya guru PAI belum terbiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan kejadian-kejadian yang sedang hangat dibicarakan. 53 2. Kegiatan inti Tahap kedua dalam proses pembeiajaran adalah tahap inti atau kegiatan inti pembelajaran yang fokus utamanya pada penyampaian materi pembelajaran. Guru menyampaikan materi pembeiajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, serta menggunakan bahasa yang baik sehingga mudah dipahami oleh siswa. Tabel. 14 Menjelaskan Tujuan Pembelajaran No Alternatif Jawaban S Selalu 11 Sering Jarang 23 Tidak Pernah 17 Jumlah 40 P% 57.50 42.50 100 Menjelaskan tujuan pembeiajaran dimaksudkan untuk menyadaran siswa bahwa kegiatan pembeiajaran adalah kegiatan yang sengaja direncanakan dan dilaksanakan, bertujuan, tidak main-main, ada tagihan yang harus dikuasai siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran, diharapkan siswa dapat fokus mengikuti pembelajaran agar tercapai kompetensi yang diharapkan. Bagi guru sendiri, tujuan pembelajaran memberi arah terhadap proses agar tidak melenceng. Namun nampaknya guru PAI belum terbiasa menjelaskan tujuan pembelajaran. Banyak alasan mengapa guru tidak menjela'skan tujuan pembelajaran: mungkin karena keterbatasan waktu, menganggap bahwa tujuan tersebut tidak perlu dijelaskan karena sudah terkandung dalam pokok bahasan, dan juga karena dianggap kurang memberi manfaat. Menurut guru, dijelaskan atau tidak, keadaannya sama saja, siswa tidak akan faham, sebab dalam belajar yang paling utama adalah bagaimana kemampuan guru dalam menerangkan materi pelajaran, bukan dalam menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru menjelaskan sub-sub pembahasan yang akan diajarkan. 54 Tabel. 15 Menjelasakan Sub-sub Pembahasan No Alternatif Jawaban S Selalu 15 11 Sering 17 Jarang 8 Tidak Pernah Jumlah 40 P% 37.50 42.50 20.00 100 Menjelaskan sub-sub pembahasan yang akan diajarkan dapat membantu stswa mengetahui materi yang akan dipelajari. Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa siswa menyatakan guru biasanya menjeiaskan sub-sub pembahasan. Kegiatan selanjutnya adalah menjeiaskan langkah/tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tabel. 16 Menjeiaskan Langkah-lan ;kah Pembelajaran No Alternatif Jawaban S P% Selalu 15 37.50 11 Sering 17 42.50 Jarang 8 20.00 Tidak Pernah Jumlah 40 100 Menjeiaskan langkah-langkah/tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dimakasudkan untuk menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data tabel di atas dapat dinyatakan bahwa umumnya guru menjeiaskan langkalangkah pembelajaran. Menjeiaskan materi pembelajaran dengan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa menjadi tuntutan bagi guru agar penjelasan materi yang diberikan guru mudah difahami siswa. Ketika ditanya apakah guru menjeiaskan materi pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti, 55% siswa menyatakan guru selalu menjeiaskan materi pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti dan 45% siswa menjawab sering. Data tentang hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 55 Tabel. 17 Menggunakan Bahasa yang Mudah Dipahami Siswa No Alternatif Jawaban S P% Selalu 22 55.00 11 Sering 18 45.00 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah dipahami merupakan keterampilan yang penting yang harus dimiliki setiap guru, untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Teikadang penjelasan guru kurang dapat dimengerti siswa jika tidak disertai dengan contoh-contoh yang relevan, karenanya guru dituntut untuk member! contoh nyata yang sesuai dengan materi pembelajaran di samping juga harus menjelaskan secara baik. Tabel. 18 Menjelaskan Diserfai Contah yang Sesuai No Alternatif Jawaban S P% Selalu 6 15.00 11 Sering 8 20.00 Jarang 26 65.00 Tidak Pernah Jumlah 40 100 Pemberian contoh-contoh yang sesuai dengan materi pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Berdasarkan data tabel di atas, 15% siswa menyatakan guru selalu menjelaskan materi pelajaran disertai contoh-contoh, 20% siswa menyatakan sering, dan 65% siswa menyatakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merasa guru belum membcrikan contoh-contoh yang relevan dengan materi pembelajaran, sehingga siswa kesulitan memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Walaupun guru sudah menjelaskan materi pelajaran dengan berbagai 56 contoh, namun belum tentu semua siswa memahami mater! yang telah dipelajari. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya merupakan sa!ah satu cara agar siswa dapat menanyakan secara langsung tentang mater! pembelajaran yang belum dimengerti oleh siswa Oleh karena itu sebaiknya guru memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum bisa difahami. Tabel. 19 Memberi Kesempatan Siswa untuk Bertanya No Alternatif Jawaban S P% Selalu 23 57.50 11 Sering 17 42.50 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa 57% siswa berpersepsi guru selalu memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dan 42,50% siswa berpersepsi guru sering memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir dalam setiap pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan siswa dapat bertanya langsung tentang mater! yang belum dimengerti untuk dijelaskan kembali oleh guru sehingga siswa mengerti pembelajaran yang diajarkan. Pertanyaan yang diajukan siswa hendaknya ditanggapi secara baik oleh guru, bahkan sebaiknya pertanyaan tersebut tidak langsung dijawab guru, melainkan perlu dilontarkan ke kelas menjadi permasalahan bersama agar siswa yang lain dapat berkontribusi memberikan solusi/jawaban. Tabel. 20 Menanggapi/Menjawab Pertanyaan dengan Baik No Alternatif Jawaban S P% Selalu 25 62.50 11 Sering 15 37.50 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 57 Nampaknya guru di PAI mampu merespon dan menjawab pertanyaan siswa sehingga dapat menjawab ketidak mengertian siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket yang menunjukkan bahwa 62.50% siswa menyatakan guru menanggapi/menjawab pertanyaan, dan 37,50% siswa menyatakan guru sering melakukan hal tersebut. Pertanyaan yang diajukan siswa sebaiknya tidak langsung dijawab guru, tapi siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi, baru guru membenarkan atau menguatkan jawaban siswa. Ketika hal tersebut ditanyakan kepada siswa, sebagian siswa menjawab guru sering memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi pertanyaan teman, dan sebagian lag! menyatakan bahwa guru jarang melakukan hal itu, bahkan ada yang menyatakan bahwa guru tidak pernah (10%) melakukan hal tersebut. Tabel berikut berisi tentang data yang dimaksud. Tabel. 21 Memberi Kesempatan Siswa Lain untuk Menanggapi Pertanyaan Teman No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 19 47.50 Jarang 17 42.50 Tidak Pernah 4 10.00 Jumlah 40 100 Di samping merespon dan menjawab pertanyaan siswa, guru juga harus mampu memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan bahasa yang mud ah dipahami oleh siswa. Bertanya merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Pertanyaan dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahamansiswa terhadap materi yang dipelajari dan untuk mengembalikan perhatian/fokus siswa terhadap proses yang sedang berlangsung. 58 Tabel. 22 Mengajukan Pertanyaan terkait Materi yang Telah Dipelajari No Alternatif Jawaban S P% Selalu 15 37.50 11 Sering 17 42.50 Jarang 8 20.00 Tidak Pernah Jumlah 40 100 Berdasarkan data tabel di atas, 37,50% siswa menjawab guru selalu mengajukan pertanyaan kepada siswa, 42,50% siswa menyatakan guru sering mengajukan pertanyaan, dan 20% siswa lainnya menyatakan guru jarang mengajukan pertanyaan. Selain mempelajari materi dari buku paket, sebaiknya siswa juga dianjurkan untuk membaca sumber-sumber lain agar wawasan mereka bertambah. Naiaun ternyata guru jarang menganjurkan hal itu. Dari 40 siswa, hanya 15 siswa (39,50%) yang menyatakan guru sering menganjurkan siswa untuk membaca sumber lain, selebihnya menyatakan guru jarang bahkan tidak pernah menganjurkan hal tersebut, sebagaimana data pada tabel di bawah ini. Tabel. 23 Member! Kesempatan Siswa Membaca Sumber Lain No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 15 39.50 Jarang 20 50.00 Tidak Pernah 5 10.50 Jumlah 40 100 Guru yang baik tidak selalu menjejali siswa dengan informasi yang sudah jadi, tetapi harus lebih banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali/mencari dan menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan serta mempresentasikan hasil temuannya di hadapan kelas. Ketika hal itu ditanyakan kepada siswa, 39,50% menyatakan guru sering memberi kesempatan mereka untuk mempresentasikan hasil kerjanya, 50% menyatakan jarang, dan 10,50% menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun guru memberi 59 kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil kerja mereka, namun tidak seluruh siswa mendapat kesempatan untuk presentasi. Data tentang hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 24 Memberi Kesempatan Siswa Mempersentasikan Hasil Kerja No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 15 39.50 Jarang 20 50.00 Tidak Pernah 5 10.50 Jumlah 40 100 Presentasi hasil kerja siswa selanjutnya ditanggapi oleh siswa/kelompok lain agar seluruh siswa bisa berpartisipasi secara aktif. Berdasarkan tanggapan siswa, diketahui bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi presentasi siswa lain, namun seperti halnya memberi kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil kerja, tidak smua siswa dapat memberi tanggapan.. Data tentang hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 25 Memberi Kesempatan Kelompok untuk Menenggapi Hasil Kerja Kelompok Lain No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 15 39.50 Jarang 20 50.00 Tidak Pernah 5 10.50 Jumlah 40 100 Selain ceramah, seharusnya guru juga menggunakan metode lain yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi satu sama lainnya, misalnya metode diskusi. Menurut pendapat siswa, guru sering menggunakan metode yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam kelompok, sebagaimana data pada tabei di bawah ini. 60 Tabel. 26 Member! Kesempatan Siswa Membahas Materi Secara Kelompok No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 26 65.00 Jarang 14 35.00 Tidak Pernah Jumlah 40 100 Terdapat berbagai macam cara bagi guru dalam memberikan motivasi kapada siswa, salah satunya adalah dengan memberikan pujian. Pujian diberikan kepada siswa yang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Pujian memiliki pengaruh yang cukup besar dan dapat mendorong motivasi belajar siswa. Guru PAI juga hampir selalu memberi pujian terhadap siswa yang aktif, sebagaimana data berikut ini: Tabel. 27 Memberi Pujian lerhada > Siswa yang Aktif No Alternatif Jawaban S P% Selalu 23 57.50 11 Sering 17 42.50 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Hasil angket yang menunjukkan 57% siswa menyatakan guru PAI selalu memberi pujian, dan 42,50% siswa menyatakan guru sering memberi pujian. Hal ini berarti bahwa kesadaran guru dalam memberikan motivasi kepada siswa tergolong tinggi karena motivasi memiliki pejan besar dan berpengaruh dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Menarik minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan rnenggunakan metode yang bervariasi. Menggunakan satu metode pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran dapat mengakibatkan situasi belajar menjadi kurang komunikatif dan siswa mengalami kejenuhan. Untuk menghindari hal tersebut, penggunaan matode pembelajaran yang bervariasi merupakan solusi yang paling tepat sehingga pembelajaran menjadi terasa menyenangkan. 61 Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI tidak selalu mengajar dengan menyenangkan, sebagaimana dapat dilihat pada label di bawah ini. Tabel. 28 Mengajar dengan Menyenangkan No Alternatif Jawaban S Selalu 15 11 Sering 15 Jarang 10 Tidak Pernah Jumlah 40 P% 37.50 37.50 25.00 100 Sungguhpun guru telah menjelaskan materi pembelajaran dengan baik, namun tetap saja masih terdapat siswa yang belum sepenuhnya mencapai hasil belajar sesuai standar yang diharapkan. Siswa masih perlu memperoleh bimbingan dari guru baik di dalam kelas maupun di luar jam belajar. Bimbingan guru bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar tentu sangat membantu siswa dan juga kegiatan pembelajaran itu sendiri, sehingga siswa dapat mengerjakan tuganya dengan baik dan benar. Ketika hal tersebut ditanyakan ke siswa, umumnya siswa menjawab guru melakukan bimbingan bagi siswa yang mengalami mkesulitan belajar. Tabel. 29 Membimbing Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar No Alternatif Jawaban S P% Selalu 15 37.50 11 Sering 15 37.50 Jarang 10 25.00 Tidak Pernah Jumlah 40 100 Tuntutan guru selanjutnya dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kemampuan menggunakan/memanfaatkan media. Menggunakan alat pembelajaran (media) yang sesuai dengan materi yang diajarkan dapat mengaktifkan interaksi di dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa guru jarang menggunakan media yang sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Hal ini dapat terjadi karena 62 keterbatasan media pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah sehingga guru kurang maksimal dalam penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran. Tabel. 30 Menggunakan Alat Peraga Sesuai Materi No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 19 47.50 Jarang 21 52.50 Tidak Pernah Jumlah 40 100 Selain buku paket, guru juga harus menyediakan bahan materi tambahan dari berbagai sumber agar siswa memiliki wawasan yang lebih luas sehingga pembelajaran lebih hidup. Namun kenyataanya banyak guru yang hanya mengandalkan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini juga dilakukan oleh guru PAI, dalam pembelajaran sangat jarang menyiapkan bahan ajar tambahan yang bisa digunakan siswa. Tabel di bawah ini membuktikan hal tersebut. Tabel. 31 Menyiapkan Bahan Materi Tambahan No Alternatif Jawaban S Selalu 11 Sering Jarang 25 Tidak Pernah 15 Jumlah 40 P% 62.50 37.50 100 Suasana belajar yang aman dan nyaman serta tidak berisik merupakan suasana belajar kondusif yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru harus menegur siswa yang gaduh guna menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa. Tabel, 32 Menegur Siswa yang Gaduh No Alternatif Jawaban S Selalu 25 11 Sering 15 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 P% 62.50 37.50 100 63 Dari data tabel di atas, dapat diketahui bahwa 62,50% siswa menyatakan guru selalu menegur siswa yang membuat gaduh, dan 37,50% siswa menjawab guru sering menegur siswa yang membuat gaduh. Dengan demikian, guru hampir selalu menegur siswa yang membuat gaduh ketika pembelajaran sedang dilaksanakan, sehingga siswa merasakan suasana belajar yang damai dan membuat siswa nyaman untuk mengikuti pembelajaran. Untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif, seorang guru harus mampu bertindak tegas terhadap siswa yang nakal. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak mengulangi hal yang serupa. Di samping itu, memberi tindakan tegas dimaksudkan agar siswa yang lain tidak merasa terganggu dengan ulahnya tersebut, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Tabel. 33 Memberi Tindakan Tegas kepada siswa yang nakal No Alternatif Jawaban S P% Selalu 25 62.50 11 Sering 15 37.50 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Berdasarkan data pada label di atas diketahui bahwa 62.50% siswa menyatakan bahwa guru selalu memberi tindakan tegas kepada siswa yang nakal, sedangkan sisanya menyatakan sering. Dengan demikian, hampir selalu guru melakukan tindakan tegasterhadap siswa yang nakal, sehingga siswa merasa jera. Umumnya siswa senang kalau pembelajaran diselingi dengan humor/guyon yang edukatif. Apakah guru-guru PAI juga melakukan hal tersebut? Tabel 30 di bawah ini menjelaskan tentang hal tersebut. Tabel. 34 Menyelingi Pembelajaran dengan Humor/Canda No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 15 37.50 Jarang 16 40.00 Tidak Pernah 9 22.50 Jumlah 40 100 64 Guyonan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi rasa jenuh yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran, oleh karena itu guru perlu sesekali untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada siswa dengan cara yang berbeda. Berdasarkan data tabel di atas diketahut bahwa 37,50% siswa menyatakan selalu melaksanakan pembelajaran dengan sesekali menyelipkan humor, 40% siswa menyatakan hal tersebut, dan 22,50% siswa menyatakan guru jarang melakukannya. Kemampuan menguasai materi pembelajaran tidak akan memiliki makna apa-apa jika dalam menyampaikannya tidak dapat dipahami dengan baik akibat penggunaan bahasa yang kurang sesuai, oleh karena itu penting bagi guru menguasai dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Di samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan benar dapat dijadikan sebagai keteladanan bagi siswa. Tabel. 35 Menggunakan Bahasa yang Baik dan Benar No Alternatif Jawaban S P% Selalu 16 40.00 11 Sering 24 60.00 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa menurut siswa, 40% guru selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan 60% sering menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa gum hampir selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika melaksanakan pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran yang diajarkan dengan baik. 3. Kegiatan Penutup Mengakhiri pembelajaran bagi seorang guru menjadi sebuah kegiatan yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran, sebab pada tahap penutup inilah dilakukan penilaian hasil 65 belajar yang biasa dikenal dengan istilah penilaian formatif. Secara umum kegiatan yang dilakukan pada tahap penutup meliputi memberikan pertanyaan kepada siswa untuk penguatan, menyimpulkan materi pembelajaran bersama siswa, melakukan penilaian, dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Tabel. 36 Mengajukan Pertanyaan Terkait Materi No Alternatif Jawaban S P% Selalu 19 47.50 11 Sering 21 52.50 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Tabel di atas memuat data tentang pemberian pertanyaan. Ketika siswa ditanya apakah guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi yang telah dipelajari, 47.50% siswa menjawab bahwa guru selalu melakukan hal tersebut, dan 52.50% siswa menjawab guru sering melakukan hal tersebut. Tabel. 37 Membimbing Siswa Menyimpulkan Materi yang Telah Dipelajari No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 15 37.50 Jarang 20 50.00 Tidak Pernah 5 12.50 Jumlah 40 100 Seluruh tahapan kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara profesional agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan tanpa terkecuali kegiatan penutup. Oleh karena ttu, seorang guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah diajarkan dan dengan bimbingannya Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa 37.50% siswa menjawab sering, 50% siswa menjawab jarang, dan 12.50% siswa menjawab tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru jarang 66 membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Hal ini dapat terjadi karena sebagian guru beranggapan bahwa menyimpulkan adalah tugas guru sehingga menyimpulkan materi pelajaran dilakukan langsung oleh guru. Tabel berikutnya berisi data tentang penilaian formatif yang dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Biasanya penilaian formatif dilakukan dengan tes tulis. Tabel. 38 Memberi Ulangan Setelah Materi Selesai Pipelajari No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 16 40.00 Jarang 24 60.00 Tidak Pernah Jumlah 40 100 Data pada label di atas menunjukkan 40% siswa menyatakan guru sering melakukan penilaian formatif, dan 24% siswa menyatakan guru sering melakukan penilaian formatif. Data tersebut menunjukkan bahwa guru yang jarang melakukan penilaian formatif sehingga sulit diukur ketercapaian kompetensi siswa terhadap pokok bahasan yang dibelajarkan pada pertemuan tersebut. Untuk memastikan siswa tidak mencontek ketika ulangan, seharusnya guru mengawasi secara ketat ketika ulangan dilaksanakan. Namun ketika hal itu ditanyakan kepada siswa, 40% siswa menjawab guru sering mengawasi secara ketat, 60% menjawab guru jarang melakukan pengawasan secara ketat. Akibatnya guru tidak tahu apakah kompetensi yang sudah dibelajarkan benarbenar telah dikuasai siswa atau belum. Data terkait dengan hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 39 Mengawasi Secara Ketat Ketika Memberi Ulangan No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering 16 40.00 Jarang 24 60.00 Tidak Pernah Jumlah 40 100 67 Kegiatan selanjutnya adalah memberi tugas (PR) sebagai bentuk kegiatan tindak lanjut. Seharysnya PR diberikan guru sebagai bentuk remedial bagi siswa yang belum mencapai kompetensi minimal, dan sebagai bentuk pengayaan bagi siswa yang sudah mencapai kompetensi minimal. Namun demikian nampaknya hingga saat ini masih sangat jarang guru memberi PR yang didasarkan pada pertimbangan tersebut, yang terjadi adalah setiap siswa mendapat PR yang sama tanpa mempertimbangkan tingkat ketuntasannya. Kondisi ini biasanya terjadi karena guru tidak mau direpotkan dengan hal tersebut, bahkan mereka khawatir jika siswa diberi PR yang berbeda akan membuat kecemburuan antar siswa. Hal tersebut jugadilakukan guru PAI yang memberi tugas PR yang sama kepada siswa, sebagaimana terlihat data pada tabel di bawah ini: Tabel. 40 Memberi PR yang Sama kepada Seluruh Siswa No Alternatif Jawaban S P% Selalu 40 100 11 Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Umumnya siswa akan sangat senang apabila basil kerja baik yang berupa lembar jawaban maupun PR atau karya-karya siswa dinilai oleh guru, diberi catatan perbaikan, lalu dikembalikan kepada siswa. KetikaJial tersebut ditanyakan, jawaban siswa adalah sebagai berikut Tabel. 41 Mengembalikan Hasil Kerja Siswa Setelah Diperiksa No Alternatif Jawaban S P% Selalu 25 62.50 11 Sering 15 37.50 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 Dari data yang terpampang pada 2 tabel di atas dapat disimpulkan 68 umumnya guru mengembaiikan hasil kerja siswa dengan memberi beberapa catatan perbaikan sehingga siswa merasaa dihargai hasil kerjanya. Tidak setiap siswa dapat mencapai kompetensi sesuai dengan target yang telah ditetapkan guru. Oleh karena itu seharusnya guru dapat menyediakan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing siswa sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar. Namun ha! itu nampaknya jarang dilakukan guru karena keterbatasan waktu, sebagaiman dapat dibuktikan pada hasil angket yang terangkum pada tabel di bawah ini: Tabel. 42 Memberi Catatan Perbaikan terhadap Hasil Kerja Siswa No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering Jarang 31 77.50 Tidak Pernah 9 22.50 Jumlah 40 100 Tabel. 43 Menyediakan Waktu Konsultasi di Luar Jam Pelajaran No Alternatif Jawaban S P% Selalu 11 Sering Jarang 21 52.50 Tidak Pernah 19 47.50 Jumlah 40 100 Tabel terakhir berisi data tentang kebiasaan guru dalam mengahiri pembelajaran. Sebagai muslim yang baik, sudah sepantasnya mengahiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Hal tersebut juga nampaknya telah dilakukan oleh guru PAI. Tabel. 44 Mengakhiri Pembelajaran dengan Pesan yang Bermanfaaf No Alternatif Jawaban S P% Selalu 25 62.50 11 Sering 15 37.50 Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 69 Tabel terakhir berisi data tentang kebiasaan guru dalam mengahiri pembelajaran. Sebagai muslim yang baik, sudah sepantasnya mengahiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Hal tersebut juga nampaknya telah dilakukan oleh PAI Tabel. 45 Mengakhiri Pembelajaran dengan Salam No Alternatif Jawaban S P% Selalu 40 100 11 Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah 40 100 C. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan untuk memperoleh nilai ratarata setiap dimensi variabel penelitian berdasarkan data yang diperoleh melalui angket, sehingga diketahui secara umum persepsi siswa tcrhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu digunakan pedoman interprestasi menurut Suharsimi Arikunto, yaitu: 1. Baik, jika nilai yang diperoleh beradapada interval 81 - 100%. 2. Cukup, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61 - 80%. 3. Kurang, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 - 60%. 4. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval < 40%.6565 Untuk menentukan prosentase, digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalihkan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi. b. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. c. Menentukan kategori, yakni dengan menggunakan rumus:66 65 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, M.Pd, "Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktik Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidlkan", (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-3, hal. 35 66 Aldiyan Saputra, Efektivitas Manajemen Kelas di SMP Islam Ruhama Ciputat Timur 70 Berikut ini data dari hasil penyebaran angket terhadap 33 siswa yang terdiri dari 3 dimensi yaitu: TABEL 42 Nilai Rata-rata Skor Penelitian Angket Siswa N0 Dimensi No Butir Pernya Skor taan Nilai Harapan (NH) Nilai Skor (NS) NSxlOO% NH Katego ri Nilai 1 Kegiatan Pendahuluan 1 - 13 (13) 1377 13 x 4 = 52 1377:40 = 34,43 34.43 x 100% = 66,21% 52 Cukup 2 Kegiatan Inti 14-35 (22) 2474 22 x 4 = 88 2472: 40 = 61.80 61.80x 100% = 70,23% 88 Cukup 3 Kegiatan Penutup 36-45 (10) 1093 10x4 40 = 1093 :40 = 27,33 27.33x 100% = 68,33% 40 Cukup 68,26% Cukup Rata-Rata Berdasarkan perhitungan statistik sederhana di atas dapat diketahui bahwa baik kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, maupun kegiatan penutup pembelajaran berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta memberikan penilaian terhadap guru PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran belum optimal. Berdasarkan hasil perhitungan angket diketahui bahwa belum optimalnya kegiatan pendahuluan karena guru PAI mengabaikan hal-hal: mengabsen/memeriksa kehadiran siswa, memastikan kerapian tempat duduk siswa, menanyakan kabar siswa, mendoakan stswa/orang tua siswa yang sakit agar lekas sembuh, menghubungkan materi pelajaran yang akan dibahas dengan materi pelajaran yang telah dipelajari, dan mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian-kejadian nyata. Pada kegiatan inti guru PAI belum melakukan hal-hal: menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab ketika ada siswa yang bertanya, memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, memberi kesempatan kepada Tangerang Selatan, hal. 87 71 siswa untuk mempelajari materi dari buku dan sumber-sumber lain, meminta siswa menyampaikan hasil kerjanya di hadapan kelas, meminta siswa/kelompok lain memberi tanggapan/penilaian terhadap hasil kerja suatu kelompok, menyiapkan bahan materi tambahan untuk siswa selain buku paket, dan menggunakan guyonan/canda agar siswa tidak merasa bosan. Sementara pada bagian penutup, guru PAI belum membantu/membimbing siswa daiam membuat kesimpulan materi yang dipelajari, memberikan catatan perbaikan pada lembar hasil kerja siswa, menyediakan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing siswa yang mengalami kesuiitan belajar, dan menutup pembeiajaran dengan memberi pesan-pesan yang bermanfaat. 72 BABV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil anatisis data dan pembahasan yang disajikan pada bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut: 1. Siswa SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta memiliki persepsi bahwa keterampilan guru PAI da I am membuka pelajaran belum optimal terutama dalam mengabsen/memeriksa kehadiran siswa, memastikan kerapian tempat duduk siswa, menanyakan kabar siswa, mendoakan siswa/orang tua siswa yang sakit agar lekas sembuh, menghubungkan materi pelajaran yang akan dibahas dengan materi pelajaran yang telah dipelajari, dan mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian-kejadian nyata. 2. Siswa SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta memiliki persepsi bahwa keterampilan guru PAI dalam melaksanakan kegiatan inti, terutama dalam hal menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, member! kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab ketika ada siswa yang bertanya, member! kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi dari buku dan sumber-sumber lain, meminta siswa menyampaikan hasil kerjanya di hadapan kelas, meminta siswa/kelompok lain memberikan tanggapan/penilaian terhadap hasil kerja suatu kelompok, menyiapkan bahan materi tambahan untuk siswa selain buku paket, dan menggunakan guyonan/canda agar siswa tidak me rasa bosan. 3. Siswa SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta memiliki persepsi bahwa keterampilan guru PAI dalam proses pembelajaran cukup membantu/membimbing siswa dalam memahami materi pembelajaran, memberikan catatan perbaikan pada lembar hasil kerja siswa, menyediakan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan menutup pembelajaran dengan memberi pesan-pesan yang bermanfaat. 73 Berdasarkan temuan-temuan penelitian di tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan persepsi siswa tentang kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berada pada taraf "Cukup", atau dengan kata lain guru PAI cukup mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran. B. Saran Berdasarkan temuan dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan terkait dengan kemampuan guru PAI dalam melaksanakan pembelajaran di Rambutan 03 Pagi Jakarta: 1. Hendaknya guru mengawali pembelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan penutup dengan melakukan langkah-langkah kegiatan yang mampu memotivasi dan membangkitkan minat siswa dalam belajar. 2. Hendaknya guru agama terus menerus belajar melalui berbagai media dan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya. 3. Kepala Sekolah hendaknya melakukan pembinaan yang optimal melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan mengajar guru PAI. 4. Hendaknya kepala sekolah mengikut sertakan guru PAI dalam berbagai kegiatan pendidikfm dan pelatihan/seminar tentang pengembangan kompetensi guru sehingga kemampuan guru PAI dalam melaksankan pembelajaran dapat meningkat yang akan ketercapaian kompetensi siswa yang diharapkan. berimplikasi kepada 74 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2009. "Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktik Bagi Mahasiswa dan / Praktis Pendidikan", Jakarta: FT Bumi Aksara. Azra, Azyumardi, 2001. "Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru' Jakarta: Penerbit Kalimah. Bahri, Syaiful Djamarah & Aswan Zain, 1996. "Strategi Belajar Mengajar", Jakarta: PT Rineka Cipta. Damayanti, Riksa. "Presepsi Siswa Terhadap Kepribadian Guru Hubunganya Dengan Minat Belajar Siswa Pada Mala Pelajaran PAI". Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, 2007. "Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsek Vmum & Konsep Islami", Bandung: PT. Refika Aditama. Jalaluddin, Rakhman, 2000. "Psikologi Komunikasi", Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Majid, Abdul, 2009. "Perencanaan Pemhelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru", Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Munadi, Yudhi & Farida Hamid, 2011. "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif, Krealif, Efektifdan Menyenangkan ", Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nur, Uhbiyati, 2005. "Ilmu Pendidikan Islam", Jakarta : CV. Pustaka Setia. Nurdin, Muhamad, 2004. "Kiat Menjadi Guru Profesional", Yogyakarta:_ Primasophie. Purwanto, Ngalim M, 2009. "Prinsip-Primip dan Teknik Evaluasi Pengajaran ", Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahman, Abdul Shaleh dan Muhbib A. Wahab, 2004 . "Psikologi Suatu Pengantar (Dalam Perspektif Islam) ", Jakarta: Kencana. Rita L, Atkinson dkk, 2003. "Pengantar Psikologi", Jakarta: Erlangga. Sabri, Alisuf M, 1993. "Pengantar Psikologi Vmum dan Perkembangan", Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 75 Sabri, Ahmad, 2010. "Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching", PT. Ciputat/Press. Siregar, Eveline & Martini Nara, 2010. "Teori Belajar dan Pembelajaran ", Bogor: Ghalia Indonesia. Slameto, 1995. "Belajar dan Faklor-Faktor Yang Mempengaruhi", Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono, 2011. "Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitaiif dan R&B ", Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto, 2002. "Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek” Jakarta: Balai Pustaka. Surya, et.all. 2004. "Kapita Selekla Kependidikan SD", Jakarta: Pusat Penerbitan UT, Get. Ke-17. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002. "Kamus Besar Bahasa Indonseia ", Jakarta: Balai Pustaka. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Uno, Hamzah B, 2008. "Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reormasi/Pendidikan di Indonesia", Jakarta: PT Bumi Askara. Usman, Moh. Uzer, 2011. "Menjadi Guru Profesional", Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wirawan, Sarlito Sarwono, 2003. "Penganlar Umum Psikologi", Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Walgito, Bimo, 2007. "Psikologi Sosial", Yogyakarta: Andi Offset. _____, 2008. "Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajran", Jakarta: Kencana. _____, 2006. "Strategi Pembelajaran ", Jakarta: Prenada Media Group." _____, 2008. "Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan PraktekPengembangan KTSP ", Jakarta: Kencana. Zurinal, Z dan Wahdi Sayuti, 2006. "Ilmu Pendidikan Penganlar dan DasarDasar Pelaksanaan Pendidikan ", Jakarta: UIN Jakarta Press 76 LAMPIRAN 77 Lampiran 1 ANGKET Persepsi Siswa tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta PETUNJUK DAN PENGISIAN KUESIONER (ANGKET) 1. Angket ini dibuat hanya untuk kepentingan ilmiah dalam rangka menyusun sebuah skripsi tidak ada tujuan lain. Oleh karena itu, jawaban siswa/i akan dijamin kerahasiaannya. 2. Isilah data diri anda dengan lengkap. 3. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan, kemudian jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 4. Berilah tanda (V) pada salah satu jawaban yang tersedia. 5. Atas kesediaannya, saya ucapkan banyak terima kasih. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Jenis Kelamin : (L/P) Kelas : 1. Guru Agama memuiai pembelajaran dengan mengucapkan salam. A. Selalu B. Sering C. Jarang D, Tidak Pernah 2. Guru Agama mengabsen/memeriksa kehadiran siswa. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 3. Guru Agama bersama dengan siswa berdo'a sebelum memuiai pembelajaran. A. Selalu B. Sering C Jarang D. Tidak Pernah 4. Guru Agama berpakaian rapi setiap masuk kelas A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 5. Guru Agama memastikan kerapian tempat duduk siswa. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 6. Guru Agama memastikan seluruh siswa mengenakan seragam sesuai jadwal. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 7. Guru Agama memeriksa buku pelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 8. Guru Agama menanyakan kabar siswa. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 9. Guru Agama mendoakan siswa/orang tua siswa yang sakit agar lekas sembuh A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 78 10. Guru Agama memberikan nasehat yang membuat siswa semangat untuk beiajar, A. Selalu B. Bering C. Jarang D. Tidak Pernah 11. Guru Agama memberikan hadiah/pujian kepada siswa yang dapat mengerjakan tugas dengan benar. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 12. Guru Agama menghubungkan materi pelajaran yang akan dibahas dengan materi pelajaran yang telah dipelajari A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 13. Guru Agama mengaitkan materi pelajaran dengan kejadian-kejadian nyata. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 14. Guru Agama menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 15. Guru Agama menjelaskan sub-sub pembahasan yang akan diajarkan A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 16. Guru Agama menjelaskan langkah-langkah/tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 17. Guru Agama menjelaskan materi pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti siswa A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 18. Guru Agama memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan materi pelajaran A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 19. Guru Agama memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 20. Guru Agama menanggapi/menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa dengan baik. A. Selalu B. Sering C. Jarang D, Tidak Pernah 21. Ketika ada siswa yang bertanya, Guru Agama memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 22. Guru Agama mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang telah diajarkan. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 79 23. Guru Agama memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi dari buku dan sumber-sumber lain. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 24. Guru Agama meminta siswa menyampaikan hasil kerjanya di hadapan kelas, A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 25. Guru Agama meminta siswa/kelompok lain memberi tanggapan/penilaian terhadap hasil kerja suatu kelompok. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 26. Guru Agama memberi kesempatan siswa untuk membahas materi secara berkelompok A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 27. Guru Agama memberikan pujian terhadap siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 28. Guru Agama mengajar dengan sangat menyenangkan. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 29. Guru Agama memberikan bimbingan/arahan/bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 30. Guru Agama menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 31. Selain buku paket Guru Agama juga menyiapkan bahan materi tambahan untuk siswa. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 32. Guru Agama menegur siswa yang membuat gaduh dalam proses pembelajaran. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 33. Guru Agama memberikan tindakan tegas/memberi hukuman terhadap siswa yang nakal. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 34. Guru Agama menggunakan guyonan/canda agar siswa tidak merasa bosan. A. Selalu B. Sering G. Jarang D. Tidak Pernah 35. Guru Agama menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika melaksanakan pembelajaran. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 80 36. Guru Agama mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari. A. Selalu B. Sering C. Jarang D, Tidak Pernah 37. Guru Agama membantu/membimbing siswa dalam membuat kesimpulan materi yang dipelajari. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 38. Guru Agama memberikan ulangan/tes setiap materi yang telah dipelajari. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 39. Setiap memberi ulangan/tes Guru Agama mengawasi secara ketat agar siswa tidak bisa mencontek. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 40. Guru Agama memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah (PR) setiap pembelajaran selesai. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 41. Guru Agama mengembalikan hasil kerja siswa setelah diperiksa. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 42. Guru Agama memberikan catatan perbaikan pada lembar hasil kerja siswa. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 43. Guru Agama menyediakan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 44. Guru Agama mengakhiri pembelajaran dengan memberi pesan-pesan yang bermanfaat. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah 45. Guru Agama mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. A. Selalu B. Sering C. Jarang D. Tidak Pernah