10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1
Teori Keagenan
Dalam rangka memahami corporate governance maka digunakanlah dasar
perspektif hubungan keagenan. Konsep agency teory menurut Anthony dan
Govindarajan (1995:569) adalah hubungan antara principal dan agent. Principal
mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal,
termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada
agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham
bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent
mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan principal.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa setiap orang (individu) akan
melakukan hal yang terbaik bagi kepentingan pribadinya. Asumsi berikutnya
adalah dalam setiap perusahaan terdapat titik perpotongan antara berbagai
kepentingan dan berbagai hubungan jenis kontrak perjanjian antara pihak
manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah. Salah satu hipotesis teori keagenan
menyatakan bahwa pada dasarnya manajemen bertujuan untuk memaksimumkan
kesejahteraan sendiri dengan berbagai upaya untuk meminimumkan biaya-biaya
agensi/agency cost (Wolk and Tearney, 2000).
10
Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih
banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah
seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal
yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena
kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan
kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah
mereka investasikan. Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana
membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi
mereka,
yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan
dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori agensi adalah
hubungan antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk
melakukan tugas untuk kepentingan principal.
2.1.2
Teori Legitimasi
O’Donovan (2002) dalam Nor Hadi (2009:5) berpendapat legitimasi
organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada
perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.
11
Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi
perusahaan
untuk
bertahan
hidup
(going
concern).
Teori
legitimasi
mengkonsepsikan, bahwa keberadaan perusahaan ditengah lingkungan dapat
memungkinkan terjadinya legitimacy gap dimana operasional perusahaan tidak
kongruen (sesuai) dengan harapan masyarakat (community expectation). Hal itu,
karena
probabilitas
terjadinya
negative
externalities
dapat
menurunkan
disharmonis lingkungan dan masyarakat, serta munculnya social cost yang
ditanggung masyarakat.
2.1.3
Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial (Corporate Social
Responsibility)
Ebert (2003) dalam Hardhina (2007:8) mendefinisikan corporate social
responsibility (CSR) sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan
komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok dan individual-individual
dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan,
perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. Kotler dan Lee (2005)
dalam Ismail Solihin (2009:5) mengungkapkan kegiatan CSR semata-mata
merupakan kegiatan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis
yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban
membayar
pajak
atau
kepatuhan
perusahaan
terhadap
undang-undang
ketenagakerjaan. Dalam kemajuan ekonomi dan pembangunan sekarang, tekanan
masyarakat kepada perusahaan agar mereka melakukan pembenahan sistem
operasi perusahaan menjadi suatu sistem yang memiliki kepedulian dan tanggung
12
jawab terhadap sosial sangat kuat, perkembangan teknologi dan industri yang
pesat dituntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar.
Penerapan CSR dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki
komitmen finansial kepada pemilik atau pemegang saham (shareholders), tapi
juga memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan,
karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam
jangka panjang. Menurut Hardhina (2007:09) adapun tujuan dari CSR adalah:
1) Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya
secara
implisit,
asumsi
bahwa
perilaku
perusahaan
secara
fundamental adalah baik.
2) Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi
adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat.
Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas
sosial.
3) Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan
tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor
Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) perlu
diungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial
kepada masyarakat.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CSR suatu tindakan atau
konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut)
sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada.
13
2.1.4 Pengungkapan Sosial Sebagai Tanggung Jawab Perusahaan
Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya
memiliki visi atas kinerja operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas
laba/profit
perusahaan
tetapi
juga
dalam
menjalankan
aktivitasnya,
memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya. Perusahaan tidak hanya
memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan
yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena
perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari
laba untuk pemegang saham.
Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu
dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari
kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumbersumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan
kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social
cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan
meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit
(manfaat sosial). Menurut Muh Arif Effendi (2009:113) empat manfaat yang
diperoleh perusahaan jika mengimplementasikan CSR adalah sebagai berikut:
1) Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan. Selain itu,
perusahaan juga mendapat citra (image) yang positif dari masyarakat luas.
2) Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap capital (modal)
3) Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human
resources) yang berkualitas.
14
4) Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang
kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko (risk management).
Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas
pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990) dalam Anggraini
(2006:5) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial
perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1) Lingkungan
Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian
lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan
atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan
pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.
2) Energi
Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam
hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi
terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energi,
dll.
3) Praktik bisnis yang wajar
Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan
terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.
4) Sumber daya manusia
Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber
daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas.
15
Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan
ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji serta tunjangan yang
memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja,
pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dll.
5) Produk
Meliputi keamanan, pengurangan polusi, dll.
2.1.5 Corporate Governance (CG)
Corporate
governance
muncul
karena
terjadi
pemisahan
antara
kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan
istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara
pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam
memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan
pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.
Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan
antara pemilik dan manajer.
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-MBU/2002, Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang
dengan
tetap
memperhatikan
kepentingan
stakeholder
lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Amin
Widjaja (2007:3) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat
16
peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Tujuan
corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak
pemegang kepentingan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa corporate governance
adalah peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan
nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilainilai etika.
2.1.6
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Prinsip-prinsip dari good corporate governance menurut Amin Widjaja
(2007:6) adalah:
1) Fairness (keadilan)
Perlindungan
kepentingan
minority
shareholders
dari
kecurangan, perdagangan dan penyalahgunaan oleh orang
penipuan,
dalam
(selfdealing atau insider trading). Keadilan adalah kesetaraan perlakuan
dari perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan
criteria dan proporsi yang seharusnya. Dalam hal ini ditekankan agar
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan terlindungi dari
17
kecurangan serta penylahgunaan wewenang yang dilakukan oleh orang
dalam.
2) Transparency
Pengungkapan informasi kinerja perusahaan baik ketepatan waktu maupun
akurasi (keterbukaan dalam proses, decision making, control fairness,
quality, standardization, efficiency time & cost). Transparansi adalah
keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan.
Dengan transparansi, pihak-pihak yang terkait akan dapat melihat dan
memahami bagaimana dan atas dasar apa keputusan-keputusan tertentu
dibuat serta bagaimana suatu perusahaan dikelola. Namun hal tersebut
tidak berarti bahwa masalah-masalah strategik harus dipublikasikan,
sehingga akan mengurangi keunggulan bersaing Perusahaan.
3) Accountability
Penciptaan system pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan
pembagian kekuasaan antara Board of Commissioners, Board of Directors,
Shareholders dan Auditor (pertanggung jawaban wewenang, traceable,
reasonable). Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan
fungsi dan tugas-tugas sesuai wewenang yang dimiliki oleh seluruh Organ
Perseroan. Dalam hal Direksi (beserta manajer) bertanggung jawab atas
keberhasilan pengurusan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah disetujui oleh Pemegang Saham. Komisaris bertanggungjawab atas
keberhasilan pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi dalam
18
rangka pengelolaan perusahaan. Pemegang Saham bertanggungjawab atas
keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.
4) Responsibility
Penanggungjawaban perusahaan sebagai bagian dari masyarakat kepada
stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan itu berada.
5) Disclosure (keterbukaan dalam informasi)
Disclosure adalah keterbukaan dalam mengungkapkan informasi yang
material dan relevan mengenai perusahaan. Disclosure erat kaitannya
dengan transparasi, yaitu Perusahaan harus dapat memberikan informasi
atau laporan yang akurat dan tepat waktu mengenai kinerja Perusahaan.
6) Independency/Kemandirian (bebas dari pengaruh pihak lain)
Kemandirian adalah sebagai keadaan dimana
Perusahaan bebas dari
pengaruh atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme
korporasi. Dalam hal ini ditekankan bahwa dalam menjalankan fungsi,
tugas dan tanggungjawabnya, Komisaris, Direksi dan Manajer atau pihakpihak yang diberi tugas untuk mengelola kegiatan perusahaan, terbebas
dari tekanan ataupun pengaruh baik dari dalam maupun luar perusahaan.
2.1.7
Manfaat penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Dengan adanya penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan
maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh. Menurut Muh Arief Effendi
(2009:65) manfaat yang diperoleh oleh penerapan prinsip-prinsip GCG adalah
sebagai berikut:
19
1) Peningkatan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik.
2) Peningkatan efisiensi operasional perusahaan.
3) Peningkatan pelayanan kepada pemangku kepentingan.
4) Kemudahan untuk memperoleh dana pembiayaan yang lebih murah
dan tidak kaku (karena faktor kepercayaan), yaitu pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan (corporate value)
5) Peningkatan minat investor untuk membeli saham perusahaan yang
bersangkutan, apabila perusahaan tersebut telah Go Public.
2.1.8
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)
Lembaga independen yang didirikan pada tanggal 2 Juni 2000 dengan
tujuan untuk memasyarakatkan konsep, praktik, dan manfaat Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) kepada dunia usaha
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Kegiatan :
1) Riset dan Pengembangan
Melakukan riset dan kajian mengenai penerapan CG di Indonesia dan
manfaat, dampak, serta praktik GCG pada Perusahaan-perusahaan di
Indonesia.
2) Indeks Persepsi Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance
Perception Index)
Riset dan rating praktik GCG pada Perusahaan Publik dan BUMN di
Indonesia.
20
3) Pendidikan dan Pelatihan
Melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran, pendidikan,
seminar, benchmarking,
dan
pelatihan
dalam
upaya
workshop,
menciptakan
pemahaman dan perhatian yang baik terhadap praktik GCG di kalangan
pelaku bisnis.
4) Publikasi dan Promosi
Melakukan diseminasi GCG melalui penerbitan buku, paper, booklet, dan
media publikasi lainnya
5) Layanan Konsultansi dan Compliance Assurance
Menyediakan jasa konsultasi bagi Perusahaan yang ingin menerapkan
konsep Corporate Governance termasuk layanan compliance assurance .
2.1.9
Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Corporate governance perception index (CGPI) adalah program riset dan
pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. CGPI
diikuti oleh Perusahaan Publik (Emiten), Perbankan dan Perusahaan Swasta
lainnya. CGPI diselenggarakan oleh IICG sebagai lembaga swadaya masyarakat
independen bekerjasama dengan Majalah SWA sebagai mitra publikasi. Program
ini dirancang untuk memicu perusahaan dalam meningkatkan kualitas penerapan
CG melalui perbaikan yang berkesinambungan dengan melaksanakan evaluasi
dan melakukan studi banding.
Program CGPI akan memberikan apresiasi dan pengakuan kepada
perusahaan-perusahaan yang telah menetapkan CG melalui CGPI Awards dan
21
penobatan sebagai Perusahaan Terpercaya. Penghargaan CGPI Awards dan
hasilnya dipaparkan di Majalah SWA dalam sajian utama.
IICG melalui program CGPI membantu perusahaan meninjau ulang
pelaksanaan CG yang telah dilakukannya dan membandingkan pelaksanaannya
terhadap perusahaan-perusahaan lain pada sektor yang sama. Hasil tinjauan dan
perbandingan ini akan memberikan manfaat berikut kepada perusahaan:
1) Perusahaan dapat membenahi faktor-faktor internal organisasinya yang
belum sesuai dan belum mendukung terwujudnya GCG berdasarkan hasil
temuan selama survey CGPI berlangsung.
2) Kepercayaan investor dan publik meningkat terhadap perusahaan karena
adanya hasil publikasi IICG tentang pelaksanaan konsep CG yang
dilakukan perusahaan.
3) Peningkatan kesadaran bersama di kalangan internal perusahaan dan
stakeholders terhadap pentingnya GCG dan pengelolaan perusahaan
kearah pertumbuhan yang berkelanjutan.
4) Pemetaan masalah-masalah strategis yang terjadi di perusahaan dalam
penerapan GCG sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan yang
diperlukan.
5) CGPI dapat dijadikan sebagai indikator atau standar mutu yang ingin
dicapai perusahaan dalam bentuk pengakuan dari masyarakat terhadap
penerapan prinsip-prinsip GCG.
22
6) Perwujudan komitmen dan tanggungjawab bersama serta upaya yang
mendorong seluruh anggota organisasi perusahaan untuk menerapkan
GCG.
Pentahapan atau urutan proses riset dalam pemeringkatan penerapan GCG
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Self-assessment
Pada tahap ini Perusahaan diminta mengisi kuesioner Self-assessment
seputar penerapan konsep CG di perusahaannya.
2) Pengumpulan Dokumen Perusahaan
Pada tahap ini Perusahaan diminta untuk mengumpulkan dokumen dan
bukti yang mendukung penerapan CG di perusahaannya. Bagi perusahaan
yang telah mengirimkan dokumen terkait pada penyelenggaraan CGPI
tahun sebelumnya boleh memberikan pernyataan konfirmasi pada
dokumen sebelumnya (kecuali jika terjadi perubahan, maka revisi harus
dilampirkan)
3) Penyusunan Makalah dan Presentasi
Pada tahap ini Perusahaan diminta untuk membuat penjelasan kegiatan
perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam proses
manajemen stratejik selama tahun
dalam bentuk makalah dengan
memperhatikan sistematik penyusunan yang telah ditentukan.
4) Observasi ke perusahaan
23
Pada tahap ini tim peneliti CGPI akan berkunjung ke lokasi Perusahaan
peserta untuk menelaah kepastian penerapan prinsip-prinsip GCG dan
proses manajemen stratejik.
Manajemen stratejik merupakan proses penetapan visi, misi dan tujuan
organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran,
serta pengalokasian sumber daya untuk penerapan kebijakan dan perencanaan
pencapaian tujuan organisasi.
2.1.10 Pengaruh
Corporate
Governance
Pada
Pengungkapan
Pertanggungjawaban Sosial.
CSR menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD)
adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis (behavioral ethics)
dan
berkontribusi
terhadap
pembangunan
ekonomi
yang
berkelanjutan
(sustainable economic development). Komitmen lainnya adalah meningkatkan
kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal serta masyarakat luas.
Harmonisasi antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya dapat tercapai
apabila terdapat komitmen penuh dari top management perusahaan terhadap
penerapan CSR sebagai akuntabilitas publik. Anggraini (2006) menyatakan
bahwa tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang
transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin
bagus (good corporate governance) semakin memaksa perusahaan untuk
memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Semakin tinggi indeks
implementasi
corporate
governance,
semakin
banyak
informasi
yang
diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan ini akan menunjukan
24
pengungkapan akan semakin banyak diungkapkan sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan seiring dengan peningkatan corporate governance.
2.1.11 Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan (Size) merupakan variabel penduga yang banyak
digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan
perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang
memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang
lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Jogiyanto (2000:254)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan atau firm size merupakan besar kecilnya
perusahaan yang dapat diukur dengan total aktiva atau besar harta perusahaan
dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma total aktiva.
2.1.12 Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Pengungkapan Pertanggungjawaban
Sosial
Ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan telah
banyak diujikan dalam penelitian. Menurut Cowen et. al., (1987) dalam
Sembiring (2005:10), secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari
tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh
yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham
yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Asumsi
dasar yang menghubungkan faktor ukuran perusahaan dan pengungkapan
informasi adalah pengungkapan memerlukan cost, sehingga perusahaan besar
25
seharusnya lebih mampu menyediakan pengungkapan informasi yang lebih baik.
Alasan lainnya adalah perusahaan besar memiliki hubungan eksternal yang lebih
luas dan berkepentingan dengan banyak pihak, baik itu pemerintah, investor
asing, bank internasional dan sebagainya. Hal ini yang menekan perusahaan besar
untuk meningkatkan kualitas transparansi dalam pemberian informasi.
2.1.13 Profitabilitas
Menurut Agus Sartono (2001:122) rasio profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Menurut Bambang Riyanto (2001:35) profitabilitas suatu
perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) menurut Agus Sartono (2001:122):
1). Gross Profit Margin
Penjualan – Harga pokok penjualan
=
………………...…(1)
Penjualan
Laba Bersih setelah Pajak
2). Net Profit Margin
…………..……….(2)
=
Penjualan
Laba Bersih setelah Pajak
…………..……….(3)
3). Return On Invesment =
Total Aktiva
Laba Bersih setelah Pajak
…………..……….(4)
4). Return On Equity =
Total Ekuitas
26
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on
equity (ROE). ROE akan memberikan informasi pada para investor tentang
seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari
kinerja perusahaan menghasilkan laba. Semakin tinggi ROE semakin tingggi
tingkat pengungkapan informasinya.
2.1.14 Pengaruh Profitabilitas Pada Pengungkapan Pertanggungjawaban
Sosial
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas
dan fleksibel untuk pengungkapan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang
saham.
Sehingga
semakin
tinggi
tingkat
profitabilitas
semakin
besar
pengungkapan informasi (Hackston & Milne (1996) dalam Anggraini (2006:10)).
Pendapat ini didukung dengan Priyanto (2008:126), yang menyebutkan CSR
mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social
marketing.
Social
Marketing
akan
dapat
memberikan
manfaat
dalam
pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan
perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki
produk yang berkualitas tinggi. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak
positif terhadap volume unit produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan
mendatangkan keuntungan yang besar terhadap peningkatan laba perusahaan.
Dapat disimpulkan semestinya perusahaan yang mendapatkan peningkatan laba
akan meningkatkan CSR agar mendatangkan keuntungan yang lebih besar.
27
2.1.15 Tipe Perusahaan
Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan
berbeda-beda.
Hackston
&
Milne
(1996)
dalam
Anggraini
(2006:10)
mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas
konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi,
kemudian mengelompokkan industri konstruksi, pertambangan, pertanian,
kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman,
kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile dan untuk
perusahaan low-profile adalah golongan perusahaan yang tidak tergolong highprofile.
2.1.16 Pengaruh Tipe Perusahaan Pada Pengungkapan Pertanggungjawaban
Sosial
Hubungan antara tipe perusahaan (profile) dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dikaitkan dengan variasi dampak operasi
perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat, sehingga hipotesis umumnya
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki dampak yang besar terhadap
lingkungan dan masyarakat akan mengungkapkan lebih banyak informasi sosial.
Dikaitkan dengan teori legitimasi, hal ini dilakukan perusahaan untuk
melegitimasi kegiatan operasinya dan menurunkan tekanan dari para aktivis sosial
dan lingkungan (Sembiring, 2005:386).
28
2.1.17 Pengungkapan
Pengungkapan dalam laporan keuangan adalah penyajian informasi yang
diperlukan untuk pihak-pihak yang memakai laporan tersebut. Pihak pemakai
memerlukan berbagai informasi yang releven dan bermanfaat untuk keputusan
investesi, kredit, dan semacamnya. Informasi keuangan yang dapat dilayani oleh
pelaporan keuangan (financial reporting) hanya merupakan sebagian jenis
informasi yang diperlukan oleh investor dan kreditor. Suwardjono (2005) dalam
Yunita (2008:47) mengungkapkan FASB mengidentifikasi lingkup (scope)
informasi yang dipandang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi dan
kredit sebagai berikut :
1. Statement keuangan (financial statement)
2. Catatan atas statement keuangan (notes to financial statement)
3. Informasi pelengkap (supplementary information)
4. Sarana pelaporan keuangan lain (other means of financial reporting)
5. Informasi lain (other information)
Pengungkapan dibedakan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan
pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang
dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau
peraturan badan pengawas. Pengungkapan dalam lingkup 1 sampai 3 adalah
pengungkapan wajib dan sisanya sebagai sukarela.
Di Indonesia, pengungkapan dalam laporan tahunan baik yang bersifat
wajib maupun sukarela telah diatur dalam PSAK No. 1. Selain itu pemerintah
melalui keputusan Ketua Bapepam No: kep-38/PM/1996 tertanggal 17 januari
29
1996 juga mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Berikut gambaran umum isi
Peraturan Bapepam tersebut:
1) Kewajiban menyampaikan laporan tahunan
2) Bentuk dan isi laporan tahunan
-Ketentuan umum
-Laporan manajemen
3) Bagian mengenai ikhtisar data keuangan penting
4) Bagian mengenai analisis dan pembahasan umum oleh manajemen
5) Bagian mengenai laporan keuangan
Pengungkapan informasi yang diatur oleh pemerintah ataupun lembaga
profesional (Ikatan Akuntan Indonesia) merupakan pengungkapan yang wajib
dipatuhi oleh perusahaan yang telah go public. Tujuan pemerintah mengatur
pengungkapan informasi adalah untuk melindungi kepentingan para investor dari
ketidakseimbangan informasi antara manajemen dengan investor karena adanya
kepentingan manajemen.
2.1.18 Tujuan Pengungkapan
Secara umum, menurut Suwardjono (2005) dalam Yunita (2008:49) tujuan
pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk
mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang
mempunyai kepentingan berbeda-beda, diantaranya :
1) Tujuan Melindungi
30
Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai
cukup canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan
mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya
atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi
ekonomik yang melandasi suatu pos statement keuangan. Tujuan
melindungi biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang
mendapat otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal
seperti SEC (Securities and Exchange Commission) atau BAPEPAM-LK
(Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan).
2) Tujuan Informatif
Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju
sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian,
pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat
membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan
ini biasanya melandasi penyusun standar akuntansi untuk menentukan
tingkat pengungkapan.
3) Tujuan Kebutuhan Khusus
Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan
tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi
dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju
sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan
kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir
yang menuntut pengungkapan secara rinci.
31
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya berkaitan dengan corporate governance,
ukuran perusahaan, profitabilitas dan corporate social reponsibility, diantaranya
Eddy Rismanda Sembiring (2005) meneliti tentang karakteristik perusahaan dan
pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta. Periode penelitian digunakan tahun 1999 sampai
2001 dengan jumlah sampel 78 perusahaan. Variable bebas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris,dan
leverage. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Eddy Rismanda Sembiring
adalah menggunakan pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) sebagai
variable terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Eddy Rismanda
Sembiring yaitu penelitian Eddy Rismanda Sembiring menggunakan periode
penelitian tahun 1999 sampai 2001 sedangkan penelitian ini menggunakan
periode penelitian tahun 2004 sampai 2008 dan variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian Eddy Rismanda Sembiring yaitu size, profitabilitas, profile,
ukuran dewan komisaris,dan leverage, sedangkan penelitian ini menggunakan
varabel bebas yaitu corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
tipe perusahaan. Hasil penelitian Eddy Rismanda Sembiring menunjukkan
variabel
size, profile, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan
terhadap
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial
perusahaan,
sedangkan
profitabilitas dan leverage mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
32
Fr. Reni Retno Anggraini (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Periode
penelitian ini digunakan tahun 2000 sampai 2004 dengan jumlah sampel 118
perusahaan. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase
kepemilikan, tingkat leverage, ukuran perusahaan, tipe perusahaan dan
profitabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fr. Reni Retno Anggraini
adalah menggunakan pengungkapan informasi/tanggung jawab sosial sebagai
variable terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fr. Reni Retno
Anggraini yaitu periode penelitian dan variabel bebas yang digunakan, dimana
penelitian Fr. Reni Retno Anggraini menggunakan periode penelitian tahun 2000
sampai 2004 sedangkan penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun
2004 sampai 2008 dan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian Fr. Reni
Retno Anggraini yaitu
persentase kepemilikan, tingkat leverage, ukuran
perusahaan, tipe perusahaan dan profitabilitas, sedangkan penelitian ini
menggunakan varabel bebas yaitu corporate governance, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan tipe perusahaan. Hasil penelitian Fr. Reni Retno Anggraini
membuktikan persentase kepemilikan dan tipe perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi sosial, sedangkan ukuran perusahaan, tingkat leverage
dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial.
I Kadek Wirakusuma (2009) meneliti tentang pengaruh tingkat leverage,
profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan pada
33
pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Penelitian ini menggunakan sampel 80
perusahaan, variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistic (multinominal
logistic regression). Persamaan penelitian ini dengan penelitian I Kadek
Wirakusuma adalah menggunakan pengungkapan informasi pertanggungjawaban
sosial sebagai variable terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian I Kadek
Wirakusuma yaitu periode penelitian dan variable bebas yang digunakan, dimana
penelitian I Kadek Wirakusuma menggunakan hanya tahun 2008 sedangkan
penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2004 sampai 2008 dan
variable bebas yang digunakan dalam penelitian I Kadek Wirakusuma yaitu
tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis
perusahaan, sedangkan penelitian ini menggunakan varabel bebas yaitu corporate
governance, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan tipe perusahaan. Hasil
penelitian I Kadek Wirakusuma membuktikan dengan hasil analisis regresi
logistic (multinominal logistic regression) diketahui bahwa variable tingkat
leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada
pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sedangkan untuk variable ukuran perusahaan
dan
jenis
perusahaan
berpengaruh
pada
pengungkapan
informasi
pertanggungjawaban sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2008.
34
Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni (2009) meneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 sampai
2007. Penelitian ini menggunakan jumlah sampel 45 perusahaan. Variable bebas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajemen, leverage,
ukuran perusahaan, jenis industri, dan net profit margin. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni adalah menggunakan
pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial/ tanggung jawab sosial
sebagai variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Anak Agung
Ayu Inten Dwi Wahyuni yaitu periode penelitian, variable bebas yang digunakan
dan objek penelitian, dimana penelitian Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni
menggunakan periode dari tahun 2003 sampai 2007 sedangkan periode penelitian
ini dari tahun 2004 sampai 2008, variable bebas yang digunakan Anak Agung
Ayu Inten Dwi Wahyuni yaitu kepemilikan manajemen, leverage, ukuran
perusahaan, jenis industri, dan net profit margin sedangkan penelitian ini
menggunakan varabel bebas yaitu corporate governance, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan tipe perusahaan. Objek penelitian dalam penelitian Anak Agung
Ayu Inten Dwi Wahyuni yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini membuktikan variabel jenis
industri dan net profit margin berpengaruh positif terhadap pengungkapan
informasi tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007, sedangkan variabel kepemilikan
35
manajemen, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007.
36
Table 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No
Penelitian
Variabel
Teknik Analisis
Hasil penelitian
1
Eddy Rismanda Sembiring
Variable bebas : size,
profitabilitas, profile, ukuran
dewan komisaris,dan leverage
Metode analisis regresi linear
berganda (uji koefisien regresi
simultan dan uji signifikan
variable individual)
pengujian secara parsial tiga variabel,
yaitu size, profile, dan ukuran dewan
komisaris
ditemukan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan,
sedangkan profitabilitas dan leverage
mempunyai
pengaruh
yang
tidak
signifikan
terhadap
pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Secara
serempak (simultan : size, profitabilitas,
profile, ukuran dewan komisaris,dan
leverage
berpengaruh
terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan)
Metode analisis regresi linear
berganda (uji koefisien regresi
simultan dan uji signifikan
variable individual)
Persentase kepemilikan, tipe perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan
informasi, sedangkan ukuran perusahaan,
tingkat leverage dan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan
informasi sosial. Secara serempak
(simultan
persentase
kepemilikan
masyarakat, leverage, ukuran perusahaan,
dan profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi sosial)
(2005)
Variabel terikat :
pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan
2
Fr. Reni. Retno Anggraini
(2006)
Variable bebas : persentase
kepemilikan masyarakat
,leverage, ukuran
perusahaan,dan profitabilitas
Variabel terikat :
pengungkapan informasi
sosial
37
No
Penelitian
Variabel
Teknik Analisis
3
I Kadek Wirakusuma
Variable bebas : tingkat
leverage, profitabilitas,
kepemilikan manajerial,
ukuran dan jenis
perusahaan Variabel
terikat : pengungkapan
informasi
pertanggungjawaban
sosial
Metode analisis regresi logistic tingkat leverage, profitabilitas, dan
(multinominal logistic regression) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
pada
pengungkapan
informasi
pertanggungjawaban sosial sedangkan
untuk ukuran perusahaan dan jenis
perusahaan
berpengaruh
pada
pengungkapan
informasi
pertanggungjawaban
sosial.
Secara
serempak (simultan persentase tingkat
leverage,
profitabilitas, kepemilikan
manajerial, ukuran dan jenis perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan
informasi pertanggungjawaban sosial)
(2009)
4
Anak Agung Ayu Inten Dwi Variable bebas:
Wahyuni
kepemilikan manjemen,
leverage, ukuran
(2009)
perusahaan, jenis
industry, dan net profit
margin
Metode analisis regresi linear
berganda (uji koefisien regresi
simultan dan uji signifikan
variable individual)
Variable terikat:
tanggung jawab sosial
dalam laporan tahunan
Sumber: diolah
38
Hasil penelitian
jenis industri dan net profit margin
berpengaruh
positif
terhadap
pengungkapan informasi tanggung jawab
sosial
sedangkan
kepemilikan
manajemen, ukuran perusahaan dan
leverage tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi tanggung jawab
sosial Secara serempak (simultan
kepemilikan manjemen, leverage, ukuran
perusahaan, jenis industry, dan net profit
margin berpengaruh terhadap tanggung
jawab sosial dalam laporan tahunan
2.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih perlu diuji lagi
kebenarannya. Berdasarkan pada pokok permasalahan yang diajukan, tujuan
penelitian, tinjauan pustaka, dan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait
dengan penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Bahwa corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
tipe perusahaan secara serempak (simultan) mempunyai pengaruh
pada pengungkapan pertanggungjawaban sosial (corporate social
responsibility) perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008.
H2: Bahwa corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
tipe perusahaan secara terpisah (parsial) mempunyai pengaruh pada
pengungkapan
pertanggungjawaban
sosial
(corporate
social
responsibility) perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008.
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
corporate governance
pengungkapan
pertanggungjawaban
sosial (Corporate
Social
Responsibility).
ukuran perusahaan
profitabilitas
tipe perusahaan
39
Download