BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Dalam rangka memahami corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995:569) adalah hubungan antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Teori keagenan mengasumsikan bahwa setiap orang (individu) akan melakukan hal yang terbaik bagi kepentingan pribadinya. Asumsi berikutnya adalah dalam setiap perusahaan terdapat titik perpotongan antara berbagai kepentingan dan berbagai hubungan jenis kontrak perjanjian antara pihak manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah. Salah satu hipotesis teori keagenan menyatakan bahwa pada dasarnya manajemen bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan berbagai upaya untuk meminimumkan biaya-biaya agensi/agency cost (Wolk and Tearney, 2000). 10 Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori agensi adalah hubungan antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal. 2.1.2 Teori Legitimasi O’Donovan (2002) dalam Nor Hadi (2009:5) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. 11 Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Teori legitimasi mengkonsepsikan, bahwa keberadaan perusahaan ditengah lingkungan dapat memungkinkan terjadinya legitimacy gap dimana operasional perusahaan tidak kongruen (sesuai) dengan harapan masyarakat (community expectation). Hal itu, karena probabilitas terjadinya negative externalities dapat menurunkan disharmonis lingkungan dan masyarakat, serta munculnya social cost yang ditanggung masyarakat. 2.1.3 Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial (Corporate Social Responsibility) Ebert (2003) dalam Hardhina (2007:8) mendefinisikan corporate social responsibility (CSR) sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. Kotler dan Lee (2005) dalam Ismail Solihin (2009:5) mengungkapkan kegiatan CSR semata-mata merupakan kegiatan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-undangan seperti kewajiban membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan. Dalam kemajuan ekonomi dan pembangunan sekarang, tekanan masyarakat kepada perusahaan agar mereka melakukan pembenahan sistem operasi perusahaan menjadi suatu sistem yang memiliki kepedulian dan tanggung 12 jawab terhadap sosial sangat kuat, perkembangan teknologi dan industri yang pesat dituntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar. Penerapan CSR dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial kepada pemilik atau pemegang saham (shareholders), tapi juga memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Menurut Hardhina (2007:09) adapun tujuan dari CSR adalah: 1) Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik. 2) Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial. 3) Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) perlu diungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CSR suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. 13 2.1.4 Pengungkapan Sosial Sebagai Tanggung Jawab Perusahaan Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya memiliki visi atas kinerja operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas laba/profit perusahaan tetapi juga dalam menjalankan aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham. Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumbersumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit (manfaat sosial). Menurut Muh Arif Effendi (2009:113) empat manfaat yang diperoleh perusahaan jika mengimplementasikan CSR adalah sebagai berikut: 1) Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan. Selain itu, perusahaan juga mendapat citra (image) yang positif dari masyarakat luas. 2) Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap capital (modal) 3) Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas. 14 4) Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management). Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990) dalam Anggraini (2006:5) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut: 1) Lingkungan Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan. 2) Energi Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energi, dll. 3) Praktik bisnis yang wajar Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial. 4) Sumber daya manusia Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas. 15 Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji serta tunjangan yang memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dll. 5) Produk Meliputi keamanan, pengurangan polusi, dll. 2.1.5 Corporate Governance (CG) Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-MBU/2002, Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Amin Widjaja (2007:3) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat 16 peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Tujuan corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak pemegang kepentingan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa corporate governance adalah peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilainilai etika. 2.1.6 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) Prinsip-prinsip dari good corporate governance menurut Amin Widjaja (2007:6) adalah: 1) Fairness (keadilan) Perlindungan kepentingan minority shareholders dari kecurangan, perdagangan dan penyalahgunaan oleh orang penipuan, dalam (selfdealing atau insider trading). Keadilan adalah kesetaraan perlakuan dari perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan criteria dan proporsi yang seharusnya. Dalam hal ini ditekankan agar pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan terlindungi dari 17 kecurangan serta penylahgunaan wewenang yang dilakukan oleh orang dalam. 2) Transparency Pengungkapan informasi kinerja perusahaan baik ketepatan waktu maupun akurasi (keterbukaan dalam proses, decision making, control fairness, quality, standardization, efficiency time & cost). Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan. Dengan transparansi, pihak-pihak yang terkait akan dapat melihat dan memahami bagaimana dan atas dasar apa keputusan-keputusan tertentu dibuat serta bagaimana suatu perusahaan dikelola. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa masalah-masalah strategik harus dipublikasikan, sehingga akan mengurangi keunggulan bersaing Perusahaan. 3) Accountability Penciptaan system pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan pembagian kekuasaan antara Board of Commissioners, Board of Directors, Shareholders dan Auditor (pertanggung jawaban wewenang, traceable, reasonable). Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi dan tugas-tugas sesuai wewenang yang dimiliki oleh seluruh Organ Perseroan. Dalam hal Direksi (beserta manajer) bertanggung jawab atas keberhasilan pengurusan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah disetujui oleh Pemegang Saham. Komisaris bertanggungjawab atas keberhasilan pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi dalam 18 rangka pengelolaan perusahaan. Pemegang Saham bertanggungjawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan. 4) Responsibility Penanggungjawaban perusahaan sebagai bagian dari masyarakat kepada stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan itu berada. 5) Disclosure (keterbukaan dalam informasi) Disclosure adalah keterbukaan dalam mengungkapkan informasi yang material dan relevan mengenai perusahaan. Disclosure erat kaitannya dengan transparasi, yaitu Perusahaan harus dapat memberikan informasi atau laporan yang akurat dan tepat waktu mengenai kinerja Perusahaan. 6) Independency/Kemandirian (bebas dari pengaruh pihak lain) Kemandirian adalah sebagai keadaan dimana Perusahaan bebas dari pengaruh atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme korporasi. Dalam hal ini ditekankan bahwa dalam menjalankan fungsi, tugas dan tanggungjawabnya, Komisaris, Direksi dan Manajer atau pihakpihak yang diberi tugas untuk mengelola kegiatan perusahaan, terbebas dari tekanan ataupun pengaruh baik dari dalam maupun luar perusahaan. 2.1.7 Manfaat penerapan Good Corporate Governance (GCG) Dengan adanya penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh. Menurut Muh Arief Effendi (2009:65) manfaat yang diperoleh oleh penerapan prinsip-prinsip GCG adalah sebagai berikut: 19 1) Peningkatan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik. 2) Peningkatan efisiensi operasional perusahaan. 3) Peningkatan pelayanan kepada pemangku kepentingan. 4) Kemudahan untuk memperoleh dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak kaku (karena faktor kepercayaan), yaitu pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan (corporate value) 5) Peningkatan minat investor untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan, apabila perusahaan tersebut telah Go Public. 2.1.8 The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) Lembaga independen yang didirikan pada tanggal 2 Juni 2000 dengan tujuan untuk memasyarakatkan konsep, praktik, dan manfaat Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) kepada dunia usaha khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Kegiatan : 1) Riset dan Pengembangan Melakukan riset dan kajian mengenai penerapan CG di Indonesia dan manfaat, dampak, serta praktik GCG pada Perusahaan-perusahaan di Indonesia. 2) Indeks Persepsi Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance Perception Index) Riset dan rating praktik GCG pada Perusahaan Publik dan BUMN di Indonesia. 20 3) Pendidikan dan Pelatihan Melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran, pendidikan, seminar, benchmarking, dan pelatihan dalam upaya workshop, menciptakan pemahaman dan perhatian yang baik terhadap praktik GCG di kalangan pelaku bisnis. 4) Publikasi dan Promosi Melakukan diseminasi GCG melalui penerbitan buku, paper, booklet, dan media publikasi lainnya 5) Layanan Konsultansi dan Compliance Assurance Menyediakan jasa konsultasi bagi Perusahaan yang ingin menerapkan konsep Corporate Governance termasuk layanan compliance assurance . 2.1.9 Corporate Governance Perception Index (CGPI) Corporate governance perception index (CGPI) adalah program riset dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. CGPI diikuti oleh Perusahaan Publik (Emiten), Perbankan dan Perusahaan Swasta lainnya. CGPI diselenggarakan oleh IICG sebagai lembaga swadaya masyarakat independen bekerjasama dengan Majalah SWA sebagai mitra publikasi. Program ini dirancang untuk memicu perusahaan dalam meningkatkan kualitas penerapan CG melalui perbaikan yang berkesinambungan dengan melaksanakan evaluasi dan melakukan studi banding. Program CGPI akan memberikan apresiasi dan pengakuan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menetapkan CG melalui CGPI Awards dan 21 penobatan sebagai Perusahaan Terpercaya. Penghargaan CGPI Awards dan hasilnya dipaparkan di Majalah SWA dalam sajian utama. IICG melalui program CGPI membantu perusahaan meninjau ulang pelaksanaan CG yang telah dilakukannya dan membandingkan pelaksanaannya terhadap perusahaan-perusahaan lain pada sektor yang sama. Hasil tinjauan dan perbandingan ini akan memberikan manfaat berikut kepada perusahaan: 1) Perusahaan dapat membenahi faktor-faktor internal organisasinya yang belum sesuai dan belum mendukung terwujudnya GCG berdasarkan hasil temuan selama survey CGPI berlangsung. 2) Kepercayaan investor dan publik meningkat terhadap perusahaan karena adanya hasil publikasi IICG tentang pelaksanaan konsep CG yang dilakukan perusahaan. 3) Peningkatan kesadaran bersama di kalangan internal perusahaan dan stakeholders terhadap pentingnya GCG dan pengelolaan perusahaan kearah pertumbuhan yang berkelanjutan. 4) Pemetaan masalah-masalah strategis yang terjadi di perusahaan dalam penerapan GCG sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan yang diperlukan. 5) CGPI dapat dijadikan sebagai indikator atau standar mutu yang ingin dicapai perusahaan dalam bentuk pengakuan dari masyarakat terhadap penerapan prinsip-prinsip GCG. 22 6) Perwujudan komitmen dan tanggungjawab bersama serta upaya yang mendorong seluruh anggota organisasi perusahaan untuk menerapkan GCG. Pentahapan atau urutan proses riset dalam pemeringkatan penerapan GCG dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Self-assessment Pada tahap ini Perusahaan diminta mengisi kuesioner Self-assessment seputar penerapan konsep CG di perusahaannya. 2) Pengumpulan Dokumen Perusahaan Pada tahap ini Perusahaan diminta untuk mengumpulkan dokumen dan bukti yang mendukung penerapan CG di perusahaannya. Bagi perusahaan yang telah mengirimkan dokumen terkait pada penyelenggaraan CGPI tahun sebelumnya boleh memberikan pernyataan konfirmasi pada dokumen sebelumnya (kecuali jika terjadi perubahan, maka revisi harus dilampirkan) 3) Penyusunan Makalah dan Presentasi Pada tahap ini Perusahaan diminta untuk membuat penjelasan kegiatan perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam proses manajemen stratejik selama tahun dalam bentuk makalah dengan memperhatikan sistematik penyusunan yang telah ditentukan. 4) Observasi ke perusahaan 23 Pada tahap ini tim peneliti CGPI akan berkunjung ke lokasi Perusahaan peserta untuk menelaah kepastian penerapan prinsip-prinsip GCG dan proses manajemen stratejik. Manajemen stratejik merupakan proses penetapan visi, misi dan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta pengalokasian sumber daya untuk penerapan kebijakan dan perencanaan pencapaian tujuan organisasi. 2.1.10 Pengaruh Corporate Governance Pada Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial. CSR menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD) adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis (behavioral ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development). Komitmen lainnya adalah meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal serta masyarakat luas. Harmonisasi antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya dapat tercapai apabila terdapat komitmen penuh dari top management perusahaan terhadap penerapan CSR sebagai akuntabilitas publik. Anggraini (2006) menyatakan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance) semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Semakin tinggi indeks implementasi corporate governance, semakin banyak informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan ini akan menunjukan 24 pengungkapan akan semakin banyak diungkapkan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan seiring dengan peningkatan corporate governance. 2.1.11 Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan (Size) merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Jogiyanto (2000:254) menyatakan bahwa ukuran perusahaan atau firm size merupakan besar kecilnya perusahaan yang dapat diukur dengan total aktiva atau besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma total aktiva. 2.1.12 Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan telah banyak diujikan dalam penelitian. Menurut Cowen et. al., (1987) dalam Sembiring (2005:10), secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Asumsi dasar yang menghubungkan faktor ukuran perusahaan dan pengungkapan informasi adalah pengungkapan memerlukan cost, sehingga perusahaan besar 25 seharusnya lebih mampu menyediakan pengungkapan informasi yang lebih baik. Alasan lainnya adalah perusahaan besar memiliki hubungan eksternal yang lebih luas dan berkepentingan dengan banyak pihak, baik itu pemerintah, investor asing, bank internasional dan sebagainya. Hal ini yang menekan perusahaan besar untuk meningkatkan kualitas transparansi dalam pemberian informasi. 2.1.13 Profitabilitas Menurut Agus Sartono (2001:122) rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Bambang Riyanto (2001:35) profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) menurut Agus Sartono (2001:122): 1). Gross Profit Margin Penjualan – Harga pokok penjualan = ………………...…(1) Penjualan Laba Bersih setelah Pajak 2). Net Profit Margin …………..……….(2) = Penjualan Laba Bersih setelah Pajak …………..……….(3) 3). Return On Invesment = Total Aktiva Laba Bersih setelah Pajak …………..……….(4) 4). Return On Equity = Total Ekuitas 26 Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on equity (ROE). ROE akan memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba. Semakin tinggi ROE semakin tingggi tingkat pengungkapan informasinya. 2.1.14 Pengaruh Profitabilitas Pada Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk pengungkapan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas semakin besar pengungkapan informasi (Hackston & Milne (1996) dalam Anggraini (2006:10)). Pendapat ini didukung dengan Priyanto (2008:126), yang menyebutkan CSR mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing. Social Marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap volume unit produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar terhadap peningkatan laba perusahaan. Dapat disimpulkan semestinya perusahaan yang mendapatkan peningkatan laba akan meningkatkan CSR agar mendatangkan keuntungan yang lebih besar. 27 2.1.15 Tipe Perusahaan Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda-beda. Hackston & Milne (1996) dalam Anggraini (2006:10) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi, kemudian mengelompokkan industri konstruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile dan untuk perusahaan low-profile adalah golongan perusahaan yang tidak tergolong highprofile. 2.1.16 Pengaruh Tipe Perusahaan Pada Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Hubungan antara tipe perusahaan (profile) dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dikaitkan dengan variasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat, sehingga hipotesis umumnya menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat akan mengungkapkan lebih banyak informasi sosial. Dikaitkan dengan teori legitimasi, hal ini dilakukan perusahaan untuk melegitimasi kegiatan operasinya dan menurunkan tekanan dari para aktivis sosial dan lingkungan (Sembiring, 2005:386). 28 2.1.17 Pengungkapan Pengungkapan dalam laporan keuangan adalah penyajian informasi yang diperlukan untuk pihak-pihak yang memakai laporan tersebut. Pihak pemakai memerlukan berbagai informasi yang releven dan bermanfaat untuk keputusan investesi, kredit, dan semacamnya. Informasi keuangan yang dapat dilayani oleh pelaporan keuangan (financial reporting) hanya merupakan sebagian jenis informasi yang diperlukan oleh investor dan kreditor. Suwardjono (2005) dalam Yunita (2008:47) mengungkapkan FASB mengidentifikasi lingkup (scope) informasi yang dipandang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit sebagai berikut : 1. Statement keuangan (financial statement) 2. Catatan atas statement keuangan (notes to financial statement) 3. Informasi pelengkap (supplementary information) 4. Sarana pelaporan keuangan lain (other means of financial reporting) 5. Informasi lain (other information) Pengungkapan dibedakan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Pengungkapan dalam lingkup 1 sampai 3 adalah pengungkapan wajib dan sisanya sebagai sukarela. Di Indonesia, pengungkapan dalam laporan tahunan baik yang bersifat wajib maupun sukarela telah diatur dalam PSAK No. 1. Selain itu pemerintah melalui keputusan Ketua Bapepam No: kep-38/PM/1996 tertanggal 17 januari 29 1996 juga mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Berikut gambaran umum isi Peraturan Bapepam tersebut: 1) Kewajiban menyampaikan laporan tahunan 2) Bentuk dan isi laporan tahunan -Ketentuan umum -Laporan manajemen 3) Bagian mengenai ikhtisar data keuangan penting 4) Bagian mengenai analisis dan pembahasan umum oleh manajemen 5) Bagian mengenai laporan keuangan Pengungkapan informasi yang diatur oleh pemerintah ataupun lembaga profesional (Ikatan Akuntan Indonesia) merupakan pengungkapan yang wajib dipatuhi oleh perusahaan yang telah go public. Tujuan pemerintah mengatur pengungkapan informasi adalah untuk melindungi kepentingan para investor dari ketidakseimbangan informasi antara manajemen dengan investor karena adanya kepentingan manajemen. 2.1.18 Tujuan Pengungkapan Secara umum, menurut Suwardjono (2005) dalam Yunita (2008:49) tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, diantaranya : 1) Tujuan Melindungi 30 Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statement keuangan. Tujuan melindungi biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti SEC (Securities and Exchange Commission) atau BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). 2) Tujuan Informatif Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan. 3) Tujuan Kebutuhan Khusus Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan secara rinci. 31 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian sebelumnya berkaitan dengan corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan corporate social reponsibility, diantaranya Eddy Rismanda Sembiring (2005) meneliti tentang karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Periode penelitian digunakan tahun 1999 sampai 2001 dengan jumlah sampel 78 perusahaan. Variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris,dan leverage. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Eddy Rismanda Sembiring adalah menggunakan pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) sebagai variable terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Eddy Rismanda Sembiring yaitu penelitian Eddy Rismanda Sembiring menggunakan periode penelitian tahun 1999 sampai 2001 sedangkan penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2004 sampai 2008 dan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian Eddy Rismanda Sembiring yaitu size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris,dan leverage, sedangkan penelitian ini menggunakan varabel bebas yaitu corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan. Hasil penelitian Eddy Rismanda Sembiring menunjukkan variabel size, profile, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan profitabilitas dan leverage mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 32 Fr. Reni Retno Anggraini (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Periode penelitian ini digunakan tahun 2000 sampai 2004 dengan jumlah sampel 118 perusahaan. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase kepemilikan, tingkat leverage, ukuran perusahaan, tipe perusahaan dan profitabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fr. Reni Retno Anggraini adalah menggunakan pengungkapan informasi/tanggung jawab sosial sebagai variable terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fr. Reni Retno Anggraini yaitu periode penelitian dan variabel bebas yang digunakan, dimana penelitian Fr. Reni Retno Anggraini menggunakan periode penelitian tahun 2000 sampai 2004 sedangkan penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2004 sampai 2008 dan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian Fr. Reni Retno Anggraini yaitu persentase kepemilikan, tingkat leverage, ukuran perusahaan, tipe perusahaan dan profitabilitas, sedangkan penelitian ini menggunakan varabel bebas yaitu corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan. Hasil penelitian Fr. Reni Retno Anggraini membuktikan persentase kepemilikan dan tipe perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial, sedangkan ukuran perusahaan, tingkat leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial. I Kadek Wirakusuma (2009) meneliti tentang pengaruh tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan pada 33 pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Penelitian ini menggunakan sampel 80 perusahaan, variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistic (multinominal logistic regression). Persamaan penelitian ini dengan penelitian I Kadek Wirakusuma adalah menggunakan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial sebagai variable terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian I Kadek Wirakusuma yaitu periode penelitian dan variable bebas yang digunakan, dimana penelitian I Kadek Wirakusuma menggunakan hanya tahun 2008 sedangkan penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2004 sampai 2008 dan variable bebas yang digunakan dalam penelitian I Kadek Wirakusuma yaitu tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan, sedangkan penelitian ini menggunakan varabel bebas yaitu corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan. Hasil penelitian I Kadek Wirakusuma membuktikan dengan hasil analisis regresi logistic (multinominal logistic regression) diketahui bahwa variable tingkat leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sedangkan untuk variable ukuran perusahaan dan jenis perusahaan berpengaruh pada pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. 34 Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni (2009) meneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 sampai 2007. Penelitian ini menggunakan jumlah sampel 45 perusahaan. Variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan, jenis industri, dan net profit margin. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni adalah menggunakan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial/ tanggung jawab sosial sebagai variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni yaitu periode penelitian, variable bebas yang digunakan dan objek penelitian, dimana penelitian Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni menggunakan periode dari tahun 2003 sampai 2007 sedangkan periode penelitian ini dari tahun 2004 sampai 2008, variable bebas yang digunakan Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni yaitu kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan, jenis industri, dan net profit margin sedangkan penelitian ini menggunakan varabel bebas yaitu corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan. Objek penelitian dalam penelitian Anak Agung Ayu Inten Dwi Wahyuni yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini membuktikan variabel jenis industri dan net profit margin berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007, sedangkan variabel kepemilikan 35 manajemen, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007. 36 Table 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya No Penelitian Variabel Teknik Analisis Hasil penelitian 1 Eddy Rismanda Sembiring Variable bebas : size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris,dan leverage Metode analisis regresi linear berganda (uji koefisien regresi simultan dan uji signifikan variable individual) pengujian secara parsial tiga variabel, yaitu size, profile, dan ukuran dewan komisaris ditemukan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan profitabilitas dan leverage mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara serempak (simultan : size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris,dan leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan) Metode analisis regresi linear berganda (uji koefisien regresi simultan dan uji signifikan variable individual) Persentase kepemilikan, tipe perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi, sedangkan ukuran perusahaan, tingkat leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial. Secara serempak (simultan persentase kepemilikan masyarakat, leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial) (2005) Variabel terikat : pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan 2 Fr. Reni. Retno Anggraini (2006) Variable bebas : persentase kepemilikan masyarakat ,leverage, ukuran perusahaan,dan profitabilitas Variabel terikat : pengungkapan informasi sosial 37 No Penelitian Variabel Teknik Analisis 3 I Kadek Wirakusuma Variable bebas : tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan Variabel terikat : pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial Metode analisis regresi logistic tingkat leverage, profitabilitas, dan (multinominal logistic regression) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial sedangkan untuk ukuran perusahaan dan jenis perusahaan berpengaruh pada pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial. Secara serempak (simultan persentase tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial) (2009) 4 Anak Agung Ayu Inten Dwi Variable bebas: Wahyuni kepemilikan manjemen, leverage, ukuran (2009) perusahaan, jenis industry, dan net profit margin Metode analisis regresi linear berganda (uji koefisien regresi simultan dan uji signifikan variable individual) Variable terikat: tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan Sumber: diolah 38 Hasil penelitian jenis industri dan net profit margin berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi tanggung jawab sosial sedangkan kepemilikan manajemen, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi tanggung jawab sosial Secara serempak (simultan kepemilikan manjemen, leverage, ukuran perusahaan, jenis industry, dan net profit margin berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan 2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih perlu diuji lagi kebenarannya. Berdasarkan pada pokok permasalahan yang diajukan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, dan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Bahwa corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan secara serempak (simultan) mempunyai pengaruh pada pengungkapan pertanggungjawaban sosial (corporate social responsibility) perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008. H2: Bahwa corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tipe perusahaan secara terpisah (parsial) mempunyai pengaruh pada pengungkapan pertanggungjawaban sosial (corporate social responsibility) perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008. Gambar 2.1 Kerangka Penelitian corporate governance pengungkapan pertanggungjawaban sosial (Corporate Social Responsibility). ukuran perusahaan profitabilitas tipe perusahaan 39