peraturan daerah kotamadya daerah tingkat ii

advertisement
PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN
NOMOR 06 TAHUN 1998
TENTANG
PAJAK PENGAMBILAN DAN PNGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
DALAM WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II TARAKAN,
Menimbang
Mengingat
: a.
bahwa pajak Daerah merupakan Sumber Pendapatan Asli Daerah guna
membiayai pelaksanaan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah untuk
menetapkan otonomi Daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung
jawab dengan titik berat pada Daerah Tingkat II;
b.
bahwa berdasarkan pasal 2 ayat (2) huruf e Undang-undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Pengambilan
dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C merupakan jenis Pajak Daerah
Tingkat II;
c.
bahwa untuk memungut pajak sebagaimana dimaksud huruf b perlu
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
: 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
PokokPertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2831);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3037);
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209);
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3684);
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3685);
6. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3686);
7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 66);
8. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya
Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 82);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan
Galian Golongan C (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3174) ;
10. Peraturan ……..
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3691);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk
Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman
Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur
Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II
TARAKAN TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN
BAHAN GALIAN GOLONGAN C.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Daerah adalah Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan;
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II
Tarakan;
Kepala Daerah adalah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Tarakan;
Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Tarakan;
Dinas Pertambangan adalah Dinas Pertambangan Kotamadya Daerah
Tingkat II Tarakan;
Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komenditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma,
kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana
pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya;
Pajak Pengambilan dan Pengolahan Galian Golongan C yang selanjutnya
disebut Pajak adalah pungutan daerah atas Pengambilan dan Pengolahan
Galian Golongan C;
Bahan Galian Goongan C adalah bahan galian golongan C sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Eksplorasi bahan galian golongan C adalah penyelidikan geologi
pertambangan untuk memetapkan lebih teliti/seksama adanya dan sifat
letakan bahan galia golongan C
Eksplorasi bahan galian golongan C adalah Pengambilan/pemindahan bahan
galian golongan C dari sumber alam didalam dan atau permukaan bumi
untuk dimanfaatkan;
l. SIPD ………
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
l.
SIPD (Surat Izin Pertambangan Daerah) adalah hak dan kewajiban untuk
melakukan kegiatan semua atau sebagian tahap usaha pertambangan bahan
galian golongan C;
m. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD
adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan Daerah;
n. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat
yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau ketempat lain yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah;
o. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang;
p. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat
SKPDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak
yang terhutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar;
q. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya
disingkat SKPDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan;
r. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat
SKPDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang
terhutang atau tidak seharusnya terhutang;
s. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN
adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terhutang sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terhutang dan tidak
ada kredit pajak;
t. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga
dan atau denda;
u. Pembayaran Pajak Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi
oleh Wajib Pajak sesuai dengan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan
STPD ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditunjuk, sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditentukan;
v. Penagihan Pajak Daerah adalah serangkaian kegiatan pemungutan Pajak
Daerah, yang diawali dengan Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain
yang sejenis sampai dengan penyampaian Surat Paksa kepada Wajib Pajak
agar Wajib Pajak yang bersangkutan melaksanakan kewajiban untuk
membayar pajak sesuai dengan jumlah pajak terhutang;
w. Kelebihan Pembayaran Pajak Daerah adalah kelebihan yang tercantum
dalam SKPDLB atau kelebihan pembayaran pajak yang timbul karena Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau
karena pembayaran lebih atas hutang pajak yang tercantum pada SPTPD,
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD;
x. Hutang Pajak adalah Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
admnistrasi berupa kenaikan pajak, bunga dan atau denda yang tercantum
dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenis berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan Daerah.
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
Tata cara pemberian izin mengeksplorasi dan mengeksploitasi Bahan Galian
Golongan C diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB III ……….
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
BAB III
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 3
(1) Dengan nama Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
dipungut Pajak atas kegiatan eksplorasi dan eksploitasi Bahan Galian
Golongan C;
(2) Objek Pajak adalah setiap kegiatan eksplorasi dan eksploitasi bahan galian
golongan C;
(3) Bahan galian golongan C sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. Asbes;
b. Batu tulis;
c. Batu setengah permata;
d. Batu kapur/batu gamping;
e. Batu apung;
f. Batu permata;
g. Bentonit;
h. Dolomit;
i. Feldspar;
j. Garam batu (helite);
k. Grafit;
l. Granit;
m. Gips;
n. Kalsit;
o. Kaolin;
p. Leusit;
q. Magnesit;
r. Mika;
s. Marmer;
t. Nitrat;
u. Opsidien;
v. Oker;
w. Pasir dan kerikil;
- untuk bahan bangunan;
- pasir urug;
x. Pasir kuarsa;
y. Perlit;
z. Phospat;
aa. Talk;
ab. Tanah serap;
ac. Tanah diatome;
ad. Tanah liat;
- tanah liat tahan api
- tanah liat (clay ball);
- tanah liat untuk bangunan (batubata, genteng);
- tanah urug.
ae. Tawas;
af. Tras;
ag. Yarosif;
ah. Zeolit.
Pasal 4
(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengeksplorasi dan
mengeksploitasi atau mengambil bahan galian golongan C;
(2) Wajib ………
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan
mengeksplorasi dan mengeksploitasi atau mengambil bahan galian golongan
C;
(3) Yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak adalah :
a. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan atau kuasanya;
b. Untuk badan adalah Pengurus atau kuasanya.
BAB IV
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 5
(1) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual hasil eksploitasi bahan galian
golongan C;
(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikan
volume/tonase hasil eksploitasi dengan nilai pasar atau harga standar
masing-masing jenis bahan galian golongan C;
(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada masing-masing jenis
bahan galian golongan C ditetapkan secara priodik oleh Kepala Daerah
sesuai dengan harga rata-rata yang berlaku diokasi setempat;
(4) Harga standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala
Daerah dengan pertimbangan Instansi yang berwenang dalam bidang
penambangan bahan galian golongan C.
Pasal 6
Besarnya tarif pajak ditetapkan sebesar 20 % (duapuluh persen).
BAB V
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 7
(1) Pajak yang terhutang dipungut di Wilayah Daerah;
(2) Besarnya pajak yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) Peraturan Daerah ini.
BAB VI
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERHUTANG DAN
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 8
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwim.
Pasal 9
Pajak terhutang dalam masa pajak terjadi pada saat kegiatan eksploitasi bahan
galian golongan C.
Pasal 10
(1) Setiap …….
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
(1) Setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD;
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar
dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya;
(3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada
Kepala Daerah selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya
masa pajak;
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Kepala Daerah.
BAB VII
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
(1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1), Kepala
Daerah menetapkan pajak terhutang dengan menerbitkan SKPD;
(2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak atau kurang
dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD
diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
perseratus) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
Pasal 12
(1) Wajib Pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan
menetapkan pajak sendiri yang terhutang;
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terhutangnya pajak, Kepala
Daerah dapat menerbitkan :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDN.
(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terhutang tidak atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang
kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan terhitung sejak saat terhutangnya pajak;
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan
dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang
kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terhutang
dihitung secara jabatan, dan dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 25 % (dua puluh lima perseratus) dari pokok pajak
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat
terhutangnya pajak.
(4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud apada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila
ditemukan data baru atau data semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak yang terhutang, akan dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus perseratus) dari jumlah
kekurangan pajak tersebut;
(5) SKPDN ………
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
(5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila
jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak;
(6) Apabila kewajiban membayar pajak terhutang dalam SKPDKB dan
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan d tidak tidak
sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih
dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga 2 % (dua perseratus) sebulan;
(7) Penambahan jumlah pajak yang terhutang sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tidak dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum
dilakukan tindakan pemeriksaan.
BAB VIII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang ditentukandalam SPTPD, SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT dan STPD;
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24
jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah;
(3) Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan dengan menggunakan SSPD.
Pasal 14
(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas;
(2) Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepad Wajib Pajak untuk
mengangsur pajak terhutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan;
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus
dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar
2 % (dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yagnbelum atau kurang
dibayar;
(4) Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib pajak untuk
menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah
memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2 % (dua
perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar;
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata
cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (4), ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pasal 15
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 diberikan
tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan;
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan
pajak sebagaimaan dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Daerah.
BAB IX ……..
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
BAB IX
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
(1) Surat Peringatan atau Surat Teguran atau Surat lain yang sejenis sebagai
awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak
saat jatuh tempo pembayaran;
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Peringatan atau
Surat Teguran atau Surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi
pajak yang terhutang;
(3) Surat Peringatan, Surat Teguran atau Surat lain yang sejenis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat.
Pasal 17
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka
waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Peringatan atau Surat Teguran
atau Surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan
Surat Paksa;
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu)
hari sejak tanggal Surat Peringatan atau Surat Teguran atau Surat lain yagn
sejenis.
Pasal 18
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam
sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa, pejabat segera menerbitkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang
pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan
tanggal pelelangan kepada kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari tanggal, jam dan tempat
pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis
kepada Wajib Pajak.
Pasal 21
Bentuk, jenis dan isi formuliryang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan
pajak Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah.
BAB X
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 22
(1) Kepala Daerah berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan
pengurangan, keringanan dan pembebasaan pajak;
(2) Tata ……….
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Daerah.
BAB XI
TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN,
PENGURANGAN KETETAPAN, DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 23
(1) Kepala Daerah karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat :
a. Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang
dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau
kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah;
b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar;
c. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga,
denda dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut
dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan pengurangan ketetapan dan
penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB,
DKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disampaikan secara tertulis oleh Wajib pajak kepada Kepala Daerah, atau
Pejabat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD dengan memberikan alasan yang
jelas;
(3) Kepala Daerah atau Pejabat paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus
memberikan keputusan;
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan
pembetulan, pembatalan, pengurangan sanksi administrasi dianggap
dikabulkan.
BAB XII
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 24
(1) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau
Pejabat atas suatu :
a. SKPD;
b. SKPDKB;
c. SKPDKBT;
d. SKPDLB;
e. SKPDN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga)
bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN
diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar
kekuasaannya;
(3) Kepala ……….
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
(3) Kepala Daerah atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan;
(4) Apabila sudah lewat waktu 12 (dua belas) bulas sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan,
permohonan keberatan dianggap dikabulkan;
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda
kewajiban membayar pajak.
Pasal 25
(1) Wajib pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya
keputusan keberatan;
(2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda
kewajiban membayar pajak.
Pasal 26
Apabilla pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 atau
banding sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 dikabulkan sebagian atau
seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan.
BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak kepada Kepala Daerah atau pejabat secara tertulis dengan
menyebutkan sekurang-kurangnya :
a. Nama dan alamat wajib pajak;
b. Masa pajak;
c. Besarnya kelebihan pembayaran pajak;
d. Alasan yang jelas.
(2) Kepala Daerah atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui
Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan
SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan;
(4) Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan untuk
melunasi terlebih dahulu hutang pajak dimaksud;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling
lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat
Perintah Membayar Kelebihan Paajak (SPMKP);
(6) Apabila ………
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
(6) Apabila pengembalian kelebihan poembayaran pajak dilakukan setelah lewat
waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannyaSKPDLB, Kepala Daerah atau
Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan
atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
Pasal 28
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan hutang pajak
lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan
dengan cara pemindah bukuan juga berlaku sebagaim bukti pembayaran.
BAB XIV
KEDALUWARSA
Pasal 29
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kedaluwarsa setelah melampaui
jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terhutangnya pajak, kecuali
apabila wajib pajak melakukan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah;
(2) Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (10
tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 30
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan
yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling
banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terhutang;
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak yang terhutang.
Pasal 31
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 tidak dituntut setelah
melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terhutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 32
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidikuntuk melakukan penyidikan
tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;
(2) Wewenang ………
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
e. Melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan dari tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruanganatau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan atau dokumen yang dibawa semagaimana dimaksud
pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Perpajakan
Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan yang perlu untuk kelancaran pinyidikan tindaj
pidana dibidang perpajakandaerah menurut hokum yang dapat
dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pasal 34 ……….
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
Pasal 34
Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan.
Ditetapkan di Tarakan
Pada tanggal 30 September 1998
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN
KETUA,
PJ. WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH
TINGKAT II TARAKAN,
ttd
ttd
DRS. H. ASRAN BULKIS
H. ALI ACHMAD
DISAHKAN
Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor : 973.44-1110
Tanggal 16 Desember 1998
Diundangkan dalam Lembaran Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan
Nomor : 02 Tahun 1999 Seri A No. 01
Tanggal 15 Februari 1999
SEKRETARIS WILAYAH / DAERAH,
ttd
DRS. H. ABDUSSAMAD
Pembina Tingkat I
NIP. 010 182 194
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARZAN
NOMOR 2 TAHUN 1998
TENTANG
PAJAK HOTEL DAN RESTORAN
I.
PENJELASAN UMUM
Berdasarkan Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 telah terbentuk Kotamadya
Daerah Tingkat II Tarakan, yang sejajar dengan Daerah Tingkat II lainnya di Indonesia.
Pada saat terbentuknya Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan, telah diserahkan
sebagian urusan-urusan Pemerintah sebagai kewenangan pangkal. Dan sebagai konsekwensi
dari penyerahan urusan tersebut, Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan harus
dapat memanfaatkan potensi yang ada dengan cara menggali sumber-sumber Pendapatan
Daerah guna membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan.
Guna mendukung perkembangan Otonomi Daerah yang nyata, dinamis, serasi dan
bertanggung jawab, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah, khususnya yang
berasal dari Pajak Daerah perlu terus dioptimalkan, sejalan dengan semakin meningkatnya
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada mesyarakat serta usaha meningkatkan
pertumbuhan perekonomian daerah, diperlukan penyediaan sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah.
Upaya peningkatan penyediaan dana dari sumber-sumber tersebut antara lain
dilakukan dengan dibuatnya Peraturan Daerah di bidang Perpajakan Daerah, sesuai dengan
Undang-undang Perpajakan yang baru yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah.
Langkah-langkah ini diharapkan akan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pungutan Pajak Daerah serta meningkatkan mutu dan jenis pelayana kepada masyarakat,
sehingga Wajib Pajak dapat dengan mudah memahami dan memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Untuk menindak lanjuti Pasal 2 ayat (2) huruf e Undang-undang Nomor 18 Tahun
1997 perlu dibentuk Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan yang mengatur
Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C.
Peraturan Daerah ini ditetapkan untuk mengatur lebih lanjut terhadap Pajak
Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 s/d Pasal 2
: Cukup jelas
Pasal 3 ayat (1) s/d ayat (2)
: Cukup jelas
Pasal 3 ayat (3) huruf a
: Yang dimaksud Asbes adalah batuan yang karena
proses metamorpase batuan yang berkomposisi basa
hingga ultra basa.
: Yang dimaksud batu tulis adalah terjadi karena alterasi
hydrothermal batuan vulkanik yang berkomposisi
Hurif b
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
alkaliandesetis. Batuan ini terbentuk dalam zona ubahan
argilik lamput (hypogen) pada temperatur tinggi 250 c
dan pH asam.
Huruf c
: Yang dimaksud batu setengah permata adalah
merupakan mineral yang terbentuk secara alami.
Huruf d
: Yang dimaksud batu kapur/batu gamping merupakan
batuan yang tersusun atas mineral kalsit (CaCo3), yang
terjadi secara organic, mekanik, maupun kimia.
Huruf e
: Yang dimaksud batu apung adalah merupakan batuan
yang terbentuk bila magma asam (magma silikat)
muncul kepermukaan dan bersentuhan dengan udara
disekitarnya serta membeku secara tiba-tiba.
Huruf f
: Yang dimaksud batu permata adalah merupakan mineral
yang terbentuk secara alami.
Huruf g
: Yang dimaksud bentonit adalah jenis lempung terdiri
dari 80 % mineral montmorolonit. Bentonit terbentuk
karena proses diagnesa abu gunung api yang bersifat
asam dan berkomposisi riolitik. Bentonit yang terbentuk
karena proses devitrikasi umumnya terendapkan dalam
lingkungan pengendapan danau (lakustrin) sampai
neritik atau rawa-rawa yang cukup luas. Bentonit terjadi
di daerah berasosiasi dengan batuan piroklasik yang
berbutir halus pengendapan dilingkungan neritik. Secara
garis besar terdapat dua jenis Bentonit, yaitu Bentonit
Natrium dan Bentonit Kalsium.
Huruf h
: Yang dimaksud Dolomit adalah merupakan batuan yang
terbentuk karena : adanya proses pelapukan dan
pelarutan atau peresapan unsure magnesium dari air laut
kedalam batu gamping tersebut. Dapat juga terbentuk
melalui prosesEvaporsi.
Huruf i
: Yang dimaksud Feldspar adalah terjadi antara lain :
Endapan Feldspar terjadi karena proses diagnesa dari
sedimen pirikrastik halus bersifat asam (Riolitik) dan
terendapkan dalam lingkungan air lakustring;
Endapan Feldspar yang terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya batuan beku dan umumnya berasosiasi
dengan batuan asam, seperti pegmatite, granit, dan aplit.
Huruf j
: Yang dimaksud Halita (Garam Batu) adalah merupakan
Endapan sedimen evaporasi air laut yang dekat dengan
danau. Endapan Garam batu sering terbentuk bersamaan
dengan lempung.
Huruf k
: Yang dimaksud Grafit adalah Batuan Metamorfose
yang terbentuk pada suhu dan tekanan yang tinggi
sebagai hasil proses karbonisasi unsur-unsur organik.
Huruf l
: Yang dimaksud Batuan Beku adalah Merupakan batuan
hasil kristalisasi magma atau lava.
1. Batuan beku asam (Granit).
2. Batuan beku intermediate (Andesit).
3. Batuan beku basa (Basalt).
: Yang dimaksud Gipsum adalah Gipsum terjadi melalui
proses antara lain :
Huruf m
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
Karena air tanah mengandung ion-ion sulfat,
berinteraksi dengan kalsium batu gamping atau batuan
karbonat lainnya, dapat pula terbentuk secara
hydrothermal.
Huruf n
: Yang dimaksud Kalsit, terjadinya Kalsit adalah :
Karena penghabluran kembali larutan batu gamping
akibat pengaruh air tanah yang mengisi rongga, rekahan
dan kekar, dapat juga terjadi karena proses metamorfosa
kontak atau regional pada batu gamping yang diterobos
oleh batuan beku.
Huruf o
: Yang dimaksud dengan kaolin adalah proses terjadinya
antara lain : Kaolin terjadi dari alterasi hidroternal
batuan asam/batuan menengah yang mengandung
feldspar, terjadi karena pengendapan kembali kaolin
residu umumnya keterjadiaannya tidak bersifat regional
dan biasanya berselang dengan lapisan kwarsa endapan
kaolin ini berasosiasi dengan endapan alluvial.
Huruf p
: Yang dimaksud Leusit merupakan bahan vulkanik yang
kaya akan potassium.
Huruf q
: Yang dimaksud Magnesit adalah proses terjadinya
antara lain :Magnesit kristalin umumnya terbentuk pada
proses dolmitasi hidrotermal batu gamping ganggang./penggantian dolomitasi oleh larutan hydroternal.
Magnesit kriptokristalin/amorf terbentuk dari alterasi
larutan terpentin atau larutan ultra basa.
Huruf r
: Yang dimaksud Mika adalah kelompok (mika dan
flogofit) merupakan batuan terbentuk pada tahap ahhir
dari proses pembekuan magma yang kekentalannya
rendah dan bersifat asam.
Huruf s
: Yang dimaksud Marmer adalah batu gamping/dolomit
yang mengalami metamorfosa konta ataupun regional,
akibat perubahan temperatur dan tekanan, akan terjadi
perubahan fisik yang berupa penghabluran mineral
kalsit dan dolomit, yang tekstur gula pasir dan
berbentuk marmer.
Huruf t
: Yang dimaksud Nitrat
kelompok atau grup zeolit.
Huruf u
: Yang dimaksud Obsidian adalah terbentuk karena
pembekuan secara mendadak dari magma asam yang
mengandung gelas yang berupa sill, lelehan dan aliran.
Tidak dipengaruhi tekanan dan suasana basah.
Huruf v
: Yang dimaksud oker adalah bahan campuran hematite
dan limonit serta lempung, dengan 15 – 80 persen
kandungan oksida besi.
Huruf w
: Yang dimaksud pasir dan kerikil (sirtu) adalah
singkapan pasir batu karena komposisi ukuran butir batu
yang tidak seragam. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir
dan batuan yang terendapkan didaerah relatif rendah
atau lembah.
: Yang dimaksud pasir kwarsa adalah pasir kwarsa
letakan (sedimen) merupakan pasir kwarsa lepas yang
Huruf x
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
adalah
merupakan
juga
umumnya berasosiasi dengan endapan alluvial, pasir
kwarsa jenis ini terjadi karena rombakan batuan asal
seperti granit, ganodiorit dan andesdit, atau batu pasir
kwarsa yang berumur lebih tua.
Huruf y
: Yang dimaksud perlit adalah terbentuk karena
pembekuan secara mendadak dari magma asam yang
mengandung gelas berupa sill, lelehan dan aliran.
Endapan perlit selalu berkaitan dengan gunung api.
Huruf z
: Yang dimaksud Phospat adalah merupakan endapan
yang terbentuk dari hasil reaksi kotoran burung atau
kelelawar dengan batu gamping karena pengaruh air
hujan maupun air bawah tanah.
Huruf aa
: Yang dimaksud Talk adalah merupakan hasil bahan
hasil alterasi dari batuan yang kaya akan magnesium
silikat, missal piroksinit, serpentinit maupun dolomit.
Huruf ab
: Yang dimaksud Tanah serap (Fuller Earth) adalah
merupakan bahan hasil alterasi dari material gelas, tuff
dan abu vulkanik.
Huruf ac
: Yang dimaksud Tanah diatomae adalah merupakan
endapan hasil sedimentasi caking distom yang mati,
yang terbentuk pada cekungan air laut yang
berhubungan dengan lakustrin sampai neritik atau dasar
danau dan rawa tempat diatomae hidup. Diatomae
sendiri adalah sejenis tanaman ganggang dan berbunga
termasuk ganggang dan plankton yang cangkangnya
sendiri terdiri dari asam silikat (Sio2).
Huruf ad
: Yang dimaksud Tanah liat (tanah urug) adalah terjadi
dari lempung residu dan lempung letakan atau
sedimenter. Lempung residu adalah sejenis lempung
yang terbentuk karena proses pelapukan (alterasi)
batuan beku dan ditemukan disekitar batuan induknya.
Batu lempung residu umumnya lebih baik dari letakan.
Huruf ae
: Yang dimaksud Tawas (alum) adalah terbentuk sebagai
batuan hasil evaporsi air laut yang kaya akan alum
(K.Al).
Huruf af
: Yang dimaksud Tras adalah merupakan rempahan hasil
muntahan gunung berapi yang telah mengalami
pelapukan tertentu. Bila tras dicampur dengan kapur
dan air suhu kamar, maka akan mengeras.
Huruf ag
: Yang dimaksud Yarosit adalah terbentuk sebagai hasil
endapan air panas dengan komposisi KF 23 (SO4) 2
(OH) 6.
Huruf ah
: Yang dimaksud Zeolit adalah endapan zeolitumumnya
terjadi karena proses diagnesa dalam lingkungan
pengendapan lakustrin sampai neritik. Endapan ini
sering dijumpai berdampingan atau berlapis-lapis
dengan endapan bentonit atau feldspar.
Pasal 4
: Cukup jelas
Pasal 5 ayat (1)
: Cukup jelas
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
Pasal 5 ayat (2)
: Yang dimaksud dengan nilai pasar adalah harga ratarata yang berlaku dilokasi setempat di wilayah daerah
yang bersangkutan. Apabila nilai pasar dari hasil
produksi bahan galian golongan C sulit di peroleh, maka
digunakan harga standar yang ditetapkan oleh instansi
yang berwenang dalam bidang penambangan bahan
galian golongan C.
Pasal 5 ayat (3) s/d ayat (4)
: Cukup jelas
Pasal 6 s/d Pasal 11
: Cukup jelas
Pasal 12 ayat (1) s/d ayat (2)
: Cukup jelas
Pasal 12 ayat (3)
: Yang dimaksud dengan penetapan pajak secara jabatan
adalah penetapan besarnya pajak terutang yang
dilakukan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuk, berdasarkan data yang ada atau keterangan
lain yang dimiliki oleh Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuk.
Pasal 12 ayat (4) s/d ayat (6)
: Cukup jelas
Pasal 13 s/d pasal 16
: Cukup jelas
Pasal 17 ayat (1)
: Dasar hukum pelaksanaan Surat Paksa didasarkan pada
peraturan perundang-undangan perpajakan dibidang
penagihan pajak.
Pasal 17 ayat (2)
: Cukup jelas
Pasal 18 s/d pasal 21
: Cukup jelas
Pasal 22 ayat (1)
: pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan
pajak dapat diberikan dengan mempertimbangkan
antara lain kemampuan membayar Wajib Pajak.
Pasal 22 ayat (2)
: Cukup jelas
Pasal 23
: Cukup jelas
Pasal 24 ayat (1) s/d huruf e
: Cukup jelas
Pasal 24 ayat (1) huruf f
: Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah orang
pribadi/badan yang ditunjuk oleh Kepala Daerah
sebagai pemotong/pemungut pajak.
Pasal 24 ayat (2)
: Yang dimaksud dengan keadaan diluar kekuasaannya
adalah
suatu
keadaan
yang
terjadi
diluar
kehendak/kekuasaan wajib pajak, misalnya karena wajib
pajak sakit atau terkena bencana alam.
Pasal 24 ayat (3) s/d ayat (5)
: Cukup jelas
Pasal 25
: Cukup jelas
Pasal 26
: Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah
Lebih Bayar.
Pasal 27 s/d pasal 34
: Cukup jelas.
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
Bagian Hukum Pemerintah Kota Tarakan
Download