ii ABSTRAK AFRA DN MAKALEW. Karakteristik

advertisement
ABSTRAK
AFRA D.N. MAKALEW. Karakteristik Tanah dengan Horison Penimbunan Liat
yang Berkembang dari Batuan Sedimen dan Volkanik. Dibimbing oleh
SARWONO HARDJOWIGENO, SUDARSONO, BUDI MULYANTO, dan
SUBAGYO HARDJO-SUBROTO.
Pemanfaatan tanah-tanah yang memiliki horison akumulasi atau
penimbunan liat banyak menghadapi faktor pembatas produksi. Horison yang
relatif padat di bawah lapisan olah dan dekat dengan permukaan tanah
mengakibatkan laju perkolasi terhambat, tanah cepat jenuh air dan mudah
tererosi, serta terbatasnya daerah perakaran tanaman, sehingga produktivitas
tanah menjadi terbatas. Di Indonesia tanah-tanah yang memiliki horison
penimbunan liat seperti Alfisol (5,2 juta ha), Ultisol (45,8 juta ha), dan Inceptisol
(70,5 juta ha) merupakan alternatif untuk pengembangan usaha pertanian.
Tanah-tanah tersebut dapat berkembang dari bahan induk sedimen (batuliat dan
batukapur) maupun pada bahan induk bahan volkan (volkanik).
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi sifat-sifat tanah
dengan horison penimbunan liat dan proses-proses pembentukannya, yang
berkembang dari batuan sedimen (batuliat dan batukapur) dan batuan volkanik
(andesitik dan dasitik); (2) membandingkan sifat-sifat horison penimbunan liat
dan proses-proses pembentukannya pada tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol,
baik pada regim kelembaban tanah akuik, perudik, maupun ustik; (3) mengetahui
sifat-sifat horison penimbunan liat yang penting kaitannya dengan pengelolaan
tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol, baik yang berkembang dari batuliat,
batukapur, maupun batuan volkanik (andesitik dan dasitik).
Penelitian dilaksanakan pada 10 pedon pewakil yang tersebar di daerah
Kabupaten Bogor dan Banten. Lokasi pedon-pedon pewakil tanah Ultisol, Alfisol,
dan Inceptisol yang terletak di desa Cendali, Cijayanti-1, Cijayanti-2, PasircabeJonggol, Ciampea dan Jasinga (Kabupaten Bogor), dan Cipocok-Serang
(Kabupaten Banten). Parameter yang diamati meliputi sifat-sifat fisika, kimia,
mineralogi, dan mikromorfologi (irisan tipis) tanah, penentuan horison
penimbunan liat merupakan argilik atau bukan argilik menggunakan kriteria
dalam Taksonomi tanah (Soil Survey Staf, 2003).
Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1) Karakteristik tanah dengan horison
penimbunan liat berbeda-beda pada setiap jenis bahan induk, baik yang
berkembang dari batuan sedimen maupun batuan volkanik, jumlah peningkatan
kandungan liat, ketebalan horison penimbunan liat, dan bukti adanya iluviasi liat
sebagai kriteria argilik, hanya dijumpai pada pedon AM7 dan AM8 (perudik) yang
berkembang dari bahan Volkanik-Andesitik, serta pedon AM10 (akuik)
berkembang dari bahan Volkanik-Dasitik. Horison penimbunan liat pedon-pedon
AM1, AM2, dan AM3 (batuliat), AM4,AM5, dan AM6 (batukapur), dan AM9
(bahan volkanik-dasitik diidentifikasi sebagai horison kambik. (2) Horison argilik
relatif lebih tebal terdapat pada pedon AM8 (125 cm) dengan letak 20 cm dari
permukaan tanah, pada pedon AM10 (114 cm) terletak relatif lebih dalam, yakni
pada 26 cm dari permukaan tanah, sedangkan pedon AM7 (86 cm) terletak pada
ii
kedalaman 19 cm. Sedangkan ketebalan horison kambik paling tebal terdapat
pada pedon AM1 dan AM3 yang berkembang dari batuliat, yakni 120 cm. Paling
tipis dijumpai pada pedon AM2 (perudik) yang berkembang dari batuliat, yakni 99
cm dari permukaan tanah. Rata-rata jumlah peningkatan liat total 48,9%,
merupakan peningkatan tertinggi yang dijumpai pada pedon-pedon yang
berkembang dari bahan volkanik-dasitik. Diikuti
oleh pedon-pedon yang
berkembang dari batuliat sebesar 37,9%, volkanik-andesitik sebesar 34,4%.
Sementara peningkatan paling rendah, sebesar 19,9%, terdapat pada pedonpedon dari batukapur. Peningkatan liat total tersebut cenderung lebih tinggi pada
pedon yang memiliki regim kelembaban akuik dibanding perudik dan ustik. Hasil
pengamatan irisan tipis pada horison argilik mendapatkan bahwa selaput liat
(berdasarkan ada tidaknya laminasi) terlihat dengan urutan tingkat
perkembangan : dari sangat berkembang sampai kurang berkembang. Urutan
tingkat perkembangannya dari yang sangat berkembang adalah bahan volkanikdasitik (AM10) kemudian volkanik-andesitik (AM8). Selaput liat yang paling tebal
dijumpai pada pedon AM10 (volkanik-dasitik), kemudian AM8 (volkanikandesitik). Berdasarkan pengamatan ketiga sifat horison penimbunan liat
(terutama ketebalan dan jumlah peningkatan liat halus), dapat disimpulkan
bahwa genesis horison argilik dan bukan argilik sangat dipengaruhi oleh faktor
bahan induk, yang berinteraksi dengan faktor pembentuk tanah lainnya seperti
iklim dan topografi. (3) Adanya horison argilik dapat menimbulkan aliran air
bawah permukaan, sehingga sifat-sifat penting horison penimbunan liat yang
berkaitan dengan pengelolaan tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol adalah letak
dan ketebalannya.
iii
ABSTRACT
AFRA D. N. MAKALEW. Characteristics of Soil with Clay Accumulation Horizons
in Sedimentary and Volcanic Rocks. Under Supervision of SARWONO
HARDJOWIGENO, SUDARSONO, BUDI MULYANTO, and SUBAGYO
HARDJOSUBROTO.
A study of soil with clay accumulation horizon was conducted on 10
pedons of Ultisols, Alfisols, Inceptisols derived from sedimentary and volcanic
rocks. The investigation was aimed to study the characteristics of soil with clay
accumulation horizons through the use of physical, chemical, mineralogical,
macro- and micro-morphological data. Soil morphology and particle size
distributions indicated that not all of the B horizons of pedons sampled meet the
argillic horizon definition. Microscopic study resulted that, not all pedons sampled
have visible clay skins as the evidence of clay transportation. Kinds of parent
materials affect morphology and physical characteristics of soil with clay
accumulation horizon, i.e. on the thickness, depth, position of maximum fine and
total clay content. Thin sections of Bt horizons of AM8 and AM10 pedons showed
illuvial features, confirming the presence of an argillic. Clay position is lying
adjacent to voids, occur as a limpid clay coating, some superimposed with
ferruginous coating. Kaolinite, smectite, and haloysite were dominant clay
minerals of the clay accumulation horizons, which are also found at the upper
horizons of the observed pedons. Similarity in characteristics of the surface and
subsurface horizons, especially on the composition of soil sand fraction mineral
and clay mineral, proved that the clay comes from the same soil material. It was
also concluded that the formation of clay accumulation horizons as Bt in the
studied pedons dominated by elluviation and illuviation processes, and the
formation of clay accumulation horizons as Bw were dominated by the
sedimentation processes . Some important results of this research showed that
(1) Not all of the sampled pedons have argillic horizons. Only AM7, AM8 and
AM10 pedons meet all requirements of argillic criterias ; The uppper boundary of
argillic was found at 26 cm from the soil surface on AM10 pedon, on AM8 it was
at 20 cm, and at 19 cm from the soil surface found on AM7 pedon; Pedons
derived from volcanic rocks have the highest average total clay contents, i.e.
48.9%, followed respectively by pedons developed from claystone 37,9%,
andesitic-volcanic rocks 34.4%, and limestone 19.9%; Development of clay skins
was found strongest on soils derived from dasitic-volcanic rocks; (2) Types of
parent material together with other soil forming factors (climate and topography)
affect characteristics of clay accumulation horizons, especially on the thickness
and content of fine clay; (3) Thickness and position of clay accumulation horizons
from the soil surface are the main properties that most related to management of
Alfisols, Ultisols, and Inceptisols.
Key words : Clay accumulation horizon, Elluviation, Illuviation, Argillic, Cambic,
Ultisols, Alfisols, Inceptisols, Sedimentary and Volcanic rocks.
iv
Download