BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare merupakan sindrome yang menyertai berbagai penyakit tertentu atau akibat gangguan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh adanya gangguan gizi, alergi, kekurangan enzim pencernaan, gangguan mental, dan kekhawatiran. Gangguan terjadinya diare sangat beragam dapat disebabkan oleh pengaruh salah satu atau gabungan dari 3 mekanisme yang terdiri atas proses osmotis, gangguan transport air elektrolit dan perubahan mortilitas usus. Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah. Diare adalah infeksi saluran pencemaan yang disebabkan oleh berbagai enterogen, termasuk bakteri, virus dan parasit. Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare adalah bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa diare adalah suatu kondisi meningkatnya frekuensi BAB lebih dari 3x/ hari dengan konsistensi yang encer (Ngastiyah 2005) B. Anatomi fisiologi Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. 7 Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Gambar 2.1 Anatomi sistem pencernaan (Sudoyo, 2006). a. Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem 8 pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. b. Tenggorokan ( Faring) Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, 9 bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring. c. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus). d. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat 10 penting : 1) Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. 2) Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. 3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein) e. Usus halus (usus kecil) Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. 11 Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). 1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. 2) Usus Kosong (Jejenum) Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2 sampai 8 meter, 1 sampai 2 meter adalah bagian usus 12 kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. 3) Usus Penyerapan (Illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. f. Usus Besar (Kolon) Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare. 13 g. Usus Buntu (Sekum) Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. h. Umbai Cacing (Appendix) Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. i. Rektum dan Anus Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan 14 untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus. j. Pankreas Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam 15 bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. k. Hati Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa di antaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini berperan penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. l. Kandung empedu Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses 16 pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7 sampai 10 cm dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta bererperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. (Sudoyo, 2006). C. Etiologi 1. Faktor Infeksi a. Infeksi Internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi internal sebagai berikut : 1) Infeksi Virus a) Retovirus Retovirus merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah. Biasanya timbul sepanjang tahun terutama pada musim dingin.. Dapat ditemukan demam atau muntah. b) Enterovirus Biasanya timbul pada musim panas. 17 c) Adenovirus Sering timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan. 2) Bakteri a) Sigella Semusim, puncaknya pada bulan Juli sampai September. Insiden paling tinggi pada umur 1 sampai 5 tahun. Dapat dihubungkan dengan kejang demam. Gejala muntah tidak menonjol. Terdapat sel polos dalam feses dan sel batang dalam darah. b) Salmonella Biasanya menyerang semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Bakteri menembus dinding usus. Gejala yang sering muncul diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin ada peningkatan temperature, muntah tidak menonjol, terdapat sel polos dalam feses, masa inkubasi 6 sampai 40 jam, lamanya 2 sampai 5 hari, organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan. c) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan enterotoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit. d) Campylobacter 18 Biasanya bersifat invasit (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Gejala yang sering timbul kram abdomen yang hebat, muntah / dehidrasi jarang terjadi. e) Yersinia Enterecolitica Gejala yang sering timbul adalah feses mukosa, sering didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen yang berat, diare selama 1 sampai 2 minggu, sering menyerupai apendicitis. 3) Infeksi Parasit Cacing (ascaris, tricurus, oyyuris, strongyloides, protozoa, jamur) b. Infeksi Parenteral Ialah infeksi di luar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain. 2. Faktor Non Infeksi a. Malabsorbsi 1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, laktosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa. 2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin. b. Faktor makanan 19 Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu c. Faktor Psikologis Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang besar). d. Faktor Imun Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri / flora usus dan jamur terutama candida (Mansyoer Arif 2000, Ngastiyah 2005) D. Patofisiologi Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan dan faktor psikologis (Smaltzer, Suzanne 2001) Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman yang masauk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung, yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada yang beberapa lolos sampai ke duodenum dan berkembang biak. Pada kabanyakan kasus gastroentritis, organ tubuh yang di serang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran epitel, membran ini bakteri mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-caran usus dibagian 20 kripta vili dan menghambat absorsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang dan sebagian dinding usus akan mengadakan kontrksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare (Smaltzer, Suzanne 2001). Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsangh usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Tertelannya makanan yang beracun juga dapat mentebabkan diare karena akan menyebabkan mengganggu hiperperistaltik motilitas usus. sehingga Membran mengakibatkan mukosa usus berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri perut / kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidaksimbangan asam 21 basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas. (Smaltzer, Suzanne 2001) E. Manifestasi Klinis Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair dan mungkin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama kain asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung tisut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elekrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi: 1. Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan a. Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal. b. TD normal, RR normal dan nadi normal, status normal c. Turgor normal d. Mukosa sedikit 22 e. Urin sedikit mengurang 2. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan antara 5 sampai 10% berat badan a. Haus meningkat b. Nadi cepat dan lemah c. Turgor menurun d. Membran mukosa kering e. Ubun-ubun normal f. Keluaran urin mengurang 3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan a. Kesadaran menurun, lemas, taki kardi, ektremitas dingin b. Nadi cepat dan halus kadang tidak teraba, TD menurun c. Haus meningkat d. Keluaran urin tidak ada e. Ubun-ubun cekung. (Ngastiyah, 2005). F. Komplikasi Menurut Ngastiyah (2005) akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut: 1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik) 2. Renjatan hipovolemik 3. Hipokalemia (dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrogram) 23 4. Hipoglikemia 5. Intoksikasi sekunder akibat kesusahan vili mukosa usus dan defisiensi enxim laktat 6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipovolemik 7. Mal nutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik) (Ngastiyah, 2005) G. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengkontrolan dan penyembuhan penyakit yang mendasari. 2. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral; mungkin diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit. 3. Untuk diare sedang, obat-obat non-spesifik, difenoksilat (lomotif) dan loperamit (Imodium) untuk menumnkan motilitas dari sumber non-infeksius. 4. Diresepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare memburuk. 5. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk klien yang sangat muda atau lansia. (Whalley & Wong., 2002) 24 H. Pengkajian fokus 1. Identitas klien. 2. Riwayat keperawatan Keluhan utama : feses cair, muntah, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan konsisten cair. 3. Riwayat penyakit sekarang Kapan klien datang, sudah berapa hari sakitnya, dan gejala apa yang terjadi. 4. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit yang diderita dan riwayat inflamasi. 5. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat keluarga dengan penyakit sama yang di derita klien 6. Riwayat tumbuh kembang. a. Pertumbuhan - Kenaikan BB karena umur 1 sampai 3 tahun berkisar antara 1,5 sampai 2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6 sampai 10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun. - Kenaikan lingkar kepala : 12 cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya. - Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 sampai 16 buah - Erupsi gigi : geraham pertama menyusul gigi taring. 25 b. Perkembangan - Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud. Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukkan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistik, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanya adalah latihan kebersihan, perkembangan bicara dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungannya interpersonal, bermain). - Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy vs Shame and doundt, perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemampuannya untuk mandiri (tak tergantung). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yang terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak. - Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2 sampai 3 tahun : 1. berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK) 2. Meniru membuat garis lurus 3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata 26 4. Melepaskan pakaian sendiri Pemeriksaan fisik a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar, b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih d. Mata : cekung, kering, sangat cekung e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolik (kontraksi otot pernafasan) g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang . h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal. 27 i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200 sampai 400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit. j. Dampak hospitalisasi : semua anak yang sakit bisa mengalami stres yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasife respon yang ditunjukkan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima. Pemeriksaan Penunjang 1) Laboratorium : - Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida - Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi - AGD : asidosis metabolik ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun ) Faal ginjal : UC meningkat (GGA) 2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia. 28 29 J. Diagnosa Keperawatan 1. Dificit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh 2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi / BAB sering 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan 4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan K. Fokus Intervensi Diagnosa 1: Dificit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan defisit cairan tidak terjadi. Kriteria hasil : a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluan urine adekuat, tanda-tanda vita stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik. Rencana tindakan : a. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan 30 cepat penyimpangan dari keadaan normalnya b. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami pasien. c. Memberikan cairan intravascular sesuai program dokter Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalamidefisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah. d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh. e. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolumik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek) Rasional : Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan, jika haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami syok. f. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan. Diagnosa 2 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi / BAB sering Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit 31 integritas kulit tidak terganggu Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga - Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar Intervensi : 1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur Rasional: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman 2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces 3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam Rasional: Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi . Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Intervensi 1. Siapkan makanan dalam keadaan hangat 2. Beri makan sedikit tapi sering 3. Anjurkan pada orang tua klien untuk menghindari makanan yang berasa asam dan merangsang. 4. BAB tiap hari 32 5. Beri nutrisi diet lunak Rasional 1. Makanan yang hangat dapat merangsang selera makan klien. 2. Membantu mengurangi kerja lambung dan usus, peningkatan asupan nutrisi. 3. Makanan yang berasa asam dan yang mengandung gas akan meningkatkan pH lambung. 4. Penurunan berat badan akan menunjukkan klien masuk kategori dehidrasi. 5. Membantu mengurangi beban kerja lambung dan usus. Diagnosa 4 : Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi Kriteria hasil : - Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel Intervensi : 1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan Rasional: Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga 2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS Rasional: mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS 3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan Rasional: menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan 33 kemampuannya 4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll) Rasional: Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien. 34