LAMPIRAN Profil Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU 1. Nama : Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A NIP : 196208281987012001 Tempat dan Tanggal Lahir : Sibolga/ 28 Agustus 1962 Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Golongan/Pangkat : IV c/ Pembina Utama Muda Jabatan Fungsional Akademik : Lektor Kepala Jabatan Struktural : Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas/ Departemen : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Alamat : Jl. Dr. Sofyan No. 1 Kampus USU Medan Telp./Faks : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl.Brig. Katamso Gg. Perbatasan Baru No. 54 Medan Telp./HP : (061) 7866787/ 085261341899 E- Mail : [email protected] Pendidikan Tinggi: RIWAYAT PENDIDIKAN PENDIDIKAN TINGGI Jenjang Tahun Perguruan Tinggi Jurusan/Bidang Studi Lulus S1 1986 FISIP USU- Ilmu Komunikasi Ilmu Komunikasi S2 2006 IAIN SU- Komunikasi Islam Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara 2. Nama Lengkap : Dra. Mazdalifah, M.Si, Ph.D Tempat / Tgl. Lahir : Madiun / 03 Juli 1965 Agama : Islam NIP : 196507031989032001 No. Karpeg : E – 686870 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina / IV B Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rosa II No. 1 Medan Johor No. Telepon Rumah/HP : (061) 7881389/08126545153 Alamat E-mail : mazdalifah_jalil @yahoo.com Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 FISIP USU – Ilmu Komunikasi 1988 2. S2 IPB – Bogor, Komunikasi 1999 PemBangunan 3. S3 USM Penang Malaysia (On Going) 2007 3. Nama Lengkap : Dra. Dayana, M.Si Tempat / Tgl. Lahir : Taput / 28 Juli 1960 Agama : Kristen Protestan NIP : 196007281987032002 No. Karpeg : E – 426212 Universitas Sumatera Utara Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina / IV a Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Pintu Air IV Gg. Tenang No. 1 Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 77835883/08163145597 Alamat E-mail : [email protected] Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1986 Institut Pertanian Bogor 1998 4. Nama Lengkap : Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A Tempat / Tgl. Lahir : Medan/21 Oktober 1973 Agama : Islam NIP : 197310212006042001 No. Karpeg : M 209271 Jabatan Fungsional : Asisten Ahli Pangkat / Golongan : Penata Muda/IIIB Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Universitas Sumatera Utara Alamat Rumah : Jl. Metal, Comp. Cemara Hijau Blok O-24, Deli Serdang No. Telepon Rumah/HP : (061) 6629424/08153190851 Alamat E-mail : [email protected] Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 FISIP USU – ILMU KOMUNIKASI 1997 S1 Fakultas Psikologi UMA 1998 2. Profesi 3. S2 Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat Universiti Sains Malaysia – Ilmu Tugas`Akhir Komunikasi 4. S3 - 5. Nama Lengkap : Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si Tempat / Tgl. Lahir : Jambi / 7 November 1980 Agama : Kristen Katolik NIP : 198011072006042002 No. Karpeg : Jabatan Fungsional : Asisten Ahli Pangkat / Golongan : Penata Muda/IIIB Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting Gg. Pancur Siwah No. 10A Padang Bulan, Medan-20142 No. Telepon Rumah/HP : (061) 8365169/081320703782/08192411760 Alamat E-mail : [email protected]/[email protected] Universitas Sumatera Utara Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 Universitas Padjadjaran-Bandung 2003 UNIVERSITAS INDONESIA 2008 6. Nama Lengkap : Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D Tempat / Tgl. Lahir : Medan/05 April 1967 Agama : Islam NIP : 196704051990032002 No. Karpeg : E – 908399 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina /IV A Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Bunga Wijaya Kusuma III No. 4 Psr IV Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 8223658/08126469794 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat FISIP USU – ILMU KOMUNIKASI 1989 Universiti Sains Malaysia- P. Pinang 1999 7. Universitas Sumatera Utara Nama Lengkap : Dra. Nurbani, M.Si Tempat / Tgl. Lahir : Dairi/ 02 Agustus 1961 Agama : Islam NIP : 196108021987012001 No. Karpeg : E - 426188 Jabatan Fungsional : Lektor Pangkat / Golongan : Penata Tk.I/III d Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. DI. Panjaitan No. 84 Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 5625889 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 2. Profesi 3. 4. Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat FISIP USU 1986 S2 / Sp1 INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004 S3 / S2 UNPAD – BANDUNG SEDANG TB 8. Nama Lengkap : Dra. Dewi Kurniawati, Msi Tempat / Tgl. Lahir : Medan/24 Mei 1965 Agama : Islam NIP : 196505241989032001 No. Karpeg : E – 060050 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina/IVA Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Universitas Sumatera Utara Alamat Rumah : Jl. Medan Stabat Km.34,4 No. 718 Stabat No. Telepon Rumah/HP : (061) 8911246/081361637464 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 FISIP USU – ILMU KOMUNIKASI 1988 2. Profesi 3. S2 / Sp1 PPSW USU- MEDAN 2001 4. S3 / S2 University Sains Malaysia (on going) 2009 9. Nama Lengkap : Dra. Inon Beydha, MS.i, Ph.D Tempat / Tgl. Lahir : Medan/22 Januari 1965 Agama : Islam NIP : 196501221991032002 No. Karpeg : F. 249697 Jabatan Fungsional : Lektor Pangkat / Golongan : Penata Tk.I/III.c Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Ampera No. 44 Mandala By Pass Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 7321860 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 2. Profesi Ilmu Komunikasi- FISIP USU 1989 Universitas Sumatera Utara 3. S2 / Sp1 Perencanaan & PemBangunan Wilayah – 2000 USU 4. S3 / S2 Peace Studies-University of Putra 2007 Malaysia 10. Nama Lengkap : Dra. Rusni, M.A Tempat / Tgl. Lahir : Medan/04 Agustus 1951 Agama : Islam NIP : 195108041985032001 No. Karpeg : D – 360408 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina / IV A Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Tg. Permai I No. 15 Perumahan Tg. Gusta Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 8458211 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 FISIP – UNIVERSITAS GADJAH 1978 MADA 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 Komunikasi Islam-IAIN SUMUT Universitas Sumatera Utara 11. Nama Lengkap : Drs. Hendra Harahap, M.Si Tempat / Tgl. Lahir : P. Siantar/ 02 Oktober 1967 Agama : Islam NIP : 196710021994031002 No. Karpeg : G – 153975 Jabatan Fungsional : Lektor Pangkat / Golongan : Penata/III C Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Eka Rasmi VI No. 9 Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 7875027/081375061110 Alamat E-mail : [email protected] Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat FISIP USU 1991 UNIVERSITAS INDONESIA 2000 12. Nama Lengkap : Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D Tempat / Tgl. Lahir : Pematang Siantar, 19 Februari 1951 Agama : Islam NIP : 195102191987011001 No. Karpeg : E – 426190 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina / IV b Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 Universitas Sumatera Utara No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Garuda, gang PTP VIII, No. 21 F Sei Sikambing-B, Medan Sunggal Medan (20122) No. Telepon Rumah/HP : (061) 8467118 / 08126025224 Alamat E-mail : [email protected] Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 Nama Universitas dan Tempat Publisistik, FISIPOL UGM, Tahun Tamat 1976 Yogyakarta 2. Profesi 3. S2 / Sp1 Antar Bidang, UGM, Yogyakarta 1992 4. S3 / S2 University Sains Malaysia (USM) 2002 13. Nama Lengkap : Haris Wijaya, S.Sos., M.Comm Tempat / Tgl. Lahir : Pkl. Susu,Kab.Langkat/06 November 1977 Agama : Islam NIP : 197711062005011001 NIDN : 0006117701 Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Pangkat / Golongan : Penata Muda / III a Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Sei Belutu Gg. Pohan No. 120 E Tj. Rejo Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 081361652429 Alamat E-mail : [email protected] Universitas Sumatera Utara Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 Universitas Sumatera Utara 2000 USM Penang 2008 14. Nama Lengkap : Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D Tempat / Tgl. Lahir : P. Siantar/05 Desember 1958 Agama : Islam NIP : 195812051989031002 No. Karpeg : F – 324101 Jabatan Fungsional : Lektor Pangkat / Golongan : Penata TK. I/III D Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Komp.Waikiki Blok C-35 Medan 20134 No. Telepon Rumah/HP : (061) 8224532/08126350685 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 2. Profesi 3. S2 / Sp1 Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat Ilmu Komunikasi, UNTAG Jakarta 1987 Ilmu Komunikasi, Universitas 1996 Indonesia, Jakarta 4. S3 / S2 Universitas Sumatera Utara 15. Nama Lengkap : Drs. Humaizi, M.A Tempat / Tgl. Lahir : Aceh Timur / 09 Agustus 1958 Agama : Islam NIP : 195908091986011002 No. Karpeg : E – 060050 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina Tingkat I / IV b Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8222238 No. Faximile : Alamat Rumah : Jl. Sawit 6 No. 7 P. Simalingkar Medan – 20141 No. Telepon Rumah/HP : (061) 8362368/08126003863 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat JURUSAN BAHASA INGGRIS, 1979 FAKULTAS SASTRA USU 1985 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI, FISIPOL USU 2. Profesi 3. S2 / Sp1 JABATAN KOMUNIKASI 1994 FAKULTAS SAINS KEMANUSIAAN DAN KEMASYARAKATAN, UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA 4. S3 / S2 Universitas Sumatera Utara 16. Nama Lengkap : Prof. .Dr. Suwardi Lubis, MS Tempat / Tgl. Lahir : Rantau Prapat/10 Agustus 1958 Agama : Islam NIP : 195808101986011001 No. Karpeg : E – 002562 Jabatan Fungsional : Guru Besar Pangkat / Golongan : Pembina Utama Muda/IV c Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Sumarsono No. 45 Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 8211752 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 2. Profesi 3. S2 / Sp1 Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat FISIP USU – ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 4. S3 / S2 UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 17. Nama Lengkap : Drs. Abdi Sitepu M.SP Tempat / Tgl. Lahir : Kabanjahe/21 Agustus 1958 Agama : Kristen NIP : 195808211986031003 No. Karpeg : E – 060060 Jabatan Fungsional : Lektor Pangkat / Golongan : Penata Tk.I/III d Universitas Sumatera Utara Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Upah Tendi Sebayang No. 29 Kabanjahe No. Telepon Rumah/HP : (0628) 21078/0811613065 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat UNIVERSITAS PADJADJARAN 1984 BANDUNG 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 TUGAS BELAJAR 18. Nama Lengkap : Drs. Mukti Sitompul, M.Si Tempat / Tgl. Lahir : Tapanuli Selatan/16 Juli 1953 Agama : Islam NIP : 195307161981121001 No. Karpeg : C.0579571 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina/IVB Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8211965 No. Faximile : (061) 8211965 Alamat Rumah : Jl. Cahaya Gg. Sudi No.7 Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) -6691444/0812657174 Alamat E-mail : Universitas Sumatera Utara Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 USU Medan 1985 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 UNPAD Bandung 1995 19. Nama Lengkap : Drs. HR. Danan Djaja, M.A Tempat / Tgl. Lahir : Medan/ 09 November 1952 Agama : Islam NIP : 195211091983031001 No. Karpeg : C – 0868577 Jabatan Fungsional : Lektor Pangkat / Golongan : Penata Tk. I/III d Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. AR. Hakim Gg. Pertama No. 17 Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 7363519/081362182292 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang 1. S1 Nama Universitas dan Tempat UNIVERSITAS PADJADJARAN Tahun Tamat 1980 BANDUNG 2. Profesi 3. S2 / Sp1 4. S3 / S2 UNIVERSITAS INDONESIA 1990 Universitas Sumatera Utara 20. Nama Lengkap : Drs. Safrin, M.Si Tempat / Tgl. Lahir : Medan/01 Oktober 1961 Agama : Islam NIP : 196110011987011001 No. Karpeg : E– Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina/IV A Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan No. Telepon Kantor : (061) 8217168 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Gagak Raya No. 10 Griya Mandala Medan No. Telepon Rumah/HP : (061) 7349350/0811614808 Alamat E-mail : Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1986 2. Profesi 3. S2 / Sp1 UNIVERSITAS INDONESIA 1993 4. S3 / S2 21. Nama Lengkap : DR. Iskandar Zulkarnain, M.Si Tempat / Tgl. Lahir : Seunagan (Aceh Barat) / 03 – 09 - 1966 Agama : Islam NIP : 196609031990031004 NIDN : 0003096603 No. Karpeg : E – 920399 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Pangkat / Golongan : Pembina / IV a Alamat Kantor : Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan Universitas Sumatera Utara No. Telepon Kantor : (061) 8217168, (061) 8211965 No. Faximile : (061) 8217168 Alamat Rumah : Jl. Sidodame No. 61 Komplek PEMDA Pulo Brayan Drata II, Medan-20239 No. Telepon Rumah/HP : (061) 6613653/081533118217 Alamat E-mail : [email protected] Pendidikan Tinggi : No. Jenjang Nama Universitas dan Tempat Tahun Tamat 1. S1 FISIP USU / Ilmu Komunikasi / Medan 1989 2. Profesi 3. S2 / Sp1 PPS UNPAD / Ilmu Komunikasi / 1995 Bandung 4. S3 / S2 PPS UNPAD / Ilmu Komunikasi / 2003 Bandung Universitas Sumatera Utara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi? 2. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan komunikasi nonverbal? 3. Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan komunikasi nonverbal? 4. Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi nonverbal? 5. Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus? 6. Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan komunikasi nonverbal di kampus? 7. Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya? 8. Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi? 9. Jika ada, contoh perbedaan seperti apa yang Anda lihat? 10. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepala pada saat yang sama. Siapa dosennya? 11. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai membereskan Buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman di sampingnya aPakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti atau belum terhadap isyarat terseBut? (mengatur interaksi). Siapa dosennya? 12. Apakah dosen komunikasi lebih sering menyembunyikan atau mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat mereka mengajar?. Siapa dosennya? Universitas Sumatera Utara 13. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di kehidupan sehari-hari mereka di kampus?. Siapa dosennya? 14. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi?. Siapa dosennya? 15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? 16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat ilustrator (perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? 17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional, gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? 18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? 19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi keButuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? Universitas Sumatera Utara 20. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak mata saat mengajar di dalam kelas?. Seperti apa kontak mata dosen Ilmu Komunikasi? 21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka di kampus?. Siapa dosennya? 22. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 23. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat pada dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 24. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?. Siapa dosennya? 25. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi dengan mahasiswa di luar kelas?. Siapa dosennya? 26. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur, konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi ruang dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 27. Wilayah merupakan salah satu bagian dari komunikasi ruang. Menurut Anda dimana wilayah atau seperti apa wilayah yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas?. Siapa dosennya? 28. Paralanguage merupakan isyarat yang ditimBulkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa yang diucapkan. Menurut Anda bentuk paralanguage seperti apa yang terlihat atau yang dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 29. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 30. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau lemButnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu Universitas Sumatera Utara Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika berbicara seperti biasa?. Siapa dosennya? 31. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 32. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 33. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal “diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?. Siapa dosennya? 34. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang, cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 35. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 36. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 37. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu dalam proses belajar mengajar?. Siapa dosennya? 38. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? 39. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?. Siapa dosennya? 40. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?. Siapa dosennya? Universitas Sumatera Utara HASIL WAWANCARA INFORMAN 1 (PRA) Tanggal wawancara: 20 Januari 2014 1. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Secara umum saya suka, dosen komunikasi itu secara keseluruhan gak ada yang kayak persepsi saya sebelum masuk kampus. Jadi gak ada dosen killer, gak ada dosen yang tukang apa ya, maksudnya kayak minta bayarbayaran gitu kan. Dulukan persepsi aku kayak gitu tentang dosen tapi ternyata di komunikasi gak. Terus dosen komunikasi juga enjoy karna rata-rata mau dipanggil Abang Bukan Bapak gitu walaupun awal-awalnya aku ngerasa karena aku gak terbiasa manggil guru itu dengan Abang, jadi awal-awalnya aku ngerasa jadi gak sopan ya, tapi ternyata setelah dijalani tetap sopan kok tapi jadi lebih dekatkan karna manggilnya Abang gitu. 2. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan komunikasi nonverbal? Jawab: Mungkin komunikasi nonverbalnya lebih ditonjolkan lagi aja gitu. Jadi walaupun kita tahu nonverbal itu gak bisa dirancang artinya nonverbal itu gak bisa diset, cuma aku pikir bisa dipakai ya gitu. Nonverbal itu bisa diPakai walaupun tanpa sadar gitu. Misalnya kayak dilatih suara. Suara itu mulai dinaikin, kalau utk menekankan materi-materi yang cukup penting itu Pakai pitch-pitch yang tinggi atau kalau dia perlu untuk mengajak kesadaran mahasiswanya suaranya diturunin. Suaranya lebih mendayu-dayu atau mengajak. Lebih ke situ sih suara. Ya kayak gitu sih ketepatan waktu ya, apa namanya kronemik itu juga sih. 3. Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Bu Mazda, Bu Fatma, Bu Dewi 4. Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Perempuan Universitas Sumatera Utara 5. Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus? Jawab: Jarang, iya memang jarang 6. Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan komunikasi nonverbal di kampus? Jawab: Kadang-kadang nggak ini, gak sesuai, apa ya, diterapkan sih, tapi, nggak pas kayaknya. Kurang pas 7. Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya? Jawab: Jarang, soalnya komunikasi nonverbal kan gak bisa dicocok-cocokin kan?. Dan kalau aku ngeliatnya sih, kadang-kadang ada yang gak sesuai juga. Jadi miss, sering jadi miss lah daripada jadi tepat. 8. Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi? Jawab: Gak, kan nonverbal itu gak ngeliat-liat suku 9. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepala pada saat yang sama. Jawab: Kayak mana ya, separoh ada separoh gak gitu, tapi banyak yang ini sih, mungkin karena orang komunikasi ya jadi ngomong tapi nonverbalnya kurang dimainkan peranannya. 10. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai membereskan Buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti atau belum terhadap isyarat terseBut? (mengatur interaksi) Jawab: Banyak yang ngerti, iya karna biasanya langsung dosennya ngomong “sepertinya nonverbal kalian mulai tidak nyaman, ya udah pulang lah kalian.” 11. Apakah dosen komunikasi lebih sering menyembunyikan atau mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat mereka mengajar?. Contohnya? Universitas Sumatera Utara Jawab: Lebih banyak mengekspresikan emosi sih, contohnya misalnya si dosennya lagi gondok sama kami, kalau misalnya kami agak-agak telat masuk atau tugasnya ini, kadang-kadang emosinya keluar dan cara mengajarnya agak-agak apa ya, auranya agak-agak panas. 12. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Jawab: Bagus sih, maksudnya apa ya, gak ada nonverbal yang kurang nyaman gitu kalau di kehidupan sehari-hari ya. Jadi kalau misalnya ketemu dosendosen komunikasi itu kalau ditegur, kalau disapa gitu mau, terus ya pokoknya nonverbalnya masih amanlah gitu untuk gak ngebuat mahasiswa itu jadi takut atau benci gitu. 13. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi? Jawab: Banyak, misalnya kalau yang dosen-dosen yang suka mendominasi itu bisanya dia cenderung suaranya digedein. Suara dia paling besar kami suaranya gak boleh besar kan. Terus habis itu Pakai disiplin kelas misalnya dalam kelas dia gak boleh ngomong, gk boleh rIbut gitu, atau sama dia gak boleh banyak nanya kayak gitu, habis itu ada sih yang misalnya kayak cara duduk ya, kalau aku memperhatikannya cara duduk gitu ada yang mungkin kekuasaannya ini lebih keliatan kalau orang duduknya ngangkang gitu, itu keliatan dia lebih menguasai sesuatu atau kakinya dinaikkan itu biasanyakan keliatan dia berkuasa gitu lo, lebih kuat dari orang yang di depan dia. Contohnya kalau suka ngangkang di kelas Bang Haris, maksudnya duduk di meja gitu, gak ngangkang sih sebenarnya cuma duduk di meja, ya kan?. Di satu sisi enjoy tapi di sisi lain aku pikir dia pegang kendali di kelas itu gitu. Terus dosen yang pegang kendali juga Pak Suwardi, karena Pak Suwardi dia punya aturan yang jelas di kelasnya. Gak boleh telat terus gak boleh recok, sama dia lebih baik tidur daripada recok gitu lah intinya. Jadi kendali, di sini kendali yang cukup kuat kendalinya, Bang Hendra juga sih. Bang Hendra cukup kuat karena suara dia gede. Jadi, kita gak bisa recok sama dia. Universitas Sumatera Utara 14. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Kalau aku gak interaksi dekat semua ya, jadi ketemunya di kelas-kelas aja. Jarang ya, dikitlah. Emblem ini dikit digunakan karna rata-rata memang kebanyakan memaparkan gitu lo. Ngomong, jadi emblemnya kurang digunain. Isyarat emblem yang digunakan paling sekedar itu lah ya “jangan rIbut”, senyum iya, jarang sih jarang senyum. Maksudnya paling kayak suruh kami diam gitu “ssttt” gitu kan terus habis itu mukul meja. Tapi aku liatnya jarang. Aku banyak liatnya lebih ke ekspresi. Dosennya aku rasa Bu Bani lah. 15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat ilustrator (perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Sering, jadi sambil ngomong ini kan sambil gerakin gitu kan. Paling isyaratnya itu kayak mana ya kalau lagi ngejelasin kuliah itu khasnya orang Medan. Sambil cerita nanti sambil ngasih efek-efek misalnya kayak terjadi tabrakan gitu “puaak” tangannya dipukulin kayak gitu. Terus habis itu untuk menggambarkan suasana yang sedikit panas gitu, apa ya banyak main di tangan sih. Dosennyakak Emil, kemudian Bu Inon, Pak Syafruddin Pohan 16. APakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional, gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Kalau yang ini sering, jadi dominannya apa ya, kebanyakan dosendosen ilmu komunikasi itu memang Pake ekspresi, tapi kalau kayak marah, takut, gembira, dominannya gembira memang. Banyakan gembira, jadi ratarata mereka itu masuk kelas itu memang senang ngajarnya gitu gak pernah sih Universitas Sumatera Utara aku ketemu dosen masuk ke kelas dalam keadaan lagi marah-marah. Dosen komunikasi ya, yang lain mungkin ada lah. Tapi kalau dosen komunikasi gak pernah sih kalau masuk kelas dalam keadaan ngambek, takut, sedih, marah itu gak ada. Semuanya menunjukkan wajah yang siap untuk mengajar, gitu. affect display yang negatif gak ada, dosen yang keliatan kejam, ini susah ni mata kuliahnya, tapi kalau masuk kelas gak pernah sih yang pasang mukamuka yang bikin kami takut. Ya itu lah yang sedih, marah, itu gak pernah. 17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Ada sih, tapi gak banyak karena kan biasa mata kuliah itu ini ya kan kebanyakan kayak penyampaiannya itu kayak ceramahkan. Jadi, memang si dosen yang mendominasi pembicaraan gitu kalau misalnya ada mahasiswa yang tiba-tiba melenceng dari topik yang lagi dibahas, dosen itu langsung cepat-cepat motong biar gak terlalu jauh. Misalnya kayak lagi presentasilah, si dosennya langsung ambil alih, gitu aja sih yang untuk regulator. Yang melakukannya ada beberapa. Dosennya kalau aku ngeliatnya Bu Fatma. Itu sih karna yang banyak presentasi sama Bu Fatma. Baru-baru ini aku presentasi sama Bu Fatma. Baru Pak Pohan, kak Jo. 18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Ini gak pernah ku liat. 19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak mata saat mengajar di dalam kelas? Jawab: Sering, sering sekali. Biasanya yang Pakai kontak mata itu Bu Dewi terus kak Emil Pakai kontak mata terus Bang Haris terus kak Jo, Bu Bani juga Pak Humaizi terus Pak Danan, Bu Rusni, Pak Safrin Universitas Sumatera Utara 20. Kontak mata seperti apa yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi di dalam kelas? Jawab: Dalam mengajar ya, jadi biar mahasiswanya itu konsen ya. Jadi, apa ya. Kan kalau kita secara psikologisnya kalau kita diliatin orang kita kan takut, jadi biar fokus aja sih karna kalau misalnya dosen itu matanya mengarah satu aja yang lain itu merasa gak diperhatikan gitu, otomatis dia gak akan konsen ke pelajarannya. Jadi, kalau yang sering dilakukan dosen komunikasi itu ya untuk mencuri perhatian mahasiswanya. Ditatap mata mahasiswanya satu-satu gitu. 21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Jawab: Kalau ekspresi wajah kebanyakan have fun ya, ceria gitu. Jadi, gak maksudnya gini, walaupun itu dosen, tapi ketika kita di dalam kelas iya lah kita diajar. Tapi diluar kelas kita ngerasanya gak kayak, gak takut lah untuk nemuin dosen gitu. Kan kebanyakan mahasiswa-mahasiswa itu takut untuk nemuin dosen, tapi karena dalam kehidupan sehari-hari pun dosen komunikasi juga menggunakan ekspresi yang aku pikir gak pernah bikin yang gak enak, jadi kita masih senang untuk menjumpai dosen kita. 22. Apakah mereka menggunakan ekspresi wajah yang baik itu hanya dilakukan di dalam kelas atau di kehidupan sehari-hari saja?. Jawab: Ada yang ketika di kelas berbeda di luar beda. Tapi sejauh ini gak ada yang terlalu banting gitu. Misalnya di kelas serem kali terus di luar dia ceria kali gak sih, kalau dia bawaannya ceria di kelas memang ceria dan kalau di luar bawaan dia serius, di dalam dia pun ngajarnya serius, gitu sih. dosennya kak Emil, sama Bu Rusni ekspresi wajah yang sering ditunjukkan biasanya ekspresi serius. 23. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Emosinya keliatan sih. Jadi kalau misalnya lagi menggebu-gebu ngajarin gitu kan itu keliatan. Emosikan Bukan cuma marahkan?. Senang juga dia keliatan. Apa ya, kayak ngeluarin semua kebahagiaan dia lah gitu Universitas Sumatera Utara mengajar. Ada juga yang kadang-kadang mungkin lagi bad mood atau gimana gak tau kadang-kadang kan ada orang yang kita gak tau lah, tapi ada sih tertangkap sedikitlah emosi-emosi yang tiba-tiba nadanya meninggi itu keliatan. Dosennya yang emosinya terlihat dengan jelas Bu Dewi kali ya. 24. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat pada dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Seringnya tangan, tangannya itu memang aktifkan gerak kanan kiri. Dan penggunaannya kayak sesuai dengan, kan beda ya ketika kita menggunakan tangan kanan dengan tangan kiri kan beda kesannya, selain tangan yang kedua kayaknya kepala, jadi lebih menyeluruh dia gitu kalau kepalanya gerak kemana-mana. Yang lainnya mata mungkin. Dosen yang sering melakukannya kak Emil, Bu Mazda terus Pak Humaizi, Pak Suwardi juga. 25. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy? Jawab: Ectomorphy cuma kak Jo, Mesomorphy itu ada Pak Pak Suwardi, Pak Abdi, Bang Haris, Bang Hendra, Bu Fatma ya cowo-cowo rata-rata. Yang Endomorphy gak begitu ngerti, yang aku ngerti aja ya. Pak Danan baru Pak Amir, Bu Inon, Bu Dewi, Bu Dayana. 26. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi dengan mahasiswa di luar kelas? Jawab: Kalau dosen yang misalnya yang suka jalan-jalan Bu Fatma, Bu Mazda, kak Jo, Bu Inon, bg Hendra, Bang Haris, Pak Pohan. Nah itu mereka kan maksudnya gak duduk ditempat aja memang kadang suka jalan-jalan. Itu biasanya jarak yang sering digunakan itu kalau yang buat jalan-jalan itu yang jarak pribadi (personal distance) karna biasanya jalan di kelas dan dekat sih dengan siapa yang ditanyakan gitu. Terus kalau yang lainnya yang suka duduk aja di meja itu kayaknya pakai jarak sosial karna ya kita tahulah jarak meja ke mahasiswanya itu emang udah diaturkan kurang dari empat meter gitu, jadi selebihnya pakai jarak sosial. Universitas Sumatera Utara 27. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur, konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi ruang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Biasanya itu keliatan ini pertama emang mata kuliah. Jadi, materi apa yang lagi disampaikan gitu, kalau misalnya materinya serius itu biasanya si dosen itu akan membuat jarak yang cukup jauh artinya gak sedekat ketika ngebahas sesuatu yang sifatnya lebih kayak curhat. Misalnya gini kalau dia lagi menyampaikan materi dia agak jauh tapi kalau kita udah masuk sesi tanya jawab, misalnya kita nanya gimana dengan program TV ini yang bermasalah ini, biasanya si dosen akan lebih mendekat gitu, jadi pertama tergantung dengan materinya. Terus yang kedua tergantung status juga sih kadang-kadang. Biasanya dosen-dosen yang lebih muda lebih mau mendekat, itu lah karena status. 28. Paralanguage merupakan isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa yang diucapkan. Menurut Anda bentuk paralanguage seperti apa yang terlihat atau yang dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Rata-rata keliatan sih, maksudnya keliatan kalau nonverbalnya sedang dibentuk, jadi kita tau dosen-dosen yang sebenarnya suaranya kecil tapi begitu ngajar suaranya sengaja dIbuat besar dan ditekankan. Memangkan dalam mengajar juga harus kayak gitu. Jadi kalau di ini, yang sering terlihat itu yang sengaja dibentuk kalau menurut aku gitu Bukan memang asli suaranya gede gitu. Dosennya Bu Bani, itu keliatan jelas dia mengucapkan sesuatu itu dengan jelas itu keliatan, 29. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Aku sering liat itu Bu Fatma, Bu Mazda, kak Jo, kak Emil, Bu Lusi, Bu Dewi terus yang laki-laki itu Bang Hendra terus Bang Haris, Pak Safrin 30. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu Universitas Sumatera Utara Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika berbicara seperti biasa? Jawab: Bang Is terus Bang Hendra, Pak Abdi, Bu Dewi juga itu sih. Volumenya rendah itu Pak Pohan, Pak Danan Bu Rusni juga. 31. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau dosen komunikasi itu ada yang bicaranya diatur memang, bedakan diatur dengan teratur, ada yang diatur ada juga yang cepet ya terlalu cepet gitu. Ya kadang-kadang kita protes juga. Kadang kala bisa dipahamilah ku rasa. Dosennya yang diatur kecepatan bicaranya Pak Danan ya, menurut aku Pak Danan itu teratur ngomongnya kemudian Pak Abdi juga. Ya itu sih. 32. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau kualitas bulat ya suaranya dominannya bulat, kebanyakan yang bulat suaranya jadi jelas kita dengar dia ngomong apa gitu. Kalau itu kan aku rasa memang bawaan ini ya dari tubuhnya, turunan lah bisa kita bilangkan. Secara fisik lah, jadi kalau itu sih lebih banyak yang jelas dosen ilmu komunikasi ngomongnya. Dosen yang bicaranya tidak jelas itu Pak Humaizi aja. 33. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal “diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas? Jawab: Kalau lagi marah. 34. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang, cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau Pak Pohan suka Pakai topi, kalau Bu Dewi ganti-ganti tas dan ganti-ganti warna itu sih yang mencolok. 35. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Universitas Sumatera Utara Jawab: Kalau Bu Fatma suka pakai warna-warna lembut, putih, cream, kuning gitu, kalau Bu Mazda itu suka pakai warna-warna cerah, suka yang bercorak, orange, hijau, ini yang aku ingat. Kak Emil itu suka pakai warnawarna cerah juga tapi polos. Kaya ijo, merah, orange yang mencolok. Kalau kak Jo itu kayaknya lebih suka warna-warna yang polos, warna yang lembut gitu, kalau Bu Inon itu suka yang bercorak punya pattern yang sangat penuh jadi misalnya hitam sama abu-abu gitu. Dia suka punya pattern. Kalau Bang Hendra polos sih atau warna-warna pastel terus Bang Haris itu sering Pakai warna-warna pastel terus Pak Pohan itu juga warna-warna pekat, warnawarna tanah ya kalau laki-laki ciri khasnya. Kalau Pak Humaizi dia suka yang ringan kayak warna pastel, putih, cream, pink kesitulah. Pak Suwardi hampirhampir sama kayak Pak Humaizi. Kalau Pak Abdi dia warna-warna cowo lah warna-warna tanah hitam, coklat. Pak Mukti gak terlalu ingat, Pak Danan suka Pakai warna biru, Bu Rusni suka Pakai warna yang cerah pink, merah, itu dia suka. Pak Safrin suka warna-warna yang lembut tapi warna tanah, kalau Bang Is itu suka warna-warna gelap yang dipakai. 36. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Gak ada sih, karena rata-rata mungkin lebih ke gender ya. Yang perempuan-perempuan dominanya suka pakai warna cerah-cerah, maklum lah orang-orang komunikasi ini orang-orang yang pedenya gede gitu, jadi warnawarna yang ditimbulkan itu cerah. Terus kalau yang laki-laki ya wajarlah ya laki-laki gak mungkin pakai warna-warna yang terlalu cerah, jadi gak ada yang bilang ooo ini dosen komunikasi gak sih, karena kayaknya paling dosen komunikasi itu bedanya lebih simpel dalam berdandan gak riweh gitu gak ribet. 37. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu dalam proses belajar mengajar? Jawab: Ada yang kalau kurang dari jamnya jarang sih rata-rata dosen komunikasi emang memenuhi waktunya. Jadikan kalau misalnya satu mata kuliah 2 jam paling gak satu setengah jamnya terpakai gitu gak ada yang kurang dari sini kecuali dia punya kepentingan. Ada yang pas-pasan dua jam Universitas Sumatera Utara bener-bener dipakai. Ada juga yang kelewatan dari jamnya, itu sih. Waktunya yang diPakai sampe habis itu Pak Safrin terus Bu Mazda itu waktunya dipakai sampai habis. Terus kalau yang kecepatan itu Bu Inon kadang sebelum, maksudnya satu setengah jam aja yang dipakai, Bang Haris juga cepat. Terus yang agak kelewatan waktunya Pak Pohan sama Bu Fatma sama Pak Humaizi. 38. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Gak sih, aku gak pernah nyium parfum yang mencolok dari dosen komunikasi, paling yang perempuan kalau yang perempuan itu memang Pakai parfum tapi itu pun gak ada yang menyengat ya, walaupun aku datang pagi, maksudnya yang kita masuk kelas pagi dosennya baru mandi gitu kan masih wangi-wangi itu pun parfumnya gak mencolok. Dosennya Bu Dewi itu aja. 39. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas? Jawab: Kalau saya pernah, Bang Haris. Bang Haris aja. Kalau mahasiswa lain kak Emil mau nyentuh pundaknya terus Bu Mazda kalau misalnya lagi nanya maukan disentuh pundaknya, itu aja. 40. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan? Jawab: Sentuhan tangan, jadi kayak sentuhan lebih banyak untuk menegur, misalnya inilah kayak bentuk afeksi ya gitu lah untuk memberikan perhatian yang penuh kepada mahasiswanya dan si mahasiswanya pun fokus terhadap apa yang si dosen katakan. Jadi kayak misalnya menyapa “eiii” gitu kan “iya kamu” atau “apa jawabannya?” dia lebih untuk ini sih menarik fokus. INFORMAN 2 (MA) Tanggal Wawancara: 24 Januari 2014 1. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Secara umum dosen Ilmu Komunikasi keren-keren, bagus, benerbener pantas disebut dosen ilmu komunikasi. 2. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan komunikasi nonverbal? Universitas Sumatera Utara Jawab: Kalau dibilang masalah komunikasi nonverbal justru tidak semua dosen yang komunikasi nonverbalnya itu sama dengan komunikasi verbalnya. Maksudnya gini, kadang kan bahasa tubuh lebih jujur dari pada bahasa yang dikeluarkan oleh mulut kita. Nah, jadi kadang bahasa mulut kita ngasih tau yang ini, si dosen ini tapi bahasa tubuhnya ngasih tau yang lain, yang berbeda. 3. Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Bu Mazda, Bu Fatma, Kak Emil, Pak Safrin terus Kak Jo, Pak Suwardi. 4. Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Perempuan 5. Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus? Jawab: Sering, kayaknya itu lebih banyak dari komunikasi verbal yang kita gunakan. 6. Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan komunikasi nonverbal di kampus? Jawab: Secara umum kemampuannya sudah cukup mempuni. 7. Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya? Jawab: Beberapa iya, beberapa tidak. Bu Fatma pernah sih tidak menyesuaikan dengan ini yang ada, yang pernah saya lihat ya. Untuk komunikasi nonverbal sendiri sebenarnya, saya gak tau itu benerkah kesepakatan universal bahwa komunikasi nonverbal itu memang ya gerakan tangan atau segala macamnya itu udah universal di segala daerah tanpa memikirkan budaya karena kalau saya pernah nonton film ketika seseorang berbicara soal orang lain dan saat itu salah satu jari tangannya, maaf jari tengahnya mengacung itu ditandakan bahwa si pembicara tidak menyukai calon yang dibicarakannya. Nah, saat itu saya berpikir. Jari tengah yang Universitas Sumatera Utara mengacung itukan adalah kata-kata yang tidak bagus di Amerika sana, apakah sesuai dengan budaya kita di Indonesia itu saya kurang tau. Tapi bu Fatma pernah mempraktekkan hal seperti itu. 8. Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau menurut saya gak sih ya. Makanya saya bilang apakah memang benar komunikasi nonverbal itu sudah universal untuk semua orang tanpa ada batas-batas budaya, batas-batas suku gitu. 9. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepala pada saat yang sama. Jawab: Pernah. Yang pernah itu Bu Mazda, Kak Jo, Kak Emil, Bang Haris, Bu Dewi. 10. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi) Jawab: Sudah banyak yang mengerti. Contohnya Kak Emil, Kak Jo. Walaupun mereka mengeluhkan cara kita. Kemudian Bu Mazda, Pak Pohan, Bu Dewi. 11. Biasanya apa yang dikatakan dosen setelah melihat seperti itu?. Jawab: Biasanya sih disuruh sabar dan mereka mengeluhkan perbuatan kita. 12. Apakah dosen komunikasi lebih sering menyembunyikan atau mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat mereka mengajar?. Contohnya? Jawab: Disembunyikan, biasanya yang sering menyembunyikan itu Kak Emil, Bu Bani, Bu Dewi, Bang Hendra. Yang sering mengekspresikan Bu Mazda, Bu Fatma, Bu Rusni. Emosi yang sering mereka ekspresikan biasanya senang. Universitas Sumatera Utara 13. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Jawab: Biasanya mereka sangat menjaga ibaratnya masalah proximity atau kedekatan itukan kadang penting bagi orang, jadi banyak dosen yang dia justru sangat-sangat aware sama proximity, jadi dia bener-bener tau ketika jarak segini itu ternyata mahasiswa “aku benar-benar diperhatikan dosen,” tidak hanya sebatas “ya udah saya ngajar” gak hanya sebatas itu. Jadi ada dosen-dosen yang dia sangat menjaga keintiman, jadi dia bener-bener datangi si mahasiswa, bukan datangi buat bertanya ya, tapi untuk mendekati. Contohnya kayak Bu Mazda dan Bang Hendra. Jadi kita merasa bener-bener “Oh iya, dia memang benar-benar menyampaikan pesannya itu sengaja ke semua arah.” 14. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi? Jawab: Menurut saya itu masalah proximity, masalah kedekatan. Jadi, masalah jarak itu bisa menjelaskan banyak hal ibaratnya antara yang berbicara dan yang mendengarkan. Jadi kebanyakan rata-rata yang berbicara posisinya kelihatan lebih berkuasa dari yang mendengarkan. Nah, ada beberapa dosen yang dia bener-bener menjaga jaraknya sama mahasiswa. Contohnya Bu Inon, dia ya duduk aja di tempat duduknya. Seolah-olah dia memang bener-bener “Saya dosen, kalian mahasiswa,” seperti itu. Kemudian seperti postur tubuh. Bu Inon sering sekali saya lihat membusungkan dada nggak tau apa maksudnya. Selain Bu Inon ada Pak Danan. 15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Saya pikir sih iya. Kalau untuk “Ok” sih pernah. Biasanya Bu Mazda, Kak Jo. Universitas Sumatera Utara 16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat ilustrator (perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Gak pernah. 17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional, gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Pernah. Biasanya itu Bu Mazda, Kak Jo, Bang Hendra, Bang Haris, Pak Pohan, Pak Danan, Bu Bani. 18. Sering tidak mereka melakukan itu? Jawab: Yang saya ingat sih sering. 19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Pernah. Misalnya diam sebentar. Biasanya dosen yang sering melakukan itu Bu Dewi, Kak Jo, Pak Humaizi, itu aja. 20. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Pernah Bu Mazda, Kak Jo, Bu Dewi, Pak Mukti, Bu Fatma. Biasanya yang mereka lakukan menggaruk-garuk, ngipas-ngipas. Bu Fatma setau saya dia ada sinus, tapi nggak terlalu dinampakinnya. Terus Pak Mukti garuk. Universitas Sumatera Utara 21. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak mata saat mengajar di dalam kelas? Jawab: Yang sering melakukannya itu biasanya Bu Mazda, Bang Hendra 22. Biasanya apa tujuan mereka melakukan kontak mata? Jawab: Gini, seolah-olah mereka bener-bener memastikan kita memperhatikan mereka atau nggak. 23. Kontak mata seperti apa yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi di dalam kelas? Jawab: Biasanya menatap mata mahasiswanya lama gitu. 24. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Jawab: Kalau seneng sih biasanya Bu Mazda. Kayaknya humble gitu, ramah. Emang passionnya gitu ngajar. Kalau yang kayaknya yang penting ngajar aja gitu Bu Inon. Kalau yang serius itu Pak Humaizi. Yang berpikir “Ah terserah orang ini” itu Pak Suwardi. Yang seneng ngajar itu juga Kak Emil. 25. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat pada dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bu Mazda misalnya gesturenya itu emang keliatan gitu kalau dia seneng ngajar. Terus Bang Hendra dia biasanya peduli tak peduli. Kalian mau ngerti ya ngerti, kalau nggak ya nggak gitu. Tapi dia gini, kalau Bang Hendra itu dia bagi orang tertentu kalau dia merasa “Ooo ini anak punya perhatian lebih sama mata pelajaran ini,” dia ada perhatian lebih gitu sama mahasiswa itu. 26. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy? Jawab: Ectomorphy ada Kak Emil, Bu Bani, Bu Fatma, Pak Humaizi, Bu Lusi, Bu Rusni, Pak Mukti, itu aja. Mesomorphy ada Bang Hendra, Bang Haris, Bu Dewi, Pak Pohan, Pak Suwardi, udah itu doang. Yang Endomorphy ada Pak Amir, Bu Mazda, Bu Dayana, Kak Jo, Bu Inon, Pak Iskandar, Pak Safrin, Pak Abdi. Universitas Sumatera Utara 27. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi dengan mahasiswa di luar kelas? Jawab: Kalau untuk jarak ada beberapa dosen yang sangat mengerti untuk menciptakan keakraban itu. Dia cukup dekat dengan mahasiswanya. Ada beberapa dosen yang memang menjaga jarak dengan mahasiswanya. Biasanya yang menjaga jarak itu Bu Inon, Pak Humaizi, Pak Suwardi, itu sih. Dan yang dekat dengan mahasiswanya itu biasanya Bu Mazda, Bu Fatma, Kak Emil, Bang Hendra, Pak Abdi. 28. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur, konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi ruang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau menurut saya sih kultur, jenis kelamin juga, usia kalau untuk dosen komunikasi nggak terlalu deh, itu aja. 29. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Dosen yang sering menggunakan itu biasanya Kak Jo, Kak Emil, Bu Mazda, Bu Fatma 30. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika berbicara seperti biasa? Jawab: Biasanya yang menggunakan ini Bu Dewi, Bu Mazda, Kak Emil 31. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Pak Amir cepet biasanya. Selain Pak Amir ada Pak Humaizi, Pak Suwardi juga cepet, terus Pak Safrin juga cepet. Universitas Sumatera Utara 32. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bagus semua. 33. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal “diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas? Jawab: Iya pernah, biasanya kalau lagi kesel. 34. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang, cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau topi Pak Pohan, Bu Bani jam tangannya yang warna hitam itu, Bu Mazda dengan kain-kain tradisionalnya. Kemudian Pak Mukti dengan topinya, kemudian Kak Yovita dengan baju-bajunya yang lucu, itu sih. 35. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Warna-warna netral. 36. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Nggak. 37. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu dalam proses belajar mengajar? Jawab: Kalau untuk masalah waktu itu sebenarnya kan ditetapkan oleh pendidikan ya, jadi mungkin gak bisa komentar banyak apakah mereka memanfaatkan waktu itu dengn baik gitu. Tapi rata-rata saat kuliah mereka tidak bisa melaksanakan waktu yang telah ditentukan dan minta kuliah pengganti rata-rata mereka mengerti bahwa kuliah itu sangat tidak efektif ketika di sore hari. Tapi biasanya dosen yang tepat waktu masuk kelasnya itu Bu Mazda, Bu Fatma, Kak Emil sama Kak Jo, Pak Suwardi juga, Pak Humaizi juga tepat waktu. Yang masuknya agak lama dan keluarnya nggak sesuai waktu itu Bang Hendra kemudian Bu Inon, Pak Mukti, Pak Abdi, Bang Haris, Pak Amir, Pak Iskandar juga. 38. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi? Universitas Sumatera Utara Jawab: Yang sering harum itu Kak Emil, Kak Jo, Pak Humaizi juga wangi, Bang Haris, Bang Hendra, Bu Mazda juga wangi, Bu Fatma juga wangi, itu sih. 39. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas? Jawab: Pernah. 40. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan? Jawab: Biasanya pundak dan kepala sama punggung juga. INFORMAN 3 (TP) Tanggal Wawancara: 24 Januari 2014 1. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Persepsi saya tentang dosen Ilmu Komunikasi dosen Ilmu Komunikasi itu udah cukup menggambarkan bagaimana seorang dosen bekerja di sebuah Universitas, di lembaga pendidikan dan aku pikir kualitasnya juga udah cukup bagus dibanding dosen-dosen di jurusan lain yang ada FISIP. 2. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan Komunikasi nonverbal? Jawab: Kalau dosen Komunikasi pasti mereka pahamlah apa itu nonverbal, apa yang sehari-hari mereka lakukan gitu, jadi aku ngerasa mereka cukup apik sih, cukup bagus dalam menerapkan Komunikasi nonverbal sehari-hari. 3. Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan Komunikasi nonverbal Jawab: Menurut saya itu ada Bang Haris Wijaya, Kak Emil dan Kak Jo. 4. Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan Komunikasi nonverbal? Jawab: Biasanya sih perempuan. Karna perempuankan memang udah dari bawaan lahir natural bahwa mereka suka mengekspresikan sesuatu dari kodekode. 5. Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan Komunikasi nonverbal saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus? Universitas Sumatera Utara Jawab: Ya sering. 6. Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan Komunikasi nonverbal di kampus? Jawab: Kalau dalam proses belajar mengajar, beberapa sebagian dosen Ilmu Komunikasi penerapannya ada sih, tapi nggak semua mereka inikan di kelas. Kadang kalau di luar kelas juga kurang akrab sih sama mahasiswa untuk dosen-dosen tertentu gitu. Kalau dosen-dosen yang dekat sama mahasiswa biasa mereka sering melakukan Komunikasi nonverbal. Dan aku pikir kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menggunakan Komunikasi nonverbal sudah cukup apik, jadi kayak jaga image di depan umum itu keliatan. Tapi, kita sebagai mahasiswa sudah bisa liat Komunikasi nonverbalnya baiklah. 7. Apakah penggunaan Komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya? Jawab: Untuk beberapa dosen iya, penggunaannya sudah sesuai tempat. Ada yang beberapa tidak. Kadang untuk seorang dosen yang mau marah-marah di depan umum aku rasa itu belum sesuai pada tempatnya, gitu. Marah dalam hal apa?. Kadang mereka untuk spesifikasi nonverbalnya sendiri kayak contoh Bang Hendra nih, kalau dia memang lagi nggak mood ya bentuk marahnya di depan umum itu suka ngelayasi mahasiswanya atau melengos gitu aja nggak diterge, gitu. Dosen yang menggunakan Komunikasi nonverbal yang sudah sesuai pada tempatnya biasanya Bu Mazdalifah, terus Bu Lusiana terus kemudian Pak Humaizi, Pak Iskandar. Kalau yang tidak sesuai pada tempatnya itu tadi Bang Hendra, Pak Abdi, terus ada juga Pak Danan terus Bu Inon karna dibeberapa kali aku perhatiin gitu kan kayak contohnya Pak Danan. Jadi kalau dia lagi nerangin, lagi ngajar kita kadang dengan suara dia lembut tapi sebenarnya ada maksud tertentu dari nonverbalnya yang lembut itu sebenarnya kita bisa nangkeplah kalau dia itu marah atau sedang menceritakan orang lain yang juga dosen sendiri dan rasanya tidak pantas untuk ditiru. 8. Menurut Anda adakah perbedaan Komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi? Universitas Sumatera Utara Jawab: Ya jelas ada, karna aku juga baru belajar tentang persepsi. Persepsi itu dilahirkan dari perbedaan kepercayaan, sikap, nilai, organisasi dan sebagainya. Jadi kalau aku bilang itu beda pasti ada. Kalau contohnya kayak yang dari Batak misalnya, kayak misalnya Bang Hendra. Kalau ngomong Hendra Harahap tu Batak kan. Kalau ngomong di kelas ya ngomong dengan vokal yang tinggi atau suara yang keras gitu kan. Memang dari bawaan sukunya yang kayak gitu. Beda dengan ibu Lusiana yang lebih mendayudayu, kalau Bu Lusiana kan Melayu, jadi kalau ngomong, walaupun kayak gitu dia tetap tegas, tetap ada perbedaan. 9. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi Komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepala pada saat yang sama. Jawab: Ya, pernah. Contohnya itu kayak Kak Jo. Saat dia ragu-ragu dengan jawaban mahasiswa gitu, dia pasti “mm, mm,” pasti gelengin kepala baru nyatain nggak gitu. Bahkan dia verbalnya belakangan. Dia nunjukin nonverbalnya dulu, atau kadang kalau udah dia iya kan “tapi, tapi,” kepalanya geleng kadang kayak gitu. Selain Kak Jo ada Bu Mazda, pokoknya rata-rata dosen cewek itu pasti pernah melakukan fungsi nonverbal itu. Kayak contohnya Bu Rusni. Bu Rusni walaupun dia bisa dibilang dosen yang tua gitu kan, tapi kalau untuk dengerin orang kalau lagi public speaking di kelas dia, dia pasti anggukin kepala itu. Seolah-olah kayak mana cara dia supaya didengar dia pasti melakukan kayak gitu. Selain itu Pak Suwardi, kalau dia ketawanya udah khas, jadi semua mahasiswa Ilmu Komunikasi udah tau rumus dia “sok” dan ketawanya dia yang khas itu juga. Pak Humaizi juga apalagi. Kalau yang ngajar sambil ketawa dan paling garing itu biasanya Pak Abdi. Dia selalu jelasin apa-apa dengan ketawa. Padahal kita nggak pengen ketawa gitu lo. Padahal yang dibilangnya juga nggak lucu, Komunikasi nonverbal dia nipu. Pak Mukti juga lucu pembahasannya sih, tapi lebih ke sarkas sih kayak nyindir-nyindir gitu, sama kayak Kak Jo. 10. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai Universitas Sumatera Utara membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi) Jawab: Untuk sebagian kayak misalnya Bu Mazda itu kronemik ya kan ketepatan waktu. Kalau misalnya kita ada kode ngeliat jam tangan, Bu Mazda pasti langsung nanya “Eh, kita udah habis ya waktunya?” tapi untuk beberapa dosen harus diingatkan dulu. Kebanyakan dari semuanya harus diingatkan. Kayak misalnya Bu Inon, dia sebenarnya tau waktu udah habis, tapi kadang suka nambahin waktu. “Sebentar lagi ya, ini sikit lagi slidenya.” Jadi dari segi waktu aja mereka udah nggak tepat. Selain Bu Mazda yang mengerti tentang itu Bu Fatma. Bu Fatma kalau dalam segi ketepatan waktu kita sih sedikit kecewa belakangan ini. Kalau pas masuk harusnya masuk jam 12.20 kadang dia masuk jam 1. Dari segi waktu kita kebuang gitu kan. Udah gitu kalau mau keluar kadang kelas selanjutnya itu sampai nungguin di luar itu kan kasian. Kayak kelas Bang Haris mau masuk, udah bejejer semua anak-anak itu. Dan kami udah ingetin “Bu, udah habis waktu,” tapi “Sebentar lagi, sebentar lagi,” kayak gitu. 11. Apakah dosen Komunikasi lebih sering menyembunyikan atau mengekspresikan emosi dan perasaan lewat Komunikasi nonverbal pada saat mereka mengajar?. Contohnya? Jawab: Beberapa iya, contohnya yang menyembunyikan biasanya sih kayak Pak Abdi, karna aku tau kan dia jarang masuk juga kan. Semua mahasiswa juga tau masuknya jam 2 dia datangnya jam setengah 4, jadi sebenarnya dia segan sama kami di kelas gitu, tapi nggak tau gimana cara minta maafnya. Jadi dia nahan-nahan malunya itu dengan senyum gitu, bukan dibilang. Biasanya kalau malukan bilang aja maaf atau apa gitukan, kalau dia jarang. Ya namanya lebih baik terlambat dari pada tidak, kan itu bukan pernyataan verbal yang bagus gitukan padahal dia udah buat salah. Dan yang kedua itu kalau cewek karna aku baru ngambil mata kuliah Bu Fatma dia juga, kalau misalnya dia nggak suka sama kelas dia suka ngerutkan dahi. Tapi kadang dia nggak bilang. Pak Pohan juga kalau dia lagi ngajar itu ekspresinya sering ketahan, jadi dia datar aja. Cuma jelasin mata kuliah aja gitu. Dia dosen ya Universitas Sumatera Utara kalian mahasiswa gitu, nggak ada yang ikatan kayak mana gitu. Kayak mana ya, bosenin lah gitu. Dosen yang sering mengekspresikan emosi itu Bu Mazda. Emosi itukan ada yang sedih, marah, senyum, ketawa. Kalau Bu Mazda dia easy going orangnya. Kalau ngajar itu masuk sama siapa aja karena dia pernah jadi dosen favorit juga, gitu. Jadi kalu dia dalam keadaan gimana ya, dia interaktif, misalnya suasananya menyenangkan ya dia ketawa. Dia nggak disembunyikan. Kemudian Kak Emil. Dia orangnya suka senyum. Terus Bu Dewi juga, dia nggak bisa menyembunyikan perasaanya karena dia suka ngejoke, dia suka di kelas itu ketawa. Gimana ya?, kalau dia lagi kesal sama orang dia buat lucu-lucuan yang buat kita nggak bosan, tapi selain dari situ dia nggak ada nahan marah, dia orangnya blak-blakan sama kayak Bang Hendra, jadi kali dia nggak suka dalam kelas itu, ditunjuk keluar. Kayak Bu Rusni dia juga orangnya blak-blakan itu, Kak Jo juga. Eh, Kak Jo nggak. Kak Jo orangnya dia suka nahan perasaan kadang mungkin karena dia dosen muda kali ya gitu. Cuma senyumnya sedikit tertahan, kebayang sih kayak mana senyumnya, mimik mukanya itu “Anak ini bodoh kali sih,” kayaknya dia mau bilang itu Cuma dia nggak bisa ngeluari takut sakit hati munnggakin mahasiswanya, itu aja. 12. Bagaimana Komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Jawab: Ya jelas cukup baiklah, mereka kalau jaga kesan baik ritmenya terjaga, maksudnya terjaga itu nggak ini lo, beda lo dosen Komunikasi dengan dosen jurusan lain. Kalau dosen jurusan lain kadang kita langsung bisa bedain dosen Komunikasi biasa lebih elegan terus kalau ngomong nampak gitu kalau orang Komunikasi yang ngomong dijaga. Kalau yang nggak baik aku rasa nggak ada sih kalau dalam konteks pendidikan, sudah cukup baiklah. 13. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku Komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi? Universitas Sumatera Utara Jawab: Kalau mengekspresikan kekuasaan di dalam kelas biasanya mereka intonasi suaranya menjadi lebih kuat gitukan, menguasai kelas. Jadi, kalau di kelas ribut, “Bisa diam nggak!.” Menguasainya dengan diam aja justru nggak ada ngomong. Contohnya Kak Emil, itu nggak mau marah. Walaupun ribut, dia cukup diam dan mahasiswa merasa aneh, pasti dia udah bisa menguasai kelas. Kalau untuk kendali biasanya melalui pertanyaan tiba-tiba. Kalau misalnya kayak Bu Fatma atau Bu Inon sering buat kayak gitu. Bu Inon lagi “Kalian jangan ketawa-ketawa ya, nanti saya akan buat kejutan,” nanti tangannya nunjuk-nunjuk itu. Langsung “Kamu apa itu Enpowering,” apa gitu, kayak- kayak gitu. Dengan kayak gitukan kelas jadi waspada, jadi nggak sibuk-sibuk sendiri. Kalau dominasi sama dengan kekuasaan tadi. Dominasikan bagian dari kekuasaan. Kalau dosennya misalnya udah bisa kenal dengan psikologi kelasnya pasti bisa. Kayak Bu Bani dia di kelas itu dengan intonasi suaranya yang cukup tinggi, dia bisa hapal lo muka dari mahasiswanya satu-satu gitu.”Kamu kayaknya saya nggak pernah lihat,” dia udah bisa menguasailah. 14. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau unnggakapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Pernah, contohnya Bu Inon. Kalau misalnya kita mau ke depan, dia cukup menggerakkan tangannya ke kanan lalu mahasiswa itu langsung ke kanan dan dia langsung duduk di tempat mahasiswa yang dia pengen duduk itu. Bu Dewi biasanya hanya dengan menganggukkan kepala menyatakan “Ok”. Kalau Bang Haris itu dia lebih sering dia pake nonverbal “Ok” dengan jempolnya dan anggukan kepala berapa kali. Pokoknya dia lebih banyak gerakan tubuh sih. Kalau isyarat emblim misalnya “Jangan ribut” aku jarang sih nemuin yang kayak gitu. Biasa kalau dosen Komunikasi langsung ini dia langsung ekspresinya beda sendiri. 15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat ilustrator (perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari- Universitas Sumatera Utara harinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Kalau ilustrator aku ngerasa yang cocok itu lebih ke Pak Safrin kali ya. Pak Safrin kalau di kelas dia kadang pernah pengalaman pribadi jadi soksok lah kita ini udah terlambat, jadi masuk dengan pedenya kita, rupanya udah nggak dikasih masuk. Bapak itu langsung bilang “Silahkan keluar!” bukan “Silahkan masuk!” dan tangannya menunjukkan ke arah pintu. Dia bilangnya dengan intonasi verbalnya yang pelan, tapi karakter dia di nonverbal itu kuat dan kita sama-sama malu di pintu. Hehehe Selain itu biasanya yang sering memperanggakan itu kayak Pak Humaizi. Dia itu kalau bisa dibilang Mr. Bean ya Mr. Bean kita ngeliatnya kalau dia ngajar, apa yang dia bicarakan misalnya dia mengilustrasikan atau menggambarkan sebuah mobil dia ya dipraktekkannya kayak mana nyetir mobil, gitu. 16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional, gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Ya pernah lah, sering. Contohnya kayak Bu Fatma. Kalau Bu Fatma itu kalau terlambat masuk ngajar biasa napasnya tergesa-gesa terus dahinya berkerut, bingung gitu. Kayaknya lagi heboh, pening gitu. Biasanya tatapan matanya tajam tapi mencoba melembutkan kata-kata, cuma tatapan matanya itu tajam terus ada untuk sebagian dosen memijat dahi gitu, misalnya kita lagi disuruh nulis atau apa secara nggak langsung menunjukkan nonverbal dia kadang memijat dahinya kayak dalam keadaan pening atau sedang mengartikan sesuatu. Senyum, menganggukkan kepala itu pun juga. Kayak contohnya Pak Mukti, Pak Mukti itu kalau belajar selalu semangat. Tangannya kayak Hitler selalu ke atas, gitu. 17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan Universitas Sumatera Utara sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Ya, aku kalau liatnya lebih ke memantau dan memelihara sih. Kalau memantau itu sering aku suka liat matanya Bu Fatma. Kalau soal memantau dia itu, karna dia pernah praktekkan ke kita satu contoh nonverbal dia menutup mulutnya kemudian matanya ada yang nyipit, ada yang belok, ada yang biasa aja. Kami semua disuruh nebak sebenarnya ekspresi dia itu apa. Secara nggak langsung dia nunjukkan kayak mana dia di kelas ngajar, jadi “Menurut kamu saya lagi apa?” dengan matanya menyipit, “Lagi marah Bu,” dan bener dia lagi marah, jadi sesekali aku kecolongan lah gitungeliat dia pas dia lagi ngajar nggak seneng sama penampilan kelompok x gitu, dia pasti nyipit dan seolah-olah aneh gitu mukanya kayak mau nanya apa gitu ya, tapi karna konteksnya presentasinya masih berlanjut jadi dia suka nahan juga sih. Kalau kayak Pak Suwardi memantau juga tu karna dia bisa tau mana yang fokus mana yang nggak karna aku pernah lihat salah satu senior kita diusir dari kelas gara-gara dia ngomong sama Bang Amir. Itu secara nggak langsung di antara banyak mahasiswa dia tau mana yang ribut. Padahal kalau bisa dibilang ribut ada beberapa nggak hanya yang dua itu aja, munnggakin karna intensitasnya terlalu sering makanya dia disuruh keluar gitu. 18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Kalau aku itu pernah liat, tapi aku dosennya lupa siapa, tapi pernah. Kalau nggak salah antara Bu Inon, Bu Bani atau Bu Dewi gitu. Soalnya gini saat mahasiswa nanya gitukan, jadi dosen tersebut lagi pakai handphone, saat mahasiswa menjawab pertanyaan dia pakai handphone dia menganggukkan kepala tapi dia tetap fokus ke handphonenya seolah-olah dia bilang “Sebentar, saya baca sms dulu.” Yang sering lagi itu aku liat Pak Suwardi. Pernah dia ngajar SKI kalau nggak salah, dia nggak suka itu biasanya ditelpon, cara dia Universitas Sumatera Utara mengendalikan itu dengan mahasiswa itu dia langsung matikan handphonenya dan di nonaktifkan terus dia minta maaf sama kelas. 19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak mata saat mengajar di dalam kelas? Jawab: Sering. 20. Kontak mata seperti apa yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi di dalam kelas? Jawab: Kalau itu seringlah. Contoh ya kayak Pak Iskandar kalau untuk kontak mata dia tidak hanya tertuju pada satu mahasiswa, pindah-pindah jadi dia nggak fokus. Maksudnya semua orang diliatnya biar semua orang konsen sama pelajaran dia. Kalau Pak Safrin aku ngerasa kalau dia itu ngelihat orang yang tertarik untuk ngomong aja sama dia yang aktif. Kalau Bu Rusni, dia jarang berdiri, dia duduk aja. Jadi, orang di depan dialah yang dilihatnya. Kalau Pak Danan secara kontak mata jarang juga. Dia biasanya ngeliat ke belakang atau dia ngeliat ke depan tu. Aku sering bingung sih liat Pak Danan itu. Nanti mahasiswa sebelah kanan kiri dia liatnya itu ke tembok. Kalau Pak Mukti bagi siapapun yang dengerin pasti kontak matanya itu kuat. Kalau Pak Abdi termasuk orang yang basa-basinya kuat, nonverbalnya kuat. Jadi kalau misalnya lagi ngomong sama mahasiswa, kalau misalnya aku gitu agak aktif di kelas pasti dia bakal menuju ke itu aja jarang ke yang lain. Kontak matanya terus ke itu, terus ke itu. Terus kalau Pak Suwardi sama dia kayak Pak Iskandar menguasai semua. Pak Humaizi juga gitu. Pak Pohan jarang, jarang ada kontak mata. Aku ngerasa sih dia pemalu, dia kalau ngajar strech, apa yang di bahan itu aja. Kalau pun dia mau nanya dan nanya ke siapa itu matanya nggak fokus sama ke yang ditanya gitu. Kalau Bang Haris itu nggak usah ditanya. Nonverbalnya dia kuat juga kalau soal kontak mata. Dia suka kadang mandangin mahasiswanya aneh, kayak temannya sendiri. Kalau Pak Amir mungkin aku jarang masuk, dia itu tipe-tipe sama kayak Pak Iskandar sih. Bang Hendra, “Kau, kau,” matanya udah jelas. Udah jelas kontak matanya lumayan kuat. Dan untuk cewek kontak matanya yang kuat itu Bu Fatma dengan Bu Mazda, kalau Bu Dayana nggak, Kak Emil kuat, Kak Jo Universitas Sumatera Utara nggak. Bu Lusi nggak, Bu Bani kuat karena dia bisa hapal mahasiswanya. Bu Dewi nggak terlalu, kalau Bu Inon lumayan kuat sih. 21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Jawab: Biasanya ada netral, ada yang senyum, tergantung mood. Kalau mood mereka lagi baik, baiklah itu. Tapi kalau mood mereka buruk, ya udah. Kadang mau baru masuk langsung keluar. 22. Kapan biasanya mereka menggunakan bentuk ekspresi wajah tersebut? Jawab: Saat berusaha mencerna bahasa mahasiswa. Saat tanya jawab nih sama mahasiswa, pasti ekspresi wajahnya berusaha untuk sok-sok mengerti, nggak sok mengerti sih tapi berusaha untuk mengerti yang dibilang mahasiswa walaupun kadang dia sedikit bingung gitukan. Untuk ekspresi biasanya juga digunakan kalau mereka lagi menceritakan pengalaman hidup mereka, biasa kayak gitu. Contohnya Pak Mukti, dia sering kalau lagi membicarakan pengalaman hidup pakai ekspresi muka yang khas gitu. 23. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Biasanya bentuk emosinya ada yang spontan, tertahan juga ada. Tergantung karakter sih masing-masing dosen. Jadi, kalau kayak spontan itu kayak Bu Dewi, orangnya betul-betul spontan. Kayak Bu Bani gitu. Kalau versi tertahannya itu kayak Bu Lusi. Jadi, kalau dia lagi ngajar kayak misalnya dia mau reaksi, pasti ada waktu untuk berpikir, nggak langsung ngomong, gitu dia. 24. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat pada dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau aku bilang yang emblim itu Bu Inon, affect display itu Bu Mazda sama Kak Emil. Kalau yang versi lainnya ku bilang gesture yang sarkas sih aku bilang, Kak Jo. Kalau yang lain itu selebihnya aku nggak tau dia tergolong kemana, cuma yang lebih sering keliatan gesture itu Bang Haris karena dia juga bisa stand up comedy. Universitas Sumatera Utara 25. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy? Jawab: Kalau ectomorphy itu Bu Fatma, Bu Dayana, Kak Jo, Kak Emil, Bu Lusi, Bu Inon, terus Pak Humaizi. Kalau yang mesomorphy itu Bu Rusni, Bang Hendra, Pak Pohan, Pak Mukti, Bang Haris dan Pak Suwardi. Kalau yang endomorphy itu Bu Mazda, Pak Abdi, Pak Iskandar jelas, Pak Safrin, Bu Nurbani, Pak Danan, Pak Amir, Bu Dewi. 26. Bagaimana Komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi dengan mahasiswa di luar kelas? Jawab: Itu masalah kedekatankan?. Kalau aku sih ngebaginya kalau yang pertama itu yang pribadi ya, contohnya kayak dia mau keliling kelas. Contohnya Bu Fatma, Bu Mazda, Bang Haris, Bang Hendra, Pak Abdi, itu yang mau bangkit dari kursinya. Kalau yang sosial aku ngelompokkannya ke yang berdiri. Kalau yang berdiri itu Pak Syafruddin, Pak Humaizi, Kak Emil, Bu Inon, Pak Suwardi, Bu Dayana. Kalau yang umum aku rasa yang duduk di kursi aja itu Pak Iskandar, Bu Rusni, Kak Jo, Bu Dewi, Pak Safrin, Bu Lusi, Bu Nurbani, Pak Danan, Pak Amir dan Pak Mukti, dia jarang mau jalan duduk aja. 27. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur, konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi Komunikasi ruang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan negatif. Kalau faktor yang mempengaruhi ruang yang pertama itukan masalah yang dibahas, misalnya di luar dari konteks mata kuliah misalnya dia kasih contoh pengalaman hidupnya itu bisa menentukan ruang kedekatan, dia bisa langsung contohin ke mahasiswa dekat gitu, langsung nyentuh mahasiswa. Kalau usia dan jenis kelamin juga. Biasanya usia dan jenis kelamin misalnya kayak segi usia dulu ya kalau orang tua malas jalan kecuali kalau memang orangnya karakternya memang ceria kayak Bu Mazda. Kalau usia kayak Bu Rusni itu nggak lah, jarang. Dia udah ngasih ruang yang kayak mana ya usia Universitas Sumatera Utara kita udah beda lo, cara pandang juga udah beda. Kalau jenis kelamin aku bilang relatif nggak terlalu juga mempengaruhi karna biasanya yang aktif dekat ke mahasiswa itu perempuan. Kalau evaluasi positif dan negatif, jadi kalau mereka lagi evaluasi ke mahasiswa biasanya dengan jarak yang intim kadang, dekat gitu. 28. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bu Bani pasti dengan suaranya yang kayak gitu. Terus kayak Bang Is, Bang Is itu suaranya besar. Kalau Pak Humaizi juga, selain itu Bu Inon. Bu Inon dengan suaranya yang mendayu-dayu dan bahasanya ntah apa-apa kadang bingung juga sih, slidenya memang bahasa inggris, tapi kayak mana ya kita rasional aja gitu, kalau kita nggak bisa bahasa Inggris yang cantik ya nggak usah, gitu. Jadi kadang tinggi rendahnya dia aku nggak tau dia itu bahasa melayu apa Indonesia. Kalau Bu Lusi ya jelas, dia penekanan suaranya tajam walaupun dengan logat yang mendayu. 29. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika berbicara seperti biasa? Jawab: Bang Hendra kalau volume iya, bisa dibilang dia lumayan keras. Tapi jarang sih, dia tergantung mood juga tu, kalau dia di kelas lagi nggak mood ya “Kau, kau, kau, kau,” gitu aja. Tapi kalau lagi mood kali ngajar “Kau la yang maju,” gitu. Langsung yang blak-blakan aja. Pak Suwardi juga sih, dia lucu. Selain itu Pak Amir. Pak Amir lumayan berat suaranya. Dan gitu dia orangnya tepat waktu kali, nggak boleh terlambat. Kalau dari volume lagi, yang lembut kali suaranya itu Bu Dayana. Aku nggak dengar kalau dia lagi ngomong. Kadang dengan kelas yang crowded dan suara dia yang kayak gitu nggak mencukupi gitu. Kalau Bu Rusni, Bu Rusni aku sadarlah faktor usia juga. Jadi mungkin apa yang dia bilang jadi kayak repetan nenek-nenek. Bukan repetan nenek-nenek, kayak mana ya?, mungkin karna faktor usia Universitas Sumatera Utara juga. Jadi kalau ngomong ngeyel, cerewet gitu. Kayak kita dimarahi mamak di rumah ya kayak gitulah. Ya kita cuma bisa maklum ajalah. Bu Dewi udah jelas lah ya, Bu Dewi itu kalau dari suara sama kayak Bu Rusni tadi tapi lebih lancar lagi intonasinya Bu Dewi. Kalau Pak Abdi batak kali. Suaranya itukan serak-serak basah dengan mukanya yang agak memerah-merah gimana gitu, itu Karo kali lah, ku rasa memang faktor budaya yang mempengaruhi. Yang lembut selain Bu Dayana itu Kak Emil. Orangnya karena masih muda kali ya jadi masuk sama siapa aja. Dia ngomongnya lembut, kan senang kita kalau dilayani sama dosen yang kayak gitu. Kak Yovita, Kak Jo itu bisa dibilang jaraknya dekat sih sama mahasiswa, jadi volumenya kadang dia bisa dibilang lembut ya lembut tapi bisa dibilang tegas juga. 30. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Beberapa kita dapatin, seperti yang tadi aku bilang Bu Dewi, kecepatan suara Bu Dewi itu susah kita ikuti. Yang lain lagi itu Bu Bani, tapi rata-rata kecepatannya suaranya masih terkontrol. Kalau yang laki-laki standarlah, rata-rata maskulin. Kalau dosen cowok yang paling cerewet itu Pak Mukti lah. 31. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kualitas suara bagus. Yang pentingkan inti dari pelajaran itu nyampe. Mau suara dia kayak manapun aku fine-fine aja sih, baguslah. 32. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan Komunikasi nonverbal “diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas? Jawab: Biasanya saat kelas ribut. Biasanya kalau lagi presentasi, kalau dia lagi pengen jelasin sesuatu atau lagi pengen nulis, biasanya lagi kayak gitu dia sering ngeluarin nonverbal diam. Dosen yang sering melakukan itu Bu Fatma. Sistem belajar ibu itukan penuh dengan kerja kelompok atau presentasi, jadi cukup taruh telunjuknya di Universitas Sumatera Utara mulut. Tapi mahasiswa jarang juga yang langsung nangkap karna nggak semua fokus ke ibu. Yang lain paling Pak Suwardi lah. 33. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang, cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau itu banyak. Nomor satunya itu Bu Inon. Bu Inon itu dia mau keliatan berkelas, jadi setiap dia masuk atribut atau pakaian yang dia pakai dari atas ke bawah itu selalu matching. Warna jilbab sama baju itu pasti matching. Udah gitu gaya jilbabnya itu bukan gaya jilbab orang-orang Medan. Dia itu gaya jilbabnya jilbab Malaysia sih kalau aku bilang. Dengan yang runcing ke atas gitu, biasanya dia pakai manik-manik gitukan karna mungkin dia punya rias pengantin berpengaruh juga sama gaya dia. Terus kalau dari segi baju sih sopan dia karna bajunya nggak terlalu begitu ketat gitu dan menutup dada. Kalau yang lain kayak Bu Mazda dias sering pakai baju yang etnik-etnik, pakai baju batik kadang pakai rok. Kalau Bu Fatma itu tergantung mood dia. Kalau lagi baik-baiknya warnanya bagus kali kita liat, jilbabnya rapi. Kalau nggak, kadang dadanya juga nampak. Diakan sering kalau pakai jilbabkan ke belakang tuh, nanti jilbabnya tu naik kali ke leher. Nggak sadar dia dadanya udah nampak aja gitu. Dia juga sering pakai manset sama kayak Bu Bani. Kalau Bu Bani juga pakai kacamata. Kalau pakai jilbab itu jarang yang digaya-gayain, biasanya langsung diikat ke belakang aja. Roknya pun biasanya agak kembang-kembang gitukan. Aku pikir stylish sih. Dia itu sering pakai rok jarang pakai celana. Yang cowok Pak Mukti, dia itu sering nggak sadar kalau dia sering pakai topi ke dalam kelas. Nggak tau mungkin karna dia botak. Pak Pohan juga pakai topi, tapi aku pernah pergokin dia nggak pakai topi tapi dalam konteks nggak ngajar. Kalau Bu Dewi tasnya pasti selalu besar. Dia kalau bawa tas itu kalau bajunya merah tasnya juga merah. Kalau Bu Lusiana nampak orang Melayu Malaysianya mungkin karna dia udah lama di sana kali. Kalau pakai jilbab ininya rata dengan dahi gitu, tapi ketutupan dadalah. Bajunya baju-baju sari, baju kain gitu. Kak Emil juga rapi, dia jilbabnya pasti yang sebelah aja yang diikat yang Universitas Sumatera Utara satu lagi diturunkannya. Dan bibirnya itu merona, dia sering pakai lipstik yang senada dengan warna jilbabnya. Biasanya warna orange, jarang pakai yang warna merah merona. Yang merah merona biasanya Bu Inon. Kalau cowok Pak Suwardi. Dia itu mobilnya warna merah, aku udah tanda. Pernah soalnya aku kejar-kejaran sama Pak Suwardi karna sama Pak Suwardi itukan kita nggak bisa telat. Jadi aku udah tanda mobilnya. Dia masuk jam 8 jadi kalau dia udah di tembok aku juga harus udah di tembok. Dan dari situ kita bisa taukan kalau itu mobilnya Pak Suwardi. Kalau Pak Humaizi rapi orangnya. Kalau dia masih muda, yaaa bisalah. Kalau Bu Rusni aku bilang dia juga rapi, wangi juga. Jadi jarang dia dalam keadaan berkeringat. Dia nggak mau ngajar kalau dalam keadaan berkeringat. Rapi, wangi, duduk, bercerita ya kayak gitulah. Kalau Kak Jo fashionable lah ku bilang. Baju-baju dia anak-anak muda gitulah. Banyak juga mahasiswa yang naksir sama dia sih. Kalau Pak Safrin aku bilang dia rapi, wangi juga. Tapi aku jarang liat Pak Safrin bawa mobil, dia bawa motor biasanya kayak anaknya. Kalau Bang Hendra dia kalau ngajar dia suka lupa, pakai sendal. Dia juga pakai kemeja nggak dimasukin ke dalam tapi dikeluarkan, kesannya preman banget. Pak Mukti dia pakai topi terus Pak Abdi kadang celananya suka melorot, kadang dia suka naikin-naikin celananya, tapi dia nggak sadar kadang depan mahasiswa kayak gitu. Kalau Bang Haris dia selalu bawa tas tentaranya, kemana-mana pasti dia selalu bawa tas tentaranya. Aku juga nggak tau sih isinya apa, tapi berat kali serius mungkin lebih berat dari berat badanku. Dari situlah aku tanda kalau yang pakai tas itu Bang Haris. Pak Is kalau nggak salah mobil dia Innova warna hitam karena aku punya pengalaman dengan temanku waktu itu. Berusaha untuk menandai Pak Iskandar itu sulit hampir sama dengan dosen jrurusan lain, jadi aku nandain oh ada mobilnya gitu. 34. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Warna hitam 35. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Aku bilang kalau warna spesifik nggak ada. Tapi kalau gaya ada. Biasanya mereka yang cewek-cewek pakai batik. Kalau yang cowok-cowok Universitas Sumatera Utara pakai kemeja dan warnanya netral kayak abu-abu, putih kayak gitu. Jarang warna-warna yang ijo, merah kayak gitu. 36. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu dalam proses belajar mengajar? Jawab: Kalau yang tepat itu satu Pak Safrin, Pak Anir terus Pak Humaizi, Pak Suwardi terus Ibu Mazda, Ibu Jo, Bu Bani itu aja yang tepat waktu. Selebihnya kadang suka molor dan yang paling parah itu Pak Abdi. Dan pernah pengalamanku waktu itu masuk jam 2 dan dia datang jam setengah 4. Kebetulan aku malas beranjak dari kelas dan di kelas itu tinggal lima orang ya dia tetap ngajar. Nggak ada ngerasa malu dan dia ngomong kalau “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.” Kalau yang lain kayak Bu Fatma. Akau nggak tau sih kenapa dia kayak gitu. Soalnya pas ujian kemaren itu jadi nggak ujian. Ibu nggak tepat waktu, mungkin karna repot ya tapi nggak tau juga. Bu Inon lagi, itu dia kadang kita udah tepat waktu dianya nggak tepat waktu, kadang mau 1 jam. Tibanya kami nggak tepat waktu dia datang duluan, kadang dia sendiri kan kayak gitu bingung kita. Terus mau gantikan hari itu suka nggak tegas. Jadi, mahasiswa suka bingungkan, kadang mahasiswanya dikuasai kelas bukan dia yang nguasai kelas. Kak Jo juga nggak boleh telat lebih dari 15 menit. Kayak Kak Emil, Kak Jo, Bang Haris ada batas waktu 15 menit nggak boleh masuk lagi. 37. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Aku nggak hapal bau-bauan sih, tapi yang wangi itu Bu Mazda, Bu Rusni, Bu Fatma, Kak Jo, Kak Emil. Kalau yang cowok itu Pak Humaizi pasti wangi. 38. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas? Jawab: Pernah. 39. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan? Jawab: Kalau sentuhan itu kayak misalnya dia lagi nyuruh gitu atau dia mempraktekkan sesuatu. Contohnya kayak di mata kuliah fotografi misalnya, mau nggak maukan cara mengajarkan bidik kamera harus disentuh. Terus kayak sentuhan yang lain Bu Mazda sering. Kalau dia ngajar pasti nyentuh Universitas Sumatera Utara mahasiswanya. Maksudnya sentuhannya itu kayak misalnya si mahasiswa ini lebih pede. Biasanya bagian yang disentuh itu bahu, ujung jari kayak gitu. Selain itu Bang Hendra juga kadang mau ditepuknya bahu kita. Aku juga pernah liat dia sama Nina pas lagi bimbingan, mungkin Bang Hendra suka liat Nina yang pendiam, jadi dia suka elus-elus kepala. INFORMAN 4 (CNC) Tanggal Wawancara: 24 Februari 2014 1. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Gaul, modis, pintar, berwibawa, ganteng, cantik sama kagum ngeliatnya. 2. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan komunikasi nonverbal? Jawab: Banyak sih yang kadang mereka isyaratkan dari cara berpakaian dari cara melihat dari cara mereka berinteraksi dengan mahasiswa-mahasiswanya, jadi kita juga bisa belajar tentang apa komunikasi nonverbal dari cara mereka. 3. Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Bu Bani, Pak Humaizi. Pada dasarnya sih sebenarnya kalau dalam kehidupan sehari-hari memang nggak terlalu kelihatan cuma kalau di kelas adalah beberapa dari cara mereka memandang mahasiswa kalau misalnya tatapan mereka tajam berarti itu lagi marah. Kayak Bu Bani, Bu Fatma kalau tatapannya itu tajam berarti memang pengen kelasnya itu tenang. Kalau dosen lain hampir sama sih seperti itu. 4. Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Perempuan. 5. Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus? Universitas Sumatera Utara Jawab: Kalau ngajar kayak saya tadi bilang lebih ke cara mereka menatap mahasiswa-mahasiswanya, lalu dari cara mereka berpakaian juga. Sejauh ini dosen-dosen yang saya lihat rapi kecuali ada satu sih Bang Hendra. 6. Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan komunikasi nonverbal di kampus? Jawab: Kalau Bu Fatma dia mampu menguasai kelas, body language nunjukin kalau moodnya itu lagi bagus atau nggak dari dia berpakain juga menunjukkan kalau dia itu orangnya simple nggak terlalu banyak aneh-aneh lah gitu. Bu Mazda cukup interaktif dari cara tangan dia bergerak, jalan-jalan di kelas dan jarang buat duduk sambil ngajar. Dari cara dia berpakaian juga sejauh ini menunjukkan sisi keibuannya selain dia sebagai dosen. Bu Dayana sejauh ini saya nggak pernah masuk dengan Bu Dayana, tapi saya cukup tau karna dia sekretaris jurusan orangnya cukup lembut dan komunikasi nonverbalnya dalam kehidupan sehari-hari di kampus ketika berpapasan dia cukup mau memberikan senyum kepada mahasiswanya. Meskipun hanya senyum tapi dia sudah menghargai mahasiswanya yang menegur dia juga. Kak Emil pembawaannya di kelas itu lembut, murah senyum, kecil, mungil dan model jilbabnya semenjak saya kenal sampai sekarang tetap kayak gitu, suka pakai baju batik. Komunikasi nonverbal yang sering dia tampilkan itu ya itu dia murah senyum gitu. Kak Jo itu modis dari segi berpakaian, up to date, murah ketawa tapi kalau dia lagi ngajar serius. Bu Bani cara dia memandang matanya itu menyorotkan dia suka atau tidak sama seseorang itu kelihatan, ceplas ceplos, cara dia berpakaian dia juga biasanya senada dari atas sampai bawah. Dia sering pakai baju hitam, pakai jam tangan, pakai kacamata terus kalau misalnya dia diam dan tekanan suaranya tinggi dia itu memang moodnya lagi kurang terus orangnya cukup tepat waktu, wangi dan dia suka pakai warna-warna yang gelap kayak hitam, itu sih. Bu Dewi bagus, Bu Inon lumayan, Bang Hendra lumayan, Pak Amir lumayan, Bang Haris lumayan, Pak Pohan terkadang terkesan kaku, kemampuan komunikasi nonverbalnya kurang, Pak Humaizi cukup, Pak Suwardi cukup, Pak Abdi cukup, Pak Mukti Universitas Sumatera Utara kurang, Pak Danan cukup, Bu Rusni cukup, Pak Safrin lumayan, Pak Iskandar luamayan. 7. Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya? Jawab: Kalau Bu Fatma di kelas ya sesuai. Selama ini saya lihat nggak ada yang aneh dan beda gitu, Bu Mazda sesuai, Bu Dayana sesuai. Rata-rata semua dosen sudah sesuai. 8. Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi? Jawab: Nggak ada sih, sama aja. 9. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepala pada saat yang sama. Jawab: Kalau Bu Fatma pernah. Misalnya kalau dia manggil mahasiswa ke depan ya tangannya main juga. Kalau sambil menjelaskan dan kalau lagi ngomong tangannya ikut main juga untuk menegaskan apa yang dikatakannya. Kalau Bu Mazda bilang “iya” itu sambil mengangguk. Terkadang dia seperti menurunkan sedikit kacamatanya. Bu Dayana kalau di kelas nggak tau kalau berpapasan kalau kita senyum ya dia juga senyum. Kak Emil kalau ngomong “iya” senyum juga, itu sih yang saya ingat. Kak Jo dia orangnya lebih eksprsesif. Kalau tertawa ya dia tertawa sambil menutup mulutnya. Kalau dia ngomong “iya iya bener-bener” tangannya itu sambil digerakin juga. Bu Lusy kurang ingat, Bu Bani kalau ngomong “iya” sambil mengangguk, dan dia sering ngomong “nah” badannya itu sambil goyang juga. Bu Dewi kalau ngomong sesuatu yang kurang berkenan kepalanya itu ikut goyang-goyang gitu. Bu Inon itu kalau juga kalau ngomong “iya” sambil mengangguk dan ngomong “tidak” sambil geleng pernah saya lihat. Bang Hendra dia juga sama kalau ngomong “iya” sambil mengangguk dan ngomong “tidak” sambil geleng. Pak Amir kurang ingat, Bang Haris juga seperti itu, tapi dia lebih sering bilang “iya” sambil ngangguk dari pada bilang “nggak” sambil geleng. Pak Pohan hampir sama kayak Bang Haris, Pak Universitas Sumatera Utara Humaizi sering ngangguk kalau lagi ngomong “Sara, sara, sara”. Pak Suwardi biasanya kalau ada yang lucu dibarengi sambil ketawa sambil nganggukngangguk. Pak Abdi kalau ngomong “iya” ya sambil ngangguk dan tangannya itu ikut memperkuat “iya” nya itu. Pak Mukti kurang tau, Pak Danan itu suka kalau misalnya dia udah selesai jelasin dia suka menaikkan atau menurunkan kacamatanya. Bu Rusni lupa, kalau Pak Safrin sama Pak Iskandar sama kalau ngomong “iya” sambil ngangguk. 10. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi) Jawab: Kalau Bu Fatma saya nggak ingat. Bu Mazda iya, Kak Jo iya, Hampir rata-rata ngerti dan bahkan mereka lebih cepat keluar. 11. Apakah dosen komunikasi lebih sering menyembunyikan atau mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat mereka mengajar?. Contohnya? Jawab: Bu Fatma kayaknya lebih sering menyembunyikan komunikasi nonverbalnya. Dia sering kelihatan senyum daripada mukanya yang datar. Bu Mazda menyembunyikan, Bu Dayana saya kurang tau, Kak Emil menyembunyikan, Kak Jo menyembunyikan, Bu Lusy menyembunyikan, Bu Bani lebih mengekspresikan, to the point orangnya. Bu Dewi mengekspresikan, Bu Inon mengekspresikan, Bang Hendra menyembunyikan, Pak Amir menyembunyikan, Bang Haris menyembunyikan, Pak Pohan menyembunyikan. Pak Humaizi mengekspresikan, Pak Suwardi mengekspresikan, Pak Abdi menyembunyikan, Pak Mukti saya kurang tau, Pak Danan itu mengekspresikan, Bu Rusni mengekspresikan, Pak Safrin mengekspresikan, Pak Iskandar menyembunyikan 12. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Universitas Sumatera Utara Jawab: Bu Fatma Baik, dia ramah dengan semua mahasiswanya. Ketemu dimanapun dia kalau mahasiswanya menegur, dia pasti senyum. Rata-rata cara mereka menciptakan kesan baik itu dengan senyum. Tapi ada juga dengan komunikasi nonverbalnya itu dia jadi terkesan buruk di depan mahasiswanya. Kayak misalnya Bang Hendra, dia itu ceplas-ceplos aja dan dia nggak mikirin apa yang ditampilkannya itu ditafsirkan lain oleh mahasiswanya. 13. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi? Jawab: Kalau Bu Fatma biasanya dia berdiri kemudian jalan, jadi dia itu terlihat menjadi pusat perhatian yang kita lihat gitu. Bu Mazda sering jalanjalan di kelas, Bu Dayana saya kurang tau, Kak Emil berdiri di meja, Bu Lusi juga berdiri di meja, Bu Bani duduk tapi suarnya itu mendominasi kelas, Kak Jo duduk di kelas tapi dia interaktif dengan mahasiswanya, Bu Dewi duduk tapi suaranya mendominasi, Bu Inon lebih banyak berdiri mungkin karna badannya kecil, Bang Hendra berdiri dan jalan ke sana kemari, Pak Amir berdiri, Bang Haris itu duduk di atas meja dan membuat suasanya itu santai tapi dialah jadi pusat perhatiannya, Pak Pohan biasa berdiri, Pak Humaizi duduk di meja, Pak Suwardi berdiri di depan meja, Pak Abdi jalan-jalan, Pak Mukti saya kurang tau, Pak Danan berdiri di belakang meja, Bu Rusni duduk tapi suaranya mendominasi, Pak Safrin banyak duduk tapi suara mendominasi Pak Iskandar dari suaranya mendominasi kelas 14. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Kalau Bu Fatma menyatakan “iya” pasti dia mengangguk. Dan kalau biasanya dia bilang “iya” itu dibarengi dengan senyum dan berarti dia suka. Bu Mazda kalau tertarik akan sesuatu dia lebih menyipitkan matanya terus kalau sambil nangguk terus posisi badannya agak membungkuk, Bu Dayana kalau mengatakan “Ok” dia ngangguk-ngangguk. Kak Emil sambil senyum Universitas Sumatera Utara “Oh gitu ya, mmm” sambil ngangguk-ngangguk juga. Kak Jo senyumnya terbuka lebar dan kalau ketawa terbuka lebar sambil ngomong “Oh iya iya, hahaha”. Bu Lusi kurang ingat, Bu Bani kurang memaritiin, Bu Dewi suka ngomong sesuatu yang melece dan bibir sama kepalanya itu ikut goyang. Bu Inon sering ngomong “iya” sambil angguk kepala, Bang Hendra kalau ngomong “Sini dulu kau!” itu tangannya juga ikut main. Pak Amir kurang tau, Bang Haris itu lebih ke gesture tubuhnya, kalau ngomong “kemari” tangannya ikut bermain, Pak Pohan biasanya kurang, Pak Humaizi kurang, Pak Suwardi juga kurang, Pak Abdi biasanya bilang “iya” sambil ngangguk tapi sambil senyum juga, Pak Mukti kurang tau, Pak Danan kurang tau, Bu Rusni pernah ngomong “Eh jangan dulu ribut kalian”. Pak Safrin kurang tau, Pak Iskandar kalau ngomong tangannya juga ikut main. 15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat ilustrator (perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Kalau Bu Fatma saya kurang ingat. 16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional, gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Saya pernah liat Bu Fatma kalau dia lagi ada masalah dalam satu hari itu dia nggak ada senyum di kelas dan kesan wajah marahnya itu terlihat karna yang baisa saya lihat Bu Fatma itu orangnya suka senyum. Bu Mazda kurang mengekspresikan, Bu Dayana kurang mengekspresikan, Kak Emil lebih sering senyum, ketawa sambil jelasin mata kuliah itu dia mau, Kak Jo mau ngajar atau tidak kalau ada yang lucu dia tertawa lepas gitu. Bu Lusi kurang ingat, Bu Bani ya kalau ada yang lucu dia ketawa , Bu Dewi kalau lagi marah kelihatan bahkan untuk senyum aja dia malas. Bu Inon kalau misalnya Universitas Sumatera Utara yang dipresentasikan mahasiswanya bagus dia suka ngomong “Good” sambil jempolnya diangkat. Bang Suwardi kalau lagi nggak mood kelihatan dan kalau lagi lucu ya dia tertawa lepas. Pak Humaizi kalau marah kelihatan wajahnya memerah dan cara dia memandang mahasiswanya udah kayak nggak bersahabat dan untuk senyum juga malas. Kalau lagi gembira dia suka ketawa. Pak Safrin juga kelihatan kalau lagi nggak mood dia kelihatan malas dan pengen cepat keluar. Pak Iskandar jarang mengekspresikan emosinya. 17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Bisanya Bu Fatma itu mendengarkan dulu apa yang disampaikan oleh mahasiswanya baru nanti dia seperti mengangguk “iya” baru dia menjelaskan. Kalau Pak Safrin mau dia memotong pembicaraan, jadi dia menjelaskan sehingga dia terkesan mendominasi. Dia juga tipe pemantau dan tegas. Pak Suwardi juga tipe pemantau. Jadi dia tau siapa yang ribut dan biasanya langsung disuruh keluar. Pak Humaizi juga gitu, bahkan dia mau memberhentikan mata kuliah ketika kelas itu nggak kondusif. Bu Rusni nggak, Pak Danan juga nggak, Pak Abdi didengar dulu mahasiswanya ngomong apa baru dia ngomong. Kalau Pak Abdi juga tipe pemantau karna kemaren itu pernah kelas dia orangnya sedikit jadi dia memantau mahasiswanya satu persatu. Bang Hendra juga kayak gitu, Bu Inon juga mendengarkan dulu apa yang dibilang sama mahasiswanya, Bu Dewi saya kurang tau, Bu Bani juga kadang mau sih jika menurut dia pada saat presentasi itu harus disampaikannya dipotongnya kemudian dia menyampaikan. Kak Jo setelah presentasi, Bu Mazda juga setelah presentasi baru ngomong. Bu Mazda juga tipe pemantau. Selebihnya sama semua. 18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan Universitas Sumatera Utara dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Bu Fatma seingat saya nggak pernah. Bang Hendra itu sering saya lihat menggaruk kepala atau memegang rambutnya. Bu Lusi juga kadang mau kipas-kipas di kelas. Pak Abdi biasanya sering memasang dan melepas kacamatanya. Bu Dewi kadang kalau ada yang mau dibaca dia pakai kacamata dan dilepas kalau udah selesai. Pak Danan juga suka memperbaiki kacamatanya. Kalau mau baca dia pasti selalu menaikkan gagang kacamatanya. Pak Pohan juga kalau dia mau menulis dia itu kayak agak menekuk kepalanya. 19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak mata saat mengajar di dalam kelas? Jawab: Kalau dalam kelas Bu Fatma iya melakukan kontak mata. Biasanya kalau dia berbicara dengan murid yang lagi menyampaikan pendapatnya pasti dia berkontak mata langsung. Di luar kelas saya juga pernah melakukan kontak mata dengan Bu Fatma. Sejauh ini kontak mata Bu Fatma nggak terlalu kuat. Rata-rata dosennya memiliki kontak mata yang biasa aja nggak terlalu kuat. 20. Kapan biasanya dosen Ilmu Komunikasi melakukan kontak mata di dalam kelas? Jawab: Pernah sih pas saya wawancara beasiswa jadi saya berkontak mata langsung dengan Bu Fatma dan antara saya dan Bu Fatma sedang membicarakan hal yang serius di situlah terjadi kontak mata. Kalau di dalam kelas ketika berbicara dengan seorang mahasiswa yang menyampaikan pendapatnya Bu Fatma melakukan kontak mata dengan mahasiswa itu dan Bu Fatma itu tipe orang yang mau mendengarkan dan selama mahasiswa itu berbicara Bu Fatma selalu menatap dan dia tidak pernah mengalihkan pandangannya ke yang lain-lain dan di situlah terjadi kontak mata. 21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Universitas Sumatera Utara Jawab: Bu Fatma itu ceria, senyum, ekspresi datar juga pernah kalau tidak ada yang dibicarakan. Kalau dia lagi marah biasanya dia nggak pernah senyum kalau di kelas. Rata-rata dosen komunikasi itu ekspresi wajahnya senyum. Kadang kalau melihat langsung tunduk terus langsung nulis. Bu Mazda itu sering menyipitkan mata kayak ingin tau. Pak Humaizi sering mengerutkan kening. 22. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Emosi yang sering ditunjukkan Bu Fatma itu sih emosi positif ya. Mahasiswanya juga kalau lihat dia itu jadi segan dan mau belajar gitu. Ratarata kalau mood mereka baik ya mereka senyum dan megekspresikan senang. Bu Mazda itu nggak pernah memperlihatkan ekspresi yang tidak enak di kelas. Dia selalu berusaha untuk tetap tersenyum kalau lagi ngajar di kelas. Kak Jo juga nggak pernah bawa ekpresi sedih atau kesal ke dalam kelas, Bang Haris juga nggak pernah bawa emosi sedih ke dalam kelas. 23. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat pada dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bu Fatma 50-50 sih antara berdiri sama duduk. Kalau dia lagi menjelaskan tubuhnya ya bergerak gitu, matanya juga bergerak dan tangannya juga nggak lepas bergerak untuk menegaskan apa yang dia sampaikan. Bu Mazda gerak-gerakan tangan sambil ngomong, jalan-jalan di kelas, kepalanya juga suka goyang-goyang kalau lagi ngomong, Bu Dayana aku kurang tau, Kak Emil dia duduk sambil megang mic. Kak Jo gesturenya mau kadang sambil megang-megang handphone sambil ngomong. Bu Inon dia mau ke sana kemari sambil ngomong bahasa inggrisnya itu, Bang Hendra suka jalan kesana kemari dan kalau ngomong tangannya juga ikut gerak. Pak Amir kurang tau, Bang Haris lebih sering duduk di atas meja sambil menjelaskan, Pak Pohan tangannya gerak tapi tangan yang satu aja karna yang satunya pegang mic. Pak Humaizi dengan laptopnya, Pak Suwardi dia berdiri lurus aja, jarang terlihat gesturenya, Pak Abdi dia suka jalan-jalan sambil nanya satu-satu, Pak Mukti kurang tau, Pak Danan biasanya duduk aja kadang sesekali mau nulis di papan tulis. Bu Rusni duduk aja sambil Universitas Sumatera Utara ngedengerin presentasi setelah itu dia komentari, Pak Safrin duduk tapi sesekali dia nulis juga. Dan kadang kalau dia nggak suka sama mahasiswa dia langsung nunjuk. Pak Iskandar duduk dan tangannya digerak-gerakin. 24. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy? Jawab: Bu Fatma ectomorphy, Bu Mazda endomorphy, Bu Dayana ectomorphy, Kak Emil ectomorphy, Kak Jo endomorphy, Bu Lusi endomorphy, Bu Bani endomorphy, Bu Inon endomorphy, Bu Dewi endomorphy, Bang Hendra ectomorphy, Pak Amir endomorphy, Bang Haris mesomorphy, Pak Pohan ectomorphy, Pak Humaizi ectomorphy, Pak Suwardi ectomorphy, Pak Abdi endomorphy, Pak Mukti ectomorphy, Bu Danan endomorphy, Bu Rusni ectomorphy, Pak Safrin endomorphy, Pak Iskandar endomorphy. 25. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi dengan mahasiswa di luar kelas? Jawab: Kalau Bu Fatma itu jarak pribadi. Kalau lagi ngajar di kelas rata-rata jarak yang digunakan jarak pribadi. Tapi kalau di luar kelas lebih menggunakan jarak sosial. 26. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur, konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi ruang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau Bu Fatma menurut saya tergantung masalah yang dibahas. Kalau menurut Ibu itu masalah yang dibahas cukup menarik Ibu itu bakalan dekat dengan mahasiswanya, tetapi kalau dia rasa biasa dia mungkin hanya berdiri di dekat mejanya. Tergantung masalah yang dibahas, jenis kelamin mahasiswa juga. Kalau dosen cowok lebih menjaga jarak dengan mahasiswa perempuan. 27. Wilayah merupakan salah satu bagian dari komunikasi ruang. Menurut Anda dimana wilayah atau seperti apa wilayah yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas? Universitas Sumatera Utara Jawab: Kalau Bu Fatma 50-50 antara dia duduk dan berdiri. Kalaupun dia berjalan itu tidak terlalu jauh dari posisi meja. 28. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Nada Bu Fatma sih datar tapi dibarengi dengan senyum. Ntah kenapa kalau ingat Bu Fatma itu pasti saya ingat senyumnya. Bu Mazda datar ke lembut, Bu Dayana lembut, Kak Emil lembut, Kak Jo nadanya lebih tinggi, Bu Lusi biasa, Bu Bani kuat dia lebih menguasai kelas, Bu Inon suaranya kecil tapi cukup menguasai kelas, Bu Dewi tinggi, Bang Hendra kuat, Pak Amir lumayan kuat, Bang Haris tinggi, Pak Humaizi sedang, Pak Suwardi sedang, Pak Abdi sedang, Pak Mukti cepat, Pak Danan sedang, Bu Rusni tinggi, Pak Safrin tinggi, Pak Iskandar tinggi. 29. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika berbicara seperti biasa? Jawab: Selama Bu Fatma tidak marah suaranya itu datar menuju ke lembut, kelihatanlah sisi keibuannya. Kalau suaranya tinggi pasti volumenya keras, Kak Emil sama Bu Dayana. 30. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bu Fatma kalau ngomong sih nggak terlalu cepat. Bu Mazda lambat, Bu Dayana lambat, Kak Emil lambat, Kak Jo cepat, Bu Lusi cepat, Bu Bani cepat, Bu Inon cepat, Bu Dewi cepat, Bang Hendra cepat, Pak Amir lambat, Bang Haris cepat, Pak Pohan cepat, Pak Humaizi lambat, Pak Suwardi cepat, Pak Abdi lambat, Pak Mukti cepat, Pak Danan lambat, Bu Rusni cepat, Pak Safrin cepat, Pak Iskandar cepat. 31. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu Komunikasi? Universitas Sumatera Utara Jawab: Kualitas suara Bu Fatma baguslah kalau untuk ngomong di dalam kelas. Rata-rata kualitas suara dosen Ilmu Komunikasi lumayan bagus. Suara mereka cukup enak untuk didengar dan tidak membosankan. 32. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal “diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas? Jawab: Bu Fatma biasanya kalau lagi presentasi mahasiswanya dia diam. Kalau lagi marah dia juga lebih diam atau moodnya lagi nggak bagus biasanya dia diam. Biasanya dosen Komunikasi rata-rata diam pada saat mahasiswa presentasi atau mahasiswanya lagi nanya. Kalau lagi marah nggak ada yang diam sih, biasanya mereka ngomong. Setelah ngomong baru keluar kelas atau mahasiswa yang ribut itu disuruh keluar. Biasanya Pak Humaizi, Pak Suwardi, Pak Safrin juga. 33. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang, cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bu Fatma kalau dari segi pakaian saya melihatnya Ibu suka pakai baju yang senada, suka pakai kalung juga atau aksesoris seperti gelang, kadang pakai celana atau rok juga. Model jilbabnya diikat ke belakang. Sejauh ini saya lihat style-style yang dia pakai nggak ketinggalan zaman dan sesuai sama pekerjaan dan usianya juga. Yang menunjukkan kalau itu Bu Fatma dari jauh itu postur tubuh dan kacamata. Lipstiknya suka yang warna merah. Bu Mazda suka cara jilbabnya biasa aja, pakai kacamata, baju-baju yang dipakainya itu kayak kain songket, kain tradisional gitu, pakai weges. Dan kalau pakai rok dia nggak pernah pakai rok yang kembang, hidungnya juga khas, caradia menyipitkan matanya juga, yang menunjukkan itu Bu Mazda itu postur tubuhnya. Bu Dayana dengan rambut pendeknya, pakai kacamata, sering pakai kemeja juga, pakai kalung-kalung juga sering, pakai rok, kadang pakai celana diseling-selingin. Yang khas dari Bu Day itu rambutnya. Kak Emil itu jilbabnya yang dari dulu sampai sekarang nggak pernah berubah modelnya, sering pakai batik dan kalau batiknya pendek itu dia selalu pakai manset, nggak pernah pakai rok, dan rata-rata batiknya itu senada dengan Universitas Sumatera Utara celana dan jilbabnya. Dari jauh keliatan kalau itu Kak Emil dari tubuh mungilnya. Kalau lipstiknya warna-warna lembut. Kak Jo fashionable, update fashion, suka pakai dress atau rok dan dia seingat saya nggak pernah pakai celana. Tas yang dibawanya seirama biasanya sama baju atau sama tali pinggangnya sama kalung-kalung yang dipakainya. Pakai jam, pakai gelang, update rambut juga. Dia jarang sih rambutnya terlalu panjang, dan pakai lipstik yang mencolok. Dari jauh udah kelihatan kalau itu Kak Jo dari baju yang dia pakai. Dari mobilnya juga udah tanda kalau itu dia. Bu Bani mobilnya cuma dia yang punya plat nomer F. Jadi kalau plat F udah ada di parkiran orang pasti udah tau kalau Bu Bani ada di kampus. Suka pakai hitam, suka pakai manset, suka pakai batik juga, pakai rok ngembang, pakai jam tangan, kacamata, terus model jilbabnya nggak banyak-banyak. Dan Bu Bani nggak pernah pakai celana deh. Bu Lusi dia suka pakai baju muslim terusan dan jilbabnya juga senada dengan bajunya. Modelnya jilbabnya juga biasa-biasa aja nggak terlalu banyak gaya dan menutupi bagian bahunya. Mau juga pakai lipstik dan pakai tas juga dengan warna yang senada. Bu Dewi sama sih pakai jilbab juga nggak banyak gaya, cuma sering pakai blus-blus gitu, terus pakai lipstik dan tasnya senada. Bu Inon itu kalau ngeliat dia itu glamour, kecil, pake wedges, bajunya saya lihat sering yang terusan tapi pakai celana dan model jilbabnya itu khas kayak dipakai langsung tapi cantik. Sebenarnya orangnya manis sih Bu Inon, pakai kacamata dan make up nya agak terlihat mencolok, lipstiknya bagus. Badannya yang kecil dan bulet itu sih yang buat tanda itu Bu Inon. Bang Hendra orangnya simple, pake celana jeans nggak pernah pake celana bahan kayaknya, pakai baju kemeja terkadang pakai sendal, tinggi dan agak gemuk, beruban, kepalanya agak botak, bajunya nggak pernah dimasukin. Itulah ciri khas yang menandakan dia Bang Hendra. Pak Amir rambutnya udah agak memutih, bajunya dimasukin, pake kemeja, perutnya buncit dan agak membungkuk. Bang Haris itu gayanya masih kayak gaya anak muda. Memang sih sering pake kemeja panjang terus digulung terus pake celana yang banyak kantongnya, baju dimasukin dan rambutnya itu lebat belahnya agak di samping dan pakai sepatu yang agak berhak dan Universitas Sumatera Utara tasnya fotografer yang banyak kantong-kantongnya juga. Gaya anak mudanya itu yang jadi ciri khasnya. Pak Pohan itu ciri khasnya topi, kacamata, bajunya kayak baju dinasnya gitu warna biru terus bawa tas kerja warna hitam yang berisi laptop atau beberapa file. Pak Humaizi kacamatanya terus agak-agak etnis China gitu, jalan agak membungkuk, sering pakai kemeja, celana bahan. Dari tau kalau itu Pak Hum dia itu putih dan agak etnis China Aceh gitu. Pak Suwardi yang buat tanda kali itu mobil warna merahnya. Kemejanya dimasukin, rambutnya agak sedikit botak, pakai kacamata, jalannya tegak terus nggak gemuk-gemuk kali, jenggotnya juga, ketawanya juga khas. Pak Abdi kecil, bulet, pendek, hitam, pakai baju dimasukin terus pakai mobil bak terbuka di belakangnya. Dari jauh kalau yang mengisyaratkan itu Pak Abdi ya badannya gemuk, gempal gitu, bentuk wajahnya itu wajah Karo. Pak Mukti itu yang khas dia pakai topi, terus bajunya tangan panjang dan digulung dan dimasukkan, kumisnya juga khas, kurus, itu aja sih. Pak Danan rambutnya udah putih, kalau jalan agak bungkuk, cara berpakaiannya biasa, mobilnya yang buat khas itu mobil sedannya yang kecil itu. Bu Rusni sama kayak Bu Dewi pakai jilbab biasa. Pakai baju yang panjang dan celana dan dari semua dosen-dosen Ilmu Komunikasi ya Bu Rusni yang paling tua dari jauh udah keliatan aja kalau itu Bu Rusni. Pak Safrin jarang pakai celana yang warna hitam, biasanya pakai celana warna coklat, cream, warna muda gitulah. Bajunya dimasukin, sepatunya yang nggak terlalu formal-formal kali, pakai kacamata, kumisnya agak-agak putih kayak rambutnya dan dia itu santai orangnya. Pak Is tinggi, besar, perutnya gendut, pakai kemeja, kacamata. Dari jauh ya nampak aja itu Pak Is karna badan besarnya. 34. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bu Fatma jarang pakai warna yang terang biasanya dia suka pakai warna coklat, ungu, biru tua, gitu sih. Bu Mazda lebih sering warna-warna lembut kayak ijo, ungu. Bu Bani selalu pakai manset hitam, baju luarnya dia juga sering pakai hitam tapi kadang warna-warna lain juga. Bu Dayana sering pakai baju putih, Kak Jo bajunya colour full, Kak Emil sering pakai warna ijo, merah, biru. Bu Lusi sama kayak Bu Mazda, Bu Inon warna-warna terang Universitas Sumatera Utara kayak orange, Bu Dewi warna-warna cerah, Bang Hendra warna-warna netral, Pak Amir warna coklat, abu-abu, Bang Haris warna hitam, abu-abu, Pak Pohan warna-warna terang, Pak Humaizi warna terang, Pak Suwardi pakai kemeja polos warna soft, Pak Abdi pakai abu-abu, Pak Mukti pakai putih ada coraknya dan topi merah. Pak Danan suka pakai kemeja kotakkotak dan warna soft, Bu Rusni warna-warna soft, Pak Safrin warna soft, Pak Is kalau nggak putih, biru, abu-abu. 35. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Tidak ada 36. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu dalam proses belajar mengajar? Jawab: Bu Fatma itu orangnya ontime. Tapi kalau misalnya dia nggak bisa masuk pasti jadwalnya diganti. Kalau keluar kelas sesuai dengan jadwal nggak pernah lebih. Bu Mazda paling telat-telat 15 menit kalau masuk kelas, tapi dia ngabari kalau misalnya telat. Dan kalau murid-muridnya telat dan udah ada kesepakatan masuk jam sekian udah nggak bisa masuk lagi. Bu Dayana sama kayak Bu Mazda, Kak Emil walaupun mahasiswanya terlambat kayak gimanapun tetap boleh masuk dan dia orangnya ontime. Kak Jo kalau kelas besar dia sesuai kesepakatan, kalau kelas kecil pasti dia tetap mau terima mahasiswanya walaupun telat berapa menit gitu. Tapi kalau udah selesai pembahasan ya udah nggak pernah sampai dua jam. Bu Lusi saya kurang ingat, Bu Bani kalau telat ya telat nggak boleh masuk lagi. Kalau udah selesai ya udah keluar. Kalau misalnya kita nggak masuk minggu ini pasti dicari gantinya. Bu Dewi kalau telat nggak bisa masuk lagi dan lebih cepat keluar. Bu Inon kurang on time mungkin karna kesibukannya, jadi mahasiswa kadang nunggu hampir sampai satu jam lebih. Terkadang nggak ada kabar, sering nggak masuk dan kalaupun masuk kadang cepet selesainya. Bang Hendra orangnya agak kurang ontime. Dia memang orangnya apa yang dibahas di kelas itu kalau udah selesai ya udah keluar. Pak Amir saya kurang tau, Bang Haris orangnya cukup ontime paling telattelat 15 menit. Kalau misalnya nggak ada lagi yang dibahas ya udah nggak Universitas Sumatera Utara harus nyampe dua jam. Pak Pohan ontime dan selesai sampe dua jam, Pak Humaizi ontime, Pak Suwardi ontime bahkan lebih cepat datang daripada mahasiswanya. Pak Abdi sama sih kayak Bu Inon. Bahkan kalau nggak datang itu bisa nggak ngabari. Kadang mahasiswa itu udah nunggu berjamjam pas mahasiswa pulang dia baru datang gitu. Dan kadang di kelas cuma sebentar. Pak Mukti saya kurang tau karna nggak pernah masuk kelasnya, Pak Danan cukup ontime, Bu Rusni juga ontime, Pak Safrin ontime dan tidak akan mengizinkan mahasiswanya lagi masuk kalau dia udah masuk. Pak Iskandar masih mau ngizinin mahasiswanya masuk. Kalau keluar lebih cepat tergantung materi yang dibahas. 37. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Rata-rata dosen Komunikasi wangi, tapi nggak tau wangi apa. 38. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas? Jawab: Kalau mahasiswa lain pernah tapi kalau menyentuh saya nggak pernah. 39. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan? Jawab: Bu Fatma sebatas salaman, seperti kayak merangkul dan memberi semangat gitu. Yang sering itu dosen perempuan sih. Biasanya dia lakukan itu sama anak bimbingannya mereka itu lebih sering bersentuhan seperti merangkul, menggandeng tapi beberapa hanya bersalaman. Kalau dosen cowok biasanya hanya sebatas salaman tangan saja. Biasanya Bu Fatma, Bu Mazda. INFORMAN 5 (MFK) Tanggal Wawancara: 25 Februari 2014 1. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Secara umum kalau menurut saya persepsi tentang dosen komunikasi fisip usu itu yang utama banyak ragamnya terutama mereka itu masingmasing punya karakter terkait dalam hal mengajar. Menurut persepsi saya tentang 21 dosen Komunikasi ini dari cara ajar mengajar sudah bagus, cuman ada beberapa yang kadang kurang maksimal. Terutama misalnya dalam hal Universitas Sumatera Utara penyampaian bahan, kadang ada yang jelas ada yang kurang jelas. Setelah itu dari ketepatan waktu dalam hadir di kelas, kadang ada yang santai. Kurang memuaskanlah, istilahnya suka–suka aja. 2. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan komunikasi nonverbal? Jawab: Secara umum menurut saya, dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU sebenarnya udah bagus–bagus sih, cuman ya itu tadi, ada yang memuaskan, ada yang kurang memuaskan. Mungkin ada alasan–alasan tertentu dari saya. Mungkin dari faktor belajar mengajar ya. Mungkin ada yang seperti mengejar waktu mungkin. Sampai di kelas pun menghadapi mahasiswa yang terlambat, hal itu juga mempengaruhi tentang non verbal tadi. 3. Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Oh, menurut saya yang sering melakukan komunikasi nonverbal yaitu, boleh lebih dari satu? Saya urutkan dari pertama saja ya? Yang pertama Bang Hendra, yang kedua Pak Amir, yang ketiga Bu Bani, yang ke empat Bu Fatma. 4. Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Sebentar ya, karena ini jumlah dosen Komunikasinya tidak terlalu banyak, kalau secara lebih ininya sih ya yang perempuan. Cuma kalau ditanya tentang yang paling apa itu ibaratnya yang paling apa tuh mengeluarkan nonverbalnya tuh, saya akui kayak Pak Amir sama Bang Hendra. 5. Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan komunikasi nonverbal di kampus? Jawab: Kalau Bu Fatma saya rasa sudah cukup baik ya, terutama dalam mengajar itu Ia juga jelas sambil berdiri, sambil duduk, sambil tatapan matanya juga meyakinkan mahasiswanya juga ini kok sudah bagus lah, Bu Mazda juga sama kayak Bu Fatma. Bu Dayana agak apa ya? Bu Dayana kadang mungkin secara pa namanya.. mungkin agak lembut ya, suaranya agak pelan, terus tatapan matanya juga secara ini juga lemah, agak sayu. Kak Universitas Sumatera Utara Emil, ya secara nonverbal juga udah bagus, cuma mungkin udah baguslah, bagus. Kak Jo juga bagus sama kayak bu Fatma, Bu Mazda, Bu Lusi. Waktu belajar mengajar di kelas, Bu Lusi ini KLB ya? Bu Lusi juga udah bagus. Bu Bani juga. Bu Dewi juga udah bagus kayak seriusnya juga ada. Bu Inon, Bu Inon ini kadang kalau waktu belajar – mengajar di kelas nonverbalnya ada tetapi kadang belum kalo secara ininya katagori sedang. Kalau Bang Henda bagus, Pak Amir juga kalau untuk nonverbal dapat ininya, tegas. Bang Haris bagus juga, Pak Pohan bagus, Pak Humaizi, bentar dulu ya. Pak Humaizi juga sama kayak pak Pohan. Pak Suwardi, (ketawa) aku membayangkan waktu di kelas. Pak Suwardi gimana ya?. Mungkin faktor usia udah agak malas mengajar. Pak Abdi, secara nonverbalbagus, tapi ada kurang–kurangnya, Pak Mukti sedang, Pak Danan bagus, Bu Rusni kurang. Pak Syafrin bagus, Bang Is sedang. 6. Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya? Jawab: Kalau menurut saya, Kalau Bu Fatma sudah menggunakan sudah pada tempatnya. Semua sudah pada tempatnya. Tapi agak susah membedakannya. Contohnya kayak Pak Amir tadi, karena sudah ada ciri khasnya sendiri, terkadang kurang bisa dibedakan intonasi yang kuat, keras, tiba–tiba itulah kayak sama semua. Tapi rata–rata semuanya udah sesuai. Orang Komunikasi ya jago–jago nonverbal. 7. Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi? Jawab: Logat verbal itu ya? Kalau pun apa namanya, mungkin kalau pun ada perbedaan itu tidak terlalu. Hal-hal yang seperti itu saat ini sudah terkikis, karena udah berbaur. Ibaratnya sama aja gitulah. Kalaupun ada perbedaan nggak, itulah nggak telalu kali. Sesama dosen? Bentar ya. Mungkin adalah, contohnya kayak Pak Humaizi, diakan orang Aceh. Kalo ngajar dia itu agak nampak gerakan kepala agak ke atas. Kebetulan karena aku orang Aceh, ratarata aku tengok ya orang Aceh itu, nggak tau ya mungkin bawaan. Tapi pengamatan aku orang Aceh kalo ngomong sering ke atas. Nggak ada maksud sih, mungkin udah rata–rata kayak gitu. Kita nggak tau maksudnya, kecuali Universitas Sumatera Utara ada istilah menyombongkan diri. Kalimatnya disahkan jadi kayak kalimat yang tadi. Kalau secara verbal sih rata–rata ya itu tadi. Kalau Pak Pohan ya marganya Pohan, Kalau Pak Pohan nggak ada. Pak Humaizi yang paling terasa. 8. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepala pada saat yang sama. Jawab: Itu satu persatu aku jelasin? Kalau Bu Fatma mengatakan setuju terhadap sesuatu. Dia mengangguknya kadang sekali. Kadang dia itu agak anggun, agak santai. Bu Mazda juga juga gitu, Bu Dayana, Bu Mazda, Kak Emil agak sama itu kalau misalnya setuju ada gesturenya misalnya sambil mengangguk sekali kayak memejamkan mata. Setelah itu kayak Kak Jo juga, Bu Lusi, misalnya kalo kurang setuju menggelengnya itu ya agak dibarengi kalimat. Misalnya saya kurang suka sama mahasiswa begini begini.. sambil menggeleng. Kalau Ibu Inon, mungkin ada beberapa dosen yang misalnya dia nggak suka bahkan nggak menggeleng dari matanya kita juga nampak. Misalnya tatapannya lebih tajam. Mungkin itulah misalnya, Pak Pohan mengatakan teori ini misalnya tangannya sambil bergerak. Itu ya? Bukan? Terbalik–balik aku ya. Kalau misalnya iya atau tidak ada itu ya? Kalau Bang Haris kadang kalu bilang “oke” sambil jempolnya naik. Pak Pohan kadang juga gitu. Ya, itu sih. Tapi yang lain rata-rata juga sama. Kalau Pak Amir, Bang Hendra kadang kan sering duduk gitukan ngajarnya kan jadi kadang ininya kurang dapat. Kalaupun kalo orang ini setuju ya ngangguknya sambil bersandar di tempat duduk, gitu kan.Rata-rata gitu. 9. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi) Jawab: Oh, kalu misalnya kayak gitu sih, kebanyakan dosen juga udah ngerti. Kalau itu sudah pasti lah, misalnya suasana kelas kan udah agak ribut, Universitas Sumatera Utara mahasiswa udah gerak–gerak kiri kanan kayaknya dosen udah banyak yang ngerti cuman itu ya apa namanya. Misalnya di antara 21 dosen ini ada sekitar 16 yang udah ngerti. Yang nggak ngerti kusebutin satu–satu contohnya nih ya, kayak Pak Mukti, mahasiswanya juga udah bosen udah jenuh udah kode ribut dan segala macam, tetap juga dia tetap cerita kadang udah diakhirinya kan tiba–tiba dia duduk lagi ngajar. Contohnya itu kayak satu lagi kayak ibu Rusni, kadang orang udah ribut di kelas segala macam tak masih juga diiniin. Bang Iskandar, Bang Iskandar ini juga kalo udah ngajar terkadang bahannya pun kadang udah sampe tapi masih juga diulang–ulang, mahasiswa udah jenuh tapi ya. Ini menurut kami kan? Kayak disengaja atau nggak disengaja tetap juga dilanjutkan. Itu tadi sih, ada beberap dosen. Tapi rata-rata semuanya kalo lain-lain misalnya kayak udah rada–rada ricuh, rada–rada suasana kelas nggak nyaman. Udah ini aja sih. 10. Apakah dosen komunikasi lebih sering menyembunyikan atau mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat mereka mengajar?. Contohnya? Jawab: Kalau Bu Fatma munugkin ketahuan itu kalo misalnya lagi ada kerjaan nanti sampe kelas agak ketat sedikit tuh. Ini ya, dia pun nggak terlalu banyak ekspresi atau apa ini agak disimpannya. Agak ketat dia gitu. Kalau Bu Mazda cenderung agak nyantai. Kadang kita bingung ekspresinya nih, kadang ekspresi lelah aja. Kalau Bu Mazda terkait emosi mungkin misalnya tergantung situasi lah. Kadang dia dikeluarkannya, tapi dia terlihat lebih santai. Ya, pandai menyimpan. Kalo Bu Dayana ini kurang jelas,ekspresinya datar kayaknya disimpannya. Kalau kak Emil dikeluarkannya, jaranglah kalo misalnya kita lihat Kak Emil itu agak menyimpan waktu ngajar. Kalo Kak Jo juga gitu, kalo dia lagi ekspresi apa dikeluarkannya dari pada disimpannya. Bu Lusi kayaknya sedang, disembunyikan, Bu Bani dikeluarkan, Bu Dewi dikeluarkan. Kalo Bu Inon dikeluarkan, Bang Hendra dikeluarkan, Pak Amir juga, Bang Haris enggak. Bang Haris ini apa orangnya, ngajar ya ngajar tapi ekspresi sesuai yang diomongkannya ajalah. Pak Pohan nggak dikeluarkannya. Kalo ngajar ya ekspresi dia betul–betul di apalah. Pak Humaizi dikeluarkan. Pak Suwardi dulu nggak dikeluarkannya, Pak Abdi Universitas Sumatera Utara dikeluarkannya, Pak Mukti juga, Pak Danan juga, Bu Rusni dikeluarkan, Pak Syafrin dikeluarkan, Bang Is kurang, enggak dikeluarkannya. 11. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Jawab: Kalau yang menciptakan kesan baik itu dari 21 dosen ini mungkin sebenarnya tujuan orang ini mungkin ya menciptakan kesan baik cuman ya yang kita lihat tidak sama dengan yangditampilkan. Contohnya kayak Bu Fatma untuk menimbulkan kesan baik itu dia senyum siap itu tatapan matanya di atas sayu itu apa ya, tegas untuk meyatakan bahwa saya ini itu apa ya. Senyum dengan tatapan mata yang meyakinkan lah, ibaratnya. Kalau Bu Mazda, kayak manapun kondisi dia, tapi dia tetap mengambilkan yang inilah yang santai, yang ambil gerakan tubuh yang ke kiri dan ke kanan segala macam sambil nggak terlalu macam apa itu memastikan nggak terlalu hanya dia itu yang kayak gini, nggak terlalu nggak usah takut sama saya gitu. Kalau Bu Dayana, kurang bisa terlihat sih karena dia orangnya apa itu netral. Memang tekesan baiknya ada, nampak sih sebenranya tapi nggak terlalu keluar. Kak Jo, orangnya agak tegas apaya, baik sih tapi cuman apa ya, tegaslah 12 pas gitu. Bu Bani ini kek mana ya, dia tergantung kan. Pasti setiap dosen itu ada usaha untuk menciptakan kesan baiknya, cuma kalo diurutkan satu-satu ya bingung juga, kadang mirip- mirip ya apa namanya. Bu Bani ada, Bu Dewi ada, Bu Inon ada. Mungkin rata-rata ke senyum ya, senyum sama gerakan tubuh sama apa itu memastikan apa itu ya, mempertegas apa yang dikatakannya. Selain itu adalah sebagian dosen kayak Bu Mazda sambil jalan nggak cuman gerakan tangannya aja tapi sambil mendekati mahasiswa itukan juga termasuk kan dalam gerakannya, sambil memegang mahasiswa gini gini gini tapi ya sambil santai. Mungkin untuk rata-rata dosen perempuan ada kubilang. Cuma kalo untuk dosen laki-laki ada dua orang lah ya yang kurang atau sedang kayak misalnya Pak Amir dan Bang Hendra, orangnya terlalu ini, apa itu ya, orang agak was-was kalo deketan sama dia karena orangnya ceplas-ceplos, jadi orang pun agak hatihati. Bang Haris ada, Pak Pohan juga ada. Pak Humaizi ada. Pak suwardi Universitas Sumatera Utara sedang, untuk Pak Danan ada, Pak Abdi Pak Mukti ada, Bang Is kurang tau aku kalau bang Is karena kalu Bang Is nggak terlalu sering aku lihat. 12. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi? Jawab: Bu Fatma dari tatapan matanya, ya sesekali sambil jalan sambil gerakan tangannya melipat di depan dada kayak Mario Teguh gitu. Kalo bu Mazda itu tasi, menunjukkan kekuasaannya dia di depan, kadang di belakang kadang suaranya walaupun santai tapi tetap ini,memperhatikan mahasiswanya satu–persatu. Kalau ibu Dayana, karena orangnya cenderung duduk diam di tempat paling Cuma memainkan suara aja. Itu pun suaranya kalau harus dibantu speaker lagi biar lebih memastikan. Kalau Kak Emil untuk menunjukkan kekuasaannya, Kak Emil itu orangnya nyantai. Kak Emil kalau mendominasi, kalau tanya jawab itu nggak termasuk ya? Kak emil mungkin gitu untuk menguasai kelasnya, misalnya mahasiswanya udah agak olengoleng sedikit nanti dia ngasih pertanyaan, nanti mahasiswanya udah ngeh lagi kalo nggak ngeh lagi dikasih pancingan lucu-lucuan gitu, Kak Emil juga ada kek gitu. Kalo Kak Jo ini dia mungkin lebih ke ini lah apa itu namanya gerakan gesture tubunhya, tatapan matanya, suaranya, kayak misalnya “kalian kalo nggak suka di sini silahkan keluar” contoh misalnya gitu. Ya langsung, to the point. Bu Lusi, aduh Ibu Lusi ini kadang agak diam di tempat, kadang bingung juga sama cara dia menguasai kelas. Karena kita mahasiswa ya otomatis kalo kek gini ya diam aja. Kalau Bu Bani, dia kalo udah nggak suka, misalnya dia suaranya udah gini, menjelaskan sebagainya ditengoknya nggak apa, mungkin langsung main sistem tegur jadi membuat orang takut. Jadi kek gitu lah cara menguasai kelasnya. Tapi kadang kadang-kadang kalo ketang kali atau apa langsung bikin lelucon, jadi orang tetap fokus ke dia. Bu Dewi, ini Bu Dewi inibisa ngajar, bahannya nyampek lucu-lucuannya pun nyampek jadi orang nggak bosen, suasana kelas itu tetap ke dia. Misalnya kayak dipancingnya lah dia dan jalan-jalan dari sana. Mukannya pun pas nyampein lelucon itupun ada dan nyampek. Ekspresi wajahnya pun kadang datar cuman lucu. Kadang ada orang datar cuman nggak dapat dia. Bu Inon kurang Universitas Sumatera Utara kayaknya. Keliatan megang kendali kelas. Cuman caranya ya itulah misalnya ngasih kuit stiba-tiba. Kalo gitu mungkin Bu Inon ada setiao kali masuk kelas kan. Itu teknik dialah dari pada ribut atau nggak ngumpul tugas dikasihnya ultimatum. Jadi kalian mau apa?. Itu misalnya contohnya kan, ayok buat kuis seketika, bukan namanya diskusi atau tanya jawab. Kuis ada dua ini, ada yang di lembaran kertas, ada yang langsung. Mungkin cara dia kekgitu mahasiswa tetap di bawah kendali dia. Bang Hendra inimungkin dari suaranya namoak itu, dari tunjuk tangannya dari gesture tubuhnya nampak lah itu kayak Pak Amir, sama kayak Bang Hendra. Bang Haris ini kayak itu tadi, dia santai mau bersandar kek, mau duduk kek. Tapi seiring dia ngajar dia bakal bilang “Kalian mau ribut atau apa itu balik ke kalian” sambil ada pesan-pesan mengancam “Kalian yang butuh matakuliah ini, jadi kalau kalian macemmacem kalian yang kena”. Bang Haris santai tapi buat orang jadi was-was. Kalau Pak Pohan mungkin sama kayak Pak Amir, lebih ke cara dia ngajar lah, sambil memperhatikan semuanya, gesture tubuhnya lah. Pak Humaizi ini mirip Kak Jo, kalo misalnya nggak suka, ditengoknya nggak beres main usir langsung. Jadi orang pun dari pada ribut lebih baik diem aja. Pak Suwardi jugagitu, nanti kalo dilihatnya apa, langsung disuruhnya keluar itulah cara dia menguasai kelas. Pak Abdi kurang ini, paling keliling-kelilinglah jalan sambil senyum sana-sini. Pak Mukti mungkin dia ngajarnya udah bagus, dari jokes dia, mahasiswa yang udah oleng-oleng dikit nanti balik lagi ke dia. Pak Danan mungkin dari gesturenya. Pak Syafrin sama, kadang ada tunjuk-tunjuk tangannya segala macam. Bang Is kurang keliahatan kayaknya. Bu Rusni sedang, tidak terlalu. Kalau untuk menguasai kelas dia lebih banyak merepet kayaknya. 13. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Untuk meyakinkan kayak bilang oke, jangan ribut, tolong perhatiannya. Kalau Bu Fatma mungkin orang mandangnya kajur. Kalau dia bialang oke tolong perhatiannya, jadi orang pada perhatian langsung tapi Universitas Sumatera Utara nggak terlalu sering. Kalau Bu Mazda, karena orang banyak menilai dia agak santai dan membuka dirinya untuk dianggap menjadi teman, maka dia menenangkan kelas itu baik-baik. Misalnya bilang “Oke, lanjut lagi sini, tolong perhatiannya.” Jadi membuat lebih ini lah, mungkin cara mengatakannya itu ya.Kalo Bu Dayana karena suaranya udah pelan, mahasiswa juga butuh mata kuliah dia, orang pun jadi nggak mau ribut lagi. Kadang nanti takutnya malah nggak nangkap sendiri. Jadi kalo dia bilang oke mari kita lanjut gini-gini... lebih santai aja lah. Kalo kak Jo, tolong jangan ribut misalnya apa keluar gitu kan ada. Ibu Lusi juga ada, cuma agak sedang lah, Bu Bani ada contohnya kayak “tolong perhatiannya” kayak gitu lah. Bu Inon keknya ada cuma nggak terlalu sering. Kalaupun ributnya luar biasa kadang sekali aja bilangnya. Bang Hendra ini karena suasana kelasnya enak, jadi orang fokus ke dia. Apalagi suaranya yang keras itu lebih meyakinkan lagi. Pak Amir juga sama kayak Bang Hendra. Bang Haris untuk menyampaikan itu lebih santai. Menyampaikan “ok” “tidak” itu lebih santai. Pak Pohan juga sama, Pak Humaizi juga ada. Pak Suwardi ini kurang, Pak Abdi ada, Pak Mukti ada, Pak Danan sedang, Bu Rusni ada, Pak Safrin ada, Bang Iskandar kurang. 14. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat ilustrator (perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Bu Fatma ada, Bu Mazda ada, Kak Emil ada, Kak Jo ada, rata-rata semuanya ada tapi takarannya aja yang berbeda-beda. Kalau yang nggak ada itu Bang Is. 15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional, gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka gunakan? Universitas Sumatera Utara Jawab: Bu Bani nampak itu kalau dia lagi ada masalah, yang kedua Ibu Dewi, Bu Mazda, Bu Fatma, Pak Humaizi keliatan kali, satu lagi Bang Hendra. 16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Bu Fatma orangnya pemantau, kalau misalnya kelas itu udah nggak kondusif langsung dikendalikannya. Bu Mazda juga kayak gitu, Bu Dayana kurang mungkin faktor lelah. Kalaupun ada yang ribut paling ditegurnya aja sekali. Kalau Kak Emil rata-rata karna mahasiswa suka sama dia, jadi dia enak menguasai kelasnya, jadi fokusnya ke dia. Kalau Kak Jo juga, Bu Lusi juga memantau, Bu Bani tergolong pemantau. Misalnya kalau ada presentasi terus ada mahasiswa yang debat-debat, biasanya dia langsung masuk. Bu Dewi kurang, Bu Inon nggak, Bang Hendra iya, Pak Amir nggak, Bang Haris iya, Pak Pohan iya, Pak Humaizi iya, Pak Suwardi iya, Pak Abdi nggak, Pak Mukti nggak, Pak Danan nggak, Bu Rusni nggak, Pak Safrin iya, Bang Is kurang tau. 17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi atau di muka umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan? Jawab: Bu Mazda sering kalau misalnya lagi pusing kepalanya agak dipijatnya, Kak Jo juga gitu, Bu Fatma kalau batuk agak ditahan, kalau Bu Bani kalau mau bersin agak dijaga kayak misalnya menutup mulutnya. Bu Dewi juga sering, Pak Amir juga sering, Pak Pohan juga misalnya kalau dia ngantuk biasanya dia agak nyamping terus ngelepas kacamatanya terus matanya dikuceknya sekali. 18. Kontak mata seperti apa yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi di dalam kelas? Universitas Sumatera Utara Jawab: Bu Fatma kuat, tajam juga, Bu Mazda lemah, Bu Dayana lemah, Kak Emil sedang, Kak Jo kuat, Bu Lusi sedang, Bu Bani tajam dan kuat, Bu Dewi sedang, Bu Inon sedang, Bang Hendra lemah, Pak Amir tajam, Bang Haris sedang, Pak Pohan sedang, Pak Humaizi sedang, Pak Suwardi tajam, Pak Abdi tajam, Pak Mukti sedang, Pak Danan sedang, Bu Rusni lemah, Pak Safrin tajam, Bang Is kurang tau. 19. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka di kampus? Jawab: Bu Fatma mengerutkan dahi, Bu Mazda sering meyipitkan mata ketika mengiyakan sesuatu, bibirnya juga. Bu Dayana datar, Kak Emil sering senyum, Kak Jo sering menunjukkan ekspresi dan senyuman sinis, Bu Lusi sering mengerutkan dahi, Bu Bani kadang sinis, kadang dahinya berkerut, kadang senyum. Bu Dewi ekspresinya datar, Bu Inon senyum, Bang Hendra berkerut jidatnya, ekspresi wajah menunjukkan ekspresi lelah, Pak Amir dahinya sering berkerut, Bang Haris ekspresi wajahnya selalu santai, Pak Pohan senyum dan kalau pembahasannya agak berat, jidatnya suka berkerut, Pak Humaizi lebih banyak ketawa sama sinisnya, Pak Suwardi dia sering ketawa dan juga sering mengerutkan dahi, kalau Pak Abdi senyum aja bawaannya, dari mulai sampe berenti senyum terus, giginya nampak terus, Pak Mukti ekspresinya sering ketawa lebar, Pak Danan serius kali orangnya, Bu Rusni ekspresi wajahnya ekspresi los peduli nggak peduli lah, Pak Safrin tegas, Bang Is ekspresinya santai. 20. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Secara umum tergantung situasi. Kalau yang perempuan lebih sering senyum sama bekerut dahinya. Tapi senyum ini ada dua, satu senyum yang biasa satu lagi senyum yang lebar. 21. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat pada dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau yang sering aku liat itu Pak Pohan. Pak Pohan sering kali kalau lagi jelasin itu tangannya gerak sambil nunjuk papan tulis. Kalau Bu Fatma Universitas Sumatera Utara sambil megang spidol tangannya bergerak. Bu Mazda sering keliling kelas, tangannya juga gerak. Kak Emil tangannya, Kak Jo kalau ngajar tangannya sering dilipat, Bu Bani mau tangan, mau bersandar di meja, nunjuk sesuatu segala macam ada. Bu Dewi kepalanya, Bu Inon tangan, Bang Hendra sambil ngetok-ngetokkan spidol ke meja, Pak Amir sama Bang Hendra itu sama, Bang Haris gerakan tangan, kepala, banyaklah. Pak Humaizi ada, mau tangan, kepala juga ada. Pak Suwardi kepala, Pak Abdi gerakan tangan dan jalanjalan, Pak Mukti gerakan tangan sama sambil ngetok-ngetok meja, Pak Danan itu gerakan tangan, Pak Safrin gerakan tangan. 22. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy? Jawab: Bu Fatma mesomorphy, Bu Mazda endomorphy, Bu Dayana mesomorphy. Kak Emil ectomorphy, Kak Jo, mesomorphy, Bu Lusi mesomorphy, Bu Bani mesomorphy, Bu Dewi mesomorphy, Bu Inon endomorphy, Bang Hendra mesomorphy, Pak Amir mesomorphy, Bang Haris mesomorphy, Pak Pohan mesomorphy, Pak Humaizi ectomorphy, Pak Suwardi mesomorphy, Pak Abdi mesomorphy, Pak Mukti ectomorphy, Pak Danan endomorphy, Bu Rusni mesomorphy, Pak Safrin mesomorphy, Bang Is endomorphy. 23. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi dengan mahasiswa di luar kelas? Jawab: Bu Fatma lebih ke jarak pribadi kalau kita lagi diskusi ya. Kadang ada duduk di samping mahasiswa juga, Bu Mazda juga gitu, Bu Dayana masuk ke jarak sosial, Kak Emil pribadi, Kak Jo lebih ke jarak sosial di dalam kelas, tapi kalau di luar kelas dia lebih ke jarak sosial, Bu Lusi jarak sosial, Bu Bani jarak pribadi dia, Bu Dewi sosial, Bu Inon sosial. Bang Hendra aku liat relatif sih, dia bisa jadi pribadi bahkan jarak publikpun bisa dibuatnya, tergantung. Kalau di kelas dia lebih ke jarak pribadi, Pak Amir sosial, Bang Haris pribadi, Pak Pohan sosial, Pak Humaizi sosial, Pak Suwardi sosial, Pak Abdi pribadi, Pak Mukti sosial, Pak Danan sosial, Bu Rusni sosial, Pak Safrin sosial, Bang Is sosial. Universitas Sumatera Utara 24. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur, konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi ruang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Mungkin yang pertama status lah ya, karna kita institusikan. Status itu pasti, kalau misalnya dosen nggak ada jarak sama mahasiswanya itu nanti kemajuan pula mahasiswanya. Yang kedua mungkin usia, ketiga jenis kelamin, yang keempat materi terus kelima kultur. Kalau kita orang timurkan antara laki-laki sama perempuan batasnya ada. 25. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bu Fatma suaranya jelas sedang, Bu Mazda jelas tapi santai, Bu Dayana pelan, kalau nggak ada mic udahlah, Kak Emil sebenarnya suaranya pelan tapi dia berusaha untuk kuat, masih tergolong santai. Kalau Kak Jo tegas, Bu Lusi kuat, Bu Bani tinggi, Bu Dewi kuat, Bu Inon sedang, Bang Hendra tinggi, Pak Amir tinggi. Bang Haris sedang, Pak Pohan tinggi, Pak Humaizi sedang, Pak Suwardi sedang, Pak Abdi tinggi, Pak Mukti sedang, Pak Danan lembut, Bu Rusni sedang, Pak Safrin sedang, Bang Iskandar cenderung tinggi. 26. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan dan kualitas. Kecepatan mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara sedangkan kualitas merupakan bunyi dari suara seseorang. Bagaimana yang terjadi dengan dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Bu Fatma sedang berkualitas, Bu Mazda sedang, kualitas bagus, Bu Dayana vokalnya pelan kualitas kurang baik, Kak Emil pelan kualitas baik, Kak Jo cepat kualitas bagus, Bu Lusi sedang kualitas bagus, Bu Bani sedang kualitas bagus, Bu Dewi cepat kualitas kurang, Bu Inon sedang kualitas sedang, Bang Hendra sedang kualitas bagus, Pak Amir sedang kualitas bagus, Bang Haris sedang kualitas bagus, Pak Pohan cepat kualitas bagus, Pak Humaizi cepat kualitas kurang, Pak Suwardi pelan kualitas enak, Pak Abdi cepat kualitas sedang, Pak Mukti cepat kualitas kurang, Pak Danan pelan Universitas Sumatera Utara kualitas bagus, Bu Rusni sedang kualitas sedang, Pak Safrin sedang kualitas baik, Bang Is sedang kualitas baik. 27. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal “diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas? Jawab: Diamnya pas baru masuk kelas, jadi orang itu mengheningkan kelas dulu. Kalau udah hening baru dimulai belajarnya. Biasanya Kak Jo. Satu lagi diam karna kadung marah. Kalau kayak Bu Fatma, Bu Mazda, Bu Dayana, Kak Emil kalau udah diam itu biasanya cenderung mau ngambil perhatian dulu. Diam waktu presentasi. Kalau laki-laki nggak terlalu ada. 28. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang, cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau Bu Fatma suka pakai blus, Bu Dayana rambut sama kacamata, Kak Emil jilbab sama bajunya cenderung batik, Kak Jo suka pakai rok pendek dibawah lutut dan hp nya samsung, rata-rata mirip-miriplah. Cuma yang paling menonjol Pak Pohan topinya dari semua FISIP itu gampang nandainya kalau itu udah pasti Pak Pohan, Bang Hendra pakai sendal. Bang Iskandar perutnya buncit sama rambutnya agak cepak. Bu Rusni itu dari jauh udah keliatan penampilannya orang usia lanjut. Pak Danan sering pakai kemeja sama celana bahan dan pakai mobil sedan. Pak Humaizi orangnya necis dan rambutnya disemir agak pirang dan pakai kacamata. Bang Haris sering pakai sepatu sport dan celana sportnya. 29. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau Bu Fatma sering pakai warna ijo, abu-abu juga, kalau Bu Mazda warna hitam atau merah, Bu Dayana putih, Kak Emil putih, Kak Jo colour full, Bu Lusi kalau nggak ijo warna biru, Bu Bani suka hitam, Bu Dewi merah, Bu Inon colour full, Bang Hendra kotak-kotak putih, Pak Amir cream, Pak Humaizi putih, Pak Suwardi putih-putih garis, Pak Abdi juga putih, Pak Mukti putih, Pak Danan warna ijo, Bu Rusni colour full, Pak Safrin nggak ingat, Bang Is putih. Universitas Sumatera Utara 30. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Warna spesifik nggak ada. 31. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu dalam proses belajar mengajar? Jawab: Bu Fatma ontime, Bu Mazda juga ontime, Kak Emil ontime, Kak Jo ontime, Bu Lusi kurang ontime, Bu Bani relatif kadang ontime masuk kadang keluar agak lama, Bu Dewi relatif sama kayak Bu Bani, Bu Inon kurang ontime, Bang Hendra kurang ontime masuk tapi keluar ontime, Pak Amir ontime masuk kurang ontime keluar, Bang Haris kurang ontime masuk keluar ontime, Pak Pohan ontime, Pak Humaizi ontime, Pak Suwardi ontime masuk kurang ontime keluar, Pak Abdi kurang ontime, 20 menit mau habis waktu baru dia datang, Pak Mukti ontime, Pak Danan kurang ontime, Bu Rusni masuknya kurang ontime keluarnya ontime, Pak Safrin ontime, Bang Is masuk ontime keluarnya juga lama. 32. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Rata-rata dosen perempuan yang wangi. 33. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas? Jawab: Pernah. 34. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan? Jawab: Kayak Bu Mazda nyentuh pundak. Kalau yang lain Bu Bani sama anak bimbingannya kayak nyentuh pundak. Kayak kemaren Anggi bermasalah pernah dipeluk Bu Bani dia. Kalau yang lain nggak pernah liat aku. INFORMAN 6 (KAS) Tanggal Wawancara: 25 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara 1. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Menurut saya dosen Ilmu Komunikasi itu dosen yang ibaratnya lebih mampu dia dalam menyampaikan pesannya kepada mahasiswanya terutama pada saat mengajar, itu sih nilai plusnya dari dosen Ilmu Komunikasi didalam mengajar. 2. Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan komunikasi nonverbal? Jawab: Menurut saya dosen komunikasi itu, ada beberapa dosen yang sering menggunakan bahasa nonverbal umumnya di dosen-dosen wanita seperti Bu Nurbani, Bu Fatma dan Bu Mazda itu lebih sering menggunakan bahasa nonverbal saat mengajar. Menurut saya sih komunikasi nonverbal yang dilakukan dosen-dosen yang saya bilang tadi ini cukup baik dalam memberikan, menunjukkan emosi atau dalam menjelaskan bahasa verbal yang mereka ucapkan disaat mengajar. 3. Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Menurut saya sih Bu Nurbani yang sering melakukan komunikasi nonverbal saat mengajar. Selain Bu Nurbani ada Bu Fatma, Bu Mazda yang sering melakukan komunikasi nonverbal. 4. Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi nonverbal? Jawab: Ya menurut saya sih seperti yang saya bilang tadi komunikasi nonverbal banyak dilakukan oleh dosen-dosen wanita atau dosen perempuan didalam Ilmu Komunikasi pada saat mengajar. 5. Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus? Jawab: Kalau di dalam mengajar mereka sih sering menggunakan apalagi kalau misalnya ada kondisi yang kurang kondusif itu sering mereka lakukan dan ada beberapa mungkin saat orang itu memberikan contoh untuk komunikasi nonverbal pun juga mereka lakukan untuk menjelaskan agar mahasiswa itu lebih paham terhadap pesan yang ingin mereka sampaikan. Universitas Sumatera Utara 6. Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan komunikasi nonverbal di kampus? Jawab: Menurut saya sih cukup baik. Kemampuan yang lainnya sih menurut saya, kalau untuk saya sendiri sih mudah saya mengerti apalagi kalau ibaratnya dalam menyampaikan, dapatlah saya pahami maksud dari dosen itu jelaskan. 7. Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya? Jawab: Menurut saya sih ada beberapa yang sesuai pada tempatnya ada juga yang tidak, seperti saat mereka mungkin mengalami masalah pribadi itu sering juga komunikasi nonverbal mereka tidak sesuai dengan bahasa verbal yang mereka sampaikan. 8. Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi? Jawab: Ya menurut saya ada. Contohnya seperti kalau Bu Mazda dengan Bu Nurbani. Bu Mazda itu bahasa verbalnya lebih sesuai dengan apa pesan yang mereka sampaikan tetapi kalau Bu Nurbani lebih adanya intervensi diri bahasa verbalnya lebih ke bagaimana sih perasaan yang sedang dialami. Maksudnya dari perbedaan suku, kan mereka ada dosen yang berbeda suku, apakah ada perbedaan dari suku tersebut terhadap komunikasi nonverbal?. Adalah, contohnya ya seperti kalau misalnya dosen dengan suku yang Jawa mungkin bahasa verbalnya lebih halus dari pada orang dosen yang lebih banyak dari suku Batak atau suku-suku yang sifatnya masih lebih kasar dari pada suku Jawa. 9. Jika ada, contoh perbedaan seperti apa yang Anda lihat? Jawab: kalau contohnya sih, mungkin pada dosen-dosen tertentu seperti saya sebutkan namanya seperti Bu Nurbani itu komunikasi nonverbalnya lebih halus cuma dia langsung maknanya lebih mendalam seperti sifat orang Jawa itu sendiri. Bu Nurbani kan orang Minang?. Walaupun dia orang Minangkan dia lama di Bogor, jadi lebih dominan ibaratnya lebih dominan udah beradaptasi lah Ibu itu dengan suku Jawa itu jadi lebih dominan sifat atau sikap suku Jawa itu lebih banyak di dalam diri dia. Universitas Sumatera Utara 10. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepala pada saat yang sama. Siapa dosennya? Jawab: Emm.. mungkin ada sesekali yang pernah saya lihat dosen yang menyatakan tidak dengan menggunakan komunikasi nonverbal dan bahasa verbal yaitu seperti Pak Danan, Buk Inon itu pernah saya lihat melakukan seperti itu. Selain mereka berdua biasanya sih yang sering melakukan itu Bang Is dan Pak Safrin juga pernah sih waktu saat mengajar melakukan seperti itu. 11. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi). Siapa dosennya? Jawab: Menurut saya sih dosen udah pada mengerti kalau mahasiswanya ada yang gelisah atau udah ngeliat keluar, cumakan dosen lebih melihat waktunya gak mungkin, mahasiswa ini kan maunya cepat pulang tapi waktu belum bisa memberikan mengharuskan kita untuk keluar ya dosen pun menahan kita. Dan menurut saya sih itu udah hal yang biasa ya pasti semua orang ngerti kalau ada yang gelisah atau apa, pandangan kondisi sudah mulai tidak kondusif itu pasti memang pada ingin pulang apalagi di waktu-waktu jam mata pelajaran yang siang hari. Menurut saya sih sudah mengerti gak hanya dosen pun kita juga ngerti mana kawan yang mau cepat pulang mana yang enggak. 12. Apakah dosen komunikasi lebih sering menyembunyikan atau mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat mereka mengajar?. Siapa dosennya? Jawab: Menurut saya ada beberapa dosen sih yang bisa menyembunyikan. Satu aja? Kalau Bu Fatma itu menurut saya bisa menyembunyikan tetapi ada hal-hal tertentu yang terkadang dia tidak bisa menahan atau mengontrol emosinya, apalagi waktu pelajaran komunikasi organisasi ya ada beberapa Universitas Sumatera Utara mahasiswa yang ribut dia juga akhirnya tidak bisa menyembunyikan kekesalan dia terhadap mahasiswa itu. Kalau secara umum lebih menyembunyikan sih. Kalau secara umum Bu Mazda menyembunyikan dan sama seperti kayak Bu Dayana sih menurut saya tidak bisa menyembunyikan karena waktu saat mengajar intervensi diri dia terhadap dia mengajar sangat terasa apalagi dengan kondisi pribadinya yang terkadang cepat lelah atau apa. Kalau Kak Emil bisa, Kak Jo pun juga bisa. Bisa menyembunyikan ekspresi ataupun emosi dirinya saat mengajar seperti juga sama kayak Kak Jo kalau Bu Nurbani sih menurut saya dia juga bisa, terkadang dia umumnya bisa menyembunyikan tetapi dia lebih mudah terpancing kalau ada misalnya mahasiswa yang tidak kondusif dalam memberikan perasaan emosinya. Kalau Bu Lusi sih menurut saya gak bisa menyembunyikan soalnya kalau dia lagi senang dia membawa perasaan senangnya itu juga waktu saat mengajar kepada mahasiswanya. Kalau Bu Dewi sih menurut saya juga gak bisa menyembunyikan ya soalnya terkadang dia ada masalah di rumah dia juga ekspresi mukanya juga kayak badmoot atau lagi tidak enak untuk mengajar. Kalau Bu Inon sendiri ya pada tau juga sih kita kalau dia sih menurut saya gak bisa menyembunyikan soalnya kalau dia lagi ada banyak masalah atau lagi ada banyak urusan dia tu gak bisa menyembunyikan kalau dia lagi sibuk ibaratnya lagi penat, kalau Bu Rusni sendiri sih gak bisa menyembunyikan juga soalnya ibu ini lebih sering menunjukkan ekspresi-ekspresi kesal atau marah secara spontan. Kalau Bang Hendra dan Pak Amir itu bisa menyembunyikan ekspresi diri dia, dia gak membawa bagaimana sedang mengalami masalah atau enggak lagi senang itu gak akan dibawanya kedalam kondisi kelas. Kalau Bang Haris dan Pak Safrudin Pohan atau Pak Pohan menurut saya bisa menyebunyikan dan lagi Bang Haris itu ibaratnya gak perah membawa masalah pribadi atau yang sedang dialami atau banyak masalah di dalam saat mengajar dia lebih sering mengajar dengan ekspresi yang lebih senang kalau Pak Pohan sendiri sama seperti itu. Kalau Pak Humaizi menurut saya juga maksudnya sih terkadang umumnya dia gak bisa menyembunyikan soalnya ada masalah yang pernah saya lihat dia di dalam kelas ekspresi mukanya itu tidak menyenangkan saat mengajar dan itu dapat Universitas Sumatera Utara membuat mahasiswa juga agak sedikit malas mendengar dia berbicara. Kalau Pak suwardi sih menurut saya tidak bisa menyembunyikan apalagi kalau ada masalah dengan anak bimbingannya atau apa yang lain. Kalau Pak Abdi karena saya juga jarang ketemu dan bapak itu juga telat-telat aja asal masuk tapi waktu dia masuk dia dapat menyembunyikan apakah dia lagi kesal atau enggak. Kalau Pak Mukti di dalam mengajar dia gak bisa menyembunyikan apalagi kalau dia lagi kesal dengan mahasiswa bimbingannya itu akan diceritkannya dan di bawanya ke dalam kelas di saat mengajar sama seperti kayak Pak Danan. Kalau Pak Safrin sih menurut saya juga tidak bisa menyembunyikan soalnya kalau lagi ada masalah atau lagi tidak enak dalam diri dia, dia juga akan melampiaskannya juga sih dengan mahasiswanya saat mengajar. Kalau Bang Iskandar dia bisa menyembunyikan soalnya di dalam mengajar dia ekspresinya biasa aja. 13. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di kehidupan sehari-hari mereka di kampus?. Siapa dosennya? Jawab: Kalau Bu Fatma menurut saya sih dalam menciptakan kesan yang baik terhadap diri dia kepada mahasiswa yang pernah saya alami Ibu itu lebih bersikap ramah dan mudah tersenyum apalagi saat jumpa Ibu itu sering menegur. Kalau Bu Mazda sih dalam menciptakan kesan yang baik sama seperti dosen-dosen umumnya ya kebanyakan sih dosen-dosen asal jumpa saya sih lebih banyak tersenyum dan mereka juga kenal dengan saya jadi menurut saya sih dosen-dosen Ilmu Komunikasi baik semua rata-rata. Kalau Bu Dayana sih sama, dalam menciptakan kesan baik. Saya juga bingung dengan Bu Dayana soalnya ibuk itu asal jumpa sama saya sih juga gak banyak bicara, gak banyak tersenyum lebih banyak diam apalagi kalau misalnya saya tidak menegurnya duluan atau apa Ibu itu hanya diam aja jadi komunikasi dengan Ibu itu sangat sedikit. Kalau kak Emil menurut saya sih dalam membentuk kesan baik komunikasi nonverbalnya yang dilakukannya itu lebih sering tersenyum, ramah sama seperti Kak Jo lebih mudah tersenyum dan ramah kepada mahasiswa apalagi karena mereka juga menurut saya sih saya kenal juga dengan mereka. Kalau buk Lusi sih menurut saya Universitas Sumatera Utara dalam bentuk komunikasi nonverbal yang dilakukannya dalam membentuk kesan yang baik saya kurang begitu melihatnya soalnya saya juga jarang jumpa dengan Ibu itu walaupun jumpa Ibu itu hanya diam aja gak ada tersenyum atau apapun. Kalau Bu Nurbani sih dalam membentuk kesan yang baik Ibu itu menurut saya sih lebih keibuan ya karena saya juga dekat sama Ibu itu. Selain itu, dalam bentuk kesan baik kalau Ibu Nurbani dia biasanya kalau mahasiswanya sering bermasalah atau apa Ibu itu mau mengajari menyuruh mahasiswa itu untuk menjumpai dia biasanya Ibu itu memberika nasihat. Kalau Bu Dewi sih secara keseluruhannya dalam menciptakan kesan baik Ibu itu misalnya sering tersenyum dan ramah pada mahasiswanya dan sering membuat lelucon-lelucon lah, kalau Bu Inon kalau dari nonverbalnya sih saya kurang melihat soalnya Ibu itu lebih sesuka hatinya, jadi lebih banyak mahasiswa yang menyatakan kalau Ibu itu gak enak ibaratnya kurang baik di dalam mengajar jadi kesannya lebih cenderung negatif terhadap Ibu itu. Sama seperti Ibu Rusni cenderung mahasiswa mengatakan negatif menilainya karena Bu Rusni juga komunikasi nonverbalnya yang dilakukannya sih apalagi saat mengajar itu lebih sering marah-marah ya bawel lah maklum. Kalau Bang Hendra dan Pak Amir menurut saya sih dalam komunikasi nonverbalnya dalam bentuk kesan yang baik menurut saya sudah cukup baik karena Abang itu juga ramah dan dalam kehidupan seharihari Abang itu juga enak di ajak ngobrol. Kalau Bang Haris juga dalam kesan baik dia lebih sering komunikasi nonverbalnya lebih welcome terhadap mahasiswanya cuma ya tergantung lagi kalo mahasiswanya ibaratnya sesuka hatinya Abang itu pun komunikasi nonverbal yang dia tunjukkan sesuka hatinya juga. Pak Pohan kalau menurut saya baik karena komunikasi nonverbal yang dia lakukan sudah cukup bagus sih dalam bentuk perspektif bahwa diri dia tu di hadapan mahasiswa baik dan bisa dijadikan contoh sih. Kalau Pak Humaizi dalam kesehariannya Bapak itu sangat baik ramah dan ya Bapak itu sering nanyak-nanyak mengenai skripsi atau perkembangan mahasiswa yang dia kenal. Kalau Pak Suwardi dalam bentuk kesan baik di dalam kelas biasanya bapak itu lebih ramah dan Bapak itu menurut saya lebih mudah tersenyum. Kalau Pak Abdi dalam membentuk kesan baik menurut Universitas Sumatera Utara saya sih tidak ada ya, soalnya Bapak itu lebih karena adanya pengalaman yang gak enak sama Bapak itu menurut saya sih Bapak itu orangnya tidak baik karena lebih mementingkan kepentingan dia sendiri. Kalau Pak Mukti menurut saya sih dalam komunikasi nonverbal dalam membentuk kesan baik cukup bagus ya soalnya Bapak itu juga ramah dan mau memberitahu kesannya itu Bapak itu lebih enak di ajak ngobrol. Kalau Pak Danan menurut saya sih, saya kurang begitu sering ya berkomunikasi dengan Bapak itu kalau di saat mengajar kesan nonverbal membentuk kesan baik Bapak itu kurang cukup bagus soalnya Bapak itu jarang juga menggunakan komunikasi nonverbal dia lebih mencari tau tentang diri dia. Kalau Pak Safrin sih menurut saya baik karena dia ramah dan dimana-mana asal jumpa dengan saya Bapak itu juga mau menegur duluan sama kayak Bang Iskandar. 14. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi?. Siapa dosennya? Jawab: Kalau Bu Fatma dalam mengendalikan komunikasi nonverbalnya dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi lebih sering dia berjalan keliling kelas supaya mahasiswanya terfokus dengan dia sama kayak Bu Mazda, Bu Mazda juga melakukan hal yang sama dalam menunjukkan kekuasaan atau dominasinya dalam kelas tersebut. Kalau Bu Dayana biasanya dalam menunjukkan kekuasaan dia lebih sering menggunakan nada yang tinggi disaat mungkin ada mahasiswanya yang ribut atau apa agar mahasiswanya tidak sesuka hatinya di dalam kelas. Kalau Kak Emil perilakunya dalam menunjukkan ekspresi kekuasaan, kendali dan dominasi Kak Emil lebih sering menggunakan pendekatan komunikasi antar pribadi sehingga mahasiswanya pun sama Kakak itu juga bersikap baik. Kalau Kak Jo biasanya menggunakan nada yang tinggi dan peran perilakunya dalam menunjukkan kekuasaannya Kakak itu biasanya dengan marah kepada mahasiswa-mahasiswa yang tidak mendengarkannya. Kalau Bu Lusi saya kurang ingat bagaimana peran perilaku komunikasinya dalam menunjukkan dominasinya, kalau Bu Nurbani biasanya dia menggunakan nada-nada yang tinggi sama seperti dengan Bu Dewi dan Bu Inon. Kalau Bu Rusni juga Universitas Sumatera Utara menggunakan nada-nada tinggi juga biasanya mengunakan kata-kata yang lebih membenarkan apa yang dia bilang tanpa menerima saran dari orang lain. Kalau Bang Hendra dan Pak Amir biasanya menggunakan nada yang tinggi dalam berbicara untuk menunjukkan dominasinya di dalam kelas. Kalau Bang Haris dalam menunjukkan dominasinya dalam kelas biasanya dia langsung menyebutkan nama mahasiswanya kalau mahasiswanya itu lagi tidak kondusif. Kalau Pak Pohan dalam menunjukkan dominasinya Bapak itu lebih diam aja ya bagaimana kondisi kelasnya atau lagi kondusif atau tidak. Kalau Pak Humaizi biasanya langsung menunjuk mahasiswa yang bersangkutan di dalam menunjukkan dominasinya di dalam kelas sama kayak Pak Suwardi, kalau Pak Abdi saya kurang ingat, Pak Mukti saya juga kurang ingat soalnya Bapak itu lebih sering cerita sih dari pada menunjukkan dominasinya sama kayak Pak Danan. Kalau Pak Safrin menggunaka nada yang tinggi saat menjelaskan kepada mahasiswanya, kalau Bang Iskandar saya juga kurang ingat. 15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? Jawab: Kalau dilihat dari satu persatu sih ada beberapa yang sering ada juga yang gak pernah. Biasanya sih kalau yang sering itu kayak dosen seperti Bu Fatma, Bu Mazda, Kak Emil, Kak Jo, Bu Lusi itu umumnya dosen-dosen perempuan sih lebih sering menggunakan emblim saat berkomunikasi. Biasanya yang paling sering itu Bu Mazda dalam menggunakan emblim saat berkomunikasi. Yang lainnya saya belum pernah lihat menggunakan emblim atau enggak. 16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat ilustrator (perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? Universitas Sumatera Utara Jawab: Saya pernah lihat ada beberapa juga dosen Ilmu Komunikasi yang menggunakan isyarat ilustrator, itu umumnya juga dosen perempuan dan kalau dosen laki-laki pun yang pernah saya lihat biasanya itu Bang Haris dan Bang Hendra, itu pun waktu mahasiswanya ada yang terlat atau apa dalam meyuruh dia masuk. Yang perempuan yang biasanya menggunakan isyarat ilustrator itu kayak Bu Nurbani yang pernah saya lihat, Bu Mazda. 17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional, gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? Jawab: Ada beberapa dosen sangat pernah saya lihat itu kayak Bu Fatma, Bu Mazda, Kak Jo, Bu Lusi juga pernah saya lihat kalau lagi marah dia tu mukanya lebih cenderung kayak lebih tegas dan keningnya tu pasti mengkerut. Kalau dosen laki-laki sih saya belum pernah lihat ya. Ya seperti yang saya bilang tadi semua gak semua dosen. Kalau dosen laki-laki yang sering kelihatan wajah lelahnya seperti Pak Humaizi pernah karena dia lagi banyak masalah atau lagi sibuk ekspresi ketika dia mengajar lebih lesu, jadi kelihatan kalau dia lagi lelah. Kalau dosen perempuan sih dosennya itu-itu aja sih yang sering menggunakan bahasa nonverbal. Kalau dosen yang selalu ceria menurut saya adalah Pak Pohan, soalnya bagaimanapun kondisi saat mengajar Bapak itu selalu tersenyum dan menjelaskan dengan baik apa yang dia terangkan. Ada lagi yang lain? Kalau menurut saya yang paling baik itu sih Pak Pohan. 18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau mengendalikan pembicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? Jawab: Biasanya yang sering menggunakan isyarat regulator itu Bu Fatma, Bu Mazda, Kak Jo, Bu Nurbani itu sering melakukan regulator apa lagi saat Universitas Sumatera Utara menjelaskan dia sering melihat, kalau saya perhatiin matanya tu ibarat selalu berkeliaran melihat mahasiswanya satu per satu ada yang mendengarkan atau tidak, ada yang bermain-main atau tidak dan biasanya kalau ada mahasiswanya yang tidak kondusif dia langsung menegurnya dengan menggunakan nada-nada atau ekspresi yang tidak enak. Selanjutnya kalau dari dosen laki-laki itu biasanya yang menggunakan isayarat regulator itu seperti Pak Amir kalau gak salah ya, waktu pelajaran soskom dia melihat mahasiswanya satu-satu dan sering ketahuan kalau ada mahasiswanya yang ribut atau yang sedang bermain-main handphone dan menurut saya sih itu aja. Yang perempuan gak ada lagi yang lain?. Yang perempuan sih yang biasanya peduli dengan kondisi kelas dan melihat mahasiswanya satu-satu sih cuma itu aja, yang lainnya kebanyakan sih membiarkannya saja. 19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya? Jawab: Kalau yang saya lihat dosen yang sering melakukan itu kayak Bu Mazda dan Bu Dewi, ketika kondisinya lagi panas Bu Mazda sering mengipas-ngipas kalau Bu Dewi menggerakkan bajunya supaya ada udara yang masuk. Kalau dosen laki-laki yang sering kayak gitu sih Bang Hendra, dia sering sekali kalau lagi menjelaskan sambil meggaruk-garuk kepalanya.Itu aja sih menurut saya yang sering melakukan itu. 20. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak mata saat mengajar di dalam kelas?. Seperti apa kontak mata dosen Ilmu Komunikasi? Jawab: Kalau kontak mata seperti kaya Bu Fatma itu menurut saya kontak matanya dengan mahasiswa itu sedang ya soalnya tidak kepada semua mahasiswa dia melakukan kontak mata secara langsung hanya kepada mahasiswa-mahasiswa yang betul-betul antusias mendengarkan dia dan ibaratnya ya seperti itulah tidak kepada semua mahasiswa dia melakukan Universitas Sumatera Utara kontak mata secara langsung. Kalau Bu Mazda sih dia juga sering melakukan kontak mata apalgi kalau ada mahasiswanya yang ribut dia akan menghampirinya ibaratnya dia langsung bertanya kepada orang yang bersangkutan. Kalau Bu Dayana saya tidak ingat ya, kalau kak Emil dia biasanya langsung nanya itu kalau kontak matanya dia langsung melakukan pertanyaan kepada orang itu secara langsung, kalau Kak Jo sama seperti yang lain dia juga pasti langsung menegurnya. Menurut saya kontak matanya dari Kak Jo kuat sih. Kalau Bu Lusi saya kurang tahu soalnya Ibu itu juga tidak lama pernah mengajar saya. Kalau Bu Nurbani kontak matanya kepada mahasiswanya menurut saya kuat. Kalau Bu Dewi menurut saya kontak matanya lemah atau tidak begitu kuat. Kalau Bu Inon lemah, Bu Rusni saya tidak ingat, kalau Bang Hendra kontak matanya dengan mahasiswa kalau di dalam kelas itu lemah tapi kalau di luar kita jumpa sama dia itu kontak matanya dia itu sangat kuat seperti tidak ada antara dosen dengan mahasiswa. Kalau Pak Amir kontak matanya dengan mahasiswa itu kuat tetapi dia kontak matanya itu seperti menunjukkan adanya perbedaan, kalau Bang Haris kontak matanya dengan mahasiswanya itu menurut saya kuat sih karena abang itu lebih sering berbicara dengan mahasiswanya dalam kehidupan sehari-harinya juga sih. Kalau Pak Pohan di dalam kelas kontak matanya tidak begitu kuat karena kalau mahasiswanya tidak mau mendengarkannya dia juga tidak memperdulikannya, sama seperti Pak Humaizi dan Pak Suwardi. Kalau Pak Abdi saya kurang ingat sama dengan Pak Mukti. Kalau Pak Danan itu kontak dengan mahasiswanya lemah karena waktu di dalam kelas dia tidak memperdulikan bagaimana kondisi di sekelilingnya dan dia suka hati dia lah, jadi kontak matanya itu sangat lemah. Kalau Pak Safrin itu kontak matanya kuat, seingat saya kontak mata langsung yang dilakukannya biasanya dia langsung bertanya pada mahasiswa yang bersangkutan. Kalau Bang Iskandar saya juga kurang ingat. 21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari mereka di kampus?. Siapa dosennya? Universitas Sumatera Utara Jawab: Kalau ekspresi wajah, kalau Bu Fatma sih lebih sering tersenyum kalau Bu Mazda juga. Kalau Bu Dayana ekspresinya sih menurut saya datar aja, kalau Kak Emil lebih tersenyum kalau Kak Jo juga terseyum tetapi kalau ada yang meremehkan dia pasti ekspresinya langsung berubah biasanya mukanya jadi lebih tegas dan keningnya agak sedikit berkerut nampak dia kondisi lagi marah. Kalau Bu Lusi sih menurut saya biasa aja. Kalau Bu Nurbani sama juga kayak Kak Jo dia lebih sering tersenyum tetapi kalau ada yang meremehkan atau ada yang tidak mendengarkan dia di dalam kelas dia juga ekspresinya bisa langsung berubah. Kalau Bu Dewi datar aja, tetapi waktu terakhir Ibu itu mengajar pemasaran sosial disitu ekspresi Ibu itu ibaratnya sangat-sangat senanglah sehingga dia pun tidak bisa menahan tertawanya saat memberi contoh bahwa contohnya itu merupakan dirinya sendiri. Kalau Bu Inon biasanya dia ekspresinya lebih ke ekspresi marah dengan mukanya yang ekspresi wajahnya nampaklah kalo ekspresi dia tu lagi marah dan dia jarang sekali menunjukkan ekspresi lagi senang atau apa. Kalau Bu Rusni menurut saya biasa aja sih, paling pernah sesekali saya lihat ekspresi dia lagi marah itu keningnya berkerut. Kalau Bang Hendra ekspresi wajah yang dia tunjukin biasa aja, datar sih soalnya Abang itu pun kalau marah ekspresinya gitu kalau senang pun kayak gitu juga. Kalau Pak Amir saya kurang ingat soalnya Bapak itu jarang sekali masuk pada saat kuliah lebih sering masuk dosen pengganti. Kalau Bang Haris biasanya ekspresi wajah yang sering dia tunjukin saat kuliah atau apa biasanya dia lebih mudah tersenyum sehingga menunjukkan kalau dia lagi dalam kedaan senang tapi kalau ada mahasiswanya yang suka-suka dia langsung marah dengan menunjukkan ekspresi yang tidak enak lah. Kalau Pak Pohan menurut saya sih biasa aja, Pak Humaizi biasanya ekspresi yang dia tunjukkan kalau lagi marah dia lebih mengkerutkan keningnya sih menurut saya, kalau Pak Suwardi kalau ketawa dia ketawa tapi ekspresi wajahnya kayak gak orang ketawa, kayak gak lagi senang kayak terpaksa. Pak Abdi ekspresinya menunjukkan seperti orang yang lagi kelelahan, memang dia mudah tersenyum. Kalau Pak Mukti dia lebih sering tersenyum. Pak Danan ekspresinya datar aja. Pak Safrin mudah tersenyum tapi kalau dia lagi marah Universitas Sumatera Utara ekspresi wajahnya langsung mengetat. Kalau Bang Iskandar ekpresinya baik di dalam kelas maupun di luar kelas dia lebih mudah tersenyum. 22. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Bentuk emosi dosen Komunikasi itu lebih ke senang ya dan marah itu hal yang wajar bagi saya. 23. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat pada dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Kalau Bu Fatma menurut saya kalau lagi ngomong itu tangannya ikut main sih pada saat memberikan contoh sama kayak Bu Mazda. Kalau Bu Dayana seingat saya kalau dia lagi ngasih contoh tangannya ikut main. Kak Emil juga, kalau lagi memberikan contoh tangannya juga ikut menjelaskan apa yang dia katakan. Kalau Kak Jo biasanya gesture yang sering dilakukan itu seperti tangan ya, kalau Bu Lusi tangan dan kepalanya pas ngajar pasti ada gerak-gerak, sama kayak Bu Bani. Kalau Bu Dewi itu saat mengajar tangan sama badannya sering digunakan. Kalau Bu Inon tangannya juga sering digerakkan, kalau Bu Rusni kurang ingat ya. Kalau Bang Hendra dia sering menggunakan isyarat tangan dan kakinya. Kalau Pak Amir saya juga kurang ingat, kalau Bang Haris menggunakan gesture tangan, kalau Pak Pohan sama juga gesture tangan, kalau Pak Humaizi itu tangan, Pak Suwardi sering pakai tangan dan kalau dia lagi berdiri gesturenya itu dia sering ngerapiin bajunya. Pak Abdi kurang ingat, kalau Pak Mukti lebih menggunakan isyarat tangan, kalau Pak Danan kurang ingat. Kalau Pak Safrin sama Bang Iskandar sama suka menggunakan isyarat tangan. 24. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?. Siapa dosennya? Jawab:Kalau Bu Fatma sih menurut saya mesomorphy, Bu Mazda endomorphy, Bu Dayana itu ectomorphy, Kak Emil ectomorphy, Kak Jo itu endomorphy, Bu Lusi endomorphy, Bu Bani sama Bu Dewi lebih ke endomorphy, Bu Inon dan Bu Rusni juga endomorphy, Bang Hendra mesomorphy, Pak Amir endomorphy, Bang Haris mesomorphy, Pak Pohan endomorphy, Pak Humaizi ectomorphy, Pak Suwardi endomorphy, Pak Abdi Universitas Sumatera Utara endomorphy, Pak Mukti ectomorphy, Pak Danan endomorphy, Pak Safrin endomorphy sama kayak Bang Iskandar. 25. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi dengan mahasiswa di luar kelas?. Siapa dosennya? Jawab:Kalau Bu Fatma lebih ke jarak pribadi sama kayak Bu Mazda, Bu Dayana lebih ke jarak sosial, kalau Kak Emil lebih ke jarak akrab, Kak Jo dan Bu Lusi jarak sosial, Bu Bani jarak akrab, Bu Inon jarak publik, Bu Rusni jarak publik, Bang Hendra jarak pribadi, Pak Amir jarak sosial, Pak Pohan jarak akrab, Pak Humaizi pribadi, Pak Suwardi jarak sosial, Pak Abdi jarak publik, Pak Mukti jarak sosial, Pak Danan jarak sosial, Pak Safrin jarak pribadi dan Bang Is jarak sosial. 26. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur, konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi ruang dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Menurut saya lebih ke konteks masalah yang dibahas, status dan usia. 27. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Menurut saya yang sering menggunakan ini Bu Mazda ya, Bu Bani sama Bu Dayana. 28. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika berbicara seperti biasa?. Siapa dosennya? Jawab:Bu Fatma pelan, Bu Mazda kalau bicara sehari-hari termasuk pelan kalau di dalam kelas tergantung kondisi. Kalau dia lagi emosinya lagi marah itu nadanya bisa naik sewaktu-waktu, Bu Dayana itu pelan, Kak Emil pelan, Kak Jo keras, Bu Lusi pelan, Bu Nurbani keras, Bu Dewi keras, Bu Inon pelan, Bu Rusni keras, Bang Hendra keras, Pak Amir keras, Bang Haris Universitas Sumatera Utara sedang, Pak Pohan pelan, Pak Humaizi pelan, Pak Suwardi pelan, Pak Abdi keras, Pak Mukti keras, Pak Danan pelan, Pak Safrin keras, Pak Is keras. 29. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Bu Fatma sedang, Bu Fatma sedang, Bu Dayana lambat, Kak Emil sedang, Kak Jo cepat, Bu Lusi sedang, Bu Bani cepat, Bu Dewi cepat, Bu Inon cepat, Bu Rusni sedang, Bang Hendra cepat, Pak Amir cepat, Bang Haris sedang, Pak Pohan sedang, Pak Humaizi sedang, Pak Suwardi sedang, Pak Abdi lambat, Pak Mukti cepat, Pak Danan lambat, Pak Safrin cepat, Bang Is lambat. 30. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Kualitas suara Bu Fatma baik, Bu Mazda juga baik, Bu Dayana kurang, Kak Emil baik, Kak Jo baik, Bu Lusi kurang, Bu Bani baik, Bu Dewi kurang, Bu Inon kurang, Bu Rusni kurang, Bang Hendra kurang, Pak Amir baik, Bang Haris baik, Pak Pohan baik, Pak Humaizi baik, Pak Suwardi baik, Pak Abdi kurang, Pak Mukti kurang, Pak Danan kurang, Pak Safrin baik, Bang Is baik. 31. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal “diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?. Siapa dosennya? Jawab:Misalnya kalau kondisi kelas nggak kondusif gitu biasanya dosen langsung diam. 32. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang, cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Bu Fatma biasanya pakaian dan aksesoris kalungnya, Bu Mazda aksesoris kalung dan pakaian-pakaian tradisionalnya, Bu Dayana lebih ke pakaiannya, keliatan pakaiannya cukup sederhana, Kak Jo pakaian dan aksesoris, Kak Emil lebih ke pakaiannya rapi dan sopan, Bu Lusi lebih ke Universitas Sumatera Utara pakaiannya, Bu Bani ciri khasnya itu sering pakai baju warna hitam, Bu Dewi lebih ke make upnya, lipstiknya kelihatan merah, Bu Inon lebih ke pakaian dan aksesoris yang dia gunakan kelihatan glamour. Bu Rusni biasa aja, kelihatan seperti sudah usia lanjut, Bang Hendra sering pakai sendal dan pakaiannya lebih kayak mahasiswa, Pak Amir rapi dan sering jalan sambil merokok, Bang Haris kemana-mana sering pakai jacket, Pak Pohan topinya, Pak Humaizi lebih ke pakaian yang dia pakai sering pakai warna merah jambu, Pak Suwardi ciri khasnya jenggot dan rambutnya di tengah-tengahnya botak dan putih, Pak Abdi ciri khasnya kulitnya hitam dan kalau senyum biasanya cuma giginya aja yang nampak, senyumnya itu senyum pepsodent, hahaha. Pak Mukti topi kebanggaannya itu yang warna biru yang ada tulisannya tapi saya lupa. Pak Danan mobil sedannya yang warna hijau itu terkenal, Pak Safrin ciri khasnya itu potongan rambutnya. Potongan rambutnya itu agak mudalah sedikit dari umurnya, kalau Bang Is lebih ke perutnya yang buncit dan bajunya itu model-model baju yang kebesaran. 33. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Bu Fatma suka menggunakan warna-warna yang slow seperti warna cream, terus warna coklat muda, Bu Mazda warna-warna yang cerah dan bercorak, Bu Dayana lebih sering pakai warna yang lembut, Kak Emil sering pakai warna biru, Kak Jo sering pakai warna terang, Bu Lusi lebih sering warna lembut, Bu Bani warna hitam, Bu Dewi warna merah, Bu Inon warnawarna cerah dan bercorak, Bu Rusni warna-warna yang lembut, Bang Hendra sering pakai warna putih dengan motif kotak-kotak, Pak Amir warna-warna cerah, Bang Haris warna gelap, Pak Pohan warna lembut tapi kadang juga terang, Pak Humaizi warna cerah, Pak Suwardi warna agak gelap, Pak Abdi warna cerah, Pak Mukti warna gelap, Pak Danan warna gelap, Pak Safrin warna cerah, Bang Is warna cerah. 34. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Nggak ada. Universitas Sumatera Utara 35. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu dalam proses belajar mengajar?. Siapa dosennya? Jawab:Bu Fatma tepat waktu, Bu Mazda juga, Bu Dayana kurang, Kak Emil tepat waktu, Kak Jo tepat waktu, Bu Lusi kurang, Bu Bani kurang, Bu Dewi kurang, Bu Inon kurang, Bu Rusni tepat waktu, Bang Hendra kurang, Pak Amir kurang, Bang Haris tepat waktu, Pak Pohan balance, Pak Humaizi tepat waktu, Pak Suwardi tepat waktu, Pak Abdi kurang, Pak Mukti kurang, Pak Danan kurang, Pak Safrin tepat waktu, Bang Is tepat waktu. 36. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya? Jawab:Dosen yang wangi itu kayak Bu Fatma, Bu Mazda, Kak Emil, Kak Jo, terus kalau dari dosen laki-laki itu kayak Pak Humaizi, Pak Pohan, yang lain biasa aja. Kalau wanita lebih sering wangi-wangi buah kalau dosen laki-laki wangi-wangi yang glamour gitu atau tajam. 37. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?. Siapa dosennya? Jawab:Pernah sih. 38. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?. Siapa dosennya? Jawab:Pak Humaizi dia sering nyentuh kepala, Bu Mazda sering pegang ujung tangan, kalau lagi marah dia kadang mukul pundak. Itu aja sih. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168 LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NO NAMA : Yesi Kusmasari NIM :100904103 PEMBIMBING : Dr. Nurbani, M.Si TANGGAL PEMBAHASAN PARAF PERTEMUAN 1. 19 Desember 2013 PEMBIMBING - Pembahasan mengenai BAB I, II dan III - Pembahasan mengenai informan 2. 13 Februari 2014 - Pembahasan mengenai informan - Pembahasan sistematika penulisan. 3. 27 Februari 2014 - Pembahasan sistematika penulisan 4. 24 Maret 2014 - Pembahasan mengenai BAB I-V 5. 26 Maret 2014 - Pembahasan mengenai BAB I-V 6. 30 Maret 2014 - Pembahasan mengenai BAB I-V 7. 4 April 2014 - Pembahasan mengenai BAB I-V 8. 5 April 2014 Penyerahan kelengkapan Universitas Sumatera Utara skripsi Universitas Sumatera Utara BIODATA PENELITI Nama/NIM : YESI KUSMASARI/100904103 Tempat/Tanggal Lahir : Siberuang/ 26 Januari 1992 Departemen : Ilmu Komunikasi FISIP USU Alamat : Jln. Jamin Ginting Gang Medan Area No. 23 Medan Email : [email protected] Ayah : Jhon Rinaldi Ibu : Nesmawarni Anak ke : 1 dari 3 bersaudara Nama Saudara Kandung : Jania Putri Orangtua Indra Alfiansyah Agama : Islam Pendidikan : 1996-1998 TK Tunas Agung Sei Siasam 1998-2004 SDN 030 Pendalian 2004-2007 SMP N 1 Bangkinang 2007-2010 SMA Harapan Mandiri Medan 2010-2014 Departemen Ilmu Komunikasi USU Universitas Sumatera Utara