LAMPIRAN Profil Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU 1

advertisement
LAMPIRAN
Profil Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU
1.
Nama
: Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A
NIP
: 196208281987012001
Tempat dan Tanggal Lahir
: Sibolga/ 28 Agustus 1962
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Golongan/Pangkat
: IV c/ Pembina Utama Muda
Jabatan Fungsional Akademik
: Lektor Kepala
Jabatan Struktural
: Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas/ Departemen
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Ilmu
Komunikasi
Perguruan Tinggi
: Universitas Sumatera Utara
Alamat
: Jl. Dr. Sofyan No. 1 Kampus USU Medan
Telp./Faks
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl.Brig. Katamso Gg. Perbatasan Baru No.
54 Medan
Telp./HP
: (061) 7866787/ 085261341899
E- Mail
: [email protected]
Pendidikan Tinggi:
RIWAYAT PENDIDIKAN PENDIDIKAN TINGGI
Jenjang
Tahun
Perguruan Tinggi
Jurusan/Bidang Studi
Lulus
S1
1986
FISIP USU- Ilmu Komunikasi
Ilmu Komunikasi
S2
2006
IAIN SU- Komunikasi Islam
Ilmu Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
2.
Nama Lengkap
: Dra. Mazdalifah, M.Si, Ph.D
Tempat / Tgl. Lahir
: Madiun / 03 Juli 1965
Agama
: Islam
NIP
: 196507031989032001
No. Karpeg
: E – 686870
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina / IV B
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rosa II No. 1 Medan
Johor
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 7881389/08126545153
Alamat E-mail
: mazdalifah_jalil @yahoo.com
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
1.
S1
FISIP USU – Ilmu Komunikasi
1988
2.
S2
IPB – Bogor, Komunikasi
1999
PemBangunan
3.
S3
USM Penang Malaysia (On Going)
2007
3.
Nama Lengkap
: Dra. Dayana, M.Si
Tempat / Tgl. Lahir
: Taput / 28 Juli 1960
Agama
: Kristen Protestan
NIP
: 196007281987032002
No. Karpeg
: E – 426212
Universitas Sumatera Utara
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina / IV a
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Pintu Air IV Gg. Tenang No. 1 Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 77835883/08163145597
Alamat E-mail
: [email protected]
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
1986
Institut Pertanian Bogor
1998
4.
Nama Lengkap
: Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A
Tempat / Tgl. Lahir
: Medan/21 Oktober 1973
Agama
: Islam
NIP
: 197310212006042001
No. Karpeg
: M 209271
Jabatan Fungsional
: Asisten Ahli
Pangkat / Golongan
: Penata Muda/IIIB
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Universitas Sumatera Utara
Alamat Rumah
: Jl. Metal, Comp. Cemara Hijau Blok O-24,
Deli Serdang
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 6629424/08153190851
Alamat E-mail
: [email protected]
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
FISIP USU – ILMU KOMUNIKASI
1997
S1
Fakultas Psikologi UMA
1998
2.
Profesi
3.
S2
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
Universiti Sains Malaysia – Ilmu
Tugas`Akhir
Komunikasi
4.
S3
-
5.
Nama Lengkap
: Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si
Tempat / Tgl. Lahir
: Jambi / 7 November 1980
Agama
: Kristen Katolik
NIP
: 198011072006042002
No. Karpeg
:
Jabatan Fungsional
: Asisten Ahli
Pangkat / Golongan
: Penata Muda/IIIB
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Jamin Ginting Gg. Pancur Siwah No. 10A
Padang Bulan, Medan-20142
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 8365169/081320703782/08192411760
Alamat E-mail
: [email protected]/[email protected]
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun
Tamat
1.
S1
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
Universitas Padjadjaran-Bandung
2003
UNIVERSITAS INDONESIA
2008
6.
Nama Lengkap
: Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D
Tempat / Tgl. Lahir
: Medan/05 April 1967
Agama
: Islam
NIP
: 196704051990032002
No. Karpeg
: E – 908399
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina /IV A
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Bunga Wijaya Kusuma III No. 4 Psr IV
Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 8223658/08126469794
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
FISIP USU – ILMU KOMUNIKASI
1989
Universiti Sains Malaysia- P. Pinang
1999
7.
Universitas Sumatera Utara
Nama Lengkap
: Dra. Nurbani, M.Si
Tempat / Tgl. Lahir
: Dairi/ 02 Agustus 1961
Agama
: Islam
NIP
: 196108021987012001
No. Karpeg
: E - 426188
Jabatan Fungsional
: Lektor
Pangkat / Golongan
: Penata Tk.I/III d
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. DI. Panjaitan No. 84 Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 5625889
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
2.
Profesi
3.
4.
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
FISIP USU
1986
S2 / Sp1
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004
S3 / S2
UNPAD – BANDUNG
SEDANG TB
8.
Nama Lengkap
: Dra. Dewi Kurniawati, Msi
Tempat / Tgl. Lahir
: Medan/24 Mei 1965
Agama
: Islam
NIP
: 196505241989032001
No. Karpeg
: E – 060050
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina/IVA
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Universitas Sumatera Utara
Alamat Rumah
: Jl. Medan Stabat Km.34,4 No. 718 Stabat
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 8911246/081361637464
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun
Tamat
1.
S1
FISIP USU – ILMU KOMUNIKASI
1988
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
PPSW USU- MEDAN
2001
4.
S3 / S2
University Sains Malaysia (on going)
2009
9.
Nama Lengkap
: Dra. Inon Beydha, MS.i, Ph.D
Tempat / Tgl. Lahir
: Medan/22 Januari 1965
Agama
: Islam
NIP
: 196501221991032002
No. Karpeg
: F. 249697
Jabatan Fungsional
: Lektor
Pangkat / Golongan
: Penata Tk.I/III.c
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Ampera No. 44 Mandala By Pass Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 7321860
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun
Tamat
1.
S1
2.
Profesi
Ilmu Komunikasi- FISIP USU
1989
Universitas Sumatera Utara
3.
S2 / Sp1
Perencanaan & PemBangunan Wilayah –
2000
USU
4.
S3 / S2
Peace Studies-University of Putra
2007
Malaysia
10.
Nama Lengkap
: Dra. Rusni, M.A
Tempat / Tgl. Lahir
: Medan/04 Agustus 1951
Agama
: Islam
NIP
: 195108041985032001
No. Karpeg
: D – 360408
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina / IV A
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Tg. Permai I No. 15 Perumahan Tg. Gusta
Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 8458211
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun
Tamat
1.
S1
FISIP – UNIVERSITAS GADJAH
1978
MADA
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
Komunikasi Islam-IAIN SUMUT
Universitas Sumatera Utara
11.
Nama Lengkap
: Drs. Hendra Harahap, M.Si
Tempat / Tgl. Lahir
: P. Siantar/ 02 Oktober 1967
Agama
: Islam
NIP
: 196710021994031002
No. Karpeg
: G – 153975
Jabatan Fungsional
: Lektor
Pangkat / Golongan
: Penata/III C
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Eka Rasmi VI No. 9 Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 7875027/081375061110
Alamat E-mail
: [email protected]
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
FISIP USU
1991
UNIVERSITAS INDONESIA
2000
12.
Nama Lengkap
: Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D
Tempat / Tgl. Lahir
: Pematang Siantar, 19 Februari 1951
Agama
: Islam
NIP
: 195102191987011001
No. Karpeg
: E – 426190
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina / IV b
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
Universitas Sumatera Utara
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Garuda, gang PTP VIII, No. 21 F
Sei Sikambing-B, Medan Sunggal
Medan (20122)
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 8467118 / 08126025224
Alamat E-mail
: [email protected]
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
Nama Universitas dan Tempat
Publisistik, FISIPOL UGM,
Tahun Tamat
1976
Yogyakarta
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
Antar Bidang, UGM, Yogyakarta
1992
4.
S3 / S2
University Sains Malaysia (USM)
2002
13.
Nama Lengkap
: Haris Wijaya, S.Sos., M.Comm
Tempat / Tgl. Lahir
: Pkl. Susu,Kab.Langkat/06 November 1977
Agama
: Islam
NIP
: 197711062005011001
NIDN
: 0006117701
Jabatan Fungsional
: Staf Pengajar
Pangkat / Golongan
: Penata Muda / III a
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Sei Belutu Gg. Pohan No. 120 E Tj. Rejo
Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 081361652429
Alamat E-mail
: [email protected]
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun
Tamat
1.
S1
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
Universitas Sumatera Utara
2000
USM Penang
2008
14.
Nama Lengkap
: Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D
Tempat / Tgl. Lahir
: P. Siantar/05 Desember 1958
Agama
: Islam
NIP
: 195812051989031002
No. Karpeg
: F – 324101
Jabatan Fungsional
: Lektor
Pangkat / Golongan
: Penata TK. I/III D
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Komp.Waikiki Blok C-35 Medan 20134
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 8224532/08126350685
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
Ilmu Komunikasi, UNTAG Jakarta
1987
Ilmu Komunikasi, Universitas
1996
Indonesia, Jakarta
4.
S3 / S2
Universitas Sumatera Utara
15.
Nama Lengkap
: Drs. Humaizi, M.A
Tempat / Tgl. Lahir
: Aceh Timur / 09 Agustus 1958
Agama
: Islam
NIP
: 195908091986011002
No. Karpeg
: E – 060050
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina Tingkat I / IV b
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8222238
No. Faximile
:
Alamat Rumah
: Jl. Sawit 6 No. 7 P. Simalingkar Medan –
20141
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 8362368/08126003863
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
JURUSAN BAHASA INGGRIS,
1979
FAKULTAS SASTRA USU
1985
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI,
FISIPOL USU
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
JABATAN KOMUNIKASI
1994
FAKULTAS SAINS KEMANUSIAAN
DAN KEMASYARAKATAN,
UNIVERSITI KEBANGSAAN
MALAYSIA
4.
S3 / S2
Universitas Sumatera Utara
16.
Nama Lengkap
: Prof. .Dr. Suwardi Lubis, MS
Tempat / Tgl. Lahir
: Rantau Prapat/10 Agustus 1958
Agama
: Islam
NIP
: 195808101986011001
No. Karpeg
: E – 002562
Jabatan Fungsional
: Guru Besar
Pangkat / Golongan
: Pembina Utama Muda/IV c
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Sumarsono No. 45 Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 8211752
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
FISIP USU – ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
4.
S3 / S2
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
17.
Nama Lengkap
: Drs. Abdi Sitepu M.SP
Tempat / Tgl. Lahir
: Kabanjahe/21 Agustus 1958
Agama
: Kristen
NIP
: 195808211986031003
No. Karpeg
: E – 060060
Jabatan Fungsional
: Lektor
Pangkat / Golongan
: Penata Tk.I/III d
Universitas Sumatera Utara
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Upah Tendi Sebayang No. 29 Kabanjahe
No. Telepon Rumah/HP
: (0628) 21078/0811613065
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
UNIVERSITAS PADJADJARAN
1984
BANDUNG
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
TUGAS BELAJAR
18.
Nama Lengkap
: Drs. Mukti Sitompul, M.Si
Tempat / Tgl. Lahir
: Tapanuli Selatan/16 Juli 1953
Agama
: Islam
NIP
: 195307161981121001
No. Karpeg
: C.0579571
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina/IVB
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8211965
No. Faximile
: (061) 8211965
Alamat Rumah
: Jl. Cahaya Gg. Sudi No.7 Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) -6691444/0812657174
Alamat E-mail
:
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
1.
S1
USU Medan
1985
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
UNPAD Bandung
1995
19.
Nama Lengkap
: Drs. HR. Danan Djaja, M.A
Tempat / Tgl. Lahir
: Medan/ 09 November 1952
Agama
: Islam
NIP
: 195211091983031001
No. Karpeg
: C – 0868577
Jabatan Fungsional
: Lektor
Pangkat / Golongan
: Penata Tk. I/III d
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. AR. Hakim Gg. Pertama No. 17 Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 7363519/081362182292
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
1.
S1
Nama Universitas dan Tempat
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Tahun Tamat
1980
BANDUNG
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
4.
S3 / S2
UNIVERSITAS INDONESIA
1990
Universitas Sumatera Utara
20.
Nama Lengkap
: Drs. Safrin, M.Si
Tempat / Tgl. Lahir
: Medan/01 Oktober 1961
Agama
: Islam
NIP
: 196110011987011001
No. Karpeg
: E–
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina/IV A
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Gagak Raya No. 10 Griya Mandala Medan
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 7349350/0811614808
Alamat E-mail
:
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
1.
S1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1986
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
UNIVERSITAS INDONESIA
1993
4.
S3 / S2
21.
Nama Lengkap
: DR. Iskandar Zulkarnain, M.Si
Tempat / Tgl. Lahir
: Seunagan (Aceh Barat) / 03 – 09 - 1966
Agama
: Islam
NIP
: 196609031990031004
NIDN
: 0003096603
No. Karpeg
: E – 920399
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Pangkat / Golongan
: Pembina / IV a
Alamat Kantor
: Jl. Dr. Sofyan No.1 Kampus USU Medan
Universitas Sumatera Utara
No. Telepon Kantor
: (061) 8217168, (061) 8211965
No. Faximile
: (061) 8217168
Alamat Rumah
: Jl. Sidodame No. 61 Komplek PEMDA Pulo
Brayan Drata II, Medan-20239
No. Telepon Rumah/HP
: (061) 6613653/081533118217
Alamat E-mail
: [email protected]
Pendidikan Tinggi :
No.
Jenjang
Nama Universitas dan Tempat
Tahun Tamat
1.
S1
FISIP USU / Ilmu Komunikasi / Medan
1989
2.
Profesi
3.
S2 / Sp1
PPS UNPAD / Ilmu Komunikasi /
1995
Bandung
4.
S3 / S2
PPS UNPAD / Ilmu Komunikasi /
2003
Bandung
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi?
2.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan
komunikasi nonverbal?
3.
Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan
komunikasi nonverbal?
4.
Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi
nonverbal?
5.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal
saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus?
6.
Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan
komunikasi nonverbal di kampus?
7.
Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi
yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya?
8.
Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi?
9.
Jika ada, contoh perbedaan seperti apa yang Anda lihat?
10. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi
komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa
yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepala pada saat yang sama. Siapa dosennya?
11. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas
memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai
membereskan Buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman
di sampingnya aPakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti
atau belum terhadap isyarat terseBut? (mengatur interaksi). Siapa dosennya?
12. Apakah
dosen
komunikasi
lebih
sering
menyembunyikan
atau
mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat
mereka mengajar?. Siapa dosennya?
Universitas Sumatera Utara
13. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di
kehidupan sehari-hari mereka di kampus?. Siapa dosennya?
14. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku
komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan
dominasi?. Siapa dosennya?
15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau
ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?.
Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya?
16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
ilustrator
(perilaku
nonverbal
yang
menyertai
dan
secara
harfiah
“mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka
gunakan?. Siapa dosennya?
17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional,
gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa
sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka
gunakan?. Siapa dosennya?
18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau
mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan
sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka
gunakan?. Siapa dosennya?
19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka
umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi keButuhan tertentu dan
dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya
di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa
dosennya?
Universitas Sumatera Utara
20. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak
mata saat mengajar di dalam kelas?. Seperti apa kontak mata dosen Ilmu
Komunikasi?
21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan
sehari-hari mereka di kampus?. Siapa dosennya?
22. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu
Komunikasi?. Siapa dosennya?
23. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat
pada dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
24. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh
ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?. Siapa dosennya?
25. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi
dengan mahasiswa di luar kelas?. Siapa dosennya?
26. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur,
konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif
dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi
ruang dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
27. Wilayah merupakan salah satu bagian dari komunikasi ruang. Menurut Anda
dimana wilayah atau seperti apa wilayah yang sering digunakan oleh dosen
Ilmu Komunikasi saat mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas?. Siapa
dosennya?
28. Paralanguage merupakan isyarat yang ditimBulkan dari tekanan atau irama
suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa yang
diucapkan. Menurut Anda bentuk paralanguage seperti apa yang terlihat atau
yang dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
29. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah
tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan
oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
30. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau
lemButnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika
berbicara seperti biasa?. Siapa dosennya?
31. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu
kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan
dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
32. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi
dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu
Komunikasi?. Siapa dosennya?
33. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal
“diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?. Siapa dosennya?
34. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk
menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang,
cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh
dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
35. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa
dosennya?
36. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah
dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
37. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu
dalam proses belajar mengajar?. Siapa dosennya?
38. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?.
Siapa dosennya?
39. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh
Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?. Siapa
dosennya?
40. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?.
Siapa dosennya?
Universitas Sumatera Utara
HASIL WAWANCARA
INFORMAN 1 (PRA)
Tanggal wawancara: 20 Januari 2014
1.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Secara umum saya suka, dosen komunikasi itu secara keseluruhan gak
ada yang kayak persepsi saya sebelum masuk kampus. Jadi gak ada dosen
killer, gak ada dosen yang tukang apa ya, maksudnya kayak minta bayarbayaran gitu kan. Dulukan persepsi aku kayak gitu tentang dosen tapi ternyata
di komunikasi gak. Terus dosen komunikasi juga enjoy karna rata-rata mau
dipanggil Abang Bukan Bapak gitu walaupun awal-awalnya aku ngerasa
karena aku gak terbiasa manggil guru itu dengan Abang, jadi awal-awalnya
aku ngerasa jadi gak sopan ya, tapi ternyata setelah dijalani tetap sopan kok
tapi jadi lebih dekatkan karna manggilnya Abang gitu.
2.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Mungkin komunikasi nonverbalnya lebih ditonjolkan lagi aja gitu.
Jadi walaupun kita tahu nonverbal itu gak bisa dirancang artinya nonverbal
itu gak bisa diset, cuma aku pikir bisa dipakai ya gitu. Nonverbal itu bisa
diPakai walaupun tanpa sadar gitu. Misalnya kayak dilatih suara. Suara itu
mulai dinaikin, kalau utk menekankan materi-materi yang cukup penting itu
Pakai pitch-pitch yang tinggi atau kalau dia perlu untuk mengajak kesadaran
mahasiswanya suaranya diturunin. Suaranya lebih mendayu-dayu atau
mengajak. Lebih ke situ sih suara. Ya kayak gitu sih ketepatan waktu ya, apa
namanya kronemik itu juga sih.
3.
Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Bu Mazda, Bu Fatma, Bu Dewi
4.
Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi
nonverbal?
Jawab: Perempuan
Universitas Sumatera Utara
5.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal
saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus?
Jawab: Jarang, iya memang jarang
6.
Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan
komunikasi nonverbal di kampus?
Jawab: Kadang-kadang nggak ini, gak sesuai, apa ya, diterapkan sih, tapi,
nggak pas kayaknya. Kurang pas
7.
Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi
yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya?
Jawab: Jarang, soalnya komunikasi nonverbal kan gak bisa dicocok-cocokin
kan?. Dan kalau aku ngeliatnya sih, kadang-kadang ada yang gak sesuai juga.
Jadi miss, sering jadi miss lah daripada jadi tepat.
8.
Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Gak, kan nonverbal itu gak ngeliat-liat suku
9.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi
komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa
yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepala pada saat yang sama.
Jawab: Kayak mana ya, separoh ada separoh gak gitu, tapi banyak yang ini
sih, mungkin karena orang komunikasi ya jadi ngomong tapi nonverbalnya
kurang dimainkan peranannya.
10. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas
memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai
membereskan Buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman
di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti
atau belum terhadap isyarat terseBut? (mengatur interaksi)
Jawab: Banyak yang ngerti, iya karna biasanya langsung dosennya ngomong
“sepertinya nonverbal kalian mulai tidak nyaman, ya udah pulang lah kalian.”
11. Apakah
dosen
komunikasi
lebih
sering
menyembunyikan
atau
mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat
mereka mengajar?. Contohnya?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Lebih banyak mengekspresikan emosi sih, contohnya misalnya si
dosennya lagi gondok sama kami, kalau misalnya kami agak-agak telat masuk
atau tugasnya ini, kadang-kadang emosinya keluar dan cara mengajarnya
agak-agak apa ya, auranya agak-agak panas.
12. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di
kehidupan sehari-hari mereka di kampus?
Jawab: Bagus sih, maksudnya apa ya, gak ada nonverbal yang kurang nyaman
gitu kalau di kehidupan sehari-hari ya. Jadi kalau misalnya ketemu dosendosen komunikasi itu kalau ditegur, kalau disapa gitu mau, terus ya pokoknya
nonverbalnya masih amanlah gitu untuk gak ngebuat mahasiswa itu jadi takut
atau benci gitu.
13. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku
komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan
dominasi?
Jawab: Banyak, misalnya kalau yang dosen-dosen yang suka mendominasi itu
bisanya dia cenderung suaranya digedein. Suara dia paling besar kami
suaranya gak boleh besar kan. Terus habis itu Pakai disiplin kelas misalnya
dalam kelas dia gak boleh ngomong, gk boleh rIbut gitu, atau sama dia gak
boleh banyak nanya kayak gitu, habis itu ada sih yang misalnya kayak cara
duduk ya, kalau aku memperhatikannya cara duduk gitu ada yang mungkin
kekuasaannya ini lebih keliatan kalau orang duduknya ngangkang gitu, itu
keliatan dia lebih menguasai sesuatu atau kakinya dinaikkan itu biasanyakan
keliatan dia berkuasa gitu lo, lebih kuat dari orang yang di depan dia.
Contohnya kalau suka ngangkang di kelas Bang Haris, maksudnya duduk di
meja gitu, gak ngangkang sih sebenarnya cuma duduk di meja, ya kan?. Di
satu sisi enjoy tapi di sisi lain aku pikir dia pegang kendali di kelas itu gitu.
Terus dosen yang pegang kendali juga Pak Suwardi, karena Pak Suwardi dia
punya aturan yang jelas di kelasnya. Gak boleh telat terus gak boleh recok,
sama dia lebih baik tidur daripada recok gitu lah intinya. Jadi kendali, di sini
kendali yang cukup kuat kendalinya, Bang Hendra juga sih. Bang Hendra
cukup kuat karena suara dia gede. Jadi, kita gak bisa recok sama dia.
Universitas Sumatera Utara
14. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau
ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?.
Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Kalau aku gak interaksi dekat semua ya, jadi ketemunya di kelas-kelas
aja. Jarang ya, dikitlah. Emblem ini dikit digunakan karna rata-rata memang
kebanyakan memaparkan gitu lo. Ngomong, jadi emblemnya kurang
digunain. Isyarat emblem yang digunakan paling sekedar itu lah ya “jangan
rIbut”, senyum iya, jarang sih jarang senyum. Maksudnya paling kayak suruh
kami diam gitu “ssttt” gitu kan terus habis itu mukul meja. Tapi aku liatnya
jarang. Aku banyak liatnya lebih ke ekspresi. Dosennya aku rasa Bu Bani lah.
15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
ilustrator
(perilaku
nonverbal
yang
menyertai
dan
secara
harfiah
“mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Sering, jadi sambil ngomong ini kan sambil gerakin gitu kan. Paling
isyaratnya itu kayak mana ya kalau lagi ngejelasin kuliah itu khasnya orang
Medan. Sambil cerita nanti sambil ngasih efek-efek misalnya kayak terjadi
tabrakan gitu “puaak” tangannya dipukulin kayak gitu. Terus habis itu untuk
menggambarkan suasana yang sedikit panas gitu, apa ya banyak main di
tangan sih. Dosennyakak Emil, kemudian Bu Inon, Pak Syafruddin Pohan
16. APakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional,
gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa
sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Kalau yang ini sering, jadi dominannya apa ya, kebanyakan dosendosen ilmu komunikasi itu memang Pake ekspresi, tapi kalau kayak marah,
takut, gembira, dominannya gembira memang. Banyakan gembira, jadi ratarata mereka itu masuk kelas itu memang senang ngajarnya gitu gak pernah sih
Universitas Sumatera Utara
aku ketemu dosen masuk ke kelas dalam keadaan lagi marah-marah. Dosen
komunikasi ya, yang lain mungkin ada lah. Tapi kalau dosen komunikasi gak
pernah sih kalau masuk kelas dalam keadaan ngambek, takut, sedih, marah itu
gak ada. Semuanya menunjukkan wajah yang siap untuk mengajar, gitu.
affect display yang negatif gak ada, dosen yang keliatan kejam, ini susah ni
mata kuliahnya, tapi kalau masuk kelas gak pernah sih yang pasang mukamuka yang bikin kami takut. Ya itu lah yang sedih, marah, itu gak pernah.
17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau
mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan
sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Ada sih, tapi gak banyak karena kan biasa mata kuliah itu ini ya kan
kebanyakan kayak penyampaiannya itu kayak ceramahkan. Jadi, memang si
dosen yang mendominasi pembicaraan gitu kalau misalnya ada mahasiswa
yang tiba-tiba melenceng dari topik yang lagi dibahas, dosen itu langsung
cepat-cepat motong biar gak terlalu jauh. Misalnya kayak lagi presentasilah,
si dosennya langsung ambil alih, gitu aja sih yang untuk regulator. Yang
melakukannya ada beberapa. Dosennya kalau aku ngeliatnya Bu Fatma. Itu
sih karna yang banyak presentasi sama Bu Fatma. Baru-baru ini aku
presentasi sama Bu Fatma. Baru Pak Pohan, kak Jo.
18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka
umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan
dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya
di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Ini gak pernah ku liat.
19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak
mata saat mengajar di dalam kelas?
Jawab: Sering, sering sekali. Biasanya yang Pakai kontak mata itu Bu Dewi
terus kak Emil Pakai kontak mata terus Bang Haris terus kak Jo, Bu Bani juga
Pak Humaizi terus Pak Danan, Bu Rusni, Pak Safrin
Universitas Sumatera Utara
20. Kontak mata seperti apa yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi
di dalam kelas?
Jawab: Dalam mengajar ya, jadi biar mahasiswanya itu konsen ya. Jadi, apa
ya. Kan kalau kita secara psikologisnya kalau kita diliatin orang kita kan
takut, jadi biar fokus aja sih karna kalau misalnya dosen itu matanya
mengarah satu aja yang lain itu merasa gak diperhatikan gitu, otomatis dia
gak akan konsen ke pelajarannya. Jadi, kalau yang sering dilakukan dosen
komunikasi itu ya untuk mencuri perhatian mahasiswanya. Ditatap mata
mahasiswanya satu-satu gitu.
21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan
sehari-hari mereka di kampus?
Jawab: Kalau ekspresi wajah kebanyakan have fun ya, ceria gitu. Jadi, gak
maksudnya gini, walaupun itu dosen, tapi ketika kita di dalam kelas iya lah
kita diajar. Tapi diluar kelas kita ngerasanya gak kayak, gak takut lah untuk
nemuin dosen gitu. Kan kebanyakan mahasiswa-mahasiswa itu takut untuk
nemuin dosen, tapi karena dalam kehidupan sehari-hari pun dosen
komunikasi juga menggunakan ekspresi yang aku pikir gak pernah bikin yang
gak enak, jadi kita masih senang untuk menjumpai dosen kita.
22. Apakah mereka menggunakan ekspresi wajah yang baik itu hanya dilakukan
di dalam kelas atau di kehidupan sehari-hari saja?.
Jawab: Ada yang ketika di kelas berbeda di luar beda. Tapi sejauh ini gak
ada yang terlalu banting gitu. Misalnya di kelas serem kali terus di luar dia
ceria kali gak sih, kalau dia bawaannya ceria di kelas memang ceria dan kalau
di luar bawaan dia serius, di dalam dia pun ngajarnya serius, gitu sih.
dosennya kak Emil, sama Bu Rusni ekspresi wajah yang sering ditunjukkan
biasanya ekspresi serius.
23. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu
Komunikasi?
Jawab: Emosinya keliatan sih. Jadi kalau misalnya lagi menggebu-gebu
ngajarin gitu kan itu keliatan. Emosikan Bukan cuma marahkan?. Senang
juga dia keliatan. Apa ya, kayak ngeluarin semua kebahagiaan dia lah gitu
Universitas Sumatera Utara
mengajar. Ada juga yang kadang-kadang mungkin lagi bad mood atau gimana
gak tau kadang-kadang kan ada orang yang kita gak tau lah, tapi ada sih
tertangkap sedikitlah emosi-emosi yang tiba-tiba nadanya meninggi itu
keliatan. Dosennya yang emosinya terlihat dengan jelas Bu Dewi kali ya.
24. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat
pada dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Seringnya tangan, tangannya itu memang aktifkan gerak kanan kiri.
Dan penggunaannya kayak sesuai dengan, kan beda ya ketika kita
menggunakan tangan kanan dengan tangan kiri kan beda kesannya, selain
tangan yang kedua kayaknya kepala, jadi lebih menyeluruh dia gitu kalau
kepalanya gerak kemana-mana. Yang lainnya mata mungkin. Dosen yang
sering melakukannya kak Emil, Bu Mazda terus Pak Humaizi, Pak Suwardi
juga.
25. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh
ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?
Jawab: Ectomorphy cuma kak Jo, Mesomorphy itu ada Pak Pak Suwardi, Pak
Abdi, Bang Haris, Bang Hendra, Bu Fatma ya cowo-cowo rata-rata. Yang
Endomorphy gak begitu ngerti, yang aku ngerti aja ya. Pak Danan baru Pak
Amir, Bu Inon, Bu Dewi, Bu Dayana.
26. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi
dengan mahasiswa di luar kelas?
Jawab: Kalau dosen yang misalnya yang suka jalan-jalan Bu Fatma, Bu
Mazda, kak Jo, Bu Inon, bg Hendra, Bang Haris, Pak Pohan. Nah itu mereka
kan maksudnya gak duduk ditempat aja memang kadang suka jalan-jalan. Itu
biasanya jarak yang sering digunakan itu kalau yang buat jalan-jalan itu yang
jarak pribadi (personal distance) karna biasanya jalan di kelas dan dekat sih
dengan siapa yang ditanyakan gitu. Terus kalau yang lainnya yang suka
duduk aja di meja itu kayaknya pakai jarak sosial karna ya kita tahulah jarak
meja ke mahasiswanya itu emang udah diaturkan kurang dari empat meter
gitu, jadi selebihnya pakai jarak sosial.
Universitas Sumatera Utara
27. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur,
konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif
dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi
ruang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Biasanya itu keliatan ini pertama emang mata kuliah. Jadi, materi apa
yang lagi disampaikan gitu, kalau misalnya materinya serius itu biasanya si
dosen itu akan membuat jarak yang cukup jauh artinya gak sedekat ketika
ngebahas sesuatu yang sifatnya lebih kayak curhat. Misalnya gini kalau dia
lagi menyampaikan materi dia agak jauh tapi kalau kita udah masuk sesi
tanya jawab, misalnya kita nanya gimana dengan program TV ini yang
bermasalah ini, biasanya si dosen akan lebih mendekat gitu, jadi pertama
tergantung dengan materinya. Terus yang kedua tergantung status juga sih
kadang-kadang. Biasanya dosen-dosen yang lebih muda lebih mau mendekat,
itu lah karena status.
28. Paralanguage merupakan isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama
suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa yang
diucapkan. Menurut Anda bentuk paralanguage seperti apa yang terlihat atau
yang dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Rata-rata keliatan sih, maksudnya keliatan kalau nonverbalnya sedang
dibentuk, jadi kita tau dosen-dosen yang sebenarnya suaranya kecil tapi
begitu ngajar suaranya sengaja dIbuat besar dan ditekankan. Memangkan
dalam mengajar juga harus kayak gitu. Jadi kalau di ini, yang sering terlihat
itu yang sengaja dibentuk kalau menurut aku gitu Bukan memang asli
suaranya gede gitu. Dosennya Bu Bani, itu keliatan jelas dia mengucapkan
sesuatu itu dengan jelas itu keliatan,
29. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah
tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan
oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Aku sering liat itu Bu Fatma, Bu Mazda, kak Jo, kak Emil, Bu Lusi,
Bu Dewi terus yang laki-laki itu Bang Hendra terus Bang Haris, Pak Safrin
30. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau
lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika
berbicara seperti biasa?
Jawab: Bang Is terus Bang Hendra, Pak Abdi, Bu Dewi juga itu sih.
Volumenya rendah itu Pak Pohan, Pak Danan Bu Rusni juga.
31. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu
kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau dosen komunikasi itu ada yang bicaranya diatur memang,
bedakan diatur dengan teratur, ada yang diatur ada juga yang cepet ya terlalu
cepet gitu. Ya kadang-kadang kita protes juga. Kadang kala bisa dipahamilah
ku rasa. Dosennya yang diatur kecepatan bicaranya Pak Danan ya, menurut
aku Pak Danan itu teratur ngomongnya kemudian Pak Abdi juga. Ya itu sih.
32. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi
dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu
Komunikasi?
Jawab: Kalau kualitas bulat ya suaranya dominannya bulat, kebanyakan yang
bulat suaranya jadi jelas kita dengar dia ngomong apa gitu. Kalau itu kan aku
rasa memang bawaan ini ya dari tubuhnya, turunan lah bisa kita bilangkan.
Secara fisik lah, jadi kalau itu sih lebih banyak yang jelas dosen ilmu
komunikasi ngomongnya. Dosen yang bicaranya tidak jelas itu Pak Humaizi
aja.
33. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal
“diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?
Jawab: Kalau lagi marah.
34. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk
menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang,
cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau Pak Pohan suka Pakai topi, kalau Bu Dewi ganti-ganti tas dan
ganti-ganti warna itu sih yang mencolok.
35. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Kalau Bu Fatma suka pakai warna-warna lembut, putih, cream,
kuning gitu, kalau Bu Mazda itu suka pakai warna-warna cerah, suka yang
bercorak, orange, hijau, ini yang aku ingat. Kak Emil itu suka pakai warnawarna cerah juga tapi polos. Kaya ijo, merah, orange yang mencolok. Kalau
kak Jo itu kayaknya lebih suka warna-warna yang polos, warna yang lembut
gitu, kalau Bu Inon itu suka yang bercorak punya pattern yang sangat penuh
jadi misalnya hitam sama abu-abu gitu. Dia suka punya pattern. Kalau Bang
Hendra polos sih atau warna-warna pastel terus Bang Haris itu sering Pakai
warna-warna pastel terus Pak Pohan itu juga warna-warna pekat, warnawarna tanah ya kalau laki-laki ciri khasnya. Kalau Pak Humaizi dia suka yang
ringan kayak warna pastel, putih, cream, pink kesitulah. Pak Suwardi hampirhampir sama kayak Pak Humaizi. Kalau Pak Abdi dia warna-warna cowo lah
warna-warna tanah hitam, coklat. Pak Mukti gak terlalu ingat, Pak Danan
suka Pakai warna biru, Bu Rusni suka Pakai warna yang cerah pink, merah,
itu dia suka. Pak Safrin suka warna-warna yang lembut tapi warna tanah,
kalau Bang Is itu suka warna-warna gelap yang dipakai.
36. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Gak ada sih, karena rata-rata mungkin lebih ke gender ya. Yang
perempuan-perempuan dominanya suka pakai warna cerah-cerah, maklum lah
orang-orang komunikasi ini orang-orang yang pedenya gede gitu, jadi warnawarna yang ditimbulkan itu cerah. Terus kalau yang laki-laki ya wajarlah ya
laki-laki gak mungkin pakai warna-warna yang terlalu cerah, jadi gak ada
yang bilang ooo ini dosen komunikasi gak sih, karena kayaknya paling dosen
komunikasi itu bedanya lebih simpel dalam berdandan gak riweh gitu gak
ribet.
37. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu
dalam proses belajar mengajar?
Jawab: Ada yang kalau kurang dari jamnya jarang sih rata-rata dosen
komunikasi emang memenuhi waktunya. Jadikan kalau misalnya satu mata
kuliah 2 jam paling gak satu setengah jamnya terpakai gitu gak ada yang
kurang dari sini kecuali dia punya kepentingan. Ada yang pas-pasan dua jam
Universitas Sumatera Utara
bener-bener dipakai. Ada juga yang kelewatan dari jamnya, itu sih. Waktunya
yang diPakai sampe habis itu Pak Safrin terus Bu Mazda itu waktunya
dipakai sampai habis. Terus kalau yang kecepatan itu Bu Inon kadang
sebelum, maksudnya satu setengah jam aja yang dipakai, Bang Haris juga
cepat. Terus yang agak kelewatan waktunya Pak Pohan sama Bu Fatma sama
Pak Humaizi.
38. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Gak sih, aku gak pernah nyium parfum yang mencolok dari dosen
komunikasi, paling yang perempuan kalau yang perempuan itu memang
Pakai parfum tapi itu pun gak ada yang menyengat ya, walaupun aku datang
pagi, maksudnya yang kita masuk kelas pagi dosennya baru mandi gitu kan
masih wangi-wangi itu pun parfumnya gak mencolok. Dosennya Bu Dewi itu
aja.
39. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh
Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?
Jawab: Kalau saya pernah, Bang Haris. Bang Haris aja. Kalau mahasiswa lain
kak Emil mau nyentuh pundaknya terus Bu Mazda kalau misalnya lagi nanya
maukan disentuh pundaknya, itu aja.
40. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?
Jawab: Sentuhan tangan, jadi kayak sentuhan lebih banyak untuk menegur,
misalnya inilah kayak bentuk afeksi ya gitu lah untuk memberikan perhatian
yang penuh kepada mahasiswanya dan si mahasiswanya pun fokus terhadap
apa yang si dosen katakan. Jadi kayak misalnya menyapa “eiii” gitu kan “iya
kamu” atau “apa jawabannya?” dia lebih untuk ini sih menarik fokus.
INFORMAN 2 (MA)
Tanggal Wawancara: 24 Januari 2014
1.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Secara umum dosen Ilmu Komunikasi keren-keren, bagus, benerbener pantas disebut dosen ilmu komunikasi.
2.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan
komunikasi nonverbal?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Kalau dibilang masalah komunikasi nonverbal justru tidak semua
dosen yang komunikasi nonverbalnya itu sama dengan komunikasi verbalnya.
Maksudnya gini, kadang kan bahasa tubuh lebih jujur dari pada bahasa yang
dikeluarkan oleh mulut kita. Nah, jadi kadang bahasa mulut kita ngasih tau
yang ini, si dosen ini tapi bahasa tubuhnya ngasih tau yang lain, yang
berbeda.
3.
Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Bu Mazda, Bu Fatma, Kak Emil, Pak Safrin terus Kak Jo, Pak
Suwardi.
4.
Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi
nonverbal?
Jawab: Perempuan
5.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal
saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus?
Jawab: Sering, kayaknya itu lebih banyak dari komunikasi verbal yang kita
gunakan.
6.
Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan
komunikasi nonverbal di kampus?
Jawab: Secara umum kemampuannya sudah cukup mempuni.
7.
Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi
yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya?
Jawab: Beberapa iya, beberapa tidak. Bu Fatma pernah sih tidak
menyesuaikan dengan ini yang ada, yang pernah saya lihat ya. Untuk
komunikasi nonverbal sendiri sebenarnya, saya gak tau itu benerkah
kesepakatan universal bahwa komunikasi nonverbal itu memang ya gerakan
tangan atau segala macamnya itu udah universal di segala daerah tanpa
memikirkan budaya karena kalau saya pernah nonton film ketika seseorang
berbicara soal orang lain dan saat itu salah satu jari tangannya, maaf jari
tengahnya mengacung itu ditandakan bahwa si pembicara tidak menyukai
calon yang dibicarakannya. Nah, saat itu saya berpikir. Jari tengah yang
Universitas Sumatera Utara
mengacung itukan adalah kata-kata yang tidak bagus di Amerika sana, apakah
sesuai dengan budaya kita di Indonesia itu saya kurang tau. Tapi bu Fatma
pernah mempraktekkan hal seperti itu.
8.
Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau menurut saya gak sih ya. Makanya saya bilang apakah memang
benar komunikasi nonverbal itu sudah universal untuk semua orang tanpa ada
batas-batas budaya, batas-batas suku gitu.
9.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi
komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa
yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepala pada saat yang sama.
Jawab: Pernah. Yang pernah itu Bu Mazda, Kak Jo, Kak Emil, Bang Haris,
Bu Dewi.
10. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas
memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai
membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman
di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti
atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi)
Jawab: Sudah banyak yang mengerti. Contohnya Kak Emil, Kak Jo.
Walaupun mereka mengeluhkan cara kita. Kemudian Bu Mazda, Pak Pohan,
Bu Dewi.
11. Biasanya apa yang dikatakan dosen setelah melihat seperti itu?.
Jawab: Biasanya sih disuruh sabar dan mereka mengeluhkan perbuatan kita.
12. Apakah
dosen
komunikasi
lebih
sering
menyembunyikan
atau
mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat
mereka mengajar?. Contohnya?
Jawab: Disembunyikan, biasanya yang sering menyembunyikan itu Kak
Emil, Bu Bani, Bu Dewi, Bang Hendra. Yang sering mengekspresikan Bu
Mazda, Bu Fatma, Bu Rusni. Emosi yang sering mereka ekspresikan biasanya
senang.
Universitas Sumatera Utara
13. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di
kehidupan sehari-hari mereka di kampus?
Jawab: Biasanya mereka sangat menjaga ibaratnya masalah proximity atau
kedekatan itukan kadang penting bagi orang, jadi banyak dosen yang dia
justru sangat-sangat aware sama proximity, jadi dia bener-bener tau ketika
jarak segini itu ternyata mahasiswa “aku benar-benar diperhatikan dosen,”
tidak hanya sebatas “ya udah saya ngajar” gak hanya sebatas itu. Jadi ada
dosen-dosen yang dia sangat menjaga keintiman, jadi dia bener-bener datangi
si mahasiswa, bukan datangi buat bertanya ya, tapi untuk mendekati.
Contohnya kayak Bu Mazda dan Bang Hendra. Jadi kita merasa bener-bener
“Oh iya, dia memang benar-benar menyampaikan pesannya itu sengaja ke
semua arah.”
14. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku
komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan
dominasi?
Jawab: Menurut saya itu masalah proximity, masalah kedekatan. Jadi,
masalah jarak itu bisa menjelaskan banyak hal ibaratnya antara yang
berbicara dan yang mendengarkan. Jadi kebanyakan rata-rata yang berbicara
posisinya kelihatan lebih berkuasa dari yang mendengarkan. Nah, ada
beberapa dosen yang dia bener-bener menjaga jaraknya sama mahasiswa.
Contohnya Bu Inon, dia ya duduk aja di tempat duduknya. Seolah-olah dia
memang bener-bener “Saya dosen, kalian mahasiswa,” seperti itu. Kemudian
seperti postur tubuh. Bu Inon sering sekali saya lihat membusungkan dada
nggak tau apa maksudnya. Selain Bu Inon ada Pak Danan.
15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau
ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?.
Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Saya pikir sih iya. Kalau untuk “Ok” sih pernah. Biasanya Bu Mazda,
Kak Jo.
Universitas Sumatera Utara
16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
ilustrator
(perilaku
nonverbal
yang
menyertai
dan
secara
harfiah
“mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Gak pernah.
17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional,
gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa
sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Pernah. Biasanya itu Bu Mazda, Kak Jo, Bang Hendra, Bang Haris,
Pak Pohan, Pak Danan, Bu Bani.
18. Sering tidak mereka melakukan itu?
Jawab: Yang saya ingat sih sering.
19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau
mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan
sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Pernah. Misalnya diam sebentar. Biasanya dosen yang sering
melakukan itu Bu Dewi, Kak Jo, Pak Humaizi, itu aja.
20. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka
umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan
dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya
di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Pernah Bu Mazda, Kak Jo, Bu Dewi, Pak Mukti, Bu Fatma. Biasanya
yang mereka lakukan menggaruk-garuk, ngipas-ngipas. Bu Fatma setau saya
dia ada sinus, tapi nggak terlalu dinampakinnya. Terus Pak Mukti garuk.
Universitas Sumatera Utara
21. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak
mata saat mengajar di dalam kelas?
Jawab: Yang sering melakukannya itu biasanya Bu Mazda, Bang Hendra
22. Biasanya apa tujuan mereka melakukan kontak mata?
Jawab:
Gini,
seolah-olah
mereka
bener-bener
memastikan
kita
memperhatikan mereka atau nggak.
23. Kontak mata seperti apa yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi
di dalam kelas?
Jawab: Biasanya menatap mata mahasiswanya lama gitu.
24. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan
sehari-hari mereka di kampus?
Jawab: Kalau seneng sih biasanya Bu Mazda. Kayaknya humble gitu, ramah.
Emang passionnya gitu ngajar. Kalau yang kayaknya yang penting ngajar aja
gitu Bu Inon. Kalau yang serius itu Pak Humaizi. Yang berpikir “Ah terserah
orang ini” itu Pak Suwardi. Yang seneng ngajar itu juga Kak Emil.
25. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat
pada dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Bu Mazda misalnya gesturenya itu emang keliatan gitu kalau dia
seneng ngajar. Terus Bang Hendra dia biasanya peduli tak peduli. Kalian mau
ngerti ya ngerti, kalau nggak ya nggak gitu. Tapi dia gini, kalau Bang Hendra
itu dia bagi orang tertentu kalau dia merasa “Ooo ini anak punya perhatian
lebih sama mata pelajaran ini,” dia ada perhatian lebih gitu sama mahasiswa
itu.
26. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh
ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?
Jawab: Ectomorphy ada Kak Emil, Bu Bani, Bu Fatma, Pak Humaizi, Bu
Lusi, Bu Rusni, Pak Mukti, itu aja. Mesomorphy ada Bang Hendra, Bang
Haris, Bu Dewi, Pak Pohan, Pak Suwardi, udah itu doang. Yang Endomorphy
ada Pak Amir, Bu Mazda, Bu Dayana, Kak Jo, Bu Inon, Pak Iskandar, Pak
Safrin, Pak Abdi.
Universitas Sumatera Utara
27. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi
dengan mahasiswa di luar kelas?
Jawab: Kalau untuk jarak ada beberapa dosen yang sangat mengerti untuk
menciptakan keakraban itu. Dia cukup dekat dengan mahasiswanya. Ada
beberapa dosen yang memang menjaga jarak dengan mahasiswanya.
Biasanya yang menjaga jarak itu Bu Inon, Pak Humaizi, Pak Suwardi, itu sih.
Dan yang dekat dengan mahasiswanya itu biasanya Bu Mazda, Bu Fatma,
Kak Emil, Bang Hendra, Pak Abdi.
28. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur,
konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif
dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi
ruang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau menurut saya sih kultur, jenis kelamin juga, usia kalau untuk
dosen komunikasi nggak terlalu deh, itu aja.
29. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah
tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan
oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Dosen yang sering menggunakan itu biasanya Kak Jo, Kak Emil, Bu
Mazda, Bu Fatma
30. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau
lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika
berbicara seperti biasa?
Jawab: Biasanya yang menggunakan ini Bu Dewi, Bu Mazda, Kak Emil
31. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu
kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Pak Amir cepet biasanya. Selain Pak Amir ada Pak Humaizi, Pak
Suwardi juga cepet, terus Pak Safrin juga cepet.
Universitas Sumatera Utara
32. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi
dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu
Komunikasi?
Jawab: Bagus semua.
33. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal
“diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?
Jawab: Iya pernah, biasanya kalau lagi kesel.
34. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk
menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang,
cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau topi Pak Pohan, Bu Bani jam tangannya yang warna hitam itu,
Bu Mazda dengan kain-kain tradisionalnya. Kemudian Pak Mukti dengan
topinya, kemudian Kak Yovita dengan baju-bajunya yang lucu, itu sih.
35. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Warna-warna netral.
36. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Nggak.
37. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu
dalam proses belajar mengajar?
Jawab: Kalau untuk masalah waktu itu sebenarnya kan ditetapkan oleh
pendidikan ya, jadi mungkin gak bisa komentar banyak apakah mereka
memanfaatkan waktu itu dengn baik gitu. Tapi rata-rata saat kuliah mereka
tidak bisa melaksanakan waktu yang telah ditentukan dan minta kuliah
pengganti rata-rata mereka mengerti bahwa kuliah itu sangat tidak efektif
ketika di sore hari. Tapi biasanya dosen yang tepat waktu masuk kelasnya itu
Bu Mazda, Bu
Fatma, Kak Emil sama Kak Jo, Pak Suwardi juga, Pak
Humaizi juga tepat waktu. Yang masuknya agak lama dan keluarnya nggak
sesuai waktu itu Bang Hendra kemudian Bu Inon, Pak Mukti, Pak Abdi, Bang
Haris, Pak Amir, Pak Iskandar juga.
38. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Yang sering harum itu Kak Emil, Kak Jo, Pak Humaizi juga wangi,
Bang Haris, Bang Hendra, Bu Mazda juga wangi, Bu Fatma juga wangi, itu
sih.
39. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh
Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?
Jawab: Pernah.
40. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?
Jawab: Biasanya pundak dan kepala sama punggung juga.
INFORMAN 3 (TP)
Tanggal Wawancara: 24 Januari 2014
1.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Persepsi saya tentang dosen Ilmu Komunikasi dosen Ilmu Komunikasi
itu udah cukup menggambarkan bagaimana seorang dosen bekerja di sebuah
Universitas, di lembaga pendidikan dan aku pikir kualitasnya juga udah
cukup bagus dibanding dosen-dosen di jurusan lain yang ada FISIP.
2.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan
Komunikasi nonverbal?
Jawab: Kalau dosen Komunikasi pasti mereka pahamlah apa itu nonverbal,
apa yang sehari-hari mereka lakukan gitu, jadi aku ngerasa mereka cukup
apik sih, cukup bagus dalam menerapkan Komunikasi nonverbal sehari-hari.
3.
Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan
Komunikasi nonverbal
Jawab: Menurut saya itu ada Bang Haris Wijaya, Kak Emil dan Kak Jo.
4.
Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan Komunikasi
nonverbal?
Jawab: Biasanya sih perempuan. Karna perempuankan memang udah dari
bawaan lahir natural bahwa mereka suka mengekspresikan sesuatu dari kodekode.
5.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan Komunikasi nonverbal
saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Ya sering.
6.
Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan
Komunikasi nonverbal di kampus?
Jawab: Kalau dalam proses belajar mengajar, beberapa sebagian dosen Ilmu
Komunikasi penerapannya ada sih, tapi nggak semua mereka inikan di kelas.
Kadang kalau di luar kelas juga kurang akrab sih sama mahasiswa untuk
dosen-dosen tertentu gitu. Kalau dosen-dosen yang dekat sama mahasiswa
biasa mereka sering melakukan Komunikasi nonverbal. Dan aku pikir
kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menggunakan Komunikasi
nonverbal sudah cukup apik, jadi kayak jaga image di depan umum itu
keliatan. Tapi, kita sebagai mahasiswa sudah bisa liat Komunikasi
nonverbalnya baiklah.
7.
Apakah penggunaan Komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi
yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya?
Jawab: Untuk beberapa dosen iya, penggunaannya sudah sesuai tempat. Ada
yang beberapa tidak. Kadang untuk seorang dosen yang mau marah-marah di
depan umum aku rasa itu belum sesuai pada tempatnya, gitu. Marah dalam
hal apa?. Kadang mereka untuk spesifikasi nonverbalnya sendiri kayak
contoh Bang Hendra nih, kalau dia memang lagi nggak mood ya bentuk
marahnya di depan umum itu suka ngelayasi mahasiswanya atau melengos
gitu aja nggak diterge, gitu. Dosen yang menggunakan Komunikasi nonverbal
yang sudah sesuai pada tempatnya biasanya Bu Mazdalifah, terus Bu Lusiana
terus kemudian Pak Humaizi, Pak Iskandar. Kalau yang tidak sesuai pada
tempatnya itu tadi Bang Hendra, Pak Abdi, terus ada juga Pak Danan terus Bu
Inon karna dibeberapa kali aku perhatiin gitu kan kayak contohnya Pak
Danan. Jadi kalau dia lagi nerangin, lagi ngajar kita kadang dengan suara dia
lembut tapi sebenarnya ada maksud tertentu dari nonverbalnya yang lembut
itu sebenarnya kita bisa nangkeplah kalau dia itu marah atau sedang
menceritakan orang lain yang juga dosen sendiri dan rasanya tidak pantas
untuk ditiru.
8.
Menurut Anda adakah perbedaan Komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Ya jelas ada, karna aku juga baru belajar tentang persepsi. Persepsi itu
dilahirkan dari perbedaan kepercayaan, sikap, nilai, organisasi dan
sebagainya. Jadi kalau aku bilang itu beda pasti ada. Kalau contohnya kayak
yang dari Batak misalnya, kayak misalnya Bang Hendra. Kalau ngomong
Hendra Harahap tu Batak kan. Kalau ngomong di kelas ya ngomong dengan
vokal yang tinggi atau suara yang keras gitu kan. Memang dari bawaan
sukunya yang kayak gitu. Beda dengan ibu Lusiana yang lebih mendayudayu, kalau Bu Lusiana kan Melayu, jadi kalau ngomong, walaupun kayak
gitu dia tetap tegas, tetap ada perbedaan.
9.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi
Komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa
yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepala pada saat yang sama.
Jawab: Ya, pernah. Contohnya itu kayak Kak Jo. Saat dia ragu-ragu dengan
jawaban mahasiswa gitu, dia pasti “mm, mm,” pasti gelengin kepala baru
nyatain nggak gitu. Bahkan dia verbalnya belakangan. Dia nunjukin
nonverbalnya dulu, atau kadang kalau udah dia iya kan “tapi, tapi,” kepalanya
geleng kadang kayak gitu. Selain Kak Jo ada Bu Mazda, pokoknya rata-rata
dosen cewek itu pasti pernah melakukan fungsi nonverbal itu. Kayak
contohnya Bu Rusni. Bu Rusni walaupun dia bisa dibilang dosen yang tua
gitu kan, tapi kalau untuk dengerin orang kalau lagi public speaking di kelas
dia, dia pasti anggukin kepala itu. Seolah-olah kayak mana cara dia supaya
didengar dia pasti melakukan kayak gitu. Selain itu Pak Suwardi, kalau dia
ketawanya udah khas, jadi semua mahasiswa Ilmu Komunikasi udah tau
rumus dia “sok” dan ketawanya dia yang khas itu juga. Pak Humaizi juga
apalagi. Kalau yang ngajar sambil ketawa dan paling garing itu biasanya Pak
Abdi. Dia selalu jelasin apa-apa dengan ketawa. Padahal kita nggak pengen
ketawa gitu lo. Padahal yang dibilangnya juga nggak lucu, Komunikasi
nonverbal dia nipu. Pak Mukti juga lucu pembahasannya sih, tapi lebih ke
sarkas sih kayak nyindir-nyindir gitu, sama kayak Kak Jo.
10. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas
memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai
Universitas Sumatera Utara
membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman
di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti
atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi)
Jawab: Untuk sebagian kayak misalnya Bu Mazda itu kronemik ya kan
ketepatan waktu. Kalau misalnya kita ada kode ngeliat jam tangan, Bu Mazda
pasti langsung nanya “Eh, kita udah habis ya waktunya?” tapi untuk beberapa
dosen harus diingatkan dulu. Kebanyakan dari semuanya harus diingatkan.
Kayak misalnya Bu Inon, dia sebenarnya tau waktu udah habis, tapi kadang
suka nambahin waktu. “Sebentar lagi ya, ini sikit lagi slidenya.” Jadi dari segi
waktu aja mereka udah nggak tepat. Selain Bu Mazda yang mengerti tentang
itu Bu Fatma. Bu Fatma kalau dalam segi ketepatan waktu kita sih sedikit
kecewa belakangan ini. Kalau pas masuk harusnya masuk jam 12.20 kadang
dia masuk jam 1. Dari segi waktu kita kebuang gitu kan. Udah gitu kalau mau
keluar kadang kelas selanjutnya itu sampai nungguin di luar itu kan kasian.
Kayak kelas Bang Haris mau masuk, udah bejejer semua anak-anak itu. Dan
kami udah ingetin “Bu, udah habis waktu,” tapi “Sebentar lagi, sebentar lagi,”
kayak gitu.
11. Apakah
dosen
Komunikasi
lebih
sering
menyembunyikan
atau
mengekspresikan emosi dan perasaan lewat Komunikasi nonverbal pada saat
mereka mengajar?. Contohnya?
Jawab: Beberapa iya, contohnya yang menyembunyikan biasanya sih kayak
Pak Abdi, karna aku tau kan dia jarang masuk juga kan. Semua mahasiswa
juga tau masuknya jam 2 dia datangnya jam setengah 4, jadi sebenarnya dia
segan sama kami di kelas gitu, tapi nggak tau gimana cara minta maafnya.
Jadi dia nahan-nahan malunya itu dengan senyum gitu, bukan dibilang.
Biasanya kalau malukan bilang aja maaf atau apa gitukan, kalau dia jarang.
Ya namanya lebih baik terlambat dari pada tidak, kan itu bukan pernyataan
verbal yang bagus gitukan padahal dia udah buat salah. Dan yang kedua itu
kalau cewek karna aku baru ngambil mata kuliah Bu Fatma dia juga, kalau
misalnya dia nggak suka sama kelas dia suka ngerutkan dahi. Tapi kadang dia
nggak bilang. Pak Pohan juga kalau dia lagi ngajar itu ekspresinya sering
ketahan, jadi dia datar aja. Cuma jelasin mata kuliah aja gitu. Dia dosen ya
Universitas Sumatera Utara
kalian mahasiswa gitu, nggak ada yang ikatan kayak mana gitu. Kayak mana
ya, bosenin lah gitu.
Dosen yang sering mengekspresikan emosi itu Bu Mazda. Emosi itukan ada
yang sedih, marah, senyum, ketawa. Kalau Bu Mazda dia easy going
orangnya. Kalau ngajar itu masuk sama siapa aja karena dia pernah jadi dosen
favorit juga, gitu. Jadi kalu dia dalam keadaan gimana ya, dia interaktif,
misalnya
suasananya
menyenangkan
ya
dia
ketawa.
Dia
nggak
disembunyikan. Kemudian Kak Emil. Dia orangnya suka senyum. Terus Bu
Dewi juga, dia nggak bisa menyembunyikan perasaanya karena dia suka
ngejoke, dia suka di kelas itu ketawa. Gimana ya?, kalau dia lagi kesal sama
orang dia buat lucu-lucuan yang buat kita nggak bosan, tapi selain dari situ
dia nggak ada nahan marah, dia orangnya blak-blakan sama kayak Bang
Hendra, jadi kali dia nggak suka dalam kelas itu, ditunjuk keluar. Kayak Bu
Rusni dia juga orangnya blak-blakan itu, Kak Jo juga. Eh, Kak Jo nggak. Kak
Jo orangnya dia suka nahan perasaan kadang mungkin karena dia dosen muda
kali ya gitu. Cuma senyumnya sedikit tertahan, kebayang sih kayak mana
senyumnya, mimik mukanya itu “Anak ini bodoh kali sih,” kayaknya dia mau
bilang itu Cuma dia nggak bisa ngeluari takut sakit hati munnggakin
mahasiswanya, itu aja.
12. Bagaimana Komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di
kehidupan sehari-hari mereka di kampus?
Jawab: Ya jelas cukup baiklah, mereka kalau jaga kesan baik ritmenya
terjaga, maksudnya terjaga itu nggak ini lo, beda lo dosen Komunikasi
dengan dosen jurusan lain. Kalau dosen jurusan lain kadang kita langsung
bisa bedain dosen Komunikasi biasa lebih elegan terus kalau ngomong
nampak gitu kalau orang Komunikasi yang ngomong dijaga. Kalau yang
nggak baik aku rasa nggak ada sih kalau dalam konteks pendidikan, sudah
cukup baiklah.
13. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku
Komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan
dominasi?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Kalau mengekspresikan kekuasaan di dalam kelas biasanya mereka
intonasi suaranya menjadi lebih kuat gitukan, menguasai kelas. Jadi, kalau di
kelas ribut, “Bisa diam nggak!.” Menguasainya dengan diam aja justru nggak
ada ngomong. Contohnya Kak Emil, itu nggak mau marah. Walaupun ribut,
dia cukup diam dan mahasiswa merasa aneh, pasti dia udah bisa menguasai
kelas. Kalau untuk kendali biasanya melalui pertanyaan tiba-tiba. Kalau
misalnya kayak Bu Fatma atau Bu Inon sering buat kayak gitu. Bu Inon lagi
“Kalian jangan ketawa-ketawa ya, nanti saya akan buat kejutan,” nanti
tangannya nunjuk-nunjuk itu. Langsung “Kamu apa itu Enpowering,” apa
gitu, kayak- kayak gitu. Dengan kayak gitukan kelas jadi waspada, jadi nggak
sibuk-sibuk sendiri. Kalau dominasi sama dengan kekuasaan tadi.
Dominasikan bagian dari kekuasaan. Kalau dosennya misalnya udah bisa
kenal dengan psikologi kelasnya pasti bisa. Kayak Bu Bani dia di kelas itu
dengan intonasi suaranya yang cukup tinggi, dia bisa hapal lo muka dari
mahasiswanya satu-satu gitu.”Kamu kayaknya saya nggak pernah lihat,” dia
udah bisa menguasailah.
14. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau
unnggakapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di
kampus?. Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Pernah, contohnya Bu Inon. Kalau misalnya kita mau ke depan, dia
cukup menggerakkan tangannya ke kanan lalu mahasiswa itu langsung ke
kanan dan dia langsung duduk di tempat mahasiswa yang dia pengen duduk
itu. Bu Dewi biasanya hanya dengan menganggukkan kepala menyatakan
“Ok”. Kalau Bang Haris itu dia lebih sering dia pake nonverbal “Ok” dengan
jempolnya dan anggukan kepala berapa kali. Pokoknya dia lebih banyak
gerakan tubuh sih. Kalau isyarat emblim misalnya “Jangan ribut” aku jarang
sih nemuin yang kayak gitu. Biasa kalau dosen Komunikasi langsung ini dia
langsung ekspresinya beda sendiri.
15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
ilustrator
(perilaku
nonverbal
yang
menyertai
dan
secara
harfiah
“mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-
Universitas Sumatera Utara
harinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Kalau ilustrator aku ngerasa yang cocok itu lebih ke Pak Safrin kali
ya. Pak Safrin kalau di kelas dia kadang pernah pengalaman pribadi jadi soksok lah kita ini udah terlambat, jadi masuk dengan pedenya kita, rupanya
udah nggak dikasih masuk. Bapak itu langsung bilang “Silahkan keluar!”
bukan “Silahkan masuk!” dan tangannya menunjukkan ke arah pintu. Dia
bilangnya dengan intonasi verbalnya yang pelan, tapi karakter dia di
nonverbal itu kuat dan kita sama-sama malu di pintu. Hehehe
Selain itu biasanya yang sering memperanggakan itu kayak Pak Humaizi. Dia
itu kalau bisa dibilang Mr. Bean ya Mr. Bean kita ngeliatnya kalau dia ngajar,
apa yang dia bicarakan misalnya dia mengilustrasikan atau menggambarkan
sebuah mobil dia ya dipraktekkannya kayak mana nyetir mobil, gitu.
16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional,
gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa
sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Ya pernah lah, sering. Contohnya kayak Bu Fatma. Kalau Bu Fatma
itu kalau terlambat masuk ngajar biasa napasnya tergesa-gesa terus dahinya
berkerut, bingung gitu. Kayaknya lagi heboh, pening gitu. Biasanya tatapan
matanya tajam tapi mencoba melembutkan kata-kata, cuma tatapan matanya
itu tajam terus ada untuk sebagian dosen memijat dahi gitu, misalnya kita lagi
disuruh nulis atau apa secara nggak langsung menunjukkan nonverbal dia
kadang memijat dahinya kayak dalam keadaan pening atau sedang
mengartikan sesuatu. Senyum, menganggukkan kepala itu pun juga. Kayak
contohnya Pak Mukti, Pak Mukti itu kalau belajar selalu semangat.
Tangannya kayak Hitler selalu ke atas, gitu.
17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau
mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan
Universitas Sumatera Utara
sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Ya, aku kalau liatnya lebih ke memantau dan memelihara sih. Kalau
memantau itu sering aku suka liat matanya Bu Fatma. Kalau soal memantau
dia itu, karna dia pernah praktekkan ke kita satu contoh nonverbal dia
menutup mulutnya kemudian matanya ada yang nyipit, ada yang belok, ada
yang biasa aja. Kami semua disuruh nebak sebenarnya ekspresi dia itu apa.
Secara nggak langsung dia nunjukkan kayak mana dia di kelas ngajar, jadi
“Menurut kamu saya lagi apa?” dengan matanya menyipit, “Lagi marah Bu,”
dan bener dia lagi marah, jadi sesekali aku kecolongan lah gitungeliat dia pas
dia lagi ngajar nggak seneng sama penampilan kelompok x gitu, dia pasti
nyipit dan seolah-olah aneh gitu mukanya kayak mau nanya apa gitu ya, tapi
karna konteksnya presentasinya masih berlanjut jadi dia suka nahan juga sih.
Kalau kayak Pak Suwardi memantau juga tu karna dia bisa tau mana yang
fokus mana yang nggak karna aku pernah lihat salah satu senior kita diusir
dari kelas gara-gara dia ngomong sama Bang Amir. Itu secara nggak
langsung di antara banyak mahasiswa dia tau mana yang ribut. Padahal kalau
bisa dibilang ribut ada beberapa nggak hanya yang dua itu aja, munnggakin
karna intensitasnya terlalu sering makanya dia disuruh keluar gitu.
18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka
umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan
dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya
di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Kalau aku itu pernah liat, tapi aku dosennya lupa siapa, tapi pernah.
Kalau nggak salah antara Bu Inon, Bu Bani atau Bu Dewi gitu. Soalnya gini
saat mahasiswa nanya gitukan, jadi dosen tersebut lagi pakai handphone, saat
mahasiswa menjawab pertanyaan dia pakai handphone dia menganggukkan
kepala tapi dia tetap fokus ke handphonenya seolah-olah dia bilang “Sebentar,
saya baca sms dulu.” Yang sering lagi itu aku liat Pak Suwardi. Pernah dia
ngajar SKI kalau nggak salah, dia nggak suka itu biasanya ditelpon, cara dia
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan
itu
dengan
mahasiswa
itu
dia
langsung
matikan
handphonenya dan di nonaktifkan terus dia minta maaf sama kelas.
19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak
mata saat mengajar di dalam kelas?
Jawab: Sering.
20. Kontak mata seperti apa yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi
di dalam kelas?
Jawab: Kalau itu seringlah. Contoh ya kayak Pak Iskandar kalau untuk kontak
mata dia tidak hanya tertuju pada satu mahasiswa, pindah-pindah jadi dia
nggak fokus. Maksudnya semua orang diliatnya biar semua orang konsen
sama pelajaran dia. Kalau Pak Safrin aku ngerasa kalau dia itu ngelihat orang
yang tertarik untuk ngomong aja sama dia yang aktif. Kalau Bu Rusni, dia
jarang berdiri, dia duduk aja. Jadi, orang di depan dialah yang dilihatnya.
Kalau Pak Danan secara kontak mata jarang juga. Dia biasanya ngeliat ke
belakang atau dia ngeliat ke depan tu. Aku sering bingung sih liat Pak Danan
itu. Nanti mahasiswa sebelah kanan kiri dia liatnya itu ke tembok. Kalau Pak
Mukti bagi siapapun yang dengerin pasti kontak matanya itu kuat. Kalau Pak
Abdi termasuk orang yang basa-basinya kuat, nonverbalnya kuat. Jadi kalau
misalnya lagi ngomong sama mahasiswa, kalau misalnya aku gitu agak aktif
di kelas pasti dia bakal menuju ke itu aja jarang ke yang lain. Kontak matanya
terus ke itu, terus ke itu. Terus kalau Pak Suwardi sama dia kayak Pak
Iskandar menguasai semua. Pak Humaizi juga gitu. Pak Pohan jarang, jarang
ada kontak mata. Aku ngerasa sih dia pemalu, dia kalau ngajar strech, apa
yang di bahan itu aja. Kalau pun dia mau nanya dan nanya ke siapa itu
matanya nggak fokus sama ke yang ditanya gitu. Kalau Bang Haris itu nggak
usah ditanya. Nonverbalnya dia kuat juga kalau soal kontak mata. Dia suka
kadang mandangin mahasiswanya aneh, kayak temannya sendiri. Kalau Pak
Amir mungkin aku jarang masuk, dia itu tipe-tipe sama kayak Pak Iskandar
sih. Bang Hendra, “Kau, kau,” matanya udah jelas. Udah jelas kontak
matanya lumayan kuat. Dan untuk cewek kontak matanya yang kuat itu Bu
Fatma dengan Bu Mazda, kalau Bu Dayana nggak, Kak Emil kuat, Kak Jo
Universitas Sumatera Utara
nggak. Bu Lusi nggak, Bu Bani kuat karena dia bisa hapal mahasiswanya. Bu
Dewi nggak terlalu, kalau Bu Inon lumayan kuat sih.
21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan
sehari-hari mereka di kampus?
Jawab: Biasanya ada netral, ada yang senyum, tergantung mood. Kalau mood
mereka lagi baik, baiklah itu. Tapi kalau mood mereka buruk, ya udah.
Kadang mau baru masuk langsung keluar.
22. Kapan biasanya mereka menggunakan bentuk ekspresi wajah tersebut?
Jawab: Saat berusaha mencerna bahasa mahasiswa. Saat tanya jawab nih
sama mahasiswa, pasti ekspresi wajahnya berusaha untuk sok-sok mengerti,
nggak sok mengerti sih tapi berusaha untuk mengerti yang dibilang
mahasiswa walaupun kadang dia sedikit bingung gitukan. Untuk ekspresi
biasanya juga digunakan kalau mereka lagi menceritakan pengalaman hidup
mereka, biasa kayak gitu. Contohnya Pak Mukti, dia sering kalau lagi
membicarakan pengalaman hidup pakai ekspresi muka yang khas gitu.
23. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu
Komunikasi?
Jawab: Biasanya bentuk emosinya ada yang spontan, tertahan juga ada.
Tergantung karakter sih masing-masing dosen. Jadi, kalau kayak spontan itu
kayak Bu Dewi, orangnya betul-betul spontan. Kayak Bu Bani gitu. Kalau
versi tertahannya itu kayak Bu Lusi. Jadi, kalau dia lagi ngajar kayak
misalnya dia mau reaksi, pasti ada waktu untuk berpikir, nggak langsung
ngomong, gitu dia.
24. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat
pada dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau aku bilang yang emblim itu Bu Inon, affect display itu Bu
Mazda sama Kak Emil. Kalau yang versi lainnya ku bilang gesture yang
sarkas sih aku bilang, Kak Jo. Kalau yang lain itu selebihnya aku nggak tau
dia tergolong kemana, cuma yang lebih sering keliatan gesture itu Bang Haris
karena dia juga bisa stand up comedy.
Universitas Sumatera Utara
25. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh
ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?
Jawab: Kalau ectomorphy itu Bu Fatma, Bu Dayana, Kak Jo, Kak Emil, Bu
Lusi, Bu Inon, terus Pak Humaizi. Kalau yang mesomorphy itu Bu Rusni,
Bang Hendra, Pak Pohan, Pak Mukti, Bang Haris dan Pak Suwardi. Kalau
yang endomorphy itu Bu Mazda, Pak Abdi, Pak Iskandar jelas, Pak Safrin, Bu
Nurbani, Pak Danan, Pak Amir, Bu Dewi.
26. Bagaimana Komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi
dengan mahasiswa di luar kelas?
Jawab: Itu masalah kedekatankan?. Kalau aku sih ngebaginya kalau yang
pertama itu yang pribadi ya, contohnya kayak dia mau keliling kelas.
Contohnya Bu Fatma, Bu Mazda, Bang Haris, Bang Hendra, Pak Abdi, itu
yang mau bangkit dari kursinya. Kalau yang sosial aku ngelompokkannya ke
yang berdiri. Kalau yang berdiri itu Pak Syafruddin, Pak Humaizi, Kak Emil,
Bu Inon, Pak Suwardi, Bu Dayana. Kalau yang umum aku rasa yang duduk di
kursi aja itu Pak Iskandar, Bu Rusni, Kak Jo, Bu Dewi, Pak Safrin, Bu Lusi,
Bu Nurbani, Pak Danan, Pak Amir dan Pak Mukti, dia jarang mau jalan
duduk aja.
27. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur,
konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif
dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi Komunikasi
ruang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif dan
negatif. Kalau faktor yang mempengaruhi ruang yang pertama itukan masalah
yang dibahas, misalnya di luar dari konteks mata kuliah misalnya dia kasih
contoh pengalaman hidupnya itu bisa menentukan ruang kedekatan, dia bisa
langsung contohin ke mahasiswa dekat gitu, langsung nyentuh mahasiswa.
Kalau usia dan jenis kelamin juga. Biasanya usia dan jenis kelamin misalnya
kayak segi usia dulu ya kalau orang tua malas jalan kecuali kalau memang
orangnya karakternya memang ceria kayak Bu Mazda. Kalau usia kayak Bu
Rusni itu nggak lah, jarang. Dia udah ngasih ruang yang kayak mana ya usia
Universitas Sumatera Utara
kita udah beda lo, cara pandang juga udah beda. Kalau jenis kelamin aku
bilang relatif nggak terlalu juga mempengaruhi karna biasanya yang aktif
dekat ke mahasiswa itu perempuan. Kalau evaluasi positif dan negatif, jadi
kalau mereka lagi evaluasi ke mahasiswa biasanya dengan jarak yang intim
kadang, dekat gitu.
28. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah
tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan
oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Bu Bani pasti dengan suaranya yang kayak gitu. Terus kayak Bang Is,
Bang Is itu suaranya besar. Kalau Pak Humaizi juga, selain itu Bu Inon. Bu
Inon dengan suaranya yang mendayu-dayu dan bahasanya ntah apa-apa
kadang bingung juga sih, slidenya memang bahasa inggris, tapi kayak mana
ya kita rasional aja gitu, kalau kita nggak bisa bahasa Inggris yang cantik ya
nggak usah, gitu. Jadi kadang tinggi rendahnya dia aku nggak tau dia itu
bahasa melayu apa Indonesia. Kalau Bu Lusi ya jelas, dia penekanan
suaranya tajam walaupun dengan logat yang mendayu.
29. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau
lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika
berbicara seperti biasa?
Jawab: Bang Hendra kalau volume iya, bisa dibilang dia lumayan keras. Tapi
jarang sih, dia tergantung mood juga tu, kalau dia di kelas lagi nggak mood ya
“Kau, kau, kau, kau,” gitu aja. Tapi kalau lagi mood kali ngajar “Kau la yang
maju,” gitu. Langsung yang blak-blakan aja. Pak Suwardi juga sih, dia lucu.
Selain itu Pak Amir. Pak Amir lumayan berat suaranya. Dan gitu dia
orangnya tepat waktu kali, nggak boleh terlambat. Kalau dari volume lagi,
yang lembut kali suaranya itu Bu Dayana. Aku nggak dengar kalau dia lagi
ngomong. Kadang dengan kelas yang crowded dan suara dia yang kayak gitu
nggak mencukupi gitu. Kalau Bu Rusni, Bu Rusni aku sadarlah faktor usia
juga. Jadi mungkin apa yang dia bilang jadi kayak repetan nenek-nenek.
Bukan repetan nenek-nenek, kayak mana ya?, mungkin karna faktor usia
Universitas Sumatera Utara
juga. Jadi kalau ngomong ngeyel, cerewet gitu. Kayak kita dimarahi mamak
di rumah ya kayak gitulah. Ya kita cuma bisa maklum ajalah.
Bu Dewi udah jelas lah ya, Bu Dewi itu kalau dari suara sama kayak Bu
Rusni tadi tapi lebih lancar lagi intonasinya Bu Dewi. Kalau Pak Abdi batak
kali. Suaranya itukan serak-serak basah dengan mukanya yang agak
memerah-merah gimana gitu, itu Karo kali lah, ku rasa memang faktor
budaya yang mempengaruhi. Yang lembut selain Bu Dayana itu Kak Emil.
Orangnya karena masih muda kali ya jadi masuk sama siapa aja. Dia
ngomongnya lembut, kan senang kita kalau dilayani sama dosen yang kayak
gitu. Kak Yovita, Kak Jo itu bisa dibilang jaraknya dekat sih sama
mahasiswa, jadi volumenya kadang dia bisa dibilang lembut ya lembut tapi
bisa dibilang tegas juga.
30. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu
kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Beberapa kita dapatin, seperti yang tadi aku bilang Bu Dewi,
kecepatan suara Bu Dewi itu susah kita ikuti. Yang lain lagi itu Bu Bani, tapi
rata-rata kecepatannya suaranya masih terkontrol. Kalau yang laki-laki
standarlah, rata-rata maskulin. Kalau dosen cowok yang paling cerewet itu
Pak Mukti lah.
31. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi
dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu
Komunikasi?
Jawab: Kualitas suara bagus. Yang pentingkan inti dari pelajaran itu nyampe.
Mau suara dia kayak manapun aku fine-fine aja sih, baguslah.
32. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan Komunikasi nonverbal
“diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?
Jawab: Biasanya saat kelas ribut. Biasanya kalau lagi presentasi, kalau dia
lagi pengen jelasin sesuatu atau lagi pengen nulis, biasanya lagi kayak gitu
dia sering ngeluarin nonverbal diam.
Dosen yang sering melakukan itu Bu Fatma. Sistem belajar ibu itukan penuh
dengan kerja kelompok atau presentasi, jadi cukup taruh telunjuknya di
Universitas Sumatera Utara
mulut. Tapi mahasiswa jarang juga yang langsung nangkap karna nggak
semua fokus ke ibu. Yang lain paling Pak Suwardi lah.
33. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk
menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang,
cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau itu banyak. Nomor satunya itu Bu Inon. Bu Inon itu dia mau
keliatan berkelas, jadi setiap dia masuk atribut atau pakaian yang dia pakai
dari atas ke bawah itu selalu matching. Warna jilbab sama baju itu pasti
matching. Udah gitu gaya jilbabnya itu bukan gaya jilbab orang-orang
Medan. Dia itu gaya jilbabnya jilbab Malaysia sih kalau aku bilang. Dengan
yang runcing ke atas gitu, biasanya dia pakai manik-manik gitukan karna
mungkin dia punya rias pengantin berpengaruh juga sama gaya dia. Terus
kalau dari segi baju sih sopan dia karna bajunya nggak terlalu begitu ketat
gitu dan menutup dada. Kalau yang lain kayak Bu Mazda dias sering pakai
baju yang etnik-etnik, pakai baju batik kadang pakai rok. Kalau Bu Fatma itu
tergantung mood dia. Kalau lagi baik-baiknya warnanya bagus kali kita liat,
jilbabnya rapi. Kalau nggak, kadang dadanya juga nampak. Diakan sering
kalau pakai jilbabkan ke belakang tuh, nanti jilbabnya tu naik kali ke leher.
Nggak sadar dia dadanya udah nampak aja gitu. Dia juga sering pakai manset
sama kayak Bu Bani. Kalau Bu Bani juga pakai kacamata. Kalau pakai jilbab
itu jarang yang digaya-gayain, biasanya langsung diikat ke belakang aja.
Roknya pun biasanya agak kembang-kembang gitukan. Aku pikir stylish sih.
Dia itu sering pakai rok jarang pakai celana. Yang cowok Pak Mukti, dia itu
sering nggak sadar kalau dia sering pakai topi ke dalam kelas. Nggak tau
mungkin karna dia botak. Pak Pohan juga pakai topi, tapi aku pernah
pergokin dia nggak pakai topi tapi dalam konteks nggak ngajar. Kalau Bu
Dewi tasnya pasti selalu besar. Dia kalau bawa tas itu kalau bajunya merah
tasnya juga merah. Kalau Bu Lusiana nampak orang Melayu Malaysianya
mungkin karna dia udah lama di sana kali. Kalau pakai jilbab ininya rata
dengan dahi gitu, tapi ketutupan dadalah. Bajunya baju-baju sari, baju kain
gitu. Kak Emil juga rapi, dia jilbabnya pasti yang sebelah aja yang diikat yang
Universitas Sumatera Utara
satu lagi diturunkannya. Dan bibirnya itu merona, dia sering pakai lipstik
yang senada dengan warna jilbabnya. Biasanya warna orange, jarang pakai
yang warna merah merona. Yang merah merona biasanya Bu Inon. Kalau
cowok Pak Suwardi. Dia itu mobilnya warna merah, aku udah tanda. Pernah
soalnya aku kejar-kejaran sama Pak Suwardi karna sama Pak Suwardi itukan
kita nggak bisa telat. Jadi aku udah tanda mobilnya. Dia masuk jam 8 jadi
kalau dia udah di tembok aku juga harus udah di tembok. Dan dari situ kita
bisa taukan kalau itu mobilnya Pak Suwardi. Kalau Pak Humaizi rapi
orangnya. Kalau dia masih muda, yaaa bisalah. Kalau Bu Rusni aku bilang
dia juga rapi, wangi juga. Jadi jarang dia dalam keadaan berkeringat. Dia
nggak mau ngajar kalau dalam keadaan berkeringat. Rapi, wangi, duduk,
bercerita ya kayak gitulah. Kalau Kak Jo fashionable lah ku bilang. Baju-baju
dia anak-anak muda gitulah. Banyak juga mahasiswa yang naksir sama dia
sih. Kalau Pak Safrin aku bilang dia rapi, wangi juga. Tapi aku jarang liat Pak
Safrin bawa mobil, dia bawa motor biasanya kayak anaknya. Kalau Bang
Hendra dia kalau ngajar dia suka lupa, pakai sendal. Dia juga pakai kemeja
nggak dimasukin ke dalam tapi dikeluarkan, kesannya preman banget. Pak
Mukti dia pakai topi terus Pak Abdi kadang celananya suka melorot, kadang
dia suka naikin-naikin celananya, tapi dia nggak sadar kadang depan
mahasiswa kayak gitu. Kalau Bang Haris dia selalu bawa tas tentaranya,
kemana-mana pasti dia selalu bawa tas tentaranya. Aku juga nggak tau sih
isinya apa, tapi berat kali serius mungkin lebih berat dari berat badanku. Dari
situlah aku tanda kalau yang pakai tas itu Bang Haris. Pak Is kalau nggak
salah mobil dia Innova warna hitam karena aku punya pengalaman dengan
temanku waktu itu. Berusaha untuk menandai Pak Iskandar itu sulit hampir
sama dengan dosen jrurusan lain, jadi aku nandain oh ada mobilnya gitu.
34. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Warna hitam
35. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Aku bilang kalau warna spesifik nggak ada. Tapi kalau gaya ada.
Biasanya mereka yang cewek-cewek pakai batik. Kalau yang cowok-cowok
Universitas Sumatera Utara
pakai kemeja dan warnanya netral kayak abu-abu, putih kayak gitu. Jarang
warna-warna yang ijo, merah kayak gitu.
36. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu
dalam proses belajar mengajar?
Jawab: Kalau yang tepat itu satu Pak Safrin, Pak Anir terus Pak Humaizi, Pak
Suwardi terus Ibu Mazda, Ibu Jo, Bu Bani itu aja yang tepat waktu.
Selebihnya kadang suka molor dan yang paling parah itu Pak Abdi. Dan
pernah pengalamanku waktu itu masuk jam 2 dan dia datang jam setengah 4.
Kebetulan aku malas beranjak dari kelas dan di kelas itu tinggal lima orang ya
dia tetap ngajar. Nggak ada ngerasa malu dan dia ngomong kalau “Lebih baik
terlambat daripada tidak sama sekali.” Kalau yang lain kayak Bu Fatma.
Akau nggak tau sih kenapa dia kayak gitu. Soalnya pas ujian kemaren itu jadi
nggak ujian. Ibu nggak tepat waktu, mungkin karna repot ya tapi nggak tau
juga. Bu Inon lagi, itu dia kadang kita udah tepat waktu dianya nggak tepat
waktu, kadang mau 1 jam. Tibanya kami nggak tepat waktu dia datang
duluan, kadang dia sendiri kan kayak gitu bingung kita. Terus mau gantikan
hari itu suka nggak tegas. Jadi, mahasiswa suka bingungkan, kadang
mahasiswanya dikuasai kelas bukan dia yang nguasai kelas. Kak Jo juga
nggak boleh telat lebih dari 15 menit. Kayak Kak Emil, Kak Jo, Bang Haris
ada batas waktu 15 menit nggak boleh masuk lagi.
37. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Aku nggak hapal bau-bauan sih, tapi yang wangi itu Bu Mazda, Bu
Rusni, Bu Fatma, Kak Jo, Kak Emil. Kalau yang cowok itu Pak Humaizi pasti
wangi.
38. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh
Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?
Jawab: Pernah.
39. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?
Jawab: Kalau sentuhan itu kayak misalnya dia lagi nyuruh gitu atau dia
mempraktekkan sesuatu. Contohnya kayak di mata kuliah fotografi misalnya,
mau nggak maukan cara mengajarkan bidik kamera harus disentuh. Terus
kayak sentuhan yang lain Bu Mazda sering. Kalau dia ngajar pasti nyentuh
Universitas Sumatera Utara
mahasiswanya. Maksudnya sentuhannya itu kayak misalnya si mahasiswa ini
lebih pede. Biasanya bagian yang disentuh itu bahu, ujung jari kayak gitu.
Selain itu Bang Hendra juga kadang mau ditepuknya bahu kita. Aku juga
pernah liat dia sama Nina pas lagi bimbingan, mungkin Bang Hendra suka liat
Nina yang pendiam, jadi dia suka elus-elus kepala.
INFORMAN 4 (CNC)
Tanggal Wawancara: 24 Februari 2014
1.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Gaul, modis, pintar, berwibawa, ganteng, cantik sama kagum
ngeliatnya.
2.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Banyak sih yang kadang mereka isyaratkan dari cara berpakaian dari
cara melihat dari cara mereka berinteraksi dengan mahasiswa-mahasiswanya,
jadi kita juga bisa belajar tentang apa komunikasi nonverbal dari cara mereka.
3.
Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Bu Bani, Pak Humaizi. Pada dasarnya sih sebenarnya kalau dalam
kehidupan sehari-hari memang nggak terlalu kelihatan cuma kalau di kelas
adalah beberapa dari cara mereka memandang mahasiswa kalau misalnya
tatapan mereka tajam berarti itu lagi marah. Kayak Bu Bani, Bu Fatma kalau
tatapannya itu tajam berarti memang pengen kelasnya itu tenang. Kalau dosen
lain hampir sama sih seperti itu.
4.
Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi
nonverbal?
Jawab: Perempuan.
5.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal
saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Kalau ngajar kayak saya tadi bilang lebih ke cara mereka menatap
mahasiswa-mahasiswanya, lalu dari cara mereka berpakaian juga. Sejauh ini
dosen-dosen yang saya lihat rapi kecuali ada satu sih Bang Hendra.
6.
Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan
komunikasi nonverbal di kampus?
Jawab: Kalau Bu Fatma dia mampu menguasai kelas, body language nunjukin
kalau moodnya itu lagi bagus atau nggak dari dia berpakain juga
menunjukkan kalau dia itu orangnya simple nggak terlalu banyak aneh-aneh
lah gitu. Bu Mazda cukup interaktif dari cara tangan dia bergerak, jalan-jalan
di kelas dan jarang buat duduk sambil ngajar. Dari cara dia berpakaian juga
sejauh ini menunjukkan sisi keibuannya selain dia sebagai dosen.
Bu Dayana sejauh ini saya nggak pernah masuk dengan Bu Dayana, tapi saya
cukup tau karna dia sekretaris jurusan orangnya cukup lembut dan
komunikasi nonverbalnya dalam kehidupan sehari-hari di kampus ketika
berpapasan dia cukup mau memberikan senyum kepada mahasiswanya.
Meskipun hanya senyum tapi dia sudah menghargai mahasiswanya yang
menegur dia juga.
Kak Emil pembawaannya di kelas itu lembut, murah senyum, kecil, mungil
dan model jilbabnya semenjak saya kenal sampai sekarang tetap kayak gitu,
suka pakai baju batik. Komunikasi nonverbal yang sering dia tampilkan itu ya
itu dia murah senyum gitu. Kak Jo itu modis dari segi berpakaian, up to date,
murah ketawa tapi kalau dia lagi ngajar serius. Bu Bani cara dia memandang
matanya itu menyorotkan dia suka atau tidak sama seseorang itu kelihatan,
ceplas ceplos, cara dia berpakaian dia juga biasanya senada dari atas sampai
bawah. Dia sering pakai baju hitam, pakai jam tangan, pakai kacamata terus
kalau misalnya dia diam dan tekanan suaranya tinggi dia itu memang
moodnya lagi kurang terus orangnya cukup tepat waktu, wangi dan dia suka
pakai warna-warna yang gelap kayak hitam, itu sih. Bu Dewi bagus, Bu Inon
lumayan, Bang Hendra lumayan, Pak Amir lumayan, Bang Haris lumayan,
Pak Pohan terkadang terkesan kaku, kemampuan komunikasi nonverbalnya
kurang, Pak Humaizi cukup, Pak Suwardi cukup, Pak Abdi cukup, Pak Mukti
Universitas Sumatera Utara
kurang, Pak Danan cukup, Bu Rusni cukup, Pak Safrin lumayan, Pak
Iskandar luamayan.
7.
Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi
yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya?
Jawab: Kalau Bu Fatma di kelas ya sesuai. Selama ini saya lihat nggak ada
yang aneh dan beda gitu, Bu Mazda sesuai, Bu Dayana sesuai. Rata-rata
semua dosen sudah sesuai.
8.
Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Nggak ada sih, sama aja.
9.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi
komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa
yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepala pada saat yang sama.
Jawab: Kalau Bu Fatma pernah. Misalnya kalau dia manggil mahasiswa ke
depan ya tangannya main juga. Kalau sambil menjelaskan dan kalau lagi
ngomong tangannya ikut main juga untuk menegaskan apa yang
dikatakannya. Kalau Bu Mazda bilang “iya” itu sambil mengangguk.
Terkadang dia seperti menurunkan sedikit kacamatanya. Bu Dayana kalau di
kelas nggak tau kalau berpapasan kalau kita senyum ya dia juga senyum. Kak
Emil kalau ngomong “iya” senyum juga, itu sih yang saya ingat. Kak Jo dia
orangnya lebih eksprsesif. Kalau tertawa ya dia tertawa sambil menutup
mulutnya. Kalau dia ngomong “iya iya bener-bener” tangannya itu sambil
digerakin juga. Bu Lusy kurang ingat, Bu Bani kalau ngomong “iya” sambil
mengangguk, dan dia sering ngomong “nah” badannya itu sambil goyang
juga. Bu Dewi kalau ngomong sesuatu yang kurang berkenan kepalanya itu
ikut goyang-goyang gitu. Bu Inon itu kalau juga kalau ngomong “iya” sambil
mengangguk dan ngomong “tidak” sambil geleng pernah saya lihat. Bang
Hendra dia juga sama kalau ngomong “iya” sambil mengangguk dan
ngomong “tidak” sambil geleng. Pak Amir kurang ingat, Bang Haris juga
seperti itu, tapi dia lebih sering bilang “iya” sambil ngangguk dari pada bilang
“nggak” sambil geleng. Pak Pohan hampir sama kayak Bang Haris, Pak
Universitas Sumatera Utara
Humaizi sering ngangguk kalau lagi ngomong “Sara, sara, sara”. Pak Suwardi
biasanya kalau ada yang lucu dibarengi sambil ketawa sambil nganggukngangguk. Pak Abdi kalau ngomong “iya” ya sambil ngangguk dan
tangannya itu ikut memperkuat “iya” nya itu. Pak Mukti kurang tau, Pak
Danan itu suka kalau misalnya dia udah selesai jelasin dia suka menaikkan
atau menurunkan kacamatanya. Bu Rusni lupa, kalau Pak Safrin sama Pak
Iskandar sama kalau ngomong “iya” sambil ngangguk.
10. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas
memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai
membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman
di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti
atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi)
Jawab: Kalau Bu Fatma saya nggak ingat. Bu Mazda iya, Kak Jo iya, Hampir
rata-rata ngerti dan bahkan mereka lebih cepat keluar.
11. Apakah
dosen
komunikasi
lebih
sering
menyembunyikan
atau
mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat
mereka mengajar?. Contohnya?
Jawab: Bu Fatma kayaknya lebih sering menyembunyikan komunikasi
nonverbalnya. Dia sering kelihatan senyum daripada mukanya yang datar. Bu
Mazda menyembunyikan, Bu Dayana saya kurang tau, Kak Emil
menyembunyikan, Kak Jo menyembunyikan, Bu Lusy menyembunyikan, Bu
Bani lebih mengekspresikan, to the point orangnya.
Bu Dewi mengekspresikan, Bu Inon mengekspresikan, Bang Hendra
menyembunyikan,
Pak
Amir
menyembunyikan,
Bang
Haris
menyembunyikan, Pak Pohan menyembunyikan.
Pak Humaizi mengekspresikan, Pak Suwardi mengekspresikan, Pak Abdi
menyembunyikan,
Pak
Mukti
saya
kurang
tau,
Pak
Danan
itu
mengekspresikan, Bu Rusni mengekspresikan, Pak Safrin mengekspresikan,
Pak Iskandar menyembunyikan
12. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di
kehidupan sehari-hari mereka di kampus?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Bu Fatma Baik, dia ramah dengan semua mahasiswanya. Ketemu
dimanapun dia kalau mahasiswanya menegur, dia pasti senyum. Rata-rata
cara mereka menciptakan kesan baik itu dengan senyum. Tapi ada juga
dengan komunikasi nonverbalnya itu dia jadi terkesan buruk di depan
mahasiswanya. Kayak misalnya Bang Hendra, dia itu ceplas-ceplos aja dan
dia nggak mikirin apa yang ditampilkannya itu ditafsirkan lain oleh
mahasiswanya.
13. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku
komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan
dominasi?
Jawab: Kalau Bu Fatma biasanya dia berdiri kemudian jalan, jadi dia itu
terlihat menjadi pusat perhatian yang kita lihat gitu. Bu Mazda sering jalanjalan di kelas, Bu Dayana saya kurang tau, Kak Emil berdiri di meja, Bu Lusi
juga berdiri di meja, Bu Bani duduk tapi suarnya itu mendominasi kelas, Kak
Jo duduk di kelas tapi dia interaktif dengan mahasiswanya, Bu Dewi duduk
tapi suaranya mendominasi, Bu Inon lebih banyak berdiri mungkin karna
badannya kecil, Bang Hendra berdiri dan jalan ke sana kemari, Pak Amir
berdiri, Bang Haris itu duduk di atas meja dan membuat suasanya itu santai
tapi dialah jadi pusat perhatiannya, Pak Pohan biasa berdiri, Pak Humaizi
duduk di meja, Pak Suwardi berdiri di depan meja, Pak Abdi jalan-jalan, Pak
Mukti saya kurang tau, Pak Danan berdiri di belakang meja, Bu Rusni duduk
tapi suaranya mendominasi, Pak Safrin banyak duduk tapi suara mendominasi
Pak Iskandar dari suaranya mendominasi kelas
14. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau
ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?.
Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Kalau Bu Fatma menyatakan “iya” pasti dia mengangguk. Dan kalau
biasanya dia bilang “iya” itu dibarengi dengan senyum dan berarti dia suka.
Bu Mazda kalau tertarik akan sesuatu dia lebih menyipitkan matanya terus
kalau sambil nangguk terus posisi badannya agak membungkuk, Bu Dayana
kalau mengatakan “Ok” dia ngangguk-ngangguk. Kak Emil sambil senyum
Universitas Sumatera Utara
“Oh gitu ya, mmm” sambil ngangguk-ngangguk juga. Kak Jo senyumnya
terbuka lebar dan kalau ketawa terbuka lebar sambil ngomong “Oh iya iya,
hahaha”. Bu Lusi kurang ingat, Bu Bani kurang memaritiin, Bu Dewi suka
ngomong sesuatu yang melece dan bibir sama kepalanya itu ikut goyang. Bu
Inon sering ngomong “iya” sambil angguk kepala, Bang Hendra kalau
ngomong “Sini dulu kau!” itu tangannya juga ikut main. Pak Amir kurang
tau, Bang Haris itu lebih ke gesture tubuhnya, kalau ngomong “kemari”
tangannya ikut bermain, Pak Pohan biasanya kurang, Pak Humaizi kurang,
Pak Suwardi juga kurang, Pak Abdi biasanya bilang “iya” sambil ngangguk
tapi sambil senyum juga, Pak Mukti kurang tau, Pak Danan kurang tau, Bu
Rusni pernah ngomong “Eh jangan dulu ribut kalian”. Pak Safrin kurang tau,
Pak Iskandar kalau ngomong tangannya juga ikut main.
15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
ilustrator
(perilaku
nonverbal
yang
menyertai
dan
secara
harfiah
“mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Kalau Bu Fatma saya kurang ingat.
16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional,
gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa
sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Saya pernah liat Bu Fatma kalau dia lagi ada masalah dalam satu hari
itu dia nggak ada senyum di kelas dan kesan wajah marahnya itu terlihat
karna yang baisa saya lihat Bu Fatma itu orangnya suka senyum. Bu Mazda
kurang mengekspresikan, Bu Dayana kurang mengekspresikan, Kak Emil
lebih sering senyum, ketawa sambil jelasin mata kuliah itu dia mau, Kak Jo
mau ngajar atau tidak kalau ada yang lucu dia tertawa lepas gitu. Bu Lusi
kurang ingat, Bu Bani ya kalau ada yang lucu dia ketawa , Bu Dewi kalau lagi
marah kelihatan bahkan untuk senyum aja dia malas. Bu Inon kalau misalnya
Universitas Sumatera Utara
yang dipresentasikan mahasiswanya bagus dia suka ngomong “Good” sambil
jempolnya diangkat. Bang Suwardi kalau lagi nggak mood kelihatan dan
kalau lagi lucu ya dia tertawa lepas. Pak Humaizi kalau marah kelihatan
wajahnya memerah dan cara dia memandang mahasiswanya udah kayak
nggak bersahabat dan untuk senyum juga malas. Kalau lagi gembira dia suka
ketawa. Pak Safrin juga kelihatan kalau lagi nggak mood dia kelihatan malas
dan pengen cepat keluar. Pak Iskandar jarang mengekspresikan emosinya.
17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau
mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan
sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Bisanya Bu Fatma itu mendengarkan dulu apa yang disampaikan oleh
mahasiswanya baru nanti dia seperti mengangguk “iya” baru dia menjelaskan.
Kalau Pak Safrin mau dia memotong pembicaraan, jadi dia menjelaskan
sehingga dia terkesan mendominasi. Dia juga tipe pemantau dan tegas.
Pak Suwardi juga tipe pemantau. Jadi dia tau siapa yang ribut dan biasanya
langsung disuruh keluar. Pak Humaizi juga gitu, bahkan dia mau
memberhentikan mata kuliah ketika kelas itu nggak kondusif. Bu Rusni
nggak, Pak Danan juga nggak, Pak Abdi didengar dulu mahasiswanya
ngomong apa baru dia ngomong. Kalau Pak Abdi juga tipe pemantau karna
kemaren itu pernah kelas dia orangnya sedikit jadi dia memantau
mahasiswanya satu persatu. Bang Hendra juga kayak gitu, Bu Inon juga
mendengarkan dulu apa yang dibilang sama mahasiswanya, Bu Dewi saya
kurang tau, Bu Bani juga kadang mau sih jika menurut dia pada saat
presentasi
itu
harus
disampaikannya
dipotongnya
kemudian
dia
menyampaikan. Kak Jo setelah presentasi, Bu Mazda juga setelah presentasi
baru ngomong. Bu Mazda juga tipe pemantau. Selebihnya sama semua.
18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka
umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan
Universitas Sumatera Utara
dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya
di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Bu Fatma seingat saya nggak pernah. Bang Hendra itu sering saya
lihat menggaruk kepala atau memegang rambutnya. Bu Lusi juga kadang mau
kipas-kipas di kelas. Pak Abdi biasanya sering memasang dan melepas
kacamatanya. Bu Dewi kadang kalau ada yang mau dibaca dia pakai
kacamata dan dilepas kalau udah selesai. Pak Danan juga suka memperbaiki
kacamatanya. Kalau mau baca dia pasti selalu menaikkan gagang
kacamatanya. Pak Pohan juga kalau dia mau menulis dia itu kayak agak
menekuk kepalanya.
19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak
mata saat mengajar di dalam kelas?
Jawab: Kalau dalam kelas Bu Fatma iya melakukan kontak mata. Biasanya
kalau dia berbicara dengan murid yang lagi menyampaikan pendapatnya pasti
dia berkontak mata langsung. Di luar kelas saya juga pernah melakukan
kontak mata dengan Bu Fatma. Sejauh ini kontak mata Bu Fatma nggak
terlalu kuat. Rata-rata dosennya memiliki kontak mata yang biasa aja nggak
terlalu kuat.
20. Kapan biasanya dosen Ilmu Komunikasi melakukan kontak mata di dalam
kelas?
Jawab: Pernah sih pas saya wawancara beasiswa jadi saya berkontak mata
langsung dengan Bu Fatma dan antara saya dan Bu Fatma sedang
membicarakan hal yang serius di situlah terjadi kontak mata. Kalau di dalam
kelas ketika berbicara dengan seorang mahasiswa yang menyampaikan
pendapatnya Bu Fatma melakukan kontak mata dengan mahasiswa itu dan Bu
Fatma itu tipe orang yang mau mendengarkan dan selama mahasiswa itu
berbicara Bu Fatma selalu menatap dan dia tidak pernah mengalihkan
pandangannya ke yang lain-lain dan di situlah terjadi kontak mata.
21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan
sehari-hari mereka di kampus?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Bu Fatma itu ceria, senyum, ekspresi datar juga pernah kalau tidak
ada yang dibicarakan. Kalau dia lagi marah biasanya dia nggak pernah
senyum kalau di kelas. Rata-rata dosen komunikasi itu ekspresi wajahnya
senyum. Kadang kalau melihat langsung tunduk terus langsung nulis. Bu
Mazda itu sering menyipitkan mata kayak ingin tau. Pak Humaizi sering
mengerutkan kening.
22. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu
Komunikasi?
Jawab: Emosi yang sering ditunjukkan Bu Fatma itu sih emosi positif ya.
Mahasiswanya juga kalau lihat dia itu jadi segan dan mau belajar gitu. Ratarata kalau mood mereka baik ya mereka senyum dan megekspresikan senang.
Bu Mazda itu nggak pernah memperlihatkan ekspresi yang tidak enak di
kelas. Dia selalu berusaha untuk tetap tersenyum kalau lagi ngajar di kelas.
Kak Jo juga nggak pernah bawa ekpresi sedih atau kesal ke dalam kelas,
Bang Haris juga nggak pernah bawa emosi sedih ke dalam kelas.
23. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat
pada dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Bu Fatma 50-50 sih antara berdiri sama duduk. Kalau dia lagi
menjelaskan tubuhnya ya bergerak gitu, matanya juga bergerak dan
tangannya juga nggak lepas bergerak untuk menegaskan apa yang dia
sampaikan. Bu Mazda gerak-gerakan tangan sambil ngomong, jalan-jalan di
kelas, kepalanya juga suka goyang-goyang kalau lagi ngomong, Bu Dayana
aku kurang tau, Kak Emil dia duduk sambil megang mic. Kak Jo gesturenya
mau kadang sambil megang-megang handphone sambil ngomong. Bu Inon
dia mau ke sana kemari sambil ngomong bahasa inggrisnya itu, Bang Hendra
suka jalan kesana kemari dan kalau ngomong tangannya juga ikut gerak. Pak
Amir kurang tau, Bang Haris lebih sering duduk di atas meja sambil
menjelaskan, Pak Pohan tangannya gerak tapi tangan yang satu aja karna
yang satunya pegang mic. Pak Humaizi dengan laptopnya, Pak Suwardi dia
berdiri lurus aja, jarang terlihat gesturenya, Pak Abdi dia suka jalan-jalan
sambil nanya satu-satu, Pak Mukti kurang tau, Pak Danan biasanya duduk aja
kadang sesekali mau nulis di papan tulis. Bu Rusni duduk aja sambil
Universitas Sumatera Utara
ngedengerin presentasi setelah itu dia komentari, Pak Safrin duduk tapi
sesekali dia nulis juga. Dan kadang kalau dia nggak suka sama mahasiswa dia
langsung nunjuk. Pak Iskandar duduk dan tangannya digerak-gerakin.
24. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh
ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?
Jawab: Bu Fatma ectomorphy, Bu Mazda endomorphy, Bu Dayana
ectomorphy, Kak Emil ectomorphy, Kak Jo endomorphy, Bu Lusi
endomorphy, Bu Bani endomorphy, Bu Inon endomorphy, Bu Dewi
endomorphy, Bang Hendra ectomorphy, Pak Amir endomorphy, Bang Haris
mesomorphy, Pak Pohan ectomorphy, Pak Humaizi ectomorphy, Pak Suwardi
ectomorphy, Pak Abdi endomorphy, Pak Mukti ectomorphy, Bu Danan
endomorphy, Bu Rusni ectomorphy, Pak Safrin endomorphy, Pak Iskandar
endomorphy.
25. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi
dengan mahasiswa di luar kelas?
Jawab: Kalau Bu Fatma itu jarak pribadi. Kalau lagi ngajar di kelas rata-rata
jarak yang digunakan jarak pribadi. Tapi kalau di luar kelas lebih
menggunakan jarak sosial.
26. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur,
konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif
dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi
ruang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau Bu Fatma menurut saya tergantung masalah yang dibahas.
Kalau menurut Ibu itu masalah yang dibahas cukup menarik Ibu itu bakalan
dekat dengan mahasiswanya, tetapi kalau dia rasa biasa dia mungkin hanya
berdiri di dekat mejanya. Tergantung masalah yang dibahas, jenis kelamin
mahasiswa juga. Kalau dosen cowok lebih menjaga jarak dengan mahasiswa
perempuan.
27. Wilayah merupakan salah satu bagian dari komunikasi ruang. Menurut Anda
dimana wilayah atau seperti apa wilayah yang sering digunakan oleh dosen
Ilmu Komunikasi saat mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Kalau Bu Fatma 50-50 antara dia duduk dan berdiri. Kalaupun dia
berjalan itu tidak terlalu jauh dari posisi meja.
28. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah
tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan
oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Nada Bu Fatma sih datar tapi dibarengi dengan senyum. Ntah kenapa
kalau ingat Bu Fatma itu pasti saya ingat senyumnya. Bu Mazda datar ke
lembut, Bu Dayana lembut, Kak Emil lembut, Kak Jo nadanya lebih tinggi,
Bu Lusi biasa, Bu Bani kuat dia lebih menguasai kelas, Bu Inon suaranya
kecil tapi cukup menguasai kelas, Bu Dewi tinggi, Bang Hendra kuat, Pak
Amir lumayan kuat, Bang Haris tinggi, Pak Humaizi sedang, Pak Suwardi
sedang, Pak Abdi sedang, Pak Mukti cepat, Pak Danan sedang, Bu Rusni
tinggi, Pak Safrin tinggi, Pak Iskandar tinggi.
29. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau
lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika
berbicara seperti biasa?
Jawab: Selama Bu Fatma tidak marah suaranya itu datar menuju ke lembut,
kelihatanlah sisi keibuannya. Kalau suaranya tinggi pasti volumenya keras,
Kak Emil sama Bu Dayana.
30. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu
kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Bu Fatma kalau ngomong sih nggak terlalu cepat. Bu Mazda lambat,
Bu Dayana lambat, Kak Emil lambat, Kak Jo cepat, Bu Lusi cepat, Bu Bani
cepat, Bu Inon cepat, Bu Dewi cepat, Bang Hendra cepat, Pak Amir lambat,
Bang Haris cepat, Pak Pohan cepat, Pak Humaizi lambat, Pak Suwardi cepat,
Pak Abdi lambat, Pak Mukti cepat, Pak Danan lambat, Bu Rusni cepat, Pak
Safrin cepat, Pak Iskandar cepat.
31. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi
dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu
Komunikasi?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Kualitas suara Bu Fatma baguslah kalau untuk ngomong di dalam
kelas. Rata-rata kualitas suara dosen Ilmu Komunikasi lumayan bagus. Suara
mereka cukup enak untuk didengar dan tidak membosankan.
32. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal
“diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?
Jawab: Bu Fatma biasanya kalau lagi presentasi mahasiswanya dia diam.
Kalau lagi marah dia juga lebih diam atau moodnya lagi nggak bagus
biasanya dia diam. Biasanya dosen Komunikasi rata-rata diam pada saat
mahasiswa presentasi atau mahasiswanya lagi nanya. Kalau lagi marah nggak
ada yang diam sih, biasanya mereka ngomong. Setelah ngomong baru keluar
kelas atau mahasiswa yang ribut itu disuruh keluar. Biasanya Pak Humaizi,
Pak Suwardi, Pak Safrin juga.
33. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk
menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang,
cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Bu Fatma kalau dari segi pakaian saya melihatnya Ibu suka pakai baju
yang senada, suka pakai kalung juga atau aksesoris seperti gelang, kadang
pakai celana atau rok juga. Model jilbabnya diikat ke belakang. Sejauh ini
saya lihat style-style yang dia pakai nggak ketinggalan zaman dan sesuai
sama pekerjaan dan usianya juga. Yang menunjukkan kalau itu Bu Fatma dari
jauh itu postur tubuh dan kacamata. Lipstiknya suka yang warna merah.
Bu Mazda suka cara jilbabnya biasa aja, pakai kacamata, baju-baju yang
dipakainya itu kayak kain songket, kain tradisional gitu, pakai weges. Dan
kalau pakai rok dia nggak pernah pakai rok yang kembang, hidungnya juga
khas, caradia menyipitkan matanya juga, yang menunjukkan itu Bu Mazda itu
postur tubuhnya. Bu Dayana dengan rambut pendeknya, pakai kacamata,
sering pakai kemeja juga, pakai kalung-kalung juga sering, pakai rok, kadang
pakai celana diseling-selingin. Yang khas dari Bu Day itu rambutnya.
Kak Emil itu jilbabnya yang dari dulu sampai sekarang nggak pernah berubah
modelnya, sering pakai batik dan kalau batiknya pendek itu dia selalu pakai
manset, nggak pernah pakai rok, dan rata-rata batiknya itu senada dengan
Universitas Sumatera Utara
celana dan jilbabnya. Dari jauh keliatan kalau itu Kak Emil dari tubuh
mungilnya. Kalau lipstiknya warna-warna lembut. Kak Jo fashionable, update
fashion, suka pakai dress atau rok dan dia seingat saya nggak pernah pakai
celana. Tas yang dibawanya seirama biasanya sama baju atau sama tali
pinggangnya sama kalung-kalung yang dipakainya. Pakai jam, pakai gelang,
update rambut juga. Dia jarang sih rambutnya terlalu panjang, dan pakai
lipstik yang mencolok. Dari jauh udah kelihatan kalau itu Kak Jo dari baju
yang dia pakai. Dari mobilnya juga udah tanda kalau itu dia.
Bu Bani mobilnya cuma dia yang punya plat nomer F. Jadi kalau plat F udah
ada di parkiran orang pasti udah tau kalau Bu Bani ada di kampus. Suka pakai
hitam, suka pakai manset, suka pakai batik juga, pakai rok ngembang, pakai
jam tangan, kacamata, terus model jilbabnya nggak banyak-banyak. Dan Bu
Bani nggak pernah pakai celana deh. Bu Lusi dia suka pakai baju muslim
terusan dan jilbabnya juga senada dengan bajunya. Modelnya jilbabnya juga
biasa-biasa aja nggak terlalu banyak gaya dan menutupi bagian bahunya. Mau
juga pakai lipstik dan pakai tas juga dengan warna yang senada.
Bu Dewi sama sih pakai jilbab juga nggak banyak gaya, cuma sering pakai
blus-blus gitu, terus pakai lipstik dan tasnya senada. Bu Inon itu kalau ngeliat
dia itu glamour, kecil, pake wedges, bajunya saya lihat sering yang terusan
tapi pakai celana dan model jilbabnya itu khas kayak dipakai langsung tapi
cantik. Sebenarnya orangnya manis sih Bu Inon, pakai kacamata dan make up
nya agak terlihat mencolok, lipstiknya bagus. Badannya yang kecil dan bulet
itu sih yang buat tanda itu Bu Inon. Bang Hendra orangnya simple, pake
celana jeans nggak pernah pake celana bahan kayaknya, pakai baju kemeja
terkadang pakai sendal, tinggi dan agak gemuk, beruban, kepalanya agak
botak, bajunya nggak pernah dimasukin. Itulah ciri khas yang menandakan
dia Bang Hendra.
Pak Amir rambutnya udah agak memutih, bajunya dimasukin, pake kemeja,
perutnya buncit dan agak membungkuk. Bang Haris itu gayanya masih kayak
gaya anak muda. Memang sih sering pake kemeja panjang terus digulung
terus pake celana yang banyak kantongnya, baju dimasukin dan rambutnya itu
lebat belahnya agak di samping dan pakai sepatu yang agak berhak dan
Universitas Sumatera Utara
tasnya fotografer yang banyak kantong-kantongnya juga. Gaya anak mudanya
itu yang jadi ciri khasnya. Pak Pohan itu ciri khasnya topi, kacamata, bajunya
kayak baju dinasnya gitu warna biru terus bawa tas kerja warna hitam yang
berisi laptop atau beberapa file. Pak Humaizi kacamatanya terus agak-agak
etnis China gitu, jalan agak membungkuk, sering pakai kemeja, celana bahan.
Dari tau kalau itu Pak Hum dia itu putih dan agak etnis China Aceh gitu.
Pak Suwardi yang buat tanda kali itu mobil warna merahnya. Kemejanya
dimasukin, rambutnya agak sedikit botak, pakai kacamata, jalannya tegak
terus nggak gemuk-gemuk kali, jenggotnya juga, ketawanya juga khas. Pak
Abdi kecil, bulet, pendek, hitam, pakai baju dimasukin terus pakai mobil bak
terbuka di belakangnya. Dari jauh kalau yang mengisyaratkan itu Pak Abdi ya
badannya gemuk, gempal gitu, bentuk wajahnya itu wajah Karo.
Pak Mukti itu yang khas dia pakai topi, terus bajunya tangan panjang dan
digulung dan dimasukkan, kumisnya juga khas, kurus, itu aja sih. Pak Danan
rambutnya udah putih, kalau jalan agak bungkuk, cara berpakaiannya biasa,
mobilnya yang buat khas itu mobil sedannya yang kecil itu. Bu Rusni sama
kayak Bu Dewi pakai jilbab biasa. Pakai baju yang panjang dan celana dan
dari semua dosen-dosen Ilmu Komunikasi ya Bu Rusni yang paling tua dari
jauh udah keliatan aja kalau itu Bu Rusni.
Pak Safrin jarang pakai celana yang warna hitam, biasanya pakai celana
warna coklat, cream, warna muda gitulah. Bajunya dimasukin, sepatunya
yang nggak terlalu formal-formal kali, pakai kacamata, kumisnya agak-agak
putih kayak rambutnya dan dia itu santai orangnya. Pak Is tinggi, besar,
perutnya gendut, pakai kemeja, kacamata. Dari jauh ya nampak aja itu Pak Is
karna badan besarnya.
34. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Bu Fatma jarang pakai warna yang terang biasanya dia suka pakai
warna coklat, ungu, biru tua, gitu sih. Bu Mazda lebih sering warna-warna
lembut kayak ijo, ungu. Bu Bani selalu pakai manset hitam, baju luarnya dia
juga sering pakai hitam tapi kadang warna-warna lain juga. Bu Dayana sering
pakai baju putih, Kak Jo bajunya colour full, Kak Emil sering pakai warna
ijo, merah, biru. Bu Lusi sama kayak Bu Mazda, Bu Inon warna-warna terang
Universitas Sumatera Utara
kayak orange, Bu Dewi warna-warna cerah, Bang Hendra warna-warna
netral, Pak Amir warna coklat, abu-abu, Bang Haris warna hitam, abu-abu,
Pak Pohan warna-warna terang, Pak Humaizi warna terang, Pak Suwardi
pakai kemeja polos warna soft, Pak Abdi pakai abu-abu, Pak Mukti pakai
putih ada coraknya dan topi merah. Pak Danan suka pakai kemeja kotakkotak dan warna soft, Bu Rusni warna-warna soft, Pak Safrin warna soft, Pak
Is kalau nggak putih, biru, abu-abu.
35. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Tidak ada
36. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu
dalam proses belajar mengajar?
Jawab: Bu Fatma itu orangnya ontime. Tapi kalau misalnya dia nggak bisa
masuk pasti jadwalnya diganti. Kalau keluar kelas sesuai dengan jadwal
nggak pernah lebih. Bu Mazda paling telat-telat 15 menit kalau masuk kelas,
tapi dia ngabari kalau misalnya telat. Dan kalau murid-muridnya telat dan
udah ada kesepakatan masuk jam sekian udah nggak bisa masuk lagi. Bu
Dayana sama kayak Bu Mazda, Kak Emil walaupun mahasiswanya terlambat
kayak gimanapun tetap boleh masuk dan dia orangnya ontime.
Kak Jo kalau kelas besar dia sesuai kesepakatan, kalau kelas kecil pasti dia
tetap mau terima mahasiswanya walaupun telat berapa menit gitu. Tapi kalau
udah selesai pembahasan ya udah nggak pernah sampai dua jam. Bu Lusi
saya kurang ingat, Bu Bani kalau telat ya telat nggak boleh masuk lagi. Kalau
udah selesai ya udah keluar. Kalau misalnya kita nggak masuk minggu ini
pasti dicari gantinya. Bu Dewi kalau telat nggak bisa masuk lagi dan lebih
cepat keluar. Bu Inon kurang on time mungkin karna kesibukannya, jadi
mahasiswa kadang nunggu hampir sampai satu jam lebih. Terkadang nggak
ada kabar, sering nggak masuk dan kalaupun masuk kadang cepet selesainya.
Bang Hendra orangnya agak kurang ontime. Dia memang orangnya apa yang
dibahas di kelas itu kalau udah selesai ya udah keluar.
Pak Amir saya kurang tau, Bang Haris orangnya cukup ontime paling telattelat 15 menit. Kalau misalnya nggak ada lagi yang dibahas ya udah nggak
Universitas Sumatera Utara
harus nyampe dua jam. Pak Pohan ontime dan selesai sampe dua jam, Pak
Humaizi ontime, Pak Suwardi ontime bahkan lebih cepat datang daripada
mahasiswanya. Pak Abdi sama sih kayak Bu Inon. Bahkan kalau nggak
datang itu bisa nggak ngabari. Kadang mahasiswa itu udah nunggu berjamjam pas mahasiswa pulang dia baru datang gitu. Dan kadang di kelas cuma
sebentar. Pak Mukti saya kurang tau karna nggak pernah masuk kelasnya, Pak
Danan cukup ontime, Bu Rusni juga ontime, Pak Safrin ontime dan tidak
akan mengizinkan mahasiswanya lagi masuk kalau dia udah masuk. Pak
Iskandar masih mau ngizinin mahasiswanya masuk. Kalau keluar lebih cepat
tergantung materi yang dibahas.
37. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Rata-rata dosen Komunikasi wangi, tapi nggak tau wangi apa.
38. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh
Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?
Jawab: Kalau mahasiswa lain pernah tapi kalau menyentuh saya nggak
pernah.
39. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?
Jawab: Bu Fatma sebatas salaman, seperti kayak merangkul dan memberi
semangat gitu. Yang sering itu dosen perempuan sih. Biasanya dia lakukan itu
sama anak bimbingannya mereka itu lebih sering bersentuhan seperti
merangkul, menggandeng tapi beberapa hanya bersalaman. Kalau dosen
cowok biasanya hanya sebatas salaman tangan saja.
Biasanya Bu Fatma, Bu Mazda.
INFORMAN 5 (MFK)
Tanggal Wawancara: 25 Februari 2014
1.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Secara umum kalau menurut saya persepsi tentang dosen komunikasi
fisip usu itu yang utama banyak ragamnya terutama mereka itu masingmasing punya karakter terkait dalam hal mengajar. Menurut persepsi saya
tentang 21 dosen Komunikasi ini dari cara ajar mengajar sudah bagus, cuman
ada beberapa yang kadang kurang maksimal. Terutama misalnya dalam hal
Universitas Sumatera Utara
penyampaian bahan, kadang ada yang jelas ada yang kurang jelas. Setelah itu
dari ketepatan waktu dalam hadir di kelas, kadang ada yang santai. Kurang
memuaskanlah, istilahnya suka–suka aja.
2.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Secara umum menurut saya, dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU
sebenarnya udah bagus–bagus sih, cuman ya itu tadi, ada yang memuaskan,
ada yang kurang memuaskan. Mungkin ada alasan–alasan tertentu dari saya.
Mungkin dari faktor belajar mengajar ya. Mungkin ada yang seperti mengejar
waktu mungkin. Sampai di kelas pun menghadapi mahasiswa yang terlambat,
hal itu juga mempengaruhi tentang non verbal tadi.
3.
Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Oh, menurut saya yang sering melakukan komunikasi nonverbal yaitu,
boleh lebih dari satu? Saya urutkan dari pertama saja ya? Yang pertama Bang
Hendra, yang kedua Pak Amir, yang ketiga Bu Bani, yang ke empat Bu
Fatma.
4.
Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi
nonverbal?
Jawab: Sebentar ya, karena ini jumlah dosen Komunikasinya tidak terlalu
banyak, kalau secara lebih ininya sih ya yang perempuan. Cuma kalau ditanya
tentang yang paling apa itu ibaratnya yang paling apa tuh mengeluarkan
nonverbalnya tuh, saya akui kayak Pak Amir sama Bang Hendra.
5.
Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan
komunikasi nonverbal di kampus?
Jawab: Kalau Bu Fatma saya rasa sudah cukup baik ya, terutama dalam
mengajar itu Ia juga jelas sambil berdiri, sambil duduk, sambil tatapan
matanya juga meyakinkan mahasiswanya juga ini kok sudah bagus lah, Bu
Mazda juga sama kayak Bu Fatma. Bu Dayana agak apa ya? Bu Dayana
kadang mungkin secara pa namanya.. mungkin agak lembut ya, suaranya
agak pelan, terus tatapan matanya juga secara ini juga lemah, agak sayu. Kak
Universitas Sumatera Utara
Emil, ya secara nonverbal juga udah bagus, cuma mungkin udah baguslah,
bagus. Kak Jo juga bagus sama kayak bu Fatma, Bu Mazda, Bu Lusi. Waktu
belajar mengajar di kelas, Bu Lusi ini KLB ya? Bu Lusi juga udah bagus. Bu
Bani juga. Bu Dewi juga udah bagus kayak seriusnya juga ada. Bu Inon, Bu
Inon ini kadang kalau waktu belajar – mengajar di kelas nonverbalnya ada
tetapi kadang belum kalo secara ininya katagori sedang. Kalau Bang Henda
bagus, Pak Amir juga kalau untuk nonverbal dapat ininya, tegas. Bang Haris
bagus juga, Pak Pohan bagus, Pak Humaizi, bentar dulu ya. Pak Humaizi juga
sama kayak pak Pohan. Pak Suwardi, (ketawa) aku membayangkan waktu di
kelas. Pak Suwardi gimana ya?. Mungkin faktor usia udah agak malas
mengajar. Pak Abdi, secara nonverbalbagus, tapi ada kurang–kurangnya, Pak
Mukti sedang, Pak Danan bagus, Bu Rusni kurang. Pak Syafrin bagus, Bang
Is sedang.
6.
Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi
yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya?
Jawab: Kalau menurut saya, Kalau Bu Fatma sudah menggunakan sudah pada
tempatnya. Semua sudah pada tempatnya. Tapi agak susah membedakannya.
Contohnya kayak Pak Amir tadi, karena sudah ada ciri khasnya sendiri,
terkadang kurang bisa dibedakan intonasi yang kuat, keras, tiba–tiba itulah
kayak sama semua. Tapi rata–rata semuanya udah sesuai. Orang Komunikasi
ya jago–jago nonverbal.
7.
Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Logat verbal itu ya? Kalau pun apa namanya, mungkin kalau pun ada
perbedaan itu tidak terlalu. Hal-hal yang seperti itu saat ini sudah terkikis,
karena udah berbaur. Ibaratnya sama aja gitulah. Kalaupun ada perbedaan
nggak, itulah nggak telalu kali. Sesama dosen? Bentar ya. Mungkin adalah,
contohnya kayak Pak Humaizi, diakan orang Aceh. Kalo ngajar dia itu agak
nampak gerakan kepala agak ke atas. Kebetulan karena aku orang Aceh, ratarata aku tengok ya orang Aceh itu, nggak tau ya mungkin bawaan. Tapi
pengamatan aku orang Aceh kalo ngomong sering ke atas. Nggak ada maksud
sih, mungkin udah rata–rata kayak gitu. Kita nggak tau maksudnya, kecuali
Universitas Sumatera Utara
ada istilah menyombongkan diri. Kalimatnya disahkan jadi kayak kalimat
yang tadi. Kalau secara verbal sih rata–rata ya itu tadi. Kalau Pak Pohan ya
marganya Pohan, Kalau Pak Pohan nggak ada. Pak Humaizi yang paling
terasa.
8.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi
komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa
yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepala pada saat yang sama.
Jawab: Itu satu persatu aku jelasin? Kalau Bu Fatma mengatakan setuju
terhadap sesuatu. Dia mengangguknya kadang sekali. Kadang dia itu agak
anggun, agak santai. Bu Mazda juga juga gitu, Bu Dayana, Bu Mazda, Kak
Emil agak sama itu kalau misalnya setuju ada gesturenya misalnya sambil
mengangguk sekali kayak memejamkan mata. Setelah itu kayak Kak Jo juga,
Bu Lusi, misalnya kalo kurang setuju menggelengnya itu ya agak dibarengi
kalimat. Misalnya saya kurang suka sama mahasiswa begini begini.. sambil
menggeleng. Kalau Ibu Inon, mungkin ada beberapa dosen yang misalnya dia
nggak suka bahkan nggak menggeleng dari matanya kita juga nampak.
Misalnya tatapannya lebih tajam. Mungkin itulah misalnya, Pak Pohan
mengatakan teori ini misalnya tangannya sambil bergerak. Itu ya? Bukan?
Terbalik–balik aku ya. Kalau misalnya iya atau tidak ada itu ya? Kalau Bang
Haris kadang kalu bilang “oke” sambil jempolnya naik. Pak Pohan kadang
juga gitu. Ya, itu sih. Tapi yang lain rata-rata juga sama. Kalau Pak Amir,
Bang Hendra kadang kan sering duduk gitukan ngajarnya kan jadi kadang
ininya kurang dapat. Kalaupun kalo orang ini setuju ya ngangguknya sambil
bersandar di tempat duduk, gitu kan.Rata-rata gitu.
9.
Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas
memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai
membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman
di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti
atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi)
Jawab: Oh, kalu misalnya kayak gitu sih, kebanyakan dosen juga udah ngerti.
Kalau itu sudah pasti lah, misalnya suasana kelas kan udah agak ribut,
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa udah gerak–gerak kiri kanan kayaknya dosen udah banyak yang
ngerti cuman itu ya apa namanya. Misalnya di antara 21 dosen ini ada sekitar
16 yang udah ngerti. Yang nggak ngerti kusebutin satu–satu contohnya nih
ya, kayak Pak Mukti, mahasiswanya juga udah bosen udah jenuh udah kode
ribut dan segala macam, tetap juga dia tetap cerita kadang udah diakhirinya
kan tiba–tiba dia duduk lagi ngajar. Contohnya itu kayak satu lagi kayak ibu
Rusni, kadang orang udah ribut di kelas segala macam tak masih juga diiniin.
Bang Iskandar, Bang Iskandar ini juga kalo udah ngajar terkadang bahannya
pun kadang udah sampe tapi masih juga diulang–ulang, mahasiswa udah
jenuh tapi ya. Ini menurut kami kan? Kayak disengaja atau nggak disengaja
tetap juga dilanjutkan. Itu tadi sih, ada beberap dosen. Tapi rata-rata
semuanya kalo lain-lain misalnya kayak udah rada–rada ricuh, rada–rada
suasana kelas nggak nyaman. Udah ini aja sih.
10. Apakah
dosen
komunikasi
lebih
sering
menyembunyikan
atau
mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat
mereka mengajar?. Contohnya?
Jawab: Kalau Bu Fatma munugkin ketahuan itu kalo misalnya lagi ada
kerjaan nanti sampe kelas agak ketat sedikit tuh. Ini ya, dia pun nggak terlalu
banyak ekspresi atau apa ini agak disimpannya. Agak ketat dia gitu. Kalau Bu
Mazda cenderung agak nyantai. Kadang kita bingung ekspresinya nih, kadang
ekspresi lelah aja. Kalau Bu Mazda terkait emosi mungkin misalnya
tergantung situasi lah. Kadang dia dikeluarkannya, tapi dia terlihat lebih
santai. Ya, pandai menyimpan. Kalo Bu Dayana ini kurang jelas,ekspresinya
datar kayaknya disimpannya. Kalau kak Emil dikeluarkannya, jaranglah kalo
misalnya kita lihat Kak Emil itu agak menyimpan waktu ngajar. Kalo Kak Jo
juga gitu, kalo dia lagi ekspresi apa dikeluarkannya dari pada disimpannya.
Bu Lusi kayaknya sedang, disembunyikan, Bu Bani dikeluarkan, Bu Dewi
dikeluarkan. Kalo Bu Inon dikeluarkan, Bang Hendra dikeluarkan, Pak Amir
juga, Bang Haris enggak. Bang Haris ini apa orangnya, ngajar ya ngajar tapi
ekspresi
sesuai
yang
diomongkannya
ajalah.
Pak
Pohan
nggak
dikeluarkannya. Kalo ngajar ya ekspresi dia betul–betul di apalah. Pak
Humaizi dikeluarkan. Pak Suwardi dulu nggak dikeluarkannya, Pak Abdi
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkannya, Pak Mukti juga, Pak Danan juga, Bu Rusni dikeluarkan, Pak
Syafrin dikeluarkan, Bang Is kurang, enggak dikeluarkannya.
11. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di
kehidupan sehari-hari mereka di kampus?
Jawab: Kalau yang menciptakan kesan baik itu dari 21 dosen ini mungkin
sebenarnya tujuan orang ini mungkin ya menciptakan kesan baik cuman ya
yang kita lihat tidak sama dengan yangditampilkan. Contohnya kayak Bu
Fatma untuk menimbulkan kesan baik itu dia senyum siap itu tatapan
matanya di atas sayu itu apa ya, tegas untuk meyatakan bahwa saya ini itu apa
ya. Senyum dengan tatapan mata yang meyakinkan lah, ibaratnya. Kalau Bu
Mazda, kayak manapun kondisi dia, tapi dia tetap mengambilkan yang inilah
yang santai, yang ambil gerakan tubuh yang ke kiri dan ke kanan segala
macam sambil nggak terlalu macam apa itu memastikan nggak terlalu hanya
dia itu yang kayak gini, nggak terlalu nggak usah takut sama saya gitu. Kalau
Bu Dayana, kurang bisa terlihat sih karena dia orangnya apa itu netral.
Memang tekesan baiknya ada, nampak sih sebenranya tapi nggak terlalu
keluar. Kak Jo, orangnya agak tegas apaya, baik sih tapi cuman apa ya,
tegaslah 12 pas gitu. Bu Bani ini kek mana ya, dia tergantung kan. Pasti
setiap dosen itu ada usaha untuk menciptakan kesan baiknya, cuma kalo
diurutkan satu-satu ya bingung juga, kadang mirip- mirip ya apa namanya. Bu
Bani ada, Bu Dewi ada, Bu Inon ada. Mungkin rata-rata ke senyum ya,
senyum sama gerakan tubuh sama apa itu memastikan apa itu ya,
mempertegas apa yang dikatakannya. Selain itu adalah sebagian dosen kayak
Bu Mazda sambil jalan nggak cuman gerakan tangannya aja tapi sambil
mendekati mahasiswa itukan juga termasuk kan dalam gerakannya, sambil
memegang mahasiswa gini gini gini tapi ya sambil santai. Mungkin untuk
rata-rata dosen perempuan ada kubilang. Cuma kalo untuk dosen laki-laki ada
dua orang lah ya yang kurang atau sedang kayak misalnya Pak Amir dan
Bang Hendra, orangnya terlalu ini, apa itu ya, orang agak was-was kalo
deketan sama dia karena orangnya ceplas-ceplos, jadi orang pun agak hatihati. Bang Haris ada, Pak Pohan juga ada. Pak Humaizi ada. Pak suwardi
Universitas Sumatera Utara
sedang, untuk Pak Danan ada, Pak Abdi Pak Mukti ada, Bang Is kurang tau
aku kalau bang Is karena kalu Bang Is nggak terlalu sering aku lihat.
12. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku
komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan
dominasi?
Jawab: Bu Fatma dari tatapan matanya, ya sesekali sambil jalan sambil
gerakan tangannya melipat di depan dada kayak Mario Teguh gitu. Kalo bu
Mazda itu tasi, menunjukkan kekuasaannya dia di depan, kadang di belakang
kadang suaranya walaupun santai tapi tetap ini,memperhatikan mahasiswanya
satu–persatu. Kalau ibu Dayana, karena orangnya cenderung duduk diam di
tempat paling Cuma memainkan suara aja. Itu pun suaranya kalau harus
dibantu speaker lagi biar lebih memastikan. Kalau Kak Emil untuk
menunjukkan kekuasaannya, Kak Emil itu orangnya nyantai. Kak Emil kalau
mendominasi, kalau tanya jawab itu nggak termasuk ya? Kak emil mungkin
gitu untuk menguasai kelasnya, misalnya mahasiswanya udah agak olengoleng sedikit nanti dia ngasih pertanyaan, nanti mahasiswanya udah ngeh lagi
kalo nggak ngeh lagi dikasih pancingan lucu-lucuan gitu, Kak Emil juga ada
kek gitu. Kalo Kak Jo ini dia mungkin lebih ke ini lah apa itu namanya
gerakan gesture tubunhya, tatapan matanya, suaranya, kayak misalnya “kalian
kalo nggak suka di sini silahkan keluar” contoh misalnya gitu. Ya langsung,
to the point. Bu Lusi, aduh Ibu Lusi ini kadang agak diam di tempat, kadang
bingung juga sama cara dia menguasai kelas. Karena kita mahasiswa ya
otomatis kalo kek gini ya diam aja. Kalau Bu Bani, dia kalo udah nggak suka,
misalnya dia suaranya udah gini, menjelaskan sebagainya ditengoknya nggak
apa, mungkin langsung main sistem tegur jadi membuat orang takut. Jadi kek
gitu lah cara menguasai kelasnya. Tapi kadang kadang-kadang kalo ketang
kali atau apa langsung bikin lelucon, jadi orang tetap fokus ke dia. Bu Dewi,
ini Bu Dewi inibisa ngajar, bahannya nyampek lucu-lucuannya pun nyampek
jadi orang nggak bosen, suasana kelas itu tetap ke dia. Misalnya kayak
dipancingnya lah dia dan jalan-jalan dari sana. Mukannya pun pas nyampein
lelucon itupun ada dan nyampek. Ekspresi wajahnya pun kadang datar cuman
lucu. Kadang ada orang datar cuman nggak dapat dia. Bu Inon kurang
Universitas Sumatera Utara
kayaknya. Keliatan megang kendali kelas. Cuman caranya ya itulah misalnya
ngasih kuit stiba-tiba. Kalo gitu mungkin Bu Inon ada setiao kali masuk kelas
kan. Itu teknik dialah dari pada ribut atau nggak ngumpul tugas dikasihnya
ultimatum. Jadi kalian mau apa?. Itu misalnya contohnya kan, ayok buat kuis
seketika, bukan namanya diskusi atau tanya jawab. Kuis ada dua ini, ada yang
di lembaran kertas, ada yang langsung. Mungkin cara dia kekgitu mahasiswa
tetap di bawah kendali dia. Bang Hendra inimungkin dari suaranya namoak
itu, dari tunjuk tangannya dari gesture tubuhnya nampak lah itu kayak Pak
Amir, sama kayak Bang Hendra. Bang Haris ini kayak itu tadi, dia santai mau
bersandar kek, mau duduk kek. Tapi seiring dia ngajar dia bakal bilang
“Kalian mau ribut atau apa itu balik ke kalian” sambil ada pesan-pesan
mengancam “Kalian yang butuh matakuliah ini, jadi kalau kalian macemmacem kalian yang kena”. Bang Haris santai tapi buat orang jadi was-was.
Kalau Pak Pohan mungkin sama kayak Pak Amir, lebih ke cara dia ngajar lah,
sambil memperhatikan semuanya, gesture tubuhnya lah. Pak Humaizi ini
mirip Kak Jo, kalo misalnya nggak suka, ditengoknya nggak beres main usir
langsung. Jadi orang pun dari pada ribut lebih baik diem aja. Pak Suwardi
jugagitu, nanti kalo dilihatnya apa, langsung disuruhnya keluar itulah cara dia
menguasai kelas. Pak Abdi kurang ini, paling keliling-kelilinglah jalan sambil
senyum sana-sini. Pak Mukti mungkin dia ngajarnya udah bagus, dari jokes
dia, mahasiswa yang udah oleng-oleng dikit nanti balik lagi ke dia. Pak
Danan mungkin dari gesturenya. Pak Syafrin sama, kadang ada tunjuk-tunjuk
tangannya segala macam. Bang Is kurang keliahatan kayaknya. Bu Rusni
sedang, tidak terlalu. Kalau untuk menguasai kelas dia lebih banyak merepet
kayaknya.
13. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau
ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?.
Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Untuk meyakinkan kayak bilang oke, jangan ribut, tolong
perhatiannya. Kalau Bu Fatma mungkin orang mandangnya kajur. Kalau dia
bialang oke tolong perhatiannya, jadi orang pada perhatian langsung tapi
Universitas Sumatera Utara
nggak terlalu sering. Kalau Bu Mazda, karena orang banyak menilai dia agak
santai dan membuka dirinya untuk dianggap menjadi teman, maka dia
menenangkan kelas itu baik-baik. Misalnya bilang “Oke, lanjut lagi sini,
tolong perhatiannya.” Jadi membuat lebih ini lah, mungkin cara
mengatakannya itu ya.Kalo Bu Dayana karena suaranya udah pelan,
mahasiswa juga butuh mata kuliah dia, orang pun jadi nggak mau ribut lagi.
Kadang nanti takutnya malah nggak nangkap sendiri. Jadi kalo dia bilang oke
mari kita lanjut gini-gini... lebih santai aja lah. Kalo kak Jo, tolong jangan
ribut misalnya apa keluar gitu kan ada. Ibu Lusi juga ada, cuma agak sedang
lah, Bu Bani ada contohnya kayak “tolong perhatiannya” kayak gitu lah.
Bu Inon keknya ada cuma nggak terlalu sering. Kalaupun ributnya luar biasa
kadang sekali aja bilangnya. Bang Hendra ini karena suasana kelasnya enak,
jadi orang fokus ke dia. Apalagi suaranya yang keras itu lebih meyakinkan
lagi. Pak Amir juga sama kayak Bang Hendra. Bang Haris untuk
menyampaikan itu lebih santai. Menyampaikan “ok” “tidak” itu lebih santai.
Pak Pohan juga sama, Pak Humaizi juga ada. Pak Suwardi ini kurang, Pak
Abdi ada, Pak Mukti ada, Pak Danan sedang, Bu Rusni ada, Pak Safrin ada,
Bang Iskandar kurang.
14. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
ilustrator
(perilaku
nonverbal
yang
menyertai
dan
secara
harfiah
“mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Bu Fatma ada, Bu Mazda ada, Kak Emil ada, Kak Jo ada, rata-rata
semuanya ada tapi takarannya aja yang berbeda-beda. Kalau yang nggak ada
itu Bang Is.
15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional,
gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa
sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka
gunakan?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Bu Bani nampak itu kalau dia lagi ada masalah, yang kedua Ibu Dewi,
Bu Mazda, Bu Fatma, Pak Humaizi keliatan kali, satu lagi Bang Hendra.
16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau
mengendalikan pemicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan
sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka
gunakan?
Jawab: Bu Fatma orangnya pemantau, kalau misalnya kelas itu udah nggak
kondusif langsung dikendalikannya. Bu Mazda juga kayak gitu, Bu Dayana
kurang mungkin faktor lelah. Kalaupun ada yang ribut paling ditegurnya aja
sekali. Kalau Kak Emil rata-rata karna mahasiswa suka sama dia, jadi dia
enak menguasai kelasnya, jadi fokusnya ke dia. Kalau Kak Jo juga, Bu Lusi
juga memantau, Bu Bani tergolong pemantau. Misalnya kalau ada presentasi
terus ada mahasiswa yang debat-debat, biasanya dia langsung masuk. Bu
Dewi kurang, Bu Inon nggak, Bang Hendra iya, Pak Amir nggak, Bang Haris
iya, Pak Pohan iya, Pak Humaizi iya, Pak Suwardi iya, Pak Abdi nggak, Pak
Mukti nggak, Pak Danan nggak, Bu Rusni nggak, Pak Safrin iya, Bang Is
kurang tau.
17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi atau di muka
umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan
dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya
di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?
Jawab: Bu Mazda sering kalau misalnya lagi pusing kepalanya agak
dipijatnya, Kak Jo juga gitu, Bu Fatma kalau batuk agak ditahan, kalau Bu
Bani kalau mau bersin agak dijaga kayak misalnya menutup mulutnya. Bu
Dewi juga sering, Pak Amir juga sering, Pak Pohan juga misalnya kalau dia
ngantuk biasanya dia agak nyamping terus ngelepas kacamatanya terus
matanya dikuceknya sekali.
18. Kontak mata seperti apa yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi
di dalam kelas?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Bu Fatma kuat, tajam juga, Bu Mazda lemah, Bu Dayana lemah, Kak
Emil sedang, Kak Jo kuat, Bu Lusi sedang, Bu Bani tajam dan kuat, Bu Dewi
sedang, Bu Inon sedang, Bang Hendra lemah, Pak Amir tajam, Bang Haris
sedang, Pak Pohan sedang, Pak Humaizi sedang, Pak Suwardi tajam, Pak
Abdi tajam, Pak Mukti sedang, Pak Danan sedang, Bu Rusni lemah, Pak
Safrin tajam, Bang Is kurang tau.
19. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan
sehari-hari mereka di kampus?
Jawab: Bu Fatma mengerutkan dahi, Bu Mazda sering meyipitkan mata
ketika mengiyakan sesuatu, bibirnya juga. Bu Dayana datar, Kak Emil sering
senyum, Kak Jo sering menunjukkan ekspresi dan senyuman sinis, Bu Lusi
sering mengerutkan dahi, Bu Bani kadang sinis, kadang dahinya berkerut,
kadang senyum. Bu Dewi ekspresinya datar, Bu Inon senyum, Bang Hendra
berkerut jidatnya, ekspresi wajah menunjukkan ekspresi lelah, Pak Amir
dahinya sering berkerut, Bang Haris ekspresi wajahnya selalu santai, Pak
Pohan senyum dan kalau pembahasannya agak berat, jidatnya suka berkerut,
Pak Humaizi lebih banyak ketawa sama sinisnya, Pak Suwardi dia sering
ketawa dan juga sering mengerutkan dahi, kalau Pak Abdi senyum aja
bawaannya, dari mulai sampe berenti senyum terus, giginya nampak terus,
Pak Mukti ekspresinya sering ketawa lebar, Pak Danan serius kali orangnya,
Bu Rusni ekspresi wajahnya ekspresi los peduli nggak peduli lah, Pak Safrin
tegas, Bang Is ekspresinya santai.
20. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu
Komunikasi?
Jawab: Secara umum tergantung situasi. Kalau yang perempuan lebih sering
senyum sama bekerut dahinya. Tapi senyum ini ada dua, satu senyum yang
biasa satu lagi senyum yang lebar.
21. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat
pada dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau yang sering aku liat itu Pak Pohan. Pak Pohan sering kali kalau
lagi jelasin itu tangannya gerak sambil nunjuk papan tulis. Kalau Bu Fatma
Universitas Sumatera Utara
sambil megang spidol tangannya bergerak. Bu Mazda sering keliling kelas,
tangannya juga gerak. Kak Emil tangannya, Kak Jo kalau ngajar tangannya
sering dilipat, Bu Bani mau tangan, mau bersandar di meja, nunjuk sesuatu
segala macam ada. Bu Dewi kepalanya, Bu Inon tangan, Bang Hendra sambil
ngetok-ngetokkan spidol ke meja, Pak Amir sama Bang Hendra itu sama,
Bang Haris gerakan tangan, kepala, banyaklah. Pak Humaizi ada, mau tangan,
kepala juga ada. Pak Suwardi kepala, Pak Abdi gerakan tangan dan jalanjalan, Pak Mukti gerakan tangan sama sambil ngetok-ngetok meja, Pak Danan
itu gerakan tangan, Pak Safrin gerakan tangan.
22. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh
ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?
Jawab: Bu Fatma mesomorphy, Bu Mazda endomorphy, Bu Dayana
mesomorphy. Kak Emil ectomorphy, Kak Jo, mesomorphy, Bu Lusi
mesomorphy, Bu Bani mesomorphy, Bu Dewi mesomorphy, Bu Inon
endomorphy, Bang Hendra mesomorphy, Pak Amir mesomorphy, Bang Haris
mesomorphy, Pak Pohan mesomorphy, Pak Humaizi ectomorphy, Pak
Suwardi mesomorphy, Pak Abdi mesomorphy, Pak Mukti ectomorphy, Pak
Danan endomorphy, Bu Rusni mesomorphy, Pak Safrin mesomorphy, Bang
Is endomorphy.
23. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi
dengan mahasiswa di luar kelas?
Jawab: Bu Fatma lebih ke jarak pribadi kalau kita lagi diskusi ya. Kadang ada
duduk di samping mahasiswa juga, Bu Mazda juga gitu, Bu Dayana masuk ke
jarak sosial, Kak Emil pribadi, Kak Jo lebih ke jarak sosial di dalam kelas,
tapi kalau di luar kelas dia lebih ke jarak sosial, Bu Lusi jarak sosial, Bu Bani
jarak pribadi dia, Bu Dewi sosial, Bu Inon sosial. Bang Hendra aku liat relatif
sih, dia bisa jadi pribadi bahkan jarak publikpun bisa dibuatnya, tergantung.
Kalau di kelas dia lebih ke jarak pribadi, Pak Amir sosial, Bang Haris pribadi,
Pak Pohan sosial, Pak Humaizi sosial, Pak Suwardi sosial, Pak Abdi pribadi,
Pak Mukti sosial, Pak Danan sosial, Bu Rusni sosial, Pak Safrin sosial, Bang
Is sosial.
Universitas Sumatera Utara
24. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur,
konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif
dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi
ruang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Mungkin yang pertama status lah ya, karna kita institusikan. Status itu
pasti, kalau misalnya dosen nggak ada jarak sama mahasiswanya itu nanti
kemajuan pula mahasiswanya. Yang kedua mungkin usia, ketiga jenis
kelamin, yang keempat materi terus kelima kultur. Kalau kita orang timurkan
antara laki-laki sama perempuan batasnya ada.
25. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah
tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan
oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Bu Fatma suaranya jelas sedang, Bu Mazda jelas tapi santai, Bu
Dayana pelan, kalau nggak ada mic udahlah, Kak Emil sebenarnya suaranya
pelan tapi dia berusaha untuk kuat, masih tergolong santai. Kalau Kak Jo
tegas, Bu Lusi kuat, Bu Bani tinggi, Bu Dewi kuat, Bu Inon sedang, Bang
Hendra tinggi, Pak Amir tinggi. Bang Haris sedang, Pak Pohan tinggi, Pak
Humaizi sedang, Pak Suwardi sedang, Pak Abdi tinggi, Pak Mukti sedang,
Pak Danan lembut, Bu Rusni sedang, Pak Safrin sedang, Bang Iskandar
cenderung tinggi.
26. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan dan kualitas. Kecepatan
mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara sedangkan kualitas
merupakan bunyi dari suara seseorang. Bagaimana yang terjadi dengan dosen
Ilmu Komunikasi?
Jawab: Bu Fatma sedang berkualitas, Bu Mazda sedang, kualitas bagus, Bu
Dayana vokalnya pelan kualitas kurang baik, Kak Emil pelan kualitas baik,
Kak Jo cepat kualitas bagus, Bu Lusi sedang kualitas bagus, Bu Bani sedang
kualitas bagus, Bu Dewi cepat kualitas kurang, Bu Inon sedang kualitas
sedang, Bang Hendra sedang kualitas bagus, Pak Amir sedang kualitas bagus,
Bang Haris sedang kualitas bagus, Pak Pohan cepat kualitas bagus, Pak
Humaizi cepat kualitas kurang, Pak Suwardi pelan kualitas enak, Pak Abdi
cepat kualitas sedang, Pak Mukti cepat kualitas kurang, Pak Danan pelan
Universitas Sumatera Utara
kualitas bagus, Bu Rusni sedang kualitas sedang, Pak Safrin sedang kualitas
baik, Bang Is sedang kualitas baik.
27. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal
“diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?
Jawab: Diamnya pas baru masuk kelas, jadi orang itu mengheningkan kelas
dulu. Kalau udah hening baru dimulai belajarnya. Biasanya Kak Jo. Satu lagi
diam karna kadung marah. Kalau kayak Bu Fatma, Bu Mazda, Bu Dayana,
Kak Emil kalau udah diam itu biasanya cenderung mau ngambil perhatian
dulu. Diam waktu presentasi. Kalau laki-laki nggak terlalu ada.
28. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk
menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang,
cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau Bu Fatma suka pakai blus, Bu Dayana rambut sama kacamata,
Kak Emil jilbab sama bajunya cenderung batik, Kak Jo suka pakai rok pendek
dibawah lutut dan hp nya samsung, rata-rata mirip-miriplah. Cuma yang
paling menonjol Pak Pohan topinya dari semua FISIP itu gampang nandainya
kalau itu udah pasti Pak Pohan, Bang Hendra pakai sendal. Bang Iskandar
perutnya buncit sama rambutnya agak cepak. Bu Rusni itu dari jauh udah
keliatan penampilannya orang usia lanjut. Pak Danan sering pakai kemeja
sama celana bahan dan pakai mobil sedan. Pak Humaizi orangnya necis dan
rambutnya disemir agak pirang dan pakai kacamata. Bang Haris sering pakai
sepatu sport dan celana sportnya.
29. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Kalau Bu Fatma sering pakai warna ijo, abu-abu juga, kalau Bu
Mazda warna hitam atau merah, Bu Dayana putih, Kak Emil putih, Kak Jo
colour full, Bu Lusi kalau nggak ijo warna biru, Bu Bani suka hitam, Bu
Dewi merah, Bu Inon colour full, Bang Hendra kotak-kotak putih, Pak Amir
cream, Pak Humaizi putih, Pak Suwardi putih-putih garis, Pak Abdi juga
putih, Pak Mukti putih, Pak Danan warna ijo, Bu Rusni colour full, Pak Safrin
nggak ingat, Bang Is putih.
Universitas Sumatera Utara
30. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah
dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Warna spesifik nggak ada.
31. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu
dalam proses belajar mengajar?
Jawab: Bu Fatma ontime, Bu Mazda juga ontime, Kak Emil ontime, Kak Jo
ontime, Bu Lusi kurang ontime, Bu Bani relatif kadang ontime masuk kadang
keluar agak lama, Bu Dewi relatif sama kayak Bu Bani, Bu Inon kurang
ontime, Bang Hendra kurang ontime masuk tapi keluar ontime, Pak Amir
ontime masuk kurang ontime keluar, Bang Haris kurang ontime masuk keluar
ontime, Pak Pohan ontime, Pak Humaizi ontime, Pak Suwardi ontime masuk
kurang ontime keluar, Pak Abdi kurang ontime, 20 menit mau habis waktu
baru dia datang, Pak Mukti ontime, Pak Danan kurang ontime, Bu Rusni
masuknya kurang ontime keluarnya ontime, Pak Safrin ontime, Bang Is
masuk ontime keluarnya juga lama.
32. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Rata-rata dosen perempuan yang wangi.
33. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh
Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?
Jawab: Pernah.
34. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?
Jawab: Kayak Bu Mazda nyentuh pundak. Kalau yang lain Bu Bani sama
anak bimbingannya kayak nyentuh pundak. Kayak kemaren Anggi
bermasalah pernah dipeluk Bu Bani dia. Kalau yang lain nggak pernah liat
aku.
INFORMAN 6 (KAS)
Tanggal Wawancara: 25 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
1.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Menurut saya dosen Ilmu Komunikasi itu dosen yang ibaratnya lebih
mampu dia dalam menyampaikan pesannya kepada mahasiswanya terutama
pada saat mengajar, itu sih nilai plusnya dari dosen Ilmu Komunikasi didalam
mengajar.
2.
Apa persepsi Anda tentang dosen Ilmu Komunikasi dalam kaitannya dengan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Menurut saya dosen komunikasi itu, ada beberapa dosen yang sering
menggunakan bahasa nonverbal umumnya di dosen-dosen wanita seperti Bu
Nurbani, Bu Fatma dan Bu Mazda itu lebih sering menggunakan bahasa
nonverbal saat mengajar. Menurut saya sih komunikasi nonverbal yang
dilakukan dosen-dosen yang saya bilang tadi ini cukup baik dalam
memberikan, menunjukkan emosi atau dalam menjelaskan bahasa verbal
yang mereka ucapkan disaat mengajar.
3.
Menurut Anda manakah dosen Ilmu Komunikasi yang sering melakukan
komunikasi nonverbal?
Jawab: Menurut saya sih Bu Nurbani yang sering melakukan komunikasi
nonverbal saat mengajar. Selain Bu Nurbani ada Bu Fatma, Bu Mazda yang
sering melakukan komunikasi nonverbal.
4.
Menurut Anda lebih sering mana dosen Ilmu Komunikasi yang berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki yang sering melakukan komunikasi
nonverbal?
Jawab: Ya menurut saya sih seperti yang saya bilang tadi komunikasi
nonverbal banyak dilakukan oleh dosen-dosen wanita atau dosen perempuan
didalam Ilmu Komunikasi pada saat mengajar.
5.
Apakah dosen Ilmu Komunikasi sering menggunakan komunikasi nonverbal
saat mereka mengajar atau di kehidupan sehari-hari di kampus?
Jawab: Kalau di dalam mengajar mereka sih sering menggunakan apalagi
kalau misalnya ada kondisi yang kurang kondusif itu sering mereka lakukan
dan ada beberapa mungkin saat orang itu memberikan contoh untuk
komunikasi nonverbal pun juga mereka lakukan untuk menjelaskan agar
mahasiswa itu lebih paham terhadap pesan yang ingin mereka sampaikan.
Universitas Sumatera Utara
6.
Bagaimana kemampuan dosen Ilmu Komunikasi dalam menerapkan
komunikasi nonverbal di kampus?
Jawab: Menurut saya sih cukup baik. Kemampuan yang lainnya sih menurut
saya, kalau untuk saya sendiri sih mudah saya mengerti apalagi kalau
ibaratnya dalam menyampaikan, dapatlah saya pahami maksud dari dosen itu
jelaskan.
7.
Apakah penggunaan komunikasi nonverbal oleh dosen Ilmu Komunikasi
yang disengaja sudah sesuai pada tempatnya?
Jawab: Menurut saya sih ada beberapa yang sesuai pada tempatnya ada juga
yang tidak, seperti saat mereka mungkin mengalami masalah pribadi itu
sering juga komunikasi nonverbal mereka tidak sesuai dengan bahasa verbal
yang mereka sampaikan.
8.
Menurut Anda adakah perbedaan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
dosen yang berbeda suku di Departemen Ilmu Komunikasi?
Jawab: Ya menurut saya ada. Contohnya seperti kalau Bu Mazda dengan Bu
Nurbani. Bu Mazda itu bahasa verbalnya lebih sesuai dengan apa pesan yang
mereka sampaikan tetapi kalau Bu Nurbani lebih adanya intervensi diri
bahasa verbalnya lebih ke bagaimana sih perasaan yang sedang dialami.
Maksudnya dari perbedaan suku, kan mereka ada dosen yang berbeda suku,
apakah ada perbedaan dari suku tersebut terhadap komunikasi nonverbal?.
Adalah, contohnya ya seperti kalau misalnya dosen dengan suku yang Jawa
mungkin bahasa verbalnya lebih halus dari pada orang dosen yang lebih
banyak dari suku Batak atau suku-suku yang sifatnya masih lebih kasar dari
pada suku Jawa.
9.
Jika ada, contoh perbedaan seperti apa yang Anda lihat?
Jawab: kalau contohnya sih, mungkin pada dosen-dosen tertentu seperti saya
sebutkan namanya seperti Bu Nurbani itu komunikasi nonverbalnya lebih
halus cuma dia langsung maknanya lebih mendalam seperti sifat orang Jawa
itu sendiri. Bu Nurbani kan orang Minang?. Walaupun dia orang Minangkan
dia lama di Bogor, jadi lebih dominan ibaratnya lebih dominan udah
beradaptasi lah Ibu itu dengan suku Jawa itu jadi lebih dominan sifat atau
sikap suku Jawa itu lebih banyak di dalam diri dia.
Universitas Sumatera Utara
10. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan fungsi
komunikasi nonverbal yang “melengkapi informasi” yaitu mengulangi apa
yang telah dikatakan secara verbal?. misalnya mengatakan “tidak” dan
menggelengkan kepala pada saat yang sama. Siapa dosennya?
Jawab: Emm.. mungkin ada sesekali yang pernah saya lihat dosen yang
menyatakan tidak dengan menggunakan komunikasi nonverbal dan bahasa
verbal yaitu seperti Pak Danan, Buk Inon itu pernah saya lihat melakukan
seperti itu. Selain mereka berdua biasanya sih yang sering melakukan itu
Bang Is dan Pak Safrin juga pernah sih waktu saat mengajar melakukan
seperti itu.
11. Dalam kejadian yang sering Anda alami ketika mahasiswa di ruang kelas
memberikan isyarat kepada dosen bahwa waktu belajar sudah habis dan mulai
membereskan buku, duduk mulai gelisah dan mulai mengobrol dengan teman
di sampingnya apakah dosen Ilmu Komunikasi sudah banyak yang mengerti
atau belum terhadap isyarat tersebut? (mengatur interaksi). Siapa dosennya?
Jawab: Menurut saya sih dosen udah pada mengerti kalau mahasiswanya ada
yang gelisah atau udah ngeliat keluar, cumakan dosen lebih melihat waktunya
gak mungkin, mahasiswa ini kan maunya cepat pulang tapi waktu belum bisa
memberikan mengharuskan kita untuk keluar ya dosen pun menahan kita.
Dan menurut saya sih itu udah hal yang biasa ya pasti semua orang ngerti
kalau ada yang gelisah atau apa, pandangan kondisi sudah mulai tidak
kondusif itu pasti memang pada ingin pulang apalagi di waktu-waktu jam
mata pelajaran yang siang hari. Menurut saya sih sudah mengerti gak hanya
dosen pun kita juga ngerti mana kawan yang mau cepat pulang mana yang
enggak.
12. Apakah
dosen
komunikasi
lebih
sering
menyembunyikan
atau
mengekspresikan emosi dan perasaan lewat komunikasi nonverbal pada saat
mereka mengajar?. Siapa dosennya?
Jawab: Menurut saya ada beberapa dosen sih yang bisa menyembunyikan.
Satu aja? Kalau Bu Fatma itu menurut saya bisa menyembunyikan tetapi ada
hal-hal tertentu yang terkadang dia tidak bisa menahan atau mengontrol
emosinya, apalagi waktu pelajaran komunikasi organisasi ya ada beberapa
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa yang ribut dia juga akhirnya tidak bisa menyembunyikan
kekesalan dia terhadap mahasiswa itu. Kalau secara umum lebih
menyembunyikan sih. Kalau secara umum Bu Mazda menyembunyikan dan
sama seperti kayak Bu Dayana sih menurut saya tidak bisa menyembunyikan
karena waktu saat mengajar intervensi diri dia terhadap dia mengajar sangat
terasa apalagi dengan kondisi pribadinya yang terkadang cepat lelah atau apa.
Kalau Kak Emil bisa, Kak Jo pun juga bisa. Bisa menyembunyikan ekspresi
ataupun emosi dirinya saat mengajar seperti juga sama kayak Kak Jo kalau
Bu Nurbani sih menurut saya dia juga bisa, terkadang dia umumnya bisa
menyembunyikan tetapi dia lebih mudah terpancing kalau ada misalnya
mahasiswa yang tidak kondusif dalam memberikan perasaan emosinya. Kalau
Bu Lusi sih menurut saya gak bisa menyembunyikan soalnya kalau dia lagi
senang dia membawa perasaan senangnya itu juga waktu saat mengajar
kepada mahasiswanya. Kalau Bu Dewi sih menurut saya juga gak bisa
menyembunyikan ya soalnya terkadang dia ada masalah di rumah dia juga
ekspresi mukanya juga kayak badmoot atau lagi tidak enak untuk mengajar.
Kalau Bu Inon sendiri ya pada tau juga sih kita kalau dia sih menurut saya
gak bisa menyembunyikan soalnya kalau dia lagi ada banyak masalah atau
lagi ada banyak urusan dia tu gak bisa menyembunyikan kalau dia lagi sibuk
ibaratnya lagi penat, kalau Bu Rusni sendiri sih gak bisa menyembunyikan
juga soalnya ibu ini lebih sering menunjukkan ekspresi-ekspresi kesal atau
marah secara spontan. Kalau Bang Hendra dan Pak Amir itu bisa
menyembunyikan ekspresi diri dia, dia gak membawa bagaimana sedang
mengalami masalah atau enggak lagi senang itu gak akan dibawanya kedalam
kondisi kelas. Kalau Bang Haris dan Pak Safrudin Pohan atau Pak Pohan
menurut saya bisa menyebunyikan dan lagi Bang Haris itu ibaratnya gak
perah membawa masalah pribadi atau yang sedang dialami atau banyak
masalah di dalam saat mengajar dia lebih sering mengajar dengan ekspresi
yang lebih senang kalau Pak Pohan sendiri sama seperti itu. Kalau Pak
Humaizi menurut saya juga maksudnya sih terkadang umumnya dia gak bisa
menyembunyikan soalnya ada masalah yang pernah saya lihat dia di dalam
kelas ekspresi mukanya itu tidak menyenangkan saat mengajar dan itu dapat
Universitas Sumatera Utara
membuat mahasiswa juga agak sedikit malas mendengar dia berbicara. Kalau
Pak suwardi sih menurut saya tidak bisa menyembunyikan apalagi kalau ada
masalah dengan anak bimbingannya atau apa yang lain. Kalau Pak Abdi
karena saya juga jarang ketemu dan bapak itu juga telat-telat aja asal masuk
tapi waktu dia masuk dia dapat menyembunyikan apakah dia lagi kesal atau
enggak. Kalau Pak Mukti di dalam mengajar dia gak bisa menyembunyikan
apalagi kalau dia lagi kesal dengan mahasiswa bimbingannya itu akan
diceritkannya dan di bawanya ke dalam kelas di saat mengajar sama seperti
kayak Pak Danan. Kalau Pak Safrin sih menurut saya juga tidak bisa
menyembunyikan soalnya kalau lagi ada masalah atau lagi tidak enak dalam
diri dia, dia juga akan melampiaskannya juga sih dengan mahasiswanya saat
mengajar. Kalau Bang Iskandar dia bisa menyembunyikan soalnya di dalam
mengajar dia ekspresinya biasa aja.
13. Bagaimana komunikasi nonverbal yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi dalam menciptakan kesan baik di dalam kelas maupun di
kehidupan sehari-hari mereka di kampus?. Siapa dosennya?
Jawab: Kalau Bu Fatma menurut saya sih dalam menciptakan kesan yang
baik terhadap diri dia kepada mahasiswa yang pernah saya alami Ibu itu lebih
bersikap ramah dan mudah tersenyum apalagi saat jumpa Ibu itu sering
menegur. Kalau Bu Mazda sih dalam menciptakan kesan yang baik sama
seperti dosen-dosen umumnya ya kebanyakan sih dosen-dosen asal jumpa
saya sih lebih banyak tersenyum dan mereka juga kenal dengan saya jadi
menurut saya sih dosen-dosen Ilmu Komunikasi baik semua rata-rata. Kalau
Bu Dayana sih sama, dalam menciptakan kesan baik. Saya juga bingung
dengan Bu Dayana soalnya ibuk itu asal jumpa sama saya sih juga gak
banyak bicara, gak banyak tersenyum lebih banyak diam apalagi kalau
misalnya saya tidak menegurnya duluan atau apa Ibu itu hanya diam aja jadi
komunikasi dengan Ibu itu sangat sedikit. Kalau kak Emil menurut saya sih
dalam membentuk kesan baik komunikasi nonverbalnya yang dilakukannya
itu lebih sering tersenyum, ramah sama seperti Kak Jo lebih mudah
tersenyum dan ramah kepada mahasiswa apalagi karena mereka juga menurut
saya sih saya kenal juga dengan mereka. Kalau buk Lusi sih menurut saya
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk komunikasi nonverbal yang dilakukannya dalam membentuk
kesan yang baik saya kurang begitu melihatnya soalnya saya juga jarang
jumpa dengan Ibu itu walaupun jumpa Ibu itu hanya diam aja gak ada
tersenyum atau apapun. Kalau Bu Nurbani sih dalam membentuk kesan yang
baik Ibu itu menurut saya sih lebih keibuan ya karena saya juga dekat sama
Ibu itu. Selain itu, dalam bentuk kesan baik kalau Ibu Nurbani dia biasanya
kalau mahasiswanya sering bermasalah atau apa Ibu itu mau mengajari
menyuruh mahasiswa itu untuk menjumpai dia biasanya Ibu itu memberika
nasihat. Kalau Bu Dewi sih secara keseluruhannya dalam menciptakan kesan
baik Ibu itu misalnya sering tersenyum dan ramah pada mahasiswanya dan
sering membuat lelucon-lelucon lah, kalau Bu Inon kalau dari nonverbalnya
sih saya kurang melihat soalnya Ibu itu lebih sesuka hatinya, jadi lebih
banyak mahasiswa yang menyatakan kalau Ibu itu gak enak ibaratnya kurang
baik di dalam mengajar jadi kesannya lebih cenderung negatif terhadap Ibu
itu. Sama seperti Ibu Rusni cenderung mahasiswa mengatakan negatif
menilainya karena Bu Rusni juga komunikasi nonverbalnya yang
dilakukannya sih apalagi saat mengajar itu lebih sering marah-marah ya
bawel lah maklum. Kalau Bang Hendra dan Pak Amir menurut saya sih
dalam komunikasi nonverbalnya dalam bentuk kesan yang baik menurut saya
sudah cukup baik karena Abang itu juga ramah dan dalam kehidupan seharihari Abang itu juga enak di ajak ngobrol. Kalau Bang Haris juga dalam kesan
baik dia lebih sering komunikasi nonverbalnya lebih welcome terhadap
mahasiswanya cuma ya tergantung lagi kalo mahasiswanya ibaratnya sesuka
hatinya Abang itu pun komunikasi nonverbal yang dia tunjukkan sesuka
hatinya juga. Pak Pohan kalau menurut saya baik karena komunikasi
nonverbal yang dia lakukan sudah cukup bagus sih dalam bentuk perspektif
bahwa diri dia tu di hadapan mahasiswa baik dan bisa dijadikan contoh sih.
Kalau Pak Humaizi dalam kesehariannya Bapak itu sangat baik ramah dan ya
Bapak itu sering nanyak-nanyak mengenai skripsi atau perkembangan
mahasiswa yang dia kenal. Kalau Pak Suwardi dalam bentuk kesan baik di
dalam kelas biasanya bapak itu lebih ramah dan Bapak itu menurut saya lebih
mudah tersenyum. Kalau Pak Abdi dalam membentuk kesan baik menurut
Universitas Sumatera Utara
saya sih tidak ada ya, soalnya Bapak itu lebih karena adanya pengalaman
yang gak enak sama Bapak itu menurut saya sih Bapak itu orangnya tidak
baik karena lebih mementingkan kepentingan dia sendiri. Kalau Pak Mukti
menurut saya sih dalam komunikasi nonverbal dalam membentuk kesan baik
cukup bagus ya soalnya Bapak itu juga ramah dan mau memberitahu
kesannya itu Bapak itu lebih enak di ajak ngobrol. Kalau Pak Danan menurut
saya sih, saya kurang begitu sering ya berkomunikasi dengan Bapak itu kalau
di saat mengajar kesan nonverbal membentuk kesan baik Bapak itu kurang
cukup bagus soalnya Bapak itu jarang juga menggunakan komunikasi
nonverbal dia lebih mencari tau tentang diri dia. Kalau Pak Safrin sih menurut
saya baik karena dia ramah dan dimana-mana asal jumpa dengan saya Bapak
itu juga mau menegur duluan sama kayak Bang Iskandar.
14. Bagaimana dosen Ilmu Komunikasi dalam menunjukkan peran perilaku
komunikasi nonverbal dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan
dominasi?. Siapa dosennya?
Jawab: Kalau Bu Fatma dalam mengendalikan komunikasi nonverbalnya
dalam mengekspresikan kekuasaan, kendali dan dominasi lebih sering dia
berjalan keliling kelas supaya mahasiswanya terfokus dengan dia sama kayak
Bu Mazda, Bu Mazda juga melakukan hal yang sama dalam menunjukkan
kekuasaan atau dominasinya dalam kelas tersebut. Kalau Bu Dayana biasanya
dalam menunjukkan kekuasaan dia lebih sering menggunakan nada yang
tinggi disaat mungkin ada mahasiswanya yang ribut atau apa agar
mahasiswanya tidak sesuka hatinya di dalam kelas. Kalau Kak Emil
perilakunya dalam menunjukkan ekspresi kekuasaan, kendali dan dominasi
Kak Emil lebih sering menggunakan pendekatan komunikasi antar pribadi
sehingga mahasiswanya pun sama Kakak itu juga bersikap baik. Kalau Kak
Jo biasanya menggunakan nada yang tinggi dan peran perilakunya dalam
menunjukkan kekuasaannya Kakak itu biasanya dengan marah kepada
mahasiswa-mahasiswa yang tidak mendengarkannya. Kalau Bu Lusi saya
kurang ingat bagaimana peran perilaku komunikasinya dalam menunjukkan
dominasinya, kalau Bu Nurbani biasanya dia menggunakan nada-nada yang
tinggi sama seperti dengan Bu Dewi dan Bu Inon. Kalau Bu Rusni juga
Universitas Sumatera Utara
menggunakan nada-nada tinggi juga biasanya mengunakan kata-kata yang
lebih membenarkan apa yang dia bilang tanpa menerima saran dari orang
lain. Kalau Bang Hendra dan Pak Amir biasanya menggunakan nada yang
tinggi dalam berbicara untuk menunjukkan dominasinya di dalam kelas.
Kalau Bang Haris dalam menunjukkan dominasinya dalam kelas biasanya dia
langsung menyebutkan nama mahasiswanya kalau mahasiswanya itu lagi
tidak kondusif. Kalau Pak Pohan dalam menunjukkan dominasinya Bapak itu
lebih diam aja ya bagaimana kondisi kelasnya atau lagi kondusif atau tidak.
Kalau Pak Humaizi biasanya langsung menunjuk mahasiswa yang
bersangkutan di dalam menunjukkan dominasinya di dalam kelas sama kayak
Pak Suwardi, kalau Pak Abdi saya kurang ingat, Pak Mukti saya juga kurang
ingat soalnya Bapak itu lebih sering cerita sih dari pada menunjukkan
dominasinya sama kayak Pak Danan. Kalau Pak Safrin menggunaka nada
yang tinggi saat menjelaskan kepada mahasiswanya, kalau Bang Iskandar
saya juga kurang ingat.
15. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
emblim (perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau
ungkapan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya di kampus?.
Jika ya, isyarat emblim seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa dosennya?
Jawab: Kalau dilihat dari satu persatu sih ada beberapa yang sering ada juga
yang gak pernah. Biasanya sih kalau yang sering itu kayak dosen seperti Bu
Fatma, Bu Mazda, Kak Emil, Kak Jo, Bu Lusi itu umumnya dosen-dosen
perempuan sih lebih sering menggunakan emblim saat berkomunikasi.
Biasanya yang paling sering itu Bu Mazda dalam menggunakan emblim saat
berkomunikasi. Yang lainnya saya belum pernah lihat menggunakan emblim
atau enggak.
16. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
ilustrator
(perilaku
nonverbal
yang
menyertai
dan
secara
harfiah
“mengilustrasikan” pesan verbal) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat ilustrator seperti apa yang mereka
gunakan?. Siapa dosennya?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Saya pernah lihat ada beberapa juga dosen Ilmu Komunikasi yang
menggunakan isyarat ilustrator, itu umumnya juga dosen perempuan dan
kalau dosen laki-laki pun yang pernah saya lihat biasanya itu Bang Haris dan
Bang Hendra, itu pun waktu mahasiswanya ada yang terlat atau apa dalam
meyuruh dia masuk. Yang perempuan yang biasanya menggunakan isyarat
ilustrator itu kayak Bu Nurbani yang pernah saya lihat, Bu Mazda.
17. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
affect display (gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional,
gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa
sedih, semangat dan kelelahan) saat mengajar atau dalam kehidupan sehariharinya di kampus?. Jika ya, isyarat affect display seperti apa yang mereka
gunakan?. Siapa dosennya?
Jawab: Ada beberapa dosen sangat pernah saya lihat itu kayak Bu Fatma, Bu
Mazda, Kak Jo, Bu Lusi juga pernah saya lihat kalau lagi marah dia tu
mukanya lebih cenderung kayak lebih tegas dan keningnya tu pasti
mengkerut. Kalau dosen laki-laki sih saya belum pernah lihat ya. Ya seperti
yang saya bilang tadi semua gak semua dosen. Kalau dosen laki-laki yang
sering kelihatan wajah lelahnya seperti Pak Humaizi pernah karena dia lagi
banyak masalah atau lagi sibuk ekspresi ketika dia mengajar lebih lesu, jadi
kelihatan kalau dia lagi lelah. Kalau dosen perempuan sih dosennya itu-itu aja
sih yang sering menggunakan bahasa nonverbal. Kalau dosen yang selalu
ceria menurut saya adalah Pak Pohan, soalnya bagaimanapun kondisi saat
mengajar Bapak itu selalu tersenyum dan menjelaskan dengan baik apa yang
dia terangkan. Ada lagi yang lain? Kalau menurut saya yang paling baik itu
sih Pak Pohan.
18. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
regulator (perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara atau
mengendalikan pembicaraan orang lain) saat mengajar atau dalam kehidupan
sehari-harinya di kampus?. Jika ya, isyarat regulator seperti apa yang mereka
gunakan?. Siapa dosennya?
Jawab: Biasanya yang sering menggunakan isyarat regulator itu Bu Fatma,
Bu Mazda, Kak Jo, Bu Nurbani itu sering melakukan regulator apa lagi saat
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan dia sering melihat, kalau saya perhatiin matanya tu ibarat selalu
berkeliaran melihat mahasiswanya satu per satu ada yang mendengarkan atau
tidak, ada yang bermain-main atau tidak dan biasanya kalau ada
mahasiswanya yang tidak kondusif dia langsung menegurnya dengan
menggunakan nada-nada atau ekspresi yang tidak enak. Selanjutnya kalau
dari dosen laki-laki itu biasanya yang menggunakan isayarat regulator itu
seperti Pak Amir kalau gak salah ya, waktu pelajaran soskom dia melihat
mahasiswanya satu-satu dan sering ketahuan kalau ada mahasiswanya yang
ribut atau yang sedang bermain-main handphone dan menurut saya sih itu aja.
Yang perempuan gak ada lagi yang lain?. Yang perempuan sih yang biasanya
peduli dengan kondisi kelas dan melihat mahasiswanya satu-satu sih cuma itu
aja, yang lainnya kebanyakan sih membiarkannya saja.
19. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan isyarat
adaptor (perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi—atau di muka
umum tetapi tidak terlihat—berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan
dilakukan sampai selesai) saat mengajar atau dalam kehidupan sehari-harinya
di kampus?. Jika ya, isyarat adaptor seperti apa yang mereka gunakan?. Siapa
dosennya?
Jawab: Kalau yang saya lihat dosen yang sering melakukan itu kayak Bu
Mazda dan Bu Dewi, ketika kondisinya lagi panas Bu Mazda sering
mengipas-ngipas kalau Bu Dewi menggerakkan bajunya supaya ada udara
yang masuk. Kalau dosen laki-laki yang sering kayak gitu sih Bang Hendra,
dia
sering
sekali
kalau
lagi
menjelaskan
sambil
meggaruk-garuk
kepalanya.Itu aja sih menurut saya yang sering melakukan itu.
20. Apakah dosen Ilmu Komunikasi pernah atau sering menggunakan kontak
mata saat mengajar di dalam kelas?. Seperti apa kontak mata dosen Ilmu
Komunikasi?
Jawab: Kalau kontak mata seperti kaya Bu Fatma itu menurut saya kontak
matanya dengan mahasiswa itu sedang ya soalnya tidak kepada semua
mahasiswa dia melakukan kontak mata secara langsung hanya kepada
mahasiswa-mahasiswa yang betul-betul antusias mendengarkan dia dan
ibaratnya ya seperti itulah tidak kepada semua mahasiswa dia melakukan
Universitas Sumatera Utara
kontak mata secara langsung. Kalau Bu Mazda sih dia juga sering melakukan
kontak mata apalgi kalau ada mahasiswanya yang ribut dia akan
menghampirinya ibaratnya dia langsung bertanya kepada orang yang
bersangkutan. Kalau Bu Dayana saya tidak ingat ya, kalau kak Emil dia
biasanya langsung nanya itu kalau kontak matanya dia langsung melakukan
pertanyaan kepada orang itu secara langsung, kalau Kak Jo sama seperti yang
lain dia juga pasti langsung menegurnya. Menurut saya kontak matanya dari
Kak Jo kuat sih. Kalau Bu Lusi saya kurang tahu soalnya Ibu itu juga tidak
lama pernah mengajar saya. Kalau Bu Nurbani kontak matanya kepada
mahasiswanya menurut saya kuat. Kalau Bu Dewi menurut saya kontak
matanya lemah atau tidak begitu kuat. Kalau Bu Inon lemah, Bu Rusni saya
tidak ingat, kalau Bang Hendra kontak matanya dengan mahasiswa kalau di
dalam kelas itu lemah tapi kalau di luar kita jumpa sama dia itu kontak
matanya dia itu sangat kuat seperti tidak ada antara dosen dengan mahasiswa.
Kalau Pak Amir kontak matanya dengan mahasiswa itu kuat tetapi dia kontak
matanya itu seperti menunjukkan adanya perbedaan, kalau Bang Haris kontak
matanya dengan mahasiswanya itu menurut saya kuat sih karena abang itu
lebih sering berbicara dengan mahasiswanya dalam kehidupan sehari-harinya
juga sih. Kalau Pak Pohan di dalam kelas kontak matanya tidak begitu kuat
karena kalau mahasiswanya tidak mau mendengarkannya dia juga tidak
memperdulikannya, sama seperti Pak Humaizi dan Pak Suwardi. Kalau Pak
Abdi saya kurang ingat sama dengan Pak Mukti. Kalau Pak Danan itu kontak
dengan mahasiswanya lemah karena waktu di dalam kelas dia tidak
memperdulikan bagaimana kondisi di sekelilingnya dan dia suka hati dia lah,
jadi kontak matanya itu sangat lemah. Kalau Pak Safrin itu kontak matanya
kuat, seingat saya kontak mata langsung yang dilakukannya biasanya dia
langsung bertanya pada mahasiswa yang bersangkutan. Kalau Bang Iskandar
saya juga kurang ingat.
21. Ekspresi wajah seperti apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi saat berkomunikasi di dalam kelas maupun dalam kehidupan
sehari-hari mereka di kampus?. Siapa dosennya?
Universitas Sumatera Utara
Jawab: Kalau ekspresi wajah, kalau Bu Fatma sih lebih sering tersenyum
kalau Bu Mazda juga. Kalau Bu Dayana ekspresinya sih menurut saya datar
aja, kalau Kak Emil lebih tersenyum kalau Kak Jo juga terseyum tetapi kalau
ada yang meremehkan dia pasti ekspresinya langsung berubah biasanya
mukanya jadi lebih tegas dan keningnya agak sedikit berkerut nampak dia
kondisi lagi marah. Kalau Bu Lusi sih menurut saya biasa aja. Kalau Bu
Nurbani sama juga kayak Kak Jo dia lebih sering tersenyum tetapi kalau ada
yang meremehkan atau ada yang tidak mendengarkan dia di dalam kelas dia
juga ekspresinya bisa langsung berubah. Kalau Bu Dewi datar aja, tetapi
waktu terakhir Ibu itu mengajar pemasaran sosial disitu ekspresi Ibu itu
ibaratnya sangat-sangat senanglah sehingga dia pun tidak bisa menahan
tertawanya saat memberi contoh bahwa contohnya itu merupakan dirinya
sendiri. Kalau Bu Inon biasanya dia ekspresinya lebih ke ekspresi marah
dengan mukanya yang ekspresi wajahnya nampaklah kalo ekspresi dia tu lagi
marah dan dia jarang sekali menunjukkan ekspresi lagi senang atau apa.
Kalau Bu Rusni menurut saya biasa aja sih, paling pernah sesekali saya lihat
ekspresi dia lagi marah itu keningnya berkerut. Kalau Bang Hendra ekspresi
wajah yang dia tunjukin biasa aja, datar sih soalnya Abang itu pun kalau
marah ekspresinya gitu kalau senang pun kayak gitu juga. Kalau Pak Amir
saya kurang ingat soalnya Bapak itu jarang sekali masuk pada saat kuliah
lebih sering masuk dosen pengganti. Kalau Bang Haris biasanya ekspresi
wajah yang sering dia tunjukin saat kuliah atau apa biasanya dia lebih mudah
tersenyum sehingga menunjukkan kalau dia lagi dalam kedaan senang tapi
kalau ada mahasiswanya yang suka-suka dia langsung marah dengan
menunjukkan ekspresi yang tidak enak lah. Kalau Pak Pohan menurut saya
sih biasa aja, Pak Humaizi biasanya ekspresi yang dia tunjukkan kalau lagi
marah dia lebih mengkerutkan keningnya sih menurut saya, kalau Pak
Suwardi kalau ketawa dia ketawa tapi ekspresi wajahnya kayak gak orang
ketawa, kayak gak lagi senang kayak terpaksa. Pak Abdi ekspresinya
menunjukkan seperti orang yang lagi kelelahan, memang dia mudah
tersenyum. Kalau Pak Mukti dia lebih sering tersenyum. Pak Danan
ekspresinya datar aja. Pak Safrin mudah tersenyum tapi kalau dia lagi marah
Universitas Sumatera Utara
ekspresi wajahnya langsung mengetat. Kalau Bang Iskandar ekpresinya baik
di dalam kelas maupun di luar kelas dia lebih mudah tersenyum.
22. Bagaimana bentuk emosi yang sering dilakukan oleh dosen Ilmu
Komunikasi?. Siapa dosennya?
Jawab:Bentuk emosi dosen Komunikasi itu lebih ke senang ya dan marah itu
hal yang wajar bagi saya.
23. Gerak isyarat atau gesture seperti apa yang pernah atau sering Anda lihat
pada dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
Jawab:Kalau Bu Fatma menurut saya kalau lagi ngomong itu tangannya ikut
main sih pada saat memberikan contoh sama kayak Bu Mazda. Kalau Bu
Dayana seingat saya kalau dia lagi ngasih contoh tangannya ikut main. Kak
Emil juga, kalau lagi memberikan contoh tangannya juga ikut menjelaskan
apa yang dia katakan. Kalau Kak Jo biasanya gesture yang sering dilakukan
itu seperti tangan ya, kalau Bu Lusi tangan dan kepalanya pas ngajar pasti ada
gerak-gerak, sama kayak Bu Bani. Kalau Bu Dewi itu saat mengajar tangan
sama badannya sering digunakan. Kalau Bu Inon tangannya juga sering
digerakkan, kalau Bu Rusni kurang ingat ya. Kalau Bang Hendra dia sering
menggunakan isyarat tangan dan kakinya. Kalau Pak Amir saya juga kurang
ingat, kalau Bang Haris menggunakan gesture tangan, kalau Pak Pohan sama
juga gesture tangan, kalau Pak Humaizi itu tangan, Pak Suwardi sering pakai
tangan dan kalau dia lagi berdiri gesturenya itu dia sering ngerapiin bajunya.
Pak Abdi kurang ingat, kalau Pak Mukti lebih menggunakan isyarat tangan,
kalau Pak Danan kurang ingat. Kalau Pak Safrin sama Bang Iskandar sama
suka menggunakan isyarat tangan.
24. Menurut Anda siapa saja dosen Ilmu Komunikasi yang memiliki postur tubuh
ectomorphy, mesomorphy dan endomorphy?. Siapa dosennya?
Jawab:Kalau Bu Fatma sih menurut saya mesomorphy, Bu Mazda
endomorphy, Bu Dayana itu ectomorphy, Kak Emil ectomorphy, Kak Jo itu
endomorphy, Bu Lusi endomorphy, Bu Bani sama Bu Dewi lebih ke
endomorphy, Bu Inon dan Bu Rusni juga endomorphy, Bang Hendra
mesomorphy, Pak Amir endomorphy, Bang Haris mesomorphy, Pak Pohan
endomorphy, Pak Humaizi ectomorphy, Pak Suwardi endomorphy, Pak Abdi
Universitas Sumatera Utara
endomorphy, Pak Mukti ectomorphy, Pak Danan endomorphy, Pak Safrin
endomorphy sama kayak Bang Iskandar.
25. Bagaimana komunikasi ruang (proksemik) yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka mengajar maupun ketika mereka berinteraksi
dengan mahasiswa di luar kelas?. Siapa dosennya?
Jawab:Kalau Bu Fatma lebih ke jarak pribadi sama kayak Bu Mazda, Bu
Dayana lebih ke jarak sosial, kalau Kak Emil lebih ke jarak akrab, Kak Jo dan
Bu Lusi jarak sosial, Bu Bani jarak akrab, Bu Inon jarak publik, Bu Rusni
jarak publik, Bang Hendra jarak pribadi, Pak Amir jarak sosial, Pak Pohan
jarak akrab, Pak Humaizi pribadi, Pak Suwardi jarak sosial, Pak Abdi jarak
publik, Pak Mukti jarak sosial, Pak Danan jarak sosial, Pak Safrin jarak
pribadi dan Bang Is jarak sosial.
26. Ada enam faktor yang mempengaruhi ruang menurut DeVito (status, kultur,
konteks, masalah yang dibahas, usia dan jenis kelamin dan evaluasi positif
dan negatif), menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi
ruang dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
Jawab:Menurut saya lebih ke konteks masalah yang dibahas, status dan usia.
27. Dalam paralanguage ada yang namanya pola titinada. Pola titinada adalah
tinggi atau rendahnya nada vokal. Pola titinada seperti apa yang digunakan
oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
Jawab:Menurut saya yang sering menggunakan ini Bu Mazda ya, Bu Bani
sama Bu Dayana.
28. Dalam paralanguage ada yang namanya volume. Volume adalah keras atau
lembutnya nada. Bagaimana volume yang digunakan oleh dosen Ilmu
Komunikasi ketika mereka marah, menjelaskan materi ataupun ketika
berbicara seperti biasa?. Siapa dosennya?
Jawab:Bu Fatma pelan, Bu Mazda kalau bicara sehari-hari termasuk pelan
kalau di dalam kelas tergantung kondisi. Kalau dia lagi emosinya lagi marah
itu nadanya bisa naik sewaktu-waktu, Bu Dayana itu pelan, Kak Emil pelan,
Kak Jo keras, Bu Lusi pelan, Bu Nurbani keras, Bu Dewi keras, Bu Inon
pelan, Bu Rusni keras, Bang Hendra keras, Pak Amir keras, Bang Haris
Universitas Sumatera Utara
sedang, Pak Pohan pelan, Pak Humaizi pelan, Pak Suwardi pelan, Pak Abdi
keras, Pak Mukti keras, Pak Danan pelan, Pak Safrin keras, Pak Is keras.
29. Dalam paralanguage ada yang namanya kecepatan. Kecepatan mengacu
kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Bagaimana yang terjadi dengan
dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
Jawab:Bu Fatma sedang, Bu Fatma sedang, Bu Dayana lambat, Kak Emil
sedang, Kak Jo cepat, Bu Lusi sedang, Bu Bani cepat, Bu Dewi cepat, Bu
Inon cepat, Bu Rusni sedang, Bang Hendra cepat, Pak Amir cepat, Bang
Haris sedang, Pak Pohan sedang, Pak Humaizi sedang, Pak Suwardi sedang,
Pak Abdi lambat, Pak Mukti cepat, Pak Danan lambat, Pak Safrin cepat, Bang
Is lambat.
30. Dalam paralanguage ada yang namanya kualitas. Kualitas merupakan bunyi
dari suara seseorang. Bagaimana kualitas suara yang dimiliki oleh dosen Ilmu
Komunikasi?. Siapa dosennya?
Jawab:Kualitas suara Bu Fatma baik, Bu Mazda juga baik, Bu Dayana
kurang, Kak Emil baik, Kak Jo baik, Bu Lusi kurang, Bu Bani baik, Bu Dewi
kurang, Bu Inon kurang, Bu Rusni kurang, Bang Hendra kurang, Pak Amir
baik, Bang Haris baik, Pak Pohan baik, Pak Humaizi baik, Pak Suwardi baik,
Pak Abdi kurang, Pak Mukti kurang, Pak Danan kurang, Pak Safrin baik,
Bang Is baik.
31. Pada saat kapan dosen Ilmu Komunikasi melakukan komunikasi nonverbal
“diam” ketika mereka mengajar di dalam kelas?. Siapa dosennya?
Jawab:Misalnya kalau kondisi kelas nggak kondusif gitu biasanya dosen
langsung diam.
32. Artifak selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika juga untuk
menunjukkan status atau identitas diri seseorang, misalnya topi, baju, gelang,
cincin dan sebagainya. Jenis artifak seperti apa yang sering digunakan oleh
dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
Jawab:Bu Fatma biasanya pakaian dan aksesoris kalungnya, Bu Mazda
aksesoris kalung dan pakaian-pakaian tradisionalnya, Bu Dayana lebih ke
pakaiannya, keliatan pakaiannya cukup sederhana, Kak Jo pakaian dan
aksesoris, Kak Emil lebih ke pakaiannya rapi dan sopan, Bu Lusi lebih ke
Universitas Sumatera Utara
pakaiannya, Bu Bani ciri khasnya itu sering pakai baju warna hitam, Bu Dewi
lebih ke make upnya, lipstiknya kelihatan merah, Bu Inon lebih ke pakaian
dan aksesoris yang dia gunakan kelihatan glamour. Bu Rusni biasa aja,
kelihatan seperti sudah usia lanjut, Bang Hendra sering pakai sendal dan
pakaiannya lebih kayak mahasiswa, Pak Amir rapi dan sering jalan sambil
merokok, Bang Haris kemana-mana sering pakai jacket, Pak Pohan topinya,
Pak Humaizi lebih ke pakaian yang dia pakai sering pakai warna merah
jambu, Pak Suwardi ciri khasnya jenggot dan rambutnya di tengah-tengahnya
botak dan putih, Pak Abdi ciri khasnya kulitnya hitam dan kalau senyum
biasanya cuma giginya aja yang nampak, senyumnya itu senyum pepsodent,
hahaha. Pak Mukti topi kebanggaannya itu yang warna biru yang ada
tulisannya tapi saya lupa. Pak Danan mobil sedannya yang warna hijau itu
terkenal, Pak Safrin ciri khasnya itu potongan rambutnya. Potongan
rambutnya itu agak mudalah sedikit dari umurnya, kalau Bang Is lebih ke
perutnya yang buncit dan bajunya itu model-model baju yang kebesaran.
33. Warna apa yang sering digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa
dosennya?
Jawab:Bu Fatma suka menggunakan warna-warna yang slow seperti warna
cream, terus warna coklat muda, Bu Mazda warna-warna yang cerah dan
bercorak, Bu Dayana lebih sering pakai warna yang lembut, Kak Emil sering
pakai warna biru, Kak Jo sering pakai warna terang, Bu Lusi lebih sering
warna lembut, Bu Bani warna hitam, Bu Dewi warna merah, Bu Inon warnawarna cerah dan bercorak, Bu Rusni warna-warna yang lembut, Bang Hendra
sering pakai warna putih dengan motif kotak-kotak, Pak Amir warna-warna
cerah, Bang Haris warna gelap, Pak Pohan warna lembut tapi kadang juga
terang, Pak Humaizi warna cerah, Pak Suwardi warna agak gelap, Pak Abdi
warna cerah, Pak Mukti warna gelap, Pak Danan warna gelap, Pak Safrin
warna cerah, Bang Is warna cerah.
34. Adakah warna spesifik untuk menunjukkan bahwa dosen tersebut adalah
dosen Ilmu Komunikasi?. Siapa dosennya?
Jawab:Nggak ada.
Universitas Sumatera Utara
35. Bagaimana cara dosen Ilmu Komunikasi menggunakan atau mengatur waktu
dalam proses belajar mengajar?. Siapa dosennya?
Jawab:Bu Fatma tepat waktu, Bu Mazda juga, Bu Dayana kurang, Kak Emil
tepat waktu, Kak Jo tepat waktu, Bu Lusi kurang, Bu Bani kurang, Bu Dewi
kurang, Bu Inon kurang, Bu Rusni tepat waktu, Bang Hendra kurang, Pak
Amir kurang, Bang Haris tepat waktu, Pak Pohan balance, Pak Humaizi tepat
waktu, Pak Suwardi tepat waktu, Pak Abdi kurang, Pak Mukti kurang, Pak
Danan kurang, Pak Safrin tepat waktu, Bang Is tepat waktu.
36. Bau-bauan seperti apa yang sering dipakai oleh dosen Ilmu Komunikasi?.
Siapa dosennya?
Jawab:Dosen yang wangi itu kayak Bu Fatma, Bu Mazda, Kak Emil, Kak Jo,
terus kalau dari dosen laki-laki itu kayak Pak Humaizi, Pak Pohan, yang lain
biasa aja. Kalau wanita lebih sering wangi-wangi buah kalau dosen laki-laki
wangi-wangi yang glamour gitu atau tajam.
37. Pernahkah Anda melihat atau mengalami dosen Ilmu Komunikasi menyentuh
Anda atau mahasiswa lain ketika di dalam maupun di luar kelas?. Siapa
dosennya?
Jawab:Pernah sih.
38. Jika ya, bentuk sentuhan (touching) seperti apa yang pernah mereka lakukan?.
Siapa dosennya?
Jawab:Pak Humaizi dia sering nyentuh kepala, Bu Mazda sering pegang
ujung tangan, kalau lagi marah dia kadang mukul pundak. Itu aja sih.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168
LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NO
NAMA
: Yesi Kusmasari
NIM
:100904103
PEMBIMBING
: Dr. Nurbani, M.Si
TANGGAL
PEMBAHASAN
PARAF
PERTEMUAN
1.
19 Desember 2013
PEMBIMBING
- Pembahasan mengenai
BAB I, II dan III
- Pembahasan mengenai
informan
2.
13 Februari 2014
- Pembahasan mengenai
informan
- Pembahasan sistematika
penulisan.
3.
27 Februari 2014
- Pembahasan sistematika
penulisan
4.
24 Maret 2014
- Pembahasan mengenai
BAB I-V
5.
26 Maret 2014
- Pembahasan mengenai
BAB I-V
6.
30 Maret 2014
- Pembahasan mengenai
BAB I-V
7.
4 April 2014
- Pembahasan mengenai
BAB I-V
8.
5 April 2014
Penyerahan kelengkapan
Universitas Sumatera Utara
skripsi
Universitas Sumatera Utara
BIODATA PENELITI
Nama/NIM
:
YESI KUSMASARI/100904103
Tempat/Tanggal Lahir
:
Siberuang/ 26 Januari 1992
Departemen
:
Ilmu Komunikasi FISIP USU
Alamat
:
Jln. Jamin Ginting Gang Medan Area No.
23 Medan
Email
:
[email protected]
Ayah
:
Jhon Rinaldi
Ibu
:
Nesmawarni
Anak ke
:
1 dari 3 bersaudara
Nama Saudara Kandung
:
Jania Putri
Orangtua
Indra Alfiansyah
Agama
:
Islam
Pendidikan
:
1996-1998
TK Tunas Agung Sei Siasam
1998-2004
SDN 030 Pendalian
2004-2007
SMP N 1 Bangkinang
2007-2010
SMA Harapan Mandiri Medan
2010-2014
Departemen Ilmu Komunikasi USU
Universitas Sumatera Utara
Download