BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu (Hamalik 2002). Begitu pula (Nasution, 2006) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasa ditunjukkan dari nilai tes yang diberikan oleh Guru. (Muhibbin, 2004) menjelaskan bahwa “prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Berbeda dengan Supriyono dan Gagne (2007) mengungkapkan bahwa hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari adanya evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang telah diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar dirinya (Slameto, 2003). (Roestiyah, 2000), mengungkapkan bahwa faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Lebih lanjut (Nursalim, 2007), menjelaskan bahwa faktor kemampuan terdiri dari intelegensi dan bakat. Sedangkan (Slameto, 2003), menambahkan faktor kelelahan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang berasal dari luar diri siswa disebut sebagai faktor eksternal. (Slameto, 2003) dan (Roestiyah, 2000) meyatakan faktor eksternal dibagi menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Hasil belajar siswa akan dipengaruhi oleh cara mendidik orang tua, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah tangga serta keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, serta metode belajar siswa. Masyarakat 7 8 merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat itu sendiri. Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. C. Model Pembelajaran Tutor Sebaya Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa atau peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar optimal. (Hamalik, 1990) menyatakan tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Siswa yang dipilih guru adalah teman sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan pada teman-temannya. Karena siswa yang dipilih menjadi tutor ini seumur (sebaya) dengan teman-temannya yang akan diberikan bantuan, maka tutor tersebut sering dikenal dengan sebutan tutor sebaya. Pengertian di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Arikunto, 1986) bahwa tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu siswa yang dipilih nilai prestasi belajar matematikanya lebih besar atau sama degan delapan, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar. Hisyam Zaini (2001) menyatakan bahwa “Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada temantemannya.” 9 D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tutor Sebaya Menurut (Hisyam Zaini, 2001), langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut: a) Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi). b) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. c) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. d) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. e) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. f) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan. E. Kelebihan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Menurut (Hisyam Zaini, 2001), maka kelemahan metode pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berkut : a) Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. b) Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik. c) Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. d) Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya dan merupakan kebutuhan siswa itu sendiri. e) Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran. 10 F. Kelemahan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain. (Sawali Tuhusya, 2007) menyatakan bahwa “tutor adalah murid yang tergolong baik dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya”. Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari model tutor sebaya sementara kekurangan tutor sebaya antara lain: a) Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya. b) Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya. G. Model Pembelajaran Mekanistik Pembelajaran mekanistik sering dikenal juga dengan pembelajaran konvensional ataupun ceramah. Menurut (Djamarah, 1996), model pembelajaran mekanistik metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran ini sering ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, pembagian tugas dan latihan. (Freire, 1999), menjelaskan bahwa pembelajaran seperi itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber”gaya bank”, penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, dan yang wajib diingat serta dihafal. Secara umum, ciri-ciri umum ciri-ciri pembelajaran mekanistik adalah sebagai berikut : a) siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetauan di asumsikan sebagai badan dari informasidan ketrampilan yang dimiliki sesuai dengan standar. b) belajar secara individual. c) pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. d) perilaku dibangun atas kebiasaan. e) kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. f) guru adalah penentu jalannya pembelajaran. g) perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. h) interaksi diantara siswa kurang. i) guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Pembelajaran model mekanistik memang kurang diminati banyak siswa, namun pembelajaran seperti ini juga mempunyai kelebihan tersendiri. Kelebihan pembelajaran ini yaitu : a) mendapat berbagai 11 informasi yang tidak ditemukan ditempat lain. b) menyampaikan informasi dengan cepat. c) membengkikan minat akan informasi. d) mengajari siswa cara yang baik dengan mendengarkan. e) mudah digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah : a) tidak semua siswa mempunyai cara terbaik dengan mendengarkan. b) sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. c) para siswa tidak mengerti apa tujuan mereka belajar pada hari itu. d) penekanan hanya sering pada penyelesaian tugas. e) daya serapnya rendah dan mudah hilang karena bersifat mengahafal. H. Pendekatan model Pembelajaran Mekanistik Ujang Sukandi (2003), mendefinisikan bahwa pembelajaran mekanistik ditandai dengan guru lebih banyak mengajar tentang konsepkonsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. disini terlihat bahwa pendekatan model pembelajaran ini adalah guru lebih mendominasi sebagai pemberi ilmu, sementara siswa menjadi pasif dan menempatkan siswa sebagai penerima ilmu semata. I. Perbedaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Mekanistik Model Pemebelajaran tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas (Arikunto, 1986). Disini siswa yang kurang memahami materi yang dipelajari tidak akan merasa takut atau mau bertanya, karena mereka mempunyai teman sebaya yang isa mereka jadikan sumber belajar. Model pembelajaran mekanistik adalah pembelajaran yang ditandai dengan guru lebih banyak mengajar tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Dari uraian tersebut beberapa aspek yang membedakan antara model pembelajaran tutor sebaya dan mekanistik adalah sebagai pada tabel 2.1 berikut : 12 Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dengan Model Pembelajaran Mekanistik No 1 2 3 4 5 J. Model Pembelajaran Tutor Sebaya Proses pembelajaran diawali dengan diskusi masalah dalam setiap kelompok. Orientasi pembelajaran berpusat pada siswa. Kedudukan siswa dalam hal ini adalah sebagai subyek belajar. Kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya, yang membeat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika dengan strategi dan bimbingan guru, sehingga siswa lebih memahami konsep materi yang dipeajari. Model Pembelajaran Mekanistik Pembelajaran diawali dengan ceramah oleh guru. Orientasi pembelajaran berpusat pada guru. Kedudukan siswa dam hal ini adalah sebagai obyek belajar. Kegiatan pembelajaran lebih kepada pemberian materi secara drill mengikuti buku teks dan kemampuan mengungkapkan isi buku teks, sehingga menjadikan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam menerima materi peajaran, sehingga kurang memahami konsep materi yang diajarkan. Penelitian Yang Relevan (Wahyuni, 2011), dalam judul Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Dengan Metode Tutor Sebaya Dan Ceramah Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2010/2011. Dari hasil uji beda rata-ratanya menunjukkan t hitung (equal variance assumed) adalah -3,934, dan t tabelnya adalah sebesar 2,014. Karena -t hitung < -t tabel (-3,934<-2,014) dan taraf signifikasi p = 0,000(p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diajar dengan model tutor sebaya berbeda dengan yang diajar metode ceramah. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan nilai rata-rata untuk kelas kontrol yang menggunakan metode cerama adalah 7,3092 dan untuk kelas eksperimen yang diajar dengan model tutor sebaya adalah 8,1522. Ini mennunjukkan bahwa model tutor sebaya cocok dipakai di SMP Negri 3 Salatiga. (Windaryati, 2009) dalam judul Penggunaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dimensi Tiga Pada Mata 13 Pelajran Matematika Siswa elas XI TKPI 1 SMK Negri 3 Tegal Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa model pembelajaran model tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI TKPI 1 dengan 34 siswa. Peneliian dilaksanakan dalam dua siklus, hasil siklus 1 dan siklus 2 menunjukan hasil yang signifikan. Pada variabel ketuntasan belajar dari 64,87% meningkat menjadi 86,27%, sedangkan ketuntasan belajar dari 64,70% menjadi 91,18% dan nilai rata-rata dari 6,90 pada siklus 1 meningkat menjadi 7,73 pada siklus 2, yang berarti melebihi ketuntasan hasil belajar. (Windaryati, 2010) dalam judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas XII PDG-1 SMK Negri 11 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Pada siklus 1 dilakukan empat tahap (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi). Hasil penelitian diperoleh ada peningakatan rata-rata aktivitas dari 84,3% menjadi 93,6% dan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari KKM 60 tuntas 76,47% menjadi KKM 63 tuntas 91,16%. Simpulan Penelitian ini memperoleh hasil bahwa bahwa ada peningkatan hasil belajar matematika melalui tutor sebaya pada siswa kelas XII PDG-1 SMK Negri 11 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. K. Kerangka Berfikir Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi kesehatan, kemauan, percaya diri, dan lain sebagainya yang ada pada diri seseorang. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang yaitu lingkungan dan instrumental. Faktor eksternal misalnya sekolah, guru, kurikulum dan metode atau model pembelajaran. Model/metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran. Penggunaan model/metode pembelajaran yang tepat akan sangat membantu dalam keberhasilan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini akan dilihat perbedaan hasil belajar antara kelas menggunakan model tutor sebaya dan model pembelajaran mekanistik. Model pembelajaran mekanistik lebih cenderung menjadikan siswa sebagai obyek pembelajaran, yang hanya menerima materi secara searah dan tidak terjadi interaksi antara guru dan siswa. (Sukandi, 2003), mendefinisikan bahwa pembelajaran mekanistik ditandai dengan guru lebih banyak mengajar tentang konsepkonsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu 14 bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Hisyam Zaini dalam Amin (Suyitno, 2004), menyatakan bahwa “Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain.” Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut mempunyai keseimbangan hasil belajar. Kemudian dari kedua kelompok kelas tersebut akan dikenakan perlakuan yang berbeda, kelompok eksperimen akan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran mekanistik. Kemudian setelah itu akan terlihat perbandingan hasil belajar antara kedua kelas tersebut. Dapat pula dijelaskan dari bagan dibawah ini : Kondisi awal siswa Nilai belajar kurang Pembelajaran yang inovatif Tutor Sebaya Mekanistik Siswa aktif Hasil belajar meningkat Hasil belajar tutor sebaya lebih baik Gambar 2.1 Kerangka Berfikir L. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut “adanya perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dan model pembelajaran mekanistik pada materi kubus dan balok kelas VIII di SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun ajaran 2012/2013”.