BAHAN AJAR PARASITOLOGI (BlO 3151) OLEH MARDHIYAH FAKIH MARJIYO FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 TINJAUAN MATA KULIAH Deskripsi Singkat : Mata kuliah Parasitologi termasuk dalam kelompok mata Kuliah Keahliah Berkarya. Mata kuliah ini dengan bobot 2,1 SKS, merupakan mata kuliah pilihan dengan prasyarat Systematik Hewan (BlO 2161), diasuh oleh pengajar. Dalam mata kuliah ini dibahasi tiga belas pokok bahasan. Terutama membahas tentang pengelompokan jasad parasit, fisiologi (daur hidup, reproduksi, perilaku), patologi , gejala penyakit, epidemi, ekologi jasad parasit. Reaksi sel inang, respon inang, praadaptasi dan adaptasi parasit, berbagai aspek imun dalam penyakit parasitik. Pengelompokan arthropoda sebagai agen / penyebab penyakit, sebagai inang dan atau vektor dan suatu penyakit parasitik dan cara pengendaliannya. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan sudah berkembang penelitian yang menggunakan teknik teknik molekuler di berbagai bidang ilmu. Untuk itu pada matakuliah ini diberikan juga penjelasan mengenai pengembangan dan penerapan biologi molekuler pada teknik pemeriksaan parasit dan aplikasi molekuler yang telah diterapkan pada diagnose dan deteksi penyakit parasitik. Selain itu untuk lebih memahami mata kuliah ini pada beberapa topik diberikan praktikum supaya mahasiswa mampu memahami pengetahuan organisme parasit secara mendalam. Selain itu mahasiswa juga diberikan tugas untuk membuat tulisan atau makalah secara mandiri. Tujuan Pembelajaran: Memberi bekal pemahaman kepada mahasiswa untuk mengenal berbagai jenis parasit, dan mengidentifikasi masalah yang ada di dalam masyarakat yang ada dalam hubungannya dengan penyakit parasitik serta cara pengendaliannya, sehingga setelah menyelesaikan mata kuliah ini mampu: 1. menjelaskan tentang pengertian dasar parasitologi dan cakupan dengan ilmu yang terkait serta arti pentingnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. 2. menjelaskan keanekaragaman, peran dan aktifitas parasit di lingkungannya. 3. mampu mendiagnose berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh jasad parasit. 4. mampu mengaplikasikan, mengakomodasi,dan membantu menangani masalah yang ada di lingkungannya yang berhubungan dengan masalah jasad parasit POKOK BAHASAN Materi Pembelajaran Mingguan Minggu : Ke 1 Pokok Bahasan : Parasit, Parasitisme dan Ruang Lingkup Parasitisme Metode Pembelajaran : Ceramah Alokasi waktu : 100 menit Evaluasi : UTS Pustaka Acuan : 1 ,2, 8 1. Istilah-istilah dalam Parasitologi Parasit : Organisme yang hidup di dalam atau pada tubuh organisme lain. Parasitisme : Persekutuan antara dua organisme yang berbeda secara spesifik Pembagian parasit atas dasar : 1. Tempat : Endoparasit Ektoparasit 2. Lama waktu : Parasit temporer Parasit stationer 3. Berdasarkan sifat keparasitannya : Parasit insidentil Parasit obligat Parasit fakultatif Macam-macam inang : * Inang definitif * Inang perantara * Inang pembawa * Inang reservoar * Inang insidentil Perbedaan Inang dan Vektor Macam-macam simbiosis: Komensalisme : yang satu mendapat untung, yang lain tidak dirugikan Mutualisme : keduanya memperoleh keuntungan Parasitisme : ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan 2. Ruang Lingkup Parasitisme Zoonosis : penyakit pada hewan yang secara alami dapat ditularkan kepada manusia Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan parasit: • Air • Temperatur • Sinar matahari • Waktu • Fauna • Flora 3. Evolusi Parasitisme • Langkah-langkah evolusi parasit : Semua kegiatan organisme langsung atau tidak langsung berkaitan dengan perjuangan untuk memperoleh makanan. Dalam perjuangan itu timbul pola penyesuaian diri yang kompleks yang disebut adaptasi. • Praadaptasi dan adaptasi : Kemampuan orgaisme untuk menunjukkan sifat penyesuaian terhadap beberapa perubahan kebiasaan atau habitatnya. Dan kehidupan bebas hingga pelan-pelan menuju kehidupan parasit 4. Asal-usul Parasit Asal — usul kelompok protozoa sampai kelompok metazoa. Asal usul parasitisme dan kehidupan bebas Perubahan struktur organisme Minggu Ke :2 Topik : Protozoa Usus dan Protozoa Atrial Metode Pembelajaran : Ceramah Estimasi Waktu : 100 menit Evaluasi : UTS Pustaka Acuan : 1 dan 5 1. Protozoa Usus. Morfologi dan kiasifikasi : Pengertian protozoa Ukuran protozoa Ektoplasma, endoplasma, alat gerak Klasifikasi protozoa: Manusia menjadi inang beberapa protozoa usus 1.1. Rhizopoda * Entamoeba histolytica * Entamoeba coil * Entamoeba hartmani * Entamoeba polechi * Endoimax nana * Entamoeaba gingivalis * Jodamoeba butchili Perbedaan sifat-sifat Amuba yang hidup dalam manusia pada berbagai stadium yaitu: trofozoit, prekista, kista, metakista trofozoit yang meliputi: * ukuran * benda-benda di dalam endoplasma * bentuk-bentuk atau tipe pseudopodia * pergerakan Dan ke 7 spesies akan dibahas lebih lanjut yaitu E. histoiyticai. Entamoeba histolytica : Struktur dan karakter : Ada empat stadia : Trofozoit : bentuk tidak teratur Adanya membran plasma adanya eritrosit dalam endoplasma Nukleus satu Prekista : bulat tidak teratur, adanya membran plasma, nukleus 1 – 2, tanpa eritrosit, ada cadangan makanan. Kista: bentuk bulat, ada dinding kista, nukleus 2 – 4 Metakista trofozoit : kista yang sudah mengalami pertumbuhan lebih lanjut. Daur hidup dan Cara penularan : Ekistasi terjadi di dalam usus halus Cara infeksi ke mukosa belum banyak diketahui Kista tertelan dalam suasana asam tidak terjadi pertumbuhan pada pH netral atau alkali dalam kista akan aktif berkembang menjadi 4 stadium trofozoit Amuba menghasilkan enzim untuk melisiskan Amuba dapat membentuk ulkus yang berbentuk botol Kolonosasi : terjadi di dalam usus besar Enkistasi : terjadi di dalam usus besar descendens Di dalam usus halus trofozoit mengalami pemadatan berbentuk bulat (prekista). Kista mature ada masa glikogen dan benda kromatoid yang bersifat refraktil. Patologi : Amubiasis usus : Luka-luka di usus besar tempat-tempat utama adalah daerah soekum dan sigmoidorektum Luka dini, nekrosis kecil pada permukaan mukosa Perubahan jaringan meliputi histolisis, trombosis kapiler Amubiasis sistemik, terutama hati yang terserang, alat-alat lain jarang. Dapatjuga terjadai Amubiasis paru-paru, otak, limpa, alat kelamin dan kulit, walaupun jarang sekali. Gejala klinik: Sangat variabel tergantung lokalisasinya dan beratnya infeksi Dapat terjadi infeksi sekunder. Infeksi menahun biasanya tanpa gejala Gambar 1. Kista Protozoa Intestinal manusia (pewarnaan dengan Iodine) 1 dan 2 Entamoeba histolytica (1 dan 4 inti), 3 dan 4 Entamoeba coil (1 dan 8 inti) 5. Endolimax nana; 6. lodamoeba butchili; 7. Chilomastix mesnili 8. Giardia lamblia (Chatterjee, 1977) Diagnosis : Pemeriksaan tinja segar secara langsung dan tidak langsung Pemerikasaan sigmoideskop Pemeriksaan aspirat abses hati Epidemi dan pencegahan: Distribusi kosmopolitan terutama di daerah tropik. Manusia merupakan hospes reservoar untuk orang lain, kucing, anjing. Penderita asimptomatik merupakan reservoar Kista tahan dan tetap bertahan di tanah selama 8 hari pada 28 – 34° C 1.2. Flagellata yang berparasit pada usus manusia * Giardia lamblia * Chilomastik mesnelli * Dientamoeba fragilis * Enteromonas hominis * Retartomonas intestinalis Perbedaan sifat-sifat flagellata yang hidup pada manusia baik pada stadium trofozoit dan kista meliputi ukuran, jumlah flagel, jumlah nukleus, membrana undulata, axostyle. Dan ke lima spesies diatas akan dibahas lebih banyak tentang Giardia lamblia Giardia lamblia Penyebab : Giardiasis, Lambliasis Daur hidup dan cara Penularannya Stadium pertumbuhan : trofozoit dan kista Memperbanyak din dengan cara mitosis pada bentuk kista Memgalami pembelahan binair (belah pasang) pada stadium trofozoit Lingkungan basa dan diet kaya K.H. yang disenangi Di lingkungan luar dengan keadaan lembab dapat hidup brbulan-bulan Penularan dengan perantaraan makanan dan minuman Patologi dan Gejala Klininis Anak-anak lebih serig menderita enteritis akut atau kronis dan pada orang dewasa. Gejala gastrointestinal, iritasi usus Infeksi yang lebih lanjut diare kronis berlemak, absorbsi berak-berak encer lebih sering. Diagnosis Pada pemeriksaan langsung dengan menemukan kista dalam tinja padat, trofosoit dalam tinja encer atau segar. Dengan cara konsentrasi lebih bagus dan lebih teliti. Pemeniksaan isi duodenum lebih baik dari pada pemeriksaan tinja 1.3. Ciliata pada usus manusia : Balantidium coli Perbedaan sifat pada stadium trozoit dan kista Perbedaan dengan E. histolytica 1.4. Sporozoa pada usus manusia * Isospora hominis * Isospora belli Keduanya hidup di dalam sel-sel mukosa intestinum tenue manusia, kadang di bawah ileum dan sekum. Dalam proses schizogoni banyak bentuk-bentuk yang belum diketahui hanya bentuk ookista dan prekista yang sudah dipelajari. Pretozoza Atrial Beberapa protozoa atrial yaitu: * Trichomonas tenax * Entamoeba ginggivalis * Trichomonas vaginalis Sifat-sifat flagellata diatas pada stadium trofozoit yang meliputi ukuran, pergerakan, kelengkapan organella di dalam endoplasma. Dan ketiganya akan banyak di bahas yaitu Trichomonas vaginalis Tricomonas vaginalis Penyebab vaginitis Daur hidup dan morfologi Hanya ada bentuk trofozoit dengan ukuran (7-23) u X 95 — 15) U Axostyle jelas, ada membrana undulata, Kromatin penyebarannya uniform Tempat hidup : vagina, prostat Cara reproduksi dengan pembelahan binair Minggu Ke : 3 Pokok Bahasan : Protozoa Darah dan Jaringan Metode Pembelajaran : Ceramah Estimasi Waktu : 100 menit Evaluasi : UTS Pustaka Acuan : 4,5.6 1. PROTOZOA DARAH Ada beberapa protozoa darah yang menginfeksi manusia * Trypanosoma spp. * Leishmania spp * Plasmodium spp. 1.1. Trypansoma spp. Penyebab tripanosomiasis Struktur dan fungsi bentuk-bentuk pertumbuhan trypanosoma * Leishmania (amastogot) * Leptomonas (promastigot) * Critidia (epimastigot) * Trypanosoma (tripomastigot) Ada 2 tipe tripanosomiasis : American trypanosoma dan African trypanosoma Perbedaan antara stercoraria trypanosoma dan salivaria trypanosoma 1.2. Leishmaia spp. Penyebab leishmaniasis Struktur bentuk-bentuk pertumbuhan: lishmania dan leptomonas Perbedaan leismaniasis tipe “strain minor dan strain mayor” 1.3. Plasmodium spp. Ada empat spesies penyebab malaria pada manusia * Plasmodium vivax * Plasmodium malariae * Plasmodiumfalciparum * Plasmodium ovale Bersifat intraselulair dalam butir darah manusia. Struktur dan fungsi: Dalam tubuh manisia ada beberapa stadium pertumbuhan yang hams dipelajari yaitu: Trofozoit muda dan tua Schizont muda dan tha Makrogametosit dan mikrogametosit Gambar 2 . Parasit malaria manusia (Plasmodium spp.) Plasmodium vivax, nomor 1 s/d 6, (1,2,3, bentuk cincin, 2 & 3 ada bintik Schufner’s 3. bentuk amuboid; 4,5,6, stadium schizont muda sampai masak. P. falciparum, nomor 7 s/d 12 ; 7,8,9, trofozoit; 10,11,12, pertumbuhan schizont (di dalam organ intmal). P. malariae nomor 13 s/d 18, 13 bentuk cincin;14, 15 bentuk pita; 16,17,18, pertumbuhan schizont. P.ovale 19 s/d 22; 19,20, trofozoit; 2 1,22, pertumbuhan schizont (ada bintik James’s) pada semua stadium. 23 s/d, gametosit masak P.vivax (23 jantan, 24 betina); P.falczparum (25 jantan,26 betina); P.malariae (27 jantan, 28 betina) dan P.ovale (29 jantan, 30 betina). (Chatterjee, 1977) Cara penularan dan daur hidup: Penyakit malaria ditularkan kepada orang lain dengan perantaraan gigitan nyamuk antara Lain nyamuk Anopheles spp. Tergantung daerah penyebaran. Misalnya di Kalimantan adalah nyamuk Anopheles barbirostris Daur hidup Plasmodium sp.mempunyai dua inang : yaitu inang vertebrata dan nyamuk Reproduksi aseksual (proses schizogoni) di dalam tubuh vertebrata (manusia). Reproduksi seksual (proses sporogoni) terjadi di dalam tubuh nyamuk. Di dalam tubuh nyamuk akan mengalami pertumbuhan dan perbanyakan ( cycliko propagatitive). Akan dikeluarkan bersama air ludah nyamuk stadium sporozoit. Di dalam tubuh manusiajuga terjadi proses gametogoni ( pembentukan gamet- gamet), mikrogametosit dan makrogametosit. Fisiologi: Oksigen dipakai dengan perantaraan enzim pernafasan logam berat Dektrose dioksidasi lebih cepat oleh sel darah merah yang mengandung parasit dan pada sel eritrosit yang tidak dihinggapi parasit. Asam laktat hanya dioksidasi oleh sel yang mengandung parasit. P. vivax mengunakan dektrose dan asam laktat 3 X lebih banyak dari pada P. falciparum Makanan diperoleh dari darah dan jaringan inang P.malariae mempunyai masa hidup yang terpanjang. P.falciparum mempunyai masa hidup yan terpendek. Kerusakan jaringan dan gejala klinis Kerusakan jaringan: • penghancuran eritrosit penyurnbatan kapiler di alat-alat dalam • anoksemi jaringan hati • limpa membesar atau lembek • gangguan peredaran darah • sel parenkim hati bengkak keruh Gejala Klinis: Anemia, splenomegali, demam, berkeringat Kekebalan: Didapat secara aktif tergantung pada infeksi baru atau lama daripada stimulus antigen dan parasit atau dan hasil metabolismenya. Di daerah hiperendemi penduduk ash dilindungi sejak masih anak-anak oleh kekebalan pasif dan ibunya selama tiga bulan pertama Terjadi perubahan genetik di dalam sel darah merah yang menghasilkan kekebalan alamiah terhadap malaria Perubahan pada permulaan eritrosit mengganggu perlekatan serta invasi merozoit Kekebalan seluler dan humoral mempunyai peranan dalam perlindungan. Kekebalan merupakan spesies spesifik pada beberapa kasus dapat “strain spesifik” Epidemi: Penyakit malaria mempunyai penyebaran di seluruh dunia, di daerah tropik, subtropik, dan daerah dingin. Diagnosis: Dengan pemeriksaan mikroskopik sediaan darah yang diambil dan penderita Dibuat sediaan darah tebal dan tipis. 2. Protozoa Jaringan Protozoa yang hidup dalam janingan tubuh organisme : Toxoplasma gondii Penyebab toxoplasmosis Dapat memparasiti binatang termasuk herbivora, carnivora, dan omnivora. Morfologi dan daur hidup: H.D. kelompok Felidae ( kucing domestik dan liar). Perkembangan pada kucing Bentuk infektif : sporozoit, kistazoit, endozoit Proses schizogoni Perkembangan intestinal bersaman dengan perkembangan ekstraintestinal (bentuk kista dan pseudokista). Perkembangan pada manusia: Bentuk endozoit,kista, pseudokista. Gambaran Klinik: Tozoplasmosis dapatan : ringan Kelainan mata, sistem limfatik (limfodenopati), uretritis,koroiditis, karoidoretinitis. Toxoplasmosis Conginental : menimbulkan kelainan yang lebih berta. Dapat menyebabkan keguguran bayi lahir mati, lahir namun mengidap kelainan susunan saraf pusat. Tozoplasmosis pada ianang yangimunodefisiense penyakit yang timbul dan penyakit yang latent pada orang yang sedang diberi pengobatan imunosupresi dalam waktu yang lama Diagnosis: PertemuanTes serologi yang biasa digunakan ada 3 macam: 1. Sabin and Feidmen Dye Test (tes wama Sabin & Feigmen) 2. Tes zat anti fluoresen. Tes mi sensifitasnya lebih unggul dan pada nomor satu. 3. Tes hemoglutinasi tidak langsung. Gambar 3 . Toxoplasma gondii 1. struktur Toxoplasma sp. sedang membelah 2. perubahan ukuran nukleus, tampak kresentrik 3. dua konoid berkembang di bagian anterior pada 2 kutub dan nukleus yang kresentrik 4. nukleus mulai membelah dan konoid membesar 5. dua anak parasit muncul dalam induknya 6. induk memisahkan diri mengeluarkan anaknya.(Zaman, 1987) Minggu ke : 4 Pokok Bahasan : Trematoda Parasit Usus dan Hati Metoda Pembelajaran : Ceramah Estimasi Waktu : 100 menit Evaluasi : UTS Pustaka Acuan : 1,4,5. 1. Trematoda Parasit Usus Pendahuluan Secara umum bentuk daun Ada 2 alat pelekat, “oral sucker dan ventral sucker” Bersifat hermaprodit Daur sangat kompleks Ada beberapa spesies dapat menginfeksi manusia * Fascioloposis buski *Metagonimus yokogawai * Echinostoma ilocanum * Heterophyes heterophyes 1. Fascioloposis buski Penyebab fasciolopsiasis Disampaikan oleh Busk pada th. 1843 dalam duodenum seorang pelaut India Timur yang telah meninggal Morfologi dan daur hidup Cacing cukup besar (10 cm). Telur berisi mirasidium sewaktu dikeluarkan, mengalami embrionisasi di luar. Daur hidup sangat kompleks Inang definitif adalah manusia Habitat : cacing dewasa melekat pada mukosa usus halus bagian atas dengan batil isap Inang perantara I : sejenis siput , beberapa spesies dapat menjadi inangnya antara lain Segmentina sp. , Hippentis sp. Dalam tubuh siput mengalami pertumbuhan menjadi sporosist redia serkaria Inang perantara II : sejenis tanaman air antara lain enceng gondok (Eichornia), bambu air Patologi: Peradangan pada daerah uterus, abses terlihat pada perlekatan cacing. Sakit di daerah epigastrium. Infeksi berat edema, asites, kadang-kadang terjadi stasis usus dan obstruksi 2.Trematoda Hati Ada beberapa spesies yang dapat menginfeksi jaringan hati. • Clonorchis sinensi • Fasciola gigantica • Fasciola hepatica • Dicrocolium dendriticum • Opisthorchisfelineus Clonorchis sinensis Morfologi , daur hidup dan cara penularnya: Cacing pipih bentuk daun memanjang tidak berduri Ukuran (1 2 — 20) X ( 3 — 5) um Telur : kuning cokiat, ukuran 29 X 16 um Inang definitif manusia Habitat : saluran empedu dari duktus pankreatikus Inang perantar I : keong beroperkulum beberapa spesies antara lain Alocinnia sp., Bulinus sp., Parafossarulus sp.. Dalam tubuh keong mirasidium mengalami pertumbuhan dan perbanyakan rnenjadi Sporosist redia serkaria Inang perantara II : kelompok familia Cyprinidae ( rneta serkaria bentuk kista). Menjadi cacing dewasa di dalam cabang-cabang kecil bagian distal saluran empedu. Tidak dapat ditemukan di dalam duodenum, karena hanya dapat bertahan terhadap zat pencernaan selarna beberapa jam. Cacing dewasa dapat tahan hidup selama kurang lebih 25 tahun. Menghasilkan telur 1 100 - 2400/ hari (dalam tinja anjing dan kucing). Dalam manusia?. Epidemi: Jumlah orang yang terkena infeksi tergantuung kebiasaan cara makan dan tidak selalu sebanding dengan frekuensi parasit di dalarn hewan sebagai reservoar Pada infeksi menahun atau hebat, di daerah yang sangat endemik akibatnya kurang baik. Diagnosis dan Pencegahan: Diagnosis pasti berdasarkan penemuan telur yang bebas di dalam tinja atau, drainase empedu. Memasak ikan dengan sempurna Patologi: Cacing dewasa di saluran empedu menyebabkan peradangan pada epitel . Luas peradangan berhubungan dengan intensitas dan lamanya infeksi. Lesi disebabkan oleh iritasi mekanik dan produk toksis yang dikeluarkan cacing. Gambar 4. Daur hidup Fasciola buski, Clonorchis sinensis, Paragonimus westerni,Schistosoma mansoni Minggu ke :5 Pokok Bahasan : Trematoda Parasit Darah dan Paru-paru Metoda Pembelajaran: Ceramah dan tugas Evaluasi : UTS Estimasi Waktu : 100 Pustaka Acuan : 4,5,6 1. Trematoda Parasit Darah Pendahuluan : Termasuk Familia Schitosomatidae, cacing trematoda digenetic bersifat “diosious” Ada beberapa spesies penting yang merupakan agen penyakit pada manusia yaitu : *Schistosoma haematobium *Schistosoma japonicum *Schistosoma mansoni *Schistosoma mekongi *Schistosoma intercalatum Morfologi : Cacing jantan dan berina hidup berpasangan, bentuk betina tinggal di dalam “canalis gynaecoporus” cacing jantan. Perbedaan ke lima spesies terdapat pada : Cacing dewasa : letak oral dan ventral sucker Permukaan kutikula Telur : letak duri pada telur Larva serkaria ujung ekor bercabang dua. Daur hidup dan cara penularannya Inang Definitif : manusia Habitat S. haematobium cacing dewasa dalam pembuluh darah kandung kencing. S. mansoni dan S japonicum cacing dewasa di dalam vena-vena mesenterika inferior dan superior. Kematangan seksual cacing betina tergantung dari adanya cacing dewasa jantan. Telur-telur di letakkan dalam venula-venula kandung kencing (S. haematobium). Telur-telur diproduksi cacing dewasa kurang lebih 5 minggu setelah infeksi. Penemuan telur tergantung lamanya infeksi dan jumlah cacing yang menginfeksi. Inang perantara adalah untuk: * S. haematobium sejenis keong Bulinus sp. * S. japonicum sejenis keong Oncomelania sp. * S. mansoni sejenis keong Biomphalaria sp. Gejala Klinis Telur-telur melepaskan antigen yang larut dan merangsang timbulnya abses kecil. Serkaria yang menembus kulit - menyebabkan urtikaria - meninggalkan bekas sebagai makula kecil-kecil - menyebabkan reaksi radang akut dengan edema - makula berubah menjadi pustula menjadi radang kemudian mengalami hemoragi Kalau ada garukan terjadi infeksi sekunder. Diagnosis: Dengan menemukan telur dalam spesimen tinja atau urine Pada infeksi kronis dengan jumlah cacing sedikit, dilakukan tes penetasan yaitu mengencerkan spesimen tinja dengan air murni dalam botol sedimentasi ( gelas kimia). Ditutup dengan kertas alumonium untuk mencegah masuknya sinar Biopsi rektal untuk menemukan telur pada pasien dengan infeksi ringan, kronik dan inaktif. Jaringan biopsi dihancurkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Epidemi: Infeksi pada manusia hampir semuanya disebabkan oleh sumber infeksi yang terdapat pada manusia. Primata, insektivora dan binatang mengerat merupakan sumbernya. Distribusi S. japonikum : di Timur jauh, Cina ,India, Jepang, Filipina. Selain manusia hewan juga kucing ,anjing, tikus, babi. S. haematobium : Afrika, Asia Kecil. Siprus. Inang perantaranya Oncomelania sp. dapat tahan hidup dalam keadaan kering Distribusi: Tergantung dari: * distribusi hospes perantara keong * kesempatan menginfeksi manusia * perilaku manusia untuk membuang tinjanya Angka tertinggi pada anak-anak. 2. Trematoda Parasit Paru-paru Pendahuluan Trematoda yang ditemukan dalarn paru: Paragonimus westermani Penyebab penyakit paragonirniasis pada manusia dan hewan karnivora Treamatoda ini ditemukan pertama kali pada tahun 1828 oleh Neterer. Infeksi penyakit ini telah ditulis oleh Yokogawai (1982) dan Miyasaki (1982). Morfologi dan daur hidup Telur: bentuk ovoid, punya operkulum , tidak berembrio, ukuran (80 — 120) u X (45 — 65) um. Hospes definitif: rnanusia dan hewan karnivora Habitat dewasa di sekitar bronchioli Telur: telur di dalam air dan akan rnenghasilkan rnirasidiurn Inang perantara sejenis keong (sporosit redia serkaria) Inang perantara ke 2 sejenis ketam dan udang (metaserkaria) Patologi dan Gejala klinis: Migrasi larva pada dinding usus ke dalam rongga abdomen tidak ada kelainan patologis Migrasi melalui jaringan menimbulkan peradangan seternpat dan infiltrasi likosit Telur - telur yang terbawa sistem sirkuler menirnbulkan reaksi granulomatosa Gejala: Tergantung jumlah cacing dalam inang Pada kasus kronik gej ala ringan. Timbul batuk-batuk disertai produksi sputum dan darah serta nyeri dada sewaktu kista pecah, sesak nafas bronkitis kronis. Yang berbahaya kornplikasi serebral sampai demam, sakit kepala, nausea, muntah, gangguan penglihatan, kelemahan otot. Minggu Ke : 6 Pokok Bahasan : Cestoda Usus (Pseudophyllidea dan Cyclophyllidea) Metoda Pembelajaran : Ceramah dan tugas Estimasi Waktu : 100 menit Evaluasi : UTS Pustaka Acuan : 1,2,5 1. Cestoda Intestinal Pseudophyllydea Pendahuluan Cacing pita dan kelompok ini mempunyai ciri spesifik mempunyai • Skoleks memanjang , batil isap memanjang seperti saluran. • Pada proglotid yang nasak, uterus berkelok-kelok terletak di tengah-tengah. • Porus uterinus dan porus genitalis terletak di tengah pada permukaan ventral proglotid. • Infeksi oleh cacing ini biasanya terbatas pada satu sampai beberapa ekor cacing saja. Akan diuraikan sam contoh spesies: Diphyllobothrium latum (Dibotrhriocephalus latus) Penyebab diphyllobothriasis Diphyllobothrium latum disebut pula cacing pita ikan. Cacing pita ini mampu menginfeksi mamalia pemakan ikan seperti anjing laut, singa laut, beruang, kucing, anjing, anjing hutan, dan manusia. Cacing ini dikenal pula sebagai cacing raksasa. Morfologi • Panjang mencapai 10 m. • Skolek memanjang ada suatu lekukan (groves) disebut bothria sebagai alat pelekat. • Setiap proglotid mempunyai alat kelaminjantan dan betina dan sath porus uterinus. • Porus uterinus berdampingan dengan porus genitalis. • Dalam setiap proglotid terdapat testes dan vitellaria yang tersebar pada sisi lateral. • Telur beroperkulum dengan ukuran (60-80) x (40-60) mikron. Daur hidup Telur keluar bersama tinja tidak berembrio, akan tumbuh embrio disebut karasidium. Karasidium keluar berenang dalam air. Korasidium tertelan oleh suatu crustacea tumbuh menjadi proserkoid. Jika crustacea yang terinfeksi ini dimakan ikan, maka tumbuh menjadi pleroserkoid. Manusia terinfeksi karena makan ikan mentah yang terkontaminasi. Larva pleroserkoid tumbuh menjadi cacing dewasa. Parasit ini dapat hidup lama mencapai 25 tahun Penyebaran geografis Ditemukan di Timur jauh dan Asia Tenggara Patologi Penderita menunjukan manifestasi klinik seperti gangguan saraf, pencernaan, rasa tidak enak, dan rasa sakit pada perut, kekurangan gizi dan anemi. Gangguan pada traktus digestivus dengan rasa penuh di epigastrium, nausea, dan munta. Absorbsi cairan toksin dan proglotid yang mengalami degenarasi. Pada gejala anemi ditemukan pada penderita yang pernah memuntahkan proglotid. Dilaporkan cacing ini banyak mengabsorbsi vitamin B12 dan inangnya sebanyak 50 kali daripada T saginata. Diagnosis Dengan menemukan telur yang beroperkulum atau proglotid yang dikeluarkan bersama tinja atau di dalam muntahan. Sparganosis Sparganosis (sparganum mansoni) adalah penyakit yang disebabkan oleh larva pleroserkoid cacing pita Peudophyllidea ( Dibotyriocephalus mansonoides) yang cacing dewasanya terdapat dalam usus kucing dan anjing tidak menyerang manusia. Sparganum proliferans, stadium plerosercoid menyerang janingan manusia namun cacing dewasanya belum diketahui 2. Cestoda Intestinal (Cyclophyllidea) Pendahuluan Ciri spesifik skolek membulat dengan batil isap bentuk mangkok dilengkapi rostelum atau tidak. Porus genitalis terletak pada sisi lateral, kadang pada satu sisi kadang berselang-seling tergantung spesiesnya. Infeksi oleh cacing ini dapat melimpah terutama pada hewan. Ada beberapa spesies, sebagai contoh yaitu * Hymenolepis nana * Hymenolepis diminuta * Diphylidium canicum * Taenia saginata * Taenia solium * Echinococcus spp. 2.1. Hymenolepis nana umumnya dikenal sebagai cacing pita kerdil,. kosmopolitan dan merupakan parasit pada anak-anak. Banyak terdapat di Timur Tengah, India Utara, Pakistan, daerah Mediterania, Afrika Utara, dan beberapa bagian Amerika Selatan dan Tengah. Morfologi dan daur hidup: • Panjang 10-14 cm, lebar 2 mm. • Skoleks betuk bulat rostelum refraktil kait 20-30 buah. • Strobila terdiri dan kira-kira 200 proglotid. Proglotid berbentuk trapesium • Uterus berbentuk kantong yang berisi 80-180 telur. Telur berukuran (47 x 37) mikron, Hymenolepsis nana tidak memerlukan inang perantara. Inang definitifnya adalah manusia, mencit, dan tikus. Tempat hidupnya pada dua pertiga ileum bagian atas. Telur tidak tahan di lingkungan luar Penularan secara langsung lewat tangan, makanan, minuman, auto infeksi Patologi • Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala. • Pada infeksi yang cukup berat, pada anak menunjukan asthenia, berat badan menurun, nafsu makan berkurang, sakit perut dengan/tanpa diare, anoreksi, insomnia, muntah, pusing. • Diduga gejala ini disebabkan oleh hasil metabolik yang dilepaskan parasit dan respon alergi terhadapnya. Diagnosis Dengan menemukan telur pada pemeriksaan tinja. 2.2. Echinococcus spp. 4 spesies yang dianggap benar, yaitu: • Echinococcus granulosus • E. multilocularis • E. oligerthus • E. vogeli Morfologi Cacing dewasa hanya mempunyai tiga sampai empat proglotid, terdiri atas skoleks, progiotid imature, mature, dan proglotid gravid, panjang 3-6 mm. Bentuk kepala sferis, mempunyai 2 baris kait yang berjumlah 20-30- buah dan 4 batil isap. Proglotid gravid mengandung kira-kira 5000 butir telur, telur seperti telur Taenia sp. Daur Hidup Inang definitif : anjing Inang perantara manusia, hewan herbivora lain misal : sapi, kambing, biri-biri. Manusia dapat sercara kebetulan terlibat dalam daur hidup parasit tersebut karena menelan telurnya hal ini dapat terjadi akibat tercemarnya tangan oleh telur-telur sewaktu membelai anjing. Bagian yang terinfeksi yaitu hati dapat mencapai 66%, paruparu 10%, usus 7-8 % dan jantung. Gambar 5. Daur hidup Echinococcus granulosus Echinococcus multilocularis (Meihom, 1998) Gambar ambar 6. Daur hidup Diphylobothrium. Latum Schistocephalus sp. (Melhorn,1998) Minggu ke :7 I’nlcnlc Bahasan : Nematoda Usus Dan Larva Migrans Metoda Pembelajaran: Ceramah Evaluasi : UTS Estimasi Waktu : 100 menit Pustaka Acuan : 5,6. 1. Nematoda Usus Pendahuluan Cacing nematoda sebagian besar bersifat parasit baik pada menusia, hewan dan tumbuhan Betuk panjang silindris , ukuran mikroskopis sampai lebih satu m. Cacing tidak bersegmen, bilateral simetris,mempunyai sistem pencernaan. Jenis kelamin terpisah, cacing betina lebih kecil dan cacing jantan. Penyebab penyakit pada manusia dan vertebrata.umumnya bersifat patogen. Pada manusia: • Ascaris lumbricoides • Enterobius vermicularis • Trichiura trichiura • Capilaria philipinensis • Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) • Strongyloides strecorales dan Trichostrongylus spp. Pada anjing: • Toxocara canis • T.cati • A.. brarsiliensis • A. caninum Ke empat tersebut di atas pada manusia sebagai larva migrans 1. Ascaris lumbricoides Parasit mi lebih banyak terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab dan berikim sedang. Penyebab ascaiasis. Morfologi dan daur hidup Cacing nematoda yang terbesar, ujung runcing dengan tiga bibir yang berkembang sempuma. Ukuran cacing betina 20—35 cm, ujung posterior runcing Cacingjantan 15—31 cm, ujung posterior rnelengkung. Telur yang dibuahi bentuk oval melebar, rnernpunyai lapisan tebal permukaan tidak rata, warna cokiat ukuran 75 X 50 urn H.d. manusia Perlu diperhatikan bahwa: Bila dalam tinja tidak diternukan telur yang dibuahi berarti bahwa di dalam usus hanya terdapat cacing betina saja. Telur yang tidak dibuahi tidak akan mengapungpada waktupemeriksaan konsentrasi! flotasi dengan zinc sulfat (telur lebih berat). 2. Enlerobius vermicularis Penyebab enterobiasis / oxyuriasis Morfologi, daur hidup dan cara penularan: Cacing ini lebih sering di daerah dingin dan sedang, lebih sering menginfeksi anakanak. Cacing dewasa bagian anterior ada “cephalic space”. Ujung posterior melengkung.. Ukuran kurang dan 10 mm. Telur bulat panjang dengan satu sisi mendatar. Ukuran panjang 50 —60 urn., lebar 20—30 urn H.d. manusia. Cacing dewasajantan setelah membuahi cacing betina akan mati dan keluar bersarna tinja. Cacing betina yang sudah dibuahi bermigrasi ke kolon dan rneletakkan telumya di perianal . Penularan secara autoinfeksi. 3. Trichuris trichiura Penyebab trichuriasis. infeksi cacing ini di daerah panas, lembab dan sering terlihat bersama infeksi Ascaris Morfologi , daur hidup dan cara penularan: Cacing dewasa ukuran 35 —50 mm (betina) dan 30—45 mm (jantan) Yang perlu diperhatikan : Cacing dewasa jarang diternukan dalarn tinja. Kepala terbenam masuk dalam mukosa, ujung posteriornya sangat tebal dan bebas di lumen maka disebut cacing cambuk. bentuk tong, ukuran (50 — 54) umX (22 — 27) urn. Telur menetas di usus besar setelah kira-kira 3 buan akan memproduksi telur Gejala Klinik: Kerusakan mekanis pada mukosa dan respon alergi dan hospes untuk setiap kelainan patologis yang berhubungan erat dengan jumlah cacing, lamanya infeksi dan urnur serta status kesehatan dan hospes. Kerusakan epitel sangat kecil kecuali tirnbul infeksi sekunder yang sangat mirip akibat infeksi E. histolytica Diagnosis: Dengan menemukan telur dalam tinja bersama Ascaris sp. pada sediaan langsung atau konsentrasi, jurnlah telur harus dihitung. Gambar 7. Usus besar yang terinfeksi Ascaris lumbricoides (Zaman, 1998) Gambar 8. Ascaris lumbricoides (cacing dewasa betina dan jantan) Telur fertile dan infertile (Zaman, 1998) 4. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) Penyebab Uncinariasis atau ancylostomiasis, necatoriasis. Termasuk cacing mi ialah: • A. brasiliense • A . caninum • A . malayanum Ditemukan di daerah hangat yang lembab, morbiditas lebih banyak dibanding mortalitasnya.Ketiga spesies pada manusia sebagai larva migrans, dewasanya pada anjing I dan kucing Morfologi, daur hidup dan cara penularannya : Cacing dewasa ukuran panjang (7-11) mm X lebar (0,4-0,5) mm Cacing dewasa melekat erat pada mukosa usus dengan mulutnya (punya gigi pada Ancylostoma sp. dan lempeng pemotong pada Necator sp. Gambar 9. Daur hidup Ancylostoma duodenale (Melhorn, 1998) Telur keluar bersama tinja dalam stadium awal pembelahan ukuran (60 X 40)um, dinding tipis satu lapis. Larva rhabditiform Larva Filariform dapat tetap hidup dalam tanah untuk beberapa minggu. Infeksi pada pada manusia melalui penetrasi larva filariform Aliran darah vena Jantung kanan trachea Paru-paru faring tertelan menembus alveoli usus kecil ke bronchiole dewasa Gejala klinik : *Rasa gatal pada kulit yang terpenetrasi larva vesikuler timbul lesi papula eriematosa disebut sebagai “ground itch”. *Pneumonitis karena migrasi larva *Pada fase usus terjadi nekrosis jaringan usus dan kehilangan darah *Pada infeksi berat menimbulkan anemi defisiensi besi, pucat, edma muka dan kaki Gambar 10. Tempat perlekatan Ancyostoma duodenale (cacing kait) pada intestinum (Catterjee, 1977) Strongyloides stercorales Pendahuluan : Banyak di Negara tropis Infeksi pada manusia dapat berlangsung lama (dapat selama hidupnya) : *karena reinfeksi dapat terjadi setiap saat *adanya autoinfeksi yang terus-menerus dengan jalan endogenose Pada hewan dapat terbatas karena parasit ini menjadi resisten terhadap infeksi berikutnya Misal : pada anjing dan kucing Morfologi, daur hidup dan cara penularannya : S.stercorales ada bentuk parasitik dan bentuk bebas S. stercorales betina yang parasitik ukuran : p. 2X lebar (4 urn) Jantan hidup bebas : p. 0,7 mm X 1 (45um) Penyakit: Strongyloidiasis Daur hidup sangat bervariasi, pandai menyesuaikan cara perkembanganya dengan perubahan kebutuhan dan lingkungan sekitarnya Dalam kondisi yang menguntungkan Kelembapan, suhu, tersedianya makanan , cacing dapat hidup dalam tanah. Fase tidak langsung Kehidupan bebas dimulai dan stadium telur (st. morula) Cacing jantan yang hidup bebas hanya terdapat satu generasi saja Pada kondisi lembab, hangat, teduh melanjutkan daur hidupnya Cacing Jantan dan betina akan saling kawin menghasilkan telur St. filariform (infektifterhadap manusia dan hewan) Cacing jantan tidak terlihat dalam infeksi manusia, merekajarang ditemukan Stadium ini bersama makanan akan menginfeksi hewan Stadium ini menginfeksi manusia lewat kulit sampai paru-paru (kadang dapat ke jaringan lain) Dalam alveoli paru-paru (dapat pula di dalam bronchus atau duodenum) larva ini menjadi dewasa muda, dibatukkan, dan tertelan lagi Fase langsung: C.dewasa betina menembus lapisan usus kecil berproduksi secara partenogenesis dan bertelur ( 50 X 32 Urn) Telur menetas dalam dinding usus menjadi larva Larva bermigrasi dan jaringan, menuju lumen usus ,keluar bersama tinja, sampai ke tanah (st. rabditiform), 1. filariform Banyak variasi autoinfeksi dan hiperinfeksi Autoinfeksi terjadi pada manusia dan hewan: a.1. : monyet, kera, hewan piaraan, ruminansia, rodensia, kuda, anjing/kucing ayam. Beberapa spesies, dapat ditularkan lewat air susu induknya : S. fulleborn dan S. ratti Struktur Larva rhabditoid : stadium makan namun tidak bersifat infektif Struktur Larva filariform : stadium tidak makan namun bersifat infektif bagi inangnya Morfologi keduanya juga berbeda Gejala klinik : Akibat masuknya larva lewat kulit : gatal- gatal, pembengkakan Infeksi ke paru-paru : batuk – batuk, bronchopneumonia, pendarahan, gangguan paru dan lain Cacing dalam usus : gangguan ringan, diare, edema, fibrosis, luka-luka, sakit perut, anemi, berat badan menurun, sembelit, tinja berdarah 2.Larva Migrans 2.1. Visceral Larva Migrans Visceral larva migrans disebabkan oleh Toxocara canis atau Toxocara cati Larva yang bermigrasi di alat dalam manusia, namun tidak dapat menjadi dewasa dalam tubuh manusia. Larva tersebut menjadi dewasa dalam tubuh anjing dan kucing 2.2. Kutancus Larva Migrans Kutancus larva migrans disebabkan oleh Ancylostoma brasiliensis dan Ancylostoma caninum. Larva bermigrasi di bawah kulit manusia, namun tidak dapat menjadi dewasa dalam tubuh manusia, menjadi dewasa dalam tubuh anjing dan kucing Minggu ke :8 Pokok Bahasan : Nematoda Darah dan Jaringan Metoda Pembelajaran : Ceramah dan tugas Estimasi Waktu : 100 menit Evaluasi : UAS Pustaka Acuan : 1,4,5,6 1. Nematoda Darah Pendahuluan Terdapat lebih 200 spesies parasit filaria hanya sedikit yang menginfeksi manusia. Pada manusia ada 3 spesies • Wuchereria bancrofti • Brugia malayi • Onchocerca volvulus Ketiganya sering menimbulkan gej ala sisa yang bersifat patologis Mempunyai sikius hidup yang sangat kompleks Kemudian ditemukan beberapa spesies yang juga parasit pada manusia • Manzonella ozardi • Manzonella perstans (Dipetalonema perstans) • Manzonella streptocerca • Dirofilaria immitis • Dirofilaria spp. 1.1. Wuchereria bancrofti Morfologi: Cacing dewasa kecil seperti benang, kutikula halus, dalamjaringan dan saluran limfe Cacingjantan : p. : 40 urn, penampang 0,1 mm Cacing betina: p. 80 mm, Bagaimana cara mendapatkan cacing dewasanya? Daur hidup dan cara penularan: Wuchereri bancrofti dan Brugia malayi Inang perantara : Nyarnuk (Culex sp. dan Anopheles sp.) Dalam tubuh nyamuk Sarung microfilaria lepas dalam lambung, migrasi ke otot toraks Larva infektius (6-14) menuju ke proboscis Dalam tubuh manusia Kulit manusia (h.d.) larva migrasi ke limfatik perifer Ke saluran limfe distal dewasa jantan dan betina Microfilaria di darah perifer (8-12 bulan) setelah infeksi Gejala klinis : *tidak menunjukan gejala *elephantiasis dan hidrokel *Beberapa ada cacing dewasa, tanpa mikrofilaremia Karena begitu rendahnya, sehingga tidak dapat terdeteksi *Beberapa pasien dengan mikrofilaremia berat, tetapi asimptomatik Manifestasi : *Filaria dini : demam tinggi, demam filarial/elefantoid, limfangitis, limfadinitis *tidak menunjukkan mikrofilaremia *Limfangitis, kea rah distal dari kelenjar dimana ada cacing filarial *Limfangitis & limfadinitas lebih sering : di ekstremitas bawah, tungkai bawah, alat kelamin, buah dada * kelenjar limfa keras, nyeri dan cenderung tetap membesar *pembuluh limfe terjadi indurasi & peradangan *kulit yang tegang/keras, ke – merah-2 an, hangat, sekelilingnya membengkak *Terbentuk asbes, penyembuhan berlangsung *Pada kelenjar limfe/saluran limfe terjadi : *Reaksi peradangan terjadi pada saluran limfe yang ada cacingnya 2-3 bulan Epidemi dan pencegahan Infeksi W. bancrofti tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan, Pulau-2 Pasifik Vektor untuk: W. bancrofti periodik nokturnal : Anopheles sp. & Culex sp.(malam) W. bancrofti strain yang subperiodik : Aedes sp. (siang hari) Pencegahan: Perlindungan perorangan dengan pernakaian repelant serangga dan kelambu. Untuk kontrol nyamuk dengan baik harus dilakukan hal-hal sbb: * identifikasi nyamuk penularnya * kebiasaan menggigit darah * jarak terbang * tempat perindukan 1.2. Brugia malayi Pendahuluan: Pertama kali ditemukan oleh Lichtenstein penduduk ash di Idonesia dan sediaan darah Rad dan Maplestone menernukan cacing dewasa pada lengan bawah pasien di India 1940 Morfologi dan daur hidup: Cacing dewasa habitat dalam sistern himphe, melahirkan rnikrofilania dengan “sheth” Mikrofilari pada ujung terminal ada dua inti jelas terpisah dan inti lainnya Ukuran: 177—230 urn Klinik: Manifestasi kliik, berkembang berbulan-bulan! bertahun-tahun setelah infeksi Banyak pasien a sirnptornatik meskipun terdapat mikrofilarernia Limfangitis dan abses filania, frekuensinya lebih tinggi darppada W. bancrofti Elenfantiasis oleh cacing mi terutama rnenegnai: Ekstremitas bawah, genital, hidrokel dan keluniajarang Diagnosis: Metode pemeriksaan sama dengan W. bancrofti Terdapat strain periodik nokturnal dan subperiodik nokturnal Epidemi: Ada 2 strain B. malayi: Strain periodisitas nokturnal Strain sub periodik nokturnal Periodik nokturnal distribusi luas di Asia Sub periodik nokturnal distribusi di Malaysia, India, Fihipina Vektor nyamuk : Mansonia spp., Anopheles spp. dan Aedes spp. Hospes reservoar :manusia, babi, kucing, kera. 1.3. Loa-loa Pendahuluan Dikenal dengan cacing Afrika Pertama kali diternukan dalam mata wanita Negro di Hindia Barat (1770) Diskripsi cacing dewasa cacing yang dikeluarkan dan mata seorang wanita dan Old Calabar Afrika Barat oleh Argyl Robertson (1895) Morfologi dan daur hidup Cacing dewasa jantan dan betina hidup berrnigrasi dalam jaringan subcukan. Mikrofilaria berada dalam darah Karakter mikrofilania: ada sheet, inti sampai ke ujung ekor, ukuran 250 — 300 urn Mikrofilania sukar terdeteksi dalam darah Gejala klinik: Cacing dewasa bermigrasi di jaringan subkutan Migrasi mi tidak rnenirnbulkan apa-apa Ada gejala sewaktu batas antara hidumh meliwati konjungtiva rnata Penderita dengan Loa-loa aktif, tanpa rnikrofilarernia “Calabar swelling” bersifat sementara disebut juga angioderna = pernbengkakan subkutan setempat. Suatu tipe reaksi peradangan yang disebabkan oleh respon hospes terhadap cacing! produk metabolitnya Pembengkakan mi ditemukan di setiap bagian tubuh terutama ekstrernitas Pembengkakan mi berlangsung 1 —3 han, didahului rasa sakit, pruritus, urtikania Diagnosis: Didasarkan riwayat klinik (calabar swelling) • Migrasi cacing rnelalui rnata • Eosinophilia • Berternpat tinggal di daerah endemi • Sampel darah diambil pukul 10 pagi —2 siang • Mengeluankan cacing dewasa dani mata. Epidemi: Daerah enderni daerah hutan hujan di Afrika tengah, Barat dan Sudan Hospes reservaoar rnanusia Inang perantara: Chrysops sp. (lalat kijang) Tindakan pencegahan : Membersihkan & mengeringkan tempat perindukan larva dalam hutan dan kemoprofilaksis dengan DEC. 1.4. Manzonelle ozardi Ditemukan pertarna kali oleh Ozardi seorang India di Amerika Selatan (Manson, 1897). Morfologi dan daur hidup: Cacing dewasa jantan dan betina di dalarn jaringan subkutan Mikrofilaria di dalam darah Tidak mempunyai “sheeth” Inti tidak mencapai ujung ekor Ukuran panjang 173 —240 urn Inang perantara serangga Culicoides spp.(midge)., Simulium sp. Periodisitas : non periodik Klinik: Penderita asimptomatik, adenopati ekstremitas bawah, nyeri kulit,pergelangan kaki, pruritas, lesi makulo papula, eosinophilia, demarn Epidemi dan pencegahan: Mencegah gigitan vector 1.5. Manzonelaperstans Manson pertarna kali menemukan mikrofilaria dalam preparat apus darah dan pasien orang Afrika (1891) Daniel mendapatkan cacing dewasa yang diarnbil dan seorang India di Amerika Selatan (1898). Morfologi dan daur hidup: Cacing dewasa ditemukan di rongga badan (peritonium, pleura)Mikrofilania bersifat non periodik, tidak ada “sheet” , inti mencapai ujung ekor, panjang 190 — 200 urn. Mikrofilania terdapat dalarn darah Inang perantara adalah lalat kecil. Klinis: Asimptomatis Gambar 11,atas : Daur hidup Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Onchocerca volvulus, Loa-loa (Melhorn, 1998) Bawah : Penderita elephantiasis (Zaman, 1998) Biasanya eosinopbilia, pruritus, nyeri abdomen, urtikaria, pembengkakan mirip “calabar Diagnosis : Pemeriksaan darah sama dengan W. bacrofli dan B. malayi Dirofilaria sp. 3. Nematoda Jaringan Pendahuluan Cacing panjang dan halus ditemukan di berbagai daerah diseluruh dunia dan merupakan parasit anjing dan karnifora lainnya di Amerika Utara Ada beberapa spesies: • Dracunculus medinensis • Trichinella spiralis 2.1. Dracunculus medinensis Morfologi dan daur hidup Cacing betina ukuran panjang sam m, lebar dua mm.Cacing jantan panjang dua cm. Habitat cacing dewasa di jaringan subkutaneus. Cacing betina bila gravid berisi larva rhabditiform bermigrasi ke jaringan subkutan menuju kulit atau bagian lainnya, biasanya di pergelangan kaki, terbentuklah papula di dermis.Papula menjadi vesikel ulkerasi, sebagian uterus keluar dan tubuh cacing, keluarlah larva ke dalam air, masuk cyclops manusia terminum /termakan dewasa Gejala klinis. Bila cacing dapat dikeluarkan tidakterjadi penyakit. Kalau putus reaksi peradangan dan terjadi selulitis sepanjang migrasi cacing. Terjadi infeksi sekunder, artitres, sumertes, dan gejala laju tergantung tempat luka (les Gambar 12. Kaki terinfeksi Dracunculus medinensis 2.2. Trichinella spiralis Morfologi dan pertumbuhannya Cacing jantan p. 1,5 X 0,045 rnm ujung posterior ada pelebaran kutikula, terdapat spikula Cacing betina p. 3-4 X 0,6 mm ujung posterior tumpul Larva yang baru keluar dan induknya 90—100 um X 8 urn Larva yang terbungkus kista (900 x 1.330) um X (35 — 40) um Pertumbuhannya dalam inang Cacing betina melahirkan larva ke dalam rnukosa dan tempat lain Larva hanya dapat berkernbang di otot seram lintang dan otot jantung Kista sempurna dalam waktu 3 bulan Mulai terjadi pengapuran Gejala klinis dan Patologi: Kehebatannya tergantung tergantung: • jumlah cacing • umur penderita • jaringan yang diinvasi • daya tahan umurn penderita Patologi: Serabut otot bertambah besar Penyebaran geografis: Endemik di daerah pernukirnan yang makan daging babi, beruang ( terutama di Eropa Tengah dan Selatan,Afrika Utana dan Asia. Minggu Ke :9 Pokok Bahasan : Infeksi Parasit dan Hospes yang Kompromis Metoda Pembelajaran : Ceramah Estimasi Waktu : 100 menit Evaluasi : UAS Pustaka Acuan : 6,8. 1. Infeksi Parasit pada Manusia dengan Sistem Kekebalan Normal: lnfeksi parasit bukanlah infeksi yang membehayakan bagi penderita yang mempunyai sistem kekebalan normal. Bagi penderita yang mengalami gangguan kekebalan tubuh nya sangat mudah terinfeksi oleh organisme parasit yang non virulen dan patogenitasnya minimal. Infeksi berat pada hospes yang kekebalan tubuhnya terhambat, banyak organisme tertentu cenderung menimbulkan gejala sisa yang lebih besar. 2. Infeksi intraintestinal dan ekstraintestinal Entamubiasis Penyebabnya adalahi Entamoeba histolytica Amubiasis intestinal menunjukan bahwa organisme terbatas pada traktus gastrointestinal, tanpa infasi ke batas mukosa baik secara makroskopis atau mikroskopis. Amubiasis ekstraintestinal terjadi invasi organisme ke batas mukosa traktus astrointestinal dan melalui batas mukosa, masuk ke dalam peredaran darah,menuju aliran darah, terus ke bagian tubuh lainnya, terutama hati. 3. Infeksi Toxoplasma gondii Distribusi di seluruh dunia. Data serologis menunjukan bahwa infeksi kepada manusia sering terjadi walau infeksi ringan atau sama sekali asimptomatis. Prosentase serologi positif lebih tinggi di daerah tropik.Toxoplasmosis sangat bervariasi bisajuga berakibat fatal (self limiting), yang tampak infeksi kongenital. Penderita yang imunokompromis, infeksi mengenai susunan saraf, insefalodifus, meningoensefalitis. 4. Infeksi Pneumocystis carinii Sebagai penyebab pneumonia pada pasien yang mengalami penurunan! tertelannya kekebalan tubuh, terutama pada pasien AIDS Minggu Ke : 10 Pnknk Bahasan : Arthropoda Sebagai Patogen dan Penyebar Penyakit Parasitik Metoda Pembelajaran: Ceramah Estimasi Waktu : 100 menit Evaluas : UAS Pustaka Acuan : 5, 6. 1. Arthropoda dan Kiasifikasi Morfologi: Arthropoda merupakan phylum yang terbesar dan paling berhasil dalam dunia hewan. Arthropoda (Greek: arthros, artinya sendi atau hubungan; podos artinya kaki). Karakter Arthropoda • Tubuhnya bilateral simitris. • Anggota gerak berpasangan dan beruas atau tidak beruas. • Rangka luar keras (kaku) mengandung khitin • Otot terdiri dan otot-otot lurik. • Saluran pencemaan sempurna • Sistem peredaran (sirkulasi) terbuka (lakuner), • Eksresi biasanya dengan tubulus malphigi, ada beberapa pengecualian. •Sistem saraf dengan ganglia dorsal di atas mulut dan berhubungan dengan sepasang tali saraf verbal,. •Alat kelamin terpisah, bersifat ovipar atau ovovivipar dan beberapa partenogenesis. • Stadium dewasa dan stadium larva arthropoda dapat merugikan manusia sebagai patogen Klasifikasi (Faust,et.al.,1975) Arthropoda terbagi dalam lima kelas sebagai berikut: Kelas Onychophora tidakl belum pemah ada laporan dapat merugikan manusia Kelas Myriapoda ada dun ordo yang merugikan manusia yaitu Diplopoda (millipedes) dan Chilopoda (centipedes). Kelas Crustacea ada dua ordo : Ordo Copepoda dan Ordo Decapoda Kelas Arachnida ada empat ordo Ordo Acarina, ordo Araneida, ordo Scorpionida, ordo Pentastomida Kelas Insekta ada beberapa ordo sebagai eontoh yaitu Ordo Diptera Kiasifikasi diatas dapat berbeda tergantung ahlinya 2. Peran Arthropoda Arthropoda perlu dipelajari dalam hubungannya dengan kesehatan manusia dan hewan vertebrata. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal: • dapat menularkan penyakit • menyebabkan gangguan sebagai parasit • mengandung zat-zat toksin yang berbahaya • menyebabkan gangguan bagi mereka yang alergi • dapat juga penyebab anthropophobia. 2.1. Dapat menularkan penyakit Penularan dapat terjadi secara mekanik dan biologis Penularan secara mekanik yaitu dengan menggunakan bagian tubuh antara lain kaki, proboscis dan sebagainya. Penularan secara biologis Arthropoda berfiingsi sebagai vektor suatu penyakit ada beberapa cara: • trans ovarium • cyclico developmen • lyclico propagative • propagative 2. 2. Menyebabkan gangguan sebagai parasit • sebagai endoparasit • sebagai ektoparasit • sebagaoi parasit permanen • sebagai parasit periodic 2.3. Mengandung zat toksin yang beracun Racun masuk tubuh melalui beberapa cara: • gigitan (kelabang , laba-laba) • tusukan (nyamuk)sengatan (lebah, kalajengking) • melalui kontak langsung dengan bulu-bulu (ulat) atau • cairan yang dikeluarkan (gatal-gatal) 2.4.Penyebab entomophobia Misalnya melihat laba-laba yang besar, ulat yang berbulu tebal menyebabkan orang ketakutan dan sebagainya. 3. Kelas Myriapoda Sifat dan Karakter Bentuk silindris, tubuh terdiri dan kepala dan abdomen. Kepala dengan sepasang antena, sepasang mandibula, satu atau dua pasang maksilla. Abdomen terdiri dan 6-200 ruas, setiap ruas mempunyai sepasang kaki. Yang perlu diperhatikan dalam bidang kesehatan yaitu: Ordo Chilopoda (Centipedes) Tubuh terdiri atas 20 ruas. Setiap ruas mempunyai sepasang kaki, dikenal dengan binatang berkaki seratus. Hidup di bawah tumpukan kayu, tumpukan barang, dan hidup sebagai karnivora. Mempunyai kelenjar racun, yang bermuara dekat ujung cakar dan sepasang kaki pada segmen abdomen yang pertama. untuk melumpuhkan korban (Faust, et a!., 1975). Contoh: Gambar 13. Permukaan ventral kepala centipedes (Zaman, 1987) 1. Scolopendra morsitans Organisme ini dapat memasukan toksin yang lebih banyak. Luka hasil tusukan terasa sakit, berwarna merah meradang disertai pembesaran limfa nadi., pusing, sakit kepala, dan perut terasa mual. Minggu Ke : 11 Pokok Bahasan : Crustacea dan Arachnida yang Merugikan Manusia Metoda Pembelajaran : Ceramah dan tugas Evaluasi :UAS Estimasi Waktu : 100 menit Acuan : 5,6. 1. Crustacea yang Merugikan Manusia Crustacea pada umumnya hidup di air laut, di air tawar di darat. Tubuh tersusun atas kepala yang terdiri atas lima segmen, dua pasang antena, satu pasang mandibula lateral, dan dua pasang maxilla, thorax (dada) tersusun atas 2-60 segmen. Kadang kepala dan dada tertutup karapaks. Ruas abdomen jelas dan telson pada ujungnya. Beberapa spesies bersifat parasit dan lainnya sebagai inang intermedier. 1.1. Copepoda Anggota dan Copepoda berukuran mikroskopis, mempunyai kehidupan bebas, ada juga yang parasit. Jenis kelamin terpisah, individu jantan biasanya jauh lebih kecil daripada betina. Contoh: Cyclops viridis (water flea). Berperan sebagai inang perantara beberapa spesies cacing 1.2. Brachiura Kelompok Crustacea parasitik temporer pada ikan, mirip Copepoda. Kelompok mi disebut “kutu gurami” atau “kutu ikan”, parasit pada ikan laut danikan air tawar. Individu betina meletakan telurnya di atas bath potongan kayu, serta benda lain, larvanya mirip individu dewasa.Individu jantan dan betina dapat berenang bebas dan mereka meninggalkan mangsanya secara teratur pada musim perkawinan. 2. Arachnida yang merugikan manusia. Kelas ini mencakup caplak dan tungau yang sebagian besar parasitik pada atau di dalam tubuh vertebrata, invertebrata, dan dapat menyebabkan kerusakan serius. kelompok mi sangat penting karena banyak dan anggotanya pembawa penyakit manusia dan binatang piaraan, menyebabkan dermatitis dan reaksi alergis pada manusia, sebagai it internal di dalam paru-paru dan kantong udara ular, bunmg, dan mamalia. 2.1. Scorpionida Scorpion adalah binatang terestrial (darat), siang han bersembunyi di tempat gelap. Mereka didapatkan di bawah karang, lantai, pecahan-pecahan dinding, sepatu, pakaian, dan sebagainya. Melalui ujung penyengat pada ekornya mereka mengeluarkan racun untuk membunuh korbannya, termasuk laba-laba dan insekta. 2.2. Araneida (laba-laba, spider) Morfologi dan daur hidup: Spesies laba-laba menggunakan racun untuk melumpuhkan mangsanya. Tubuh : sefalotoraks dan abdomen. Pada sefalotoraks terdapat mulut dan empat pasang kaki. Bagian mulut: sepasang khelisera yang berbisa zat racun dikeluarkan dan kelenjarkelenjar dalam sefalotoraks Laba-laba membuat jaring-jaring di luar dan di dalam tempat tinggal manusia Metamorfosis tidak lengkap. Telur terbungkus di dalam suatu kokon Laba-laba muda mengalami 8-9 kali pergantian kulit. Contoh : Loxosceles recluses 2.3. Acarina yangmerugikan manusia 2.3. 1. Ixodidae Dikenal dengan nama ticks (caplak), mempunyai peran yang penting pada kehidupan manusia. Caplak (ticks = sengkenit) berperan sebagai inang perantara. Famili Ixodidae Contoh: Dermacentor andersoni ( hard ticks) Terdapat kosmopolitan, antara dua jenis kelamin ada perbendaan bentuk. Struktur dan fungsi Tubuh terdiri atas Cephalotoraks dan abdomen mempunyai empat pasang kaki, setiap kaki terdiri enam ruas. Kapitulum terdiri dan basis kapitulum (penting untuk identifikasi) dan mulut. Mulut terdiri dan hipostoma, khelisera, dan pedipalpi. Pada hipostoma terdapat dereran gigi-gigi seperti kikir Caplak jantan skutum menutupi seluruh permukaan dorsalnya, betin pada anteriomya saja. Mata jika ada terletak di sebelah anterior lateral dan skutum. 2.3.1.2. Familia Argasidae (soft ticks) Kelompok sengkenit lunak mi bersifat ektoparasit pada burung, jarang pada mamalia dan manusia, sebagai vektor penyakit pada burung di negara tropik dan subtropik, menghisap darah pada waktu malam han (noctural) dan jarang pergi jauh dan sarangnya. Gigitan nimfa dan dewasa menyebabkan pembengkakan berwarna merah dan keras. Tidak ada perbedaan antara jantan dan betina. Tidak ada lempeng dorsal, kapitulum tidak nampak dan bagian dorsal. Contoh : Ornithodorus moubata 2.3.2. Subordo Sarcoptiformes (Tungau mites) Istilah “mites” biasanya dipakai untuk anggota dan ordo Acarina selain ticks. Parasitik pada tanaman ataupun binatang. Pada manusia atau binatang umumnya bersifat ektoparasit. 2.3.2.1. Sarcoptidae Contoh :Sarcoptes scabei Tungau mi mempunyai distribusi yang luas di dunia. Menyebabkan dermatitis scabies. Struktur dan fungsi: Berukuran mikroskopis, Bagian dorsal konvex, bagian ventral datar, tidak bermata. Mempunyai empat pasang kaki. Kaki belakang berakhir menjadi bulu keras yang panjang, kecuali pasangan kaki keempat pada yang jantan mempunyai alat penghisap. Bagian mulut terdiri atas khelisera yang bergigi, pedipalpi berbentuk kerucut bersegmen tiga, dan palpus (bibir) yang menjadi satu dengan hipostome. Gambar 14. Penderita scabies Keterangan gambar : 506. Scabies ulkus dan infeksi bakteri sekunder pada selaput di antara jari 507. Scabies menunjukkan lesi papula pada permukaan dorsal lengan bawah 508. Scabies pembentuk pustulat dan infeksi sekunder bakteri yang hebat yang melibatkan seluruh tubuh 5009. Scabies, infeksi kronis dari skrotum dan formasi nodul pada kulit (506 dan 509 Sumbangandari Dr. V.S.Rajan) (Zaman, 1998) Minggu Ke : 12 Pokok Bahasan : Biologi Insekta (Serangga) Yang Merugikan Manusia Metoda Pembelajaran: Ceramah dan tugas Estimasi Waktu : 100 menit Evaluasi : UAS Pustaka Acuan : 1,3. Biologi Insekta (Serangga) Struktur dan Fungsi: Tubuh terdiri atas kepala, thoraks (thorax), dan abdomen. Tubuh tertutup khitin. Alat mulut untuk menggigit atau mengunyah pada lipas, untuk menusuk dan menghisap pada nyamuk, untuk menempel dan menghisap pada lalat. Alat mulut mi terdiri atas labrum, sepasang mandibula dan palpus maxilaris, labium, dan palpus labialis. Susunan alat pencemaan pada serangga mi terdiri atas farings, esophagus, proventrikulus, atau usus tengah (“mig gut”), intestinum , rektum, dan anus. Pada serangga penghisap darah, farings berotot berfungsi sebagai pompa penghisap. Terdapat sepasang kelenjar ludah 1. Ordo Siphonaptera (pinjal) Siphonoptera adalah ektoparsit penghisap darah untuk sementara waktu menginfestasi mamalia dan burung. Kira-kira 1 .900 spesies yang telah diketahui namanya. Pinjal mi tidak berinang spesifik. Kebanyakan dan mereka dapat meloncat dan inang yang satu ke inang lainnya. Struktur dan fungsi: Mereka pipih bilateral, tidak bersayap, berwarna cokiat. Ukuran 1,5-4,0 mm. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata, antenae, alat mulut, alat sisir (“comb”). Antena beruas-ruas. Pada beberapa spesies mempunyaai sisir yaitu “oral comb” dan “genal ctenidium “ Thorax terdiri atas pro, meso, dan metathorax. Kaki terdiri atas Coxa, trochanter, femur, tibia, dan tarsus.Pinjal jantan mempunyai alat kelamin berupa “cirrus” dan kiasper pada ruas abdomen yang kesembilan. Pinjal betina mempunyai vulva sebuah reseptakulum. Contoh: Pulex irritans, Tungau penetrans(pinjalpasir) dsb. Gambar 15. Tungau penetrans (pinjal pasir) Keterangan gambar : A.Hewan jantan (sementara mengisap darah) B. betina tanpa darah (unfed) C. Betina sedang mengisap darah (masuk kulit kaki) D.Telur dalam abdomenyang betina (Melhorn, 1998) 2. Ordo Anoplura (kutu, tuma, lice) Struktur dan fungsi: Tubuh dorso-ventral, tidak bersayap. Berwama abu-abu putih. Tubuh terdiri atas kepala, thorax, dan abdomen. Pada kepala terdapat sepasang antenae pendek terdiri atas lima segmen, alat penusuk yang dapat ditarik ke dalam mulutnya .Pada thorax mempunyai tiga pasang kaki. Setiap kaki tersusun atas jima ruas yang terakhir sebagai cakar untuk berpegangan dan berjalan pada rambut atau serabut. Pada ruas abdomen terakhir kutu jantan terdapat alat genital disebut aedagus. Telur mi bentuk oval denga sebuah operkulum. Contoh: Pediculus humanus Ada tiga spesies yang merugikan manusia, yaitu: . Pediculus humanus var Capitis (kutu kepala). . Pediculus humanus var Carporis (kutu badan). . Phthiris pubis (kutu rambut pada alat kelamin). 3. Ordo Diptera (Greek, dis dua dan pteron = sayap). Kelompok insekta mi mempunyai sepasang sayap fungsional, dan pasangan kedua yang telah rudimenter (halter). Struktur alat mulut bervariasi disesuaikan srnya. Metamorfosis sempuma. Larva tidak mempunyai kaki dan bentuknya seperti Anggota diptera banyak berperan sebagai vektor penyakit. Atas dasar ciri-ciri antena hewan dewasa. Diptera dibedakan menjadi tiga subordo, yaitu: Cycloropha, Brachycera, dan Nematocera. 3.1. Subordo Cycloropha Karakter spesifik yaitu antena sangat pendek, biasanya beruas tiga, dua ruas pertama pendek, ruas ketiga jauh lebih besar dan dilengkapi dengan arista. Arista berbulu seperti bulu burung (bristle) terdiri satu ruas. Kiasifikasi lebih lanjut sangat beragam menurut ahuinya. 3.1.1. Familia Muscidae Dikenal dengan lalat merupakan kelompok yang heterogen . Familia mi digolongkan menjadi dua, yaitu lalat penghisap darah dan yang tidak / bukan penghisap darah. 3.1.1.1. Lalat penghisap darah antara lain Glossina dan Stomoxys. Lalat Glossina (lalat tse—tse) Struktur dan fungsi serta daur hidup Lalat ini sebesar lalat rumah, berwarna cokiat. Proboscis langsing menonjol ke depan, palpi memanjang,berduri dan rambut-rambut dorsal bercabang pada sisi dorsal dan arista antena. Mulut diadaptasikan untuk menusuk dan menghisap. Lalat betina adalab ovovivipar,. Umur keseluruhan lalat tse-tse kira-kira 240 han. Penyebaran lalat mi pada daerah khatulistiwa Afrika, dan lintang utara 1 8° sampai lintang selatan 31°. Contoh: Glossina palpalis, Glossina morsitans 1.1.2. Lalat yang bukan penghisap darah (Filth Fly) Alat mulut lalat ini disesuaikan untuk menyerap cairan (sponging mouth part). Lalat ini kebanyakan juga hemofagus (memakan darah), yaitu menyerap darah dan lukaLuka yang terbuka. Contoh: Musca domestica Struktur dan fungsi serta daur hidup : Lalat ini bersifat kosmopolitan dan omnivor (pemakan segala macam), berwarna abu-abu hitam. Lalat jantan berukuran 5,8-7,5 mm. Pada bagian punggung thorax terdapat empat garis longitudinal berwarna hitam dan sama lebarnya. Telur lonjong berukuran +1 mm.. Larva menjadi pupa keluarlah lalat dewasa. Jarak terbang kira-kira 10 km, dengan kecepatan 6 kmljam. Lalat ini dapat menularkan penyakit secara mekanik. Bagian tubuh yang berperan: • Kaki, bulu-bulu dan bagian-bagian mulut sebelah luar. • Dalam traktus digestivus yang kemudian dikeluarkan lewat muntahannya atau tinjanya. Beberapa organisme patogenik dapat ditularkan secara mekanik oleh lalat rumah antara lain : a. Bakteri : Salmonella typhi, S. paratyphi, S. enteridis b. Virus : virus polio C. Telur cacing : Ascaris lumbricoides d. Kista : Entamoeba histolytica 3. 2. Subordo Brachycera Kelompok subordo mi mempunyai antena lebih pendek daripada thorax. Palpi beruas sath atau dua. 3.2.1. Familia Tabanidae (Horse Fly, Deer Fly, Manggo Flay) Lalat dewasa cukup besar, panjangnya 1-2,5 cm. Hanya lalat betina yang menghisap darah. Lalat jenis ini aktif terutama pada siang hari sampai senja Contoh: Tabanus sp., dan Chrysops dimidiata. Tabanus (horse fly) dikenal sebagai penular penyakit-penyakit: • Surra yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi • Anthrax yang disebabkan oleh Bacillus anthracis • Tularemia yang disebabkan oleh Tularensis posteurella Larva Chrysops dimiata dan C. selacea (manggo fly), di Afrika lalat ini sebagai inang perantara cacing filaria (loa-loa) . Di Amerika Serikat dan Rusia, C. discalis (deer fly) pembawa penyakit tularemia. 3.3. Subordo Nematocera Kelompok subordo mi antena beruas banyak, setiap ruas sama, kadang sangat parliang, lebih panjang dan gabungan kepala dan dada. Arista tidak ada. Palpi beruas empat atau lima. 3.3.1. Familia Psychodidae Contoh: Phiebotomus sp. Struktur dan fungsi, daur hidup Bentuk sangat kecil kira-kira 2-3 mm. Berwarna kuning atau abu-abu dengan sepasang mata berwarna hitam. Kepala, dada, dan abdomen tertutup dengan bulubulu panjang dan lebat. Sayap dihiasi dengan sisik-sisik dan pada keadaan istirahat tegak berdiri seperti huruf V. punggung membengkok. Antena terdiri atas 16 segmen dan berbulu-bulu Telur Phiebotamus diletakan dalam kelompok-kelompok berisi kira-kira 50 telur Kirakira seminggu, telur menetas menjadi larva dan tumbuh menjadi pupa. Dalam kondisi normal daur hidup disempurnakan dalam waktu kira-kira dua bulan. Lalat mi hanya aktif pada malam han dan bersembunyi pada siang han di tempat lembab (basah). Hanya lalat betina yang menghisap darah. Peranan dalam ilmu kedokteran • Gigitan lalat Phiebotamus • Sebagai vektor penyakit: a. Leismaniasis oleh beberapa spesies Phiebotamus b. Bartonellosis oleh B. verrecarum C. Yang disebabkan oleh virus penyakit adalah Phlebotamusjëver atau Papp atassi fever, Gambar 16. Lalat Glossina sp. Keterangan gambar 83. Glosina sp. dewasa dalam posisi istirahat 84. Spesimen yang tersusun, mnunjukan letak bagian mulut sebelum makan. 85. Sayap Glossina sp. ditandai dengan adanya suatu area yang tertutup antara vena ke 4 danke5. 86. Bagian mulut Glossina sp. 87. Cengkeraman Glossina sp. kulit dan hospes binatang dengan eakarnta. 88. Puparium dan Glossina sp., bentuk tong bervariasi antara 5 — 8 mm (warna cokiat) (Zaman, 1998) 3.3.2. Familia Heleidae Contoh: Culicoides Morfologi Lalat inii sangat kecil, berukuran panjang 2-5 2 5 mm, maka disebut bubuk (“punkies”) atau nyamuk penggigit (“no-see (“no Ums”), berwarna coklat at atau hitam. Sayap ditutupi oleh rambut-rambut rambut lurus, mempunyai mem bercak-bercak bercak hitam dan putih Dada (thorax) sedikit rnembengkok. Hanya betina yang menghisap enghisap darah . Bersifat aktif pada malam hari,, mulai senja sampai pagi hari. ha . Pada siang han istirahat, tetapi dalam keadaan gelap dapat at pula mengigit pada siang hari. ha Telur Culicoides kecil berbentuk oval. Larva panjang terdiri atas 12 ruas . Pupa ini terapung-apung apung di dalam air . Daur hidup mernerlukan waktu 6-12 6 bulan. Peranan dalam segi kesehatan manusia 1. Gigitannya dapat menyebabkan gatal-gatal setempat dan pada orang yang sensitif dapat disertai panas. 2. Dapat bertindak sebagai vektor penyakit yang disebabkan oleh eacing filaria pada manusia. • Dipelonema pertans, terdapat di Afrika dan Amerika Selatan oleh Culicoides • D. streptocera, terdapat di Afrika • Manzanelia ozzardi, terdapat di India Barat oleh Culicoidesfurens. 3.3.3. Famili Culicidae Famili ini meliputi apa yang disebut nyamuk. Berukuran 4-15 mm. Metamorfose sempurna (telur menjadi larva menjadi pupa dan dewasa). Nyamuk betina menghisap darah Famili ini dikelompokan menjadi dua subfamili * Subfamili Anophelini yang mempunyai satu genus Anopheles * Subfamili Culicini (Aedes, Culex, dan Mansonia). Morfologi secara umum Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian: Kepala, dada (thorax) tempat meletakan sayap kaki, dan abdomen. Alat mulut berupa proboscis pada nyamuk betina berfungsi untuk menusuk dan menghisap darah , sath pasang palpus maxillaris pada Anophelini sama panjang dengan proboscis pada nyamuk jantan ujungnya membesar. Pada Culicini palpus maxillaris tidak sama panjang dengan proboscis. Nyamuk jantan palpus lebih panjang daripada proboscis, pada nyamuk betina lebih pendek. Antena satu pasang di sebelah kiri kanan palpus maxilliaris, pada nyamuk jantan (tipe plumose), nyamuk betina (tipe pilose). Perilaku Nyamuk tertarik oleh : cahaya terang, pakaian wama gelap, adanya manusia dan hewan Daya penarik jarak jauh : Perangsangan bau dan zat-zat yang dikeluarkan hewan dan manusia, terutama C02, asam amino,lokalisasi yang dekat dengan keadaan hangat dan lembab. Sifat anthropofihik dan zoofihik. Darah dipakai untuk membentuk hormon gonadotropin yang diperlukan untuk ovulasi. Hormon berasal dai corpora allata yaitu “pituatary” pada otak insekta dapat dirangsang nieti seratonin dan adrenalin dan darah korbannya. kegiatan menggigit berbeda menurut Umur, waktu (siang, malam), lingkungan, irama serangan sehari-hari dapat berubah menurut musim dan suhu. Kebiasaan masuk rumah untuk: Menggigit dan istirahat Menggigit saja, istirahat di luar rumah Peranan: Aedes sp. vektor • demam kuning • demam dengue • filariasis malayi dan bancrofti • encephalitis virus Anopheles sp. • Wuchereria bancrofli • w. malayi • malaria Culex sp. : misalnya Culex fatigans menggigit pada malam han. • filaniasis (.B. malayi dan W bancrofli) • encephalitis virus Mansonia sp. :Filaria malayi Gambar 17. Nyamuk Anopheles sp., Aedes sp, Culex sp. (Melhorn, 1998). A. Stadium telur, B. Stadium larva, C. Stadium pupa, D. Stadium dewasa Gambar 18. Telur yang baru menetas dan larva yang baru muncul (Zaman, 1998) Keterangan : 128 & 129. Telur Anopheles sp. Dengan larva yang baru muncul 130. Larva Anopheles sp. yang baru muncul 131. ookinet dari midgut nyamuk yang terinfeksi malaria. 3.4. Ordo Hemiptera Perlu dipelajari dalam dunia kesehatan manusia karena menghisap darah dan dapat menularkan penyakit. Mempunyai proboscis. Jika tidak digunakan proboscis ini dibengokkan ke belakang di bawah kepala. Tipe alat mulut penusuk dan penghisap. Metamorphose tidak sempurna. famili yang perlu diperhatikan. 3.4.1 Famili Cimicidae Sayap belakang tidak ada, sedangkan sayap depan telah mereduksi. Contoh: Cimex lectularis (bed bugs kutu busuk). Morfologi dan daur hidup: Berbentuk oval, panjang antara 2-6 mm (± 4 mm), pipih dorsoventral, Kepala berbentuk sebagai piramida, sepasang mata, sepasang antena Pada setiap segmen thorax mempunyai sepasang kaki berakhir sebagai cakar bersayap. Abdomen lebar dan berbentuk oval. Pada Cimex betina ujung posteriuor abdomen lebih meruncing daripada individu jantan, terdiri atas delapan ruas. Telur berwarna putih, berbentuk oval, panjangnya ± 1 mm dilengkapi dengan operkulum yang miring pada ujung anterior. Aktif pada malam hari dengan menghisap darah manusia dan binatang. Pada siang hari bersembunyi di antara kayu, kursi, tempat tidur, dan sebagainya. Serangga ini tahan berpuasa sampai lebih dan setahun. Mudah sekali berpindahpindah dari satu rumah ke rumah yang lainnya melalui pakaian manusia, atau barangbarang lainnya. Mengeluarkan bau busuk dan kelenjar-kelenjar, maka disebut kutu busuk. 3.4.2. Reduviidae Banyak terdapat di Amerika Utara dan Selatan, ada 3 spesies di Asia dan Afrika Morfologi dan perilaku: Badan panjang pipih, dorso ventral, Thorax warna cokiat hitam, ganis merah dan kuning .Kepala seperti kerucut, mempunyai sepasang mata menonjol dan sepasang antene. Proboscis melengkung ke arah ventral di bawah kepala Thorax sepasang sayap yang hemiletra (sepasang sayap belakang membraneus). Aktif pada malam hari dan mengisap darah , siang hari bersembunyi di sela-sela dinding atau tanah Peranan dalam kesehatan manusia : 1. Gigitan (tusukan) dapat menghasilkan racun (beberapa spesies) Contoh : Reduviidae personatus 2. Sebagai vector Trypanosomacruzi penyakit : Chagar s diseases disebabkan oleh Minggu Ke : 13 Pokok Bahasan : Cara Koleksi Organisme Parasit sebagai Vektor dan Inang Metoda Pembelajaran : Ceramah dan tugas Estimasi waktu : 100 menit Evaluasi : UAS Pustaka : 1,3,5. 1. Pemeriksaan Parasit Usus 1.1. Metoda pemeriksaan parasit usus Pemeriksaan Parsit (protozoa dan cacing) dilakukan dengan cara: Langsung dan tidak langsung Pemeriksaan secara langsung dengan garam fisiologi , lugol dan eosin Pemeriksaan secara tidak langsung dengan: a. Teknik pengapungan ( Flotasi) b. Teknik sedimetasi Cara Pengapungan dapat dilakukan dengan beberapa cara: a. Metode Zink Sulfat b. Metoda NaC1 jenuh C. Metode gulajenuh Sedimentasi dengan Formal — Eter 1.2. Untuk mengetahui tingkat infeksi suatu parasit dapat dilakukan dengan: * Metoda Kato * Katz Metoda Stoll Untuk diagnose parasit usus khususnya cacing dengan mengidentifikasi morfologi telur yang sukar teridentifikasi karena kesamaan dalam bentuk telur. Untuk mengatasi mi dapat dengan pengamatan larva. Untuk keperluan mi hams dilakukan pembiakan! kulturi telur cacing. 1. 3 . Pembiakan ( kultur) larva dapat dilakukan babarapa cara: 2.5.Harada Mori 2.6.Metoda Baerman Untuk pemeriksaan cacingan Esterobiasis dengan cara metoda “anal swab” dengan menggunakan “cellotape”. 1. Sediaan untuk pemeriksaan parasit darah. 2.1 Persiapan alat dan bahan 2.2 Pembuatan Sediaan Darah a. Kaca sediaan disiapkan b. Bagian tubuh yang akan ditusuk disterilkan c. Tetes darah pertama dihapus d. Jarum sekali pakai/ jarum setiap kali disterilkan e. Pembuatan sediaan darah tipis f. Pembuatan sediaan darah tebal Ada beberapa pulasan untuk sediaan darah tebal dan darah tipis yaitu : a. Pulasan Giemsa b. Pulasan Field Untuk pemeriksaan parasit protozoa pengambilang darah dilakukan siang hari/ atau dapat setiap waktu. 2.3 Pemeriksaan microfilaria a. Cara pembuatan sediaan darah tebal unuk epemeriksaan microfilaria. b. Sediaan darah tebal lebih baik dari pada sediaan darah dengan pulasan Giemsa. Untuk pemeriksaan parasit cacing pengambilang darah dilakukan pada malam hari. Deteksi microfilaria dilakukan dengan cara konsentrasi Knott. 2. Pemeriksaan vector parasit (nyamuk) dan inang perantara 3.1. Pembedahan nyamuk untuk infeksi malaria dan filaria Pembedahan lambung tengah (“mid gut”) untuk ookista Plasmodium spp. Pembedahan “glandula salivarius” untuk pemeriksaan sporozoit Plasmodium spp. Pembedahan thorax nyamuk untuk pemeriksaan stadium larva satu dan stadium larva dua Filaria spp. Pembedahan proboscis nyamuk untuk pemeriksaan stadium larva tiga Filaria spp. 3.2 Pemeriksaan keong sebagai inang perantara cacing pada usus Untuk melihat stadium sporokista, redia dan serkaria. DAFTAR PUSTAKA Buku Wajib : 1. Mehloorn, H. 1998. Parasitologi in Focus, Facs and Trends. Springer. Verlag Beri Heiderberg, New York. 2. Meyer, M.C. and O.W. Olsen. 1975. Essentials of Parasitology, 2nd. Ed. W.M.C. Brown Co. Publised. Iowa. 3. Price, P.W. 1997. Insect Ecology. Third ed. John Willey and Sons, Inc. New York. 4. Kierzenbaum, F. 1994. Parasitic Infections and the Imune System. Academic Preess. Inc. San Diego New York Beston London Sydney Tokyo Toronto. 5. Schmidt, G.D. and L.S. Roberts, 2000. Foundations of Parasitology. Sixth ed. International Ed. 6. Warrant, K.S. 1993. Immunology and Molecules Biology of Parasitic Inefections. Buku Tambahan : 7. Brotowidjojo, M.D. 1987. Parasit dan Parasitisme Ed. I. PT. Media Sarana Press. PT. Media Metan Putra, Jakarta. 8. Garcia, L.S. and Bruckner, D.A.Diagnostik Parasitologi Kedoketeran 9. Zaman, V. 1987. Atlas Parasitologi Kedokteran 10. Chatterjee, K.D. 1977. Parasitologi. Protozoology And H elminthology.