analisis penerapan model pembelajaran problem based learning

advertisement
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KELAS X
IIS.1 SMAN 1 MENDOYO
Ni Pt. Eka Puspita Dewi, Prof. Dr. I Md Sutama, M.Pd., Dra. Sang Ayu Pt Sriasih, M.Pd.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) penerapan metode pembelajaran
problem based learning dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi kelas X
IIS.1 SMAN 1 Mendoyo dan (2) respons siswa X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo terhadap
penerapan metode pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran menulis
teks laporan hasil observasi. Subjek penelitian ini adalah satu orang guru kelas 1 SMAN I
Mendoyo dan siswa X IIS. 1 berjumlah 36 orang. Objek penelitian adalah penerapan dan
respons terhadap metode problem based learning dalam pembelajaran menulis teks
laporan hasil observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan teknik analisis data
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) penerapan metode problem based
learning pada siswa kelas X. IIS 1 SMAN 1 Mendoyo tergolong baik dan berhasil dilihat
dari pemenuhan kriteria keterlaksanaan langkah pembelajaran dan skor yang dihasilkan
siswa. Kunci keberhasilan keterlaksanaan metode problem based learning adalah guru
mampu merangsang keingintahuan siswa dengan permasalahan di sekitar siswa, mampu
dalam mengarahkan siswa untuk bertanya, memberikan semacam penugasan dengan
penggunaan waktu yang efisien, pembentukan kelompok heterogen. (2) Respon siswa
terhadap penerapan metode problem based learning dikatakan positif. Hal ini disebabkan
oleh adanya situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar optimal,
pembelajaran dibangun dengan suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus,
pembelajaran dialog interaktif, metode pembelajaran tidak monoton serta pemilihan
materi yang otentik. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti lain disarankan untuk
meneliti lebih mendalam lagi tentang metode problem based learning dan guru
disarankan mampu menerapkannya sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran.
Kata kunci: problem based learning, menulis, teks, laporan hasil observasi
ABSTRACT
This study was aimed at describing (1) the implementation of problem based
learning instructional model in observation report text writing instruction in class X IIS.1 of
SMAN 1 Mendoyo and (2) the response of the students in class X IIS.1 of SMAN 1
Mendoyo toward the implementation of problem based learning instructional model in
observation report text writing instruction. The subjects of the study were a teacher of
SMAN 1 Mendoyo teaching in class X and 36 students of SMAN 1 Mendoyo who were
enrolled in class X IIS.1. Meanwhile, the objects of the study were the implementation of
problem based learning instructional model in observation report text writing instruction
and the students’ response toward it. The methods of data collection applied in this study
were observation, documentation and interview. All the gathered data were then analyzed
1
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
using descriptive-qualitative analysis. The result of the study revealed that (1) the
implementation of problem based learning instructional model in observation report text
writing instruction in class X IIS.1 of SMAN 1 Mendoyo could be categorized “good”.
Moreover, regarding the fulfillment of the success criteria for the application of the
instruction steps and the students’ scores, the implementation of problem based learning
instructional model in observation report text writing instruction in class X IIS.1 of SMAN 1
Mendoyo was successful. The key of the success of the implementation of problem
based learning instructional model was the fact that the teacher could stimulate the
students’ curiosity toward surrounding problems, guide the students to question, give
assignments to the students within efficient time and form heterogeneous students
groups. (2) The response of the students in class X IIS.1 of SMAN 1 Mendoyo toward the
implementation of problem based learning instructional model in observation report text
writing instruction was positive. It was due to the fact that there was a situation that
enabled the optimum learning process to happen, a situation that enabled dialogue
among the students to happen, an interactive situation and ongoing question-and-answer
process during the instructional process. It was also due to the instruction was not
monotonous and the materials used were authentic. Concerning the result of the present
study, it is suggested to other researchers to conduct deeper studies on problem based
learning instructional model. It is also suggested to teachers to implement this model in
their instruction as one alternative.
Keywords: problem based learning, writing, text, observation report
PENDAHULUAN
Pendidikan berakar pada budaya
bangsa
untuk
membangun
kehidupan bangsa masa kini dan
masa mendatang. Pandangan ini
menjadikan
Kurikulum
2013
dikembangkan berdasarkan budaya
bangsa Indonesia yang beragam,
diarahkan
untuk
membangun
kehidupan masa kini, dan untuk
membangun dasar bagi kehidupan
bangsa yang lebih baik di masa
depan. Mempersiapkan peserta didik
untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum. Hal
ini mengandung makna bahwa
kurikulum
adalah
rancangan
pendidikan untuk mempersiapkan
kehidupan generasi muda bangsa.
Salah satu perubahan mendasar
dalam Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran. Model pembelajaran
dalam
Kurikulum
2013
menggunakan pendekatan saintifik
dengan lima langkah pembelajaran,
yakni
mengamati,
menanya,
mencoba,
menalar,
dan
mengomunikasikan/membuat
jejaring.
Adapun
model-model
pembelajaran yang dirumuskan
dalam kurikulum baru meliputi
discovery/inquiry learning, project
based learning, dan problem based
learning.
Pembelajaran berbasis masalah
(Problem
based
learning)
merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran
yang
menyajikan
masalah
kontekstual
sehingga
merangsang peserta didik untuk
belajar.
Dalam
kelas
yang
menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world).
Pembelajaran berbasis masalah
merupakan
suatu
model
pembelajaran
yang
menantang
peserta
didik
untuk
“belajar
bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi
dari permasalahan dunia nyata.
Masalah
yang
diberikan
ini
digunakan untuk mengikat peserta
didik pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran
yang
dimaksud.
Masalah diberikan kepada peserta
didik,
sebelum
peserta
didik
mempelajari konsep atau materi
yang berkenaan dengan masalah
yang harus dipecahkan.
2
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Model pembelajaran dengan
problem
based
learning,
menawarkan
kebebasan
siswa
dalam proses pembelajaran. Panen
(2001: 85) mengatakan bahwa
dalam
pembelajaran
dengan
problem based learning, siswa
diharapkan terlibat dalam proses
penelitian yang mengharuskannya
mengidentifikasi
permasalahan,
mengumpulkan
data,
dan
menggunakan data tersebut untuk
pemecahan masalah. Sama halnya
dengan mencari sumber untuk
menulis teks hasil laporan observasi,
dan menggunakan sumber tersebut
menjadi
suatu
permasalahan,
sehingga bisa jadi suatu teks hasil
laporan observasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Terkait perbedaan antara satu
jenis teks tertentu dan jenis teks lain,
perbedaan dapat terjadi misalnya,
pada struktur teks itu sendiri.
Sebagai contoh, teks deskripsi
dengan teks prosedural berbeda
strukturnya meskipun kedua teks
tersebut termasuk ke dalam kategori
jenis teks faktual. Apabila teks
deskripsi
memiliki
ciri
tidak
terstruktur
dan
tidak
bersifat
generalisasi, teks prosedural justru
bersifat terstruktur dan dapat
digeneralisasi.
Dalam kurikukum 2013, terdapat
banyak jenis teks. Secara garis
besar dapat dipilah atas teks sastra
dan teks nonsastra. Teks sastra
dikelompokkan ke dalam teks naratif
dan
nonnaratif.
Adapun
teks
nonsastra dikelompokkan ke dalam
teks jenis faktual yang di dalamnya
terdapat subkelompok teks laporan
dan prosedural serta teks tanggapan
yang dikelompokkan ke dalam
subkelompok teks traksaksional dan
ekspositori. Salah satu teks yang
menjadi perhatian dalam kurikulum
2013 adalah teks laporan.
Teks laporan adalah teks yang
berisi
penjabaran
umum
/
melaporkan sesuatu berupa hasil
dari pengamatan (observasi). Teks
laporan (report) ini juga disebut teks
klasifikasi karena memuat klasifikasi
mengenai
jenis-jenis
teks
berdasarkan kriteria tertentu. Jenis
teks ini mendeskripsikan atau
menggambarkan bentuk, ciri, atau
sifat umum (general) seperti benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia,
atau peristiwa yang terjadi di alam
semesta kita. Teks ini menjadi
perhatian
dalam
pembelajaran
dalam kurikulum 2013 karena
kemiripannya dengan teks deskriptif,
yang berfungsi menggambarkan
sebuah objek sehingga mampu
dibayangkan oleh pembaca. Meski
memiliki struktur yang berbeda,
pemilihan topik untuk dikembangkan
menjadi teks menjadi sangat urgen.
Jika topik terlalu khusus, teks akan
tergolong teks deskriftif, bukan teks
laporan. Atas alasan itulah, teks
laporan hasil observasi memiliki
tingkat urgensi yang lebih tinggi
dibandingkan beberapa jenis teks
lainnya.
Sebagai salah satu sekolah
proyek, SMAN 1 Mendoyo telah
terlebih
dahulu
menggunakan
Kurikulum
2013
dalam
pembelajaran. Sekolah ini telah
menggunakan Kurikulum 2013 pada
tahun 2013 lalu. Dengan demikian,
tahun ini SMAN 1 Mendoyo
melaksanakan Kurikulum 2013 untuk
tahun kedua. Mengingat kurikulum
ini pernah digunakan sebelumnya,
penyempurnaan seharusnya telah
dilakukan guna meningkatkan hasil
pembelajaran siswa, terutama dalam
menulis teks laporan hasil observasi.
Peneliti memperoleh gambaran
dari hasil wawancara dari beberapa
siswa kelas X IIS.1. Dalam hasil
wawancara
tersebut
ditemukan
kesulitan-kesulitan
dalam
keterampilan menulis teks hasil
laporan observasi, yakni siswa
kurang kreatif dalam menuangkan
ide atau gagasannya serta mencari
sumber data atau informasi, dalam
penulisannya masih kurang baik dan
siswa mendapatkan informasi yang
3
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Ajaran 2012/2013”. Dari penelitian
Anik diperoleh kesimpulan model
problem based learning dapat
meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman
siswa
dalam
memahami materi. Hal tersebut
dapat dilihat dari rata-rata nilai posttest yang lebih tinggi dari pre-test.
Pada hasil post-test nilai rata-rata
yang
diperoleh
adalah
78,8
sedangkan pada hasil pre-test nilai
rata-rata yang diperoleh adalah 65,5.
Melalui metode problem based
learning siswa dapat mengkonstruk
dalam produk nyata, siswa lebih
kreatif dan lebih tertarik untuk
mengikuti
pelajaran
yang
disampaikan. Pembelajaran yang
mengkonstruk dengan produk nyata
dapat merangsang siswa menjadi
aktif untuk menulis sebuah karangan
yang berupa cerpen. Hal ini yang
menjadikan siswa lebih mudah
dalam menulis cerpen.
Selanjutnya penelitian tentang
model problem based learning
dalam penerapan menulis dilakukan
oleh Neng Defi Setyorini berjudul
“Keefektifan Metode Problem Based
Learning
dalam
Pembelajaran
Menulis Persuasif pada Siswa Kelas
X MA Al-Wakhidiyah Karangawen
Demak Tahun Ajaran 2012/2013”.
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan oleh Neng, dapat ditarik
kesimpulan
penggunaan
model
pembelajaran
problem
based
learning efektif dalam pembelajaran
menulis
persuasif.
Model
pembelajaran
sangat
berperan
penting terhadap proses kegiatan
belajar-mengajar peserta didik. Oleh
sebab itu, guru harus memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang akan diajarkan oleh
guru. Sehingga peserta didik lebih
mudah menerima.
Kedua
penelitian
tersebut
memiliki
kesamaan
sebagai
penelitian kuantitatif dengan fokus
penelitian
adalah
keefektifan
problem based learning terhadap
pembelajaran menulis. Hanya saja
sedikit karena kurang membaca
serta penggunaan bahasa dalam
teks hasil laporan observasi masih
sederhana.
Permasalahan tersebut menjadi
sebuah tantangan bagi pengajar
atau guru bahasa Indonesia untuk
memberikan pengajaran yang lebih
baik khusunya dalam pembelajaran
menulis teks hasil laporan observasi
yang mampu merangsang motivasi
siswa dan dapat mengatasi kesulitan
siswa dalam menulis teks hasil
laporan observasi. Dalam menulis
teks
hasil
laporan
observasi,
tentunya
harus
dibutuhkan
kesabaran, keuletan, dan kejelian.
Dalam hal ini, guru harus mencari
alternatif
pembelajaran
dalam
memilih dan menentukan metode
atau model yang sesuai sebagai
salah satu cara untuk mengajar
sekaligus sebagai cara untuk
menarik perhatian siswa dalam
pembelajaran menulis teks hasil
laporan observasi.
Pada pembelajaran menulis teks
laporan hasil observasi di kelas X
saat ini, pendidik SMAN 1 Mendoyo
menggunakan model problem based
learning, sebagai penyempurnaan
pembelajaran menulis teks laporan
hasil observasi sebelumnya. Dengan
demikian, peneliti ingin mengetahui
penerapan model pembelajaran
problem based learning dalam
pembelajaran menulis teks laporan
hasil observasi kelas X IIS. 1 SMAN
1 Mendoyo dan respons siswa X
IIS.1 SMAN 1 Mendoyo terhadap
penerapan metode pembelajaran
problem based learning dalam
pembelajaran menulis teks laporan
hasil observasi.
Sebelumnya penelitian model
problem based learning sudah
pernah dilakukan oleh beberapa
orang, di antaranya Anik Kurniawati
dengan skripsi berjudul “Efektivitas
Metode Problem Based Learning
dalam
Pembelajaran
Menulis
Cerpen pada Siswa Kelas X SMA
NEGERI 1 BATANGAN Tahun
4
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
pada kedua penelitian tersebut
terdapat beberapa kelemahan yakni
tidak terdapat penjelasan secara
mendalam keefektifan PBL dalam
pembelajaran menulis dan hanya
berdasarkan angka dari penelitian
kuantitatif. Di samping itu, kurangnya
penjelasan tentang keefektifan PBL
secara deskriptif kualitatif.
Penelitian yang dilaksanakan
peneliti berbeda dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh penelitipeneliti sejenis di atas. Dari segi
permasalahan yang dimunculkan
juga
sudah
terlihat
berbeda.
Penelitian yang peneliti lakukan
difokuskan
pada
pembelajaran
menulis teks hasil laporan observasi
dengan model problem based
learning. Selain itu, jenis penelitian
yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Jadi, peneliti hanya melihat
penerapan model problem based
learning pada pembelajaran menulis
teks laporan hasil observasi baik dari
segi penerapan dan kendala yang
dihadapi. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik untuk mengangkat
penelitian dengan judul “Analisis
Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning dalam
Pembelajaran Menulis Teks Laporan
Hasil Observasi Kelas X IIS.1 SMAN
1 Mendoyo”.
Berdasarkan
hal
tersebut,
penelitian ini membahas tentang (1)
learning
dalam
pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi
kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo, (2)
untuk mengetahui respons siswa X
IIS.1 SMAN 1 Mendoyo terhadap
penerapan
model
pembelajaran
problem based learning dalam
pembelajaran menulis teks laporan
hasil observasi. Penelitian ini dapat
memberikan dua manfaat, yaitu
manfaat teoretis dan manfaat
praktis. Secara teoretis, penelitian ini
bermanfaat untuk menjadikan bahan
informasi bagi peneliti selanjutnya
mengenai
penerapan
model
pembelajaran
problem
based
learning yang secara khusus
dipergunakan dalam pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi.
Secara
praktis
penelitian
ini
memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan dan bagi peneliti. Bagi
dunia pendidikan, hasil penelitian ini
dapat menjadi pertimbangan untuk
memilih model pembelajaran yang
sesuai agar mampu menarik minat
siswa dan dapat menjadi masukan
dalam
menyusun
perencanaan
pembelajaran yang lebih bervariasi.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini
bermanfaat,
untuk
menambah
pengalaman
dan
pengetahuan
mengenai
pembelajaran
keterampilan menulis, serta model
pembelajaran bahasa Indonesia
yang menarik minat siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar.
bagaimanakah penerapan model
pembelajaran
problem
based
learning
dalam
pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi
kelas X IIS.1 SMAN 1 Mendoyo, (2)
bagaimanakah respons siswa X IIS.1
SMAN 1 Mendoyo terhadap
penerapan
model
pembelajaran
problem based learning dalam
pembelajaran menulis teks laporan
hasil observasi. Sejalan dengan
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan deskriptif, yaitu yang
mengungkapkan gambaran masalah
yang terjadi pada saat penelitian ini
berlangsung. Hal ini dimaksudkan
untuk
menganalisis
penerapan
model pembelajaran problem based
leraning
dalam
pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi
di SMAN 1 Mendoyo. Penggunaan
rancangan
penelitian
deskriptif
kualitatif adalah memberikan suatu
masalah itu, penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui
(1)
untuk
mengetahui
pembelajaran
penerapan
problem
model
based
5
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
gambaran secara sistematis, akurat,
dan lebih menekankan pada data
faktual. Jadi, peneliti memutuskan
untuk menggunakan rancangan
deskriptif
kualitatif
untuk
menganalisa tentang kualitas yang
akan dihasilkan dalam penelitian ini.
Subyek penelitian dalam tulisan
ini, adalah guru Bahasa Indonesia
kelas X dan siswa kelas X IIS.1
SMAN 1 Mendoyo dan objek
penelitian yang penulis teliti adalah
analisis
penerapan
model
pembelajaran
problem
based
leraning
dalam
pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi
siswa kelas X IIS.1
SMAN 1
Mendoyo.
Metode pengumpulan data yang
peneliti gunakan adalah metode
observasi,
dokumentasi,
dan
wawancara. Jenis metode observasi
yang peneliti gunakan adalah
observasi tanpa partisipasi atau
nonpartisipan. Metode observasi
tanpa partisipasi atau nonpartisipasi
artinya peneliti memang hadir dalam
kegiatan, tetapi peneliti tidak aktif
dalam kegiatan yang dilakukan oleh
subjek
penelitian.
Singkatnya,
peneliti hanya mengamati dan
menganalisis
penerapan model
pembelajaran
problem
based
leraning
dalam
pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi
di SMAN 1 Mendoyo pada kelas X
IIS. 1.
Dalam penelitian ini, metode
dokumentasi
digunakan
untuk
mendapatkan data dari RPP. Dari
RPP
tersebut,
peneliti
dapat
mengetahui
perencanaan
guru
dalam mengajar. Perlu peneliti
pertegas
bahwa
metode
dokumentasi ini tidak peneliti
gunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang telah dirumuskan.
Akan tetapi metode dokumentasi ini
peneliti
gunakan
untuk
mengumpulkan data berupa RPP
yang digunakan oleh guru di dalam
melakukan pembelajaran menulis
teks laporan hasil observasi.
Adapun jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara tidak berstruktur,
karena dengan jenis wawancara ini
peneliti bebas menanyakan apa saja
namun tetap berpedoman pada data
yang
akan
dikumpulkan.
Penggunaan jenis wawancara ini,
dimaksudkan untuk memperoleh
data yang lebih akurat dan
mendalam dari subjek penelitian
sehingga subjek tidak terikat dengan
jawaban “Ya” atau “Tidak”. Kebaikan
wawancara tidak berstruktur adalah
responden
tidak
menyadari
sepenuhnya bahwa ia sedang
diwawancarai
(Riduwan,
2007:
30).Wawancara ini akan peneliti
lakukan terhadap guru Bahasa
Indonesia kelas X IIS. 1, guru
tersebut yang akan diwawancarai
oleh
peneliti
terkait
rumusan
masalah yang telah diuraikan.
Sesuai dengan metode yang
digunakan, dalam penelitian ini akan
digunakan
instrumen
lembar
observasi
dan
alat
perekam
(handycam atau HP) untuk metode
observasi. Guna mendapatkan data
yang relevan, peneliti mengamati
teknik guru dalam pembelajaran
menulis dari awal sampai dengan
akhir
pembelajaran
dan
merekamnya.
Perekaman dilakukan dengan
merekam kegiatan pembelajaran
dengan memanfaatkan alat perekam
(handycam dan HP). Untuk metode
dokumentasi,
peneliti
mengumpulkan
RPP
yang
digunakan oleh guru pada saat
mengajarkan pembelajaran menulis
guna mengetahui perencanaan yang
telah disusun guru.
Pada penelitian ini, selain
metode observasi dan dokumentasi
dipergunakan
pula
metode
wawancara.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam tahap pemerosesan
ini, yakni, reduksi data (data
reduction), penyajian data (data
6
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
display), dan kesimpulan (conclusion
drawing/verification).
Dalam penelitian ini, aspekaspek yang direduksi adalah hasil
observasi
maupun
wawancara
menyangkut
penerapan
model
pembelajaran
problem
bades
learning dan pembelajaran menulis
teks hasil observasi pada kelas X
IIS.1 SMAN 1 Mendoyo. Pemenuhan
aspek-apek dimaksud memudahkan
peneliti dalam melakukan penyajian
data dan berujung pada penarikan
kesimpulan dari hasil penelitin ini.
Sebagaimana dengan proses
reduksi data, penyajian data dalam
penelitian ini tidaklah terpisah dari
analisis data. Hal yang penulis
lakukan dalam proses penyajian
data pada penelitian ini adalah
peneliti menggambar secara umum
hasil penelitian dimulai dari lokasi
penelitian yaitu SMAN 1 Mendoyo
baik dari aspek siswa, guru maupun
berbagai fasilitas berupa sarana dan
prasarana guna menunjang proses
pembelajaran di kelas terutama
dalam penerapan analisis model
PBL.
Kesimpulan-kesimpulan
yang
ada, kemudian diverifikasi selama
penelitian ini berlangsung. Verifikasi
ini berupa pemikiran kembali yang
melintas dalam pikiran peneliti
selama
masa
penulisan
(penyusunan dan pengolahan data),
tinjauan ulang pada catatan-catatan
selama
masa
penelitian
(di
lapangan), tinjauan kembali dengan
seksama berupa tukar pikiran
dengan para ahli (pembimbing)
untuk mengembangkan kesepakatan
intersubjektif, serta membandingkan
dengan temuan-temuan data lain
yang berkaitan dengan penerapan
model PBL dalam pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X
IIS 1 SMAN 1 Mendoyo. Siswa kelas
X. IIS 1 sebanyak 36 orang dengan
siswa laki-laki 12 orang dan siswa
perempuan 24 orang. Seluruh siswa
terlibat dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil observasi
di atas, langkah utama pembelajaran
sesuai dengan model pembelajaran
problem based learning yang
dilakukan guru secara berurutan
dimulai dari menyampaikan salam
dan mengecek kehadiran siswa,
memberikan
apersepsi
terkait
dengan pengalaman nyata yang
dialami
guru,
menyampaikan
indikator dan tujuan pembelajaran,
menyampaikan rencana kegiatan
pembelajaran, memberikan konsep
dasar yang diperlukan dalam
pembelajaran, memancing siswa
untuk menggunakan buku pelajaran
atau sumber lain, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai konsep dasar,
petunjuk, referensi, atau link dan skill
yang belum dipahami, membagi
siswa ke dalam beberapa kelompok,
menyampaikan
skenario
atau
permasalahan, membimbing siswa
dalam mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang
relevan
dengan
permasalahan,
membimbing
siswa
dalam
menuliskan laporan sesuai dengan
permasalahan dan data pendukung
yang ada, membimbing siswa untuk
berdiskusi dalam
kelompoknya,
melakukan
penilaian
terhadap
aktivitas pembelajaran berbicara
dalam diskusi siswa, memberikan
umpan balik terhadap kegiatan
pembelajaran, menyimpulkan hasil
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan serta mengevaluasi
pembelajaran,
memberikan
penghargaan terhadap usaha yang
dilakukan siswa dalam belajar
berbicara, mengakhiri pembelajaran
dengan mengucapkan salam
Berdasarkan
langkah-langkah
pembelajaran yang diterapkan oleh
guru dapat dikomentari sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti
telah
mengamati
pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan
rencana
yang
sudah
disiapkan oleh guru sebelumnya.
7
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
berikut.Yang pertama, pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
problem based learning yang telah
diterapkan guru telah memenuhi
standard pelaksanaan. Sintak untuk
penerapan model problem based
learning telah terpenuhi, seperti
langkah-langkah
penerapannya.
Dalam problem basedl, standard
pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan sintak sebagaimana tabel di
atas. Standardnya, model problem
based learning terdiri atas empat
fase, yang dimulai dari fase orientasi
dan
organisasi,
investigasi,
pengembangan dan presentasi,
sampai
dengan
analisis
dan
evaluasi.
Keseluruhan
sintak
standard ini memiliki langkahlangkahnya tersendiri. Jika dikaitkan
dengan penerapan problem based
learning
oleh
guru
dalam
pembelajaran menulis teks laporan
hasil observasi terhadap siswa kelas
X. IIS 1 SMAN 1 Mendoyo, seluruh
sintak pembelajaran telah terpenuhi.
Pemenuhan sintak standard tersebut
tercermin dalam seluruh langkah
pembelajaran yang dilakukan guru
selama pembelajaran berlangsung.
Dalam 17 langkah pembelajaran
tersebut, guru telah memeuhi fasefase pembelajaran dengan metode
Problem Based Learning, yakni
dengan
memulai
pembelajaran
dengan
fase
orientasi
dan
organisasi,
dilanjutkan
dengan
investigasi, disusul dengan fase
pengembangan dan presentasi, dan
diakhiri dengan fase analisis dan
evaluasi. Bertolak dari fase-fase
standard tersebut, bisa disimpulkan
bahwa
guru
telah
mampu
menerapkan model problem based
learning sesuai dengan sintaknya
serta mampu menerapkan langkahlangkah pembelajarannya secara
tepat dan efisien.
Penerapan
model
problem
based learning pada siswa kelas X.
IIS 1 SMAN 1 Mendoyo tergolong
baik dan berhasil jika dilihat dari
pemenuhan kriteria keterlaksanaan
langkah pembelajaran dan juga skor
yang dihasilkan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Pada
pembelajaran di kelas X. IIS 1
SMAN 1 Mendoyo, ada beberapa
hal yang menjadi kunci keberhasilan
keterlaksanaan
model
problem
based learning dalam rangka
menulis teks laporan hasil observasi
sehingga metode problem based
learning bisa diterapkan dengan
baik. Hal-hal yang dimaksud akan
dirinci sebagai berikut.
Yang pertama, guru mampu
merangsang rasa ingin tahu siswa
dengan permasalahan yang dekat
dan ada di sekitar siswa. Dalam
model problem based learning,
rangsangan
awal
terhadap
fenomena yang akan dibahas
sangatlah penting. Tanpa adanya
rangsangan yang menarik, model
problem based learning akan
menjadi model pembelajaran yang
membosankan bagi siswa, bahkan
cenderung menimbulkan ketakutan
akan materi yang dipelajari. Menurut
Gino, dkk. (2000: 36-39) faktor yang
memengaruhi
keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran
salah satunya adalah pemberian
ransangan dan motivasi belajar.
Menggunakan
fenomena
yang
sering dilihat atau umum diketahui
akan memudahkan siswa untuk
menuliskannya
dalam
bentuk
laporan hasil observasi. Mulyasa
(2013: 1) mengatakan teks adalah
ungkapan pikiran manusia yang di
dalamnya ada situasi dan konteks
yang dapat ditemukan oleh siswa di
sekitar mereka terlebih ketika guru
mampu mengarahkan dengan tepat.
Dalam
penerapannya,
ketika
memberikan apersepsi, misalnya,
guru mampu memancing siswa
dengan menggunakan alam sekitar
siswa sebagai ilustrasinya.
Faktor keberhasilan yang kedua
adalah kemampuan guru dalam
mengarahkan perserta didik untuk
bertanya. Sebagian besar siswa
yang sebelumnya terdiam karena
8
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
tidak mengetahui materi, berani
bertanya
bahkan
memberikan
pernyataan mengenai permasalahan
yang diberikan. Selain itu, guru juga
mampu mengarahkan siswa untuk
membuktikan
asumsi
dan
mendengarkan
pendapat
yang
berbeda dari mereka. Jika ada
perbedaan
pendapat,
guru
melemparkan kembali kesempatan
kepada siswa.
Kunci keberhasilan penerapan
model problem based learning
selanjutnya oleh guru adalah
keputusan
untuk
memberikan
semacam penugasan kepada siswa
dengan penggunaan alokasi waktu
selama dua kali pertemuan. Dengan
demikian,
siswa
mendapatkan
kesempatan untuk belajar seluasluasnya dengan pemahaman materi
yang
lebih
dalam
dengan
memberikan
kesempatan
bagi
peserta didik untuk belajar di luar
kelas.
Peserta
didik
dapat
memperoleh pengalaman langsung
tentang apa yang sedang dipelajari.
Dengan demikian, model problem
based learning terpenuhi bukan
hanya hasilnya laporannya, namun
juga tujuannya, yakni membuat
siswa belajar.
Kunci keberhasilan penerapan
model problem based learning oleh
guru
yang
terakhir
dalam
pembelajaran menulis teks laporan
hasil observasi adalah pembentukan
kelompok yang heterogen. Dalam
penerapan model problem based
learning, kelompok yang heterogen
memegang peranan yang signifikan.
Dengan kelompok belajar yang
heterogen, peserta didik melakukan
berbagai kegiatan brainstorming dan
semua
anggota
kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara
bebas,
sehingga
dimungkinkan
muncul berbagai macam alternatif
pendapat. Proses inilah inti dari
pendefinisian masalah atau defining
the problem dalam model problem
based learning. Guru membuat
keputusan yang baik dengan
membentukkan kelompok-kelompok
kerja. Kelompok terdiri atas beragam
gender dengan kemampuan yang
bervariasi. Dengan demikian, setiap
kelompok memiliki situasi belajar
yang sama dengan kemampuan
beradaptasi yang baik dalam setiap
situasi sosial.
Model problem based learning
memang
memiliki
kelebihan
tersendiri bila dibandingkan dengan
model
pembelajaran
selama
dilaksanakan.
Kelebihan
yang
pertama adalah ketertarikan dan
motivasi siswa yang lebih tinggi
ketika dihadapkan dengan suatu
permasalahan
yang
dianggap
menantang. Siswa menjadi lebih giat
berusaha
dalam
mencari
penyelesaian terbaik. Kelebihan
kedua adalah model problem based
learning memaksa setiap siswa
untuk
bisa
menjelaskan
pendapatnya dalam menyelesaikan
masalah di depan kelas. Kelebihan
yang ketiga adalah siswa bisa
mengeksplorasi pengetahuan yang
telah
didapatnya
dalam
menyelesaikan
masalah
yang
didapat. Kelebihan yang keempat
adalah siswa menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran.
Namun, dalam pelaksanaan dan
penerapannya secara langsung
kepada siswa kelas X. IIS 1 SMAN 1
Mendoyo, ternyata problem based
learning masih memiliki kekurangan,
terlebih dalam penerapannya pada
materi penulisan teks laporan hasil
observasi. Kekurangan-kekurangan
tersebut antara lain pembelajaran
dengan model problem based
learning membutuhkan waktu yang
cukup lama. Waktu yang tersedia
dalam satu kali tatap muka adalah 2
x 45 menit dan 180 menit per
minggu dalam dua kali pertemuan.
Dengan waktu yang demikian
singkat, proses pemecahan masalah
yang dilakukan siswa menjadi
kurang efektif dengan hasil yang
kurang maksimal. Belum lagi siswa
9
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
harus mempelajari materi lainnya
yang juga membutuhkan waktu yang
tidak sedikit dalam satu semester.
Dengan
demikian,
efisiensi
pemanfaatan dan pengaturan waktu
dalam penerapan problem based
learning sangatlah rentan dan perlu
diperhatikan.
Selain kekurangan waktu untuk
pembahasan
materi
secara
maksimal,
kekurangan
lainnya
adalah kurangnya buku penunjang
yang dapat dijadikan pemahaman
dalam kegiatan belajar. Dalam
mempelajari materi laporan hasil
observasi dengan model problem
based learning, bahkan dengan
model lainpun, buku penunjang
masih sangat terbatas. Hal ini
menyebabkan munculnya kendala
dalam mengumpulkan informasi
sebanyak
mungkin
untuk
memecahkan masalah. Hal ini
jugalah yang sedikit tidaknya
memengaruhi kualitas pemecahan
masalah yang dilakukan siswa.
Kekurangan lain yang dihadapi
dalam penerapan model problem
based learning di kelas X IIS.1
SMAN 1 Mendoyo adalah kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi
yang diperlukan untuk memecahkan
masalah. Beberapa siswa masih
menunjukkan
kekurangpahaman
terhadap materi yang dibahas dan
masalah yang harus dipecahkan
sehingga sebagian besar
lebih
banyak bergantung kepada rekan
kelompoknya.
Sebagian
besar
lainnya lebih memilih melakukan hal
lain yang bisa mereka lakukan
dibandingkan
berusaha
menyelesaikan masalah yang tidak
mereka pahami pangkal ujungnya.
Berdasarkan kuesioner respons
siswa, dapat diperhatikan bahwa
dari pertanyaan butir satu hingga
sepuluh, siswa yang memberikan
respon setuju (sangat setuju (ss)
dan setuju (s)) lebih besar daripada
siswa yang memberikan respon
tidak (kurang setuju (ks), tidak setuju
(ts), dan sangat tidak setuju (sts)).
Didasarkan pada kuesioner yang
disebarkan kepada siswa kelas X.IIS
1 SMAN 1 Mendoyo, dapat
disimpulkan bahwa respon siswa
terhadap
penerapan
model
pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) adalah
positif dan mendukung pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi
Sikap positif yang diutarakan siswa
melalui
kuesioner
tersebut
didasarkan oleh beberapa faktor.
Pertama, adanya situasi yang
memungkinkan terjadinya kegiatan
belajar yang optimal, situasi yang
memberi kesempatan pada siswa
untuk dapat berinteraksi dengan
guru dan atau bahan pengajaran di
tempat tertentu yang telah diatur
dalam rangka tercapainya tujuan.
Kedua, pembelajaran dibangun
dengan suasana dialogis dan proses
tanya jawab terus menerus yang
diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berpikir
siswa,
yang
pada
gilirannya
kemampuan berpikir itu dapat
membantu siswa untuk memperoleh
pengetahuan
yang
mereka
konstruksi sendiri. Suasana dialogis
itu juga mampu memunculkan
berbagai alternative pemecahan
masalah yang dihadapi untuk
kemudian dibahas bersama guna
mendapatkan suatu kesimpulan
utuh.
Ketiga, proses pembelajaran
yang dilakukan dan diterapkan
adalah proses pembelajaran dialog
interaktif. Pembelajaran yang telah
dilakukan guru dan siswa dipenuhi
interaksi antara guru dan siswa yang
bertujuan mendapatkan respon yang
tepat yang melibatkan media dan
metode untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Dengan
demikian,
pembelajaran
yang
terjalin
memungkinkan untuk menumbulkan
rasa nyaman dan aman bagi siswa
untuk mempelajari materi secara
lebih baik dan fokus.
Selanjutnya,
respons
positif
siswa juga timbul karena metode
10
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
pembelajaran yang tidak monoton.
Guru
melibatkan
penyodoran
berbagai situasi dimana anak bisa
bereksprimen, yang dalam artinya,
yang paling luas-menguji cobakan
berbagai hal untuk melihat apa yang
terjadi,
memanipulasi
benda,
memanipulasi
simbol-simbol,
melontarkan
pertanyaan
dan
mencari
jawabannya
sendiri,
merekonsiliasikan
apa
yang
ditemukannya pada suatu waktu
dengan apa yang ditemukannya
pada
waktu
yang
lain,
membandingkan temuannya dengan
temuaan anak-anak lain. Siswa
memiliki rasa kepercayaan diri dan
rasa bertanggung jawab atas segala
hal
yang
dikerjakan
dalam
pemecahan masalah yang dihadapi.
Kepercayaan diri tumbuh dalam
proses diskusi, baik antaranggota
kelompok maupun antarkelompok.
Di samping itu, rasa tanggung jawab
bisa dipupuk dari proses mencari
jawaban atas permasalahan dan
tanggung jawab dalam segala yang
telah dilontarkan dalam proses
pembelajaran.
Respons positif siswa tidak
terlepas dari pemilihan materi yang
otentik. Pembelajaran berdasarkan
permasalahan yang otentik mampu
membantu dan mengarahkan siswa
mengerjakan dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian
dan kepercayaan diri. Pengalaman
belajar secara langsung di lapangan
tempat fenomena terjadi akan
membantu siswa untuk mempelajari
segala materi secara nyata, bukan
sekadar mengkhayalkan sesuatu
yang tidak ada di depan mata. Meski
menghabiskan waktu yang relatif
lama, pangalaman yang dihasilkan
dipastikan dapat membantu tahapan
belajar siswa selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai Analisis Penerapan Model
Pembelajaran
Problem
Based
Learning
Dalam
Pembelajaran
Menulis
Teks
Laporan
Hasil
Observasi Kelas X IIS.1 SMAN 1
Mendoyo dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut. Pertama, guru telah
melaksanakan
17
langkah
pembelajaran yang terbagi ke dalam
4 fase sesuai dengan sintak model
problem based learning. Penerapan
metode problem based learning
pada siswa kelas X. IIS 1 SMAN 1
Mendoyo tergolong baik dan berhasil
jika dilihat dari pemenuhan kriteria
keterlaksanaan
langkah
pembelajaran dan juga skor yang
dihasilkan
siswa
selama
pembelajaran
berlangsung.
Beberapa hal yang menjadi kunci
keberhasilan keterlaksanaan model
problem based learning adalah guru
mampu merangsang rasa ingin tahu
siswa dengan permasalahan yang
dekat dan ada di sekitar siswa,
kemampuan
guru
dalam
mengarahkan perserta didik untuk
bertanya,
keputusan
untuk
memberikan semacam penugasan
kepada siswa dengan penggunaan
alokasi waktu selama dua kali
pertemuan, pembentukan kelompok
yang heterogen.
Kedua, respon siswa terhadap
penerapan model problem based
learning dikatakan positif. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan
atau faktor. Pertama, adanya situasi
yang
memungkinkan
terjadinya
kegiatan belajar yang optimal, situasi
yang memberi kesempatan pada
siswa untuk dapat berinteraksi
dengan guru dan atau bahan
pengajaran di tempat tertentu yang
telah
diatur
dalam
rangka
tercapainya
tujuan.
Kedua,
pembelajaran dibangun dengan
suasana dialogis dan proses tanya
jawab terus menerus Ketiga, proses
pembelajaran yang dilakukan dan
diterapkan
adalah
proses
Pembelajaran
dialog
interaktif.
SIMPULAN DAN SARAN
11
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Gino, Suwarni dkk. 2000. Belajar
dan Pembelajaran I. Surakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Republik
IndonesiaUniversitas
Sebelas
Maret.
Respons positif siswa juga timbul
karena model pembelajaran yang
tidak monoton. Respons positif
siswa tidak terlepas dari pemilihan
materi yang otentik.
Berdasarkan kesimpulan yang
dikemukakan
di
atas,
dapat
disarankan beberapa hal, yakni
pertama, model problem based
learning dapat mengembangkan
aktivitas
berkarakter
dan
meningkatkan pemahaman konsep
siswa, maka sebaiknya guru dapat
menerapkannya sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran. Guru
juga harus mengetahui pengetahuan
siswa tentang materi pembelajaran
yang akan digunakan sebagai bekal
siswa dalam memecahkan masalah
sebelum proses pembelajaran agar
masalah yang akan dipecahkan
tidak terlalu membebani siswa atau
terlalu sukar untuk dipecahkan.
Ketiga, bagi guru yang akan
menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah (problem based
learning)
ini
sebaiknya
memperhatikan dan mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran
dengan sebaik-baiknya. Guru juga
hendaknya
benar-benar
mempersiapkan waktu dengan baik,
menguasai materi, bisa mengelola
kelas dengan baik, dan mampu
bertindak
cepat
untuk
bisa
menyiasati kondisi di luar kegiatan
yang sudah direncanakan.
Terakhir, kepada peneliti lain,
paparan yang terdapat dalam
penelitian ini dapat dijadikan bahan
dalam meneliti masalah lain yang
sejenis dengan penelitian ini lebih
lanjut. Peneliti meyakini bahwa
dalam penelitian ini masih ada hal
yang belum dibahas dan belum
diselesaikan. Oleh sebab itu, peneliti
lain bisa menemukan tindakan lebih
lanjut
untuk
mengatasi
permasalahan tersebut.
Kurniawati Anik. 2013. Efektivitas
Model Problem Based Learning
Dalam Pembelajaran Menulis
Cerpen Pada Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Batangan Tahun
Ajaran 2012/2013. Semarang:
IKIP PGRI Semarang.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung:
PT
Remaja
Rosdikarya.
Pannen,
Paulina,
dkk.
2001.
Cakrawala Pendidikan. Jakarta.
Universitas Terbuka.
Riduwan. 2007 . Metode dan Teknik
Menyusun Tesis. Cetakan ke- 4.
Bandung: Alfabeta.
Setyorini,
Neng
Dafi.
2013.
Keefektifan Metode Problem
Based
Learning
dalam
Pembelajaran Menulis Persuasif
pada Siswa Kelas X MA AlWakhidiyah
Karangawen
Demak
Tahun
Ajaran
2012/2013. Semarang: IKIP
PGRI Semarang.
12
Download