HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF CARE MANAGEMENT PENDERITA HIPERTENSI DI POSBINDU DESA KALIERANG KECAMATAN SELOMERTO KABUPATEN WONOSOBO ARTIKEL OLEH : DARMIATI NIM: 010215A012 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERISTAS NGUDI WALUYO 2017 LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel dengan judul “Hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo” yang disusun oleh : Nama : Darmiati NIM : 010215A012 Program Studi : Keperawatan Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama skripsi Program Studi Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo. Ungaran, Februari 2017 Pembimbing Utama Ns. Abdul Wakhid, M.Kep., Sp. Kep. Jiwa NIDN. 0602027901 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF CARE MANAGEMENT PENDERITA HIPERTENSI DI POSBINDU DESA KALIERANG KECAMATAN SELOMERTO KABUPATEN WONOSOBO Darmiati*) Ns. Abdul Wakhid, M.Kep., Sp. Kep. Jiwa**), Ns. Faridah Aini, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB **) *) Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Latar Belakang: Hipertensi dapat mengakibatkan menurunnya fungsi fisik pada individu, sehingga aktivitas menjadi terbatas dan kesulitan dalam melakukan perawatan diri atau self care management yang dapat memperburuk status kesehatannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi self care management adalah keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi di Posbindu. Metode: Menggunakan analitik korelasional desain cross-sectional. Populasi adalah semua penderita hipertensi anggota Posbindu di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel yaitu 89 responden. Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah uji Chi Square. Hasil: Penderita hipertensi sebagian besar mendapatkan dukungan dari keluarga yaitu sebanyak 46 responden (51,7%). Self care management penderita hipertensi sebagian besar kurang yaitu sebanyak 41 responden (46,1%), sedangkan hasil analisis bivariate menunjukkan hasil ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo (p value = 0,000); α= 0,05. Simpulan: Dukungan sosial keluarga berhubungan dengan self care management penderita hipertensi Saran: Masyarakat khususnya keluarga penderita hipertensi berperan aktif dalam upaya pencegahan meningkatnya tekanan darah pada anggota keluarga yang mengalami hipertensi dengan cara membuatkan masakan sesuai kebutuhan diet penderita hipertensi dan memberikan pujian pada penderita hipertensi. Kata Kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Self Care Management, Penderita Hipertensi ABSTRACT Background: Hypertension can result in reduced physical function in individuals, so that the activity limited and difficult in performing self-care or self-care management, which can worsen their health status. One of the factors affecting self-care management is family. The purpose of this study was to determine the corelattion between social support of families and self care management of patients with hypertension in Posbindu. Methods: It Used analytic correlational of cross-sectional design. The population was all hypertensive Posbindu members in Selomerto district Wonosobo regency with the total sampling to 89 respondents. Measurement tool in this study was a questionnaire. Analysis of the data used Chi Square test. Results: Patients with hypertension mostly got support from family as many as 46 respondents (51.7%). Self care management of patients with hypertension was mostly leck as many as 41 respondents (46.1%), while the results of the bivariate analysis showed correlation between results family social support with self care management of patients with hypertension in the Posbindu (p value = 0.000) ; α = 0.05). Conclusion: Family support is related to self-care management of patients with hypertension Suggestion: Community, especially families having hypertensive patients has an active role as an effect to prevent the increase of blood pressure in hypertensive family members how by making foog appropriate with dietary needs of people with hypertension and give praise to patients with hypertension Keywords : Family Social Support, Self Care Management, Hypertension Patients PENDAHULUAN Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap yang penyebabnya mungkin tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit yang lain (hipertensi sekunder). Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut melewatinya (Dorland, 2009), dan menurut Faizal (2011) hipertensi bisa diderita oleh siapapun dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Dampak dari penyakit hipertensi yang tidak terkontrol menurut Rahajeng (2009), akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung, dan menurut Liang et al (2013), timbulnya simptom-simptom hipertensi dapat mengakibatkan menurunnya fungsi fisik pada individu, sehingga aktivitas menjadi terbatas dan kesulitan dalam melakukan perawatan diri atau self care management pada dirinya sendiri yang dapat memperburuk status kesehatannya. Healthy People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai pengontrolan tekanan darah secara optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi self care management adalah keluarga (Flynn et al., 2013). Menurut McCulloch (2010), self care management pada penderita hipertensi terdiri dari monitoring tekanan darah, mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan dan mengurangi konsumsi alkohol. Self care management yang harus dilakukan oleh klien hipertensi sesuai dengan kategori yang telah ditentukan oleh Orem yaitu keharusan self care akibat perubahan kesehatan. Akhter dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa self care management klien hipertensi dapat dilakukan dengan menerapkan 5 komponen self care management pada klien diabetes yang disesuaikan dengan perawatan diri pada klien hipertensi. Kelima komponen tersebut yaitu integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya, pemantauan tekanan darah, dan kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan. Hal tersebut dikarenakan hipertensi dan diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengontrolan pada darah (Akhter, 2010). Dukungan keluarga menjadi hal yang sangat penting dalam self care management pada penderita hipertensi. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Orem yang menyebutkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor dasar yang mempengaruhi self care agency seseorang untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan self care management (Nwinee, 2011; Schnall, 2005). Hayes (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa manajemen hipertensi yang efektif salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok, mempertahankan diet yang sehat, dan melakukan aktifitas fisik yang sehat, sedangkan menurut Canadian Hypertension Education Program, pelaksanaan pencegahan dan pengobatan pada hipertensi adalah dengan aktif melakukan kegiatan fisik (olahraga), menurunkan atau mengendalikan berat badan, konsumsi alkohol, diet, mengurangi stres, dan berhenti merokok. Dukungan sosial keluarga berupa dukungan informasi, instrumental, emosional dan penghargaan. Penelitian yang dilakukan Flynn et al., (2013) menjelaskan bahwa dukungan keluarga akan membantu meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi dan memberikan motivasi untuk mencapai tujuan dari self care management hipertensi, dukungan keluarga akan meminimalisir kejadian hipertensi (Nwinee, 2011; Schnall, 2005). Dukungan keluarga yang kuat akan berdampak positif terhadap perilaku self care management penderita hipertensi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Oktober 2016 menunjukkan bahwa anggota Posbindu di Desa Kalierang sebanyak 138 orang, dengan 89 orang merupakan penderita hipertensi dengan usia 45-59 tahun. Hasil wawancara pada 5 penderita hipertensi, 3 penderita hipertensi menyatakan selama ini perawatan diri dilakukan dengan bantuan anggota keluarga, diantaranya adalah keluarga memasakkan makanan rendah garam dan selalu mengingatkan untuk mengurangi konsumsi merokok, tetapi masih ada 2 penderita hipertensi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah hasilnya masih tinggi, sedangkan 2 penderita hipertensi lainnya menyatakan bahwa perawatan diri selama ini hanya dilakukan dengan cara rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi dan mengontrol berat badan saja, sedangkan dari pihak keluarga, penderita hipertensi menyatakan bahwa keluarga hanya melakukan bantuan mengantar ke fasilitas kesehatan saja jika mengalami tanda gejala hipertensi, sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah 1 penderita masih mengalami hipertensi karena ia masih belum bisa menghilangkan kebiasaan merokok dan minum kopi. Berdasarkan masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo” METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian analitik korelasional dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita hipertensi anggota Posbindu dengan teknik total sampel sebanyak 89 responden. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik responden Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik umur penderita hipertensi Keterangan Mean Standar Deviasi Min Max Umur penderita hipertensi 48,90 4,2 45 59 Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa umur rata-rata responden penderita hipertensi adalah 48,90 tahun, dengan standar deviasi 4,2 dan umur terendah 45 tahun dan umur tertinggi 59 tahun Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik pendidikan penderita hipertensi Kategori Frekuensi SD SMP SMA Jumlah 60 27 2 89 Persentase (%) 67,4 30,3 2,2 100 Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi berpendidikan SD yaitu sebanyak 60 responden (67,4%). Tabel 3 Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin penderita hipertensi Kategori Frekuensi Laki-laki Perempuan Jumlah 68 21 89 Persentase (%) 75,4 23,6 100 Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 68 responden (75,4%). Tabel 4 Distribusi frekuensi karakteristik pekerjaan penderita hipertensi Kategori Frekuensi Petani Pedagang Tidak bekerja Jumlah 83 3 3 89 Persentase (%) 93,3 3,4 3,4 100 Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 83 responden (93,3%). B. Dukungan sosial keluarga pada penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo D. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi Tabel 7 Hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi Tabel 5 Distribusi frekuensi dukungan sosial keluarga pada penderita hipertensi Dukungan keluarga Kategori Frekuensi Persentase Mendukung (%) Tidak mendukung 51,7 Jumlah 48,3 Mendukung 46 Tidak 43 mendukung Jumlah 89 100 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hpertensi mendapatkan dukungan dari keluarga yaitu sebanyak 46 responden (51,7%). C. Self care management penderita hipertensi Tabel 6 Distribusi frekuensi self care management penderita hipertensi Kategori Frekuensi Baik Cukup Kurang Jumlah 10 38 41 89 Persentase (%) 11,2 42,7 46,1 100 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar self care management penderita hipertensi kurang yaitu sebanyak 41 responden (46,1%). self care management Cukup Kurang % f % f % 21,7 33 71,7 3 6,5 Baik f 10 Jumlah f % 46 100 0 0 5 11,6 38 88,4 43 100 10 21,7 38 42,7 41 46,1 89 100 P value 0,000 Berdasarkan hasil tabulasi data diatas menunjukkan hasil bahwa pada kategori dukungan keluarga baik sebagian besar self care management penderita hipertensi cukup yaitu sebanyak 33 responden (77,7%) dan pada responden dengan kategori keluarga tidak mendukung sebagian besar self care management penderita hipertensi kurang sebanyak 38 responden (88,4%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square karena nilai didapatkan nilai p value 0,000 (α=0,05) sehingga ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo. PEMBAHASAN A. Dukungan sosial keluarga pada penderita hipertensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hpertensi mendapatkan dukungan dari keluarga yaitu sebanyak 46 responden (51,7%). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga banyak memberikan dukungan pada penderita hipertensi baik dalam bentuk dukungan instrumental, informasional, penilaian dan emosional. Dukungan sosial keluarga menurut Harnilawati (2013) menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Kurangnya dukungan keluarga dalam hal memberikan informasi tentang kebutuhan makanan penderita hipertensi menurut hasil penelitian Dewi (2016) dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet pada penderita hipertensi, karena dukungan sosial keluarga sangat penting dalam meningkatkan dan menyemangati pasien untuk mencegah kekambuhan atau keparahan pasien hipertensi. Dukungan penilaian yang baik dari keluarga juga dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi karena menurut hasil penelitian Yulikasari (2015) yang menunjukkan hasil ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup lanjut usia hipertensi. Jika seorang penderita hipertensi mendapatkan dukungan dari keluarga maka mereka akan termotivasi untuk merubah perilaku untuk menjalani gaya hidup sehat secara optimal sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya. Dukungan keluarga secara emosional dengan mendengarkan keluhan dan mengobrol dengan penderita hipertensi dapat membantu meringankan beban pikiran penderita hipertensi, sedangkan pada dukungan mau menemani jika penderita hipertensi berolahraga, namun kegiatan olahraga masih jarang dilakukan oleh penderita hipertensi. Tanggapan keluarga terhadap keluhan dari informan merupakan salah satu jenis dukungan keluarga terhadap informan. Menurut Friedman (2010), dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal dimana lingkungan keluarga memberikan bantuan berupa perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi dan penghargaan atau penilaian terhadap anggota keluarga yang sedang sakit termasuk dalam perawatan hipertensi. Jenis bantuan dari dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang diberikan keluarga dalam bentuk perhatian, simpati dan kasih sayang. Dengan adanya dukungan emosional di dalam keluarga, secara positif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anggota keluarganya. Dukungan emosional dari keluarga kepada pasien hipertensi, maka pasien hipertensi merasa termotivasi untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Pasien hipertensi akan termotivasi untuk melaksanakan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, sehingga diharapkan pasien hipertensi tidak mengalami kondisi kesehatan yang lebih serius. B. Self care management penderita hipertensi Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar self care management penderita hipertensi kurang yaitu sebanyak 41 responden (46,1%). Klien hipertensi disarankan menerapkan pola diet sehat dengan menekankan pada meningkatkan konsumsi buahbuahan, sayuran dan produk susu rendah lemak, makanan yang berserat tinggi, biji-bijian dan protein nabati, dan kurangi konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh. Pola diet klien hipertensi sebaiknya mengacu pada rencana makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Dengan menerapkan pola diet dapat membantu mengurangi tekanan darah sebanyak 814 mmHg Canadian Hypertension Education Programm 2012; National Heart, Lung and Blood Institute, 2003). Self care management pada kategori interaksi dengan tenaga kesehatan banyak yang dilakukan oleh penderita hipertensi diantaranya adalah 77,5% responden menyatakan selalu mendiskusikan rencana pengobatan saya dengan dokter atau perawat. Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Akhter (2010) self care management pada hipertensi merupakan salah satu bentuk usaha positif klien. Self care management hipertensi bertujuan untuk mengoptimalkan kesehatan, mengontrol dan memanajemen tanda dan gejala yang muncul, mencegah terjadinya komplikasi, meminimalisir gangguan yang ditimbulkan pada fungsi tubuh, emosi, dan hubungan interpersonal dengan orang lain yang dapat mengganggu kehidupan klien Self care management pada kategori pemantauan tekanan darah menunjukkan bahwa 49,4% responden menyatakan kadang-kadang pergi ke dokter untuk mengetahui tekanan darah saat merasa sakit dan pergi ke dokter untuk mengecek tekanan darah saat merasakan tanda dan gejala tekanan darah rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah masih sangat kurang dilakukan penderita hipertensi karena hanya melakukan kontrol tekanan darah saat mengalami masalah Self care management pada kategori kepatuhan pada aturan yang dianjurkan menunjukkan bahwa 86,5% responden menyatakan jarang sangat ketat dalam minum obat anti-hipertensi, dan 83,4% kadang-kadang minum obat antihipertensi sesuai dengan dosis yang diberikan dokter, dan 93,3% responden menyatakan jarang mengikuti saran dokter atau perawat dalam mengontrol tekanan darah. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan pada aturan yang dianjurkan banyak yang tidak dilaksanakan dengan baik oleh penderita hipertensi, sedangkan menurut Akhter (2010) kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan mengacu pada kepatuhan pasien terhadap konsumsi obat anti-hipertensi dan kunjungan klinik. Komponen ini juga melibatkan konsumsi obat sesuai dosis yang telah ditentukan, waktu yang ditentukan untuk minum obat, dan kunjungan klinik rutin setiap 1-3 bulan. C. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square karena nilai didapatkan nilai p value 0,000 (α=0,05) sehingga ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo dan dengan demikian hipotesis nol ditolak dan hipotesis kerja diterima. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dilakukan Flynn et al., (2013) menjelaskan bahwa dukungan keluarga akan membantu meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi dan memberikan motivasi untuk mencapai tujuan dari self care management hipertensi, dukungan keluarga akan meminimalisir kejadian hipertensi (Nwinee, 2011; Schnall, 2005). Dukungan keluarga yang kuat akan berdampak positif terhadap perilaku self care management penderita hipertensi. Menurut McCulloch (2010), self care management pada penderita hipertensi terdiri dari monitoring tekanan darah, mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan dan mengurangi konsumsi alkohol. Menurut Canadian Hypertension Education Program (2011), pelaksanaan pencegahan dan pengobatan pada hipertensi dengan aktif melakukan kegiatan fisik (olahraga), menurunkan atau mengendalikan berat badan, konsumsi alkohol, diet, mengurangi stres dan berhenti merokok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayes (2010) menyatakan bahwa manajemen hipertensi yang efektif salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok, mempertahankan diet yang sehat dan aktivitas fisik yang sehat. Modifikasi perilaku sangat bermanfaat untuk mengurangi atau menunda dampak buruk dari hipertensi Flynn et al (2013) dalam penelitiannya menyatakan adanya dukungan keluarga dapat menjadi fasilitator dalam melakukan self care management penyakit hipertensi. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Orem yang menyebutkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor dasar yang mempengaruhi self care agency seseorang untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan self care. Dukungan keluarga akan meminimalisir kejadian hipertensi (Nwinee, 2011; Schnall, 2005). Dukungan keluarga yang kuat akan berdampak positif terhadap perilaku self care management penderita hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan responden mendapatkan dukungan dari keluarga tetapi self care management penderita hipertensi masih pada kateogori cukup dan masih ada responden yang kurang baik ada 3 responden (6,5%) responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga tetapi self care management penderita hipertensi masih kurang baik. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi self care management penderita hipertensi, seperti menurut Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku kesehatan seseorang cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan seseorang terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan. Hal ini dapat disebabkan karena penderita hipertensi merasa yakin bahwa penyakitnya merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat, sehingga penderita hipertensi kurang memperhatikan kesehatannya. Faktor yang lain yang mempengaruhi self care management penderita hipertensi adalah pengetahuan, karena menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku seseorang, karena dengan pengetahuan yang cukup akan memotivasi seseorang untuk berperilaku sehat. Seorang penderita hipertensi yang kurang mengetahui tentang penyakit hipertensi akan cenderung untuk berperilaku kesehatan yang kurang dalam melakukan perawatan selama menderita hipertensi. KESIMPULAN 1. Karakteristik responden terdiri dari usia rata-rata 48,96 tahun, berpendidikan SD yaitu sebanyak 60 responden (67,4%), dan bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 83 responden (93,3%) 2. 3. 4. Penderita hipertensi sebagian besar mendapatkan dukungan dari keluarga yaitu sebanyak 46 responden (51,7%). Self care management penderita hipertensi sebagian besar kurang yaitu sebanyak 41 responden (46,1%) Ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo (p value = 0,000; α=0,05) SARAN Puskesmas hendaknya memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang penggunaan alat ukur berat badan dan tekanan darah bagi keluarga penderita hipertensi dan menganjurkan keluarga untuk menyediakan alat tersebut di rumah supaya dapat melakukan kontrol tekanan darah penderita hipertensi setiap saat Diharapkan masyarakat khususnya keluarga penderita hipertensi berperan aktif dalam upaya pencegahan meningkatnya tekanan darah pada anggota keluarga yang mengalami hipertensi dengan cara membuatkan masakan sesuai kebutuhan diet penderita hipertensi dan memberikan pujian pada penderita hipertensi DAFTAR PUSTAKA Akhter, N. (2010). Self management among patients with hypertension in bangladesh. Prince of Songkla University. Tersedia secara online di http://kb.psu.ac.th/psukb/bitstre am/2010/8492/1/340992.pdf diakses pada 10 Agustus 2016. Dewi. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Penatalaksanaan Diet Lansia dengan Hipertensi di Lingkungan kelurahatn Tonja. Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi JanuariApril 2016. Dorland. (2009). Kamus Kedokteran Indonesia. Jakarta : EGC Faizal. (2011). Faktor Risiko Hipertensi pada Wanita Pekerja dengan Peran Ganda Kabupaten Bantul Tahun 2011. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 28, No. 2, Juni 2012. Harlinawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Takalar : As Salam Hayes, M K. Influence of age and health behaviors on stroke risk: lesson from longitudinal studies. National Institutes of Health. (2010). 58(Suppl 2): S325-S328. Tersedia secara online di http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p mc/articles/PMC3006180/ diakses pada 10 Agustus 2016 Liang, shi., et al (2013). Physical Activity, Smoking, and Alcohol Consumption in Association with Incidence of Type 2 Diabetes among Middle-Aged and Elderly Chinese Men. Jurnal Vol.8, Issue.11, 2013. Mcculloch, D. (2009). Patient Information: Self-Blood Glucose Monitoring In Diabetes Mellitus. Available from :http://www.uptodate.com/cont ents/patient-information-selfblood-glucosemonitoring-indiabetes-mellitus. diakses pada 10 Agustus 2016 Nwinee, J. P. Nwinee socio-behavioral self-care management nursing model. West African Journal of Nursing. 2011; 22:91-98 Tersedia secara online di http://web.b.ebscohost.com/ diakses pada 10 Agustus 2016 Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Rahajeng E, Tuminah S. (2009). Prevalensi hipertensi dan determinannya di indonesia. Jurnal kesehatan masyarakat indonesia. 2009; 59(12). p.6-8 Schnall, E. (2005). Social Support: A role for social work in the treatment and prevention of hypertension. Ferkauf Graduate School of Psychology Albert Einstein College of Medicine, vol. 21, hal. 50-56. Yulikasari. (2015). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Gayam Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Surakarta : UMS