hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care management

advertisement
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF CARE
MANAGEMENT PENDERITA HIPERTENSI DI POSBINDU
DESA KALIERANG KECAMATAN SELOMERTO
KABUPATEN WONOSOBO
ARTIKEL
OLEH :
DARMIATI
NIM: 010215A012
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERISTAS NGUDI WALUYO
2017
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL
Artikel dengan judul “Hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care
management penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto
Kabupaten Wonosobo” yang disusun oleh :
Nama
: Darmiati
NIM
: 010215A012
Program Studi
: Keperawatan
Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama skripsi Program Studi
Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo.
Ungaran, Februari 2017
Pembimbing Utama
Ns. Abdul Wakhid, M.Kep., Sp. Kep. Jiwa
NIDN. 0602027901
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN SELF CARE
MANAGEMENT PENDERITA HIPERTENSI DI POSBINDU
DESA KALIERANG KECAMATAN SELOMERTO
KABUPATEN WONOSOBO
Darmiati*)
Ns. Abdul Wakhid, M.Kep., Sp. Kep. Jiwa**), Ns. Faridah Aini, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB **)
*) Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
**) Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi dapat mengakibatkan menurunnya fungsi fisik pada
individu, sehingga aktivitas menjadi terbatas dan kesulitan dalam melakukan perawatan
diri atau self care management yang dapat memperburuk status kesehatannya. Salah
satu faktor yang mempengaruhi self care management adalah keluarga. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan self
care management penderita hipertensi di Posbindu.
Metode: Menggunakan analitik korelasional desain cross-sectional. Populasi adalah
semua penderita hipertensi anggota Posbindu di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan
Selomerto Kabupaten Wonosobo dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel
yaitu 89 responden. Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisa data yang
digunakan adalah uji Chi Square.
Hasil: Penderita hipertensi sebagian besar mendapatkan dukungan dari keluarga yaitu
sebanyak 46 responden (51,7%). Self care management penderita hipertensi sebagian
besar kurang yaitu sebanyak 41 responden (46,1%), sedangkan hasil analisis bivariate
menunjukkan hasil ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan self care
management penderita hipertensi di Posbindu Desa Kalierang Kecamatan Selomerto
Kabupaten Wonosobo (p value = 0,000); α= 0,05.
Simpulan: Dukungan sosial keluarga berhubungan dengan self care management
penderita hipertensi
Saran: Masyarakat khususnya keluarga penderita hipertensi berperan aktif dalam
upaya
pencegahan meningkatnya tekanan darah pada anggota keluarga yang
mengalami hipertensi dengan cara membuatkan masakan sesuai kebutuhan diet
penderita hipertensi dan memberikan pujian pada penderita hipertensi.
Kata Kunci
: Dukungan Sosial Keluarga, Self Care Management, Penderita
Hipertensi
ABSTRACT
Background: Hypertension can result in reduced physical function in individuals, so
that the activity limited and difficult in performing self-care or self-care management,
which can worsen their health status. One of the factors affecting self-care management
is family. The purpose of this study was to determine the corelattion between social
support of families and self care management of patients with hypertension in Posbindu.
Methods: It Used analytic correlational of cross-sectional design. The population was
all hypertensive Posbindu members in Selomerto district Wonosobo regency with the
total sampling to 89 respondents. Measurement tool in this study was a questionnaire.
Analysis of the data used Chi Square test.
Results: Patients with hypertension mostly got support from family as many as 46
respondents (51.7%). Self care management of patients with hypertension was mostly
leck as many as 41 respondents (46.1%), while the results of the bivariate analysis
showed correlation between results family social support with self care management of
patients with hypertension in the Posbindu (p value = 0.000) ; α = 0.05).
Conclusion: Family support is related to self-care management of patients with
hypertension
Suggestion: Community, especially families having hypertensive patients has an active
role as an effect to prevent the increase of blood pressure in hypertensive family
members how by making foog appropriate with dietary needs of people with
hypertension and give praise to patients with hypertension
Keywords
: Family Social Support, Self Care Management, Hypertension
Patients
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi
yang menetap yang penyebabnya
mungkin tidak diketahui (hipertensi
esensial, idiopatik, atau primer) maupun
yang berhubungan dengan penyakit
yang lain (hipertensi sekunder).
Tekanan darah adalah kekuatan darah
untuk melawan tekanan dinding arteri
ketika darah tersebut melewatinya
(Dorland, 2009), dan menurut Faizal
(2011) hipertensi bisa diderita oleh
siapapun dari berbagai kelompok umur
dan kelompok sosial ekonomi. Penyakit
ini dikategorikan sebagai the silent
disease
karena
penderita
tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darah.
Dampak dari penyakit hipertensi yang
tidak terkontrol menurut Rahajeng
(2009), akan menyerang target organ,
dan dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal, serta
kebutaan. Dari beberapa penelitian
dilaporkan bahwa penyakit hipertensi
yang
tidak
terkontrol
dapat
menyebabkan peluang 7 kali lebih besar
terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena
congestive heart failure, dan 3 kali lebih
besar terkena serangan jantung, dan
menurut Liang et al (2013), timbulnya
simptom-simptom
hipertensi dapat
mengakibatkan menurunnya fungsi fisik
pada individu, sehingga aktivitas
menjadi terbatas dan kesulitan dalam
melakukan perawatan diri atau self
care management pada dirinya sendiri
yang dapat memperburuk status
kesehatannya.
Healthy
People 2010
for
Hypertension menganjurkan perlunya
pendekatan yang lebih komprehensif
dan
intensif
guna mencapai
pengontrolan tekanan darah secara
optimal. Salah satu faktor yang
mempengaruhi self care management
adalah keluarga (Flynn et al., 2013).
Menurut McCulloch (2010), self care
management pada penderita hipertensi
terdiri dari monitoring tekanan darah,
mengurangi rokok, diet, manajemen
berat badan dan mengurangi konsumsi
alkohol. Self care management yang
harus dilakukan oleh klien hipertensi
sesuai dengan kategori yang telah
ditentukan oleh Orem yaitu keharusan
self care akibat perubahan kesehatan.
Akhter
dalam
penelitiannya
mengungkapkan bahwa self care
management klien hipertensi dapat
dilakukan dengan menerapkan 5
komponen self care management pada
klien diabetes yang disesuaikan dengan
perawatan diri pada klien hipertensi.
Kelima komponen tersebut yaitu
integrasi diri, regulasi diri, interaksi
dengan tenaga kesehatan dan lainnya,
pemantauan tekanan darah, dan
kepatuhan terhadap aturan yang
dianjurkan. Hal tersebut dikarenakan
hipertensi dan diabetes merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan
pengontrolan pada darah (Akhter,
2010).
Dukungan keluarga menjadi hal yang
sangat penting dalam self care
management pada penderita hipertensi.
Hal ini sejalan dengan teori yang
diungkapkan Orem yang menyebutkan
bahwa dukungan keluarga merupakan
faktor dasar yang mempengaruhi self
care
agency seseorang
untuk
mengambil
keputusan
dalam
melaksanakan self care management
(Nwinee, 2011; Schnall, 2005).
Hayes (2010) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa manajemen
hipertensi yang efektif salah satunya
dengan
menghentikan
kebiasaan
merokok, mempertahankan diet yang
sehat, dan melakukan aktifitas fisik
yang sehat, sedangkan menurut
Canadian Hypertension Education
Program, pelaksanaan pencegahan dan
pengobatan pada hipertensi adalah
dengan aktif melakukan kegiatan fisik
(olahraga),
menurunkan
atau
mengendalikan berat badan, konsumsi
alkohol, diet, mengurangi stres, dan
berhenti merokok.
Dukungan sosial keluarga berupa
dukungan informasi, instrumental,
emosional dan penghargaan. Penelitian
yang dilakukan Flynn et al., (2013)
menjelaskan bahwa dukungan keluarga
akan
membantu meningkatkan
pengetahuan tentang hipertensi dan
memberikan motivasi untuk mencapai
tujuan dari self care management
hipertensi, dukungan keluarga akan
meminimalisir
kejadian
hipertensi
(Nwinee,
2011; Schnall, 2005).
Dukungan keluarga yang kuat akan
berdampak positif terhadap perilaku
self care management penderita
hipertensi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada tanggal 10
Oktober 2016 menunjukkan bahwa
anggota Posbindu di Desa Kalierang
sebanyak 138 orang, dengan 89 orang
merupakan penderita hipertensi dengan
usia 45-59 tahun. Hasil wawancara pada
5 penderita hipertensi, 3 penderita
hipertensi menyatakan selama ini
perawatan diri dilakukan dengan
bantuan anggota keluarga, diantaranya
adalah keluarga memasakkan makanan
rendah garam dan selalu mengingatkan
untuk mengurangi konsumsi merokok,
tetapi masih ada 2 penderita hipertensi
setelah dilakukan pengukuran tekanan
darah hasilnya masih tinggi, sedangkan
2
penderita
hipertensi
lainnya
menyatakan bahwa perawatan diri
selama ini hanya dilakukan dengan cara
rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi
dan mengontrol berat badan saja,
sedangkan
dari
pihak
keluarga,
penderita hipertensi menyatakan bahwa
keluarga hanya melakukan bantuan
mengantar ke fasilitas kesehatan saja
jika mengalami tanda gejala hipertensi,
sedangkan
berdasarkan
hasil
pemeriksaan tekanan darah 1 penderita
masih mengalami hipertensi karena ia
masih belum bisa menghilangkan
kebiasaan merokok dan minum kopi.
Berdasarkan masalah diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan dukungan
sosial keluarga dengan self care
management penderita hipertensi di
Posbindu Desa Kalierang Kecamatan
Selomerto Kabupaten Wonosobo”
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian
analitik korelasional dengan desain
cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua penderita
hipertensi anggota Posbindu dengan
teknik total sampel sebanyak 89
responden.
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik responden
Tabel 1
Distribusi frekuensi karakteristik umur
penderita hipertensi
Keterangan
Mean
Standar
Deviasi
Min
Max
Umur penderita
hipertensi
48,90
4,2
45
59
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan bahwa umur rata-rata
responden penderita hipertensi adalah
48,90 tahun, dengan standar deviasi 4,2
dan umur terendah 45 tahun dan umur
tertinggi 59 tahun
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi karakteristik
pendidikan penderita hipertensi
Kategori
Frekuensi
SD
SMP
SMA
Jumlah
60
27
2
89
Persentase
(%)
67,4
30,3
2,2
100
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita hipertensi berpendidikan SD
yaitu sebanyak 60 responden (67,4%).
Tabel 3
Distribusi frekuensi karakteristik jenis
kelamin penderita hipertensi
Kategori
Frekuensi
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
68
21
89
Persentase
(%)
75,4
23,6
100
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita hipertensi dengan jenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 68
responden (75,4%).
Tabel 4
Distribusi frekuensi karakteristik
pekerjaan penderita hipertensi
Kategori
Frekuensi
Petani
Pedagang
Tidak bekerja
Jumlah
83
3
3
89
Persentase
(%)
93,3
3,4
3,4
100
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita hipertensi bekerja sebagai
petani yaitu sebanyak 83 responden
(93,3%).
B. Dukungan sosial keluarga pada
penderita hipertensi di Posbindu
Desa
Kalierang
Kecamatan
Selomerto Kabupaten Wonosobo
D. Hubungan
dukungan
sosial
keluarga
dengan
self care
management penderita hipertensi
Tabel 7
Hubungan dukungan sosial keluarga
dengan self care management penderita
hipertensi
Tabel 5
Distribusi frekuensi dukungan sosial
keluarga pada penderita hipertensi
Dukungan
keluarga
Kategori
Frekuensi
Persentase
Mendukung
(%) Tidak
mendukung
51,7 Jumlah
48,3
Mendukung
46
Tidak
43
mendukung
Jumlah
89
100
Berdasarkan hasil perhitungan pada
tabel diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita hpertensi
mendapatkan dukungan dari keluarga
yaitu sebanyak 46 responden (51,7%).
C. Self care management penderita
hipertensi
Tabel 6
Distribusi frekuensi self care
management penderita hipertensi
Kategori
Frekuensi
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
10
38
41
89
Persentase
(%)
11,2
42,7
46,1
100
Berdasarkan hasil perhitungan pada
tabel diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar self care management
penderita hipertensi kurang yaitu
sebanyak 41 responden (46,1%).
self care management
Cukup
Kurang
%
f
%
f
%
21,7
33
71,7
3
6,5
Baik
f
10
Jumlah
f
%
46
100
0
0
5
11,6
38
88,4
43
100
10
21,7
38
42,7
41
46,1
89
100
P
value
0,000
Berdasarkan hasil tabulasi data diatas
menunjukkan hasil bahwa pada kategori
dukungan keluarga baik sebagian besar
self care management penderita
hipertensi cukup yaitu sebanyak 33
responden (77,7%) dan pada responden
dengan
kategori
keluarga
tidak
mendukung sebagian besar self care
management
penderita
hipertensi
kurang sebanyak 38 responden (88,4%).
Berdasarkan
hasil
uji
statistik
menggunakan chi square karena nilai
didapatkan nilai p value 0,000 (α=0,05)
sehingga ada hubungan yang signifikan
antara dukungan sosial keluarga
dengan self care management penderita
hipertensi di Posbindu Desa Kalierang
Kecamatan
Selomerto
Kabupaten
Wonosobo.
PEMBAHASAN
A. Dukungan sosial keluarga pada
penderita hipertensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita hpertensi
mendapatkan dukungan dari keluarga
yaitu sebanyak 46 responden (51,7%).
Hal ini menunjukkan bahwa keluarga
banyak memberikan dukungan pada
penderita hipertensi baik dalam bentuk
dukungan instrumental, informasional,
penilaian dan emosional. Dukungan
sosial keluarga menurut Harnilawati
(2013) menjadikan keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian
dan akal, sehingga akan meningkatkan
kesehatan dan adaptasi mereka dalam
kehidupan.
Kurangnya dukungan keluarga dalam
hal memberikan informasi tentang
kebutuhan makanan penderita hipertensi
menurut hasil penelitian Dewi (2016)
dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan
penatalaksanaan diet pada penderita
hipertensi, karena dukungan
sosial
keluarga
sangat
penting
dalam
meningkatkan
dan
menyemangati
pasien untuk mencegah kekambuhan
atau keparahan pasien hipertensi.
Dukungan penilaian yang baik dari
keluarga juga dapat mempengaruhi
kualitas hidup penderita hipertensi
karena menurut hasil penelitian
Yulikasari (2015) yang menunjukkan
hasil ada hubungan yang signifikan
antara
dukungan
sosial
dengan
kualitas hidup lanjut usia hipertensi.
Jika seorang penderita hipertensi
mendapatkan dukungan dari keluarga
maka mereka akan termotivasi untuk
merubah perilaku untuk menjalani gaya
hidup sehat secara optimal sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan
dan kualitas hidupnya.
Dukungan keluarga secara emosional
dengan mendengarkan keluhan dan
mengobrol dengan penderita hipertensi
dapat membantu meringankan beban
pikiran penderita hipertensi, sedangkan
pada dukungan mau menemani jika
penderita hipertensi berolahraga, namun
kegiatan olahraga
masih
jarang
dilakukan oleh penderita hipertensi.
Tanggapan keluarga terhadap keluhan
dari informan merupakan salah satu
jenis dukungan keluarga terhadap
informan. Menurut Friedman (2010),
dukungan keluarga merupakan suatu
bentuk hubungan interpersonal dimana
lingkungan
keluarga
memberikan
bantuan berupa perhatian emosional,
bantuan
instrumental,
pemberian
informasi dan penghargaan atau
penilaian terhadap anggota keluarga
yang sedang sakit termasuk dalam
perawatan hipertensi. Jenis bantuan dari
dukungan emosional merupakan bentuk
dukungan atau bantuan yang diberikan
keluarga dalam bentuk perhatian,
simpati dan kasih sayang. Dengan
adanya dukungan emosional di dalam
keluarga,
secara
positif
akan
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan
kesehatan
anggota
keluarganya.
Dukungan emosional dari keluarga
kepada pasien hipertensi, maka pasien
hipertensi merasa termotivasi untuk
meningkatkan derajat kesehatannya.
Pasien hipertensi akan termotivasi
untuk melaksanakan gaya hidup sehat
dan melakukan pemeriksaan tekanan
darah
secara
teratur,
sehingga
diharapkan pasien hipertensi tidak
mengalami kondisi kesehatan yang
lebih serius.
B. Self care management penderita
hipertensi
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan bahwa sebagian besar self
care management penderita hipertensi
kurang yaitu sebanyak 41 responden
(46,1%).
Klien hipertensi disarankan menerapkan
pola diet sehat dengan menekankan
pada meningkatkan konsumsi buahbuahan, sayuran dan produk susu
rendah lemak, makanan yang berserat
tinggi, biji-bijian dan protein nabati, dan
kurangi konsumsi makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak
jenuh. Pola diet klien hipertensi
sebaiknya mengacu pada rencana
makan DASH (Dietary Approaches to
Stop
Hypertension).
Dengan
menerapkan pola diet dapat membantu
mengurangi tekanan darah sebanyak 814 mmHg Canadian Hypertension
Education Programm 2012; National
Heart, Lung and Blood Institute, 2003).
Self care management pada kategori
interaksi dengan tenaga kesehatan
banyak yang dilakukan oleh penderita
hipertensi diantaranya adalah 77,5%
responden
menyatakan
selalu
mendiskusikan rencana pengobatan
saya dengan dokter atau perawat. Hal
ini sudah sesuai dengan pendapat
Akhter (2010) self care management
pada hipertensi merupakan salah satu
bentuk usaha positif klien. Self care
management hipertensi bertujuan untuk
mengoptimalkan kesehatan, mengontrol
dan memanajemen tanda dan gejala
yang muncul, mencegah terjadinya
komplikasi, meminimalisir gangguan
yang ditimbulkan pada fungsi tubuh,
emosi, dan hubungan interpersonal
dengan orang lain yang dapat
mengganggu kehidupan klien
Self care management pada kategori
pemantauan
tekanan
darah
menunjukkan bahwa 49,4% responden
menyatakan kadang-kadang pergi ke
dokter untuk mengetahui tekanan darah
saat merasa sakit dan pergi ke dokter
untuk mengecek tekanan darah saat
merasakan tanda dan gejala tekanan
darah rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa kontrol tekanan darah masih
sangat kurang dilakukan penderita
hipertensi karena hanya melakukan
kontrol tekanan darah saat mengalami
masalah
Self care management pada kategori
kepatuhan pada aturan yang dianjurkan
menunjukkan bahwa 86,5% responden
menyatakan jarang sangat ketat dalam
minum obat anti-hipertensi, dan 83,4%
kadang-kadang minum obat antihipertensi sesuai dengan dosis yang
diberikan dokter, dan 93,3% responden
menyatakan jarang mengikuti saran
dokter atau perawat dalam mengontrol
tekanan darah. Hal ini menunjukkan
bahwa kepatuhan pada aturan yang
dianjurkan
banyak
yang
tidak
dilaksanakan
dengan
baik
oleh
penderita
hipertensi,
sedangkan
menurut Akhter (2010) kepatuhan
terhadap aturan yang dianjurkan
mengacu pada kepatuhan pasien
terhadap konsumsi obat anti-hipertensi
dan kunjungan klinik. Komponen ini
juga melibatkan konsumsi obat sesuai
dosis yang telah ditentukan, waktu yang
ditentukan untuk minum obat, dan
kunjungan klinik rutin setiap 1-3 bulan.
C. Hubungan
dukungan
sosial
keluarga
dengan
self care
management penderita hipertensi
Berdasarkan
hasil
uji
statistik
menggunakan chi square karena nilai
didapatkan nilai p value 0,000 (α=0,05)
sehingga ada hubungan dukungan sosial
keluarga dengan self care management
penderita hipertensi di Posbindu Desa
Kalierang
Kecamatan
Selomerto
Kabupaten Wonosobo dan dengan
demikian hipotesis nol ditolak dan
hipotesis kerja diterima.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dilakukan Flynn et al., (2013)
menjelaskan bahwa dukungan keluarga
akan
membantu meningkatkan
pengetahuan tentang hipertensi dan
memberikan motivasi untuk mencapai
tujuan dari self care management
hipertensi, dukungan keluarga akan
meminimalisir
kejadian
hipertensi
(Nwinee,
2011; Schnall, 2005).
Dukungan keluarga yang kuat akan
berdampak positif terhadap perilaku
self care management penderita
hipertensi.
Menurut McCulloch (2010), self care
management pada penderita hipertensi
terdiri dari monitoring tekanan darah,
mengurangi rokok, diet, manajemen
berat badan dan mengurangi konsumsi
alkohol.
Menurut
Canadian
Hypertension Education
Program
(2011), pelaksanaan pencegahan dan
pengobatan pada hipertensi dengan
aktif
melakukan
kegiatan
fisik
(olahraga),
menurunkan
atau
mengendalikan berat badan, konsumsi
alkohol, diet, mengurangi stres dan
berhenti
merokok.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Hayes
(2010) menyatakan bahwa manajemen
hipertensi yang efektif salah satunya
dengan
menghentikan
kebiasaan
merokok, mempertahankan diet yang
sehat dan aktivitas fisik yang sehat.
Modifikasi
perilaku
sangat
bermanfaat untuk mengurangi atau
menunda dampak buruk dari hipertensi
Flynn et al (2013) dalam penelitiannya
menyatakan
adanya
dukungan
keluarga dapat menjadi fasilitator dalam
melakukan self care management
penyakit hipertensi. Hal ini sejalan
dengan teori yang diungkapkan Orem
yang menyebutkan bahwa dukungan
keluarga merupakan faktor dasar yang
mempengaruhi self care agency
seseorang untuk mengambil keputusan
dalam
melaksanakan
self
care.
Dukungan keluarga akan meminimalisir
kejadian hipertensi (Nwinee, 2011;
Schnall, 2005). Dukungan keluarga
yang kuat akan berdampak positif
terhadap perilaku self care management
penderita hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukkan responden mendapatkan
dukungan dari keluarga tetapi self care
management penderita hipertensi masih
pada kateogori cukup dan masih ada
responden yang kurang baik ada 3
responden (6,5%) responden yang
mendapatkan dukungan dari keluarga
tetapi self care management penderita
hipertensi masih kurang baik. Hal ini
dapat disebabkan karena beberapa
faktor yang mempengaruhi self care
management
penderita
hipertensi,
seperti menurut Notoatmodjo (2007)
bahwa perilaku kesehatan seseorang
cenderung
dipengaruhi
oleh
kepercayaan seseorang terhadap kondisi
kesehatan yang diinginkan. Hal ini
dapat disebabkan karena penderita
hipertensi
merasa
yakin
bahwa
penyakitnya merupakan penyakit yang
umum terjadi di masyarakat, sehingga
penderita
hipertensi
kurang
memperhatikan kesehatannya. Faktor
yang lain yang mempengaruhi self care
management penderita hipertensi adalah
pengetahuan,
karena
menurut
Notoatmodjo
(2010)
pengetahuan
seseorang mempengaruhi
perilaku
seseorang, karena dengan pengetahuan
yang cukup akan memotivasi seseorang
untuk berperilaku sehat. Seorang
penderita hipertensi yang kurang
mengetahui tentang penyakit hipertensi
akan cenderung untuk berperilaku
kesehatan
yang
kurang
dalam
melakukan perawatan selama menderita
hipertensi.
KESIMPULAN
1.
Karakteristik responden terdiri dari
usia
rata-rata
48,96
tahun,
berpendidikan SD yaitu sebanyak
60 responden (67,4%), dan bekerja
sebagai petani yaitu sebanyak 83
responden (93,3%)
2.
3.
4.
Penderita hipertensi sebagian besar
mendapatkan
dukungan
dari
keluarga yaitu sebanyak 46
responden (51,7%).
Self care management penderita
hipertensi sebagian besar kurang
yaitu sebanyak 41 responden
(46,1%)
Ada hubungan dukungan sosial
keluarga
dengan self care
management penderita hipertensi di
Posbindu
Desa
Kalierang
Kecamatan Selomerto Kabupaten
Wonosobo (p value = 0,000;
α=0,05)
SARAN
Puskesmas hendaknya memberikan
penyuluhan dan pelatihan tentang
penggunaan alat ukur berat badan dan
tekanan darah bagi keluarga penderita
hipertensi dan menganjurkan keluarga
untuk menyediakan alat tersebut di
rumah supaya dapat melakukan kontrol
tekanan darah penderita hipertensi
setiap saat
Diharapkan masyarakat khususnya
keluarga penderita hipertensi berperan
aktif
dalam
upaya
pencegahan
meningkatnya tekanan darah pada
anggota keluarga yang mengalami
hipertensi dengan cara membuatkan
masakan
sesuai
kebutuhan
diet
penderita hipertensi dan memberikan
pujian pada penderita hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Akhter, N. (2010). Self management
among
patients
with
hypertension in bangladesh.
Prince of Songkla University.
Tersedia secara online di
http://kb.psu.ac.th/psukb/bitstre
am/2010/8492/1/340992.pdf
diakses pada 10 Agustus 2016.
Dewi. (2016). Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Tingkat
Kepatuhan Penatalaksanaan
Diet Lansia dengan Hipertensi
di Lingkungan kelurahatn
Tonja.
Jurnal Keperawatan
COPING NERS Edisi JanuariApril 2016.
Dorland. (2009). Kamus Kedokteran
Indonesia. Jakarta : EGC
Faizal. (2011). Faktor Risiko Hipertensi
pada Wanita Pekerja dengan
Peran
Ganda
Kabupaten
Bantul Tahun 2011. Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol.
28, No. 2, Juni 2012.
Harlinawati. (2013). Konsep dan Proses
Keperawatan
Keluarga.
Takalar : As Salam
Hayes, M K. Influence of age and
health behaviors on stroke risk:
lesson
from
longitudinal
studies. National Institutes of
Health. (2010). 58(Suppl 2):
S325-S328. Tersedia secara
online
di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
mc/articles/PMC3006180/
diakses pada 10 Agustus 2016
Liang, shi., et al (2013). Physical
Activity,
Smoking,
and
Alcohol
Consumption
in
Association with Incidence
of Type 2 Diabetes among
Middle-Aged
and Elderly
Chinese Men. Jurnal Vol.8,
Issue.11, 2013.
Mcculloch,
D.
(2009).
Patient
Information:
Self-Blood
Glucose
Monitoring
In
Diabetes Mellitus. Available
from
:http://www.uptodate.com/cont
ents/patient-information-selfblood-glucosemonitoring-indiabetes-mellitus. diakses pada
10 Agustus 2016
Nwinee, J. P. Nwinee socio-behavioral
self-care management nursing
model. West African Journal of
Nursing.
2011;
22:91-98
Tersedia secara online di
http://web.b.ebscohost.com/
diakses pada 10 Agustus 2016
Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Rahajeng E, Tuminah S. (2009).
Prevalensi
hipertensi dan
determinannya di indonesia.
Jurnal kesehatan masyarakat
indonesia. 2009; 59(12). p.6-8
Schnall, E. (2005). Social Support: A
role for social work in the
treatment and prevention of
hypertension.
Ferkauf
Graduate
School
of
Psychology Albert Einstein
College of Medicine, vol. 21,
hal. 50-56.
Yulikasari.
(2015).
Hubungan
Dukungan
Sosial
dengan
Kualitas Hidup Lanjut Usia
pada Penderita Hipertensi di
Kelurahan Gayam Kabupaten
Sukoharjo. Skripsi. Surakarta :
UMS
Download