Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015

advertisement
A. KONDISI UMUM
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) Tahun 2005 – 2025 yang
ditetapkan melalui Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 memberikan arah sekaligus
menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa ( pemerintah, masyarakat dan dunia usaha )
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga
dari pelaksanaan
RPJPN 2005-2025 yang ditujukan untuk lebih memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada
pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber
daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan yang
terus meningkat.
Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah,
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya
menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan
serta program dan kegiatan BPOM untuk periode 2015-2019.
Selanjutnya Renstra Badan POM RI periode 2015-2019 akan menjadi pedoman bagi
seluruh Balai Besar/Balai POM di Indonesia, termasuk Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan di Makassar, yang selanjutnya di sebut BBPOM di Makassar. Renstra BBPOM di
Makassar diharapkan dapat meningkatkan kinerja BBPOM di Makassar dibandingkan
dengan pencapaian periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan oleh Badan POM RI.
Perencanaan Strategik merupakan proses secara sistematis yang berkelanjutan dari
pembuatan keputusan yang memiliki risiko, dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya
pengetahuan antisipatif, mengorganisasi secara sistematis usaha-usaha melaksanakan
keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan balik yang terorganisasi dan
sistematis.
Renstra BBPOM di Makassar merupakan penyusunan Renstra tahap ke 3 pada Era
Reformasi, penyusunanya telah melalui beberapa tahap untuk kemudian menjadi pedoman
kerja program dan kegiatan 5 tahun kedepan (2015-2019).
1. KONDISI UMUM
Berdasarkan SK Kepala Badan POM RI Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001,
Jo SK Kepala Badan POM RI Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM, maka BBPOM di Makassar yang
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI di Provinsi Sulawesi
Selatan–Sulawesi Barat mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
1
a.
Tugas Pokok :
Melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan Produk Terapetik, Narkotika,
Psikotropik dan Zat Adiktif lain, Obat Tradisional, Kosmetik, Produk
Komplemen, Pangan dan Bahan Berbahaya.
b.
Fungsi :
1.
2.
Penyusun rencana dan program pengawasan obat dan makanan;
Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu produk terapetik, narkotik, psikotropik, dan zat adiktif lain, obat
tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;
3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk secara mikrobiologi;
4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan
pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi;
5. Pelaksanaan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum;
6. Pelaksanaan proses sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi
tertentu;
7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;
8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;
9. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan;
10. Pelaksaanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI,
sesuai dengan bidang tugasnya.
Tugas dan fungsi tersebut melekat pada BBPOM di Makassar sebagai unit
pelaksana teknis Badan POM RI yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan
terhadap konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan – Sulawesi Barat sehingga sangat
penting untuk diperkuat, baik dari sisi organisasi maupun kualitas Sumber Daya
Manusia, serta sarana pendukung lainnya seperti laboratorium, sistem teknologi dan
informasinya, dan lain sebagainya, untuk mendukung tugas-tugasnya tersebut.
BBPOM Di Makassar idealnya dapat menjalankan tugasnya secara lebih proaktif,
tidak reaktif, yang hanya bergerak ketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan.
Namun, dengan luas wilayah darat Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat yang mencapai
62.755,3 km² merupakan salah satu faktor utama yang sangat sulit bagi BBPOM di
Makassar melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif. Hal ini disebabkan
karena Sulawesi Selatan sebagai barometer pertumbuhan ekonomi dan merupakan
pintu gerbang lalulintas peredaran Obat dan Makanan di wilayah timur Indonesia.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
2
Dalam bidang pengawasan ini masih banyak hambatan dan tantangan yang harus
dihadapi oleh Balai Besar POM di Makassar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai pengawas sekaligus pembina di bidang obat dan makanan agar dapat
memberikan rasa aman kepada masyarakat dari kemungkinan beredarnya produk yang
tidak bermutu dan tidak aman yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
Sebagai implementasi dari hal tersebut perlu dilakukan peningkatan di beberapa
sisi antara lain penajaman sasaran pengawasan, tindakan produktif terhadap masalah
yang terjadi di wilayah kerja, meningkatkan pembinaan dan pelayanan kepada pelaku
usaha di bidang obat dan makanan yang didukung oleh kemampuan uji mutu dan
keamanan yang handal serta didukung pula oleh sumber daya termasuk sumber daya
manusia yang ada harus mampu melaksanakan tugas dengan sebaik–baiknya,
sehingga apa yang diharapkan organisasi dapat segera tercapai.
Upaya khusus untuk mengembangkan komitmen seluruh anggota organisasi perlu
adanya koordinasi dan komunikasi dengan stake holder sebagai faktor kunci sukses
terus diupayakan melalui peningkatan komunikasi efektif dan pertemuan dengan
seluruh stake holder yang ada di daerah baik ditingkat Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
Untuk itu Balai Besar POM di Makassar akan selalu berupaya untuk mampu
memenuhi harapan masyarakat sekaligus mampu melaksanakan tugas dan fungsinya
sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga masyarakat dapat terlindungi dari obat dan
makanan yang berisiko terhadap kesehatan.
2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Stuktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan
Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. Khusus Organisasi
dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan Keputusan Kepala
BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BPOM
Nomor 14 Tahun 2014.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
3
Gambar 1.1. Struktur Organisasi BBPOM di Makassar
KEPALA BBPOM
DI MAKASSAR
KA.SUB.BAGIAN
TATA USAHA
TATA USAHA
Ka.Bid.Peng
Teranakoko
Ka.Bid.Peng
Pangan & BB
tER
Pangan&BB
Teranakoko
Klp. Jab.
Fungsional
Ka.Bid.Peng
Mirobiologi
Ka. Bid.
Pemdik
Ka. Bid.
Serlik
Ka. Sie.
Pemeriksaan
Ka. Sie.
Sertifikasi
Ka. Sie.
Penyidikan
Ka. Sie. LIK
Sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada gambar 1.1, secara garis
besar unit-unit kerja BPPOM di Makassar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan
Produk komplemen mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan
program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan
laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik,
narkotika, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen
2. Bidang Pengujian Pangan dan bahan Berbahaya mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan
laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di
bidang pangan dan bahan berbahaya
3. Bidang Pengujian Mikrobiologi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi
4. Bidang Pemeriksaan dan penyidikan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian dan
pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan
kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, Terapetik, Narkotika,
Obat Tradisional, Kosmetik, Produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya
5. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen tugas melaksanakan
penyusunanan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
4
6.
pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan
layanan informasi konsumen
Sub. Bagian tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administrasi di lingkungan BBPOM di Makassar
Untuk mendukung tugas-tugas BBPOM di Makassar sesuai dengan tugas
dan fungsinya, diperlukan SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik.
Jumlah SDM di BBPOM di Makakassar sampai tahun 2014 adalah 122 orang.
Gambar 1.1 Profil Pegawai BBPOM di Makassar Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
6
Bidang Pengujian Teranakoko
Bidang Pengujian Pangan & BB
Bidang Pengujian Mikrobiologi
Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
Bidang Sertifikasi dan LIK
Sub Bagian Tata Usaha
2
1
1
6
4
2
14
6
9
14
9
-
5
3
2
5
1
9
3
1
5
3
4
3
1
7
2
Jumlah
D1
D3
S1
Apoteker/
Profesi
S2
No
.
Tabel 1.1 Penyebaran SDM BBPOM di Makassar
Unit Kerja
SLTA
Umum
SLTA
Kejuruan
Dari gambar 1.1 diatas dapat diketahui bahwa 29,51 % pegawai BBPOM di makassar
adalah non sarjana. Adapun penyebaran SDM BBPOM di Makassar BBPOM di Makassar
dapat dilihat pada tebel dibawah ini :
29
14
16
28
14
21
Tabel 1.2 berdasarkan ABK
Dari komposisi SDM sampai tahun 2014 seperti table diatas, maka perlu dilakukan
peningkatan kuantitas dan kualitas SDM BBPOM di Makassar agar dapat mengantisipasi
perubahan lingkungan strategis yang akan terjadi untuk mewujudkan tujuan organisasi
dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
5
3. Hasil Capaian Kinerja BPOM periode 2010-2014
Sesuai peran dan kewenangan Balai Besar POM di Makassar mempunyai
tugas mengawasi peredaran Obat dan Makanan di wilayah Sulawesi Selatan Dan
Sulawesi Barat.
Adapun pencapaian hasil kinerja Balai Besar POM di Makassar dapat dilihat
sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama yaitu:
a. Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar
Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar pada tahun terakhir
RPJMN 2010-2014 adalah 1.84 yang diukur dengan memperhitungkan selisih
dari persentase produk obat yg memenuhi standar pada tahun 2014 (99.34%)
tehadap persentase produk obat yg memenuhi standar pada tahun 2010
(97.50%).
Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar
Tahun
2010
Obat yang Memenuhi Standar (%)
97.50
Target kenaikan Obat Memenuhi Standar (%)
0
Realisasi kenaikan Obat Memenuhi Standar (%)
0
% capaian
0
2011
97.71
2.00
0.21
10.50
2012
98.40
5.00
0.9
18.00
2013
98.12
20.00
0.62
3.10
2014
99.34
13.00
1.84
14.15
Capaian kinerja semakin meningkat terlihat dari peningkatan jumlah cakupan
obat yang memenuhi standar dari tahun 2010 sampai 2014 yaitu dari sebesar
97.50% sampai dengan 99.34%. Jika dihitung dari capaian realisasi terhadap target,
maka diperoleh capaian sebesar 14.15% dari target yang ditetapkan
b. Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
6
Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar di tahun
2014 mencapai hingga 18.47% dari tahun 2010.
Interpretasi data dalam gambar :
Persentase Kenaikan Obat Tradisional Yang Memenuhi Standar
Tahun
2010
Obat Tradisional Memenuhi Standar (%)
67.55
Target Kenaikan Obat Tradisional Memenuhi standar (%)
0
Realisasi Kenaikan Obat Tradisional Memenuhi standar (%) 0
% capaian indicator
0
2011
63.40
2
-4.15
-207.5
2012
62.71
5
-4.84
-96.8
2013
74.80
3
7.25
242
2014
86.02
4
18.47
461.75
Dari data dapat dilihat terjadi penurunan capaian obat tradisional yang memenuhi
syarat dari tahun 2010 ke 2012, namun secara bermakna terjadi peningkatan dari
tahun 2013 sebesar yaitu 7.25% (yaitu dari 67.55% ke 74.80% ), bahkan pencapaian
tahun 2014 sebesar 18.47% dari tahun 2010. Hal ini membuktikan bahwa dalam
kurun waktu 5 tahun (2010-2014) terjadi peningkatan persentase kenaikan obat
tradisional yang memenuhi standar.
c. Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar
Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar di tahun 2014 adalah
15.48% jika dihitung dari tahun 2010.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
7
Persentase Kenaikan Kosmetik Yang Memenuhi Standar
Tahun
2010
Kosmetik Memenuhi Standar (%)
95.04
Target Kenaikan Kosmetik Memenuhi standar (%)
0
Realisasi Kenaikan Kosmetik Memenuhi standar (%)
0
% capaian indicator
0
2011
92.92
25
-2.12
-8.48
2012
99.09
25
4.05
16.2
2013
98.91
25
3.87
15.48
2014
98.91
25
3.87
15.48
Dari data nampak bahwa terjadi penurunan persentase kosmetik yang
memenuhi standar pada tahun 2011 dari tahun 2010 sebesar 2.12%. Namun
pada tahun 2012 terjadi peningkatan kenaikan kosmetik yang memenuhi syarat
hingga mencapai 99.09%, tahun 2013 terjadi penurunan tidak bermakna sebesar
98.91% demikian pula pada tahun 2014. Trend capaian kosmetik yang
memenuhi standar dalam kurun waktu 2010 sampai dengan 2014 mengalami
peningkatan sebesar 3.87% dari tahun 2010. Hal ini membuktikan bahwa
kosmetik yang yang terdapat pada beberapa sarana yang diperiksa menunjukkan
peningkatan pemenuhan standar kosmetik yang aman bagi masyarakat.
Persentase capaian yang diperoleh sebesar 15.48% dari target yang
ditetapkan untuk tahun 2014 sebesar 25%.
d. Persentase kenaikan Suplemen makanan yang memenuhi standar
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
8
Suplemen
makanan
yang
memenuhi
standar
pada
tahun
2014
menunjukkan peningkatan sebesar 2.12% dibandingkan tahun 2010 yang
mencapai 97.52%.
Persentase Kenaikan Suplemen Makanan Yang Memenuhi Standar
Tahun
2010
Suplemen Makanan Memenuhi Standar (%)
97.52
Target Kenaikan Suplemen Makanan Memenuhi standar (%)
0
Realisasi Kenaikan Suplemen Makanan Memenuhi standar (%) 0
% capaian indicator
0
2011
97.54
50.00
0.02
0.04
2012
100.00
50.00
2.48
4.96
2013
99.28
50.00
1.76
3.52
2014
99.64
50.00
2.12
4.24
Trend capaian kenaikan suplemen makanan mengalami peningkatan pada
tahun 2011, bahkan mencapai 100% di tahun 2012. Meskipun pada tahun 2013
terjadi penurunan suplemen makanan yang memenuhi standar dari yang diperiksa di
wilayah sulselbar, di tahun 2014 capaian kembali meningkat hingga mencapai
kenaikan 2.12% yang menunjukkan dalam kurun wakt u 5 tahun (2010-2014)
cakupan suplemen makanan yang memenuhi stndar yang beredar relatif tinggi
sehingga masyarakat masih terlindungi dari suplemen makanan yang tidak
memenuhi standar.
e. Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar
Persentase makanan yang memenuhi standar pada tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 2.79% dari tahun 2010.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
9
Persentase Kenaikan Makanan Yang Memenuhi Standar
Tahun
2010
Makanan Memenuhi Standar (%)
80.18
Target Kenaikan Makanan Memenuhi standar (%)
0
Realisasi Kenaikan Makanan Memenuhi standar (%)
0
% capaian indicator
0
2011
83.90
50.00
3.72
7.44
2012
89.00
25.00
8.82
35.28
2013
91.16
25.00
10.98
43.92
2014
77.39
50.00
-2.79
-5.58
Trend capaian persentase makanan yang memenuhi standar dari tahun
2011,2012 dan 2013 mencapai peningkatan sebesar 10.98%, hal ini menunjukkan
hingga tahun 2013 makanan yang memenuhi standar di wilayah sulselbar
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 terjadi penurunan
jumlah makanan yang memenuhi standar sebesar disebabkan karena dari kegiatan
pengawasan yang dilakukan terdapat sampel PJAS (Pangan, Jajanan Anak
Sekolah) yang tidak memenuhi standar yang sangat tinggi, untuk ke depannya Balai
Besar POM di Makassar akan lebih menigkatkan pengawasan dan bimbingan
kepada pihak sekolah dalam pemenuhan PJAS yang memenuhi standar.
f.
Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat, dan Mutu)
Proporsi obat yang memenuhi standar (aman, manfaat, mutu) di tahun
2014 adalah 99.34% yang diukur dari jumlah sampel obat yang memenuhi
syarat (906 item) dibandingkan dengan jumlah seluruh sampel obat (912 item)
yang diuji di BBPOM di Makassar. Sedangkan persentase capaian target
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
10
tahun 2014 sebesar 99,71% yang diukur dari realisasi sebesar 99,34% dibagi
dengan target sebsar 99,63%.
Capaian kinerja tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 berturut-turut
adalah 98.26%, 98.45%, 99.09%, 98.61%, dan 99,71%.
Proporsi obat yang beredar dalam wilayah Sulselbar berdasarkan hasil
pemantauan dan kinerja menunjukkan hasil yang semakin mendekati 100%,
artinya semua obat yang beredar pada sarana yang diperiksa secara umum
telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.
g. Proporsi Obat tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)
Pada tahun 2014, proporsi obat tradisional yang mengandung Bahan
Kimia Obat (BKO) adalah 0.31 %. Dibandingkan terhadap target yang ingin
dicapai sebesar 2% maka persentase capaian indikator ini adalah 184.50%.
Pada indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan
realisasinya.
Trend capaian kinerja tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 berturut-turut
adalah 129.00%, 99.00%, 84.67%, -7.20%. Pada tahun 2013 terdapat
penurunan persentase capaian sebesar 7.20%. Dari data tersebut dapat
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
11
terlihat bahwa obat tradsional yang mengandung bahan kimia obat (BKO)
semakin berkurang pada tahun 2014, yaitu sebesar 0.31%. Capaian tahun 2014
ini mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2013 dimana persentase capaian
kinerja mengalami penurunan. Jika dibandingkan tahun 2010 (0,71%) menjadi 0,31%
pada tahun 2014, maka terjadi penurunan sebesar 0,40%. Hal ini menunjukkan
bahwa obat tradisional yang mengandung BKO semakin berkurang.
h. Pencapaian proporsi kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya
Pada tahun 2014, realisasi proporsi kosmetik yang mengandung bahan
berbahaya adalah 1,01 % dari target 1,00 % dihitung dari jumlah kosmetik
tidak memenuhi syarat (15 item), dibagi dengan jumlah total sampel Kosmetik
yang telah diuji (1380 item). Dan diperoleh nilai capaian realisasinya adalah
99,00 %.
Persentase capaian indikator ini berbanding terbalik dengan
realisasinya, semakin tinggi proporsi kosmetik yang mengandung bahan
berbahaya, maka semakin rendah persentase capaiannya.
Indikator ini mengalami peningkatan persentase realisasi namun mengalami
penurunan persentase capaiannya. Persentase realisasi dari tahun 2010 – 2014
semakin meningkat, hal ini berarti meningkatnya kosmetik mengandung bahan
berbahaya yang ditemukan di pasaran.
Dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 capaian realisasi
indikator ini berturut-turut adalah 182.50%, 176.00%, 139.33% dan 112.80%.
Terjadi penurunan trend capaian dari tahun 2010 – 2014.
Hal ini disebabkan :
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
12
- Meningkatnya jumlah dan jenis produk kosmetik yang beredar dipasaran
baik produk nasional maupun produk import.
- Peningkatan diatas tidak berbanding lurus dengan produsen yang
memenuhi Cara Produksi Kosmetika yang baik (CPKB)
Untuk tahun 2015 Balai Besar POM di Makassar melakukan pengawasan
kosmetik mengikuti perkembangan dimana pengawasan ditingkatkan pada
penyebaran kosmetik misalnya via online, hal ini dilakukan agar pengawasan
terhadap penggunaan dan penyebaran kosmetik berjalan optimal sehingga
masyarakat tetap terlindungi dari kosmetik yang mengandung bahan berbahaya.
i. Proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi standar keamanan
Proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi standar keamanan pada
tahun 2014 adalah 0,36% dari target yang ingin dicapai sebesar 1.0 % dan
persentase capaiannya adalah 163.77%.
Persentase capaian tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 berturut-turut
adalah
117.33%, 101.60%, 200%, 152.00%. Jika dibandingkan dengan
pencapaian sejak tahun 2010, indikator ini hanya memenuhi target capaian
pada tahun 2012.
Kedepannya, intensitas pengawasan tingkat distribusi akan lebih di tingkatkan
demikian
juga
peningkatan
penyuluhan
kepada
masyarakat
terhadap
penggunaan suplemen makanan yang memenuhi standar.
j. Persentase pencapaian proporsi makanan yang memenuhi standar
Proporsi makanan yang memenuhi syarat pada tahun 2014 adalah 72.39%
dihitung dari jumlah sampel makanan yang memenuhi syarat (1068 item)
dibagi dengan jumlah sampel yang di uji (1380 item). Dibandingkan dengan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
13
target yang ingin dicapai sebesar 91.00% maka capaian realisasi sebesar
85.05%.
Interpretasi data dalam gambar :
Sejak tahun 2010-2013 realisasi indikator ini mengalami peningkatan
tetapi mengalami penurunan pada tahun 2014 karena adanya peningkatan
produk makanan yang tidak memenuhi syarat. Tahun 2010 – 2012 realisasi
indikator ini masih dibawah target yang di ditetapkan sedangkan pada tahun
2013 telah mencapai target dan mengalami kembali penurunan pada tahun
2014. Capaian realisasi tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 berturut-turut
adalah 89.59%, 93.22%, 98,61%, dan 100.73% dan untuk tahun 2014
sebesar 85,05%.
4. Isu-isu Strategis sesuai dengan Tupoksi BBPOM di Makassar
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi BBPOM di Makassar
tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target hasil pencapaian
kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang
belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat, antara lain:
1. belum sepenuhnya tercapai penapisan produk dalam rangka pengawasan
Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market),
2. belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di
masyarakat (post-market) dan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
14
3. belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi
dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan
Makanan.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat beberapa penyebab
yang dianggap sangat krusial dan strategis bagi fungsi BBPOM di Makassar dalam
melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga diharapkan pencapaian
kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada gambar 1.4 terdapat
diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan isu-isu strategis
sesuai dengan tupoksi dan kewenangan BBPOM di Makassar sebagai berikut:
Gambar 1.4: Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya
BELUM OPTIMALNYA PERAN
BBPOM di MAKASSAR DALAM
MELAKSANAKAN
PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN
Belum optimalnya
sistem pengawasan
Obat dan Makanan
Belum optimalnya pembinaan
dan bimbingan kepada
pemangku kepentingan
melalui Kerjasama,
Komunikasi, Informasi dan
Edukasi Publik
Masih terbatasnya
kapasitas
kelembagaan
PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Penguatan kebijakan teknis pengawasan
(RegulatorySystem)
Pembinaan dan bimbingan kepada
pemangku kepentingan
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas BBPOM di
Makassar sebagai pengawas Obat dan Makanan di Sulawesi Selatan dan Barat masih
perlu terus dilakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dari sisi
manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian kinerja di masa datang semakin
membaik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan di
Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang lebih ketat dalam menjaga
keamanan, mutu serta khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut, yang pada
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
15
akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan
kesehatan masyarakat.
Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi
BPOM sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yang perlu terus
diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa yang akan datang sebagai berikut:
1.
Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2.
Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi
dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam
memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta mendorong peningkatan
kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan,
3.
Penguatan kapasitas kelembagaan BBPOM di Makassar, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
16
BAB II
VISI, MISI dan Tujuan BBPOM DI MAKASSAR
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi
ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka BBPOM di Makassar sesuai
dengan tugas dan fungsinya dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan dituntut
untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan di wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sesuai standar yang telah ditetapkan.
Untuk itu, Badan POM sebagai organisasi induk BBPOM di Makassar menyusun visi dan
misi serta tujuan dan sasaran BPOM.
A. VISI
Visi BBPOM di Makassar sepenuhnya mengacu kepada Visi BPOM 2015-2019
yang telah ditetapkan oleh Badan POM yaitu:
”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
dan Daya Saing Bangsa”
Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta
diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik.
Penjelasan VISI
Aman :
Kemungkinan risiko yang timbul pada
penggunaan Obat dan Makanan telah
melalui analisa dan kajian sehingga
risiko yang mungkin masih timbul
adalah seminimal mungkin/dapat
ditoleransi/tidak membahayakan saat
digunakan pada manusia. Dapat juga
diartikan bahwa khasiat/manfaat
Obat dan Makanan meyakinkan,
keamanan memadai, dan mutunya
terjamin.
Daya Saing :
Kemampuan menghasilkan produk
barang dan jasa yang telah memenuhi
standar, baik standar nasional
maupun
internasional,
sehingga
adanya kesiapan suatu produk bangsa
untuk interaksi di masa depan.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
17
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai
dengan Tugas dan Fungsi BBPOM di Makassar sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Bab I. Misi BPOM yang menjadi acuan BBPOM di Makassar
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full
spectrum) standardisasi yang ditetapkan oleh Badan POM, penilaian produk
sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan
pengujian produk serta penegakan hukum.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan.
Pelaku usaha Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
(SISPOM) merupakan pemangku kepentingan yang mampu memberikan
jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.
BBPOM di Makassar dalam melakukan pengawasan
harus bersikap
konsisten terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses
pemeriksaan serta pembinaan dengan baik sehingga pelaku usaha dapat
memberikan produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat, bermutu dan
berdaya saing. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan
diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan
jaminan keamanan Obat dan Makanan.
Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat
strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya
pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan,
masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan
kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
18
standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi
terkait
Obat
dan Makanan
sehingga dapat
berperan
aktif dalam
meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.
Dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat,
BBPOM di Makassar
melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam mendukung pengawasan seperti melalui kegiatan
Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta
kemitraan dengan pihak lain.
Terkait dengan bidang kesehatan, peran Kab/Kota yang ada di Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat dalam menyusun perencanaan pembangunan
serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Untuk itu, BBPOM
di Makassar harus bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga
pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai
tujuan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang
memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat, dalam hal ini
terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang
kinerja. BBPOM di Makassar harus mampu mengelola sumber daya yang
terbatas dari segi kuantitas dan kualitasnya secara efektif dan efisien untuk
mewujudkan sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan.
Dari segi organisasi, BBPOM di Makassar perlu meningkatkan kualitas kinerja
dengan tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip
organisasi
pembelajar
(learning
organization)
dengan
memperkuat
koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta
saling bertukar informasi (knowledge sharing).
C. Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan
tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
19
1.
Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan
dan komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional.
4. Kerjasama
Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/
Cepat
Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
D. TUJUAN
Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan,
maka tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan
bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan dan Barat. Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja adalah
Tingkat kepuasan masyarakat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat atas jaminan
pengawasan BBPOM di Makassar.
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan
menjamin mutu dan mendukung inovasi. Dengan indicator kinerja :
a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat dalam memenuhi ketentuan;
b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan
pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.
E. SASARAN STRATEGIS
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
20
Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan diharapkan BBPOM di Makassar
dapat mencapai sasaran strategis yang disusun berdasarkan visi dan misi yang
ingin dicapai Badan POM.
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Indikator Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini adalah sebagai
berikut:
1. Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat,
2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat meningkat,
3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat meningkat,
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat meningkat,
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat
2. Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam
mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan
pemangku
kepentingan
serta
partisipasi
masyarakat
melalui
kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait
dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu
perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang
baik. Pelibatan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat urgen dan
strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang
dilaksanakan oleh BBPOM di Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan Barat.
Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran
masih
berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih
cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang
aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat terkait Obat dan Makanan
yang memenuhi syarat, BBPOM di Makassar harus memberikan kegiatan
pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan
Edukasi (KIE). Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu
dilakukan oleh pelaku usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha
lain.
Indikator dari sasaran strategis ini adalah sebagai berikut :
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
21
1. Tingkat kepuasan Masyarakat, dan
2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan
Pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran
pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan.
3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM
Dalam melaksanakan tugas, BBPOM di Makassar masih memerlukan penguatan
kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya
dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang
sesuai dengan nilai organisasi. Indikator untuk mengukur keberhasilan pencapaian
sasaran strategis adalah nilai SAKIP BBPOM di Makassar dari Badan POM
SASARAN
STRATEGIS
VISI
MISI
TUJUAN
Obat
dan
Makanan
Aman
Meningkatkan
Kesehatan
Masyarakat
dan Daya Saing
Bangsa
Meningkatkan
sistem
pengawasan Obat
dan
Makanan
berbasis
risiko
untuk melindungi
masyarakat
Meningkatnya
jaminan produk
Obat
dan
Makanan aman
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat
dan Makanan
Mendorong
kemandirian
pelaku
usaha
dalam
memberikan
jaminan keamanan
Obat dan Makanan
serta memperkuat
kemitraan dengan
pemangku
kepentingan.
Meningkatnya
daya saing Obat
dan Makanan di
pasar lokal dan
global
dengan
menjamin mutu
dan mendukung
inovasi
Meningkatnya
jaminan
kualitas
pembinaan
dan
bimbingan dalam
mendorong
kemandirian
pelaku usaha dan
kemitraan dengan
pemangku
kepentingan serta
partisipasi
masyarakat melalui
kerjasama,
Komunikasi,
Informasi
dan
Edukasi
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Meningkatnya
Kualitas Kapasitas
Kelembagaan
BPOM
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
INDIKATOR KINERJA
1. Persentase obat
yang
memenuhi syarat;
2. Persentase obat Tradisional
yang memenuhi syarat;
3. Persentase Kosmetik yang
memenuhi syarat;
4. Persentase
Suplemen
Kesehatan yang memenuhi
syarat;
5. Persentase makanan yang
memenuhi syarat.
1. Tingkat
Kepuasan
Masyarakat
2. Jumlah
Kabupaten/Kota
yang
memberikan
komitmen
untuk
pelaksanaan
Pengawasn
Obat dan Makanan dengan
memberikan
alokasi
anggaran pelaksanaan
1. Nilai SAKIP BBPOM di
Makassar dari Badan POM
22
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN POM
Arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis
BPOM periode 2015-2019, adalah:
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian
pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk
Obat dan Makanan
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui
kemitraan
pemangku
kepentingan
dan
partisipasi
masyarakat
dalam
pengawasan Obat dan Makanan
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur
yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja
yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif
dan efisien.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan
Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;
Internal:
3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
23
5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan
untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah
secara lebih proporsional dan akuntabel;
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam
mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan
lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarak sipil).
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan
kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin penting yang harus
diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah
lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat
dan Makanan tersebut, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode
2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai
berikut:
a.
Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan
Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam
pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian
kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai
standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana
distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum,
serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b.
Program Generik
1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis lainnya.
2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan
prioritas BPOM, sebagai berikut:
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
24
a.
Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market);
2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;
3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui
penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan.
4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,
sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan
dan Bahan Berbahaya;
5) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;
6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium
Obat dan Makanan;
7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
8) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara lain
regulatory science, life science;
9) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku
kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,
Keuangan;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan Sarana
dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;
4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;
5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan
Hubungan Masyarakat.
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBPOM DI MAKASSAR
Arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis
BBPOM di Makassar periode 2015-2019, adalah:
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
25
Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat
2) Peningkatan jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam rangka
mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan melalui kerjasama, Komunikasi, informasi dan edukasi
3) Peningkatan kualitas kapasitas organisasi BBPOM di Makassar
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sector di Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat terkait pengawasan Obat dan Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan
Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;
Internal:
1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko di
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat;
2) Membangun manajemen kinerja dari kinerja BBPOM di Makassar hingga kinerja
individu/pegawai
3) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan
untuk mendorong peningkatan kinerja BBPOM di Makassar dan pegawainya;
8) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BBPOM di Makassar secara lebih
proporsional dan akuntabel;
9) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam
mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Barat.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan
lintas sektor dan lembaga (pemerintah Provinsi dan pemerinta Kab/Kota, dunia usaha
dan kelompok masyarak sipil di Sulawesi Selatan dan Barat). Sedangkan strategi
internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta
sumber daya pegawai BBPOM di Makassar sendiri. Poin penting yang harus
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
26
diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah
organisasi sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, BBPOM di Makassar Memiliki
“Program Pengawasan Obat dan Makanan”, dimana sasaran dari program ini adalah
menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat. Untuk mencapai sasaran program diatas, BBPOM di Makassar memiliki
kegiatan strategis yaitu Pengawasan Obat dan Makanan di BBPOM di Makassar dengan
sasaran meningkatnya kinerja pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat.
Selanjutnya, program dan kegiatan strategis tersebut tersebut dijabarkan dalam
kegiatan-kegiatan prioritas BBPOM di Makassar, sebagai berikut:
a. Pengujian sampel menggunakan parameter kritis
b. Peningkatan cakupan pengawasan sarana Produksi Obat dan Makanan di
Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat
c. Pemenuhan target sampling produk Obat disektor publik (IFK)
d. Peningkatan cakupan pengawasan sarana Distribusi Obat dan Makanan di
Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat
e. Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan
f. Peningkatan layanan informasi yang dilakukan ole BBPOM di Makassar
g. Peningkatan intervensi program Keamanan Pangan di desa/kelurahan
Kegiatan pendukung antara lain :
a. Peningkatan sarana dan prasarana yang terkait pengawasan Obat dan
Makanan.
b. Pelaporan dokumen perencanaan, penganggaran
dan evaluasi tepat
waktu.
C. KERANGKA REGULASI
Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, dibutuhkan
adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan. Selain regulasi teknis,
regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis juga harus terpenuhi. Pengawasan Obat
dan Makanan di Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat merupakan tugas BBPOM di
Makassar yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
27
kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kab/Kota maupun swasta.
Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih dijumpai
kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Sebagai
contoh BBPOM di Makassar melaksanakan pengawasan seringkali harus berkoordinasi
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota yang ada di wilayah provinsi Sulawesi Selatan
dan Barat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi instansi pemerintah harus
memperhatikan peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan
suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan
Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan
seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap
inferior dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di
bidang kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat
besar bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri Obat dan Makanan
dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada
pengurangan jumlah pengangguran.
Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara
optimal, maka BBPOM di Makassar perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan
perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan.
Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh
BPOM dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:
1.
Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan
ini dapat berupa Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala BPOM atau
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan yang perlu disusun untuk meningkatkan
efektivitas pengawasan Obat dan Makanan.
2.
Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP
3.
Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan
di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan gugus pulau. Hal
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
28
ini diperlukan karena belum optimalnya quality surveilance/monitoring mutu untuk
daerah perbatasan, daerah terpencil dan gugus pulau.
4.
Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan.
Adanya Juknis/pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki Sistem
penyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi, termasuk
dengan pemanfaatan hasil MESO, Monitoring Efek Samping Obat Tradisional
(MESOT), dan Monitoring Efek Samping Kosmetik (MESKOS).
5.
Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive
melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program), misalnya
laboratorium BBPOM di Makassar dalam lima tahun ke depan telah pra-kualifikasi
oleh lembaga internasional.
6.
Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta
Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan
efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam hal ini BPOM perlu
meningkatkan advokasi tentang peranan pemerintah daerah dalam pengawasan
Obat dan Makanan.
D. KERANGKA KELEMBAGAAN
Untuk memperkuat fungsi BBPOM di Makassar dalam melaksanakan mandat
Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif penataan organisasi, baik
penataan dalam lingkup intraorganisasi BBPOM di Makassar maupun penataan yang
bersifat interorganisasi dalam bentuk koordinasi lintas instansi/lembaga maupun
hubungan relasional dengan para pemangku kepentingan utama di provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat..
Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan dikoordinasikan agar
lebih efisien dan efektif adalah:
1. penataan kelembagaanBBPOM di Makassar sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dilakukan
dengan
berpegang
pada
Peraturan
Menteri
PAN
No.
PER/18/M.PAN/ll/2008, Tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dengan langkah penataan
sebagai berikut :
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
29
a. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi Badan
POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal dan
operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam penyelenggaraan
layanan teknis dan administratif yang telah didelegasikan dari Badan POM;
b. Upaya peningkatan kinerja kelembagaan UPT melalui penataan ulang kriteria
dan klasifikasi UPT berdasarkan unsur pokok dan unsur penunjang;
Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan Makanan
dituangkan pada Gambar 13. Dalam kerangka kelembagaan tersebut tampak
bahwa dalam pelaksanaan mandatnya Badan POM menyelenggarakan fungsi
produce, provide, manage, dan apply.
Gambar 13. Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandat Badan POM
Fungsi produce, meliputi mandat untuk perumusan dan penetapan kebijakan
(regulating), penyelenggaraan layanan publik (executing, dan pelenksanaan
fasilitasi, pengembangan kapasitas, maupun kegiatan-kegiatan penguatan bagi
pihak lain (empowering). Fungsi provide, merupakan menyediakan keluaran
untuk dimanfaatkan langsung oleh mitra atau pengguna akhir. Untuk fungsi
manage, merupakan fungsi pengelolaan sumberdaya organsiasi agar dapat
dicapai hasil yang optimal dalam mendukung kegiatan operasional Badan POM.
Sedangkan apply adalah bentuk outreach dalam penciptaan nilai tambah dan
manfaat bagi masyarakat.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
30
2. Penguatan kerjasama dengan pemerintah di daerah di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama
dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan kesehatan di
Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat;
4. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama
dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan penegak
hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat dan Makanan ilegal
merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem peradilan pidana.
5. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan oleh BBPOM
di Makassar serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien, dan
transparan.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
31
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. Target Kinerja
Sebagaimana sasaran strategis BBPOM di Makassar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, maka target sesuai indicator masing-masing sasaran strategis adalah
sebagai berikut :
Tabel 11
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Target Kinerja
Sasaran Strategis
Indikator
2015
2016
2017
2018
2019
Persentase obat yang
memenuhi syarat
meningkat
92
92.5
93
93.5
94
Persentase Obat Tradisional
yang memenuhi syarat
meningkat
80
81
82
83
84
Persentase Kosmetik yang
memenuhi syarat meningkat
89
90
91
92
93
Persentase Suplemen
Makanan yang memenuhi
syarat meningkat
79
80
81
82
83
Persentase Makanan yang
memenuhi syarat meningkat
80
80
81
81
82
Meningkatnya
jaminan kualitas
pembinaan dan
bimbingan dalam
mendorong
kemandirian pelaku
usaha dan kemitraan
dengan pemangku
kepentingan
Tingkat Kepuasan
Pelanggan
65
65
70
75
80
Jumlah Kabupaten/Kota
yang memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan dengan
memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan
regulasi Obat dan Makanan
3
3
4
5
11
Meningkatnya
kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
Nilai SAKIP BBPOM di
Makassar dari Badan POM
RI
B
A
A
A
A
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat dan
Makanan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
32
Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan
Makanan dilaksanakan melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
2. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Untuk
mencapai
Sasaran
Strategis
Meningkatnya
jaminan
kualitas
pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan
kemitraan dengan pemangku kepentingan dilaksanakan Program Pengawasan
Obat dan Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Jumlah layanan publik BB/BPOM, dan
2. Jumlah Komunitas yang diberdayakan
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM dilaksanakan melalui kegiatan:
1.
Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
2.
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan
tepat waktu
B. KERANGKA PENDANAAN
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka
kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis
BBPOM di Makassar periode 2015-2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 12
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
33
Sasaran
Strategis
Menguatnya
Sistem
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Alokasi (Rp Milyar)
PIC
Indikator
2015
2016
2017
2018
2019
5,243
5,768
6,345
7,297
8,313
1.850
1,870
1,930
2,000
2,120
25,431
27,974
30,772
34,154
37,920
Persentase obat yang
memenuhi syarat
meningkat
BBPOM di
Makassar
Persentase Obat
Tradisional yang
memenuhi syarat
meningkat
Persentase Kosmetik
yang memenuhi syarat
meningkat
Persentase Suplemen
Makanan yang
memenuhi syarat
meningkat
Persentase Makanan
yang memenuhi syarat
meningkat
Meningkatnya
jaminan
kualitas
pembinaan dan
bimbingan
dalam
mendorong
kemandirian
pelaku usaha
dan kemitraan
dengan
pemangku
kepentingan
Meningkatnya
kualitas
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Tingkat Kepuasan
Pelanggan
Jumlah
Kabupaten/Kota yang
memberikan komitmen
untuk pelaksanaan
pengawasan Obat dan
Makanan dengan
memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan
regulasi Obat dan
Makanan
Nilai SAKIP BBPOM di
Makassar dari Badan
POM
Matriks kinerja dan pendanaan BPOM per kegiatan sebagaimana pada
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan BBPOM di Makassar.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
34
BAB V
PENUTUP
Renstra BBPOM di Makassar Tahun 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi BBPOM untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan
pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan BBPOM di
Makassar, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya, serta komitmen pimpinan
dan staf BBPOM di Makassar. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan
Renstra Tahun 2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan,
dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra BBPOM di Makassar, termasuk
indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
berlaku.
Renstra BPOM Tahun 2015-2019 menjadi acuan kerja bagi BBPOM di Makassar
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Diharapkan BBPOM di Makassar dapat
melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada peningkatan
kinerja balai dan kinerja pegawai.
Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada Peraturan
Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPPENAS).
Selain sebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas,Renstra juga menjadi pedoman
untuk penyusunan Laporan Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BPOM Tahun 2015-2019 dapat
memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja Badan POM RI.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
35
Rencana Strategis Balai Besar POM di Makassar Tahun 2015 – 2019
36
LAMPIRAN 1. CONTOH LOGICAL FRAMEWORK RENSTRA BALAI BESAR/BALAI POM
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat Dan Makanan
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan
bimbingan dalam mendorong kemandirian
pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan
Meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan
Balai BPOM
SP
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat Dan Makanan
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan
bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku
usaha dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan
Meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan
Balai BPOM
SK
2. Meningkat
nya kualitas
sarana
produksi yang
memenuhi
standard
SS
1. Meningkatnya kualitas sampling
dan pengujian terhadap produk
obat dan makanan yang beredar
IKK
1.1.Jumlah
sample yang
diuji
menggunakan
parameter
kritis
1.2. Pemenuhan
target sampling
produk Obat di
sektor publik
(Instalasi Farmasi
Kabupaten)
2.1. Persentase
cakupan
pengawasan
sarana produksi
Obat dan
Makanan
3. Meningkat
nya kualitas
sarana
distribusi
yang
memenuhi
standard
3.1. Persentase
cakupan
pengawasan
sarana
distribusi Obat
dan Makanan
4.
Meningkatnya
hasil
tindaklanjut
penyidikan
terhadap
Pelanggaran
Obat dan
Makanan
4.1.Jumlah
Perkara di
bidang obat
dan makanan
5. Meningkat
nya kerjasama, komunikasi, informasi dan
edukasi
5.1.Jumlah
layanan Publik
BB/BPOM
5.2. Jumlah
Komunitas yang
diberdayakan
6. Pengadaan
Sarana dan
Prasarana yang
Terkait
Pengawasan
Obat dan
Makanan
7. Penyusunan
Perencanaan,
Penganggaran,
Keuangan dan
Evaluasi yang
dilaporkan tepat
waktu
6.1. Persentase
pemenuhan
sarana
prasarana
sesuai standar
7.1.Jumlah
dokumen
perencanaan,
penganggaran,
dan evaluasi
yang dilaporkan
tepat waktu
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Makassar
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/Indikator
Target
Lokasi
Baseline
2015
2016
2017
Alokasi (dalam Miliar rupiah)
2018
2019
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Makassar
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan
SS 1
Makanan
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Provinsi Sulawesi
Persentase obat yang memenuhi syarat
Selatan dan Barat
Persentase obat Tradisional yang memenuhi Provinsi Sulawesi
syarat
Selatan dan Barat
Provinsi Sulawesi
Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Selatan dan Barat
Persentase Suplemen Makanan yang
Provinsi Sulawesi
memenuhi syarat
Selatan dan Barat
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan
2,2 Obat dan Makanan dengan memberikan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat
dan Makanan
Meningkatnya kualitas kapasitas
SS 3
kelembagaan BPOM
3,1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
2017
2018
2019
5,243
5,768
6,345
7,297
8,313
92,00
92,50
93,00
93,50
94,00
0,450
0,500
0,550
0,630
0,720
86,00
80,00
81,00
82,00
83,00
84,00
0,338
0,370
0,410
0,470
0,540
98,90
89,00
90,00
91,00
92,00
93,00
0,675
0,740
0,810
0,930
1,100
99,00
79,00
80,00
81,00
82,00
83,00
0,113
0,124
0,136
0,156
0,180
77,40
80,00
80,00
81,00
81,00
82,00
0,676
0,740
0,810
0,930
1,100
1,850
1,870
1,930
2,000
2,120
25,431
27,974
30,772
34,154
37,920
5
6
6
7
8
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
NA
65,00
65,00
70,00
75,00
80,00
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
NA
3,00
3,00
4,00
5,00
6,00
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
2016
99,00
Meningkatnya jaminan kualitas
pembinaan dan bimbingan dalam
SS 2 mendorong kemandirian pelaku usaha
dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat
2015
B
B
A
A
A
A
Program Pengawasan Obat dan Makanan
SP 1
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan
Makanan
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
99,00
92,00
92,50
93,00
93,50
94,00
Persentase obat Tradisional yang memenuhi Provinsi Sulawesi
1.2.
syarat
Selatan dan Barat
86,00
80,00
81,00
82,00
83,00
84,00
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
98,90
89,00
90,00
91,00
92,00
93,00
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
99,00
79,00
80,00
81,00
82,00
83,00
Provinsi Sulawesi
1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat
Selatan dan Barat
77,40
80,00
80,00
81,00
81,00
82,00
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat
1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
1.4.
Persentase Suplemen Kesehatan yang
memenuhi syarat
Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-NSBS
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/Indikator
Target
Lokasi
Baseline
2015
2016
2017
Alokasi (dalam Miliar rupiah)
2018
2019
Balai Besar PengawasMeningkatnya
Obat dan Makanan
di Makassar
jaminan
kualitas
pembinaan dan bimbingan dalam
SP 2 mendorong kemandirian pelaku usaha
dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
NA
65,00
65,00
70,00
75,00
80,00
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan
2,2 Obat dan Makanan dengan memberikan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat
dan Makanan
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
NA
3,00
3,00
4,00
5,00
6,00
SP 3
Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
3,1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
B
B
A
A
A
4
5
6
7
8
9
Persentase cakupan pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
Provinsi Sulawesi
Selatan dan Barat
Provinsi Sulawesi
Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Selatan dan Barat
Provinsi Sulawesi
Jumlah layanan publik BB/BPOM
Selatan dan Barat
Provinsi Sulawesi
Jumlah Komunitas yang diberdayakan
Selatan dan Barat
Persentase pemenuhan sarana prasarana
Provinsi Sulawesi
sesuai standar
Selatan dan Barat
Jumlah dokumen perencanaan,
Provinsi Sulawesi
penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan Selatan dan Barat
tepat waktu
2016
2017
2018
2019
2
2
2
2
2
25
28
31
34
38
33
36
39
43
48
A
Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM
Di Makassar
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan
makanan di seluruh Indonesia
Jumlah sampel yang diuji menggunakan
1
parameter kritis
Pemenuhan target sampling produk Obat di
2
sektor publik (IFK)
Persentase cakupan pengawasan sarana
3
produksi Obat dan Makanan
2015
4600
4300
4300
4300
4300
4300
2,515
2,767
3,044
3,501
4,026
N/A
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
-
-
-
-
-
13,14
13,39
14,03
14,67
15,31
15,94
0,325
0,358
0,394
0,453
0,521
30,47
30,77
31,08
31,38
31,69
31,99
1,263
1,389
1,528
1,757
2,021
36
14
14
14
14
14
1,140
1,254
1,379
1,586
1,745
25
30
30
35
35
37
1,308
1,310
1,350
1,400
1,500
3,00
3
3
3
3
3
0,542
0,560
0,580
0,600
0,620
78
80,56
82
84
86
88
20,390
22,429
24,672
27,139
29,853
8
10
9
10
9
10
5,041
5,545
6,100
7,015
8,067
Unit
Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-NSBS
LAMPIRAN 3.
KAMUS INDIKATOR RENSTRA BPOM 2015-2019
NO
SASARAN
STRATEGIS
1 Menguatnya
sistem
pengawasan
Obat dan
Makanan.
PROGRAM/
KEGIATAN
IKU/IKK
DEFINISI OPERASIONAL
Program
1.1. Persentase obat a. obat yang mendapatkan NIE dari Badan POM.
Pengawasan Obat
yang memenuhi
dan Makanan
syarat
b. Yang dimaksud dengan obat adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras,
psikotropika dan narkotika (tidak termasuk OT)
PEMBILANG
PENYEBUT
Produk obat yang Jumlah seluruh
MS pada tahun
obat yang diuji
berjalan
(sampel yang
diuji)
Baseline
/2014
92,00
2015
92,00
TARGET
PRAKIRAAN MAJU
2016
2017
2018
92,50
93,00
93,50
2019
94,00
c. obat Memenuhi Syarat (MS) ditetapkan melalui uji laboratorium.
a. Produk obat
yang MS diambil
dari data SBD
tahun 2012
d. Data baseline produk obat MS diambil dari data SBD tahun 2012
e. Kategori obat yang disampling sesuai dengan pedoman prioritas sampling.
1.2. Persentase
produk Obat
Tradisional yang
memenuhi
syarat
a. Obat Tradisional yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
Total Obat
Tradisional yang
disampling pada
tahun berjalan
(n)
70
80
81
82
83
84
1.3. Persentase
produk
Kosmetik yang
memenuhi
syarat
a. Kosmetik yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
Kosmetik yang
Total Kosmetik
memenuhi syarat yang disampling
b. Persentase dihitung melalui perbandingan antara jumlah Kosmetik yang memenuhi syarat
pada tahun
dengan jumlah total Kosmetik yang disampling pada tahun berjalan (n).
berjalan (n)
88
89
90
91
92
93
1.4. Persentase
produk
Suplemen
Kesehatan yang
memenuhi
syarat
a.Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
78
79
80
81
82
83
1.5. Persentase
makanan yang
memenuhi
syarat
a. Makanan adalah pangan olahan yang mendapatkan NIE dari Badan POM.
87,60
88,10
88,60
89,10
89,60
90,10
NA
10
10
10
10
10
NA
3
5
7
9
11
b. Persentase dihitung melalui perbandingan antara jumlah Obat Tradisional yang
memenuhi syarat dengan jumlah total Obat Tradisional yang disampling pada tahun berjalan
(n).
b. Persentase dihitung melalui perbandingan antara jumlah Suplemen Kesehatan yang
memenuhi syarat dengan jumlah total Suplemen Kesehatan yang disampling pada tahun
berjalan (n).
b. Makanan MS ditetapkan melalui uji laboratorium.
Obat Tradisional
yang memenuhi
syarat
Suplemen
Total Suplemen
Kesehatan yang
Kesehatan yang
memenuhi syarat disampling pada
tahun berjalan
(n)
Makanan yang MS Jumlah seluruh
pada tahun
sampel
berjalan
Makanan yang
diuji
c. Data baseline makanan MS diambil dari data Badan POM tahun 2013
d.Kategori produk makanan yang diuji disesuaikan dengan kategori pangan.
Program
2.1. Jumlah industri a. Kemandirian adalah kemampuan Industri Farmasi untuk menjaga mutu.
2 Meningkatnya
jaminan kualitas Pengawasan Obat
farmasi yang
b. Kriteria mandiri:
pembinaan dan dan Makanan
meningkat
Tingkat kepatuhan industri farmasi secara mandiri terhadap peraturan terkait dalam
bimbingan
kemandiriannya pembuatan Obat yang baik
dalam
c. Berdasarkan kriteria mandiri tersebut, industri farmasi dibagi ke dalam beberapa level
mendorong
kemandirian (Maturity level)
kemandirian
pelaku usaha
2.2. Persentase
Jumlah sarana industri pangan olahan berisiko tinggi dan fortifikasi wajib (kecuali garam)
dan kemitraan
industri pangan yang memenuhi ketentuan Program Manajemen Risiko (PMR) dibandingkan dengan jumlah
dengan
olahan yang
sarana industri pangan olahan berisiko tinggi dan fortifikasi wajib
pemangku
mandiri dalam
kepentingan
rangka
menjamin
keamanan
pangan
Jumlah sarana
industri pangan
olahan berisiko
tinggi dan
fortifikasi wajib
(kecuali garam)
yang memenuhi
ketentuan
Program
Manajemen
Risiko (PMR)
jumlah sarana
industri pangan
olahan berisiko
tinggi dan
fortifikasi wajib
PENANG
GUNG
JAWAB
NO
SASARAN
STRATEGIS
3
2015
5
TARGET
PRAKIRAAN MAJU
2016
2017
2018
10
15
20
2.4. Jumlah industri Jumlah industri kosmetika yang menerapkan CPKB
kosmetika yang
mandiri dalam
pemenuhan
ketentuan
180
185
190
195
200
205
2.5. Tingkat
Kepuasan
Masyarakat
NA
B
A
A
A
A
PROGRAM/
KEGIATAN
IKU/IKK
DEFINISI OPERASIONAL
PEMBILANG
PENYEBUT
2.3. Jumlah pelaku
Jumlah pelaku usaha industri obat tradisional (IOT) yang memiliki sertfikat CPOTB
usaha industri
obat tradisional
(IOT) yang
memiliki
sertfikat CPOTB
Tingkat Kepuasan Masyarakat adalah tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan yang
diperoleh dari hasil survei Kepuasan Masyarakat.
Baseline
/2014
2019
25
Tata cara pelaksanaan survei mengacu pada pedoman terkini
3 Meningkatnya
kualitas
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Program
Pengawasan Obat
dan Makanan
Pengawasan
Obat dan
Makanan di 33
Balai
Besar/Balai
POM
2.6. Jumlah Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
yang
memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan
pengawasan
Obat dan
Makanan
dengan
memberikan
alokasi
anggaran
pelaksanaan
regulasi Obat
3.1. dan
NilaiMakanan
SAKIP
Provinsi adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia yang dipimpin oleh Gubernur
Kabupaten/ Kota adalah pembagian wilayah administratifdi Indonesia setelah provinsi yang
dipimpin oleh Bupati/ Kota.
Komitmen untuk pelaksanaan adalah perjanjian (keterikatan) Kota/ Kabupaten untuk
melakukan pelaksanaan pengawasan obat, kosmetik, obat tradisional, pangan dan bahan
berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan, baik yang dilakukan secara mandiri
dan atau terpadu melalui pengawasan/ pemeriksaan, advokasi/ penyuluhan, pembentukan
tim terpadu, pertemuan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkuat pengawasan.
Alokasi anggaran adalah alokasi anggaran daeran baik yang berupa Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan lain-lain sumber pendapatan yang sah dan
tidak mengikat, yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
Nilai SAKIP diukur berdasarkan hasil penilaian SAKIP yang dilakukan oleh APIP Badan POM
BPOM
1
Jumlah sampel
yang diuji
menggunakan
parameter kritis
Parameter kritis adalah parameter uji yang bersifat sebagai penentu terhadap jaminan keamanan,
manfaat, dan mutu produk yang diuji
2
Pemenuhan
target sampling
produk Obat di
sektor publik
(Instalasi Farmasi
Kabupaten)
Diukur berdasarkan jumlah sampel yang diambil pada IFK (termasuk gudang obat KB) dibandingkan
dengan target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik di masing-masing balai.
Persentase
cakupan
pengawasan
sarana produksi
Obat dan
Makanan
a. Sarana produksi Obat dan Makanan adalah jumlah sarana produksi (Industri Farmasi, Industri Obat Jumlah sarana
Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT),
produksi yang
Industri Kosmetika, Industri Pangan olahan MD).
diperiksa
b. Cakupan pengawasan sarana produksi adalah kumulatif pemeriksaan sarana produksi pertahun
c. Cakupan pengawasan sarana produksi pertahun dihitung dari jumlah sarana produksi yang
diperiksa dibandingkan dengan jumlah target sarana produksi yang terdapat di wilayah tersebut
d. Target sarana produksi adalah jumlah total sarana produksi yang diinspeksi sampai dengan 2019
dan ditetapkan secara statistik serta berbasis risiko
3
Jumlah sampel
yang diuji
menggunakan
Parameter kritis ditetapkan dalam pedoman sampling (juga menjelaskan "penentu" terhadap jaminan parameter kritis
keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji
Target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik untuk masing-masing balai ditetapkan
dalam Pedoman Sampling.
jumlah sampel
target sampel
yang diambil pada yang harus
IFK
disampling di
sarana sektor
publik di masingmasing balai
Jumlah sarana
produksi yang
terdapat di
wilayah tersebut
Obat: 207 sarana
Pangan: 2700
sarana
OT:
…..
…
PENANG
GUNG
JAWAB
NO
SASARAN
STRATEGIS
PROGRAM/
KEGIATAN
IKU/IKK
4
Persentase
cakupan
pengawasan
sarana distribusi
Obat dan
Makanan
DEFINISI OPERASIONAL
PEMBILANG
Sarana distribusi Obat dan Makanan yang menjadi cakupan pengawasan termasuk tetapi tidak
Jumlah sarana
terbatas pada sarana berikut:
distribusi yang
a. Sarana distribusi Obat adalah jumlah sarana distribusi Obat (PBF dan Instalasi Farmasi
diperiksa
Pemerintah) dan sarana Pelayanan Kesehatan (Apotek, Toko Obat Berizin, Klinik, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dan Puskesmas).
b. Target sarana distribusi obat adalah jumlah total sarana distribusi yang diinspeksi sampai
dengan 2019 dan ditetapkan secara statistik serta berbasis risiko
c. Sarana Distribusi OT, Kosmetik, dan Suplemen Kesehatan adalah badan usaha atau perorangan
yang melakukan aktivitas importasi; penyaluran; jual beli obat tradisional; suplemen kesehatan
dan/atau kosmetik.
Sarana distribusi terdiri dari:
--> Distributor adalah sarana distribusi yang dalam aktivitasnya memerlukan langkah lebih lanjut
untuk menyalurkan produknya kepada konsumen, contoh: Pedagang Besar, Agen, Toko Grosir
--> Pengecer adalah sarana distribusi yang berhubungan langsung dengan konsumen, contoh: Toko
Swalayan, Apotek, Toko Obat, Toko Jamu, Depot Jamu, Toko Kosmetik, Sarana Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Stokis MLM, Klinik Kecantikan, Salon dan Spa.
d. Sarana distribusi resmi bahan berbahaya adalah distributor dan pengecer yang memiliki SIUPB2, serta importir terdaftar bahan berbahaya, baik perusahaan induk maupun perusahaan cabang.
e. Sarana Distribusi Pangan adalah tempat penjualan atau peredaran makanan (pangan olahan) di
tingkat akhir yang dapat berupa importir/distributor, toko modern atau toko tradisional. Toko
Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri (menjual berbagai jenis barang secara eceran
yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Departement Store, Hypermarket), atau grosir yang
berbentuk perkulakan.
f. Cakupan populasi sarana distribusi pangan yang diawasi adalah 1 juta sarana.(tidak termasuk P & D
(Toko Kelontong)
PENYEBUT
Jumlah sarana
distribusi yang
terdaftar di
instansi terkait di
wilayah tersebut
atau sarana
distribusi lain
yang tidak
terdaftar yang
terdapat di
wilayah tersebut
Baseline
/2014
…
Obat: 2622 PBF,
IFK 396, Apotek:
16461, Toko Obat
7320,
Klinik/Balai
Pengobatan: 5903
Pangan: 1 juta
BB: 170 sarana
Sarana Distribusi yang menjual lebih dari satu komoditi tetap dihitung menjadi 1 (satu) sarana dan
jumlah temuan. Temuan komoditi lainnya pada sarana yang diperiksa dilaporkan sebagai temuan
lainnya.
5
Jumlah Perkara di a. Perkara adalah kasus yang ditindaklanjuti secara pro justitia berdasarkan hasil gelar kasus.
bidang obat dan b. Jumlah perkara yang dihitung adalah perkara yang telah diterbitkan SPDP-nya kepada Kejaksaan
makanan
melalui Korwas PPNS
6
Persentase
pemenuhan
sarana prasarana
sesuai standar
Jumlah sarana dan prasarana yang diadakan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
Gedung
Meubelair
alat pengolah data
Standar Sarpras mengacu pada PEDOMAN STANDAR SARANA PRASARANA KERJA
DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Diukur dari inventarisasi pemenuhan sarana prasarana setiap tahun termasuk pengadaan alat
laboratorium sesuai standar GLP untuk 15 alat utama:
1. Timbangan (Semi mikro, mikro, analitik, top loading)
2. FTIR
3. HPLC
4. GC
5. GCMS
6. LCMSMS
7. AAS
8. Alat uji disolusi
9. UPLC
10. TLC System (Automatic TLC System)
11. Inkubator
12. LAF
13. Autoclaf
14. Spektrofotometer
15. Protein Analyzer
…
sarana dan
prasarana yang
diadakan
standar yang
ditetapkan
…
2015
TARGET
PRAKIRAAN MAJU
2016
2017
2018
2019
PENANG
GUNG
JAWAB
NO
SASARAN
STRATEGIS
PROGRAM/
KEGIATAN
IKU/IKK
7
DEFINISI OPERASIONAL
PEMBILANG
Jumlah layanan
Layanan publik terdiri dari Layanan informasi dan Layanan Sertifikasi.
publik BB/BPOM
Layanan Informasi diukur berdasarkan jenis dan frekuensi layanan informasi dan tindaklanjut
pengaduan yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM baik penyuluhan langsung atau melalui media
cetak/elektronik.
PENYEBUT
Baseline
/2014
2015
TARGET
PRAKIRAAN MAJU
2016
2017
2018
2019
…
Jenis layanan Informasi antara lain:
Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi, tindaklanjut
pengaduan, BB/BPOM sebagai Narasumber,
Untuk Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi
targetnya frekuensi
Untuk pengaduan targetnya jumlah pengaduan
Layanan Sertifikasi dihitung dari rekomendasi/surat hasil audit yang dikeluarkan atas permintaan
pelaku usaha industri pangan MD, audit sertifikasi dalam rangka rekomendasi halal, Pemenuhan
pendirian PBF, IKOT, UMOT, Kosmetik, Laporan Hasil Pengujian Pihak Ketiga, SKI/SKE
8
Jumlah
Komunitas yang
diberdayakan
Komunitas adalah gabungan dari kelompok orang di desa/kelurahan/pasar yang diberdayakan
Program Pengawasan Obat dan Makanan.
115
Satu desa/kelurahan/pasar dihitung sebagai satu komunitas
Jenis pemberdayaan diatur dalam Pedoman/Juknis terkait.
9
Jumlah dokumen diukur berdasarkan jumlah dokumen yang dihasilkan Balai, meliputi Renstra, RKT tahun n+1, PK
perencanaan,
tahun n, POA/Renlak tahun n, LAKIP tahun n-1, LAPTAH tahun n-1, RKAKL/DIPA tahun n+1, laporan
penganggaran,
keuangan tahun n-1
dan evaluasi yang
dilaporkan tepat
waktu
Jumlah dokumen
…
131
131
131
131
PENANG
GUNG
JAWAB
Download