Mam MAKALAH ISLAM Haji Syiar Islam Terbesar 9 Oktober 2014 Makalah Islam Haji Syiar Islam Terbesar Oleh M. Fuad Nasar (Wakil Sekretaris BAZNAS) Wukuf di Arafah 9 Dzulhijjah yang pada musim haji tahun 1435 H – 2014 jatuh pada hari Jum’at tanggal 3 Oktober 2014 menandai puncak pelaksanaan ibadah haji. Haji yang waktu wukufnya hari Jum’at kerap disebut “haji akbar”, meski hakikatnya semua ibadah haji adalah haji akbar. Wukuf di Arafah mengangkat martabat kemanusiaan dan melambangkan kesetaraan manusia di hadapan Allah. Karena itu Rasulullah Saw mengungkapkan dalam hadis bahwa ibadah haji itu intinya adalah wukuf di Arafah. Tak ada peristiwa di dunia yang dapat menandingi kekuatan ajaran Islam dalam menghimpun jemaah haji dari seluruh dunia dalam waktu yang sama dan di tempat yang sama yaitu Mekkah dan sekitarnya. Philip K. Hitti menjuluki Mekkah sebagai “the religious capital” atau “ibukota spiritual umat Islam”, sedangkan Madinah adalah “the chaliphal capital” (ibukota kekhalifahan Islam). Guru Besar Kesusasteraan Semitic Universitas Princeton Amerika Serikat itu juga menyebut Damaskus “the imperial capital” (ibukota imperium Islam), Baghdad “the intellectual capital” (ibukota intelektual Dunia Islam), Cairo “the dissident capital” (ibukota yang berselisih) serta Cordoba “European capital” (ibukota Eropa dalam sejarah Dunia Islam). Setiap musim haji kota suci Mekkah dipadati oleh jutaan umat Islam dari seluruh dunia yang menunaikan ibadah haji. Di luar musim haji, Mekkah tetap ramai dikunjungi oleh umat Islam yang melaksanakan ibadah Umrah. Sangat beralasan menyebut Mekkah ibukota spiritual umat Islam seluruh dunia. Allah berfirman, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS Ali Imran [3]: 96). Menurut riwayat, Baitullah di jantung kota suci Mekkah ditetapkan Allah sebagai tempat ibadah sejak Nabi Adam. Bangunan itu sempat rubuh dan tertutup ketika terjadi banjir besar zaman Nabi Nuh. Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail alaihi salam diperintahkan Allah agar membangun kembali Baitullah atau Ka’bah di Mekkah. Ibrahim yang merupakan “bapak tauhid” mencaribekas fondasi Ka’bah yang tersisa. Lalu Allah menggerakkan angin untuk membuka tumpukan pasir yang menutupi sisa bangunan Ka’bah warisan Nabi Adam sehingga Ibrahim dapat membangun kembali Baitullah. Sejak ribuan tahun silam tidak pernah terputus orang melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah, baik siang maupun malam, kecuali berhenti pada saat berlangsungnya shalat berjamaah lima waktu saja. Baitullah atau Ka’bah di kota suci Mekkah akan terus diputari oleh manusia yang melakukan tawaf hingga akhir zaman. Sebuah hadis diriwayatkan oleh Baihaqi dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Sawbersabda, “Di Baitullah ini setiap hari diturunkan sebanyak 120 rahmat. Enam puluh rahmat diberikan kepada orang-orang yang thawaf, empat puluh rahmat diberikan kepada orang-orang yang shalat, dan dua puluh rahmat diberikan untuk orangorang yang memandang Baitullah.” Seperti kita tahu ibadah haji adalah rukun Islam kelima, setelah shahadat, shalat, puasa dan zakat. Haji mempunyai nilai istimewa karena Allah menjanjikan Surga bagi yang meraih haji mabrur. Haji mabrur dapat diraih apabila menunaikan ibadah haji dengan niat karena Allah serta menggunakan harta yang halaldan manasik hajinya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Kemabruran haji harus tercermin dalam kehidupan hingga akhir hayat. Selama di tanah suci para jemaah haji dapat merasakan hidup dalam nuansa kosmopolitan. Dengan demikian, nilai-nilai ibadah haji menjadi momentum untuk mempererat persaudaraan, persatuan, solidaritas, serta memperkokoh identitas bangsa muslim sedunia. Ibadah haji merupakan syiar Islam terbesar dan spektakuler yang terwujud karena persamaan akidah dan pandangan hidup (way of life) sebagai muslim. Kesatuan akidah adalah fondasi persatuan umat. Kita tahu persatuan adalah kekayaan sangat berhargadan tidak bisa dibeli. Persatuan yang diajarkan dalam Islam adalah persatuan universal yang melampaui sekat-sekat kebangsaan, kedaerahan, kesukuan, organisasimaupunpartai politik. Selain itu, ibadah haji adalah ”mahkota ibadah” dalam Islam. Haji mabrur tiada balasannya kecuali Surga. Haji mabrur sejatinya haji yang membawa perubahan diri menjadi lebih baik dibanding sebelumnyadalam berbagai hal. Oleh karena itu, jangan berpikir ibadah haji menghapus dosa secara berkala sehingga tidak takut mengulang dosa karena bisa dihapus dengan ibadah haji atau umrahberikutnya. Bahkan menunaikan ibadah haji bagi seorang muslim seharusnya dijadikan momentum perbaiki diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam konteks pemaknaan ibadah haji, umat Islam yang sudah haji maupun yang belum seharusnyalah menjadikan Islam sebagai pedoman kehidupan, bukan sekedar bagian dari kehidupan. Seberapa berharganya Islam bagi kita dalam kehidupan menjadi ukuran seberapa berharganya kita di mata Allah. Tugas seorang haji setelah pulang ke tanah air dilukiskan oleh Ali Shariatidalam bukunya berjudul Haji, “Wahai Haji! Jadikanlah negerimu sebuah negeri yang aman karena engkau telah pulang dari tanah haram; Jadikanlah zamanmu zaman yang mulia seolah-olah engkau tetap berada di dalam keadaan Ihram; Jadikanlah dunia ini seakan menjadi masjid suci karena engkau telah pulang dari Masjid Al Haram; karena seharusnya seluruh permukaan bumi ini merupakan masjid Allah. Meski yang engkau saksikan sering tidak demikian!” Wallahu a’lam bisshawab. Sumber: bimasislam.kemenag.gi.id-informasi-opini