THE LAXATIVE EFFECT OF NONI FRUIT JUICE (Morinda citrifolia L) IN MALE MICE OF SWISS WEBSTER STRAIN INDUCED BY GAMBIR USING INTESTINAL TRANSIT METHOD Baiq Siti Raudlatul Hikmah, Dian Oktianti, Richa Yuswantina [email protected] ABSTRACT Background : Mengkudu fruit (Morinda citrifolia L) often called as pace or noni is a native plant from Indonesia long been known empirically as a laxantia containing anthraquinone compounds. Objectives : The aim of this study is to determine the laxative effect of noni juice in male mice of swiss webster strain induced by gambir using intestinal transit method. Method : Type of study design was pure experiment with post test only control group design using a completely randomized design (CRD) consisting of a negative control group (aguadest+CMC Na 1%), a positive control group (Bisacodil), and 3 treatment groups of noni fruit juice (Morinda citrifolia L) with the concentration of 20% v/v; 30%v/v; and 40% v/v. The data were obtained in the form of data % ratio of the distance of marker passed by norit with the entire length of the colon. The data were analyzed by using SPSS 17.0 for Windows with 95% confidence level. Results : The analysis showed that the treatment group of noni fruit juice (Morinda citrifolia L) concentration of 20% v/v; 30%v/v; and 40% v/v have a laxative effect, but not comparable bisacodil, and laxantia activity of noni fruit juice (Morinda citrifolia L) with the concentration of 20% v/v by 37,72%; 30% v/v by 56,32% and 40% v/v by 64,96% views % ratio of the distance of marker passed by norit. Conclusion : noni fruit juice (Morinda citrifolia L) concentration of 20% v/v; 30%v/v; and 40% v/v have a laxative effect, but not comparable bisacodil Keywords: Noni fruit (Morinda citrifolia L), laxative, transit intestinal method, anthraquinone 15 EFEK LAKSATIF PERASAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L) PADA MENCIT JANTAN PUTIH GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI GAMBIR DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL INTISARI Latar Belakang : Buah mengkudu (Morinda citrifolia L) atau yang disebut pace maupun noni merupakan tumbuhan asli Indonesia yang sudah dikenal lama oleh penduduk secara empiris berkhasiat sebagai laksansia yang mengandung senyawa antrakuinon. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek laksatif perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L) pada mencit jantan putih galur swiss webster yang diinduksi gambir dengan metode transit intestinal. Metode : Jenis rancangan penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan post test only control group design dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari Kelompok I kontrol negatif (aquadest+CMC Na 1%), Kelompok II kontrol positif (suspensi Bisakodil). Dan 3 kelompok perlakuan perasan buah mengkudu konsentrasi 20% v/v; 30% v/v; 40% v/v. Data yang didapat berupa data % Rasio jarak marker yang dilalui norit terhadap panjang usus keseluruhan. Data dianalisis menggunakan SPSS 17,0 for Windows dengan taraf kepercayaan 95% . Hasil : Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok perlakuan perasan buah mengkudu konsentrasi 20% v/v, 30% v/v dan 40% v/v memiliki efek laksatif tetapi tidak sebanding bisakodil, dan aktivitas laksansia perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L) konsentrasi 20% v/v sebesar 37,72%; 30% v/v sebesar 56,32% dan 40% v/v 64,96% dilihat dari nilai % rasio jarak marker yang dilalui norit. Simpulan : perasan buah mengkudu konsentrasi 20% v/v, 30% v/v dan 40% v/v memiliki efek laksatif tetapi tidak sebanding bisakodil Kata kunci : Buah mengkudu (Morinda citrifolia L), laksansia, metode transit intestinal, antrakuinon Banyak hal yang dapat menyebabkan konstipasi, tetapi pada umumnya gangguan konstipasi yang banyak dialami orang disebabkan oleh banyak hal diantaranya kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah, kurang minum, kurang berolahraga, stress dan kebiasaan mengkonsumsi obatobat pencahar untuk membantu buang PENDAHULUAN Konstipasi adalah gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi defekasi, sensasi tidak puas, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan dan feses yang keras. Proses defekasi dapat terjadi kurang dari 3 kali seminggu atau lebih dari 3 hari tidak defekasi (Djojoningrat, 2006 dalam Sudoyo dkk, 2006). 16 air besar sehingga jika tidak mengkonsumsi merasa sulit buang air besar (Djunarko dan Hendrawati, 2011) Obat pencahar atau laksansia adalah zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai reflek dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan sembelit (Tjay dan Raharja, 2008). Banyak obat yang mengandung bahan kimia yang dapat mengatasi konstipasi, namun karena efek samping dari obat tersebut berupa efek samping langsung maupun tidak langsung atau terakumulasi. Jika penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan diare dan efek terkait seperti hipokalemia. Hal ini dapat terjadi karena bahan kimia bersifat anorganik dan murni, sementara tubuh bersifat organik dan kompleks. Pengobatan menggunakan bahan-bahan alami saat ini menjadi alternatif dalam penyembuhan berbagai penyakit dengan efek samping minimal dibandingkan obatobatan kimia (Wikanjati, 2010). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek laksatif dari perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L) pada mencit jantan putih Swiss Webster. 2. takar, pipet tetes, pinset, gunting bedah. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia L), Mencit jantan sebanyak 25 ekor, Aquadest, Norit, Bahan pembanding Bisakodil, Gambir , Bahan kimia untuk identifikasi, CMC Na 1% CARA PENELITIAN 1. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang. 2. Penyiapan bahan dan pembuatan perasan Buah mengkudu (Morinda citrifolia L) yang digunakan adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia L) yang sudah matang dipohon. Untuk pembuatan perasan dapat dilakukan dengan memeras buah mengkudu (Morinda citrifolia L )menggunakan juicer Buah mengkudu (Morinda citrifolia L) yang telah dicuci bersih dimasukkan kedalam juicer 3. Identifikasi antrakuinon’ 1 ml filtrat dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian tambahkan larutan 10% KOH dalam methanol. Warna filtrat berubah menjadi kuning coklat (Anonim 1987) 4. Pemberian perlakuan hewan uji Pada uji ini mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok perlakuan yang METODE PENELITIAN ALAT DAN BAHAN 1. Alat Kandang mencit, timbangan mencit, spuit oral, spuit injeksi, timbangan analitik, mistar (penggaris), gelas ukur, beker glas, scalpel, spidol, juicer, labu 17 berisi 5 ekor mencit. Masingmasing hewan uji diberi perlakuan sebagai berikut: a. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi aquadest 0,5ml/20 g BB secara peroral. b. Kelompok II sebagai kontrol positif diberi bisakodil dengan dosis 0,0364 mg/20 g BB secara peroral. c. Kelompok III diberi perasan buah mengkudu dengan konsentrasi 20% v/v secara peroral. d. Kelompok IV diberi perasan buah mengkudu dengan konsentrasi 30% v/v secara peroral. e. Kelompok V diberi perasan bauh mengkudu dengan konsentrasi 40% v/v secara peroral. 5. Analisa data Data yang diperoleh berupa persen rasio jarak marker terhadap panjang usus keseluruhan. Data dianalisa secara statistik parametrik dan non parametrik yang didasarkan pada hasil normalitas dan homogenitas kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kruskal wallis dan mann whitney menggunakan SPSS 17,0 for windows dengan taraf kepercayaan 95%. HASIL Hasil determinasi 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b13b-14b-16a-(Golongan 10.Daun tunggal, Letak berhadapan) -239b243b-244a-245b-246b-248b-249b250a-251a-252b(Fam 116. Rubiaceae) -1b-3b-4b-5a-(Genus: Morinda)-(Species: Morinda citrifolia) (Steenis, 1992) Hasil Identifikasi senyawa antrakuinon Tabel 1. Identifikasi Senyawa Antrakuinon Senyawa Prosedur Hasil Pustaka Antrakuinon 1 ml perasan + Larutan 10% KOH dalam berubah warna methanol menjadi kuning cokelat (Anonim 1987) Larutan berubah menjadi kuning cokelat PEMBAHASAN Hewan uji diadaptasikan terlebih dahulu untuk membiasakan diri terhadap lingkungan, perlakuan baru yang akan diberikan dan untuk menghindari stres pada saat dilakukan penelitian. Dua puluh lima mencit putih jantan yang telah memenuhi kriteria dibagi kedalam 5 kelompok secara acak. Semua hewan uji dipelihara dalam kondisi yang sama. Sebelum dilakukan pengujian, mencit dibuat sembelit dengan cara 18 memberikan induksi gambir selama 2 hari yang diberikan secara oral. Dipuasakan 18 jam dengan hanya diberi minum kemudian diberikan bahan uji. Didiamkan selama 45 menit Seluruh tikus diberi suspensi norit untuk marker. Dua puluh menit setelah pemberian norit mencit dikorbankan (dibedah) dan usus dikeluarkan, dipotong secara hatihati mulai dari pylorus sampai ke rektum, lalu direnggangkan dan diukur panjang usus seluruhnya dan panjang usus yang dilalui norit. Evaluasi dengan cara membandingkan % rasio jarak marker dan panjang usus antara kelompok bahan uji dan kelompok pembanding. Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara transit intestinal, karena metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat antidiare, laksansia, antispasmodik, berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus. Obat laksansia akan memperbesar rasio jarak marker terhadap panjang usus keseluruhan dibandingkan rasio jarak marker pada hewan yang tidak diberi laksansia. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menghitung rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker (norit) dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan. Data hasil perhitungan rasio jarak marker terhadap panjang usus setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel 2 Hasil perlakuan (tabel 2) menunjukkan bahwa nilai rata-rata % rasio jarak marker yang dilalui norit terhadap panjang usus keseluruhan kelompok perlakuan kontrol negatif (aquadest+CMC Na 1%), kontrol positif (Bisakodil+CMC Na 1%), konsentrasi 20% v/v, 30% v/v dan 40% v/v masing-masing adalah 18,77%; 70,36%; 37,72%; 56,32% dan 64,96%. Data % rasio jarak marker terhadap panjang usus keseluruhan, dianalisis dengan menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk. Berdasarkan test normal Shapiro-Wilk diperoleh nilai signifikansi dari setiap perlakuan kontrol negatif, kontrol positif, konsentrasi 20% v/v, konsentrasi 30% v/v dan konsentrasi 40% v/v masing-masing adalah 0,243; 0,187; 0,151; 0,357 dan 0,673 terdistribusi normal. Kemudian analisis data dilanjutkan dengan uji Levene’s test (homogenitas variansi) hasil uji statistik homogenitas variansi diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05 ini menunjukkan bahwa data tidak homogeny. Data yang diperoleh memiliki distribusi normal (p>0,05) dan varian yang tidak homogen (p<0,05), maka data dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Kruskal-Wallis test. Hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai sig. 0,009 (P<0,05) yang menunjukkan berbeda bermakna artinya efek laksatif berbeda pada masing-,masing konsentrasi tidak ada yang mempunyai efek sebanding dengan kontrol positif. 19 Tabel 2. Perhitungan % rasio jarak marker terhadap panjang usus Kelompok Pengula PM (cm) U (cm) R (%) Rata-rata ± perlakuan ngan SD 1 12 55,4 21,66 Kontrol Negatif 2 10 60 16,67 (Aquadest+CMC 3 9 57,3 15,70 18,77 ± 3,00 Na 1%) 4 10 57 17,54 5 13 58,3 22,29 1 42 60 70 Kontrol Positif 2 44 63 69,84 (Bisakodil 0,0364 3 46,3 65 71,23 70,36 ± 0,60 mg/20g BB+CMC 4 46 65 70,76 Na 1%) 5 42 60 70 1 25 65 38,46 I (perasan Buah 2 23,4 63,2 37,02 Mengkudu 20% 3 24,6 63,7 38,61 37,72 ±0,77 v/v+CMC Na 1%) 4 24 64 37,50 5 23,7 64 37,03 1 32,1 57 56,31 II ( perasan Buah 2 32,4 58 55,86 Mengkudu 30% 3 33 58 56,89 56,32± 0,47 v/v+CMC Na 1%) 4 33 58,2 56,70 5 32 57,3 55,84 1 39 60,2 64,78 III ( Perasan Buah 2 39,4 60,4 65,23 Mengkudu 40% 3 43 66 65,15 64,96± 0,24 v/v+CMC Na 1%) 4 39 60 65,00 5 43 66,5 64,66 Keterangan : PM : Panjang marker norit U : Panjang usus seluruhnya R : Rasio persentase lintasan marker 20 Wikanjati, A. (2010). Jamu godhog ces pleng. Yogyakarta: Media Pressindo. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perasan buah mengkudu yang diberikan secara per oral memiliki aktivitas laksansia pada mencit jantan yang diinduksi gambir dengan metode transit intestinal. 2. Aktivitas laksansia perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L) konsentrasi 20% sebesar 37,72%; konsentrasi 30% sebesar 56,32%; dan konsentrasi 40% v/v sebesar 64,96% Saran 1. Perlu dilakukan uji toksisitas perasan buah mengkudu pada hewan uji agar penggunaannya lebih efektif dan aman. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek laksatif perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L) terhadap mencit putih swiss webster dengan konsentrasi yang lebih besar. Djunarko dan Hendrawati. (2011). Swamedikasi yang baik dan benar. Klaten: PT.Citra Aji Parama DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hlm 46. Djojoningrat Dharmika. (2006). Pendekatan Klinis Penyakit Gastroenterologi. In: Sudoyo W. Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing, Hal: 444-445. Tjay, T. H dan K, Rahardja. (2008), Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 21