1 PEMBERIAN SUPLEMEN PAKAN CAKE LABU

advertisement
PEMBERIAN SUPLEMEN PAKAN CAKE LABU KUNING TERHADAP
PERTUMBUHAN PASCA LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)
Rochmah Indatur1, Amy Tenzer2, Nugrahaningsih2
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian suplemen
pakan cake labu kuning yang tepat bagi pertumbuhan pasca larva ikan mas (Cyprinus carpio L.).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – April 2016 di Instalasi Budidaya Air Tawar Punten,
Batu Malang, menggunakan RAL dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan pada
penelitian yaitu perbandingan pemberian suplemen pakan yaitu 100% pakan pelet sebagai kontrol,
95% pelet : 5% cake labu kuning. 90% pelet : 10% cake labu kuning, 85% pelet : 15% cake labu
kuning dan 80% pelet : 20% cake labu kuning. Berdasarkan hasil penelitian perbandingan 85%
pelet : 15% cake labu kuning merupakan perbandingan pakan terbaik, yang menyebabkan
peningkatan bobot pasca larva ikan mas (Cyprinus carpio L.). Pemberian suplemen pakan cake
labu kuning tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang pasca larva ikan mas.
Kata kunci: suplemen cake labu kuning, Pertumbuhan, Pasca Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)
ABSTRACT
: This study aimed to determine the effect of feed supplements pumpkin cake is
best for the growth of post-larvaes (Cyprinus carpio L.). The study was conducted in March-April
2016 Installation of Freshwater Aquaculture Punten, Batu Malang, uses the RAL with 5 treatments
and 5 replications. The treatment in research that comparison supplementation of feed are
awarding pellets 100% as control, 95% pellets: 5% pumpkin cake, 90% pellets: 10% pumpkin
cake, 85% pellets: 15% pumpkin cake and 80% pellets: 20% pumpkin cake. Based on the results
of studies 85% of pellets: 15% pumpkin cake is the best comparison of feed, which indicated an
increase weight post-larvaes (Cyprinus carpio L.). Supplementation indicated that feeding
pumpkin cake has no effect on the length in the post- larvaes (Cyprinus carpio L.).
Keywords: Pumpkin cake supplement, growth, Post-Larvaes (Cyprinus carpio L.)
1
PENDAHULUAN
Usaha budidaya ikan air tawar merupakan usaha yang menjadi pilihan
banyak petani ikan. Permintaan akan konsumsi ikan air tawar selalu meningkat
setiap tahun, diantaranya ikan mas. Menurut data statistik perikanan budidaya
Indonesia, permintaan konsumsi ikan mas pada tahun 2010 sebanyak 1.910 ton
dan terus meningkat. Budidaya ikan mas sangat menjanjikan keuntungan tinggi,
untuk biaya produksi pembesaran ikan mas yang dikeluarkan setiap kilogramnya
jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga jual ikan mas (Fujaya, 2013).
Ikan mas Cyprinus carpio L termasuk dalam kelompok ikan air tawar
yang digemari masyarakat. Dagingnya yang lebih tebal dibandingan ikan tawar
lainnya sehingga, membuat masyarakat tertarik memilih ikan mas untuk diolah
menjadi berbagai macam masakan dan dikonsumsi sehari-hari. Kandungan yang
dimiliki ikan mas salah satunya adalah lemak. Lemak yang terkandung dalam ikan
mas termasuk jenis lemak baik karena dapat meningkatkan kadar kolesterol baik
yaitu HDL yang dapat melonggarkan pembuluh arteri dan menormalkan detak
jantung (Wied, 2007).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Menurut Amri (2007)
faktor utama yang dapat menentukan keberhasilan pemeliharaan ikan adalah
ketersediaan pakan dalam jumlah, kualitas dan waktu yang tepat. Aspek
kebutuhan gizi pada ikan adalah sama dengan makhluk hidup lain, yaitu : protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Pakan merupakan unsur penting dalam menunjang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan lebih maksimal, akan tetapi kebanyakan pembudidaya
mengabaikan penggunaan pakan pasca larva yang bermutu pada tahap
pemeliharaan pasca larva dan sangat bergantung dengan pakan buatan pabrik saja,
padahal untuk menunjuang pertumbuhan optimum dibutuhkan suplemen
tambahan agar dapat mempercepat pertumbuhan ikan. Pemanfaatan labu kuning
sebagai suplemen pakan diduga dapat mempengaruhi pertumbuhan pasca larva
ikan mas lebih cepat, karena kandungan yang dimiliki labu kuning seperti
karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Penggunaan labu kuning juga
dimanfaatkan untuk menambah cita rasa dan aroma pada pakan, sehingga larva
ikan mas akan mengkonsumsi pakan dalam jumlah banyak dan pakan tidak akan
membusuk di dalam kolam.
Labu kuning memiliki kandungan protein, vitamin A,B dan C selain itu
memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Kandungan lain di dalam labu
kuning yaitu 29 kalori, lemak 0.3 g, 45 mg kalsium, dan air 9.1 g sehingga labu
kuning sangat baik dikonsumsi (Asbabbul, 2014). Komponen lain yang
menunjang cake yaitu ditambahkan telur, madu, dan scot emulsion. Pemanfaatan
labu kuning sebagai suplemen pakan cake pasca larva ikan mas diduga sangat
cocok bagi pertumbuhannya, karena pada suplemen pakan tersebut hanya
2
mengandung sedikit serat kasar, yaitu 5 %. Menurut Tacon (1986), serat kasar
bukan merupakan zat gizi bagi ikan pasca larva, karena tidak dapat dicerna.
Kandungan serat yang melebihi 10% dapat menyebabkan pakan sulit untuk
dicerna (Triyono et al, 1983).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian dengan
judul “Pemberian Suplemen Pakan Cake Labu kuning terhadap Pertumbuhan Ikan
Mas (Cyprinus Carpio L.) Pasca Larva”
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada Bulan Maret hingga April 2016 di Instalasi
Budidaya Air Tawar Punten Batu, Malang.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi toples sedang dengan
diameter 13 cm, selang aerator, termometer, pH meter, neraca analitik, kaca,
kamera digital, penggaris, pensil, saringan, sendok, panci besar, mangkuk, loyang,
mixer, kompor. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelet produksi
PT. Central Proteinaprima Tbk, labu kuning, kuning telur, madu, tepung terigu,
susu skim, scotemulsion, air, kertas milimeter blok, plastik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Adapun perlakuan
yang diberikan yaitu, P0: 100% pakan pelet. P1: 95% pelet : 5% cake labu kuning.
P2: 90% pelet : 10% cake labu kuning. P3: 85% pelet : 15% cake labu kuning. P4:
80% pelet : 20% cake labu kuning.
Prosedur Penelitian
Mengisi masing-masing toples dengan air sebanyak 1,5 liter dan diisi
sebanyak 10 ekor pasca larva ikan mas disetiap toplesnya. Sebelum diperlakukan,
pasca larva ikan ditimbang bobot awal dan diukur panjang awalnya. Pasca larva
ikan diberi pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari, pemberian
pakan 5% dari bobot keseluruhan pasca larva ikan. Melakukan pengukuran
kualitas air meliputi suhu, pH, dan DO disetiap minggunya dan melakukan
siponisasi setiap 4 hari sekali, setelah itu pada akhir penelitian yaitu hari ke 21,
dilakukan penimbangan bobot dan pengukuran panjang akhir pasca larva ikan
mas. Penimbangan bobot menggunakan neraca analitik, sedangkan pengukuran
panjang pasca larva ikan menggunakan kaca yang diletakkan diatas kertas
milimeter blok.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data rerata pertambahan bobot pasca larva ikan mas (Cyprinus carpio L.)
selama 20 hari dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pertambahan Bobot Pasca larva ikan mas
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Pertambahan Bobot Rata-rata Pasca larva ikan mas selama 20 hari (gram)
0,164
0,166
0,172
0,190
0,144
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan kecenderungan peningkatan bobot
pasca larva ikan mas dari perlakuan P0, P1, P2 dan P3, sedangkan pada P4 terjadi
penurunan bobot pasca larva ikan mas.
Uji Anava Tunggal dan Uji BNT
Hasil analisis statistik anava untuk pertambahan bobot pasca larva ikan
mas (Cyprinus carpio L.) menunjukkan nilai signifikan, diamana Fhitung (3,672)
lebih besar dibandingkan dengan Ftabel (2,87), dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Anava Pengaruh Pemberian Suplemen pakan Cake Labu Kuning
terhadap Pertambahan Bobot Pasca Larva Ikan mas
SK
db
JK
KT
Fhit
Ftab
perlakuan
4
0,00546
0,00137
3,67204
2,87
Galat
20
0,00744
0,00037
Total
24
0,0129
Berdasarkan ringkasan hasil perhitungan pertambahan bobot pasca larva
ikan mas, menunjukkan Fhitung lebih besar dibandingkan Ftabel sehingga
hipotesis penelitian diterima, berarti terdapat pengaruh pemberian suplemen
pakan cake labu kuning terhadap pertambahan bobot pasca larva ikan mas. Karena
hipotesis penelitian diterima, maka dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan
BNT dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Uji lanjut BNT Pertambahan Bobot Pasca larva ikan mas
Perlakuan
Rerata
Notasi BNT
P4
0,144
a
P0
0,164
a
P1
0,166
a
P2
0,172
a b
P3
0,190
b
4
Berdasarkan hasil notasi BNT menunjukkan perlakuan P3 menyebabkan
pertambahan bobot pasca larva ikan mas yang lebih besar dan berbeda nyata dari
kontrol. Perlakuan P3 dengan perbandingan (85% : 15%) memiliki pertambahan
bobot lebih besar, karena lebih terpenuhinya nutrisi yang dibutuhkan selama
pertumbuhan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Zat-zat seperti protein,
karbohidrat dan lemak sangat penting bagi pertumbuhan pasca larva ikan mas.
Protein penting bagi pertumbuhan pasca larva ikan mas, karena protein
berguna sebagai pembentuk jaringan tubuh yang direfleksikan dengan
pertambahan bobot dan ukuran larva ikan (Herawati, 2013). Perlakuan P3
memiliki total kandungan protein sebesar 0,8284 % pada Lampiran 7. Menurut
(Ghufran, 2010) pasca larva ikan mas membutuhkan pakan dengan kandungan
protein setiap harinya sebesar 2 % dari keseluruhan pakan. Dibandingkan dengan
perlakuan P0 kandungan protein yaitu 0,7995 , selain itu perlakuan P1 total
kandungan protein hanya sebesar 0,7568%, sedangkan perlakuan P2 dan P4 total
kandungan protein tidak lebih besar dari perlakuan P3 yaitu 0,7902% dan
0,7275%. Dilihat dari kandungan protein yang terpenuhi perlakuan P3
mempunyai kandungan protein lebih besar dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Kekurangan protein pada pakan yang diberikan tidak semata-mata
menghambat pertumbuhan pasca larva, karena selain protein, lemak dan
karbohidrat juga memiliki peranan penting bagi pertumbuhan pasca larva.
Menurut Subandiyono (2009) karbohidrat mempunyai peran sebagai bagian
terbesar kedua dari suplai pakan pasca larva ikan setelah protein. Kadar
karbohidrat pada pakan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan pasca larva
ikan. Kandungan karbohidrat pada P3 sebesar 1,8139 % pada Lampiran 8.
Menurut (Benitez, 1989) kebutuhan karbohidrat untuk pasca larva ikan setiap
harinya sebesar 1,86 % dari keseluruhan pakan. Apabila dibandingkan dengan
kontrol yaitu P0 kandungan karbohidratnya sebesar 1,4706 % lebih rendah dari
P3, selain itu P1 kandungan karbohidrat hanya sebesar 1,4759 %, kandungan
karbohidrat P2 sebesar 1,6321% dan kandungan karbohidrat P4 sebesar 1,6955 %
pada Lampiran 8. Kandungan Karbohidrat yang paling mendekati dengan
kandungan optimum yang seharusnya yaitu P3 sebesar 1,8139%. Kandungan
karbohidrat yang optimal akan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pasca
larva ikan, sehingga protein pakan banyak digunakan untuk sintesis protein tubuh
yang tercermin pada pertambahan bobot pasca larva.
Kandungan lainnya yaitu lemak, salah satu fungsi lemak yaitu sebagai
pengantar pada proses penyerapan vitamin yang terlarut misalnya vitamin A,D, E
dan K (Agus, 2001). Kandungan lemak pada P3 sebesar 0,0816 %. Kebutuhan
lemak yang dianjurkan untuk ikan air tawar pasca larva sebesar 0,09 % dari
keseluruhan pakan (Agus, 2001). Apabila dibandingkan dengan kontrol dan
perlakuan lainnya kandungan lemak P3 yang lebih mendekati kebutuhan
optimum, dimana kandungan lemak P0 yaitu 0,070 %, P1 kandungan lemaknya
5
sebesar 0,069 %, perlakuan P2 kandungan lemak sebesar 0,0744% dan perlakuan
P4 kandungan lemaknya sebesar 0,0748 % pada Lampiran 9. Kandungan lemak
yang paling mendekati dengan kebutuhan lemak yang dianjurkan yaitu pada
perlakuan P3 sebesar 0,0816%, dalam hal ini kandungan lemak yang optimal
dimanfaatkan oleh pasca larva ikan untuk persediaan energi dan mencegah
terkena penyakit, selain itu kebutuhan vitamin yang dibutuhkan oleh pasca larva
ikan mas juga terpenuhi dan memicu pertumbuhan pasca larva ikan mas lebih baik
yang tercermin pada bertambahnya bobot pasca larva ikan mas.
Apabila sumbangan energi non protein yaitu lemak dan karbohidrat hanya
terpenuhi sedikit dari kebutuhan yang seharusnya (P0, P1, P2 dan P4) maka
protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi, sehingga fungsi protein
sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan berkurang (Halver, 1988), Jadi
pada perlakuan P0, P1, P2 dan P4 pertambahan bobot pasca larva ikan lebih kecil
dibandingankan dengan perlakuan P3. Pada prinsipnya pasca larva ikan akan
berusaha memenuhi kebutuhan energinya melalui pakan yang diberikan. Apabila
pakan yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan gizi secara baik, maka
pertumbuhan pasca larva ikan juga tidak maksimal, sebaliknya apabila kebutuhan
gizi yang diberikan berlebihan maka akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
pasca larva ikan.
Pertambahan rerata panjang pasca larva ikan mas (Cyprinus carpio L.) dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Pertambahan Panjang Pasca larva ikan mas
Perlakuan
Pertambahan Panjang Rata-rata Pasca Larva Ikan Mas selama 20 hari (cm)
P0
P1
P2
P3
P4
0,42
0,44
0,36
0,44
0,40
Berdasarkan Tabel 4.4, pertambahan panjang paling besar yaitu pada
perlakuan P1 dan P3 sebesar 0,44 cm, sedangkan pertambahan panjang paling
kecil yaitu pada perlakuan P2 sebesar 0,36 cm. Hasil perhitungan analisis statistik
anava untuk pertambahan panjang pasca larva ikan mas dapat dilihat pada Tabel
4.5.
Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Anava Pengaruh Pemberian Suplemen Pakan Cake Labu
Kuning terhadap Pertambahan Panjang Pasca Larva Ikan Mas
SK
db
JK
KT
Fhit
Ftab
perlakuan
4
0,0224
0,0056
0,77778
2,87
galat
20
0,144
0,0072
total
24
0,1664
6
Berdasarkan Tabel 4.5 hasil perhitungan pertambahan panjang pasca larva
ikan mas Fhitung (0,777) lebih kecil dibandingkan dengan Ftabel (2,87) sehingga
hipotesis penelitian ditolak berarti tidak ada pengaruh pemberian suplemen cake
labu kuning terhadap pertambahan panjang pasca larva ikan mas, hal ini
dikarenakan pada penelitian menggunakan ikan mas punten pasca larva, dimana
ikan mas punten pasca larva memiliki karakteristik yang berbeda dengan pasca
larva ikan mas yang lainnya. Menurut Effendie (2002) faktor dari dalam yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan pasca larva yaitu keturunan atau genetik, jenis
kelamin, umur, parasit dan penyakit.
Pasca larva ikan mas punten apabila telah menjadi benih terlihat lebih
pendek akan tetapi memiliki daging yang lebih tebal. Ciri-ciri utama dari ikan mas
punten yaitu, memiliki badan relatif pendek, punggung lebih tinggi dan lebar,
perut ikan berukuran besar (big belly), gerakan ikan sedikit lambat dan jinak
(Narantaka, 2012), selain karena genetik tidak bertambahnya panjang pasca larva
ikan mas dikarenakan kebutuhan nutrisi yang tercukupi lebih dominan digunakan
untuk pertambahan bobot dibandingkan dengan pertambahan panjang. Menurut
(Amri, 2007) ketersediaan nutrisi dalam pakan akan dimanfatkan untuk fungsi
fisiologis jaringan yang lebih penting. Pertumbuhan pasca larva ikan mas tidak
menunjukkan adanya pengaruh pertambahan panjang, karena gen dari ikan mas
punten pasca larva cenderung tidak memanjang dan memiliki badan yang relatif
pendek dibandingkan dengan pasca larva ikan mas lainnya dan karena nutrisi
yang tercukupi lebih dominan digunakan untuk pertambahan bobot pasca larva.
Hasil Pengamatan Faktor Abiotik
Pada penelitian yang telah dilakukan kondisi suhu rerata sebesar 24,2 ◦C.
Namuns menurut SNI 01-6133-1999 suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan
mas berkisar antara 25◦C- 30◦C. Perbedaan suhu penelitian dengan suhu litelatur
tidak menyebabkan kegagalan dalam penelitihan, sehingga dengan suhu 24,2 ◦C
masih dikategorikan aman atau sesuai untuk pertumbuhan larva ikan mas.
Hasil pengukuran rerata pH pada penelitian ini adalah 6,7. Rerata pH ini
masih dikatakan layak untuk pemeliharaan pasca larva ikan mas. Menurut
(Zonneveld et al, 1991) derajat keasamaan (pH) yang sesuai bagi pertumbuhan
pasca larva ikan mas berkisar antara 6-9. Hal ini juga sesuai dengan pH optimum
menurut SNI 01-6133-1999 yaitu berkisar 6,5 – 8,5.
Hasil pengukuran rerata kadar oksigen terlarut (DO) selama penelitian
yaitu 6,38 mg/l dan dapat dikatakan masih layak untuk pemeliharaan pasca larva
ikan mas. Hal ini sesuai dengan (Saparinto & Rini, 2013) yang menyatakan bahwa
kadar oksigen terlarut yang sesuai untuk pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio
L.) pasca larva yaitu tidak kurang dari 4 mg/l.
7
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian
suplemen pakan cake labu kuning berpengaruh terhadap pertambahan bobot pasca
larva ikan mas. Pemberian suplemen pakan yang terbaik yaitu cake labu kuning
15% ditambahkan pada pelet 85%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah
1. Perbandingan suplemen pakan 15% cake labu kuning : 85% pelet dapat
diberikan untuk mempercepat pertambahan bobot pasca larva ikan mas yang
berumur 4-20 hari.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur lebar pasca larva ikan
mas yang telah menjadi benih.
3. Untuk penelitian selanjutnya juga disarankan untuk melakukan perhitungan
komposisi nutrisi suplemen pakan cake labu kuning yang sesuai dengan
kebutuhan pasca larva ikan mas.
DAFTAR RUJUKAN
Agus, B.M. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
Amri. M. 2007. Dasar-dasar Ilmu Nutrisi Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya
Asbabbul. 2014. Kandungan Nutrisi Labu Kuning. Jakarta: Penebar Swadaya.
Benitez. L.V. 1989. Amino Acid and Fatty Acid Profiles in Aquaculture Nutrition.
USA: Blackwell Scientific Publication.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakatra: Yayasan Pustaka Nusantara.
Fujaya, Y. 2013. Budidaya Ikan Mas. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ghufran,M.H. & Kordi.K. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di
Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily Publisher.
Halver. J.E. 1988. Fish Nutrition. London: Academic Press.
Herawati.V. E., J. Hutabarat., S. B. Prayitno. 2013. Analisis Dua Media Kultur Teknis
Untuk Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. Meningkatkan Kualitas Nutrisi
Artemia sp. Produk Lokal Sebagai Pakan Larva Udang Vanname
(Litopennaeus vannamei) Stadia PL1-PL10. Disertasi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Narantaka, A. 2012. Pembenihan Ikan Mas. Yogyakarta: PT. Buku Kita.
Saparinto, C., Rini, S. 2013. Sukses Pembenihan 6 Jenis Ikan Air Tawar
Ekonomis. Yogyakarta: Lily Publisher.
Subandiyono. 2009. Bahan Ajar Nutrisi Ikan. Semarang: UNDIP.
Tacon, A. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp. FAO.
Brasilia.
8
Triyono. A.S. Sentara. K. Pujiastuti.S. L.Indarti. 1983. Kajian Pembuatan Pakan
Ikan untuk Memenuhi Kebutuhan Petani Ikan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Wied, H.A. 2007. Makanan Sehat Alami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zonneveld, N., E. A. Huisman, & J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budi Daya
Ikan Mas. Jakarta: Gramedia.
9
Download