7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Pandangan
Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan
pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar
belakang
dan
wawasan
setiap
individu
berbeda-beda,
sehingga
memunculkan perbedaan pandangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga (2002: 821) mendefinisikan pandangan sebagai hasil perbuatan
memandang. Bimo Walgito (1994: 110) mengemukakan bahwa pandangan
mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:
a. Komponen Kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan,
yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang
mempersepsi terhadap objek.
b. Komponen Efektif (komponen emosional), yaitu komponen
yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap sikap objek. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
Komponen ini menunjukan arah sikap yakni positif atau
negatif.
c. Komponen Konatif (komponen perilaku atau action
component), adalah komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek.
Pandangan juga dapat diartikan sebagai persepsi.
Mar’at (1981: 22-23) persepsi merupakan proses pengamatan
seseorang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, cakrawala dan
pengetahuannya. Manusia mengamati suatu objek psikologik
dengan kacamatanya sendiri dengan diwarnai oleh nilai dari
kepribadiannya. Sedangkan objek psikologik ini dapat berupa
kejadian, ide tau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses
belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur
7
terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuannya dan
cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologik
tersebut. Melalui komponen kognitif ini akan menimbulkan
ide, dan kemudian akan timbul suatu konsep tentang apa yang
dilihat” (dalam Rifai, 2009).
Suatu proses dibutuhkan oleh seseorang untuk menganalisa hasil
atau pengetahuan yang mereka inginkan. Hasil akhir dari proses ini adalah
pendapat yang dikemukakan oleh guru pendidikan jasmani. Suatu
pendapat sangat diperlukan dalam kehidupan manusia untuk menentukan
tujuan maupun arah kebijakan. Sehingga keseimbangan dalam kehidupan
ini dapat kita raih sesuai dengan kenyataan.
Berdasarkan uraian diatas, pandangan dapat diartikan sebagai
proses perbuatan memandang yang menghasilkan pengetahuan dan
pendapat. Dalam konteks ini hasil dari pandangan yaitu dari guru penjas.
Dimana
mereka
memberikan
gambaran
sehingga
terjadi
proses
memandang, kemudian mereka memberikan pendapat atau tanggapan.
2. Hakikat Guru Pendidikan Jasmani
Menurut Sukintaka (2001: 84) profil guru pada umumnya
merupakan dasar tugas seorang pendidik. Profil guru pada umumnya
setidak-tidaknya memenuhi persyaratan minimal adalah merupakan
seorang berjiwa pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945, serta
pendukung dan pengemban norma.
Menurut M. User Usman (2010: 5) guru sebagai jabatan atau
profesi untuk memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan
menurut Undang-Undang Guru dan Dosen tentang ketentuan umum pasal
8
1 (satu), guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Tugas yang diemban
guru bukanlah hal yang ringan, karena sebagian dari masa depan generasi
muda terletak ditangan guru.
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa kemampuan
kerja guru pendidikan jasmani merupakan salah satu potensi untuk
melakukan sesuatu hal dalam pekerjaan.
3. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran yang
didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan sikap
sportif melalui kegiatan jasmani (Depdiknas, 2003: 2).
Selanjutnya Frost (Arma Abdoellah dan Agus Manadji, 1994: 6)
mengemukakan
pendidikan
jasmani
terdiri
dari
perubahan
dan
penyesuaian yang terjadi pada individu bila bergerak dan mempelajari
gerak. Termasuk dalam gerak adalah merangkak, melompat, melempar
dan gerakan lain yang dilakukan bila berpartisipasi dalam permainan,
senam, tari, renang dan berenang dan beladiri.
Menurut Wuest dan Bucher (Sukintaka, 2001: 14) berpendapat
“pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk
memperbaiki kerja dan peningkatan pengembangan manusia melalui
9
media aktivitas jasmani. Wuest dan Bucher setuju dengan istilah
“pendidikan jasmani dan olahraga” dengan alasan bahwa olahraga meliputi
program pengarahan ialah pengarahan dari program yang tradisional dalam
melayani anak-anak sekolah yang belum dewasa secara individual ke arah
program nirtradisional dalam macam-macam golongan masyarakat,
kedudukan dalam masyarakat dan segala macam tingkat umur”.
“Tujuan pendidikan berfungsi bukan saja bersifat mengarahkan,
tetapi juga menjadi dasar dalam menentukan isi pelajaran, metode dan
prosedur pengajaran maupun penilaian, bahkan mendasari motivasi kerja
murid dan guru di sekolah”. (Hamalik, 2009: 59)
Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan
yang tidak dapat dipisahkan dan ikut membantu tujuan pendidikan secara
umum.
4. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Guru adalah sebuah pernyataan bahwa seseorang melakukan
tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu guru sebagai
profesi punya tanggung jawab yang multidimensional. Atas dasar
tanggung jawab itu maka tingkat komitmen dan kepedulian terhadap tugas
pokok harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, tanggung jawab dalam
mengajar, membimbing, dan melatih yang dipertanggung jawabkan. Untuk
itu Universitas Negeri Yogyakarta telah memasukan mata kuliah Mikro,
10
Teknologi Pembelajaran, dan PPL guna membekali mahasiswa menjadi
tenaga pendidik yang profesional.
a. Pengertian Guru Penjasorkes
Guru pendidikan jasmani menurut Sukintaka (1992: 19) harus
memiliki minimal 8 syarat agar dapat menjalankan fungsi dan tugasnya
dengan baik. 8 syarat itu adalah:
1) Memahami pengetahuan pendidikan jasmani.
2) Memahami karakteristik anak.
3) Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan pada
anak untuk berkreasi, aktif dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani.
4) Mampu memberikan bimbingan pada anak dalam
pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan.
5) Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan,
menilai dan mengorganisasikan proses pembelajaran
pendidikan jasmani.
6) Memiliki pendidikan dan penguasaan keterampilan gerak
yang memadahi.
7) Memiliki pemahaman tentang unsur kondisi jasmani.
8) Memiliki
kemampuan
untuk
menciptakan
dan
mengembangkan serta memanfaatkan lingkungan yang
sehat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani.
b. Kompetensi Guru Penjasorkes
Piet A Sahertian (1994: 56) bahwa ada tiga definisi kompetensi
guru antara lain:
1) Kompetensi guru adalah kemampuan guru untuk
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dirancangkan.
2) Kompetensi guru adalah ciri memiliki dari kepribadian guru
yang menuntunnya ke arah pencapaian tujuan pendidikan
yang telah ditentukan.
3) Kompetensi adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sehingga setiap guru yang
profesional punya kemampuan berpikir abstrak dan kreatif
serta tingkat komitmen dan kepedulian.
11
c. Kompetensi Penguasaan Bahan Ajar
Dalam kegiatan pembelajaran, selalu guru tampil didepan kelas
mengelola interaksi pembelajaran, terlebih dahulu harus menguasai
bahan apa saja yang akan diajarkan. Penguasaan materi bahan
pembelajaran merupakan hal yang pokok dalam mencapai keberhasilan
siswa dalam pembelajaran.
Kemampuan menguasai bahan pembelajaran akan memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Nana Sudjana (2000: 22)
menyatakan bahwa proses dan hasil belajar siswa tergantung pada
penguasaan mata pelajaran guru dan keterampilan mengajarnya. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan menguasai bahan bagi seorang guru,
mengandung dua lingkup penguasaan materi yaitu:
1) Penguasaan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
2) Menguasai bahan pengayaan untuk menunjang bidang studi, ialah
bahan yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan jasmani.
d. Kompetensi Mengelola Program Pembelajaran
Proses pembelajaran dipandang sebagai inti dari rangkaian
kegiatan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru perlu
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran
agar mencapai hasil yang maksimal. Dengan demikian rencana
peaksanaan pembelajaran harus dipersiapkan oleh guru sebagai
pedoman dalam mengajar.
12
Menurut Nana Sudjana (2000: 21) mengemukakan bahwa
pengelolaan proses belajar mengajar merupakan tahap perencanaan
program yang dibuat, dalam melaksanakan proses belajar mengajar
kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan
dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang
telah disusun dalam perencanaan.
e. Kompetensi Mengelola Kelas
Dalam mengajar, selain harus menguasai bahan pelajaran, guru
juga harus mampu mengelola kelas. Ketidakeberhasilan dalam
mengajar mungkin bukan guru tidak menguasai bahan ajar, tetapi bisa
disebabkan karena guru tidak dapat mengelola kelas.
Menurut Sardiman (2000: 167) menyatakan untuk mengajar
suatu kelas, guru dituntut untuk mengelola suatu kelas, guru dituntut
mampu mengelola kelas yakni mampu menyediakan kondisi yang
kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran. Sementara itu Agus S
Suryobroto (2001: 27) bahwa pengaturan alat, perkakas, fasilitas, dan
siswa, termasuk posisi guru dalam pembelajaran yang bertujuan untuk
kelancaran, ketertiban, dan kesehatan sehingga hasil belajarnya dapat
optimal.
Oleh karena itu guru dituntut mampu mengelola kelas sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik tertib dan lancar juga
harus memperhatikan faktor keselamatan siswa. Syarat pengelolaan
13
kelas yang baik seperti yang dikemukakan oleh Agus S. Suryobroto
(2001: 28) antara lain:
1) Kejelasan dalam penyajian
Guru dalam menyajikan bahan ajar dalam pembelajaran
agar mudah diterima siswa, yaitu jelas dalam
menyampaikan meteri serta jelas dalam menyajikan.
2) Kegairahan dalam mengajar
Guru dalam mengajar agar bergairah, sehingga akan
memberikan motivasi.
3) Ragam dan kegiatan
Guru dalam mengajar agar selalu ada variasi sehingga
siswanya tidak bosan, tetapi jangan terlalu banyak variasi,
sehingga menghabiskan banyak waktu untuk variasi.
Menurut Sardiman (2000: 166-167) kegiatan mengelola kelas
akan menyangkut pengaturan tata ruang kelas yang memadai untuk
pengajaran dan menciptakan iklim belajar yang serasi. Terkait dengan
pelajaran pendidikan jasmani mengatur tata ruang kelas yang memadai
untuk
pengajaran,
meliputi:
pengaturan
lapangan,
pengaturan
perlengkapan dan alat, pengaturan formasi siswa dan posisi guru, dan
memperhatikan lingkungan sekitar. Sedangkan menciptakan iklim
belajar mengajar yang serasi yaitu menghentikan tingkah laku siswa
yang kurang baik dan mengarahkannya ke hal yang baik.
f. Kompetensi Menggunakan Media Pembelajaran
Media dalam penelitian ini diartikan sebagai alat pendukung
pembelajaran yang secara tidak langsung dipergunakan untuk tujuan
pembelajaran. Penggunaan media belajar yang dimaksud adalah alat
bantu yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani.
14
Menurut Sardiman (2000: 168) ada beberapa langkah dalam
menggunakan media:
1) Mengenal, memilih dan menggunakan suatu media.
2) Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.
3) Menggunakan buku pegangan.
Mahasiswa calon guru pendidikan jasmani harus dapat
memilih dan menggunakan alat bantu pengajaran untuk mempermudah
pembelajaran, sehingga tujuan dari pembeajaran tersebut dapat tercapai.
g. Kompetensi Mengelola Interaksi Pembelajaran
Dalam pembelajaran, kegiatan interaksi antara guru dengan
siswa sangat diperlukan. Tanpa adanya interaksi yang baik, maka
kegiatan pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
Menurut
Sardiman,
(2000:
15-17)
ciri-ciri
interaksi
pembelajaran, antara lain:
1) Interaksi pembelajaran sadar tujuan, dengan menempatkan
siswa sebagai pusat perhatian.
2) Ada suatu prosedur yang direncana, didesian untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Interaksi pembelajaran ditandai dengan satu penyampaian
materi khusus.
4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa.
5) Dalam interaksi pembelajaran guru sebagai pembimbing.
6) Dalam interaksi pembelajaran membutuhkan disiplin.
7) Adanya batas waktu.
h. Kompetensi Mengevaluasi Pembelajaran
Melakukan evaluasi sesuai dengan kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar, melakukan evaluasi baik secara individu maupun
15
klasikal, melakukan diagnosa dan remidi terhadap hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
“Secara sederhana peningkatan kemampuan profesional guru
dapat diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang
menjadi matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu
mengelola sendiri, yang belum memenuhi kualifikasi menjadi
memenuhi kualifikasi, yang belum terakreditasi menjadi terakreditasi.
Kematangan, kemampuan mengelola sendiri, pemenuhan kualifikasi,
merupakan ciri-ciri profesionalisme. Oleh karena itu, peningkatan
kemampuan profesional guru juga dapat diartikan sebagai upaya
membantu guru yang belum profesional menjadi profesional”. (Ibrahim,
2009: 44)
Sedangkan Glickman (1981: 5) menegaskan bahwa seseorang
akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki
kemampuan dan motivasi. Maksudnya adalah seseorang akan bekerja
secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu diantara
persyaratan diatas. Jadi, betapapun tingginya kemampuan seseorang
tidak akan bekerja secara profesional apabila tidak memiliki motivasi
kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja
seseorang tidak akan sempurna dalam menyelesaikan tugasnya apabila
tidak didukung oleh kemampuan. (dalam Arum, 2011: 28)
Seorang guru dapat dinilai baik atau buruk kinerjanya diukur
melalui indikator kedisiplinan dan kompetensi yang dimilikinya.
16
Kedisiplinan dapat diartikan ketertiban atau keselarasan tingkah laku
menurut peraturan yang diterapkan. Kompetensi guru meliputi
kompetensi paedagogik, kopetensi profesional, kompetensi sosial.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan bahwa
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam pelaksanaannya
memiliki tujuan dan fungsi menumbuhkembangkan siswa dari aspek
organik, neoromuskular, kognitif, emosional, perseptual, fisik dan
merupakan
suatu
proses
gerak
manusia
yang
menuju
pada
pengembangan pola-pola perilaku manusia.
5. Praktik Pengalaman Lapangan Mahasiswa PJKR Universitas Negeri
Yogyakarta
a. Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu
kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa UNY Program Studi
Kependidikan. PPL juga sebagai wahana pembentukan calon guru
tenaga kependidikan yang profesional.
b. Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan
Dalam buku Panduan KKN-PPL UNY (2010: 4) misi dan
tujuan dari Praktik Pengalaman Lapangan adalah:
1) Menyiapkan dan menghasilkan calon guru atau tenaga
kependidikan yang memiliki nilai, sikap, pengetahuan, dan
keterampilan profesional.
2) Pengintegrasian dan pengimplementasian ilmu yang telah
dikuasainya dalam praktik keguruan dan atau praktik
kependidikan.
3) Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam bidang
pembelajaran dan manajerial di sekolah atau lembaga,
17
dalam rangka melatih dan mengembangkan kompetensi
keguruan atau kependidikan.
4) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengenal, mempelajari, dan menghayati permasalahan
sekolah atau lembaga, baik yang terkait dengan proses
pembelajaran maupun kegiatan manajerial kelembagaan.
5) Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai
secara indisipliner kedalam kehidupan nyata disekolah,
klub, atau lembaga pendidikan.
c. Mahasiswa Praktikan PPL
Menurut Depdiknas (2003: 65) “mahasiswa adalah peserta
didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan tinggi.
Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan
peraturan akademik, dan bertanggung jawab terhadap almamater.”
Di Universitas Negeri Yogyakarta sendiri memiliki program
kependidikan, sehingga mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan
wajib menempuh program KKN-PPL, karena program KKN-PPL
tersebut merupakan syarat untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1)
kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Pada pelaksanaan PPL
mahasiswa dituntut untuk mempraktikan segala kemampuan dan
keterampilan yang telah ditempuh selama masa perkuliahan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa praktikan PPL yang sedang melaksanakan tugasnya disuatu
lembaga untuk memenuhi kewajiban sebagai calon tenaga pendidik
yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan profesional.
18
d. Pelaksanaan Kegiatan PPL
Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan didalam buku
Panduan KKN-PPL (2010: 17), dilaksanakan sekali dalam setahun,
yaitu pada semester khusus (Juni-September) dengan pertimbangan:
1) Pada semester khusus tersebut mahasiswa dapat berkonsentrasi
penuh pada kegiatan PPL karena tidak terganggu oleh kegiatan mata
kuliah lainnya.
2) Pada saat tersesebut sekolah sedang memasuki awal tahun pelajaran,
sehingga kehadiran mahasiswa PPL di sekolah dapat memberikan
kontribusi timbal balik dalam program sekolah.
Waktu efektif dalam satu Minggu adalah 6 (enam) hari kerja
memanfaatkan waktu 7-8 jam untuk kegiatan KKN-PPL dengan jumlah
jam kerja minimal 512 jam.
Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa
PJKR dalam penelitian ini dilaksanakan pada pada semester khusus
tahun 2011. Kegiatan pembelajaran disekolah dilaksanakan dalam satu
minggu dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran untuk setiap kelas.
Materi yang diberikan sesuai dengan kurikulum dan program semester
yang telah direncanakan, dalam kegiatan praktik mengajar mahasiswa
PPL Program Studi PJKR diberi kesempatan mengajar terbimbing dan
mandiri. Selama kegiatan pembelajaran minggu pertama mahasiswa
PPL melakukan praktik mengajar di lapangan dengan dibimbing oleh
guru
pembimbing.
Setelah
19
proses
pembelajaran
selesai
guru
pembimbing
selalu
memberikan
masukan
mengenai
apa
saja
kekurangan yang terjadi selama proses pembelajan yang telah
berlangsung tadi dengan tujuan memperbaiki keterampilan mengajar
berikutnya.
Untuk kelancaran praktik mengajar hendaknya mahasiswa PPL
menguasai materi, metode pembelajaran, serta dapat memilih dan
menggunakan sarana dan prasarana sebagai penunjang proses
pembelajaran. Dalam pemberian materi dan waktu pembelajaran
disesuaikan dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam
satuan pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
1. “Pandangan Guru Pendidikan Jasmani SMA Terhadap Penerapan Model
Pembelajaran Teaching Games For Understanding, Oleh Nur Sita Utami
pada tahun 2011”.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru
pendidikan jasmani SMA yang mengikuti sosialisasi dan workshop model
pembelajaran Teaching Games For Understanding (TGFU) sejumlah 19
orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan sebanyak
19 responden (100%) memandang baik terhadap penerapan model
pembelajaran Teaching Games For Understanding (TGFU). Hal ini
mengindikasikan bahwa guru cenderung bahwa guru mendukung
20
pengembangan model Teaching Games For Understanding (TGFU) di
SMA.
2. “Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Di SMA Negeri Se-Kabupaten
Sukoharjo”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru
pendidikan jasmani di SMA Negeri Se-Kabupaten Sukoharjo. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 26 orang dengan menggunakan metode
survey instrumen yang digunakan angket. Hasil penelitian adalah 96,2%
memiliki kompetensi sangat tinggi dan sebesar 3,8% memiliki kompetensi
tinggi.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan deskripsi teori di atas, maka dapat diperoleh suatu
kerangka berpikir mengenai penelitian ini. Pendidikan jasmani adalah suatu
pendidikan yang mengutamakan aktivitas jasmani atau fisik.
Jika hal-hal yang mendukung proses pembelajaran pendidikan
jasmani berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat berdaya guna, maka
tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai. Sebaliknya
apabila hal-hal pendukung tidak berdaya guna maka tujuan proses
pembelajaran pendidikan jasmani tidak akan tercapai.
Kemampuan
setiap
mahasiswa
PPL
PJKR
Fakultas
Ilmu
Keolahragaan berbeda-beda, hal ini juga akan berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan mahasiswa menyerap perkuliahan yang telah ditempuh dan juga
21
tingkat keberhasilan Fakultas Ilmu Keolahragaan dalam memberikan materi
untuk mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan di
sekolah. Karena tingkat keberhasilan mahasiswa PJKR dalam melaksanakan
Praktik Pengalaman Lapangan di SMP se-kota Yogyakarta belum diketahui,
maka perlu dilakukan penelitian dengan survei dan mengumpulan informasi
atau data menggunakan kuesioner terhadap guru pembimbing PPL SMP sekota Yogyakarta.
22
Download