BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga memunculkan perbedaan pandangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2002: 821) mendefinisikan pandangan sebagai hasil perbuatan memandang. Bimo Walgito (1994: 110) mengemukakan bahwa pandangan mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu: a. Komponen Kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang mempersepsi terhadap objek. b. Komponen Efektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap sikap objek. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap yakni positif atau negatif. c. Komponen Konatif (komponen perilaku atau action component), adalah komponen yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek. Pandangan juga dapat diartikan sebagai persepsi. Mar’at (1981: 22-23) persepsi merupakan proses pengamatan seseorang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu objek psikologik dengan kacamatanya sendiri dengan diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Sedangkan objek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide tau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur 7 terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologik tersebut. Melalui komponen kognitif ini akan menimbulkan ide, dan kemudian akan timbul suatu konsep tentang apa yang dilihat” (dalam Rifai, 2009). Suatu proses dibutuhkan oleh seseorang untuk menganalisa hasil atau pengetahuan yang mereka inginkan. Hasil akhir dari proses ini adalah pendapat yang dikemukakan oleh guru pendidikan jasmani. Suatu pendapat sangat diperlukan dalam kehidupan manusia untuk menentukan tujuan maupun arah kebijakan. Sehingga keseimbangan dalam kehidupan ini dapat kita raih sesuai dengan kenyataan. Berdasarkan uraian diatas, pandangan dapat diartikan sebagai proses perbuatan memandang yang menghasilkan pengetahuan dan pendapat. Dalam konteks ini hasil dari pandangan yaitu dari guru penjas. Dimana mereka memberikan gambaran sehingga terjadi proses memandang, kemudian mereka memberikan pendapat atau tanggapan. 2. Hakikat Guru Pendidikan Jasmani Menurut Sukintaka (2001: 84) profil guru pada umumnya merupakan dasar tugas seorang pendidik. Profil guru pada umumnya setidak-tidaknya memenuhi persyaratan minimal adalah merupakan seorang berjiwa pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945, serta pendukung dan pengemban norma. Menurut M. User Usman (2010: 5) guru sebagai jabatan atau profesi untuk memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan menurut Undang-Undang Guru dan Dosen tentang ketentuan umum pasal 8 1 (satu), guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Tugas yang diemban guru bukanlah hal yang ringan, karena sebagian dari masa depan generasi muda terletak ditangan guru. Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa kemampuan kerja guru pendidikan jasmani merupakan salah satu potensi untuk melakukan sesuatu hal dalam pekerjaan. 3. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani (Depdiknas, 2003: 2). Selanjutnya Frost (Arma Abdoellah dan Agus Manadji, 1994: 6) mengemukakan pendidikan jasmani terdiri dari perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu bila bergerak dan mempelajari gerak. Termasuk dalam gerak adalah merangkak, melompat, melempar dan gerakan lain yang dilakukan bila berpartisipasi dalam permainan, senam, tari, renang dan berenang dan beladiri. Menurut Wuest dan Bucher (Sukintaka, 2001: 14) berpendapat “pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk memperbaiki kerja dan peningkatan pengembangan manusia melalui 9 media aktivitas jasmani. Wuest dan Bucher setuju dengan istilah “pendidikan jasmani dan olahraga” dengan alasan bahwa olahraga meliputi program pengarahan ialah pengarahan dari program yang tradisional dalam melayani anak-anak sekolah yang belum dewasa secara individual ke arah program nirtradisional dalam macam-macam golongan masyarakat, kedudukan dalam masyarakat dan segala macam tingkat umur”. “Tujuan pendidikan berfungsi bukan saja bersifat mengarahkan, tetapi juga menjadi dasar dalam menentukan isi pelajaran, metode dan prosedur pengajaran maupun penilaian, bahkan mendasari motivasi kerja murid dan guru di sekolah”. (Hamalik, 2009: 59) Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dan ikut membantu tujuan pendidikan secara umum. 4. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Guru adalah sebuah pernyataan bahwa seseorang melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu guru sebagai profesi punya tanggung jawab yang multidimensional. Atas dasar tanggung jawab itu maka tingkat komitmen dan kepedulian terhadap tugas pokok harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, tanggung jawab dalam mengajar, membimbing, dan melatih yang dipertanggung jawabkan. Untuk itu Universitas Negeri Yogyakarta telah memasukan mata kuliah Mikro, 10 Teknologi Pembelajaran, dan PPL guna membekali mahasiswa menjadi tenaga pendidik yang profesional. a. Pengertian Guru Penjasorkes Guru pendidikan jasmani menurut Sukintaka (1992: 19) harus memiliki minimal 8 syarat agar dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik. 8 syarat itu adalah: 1) Memahami pengetahuan pendidikan jasmani. 2) Memahami karakteristik anak. 3) Mampu membangkitkan dan memberikan kesempatan pada anak untuk berkreasi, aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. 4) Mampu memberikan bimbingan pada anak dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan. 5) Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan, menilai dan mengorganisasikan proses pembelajaran pendidikan jasmani. 6) Memiliki pendidikan dan penguasaan keterampilan gerak yang memadahi. 7) Memiliki pemahaman tentang unsur kondisi jasmani. 8) Memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mengembangkan serta memanfaatkan lingkungan yang sehat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani. b. Kompetensi Guru Penjasorkes Piet A Sahertian (1994: 56) bahwa ada tiga definisi kompetensi guru antara lain: 1) Kompetensi guru adalah kemampuan guru untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirancangkan. 2) Kompetensi guru adalah ciri memiliki dari kepribadian guru yang menuntunnya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. 3) Kompetensi adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sehingga setiap guru yang profesional punya kemampuan berpikir abstrak dan kreatif serta tingkat komitmen dan kepedulian. 11 c. Kompetensi Penguasaan Bahan Ajar Dalam kegiatan pembelajaran, selalu guru tampil didepan kelas mengelola interaksi pembelajaran, terlebih dahulu harus menguasai bahan apa saja yang akan diajarkan. Penguasaan materi bahan pembelajaran merupakan hal yang pokok dalam mencapai keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Kemampuan menguasai bahan pembelajaran akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Nana Sudjana (2000: 22) menyatakan bahwa proses dan hasil belajar siswa tergantung pada penguasaan mata pelajaran guru dan keterampilan mengajarnya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan menguasai bahan bagi seorang guru, mengandung dua lingkup penguasaan materi yaitu: 1) Penguasaan bidang studi dalam kurikulum sekolah. 2) Menguasai bahan pengayaan untuk menunjang bidang studi, ialah bahan yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan jasmani. d. Kompetensi Mengelola Program Pembelajaran Proses pembelajaran dipandang sebagai inti dari rangkaian kegiatan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru perlu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran agar mencapai hasil yang maksimal. Dengan demikian rencana peaksanaan pembelajaran harus dipersiapkan oleh guru sebagai pedoman dalam mengajar. 12 Menurut Nana Sudjana (2000: 21) mengemukakan bahwa pengelolaan proses belajar mengajar merupakan tahap perencanaan program yang dibuat, dalam melaksanakan proses belajar mengajar kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. e. Kompetensi Mengelola Kelas Dalam mengajar, selain harus menguasai bahan pelajaran, guru juga harus mampu mengelola kelas. Ketidakeberhasilan dalam mengajar mungkin bukan guru tidak menguasai bahan ajar, tetapi bisa disebabkan karena guru tidak dapat mengelola kelas. Menurut Sardiman (2000: 167) menyatakan untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut untuk mengelola suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas yakni mampu menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran. Sementara itu Agus S Suryobroto (2001: 27) bahwa pengaturan alat, perkakas, fasilitas, dan siswa, termasuk posisi guru dalam pembelajaran yang bertujuan untuk kelancaran, ketertiban, dan kesehatan sehingga hasil belajarnya dapat optimal. Oleh karena itu guru dituntut mampu mengelola kelas sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik tertib dan lancar juga harus memperhatikan faktor keselamatan siswa. Syarat pengelolaan 13 kelas yang baik seperti yang dikemukakan oleh Agus S. Suryobroto (2001: 28) antara lain: 1) Kejelasan dalam penyajian Guru dalam menyajikan bahan ajar dalam pembelajaran agar mudah diterima siswa, yaitu jelas dalam menyampaikan meteri serta jelas dalam menyajikan. 2) Kegairahan dalam mengajar Guru dalam mengajar agar bergairah, sehingga akan memberikan motivasi. 3) Ragam dan kegiatan Guru dalam mengajar agar selalu ada variasi sehingga siswanya tidak bosan, tetapi jangan terlalu banyak variasi, sehingga menghabiskan banyak waktu untuk variasi. Menurut Sardiman (2000: 166-167) kegiatan mengelola kelas akan menyangkut pengaturan tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar yang serasi. Terkait dengan pelajaran pendidikan jasmani mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran, meliputi: pengaturan lapangan, pengaturan perlengkapan dan alat, pengaturan formasi siswa dan posisi guru, dan memperhatikan lingkungan sekitar. Sedangkan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi yaitu menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik dan mengarahkannya ke hal yang baik. f. Kompetensi Menggunakan Media Pembelajaran Media dalam penelitian ini diartikan sebagai alat pendukung pembelajaran yang secara tidak langsung dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Penggunaan media belajar yang dimaksud adalah alat bantu yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani. 14 Menurut Sardiman (2000: 168) ada beberapa langkah dalam menggunakan media: 1) Mengenal, memilih dan menggunakan suatu media. 2) Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana. 3) Menggunakan buku pegangan. Mahasiswa calon guru pendidikan jasmani harus dapat memilih dan menggunakan alat bantu pengajaran untuk mempermudah pembelajaran, sehingga tujuan dari pembeajaran tersebut dapat tercapai. g. Kompetensi Mengelola Interaksi Pembelajaran Dalam pembelajaran, kegiatan interaksi antara guru dengan siswa sangat diperlukan. Tanpa adanya interaksi yang baik, maka kegiatan pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang memuaskan. Menurut Sardiman, (2000: 15-17) ciri-ciri interaksi pembelajaran, antara lain: 1) Interaksi pembelajaran sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. 2) Ada suatu prosedur yang direncana, didesian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Interaksi pembelajaran ditandai dengan satu penyampaian materi khusus. 4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. 5) Dalam interaksi pembelajaran guru sebagai pembimbing. 6) Dalam interaksi pembelajaran membutuhkan disiplin. 7) Adanya batas waktu. h. Kompetensi Mengevaluasi Pembelajaran Melakukan evaluasi sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, melakukan evaluasi baik secara individu maupun 15 klasikal, melakukan diagnosa dan remidi terhadap hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. “Secara sederhana peningkatan kemampuan profesional guru dapat diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri, yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum terakreditasi menjadi terakreditasi. Kematangan, kemampuan mengelola sendiri, pemenuhan kualifikasi, merupakan ciri-ciri profesionalisme. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan profesional guru juga dapat diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum profesional menjadi profesional”. (Ibrahim, 2009: 44) Sedangkan Glickman (1981: 5) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan dan motivasi. Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu diantara persyaratan diatas. Jadi, betapapun tingginya kemampuan seseorang tidak akan bekerja secara profesional apabila tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang tidak akan sempurna dalam menyelesaikan tugasnya apabila tidak didukung oleh kemampuan. (dalam Arum, 2011: 28) Seorang guru dapat dinilai baik atau buruk kinerjanya diukur melalui indikator kedisiplinan dan kompetensi yang dimilikinya. 16 Kedisiplinan dapat diartikan ketertiban atau keselarasan tingkah laku menurut peraturan yang diterapkan. Kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kopetensi profesional, kompetensi sosial. Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan bahwa pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam pelaksanaannya memiliki tujuan dan fungsi menumbuhkembangkan siswa dari aspek organik, neoromuskular, kognitif, emosional, perseptual, fisik dan merupakan suatu proses gerak manusia yang menuju pada pengembangan pola-pola perilaku manusia. 5. Praktik Pengalaman Lapangan Mahasiswa PJKR Universitas Negeri Yogyakarta a. Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa UNY Program Studi Kependidikan. PPL juga sebagai wahana pembentukan calon guru tenaga kependidikan yang profesional. b. Tujuan Praktik Pengalaman Lapangan Dalam buku Panduan KKN-PPL UNY (2010: 4) misi dan tujuan dari Praktik Pengalaman Lapangan adalah: 1) Menyiapkan dan menghasilkan calon guru atau tenaga kependidikan yang memiliki nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan profesional. 2) Pengintegrasian dan pengimplementasian ilmu yang telah dikuasainya dalam praktik keguruan dan atau praktik kependidikan. 3) Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam bidang pembelajaran dan manajerial di sekolah atau lembaga, 17 dalam rangka melatih dan mengembangkan kompetensi keguruan atau kependidikan. 4) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal, mempelajari, dan menghayati permasalahan sekolah atau lembaga, baik yang terkait dengan proses pembelajaran maupun kegiatan manajerial kelembagaan. 5) Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai secara indisipliner kedalam kehidupan nyata disekolah, klub, atau lembaga pendidikan. c. Mahasiswa Praktikan PPL Menurut Depdiknas (2003: 65) “mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan tinggi. Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan peraturan akademik, dan bertanggung jawab terhadap almamater.” Di Universitas Negeri Yogyakarta sendiri memiliki program kependidikan, sehingga mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan wajib menempuh program KKN-PPL, karena program KKN-PPL tersebut merupakan syarat untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Pada pelaksanaan PPL mahasiswa dituntut untuk mempraktikan segala kemampuan dan keterampilan yang telah ditempuh selama masa perkuliahan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa praktikan PPL yang sedang melaksanakan tugasnya disuatu lembaga untuk memenuhi kewajiban sebagai calon tenaga pendidik yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan profesional. 18 d. Pelaksanaan Kegiatan PPL Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan didalam buku Panduan KKN-PPL (2010: 17), dilaksanakan sekali dalam setahun, yaitu pada semester khusus (Juni-September) dengan pertimbangan: 1) Pada semester khusus tersebut mahasiswa dapat berkonsentrasi penuh pada kegiatan PPL karena tidak terganggu oleh kegiatan mata kuliah lainnya. 2) Pada saat tersesebut sekolah sedang memasuki awal tahun pelajaran, sehingga kehadiran mahasiswa PPL di sekolah dapat memberikan kontribusi timbal balik dalam program sekolah. Waktu efektif dalam satu Minggu adalah 6 (enam) hari kerja memanfaatkan waktu 7-8 jam untuk kegiatan KKN-PPL dengan jumlah jam kerja minimal 512 jam. Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa PJKR dalam penelitian ini dilaksanakan pada pada semester khusus tahun 2011. Kegiatan pembelajaran disekolah dilaksanakan dalam satu minggu dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran untuk setiap kelas. Materi yang diberikan sesuai dengan kurikulum dan program semester yang telah direncanakan, dalam kegiatan praktik mengajar mahasiswa PPL Program Studi PJKR diberi kesempatan mengajar terbimbing dan mandiri. Selama kegiatan pembelajaran minggu pertama mahasiswa PPL melakukan praktik mengajar di lapangan dengan dibimbing oleh guru pembimbing. Setelah 19 proses pembelajaran selesai guru pembimbing selalu memberikan masukan mengenai apa saja kekurangan yang terjadi selama proses pembelajan yang telah berlangsung tadi dengan tujuan memperbaiki keterampilan mengajar berikutnya. Untuk kelancaran praktik mengajar hendaknya mahasiswa PPL menguasai materi, metode pembelajaran, serta dapat memilih dan menggunakan sarana dan prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran. Dalam pemberian materi dan waktu pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam satuan pembelajaran. B. Penelitian yang Relevan 1. “Pandangan Guru Pendidikan Jasmani SMA Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Teaching Games For Understanding, Oleh Nur Sita Utami pada tahun 2011”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani SMA yang mengikuti sosialisasi dan workshop model pembelajaran Teaching Games For Understanding (TGFU) sejumlah 19 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan sebanyak 19 responden (100%) memandang baik terhadap penerapan model pembelajaran Teaching Games For Understanding (TGFU). Hal ini mengindikasikan bahwa guru cenderung bahwa guru mendukung 20 pengembangan model Teaching Games For Understanding (TGFU) di SMA. 2. “Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Di SMA Negeri Se-Kabupaten Sukoharjo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru pendidikan jasmani di SMA Negeri Se-Kabupaten Sukoharjo. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang dengan menggunakan metode survey instrumen yang digunakan angket. Hasil penelitian adalah 96,2% memiliki kompetensi sangat tinggi dan sebesar 3,8% memiliki kompetensi tinggi. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan deskripsi teori di atas, maka dapat diperoleh suatu kerangka berpikir mengenai penelitian ini. Pendidikan jasmani adalah suatu pendidikan yang mengutamakan aktivitas jasmani atau fisik. Jika hal-hal yang mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat berdaya guna, maka tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai. Sebaliknya apabila hal-hal pendukung tidak berdaya guna maka tujuan proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak akan tercapai. Kemampuan setiap mahasiswa PPL PJKR Fakultas Ilmu Keolahragaan berbeda-beda, hal ini juga akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan mahasiswa menyerap perkuliahan yang telah ditempuh dan juga 21 tingkat keberhasilan Fakultas Ilmu Keolahragaan dalam memberikan materi untuk mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah. Karena tingkat keberhasilan mahasiswa PJKR dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP se-kota Yogyakarta belum diketahui, maka perlu dilakukan penelitian dengan survei dan mengumpulan informasi atau data menggunakan kuesioner terhadap guru pembimbing PPL SMP sekota Yogyakarta. 22