PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH INTERAKSI GURU DAN SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MI PSM DADAPAN NGRONGGOT NGANJUK TAHUN AJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi yang berlangsung dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya. Salah satu dari interaksi tersebut dapat berupa interaksi edukatif yang berarti interaksi yang berlangsung dalam ikatan proses pendidikan. Interaksi edukatif dapat berlangsung baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Interaksi edukatif yang berlangsung secara khusus dengan ketentuanketentuan tertentu di lingkungan sekolah lazim disebut interaksi belajar mengajar. Interaksi belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan interaksi dari guru yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subyek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Menurut Abu Ahmadi, bahwa “ interaksi belajar mengajar di arahkan agar aktivitas berada pada pihak anak didik. Hal ini menjadi keharusan, karena memang anak didik merupakan orientasi dari setiap proses atau langkah kegiatan belajar mengajar. Peranan guru di sini sebagai pembimbing yang dapat mengarahkan siswa dan memberikan motivasi untuk mencapai hasil yang optimal”.1 Ketika sebagai anak mulai masuk sekolah, anak sudah dianggap akan terlibat dalam proses belajar. Dalam hal ini banyak hal yang harus diketahui oleh seorang guru tentang proses belajar itu. Seperti yang di kemukakan oleh Amir Achsin, bahwa “banyak hal yang harus diketahui oleh seorang guru, mulai dari bagaimana cara mempersiapkan sesuatu yang akan diajarkan, bagaimana mengajarkannya sampai kepada bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar anak”.2 Menurut Muhammad Ali, bahwa “ bila ditelusuri secara mendalam proses belajar mengajar merupakan inti dari aktivitas pendidikan. Di dalam terjadi interaksi antara 1 2 Abu Ahmadi dan Joko Triprasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia,1997), h. 118-119. Amir Achsin, Pengelolaan kelas Dan Interaksi Belajar Mengajar (Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang Press, 1990), h. 98. 1 berbagai komponen pengajaran yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori terutama yaitu guru, isi, atau materi pelajaran dan siswa”.3 Untuk menyukseskan belajar mengajar sebenarnya interaksi antara guru dan siswa sangat penting, tanpa interaksi keduanya proses belajar mengajar tidak berjalan dengan maksimal. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar dibutuhkan situasi yang mendukung seperti sarana prasarana maupun suasana yang akrab, demokratis yang memungkinkan berkembangnya proses belajar mengajar.4 Motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan gairah, semangat, rasa senang dalam belajar, sehingga yang mempunyai motivasi yang tinggi memiliki energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa yang motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam hal belajarnya dan semangat yang menggebu-gebu sehingga sedikit pula kesalahan yang dilakukan dalam belajar.5 Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebabsebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya dan kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.6 Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri perilaku dan orang lain. Menurut Dimyati dan Mujiono “motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi tersebut perlu dimiliki oleh siswa”.7 3 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1992), h. 4. 4 Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, h. 197 5 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.84. 6 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 7475. 7 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, h. 85. 2 Ketika penulis mengadakan observasi awal, tampaknya guru dan siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk telah melakukan interaksi belajar mengajar dengan baik. Begitu juga siswa yang ada di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk tersebut telah mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Hal ini diduga kemungkinan ada kaitan atau pengaruh antara interaksi guru dan siswa dengan motivasi belajar siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk. Berangkat dari masalah tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Interaksi Guru Dan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016” B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan penulis angkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana interaksi guru dan siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Bagaiman motivasi belajar siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016? 3. Adakah pengaruh yang signifikan antara interaksi guru dan siswa dengan motivasi belajar siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui interaksi guru dan siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara interaksi guru dan siswa dengan motivasi belajar siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016. D. Kegunaan Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan antara lain: 1. Sekolah, sebagai sumbangan pikiran dan bahan masukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran. 2. Guru yang mengajar di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk untuk meningkatkan kualitas interaksi dengan para siswanya. 3 3. Penulis, mendapatkan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian. Selain itu, hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai bekal dalam mengembangkan dunia pendidikan dan pembelajaran. 4. Bagi siswa MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk, antara lain: a. Siswa merasa bersemangat dalam pembelajaran. b. Konsep pembelajaran lebih tertanam kuat di ingatan siswa. c. Meningkatkan prestasi belajar siswa. E. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara interaksi guru dan siswa dengan motivasi belajar siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara interaksi guru dan siswa dengan motivasi belajar siswa di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk Tahun Ajaran 2015/2016. F. Penelitian Terdahulu Pada bagian ini diungkapkan beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini. Hasil penelitian tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Ririn Yustika (2009). Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar IPS Ekonomi Siswa Kelas XI Penjualan Semester Ganjil Di SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009. Dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar IPS ekonomi siswa, dengan hasil perhitungan r hitung > r tabel yaitu 0,565 > 0,226 sehingga hipotesis pertama diterima. Dalam penelitian ini juga menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar IPS ekonomi siswa, dengan hasil perhitungan r hitung > r tabel yaitu 0,466 > 0,226 sehingga hipotesis kedua diterima. 2. Misfi Laili Rohmi (2010). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Cara Belajar Mahasiswa Terhadap Prestasi Belajar Pengantar Akuntansi Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Unila Angkatan 2007 Non Reguler Tahun Akademik 2008/2009. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar. 4 Dari penelitian yang telah dilakukan di atas tersebut dapat diketahui bahwa motivasi dijadikan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikatnya. Sedangkan dalam penelitian ini, motivasi belajar dijadikan sebagai variabel terikat yang diasumsikan dipengaruhi oleh variabel bebas, yaitu interaksi belajar guru dan siswa. G. Landasan Teori 1. Tinjauan Umum Interaksi Guru dan Siswa Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Interaksi Guru dan Siswa, maka ada baiknya dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian interaksi edukatif sebagai landasan berpijak di antaranya, yaitu: Menurut Sardiman interaksi edukatif adalah “Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya”.8 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah bahwa interaksi edukatif adalah “ sebuah interaksi belajar mengajar yaitu sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang merupakan substansi, sebagai medium antara guru dengan anak didik dalam rangka mencapai tujuan”.9 Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik antar guru dan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pendidikan. 2. Bentuk Interaksi Guru dan Siswa a. Guru sebagai Orang Tua Anak Didik Guru adalah orang tua, anak didik adalah anak. Orang tua dan anak adalah dua sosok insani yang diikat oleh tali jiwa, belaian kasih sayang adalah naluri jiwa orang tua yang sangat diharapkan oleh anak, sama halnya dengan belaian kasih dan sayang seorang guru dan anak didiknya. Ketika guru hadir bersama-sama anak didik di sekolah, di dalam jiwanya seharusnya sudah tertanam niat untuk mendidik anak didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan, mempunyai sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil, berasusila dan berakhlak mulia. Syaiful Bahri Djamarah mengatakan “semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan 8 9 Sardiman, Interaksi dan Motivasi, h. 8. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.62. 5 guru dalam pengajaran. Guru dan anak berada dalam suatu relasi kejiwaan. Interaksi antara guru dan anak didik terjadi karena saling membutuhkan”. Kegiatan proses belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma ke dalam jiwa anak didik. Anak didik ingin menimba ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. b. Guru sebagai Pendidik Guru dan anak didik adalah yang menggerakkan proses interaksi edukatif, di mana interaksi edukatif tersebut mempunyai suatu tujuan. Ketika interaksi edukatif tersebut berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat serta mau memahami anak didik dengan konsekuensinya. Semua kendala yang menghambat jalannya proses interaksi edukatif harus dihilangkan dan membiarkan, karena keberhasilan interaksi edukatif lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.10 Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memiliki “kepribadian guru”, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk pendidik atau guru, seseorang harus berkepribadian. Masalahnya yang penting adalah mengapa guru dikatakan “pendidik” Guru memang seorang “pendidik” sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya “mengajar” seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. “mendidik” sikap mental seseorang tidak cukup hanya “mengajarkan” sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididik, dengan guru sebagai idolanya.11 3. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar, karena dengan adanya motivasi , siswa akan bergairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik dan Syaiful Bahri Djamarah “Motivation is aenergy chage within the person chracterixted by effective orausa and anticipatory goll rections”.12 Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang 10 Ibid., h. 3-4. Sardiman, Interaksi dan Motivasi., h. 137. 12 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1992), h. 173. 11 6 yang ditandai dengan munculnya feelling dan dilalui dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Definisi ini berisi tiga hal, yaitu motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang, motivasi timbul dengan timbulnya perasaan, motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Riskel, dalam Ahmad Rohani HM mengemukakan “Motivasi is a pedagigical sense, as the concius effort on the teacher to estoblisa in student motives leadiang to sistained activity foward the learning goals”13. Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik atau pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar. Sedangkan pengertian belajar menurut Rakajoni yang dikutip oleh Mahfud Sholahudin merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang”. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa belajar menurut Mahfudh Shalahudin: Adalah suatu proses tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur- angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakan sampai pada suatu saat untuk dievaluasi oleh yang mengalami proses belajar itu.14 4. Macam-macam Motivasi Belajar Berbicara tentang macam-macam jenis motivasi in dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif itu sangat bervariasi. a. Motivasi dilihat dari dasar bentuknya. 1) Motif- motif bawaan. Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ini ada tanpa dipelajari. Misalnya dorongan untuk makan, bekerja, beristirahat, seksual dan sebagainya. 2) Motif- motif yang dipelajari. Motif-motif yang timbul karena dipelajari. Misalnya dorongan untuk belajar, untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat didalam kegiatan belajar mengajar inilah hal yang dapat membuat dalam usaha mencapai prestasi.15 a) Menurut Fransden yang dikutip oleh Sardiman jenis- jenis motif ini adalah: 13 Ahmad Rohani HM dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 10. Mahfudh Shalahudin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya :Bina Ilmu, 1990), h. 27-28. 15 Sardiman, Interaksi dan Motivasi, h. 86-87. 14 7 b) Cognitive. Motif ini menunjukkan gejala instrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Self- Expresion. Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri. Self- enhancement. Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang untuk mencapai suatu prestasi.16 Jenis motivasi menurut pembagian dari Wood Worh dan Martius dalam Sardiman adalah: Motif atau kebutuhan organis, misalnya kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual dan sebagainya. Motif- motif darurat. Yaitu dorongan untuk menyelamatkan diri untuk berusaha, untuk membalas dan sebagainya. Dorongan ini karena rangsangan dari luar. Motif –motif Obyektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Hal ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif17. b. Motivasi berdasarkan jalarannya, maka orang membedakan adanya dua macam motif, antara lain: 1) Motivasi Intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan lain tetapi atas kemauan sendiri., misalnya kita mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan negara. Oleh karena itu kita pun rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. 2) Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seorang anak mau belajar karena dia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya.18 5. Hubungan Antara Interaksi Guru dan Siswa Dengan Motivasi Belajar Siswa. Perilaku di kelas dan hasil belajar banyak dipengaruhi oleh kualitas pengajaran. Guru menguasai banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku 16 Ibid. Ibid, h. 88. 18 Cholidjah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-ikhlas, 1994), h. 145. 17 8 siswa mereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor penting yang bisa memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal. Ini berarti bahwa hubungan guru-siswa dan iklim kelas yang positif merupakan faktor penting dalam mempengaruhi bagaimana anak mendapat pengalaman bersekolah. Guru tidak hanya mengajar pengetahuan dan keterampilan, mereka juga membantu siswa untuk menjelaskan siapa mereka. Dari interaksi sehari-hari dengan guru, anak belajar mengetahui apakah mereka penting atau tidak, pintar atau lambat, disukai atau tak disukai. Seorang guru mengirimkan pesan-pesan ini melalui perilakunya, gesture, dan kata-kata. Dari pesan yang diterima anak ini mereka memutuskan untuk meresikokan partisipasi di kegiatan kelas atau tidak. Guru harus mengetahui bahwa keterlibatan tersebut tidak selalu datang dengan mudah dan bahwa ini memerlukan sebuah lingkungan kelas yang nyaman secara psikologis dan dipercaya. Motivasi untuk belajar dan untuk berperilaku berdasarkan pada minat. Jika guru berhasil merangsang keingintahuan di antara siswa, mereka akan juga menemukan kesediaan di antara siswa untuk belajar dan berperilaku baik. Pengajaran yang memuaskan keingintahuan anak jauh lebih memotivasi dengan efektif daripada memaksa mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang mereka anggap tidak relevan dan membosankan. Oleh karena itu cara guru berinteraksi dengan anak dan cara mengajarnya itu penting dalam mencegah perilaku tak pantas. Dalam interaksi edukatif tidak semua anak didik termotivasi untuk bidang study tertentu. Motivasi anak didik untuk menerima pelajaran tentu berbeda-beda, ada anak didik yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada anak didik. Jika terdapat anak didik yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi ekstrinsik yang bersumber dari luar diri anak didik sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini diberikan bisa dalam bentuk ganjaran, pujian, hadiah, dan sebagainya. Tugas guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju dari anak 9 didik tumbuh dan berkembang, yang pada akhirnya menopang keberhasilan pengajaran yang gemilang.19 Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar, pendidik dan pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya baik dengan siswa ( yang terutama) sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai peranan kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. Peranan guru dalam interaksi belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Korektor Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan masyarakat. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sifat dan sikap anak didik tidak hanya di sekolah tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan. 2. Inspirator Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak harus bertolak dari sejumlah teoriteori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. 3. Informan Sebagai informan, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. 4. Organisator 19 Djamarah, Guru dan Anak, h. 64. 10 Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dari bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. 5. Motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personal dan sosialisasi diri. 6. Inisiator Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pendidikan. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran. 7. Pembimbing Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. 8. Pengelola kelas Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.20 Seperti diuraikan di atas, bahwa peranan seorang guru sangat menunjang akan keberhasilan interaksi edukatif antara guru dan anak didik pada lembaga yang bersangkutan. Selain itu juga meningkatkan motivasi anak didik dalam belajar. Sebagai contoh dalam pengelolaan kelas, kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses 48 ibid, h. 43- 47. 11 interaksi edukatif, yang menyebabkan rendahnya motivasi dalam belajar pada anak didik. Jadi, pada dasarnya motivasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik jika interaksi edukatif antara guru dan anak didik juga baik. Dan hal ini perlu diperhatikan adalah interaksi edukatif antara guru dan anak didik merupakan modal untuk meraih agar anak didik memiliki motivasi belajar yang tinggi. H. Kerangka Berpikir Motivasi belajar dapat diartikan sebagai a pedagigical sense, as the concius effort on the teacher to estoblisa in student motives leadiang to sistained activity foward the learning goals. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar seorang siswa. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa (internal) ataupun dari luar diri siswa (eksternal). Sesuai teori yang telah dipaparkan sebelumnya, salah satu hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yaitu faktor lingkungan sekolah dalam bentuk interaksi guru dan siswa. Variabel yang akan diselidiki dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel bebas (independen) adalah interaksi guru dan siswa (X) dan variabel terikat (dependen) yaitu motivasi belajar (Y). Kemampuan mengajar guru sebagai pendidik di sekolah mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Siapapun yang berprofesi sebagai guru harus benar-benar mengetahui kedudukannya di sekolah dan khususnya di kelas. Seorang guru harus mengetahui apa tugas dan tanggung-jawab yang ada dipundaknya sebagai seorang pendidik. Seorang guru juga dituntut untuk dapat memberikan motivasi belajar pada anak didiknya dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal. Dari uraian di atas, maka kerangka pikir pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut. Motivasi Belajar (dependen variable) Interaksi Guru-Siswa (independen variable) 12 I. Metode Penelitian 1. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini direncanakan untuk dilakukan di MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk yang beralamat di Jl. Diponegoro No. 67 Ngronggot Nganjuk pada tahun pelajaran 2015/2016. Waktu Penelitian direncanakan kurang lebih selama 4 bulan, yang dimulai pada bulan Februari sampai Mei tahun 2016, dengan jadwal kegiatan pelaksanaannya sebagai berikut: 1) bulan Februari tahun 2016 adalah tahap persiapan dengan kegiatannya adalah: a) Mengurus surat-surat b) Observasi tempat penelitian c) Menyusun instrument yaitu test dan koisioner atau angket 2) bulan Maret dan April tahun 2016 adalah tahap uji coba instrument, tahap pengumpulan dan analisa data dan kegiatannya adalah : a) Uji coba instrument b) Analisis instrument c) pengumpulan data d) Analisis data dengan kegiatanya adalah klasifikasi data, tabulasi dan editing data, cheking keabsahan dan interprestasi data 3) Bulan Mei tahun 2016 adalah tahap penyusunan laporan adalah: a) Laporan awal b) Review laporan c) Laporan akhir d) Penggandaan 2. Bentuk dan strategi penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korealasional yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mencari bukti ada tidaknya hubungan dan apabila ada berarti (signifikan) atau tidak hubungan itu. Jenis hipotesa penelitian korelasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis asosiatif. Menurut Sugiono hipotesis asosiatif merupakan dugaan adanya hubungan antara variabel dalam populasi melalui data yang ada hubungan antara variabel dalam sampel. Dalam proses penelitian koreasional ini meliputi : a. Penelitian korelasi sederhana digunakan untuk membuktikan: Hubungan antara variabel X dengan variabel Y. 13 b. Penelitian korelasi sederhana dilanjutkan untuk melakukan prediksi atau peramalan dengan menggunakan Regresi linier sederhana yang menunjukkan arah dan untuk mengetahui kuatnya korelasi atau hubungan antara variabel X dalam mempengaruhi variabel Y. Menurut Sugiyono bahwa korelasi sederhana yang bersifat kausalitas (hubungan sebab akibat), maka korelasi sederhana tersebut harus dilanjutkan dengan regresi linier sederhana, di mana tujuannya adalah untuk melakukan prediksi atau peramalan terhadap nilai dependent vaeiable (Y) berdasarkan atas nilai independent variable (X). Sedangkan rancangan penelitian korelasional ini secara sederhana dapat digambar dalam bentuk skema sebagai berikut: X ------------- > Y 3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk yang berjumlah 209 siswa. b. Sampel dan Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling yaitu dengan memilih beberapa kelas secara acak pada salah satu tingkat yang merupakan bagian dari populasi. Berdasarkan teknik tersebut, sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 120 siswa. 4. Variabel Penelitian Penelitian ini meliputi 2 variabel yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat yaitu: a. Variabel bebas (variabel X) yaitu interaksi guru dan siswa yang dimaknai sebagai hubungan timbal balik antar guru dan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pendidikan, dengan pengukuran menggunakan instrumen angket. b. Variabel terikat yaitu motivasi belajar siswa adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik atau pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar. Adapun yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mencari data tentang motivasi siswa melalui angket tentang skala sikap yang dibuat dan dilakukan oleh peneliti berdasarkan konsep dari skala Likert. 5. Sumber Data Sumber data dalam penelitian kuantitatif ini, antara lain ialah : 14 a. Responden adalah seseorang atau beberapa orang yang dapat menjawab pertanyaan atau merespon terhadap pertanyaan maupun memberikan tanggapan terhadap apa yang diminta peneliti baik secara lisan maupun tertulis terutama yang berbentuk angket atau kuisioner. Dalam penelitian kuantitatif ini biasanya yang dimaksud responden adalah para siswa MI PSM Dadapan Ngronggot Nganjuk. b. Arsip atau dokumen adalah catatan atau bahan tertulis yang bersifat formal seperti buku induk para siswa dan buku leger nilai dari hasil prestasi belajar siswa diambil sebagai data penelitian untuk pembanding dari hasil test yang dilakukan peneliti untuk mengetahui valid tidaknya hasil test tersebut. Selain itu arsip atau dokumen juga dapat berupa benda bersejarah atau benda yang berhubungan erat dengan kegiatan atau peristiwa tertentu yang berupa rekaman baik berbentuk tulisan maupun gambar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian. c. Peristiwa atau aktivitas adalah setiap rangkaian kegiatan yang berkaitan erat dengan sasaran penelitian, seperti proses kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan anak-anak di lingkungan sekolah serta kegiatan belajar anak-anak di rumah. Peristiwa atau aktivitas ini dapat dilakukan dengan melalui pengamatan atau observasi. Misalnya sebelum melakukan test bidang studi tertentu, peneliti dapat melakukan pengamatan atau observasi dengan cara minta waktu untuk mengajar bidang studi tertentu tersebut sehingga selama melakukan kegiatan belajar mengajar sekaligus digunakan untuk observasi atau melakukan pengamatan. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Angket Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diisi oleh responden, setelah diisi, angket dikembalikan kepada peneliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang interaksi guru dan siswa serta tingkat motivasi belajar siswa. b. Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto, yaitu “metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa catatan agenda, buku dan sebagainya.”. Dalam metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang daftar guru dan staf, daftar siswa, struktur organisasi sekolah, sarana dan prasarana dan lain sebagainya. 15 7. Pengujian instrumen penelitian Uji instrumen dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. a. Uji validitas kuisioner atau Angket yaitu : 1. Uji validitas butir kuisioner atau angket adalah mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total, yang dimaksudkan adalah skor-skor butir test dan kuisioner atau angket dikorelasikan dengan skor total, dengan menggunakan rumus product moment oleh Karl Pearson sebagai berikut: rxy = n ∑ 𝑋𝑌 − (∑ X) (∑ Y) √{n ∑ 𝑋 ² − (∑ 𝑋 )²} {n ∑ 𝑌 ² − (∑ 𝑌 )²} 2. Uji validitas isi angket dari butir pernyataan yang sudah valid. Uji validitas isi angket ini menurut Saifuddin Azwar, tidak melalui analaisis statistika, tetapi dengan analisis rasional yaitu membandingkan antara kisi-kisi instrumen dengan butir pernyataan yang valid dengan disesuaikan dengan blue-printnya. b. Uji Reliabilitas, Uji reliabilitas kuisioner atau angket dengan menggunakan rumus Alpha. ∑ 𝑺𝟐𝒊 𝒌 𝜶= ( 𝟏− ) 𝒌−𝟏 ∑ 𝑺𝟐𝒕 Keterangan: α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item ΣSi2 = Mean kuadran kesalahan St2 = varians total 8. Uji Persyarat analisis Uji Persyarat analisis adalah proses uji yang dilakukan dengan penghitungan statistik untuk membuktikan bahwa hasil penelitian ini telah memenuhi syarat-syarat yang meliputi: a. Uji Normalitas; dapat dilakukan salah satunya dengan metode Liliefors. Metode ini digunakan apabila data penelitian tidak dalam distribusi frekuensi data bergolong.21 Dengan rumus sebagai berikut: L = Maks |F(zi) – S(zi)| 21 Budiono, Statistika untuk Penelitian (Surakarta: UNS Press, 2009), h. 170-171. 16 dengan L = Nilai Normalitas Liliefors F(zi) = P(Z≤ zi ); Z ~ N(0,1); S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh zi b. Uji Autokorelasi/Independensi; yaitu proses uji yang membuktikan bahwa data variabel X adalah bebas atau independent. Uji Autokorelasi/Independensi dengan menggunakan rumus uji Durbin-Watson, sebagai berikut: 𝒅= 𝚺 (𝒆𝒕 − 𝒆𝒕−𝟏 )𝟐 𝚺𝒆𝟐𝒕 Keterangan: d = nilai uji durbin-watson et = residual tempo tertentu et-1 = residual tempo tertentu dikurangi tempo sebelumnya c. Uji Linieritas; yaitu proses uji yang membuktikan bahwa data Regresi Sederhana variabel kreterium Y atas variabel prediktor X adalah linier. Budiono mengemukakan bahwa uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Untuk menentukan suatu hubungan linier atau tidak, maka harus ditentukan dahulu nilai F observasi (Fobs) yaitu dengan rumus: 𝑭𝒐𝒃𝒔 = Dimana: Fobs 𝑅𝐾𝐺𝑇𝐶 𝑅𝐾𝐺𝑀 𝑹𝑲𝑮𝑻𝑪 𝑹𝑲𝑮𝑴 = nilai F observasi = Rerata Kuadran Galat Tuna Cocok = Rerata Kuadran Galat Murni 9. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Teknik Analisis Korelasi Sederhana Teknik analisis sederhana adalah proses penghitungan statistik untuk mencari bukti bahwa derajat koefisiensi korelasi itu signifikan terhadap arah dan kuatnya hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Teknik analisis 17 korelasi sederhana di sini adalah proses perhitungan statistik untuk mencari bukti signifikasi atau keberartian arah dan kuatnya hubungan variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Dalam proses penghitungan korelasi sederhana tersebut menggunakan rumus korelasi Product Moment menurut Pearson sebagai berikut: rxy = n ∑ 𝑋𝑌 − (∑ X) (∑ Y) √{n ∑ 𝑋 ² − (∑ 𝑋 )²} {n ∑ 𝑌 ² − (∑ 𝑌 )²} Selanjutnya dari hasil penghitungan koefisiensi korelasi sederhananya masih diuji signifikansinya dengan uji-t. Sedangkan Rumus Uji-t sebagai berikut: r11 r (n 2) (1 r 2 ) b. Teknik Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variable dependen (y) dapat diprediksi melalui variable independen (x).22 Jadi, hasil analisis regresi dapat digunakan dalam rangka untuk melakukan peramalan (prediksi). Dengan rumus berikut : y = a + bx (∑𝑌)(∑𝑋 2 ) − (∑𝑋)(∑𝑋𝑌) 𝑎= 𝑛∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 𝑏= 𝑛(∑𝑋𝑌) − (∑𝑋)(∑𝑌) 𝑛∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 Keterangan: y : Variabel terikat a : Konstanta x : Variabel bebas b : Kemiringan 22 Ali Anwar, Statistika untuk Penelitian Pendidikan (Kediri: IAIT Press, 2007), h. 141. 18 DAFTAR PUSTAKA Achsin, Amir. Pengelolaan kelas Dan Interaksi Belajar Mengajar. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang Press. 1990. Ahmadi, Abu dan Triprasetya, Joko. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.1997. Ali, Muhammad. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 1992. Anwar, Ali. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Kediri: IAIT Press. 2007. Budiono. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. 2009. Dimyati dan Mujiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta 2002. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. 1992. Hasan, Cholidjah. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al-Ikhlas. 1994. Rohani, Ahmad HM dan Ahmadi, Abu. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1993. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003. Shalahudin, Mahfudh. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu. 1990. 19