10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Mardianty Pongtuluran. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pengaruh
karakteristik pembelian terhadap perilaku konsumen di Carrefour Panakkukang
Square. Serta untuk mengetahui pengaruh strategi komunikasi pemasaran terhadap
perilaku pembeli pada konsumen Carrefour Panakkukang Square. Data dalam
penelitian di dapatkan melalui wawancara mendalam dengan 4 orang informan
yaitu Pak Yudha seorang karyawan swasta, Pak Armin seorang aktivis LSM, Ibu
Rizky Ardiana seorang pegawai BUMN, dan Ibu Wahidah Syamsu seorang ibu
rumah tangga, serta melakukan observasi dan studi kepustakaan (library
research). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif
kualitatif, dimana teknik analisis data secara deskriptif melalui pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Carrefour Panakkukang Square
berhasil menerapkan keempat karakteristik pembelian yaitu produk, harga dan
kualitas serta situasi untuk memepngaruhi perilaku konsumen agar dapat
melakukan transaksi pembelian di Carrefour Pnakkukang Square. Selain itu, dapat
dikatakan bahwa pengaruh strategi komunikasi pemasran terhadap perilaku
memebeli pada konsumen Carrefor Panakkukang Square sangatlah berhasil untuk
mempengaruhi konsumen, khususnya dalam hal sales promotion (promosi
penjualan) dan Point Of Purchase Communication (Komunikasi d tempat
pembelian).
11
Penelitian lain dilakukan oleh Lia Natalia yaitu untuk untuk menguji
pengaruh dari lokasi, kelengkapan produk, kualitas, produk, harga, pelayanan,
kenyamanan dalam berbelanja dan promosi secara bersama maupun secara parsial
terhadap minat konsumen untuk berbelanja dan untuk menganalisis variabel
manakah yang paling dominan dalam memengaruhi minat konsumen untuk
berbelanja. Populasi penelitian adalah para pengunjung Giant Hypermarket yang
berada di Kota Bekasi Barat. Sampel penelitian sebanyak 100 responden.
Prosedur pencarian responden dilakukan berdasarkan accidential sampling. Data
penelitian merupakan data primer, dengan kuesioner sebagai instrument
penelitian, yang kemudian diolah dengan perhitungan SPSS. Metode analisis data
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, secara bersama-sama variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas
produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi berpengaruh
terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Secara parsial variabel lokasi,
kelengkapan produk, kualitas produk, harga dan promosi berpengaruh terhadap
minat konsumen untuk berbelanja, sedangkan variabel pelayanan dan kenyamanan
tidah berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Sedangkan
variabel yang paling dominan terhadap minat konsumen untuk berbelanja adalah
promosi.
2.2 RETAIL
Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah komoditas kepada konsumen.
Retail berasal dari bahasa Perancis, diambil dari kata retailer yang berarti
“memotong menjadi kecil-kecil”. Menurut Gilbert, retail adalah “semua usaha
12
bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya untuk
memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa
sebagai inti dari distribusi” (2003 : 6). Sedangkan dalam Kamus Bahasa Inggris –
Indonesia retail dapat di artikan sebagai “eceran”.
Terkadang orang-orang berpikir bahwa retailing hanya penjualan produk di
toko, namun retailing juga mencakup penjualan jasa seperti praktek dokter,
tukang cukur rambut, dan tempat penyewaan DVD. Retail juga dapat berarti
kegiatan usaha yang menjual produk dan jasa secara langsung kepada konsumen
tanpa melalui perantara.
Perusahaan membutuhkan jasa retailer karena retailer dapat menciptakan
nilai tambah dari barang dan jasa yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Mereka
juga memfasilitasi distribusi barang dan jasa dari pabrik ke konsumen. Penciptaan
nilai tambah dari retailer disebabkan karena retailer dapat (levy : 2009) :
a. Menyediakan berbagai macam jenis barang dan jasa
Karena retailer mengambil barang dari berbagai jenis perusahaan, maka
konsumen dapat mencari bermacam-macam jenis barang di toko retail.
Keanekaragaman jenis barang dan jasa dapat meningkatkan keinginan
konsumen berbelanja di toko tersebut.
b. Menjual dalam jumlah yang sedikit
Untuk mengurangi biaya transportasi, perusahaan mengirim barang ke
retailer dalam jumlah yang besar. Selanjutnya retailer yang akan
membaginya dalam jumlah yang lebih sedikit yang kemudian baru akan
dijual ke konsumen. Konsumen dapat membeli dalam jumlah yang lebih
sedikit dan perusahaan juga dapat menefisiensikan biaya akan distribusi ke
13
konsumen dengan tidak harus mendistribusikan barang dengan jumlah
kuantitas yang sedikit.
c. Menyimpan inventory
Retailer dapat menyimpan barang dengan kuantitas yang cukup agar
konsumen dapat membelinya ketika dibutuhkan. Konsumen dengan
keterbatasan ruang penyimpanan akan kesulitan apabila membeli barang
dalam jumlah banyak seperti daging atau makanan beku. Oleh karena itu,
konsumen tetap dapat menyimpan dalam jumlah sedikit karena mengetahui
bahwa retailer memiliki stok barangnya.
d. Menyediakan jasa penjualan
Retailer menyediakan jasa penjualan seperti penggunaan kartu kredit, hal ini
memungkinkan konsumen untuk membeli barang pada saat ini dan
membayarnya di akhir bulan. Retailer juga memperlihatkan produk yang
membuat konsumen dapat melihat bahkan mencobanya sebelum membeli.
Toko adalah tempat dimana konsumen melakukan pembelian yang terencana
maupun yang tidak terencana (Tirmizi et al, 2009). Toko ini menjual
puluhan bahkan ratusan jenis barang setiap hari, dan konsumen membeli
barang tersebut dengan sebagian dari pendapatan mereka. Konsumen
bergantung kepada pendapatan dan waktu yang mereka keluarkan dalam
melakukan pembelian. Hal ini membuat konsumen akan melakukan
pembelian terencana, apabila konsumen melakukan pembelian secara tidak
terencana maka dapat dikategorikan sebagai pembelian impusif.
14
2.2.1
Tipe-Tipe Retail
Retail dapat dibagi menjadi berbagai jenis, hal yang paling sederhana
untuk membaginya adalah dengan melihat retail mix. Retail mix atau dalam
bahasa Indonesia diartikan sebagai bauran retail adalah empat elemen yang
retailer gunakan untuk menemenuhi kebutuhan konsumen (Levy, 2009).
Keempat elemen itu adalah:
a. Tipe dari barang dagangan (merchandise)
Berbagai jenis barang dagangan membedakan tipe dari retail yang ada,
contoh dari barang dagangan adalah pakaian, sepatu, barang elektronik,
makanan, perhiasan, koper, alat olahraga, dan produk kecantikan
b. Variasi dan jenis barang dagangan (variation and assortment)
Variasi adalah jumlah kategori barang yang retailer sediakan, sedangkan
jenis barang dagangan (assortment) adalah jumlah jenis yang berbeda di
dalam kategori barang dagangan.
c. Jasa yang disediakan
Jasa yang ditawarkan oleh retailer dapat membuat satu retailer berbeda
jenisnya dengan retailer lain. Contoh jasanya adalah penyediaan tempat
parkir, menerima pembayaran dengan kartu kredit, menerima perbaikan,
menerima pengembalian barang, jasa pengiriman, dan jasa membungkus
kado. Terkadang agar konsumen menikmati jasa ini, retailer menuntut
pembayaran.
d. Harga
Harga juga menjadi penentu jenis dan tipe dari retail, harga dapat dibagi
menjadi rendah, rata-rata, dan tinggi. Harga juga dapat berubah apabila
15
terdapat discount atau potongan harga, bisa juga karena ada suatu
kejadian hari atau keadaan khusus seperti lebaran, natal, dan tahun baru.
Dari variabel-variabel diatas maka retail dapat dibagi jenisnya menjadi:
1.
Food Retailer
Food retailer terbagi lagi menjadi:
a. Supermarket, adalah toko yang menyediakan makanan seperti sayur
mayur, daging, dan produk yang tidak berupa makanan seperti alat
kecantikan, obat-obatan namun dengan jumlah yang terbatas. Contohnya
adalah HERO
b. Supercenter, adalah toko yang besar (150.000 – 220.000 m2) yang
mengkombinasikan supermarket dengan toko diskon. Contohnya adalah
Hari-Hari
c. Warehouse Club, adalah retailer yang memberikan jenis makanan,
barang kebutuhan sehari-hari, yang terbatas namun dengan harga yang
murah. Biasanya diperuntukan untuk dijual kembali. Contohnya adalah
MAKRO.
d. Convenience Store, adalah toko yang menyediakan jenis barang
dagangan yang terbatas yang dibangun diatas lahan yang luasnya hanya
2000-3000 m2. Contohnya adalah minimarket seperti Alfa.
2. General Merchandise Retailer
Terbagi menjadi:
a. Department Store, adalah retailer yang memiliki banyak jenis dan
kategori dari barang dagangannya, menyediakan pelayanan konsumen,
dan mengatur toko mereka menjadi berbagai macam departemen yang
16
memperlihatkan masing-masing barangnya. Contohnya adalah Metro,
Sogo, dan Debenhams.
b. Full-Line Discount Store, adalah retailer yang menyediakan berbagai
jenis barang dengan harga murah namun terbatas jumlahnya. Toko
diskon menyediakan berbagai jenis barang dari produk lokal sampai
produk internasional. Barang yang dijual tidak terlalu mengikuti fashion,
tidak seperti di department store.
c. Specialty Store, adalah toko yang fokus pada barang yang memiliki
kategori terbatas, toko ini juga menyediakan pelayanan yang sangat
baik. Contoh dari specialty store adalah Victoria‟s Secret, The Gap,
Tiffany & Co. dan Mango.
d. Drugstores, adalah toko yang hanya berkonsentrasi pada penjualan obat
dan alat kesehatan untuk pribadi. Barang di toko obat dapat di beli
dengan bebas namun ada yang memerlukan resep dokter untuk
membelinya. Contoh dari toko ini adalah apotik, century.
e. Category Specialist, adalah toko yang menjual barang dengan kategori
tertentu namun sangat banyak jenisnya. Contohnya adalah Toy „R‟ Us
dimana hanya menjual mainan namun jenisnya sangat banyak sekali.
Contoh lainnya adalah Office 2000 yang hanya menjual alat perkantoran
namun dengan jenis yang beragam.
f. Extreme Value Retailer, adalah toko kecil yang menjual jenis barang
yang terbatas namun dengan harga murah. Barang yang dijual tidak
terlalu banyak jenisnya namun biasanya harga yang ditawarkan sangat
17
murah. Contoh yang pernah ada yaitu Valu$ yang pernah menetapkan
harga di tokonya untuk semua barang hanya Rp.5000.
g. Off-Price Retailer, adalah toko yang menawarkan barang dengan harga
murah namun harga barang tersebut dapat berubah-ubah. Contoh dari
jenis toko ini adalah factory outlet yang sekarang menjamur di Bandung
dan Jakarta.
3.
Nonstore Retailer
Nonstore retailer adalah retailer yang tidak memiliki toko, terbagi menjadi:
a. Electronic Retailer, dapat disebut juga online retailer, yaitu format retail
dimana retailer berkomunikasi dengan konsumen dan menawarkan
produk sampai pada prosess pembayaran melalui jasa internet. Contoh
dari tipe retailer ini adalah E-Bay dan Amazon.com.
b. Catalog and Direct-Mail Retailer, yaitu format retail yang tidak
memiliki toko, dimana penjual berkomunikasi ke konsumen melalui
catalog, surat, atau brosur.
c. Direct Selling, yaitu format penjualan dimana tenaga penjual
menghubungi langsung calon konsumen dan bertemu di kantor atau di
rumah calon pembeli. Mendemonstrasikan kelebihan produk yang akan
dijual, menerima pesanan, dan mengirimkan produk yang dipesan.
Contoh dari tipe ini adalah Amway dan Tiansi.
d. Television Home Selling, yaitu penjualan yang dilakukan oleh retailer
melalui media televisi. Contoh yang tepat untuk retailer tipe ini adalah
DRTV yang mempromosikan produknya melalui media televisi yang
dapat dipesan langsung melalui telepon.
18
e. Vending machine Retailing, adalah konsep retail yang menggunakan
mesin untuk menjual produknya. Pembeli hanya perlu memasukkan
sejumlah uang ke dalam mesin sesuai harga barang yang ingin dibeli.
Selanjutnya mesin akan mengeluarkan barang tersebut. Biasanya jenis
barang yang memakai vending machine adalah minuman dan makanan
ringan.
4. Service Retailing
Tipe retail ini adalah toko yang menyediakan jasa kepada konsumen,
contohnya adalah dokter, cukur rambut, tempat les, sekolah, dan tempat fitness.
Namun bukan berarti jenis tipe retail seperti ini hanya khusus jasa saja, mereka
juga menawarkan barang juga walaupun dengan jumlah sedikit. Kita ambil contoh
seperti perusahaan penerbangan, mereka menjual jasa dalam pelayanannya agar
konsumen sampai ditujuan dengan selamat dan puas. Namun mereka juga menjual
merchandise dalam perjalanan, seperti miniatur pesawat, permainan anak, bahkan
kaos.
2.3 STRATEGI PEMASARAN
Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan
dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah
perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah
serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.” Sehingga dalam menjalankan usaha
kecil khususnya diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya.
Karena pada saat kondisi kritis justru usaha kecil lah yang mampu memberikan
19
pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat. Pemasaran Menurut W.Y.Stanton
pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan
tujuan
untuk
merencanakan
dan
menentukan
harga
sampai
dengan
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan
kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Berdasarkan definisi di atas, proses
pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen. Yang
akhirnya pemasaran memiliki tujuan yaitu :
1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan
perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang
dihasilkan.
2. Perusahaan dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang
berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai
kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi
produk, pengiklanan produk, komunikasi kepada konsumen, sampai
pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara cepat.
3. Mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga produk
cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.
Pada umumnya kegiatan pemasaran berkaitan dengan koordinasi beberapa
kegiatan bisnis. Strategi pemasaran ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan
masyarakat
2. Faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik
dan sosial/budaya.
20
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pemasaran : Dari
sudut pandang penjual :
1. Tempat yang strategis (place),
2. Produk yang bermutu (product),
3. Harga yang kompetitif (price), dan
4. Promosi yang gencar (promotion).
Dari sudut pandang konsumen :
1. Kebutuhan dan keinginan konsumen (customer needs and wants),
2. Biaya konsumen (cost to the customer),
3. Kenyamanan (convenience), dan
4. Komunikasi (comunication).
Dari apa yang sudah dibahas di atas ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, bahwa pembuatan produk atau jasa yang diinginkan oleh konsumen
harus menjadi fokus kegiatan operasional maupun perencanaan suatu perusahaan.
Pemasaran yang berkesinambungan harus adanya koordinasi yang baik dengan
berbagai departemen (tidak hanya di bagian pemasaran saja), sehingga dapat
menciptakan sinergi di dalam upaya melakukan kegiatan pemasaran.
2.4 KONSEP DASAR KOMUNIKASI
Terkait dengan penelitian dalam skripsi ini, proses penyampaian pesan dari
manajemen ritel kepada konsumen tidak berjalan dengan sederhana. Untuk
mencapai tujuan, pesan dapat diterima dan dijalankan oleh konsumen. Pihak
manajemen ritel harus menggunakan berbagai macam cara, karena untuk
mengenali perilaku konsumen tidaklah mudah. Kadang mereka terus terang
21
menyatakan kebutuhan dan keinginanya, namun sering pula mereka bertindak
sebaliknya. Mungkin mereka tidak memahami motivasi mereka secara lebih
mendalam, sehingga mereka sering pula bereaksi untuk mengubah pikiran mereka
pada menit-menit terakhir sebelum akhirnya melakukan keputusan pembelian.
Untuk itu, para pemasar perlu mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan
perilakunya dalam berbelanja. Studi seperti ini diperlukan bagi para pemasar
untuk mempersiapkan seperangkat kebijakan pemasarnnya seperti pengembangan
produk
beserta ciri-cirinya, harga, saluran distribusi, penyampaian pesan
periklananya dan unsur-unsur dari bauran pemasaran.
Karena pentingnya proses penyampaian pesan terhadap konsumen, kita
harus mempelajari Ilmu Komunikasi yang pada dasarnya bertujuan agar pesan
dari komunikator bisa diterima oleh komunikan, dimengerti dan ditanggapi sesuai
dengan tujuan pesan itu disampaikan. Untuk memahami pengertian komunikasi
sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Lasswell dalam karyanya, Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? (Effendi, 1990: 10)
2.4.1
Pengertian Komunikasi
Ilmu komunikasi sendiri memiliki beberapa definisi oleh para ahli,
diantaranya (Setiadi, 2008: 239-240):
Menurut Cooley komunikasi berarti mekanisme yang mengadakan
hubungan antara manusia dan yang mengembangkan semua lambing dari
22
pikiran, bersama dengan arti yang menyertainya dan melalui keleluasaan
(space) serta menyediakan tepat waktunya.
Menurut Hovland “Ilmu Komunikasi adalah suatu sistem yang
berusaha menyusun prinsip-prinsip dalam bentuk yang tepat mengenai hal
memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap”.
Sedangkan mengenai komunikasi Carl I. Hovland mengemukakan
“Komunikasi adalah proses dimana seorang individu (komunikator)
mengoperkan perangsang (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk
merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan)”.
Albig mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan
lambing-lambang yang berarti di antara individu-individu.
Menurut Berry istilah “communication” berasal dari perkataan latin
“communicate” artinya to talk together, conver, discourse and consult with
another yang kira-kira artinya berunding. Selanjutnya Sir Geral Berry
mengemukakan bahwa dengan komunikasi orang memperoleh pengetahuan,
informasi dan pengalaman, karena itu saling mengerti, percakapan,
keyakinana kepercayaan, dan control sangat diperlukan.
Dari defenisi-defenisi yang penulis uraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep dasar komunikasi meliputi proses, tujuan, akibat dan hasil
komunikasi.
2.4.2
Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau dudukung oleh adanya sumber, pesan,
23
media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga di sebut elemen atau
komponen komunikasi.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau
elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa
terciptanya proses komunikasi, cukup didukung tiga unsur, sementara ada
yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang
telah di sebutkan.
Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media
(chanell, media), komunikan (communicant, communicate, receiver,
recipient), efek (effect, impact, influence).
Menurut Shimp (2003: 163-165), semua aktivitas komunikasi meliputi
delapan elemen berikut ini:
1. Sumber (Source)
Sumber (source) atau pengirim adalah orang atau kelompok
(misalnya sebuah perusahaan) yang memiliki pemikiran (ide, rencana
penjualan, dan lain-la. in) untuk disampaikan kepada orang atau
kelompok orang lain.
2. Penerjemah (Encoding)
Encoding adalah suatu proses menerjemahkan pemikiran dalam
bentuk-bentuk simbolis. Sumber tersebut memilih tanda-tanda spesifik
dari berbagai kata, struktur kalimat, symbol dan unsur non verbal yang
24
amat luas pilihannya untuk menerjemahkan sebuah pesan sehingga
dapat dikomunikasikan dengan efektif kepada khalayak sasaran.
3. Pesan (Message)
Pesan (message) sendiri adalah suatu ekspresi simbolis dari
pemikiran sang pengirim atau sumber (source). Pesan dapat berbentuk
sebuah iklan, sebuah presentasi penjualan, sebuah rancangan kemasan,
berbagai petunjuk di tempat pembelian (point of purchase) dan
sebagainya.
4. Penyampaian Pesan (Message Channel)
Saluran penyampaian pesan (message channel) adalah suatu
saluran yang dilalui pesan dari pihak pengirim, untuk disampaikan
kepada pihak penerima. Perusahaan menggunakan media elektronik dan
media cetak, sebagai saluran untuk menyampaikan pesan iklan kepada
pelanggan atau calon pelanggan. Pesan-pesan juga disampaikan
pelanggan secara langsung melalui wira niaga, melalui telepon, brosurbrosur surat langsung, display di tempat pembelian, dan secara tidak
langsung melalui berita dan mulut ke mulut.
5. Penerima (Receiver)
Penerima adalah orang atau kelompok orang yang dengan mereka
pihak pengirim berusaha menyampaikan ide-idenya. Dalam hal ini
penerima adalah pelanggan atau calon pelanggan suatu produk atau jasa
perusahaan.
25
6. Interpretasi (Decoding)
Interpretasi adalah melibatkan aktivitas yang dilakukan pihak
dalam menginterpretasi atau mengartikan pesan pemasaran.
7. Gangguan atau Distorsi (Noise)
Gangguan atau distorsi adalah sebuah pesan yang melintas dalam
suatu saluran dipengaruhi oleh stimulus-stimulus eksternal yang
mengganggu. Stimulus ini mengganggu penerimaan pesan dalam bentuk
yang murni dan orisinil.
8. Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik memungkinkan sumber pesan memonitor seberapa
akurat pesan yang di sampaikan dapat diterima. Umpan balik
memungkinkan sumber untuk menemtukan apakah pesan sampai pada
target secara akurat atau apakah pesan tersebut perlu di ubah untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas di benak penerima.
2.4.3
Proses Komunikasi
Proses komunikasi harus dimulai dengan memeriksa semua potensi
yang dapat membuat pelanggan target berinteraksi dengan produk atau
perusahaan.
Pemasar
harus
mengetahui
pengaruh-pengaruh
yang
ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman komunikasi ini pada setiap tahap
pembelian. Untuk berkomunikasi secara efektif, pemasar harus memahami
bagaimana komunikasi berjalan (Kotler: 2005).
Komunikasi terjadi dalam hubungan pengirim dan penerima, dapat
mengalir dalam satu arah dan berakhir disana, atau sebuah pesan dapat
26
menimbulkan respon secara formal yang dikenal dengan nama umpan balik
dari penerima. (Setiadi, 2008: 242).
Adapun bagan proses komunikasi adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Dasar Komunikasi
Menerima
Mengirim
Pengirim
(Sumber)
Penyandian
Menerima
Mengirim
Saluran
Pengartian
Umpan Balik
(Sumber: Perilaku Konsumen, Nugroho J. Setiadi, 2005: 242)
Penjelasan dari bagan di atas adalah sebagai berikut:
1) Pengirim atau sumber pesan, mengawali komunikasi. Dalam sebuah
organisasi, pengirim dapat berupa seseorang dengan informasi,
kebutuhan, atau keinginan dan dengan tujuan mengkomunikasikannya
kepada satu atau beberapa orang lain.
2) Penerima adalah orang yang inderanya menerima pesan dari pengirim.
3) Penyandian terjadi ketika pengirim menerjemahkan informasi untuk
dikirimkan menjadi serangkaian simbol. Penyandian diperlukan karena
informasi hanya dapat dikirimkan dari seoang kepada orang lain
melalui perwakilan atau simbol.
4) Pengartian adalah proses yang dilakukan oleh penerima untuk
menginterpretasikan pesan dan menterjemahkannya ke dalam informasi
Penerima
27
yang mempunyai arti. Secara umum, semakin banyak pengartian
penerima yang sama dengan pesan yang dimaksud oleh pengirim,
semakin efektif komunikasi.
5) Gangguan adalah faktor apapun yang menggangu, membingungkan,
atau mencampuri komunikasi.
Proses Komunikasi diawali dengan pembentukan (encoding) pesan
oleh si sumber atau komunikator. Pesan disampaikan kepada penerima
(receiver) melalui saluran tertentu yang kemudian si penerima akan
menginterpretasikannya (decoding). Apabila si penerima mempunyai
tanggapan, maka proses selanjutnya adalah membentuk pesan baru yang
akan disampaikan kepada lawan bicaranya melalui sistem yang dipilihnya.
Dalam prakteknya, komunikasi antar sumber dan penerima ada
kalanya tidak berlangsung dengan baik karena adanya gangguan (noice).
Gangguan antara lain bisa menimbulkan tidak dapat diterimanya pesan
secara utuh atau salah interpretasi. Gangguan pada umumnya merujuk pada
faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang berpotensi mempengaruhi
penyampaian pesan.
Dengan demikian, komunikasi merupakan rangkaian tindakan atau
peristiwa yang terjadi secara berurutan serta unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Unsurunsur dimaksud antara lain mencakup pelaku atau peserta, pesan, saluran,
waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta situasi atau kondisi pada
saat berlangsungnya proses komunikasi. Proses komunikasi berlanjut secara
bergantian. Karena merupakan proses, maka komunikasi bersifat tidak
28
statis, tetapi dinamis yang selalu mengalami perubahan dan berlangsung
terus-menerus.
2.4.4
Tujuan Komunikasi
Komunikasi sebagai dasar promosi penjualan bertujuan mendorong
target market untuk mau menjadi pembeli atau bahkan menjadi pelanggan
setia. Tetapi tujuan itu dipecah menjadi beberapa penggalan atau tahapan
sebagai batu loncatan. Tahapan yang disingkat AIDA itu adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Tahapan Komunikasi
Tahap
AIDA
Komunikasi
Attention atau
Expose diterima otak dan menimbulkan
Awareness
reaksi pengenalan
Interest
Attitude
Desire
Keinginan
I
Pikiran
II
Hati
III
Tindakan Action
Tindakan (Behavior)
(Sumber: Pemesaran Ritel. Hendri Ma‟ruf. 2005: 180)
AIDA sering dipadankan dengan rumusan think→feel→do. Yaitu dari
tahap “tahu” ke tahap “merasakan” dan akhirnya ke tahap “melakukan”.
Konsumen mencerna suatu info, hatinya terpengaruh atau tergerak, dan
kemudian bertindak. Dalam beberapa situasi lain seorang konsumen
mungkin saja membalik siklus think→feel→do menjadi feel→do→think.
Ini terjadi ketika konsumen membeli barang secara impulsif, setelah
memiliki barang, ia memanfaatkannya. Pengalaman menggunakan barang
kemudian menjadi dasar evaluasi yang diberikan. (Ma‟ruf, 2005: 181)
29
Seluruh kegiatan komunikasi diarahkan kepada satu atau dari tujuantujuan di bawah ini (Shimp, 2003: 160):
a. Membangkitkan keinginan akan suatu kategori produk.
b. Menciptakan kesadaran akan merek (brand awareness).
c. Mendorong sikap positif terhadap produk dan mempengaruhi niat
(intentions).
d. Memfasilitasi pembelian.
Dalam pemasaran, komunikasi berfungsi utnuk menyampaikan pesan
dari
seorang
(sumber/komunikator)
kepada
orang
lain
(penerima/komunikan) dengan tujuan sumber memberi informasi, mendidik,
menyenangkan atau menghibur dan menganjurkan sesuatu tindakan atau
persuasi, atau dengan kata lain untuk membangkitkan keinginan,
menciptakan kesadaran dan mendorong sikap kompetitornya sehingga
konsumen akan mampu mengingat, memperoleh manfaat, puas tehadap
kualitas, dan mempunyai loyalitas merek.
2.5 STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN
Komunikasi pemasaran merupakan aspek penting dalam keseluruhan misi
pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Dalam dekade terkhir ini,
komponen komunikasi pemasaran dalam bauran pemasaran menjadi semakin
penting. Bahkan telah diklaim bahwa “pemasaran diera 1990-an adalah
komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran. Keduanya tak terpisahkan”
(Schultz.1993: 46).
30
Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur
pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses di mana
pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antar organisasi
dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan diamana perusahaan dan
organisasi lainnya mentarnsfer nilai-nilai (pertukaran) antar mereka dan
pelanggannya. Tentu saja, pemasaran lebih umum pengertiannya daripada
komunikasi pemasaran namun kegiatan pemasaran banyak melibatkan aktivitas
komunikasi. Jika di gabungkan, komunikasi pemasaran mempresentasikan
gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi
terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada
pelanggan atau kliennya (Shimp, 2003: 4).
Fungsi penting komunikasi pemasaran (marketing) adalah menerima dan
menyampaikan informasi, menjembatani kebutuhan dan keinginan orang dengan
produk yang dapat memberikan kepuasan mereka. Oleh karenanya, komunikasi
pemasaran lebih dari sekedar membentuk arus komunikasi, tetapi juga concerned
terhadap desain dari produk-produk dan jasa yang akan ditawarkan sekaligus
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka, distribusi dan mengenalkan
produk-produk kepada pengguna yang dianggap potensial, membentuk pertukaran
nilai (exchange of value), dan lain-lain. (Sustina, 2003)
Strategi komunikasi pemasaran akan berdampak pada aspek kognitif,
perilaku dan sikap konsumen. Sikap dan kepuasan merupakan sasaran efektif.
Perilaku jelas merupakan sasaran perilaku atau konotatif. Maka, komunikasi
pemasaran didesain guna meningkatkan 8 aspek yang merupakan sasaran-sasaran
kognitif berikut ini:
31
1.
Kebutuhan Kategori (Categori Needs)
Kategori kebutuhan mengacu pada persepsi konsumen tentang kebutuhan
yang bisa di penuhi produk tertentu. Pada tahap awal daur hidup produk,
kategori kebutuhan kerap menjadi tujuan. Pada tahap ini, konsumen lebih di
edukasi tentang manfaat produk.
2.
Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Kesadaran merek adalah upaya konsumen mengasosiasikan merek dengan
kategori produk.
3.
Pengetahuan Merek (Brand Knowledge)
Pengetahuan dan keyakinan merek lebih bersifat ekstensif ketimbang
kesadaran merek karena sudah lebih „lanjut‟ dan merupakan pengetahuan
tentang ciri khas, benefit, dan makna merek tertentu.
4.
Sikap Merek (Brand Atitude)
Merupakan evaluasi merek dalam kaitannya dengan preferensi. Sikap merek
bisa menjadi suatu efek global (“saya suka merek ini”) atau suatu evaluasi
keyakinan konsumen yang di artikulasikan.
5.
Fasilitasi Perilaku/pembelian
Fasilitasi pembelian berupa informasi tentang bagaimana dan dimana
konsumen bisa membeli, termasuk lokasi toko dan metode pembayarannya.
6.
Niatan perilaku/pembelian
Niatan/intense yaitu rencana konsumen untuk mengunjingi toko tertentu atau
membeli produk atau merek tertentu dimasa datang atau rencana melakukan
perilaku tertentu.
32
7.
Perilaku, Pembelian
Store traffic, patronase toko, pembelian merek tertentu atau perilaku spesifik
lainnya, seperti mengembalikan kartu respon atau panggilan telepon ke
nomor bebas pulsa meminta informasi lebih lanjut. Sasaran komunikasi bisa
diarahkan untuk mengubah atau menguatkan perilaku ini.
8. Kepuasan Pasca Beli
Meningkatkan kepuasan pemakai produk pada merek kerap menjadi tujuan.
Khususnya barang consumer (Fast Moving Consumer Goods - FCMG), hal ini
bisa ditetapkan sebagai sasaran komunikasi terpenting bh dalam merawat
konsumen. (Sulaksana, 2003)
Sebelum mendesain strategi komunikasi, pemasar menetukan sasaran
spesifik dan anggaran. Sasaran jangka panjang strategi komunikasi biasanya
adalah untuk memepnagruhi perilaku konsumen, terutama patronase toko dan
pembelian merek. Bahkan tak jarang komunikasi didesain guna mempengaruhi
pembelian merek tertentu secara langsung dan segera (Sulaksana, 2003)
Adapun bentuk-bentuk utama dari strategi komunikasi pemasaran
(Shimp,2003: 5) adalah:
a.
Periklanan (Advertising)
Iklan merupakan salah satu teknik untuk menarik perhatian konsumen
agar menaruh perhatian terhadap produk yang ditawarkan. Advertising
didefinisikan sebagai
“Pembelian ruang untuk mempresentasikan dan
mempromosikan ide-ide, produk, atau pelayanan jasa kepada khalayak ramai
oleh orang atau kelompok tertentu” (Belch & Belch, 2001: 15)
33
Media yang membawa pesan dari pemasar kepada konsumen
merupakan bagian vital dalam periklanan. Meskipun media yang digunakan
dalam periklanan umumnya sama dengan channel yang digunakan dalam
proses komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, dan majalah, periklanan
dapat dilakukan dengan alat komunikasi yang lain seperti direct mail, out of
home media (billboard, dan iklan di tempat transit), media khusus (balon
udara), item khusus sebagai media iklan (mug, topi, balon), dan dengan
menggunakan teknologi baru seperti TV berlangganan, dan saluran TV satelit
(Arens, 2002: 121)
b.
Penjualan Personal (Personal Selling)
Personal seling didefinisikan sebagai “Komunikasi orang perorangan
dalam penjualan dengan mencoba membantu dan melayani konsumen dalam
proses pembelian” (Belch & Belch, 2001: 24). Personal selling dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengunjungi langsung pelanggan
(field sales people), penjualan di toko, penjualan melalui telephone,
mengundang secara khusus pelanggan dan lain-lain. Personal selling
merupakan cara promosi yang paling efektif untuk menciptakan proses
pembelian, karena akan membentuk pola pikir khalayak, menanamkan
keyakinan dan bertindak. Metode ini mempunyai karakteristik yang
membedakannya dengan metode lainnya, yaitu personal confrontation
cultivation, dan respons (Kotler, 2005: 644)
c.
Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Sales Promotion di definisikan sebagai “Aktivitas pemasaran yang
menyediakan nilai lebih intensif untuk meningkatkan penjualan, dan dapat
34
digunakan untuk menstimulasi pembelian dalam jangka pendek” (Belch &
Belch, 2001: 21).
d.
Pemasaran Sponsorship (Sponsorship Marketing)
Dalam penelitian ini, unsur sponsorship dipilih menjadi bahan kajian
utama dalam variabel public relations. Public relations didefinisikan sebagai
“Non personal regarding an organization, product, sevice, or idea not
directly paid for or run under identified sponsorship” (Belch & Belch, 2001:
22). Public reltions merupakan teknik promosi yang bersifat tidak langsung,
artinya secara langsung menimbulkan proses jual beli. Kegiatan PR dan
publisitas terutama bertujuan menciptakan perubahan pada publik. Perubahan
tersebut
antara
lain
terciptanya
hubungan
saling
pengertian
dan
menguntungkan, meningkatnya hubungan komunikasi dengan pelanggan,
terpeliharanya citra positif perusahaan atau produk, dan lain-lain.
e.
Publitas (Publicity)
Publisitas merpakan salah satu teknik yang sering digunakan dalam
program publiciy relation, karena mampu menjangkau opini publik yang
dapat mendukung produk/jasa
serta membentuk suatu perceived quality
dalam benak konsumen.
f.
Komunikasi Di Tempat Pembelian (Point of Purchase Communication, P – O
– P)
Display di counter, lantai, atau di jendela display yang memungkinkan
para peritel mengingatkan para pelanggan dan menstimulasi belanja impulsif.
Menurut POPAI (Point Of Purchase Advertising Institute) dalam First Annual
P-O-P Buyers Survey, material P-O-P dikategorikan dalam:
35
1) P-O-P Permanen: mencakup display dan tanda-tanda yang sengaja di
gunakan untuk jangka waktu enam bulan atau lebih.
2) P-O-P Temporer: mencakup display dan tanda-tanda yang sengaja di
gunakan kurang dari enam bulan.
3) Media in store: mencakup material iklan dan promosi seperti radio, iklan
yang tertera pada kereta belanja, tulisan di rak pajangan, serta mesin
penjual kupon, juga perusahaan pihak ketiga (misalnya perusahaan lain
selain produsen merek dan pengcer) menyelenggarakan media in store
tersebut. (Shimp, 2003: 321).
Fungsi dari P-O-P secara umum dapat di bagi dalam empat kategori,
yaitu:
1) Memberi informasi (Informing)
2) Mengingatkan (Reminding)
3) Mendorong/menyemangati (Encouraging)
4) Merchandising
2.6 PERILAKU KONSUMEN
2.6.1 Konsep Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang dengan
berbagai alasan berhasrat untuk mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut,
termasuk orang yang kepentingan utamanya adalah pemasaran. Perilaku
konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang melibatkan pembelian
penggunaan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang
36
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut sebagai pengalaman
dengan produk, pelayanan dari sumber lainnya (http:/majidbsz.wordpress.com).
Perilaku konsumen menurut Engel,Blackwell & Miniard (2001: 128) adalah
“Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkomsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini”.
Sementara pengertian perilaku konsumen menurut Loudon dan Bitta: “...
lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan
keputusan. Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang
mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan,
atau mengatur barang dan jasa”. (Simamora, 2002: 8)
Pada masa-masa awal, para pemasar berusaha memahami konsumen melalui
pengalaman sehari-hari atas penjualan yang dilakukan terhadap konsumennya.
Tetapi adanya perkembangan dalam ukuran perusahaan dan pasar telah
menghentikan banyak hubungan langsung antara pembuat keputusan pemasaran
dan pelanggannya. Kini semakin banyak pihak yang telah beralih ke penelitian
konsumen untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang paling penting
mengenai pasar, yang disebut ketujuh O dari pasar:
Tabel 2.2
Tujuh O Dari Pasar
1.
2.
3.
4.
Siapa yang membentuk pasar?
Apa yang dibeli pasar?
Mengapa pasar membeli?
Siapa yang berpartisipasi dalam
pembelian?
5. Bagaimana
pasar
melakukan
pembelian?
Penghuni (Occupants)
Objek (Objects)
Tujuan (Objectives)
Organisasi (Organization)
Pelaksanaan (Operations)
37
6. Kapan pasar melakukan pembelian?
Peristiwa (Occasions)
7. Di mana pasar membeli?
Tempat Penjualan (Outlets)
(Sumber: Perilaku Konsumen. Nugroho J. Setiadi, 2005: 2)
Pertanyaan yang menjadi pusat perhatian kita adalah “Bagaimana konsumen
bereaksi terhadap berbagai rangsangan yang dikendalikan oleh pemasar?”.
Perusahaan yang memahami bagaimana konsumen akan bereaksi terhadap
berbagai bentuk produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda, dan sebagainya,
akan mempunyai keuntungan besar atas pesaingnya. Itulah sebabnya para peneliti
pemasaran bisnis maupun akademis telah menuangkan banyak energi dalam
meneliti
hubungan
antara
rangsangan
pemasaran
dan
tanggapan/respon
konsumen.
Studi tentang perilaku konsumen akan menjadi dasar yang amat penting
dalam manajemen pemasaran. Hasil dari kajiannya akan membantu para pemasar
untuk (Setiadi, 2005: 7):
a. Merancang bauran pemasaran
b. Menetapkan segmentasi
c. Merumuskan positioning dan pembedaan produk
d. Memformulasikan analisis lingkungan bisnis
e. Mengembangkan riset pemasaran
Studi tentang perilaku konsumen ini akan menghasilkan 3 (tiga) informasi
penting, yaitu (Nugroho J.Setiadi, 2005: 8):
a. Orientasi/arah/cara pandang konsumen (A consumer orientation)
b. Bebagai fakta tentang perilaku berbelanja (Fact about buying behavior)
c. Konsep/ teori yang memberi acuan pada proses berpikirnya manusia dalam
keputusan (Theories to guide the thinking process)
38
Dalam strategi komunikasi pemasaran, salah satu tujuan utama yang ingin di
capai adalah peningkatan kemungkinan atau frekuensi perilaku konsumen, seperti
peningkatan kunjungan pada toko tertentu atau pembelian produk tertentu. Hal ini
dapat dicapai dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang
diarahkan pada pasar sasaran yang dipilih. Suatu bauran pemasaran terdiri dari
elemen produk, promosi, distribusi dan harga. (Setiadi, 2005: 9)
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tabel hubungan perilaku konsumen
dengan strategi komunikasi pemasaran:
Tabel 2.3
Hubungan Perilaku Konsumen Dengan Strategi Pemasaran
Elemen Strategi
Segmentasi
Isu Konsumen
Konsumen mana yang paling tepat untuk produk yang
ditawarkan?
Sifat konsumen mana yang harus digunakan untuk
mengsegmentasi pasar produk yang ditawarkan?
Produk
Produk mana yang digunakan oleh konsumen saat ini?
Keuntungan apa yang diharapkan konsumen dari produk
tersebut?
Promosi
Promosi
yang bagaimana
yang dapat
mempengaruhi
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk yang
ditawarkan?
Iklan yang bagaimana yang paling efektif untuk produk yang
ditawarkan?
Harga
Seberapa penting harga bsgi konsumen untuk setiap pasar
sasaran? Apa dampak dari perubahan harga terhadap perilaku
pembelian?
Distribusi
Dimana konsumen membeli produk yang ditawarkan?
Apakah sistem distribusi yang berbeda akan mengubah
39
perilaku pembelian?
(Sumber: Perilaku Konsumen. Nugroho J. Setiadi, 2005: 10)
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah
faktor-faktor yang tidak dapat dikendaliakn oleh pemasar, tetapi harus benarbenar diperhitungkan. Karenanya kita membahas pengaruh tiap-tiap faktor
terhadap perilaku pembelian (Setiadi, 2005: 11)
1. Faktor-Faktor Kebudayaan
Budaya adalah seperangkat bola perilaku yang secara sosial dialirkan
secara simbolis melalui bahasa dan cara-cara lain pada anggota dari
masyarakat tertentu.
Setiap praktik komunikasi pada dasarnya adalah suatu representasi
budaya, atau tepanya suatu peta atas suatu realitas (budaya) yang sangat
rumit. Komunikasi dan budaya adalah dua entitas tak terpisahkan,
sebagaimana dikatakan Edward T.Hall, “Budaya adalah komunikasi dan
komunikasi adalah budaya”. Begitu kita membicarakan komunikasi, tak
terhindarkan kita pun berbicara tentang budaya. Menurut Alfred G. Smith,
budaya adalah kode yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan
komunikasi. Komunikasi membutuhkan pengkodean dan simbol-simbol yang
harus dipelajari. Godwin C.Chu mengatakan bahwa setiap pola budaya dan
setiap tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dipahami, keduanya harus
dipelajari bersama-sama. Budaya takkan dapat dipahami tanpa mempelajari
40
komunikasi, dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami
budaya yang mendukungnya. (Mulyana, 2004:14)
a) Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan
dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak
berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari (Setiadi,
2005: 11)
b) Sub Budaya
Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya lebih kecil, yang memberikan
identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub
budaya dapat di bedakan menjadi empat jenis ; (1) Kelompok
nasionalisme, (2) kelompok keagamaan, (3) kelompok ras, (4) Area
geografis (Setiadi, 2005: 11)
c) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan
bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan
keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa
(Setiadi, 2005: 12)
2. Faktor-Faktor Sosial
a) Kelompok referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku seseorang. Beberapa di antaranya adalah kelompokkelompok
primer,
yang
dengan
adanya
interaksi
yang
cukup
41
berkesinambungan, seperti keluarga, teman tetangga, dan teman sejawat.
(Setiadi, 2005: 12)
b) Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli,
yang pertama adalah keluarga orientasi, yang merupakan orang tua
seseorang. Dari orang tualah sesorang mendapatkan pandangan tentang
agama, polotik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga
diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak
seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang
paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif
(Setiadi, 2005: 12)
c) Peran Dan Status
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya
seperti keluarga, klub, dan organisasi. Posisi seseorang dalam setiap
kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status (Setiadi, 2005:
12)
3. Faktor Pribadi
Bisnis ritel paling berhasil ketika mereka menghimbau pasar tertentu. Jika
toko-toko mengerti profil pelanggan inti mereka dengan variable demografi
seperti; usia, penghasilan dan tempat tinggal. Maka toko yang bersangkutan
dapat
memaksimalkan
daya
tariknya
melalui
pemasarannya (Engel & Blackwell, 1995 : 254).
produk
dan
bauran
42
a) Umur dan tahapan dalam siklus hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.
Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi
tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya (Setiadi, 2005: 13).
b) Keadaan ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan
polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah
dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
pengeluaran (belanja) (Setiadi, 2005: 13).
Kelas sosial yang berlapis-lapis merupakan dasar alami untuk segmentasi
pasar, sehingga produk, jalur distribusi dan pesan-pesan promosi dapat
dirancang khusus sesuai dengan sasaran pasar atau kelas sosial sasaran.
Disamping itu, karena sikap kelas sosial memiliki nilai-nilai, sikap dan
pola perilaku yang seragam, dan antara kelas sosial yang satu dengan
kelas sosial
yang lain ada perbedaan
yang nyata, para ahli
menghubungkan perbedaan ini dengan perbedaan sikap konsumen (dari
kelas sosial yang berbeda) terhadap suatu produk dan meneliti pengaruh
kelas sosial ini terhadap konsumsi yang sebenarnya. Keanggotaan
seseorang dalam kelas sosial tertentu memberikan kerangka acuan untuk
perkembangan sikap dan perilakunya konsumen (Prasetijo dan Ihalauw,
2005: 177).
43
Dalam variabel pekerjaan, para pemasara berusaha mengidentifikasi
kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata
terhadap produk dan jasa tertentu.
c) Gaya hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh
kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan
“seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu di balik kelas sosial seseorang.
Gaya hidup (lifestyle) didefinisikan sebagai “bagaimana seseorang hidup
(how one lives)”, termasuk bagaimana seseorang menggunakan uangnya,
bagaimana ia mengalokasikan waktunya, dsb. Jadi gaya hidup berbeda
dari kepribadian yang memandang konsumen dari perspektif internal.
Psikografik amat diminati oleh praktisi pemasaran maupun peneliti
konsumen karena psikografik memberikan profil yang jelas tentang
segmen-segmen konsumen. Oleh sebab itu, terapannya (termasuk AIO)
banyak digunakan untuk keperluan segmenting, targeting, dan positioning
serta kegiatan promotional yang spesifik (Prasetijo dan Ihalauw, 2005:
56).
d) Kepribadian dan konsep diri
Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis yang
berbeda dari setiap orang memandang responnya terhadap lingkungan
yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang
sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Konsep diri
adalah keseluruhan pemikiran dan perasaan yang berkenaan dengan diri
44
sendiri sebagai objek. Dengan kata lain, konsep diri merupakan sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri. (Prasetijo dan Ihalauw, 2005: 54).
Seseorang bisa mempunyai lebih dari satu konsep diri. Konsep diri
diekspresikan dengan produk apa yang dibutuhkan dan ingin dimiliki, dan
kemudian dibeli seseorang. Konsep diri menyebabkan orang memilih
produk dengan image produk yang sesuai dengan konsep yang
diinginkan. Oleh karena itu, konsep diri sangat berperan pada kegiatan
merancang komunikasi pemasaran sehingga positioning produk yang
diinginkan oleh pemasar dapat diwujudkan. Pemasar harus memahami
konsep diri konsumen atau kelompok konsumennya sebagai konsep dasar
positioning produk, terutama dalam hubungannya dengan penggunaan
simbol-simbol yang mendukung positioning tersebut.
e) Jenis kelamin
Para peneliti konsumen harus mengenali bahwa perbedaan jenis kelamin
masih membedakan keputusan pembelian untuk beberapa produk dan
didalam beberapa situasi. Selain itu, iklan juga masih menyertakan
dominasi peranan jenis kelamin sehingga proses pembelian bisa
dibedakan oleh perbedaan jenis kelamin walaupun kecenderungan untuk
perbedaan itu berkurang karena kesetaraan gender antar pria dan wanita
(Setiadi, 2005: 285).
4. Faktor-Faktor Psikologis
a) Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan
45
biologis seperti lapar, haus, dan tidak nyaman. Kebutuhan yang lain
bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti
kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan
kelompok. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga
mencapai tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang
cukup mendorong seseorang untuk bertindak (Kotler, 2005: 215).
b) Persepsi
Persepsi diidentifikasikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, dan mengartikan masukan
informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat
memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena adanya tiga
proses persepsi:
(1) Perhatian yang selektif
(2) Gangguan yang selektif
(3) Mengingat kembali yang selektif
Faktor-faktor persepsi ini, yaitu perhatian, gangguan dan mengingat
kembali yang selektif membuat pemasar harus bekerja keras agar pesan
yang disampaikan diterima dengan baik oleh sasaran pesan (Setiadi, 2005:
15).
c) Proses belajar
Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Ahli teori
pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan
kerja antara dorongan, rangsangan, petunjuk bertindak, tanggapan dan
penguatan. Dorongan (drives) adalah rangsangan internal yang kuat yang
46
mndorong tindakan. Petunjuk (cues) adalah rangsangan kecil yang
menentukan kapan, dimana dan bagaimana tanggapan seseorang (Kotler,
2005: 217).
Teori pembelajaran mengajarkan pada para pemasar bahwa mereka dapat
membangun permintaan atas sebuah produk dengan mengaitkannya pada
dorongan yang kuat, menggunakan petunujuk yang memberikan dorongan
atau motivasi, dan memberikan penguatan yang positif (Kotler, 2005:
217).
d) Kepercayaan dan sikap
Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.
Keduanya
kemudian
mempengaruhi
perilaku
pembelian
mereka.
Keyakinan didasarkan pada pengetahuan, pendapat, dan kepercayaan.
Kesemuanya itu mungkin atau tidak mungkin mengandung faktor
emosional. Tentu saja para pemasar sangat tertarik pada keyakinan yang
ada di dalam pikiran orang/konsumen tentang produk atau jasa mereka
karena keyakinan tersebut membetuk citra produk dan merek, dan orang
akan bertindak berdasarkan citra tersebut (Kotler, 2005: 218).
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan
yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu
objek atau gagasan (Kotler, 2005: 219).
2.6.3
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Perilaku konsumen yang teramati dari perilaku pembelian konsumen
merupakan salah satu tahap dari proses pembuatan/pengambilan keputusan
47
konsumen (Consumenr Decision Making). Secara umum, proses pengambilan
keputusan melewati empat proses; (1) Analisa Problem yang di hadapi, (2)
Menetapkan tujuan yang ingin dicapai, (3) Mengidentifikasi pilihan alternatif, dan
Evaluasi karakteristik positif dan negative (Griffin, 2003: 232). Sedangkan proses
pembelian yang spesifik terdiri dari urutan berikut; (1) Pengenalan masalah
kebutuhan, (2) pencarian informasi, (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan
pembelian dan (5) perilaku pasca pembelian (Engel, Blackweel & Miniard, 2001:
171).
Berikut ini adalah model proses keputusan membeli konsumen dari
Engel,Blackwell, dan Miniard (Engel, Blackwell & Miniard, 2001: 131):
Gambar 2.2
Kerangka Teori Proses Pengambilan Keputusan Membeli Oleh Engel,
Blackwll & Miniard
Karakteristik Individu
 Lifestyles
 Economic Variabel
 Views of shopping
 Situation
Karakteristik Pembelian
 Type of Product
 Price/Quality
 Situation
Evaluating Types of Retailer
Karakteristik Evaluasi
 Location (Distance)
 Assortment Breadth and
Depth
 Price
 Advertising and Promotion
 POP Displays
 Strore Personnel
 Service
 Customer Characteristics
 Store Atmosfer
Evaluating Retail Kompetitors
Store Choice
Purchase
Outcomes
48
Gambar 2.3
Proses Keputusan Pembeli
Identifikasi
Masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
Beli
Evaluasi
Perilaku
Purna beli
Sumber : Kotler, 2000
Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan
pengaruh apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Pendirian orang lain,
faktor situasi tidak di antisipasi, dan risiko yang dirasakan dapat mempengeruhi
keputusan pembelian, demikian pula tingkat kepuasan pasca pembelian konsumen
dan tindakan pasca pembelian di pihak perusahaan. Untuk memahami konsumen
dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa
yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka
lakukan (perilaku), dan apa serta dimana (kejadian sekitar) yang mempengaruhi
serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen.
Pelanggan yang puas akan terus melakukan pembelian, sedangkan yang tidak puas
akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan
menyebarkan berita tersebut pada teman-teman mereka. Karena itu, perusahaan
harus berusaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses
pembelian.
Secara rinci, tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengenalan Kebutuhan
Proses membeli diawali dengan adanya kebutuhan. Kebutuhan timbul
karena adanya perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya dengan keadaan
yang diinginkan. Kebutuhan adalah kekuatan salah satu bagian dari otak untuk
49
mengatur
dan
mangarahkan
perilaku,
akal
dan
tubuh
agar
dapat
mempertahankan keadaan terbaik organisme itu (Neal dan Daniel, 1982 : 131).
Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya tergantung pada banyaknya
ketidaksesuaian antara keadaa aktual dengan keadaan yang diinginkan. Jika
ketidaksesuaian melebihi tingkat atau ambang tertentu kebutuhan pun akan
dikenali. Misalnya seorang
yang lapar (keadaan aktual) dia ingin
menghilangkan perasaan itu (keadaan yang diinginkan) akan mengalami
pengenalan kebutuhan jika ketidaksesuaian diantaranya cukup besar.
Kebutuhan manusia dibagi dua yaitu: (1) Kebutuhan yang berasal dari
tegangan sistem yang bersifat fisiologis seperti lapar, haus, sex; (2) Kebutuhan
yang berdasarkan tegangan sistem yang terdapat dalam kondisi subyektif
kejiwaan seseorang (kebutuhan psikologis) yang berkaitan dengan kebutuhan
psikogenik (Bayton, 1982 : 137).
Kebutuhan psikogenik dibagi tiga yaitu: (1) Kebutuhan kasih sayang
yaitu mempertahankan bentuk hubungan hangat dan harmonis serta
memuaskan secara emosional; (2) Kebutuhan peningkatan diri yang berkaitan
dengan perilaku, prestise pengakuan, kepuasan mempengaruhi orang lain; (3)
Kebutuhan perlindungan yaitu melindungi pribadi dari ancaman fisik dan
psikologis, mencegah kehilangan muka, hilangnya prestise, aman dari
kecemasan (Bayton, 1982 : 137). Hasil pengenalan kebutuhan akan mendorong
organisme berperilaku lebih jauh untuk pemecahan masalah jika kebutuhan
yang dikenali cukup penting dan pemecahan kebutuhan tersebut dalam batas
kemampuannya (Engel dan Miniard)
50
b. Pencarian Informasi
Setelah konsumen menyadari adanya masalah kebutuhan dan kebutuhan
tersebut dirasa sangat mendesak untuk dipenuhi maka konsumen akan mencari
alternatif dari berbagai pemuas kebutuhan yang potensial. Konsumen tidak
membeli suatu produk jika produk tersebut tidak memuaskan kebutuhannya,
sehingga konsekuensinya pencarian yang didasari dengan tujuan untuk
menemukan tentang produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan produk
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mencari lebih banyak
informasi dalam pengambilan keputusannya; yaitu:
1. Keterlibatan konsumen yang tinggi. Jika konsumen memiliki keterlibatan
yang tinggi dalam pembelian produk maka konsumen akan lebih banyak
mencari informasi sebelum melakukan pembelian. Konsumen memiliki
tingkat keterlibatan tinggi pada produk jika produk tersebut: (a)
menimbulkan risiko, (b) penting bagi konsumen, (c) secara terus menerus
menarik bagi konsumen, (d) mempunyai daya tarik emosional, (e) dapat
diidentifikasikan pada norma kelompok.
2. Pengetahuan produk yang rendah. Jika konsumen kurang memiliki
informasi tentang produk yang akan dibeli maka konsumen cenderung
mencari informasi sebanyak-banyaknya. Misalnya seseorang yang akan
membeli komputer seri terbaru maka ia cenderung mencari informasi yang
lebih banyak dari pada kalau ia akan membeli komputer seri lama yang
pernah ia beli.
51
3. Tersedia banyak waktu/ tidak ada tekanan waktu. Konsumen yang memiliki
banyak waktu memungkinkan untuk mencari informasi yang lebih banyak
dari pada konsumen yang mengalami tekanan waktu. Konsumen yang
memiliki keterbatasan waktu akan lebih sedikit atau bahkan tidak
melakukan pencarian informasi dan hanya akan menggukan informasi yang
telah ia miliki untuk melakukan pembelian.
4. Harga produk mahal. Semakin tinggi harga produk, semakin tinggi
probabilitas pencarian informasi.
5. Terdapat perbedaan produk. Jika produk memiiki perbedaan secara
substansial maka pencarian informasi akan semakin banyak. Misalnya
furniture memiliki beberapa merek. Karena mereknya beragam maka
desain dan kualitasnya pun beragam pula, maka pencarian informasi akan
lebih banyak dilakukan.
c. Evaluasi Alternatif
Segera setelah atau bersamaan dengan diperolehnya informasi maka
konsumen akan melakukan pemrosesan informasi untuk mengevaluasi
alternatif yang ada dan memilih satu atau beberapa alternatif terbaik.
Pemrosesan informasi tergantung tingkat keterlibatan konsumen. Konsumen
yang memiliki keterlibatan tinggi akan secara aktif mencari informasi dan
memprosesnya untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Adapun risiko yang mungkin muncul karena berbagai faktor berikut
(Assael, 1992) :
1. terdapat sedikit informasi mengenai kategori produk
2. produk adalah baru
52
3. produk secara teknologi adalah kompleks
4. konsumen mempunyai kepercayaan diri yang rendah dalam mengevaluasi
merek
5. terdapat variasi kualitas di antara merek –merek produk yang ada
6. harga produk tinggi
7. produk yang dibeli adalah produk yang sangat penting bagi konsumen.
Dalam evaluasi alternatif ini pada intinya konsumen akan memilih dari
berbagai produk yang dapat memuaskan kebutuhannya.
d. Keputusan Membeli
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap produk
serta merk yang menjadi pilihannya. Namun demikian, apakah konsumen pada
akhirnya membeli atau tidak dipengaruhi oleh sikap orang lain dan faktor
keadaan lain yang tidak terduga.
e. Perilaku Sesudah Pembelian
Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa
tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat
dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk.
f. Kepuasan Sesudah Pembelian
Kepuasan merupakan suatu fungsi dari dekatnya antara harapan dari
pembelian suatu produk dengan kemampuan produk tersebut dalam
memuaskan keinginan pemakai. Jika kemampuan produk yang dibeli sesuai
dengan yang diharapkan, maka konsumen tersebut akan merasa terpuaskan.
Jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya, maka konsumen akan
53
merasa tidak puas dan rugi. Ketidakpuasan inilah yang dapat menyebabkan
konsumen akan ganti produk.
g. Tindakan-Tindakan Sesudah Pembelian
Kepuasan atau ketidak puasan konsumen pada suatu produk akan
mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia
akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk
itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan mengurangi ketidakcocokannya
dengan mencari informasi yang mungkin mengkonfirmasikan produk tersebut
sebagai bernilai tinggi (atau menghindari informasi yang mengkonfirmasikan
produk tersebut sebagai produk yang bernilai rendah).
h. Penggunaan Sesudah Pembelian
Pemahaman kebutuhan dalam proses pembelian konsumen adalah faktor
penting dalam membengun strategi pemasaran yang efektif. Dengan mengerti
bagaimana pembeli melalui proses pengenalan masalah, pencarian informasi,
melakukan evaluasi alternative, mengambil keputusan untuk membeli, dan
melakukan tindakan sesudah pembelian maka pemasara dapat mengambil
isyarat-isyarat penting bagaimana memenuhi kebutuhan pembeli (Setiadi,
2005: 16).
2.7 Kerangka Konseptual
Menurut Nawawi (2001: 39) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik
tolak landasan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disususn
kerangka konseptual yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut
mana masalah penelitian akan di sorot.
54
Pada penelitian ini teori-teori yang dianggap relevan adalah tentang startegi
pemasaran, konsep dasar komunikasi, dan strategi komunikasi pemasaran.
2.7.1
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai
tujuan dari sebuah perusahaan. Pembuatan produk atau jasa yang diinginkan
oleh konsumen harus menjadi fokus kegiatan operasional maupun
perencanaan suatu perusahaan. Pemasaran yang berkesinambungan harus
adanya koordinasi yang baik dengan berbagai departemen (tidak hanya di
bagian pemasaran saja), sehingga dapat menciptakan sinergi di dalam upaya
melakukan kegiatan pemasaran.
2.7.2
Konsep Dasar Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin communis, yang berarti “sama”.
Komunikasi kemudian dapat dianggap sebagai proses menciptakan suatu
kesamaan (commones) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dan
penerima. Kesamaan pemikiran ini membutuhkan adanya saling berbagi
(sharing) antara pengirim (misalnya: pengiklan) dan penerima (konsumen).
Menurut Shimp (2003: 163-165), semua aktivitas komunikasi meliputi
delapan elemen berikut ini: Sumber (Source), Penerjemah (Encoding),
Pesan (Message), Penyampaian Pesan (Message Channel), Penerima
(Receiver), Interpretasi (Decoding), Gangguan atau Distorsi (Noise), dan
Umpan Balik (Feedback)
Berdasarkan
teori
yang
diuraikan
sebelumya
Konsep
komunikasi meliputi proses, tujuan, akibat dan hasil komunikasi.
dasar
55
2.7.3
Strategi Komunikasi Pemasaran
Fungsi penting komunikasi pemasaran (marketing) adalah menerima
dan menyampaikan informasi, menjembatani kebutuhan dan keinginan
orang dengan produk yang dapat memberikan kepuasan mereka. Oleh
karenanya, komunikasi pemasaran lebih dari sekedar membentuk arus
komunikasi, tetapi juga concerned terhadap desain dari produk-produk dan
jasa yang akan ditawarkan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka, distribusi dan mengenalkan produk-produk kepada
pengguna yang dianggap potensial, membentuk pertukaran nilai (exchange
of value), dan lain-lain. (Sustina, 2003)
Adapun bentuk-bentuk utama dari strategi komunikasi pemasaran
yang di laksanakan oleh MDS adalah:
a. Advertising
b. Personal selling
c. Sales promotion
d. Publicity
Dengan mengacu pada berbagai pendapat yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka disusun bagan kerangka konseptual sebagai berikut:
56
Gambar 2.4
Model Penelitian
Matahari Departement Store
Strategi Komunikasi
Pemasaran ( X )
Advertising (X1)
Personal Selling (X2)
Sales Promotion (X3)
Publicity (X4)
Perilaku Pembelian
Konsumen ( Y )
2.8 Hipotesis
Hipotesis
digunakan sebagai
dasar dalam analisis dan pembahasan
selanjutnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara advertising,
personal selling, sales promotion, dan publicity terhadap perilaku pembelian
konsumen pada PT. Matahari Departement Store, Tbk.
b. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara advertising,
personal selling, sales promotion, dan publicity terhadap perilaku pembelian
konsumen pada PT. Matahari Departement Store, Tbk.
Download