Pengaruh Pelatihan Penerimaan Diri, Manajemen Stres dan

advertisement
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang maha kuasa atas
berkat rahmat dan cinta kasih-Nya sehingga modul pelatihan “manage
your self” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Modul ini dikembangkan sebagai salah satu alat bantu pelatihan
yang berupa bahan tertulis yang berisi materi dan tugas-tugas pelatihan.
Modul ini memuat materi dan tugas-tugas pelatihan yang terdiri dari tiga
aspek psikologis dari pengembangan harga diri yaitu penerimaan diri ,
manajemen stres, dan motivasi.
Modul ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi trainer dan
fasilitator dalam memberikan pelatihan, dan pegangan bagi peserta
pelatihan dalam upaya meningkatkan harga diri masing-masing peserta.
Penulis berharap semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi upaya
peningkatan harga diri khususnya peningkatan harga diri bagi penderita
HIV/AIDS.
Salatiga, Juni 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar …………............................................................
Daftar Isi …………………………………………………….....
Pendahuluan ………………………………………………........
Modul 1 Penerimaan Diri“Ku Istimewa”...................................
:
Modul 2 Manajemen Stres “Masalah sapa takut???”.................
:
Modul 3 Motivasi ”Aku Pasti Bisa !!!”....................................
:
Lampiran …………………………………………….....................
91
93
94
97
107
116
123
3
PENDAHULUAN
Ketika seseorang di vonis terinfeksi HIV/AIDS maka
mereka akan merasa bahwa harga dirinya rendah sehingga tidak
mau berinteraksi dengan orang lain. Tanpa di bekali harga diri
(self esteem) yang sehat, individu akan kesulitan untuk
menghadapi tantangan hidup maupun untuk merasakan berbagai
kebahagiaan dalam hidupnya. Self esteem juga mengandung nilai
kelangsungan hidup (survival value) yang merupakan kebutuhan
dasar manusia. Hal ini memungkinkan harga diri (self estem)
memberikan sumbangan bermakna bagi proses kehidupan
individu selanjutnya, maupun perkembangan pribadi yang sehat.
Pelatihan ini juga sebagai sarana bagi penderita HIV/AIDS untuk
mengevaluasi pribadinya sehingga mereka dapat menerima setiap
kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
Bahwa pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan
apa yang selama ini menjadi kebutuhan dan kendala-kendala
seseorang yang terinfeksi ketika harus berhubungan dengan dunia
di
luar
mereka,
bagaimana
mereka
menghadapi
setiap
diskriminasi dan stigma yang mereka terima dari masyarakat dan
lingkungan. Pelatihan ini juga diharapkan akan membawa
penderita HIV/AIDS mempunya kualitas hidup yang baik dan
tetap bisa berkarya nyata dalam masyarakat dan lingkungannya
seperti saat mereka belum terinfeksi.
Program pelatihan kerja dapat disusun secara berjenjang
atau tidak berjenjang. Program pelatihan kerja yang disusun
secara berjenjang mengacu beberapa aspek yang sering muncul
4
sebagai masalah bagi penderita HIV/AIDS dalam mereka
bersosialisasi dan bermasyarakat.
Dalam program pelatihan ini
tentang harga diri (self esteem)
mengangkat sebuah topik
yang diberi nama pelatihan
“manage your self“ dimana penderita HIV/AIDS diajak
memanage dirinya
atau mengatur kepribadiannya
dengan
mempertimbangkan bahwa setiap individu adalah pribadi yang
sempurna dan berharga di mata sang pencipta. Oleh karena
keberhasilan seseorang dalam hidup adalah ketika seseorang bisa
menerima dirinya apa adanya dan menyadari setiap potensi yang
dimilikinya.
Secara garis besar, pelatihan “manage your self” berangkat
dari sebuah konsep dasar bahwa sehat itu tidak hanya bicara soal
kesehatan medis saja tapi juga kesehatan psikis dimana apabila
secara psikologis seseorang dikatakan sehat dia akan dapat
menjalani kehidupannya dengan lebih baik dan dapat memaknai
hidup yang dijalaninnya.
Dalam pelatihan ini ada tiga aspek yang ditekankan untuk
dapat di manage dan dikembangkan bagi para peserta yaitu
penerimaan diri , manajemen stres, dan motivasi. Karena ketiga
aspek ini adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi kehidupan
dan kesehatan mental penderita HIV/AIDS. Dan aspek-aspek ini
juga sangat erat keterkaitannya dengan harga diri bagi setiap
penderita HIV/AIDS.
Tujuan pelatihan ini adalah memberikan pencerahan dan
motivasi kepada peserta untuk meningkatkan kemampuan dan
kualitas diri sendiri dalam menjawab berbagai tantangan di
5
tengah keluarga
dan
kehidupan di masyarakat. Dan melalui
pelatihan ini juga diharapkan peserta memiliki motivasi yang
tinggi, kesadaran diri dengan mengembangkan kepekaan terhadap
perasaan dan keberadaan orang lain serta dapat mengembangkan
setiap potensi yang ada dan bisa menjadi pribadi yang
berdayaguna bagi keluarga,masyarakat dan lingkungan.
6
MODUL 1
PENERIMAAN DIRI
“Ku Istimewa”
A.
Pengantar
Menurut Ryff (1996), penerimaan diri adalah keadaan dimana
seorang individu memiliki penilaian positif terhadap dirinya, menerima
serta mengakui segala kelebihan maupun segala keterbatasan yang ada
dalam dirinya tanpa merasa malu atau merasa bersalah terhadap kodrat
dirinya. Jersild (dalam Hurlock, 1974) mengemukakan beberapa ciri
penerimaan diri untuk dapat membedakan antara orang yang menerima
keadaan dirinya atau yang telah mengembangkan sikap penerimaan
terhadap dirinya dengan orang yang menolak keadaan dirinya (denial),
antara lain:
1. Memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannya dan menghargai
dirinya sendiri.
2. Yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa
terpaku pada pendapat orang lain.
3. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat
dirinya secara irasional;
4. Menyadari aset diri yang dimiliki dan merasa bebas untuk melakukan
keinginannya,menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri.
Hurlock (1974) mengemukakan sepuluh faktor yang mempengaruhi
penerimaan diri individu, yaitu:
1. Pemahaman tentang Diri Sendiri
Timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan
ketidakmampuannya serta mencoba menunjukan kemampuannya.
7
Semakin individu memahami dirinya, maka semakin besar penerimaan
individu terhadap dirinya.
2. Harapan Realistik
Timbul jika individu menentukan sendiri harapannya dengan
disesuaikan dengan
pemahaman kemampuannya, dan bukan
diarahkan oleh orang lain. Dengan harapan realistik, akan semakin
besar
kesempatan
tercapainya
harapan
tersebut
sehingga
menimbulkan kepuasan diri.
3. Tidak Adanya Hambatan di Lingkungan
Harapan individu akan sulit tercapai bila lingkungan di sekitarnya
tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi (walaupun
harapan individu sudah realistik).
4. Sikap-sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan tidak adanya
suatu prasangka, adanya penghargaan terhadap kemampuan sosial
orang lain dan kesediaan individu mengikuti kebiasaan lingkungan.
5. Tidak adanya gangguan emosional yang berat
Tidak adanya gangguan emosional yang berat akan membuat individu
dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia.
6. Pengaruh Keberhasilan yang dialami keberhasilan yang dialami dapat
menimbulkan penerimaan diri (yang positif). Sebaliknya, kegagalan
yang dialami mengakibatkan adanya penolakan diri.
7. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik
individu yang mengidentifikasi diri dengan orang yang well adjusted,
dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri dan
bertingkah laku dengan baik, yang dapat menimbulkan penerimaan
diri dan penilaian diri yang baik.
8. Adanya Perspektif Diri yang Luas
8
Yakni memperhatikan pandangan orang lain tentang diri. Perspektif
diri
yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar.
9. Pola Asuh di Masa Kecil yang Baik
Anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang
sebagai orang yang dapat menghargai dirinya sendiri.
10. Konsep Diri yang Stabil.
Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil (misalnya,
kadang menyukai diri dan kadang tidak menyukai diri), akan sulit
menunjukan pada orang lain siapa ia sebenarnya, sebab ia sendiri
ambivalen terhadap dirinya.
Hurlock (1974), memberikan pandangan bahwa semakin baik
seorang individu dapat menerima dirinya, semakin baik penyesuaian diri
dan penyesuaian sosialnya. Penyesuaian diri yang positif adalah adanya
keyakinan pada diri dan adanya harga diri sehingga timbul kemampuan
menerima.
Mungkin kita pernah mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam
bahasa sehari-hari "tidak pede" dalam menghadapi suatu situasi atau
persoalan? Hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri
dalam rentang kehidupannya, sejak masih
anak-anak hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut. Sudah tentu, hilangnya rasa
percaya diri
menjadi sesuatu yang amat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada
tantangan ataupun situasi baru. Individu sering berkata pada diri sendiri,
"Dulu saya tidak penakut seperti ini... kenapa sekarang jadi begini ?". Ada
juga yang berkata: "Kok saya tidak seperti dia yang selalu percaya diri...
rasanya selalu saja ada yang kurang dari diri saya... saya malu menjadi
diri saya !".
9
Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas maka akan muncul
pertanyaan dalam benak kita: mengapa rasa percaya diri begitu penting
dalam kehidupan individu. Lalu apakah kurangnya rasa percaya diri dapat
diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam
menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal.
Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan
dan
penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan
memilih pendekatan
yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas
kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan
kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Orang yang tidak percaya
diri akan merasa terus menerus jatuh, takut untuk mencoba, merasa ada
yang salah dan khawatir (Elly Risman, 2003: 151).
Rusaknya kepercayaan diri tidak dapat tumbuh dalam satu hari.
Lingkungan banyak punya andil membentuknya. Bagi penderita
HIV/AIDS rusaknya penerimaan diri biasanya terbentuk disaat mereka
mereka tahu dan mengerti status sosial mereka dimasyarakat dan
penerimaan dari masyarakat, keluarga dan orang-orang terdekat mereka
yang tidak bersahabat juga membawa mereka semakin tidak bisa
menerima keberadaan mereka ini juga bisa pada kondisi mereka
menyalahkan keadaan bahkan menyalahkan Tuhan.
B.
Tujuan
Tujuan dari sesi ini adalah agar masing-masing peserta memiliki
pengertian yang benar tentang siapa dirinya dengan segala potensi dan
kapasitas serta dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimikinya.
Sehingga seburuk apapun kondisi yang dialami saat ini peserta dapat
menerima keadaaan itu dengan lapang dada dan selalu berpikir positif
10
terhadapat permasalahan yang terjadi pada dirinya. Pada akhir sesi ini,
peserta diharapkan akan mampu:
1.
Mengerti
tentang
dirinya
dengan
segala
kelebihan
dan
kekurangannya.
2.
Dapat menerima keadaan dirinya.
3.
Menjadi pribadi yang bernilaiguna bagi orang lain.
4.
Tidak menyalahkan keadaan yang terjadi pada dirinya.
C.
Materi
Dalam sesi penerimaan dan pengembangan diri ini langkah
pertama peserta diminta menuliskan siapa diri mereka dengan segala
kelebihan, kekurangannya, potensi dan kendala pada kertas kerja Format
M.1.1. Peserta akan dipandu fasilitator dalam mengerjakan kertas kerja
tersebut.Peserta diminta untuk mengingat kembali hal-hal yang dirasakan
menjadi penghambatnya selama ini dalam menerima dirinya sendiri dan
hal-hal apa saja yang membuat dirinya tidak bisa berkembang dengan
baik. Langkah kedua peserta akan dipandu oleh trainer dalam refleksi
dengan suasana hening dan diiringi dengan musik yang syahdu yang
membawa suasana dimana peserta berhubungan dengan dirinya sendiri
dalam merefleksikan siapa dirinya. Langkah ketiga peserta akan diberi
materi tentang penerimaaan dan pengembangan diri dimana trainer akan
menyampaikan materi lewat media LCD dan tampilan slide-slide bahwa
setiap manusia itu istimewa, diciptakan dengan tujuan yang mulia dan
selalu ada potensi yang bisa digali dalam kehidupan seseorang.
Begitu juga dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS harus bisa
menerima keberadaaan dirinya termasuk dengan penyakit atau virus yang
ada yang berkembang dalam dirinya. Sehingga kalau bisa menerima
11
keberadaan dirinya perserta diharapkan dapat menjaga kesehatannya dan
menjaga dirinya untuk tidak menularkan virus yang ada pada orang lain
dengan pola hidup sehat dan setia pada pasangannya.
D.
1.
Prosedur Berlatih
Pahami modul dengan baik,bila ada yang kurang jelas dapat di
tanyakan kepada fasilitator.
2.
Isilah Format M.1.1 dengan baik dan jujurlah pada setiap pertanyaan
yang ada.
3.
Lakukan refleksi dengan hikmat dalam suasana tenang dan tidak
berisik karena dapat menganggu para peserta lainnya.
4.
E.
Ikuti setiap materi yang disampaikan oleh fasilitator.
Waktu
Waktu yang digunakan dalam sesi ini adalah 90 menit.
F.
Alat Bantu
Alat bantu yang diperlukan dalam melakukan modul pernerima dan
pengembangan diri adalah. Modul penerimaan diri , Format M.3.1, spidol,
pulpen LCD projector. Komputer/laptop, musik klasik, ruangan yang
tenang dan jauh dari gangguan suara-suara luar.
G.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat umpan balik dari peserta
pelatihan dan mengamati antusiasme peserta dalam proses pelatihan.
Evaluasi juga dilakukan dengan mencermati hasil kerja peserta yang
dituangkan dalam Format M.1.1
12
FORMAT M.1.1
SIAPA AKU???
Nama
Usia
Hobbi
:
:
:
Kelebihan
1…………………………………..
Kekurangan
1……………………………………
..
2……………………………………
2……………………………………
3…………………………………… ..
4…………………………………… 3……………………………………
.
4……………………………………
5…………………………………… .
.
5……………………………………
.
Potensi
Kendala
1…………………………………… 1……………………………………
.
..
2…………………………………… 2……………………………………
..
..
3…………………………………… 3……………………………………
13
..
.
4…………………………………… 4……………………………………
..
..
5…………………………………… 5……………………………………
..
..
Penjelasan :
A. Kelebihan
Pada kolom kelebihan peserta diminta untuk menulis setiap
kelebihan yang dimilikinya sebagai suatu hal yang positif yang
terdapat dalam dirinya.Kelebihan ini bisa berupa fisik, sifat
dan karakter yang selama ini melekat dalam diri peserta.
B. Kekurangan
Pada kolom ini peserta diminta untuk menulis setiap
kekurangan yang ada pada dirinya dan yang sering dirasakan
sebagai suatu hal yang negatif bahkan kadang membuat
dirinya merasa tidak menjadi pribadi yang baik. Kekurangan
ini bisa berupa fisik,sifat dan karakter yang dimiliki.
C. Potensi
Dalam kolom ini peserta diminta menuliskan hal-hal yang
selama
ini
menjadi
potensi
yaitu
yang
merupakan
kemampuan, kekuatan baik yang belum terwujud maupun
yang sudah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum
sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal.
14
D. Kendala
Dalam kolom ini peserta menuliskan kendala yaitu faktorfaktor yang selama ini membatasi atau menghalangi untuk
seseorang dapat mencapai sasaran dalam hidupnya.Kendala
ini bisa berasal dari dalam diri peserta atau dari luar dirinya.
15
MODUL 2
MANAJEMEN STRES
“Masalah sapa takut ???”
A.
Pengantar
Semakin tinggi stres yang terjadi pada manusia dapat mengakibatkan
munculnya emosi yang negatif, misalnya kecemasan atau depresi. Selain
mempengaruhi emosi, stres juga bisa menyebabkan physical illnesses,
baik ringan maupun berat. Di dalam menghadapi peristiwa yang
menimbulkan stres, berbagai reaksi individu bisa sangat berbeda: Ada
yang mengalami masalah serius pada aspek psikologis, ada juga yang
bermasalah pada aspek fisik; namun ada yang tidak mengalami masalah
terhadap peristiwa stres yang sama, bahkan merasa tertantang dan tertarik.
Kondisi-kondisi di atas membuat topik stres menjadi menarik untuk
dikaji. Jadi, apakah stres itu? Secara umum, stres terjadi ketika orang
dihadapkan pada peristiwa yang dirasakan sebagai ancaman bagi keadaan
fisik atau psikisnya. Peristiwa ini dinamakan stressor dan reaksi individu
terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres. Karakteristik Stres tak
terhitung banyaknya peristiwa yang menyebabkan stres, terutama
peristiwa yang mengakibatkan perubahan besar, yang dampaknya
mempengaruhi banyak orang, misalnya bencana alam seperti gempa bumi
dan perang,dapat juga berupa peristiwa yang menyebabkan perubahan
besar dalam kehidupan individu, misalnya pindah rumah, ditinggal karena
kematian oleh orang yang disayangi, menikah, menderita penyakit serius,
kehilangan, pekerjaan dan sebagainya. Jadi, sumber stres dapat berada
16
dalam diri individu, berbentuk motif atau keinginan yang bertentangan.
Secara garis besar, sumber stres dapat dikategorikan sebagai berikut:
merupakan sumber stres yang paling dikenali, yaitu situasi bahaya yang
ekstrim, yang berada diluar rentang pengalaman manusia yang lazim,
misalnya bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami; maupun bencana
buatan manusia seperti perang ataupun peristiwa nuklir, kecelakaan berat
misalnya tabrakan pesawat, dan penyerangan fisik seperti pemerkosaan
atau upaya pembunuhan.
Pola perilaku umum (disaster syndrome) reaksi terhadap traumatic events
yaitu: Pada awalnya, individu menjadi bingung melompong dan
menunjukkan ketidaksadaran atas bahaya atau luka-lukanya. Mereka
mondar-mandir tak berarah tujuan, dan mungkin menempatkan diri
mereka dalam risiko cedera lainnya. Controllability semakin tampak tak
terkendalikannya suatu peristiwa, besar kemungkinan peristiwa itu
dianggap stressful. Peristiwa tak terkendalikan terutama kematian orang
yang dicintai, dipecat, atau menderita penyakit serius. Sedangkan
peristiwa ringan yang terkendalikan misalnya teman yang menolak untuk
memaafkan atas kesalahanmu, atau gagal berangkat karena kehabisan tiket
pesawat. Alasan yang dapat dipahami bahwa peristiwa tak terkendali
sebagai peristiwa stressful adalah jika kita tidak dapat mengendalikannya,
maka kita tidak dapat mencegahnya terjadi. Keyakinan bahwa kita dapat
mengendalikan suatu peristiwa akan memperkecil pengaruh peristiwa itu,
walaupun kita tidak pernah mengalami peristiwa tersebut.
Manajemen Stres.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa orang
yang memiliki banyak ikatan sosial (pasangan, kawan kerabat, anggota
kelompok) hidup lebih lama dan kurang rentan mengalami penyakit yang
berhubungan dengan stres dibandingkan orang yang memiliki sedikit
17
kontak sosial suportif (Collen & Wills, 1985). Kawan-kawan dan keluarga
dapat memberikan dukungan dalam banyak cara. Mereka dapat
meningkatkan harga diri dengan mencintai kita apapun masalah kita.
Mereka dapat memberikan informasi dan nasehat, pendampingan untuk
mengalihkan perhatian kita dari kekuatiran kita, dan bantuan finansial atau
material. Semua hal itu cenderung menghilangkan perasaan tidak berdaya
dan meningkatkan percaya diri kita tentang kemampuan kita menghadapi
masalah. Stres lebih mudah ditoleransi jika penyebab stres diceritakan
kepada orang lain. Dukungan emosional dan perhatian dari orang lain
dapat menjadikan stres lebih dapat ditanggung. Kecemasan dan konflik
individual cenderung dilupakan saat orang bekerja bersama melawan
musuh yang sama atau mengejar tujuan yang sama.
Tetapi kadang keluarga dan kawan dapat meningkatkan stres.
Meremehkan keseriusan masalah atau memberikan keyakinan buta bahwa
segalanya akan baik dapat menimbulkan lebih banyak stres dan bukannya
memberikan dukungan sama sekali. Orang lain juga dapat memberikan
tuntutan atau menciptakan beban pada seseorang tiap kali ia menghadapi
stresor lain. Selain mencari dukungan sosial yang positif pada saat stres,
orang juga dapat mempelajari teknik lain untuk menurunkan efek negatif
dari stres terhadap tubuh dan pikiran.
Kaitan antara stres dengan kesejaterahan psikologis telah terbukti
dimana tingkat stres yang lebih tinggi berasosiasi dengan kesejaterahan
psikologis yang rendah atau dapat disimpulkan bahwa stres berhubungan
negatif dengan kesejaterahan psikologis. Oleh karena itu, kemampuan
untuk mengatasi stres adalah faktor penting dalam menentukan kesehatan
dan kesejaterahan psikologis (Lee, 2007). Upaya peningkatan kemampuan
pengelolahan stres sosial di masyarakat dapat dilakukan dengan
18
memberikan
pengetahuan
dan
pelatihan
tentang
kemampuan
menyelesaikan masalah sosial sehingga berkontribusi positif terhadap
kesejaterahan diri (Bell & D’ Zurilla, 2009; Chang, D’Zurilla, Samna,
2007). Pengurangan stres psikologis dapat menyebabkan peningkatan
kesehatan, termasuk memperlambat perkembangan penyakit dalam
populasi ODHA (Brincks, Feaster & Mitrani, 2010). Pelatihan manajemen
stres merupakan sebuah integrasi dalam usaha pemenuhan kebutuhan
ODHA untuk meningkatkan perawatan diri dan kulitas hidup. Lebih lanjut
WHO menyatakan bahwa kesejaterahan hidup adalah tujuan primer dalam
perawatan kontemporer terhadap penyakit sehingga intervensi psikososial
yang mampu mengurangi stres dan meningkatkan fungsi psikologis
seharusnya menjadi sebuah rutinitas yang penting dalam perawatan yang
ditawarkan pada penderita HIV/AIDS (Gayner et al,2011).
B.
Tujuan
Tujuan dari sesi ini adalah agar masing-masing peserta dapat
mengambil satu kesimpulan yang tepat mengenai apa itu stres dan
bagaimana dapat mengelolah stres dengan baik sehingga stres tidak
menjadi hal yang menghambat peserta dalam mencapai apa yang dicitacitakan dan harapan.
Pada sesi ini trainer akan memberikan materi tentang stres, setelah
selesai trainer mempersilakan bagi peserta untuk bertanya tentang materi
yang telah disampaikan trainer juga mengajak peserta bagaimana merubah
pikiran negatif yang sering datang pada saat stres menjadi pikiran positif
(disertai contoh kasus).
Pada akhir sesi ini, peserta diharapkan akan mampu:
1. Mengerti dengan benar arti dan bagaimana stres itu.
19
2. Mengerti hal apa saja yang menjadi sumber stres (stressor) dalam
dirinya.
3. Mencatat dan mengklasifikasikan sumber stres dalam dirinya.
4. Memahami melakukan pengelolahan stres dengan benar dan efektif.
5. Mendapat penguatan dari testimony yang disampaikan dari salah
seorang odha yang berhasil mengatasi masalah hidupnya.
C.
Materi
Langkah pertama dalam sesi manajemen stres ini adalah kegiatan
mengidentifikasi sumber stres atau stressor para peserta pelatihan.Peserta
akan diberikan blangko indentifikasi stres dan diminta untuk mengisinya.
Peserta bisa meminta bantuan fasilitator untuk dapat membantu
menanyakan apabila menemukan kesulitan dalam mengisi blangko
indentifikasi stres.
Langkah kedua tainer akan memberikan materi tentang manajemen
stres dan bagaimana mengelolah stres untuk para peserta. Memberikan
penjelasakan kepada peserta bahwa masalah yang terjadi dalam kehidupan
kita itu bukan untuk di hindari tetapi untuk di hadapi.
Langkah ketiga dari sisi manajemen stres ini adalah pemaparan
testimony dari seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS yang telah dianggap
oleh peneliti dan professional adjustment cukup berhasil dalam mengatasi
masalah hidupnya, sebagai seorang yang terinfeksi HIV/AIDS dan
menceritakan bagaimana bisa bangkit dari keterpurukan saat mengetahui
status terinfeksinya, bagaimana mengatasi penolakan dari keluarga dan
lingkungan serta stigma dan diskriminasiyang masih diterima, oleh peserta
sampai saat ini.Pemapar ini adalah seorang yang sudah terbuka (open
status) tentang siapa dirinya sebagai seorang penderita HIV/AIDS
20
Langkah keempat trainer kembali menguatkan peserta bahwa hidup
harus terus berlanjut dan cara menghadapi stigma dan diskriminasi adalah
dengan menghasilkan karya dan berbuat hal-hal yang tidak bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
D.
1.
Prosedur Berlatih
Pahami modul manajemen stres diskusikan dengan fasilitator apabila
ada hal yang tidak diketahui
2.
Isilah dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk yang ada
blangko identifikasi stres yang diberikan.
3.
Tuangkan dalam blangko apa yang selama ini menjadi sumber stres
atau stressor yang ada.
4.
Ikutin dengan seksama testimony yang disampaikan dan jadikan itu
sebagai penguatan dan pembelajaran karena pesan disampaikan dari
orang yang mengalami hal yang sama dengan apa yang peserta alami.
E.
Waktu
Waktu yang dipelukan untuk sesi ini adalah 90 menit.
F.
Alat Bantu
Alat bantu yang diperlukan adalah modul manajemen stress,kertas
kerja Format M.2.1 pulpen, spidol, LCD projector, komputer/laptop.
G.
Evaluasi
Evaluasi proses dilakukan dengan meminta umpan balik dari peserta
tentang proses pelatihan dan mengamati antusiasme dalam proses
pelatihan Evaluasi juga dilakukan dengan mencermati hasil kerja peserta
yang dituangkan dalam kertas kerja Format M.2.1
21
FORMAT M.2.1
LEMBAR KERJA MENGIDENTIFIKASI SUMBER STRES
(SRESSOR)
INDENTITAS :
-
Nama
:
-
Status
: Kawin/Tidak Kawin
-
Usia
:
Tujuan dari identifikasi stres ini adalah untuk menentukan stressor
mana yang paling berpengaruh dalam hidup anda.
YANG HARUS DILAKUKAN :
1. Buatlah satu daftar dari semua stressor yang dirasakan mempunyai
pengaruh.Pertimbangkan semua kategori di bawah ini .Susunlah
menurut prioritas untuk setiap kategori.
Lingkungan Fisik
Sosial, Ekonomi,
Pekerjaan Hubungan antar
Keluarga
Politik
& Karir
pribadi
2. Tuliskan semua simptom-simptom (gejala)yang muncul
3. Bagaimana cari menghadapi dan mengatasinya ?
22
MODUL 3
MOTIVASI BERTAHAN HIDUP
“Aku Pasti Bisa !!!“
A.
Pengantar
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan
sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari
kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam
kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
yang bersifat intrinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang
membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan
melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status
ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbinya.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar
pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang
membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang
dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya
manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy & Becker
membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori
yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, teori
penetapan sasaran.
23
Era globalisasi telah mengubah dunia menjadi seakan tanpa batas,
perkembangan ilmu pengetahuan kian pesat dan pada waktu yang sama di
tempat yang berbeda informasi dapat diperoleh dengan mudah. Sebagai
konsekuensi logis terjadilah ledakan informasi yang tentunya memerlukan
suatu teknologi yaitu teknologi informasi untuk dapat mengakses dan
menyebarluaskan informasi tersebut dengan cepat. Seiring dengan hal ini
maka terjadi begitu banyak perubahan dalam dunia organisasi.
Abraham
Maslow
(1943;1970)
mengemukakan
bahwa
pada
dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya
dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari
tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan
Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai
motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah
kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak
harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya
menjadi penentu tindakan yang penting.
Aktualisasi diri
penghargaan
sosial
keamanan
Fisik
 Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya).
 Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya).
 Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang
lain, diterima, memiliki).
24
 Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan).
 Kebutuhan
aktualisasi
diri
(kebutuhan
kognitif:
mengetahui,
memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan,
dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan bahwa
kepuasan diri dan menyadari akan potensinyayang terdapat pada
dirinya).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan
tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih
tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai
waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika
kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan
karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya
masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Bagi penderita HIV/AIDS adalah hal yang sangat penting untuk
memiliki motivasi yang baik, apalagi motivasi bertahan hidup.Pada saat
seseorang di vonis menderita HIV/AIDS adalah hal yang sangat ditakutkan
bagi setiap penderita HIV/AIDS. Ada beberapa faktor yang membuat
penderita HIV/AIDS sehingga mengalami ketakutan dan pada akhirnya
membuat penderita merasa sedih dan tidak memiliki motivasi lagi dalam
menjalani kehidupan mereka. Faktor–faktor yang biasa akan dihadapi
diantaranya :
1.
Ketakutan akan kematian karena HIV/AIDS adalah penyakit yang
belum ditemukan obat atau penangkal virusnya.
2.
Ketakutan mendapat stigma dari masyarakat karean masyarakat akan
menilai mereka sebagai orang yang bermasalah dan harus dijauhi.
25
3.
Ketakutan mendapat diskriminasi dari lingkungan dan masyarakat,
diskriminasi ini juga bisa pengucilan dari masyarakat, tidak bisa meng
gunakan fasilitas bersama, diskriminasi di tempat kerja, sekolah,
rumah sakit dan lain-lain.
B.
Tujuan
Tujuan dari sesi motivasi bertahan hidup ini adalah agar masing-
masing peserta memiliki motivasi yang baik dalam menghadapi kehidupan
mereka, dan disadarkan bahwa dapat status sebagai orang terinfeksi itu
bukan akhir dari segalanya, dengan status terinfeksipun masih tetap bisa
melanjutkan kehidupan dan menjadi pribadi yang berdaya guna dan
membuktikan pada masyarakat luas bahwa orang terinfeksi bukanlah
merupakan beban bagi keluarga dan masyarakat. Pada akhir sesi ini,
peserta diharapkan akan mampu:
1.
Menyimpulkan secara pribadi apa itu motivasi.
2.
Menyimpulkan peran motivasi secara tepat dalam kehidupan ketika
menghadapi bahwa mereka adalah orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
3.
Bangkit dari segala keterpurukan dan dapat melanjutkan kehidupan
dengan penuh semangat dan gairah.
C.
Materi
Dalam sesi motivasi ini ada beberapa langkah–langkah yang
dilakukan, langkah pertama yang dilakukan adalah trainer akan
menanyakan kepada peserta apa yang perserta ketahui tentang motivasi
atau apa itu motivasi? Peserta akan diminta menjawab spontan, pertanyaan
ini hanya diajukan kepada 3 orang peserta saja. Setelah itu trainer akan
mencoba menjelaskan begitu pentingnya motivasi dalam diri seseorang
dan motivasilah yang menjadi pengerak seseorang dalam melakukan
sesuatu. Langkah kedua akan ditayangkan video paralympic games yaitu
26
video tentang lomba olahraga bagi penyandang cacat penjelasan tentang
tayangan paralympic :
Peserta diajak untuk melihat bahwa ketika kita memiliki suatu kekurangan
pasti juga kita memiliki kelebihan di tempat lain. Bahwa banyak orang
yang sepertinya kurang beruntung dengan memiliki kekurangan tapi tetap
bisa berhasil dan menjadi kebanggaan bagi keluarga masyarakat bahkan
negaranya dan dengan video ini peserta diharapkan mengenali kelebihan
dan kekurangan, mendapat pelajaran bagaimana memotivasi diri dan bisa
merasakan apa yang orang lain juga rasakan.Langkah ketiga peserta akan
dibagi dalam 4 kelompok dimana masing-masing kelompok berjumlah 5
orang.Peserta akan diberikan masing-masing 2 kota kartu remi dan 1 kota
mana (lilin warna) untuk masing-masing kelompok. Didalam kelompok
peserta diminta untuk melakukan aktivitas membuat suatu bentuk
bangunan dan menceritakan filosopi dari dari apa yang mereka
buat.Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun kerjasama tim,
dimana mengajarkan pada peserta bahwa dalam hidup ini kita harus saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan dan kita sangat membutuhkan orang
lain.
Langkah keempat dari sesi motivasi bertahan hidup adalah ini adalah
penyampaian materi tentang motivasi dari trainer tentang kehidupan yang
harus dijalanin bagi penderita HIV/AIDS harusnya dengan penuh
semangat dan keinginan kuat untuk dapat bertahan hidup bahwa dengan
status terinfeksi tidak menganggu mereka untuk terus dapat melanjutkan
hidupnya dengan penuh tanggung jawab apalagi ada dari beberapa dari
penderita HIV/AIDS ini memiliki tanggungan dalam keluarga seperti
anak, istri dan orang tua.
27
D.
1.
Prosedur Berlatih
Pahamilah modul motivasi bertahan hidup diskusikan dengan
fasilitator hal-hal yang dianggap penting dan perlu untuk diketahui.
2.
Ikuti setiap materi yang disampaikan oleh trainer dengan penuh
semangat dan antusias
3.
Saat menonton tanyangan carilah posisi duduk yang dapat melihat
tanyangan dengan lebih jelas, konsentrasi dan tontonlah
dengan
seksama
4.
Kerjalanlah
aktivitas
dalam
kelompok
dengan
baik
dan
bekerjasamalah dengan anggota kelompok.
E.
Waktu
Waktu yang digunakan dalam sesi ini adalah 90 menit
F.
Alat Bantu
Alat bantu yang diperlukan dalam melakukan modul motivasi ,
spidol, pulpen LCD projector. Komputer/laptop, file video Paralympic
games,kartu remi 8 kotak, mana (lilin warna) 4 kotak.
G.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat umpan balik dari peserta
pelatihan dan mengamati antusiasme peserta dalam proses pelatihan, dan
mengamati kerja peserta dalam kelompok.
28
LAMPIRAN
A.
UJI COBA MODUL
Sebelum modul digunakan untuk pelatihan modul perlu diuji
cobakan untuk menguji kelayakan, ketepatan waktu dan efisiensinya. Isi
modul dikonsultasikan dengan pihak yang kompoten untuk bahasan yang
akan diberikan ini merupakan bentuk validitas internal. Uji coba modul
dilakukan melalui uji validitas isi dan validitas tampang (face validity)
dengan professional judgment. Modul pelatihan diberi pada dua orang
dosen fakultas psikologi UKSW yang merupakan dosen pembimbing
peneliti sendiri, dan kepada satu orang akademisi bidang psikologi dari
Universitas Gunadarma Jakarta dan 2 orang orang lainnya yang
merupakan aktivis dari program penanggulangan HIV/AIDS untuk dinilai
dan diberi masukan. Penilaian modul pelatihan meliputi evaluasi secara
umum tentang manfaat, kejelasan tujuan, sistematika dan alur, alokasi
penggunaan waktu, dan kualifikasi fasilitator. Beberapa hal yang biasanya
mengalami perubahan setelah dilakukan uji modul adalah:
1. Penyederhanaan bahasa yang digunakan untuk instruksi agar
meningkatkan kejelasan maksud dan isi dari materi yang
disampaikan.
2. Penambahan atau pengurangan pada tahap-tahap pelatihan agar lebih
jelas mengenai isi dan tujuan dari setiap sesi
3. Perubahan waktu apabila didapati ada bagian-bagian yang karena
pertimbangan waktu harus disederhanakan agar tidak ada waktu
yang terbuang sia-sia.
4. Perubahan penempatan jadwal pada beberapa bagian pelatihan
karena alas an waktu yang berbeda jangka waktu antar pelatihan
29
dengan hari berikutnya.Ini juga dilakukan agar proses pelatihan
tidak terasa membosankan.
B.
RUNDOWN PELATIHAN
Waktu
Hari pertama
09.00-09.15
09.15-09.25
09.25-09.40
09.40-10.00
10.00-10.30
10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.30
12.30-12.45
12.45-13.15
Kegiatan
Pembukaan
Dalam sesi ini fasilitator memberikan gambaran mengenai training yang
akan diadakan bersama ,setelah itu peserta dan fasilitator saling
memperkenalkan diri untuk mencairkan suasana agar tidak ada rasa kaku
selama pelaksanaan training
Maksud dan tujuan
Dalam sesi ini peserta akan mendapat informasi mengenai manfaat dari
mengikuti training “manage your self” dalam aplikasi kehidupan seharisehari sebagai penderita HIV/AIDS
Kontrak belajar
Dalam sesi ini fasilitator dan peserta training membuat kesepakatan
mengenai harapan dan aturan main yang di sepakati bersama dalam
pelaksanaan training.
Pretest
Sesi I :Penerimaan diri “Ku Istimewa “
Peserta akan mengisi fomat M.1.1 yang berisi tentang
kelebihan,kekurangan,potensi dan kendala.
Refleksi
Pada sesi ini trainer akan memandu peserta untuk masuk pada tahap
refleksi dimana dengan diiringi musik yang lembut peserta akan dibawa
untuk merefleksikan apa yang telah di tulisnya dan bagaimana peserta
akan dapat menerima apa yang sekarang dialami dan bagaimana
mengembangkan diri karena hidup harus terus berlanjut
Materi Penerimaan diri
Pada sesi ini peserta akan diberi materi tentang penerimaan dan
pengembangan diri,dimana sebagai penderita HIV/AIDS adalah hal yang
tersulit untuk bias menerima suatu kenyataan bahwa mereka adalah
penderita HIV/AIDS.Setelah belajar penerimaan diri peserta diharapkan
juga dapat mulai mengembangkan dirinya dengan mengali dan
mengembangkan setiap potensi dan kapasitas yang ada sehingga bias terus
melanjutkan hidup dan bermanfaat bagi orang lain.
ISTIRAHAT
Makan siang.
Ice Breaking
Dalam sesi ini peserta diberi dua jenis games untuk semakin menarik
minat peserta mengikuti sesi berikutnya.
Pada sesi ini juga peserta diminta untuk mengisi form Format M.2.1
tentang Indetifikasi sumber stres atau stressor.
30
13.15-13.45
13.45-13.55
13.55-14.00
Hari Kedua
09.00-09.15
09.15.09.30
09.30-10.00
10.00-10.15
10.15-10.30
10.30.11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
Materi manajemen stres
Dalam sesi ini trainer akan memberikan materi tentang apa itu stres dan
bagaimana mengelolah stres sehingga stres tidak menjadi penganggu
dalam kehidupan.Sesi ini juga disampaikan tentang hal terberat apapun
dalam hidup dapat menjadi sumber stres termasuk saat tahu bahwa peserta
adalah penderita HIV/AIDS
Testimony
Disampaikan oleh seorang penderita HIV/AIDS yang telah berhasil
mengatasi permasalahan hidupnya, seorang yang sudah diterima oleh
masyarakat dengan status terinfeksinya dan kembali bekerja ditengah
lingkungan.
Penutup
Peserta diingatkan tentang kontrak belajar sera kembali mengikuti
pertemuan berikutnya dengan tepat waktu
Pembukaan
Fasilitator merefresh kembali peserta tentang training hari sebelumnya dan
memastikan peserta siap mengikuti training hari kedua ini dengan
semangat.
Menonton video Paralympic games
Tayangan ini sebagai pembuka dari sesi motivasi diharapkan dengan
menonton tanyangan peserta mendapat stimulan tentang apa itu motivasi
Materi motivasi
Trainer memberikan materi tentang apa itu motivasi dan bagaimana kita
dapat memiliki motivasi yang baik.
“Brainstorming” Motivasi
Brainstorming dipimpin oleh fasilitator untuk mengali pemahaman peserta
mengenai motivasi bertahan hidup yang dimiliki peserta kemudian
dirangkum oleh fasilitator.Peserta mampu untuk mengelolah perasaan
(affection), perilaku (behavior) dan pikiran (cognition) untuk mencapai
suatu tujuan.
Final Destination
Merupakan benang merah dari proses pelatihan selama dua hari berjalan,
peserta diharapkan dapat memahami setiap sesi training yang sudah
diikuti dan menyadari bahwa apa yang dilami saat ini bukanlah akhir dari
perjalanan hidup mereka tapi suatu tantangan untuk menjadi peribadi yang
lebih baik lagi.
Post test
Evaluasi pelatihan.
Penutup
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselenggaranya pelatihan ini,pemberian bingkisan kepada
para peserta pelatihan,diakhiri dengan doa penutup.
31
C.
1.
KUALIFIKASI PELAKSANA PELATIHAN
Fasilitator
Seseorang yang memiliki kemampuan bidang psikologi dan pelatihan
dengan profesi yang dijalani dan kompoten di bidangnya.
2.
Co-fasilitator
Sarjana Magister Sains Psikologi memiliki pengalaman menjadi
konselor atau pendamping penderita HIV/AIDS minimal selama satu
tahun.
3.
Trainer
Dalam pelatihan ini yang menjadi trainer adalah seorang trainer
bidang soft skill yang telah mempunya pengalamn menjadi trainer
dam
peneliti
sendiri,
karena
peneliti
memiliki
pengalaman
pendampingan HIV/AIDS dan telah mengikuti pelatihan-pelatihan
yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan peneliti sendiri ingin
mengaplikasikan apa yang selama ini di dapat dalam perkuliahan
sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam hal ini penderita
HIV/AIDS di kota Salatiga.
4.
Observer
Dua orang aktivis HIV/AIDS di ikutkan sebagai pengamat dalam
pelatihan ini. Dua orang pengamat bertugas mengamati masingmasing sepuluh orang peserta pelatihan.
32
Lembar panduan observasi
LEMBAR PANDUAN OBSERVASI PROSES PELATIHAN
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
Sesi
:
Materi
:
Observer
:
1.
2.
3.
Deskripsi kelompok secara umum
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kondisi peserta pada saat pelatihan
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kondisi fasilitator
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Catatan khusus selama pelatihan
33
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI
LAMPIRAN 6
DATA MENTAH
Download