maulidya ningrum (d1a212288) - fh unram

advertisement
STATUS HAK ATAS TANAH YANG DIBERIKAN KEPADA WARGA
NEGARA ASING
(STUDI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA)
JURNAL ILMIAH
Oleh :
MAULIDYA NINGRUM
D1A 212 288
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
STATUS HAK ATAS TANAH YANG DIBERIKAN KEPADA WARGA
NEGARA ASING
(STUDI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA)
Oleh :
MAULIDYA NINGRUM
D1A 212 288
Menyetujui :
Pembimbing Pertama,
Arief Rahman,SH.,M.Hum
NIP. 19610816 198803 1 004
STATUS HAK ATAS TANAH YANG DIBERIKAN KEPADA WARGA
NEGARA ASING
(STUDI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA)
Maulidya Ningrum
D1A 212 288
Fakultas Hukum
Universitas Mataram
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana
pengaturan hak atas tanah yang diberikan oleh warga negara asing serta upaya-upaya
apa yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lombok Utara
terhadap warga negara asing yang menguasai tanah di Desa Gili Indah Kabupaten
Lombok Utara.Penelitian ini menggunakan penelitian normatif empiris. Hak atas
tanah yang diberikan oleh warga negara asing yakni Hak Pakai atau Hak Sewa,
untuk badan hukum asing dapat diberikan Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan
dalam rangka usaha patungan, serta Hak Milik tidak dapat diberikan oleh warga
negara asing dan upaya yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Kabupaten Lombok
Utara terhadap warga negara asing yang menguasai tanah dengan penyelundupan
hukum yakni menghimbau terhadap Notaris/PPAT untuk tidak menerima pembuatan
perjanjian terhadap warga negara Indonesia dengan warga negara asing yang ingin
menguasai tanah dan selektif terhadap pembuatan akta peralihan hak atas tanahnya,
menghimbau kepada Kepala Desa agar tidak membuat perjanjian terhadap WNA
dengan WNI, BPN akan menolak pendaftaran balik nama diatas tanah pembeli di
Buku Tanah serta memberikan penyuluhan kepada warga di Desa Gili Indah.
Kata Kunci : hak atas tanah, warga negara asing, upaya-upaya BPN
STATUS OF LAND RIGHTS GRANTED TO FOREIGNERS (STUDIES
IN NORTH LOMBOK REGENCY)
ABSTRACT
This study aims to identify and understand how the regulation of land rights
granted by foreign nationals and to know and understand what efforts were made by
the Badan Pertanahan Nasional North Lombok against foreign citizens who control
the land in the village of Gili Indah North Lombok.This study uses empirical
normative reserch. Land rights granted by a foreign citizen the right to use or lease
rights, to foreign legal entities may be granted leasehold and Broking in the
framework of the joint venture, as well as the Property Rights shall be given by
Badan Pertanahan Nasional and efforts made by the Agency land North Lombok
against foreign nationals who controls the land with smuggling law that calls on the
Notary / PPAT not to accept the agreement is against Indonesian citizens with
foreign citizens who want to control the land and selective against the deed transfer
of rights over the land, appealed to the Head the village in order not to make an
agreement with the citizen against foreigners, BPN will be refused \registration on
the ground behind the name of the buyer in the land Book as well as provide
counseling to residents in the village of Gili Indah.
Keywords: land rights, foreigners, efforts BPN
i
I. PENDAHULUAN
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat khsusnya daerah pariwisata Desa Gili
Indah terdapat 3 Gili yakni Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air Kacamatan
Pamenang Kabupaten Lombok Utara yang merupakan salah satu daerah tujuan
wisata yang paling digemari dan diminati di Indonesia, baik oleh para wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara. Sejalan dengan pesatnya arus
globalisasi warga negara asing tidak lagi hanya berlibur ataupun berkunjung,
banyak diantara mereka yang juga berupaya melakukan investasi di Indonesia.
Yang hal ini juga menuntut mereka untuk menetap di Lombok dalam kurun
waktu yang lama, sehingga warga negara asing tersebut juga memerlukan tanah
atau bangunan sebagai tempat tinggalnya. Sejalan dengan permasalahan tanah
sebagai tempat tinggal ada di antara warga negara asing tersebut terindeksi
melakukan pinjam nama warga negara Indonesia untuk dapat memiliki tanah di
Indonesia, yang hal tersebut jelas bertentangan dengan ketentuan Hukum Agraria
Indonesia yang menyatakan bahwa warga negara asing dilarang untuk memiliki
tanah di Indonesia, dan adanya kontarkdiksi antara Undang-Undang Pokok-pokok
Agraria No. 5 Tahun 1960 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal yang berakibat menimbulkan ketidakpastian hukum terhadap
jangka waktu Pemberian Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai.
Melihat adanya indikasi warga negara asing untuk memilik tanah di Gili Indah
Kabupaten Lombok
Utara dengan melakukan pinjam nama warga negara
Indonesia dan adanya kontradiksi antara Undang-Undang Pokok Agraria dan
Undang-Undang Penanaman Modal, maka sangat menarik untuk diteliti lebih
ii
dalam mengenai hal-hal tersebut dan sekaligus memberikan informasi bagi
masyarakat, khususnya masyarakat yang ingin melakukan peralihan hak atas
tanah kepada warga negara asing. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1 Bagaimanakah Pengaturan
Hak atas tanah yang diberikan kepada warga negara asing; 2. Upaya-upaya apa
yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lombok Utara
terhadap warga negara asing yang meguasai tanah di Desa Gili Indah Kabupaten
Lombok Utara. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk
mengetahui dan memahami pengaturan Hak atas tanah yang diberikan kepada
warga negara asing; 2. Untuk mengetahui dan memahami upaya-upaya yang
dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lombok Utara terhadap
warga negara asing yang menguasai tanah di Desa Gili Indah Kabupaten Lombok
Utara. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Secara akademis,
Hasil Pengkajian dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran baik berupa bentuk konsep-konsep pemikiran, metode atau teori dalam
ilmu hukum pada umumnya Hukum Perdata dan pada khususnya Hukum Agraria
dalam kaitanya Status Hak atas tanah yang diberikan kepada warga negara asing;
2. Secara Praktis, sebagai bahan masukan bagi para praktisi yang terlibat langsung
dalam peranan sebagai status hak atas tanah yang diberikan kepada warga negara
asing, sebagai bahan masukan bagi pembuat Undang-Undang dalam rangka
penegakan hukum di Indonesia, khususnya Hukum Agraria mengenai status hak
atas tanah yang diberikan kepada warga negara asing dan sebagai bahan informasi
yang berguna bagi masyarakat mengenai status hak atas tanah yang diberikan
iii
kepada warga negara asing.
normatif
Metode penelitian ini yaitu metode penelitian
empiris. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu: 1. Pendekatan
Yuridis (Legal Approach ) yaitu pendekatan yang berusaha mengkaji dan
menelaah berbagai litelatur dan peraturan-peraturan yang ada serta pendapat para
serjana sesuai dengan permasalahan yang diangkat; 2. Pendekatan Konseptual
(Conceptual Approach) yaitu suatu pendekatan yang bersumber dari pendapat
para ahli, pendapat para serjana serta pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin
yang berkembang dalam ilmu hukum; 3.Pendekatan Sosiologis (Social Approach)
yaitu hukum yang dikonsepkan sebagai suatu pranata-pranata sosial yang secara
ril dikaitkan dengan variabel-variabel sosial yang lain untuk mengetahui
bagaimana hukum
itu dapat
dilaksanakan
dan mengungkapkan
segala
permasalahan-permasalahan yang ada dibalik pelaksanaan pengakkan hukum.
Sumber dan jenis bahan hukum berupa: 1. Data Kepustakaan; dan 2. Data
Lapangan. Jenis bahan hukum berupa : 1. Bahan hukum primer; 2. Bahan hukum
sekunder; dan 3. Bahan hukum tersier. Jenis Data berupa : 1. Data Primer; dan 2.
Data sekunder. Tekhnik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan
(Liberary Research) dan Studi Lapangan (field Research).
iv
II. PEMBAHASAN
Pengaturan Hak Atas Tanah yang Diberikan Oleh Warga Negara Asing
Peraturan yang di berlakukan bagi warga negara asing dan Badan hukum
asing tentang penguasaan tanah di Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945,
Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang permohonan penanaman modal berupa Hak Guna usaha, Hak
Guna Bangunan, dan Hak Pakai, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah,
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat
Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia.,
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 7
Tahun 1996 kemudian di ganti dengan Nomor 8 Tahun 1996 tentang Persyaratan
Pemilik Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing dan Keputusan
Presiden Nomor 34 Tahun 1992 tentang Pemanfaatan Tanah Hak Guna Usaha
dan Hak Guna Bangunan Untuk Usaha Patungan Dalam Rangka Penanaman
Modal.
Peraturan tersebut ditujukan untuk memberikan kemudahan yang
diciptakan oleh Pemerintah. Ada beberapa macam hak atas tanah yang diberikan
kepada orang atau badan hukum asing untuk berinvestasi di Indonesia yaitu Hak
Pakai atau Hak Sewa untuk Bangunan bagi penanaman modal asing baik melalui
Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) maka hak atas tanah yang diberikan adalah Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai.
v
Hak Pakai bagi warga negara asing didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1996 Tentang 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal
atau Hunian oleh Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia. Pasal 1 ayat (1)
PP Nomor 41 Tahun 1996 menyatakan “ bahwa orang asing yang berkedudukan
di Indonesia dapat memiliki sebuah rumah untuk tempat tinggal atau hunian
dengan hak atas tanah tertentu.
Adapun orang asing yang dapat memiliki Hak Pakai di Indonesia ialah
orang asing yang kehadirannya memberikan manfaat terhadap pembangunan
Indonesia Sebagaimana dinyatakan pada Pasal 1 ayat (2) PP Nomor 40 tahun
1996. Apabila orang asing tersebut tidak lagi berkedudukan di Indonesia, dalam
jangka 1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya
kepada orang lain yang memenuhi syarat. Apabila rumah tersebut haknya dan jika
rumah tersebut didirikan di atas tanah Hak Pakai Negara tersebut dilarang untuk
kemudian dijual dan jika didirikan di bangun di atas tanah berdasarkan perjanjian,
rumah tersebut menjadi milik pemegang hak atas tanah yang bersangkutan1.
Bentuk Penguasaan Hak Atas Tanah Yang diberikan Kepada Warga Negara
Asing
Penguasaan Hak Pakai Bagi Warga Negara Asing; Pada Pasal 1 ayat (1)
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996, dinyatakan bahwa orang asing dapat
memiliki sebuah rumah untuk tinggal atau hunian dengan hak atas tanah tertentu
ialah Hak Pakai sebagaimana dinyatakan Pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah
Tahun 1996, yang terbagi Hak Pakai atas tanah Negara dan hak milik yang
1
Martin Roestamy, Konsep-Konsep Kepemilikan Properti Bagi Asing Dihubungkan
dengan Hukum Pertanahan, Alumni, Bandung 2011, hlm. 211-212
vi
dibebani Hak Pakai dengan perjanjian tertentu. Jangka waktu kepemilikan Hak
Pakai bagi warga negara asing tersebut paling lama 25 tahun dan dapat
diperbaharui dalam jangka waktu 25 tahun lagi dengan syarat warga negara asing
masih berkedudukan di Indonesia.Adapun orang asing yang dapat memiliki Hak
Pakai di Indonesia ialah orangnasing yang kehadirannya memberikan manfaat
terhadap pembangunan Indonesia;
Penguasaan Hak Guna Bangunan/ Hak Guna Usaha dan Warga Negara
Asing. Dalam HGB dan HGU, Kepemilikan atas hak tanah ini dapat diberikan
kepada warga negara asing, melalui mekanisme penanaman modal asing (Freign
Direct Investment ). Berdasarkan Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1992 tentang
Pemanfaatan Tanah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan untuk usaha
Patungan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dalam Pasal 1 menyatakan :
“Dalam Usaha Patungan dalam Rangka Penanaman Modal Asing, Hak Guna
Usaha atas tanah dapat diberikan kepada Perusahaan Patungan”
Kepemilikan Atas Rumah Tempat Tinggal Bangunan Gedung oleh Warga
Negara Asing. Berkenaan dengan katagori orang asing yang dapat mempunyai
rumah di Indonesia, dalam Surat Edaran (SE) Menteri Negara Agraria/Kepala
BPN No. 110-2871 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah NO. 41 tahun1996
tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh orang Asing,
tertanggal 8 Oktober 1996, dijelaskan bahwaa orang asing dari segi kedudukannya
di Indonesia dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan. Mengenai pembatasan rumah
yang dapat dipunyai orang asing, dalam Surat Edaran Menteri Negara
Agraria/Kepala BPN disebutkan bahwa orang asing dapat memiliki satu rumah,
vii
untuk itu maka orang asing tersebut diminta membuat pernyataan bahwa yang
bersangkutan tidak memiliki rumah tempat tinggal atau hunian di Indonesia pada
waktu melakukan perbuatan hukum untuk memperoleh rumah tempat tinggal
tersebut;
Kepemilikan Hak Atas Tanah Oleh WNA melalui Perkawinan dan Waris ;
a. Kepemilikan Hak Atas Tanah oleh WNA melalui Perkawinan.Terhadap
kepemilikan Hak Milik atas tanah yang diperoleh dalam perkawinan, sesuai
dengan syarat kepemilikan Hak Milik atas tanah hanya dapat dimiliki oleh WNI
dalam ketentuan Pasal 21 ayat (1) UUPA. Sesuai persyaratan kepemilikan Hak
Milik, untuk pasangan WNI dari perkawinan campuran ini haruslah diikuti
dengan itikad baik pada saat itu membeli tanah tersebut semata-mata untuk
kebutuhan akan kehidupan dalam perkawinannya tanpa tujuan tertentu. Terhadap
kepemilikan harta bersama khususnya kepemilikan Hak Milik atas tanah dalam
perkawinan campuran, jika terjadi perceraian pada pasangan perkawinan
campuran ini, harus membagi harta bersama. Harta bersama dibuktikan berasal
dari perkawinan pasangan campuran ini dan atas harta bersama ini dapat dibagi
sesuai Undang-Undang Perkawinan atas harta bersama terhadap kepemilikan
tanah dapat dibagi sesuai Undang-Undang Perkawinan atas harta bersama
terhadap kepemilikan hak milik atas tanah yang mengatas namakan pasangan
WNInya. Jika pembagian dalam bentuk tanah, Pihak WNA yang menerrima
bagian dari tanah tersebut yang kepemilikannya di atas Hak milik dapat hanya
dimiliki waktu 1 (satu) tahun dan setelah itu harus melepaskan hak kepemilikan
Hak Milik atas tanah tersebut sebagaimana disyaratkan didalam UUPA Pasal 21
viii
ayat (3). Pelepasan Hak dimaksud dengan cara menjual atau menghibahkan Hak
Milik atas tanah tersebut; b.Kepemilikan Hak Atas Tanah Oleh WNA Melalui
Waris :Seorang ahli waris yang karena kewarisan dapat memperoleh hak atas
harta
peninggalan
Pewaris,
termasuk
perolehan
hak
atas
tanah
yang
kepemilikannya adalah Hak Milik atas tanah. Perolehan Hak Milik atas tanah
terjadi karena pewarisan dari pemilik kepada ahli waris sesuai dengan Pasal 21
ayat (3) dan Pasal 26 UUPA, dengan penguacualian terhadap pemberian dengan
wasiat tidak dibolehkan.
Terhadap kepemilikan hak atas tanah akibat warisan yang didapatkan
dengan surat keterangan waris, dengan memerhatikan penggolongan warga
Negara. Dengan demikian, seorang WNA dapat memiliki Hak Milik atas tanah
dengan mengikuti ketentuan pendaftaran hak dengan cara peralihan hak atau
pelepasan hak karena pewarisan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 42
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 dan kepemilikan Hak Milik atas tanah
ini sama halnya dengan apa yang diamanatkan UUPA Pasal 21 ayat (3). Pelepasan
hak dimaksud adalah dengan cara menjual atau menghibahkan Hak Milik atas
tanah tersebut.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional terhadap
warga negara asing yang menguasai tanah di Indonesia.
Dari hasil wawancara dengan H. Supriadi SH.,MH kasi Hak Atas Tanah
dan Pendaftaran Tanah upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Lombok Utara oleh warga negara asing yang melakukan
penguasaan tanah dengan melakukan perjanjian nominee atau penyelundupan
ix
hukum di Gili Indah Kabupaten Lombok Utara : 2 a. Badan Pertanahan Nasional
hanya dapat menghimbau
dan melakukan upaya pembinaan Kepada PPAT
(Penjabat Pembuat Akta Tanah) untuk selektif terhadap pembuatan akta peralihan
hak atas tanah agar menolak apabila ada warga negara Indonesia yang membeli
sebidang tanah yang patut diketahui bahwa uang untuk pembayaran sebidang
tanah tersebut adalah uang dari seorang warga negara asing yang akan dibuatkan
perjanjian sendiri atau pernyataan pengakuan dari warga negara Indonesia yang
membeli tanah menyatakan uang untuk pembayaran tanah dari warga negara
asing dan tanah tersebut untuk dikuasainya, menempati, mempergunakan dan
berusaha diatas tanah tersebut; b. Apabila ada diketahui Notaris/PPAT yang
membuat akta jual beli atas sebidang tanah yang patut diketahui bahwa
pembelinya adalah warga negara Indonesia yang pembayaran atas tanah berasal
dari warga negara asing yang melakukan perjanjian nominee dihadapan
Notaris/PPAT maka Notaris/PPAT tersebut akan diberikan sanksi teguran,
peringatan, dan apabila masih melakukannya maka akan dicabut izin prakteknya
sebagai PPAT yang langsung dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional; c.
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lombok Utara menghimbau kepada
Kepala Desa Gili Indah Kacamatan Pamenang Kabupaten Lombok Utara agar
tidak membuat perjanjian terhadap warga negara asing dengan warga negara
Indonesia
yang ingin menguasai tanah dengan cara membeli tanah di atas
namakan warga negara Indonesia atau warga Indonesia yang bertempat tinggal di
Desa Gili Indah yang merupakan penyelundupan hukum, apabila masih
2
Hasil wawancara dengan H. Supriadi SH.,MH selaku Bagian Hak Atas Tanah dan
Pendaftaran Tanah. Tanggal 15 Desember 2015 Pukul 13.00 Wita.
x
melakukan BPN akan memberikan sanksi teguran dan melaporkan kepada
Pemerintah Daerah (Bupati) untuk menindak tegas Kepala Desa tersebut; d.
Badan Pertanahan Nasional menolak
warga negara asing yang melakukan
pendaftaran hak atas tanahnya apabila diketahui dengan meminjam nama warga
negara Indonesia atau menggunakan perjanjian nominee,yang merupakan
penyelundupan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang,Agar tidak melakukan
penyelundupan hukum terhadap warga negara asing yang mengurus tanah di
Badan Pertanahan Nasional tidak akan mencatat pendaftaran Balik Nama di atas
nama pembeli; e. Badan Pertanahan Nasional memberikan penyuluhan kepada
warga di Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Utara, agar tidak mudah menjual
tanah kepada warga negara asing yang atas namakan warga negara Indonesia
karena merupakan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
menimbulkan penyelundupan hukum dan apabila diketahui ada warga negara
Indonesia yang melakukan penyelundupan hukum akan diberikan sanksi berupa
tindak pidana. Namun hak itu tidak serta merta dapat dilaksananakan oleh BPN,
karena BPN hanya dapat memberikan saksi adminitrasi yakni mencabut pada
buku tanah di Badan Pertanahan Nasional bahwa tanah tersebut dimiliki oleh
orang yang melakukan penyelundupan hukum.
Bentuk Sanksi yang diberikan oleh BPN apabila warga negara asing
melakukan penguasaan hak atas tanah yang tidak sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku atau melakukan penyelundupan hukum yaitu
:1)Bila, diketahui warga negara asing memiliki tanah denga Hak Milik, maka
warga negara asing yang bersangkutan akan diperintahkan untuk melepaskan hak
xi
atas tanahnya; 2)Harus menjual tanahnya atau mengalihkan hak atas tanahnya;
3)Jika tidak melepaskan hak atas tanahnya dengan waktu 6 bulan maka akan
dilakukan upaya paksa oleh BPN untuk menyerahkan Hak atas tanahnya kepada
Negara karena melanggar peraturan Perundang-undagan Negara Republik
Indonesia.
xii
III PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapatlah
disimpulkan bahwa : 1.Peraturan yang di berlakukan bagi warga negara asing dan
Badan hukum asing adalah Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960,
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 7 Tahun 1996 kemudian di ganti
dengan Nomor 8 Tahun 1996, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 serta
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1992. Dari Peraturan-peraturan tersebut
dapat diketahui bahwa warga negara asing atau badan hukum asing ingin
menguasai tanah di Indonesia hanya diberikan Hak Pakai dan Hak Sewa untuk
Bangunan, dan badan hukum asing yang melakukan usaha patungan di Indonesia
dapat diberikan Hak Guna usaha dan Hak guna bangunan, serta Hak milik tidak
dapat diberikan kepada warga negara asing; 2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh
Badan Pertanahan Nasional terhadap warga negara asing yang menguasai tanah
dengan penyelundupan hukum yakni menghimbau terhadap Notaris/PPAT untuk
tidak menerima pembuatan perjanjian terhadap warga negara Indonesia dengan
warga negara asing yang ingin menguasai tanah dan selektif terhadap pembuatan
akta peralihan hak atas tanahnya, menghimbau kepada Kepala Desa agar tidak
membuat perjanjian terhadap warga negara asing dengan warga negara Indonesia
yang ingin melakukan penguasaan hak atas tanah di Desa Gili Indah Kabupaten
Lombok Utara, Badan Pertanahan Nasional akan menolak pendaftaran balik nama
diatas tanah pembeli di Buku Tanah serta memberikan penyuluhan kepada warga
xiii
di Desa Gili Indah agar tidak mudah menjual tanahnya ke pihak warga negara
asing yang atas namakan warga negara Indonesia.
Saran
Saran penulis dalam penelitian ini adalah : 1.Diharapkan adanya suatu
peraturan yang lebih spesifik, jelas dan memberikan kepastian hukum terhadap
pemberian jangka waktu bagi Warga Negara Asing dan Badan Hukum Asing
untuk menguasai tanah di Indoensia baik itu dengan status hak pakai, hak guna
usaha, dan hak guna bangunan dengan tetap mengacu kepada UUPA;
2.Disarankan agar Badan Pertanahan Nasional Khusunya Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Kabupaten Lombok Utara dalam tugas pengawasan dan pembinaan
terhadap masyarakat dalam memberikan hak atas tanahnya kepada warga negara
asing agar tidak terjadinya penyelundupan hukum tekait dibidang Pertanahan.
Sehingga terciptanya kesadaran hukum terhadap masyarakat khusunya masyarakat
Desa Gili Indah Kacamatan Pamenang Kabupaten Lombok Utara untuk tindak
mengalihkan hak atas tanahnya dengam cara melakukan pinjam nama atau
perjanjian nomeniee kepada warga negara asing.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Arba,.Hukum Agraria Indonesia, Cet 1, Jakarta : Sinar Grafika,2015
Chomzah,Ali Achmad,Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan I
Pemberian Hak Atas Tanah Negara, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2002,
Erwiningsih, Winahyu , Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Cet 1,Total
Media, Yogyakarta, 2009
Ginting ,Darwin, Hukum Kepimimilikan Hak Atas Tanah Bidang Agribisnis,
Ghalia Indonesia, Bogor,2010
Hartanto, J. Andy ,Panduan Lengkap Hukum Praktis Kepemilikan Tanah,
Laksbang Justitia, Surabaya, 2015
Harsono, Boedi Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undangundang Pokok Agraria, isi dan pelaksanaannya, edisi revisi Jakarta:
Djambatan, 1999.
Hutagalung,Arie Sukanti et.all., Hukum Pertanahan Di Belanda dan Indonesia,
Pustaka Larasan,Denpasar Bali,2012
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak-Hak Atas Tanah, Prenada Media,
Jakarta, 2004,
Kusuma, Hilman Hadi Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu
Hukum, Mandar Maju, Bandar Lampung 1995
Kolopaking, Anita D.A. Penyelundupan Hukum Kepemilikan Hak Milik Atas
Tanah di Indonesia, Alumni, Bandung 2013.
Murad, Rusmadi, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Cet 1, Alumni,
Bandung, 1991
Roestamy,Martin Konsep-Konsep Kepemilikan Properti Bagi Asing
Dihubungkan dengan Hukum Pertanahan, Alumni, Bandung 2011
Salim HS., Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia,PT.Raja Grafindo
Perasada, Jakarta, 2004.
Santoso,Urip Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah , Cet 2, Kencana,
Jakarta, 2011
......, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Cet 1,Kencana Prenadamedia
Group,Jakarta,2012
........ Urip Perolehan Hak Atas Tanah,Kencana, Jakarta, 2015
Supramono, Gatot Hukum Orang Asing Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
2012
Sumardjono, Maria S.W. Kebijakan Pertanahan : Antara Regulasi dan
Implementasi, Buku Kompas, Jakarta, 2009
........, Alternatif Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta Bangunan bagi
WargaNegara Asing dan Badan hukum Asing, Buku Kompas, Jakarta,
2007
Perundang-undangan
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945;
Indonesia,Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria;
Indonesia, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Asing;
Indonesia ,Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah;
Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan
Rumha Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang
Berkedudukan di Indonesia.
Indonesia, Keputusan Presiden No. 34 Tahun1992 tentang Pmanfaatan Tanah
Hak Huna Usaha dan Hak guna Bangunan Untuk Usaha Patungan
dalam Pangka Penanaman Modal.
Indonesia, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 7 Tahun 1996 Jo. Nomor 8 Tahun 1996 tentang
Persyaratan Pemilik Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang
Asing.
3
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Roestamy,Martin Konsep-Konsep Kepemilikan Properti Bagi Asing
Dihubungkan dengan Hukum Pertanahan, Alumni, Bandung 2011
Perundang-undangan
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945;
Indonesia,Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria;
Indonesia, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Asing;
Indonesia ,Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah;
Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan
Rumha Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang
Berkedudukan di Indonesia.
Indonesia, Keputusan Presiden No. 34 Tahun1992 tentang Pmanfaatan Tanah
Hak Huna Usaha dan Hak guna Bangunan Untuk Usaha Patungan
dalam Pangka Penanaman Modal.
Indonesia, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 7 Tahun 1996 Jo. Nomor 8 Tahun 1996 tentang
Persyaratan Pemilik Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang
Asing.
Download