1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter kesehatan anak, hal ini sejalan dengan salah satu komponen yang ingin dicapai dalam Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 adalah menurunnya angka kematian bayi sebesar dua pertiga dari tahun 1990 s/d 2015, angka kematian bayi di negara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 kelahiran hidup dan di negara Singapura mencapai 5 per 1000 kelahiran hidup, namun sebaliknya angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1000 kelahiran (Admin, 2010). Departemen Kesehatan (DEPKES) juga mengungkapkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia termasuk salah satu yang lebih tinggi di dunia rata-rata pertahun yaitu 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 (satu) tahun (Susanto, 2009). Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu dan mendapat prioritas utama untuk menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada generasi mendatang. Salah satu upaya yang memberikan dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas SDM adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat seperti pemberian Air Susu Ibu (ASI) menyusui untuk memenuhi kebutuhan bayi. Menyusui adalah proses alami manusia. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupan bayi 2 dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberi kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil, perkembangan spilitual yang positif serta sosial yang lebih baik (Oetami, 2005). Menyusui adalah proses alami manusia, karena itu persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran proses menyusui secara keseluruhan. Pada proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya. Namun selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan menyusui bayinya (Suherni dkk, 2009). Menyusui dalam satu jam pertama kehidupan berdampak baik pada peningkatan angka pemberian ASI Ekslusif, dan menurunkan angka kematian bayi baru lahir (Oetami, 2005). World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan pemberian ASI khususnya ASI Eksklusif dari sejak lahir sampai usia 6 bulan dan bayi harus sering disusui tanpa dibatasi waktu. Pertumbuhan normal seorang bayi sampai umur 6 bulan dapat dicapai hanya dengan pemberian ASI saja (Sekartini, 2010). Peran tenaga kesehatan sangat diperlukan khususnya untuk memberikan pengetahuan kepada ibu menyusui untuk melakukan perawatan sedini mungkin, termasuk persiapan ASI dengan melakukan perawatan payudara, dan meyakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang cukup dari payudara ibunya sehingga ibu harus menyesuaikan asupan makanan sehari-hari pada saat 3 menyusui, dan meningkatkan frekuensi menyusui sesering mungkin melalui isapan bayi, menentukan posisi menyusui senyaman mungkin sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu (Suhemi dkk, 2009). Di dunia bayi kurang dari 15% bayi diberi ASI Ekslusif selama 4 bulan dan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak sesuai dan tidak aman bagi bayi. Pada era sekarang ini 80% bayi yang baru lahir di Asia tidak lagi menyusui pada 24 jam pertama mereka lahir, dimana ibu seharusnya memberikan ASI yang merupakan makanan utama yang sangat diperlukan bayi (Widaningsih, 2003). Sedangkan angka ASI Eksklusif di Indonesia juga masih rendah yaitu 7,8% di antara bayi-bayi yang diberi ASI sampai usia 6 bulan. Lama pemberian ASI adalah 22 bulan, rata-rata pemberian ASI Eksklusif hanya 1,6 bulan. Berbagai survey setempat mengidentifikasikan adanya penurunan cepat dalam praktik pemberian makanan bayi secara optimal (Sekartini, 2010). Penelitian Siregar (2004) pembuahan air susu sangat mempengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya, salah satunya adalah kecemasan (Siregar 2004). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh (2012) dari jumlah bayi sebanyak 4.604 orang, dari hasil riset yang dilakukan diketahui sebanyak 187 bayi meninggal dalam rentan waktu pertahun di Aceh. Jumlah bayi yang diberikan ASI Eksklusif sebanyak 546 orang (11,9%), (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2012). Sedangkan jumlah bayi 0-6 bulan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 adalah 5.108 bayi dan yang mendapat ASI Ekslusif 4 berjumlah 1.627 bayi. Berdasarkan data Puskesmas Blang Bintang Jumlah bayi 0-6 bulan yaitu 203 orang dan yang mendapatkan ASI Ekslusif berjumlah 40 orang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di wilayah tersebut sebanyak 8 orang, diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 diantaranya menyatakan ASInya lancar, hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu : Adakah Hubungan Emosi dan Frekuensi Menyusui Dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Emosi dan Frekuensi Menyusui Dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 5 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Hubungan Emosi dengan kelancaran ASI pada pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. b. Untuk mengetahui Hubungan Frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. D. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian, karena masalah yang diteliti berkait erat dengan latar belakang keilmuan penulis sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan; b. Bagi tempat penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang signifikan. Baik dalam membantu penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang cara meningkatkan kelancaran ASI. c. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan dalam membimbing dan menambah pengetahuan ibu tentang kelancaran ASI, kondisi ini sangat penting karena kurikulum ini berbasis pada hasil penelitian yang akan menjembatani dunia masyarakat dengan Stikes U’budiyah Banda Aceh. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Oetami, 2005). Air Susu Ibu (ASI) merupakan gizi terbaik bagi bayi, oleh karena itu komposisi zat-zat gizi didalamnya dan mudah dicerna. Selain itu ASI juga penting bagi perkembangan tubuh dan otaknya. Dalam ASI komposisi kandungan protein, lemak dan karbohidrat sangat mudah dicerna dalam jumlah dan mutu yang dapat diperlukan bayi (Suherni dkk, 2009). ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Sesudah umur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pelengkap karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan. ASI yang diproduksi pada 1-5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu (Manuaba, 2002). cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan 7 2. Kriteria ASI Lancar Menurut Sudarsono (2009) para ibu sangat khawatir apakah ASI yang diberikan pada bayinya cukup atau tidak, apalagi sering kali setelah menyusui bayi terlihat rewel dan tampaknya tidak ingin lepas dari payudara setelah menyusui. Beberapa tanda bahwa bayi mendapatkan ASI cukup diantaranya : 1. Bayi minum ASI tiap 2 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali (pada 2-3 minggu pertama kelahiran); 2. Warna kotoran berwama kuning dengan frekuensi sering; 3. Popok basah minimal 8 kali perhari; 4. Ibu dapat mendengarkan bayi pada saat menelan ASI; 5. Payudara terasa lembek setelah menyusui; 6. Warna kulit bayi merah dan kulit terasa kenyal; Menurut Oetami (2005), beberapa cara untuk memastikan bayi sudah cukup ASI adalah : 1. Jumlah buang air kecilnya dalam 1 hari paling sedikit 6 kali; 2. Warna air seni tidak berwama atau berwarna kuning pucat. Ketentuan ini tidak berlaku bila ibu memberikan bayinya air atau minuman lain, uji ini tidak ada manfaatnya. 3. Pengertian Menyusui Menyusui adalah proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun mampu menyusui anaknya dengan baik, walaupun demikian 8 lingkungan dan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Oetami, 2005). Menyusui merupakan cara yang menyenangkan untuk memberikan bayi kontak manusiawi dan kehangatan yang penting untuk perkembangan awal bayi, dan merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan menggunakan isapan bayi (Suherni,2009). 4. Tahapan Pengeluaran ASI Manuaba (2002) mengemukakan bahwa tahap pengeluaran ASI terdiri dari beberapa bagian, yaitu : a. Kolostrum, adalah cairan berwarnah kuning jernih dengan protein berkadar tinggi yang mengandung imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, E, K, dan D), lemak dan rendah laktosa. Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar 2-3 hari dan diikuti ASI yang mulai berwama putih; b. ASI transisi, ASI antara mulai berwama putih bening dengan susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencernakan usus bayi. Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI Mature. Disekresikan dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3-5; c. Kadar Protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi; 9 d. ASI sempurna, pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna; Memperhatikan perkembangan pengeluaran bayi, tiada ASI yang tiada berguna. Alam telah mempersiapkan bayi untuk tumbuh kembang hanya dengan ASI sampai umur 4 (empat) bulan, ASI sudah memenuhi semua kebutuhan bayi (Manuaba, 2005). 5. Manfaat Memberikan ASI Menurut Janiwarti (2013) manfaat pemberian ASI sangat banyak antara lain : a. Bagi Bayi 1) Sebagai bahan makanan dan nutrisi terbaik bagi baik; 2) Meningkatkan daya tahan tubuh; 3) Meningkatnya kecerdasan; 4) Meningkatnya jalinan kasih sayang; 5) ASI mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan, dimana laktosa ini dalam usus akan mengalami peragian hingga membentuk asam laktat dalam usus bayi adalah sebagai berikut : a) Menghambat pertumbuhan bakteri yang paling patologis; b) Merangsang pertumbuhan mikroorganik yang dapat menghasilkan berbagai asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin; c) Memudahkan pengendapan kalsium casenat (protein susu); 10 d) Memudahkan penyerapan berbagai mineral seperti calsium dan magnesuim; 6) Temperatur ASI sesuai dengan temperatur tubuh bayi; 7) Membantu pertumbuhan gigi lebih baik; 8) ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi; 9) Mengandung laktoferin untuk rnengikat zat besi; 10) Ekonomis. praktis tersedia setiap waktu pada waktu yang ideal dan dalam keadaan segar; 11) Kemungkinan bayi tersedak ASI kecil sekali karena payudara ibu telah diciptakan sedermikian rupa; 12) Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi. b. Bagi Ibu 1) Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan ”kehidupan” kepada bayinya; 2) Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak; 3) Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil; 4) Mempercepat berhentinya pendarahan post partum; 5) Proses laktasi dapat membantu menjarangkan kehamilan; 11 6) Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan (menjarangkan kehamilan); 7) Mengurangi kemungkinan kanker pada masa yang akan datang. c. Dari sisi psikologi 1) Mereduksi konflik batin; 2) Mereduksi antagonis emosional ibu; 3) Ibu belajar untuk saling menyayangi; 4) Awal kemesraan ibu dengan anak; 5) Katarsis Agresi Oral dan dasar keterampilan bicara anak; 6) Awal belajar pengendalian emosi; 7) Dapat memberikan perasaan tenang, aman dan nyaman bagi bayi; 8) Awal pembelajaran interaksi sosial bayi. B. Konsep Meningkatkan Kelancaran Air Susu Ibu (ASI) Upaya meningkatkan kelancaran ASI adalah suatu kegiatan yang dilakukan ibu agar ASI diproduksi dalam jumlah banyak dan cukup bagi bayinya. Admin (2009) mengemukakan cara untuk meningkatkan kelancaran ASI, yaitu : 1) Frekuensi Menyusui Bayi baru lahir memerlukan frekuensi menyusu yang lebih sering, kadang lebih dari 12 kali dalam sehari. Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua lama pemberian ASI adalah 5 sampai 10 menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan seterusnya lama pemberian ASI adalali 15-20 menit. Biarkan bayi menyusu sepuasnya, karena payudara ibu memerlukan stimulasi isapan yang 12 sering untuk memprodsi ASI yang cukup, dengan menyusui ASI tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Produksir ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang (Suherni dkk, 2009). Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin di dekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya. bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjukan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI (Perinasia, 2004). ASI akan semakin banyak keluar apabila payudara semakin sering disusui pada bayi, karena itu kunci keberhasilan menyusui adalah susui bayi sesering mungkin dan semau bayi, produksi ASI dipengaruhi oleh isapan bayi dan ASI tidak mungkin kurang karena produksi ASl sebenarnya disesuaikan dengan permintaan bayi (Word Vision Indonesia, 2006) . 13 Menurut Sulisityawati (2009) cara untuk meningkatkan ASI melalui isapan bayi yaitu : a. Menyusui bayi setiap 2 jam (siang dan malam) dengan lama menyusui 10-15 menit disetiap payudara; b. Bangunkan bayi bila tidur, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan dudukanlah selama menyusui; c. Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif; d. Susui bayi ditempat yang terang dan nyaman, minumlah setiap kali habis menyusui; e. Tidurlah bersebelah dengan bayi; f. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum; g. Yakinlah bahwa ibu dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan kegiatan tersebut. Penyuluhan tentang cara-cara pemberian ASI yang menjamin kelancaran produksi ASI sejak lahir sangat diperlukan ibu, terutama bagi ibu-ibu yang melahirkan untuk pertama kali. ASI dapat terus diberikan hingga anak umur 2 tahun (Oetami, 2005). 2) Emosi Jika ibu mengalami gangguan emosi, maka kondisi itu bisa mengganggu proses let down reflek yang berakibat ASI tidak keluar, sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup, dan dia pun akan terus- 14 menerus menangis. Tangisan Bayi membuat ibu semakin gelisah dan menganggu proses let down reflek, semakin tertekan perasaan ibu lantaran tangisan bayi, semakin sedikit air susu yang di keluarkan (Prasetyono, 2009). Emosi ibu yang baik pada saat menyusui membuktikan mempengaruhi pengeluaran ASI, meningkatkan psikologi ibu dapat dilakukan dengan baik bila ibu mengetahui cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusu pada waktu yang diinginkannya, serta memperoleh dukungan dari keluarganya, sehingga meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI dan berbagai kesulitan yang umumnya terjadi dapat dihindari/dicegah (Suherni,dkk, 2009). Pengaliran ASI dikendalikan oleh hormon oksitosinatan disebut juga dengan hormon cinta, kekhawatiran ibu, termasuk perasaan sedih, cemas, dan marah bisa mengurangi oksitosin. Hal inilah yang menyebabkan ASI tidak keluar padahal payudara sebagi pabrik ASI selalu memproduksi ASI (Fermale, 2010). Kecemasan muncul pada saat seorang tidak mampu beradaptasi terhadap peristiwa atau keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, contohnya perasaan tidak nyaman dan kelelahan, pengetahuan tentang kebutuhan bayi (Fayzahealt, 2011). Emosi merupakan hal yang abstrak dalam kajian psikologi beberapa tokoh dapat memiliki berbagai pengertian sesuai dengan aliran dan sudut pandang masingmasing. Emosi adalah Gangguan emosional, kecemasan, stres fisik dan psikis akan mempengaruhi produksi ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan 15 kuliah, ujian,dsb, tidak jarang mengalami ASInya tidak dapat keluar. Sebaliknya, suasana rumah dan keluarga yang tenang, bahagia, penuh dukungan dari anggota keluarga yang lain (terutama suami), akan membentu menunjang keberhasilan menyusui. Demikian pula lingkungan kerja akan berpengaruh ke arah positif, atau sebaliknya. Tujuh macam emosi berkaitan dengan fungsi organ yaitu marah, gembira, khawatir, termenung, sedih, takut dan terkejut. Walaupun hubungan pikiran/emosi dan tubuh telah diakui oleh kedokteran barat baru-baru ini, interaksi emosi dengan fisik. C. Kerangka Konsep Upaya rneningkatkan kelancaran ASI adalah suatu kegiatan yang dilakukan ibu agar ASI diproduksi dalam jumlah banyak dan cukup bagi bayinya. Menurut Admin (2009) kelancaran ASI pada ibu menyusui dipengaruhi oleh frekuensi menyusui, tehnik menyusui, emosi, asupan makanan yang bergizi, dan perawatan payudara. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya dalam penelitian ini, maka peneliti hanya meneliti variabel dibawah ini : Variabel Independen Variabel Dependen Frekuensi menyusui Kelancaran ASI pada ibu menyusui Emosi Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 16 D. Hipotesa Penelitian 1. Ada Hubungan Emosi dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar; 2. Ada Hubungan Frekuensi Menyusui dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 17 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti atau kumpulan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar, berjumlah 159 0rang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan persamaan rumus slovin. n N 1 N (d 2 ) 18 Dimana : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan. n 159 1 159 (0,12 ) n 159 1 159 (0,01) n 159 2,59 n = 61 Setelah dilakukan perhitungan seperti rumus diatas, maka didapatkan besar sampel sebanyak 61 orang. Selanjutnya sampel ini diambil menggunakan teknik purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki penelitian (tujuan/masalah dalam penelitian). Sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut : a. Ibu memiliki bayi usia 0-6 bulan; b. Ibu bersedia menjadi responden; c. Ibu tidak mengalami mastitis. 19 C. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. b. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 20 Agustus Tahun 2013. D. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer Data yang langsung diperoleh dari responden dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai emosi dan frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI. b. Data Skunder Data yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Aceh, laporan Puskesmas Blang Bintang dan catatan/laporan serta berbagai informasi yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 20 E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1 Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Suatu hal yang berhubunga n dengan usaha ibu memperban yak ASI pada masa menyusui Wawancara dengan menggunakan kuesioner Kuesioner Lancar Ordinal Berapa kali ibu memberika n ASI kepada anaknya dalam waktu 1x24 jam Wawancara dengan menggunakan kuesioner Segala sesuatu yang berhubunga n dengan emosi dengan menyusui dan bayi Wawancara dengan menggunakan kuesioner Dependent Kelancaran ASI pada masa menyusui 2 Definisi Operasional Tidak lancar Lancar, jika 3 responden menjawab Ya Tidak Lancar, jikasalah satu jawaban tidak Independent Frekuensi menyusui Emosi Kuesioner Sering Ordinal Tidak sering Sering, jika ≥ 8-10x Tidak Sering, jika < 8x Tinggi, jika x ≤ 3,7 Rendah, jika x < 3,7 Kuesioner Tinggi Rendah Nominal 21 F. Instrumen Penelitian Adapun Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner berbentuk pertanyaan terbuka, yang berisikan 18 pertanyaan yang berbentuk pilihan dengan kaegori ya dan tidak, terdiri dari 3 soal tentang kelancaran ASI, 5 soal berbentuk pilihan multiple choise tentang frekuensi menyusui dan 10 soal berbentuk cheklist tentang emosi. G. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah sebagai berikut : 1. Editing, adalah melakukan pengecekan terhadap hasil pengisi kuesioner meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan respondep. Bila responden tidak lengkap mengisi kuesioner peneliti mengembalikan langsung kepada responden untuk dilengkapi kembali. 2. Coding, adalah memberikan kode berupa nomor pada setiap kuisioner yang diisi oleh responden pada saat penelitian. 3. Transfering, adalah memindahkan data dari kuesioner ke dalam tabel pengolahan data secara berurutan sesuai dengan variabel penelitian. 4. Tabulating, adalah mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap variable yang diukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Penilaian yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : 22 a. Kelancaran Asi : 1. Lancar, jika ketiga jawaban responden menjawab Ya. Skor, jika lancar (1) 2. Tidak lancar, Jika salah satu jawaban responden Tidak. Skor, jika tidak lancar (0) b. Frekuensi Menyusui : 1. Sering, jika ≥ 8-10x Skor, jika sering (1) 2. Tidak Sering, jika < 8 Skor, jika tidak sering (0) c. Emosi : 1. Tinggi, jika x ≤ 3,7 Skor, ya (1) 2. Rendah, jika x < 3,7 Skor, tidak (0) H. Teknik Analisa Data 1. Analisa Data Univariat Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik sederhana dalam bentuk univariat, yaitu untuk mengetahui distribusi variabel penelitian. Pengukuran kriteria pada variabel pengetahuan dan sikap dilakukan menggunakan rumus: 23 Keterangan : x : Nilai rata-rata ∑x : Hasil total observasi N : Jumlah responden menjadi sampel Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi, analisa data ini dilakukan untuk mengretahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dengan rumus sebagai berikut : p fi x 100% n Keterangan : P : Persentase fi : Frekuensi teraman n : Jumlah responden yang menjadi sampel 2. Analisa Data Bivariat Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis, yang akan di olah dengan komputer menggunakan rumus Statistic Product Service Solution (SPSS) versi 17 untuk menentukan hubungan antara variabel independen dengan dependen melalui uji chi-square test (x2). Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan (C1) 00,5 (95%), dengan ketentuan bila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas. Untuk menentukan nilai p-value pada chi-square test (x2) tabel, memiliki ketentuan sebagai berikut : 24 a. Bila chi-square test (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai ekspansi (E) < 5, maka p value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Fisher’s Excact Test. b. Bila chi-square test (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai ekspansi (E) > 5, maka p value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Continuity Correction. c. Bila chi-square test (x2) tabel terdiri lebih dari 2x2. Contohnya 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka p value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai Pearson Chi-Square. 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Blang Bintang merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan Ingin Jaya, Montasik, dan Kuta Baro. Pemekaran kecamatan Blang Bintang dituangkan dalan Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor : 3 Tahun 2006. Di dalam Qanun ini disebutkan bahwa Blang Bintang berasal dari sebagian wilayah kecamatan Montasik, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Ingin Jaya yang terdiri dari 26 desa. Pada pasal 5 ayat 3 disebutkan bahwa Batas wilayah Kecamatan Blang Bintang secara pasti di Lapangan ditetapkan oleh Bupati. Berdasarkan pasal tersebut maka GIS Center Kabupaten Aceh Besar bermaksud untuk melakukan identifikasi batas wilayah kecamatan Blang Bintang 2. Letak Geografis Kecamatan Blang Bintang mempunyai luas wilayah 70,51 Km2, terletak pada posisi garis lintang -3.7861 dan garis bujur 119.652 dan ketinggian < 500 meter diatas permukaan laut.Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang sebagai berikut : - Sebelah Barat : Kecamatan Ingin Jaya - Sebelah Timur : Kecamatan Mesjid Raya - Sebelah Utara : Kecamatan Kuta Baro - Sebelah Selatan : Kecamatan Montasik 26 Secara administratif Kecamatan Blang Bintang terbagi menjadi 26 Desa dalam 3 Kemukiman yaitu Kemukiman Cot Saluran,Kemukiman Meulayo dan Kemukiman Sungai Makmur. Kecamatan Blang Bintang terdapat 4 Puskesmas pembantu ( Pustu ) yaitu Pustu Meulayo,Pustu Cot Karieng,Pustu Cot Nambak dan Pustu Kayee Kunyet dan tiap Pustu mempunyai wilayah kerja masing masing. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. No Kategori 1. 19 – 25 tahun 2. 26 – 35 tahun 3. > 36 tahun Total f 20 36 5 61 % 32,8 59,0 8,2 100 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 36 orang (59,0 %). b. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. No Kategori 1. Dasar 2. Menengah 3. Tinggi Total Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) f 16 35 10 61 % 26,2 57,4 16,4 100 27 Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan menengah sebanyak 35 orang (57,4 %). c. Paritas Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. No Kategori 1. Primipara 2. Multipara 3. Grande Multipara Total f 20 34 7 61 % 32,8 55,7 11,5 100 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden tingkat paritas berada pada kelompok multigravida sebanyak 34 orang (55,7 %). d. Pekerjaan Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. No 1. 2. 3. 4. Kategori IRT Pedagang Wiraswasta PNS Total f 45 6 2 8 61 % 73,8 9,8 3,3 13,1 100 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga 45 orang (73,8 %). 28 2. Analisa Univariat a. Emosi Tabel 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Emosi di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. No Kategori 1. Rendah 2. Tinggi Total f 28 33 61 % 45,9 54,1 100 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden yang emosi Tinggi terhadap kelancaran ASI 33 orang (54,1 %). b. Frekuensi Menyusui Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. No Kategori 1. Tidak sering 2. Sering Total f 20 41 61 % 32,8 67,2 100 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden sering memberikan ASI kepada bayi sebanyak 41 orang (67,2 %). c. Kelancaran ASI Tabel 4.7 Distribusi Responden berdasarkan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. No Kategori 1. Kurang lancar 2. Lancar Total Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) n 23 38 61 % 37,7 62,3 100 29 Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden lancar ASI sebanyak 38 orang (62,3 %). 3. Analisa Bavariat a. Hubungan Emosi Dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 Tabel 4.8 Hubungan Emosi Dengan Kelancaran di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. No Emosi 1. 2. Rendah Tinggi Total Kelancaran ASI Kurang Lancar Lancar n % n % 6 21,4 22 78,6 17 51,5 16 48,5 23 37,7 38 62,3 Jumlah n 28 33 61 % 100 100 100 P Value 0,013 α 0,05 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) Proporsi kelancaran ASI lebih banyak yang lancar pada ibu menyusui yang emosi rendah sebanyak 78,6% dibandingkan dengan ibu yang emosi tinggi sebanyak 51,5%. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,05 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara emosi dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. b. Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Kelancaran ASI pada lbu Menyusui Tabel 4.9 Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013. 30 Kelancaran ASI No 1 2 Frekuensi Menyusui Tidak Sering Sering Total Tidak Lancar n % 17 85,0 6 14,6 23 37,7 Jumlah Lancar n 3 35 38 % 15,0 85,4 62,3 n 20 41 61 % 100 100 100 P Value 0,000 0,05 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013) Proporsi kelancaran ASI lebih banyak yang lancar pada ibu menyusui yang sering frekuensi menyusuinya sebanyak 85,0% dibandingkan dengan ibu yang tidak sering frekuensi menyusuinya sebanyak 85,4%. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,05 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. C. Pembahasan 1. Hubungan Emosi Dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Proporsi kelancaran ASI lebih banyak yang lancar pada ibu menyusui yang emosinya rendah sebanyak 78,6% dibandingkan dengan ibu yang emosinya tinggi sebanyak 51,5%. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,05 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara emosi dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. Emosi adalah Gangguan emosional, kecemasan, stres fisik dan psikis akan mempengaruhi produksi ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan 31 kuliah, ujian,dsb, tidak jarang mengalami ASI nya tidak dapat keluar. Sebaliknya, suasana rumah dan keluarga yang tenang, bahagia, penuh dukungan dari anggota keluarga yang lain (terutama suami), akan membentuk menunjang keberhasilan menyusui. Demikian pula lingkungan kerja akan berpengaruh ke arah positif, atau sebaliknya. Tujuh macam emosi berkaitan dengan fungsi organ yaitu marah, gembira, khawatir, termenung, sedih, takut dan terkejut. Walaupun hubungan pikiran/emosi dan tubuh telah diakui oleh kedokteran barat baru-baru ini, interaksi emosi dengan fisik. Emosi ibu yang baik pada saat menyusui membuktikan mempengaruhi pengeluaran ASI, meningkatkan psikologi ibu dapat dilakukan dengan baik bila ibu mengetahui cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusu pada waktu yang diinginkannya, serta memperoleh dukungan dari keluarganya, sehingga meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI dan berbagai kesulitan yang umumnya terjadi dapat dihindari/dicegah (Suherni dkk, 2009). Pengaliran ASI dikendalikan oleh hormon oksitosinatan disebut juga dengan hormon cinta, kekhawatiran ibu, termasuk perasaan sedih, cemas, dan marah bisa mengurangi oksitosin. Hal inilah yang menyebabkan Asi tidak keluar padahal payudara sebagi pabrik ASI selalu memproduksi ASI (Fermale, 2010). Penelitian sejenis yang peneliti temui adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurhabibah ( 2009 ) dengan judul “Pengaruh Spikologi terhadap proses kelancaran ASI pada ibu menyusui Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan”. Dari uji statistik chsquare, diperoleh nilai P (0,001). Hal ini 32 menunjukkan terdapat pengaruh antara spikologi terhadap kelancaran ASI pada ibu menyusui. Penelitian sejenis yang peneliti temui adalah penelitian yang dilakukan oleh TRI Rahayu (2010) dengan judul faktor yang mempengaruhi tingkat emosi ibu pospartum terhadap kelancaran ASI didesa Banyu Emas Tasikmalaya Jawa Barat” hasil penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat emosi ibu postpartum terhadap kelancaran ASI (P-value 0,690) Peneliti berasumsi ada hubungan Emosi dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas blang bintang aceh besar, dimana dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebahagian besar ibu menyusui bayinya usia 0 sampai 6 bulan mengalami peningkatan emosi lebih tinggi dari bisanya karena disebabkan oleh lingkungan Keluarga dengan demikian hormon oksitosi atau hormon cinta tidak terangsang keluanya ASI, untuk itu lingkungan keluarga dan dukungan suami sangat berperan aktif terhadap emosi pada ibu menyusui. 2. Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Proporsi kelancaran ASI lebih banyak yang lancar pada ibu menyusui yang sering frekuensi menyusuinya sebanyak 85,0% dibandingkan dengan ibu yang tidak sering frekuensi menyusuinya sebanyak 85,4%. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,05 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. 33 Bayi baru lahir memerlukan frekuensi menyusu yang lebih sering, kadang lebih dari 12 kali dalam sehari. Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua lama pemberian ASI adalah 5 sampai 10 menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan seterusnya lama pemberian ASI adalah 15-20 menit. Biarkan bayi menyusu sepuasnya, karena payudara ibu memerlukan stimulasi isapan yang sering untuk memproduksi ASI yang cukup, dengan menyusui ASI tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang (Suherni dkk, 2009). ASI akan semakin banyak keluar apabila payudara semakin sering disusui pada bayi, karena itu kunci keberhasilan menyusui adalah susui bayi sesering mungkin dan semau bayi, produksi ASI dipengaruhi oleh isapan bayi dan ASI tidak mungkin kurang karena produksi ASl sebenarnya disesuaikan dengan permintaan bayi (Word Vision Indonesia, 2006). Penelitian sejenis yang ditemui adalah penelitian yang dilakukan oleh Mutia Astuti ( 2011), dengan judul penelitian ” Hubungan kelancaran ASI dengan Teknik menyusui dan frekuensi menyusui Di Bidan Hariati Kecamatan Lhoksemawe Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010”. Setelah dilakukan uji statistik dengan uji Chi-square Test diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0,512 (>0,05). Penelitian serupa dilakukan oleh Hastari ( 2009 ) dengan judul penelitian ” Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelancaran ASI Pada ibu menyusui Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Adam Malik Medan Tahun 2010”. 34 Setelah dilakukan uji statistik dengan uji Chi-Square Test diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0,672 ( >0.05 ). Selain itu ada juga penelitian yang ditemui adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Puspita (2008), dengan judul penelitian” Hubungan Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui Di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dien Langsa Tahun 2009”. Setelah dilakukan uji statistik dengan uji Chi- Square Test diperoleh hasil bahwa p sebesar o,486 (>0,05). Ditinjau dari frekuensi, bahwa lebih banyak dijumpai pada ibu menyusui yang tidak sering memberikan ASI dibandingkan denga ibu menyusui yang sering memberikan ASI. Peneliti berasumsi ada hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI. Ibu menyusui tidak memberikan ASI kepada bayinya karena beberapa alasan tertentu seperti : a. Puting susu lecet b. Sibuk bekerja c. ASI tidak keluar d. Merasa Bayi tidak cukup hanya dengan minum ASI e. Takut payudaranya kendor. 35 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada hubungan yang bermakna antara emosi dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar nilai p < 0,05. 2. Ada hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar nilai p < 0,05. B. Saran 1. Bagi tempat penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang signifikan terhadap tungkat emosi dan frekuensi menyusui melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang cara meningkatkan kelancaran ASI. 2. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan dalam membimbing dan menambah pengetahuan ibu tentang kelancaran ASI, kondisi ini sangat penting karena kurikulum ini berbasis pada hasil penelitian yang akan menjembatani dunia masyarakat dengan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 36 DAFTAR PUSTAKA Admin, 2009. Kelancaran ASI, dalam http:/id.wikipedia.org/wiki/kolostrum. (dikutip tanggal 2 Maret 2013). ______, 2010. Angka Kematian Bayi, dalam http:id,wikipedia.org/wiki/AKB (dikutip tanggal 25 Maret 2013) Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian, Rhineka Cipta : Jakarta. Budiarto, 2005. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, AGC : Jakarta Depkes RI, 2005 Pernatalaksanaan ASI Eksklusif pada Ibu Post Partum, Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. _______, 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Kesehatan Ibu dan Anak (PWS_KIA), Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. Fayzahealt, 2011. Emosi Mempengaruhi Kelancaran ASI, http://wordpress.com/. (dikutip 14 Maret 2013). Fermale, 2010. Ayah dan Ibu, http://farmale.wordpress.com/. (dikutip 22 Februari 2013). Janiarti dkk, 2013. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan, Rapha Publishing : Jakarta. Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2012. Propil Kesehatan Provinsi Aceh : Banda Aceh. Laporan Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar, 2013. Manuaba, 2002. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Yayasan Bina Pusaka : Jakarta. Nurhaeni dkk, 2009. Tumbuh Kembang Bayi, Medpres : Jakarta. Notoadmoadjo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rhineka Cipta : Jakarta. ______, 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Rhineka Cipta : Jakarta. Oetami, 2005. Menyusui, dalam http://wordpress.com/. (dikutip 2 maret 2013). Prasetyono, 2009. ASI Ekslusif, Diva Prees (Anggota LKAPI) : Jakarta. 37 Perinasia, 2004. Menyusui, http://id.wikipedia.co.id (dikutip tanggal 25 Maret 2013). Roesli, 2008. Teknik Yang Benar Dalam Menyusui, Erlangga : Jakarta. Sudjana, 2005. Metode Statistika. Edisi VII, Tarsito : Jakarta. Suherni dkk, 2009. Perawatan Masa Nifas, Fitramaya : Jakarta. Sulistyawati, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Penerbit Andi : Jakarta. Word Vision Indonesia. Pemberian ASI : Banda Aceh.