1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting
untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter
kesehatan anak, hal ini sejalan dengan salah satu komponen yang ingin dicapai
dalam Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 adalah menurunnya angka
kematian bayi sebesar dua pertiga dari tahun 1990 s/d 2015, angka kematian bayi
di negara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 kelahiran hidup dan di
negara Singapura mencapai 5 per 1000 kelahiran hidup, namun sebaliknya angka
kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1000 kelahiran
(Admin, 2010).
Departemen Kesehatan (DEPKES) juga mengungkapkan bahwa angka
kematian bayi di Indonesia termasuk salah satu yang lebih tinggi di dunia rata-rata
pertahun yaitu 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya
genap 1 (satu) tahun (Susanto, 2009).
Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang
perlu dan mendapat prioritas utama untuk menentukan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) pada generasi mendatang. Salah satu upaya yang memberikan
dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas SDM adalah upaya
peningkatan status gizi masyarakat seperti pemberian Air Susu Ibu (ASI)
menyusui untuk memenuhi kebutuhan bayi. Menyusui adalah proses alami
manusia. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupan bayi
2
dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberi
kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik,
tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil, perkembangan
spilitual yang positif serta sosial yang lebih baik (Oetami, 2005).
Menyusui adalah proses alami manusia, karena itu persiapan dini
sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran proses
menyusui secara keseluruhan. Pada proses menyusui yang benar, bayi akan
mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam
kehidupannya. Namun selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami
kesulitan menyusui bayinya (Suherni dkk, 2009).
Menyusui dalam satu jam pertama kehidupan berdampak baik pada
peningkatan angka pemberian ASI Ekslusif, dan menurunkan angka kematian
bayi baru lahir (Oetami, 2005). World Health Organization (WHO) dan United
Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan
pemberian ASI khususnya ASI Eksklusif dari sejak lahir sampai usia 6 bulan dan
bayi harus sering disusui tanpa dibatasi waktu. Pertumbuhan normal seorang bayi
sampai umur 6 bulan dapat dicapai hanya dengan pemberian ASI saja
(Sekartini, 2010).
Peran
tenaga
kesehatan
sangat
diperlukan
khususnya
untuk
memberikan pengetahuan kepada ibu menyusui untuk melakukan perawatan
sedini mungkin, termasuk persiapan ASI dengan melakukan perawatan payudara,
dan meyakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang cukup dari payudara
ibunya sehingga ibu harus menyesuaikan asupan makanan sehari-hari pada saat
3
menyusui, dan meningkatkan frekuensi menyusui sesering mungkin melalui
isapan bayi, menentukan posisi menyusui senyaman mungkin sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri ibu (Suhemi dkk, 2009).
Di dunia bayi kurang dari 15% bayi diberi ASI Ekslusif selama 4
bulan dan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak sesuai dan tidak aman
bagi bayi. Pada era sekarang ini 80% bayi yang baru lahir di Asia tidak lagi
menyusui pada 24 jam pertama mereka lahir, dimana ibu seharusnya memberikan
ASI yang merupakan makanan utama yang sangat diperlukan bayi (Widaningsih,
2003). Sedangkan angka ASI Eksklusif di Indonesia juga masih rendah yaitu
7,8% di antara bayi-bayi yang diberi ASI sampai usia 6 bulan. Lama pemberian
ASI adalah 22 bulan, rata-rata pemberian ASI Eksklusif hanya 1,6 bulan.
Berbagai survey setempat mengidentifikasikan adanya penurunan cepat dalam
praktik pemberian makanan bayi secara optimal (Sekartini, 2010).
Penelitian Siregar (2004) pembuahan air susu sangat mempengaruhi
oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam gelisah, kurang percaya diri, rasa
tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional mungkin akan gagal dalam
menyusui bayinya, salah satunya adalah kecemasan (Siregar 2004).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh
(2012) dari jumlah bayi sebanyak 4.604 orang, dari hasil riset yang dilakukan
diketahui sebanyak 187 bayi meninggal dalam rentan waktu pertahun di Aceh.
Jumlah bayi yang diberikan ASI Eksklusif sebanyak 546 orang (11,9%), (Dinas
Kesehatan Provinsi Aceh, 2012). Sedangkan jumlah bayi 0-6 bulan di Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2012 adalah 5.108 bayi dan yang mendapat ASI Ekslusif
4
berjumlah 1.627 bayi. Berdasarkan data Puskesmas Blang Bintang Jumlah bayi
0-6 bulan yaitu 203 orang dan yang mendapatkan ASI Ekslusif berjumlah
40 orang.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari
sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara
dengan 12 orang responden yang ada di wilayah tersebut sebanyak 8 orang,
diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 diantaranya menyatakan
ASInya lancar, hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk
memperlancar ASI.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu : Adakah Hubungan Emosi dan Frekuensi Menyusui Dengan
Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang
Aceh Besar?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Emosi dan Frekuensi Menyusui Dengan
Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang
Aceh Besar.
5
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui Hubungan Emosi dengan kelancaran ASI pada pada
Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
b.
Untuk mengetahui Hubungan Frekuensi menyusui dengan kelancaran
ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang
Aceh Besar.
D.
Manfaat Penelitian
a.
Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman
dalam melaksanakan penelitian, karena masalah yang diteliti berkait
erat dengan latar belakang keilmuan penulis sebagai tenaga kesehatan
khususnya bidan;
b.
Bagi tempat penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang signifikan. Baik dalam membantu penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), melalui
peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang cara meningkatkan
kelancaran ASI.
c.
Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan dalam membimbing
dan menambah pengetahuan ibu tentang kelancaran ASI, kondisi ini
sangat penting karena kurikulum ini berbasis pada hasil penelitian yang
akan menjembatani dunia masyarakat dengan Stikes U’budiyah
Banda Aceh.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Air Susu Ibu (ASI)
1.
Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu,
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah cukup
merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan
utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal
(Oetami, 2005).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan gizi terbaik bagi bayi, oleh karena itu
komposisi zat-zat gizi didalamnya dan mudah dicerna. Selain itu ASI juga penting
bagi perkembangan tubuh dan otaknya. Dalam ASI komposisi kandungan protein,
lemak dan karbohidrat sangat mudah dicerna dalam jumlah dan mutu yang dapat
diperlukan bayi (Suherni dkk, 2009).
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Sesudah umur 6 bulan,
bayi memerlukan makanan pelengkap karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan
tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya
secepatnya diberikan. ASI yang diproduksi pada 1-5 hari pertama dinamakan
kolostrum,
yaitu
(Manuaba, 2002).
cairan
kental
yang
berwarna
kekuning-kuningan
7
2.
Kriteria ASI Lancar
Menurut Sudarsono (2009) para ibu sangat khawatir apakah ASI yang
diberikan pada bayinya cukup atau tidak, apalagi sering kali setelah menyusui
bayi terlihat rewel dan tampaknya tidak ingin lepas dari payudara setelah
menyusui. Beberapa tanda bahwa bayi mendapatkan ASI cukup diantaranya :
1. Bayi minum ASI tiap 2 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI
8 kali (pada 2-3 minggu pertama kelahiran);
2. Warna kotoran berwama kuning dengan frekuensi sering;
3. Popok basah minimal 8 kali perhari;
4. Ibu dapat mendengarkan bayi pada saat menelan ASI;
5. Payudara terasa lembek setelah menyusui;
6. Warna kulit bayi merah dan kulit terasa kenyal;
Menurut Oetami (2005), beberapa cara untuk memastikan bayi sudah
cukup ASI adalah :
1. Jumlah buang air kecilnya dalam 1 hari paling sedikit 6 kali;
2. Warna air seni tidak berwama atau berwarna kuning pucat.
Ketentuan ini tidak berlaku bila ibu memberikan bayinya air atau
minuman lain, uji ini tidak ada manfaatnya.
3.
Pengertian Menyusui
Menyusui adalah proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu
yang buta huruf pun mampu menyusui anaknya dengan baik, walaupun demikian
8
lingkungan dan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah
selalu mudah (Oetami, 2005).
Menyusui merupakan cara yang menyenangkan untuk memberikan
bayi kontak manusiawi dan kehangatan yang penting untuk perkembangan awal
bayi, dan merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan
menggunakan isapan bayi (Suherni,2009).
4.
Tahapan Pengeluaran ASI
Manuaba (2002) mengemukakan bahwa tahap pengeluaran ASI terdiri
dari beberapa bagian, yaitu :
a. Kolostrum, adalah cairan berwarnah kuning jernih dengan protein berkadar
tinggi yang mengandung imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn,
Fe), vitamin (A, E, K, dan D), lemak dan rendah laktosa. Pengeluaran
kolostrum berlangsung sekitar 2-3 hari dan diikuti ASI yang mulai berwama
putih;
b. ASI transisi, ASI antara mulai berwama putih bening dengan susunan yang
disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencernakan usus bayi.
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI Mature. Disekresikan
dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3-5;
c. Kadar Protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi;
9
d. ASI sempurna, pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus
bayi sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna;
Memperhatikan perkembangan pengeluaran bayi, tiada ASI yang tiada
berguna. Alam telah mempersiapkan bayi untuk tumbuh kembang hanya dengan
ASI sampai umur 4 (empat) bulan, ASI sudah memenuhi semua kebutuhan bayi
(Manuaba, 2005).
5.
Manfaat Memberikan ASI
Menurut Janiwarti (2013) manfaat pemberian ASI sangat banyak
antara lain :
a.
Bagi Bayi
1) Sebagai bahan makanan dan nutrisi terbaik bagi baik;
2) Meningkatkan daya tahan tubuh;
3) Meningkatnya kecerdasan;
4) Meningkatnya jalinan kasih sayang;
5) ASI mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
susu buatan, dimana laktosa ini dalam usus akan mengalami peragian
hingga membentuk asam laktat dalam usus bayi adalah sebagai berikut :
a) Menghambat pertumbuhan bakteri yang paling patologis;
b) Merangsang pertumbuhan mikroorganik yang dapat menghasilkan
berbagai asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin;
c) Memudahkan pengendapan kalsium casenat (protein susu);
10
d) Memudahkan penyerapan berbagai mineral seperti calsium dan
magnesuim;
6) Temperatur ASI sesuai dengan temperatur tubuh bayi;
7) Membantu pertumbuhan gigi lebih baik;
8) ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi;
9) Mengandung laktoferin untuk rnengikat zat besi;
10) Ekonomis. praktis tersedia setiap waktu pada waktu yang ideal dan
dalam keadaan segar;
11) Kemungkinan bayi tersedak ASI kecil sekali karena payudara ibu telah
diciptakan sedermikian rupa;
12) Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu
dan bayi.
b.
Bagi Ibu
1) Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan
”kehidupan” kepada bayinya;
2) Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit
yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan
anak;
3) Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil;
4) Mempercepat berhentinya pendarahan post partum;
5) Proses laktasi dapat membantu menjarangkan kehamilan;
11
6) Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk
beberapa bulan (menjarangkan kehamilan);
7) Mengurangi kemungkinan kanker pada masa yang akan datang.
c.
Dari sisi psikologi
1) Mereduksi konflik batin;
2) Mereduksi antagonis emosional ibu;
3) Ibu belajar untuk saling menyayangi;
4) Awal kemesraan ibu dengan anak;
5) Katarsis Agresi Oral dan dasar keterampilan bicara anak;
6) Awal belajar pengendalian emosi;
7) Dapat memberikan perasaan tenang, aman dan nyaman bagi bayi;
8) Awal pembelajaran interaksi sosial bayi.
B.
Konsep Meningkatkan Kelancaran Air Susu Ibu (ASI)
Upaya meningkatkan kelancaran ASI adalah suatu kegiatan yang
dilakukan ibu agar ASI diproduksi dalam jumlah banyak dan cukup bagi bayinya.
Admin (2009) mengemukakan cara untuk meningkatkan kelancaran ASI, yaitu :
1)
Frekuensi Menyusui
Bayi baru lahir memerlukan frekuensi menyusu yang lebih sering,
kadang lebih dari 12 kali dalam sehari. Sebagai pedoman, pada hari pertama dan
kedua lama pemberian ASI adalah 5 sampai 10 menit pada tiap payudara. Pada
hari ketiga dan seterusnya lama pemberian ASI adalali 15-20 menit. Biarkan bayi
menyusu sepuasnya, karena payudara ibu memerlukan stimulasi isapan yang
12
sering untuk memprodsi ASI yang cukup, dengan menyusui ASI tanpa jadwal dan
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul.
Produksir ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang (Suherni
dkk, 2009).
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar
ingin di dekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya. bayi tidak memiliki pola
yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena
isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya
masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjukan agar lebih sering menyusui pada
malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI
(Perinasia, 2004).
ASI akan semakin banyak keluar apabila payudara semakin sering
disusui pada bayi, karena itu kunci keberhasilan menyusui adalah susui bayi
sesering mungkin dan semau bayi, produksi ASI dipengaruhi oleh isapan bayi dan
ASI tidak mungkin kurang karena produksi ASl sebenarnya disesuaikan dengan
permintaan bayi (Word Vision Indonesia, 2006) .
13
Menurut Sulisityawati (2009) cara untuk meningkatkan ASI melalui
isapan bayi yaitu :
a.
Menyusui bayi setiap 2 jam (siang dan malam) dengan lama menyusui 10-15
menit disetiap payudara;
b.
Bangunkan bayi bila tidur, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan
dudukanlah selama menyusui;
c.
Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan
suara menelan yang aktif;
d.
Susui bayi ditempat yang terang dan nyaman, minumlah setiap kali habis
menyusui;
e.
Tidurlah bersebelah dengan bayi;
f.
Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum;
g.
Yakinlah bahwa ibu dapat memproduksi susu lebih banyak dengan
melakukan kegiatan tersebut.
Penyuluhan tentang cara-cara pemberian ASI yang menjamin
kelancaran produksi ASI sejak lahir sangat diperlukan ibu, terutama bagi ibu-ibu
yang melahirkan untuk pertama kali. ASI dapat terus diberikan hingga anak umur
2 tahun (Oetami, 2005).
2)
Emosi
Jika ibu mengalami gangguan emosi, maka kondisi itu bisa
mengganggu proses let down reflek yang berakibat ASI tidak keluar, sehingga
bayi tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup, dan dia pun akan terus-
14
menerus menangis. Tangisan Bayi membuat ibu semakin gelisah dan menganggu
proses let down reflek, semakin tertekan perasaan ibu lantaran tangisan bayi,
semakin sedikit air susu yang di keluarkan (Prasetyono, 2009).
Emosi ibu yang baik pada saat menyusui membuktikan mempengaruhi
pengeluaran ASI, meningkatkan psikologi ibu dapat dilakukan dengan baik bila
ibu mengetahui cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya,
menyusu pada waktu yang diinginkannya, serta memperoleh dukungan dari
keluarganya, sehingga meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI
dan berbagai kesulitan yang umumnya terjadi dapat
dihindari/dicegah
(Suherni,dkk, 2009).
Pengaliran ASI dikendalikan oleh hormon oksitosinatan disebut juga
dengan hormon cinta, kekhawatiran ibu, termasuk perasaan sedih, cemas, dan
marah bisa mengurangi oksitosin. Hal inilah yang menyebabkan ASI tidak keluar
padahal payudara sebagi pabrik ASI selalu memproduksi ASI (Fermale, 2010).
Kecemasan muncul pada saat seorang tidak mampu beradaptasi
terhadap peristiwa atau keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang, contohnya perasaan tidak nyaman dan kelelahan, pengetahuan tentang
kebutuhan bayi (Fayzahealt, 2011).
Emosi merupakan hal yang abstrak dalam kajian psikologi beberapa tokoh dapat
memiliki berbagai pengertian sesuai dengan aliran dan sudut pandang masingmasing.
Emosi adalah Gangguan emosional, kecemasan, stres fisik dan psikis
akan mempengaruhi produksi ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan
15
kuliah, ujian,dsb, tidak jarang mengalami ASInya tidak dapat keluar. Sebaliknya,
suasana rumah dan keluarga yang tenang, bahagia, penuh dukungan dari anggota
keluarga yang lain (terutama suami), akan membentu menunjang keberhasilan
menyusui. Demikian pula lingkungan kerja akan berpengaruh ke arah positif, atau
sebaliknya. Tujuh macam emosi berkaitan dengan fungsi organ yaitu marah,
gembira, khawatir, termenung, sedih, takut dan terkejut. Walaupun hubungan
pikiran/emosi dan tubuh telah diakui oleh kedokteran barat baru-baru ini, interaksi
emosi dengan fisik.
C.
Kerangka Konsep
Upaya rneningkatkan kelancaran ASI adalah suatu kegiatan yang
dilakukan ibu agar ASI diproduksi dalam jumlah banyak dan cukup bagi bayinya.
Menurut Admin (2009) kelancaran ASI pada ibu menyusui dipengaruhi oleh
frekuensi menyusui, tehnik menyusui, emosi, asupan makanan yang bergizi, dan
perawatan payudara. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya dalam
penelitian ini, maka peneliti hanya meneliti variabel dibawah ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Frekuensi menyusui
Kelancaran ASI pada ibu
menyusui
Emosi
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
16
D.
Hipotesa Penelitian
1.
Ada Hubungan Emosi dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar;
2.
Ada Hubungan Frekuensi Menyusui dengan Kelancaran ASI pada Ibu
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan cross
sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
B.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti atau
kumpulan objek penelitian yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi
usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar, berjumlah
159 0rang.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang di
teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi besarnya sampel dalam penelitian
ini ditentukan dengan persamaan rumus slovin.
n
N
1  N (d 2 )
18
Dimana :
N
= besar populasi
n
= besar sampel
d
= tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan.
n
159
1  159 (0,12 )
n
159
1  159 (0,01)
n
159
2,59
n = 61
Setelah dilakukan perhitungan seperti rumus diatas, maka didapatkan
besar sampel sebanyak 61 orang. Selanjutnya sampel ini diambil menggunakan
teknik purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki penelitian
(tujuan/masalah dalam penelitian). Sampel dalam penelitian ini menggunakan
kriteria sebagai berikut :
a. Ibu memiliki bayi usia 0-6 bulan;
b. Ibu bersedia menjadi responden;
c. Ibu tidak mengalami mastitis.
19
C.
Tempat dan Waktu Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian ini sudah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang
Bintang Aceh Besar.
b.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
telah dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 20 Agustus
Tahun 2013.
D.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari responden dengan menyebarkan
kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai emosi
dan frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI.
b.
Data Skunder
Data yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Aceh, laporan Puskesmas
Blang Bintang dan catatan/laporan serta berbagai informasi yang ada
kaitannya dengan penelitian ini.
20
E.
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
1
Variabel
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Suatu hal
yang
berhubunga
n dengan
usaha ibu
memperban
yak ASI
pada masa
menyusui
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
Kuesioner
Lancar
Ordinal
Berapa kali
ibu
memberika
n ASI
kepada
anaknya
dalam
waktu 1x24
jam
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
Segala
sesuatu
yang
berhubunga
n dengan
emosi
dengan
menyusui
dan bayi
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
Dependent
Kelancaran
ASI pada
masa
menyusui
2
Definisi
Operasional
Tidak
lancar
Lancar, jika 3
responden
menjawab Ya
Tidak Lancar,
jikasalah satu
jawaban tidak
Independent
Frekuensi
menyusui
Emosi
Kuesioner
Sering
Ordinal
Tidak
sering
Sering, jika ≥
8-10x
Tidak Sering,
jika < 8x
Tinggi, jika x ≤
3,7
Rendah, jika x
< 3,7
Kuesioner
Tinggi
Rendah
Nominal
21
F.
Instrumen Penelitian
Adapun Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner berbentuk
pertanyaan terbuka, yang berisikan 18 pertanyaan yang berbentuk pilihan dengan
kaegori ya dan tidak, terdiri dari 3 soal tentang kelancaran ASI, 5 soal berbentuk
pilihan multiple choise tentang frekuensi menyusui dan 10 soal berbentuk cheklist
tentang emosi.
G.
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah sebagai
berikut :
1.
Editing, adalah melakukan pengecekan terhadap hasil pengisi kuesioner
meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan respondep. Bila
responden tidak lengkap mengisi kuesioner peneliti mengembalikan langsung
kepada responden untuk dilengkapi kembali.
2.
Coding, adalah memberikan kode berupa nomor pada setiap kuisioner yang
diisi oleh responden pada saat penelitian.
3.
Transfering, adalah memindahkan data dari kuesioner ke dalam tabel
pengolahan data secara berurutan sesuai dengan variabel penelitian.
4.
Tabulating, adalah mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang
telah dibuat untuk tiap-tiap variable yang diukur dan selanjutnya dimasukkan
ke dalam tabel distribusi frekuensi.
Penilaian yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagai
berikut :
22
a.
Kelancaran Asi :
1. Lancar, jika ketiga jawaban responden menjawab Ya.
Skor, jika lancar (1)
2. Tidak lancar, Jika salah satu jawaban responden Tidak.
Skor, jika tidak lancar (0)
b.
Frekuensi Menyusui :
1. Sering, jika ≥ 8-10x
Skor, jika sering (1)
2. Tidak Sering, jika < 8
Skor, jika tidak sering (0)
c.
Emosi :
1. Tinggi, jika x ≤ 3,7
Skor, ya (1)
2. Rendah, jika x < 3,7
Skor, tidak (0)
H.
Teknik Analisa Data
1.
Analisa Data Univariat
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik
sederhana dalam bentuk univariat, yaitu untuk mengetahui distribusi variabel
penelitian. Pengukuran kriteria pada variabel pengetahuan dan sikap dilakukan
menggunakan rumus:
23
Keterangan :
x
: Nilai rata-rata
∑x
: Hasil total observasi
N
: Jumlah responden menjadi sampel
Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi, analisa
data ini dilakukan untuk mengretahui distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel dengan rumus sebagai berikut :
p
fi
x 100%
n
Keterangan :
P
: Persentase
fi
: Frekuensi teraman
n
: Jumlah responden yang menjadi sampel
2.
Analisa Data Bivariat
Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis, yang akan di olah
dengan komputer menggunakan rumus Statistic Product Service Solution (SPSS)
versi 17 untuk menentukan hubungan antara variabel independen dengan
dependen melalui uji chi-square test (x2). Untuk melihat hasil kemaknaan
perhitungan statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan (C1) 00,5
(95%), dengan ketentuan bila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan
variabel bebas. Untuk menentukan nilai p-value pada chi-square test (x2) tabel,
memiliki ketentuan sebagai berikut :
24
a. Bila chi-square test (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai ekspansi (E)
< 5, maka p value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai
Fisher’s Excact Test.
b. Bila chi-square test (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai ekspansi (E)
> 5, maka p value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada nilai
Continuity Correction.
c. Bila chi-square test (x2) tabel terdiri lebih dari 2x2. Contohnya 3x2, 3x3 dan
sebagainya, maka p value yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada
nilai Pearson Chi-Square.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Lokasi Penelitian
1.
Gambaran Umum
Blang Bintang merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan Ingin
Jaya, Montasik, dan Kuta Baro. Pemekaran kecamatan Blang Bintang dituangkan
dalan Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor : 3 Tahun 2006. Di dalam Qanun ini
disebutkan bahwa Blang Bintang berasal dari sebagian wilayah kecamatan
Montasik, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Ingin Jaya yang terdiri dari 26 desa.
Pada pasal 5 ayat 3 disebutkan bahwa Batas wilayah Kecamatan Blang Bintang
secara pasti di Lapangan ditetapkan oleh Bupati. Berdasarkan pasal tersebut maka
GIS Center Kabupaten Aceh Besar bermaksud untuk melakukan identifikasi batas
wilayah kecamatan Blang Bintang
2.
Letak Geografis
Kecamatan Blang Bintang mempunyai luas wilayah 70,51 Km2,
terletak pada posisi garis lintang -3.7861 dan garis bujur 119.652 dan ketinggian <
500 meter diatas permukaan laut.Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Blang
Bintang sebagai berikut :
- Sebelah Barat
: Kecamatan Ingin Jaya
- Sebelah Timur
: Kecamatan Mesjid Raya
- Sebelah Utara
: Kecamatan Kuta Baro
- Sebelah Selatan
: Kecamatan Montasik
26
Secara administratif Kecamatan Blang Bintang terbagi menjadi 26
Desa dalam 3 Kemukiman yaitu Kemukiman Cot Saluran,Kemukiman Meulayo
dan Kemukiman Sungai Makmur.
Kecamatan Blang Bintang terdapat 4 Puskesmas pembantu ( Pustu )
yaitu Pustu Meulayo,Pustu Cot Karieng,Pustu Cot Nambak dan Pustu Kayee
Kunyet dan tiap Pustu mempunyai wilayah kerja masing masing.
B.
Hasil Penelitian
1.
Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Umur Ibu di Wilayah
Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013.
No
Kategori
1. 19 – 25 tahun
2. 26 – 35 tahun
3. > 36 tahun
Total
f
20
36
5
61
%
32,8
59,0
8,2
100
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden
berada pada kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 36 orang (59,0 %).
b. Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan di Wilayah
Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013.
No
Kategori
1. Dasar
2. Menengah
3. Tinggi
Total
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
f
16
35
10
61
%
26,2
57,4
16,4
100
27
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan menengah sebanyak 35 orang (57,4 %).
c. Paritas
Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013.
No
Kategori
1. Primipara
2. Multipara
3. Grande Multipara
Total
f
20
34
7
61
%
32,8
55,7
11,5
100
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden
tingkat paritas berada pada kelompok multigravida sebanyak 34 orang
(55,7 %).
d. Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Wilayah
Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013.
No
1.
2.
3.
4.
Kategori
IRT
Pedagang
Wiraswasta
PNS
Total
f
45
6
2
8
61
%
73,8
9,8
3,3
13,1
100
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden
bekerja sebagai ibu rumah tangga 45 orang (73,8 %).
28
2.
Analisa Univariat
a.
Emosi
Tabel 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Emosi di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013.
No
Kategori
1. Rendah
2. Tinggi
Total
f
28
33
61
%
45,9
54,1
100
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden
yang emosi Tinggi terhadap kelancaran ASI 33 orang (54,1 %).
b. Frekuensi Menyusui
Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Frekuensi Menyusui di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
Tahun 2013.
No
Kategori
1. Tidak sering
2. Sering
Total
f
20
41
61
%
32,8
67,2
100
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden
sering memberikan ASI kepada bayi sebanyak 41 orang (67,2 %).
c.
Kelancaran ASI
Tabel 4.7 Distribusi Responden berdasarkan Kelancaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
Tahun 2013.
No
Kategori
1. Kurang lancar
2. Lancar
Total
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
n
23
38
61
%
37,7
62,3
100
29
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa sebagian besar responden
lancar ASI sebanyak 38 orang (62,3 %).
3.
Analisa Bavariat
a.
Hubungan Emosi Dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013
Tabel 4.8 Hubungan Emosi Dengan Kelancaran di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013.
No
Emosi
1.
2.
Rendah
Tinggi
Total
Kelancaran ASI
Kurang Lancar
Lancar
n
%
n
%
6
21,4
22 78,6
17
51,5
16 48,5
23
37,7
38 62,3
Jumlah
n
28
33
61
%
100
100
100
P
Value
0,013
α
0,05
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
Proporsi kelancaran ASI lebih banyak yang lancar pada ibu menyusui
yang emosi rendah sebanyak 78,6% dibandingkan dengan ibu yang
emosi tinggi sebanyak 51,5%. Selanjutnya berdasarkan uji chi square
pada  = 0,05 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara emosi dengan kelancaran
ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
b.
Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Kelancaran ASI pada lbu
Menyusui
Tabel 4.9 Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Kelancaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
Tahun 2013.
30
Kelancaran ASI
No
1
2
Frekuensi
Menyusui
Tidak Sering
Sering
Total
Tidak
Lancar
n
%
17
85,0
6
14,6
23
37,7
Jumlah
Lancar
n
3
35
38
%
15,0
85,4
62,3
n
20
41
61
%
100
100
100
P
Value

0,000
0,05
Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2013)
Proporsi kelancaran ASI lebih banyak yang lancar pada ibu menyusui
yang sering frekuensi menyusuinya sebanyak 85,0% dibandingkan
dengan ibu yang tidak sering frekuensi menyusuinya sebanyak 85,4%.
Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada  = 0,05 didapatkan p <
0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
C.
Pembahasan
1.
Hubungan Emosi Dengan Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Proporsi kelancaran ASI
lebih banyak yang lancar pada ibu menyusui yang emosinya rendah sebanyak
78,6% dibandingkan dengan ibu yang emosinya tinggi sebanyak 51,5%.
Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada  = 0,05 didapatkan p < 0,05 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara emosi
dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Emosi adalah Gangguan emosional, kecemasan, stres fisik dan psikis
akan mempengaruhi produksi ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan
31
kuliah, ujian,dsb, tidak jarang mengalami ASI nya tidak dapat keluar. Sebaliknya,
suasana rumah dan keluarga yang tenang, bahagia, penuh dukungan dari anggota
keluarga yang lain (terutama suami), akan membentuk menunjang keberhasilan
menyusui. Demikian pula lingkungan kerja akan berpengaruh ke arah positif, atau
sebaliknya. Tujuh macam emosi berkaitan dengan fungsi organ yaitu marah,
gembira, khawatir, termenung, sedih, takut dan terkejut. Walaupun hubungan
pikiran/emosi dan tubuh telah diakui oleh kedokteran barat baru-baru ini, interaksi
emosi dengan fisik.
Emosi ibu yang baik pada saat menyusui membuktikan mempengaruhi
pengeluaran ASI, meningkatkan psikologi ibu dapat dilakukan dengan baik bila
ibu mengetahui cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya,
menyusu pada waktu yang diinginkannya, serta memperoleh dukungan dari
keluarganya, sehingga meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI
dan berbagai kesulitan yang umumnya terjadi dapat dihindari/dicegah (Suherni
dkk, 2009).
Pengaliran ASI dikendalikan oleh hormon oksitosinatan disebut juga
dengan hormon cinta, kekhawatiran ibu, termasuk perasaan sedih, cemas, dan
marah bisa mengurangi oksitosin. Hal inilah yang menyebabkan Asi tidak keluar
padahal payudara sebagi pabrik ASI selalu memproduksi ASI (Fermale, 2010).
Penelitian sejenis yang peneliti temui adalah penelitian yang
dilakukan oleh Nurhabibah ( 2009 ) dengan judul “Pengaruh Spikologi terhadap
proses kelancaran ASI pada ibu menyusui Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan
Ngaliyan”. Dari uji statistik chsquare, diperoleh nilai P (0,001). Hal ini
32
menunjukkan terdapat pengaruh antara spikologi terhadap kelancaran ASI pada
ibu menyusui.
Penelitian sejenis yang peneliti temui adalah penelitian yang
dilakukan oleh TRI Rahayu (2010) dengan judul faktor yang mempengaruhi
tingkat emosi ibu pospartum terhadap kelancaran ASI didesa Banyu Emas
Tasikmalaya Jawa Barat” hasil penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat
emosi ibu postpartum terhadap kelancaran ASI (P-value 0,690)
Peneliti berasumsi ada hubungan Emosi dengan kelancaran ASI pada
ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas blang bintang aceh besar, dimana dari
hasil penelitian diperoleh bahwa sebahagian besar ibu menyusui bayinya usia 0
sampai 6 bulan mengalami peningkatan emosi lebih tinggi dari bisanya karena
disebabkan oleh lingkungan Keluarga dengan demikian hormon oksitosi atau
hormon cinta tidak terangsang keluanya ASI, untuk itu lingkungan keluarga dan
dukungan suami sangat berperan aktif terhadap emosi pada ibu menyusui.
2.
Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Kelancaran ASI pada Ibu
Menyusui
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Proporsi kelancaran ASI
lebih banyak yang lancar pada ibu menyusui yang sering frekuensi menyusuinya
sebanyak 85,0% dibandingkan dengan ibu yang tidak sering frekuensi
menyusuinya sebanyak 85,4%. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada  =
0,05 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
33
Bayi baru lahir memerlukan frekuensi menyusu yang lebih sering,
kadang lebih dari 12 kali dalam sehari. Sebagai pedoman, pada hari pertama dan
kedua lama pemberian ASI adalah 5 sampai 10 menit pada tiap payudara. Pada
hari ketiga dan seterusnya lama pemberian ASI adalah 15-20 menit. Biarkan bayi
menyusu sepuasnya, karena payudara ibu memerlukan stimulasi isapan yang
sering untuk memproduksi ASI yang cukup, dengan menyusui ASI tanpa jadwal
dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul.
Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang (Suherni
dkk, 2009).
ASI akan semakin banyak keluar apabila payudara semakin sering
disusui pada bayi, karena itu kunci keberhasilan menyusui adalah susui bayi
sesering mungkin dan semau bayi, produksi ASI dipengaruhi oleh isapan bayi dan
ASI tidak mungkin kurang karena produksi ASl sebenarnya disesuaikan dengan
permintaan bayi (Word Vision Indonesia, 2006).
Penelitian sejenis yang ditemui adalah penelitian yang dilakukan oleh
Mutia Astuti ( 2011), dengan judul penelitian ” Hubungan kelancaran ASI dengan
Teknik menyusui dan frekuensi menyusui Di Bidan Hariati Kecamatan
Lhoksemawe Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010”. Setelah dilakukan uji statistik
dengan uji Chi-square Test diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0,512 (>0,05).
Penelitian serupa dilakukan oleh Hastari ( 2009 ) dengan judul
penelitian ” Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelancaran ASI Pada
ibu menyusui Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Adam Malik Medan Tahun 2010”.
34
Setelah dilakukan uji statistik dengan uji Chi-Square Test diperoleh hasil bahwa
nilai p sebesar 0,672 ( >0.05 ).
Selain itu ada juga penelitian yang ditemui adalah penelitian yang
dilakukan oleh Sari Puspita (2008), dengan judul penelitian” Hubungan Faktor –
Faktor Yang mempengaruhi Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui Di Rumah Sakit
Umum Cut Nyak Dien Langsa Tahun 2009”. Setelah dilakukan uji statistik
dengan uji Chi- Square Test diperoleh hasil bahwa p sebesar o,486 (>0,05).
Ditinjau dari frekuensi, bahwa lebih banyak dijumpai pada ibu
menyusui yang tidak sering memberikan ASI dibandingkan denga ibu menyusui
yang sering memberikan ASI.
Peneliti berasumsi ada hubungan frekuensi menyusui dengan
kelancaran ASI. Ibu menyusui tidak memberikan ASI kepada bayinya karena
beberapa alasan tertentu seperti :
a.
Puting susu lecet
b.
Sibuk bekerja
c.
ASI tidak keluar
d.
Merasa Bayi tidak cukup hanya dengan minum ASI
e.
Takut payudaranya kendor.
35
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Ada hubungan yang bermakna antara emosi dengan kelancaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar nilai p < 0,05.
2.
Ada hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan
kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
nilai p < 0,05.
B.
Saran
1.
Bagi tempat penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang signifikan terhadap tungkat emosi dan frekuensi
menyusui melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang
cara meningkatkan kelancaran ASI.
2.
Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan dalam membimbing
dan menambah pengetahuan ibu tentang kelancaran ASI, kondisi ini
sangat penting karena kurikulum ini berbasis pada hasil penelitian yang
akan menjembatani dunia masyarakat dengan STIKes U’Budiyah
Banda Aceh.
36
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2009. Kelancaran ASI, dalam http:/id.wikipedia.org/wiki/kolostrum.
(dikutip tanggal 2 Maret 2013).
______, 2010. Angka Kematian Bayi, dalam http:id,wikipedia.org/wiki/AKB
(dikutip tanggal 25 Maret 2013)
Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian, Rhineka Cipta : Jakarta.
Budiarto, 2005. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, AGC :
Jakarta
Depkes RI, 2005 Pernatalaksanaan ASI Eksklusif pada Ibu Post Partum,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
_______, 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS_KIA), Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.
Fayzahealt, 2011. Emosi Mempengaruhi Kelancaran ASI, http://wordpress.com/.
(dikutip 14 Maret 2013).
Fermale, 2010. Ayah dan Ibu, http://farmale.wordpress.com/. (dikutip 22 Februari
2013).
Janiarti dkk, 2013. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan, Rapha Publishing : Jakarta.
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2012. Propil Kesehatan Provinsi Aceh :
Banda Aceh.
Laporan Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar, 2013.
Manuaba, 2002. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Yayasan Bina
Pusaka : Jakarta.
Nurhaeni dkk, 2009. Tumbuh Kembang Bayi, Medpres : Jakarta.
Notoadmoadjo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rhineka Cipta : Jakarta.
______, 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Rhineka Cipta : Jakarta.
Oetami, 2005. Menyusui, dalam http://wordpress.com/. (dikutip 2 maret 2013).
Prasetyono, 2009. ASI Ekslusif, Diva Prees (Anggota LKAPI) : Jakarta.
37
Perinasia, 2004. Menyusui, http://id.wikipedia.co.id (dikutip tanggal 25 Maret
2013).
Roesli, 2008. Teknik Yang Benar Dalam Menyusui, Erlangga : Jakarta.
Sudjana, 2005. Metode Statistika. Edisi VII, Tarsito : Jakarta.
Suherni dkk, 2009. Perawatan Masa Nifas, Fitramaya : Jakarta.
Sulistyawati, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Penerbit Andi :
Jakarta.
Word Vision Indonesia. Pemberian ASI : Banda Aceh.
Download