LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR Jl. Ahmad Yani 118 Surabaya 60231 Website : www.dinkes.jatimprov.go.id Email : [email protected] Telp./Fax :(031) 8299056 SURABAYA, 2014 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dibuat sekaligus sebagai perwujudan pertangungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi yang diemban Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2013. LAKIP disusun sesuai dengan ketentuan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 serta mengacu pada pedoman yang ditetapkan Kepala Lembaga Administrasi Negara dalam Keputusan Nomor 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan secara teknis penyusunannya berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010. Secara eksternal, LAKIP merupakan alat kendali, alat penilai kinerja secara kuantitatif dan sebagai wujud transparansi pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam rangka menuju terwujudnya good governance. Sedangkan secara internal, LAKIP merupakan salah satu alat evaluasi untuk memacu peningkatan kinerja setiap unit yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Kami ucapkan terima kasih kepada Tim SAKIP yang telah menyelesaikan penyusunan LAKIP. Kami menyadari dalam penyusunan LAKIP ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu saran perbaikan dari berbagai pihak terkait sangat kami harapkan. Surabaya, 28 Februari 2014 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur i DAFTAR ISI Halaman PENGANTAR i DAFTAR ISI ii IKHTISAR EKSEKUTIF iv BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN 2 C. GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN PROVINSI 2 D. DASAR HUKUM 5 E. SISTEMATIKA 5 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 7 A.RENCANA STRATEGIS 2009 ‐2014 : VISI, MISI, TUJUAN, 8 SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM 1. VISI 8 2. MISI 8 3. TUJUAN DAN SASARAN 9 4. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 20 5. PROGRAM B. RENCANA KINERJA TAHUN 2013 22 C. PERJANJIAN KINERJA 2013 27 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 29 A. PENGUKURAN/EVALUASI CAPAIAN KINERJA 29 B. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA 31 C. AKUNTABILITAS KEUANGAN BAB IV PENUTUP 151 KESIMPULAN 156 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ii IKHTISAR EKSEKUTIF Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penanggungjawab teknis pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Timur, menyelenggarakan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dengan mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2009 – 2014. Untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, Dinas Kesehatan Provinsi menjabarkan tujuan ini ke dalam 9 (sembilan) sasaran, dimana untuk mewujudkan sasaran telah ditetapkan program operasional dan kegiatan pokok. Untuk mengukur pencapaian sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, telah ditetapkan indikator pencapaian keberhasilan sasaran sejumlah 40 (empat puluh) indikator. Diantara indikator yang ada pada tahun 2013 dirumuskan Indikator Kinerja Utama (IKU), untuk pengukuran 9 (sembilan) sasaran tersebut. Hasil pengukuran 9 (sembilan) sasaran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Peningkatkan kualitas air bersih, sanitasi dasar, higiene sanitasi makanan minuman serta kualitas kesehatan lingkungan dan pengendalian faktor risiko dampak pencemaran lingkungan di masyarakat mendapat nilai sangat baik. 2. Peningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat ke arah kemandirian mendapat nilai sangat baik. 3. Peningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia, kesehatan reproduksi ; serta pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringannya, balai kesehatan serta pelayanan kesehatan penunjang mendapat nilai sangat baik Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur iv 4. Peningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan prasarana kesehatan di rumah sakit, rumah sakit khusus, dan balai kesehatan mendapat nilai sangat baik 5. Peningkatkan perbaikan gizi masyarakat mendapat nilai baik 6. Peningkatkan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan mendapat nilai baik 7. Pengembangkan kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan mendapat nilai baik 8. Penurunan angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular imunisasi dan penyakit-penyakit serta pengamatan yang dapat penyakit dalam dicegah rangka dengan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana mendapat nilai sangat baik 9. Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar mendapat nilai baik Laporan Akuntabilitas Kinerja 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur merupakan laporan capaian kinerja (performance result) selama tahun 2013 yang mengacu pada Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2013, selama periode tahun tersebut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur melaksanakan 9 program ditambah program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur serta Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah. Dari 9 program dijabarkan dalam 56 kegiatan untuk mencapai 10 sasaran strategis dengan sejumlah indikator sasaran sebagaimana disebutkan di atas. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur v Capaian kinerja selama tahun 2013 menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berhasil memenuhi hampir seluruh sasaran strategis yang ditargetkan (lihat Tabel Laporan Realisasi Pelaksanaan penetapan Kinerja tahun 2013 dan uraian pada Bab III Akuntabilitas Kinerja). Seluruh rangkaian program dan kegiatan pada tahun 2013 pada dasarnya dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Timur, yaitu : 1. Untuk mewujudkan misi ”Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan“, maka ditetapkan tujuan: Mewujudkan mutu lingkungan kesehatan yang lebih lingkungan sehat, pengembangan kewilayahan, serta sistem menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. 2. Untuk mewujudkan masyarakat misi ”Mendorong terwujudnya kemandirian untuk hidup sehat”, maka ditetapkan tujuan: Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). 3. Untuk mewujudkan misi ”Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau”, maka ditetapkan tujuan: a. Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya. b. Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat. c. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan obat pemerataan, dan pemanfaatan, mutu, perbekalan kesehatan serta sistem pembiayaan dan pembinaan mutu makanan. d. Mengembangkan kebijakan, manajemen pembangunan kesehatan. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur vi 4. Untuk mewujudkan misi penyakit dan ”Meningkatkan penanggulangan masalah upaya pengendalian kesehatan”, maka ditetapkan tujuan: Mencegah, menurunkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya. 5. Untuk mewujudkan misi ”Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan”, maka ditetapkan tujuan: Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. Secara umum kendala dan hambatan yang dihadapi pada tahun 2013 adalah faktor dukungan anggaran dan koordinasi lintas sektor serta kebijakan dukungan anggaran pada tingkat Kabupaten/Kota. Untuk itu perlu advokasi ke berbagai pihak dan meningkatkan koordinasi lintas sektor sehingga pelaksanaan pembangunan kesehatan lebih efektif dan tepat sasaran. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur vii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan pernyataan kehendak rakyat untuk mewujudkan perubahan di segala bidang Pembangunan Nasional sesuai dengan iklim reformasi yang menyentuh seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai tindak lanjut dari Tap MPR tersebut adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam pasal 3 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa azasazas umum penyelenggaraan Negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan Negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas. Mengenai asas akuntabilitas, Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. LAKIP atau Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2013 merupakan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selama tahun 2013 kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Laporan Akuntabilitas ini disusun dalam rangka pelaksanaan Tap MPR Nomor : XI/MPR/1998 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tersebut di atas. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 1 Penyusunan LAKIP mengacu pada Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Instansi sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Negara mulai eselon II wajib memberikan laporan Akuntabilitas Kinerjanya. Adapun secara teknis penyusunannya berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010. B. MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ini dimaksudkan sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi selama tahun 2013. Adapun tujuannya adalah : a. Memberikan informasi mengenai Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi selama tahun anggaran 2013. b. Sebagai bahan evaluasi kinerja serta masukan dalam perencanaan program di Dinas Kesehatan Provinsi untuk kemudian diharapkan adanya perbaikan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yang lebih baik di masa mendatang. c. Menjadikan Dinas Kesehatan Provinsi yang akuntabel sehingga dapat bekerja secara efisien, efektif dan representative, serta dapat mengakomodir aspirasi masyarakat dan lingkungan. d. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Provinsi. C. GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN PROVINSI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam Perda Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur dipimpin oleh Kepala Dinas yang dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris dan 4 (empat ) Kepala Bidang terdiri : Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2 1. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan 2. Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan 3. Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan 4. Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Setiap Kepala Bidang membawahi 3 (tiga) Kepala Seksi sesuai bidangnya. Sedangkan Sekretaris dibantu 3 (tiga) Kepala Sub Bagian yaitu Sub Bagian Penyusunan Program, Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Tata Usaha. Dinas Kesehatan Provinsi juga mempunyai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan untuk penyakit khusus, pengembangan pengobatan tradisional, pelatihan petugas kesehatan dan pendidikan tertentu. UPT tersebut yaitu : 1. Rumah Sakit Kusta Kediri 2. Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto 3. Rumah Sakit Paru Dungus Madiun 4. Rumah Sakit Paru Jember 5. Rumah Sakit Paru Batu 6. Balai Kesehatan Mata Masyarakat Surabaya 7. Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru Madiun 8. Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru Pamekasan 9. Balai Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Paru Surabaya 10. UPT Materia Medika Batu 11. UPT Akademi Gizi Surabaya 12. UPT Akademi Keperawatan Madiun 13. UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati Lawang Sedangkan Tugas Pokok dan Fungsinya terdiri dari beberapa hal yaitu : Dalam Perda tersebut Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan dan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 3 menyelenggarakan fungsi : (a) perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; (b) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan; (c) pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan (d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari : Kepala Dinas Sekretaris Bidang Pelayanan Kesehatan Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Kelompok Jabatan Fungsional Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Penyusunan LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 didasarkan pada tugas pokok dan fungsinya yang terdiri dari program-progam kesehatan seperti tercantum dalam Dokumen Perencanaan Anggaran (DPA) tahun 2013 yang meliputi 9 program, 58 kegiatan ditambah dengan kegiatan rutin penunjang yang dilaksanakan oleh sekretariat dan 4 Bidang, yaitu : 1. Sekretariat = 36 (30+6) kegiatan 2. Bidang Pelayanan Kesehatan = 12 kegiatan 3. Bidang PPMK = 19 kegiatan 4. Bidang PSDK = 12 kegiatan 5. Bidang PPKM = Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 9 kegiatan 4 D. DASAR HUKUM Sebagai Dasar Hukum penyusunan LAKIP adalah : b. Pasal 4 ayat (i) Undang-Undang Dasar 1945. c. Ketetapan Majelis Pernusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. d. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Lembaga Administrasi Negara. f. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Pengangkatan Ketua Lembaga Administrasi Negara. g. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Pendayagunaan Aparatur Negara. h. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. i. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. j. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 tahun 2010 E. SISTEMATIKA Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah didasarkan atas ketentuan yang termuat dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi no. 29 tahun 2010 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 5 Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan susunan sebagai berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Gambaran Umum D. Dasar Hukum E. Sistematika BAB II : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis : Visi, Misi, Tujuan. Sasaran, Kebijakan dan Program B. Rencana Kinerja : Rencana Kinerja Tahunan C. Perjanjian Kinerja : Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) BAB III BAB IV : : AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja B. Evaluasi dan Analisis Kinerja C. Akuntabilitas Keuangan PENUTUP LAMPIRAN – LAMPIRAN Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 6 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu berisi visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi yang dilaksanakan melalui kebijakan dan program Kepala Daerah. Penyusunan RENSTRA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2014 disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851) serta Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614 ). RENSTRA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur merupakan perencanaan jangka panjang dan bersifat global yang perlu dijabarkan dalam perencanaan yang lebih mikro, operasional, dan berjangka pendek dalam satu tahunan berupa Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 7 A. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009 - 2014 RENSTRA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009–2014 dibuat berdasar pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009 – 2014 yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur tanggal 20 Mei 2009 nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014. 1. V i s i Dinas Kesehatan Provinsi Jatim sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: ”Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat”. Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat Jawa Timur menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. 2. M i s i Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan yang merupakan penjabaran dari visi yang telah ditetapkan. Berdasarkan Visi Dinas Kesehatan Provinsi, maka misi pembangunan kesehatan di Jawa Timur adalah : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 3. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 8 4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan 5. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan 3. Tujuan Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam mewujudkan misinya menetapkan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk mewujudkan misi ”Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan“, maka ditetapkan tujuan: Terwujudnya mutu lingkungan yang lebih sehat, pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan; dengan indikator tujuan yaitu : Jumlah masyarakat yang dapat mengakses Lingkungan yang sehat dan bermutu sesuai dengan standar 2) Untuk mewujudkan misi ”Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat”, maka ditetapkan tujuan: Keberdayaan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM); dengan indikator tujuannya adalah : Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 9 3) Untuk mewujudkan misi ”Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau”, maka ditetapkan tujuan: a. Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya. Dengan indikator tujuan : 1. Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk 2. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup 3. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup b. Meningkatnya kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat. Dengan indikator : Persentase penurunan angka Prevalensi Kurang Gizi pada balita c. Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan., dengan indikatornya adalah : Persentase Obat sesuai kebutuhan tersedia d. Berkembangnya kebijakan, sistem pembiayaan dan manajemen pembangunan kesehatan, dengan indikatornya yaitu : Persentase Penduduk yang telah terjamin pemeliharaan kesehatan dengan Sistem Jaminan Kesehatan 4) Untuk mewujudkan penyakit dan misi ”Meningkatkan penanggulangan masalah upaya pengendalian kesehatan”, maka ditetapkan tujuan: Terwujudnya Pencegahan, penurunan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya; Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 10 dengan indikator tujuannya adalah : a.Persentase ODHA yang mendapat ART b. Angka Keberhasilan Pengobatan TB c.Persentase Capaian UCI Desa 5) Untuk mewujudkan misi ”Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan”, maka ditetapkan tujuan: Meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ditetapkan indikator: a. Rasio dokter per 100.000 penduduk b. Rasio Tenaga Medis per 100.000 penduduk Matriks Hubungan antara Misi dan Tujuan Tabel : 2.1 MISI 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan TUJUAN I Terwujudnya mutu lingkungan yang lebih sehat, berkembangnya sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan pembangunan berwawasan kes. 1 Jumlah masyarakat yang dapat mengakses Lingkungan yang sehat dan bermutu sesuai dengan standar II Keberdayaan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya. 1 Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 1 Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup 2. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 3. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau INDIKATOR III IV Meningkatnya kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2 3 4 Persentase Penurunan Angka Prevalensi Kurang Gizi pada balita 11 masyarakat. 4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah Kes. V Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kes serta pembinaan mutu makanan. 5 Persentase Obat sesuai kebutuhan yang tersedia VI Berkembangnya kebijakan, sistem pembiayaan dan manajemen pembangunan kesehatan. 6 Persentase penduduk yang telah terjamin pemeliharaan kesehatan dengan sistem Jaminan Kesehatan VII Terwujudnya pencegahan, penurunan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya. 1 Persentase ODHA yang mendapat ART Angka Keberhasilan Pengobatan TB Persentase Capaian UCI Desa Meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. 1 VIII 5. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan 2 3 2 Ratio Dokter per 100.000 penduduk Ratio Tenaga Medis per 100.000 penduduk 4. S a s a r a n Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan secara operasional. Rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan fokus pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai. Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan akhir tahun 2014, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menetapkan sasaran dengan rincian sebagai berikut : Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 12 1. Untuk mewujudkan tujuan ” Terwujudnya mutu lingkungan yang lebih sehat, berkembangnya sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan” maka ditetapkan sasaran: Meningkatnya kualitas air bersih, sanitasi dasar, higiene sanitasi makanan minuman serta kualitas kesehatan lingkungan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran : a. Persentase Akses Sanitasi Dasar yang memenuhi standar b. Persentase Akses Terhadap Kualitas Air Bersih yang memenuhi standar 2. Untuk mewujudkan tujuan ”Keberdayaan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)”, maka ditetapkan sasaran: Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta pemberdayaan masyarakat melalui UKBM ke arah kemandirian, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran : a. Persentase RT ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) b. Persentase Posyandu berstrata PURI (Purnama Mandiri) c. Persentase Desa Siaga Aktif 3. Untuk mewujudkan tujuan ”Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya”, maka ditetapkan sasaran: Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 13 3.1 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi, kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta pelayanan kesehatan penunjang dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran : a. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup b. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup c. Persentase cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap (%) d. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) e. Persentase Cakupan Kunjungan Bayi (%) f. Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) (%) g. Persentase capaian peserta KB Aktif h. Persentase Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar i. Persentase Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap PLUS j. Persentase Puskesmas PONED sesuai standar k. Persentase Pustu yang menjadi Pustu Layani Gawat Darurat dan observasi l. Persentase Polindes yang berkembang menjadi Ponkesdes sesuai standar Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 14 3.2) Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan prasarana kesehatan di rumah sakit, rumah sakit khusus, dan balai kesehatan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran: a. Persentase Rumah Sakit Pemerintah menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) sesuai standar b. Persentase Rumah Sakit yang Terakreditasi 5 pelayanan dasar 4. Untuk mewujudkan tujuan “Meningkatnya kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat”, maka ditetapkan sasaran: Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran: a. Persentase Balita Dipantau pertumbuhannya b. Persentase Balita dengan Gizi Buruk c. Persentase Balita dengan Gizi Kurang 5. Untuk mewujudkan tujuan ”Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan”, maka ditetapkan sasaran: Meningkatnya pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 15 dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran: a. Persentase Obat sesuai kebutuhan tersedia b. Persentase Ketersediaan obat dan alat kesehatan untuk penanggulangan bencana dan KLB c. Persentase sarana pelayanan kesehatan (sarkes) yang menerapkan layanan kefarmasian sesuai standar 6. Untuk mewujudkan tujuan “Berkembangnya kebijakan, sistem pembiayaan dan manajemen pembangunan kesehatan”, maka ditetapkan sasaran: Dikembangkannya kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan, dengan indikator keberhasilan sasaran: a. Persentase penduduk miskin Jatim yang berobat gratis melalui Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) b. Persentase penduduk yang telah terjamin pemeliharaan kesehatan dengan sistem Jaminan Kesehatan c. Persentase pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan sesuai dng standar 7. Untuk mewujudkan tujuan ”Terwujudnya Pencegahan, penurunan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya”, maka ditetapkan sasaran: Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 16 dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran: a. Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk b. Persentase korban bencana skala provinsi yang tertangani sesuai standar c. Angka keberhasilan Pengobatan Penyakit TB d. Persentase tata laksana penderita Diare sesuai standar e. Persentase Capaian UCI desa f. Persentase penderita Kusta telah menyelesaikan pengobatan sesuai standar g. Persentase ODHA yang mendapatkan ART h. Angka Capaian API ( Annual Parracite Index) Penyakit Malaria 8. Untuk mewujudkan tujuan meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar, maka ditetapkan sasaran: Meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar, dengan indikator keberhasilan sasaran: a. Persentase Bidan PTT mendapatkan Sertifikasi b. Persentase Ponkesdes memiliki Tenaga Perawat c. Persentase Desa/Kelurahan mempunyai Bidan di Desa d. Persentase Tenaga Kesehatan yang Lulus Uji Kompetensi berizin Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 17 Matriks Hubungan antara Tujuan, dan Sasaran Tabel : 2.2 TUJUAN 1 II Uraian Terwujudnya mutu lingkungan yang lebih sehat, berkembangnya sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan pembangunan berwawasan kes. SASARAN Indikator 1 Jumlah masyarakat yang dapat mengakses Lingkungan yang sehat dan bermutu sesuai dengan standar Keberdayaan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya. Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk 2 Uraian Meningkatnya kualitas air bersih, sanitasi dasar, higiene sanitasi makanan minuman serta kualitas kesehatan lingkungan, Indikator Persentase Akses Sanitasi Dasar yang memenuhi standar Persentase Akses Terhadap Kualitas Air Bersih yang memenuhi standar Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta keberdayaan masyarakat melalui UKBM ke arah kemandirian, Persentase RT ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi, kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta pelayanan kesehatan penunjang a. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup b. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup c. Persentase cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap (%) d. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) e. Persentase Cakupan Kunjungan Bayi (%) Persentase Posyandu berstrata PURI (Purnama Mandiri) Persentase Aktif Desa Siaga III Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 3 18 4 IV Meningkatnya kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat. Persentase Penurunan Prevalensi Kurang Gizi pada Balita 5 Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan prasarana kesehatan di rumah sakit, rumah sakit khusus, dan balai kesehatan Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat f. Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) (%) g. Persentase capaian peserta KB Aktif h. Persentase Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar i. Persentase Puskesmas Rawat Inap yang ada Menjadi Puskesmas Rawat Inap PLUS j. Persentase Puskesmas PONED sesuai standar k. Persentase Pustu yang menjadi Pustu Layani Gawat Darurat dan observasi l. Persentase Polindes yang berkembang menjadi Ponkesdes sesuai standar a. Persentase Rumah Sakit Pemerintah menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) Sesuai standar b. Persentase Rumah Sakit yang Terakreditasi 5 pelayanan dasar Persentase Dipantau pertumbuhannya Balita Persentase Balita dengan Gizi Buruk Persentase Balita dengan Gizi Kurang Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 19 V Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan. Persentase Obat sesuai kebutuhan yang tersedia 6 Meningkatnya pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan, Berkembangnya kebijakan, sistem pembiayaan dan manajemen pembangunan kesehatan. Persentase Ketersediaan obat dan alat kesehatan untuk penanggulangan bencana dan KLB Persentase sarana pelayanan kesehatan (sarkes) yang menerapkan layanan kefarmasian sesuai standar . VI Persentase Obat sesuai kebutuhan tersedia Persentase penduduk yang telah terjamin pemeliharaan kesehatan dengan sistem Jaminan Kesehatan 7 Dikembangkannya Persentase penduduk kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan miskin Jatim yang berobat gratis melalui Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Persentase penduduk yang telah terjamin pemeliharaan kesehatan dengan sistem Jaminan Kesehatan Persentase pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan sesuai dng standar VII Terwujudnya Pencegahan, penurunan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya. Persentase ODHA yang mendapat ART Angka Keberhasilan Pengobatan TB . Persentase Capaian UCI Desa Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 8 Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana, a. Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk b. Persentase korban bencana skala provinsi yang tertangani sesuai standar c. Angka keberhasilan Pengobatan Penyakit TB d. Persentase tata laksana penderita Diare sesuai standar e. Persentase Capaian UCI desa f. Persentase penderita Kusta telah Menyelesaikan pengobatan sesuai standar g. Persentase ODHA yang mendapatkan ARV h. Angka Capaian API ( Annual Parracite Index) Penyakit Malaria 20 VIII Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. Ratio Dokter per 100.000 penduduk Ratio Tenaga Medis per 100.000 penduduk 9 Meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar, Persentase Bidan PTT mendapatkan Sertifikasi Persentase Ponkesdes memiliki Tenaga Perawat Persentase Desa/Kelurahan mempunyai Bidan di Desa Persentase Tenaga Kesehatan yang Lulus Uji Kompetensi berizin 5. Strategi dan Arah Kebijakan Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai sampai dengan akhir tahun 2014 dirumuskan sebagai berikut : 1) Dalam rangka mewujudkan misi “Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan”, maka ditetapkan kebijakan : a. Pemantapan Pembangunan berwawasan kesehatan b. Peningkatan lingkungan sehat 2) Dalam rangka mewujudkan misi “Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat”, maka ditetapkan kebijakan : Pengembangan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 21 3) Dalam rangka mewujudkan misi ”Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau”, maka ditetapkan kebijakan : a. Percepatan penurunan kematian ibu dan anak. b. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan . c. Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada bayi, anak balita,ibu hamil dan menyusui d. Pemenuhan ketersediaan dan pengendalian obat, perbekalan kesehatan dan makanan. e. Peningkatan pembiayaan kesehatan dan pengembangan kebijakan dan manajemen kesehatan. 4) Dalam rangka pengendalian mewujudkan penyakit dan misi ”Meningkatkan penanggulangan upaya masalah kesehatan”, maka ditetapkan kebijakan : a. Peningkatan pencegahan, surveilans, deteksi dini penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit potensial KLB/wabah dan ancaman epidemi yang dikuti dengan pengobatan sesuai standar b. Penanggulangan masalah kesehatan lainnya c. Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 22 5) Dalam rangka mewujudkan misi ”Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan”, maka ditetapkan kebijakan : a. Penyediaan tenaga kesehatan di rumah sakit, balai kesehatan, puskesmas dan jaringannya serta b. Mendayagunakan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan Sedangkan program yang ditetapkan pada tahun 2013 sebagai berikut : 1. Program Pengembangan Lingkungan Sehat 2. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan 3. Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) 4. Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) 5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat 6. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 7. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan 8. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 9. Program Pemberdayaan Sumberdaya Kesehatan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 23 E. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Rencana Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2013, berdasarkan Dokumen Perencanaan Anggaran (DPA) tahun 2013 mendapatkan anggaran sebesar Rp 123.613.853.000,- dalam rangka mencapai 9 sasaran strategis, dengan 9 program, 58 kegiatan dan ratusan rincian sub kegiatan. Untuk mengetahui indikator kinerja dan rencana tingkat capaian (target) masing-masing kegiatan di atas dapat dilihat pada lampiran Penetapan Kinerja 2013. Adapun Rencana Kinerja Tahun 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut : Tabel : 2.3 Rencana Kinerja Tahun 2013 DINAS KESEHATAN PROVINSI JATIM TUJUAN 1 II Uraian Terwujudnya mutu lingkungan yang lebih sehat, berkembangnya sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan pembangunan berwawasan kes. Keberdayaan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup SASARAN Indikator 1 Jumlah masyarakat yangdapat mengakses Lingkungan yang sehat dan bermutu sesuai dengan standar Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2 TARGET Uraian Meningkatnya kualitas air bersih, sanitasi dasar, higiene sanitasi makanan minuman serta kualitas kesehatan lingkungan, Indikator Persentase Akses Sanitasi Dasar yang memenuhi standar Persentase Akses Terhadap Kualitas Air Bersih yang memenuhi standar Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta pemberdayaan Persentase RT ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 65 Persentase Posyandu berstrata PURI (Purnama Mandiri) 50 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 70 75 24 Bersih dan Sehat (PHBS) serta berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). III Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya. masyarakat melalui UKBM ke arah kemandirian, Persentase Desa Siaga Aktif Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup 3 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi, kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta yankes penunjang a. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup b. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup c. Persentase cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap (%) d. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Linakes) e. Persentase Cakupan Kunjungan Bayi (%) f. Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) (%) g. Persentase capaian peserta KB Aktif h. Persentase Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar i. Persentase Puskesmas Rawat Inap yang ada Menjadi Puskesmas Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 70 30 80,5 95 94 88 93 70 24 24 25 Rawat Inap PLUS j. Persentase Puskesmas PONED sesuai standar 40 k. Persentase Pustu yang menjadi Pustu Layani Gawat Darurat dan Observasi 10 l. Persentase Polindes yang berkembang menjadi Ponkesdes sesuai standar 4 IV V Meningkatnya kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat. Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan Persentase Penurunan Prevalensi Kurang Gizi pada Balita Persentase Obat sesuai kebutuhan yang tersedia 5 Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan prasarana kesehatan di rumah sakit, rumah sakit khusus, dan balai kesehatan Meningkatnya perbaikan gizi masyarakat 6 Meningkatnya pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur a. Persentase Rumah Sakit Pemerintah menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) Sesuai standar b. Persentase Rumah Sakit yang Terakreditasi 5 pelayanan dasar Persentase Balita Dipantau pertumbuhannya 78 75 70 80 Persentase Balita dengan Gizi Buruk 2,5 Persentase Balita dengan Gizi Kurang 15 Persentase Obat Sesuai Kebutuhan tersedia Persentase Ketersediaan obat dan alat kesehatan untuk penanggulangan 95 90 26 kesehatan serta pembinaan mutu makanan. bencana dan KLB Persentase sarana pelayanan kesehatan (sarkes) yang menerapkan layanan kefarmasian sesuai standar . VI Berkembangnya kebijakan, sistem pem-biayaan dan manajemen pembangunan kesehatan. Persentase penduduk yang telah terjamin pemeliharaan kesehatan dengan sistem Jaminan Kesehatan 7 Dikembangkannya Persentase kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan penduduk miskin Jatim yang berobat gratis melalui Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) Terwujudnya Pencegahan, penurunan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya. a, Persentase ODHA yang Mendapat ART b, Angka Keberhasilan Pengobatan TB c. Persentase Capaian UCI Desa 8 Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 27 Persentase penduduk yang telah terjamin pemeliharaan kes dng sistem Jaminan Kes Persentase pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan sesuai dng standar VII 50 a. Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk b. Persentase korban bencana skala provinsi yang tertangani sesuai standar c. Angka keberhasilan Pengobatan penyakit TB d. Persentase tata laksana penderita Diare sesuai Standar 60 100 52 77,5 90 100 e. Persentase Capaian UCI desa 80 f. Persentase penderita Kusta telah Menyelesaikan pengobatan sesuai standar 90 g. Persentase ODHA 80 27 yang mendapatkan ART h. Angka Capaian API ( Annual Parracite Index) Penyakit Malaria VIII Meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. Ratio Dokter per 100.000 penduduk Rasio Tenaga Medis per 100.000 penduduk 9 Meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar, Persentase Bidan PTT mendapatkan Sertifikasi 1 permil 100 Persentase Ponkesdes memiliki Tenaga Perawat 100 Persentase Desa/Kelurahan mempunyai Bidan di Desa 80 Persentase TenagaKesehatan yang Lulus Uji Kompetensi berizin 80 F. PERJANJIAN KINERJA Setiap sasaran (9 sasaran pada Renstra) telah ditetapkan sejumlah indikator, dan untuk memudahkannya disusunlah Indikator Kinerja Utama dan beberapa indikator untuk program prioritas/Icon Gubernur bidang kesehatan. Rumusan tersebut tertuang dalam perjanjian kinerja tahun 2013 (lihat lampiran). Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 yang telah dibuat untuk melaksanakan kegiatan, program dan sasaran di tahun 2013 menjadi tumpuan bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mewujudkan kinerja Output ataupun Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 28 Outcome yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 berdasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang ditindaklanjuti dengan surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja. Pada tanggal 31 Desember 2010 muncul Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menjadikan Penetapan Kinerja sebagai komitmen kinerja Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dinyatakan dalam Perjanjian Kinerja, sebagaimana dapat dilihat pada lampiran Penetapan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013. Penetapan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 dijadikan acuan untuk mengukur Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 dan melaporkannnya dalam LAKIP. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 29 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP), fungsi perencanaan (Planning) yang sudah berjalan mulai dari Rencana Strategis (renstra) yang mengacu pada RPJMD, RKPD maupun Rencana Kinerja Tahunan, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Penetapan Kinerja hingga pelaksanaan pembangunan kesehatan itu sendiri sebagai fungsi actuating dan kemudian pertanggungJawaban atas pelaksanaan pembangunan sebagai fungsi controlling. Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur, terdapat standar pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya. Didalam prosesnya pengukuran dilakukan pada aspek kegiatan, program dan sasaran. Pada prinsipnya pengukuran dilakukan untuk melihat/mengevaluasi sejauh mana kegiatan, program, dan sasaran dilaksanakan sesuai dengan arah yang diinginkan; dengan berbagai piranti perencanaan yang telah dibuat. Piranti pengukurannya berupa Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) untuk mengukur sasaran. A. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2013. Adapun membandingkan pengukuran target setiap Kinerja Indokator dilakukan Kinerja dengan Sasaran cara dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui selisih atau celah Kinerja (performance gap). Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna mendapatkan strategi yang tepat untuk Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 30 peningkatan Kinerja dimasa yang akan datang (performance improvement). Dalam memberikan penilaian tingkat capaian Kinerja setiap sasaran, menggunakan skala pengukuran 4 (empat) katagori sebagai berikut : TABEL : 3.0. Skala Pengukuran Capaian Sasaran Kinerja Tahun 2013 Terdapat dua jenis skala penilaian pengukuran : a. Bilamana Indikator Sasaran mempunyai makna progres positif, maka skala yang digunakan sebagai berikut : Skor Rentang Capaian Kategori Capaian 4 Lebih dari 100 % Sangat baik 3 75 % sampai 100 % Baik 2 55 % sampai 75 % Cukup 1 Kurang dari 55 % Kurang b. Sebaliknya bilamana Indikator Sasaran mempunyai makna progres negatif, maka skala yang digunakan sebagai berikut : Skor Rentang Capaian Kategori Capaian 1 Lebih dari 100 % Kurang 2 75 % sampai 100 % Cukup 3 55 % sampai 75 % Baik 4 Kurang dari 55 % Sangat Baik Persentase dari hasil bagi antara capaian dengan target yang dimasukkan ke dalam skala penilaian tersebut menghasilkan besaran Skor Indikator. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 31 Penjumlahan beberapa besaran Skor Indikator dan dibagi dengan jumlah Indikator dalam satu Sasaran, menghasilkan besaran Skor Sasaran ; seterusnya penjumlahan beberapa besaran Skor Sasaran dan dibagi dengan jumlah Sasaran dalam satu Tujuan, menghasilkan besaran Skor Tujuan. B. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA Pengukuran kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013 menggunakan metode yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil pengukuran kinerja beserta evaluasi setiap tujuan dan sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013 disajikan sebagai berikut : B.1. TUJUAN 1: Terwujudnya Mutu Lingkungan yang Lebih Sehat, berkembangnya Sistem Kesehatan Lingkungan Kewilayahan, serta menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan Tujuan : Terwujudnya Mutu Lingkungan yang Lebih Sehat ,dan berkembangnya Sistem Kesehatan Lingkungan Kewilayahan , serta menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu : Meningkatnya akses terhadap Kualitas air bersih, Sanitasi Dasar , Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, serta Kualitas Kesehatan Lingkungan Sasaran: Meningkatnya Akses terhadap Kualitas Air Bersih, serta Sanitasi Dasar, Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, serta Kualitas Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 32 Kesehatan Lingkungan, dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : a. Persentase Akses Sanitasi dasar yang memenuhi standar b. Persentase Akses terhadap kualitas Air Bersih yang memenuhi standar Tabel 3.1. TUJUAN 1 dan SASARAN 1.1. TUJUAN 1 Terwujudnya Mutu Lingkungan yang Lebih Sehat , berkembangnya Sistem Kesehatan Lingkungan Kewilayahan , serta menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan SASARAN 1.1. Meningkatnya Kualitas Air Bersih, serta Sanitasi Dasar, Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, serta Kualitas Kesehatan Lingkungan Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.2. sebagai berikut : TABEL : 3.2. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Air Bersih, serta Sanitasi Dasar, Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, serta Kualitas Kesehatan Lingkungan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 33 NO 1 2 INDIKATOR KINERJA Persentase akses sanitasi dasar yang memenuhi standar Persentase akses terhadap kulaitas air bersih yang memenuhi standar 69 % REALISA SI 70,6% 101,4 74 % 80,6 % 108,9 TARGET Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran (%) 105,1 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT a. Program Lingkungan Sehat ini didukung oleh 4 ( empat) kegiatan yaitu: a.1. Pengembangaan Sarana Sapl Melalui Participatory a.2. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar a.3. Penyehatan Lingkungan a.4. Peningkatan upaya pengamanan limbah cair dan padat b. Program Lingkungan Sehat dengan pagu sebesar Rp. 2.500.000.000,00 terealisasi sebesar 98.57.%, atau Rp. 2.464.258.092,00 secara rinci masingmasing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom (Evaluasi Internal UKGP3) c. Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut: c.1.Pengembangan Sarana SAPL melalui Partisipatori Tujuan Program Untuk meningkatkan akses jamban sehat pada masyarakat di Jawa Timur dan menambah jumlah Desa dan Kec. ODF (open defecation free/bebas buang tinja disembarang tempat). Sasaran Program b.1. Desa/Kecamatan yg belum ODF Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 34 b.2. Komunitas masyarakat yg masih belum ODF Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Sarana SAPL melalui Partisipatori diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan akses jamban sehat (STBM Pilar -1) 2. Monitoring dan evaluasi peningkatan akses jamban (STBM pilar-1) 3. Pertemuan Pembekalan Calon Fasilitator STBM. 4. Pemicuan di sekolah Hasil Kegiatan Pembangunan : Tabel Capaian Kinerja Pelaksanaan Program STBM Jawa Timur Target Kumulatif RPJMD NO KEGIATAN Thn Thn Thn Progres 2014 2012 2013 s % progres s 1 Desa/Kel Dipicu 850 2.878 3.576 698 24,25 2 Desa /Kel ODF 560 846 1.186 340 40,2 3 Tambahan akses ke 1.724.8 1.963.1 70 09 238.239 13,8 jamban sehat di masyarakat (jiwa) 570.070 Sumber : LKPJ Seksi Penyehatan Lingkungan, 2013 c.2. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar Tujuan Program a. Umum Meningkatkan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat. b. Khusus Terlaksana pengawasan sarana air minum ( Inspeksi Sanitasi ) Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 35 Terlaksana pengawasan kualitas minum (DAM, PDAM dan Non PP) dengan uji petik pemeriksaan secara laboratorium untuk parameter mikrobiologi. Terlaksana pertemuan Jejaring sector terkait, Peningkatan Pengetahuan Pengawasan Kualitas Air Minum dan Pertemuan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAM RT) Sasaran Program (berisi sasaran dari setiap Program berdasarkan Renstra SKPD) Akses air minum yang berkualitas Kualitas air minum memenuhi syarat Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air minum tingkat rumah tangga. Hasil Pelaksanaan Kegiatan : Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Terlaksana Inspeksi Sanitasi di 3800 buah Sarana Air Minum, di 38 Kab/Kota. Sumber air minum yang mempunyai resiko pencemaran rendah dan sedang syarat fisik sebanyak 86,6% (katagori pencemaran rendah dan sedang 2) Terlaksana pengawasan kualitas minum dengan uji petik pemeriksaan sampel air minum secara laboratorium, sebanyak 570 sampel air minum (Perpipaan/PDAM) diperiksa. Hasil pemeriksaan yang memenuhi syarat 69,05 %. 3) Terlaksana pengawasan kualitas minum dengan uji petik pemeriksaan sampel air minum Non perpipaan secara laboratorium, sebanyak 120 sampel diperiksa, hasilnya yang memenuhi syarat air bersih 66,52 % 4) Terlaksana pengawasan kualitas minum dengan uji petik pemeriksaan sampel air minum DAM secara laboratorium, sebanyak 228 sampel diperiksa. Hasilnya yang memenuhi syarat 76,32 % 5) Terbentuknya Jejaring di 8 (delapan) Kab./Kota dalam pengawasan kualitas air minum Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 36 6) Terlatihnya 250 petugas sanitarian Kab./Kota dalam pengawasan kualitas air minum 7) Sebanyak 150 orang kader mengikuti pertemuan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga ( PAM RT). Tabel Capaian kinerja program Penyehatan Air NO KEGIATAN TAHUN 2012 % Kinerja TAHUN 2013 % Kinerja 70,50% 86,6% 1 Akses Air Minum Layak Berkualitas 2 Hasil Pengawasan Kualitas Air PDAM 45,79 %(Permenkes 492 Th.2010) 69,05 %(Permenkes 492 Th.2010) 3 Hasil Pengawasan Kualitas Air Produk DAM 73,16 % 76,32 % Sumber : LKPJ Seksi Penyehatan Lingkungan, 2013 c.3. Penyehatan lingkungan Tujuan Program Untuk meningkatkan jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) laik sehat, meningkatnya jumlah rumah sehat dan meningkatkan jumlah Kab./Kota yang mengadopsi pendekatan program Kab./Kota Sehat. Sasaran Program TTU Laik Sehat TPM Laik Sehat Rumah memenuhi syarat kesehatan Kab./Kota mengadopsi program Kab./Kota Sehat. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 37 Hasil Pelaksanaan Pembangunan Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan hygiene sanitasi TTU pada 5 Kabupaten. 2. Food security berbasis masyarakat dengan dan Industri Rumah Tangga Peningkatan sanitasi perumahan dengan pendekatan klinik sanitasi pada 7 Kabupaten/Kota. 3. Peningkatan sanitasi perumahan pada keluarga risiko tinggi penyakit berbasis lingkungan di 10 Kabupaten 4. Peningkatan Sanitasi Kota Sehat pada 14 Kab./Kota 5. Penguatan kelembagaan program Kab./Kota Sehat pada 10 Kabupaten 6. Terbentuknya kelembagaan Kab./Kota Sehat yang baru pada 6 Kab./Kota 7. Terbinanya 18 Kab./Kota yang mengadopsi Kab./Kota Sehat Tabel Capaian kinerja program Penyehatan Lingkungan NO 1 2 3 4 KEGIATAN TAHUN 2012 ABSOLUT % TAHUN 2013 ABSOLUT % KETERANGAN TPM memenuhi 49.587 79.3 49.837 79.7 Naik syarat TTU memenuhi 26.458 78,2 26.661 78,8 Naik syarat Rumah Sehat 7.145.910 73.2 7.165.434 73.4 Naik Kab/Kota Sehat 18 47,4 18 47,4 tetap (Program) Sumber : LKPJ Seksi Penyehatan Lingkungan, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 38 Tabel Capaian kinerja program Kab/Kota Sehat TAHUN 2012 N O KAB/KOTA TAHUN 2013 JUML AH TATA NAN PENGHARGAA N JUMLAH TATANA N Gub. Prov Jatim 6 1 Kota Probolinggo 6 2 Kota Pasuruan 4 3 Kab. Lumajang 8 4 Kota Kediri 6 5 Kota Malang 6 6 Kab. Ngawi 6 7 Kab. Tulungagung 7 8 Kab. Pacitan 6 9 Kab. Lamongan 4 10 Kab. Sampang 2 11 Kab. Magetan 5 12 Kab. Madiun 2 13 Kota Blitar 4 14 Kota Surabaya 8 15 Kab. Malang 2 Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub. Prov Jatim Gub Jatim 4 8 6 6 6 7 6 4 2 5 PENGHARGAA N DARI MENKES SWASTISABA WISTARA SWASTISABA WIWERDA SWASTISABA WISTARA SWASTISABA WISTARA SWASTISABA WISTARA SWASTISABA PADAPA SWASTISABA WISTARA SWASTISABA WIWERDA SWASTISABA PADAPA SWASTISABA PADAPA SWASTISABA WIWERDA 2 4 SWASTISABA PADAPA SWASTISABA PADAPA SWASTISABA PADAPA 16 Kab. Sidoarjo 2 Kab. 17 2 Pamekasan 18 Kab. Trenggalek 2 Sumber : LKPJ Seksi Penyehatan Lingkungan, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 39 c.4. Peningkatan Upaya Pengamanan Limbah Cair dan Padat Tujuan Program (berisi tujuan dari setiap Program berdasarkan Renstra SKPD) Untuk meningkatkan Kab/Kota melakukan pengelolaan limbah cair dan padat serta melakukan pengawasan terhadap keracunan pestisida. Sasaran Program (berisi sasaran dari setiap Program berdasarkan Renstra SKPD) Kab/Kota melakukan program pengelolaan limbah cair dan padat Kab/Kota melakukan pengawasan terhadap keracunan pestisida Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan pengelolaan limbah padat (sampah) rumah tangga pada 10 Kabupaten/Kota. 2. Peningkatan Pengetahuan SDM (petugas laboratorium) tentang Pemantauan pajanan pestisida pada penjamah pestisida. 3. Pemantauan dampak kualitas lingkungan dan kualitas lingkungan udara pada 10 Kab/Kota d. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya d.1Permasalahan : 1. Pengembangan Sarana SAPL melalui Partisipatori - Belum semua Kepala Daerah mengeluarkan Kebijakan tentang STBM. - Dukungan anggaran dari Pemkab/Pemkot untuk STBM sangat terbatas. - Efektifitas pemicuan belum maksimal. - Keterlibatan peran swasta masih rendah khususnya dalam pemasaran sanitasi. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 40 2. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar Program Kesehatan Lingkungan, dituntut untuk mendukung pencapain Goals 7 MDGs. tetapi dukungan dana dari Pemerintah Kabupaten Kota untuk program Penyehatan Lingkungan sangat kurang , bahkan ada beberapa Kabupaten dananya tidak ada ( Nol). Kualitas air minum perpipaan (PDAM) masih rendah berdasarkan hasil uji petik pemeriksaaan air PDAM th 2013 dari 570 sampel yang memenuhi syarat baru 69,05% sesuai dengan Permenkes 492 tahun 2010 yang mensyaratkan bakteri e-coli = 0, air DAM dari 228 sampel yang memenuhi syarat 76,32 %. Sedangkan target yang harus dicapai tahun 2015 adalah 90 % Komitmen bahwa semua PDAM Kabupaten/Kota menjadi air minum masih sulit untuk diwujudkan karena membutuhkan biaya yang sangat besar sedangkan untuk saat ini hampir seluruh PDAM Kab./Kota baru menghasilkan produk kualitas sebagai air bersih belum air siap minum 3. Penyehatan lingkungan Belum semua Kab./Kota mengadopsi program Kab./Kota Sehat Kabupaten/Kota yang telah mengadopsi program Kab./Kota Sehat tidak semua aktif Penyakit berbasis Lingkungan masih menjadi masalah utama penyakit yang ada dimasyarakat, dan belum semua Kab./Kota melakukan pendekatan klinik sanitasi. Belum semua TTU memenuhi syarat kesehatan Belum semua TPM memenuhi syarat kesehatan dan masih adanya keracunan makanan akibat pengelolaan makanan yang tidak hygienis Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 41 4. Peningkatan Upaya Pengamanan Limbah Cair dan Padat Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Masih terbatasnya sarana pengolahan limbah yang layak terutama di lokasi industri rumah tangga. Masih terbatasnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota untuk menangani sektor pengawasan dampak kualitas lingkungan terhadap kesehatan, padahal pengawasan dampak kualitas lingkungan terhadap kesehatan menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/Kota. Sangat variatifnya kebijakan masing-masing daerah, mengakibatkan beberapa program Penyehatan Lingkungan seperti Pembinaan dan Pengawasan Kualitas Limbah Cair dan Padat Sarana Pelayanan Kesehatan tidak masuk program prioritas sehingga kegiatan ini terabaikan. Pengolahan limbah industri benlum menjadi prioritas program dari penyelenggara industri. d.2Upaya Pemecahannya : 1. Pengembangan Sarana SAPL melalui Partisipatori - Advokasi kebijakan dan anggaran untuk STBM secara berjenjang dan berkesinambungan. - Peningkatan kapasitas fasilitator pemicuan melalui workshop, training, pendampingan,refresh pemicuan. - Membuat rencana kerja yang terintegrasi secara berjenjang. - Melibatkan sumber dana lain untuk kegiatan STBM ( CSR, Lembaga Donor, Project Lainnya). - Monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan yang melibatkan semua stakeholder Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 42 2. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar Proporsi rumah tangga akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak upaya upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan : 1. Pembangunan /perbaikan sarana air minum, 2. Pemeriksaan kualitas air minum perpipaan (PDAM) maupun non perpipaan 3. Mendorong Pemerintah Kab/kota untuk mengaktifkan kembali Laboratorium kesehatan Daerah, 4. Melatih SDM yang berkualitas yang dapat mendukung untuk kemudahan pelakasanaan pemeriksaan air. 5. Mendorong penyediaan Water test Kit pemeriksaan kualitas air di Lapangan 3.Penyehatan lingkungan Memfasilitasi Kab./Kota untuk terbentuknya/mengadopsi Program Kab./Kota Sehat Sosialisasi Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan kepada semua masyarakat pengelola TPM dengan pemanfaatan CTPS dan PHBS 4. Peningkatan Upaya Pengamanan Limbah Cair dan Padat e.Penghargaan Yang Pernah Diterima Penghargaan Swasti Saba untuk 15 Kab./Kota yang telah mengadopsi dan mengikuti verifikasi (tahun 2013) program Kab./Kota Sehat dari Kementrian Kesehatan RI, dan 15 Kab/Kota mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Timur untuk tahun 2012 Secara umum sasaran Meningkatkan kualitas air bersih, sanitasi dasar, higiene sanitasi makanan minuman serta kualitas kesehatan lingkungan dan pengendalian faktor resiko dampak pencemaran lingkungan di masyarakat pada tahun 2013 : SANGAT BAIK. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 43 B.2. TUJUAN 2 : Keberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Tujuan: Keberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat agar mampu Menumbuhkan Berkembangnya Perilaku Upaya Hidup Bersih Kesehatan dan Berbasis Sehat (PHBS) Masyarakat serta (UKBM) dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu : Meningkatnya Pengetahuan dan Kesadaran untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Pemberdayaan Masyarakat melalui UKBM ke arah Kemandirian. Sasaran: Meningkatnya Meningkatkan Pengetahuan dan Kesadaran untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Keberdayaan Masyarakat melalui UKBM ke arah Kemandirian., dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : a. . Persentase RT ber- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) b. Persentase Posyandu dengan Strata Purnama Mandiri (PURI) b. Persentase Desa Siaga Aktif .Tabel 3.2. TUJUAN 2 dan SASARAN 2.1. TUJUAN 2 Keberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat agar mampu Menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur SASARAN 2.1. Meningkatnya Pengetahuan dan Kesadaran untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Keberdayaan Masyarakat melalui UKBM ke arah Kemandirian. 44 Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.3. sebagai berikut : TABEL : 3.3. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Pengetahuan dan Kesadaran untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Keberdayaan Masyarakat melalui UKBM ke arah Kemandirian. 3 65 % REALISA SI 4 47,48 % 5 73,04 50 % 62,73 % 124,7 70 % 96,4% 137.7 NO INDIKATOR KINERJA TARGET 1 1 2 2 3 Persentase RT ber PHBS Persentase Posyandu dengan Strata Purnama Mandiri (PURI) Persentase Desa Siaga Aktif Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran (%) 111,8 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 45 Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT a. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ini didukung oleh 3 (tiga) kegiatan yaitu: a.1. Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat a.2. Pengembangan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat) a.3. Pengembangan Posyandu dan Desa Siaga b. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan pagu sebesar Rp. 5.684.926.500,00 terealisasi sebesar 91.15%, atau Rp. 5.181.597.847,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom (Evaluasi Internal UKGP3) c. Hasil / Outcome Pelaksanaan Pembangunan Promosi Kesehatan merupakan kegiatan promotif dan preventif disamping sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga mewujudkan kemandirian masyarakat dengan memberdayakan dan menggerakkan masyarakat melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Msyarakat (UKBM) yaitu utamanya Posyandu, Poskestren dan Saka Bakti Husada. Sebagai bentuk nyata masyarakat yang mandiri dalam masalah kesehatannya yaitu terbentuknya Desa/Kelurahan Siaga. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dimaksudkan untuk merubah perilaku dan memandirikan masyarakat dengan berPHBS dan pengembangan UKBM. Sasarannya adalah ; individu, Keluarga dan masyarakat. Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, capaian Posyandu Purnama Mandiri terus meningkat. Posyandu PURI sebanyak 22.930 (52,68%) pada Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 46 tahun 2011 menjadi 24.040 (56,79%) pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 27.680 (60,28%) tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif jumlah posyandu sudah memenuhi target, sehingga arah/upaya berikutnya adalah peningkatan kualitas posyandu dengan cara meningkatkan layanan terhadap sasarannya. Desa Siaga Aktif dimaksudkan untuk percepatanterwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat. Secara kuantitatif capaian Desa Siaga Aktif mulai tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 sebanyak 5.060 desa (59,97%), tahun 2010 sebanyak 5.103 desa (60,15%), tahun 2011 sebanyak 6.842 desa (80,53%), tahun 2012 sebanyak 7.635 desa (89,77%) dan tahun 2013 sebanyak 8.113 desa (95,4%). Namun Desa Siaga Aktif ini masih didominasi aktif “Tumbuh” sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya. Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut: Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 47 Tabel 3.1 Hasil Capaian Kinerja Program Promosi Kesehatan 2009 – 2013 Indikator Kinerja Tersusunnya pengembangan Media Promosi & Informasi Sadar Hidup Sehat sesuai target Persentase Kab/Kota menyusun profil kegiatan promkes & pengembangan UKBM sesuai pedoman Persentase Posyandu berstrata PURI di semua Kab/Kota Persentase Desa Siaga pada tahap Tumbuh, Kembang dan Paripurna Persentase Pondok pesantren dengan Poskestren sesuai standard Persentase Kecamatan yang membentuk & membina Kwarran SBH Capaian Kinerja Program Sat Kab 2009 100 2010 100 2011 100 % 100 100 100 % 43,3 43,3 52,68 56,79 60,28 % 59,97 60,15 80,53 76,33 95,4 % 15,36 17,32 19,12 20,18 19,38 % 41,08 42,30 43,05 44 46,56 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012 100 100 2013 100 100 48 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 ‐ 2012 2011 2010 2009 Sumber : Data Kegiatan Program Promosi Kesehatan , 2013 d.Permasalahan dan Upaya Pemecahanya d.1.Permasalahan d.1.1.Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat. 1. Inventarisasi program yang akan dipromosikan sudah berjalan tetapi belum optimal. 2. Prosedur perencanaan dimana semua kegiatan media berada, didalam satu nomer rekening sehingga kegiatan tidak sesuai segmentasi sasaran, media dan waktu yang direncanakan. d.1.2 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). 1. Pada pelatihan Kader/Santri Husada tidak semua Pondok Pesantren menindak lanjuti dengan membentuk Poskestren sesuai standar. 2. Kurangnya Koordinasi Lintas Sektor khususnya dengan Kementrian Agama dalam pembinaan Poskestren. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 49 3. Masih kurangnya pemahaman materi – materi program oleh pembina dalam kegiatan Saka Bakti Husada (SBH), sehingga Saka Bakti Husada belum menjadi kebutuhan program di Kabupaten/Kota. d.1.3.Pengembangan Posyandu dan Desa Siaga 1. Peran dan fungsi Tim Pokjanal Posyandu dan Tim Pokjanal Desa Siaga Aktif belum optimal. 2. Pembinaan dalam bentuk monitoring dan evaluasi terpadu yang dilaksanakan oleh Tim Pokjanal Posyandu belum terkoordinasi dengan baik. 3. Kurangnya sosialisasi Desa Siaga Aktif di media massa. d.2.Upaya Pemecahan Permasalahan d.2.1.Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat. 1. Mengoptimalkan inventarisasi semua substansi program yang akan dipromosikan. 2. Membuat alokasi kegiatan yang lebih flexible untuk waktu pelaksanaan. 3. Perencanaan untuk media akan melekat dalam kegiatan d.2.2 Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). 1. Pendataan yang lebih optimal terkait kegiatan Mapping UKBM & Promosi Kesehatan. 2. Diberikan bantuan transport untuk Kader/Santri Husada dalam proses pembentukan Poskestren yaitu kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) dengan pendampingan dari Dinkes Kab/Kota & Puskesmas melalui APBD tahun depan. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 50 3. Meningkatkan koordinasi baik Lintas Program maaupun Lintas Sektor dalam pembinaan program Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat. 4. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi Saka Bakti Husada yang lebih intensif. 5. Meningkatkan upaya pembinaan terhadap Pangkalan Satuan Karya Bakti Husada oleh Pimpinan Saka Bakti Husada dengan memberikan motivasi dan reward melalui penilaian / seleksi terhadap pangkalan Saka Bakti Husada Berprestasi yang berkesinambungan. d.2.3.Pengembangan Posyandu dan Desa Siaga 1. Pelaksanaan monev terpadu Tim Pokjanal Posyandu secara berkala dibawah Koordinasi Bapemas. 2. Meningkatkan promosi Desa Siaga Aktif di media massa pada tahun 2014. Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat serta pemberdayaan masyarakat kearah kemandirian pada tahun 2013 telah tercapai dengan : SANGAT BAIK, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 51 B.3. TUJUAN 3 : Meningkatnya Akses , Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya Untuk mewujudkan tujuan ”Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya”, maka ditetapkan sasaran: 3.1 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi, serta kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta pelayanan kesehatan penunjang dengan indikator sasaran : a. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup b. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup c. Persentase cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap (%) d. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) e. Persentase Cakupan Kunjungan Bayi (%) f. Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) (%) g. Persentase capaian peserta KB Aktif h. Persentase Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar i. Persen Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap PLUS j. Persentase Puskesmas PONED sesuai standar k. Persentase Pustu yang menjadi Pustu Layani Gawat Darurat dan observasi l. Persentase Polindes yang berkembang menjadi Ponkesdes sesuai standar Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 52 3.2) Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan prasarana kesehatan di rumah sakit, rumah sakit khusus, dan balai kesehatan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran: c. Persentase Rumah Sakit Pemerintah menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) sesuai standar d. Persentase Rumah Sakit yang Terakreditasi 5 pelayanan dasar Tabel 3.4. TUJUAN 3 dan SASARAN 3.1 TUJUAN 3 Meningkatnys Akses , Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya SASARAN 3.1 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi, kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta pelayanan kesehatan Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.5. sebagai berikut : TABEL : 3.5. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja,lanjut usia, kesehatan reproduksi, kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, balai kesehatan serta pelayanan kesehatan. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 53 NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI (%) 1 1 2 3 23 4 25,95 5 88,6 95,5 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup 2 Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup 102 97,43 3 Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap 84% 97,06% 4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Linakes) 90% 92,08% 5 Cakupan Kunjungan Bayi 65% 94,88% 6 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 70% 87,27% >50% 96,4% 7 Persentase Capaian Peserta KB Aktif 115,5 102,3 Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran 145,9 124,6 132,04 114,92 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 54 3 24% REALISA SI 4 22,22% 5 92,5 Persentase Puskesmas Rawat Inap yang menjadi Puskesmas Rawat Inap PLUS 24% 12,7% 52,91 10 Persentase Pustu yang menjadi Pustu Layani Gawat Darurat dan Observasi 10% 7,7% 77 11 Persentase Polindes yang berkembang menjadi Ponkesdes 78% 55,79% 71,52 NO INDIKATOR KINERJA TARGET 1 8 2 9 Persentase Puskesmas yang menjadi Puskesmas Standar Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran (%) 73,4 KATEGORI PENILAIAN : BAIK Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) (Pada Seksi Pelayanan Kesehatan Keluarga/Kesga) Capaian kinerja program Upaya Kesehatan Masyarakat pada Seksi Pelayanan Kesehatan Keluarga adalah sebagai berikut : Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 55 Tabel Capaian kinerja Program Peningkatan kesehatan anak remaja dan usila Capaian Kinerja Program Indikator Kinerja Satuan 2009 2010 Kab/Kota dengan minimal 2 Jumlah 33 35 Puskesmas mampu tata Kab/Kota laksana penanganan KtP/A Kab/Kota dengan minimal 8 % Jumlah 30 35 Puskesmas Santun Lansia Kab/Kota % Kab/Kota melaksanakan % 100 100 penjaringan kesehatan % Kab/Kota melaksanakan % 100 100 penjaringan kesehatan SD/MI kelas 1 minimal 95 % Kab/Kota dengan minimal 4 % 34 36 Puskesmas mampu tata laksana PKPR Sumber : Data Kegiatan Program UKM Seksi Yankesga, 2013 2011 37 2012 38 2013 37 38 28 100 100 100 100 100 86.84 37 38 94.74 19 Tabel Capaian kinerja Program Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan anak pra sekolah Indikator Kinerja Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 % Cakupan % 92,96 95,04 95,95 Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) % Cakupan % 93,80 94,93 95,82 Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap ) Sumber : Data Kegiatan Program UKM Seksi Yankesga, 2013 97,13 94.4 95,70 88,9 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ( PN ) merupakan indikator terpilih untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan ibu. Peningkatan cakupan PN akan menyebabkan menurunnya Angka Kematian Ibu. Kunjungan Neonatal lengkap merupakan indikator terpilih untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan anak khususnya bayi. Risiko terbesar terjadinya Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 56 kematian bayi adalah pada masa neonatal. Dengan cakupan neonatal yang tinggi diharapkan akan diikuti dengan penurunan Angka Kematian Bayi. Tabel Capaian kinerja Program Peningkatan mutu pelayanan kesehatan reproduksi dan KB Indikator Kinerja Satuan 2009 2010 2011 2012 2013. % Cakupan KB Aktif % 65 66 68 69,7 71,91 38 38 100 100 Kab/Kota dengan Jumlah 33 35 37 minimal 2 Puskesmas Kab/Kot mampu tata laksana a penanganan KtP/A % Kab/Kota Kabu 100 100 100 melakukan konseling pate atau penyuluhan n/ PMTCT pada ibu Kota hamil yang ANC Sumber : Data Kegiatan Program UKM Seksi Yankesga, 2013 Program Peningkatan mutu pelayanan kesehatan reproduksi dan KB dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi reproduksi pada pasangan usia subur. Cakupan KB aktif menunjukkan pengaturan jarak kehamilan sehingga menjadi kehamilan yang aman dengan tetap memperhatikan fungsi reproduksi, menunda terjadinya kehamilan pada pasangan dengan usia dibawah 20 tahun dan mencegah terjadinya kehamilan pada pasangan diatas 35 tahun. Tata laksana penanganan KtP/A ditunjukan untuk memberikan perlindungan terhadap perempuan dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, serta kesetaraan gender. Konseling PMTCT pada ibu hamil yang ANC bertujuan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani kasus infeksi menular seksual khususnya HIV/AIDS pada ibu hamil dan pasangan. Ditinjau dari realisasi keuangan bahwa pogram ini didukung oleh 3 (tiga) kegiatan dengan anggaran sebesar Rp 2.580.000.000,- dengan kegiatan meliputi :: Peningkatan kesehatan anak, remaja dan usila ; Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita dan anak pra sekolah ; Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Secara rinci realisasi per Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 57 kegiatan yang terdiri dari realisasi anggaran dan capaian ukuran keberhasilan dapat diilihat pada Lampiran matriks 16 kolom (Evaluasi Internal UKGP3). Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi , Anak, Remaja dan Lanjut Usia serta Kesehatan Reproduksi pada tahun 2013 telah tercapai dengan SANGAT BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013. PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) (Pada Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Penunjang/Yankesdaspen) Capaian kinerja program Upaya Kesehatan Masyarakat pada Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Penunjang adalah sebagai berikut : Program Upaya Kesehatan Masyarakat 6.363.312.500,00 terealisasi sebesar dengan 92.39%, pagu sebesar Rp. atau Rp. 5.879.274.608,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom Hasil Pelaksanaan Program Program Upaya Kesehatan masyarakat dimaksudkan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan sesuai kapabilitas, kompetensi, dan mutu seluruh Puskesmas dan jaringannya. Dalam rangka menyiapkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya Puskesmas, dan jaringannya baik berupa sarana, prasarana, ketrampilan Sumberdaya manusia, dan Penyusunan Standar Puskesmas Rawat Inap Plus, Puskesmas Rawat Inap Standar, Pustu yang mampu melayani kegawatdaruratan dan observasi di Jawa Timur. Upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, maka harus meningkatkan faktor kepuasan, dan Trust (kepercayaan masyarakat) agar loyalitas pasien terhadap Puskesmas meningkat. Selain daripada itu, kerjasama Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 58 Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur bersama-sama sharing dalam program Icon Gubernur. Pendekatan layanan kesehatan berupa Ponkesdes, Puskesmas Plus, Puskesmas Standar, dan Puskesmas Gadar dan Observasi ditingkatkan dalam kualitas dan kuantitasnya, agar upaya promotif lebih berkembang. Hal ini menyebabkan meningkatnya Puskesmas Rawat Inap Plus, Puskesmas Rawat Inap Standar dan Pustu Gadar dan Observasi diharapkan akan mempermudah dimonitor kegiatannya dalam memenuhi persyaratan operasional dan pemenuhan SDM yang berkompeten. Dengan demikian, dapat meminimasi rujukan ke tempat lain, dan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan secara bermutu dan sesuai dengan masing-masing Standar Tabel 2.1. Capaian Kinerja Tahun 2009 - 2013 Indikator Kinerja 2009 target 2009 Capaia n 2010 targe t Prosentase Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar Prosentase Puskesmas yang melaksanaka n pelayanan PONED Prosentase Puskesmas mempunyai UGD 24 jam 10% 0% 15% Capaian Kinerja Program 2010 2011 2011 201 capaia targe capaia 2 n t n Targ et 20% 25% 40% 35% 10% 99% 20% 110% 25% 105% 15% 100% 20% 100% 30% Prosentase Puskesmas terlayani mobil bengkel servis alat kesehatan Prosentase Unit transfusi darah (UTD) memenuhi standar mutu 5% 146% 10% 73% 5% 95% 10% 96% Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012 capai an 2013 Targ et 2013 capaia n 48% 40% 49% 35% 143 % 40% 125% 100% 40% 100 % 50% 100% 10% 76% 15% 40% 20% 10% 10% 99% 15% 95% 20% 108% 59 Prosentase Keluhan masyarakat miskin berobat gratis di puskesmas tertangani Prosentase Puskesmas di daerah tertinggal dan terpencil melakukan pembinaan keluarga rawan Posentase Puskesmas Kab/Kota menerapkan sistem keuangan di Puskesmas berdasarkan kapitasi berbasis kinerja Prosentase Kab/Kota menerapkan standar pelayanan minimal berdasarkan Citizens Charter atau kontrak pelayanan Prosentase Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas Plus Prosentase Puskesmas pembantu yang ada menjadi Puskesmas pembantu layani Gawat Darurat dan Observasi % Polindes 50% 100% 60% 100% 70% 100% 75% 100 % 80% 100% 5% 100% 10% 100% 20% 100% 30% 100 % 40% 100% 0% 0% 5% 0% 10% 0% 15% 0% 20% 0% 10% 0% 15% 0% 20% 0% 25% 0% 30 0% 5% 0% 10% 20% 15% 41% 20% 46% 25% 41% 2% 0% 4% 111% 6% 142% 8% 90% 10% 88% 0% 0% 20% 139% 30% 134% 40% 123 50% 112% Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 60 yang berkembang menjadi Ponkesdes % Sumber : Data Program UKM Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, 2013 Capaian kinerja program Upaya Kesehatan Masyarakat pada Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar selama tahun 2009 – 2013 1. Puskesmas Standar adalah program Icon yang sangat penting, untuk mendorong lebih meningkatkan pelayanan Puskesmas lebih baik. Jumlah di tahun 2009 masih 0, tahun 2010 menjadi 10 (20%), tahun 2011 sebanyak 29 (40%), tahun 2012 berjumlah 58 (48%), dan tahun 2013 sejumlah 83 (49%). Meskipun terjadi peningkatan capaian dari target tiap tahun, tetapi masih jauh dari harapan dikarenakan APBD yang terbatas. Puskesmas standar hanya nama (brand) bukan berarti semua Puskesmas tidak memenuhi standar. 2. Puskesmas PONED berjumlah 49 pada tahun 2009 (100%), 96 pada tahun 2010 (100%), 122 pada tahun 2011 (100%), 248 pada tahun 2012 (143%) pada tahun 2013 (124%) 247. Puskesmas PONED ini diharapkan bisa melayani pasien yang melahirkan dengan selamat, sehingga dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). 3. Puskesmas dengan UGD 24 jam mencapai 100% setiap tahun, karena semua pelayanan puskesmas perawatan dilengkapi UGD 24 jam. 4. Pelayanan bengkel alkes yang melayani ke Puskesmas di Kabupaten dan Kota, sangat bermanfaat bagi puskesmas, dan efisiensi terhadap pengadaan alat dalam upaya perbaikan terus menerus. Di tahun 2009 melayani sebanyak 24 puskesmas (70%), 47 Puskesmas 2010 (70%), 47 tahun 2011(36%), 57 tahun 2012 (40%), dan sebanyak 16 di tahun 2013 (10%). Anggaran untuk Alat Kesehatan belum optimal, sehingga belum mampu meningkatkan kinerja program ini. 5. Mutu pelayanan di Unit transfusi darah sangat berperan dalam menurunkan AKI dan AKB. UTD sesuai standar mutu di Kabupaten Kota sebesar 2 (95%) pada tahun 2009, 4 (96%) pada tahun 2010, 5 (99%) pada tahun 2011, 6 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 61 (95%) pada tahun 2012,8 (108%) pada tahun 2013. Persoalan banyaknya angka reaktif pada penyakit HIV, Hepatitis, dan Syphilis pada pedonor, diharapkan kajian agar organisasi dibawah PMI ini dapat diubah menjadi milik Pemerintah, sehingga dapat ditingkatkan sarana, SDM, dan teknik pemeriksaannya. 6. Peningkatan pelayanan kesehatan miskin, dan terpencil melakukan pembinaan keluarga rawan di Kabupaten Sampang, Pamekasan, Bangkalan, Bondowosa, Situbondo, Sumenep, Probolinggo, Banyuwangi, Pacitan, Ponorogo, Gresik. Hal ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di tahun 2009, 2010,2011,2012, 2013 masing- masing sebesar 100%. Perawatan Kesehatan Masyarakat yang berbentuk kunjungan pada keluarga, juga dapat meningkatkan upaya promosi kesehatan, yang diharapkan bisa mengefisiensikan biaya kesehatan yang akan datang. 7. Keluhan masyarakat miskin berobat di Puskesmas tertangani sebesar 100% masing-masing di tahun 2009 (946), 2010 (950), 2011 (952), 2012 (957), 2013 (960). Pada seluruh Puskesmas diberlakukan gratis bagi masyarakat miskin di seluruh Puskesmas. 8. Pada Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 program Puskesmas Kab/Kota menerapkan sistem keuangan di Puskesmas berdasarkan kapitasi berbasis kinerja, tidak bisa dilaksanakan. Hal ini terjadi, dikarenakan rata-rata di Kabupaten Kota mengetrapkan pelayanan gratis di Puskesmas. 9. Kab/Kota menerapkan standar pelayanan minimal berdasarkan Citizens Charter atau kontrak pelayanan juga tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, diakibatkan kebijakan yang sama seperti di atas. 10. Puskesmas Rawat Inap yang ada menjadi Puskesmas Plus, pada tahun 2009 sebanyak 0%, 2010 sebanyak 10 (20%), 2011 sebanyak 30 (41%) , 2012 sebanyak 45(46%) , 2013 sebanyak 50 (41%) dalam proses. 11. Prosentase Puskesmas pembantu yang ada menjadi Puskesmas pembantu layani Gawat Darurat dan Observasi pada tahun 2009 sebesar 0, 2010 sebesar 50 (111%), 2011 sebesar 130 (142%), 2012 sebesar 165 (90%), Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 62 2013 sebanyak 200 (88%) dalam proses. Puskesmas ini kebanyakan di area jalan raya, agar bisa memberikan penanganan kegawatdaruratan yang tinggi angkanya. 12. Rekruitmen perawat pada tahun 2010 sebanyak 1608 yang ditugaskan pada 1608 Ponkesdes ( 139%), 2011 sebanyak 2334 (134%), 2012 sebanyak 2846 ( 123%), 2013 sebanyak 3222 (112%). Ponkesdes ini penting keberadaannya dalam promosi kesehatan, lingkungan, dan tindakan prefentif, tetapi belum ada kebijakan bagaimana nasib perawat selanjutnya. Oleh sebab itu, besar harapan Para perawat yang ada untuk ditingkatkan kesejahteraannya dengan mengangkatnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). 13. Pembekalan pada 390 pada perawat yang akan bertugas di Ponkesdes dan penempatan alkes dan mebeleir di Ponkesdes Sasaran Seluruh Ponkesdes Kabupaten dan Kotamadya di wilayah Jawa timur Secara umum pencapaian target sasaran Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas dan Jaringannya serta Pelayanan Kesehatan Penunjang. pada tahun 2013 telah tercapai dengan BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013. c.Sasaran: Meningkatnya Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : 1. Persentase Rumah Sakit yang Menyelenggarakan PONEK 2. Persentase Rumah Sakit yang Terakreditasi 5 Pelayanan Dasar Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 63 Tabel 3.8. TUJUAN 3 dan SASARAN 3 TUJUAN 3 SASARAN 3.3. Meningkatnya Akses , Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya Meningkatnya Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.9. sebagai berikut : TABEL : 3.9. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan . NO INDIKATOR KINERJA TARGET 1 1 2 3 75% REALISA SI 4 71% 70% 88% 2 Persentase Rumah Sakit yang menyelenggarakan PONEK Persentase Rumah Sakit yang Terakreditasi 5 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (%) 5 96 122 64 Pelayanan Dasar 110,5 Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP) Program Upaya Kesehatan Perorangan ini didukung oleh 3 (tiga) kegiatan yaitu: a.1. Pelayanan bagi penduduk miskin di Rumah Sakit dan atau rumah sakit Khusus, serta pengembangan kesehatan rujukan a.2. Peningkatan Kualitas Pelayanan di RS a.3. Peningkatan pelayanan kesehatan penunjang dan kegawatdaruratan di RSU dan RS khusus Program Upaya Kesehatan Perorangan dengan pagu sebesar Rp. 2.087.431.800,- terealisasi sebesar 90.73% atau Rp. 1.893.934.930,- secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom Hasil Pelaksanaan Pembangunan 1. Pelayanan Bagi Penduduk Miskin di RS dan atau RS Khusus serta Pengembangan Kesehatan Rujukan. Bahwa dalam kinerja program didapatkan upaya – upaya yang dilakukan dalam menghadapi pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu Tersusunnya model perencanaan perawatan pasien di RS (Clinical Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 65 Pathway), tersusunnya instrumen pengukuran kepuasan pasien maskin di RS serta buku pedoman sistem rujukan berdasarkan indikasi medis. Clinical Pathway yang merupakan konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu di rumah sakit. Pada Tahun 2012 semua 55 RS Pemerintah sudah tersosialisasi terkait clinical pathway tetapi baru 9 RS di Provinsi Jawa Timur yang difasilitasi untuk menyusun Clinical Pathways. Kemudian pada tahun 2013 dilakukan juga kegiatan pelatihan di 3 RS Pemerintah dalam rangka penyusunan Clinical Pathway. Adapun RS Pemerintah tersebut yaitu RS Kab. Kediri, RS Paru Surabaya, dan RS Kusta Kediri. Sejak tahun 2012 telah tersusun Buku Pedoman Sistem Rujukan berbasis Indikasi Medis yaitu penyelenggaraan pelayanaan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayaan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal yang didasarkan pada kemampuan medis rumah sakit yang dalam penyusunannya telah melibatkan Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas, Dinas Kesehatan dan IDI dan Organisasi Profesi dari masing-masing pelayanan. Pedoman ini mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional mengamanatkan tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas yang dilaksanakan dengan memperhatikan inovasi dan terobosan dalam penyelengaraannya yang berkesinambungan, terus menerus, terpadu dan paripurna melalui penguatan sistem rujukan. 2 Peningkatan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Berdasarkan ukuran keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu terlaksananya pembinaan peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Pemerintah dengan melihat pelaksanaan akreditasi di Rumah Sakit Pemerintah. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali. Akreditasi RS dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun luar negeri berdasarkan standar Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 66 akreditasi yang berlaku dan ditetapkan oleh Menteri, sesuai yang diamanatkan pada UU RS No 44 Tahun 2009 pasal 40. Akreditasi RS saat ini dilakukan oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) dengan pembagian penilaian akreditasi RS meliputi Akreditasi RS 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan. Pada pertengahan 2012 adalah batas akhir penilaian akreditasi versi tahun 2007 yang selanjutnya instrumen akreditasi menggunakan akreditasi yang baru sesuai Keputusan Dirjen Bina Upaya Kesheatan Kemenkes RI Nomor : HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi RS. Jumlah RS pemerintah yang terakreditasi pada tahun 2012 sebanyak 58 RS (95 %) pada tahun 2013 tetap 58 RS (88 %), terjadi penurunan persentase capaian rumah sakit yang telah terakreditasi dikarenakan adanya penambahan rumah sakit pada tahun 2013 dan tidak ada penambahan jumlah RS yang terakreditasi karena adanya perubahan versi 2007 ke versi baru. Indikator Renstra pada tahun 2013 adalah 70 %. Sehingga persentase pencapaian sasaran adalah 127 %. Pencapaian ini telah didukung oleh Dana APBD Provinsi Jatim dengan Berbagai kegiatan terkait peningkatan pencapaian indikator renstra untuk akreditasi RS antara lain : a. Workshop Akreditasi RS 5 Pelayanan bagi RSU dan RSK, dengan tujuan agar RS dapat membuat dokumen sesuai standart dan parameter penilaian akreditasi RS, sasaran adalah RS Pemerintah yang belum terakreditasi b. Monitoring dan Evaluasi Akreditasi RS Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 67 Akreditasi RS Pemerintah Tahun 2013 sudah Belum 12% 88% Sumber : Data Program UKP, 2013 Gambar 5.1. Capaian Akreditasi RS Pemerintah di Jawa Timur Tahun 2013 Berdasarkan gambar 5.1 diatas, menunjukkan tahun 2013 tidak ada perubahan rumah sakit pemerintah yang terakreditasi 5 pelayanan dasar karena adanya perubahan versi akreditasi dari versi 2007 ke versi baru karena adanya perubahan versi akreditasi. Akreditasi RS dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku dan ditetapkan oleh Menteri, sesuai yang diamanatkan pada UU RS No 44 Tahun 2009 pasal 40. Akreditasi RS saat ini dilakukan oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) dengan pembagian penilaian akreditasi RS meliputi Akreditasi RS 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan. Pada pertengahan 2012 adalah batas akhir penilaian akreditasi versi tahun 2007 yang selanjutnya instrumen akreditasi menggunakan akreditasi versi baru. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 68 RS Pemerintah RSTNI POLRI RS BUMN RS Swasta 174 151 141 141 107 98 73 58 55 36 36 89 Sudah 2218 3 Belum Tahun 2010 21 11 87 1 Sudah Belum Tahun 2011 58 24 12 sudah 7 31 Belum Tahun 2012 24 12 sudah 8 31 Belum Tahun 2013 Sumber : Data Program UKP, 2013 Gambar 5.2 Capaian Akreditasi Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010- 2013 Berdasarkan gambar diatas, menunjukkan capaian akreditasi rumah sakit di Jawa Timur sebanyak 66,38% dengan menggunakan instrument penilaian akreditasi versi 2007. Hingga tahun 2013 terdapat 33,61% Rumah Sakit yang belum terakreditasi dan terbanyak RS Swasta (89,91%). RSU pemerintah yang belum terakreditasi terdapat 5 RSU Pemerintah (RS Ngimbang RS Besuki Situbondo, RSUD Lawang, RSUD Ploso, RS Universitas Airlangga) Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi RS dimana disebutkan pada pasal 3 bahwa RS wajib mengikuti akreditasi nasional, dan pada pasal 4 untuk dalam upaya meningkatkan daya saing, RS dapat mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan. Sampai pada Oktober 2013 RS di Jawa Timur yang sudah terakreditasi nasional adalah 2 (dua) RS swasta yaitu RS Panti Nirmala dan RS Khusus Mata Undaan dan RS yang terakreditasi internasional adalah RS Premier Surabaya. Pencapaian target indikator Rumah Sakit Pemerintah menyelenggarakan Program Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam. 87,03%RS Mampu PONEK 24 jam adalah RS yang mampu menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 69 terintegrasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, yang dapat terukur malalui Penilaian Kinerja Manjemen dan Penilaian Kinerja Klinis dan Buku Paket Pelatihan PONEK Protokol bagi Tenaga Pelaksana . Masih terdapat 8 RSUD yang masih belum terlatih PONEK yaitu: RSUD Dr R Soedarsono Pasuruan, RSUD RA Basuni Mojokerto, RSUD Kertosono, RSUD Ngimbang, RSUD Lawang, RSUD Dolopo, RSUD Ploso Jombang dan RSUD Besuki Situbondo. Keterbatasan SDM spesialistik khususnya dokter spesialis obgyn dan dokter spesialis anak yang full timer masih menjadi permasalahan RS Pemerintah belum mampu PONEK 24 jam. 3.Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penunjang dan Kegawatdaruratan di RS dan RS Khusus Jumlah RS yang melaksanakan gawat darurat level 1 sesuai standar : indikator renstra Tahun 2013 : 90 % Gadar Level I adalah standar minimal untuk RS Kelas D (Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS. Pada Tahun 2013, Dari 64 RSU yang sudah melaksanakan gawat darurat level 1 sesuai standar sebanyak 60 RS (93,75%) ini berarti target terpenuhi 100%. Yang belum memenuhi standart IGD level I adalah RSUD Ploso Jombang,RSUD khususnya Besuki terkait Situbondo,RSUD standarisasi SDM di Ngimbang, IGD yang RSUD harus Lawang terlatih kegawatdaruratan. (Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Nomor : YM.01/II/1936/2011, tanggal 20 Juli 2011 dinyatakan bahwa Standart Kompetensi Minimal bagi dokter yang bekerja di IGD harus sudah mengkuti pelatihan GELS/PPGD) . Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 70 Permasalahan dan upaya pemecahannya 1. Adanya UU RS No.44 Tahun 2009 masih diperlukan peraturan teknis diantaranya dalam bentuk Peraturan Permerintah, Kepres, Permenkes, Kepmenkes, Perda Kab/Kota dan Perda Provinsi sebagai pendukung pelaksanaan peraturan perundangan ini. Untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berinisiatif memberi masukan kepada pihak-pihak terkait agar peraturan teknis yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan UU RS bisa segera diterbitkan. 2. Berdasarkan UU RS No. 44 Tahun 2009 yang dijelaskan dalam Permenkes RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi RS disebutkan bahwa Peran Dinas Kesehatan Provinsi adalah memberikan Rekomendasi Penetapan Kelas. Untuk RS Pemerintah sebanyak 58 RS sebelumnya sudah ditetapkan klasifikasinya oleh Kemenkes RI, dan terkait RS TNI/POLRI/BUMN dan Swasta yang belum terklasifikasi sampai saat ini masih dalam proses klasifikasi karena yang menetapkan kelas RS adalah Kementerian Kesehatan RI. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur akan mengadvokasi kepada Kementerian Kesehatan RI untuk memprioritaskan penetapan kelas Rumah Sakit di Jawa Timur mengingat jumlah RS di Jawa Timur termasuk terbanyak di Indonesia. 3. Dengan standar akreditasi baru yang diberlakukan mulai tahun 2012, maka maka rumah sakit harus menata ulang standarnya karena pada standar akreditasi baru ada 4 (empat) kelompok standar yaitu : Kelompok standar berfokus pada pasien, Kelompok standar manajemen rumah sakit, Kelompok sasaran keselamatan pasien, Kelompok sasaran menuju Milineum Development Goals. 4. Sistem Pelaporan RS masih belum berjalan optimal karena terkait pelaporan RS dari 344 RS Kab/Kota yang mengirimkan laporan tahunan ke Dinkes Provinsi Jatim sebanyak 257 RS. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 71 Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat yang Bisa Diakses Masyarakat dan Prasarana Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan pada tahun 2013 telah tercapai dengan SANGAT BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013 . B.4. TUJUAN 4 : Meningkatnya Kesadaran Gizi Keluarga dalam Upaya Meningkatkan Status Gizi Masyarakat Tujuan : Meningkatnya Kesadaran Gizi Keluarga dalam Upaya Meningkatkan Status Gizi Masyarakat dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat Sasaran: Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat ,dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : a. Persentase Balita yang dipantau Pertumbuhannya b. Prevalensi Balita Dengan Gizi Buruk c. Prevalensi Balita dengan Gizi Kurang Tabel 3.10. TUJUAN 4 dan SASARAN 4 TUJUAN 4 SASARAN 4.1 Meningkatnya Kesadaran Gizi Meningkatnya Perbaikan Gizi Keluarga Dalam Upaya Masyarakat Meningkatkan Status Gizi Masyarakat Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 72 Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.11. sebagai berikut : TABEL : 3.11. Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat NO INDIKATOR KINERJA TARGET 1 1 2 3 75 % REALISA SI 4 74, 7 % 3,6% 2.2% 15% 12,1% 2 3 Partisipasi Balita Dipantau pertumbuhannya Prevalensi Balita Dengan Gizi Buruk Prevalensi Balita dengan Kurang Gizi Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran (%) 5 99,6 >100 >100 >100 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT a. Program Perbaikan Gizi Masyarakat oleh 5 (lima) kegiatan yaitu: a.1. Menyusun peta informasi masyarakat kurang gizi a.2. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan Kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya a.3. Pemberdayaan masyarakat Untuk pencapaian keluarga sadar gizi a.4. Penyelidikan surveillans untuk kewaspadaan pangan dan gizi a.5. Peningkatan pendidikan dan pengetahuan tentang penanganan masalah gizi Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 73 b. Program Perbaikan Gizi Masyarakat dengan pagu sebesar Rp. 5.075.000.000,00 terealisasi sebesar 91.15% atau Rp. 5.181.597.847,00secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom. c. Hasil Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat pada Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif, dengan sasaran program tenaga pelaksana gizi Kab/Kota,ibu hamil, bayi dan balita serta usia produktif Hasil pelaksanaan program/kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Upaya penanggulangan masalah gizi (KEP, anemia gizi, GAKY, KVA) dan kekurangan zat gizi mikro lainnya di 38 Kabupaten/Kota 2. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadarzi di 38 Kabupaten/Kota 3. Penyelidikan surveilans untuk kewaspadaan pangan dan gizi Adapun hasil pencapaian indikator kinerja seksi gizi pada tahun 2010 - 2012, seperti rincian tabel berikut : Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 74 Tabel. 4.1.Hasil Pencapaian Indikator Kinerja Gizi Tahun 2013 NO INDIKATOR PENCAPAIAN 2012 2013 1 Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100 % 100 % 2 Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif 66,1 % 70,3 % 3 Cakupan RT yg mengonsumsi garam beryodium - 86,9 % 4 Persentase Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 90,3 % 89,7 % 5 Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet 71,2 % 81,6 % 6 Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi 7 Persentase balita ditimbang berat badannya 8 Persentase Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana 100% 100 % 73,7% 72,0 % 100% 100 % Sumber : Data Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 Pada tabel di atas, untuk 563 Balita gizi buruk sudah mendapat perawatan 100 % dan tertangani semua, penanggulangan kasus balita gizi buruk dilaksanakan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu bagi balita gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda komplikasi medis dilakukan penanganan rawat inap di Puskesmas Perawatan, Theurapeutic Feeding Centre (TFC) maupun Rumah Sakit. Sedangkan bagi balita gizi buruk tanpa komplikasi dilakukan melalui rawat jalan dengan pembinaan oleh petugas kesehatan dan kader Posyandu. Cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif tahun 2013 sebesar 70,3% dari jumlah bayi diperiksa sebesar 461.440 dan yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 324.550 bayi, meskipun belum mencapai target nasional sebesar 75 % tetapi bila dibanding tahun 2012 persentase tahun 2013 meningkat sebanyak 4,2%, ini di tunjang dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat tentang ASI Eksklusif serta semakin tanggapnya tenaga pelaksana gizi di lapangan. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 75 Upaya terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif antara lain melalui : - Pelatihan petugas kesehatan terkait dengan definisi operasional ASI eksklusif untuk mendukung pelaporan ASI eksklusif yang benar - Pelatihan Konselor Menyusui - Pelatihan konselor MP-ASI - Peringatan Pekan ASI Sedunia - Lomba standing banner ASI Eksklusif - Peningkatan dukungan keluarga dan masyarakat melalui pembentukan Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) - Lomba KP-ASI - Sosialisasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. - Penyediaan ruang laktasi dalam rangka mendukung penjediaan fasilitas menyusui di tempat kerja maupun di pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Upaya penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dilakukan melalui pemanfaatan garam beriodium. Cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 86,9 % dari sampel 112.701 kepala keluarga dan yang hasil uji garamnya cukup sebesar 97.965 sampel. Jika dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 85 % berarti telah mencapai target. Upaya peningkatan cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dilakukan antara lain melalui : - Peningkatan koordinasi dengan petugas lintas program terkait - Promosi Garam Beriodium melalui pengadaan sarana media penyuluhan - Sosialisasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang Pedoman Penanggulangan GAKI di daerah, dan lain-lain. Cakupan Balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 89,6 % dari sasaran Balita 3.072.582 yang mendapatkan vitamin A sebanyak 2.753.846. Jika dibandingkan dengan capaian Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 76 tahun 2012 sebesar 90,3% memang ada penurunan 0,7% ini disebabkan sarana vitamin A pada bulan Pebruari di beberapa Kabupaten /Kota ada kekurangan karena pengadaan vitamin A dari pusat belum selesai. Akan tetapi bila capaian tahun 2013 dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 83 % berarti telah mencapai target. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan balita yang mendapat kapsul vitamin A, antara lain melalui : - Pelatihan manajemen kapsul vitamin A bagi petugas kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se Jawa Timur dan Puskesmas - Pemenuhan kebutuhan kapsul vitamin A - Pertemuan koordinasi penanggulangan Kurang Vitamin A bagi petugas lintas sektor Kabupaten/Kota se Jawa Timur - Promosi pemberian kapsul vitamin A melalui pengadaan media/sarana penyuluhan, dan lain-lain. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe (feros /tambah darah) 90 tablet di Jawa Timur tahun 2013 adalah sebesar 81,6 % dari jumlah ibu hamil sebanyak 679.460 orang yang mendapat Fe3 sebesar 554.139 orang. Jika dibandingkan dengan target nasional sebesar 93 persen berarti belum mencapai target. Masalah yang berkaitan dengan rendahnya cakupan ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet tambah darah tersebut antara lain berkaitan dengan belum optimalnya koordinasi dengan lintas program terkait, serta belum terlaporkannya dengan baik cakupan pemberian TTD pada ibu hamil. Upaya peningkatan cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah dilakukan antara lain melalui : - Peningkatan koordinasi dengan petugas lintas program terkait - Peningkatan pemahaman petugas kesehatan terkait dengan definisi operasional pemberian TTD - Promosi TTD melalui pengadaan sarana media penyuluhan - Penyediaan tablet tambah darah untuk ibu hamil bagi Kabupaten/ Kota se Jawa Timur, dan lain-lain. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 77 Surveilans gizi yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan ini adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indicator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dari tahun 2012 sampai dengan 2013 rata-rata mencapai 100%, karena setiap Kab/Kota di Jawa Timur selalu melaksanakan surveilans gizi, sehingga pencapaiannya sebesar 100%. Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di Jawa Timur pada tahun 2013 adalah sebesar 72,2 % dari jumlah Balita sebesar 3.072.582 yang ditimbang sebanyak 2.217.533 Balita. Cakupan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan target nasional tahun 2013 sebesar 80 %. Rendahnya cakupan D/S tersebut antara lain berkaitan dengan ; - Banyak berdirinya PAUD (pendidikan anak usia dini) yang mana ada PAUD yang belum terintegrasi dengan Posyandu - Minimnya dana operasional dan kelengkapan sarana dan prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu - Tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling masih kurang karena banyaknya kader baru (regenerasi) - Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat Posyandu masih rendah - Pembinaan kader yang kurang sehingga perlu diadakan refresing kader / revitalisasi Posyandu. Persentase Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana, mengingat penyediaan sarana ini yang mempunyai tanggung jawab adalah Direktorat Bina Gizi – Kemenkes R.I dan pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur maka dianggap pencapaiannya 100 %, karena tenaga gizi di wilayah sasaran bencana tinggal melaksnakan apabila ada bencana. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 78 d. Permasalahan dan upaya pemecahan masalah d.1.Permasalahan : 1. Validasi data gizi yang sering terlambat dari Kab/Kota ke Provinsi (seksi gizi). 2. Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang perilaku sadar gizi. 3. Belum adanya anggaran khusus untuk melaksanakan kegiatan pemetaan Kadarzi di masyarakat. 4. Peran dan kerjasama petugas lintas program dan lintas sektor yang tergabung dalam Tim Pangan dan Gizi masih rendah, sehingga pembahasan tentang situasi pangan dan gizi untuk penanganan masalah gizi sering terhambat. d.2. Upaya Pemecahan Masalah i. Meningkatkan upaya perbaikan dalam sistem pencatatan dan pelaporan antara lain dengan ; - Penggunaan alat bantu computer (software) - Pembinaan petugas pengelola data - Pertemuan koordinasi i. Sosialisasi KADARZI ke masyarakat (forum pengajian, dasa wisma, PKK dll) dan pembinaan kader setelah hari H Posyandu terutama dalam hal yang berkaitan dengan penerapan KADARZI dalam kehidupan sehari-hari. ii. Mengajukan dana khusus untuk kegiatan pemetaan Kadarzi di masyarakat melalui dana APBD. iii. Melakukan pendekatan secara khusus terhadap lintas program dan lintas sector untuk memperlancar jalannya kerjasama serta mendorong agar masing-masing sector mengadakan kegiatan secara bersama-sama. Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan Keluarga Sadar Gizi dan Perbaikan Gizi Masyarakat pada tahun 2013 telah tercapai dengan SANGAT BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 79 B.5. TUJUAN 5 : Terjaminnya Ketersediaan , Pemerataan, Pemanfaatan, Mutu , Keterjangkauan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Pembinaan Mutu Makanan Tujuan: Terjaminnya Ketersediaan , Pemerataan, Pemanfaatan, Mutu , Keterjangkauan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Pembinaan Mutu Makanan dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu Meningkatnya Pengelolaan Obat , Perbekalan Kesehatan dan Makanan Sasaran: Meningkatnya Pengelolaan Obat , Perbekalan Kesehatan dan Makanan dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : a. Persentase Obat sesuai kebutuhan yang tersedia di Kabupaten/Kota b. Persentase Ketersediaan obat dan alat kesehatan untuk penanggulangan bencana dan KLB c. Persentase sarana pelayanan kesehatan (sarkes) yang menerapkan layanan kefarmasian sesuai standar d. Persentase tanaman obat asli Indonesia di UPT Materia Medica Batu dapat dimanfaatkan untuk menunjang pemeliharaan kesehatan. Tabel 3.12. TUJUAN 5 dan SASARAN 5.1. TUJUAN 5 Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur SASARAN 5.1 Meningkatnya Pengelolaan Obat, Perbekalan Kesehatan dan Makanan 80 Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.13. sebagai berikut : TABEL : 3.13. NO Pengukuran Kinerja Sasaran Meningkatnya Pengelolaan Obat, Perbekalan Kesehatan dan Makanan INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI (%) 1 1 2 Persentase obat sesuai kebutuhan tersedia di kabupaten/kota 3 95 % 4 92 % 5 96,8 2 Persentase ketersediaan obat untuk penanggulangan bencana dan KLB 90% 80% 88,88 50% 35% 70 3 Persentase sarana pelayanan kesehatan yang diawasi menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran KATEGORI CAPAIAN 85,2 BAIK Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN a).Program Obat dan Perbekalan Kesehatan ini didukung oleh 9 (sembilan ) kegiatan yaitu: a.1. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan a.2. Pengkataan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan a.3. Peningkatan mutu pelayanaan farmasi komunikasi dan rumah sakit a.4. Peningkatan mutu Penggunaan obat dan perbekalan Kesehatan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 81 a.5. Pengembangan tanaman obat dan peningkatan promosi pemanfaatan obat bahan alam Indonesia a.6 Pengadaan Bahan Kimia dan Laboratorium a.7. Peningkatan mutu makanan dan minuman a.8. Peningkatan dan Pengembangan Balai Materia Medika Batu a.9. Pencegahan Penyalahgunaan Narkotik, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya (Napza) b) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dengan pagu sebesar Rp. 12.695.000.000,00 terealisasi sebesar 96.47% atau Rp. 12.247.397.158,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom. c) Hasil Pelaksanaan Pembangunan Capaian Kinerja Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dimaksudkan untuk Menjamin ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan dengan sasaran Meningkatkan manajemen pengelolaan obat, pembinaan dan pengendalian, pengawasan serta peningkatan kualitas perbekalan kesehatan dan makanan. Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut: Tabel 1.1 Capaian kinerja Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Capaian Kinerja Program NO 1 Indikator Kinerja Satuan Tersedia Obat Buffer Stock Dan Alat Kesehatan Habis Pakai Untuk Pelayanan Kesehatan Di UPT Dinas Kesehatan Propinsi. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur % 200 9 20 2010 2011 2012 2013 20 30 30 35 82 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tersedia Obat Dan Alat Kesehatan Habis Pakai Untuk Pelayanan Kesehatan Di UPT Dinas Kesehatan Provinsi. Tersedia Obat Untuk Penanggulangan Bencana Dan KLB Obat Sesuai Kebutuhan Tersedia Di Semua Kabupaten/Kota. Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Diawasi Menerapkan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Kabupaten/Kota Melaksanakan Monitoring, Pembinaan Dan Pelaporan Secara Berkala Penggunaan Obat Secara Rasional Di Puskesmas Dengan Menerapkan Software Monitoring Penggunaan Obat Secara Rasional Sarana Produksi Dan Distribusi Obat, Alat Kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Dan Kosmetika Menerapkan Cara Produksi Dan Distribusi Sesuai Standar. Permintaan Sertifikasi, Sarana Produksi Dan Distribusi Obat, Alat Kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), Dan Kosmetika Terlayani Sesuai Standar Kabupaten/Kota Menerapkan Sistem Pelaporan NarkotikaPsikotropika. Sarana Produksi Dan Distribusi Obat Tradisional Dan Kosmetika Menerapkan Cara Produksi Dan Distribusi Sesuai Standar. Permintaan Sertifikasi, Sarana Produksi Dan Distribusi Obat Tradisional Dan Kosmetika Terlayani Sesuai Standar. Dari Kebutuhan Tersedia Buffer Bahan Kimia Dan Laboratorium. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur % 85 80 80 90 95 % 90 90 87 80 90 % 65 70 87 92 95 % 40 40 15 30 35 % 0 40 65 74 74 % 30 40 30 50 60 % 50 60 90 100 100 % 40 60 52 70 79 % 15 15 70 100 100 % 55 60 100 100 100 % 30 35 40 45 45 83 13 Industri Makanan Rumah % 55 60 45 Tangga Yang Diawasi Tidak Menggunakan Bahan Tambahan Yang Dilarang Untuk Makanan. 14 Tanaman Obat Asli Indonesia % 100 100 100 Di UPT Materia Medica Batu Dapat Dimanfaatkan Untuk Menunjang Pemeliharaan Kesehatan. Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 60 80 100 100 Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa telah : 1. Tersedia obat buffer stock dan alat kesehatan habis pakai untuk pelayanan kesehatan di UPT Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 35 %. 2. Tersedia obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pelayanan kesehatan di UPT Dinas Kesehatan Provinsi 95 % 3. Tersedia obat untuk penanggulangan bencana dan KLB 90 % Capaian kinerja dari indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tersebut berkat upaya yang dilakukan, dicapai melalui pengelolaan obat yang baik mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan yang tertuang dalam kegiatan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan yaitu pengadaan obat dan alkes habis pakai yang terdiri dari: 1. Pengadaan obat untuk pengobatan masal dan bakti sosial dan poli sebanyak 39 jenis. 2. Pengadaan obat untuk buffer tingkat Provinsi sebanyak 89 jenis. 3. Pengadaan obat untuk KLB dan penanggulangan bencana 6 jenis. Mulai tahun 2013 pengadaan obat menggunakan e-katalog yang merupakan daftar obat elektronik yang memuat informasi nama obat, spesifikasi teknis, harga satuan terkecil dan penyedia dimana sudah termasuk pajak dan biaya distribusi. Untuk mekanisme pengadaannya menggunakan e-purchasing dari LKPP. diharapkan agar proses pengadaan obat di sektor pemerintah dapat lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien dengan adanya sistem e-katalog Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 84 obat, selain dapat meminimalisasi penyimpangan, juga dapat memudahkan pihak pemerintah untuk lebih leluasa dalam memilih produk obat (generik) yang dibutuhkan. Ada beberapa obat yang diadakan menggunakan e-katalog tidak dapat terpenuhi karena kosong dari pabrikan, sehingga tidak diadakan.Untuk obat-obat yang tidak tercantum dalam e-katalog menggunakan proses tender sesuai Perpres No. 54. Mutu pelayanan kesehatan sangat bergantung kepada ketersediaan obat dan alat kesehatan sebagai penunjang utama dalam pelayanan pengobatan kepada masyarakat. Oleh karena itu jaminan ketersediaan obat baik secara kualitas maupun kuantitas harus tetap terjaga di fasilitas pelayanan kesehatan. Ketersediaan obat harus dipertahankan agar pelayanan kesehatan tidak terganggu. Kegiatannya untuk mempertahankan ketersediaan obat meliputi perencanaan, pengadaan, distribusi, penyimpanan dan penggunaannya yang didukung dengan sarana pendukung termasuk sistem informasi dan SDM nya. Obat dan Alkes habis pakai yang diadakan di tingkat provinsi adalah obat-obat pengobatan masal, bakti sosial, buffer stok tingkat provinsi, obat untuk penanggulangan KLB masih konsentrasi pada kasus Diphteri, yaitu pengadaan ADS, Erythromycin dan vitamin-vitamin. Hasil Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan: c.1. Fasilitasi kepada Petugas Pengelola Obat Puskesmas sebanyak 21 orang dari Kabupaten Sampang dan 20 orang dari Kabupaten Pamekasan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Manajemen Pengelolaan Obat dan Ketrampilan Petugas Obat di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Kab/Kota yang diselenggarakan di 2 kabupaten di Madura yaitu Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan. Kegiatan ini berupa pertemuan untuk Petugas Pengelola Obat Puskesmas dengan memberikan materi tentang bagaimana mengelola obat sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk menjaga mutu dan menunjang pelayanan. Diharapkan kegiatan ini, ketrampilan Petugas dalam pengelolaan obat dapat lebih meningkat. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 85 c.2. Monitoring Aplikasi Software Puskesmas dan Kab/Kota dilakukan di 10 kabupaten/kota Kabupaten yaitu, Tuban, Kabupaten Kabupaten Magetan, Probolinggo, Kabupaten Kabupaten Bojonegoro, Lumajang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kota Probolinggo. Pelaksanaan pada rentang bulan September dan Oktober. Dalam pelaksanaan monitoring didapatkan beberapa temuan yang menghambat terlaksananya aplikasi penggunaan software. Secara umum semua IFK memiliki perangkat komputer untuk menunjang penggunaan software, hanya saja software yang telah diinstall terdahulu tidak digunakan karena beberapa masalah antara lain banyak terdapat entry data pada software pada saat online sehingga apabila terputus harus mengulang lagi, susah untuk akses operasional dan jaringan internet tidak stabil. Sehingga kebanyakan pengelolaan obat di IFK masih manual menggunakan program excel, jumlah item obat dalam software belum mengcover semua kebutuhan Kab/Kota sehingga harus kerja ulang pada software lain. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 86 c.3.Pertemuan Koordinasi dan Evaluasi Upaya Penyediaan dan Pengelolaan Obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar dan Program dengan 76 orang Penanggungjawab atau Pengelola Obat Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (%) dan Pemegang Program Kefarmasian Kab/Kota se Jawa Timur. Pertemuan ini dilaksanakan untuk keterpaduan dan efektivitas penyediaan obat. Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.1. Persentase Obat Dengan Tingkat Kecukupan ≥ 12 Bulan Diagram Tingkat Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 87 Gambar 1.2. Diagram Tingkat Ketersediaan Obat Tahun 2013 Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa sarana pelayanan kesehatan yang diawasi menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 35 % hal ini merupakan permasalahan yang harus ditangani pada kegiatan Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunikasi Dan Rumah Sakit. Harapan dari kegiatan tersebut, puskesmas yang menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar : 15 puskesmas dan rumah sakit yang menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar : 38 rumah sakit. Sarana Pelayanan Kesehatan yang diawasi menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai standar : 50%, sedang target dan realisasi adalah sebagai berikut: Tabel 1.2 Target Nasional % Puskesmas Perawatan dan Instalasi Farmasi Yang Melakukan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar No Uraian Target (%) 1 Realisasi (%) 2012 35 Target (%) % Puskesmas Perawatan 25 30 Yang Melakukan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar 2 % Instalasi Farmasi RS 35 40 40 Yang Melakukan Pelayanan KefarmasianSesuai Standar Sumber : Data Seksi Farkalkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 Realisasi (%) 2013 37 42 Untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan farmasi komunikasi dan rumah sakit telah terlaksananya 1. Sebanyak empat Kabupaten: Kota Blitar, Kabupaten Jombang, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan telah dilakukan Fasilitasi dan Joint Training Pelayanan Kefarmasian untuk Tenaga Kefarmasian dan Nakes di Puskesmas Perawatan dan Plus dalam Rangka Mendukung Program Pengendalian Penyakit dan Penurunan AKI dan AKB. Pertimbangan pemilihan kab/kota adalah yang telah mempunyai tenaga apoteker PNS yang ditempatkan di Puskesmas dalam satu wilayah Kabupaten/kota lebih dari 5 (lima) orang, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 88 sehingga diharapkan menjadi role model untuk kolaborasi dengan jajaran tenaga kesehatan lain untuk dapat dikembangkan di seluruh kabupaten/Kota di Jawa Timur. 2. Advokasi dan Asistensi Sistem Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas pada 6 Kabupaten Kota Terpilih yaitu pada Kab. Probolinggo, Kota Probolingo, Kab Ngawi, Kab Jember, Kab Ponorogo, Kab Madiun, Kota Madiun. Kegiatan ini dilakukan oleh Petugas Dinas Kesehatan Provinsi kepada petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Kota terpilih untuk melakukan pemberlakukan sistem Pelaporan pelayanan kefarmasian berjenjang di Rumah Sakit Pemerintah dan Puskesmas sampai tingkat nasional. 3. Pertemuan Pelayanan Kefarmasian bagi 58 orang petugas Instalasi Farmasi RS Pemerintah dalam rangka mendukung Universal Coverage. Pertemuan tersebut bermaksud untuk memberikan pembekalan petugas farmasi Rumah Sakit dalam menghadapi SJSN bidang Kesehatan, tata cara audit kefarmasian sesuai dengan prisip Farmakoekonomi, Pelayanan Kefarmasian yang berbasis Pengobatan rasional. Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.3.Tenaga Apoteker VS Tenaga Keseahatan Yang Lain Di Provinsi Jawa TImur, 2013 (apoteker hanya 1%) Berdasarkan Gambar 3.1 dilaporkan bahwa Capaian target pada tahun 2013 adalah sebesar 35 % dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 30 % pencapaian ini belum optimal walaupun ada kenaikan prosentase dikarenakan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 89 tenaga kefarmasian khususnya apoteker belum menjadi tenaga kesehatan strategis dan minim nya jumlah tenaga kefarmasian tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. c.4. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa Sarana Produksi Dan Distribusi Obat, Alat Kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Kosmetika Menerapkan Cara Produksi Dan Distribusi Sesuai Standar sebesar 60 % dan Permintaan Sertifikasi, Sarana Produksi Dan Distribusi Obat, Alat Kesehatan (ALKES), Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), Terlayani Sesuai Standar 100 % Capaian ini didukung dalam kegiatan Peningkatan Mutu Penggunaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan dengan upaya yang dilakukan kepada : 1. 50 orang penangungjawab teknis dan pemilik sarana mengikuiti Pembinaan Sarana Produksi Alkes dan PKRT dalam Rangka Penerapan GMP di Bidang Alkes dan PKRT 2. 9 (sembilan) kab kota di wilayah Jawa Timur yang berada di Kabupaten / Kota yaitu kab Jember, kab Kediri, Nganjuk, kab Madiun, kab Bojonegoro, Malang kab kota, Kota Surabaya dan Kab Sidoarjo pada sarana distribusi alkes dilakukan Pemetaan Sarana Distribusi Alkes di Jawa Timur Pasca Penerapan Permenkes No. 1191 Tahun 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan bertujuan Untuk memastikan bahwa setiap distributor alat kesehatan telah melaksanakan dan menerapkan CDAKB. 3. 38 petugas kab/kota ikut kegiatan Sinkronisasi Pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengendalian Alkes dan PKRT di Provinsi dan Kab/Kota 4. 40 orang Petugas Kab/Kota dan Puskesmas mengikuti Fasilitasi Penyebarluasan Informasi Bahaya Penggunaan Produk Alkes dan PKRT. Petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas selanjutnya secara berjenjang meneruskan informasi kepada masyarakat di wilayah kerjanya masingmasing. Pemahaman penggunaan produk Alkes dan PKRT yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan dalam upaya pencegahan kejadian akibat bahan berbahaya yang terdapat dalam Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 90 produk Alkes dan PKRT untuk selanjutnya menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Pada indikator persentase produk alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat pertahun dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1.3 Persentase Produk Alkes dan PKRT yang Beredar Memenuhi Persyaratan Keamanan, Mutu dan Manfaat Tahun 2011 Target Realisasi 70% 70% Tahun 2012 Target 75% Realisasi 75% Tahun 2013 Target 78% Realisasi Tahun 2014 Target 78% Realisasi 80% Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Pada indikator persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang memenuhi Cara Produksi yang Baik sebagai berikut : Tabel 1.4 Persentase Sarana Produksi Alkes dan PKRT yang Memenuhi Cara Produksi yang baik Tahun 2011 Target Realisasi 65% 63% Tahun 2012 Target Realisasi 65% 60% Tahun 2013 Target Realisasi 65% 65% Tahun 2014 Target Realisasi 70% Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.4. Jumlah Sarana Penyalur Alat Kesehatan (PAK) Tahun 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 91 Gambar 1.5. Jumlah Sarana Cabang Penyalur Alat Kesehatan (PAK) Tahun 2013 Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.6. Jumlah Sarana Industri Alat Kesehatan (PAK) Tahun 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 92 sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.7. Jumlah Sarana Industri Perbekalan Keseahatn Rumah Tangga (PKRT) Tahun 2013 c.5. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan kosmetika menerapkan cara produksi dan distribusi sesuai standar sebesar 100 % dan Permintaan sertifikasi, sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan kosmetika terlayani sesuai standar sebesar 100 %. Hal ini didukung pada kegiatan pengembangan tanaman obat dan peningkatan promosi pemanfaatan obat bahan alam indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mencapai target sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan kosmetika menerapkan cara produksi yang baik dan produk yang diedarkan memenuhi syarat mutu dan keamanan, serta sebagai upaya untuk meningkatkan pemanfaatan obat tradisional terutama untuk pengobatan mandiri dan untuk meningkatkan pembinaan pengendalian dan pengawasan agar obat tradisional yang di produksi dan diedarkan di Jawa Timur memenuhi persyaratan keamanan mutu dan kemanfaatan dengan upaya : 1. Sebanyak 60 orang penangungjawab teknis dan atau pemilik sarana produksi kosmetika di Jawa Timur mengikuti Pembinaan dalam Rangka Peningkatan Penerapan CPKB (Cara Produksi Kosmetika yang Baik) pada Industri Kosmetika di Jawa Timur. Sebagai upaya memberikan pembekalan teknis Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 93 kepada pemilik sarana produksi kosmetika sesuai dengan Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB), dimaksudkan agar sarana produksi kosmetika mampu dan mau menerapkan CPKB dalam memproduksi kosmetika sehingga produk yang dihasilkan memenuhi syarat keamanan, mutu dan kemanfaatan 2. Sampling dan pengujian Produk obat tradisional / jamu di pasaran / sarana distribusi di 13 kab/kota di Jawa Timur yaitu Kota Malang, Sumenep, Pamekasan, Kota Kediri, Bojonegoro, Tuban, Kab Blitar, Kab Madiun, Ponorogo , Kota Batu, Surabaya dan Sidoarjo untuk mengetahui kemungkinan ditambahkannya bahan kimia obat (BKO) dalam produk jamu. Sasaran Sampling dan Pengujian Produk Obat Tradisiona /Jamu di Pasaran dalam Rangka Pencegahan Penambahan Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Produk Obat Tradisional. Terlaksananya sampling dan teridentifikasinya kandungan sampel obat tradisional dilakukan dengan Metode Stratified random sampling 3. 38 petugas kab kota yang mengikuti Review Pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengendalian Kosmetika dan Obat Tradisional di Kabupaten/Kota agar pelaksanaan bindalwas di kabupaten/kota dan provinsi tentang obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat (BKO) bahkan juga telah menarik beberapa obat tradisional dari peredaran, karena terbukti mengandung bahan kimia obat antara lain : Metampiron , Fenilbutason, Deksametason, Allupirinol , CTM , Sildenafil Sitrat, Parasetamol Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 94 Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.8. Jumlah Sarana Industri Kosmetika Tahun 2013 c.6. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa Dari kebutuhan tersedia buffer bahan kimia dan laboratorium sebesar 45 % hal ini didukung pada kegiatan pengadaan bahan kimia dan laboratorium Berupa Reagen untuk pemeriksaan HIV dengan metode Rapid Test jenis antigen Re combinnat test satu paket @ 100 buah test. Reagen tersebut diserahkan ke program untuk dimanfaatkan dalam menunjang kegiatannya. c.7. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa Peningkatan Mutu Makanan Dan Minuman sebesar 80 % dilakukan sejumlah kegiatan dengan sasaran : 1. Sejumlah 38 orang Petugas Kabupaten/Kota mengikuti Pertemuan tentang Keamanan Makanan Minuman di Jawa Timur, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta kerjasama lintas program dan sektor dalam rangka tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi. Upaya menanggulangi permasalahan tersebut diperlukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan dalam suatu sistem yang membutuhkan kerja sama lintas program dan lintas sektor dari Provinsi maupun Kabupaten/Kota Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 95 2. Pada 7 Kabupaten/Kota yaitu Kota Batu, Kota Blitar, Kab Malang, Kab Nganjuk, Kab Pasuruan, Kota Malang dilakukan Operasi Pasar Peredaran Makanan Minuman menjelang Hari Raya, Natal dan Tahun Baru. Pelaksanamya adalah petugas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Petugas Kabupaten/Kota dengan tujuan untuk pembinaan kepada Distributor makanan minuman agar menjual makmin yang sudah terdaftar, tidak rusak/kadaluarsa dan tidak penyok yang dapat berbahaya bagi yang mengkonsumsi, serta melakukan punishment terhadap distributor yang menjual produk yang tidak memenuhi syarat. 3. Dari jumlah 52 sampel yang diuji terdapat 31 (60,78%) yang memenuhi syarat dengan rincian yang mengandung Rhodamin B 3 (5,76%) , Borax 16 (30,76%) dan Formalin 2 (3,84%). Sampling dan Pengujian Produk Makanan Jajanan Anak Sekolah dilakukan Petugas Dinkes Provinsi dan Petugas Dinkes Kab/Kota. Dilaksanakan di 4 Kab/Kota. Sampling Jajanan Anak Sekolah dan Pengujian untuk mengetahui apakah Jajanan Anak Sekolah mengandung bahan bahan yang dilarang ditambahkan di dalam makanan. Tahapan pertama dilakukan sampling dan kemudian dilakukan pengujian terhadap sampel produk guna mengetahui apakah mengandung bahan yang dilarang atau tidak. Hasil sampling diinformasikan kepada Kepala Sekolah di wilayah sampling, sehingga Kepala Sekolah juga ikut melakukan pengawasan terhadap makanan yang dijual di sekitar lingkungan sekolah. 4. Dari 39 sampel terdapat 15 sampel tidak memenuhi syarat TMS terdiri dari Boraks 11 sampel. Rhodamin B 1 sampel, Benzoat 2 sampel dan Siklamat 1 sampel .pada Monitoring Penggunaan Bahan Tambahan yang Dilarang pada Produk Makanan Industri Rumah Tangga. Hasil Monitoring menunjukkan bahwa banyak produsen PIRT yang pada saat proses perizinan memenuhi syarat, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 96 tetapi setelah itu mulai melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang harus diterapkan terutama untuk Cara Produksi Makanan yang Baik dan terdapat. 5. 3 (tiga) kabupaten terpilih yaitu Kabupaten Blitar, Kab Madiun dan Kab Magetan yang terdiri dari Guru Sekolah Dasar dan Pedagang Jajanan yang berjumlah 30 orang mengikuti Fasilitasi Bahaya Makanan Minuman yang mengandung bahan yang dilarang dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kepada guru untuk diteruskan kepada anak sekolah tentang makanan yang aman dan bermutu, sehingga makanan yang dijual di sekolah adalah makanan yang aman dan bermutu. Data dari 3 kabupaten tersebut, 52 produk pangan yang disampling terdapat 31 yang memnuhi syarat dan sisanya TMS yakni mengandung Boraks, Rhodamin dan Formalin Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.9.Pemetaan Jumlah Sarana Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Tahun 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 97 Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.9.Pemetaan Jumlah Sarana Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Tahun 2013 Terdapat kenaikan capaian indikator dari tahun 2011 PIRT yang tidak menggunakan bahan berbahaya dalam makanan 65 % sedang tahun 2012 PIRT yang tidak menggunakan bahan berbahaya dalam makanan 68 % c.7. Kondisi yang dicapai pada tahun 2013 bahwa Kabupaten/kota menerapkan sistem pelaporan narkotika-psikotropika sebesar 79% hal ini didukung pada kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza). Upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza) antara lain berupa : 1. Petugas dari 38 Kab/Kota se Jawa Timur masing-masing 2 orang petugas diundang pada Pertemuan Review dan Bindalwas Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika. Pertemuan selain disosialisasikan pengembangan SIPNAP terbaru juga dilakukan review kegiatan penerapan software Obat Narkotika dan Psikotropika SIPNAP di Kabupaten/Kota. Selain itu juga memberikan pembinaan kepada petugas Kabupaten/Kota melalui pembekalan materi tentang Software SIPNAP dalam upaya Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur melakukan 98 pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pelaporan Narkotika dan Psikotropika yang dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Kota. 2. Terhadap 15 kabupaten/kota dilakukan monitoring Penerapan Software SIPNAP Online yaitu Kab Blitar, Kota Blitar, kota Malang, Kab Malang, Kab sampan, Kab Pamekasan, Kota Kediri, Kab Kediri, Kab pasuruan, Kota Pasuruan, Kota Madiun, Kab Madiun, Kab Sidoarjo, Kab Gresik, Kota Surabaya menjadi sasaran Monitoring Penerapan Software SIPNAP Online di Kabupaten/Kota. Pada aplikasi SIPNAP, sebagian Kabupaten/Kota belum mendapatkan password dan username meski sudah mendaftar Bagi yang sudah mendapatkan password dan username ada kendala dalam upload laporan karena kapasitas server tidak mencukupi dan Binfar Kemenkes RI sedang menambah kapasitas. 3. 25 Petugas dari RS , Dinas Kesehatan Kabupaten kota dan Apoteker Puskesmas mendapatkan fasilitasi tentang Pengelolaan Logistik Metadon di RS dan Puskesmas PTRM dengan tujuan untuk meningkatkan Pengetahuan petugas dalam pengelolaan Metadon di Puskesmas dan Rumah Sakit. Pengelolaan Metadon dalam menunjang PTRM (Program /Poli Terapi Rumatan Metadon) pada prinsipnya sama dengan pengelolaan Narkotika dan Psikotropika pada umumnya dan merupakan tanggung jawab Apoteker. Dalam pengelolaan Metadon harus diperhatikan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpangan, distribusi/pelayanan, pencatatan dan pelaporan bahkan pemusnahan apabila ada Metadon yang rusak atau kadaluarsa. Diharapkan pengelolaan metadon bisa tertib dan benar dalam upaya mencegah penyalahgunaan. 4. Sebanyak 40 orang Petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) diundang pada sosialisasi dan aplikasi Buku Pedoman Pengelolaan Obat Narkotika, Psikotropika di Rumah Sakit. Diharapkan dengan penyampaian materi dan buku pedoman tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk pengelolaan narkotika dan psikotropika di Rumah Sakit. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 99 5. Dalam upaya pencegahan penyalahgunaan napza di instansi Dinas Kesehatan, 100 orang kayawan Dinas diundang pada Pertemuan Penyebarluasan Informasi Bahaya Penyalahgunaan Napza pada Perigatan Hari Anti Narkoba Internasional. Diharapkan setelah mendapat informasi, karyawan dapat memahami dan melakukan upaya untuk membentengi diri, keluarga dan lingkungannya terhadap bahaya penyalahgunaan napza. Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Gambar 1.10. Jumlah Sarana Apotek Tahun 2013 Sumber : Laporan Program Farmasi dan perbekalan Kesehatan Tahun 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 100 d) Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah d.1 Permasalahan d.1.1.Belum optimalnya penggunaan sumber daya untuk post market surveilance terhadap produk alat kesehatan dan PKRT yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat.(alkes PKRT) d.1.2 Pada waktu operasi pasar makanan minuman menjelang Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru, masih banyak ditemukan : Makanan yang sudah berjamur Makanan yang kemasan kaleng sudah penyok bahkan ada yang berkarat Makanan yang kemasannya sobek Label makanan yang tidak sesuai ketentuan label Makanan olahan yang dikemas tapi belum terdaftar dan tanpa label Mencantumkan kata ” Halal” tanpa ada Persetujuan/Sertifikat Halal dari MUI dan Badan POM Pada waktu monitoring ke sarana Industri Rumah Tangga ditemukan: Masih rendahnya higiene-sanitasi dalam pengolahan makanan Sebagian besar lingkungan IRT-P tidak memperhatikan kebersihan Hasil pengujian produk IRT-P terdapat yang positif mengandung bahan yang dilarang dalam makanan, yaitu Rhodamin B pada terasi dan Borax . d.1.3 Permasalahan terkait kegiatan Pencegahan Penyalahgunaan Napza yang dikumpulkan dari tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut : Petugas yang sudah dilatih mengalami mutasi/promosi/alih tugas. Kelemahan pada system informasi yang dibangun oleh Pusat Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 101 d.2. Upaya Pemecahan : d.2.1 Meningkatkan pembinaan secara rutin, sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan bahaya yang diakibatkan makanan yang tidak aman dan berbahaya bagi kesehatan d.2.2 Peningkatan frekuensi pembinaan cara pembuatan makanan yang baik, pembinaan tata cara pendaftaran makanan,dan pelabelan sesuai dengan peraturan perundang-undangan kepada produsen d.2.3 Menyusun Peraturan Gubernur untuk Keamanan Produk Makanan Minuman yang Beredar di Masyarakat d.2.4 Bersama Lintas Sekrtor terkait memperan aktifkan siswa sekolah dalam ikut melaksanakan program keamanan pangan dengan membentuk ”tim inspektor makanan kecil siswa sekolah dasar dan menengah” d.2.4 Pendanaan untuk pembinaan makanan minuman di tingkat provinsi ditingkatkan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terkait dengan pembagian kewenangan tugas pokok dan fungsi antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. d.2.5 Pendampingan dan pembinaan yang lebih intensif pada petugas kab/kota dalam operasional software SIPNAP serta meningkatkan komitmen untuk memasukkan data dari semua sarana pelayanan yang ada di wilayahnya. Untuk petugas pengganti harus dilakukan pelatihan secara khusus. d.2.6 Dilakukan pembinaan untuk memperbaiki administrasi penyimpanan narkotika dan psikotrika serta diusulkan untuk pertemuan/pelatihan pengelolaan logistik narkotika dan psikotropika bagi petugas. d.2.7Konsultasi tehnis ke Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian beberapa permasalahan teknis software untuk mendapatkan solusi. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 102 Secara umum pencapaian target sasaran Meningkatkan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan pada tahun 2013 telah tercapai dengan BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013 B.6. TUJUAN 6 : Berkembangnya Kebijakan, Sistem Pembiayaan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan Tujuan: Berkembangnya Kebijakan, Sistem Pembiayaan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu Berkembangnya Kebijakan dan regulasi bidang Kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan dan Hukum Kesehatan serta Pembiayaan Kesehatan Sasaran: Berkembangnya Kebijakan dan regulasi bidang Kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan dan Hukum Kesehatan serta Pembiayaan Kesehatan ,dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sbb : a. Persentase penduduk miskin jatim yang berobat gratis melalui Jamkesmas b. . Persentase Penduduk yang memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (tercover) c. Persentase pengelolaan SIK sesuai standar Tabel 3.14. TUJUAN 6 dan SASARAN 6.1. TUJUAN 6 Berkembangnya Kebijakan, Sistem Pembiayaan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur SASARAN 6.1 Berkembangnya kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan dan Hukum Kesehatan serta Pembiayaan Kesehatan 103 Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.15. sebagai berikut : TABEL : 3.15. Pengukuran Kinerja Sasaran Berkembangnya kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan dan Hukum Kesehatan serta Pembiayaan Kesehatan 3 60 % REALISA SI 4 52,51 % 5 87,5 100% 100% 100 NO INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 2 3 Persentase Penduduk yang memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Persentase Sistem Informasi Kesehatan yg sesuai dengan standar Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran (%) 93,75 KATEGORI CAPAIAN : BAIK Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN a. Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan ini didukung oleh 6 (enam) kegiatan yaitu: a.1. Pengembangan sistem informasi kesehatan a.2. Pengembangan dan Fasilitasi Program Kesehatan a.3. Pengembangan manajemen perencanaan dalam bidang kesehatan a.4. Kerjasama program, lintas sektor dan antar daerah dalam bidang kesehatan a.5. Peningkatan manajemen dan fungsi kelembagaan UPT a.6. Pengembangan pembiayaan kesehatan secara pra upaya Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 104 b. Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan dengan pagu sebesar Rp. 61.572.622.500,00 terealisasi sebesar 62.89 .%, atau Rp. 38.724.820.990,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom c. Hasil Pelaksanaan Pembangunan Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan bertujuan mengembangkan kebijakan, sistem pembiayaan dan manajemen pembangunan kesehatan; dengan sasaran program adalah mengembangkan kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi kesehatan, pelayanan informasi, penyusunan standar operasional prosedur dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan c.1. Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan oleh Sub Bagian Penyusunan Program dengan capaian kegiatan sbb : Tabel 6.1 Indikator dan Tolok Ukur Kinerja Program Manajemen Dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Pada Seksi Penyusunan Program Tahun 2013 Indikator Tolok Ukur Kinerja 1 Dokumen usulan rencana kerja Dinkes Prov. Jatim tahun 2014 2 Kebijakan perencanaan bidang kesehatan berupa tersusunnya konsep dan rekomendasi tindak lanjut penataan tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Timur serta konsep Hasil pelaksanaan Universal Coverage Jaminan Kesehatan Semesta di Provinsi Jawa Timur 3 Dokumen Kesepakatan Perencanaan tahun 2014 antara Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT 4 Dokumen kesepakatan pembangunan kesehatan dalam rangka peningkatan pengetahuan dan wawasan dalam Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 105 persiapan SJSN 2014 dan AFTA 2015 5 Informasi tentang program – program kesehatan pada tingkat Provinsi serta permasalahan yang ada di Kabupaten / Kota seperti Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 6 Laporan monitoring dan evaluasi berupa penyampaian informasi perencanaan ke Kabupaten / Kota 7 Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun 2013, Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA)Tahun 2013 8 Kesepakatan pengalokasian dana Bantuan Keuangan masing-masing kabupaten / kota tahun 2014 9 Adanya alat pengolah data (Laptop) di subag penyusunan program 10 Dokumen draft rencana strategis Dinkes Prov. Jatim tahun 2015 s/d 2019 Sumber : LKPJ Sungram tahun 2013 Bahwa koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan dalam bidang kesehatan telah dilaksanakan dalam bentuk pertemuan pada tanggal 27 s/d 28 Pebruari 2013 dengan sasaran tim perencana kab / kota dan sebagai narasumber dari Biro Perencanaan & Anggaran Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil dari pertemuan tersebut adalah tersinergisnya usulan anggaran tahun 2014 antara provinsi dan kabupaten / kota. Untuk koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dalam bidang kesehatan telah dilaksanakan dalam bentuk pertemuan pada tanggal 14 s/d 16 Mei 2013 dengan sasaran Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota se-Jawa Timur, Direktur RSU baik Provinsi maupun Kabupaten / Kota se-Jawa Timur, seluruh UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan seluruh struktural dilingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dengan narasumber dari Dirjen BUK Kemenkes RI, Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 106 Kepala BKD Provinsi Jawa Timur, dan DR. Dr. Jack Roebijoso, MSc dari Universitas Brawijaya. Rakorkesda Provinsi Jawa Timur ini bertujuan untuk mengoptimalisasi pelayanan kesehatan dengan penataan tenaga kesehatan untuk percepatan pencapaian MDGs dan kesiapan SJSN di Provinsi Jawa Timur. Hasil Rakorkesda tersebut : 1. Tersusunnya konsep dan rekomendasi tindak lanjut penataan tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Timur 2. Tersusunnya konsep pelaksanaan Universal Coverage Jaminan Kesehatan Semesta di Provinsi Jawa Timur Untuk koordinasi dan sinkronisasi perencanaan lintas program dan UPT telah dilaksanakan berupa rapat dengan peserta lintas program dan UPT lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Hasil rapat tersebut terkoordinirnya perencanaan Lintas Program dan UPT lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Koordinasi kebijakan pembangunan kesehatan telah dilaksanakan di Malang pada tanggal 09 – 11 September 2013. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk meningkatkan koordinasi dan sinergisme pelaksanaan pembangunan kesehatan antara Provinsi dan Kabupaten / Kota dalam rangka persiapan SJSN 2014 dan AFTA 2015 di Jawa Timur. Keluaran yang diharapkan pada pertemuan ini adalah peningkatan pengetahuan dan wawasan dalam persiapan SJSN 2014 dan AFTA 2015 yang dapat ditindaklanjuti oleh provinsi dan Kabupaten / Kota. Kegiatan monitoring dan evaluasi terpadu dilaksanakan dengan beberapa bidang untuk melihat berbagai program / kegiatan serta memecahkan masalah yang ada di Kabupaten / Kota sehingga terselesaikan masalah masalah yang ada di kabupaten / kota. Untuk kegiatan monitoring dan evaluasi serta konsultasi teknis perencanaan dalam bidang kesehatan telah dilaksanakan oleh subag penyusunan program ke Biro Perencanaan Kementrian Kesehatan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 107 Republik Indonesia. Hasil kegiatan ini terselesainya berbagai masalah perencanaan untuk kab/kota dan provinsi jawa timur. Finalisasi dokumen anggaran berupa terdokumentasinya dokumen anggaran berupa Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun anggaran 2013 dan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2013. Telah dilaksanakan koordinasi teknis perencanaan dan penganggaran bantuan keuangan bidang kesehatan dengan berbagai lintas program untuk membahas segala permasalahan Bantuan Keuangan baik yang ada di Provinsi maupun di Kabupaten / Kota serta pengalokasian dana bantuan keuangan masing-masing Kabupaten / Kota tahun 2014. Telah dilaksanakan pengadaan alat pengolah data berupa laptop untuk memperlancar pengolahan data perencanaan dan anggaran di subag penyusunan program. Pada kegiatan penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2015 – 2019 telah dilaksanakan pertemuan pada tanggal 25 Juni 2013 dengan peserta seluruh struktural Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan UPT dilingkungan Dinas Kesehatan Provinsi. Sebagai narasumber Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Dr. Budi Rahaju, MPH (Mantan Kadinkes Provinsi Jawa Timur). Hasil dari pertemuan ini tersusunnya draft Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2015 – 2019 sebagai masukan RPJMD baru. Selain itu juga dilaksanakan beberapa kali sidang guna menyusun Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 108 Tabel 6.2 Indikator dan Tolok Ukur Kinerja Program Manajemen Dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Pada Seksi Penyusunan Program Tahun 2013 Indikator Hasil Tolok Ukur Kinerja 1. Informasi kegiatan sektor lain yang berkaitan dengan kesehatan seperti PKH, PNPM generasi sehat dan cerdas 2. Kesepakatan kerjasama MPU Bidang Kesehatan tentang Sistem Regulasi Penanggulangan HIV – AIDS dan Program Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Lainnya Sumber : LKPJ Sungram tahun 2013 Koordinasi pelaksanaan kerjasama lintas sektor dan antar daerah dalam bidang kesehatan telah dilaksanakan berupa pertemuan pada tanggal 28 – 29 Oktober 2013 di Surabaya. Tujuan dari pertemuan ini adalah memberikan informasi kepada peserta tentang program – program pemerintah Provinsi Jawa Timur, kerjasama bidang kesehatan baik lintas sektor maupun dunia usaha (Corporate Social Responsibility) sebagai peluang pembiayaan bidang kesehatan di Provinsi Jawa Timur. Keluaran yang diharapkan adalah dapat memahami program-program kerjasama dan dapat memanfaatkan peluang kerjasama tersebut untuk meningkatkan program / kegiatan bidang kesehatan di Provinsi maupun di Kabupaten / Kota. Untuk kegiatan kerjasama program, lintas sektor dan antar daerah dalam bidang kesehatan telah dilaksanakan pertemuan Mitra Praja Utama (MPU) PraRaker Gubernur pada tanggal 25-27 April 2013 di Lampung. Pada pertemuan tersebut telah disusun kesepakatan Bidang Kesehatan antara 10 Provinsi anggota MPU Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 109 Tabel 6.3 Indikator dan Tolok Ukur Kinerja Program Manajemen Dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Pada Seksi Penyusunan Program Tahun 2013 Indikator Hasil Tolok Ukur Kinerja 1. Laporan Kinerja masing-masing Dewan Pengawas PPK-BLUD Provinsi Jawa Timur Sumber : LKPJ Sungram tahun 2013 Pada kegiatan peningkatan pelayanan administrasi perkantoran telah dilaksanakan sidang dan pertemuan koordinasi antar Tim Pembina dan Ketua Dewan Pengawas PPK BLUD RS Provinsi. Tujuan dari pertemuan ini adalah adanya pemahaman tentang konsepsi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan evaluasi pelaksanaannya. Dipahaminya pengelolaan BLUD meliputi tata kelola, SPM, RSB, Pengelolaan Keuangan. Selain itu, dipahami bagaimana cara pelaporan kinerja BLUD dan bagaimana mengukur kinerja BLUD. c.2 Capaian Jamkesda (Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan) yang dilaksanakan oleh Seksi Beakes : Program Jamkesda dimaksudkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu di luar kuota program Jamkesmas. Jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu yang tercover dalam program Jamkesda sebanyak 1.411.742 jiwa termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu pengguna Surat Pernyataan Miskin (SPM). Pemberlakuan SPM hanya berlangsung sampai dengan 31 Agustus 2012 karena per 1 September 2012 dengan dikeluarkannya Surat Edaran Gubernur Jawa Timur Nomor : 440/14771/031/2012 tanggal 29 Agustus 2012 pembiayaan pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna SKTM/SKM/SPM menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 110 Tabel 6.4 Jumlah Kunjungan Program Jamkesda Tahun 2009 – 2013 Uraian Satuan Capaian Kinerja Program 2009 Rawat Jalan Tingkat Kunjungan Lanjutan Rawat Inap Tingkat Kasus Lanjutan Sumber : LKPJ Seksi Beakes , 2013 2010 2011 2012 2013 122.966 131.928 130.056 90.779 20.981 23.729 20.486 8.029 Capaian kinerja program Jamkesda dapat dilihat dari pemanfaatan dana pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu yang tercover dalam program Jamkesda baik pelayanan kesehatan untuk rawat jalan maupun rawat inap. Kunjungan peserta Jamkesda dari tahun 2010 – 2011 menunjukkan peningkatan. Sedang untuk tahun 2009 tidak ada karena pada tahun tersebut Jawa Timur baru pada persiapan pelaksanaan Jamkesda, program Jamkesda baru dilaksanakan oleh seluruh Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010. Terdapat penurunan pemanfaatan pelayanan rawat jalan dan rawat inap pada tahun 2012 dan 2013 dikarenakan per 1 September 2012 dengan dikeluarkannya Surat 440/14771/031/2012 Edaran tanggal 29 Gubernur Agustus Jawa 2012 Timur pembiayaan Nomor : pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna SKTM/SKM/SPM menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga yang tercover dalam pembiayaan program Jamkesda hanyalah pasien yang memiliki kartu Jamkesda. Pemberlakuan SE Gubernur tersebut berdampak pada penurunan jumlah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan program Jamkesda Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 111 Persentase penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan Masyarakat Jawa Timur yang sudah memiliki Jaminan Kesehatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 1. No JUMLAH KEPESERTAAN JUMLAH JUMLAH JUMLAH JIWA 2010 JIWA 2011 JIWA 2012 JIWA 2013 10.710.051 10.710.051 12.586.401 14.001.871 1.257.572 1.257.572 1.257.572 3 Askes PNS 2.950.395 3.042.829 2.176.478 2.163.139 5 Jamsostek 539.047 698.482 822.121 922.369 6 TNI/POLRI 60.207 60.427 62.333 243.389 1.635.763 1.572.112 1 Jamkesmas ( Maskin Kuota ) 2 Dijamin Prov, Kab/Kota 707.305 (Maskin Non Kuota/Jamkesda ) 7 Asuransi Komersial Jumlah penduduk 2.083.939 2.083.939 17.098.163 17.281.046 yang tercover (45%) 20.122.012 (46,1%) 18.988.844 (52,51%) (49,94%) Belum tercover Jaminan Kesehatan 20.194.965 18.196.779 20.333.857 (53,89%) 19.037.706 (55%) (50,06%) (47,48%) JUMLAH TOTAL PENDUDUK 37.432.020 37.476.011 38.026.550 38.318.791 Dari data diatas bisa kita lihat bahwa dari tahun 2010 hingga 2013 terjadi peningkatan penduduk yang tercover jaminan kesehatan. Pencapaian tersebut untuk tahun 2011 dan 2013 masih dibawah angka dari Rencana Strategis tahun 2009 s/d 2014, yaitu tahun 2011 50%, 2012 55% dan 2013 60%. Hal tersebut disebabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya asuransi kesehatan dan perusahaan asuransi komersial belum mau terbuka Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 112 dengan keanggotaannya, sehingga masih sedikit sekali Perusahaan Asuransi kesehatan swasta yang mau memberikan datanya. Kondisi tersebut masih terjadi di Tahun 2013. Meskipun terjadi peningkatan penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan sebesar 9%, dengan bertambahnya sasaran Jamkesmas, Jamsostek, TNI/POLRI dan Asuransi komersial, tetapi kondisi tersebut masih belum bisa memenuhi target Renstra. Dengan adanya program JKN oleh BPJS mulai 1 Januari 2014 target renstra sebesar 70% diharapkan bisa terpenuhi. Oleh karena adanya kebijakan JKN oleh Pemerintah Pusat yang bersifat wajib bagi semua masyarakat untuk mempunyai jaminan kesehatan. Sosialisasi program JKN akan lebih banyak diberikan kepada masyarakat baik melaluli media – media maupun pertemuan – pertemuan. c.3 Capaian Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang dilaksanakan oleh Seksi Infolitbangkes Pada kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) capaiannya adalah Terlaksananya e reporting di kab/kota dari 38 Kab/Kota, sekitar 15 kab/Kota atau 39.47% sudah melaksanakan pelaporan berbasis electronic ( E-Reporting); Terpeliharanya PC, Jaringan dan Server pendukung Pengembangan Tersusunnya Sistem Profil informasi Kesehatan Kesehatan dengan capaian Kab/Kota, Terintegrasinya 100%, SIKDA; Terinformasikannya Data Dengan Cepat; Tersusunnya Buku Saku Kesehatan; Tersusunnya Buku Data SPM Kab/Kota; Tersusunnya Evaluasi Program Infolitbangkes dan Laporan dengan capaian 100% d.Permasalahan dan Upaya Pemecahannya : d.1 Permasalahan 1. Kegiatan yang direncanakan telah terlaksana namun beberapa hambatan yang ditemui adalah sebagai berikut : Monitoring dan evaluasi terpadu lintas program ke kabupaten / kota mengalami kesulitan. Bahkan seringkali ditunda karena ada kegiatan lain yang lebih mendesak Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 113 2 Masih terdapat masyarakat miskin yang tidak memiliki jaminan kesehatan baik Jamkesmas maupun Jamkesda. 3 Mudahnya masyarakat mengurus SPM/SKTM/SKM menjadikan kepesertaan dalam Jamkesda tidak terkendali 4 Sistem rujukan terstruktur dan berjenjang belum berjalan secara optimal. 5 Sistem pengelolaan keuangan daerah sering menjadi kendala dalam pelaksanaan program, seperti pelaksanaan sharing dana program Jamkesda dimana dana Jamkesda tidak dapat dipooling tetapi masih ada di Provinsi atau Kabupaten/Kota masing-masing. 6 Masih banyak Kabupaten/Kota yang tidak mengirim laporan pelaksanaan program Jamkesda secara rutin, lengkap dan tepat waktu ke Provinsi. 7 Laporan pelaksanaan verifikasi klaim Jamkesda oleh BPJKD belum rutin diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi tetapi tergantung pada permintaan dan lambat. d.2. Upaya Pemecahannya 1. Telah berkoordinasi dengan lintas program untuk menentukan jadwal monitoring dan evaluasi. 2 Merencanakan kebutuhan berdasarkan program berkaitan dengan monitoring dan evaluasi program icon yang saat ini belum seluruhnya dapat dievaluasi 3 Update data kepesertaan secara berkala oleh instansi yang berwenang. 4 Pelaksanaan Jamkesda Jamkesda Jamkesda dengan dengan Provinsi perbaikan berlaku dan kepesertaan untuk sinkronisasi Jamkesmas pemegang kartu data kepesertaan baru selanjutnya mengintegrasikan Jamkesda ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Pengelola Jaminan Kesehatan (BPJS) paling lambat tahun 2015. 5 Menerapkan regionalisasi sistem rujukan dengan meningkatkan sarana prasarana dan sumber daya manusia secara merata di seluruh wilayah provinsi Jawa Timur. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 114 6 Regulasi sistem pengelolaan keuangan program jaminan kesehatan. 7 Meningkatkan kesadaran puskesmas, rumah sakit PPK Jamkesda dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mengirim laporan pelaksanaan program Jamkesda secara rutin, lengkap dan tepat waktu ke Provinsi. 8 Meminta laporan pelaksanaan verifikasi klaim Jamkesda oleh BPJKD secara rutin, lengkap dan tepat waktu meliputi data kepesertaan, pelayanan kesehatan dan pendanaan Secara umum pencapaian target sasaran Mengembangkan kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan pada tahun 2013 telah tercapai dengan BAIK, seperti terlihat pada lampiran PPS_ Laporan Realisasi pelaksanaan Penetapan Kinerja Tahun 2013 B.7. TUJUAN 7 : Terwujudnya pencegahan , penurunan dan pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular serta masalah Kesehatan lainnya Tujuan : Terwujudnya pencegahan, penurunan dan pengendalian Penyakit Menular dan Tidak menular serta Masalah Kesehatan Lainnya; maka ditetapkan Sasaran sebagai berikut : Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian Penyakit Menular dan Tidak Menular dan PenyakitPenyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi serta Pengamatan penyakit dalam rangka Sistem Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB/Wabah, ancaman epidemi serta Bencana. Sasaran: Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian Penyakit Menular dan Tidak Menular dan Penyakit-Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi serta Pengamatan penyakit dalam rangka Sistem Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB/Wabah, ancaman epidemi Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 115 serta Bencana.,dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : a. Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk b. Persentase korban bencana skala provinsi yang tertangani sesuai standar c. Angka keberhasilan Pengobatan Penyakit TB d. Persentase pelaksanaan program pemberantasan Diare sesuai standar e. Persentase Capaian UCI desa f. Persentase penderita Kusta telah menyelesaikan pengobatan sesuai standar g. Persentase ODHA yang mendapatkan ARV h. Angka Capaian API ( Annual Parracite Index) Penyakit Malaria 1 permill (1 ‰) Tabel 3.16 TUJUAN 7 dan SASARAN 7.1. .TUJUAN 7 SASARAN 7.1 Terwujudnya pencegahan, penurunan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit2 yg dapat dicegah dengan Imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka Sistem Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB/Wabah, ancaman epidemi serta bencana Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.17. sebagai berikut : TABEL : 3.17. Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit2 yg dapat dicegah dengan Imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka Sistem Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB/Wabah, ancaman epidemi serta bencana Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 116 NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALIS ASI 3 <51 4 39,07 1 1 2 Angka Kesakitan DBD (Incidence Rate) per 100.000 penduduk 2 100% 100% 3 Persen Korban Bencana Skala Provinsi Tertangani Sesuai Standar Angka Keberhasilan Pengobatan TB 90% 90% 4 Persen Cakupan Pelayanan Diare 100% 95% 5 Persen capaian UCI Desa 80% 86,06% 6 Persen Penderita Kusta Telah 90% Menyelesaikan Pengobatan Sesuai Standar Presentase ODHA yang mendapat 75% ARV Angka API ( Annual Parasite Index ) <1%0 Malaria Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran 7 8 (%) 5 76,6 100 100 95 108 88% 98,8 72% 0,02%0 95 50 >100 CAPAIAN KINERJA : SANGAT BAIK Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT a. Program Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit ini didukung oleh 13 ( tiga belas) kegiatan yaitu: a.1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit serta Tata Laksana Penderita a.2. Peningkatan Surveillance Epidemologi dan Pengamatan Penyakit serta Penanggulangan KLB a.3. Pengendalian Penyakit Kusta a.4. Pengendalian Hiv/Aids a.5. Pengendalian Penyakit Malaria a.6. Pengendalian Penyakit PES a.7. Pencegahan DBD (Demam Berdarah) Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 117 a.8. Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah a.9. Peningkatan Imunisasi a.10 Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML) a.11 Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2) a.12 Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah bencana a.13 Pendampingan Pengendalian penyakit TBC (Tubercullosis) b. Program Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit dengan pagu sebesar Rp. 13.688.786.700,- terealisasi sebesar 89.73 %, atau Rp. 12.283.410.992,- secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 16 Kolom c. Hasil pelaksanaan program adalah sebagai berikut: c.1 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit serta Tata laksana Penderita Kegiatan bertujuan untuk mencegah dan menurunkan kejadian penyakit tidak menular serta masalah kesehatan lainnya yang berkaitan dengan Penyakit Tidak Menular dengan cara mendeteksi secara dini munculnya Penyakit Tidak Menular . Sasaran dari kegiatan ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian Penyakit Tidak Menular dengan penemuan secara dini dan surveilans faktor risiko Penyakit Tidak Menular pada kelompok penduduk risiko tinggi terhadap Penyakit Tidak Menular termasuk penyakit Hipertensi, Diabetes Melitus (DM) dan Kanker Leher Rahim mapun payudara. Hasil Pelaksanaan adalah sebagai berikut : a) Pencegahan dan pemberantasan Penyakit serta tata laksana penderita ditekankan pada penemuan penderita baru penyakit tidak menular serta beberapa hal yang berkaitan faktor risiko PTM dan kewaspadaan terjadinya masalah kesehatan sehingga didirikan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) di Puskesmas terpilih dalam rangka membantu masyarakat memeriksa Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 118 kesehatannya secara rutin untuk dapat mendeteksi secara dini Penyakit Tidak Menular yang muncul pada dirinya seperti Hipertensi, Diabetes maupun Kanker. Hasil kegiatan ini sangat bermanfaat dalam keberhasilan pengobatan karena gejala awal penyakit tersebut tidak dirasakan. b) Saat ini PTM sudah dilaksanakan di 19 kabupaten/Kota di Jawa Timur yang sesuai dengan petunjuk Teknis PTM c) Untuk mendukung kegiatan Penyakit Tidak Menular juga mengadakan pemeriksaan pada supir bis saat kegiatan mudik bersama diperiksa tekanan darah, gula darah, dan kandungan alkohol sehingga diharapkan pelaksanaan mudik dapat berjalan lancar dengan pengemudi yang sehat c.2 Peningkatan Surveilans Epidemiologi dan Pengamatan Penyakit Serta Penanggulangan KLB Bertujuan untuk mendorong dan mendukung terselenggaranya Surveilans Epidemiologi yang berkesinambungan di Jawa Timur untuk mewujudkan SKD KLB di seluruh Kabupaten Kota dan penanggulangan KLB sesegera mungkin yaitu < 24 jam sudah ditanggulangi oleh Kabupaten Kota dan KLB skala provinsi dapat ditanggulangi oleh provinsi dalam waktu , 48 jam sejak laporan diterima. Respon cepat ini diharapkan dapat mencegah terjadinya KLB yang lebih besar atau wabah dan ditindak lanjuti dengan penanggulangan oleh Provinsi dalam rangka memutus rantai penularan dan mencegah jumlah kasus maupun lokasi kasus yang meluas Sedangkan sasarannya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit menular dengan penemuan secara dini dan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular pada kelompok penduduk risiko tinggi terhadap penyakit tidak menular termasuk cedera karena kecelakaan dan kewaspadaan terjadinya masalah kesehatan pada saat mudik Lebaran Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 119 Hasil Pelaksanaan adalah sebagai berikut : Provinsi memberikan dukungan terhadap terselenggaranya Surveilans Epidemiologi di seluruh Kabupaten/Kota Jawa Timur untuk membantu terselenggarakan SKD KLB (Sistem Kewaspadaan Dini terhadap Kejadian Luar Biasa) adanya penyakit yang berpotensi KLB maupun wabah yang terjadi maupun kemungkinan adanya penyakit baru yang mungkin muncul dan aktif memberikan petunjuk pelaksanaan sesuai pedoman teknis serta prosedur dalam penanggulangan KLB sehingga KLB dapat segera ditanggulangi dan tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lebih berkepanjangan. Kejadian KLB terutama KLB Difteri di Jawa Timur tahun 2013 sejumlah 648 kasus meninggal 27 orang , hal ini menurun dibanding kejadian pada tahun 2012 yaitu 955 kasus meninggal 37 orang. Kejadian KLB lainnya seperti AFP diare, campak, Hepatitis dan keracunan makanan maka jumlah KLB yang harus diintervensi sejumlah 1500 kejadian, akan tetapi dana APBD yang tersedia untuk penanggulangan KLB tersebut hanya 200 kejadian. Dengan dasar tersebut intervensi yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi diprioritaskan pada KLB yang potensi bisa mengarah pada KLB skala Provinsi. Kejadian penyakit Difteri di Jawa Timur tahun 2013 sejumlah 369 kasus,hal ini menurun dibanding kejadian pada tahun 2012 yaitu 955 kasus meninggal 37 orang. Termasuk kegiatan pengamatan Flu Burung yang saat ini muncul type baru yaitu H7N9 yang muncul di China mulai februari 2013, akan tetapi di Jawa Timur masih belum muncul type virus tersebut dan belum adanya kasus tersangka Flu Burung pada manusia. Disamping munculnya Mediterania Corona Virus yang muncul di negara mediteranian termasuk Arab Saudi yang merupakan kunjungan jamaah Haji maupun Umrah sehingga hal ini perlu diwaspadai penularannya pada jamaah. Dari laporan yang suspect MedCov jamaah Haji yang pulang dari ibadah haji sejumlah 3 orang ( Bojonegoro, Gresik dan Surabaya)dan hasilnya negatif semua. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 120 c.3. Pengendalian Penyakit Kusta Penyakit kusta masih ditakuti oleh sebagian besar masyarakat dan petugas kesehatan pada umumnya, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan serta pengertian yang salah, dan kepercayaan yang keliru tentang penyakit kusta yang disebabkan kecacatan yang ditimbulkan. Sehingga masalah penyakit kusta sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas pada masalah sosial dan ekonomi. Untuk mengurangi hal itu diperlukan kemitraan lintas program dan lintas sektor dalam pemberantasan, rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan ekonomi serta mendorong penderita kusta yang sudah sembuh menjalani kehidupannya yang berkualitas dan berkeadilan di dalam masyarakat secara luas. Penderita kusta merupakan penyakit kulit biasa yang sulit dideteksi secara dini karena pada tahap awal penyakit ini sangat mirip dengan penyakit kulit sehingga cenderung diabaikan atau berusaha diobati sendiri. Faktor penyulit lain adalah adanya stigma dari masyarakat sehingga penderita atau keluarganya cenderung tertutup. Semakin lama penyakit ini tidak diobati maka resiko terjadinya kecacatan akan semakin tinggi. Penyakit kusta yang diobati di Jawa Timur tersebar di semua Kabupaten/Kota yang terutama di Pulau Madura dan Pantai Utara Pulau Jawa. Jumlah penderita terdaftar yang ada di Pulau Madura adalah 32% dari total penderita yang ada di Jawa Timur. Sedangkan di tingkat Nasional 1/3 dari jumlah penderita kusta di Indonesia berasal dari Jawa Timur. Sedangkan di tingkat Dunia, Indonesia merupakan ranking ke 3 setelah India dan Brazil. Rata-rata penemuan penderita baru kusta dalam kurun waktu 6 tahun terakhir berkisar 5.000 s/d 6.000, penemuan penderita baru kusta tertinggi adalah dari tahun 2009 yaitu 6.040 orang karena pada tahun tersebut ada kegiatan Intensified Case Finding dana dari WHO sebesar 750 juta di Kab. Jember dan Kab. Lamongan dengan penemuan penderita baru sebanyak 788 kasus dalam waktu 4 bulan. Pada tahun 2010 dilaksanakan kegiatan Rapid Village Survey (RVS) di 8 Kabupaten dengan total penemuan penderita baru Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 121 sebanyak 851 orang. Sedangkan pada tahun 2012, kegiatan RVS hanya dilakukan di 6 Kabupaten dengan total penemuan penderita baru banyak 632 orang. Untuk tahun 2013 laporan penemuan kasus baru (s/d September 2013) sejumlah 2.745 orang dengan perincian untuk tipe PB : 341 orang dan MB : 2.404 orang. Dari total penderita baru tersebut, 225 penderita baru merupakan usia anak (8%), 341 penderita baru yang ditemukan dalam kondisi cacat II (12%) dan ada 408 orang (15%) mengalami cacat tingkat I (cacat yang tidak kelihatan) yang potensial untuk menjadi cacat tingkat II. Untuk cakupan pelayanan pengobatan kusta sesuai dengan regimen WHO (MDT) adalah 100% di Unit Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit yang sudah ada kerjasama dan Puskesmas). Dari 989 Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang ada di di Jawa Timur, yang sampai dengan saat ini melayani penderita kusta sebanyak 678 UPK. tabel 11.1 Pencapaian Program P2 Kusta Tahun 2009 s/d 2013 No Indikator Target 2009 1 Penderita Terdaftar 6.392 2 Prev. Rate per 10.000 <1 1,69 3 a. Penderita Baru 6.040 b. C D R per 10.000 <5 16,00 Proporsi Cacat II c. 5% 11% (%) e. Proporsi anak (%) 5% 12% 4 RFT Rate PB 90% 91% MB % Kab/Kota 5 mencapai RFT rate 90% PB MB *) : s/d Sept 2013 2010 5.496 1,48 4.653 12,50 2011 6.157 1,63 5.284 13,99 2012 2013* 5.570 7.406 1,46 1,93 4.807 3.391 12,63 - 13% 13% 14% 12% 11% 11% 9% 8% 93% 97% 94% 90% 94% 90% 90% 89% Target 70% 75% 75% 82% 58% 82% 68% 97% 76% 84% 58% 80% Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 122 c.4.Pengendalian Hiv/Aids Program P2 IMS dan HIV/AIDS dimaksudkan untuk mengendalikan penyebaran Infeksi HIV dan IMS dan meningkatkan Kualitas Hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Program Pengendalian penyebaran infeksi HIV, PMS dan dampak HIV & AIDS dilakukan melalui upaya pencegahan, meningkatkan kualitas pelayanan serta jangkauan ODHA dan masyarakat. Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program baik sebagai berikut: Tabel 11.2 Capaian kinerja Program P2 IMS dan HIV/AIDS 2009 No Uraian 2010 2011 2012 Des 2013 Jml Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian (%) Jml % (%) Jml % (%) Jml % (%) Jml % (%) Jml % 1 % Kab/Kota yang memiliki layanan komprehensif 2 % RS Pemerintah yang menyelenggarakan rujukan ODHA 38 45 17 45 50 19 50 55 27 71 65 32 84 75 34 89 48 0 21 44 0 24 50 30 27 56 40 30 63 70 35 80 Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 c.5.Pengendalian Penyakit Malaria Malaria disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina, malaria dapat menyerang semua umur, dan masih menjadi beban di Jawa Timur. Mobilitas penduduk Jawa Timur yang tinggi dari dan ke daerah endemis mempunyai risiko untuk tertular malaria, bila mereka yang tertular tidak ditemukan akan berakibat turunnya kualitas hidup dan selanjutnya bisa menimbulkan kematian. Hasil surveilans rutin malaria tahun 2013 menginformasikan ada 29 kabupaten/kota dengan kasus malaria. Kasus malaria terbanyak adalah malaria import sebesar 99,9%. Tingginya malaria import yang tidak ditemukan dan diobati sangat berisiko untuk menularkan malaria di daerah reseptif. Adapun daerah reseptif malaria di Jawa Timur tersebar di pantai selatan Jawa Timur dan sekitar Pegunungan Wilis serta di daerah Kepulauan Sumenep Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 123 Kegiatan pada pengendalian malaria bersumber anggaran APBD I tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1) Pos Malaria Desa 2) Pemantauan mutu lab. Malaria 3) Pengendalian malaria di daerah kepulauan 4) Monitoring program & persiapan eliminasi malaria 5) Pertemuan evaluasi validasi data 6) Surveilans migrasi penguatan sistem surveilans malaria 7) Pelacakan penderita malaria import dan indigenous 8) Koordinasi lintas sektor penemuan penderita malaria\ 9) Penguatan malaria centre Kegiatan – kegiatan tersebut diharapkan dapat menunjang pencapaian indikator malaria dan pencapaian traget Rencana Strategi Malaria 2013 yang tertuang dlam Rencana Strategi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2009 s/d 2014. Tabel 11.3 Capaian Kegiatan Program Malaria Tahun 2009 - 2013 No INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013 (Data sementara) 1 Jumlah Sediaan 50,4 56,1 23,6 33,02 30,72 Darah diperiksa (ribuan) 2 ABER 1,1 1.06 0,46 1,8 0,1 3 SPR 3,3 3,4 4 Penderita Malaria 1489 947 1222 1074 1033 5 API (‰) 0,33 0,18 0,24 0,034 0,024 6 Proporsi 35,1 46,5 50,7 35,7 34,1 Plasmodium falsiparum (%) 7 8 9 Proporsi Kasus Indigenous (%) Proporsi Malaria Import (%) Desa HCI 28,3 8,2 10,8 0,7 0,1 71,7 91,8 89,2 99,3 99,9 12 2 2 2 0 Sumber : LKPJ Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 124 c.6.Pengendalian Penyakit PES Kegiatan pengendalian penyakit Pes ini bertujuan untuk meningkatkan kegiatan kewaspadaan dini, menemukan, mengobati penderita, mencegah terjadinya KLB, mempertahankan angka kematian kasus pes pada manusia tetap nol ( CFR = 0 % ), dan dusun fokus dan terancam tidak bertambah atau menyebar. Tujuan pengendalian penyakit PES berdasarkan Renstra Jawa Timur adalah 100 % kabupaten/Kota yang ditemukan penderita pes telah melaksanakan program pemberantasan pes mencapai indikator utama. Sasaran Program Daerah rawan penyakit pes di Jawa Timur ada di Kabupaten Pasuruan Hasil Pelaksanaan 1) Pemasangan trap tikus pada 42 dusun wilayah pengamatan pes sebanyak 160.000 trap. Pemeriksaan spesimen serologi sebanyak 1.535 specimen dan mikrobiologi sebanyak 1 specimen. Hasil pemeriksaan semua negatif. 2) Pencarian penderita secara aktip pencarian ini dilakukan oleh petugas Human Surveillance dengan cara berkeliling dari rumah kerumah setiap hari pada 42 dusun Fokus dan terancam di wilayah pengamatan pes. Semua penderita klinis yang ditemukan telah memperoleh pengobatan (100 %) Tabel 11.4 Hasil Pengamatan penyakit Pes di Provinsi Jawa Timur 2009-2013 No Indikator 1 2 3 4 Trap Sukses % Indek Pinjal (IP): 1. IP Umum: 2009 3.7% 0.90 0.60 2. IP.Khusus Penderita Klinis 5 Penderita Positip 0 Laboratorium Standar Nasional 1. Indek Pinjal Umum: ≤ 2 % 2. Indek Pinjal khusus ≤1 % 3. Trap sukses ≥ 3 % Hasil Kegiatan 2010 2011 2012 2.96 % 2.68 % 2.58% 2013 2.60% 1.24 0.66 0.88 0.59 0.97 0.69 1.12% 0.75 2 0 3 0 3 0 1 0 Sumber : LKPJ Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 125 Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan penyakit pes tahun tahun 2009 sampai dengan 2013 menunjukkan tidak adanya kejadian luar biasa. Pada tahun 2013 hanya ada 1 suspek yang diketemukan dan hasil pemeriksaan serum (serologi) dan mikrobilogi didapatkan hasil negatif. Trap sukses masih dibawah standart hal ini harus ditingkatkan untuk mencapai batas diatas 3. Indek pinjal umum dan khusus masih dibawah standart . c.7. Pencegahan DBD (Demam Berdarah) Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial dan ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh Kab/ Kota di Jawa Timur. Demam Berdarah Dengue juga sudah menjadi masalah yang rutin dihadapi pada setiap musim hujan. Angka kesakitan di Jawa Timur cukup tinggi, meskipun jumlah kematian yang terjadi dapat ditekan. Tujuan Program DBD: Menurunkan angka kesakitan DBD 1) Menurunkan angka kematian DBD 2) Mencegah KLB DBD Sasaran Program DBD: 1) Minimal 20% Kabupaten/ Kota dengan angka kesakitan DBD maksimal 53/100.000 penduduk 2) Minimal 20% Kabupaten/ Kota dengan angka kematian DBD maksimal 1% Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 126 Tabel 11.5 Capaian Program DBD di Jatim NO TAHUN 1 2008 2 2009 3 2010 4 2011 5 2012 6 2013 PENDERITA 16.929 18.631 25.762 5.374 8.266 14.414 KEMATIAN 166 185 230 65 119 139 INSIDEN 45,28 50,03 69,14 14,19 21,72 37,87 CFR 0,98 % 0,99 % 0,89 % 1,21 % 1,44 % 0,96 % Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 c.8. Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang di Provinsi Jawa Timur dengan hasil capaian sebagai berikut : Pemberantasan Penyakit Leptospirosis. Hasil Pengamatan penyakit Leptospirosis di Prov. Jawa Timur Tahun 2009 2013 sampai dengan bulan Desember 2013 adalah : Tabel 11.6 Capaian Program DBD di Jatim Indikator Kasus Klinis Meninggal CFR % 2009 32 10 31,25% 2010 29 16 55,17 % Hasil Kegiatan 2011 2012 55 79 12 7 21,81% 8,86 % 2013 229 25 10,91 % Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 Tingginya angka kematian pada penderita Leptosiprosis pada tahun 20092013 disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Kasus Leptospirosis sering tidak terdiagnosis karena gejala klinis tidak spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnose tanpa uji laboratorium. 2. Belum semua petugas kesehatan mengetahui tatalakasana kasus Leptospirosis. 3. Kuman yang menyerang penderita termasuk serovar ganas. 4. Diagnose sebab kematiannya karena gagal ginjal akut. Adapun untuk penyakit rabies sampai dengan bulan Juni 2013 tidak ditemukan kasus Rabies dari kasus- kasus gigitan hewan penular rabies. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 127 c.9. Peningkatan Imunisasi Tujuannya adalah mendukung dan membantu pelaksanaan imunisasi di Jawa Timur, sehingga membantu Kabupaten/Kota mencapai target minimal Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan. Mulai tahun 2013 indikator keberhasilan program imunisasi tidak dihitung berdasarkan cakupan imunisasi secara agregat (polulasi) tetapi berdasarkan individu (bayi) yang telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Yang dimaksud imunisasi dasar lengkap adalah bayi yang telah menerima imunisasi BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT-Hb 3 kali dan campak 1 kali. Diharapkan pada tahun 2013 ini cakupan UCI Desa sebesar minimal 95%. Desa dikategorikan UCI apabila minimal 80% bayinya telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebelum usia 1 tahun. Sasaran imunisasi rutin adalah bayi, anak sekolah dasar/ibtidaiyah kelas 1, 2 dan 3, serta wanita usia subur (1539 tahun). Tujuan imunisasi adalah agar seluruh masyarakat kebal terhadap penyakit berbahaya yaitu penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Jumlah sasaran bayi tahun 2013 sebanyak 591.597 bayi, anak SD/MI kelas 1, 2 dan 3 sebanyak 1.804.353 anak dan WUS (hamil dan tidak hamil) 14.960.016 jiwa serta WUS Hamil sebanyak 679.460 orang. Sejak tanggal 10 Oktober 2011 di Jawa Timur telah dinyatakan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Untuk penanggulangannya Jawa Timur sejak 2012 – 2013 telah melaksanakan berbagai upaya penanggulangan, yaitu : a) Terhadap kasus difteri, diberikan tata-laksana sesuai standat di RSU 1. Terhadap kontak erat, dilakukan sweb tenggorokan dan hidung,diberikan profilaksis dan di imunisasi 2. Terhadap kontak yang berdomisili atau berhubungan dengan kasus diberikan suntikan imunisasi komponen difteri. 3. Pemberian imunisasi tambahan (Sub PIN Difteri) bagi anak usia 2 bulan s/d 15 tahun di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur sebanyak 3 kali putaran. Putaran pertama dilaksanakan pada bulan Oktober – Nopember 2012 dan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 128 putaran kedua pada bulan Mei- Juni 2013, serta putaran ketiga akan dilaksanakan pada bulan Nopember –Desember 2013. Hasil Pelaksanaan Program Imunisasi 2013 a. Imunisasi Rutin Bayi 1. Pencapaian UCI Desa Tabel 11.7 Target dan Capaian UCI Desa/Kel (%) Tahun 2009 - 2013 UCI DESA/KEL (%) NO TAHUN 1 2 3 4 5 TARGET ≥80 ≥80 ≥85 ≥90 ≥95 2009 2010 2011 2012 2013 PENCAPAIAN 79,9 81,2 87,4 91,5 95,8 Sumber : LKPJ P3PMK, 2013 2. Pencapaian Imunisasi Dasar Lengkap Tabel 11.7 Target dan Capaian Imunisasi Dasar Lengak (%) Tahun 2012 - 2013 IMUNISASI DASAR LENGKAP (IDL) NO TAHUN TARGET (%) PENCAPAIAN JATIM NASIONAL 1 2012 ≥85 84,5 86,8 2 2013 ≥88 94,43 79,4 Sumber : LKPJ P3PMK, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 129 b. Cakupan Imunisasi Anak Sekolah SD/MI Tabel 11.8 Jumlah Sasaran, Target Minimal dan Cakupan Imunisasi Anak Sekolah SD/MI Tahun 2008 - 2013 JUMLAH SASARAN N O THN KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 TARGE T MINIMA L CAKUPAN (%) KELAS I CAMP AK DT KELAS II KELAS III TT / Td * TT / Td * 1 2008 697.677 685.464 666.355 ≥95 97,44 94,56 95,18 96,33 3 2009 682.412 660.596 667.094 ≥95 95,40 97,45 97,82 97,75 4 2010 676.896 662.714 658.368 ≥95 92,57 92,77 93,26 92,39 5 2011 631.825 635.615 632.451 ≥95 96,10 96,35 97,15 96,65 6 2012 639.166 630.568 658.312 ≥95 97,61 97,63 97,47 97,31 7 2013 640.124 631.532 659.357 ≥95 96,52 97,22 96,25 96,49 Sumber : LKPJ P3PMK, 2013 c. Cakupan Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS) Hamil Tabel 11.9 Target dan Pencapaian Cakupan Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS) Hamil Tahun 2009 - 2013 NO 1 2 3 4 5 TAHUN 2009 2010 2011 2012 2013 TT2 Plus BUMIL TARGET PENCAPAIAN ≥75 ≥75 ≥80 ≥80 ≥85 75,9 83,2 85,4 83,7 85,04 Sumber : LKPJ P3PMK, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 130 d. Imunisasi Tambahan (Sub PIN Difteri) Tujuannya menghentikan transmisi difteri di Jawa Timur, direncanakan tiga (3) kali putaran di 19 Kabupaten/Kota Prioritas. Target pencapaian Sub PIN Difteri minimal 95%, cakupan Putaran 1 s/d 3 sebagai berikut : Tabel 11.10 Pencapaian Imunisasi Tahun 2012 - 2013 Umur dan Antigen No Putaran 1. Pertama Nop – Des 2012 Kedua Mei – Juni 2013 Ketiga Nop – Des 2013 2. 3. Pelaksaan ≥2 s/d 36 bulan (DPT-HB) >3 s/d 7 tahun (DT) >7 s/d 15 tahun (Td) 98,26% 98,64% 96,96% 100% 97,31% 97,62% 100% 96,38% 97,98% Sumber : LKPJ P3PMK, 2013 c.10.Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML) Program P2ML terdiri dari P2 Diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Frambusia, tetapi pada tahun 2013 P2ML hanya terdiri dari P2 Diare dan ISPA karena P2 Frambusia sudah masuk ke dalam Program P2 Kusta P2 DIARE Program pengendalian diare bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait. Sedangkan tujuan dari tatalaksana diare adalah mencegah dehidrasi, mengobati dehidrasi, mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan sesudah diare, memperpendek lamanya diare dan mencegah diare menjadi berat. Prinsip tatalaksana diare adalah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri dari oralit osmolaritas rendah, zinc, pemberian ASI/makanan, pemberian antibioka hanya atas indikasi dan pemberian nasihat, Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program sebagai berikut: Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 131 Tabel 11.11 Capaian Kinerja Program Diare Indikator Kinerja Cakupan pelayanan diare Capaian Kinerja Program Diare Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 % 43,48 66,7 70,09 72,43 97,59 Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 P2 ISPA Program pengendalian ISPA bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia. Sasaran dari program P2 ISPA adalah pengendalian pneumonia balita, kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza serta penyakit saluran pernafasan lain yang berpotensi wabah, pengendalian ISPA umur > 5 tahun, dan faktor risiko ISPA. Untuk mengukur keberhasilan sasaran dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat dari perkembangan capaian kinerja program yaitu cakupan penemuan pneumonia balita sebagai berikut : Tabel 11.12. Capaian Kinerja Program ISPA Capaian Kinerja Program ISPA Indikator Kinerja Cakupan penemuan pneumonia balita Satua n 2009 2010 2011 2012 2013 % 23,60 21,70 25,69 22,80 18,95 Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 c.11. Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2) Pogram Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 132 Di Jawa Timur kasus kaki gajah 100 % penderita ditemukan dalam kondisi kronis/menahun dan cacat permanen. Tercatat sampai dengan 31 Desember 2013 kasus klinis kaki gajah yang telah ditemukan dan diobati sejumlah 358 penderita yang tersebar di 33 Kabupaten/Kota pada 190 kecamatan di 270 desa/kelurahan. Adapun perkembangan penemuan kasus Kaki Gajah dari tahun ke tahun sebagai berikut : Tabel 11.13. Capaian Hasil Kegiatan Tahun 2009 sd Juni 2013 No Capaian hasil kegiatan Kab/Kota melaksanakan program P2 Filariasis (dg kasus % Kab/Kota melaksanakan program P2 Filariasis Rekapitulasi kasus Klinis Limfadema kronis Kasus Klinis Limfadema kronis yang baru ditemukan Mikrofilaria Rate 2009 30 2010 32 2011 32 2012 32 2013 33 80 84 84 84 94 263 293 319 341 358 20 30 26 22 17 0% 0% 0% 0% Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 Penderita terbanyak ditemukan di Kabupaten Lamongan dengan 56 kasus, Kabupaten Malang dengan 39 kasus kemudian Kabupaten Ponorogo dengan 30 Kasus dan Kabupaten Trenggalek 24 kasus). Namun sampai dengan saat ini belum ada penderita yang ditemukan secara laboratoris positif mikrofilaria (ditemukan anak cacing dalam darah penderita). Untuk memberantas penyakit ini sampai tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi, pada tahun 2000 WHO telah menetapkan kesepakatan global untuk melakukan Eliminasi Filariasis pada tahun 2020. Indonesia sepakat untuk melaksanakan Eliminasi Filariasis (Pemberantasan Penyakit Kaki Gajah) secara bertahap dimulai pada tahun 2002 dan Program Eliminasi Filariasis ini dinyatakan sebagai salah satu program prioritas di Kementerian Kesehatan RI. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 133 c.12. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah bencana Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana secara komprehensif bersama Pusat (Kemenkes RI) dan Kabupaten Kota, yang kegiatannya meliputi tahapan pra bencana (kesiapsiagaan), tahap saat bencana (tanggap darurat) dan tahap pasca bencana (pemulihan) serta mengupayakan setiap terjadi kejadian bencana tidak diikuti oleh Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular. Sasaran dari kegiatan ini adalah seluruh Kabupaten Kota di Jawa Timur serta setiap kejadian bencana yang terjadi di seluruh Kabupaten Kota di Jawa Timur. Hasil Pelaksanaan Program/Kegiatan Pada tahun 2013 di Jawa Timur sesuai dengan laporan yang dikirimkan oleh Kabupaten Kota yang mengalami kejadian bencana terakumulasi sebanyak 86 kejadian bencana dari berbagai jenis bencana yang terjadi. Bencana terbanyak adalah banjir (28%) kemudian disusul dengan angin puting beliung (23%). Semua bencana dapat ditanggulangi dengan baik pada saat bencana (tanggap darurat) hanya ada Kejadian Luar Biasa (KLB) pasca banjir yaitu penyakit Leptospirosis di Kabupaten Sampang yang merupakan kejadian ikutan pasca banjir. c.13.Pendampingan Pengendalian penyakit TBC (Tuber Culoses) Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TB yang cukup besar (selalu dalam kelompok 5 besar). Penderita tersebut menyebar di semua provinsi, namun dengan prevalensi yang berbeda di beberapa wilayah. Indonesia bagian timur memiliki prevalensi yang terbesar. Angka insidens TB nasional pada tahun 2012 berdasarkan survei prevalensi pada tahun 2004, adalah 107/100.000 penduduk (untuk TB paru BTA positif baru) dan menurut WHO (2011), angka insiden seluruh kasus adalah 185/100.000 penduduk. Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi dengan jumlah kasus TB yang besar. Provinsi ini telah menjalankan strategi Directly Observed treatment Short course (DOTS) sudah sejak tahun 1995. Sejak tahun 2004, setelah semua Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 134 Puskesmas terlatih, program ini dikembangkan ke rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Jumlah kasu TB di Jawa Timur menempati urutan kedua setelah Jawa Barat. Jumlah kasus baru pada tahun 2012 tidak kurang dari 42 ribu. Kasus anak sekitar 5% dari toal kasus TB yang diobati. Program pengendalian TB dengan strategi DOTS dimulai pada tahun 2005 dan sampai sekarang telah melibatkan 100% Puskesmas dan 100% RS pemerintah. Diupayakan untuk melibatkan sektor swasta melalui kegiatan kemitraan yang disebut dengan Public Private Mix DOTS : Tabel 11.14 Pencapaian Program P2 TB No Indikator Program 1 2 CDR CNR 3 Succes Rate Target Nasio 2009 nal 70 54 Naik 102 5% 85 90 Pencapaian 2010 2011 2012 2013 58 100 65 111 64 113 57 109 90 91 90,1 NA Sumber : Laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, 2013 d. Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah d.1 Permasalahan : d.1.1.Pengendalian Penyakit Kusta 1) Penderita baru kusta masih terus ditemukan. 2) Prosentase Kab/Kota yang mencapai RFT (Release from Treatment) Rate / angka kesembuhan untuk tipe MB (Multi Basiler) rendah 3) Perhatian dari pemerintah kab/kota masih kurang. 4) Masih adanya stigma di masyarakat dan petugas kesehatan. 5) Belum semua Kabupaten/Kota memasukkan penderita kusta dalam Jamkesmas. 6) Belum semua penderita yang diobati dilakukan pemeriksaan POD (Prevention of Disability) secara rutin Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 135 d.1.2. Pengendalian Hiv/Aids 1) Tinggal 4 kabupaten/kota (Ngawi, Bangkalan, Sumenep, Kota Blitar) yang belum memiliki layanan komprehensif HIV karena pengambil kebijakan di kab/kota tersebut belum memiliki komitmen. 2) RS Rujukan ODHA dan Layanan terkait HIV sudah meningkat namun masih terbatas, sehingga akses layanan masih terbatas. 3) Besarnya populasi berisiko tinggi yang susah dijangkau. 4) Masih kuatnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA d.1.3 Pengendalian Penyakit Malaria 1) Surveilans migrasi malaria belum maksimal. 2) Masih ditemukan kasus indigenous malaria 3) Banyaknya Breeding place vektor malaria yang tidak tertangani (vektor host definitife) 4) Kelambunisasi desa endemis masih dibawah 80% 5) Minimnya tenaga entomologi di daerah reseptif dan endemis. 6) Kurangnya penguatan pada sumber daya manusia yaitu tidak ada pelatihan pengelola program malaria, petugas laboratorium, petugas entomologi malaria dan petugas dokter untuk tatalaksana malaria. 7) Keterlambatan diagnosis dan kurangnya pengetahuan tatalaksana pengobatan malaria pada petugas 8) Koordinasi lintas sektor masih rendah pada penangan malaria tenaga kerja musiman d.1.4.Pengendalian Penyakit PES 1) Penyakit Pes mempunyai kekhasan pengendalian karena hulu penyakit Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 136 ini berada di hewan, dan kalau terlambat menangani akan berakibat fatal pada manusia, pertanian dan pariwisata. 2) Terbatasnya tenaga dalam pengendalian penyakit Pes 3) Mobilitas penduduk dari daerah/wilayah yang berisiko penyakit ke daerah bebas. 4) Merupakan penyakit yang sangat rentan dengan adanya perubahan lingkungan/ekologi. 5) Kurangnya sosialisasi tatalaksana dan pengendalian penyakit Pes d.1.5.Pencegahan DBD (Demam Berdarah) 1) Belum ada obat anti virus dan vaksin untuk mencegah DBD, maka untuk memutus rantai penularan, pengendalian vektor dianggap yang paling memadai saat ini. 2) Partisipasi masyarakat dalam PSN DBD masih rendah, meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan cara-cara pencegahannya sudah cukup tinggi. 3) Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti kepadatan penduduk, mobilitas, lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), pergantian musim dan perubahan iklim dunia, kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta jenis dan keganasan virusnya. 4) Keterlambatan respon untuk melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) karena keterlambatan info dari RS/ Klinik. 5) Sebagian masyarakat masih minat dengan foging. 6) Tim Pokjanal DBD Kab/ Kota kurang aktif d.1.6.Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah 1) Terbatasnya tenaga dalam pengendalian penyakit Rabies 2) Mobilitas HPR dari daerah/wilayah yang berisiko penyakit ke daerah Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 137 bebas. 3) Merupakan penyakit yang sangat rentan dengan adanya lalulintas hewan yang tidak terkontrol 4) Kurangnya sosialisasi tatalaksana dan pengendalian penyakit Rabies. 5) Terbatasnya tenaga dalam pengendalian penyakit Leptospirosis. 6) Ketersediaan Rapid Diagnosa Test untuk diagnosa cepat kasus Leptospirosis. 7) Banyaknya daerah rawan banjir 8) Merupakan penyakit yang sangat rentan dengan adanya musim hujan dan daeran banjir d.1.7 Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML) Diare 1) Ketepatan dan kelengkapan laporan dari Kabupaten/Kota sangat rendah; 2) P2 Diare bukan merupakan program prioritas di daerah, sehingga pendanaan minim bahkan nihil; 3) Petugas Kabupaten/Kota mempunyai tugas rangkap lebih dari dua, sehingga kesulitan dalam memprioritaskan penanganan program ISPA 1) Ketepatan dan kelengkapan laporan dari Kabupaten/Kota sangat rendah; 2) P2 ISPA bukan merupakan program prioritas di daerah, sehingga pendanaan minim bahkan nihil; 3) Petugas Kabupaten/Kota mempunyai tugas rangkap lebih dari dua, sehingga kesulitan dalam memprioritaskan penanganan program; 4) Masih banyak petugas puskesmas yang belum memahami tatalaksana pneumonia dan deteksi dini dalam penemuan penderita pneumonia balita d.1.8.Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2) Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 138 1) Kasus Filariasis permanen sebagian besar ditemukan terlambat /cacat (80%). Hal ini disebabkan karena kurangnya Informasi tentang penyakit Filariasis bagi petugas kesehatan dan masyarakat . 2) Bukan merupakan program prioritas sehingga program ini tidak terdanai di Kabupaten/Kota . 3) Penanganan Rehabilitasi Medis bagi penderita Filariasis baik di tingkat provinsi maupun di Kabupaten/kota belum dapat dilaksanakan secara optimal karena tidak tersedianya dana d.1.9. Pendampingan Pengendalian penyakit TBC (Tuber Culoses) 1) Penemuan kasus TB yang masih di bawah target nasional, yaitu masih mencapai 109 per 100.000 penduduk pada tahun 2013 dengan Case notification rate turun jika dibandingkan tahun 2012 (4 kabupaten masih belum melaporkan). 2) Hanya 29 kabupaten kota yang mencapai target keberhasilan pengobatan minimal 90% 3) Masalah TB HIV masih belum tertangani dengan optimal, khususnya dari sisi surveilans dan akses layanan untuk tes HIV 4) Masih banyak layanan swasta yang belum mau melaksanakan pengobatan TB dengan strategi DOTS, sehingga pasien yang ditangani oleh sektor swasta tidak tercatat dalam sistem surveilans program nasional 5) Kasus kebal obat yang semakin meluas dan sudah 34 kab/ko yang melaporkan d.2. Upaya Pemecahan Masalah d.2.1.. Pengendalian Penyakit Kusta Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 139 1) Mengintensifkan penemuan penderita baru melalui kegiatan pencarian secara aktif (RVS, pemeriksaan kontak serumah dan tetangga) dengan melibatkan peran dari lintas sektor dan lintas program. 2) Menekankan pentingnya penyuluhan saat sebelum pemberian MDT untuk menghindari terjadinya kasus DO (Drop out) / Default, defaulter tracing jika ada kasus DO / default, 3) Jika ada kasus dari luar wilayah, maka cross notification kepada petugas kusta setempat sangat penting untuk pelacakan kasus DO / default. 4) Penyuluhan secara aktif untuk mengurangi stigma kusta di masyarakat maupun petugas kesehatan. dengan memanfaatkan sumber daya yang ada (BOK, DAU, APBD I maupun BLN). 5) On the job training bagi petugas yang sudah dilatih untuk mempertahankan ketrampilan yang sudah ada. 6) Meningkatkan kepedulian para pemegang kebijakan (Bupati/Walikota, anggota DPRD, Kepala Dinas maupun Kepala Puskesmas) di tingkat Kabupaten/Kota melalui advokasi yang berkesinambungan. 7) Meningkatkan mutu pelayanan pada penderita kusta dengan melakukan POD setiap bulan dan case holding 8) Mengembangkan research operasional d.2.1.Pengendalian Hiv/Aids 1) Koordinasi dalam wadah Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa Timur untuk : meningkatkan komitmen pengambilan kebijakan tingkat Provinsi Kab dan Kota meningkatkan peran lintas sektor dalam upaya pengendalian HIV meningkatkan upaya edukasi kepada masayarakat sosialisasi dan penjangkauan kepada populasi risiko tinggi 2) Dinas Kesehatan Provinsi Jatim memfasilitasi layanan melalui pendampingan program, pelatihan SDM, pemenuhan buffer logistik reagen IMS dan HIV serta obat Anti-retroviral (ARV). Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 140 3) Upaya peningkatan capaian kinerja melalui : komunikasi massa terkait dengan layanan HIV yang tersedia. Cakupan kunjungan layanan pencegahan penularan melalui harm reduction, Pemeriksaan dan Pengobatan IMS Terpadu Berkala di Lokalisasi, Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak, Kewaspadaan Standar. 4) Pengembangan klinik IMS, Klinik Konseling dan Testing HIV rujukan ODHA di kab/kota di Jawa Timur dan RS untuk memudahkan akses layanan kesehatan yang merata di Jawa Timur melalui layanan tanpa stigma dan diskriminasi. d.2.3.Pengendalian Penyakit Malaria 1) Revitalisasi Pos Malaria Desa 2) Pemantauan mutu laboratorium Malaria 3) Monitoring program & persiapan eliminasi malaria 4) Pertemuan evaluasi validasi data 5) Surveilans migrasi penguatan sistem surveilans malaria 6) Penunjang kegiatan Eliminasi Malaria 7) Koordinasi lintas sektor penemuan penderita malaria 8) Penguatan Malaria Center 9) Kelambunisasi desa dengan malaria indogenous sebesar 80% d.2.4.Pengendalian Penyakit PES 1) Memberikan pembinaan dan advokasi ke semua level administrasi pemerintahan 2) Kab/Kota mengusulkan anggaran untuk sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan program zoonosis 3) Penggandaan pedoman 4) Meningkatkan peransera masyarakat dan PHBS 5) Mengusulkan pertemuan review petugas pengendalian dan tatalaksanan kasus penyakit zoonosis Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 141 d.2.5. Pencegahan DBD (Demam Berdarah) 1) Memberikan edaran Gubernur Jatim kepada seluruh Bupati/ Walikota untuk melakukan upaya pencegahan dengan meningkatkan sosialisasi DBD ke masyarakat melalui media massa dan media cetak, mengintensifkan gerakan PSN dan larvasidasi yang dimotori oleh kader jumantik (juru pemantau jentik) dan melakukan antisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. 2) Memfasilitasi kegiatan pengasapan yang difokuskan pada tempat-tempat terjadinya penularan. 3) Mempedomani Pergub Jatim No. 20 tahun 2011 tentang Pengendalian DBD di Jawa Timur. 4) Menyiapkan buffer stock insektisida maupun larvasida yang siap didistribusikan bila ada Kab/ Kota yang memerlukan. 5) Melakukan sosialisasi program DBD melalui media massa dan media elektronik. 6) Bimbingan Tekhnis Program DBD ke 38 Kab/ Kota di Jawa Timur. 7) Advokasi kepada para stakeholder d.2.6.Penyelenggaraan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah 1) Memberikan pembinaan dan advokasi ke semua level administrasi pemerintahan 2) Meningkatkan Koordinasi dengan Dinas yang membidangi peternakan dan Kesehatan Hewan, serta meningkatkan pengawasan lalulintas hewan di tempat check point 3) Kab/Kota mengusulkan anggaran untuk sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan program zoonosis dan aggaran untuk pembelian Rapid Diagnosa Test untuk Penyakit Leptospirosis, untuk diagnosa dini d.2.7. Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML) Diare Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 142 1) Memberikan umpan balik laporan secara rutin ke Kabupaten/Kota, dan Kabupaten/Kota ke Puskesmas; 2) Advokasi ke stake holder (pemegang kebijakan) tentang usulan anggaran kegiatan; 3) Memberikan saran dalam membagi beban tugas pada staf ISPA 1) Memberikan umpan balik laporan secara rutin ke Kabupaten/Kota, dan Kabupaten/Kota ke Puskesmas; 2) Advokasi ke stake holder (pemegang kebijakan) tentang usulan anggaran kegiatan; 3) Memberikan saran dalam membagi beban tugas pada staf; 4) Mengusulkan peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana pneumonia di puskesmas d.2.8.Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2) 4) Sosialisasi kepada masyarakat dan peningkatan kapabilitas petugas kesehatan tentang tanda-tanda dini dan Penataalaksanaan kasus Filariasis secara standar. 5) Mengunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) dalam menunjang kegiatan diagnostik dan surveilans aktif dalam upaya penemuan kasus Filariasis secara dini untuk mencegah kecacatan. 6) Integritas program Filariasis dengan program lain misalnya dengan program Kusta dalam penemuan kasus dan pengobatanpenderita, dengan program Malaria dalam penatalaksanaan laboratorium dan program Kecacingan untuk upaya pencegahan. 7) Pengembangan program bekerjasama dengan Departemen Parasitologi Universitas Airlangga untuk kegiatan crosscheck specimen dan penelituan tentang Filariasis d.2.9. Pendampingan Pengendalian penyakit TBC (Tuber Culoses) Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 143 1) Meningkatkan AKMS (Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial) untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan pengambil kebijakan dalam pengendalian TB 2) Memperkuat jejaring eksternal di 5 regional dan kabupaten kota untuk menurunkan angka drop out yang pada akhirnya akan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan 3) Penguatan kolaborasi TB-HIV melalui Tim Kolaborasi TB HIV yang melibatkan KPA. 4) Memperkuat Public Private Mix sebagai pendekatan untuk memperkuat jaringan pelayanan TB (pengembangan di Kab. Pasuruan dan Kota Malang) Penguatan jejaring layanan untuk TB kebal obat melalui kegiatan pengendalian terpadu TB kebal obat dengan menambah layanan sub rujukan di 5 wilayah regional dengan didukung layanan laboratorium yang bermutu Secara umum untuk sasaran A.9 dalam kegiatan pemberantasan penyakit menular sudah memenuhi target indikator dan menurut skala Likert mendapat nilai BAIK - SANGAT BAIK. B.8. TUJUAN 8 : Meningkatnya Jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar Tujuan : Meningkatnya Jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar maka ditetapkan Sasaran sebagai berikut : Meningkatnya Jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. Sasaran: Meningkatnya Jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. ,dengan indikator keberhasilan pencapaian sasaran sebagai berikut : a. Persentase Bidan PTT mendapatkan Sertifikasi Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 144 b. Persentase Posnkesdes memiliki Perawat c. Persentase Desa/Kelurahan mempunyai Bidan di desa d. Persentase Tenaga Kesehatan yang Lulus Uji Kompetensi ber-izin Tabel 3.1. TUJUAN 8 dan SASARAN 8.1. TUJUAN 7 SASARAN 7.1 Meningkatnya Jumlah, jenis, Meningkatnya Jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. kesehatan sesuai standar. Indikator kinerja, target dan reaslisasi dari sasaran ini disajikan dalam Tabel 3.2. sebagai berikut : TABEL : 3.2. NO 1 1 2 3 4 Meningkatnya Jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar INDIKATOR KINERJA 2 Persentase Bidan PTT mendapatkan sertifikasi Persentase Ponkesdes memiliki Perawat Persentase Desa/Kelurahan mempunyai Bidan di Desa Persentase Tenaga Kesehatan yang Lulus Uji Kompetensi berizin 3 REALISA SI 4 100 % 100% >10% 15% 80% 100% 80% 100% TARGET Rata-Rata Persentase Capaian Sasaran (%) 5 100 150 125 125 125 KATEGORI CAPAIAN : SANGAT BAIK Untuk mencapai Sasaran yang diinginkan, maka dilakukan, Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 145 PROGRAM PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA KESEHATAN a. Program Sumber Daya Kesehatan ini didukung oleh 3 (tiga) kegiatan yaitu: a.1. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas dan jaringannya serta Rumah Sakit a.2. Peningkatan profesionalisme dan pengembangan karir tenaga kesehatan a.3. Penempatan, Pengembangan dan Pemenuhan Tenaga Kesehatan di Tempat Pelayanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Jaringnya) b. Program Rp. Sumber Daya 2.554.372.500,00 Kesehatan terealisasi dengan sebesar pagu 75.58.%, sebesar atau Rp. 1.930.485.081,00 secara rinci masing-masing realisasi anggaran kegiatan serta capaian ukuran keberhasilannya dapat dilihat pada Lampiran Matrik 19 Kolom c. Hasil pelaksanaan program sebagai berikut: c.1 Perencanaan kebutuhan Nakes di Puskesmas dan jaringannya serta RS Telah terlaksana dengan dibuatnya pemetaan kebutuhan Nakes di Kab Dan Kota yaitu antara lain : Tabel 7.1 Hasil Dari Kegiatan Pemetaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Kab/Kota Tahun 2013 Uraian Target Capaian Pertemuan penyusunan 30 orang 100 % dokumen dan review perencanaan kebutuhan Pelatihan perencanaan - 6 Kab/Kota 100 % kebutuhan Nakes Banyuwangi,Pamekasan, Ngawi, Trenggalek, Gresik, Sidoarjo - 30 orang Monitoring dan evaluasi 30 orang 100 % kebutuhan Nakes di Dinkes dan RS Perencanaan kebutuhan Nakes di Puskesmas dan jaringannya serta RS telah terlaksana dengan dibuatnya pemetaan kebutuhan Nakes di Kab Dan Kota Pertemuan penyusunan 64 orang 87,38 % Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 146 dokumen dan review perencanaan kebutuhan Pelatihan perencanaan kebutuhan Nakes target 6 Kab/Kota dengan 32 orang Kab Bojonegoro,Pacitan,Lumajan g, Jember , Sumenep dan lamongan Monitoring dan evaluasi kebutuhan Nakes di Dinkes dan RS target 58 orang 97,30 % 99,91 % Sumber : Data Program Pengembangan SDM Kesehatan, 2013 c.2. Peningkatan Profesionalisme dan Pengembangan karier tenaga kesehatan Tabel 7.2 Hasil Dari Kegiatan Peningkatan Profesionalisme dan Pengembangan Karir Tenaga Kesehatan Tahun 2013 Tujuan Program Peningkatan Profesionalisme pengembangan Nakes Upaya Pencapaian 1. Melaksanakan kegiatan dan persiapan Pemilihan karier Nakes Teladan 2. Melakukan Seleksi pemilihan Nakes teladan Tingkat Propinsi 3. Melakukan Nominasi nakes teladan dari 38 Kab/Kota 4. Menentukan juara I, II dan III dari 4 kategori Nakes Teladan 5. Melaksanakan pembentukan Forum Komunikasi Tenaga Kesehatan Teladan 6. Rapat keputusan Penilaian angka kredit bagi Tim Penilai Provinsi 7. Koordinasi dengan institusi Diknakes dalam rangka perencanaan Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Sasaran Program Tenaga Kesehatan Kabupaten / Kota yang bekerja di sarana Pemerintah di Propinsi Jawa timur 147 pelaksanaan uju kompetensi 8. Melakukan pelatihan Jafung Nutrisionis 9. Melakukan koordinasi perijinan Tenaga Kesehatan Sumber : Data Program Pengembangan SDM Kesehatan, 2013 Tabel 7.3 Hasil Penilaian Tenaga Kesehatan Tahun 2013 No I Uraian Katagori Tenaga Medis Nominaasi 1. dr. Rahmat Suudi Puskesmas Gundih , Kota.Surabaya 2. drg. Wulan Sri Wahyuni Puskesmas Panji Kota Situbondo Puskesmas Sukomulyo Kab. Gresik 3. dr. Diyan Eka Puspitasari II Instansi 4.dr. Nurhayati Triasih Puskesmas Ngawi 5.drg. Erwan Budi Santoso Puskesmas Gucialit Kab. Lumajang Katagori 1.Sri Ningsih tenaga Perawat / Bidan 2.Hafsatun , SST Puskesmas Kalirungkut Kota Surabaya Puskesmas Omben, Kab. Sampang 3.Enny Ruslikawati, SST Puskesmas Sukomulyo,.Kab.Gresik 4.Deddy Ilham Nurdiana , Puskesmas Pare Kab. Amd.Kep Kediri 5.Uswatun Kasanah Puskesmas Maron Kab Probolinggo Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 148 III Katagori Nutrisionis 1.Cahyani Setiya Rahayu, PKM Sukorejo,Kota Blitar Amd 2.Fitria Eko Cahyani , Amd.Gz 3. Me ‘ Amd.Gizi IV Katagori Kesehatan Masyarakat in PKM Besuki Kab Situbondo Yulianai, Puskemas Pulorejo,Kab.Jombang 4.Sri Handayani ,Amd Gizi Puskesmas Lembeyan, Kab Magetan 5.Sylvia Agustin Puskesmas Pasrujambe , Kab Lumajang 1.Tri Wahyuning Novitasari , SKM PKM Mangunharjo ,Kota.Madiun 2. Hendri Suhono, ST PKM Wonosari Kab. Bondowoso Puskesmas Jelakombo Kab. Jombang 3.Meihindra Cahyo Suci Wardoyo, SKM 4.Siti Ambarwati 5.Esti Mumpuni , Amd AK Puskesmas Donorejo Kab. Pacitan) Puskesmas Kejayan Kab.Pasuruan Penerbitan PAK untuk kenaikan pangkat / kenaikan jabatan fungsional sebanyak : 1281 orang pelatihan jabatan fungsional Nutrsionis Tenaga Kesehatan kabupaten / Kota : 30 orang Sumber : Data Program Pengembangan SDM Kesehatan, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 149 c.3.Penempatan, Pengembangan dan Pemenuhan Tenaga Kesehatan di tempat Pelayanan ( Puskesmas, Rumah sakit dan jaringannya ) Tabel 7.4 Hasil dari Kegiatan Penempatan, Pengembangan dan Pemenuhan Tenaga Kesehatan di tempat Pelayanan Tahun 2013 Tujuan Program Memenuhi kebutuhan ternaga kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya Upaya Pencapaian Sasaran Program 1. Rekruitmen peserta PPDS / - Calon Peserta DGS-BK PPDS/DGS- BK 2. kunjungan dr Spesialis di - Dokter Spesialis Puskesmas - Dokter Umum 3. Penempatan dan - Dokter Interenship perpanjangan dokter umum - Bidan PTT Ponkesdes di puskesmas plus dan Di - Perawat Ponkesdes Puskesmas rawat inap standart 4. Puskesmas memiliki jadwal kunjungan dokter spesialis tertentu dari RS Kab / Kota 5. Pengangkatan & Perpanjangan bidan PTT Bidan di ponkesdes 6. Penempatan Perawat dan Perpanjangan Perawat Ponkesdes 7. evaluasi pelaksanaan penempatan dokter interenship Sumber : Data Program Pengembangan SDM Kesehatan, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 150 Tabel 7.5 Hasil dari Kegiatan Penempatan, Pengembangan dan Pemenuhan Tenaga Kesehatan di tempat Pelayanan Tahun 2013 Uraian Peserta PDSBK / PPDS-BK yang di recruit sampai tahun 2013 yang diterima sampai tahun 2012 sebanyak : Target kunjungan dr spesialis di Puskesmas Rawat Inap Plus sampai Tahun 2013 di 50 Puskesmas Rawat Inap Plus, Puskesmas Rawat Inap Plus dan Puskesmas Rawat Inap Standar sampai tahun 2013 sebanyak 83 Puskesmas Rawat Inap standar, Realisasi Puskesmas Rawat Inap standar sebanyak 78 Keterangan 126 orang dokter dan 29 orang dokter Gigi 271 orang terealisasi44 Puskesmas Rawat Inap Plus ( 88 % ) Pengangkatan bidan baru tidak ada & Perpanjangan Bidan PTT Sebanyak realisasi jumlah Perawat ponkesdes Dokter lulusan dengan Program KBK tahun 2013 yang sedang melaksanakan interenship di RS dan Puskesmas kabupaten /Kota 793 orang PK Mahasiwa selama Tahun 2013 untuk 5198 orang 601 peserta ( FK Unair, UHT, UNEJ, UM Malang Unibraw,UII Jogyakarta , UNS, UGM , UMJ dan Univ. Tri Sakti F. Kedokteran 6 Angkatan Dan Fakultas Kedoteran sebanyak 8 Angkatan ( Unair, UHT, Widya Mandala dan Ubaya ) Sumber : Data Program Pengembangan SDM Kesehatan, 2013 Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 151 Tabel 7.6 Tabel Analisa Hasil Capaian Program Sumber Daya Keseahatan Tahun 2013 Uraian Kabupaten yang mengelola Dokumen Perencanaan sampai dengan tahun 2013 , 15 % (dari target 20 %) Pelatihan di Bidang Kesehatan di Propinsi dan Kabupaten Kota sampai tahun 2013 adalah 20 % target Realisasi 18,42 % ( Propinsi Jawa Timur, Kab Jember, Sidoarjo, Situbondo, Kota Blitar dan Kota Kediri ) Keterangan Memenuhi target Renstra Memenuhi target Renstra Jumlah Pelatihan di bidan kesehatan tahun 2013 sebanyak : 97 Pelatihan terakreditasi dengan jumlah sertifikat 2856 buah target RS klas C tahun 2013 sebanyak 25 % yang mempunyai Spesialis : Obgyn, anak, Interna, Bedah, anesthesia, Radiologi dan Patologi Klinik 100% tenaga kesehatan yang telah lulus uji kompetensi berijin Realisasi tahun 2013 yang mengajukan STR sebanyak 8.675 orang dan yang mendapatkan STR menunggu dari MTKI Pusat Sesuai renstra semua desa dan kelurahan mempunyai bidan desaasi : jumlah desa / kelurahan 8507 desa, jumlah bidan 8922 orang realisasi = 102 % Memenuhi Renstra target Memenuhi Renstra target Memenuhi Renstra target Sesuai renstra target Nakes Teladan terpilih tahun 2013 : 100 % Memenuhi , Realisasi : 100 % Renstra target Sumber : Data Program Pengembangan SDM Kesehatan, 2013 a. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya d.1.Permasalahan i. Kunjungan dokter spesialis ke Puskesmas di Kabupaten Situbondo, Bondowoso hanya spesialis obgyn sedangkan dokter spesialis anak masih kurang , sehingga kunjungan ke Puskesmas tidak ada ii. Penandatangan PKS oleh bupati / walikota terlambat sehingga pelaksanaannya pembayaran perawat pelaksanaannya mundur dan lamanya spesialis ditempatkan di Dinkes Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 152 iii. Pengangkatan Perawat Ponkesdes masih di pertanyakan dasar Hukumnya ( Honor relatif kecil hanya Rp 500.000,- ) iv. Sampai sekarang Rumah sakit klas C yang belum mempunyai standart 4 Spesialis dasar dan 3 spesialis penunjang 16 Rumah Sakit v. Sesuai pedoman penempatan dokter Interenship di Puskesmas masih mengelompok di satu Puskesmas , belum bisa disebut sesuai dengan Puskesmas yg membutuhkan dokter d.2.Upaya Pemecahan Permasalahan 1. Segera menempatkan Dokter Spesialis anak , kunjungan Kab Sampang dan Situbondo ,melalui pengangkatan residen senior 2. Penandatangan PKS / MOU untuk program ICON tahun 2013 dilakukan bulan lebih awal 3. Pengiriman peserta PPDS BK yang dari Rumah Sakit klas C yang belum mempunyai Spesialis 4 dasar dan 3 penunjang 4. Pedoman yang digunakan dalam penilaian Nakes teladan disatukan dengan pemilihan Puskesmas yang berprestasi 5. penempatan dokter Interenship disebar ke beberapa Puskesmas yang membutuhkan 6. Honor Perawat Ponkesdes diharapkan sama dengan UMR Secara umum untuk sasaran B.8 dalam kegiatan pemberantasan penyakit menular sudah memenuhi target indikator dan menurut skala Likert mendapat nilai 4 (SANGAT BAIK). Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 153 Pembangunan serta berbagai upaya di bidang kesehatan yang telah disebutkan diatas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional Indonesia. Pembangunan ini ditujukan untuk menciptakan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin sesuai yang diamanatkan dalam uraian Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945) demi memajukan kesejahteraan umum serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.1 Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dijelaskan bahwa upaya kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat oleh pemerintah dan atau masyarakat. Upaya kesehatan ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).2 Upaya-upaya kesehatan bagi masyarakat ini merupakan perwujudan penyelenggaraan pembangunan di bidang kesehatan. Dalam aspek global, pembangunan nasional berkomitmen untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan milenium di tahun 2015 yang tersusun dalam MDGs di berbagai bidang pembangunan nasional termasuk bidang kesehatan.4 Untuk melihat gambaran secara riil dari capaian MDGs bidang Kesehatan di Provinsi Jawa Timur , maka angka-angka capaian program yang telah dicapai sebaiknya dibandingkan dengan angka Nasional dan juga dengan Provinsi terbesar lain di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar Provinsi Jawa Timur dapat mempertahankan atau meningkatkan capaian yang telah dicapai sebagai dasar untuk perencanaan program berikutnya. Capaian program sangat berpengaruh terhadap capaian kinerja yang ingin dicapai. Tabel berikut merupakan gambaran dari capaian MDGs di Jawa Timur dibandingkan dengan angka Nasional, Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Barat. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 154 GO INDIKATOR TARGET 2015 AL PROV PROV JATENG JATIM 1 2 3 4 1 Prevalensi < 15 % 12,6 % < 23/1000 KH 25,95 PROV JABAR 5 6 12,9 % 13,5% Gizi Kurang 4 AKB / 1000 KH 5 AKI < 102 / 100.000 97,43 KH 100.000 / 10,41/1000 KH 41,08 / 1000 KH 118,62/ 100.000 KH KH 6 < 0,5 % Prevalensi 0,24 % < 0,5 % < 0,5 % pengidap HIV 6 < 1 per API 1000 penduduk 0,2 per 1000 0,06/ 1000 Penddk 0,57/ 1000 penddk penduduk 7 Jangkauan akses > 68,87 % 80,60% 78,55% 83,70% > 62,51 % 70,6 % 76,11 % 74,10% air bersih (berkualitas) 7 Jangkauan akses sanitasi dasar (jamban sehat)* Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 155 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa secara umum capaian MDGs (Millenium Development Globals) di bidang Kesehatan di ke 3 (tiga ) Provinsi dibandingkan angka Nasional mengalami kemajuan yang cukup significan (bermakna). Jika dibandingkan antar Provinsi , maka Capaian Program MDGs di ke tiga Provinsi terbesar di Indonesia ini hampir sama. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 156 BAB IV PENUTUP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Dinas Kesehatan (LAKIP) disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan pada tahun 2013 sebagai bahan pengambilan keputusan dalam perencanaan tahun berikutnya. Dari hasil evaluasi terhadap kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa sasaran-sasaran pada tiap-tiap tujuan yang ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dikategorikan Sangat Baik ,karena nilai capaiannya diatas standar penilaian skala ordinal sebagai komitmen kinerja. Berdasarkan uraian capaian Kinerja sasaran yang merupakan capaian kinerja dari pengukuran Indikator Kinerja Utama atau Indikator Kinerja Sasaran dan RENSTRA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2014, yang merupakan capaian sasaran pada setiap tujuan dalam mencapai Misi dan Visi , dapat diuraikan sebagai berikut : TUJUAN 1 : Terwujudnya mutu berkembangnya kewilayahan, lingkungan sistem serta yang kesehatan menggerakkan lebih sehat, lingkungan pembangunan berwawasan kesehatan mendapat predikat nilai Sangat Baik (rata-rata capaian sebesar 105,1%). Hal ini terbukti dari hasil pengukuran Sasaran yang diukur melalui 2 (dua) Indikator, capaiannya diatas target . TUJUAN 2 : Keberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat agar Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 157 mampu Menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) mendapat predikat nilai Sangat Baik (rata-rata capaian sebesar 111,8%). Hal ini terbukti dari hasil pengukuran 1 (satu) sasaran yang diukur melalui 3 (tiga) Indikator, capaiannya 3 (tiga) indikator diatas target TUJUAN 3 : Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya mendapatkan nilai Baik ; dengan capaian 114,92 dan 73,4, sehingga rata-rata capaian sebesar 94,16 %. Hal ini terbukti dari hasil pengukuran 2 (dua) Sasaran yang diukur melalui 14 (empatbelas) Indikator,capaiannya 10 (sepuluh) indikator diatas target dan terdapat 4 (empat) indikator yang dibawah target. TUJUAN 4 : Meningkatnya Kesadaran Gizi Keluarga dalam Upaya Meningkatkan Status Gizi Masyarakat dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat, mendapat nilai rata-rata >100% dengan capaian kinerja adalah Sangat Baik. Hal ini terbukti dari hasil pengukuran 1 (satu) Sasaran yang diukur melalui 3 (tiga) Indikator, capaiannya adalah >100 sehingga memenuhi target Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 158 TUJUAN 5 Terjaminnya Ketersediaan , Pemerataan, Pemanfaatan, Mutu , Keterjangkauan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Pembinaan Mutu Makanan yang dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu Meningkatnya Pengelolaan Obat , Perbekalan Kesehatan dan Makanan mendapat predikat nilai Baik (rata-rata capaian sebesar 85,2%). Hal ini terbukti dari hasil pengukuran 1 (satu) Sasaran yang diukur melalui 4 (empat) Indikator. Walaupun hasil capaian adalah baik, tetapi output capaian dari 4 (empat) indikator tersebut, masih belum mencapai target yang diharapkan. Hal ini terutama disebabkan karena : ketersediaan obat (buffer stock) yang belum optimal dan kekosongan nasional thd obat yang dibutuhkan; disamping jumlah dan kapasitas SDM pengelola pelayanan kefarmasian yang belum sesuai dng kebutuhan atau belum optimal. TUJUAN 6 Berkembangnya Kebijakan, Sistem Pembiayaan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan dijabarkan ke dalam Sasaran yaitu Berkembangnya Kebijakan dan regulasi bidang Kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan dan Hukum Kesehatan serta Pembiayaan Kesehatan predikat nilai Baik (rata-rata capaian sebesar 95,8%. Hal ini terbukti dari hasil pengukuran 1 (satu) Sasaran yang diukur melalui 3 (tiga) Indikator. Pada tujuan ini, capaian dari 3 (tiga) indikator diatas belum seluruhnya mencapai target yang diharapakan, terutama terkait dengan jumlah masyarakat miskin Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 159 yang bisa tercover oleh Jamkesda. Hal ini terutama disebabkan karena : 1. Masih terdapat masyarakat miskin yang tidak memiliki jaminan kesehatan baik Jamkesmas maupun Jamkesda; disebabkan pendataan jumlah maskin yang belum optimal. 2. Mudahnya masyarakat mengurus SPM/SKTM/SKM menjadikan kepesertaan dalam Jamkesda tidak terkendali 3. Sistem rujukan terstruktur dan berjenjang belum berjalan secara optimal TUJUAN 7 Terwujudnya pencegahan, penurunan dan pengendalian Penyakit Menular dan Tidak menular serta Masalah Kesehatan Lainnya; maka ditetapkan Sasaran sebagai berikut : Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian Penyakit Menular dan Tidak Menular dan Penyakit-Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi serta Pengamatan penyakit dalam rangka Sistem Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB/Wabah, ancaman epidemi serta Bencana. Untuk Tujuan ini adalah Sangat Baik predikat nilai capaian (rata-rata capaian sebesar > 100%). Hal ini terbukti dari hasil pengukuran 1 (satu) Sasaran yang diukur melalui 8 (delapan) Indikator, secara keseluruhan atau 6 (enam) dari 8 (delapan) indikator tsb, hanya 2 (dua) diantaranya adalah dibawah target yg diharapkan. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 160 Hal ini disebabkan karena : 1) Belum semua penderita yang diobati dilakukan pemeriksaan POD (Prevention of Disability) secara rutin 2). RS Rujukan ODHA dan Layanan terkait HIV sudah meningkat namun masih terbatas, sehingga akses layanan masih terbatas. TUJUAN 8 Meningkatnya Jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar maka ditetapkan Sasaran sebagai berikut : Meningkatnya Jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar. Mendapat predikat nilai capaian Sangat Baik (rata-rata capaian sebesar 125%). Hal ini terbukti dari hasil pengukuran 1 (satu) Sasaran yang diukur melaluI 4 (empat) Indikator, capaiannya diatas Di antara capaian 8 (delapan) Tujuan pembangunan kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebanyak 3 (tiga) Tujuan masih memperoleh nilai Baik sehingga perlu ditingkatkan pada tahuntahun mendatang agar memperoleh nilai Sangat Baik yaitu : 1. Meningkatnya akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan jaringannya 2. Terjaminnya Ketersediaan , Pemerataan, Pemanfaatan, Mutu , Keterjangkauan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Pembinaan Mutu Makanan 3. Berkembangnya Kebijakan, Sistem Pembiayaan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan , terutama yang menyangkut indikator Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 161 Persentase Penduduk yang memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (tercover) Masalah yang menjadi perhatian bagi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 adalah “Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya promotif dan preventif , terutama dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi; serta meningkatkan Umur Harapan Hidup (AHH) melalui beberapa Program prioritas Gubernur antara lain : 1. Peningkatan kualitas Puskesmas dan Jaringannya di 960 Puskesmas di Jawa Timur 2. Perluasan fungsi Polindes menjadi Ponkesdes di seluruh Jawa Timur 3. Peningkatan Coverage kepesertaan BPJS melalui Program JKN 4. Peningkatan kualitas rujukan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh sarana kesehatan yang ada di Jawa Timur 5. Pembentukan Taman Posyandu , sebagai bagian dari upaya promosi kesehatan dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Lakip 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 162 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA STRATEGIS TAHUN 2009 S/D 2014 MASYARAKAT JAWA TIMUR MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT MISI 1 Tujuan : Menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan : Terwujudnya Mutu Lingkungan Yang Lebih Sehat , Pengembangan Sistem Kesehatan Lingkungan Kewilayahan serta Menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan No Indikator Tujuan 1 Persentase penduduk yang dapat mengakses lingkungan yang sehat dan bermutu sesuai dengan standar Rumus Jumlah penduduk yg telah memiliki akses sanitasi dasar (jamban) dan air bersih yg memenuhi standar dalam satu wilayah/Jumlah penddk seluruhnya di wilayah tertentu x 100 % Kondisi Awal Target Tahun 2009 2014 52 71 Cara Mencapai Tujuan dan sasaran Sasaran Uraian 1 Meningkatnya Kualitas Air Bersih, Sanitasi Dasar, Higienen Sanitasi Makanan Minuman serta Kualitas Kesehatan Lingkungan Indikator Rumus 2 1 Persentase Akses Sanitasi Dasar yang memenuhi standar 3 Jumlah penduduk yg telah memiliki akses sanitasi dasar (jamban) yg memenuhi standar dalam satu wilayah/Jumlah penddk seluruhnya di wilayah tertentu x 100 % 2. Persentase Akses terhadap kualitas Air Bersih yang memenuhi standar Jumlah penduduk di wilayah tertentu yang memiliki akses thd sarana air minum yg layak/jumlah seluruh penddk di wilayah tertentu x 100 % Kondisi Awal 2009 4 51,9 2010 5 62 65 67 Target Tahun 2011 2012 6 7 65 68 70 72 2013 8 69 2014 9 70 74 75 Strategi Kebijakan 10 Pemantapan Pembangunan Berwawasan Kesehatan dan Peningkatan Lingkungan Sehat Ket Program 11 Program Pengembangan Lingkungan Sehat 12 MISI 2 Tujuan 2.1. : Mendorong Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat : Keberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat agar mampu Menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) No Indikator Tujuan Rumus 1 Persentase Rumah Tangga ber Jumlah RT Sehat/Jumlah Rumah Tangga PHBS yang dikaji x 100% Kondisi Awal Target Tahun 2009 2014 32,9 70 Cara Mencapai Tujuan dan sasaran Sasaran Kondisi Awal 2009 4 32.9 2010 5 50 Jumlah Posyandu dengan Strata Purnama Mandiri/Jumlah seluruh Posyandu x100 % 40 43 46 Jumlah Desa Siaga Aktif di suatu wilayah kerja dlm kurun waktu tertentu/Jumlah Seluruh Desa di suatu wilayah kerja dlm kurun waktu yang sama x 100 % 50 55 60 Uraian Indikator Rumus 1 Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta keberdayaan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) ke arah kemandirian 2 1 Persentase Rumah Tangga berPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2 Persentase Posyandu Ber-Strata PURI ( Purnama Mandiri) 3 Jumlah Rumah Tangga Sehat /Jumlah Rumah Tangga yang Dikaji x 100 % 3 Persentase Desa Siaga Aktif Target Tahun 2011 2012 6 7 55 60 2013 8 65 2014 9 70 48 50 52 65 70 75 Strategi Kebijakan 10 Pengembangan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Ket Program 11 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 12 Misi 3 Tujuan 3.1. : Mewujudkan, Memelihara dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, Merata dan Terjangkau : Meningkatnya Akses, Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan melalui Rumah Sakit , Balai Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya No Indikator Tujuan Rumus 1 Ratio Puskesmas per 100,000 penduduk Jumlah seluruh Puskesmas pada kurun waktu tertentu /100.000 penduduk pada kurun waktu yang yang sama 2 Angka Kematian Bayi Per 1000 Jumlah seluruh kematian bayi (0-11 bln) di Kelahiran Hidup (KH) satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu/Jumlah kelahiran hidup di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama x 1.000 kelahiran hidup 3 Angka Kematian Ibu per 100.000 Jumlah seluruh kematian ibu pada masa Kelahiran Hidup (KH) hamil hingga nifas yang berkaitan dgn kehamilan & persalinan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu/Jumlah kelahiran hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama x 100.000 kelahiran hidup Kondisi Awal Target Tahun 2009 2014 2,51 2 31,41 29,5 90,7 80 Cara Mencapai Tujuan dan sasaran Sasaran Uraian Indikator 1 2 1. Meningkatnya akses dan 1 Angka Kematian Bayi Per 1000 mutu pelayanan kesehatan Kelahiran Hidup (KH) ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia, kesehatan reproduksi, serta pelayanan kesehatan 2 Angka Kematian Ibu per 100.000 dasar di Puskesmas dan Kelahiran Hidup (KH) Jaringannya, Balai Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Penunjang Rumus 3 Jumlah seluruh kematian bayi (0-11 bln) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu/Jumlah kelahiran hidup di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama x 1.000 kelahiran hidup Jumlah seluruh kematian ibu pada masa hamil hingga nifas yang berkaitan dgn kehamilan & persalinan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu/Jumlah kelahiran hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama x 100.000 kelahiran hidup 3 Persentase Kunjungan Neonatal Jumlah neonatus yang mendapat (KN) Lengkap pelayanan 6-28 jam setelah lahir/ jumlah bayi dalam 1 tahun x 100% 4 Persentase Pertolongan Jumlah pertolongan persalinan oleh Persalinan oleh tenaga nakes/jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 kesehatan (Linakes) tahun x 100 % Kondisi Awal 2009 Target Tahun Strategi Kebijakan 4 31.41 2010 5 31.5 2011 6 31 2012 7 30.5 2013 8 30 2014 9 29.5 90,7 82 81.5 81 80.5 80 93.85 94 95 95 95 95 92.96 92 93 94 94 95 10 Percepatan penurunan kematian ibu dan anak. Ket Program 11 Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) 12 5 Persentase Kunjungan Bayi Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar/ jumlah bayi dalam 1 tahun x 100% 6 Persentase Kunjungan Ibu Hamil jumlah kunjungan ibu hamil ke-4/ jumlah (K4) sasaran ibu hamil dalam setahun x 100% 80.52 85 86 87 88 90 85.9 90 91 92 93 94 7 Persentase capaian Peserta KB Jumlah peserta KB aktif/juml PUS di Aktif wilayah kerja yg sama x 100 % 8 Persentase Puskesmas yg ada Jumlah Puskesmas yg menjadi rawat inap menjadi Puskesmas Rawat Inap standar/jumlah seluruh puskesmas rawat Standar inap x 100 % 9 Persentase Puskesmas Rawat Jumlah Puskesmas Ranap menjadi Inap yg ada menjadi Puskesmas Puskesmas Ranap PLUS/Jml seluruh Rawat Inap PLUS Puskesmas rawat inap x 100 % 62.05 68 69 69 70 70 0 3 8 16 24 24 0 3 8 16 24 24 10 20 25 35 40 50 0 3 6 8 10 10 0 31 41 64 78 78 55 60 65 70 75 80 50 55 60 65 70 70 10 Persentase Puskesmas PONED Jumlah Puskesmas PONED yg sesuai sesuai Standar dengan standar/Jumlah seluruh Puskesmas PONED x 100 % 11 Persentase Pustu yang menjadi Jumlah Pustu yg layani gadar/jml seluruh Pustu layani Gawat Darurat dan Pustu x 100 % Observasi 12 Persentase Polindes yang Jumlah Ponkesdes sesuai standar/Jumlah berkembang menjadi Ponkesdes seluruh Polindes x 100 % sesuai Standar 2. Meningkatkatnya 1 Persentase Rumah Sakit Jumlah RS PONEK sesuai standar/Jumlah jangkauan dan kualitas Pemerintah menyelenggarakan seluruh RS x 100 % pelayanan kesehatan dengan Pelayanan Obstetri Neonatal kemampuan pelayanan Emergency Komprehensif kesehatan gawat darurat (PONEK) sesuai standar yang bisa diakses masyarakat dan prasarana 2 Persentase Rumah Sakit yang Jumlah RS yang terakreditasi 5 pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, terakreditasi 5 pelayanan dasar dasar/Jumlah seluruh RS x 100 % Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) MISI 3 Tujuan 3.2. : Mewujudkan, Memelihara dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, Merata dan Terjangkau : Meningkatnya Kesadaran Gizi Keluarga Dalam Upaya Meningkatkan Status Gizi Masyarakat Kondisi Awal Target Tahun 2009 2014 1 Persentase penurunan Jumlah Balita Kurang Gizi /Jumlah Balita di 17,03 16,8 Prevalensi Kurang Gizi pada wilayah kerja tertentu x 100 % Balita No Indikator Tujuan Rumus Cara Mencapai Tujuan dan sasaran Sasaran Uraian 1 Meningkatnya Keluarga Sadar Gizi dan Perbaikan Gizi Masyarakat Indikator 2 Rumus 3 1 Persentase Balita Dipantau Jumlah balita yang ditimbang berat Pertumbuhannya badannya di wilker ttt/jumlah seluruh balita yg ada di wilayah kerja ttt x100 % 2 Persentase Balita dengan Gizi Jumlah Balita Gizi Buruk/Jumlah Balita x Buruk 100 % 3 Persentase Balita dengan Gizi Jumlah Balita Kurang Gizi /Jumlah Balita di Kurang wilayah kerja ttt x 100 % Kondisi Awal 2009 4 64,6 Target Tahun 2011 2012 6 7 70 75 2010 5 5 4,33 4 3,5 12,7 15,50 15,30 2013 8 80 2014 9 85 3 2,5 2 15,10 15 14,80 Strategi Kebijakan Ket Program 10 11 Penanganan masalah Program Perbaikan gizi kurang dan gizi Gizi Masyarakat buruk pada bayi, anak balita,ibu hamil dan menyusui 12 MISI 3 Tujuan 3.3. : Mewujudkan, Memelihara dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, Merata dan Terjangkau : Terjaminnya Ketersediaan, Pemerataan ,Pemanfaatan, Mutu, Keterjangkauan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Pembinaan Mutu Makanan No Indikator Tujuan 1 Persentase obat sesuai kebutuhan tersedia Rumus Jumlah obat yang Tersedia/Jumlah Obat yang Dibutuhkan x100 % Kondisi Awal Target Tahun 2009 2014 65 95 Cara Mencapai Tujuan dan sasaran Sasaran Uraian 1 Meningkatnya pengelolaan obat, perbekalan kesehatan dan makanan Indikator Rumus 2 1 Persentase obat sesuai kebutuhan tersedia di Kabupaten/Kota 3 Jumlah obat yang Tersedia/Jumlah Obat yang Dibutuhkan x100 % 2 Persentase Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan untuk Penanggulangan Bencana dan KLB 3 Persentase Sarana Pelayanan Kesehatan yang menerapkan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Jumlah Obat dan Alkes Pakai Habis yang Tersedia untuk Bencana/Jumlah Obat dan Alkesyang Dibutuhkan untuk Bencana x 100 % Jumlah Sarana Pelayanan yang Diawasi yang Memenuhi Standar/Jumlah Sarana Pelayanan yang Diawasi x 100 % Kondisi Awal 2009 4 65 Target Tahun 2011 2012 6 7 85 90 2010 5 70 85 85 87 30 30 30 2013 8 95 2014 9 95 87 90 90 40 50 60 Strategi Kebijakan 10 Pemenuhan Ketersediaan dan Pengendalian Obat, Perbekalan Kesehatan dan Makanan Ket Program 11 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 12 MISI 3 Tujuan 3.4. : Mewujudkan, Memelihara dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, Merata dan Terjangkau : Berkembangnya Kebijakan, Sistem Pembiayaan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan No Indikator Tujuan 1 Persentase Penduduk yang Telah Terjamin pemeliharaan Kesehatan dengan Sistem Jaminan Kesehatan Rumus Jumlah Penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan/Jumlah Penduduk x 100 % Kondisi Awal Target Tahun 2009 2014 30 70 Cara Mencapai Tujuan dan sasaran Sasaran Uraian 1 Mengembangkan kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan Indikator 2 1 Persentase Penduduk yang Telah Terjamin pemeliharaan Kesehatan dengan Sisitem Jaminan Kesehatan Rumus 3 Jumlah Penduduk yang memilili Jaminan Kesehatan/Jumlah Penduduk x 100 % 2. Persentase pengelolaan Sistem Jumlah Terlaksananya Pengelolaaan SIK di Informasi Kesehatan (SIK) Kabupaten/Kota/Jumlah Kabupaten/Kota sesuai dengan standar yang ada x 100 % Kondisi Awal 2009 4 30 100 2010 5 40 Target Tahun 2011 2012 6 7 50 55 2013 8 60 2014 9 70 100 100 100 100 100 Strategi Kebijakan 10 Peningkatan Pembiayaan Kesehatan dan Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Ket Program 11 Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan 12 MISI 4 Tujuan : Meningkatkan Upaya Pengendalian Penyakit dan Penanggulangan Masalah Kesehatan : Terwujudnya pencegahan, penurunan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya No Indikator Tujuan Rumus 1 Persentase ODHA yang mendapatkan ART Jumlah ODHA yang telah mendapatkan ART dibagi Jumlah ODHA yang seharusnya mendapatkan ART x 100 % 3 Angka Keberhasilan Pengobatan Jumlah penderita baru BTA positif yang TB hasil pengobatannya sembuh dan Pengobatan lengkap dibagi Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati x 100 % 5 Persentase capaian UCI Desa Jumlah desa yang ≥80% bayinya telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap /Jumlah desa seluruhnya x 100 % Kondisi Awal Target Tahun 2009 2014 80 80 90 90 70 80 Cara Mencapai Tujuan dan sasaran Sasaran Uraian Indikator 1 Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular, tidak menular dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi serta pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana 2 1 Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk 2 Persentase Korban Bencana Skala Provinsi Tertangani Sesuai Standar 3 Angka Keberhasilan Pengobatan TB 4 Persentase Pelaksanaan Program Pemberantasan Diare sesuai standar 5 Persentase Capaian UCI Desa 6 Persentase Penderita Kusta Telah Menyelesaikan Pengobatan Sesuai Standar Rumus 3 Jumlah Kasus DBD dan DSS/Jumlah penduduk x 100.000 Jumlah seluruh korban bencana /Jumlah korban yang ditangani x 100 % Jumlah penderita baru BTA positif yang hasil pengobatannya sembuh dan Pengobatan lengkap/Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati x 100 % Jumlah penderita Diare yang ditemukan dan diobati/10 % perkiraan penderita diare (Angka Kesakitan per 1.000 X Jumlah penduduk ) Jumlah desa yang ≥80% bayinya telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap /Jumlah desa seluruhnya x 100 % Jumlah Penderita Kusta baru yang RFT dlm periode waktu tertentu/Jumlah Penderita Kusta baru yang ditemukan di tahun yang sama x 100 % Kondisi Awal 2009 4 55 2010 5 55 Target Tahun 2011 2012 6 7 54 53 2013 8 52 2014 9 51 100 100 100 100 100 100 90 90 90 90 90 90 90 100 100 100 100 100 70 70 75 75 80 80 90 90 90 90 90 90 Strategi Kebijakan 10 Peningkatan pencegahan, surveilans, deteksi dini penyakit menular, penyakit tidak menular,peny potensial KLB/wabah dan ancaman epidemi yg diikuti dengan pengobatan sesuai standar serta penanggulangan masalah kesehatan lainnya dan bencana Ket Program 11 Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 12 penanggulangan masalah kesehatan lainnya dan bencana 7 Persentase ODHA yang mendapatkan ART 8 Angka Capaian API (Annual Parasite Index) Malaria permil Jumlah ODHA yang telah mendapatkan ART/Jumlah ODHA yang seharusnya mendapatkan ART x 100 % Jumlah Kasus malaria/Jumlah penduduk yang beresiko x 100 % 80 80 80 80 80 80 <1‰ <1‰ <1‰ <1‰ <1‰ <1‰ MISI 5 : Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan Tujuan : Meningkatnya Jumlah, Jenis , Mutu dan Penyebaran Tenaga Kesehatan Sesuai Standar No Indikator Tujuan Rumus 1 Ratio Dokter per 100.000 Jumlah Dokter : 100.000 penduduk penduduk 2 Ratio Tenaga Medis per 100.000 Jumlah Tenaga Medis : 100.000 penduduk penduduk Kondisi Awal Target Tahun 2009 2014 10,61 40 20 57 Cara Mencapai Tujuan dan sasaran Sasaran Uraian Indikator Rumus 1 Meningkatnya Jumlah, Jenis, Mutu dan Penyebaran Tenaga Kesehatan Sesuai Standar 2 1 Persentase Bidan PTT mendapatkan Sertifikat 2 Persentase Ponkesdes memiliki Tenaga Perawat 3 Persentase Desa/Kelurahan mempunyai Bidan di Desa 3 Jumlah Bidan yang telah memiliki sertifikat/jumlah seluruh bidan x 100 % Jumlah Ponkesdes yang telah memiliki Perawat/Jumlah Ponkesdes x 100 % Jumlah desa/kelurahan yang mempunyai Bidan Desa/jumlah seluruh desa x 100 % 4 Persentase Tenaga Kesehatan yang Lulus Uji Kompetensi Berizin 5 Ratio Dokter per 100.000 penduduk Jumlah Tenaga Kesehatan yang lulus uji kompetensi ber_izin/Jumlah seluruh tenaga kesehatan x 100 % Jumlah Dokter/100.000 penduduk Kondisi Awal 2009 4 100 2010 5 100 Target Tahun 2011 2012 6 7 100 100 2013 8 100 2014 9 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 10 20 40 60 80 100 10,61 40 40 40 40 40 Strategi Kebijakan Program 10 Penyediaan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya serta Mendayagunakan Tenaga Kesehatan yang Kompeten sesuai Kebutuhan 11 Program Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan Ket 12 PENGUKURAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 TARGET 2013 2009 2010 2011 2012 2013 4 1 Persentase Akses Sanitasi Dasar yang Memenuhi Standar 2 Persentase Akses terhadap kualitas Air Bersih yang memenuhi standar 5 58 6 51.07 7 53.43 8 56.76 9 68.8 10 71.12 CAPAIAN 2013 (%) 11 123% 62 53.92 54.6 62.75 70.5 80.6 130% 2 Keberberdayaan 1 Meningkatnya 1 Persentase Rumah Tangga individu, keluarga pengetahuan dan ber-Perilaku Hidup Bersih dan masyarakat agar kesadaran untuk dan Sehat (PHBS) mampu berperilaku hidup bersih menumbuhkan dan sehat (PHBS) serta 2 Persentase Posyandu BerPerilaku Hidup keberdayaan masyarakat Strata PURI (Purnama Bersih dan Sehat melalui Upaya Kesehatan Mandiri) (PHBS) serta Bersumberdaya 3 Persentase Desa Siaga mengembangkan Masyarakat (UKBM) ke Aktif Upaya Kesehatan arah kemandirian Berbasis Masyarakat (UKBM) 65 32.87 38.24 36.72 46.11 47.48 73% 50 43.3 50.29 52.68 60.28 62.37 125% 70 59.97 76.34 80.53 89.4 95.5 136% 30 31.41 29.99 29.24 25.95 28.31 94% 2 Angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup 3 Persentase Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap 4 Persentase Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) 80.5 90.7 101.4 104.3 97.43 97.39 121% 95 93.8 94.93 95.82 95.71 97.06 102% 94 92.96 95.04 95.95 97.14 92.04 98% 5 Persentase Kunjungan Bayi 6 Persentase Kunjungan Ibu Hamil (K4) 7 Persentase capaian Peserta KB Aktif 8 Persentase Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap Standar 9 Persentase Puskesmas Rawat Inap yg ada menjadi Puskesmas Rawat Inap PLUS 10 Persentase Puskesmas PONED sesuai Standar 11 Persentase Pustu yang menjadi Pustu layani Gawat Darurat dan Observasi 12 Persentase Polindes yang berkembang menjadi Ponkesdes sesuai Standar 88 97.4 89.55 93.06 94.1 94.83 108% 93 85.9 88.07 88.25 84.38 87.35 94% 70 70.9 69.25 71.15 71.02 66.02 94% 24 0 3 15.61 22.22 93% 24 0 2.12 7.41 11.38 12.7 53% 40 100 100 100 51 50 125% 10 0 1.1 4.63 6.17 7.7 77% 78 0 27.88 40.1 48.97 55.79 72% NO TUJUAN 1 2 1 Terwujudnya mutu lingkungan yang lebih sehat, pengembangan sistem kesehatan lingkungan kewilayahan, serta menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan SASARAN STRATEGIS 3 1 Meningkatnya kualitas air bersih, sanitasi dasar, higiene sanitasi makanan minuman serta kualitas kesehatan lingkungan 3 Meningkatnya akses, 1 Meningkatnya akses dan pemerataan dan mutu pelayanan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi, kesehatan melalui anak, remaja, lanjut usia, Rumah Sakit, Balai kesehatan reproduksi, Kesehatan, serta pelayanan Puskesmas dan kesehatan dasar di jaringannya Puskesmas dan Jaringannya, Balai Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Penunjang INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup REALISASI 7.67 NO TUJUAN SASARAN STRATEGIS 1 2 3 2 Meningkatkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan prasarana kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Sakit Khusus dan Balai Kesehatan 4 Meningkatnya kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat 1 Meningkatnya Perbaikan Gizi Masyarakat 5 Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, pemanfaatan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta pembinaan mutu makanan 1 Meningkatnya Pengelolaan Obat Perbekalan Kesehatan dan Makanan 6 Berkembangnya kebijakan, sistem pembiayaan dan manajemen pembangunan kesehatan 1 Berkembangnya kebijakan dan regulasi bidang kesehatan, sistem informasi kesehatan dan hukum kesehatan serta pembiayaan kesehatan TARGET 2013 2009 2010 2011 2012 2013 4 1 Persentase Rumah Sakit Pemerintah menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) sesuai standar 2 Persentase Rumah Sakit yang terakreditasi 5 pelayanan dasar 5 75 6 36 7 60 8 75 9 80 10 85 CAPAIAN 2013 (%) 11 113% 70 62 62 90 95 95 136% 1 Persentase Balita Dipantau Pertumbuhannya 80 71.9 75.3 75.9 73.4 74.7 93% 2 Persentase Balita dengan Gizi Buruk 3 Prevalensi balita dengan gizi kurang 2.5 2.7 2.5 2.4 2.3 2.2 88% 15 12.7 11.8 12.2 12.6 12.1 81% 1 Persentase obat sesuai kebutuhan tersedia di Kabupaten/Kota 95 65 70 87 92 94 99% 2 90 90 90 87 80 90 100% 3 Persentase Sarana Pelayanan Kesehatan yang menerapkan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar 50 40 40 15 30 35 70% 1 Persentase Penduduk yang Telah Terjamin Pemeliharaan Kesehatan dengan Sisitem Jaminan Kesehatan 2 Persentase pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sesuai dengan standar 60 45.92 45.68 46.11 49.94 52.51 88% 100 100 100 100 100 100 100% INDIKATOR KINERJA UTAMA Persentase Ketersediaan Obat dan Alat Kesehatan untuk Penanggulangan Bencana dan KLB REALISASI NO TUJUAN TARGET 2013 2009 2010 2011 2012 2013 5 52 6 50.8 7 68.53 8 15.1 9 21.72 10 39.5 CAPAIAN 2013 (%) 11 76% 100 100 100 100 100 100 100% 90 90 90 91 91 90 100% 100 56 65 60 63 94.71 95% 5 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 95 80.01 81.2 54.62 73.06 86.31 91% 6 Persentase Penderita Kusta Telah Menyelesaikan Pengobatan Sesuai Standar 90 90.1 90.6 87.4 88.9 88.6 98% 7 Persentase ODHA mendapat ART 8 Angka Capaian API (Annual Parasite Index) Malaria permil 80 69.7 65.9 67.8 70.7 73.7 92% <1‰ 0.33 0.18 0.24 0.12 0,03 100% 1 Persentase Bidan PTT mendapatkan Sertifikat 100 100 100 100 100 100 100% 2 Persentase Ponkesdes memiliki Tenaga Perawat 100 100 100 100 100 100 100% 3 Persentase Desa/Kelurahan mempunyai Bidan di Desa 100 100 100 100 100 100 100% 4 Persentase Tenaga Kesehatan yang Lulus Uji Kompetensi Ber-izin 5 Ratio Dokter per 100.000 Penduduk 80 80 85.85 100 100 68.97 86% 40 10 11 14 15 16 40% SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 2 3 7 Terwujudnya 1 Menurunnya angka pencegahan, kesakitan dan kematian penurunan dan penyakit menular, tidak pengendalian menular dan penyakitpenyakit menular dan penyakit yang dapat tidak menular serta dicegah dengan masalah kesehatan imunisasi serta lainnya pengamatan penyakit dalam rangka sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah, ancaman epidemi serta bencana 4 1 Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk 2 Persentase Korban Bencana Skala Provinsi Tertangani Sesuai Standar 8 Meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai standar 1 Meningkatnya Jumlah, Jenis, Mutu dan Penyebaran Tenaga Kesehatan Sesuai Standar 3 Angka Keberhasilan Pengobatan TB 4 Persentase Pelaksanaan Program Pemberantasan Diare sesuai standar REALISASI