Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016 Page 1 TEKNIK

advertisement
TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU HIBRIDA
di KERAMBA JARING APUNG
BAPPL- STP SERANG
Oleh :
Kevin warisenta, Azhari, Abdussalam Al Arif Marwan, Hani Abdillah, Eka
Wahyu Hidayat, Dwi Endah Melani, Dwi Puji Astuti, Fitriani, Wasaidin, Lia
Septiana Indriyani
Program Studi Teknologi Akuakultur, Jurusan Teknologi Pengelolaan
Sumberdaya Perairan, Sekolah Tinggi Perikanan. 2016
Dibawah Bimbingan :
Mulyanto, Ir., M. Ed dan Nur Rausin, S.Pi.MM
Abstrak
Usaha pengembangan Ikan Kerapu Cantang dan Ikan Kerapu Cantik
perlu dilakukan, karena memiliki pasar yang luas dan harga yang relatif mahal.
Pengembangan usaha pembesaran ikan ini mempunyai pertumbuhan yang
realtif cepat. Ukuran benih 7-10 g dapat tumbuh dengan ukuran 500 g dalam
jangka waktu 6-8 bulan pada pembesaran Keramba Jaring Apung. Dalam rangka
mengembangkan usaha pembesaran Ikan kerapu Cantang dan Cantik pada
Keramba Jaring Apung BAPPL STP Serang, maka perlu dilakukannya
pengkajian mengenai analisa usaha dan prospek pembesaran Ikan Kerapu
cantang dan Kerapu Cantik. Analisa usaha dilakukan untuk mengetahui
kelayakan dari usaha pembesaran Ikan Kerapu Cantang dan cantik di Keramba
Jaring Apung.
Kata kunci : Pembesaran, Analisa usaha
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam produksi
perikanan di seluruh belahan dunia. Posisi yang sangat strategis yaitu dari
potensi perikanan budidaya. Baik budidaya air tawar maupun budidaya air laut.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 1
Cina merupakan negara produsen perikanan budidadaya terbesar di dunia pada
saat sekarang ini, dengan produksi sekitar 52 juta ton di tahun 2009. Indonesia
juga mampu menggeser posisi Cina jika Indonesia mampu meningkatkan
produksi perikanan budidayanya dengan optimal. Untuk meningkatkan produksi
tersebut di perlukan juga modal dan sumber daya manusia yang ahli (Kordi,
2010).
Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) umumnya dikenal dengan istilah
"groupers" merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang
baik di pasar domestik maupun pasar internasional karena nilai jualnya yang
cukup tinggi. Beberapa jenis ikan Kerapu Epinephelus sp. telah mulai diujicoba
pembesarannya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong
sejak tahun 1979 (Sugama et al. 1986). Menurut data statistik kelautan dan
perikanan tahun 2009, produksi ikan kerapu di Indonesia meningkat sebesar
9,52% pertahun selama 5 tahun terakhir. Sehingga usaha budidaya ikan kerapu
merupakan andalan dalam peningkatan produksi komoditas marikultur Indonesia.
Salah satu jenis kerapu yang mempunyai nilai ekonomis penting yaitu
ikan kerapu macam (Epinephelus fuscoguttatus). Kerapu macam merupakan
jenis ikan dermesal yang menyukai hidup di daerah perairan karang diantara
celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan karnivor yang
tergolong kurang aktif ini relative mudah dibudidayakan karena mempunyai
adaptasi yang cukup tinggi (Randall, 1987). Ikan kerapu mempunyai sifat-sifat
yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhan cepat dan dapat
diproduksi masal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan
hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena ada perubahan selera
konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah
mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui
usaha budidaya. Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di
indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala
karena keterbatasan benih.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 2
METODE PRAKTEK
2.1. Waktu dan Tempat
Praktek keahlian ini dilakukan pada tanggal 01 Febuary 2016 sampai dengan
tanggal 13 Maret 2016 dan berlokasi di Teluk Karangantu, Kabupaten Banten di
Keramba Jaring Apung Kampus BAPPL STP Serang.
2.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang diperlukan sebagai sarana dan prasarana untuk penunjang
pelaksanaan pembesaran ikan kerapu hibrida pada saat peraktek keahlian dapat
dilihat dalam Tabel 1.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan selama kegiatan pembesaran kerapu
hibrida yaitu sebagai berikut :
1. Benih
Benih yang digunakan adalah benih Kerapu cantik dan Kerapu cantang yang
berasal dari Bali dan pada saat penebaran tidak dilakukan pemisahan antara
kerapu cantik dan kerapu cantang.
2. Pakan
Pakan yang diberikan selama pelaksanaan praktek keahlian yaitu pakan
rucah.
Selama praktek dilakukan tidak pernah menggunakan pakan pelet,
pakan rucah didapatkan dari nelayan hasil tang kapan sekitar kampus
BAPPL-STP Serang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pemeliharaan
3.1.1. Persiapan Pemeliharaan
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 3
Menyiapkan jaring berukuran 3m x 3m x 4m sebanyak 20 buah yang sudah
dibersihkan terlebih dahulu. Memasang jaring yang sudah diberi pemberat pada
keempat ujung bagian bawahnya pada kerangka keramba.
3.1.2. Penyediaan Benih
Benih yang digunakan di BAPP STP Serang yaitu ikan kerapu cantang dan
kerapu cantik, biasanya diambil dari benih hasil pembenihan yang terdapat di
Bali, karena memiliki beberapa kelebihan yaitu jumlah yang bisa lebih banyak
dan lebih murah. Proses pengangkutan yang digunakan adalah sistem
transportasi tertutup. Pengangkutan benih dilakukan melalui transportasi udara
dari Bali menuju Jakarta, dari Jakarta dilanjutkan dengan transportasi darat ke
kampus BAPPL-STP Serang, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan speed
boat menuju lokasi keramba jaring apung di BAPPL-STP Serang.
3.1.3. Penebaran Benih
Sebelum ditebar benih ditimbang beratnya. Setelah ditimbang, benih ditebar
sebanyak 500 ekor kedalam jaring yang berukuran 3m x 3m x 4m. Sebelum
percobaan dilakukan benih dipelihara selama 17 hari untuk penyesuaian dengan
lingkungan tempat pemeliharaan dan diberi perlakuan pemberian pakan dengan
jumlah pakan dan waktu pemberian pakan yang sama.
3.2. Pengelolaan Pakan
3.2.1. Jenis Pakan
Pakan yang diberikan dalam proses pembesaran kerapu yang ada di
keramba jaring apung BAPPL-STP Serang yaitu semata-mata diberikan ikan
rucah yang didapat dari hasil tangkapan nelayan Desa Karang Antu, ikan rucah
juga memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi dan sangat digemari oleh ikan
yang dipelihara. Karena ikan tersebut didapat berdasarkan musiman dan Ikan
rucah juga memiliki harga yang murah bila dibandingkan dengan pellet.
3.2.2. Dosis, Frekuensi, Waktu dan Jumlah Pemberian Pakan
Dosis pemberian pakan yang diberikan pada ikan kerapu di BAPPL-STP
Serang dilakukan dengan cara memberi 5 % dari berat biomasa ikan . Frekuensi
pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dan
pengamatan dilapangan dengan pemberian pakan dua kali dalam satu hari
cukup bagus karna tidak dijumpai ikan yang kurus pada saat dilaksanakan
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 4
peraktek, cara pemberian pakan ikan rucahnya yaitu ditebar sedikit demi sedikit
didalam keramba biasanya penebaran pakan rucahnya dilakukan pada tenganh
keramba dan ikan berkumpul menghampiri pakan yang diberikan.
3.2.3. Pangamatan Kualitas Air
1. Suhu
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan air tawar dibatasi oleh
suhu perairan tersebut. Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara
tidak langsung,yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen di dalam
air. Semakin tinggi suhu air maka semakin rendah daya larut oksigen di dalam
air. Suhu yang baik bagi kehidupan ikan kerapu berkisar antara 20oC – 35oC.
Namun suhu yang ideal adalah 27oC – 32oC dengan perubahan yang tidak
ekstrim. Suhu pada KJA BAPPL STP Serang yaitu antara 28 ºC- 30 ºC suhu ini
merupakan suhu yang masih bagus untuk pemeliharan kerapu di KJA.
Pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada pagi hari saja sekitar pukul 09.30
WIB.
31
Suhu °C
30
29
28
suhu
27
26
3
8
13
18
23
28
33
38
Hari ke
Gambar 1 : Grafik pengukuran suhu
2. Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi garam dalam air laut. Konsentrasi
garam-garam jumlahnya relatif sama dengan dalam setiap air laut. Pengukuran
salinitas dilakukan setiap hari, biasanya sampel air diambil dimasukkan ke botol
sampel dan selanjutnya akan dicek salinitasnya di lab biologi. Salinitas ini
berpengaruh terhadap tekanan osmotik sel tubuh ikan. Pada budidaya ikan
kerapu kisaran salinitas yang optimum adalah 15 – 30 ppt. Yang didapatka di
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 5
lapangan salinitas pada KJA yaitu berkisar antara 27- 31 ppt, hal ini masih
dikatakan bagus.
Salinitas (ppt)
31
30
29
28
salinitas
27
26
1
2
3
4
5
6
7
8
Hari ke
Gambar 2 : Grafik pengukuran salinitas
3. pH
Derajat keasaman (pH = puissance negative de H), yaitu logaritma dari
kepekatan ion-ion H (Hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. pH air
mempengaruhi tingkat kesuburan Perairan karena mempengaruhi kehidupan
jasad renik. pada saat peraktek dilakukan seminggu sekali dan selama peraktek
didapatka pH air laut yaitu 8. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Kordi (2005)
yang mengatakan bahwa pertumbuhan optimal ikan terjadi pada pH 7 – 8.
10
pH
8
6
4
pH
2
0
1
2
3
4
5
6
7
Minggu Ke-
Gambar 3 : grafik pengukuran pH
4. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen merupakan pembatas salah satu factor pembatas, sehingga bila
ketersediannya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 6
segala aktivitas biota akan terhambat. Biota air membutuhkan oksigen guna
pencernaan (makanan) untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang,
pertumbuhan, reproduksi dan sebaliknya. Oleh karena itu, ketersedian oksigen
bagi biota air menentukan lingkaran aktivitasnya. Kelarutan oksigen (DO),
merupakan factor
yang terpenting bagi pertumbuhan ikan kerapu. Bagi ikan
kerapu, jumlah oksigen terlarut optimal tidak boleh kurang dari 4 ppm.dan selama
peraktek keahlian didapatkan hasil pengukuran DO yaitu 6 ppm,biasanya
pengukuran DO dilakukan seminggu sekali dengan mengambil air sampel yang
DO (ppm)
dimasukkan kedalam botol sampel dan selanjutnya akan di cek di lab kimia.
7
6
5
4
3
2
1
0
DO
1
2
3
4
5
6
7
Minggu Ke-
Gambar 4 : Grafik pengukuran DO
5. Kecepatan arus
Pengukuran kecepatan arus dilakukan pada siang Pengukuran kecepatan
arus menggunakan topdal. Dari hasil pengamatan kecepatan arus di lokasi
praktek kecepatan arus berkisar antara 0,18-0,33 m/menit. Ini mengartikan
bahwa kecepatan arus tercepat adalah 0,33 m/menit. Sementara kecepatan arus
terlambat adalah 0,18 m/menit.
6. Kecerahan
Pengukuran kecerahan dilakukan pada waktu siang hari tepatnya pada
pukul 14.00 WIB. Pengukuran kecerahan menggunakan secchi disk. Dari hasil
pengamatan kecerahan di lokasi peraktek kecerahan berkisar antara 150-180
cm.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 7
Kedalaman (cm)
180
170
160
kedalaman
150
140
3 8 13 18 23 28 33 38
Hari ke
Gambar 5 : Grafik pengukuran kecerahan
3.3. Pengamatan Pertumbuhan
3.3.1. Sampling Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang dan berat dalam
suatu waktu. Pengukuran panjang dan berat dilakukan setiap 7 hari sekali. Biota
yang akan diukur dipuasakan terlebih dahulu, sebelum proses pengukuran
panjang dan berat. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel ikan
sebanyak 10 ekor dari setiap kantong jaring yang diamati.
Berat (gr)
800
600
Unit 2 A
400
Unit 3 B
200
Unit 3 C
0
Unit 4 A
1
2
3
4
5
Sampling ke
Gambar 6: Grafik pertumbuhan berat
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 8
1000
Berat (gr)
800
600
Unit 4 B
400
Unit 4 D
200
Unit 5 A
0
Unit 5 C
1
2
3
4
5
Sampling ke
Gambar 7: Grafik pertumbuhan berat
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Berat (gr)
Unit 4 B
Unit 4 D
Unit 5 A
Unit 5 C
1
2
3
4
Sampling ke
5
Gambar 8: Grafik pertumbuhan berat
3.4. Hama dan Penyakit
3.4.1. Hama
Hama yang sering menggagu pada Keramba Jaring Apung BAPPL – STP
Serang seperti ikan kerapu liar,ikan beronang, kerang hijau,tritip, kepiting, dan
lumut yang biasanya yang biasanya menempel pada jaring pemeliharaan dan
rakit
hal
ini
menjadi
kompetitor
bagi
kerapu
yang
dipelihara.
Untuk
menanggulangi hama tersebut dilakukan pergantian atau pembersihan jaring
dengan
mesin
steam
setiap
2
minggu
sekali.
Dan
juga
untuk
penanggulangannya pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan ikan
kerapu yang sedang dipelihara agar ikan lain tidak memakan sisa pakan yang
diberikan sehingga tidak merobek jaring pemeliharaan, selain itu juga harus
dilakukan pemasangan dua lapis jaring pemeliharaan.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 9
Pencurian sering terjadi di KJA oleh pemancing dan para nelayan yang
berada di sekitar lokasi KJA, tindakan pencurian sengaja dilakukan oleh
manusia. Untuk menghindari tindakan pencurian dilakukan pengontrolan lokasi
KJA secara kontinyu dan dijaga secara bergantian.
3.4.2. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang pada ikan kerapu cantang dan cantik
yang dipelihara pada keramba jaring apung BAPPL – STP Serang adalah jenis
penyakit yang disebabkan oleh parasit, parasit yang ditemukan ada jenis
Isopoda, sejenis parasit dari golongan krustase yang menyerang pada bagian
sirip, kulit, insang dan mulut ikan kerapu. Tingkat kematian yang disebabkan oleh
infeksi parasit jenis Isopoda tersebut rendah, akan tetapi ikan yang terinfeksi
parasit tersebut menjadi lemah karena parasit tersebut biasanya menginfeksi
pada bagian mulut sehingga ikan mengalami kesulitan untuk memakan pakan
yang diberikan.
3.5. Panen dan Pasca Panen
4.5.1 Panen
Panen umumnya disesuaikan dengan ukuran yang di kehendaki pasar,
ukuran konsumsi ikan kerapu 500 gram- 800 gram. Metode panen dapat
dilakukan yaitu dengan panen total dan panen selektif/parsial. Panen total adalah
panen secara keseluruhan, panen total biasanya dilakukan apabila permintaan
sangat besar dan ikan-ikan yang dipelihara sudah memenuhi syarat untuk dijual
baik dari segi ukuran maupun jumlahnya. Panen selektif adalah memanen ikanikan yang sudah mencapai ukuran yang diinginkan sesuai dengan permintaan
pasar, sedangkan ikan-ikan yang ukurannya kecil dapat terus dipelihara ditempat
semula. Metode panen total lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan panen
selektif (Akbar, 2001).
Selama pelaksanaan praktek di BAPPL STP Serang pemanenaan
dilakukan secara panen parsial/selektif sebanyak 3 kali. Panen dilakukan setelah
ikan berukuran > 500 gram/ekor sesuai dengan permintaan konsumen. Ikan yang
dipanen diangkut menggunakan kapal
cepat (speed boat) dengan cara di
packing terlebih dahulu, lama pengangkutan ± 20 menit dari keramba jaring
apung
ke pelabuhan. Transportasi dilanjutkan dengan menggunakan box
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 10
sterofoam dan diangkut menggunakan mobil box dengan lama perjalanan ± 7
jam.
Lama pemeliharaan mulai dari awal penebaran sampai mencapai ukuran
>500 gram/ekor diperlukan waktu 6-7 bulan dengan tingkat kelulusan
hidup/survival rate sebasar 80%. Pemanenan dilakukan dengan cara panen
parsial/panen sebagian. Skala pemanenan biasanya empat sampai lima kali
dalam 1 bulan tergantung permintaan pasar.
4.5.2. Pasca Panen
Penaganan ikan setelah dipanen dilakukan dengan cara menyiapkan wadah
yaitu bak fiber bulat yang berukuran 500 liter yang diisi air laut dan diberikan es
curah untuk menurunkan suhu hingga bersuhu 20 ̊C, dan menjaga suhu selama
perjalanan dan dilengkapi dengan tabung oksigen sebagai penyuplai oksigen
dan sarana transportasi untuk mengangkut hasil panen. Hasil panen dipasarkan
dipasar domestik (konsumsi dalam negeri).
3.6. Analisa usaha
Diketahui analisa usaha dalam pembesaran ikan kerapu hybrid sebagai
berikut :
1. Biaya Investasi sebesar Rp. 1.159.500.000
2. Penyusutan sebesar Rp. 84.413.333
3. Biaya Tetap sebesar Rp. 119.213.333
4.
Biaya Operasional sebesar Rp. 241.997.333
5. Pendapatan per tahun sebesar Rp. 395.580.000
Laba/Rugi = Pendapatan – Biaya Operasional
= Rp. 395.580.000 – Rp. 241.997.333
= Rp. 153.582.667
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui biaya operasional sebesar
Rp. 241.997.333 menghasilkan produksi sebanyak 2.637,2 kg sehingga
keuntungan yang diproleh sebesar Rp 153.582.667.
B/C Ratio =
Pendapatan
Biaya Operasional
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 11
= Rp. 395.580.000
Rp. 241.997.333
= 1,6
Berdasarkan hasil perhitungan diatas B/C maka usaha pemeliharaan ikan
kerapu dinyatakan layak karena nilai B/C lebih dari 1 yaitu 1,6 berarti setiap biaya
produksi yang dikeluarkan sebesar 1 rupiah maka diperoleh keuntungan sebesar
Rp. 0,6.
BEP (Unit) =
FC
Harga/unit – Biaya Variabel/unit
= Rp. 119.213.333
Rp. 150.000 – Rp. 93.117
= Rp. 119.213.333
Rp. 56.882
= 2.095,7 kg
BEP (harga) =
FC
1 – VC/Q
= Rp. 119.213.333
1 – 0,62
= Rp 119.213.333
0,38
= Rp. 313.719.297
Berdasarkan perhitungan tersebut didapat BEP (unit) sebanyak 2.092,7 Kg
dan BEP (haga) sebesar Rp. 313.719.297 kg yang artinya perusahaan harus
menjual ikan kerapu macan sebanyak 2.095,7 kg pada harga Rp 150.000 atau
menjual semua produksi dengan harga minimal Rp 313.719.297/kg agar tidak
mengalami kerugian . hal ini jika dapat menjual ikan mulai harga Rp 313.719.297
- Rp 150.000 /kg bahkan lebih. Perusahaan akan mendapat keuntungan. Tapi jika
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 12
hanya mampu menjual ikan dibawah Rp 313.719.297/kg maka akan mendapat
kerugian.
Investasi
PP =
x 1 Tahun
Keuntungan + Penyusutan
Rp. 1.159.500.000
PP =
x 1 Tahun
Rp. 156.933.334 + Rp. 84.413.333
PP = 4,8 Tahun
Dari hasil perhitungan menggambarkan bahwa modal investasi pada
pemeliharaan kerapu akan kembali dalam kurun waktu 4,8 tahun atau 4 tahun 9
bulan 18 hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Pengamatan laju pertambahan berat unit 2 petak A 3,0 gram/hari, unit 3 petak
B 3,4 gr/hari, unit 3 petak C 3,0 gr/hari,unit 4 petak A 3,23 gr/hari,unit 4 petak
B 3,25 gr/hari, unit 4 petak D 2,5 gr/hari, unit 5 petak C 2,8 gr / hari, unit 5
petak A 5,05 gr/hari.
2. Pengamatan laju pertambahan panjang unit 2 petak A 0,10 cm/hari, unit 3
petak B 0,26 cm/hari, unit 3 petak C 0,09 cm/hari,unit 4 petak A 0,21
cm/hari,unit 4 petak B 0,04 cm/hari, unit 4 petak D 0,06 cm/hari, unit 5 petak C
0,09 cm / hari, unit 5 petak A 0,10 cm/hari.
3. Dan untuk FCR pada masing-masing petakan yaitu untuk unit 2 petak A 7,75,
unit 3 petak B 4,5, unit 3 petak C 7,4 ,unit 4 petak A 4,8 ,unit 4 petak B 6,9 ,
unit 4 petak D 9,6 , unit 5 petak C 7,5 , unit 5 petak A 5,05 gr/hari.
4. Analisa usaha dapat dikatakan layak dijalanlan dan menguntungkan terlihat
dari B/C rasio yang mencapai 1,6 dengan BEP(unit) 2.095,7 dan BEP(harga)
Rp. 313.719.297 dan payback periode dalam waktu 4 tahun 9 bulan 18 hari.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Kordi, K. M. G. H., 2010. Budidaya Kerapu Batik. Akademia, Jakarta.
Sugama, K. 1986. Perbandingan laju Pertumbuhan Beberapa Ikan Kerapu
(Epinephelus sp) Dalam Kurung-kurung Apung. Scientitif Report of
Marineculture Research and Development Project (ATA – 192) In
Indonesia. JICA.
Sumardika, Putu. 2013. Kewirausahaan Perikanan. Bina Sumber Daya MIPA.
Jakarta.
Randall, 1987. Kerapu Bebek. http : //wikipedia. Org/ wiki/ kerapu_bebek. html.
Wikipedia Foundation. Diakses 24 November 2009.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 14
Download