ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI PRILAKU SISWA MEMASUKI MASA REMAJA DI SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Jambi Oleh: WIKE ARDINA EA1D210010 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014 IDENTIFIKASI PRILAKU SISWA MEMASUKI MASA REMAJA DI SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI Oleh: WIKE ARDINA NIM EA1D210010 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Perubahan masa remaja adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa remaja dimana anak memasuki masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Masa pubertas adalah masa yang sangat penting dalam pertumbuhan remaja, yang merupakan peralihan dari masa sekolah menuju masa pubertas dan sering disebut masa pubertas awal, seorang anak telah mulai besar sudah ingin berprilaku seperti orang dewasa tetapi dirinya belum siap. Perkembangan perilaku siswa pada masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu perubahan pada perkembangan perilaku kognitif, sosioemosional, dan seksual. Bedasarkan pengalaman peneliti pada saat melaksanakan praktek lapangan bimbingan konseling pada SMP N 7 Muaro Jambi, peneliti melihat banyak siswa yang belum memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks, kurang mampu dalam mengambil keputusan sendiri, masih ditemui siswa yang kurang mampu dalam mengendalikan emosi dirinya, masih ada juga siswa yang enggan terbuka terhadap masalah seputar seksual yang mereka hadapi saat menghadapi pubertas. Penelitian ini diarahkan pada identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi yang meliputi perkembangan perilaku kongnitif, perkembangan perilaku sosioemosional, dan perkembangan seksual remaja. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX yang berjumlah 85 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik penarikan simple random sampling. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif yaitu memberikan gambaran tentang identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara umum identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi dimana sebagian (60.03%) siswa mengalami perkembangan perilaku saat memasuki masa pubertas, dan secara khusus identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja pada indikator perkembangan perilaku kongnitif dimana hampir seluruhnya (87.32%) siswa mengalami perkembangan perilaku kongnitif, identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja pada indikator perkembangan perilaku sosioemosional dimana sebagian (60.09%) siswa mengalami perubahan perilaku sosioemosional, identifikasi perilaku remaja memasuki masa pubertas pada indikator perkembangan perilaku seksual dimana sebagian kecil (39.51%) siswa mengalami perilaku seksual. Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi sekolah sebagai masukan bagi sekolah terutama SMP Negeri 7 Muaro Jambi mengenai prilaku remaja saat menghadapi masa pubertas, kepada guru pembimbing sebagai pedoman dan bahan dalam rangka merencanakan layanan yg akan di berikan kepada pelajar, dengan memberikan layanan informasi mengenai tahap perkembangan remaja dan pemberian layanan lainnya, bagi orang tua siswa sebagai masukan untuk mengetahui perkembangan remaja memasuki masa puber dan meningkatkan pengawasan terhadap remaja yang memasuki masa pubertas. Dan bagi siswa Sebagai masukan agar siswa siap dalam memasuki masa remaja baik kesiapan fisik maupun psikis remaja saat memasuki masa puber. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Perilaku remaja terdiri dari perilaku kognitif, sosioemosional, dan seksual. Perilaku kognitif merupakan suatu perilaku remaja yang ditandai dengan bagaimana pola berpikir dari remaja itu. Sedangkan perilaku sosioemosianal merupakan suatu perilaku yang erat kaitannya dengan emosi remaja dan bagaimana remaja berinteraksi dengan kehidupan sosialnya. Perilaku seksual yakni suatu perilaku yang berkaitan erat dengan bagaimana remaja tersebut berpacaran. Perilaku-perilaku tersebut tentunya berkaitan erat dengan masa pubertas. Dimana masa tersebut merupakan masa tumbuh kembang yang dialami oleh semua remaja. Pada masa pubertas itulah perkembangan remaja perlu adanya pengontrolan diri dari orang tua, masyarakat dilingkungan dimana mereka berada. Karena pada masa itu remaja merasa semakin mampu dalam pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untuk memberi mereka pilihan-pilihan yang memadai. Untuk itu sebagai orang tua, dan masyarakat harus mengenal remaja itu pada tingkat perkembangan dalam masa pubertasnya. Bedasarkan pengalaman peneliti pada saat melaksanakan praktek lapangan bimbingan konseling pada SMP N 7 Muaro Jambi, peneliti melihat banyak siswa yang belum memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks, kurang mampu dalam mengambil keputusan sendiri, masih ditemui siswa yang kurang mampu dalam mengendalikan emosi dirinya, masih ada juga siswa yang enggan terbuka terhadap masalah seputar seksual yang mereka hadapi saat menghadapi pubertas. Saat peneliti mencoba menanyakan kepada 15 siswa seputar tanda-tanda pubertas yang mereka hadapi baik masalah kongnitif, emosional maupun masalah seksual, 9 siswa menunjukkan reaksi tidak tahu, malu, sungkan, bahkan enggan bercerita tentang sikap mereka saat memasuki masa pubertas dan 6 siswa lainnya sedikit mulai memahami mengenai perkembangan masa puber, mereka terbuka serta mau berbagi pengalaman sikap mereka saat memasuki masa pubertas. Sebagian dari siswa menganggap masalah haid, mimpi basah dan tanda-tanda pubertas lainnya merupakan sesuatu yang tabu dan tidak layak untuk dipublikasikan,dan mereka beranggapan itu merupakan aib untuk diketahui orang lain, sehingga mereka kurang mendapatkan informasi maupun pengetahuan tentang pubertas. Dan sebagian lagi diantara mereka ada yang mau terbuka dan bertukar fikiran serta mencari informasi tentang ciri-ciri dan larangan-larangan saat mengalami tanda awal pubertas. Datangnya tanda-tanda kematangan jasmani seperti menstruasi, pinggul membesar, kelenjar pada dada menjadi berisi pada remaja putri dan kematangan kelenjar kelamin yaitu testes (buah zakar, klepir) untuk anak laki-laki mendapat tanggapan dan ekspresi yang beragam dari remaja itu sendiri. Kurangnya pengetahuan dan informasi tentang kematangan seksual tersebut tentu akan membuat remaja merasa takut, minder, malu, cemas, menangis dan ekspresi lainnya pada saat mengalami perubahan pada bentuk tubuhnya.. Namun dengan informasi dan pengetahuan yang benar serta didampingi oleh orang dewasa yang mengerti dan paham tentu akan dapat mengantarkan remaja yang dalam masa pra pubertas atau pubertas awal menjadi pribadi yang siap saat menghadapi tahap demi tahap dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. dan kesiapan itu ditandai dengan prilaku siswi yang tenang, semangat dan energik sesuai dengan pertumbuhannya sebagai remaja. Karena perbuatan sikap dan prilaku anak seperti perubahan cara bicara, cara tertawa, jalannya, cara berpakaian dan lain-lain juga merupakan salah satu wujud dari hasil perkembangan anak yang berupa tanda-tanda tersier bagi wanita dan perubahan mimik jika berbicara, cara berpakaian, cara mengatur rambut, bahasa yang diucapkan, aktingnya dan lain-lain merupakan salah satu wujud perkembangan tersier bagi pria. (Abu Ahmadi, 2005:122). Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Identifikasi Perilaku Siswa Memasuki Masa Remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi”. B. Batasan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah, maka penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut: 1. Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku kongnitif 2. Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku sosioemosional 3. Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku seksual C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proporsi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku kongnitif 2. Bagaimanakah proporsi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku sosioemosional 3. Bagaimanakah proporsi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku seksual D. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan prilaku pelajar memasuki masa pubertas di SMP Negeri 7 Muaro Jambi Dan secara lebih khusus tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi proporsi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku kongnitif 2. Mengidentifikasi proporsi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku sosioemosional 3. Mengidentifikasi proporsi perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku seksual E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai : 1. Sebagai masukan bagi sekolah terutama SMP Negeri 7 Muaro Jambi mengenai prilaku remaja saat menghadapi masa pubertas 2. Guru pembimbing sebagai pedoman dan bahan dalam rangka merencanakan layanan yg akan di berikan kepada pelajar, dengan memberikan layanan informasi mengenai tahap perkembangan remaja dan pemberian layanan lainnya 3. Bagi orang tua sebagai masukan untuk mengetahui perkembangan remaja memasuki masa puber dan meningkatkan pengawasan terhadap siswa yang memasuki masa remaja. 4. Bagi siswa sebagai masukan agar siswa siap dalam memasuki masa remaja baik kesiapan fisik maupun psikis siswa saat memasuki masa remaja. F. Anggapan Dasar dan Asumsi Penelitian ini di kembangkan dengan anggapan dasar dan asumsi sebagai berikut 1. Datangnya masa remaja pada anak ada kalanya di tanggapi dengan santai oleh siswa apabila dia telah siap dan mendapat bimbinggan dari orang dewasa 2. Masa remaja awal akan menjadi momok yang menakutkan bagi siswa apabila pada masa itu dia tidak di damping dan mendapatkan pengetahuan tentang masa remaja G. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang timbul dari penelitian ini adalah: 1. Pada proporsi manakah perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku kongnitif. 2. Pada proporsi manakah perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku sosioemosional. 3. Pada proporsi manakah perilaku siswa memasuki masa remaja dilihat dari aspek perilaku seksual. H. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu upaya untuk mengetahui atau menemukan adanya perubahan perilaku remaja memasuki masa pubertas di SMP Negeri 07 Muaro Jambi 2. Perilaku Masa Remaja adalah tindakan atau perbuatan seorang anak ketika mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual 3. Perkembangan perilaku masa remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku siswa pada masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan akibat pubertas yang meliputi perubahan perilaku kongnitif remaja, perubahan perilaku sosioemosional remaja dan perubahan perilaku seksual remaja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identifikasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2008) identifikasi adalah penetapan atau penentuan orang atau sesuatu. Adapun tujuan dari identifikasi adalah memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menyusun program intervensi yang diharapkan dapat mencegah masalah di sekolah. Adapun identifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya untuk menemukan dan menentukan perilaku siswa memasuki masa remaja. B. Prilaku Siswa memasuki Masa Remaja 1. Pengertian prilaku Remaja Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dan Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika (Handoko dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku remaja) 2. Wujud prilaku Menurut Skinner (2004), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a). Perilaku tertutup Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas. b). Perilaku terbuka Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati. Menurut Notoatmodjo (2009) bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3(tiga) jenis yaitu: 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. 2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari, lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut. Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. 3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar. C. Perkembangan Perilaku Siswa pada masa Remaja Meneurut Ahmadi (2005;105) perkembangan perilaku siswa pada masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu sebagai berikut : 1. Perkembangan Perilaku Kognitif Remaja Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan yang memadai . 2. Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku remaja adalah sebagai berikut : a. Ingin Menyendiri b. Bosan c. Inkoordinasi d. Antagonisme social e. Emosi yang meninggi f. Hilangnya kepercayaan diri g. Terlalu sederhana 3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja 1) Berpacaran Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuktikan dari hampir sebagian responden menyatakan bahwa mereka pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga memberikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau memberikan dampak negatif terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari kegiatan yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang juga berpacaran diselingi dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran ? banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja memilih berpacaran. Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja berpacaran berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”. Perkembangan terhadap informasi juga menjadi salah satu pendorong (14) 2) Mengenal Media pornografi Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media pornografi pada saat berusia 14-17 tahun. Pada masa tersebut merupakan masa remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini, remaja memperoleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah laku. Informasi tersebut memang sangat diperlukan oleh remaja. Informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi remaja. Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut dapat diberikan melalui sekolah oleh seorang guru tau dijadikan suatu mata pelajaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran. Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar (semakin maraknya internet sehingga remaja memanfaatkannya untuk hal yang negatif dengan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi seks yang tidak terbatas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja didukung dengan harga yang relatif terjangkau). Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografiu di rumah, sekolah, bioskop atau rumah teman. Remaja cenderung memilih di rumah teman, karena merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang tidak dipahami. Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau membelinya sendiri akibat dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya dan cara penyampaian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah menafsirkannya. 3) Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih sangatlah rendah. Dan dikalangan remaja berpendapat bahwa jika melakukan masturbasi atau onani berarti melakukan perbuatan yang melanggar norma. Hubungan seksual merupakan perilaku seksual yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan hal tersebut berarti remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan dihadapi. Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut berkisar 15-19 tahun. Pada masa ini memang secara fisik telah siap, namun banyak hal lain perlu diingat bahwa resikonya pun akan besar. Pacar merupakan pasangan utama melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat mendorong dan merangsang untuk melakukannya. Didukung dengan pacaran yang dilakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau saudara. Alasan utama remaja melakukan hubungan seksual adalah karena cinta atau sama-sama mau, terangsang dan rasa ingin tau. Jika dilihat dari umur remaja pertama kali melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin bahwa memang ketiga alasan di atas lah yang mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya (15 ) 4) Mengalami berbagai Permasalahan Remaja Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak diinginkan maka jika terjadi kehamilan, remaja kebanyakan akan memilih akan meneruskannya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa pengguguran kandungan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan yang dipilih maka hal tersebut akan dilakukan dengan seorang dokter kandungan. BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini disebut juga penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan tentang objek sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sutja A dkk.2014:78). Jenis penelitian deskriptif, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2006:64) adalah penelitian yang berupaya mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian, yang terjadi. Dengan perkataan lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah yang terjadi, sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan. Berdasarkan pendapat diatas, maka penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang perkembangan perilaku siswa pada masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi Populasi adalah merupakan lingkup, wilayah atau tempat keberadaan dari karakteristik subjek yang diteliti dan yang akan disimpulkan nantinya (Sutja, 2014; 87). Populasi adalah seluruh subjek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Arikunto, 2006). Sedangkan Sutja, dkk (2010,80) menyatakan bahwa populasi adalah aspek atau karakteristik tertentu dari subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perilaku remaja memasuki masa puber. Adapun yang menjadi anggota populasi adalah siswa kelas 43 IX SMPN 7 Muaro Jambi tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 161 orang yang tersebar dalam 5 kelas yaitu kelas IXa, kelas IXb, kelas IXc, IXd dan kelas IXe. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2004). Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini yang diambil sebanyak 52 % yaitu (161 x 52%) = 84,7 atau 85 orang. C. Jenis dan sumber data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari responden yang menjadi objek penelitian yakni perkembangan perilaku remaja memasuki masa puber pada siswa SMP Negeri 07 Muaro Jambi. Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari sekolah berupa data jumlah murid siswa kelas IX SMP Negeri 07 Muaro Jambi. D. Alat pengumpul data 1. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik angket merupakan instrumen pokok yang dipergunakan untuk mengetahui perkembangan perilaku remaja mmemasuki masa puber di SMP Negeri 07 Muaro Jambi. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup dengan alternatif, responden tinggal memilih salah satu jawaban yang di anggap paling sesuai dengan diri responden. Angket diberikan pada siswa yang telah ditetapkan menjadi sampel Responden hanya diberikan kesempatan untuk memilih jawaban (Ya atau Tidak) yang sesuai menurutnya. Skor jawaban tersebut akan diolah dalam bentuk angka-angka dengan rentang 0-1 untuk melihat perkembangan perilaku remaja memasuki masa puber. Untuk item angket yang positif pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1, Sedangkan untuk item angket yang negatif sebaliknya diberi skor 0. E. Teknik Analisa Data No 1 2 3 4 Untuk menganalisis data yang telah diperoleh digunakan teknik analisis persentase. Tabel 3.6 Penentuan Kelas Interval Rentang Batas Titik Interval Kelas Proporsi Nt – (pi-1) interval Seluruhnya 19 100 - (19-1) = 82 82 - 100 Sebagian Besar 19 81 - (19-1) = 63 63 – 81 Sebagian 19 62 – (19-1) = 44 44 – 62 Sebagian Kecil 19 43 - (19-1) = 25 43 – 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Uraian dibawah ini berisi tentang gambaran hasil penelitian yang disebar melalui angket. Data diperoleh berdasarkan hasil jawaban responden mengenai identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang disebarkan kepada responden yang berjumlah 85 orang siswa kelas IX SMP negeri 7 Muaro Jambi tahun ajaran 2013 s/d 2014 yang terdiri dari kelas IX A sebanyak 16 siswa, IXB sebanyak 16 siswa, IXC sebanyak 17 siswa, IXD sebanyak 17 siswa, dan kelas IXE sebanyak 19 siswa dengan total sampel keseluruhan adalah berjumlah 85 siswa. B. Hasil penelitian dan pembahasan 1. Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi pada indikator perkembanagan perilaku kongnitif Berdasarkan analisis hasil data penelitian diketahui bahwa Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi pada indikator perkembangan perilaku kongnitif dimana hampir seluruh siswa (87.32%) siswa mengalami perkembangan perilaku kongnitif dimana remaja sudah mampu bersifat objektif dalam menafsirkan sesuatu, mampu menyelesaikan masalah-masalah, mampu dalam mengambil keputusan. Menurut pandangan Jean Piaget dalam Yusuf (2011) menginjak masa puber, seorang remaja akan mengalami perkembangan kognitif atau kemampuan berpikir. Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Idealnya, seorang remaja sudah mempunyai pola pikir sendiri. Pada saat remaja mengalami perkembangan perilaku kongnitif, remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tapi juga akan mengadaptasi informasi tersebut dengan pemikirannya sendiri. Namun pada kenyataannya, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Menurut Desmita (2009:79) pada masa pubertas itulah perkembangan remaja perlu adanya pengontrolan diri dari orang tua, masyarakat dilingkungan dimana mereka berada. Karena pada masa itu remaja merasa semakin mampu dalam pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan dibanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untuk memberi mereka pilihan-pilihan yang memadai. Untuk itu sebagai orang tua, dan masyarakat harus mengenal remaja itu pada tingkat perkembangan dalam masa pubertasnya. 2. Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi pada indikator perkembanagan perilaku sosioemosional Berdasarkan analisis hasil data penelitian diketahui bahwa Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi pada indikator perkembangan perilaku sosioemosional dimana sebagian (60.09%) siswa mengalami perkembangan perilaku sosioemosional dimana remaja selalu ingin menyendiri, sering merasa bosan, antagonisme social, emosi yang meninggi dan hilang kepercayaan dirinya. Menururt Gunarsa (2003;64) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, dan pada masa ini individu mengalami perubahan-perubahan jasmani, kepribadian, intelektual, dan peranan di dalam keluarga maupun di lingkungan. Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan sebagai konsekuensi dari masa peralihan atau masa transisi ini. Perubahan-perubahan selama masa awal masa remaja terjadi dengan pesat, salah satunya adalah meningginya emosi. Hurlock (2002) menyatakan bahwa keadaan emosi remaja berada pada periode badai dan tekanan (storm and stress) yaitu suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun meningginya emosi terutama karena para remaja berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi dan harapan baru. Keadaan ini menyebabkan remaja mengalami kegagalan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sehingga masa remaja sering dikatakan sebagai usia bermasalah. Perkembangan emosi pada remaja awal menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa ataupun situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (Yusuf, 2011;112). (Yusuf 2011;116) menyatakan bahwa remaja puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial, dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya diberbagai bidang menurun. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal. Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menentang. Permusuhan terbuka anatara dua seks yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain (Erikson. 2004) Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih, mudah marah, dan suasana hati yang negative sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik remaja, ketegangan lambat laun berkurang dan remaja sudah mulai mampu mengendalikan emosinya. Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekaran menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dank arena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak remaja laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai h4perasaan rendah diri. 3. Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi pada indikator perkembanagan perilaku seksual. Berdasarkan analisis hasil data penelitian diketahui bahwa Identifikasi perilaku siswa memasuki masa remaja di SMP Negeri 7 Muaro Jambi pada indikator perkembangan perilaku seksual dimana sebagian kecil (39,51%) siswa mengalami perkembangan perilaku seksual dimana remaja sudah mulai berpacaran, mengenal media porno, mengalami masalah mesturbasi dan mengalami permasalahan remaja lainnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Baharuddin (2010:89) yang menyatakan bahwa pada masa remaja terjadi perubahan pada seksual remaja yang ditandai dengan berkembangnya kemantangan seksual sesungguhnya, yang bersamaan dengan terjadi perkembangan sikologis dalam diri anak yang berhubungan dengan kematangan kelenjar endokrin atau kelenjar yang bermuara langsung di dalam saluran darah. Yang dapat membuat anak merasakan adanya rangsangan tertentu yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri anak. Peristiwa kemantangan tersebut menurut Kartini Kartono (2012: 168) pada wanita terjadi 1,5 sampai 2 tahun lebih awal pada pria. Dan terjadinya kematangan jasmani bagi wanita biasa di tandai dengan adanya menstruasi pertama sedangkan pada pria ditandai dengan sperma yang pertama dan biasanya terjadi lewat mimpi yang disebut mimpi basah. Dan dengan adanya kematangan jasmani itu umumnya di gunakan dan di anggap sebagai tanda-tanda primer akan datangnya masa remaja. Menurut Mu’tadin (2002;68) perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga dan sering bertengkar pada teman-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber kerap melamun, sering tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan eksperimen seks melalui masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain. Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milik orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Erikson menyebutnya untuk menemukan identitas diri. Menurut Sarlito (2008;79) berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuktikan dari hampir sebagian responden menyatakan bahwa mereka pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga memberikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau memberikan dampak negatif terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari kegiatan yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang juga berpacaran diselingi dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran ? banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja memilih berpacaran. Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja berpacaran berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan hasil identifikasi perilaku remaja memasuki masa pubertas di SMP Negeri 7 Kota Jambi dimana sebagian (60.03%) siswa mengalami perkembangan perilaku kongnitif, perilaku sosioemosional dan perkembangan perilaku seksual. Dan secara khusus hasil analisis identifikasi perilaku remaja memasuki masa pubertas di SMP Negeri 7 Muaro Jambi adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil identifikasi perilaku remaja memasuki masa pubertas pada indikator perkembangan perilaku kongnitif dimana hampir seluruhnya (87.32%) siswa mengalami perubahan perilaku kongnitif diantaranya siswa sudah mampu bersifat objektif dalam menafsirkan sesuatu, mampu menyelesaikan masalah-masalah, dan siswa mampu dalam mengambil keputusan. 2. Berdasarkan hasil identifikasi perilaku remaja memasuki masa pubertas pada indikator perkembangan perilaku sosioemosional dimana sebagian (60.09%) siswa mengalami perubahan perilaku sosioemosional diantaranya siswa selalu ingin menyendiri, sering merasa bosan, antagonisme social, emosi yang meninggi dan hilang kepercayaan diri. 3. Berdasarkan hasil identifikasi perilaku remaja memasuki masa pubertas pada indikator perkembangan perilaku seksual sebagian kecil (39.51%) siswa mengalami perubahan perilaku seksual diantaranya siswa sudah mulai berpacaran, siswa sudah mulai mengenal media porno, siswa mengalami masalah mestrubasi dan mengalami berbagai permasalahan remaja. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran-saran kepada pihakpihak tertentu sebagai berikut: 1. Bagi SMP Negeri 05 kota Jambi Sebagai masukan bagi sekolah terutama SMP Negeri 7 Muaro Jambi mengenai prilaku remaja saat menghadapi masa pubertas 2. Bagi Guru Pembimbing Sebagai pedoman dan bahan dalam rangka merencanakan layanan yg akan di berikan kepada pelajar, dengan memberikan layanan informasi mengenai tahap perkembangan remaja dan pemberian layanan lainnya Bagi. 3. Bagi Orang Tua Siswa Sebagai masukan untuk mengetahui perkembangan remaja memasuki masa puber dan meningkatkan pengawasan terhadap remaja yang memasuki masa pubertas. 4. Bagi Siswa Sebagai masukan agar remaja siap dalam memasuki masa pubertas baik kesiapan fisik maupun psikis remaja saat memasuki masa puber.. C. Implikasi hasil penelitian terhadap bimbingan dan konseling Bimbingan konseling yang diartikan sebagai upaya mengoptimalkan potensi yang dimiliki individu, sehingga individu dapat berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan adanya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perubahan atau perkembangan perilaku remaja memasuki masa pubertas di SMP Negeri 7 Muaro Jambi baik perubahan perilaku kongnitif siswa, perubahan sosioemosional siswa maupun perubahan seksual siswa. Untuk itu disinilah peran guru pembimbing untuk memberikan layanan informasi bidang bimbingan pribadi kepada siswa-siswinya mengenai pubertas, apa itu pubertas, ciri-ciri remaja memasuki pubertas, perubahan-perubahan yang tejadi dalam diri saat memasuki masa pubertas baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis dan masalah-masalah yang akan dihadapi saat menghadapi pubertas. Dengan adanya layanan informasi mengenai pubertas yang diberikan oleh guru pembimbing diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang pubertas kepada siswa-siswanya dan diharapkan kepada siswa untuk terhindar dari berbagai permasalahan yang ditimbulkan akibat permasalahanpermasalahan yang akan ditimbulkan saat siswa mengalami masa pubertas. DAFTAR PUSTAKA Akmal Sutja, dkk. 2014. Panduan Penulisan Skripsi. Diterbitkan dan diedarkan Oleh Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Jambi Ahmadi & Sholeh, 2005. Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT. Rineka Cipta Arikunto, ( 2003 ). Prosedur Penelitian Edisi Revisi II, Jakarta : PT Rineka Cipta Baharuddin, 2010.Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Bruno (2008), Teori Kepribadian, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Freud. S http://Budayamersam.Blogsport.com/. Diakses tanggal 23 Juli 2003 Gunarsa, 2003. Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock (2002) Child Development, Mc Graw Hill Book Company. Inc, New York Handoko, 2008. Perilaku Remaja. http://id..wikipedia.org/wiki/Perilaku remaja diakses pada 26 Nopember 2013 Kartono, k, ( 2012 ), Psikologi Perkembangan, Bandung : Cv Mandar Maju Mu’tadin (2002) Psikologi Perkembangan, Jakarta. Bina Aksara. Myers D, (2012), Psikologi Sosial, Jakarta selatan : Salemba Humanika Notoatmodjo. 2010 , Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Poerwadarminta W. J. S (2008), Kamus umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Gramedia Sarwono, W. S, (2012), Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Wali Pers Sarlito. 2008. Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Yusuf, S, (2007), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Yusuf, 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.