BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar untuk menguasai program pemantauan dan perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan. ( Beare, 2007). Penyakit Diabetes mellitus atau sakit gula masih menjadi persoalan bersama. Bahkan di Indonesia, Penyakit ini masih berada di posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar yang menderita penyakit Diabetes setelah Amerika Serikat, China, dan India (WHO, 2011). Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi, glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang 1 menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2001). Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang dapat menimbulkan komplikasi mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut diabetes pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau maturityonset diabetes. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama disebut IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTI (Diabetes Mellites Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan yang kedua disebut NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2. Ada jenis lain yaitu Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes), yang yimbul hanya pada saat hamil. Ada juga jenis diabetes yang disebabkan oleh karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi disebut MRDM (Malnutrition related DM) atau (DMTM) Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi (FKUI, 2000). Perkembangan kasus Diabetes di Indonesia mengalami kenaikan jumlahnya. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2011) memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus di 2 Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Demikian juga halnya dengan Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2009, memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta di tahun 2009 menjadi 12,0 juta tahun 2030. “Meskipun terdapat perbedaan angka prevelensi, laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2. Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 ( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010 ) Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit yang dapat menurun, jika dalam sebuah keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus maka kemungkinan besar akan menurun, kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan dapat menjadi masalah serius karena keluarga tidak dapat menjalankan 5 tugas keluarga, misalnya keluarga tidak mengerti bagaimana cara melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, tidak mampu 3 memanfaatkan fasilitas kesehatan, tidak membuat keputusan dan mengambil keputusan yang tepat, tidak mampu memberikan lingkungan yang tepat, sehingga pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang memiliki penyakit Diabetes Mellitus harus mendapatkan perhatian yang cukup agar Keluarga memahami konsep dasar Diabetes Mellitus serta mencegah komplikasi dari Diabetes Mellitus. Masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah tersebut adalah kepala keluarga dan anggota yang dituakan. Dalam mengatasi masalah ini peran perawat kesehatan adalah memberikan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi lebih lanjut (Friedman, 1998 ). Keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan anggotanya, termasuk mengenal masalah tentang Diabetes Mellitus, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang kondusif bagi kesehatan (Friedman, 1998 ) 4 Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan untuk ” Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak “dengan pendekatan proses keperawatan. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Memaparkan Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengkajian Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. 5 c. Mengidentifikasi rencana keperawatan secara langsung Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. d. Mengidentifikasi tindakan keperawatan dalam rangka memandirikan keluarga dalam melaksanakan tugas Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. C. Metode Penulisan Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi. Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan beberapa teknik penulisan, adalah sebagai berikut : 6 1. Wawancara Dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada beberapa anggota keluarga untuk memperoleh data subyektif. 2. Observasi Mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien serta pengembangan sambil melaksanakan asuhan keperawatan keluarga lansia selama observasi. 3. Studi Kepustakaan Cara pengumpulan data yang digunakan sebagai konsep dasar dalam asuhan keperawatan dan menyelesaikan masalah dalam pembahasan. 4. Studi kasus di keluarga Pengumpulan data dengan cara melakukan pengkajian pada keluarga, biasa dilakukan dengan observasi,pemeriksaan fisik ataupun wawancara sesuai kasus yang ada di dalam keluarga. D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan asuhan keperawatan keluarga ini di bagi dalam 5 bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. 7 BAB II : Tinjauan pustaka berisi konsep dasar keluarga, Tumbuh kembang tahap VIII, konsep dasar Diabetes Mellitus,dan proses keperawatan keluarga. BAB III : Tinjauan kasus berisi tentang asuhan keperawatn keluarga Ny.M khususnya pada Ny.J dengan DM yang dimulai dari pengkajian, analisa perencanaan/intervensi, data, diagnose keperawatan, pelaksanaan/ implementasi dan evaluasi. BAB IV : Pembahasan berisi tentang tinjauan kasus berdasarkan teori keperawatan dan penyakit, justifikasi di setiap tahapan proses asuhan keperawatan. BAB V : penutup berisi kesimpulan dan saran. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes R.I, 1998). 2. Struktur Keluarga. Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas : a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : 1) Bersifat terbuka dan jujur 2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga 3) Berpikiran positif 9 4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : 1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. 2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi. b. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah. c. Struktur kekuatan. Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif. 10 d. Nilai-nilai keluarga. Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. 3. Tipe Keluarga Tipe keluarga menurut Friedman(1998) : a. Tipe Keluarga Tradisional 1) Keluarga inti Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama. a) Keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama. b) Keluarga-keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua tiri. 2) Pasangan inti Terdiri dari suami istri tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. a) Karier tunggal. b) Keduanya berkarier dibedakan menjadi karier istri terus berlangsung dan karier istri terganggu. 11 3) Keluarga dengan orang tua tunggal Adalah satu yang mengepalai sebagai konsekuensi dari perceraian, ditinggal atau pisah. a) Bekerja atau berkarier. b) Tidak bekerja 4) Bujangan dewasa yang tinggal sendirian 5) Keluarga besar 3 generasi 6) Pasangan usia pertengahan atau lansia suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal diruamah (anak sudah kuliah, bekerja, atau kawin). 7) Jaringan keluarga besar Dua keluarga inti atau lebih dari kerabat primer atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis dan dalam sistem presiprokal atau tukar menukar barang dan jasa. b. Tipe keluarga non tradisional 1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja) 2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah 3) Pasangan kumpul kebo 4) Keluarga Gay atau lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah. 12 5) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih dari satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama. 4. Tahap dan Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998). a. Tahap I (Keluarga pemula) 1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan. 2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. 3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak) 1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga). 2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga. 3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. 4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek. c. Tahap III (Keluarga dengan anak usia prasekolah) 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan. 2) Mensosialisasikan anak. 13 3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain. 4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (Hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dad anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas). d. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah) 1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat. 2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. 3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. e. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja) 1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. 2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. 3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. f. Tahap VI (Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda) 1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak. 2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan. 14 3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri. g. Tahap VII (Orang tua usia pertengahan) 1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan. 2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang saling memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak. 3) Memperkokoh hubungan perkawinan. h. Tahap VIII (Keluarga dalam masa pensiun dan lansia) 1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan. 2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun. 3) Mempertahankan hubungan perkawinan. 4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan. 5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi. 6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( Penelaahan dan integrasi hidup). 5. Fungsi keluarga Friedman (1998) membedakan fungsi keluarga menjadi lima yaitu : a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga. 15 b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga. d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. 6. Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998) a. Mengenal masalah kesehatan. b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. d. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat. 16 B. Tumbuh Kembang Keluarga Tahap VIII 1. Pengertian Tahap terkhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satupasangan meninggal, dan berkhir dengan pasangan lain meninggal (Friedman, 1998). 2. Kehilangan- kehilangan yang lazim bagi lansia dan keluarga Proses penuaan berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka ada berbagai stressor atau kehilangan- kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan- pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini meliputi : a. Ekonomi Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial, mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah ) b. Perumahan Sering pindah ketempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian di paksa pindah ke tatanan institusi. c. Sosial Kehilangan (kematian) saudara teman- teman dan pasangan. 17 d. Pekerjaan Keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan dalam produktivitas. e. Kesehatan Menurunnya fungsi fisik mental dan kognitif, memberikan perawatan bagi pasangan yang kurang sehat. 3. Tugas- tugas perkembangan keluarga tahap VIII a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan. b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun. c. Mempertahankan hubungan perkawinan. d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan. e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi. f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( Penelaahan dan integrasi hidup). 4. Konsep Lansia Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut karena berkurangnya jumlah sel-sel yang ada didalam tubuh .sebagai akibatnya 18 tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan –lahan. Itulah yang dinamakan proses penuaan. Orang yang lebih tua mengalami masalah dengan berbagai aktifitas hidup sehari- hari yang termasuk mandi, berpakaian, makan, toilet, penahanan dan mentrasfer. Masalah-masalah ini kemampuan orang yang lebih tua sering berdampak terhadap hidup mandiri, karena penurunan fungsional dimana semua mempengaruhi kualitas hidup individu. Penuaan adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam, 2008). Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak pada semua tubuh mengalami kemunduran pada waktu yang sama.meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorang mengetahui secara pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda (Pujiastuti, 2003). a. Pengertian Lansia Menurut UU NO. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. 19 Menua adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. b. Teori Menua : 1) Teori Biologis ( Maryam, 2008 ) : a) Teori Genetik (1) Teori Genetik Clock Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.teori ini didasarkan pada kenyataan kenyataan bahwa spesies-sepesies tertentu memiliki harapan hidup yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar ia akan mati. (2) Teori Interaksi Seluler Teori ini menyatakan bahwa sel-sel satu sama lain saling berinteraksi dan memengaruhi.keafdaan tubuh akan baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu hormon,tetapi bila tidak maka akan terjadi kegagalan mekanisme dimana lama kelamaan sel-sel akan mengalami degenerasi. 20 (3) Teori Mutagenesis Somotik Teori ini menyatakan bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi somotik akibat pengaruh lingkungan yang buruk.begitu terjadi pembelahan sel akan terjadi mutasi spontan yang terus menerus berlangsung dan ahirnya mengarah pada kematian sel. b) Teori Non Genetik (Pujiastuti, 2003) (1) Teori Autoimun Teori ini menyatakan bahwa penuaan diakibatkan oleh antibodi yang bereaksi terhadap sel normal dan merusaknya.reaksi ini terjadi karena tubuh gagal mengenal sel yang normal ,dan memproduksi sel yang salah. Hal ini yang mendasari peningkatan penyakit auto imun pada usia lanjut.ada jaringan tertentu yng tidak tahu terhadap sel tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. (2) Teori Radikal Bebas Redikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyaielektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat 21 atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan pada tubuh. Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan oleh hormon.perubahan hormon pada penuaan disebabkan oleh radikal bebas dan akan menimbulkan efek patologis seperti kanker. (3) Teori Pembatasan Energi Program pembatasan energi ditujukan untuk mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa tahun sampai efesiensi metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan panjang mempengaruhi umur.tinggi perkembangan rendahnya umur dan diet adanya penyakit.termasuk dalam program diet adalah pantangan merokok, minum alkohol, dan mengendalikan penyebabstres seperti kecemasan, frustrasi,atau stres yang diakibatkan oleh kerja keras. c. Perubahan sistem endokrin pada lansia Penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh karena menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon. Pria dan wanita pada akhir masa dewasa mengalami perubahan-perubahan dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya kekurangan hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada 22 wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya merupakan prosesilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar biasa, kecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya.Terdapat pula penurunan kadar hormon testosteronnya ( Beare, 2007 ). Perubahan pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses penuaan, yaitu: 1) Produksi hormon hampir semuanya menurun. 2) Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah. 3) Menurunnya aktivitas tiroid 4) Menurunnya produksi aldosteron 5) Menurunnya sekresi hormon : progesteron, estrogen, testosteron. 6) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stress ). 23 Penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses penuaan, yaitu: 1) Menopouse Menopouse adalah berhentinya haid. Menopouse menurut pengertian awam adalah perubahan masa muda ke masa tua.Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Periode mendahului menopouse ditandai oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal tersebut mencerminkan perubahan normal yang terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan, periode ini sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling sering terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid yang tidak teratur.Meskipun menopouse atau tidak lagi datang haid, terjadi setelah terhentinya fungsi ovarium merupakan keadaan yang paling dapat diidentifikasi, namun periode sebelum dan 10 tahun setelah menopause mempunyai arti klinis yang lebih penting. Periode transisi ini biasanya berlangsung sampai periode pasca menopouse. Periode pascamenopouse biasanya disertai dengan insidensi kondisi kelainan yang erathubungannya dengan usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatanginekologik pada wanita pasca menopouse perlu mengetahui tentang seluk beluk pengobatan pengganti hormon. 24 2) Andropouse Pada laki-laki tua, testis masih berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan meningkatnya usia, produksi testosterone turun perlahan-lahan, sehingga membuat definisi andropouse pada laki-lakisedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang berarti.Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan tidak segera muncul.Keluhan dapat muncul setelah beberapa tahun kemudian. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki masih saja, aktif baik secara fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang masih dapat mendapatkan keturunan. 3) Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar untuk menguasai program pemantauan dan perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan. ( Beare, 2007). 25 C. Konsep Diabetes Mellitus 1. Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Suyono, 1999). Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2001). Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi, glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes mellitus adalah penyakit seumur hidup dimana badan seseorang tidak memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang di produksi dengan baik (Johnson, 2005). 26 2. Ada 4 tipe DM (FKUI, 2000) a. DM tipe 1 atau IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTI (Diabetes Mellites Tergantung Insulin) yaitu keadaan defisiensi insulin karena tidak adanya sel-sel langerhans. b. DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara absolute melainkan relative karena gangguan resistensi insulin. c. Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes), yang timbul hanya pada saat hamil. d. Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM) atau MRDM (Malnutrition related DM) adalah diabetes yang disebabkan oleh karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi. 27 3. Anatomi dan Fisiologi Anatomi Pankreas Gambar 1.1 Anatomi Pankreas Sumber : http://upload.wikimedia.org Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan 12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin (price, 2006). 28 a. Struktur Pankreas terdiri dari : 1) Kepala pankreas Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang praktis melingkarinya. 2) Badan pankreas Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama. 3) Ekor pankreas Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh limfa. b. Saluran Pankreas Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam duodenum : 1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus, kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi. 2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di sebelah atas sphincter oddi. c. Jaringan pankreas Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas : 1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam duodenum 29 2) Pulau langerhans d. Pulau-pulau langerhans 1) Hormon-hormon yang dihasilkan : a) Insulin Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh gambaran disulfide. b) Enzim Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim dimembran sel yang mengalami internalisasi bersama insulin. c) Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks. 2) Efek-efek tersebut biasanya dibagi: a) Efek cepat (detik) Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel peka insulin. b) Efek menengah (menit) Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein, pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik. c) Efek lambat (jam) . 3) Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA) enzim lipogenik dan enzim lain. Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari: 30 a) Ekstraksi glukosa b) Sintesis glikogen c) Glikogenesis 4) Glukogen Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485 glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah. a) Somatostatin Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-pulau pankreas. b) Polipeptida pankreas Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans. e. Fisiologi 1) Fungsi eksokrin pankreas: Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh lambung ke dalam duodenum. 31 Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin, karboksi, peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam nukleat, asam ribonukleat dan deoksinukleat. Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas, yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis esterester kolesterol. 2) Pancreatic juice Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzimenzim dalam usus halus. 3) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu : a) Pengaturan saraf b) Pengaturan hormonal 32 4) Fungsi endokrin pankreas Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompokkelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata. Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersamasama membentuk organ endokrin. (Price, 2006). 4. Etiologi Klasifikasi etiologis diabetes mellitus: a. Diabetes mellitus tipe I IDDM (insulin dependent diabetes mellitus)atau diabetes melitus tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses auto imunne ( Smeltzer & Bare, 2001 ). b. Diabetes mellitus tipe II NIDDM (non insulin dependent diabetes melitus)atau diabetes melitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu mengimbangi resisteni insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defesiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurang sekresi insulin pada ransangan glukosa bersama bahan perangsang 33 sekresi insulin lain. Berarti sel B pankreas mengalami distensitisasi terhadap glukosa ( Mansjoer, 2001 ). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi DM tipe II: 1) Faktor Genetik (Keturunan) karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel-sel betha pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominan sehingga mampengaruhi mempengaruhi sel betha mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin ( Smeltzer & Bare, 2001 ). 2) Usia Usia menjadi pencetus penyakit diabetes mellitus, hal ini terjadi karena proses menua berjalan setelah berusia 30 tahun, secara fisik memberikan akibat terhadap susunan komposisi tubuh. Perubahan fisik karena perubahan komposisi tubuh yang menyertai pertambahan umur umumnya bersifat fisiologis seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa, dan penurunan fungsi berbagai organ termasuk fungsi homeostatis glukosa. Proses menua yang berlangsung setelah umur 30 tahun akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimiawi, salah satu contoh adalah kerusakan homeostatis 34 glukosa. Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut diduga karena menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas, ahli lain menemukan kenaikan glukosa darah disebabkan karena resistensi insulin yang disebabkan oleh perubahan komposisi tubuh, turunnya aktivitas fisik, perubahan pola makan, dan perubahan neuro-hormonal ( Smeltzer & Bare, 2001 ). 3) Pola Makan Yang Salah Makan secara berlebihan dalam jangka waktu lama dapat memicu diabetes. Terutama jika asupan kalori berlebihan, karena dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam mengeluarkan insulin. Asupan lemak trans dan lemak jenuh juga berperan. Beberapa sumber lemak trans antara lain margarin, makanan cepat saji, cake, pie dan lain sebagainya( Smeltzer & Bare, 2001 ). 4) Stress Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar seretonin otak. Seretonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stressnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya sehingga beresiko terkena diabetes mellitus. 35 5) Obesitas Disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sedangkan cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh sangat berlebihan ( Smeltzer & Bare, 2001 ). 5. Manifestasi Klinik Banyak tanda dan gejala awal NIDDM yang memungkinkan samar-samar dan tidak spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya sebagai hal yang tidak penting dan mengabaikan untuk mencari perawatan. Oleh karena itu, pada lansia diagnosis aktual diabetes sering dibuat ketika penyakit telah mencapai tahap lanjut atau telah di picu oleh masalah kesehatan lain. Retinopati (perubahan patologis pada bagian dalam mata) dapat dideteksi selama pemeriksaan mata rutin, sebagai awal untuk pemeriksaan diagnostik lebih lanjut. Peninggian nilai-nilai laboratoriumyang ditemukan selama hospitalisasi dapat juga menjadi awal untuk evaluasi lebih detail dalam mengungkapkannya adanya NIDDM. Adanya perubahan status kesehatan yang persisten harus diselidiki. Peningkatan berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang jelas (polifagia), dan kerentanan terhadap infeksi (khususnya jamur) adalah indikator-indikator yang sering muncul dari penyakit ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat yang bervariasi pada lansia. Penglihatan kabur, yang yang di akibatkan 36 dariefek hiperglikemia pada lensa okuler, mungkin tidak dapat di kenali sebagai gejala Diabetes Mellitus pada lansia ( Beare, 2007). 6. Komplikasi Komplikasi Diabetes Mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik (FKUI, 2000) : a. Komplikasi Akut 1) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHN) Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosik dan asidosis pada KHN. 2) Diabetes Ketoasidosis (DKA) Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu pengalaman penyakit DM. Diabetik katoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. 3) Hipoglikemia Hipoglikemia( kadar glukosa plasma < 60 mg/dl) terjadi pada pasien yang mendapatkan insulin atau agen hipoglikemik oral, dimana terdapat kelebihan insulin yang relatif banyak daripada intake makanan atau pemakaian energi. 37 b. Komplikasi kronik Penyulit kronik Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh tubuh (angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2: makro-angiopati (makrovaskular) dan mikroangiopati (mikrovaskular). 1) Mikrovaskular a) Penyakit ginjal Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi ginjal. Semuanya ini disebabkan oleh factor infeksi yang berulangulang yang sering timbul pada Diabetes Mellitus, dan adanya penyempitan pembuluh darah kapiler yang disebut mikroangiopati diabetik di dalam ginjal. b) Penyakit mata (katarak) Penyakit Diabetes Mellitus dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih), lensa yang keruh ini dinamakan katarak. Komplikasi menahun pada mata yang lain adalah meningkatnya tekanan bola mata yang disebut glaukoma. Keadaan yang akhirnya akan timbul, biasanya sesudah 10-15 tahun mengidap Diabetes Mellitus adalah 38 terganggu nya alat penerima sinar atau retina yang disebut retinopati diabetik. Pada retinopati diabetik, penyempitan pembuluh darah kapiler yang disetai eksudasi dan perdarahan pada retina penderita Diabetes Mellitus, terdapat kebocoran pada pembuluh darah kapiler ( pembuluh darah halus ). Karena kebocoran ini, timbulah perdarahan serta keluarnya cairan dari pembuluh darah yang disebut eksudat (melalui proses eksudasi ). Darah dan eksudat inilah yang akan menutup sinar yang menuju ke retina, sehingga mata penderita menjadi kabur, yang tidak bias sembuh dengan kaca mata, bahkan menjadi buta. c) Neuropati Diabetes Mellitus dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, system saraf otonom, Medulla spinalis, atau system saraf pusat. Akumulasi sorbital danperubahan perubahan metabolic lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf . 2) Makrovaskular b) Penyakit jantung koroner Penderita Diabetes Mellitus lebih mudah menderita penyakit jantung koroner, disebabkan oleh yaitu penyempitan penyakit pembuluh jantung darah yang koroner. 39 Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang memberikan makanan otot ke jantung. Jika pembuluh darah koroner ini menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dari makanan. Otot jantung menjadi lemah, atau sebagian otot jantung mati, keadaan inilah yang di sebut infark jantung atau infark miokard akut. c) Pembuluh darah kaki Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai (makroangiopati diabetik), tungkai akan lebih mudah mengalami ganggren diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar, penderita Diabetes Mellitus akan merasa tungkai nya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu, karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten. d) Pembuluh darah otak Sumbatan (thrombosis) di pembuluh darah otak dapat meberi gejala: (1) Lumpuh atau lemah separo. (2) Bila yang lumpuh sebelah kanan, sering kali disertai dengan gangguan bicara bahkan dapat bisu (pelo = pelat ). 40 (3) Bila sumbatan timbul di daerah yang penting, penderita dapat meninggal dunia secara mendadak. 7. Pathofisiologi Insulin dan glucagon dalam pancreas, yang merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau-pulau sel yang terletak menyebar dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel-sel endokrin, yaitu sel alpha yang memproduksi glucagon, sel beta yang mensekresi insulin, sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin pancreas. Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolotik. Dalam keadaan normal jam terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan otot yang disebut proses glokogenesis. Proses ini mencegah terjadinya hiperglikemi (kadar glukosa darah >110 mg/dl). Jika terjadi kekurangan insulin maka menyebabkan perubahan metabolism yang menyebabkan hiperglikemi, antara lain : a. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang b. Glukogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah c. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati akan dicurahkan secara terus-menerus d. Glukogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dan basil pemecahan asam amino dan lemak 41 Pada pasien Diabetes Mellitus, kadar glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin yang berlebihan ( poliuri) maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat (poliphagi).. Akibat sel-sel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati membrane sel, maka pasien akan cepat lemah ( Smeltzer & Bare, 2001 ). 8. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain, ( Beare, 2007 ) : a. Pemeriksaan gula darah Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua. Penyesuaian batas normal untuk kadar glukosa darah 2 jam setelah makan yang telah diajukan adalah 140-200 mg/dl. Kadar gula darah puasa yang dapatditerima untuk lansi adalah kurang dari 140 mg/dl. b. Pemeriksaan dengan Hb Dilakukan untuk pengobatan DM jangka lama yang merupakan fib minor sebagai hasil dari glikolisis normal. 42 c. Pemeriksaan urine Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah, tapi biasa nya fungsi ginjal dan kandung kemih berubah membuat tes urine untuk glukosa menjadi kurang dapat diandalkan pada lansia yang berusia diatas 65 tahun. 9. Penatalaksanaan a. Farmakologi 1) Obat Hipoglikemik oral a) Golongan sulfonylurea/ sulfonyl ureas Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan obat golongan lain, yaitu bigunaid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel betapankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2. b) Golongan biguanet/Metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer ). Dianjurkan pada pasien dengan kelebihan berat badan. c) Golongan inhibitor Alfa Glukosidase Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula 43 sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien kadar gula puasa yang masih normal. 2) Insulin Tujuan terapi insulin adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan. ( Beare, 2007). a) Indikasi insulin Injeksi insulin juga diberikan pada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat- obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontra indikasi dengan obat- obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktet, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat di control dengan pengendalian Diet. b) Jenis insulin i) Insulin kerja cepat Jenis- jenisnya adalah regular insulin, critalin zink, dan semilente ii) Insulin kerja sedang Jenis- jenisnya adalah NPH (Netral Protamin Hagerdon). 44 iii)Insulin kerja lambat Jenis- jenis nya adalah PZI (Protamin Zink Insulin). b. Non farmakologi 1) Diet Salah perencanaan satu pilar makan. utama Walaupun pengelolaan telah DM mendapat adalah tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet dan pengendalian berat badan yang merupakan dasar dari penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini: a) Memberikan semua unsur makanan esensial ( missal : vitamin dan mineral ). b) Mencapai dan mempertahanan berat badan yang sesuai c) Memenuhi kebutuhan energi d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara- cara yang aman dan praktis. e) Menurunkan makan pada penderita DM. 45 2) Pencernaan makan pada penderita DM a) Kebutuhan kalori Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah. b) Karbohidrat Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks ( khususnya yang berserat tinggi ) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta/ mie yang berasal dari gandum bekatul. Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain dari pada dikonsumsi secara terpisah. c) Lemak Pembatasan asupan total kolestrol dari makanan hingga kurang dari 300 mg/ hr untuk membantu mengurangi factor resiko, seperti kenaikan kadar kolestrol serum yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian pada penderita DM. 46 d) Protein Makanan sumber protein nabati (missal : kacang- kacangan dan biji- bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolestrol serta lemak jenuh (Brunner & Suddarth). 3) Olahraga Lansia dengan Diabetes Mellitus, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. 47 10. PATHWAYS 48 D. Proses keperawatan keluarga 1. Pengkajian Keluarga proses pengkajian keperawatan keluarga terbagi kedalam tahaptahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur lingkungan, fungsi keluarga dan koping keluarga. ( Friedman, 1998 ) a. Mengidentifikasi Data Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluraga maupum sosial yang merupakan sistem integritas dan kesanggupan untuk mengatasinya ( Friedman, 1998 ). Pengumpulan data difokuskan dalam komponen-komponen yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus. b. Data Identifikasi 1) Umur Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama mereka yang berat badanya berlebih karena tubuh tidak peka dengan insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes. 49 2) Jenis kelamin Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang diabetes mellitus bila dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya diabetes seperti obesitas saat kehamilan, stress, kelelahan, serta makanan yang tidak terkontrol. 3) Pekerjaan Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita diabetes. Salah satu penyebab ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya keuangan. 4) Pendidikan Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik pada penggolaan penderita diabetes mellitus dan akibatnya serta pentignya fasilitas pelayanan kesehatan. 5) Hubungan ( genogram ) Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota keluarga yang menderita diabetes. Resiko juga meningkat pada keadaan kembar monozigot dan autosomal dominan. 50 6) Tipe atau bentuk keluarga Keluarga dengan bentuk extendedfamily yang mempunyai riwayat penyakit diabetes lebih cenderung menderita diabetes dari pada keluarga yang ukuranya lebih kecil dan tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus. 7) Latar belakang atau kebiasaan keluarga a) Kebiasan makan Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengandung protein, gula, lemak, garam dan mengandung sedikit serat. Pola makan seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit diabetes mellitus. b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting dalam pengelolaan pasien dengan diabetes mellitus. fasilitas kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang besar terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga yang anggota keluarga menderita diabetes mellitus. Bila keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin mereka akan melakukan kontrol dan memeriksakan dirinya secara teratur apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan 51 terdekat. pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya akan memeriksakan kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan adanya gejala-gejala yang terkait dengan diabetes mellitus. c) Pengobatan tradisional Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu tradisional. Namun perlu diperhatikan dalam melakukan pengobatan tersebut harus kontrol teratur agar pengobatanya berhasil, namun maoritas penderita diabetes mellitus telah memanfaatkan pengobatan modern untuk mengatasi gejala dan keluhan DM. Pengobatan tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan: buah mengkudu yang telah masak 2 buah, dicuci dan diparut, lalu diberi air garam 1 sendok makan. Campuran ini diperas dan disaring. Minumlah sesudah makan 2-3 kali sehari 2 sendok makan. Cara yang kedua daun lidah buaya 2 pelepah dibuang durinya, dicuci bersih dan di potong-potong lalu di rebus dalam air 3 gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring lalu diminum sesudah makan 2-3 kali sehari setengah gelas. 8) Status sosial ekonomi Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena faktor lingkungan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, 52 berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stress berperan penting sebagai pemicu diabetes mellitus. c. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah diabetes mellitus adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degenerative yaitu suatu keadaan dimana fungsi system organ tubuh menurun, termasuk penurunan fungsi sel beta pankreas. 2) Riwayat Kesehatan Keluarga Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan penyakit yang lain, misalnya riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, hipertensi, penyakit ginjal,stroke dan lain-lain. d. Data Lingkup 1) Karateristik Rumah Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau pencahayaan yang kurang, keadaan lantai yang licin, merupakan faktor resiko injuri karena pada penderita DM lanjut akan mengalami gangguan pada system presepsi sensori terutama visual seperti pandangan kabur. 53 2) Kareteristik tetangga dan komunitas setempat a) Perkumpulan keluarga dengan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitar. b) Fasilitas pelayanan kesehatan Adanya pelayanan kesehatan sangat menentukan pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan. Tapi jalan yang rusak ,tempat pelayanan yang jauh dan sulit dijangkau akan menghambat keluarga menuju tempat fasilitas kesehatan. c) Fasilitas transportasi Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap kemampun keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. d) System pendukung Pengelolaan pasien yang menderita diabetes mellitus di keluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang mederita Diabetes Mellitus. 54 e) Struktur keluarga (1) Pola komunikasi Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan merupakan tugas anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang menjadi pemicu terjadinya suatau masalah kesehatan. (2) Struktur kekuatan keluarga Pola masyarkat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang lebih dominan adalah partikal yaitu pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah. (3) Struktur peran Peran dan status seseorang dalam keluarga dan masyarakat mempengaruhi keluarga terbagi gaya hidupnya, peran dalam dalam peran sebagai suami,ayah,istri,ibu,anak,kakak,adik,cucu,dan lain-lain. (4) Nilai-nilai dalam keluarga Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang bertentangan dengan masalah DM seperti halnya pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan. 55 e. Fungsi Keluarga 1) Fungsi afektif Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memperhatikan keluarga yang menderita diabetes mellitus akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut. 2) Fungsi sosialisasi Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus untuk berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya penderita diabetes mellitus akan kehilangan semangat oleh karena masa jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup. 3) Fungsi perawatan kesehatan Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penannganan masalah Diabetes Mellitus : a) Mengenal masalah kesehatan keluarga Ketidaksanggupan keluarga untuk mengenal masalah paa diabetes mellitus. Apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah diabetes mellitus, penyakit ini akan menyebabkan komplikasi. 56 b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang sifat,berat,dan luasnya masalah yang dihadapi dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyalit diabetes mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi. c) Merawat anggota keluarga yang sakit. Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak amengetahui keadaan penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan penggelolaan pada diabetes mellitus. d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan. Ini dapat menjadi pengaruh pada kesehatan. Ketidak mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga tidak mencukupi, diantaranya adalah masalah biaya. e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan. Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah DM. Agar penderita dapat memeriksakan kesehatannya secara rutin dan sebagai tempat jika ada keluhan. 4) Fungsi Reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: Berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan 57 jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. 5) Fungsi Ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan, sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. f. Koping Keluarga Pengkajian koping keluarga meliputi : 1) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh keluarga. 2) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang dihadapi. 3) Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta strategi koping internal dan eksternal yang digunakan oleh keluarga. 4) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga. Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan, perlakukan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak, pseudomutualitas, triangling dan otoritarisme. 58 b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan seluruh anggota keluarga. c. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 2. Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes mellitus antara lain ( Doengoes, 2000) : a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan dibutuhkan oleh masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan 10-20 % atau lebih dari yang diharapkan, kelemahan, diare. Yang berhubungan dengan : 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan 2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan 5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. b. Intoleransi aktivitas 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 59 4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan 5) ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatn yang ada. c. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan pengeluaran urine, kelemahan, mudah haus, penurunan BB, kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit jelek, hipotensi, takhikardia, pelambatan pengisian kapiler. Berhubungan dengan : 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan mengenai kekurangan volume cairan. 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat. 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan. 5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. d. Resikio tinggi terhadap peresepsi perubahan presepsi sensori, dapat diterapkan adanya tanda dan gejala untuk membuat diagnosa aktual berhubungan dengan: 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 60 4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan 5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan : 1) Ketidakmampuan keluarga mengenal maslah kesehatan 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat 3) Ketidakmampuan merawat keluarga yang sakit 4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunujang kesehatan 5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas keluarga yang ada. 3. Rencana Keperawatan a. Menyusun prioritas Setelah menentukan diagnosa keperawatan selanjutnya melakukan prioritas masalah keperawatan. Hal – hal yang peru diperhatikan. Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga tidak dapat diatasi sekaligus. 1) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan 2) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keluarga yang diberikan 61 3) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi 4) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga atau keperawatan keluarga 5) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga b. Penyusunan tujuan Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien, penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan sumber-sumber, menggambarkan pendekatan alternative untuk memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik dan mengoprasionalkan perencanaan 9 menyusun prioritas dan menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam mengenal masalah ). 1) Tujuan umum Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes mellitus, maka keluarga mampu mengenal masalah DM, mampu mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus. 2) Tujuan khusus Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi atau tidak tambah buruk keadaanya. a) Menentukan kriteria evaluasi 62 Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan tentang masalah kesehatan DM, yaitu pengertian penyebab, tipe, tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus. Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan secara verbal akan mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu keluarga mampu melakukan perawatan diabetes mellitus dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus. b) Menentukan standart evaluasi Penegrtian tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala, perawatan diabetes mellitus. c. Fokus Intervensi 1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh a) Afektif / pengetahuan Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang pengertian, penyebab dan tanda/gejala, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita DM. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar bagi penderita DM. 63 Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang akibat perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita DM. b) Kognitif / sikap Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait perubahan nutrisi. c) Psikomotorik / ketrampilan Demonstrasikan cara diit yang benar pagi penderita DM . Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar pagi penderita DM . Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita DM. 2) Intoleransi aktivitas a) Afektif / pengetahuan Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian, penyebab, tanda gejala intoleransi aktivitas. Berikan informasi kepada keluarga tentang akibat intoleransi aktivitas. b) Kognitif / sikap Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terkait intoleransi aktivitas. c) Psikomotorik / ketrampilan 64 Demontrasikan teknik ROM Motivasi keluarga untuk mengikuti gerakan ROM yang dilakukan dan mempraktekannya di saat ada waktu luang. 3) Kekurangan volume cairan a) Afektif / pengetahuan Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang manifestasi klinik kekurangan cairan sebagai tanda memberatnya penyakit diabetes mellitus. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang cara mengatasi kekurangan volume cairan. b) Kognitif / sikap Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitoring keluaran urine. Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan kesehatan terdekat. c) Psikomotorik / ketrampilan. Anjurkan kepada keluarga klien untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan. Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam mengkonsumsi dan melakukan pengobatan. 65 4) Resiko gangguan presepsi sensori a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang gangguan presepsi sensori visual ( pandangan kabur ) sebagai manifestasi penyakit diabetes mellitus. Anjurkan pasien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke pelayanan kesehatan terdekat. b) Kognitif / sikap Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang adanya penurunan ketajaman penglihatan sebagai manifestasi dari terjadinya komplikasi DM yang lebih lanjut. Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu penglihatan, jika terjadi gangguan pengelihatan. c) Psikomotor / ketrampilan Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut, penggunaan kacamata, dan penggunaan obat. Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan. 5) Resiko infeksi a) Afektif / pengetahuan Berikan pendidikan kesehatan pada klien dengan keluarga tentang adanya resiko tinggi infeksi pada luka penderita DM . 66 Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita DM. b) Kognitif / sikap Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan keluarga agar terhindar dari infeksi. Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstraikan cara perawatan luka yang benar. c) Psikomotorik / ketrampilan Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan agar mendapatkan perawatan luka yang benar. Rujuk ke pelayanan kesehatan. 67 68