BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus yang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi
kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di
sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar
untuk menguasai program pemantauan dan perawatan yang melibatkan
banyak partisipasi klien. Banyak perubahan terkait usia membuat
lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan. ( Beare, 2007).
Penyakit Diabetes mellitus atau sakit gula masih menjadi
persoalan bersama. Bahkan di Indonesia, Penyakit ini masih berada di
posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar yang
menderita penyakit Diabetes setelah Amerika Serikat, China, dan India
(WHO, 2011).
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi,
glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner &
Suddarth, 2002).
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
1
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2001).
Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa diabetes
mellitus adalah penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula darah yang dapat menimbulkan komplikasi mata, ginjal,
saraf dan pembuluh darah.
Ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut diabetes
pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau maturityonset diabetes. Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama
disebut IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau DMTI
(Diabetes Mellites Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan yang kedua
disebut NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau
DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.
Ada jenis lain yaitu Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes),
yang yimbul hanya pada saat hamil. Ada juga jenis diabetes yang
disebabkan oleh karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi disebut
MRDM (Malnutrition related DM) atau (DMTM) Diabetes Mellitus
Terkait Malnutrisi (FKUI, 2000).
Perkembangan kasus Diabetes di Indonesia mengalami
kenaikan jumlahnya. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO,
2011) memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus di
2
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030. Demikian juga halnya dengan Badan Federasi Diabetes
Internasional (IDF) pada tahun 2009, memperkirakan kenaikan jumlah
penyandang diabetes mellitus dari 7,0 juta di tahun 2009 menjadi 12,0
juta tahun 2030. “Meskipun terdapat perbedaan angka prevelensi,
laporan
keduanya
menunjukan
adanya
peningkatan
jumlah
penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita
usia 45-64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus
Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2. Sedangkan usia
>65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI
(Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392
DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2
( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010 )
Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit yang dapat
menurun, jika dalam sebuah keluarga terdapat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus maka kemungkinan besar akan menurun,
kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan dapat menjadi
masalah serius karena keluarga tidak dapat menjalankan 5 tugas
keluarga, misalnya keluarga tidak mengerti bagaimana cara melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit, tidak mampu
3
memanfaatkan fasilitas kesehatan, tidak membuat keputusan dan
mengambil keputusan yang tepat, tidak mampu memberikan
lingkungan yang tepat, sehingga pada keluarga yang mempunyai
anggota keluarga yang memiliki penyakit Diabetes Mellitus harus
mendapatkan perhatian yang cukup agar Keluarga memahami konsep
dasar Diabetes Mellitus serta mencegah komplikasi dari Diabetes
Mellitus.
Masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, dalam
mengambil keputusan dan memecahkan masalah tersebut adalah
kepala keluarga dan anggota yang dituakan. Dalam mengatasi masalah
ini peran perawat kesehatan adalah memberikan keperawatan keluarga
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut (Friedman, 1998 ).
Keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan
anggotanya, termasuk mengenal masalah tentang Diabetes Mellitus,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,
memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
mempertahankan suasana rumah yang kondusif bagi kesehatan
(Friedman, 1998 )
4
Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan keluarga dengan
memberikan asuhan keperawatan untuk ” Asuhan Keperawatan
Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia
Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari Kecamatan
Mranggen
Kabupaten
Demak
“dengan
pendekatan
proses
keperawatan.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memaparkan Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. M Tahap
Perkembangan
Remaja
Dengan
Lansia
Diabetes
Mellitus
Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,
Kabupaten Demak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi
pengkajian
Keluarga
Ny.
M
Tahap
Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus
Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,
Kabupaten Demak.
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada
Keluarga Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia
Diabetes Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari,
Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
5
c. Mengidentifikasi rencana keperawatan secara langsung Keluarga
Ny. M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes
Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan
Mranggen, Kabupaten Demak.
d. Mengidentifikasi
tindakan
keperawatan
dalam
rangka
memandirikan keluarga dalam melaksanakan tugas Keluarga Ny.
M Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes
Mellitus Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan
Mranggen, Kabupaten Demak.
e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Keluarga Ny. M
Tahap Perkembangan Remaja Dengan Lansia Diabetes Mellitus
Khususnya Ny. J Di Desa Batursari, Kecamatan Mranggen,
Kabupaten Demak.
C. Metode Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode diskriptif
dengan pendekatan studi kasus yaitu pendekatan proses keperawatan
yang meliputi : pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan beberapa teknik penulisan,
adalah sebagai berikut :
6
1. Wawancara
Dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada beberapa
anggota keluarga untuk memperoleh data subyektif.
2. Observasi
Mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien
serta pengembangan sambil melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga lansia selama observasi.
3. Studi Kepustakaan
Cara pengumpulan data yang digunakan sebagai konsep dasar
dalam asuhan keperawatan dan menyelesaikan masalah dalam
pembahasan.
4. Studi kasus di keluarga
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengkajian pada
keluarga, biasa dilakukan dengan observasi,pemeriksaan fisik
ataupun wawancara sesuai kasus yang ada di dalam keluarga.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan asuhan keperawatan keluarga ini di bagi
dalam 5 bab, yaitu:
BAB I
: Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
7
BAB II
: Tinjauan pustaka berisi konsep dasar keluarga, Tumbuh
kembang tahap VIII, konsep dasar Diabetes Mellitus,dan
proses keperawatan keluarga.
BAB III : Tinjauan kasus berisi tentang asuhan keperawatn keluarga
Ny.M khususnya pada Ny.J dengan DM yang dimulai dari
pengkajian,
analisa
perencanaan/intervensi,
data,
diagnose
keperawatan,
pelaksanaan/ implementasi dan
evaluasi.
BAB IV : Pembahasan berisi tentang tinjauan kasus berdasarkan teori
keperawatan dan penyakit, justifikasi di setiap tahapan
proses asuhan keperawatan.
BAB V
: penutup berisi kesimpulan dan saran.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai
tujuan bersama (Friedman, 1998).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes
R.I, 1998).
2. Struktur Keluarga.
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
1) Bersifat terbuka dan jujur
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) Berpikiran positif
9
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau
pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik,
melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai
suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
Beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka
entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.
c. Struktur kekuatan.
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain ke arah positif.
10
d. Nilai-nilai keluarga.
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Friedman(1998) :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang hidup
dalam rumah tangga yang sama.
a) Keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama.
b) Keluarga-keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua
tiri.
2) Pasangan inti
Terdiri dari suami istri tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal
bersama mereka.
a) Karier tunggal.
b) Keduanya berkarier dibedakan menjadi karier istri terus
berlangsung dan karier istri terganggu.
11
3) Keluarga dengan orang tua tunggal
Adalah satu yang mengepalai sebagai konsekuensi dari perceraian,
ditinggal atau pisah.
a) Bekerja atau berkarier.
b) Tidak bekerja
4) Bujangan dewasa yang tinggal sendirian
5) Keluarga besar 3 generasi
6) Pasangan usia pertengahan atau lansia
suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal diruamah (anak sudah
kuliah, bekerja, atau kawin).
7) Jaringan keluarga besar
Dua keluarga inti atau lebih dari kerabat primer atau anggota
keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis dan dalam sistem presiprokal atau tukar menukar barang
dan jasa.
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah (biasanya
terdiri dari ibu dan anak saja)
2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah
3) Pasangan kumpul kebo
4) Keluarga Gay atau lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
12
5) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih dari
satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang
sama.
4. Tahap dan Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (1998).
a. Tahap I (Keluarga pemula)
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang
tua).
b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak)
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4) Memperluas
persahabatan
dengan
keluarga
besar
dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.
c. Tahap III (Keluarga dengan anak usia prasekolah)
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
13
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (Hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dad anak) dan di luar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah)
1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja)
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Tahap VI (Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda)
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
14
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
maupun istri.
g. Tahap VII (Orang tua usia pertengahan)
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang saling memuaskan
dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Tahap VIII (Keluarga dalam masa pensiun dan lansia)
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan.
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( Penelaahan dan
integrasi hidup).
5. Fungsi keluarga
Friedman (1998) membedakan fungsi keluarga menjadi lima yaitu :
a. Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial keluarga.
15
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social
placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi
Reproduksi
(reproductive
function)
:
Fungsi
untuk
mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care
function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
6. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan
hubungan
dengan
(menggunakan)
fasilitas
kesehatan masyarakat.
16
B. Tumbuh Kembang Keluarga Tahap VIII
1. Pengertian
Tahap terkhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga
salah satupasangan meninggal, dan berkhir dengan pasangan lain
meninggal (Friedman, 1998).
2. Kehilangan- kehilangan yang lazim bagi lansia dan keluarga
Proses penuaan berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu
kenyataan, maka ada berbagai stressor atau kehilangan- kehilangan yang
dialami oleh mayoritas lansia dan pasangan- pasangan yang mengacaukan
transisi peran mereka. Hal ini meliputi :
a. Ekonomi
Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial,
mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi
(ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah )
b. Perumahan
Sering pindah ketempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian di paksa
pindah ke tatanan institusi.
c. Sosial
Kehilangan (kematian) saudara teman- teman dan pasangan.
17
d. Pekerjaan
Keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan
dalam produktivitas.
e. Kesehatan
Menurunnya fungsi fisik mental dan kognitif, memberikan perawatan
bagi pasangan yang kurang sehat.
3. Tugas- tugas perkembangan keluarga tahap VIII
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan.
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( Penelaahan dan
integrasi hidup).
4. Konsep Lansia
Tahap
dewasa
merupakan
tahap
tubuh
mencapai
titik
perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut karena
berkurangnya jumlah sel-sel yang ada didalam tubuh .sebagai akibatnya
18
tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan –lahan.
Itulah yang dinamakan proses penuaan.
Orang yang lebih tua mengalami masalah dengan berbagai
aktifitas hidup sehari- hari yang termasuk mandi, berpakaian, makan, toilet,
penahanan dan mentrasfer. Masalah-masalah ini kemampuan orang yang
lebih tua sering berdampak terhadap hidup mandiri, karena penurunan
fungsional dimana semua mempengaruhi kualitas hidup individu.
Penuaan adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam, 2008).
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak
tampak mencolok penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia
dan tidak pada semua tubuh mengalami kemunduran pada waktu yang
sama.meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal,
tidak seorang mengetahui secara pasti penyebab penuaan atau mengapa
manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda (Pujiastuti, 2003).
a. Pengertian Lansia
Menurut UU NO. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan
usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.
19
Menua adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahap
terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.
b. Teori Menua :
1) Teori Biologis ( Maryam, 2008 ) :
a) Teori Genetik
(1) Teori Genetik Clock
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.teori ini
didasarkan pada kenyataan kenyataan bahwa spesies-sepesies
tertentu memiliki harapan hidup yang berbeda-beda yang
telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini
berhenti berputar ia akan mati.
(2) Teori Interaksi Seluler
Teori ini menyatakan bahwa sel-sel satu sama lain
saling berinteraksi dan memengaruhi.keafdaan tubuh akan
baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu
hormon,tetapi bila tidak maka akan terjadi kegagalan
mekanisme dimana lama kelamaan sel-sel akan mengalami
degenerasi.
20
(3) Teori Mutagenesis Somotik
Teori ini menyatakan bahwa penuaan terjadi karena
adanya mutasi somotik akibat pengaruh lingkungan yang
buruk.begitu terjadi pembelahan sel akan terjadi mutasi
spontan yang terus menerus berlangsung dan ahirnya
mengarah pada kematian sel.
b) Teori Non Genetik (Pujiastuti, 2003)
(1) Teori Autoimun
Teori ini menyatakan bahwa penuaan diakibatkan
oleh antibodi yang bereaksi terhadap sel normal dan
merusaknya.reaksi
ini
terjadi
karena
tubuh
gagal
mengenal sel yang normal ,dan memproduksi sel yang
salah.
Hal ini yang mendasari peningkatan penyakit auto
imun pada usia lanjut.ada jaringan tertentu yng tidak tahu
terhadap sel tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
(2) Teori Radikal Bebas
Redikal bebas merupakan suatu atom atau
molekul yang tidak stabil karena mempunyaielektron
yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat
21
atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai
kerusakan atau perubahan pada tubuh.
Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan
oleh
hormon.perubahan
hormon
pada
penuaan
disebabkan oleh radikal bebas dan akan menimbulkan
efek patologis seperti kanker.
(3) Teori Pembatasan Energi
Program pembatasan energi ditujukan untuk
mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa
tahun sampai efesiensi metabolisme tercapai untuk hidup
sehat
dan
panjang
mempengaruhi
umur.tinggi
perkembangan
rendahnya
umur
dan
diet
adanya
penyakit.termasuk dalam program diet adalah pantangan
merokok,
minum
alkohol,
dan
mengendalikan
penyebabstres seperti kecemasan, frustrasi,atau stres yang
diakibatkan oleh kerja keras.
c. Perubahan sistem endokrin pada lansia
Penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh
karena menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon.
Pria dan wanita pada akhir masa dewasa mengalami perubahan-perubahan
dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya kekurangan
hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada
22
wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi
yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya
merupakan prosesilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi
secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar
biasa, kecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya
kemampuan seksualitasnya.Terdapat pula penurunan kadar hormon
testosteronnya ( Beare, 2007 ).
Perubahan pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses
penuaan, yaitu:
1) Produksi hormon hampir semuanya menurun.
2) Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah.
3) Menurunnya aktivitas tiroid
4) Menurunnya produksi aldosteron
5) Menurunnya sekresi hormon : progesteron, estrogen, testosteron.
6) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan
jiwa (stress ).
23
Penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses
penuaan, yaitu:
1) Menopouse
Menopouse adalah berhentinya haid. Menopouse menurut
pengertian awam adalah perubahan masa muda ke masa
tua.Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium
merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Periode
mendahului menopouse ditandai oleh perubahan somatif dan
psikologik. Hal tersebut mencerminkan perubahan normal yang
terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan, periode ini
sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling
sering terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid
yang tidak teratur.Meskipun menopouse atau tidak lagi datang
haid, terjadi setelah terhentinya fungsi ovarium merupakan
keadaan yang paling dapat diidentifikasi, namun periode
sebelum dan 10 tahun setelah menopause mempunyai arti klinis
yang lebih penting. Periode transisi ini biasanya berlangsung sampai
periode pasca menopouse. Periode pascamenopouse biasanya disertai
dengan insidensi kondisi kelainan yang erathubungannya dengan
usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatanginekologik
pada wanita pasca menopouse perlu mengetahui tentang
seluk beluk pengobatan pengganti hormon.
24
2) Andropouse
Pada laki-laki tua, testis masih berfungsi memproduksi
sperma
dan
hormon
testosteron
meskipun
jumlahnya
tidak sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen
berhenti
mendadak,
sedangkan
pada
laki-laki
dengan
meningkatnya usia, produksi testosterone turun perlahan-lahan,
sehingga membuat definisi andropouse pada laki-lakisedikit
sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun
relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan
yang berarti.Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan
tidak segera muncul.Keluhan dapat muncul setelah beberapa
tahun kemudian. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki
masih saja, aktif baik secara fisik maupun seksual, bahakan tidak
jarang masih dapat mendapatkan keturunan.
3) Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima
kondisi kronis paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak
dapat di sembuhkan. Alih-alih, lansia dengan diabetes Mellitus
harus belajar untuk menguasai program pemantauan dan
perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak
perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi
rencana keperawatan. ( Beare, 2007).
25
C. Konsep Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang di sebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative
(Suyono, 1999).
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop electron (Mansjoer, 2001).
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah/hiperglikemi,
glukosa secara normalbersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner &
Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus adalah penyakit seumur hidup dimana badan
seseorang
tidak
memproduksi
cukup
insulin
atau
tidak
dapat
menggunakan insulin yang di produksi dengan baik (Johnson, 2005).
26
2. Ada 4 tipe DM (FKUI, 2000)
a. DM tipe 1 atau IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) atau
DMTI (Diabetes Mellites Tergantung Insulin) yaitu keadaan defisiensi
insulin karena tidak adanya sel-sel langerhans.
b. DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)
atau DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) dimana
tidak terjadi defisiensi insulin secara absolute melainkan relative
karena gangguan resistensi insulin.
c. Diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes), yang timbul hanya
pada saat hamil.
d. Diabetes Mellitus Terkait
Malnutrisi (DMTM) atau
MRDM
(Malnutrition related DM) adalah diabetes yang disebabkan oleh
karena kerusakan pancreas akibat kurang gizi.
27
3. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi Pankreas
Gambar 1.1 Anatomi Pankreas
Sumber : http://upload.wikimedia.org
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan
panjang dan 12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari
atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan
oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat
diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan
eksokrin (price, 2006).
28
a. Struktur Pankreas terdiri dari :
1) Kepala pankreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah
kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang
praktis melingkarinya.
2) Badan pankreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di
belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.
3) Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang
sebenarnya menyentuh limfa.
b. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil
sekresi pankreas ke dalam duodenum :
1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus,
kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi.
2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam
duodenum di sebelah atas sphincter oddi.
c. Jaringan pankreas
Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :
1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam
duodenum
29
2) Pulau langerhans
d. Pulau-pulau langerhans
1) Hormon-hormon yang dihasilkan :
a) Insulin
Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang
dihubungkan oleh gambaran disulfide.
b) Enzim
Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim
dimembran sel yang mengalami internalisasi bersama insulin.
c) Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks.
2) Efek-efek tersebut biasanya dibagi:
a) Efek cepat (detik)
Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel
peka insulin.
b) Efek menengah (menit)
Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein,
pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik.
c) Efek lambat (jam) .
3) Peningkatan
Massenger
Ribonucleic
Acid
(MRNA)
enzim
lipogenik dan enzim lain.
Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar
tergantung dari:
30
a) Ekstraksi glukosa
b) Sintesis glikogen
c) Glikogenesis
4) Glukogen
Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang
mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485 glukogen
merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas
fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.
a) Somatostatin
Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan
polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-pulau
pankreas.
b) Polipeptida pankreas
Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida
linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.
e. Fisiologi
1) Fungsi eksokrin pankreas:
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan
ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la juga
mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang
peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan
oleh lambung ke dalam duodenum.
31
Enzim-enzim
proteolitik
adalah
tripsin,
kamotripsin,
karboksi, peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim
pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang
dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam
nukleat, asam ribonukleat dan deoksinukleat.
Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase
pankreas, yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian besar
karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat,
sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase
pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam
lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis esterester kolesterol.
2) Pancreatic juice
Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari
lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzimenzim dalam usus halus.
3) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :
a) Pengaturan saraf
b) Pengaturan hormonal
32
4) Fungsi endokrin pankreas
Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompokkelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata. Kelompok
ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersamasama membentuk organ endokrin. (Price, 2006).
4. Etiologi
Klasifikasi etiologis diabetes mellitus:
a. Diabetes mellitus tipe I
IDDM (insulin dependent diabetes mellitus)atau diabetes
melitus tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel B pulau
langerhans akibat proses auto imunne ( Smeltzer & Bare, 2001 ).
b. Diabetes mellitus tipe II
NIDDM (non insulin dependent diabetes melitus)atau diabetes
melitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu
mengimbangi resisteni insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defesiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurang
sekresi insulin pada ransangan glukosa bersama bahan perangsang
33
sekresi insulin lain. Berarti sel B pankreas mengalami distensitisasi
terhadap glukosa ( Mansjoer, 2001 ).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi DM tipe II:
1) Faktor Genetik (Keturunan)
karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel-sel betha
pancreas yang bersifat genetic dan diturunkan secara autosom
dominan sehingga mampengaruhi mempengaruhi sel betha
mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan
rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin ( Smeltzer
& Bare, 2001 ).
2) Usia
Usia menjadi pencetus penyakit diabetes mellitus, hal ini
terjadi karena proses menua berjalan setelah berusia 30 tahun,
secara fisik memberikan akibat terhadap susunan komposisi tubuh.
Perubahan fisik karena perubahan komposisi tubuh yang
menyertai pertambahan umur umumnya bersifat fisiologis seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan
otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa, dan
penurunan fungsi berbagai organ termasuk fungsi homeostatis
glukosa. Proses menua yang berlangsung setelah umur 30 tahun
akan
mengakibatkan
perubahan
anatomis,
fisiologis
dan
biokimiawi, salah satu contoh adalah kerusakan homeostatis
34
glukosa. Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut
diduga karena menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas,
ahli lain menemukan kenaikan glukosa darah disebabkan karena
resistensi insulin yang disebabkan oleh perubahan komposisi
tubuh, turunnya aktivitas fisik, perubahan pola makan, dan
perubahan neuro-hormonal ( Smeltzer & Bare, 2001 ).
3) Pola Makan Yang Salah
Makan secara berlebihan dalam jangka waktu lama dapat
memicu diabetes. Terutama jika asupan kalori berlebihan, karena
dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam
mengeluarkan insulin. Asupan lemak trans dan lemak jenuh juga
berperan. Beberapa sumber lemak trans antara lain margarin,
makanan cepat saji, cake, pie dan lain sebagainya( Smeltzer &
Bare, 2001 ).
4) Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari
makanan
yang
manis-manis
dan
berlemak
tinggi
untuk
meningkatkan kadar seretonin otak. Seretonin ini memiliki efek
penenang sementara untuk meredakan stressnya. Tetapi gula dan
lemak itulah yang berbahaya sehingga beresiko terkena diabetes
mellitus.
35
5) Obesitas
Disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sedangkan
cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh sangat berlebihan (
Smeltzer & Bare, 2001 ).
5. Manifestasi Klinik
Banyak tanda dan gejala awal NIDDM yang memungkinkan
samar-samar dan tidak spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya
sebagai hal yang tidak penting
dan mengabaikan untuk mencari
perawatan. Oleh karena itu, pada lansia diagnosis aktual diabetes sering
dibuat ketika penyakit telah mencapai tahap lanjut atau telah di picu oleh
masalah kesehatan lain. Retinopati (perubahan patologis pada bagian
dalam mata) dapat dideteksi selama pemeriksaan mata rutin, sebagai awal
untuk pemeriksaan diagnostik lebih lanjut. Peninggian nilai-nilai
laboratoriumyang ditemukan selama hospitalisasi
dapat juga menjadi
awal untuk evaluasi lebih detail dalam mengungkapkannya adanya
NIDDM.
Adanya perubahan status kesehatan yang persisten harus
diselidiki. Peningkatan berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan
(polidipsia), rasa lapar yang jelas (polifagia), dan kerentanan terhadap
infeksi (khususnya jamur) adalah indikator-indikator yang sering muncul
dari penyakit ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat
yang bervariasi pada lansia. Penglihatan kabur, yang yang di akibatkan
36
dariefek hiperglikemia pada lensa okuler, mungkin tidak dapat di kenali
sebagai gejala Diabetes Mellitus pada lansia ( Beare, 2007).
6. Komplikasi
Komplikasi Diabetes Mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi
akut dan komplikasi kronik (FKUI, 2000) :
a. Komplikasi Akut
1) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHN)
Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang
didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai
perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya
dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosik dan asidosis pada KHN.
2) Diabetes Ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan
akut dari suatu pengalaman penyakit DM. Diabetik katoasidosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia( kadar glukosa plasma < 60 mg/dl) terjadi
pada pasien yang mendapatkan insulin atau agen hipoglikemik oral,
dimana terdapat kelebihan insulin yang relatif banyak daripada
intake makanan atau pemakaian energi.
37
b. Komplikasi kronik
Penyulit kronik Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada
semua pembuluh darah di seluruh tubuh (angiopati diabetik). Untuk
kemudahan,
angiopati
diabetik
dibagi
2:
makro-angiopati
(makrovaskular) dan mikroangiopati (mikrovaskular).
1) Mikrovaskular
a) Penyakit ginjal
Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan
tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi ginjal.
Semuanya ini disebabkan oleh factor infeksi yang berulangulang yang sering timbul pada Diabetes Mellitus, dan adanya
penyempitan
pembuluh
darah
kapiler
yang
disebut
mikroangiopati diabetik di dalam ginjal.
b) Penyakit mata (katarak)
Penyakit Diabetes Mellitus dapat menyebabkan lensa
mata menjadi keruh (tampak putih), lensa yang keruh ini
dinamakan katarak. Komplikasi menahun pada mata yang lain
adalah meningkatnya tekanan bola mata yang disebut
glaukoma. Keadaan yang akhirnya akan timbul, biasanya
sesudah 10-15 tahun mengidap Diabetes Mellitus adalah
38
terganggu nya alat penerima sinar atau retina yang disebut
retinopati diabetik. Pada retinopati diabetik, penyempitan
pembuluh darah kapiler yang disetai eksudasi dan perdarahan
pada retina penderita Diabetes Mellitus, terdapat kebocoran
pada pembuluh darah kapiler ( pembuluh darah halus ). Karena
kebocoran ini, timbulah perdarahan serta keluarnya cairan dari
pembuluh darah yang disebut eksudat (melalui proses eksudasi
). Darah dan eksudat inilah yang akan menutup sinar yang
menuju ke retina, sehingga mata penderita menjadi kabur, yang
tidak bias sembuh dengan kaca mata, bahkan menjadi buta.
c) Neuropati
Diabetes Mellitus dapat mempengaruhi saraf-saraf
perifer, system saraf otonom, Medulla spinalis, atau system
saraf pusat. Akumulasi sorbital danperubahan perubahan
metabolic lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan
dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi
saraf .
2) Makrovaskular
b) Penyakit jantung koroner
Penderita Diabetes Mellitus lebih mudah menderita
penyakit
jantung koroner,
disebabkan
oleh
yaitu
penyempitan
penyakit
pembuluh
jantung
darah
yang
koroner.
39
Pembuluh
darah
koroner
adalah
pembuluh
darah
yang
memberikan makanan otot ke jantung. Jika pembuluh darah
koroner ini menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen
dari makanan. Otot jantung menjadi lemah, atau sebagian otot
jantung mati, keadaan inilah yang di sebut infark jantung atau
infark miokard akut.
c) Pembuluh darah kaki
Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar
di tungkai (makroangiopati diabetik), tungkai akan lebih mudah
mengalami ganggren diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah
kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila sumbatan terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar, penderita Diabetes Mellitus
akan merasa tungkai nya sakit sesudah ia berjalan pada jarak
tertentu, karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan
disebut claudicatio intermitten.
d) Pembuluh darah otak
Sumbatan (thrombosis) di pembuluh darah otak dapat
meberi gejala:
(1) Lumpuh atau lemah separo.
(2) Bila yang lumpuh sebelah kanan, sering kali disertai dengan
gangguan bicara bahkan dapat bisu (pelo = pelat ).
40
(3) Bila sumbatan timbul di daerah yang penting, penderita
dapat meninggal dunia secara mendadak.
7. Pathofisiologi
Insulin dan glucagon dalam pancreas, yang merupakan kelenjar
eksokrin dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau-pulau sel
yang terletak menyebar dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel-sel endokrin,
yaitu sel alpha yang memproduksi glucagon, sel beta yang mensekresi
insulin, sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin pancreas.
Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolotik.
Dalam keadaan normal jam terdapat insulin, asupan glukosa yang
melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-sel
hati dan otot yang disebut proses glokogenesis. Proses ini mencegah
terjadinya hiperglikemi (kadar glukosa darah >110 mg/dl). Jika terjadi
kekurangan insulin maka menyebabkan perubahan metabolism yang
menyebabkan hiperglikemi, antara lain :
a. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang
b. Glukogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam
darah
c. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan
glukosa hati akan dicurahkan secara terus-menerus
d. Glukogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dan
basil pemecahan asam amino dan lemak
41
Pada pasien Diabetes Mellitus, kadar glukosa dalam darah
meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk insulin/tubuh tidak
dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila kadar
meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi
sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin
yang berlebihan ( poliuri) maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga
nafsu makan meningkat (poliphagi).. Akibat sel-sel starvasi karena
glukosa tidak dapat melewati membrane sel, maka pasien akan cepat
lemah ( Smeltzer & Bare, 2001 ).
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis
antara lain, ( Beare, 2007 ) :
a. Pemeriksaan gula darah
Kadar glukosa darah berubah ketika seseorang menjadi tua.
Penyesuaian batas normal untuk kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan yang telah diajukan adalah 140-200 mg/dl. Kadar gula darah
puasa yang dapatditerima untuk lansi adalah kurang dari 140 mg/dl.
b. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengobatan DM jangka lama yang merupakan
fib minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
42
c. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan
urine
dikombinasikan
dengan
pemeriksaan
glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode
waktu diantara pemeriksaan darah, tapi biasa nya fungsi ginjal dan
kandung kemih berubah membuat tes urine untuk glukosa menjadi
kurang dapat diandalkan pada lansia yang berusia diatas 65 tahun.
9. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Obat Hipoglikemik oral
a) Golongan sulfonylurea/ sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
obat golongan lain, yaitu bigunaid, inhibitor alfa glukosidase
atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel betapankreas,
karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2.
b) Golongan biguanet/Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati
memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer ).
Dianjurkan pada pasien dengan kelebihan berat badan.
c) Golongan inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di
saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula
43
sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien kadar gula puasa yang
masih normal.
2) Insulin
Tujuan terapi insulin adalah untuk mempertahankan kadar
glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan. ( Beare,
2007).
a) Indikasi insulin
Injeksi insulin juga diberikan pada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat- obatan anti DM dengan dosis
maksimal, atau mengalami kontra indikasi dengan obat- obatan
tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis
laktet, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat,
wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat di
control dengan pengendalian Diet.
b) Jenis insulin
i) Insulin kerja cepat
Jenis- jenisnya adalah regular insulin, critalin zink, dan
semilente
ii) Insulin kerja sedang
Jenis- jenisnya adalah NPH (Netral Protamin Hagerdon).
44
iii)Insulin kerja lambat
Jenis- jenis nya adalah PZI (Protamin Zink Insulin).
b. Non farmakologi
1) Diet
Salah
perencanaan
satu
pilar
makan.
utama
Walaupun
pengelolaan
telah
DM
mendapat
adalah
tentang
penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak
melaksanakannya.
Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet dan
pengendalian
berat
badan
yang
merupakan
dasar
dari
penatalaksanaan nutrisi pada penderita DM diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut ini:
a) Memberikan semua unsur makanan esensial ( missal : vitamin
dan mineral ).
b) Mencapai dan mempertahanan berat badan yang sesuai
c) Memenuhi kebutuhan energi
d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara- cara yang aman dan praktis.
e) Menurunkan makan pada penderita DM.
45
2) Pencernaan makan pada penderita DM
a) Kebutuhan kalori
Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori
total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang
sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.
b) Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat
kompleks ( khususnya yang berserat tinggi ) seperti roti,
gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta/ mie yang
berasal dari gandum bekatul.
Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah
yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam
sayuran atau makanan lain dari pada dikonsumsi secara
terpisah.
c) Lemak
Pembatasan asupan total kolestrol dari makanan hingga kurang
dari 300 mg/ hr untuk membantu mengurangi factor resiko,
seperti kenaikan kadar kolestrol serum yang berhubungan
dengan proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan
kematian pada penderita DM.
46
d) Protein
Makanan sumber protein nabati (missal : kacang- kacangan dan
biji- bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan
kolestrol serta lemak jenuh (Brunner & Suddarth).
3) Olahraga
Lansia dengan Diabetes Mellitus, olahraga dapat secara
langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi
kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi.
47
10. PATHWAYS
48
D. Proses keperawatan keluarga
1. Pengkajian Keluarga
proses pengkajian keperawatan keluarga terbagi kedalam tahaptahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data
lingkungan, struktur lingkungan, fungsi keluarga dan koping keluarga. (
Friedman, 1998 )
a. Mengidentifikasi Data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluraga maupum
sosial yang merupakan sistem integritas dan kesanggupan untuk
mengatasinya ( Friedman, 1998 ).
Pengumpulan data difokuskan dalam komponen-komponen yang
berhubungan dengan Diabetes Mellitus.
b. Data Identifikasi
1) Umur
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang
secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40tahun. Diabetes
sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut,
terutama mereka yang berat badanya berlebih karena tubuh tidak
peka dengan insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi resiko
diabetes.
49
2) Jenis kelamin
Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang diabetes
mellitus bila dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita
lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya diabetes
seperti obesitas saat kehamilan, stress, kelelahan, serta makanan yang
tidak terkontrol.
3) Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga
dalam melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga
yang menderita diabetes. Salah satu penyebab ketidakmampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah
tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga,
misalnya keuangan.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena
dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan
psikomotorik pada penggolaan penderita diabetes mellitus dan
akibatnya serta pentignya fasilitas pelayanan kesehatan.
5) Hubungan ( genogram )
Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota
keluarga yang menderita diabetes. Resiko juga meningkat pada
keadaan kembar monozigot dan autosomal dominan.
50
6) Tipe atau bentuk keluarga
Keluarga dengan bentuk extendedfamily yang mempunyai
riwayat penyakit diabetes lebih cenderung menderita diabetes dari
pada keluarga yang ukuranya lebih kecil dan tidak mempunyai
riwayat diabetes mellitus.
7) Latar belakang atau kebiasaan keluarga
a) Kebiasan makan
Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan
tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari
sayuran ke pola makan dengan komposisi makan yang terlalu
banyak mengandung protein, gula, lemak, garam dan mengandung
sedikit serat. Pola makan seperti inilah yang beresiko terjadinya
penyakit diabetes mellitus.
b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan faktor penting
dalam pengelolaan pasien dengan diabetes mellitus. fasilitas
kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang besar
terhadap perawatan dan pengobatan pada keluarga yang anggota
keluarga menderita diabetes mellitus. Bila keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin mereka akan
melakukan kontrol dan memeriksakan dirinya secara teratur
apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan
51
terdekat. pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya akan memeriksakan
kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan adanya
gejala-gejala yang terkait dengan diabetes mellitus.
c) Pengobatan tradisional
Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu
tradisional.
Namun
perlu
diperhatikan
dalam
melakukan
pengobatan tersebut harus kontrol teratur agar pengobatanya
berhasil, namun maoritas penderita diabetes mellitus telah
memanfaatkan pengobatan modern untuk mengatasi gejala dan
keluhan DM. Pengobatan tradisional dapat dilakukan dengan
menggunakan: buah mengkudu yang telah masak 2 buah, dicuci
dan diparut, lalu diberi air garam 1 sendok makan. Campuran ini
diperas dan disaring. Minumlah sesudah makan 2-3 kali sehari 2
sendok makan. Cara yang kedua daun lidah buaya 2 pelepah
dibuang durinya, dicuci bersih dan di potong-potong lalu di rebus
dalam air 3 gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring lalu
diminum sesudah makan 2-3 kali sehari setengah gelas.
8) Status sosial ekonomi
Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga
yang
mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena faktor
lingkungan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan,
52
berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stress berperan penting sebagai
pemicu diabetes mellitus.
c. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami
masalah diabetes mellitus adalah tahap perkembangan keluarga
dengan usia pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi
proses degenerative yaitu suatu keadaan dimana fungsi system organ
tubuh menurun, termasuk penurunan fungsi sel beta pankreas.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan penyakit yang lain,
misalnya riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit ginjal,stroke dan lain-lain.
d. Data Lingkup
1) Karateristik Rumah
Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau
pencahayaan yang kurang, keadaan lantai yang licin, merupakan
faktor resiko injuri karena pada penderita DM lanjut akan mengalami
gangguan pada system presepsi sensori terutama visual seperti
pandangan kabur.
53
2) Kareteristik tetangga dan komunitas setempat
a) Perkumpulan keluarga dengan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
b) Fasilitas pelayanan kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan sangat menentukan pemulihan
kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan. Tapi jalan yang
rusak ,tempat pelayanan yang jauh dan sulit dijangkau akan
menghambat keluarga menuju tempat fasilitas kesehatan.
c) Fasilitas transportasi
Transportasi
yang
memadai
sangat
berpengaruh
terhadap
kemampun keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan.
d) System pendukung
Pengelolaan pasien yang menderita diabetes mellitus di keluarga
sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga,
petugas dari pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan
monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota
keluarga yang mederita Diabetes Mellitus.
54
e) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi
Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan
menimbulkan saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan merupakan
tugas anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress
yang menjadi pemicu terjadinya suatau masalah kesehatan.
(2) Struktur kekuatan keluarga
Pola masyarkat Indonesia kebanyakan pemegang
kekuasaan yang lebih dominan adalah partikal yaitu
pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak ayah.
(3) Struktur peran
Peran dan status seseorang dalam keluarga dan
masyarakat mempengaruhi
keluarga
terbagi
gaya hidupnya, peran dalam
dalam
peran
sebagai
suami,ayah,istri,ibu,anak,kakak,adik,cucu,dan lain-lain.
(4) Nilai-nilai dalam keluarga
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
adalah yang bertentangan dengan masalah DM seperti halnya
pergi ke dukun dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan.
55
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh
individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang
memperhatikan keluarga yang menderita diabetes mellitus akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus untuk berinteraksi dengan
lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya
penderita diabetes mellitus akan kehilangan semangat oleh karena
masa jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penannganan
masalah Diabetes Mellitus :
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidaksanggupan keluarga untuk mengenal masalah paa
diabetes mellitus. Apabila keluarga tidak mampu mengenal
masalah diabetes mellitus, penyakit ini akan menyebabkan
komplikasi.
56
b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak
memahami tentang sifat,berat,dan luasnya masalah yang dihadapi
dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyalit diabetes
mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit.
Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak amengetahui
keadaan penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan penggelolaan
pada diabetes mellitus.
d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan.
Ini dapat menjadi pengaruh pada kesehatan. Ketidak
mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga
tidak mencukupi, diantaranya adalah masalah biaya.
e) Ketidakmampuan
keluarga
dalam
menggunakan
fasilitas
kesehatan.
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang
mempunyai masalah DM. Agar penderita dapat memeriksakan
kesehatannya secara rutin dan sebagai tempat jika ada keluhan.
4) Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah: Berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan
57
jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam
upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah: Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
dan papan, sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
f. Koping Keluarga
Pengkajian koping keluarga meliputi :
1) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami
oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami oleh
keluarga.
2) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang
dihadapi.
3) Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping apa
yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta strategi
koping internal dan eksternal yang digunakan oleh keluarga.
4) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.
Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan,
perlakukan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan, ancaman,
mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak, pseudomutualitas,
triangling dan otoritarisme.
58
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan seluruh anggota keluarga.
c. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes
mellitus antara lain ( Doengoes, 2000) :
a. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
tubuh, kemungkinan
dibutuhkan oleh masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat
pada makanan, penurunan berat badan 10-20 % atau lebih dari yang
diharapkan, kelemahan, diare. Yang berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
menunjang kesehatan
5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
b. Intoleransi aktivitas
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
59
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
menunjang kesehatan
5) ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatn yang ada.
c. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan
pengeluaran urine, kelemahan, mudah haus, penurunan BB, kulit dan
membran mukosa kering, turgor kulit jelek, hipotensi, takhikardia,
pelambatan pengisian kapiler. Berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan mengenai
kekurangan volume cairan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
menunjang kesehatan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
d. Resikio tinggi terhadap peresepsi perubahan presepsi sensori, dapat
diterapkan adanya tanda dan gejala untuk membuat diagnosa aktual
berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
60
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
menunjang kesehatan
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal maslah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
3) Ketidakmampuan merawat keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
menunujang kesehatan
5) Ketidakmampuan menggunakan fasilitas keluarga yang ada.
3. Rencana Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Setelah
menentukan
diagnosa
keperawatan
selanjutnya
melakukan prioritas masalah keperawatan. Hal – hal yang peru
diperhatikan.
Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan
dalam keluarga tidak dapat diatasi sekaligus.
1) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan
2) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keluarga yang
diberikan
61
3) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka
hadapi
4) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga
atau keperawatan keluarga
5) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga
b. Penyusunan tujuan
Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada
klien, penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan
sumber-sumber,
menggambarkan
pendekatan
alternative
untuk
memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik
dan mengoprasionalkan perencanaan 9 menyusun prioritas dan
menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam mengenal
masalah ).
1) Tujuan umum
Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai
diabetes mellitus, maka keluarga mampu mengenal masalah DM,
mampu mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang
mengalami diabetes mellitus.
2) Tujuan khusus
Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat
teratasi atau tidak tambah buruk keadaanya.
a) Menentukan kriteria evaluasi
62
Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan
tentang masalah kesehatan DM, yaitu pengertian penyebab, tipe,
tanda dan gejala, dan perawatan diabetes mellitus.
Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan
secara verbal akan mengambil tindakan yang tepat bagi anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus.
Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu
keluarga mampu melakukan perawatan diabetes mellitus dan
mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus.
b) Menentukan standart evaluasi
Penegrtian
tipe-tipe,
penyebab,
tanda
dan
gejala,
perawatan diabetes mellitus.
c. Fokus Intervensi
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a) Afektif / pengetahuan
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang pengertian, penyebab dan tanda/gejala, perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita DM.
Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit
yang benar bagi penderita DM.
63
Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang akibat
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita
DM.
b) Kognitif / sikap
Motivasi
keluarga
untuk
mengambil
keputusan
terkait
perubahan nutrisi.
c) Psikomotorik / ketrampilan
Demonstrasikan cara diit yang benar pagi penderita DM .
Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit
yang benar pagi penderita DM .
Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi
penderita DM.
2) Intoleransi aktivitas
a) Afektif / pengetahuan
Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang
pengertian, penyebab, tanda gejala intoleransi aktivitas.
Berikan informasi kepada keluarga tentang akibat intoleransi
aktivitas.
b) Kognitif / sikap
Motivasi
keluarga
untuk
mengambil
keputusan
terkait
intoleransi aktivitas.
c) Psikomotorik / ketrampilan
64
Demontrasikan teknik ROM
Motivasi keluarga untuk mengikuti gerakan ROM yang
dilakukan dan mempraktekannya di saat ada waktu luang.
3) Kekurangan volume cairan
a) Afektif / pengetahuan
Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang manifestasi
klinik kekurangan cairan sebagai tanda memberatnya penyakit
diabetes mellitus.
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
cara mengatasi kekurangan volume cairan.
b) Kognitif / sikap
Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitoring keluaran
urine.
Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan
kesehatan terdekat.
c) Psikomotorik / ketrampilan.
Anjurkan kepada keluarga klien untuk membawa klien ke
pelayanan kesehatan.
Motivasi
klien
untuk
patuh
atau
kooperatif
dalam
mengkonsumsi dan melakukan pengobatan.
65
4) Resiko gangguan presepsi sensori
a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang gangguan presepsi sensori visual ( pandangan kabur )
sebagai manifestasi penyakit diabetes mellitus.
Anjurkan pasien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke
pelayanan kesehatan terdekat.
b) Kognitif / sikap
Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang adanya
penurunan ketajaman penglihatan sebagai manifestasi dari
terjadinya komplikasi DM yang lebih lanjut.
Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu
penglihatan, jika terjadi gangguan pengelihatan.
c) Psikomotor / ketrampilan
Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut, penggunaan
kacamata, dan penggunaan obat.
Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.
5) Resiko infeksi
a) Afektif / pengetahuan
Berikan pendidikan kesehatan pada klien dengan keluarga
tentang adanya resiko tinggi infeksi pada luka penderita DM .
66
Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita
DM.
b) Kognitif / sikap
Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan
keluarga agar terhindar dari infeksi.
Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstraikan cara
perawatan luka yang benar.
c) Psikomotorik / ketrampilan
Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan
kesehatan agar mendapatkan perawatan luka yang benar.
Rujuk ke pelayanan kesehatan.
67
68
Download