BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti
yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat
dari defisiensi besi di mana nilai hemoglobin atau hematokrit berada di bawah
nilai ambang batas. Wanita hamil mengalami anemia apabila kadar hemoglobin di
bawah 11 mg/dl atau hematokrit di bawah 33% (Longo, 2010 ; Stoltzfus, 1998).
Anemia defisiensi besi menyumbang kejadian anemia sebesar 50% dan
menimbulkan kematian sekitar 841.000 per tahun di seluruh dunia. Afrika dan
sebagian dari Asia menanggung 71% dari beban kematian global. Amerika Utara
menyumbang morbiditas dan mortalitas sebesar 1,4% dari kejadian anemia
defisiensi besi (Longo, 2010). Berdasarkan data Riskesdas (2007), prevalensi
anemia pada ibu hamil yang berada di wilayah perkotaan Indonesia sebesar 24,5%
dengan jenis anemianya terbanyak adalah mikrositik hipokromik (Depkes, 2007).
Menurut Cunningham dan Whitridge (2007), anemia defisiensi besi yang
terjadi pada awal kehamilan berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah,
persalinan prematur dan kecilnya masa kehamilan bagi bayi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi anemia defisiensi besi antara lain pendapatan yang rendah dan
kemiskinan sehingga menyebabkan asupan makanan yang rendah, pengetahuan
yang kurang serta faktor penyakit maupun infeksi (Kraemer dan Zimmermann,
2007).
Dalam banyak populasi, ketersediaan zat besi di dalam diet tidak
mencukupi kebutuhan individu. Khususnya pada masa anak-anak dan kehamilan,
di mana kebutuhan tubuh akan zat besi paling tinggi. Sehingga suplementasi zat
besi diperlukan sebagai bagian dari program untuk mengontrol anemia defisiensi
besi (Stoltzfus, 1998).
Pemberian suplementasi zat besi harian direkomendasikan untuk
pencegahan dan pengobatan anemia. Untuk program masal, dosis suplementasi
tablet besi bagi ibu hamil yaitu sebesar 60 mg/hari (Stoltzfus, 1998). Sejak tahun
1 2 1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar
400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung saraf
sejak trimester pertama (WHO, 2012a).
Pemberian suplementasi tablet besi dan asam folat harian bagi ibu hamil
didasarkan pada intervensi berbasis kesehatan masyarakat dengan tujuan
memperbaiki hasil kehamilan dan mengurangi kejadian anemia pada ibu hamil.
Tindakan ini sesuai dengan kesepakatan Millenium Development Goals (MDG),
khususnya untuk mengurangi kematian anak (MDG 4) dan upaya memperbaiki
kesehatan ibu (MDG 5) (WHO, 2012a).
Menurut Soekirman (2000), masalah suplementasi zat besi yang sering
dihadapi di negara berkembang termasuk Indonesia adalah rendahnya cakupan ibu
hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) dan patuh memakannya sesuai
anjuran (compliance). Keadaan ini menyebabkan cara suplementasi sering
diragukan keberhasilannya. Salah satu saran untuk meningkatkan cakupan dan
kepatuhan meminum pil besi adalah dengan memberikan penyuluhan gizi yang
intensif kepada sasaran sebelum pemberian suplemen.
Upaya melanjutkan suplementasi tablet besi folat dengan perencanaan
dan pengawasan lebih baik merupakan salah satu kegiatan dalam rangka
intervensi gizi spesifik melalui Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Intensifikasi pendidikan atau Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) gizi terus
ditingkatkan sehingga setiap ibu hamil memahami pentingnya tablet besi folat dan
merasa membutuhkan untuk kesehatan dirinya (Kemenkes RI, 2012).
Upaya pendidikan gizi yang inovatif bagi wanita hamil sudah dirintis di
banyak negara maju, salah satunya di Amerika Serikat. Program WIC (Women,
Infants and Children) merupakan program pendidikan gizi secara gratis pada ibu
hamil dengan status ekonomi rendah. Program ini sudah dikembangkan oleh
Badan Pertanian Amerika Serikat sejak tahun 1972. Pelayanan terpadu ini
meliputi pemberian suplementasi gizi, pendidikan secara menarik melalui media
film dan touch screen video serta konseling secara individu pada ibu-ibu hamil
(FNS, 2001 ; FNS, 2009). Kelas ibu hamil merupakan salah satu program dari
Kementrian Kesehatan Indonesia dalam rangka meningkatkan derajad kesehatan
3 ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu
hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal (Kemenkes RI, 2011).
Pendidikan gizi dengan memakai metode buklet anemia serta ceramah
audio visual merupakan suatu upaya memberikan komunikasi, informasi dan
edukasi secara inovatif di kelas-kelas ibu hamil. Pemberian buklet tersebut
merupakan suatu bentuk reward kepada para ibu hamil karena dilengkapi dengan
suplemen nama-nama untuk bayi. Melalui pendidikan gizi secara inovatif di
kelas-kelas ibu hamil, cakupan dan kepatuhan pemberian suplementasi zat besi
diharapkan berjalan lebih efektif.
Penelitian Hastuti et al. (2011) menunjukkan bahwa pelatihan kelas ibu
hamil efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan
kunjungan antenatal care. Pani et al. (2012) meneliti bahwa ada pengaruh kelas
prenatal plus terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil. Penelitian Budiarni dan
Subagyo (2012) menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan, sikap, dan
motivasi ibu hamil dengan kepatuhan konsumsi tablet besi folat. Hasil penelitian
Hamzah et al. (2013) menunjukkan bahwa konseling sekali sebulan dan
pemberian suplemen gizi dua kali sepekan selama tiga bulan telah dapat
meningkatkan kadar hemoglobin. Zulaekah (2012) meneliti bahwa secara statistik
ada perbedaan pengetahuan gizi anak SD yang anemi sebelum dan sesudah
intervensi pendidikan gizi dengan media buklet. Menurut Puji et al. (2010), pola
konsumsi pangan berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian
Fatimah et al. (2011) menyatakan kadar hemoglobin ibu hamil berhubungan
dengan pendidikan, status gizi, konsumsi tablet besi dan pola konsumsi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (2012),
prevalensi anemia pada ibu hamil di Sukoharjo termasuk di bawah angka nasional
yaitu sebesar 6,5%. Kecamatan Gatak merupakan salah satu wilayah kecamatan di
Kabupaten Sukoharjo yang memiliki faktor risiko ibu hamil tertinggi yakni
20,02% (DKK Sukoharjo, 2012). Anemia pada ibu hamil merupakan faktor utama
penyumbang risiko tinggi ibu hamil di Kecamatan Gatak, selain masalah KEK
(Kurang Energi Kronis) dan 4 T (terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat jarak
kelahiran anak dan terlalu banyak anak). Cakupan Fe 1 di puskesmas Gatak
4 sebanyak 76,13%,dan Fe 3 sebesar 72,9% (Puskesmas Gatak, 2012). Salah satu
upaya mengurangi risiko tinggi pada ibu hamil termasuk
anemia selama
kehamilan, dilakukan dengan mengintensifkan pembentukan kelas-kelas ibu hamil
yang merata di setiap desa. Namun dalam pelaksanaannya, kelangsungan program
kelas-kelas ibu hamil masih menemui beberapa kendala sehingga tidak setiap desa
mempunyai kelas ibu hamil yang aktif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan yakni
adakah pengaruh pendidikan gizi dalam upaya meningkatkan kepatuhan konsumsi
zat besi melalui kelas ibu hamil di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pendidikan gizi dalam upaya meningkatkan
kepatuhan konsumsi zat besi melalui kelas ibu hamil di Kecamatan Gatak
Kabupaten Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu hamil antara kelompok
yang mendapat pendidikan gizi melalui kelas ibu hamil dengan kelompok
yang tidak mendapat pendidikan gizi.
b. Mengetahui perbedaan kepatuhan ibu hamil dalam meminum suplementasi
zat besi hamil pada kelompok yang mendapat pendidikan gizi melalui
kelas ibu hamil dengan kelompok yang tidak mendapat pendidikan gizi.
c. Mengetahui perbedaan asupan makanan ibu hamil pada kelompok yang
mendapat pendidikan gizi melalui kelas ibu hamil dengan kelompok yang
tidak mendapat pendidikan gizi.
d. Mengetahui perbedaan kadar hemoglobin ibu hamil pada kelompok yang
mendapat pendidikan gizi melalui kelas ibu hamil dengan kelompok yang
tidak mendapat pendidikan gizi.
5 D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh pendidikan gizi
dalam upaya meningkatkan kepatuhan konsumsi zat besi melalui kelas ibu
hamil di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
b. Dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut
mengenai efektivitas kelas ibu hamil sebagai media pendidikan gizi pada
ibu hamil.
2. Praktis
a. Bagi institusi puskesmas :
1) Memberikan masukan kepada pihak puskesmas tentang peranan kelas
ibu hamil untuk menangani ibu hamil yang memiliki resiko tinggi di
Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
2) Sebagai evaluasi program pemberian suplementasi zat besi pada ibu
hamil di Kecamatan Gatak.
3) Sebagai evaluasi program kelas ibu hamil dan faktor-faktor yang masih
menjadi kendala dalam pelaksanaannya.
b. Bagi peneliti
Menambah wawasan tentang pentingnya pendidikan gizi pada ibu hamil,
anemia pada ibu hamil dan faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi
kepatuhan dalam meminum suplementasi zat besi.
6 E.
Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Penelitian
Desain dan Hasil
Kesamaan dan Perbedaan
1. Hapzah et al.
(2013),
Pengaruh
Konseling Gizi
dan
Suplementasi
Gizi Mikro Dua
Kali Seminggu
terhadap
Peningkatan
Kadar
Hemoglobin
dan
Asupan
Makanan
Ibu
Hamil
Quasi experiment,
non
randomized
control
group
pretest-posttest,
hasil menunjukkan
konseling
sekali
sebulan
dan
pemberian
suplemen gizi dua
kali
sepekan
selama tiga bulan
telah
dapat
meningkatkan
kadar hemoglobin.
Kesamaan : desain penelitian
sama yakni Quasi experiment,
non randomized control group
pretest-posttest.
Perbedaan : konseling pada
Hapzah et al. dilakukan per
individu
sedangkan
pada
penelitian ini, pendidikan gizi
dilakukan
sebulan
sekali
memakai
media
buklet.
Suplementasi gizi mikro 2 kali
seminggu, sedang penelitian ini
menggunakan suplementasi pil
besi harian.
2. Hastuti et al.
(2011),
Efektivitas
Pelatihan Kelas
Ibu
Hamil
untuk
Meningkatkan
Pengetahuan,
Sikap
dan
Keterampilan
dan Kunjungan
ANC.
Analitik, rancangan
pra
eksperimen
berupa one group
pre-post
test
design,
hasil
menunjukkan
pelatihan kelas ibu
hamil efektif untuk
meningkatkan
pengetahuan, sikap
dan keterampilan
dan
kunjungan
ANC.
Kesamaan :
sama-sama
memberikan intervensi pada
ibu hamil di kelas ibu hamil.
Perbedaan : desain penelitian
Hastuti et al. berbeda yakni pra
eksperimental tanpa kelompok
kontrol. Sedang pada penelitian
ini kuasi eksperimental dengan
kelompok kontrol.
Variabel-variabel terikat pada
Hastuti
et
al.
adalah
pengetahuan,
sikap,
keterampilan dan kunjungan
ANC. Sedangkan variabel
bebas pada penelitian ini
adalah
pendidikan
gizi.
Instrumen penelitian pada
Hastuti et al. memakai leaflet,
sedangkan pada penelitian ini
memakai buklet.
7 3. Pani
et
al.
(2012),
Pengaruh
Penyuluhan
Kelas Prenatal
Plus terhadap
Pengetahuan
dan Sikap Ibu
Hamil
di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Mamboro
Kecamatan Palu
Utara Kota Palu
Sulawesi
Tengah
Quasi Experiment,
pre test dan post
test dengan control
group design, hasil
menunjukkan ada
pengaruh
kelas
prenatal
plus
terhadap
pengetahuan dan
sikap ibu hamil.
Kesamaan
:
desain
penelitiannya sama
Quasi
Experiment, pre test dan post
test dengan control group
design.
Perbedaan : pada Pani et al.
sampel diambil secara simple
random sampling. Sedangkan
pada penelitian ini dengan
cluster sampling.
Variabel terikat yang diteliti
pada Pani et al. adalah
pengetahuan dan sikap ibu
hamil. Sedangkan tingkat
pengetahuan ibu hamil pada
penelitian
ini
merupakan
variabel moderator.
Instrumen dalam penyuluhan
Parni et al. memakai media
leaflet, sedangkan penelitian
ini memakai buklet.
4. Zulaekah
(2012)
Efektivitas
Pendidikan Gizi
dengan Media
Booklet
terhadap
Pengetahuan
Gizi Anak SD.
Pra
eksperimen
berupa one group
pretest
posttest
design,
hasil
menunjukkan
secara statistik ada
perbedaan
pengetahuan gizi
anak SD yang
anemi sebelum dan
sesudah intervensi.
Kesamaan : variabel bebasnya
sama-sama pendidikan gizi.
Instrumen penelitiannya samasama memakai media buklet.
Perbedaan : desain penelitian
berbeda yakni pada Zulaekah
pra eksperimental sedangkan
pada penelitian ini kuasi
eksperimental.
Subyek
penelitian
juga
berbeda,
Zulaekah meneliti anak SD,
sedangkan
penelitian
ini
meneliti ibu hamil.
Instrumen penelitian pada
Zulaekah berupa booklet saja.
Sedangkan pada penelitian ini
menggunakan buklet anemia.
8 5. Budiarni
dan
Subagyo (2012)
Hubungan
Pengetahuan,
Sikap,
dan
Motivasi
dengan
Kepatuhan
Konsumsi
Tablet
Besi
Folat pada Ibu
Hamil.
Cross
sectional,
consecutive
sampling,
hasil
menunjukkan ada
hubungan
pengetahuan, sikap,
dan
motivasi
dengan kepatuhan
konsumsi
tablet
besi folat.
Kesamaan
:
sama-sama
meneliti pengetahuan ibu hamil
dan kepatuhan mengonsumsi
tablet besi folat.
Perbedaan : desain penelitian
pada Budiarni dan Subagyo
secara
cross
sectional,
sedangkan pada penelitian ini
kuasi eksperimental.
6. Fatimah et al.
(2011),
Pola
Konsumsi dan
Kadar
Hemoglobin
pada Ibu Hamil
di Kabupaten
Maros,
Sulawesi
Selatan.
Cross
sectional,
proportional
stratified random
sampling,
hasil
menunjukkan kadar
hemoglobin
ibu
hamil berhubungan
dengan pendidikan,
status
gizi,
konsumsi
tablet
besi
dan
pola
konsumsi.
Kesamaan
:
sama-sama
meneliti
pola
konsumsi
makanan, konsumsi tablet besi
dan kadar hemoglobin ibu
hamil.
Perbedaan : desain penelitian
pada Fatimah et al. secara
cross sectional, sedangkan
penelitian ini menggunakan
kuasi eksperimental.
7. Puji
et
al.
(2010),
Hubungan
Pengetahuan
Ibu dan Pola
Konsumsi
dengan
Kejadian
Anemia
Gizi
pada Ibu Hamil
di Puskesmas
Kassi-Kassi.
Survei
analitik
dengan
Cross
sectional,
purposive
sampling,
hasil
menunjukkan
pengetahuan
ibu
hamil
tidak
berhubungan
dengan
kejadian
anemia namun pola
konsumsi
berhubungan
dengan
kejadian
anemia pada ibu
hamil.
Kesamaan
:
sama-sama
meneliti pengetahuan ibu hamil
dan pola konsumsi makan.
Perbedaan : desain penelitian
pada Puji et al. secara cross
sectional, sedangkan penelitian
ini
memakai
kuasi
eksperimental.
Download