BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Peranan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata dasar peran, yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada
permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
memiliki kedudukan di masyarakat. Saat istilah peran digunakan dalam pekerjaan,
maka seseorang yang diberi (mendapatkan) suatu posisi, juga diharapkan
menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pekerjaan
tersebut.
Peran juga memiliki arti serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan secara formal maupun secara
informal. Peran dilakukan berdasarkan pada ketentuan dan harapan yang
menerangkan apa saja yang harus dilakukan individu dalam suatu situasi tertentu
agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain
yang menyangkut peran tersebut. (Friedman, M., 1998: 286)
Soekanto (2002: 243) mengemukakan pengertian peranan yaitu aspek
dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukan (status/ strata) berarti individu tersebut
menjalankan suatu peranan dengan baik. Menurut Grass, Mason, MC Eachern
(dalam David Berry 1995: 100) mendefinisikan peranan sebagai perangkat
harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati
kedudukan sosial tertentu.
11
Universitas Sumatera Utara
Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga
hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dalam pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai
bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai
pola-pola peranan yang saling berhubungan.
2.2 Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata dasar mandiri yang mempunyai arti
kemampuan untuk melakukan dan mempertanggung-jawabkan tindakan yang
dilakukannya serta untuk menjalin hubungan yang suportif dengan orang lain
(Steinberg, 2002). Menurut Shaffer (2002), kemandirian adalah kemampuan untuk
membuat keputusan dan menjadikan dirinya sumber kekuatan emosi diri sehingga
tidak bergantung kepada orang lain.
Tingkat kemandirian yang ada pada setiap individu berbeda-berbeda,
menurut Shaffer ada tingkat kemandirian yang tinggi, dan ada yang rendah.
Kemandirian yang tinggi cenderung memiliki rasa percaya diri tinggi, ada rasa
12
Universitas Sumatera Utara
inisiatif, rasa tanggung jawab, serta mengerjakan sesuatu untuk dan oleh dirinya
sendiri.
2.2.1 Mandiri dalam Upaya Pemberdayaan
Untuk mencapai tingkat masyarakat yang mandiri, upaya yang dilakukan
mengarah pada akar persoalan yaitu meningkatkan terlebih dahulu kemampuan
masyarakat. Bagian yang tertinggal harus dikembangkan tetapi tidak hanya dalam
aspek yang menambah nilai ekonomi, tetapi juga yang menambah nilai sosial dan
nilai budaya (Soetomo, 2012)
Untuk memberdayakan masyarakat, dibutuhkan suatu proses yang panjang
agar mereka menjadi mandiri dan dapat mengembangkan diri. Secara konseptual,
pemberdayaan mencakup beberapa hal yaitu:
1. learning by doing. Atinya pemberdayaan adalah sebagai proses hal belajar
dan ada suatu tindakan konkret yang terus menerus, dampaknya dapat
terlihat.
2. problem solving. Pemberdayaan harus memberikan arti terjadinya
pemecahan masalah yang dirasakan krusial dengan cara dan waktu yang
tepat.
3. self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang atau
kelompok tersebut untuk melakukan evaluasi secara mandiri.
4. self development and coordination. Artinya mendorong agar mampu
melakukan pengembangan diri da melakukan hubungan koordinasi dengan
pihak lain secara lebih luas.
13
Universitas Sumatera Utara
5. self selection. Suatu kumpulan tumbuh sebagai upaya pemilihan dan
penilaian secara mandiri dalam menetapkan langkah ke depan.
6. self decism. Dalam memilih tindakan yang tepat hendaknya dimiliki
kepercayaan diri dalam memutuskan sesuatu secara mandiri (Saraswati,
1997:79-80).
2.2.2 Mandiri dalam Upaya Kesejahteraan Sosial
Pengertian kesejahteraan sosial berasal dari dua kata yaitu kesejahteraan
dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti berhubungan
dengan masyarakat. Sedangkan kata kesejahteraan memiliki arti kondisi aman,
sentosa, makmur, terlepas dari segala macam ancaman, gangguan dan kesulitan.
Dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 1:
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Dalam pandangan Kartasasmita (1997) upaya memandirikan masyarakat
adalah sebagai proses untuk mencapai serta meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memandirikan
masyarakat adalah memampukan masyarakat agar tercapai kesejahteraan
sosialnya.
14
Universitas Sumatera Utara
2.3 Community Organizing Community Development
2.3.1 Community Organizing
Pengorganisasian masyarakat atau biasa disebut community organizing
adalah suatu proses ketika suatu komunitas tertentu mengidentifikasi kebutuhankebutuhan serta mengembangkan keyakinan komunitas untuk berusaha memenuhi
kebutuhan tersebut yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia dan
dengan usaha gotong royong (Sasongko A., 1996)
Menurut Ross Muray (2000), pengorganisasian masyarakat adalah suatu
proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan
menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan
keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala
prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada dalam masyarakat sendiri
maupun yang berasal dari luar dengan usaha secara gotong royong.
Terdapat beberapa aspek pengorganisasian masyarakat, diantaranya yaitu:
1. Proses, yaitu merupakan proses yang terjadi secara sadar, tetapi dapat juga
tidak disadari. Jika proses disadari, berarti masyarakat menyadari akan
adanya kebutuhan. Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang
dihadapi biasanya ditemukan pada segelintir orang saja yang kemudian
melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengatasinya. Dan
selanjutnya mereka yang sadar ini yang menginstruksikan kepada
masyarakat untuk bersama-sama mengatasinya. Selanjutnya dalam proses
juga ditemukan unsur-unsur kesukarelaan yang timbul karena terdapat
dorongan
untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
kelompok
atau
masyarakat.
15
Universitas Sumatera Utara
2. Masyarakat yang biasa diartikan sebagai kelompok besar yang mempunyai
batas-batas geografis seperti desa, suatu kelompok dari mereka yang
mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok yang lebih besar,
kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat menyadarkan
kelompok yang lebih besar, dan kelompok yang secara bersama-sama
mencoba mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhannya.
3. Berfungsinya masyarakat yang dapat dilakukan melalui beberapa langkah
seperti menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja
untuk membentuk kepanitian yang akan menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan yang ada; membuat
rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh keseluruhan
masyarakat;
dan
melakukan
upaya
penyebaran
rencana
untuk
menyukseskan rencana tersebut.
Sedangkan menurut Adi Sasongko (1978) terdapat beberapa langkahlangkah dalam pengorganisasian masyarakat, seperti diantaranya adalah:
a. Persiapan Sosial
Tujuan dari persiapan sosial adalah mengajak berpartisipasi atau peran
serta masyarakat sejak awal kegiatan, sampai dengan perencanaan
program pelaksanaan hingga pengembangan program. Kegiatan-kegiatan
dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan-persiapan
yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan programprogram kesehatan yang akan dilakukan.
1. Tahap Pengenalan Masyarakat
16
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini para stakeholder harus datang ketengah-tengah
masyarakat dengan hati yang terbuka dan kemauan untuk
mengenal sebagaimana adanya, tanpa disertai prasangka buruk
sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Tahap Pengenalan Masalah
Tahap ini menuntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal
masalah-masalah yang memang benar-benar menjadi kebutuhan
masyarakat. Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk
menyusun skala prioritas penanggulangan maslaah adalah:
a) Beratnya masalah
b) Mudahnya mengatasi
c) Pentingnya masalah bagi masyarakat
d) Banyaknya masyarakat yang merasakan
3. Tahap Penyadaran Masyarakat
Tujuan dari tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka
tahu dan mengerti tentang masalah-masalah kesehatan yang
mereka
hadapi
sehingga
dapat
berpartisipasi
dalam
penanggulangannya serta tahu cara memenuhi kebutuhan akan
upaya pelayanan kesejahteraan sesuai dengan potensi dan sumber
daya yang ada.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka
akan pencapaian kesejahteraan, diperlukan suatu mekanisme yang
17
Universitas Sumatera Utara
terencana dan terorganisir dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan dalam rangka menyadarkan masyarakat:
a) Lokakarya Mini
b) Musyawarah Masyarakat Desa
c) Rembuk Desa
b. Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam lokakarya mini,
maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan tersebut sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah
kesejahteraan adalah:
-
Pilihlah
kegiatan
yang
dapat
dirasakan
manfaatnya
oleh
masyarakat
-
Libatkan masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan
masalah
-
Tumbuhkan
rasa
percaya
diri
masyarakat bahwa
mereka
mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masyarakat.
c. Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan yang dilakkan
dalam jangka waktu tertentu. Dalam penilaian dapat dilakukan dengan:
1) Penilaian selama kegiatan berlangsung (Penilaian formatif /
Monitoring). Dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan
kegiatan yang telah dijalankan apakah telah sesuai dengan
perencanaan penanggulangan masalah yang telah disusun.
18
Universitas Sumatera Utara
2) Penilaian setelah program selesai dilaksanakan (Penilaian sumatif /
penilaian akhir program). Dilakukan setelah melalui jangka waktu
tertentu dari kegiatan yang dilakukan. Dapat diketahui apakah
tujuan atau target dalam pelayanan kesejahteraan telah tercapai
atau belum.
Terdapat
beberapa
prinsip
yang
harus
diperhatikan
dalam
pengorganisasian masyarakat, agar tujuan yang dimaksut dapat terwujud dan tidak
keluar dari kerangka kerja pengorganisasian masyarakat diantaranya yaitu:
a. Keberpihakan.
Pengorganisasian masyarakat harus menitikberatkan pada lapisan bawah
yang selama ini selalu dipinggirkan , sehingga yang menjadi basis
pengorganisasian adalah masyarakat kelas bawah, tanpa mempunyai
prioritas keberpihakan terhadap masyarakat kelas bawah seringkali
pengorganisasian yang dilakukan terjebak pada kepentingan kelas
menengah dan elit dalam masyarakat.
b. Pendekatan holistic.
Pengorganisasian masyarakat harus melihat permasalahan yang ada dalam
masyarakat secara utuh dan tidak sepotong-sepotong, misalnya hanya
melihat aspek ekonomi saja, tetapi harus dilihat dari berbagai aspek
sehingga pengorganisasian yang dilaksanakan untuk mengatasi berbagai
aspek dalam masyarakat.
c. Pemberdayaan.
Muara dari pengorganisasian masyarakat adalah agar masyarakat berdaya
dalam menghadapi pihak-pihak di luar komunitas (pelaku pembangunan
19
Universitas Sumatera Utara
lain; pemerintah, swasta atau lingkungan lain pasar, politik, dsb), yang
pada akhirnya posisi tawar masyarakat meningkat dalam berhubungan
dengan pemerintah dan swasta.
d. HAM.
Kerja-kerja pengorganisasian masyarakat tidak boleh bertentangan dengan
HAM.
e. Kemandirian.
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat harus ditumpukan pada potensi
yang
ada
dalam
masyarakat,
sehingga
penggalian
keswadayaan
masyarakat mutlak diperlukan. Dengna demikian apabila ada factor luar
yang akan terlibat lebih merupakan stimuan yang akan mempercepat
proses perubahan yang dikehendaki. Apabila hal kemandirian tidak bisa
diwujudkan, maka ketergantungan terhadap factor luar dalam proses
pengorganisasian masyarakat menjadi signifikan. Kemandirian menjadi
sangat penting karena perubahan dalam masyarakat hanya bisa terjadi dari
masyarakat itu sendiri.
f. Berkelanjutan.
Pengorganisasian masyarakat harus dilaksanakan secara sistematis dan
masif, apabila tujuannya adalah untuk meningkatkan posisi tawar
masyarakat, oleh sebab itu dalam melaksanakan pengorganisasian
masyarakat harus mampu memunculkan kader-kader masyarakat dan
pengorganisasian local, karena mereka yang akan terus mengembangkan
pengorganisasian yang sudah jalan sehingga kegiatan ini terjamin
keberlanjutannya.
20
Universitas Sumatera Utara
g. Partisipatif.
Salah satu budaya yang dilahirkan oleh Orde Baru adalah ‘budaya bisu’
dimana masyarakat hanya dijadikan alat untuk legitimasi dari kepentingan
kelompok dan elit. Kondisi semacam ini terermin dari kegiatan
pengarahan masyarakat untuk mencapai kepentingan-kepentingan sesaat,
oleh sebab itu dalam pengorganisasian masyarakat harus diupayakan
keterlibatan semua pihak terutama masyarakat kelas bawah. Partisipasi
yang diharapkan adalah partisipasi aktif dari anggota sehingga akan
melahirkan perasaan memiliki dari organisasi yang akan dibangun.
h. Keterbukaan.
Sejak awal dalam pengorganisasian masyarakat harus diupayakan
keterbukaan dari semua pihak, sehingga bisa dihindari intrik dan provokasi
yang akan merusak tatanan yang telah dibangun. Pengalaman yang ada
justru persoalan keterbukaan inilah yang banyak menyebabkan perpecahan
dan pembusukan dalam organisasi masyarakat yang telah dibangun.
i. Tanpa kekerasan.
Kekerasan yang dilakuan akan menimbulkan kekerasan yang lain dan pada
akhirnya menjurus pada anarkhisme, sehingga diupayakan dalam
pengorganisasian masyarakat harus mampu menghindari bentuk-bentuk
kekerasaan baik fisik maupun psikologi engna demikian proses yang
dilakukan bisa menarik simpati dan dukungan dari berbagai kalangan
dalam melakukan perubahan yang akan dilaksanakan.
21
Universitas Sumatera Utara
j. Praxis
Proses pengorganisasian masyarakat harus dilakukan dalam lingkaran
Aksi-Refleksi-Aksi secara terus menerus, sehingga semakin lama kegiatan
yang dilaksanakan akan mengalami pengingkatan baik secara kuantitas
dan terutama kualitas, karena proses yang dijalankan akan belajar dari
pengalaman
yang
telah
dilakukan
dan
berupaya
untuk
selalu
memperbaikinya.
k. Kesetaraan.
Budaya yang sangat menghambat perubahan masyarakat adalah tinggalan
budaya feudal. Oleh sebab itu pembongkaran budaya semacam ini bisa
dimulai dengan kesetaraan semua pihak, sehingga tidak ada yang merasa
lebih tinggi (superior) dan merasa lebih rendah (inferior), dengan
demikian juga merupakan pendidikan bagi kalangan kelas bawah untuk
bisa memandang secara sama kepada kelompok-kelompok lain yang ada
dalam masyarakat.
2.3.2 Community Development
Dalam bahasa Indonesia, community development berarti pengembangan
masyarakat yang memiliki arti sebagai suatu proses penguatan masyarakat secara
aktif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan sosial, partisipasi dan kerja
sama yang setara. Pengembangan masyarakat mengekspresikan nilai-nilai
keadilan, kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama,
dan proses belajar berkelanjutan.
22
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu pengembangan
dan masyarakat. Pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama
dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia yang meliputi
sektor-sektor seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial-budaya.
Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat
sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama
seperti sebuah rukun tetangga atau sebuah kampong di wilayah pedesaan;
masyarakat sebagai “kepentingan bersama” yakni kesamaan kepentingan
berdasarkan kebudayaan dan identitas seperti kepentingan bersama pada
masyarakat etnis minoritas. Dan dalam Pengembangan Masyarakat biasanya
diterapkan terhadap pelayanan-pelayanan sosial kelembagaan.
Community Develompent adalah suatu proses yang merupakan usaha
masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna
memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan
komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas
yang lebih optimal bagi kemajuan nasional (Hayden dalam Soetomo, 2006 : 79).
Dalam penggunaannya di Indonesia, konsep community development juga
diterjemahkan ke dalam beberapa istilah yang berbeda. Sementara pihak
menerjemahkan community development sebagai pembangunan masyarakat.
Dilihat dari terjemahan unsur-unsur kata-katanya barangkali tidak salah, walaupun
demikian dalam penggunaannya sebagai konsep yang bulat mungkin dapat
mendatangkan
dualism
pengertian.
Sebagaimana
diketahui,
pengertian
pembangunan masyarakat dapat dipandang dari sudur arti luas dan dapat pula dari
sudur arti sempit (Ndraha dalam Soetomo, 2006:94). Dalam arti luas,
23
Universitas Sumatera Utara
pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana baik dalam bidang
ekonomi, teknologis, sosial maupun politik. Pembangunan masyarakat dalam arti
luas juga dapat berarti proses pengembangan yang lebih memberikan fokus
perhatian pada aspek manusia dan masyarakatnya. Dalam arti sempit,
pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana pada suatu lokalitas
tertentu.
Tujuan
pengembangan
masyarakat
adalah
membangun
kembali
masyarakat sebagai tempat pengalaman penting manusia, memenuhi kebutuhan
manusia, dan membangun kembali struktur-struktur negara kesejahteraan,
ekonomi global, birokrasi, elite professional dan sebagainya yang kurang
berperikemanusiaan dan sulit diakses (Jin Ife dan Frank Tesoriero, 2008).
Berikut beberapa unsur-unsur penting dalam pengembangan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Program terencana dan terfokus pada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh
dari masyarakat yang bersangkutan.
b. Mendorong swadaya masyarakat.
c. Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan-badan swasta atau
organisasi-organisasi sukarela.
d. Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti kesehatan masyarakat,
pertanian, peternakan, pendidikan dan kesejahteraan keluarga untuk
membantu masyarakat.
Untuk
mengembangkan
dan
meningkatkan
dinamika
masyarakat,
hendaknya menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
24
Universitas Sumatera Utara
a) Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan
b) Pertinggi mutu potensi yang ada
c) Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada
d) Tingkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
e) Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan (Dr. Alfitri,
2011: 25-26).
Walaupun berawal dari prinsip-prinsip dasar yang sama, dalam
perkembangannya strategi community development telah menunjukkan variasi
dalam hal tema gerak dan aktivitasnya. Terdapat sejumlah tema yang kemudian
dikenal, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Self Help,
Technical Assistance dan Conflict. Tema self help mempunyai ciri antara lain
lebih mementingkan proses, lambat dalam menumbuhkan perubahan fisik, sangat
potensial menumbuhkan mekanisme pembangunan yang berkesinambungan.
Petugas lapangan dalam tema ini lebih berkedudukan sebagai fasilitator dan
educator. Tema self help cenderung didasarkan pada suatu anggapan bahwa pada
daasrnya setiap masyarakat mempunyai potensi dan kemampuan untuk
berkembang atas kekuatan sendiri. CD diterapkan untuk mendorong tumbuh dan
teraktualisasikannya potensi tersebut melalui berbagai tindakan bersama warga
komunitas.
Tema technical assistance mempunyai ciri-ciri: lebih mementingkan hasil
material, moderat dalam kecepatan menumbuhkan perubahan, dan potensinya
utnuk menumbuhkan pembangunanberkelanjutan lebih rendah dibanding dengan
25
Universitas Sumatera Utara
tema self help. Dalam tema ini petugas lapangan lebih berkedudukan sebagai
konsultan atau advisor. Disamping itu, dalam pendekatan ini hubungan komunitas
dengan pihak-pihak dari luar komunitas cenderung bersifat hubungan vertikal.
Oleh sebab itu, tidak salah kalau dikatakan peranan pihak luar justru lebih
dominan dalam proses pembangunan yang berjalan. Dengan kemampuan dan
skillnya mereka dapat memandu, mengarahkan dan mengevaluasi pelaksanaan
pembangunan dalam komunitas. Bentuk-bentuk aktivitas yang banyak dilakukan
dalam tema ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan
industri, peningkatan sistem pelayanan sosial dan koordinasi antarinstansi
pelayanan yang ada. Pendekatan yang digunakan cenderung bersifat delivery
approach, pihak eksternal mendisain program, kemudian menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk bantuan dan pelayanan, sedang masyarakat menanggapi
dan memanfaatkan pelayanan tersebut.
Sedangkan tema conflict mempunyai karakteristik memerhatikan baik
proses maupun hasil material, cepat dalam menumbuhkan perubahan karena
tujuannya memang melakukan reformasi, atau bahkan transformasi. Petugas
lapangan dalam tema ini berkedudukan sebagai penganjur atau organisator
gerakan reformasi (Soetomo, 2006 : 125-136)
Banyak program pengembangan masyarakat yang berupaya membangun
basis masyarakat yang lebih kuat untuk aspek tunggal eksistensi manusia, dan
terkadang mengabaikan aspek lainnya. Seperti pengembangan masyarakat yang
memusatkan
pada
pelayanan
mengabaikan
basis
ekonomim
kemanusiaan
dan
berbasis
terkadang
begitu
masyarakat
juga
tetapi
sebaliknya.
Pengembangan masyarakat satu dimensi sudah dapat dipastikan gagal karena
26
Universitas Sumatera Utara
mengabaikan kekayaan dan kompleksitas kehidupan manusia dan pengalaman
masyarakat.
Terdapat lima dimensi yang sangat penting dalam pengembangan
masyarakat, dan seluruhnya berinteraksi satu dengan lainnya dalam bentuk-bentuk
yang kompleks. Keenam dimensi tersebut, yaitu:
1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat
2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya.
3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar
tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan
yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat).
4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas kehidupannya.
5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat (Suharto dalam Alfitri, 2011: 26-27).
Sebagaimana diketahui, sumber perubahan dan pembaruan dalam suatu
komunitas dapat berasal baik dalam maupun dari luar komunitas yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena tidak jarang dijumpai suatu komunitas
yang apabila dilihat secara objektif kondisi kehidupannya sudah membutuhkan
peningkatan melalui berbagai bentuk perubahan dan pembaruan, tetapi prakarsa
dari dalam masyarakat sendiri untuk melakukannya ternyata tidak kunjung datang.
27
Universitas Sumatera Utara
Oleh sebab tiulah kemudian dipertimbangkan perlunya intervensi dari luar untuk
mendorong tumbuhnya perubahan dan pembaruan tersebut.
Walaupun demikian, sesuai dengan prinsip community development itu
sendiri, intervensi yang diberikan perlu diusahakan untuk tidak menimbulkan
ketergantungan, tetapi justru mendorong terjadinya kesinambungan. Intervensi
dikatakan menimbulkan ketergantungan apabila masyarakat yang tadinya statis
menjadi tergerak untuk melakukan perubahan dan pembaruan setelah memperoleh
intervensi dari luar, tetapi kemudian menjadi statis kembali setelah intervensi
dihentikan dan baru terjadi aktivitas pembaruan lagi apabila memperoleh
intervensi yang baru (Soetomo, 2006 : 137).
Berikut beberapa tahapan intervensi dalam community development:
1. Assessment (Penilaian)
Bertujuan untuk menentukan ketepatan serta efektivitas program dalam
upaya
pengembangan
masyarakat.
Assessment
mencakup
needs
assessment, identifikasi masalah, analisis masalah, dan resources
assessment.
2. Plan of treatment (Rencana tindakan)
Sebuah proses dalam mengidentifikasi, memilah, menghubungkan
masalah
atau
didayagunakan
kebutuhan
untuk
dengan
memecahkan
sumber-sumber
maslaah
yang
dan/atau
dapat
memenuhi
kebutuhan melalui serangkaian kegiatan.
28
Universitas Sumatera Utara
3. Treatment (Tindakan)
Mencakup atas tindakan monitoringdan evaluasi. Monitoring memberikan
dua manfaat yaitu memberikan informasi untuk pegangan sementara
program masih sedang berlangsung. Kemudian dilakukan tindakan
evalausi yang dilakukan secara berkala yang ditujukan baik kepada
pelaksanaan program (proses maupun hasil), maupun kepada kerjasama
diantara semua pelaku.
4. Terminasi (Pelepasan)
Merupakan
langkah
penghentian
sementara
(sekuensi)
kegiatan
pengembangan masyarakat yang mungkin kelak ditindaklanjuti dengan
rangkaian kegiatan berikutnya.
Menurut Mezirow, terdapat tiga jenis program dalam usaha pengembangan
masyarakat, yaitu:
a. Program integrative.
Memerlukan pengemangan melalui koordinasi dinas-dinas teknis.
b. Program adaptis.
Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah satu
kementerian.
c. Program proyek.
Dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dan program
disesuaikan khusus kepada daerah yang bersangkutan.
29
Universitas Sumatera Utara
2.4 Credit Union (CU)
2.4.1 Sejarah Credit Union (CU)
Ide mengenai Credit Union lahir saat benua Eropa, khususnya Jerman
sedang mengalami masa ekonomi sulit yang disebabkan oleh kapitalisme dan juga
karena revolusi industri yang sedang genjar dilakukan pada abad ke-19. Pada
masa itu masyarakat, khususnya masyakarat pedesaan, tidak mampu membeli
mesin pertanian, pupuk, bibit ataupun alat peternakan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka. Akhirnya mereka berpendapat untuk melakukan migrasi ke
kota dengan harapan mengubah nasib mereka, tetapi masyarakat yang bermigrasi
ke kota bukan semakin sejahtera malah menjadi lebih miskin dan susah.
Masyarakat mencoba bertahan hidup dengan menjadi kuli bagi kelas kaya
dengan upah yang jauh dari kata layak, ada juga yang mencoba membuka usaha
dengan cara meminjam uang dari lintah darat atau renternir. Pinjaman tidak
diberikan secara cuma-cuma, mereka dibebankan dengan bunga yang besar dan
jaminan lahan pertanian mereka akan direbut jika mereka tidak dapat melunaskan
pembayaran yang telah disepakati.
Keadaan yang semakin memarah telah menggugah hati seorang pejabat
daerah setempat yaitu Friedrich Wilhelm Reiffesien, Walikota Flammersfield,
yang pada saat itu menjabat pada tahun 1849. Langkah pertama yang dilakukan
oleh sang walikota adalah mendirikan suatu perkumpulan yang beranggotakan 60
orang kaya yang mengumpulkan dana untuk diberikan kepada masyarakat miskin
sebagai modal dalam pertanian. Langkah ini gagal dikarenakan bukannya
menolong masyarakat miskin, tetapi malah uang telah diberikan dihamburhamburkan dan masyarakat miskin tidak pernah merasa cukup. Merasa gagal, para
30
Universitas Sumatera Utara
orang kaya yang telah dikumpulkan oleh Reiffesien pun mulai enggan untuk
memberikan bantuan kepada masyarakat miskin.
Reiffesien tidak berhenti begitu saja, beliau kemudian memunculkan
sebuah gagasan untuk mendirikan pabrik roti yang akan menjual roti dengan harga
murah agar dapat dijangkau oleh masyarakat miskin dan juga memberikan roti
secara gratis. Tetapi kemudian langkah ini gagal juga. Setiap apa yang diberikan
kepada masyarakat miskin, pasti selalu akan habis pada saat itu juga dan tidak
akan cukup.
Pada tahun 1852, Raiffesien pindah dan menjabat sebagai walikota baru di
Heddersdoff. Reiffesien menyadari terdapat suatu hubungan antara kemiskinan
dengan ketergantungan. Reiffesien akhirnya
mengganti pendekatan dari
pendekatan derma dan belas kasih, menjadi prinsip menolong diri sendiri.
Sehingga di kota ini Reiffesien mendirikan sebuah organisasi yang bernama
Heddesdorfer Credit Union pada tahun 1864, dengan kebanyakan anggota
merupakan petani.
Untuk menjadi anggota, seseorang harus berwatak baik, rajin, dan jujur.
Untuk
mengetahuinya,
para
tetangga
harus
memberikan
rekomendasi.
Kegiatannya mirip arisan, mengumpulkan sejumlah uang lalu meminjamkannya
kepada anggota yang memerlukan. Manajemen Heddesdorfer Credit Union
dijalankan secara demokratis dengan cara:
1. Setiap anggota berpartisipasi dalam rapat anggota.
2. Satu anggota satu suara.
3. Para anggota memilih pengurus dan membuat pola kebijakan bersama.
4. Dipilih suatu badan yang disebut dengan pengawas.
31
Universitas Sumatera Utara
5. Pengawas bertugas mengawasi kegiatan Credit Union dan membuat
laporan pengawasan kepada rapat anggota
6. Raiffeisen menekankan kerja sukarela kepada Pengurus dan Pengawas
7. Yang boleh menerima imbalan hanyalah kasir purnawaktu yang
menjalankan operasional
Organisasi ini berkembang baik dan berjalan sesuai dengan keinginan sang
walikota. Melalui organisasi anggota yang terlibat memiliki kemampuan untuk
bangkit dari kemiskinan ini secara bertahap kemiskinan mulai berkurang.
2.4.2 Pengertian Credit Union
Koperasi kredit atau Credit Union atau biasa disingkat CU adalah sebuah
lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan
dikelola oleh anggotanya, dan yang bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya
sendiri. Credit Union dapat juga diaritikan sebagai suatu sistem simpan pinjam
non bank yang dilakukan oleh koperasi atau perkumpulan kepada anggotanya.
Sistem Credit Union ini agak sedikit berbeda dengan system koperasi biasa
maupun perbankan lainnya, Credit Union mengutamakan kepercayaan anggota
dan juga setiap anggota bisa meminjam walaupun tabungan dia masih
sedikit. Untuk menjaga credit union terus berjalan maka para pengurus membatasi
pinjaman para nasabah, karena retur bunga dari tabungan bisa dibilang tinggi dan
bunga pinjaman rendah, sehingga agar cash flow berjalan seimbang maka dibatasi
tabungan dan pinjaman agar balance.
Credit Union bisa digunakan sebagai alternative keuangan di daerah
daerah, dengan credit union orang yang tidak terbiasa menabung bisa memulai
32
Universitas Sumatera Utara
menabung karena dibiasakan menabung sehari-hari, nominal menabung harian
yang kecil sesuai dengan pendapatan orang kurang mampu, karena bila mereka
menabung di bank maka tidak akan bisa menabung dengan nominal yang kecil,
karena bank memiliki batas minimal untuk menabung
2.4.3 Tujuan Credit Union
Terdapat beberapa tujuan dari Credit Union, diantaranya adalah
1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan
dengan syarat-syarat yang ringan.
2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur
sehingga membentuk modal sendiri.
3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari
pendapatan mereka.
4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
5. Mempererat hubungan kemanusiaan.
2.4.4 Struktur Organisasi Credit Union
Struktur organisasi CU yang semula secara nasional adalah CUCO (Credit
Union Council Office) didampingi oleh Dewan penyantun berkembang dengan
terbentuknya Badan Koordinasi Nasional Koperasi Kredit (BKNKK) pada tahun
1980. Pada saat terkhir ini, organisasi CU berdasarkan tingkatannya terdiri dari
Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) di tingkat nasional yang
dikembangkan menjadi induk Koperasi Kredit (Inkopdit) dan mengkoordinir
Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) di daerah tingkat I (ada 26
33
Universitas Sumatera Utara
BK3D seluruh Indonesia) yang dikembangkan menjadi Pusat Koperasi Kredit
(Puskopdit) pelaksana antar CU (interlending) membawahi wilayah koordinator di
daerah tingkat II yang mengkoordinir kegiatan CU (Ginting, 1999).
Di tingkat unit CU, organisasi terdiri dari Dewan Pimpinan/ Pengurus:
Ketua, sekretaris dan bendahara, Badan Pemeriksa terdiri dari: Ketua, Panelis dan
anggota. Panitia-panitia (panitia kredit, panitia pendidikan dll) terdiri dari: Ketua,
Sekretaris dan Anggota dan penasehat atau pelindung.
2.5 Pendidikan
2.5.1 Pendidikan dan Masyarakat
Terdapat suatu hubungan antara pendidikan di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Di satu sisi, pendidikan merupakan bagian dari kehidupan yang
dituntut mampu mengikuti perkembangan didalamnya. Di sisi lain, tujuan yang
diemban pendidikan tidak lepas dalam pengaruh lingkungan sekitarnya. Antara
pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangasa sangat ditentukan oleh
pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang sesuai dengan perkembangan zaman. SDM bangsa Indonesia tidak terlepas
dari fungsi pendidikan nasional. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa,
berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
34
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diungkapkan oleh A. Tresna Sasrawijaya (1991: 26), tujuan
pendidikan adalah mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan
masalah, penggunaan waktu senggnang secara membangun, dan sebagainya
karena setiap siswa/ anak mempunyai harapan yang berbeda. Dan tujuan
pendidikan secara umum seperti menyangkut kemampuan luas yang akan
membantu siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjadi anggota
masyarakat yang berguna, namun pendidikan di sekolah sering kurang relevan
dengan kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan yang diberi berdasarkan
kurikulum kebanyakan berpusat pada bidang studi yang tersusun secara logis dan
sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak
didik. Hal-hal yang dipelajari anak didik hanya memenuhi kepentingan sekolah
untuk ujian, bukan untuk membantu totalitas anak didik agar hidup lebih efektif
dalam masyarakat.
Ferdinand Tὂnnies (dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto)
mengungkapkan masyarakat terbagi atas dua tipe yaitu: pertama, gemeinschaft
(hubungan primer), merupakan bentuk kehidupan bersama. Antar anggota
mempunyai hubungan batin murni yang sifatnya alamiah dan kekal, dasar
hubungan adalah rasa cinta dan persatuan batin yang nyata dan organis.
Ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga dan kerabat. Kedua,
gessellchaft (hubungan sekunder), merupakan bentuk kehidupan bersama yang
anggotanya mempunyai hubungan sifat pamrih dan dalam jangka waktu yang
pendek, bersifat mekanis. Ditemukan dalam hubungan perjanjian yang
berdasarkan ikatan timbale balik.
35
Universitas Sumatera Utara
Untuk mempelajari suatu masyarakat lebih jauh kita dapat mempelajari
berbagai aspek yang diungkapkan oleh S. Nasution dalam Abdullah Idi dan
Safarina (2011: 63) diantaranya sebagai berikut: (1) demografi: statistic
penduduk, komposisi menurut suku bangsa, agama; (2) ekologi: geografis,
penyebaran penduduk; (3) sejarah: perkembangan kehidupan sosial; (4) kegiatankegiatan: mata pencaharian, keluarga, pendidikan, rekreasi, agama, keamanan,
politik; (5) system nilai agama dan adat istiadat; (6) pengaruh kebudayaan daerah
dan nasional; dan (7) tokoh-tokoh yang menarik
Peran serta masyarakat dalam pendidikan terlihat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab XV, Bagian Kesatu, Pasal 54, Ayat 1, 2, dan 3:
(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
peseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan;
(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan;
(3) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaiman dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengna Peraturan
Pemerintah.
Dengan sederhana, dapat dipahami bahwa kerja sama sekolah, keluarga,
dan komunitas-masyarakat dapat mengembangkan iklim dan program-program
sekolah, memberikan pelayanan kepada keluarga/ orang tua (anak didik),
meningkatkan keterampilan dan kepemimpinan bagi orang tua, menghubungkan
36
Universitas Sumatera Utara
keluarga dengan lainnya di sekolah dan di masyarakat, dan memvbantu pendidik/
guru dalam tugasnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk
dan menciptakan masyarakat sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya
pendidikan, apa yang dicita-citakan masyarakat dapat diwujudkan melalui anak
didik sebagai generasi masa depan. Karena satu peranan pendidikan dalam
masyarakat yaitu dalam fungsi sosial, yakni sebagai salah satu sarana pendidikan
yang diharapkan masyarakat. (Abdullah Idi dan Safarina, 2011: 69)
2.5.2 Pendidikan dan Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya
perbedaan dan/ atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas) secara
bertingkat. Misalnya, dalam komunitas tersebut terdapat strata tinggi, strata
sedang, dan strata rendah.
Strata sosial rendah meliputi keluarga ekonomi lemah, berpendidikan
formal rendah, tempat tinggal sederhana dan kurang baik, perhatian pada
pemenuhan kebutuhan hari in, jangkauan hari esok terbatas, anak dimasukkan ke
sekolah kurang bermutu/ syaratnya ringan; strata sosial menengah bercirikan:
Penghasilan melebihi keperluan hidup, biasa menabung, terpelajar, pendidikan
sebagai alat kemajuan, mengandrungi masa depan lebih baik, menyekolahkan
anak dalam waktu yang panjang, dan sekolah bermutu tinggi; dan strata sosial
tinggi yakni mereka yang berada dilapisan atas, dengan cirri-ciri: kehidupan
ekonomi sangat baik, kaya raya, berwibawa, tidak khawatir kehidupan ekonomi di
kemudian hari, mempertahankan status, pendidikan formal tidak dipandang
sebagai alat mencapai kemajuan (Abdullah Idi dan Safarina, 2011).
37
Universitas Sumatera Utara
Stratifikasi sosial merupakan gejala sosial yang tidak dapat dihindari dan
terdapat di setiap lapisan masyarakan di seluruh negara. Pandangan dan keperluan
mengenai pendidikan, dorongan, cita-cita dan hal yang lain bertalian dengan
pendidikan, diwarnai stratifikasi sosial. Jika suatu sekolah memiliki kualitas yang
kemudian menghasilkan lulusan pendidikan yang berkualitas yang nantinya akan
mengisi lapangan pekerjaan dengan upah atau penghasilan yang sesuai, maka
masa depan anak-anak dari lapisan sosial yang lebih tinggi (menengah atau atas)
akan bertahan, tetapi tidak dengan anak-anak dari lapisan bawah. Mereka tidak
akan dapat bertahan dengan pendidikan yang tinggi untuk mencapai tingkat
stratifikasi yang lebih baik. Maka disini dapat dikatakan bahwa kualitas suatu
sekolah atau pendidikan dapat mempertahankan stratifikasi sosial.
Terdapat beberapa sistem pelapisan di masyarakat, yaitu closed social
certification yang berarti sistem stratifikasi tertutup, membatasi kemungkinan
berpindahnya seorang dari satu lapisan ke lapisan lain, baik berupa gerak ke atas
maupun ke bawah, dan hanya ada satu jalan menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat adalah melalui kelahiran; lalu open social stratification yaitu sistem
stratifikasi terbuka dimana masyarakat didalamnya memilii kesempatan untuk
berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik lapisan, dan atau jika tidak
bernasib baik akan jatuh dari lapisan yang atas ke bawah.
Status yang diperoleh seorang individu kemudian menjadi kunci akses ke
segala macam hak-hak istimewa dalam masyarakat. Dimana pada dasarnya hak
istimewa tersebut merupakan hasil dari rampasan dan penguasaan secara paksa
oleh yang satu terhadap yang lainnya. Pihak yang mendominasi dan didominasi,
pada akhirnya, merupakan sumber dari ketidaksamaan dalam masyarakat. Oleh
38
Universitas Sumatera Utara
sebab itu, bagi kalangan kelompok masyarakat dari kelas bawah (strata sosial
rendah) akan sangat berarti bila setelah memperoleh pendidikan tinggi memiliki
akses memperoleh pekerjaan, sehingga dapat mengubah tingkat kehidupan sosial
yang sering kali diukur dengan tingkat pendapatan.
2.5.3 Pendidikan dan Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari kata dasar mobile yang merupakan serapan dari
bahas Inggris dengan pengertian bergerak. Bila ditambah dengan kata sosial,
mobilitas sosial memiliki arti sebagai sebuah gerakan masyarakat dalam kegiatan
menuju perubahan yang lebih baik. Paul B. Horton dan Chester L. hunt (1992)
mengatakan mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial
ke kelas sosial lain.
P.A. Sorokin dalam Ary H. Gunawan mengatakan mobilitas sosial dapat
dibagi menjadi dua: (1) mobilitas vertical yang meliputi (a) social climbing, dari
status yang rendah ke status yang tinggi, dimana keberadaan status yang tinggi itu
sudah ada sebelumnya dan membentuk kelompok atas status yang baru, karena
status yang lebih atas belum ada (promosi); (b) social sinking, dari kelompok
tinggi/ atas turun ke rendah; dan derajat kelompoknya turun; (2) mobilitas
horizontal, yakni apabila perubahan terjadi secara linear, misalnya seorang asisten
rumah tangga yang berubah pekerjaannya menjadi buruh pabrik.
Pada kehidupan dunia modern, semakin banyak orang yang berupaya
melakukan mobilitas ke tingkat yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial
tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda, mereka tetap merasa mempunyai
hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat
39
Universitas Sumatera Utara
mobilitas mereka rendah, tentu saja berarti kebanyakan orang terpenjara dalam
status nenek moyang mereka, dan mereka akan hidup dalam kelas sosial tertutup.
Perpindahan atau mobilitas sosial dapat berupa intragenerational atau
intergenerational. Intragenerational dapat berupa perbandingan posisi seseorang
dalam skala sosial pada kehidupan masa lalu dan kemudian ditemukan mnurun
atau cenderung meningkat. Lalu berikutnya, intergenerational, mobilitas sosial
seorang dipandang dengan melihat generasi dirinya dengan generasi sebelumnya,
generasi orang tuanya, apakah cenderung naik atau menurun dalam skala sosial.
Mobilitas sosial lebih mudah dilakukan pada masyarakat yang memilii sifat
terbuka, sebaliknya pada masyarakat yang sifatnya tertutup (kasta) kemungkinan
untuk melakukan perpindahan (mobilitas) akan lebih sulit. Sebagai contoh, di
India yang menganut sistem kasta, jika seorang individu terlahir dalam kasta
rendah meskipun dia memiliki kemampuan dan keahlian, kasta tidak akan berubah
karena yang menjadi kriteria strata adalah keturunan, bukan keahlian. Sehingga
tidak terjadi gerakan atau mobilitas soial dari kasta satu ke kasta yang lain.
P.A. Sorokin dalam Ary H. Gunawan mengatakan ada sejumlah saluran
mobilitas sosial, diantaranya adalah:
1. Angkatan Bersenjata, merupakan organisasi yang dapat digunakan
untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut
kenaikan pangkat. Sebagai contoh, seorang prajurit yang mungkin berasal
dari golongan masyarakat rendah memiliki peranan yang berjasaa pada
negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan. Dia akan
mendapatkan penghargaan dari masyarakat maupun dari negara, yaitu
berupa pangkat/ kedudukan yang lebih tinggi.
40
Universitas Sumatera Utara
2. Lembaga Keagamaan dapat meningkatkan status sosial seseorang yang
memiliki jasa dalam perkembangan agama seperti ustadz, pendeta, dan
biksu. Status sosial para penyebar jajaran agama ini akan meningkatkan
status sosialnya di masyarakat, terutama bagi komunitas pengikut agama
tertentu.
3. Lembaga Pendidikan merupakan saluran yang konkret dari mobilitas
vertikal ke atas, juga dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari
kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan
memberikan kesempatan pada setiap individu untuk mendapatkan
kedudukan lebih tinggi, baik individu tersebut berasal dari keluarga miskin
sekalipun.
4. Organisasi Politik memberikan kesempatan yang sama seperti angkatan
bersenjata, kepada para anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi
untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya
meningkat.
5. Organisasi Ekonomi, seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lainnya
dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasi
individu dalam organisasi ekonomi, semakin tinggi jabatan yang
ditempati. Semakin tinggi jabatan yang ditempati, semakin besar
pendapatan yang diraih dan karena pendapatan bertambah berakibat pada
kekayaannya bertambah yang juga mengakibatkan status sosial di
masyarakat meningkat.
41
Universitas Sumatera Utara
6. Keahlian, individu yang rajin menulis dan
menyumbangkan
pengetahuan/ keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap
lebih tinggi dari indivivdu biasa.
7. Perkawinan, status sosial seorang individu dapat berubah melalui
perkawinan. Misalnya seorang pria miskin yang menikah dengan seorang
janda kaya, secara otomatis status sosial pria itu berubah menjadi orang
kaya yang disebabkan oleh status istrinya yang kaya.
Sepeti telah dijelaskan sebelumnya, pendidikan menjadi salah satu saluran
bagi seorang individu atau kelompok sosial untuk melakukan mobilitas sosial.
Pendidikan telah memberikan kemungkinan adanya mobilitas sosial, dan dapat
meningkatkan status sosialnya. Pendidikan secara merata memberi kesamaan
dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah.
Mobilitas sosial yang terjadi melalui saluran pendidikan dipengaruhi
beberapa faktor-faktor yang pada dasarnya sama dengan faktor-faktor yang
memengaruhi terjadinya mobilitas sosial pada umumnya. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
1. Perubahan kondisi sosial
Kemajuan di bidang teknologi, menyebabkan penggunaan internet di
sekolah bukanlah hal yang luar biasa. Di institusi pendidikan, para
pendidik dan fasilitas penunjang pembelajaran sudah mulai banyak yang
memiliki layanan internet. Perbedaan asal anak didik mulai diredukasi dan
dapat menggunaakan internet bersama-sama. Sehingga seorang individu
cerdas
yang
berasal
dari
kalangan
keluarga
kurang
mampu
42
Universitas Sumatera Utara
pengetahunannya bertambah dan memungkinkan mereka untuk berprestasi
dan akhirnya meningkatkan status sosial.
2. Ekspansi territorial dan gerak populasi
Ekspansi territorial dan perpindahan penduduk yang membuktikan ciri
fleksibelitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial contohnya seperti
perkembangan kota, transmigrasi, bertambah maupun berkurangnya
penduduk.
3. Komunikasi yang bebas
Pendidikan dan komunikasi yang bebas akan perlahan memudarkan garis
batas pemisah antar strata sosial dan merangsang terjadinya mobilitas
sosial. Sebaliknya, komunikasi yang terbatas antar–strata akan semakin
memperkokoh garis pembatas antar strata yang ada, sehingga membatasi
bahkan menghalangi mobilitas sosial.
4. Pembagian kerja
Tingkat pembagian kerja yang tinggi dan terspesialisasi, maka akan
membuat kemungkinan terjadi mobilitas sosial menjadi lemah karena
spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan khusus. Kondisi seperti ini
akan memacu anggota masyarakat untuk lebih giat berusaha agar dapat
memperoleh status sosial tersebut.
5. Tingkat fertilitas yang berbeda
Kelompok masyarakat yang berlatar belakang kelas sosial ekonomi lebih
tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan fertilitas, sedangkan
kelompok masyarakat yang berlatar belakang tingkat sosial ekonomi dan
pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas lebih tinggi. Hal
43
Universitas Sumatera Utara
ini
dikarenakan masyarakat yang berlatar belakang tingkat sosial-
ekonomi dan pendidikan lebih rendah memiliki anggapan dapat memperbaiki
kualitas
keturunan dan melakukan mobilisasi sosial dengan memiliki
banyak keturunan.
6. Kemudahan dalam akses pendidikan
Kesulitan untuk mengakses pendidikan bermutu akan menjadikan seorang
individu tidak dapat memperoleh pendidikan yang bagus, yang selanjutnya
akan menyebabkan individu tersebut kesulitan untuk mengubah status.
Selain faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya mobilitas sosial melalui
saluran pendidikan, terdapat juga beberapa faktor yang dapat menghambat
terjadinya mobilitas sosial dalam pendidikan diantaranya yaitu:
1. Perbedaan kelas rasial
Sebagai contoh yang terjadi di Afrika Selatan yang pada masa lalu
dikuasai oleh ras berkulit puthi dan tidak member kesempatan kepada
mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di
pemerintahan sebagai penguasa,
dan
bahkan
termasuk
di
system
pendidikan.
2. Agama
Penganut agama tertentu yang menjadi mayoritas dalam suatu negara
kadangkala lebih mudah untuk menduduki tempat yang terhormat dalam
realitas kehidupan berbangsa, walaupun secara resmi semua umat agama
apapun memiliki hak yang sama dengan yang lain.
44
Universitas Sumatera Utara
3. Diskriminasi kelas
Sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas sosial ke atas, terbukti
dengan terdapatnya pembatasan status organisasi tertentu dengna berbagai
syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu
memperoleh. Sebagai contoh ketika penerimaan siswa unggulan dibatasi
hanya 100 orang siswa berprestasi terbaik yang lulus, sehingga hanya 100
siswa yang mendapat kesempatan menaikkan status sosialnya menjadi
siswa unggulan.
4. Kemiskinan
Keadaan ekonomi miskin dapat menghambat seorang individu untuk
berkembang dan mencapai status sosial tertentu, sebagai contoh seorang
anak dengan keadaan ekonomi miksin memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolah karena tidak dapat membayar iuran sekolah. Dan hal
ini
menyebabkan
anak
tersebut
kehilangan
kesempatan
untuk
meningkatkan status sosialnya.
5. Perbedaan jenis kelamin
Perbedaan jenis kelampin memiliki pengaruh terhadap prestasi, kekuasaan,
status soial, dan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan status sosial
dalam bermasyarakat.
2.6 Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan masyarakat desa ke kota. Menurut Dr. Nas
P.J.M, urbanisasi diartikan sebagai suatu proses pembentukan kota yang
digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah
45
Universitas Sumatera Utara
yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharaian yang
agraris, perlahan-lahan maupun secara mendadak memperoleh sifat kehidupan
kota.
Dapat disimpulkan bahwa urbanisasi adalah pertambahan jumlah angka
penduduk perkotaan yang disebabkan oleh perpindahan penduduk daerah daerah
pedesaan yang disebabkan oleh beberapa faktor-faktor penarik dari perkotaan
maupun faktor pendorong yang berasal dari desa asal penduduk.
Faktor-faktor pendorong (push factors) urbanisasi diantaranya adalah:
1. Semakin sempitnya lahan pertanian di desa
2. Merasa tidak cocok dengan tradisi/ budaya daerah asal
3. Sarana dan prasarana desa yang terbatas
4. Tidak banyak macam mata pencaharian di desa, menyebabkan individu
menganggur
5. Kurang fasilitas pendidikan
6. Minimnya pendapatan penduduk yang diperoleh
7. Adat istiadat yang ketat
Sedangkan
faktor-faktor
penarik
(pull
factors) terjadinya
urbanisasi
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kehidupan kota yang lebih menarik dan modern
2. Sarana dan prasarana di kota lebih lengkap
3. Kualitas pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik
4. Pengaruh cerita orang
5. Tingkat upah yang lebih tinggi
46
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Pemikiran
Sejak para proklamator memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, sudah
tertulis bahwa cita-cita bangsa Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan
bangsa. Tetapi semenjak runtuhnya rezim pemerintahan Soeharto, keadaan
ekonomi Indonesia menjadi kacau. Cita-cita nasional yang diidamkan semakin
menjauh untuk menjadi realita. Kemiskinan menjadi sebuah fenomena yang bisa
dilihat semakin menjadi nyata. Keadaan ini semakin memburuk dengan rendahnya
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia, terutama di pedesaan.
Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat pedesaan menyebabkan
mereka semakin sulit untuk mengubah keadaan kehidupan mereka menjadi lebih
baik lagi. Padahal melalui pendidikan pencapaian tingkat kesejahteraan bisa
terlaksana, salah satunya dengan menjalani pendidikan yang baik hingga tingkat
pendidikan yang cukup tinggi, maka pekerjaan yang layak dengan upah yang
layak juga didapat. Tetapi dengan kondisi lapangan kerja yang semakin sempit,
ditambah dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin besar, kompetisi
untuk mendapatkan kehidupan yang layak semakin besar.
Masyarakat desa, dengan kondisi pendidikan rendah, pekerjaan dengan
upah seadaanya, melakukan urbanisasi dengan tujuan mengubah nasib kehidupan
menjadi lebih sejahtera, dengan modal seadaanya. Tanpa modal berupa uang yang
cukup, kualitas bahkan tingkat pendidikan yang rendah, masyarakat pedesaan
yang melakukan urbanisasi ini hanya bertahan di sekitaran daerah marjinal kota
dengan kondisi yang semakin jauh dari cita-cita bangsa.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pemerintah merancang program
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat baik dengan cara program yang
47
Universitas Sumatera Utara
dijalankan secara langsung oleh pemerintah, maupun program yang dijalankan
oleh NGO (Non-Government Organization) yang didasari oleh visi yang sama.
Berbagai program pengorganisasian dan pengembangan masyarakat yang
dilakukan diantaranya seperti PNPM Mandiri, Simpan Pinjam Perempuan, Credit
Union dan lain-lain.
Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) sebagai salah satu organisasi
non-pemerintah, memang pada awalnya memiliki fokus terhadap masalah anak
serta perlindungan anak, tetapi juga mulai mencoba untuk melakukan
pengembangan masyarakat melalui program Credit Union. CU yang dijalankan
oleh
PKPA
memiliki
tujuan
untuk
mengembangkan
masyarakat
dan
meningkatkan kemandirian masyarakat, terutama keluarga dampingan PKPA.
PKPA tidak hanya mendampingi permasalahan ekonomi dampingan tetapi juga
melakukan peningkatan pendidikan dengan tujuan menciptakan masyarakat yang
mandiri dan sejahtera. Melalui program CU Sumber Rejeki juga, PKPA
melakukan peningkatan kapasitas masyarakat dengan berbagai kegiatan pelatihan
yang dirancang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan juga
untuk meningkatkan tingkat kemandirian dan kesejahteraan masyarakat,
khususnya para anggota CU Sumber Rejeki.
48
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperjelas kerangka pemikiran yang dijelaskan sebelumnya, maka
dapat melihat bagan alur pikir berikut:
YAYASAN PKPA
CU SUMBER REJEKI
PINANG BARIS
PENINGKATAN PENDIDIKAN
-
PELATIHAN (vocational
training)
Penyuluhan Hukum
Diskusi dan pendidikan
mengenai isu yang ada
Menciptakan kemandirian masyarakat:
1. Peningkatan sumber pendapatan melalui ekonomi mikro
2. Memberikan sumber modal dengan pinjaman suku bunga
rendah, cepat dan terarah
3. Berkembangnya pola piker masyarakat kearah yang
semakin maju
Bagan 2.1 Bagan Alur Pemikiran
49
Universitas Sumatera Utara
2.8 Definisi Konsep
Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah merupakan
proses dan upaya penegasan, dan penegasan makna konsep dalam suatu
penelitian. Perumusan definisi konsep juga memiliki pengertian yang terbatas dari
suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2001: 136-138).
Adapun yang menjadi konsep dalam penelitian ini adalah:
1. Peranan yayasan (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) dalam penelitian
ini adalah kegiatan pendampingan yang dilakukan terhadap kelompok
dampingan yang menjadi anggota CU Sumber Rejeki Pinang Baris dalam
usaha meningkatkan kemandirian masyarakat.
2. CU Sumber Rejeki adalah organisasi simpan-pinjam dengan suku bunga
rendah yang menjadi wadah pengembangan masyarakat, khususnya
keluarga dampingan PKPA, baik secara ekonomi maupun melalui pola
pikir di Pinang Baris.
3. Kemandirian masyarakat adalah situasi keluarga dampingan dimana segala
kebutuhan baik material, spiritual, sosial dapat terpenuhi secara baik
dengan memberdayakan fungsi sosial yang ada.
4. Pinang Baris adalah daerah dampingan PKPA yang berada dikawasan
Medan Sunggal kota Medan, yang lebih tepatnya terletak di sekitaran
kantor divisi SKA di gang Wakaf belakang terminal Pinang Baris.
50
Universitas Sumatera Utara
Download