Warta cTumbuhan Obat Indonesia ANTS The J( INDO NESIA - JME 1 JANUARI 1_._ N NOMC r.ogyamta 3 Juli 199''I Penyu:nting: Dr. Suwidjiyo Pr;amono ,K'l'IVII'AS AN'I'IBAK'I'EKL UAUN SiRIH (Piper betle L.) TERHAVAY B A K l I K I CilNCilVl'l'lS U-,.~ BARrERI PEIMBENTl cus muta ns) GIG1 (St S'YARlF SUVVONDO *, ;A PENDAHULUAN AM berb agai ha1 yang menyangkut kesehata~n 6 dan mudut, daun sirih dikenal atau digunakau1 masyar-akat sebagai obat sakit gigi, sakit 1ysi, sari;3wan, gua~IllGladang atau bengkak, abses r v l l ~ aI I I ~ ~ lut, luka bekas dicabut gigi, atau sebagai penghilang bau mulut (Departemen Kesehatan RI, 1980; Kloppenburg-Versteegh J., 1978; Sastroamidjojo, A.S., 1962). Namun, sampai sejauh ini, tampaknya masih belum banyak laporan penelitian tentang daun sirih yang tertuju langsung untuk pemanfaatan dalam kedokteran gigi pencegahan terutama dalam pencegahan penyakit periodoiital (gingivitis) dan karies gigi. Telah diketahui sejak lama, kedua penyakit tersebut di atas merupakan penyakit yang mempunyai prevalensi paling tinggi, selain taraf penyebaran yang amat luas pada populasi manusia (Anonim, 1978; Pelton, W.J., dkk., 1979; WHO, 1972). Faktor etiologi lokal yang paling utama pada kedua penyakit ini adalah massa lunak yang terdapat pada permukaan gigi dan dikenhl sebagai plak gigi (dental plaque). Plak bukanlah sekedar kotoran gif biasa, sebagaimana massa lunak yang umum dijump pada permukaan gigi, seperti sisa makanan (foc A,,h&el ataupun materia alba. Plak gigi merupaka ,L,r,,, massa lunak yang melekat erat pada permukaan gigi dan sekaligus menjadi tempat berlindung dan berkembang biak berbagai macam bakteri, termasuk juga penimbunan produk-produk akhirnya yang berpotensi patogen terhadap jaringan gigi dan gusi sekitarnya (McGhee, JR., 1982; Palenstein-Hilderman, 1981; WHO, 1972). Perkembangan bakteriologi kedoktcran gigi, terutama dalam dekade terakhir ini, telah menempatkan Streptococais ntutans sebagai bakteri pembentuk plak dan karies gigi, karena sifat-sifatnya yang spesifik maupun keterlibatannya secara langsung dalam proses pembentukan plak maupun karics gigi dari jenis streptokokus dan bakteri lainnya (Fitzeerald, 1960; Gibbons. 1968: Hamada. 1980; ee, 1982; Palenstei~ ..-a . -z,..m. remitas Padjadjaran, Ba n..mmn -. R.S. *, :o, R.M .* Dalam upaya untuk memanfaatkan daun sirih (Piper betle L.) sebagai sumber bahan obat dalam kedokteran gigi pencegahan, telah dilakukan suatu penelitian terhadap 40 jenis tumbuhan sumber yang banyak digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun sirih merupakan salah satu dari 13 jenis tumbuhan yang memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi dan )I) Ul A: berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P < 0.C" erhaantara .40 je nis tumbiuhan surrtber yang ureus dap Streptoc.occzis vin[duns darL Staphyk rongga mulult. Oleh sebab itu, untuk melengkapkan informasi yang ada, berikut ini akan dilaporkan hasil pengamatan tentang aktivitas antibakteri daun sirih terhadap gingivitis dan bakteri pembentuk plaklkaries (Streptococclis ntlitans), agar dapat menambah khazanah penelitian tumbuhan obat Indonesia, khususnya yang dapat menouane uuaya pencegahan uenvakit .gigi dan 2 L , PENELIT IAN Aktivltas antibakteri aaun sifih akan diamati terlap bakteri gingivitis dan b#akteri pelmbentuk plakl .ies (Streptococcus mutans). Pengamatan aktivitas antiba~teriiernauap gingivius dilakukan dengan metoda pengenceran beruntun (Serial Dilutiort Method) ter hadap 4 jenis bakteri gingivitis (aerob dan anaerob) yang memiliki jumlah populasi menonjol. Sediaan uji yang digunakan dibatasi pada sediaan ekstrak air-alkohol. Pengamatan aktivitas antibakteri terhadap bakteri pembentuk plak atau karies dilakukan melalui cara difusi agar dengan cakram kertas (Agar Diffiision Method Bauer-Kirkby). Sediaan uji yang dipakai adalah sediaan perasan (P), infus (I), ekstrak air-alkohol (A),-.ekstrak heksan .) dan eta (EH), kloro han dan i -. Bahan dan alat yang dipakal dalam penelitian antara lain adalah: daun sirih, bahan pelarut (air, air-alkohol; heksan, kloroform, dan etanol), bakteri ' 2 Warta Tumbuhan Obat Indonesia uji, media pembenihan (Trypticase soy broth, Thioglycollate, Agar Mueller-Hinton), cakram kertas, Gas gonerat& kit (Oxoid), stoples anaerob (anaerobic jar), alat Soxhlet, rotavapor (Buchii, RE-Ill), panci infus, dan alat-alat lainnya yang ;-sering dipakai dalarlaboratorium mikrobiologi,atgu f3rmakogno Pembuatan sediaan uji Sediaan perasan (P) diperoleh dengan cara melumatkan 10 g.daun sirih segar, kemudian diperas dengan tangarfs.mpai terperas habis melalui kantong kain ganel'tdhi 10 g liahan diperoleh sekitar 5,O g cairan peraisan). Sediaan infus (I) diperoleh dengan cara infundasi simplisia daun sirih seperti. yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi I11 (1979). Sediaan perasan (P) dan sediaan (I) yang diperoleh dengan cara di atas dipakai langsung sebagai sediaan uji. Sediaan ekstrak air-alkohol (A) diperoleh dengan maserasi 10 g simplisia dengan 100 ml pelarut air-alkohol (1 : 1). Sari yang diperoleh diuapkan dan " dikentalkan dengan rotavapor sampai dihasilkan ekstrak kental atau kering. Sediaan ekstrak heksan, kloroform dan etanol, dibuat dengan mengekstrak 200 g simplisia melalui alat Soxhlet beturut-turut dengan pelarut heksan, Moroform dan terakhir dengan etanol. Sari yang diperoleh diuapkan dan dikentalkan sampai dihasilkan ekstrak kental atau kering. Sediaan uji dibuat dengan mencampur 1,O g ekstrak kental dengan 10 ml pelarut masing-masing. Cakram kertas - Cakram kertas pembawa sediaan uji, dibuat dari kertas pengisap, berukuran tebal sekitar 1,O mm, garis tengah 5,5 mm dan berat per 100 cakram kosong adalah 2 395,2 mg. Pengisian cakram dengan sediaan uji dilakukan dengan cara pencelupan dan pengeringan berulang pada sebanyak 100 cakram kosong, sampai diperoleh 4 macam taraf kadar: k l (1 kali pencelupan), k2 (2 kali), k3 (4 kali) dan k4 (8 kali pencelupan). Dengan demikian maka, konsentrasi sediaan uji rata-rata dalam setiap cakram adalah (A = 395,21100) mg/cakram, jika A adalah berat 100 cakram yang telah diisi dengan cara tersebut di atas. Bakteri uji Bakteri gingivitis yang digunakan sebagai bakteri uji, adalah bakteri yang diisolasi dari plak penderita gingivitis. Dari spesimen plak tersebut, akan ditetapkan bakteri gingivitis (aerob dan anaerob) yang menonjol jumlah populasinya pada perbenihan. Bakteri uji dibatasi pada 2 jenis bakteri aerob dan 2 jenis anaerob. Bakteri pembentuk plak/karies yang dipakai dalam penelitian ini adalah Streptococcus ntutans serotipe-c (S. mutans-c) dan Streptococcus mutans serotipe-d (S. mutans-d). Kedua strain streptokokus tersebut diperoleh dari Prof. Dr. S. Kotani dan Prof. Dr. S. Hamada, dengan kode strain masing-masing: MT-8148R (c) dan OMZ-276 (d). Januari 1992 Tatacara pellgunula~i ~ k t i i t a santibakteri sediaan ekstrak air-alkohol daun sirih ditetapkan dengan menentukan konsenji terkecil sediaan yang masih mampu memberikan k bakterisid terhadap bakteri uji. Pengukuran aktivitas antibakteri terhadap bakteri rGmbentuk plak/karies, ditetapkan dengan mengukur lebar daerah hambat (LDH) pertumbuhan bakteri uji yang dihasilkan sediaan uji pada masing-masing konsentrasinya. LDH diukur dari segi cakram sampai tepi daerah hambat melalui garis tengah cakram. Berdasarkan hasil pengamatan lebar daerah hambat pertumbuhan S. mutans-c maupun S. mutans-d, sediaan ekstrak air-alkohol merupakan sediaan yang paling menonjol dibanding sediaan infus maupun perasan, yaitu 1,O mm dengan konsentrasi cakram 0,40 mg. Sedangkan sediaan perasan (P) dan Infus (I) meng- hasilkan LDH dengan lebar yang sama masing-masing adalah 1,O mg dan 0,50 mg. Pada kelompok sediaan ekstrak heksan (EH), kloroform (EK) dan etanol (EE). ekstrak heksan daun sirih memperlihatkan efel: hambat an yang paling t baik terhadap S. mutams--c ma1upun S. mutans -d. Secara keseluruha n, efek.. st:diaan uji terhada dua bakteri S. mutans, terllntas gambaran yang; Dern ha1 beda antara S. mutans-c dan S. mutans-d, dala~ sensitivitas terhadap ekstrak daun sirih. Tampakrlya S. iika mutans-c lebih sensitif daripada S. mutans-d , dilihat dari LDH pertumbuhan masing-masing. Agar diperoleh perbandingan yang lebih tepat, telah d icoba untuk dilakukan analisis.statistik terhadap passlngan perlakuan keenam jenis sediaan uji melalui varlans dua arah Friedman. Rank efek perlakuan ditetapkan berdasarkan nilai aktivitas antibakteri masing-masing sediaan uji. Nilai aktivitas antibakteri ditentllknn berdasarkan LDH yang terjadi per satuan konseintrasi yang bersangkutan. Dari hasil analisis statistik ternyata antara keenam sediaan uji berbeda nyata dalam ha1 nilai aktivitas antibakteri (T = 7,75, P c 0,05) dengan rentang signifikansi (RSF) sama dengan 4,6. Dengan demikian, maka ekstrak air-alkohol (R = 11) dan ekstrak heksan (R = 11) adalah jenis sediaan yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan jenis sediaan yang lain (P), (I) maupun dengan (EE). Perbedaan lain terdapat juga antara ekstrak kloroform (R = 7) dengan sediaan perasa.n (PI atau infus (I). A HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Aktivitas antibakteri sediaan ekstrak air-allkohol daun sirih terhadap bakteri gingivitis Hasil isolasi bakteri gingivitis dari spesimen plak yang memperlihatkan gambaran pop1~lasimen~onjol' adalah: a. Bakteri aerob gram positif bentuk kokus dr susunan seperti rantai (BG-1). b. Bakteri aerob gram positif bentuk kokus dr - 3 Warta Tumbuham Obat Indonesia Vol. 1No. 1 susunan satu-satu (BG-2). c. Bakteri anaerob gram positif bentuk kokus dengan susunan dua-dua (BG-3). d. Bakteri anaerob gram positif bentuk batang (BG4). Pengujian aktivitas antibakteri sedia.an ekstr,ak air-alkohol daun sirih terhadap keempat bakteri -uji val tersebut di .atas dilakukan dengan konse sebesar 100 mg/ml (1 g/10 ml air). Agar diperoleh gambaran yang lebih lengkap, pengujian yang sama telah dilakukan juga terhadap sediaan pembanding. Sediaan uji pembanding yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan obat yang mengandung zat aktif Povidon yodida 1%(btv). uji Hasil pengamatan konsentrasi terkecil ... . . . . .. yang masih efe;ktif berdz risid, disajikan dahim Tabel ' .. . . . . . ... . . "..*.A .... L BG-3 2. Pov. yod-l%(lsodlneR) 2.5 - wm=,, ,,,1umou edlaan UjI I . t m r a k alr-alkohol 12,5 8,25 5.00 2,50 , 'erasan (P) lfus (I) 0,: Ikstrak alr-alkohol (A) 0,: ikstrak klorofol Ikstrak elan01 1 .0-' . = terdapat dtaerah hambat peltumbuhan baMsri ujl tldak lerllhint daerah hambat pertumbulIan baMerl ujl . .. air-~IKO~ aaun OI slrm dibandingkan dengan sediaan Povidon yc (lsodinR) T ~ h n 1l . Aktivitas AntiDaKterl eKStlaK Tabel 2. Konsmtrasi berbagai sediaan dan ekstrak daun sirih pada masing-masing taraf konsentrasi yang diperol e h dengan cara pencelupan berulang dan efeknya terhadap Streptococcus mutans. 4 3.. - Keterangan: menurut Konssntrasl BaMerl Mlnlmal dalam mglml terhadap baMerl gingivitis (BG-1, BG-2. BG-3, BG-4) Pengamatan yang dilakukan aengan cara a1 atas, memberikan gambaran bahwa sediaan ekstrak air-alkohol daun sirih ternyata memiliki aktivitas antibakteri terhadap keempat bakteri gingivitis dengan nl, konsentrasi yaing berkis,ar antar: Dsedangkan pad.a sediaarI uji peml 5,00 mgml. terhadap pertumbuhan S. mu1'ans baru terjadi pada k2 (2 kali pencelupan) yaitu 040 mgilcakram untuk ..t..G sediaan (A), 0,50 mg/cakran. uurun Jediaan (I) dan konsentrasi 1,00 mgcakram bagi sediaan (P). Pengujian terhadap sediaan ekstrak heksan (EH), kloroform (EK) dan etanol (EE) dilakukan terhadap semua konsentrasi kecuali k l dengan jumlah ulangan perlakuan sebanyak 3 kali. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada semua jenis maupun konsentrasi sediaan memperlihatkan efek hambat terhadap pertumbuhan S. mutans. Hasil pengukuran Lebar Daerah Hambat (LDH) pertumbuhan S. mutans-c dan S. mutans-d oleh sediaan perasan, infus, ekstrak air-alkohol, ekstrak . .. Tat,el 3. Lebar Daerah Hambat (hm) pertumbuhan S. mutans-c dan S. mutans-d yang dihasilkan oleh berbagai macam sediaan dan ekstrak daun sirih d e n g a n masing-masing Rank A n t i b a M e r i n y a . 2. Aktivitas antibakteri sediaan perasan (P), inf (I), ekstrak air-alkohol (A), ekstrak heksan (El kloroform (EK) dan etanol (EE) terhad pembentuk plaWkaries Pengamatan aktivitas antibakteri terhadap baktc pembentuk plaklkaries (Streptococcus ntutans) di., kukan pada sebanyak 6 jenis sediaan dengan menggunakan cakram kertas. Konsentrasi rata-rata setiap jenis sediaan dalam cakram pada 4 macam taraf konsentrasi seperti yang tertera dalam Tabel 2. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap kelompok sediaan perasan (P), infus (I), dan ekstrak air-alkohol (A) melalui cakram kertas dilakukan ,berturut-turut dari konsentrasi paling kecil sampai tertinggi. Ulangan perlakuan sebanyak 3 kali diberikan terhadap sediaan dalam cakram dengan konsentrasi paling rendah yang memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan Streptococcz~srttutarts. Dari hasil pengamatan ternyata sediaan daun sirih tidak memberikan. efek pada konsentrasi 0,30 mgtcakram (kl). Efek hambat c ljl Konsentrasi S.mulansc S.ml cakram (rtm) (r (mglckr) (R) Perasan (P) 1.00 1,w (1) 0,50 2 lilfus (1) 0,50 l,W (3) 0.50 5 3. Ekst. air-alkohol (A) 0,40 1,W (5) 1.50 4. Ekst. heksan (EH) 0.X) 2,W 1.50 6.20 1.50 1,M) 2,40 2,M) 2.00 5. Eks. klorofon (EK) . Eks. elan01 (t Keterangan: T --- = r.rD RSF = -- pzu,u5 4,6 (R) = Rank Antit (6) 11 '" Warta Tumbuhan Obat Indonesia heksan, kloroform maupun etanol, di&j&an dalam %be1 : KESIMPULAN -.- Kesimpulan yang dapat dlkemukakau berdasarkm hasil pengamatan aktivitas @ibakteri berbagai jenis sediaan dan ekstrak daun sir& (Piperbetle L.) terhadap bakterigingivitis (aerob dan anaerob) dan bakteri pembentuk plak yang sangat karioeenik I(S. mutanSc dan S. rn?tq?;d) adaiak ek1. -SeQilaari(perasan, irifiis,. ekstrak air-akohol, .st& b h m , klorofbtm maupun etanol daun slrih dgnipunyai aktivitas antibakteri gingivities, plak dm karies yang dapat dikembangkan lebih lanjut penelitian dan penggunaannya dalam upaya pen.cegahan penyakit mullut d m gigi baik sc:cars traciisional mallpun mode:m. 2. Di antara 6 jenis sediiaan-yang diperolelh dari dailn . alkohol cIan ekstriak sirih, tampih y a ek2 fek antibakteri yalng heksan dau n sirih m paling mencmjol. -0- ' t 4 DAFTAK YUSIAI( rport; Badan Anonin 1, 1978, Disability Study, A pn Litb~angkes,Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, ed 111, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1983, Pe!manfaatan TumbuharI Obat, Di t. Jen. PO:M, Departemen KIesehatan RlI, Jakarta. Anonim, 1986, Se:diaan Galcenik, Dit. .Jen. POM, Departem en Januari 1992 Kesehatan RI, Jakarta. Fitzgcrald, RJ., dan Keyes, P.H., 1960, Demonstration of the etiologic role of Streptococci in experimental caries in hamster, ~ . , & n . ~ e n t . ~ s6l,9-31. s. Gibbons RJ,dan Nygaard, M., 1968, Synthesis of insoluble Dextran and its significance in the formation of gelatinous deposit by plaque forming Streptococci, Arch. Oral Biol., 13: 1249-62 Hamada, S.dan Slade, H.D., 1980, Biology, Immunology, and Carigenicity of Streptococcus mutans, Microbial. Rev. 44: 331Heyne, K, 1972, Nuttige Planten van Nederlansch-Indie Land. Nijv. & Hand, Batavia. Ism, 1984, I S 0 Indonesia vol. W ,PT. AKA, Jakr Kloppenburg-Versteegh J., 1978, Wenken en Raadgc:vingen Betreffende het Gebruik van Indische Plantc:n, Vruchte n, enz., . vijfde druk, Servire B.V.Katwijk aan Zee. Koneman E.W., 1979, Color Atlas and Textbook UL u l m ~ r v ~Miti~ crobiology, J B Lippincott Co, Philadelphia. Mardisiswojo, S. dan Radjakmangunsudarso, H., 1968,, Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, PT. Karya Wreaa, JaKarta. McGhee, J.R, Michalek S.M., dan Cassel G.H. (Ed), 1982, Dental Microbiology, Harper & Row, Philadelphia. Palenstein-Helderman, W.H. van, 1981, Microbial Etiology of Periodontal Disease, J. Clin. Periodontal, 8: 261-80. Pelton, W.J., dkk., 1979, The Epidemiology of the Oral Health, Halvard University Press, Cambridge, Massachusetts. Sastroamidjojo, A.S., 1962, Obat Asli Indonesia, Pustaka Rakyat, Jakarta. Sutrisno, B., 1974, Ikhtisar Farmakognosi, Pharmascience Pacific, Jakarta. Van, Steenis-Kruseman, MJ., 1953, Select Indonesian medicinal plants, Bull. Org. Sci. Res. 8: 261-280. W H 0, 1972, The Etiology and Prevention of Dental Caries, WHO-TRS 494, WHO, Geneva. . . -. , SEMINAR .,AIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESL 'opik BID, I DAN KAY Jakarta, Juli 19 lnformasi lengkap pada halaman