3 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Tematik
Menurut Kemendikbud tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu
adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui
penggunaan tema. Pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik tidak
mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah semua mata pelajaran yang ada
di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat
dengan tema.
Prastowo
(2013:223)
pembelajaran
tematik
terpadu
merupakan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalam berbagai tema, yang dapat memberikan pengalaman belajar
secara langsung dan bermakna bagi peserta didik.
Menurut Trianto (2010: 70) pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta
didik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata
pelajaran kedalam satu tema tertentu, sehingga peserta didik tidak mempelajari
materi pelajaran secara terpisah namun semua mata pelajaran tersebut sudah
dilebur menjadi satu dan diikat dengan tema.
Tematik terpadu memiliki beberapa tujuan, menurut Kemendikbud tentang
Implementasi Kurikulum (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai berikut:
a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata
pelajaran dalam tema yang sama.
3
4
c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan
berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
e. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran
yang lain.
f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3
pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pembelajaran pada jenjang sekolah dasar dan menengah menggunakan
kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik untuk
SD/MI masing-masing kelas disediakan dalam berbagai tema. Tema-tema pada
pembelajaran integrative kurikulum 2013 berkaitan dengan alam dan kehidupan
manusia. Keduanya memberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran
PPKn, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjaskes pada kelas 1
sampai kelas 4. Menurut Permendikbud nomor 67 tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, kompetensi
inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu.
Dalam pembelajaran tematik terintegrasi memiliki acuan utama di
dalamnya yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Menurut PP No.32 Tahun
2013 bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Menurut M Fadillah (2014: 36) kegunaan SKL adalah sebagai
acuan utama dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian
Pendidikan, Standar Pendidik, dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan
5
Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Standar Kompetensi
Lulusan merupakan hal yang penting dalam pembelajaran tematik terintegratif,
karena SKL merupakan pedoman dalam penilaian penentuan kelulusan peserta
didik. Pada kurikulum 2013 untuk mencapai SKL peserta didik haruslah memiliki
tingkat kemampuan yang dinamakan dengan Kompetensi Inti (KI) yang
merupakan perubahan dari standar kompetensi pada kurikulum sebelumnya
(KTSP) Mulyasa (2013: 174) kompetensi inti merupakan oprasionalisasi Standar
Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang
telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang
menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti Kurikulum 2013 kelas
4 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013) disajikan melalui tabel 2.1
berikut ini.
Tabel 2.1
Kompetensi Inti Kurikulum 2013 Kelas 4 Semester II
KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatanya, dan benda-benda yang
dijumpainya dirumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis, dan
sistematis, dalam karya dalam karya yang estetis dalam karya yang
mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.
Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013.
Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi
untuk setiap satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran ini tidak hanya ranah
6
kognitif siswa yang akan dinilai namun sikap dan keterampilan siswa juga perlu
dinilai. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki proses psikologis yang
berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan
proses psikologis turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Penilaian
dalam pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar
peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan
penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang
dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu.
Pembelajaran tematik untuk kelas 4 semester II terdiri dari 5 tema dan
terdapat 15 subtema. Tema dan subtema secara rinci disajikan melalui tabel 2.2
dihalaman berikut ini.
7
Tabel 2.2
Tema dan Subtema Kelas 4 Semester II
Tema
Subtema
1 Perjuangan Para Pahlawan
5 Pahlawanku
2 Pahlawanku Kebanggaanku
3 Sikap Kepahlawanan
1 Keanekaragaman Hewan dan
Tumbuhan
6 Indahnya Negeriku
2 Keindahan Alam Negeriku
3 Indahnya Peninggalan Sejarah
1 Aku dan Cita-citaku
7 Cita-citaku
2 Hebatnya Cita-citaku
3 Giat Berusaha Meraih Cita-cita
1 Lingkungan Tempat Tinggalku
2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
8 Tempat Tinggalku
3 Aku Bangga dengan Daerah Tempat
Tinggalku
1 Makananku Sehat dan Bergizi
9 Makananku Sehat dan
2 Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi
Bergizi
3 Kebiasaan Makanku
Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 4 Tema 8
Tempat Tinggalku.
Berdasarkan tabel 2.2 dalam pembelajaran tematik kelas 4 semester II
terdiri dari 5 tema dan dibagi menjadi beberapa subtema. Dari 5 tema yang ada
akan dipelajari salah satu tema yaitu tema 8 Tempat Tinggalku subtema 2
Keunikan Daerah Tempat Tinggalku. KI dan KD dari Tema 8 Tempat Tinggalku
Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku disajikan melalui tabel 2.3
dihalaman berikut ini.
8
Tabel 2.3
Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat Tinggalku
Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 Semester II
Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti
PPKn
1. Menerima,menjalan
kan dan
menghargai ajaran
agama yang
dianutnya.
2. Menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung
jawab, santun,
peduli, dan percaya
diri dalam
berinteraksi dengan
keluarga, teman,
guru, dan
tetangganya.
3. Memahami
pengetahuan
faktual dengan cara
mengamati dan
menanya
berdasarkan rasa
ingin tahu tentang
dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan
bendabenda yang
dijumpainya di
rumah, di sekolah
dan tempat
bermain.
1.2 Menghargai
kebersamaan
dalam
keberagaman
sebagai
anugerah
Tuhan Yang
Maha Esa di
lingkungan
rumah,
sekolah, dan
masyarakat
sekitar.
2.3 Menunjukkan
perilaku sesuai
dengan hak
dan kewajiban
sebagai warga
dalam
kehidupan
sehari-hari di
rumah,
sekolah dan
masyarakat
sekitar
3.3 Memahami
manfaat
keberagaman
karakteristik
individu di
rumah, sekolah
dan masyarakat.
Bahasa Indonesia
IPS
1.3 Menerima karunia
Tuhan YME yang
telah menciptakan
manusia dan
lingkungannya
2.3
3.1 Menggali informasi
dari teks laporan
hasil pengamatan
tentang gaya, gerak,
energi panas, bunyi,
dan cahaya dengan
bantuan guru dan
teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan
tulis dengan memilih
dan memilah
kosakata baku.
3.4 Menggali informasi
dari teks cerita
petualangan tentang
lingkungan dan
sumber daya alam
dengan bantuan guru
dan teman dalam
bahasa Indonesia lisan
dan tulis dengan
memilih dan memilah
kosakata baku.
Menunjukkan
perilaku santun,
toleran dan peduli
dalam melakukan
interaksi sosial
dengan
lingkungan dan
teman sebaya.
3.5 Memahami
manusia dalam
dinamika interaksi
dengan
lingkungan alam,
sosial, budaya,
dan ekonomi.
Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema 8
Tempat Tinggalku
9
Dari tabel 2.3 dapat digambarkan pemetaan Kompetensi Dasar (KD)
seperti tergambar dalam gambar 2.1 berikut ini.
PPKn
1.2 Menghargai kebersamaan
dalam keberagaman sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha
Esa di lingkungan rumah,
sekolah, dan masyarakat
sekitar.
2.3 Menunjukkan perilaku sesuai
dengan hak dan kewajiban
sebagai warga dalam
kehidupan sehari-hari di rumah
sekolah dan masyarakat sekitar.
3.3 Memahami
manfaatkeberagamankarakteristi
k individu di rumah, sekolah dan
masyarakat.
IPS
1.3 Menerima karunia Tuhan YME
yang telah menciptakan
manusia dan lingkungannya
2.3 Menunjukkan perilaku
santun, toleran dan peduli
dalam melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan dan
teman sebaya.
3.5 Memahami manusia dalam
dinamika interaksi
denganlingkungan alam,
sosial, budaya, dan ekonomi.
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks
laporan hasil pengamatan
tentang gaya, gerak, energi
panas, bunyi, dan cahaya
dengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis
dengan memilih dan memilah
kosakata baku.
3.4 Menggali informasi dariteks
cerita petualangantentang
lingkungan dansumber daya
alamdengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis dengan memilih
danmemilahkosakata baku.
Sub tema 2
Keunikan Daerah
Tempat Tinggalku
Gambar 2.1
Pemetaan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat Tinggalku Subtema 2
Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema 8 Tempat Tinggalku
10
2.1.2 Model Pembelajaran Group Investigation Dan Pendekatan Discovery
Learning (MP GI-PDL)
Model Pembelajaran Group Investigation (MP GI)
Slavin (dalam Setyorini, 2014: 8) menyatakan GI adalah sebuah
perencanaan kelas yang secara umum siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan
menggunakan kooperatif diskusi kelompok untuk melakukan investigasi terhadap
suatu topik yang akan dipelajari.
Suprijono (2011: 80) mengemukakan bahwa GI merupakan model
pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dalam setiap kelompok untuk
bekerja melakukan investigasi sesuai dengan topik yang dipilih.
Hamdani (2011: 90) mengemukakan bahwa GI merupakan model yang
melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajari melalui investigasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa GI adalah model pembelajaran kooperatif
yang melibatkan siswa sejak perencanaan kelas secara umum, dimana siswa
bekerja dalam kelompok kecil dengan menggunakan kooperatif diskusi kelompok
yang melibatkan aktivitas siswa dalam menentukan topik maupun cara
mempelajarinya melalui proses investigasi yang menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses
kelompok.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri dari MP GI yang dikemukakan
oleh Slavin (dalam Utami, 2012:8) yaitu sebagai berikut:
1.
Membutuhkan kemampuan kelompok
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat
kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat
mencari informasi dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa
mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk
mengerjakan lembar kerja.
11
2.
Rencana kooperatif
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang
dibutuhkan, siapa yang melakukan, apa dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3.
Peran guru
Guru bertugas sebagai fasilitator dan menyediakan sumber. Guru memutar
diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan
membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Kelebihan dari MP GI menurut Setiaji (dalam Utami, 2012:13) yaitu:
1.
Siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan
dipelajari.
2.
Siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi.
3.
Siswa memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual
pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis.
4.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi.
Kekurangan MP GI yaitu sedikitnya materi yang disampaikan pada satu
kali pertemuan, sulitnya memberikan nilai secara personal, tidak semua topik
cocok dengan MP GI, adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai
yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah, penyelesaikan
materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih
lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan
materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum
berpengalaman, membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama
untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik.
12
Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Sharan (dalam Hamdani,
2010: 91) yaitu :
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
Tahap pengelompokkan siswa yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan
diidentifikasi serta membentuk kelompok investigasi dengan tiap kelompok 4 –
5 orang.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
Tahap orientasi siswa kepada masalah. Tahap perencanaan (planning) tugas –
tugas pembelajaran, pada tahap ini siswa bersama–sama merencanakan tentang
tugas yang akan diselidiki.
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu
materi / tugas yang berbeda dari kelompok lain.
Tahap penyelidikan (investigation) yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi
siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan mengumpulkan informasi,
berdiskusi, mempersatukan ide dan pendapat yang berbeda.
4. Masing – masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif yang bersifat penemuan.
Tahap pengorganisasian (tahap laporan akhir) siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah dari hasil yang didapat.
5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan
kelompok.
Tahap presentasi (presenting) yaitu tahap penyajian laporan akhir kegiatan
pembelajaran dimana dalam tahap ini siswa diharapkan untuk membacakan
hasil diskusinya.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
Dalam tahap ini kelompok yang tidak presentasi dapat memberikan tanggapan
terhadap hasil pembahasan kepada kelompok yang sedang melakukan
presentasi.
13
7. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
Tahap evaluasi (evaluating) atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa,
pada tahap ini guru memberikan penjelasan materi dan kesimpulan dari
pembelajaran yang sudah berlangsung.
Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Slavin (Tukiran, dkk. 2011:
76) yaitu:
1. Mengatur murid ke dalam kelompok dan mengidentifikasi topik.
Pada tahap ini siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dan
melakukan identifikasi topik yang akan dibahas.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari .
Pada tahap ini siswa berdiskusi merencanakan tugas tentang topik yang akan
dibahas.
3. Melaksanakan investigasi.
Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi, berdiskusi menyatukan
pendapat yang berbeda.
4. Menyiapkan laporan akhir.
Pada tahap ini siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil investigasi yang
didapat.
5. Mempresentasikan laporan akhir.
Pada tahap ini siswa diharapkan untuk membacakan hasil diskusinya setelah
melakukan investigasi.
6. Evaluasi.
Pada tahap ini guru melakukan penilaian proses dan hasil proyek siswa dan
memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Hamruni (2012: 225) yaitu:
1. Membentuk kelompok
Pada tahap ini siswa menetapkan jumlah anggota kelompok secara heterogen,
memilih topik yang akan diidentifikasi.
14
2. Melakukan perencanaan
Pada tahap ini siswa melakukan perencanaan tentang topik yang akan dipelajari
secara bersama-sama.
3. Melakukan investigasi
Pada tahap ini siswa melakukan investigasi saling tukar informasi dan ide,
berdiskusi, mengumpulkan informasi.
4. Melakukan organisasi
Pada tahap inisiswa mengatur penulisan dan pelaporan anggota kelompok
merencanakan presentasi laporan, menentukan penyaji, moderator, dan notulis.
5. Melakukan presentasi
Pada tahap ini salah satu wakil kelompok menyajikan, kelompok lain
mengamati, mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
6. Melakukan evaluasi
Pada tahap ini siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang
dilakukan dan melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada
pencapaian pemahaman.
Sintaks atau langkah-langkah menggunakan MP GI dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok.
2. Membentuk kelompok @ 4 orang.
3. Ketua kelompok mendapat satu tugas.
4. Melakukan investigasi terhadap topik.
5. Menyiapkan laporan akhir dari hasil yang diperoleh.
6. Mempresentasikan laporan.
7. Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
8. Menyimak penjelasan singkat dan memberi kesimpulan.
9. Mengerjakan tes.
15
Pendekatan Discovery Learning (PDL)
Hosnan (2014: 281) menyatakan bahwa pembelajaran dengan penemuan,
siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa
untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Menurut Hanafiah (2010: 77) penemuan (Discovery Learning) merupakan
suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan
siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku.
Menurut Mulyasa (Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013: 144)
discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
menemukan atau menyelidiki sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran melalui
pengalaman langsung.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) adalah suatu pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, agar siswa memiliki pengalaman
dalam melakukan percobaan untuk diri mereka sendiri, pembelajaran ini
melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan
tingkah laku dalam pembelajaran melalui pengalaman langsung.
Hosnan (2014: 287-288) mengemukakan beberapa kelebihan dari PDL
yakni sebagai berikut:
a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif.
b) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
16
d) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.
e) Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
f) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
g) Melatih siswa belajar mandiri.
h) Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Hosnan (2014: 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari
discovery learning yaitu menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah
kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi
fasilitator, motivator, dan pembimbing, kemampuan berpikir rasional siswa ada
yang masih terbatas, dan tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
cara ini.
Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan langkah-langkah PDL
yaitu sebagai berikut:
1. Stimulasi/pemberian rangsang
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungan, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat
memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2. Pernyataan/identifikasi masalah
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3. Pengumpulan data
Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi
yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan
uji coba sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis.
17
4. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya.
5. Pembuktian
Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan
dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
6. Menarik kesimpulan
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
atau pembuktian.
Langkah-langkah PDL menurut Syah (2013) yaitu sebagai berikut:
1. Memberi stimulus
Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau
gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang
akan dibahas.
2. Mengidentifikasi masalah
Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan
apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan
pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
3. Mengumpulkan data
Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan
mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan
solusi pemecahan masalah yang dihadapi.
4. Mengolah data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pengolahan data dari hasil informasi
yang didapat sehingga dalam kegiatan ini melatih keterampilan berfikir
peserta didik.
18
5. Memferifikasi/pembuktian
Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil
pengolahan data yang telah diperoleh.
6. Menyimpulkan
Pada kegiatan ini peserta didik membuat hasil kesimpulan dari informasi
yang telah didapat dan dari hasil pembuktian.
Langkah-langkah PDL menurut Mulyasa (Guru dalam Implementasi
Kurikulum 2013: 144) yaitu sebagai berikut:
1. Stimulus
Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, gambar,
dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga
peserta didik mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca,
mengamati situasi atau melihat gambar.
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja
yang dihadapi dalam pembelajaran, mereka diberikan pengalaman untuk
menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba merumuskan
masalah.
3. Pengumpulan Data
Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan
mengumpulkan data untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Pengolahan Data
Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan
mengeksplorasi
kemampuan
pengetahuan
konseptualnya
untuk
diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih
keterampilan berfikir logis.
5. Verifikasi
Tahap ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil
pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada
19
teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau
media.
6. Generalisasi
Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil
simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga
kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan peserta didik.
Langkah-langkah menggunakan PDL dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Menyimak bacaan.
2. Merumuskan masalah.
3. Mengajukan hipotesis.
4. Mengumpulkan data dari berbagai sumber yang didapat.
5. Mengolah data dari hasil pengumpulan data.
6. Membuktikan hipotesis.
7. Menarik kesimpulan.
Kesimpulan langkah-langkah MP GI-PDL sebagai berikut:
1. Menyimak bacaan.
2. Menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok.
3. Membentuk kelompok @ 4orang.
4. Ketua kelompok mendapat satu tugas.
5. Merumuskan masalah.
6. Melakukan investigasi terhadap topik.
7. Mengolah data dari hasil pengumpulan data.
8. Membuktikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh.
9. Menarik kesimpulan.
10. Menyiapkan laporan akhir dari hasil diskusi yang diperoleh.
11. Mempresentasikan laporan.
12. Kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
13. Membuat kesimpulan.
14. Mengerjakan evaluasi.
20
2.1.3 Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Abdul Majid (Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum
2013: 184) model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran dalam
konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, yang sifatnya berpusat pada guru
sehingga dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi
belajar.
Ujang Sukandi (Kholik, 2011) mendefenisikan bahwa model pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran yang lazim atau sudah biasa diterapkan
dalam kegiatan sehari-hari oleh guru yang banyak mengajarkan tentang konsepkonsep bukan kompetensi, agar siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk
melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak
mendengarkan.
Iwayan Sukra (2011) mengungkapkan bahwa model pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir
seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru dan siswa hanya menerima
informasi dari guru.
Pembelajaran konvensional masih dilaksanakan atas asumsi bahwa suatu
pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Dalam
pengajaran secara konvensional selama ini lebih ditekankan pada tugas guru untuk
memberikan intruksi atau ceramah selama proses pembelajaran berlangsung,
sementara itu siswa hanya menerima pembelajaran secara pasif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional
merupakan pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan,
yang sifatnya berpusat pada guru sehingga dalam pelaksanaannya kurang
memperhatikan keseluruhan situasi belajar, dimana guru lebih banyak
memberikan informasi tentang suatu materi yang mengajarkan pada konsepkonsep bukan kompetensi yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu bukan
mampu untuk melakukan sesuatu, sehingga siswa hanya sebagai penerima
informasi saat pembelajaran. Pembelajaran konvensional ini sudah lazim dan
biasa diterapkan dalam kegiatan sehari-hari dikelas oleh guru.
21
Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri dari pembelajaran konvensional
antara lain :
1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima
pengetahuan dariguru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari
informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
2. Belajar secara individual.
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.
4. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final.
6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.
8. Interaksi di antara siswa kurang.
9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Kelebihan yang dimiliki pembelajaran konvensional menurut Djamarah
(2010:97) antara lain :
1. Menyampaikan informasi secara cepat.
2. Membangkitkan minat akan pencarian informasi.
3. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
4. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
Kelemahan yang dimiliki pembelajaran konvensional antara lain :
1. Tidak semua siswa dapat maksimal dengan model belajar hanya
mendengarkan ceramah.
2. Siswa pasif dalam model pembelajaran ini karena siswa hanya
mendengarkan ceramah guru.
3. Lebih menekankan pada hasil dibandingkan dengan proses.
4. Materi yang diperoleh mudah terlupakan.
22
Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran konvensional menurut
Yaza (2011) yaitu sebagai berikut :
1. Menyampaikan tujuan.
Guru menyampaikan isi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada akhir
pelajaran yang telah dilaksanakan.
2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa secara tahap demi
tahap dengan metode ceramah.
3. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
Guru mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Memberikan kesempatan latihan lanjutan.
Guru memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.
Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran konvensional menurut
Sujarwo (2010) yaitu sebagai berikut :
1. Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa dari materi
pelajaran yang disampaikan.
Pada tahap ini guru memberi informasi kepada siswa tentang materi yang
akan dipelajari atau yang akan dibahas.
2. Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa.
Pada tahap ini guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk mengecek
pemahaman siswa setelah mengikuti pelajaran.
3. Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa siswa
disuruh mengerjakan di papan tulis.
Pada tahap ini guru bersama siswa membahas latihan soal yang telah
dikerjakan.
4. Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah.
Pada tahap ini guru memberikan tugas tambahan kepada siswa setelah
selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.
23
Adapun sintaks dari model pembelajaran konvensional menurut Djamarah
(2010: 99) yaitu sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini guru menciptakan kondisi belajar siswa sebelum melakukan
pembelajaran, seperti menyiapkan peralatan tulis, buku dan sikap siswa
sebelum belajar dimulai.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini guru menyajikan pelajaran dengan ceramah dalam
menyampaikan materi pelajaran dan memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
3. Evaluasi/tindak lanjut
Pada tahap ini guru mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa
melalui tes tertulis.
Sintaks
atau
langkah-langkah
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Guru memberi motivasi.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Guru menyajikan materi dengan ceramah.
4. Ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya jawab.
5. Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa.
6. Guru bersama siswa membahas latihan soal dan beberapa siswa diminta
menjawab soal di papan tulis.
7. Guru mengadakan tes tertulis.
8. Guru memberi tugas PR kepada siswa.
2.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru pada akhir
kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar
peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil
pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes
24
dan nontes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian
kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan
dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012: 109. Dalam Asesmen
Pembelajaran SD 2012).
Taksomoni dalam domain kognitif menurut Benyamin S.Bloom,1956
diklasifikasikan menjadi kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan membuat. Taksonomi dalam domain afektif
menurut David Krathwohl meliputi menerima stimulus, partisipasi, menilai,
organisasi, dan karakterisasi. Sedangkan taksonomi domain psikomotorik menurut
Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay terdiri dari persepsi, kesiapan,
response terpimpin, mekanisme, response kompleks.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil pengukuran aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
menggunakan teknik tes dan non tes. Pengukuran hasil belajar dengan
menggunakan aspek kognitif dapat diukur melalui teknik tes, sedangkan
pengukuran proses belajar dapat diukur melalui aspek afektif, dan psikomotorik.
Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran.
Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga
hasil pengukuran akan selalu berupa angka (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012:
47). Penetapan angka dalam pengukuran memerlukan alat ukur atau instrumen.
Bentuk-bentuk instrumen adalah tes, lembar observasi, wawancara, skala sikap
dan angket. Dalam melaksanakan pengukuran dapat digunakan butir-butir soal
apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila
pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat
menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan
teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan.
Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid,
25
maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012: 50) asesmen adalah proses
pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik. Dalam buku Panduan Penilaian Berbasis Kelas (Depdiknas, 2006)
fungsi asesmen pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik,
b. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk
mengembangkan kepribadian,
c. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta didik
serta sebagai alat diagnosis bagi guru,
d. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran
yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung,
e. Sebagai control bagi guru dan semua stake holder pendidikan tentang
gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.
Asesmen pembelajaran berfungsi untuk memberikan masukan atau
informasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa mulai dari proses
pembelajaran hingga hasil akhir pembelajaran, dengan menggunakan berbagai
cara asesmen sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik.
Penilaian adalah metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk
kerja individu dalam pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seorang atau karakteristik sesuatu penafsiran data hasil pengukuran.
Adapun jenis-jenis asesmen pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Asesmen formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir
pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi yang telah dicapai peserta didik.
b. Asesmen sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan
program tertentu (catur wulan, semester atau tahun ajaran), seperti ulangan
umum bersama, ujian nasional.
26
c. Asesmen diagnostik, yaitu penialain yang dilakukan untuk melihat
kelemahan peserta didik dan faktor-faktor yang diduga menjadi
penyebabnya.
d. Asesmen penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk
menempatkan
peserta
didik
sesuai
dengan
bakat,
minat,
dan
kemampuannya.
e. Asesmen seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk memilih orang
yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu.
Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen
pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani ketika melakukan asesmen
proses dan hasil belajar. Ada beberapa prinsip dasar asesmen pembelajaran yang
harus dipedomani menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 65-67) adalah
sebagai berikut:
1. Komprehensif (menyeluruh)
Asesmen terhadap hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek
kognitif, afektif atau nilai dan keterampilan, psikomotorik.
2. Berorientasi pada kompetensi
Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, penilaian harus
terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan
pada penguasaan materi (pengetahuan). Sehingga penilaian harus
dilakukan secara berkesinambungan, terencana, bertahap, dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta
didik dalam kurun waktu tertentu.
3. Terbuka, adil dan objektif
Penilaian hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan
(stake holders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan
tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua
pihak.
27
4. Berkesinambungan
Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan
dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan
siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui
penilaian.
5. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang
prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan,
minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang
telah ditetapkan.
6. Terpadu, sistematis dan menggunakan acuan kriteria
Komponen yang tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran dan
dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkahlangkah yang baku serta mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
7. Mendidik dan akuntabel
Asessmen mendidik artinya proses hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik
sehingga memberikan umpan balik dan motivasi untuk lebih giat belajar.
Pelaksanaan asessmen dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi
teknik, prosedur maupun hasilnya.
Adapun prinsip penilaian menurut Pemendiknas No 66 tahun 2013 yaitu
sebagai berikut:
1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi
faktor subjektivitas penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
28
4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan
hasilnya.
6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Prinsip penilaian menurut Pemendiknas No 66 tahun 2013 mempunyai
peranan yang sama dalam kegiatan pembelajaran. Dari pendapat prinsip yang
pertama dan kedua ada yang berbeda tetapi prinsip tersebut mempunyai kegunaan
sebagai patokan yang harus dipedomani dalam menilai proses dan hasil siswa saat
kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat
penilaian hasil belajar. Teknik yang digunakan dalam asesmen pembelajaran
untuk mengukur hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan non tes
antara lain:
1.
Tes
Tes merupakan pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap
butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar (Suryanto Adi, dkk. Dalam Asesmen Pembelajaran SD 2012). Adapun
komponen atau kelengkapan sebuah tes yaitu lembar atau buku yang memuat
butir-butir soal tes, lembar jawaban tes, kunci jawaban tes, dan pedoman
penilaian. Dengan demikian hasil pengukuran dengan menggunakan tes termasuk
kategori data kuantitatif. Sebagai alat asesmen hasil belajar, tes mempunyai
fungsi, yaitu untuk:
a) Mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat
pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.
29
b) Menentukan kedudukan atau perangkat peserta didik dalam kelompok,
tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran
tertentu.
Ditinjau dari tujuannya dalam pendidikan, maka tes dapat dibagi menjadi:
1) Tes Kecepatan (Speed Test)
Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam hal kecepatan
berpikir atau keterampilan, baik bersifat spontanitas maupun hafalan dan
pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajari.
2) Tes Kemampuan (Power Test)
Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam mengungkapkan
kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara
ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang diases berupa
kognitif atau psikomotorik.
3) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes ini dimaksudkan untuk mengases hal yang telah diperoleh dalam
suatu kegiatan seperti Tes Hasil Belajar (THB), tes harian (formatif) dan
tes akhir semester (sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengases hasil
belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun
waktu tertentu.
4) Tes Kemajuan Belajar (Gains/Achievement Test)
Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran
dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi
awal testi digunakan pre-tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes.
5) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
perlakuan yang tepat.
30
6) Tes Formatif
Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk setelah mengetahui suatu program tertentu. Tes formatif dapat
disamakan dengan ulangan harian.
7) Tes Sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program. Tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasa
dilaksanakan pada skhir semester dan tengah semester.
Pada penelitian ini tes berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur
kemampuan siswa maka digunakan tes formatif.
Berdasarkan cara mengerjakannya tes dibagi menjadi 3 yaitu sebagai
berikut.
1) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal
maupun jawabannya.
2) Tes Lisan
Dalam tes lisan pertanyaan maupun jawaban semuanya dalam bentuk
lisan. Hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi
pelengkap dari instrumen penilaian.
3) Tes Unjuk Kerja
Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator
pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
Berdasarkan cara mengerjakannya penelitian ini menggunakan tes tertulis
sebagai penilaian hasil belajar.
Menurut Endang Poerwanti, (2008: 4-5) jenis tes berdasarkan bentuk
jawabannya, dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Tes essay (Essay-type test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan
gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
31
b) Tes jawaban pendek
Tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes
diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk essay, tetapi
memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata –
kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka.
c) Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk menjawab tes telah tersedia. Macam-macam tes objektif antara lain
tes benar salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, tes isian singkat.
Dari penjelasan mengenai macam-macam tes, dalam penelitian ini
digunakan tes formatif untuk mengukur kemampuan siswa. Tes dilakukan secara
tertulis dengan bentuk tes objektif berupa pilihan ganda.
2.
Nontes
Teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki
jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bisa berbentuk kuisioner atau
inventori. Kuisioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta didik
diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori
merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik,
misalnya potensi peserta didik. Teknik non tes sangat penting dalam mengakses
siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih
menekankan aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes yaitu :
a) Unjuk kerja
Suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas
peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau
interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi dan berdiskusi
b) Penugasan
Penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan
(investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan ini
dilakukan secara
bertahap
yakni
pengolahan data dan penyajian data.
perencanaan,
pengumpulan data,
32
c) Tugas individu
Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang
dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu pembuatan
kliping, makalah dan lain sejenisnya.
d) Tugas kelompok
Tugas ini dikerjakan secara berkelompok. Bentuk instrumen yang
digunakan salah satunya adalah tertulis dengan menjawab uraian secara
bebas dengan tingkat berfikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
e) Laporan
Penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang diberikan
seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan laporan
Pemantapan Praktik Lapangan (PPL).
f) Response atau ujian praktik
Suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan
praktikumnya seperti mata kuliah PPL.
g) Portofolio
Penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjuk perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu.
Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara
pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian
portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas
instrumen
butir–butir
soal
apabila
cara
pengukuran
dilakukan
dengan
menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau
mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi,
pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir – butir
pernyataan.
Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012) mengartikan bahwa
evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil
33
pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut
dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil
pembelajaran dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula
ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses
atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM atau batas
keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok atau
berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang
telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan
penilaian. Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK),
sedangkan kriteria yang ditentukan setelah kegaiatan pengukuran dilakukan dan
didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan penilaian
Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).
Evaluasi dalam pembelajaran ada dua yakni evaluasi proses belajar
dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses belajar adalah evaluasi atau penilaian
yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan
evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau
proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan.
Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan
dalam skor dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Skor hasil belajar
diperoleh dari kegiatan proses belajar dan hasil tes yang telah dilakukan.
2.2
Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu
Vita Satriyana (2012) dalam penelitian ini berjudul “Efektivitas Penggunaan
Metode Investigasi Kelompok dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SD Imbas
Gugus Imam Bonjol Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil
penelitian mendapatkan hasil uji t 0,039 dan hasil signifikasi < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan efektivitas yang signifikan antara penggunaan
metode investigasi kelompok dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran
34
IPA di kelas 5 SD Imbas Gugus Imam Bonjol Salatiga semester II tahun ajaran
2011/2012. Rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yakni 32,04
dan 25,08. Sehingga kelebihan dari penelitian ini yaitu terjadinya perbedaan ratarata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelemahan dalam
penelitian ini adalah perlunya penguasaan kelas yang baik oleh guru agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif, serta waktu pembelajaran
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga diperlukan manajemen waktu yang
baik oleh guru. Solusi perlu ditingkatkan sistem penguasaan kelas, dapat
dilakukan dengan metode lainnya.
Penelitian lain dilakukan oleh Yuli Astutik (2012) yang berjudul
“Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar Kognitif,
Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Pelajaran IPA Kelas 5 Sekolah Dasar Gugus
Pangeran Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Diketahui bahwa rata-rata nilai post-test untuk kelas
eksperimen sebesar 81,20 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 70,31 dengan
probabilitas signifikasi ranah kognitif 0,001< 0,05 serta rata rata skor angket
untuk kelas eksperimen sebesar 20,67 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 15,92
dengan probabilitas signifikasi ranah afektif 0,000 < 0,05, maka terdapat
perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan metode
discovery dengan metode konvensional. Serta hasil deskriptif data ranah
psikomotor diperoleh hasil penilaian unjuk kerja lebih besar dari 34 dengan skor
rata-rata sebesar 48. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
discovery efektif terhadap hasil belajar hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa pada pelajaran IPA kelas 5 Sekolah Dasar Gugus Pangeran
Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012. Kelebihan dari penelitian ini yaitu dengan metode discovery learning
terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari pada menggunakan metode
konvensional. Kelemahan dalam penelitian ini yaitu guru kesulitan memantau
siswa dalam melakukan penilaian afektif dan psikomorik karena banyaknya
jumlah siswa yang harus diamati. Solusinya guru harus menyiapkan strategi untuk
35
dapat mementau siswa ketika pembelajaran agar penilaian yang dilakukan dapat
berjalan dengan baik.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Vierwinto (2012) yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas 4 SD Negeri
Gendongan 03”. Hasil analisis uji t untuk selisih data pretest-posttest kedua
kelompok sampel bahwa nilai t hitung 2,283 dan nilai t tabel 1,992, sedangkan
signifikansinya sebesar 0,026. Sedangkan berdasarkan analisis uji t untuk posttest
kedua kelompok sampel dengan nilai t hitung 2,079 dan nilai t tabel 1,992, dan
nilai signifikansinya sebesar 0,000. Nilai t hitung positif yaitu 2,283 dan 2,079,
berarti rata-rata nilai posttest pada group kelas eksperimen lebih tinggi dari pada
rata-rata posttest kelas kontrol. Dilihat dari nilai rata-rata posttest yaitu dengan
nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas eksperimen sebesar 68,7, sedangkan untuk
kelas kontrol rata-rata nilai hasil belajar sebesar 61,3. Kelebihan dalam penelitian
ini yaitu terdapat pengaruh positif terhadap penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation. Kelemahan perlu adanya pengawasan dari
guru agar motivasi siswa tumbuh berkembang saat mereka berdiskusi kelompok.
Solusi guru perlu memantau saat proses pembelajaran sehingga siswa yang
mengalami kesulitan belajar akan mudah memecahkan masalahnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiskus Redi (2012) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Matematika Kelas 3 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Nilai rata-rata posttest hasil
belajar kelas eksperimen 74,8571, dan kelas kontrol 62,9333. Hal tersebut
menunjukkan ada perbedaan hasil belajar yang sangat signifikan antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol, artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen
lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil Uji t-test (independent samples t-test)
nilai posttest diketahui bahwa nilai t equal variances assumed adalah 5,627 dan
tingkat signifikansi (Sig. 2-tailed) 0,000. Berdasarkan hasil nilai posttest uji t dan
tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka ada pengaruh yang sangat signifikan.
36
Kelebihan dalam penelitian ini yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided
discovery). Kelemahan dalam penelitian ini adalah perlunya penguasaan kelas
yang baik oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif,
serta waktu pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama sehingga
diperlukan manajemen waktu yang baik oleh guru. Solusi perlu ditingkatkan
sistem penguasaan kelas, dapat dilakukan dengan metode lainnya.
2.3
Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran dapat berhasil jika dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain model pembelajaran. Pada kenyataannya dalam kegiatan
pembelajaran masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran
konvensional. Pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan
menyampaikan materi melalui metode ceramah. Guru belum mendesain
pembelajaran dengan baik. Guru tidak peduli bahwa siswa nampak jenuh dalam
pembelajaran. Guru menggunakan ceramah dalam pelajaran matematika. Guru
tidak mengungkap potensi yang dimiliki siswa. Guru tidak memberi kesempatan
siswa untuk menunjukkan kemampuan siswa. Keadaan ini akan diperbaiki
dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat
dengan memperbaiki pembelajaran menggunakan MP GI-PDL.
GI merupakan model pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk
kooperatif diskusi kelompok, yang terdiri dari beberapa kelompok kecil untuk
melakukan investigasi suatu topik yang akan dipecahkan bersama kelompok.
Model pembelajaran ini menekankan pada kemampuan peserta didik untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik yang akan dipecahkan, sedangkan
PDL merupakan suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya
disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk
menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.
Melalui belajar penemuan, siswa dilatih belajar secara mandiri dan mencoba
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
37
MP GI-PDL mempunyai langkah-langkah antara lain menerima stimulus,
menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok, membentuk kelompok @ 4
orang, ketua kelompok mendapat satu tugas tentang keunikan budaya Indonesia,
merumuskan masalah tentang keunikan budaya Indonesia, melakukan investigasi
terhadap keunikan budaya Indonesia, mengolah data dari hasil pengumpulan data,
membuktikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh, menarik kesimpulan,
menyiapkan laporan akhir dari hasil diskusi yang diperoleh, mempresentasikan
laporan, kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya,
membuat kesimpulan, mengerjakan evaluasi. Dari hasil gabungan kedua langkahlangkah tersebut dapat dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti, kegiatan akhir. Dari gabungan kedua langkah tersebut dapat diringkas agar
lebih mudah lagi diterapkan di SD ketika mengajar antara lain membentuk
kelompok @ 4 orang, merumuskan masalah tentang keunikan budaya Indonesia,
melakukan investigasi terhadap keunikan budaya Indonesia, menarik kesimpulan
hasil investigasi keunikan budaya Indonesia, mempresentasikan hasil investigasi
keunikan budaya Indonesia, mengerjakan tes materi keunikan budaya Indonesia.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa dominan lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membimbing
siswa untuk melakukan investigasi. Pengukuran hasil belajar menggunakan MP
GI-PDL meliputi penilaian skor proses dan skor hasil belajar. Pada penilaiaan
proses menggunakan teknik non tes, sedangkan untuk mengetahui hasil belajarnya
dapat dilihat melalui aspek kognitif menggunakan teknik tes.
Pembelajaran dengan model konvensional terkesan monoton karena dalam
pembelajaran hanya dibatasi dengan metode ceramah dan tanya jawab saja.
Pembelajaran yang berlangsung melibatkan hanya berpusat kepada guru karena
siswa hanya mendengarkan informasi atau penjelasan dari guru sehingga siswa
pasif dalam mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah dalam pembelajaran
konvensional antara lain memberi motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya jawab, menyajikan
materi dengan ceramah, memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu
oleh siswa, guru bersama siswa membahas latihan soal dan beberapa siswa
38
diminta menjawab soal di papan tulis, guru mengadakan tes tertulis memberi
tugas PR kepada siswa. Dari beberapa langkah tersebut dapat disimpulkan lagi
untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran antara lain menyajikan materi
keunikan budaya Indonesia, tanya jawab materi keunikan budaya Indonesia,
latihan soal keunikan budaya Indonesia, pembahasan soal keunikan budaya
Indonesia, dan tes keunikan budaya Indonesia. Dari langkah tersebut siswa hanya
berperan untuk melakukan tanya jawab, mengerjakan latihan soal, melakukan
pembahasan soal dan mengerjakan tes. Dalam pembelajaran ini guru lebih
berperan aktif disetiap kegiatan pembelajaran. Evaluasi hasil belajarnya hanya
pada hasil tes saja tanpa ada penilaian proses belajar siswa. Secara lebih rinci
penjelasan kerangka berfikir disajikan pada gambar 2.2 berikut ini:
39
Pembelajaran Sub Tema 2
Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Group Investigation
Konvensional
dan pendekatan Discovery Learning
1. Menyajikan materi keunikan
budaya Indonesia.
1. Membentuk kelompok @ 4
orang.
2. Tanya jawab materi keunikan
budaya Indonesia.
1. .
2.
3. Latihan soal keunikan budaya
Indonesia.
2. Merumuskan masalah
tentang keunikan budaya
Indonesia.
.
4. Pembahasan soal keunikan
budaya Indonesia.
5. Tes keunikan budaya
3. Melakukan investigasi
terhadap keunikan budaya
Indonesia.
Skor
Non
Tes
4. Menarik kesimpulan hasil
investigasi keunikan budaya
Indonesia.
Indonesia.
5. Mempresentasikan hasil
investigasi keunikan budaya
Indonesia.
5.
6. Mengerjakan tes materi
keunikan budaya Indonesia.
Skor Tes
Skor tes
Skor hasil belajar
Hasil belajar
Skor proses belajar
Hasil belajar
Gambar 2.2
Skema Efektivitas MP GI-PDL Terhadap Hasil Belajar Tematik Tema 8
Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
40
2.4
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu diduga terdapat
efektivitas MP GI-PDL terhadap hasil belajar tematik siswa kelas 4 SDN Dukuh
02 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Download