BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Menurut Kemendikbud tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema. Pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema. Prastowo (2013:223) pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema, yang dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung dan bermakna bagi peserta didik. Menurut Trianto (2010: 70) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran kedalam satu tema tertentu, sehingga peserta didik tidak mempelajari materi pelajaran secara terpisah namun semua mata pelajaran tersebut sudah dilebur menjadi satu dan diikat dengan tema. Tematik terpadu memiliki beberapa tujuan, menurut Kemendikbud tentang Implementasi Kurikulum (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai berikut: a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama. 3 4 c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. e. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas. g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan. h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. Pembelajaran pada jenjang sekolah dasar dan menengah menggunakan kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik untuk SD/MI masing-masing kelas disediakan dalam berbagai tema. Tema-tema pada pembelajaran integrative kurikulum 2013 berkaitan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya memberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjaskes pada kelas 1 sampai kelas 4. Menurut Permendikbud nomor 67 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Dalam pembelajaran tematik terintegrasi memiliki acuan utama di dalamnya yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Menurut PP No.32 Tahun 2013 bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut M Fadillah (2014: 36) kegunaan SKL adalah sebagai acuan utama dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik, dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan 5 Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan merupakan hal yang penting dalam pembelajaran tematik terintegratif, karena SKL merupakan pedoman dalam penilaian penentuan kelulusan peserta didik. Pada kurikulum 2013 untuk mencapai SKL peserta didik haruslah memiliki tingkat kemampuan yang dinamakan dengan Kompetensi Inti (KI) yang merupakan perubahan dari standar kompetensi pada kurikulum sebelumnya (KTSP) Mulyasa (2013: 174) kompetensi inti merupakan oprasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti Kurikulum 2013 kelas 4 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013) disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Kompetensi Inti Kurikulum 2013 Kelas 4 Semester II KOMPETENSI INTI 1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatanya, dan benda-benda yang dijumpainya dirumah, sekolah, dan tempat bermain. 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis, dan sistematis, dalam karya dalam karya yang estetis dalam karya yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia. Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran ini tidak hanya ranah 6 kognitif siswa yang akan dinilai namun sikap dan keterampilan siswa juga perlu dinilai. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki proses psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan proses psikologis turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Penilaian dalam pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Pembelajaran tematik untuk kelas 4 semester II terdiri dari 5 tema dan terdapat 15 subtema. Tema dan subtema secara rinci disajikan melalui tabel 2.2 dihalaman berikut ini. 7 Tabel 2.2 Tema dan Subtema Kelas 4 Semester II Tema Subtema 1 Perjuangan Para Pahlawan 5 Pahlawanku 2 Pahlawanku Kebanggaanku 3 Sikap Kepahlawanan 1 Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan 6 Indahnya Negeriku 2 Keindahan Alam Negeriku 3 Indahnya Peninggalan Sejarah 1 Aku dan Cita-citaku 7 Cita-citaku 2 Hebatnya Cita-citaku 3 Giat Berusaha Meraih Cita-cita 1 Lingkungan Tempat Tinggalku 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku 8 Tempat Tinggalku 3 Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku 1 Makananku Sehat dan Bergizi 9 Makananku Sehat dan 2 Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi Bergizi 3 Kebiasaan Makanku Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 4 Tema 8 Tempat Tinggalku. Berdasarkan tabel 2.2 dalam pembelajaran tematik kelas 4 semester II terdiri dari 5 tema dan dibagi menjadi beberapa subtema. Dari 5 tema yang ada akan dipelajari salah satu tema yaitu tema 8 Tempat Tinggalku subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku. KI dan KD dari Tema 8 Tempat Tinggalku Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku disajikan melalui tabel 2.3 dihalaman berikut ini. 8 Tabel 2.3 Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat Tinggalku Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 Semester II Kompetensi Dasar Kompetensi Inti PPKn 1. Menerima,menjalan kan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan bendabenda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. 1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat sekitar. 2.3 Menunjukkan perilaku sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar 3.3 Memahami manfaat keberagaman karakteristik individu di rumah, sekolah dan masyarakat. Bahasa Indonesia IPS 1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya 2.3 3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya. 3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema 8 Tempat Tinggalku 9 Dari tabel 2.3 dapat digambarkan pemetaan Kompetensi Dasar (KD) seperti tergambar dalam gambar 2.1 berikut ini. PPKn 1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat sekitar. 2.3 Menunjukkan perilaku sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah sekolah dan masyarakat sekitar. 3.3 Memahami manfaatkeberagamankarakteristi k individu di rumah, sekolah dan masyarakat. IPS 1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya 2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya. 3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi denganlingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Bahasa Indonesia 3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 3.4 Menggali informasi dariteks cerita petualangantentang lingkungan dansumber daya alamdengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih danmemilahkosakata baku. Sub tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Gambar 2.1 Pemetaan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat Tinggalku Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema 8 Tempat Tinggalku 10 2.1.2 Model Pembelajaran Group Investigation Dan Pendekatan Discovery Learning (MP GI-PDL) Model Pembelajaran Group Investigation (MP GI) Slavin (dalam Setyorini, 2014: 8) menyatakan GI adalah sebuah perencanaan kelas yang secara umum siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan menggunakan kooperatif diskusi kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik yang akan dipelajari. Suprijono (2011: 80) mengemukakan bahwa GI merupakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dalam setiap kelompok untuk bekerja melakukan investigasi sesuai dengan topik yang dipilih. Hamdani (2011: 90) mengemukakan bahwa GI merupakan model yang melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa GI adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa sejak perencanaan kelas secara umum, dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan menggunakan kooperatif diskusi kelompok yang melibatkan aktivitas siswa dalam menentukan topik maupun cara mempelajarinya melalui proses investigasi yang menuntut siswa untuk memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri dari MP GI yang dikemukakan oleh Slavin (dalam Utami, 2012:8) yaitu sebagai berikut: 1. Membutuhkan kemampuan kelompok Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 11 2. Rencana kooperatif Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang dibutuhkan, siapa yang melakukan, apa dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3. Peran guru Guru bertugas sebagai fasilitator dan menyediakan sumber. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Kelebihan dari MP GI menurut Setiaji (dalam Utami, 2012:13) yaitu: 1. Siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari. 2. Siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi. 3. Siswa memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis. 4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Kekurangan MP GI yaitu sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan, sulitnya memberikan nilai secara personal, tidak semua topik cocok dengan MP GI, adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah, penyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman, membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik. 12 Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Sharan (dalam Hamdani, 2010: 91) yaitu : 1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. Tahap pengelompokkan siswa yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diidentifikasi serta membentuk kelompok investigasi dengan tiap kelompok 4 – 5 orang. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. Tahap orientasi siswa kepada masalah. Tahap perencanaan (planning) tugas – tugas pembelajaran, pada tahap ini siswa bersama–sama merencanakan tentang tugas yang akan diselidiki. 3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi / tugas yang berbeda dari kelompok lain. Tahap penyelidikan (investigation) yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan mengumpulkan informasi, berdiskusi, mempersatukan ide dan pendapat yang berbeda. 4. Masing – masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan. Tahap pengorganisasian (tahap laporan akhir) siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dari hasil yang didapat. 5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok. Tahap presentasi (presenting) yaitu tahap penyajian laporan akhir kegiatan pembelajaran dimana dalam tahap ini siswa diharapkan untuk membacakan hasil diskusinya. 6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. Dalam tahap ini kelompok yang tidak presentasi dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan kepada kelompok yang sedang melakukan presentasi. 13 7. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan. Tahap evaluasi (evaluating) atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa, pada tahap ini guru memberikan penjelasan materi dan kesimpulan dari pembelajaran yang sudah berlangsung. Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Slavin (Tukiran, dkk. 2011: 76) yaitu: 1. Mengatur murid ke dalam kelompok dan mengidentifikasi topik. Pada tahap ini siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dan melakukan identifikasi topik yang akan dibahas. 2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari . Pada tahap ini siswa berdiskusi merencanakan tugas tentang topik yang akan dibahas. 3. Melaksanakan investigasi. Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi, berdiskusi menyatukan pendapat yang berbeda. 4. Menyiapkan laporan akhir. Pada tahap ini siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil investigasi yang didapat. 5. Mempresentasikan laporan akhir. Pada tahap ini siswa diharapkan untuk membacakan hasil diskusinya setelah melakukan investigasi. 6. Evaluasi. Pada tahap ini guru melakukan penilaian proses dan hasil proyek siswa dan memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Hamruni (2012: 225) yaitu: 1. Membentuk kelompok Pada tahap ini siswa menetapkan jumlah anggota kelompok secara heterogen, memilih topik yang akan diidentifikasi. 14 2. Melakukan perencanaan Pada tahap ini siswa melakukan perencanaan tentang topik yang akan dipelajari secara bersama-sama. 3. Melakukan investigasi Pada tahap ini siswa melakukan investigasi saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, mengumpulkan informasi. 4. Melakukan organisasi Pada tahap inisiswa mengatur penulisan dan pelaporan anggota kelompok merencanakan presentasi laporan, menentukan penyaji, moderator, dan notulis. 5. Melakukan presentasi Pada tahap ini salah satu wakil kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengajukan pertanyaan atau tanggapan. 6. Melakukan evaluasi Pada tahap ini siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan dan melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman. Sintaks atau langkah-langkah menggunakan MP GI dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok. 2. Membentuk kelompok @ 4 orang. 3. Ketua kelompok mendapat satu tugas. 4. Melakukan investigasi terhadap topik. 5. Menyiapkan laporan akhir dari hasil yang diperoleh. 6. Mempresentasikan laporan. 7. Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. 8. Menyimak penjelasan singkat dan memberi kesimpulan. 9. Mengerjakan tes. 15 Pendekatan Discovery Learning (PDL) Hosnan (2014: 281) menyatakan bahwa pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Menurut Hanafiah (2010: 77) penemuan (Discovery Learning) merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku. Menurut Mulyasa (Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013: 144) discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan atau menyelidiki sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran melalui pengalaman langsung. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah suatu pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, agar siswa memiliki pengalaman dalam melakukan percobaan untuk diri mereka sendiri, pembelajaran ini melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku dalam pembelajaran melalui pengalaman langsung. Hosnan (2014: 287-288) mengemukakan beberapa kelebihan dari PDL yakni sebagai berikut: a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. b) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer. c) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. 16 d) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain. e) Mendorong keterlibatan keaktifan siswa. f) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. g) Melatih siswa belajar mandiri. h) Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. Hosnan (2014: 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari discovery learning yaitu menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing, kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan langkah-langkah PDL yaitu sebagai berikut: 1. Stimulasi/pemberian rangsang Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. 2. Pernyataan/identifikasi masalah Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. 3. Pengumpulan data Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. 17 4. Pengolahan data Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya. 5. Pembuktian Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data. 6. Menarik kesimpulan Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi atau pembuktian. Langkah-langkah PDL menurut Syah (2013) yaitu sebagai berikut: 1. Memberi stimulus Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas. 2. Mengidentifikasi masalah Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah. 3. Mengumpulkan data Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. 4. Mengolah data Pada tahap ini peserta didik melakukan pengolahan data dari hasil informasi yang didapat sehingga dalam kegiatan ini melatih keterampilan berfikir peserta didik. 18 5. Memferifikasi/pembuktian Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil pengolahan data yang telah diperoleh. 6. Menyimpulkan Pada kegiatan ini peserta didik membuat hasil kesimpulan dari informasi yang telah didapat dan dari hasil pembuktian. Langkah-langkah PDL menurut Mulyasa (Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013: 144) yaitu sebagai berikut: 1. Stimulus Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar. 2. Identifikasi Masalah Pada tahap ini, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran, mereka diberikan pengalaman untuk menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba merumuskan masalah. 3. Pengumpulan Data Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 4. Pengolahan Data Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis. 5. Verifikasi Tahap ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada 19 teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media. 6. Generalisasi Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan peserta didik. Langkah-langkah menggunakan PDL dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menyimak bacaan. 2. Merumuskan masalah. 3. Mengajukan hipotesis. 4. Mengumpulkan data dari berbagai sumber yang didapat. 5. Mengolah data dari hasil pengumpulan data. 6. Membuktikan hipotesis. 7. Menarik kesimpulan. Kesimpulan langkah-langkah MP GI-PDL sebagai berikut: 1. Menyimak bacaan. 2. Menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok. 3. Membentuk kelompok @ 4orang. 4. Ketua kelompok mendapat satu tugas. 5. Merumuskan masalah. 6. Melakukan investigasi terhadap topik. 7. Mengolah data dari hasil pengumpulan data. 8. Membuktikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh. 9. Menarik kesimpulan. 10. Menyiapkan laporan akhir dari hasil diskusi yang diperoleh. 11. Mempresentasikan laporan. 12. Kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya. 13. Membuat kesimpulan. 14. Mengerjakan evaluasi. 20 2.1.3 Model Pembelajaran Konvensional Menurut Abdul Majid (Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013: 184) model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, yang sifatnya berpusat pada guru sehingga dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar. Ujang Sukandi (Kholik, 2011) mendefenisikan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang lazim atau sudah biasa diterapkan dalam kegiatan sehari-hari oleh guru yang banyak mengajarkan tentang konsepkonsep bukan kompetensi, agar siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Iwayan Sukra (2011) mengungkapkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru dan siswa hanya menerima informasi dari guru. Pembelajaran konvensional masih dilaksanakan atas asumsi bahwa suatu pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Dalam pengajaran secara konvensional selama ini lebih ditekankan pada tugas guru untuk memberikan intruksi atau ceramah selama proses pembelajaran berlangsung, sementara itu siswa hanya menerima pembelajaran secara pasif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, yang sifatnya berpusat pada guru sehingga dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar, dimana guru lebih banyak memberikan informasi tentang suatu materi yang mengajarkan pada konsepkonsep bukan kompetensi yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, sehingga siswa hanya sebagai penerima informasi saat pembelajaran. Pembelajaran konvensional ini sudah lazim dan biasa diterapkan dalam kegiatan sehari-hari dikelas oleh guru. 21 Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri dari pembelajaran konvensional antara lain : 1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dariguru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar. 2. Belajar secara individual. 3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. 4. Perilaku dibangun atas kebiasaan. 5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. 6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. 7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. 8. Interaksi di antara siswa kurang. 9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Kelebihan yang dimiliki pembelajaran konvensional menurut Djamarah (2010:97) antara lain : 1. Menyampaikan informasi secara cepat. 2. Membangkitkan minat akan pencarian informasi. 3. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar. 4. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. Kelemahan yang dimiliki pembelajaran konvensional antara lain : 1. Tidak semua siswa dapat maksimal dengan model belajar hanya mendengarkan ceramah. 2. Siswa pasif dalam model pembelajaran ini karena siswa hanya mendengarkan ceramah guru. 3. Lebih menekankan pada hasil dibandingkan dengan proses. 4. Materi yang diperoleh mudah terlupakan. 22 Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran konvensional menurut Yaza (2011) yaitu sebagai berikut : 1. Menyampaikan tujuan. Guru menyampaikan isi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada akhir pelajaran yang telah dilaksanakan. 2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah. 3. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 4. Memberikan kesempatan latihan lanjutan. Guru memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran konvensional menurut Sujarwo (2010) yaitu sebagai berikut : 1. Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa dari materi pelajaran yang disampaikan. Pada tahap ini guru memberi informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari atau yang akan dibahas. 2. Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa. Pada tahap ini guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk mengecek pemahaman siswa setelah mengikuti pelajaran. 3. Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa siswa disuruh mengerjakan di papan tulis. Pada tahap ini guru bersama siswa membahas latihan soal yang telah dikerjakan. 4. Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah. Pada tahap ini guru memberikan tugas tambahan kepada siswa setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. 23 Adapun sintaks dari model pembelajaran konvensional menurut Djamarah (2010: 99) yaitu sebagai berikut : 1. Tahap persiapan Pada tahap ini guru menciptakan kondisi belajar siswa sebelum melakukan pembelajaran, seperti menyiapkan peralatan tulis, buku dan sikap siswa sebelum belajar dimulai. 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini guru menyajikan pelajaran dengan ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. 3. Evaluasi/tindak lanjut Pada tahap ini guru mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa melalui tes tertulis. Sintaks atau langkah-langkah menggunakan model pembelajaran konvensional dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Guru memberi motivasi. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Guru menyajikan materi dengan ceramah. 4. Ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya jawab. 5. Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa. 6. Guru bersama siswa membahas latihan soal dan beberapa siswa diminta menjawab soal di papan tulis. 7. Guru mengadakan tes tertulis. 8. Guru memberi tugas PR kepada siswa. 2.1.4 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru pada akhir kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes 24 dan nontes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012: 109. Dalam Asesmen Pembelajaran SD 2012). Taksomoni dalam domain kognitif menurut Benyamin S.Bloom,1956 diklasifikasikan menjadi kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat. Taksonomi dalam domain afektif menurut David Krathwohl meliputi menerima stimulus, partisipasi, menilai, organisasi, dan karakterisasi. Sedangkan taksonomi domain psikomotorik menurut Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay terdiri dari persepsi, kesiapan, response terpimpin, mekanisme, response kompleks. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil pengukuran aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Pengukuran hasil belajar dengan menggunakan aspek kognitif dapat diukur melalui teknik tes, sedangkan pengukuran proses belajar dapat diukur melalui aspek afektif, dan psikomotorik. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012: 47). Penetapan angka dalam pengukuran memerlukan alat ukur atau instrumen. Bentuk-bentuk instrumen adalah tes, lembar observasi, wawancara, skala sikap dan angket. Dalam melaksanakan pengukuran dapat digunakan butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid, 25 maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012: 50) asesmen adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Dalam buku Panduan Penilaian Berbasis Kelas (Depdiknas, 2006) fungsi asesmen pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik, b. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk mengembangkan kepribadian, c. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta didik serta sebagai alat diagnosis bagi guru, d. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung, e. Sebagai control bagi guru dan semua stake holder pendidikan tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik. Asesmen pembelajaran berfungsi untuk memberikan masukan atau informasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa mulai dari proses pembelajaran hingga hasil akhir pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara asesmen sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik. Penilaian adalah metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu dalam pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seorang atau karakteristik sesuatu penafsiran data hasil pengukuran. Adapun jenis-jenis asesmen pembelajaran yaitu sebagai berikut: a. Asesmen formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang telah dicapai peserta didik. b. Asesmen sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu (catur wulan, semester atau tahun ajaran), seperti ulangan umum bersama, ujian nasional. 26 c. Asesmen diagnostik, yaitu penialain yang dilakukan untuk melihat kelemahan peserta didik dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya. d. Asesmen penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. e. Asesmen seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani ketika melakukan asesmen proses dan hasil belajar. Ada beberapa prinsip dasar asesmen pembelajaran yang harus dipedomani menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 65-67) adalah sebagai berikut: 1. Komprehensif (menyeluruh) Asesmen terhadap hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek kognitif, afektif atau nilai dan keterampilan, psikomotorik. 2. Berorientasi pada kompetensi Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Sehingga penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu. 3. Terbuka, adil dan objektif Penilaian hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan (stake holders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak. 27 4. Berkesinambungan Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian. 5. Bermakna Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. 6. Terpadu, sistematis dan menggunakan acuan kriteria Komponen yang tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkahlangkah yang baku serta mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 7. Mendidik dan akuntabel Asessmen mendidik artinya proses hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik sehingga memberikan umpan balik dan motivasi untuk lebih giat belajar. Pelaksanaan asessmen dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya. Adapun prinsip penilaian menurut Pemendiknas No 66 tahun 2013 yaitu sebagai berikut: 1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 28 4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Prinsip penilaian menurut Pemendiknas No 66 tahun 2013 mempunyai peranan yang sama dalam kegiatan pembelajaran. Dari pendapat prinsip yang pertama dan kedua ada yang berbeda tetapi prinsip tersebut mempunyai kegunaan sebagai patokan yang harus dipedomani dalam menilai proses dan hasil siswa saat kegiatan pembelajaran. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Teknik yang digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan non tes antara lain: 1. Tes Tes merupakan pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi, dkk. Dalam Asesmen Pembelajaran SD 2012). Adapun komponen atau kelengkapan sebuah tes yaitu lembar atau buku yang memuat butir-butir soal tes, lembar jawaban tes, kunci jawaban tes, dan pedoman penilaian. Dengan demikian hasil pengukuran dengan menggunakan tes termasuk kategori data kuantitatif. Sebagai alat asesmen hasil belajar, tes mempunyai fungsi, yaitu untuk: a) Mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu. 29 b) Menentukan kedudukan atau perangkat peserta didik dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Ditinjau dari tujuannya dalam pendidikan, maka tes dapat dibagi menjadi: 1) Tes Kecepatan (Speed Test) Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam hal kecepatan berpikir atau keterampilan, baik bersifat spontanitas maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajari. 2) Tes Kemampuan (Power Test) Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang diases berupa kognitif atau psikomotorik. 3) Tes Hasil Belajar (Achievement Test) Tes ini dimaksudkan untuk mengases hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan seperti Tes Hasil Belajar (THB), tes harian (formatif) dan tes akhir semester (sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengases hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu. 4) Tes Kemajuan Belajar (Gains/Achievement Test) Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes. 5) Tes Diagnostik (Diagnostic Test) Tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. 30 6) Tes Formatif Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengetahui suatu program tertentu. Tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian. 7) Tes Sumatif Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program. Tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasa dilaksanakan pada skhir semester dan tengah semester. Pada penelitian ini tes berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur kemampuan siswa maka digunakan tes formatif. Berdasarkan cara mengerjakannya tes dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut. 1) Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya. 2) Tes Lisan Dalam tes lisan pertanyaan maupun jawaban semuanya dalam bentuk lisan. Hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen penilaian. 3) Tes Unjuk Kerja Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. Berdasarkan cara mengerjakannya penelitian ini menggunakan tes tertulis sebagai penilaian hasil belajar. Menurut Endang Poerwanti, (2008: 4-5) jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya, dibedakan menjadi tiga yaitu: a) Tes essay (Essay-type test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 31 b) Tes jawaban pendek Tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk essay, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata – kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka. c) Tes objektif Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Macam-macam tes objektif antara lain tes benar salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, tes isian singkat. Dari penjelasan mengenai macam-macam tes, dalam penelitian ini digunakan tes formatif untuk mengukur kemampuan siswa. Tes dilakukan secara tertulis dengan bentuk tes objektif berupa pilihan ganda. 2. Nontes Teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bisa berbentuk kuisioner atau inventori. Kuisioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta didik diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes yaitu : a) Unjuk kerja Suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi dan berdiskusi b) Penugasan Penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan ini dilakukan secara bertahap yakni pengolahan data dan penyajian data. perencanaan, pengumpulan data, 32 c) Tugas individu Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu pembuatan kliping, makalah dan lain sejenisnya. d) Tugas kelompok Tugas ini dikerjakan secara berkelompok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah tertulis dengan menjawab uraian secara bebas dengan tingkat berfikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi. e) Laporan Penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan laporan Pemantapan Praktik Lapangan (PPL). f) Response atau ujian praktik Suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya seperti mata kuliah PPL. g) Portofolio Penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjuk perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir–butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir – butir pernyataan. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012) mengartikan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil 33 pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan penilaian. Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria yang ditentukan setelah kegaiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). Evaluasi dalam pembelajaran ada dua yakni evaluasi proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses belajar adalah evaluasi atau penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam skor dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Skor hasil belajar diperoleh dari kegiatan proses belajar dan hasil tes yang telah dilakukan. 2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu Vita Satriyana (2012) dalam penelitian ini berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Investigasi Kelompok dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SD Imbas Gugus Imam Bonjol Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian mendapatkan hasil uji t 0,039 dan hasil signifikasi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efektivitas yang signifikan antara penggunaan metode investigasi kelompok dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran 34 IPA di kelas 5 SD Imbas Gugus Imam Bonjol Salatiga semester II tahun ajaran 2011/2012. Rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yakni 32,04 dan 25,08. Sehingga kelebihan dari penelitian ini yaitu terjadinya perbedaan ratarata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelemahan dalam penelitian ini adalah perlunya penguasaan kelas yang baik oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif, serta waktu pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama sehingga diperlukan manajemen waktu yang baik oleh guru. Solusi perlu ditingkatkan sistem penguasaan kelas, dapat dilakukan dengan metode lainnya. Penelitian lain dilakukan oleh Yuli Astutik (2012) yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Pelajaran IPA Kelas 5 Sekolah Dasar Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Diketahui bahwa rata-rata nilai post-test untuk kelas eksperimen sebesar 81,20 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 70,31 dengan probabilitas signifikasi ranah kognitif 0,001< 0,05 serta rata rata skor angket untuk kelas eksperimen sebesar 20,67 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 15,92 dengan probabilitas signifikasi ranah afektif 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan metode discovery dengan metode konvensional. Serta hasil deskriptif data ranah psikomotor diperoleh hasil penilaian unjuk kerja lebih besar dari 34 dengan skor rata-rata sebesar 48. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode discovery efektif terhadap hasil belajar hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada pelajaran IPA kelas 5 Sekolah Dasar Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Kelebihan dari penelitian ini yaitu dengan metode discovery learning terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari pada menggunakan metode konvensional. Kelemahan dalam penelitian ini yaitu guru kesulitan memantau siswa dalam melakukan penilaian afektif dan psikomorik karena banyaknya jumlah siswa yang harus diamati. Solusinya guru harus menyiapkan strategi untuk 35 dapat mementau siswa ketika pembelajaran agar penilaian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Penelitian yang lain dilakukan oleh Vierwinto (2012) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas 4 SD Negeri Gendongan 03”. Hasil analisis uji t untuk selisih data pretest-posttest kedua kelompok sampel bahwa nilai t hitung 2,283 dan nilai t tabel 1,992, sedangkan signifikansinya sebesar 0,026. Sedangkan berdasarkan analisis uji t untuk posttest kedua kelompok sampel dengan nilai t hitung 2,079 dan nilai t tabel 1,992, dan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Nilai t hitung positif yaitu 2,283 dan 2,079, berarti rata-rata nilai posttest pada group kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata posttest kelas kontrol. Dilihat dari nilai rata-rata posttest yaitu dengan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas eksperimen sebesar 68,7, sedangkan untuk kelas kontrol rata-rata nilai hasil belajar sebesar 61,3. Kelebihan dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh positif terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Kelemahan perlu adanya pengawasan dari guru agar motivasi siswa tumbuh berkembang saat mereka berdiskusi kelompok. Solusi guru perlu memantau saat proses pembelajaran sehingga siswa yang mengalami kesulitan belajar akan mudah memecahkan masalahnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiskus Redi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Nilai rata-rata posttest hasil belajar kelas eksperimen 74,8571, dan kelas kontrol 62,9333. Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan hasil belajar yang sangat signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil Uji t-test (independent samples t-test) nilai posttest diketahui bahwa nilai t equal variances assumed adalah 5,627 dan tingkat signifikansi (Sig. 2-tailed) 0,000. Berdasarkan hasil nilai posttest uji t dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka ada pengaruh yang sangat signifikan. 36 Kelebihan dalam penelitian ini yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Kelemahan dalam penelitian ini adalah perlunya penguasaan kelas yang baik oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif, serta waktu pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama sehingga diperlukan manajemen waktu yang baik oleh guru. Solusi perlu ditingkatkan sistem penguasaan kelas, dapat dilakukan dengan metode lainnya. 2.3 Kerangka Berpikir Kegiatan pembelajaran dapat berhasil jika dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain model pembelajaran. Pada kenyataannya dalam kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi melalui metode ceramah. Guru belum mendesain pembelajaran dengan baik. Guru tidak peduli bahwa siswa nampak jenuh dalam pembelajaran. Guru menggunakan ceramah dalam pelajaran matematika. Guru tidak mengungkap potensi yang dimiliki siswa. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan kemampuan siswa. Keadaan ini akan diperbaiki dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat dengan memperbaiki pembelajaran menggunakan MP GI-PDL. GI merupakan model pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk kooperatif diskusi kelompok, yang terdiri dari beberapa kelompok kecil untuk melakukan investigasi suatu topik yang akan dipecahkan bersama kelompok. Model pembelajaran ini menekankan pada kemampuan peserta didik untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik yang akan dipecahkan, sedangkan PDL merupakan suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya. Melalui belajar penemuan, siswa dilatih belajar secara mandiri dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. 37 MP GI-PDL mempunyai langkah-langkah antara lain menerima stimulus, menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok, membentuk kelompok @ 4 orang, ketua kelompok mendapat satu tugas tentang keunikan budaya Indonesia, merumuskan masalah tentang keunikan budaya Indonesia, melakukan investigasi terhadap keunikan budaya Indonesia, mengolah data dari hasil pengumpulan data, membuktikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh, menarik kesimpulan, menyiapkan laporan akhir dari hasil diskusi yang diperoleh, mempresentasikan laporan, kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya, membuat kesimpulan, mengerjakan evaluasi. Dari hasil gabungan kedua langkahlangkah tersebut dapat dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Dari gabungan kedua langkah tersebut dapat diringkas agar lebih mudah lagi diterapkan di SD ketika mengajar antara lain membentuk kelompok @ 4 orang, merumuskan masalah tentang keunikan budaya Indonesia, melakukan investigasi terhadap keunikan budaya Indonesia, menarik kesimpulan hasil investigasi keunikan budaya Indonesia, mempresentasikan hasil investigasi keunikan budaya Indonesia, mengerjakan tes materi keunikan budaya Indonesia. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dominan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk melakukan investigasi. Pengukuran hasil belajar menggunakan MP GI-PDL meliputi penilaian skor proses dan skor hasil belajar. Pada penilaiaan proses menggunakan teknik non tes, sedangkan untuk mengetahui hasil belajarnya dapat dilihat melalui aspek kognitif menggunakan teknik tes. Pembelajaran dengan model konvensional terkesan monoton karena dalam pembelajaran hanya dibatasi dengan metode ceramah dan tanya jawab saja. Pembelajaran yang berlangsung melibatkan hanya berpusat kepada guru karena siswa hanya mendengarkan informasi atau penjelasan dari guru sehingga siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah dalam pembelajaran konvensional antara lain memberi motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya jawab, menyajikan materi dengan ceramah, memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa, guru bersama siswa membahas latihan soal dan beberapa siswa 38 diminta menjawab soal di papan tulis, guru mengadakan tes tertulis memberi tugas PR kepada siswa. Dari beberapa langkah tersebut dapat disimpulkan lagi untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran antara lain menyajikan materi keunikan budaya Indonesia, tanya jawab materi keunikan budaya Indonesia, latihan soal keunikan budaya Indonesia, pembahasan soal keunikan budaya Indonesia, dan tes keunikan budaya Indonesia. Dari langkah tersebut siswa hanya berperan untuk melakukan tanya jawab, mengerjakan latihan soal, melakukan pembahasan soal dan mengerjakan tes. Dalam pembelajaran ini guru lebih berperan aktif disetiap kegiatan pembelajaran. Evaluasi hasil belajarnya hanya pada hasil tes saja tanpa ada penilaian proses belajar siswa. Secara lebih rinci penjelasan kerangka berfikir disajikan pada gambar 2.2 berikut ini: 39 Pembelajaran Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Model Pembelajaran Model Pembelajaran Group Investigation Konvensional dan pendekatan Discovery Learning 1. Menyajikan materi keunikan budaya Indonesia. 1. Membentuk kelompok @ 4 orang. 2. Tanya jawab materi keunikan budaya Indonesia. 1. . 2. 3. Latihan soal keunikan budaya Indonesia. 2. Merumuskan masalah tentang keunikan budaya Indonesia. . 4. Pembahasan soal keunikan budaya Indonesia. 5. Tes keunikan budaya 3. Melakukan investigasi terhadap keunikan budaya Indonesia. Skor Non Tes 4. Menarik kesimpulan hasil investigasi keunikan budaya Indonesia. Indonesia. 5. Mempresentasikan hasil investigasi keunikan budaya Indonesia. 5. 6. Mengerjakan tes materi keunikan budaya Indonesia. Skor Tes Skor tes Skor hasil belajar Hasil belajar Skor proses belajar Hasil belajar Gambar 2.2 Skema Efektivitas MP GI-PDL Terhadap Hasil Belajar Tematik Tema 8 Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku 40 2.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu diduga terdapat efektivitas MP GI-PDL terhadap hasil belajar tematik siswa kelas 4 SDN Dukuh 02 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.