1 Hari – 1 , Selasa 16 Mei 2017 KUASA UNTUK MENGALAHKAN DUNIA 1 Yohanes 4:4 : “Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.” Firman Tuhan dalam ayat tersebut di atas mengajar dan mengingatkan kita, agar kita dapat memiliki kemampuan membedakan pengajaran yang benar dengan baik, yaitu tetap tinggal di dalam Yesus dan bertumbuh di dalam pengetahuan tentang Dia melalui firman-Nya (Alkitab), dan melalui persekutuan dengan Dia melalui doa dan puasa. Bila kita tidak senantiasa tinggal dalam Yesus, serta belajar untuk lebih mengenal-Nya, maka kita akan mudah diombangambingkan dengan berbagai-bagai pengajaran lain (Efe. 4:14-15). Karena itu, sebagai anak-anak Allah, kita tidak perlu takut pada roh dunia ini, karena Yesus tinggal dalam kita melalui Roh-Nya (1 Yoh. 3:24). Musuh rohani kita yang berasal dari dunia tidak ada yang lebih besar dari Roh Kristus yang ada dalam kita. Sebab itu siapa yang berjalan di dalam kebenaran firman-Nya (Alkitab) oleh tuntunan Roh Kudus, akan sanggup mengatasi roh-roh dunia ini, karena di dalam Kristus, kita memiliki kuasa yang lebih besar dari dunia ini. Karena itu, yang terpenting adalah mempelajari FirmanNya (Alkitab) dan melakukannya, maka Roh Kudus Allah akan melindungi kita, serta memberi kita kuasa untuk hidup berkemenangan. Melalui pengetahuan dan pemahaman akan kebenaran-Nya, maka hidup kita akan dijaga dan diberi kepekaan untuk membedakan roh, mana yang berasal dari Allah dan mana yang dari dunia. Renungan hari ini: Ketika kita merasa jenuh & letih lesu (dehidrasi rohani) dalam hidup kekristenan & pelayanan kita, maka kita harus tetap melayani dan tidak boleh berhenti melayani tetapi kita harus tetap memenuhi diri kita dengan makanan & minuman rohani (1 Kor. 10:3-4) yaitu Kristus yang lebih banyak lagi melalui doa, puasa dan pembelajaran firman-Nya, agar stamina rohani kita tetap bugar untuk kita pakai menghadapi tantangan (hidup) lebih lanjut dari dunia ini, dan jangan pernah berhenti berlari dan keluar dari perlombaan iman. 2 Hari – 2 , Rabu 17 Mei 2017 ORANG YANG MENGALAHKAN DUNIA 1 Yohanes 5:5 : “ Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah ?” Dilahirkan kembali membuat kita menjadi anggota keluarga Allah. Menjadi anggota keluarga Allah, berarti kita memiliki dan membangun hubungan dengan Allah, sehingga memampukan kita untuk mengalahkan dunia ini, yaitu dengan berpegang pada kebenaran firman Allah yang menjadi sumber kekuatan kita dalam mengalahkan dunia ini (1 Yoh. 2:15-17). Yohanes memperingatkan adanya ancaman yang dapat merusak persekutuan orang percaya dengan Allah, yaitu cinta kepada dunia. Yohanes memberi dua alasan. Pertama, bahwa cinta pada dunia tidak berasal dari Allah (1Yoh 2:16). Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak bersifat kekal (1Yoh 2:17). Tetapi, Darah Yesus telah mengalahkan si pendakwa orang percaya, yaitu iblis (Wah. 12:11). Menjadi pemenang artinya, kita tetap teguh dalam firman dan iman kita, untuk mengatasi dan mengalahkan dunia ini. Dunia menurut Yohanes adalah semua system di dunia ini yang bersifat fana dan tidak kekal yang melawan Allah. Jadi seharusnya tidak ada kata kalah dalam kamus iman kita karena Yesus telah mengalahkan dunia (Yoh 16:33). Renungan hari ini: Kalau saat ini kita sedang berada dalam berbagai masalah, penderitaan, kesusahan dan pergumulan berat, maka kita harus belajar bersyukur, meskipun hal ini tidak mudah. Mengapa kita harus belajar bersyukur? Karena sebagai anak-anak Allah, kita memiliki Kristus yang telah mengalahkan dunia. Tuhan Yesus telah mengalahkan musuh manusia yang paling ditakuti yaitu maut dan kematian kekal. Jika maut dan kematian dapat dikalahkan-Nya apalagi perkara-perkara lainnya. Karena itu, Jangan biarkan salib Kristus sia-sia karena kita menyerah dalam peperangan iman ini. 3 Hari – 3, Kamis 18 Mei 2017 IMAN YANG MENGALAHKAN DUNIA 1 Yohanes 5:4 : “ Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. “ Berbagai pencobaan dan tantangan harus kita hadapi dalam dunia ini, yang bertujuan supaya kita tetap hidup dalam kehidupan lama yang berdosa, sehingga kita tidak mampu hidup berkemenangan dalam iman. Kegagalan demi kegagalan sering membuat kita lelah, putus asa dan harapan, dan bahkan kehilangan semangat juang untuk tetap hidup berkemenangan. Arus dunia semakin deras menentang iman anak-anak-Nya, bukan saja dari kalangan orang tidak percaya, tetapi justru dari kalangan anak-anak Tuhan sendiri di lingkungan gereja. Banyak kita temui anak-anak Tuhan maupun hamba-hamba Tuhan yang hidup berkompromi dengan dosa. sebagai anak-anak Allah yang hidup di tengah-tengah dunia yang semakin sekuler, materialistis dan hedonistis ini, Kita bersyukur karena Allah mengijinkan setiap tantangan yang kita hadapi agar membuat kita matang, dewasa dan sempurna. Allah senantiasa memberikan kekuatan-Nya sehingga kita pasti berkemenangan (1 Kor. 10:13). Kemenangan ini pasti karena Allah sendiri yang berperang melawan kuasa dunia. Setiap anak Allah diberi kuasa untuk menang, inilah iman kita kepada Yesus Kristus, Anak-Nya. Orang-orang percaya mampu melakukan perintah Allah karena ia memiliki iman yang mengalahkan dunia. Memiliki iman berarti memiliki relasi dengan Yesus Kristus Anak Allah. Sesungguhnya ini bukan pilihan tetapi merupakan hak istimewa yang diberikan Allah bagi anak-anak-Nya, yang rindu mempertahankan imannya dan jaminan kepastian kemenangan sudah disediakan bagi mereka yang mau taat dan setia melakukan perintah-perintah-Nya. Jangan pernah mundur dan menyerah kalah, tetapi tetaplah setia sampai akhir. Kehidupan kekal menanti di sana, hidup selamanya bersama Dia yang mengasihi kita. Renungan hari ini: Karena iman yang kita miliki adalah iman yang mengalahkan dunia. Tunjukkanlah bahwa kita memiliki iman yang mengalahkan dunia. 4 Hari – 4, Jumat 19 Mei 2017 MENGELOLA ZONA NYAMAN KITA Filipi 3:12 : “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” Kehidupan yang terlalu nyaman dalam dunia ini, bisa membuat kita kehilangan banyak kesempatan dan peluang dalam kehidupan ini khususnya kehidupan yang bersifat kekal, dan seringkali secara tidak sadar menghambat kita untuk dapat bertumbuh lebih baik dan lebih sempurna. Tetapi, hidup dalam ketidak-nyamanan juga kontra produktif bagi kita, karena, terlalu banyak kekuatiran atau bahkan ketakutan, akan membawa kita kepada tingkat stress yang tidak sehat (distress)(Mat. 6:25-34). Kita harus belajar mengatasi kekuatiran dan ketakutan kita, serta menemukan keseimbangan yang tepat antara masalah-masalah kehidupan rutin sehar-hari, dan keinginan atau harapan untuk menemukan dan mengalami hal-hal atau pengalaman-pengalaman baru yang menantang bersama dengan Tuhan, yaitu dengan mengalahkan atau mengatasi ketakutan atau kekuatiran kita akan kegagalan, dan menganggap kegagalan sama normalnya dengan keberhasilan. Ketika firman Tuhan menantang kita untuk terus maju dalam mengejar kesempurnaan, maka kita bisa belajar dari rasul Paulus, dimana rasul Paulus menilai diri secara proporsional, dan tidak berlebihan. Dia tidak menyatakan bahwa dia telah sempurna. Apakah Paulus mengenal Kristus? Tentu saja. Apakah dia telah sepenuhnya mengenal-Nya? Paulus mengatakan belum, dan itulah yang terus dia kejar. Keinginan ini membuat ia melupakan apa yang telah di belakangnya. Paulus tidak mengijinkan apa yang sudah dicapainya menjadikannya puas diri, dan berbangga diri, sehingga proses itu berhenti. melainkan dia terus fokus dan mengarahkan dirinya kepada apa yang masih dapat dicapainya. Orang yang sedemikian akan maju terus, dan tidak mungkin mandek pertumbuhannya (Fil. 3:12-14). Setiap orang memiliki tingkat pertumbuhan masing-masing, dan rasul Paulus mendorong jemaat untuk terus melanjutkan proses pembelajaran dan pengenalan akan Kristus yang bersifat progresif (Fil. 3:15-16). Renungan hari ini: Tak ada tujuan hidup yang lebih berarti bagi murid-murid Kristus, selain semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia dan semakin menyerupai Dia. 5 Hari – 5, Sabtu 20 Mei 2017 JANGAN JADI KRISTEN KANAK-KANAK 1 Kor. 13:11 : “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” Banyak orang-orang Kristen yang tidak bertumbuh dewasa secara rohani meskipun sudah menjadi Kristen katakanlah 20 tahun misalnya, sehingga mereka seringkali menjadi pecundang-pecundang, dan bukannya menjadi pemenang bagi Kristus. Ciri-ciri Kristen anak-anak: - Tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah (Efe. 4:14) . Salah satu ciri orang Kristen anak-anak adalah mereka sering mengkultuskan manusia (hamba-hamba Tuhan) melebihi pribadi Tuhan Yesus sendiri dan firman-Nya (Alkitab), sehingga mereka rentan dimanipulasi dan disesatkan. Ketika melihat hamba Tuhan tersebut mengalami masalah, seringkali orang Kristen kanak-kanak tersebut tergoncang imannya, sehingga mereka mundur dan bahkan ada yang meninggalkan imannya. - Lebih menyukai perkara-perkara dunia ini dan bertingkah-laku duniawi sehingga mudah dipecah-belah dan diadu-domba (1Kor. 3:1-3). Ciri gereja Tuhan adalah persekutuan orang percaya dan kesatuan hati. Tetapi hari-hari ini kita melihat gereja Tuhan yang terpecah-belah karena masingmasing merasa bahwa kelompok atau golongannya, serta ajarannya atau doktrinnya adalah yang paling benar dan paling baik, sementara kelompok atau golongan lainnya adalah pihak yang salah dan bahkan seringkali dianggap sesat. Mereka seringkali lebih mengedepankan perdebatan dan adu argumentasi dibanding dialog. Kristen kanak-kanak, seringkali menjadi batu sandungan bagi orang dunia dan hal itu akan menimbulkan kerugian bagi gereja Tuhan. Renungan hari ini: Sebagai orang Kristen, kita harus terus bertumbuh dalam Firman dan Iman (Rom. 10:17). Kita harus senantiasa dilatih, diajar dan dimuridkan, sehingga dapat terus bertumbuh baik dalam pengetahuan Firman Tuhan (Alkitab) dan pada gilirannya juga dapat terus bertumbuh dalam iman dan nampak dalam perbuatan. Bagaimana kita berpikir untuk mengalahkan dunia ini kalau kita tidak dianggap cukup dewasa di mata Tuhan untuk menerima otoritas dan kuasa-Nya. 6 Hari – 6, Minggu 21 Mei 2017 MENJADI KRISTEN ROHANI YANG DEWASA 1 Korintus 2:13-16 (13) : “Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. (14) Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. (15) Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. (16) Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.” Paulus sedang menjelaskan tentang definisi manusia rohani, yaitu: pertama, manusia rohani mengajar dan berkata-kata berdasarkan hikmat dan Roh Allah (ayat 13). Kedua, dia juga memahami hal-hal rohani, dan menilai segala sesuatu berdasarkan hikmat Allah, serta tidak tergantung pada penilaian orang lain. Manusia rohani dapat menilai segala sesuatu, baik perkara-perkara duniawi maupun perkara-perkara rohani yang bernilai kekal, karena dia dapat mengerti dan menafsirkan firman yang berasal dari hikmat Allah, melalui Roh Kudus (ayat 13), sehingga dia dapat lebih memusatkan hidupnya kepada perkara-perkara rohani yang bernilai kekal (ayat 15-16). Ketiga, dia tidaklah seperti manusia duniawi yang tidak menerima hikmat dari Roh Allah, menganggapnya sebagai kebodohan, dan tidak dapat memahaminya (ayat 14). Singkatnya, Manusia duniawi (orang dunia ) tidak bisa memahami atau mengerti pikiran Kristus, dan tidak bisa atau tidak mampu mengerti, menilai dan menyelami pikiran manusia rohani (ayat 15). Manusia duniawi lebih memusatkan hidupnya dan berorientasi pada perkara-perkara duniawi seperti uang, kekayaan dan keberhasilan atau prestasi duniawi saja, melebihi perkara-perkara rohani yang bernilai kekal. Renungan hari ini: Kita disebut manusia rohani apabila kita memiliki pikiran Kristus, yaitu pikiran yang berdasarkan pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan, sehingga kita dapat menilai segala sesuatu berdasarkan perkara-perkara rohani yang bersifat kekal. 7 Hari – 7, Senin 22 Mei 2017 KALAH BUKAN PILIHAN 2 Korintus 11: 24-27: “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di tengah kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian.” Apakah hari ini kita sedang mengalami masalah, dan merasa kalah? Ingatlah pengalaman rasul Paulus ini, dimana dia harus mengalami siksaan dan aniaya, menghadapi berbagai macam bahaya, seringkali hidup dalam kekurangan. Bagaimana respon rasul Paulus menghadapi semua itu? Inilah jawabannya “dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata dalam tubuh kami.” (2 Kor. 4: 8-10). Ayat tersebut di atas merupakan respon dan jawaban Paulus atas semua masalah, persoalan dan tekanan yang terjadi atas hidupnya, dimana Paulus berketetapan untuk mengatasi semua masalah dan tekanan yang terjadi, dan hidup berkemenangan, sehingga nama Yesus dipermuliakan. Bagi Paulus, kalah… Bukan pilihan! Jadi sekarang, letakkanlah tanganmu di tangan-Nya, sehingga dia memberikanmu kemenangan. “…sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali….kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu.” (Ams. 24: 16, Maz. 34: 19) Renungan hari ini: Ketika kita sedang menghadapi tekanan masalah dalam kehidupan, ingatlah akan teladan Rasul Paulus, dimana ketika dia sedang menghadapi tekanan dalam hidupnya dan aniaya, dia tetap memusatkan matanya dan hidupnya hanya pada Yesus Kristus saja, sebagai sumber kekuatannya. 8 Hari – 8, Selasa 23 Mei 2017 BERHARGA DI MATA-NYA Mazmur 139:14 : “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” 2 alasan mengapa kita begitu berharga di mata Allah: Pertama, karena kita umat tebusan-Nya (Efe 1:4). Allah memberkati kita karena Yesus Kristus. Tanpa relasi pribadi dengan Kristus, berkat-berkat yang diberikan Bapa tidak dapat kita nikmati dan alami. Di dalam Kristus, Bapa memberkati kita (ayat 3), dan memilih kita (ayat 4). Kedua, karena begitu berharganya diri kita (1 Pet 3:18). Dia rela menderita bahkan berkorban bagi kita orang berdosa, karena kita begitu berharga di mata-Nya. Mari kita ambil waktu sejenak. Pergilah menghadap cermin dan pandanglah pribadi unik yang telah dirancang allah dengan begitu indah. Wow! Kita adalah suatu ciptaan yang dibentuk seturut dengan gambar dan rupa-Nya. Allah begitu menikmati menciptakan kita sebagai pribadi yang unik dan luar biasa, dan tidak ada seorangpun yang sama persis seperti kita di seluruh jagad raya ini. Dia telah mengetahui dari awal permulaan, bahwa sang Juru Selamat yaitu Putra-Nya yang tunggal akan menuju salib untuk menebus kita dengan harga yang sangat mahal yaitu dengan darah-Nya. Dalam kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas dan yang sempurna, Dia telah merancangkan jalan hidup kita yang sejalan dengan tujuan, dan rencana-Nya, untuk menetapkan kemenangan-Nya bagi kita. Tidak ada siapapun dan apapun yang dapat, atau boleh menghalangi rencana, kehendak dan ketetapan-Nya yang sempurna bagi kita. Renungan hari ini: Marilah kita berhenti sejenak, dan mengucap syukur kepada-Nya, karena melalui kematian dan kebangkitan Kristus, maka kita dapat menikmati hidup dalam kemuliaan-Nya, dan menikmati berkat-berkat-Nya. Karena itu, jangan ijinkan masalah dan persoalan menekan kita, karena di dalam Kristus Yesus, kita memiliki roh yang lebih besar dari roh dunia ini (1 Yoh. 4:4) 9 Hari – 9, Rabu 24 Mei 2017 HUKUM TABUR-TUAI Galatia 6:7 : “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Hukum Tabur-Tuai adalah “konsekwensi” dari sesuatu yang dilakukan. Karena itu beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Jenis yang kita tabur = yang kita tuai ( contoh : menabur mangga – menuai mangga, tidak mungkin menabur mangga – menuai jambu )(Gal. 6:8). 2. Jumlah yang dituai lebih banyak dari yang ditabur (dari 1 benih menghasilkan banyak) kalau menabur dosa, maka akan menghasilkan dosa lainnya (contoh :Daud), kalau menabur kebaikan, maka akan menghasilkan kebaikan lainnya (2Kor. 9:10). 3. Yang kita tabur tidak bisa langsung dituai ( menunggu waktunya/musimnya sesuai umur dan jenis tanaman) (Maz. 1:3). 4. Tidak semua yang kita tabur bisa kita tuai ( tergantung kualitas benih / bijinya ) Pengertian rohani : Kalau benih yang kita tabur itu bukan benih yang baik / benih kejahatan , misal : hasil korupsi atau motifasi menaburnya salah, maka kemungkinan besar tidak akan menghasilkan buah atau malah menghasilkan “buah” masalah atau persoalan (Mat. 13:18-23). 5. Taburan dosa akan menuai masalah dan petaka (meskipun kita sudah diampuni) (contoh: Daud), karena akibat dosa itu akan mengejar kita sebagai akibat atau konsekwensi dari perbuatan dosa yang pernah kita lakukan. Kalau saat ini setelah kita sungguh2 bertobat, kita mengalami banyak hal yang tidak enak, maka kemungkinan itu merupakan konsekwensi dari perbuatan-perbuatan dosa kita di masa lalu (misalnya : kalau orang berzinah atau memiliki hubungan gelap sampai punya anak, maka anak tersebut akan tetap ada dalam hidup orang itu selamanya dan menjadi bagian dari masa lalunya. Tetapi, ketika kita harus menghadapi konsekwensi dari perbuatan dosa masa lalu kita, “apabila” kita tetap berjalan dalam kebenaran Tuhan, maka penyertaan Tuhan akan ada dalam hidup kita untuk memampukan kita menjalaninya dan Tuhan akan memberikan jalan keluarnya (1Kor.10:13). Renungan hari ini Hendaknya kita sepanjang hidup di dunia menabur semua (baik uang, harta, pengetahuan, waktu maupun tenaga dan terutama hidup kita) yang “memiliki nilai kekal” dan bukan hanya perkara-perkara di dunia ini saja. 10 Hari – 10, Kamis 25 Mei 2017 KEBAHAGIAAN YANG SEJATI Mazmur 1:1-2 (1) : “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, (2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Banyak orang berpikir, bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan memiliki kekayaan materi, rasa aman, kesuksesan, status sosial, dsb, sehingga mereka mengejar semua itu, dengan mengikuti cara-cara dan nasehat orang dunia yang mereka anggap sukses, melebihi firman Tuhan, dan mereka kurang memiliki hasrat untuk mengejar nilai-nilai yang bersifat kekal. Dengan mengikuti cara, gaya hidup, pola pikir serta nasehat orang dunia yang berdosa atau mazmur menyebut mereka sebagai orang fasik, akan membawa seseorang makin jauh dari kebenaran Tuhan dan firman-Nya (ayat 1). Dimulai dengan mengikuti nasehat dan ajakan orang dunia atau orang fasik untuk mengejar kekayaan dan kesenangan dunia, dengan melakukan perbuatanperbuatan yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, serta juga ikut mengajak orang lain untuk berbuat dosa, maka apa yang akan dituai tidak ada yang bernilai kekal, bahkan berujung pada kebinasaan (Ams. 10:2). Akan ada suatu hari dimana seorang perawat masuk ke ruang ICU seseorang, dan melihat grafik di layar monitor telah menjadi datar, lalu dia mulai mencabut mesin-mesin penopang hidup, dan melangkah keluar. Saat dimana orang tersebut akan masuk dalam kekekalan, berhadapan dengan Allah untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya selama di dunia. Mazmur 1:2, memberi kita petunjuk bahwa dengan memiliki hasrat untuk mencintai firman Tuhan (Alkitab), mempelajarinya, dan senantiasa merenungkan, serta melakukannya, maka kita akan senantiasa menemukan kebahagiaan sejati selama kita di dunia ini, bahkan sampai kekekalan nanti. Renungan hari ini: Sudahkah hidup kita saat ini sesuai dengan kehendak Allah, serta melakukan firman-Nya, atau kita lebih menuruti hasrat dan keinginan kita sendiri, serta berjalan dalam nasehat orang fasik? Ada saat dimana kita akan masuk dalam kekekalan, berhadapan dengan Allah untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatan kita selama di dunia, dan Jawaban kita akan menentukan kualitas hidup kita, ketika kita masuk dalam kekekalan. 11 Hari – 11, Jumat 26 Mei 2017 MEMENANGKAN YANG TERHILANG BAGI KRISTUS Matius 9:37-38 (37) : “Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. (38) Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Yesus sedang memanggil dan mempersiapkan kita untuk meneruskan misi Yesus, menjadi alat-Nya untuk menyelamatkan yang terhilang. Hanya umat Allah yang sudah ditebus dan dipilihlah yang bisa menjadi alat Allah yang kudus untuk memenangkan dunia yang dibelenggu dosa ini untuk kembali datang kepada Allah. Yesus telah mempersiapkan murid-murid-Nya, yang kelak disebut gereja, untuk melakukan misi ini. Gereja perlu, pertama-tama memiliki hati Kristus yang peduli dan penuh kasih. Gereja harus bersumber dan bersandar pada kuasa-Nya yang dahsyat untuk mendemonstrasikan kasih Allah ini, lewat pemberitaan injil dan pengajaran. Karena keselamatan adalah bagi semua bangsa, berarti berita bahwa Kerajaan Allah sudah dekat harus disampaikan kepada setiap orang. Siapa pun yang telah menerima kabar keselamatan ini, memiliki tugas menyampaikannya kepada orang lain agar mereka mengalami sukacita dan keselamatan dalam Kristus Yesus (Mat 10:8). Untuk tugas ini, Allah memanggil mereka yang mau dan yang bersandar sepenuhnya kepada-Nya, yang memiliki hasrat yang menyalanyala untuk mau dipakai Tuhan untuk memberitakan injil Kerajaan Allah (Rom.12:11). Namun seringkali kita terlalu menitikberatkan kepada pelayanan pemberitaan Injil, dan kurang memperhatikan pengajaran. Satu hal lagi yang harus diingat adalah bahwa kuasa tidak selalu untuk menginjil, tetapi meliputi kuasa untuk mengajar, berkhotbah, dan memuridkan sehingga memimpin dan membawa tiap-tiap orang bertumbuh kepada kesempurnaan (teleios) atau kedewasaan dalam Kristus (Mat. 28:19-20; kol 1:28-29). Renungan hari ini: Tuaian yang begitu banyak memerlukan penuai-penuai yang siap diutus. Tuaian itu adalah orang-orang yang haus, lelah, terlantar dan terhilang dalam kehidupan jasmani dan rohani. Kitalah para penuai itu, dan tuaian ada di sekeliling kita. Maukah Anda dipersiapkan menjadi alat anugerah-Nya untuk memberitakan injil Kerajaan-Nya, dan memuridkan? 12 Hari – 12, Sabtu 27 Mei 2017 MENGUJI & MENILAI DIRI SENDIRI (INTROSPEKSI DIRI) 2 Korintus 13:5 : “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” Di ayat tersebut diatas, Paulus memerintahkan untuk mengambil waktu, dan menjawab penilaian-penilaian pribadi berikut ini: - Apakah Firman yang telah Tuhan taruh dalam diri dan hidup kita, sudah memperbaharui pikiran kita, dan mampu memberikan dampak bagi pertumbuhan iman, serta tampak nyata dalam perbuatan maupun pelayanan kita? Apakah kita tetap tekun untuk terus mau belajar firmanNya yang ada di alkitab. - Dalam membangun hubungan dengan Kristus, Apakah kita telah mengenal Kristus lebih dalam dibanding waktu-waktu sebelumnya? Apakah kita sudah membangun hubungan dengan sesama anggota tubuh Kristus dengan baik dan benar? - Dalam membangun kehidupan doa, seberapa banyak kita memakai waktu kita untuk berdoa dan membangun hubungan dengan Tuhan? - Dalam membangun hubungan dengan Roh Kudus, seberapa kita hidup menuruti keinginan Roh dibanding keinginan daging kita. - Dalam membangun karakter kita, dengan cara apakah kita dapat mencerminkan hubungan kita dengan Kristus dalam hubungan kita dengan sesama, seperti dengan keluarga, teman, saudara seiman dlsb? Bagaimana kita mampu mengatasi sifat-sifat negatif seperti amarah, kesombongan, dendam, rasa takut dlsb? - Dalam membangun proses berpikir kita, apakah pikiran kita telah dijauhkan dari hal-hal yang negative, serta dikuduskan dari hasrat-hasrat pribadi, seperti uang, jabatan, kekuasaan, dlsb? - Dalam membangun dan mengembangkan pribadi kita, pertumbuhan dan perkembangan apa saja yang sudah kita alami? Bagaimana kita mengembangkan bakat, minat, talenta, dan karunia yang sudah Tuhan berikan dan percayakan pada kita untuk kemuliaan-Nya? Renungan hari ini: Kiranya doa dan puasa kali ini bisa kita pakai dan manfaatkan sebagai sarana dan kesempatan untuk menilai dan introspeksi diri. 13 Hari – 13, Minggu 28 Mei 2017 MENGUJI & MENILAI PELAYANAN DIRI SENDIRI Galatia 6:4 : “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.” Di ayat tersebut diatas, Paulus memerintahkan untuk mengambil waktu, dan menjawab penilaian-penilaian atas pelayanan pribadi berikut ini: - Seberapa besar keyakinan kita akan panggilan Tuhan dalam diri dan hidup kita? Panggilan apakah yang telah kita ikuti? Manakah yang belum mampu kita ikuti? - Terkait dengan panggilan kita, bagaimana kita dapat mempercayai Tuhan dan menggantungkan iman kita pada-Nya? - Pembuktian apa sajakah yang telah Tuhan nyatakan melalui hidup kita? - Apakah pelayanan yang berdampak itu? Dan bagaimana kita bisa memiliki pelayanan yang berdampak bagi sesama kita, sehingga nama Tuhan dipermuliakan? - Jenis pelayanan apakah yang sedang kita lakukan saat ini? - Siapa sajakah, dan jenis orang-orang macam apakah yang kita pikir akan membutuhkan pelayanan kita? Bagaimana kita mampu memenuhinya? - Siapa sajakah saudara-saudara dan teman-teman kita yang belum percaya? Bagaimanakah keterlibatan kita terhadap saudara-saudara dan temanteman kita yang belum percaya ini? - Apakah pelayanan kita sudah sesuai dengan talenta, karunia dan kemampuan yang kita miliki? - Pengetahuan, ketrampilan dan keahlian tambahan apa sajakah yang masih perlu kita pelajari agar pelayanan kita dapat lebih efektif dan berdampak? - Bantuan apa sajakah yang kita butuhkan dalam pelayanan kita agar dapat lebih maksimal? - Kepada siapa sajakah tanggung jawab kita, selain kepada Tuhan? Apa pengaruhnya bagi kita? - Apakah tujuan pelayanan kita saat ini dan yang akan datang? Perlukah ada perubahan-perubahan? Kalau perlu, apa sajakah yang harus dirubah? Renungan hari ini: Kiranya doa dan puasa kali ini bisa kita pakai dan manfaatkan sebagai sarana dan kesempatan untuk menilai pelayanan kita selama ini. 14 Hari – 14, Senin 29 Mei 2017 KETAKUTAN, LAWAN DARI IMAN Ibrani 11:27 : “Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.” Ketakutan: - Mengacaukan keputusan kita. - Melumpuhkan tindakan kita. - Membuat kita menunda. - Menumbuhkan rasa paranoid. - Mendorong kita untuk berpikir buruk, dan kehilangan fokus. - Menghancurkan rasa percaya kita pada Tuhan, diri sendiri dan orang lain. - Melemahkan kemampuan kita untuh percaya dan bertindak. - Dapat menjadi alasan kita memiliki motif yang salah pada orang lain. - Seringkali merupakan hasil dari kesombongan kita. - Menolak untuk percaya bahwa Tuhan itu ada, memegang kendali, dan dapat dipercaya. Bagaimanakah cara kita melepaskan diri dari kekangan dan pengaruh rasa takut? Dengan memilih untuk beriman, dan menaruh pengharapan hanya pada Tuhan, serta bertindak berdasarkan janji-janji dan firman-Nya. Jadi sekarang, jika kita sedang menghadapi rasa takut, percayalah pada janji-janji-Nya, tetap berharap hanya kepada-Nya, dan hadapi ketakutan itu dengan kuasa Roh Kudus-Nya yang ada dalam kita. “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”. (2Tim. 1:7). Kita selalu mempunyai pilihan yang sederhana: antara membiarkan ketakutan, keraguan, ketidak-mampuan, ketidak-berdayaan, dll, melemahkan, melumpuhkan dan mengecilkan rohani kita atau bahkan jiwa kita, atau memutuskan untuk melawan dan mengatasi ketakutan kita dan situasi sulit dengan kekuatan Roh Kudus, tetap percaya akan kasih-Nya, dan bertindak seturut janji dan firman-Nya. Renungan hari ini: Manakah yang akan kita pilih? Rasa takut atau Iman? 15 Hari – 15, Selasa 30 Mei 2017 PILIH MELAKUKAN DENGAN CARA TUHAN,... ATAU CARA KITA Ada sebuah kesaksian dari seorang hamba Tuhan yang beberapa tahun sebelumnya, pernah mengajak seorang pengusaha untuk bertumbuh secara rohani dan melayani Tuhan. Pada waktu itu, si pengusaha menolaknya dengan halus, dan menjelaskan bahwa kesibukan kantor konsultan yang baru dia bentuk tidak memberi ruang untuk hal-hal dan kegiatan-kegiatan rohani. Tetapi saat itu, si pengusaha ini mulai bercerita mengenai krisis ekonomi di asia dan stress besar yang dia alami. Selanjutnya, si hamba Tuhan tersebut bertanya apakah dia menyisihkan waktu secara rutin untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Jawabannya adalah tidak. Beberapa hari kemudian, si hamba Tuhan ini bertemu dengan seorang teman yang mengepalai kantor hukum tingkat menengah. Teman ini seorang anak Tuhan yang banyak terlibat dalam pelayanan, dan dia telah bekerja sama dengan hamba Tuhan ini, untuk membangun banyak pelayanan, termasuk membangun hubungan dengan Tuhan. Saat mereka berbincang-bincang, topik mengenai kondisi ekonomi yang sedang sulit muncul kembali. Si hamba Tuhan cukup terpana dan terkesan, ketika melihat reaksi si teman ini yang tenang dalam menghadapi situasi sulit, karena memiliki keyakinan yang kuat, bahwa Tuhan akan menuntun dia dan perusahaannya melalui masalah demi masalah. Tampak jelas bahwa karena si teman ini senantiasa menyimpan firman di dalam hatinya melalui doa, pembacaan Alkitab dan saat teduh, sehingga dia mampu untuk mempercayai Tuhan, dan senantiasa berjalan dalam tuntunan-Nya dalam kondisi ekonomi yang sulit ini. Renungan hari ini: Apa yang kita lakukan ketika kondisi ekonomi memburuk? Menjadi panik, dan berusaha lebih keras, mengencangkan ikat pinggang, berusaha mencari trobosan-trobosan, atau mencoba mencari dan menciptakan ide-ide baru untuk bertahan?..... Atau, berdiam diri sejenak? Percaya? Menunggu? Dan mencari arahan dan tuntunan-Nya? Jawabannya bergantung pada siapa yang selama ini kita andalkan dalam hidup kita: diri kita sendiri atau Tuhan. Kalau jawabannya diri kita sendiri, maka kita pasti akan panik dan ketakutan. 16 Hari – 16, Rabu 31 Mei 2017 DAMAI YANG SEJATI Yohanes 14:27: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Hari-hari ini, ditengah-tengah dering telepon, jadwal yang padat, kemacetan, dan tuntutan keluarga, kita mungkin berpikir, mungkinkah kita bisa merasakan damai-sejahtera-Nya. Bertentangan dengan keraguan kita, jawabannya adalah YA! Dan inilah alasannya: damai-sejahtera, bukanlah sesuatu yang harus kita cari, tetapi suatu kualitas yang sudah ada dalam diri kita. Kata “damai-sejahtera” dalam ayat di atas ini menggambarkan keheningan, keselarasan, peristirahatan, kemakmuran, dan kemapanan. Versi dari Perjanjian Lama adalah “Shalom”, yang menggambarkan berkat, keamanan, ketenangan, perdamaian, keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, keadilan, persatuan dan persekutuan. Lalu, dalam prakteknya, kita dapat mempertahankan damai-sejahtera-Nya, kalau kita tetap beriman dan percaya, bahwa kita senantiasa ada di dalam kasihkarunia-Nya (Rom. 5:2), dan senantiasa mau hidup dipimpin Roh Kudus (Gal. 5:25). Daripada bersusah-payah, dan berusaha mencari kedamaian, cukuplah kita nikmati damai-sejahtera yang telah kita miliki, dalam Kristus. Ambil waktu sejenak dan ucapkan syukur atas damai yang telah Kristus anugerahkan pada kita (Fil. 4:6-7). Renungan hari ini: Kita dihadapkan pada pilihan untuk hidup penuh tekanan dan kekhawatiran, atau menyerahkan segala kekhawatiran kita pada Tuhan, memilih dan mengambil damai-sejahtera yang sudah Kristus tinggalkan bagi kita, serta mulai menikmati damai-sejahtera-Nya yang melampaui segala akal (Fil. 4:7). mana yang akan kita pilih? 17 Hari – 17, Kamis 1 Juni 2017 MENANTIKAN TUHAN Mazmur 37:7 : “Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.” Dalam keputus-asaan, kelemahan, dan dalam penantian, aku memohon dan menangis, meminta jawaban doaku. Tetapi, dengan lembut Tuhan menjawab, “anak-Ku, engkau harus menunggu”. Engkau bilang aku harus menunggu!, jawabku penuh ketidak sabaran. Tuhan, aku butuh jawaban. Aku harus tahu kenapa! Ataukah Engkau tidak mendengar? Dengan iman, aku telah meminta, dan sekarang aku menagih janjiMu. Tuhan, Engkau berjanji apabila aku percaya dan meminta dengan iman, maka aku akan mendapatkan apa yang aku minta. Tuhan, aku telah meminta, dan inilah jeritanku. Aku lelah meminta! Aku butuh jawaban secepatnya!” Dengan lembut Dia berkata, anak-Ku, Aku dapat dengan mudah menjawab dan mengabulkan doa dan permintaanmu. Apapun yang kau minta, dapat Aku berikan. Kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan. Tetapi, kau tidak akan pernah mengenal Aku dan pribadi-Ku. Kau tidak akan mengetahui betapa dalamnya kasih-Ku pada setiap anak-Ku, sehingga aku selalu ingin memberikan yang terbaik dan yang sempurna baginya. Engkau tidak akan belajar untuk melihat dalam kabut keputus-asaan. Kau tidak akan belajar untuk percaya hanya dengan mengetahui bahwa Aku ada, dan selalu menyertaimu. Kau tidak akan merasakan kebahagiaan dan kekuatan ketika kau bersandar dan memasrahkan hidupmu hanya kepada-Ku, saat kau hanya melihat kegelapan, kesunyian, dan keputus-asaan. Iman yang Kuberikan saat engkau berjalan tanpa melihat. Kau tidak akan pernah paham, apa artinya “cukuplah kasih karunia-Ku bagimu”. seandainya seluruh masalahmu hilang dengan cepat. Karena itu, tenanglah anak-Ku, pada waktunya engkau akan melihat bahwa hadiah terbesar adalah mengenal-Ku lebih dalam. Dan meski jawaban-Ku terlihat begitu terlambat, Jawaban-Ku selalu yang terbaik dan sempurna bagimu. Renungan hari ini: Bila dalam doa puasa ini, kita sedang menantikan jawaban doa kita yang tidak kunjung tiba, tetaplah yakin, bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik, bahkan yang sempurna bagi kita, dan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Peng. 3:11). 18 Hari – 18, Jumat 02 Juni 2017 7 SYARAT UNTUK MEMINTA PADA TUHAN Ibrani 11:1 : “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Apakah iman itu? Bagaimana kita bisa tahu kalau yang kita minta pada Tuhan itu sudah benar dan sesuai kehendak-Nya? Bagaimana kita tahu kalau permintaan kita itu berdasarkan iman, atau hanya asumsi pribadi berdasarkan keyakinan manusiawi kita sendiri?”. “saat meminta, dapatkah kita yakin kalau kita pasti mendapatkannya?” Menanggapi pertanyaan tentang definisi iman tersebut di atas, maka ada 7 syarat dalam meminta pada Tuhan, yaitu: 1. Permintaan kita tidak boleh egois dan berpusat pada diri sendiri: karena Salomo meminta kebijaksanaan dalam memerintah umat Allah Israel, maka permintaannya plus tambahan-tambahan lainnya dikabulkan Allah (1Raja. 3:5-15; Yak. 4:2-3). 2. Permintaan kita harus berpusat pada panggilan Tuhan dalam hidup kita, dan pada rencana Tuhan (Yoh. 15:16; 1Yoh. 5:14-15). 3. Kita harus meminta dalam doa, sambil tetap beriman dan percaya (Mat. 21:22; Yak. 1:5-8). 4. Fokus utama kita saat meminta, haruslah untuk kebesaran-Nya (Yoh. 14:13). 5. Saat kita meminta, kita harus memiliki hubungan yang setia pada kristus. (Yoh. 15:7; 1Yoh. 13;22; Maz. 66:18). 6. Saat meminta, kita harus berhati-hati agar kita tidak memaksakan kehendak dan keinginan kita sendiri pada Tuhan, seperti yang bangsa Israel lakukan saat mereka meminta raja. Meskipun, Tuhan tetap mengabulkan permintaan mereka yang egois, tetapi mereka harus membayar harga untuk itu (2Sam. 8; Maz.19:13; Maz. 106:15). 7. Kita harus selalu ingat dan sadar, bahwa Tuhan selalu berkehendak untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak-Nya (Mat.7:7,11; Maz. 84:11) Renungan hari ini: Janganlah kiranya doa dan puasa yang kita lakukan kali ini, hanya kita pakai sebagai alat untuk memaksakan permintaan kita kepada Tuhan, demi hanya untuk memuaskan kehendak dan keinginan kita sendiri. 19 Hari – 19, Sabtu 03 Juni 2017 SEJALAN DENGAN TUHAN Matius 6:33 : “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Bagaimana kita tahu, kalau kita sudah sejalan dengan Tuhan? Inilah daftar evaluasi untuk melihat nilai dan komitmen kita: 1) Apa yang paling kita cari dalam hidup ini? Kedamaian? Keamanan? Keselamatan? Ketenaran atau kehormatan? Semua ini adalah keinginan yang alami. Apakah perkara-perkara itu yang menjadi fokus kita, ataukah kita lebih memikirkan tentang kerajaan Allah? (Luk. 10:41-42). 2) Apa yang paling kita pikirkan? Membuat rencana bisnis dan keuangan? atau bagaimana membangun waktu lebih intim dengan Tuhan dan keluarga? (Kol. 3:2). 3) Bagaimana kita menggunakan uang kita? Apakah kita melihat sumber penghasilan kita sebagai berkat Tuhan, dan kita sebagai bendahara-Nya yang baik? (Ul. 8:18) ataukah kita memandang penghasilan kita sebagai hasil keringat dan kejeniusan kita sendiri, dan menggunakannya semau kita sendiri? (Ul. 8:17). 4) Apa yang kita lakukan dengan waktu luang kita? Pada malam hari saat kita santai, apakah kita memakainya untuk belajar kebenaran firman-Nya melalui Alkitab, atau keluar mencari hiburan dunia? Apakah fokus dari waktu luang kita telah sesuai dengan ajaran Paulus di Efe. 5:16? 5) Teman-teman seperti apakah yang kita miliki? Apakah kita bepergian dengan orang-orang dunia yang lebih banyak menghabiskan waktunya di depan TV atau internet? Ataukah dengan mereka yang memiliki visi, kedisiplinan, dan keyakinan? Apakah kita lebih bersemangat menjalin hubungan dengan saudara-saudara seiman, ataukah dengan temanteman orang dunia? (Ams. 13:20; 1Kor. 15:33) 6) Siapa yang kita kagumi? Siapakah pahlawan idola kita? Apakah mereka para pesohor yang dikagumi dunia? atau para pahlawan iman yang memiliki teladan iman yang kuat? Sungguh menarik, bahwa sebagian besar media memberikan 17 halaman untuk kematian putri Diana, tetapi hanya 4 halaman saja untuk bunda Theresa. (Luk. 16:15) Renungan hari ini: Agar hidup kita dapat sejalan dengan Allah, Kita perlu hidup bergaul dengan Allah, melalui doa dan puasa ini, serta merenungkan Firman Tuhan dalam Alkitab setiap hari. 20 Hari – 20, Minggu 04 Juni 2017 MEMBANGUN KUALITAS KEROHANIAN KITA Kolose 3:12: “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.” Jika kita ingin meningkatkan kualitas rohani kita, mintalah pada Tuhan untuk meletakkan kualitas-kualitas ini dalam hidup kita, yaitu: - - - - - BELAS-KASIHAN: Sebagai orang Kristen, kita seharusnya mengikuti teladan Kristus, yaitu mengasihi dan menerima sesama kita apa adanya, tanpa memandang muka. Mintalah kepada Tuhan agar kita dipenuhi dengan kasih-Nya, yang memampukan kita untuk bisa mengasihi dan memenuhi hati kita dengan belas kasihan (1 Kor. 13:2). KEMURAHAN: Perilaku egois akan menjadi penghalang bagi tercurahnya berkat-berkat Allah bagi kita, dan menghambat kuasa Allah dalam menjawab doa kita. Jadi, berbuat baik bagi orang lain dan mentaati perintah Kristus untuk saling mengasihi dan saling berbagi, adalah merupakan perwujudan puasa yang sejati (Yes. 58:7 ). KERENDAHAN HATI: Menjadi seperti Kristus, artinya memiliki kerendahan hati seorang hamba sehingga, ketika memiliki uang dan kekayaan akan menjadi berkat bagi orang lain, dengan memakai kekayaannya untuk melayani Tuhan dan sesama (Fil. 2:7). KELEMAH-LEMBUTAN: Kelemah-lembutan adalah sikap yang ramah, lembut dan sopan pada orang lain, serta menghindari sikap yang kasar dan garang (Mat. 5:5). KESABARAN: yaitu kerelaan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan kebesaran hati, tanpa bersungut-sungut, serta kekuatan untuk tahan menderita (2Tim. 2:24). Renungan hari ini: Kiranya doa dan puasa ini, bisa kita jadikan langkah awal untuk meningkatkan kualitas rohani kita, sesuai dengan standard Allah. 21 Hari - 21, Senin 05 Juni 2017 MATA YANG DIPENUHI NAFSU Matius 6:22 : “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;” Kita harus akui, inilah pencobaan tersulit dalam hidup kita, dan seringkali kita, walaupun tidak sampai jatuh, tetapi seringkali terhanyut olehnya. Perkaraperkara yang sayangnya sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat modern, sehingga kita sudah tidak terkejut terhadap godaan-godaan ini, seperti: Bagi kaum pria: - Gadis muda mengenakan rok super pendek dan atasan terbuka, berjalan dengan santainya di mall, seakan tak perduli bahwa apa yang dia kenakan dapat membangkitkan gairah para pria di sekitarnya. Bagi kaum wanita: - Jendela di sebuah butik mewah wanita memampangkan papan potongan harga atau discount, yang hanya berlaku untuk suatu jangka waktu tertentu. Jika ini merupakan pencobaan bagi kita, beberapa nasehat ini dapat membantu: - Pahamilah bahwa mata kita tidak akan pernah puas (Ams. 27:20). Buatlah perjanjian dengan mata kita untuk tetap kudus (Ayub. 31:1). Jagalah hati. Pahamilah bahwa isi hati itu sangat dipengaruhi oleh penglihatan (Ams, 4:23, 25). Serahkan tubuh kita beserta anggota-anggotanya pada Tuhan, termasuk mata, sebagai alat untuk kemuliaan-Nya (Rom. 6:13). Biasakanlah menyimpan firman Tuhan di dalam hati kita (Maz. 119:11). Hanya dengan kuasa dan perlindungan-Nya, kita dapat menjaga mata kita tetap kudus. Pikirkanlah pengaruhnya terhadap perjalanan hidup kita bersama Tuhan. Renungan hari ini: Melalui kegiatan doa dan puasa ini, kita dapat melatih tubuh kita beserta anggota-anggotanya, termasuk mata, untuk dapat tunduk pada pimpinan Roh Kudus, dan belajar untuk menguasai daging kita (Gal. 5:16-17). 22 Hari – 22, Selasa 06 Juni 2017 EFEK BERANTAI DARI DOSA Seorang teman menceritakan tentang pernikahannya yang tidak harmonis, yang membuatnya pernah jatuh dalam perselingkuhan, sehingga keluarganya mengalami guncangan. Lalu saya teringat akan dosa Daud dengan Betsyeba, dan yang menarik perhatian saya, adalah jumlah orang-orang yang harus ikut menanggung akibat dari dosa Daud, seperti: - Daud sendiri: melakukan perselingkuhan dan pembunuhan. Mengalami tragedi dalam keluarganya berkali-kali, kekuasaannya melemah (Maz 32; 2 Sam. 12:19-21, 2 Sam. 13:23-29, 2 Sam. 37-17:29, 2 Sam. 15:13-19a). - Betsyeba: rusak moralnya, kehilangan suami dan bayinya (2 Sam. 11:26, 12:24). - Uria: suami Betsyeba yang harus mati dibunuh Daud dalam perang (2 Sam. 11:6-21). - Bayi Daud dan Betsyeba: yang harus mati (2 Sam. 12:19-21). - Ebimelek: mati sia-sia bersama Uria (2 Sam. 11:21). - Yoab – kepala prajurit Daud: rusak, melakukan pembunuhan (2 Sam. 11:21, 2 Sam. 17:25, 2 Sam. 18:14-15, 2 Raja. 2:5-6, 2 Raja. 2:28-35). - Tamar: putri Daud, yang diperkosa oleh saudaranya, Amnon (2sam 13:1-22). - Amnon: dibunuh oleh Absalom karena memperkosa Tamar (2sam 13:23-29). - Absalom: melakukan pembunuhan, kudeta, dan berzinah. Diasingkan oleh Daud. Dibunuh oleh Yoab (2 Sam. 14, 2 Sam. 15, 2 Sam. 18, 2 Sam. 16:2122). - Ahitopel: ayah Betsyeba, memberontak pada Daud, bunuh diri (2 Sam. 16:20 – 2 Sam. 17:23) - Keluarga Daud lainnya (1 Sam. 5:13-16, 1 Sam. 16:21-22, 1 Sam. 25:42-44). Daud tidak menyadari akan harga yang harus dia bayar atas dosanya. Dia mengira dapat menutupinya, dan gagal menyadari peringatan firman (Gal. 6:8). Renungan hari ini: Ada baiknya jika kita menuliskan daftar nama orang-orang terdekat kita yang kita kasihi, yang akan ikut menanggung akibatnya, jika kita jatuh dalam dosa. Lalu, bertanyalah pada diri sendiri, apakah kenikmatan dosa sesaat yang kita rasakan sebanding dengan efek jangka panjang yang akan terjadi? “Saya yakin itu tidak sebanding… Bagaimana pendapat anda”? 23 Hari – 23, Rabu 07 Juni 2017 MENILAI KEHIDUPAN Hidup ini tidak adil, orang benar menderita sementara yang jahat berkuasa. Keadilan selalu berubah karena hidup selalu mengalami perubahan yang tidak pasti. Anak-anak tidak berdosa menjadi korban perang dan bencana alam, sementara diktator serakah merampas hak-hak rakyatnya, dan para koruptor mencuri uang rakyat demi keuntungan pribadi. Orang baik menderita kemiskinan dan sakit penyakit, sementara orang jahat menikmati kekayaan dan kesehatan sampai masa tuanya (Pkh. 3:11, 7:15, 8:14). Kaum humanisme berkata, jika Tuhan itu baik, maka Dia lemah, Kalau tidak, tentu Dia akan menghentikan semua penderitaan dan ketidak adilan. Jika Dia kuat dan berkuasa, maka Dia kejam atau tidak peduli karena membiarkan penderitaan terus terjadi. Akan tetapi, kitab Ayub mematahkan semua pikiran-pikiran dan pahampaham semacam itu. 5 kesimpulan dari kitab Ayub adalah: 1. Tuhan berhak untuk memakai kita demi kemuliaan-Nya sesuai kehendak-Nya (Kel. 9:16, Ayub. 40:8, Yes. 45:9, Yes. 64:8). 2. Ayub membuktikan bahwa mempertahankan iman itu mungkin, bahkan ditengah penderitaan besar. (Ayub. 1:20-22, Ayub. 13:15). 3. Penasihat-penasihat Ayub salah menganggap bahwa penderitaannya itu akibat dosa. Bahwa orang benar selalu berhasil, dan penderitaan selalu merupakan hukuman dari perbuatan jahat. (Ayub. 36:11). 4. Penderitaan justru semakin mendekatkan hubungan Ayub dengan Tuhan (Ayub. 42:5). 5. Kita tidak memerlukan penjelasan atas apa yang Tuhan lakukan pada kita. Dia tidak memberi Ayub alasan dan penjelasan apapun (Ayub. 11:7-9; Rom. 11:3334). Renungan hari ini: Kadangkala allah mengijinkan penderitaan, karena beberapa alasan berikut ini: untuk menyingkapkan isi hati kita, melepaskan kita dari ikatan dunia Ini, mengajar kita untuk mempercayai Dia, dan yakin bahwa Dia akan menyertai, menguatkan dan menolong kita, dan yang terpenting adalah, bahwa Allah memakai penderitaan untuk kebaikan kita, dan untuk menyempurnakan Kita. 24 Hari – 24, Kamis 08 Juni 2017 MENGURANGI KECEPATAN Gaya hidup modern saat ini, khususnya di kota-kota besar, menuntut kita untuk memiliki jam kerja yang panjang seringkali bisa 12-14 jam sehari, berkejaran-kejaran dengan waktu setiap saat, merasa jenuh dan tertekan oleh banyaknya target-target yang harus dicapai, baik dalam pekerjaan, maupun dalam hidup kita, sehingga membuat kita kehilangan kesempatan untuk berbagi waktu bersama keluarga dan teman, seringkali kurang tidur dan istirahat, karena tekanan kesibukan. Mungkin dengan menarik diri, dan mengurangi aktivitas, paling tidak bisa jadi salah satu solusi. Tuhan, di dalam Roh Kudusnya senantiasa menyertai kita, dan siap memberikan tuntunan, arahan dan kekuatan untuk menolong kita, sehingga kita tidak bertanggung jawab untuk melakukan semuanya sendirian. 5 poin penting yang mungkin bisa kita lakukan agar kita disegarkan kembali: - Beri diri kita waktu dan kesempatan untuk bersantai. Istirahat bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan. Mengobrol dan bermainlah dengan keluarga, sahabat, dan saudara-saudara seiman, akan memunculkan sisi diri kita yang tenang dan santai (Mark. 6:31). - Sesekali, redupkan lampu dan volume suara. Kurangi aktivitas dan undangan. Terkadang, kurang itu bisa berarti lebih. (Pkh. 4:6). - Bangunlah tempat di rumah, di tempat kerja, di dalam hati, atau dimana kita bisa mendapatkan suasana santai yang dapat memberikan ketenangan untuk berpikir (Yes. 30:15). - Ambillah waktu untuk berpikir. Bertindak itu bagus dan penting, tetapi hanya berguna jika kita pikirkan matang-matang.(Efe. 5:15-17). - Ambillah waktu untuk menikmati keindahan alam sekitar, dan mengagumi ciptaan Tuhan. Tanpa itu, kita akan lupa untuk bersyukur karena keberadaan kita (Maz. 8:3-4). Renungan hari ini: Kegiatan doa dan puasa kali ini, bisa menjadi kesempatan yang berharga, untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan dan orang-orang yang kita kasihi, dalam suasana santai, yang dipenuhi damai sejahtera dan sukacita-Nya, dan memberi kesempatan kita untuk menarik kuasa-Nya, sehingga kita dapat dipenuhi kembali dengan damai sejahtera-Nya, yang pada gilirannya, akan menjadikan kita kembali produktif. 25 Hari – 25, Jumat 09 Juni 2017 KASIH KARUNIA ALLAH MENGATASI TUDUHAN SETAN Yakobus 4:7 : “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” Ada sebuah kesaksian, dimana sepasang pria dan wanita, merencanakan untuk menikah. Keduanya sangat setia pada Kristus. Saat si Pria membawa calon istrinya untuk konseling pra-nikah, si wanita mengaku bahwa 4 Tahun yang lalu, dia telah kehilangan kesuciannya, saat seorang “teman prianya” menggoda dia. Sejak saat itu, Setan sang “pendakwa”, terus menerus menuduh dan mendakwanya, sehingga dia tertekan, dan menderita rasa berdosa yang hebat. Maka melalui pelayanan pra-nikah ini, si wanita diminta berdoa untuk mengakui dosanya, memohon pengampunan-Nya, dan pemulihan-Nya. Maka untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, si wanita merasa terbebas dari rasa bersalah, mengalami pemulihan, kesembuhan batin, dan kedamaian. Dan sejak saat itu, hari-harinya dipenuhi kebahagiaan. Ketika kita harus menghadapi tuduhan dan dakwaan dari si jahat (setan), karena dosa, pelanggaran dan kesalahan masa lalu kita, untuk dapat terbebas dari segala tuduhan dan dakwaan dari si jahat, Kita hanya perlu: 1. Mengakui dosa kita, memohon ampun kepada Tuhan dan bertobat. Saat kita mengaku dan meninggalkan dosa kita, Tuhan mengampuni dan melupakan (Maz. 130: 3-4; Yes. 43:25; Rom. 4:7-8; 1 Yoh. 1:9, 2:1-2). 2. Tetapi, kita harus tahu dan menyadari, bahwa kasih karunia dan anugerah Allah bukanlah tiket dan ijin untuk terus hidup dalam dosa (Yoh. 8:10-11; Rom. 6:1-2; Gal. 5:13). Renungan hari ini: Apakah ada diantara kita, yang masih menyimpan rasa bersalah dari dosa masa lalu kita? Jika ada, maka melalui doa dan puasa ini, merupakan kesempatan bagi kita, untuk mengakui dosa kita, memohon pengampunan dari pada-Nya, bertobat, melupakannya, dan memulai kehidupan yang baru untuk mengejar kehendak Tuhan yang sempurna atas hidup kita, dan membangun masa depan yang cerah bersama-Nya (Fil. 3:13). Karena itu, terimalah pengampunan yang dia janjikan di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, dan gunakanlah kasih-karunia dan anugerah-Nya, yang telah diberikan bagi kita, serta rasakan kebebasan yang telah kita terima daripada-Nya, saat ini juga. 26 Hari – 26, Sabtu 10 Juni 2017 INTIM DAN BERAPI-API Roma 12:11: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Ketika kita melihat dan mempelajari kehidupan dari para pahlawan iman di Alkitab, kita melihat keteladanan hidup mereka yang memiliki ciri-ciri berikut ini: Keintiman (mat 22:37-39) Kita melihat bahwa mereka selalu membangun keintiman, dengan senantiasa berhubungan dengan Allah dalam menjalani hari-hari mereka setiap saat. Mereka sangat mengandalkan Allah, bahkan sampai hal-hal terkecil dalam hidup mereka, sangat peka dengan suara-Nya, dan sangat sadar dengan dosa-dosa pribadinya. Mereka memiliki jiwa yang rendah hati dan lemah lembut. Tidak ada terasa aura kesombongan atau ketinggi-hatian (Yoh. 15:5, Kol. 3:12). Semangat yang menyala-nyala (mat 28:18-20) Mereka selalu berapi-api dan menyala-nyala. Mereka selalu berdiri, dan menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membagikan kasih Kristus kepada siapapun yang mendekat. Karakteristik ini sama dengan yang dimiliki Paulus (Rom. 12:11). Singkatnya, ayat-ayat diatas menunjukkan pada kita bagaimana kita harus bersikap di hadapan teman-teman kita yang terhilang, yaitu: - Bijaksana, pandai dan terampil. - Gunakan setiap kesempatan, dan bersikap proaktif. - Murah hati, rendah hati, lemah lembut dan sabar. - Mudah bergaul, ramah, tetapi tegas, dan tidak suam-suam kuku. - Disiplin, mendidik, mengajar, dan melatih. - Suka berdamai, memiliki sikap yang benar dan baik. Renungan hari ini: Dalam doa dan puasa ini, maukah kita berdoa, minta Roh Kudus memenuhi roh kita untuk senantiasa memiliki kerinduan membangun keintiman dengan Tuhan, dan memiliki semangat yang menyala-nyala untuk melayani Dia. 27 Hari 27, Minggu 11 Juni 2017 KUNCI KEHIDUPAN KRISTEN ADALAH BERSERAH. 1 Petrus 5:7 : “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Apakah kita khawatir akan hari esok? Khawatir akan bencana di masa depan? Satu-satunya jawaban untuk menghilangkan perasaan takut dan khawatir ini, adalah “berserah” pada Bapa di Surga yang berkuasa, bijaksana dan maha tahu (Ams. 1:33, Ams. 31:25, Yer. 17:7-8). Apakah kita mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dalam keluarga, dengan teman-teman, atau di tempat kerja? Lagi-lagi, jawaban untuk rasa damai adalah “berserah” (Kol. 3:12-13). Apakah kita takut tidak dapat mengontrol keuangan kita? Khawatir kondisi keuangan kita memburuk, atau bahkan hancur akibat krisis ekonomi? Lagi-lagi, “berserah” adalah satu-satunya harapan untuk mendapatkan rasa damai (Ams. 27:24, Ams. 23:4-5, Maz. 25:12-13). Apakah kita mengkhawatirkan kesehatan kita? Khawatir terkena penyakit? Takut menjadi tua? takut kalau salah satu anggota keluarga kita terkena sakit keras atau mati muda? Jelas tidak ada jaminan hidup yang nyaman tanpa rasa sakit. Jadi lagi-lagi, jawabannya adalah “berserah” kepada Gembala kita yang bijak dan penuh kasih.(Maz 23). Tetapi berserah kepada-Nya ternyata tidak semudah itu. Alasannya, karena selama ini kita selalu merasa mampu, karena mengandalkan kepandaian, pengetahuan dan ketrampilan kita sendiri. Kita percaya bahwa kepandaian, pengetahuan dan ketrampilan kita, mampu untuk mendapatkan apapun yang kita mau, untuk menikmati apapun yang kita impikan, dan membuat semua harapan kita terkabul, sampai kita terbentur pada suatu jalan buntu, dimana kemampuan manusiawi kita sudah tidak mampu menolong kita lagi, dan kita sudah tidak melihat jalan lain, selain hanya “berserah” kepada-Nya. Renungan hari ini: Syarat utama agar kita dapat hidup dalam damai yang sejati, atau apa yang Alkitab sebut sebagai damai sejahtera, adalah “berserah tanpa syarat” kepada-Nya dan kepada kehendak-Nya. Yesus mempraktekkan penyerahan-Nya dengan berdoa, “bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu jadilah” (Mat. 26:39b). Maukah kita memilih hal yang sama? 28 Hari – 28, Senin 12 Juni 2017 KETIKA JATUH DALAM KEPUTUS-ASAAN Roma 12:12 : “Bersukacitalah dalam bertekunlah dalam doa!” pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan Mengalami krisis harga diri... Putus asa dengan kehidupan... Berusaha mengobati luka akibat disakiti, dicemooh, atau dikecewakan... Cobalah lihat kembali, siapakah diri kita di mata Tuhan. Karena kita akan melihat bahwa: Tuhan selalu mengasihi kita apa adanya, dan untuk selama-lamanya (Yer. 31:3b, Maz. 103:17, 2 Tes. 2:13, Yak. 1:18). Tuhan sangat memperhatikan kita, sehingga Dia rela menumpahkan darah anakNya yang tunggal untuk menyelamatkan dan membebaskan kita dari dosa. (1pet. 1:18-19, Ibr. 9:12-14). Tuhan selalu berencana untuk memilih kita (Ul. 7:6-7, Ul. 14:2, Efe. 1:4, 1 Pet. 2:9). Tuhan menganggap kita sebagai milik-Nya pribadi (Ul. 4:20, Kis. 15:14, Tit. 2:14). Dan puncaknya adalah, Tuhan mengangkat kita jadi anak-Nya, menjadikan kita keluarga-Nya, membawa kita masuk dalam Kerajaan-Nya, menjadi pewaris bersama anak-Nya, Yesus Kristus (Rom. 8:15-17, Gal. 4:6-7). Renungan hari ini: Jadi berbesar hatilah, tetap semangat, tetaplah memiliki pengharapan dalam Kristus, karena Kristus telah mengalahkan dunia, dan setiap dari kita yang percaya dan beriman kepada-Nya, juga telah mengalahkan dunia (1 Yoh. 5:4-5). Memang, “kita harus melalui banyak pencobaan untuk masuk dalam kerajaan Allah” (Kis. 14:22). Tetapi tenanglah, karena Tuhan kita Yesus Kristus akan kembali untuk membawa kita bersama-Nya (Luk. 21:27-28). 29 Hari – 29, Selasa 13 Juni 2017 3 KESALAHAN YANG MEMBUAT KITA SEBAGAI UMAT ALLAH PERLU BERTOBAT 2 Tawarikh 7:14 : “dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” Kesalahan pertama: Pada Tuhan (Mat. 6:33). Kita harus mengakui, bahwa seringkali kita tidak mengutamakan dan memprioritaskan Tuhan dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Kita sering tergoda dengan kemewahan dan gemerlap dunia ini, sehingga mengabaikan Tuhan. Seringkali, kita bimbang dan ragu dalam perjalanan kita mengiring Kristus. Memilih tetap setia mengikuti-Nya atau mengijinkan nafsu duniawi mengambil alih. Kita perlu bertobat, serta memohon pengampunan, dan tuntunan-Nya, agar mampu hidup lebih terfokus kepada Kristus dan kerajaan Allah. Kesalahan kedua: Pada keluarga (1 Tim. 5:8). Kita seringkali mengesampingkan kebutuhan keluarga kita demi karir, bisnis dan pekerjaan. Kita telah mengijinkan godaan pekerjaan, rasa takut gagal, dan kecintaan akan uang menempati prioritas utama daripada berusaha untuk lebih melayani keluarga kita. Dengan kasih karunia-Nya, dan dengan tuntunan Roh Kudus, kita seharusnya mengatur ulang prioritas hidup kita. Kesalahan ketiga: Pada pekerjaan (Mat. 5:37; Ul. 8:17-18). Di tengah tekanan untuk bertahan di dunia bisnis dan pekerjaan, juga di tengah lingkungan yang seringkali mengesampingkan kejujuran dan integritas, Kita harus mengakui bahwa seringkali kita tidak benar-benar jujur dan mempertahankan integritas kita, dan bekerja sesuai standar kebenaran Tuhan. kita seringkali tidak berani menolak dan berkata “tidak” saat integritas dan etika pribadi kita menjadi taruhan. Kita harus mengakui bahwa seringkali kita merasa bahwa diri kita sendirilah yang mampu menghasilkan kekayaan, bukan karena berkat kemurahanNya. Karena itu, Mintalah kepada-Nya untuk memampukan kita membangun keyakinan mental yang kuat agar tidak gampang digoyahkan. Renungan hari ini: Dalam doa dan puasa ini, kiranya dapat kita pakai sebagai kesempatan untuk mengevaluasi diri, dan bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah memilih prioritas yang benar, sesuai kehendak-Nya. 30 Hari – 30, Rabu 14 Juni 2017 4 PERTANYAAN UNTUK MENGUJI DAN MENGEVALUASI KESEHATAN ROHANI KITA 2 Korintus 13:5 : “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” Pertanyaan ke 1: Apakah kehidupan doa kita berkembang dengan mantap? Apakah keputusan-keputusan kita menggunakan doa sebagai penentu utama, atau kita membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri, bukan berdasarkan kehendakNya, lalu dibumbui dan ditempeli dengan kata-kata yang kita anggap dan sebut sebagai doa? (Fil. 4:6, Mat. 21:22). Pertanyaan ke 2: Apakah kerendahan hati kita tulus dan murni? Tidak ada yang lebih sombong dari kerendahan hati yang palsu. Rendah hati bukan menolak kekuatan, tetapi mengakui bahwa kekuatan yang bersumber dari Tuhan, muncul melalui kita, bukan berasal dari diri kita sendiri. (Fil. 2:3, Maz. 131:1, Ams. 11:2) Pertanyaan ke 3: Apakah kesetiaan dalam perkara kecil telah tertanam dalam diri kita? Apakah kita selalu mencoba untuk menawar atau mencari alasan dengan Tuhan? Kesetiaan sangat menentukan hubungan kita dengan Tuhan. Niat baik saja tidak cukup. (Mat. 25:21, 23; Luk. 16:10). Pertanyaan ke 4: Apakah kita senantiasa memiliki damai-sejahtera dan sukacita? Damai sejahtera dan sukacita disempurnakan dalam keyakinan penuh pada kuasa Tuhan. Keraguan mengurangi damai-sejahtera dan sukacita. Apakah damai-sejahtera dan sukacita tetap terjaga ketika dalam penderitaan, dengan memahami bahwa penderitaan adalah proses pendewasaan kita? (Rom. 14:17; Rom. 15:13, Gal. 5:22). Renungan hari ini: Kita bisa memakai doa dan puasa kali ini, untuk melakukan pengecekan, dan mengevaluasi kembali kondisi kerohanian kita, apakah cukup “sehat”, dan sudah sesuai dengan standard kebenaran-Nya. 31 Hari – 31, Kamis 15 Juni 2017 MENGATASI KETAKUTAN 2 Timotius 1:7 : “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Apakah ketakutan yang manusia hadapi? Jawabannya adalah, ketakutan akan: Masa depan, kegagalan, masa lalu, rekan kerja, kehancuran finansial, atasan, sakit, persaingan, kematian, kekurang-mampuan diri, orang tua, penolakan dari anak, dll. Mereka berpikiran sempit, karena mereka telah dilemahkan oleh kehidupan. Keinginan mereka hanya didasarkan pada hal-hal dasar yang membantu mereka hanya untuk bertahan hidup. Mereka memandu kehidupan mereka lebih kepada apa yang berguna, daripada apa yang baik dan benar. Mereka tidak punya keyakinan pada masa depan, karena mereka pecundang yang merasa kalah. Mereka hidup dengan kenangan masa lalu, bukan harapan akan masa depan. Nampak Jelas bahwa, rasa takut berhubungan dengan kegagalan dan penderitaan. Tetapi kabar baiknya adalah, Tuhan menawarkan pembebasan dari ikatan dan tekanan rasa takut, dan menjanjikan damai sejahtera, serta hari depan atau masa depan yang penuh harapan (Yer. 29:11). Jika kita bertarung dan bergumul dengan ketakutan maupun kekhawatiran, jangan pernah biarkan dan ijinkan setan menang. Ingat janji-janji Tuhan. Hafalkan dan renungkan firman-Nya, berdoalah senantiasa, pegang dan terapkan janji-janji yang terdapat dalam firman-Nya dalam hidup kita. Dengan demikian, kita akan senantiasa menempatkan diri kita dalam posisi dimana Tuhan dapat dan akan melepaskan kita dari jerat ketakutan (Rom. 8:15; Ibr. 13:6; 1 Pet. 3:14; 1 Yoh. 4:18). Renungan hari ini: Bagaimana kita membuat pilihan dalam menjalani kehidupan ini? Dilemahkan dan dilumpuhkan oleh ketakutan, atau kita mengijinkan Roh Kudus untuk membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban di dalam kita. Seperti biasa, pilihan ada di tangan kita. 32 Hari – 32, Jumat 16 Juni 2017 MENGATASI DEPRESI. Mazmur 42:11: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” Depresi… Seringkali tanpa penjelasan, tanpa alasan maupun logika. dia secara tiba-tiba masuk ke dalam jiwa kita, dan menguasai hidup kita. Pemazmur bertanya, mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? Mengapa engkau begitu gundah di dalamku? (Maz. 42:5) sepertinya, dia juga tidak tahu apa penyebabnya. Bahkan, dia sepertinya kebingungan, mungkin bertanya, kenapa harus aku? Kenapa harus sekarang? Tertekan disini artinya mengalami depresi, putus asa, gundah-gulana, kebingungan yang hebat, kemarahan, ketakutan, kekhawatiran, dlsb. Dalam pertarungannya melawan depresi, pemazmur memfokuskan diri pada ayat-ayat yang terdapat di dalam Mazmur 42, yaitu: 1. Kita perlu introspeksi diri, mungkin hubungan persekutuan kita telah jauh dari Tuhan, sehingga kita mengalami kekeringan rohani (Maz. 42:1,2). 2. Kita mungkin perlu menghadapkan wajah kita kembali pada Tuhan, menaruh pengharapan kembali kepada-Nya, dan belajar mengucap syukur (Maz. 42:5). 3. Kita berketetapan untuk kembali hidup dalam doa dan puji-pujian bagi Dia, daripada hidup mengasihani diri sendiri (Maz. 42:8) 4. Mungkin sudah waktunya, sekali lagi bagi kita untuk mengingat-ngingat dan mengagumi pemeliharaan, pimpinan, penyertaan, perlindungan, dan keselamatan yang dari Tuhan yang telah kita alami. Tidak ada yang lebih mendukakan hati Tuhan selain hati yang tidak tahu berterima kasih dan tidak tahu mengucap syukur (Maz. 42:11) Renungan hari ini: Depresi adalah salah satu senjata utama musuh untuk menghancurkan kita. Jadi mari berfokus pada kemenangan atas depresi dengan bertarung melawan si jahat dengan memakai dan mengandalkan ayat-ayat yang terdapat dalam mazmur 42. 33 Hari – 33, Sabtu 17 Juni 2017 PENGUASAAN DIRI Amsal 16:32 : “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” Dalam masyarakat modern, kesabaran seringkali disalah artikan sebagai kebimbangan, keraguan, dan bahkan tanda kelemahan, sementara kekuatan dan tindakan langsung dikagumi dan mendapatkan hormat. Akan tetapi, Tuhan tidak pernah kagum dengan kekuatan kita, tetapi menjunjung tinggi kesabaran. Kesabaran adalah buah dari penguasaan diri dan kerendahan hati. Jika kita termasuk jenis orang yang tidak sabaran dan cenderung temperamental, inilah 7 panduan dari alkitab yang dapat membantu: - Berusahalah untuk tidak melihat kekurangan orang lain (Ams. 19:11). - Belajarlah mengendalikan diri (Ams. 12:16, Ams. 17:27-28, Ams. 29:22, 1 Kor. 9:25, Yak. 1:19b-20). - Bicara seperlunya (Ams. 10:19, Pkh. 5:3, Pkh. 10:14, Yak. 3:2) - Hindarilah situasi dan kondisi yang berpotensi memancing pertikaian (Ams. 17:14, Ams. 26:21). - Hindarilah orang-orang yang temperamental (Ams. 17:14, Ams. 22:24). - Berlatihlah untuk rendah hati (Ams. 13:10, Ams. 16:18, Yes. 57:15, Rom. 12:3, 1 Pet. 5:5). - Belajar Mengampuni kesalahan (Ams. 10:12, Ams. 24:29, Mat. 6:14-15, Mat. 18:21-22). Renungan hari ini: Apakah ada tanda dan bukti Ilahi yang lebih nyata dan konkret dari penguasaan diri? Karena penguasaan diri adalah buah roh ke 9, penguasaan diri hanya dapat dicapai jika kita berserah pada Roh Allah yang telah bekerja dalam diri kita, dan menghasilkan Buah Roh. (Gal. 5:22-23, 1 Kor. 9:25). 34 Hari – 34, Minggu 18 Juni 2017 3 STRATEGI SETAN UNTUK MENJATUHKAN HAWA KE DALAM DOSA. 1 Korintus 10:12: “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” 1. Setan memanfaatkan ketidak-mengertian Hawa terhadap firman Tuhan, sehingga hawa dapat disesatkan. (Kej. 3:1-3). Apakah kita selama ini telah memahami, mengerti, menguasai, bahkan meresapi ayat-ayat Alkitab sehingga kita siap ketika harus menghadapi kebohongan dan penipuan dari si setan? (Mat. 13:23). 2. Setan bermain dengan ego hawa. (Kej. 3:4-5). Seringkali setan melakukan kebohongan, dengan berusaha untuk meminimalisasi dan mengkamuflase, atau bahkan menyembunyikan resiko yang sebenarnya, yang akan dihadapi, ketika dia sedang mencobai kita, dengan memutar-balikkan fakta kebenaran firman Tuhan (Yoh. 8:44). saat Tuhan menyampaikan kebenaran pada kita, apakah kita memilih untuk merespon dengan ketaatan dan kerendahan hati? 3. Setan bermain dengan rasa penasaran dan keingin-tahuan Hawa. (kej 3:6). Bukankah kita sering kali terjatuh dalam dosa akibat rasa penasaran dan keingin-tahuan kita? Kita memilih untuk melangkah keluar dari area yang Tuhan perintahkan, untuk mencoba bermain-main di area beresiko yang dapat berdampak buruk bagi kehidupan rohani kita. (Ul. 12:30b, Mat. 10:16). Bisakah kita menghargai bahwa ada area-area dimana Tuhan tidak ingin kita masuki? Apakah kita bersedia untuk berserah pada perlindungan-Nya? Renungan hari ini: Seberapa tinggi level godaan yang dibutuhkan untuk menjatuhkan kita dalam dosa? Apakah kita mampu mengukur batasan atau limit kita? Godaan apa yang mungkin sedang kita biarkan mencoba masuk dalam hidup kita, yang jika kita biarkan, suatu saat dapat menjatuhkan kita? 35 Hari – 35, Senin 19 Juni 2017 MERASAKAN HIDUP YANG GAGAL DAN HANCUR Mazmur 37:5: “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;” Pernahkah kita merasa diacuhkan, disingkirkan atau terasingkan? Tenanglah, karena Allah adalah Bapa bagi mereka yang tidak punya Bapa, dan memberikan keluarga bagi mereka yang kesepian (Maz. 68:5-6). Pernahkah kita merasa tertekan oleh keadaan? tertekan oleh kehidupan? dihimpit oleh situasi yang kelihatannya tidak terkendali? Tetap kuatlah, karena Tuhan yang maha kasih peduli bahkan pada mereka yang paling lemah (Maz 42:5, Maz. 147:6). Pernahkah kita merasa terpenjara oleh lingkungan? atau terikat oleh dosa? atau oleh hidup itu sendiri? Kabar baiknya adalah Tuhan membebaskan para tahanan dengan nyanyian (Maz. 31:5, Maz. 71:23, Maz. 111:9). Mungkin kita merasa lelah, letih, lesu, kering dan berbeban berat. Angkatlah wajah, karena Bapa di Surga senantiasa berjanji untuk terus mengalirkan air kehidupan yang menyegarkan dan terus memperbaharui warisan-Nya (Yoh. 4:14). Atau mungkin kita khawatir tentang kondisi keuangan kita. Tenanglah. Dari kekayaan-Nya, Tuhan menyediakan bagi yang miskin (Fil. 4:19). Bagaimana kita bisa merasakan kasih karunia-Nya dan anugerah-Nya setiap hari? Yaitu dengan hidup dalam penyerahan penuh kepada Tuhan, dan senantiasa mengandalkan, serta menaruh pengharapan pada kuasa pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Yang Dia inginkan dari kita hanyalah kejujuran total, dan ketergantungan total, sehingga membebaskan Dia untuk melakukan apa yang Hati-Nya paling rindukan, yaitu menanggung beban kita setiap hari, dan melimpahi kita umat-Nya dan anak-anak-Nya dengan berkat-berkat-Nya (Yer. 17:7-8). Renungan hari ini: Untuk itu, marilah kita senantiasa yakin dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita terjadi atas seijin-Nya, dan senantiasa berserah pada kuasa dan pemeliharaan-Nya. 36 Hari – 36, Selasa 20 Juni 2017 KESEDERHANAAN Roma 12:16: “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!” Kesederhanaan adalah sesuatu yang dipandang aneh dan tidak normal dalam masyarakat modern yang sibuk, hedonis dan materialistis saat ini, tetapi kesederhanaan, sesungguhnya merupakan sesuatu yang kita rindukan, meskipun hanya sedikit dari kita yang mempraktekkannya, yaitu jenis kehidupan yang lebih sederhana, lebih tenang, dan Lebih sedikit stress. Tetapi, sesungguhnya, kita telah terjebak dalam kerumitan hidup yang seringkali kita ciptakan sendiri, karena ambisi dan tuntutan hidup di tengah-tengah masyarakat modern saat ini. Pada dasarnya, manusia memiliki kebutuhan akan rasa aman, nyaman dan stabil di bidang-bidang seperti keuangan, harta-benda dan materi dalam kehidupan ini (yang sering disebut zona nyaman), tetapi ketika hal-hal tersebut sampai mengguncang nilai-nilai hidup yang paling hakiki, seperti hubungan keluarga, waktu teduh dengan Tuhan, juga waktu santai bagi diri sendiri dan orang-orang terkasih, maka sebenarnya, nilai-nilai dasar kehidupan kita sebagai orang percaya sudah tidak stabil dan kuat lagi, sehingga akan mudah goyah dan tergoncangkan ketika badai pencobaan datang menerpa. Karena itu, jika kita memang ingin belajar menyederhanakan hidup kita, kita perlu mengambil waktu teduh, dan merenungkan firman Tuhan berikut ini: Buah Roh yang ke 9 (Gal. 5:22-23) mengajarkankan kita agar memiliki penguasaan diri, di tengah masyarakat modern yang materialistis dan hedonis ini, sehingga memampukan kita untuk menyeimbangkan dan mengendalikan ambisiambisi duniawi kita dan lebih menyederhanakan hidup kita. Melalui penguasaan diri, mintalah kepada Roh Kudus agar memberi kita kemampuan untuk menahan diri dari godaan dosa, keinginan daging, dan keinginan mata, yang dapat membawa pada kesombongan dan keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16), yang merupakan lawan dari kesederhanaan dan kerendahan hati. Renungan hari ini: Janganlah terlalu mendambakan hal-hal yang terlalu tinggi (ambisi-ambisi pribadi yang duniawi) untuk dikejar dan dicapai, tetapi kita harus menyesuaikan diri dengan hal-hal yang sederhana dan berhenti menganggap diri kita sendiri bijaksana dan tahu segalanya. 37 Hari – 37, Rabu 21 Juni 2017 3 DOSA YANG SERINGKALI MUNCUL MENYERTAI BERKAT TUHAN Amsal 15:6: “Di rumah orang benar ada banyak harta benda, tetapi penghasilan orang fasik membawa kerusakan.” Di samping penderitaan, Seringkali, berkat-berkat Tuhan dan kesuksesan (uang, harta dan kehormatan) juga bisa menjadi pencobaan yang berpotensi merusak hidup orang-orang yang belum dewasa iman dan kerohaniannya. Karena itu, agar kita siap, ketika Tuhan akan memberkati kita, maka kita perlu berhati-hati akan 3 perkara yang bisa mengalihkan fokus kita pada kebenaran Tuhan yang sejati, yaitu: 1. Ketaatan yang suam-suam kuku dalam mengikuti firman Tuhan. Banyak dari kita yang berserah pada Tuhan saat masih muda, ketika menghadapi ketakutan karena tidak yakin dengan kemampuan kita dalam menghadapi hari esok dan masa depan, dan belum memiliki pengalaman hidup. Akan tetapi, ketika kita mendapatkan kepercayaan diri yang biasanya muncul melalui kesuksesan demi kesuksesan, kedekatan kita pada Tuhan dan Firman-Nya seringkali menjadi luntur dan menurun drastis. 2. Melupakan rasa syukur dan terima kasih atas berkat-berkat Tuhan. Kesuksesan, seringkali melemahkan ingatan kita akan berkat-berkat, kemurahan, dan pemeliharaan Tuhan yang pernah kita terima atas hidup kita selama ini, khususnya di saat-saat yang sulit, sehingga, kita cenderung lupa mengucap syukur dan terima kasih kepada-Nya. 3. Mengakui berkat-berkat Tuhan sebagai hasil kerja keras dan prestasi kita sendiri. Hanya sedikit dari kita yang mampu mempertahankan kerendahan hati bagai anak kecil, setelah hidup kita dilingkupi oleh kesuksesan (Mat. 18:24). Dalam Perjanjian Lama, Musa menyebutkan tentang masalah yang sama pada bangsa Israel di Ul. 8:11-19. Renungan hari ini: Dalam doa dan puasa ini, kita perlu kembali introspeksi diri dan memohon pengampunan-Nya, sekiranya kita sudah dipenuhi rasa sombong yang bersumber dari rasa percaya dan keyakinan diri sendiri, dan lupa bahwa semuanya itu hanya karena kemurahan dan berkat-berkat-Nya semata. 38 Hari – 38, Kamis 22 Juni 2017 MEMBANGUN SAAT TEDUH BERSAMA TUHAN Mazmur 84:11: “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemahkemah orang fasik.” Membangun hubungan intim dengan Bapa di Surga, seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup anak-anak Tuhan. Inilah 5 pedoman dalam membangun saat teduh bersama Tuhan, yaitu: 1. Buatlah jadwal yang rutin, teratur dan konsisten, dianjurkan di awal hari. Ciptakan situasi dan kondisi yang nyaman, tenang, dan sunyi. Jika baru memulai, cobalah durasi 10-15 menit dahulu. Waktu akan terasa lewat dengan cepat dan perlahan-lahan memperpanjang durasi tersebut. 2. Tentukanlah sebuah tempat dimana kita bisa menyendiri. Mungkin di rumah, di mobil, di kantor kita, atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan kita untuk bisa mendapatkan suasana yang tenang tanpa gangguan. Apalagi kalau kita bisa memiliki suatu ruang khusus untuk berdoa dan bersaat teduh (ruang doa pribadi), itu akan sangat ideal sekali. 3. Dalam bersaat teduh, kita bisa melakukan pujian & penyembahan, ucapan syukur, berdoa, pengakuan dosa, berdoa syafaat, dan kegiatan lainnya. 4. Membaca, mempelajari, menyelidiki dan merenungkan firman Tuhan dalam Alkitab, serta minta pimpinan dan tuntunan Roh Kudus untuk mengajar kita. Kita perlu membaca secara pelan, terukur, dan mendalam, daripada “kejar setoran” dengan menarget untuk menyelesaikan beberapa pasal sekaligus, tetapi tanpa pengertian dan pemahaman yang mendalam. Mulailah dengan mempelajari, menyelidiki dan merenungkan ayat-ayat yang menggerakkan kita, sesuai dengan tuntunan Roh Kudus. 5. Buatlah catatan dari apa yang kita dapatkan dari ayat-ayat tersebut, menggunakan bulpen berwarna untuk melingkari prinsip-prinsip dan kata kunci atau ide-ide yang kita dapatkan. Renungan hari ini: Kiranya doa dan puasa kali ini, mampu membangkitkan disiplin dan semangat kita untuk membangun saat teduh yang rutin, teratur dan konsisten bersama Tuhan, sehingga vitalitas rohani kita bisa senantiasa terjaga. 39 Hari – 39, Jumat 23 Juni 2017 MENGERTI KEHENDAK TUHAN. Efesus 5:17: “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Untuk dapat mengerti kehendak Tuhan, terkadang bisa cukup sulit. Tidak heran Salomo berkata, langkah manusia diatur oleh Tuhan. Jika begitu, bagaimanakah seseorang dapat mengerti langkahnya sendiri? (Ams. 20:24, Ams. 16:9) Berdasarkan Efesus 5:17, untuk dapat mengerti kehendak Tuhan, maka ada beberapa langkah yang bisa kita usahakan untuk kita lakukan, yaitu: 1. Mentaati dan melakukan perintah-perintah Tuhan yang telah jelas tertulis dalam firman-Nya (Alkitab)(2 Tim. 3:14). 2. Berserah total dan melakukan apapun yang Dia firmankan. Yesus sendiri dalam hidupnya sebagai manusia, telah memberikan teladan tentang penyerahan total pada kehendak Bapa-Nya (Mat. 26:39). Sikap dan perilaku kita haruslah mengikuti teladan yang dilakukan Yesus Kristus (Fil. 2:5). 3. Proses mengiring Tuhan berdasarkan tuntunan firman-Nya (Maz. 119:105, 133). 4. Mohon pada Tuhan untuk menyatakan dan memberitahukan keinginan dan kehendak-Nya (Yak. 1:5-8) 5. Mencari konfirmasi dari Tuhan. Melalui doa, pembelajaran firman, perenungan, dan pengalaman pribadi kita dengan-Nya, Roh Kudus akan menggerakkan hati kita untuk mampu merasakan damai sejahtera, sebagai tanda konfirmasi-Nya, ketika kita sedang mencari kehendak-Nya dalam membuat keputusan-keputusan yang perlu kita ambil (Kol. 3:15, Maz. 29:11, Yes. 26:3, Rom 15:13) 6. Senantiasa minta pimpinan Tuhan melalui Roh Kudus-Nya (Maz. 1:1, Gal. 5:25). Renungan hari ini: Dalam doa dan puasa ini, hendaknya kita mau belajar untuk bersikap bijaksana, dengan selalu mengusahakan, agar dapat mengerti kehendak-Nya, dan senantiasa mau hidup menurut jalan-jalan-Nya. 40 Hari – 40, Sabtu 24 Juni 2017 3 MACAM JAWABAN TUHAN ATAS DOA KITA 1 Yohanes 5:14: “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.” 1. TIDAK – permintaan anda tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. (2 Sam. 12:15-23). 2. TUNGGU & COBA LAGI – alasan di balik permintaan anda itu salah. (Yak. 4:3). 3. YA – permitaan, waktu, dan kondisi rohani anda semua telah tepat, sesuai dengan kehendak dan waktu Tuhan. (Yak. 5:16-18). Berdasarkan Roma 8:26-29, kita menemukan 4 fakta mengenai doa: 1. Roh Kudus membantu kita untuk mengetahui apa yang harus didoakan dan bagaimana berdoa (ayat 26) 2. Roh kudus menjadi mediator kita kepada Tuhan (ayat 26) 3. Tuhan lebih mendengarkan isi hati kita daripada kata-kata doa yang terucap (ayat 27) 4. Doa selalu dijawab (ayat 28-29) tetapi “tidak selalu sesuai” dengan kehendak atau keinginan kita. Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita. Kita sendiri tidak tahu apa yang seharusnya kita doakan, tetapi Roh Kudus sendiri menyampaikan kepada kita melalui suara-suara yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Karena Roh Kuduslah yang menyampaikan kehendak Tuhan kepada para rasul, nabi, dan para orang kudus-Nya. Dan kita tahu bahwa dalam segala hal Tuhan bekerja untuk kebaikan kita yang mengasihi-Nya, yang telah terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, untuk menentukan kita agar dibentuk menjadi serupa Anak-Nya, Yesus Kristus, sebagai yang sulung diantara kita semua anak-anak-Nya. Renungan hari ini: Di akhir dari doa dan puasa raya ini, kiranya kita mau tetap menyerahkan segala beban dan jawaban doa kita menurut kehendak-Nya yang sempurna bagi kita semua... Amin. 41