3 macam jawaban tuhan atas doa kita

advertisement
1
Hari – 1 , Selasa 16 Mei 2017
KUASA UNTUK MENGALAHKAN DUNIA
1 Yohanes 4:4 :
“Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi
palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang
ada di dalam dunia.”
Firman Tuhan dalam ayat tersebut di atas mengajar dan mengingatkan
kita, agar kita dapat memiliki kemampuan membedakan pengajaran yang benar
dengan baik, yaitu tetap tinggal di dalam Yesus dan bertumbuh di dalam
pengetahuan tentang Dia melalui firman-Nya (Alkitab), dan melalui persekutuan
dengan Dia melalui doa dan puasa. Bila kita tidak senantiasa tinggal dalam Yesus,
serta belajar untuk lebih mengenal-Nya, maka kita akan mudah diombangambingkan dengan berbagai-bagai pengajaran lain (Efe. 4:14-15). Karena itu,
sebagai anak-anak Allah, kita tidak perlu takut pada roh dunia ini, karena Yesus
tinggal dalam kita melalui Roh-Nya (1 Yoh. 3:24).
Musuh rohani kita yang berasal dari dunia tidak ada yang lebih besar dari
Roh Kristus yang ada dalam kita. Sebab itu siapa yang berjalan di dalam
kebenaran firman-Nya (Alkitab) oleh tuntunan Roh Kudus, akan sanggup
mengatasi roh-roh dunia ini, karena di dalam Kristus, kita memiliki kuasa yang
lebih besar dari dunia ini. Karena itu, yang terpenting adalah mempelajari FirmanNya (Alkitab) dan melakukannya, maka Roh Kudus Allah akan melindungi kita,
serta memberi kita kuasa untuk hidup berkemenangan.
Melalui pengetahuan dan pemahaman akan kebenaran-Nya, maka hidup
kita akan dijaga dan diberi kepekaan untuk membedakan roh, mana yang berasal
dari Allah dan mana yang dari dunia.
Renungan hari ini:
Ketika kita merasa jenuh & letih lesu (dehidrasi rohani) dalam hidup
kekristenan & pelayanan kita, maka kita harus tetap melayani dan tidak boleh
berhenti melayani tetapi kita harus tetap memenuhi diri kita dengan makanan &
minuman rohani (1 Kor. 10:3-4) yaitu Kristus yang lebih banyak lagi melalui doa,
puasa dan pembelajaran firman-Nya, agar stamina rohani kita tetap bugar untuk
kita pakai menghadapi tantangan (hidup) lebih lanjut dari dunia ini, dan jangan
pernah berhenti berlari dan keluar dari perlombaan iman.
2
Hari – 2 , Rabu 17 Mei 2017
ORANG YANG MENGALAHKAN DUNIA
1 Yohanes 5:5 :
“ Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa
Yesus adalah Anak Allah ?”
Dilahirkan kembali membuat kita menjadi anggota keluarga Allah. Menjadi
anggota keluarga Allah, berarti kita memiliki dan membangun hubungan dengan
Allah, sehingga memampukan kita untuk mengalahkan dunia ini, yaitu dengan
berpegang pada kebenaran firman Allah yang menjadi sumber kekuatan kita
dalam mengalahkan dunia ini (1 Yoh. 2:15-17).
Yohanes memperingatkan adanya ancaman yang dapat merusak persekutuan
orang percaya dengan Allah, yaitu cinta kepada dunia. Yohanes memberi dua
alasan.
Pertama, bahwa cinta pada dunia tidak berasal dari Allah (1Yoh 2:16).
Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak bersifat kekal (1Yoh
2:17).
Tetapi, Darah Yesus telah mengalahkan si pendakwa orang percaya, yaitu
iblis (Wah. 12:11). Menjadi pemenang artinya, kita tetap teguh dalam firman dan
iman kita, untuk mengatasi dan mengalahkan dunia ini. Dunia menurut Yohanes
adalah semua system di dunia ini yang bersifat fana dan tidak kekal yang
melawan Allah.
Jadi seharusnya tidak ada kata kalah dalam kamus iman kita karena Yesus
telah mengalahkan dunia (Yoh 16:33).
Renungan hari ini:
Kalau saat ini kita sedang berada dalam berbagai masalah, penderitaan,
kesusahan dan pergumulan berat, maka kita harus belajar bersyukur, meskipun hal
ini tidak mudah. Mengapa kita harus belajar bersyukur? Karena sebagai anak-anak
Allah, kita memiliki Kristus yang telah mengalahkan dunia. Tuhan Yesus telah
mengalahkan musuh manusia yang paling ditakuti yaitu maut dan kematian kekal.
Jika maut dan kematian dapat dikalahkan-Nya apalagi perkara-perkara lainnya.
Karena itu, Jangan biarkan salib Kristus sia-sia karena kita menyerah
dalam peperangan iman ini.
3
Hari – 3, Kamis 18 Mei 2017
IMAN YANG MENGALAHKAN DUNIA
1 Yohanes 5:4 :
“ Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah
kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. “
Berbagai pencobaan dan tantangan harus kita hadapi dalam dunia ini, yang
bertujuan supaya kita tetap hidup dalam kehidupan lama yang berdosa, sehingga
kita tidak mampu hidup berkemenangan dalam iman. Kegagalan demi kegagalan
sering membuat kita lelah, putus asa dan harapan, dan bahkan kehilangan
semangat juang untuk tetap hidup berkemenangan. Arus dunia semakin deras
menentang iman anak-anak-Nya, bukan saja dari kalangan orang tidak percaya,
tetapi justru dari kalangan anak-anak Tuhan sendiri di lingkungan gereja. Banyak
kita temui anak-anak Tuhan maupun hamba-hamba Tuhan yang hidup
berkompromi dengan dosa.
sebagai anak-anak Allah yang hidup di tengah-tengah dunia yang semakin
sekuler, materialistis dan hedonistis ini, Kita bersyukur karena Allah mengijinkan
setiap tantangan yang kita hadapi agar membuat kita matang, dewasa dan
sempurna. Allah senantiasa memberikan kekuatan-Nya sehingga kita pasti
berkemenangan (1 Kor. 10:13). Kemenangan ini pasti karena Allah sendiri yang
berperang melawan kuasa dunia. Setiap anak Allah diberi kuasa untuk menang,
inilah iman kita kepada Yesus Kristus, Anak-Nya.
Orang-orang percaya mampu melakukan perintah Allah karena ia memiliki
iman yang mengalahkan dunia. Memiliki iman berarti memiliki relasi dengan
Yesus Kristus Anak Allah. Sesungguhnya ini bukan pilihan tetapi merupakan hak
istimewa yang diberikan Allah bagi anak-anak-Nya, yang rindu mempertahankan
imannya dan jaminan kepastian kemenangan sudah disediakan bagi mereka yang
mau taat dan setia melakukan perintah-perintah-Nya. Jangan pernah mundur dan
menyerah kalah, tetapi tetaplah setia sampai akhir. Kehidupan kekal menanti di
sana, hidup selamanya bersama Dia yang mengasihi kita.
Renungan hari ini:
Karena iman yang kita miliki adalah iman yang mengalahkan dunia.
Tunjukkanlah bahwa kita memiliki iman yang mengalahkan dunia.
4
Hari – 4, Jumat 19 Mei 2017
MENGELOLA ZONA NYAMAN KITA
Filipi 3:12 :
“Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna,
melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena
akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.”
Kehidupan yang terlalu nyaman dalam dunia ini, bisa membuat kita
kehilangan banyak kesempatan dan peluang dalam kehidupan ini khususnya
kehidupan yang bersifat kekal, dan seringkali secara tidak sadar menghambat kita
untuk dapat bertumbuh lebih baik dan lebih sempurna.
Tetapi, hidup dalam ketidak-nyamanan juga kontra produktif bagi kita,
karena, terlalu banyak kekuatiran atau bahkan ketakutan, akan membawa kita
kepada tingkat stress yang tidak sehat (distress)(Mat. 6:25-34). Kita harus belajar
mengatasi kekuatiran dan ketakutan kita, serta menemukan keseimbangan yang
tepat antara masalah-masalah kehidupan rutin sehar-hari, dan keinginan atau
harapan untuk menemukan dan mengalami hal-hal atau pengalaman-pengalaman
baru yang menantang bersama dengan Tuhan, yaitu dengan mengalahkan atau
mengatasi ketakutan atau kekuatiran kita akan kegagalan, dan menganggap
kegagalan sama normalnya dengan keberhasilan.
Ketika firman Tuhan menantang kita untuk terus maju dalam mengejar
kesempurnaan, maka kita bisa belajar dari rasul Paulus, dimana rasul Paulus
menilai diri secara proporsional, dan tidak berlebihan. Dia tidak menyatakan
bahwa dia telah sempurna. Apakah Paulus mengenal Kristus? Tentu saja. Apakah
dia telah sepenuhnya mengenal-Nya? Paulus mengatakan belum, dan itulah yang
terus dia kejar. Keinginan ini membuat ia melupakan apa yang telah di
belakangnya. Paulus tidak mengijinkan apa yang sudah dicapainya
menjadikannya puas diri, dan berbangga diri, sehingga proses itu berhenti.
melainkan dia terus fokus dan mengarahkan dirinya kepada apa yang masih dapat
dicapainya. Orang yang sedemikian akan maju terus, dan tidak mungkin mandek
pertumbuhannya (Fil. 3:12-14).
Setiap orang memiliki tingkat pertumbuhan masing-masing, dan rasul
Paulus mendorong jemaat untuk terus melanjutkan proses pembelajaran dan
pengenalan akan Kristus yang bersifat progresif (Fil. 3:15-16).
Renungan hari ini:
Tak ada tujuan hidup yang lebih berarti bagi murid-murid Kristus, selain
semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia dan semakin menyerupai Dia.
5
Hari – 5, Sabtu 20 Mei 2017
JANGAN JADI KRISTEN KANAK-KANAK
1 Kor. 13:11 :
“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa
seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku
menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.”
Banyak orang-orang Kristen yang tidak bertumbuh dewasa secara rohani
meskipun sudah menjadi Kristen katakanlah 20 tahun misalnya, sehingga mereka
seringkali menjadi pecundang-pecundang, dan bukannya menjadi pemenang bagi
Kristus. Ciri-ciri Kristen anak-anak:
- Tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah (Efe. 4:14) .
Salah satu ciri orang Kristen anak-anak adalah mereka sering mengkultuskan
manusia (hamba-hamba Tuhan) melebihi pribadi Tuhan Yesus sendiri dan
firman-Nya (Alkitab), sehingga mereka rentan dimanipulasi dan disesatkan.
Ketika melihat hamba Tuhan tersebut mengalami masalah, seringkali orang
Kristen kanak-kanak tersebut tergoncang imannya, sehingga mereka mundur
dan bahkan ada yang meninggalkan imannya.
- Lebih menyukai perkara-perkara dunia ini dan bertingkah-laku duniawi
sehingga mudah dipecah-belah dan diadu-domba (1Kor. 3:1-3).
Ciri gereja Tuhan adalah persekutuan orang percaya dan kesatuan hati. Tetapi
hari-hari ini kita melihat gereja Tuhan yang terpecah-belah karena masingmasing merasa bahwa kelompok atau golongannya, serta ajarannya atau
doktrinnya adalah yang paling benar dan paling baik, sementara kelompok atau
golongan lainnya adalah pihak yang salah dan bahkan seringkali dianggap
sesat. Mereka seringkali lebih mengedepankan perdebatan dan adu argumentasi
dibanding dialog. Kristen kanak-kanak, seringkali menjadi batu sandungan
bagi orang dunia dan hal itu akan menimbulkan kerugian bagi gereja Tuhan.
Renungan hari ini:
Sebagai orang Kristen, kita harus terus bertumbuh dalam Firman dan Iman
(Rom. 10:17). Kita harus senantiasa dilatih, diajar dan dimuridkan, sehingga
dapat terus bertumbuh baik dalam pengetahuan Firman Tuhan (Alkitab) dan pada
gilirannya juga dapat terus bertumbuh dalam iman dan nampak dalam perbuatan.
Bagaimana kita berpikir untuk mengalahkan dunia ini kalau kita tidak
dianggap cukup dewasa di mata Tuhan untuk menerima otoritas dan kuasa-Nya.
6
Hari – 6, Minggu 21 Mei 2017
MENJADI KRISTEN ROHANI YANG DEWASA
1 Korintus 2:13-16 (13) :
“Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai
Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang
bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. (14) Tetapi
manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu
baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu
hanya dapat dinilai secara rohani. (15) Tetapi manusia rohani menilai segala
sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. (16) Sebab: "Siapakah
yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami
memiliki pikiran Kristus.”
Paulus sedang menjelaskan tentang definisi manusia rohani, yaitu:
pertama, manusia rohani mengajar dan berkata-kata berdasarkan hikmat dan
Roh Allah (ayat 13).
Kedua, dia juga memahami hal-hal rohani, dan menilai segala sesuatu
berdasarkan hikmat Allah, serta tidak tergantung pada penilaian orang lain.
Manusia rohani dapat menilai segala sesuatu, baik perkara-perkara duniawi
maupun perkara-perkara rohani yang bernilai kekal, karena dia dapat mengerti dan
menafsirkan firman yang berasal dari hikmat Allah, melalui Roh Kudus (ayat 13),
sehingga dia dapat lebih memusatkan hidupnya kepada perkara-perkara rohani
yang bernilai kekal (ayat 15-16).
Ketiga, dia tidaklah seperti manusia duniawi yang tidak menerima hikmat
dari Roh Allah, menganggapnya sebagai kebodohan, dan tidak dapat
memahaminya (ayat 14). Singkatnya, Manusia duniawi (orang dunia ) tidak bisa
memahami atau mengerti pikiran Kristus, dan tidak bisa atau tidak mampu
mengerti, menilai dan menyelami pikiran manusia rohani (ayat 15).
Manusia duniawi lebih memusatkan hidupnya dan berorientasi pada
perkara-perkara duniawi seperti uang, kekayaan dan keberhasilan atau prestasi
duniawi saja, melebihi perkara-perkara rohani yang bernilai kekal.
Renungan hari ini:
Kita disebut manusia rohani apabila kita memiliki pikiran Kristus, yaitu
pikiran yang berdasarkan pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan, sehingga
kita dapat menilai segala sesuatu berdasarkan perkara-perkara rohani yang bersifat
kekal.
7
Hari – 7, Senin 22 Mei 2017
KALAH BUKAN PILIHAN
2 Korintus 11: 24-27:
“Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu
pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali
mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.
Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun,
bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan
Yahudi; bahaya di tengah kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut,
dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan
bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku
berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian.”
Apakah hari ini kita sedang mengalami masalah, dan merasa kalah?
Ingatlah pengalaman rasul Paulus ini, dimana dia harus mengalami siksaan dan
aniaya, menghadapi berbagai macam bahaya, seringkali hidup dalam kekurangan.
Bagaimana respon rasul Paulus menghadapi semua itu? Inilah jawabannya
“dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun
tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami
dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian yesus di
dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata dalam tubuh
kami.” (2 Kor. 4: 8-10).
Ayat tersebut di atas merupakan respon dan jawaban Paulus atas semua
masalah, persoalan dan tekanan yang terjadi atas hidupnya, dimana Paulus
berketetapan untuk mengatasi semua masalah dan tekanan yang terjadi, dan hidup
berkemenangan, sehingga nama Yesus dipermuliakan. Bagi Paulus, kalah…
Bukan pilihan!
Jadi sekarang, letakkanlah tanganmu di tangan-Nya, sehingga dia
memberikanmu kemenangan. “…sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia
bangun kembali….kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia
dari semuanya itu.” (Ams. 24: 16, Maz. 34: 19)
Renungan hari ini:
Ketika kita sedang menghadapi tekanan masalah dalam kehidupan,
ingatlah akan teladan Rasul Paulus, dimana ketika dia sedang menghadapi
tekanan dalam hidupnya dan aniaya, dia tetap memusatkan matanya dan hidupnya
hanya pada Yesus Kristus saja, sebagai sumber kekuatannya.
8
Hari – 8, Selasa 23 Mei 2017
BERHARGA DI MATA-NYA
Mazmur 139:14 :
“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa
yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”
2 alasan mengapa kita begitu berharga di mata Allah:
Pertama, karena kita umat tebusan-Nya (Efe 1:4).
Allah memberkati kita karena Yesus Kristus. Tanpa relasi pribadi dengan
Kristus, berkat-berkat yang diberikan Bapa tidak dapat kita nikmati dan alami. Di
dalam Kristus, Bapa memberkati kita (ayat 3), dan memilih kita (ayat 4).
Kedua, karena begitu berharganya diri kita (1 Pet 3:18).
Dia rela menderita bahkan berkorban bagi kita orang berdosa, karena kita
begitu berharga di mata-Nya.
Mari kita ambil waktu sejenak. Pergilah menghadap cermin dan pandanglah
pribadi unik yang telah dirancang allah dengan begitu indah. Wow! Kita adalah
suatu ciptaan yang dibentuk seturut dengan gambar dan rupa-Nya.
Allah begitu menikmati menciptakan kita sebagai pribadi yang unik dan luar
biasa, dan tidak ada seorangpun yang sama persis seperti kita di seluruh jagad
raya ini.
Dia telah mengetahui dari awal permulaan, bahwa sang Juru Selamat yaitu
Putra-Nya yang tunggal akan menuju salib untuk menebus kita dengan harga yang
sangat mahal yaitu dengan darah-Nya.
Dalam kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas dan yang sempurna, Dia telah
merancangkan jalan hidup kita yang sejalan dengan tujuan, dan rencana-Nya,
untuk menetapkan kemenangan-Nya bagi kita. Tidak ada siapapun dan apapun
yang dapat, atau boleh menghalangi rencana, kehendak dan ketetapan-Nya yang
sempurna bagi kita.
Renungan hari ini:
Marilah kita berhenti sejenak, dan mengucap syukur kepada-Nya, karena
melalui kematian dan kebangkitan Kristus, maka kita dapat menikmati hidup
dalam kemuliaan-Nya, dan menikmati berkat-berkat-Nya. Karena itu, jangan
ijinkan masalah dan persoalan menekan kita, karena di dalam Kristus Yesus, kita
memiliki roh yang lebih besar dari roh dunia ini (1 Yoh. 4:4)
9
Hari – 9, Rabu 24 Mei 2017
HUKUM TABUR-TUAI
Galatia 6:7 :
“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang
ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”
Hukum Tabur-Tuai adalah “konsekwensi” dari sesuatu yang dilakukan.
Karena itu beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Jenis yang kita tabur = yang kita tuai ( contoh : menabur mangga – menuai
mangga, tidak mungkin menabur mangga – menuai jambu )(Gal. 6:8).
2. Jumlah yang dituai lebih banyak dari yang ditabur (dari 1 benih menghasilkan
banyak) kalau menabur dosa, maka akan menghasilkan dosa lainnya (contoh
:Daud), kalau menabur kebaikan, maka akan menghasilkan kebaikan lainnya
(2Kor. 9:10).
3. Yang kita tabur tidak bisa langsung dituai ( menunggu waktunya/musimnya
sesuai umur dan jenis tanaman) (Maz. 1:3).
4. Tidak semua yang kita tabur bisa kita tuai ( tergantung kualitas benih / bijinya )
Pengertian rohani : Kalau benih yang kita tabur itu bukan benih yang baik /
benih kejahatan , misal : hasil korupsi atau motifasi menaburnya salah, maka
kemungkinan besar tidak akan menghasilkan buah atau malah menghasilkan
“buah” masalah atau persoalan (Mat. 13:18-23).
5. Taburan dosa akan menuai masalah dan petaka (meskipun kita sudah diampuni)
(contoh: Daud), karena akibat dosa itu akan mengejar kita sebagai akibat atau
konsekwensi dari perbuatan dosa yang pernah kita lakukan. Kalau saat ini
setelah kita sungguh2 bertobat, kita mengalami banyak hal yang tidak enak,
maka kemungkinan itu merupakan konsekwensi dari perbuatan-perbuatan dosa
kita di masa lalu (misalnya : kalau orang berzinah atau memiliki hubungan
gelap sampai punya anak, maka anak tersebut akan tetap ada dalam hidup
orang itu selamanya dan menjadi bagian dari masa lalunya. Tetapi, ketika kita
harus menghadapi konsekwensi dari perbuatan dosa masa lalu kita, “apabila”
kita tetap berjalan dalam kebenaran Tuhan, maka penyertaan Tuhan akan ada
dalam hidup kita untuk memampukan kita menjalaninya dan Tuhan akan
memberikan jalan keluarnya (1Kor.10:13).
Renungan hari ini
Hendaknya kita sepanjang hidup di dunia menabur semua (baik uang, harta,
pengetahuan, waktu maupun tenaga dan terutama hidup kita) yang “memiliki nilai
kekal” dan bukan hanya perkara-perkara di dunia ini saja.
10
Hari – 10, Kamis 25 Mei 2017
KEBAHAGIAAN YANG SEJATI
Mazmur 1:1-2 (1) :
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang
tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan
pencemooh, (2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang
merenungkan Taurat itu siang dan malam.”
Banyak orang berpikir, bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan
memiliki kekayaan materi, rasa aman, kesuksesan, status sosial, dsb, sehingga
mereka mengejar semua itu, dengan mengikuti cara-cara dan nasehat orang dunia
yang mereka anggap sukses, melebihi firman Tuhan, dan mereka kurang
memiliki hasrat untuk mengejar nilai-nilai yang bersifat kekal.
Dengan mengikuti cara, gaya hidup, pola pikir serta nasehat orang dunia
yang berdosa atau mazmur menyebut mereka sebagai orang fasik, akan membawa
seseorang makin jauh dari kebenaran Tuhan dan firman-Nya (ayat 1).
Dimulai dengan mengikuti nasehat dan ajakan orang dunia atau orang fasik
untuk mengejar kekayaan dan kesenangan dunia, dengan melakukan perbuatanperbuatan yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, serta juga ikut
mengajak orang lain untuk berbuat dosa, maka apa yang akan dituai tidak ada
yang bernilai kekal, bahkan berujung pada kebinasaan (Ams. 10:2).
Akan ada suatu hari dimana seorang perawat masuk ke ruang ICU
seseorang, dan melihat grafik di layar monitor telah menjadi datar, lalu dia mulai
mencabut mesin-mesin penopang hidup, dan melangkah keluar. Saat dimana
orang tersebut akan masuk dalam kekekalan, berhadapan dengan Allah untuk
mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya selama di dunia.
Mazmur 1:2, memberi kita petunjuk bahwa dengan memiliki hasrat untuk
mencintai firman Tuhan (Alkitab), mempelajarinya, dan senantiasa merenungkan,
serta melakukannya, maka kita akan senantiasa menemukan kebahagiaan sejati
selama kita di dunia ini, bahkan sampai kekekalan nanti.
Renungan hari ini:
Sudahkah hidup kita saat ini sesuai dengan kehendak Allah, serta
melakukan firman-Nya, atau kita lebih menuruti hasrat dan keinginan kita sendiri,
serta berjalan dalam nasehat orang fasik? Ada saat dimana kita akan masuk dalam
kekekalan, berhadapan dengan Allah untuk mempertanggung-jawabkan semua
perbuatan kita selama di dunia, dan Jawaban kita akan menentukan kualitas hidup
kita, ketika kita masuk dalam kekekalan.
11
Hari – 11, Jumat 26 Mei 2017
MEMENANGKAN YANG TERHILANG BAGI
KRISTUS
Matius 9:37-38 (37) :
“Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi
pekerja sedikit. (38) Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian,
supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
Yesus sedang memanggil dan mempersiapkan kita untuk meneruskan misi
Yesus, menjadi alat-Nya untuk menyelamatkan yang terhilang.
Hanya umat Allah yang sudah ditebus dan dipilihlah yang bisa menjadi alat
Allah yang kudus untuk memenangkan dunia yang dibelenggu dosa ini untuk
kembali datang kepada Allah.
Yesus telah mempersiapkan murid-murid-Nya, yang kelak disebut gereja,
untuk melakukan misi ini. Gereja perlu, pertama-tama memiliki hati Kristus yang
peduli dan penuh kasih. Gereja harus bersumber dan bersandar pada kuasa-Nya
yang dahsyat untuk mendemonstrasikan kasih Allah ini, lewat pemberitaan injil
dan pengajaran.
Karena keselamatan adalah bagi semua bangsa, berarti berita bahwa
Kerajaan Allah sudah dekat harus disampaikan kepada setiap orang. Siapa pun
yang telah menerima kabar keselamatan ini, memiliki tugas menyampaikannya
kepada orang lain agar mereka mengalami sukacita dan keselamatan dalam
Kristus Yesus (Mat 10:8). Untuk tugas ini, Allah memanggil mereka yang mau
dan yang bersandar sepenuhnya kepada-Nya, yang memiliki hasrat yang menyalanyala untuk mau dipakai Tuhan untuk memberitakan injil Kerajaan Allah
(Rom.12:11).
Namun seringkali kita terlalu menitikberatkan kepada pelayanan
pemberitaan Injil, dan kurang memperhatikan pengajaran. Satu hal lagi yang harus
diingat adalah bahwa kuasa tidak selalu untuk menginjil, tetapi meliputi kuasa
untuk mengajar, berkhotbah, dan memuridkan sehingga memimpin dan membawa
tiap-tiap orang bertumbuh kepada kesempurnaan (teleios) atau kedewasaan dalam
Kristus (Mat. 28:19-20; kol 1:28-29).
Renungan hari ini:
Tuaian yang begitu banyak memerlukan penuai-penuai yang siap diutus.
Tuaian itu adalah orang-orang yang haus, lelah, terlantar dan terhilang dalam
kehidupan jasmani dan rohani. Kitalah para penuai itu, dan tuaian ada di
sekeliling kita. Maukah Anda dipersiapkan menjadi alat anugerah-Nya untuk
memberitakan injil Kerajaan-Nya, dan memuridkan?
12
Hari – 12, Sabtu 27 Mei 2017
MENGUJI & MENILAI DIRI SENDIRI
(INTROSPEKSI DIRI)
2 Korintus 13:5 :
“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah
dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam
diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.”
Di ayat tersebut diatas, Paulus memerintahkan untuk mengambil waktu, dan
menjawab penilaian-penilaian pribadi berikut ini:
- Apakah Firman yang telah Tuhan taruh dalam diri dan hidup kita, sudah
memperbaharui pikiran kita, dan mampu memberikan dampak bagi
pertumbuhan iman, serta tampak nyata dalam perbuatan maupun
pelayanan kita? Apakah kita tetap tekun untuk terus mau belajar firmanNya yang ada di alkitab.
- Dalam membangun hubungan dengan Kristus, Apakah kita telah mengenal
Kristus lebih dalam dibanding waktu-waktu sebelumnya? Apakah kita
sudah membangun hubungan dengan sesama anggota tubuh Kristus
dengan baik dan benar?
- Dalam membangun kehidupan doa, seberapa banyak kita memakai waktu
kita untuk berdoa dan membangun hubungan dengan Tuhan?
- Dalam membangun hubungan dengan Roh Kudus, seberapa kita hidup
menuruti keinginan Roh dibanding keinginan daging kita.
- Dalam membangun karakter kita, dengan cara apakah kita dapat
mencerminkan hubungan kita dengan Kristus dalam hubungan kita dengan
sesama, seperti dengan keluarga, teman, saudara seiman dlsb? Bagaimana
kita mampu mengatasi sifat-sifat negatif seperti amarah, kesombongan,
dendam, rasa takut dlsb?
- Dalam membangun proses berpikir kita, apakah pikiran kita telah
dijauhkan dari hal-hal yang negative, serta dikuduskan dari hasrat-hasrat
pribadi, seperti uang, jabatan, kekuasaan, dlsb?
- Dalam membangun dan mengembangkan pribadi kita, pertumbuhan dan
perkembangan apa saja yang sudah kita alami? Bagaimana kita
mengembangkan bakat, minat, talenta, dan karunia yang sudah Tuhan
berikan dan percayakan pada kita untuk kemuliaan-Nya?
Renungan hari ini:
Kiranya doa dan puasa kali ini bisa kita pakai dan manfaatkan sebagai
sarana dan kesempatan untuk menilai dan introspeksi diri.
13
Hari – 13, Minggu 28 Mei 2017
MENGUJI & MENILAI PELAYANAN DIRI SENDIRI
Galatia 6:4 :
“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah
melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.”
Di ayat tersebut diatas, Paulus memerintahkan untuk mengambil waktu, dan
menjawab penilaian-penilaian atas pelayanan pribadi berikut ini:
- Seberapa besar keyakinan kita akan panggilan Tuhan dalam diri dan hidup
kita? Panggilan apakah yang telah kita ikuti? Manakah yang belum
mampu kita ikuti?
- Terkait dengan panggilan kita, bagaimana kita dapat mempercayai Tuhan
dan menggantungkan iman kita pada-Nya?
- Pembuktian apa sajakah yang telah Tuhan nyatakan melalui hidup kita?
- Apakah pelayanan yang berdampak itu? Dan bagaimana kita bisa memiliki
pelayanan yang berdampak bagi sesama kita, sehingga nama Tuhan
dipermuliakan?
- Jenis pelayanan apakah yang sedang kita lakukan saat ini?
- Siapa sajakah, dan jenis orang-orang macam apakah yang kita pikir akan
membutuhkan pelayanan kita? Bagaimana kita mampu memenuhinya?
- Siapa sajakah saudara-saudara dan teman-teman kita yang belum percaya?
Bagaimanakah keterlibatan kita terhadap saudara-saudara dan temanteman kita yang belum percaya ini?
- Apakah pelayanan kita sudah sesuai dengan talenta, karunia dan
kemampuan yang kita miliki?
- Pengetahuan, ketrampilan dan keahlian tambahan apa sajakah yang masih
perlu kita pelajari agar pelayanan kita dapat lebih efektif dan berdampak?
- Bantuan apa sajakah yang kita butuhkan dalam pelayanan kita agar dapat
lebih maksimal?
- Kepada siapa sajakah tanggung jawab kita, selain kepada Tuhan? Apa
pengaruhnya bagi kita?
- Apakah tujuan pelayanan kita saat ini dan yang akan datang? Perlukah ada
perubahan-perubahan? Kalau perlu, apa sajakah yang harus dirubah?
Renungan hari ini:
Kiranya doa dan puasa kali ini bisa kita pakai dan manfaatkan sebagai
sarana dan kesempatan untuk menilai pelayanan kita selama ini.
14
Hari – 14, Senin 29 Mei 2017
KETAKUTAN, LAWAN DARI IMAN
Ibrani 11:27 :
“Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka
raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.”
Ketakutan:
- Mengacaukan keputusan kita.
- Melumpuhkan tindakan kita.
- Membuat kita menunda.
- Menumbuhkan rasa paranoid.
- Mendorong kita untuk berpikir buruk, dan kehilangan fokus.
- Menghancurkan rasa percaya kita pada Tuhan, diri sendiri dan orang lain.
- Melemahkan kemampuan kita untuh percaya dan bertindak.
- Dapat menjadi alasan kita memiliki motif yang salah pada orang lain.
- Seringkali merupakan hasil dari kesombongan kita.
- Menolak untuk percaya bahwa Tuhan itu ada, memegang kendali, dan
dapat dipercaya.
Bagaimanakah cara kita melepaskan diri dari kekangan dan pengaruh rasa
takut? Dengan memilih untuk beriman, dan menaruh pengharapan hanya pada
Tuhan, serta bertindak berdasarkan janji-janji dan firman-Nya.
Jadi sekarang, jika kita sedang menghadapi rasa takut, percayalah pada
janji-janji-Nya, tetap berharap hanya kepada-Nya, dan hadapi ketakutan itu
dengan kuasa Roh Kudus-Nya yang ada dalam kita.
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh
yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”. (2Tim. 1:7).
Kita selalu mempunyai pilihan yang sederhana: antara membiarkan
ketakutan, keraguan, ketidak-mampuan, ketidak-berdayaan, dll, melemahkan,
melumpuhkan dan mengecilkan rohani kita atau bahkan jiwa kita, atau
memutuskan untuk melawan dan mengatasi ketakutan kita dan situasi sulit dengan
kekuatan Roh Kudus, tetap percaya akan kasih-Nya, dan bertindak seturut janji
dan firman-Nya.
Renungan hari ini:
Manakah yang akan kita pilih? Rasa takut atau Iman?
15
Hari – 15, Selasa 30 Mei 2017
PILIH MELAKUKAN DENGAN CARA TUHAN,...
ATAU CARA KITA
Ada sebuah kesaksian dari seorang hamba Tuhan yang beberapa tahun
sebelumnya, pernah mengajak seorang pengusaha untuk bertumbuh secara rohani
dan melayani Tuhan. Pada waktu itu, si pengusaha menolaknya dengan halus, dan
menjelaskan bahwa kesibukan kantor konsultan yang baru dia bentuk tidak
memberi ruang untuk hal-hal dan kegiatan-kegiatan rohani.
Tetapi saat itu, si pengusaha ini mulai bercerita mengenai krisis ekonomi di
asia dan stress besar yang dia alami. Selanjutnya, si hamba Tuhan tersebut
bertanya apakah dia menyisihkan waktu secara rutin untuk membangun hubungan
dengan Tuhan. Jawabannya adalah tidak.
Beberapa hari kemudian, si hamba Tuhan ini bertemu dengan seorang teman
yang mengepalai kantor hukum tingkat menengah. Teman ini seorang anak Tuhan
yang banyak terlibat dalam pelayanan, dan dia telah bekerja sama dengan hamba
Tuhan ini, untuk membangun banyak pelayanan, termasuk membangun hubungan
dengan Tuhan. Saat mereka berbincang-bincang, topik mengenai kondisi ekonomi
yang sedang sulit muncul kembali. Si hamba Tuhan cukup terpana dan terkesan,
ketika melihat reaksi si teman ini yang tenang dalam menghadapi situasi sulit,
karena memiliki keyakinan yang kuat, bahwa Tuhan akan menuntun dia dan
perusahaannya melalui masalah demi masalah.
Tampak jelas bahwa karena si teman ini senantiasa menyimpan firman di
dalam hatinya melalui doa, pembacaan Alkitab dan saat teduh, sehingga dia
mampu untuk mempercayai Tuhan, dan senantiasa berjalan dalam tuntunan-Nya
dalam kondisi ekonomi yang sulit ini.
Renungan hari ini:
Apa yang kita lakukan ketika kondisi ekonomi memburuk? Menjadi panik,
dan berusaha lebih keras, mengencangkan ikat pinggang, berusaha mencari
trobosan-trobosan, atau mencoba mencari dan menciptakan ide-ide baru untuk
bertahan?..... Atau, berdiam diri sejenak? Percaya? Menunggu? Dan mencari
arahan dan tuntunan-Nya?
Jawabannya bergantung pada siapa yang selama ini kita andalkan dalam
hidup kita: diri kita sendiri atau Tuhan. Kalau jawabannya diri kita sendiri, maka
kita pasti akan panik dan ketakutan.
16
Hari – 16, Rabu 31 Mei 2017
DAMAI YANG SEJATI
Yohanes 14:27:
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
Hari-hari ini, ditengah-tengah dering telepon, jadwal yang padat,
kemacetan, dan tuntutan keluarga, kita mungkin berpikir, mungkinkah kita bisa
merasakan damai-sejahtera-Nya. Bertentangan dengan keraguan kita, jawabannya
adalah YA! Dan inilah alasannya: damai-sejahtera, bukanlah sesuatu yang harus
kita cari, tetapi suatu kualitas yang sudah ada dalam diri kita.
Kata “damai-sejahtera” dalam ayat di atas ini menggambarkan keheningan,
keselarasan, peristirahatan, kemakmuran, dan kemapanan. Versi dari Perjanjian
Lama adalah “Shalom”, yang menggambarkan berkat, keamanan, ketenangan,
perdamaian, keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, keadilan, persatuan dan
persekutuan.
Lalu, dalam prakteknya, kita dapat mempertahankan damai-sejahtera-Nya,
kalau kita tetap beriman dan percaya, bahwa kita senantiasa ada di dalam kasihkarunia-Nya (Rom. 5:2), dan senantiasa mau hidup dipimpin Roh Kudus (Gal.
5:25).
Daripada bersusah-payah, dan berusaha mencari kedamaian, cukuplah kita
nikmati damai-sejahtera yang telah kita miliki, dalam Kristus. Ambil waktu
sejenak dan ucapkan syukur atas damai yang telah Kristus anugerahkan pada kita
(Fil. 4:6-7).
Renungan hari ini:
Kita dihadapkan pada pilihan untuk hidup penuh tekanan dan kekhawatiran,
atau menyerahkan segala kekhawatiran kita pada Tuhan, memilih dan mengambil
damai-sejahtera yang sudah Kristus tinggalkan bagi kita, serta mulai menikmati
damai-sejahtera-Nya yang melampaui segala akal (Fil. 4:7). mana yang akan kita
pilih?
17
Hari – 17, Kamis 1 Juni 2017
MENANTIKAN TUHAN
Mazmur 37:7 :
“Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena
orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.”
Dalam keputus-asaan, kelemahan, dan dalam penantian, aku memohon dan
menangis, meminta jawaban doaku. Tetapi, dengan lembut Tuhan menjawab,
“anak-Ku, engkau harus menunggu”.
Engkau bilang aku harus menunggu!, jawabku penuh ketidak sabaran.
Tuhan, aku butuh jawaban. Aku harus tahu kenapa! Ataukah Engkau tidak
mendengar? Dengan iman, aku telah meminta, dan sekarang aku menagih janjiMu. Tuhan, Engkau berjanji apabila aku percaya dan meminta dengan iman, maka
aku akan mendapatkan apa yang aku minta. Tuhan, aku telah meminta, dan inilah
jeritanku. Aku lelah meminta! Aku butuh jawaban secepatnya!”
Dengan lembut Dia berkata, anak-Ku, Aku dapat dengan mudah menjawab
dan mengabulkan doa dan permintaanmu. Apapun yang kau minta, dapat Aku
berikan. Kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan.
Tetapi, kau tidak akan pernah mengenal Aku dan pribadi-Ku. Kau tidak
akan mengetahui betapa dalamnya kasih-Ku pada setiap anak-Ku, sehingga aku
selalu ingin memberikan yang terbaik dan yang sempurna baginya. Engkau tidak
akan belajar untuk melihat dalam kabut keputus-asaan. Kau tidak akan belajar
untuk percaya hanya dengan mengetahui bahwa Aku ada, dan selalu
menyertaimu. Kau tidak akan merasakan kebahagiaan dan kekuatan ketika kau
bersandar dan memasrahkan hidupmu hanya kepada-Ku, saat kau hanya melihat
kegelapan, kesunyian, dan keputus-asaan. Iman yang Kuberikan saat engkau
berjalan tanpa melihat. Kau tidak akan pernah paham, apa artinya “cukuplah kasih
karunia-Ku bagimu”. seandainya seluruh masalahmu hilang dengan cepat.
Karena itu, tenanglah anak-Ku, pada waktunya engkau akan melihat bahwa
hadiah terbesar adalah mengenal-Ku lebih dalam. Dan meski jawaban-Ku terlihat
begitu terlambat, Jawaban-Ku selalu yang terbaik dan sempurna bagimu.
Renungan hari ini:
Bila dalam doa puasa ini, kita sedang menantikan jawaban doa kita yang
tidak kunjung tiba, tetaplah yakin, bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik,
bahkan yang sempurna bagi kita, dan membuat segala sesuatu indah pada
waktunya (Peng. 3:11).
18
Hari – 18, Jumat 02 Juni 2017
7 SYARAT UNTUK MEMINTA PADA TUHAN
Ibrani 11:1 :
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Apakah iman itu? Bagaimana kita bisa tahu kalau yang kita minta pada
Tuhan itu sudah benar dan sesuai kehendak-Nya? Bagaimana kita tahu kalau
permintaan kita itu berdasarkan iman, atau hanya asumsi pribadi berdasarkan
keyakinan manusiawi kita sendiri?”. “saat meminta, dapatkah kita yakin kalau kita
pasti mendapatkannya?”
Menanggapi pertanyaan tentang definisi iman tersebut di atas, maka ada 7
syarat dalam meminta pada Tuhan, yaitu:
1. Permintaan kita tidak boleh egois dan berpusat pada diri sendiri: karena
Salomo meminta kebijaksanaan dalam memerintah umat Allah Israel,
maka permintaannya plus tambahan-tambahan lainnya dikabulkan Allah
(1Raja. 3:5-15; Yak. 4:2-3).
2. Permintaan kita harus berpusat pada panggilan Tuhan dalam hidup kita,
dan pada rencana Tuhan (Yoh. 15:16; 1Yoh. 5:14-15).
3. Kita harus meminta dalam doa, sambil tetap beriman dan percaya (Mat.
21:22; Yak. 1:5-8).
4. Fokus utama kita saat meminta, haruslah untuk kebesaran-Nya (Yoh.
14:13).
5. Saat kita meminta, kita harus memiliki hubungan yang setia pada kristus.
(Yoh. 15:7; 1Yoh. 13;22; Maz. 66:18).
6. Saat meminta, kita harus berhati-hati agar kita tidak memaksakan
kehendak dan keinginan kita sendiri pada Tuhan, seperti yang bangsa
Israel lakukan saat mereka meminta raja. Meskipun, Tuhan tetap
mengabulkan permintaan mereka yang egois, tetapi mereka harus
membayar harga untuk itu (2Sam. 8; Maz.19:13; Maz. 106:15).
7. Kita harus selalu ingat dan sadar, bahwa Tuhan selalu berkehendak untuk
memberikan yang terbaik untuk anak-anak-Nya (Mat.7:7,11; Maz. 84:11)
Renungan hari ini:
Janganlah kiranya doa dan puasa yang kita lakukan kali ini, hanya kita pakai
sebagai alat untuk memaksakan permintaan kita kepada Tuhan, demi hanya untuk
memuaskan kehendak dan keinginan kita sendiri.
19
Hari – 19, Sabtu 03 Juni 2017
SEJALAN DENGAN TUHAN
Matius 6:33 :
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.”
Bagaimana kita tahu, kalau kita sudah sejalan dengan Tuhan?
Inilah daftar evaluasi untuk melihat nilai dan komitmen kita:
1) Apa yang paling kita cari dalam hidup ini?
Kedamaian? Keamanan? Keselamatan? Ketenaran atau kehormatan? Semua ini
adalah keinginan yang alami. Apakah perkara-perkara itu yang menjadi fokus
kita, ataukah kita lebih memikirkan tentang kerajaan Allah? (Luk. 10:41-42).
2) Apa yang paling kita pikirkan?
Membuat rencana bisnis dan keuangan? atau bagaimana membangun waktu lebih
intim dengan Tuhan dan keluarga? (Kol. 3:2).
3) Bagaimana kita menggunakan uang kita?
Apakah kita melihat sumber penghasilan kita sebagai berkat Tuhan, dan kita
sebagai bendahara-Nya yang baik? (Ul. 8:18) ataukah kita memandang
penghasilan kita sebagai hasil keringat dan kejeniusan kita sendiri, dan
menggunakannya semau kita sendiri? (Ul. 8:17).
4) Apa yang kita lakukan dengan waktu luang kita?
Pada malam hari saat kita santai, apakah kita memakainya untuk belajar
kebenaran firman-Nya melalui Alkitab, atau keluar mencari hiburan dunia?
Apakah fokus dari waktu luang kita telah sesuai dengan ajaran Paulus di Efe.
5:16?
5) Teman-teman seperti apakah yang kita miliki?
Apakah kita bepergian dengan orang-orang dunia yang lebih banyak
menghabiskan waktunya di depan TV atau internet? Ataukah dengan mereka
yang memiliki visi, kedisiplinan, dan keyakinan? Apakah kita lebih bersemangat
menjalin hubungan dengan saudara-saudara seiman, ataukah dengan temanteman orang dunia? (Ams. 13:20; 1Kor. 15:33)
6) Siapa yang kita kagumi?
Siapakah pahlawan idola kita? Apakah mereka para pesohor yang dikagumi
dunia? atau para pahlawan iman yang memiliki teladan iman yang kuat?
Sungguh menarik, bahwa sebagian besar media memberikan 17 halaman untuk
kematian putri Diana, tetapi hanya 4 halaman saja untuk bunda Theresa. (Luk.
16:15)
Renungan hari ini:
Agar hidup kita dapat sejalan dengan Allah, Kita perlu hidup bergaul dengan
Allah, melalui doa dan puasa ini, serta merenungkan Firman Tuhan dalam Alkitab
setiap hari.
20
Hari – 20, Minggu 04 Juni 2017
MEMBANGUN KUALITAS KEROHANIAN KITA
Kolose 3:12:
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan
dan kesabaran.”
Jika kita ingin meningkatkan kualitas rohani kita, mintalah pada Tuhan untuk
meletakkan kualitas-kualitas ini dalam hidup kita, yaitu:
-
-
-
-
-
BELAS-KASIHAN:
Sebagai orang Kristen, kita seharusnya mengikuti teladan Kristus, yaitu
mengasihi dan menerima sesama kita apa adanya, tanpa memandang
muka. Mintalah kepada Tuhan agar kita dipenuhi dengan kasih-Nya, yang
memampukan kita untuk bisa mengasihi dan memenuhi hati kita dengan
belas kasihan (1 Kor. 13:2).
KEMURAHAN:
Perilaku egois akan menjadi penghalang bagi tercurahnya berkat-berkat
Allah bagi kita, dan menghambat kuasa Allah dalam menjawab doa kita.
Jadi, berbuat baik bagi orang lain dan mentaati perintah Kristus untuk
saling mengasihi dan saling berbagi, adalah merupakan perwujudan puasa
yang sejati (Yes. 58:7 ).
KERENDAHAN HATI:
Menjadi seperti Kristus, artinya memiliki kerendahan hati seorang hamba
sehingga, ketika memiliki uang dan kekayaan akan menjadi berkat bagi
orang lain, dengan memakai kekayaannya untuk melayani Tuhan dan
sesama (Fil. 2:7).
KELEMAH-LEMBUTAN:
Kelemah-lembutan adalah sikap yang ramah, lembut dan sopan pada orang
lain, serta menghindari sikap yang kasar dan garang (Mat. 5:5).
KESABARAN:
yaitu kerelaan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan
kemampuan untuk mengatasi masalah dengan kebesaran hati, tanpa
bersungut-sungut, serta kekuatan untuk tahan menderita (2Tim. 2:24).
Renungan hari ini:
Kiranya doa dan puasa ini, bisa kita jadikan langkah awal untuk
meningkatkan kualitas rohani kita, sesuai dengan standard Allah.
21
Hari - 21, Senin 05 Juni 2017
MATA YANG DIPENUHI NAFSU
Matius 6:22 :
“Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;”
Kita harus akui, inilah pencobaan tersulit dalam hidup kita, dan seringkali
kita, walaupun tidak sampai jatuh, tetapi seringkali terhanyut olehnya. Perkaraperkara yang sayangnya sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat modern,
sehingga kita sudah tidak terkejut terhadap godaan-godaan ini, seperti:
Bagi kaum pria:
- Gadis muda mengenakan rok super pendek dan atasan terbuka, berjalan
dengan santainya di mall, seakan tak perduli bahwa apa yang dia kenakan
dapat membangkitkan gairah para pria di sekitarnya.
Bagi kaum wanita:
- Jendela di sebuah butik mewah wanita memampangkan papan potongan
harga atau discount, yang hanya berlaku untuk suatu jangka waktu
tertentu.
Jika ini merupakan pencobaan bagi kita, beberapa nasehat ini dapat membantu:
-
Pahamilah bahwa mata kita tidak akan pernah puas (Ams. 27:20).
Buatlah perjanjian dengan mata kita untuk tetap kudus (Ayub. 31:1).
Jagalah hati. Pahamilah bahwa isi hati itu sangat dipengaruhi oleh
penglihatan (Ams, 4:23, 25).
Serahkan tubuh kita beserta anggota-anggotanya pada Tuhan, termasuk
mata, sebagai alat untuk kemuliaan-Nya (Rom. 6:13).
Biasakanlah menyimpan firman Tuhan di dalam hati kita (Maz. 119:11).
Hanya dengan kuasa dan perlindungan-Nya, kita dapat menjaga mata kita
tetap kudus. Pikirkanlah pengaruhnya terhadap perjalanan hidup kita bersama
Tuhan.
Renungan hari ini:
Melalui kegiatan doa dan puasa ini, kita dapat melatih tubuh kita beserta
anggota-anggotanya, termasuk mata, untuk dapat tunduk pada pimpinan Roh
Kudus, dan belajar untuk menguasai daging kita (Gal. 5:16-17).
22
Hari – 22, Selasa 06 Juni 2017
EFEK BERANTAI DARI DOSA
Seorang teman menceritakan tentang pernikahannya yang tidak harmonis,
yang membuatnya pernah jatuh dalam perselingkuhan, sehingga keluarganya
mengalami guncangan.
Lalu saya teringat akan dosa Daud dengan Betsyeba, dan yang menarik
perhatian saya, adalah jumlah orang-orang yang harus ikut menanggung akibat
dari dosa Daud, seperti:
- Daud sendiri: melakukan perselingkuhan dan pembunuhan. Mengalami tragedi
dalam keluarganya berkali-kali, kekuasaannya melemah (Maz 32;
2 Sam.
12:19-21, 2 Sam. 13:23-29, 2 Sam. 37-17:29, 2 Sam. 15:13-19a).
- Betsyeba: rusak moralnya, kehilangan suami dan bayinya (2 Sam. 11:26,
12:24).
- Uria: suami Betsyeba yang harus mati dibunuh Daud dalam perang (2 Sam.
11:6-21).
- Bayi Daud dan Betsyeba: yang harus mati (2 Sam. 12:19-21).
- Ebimelek: mati sia-sia bersama Uria (2 Sam. 11:21).
- Yoab – kepala prajurit Daud: rusak, melakukan pembunuhan (2 Sam. 11:21,
2 Sam. 17:25, 2 Sam. 18:14-15, 2 Raja. 2:5-6, 2 Raja. 2:28-35).
- Tamar: putri Daud, yang diperkosa oleh saudaranya, Amnon (2sam 13:1-22).
- Amnon: dibunuh oleh Absalom karena memperkosa Tamar (2sam 13:23-29).
- Absalom: melakukan pembunuhan, kudeta, dan berzinah. Diasingkan oleh
Daud. Dibunuh oleh Yoab (2 Sam. 14, 2 Sam. 15, 2 Sam. 18, 2 Sam. 16:2122).
- Ahitopel: ayah Betsyeba, memberontak pada Daud, bunuh diri (2 Sam. 16:20
– 2 Sam. 17:23)
- Keluarga Daud lainnya (1 Sam. 5:13-16, 1 Sam. 16:21-22, 1 Sam. 25:42-44).
Daud tidak menyadari akan harga yang harus dia bayar atas dosanya. Dia
mengira dapat menutupinya, dan gagal menyadari peringatan firman (Gal. 6:8).
Renungan hari ini:
Ada baiknya jika kita menuliskan daftar nama orang-orang terdekat kita
yang kita kasihi, yang akan ikut menanggung akibatnya, jika kita jatuh dalam
dosa. Lalu, bertanyalah pada diri sendiri, apakah kenikmatan dosa sesaat yang kita
rasakan sebanding dengan efek jangka panjang yang akan terjadi?
“Saya yakin itu tidak sebanding… Bagaimana pendapat anda”?
23
Hari – 23, Rabu 07 Juni 2017
MENILAI KEHIDUPAN
Hidup ini tidak adil, orang benar menderita sementara yang jahat berkuasa.
Keadilan selalu berubah karena hidup selalu mengalami perubahan yang tidak
pasti. Anak-anak tidak berdosa menjadi korban perang dan bencana alam,
sementara diktator serakah merampas hak-hak rakyatnya, dan para koruptor
mencuri uang rakyat demi keuntungan pribadi. Orang baik menderita kemiskinan
dan sakit penyakit, sementara orang jahat menikmati kekayaan dan kesehatan
sampai masa tuanya (Pkh. 3:11, 7:15, 8:14).
Kaum humanisme berkata, jika Tuhan itu baik, maka Dia lemah, Kalau
tidak, tentu Dia akan menghentikan semua penderitaan dan ketidak adilan. Jika
Dia kuat dan berkuasa, maka Dia kejam atau tidak peduli karena membiarkan
penderitaan terus terjadi.
Akan tetapi, kitab Ayub mematahkan semua pikiran-pikiran dan pahampaham semacam itu. 5 kesimpulan dari kitab Ayub adalah:
1. Tuhan berhak untuk memakai kita demi kemuliaan-Nya sesuai kehendak-Nya
(Kel. 9:16, Ayub. 40:8, Yes. 45:9, Yes. 64:8).
2. Ayub membuktikan bahwa mempertahankan iman itu mungkin, bahkan
ditengah penderitaan besar. (Ayub. 1:20-22, Ayub. 13:15).
3. Penasihat-penasihat Ayub salah menganggap bahwa penderitaannya itu akibat
dosa. Bahwa orang benar selalu berhasil, dan penderitaan selalu merupakan
hukuman dari perbuatan jahat. (Ayub. 36:11).
4. Penderitaan justru semakin mendekatkan hubungan Ayub dengan Tuhan
(Ayub. 42:5).
5. Kita tidak memerlukan penjelasan atas apa yang Tuhan lakukan pada kita. Dia
tidak memberi Ayub alasan dan penjelasan apapun (Ayub. 11:7-9; Rom. 11:3334).
Renungan hari ini:
Kadangkala allah mengijinkan penderitaan, karena beberapa alasan berikut
ini: untuk menyingkapkan isi hati kita, melepaskan kita dari ikatan dunia Ini,
mengajar kita untuk mempercayai Dia, dan yakin bahwa Dia akan menyertai,
menguatkan dan menolong kita, dan yang terpenting adalah, bahwa Allah
memakai penderitaan untuk kebaikan kita, dan untuk menyempurnakan Kita.
24
Hari – 24, Kamis 08 Juni 2017
MENGURANGI KECEPATAN
Gaya hidup modern saat ini, khususnya di kota-kota besar, menuntut kita
untuk memiliki jam kerja yang panjang seringkali bisa 12-14 jam sehari,
berkejaran-kejaran dengan waktu setiap saat, merasa jenuh dan tertekan oleh
banyaknya target-target yang harus dicapai, baik dalam pekerjaan, maupun dalam
hidup kita, sehingga membuat kita kehilangan kesempatan untuk berbagi waktu
bersama keluarga dan teman, seringkali kurang tidur dan istirahat, karena tekanan
kesibukan. Mungkin dengan menarik diri, dan mengurangi aktivitas, paling tidak
bisa jadi salah satu solusi.
Tuhan, di dalam Roh Kudusnya senantiasa menyertai kita, dan siap
memberikan tuntunan, arahan dan kekuatan untuk menolong kita, sehingga kita
tidak bertanggung jawab untuk melakukan semuanya sendirian.
5 poin penting yang mungkin bisa kita lakukan agar kita disegarkan kembali:
- Beri diri kita waktu dan kesempatan untuk bersantai. Istirahat bukanlah
kemewahan, melainkan kebutuhan. Mengobrol dan bermainlah dengan
keluarga, sahabat, dan saudara-saudara seiman, akan memunculkan sisi
diri kita yang tenang dan santai (Mark. 6:31).
- Sesekali, redupkan lampu dan volume suara. Kurangi aktivitas dan
undangan. Terkadang, kurang itu bisa berarti lebih. (Pkh. 4:6).
- Bangunlah tempat di rumah, di tempat kerja, di dalam hati, atau dimana
kita bisa mendapatkan suasana santai yang dapat memberikan ketenangan
untuk berpikir (Yes. 30:15).
- Ambillah waktu untuk berpikir. Bertindak itu bagus dan penting, tetapi
hanya berguna jika kita pikirkan matang-matang.(Efe. 5:15-17).
- Ambillah waktu untuk menikmati keindahan alam sekitar, dan mengagumi
ciptaan Tuhan. Tanpa itu, kita akan lupa untuk bersyukur karena
keberadaan kita (Maz. 8:3-4).
Renungan hari ini:
Kegiatan doa dan puasa kali ini, bisa menjadi kesempatan yang berharga,
untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan dan orang-orang yang kita
kasihi, dalam suasana santai, yang dipenuhi damai sejahtera dan sukacita-Nya,
dan memberi kesempatan kita untuk menarik kuasa-Nya, sehingga kita dapat
dipenuhi kembali dengan damai sejahtera-Nya, yang pada gilirannya, akan
menjadikan kita kembali produktif.
25
Hari – 25, Jumat 09 Juni 2017
KASIH KARUNIA ALLAH MENGATASI TUDUHAN
SETAN
Yakobus 4:7 :
“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari
padamu!”
Ada sebuah kesaksian, dimana sepasang pria dan wanita, merencanakan
untuk menikah. Keduanya sangat setia pada Kristus. Saat si Pria membawa calon
istrinya untuk konseling pra-nikah, si wanita mengaku bahwa 4 Tahun yang lalu,
dia telah kehilangan kesuciannya, saat seorang “teman prianya” menggoda dia.
Sejak saat itu, Setan sang “pendakwa”, terus menerus menuduh dan
mendakwanya, sehingga dia tertekan, dan menderita rasa berdosa yang hebat.
Maka melalui pelayanan pra-nikah ini, si wanita diminta berdoa untuk
mengakui dosanya, memohon pengampunan-Nya, dan pemulihan-Nya. Maka
untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, si wanita merasa terbebas dari rasa
bersalah, mengalami pemulihan, kesembuhan batin, dan kedamaian. Dan sejak
saat itu, hari-harinya dipenuhi kebahagiaan.
Ketika kita harus menghadapi tuduhan dan dakwaan dari si jahat (setan),
karena dosa, pelanggaran dan kesalahan masa lalu kita, untuk dapat terbebas dari
segala tuduhan dan dakwaan dari si jahat, Kita hanya perlu:
1. Mengakui dosa kita, memohon ampun kepada Tuhan dan bertobat.
Saat kita mengaku dan meninggalkan dosa kita, Tuhan mengampuni dan
melupakan (Maz. 130: 3-4; Yes. 43:25; Rom. 4:7-8; 1 Yoh. 1:9, 2:1-2).
2. Tetapi, kita harus tahu dan menyadari, bahwa kasih karunia dan anugerah
Allah bukanlah tiket dan ijin untuk terus hidup dalam dosa (Yoh. 8:10-11;
Rom. 6:1-2; Gal. 5:13).
Renungan hari ini:
Apakah ada diantara kita, yang masih menyimpan rasa bersalah dari dosa
masa lalu kita? Jika ada, maka melalui doa dan puasa ini, merupakan kesempatan
bagi kita, untuk mengakui dosa kita, memohon pengampunan dari pada-Nya,
bertobat, melupakannya, dan memulai kehidupan yang baru untuk mengejar
kehendak Tuhan yang sempurna atas hidup kita, dan membangun masa depan
yang cerah bersama-Nya (Fil. 3:13). Karena itu, terimalah pengampunan yang dia
janjikan di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, dan gunakanlah kasih-karunia dan
anugerah-Nya, yang telah diberikan bagi kita, serta rasakan kebebasan yang telah
kita terima daripada-Nya, saat ini juga.
26
Hari – 26, Sabtu 10 Juni 2017
INTIM DAN BERAPI-API
Roma 12:11:
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan.”
Ketika kita melihat dan mempelajari kehidupan dari para pahlawan iman di
Alkitab, kita melihat keteladanan hidup mereka yang memiliki ciri-ciri berikut ini:
Keintiman (mat 22:37-39)
Kita melihat bahwa mereka
selalu membangun keintiman, dengan
senantiasa berhubungan dengan Allah dalam menjalani hari-hari mereka setiap
saat. Mereka sangat mengandalkan Allah, bahkan sampai hal-hal terkecil dalam
hidup mereka, sangat peka dengan suara-Nya, dan sangat sadar dengan dosa-dosa
pribadinya. Mereka memiliki jiwa yang rendah hati dan lemah lembut. Tidak ada
terasa aura kesombongan atau ketinggi-hatian (Yoh. 15:5, Kol. 3:12).
Semangat yang menyala-nyala (mat 28:18-20)
Mereka selalu berapi-api dan menyala-nyala. Mereka selalu berdiri, dan
menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membagikan kasih Kristus
kepada siapapun yang mendekat. Karakteristik ini sama dengan yang dimiliki
Paulus (Rom. 12:11).
Singkatnya, ayat-ayat diatas menunjukkan pada kita bagaimana kita harus
bersikap di hadapan teman-teman kita yang terhilang, yaitu:
- Bijaksana, pandai dan terampil.
- Gunakan setiap kesempatan, dan bersikap proaktif.
- Murah hati, rendah hati, lemah lembut dan sabar.
- Mudah bergaul, ramah, tetapi tegas, dan tidak suam-suam kuku.
- Disiplin, mendidik, mengajar, dan melatih.
- Suka berdamai, memiliki sikap yang benar dan baik.
Renungan hari ini:
Dalam doa dan puasa ini, maukah kita berdoa, minta Roh Kudus memenuhi
roh kita untuk senantiasa memiliki kerinduan membangun keintiman dengan
Tuhan, dan memiliki semangat yang menyala-nyala untuk melayani Dia.
27
Hari 27, Minggu 11 Juni 2017
KUNCI KEHIDUPAN KRISTEN ADALAH
BERSERAH.
1 Petrus 5:7 :
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu.”
Apakah kita khawatir akan hari esok? Khawatir akan bencana di masa
depan? Satu-satunya jawaban untuk menghilangkan perasaan takut dan khawatir
ini, adalah “berserah” pada Bapa di Surga yang berkuasa, bijaksana dan maha
tahu (Ams. 1:33, Ams. 31:25, Yer. 17:7-8).
Apakah kita mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dalam keluarga,
dengan teman-teman, atau di tempat kerja? Lagi-lagi, jawaban untuk rasa damai
adalah “berserah” (Kol. 3:12-13).
Apakah kita takut tidak dapat mengontrol keuangan kita? Khawatir
kondisi keuangan kita memburuk, atau bahkan hancur akibat krisis ekonomi?
Lagi-lagi, “berserah” adalah satu-satunya harapan untuk mendapatkan rasa damai
(Ams. 27:24, Ams. 23:4-5, Maz. 25:12-13).
Apakah kita mengkhawatirkan kesehatan kita? Khawatir terkena penyakit?
Takut menjadi tua? takut kalau salah satu anggota keluarga kita terkena sakit
keras atau mati muda? Jelas tidak ada jaminan hidup yang nyaman tanpa rasa
sakit. Jadi lagi-lagi, jawabannya adalah “berserah” kepada Gembala kita yang
bijak dan penuh kasih.(Maz 23).
Tetapi berserah kepada-Nya ternyata tidak semudah itu. Alasannya, karena
selama ini kita selalu merasa mampu, karena mengandalkan kepandaian,
pengetahuan dan ketrampilan kita sendiri. Kita percaya bahwa kepandaian,
pengetahuan dan ketrampilan kita, mampu untuk mendapatkan apapun yang kita
mau, untuk menikmati apapun yang kita impikan, dan membuat semua harapan
kita terkabul, sampai kita terbentur pada suatu jalan buntu, dimana kemampuan
manusiawi kita sudah tidak mampu menolong kita lagi, dan kita sudah tidak
melihat jalan lain, selain hanya “berserah” kepada-Nya.
Renungan hari ini:
Syarat utama agar kita dapat hidup dalam damai yang sejati, atau apa yang
Alkitab sebut sebagai damai sejahtera, adalah “berserah tanpa syarat” kepada-Nya
dan kepada kehendak-Nya. Yesus mempraktekkan penyerahan-Nya dengan
berdoa, “bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu jadilah” (Mat. 26:39b).
Maukah kita memilih hal yang sama?
28
Hari – 28, Senin 12 Juni 2017
KETIKA JATUH DALAM KEPUTUS-ASAAN
Roma 12:12 :
“Bersukacitalah dalam
bertekunlah dalam doa!”
pengharapan,
sabarlah
dalam
kesesakan,
dan
Mengalami krisis harga diri...
Putus asa dengan kehidupan...
Berusaha mengobati luka akibat disakiti, dicemooh, atau dikecewakan...
Cobalah lihat kembali, siapakah diri kita di mata Tuhan.
Karena kita akan melihat bahwa:
Tuhan selalu mengasihi kita apa adanya, dan untuk selama-lamanya
(Yer. 31:3b, Maz. 103:17, 2 Tes. 2:13, Yak. 1:18).
Tuhan sangat memperhatikan kita, sehingga Dia rela menumpahkan darah anakNya yang tunggal untuk menyelamatkan dan membebaskan kita dari dosa.
(1pet. 1:18-19, Ibr. 9:12-14).
Tuhan selalu berencana untuk memilih kita
(Ul. 7:6-7, Ul. 14:2, Efe. 1:4, 1 Pet. 2:9).
Tuhan menganggap kita sebagai milik-Nya pribadi
(Ul. 4:20, Kis. 15:14, Tit. 2:14).
Dan puncaknya adalah, Tuhan mengangkat kita jadi anak-Nya, menjadikan kita
keluarga-Nya, membawa kita masuk dalam Kerajaan-Nya, menjadi pewaris
bersama anak-Nya, Yesus Kristus (Rom. 8:15-17, Gal. 4:6-7).
Renungan hari ini:
Jadi berbesar hatilah, tetap semangat, tetaplah memiliki pengharapan dalam
Kristus, karena Kristus telah mengalahkan dunia, dan setiap dari kita yang
percaya dan beriman kepada-Nya, juga telah mengalahkan dunia (1 Yoh. 5:4-5).
Memang, “kita harus melalui banyak pencobaan untuk masuk dalam
kerajaan Allah” (Kis. 14:22). Tetapi tenanglah, karena Tuhan kita Yesus Kristus
akan kembali untuk membawa kita bersama-Nya (Luk. 21:27-28).
29
Hari – 29, Selasa 13 Juni 2017
3 KESALAHAN YANG MEMBUAT KITA SEBAGAI
UMAT ALLAH PERLU BERTOBAT
2 Tawarikh 7:14 :
“dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan
mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan
mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri
mereka.”
Kesalahan pertama: Pada Tuhan (Mat. 6:33).
Kita harus mengakui, bahwa seringkali kita tidak mengutamakan dan
memprioritaskan Tuhan dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Kita sering
tergoda dengan kemewahan dan gemerlap dunia ini, sehingga mengabaikan
Tuhan. Seringkali, kita bimbang dan ragu dalam perjalanan kita mengiring
Kristus. Memilih tetap setia mengikuti-Nya atau mengijinkan nafsu duniawi
mengambil alih. Kita perlu bertobat, serta memohon pengampunan, dan
tuntunan-Nya, agar mampu hidup lebih terfokus kepada Kristus dan kerajaan
Allah.
Kesalahan kedua: Pada keluarga (1 Tim. 5:8).
Kita seringkali mengesampingkan kebutuhan keluarga kita demi karir,
bisnis dan pekerjaan. Kita telah mengijinkan godaan pekerjaan, rasa takut gagal,
dan kecintaan akan uang menempati prioritas utama daripada berusaha untuk
lebih melayani keluarga kita. Dengan kasih karunia-Nya, dan dengan tuntunan
Roh Kudus, kita seharusnya mengatur ulang prioritas hidup kita.
Kesalahan ketiga: Pada pekerjaan (Mat. 5:37; Ul. 8:17-18).
Di tengah tekanan untuk bertahan di dunia bisnis dan pekerjaan, juga di
tengah lingkungan yang seringkali mengesampingkan kejujuran dan integritas,
Kita harus mengakui bahwa seringkali kita tidak benar-benar jujur dan
mempertahankan integritas kita, dan bekerja sesuai standar kebenaran Tuhan. kita
seringkali tidak berani menolak dan berkata “tidak” saat integritas dan etika
pribadi kita menjadi taruhan.
Kita harus mengakui bahwa seringkali kita merasa bahwa diri kita
sendirilah yang mampu menghasilkan kekayaan, bukan karena berkat kemurahanNya. Karena itu, Mintalah kepada-Nya untuk memampukan kita membangun
keyakinan mental yang kuat agar tidak gampang digoyahkan.
Renungan hari ini:
Dalam doa dan puasa ini, kiranya dapat kita pakai sebagai kesempatan
untuk mengevaluasi diri, dan bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah
memilih prioritas yang benar, sesuai kehendak-Nya.
30
Hari – 30, Rabu 14 Juni 2017
4 PERTANYAAN UNTUK MENGUJI DAN
MENGEVALUASI KESEHATAN ROHANI KITA
2 Korintus 13:5 :
“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah
dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam
diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.”
Pertanyaan ke 1:
Apakah kehidupan doa kita berkembang dengan mantap? Apakah
keputusan-keputusan kita menggunakan doa sebagai penentu utama, atau kita
membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri, bukan berdasarkan kehendakNya, lalu dibumbui dan ditempeli dengan kata-kata yang kita anggap dan sebut
sebagai doa? (Fil. 4:6, Mat. 21:22).
Pertanyaan ke 2:
Apakah kerendahan hati kita tulus dan murni? Tidak ada yang lebih
sombong dari kerendahan hati yang palsu. Rendah hati bukan menolak kekuatan,
tetapi mengakui bahwa kekuatan yang bersumber dari Tuhan, muncul melalui
kita, bukan berasal dari diri kita sendiri. (Fil. 2:3, Maz. 131:1, Ams. 11:2)
Pertanyaan ke 3:
Apakah kesetiaan dalam perkara kecil telah tertanam dalam diri kita?
Apakah kita selalu mencoba untuk menawar atau mencari alasan dengan Tuhan?
Kesetiaan sangat menentukan hubungan kita dengan Tuhan. Niat baik saja tidak
cukup. (Mat. 25:21, 23; Luk. 16:10).
Pertanyaan ke 4:
Apakah kita senantiasa memiliki damai-sejahtera dan sukacita? Damai
sejahtera dan sukacita disempurnakan dalam keyakinan penuh pada kuasa Tuhan.
Keraguan mengurangi damai-sejahtera dan sukacita. Apakah damai-sejahtera dan
sukacita tetap terjaga ketika dalam penderitaan, dengan memahami bahwa
penderitaan adalah proses pendewasaan kita?
(Rom. 14:17; Rom. 15:13, Gal. 5:22).
Renungan hari ini:
Kita bisa memakai doa dan puasa kali ini, untuk melakukan pengecekan,
dan mengevaluasi kembali kondisi kerohanian kita, apakah cukup “sehat”, dan
sudah sesuai dengan standard kebenaran-Nya.
31
Hari – 31, Kamis 15 Juni 2017
MENGATASI KETAKUTAN
2 Timotius 1:7 :
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang
membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”
Apakah ketakutan yang manusia hadapi?
Jawabannya adalah, ketakutan akan:
Masa depan, kegagalan, masa lalu, rekan kerja, kehancuran finansial, atasan,
sakit, persaingan, kematian, kekurang-mampuan diri, orang tua, penolakan dari
anak, dll.
Mereka berpikiran sempit, karena mereka telah dilemahkan oleh kehidupan.
Keinginan mereka hanya didasarkan pada hal-hal dasar yang membantu mereka
hanya untuk bertahan hidup. Mereka memandu kehidupan mereka lebih kepada
apa yang berguna, daripada apa yang baik dan benar. Mereka tidak punya
keyakinan pada masa depan, karena mereka pecundang yang merasa kalah.
Mereka hidup dengan kenangan masa lalu, bukan harapan akan masa depan.
Nampak Jelas bahwa, rasa takut berhubungan dengan kegagalan dan
penderitaan. Tetapi kabar baiknya adalah, Tuhan menawarkan pembebasan dari
ikatan dan tekanan rasa takut, dan menjanjikan damai sejahtera, serta hari depan
atau masa depan yang penuh harapan (Yer. 29:11).
Jika kita bertarung dan bergumul dengan ketakutan maupun kekhawatiran,
jangan pernah biarkan dan ijinkan setan menang. Ingat janji-janji Tuhan. Hafalkan
dan renungkan firman-Nya, berdoalah senantiasa, pegang dan terapkan janji-janji
yang terdapat dalam firman-Nya dalam hidup kita. Dengan demikian, kita akan
senantiasa menempatkan diri kita dalam posisi dimana Tuhan dapat dan akan
melepaskan kita dari jerat ketakutan (Rom. 8:15; Ibr. 13:6; 1 Pet. 3:14; 1 Yoh.
4:18).
Renungan hari ini:
Bagaimana kita membuat pilihan dalam menjalani kehidupan ini?
Dilemahkan dan dilumpuhkan oleh ketakutan, atau kita mengijinkan Roh Kudus
untuk membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban di dalam kita. Seperti biasa,
pilihan ada di tangan kita.
32
Hari – 32, Jumat 16 Juni 2017
MENGATASI DEPRESI.
Mazmur 42:11:
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam
diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya,
penolongku dan Allahku!”
Depresi… Seringkali tanpa penjelasan, tanpa alasan maupun logika. dia
secara tiba-tiba masuk ke dalam jiwa kita, dan menguasai hidup kita.
Pemazmur bertanya, mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? Mengapa
engkau begitu gundah di dalamku? (Maz. 42:5) sepertinya, dia juga tidak tahu apa
penyebabnya. Bahkan, dia sepertinya kebingungan, mungkin bertanya, kenapa
harus aku? Kenapa harus sekarang?
Tertekan disini artinya mengalami depresi, putus asa, gundah-gulana,
kebingungan yang hebat, kemarahan, ketakutan, kekhawatiran, dlsb.
Dalam pertarungannya melawan depresi, pemazmur memfokuskan diri pada
ayat-ayat yang terdapat di dalam Mazmur 42, yaitu:
1. Kita perlu introspeksi diri, mungkin hubungan persekutuan kita telah jauh
dari Tuhan, sehingga kita mengalami kekeringan rohani (Maz. 42:1,2).
2. Kita mungkin perlu menghadapkan wajah kita kembali pada Tuhan,
menaruh pengharapan kembali kepada-Nya, dan belajar mengucap syukur
(Maz. 42:5).
3. Kita berketetapan untuk kembali hidup dalam doa dan puji-pujian bagi
Dia, daripada hidup mengasihani diri sendiri (Maz. 42:8)
4. Mungkin sudah waktunya, sekali lagi bagi kita untuk mengingat-ngingat
dan mengagumi pemeliharaan, pimpinan, penyertaan, perlindungan, dan
keselamatan yang dari Tuhan yang telah kita alami. Tidak ada yang lebih
mendukakan hati Tuhan selain hati yang tidak tahu berterima kasih dan
tidak tahu mengucap syukur (Maz. 42:11)
Renungan hari ini:
Depresi adalah salah satu senjata utama musuh untuk menghancurkan kita.
Jadi mari berfokus pada kemenangan atas depresi dengan bertarung melawan si
jahat dengan memakai dan mengandalkan ayat-ayat yang terdapat dalam mazmur
42.
33
Hari – 33, Sabtu 17 Juni 2017
PENGUASAAN DIRI
Amsal 16:32 :
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya,
melebihi orang yang merebut kota.”
Dalam masyarakat modern, kesabaran seringkali disalah artikan sebagai
kebimbangan, keraguan, dan bahkan tanda kelemahan, sementara kekuatan dan
tindakan langsung dikagumi dan mendapatkan hormat.
Akan tetapi, Tuhan tidak pernah kagum dengan kekuatan kita, tetapi
menjunjung tinggi kesabaran. Kesabaran adalah buah dari penguasaan diri dan
kerendahan hati.
Jika kita termasuk jenis orang yang tidak sabaran dan cenderung temperamental,
inilah 7 panduan dari alkitab yang dapat membantu:
- Berusahalah untuk tidak melihat kekurangan orang lain (Ams. 19:11).
- Belajarlah mengendalikan diri (Ams. 12:16, Ams. 17:27-28, Ams. 29:22,
1 Kor. 9:25, Yak. 1:19b-20).
- Bicara seperlunya (Ams. 10:19, Pkh. 5:3, Pkh. 10:14, Yak. 3:2)
- Hindarilah situasi dan kondisi yang berpotensi memancing pertikaian
(Ams. 17:14, Ams. 26:21).
- Hindarilah orang-orang yang temperamental (Ams. 17:14, Ams. 22:24).
- Berlatihlah untuk rendah hati (Ams. 13:10, Ams. 16:18, Yes. 57:15, Rom.
12:3, 1 Pet. 5:5).
- Belajar Mengampuni kesalahan (Ams. 10:12, Ams. 24:29, Mat. 6:14-15,
Mat. 18:21-22).
Renungan hari ini:
Apakah ada tanda dan bukti Ilahi yang lebih nyata dan konkret dari
penguasaan diri? Karena penguasaan diri adalah buah roh ke 9, penguasaan diri
hanya dapat dicapai jika kita berserah pada Roh Allah yang telah bekerja dalam
diri kita, dan menghasilkan Buah Roh. (Gal. 5:22-23, 1 Kor. 9:25).
34
Hari – 34, Minggu 18 Juni 2017
3 STRATEGI SETAN UNTUK MENJATUHKAN
HAWA KE DALAM DOSA.
1 Korintus 10:12:
“Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia
jangan jatuh!”
1.
Setan memanfaatkan ketidak-mengertian Hawa terhadap firman Tuhan,
sehingga hawa dapat disesatkan. (Kej. 3:1-3).
Apakah kita selama ini telah memahami, mengerti, menguasai, bahkan
meresapi ayat-ayat Alkitab sehingga kita siap ketika harus menghadapi
kebohongan dan penipuan dari si setan? (Mat. 13:23).
2.
Setan bermain dengan ego hawa. (Kej. 3:4-5).
Seringkali setan melakukan kebohongan, dengan berusaha untuk
meminimalisasi dan mengkamuflase, atau bahkan menyembunyikan resiko
yang sebenarnya, yang akan dihadapi, ketika dia sedang mencobai kita,
dengan memutar-balikkan fakta kebenaran firman Tuhan (Yoh. 8:44).
saat Tuhan menyampaikan kebenaran pada kita, apakah kita memilih
untuk merespon dengan ketaatan dan kerendahan hati?
3.
Setan bermain dengan rasa penasaran dan keingin-tahuan Hawa. (kej 3:6).
Bukankah kita sering kali terjatuh dalam dosa akibat rasa penasaran dan
keingin-tahuan kita? Kita memilih untuk melangkah keluar dari area yang
Tuhan perintahkan, untuk mencoba bermain-main di area beresiko yang dapat
berdampak buruk bagi kehidupan rohani kita. (Ul. 12:30b, Mat. 10:16).
Bisakah kita menghargai bahwa ada area-area dimana Tuhan tidak ingin
kita masuki? Apakah kita bersedia untuk berserah pada perlindungan-Nya?
Renungan hari ini:
Seberapa tinggi level godaan yang dibutuhkan untuk menjatuhkan kita
dalam dosa? Apakah kita mampu mengukur batasan atau limit kita? Godaan apa
yang mungkin sedang kita biarkan mencoba masuk dalam hidup kita, yang jika
kita biarkan, suatu saat dapat menjatuhkan kita?
35
Hari – 35, Senin 19 Juni 2017
MERASAKAN HIDUP YANG GAGAL DAN HANCUR
Mazmur 37:5:
“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia
akan bertindak;”
Pernahkah kita merasa diacuhkan, disingkirkan atau terasingkan?
Tenanglah, karena Allah adalah Bapa bagi mereka yang tidak punya Bapa, dan
memberikan keluarga bagi mereka yang kesepian (Maz. 68:5-6).
Pernahkah kita merasa tertekan oleh keadaan? tertekan oleh kehidupan?
dihimpit oleh situasi yang kelihatannya tidak terkendali? Tetap kuatlah, karena
Tuhan yang maha kasih peduli bahkan pada mereka yang paling lemah
(Maz 42:5, Maz. 147:6).
Pernahkah kita merasa terpenjara oleh lingkungan? atau terikat oleh dosa?
atau oleh hidup itu sendiri? Kabar baiknya adalah Tuhan membebaskan para
tahanan dengan nyanyian (Maz. 31:5, Maz. 71:23, Maz. 111:9).
Mungkin kita merasa lelah, letih, lesu, kering dan berbeban berat. Angkatlah
wajah, karena Bapa di Surga senantiasa berjanji untuk terus mengalirkan air
kehidupan yang menyegarkan dan terus memperbaharui warisan-Nya (Yoh. 4:14).
Atau mungkin kita khawatir tentang kondisi keuangan kita. Tenanglah. Dari
kekayaan-Nya, Tuhan menyediakan bagi yang miskin
(Fil. 4:19).
Bagaimana kita bisa merasakan kasih karunia-Nya dan anugerah-Nya setiap
hari? Yaitu dengan hidup dalam penyerahan penuh kepada Tuhan, dan senantiasa
mengandalkan, serta menaruh pengharapan pada kuasa pemeliharaan Tuhan
dalam hidup kita. Yang Dia inginkan dari kita hanyalah kejujuran total, dan
ketergantungan total, sehingga membebaskan Dia untuk melakukan apa yang
Hati-Nya paling rindukan, yaitu menanggung beban kita setiap hari, dan
melimpahi kita umat-Nya dan anak-anak-Nya dengan berkat-berkat-Nya (Yer.
17:7-8).
Renungan hari ini:
Untuk itu, marilah kita senantiasa yakin dan percaya bahwa segala sesuatu
yang terjadi dalam hidup kita terjadi atas seijin-Nya, dan senantiasa berserah pada
kuasa dan pemeliharaan-Nya.
36
Hari – 36, Selasa 20 Juni 2017
KESEDERHANAAN
Roma 12:16:
“Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu
memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada
perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”
Kesederhanaan adalah sesuatu yang dipandang aneh dan tidak normal
dalam masyarakat modern yang sibuk, hedonis dan materialistis saat ini, tetapi
kesederhanaan, sesungguhnya merupakan sesuatu yang kita rindukan, meskipun
hanya sedikit dari kita yang mempraktekkannya, yaitu jenis kehidupan yang lebih
sederhana, lebih tenang, dan Lebih sedikit stress. Tetapi, sesungguhnya, kita telah
terjebak dalam kerumitan hidup yang seringkali kita ciptakan sendiri, karena
ambisi dan tuntutan hidup di tengah-tengah masyarakat modern saat ini.
Pada dasarnya, manusia memiliki kebutuhan akan rasa aman, nyaman dan
stabil di bidang-bidang seperti keuangan, harta-benda dan materi dalam kehidupan
ini (yang sering disebut zona nyaman), tetapi ketika hal-hal tersebut sampai
mengguncang nilai-nilai hidup yang paling hakiki, seperti hubungan keluarga,
waktu teduh dengan Tuhan, juga waktu santai bagi diri sendiri dan orang-orang
terkasih, maka sebenarnya, nilai-nilai dasar kehidupan kita sebagai orang percaya
sudah tidak stabil dan kuat lagi, sehingga akan mudah goyah dan tergoncangkan
ketika badai pencobaan datang menerpa.
Karena itu, jika kita memang ingin belajar menyederhanakan hidup kita,
kita perlu mengambil waktu teduh, dan merenungkan firman Tuhan berikut ini:
Buah Roh yang ke 9 (Gal. 5:22-23) mengajarkankan kita agar memiliki
penguasaan diri, di tengah masyarakat modern yang materialistis dan hedonis ini,
sehingga memampukan kita untuk menyeimbangkan dan mengendalikan ambisiambisi duniawi kita dan lebih menyederhanakan hidup kita. Melalui penguasaan
diri, mintalah kepada Roh Kudus agar memberi kita kemampuan untuk menahan
diri dari godaan dosa, keinginan daging, dan keinginan mata, yang dapat
membawa pada kesombongan dan keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16), yang
merupakan lawan dari kesederhanaan dan kerendahan hati.
Renungan hari ini:
Janganlah terlalu mendambakan hal-hal yang terlalu tinggi (ambisi-ambisi
pribadi yang duniawi) untuk dikejar dan dicapai, tetapi kita harus menyesuaikan
diri dengan hal-hal yang sederhana dan berhenti menganggap diri kita sendiri
bijaksana dan tahu segalanya.
37
Hari – 37, Rabu 21 Juni 2017
3 DOSA YANG SERINGKALI MUNCUL MENYERTAI
BERKAT TUHAN
Amsal 15:6:
“Di rumah orang benar ada banyak harta benda, tetapi penghasilan orang fasik
membawa kerusakan.”
Di samping penderitaan, Seringkali, berkat-berkat Tuhan dan kesuksesan
(uang, harta dan kehormatan) juga bisa menjadi pencobaan yang berpotensi
merusak hidup orang-orang yang belum dewasa iman dan kerohaniannya.
Karena itu, agar kita siap, ketika Tuhan akan memberkati kita, maka kita
perlu berhati-hati akan 3 perkara yang bisa mengalihkan fokus kita pada
kebenaran Tuhan yang sejati, yaitu:
1. Ketaatan yang suam-suam kuku dalam mengikuti firman Tuhan.
Banyak dari kita yang berserah pada Tuhan saat masih muda, ketika
menghadapi ketakutan karena tidak yakin dengan kemampuan kita dalam
menghadapi hari esok dan masa depan, dan belum memiliki pengalaman
hidup. Akan tetapi, ketika kita mendapatkan kepercayaan diri yang biasanya
muncul melalui kesuksesan demi kesuksesan, kedekatan kita pada Tuhan
dan Firman-Nya seringkali menjadi luntur dan menurun drastis.
2.
Melupakan rasa syukur dan terima kasih atas berkat-berkat Tuhan.
Kesuksesan, seringkali melemahkan ingatan kita akan berkat-berkat,
kemurahan, dan pemeliharaan Tuhan yang pernah kita terima atas hidup
kita selama ini, khususnya di saat-saat yang sulit, sehingga, kita cenderung
lupa mengucap syukur dan terima kasih kepada-Nya.
3.
Mengakui berkat-berkat Tuhan sebagai hasil kerja keras dan prestasi kita
sendiri.
Hanya sedikit dari kita yang mampu mempertahankan kerendahan hati
bagai anak kecil, setelah hidup kita dilingkupi oleh kesuksesan (Mat. 18:24).
Dalam Perjanjian Lama, Musa menyebutkan tentang masalah yang sama
pada bangsa Israel di Ul. 8:11-19.
Renungan hari ini:
Dalam doa dan puasa ini, kita perlu kembali introspeksi diri dan memohon
pengampunan-Nya, sekiranya kita sudah dipenuhi rasa sombong yang bersumber
dari rasa percaya dan keyakinan diri sendiri, dan lupa bahwa semuanya itu hanya
karena kemurahan dan berkat-berkat-Nya semata.
38
Hari – 38, Kamis 22 Juni 2017
MEMBANGUN SAAT TEDUH BERSAMA TUHAN
Mazmur 84:11:
“Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain;
lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemahkemah orang fasik.”
Membangun hubungan intim dengan Bapa di Surga, seharusnya menjadi
bagian dari gaya hidup anak-anak Tuhan. Inilah 5 pedoman dalam membangun
saat teduh bersama Tuhan, yaitu:
1. Buatlah jadwal yang rutin, teratur dan konsisten, dianjurkan di awal hari.
Ciptakan situasi dan kondisi yang nyaman, tenang, dan sunyi. Jika baru
memulai, cobalah durasi 10-15 menit dahulu. Waktu akan terasa lewat dengan
cepat dan perlahan-lahan memperpanjang durasi tersebut.
2. Tentukanlah sebuah tempat dimana kita bisa menyendiri.
Mungkin di rumah, di mobil, di kantor kita, atau di tempat-tempat lainnya
yang memungkinkan kita untuk bisa mendapatkan suasana yang tenang tanpa
gangguan. Apalagi kalau kita bisa memiliki suatu ruang khusus untuk berdoa
dan bersaat teduh (ruang doa pribadi), itu akan sangat ideal sekali.
3. Dalam bersaat teduh, kita bisa melakukan pujian & penyembahan, ucapan
syukur, berdoa, pengakuan dosa, berdoa syafaat, dan kegiatan lainnya.
4. Membaca, mempelajari, menyelidiki dan merenungkan firman Tuhan dalam
Alkitab, serta minta pimpinan dan tuntunan Roh Kudus untuk mengajar kita.
Kita perlu membaca secara pelan, terukur, dan mendalam, daripada “kejar
setoran” dengan menarget untuk menyelesaikan beberapa pasal sekaligus,
tetapi tanpa pengertian dan pemahaman yang mendalam. Mulailah dengan
mempelajari, menyelidiki dan merenungkan ayat-ayat yang menggerakkan
kita, sesuai dengan tuntunan Roh Kudus.
5. Buatlah catatan dari apa yang kita dapatkan dari ayat-ayat tersebut,
menggunakan bulpen berwarna untuk melingkari prinsip-prinsip dan kata kunci
atau ide-ide yang kita dapatkan.
Renungan hari ini:
Kiranya doa dan puasa kali ini, mampu membangkitkan disiplin dan
semangat kita untuk membangun saat teduh yang rutin, teratur dan konsisten
bersama Tuhan, sehingga vitalitas rohani kita bisa senantiasa terjaga.
39
Hari – 39, Jumat 23 Juni 2017
MENGERTI KEHENDAK TUHAN.
Efesus 5:17:
“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti
kehendak Tuhan.”
Untuk dapat mengerti kehendak Tuhan, terkadang bisa cukup sulit. Tidak
heran Salomo berkata, langkah manusia diatur oleh Tuhan. Jika begitu,
bagaimanakah seseorang dapat mengerti langkahnya sendiri? (Ams. 20:24, Ams.
16:9)
Berdasarkan Efesus 5:17, untuk dapat mengerti kehendak Tuhan, maka ada
beberapa langkah yang bisa kita usahakan untuk kita lakukan, yaitu:
1. Mentaati dan melakukan perintah-perintah Tuhan yang telah jelas tertulis
dalam firman-Nya (Alkitab)(2 Tim. 3:14).
2. Berserah total dan melakukan apapun yang Dia firmankan.
Yesus sendiri dalam hidupnya sebagai manusia, telah memberikan teladan
tentang penyerahan total pada kehendak Bapa-Nya (Mat. 26:39). Sikap
dan perilaku kita haruslah mengikuti teladan yang dilakukan Yesus Kristus
(Fil. 2:5).
3. Proses mengiring Tuhan berdasarkan tuntunan firman-Nya (Maz. 119:105,
133).
4. Mohon pada Tuhan untuk menyatakan dan memberitahukan keinginan dan
kehendak-Nya (Yak. 1:5-8)
5. Mencari konfirmasi dari Tuhan.
Melalui doa, pembelajaran firman, perenungan, dan pengalaman pribadi
kita dengan-Nya, Roh Kudus akan menggerakkan hati kita untuk mampu
merasakan damai sejahtera, sebagai tanda konfirmasi-Nya, ketika kita
sedang mencari kehendak-Nya dalam membuat keputusan-keputusan yang
perlu kita ambil (Kol. 3:15, Maz. 29:11, Yes. 26:3, Rom 15:13)
6. Senantiasa minta pimpinan Tuhan melalui Roh Kudus-Nya (Maz. 1:1, Gal.
5:25).
Renungan hari ini:
Dalam doa dan puasa ini, hendaknya kita mau belajar untuk bersikap
bijaksana, dengan selalu mengusahakan, agar dapat mengerti kehendak-Nya, dan
senantiasa mau hidup menurut jalan-jalan-Nya.
40
Hari – 40, Sabtu 24 Juni 2017
3 MACAM JAWABAN TUHAN ATAS DOA KITA
1 Yohanes 5:14:
“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan
doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”
1. TIDAK – permintaan anda tidak sejalan dengan kehendak Tuhan.
(2 Sam. 12:15-23).
2. TUNGGU & COBA LAGI – alasan di balik permintaan anda itu salah.
(Yak. 4:3).
3. YA – permitaan, waktu, dan kondisi rohani anda semua telah tepat, sesuai
dengan kehendak dan waktu Tuhan.
(Yak. 5:16-18).
Berdasarkan Roma 8:26-29, kita menemukan 4 fakta mengenai doa:
1. Roh Kudus membantu kita untuk mengetahui apa yang harus didoakan dan
bagaimana berdoa (ayat 26)
2. Roh kudus menjadi mediator kita kepada Tuhan (ayat 26)
3. Tuhan lebih mendengarkan isi hati kita daripada kata-kata doa yang
terucap (ayat 27)
4. Doa selalu dijawab (ayat 28-29) tetapi “tidak selalu sesuai” dengan
kehendak atau keinginan kita.
Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita. Kita sendiri tidak tahu
apa yang seharusnya kita doakan, tetapi Roh Kudus sendiri menyampaikan
kepada kita melalui suara-suara yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Karena Roh Kuduslah yang menyampaikan kehendak Tuhan kepada para rasul,
nabi, dan para orang kudus-Nya.
Dan kita tahu bahwa dalam segala hal Tuhan bekerja untuk kebaikan kita
yang mengasihi-Nya, yang telah terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, untuk
menentukan kita agar dibentuk menjadi serupa Anak-Nya, Yesus Kristus, sebagai
yang sulung diantara kita semua anak-anak-Nya.
Renungan hari ini:
Di akhir dari doa dan puasa raya ini, kiranya kita mau tetap menyerahkan
segala beban dan jawaban doa kita menurut kehendak-Nya yang sempurna bagi
kita semua... Amin.
41
Download