uji aktivitas antibakteri minyak atsiri rimpang kunyit

advertisement
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI RIMPANG
KUNYIT (CURCUMA LONGA) TERHADAP BAKTERI
ESCHERICHIA COLI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi DIII Farmasi
Oleh :
DHINI PANDHINI
NIM : 13DF277015
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam dunia
kesehatan, dan hampir setiap negara mengalami masalah dengan
penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan
oleh mikroba patogen bersifat sangat dinamis. Angka fatalitas infeksi
Escherichia coli pada bayi dan anak- anak yang jauh lebih tinggi di
negara berkembang. Anak- anak dan lansia merupakan populasi yang
rentan terhadap infeksi ini dan bisa mengalami bentuk yang lebih
parah.
Kejadian penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Escherichia
coli ini tersebar di seluruh dunia . Prevalensi infeksi Escherichia coli
sangat
tinggiterdapat
di
Negara
berkembangdenganangkaperkiraankejadianlebihdari 100 kasus per
100.000
penduduk.InfeksiEscherichia
colienterohemoragik
(EHEC)terutamadilaporkan di Argentina, Cili, Eropa (Prancis, Jerman,
Italia, SwediadanInggris), JepangdanAmerika Utara.
Manifestasi klinis infeksi Escherichia coli tergantung pada
tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala atau tanda
akibat proses yang disebabkan oleh bakteri lain. Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yaitu infeksi saluran kemih
(90% wanita muda), diare (40% anak), pneumonia, dan meninghitis
(Jawetz et all, 2008).
Infeksi oleh E. Coli dapat diobati menggunakan sulfonamida,
ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan aminoglikosida.
Aminoglikosida kurang baik diserap oleh rointestinal, dan mempunyai
efek beracun pada
ginjal. Jenis antibiotik yang
digunakan adalah ampisilin.
1
paling sering
2
Indonesia merupakan negara tropis, kaya akan bahan-bahan
obat tradisional yang telah digunakan penduduk untuk pengobatan
secara turun-temurun meskipun masih sangat sedikit data-data ilmiah
yang mendukung penggunaan obat tradisional. Pemakaian obat
tradisional di Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat, selain
karena berkhasiat, bahan obat yang digunakan mudah diperoleh dan
penggunaannya sederhana. Selain itu juga karena pemakaian obat
sintetik hampir selalu diikuti oleh efek samping yang tidak diinginkan.
Olehkarenaitu,
perluditingkatkanupayapengenalan,
penelitian,
pengujiandanpengembangankhasiatdankeamanansuatutumbuhanoba
t.
Dalam surah Q.S An Nahl ayat 11 menjelaskan:
َّ ‫ٱلزرْ َع َو‬
َّ ‫مب ِه‬
َ‫ُون‬
َ ‫ٱلز ْي ُتو َن َوٱل َّنخِيلَ َو ْٱْلَعْ َٰ َن َب َوَمِن ُكِّل َّٱلث َم َٰ َر ِۗ ِت ِإ َّنفِى َٰ َذلِ َك َل َءا َي ًةلٱ َق ْو ٍم َي َت َف َّكر‬
ِ ‫ي ُۢن ِب ُتلَ ُك‬
Artinya:
"Diamenumbuhkanbagikamudengan
zaitun,
korma,
Sesungguhnyapada
air
hujanitutanam-tanaman;
anggurdansegalamacambuah-buahan.
yang
demikianitubenar-benaradatanda
(kekuasaan Allah) bagikaum yang memikirkan.." (QS. An-Nahl : 11).
Salah satu tumbuhan yang telah dimanfaatkan secara empiris
sebagai tumbuhan obat, yaitu tanaman kunyit yang menunjukkan
aktivitas sebagai antibakteri, antiinflamasi, antikoagulan, peluruh haid,
antitoksis, kandungan utama rimpang kunyit mengandung berbagai
zat aktif diantaranya minyak atsiri 3-5% yang terdiri atas monoterpen
dan seskuiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmeron), dan
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%, desmetoksi
kurkumin, bisdesmetoksi kurkumin), protein, fosfor, kalium, besi, dan
vitamin C, antioksidan, aktivitas antikanker, dan diare. Rimpang kunyit
memiliki aktivitas antimikroba salah satunya terhadap Escherichia
coli.Escherichia coli adalah anggota flora normal usus E.coli berperan
penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu,
3
asam-asam empedu, dan penyerapan zat-zat makanan. (HimmaAtiq,
2014).
Bakteri Escherichia coli berada dalam jaringan diluar jaringan
usus yang normal atau di tempat yang jarang terdapat flora normal.
Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
pencernaan meningkat atau berada diluar usus (Kusuma, 2010).
Minyakatsirimerupakansenyawa
padaumumnyaberwujudcairan,
akar,
kulit,
yang
yang
diperolehdaribagiantanaman,
batang,
daun,
,bijimaupundaribungadengancarapenyulingan.
buah
Disampingitujuga,
untukmemperolehminyakatsiridapatdilakukandenganmenggunakancar
a
lain
sepertiektraksimenggunakanpelarutorganik.
Aktivitasantibakteriminyakatsiridisebabkankarenaminyakatsirimengand
ungsenyawa
yang
dapatmenghambatataumembunuhpertumbuhanbakteri
(Parwata,
2008).
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Escherichia
coli.
Pada
umumnya,
bakteri
yang
ditemukan
oleh
Teodor
Escherichiacoli ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
pencernaan meningkat atau berada diluar usus (Kusuma, 2010).
Metode analisis potensi antibiotika dengan cara difusi agar
merupakan cara sederhana dan hasil dipeoleh cukup teliti. Cara ini
merupakan cara terpilih (selected method) dan direkomendasikan oleh
International Collborative Study di Swedia di Amerika serikat untuk
pengujian mutu antibiotik prinsip penetapannya yaitu, mengukur luas
hambat pertumbuhan mikroba yang disebabkan oleh zat baku standar
dan zat yang akan diuji (Djamaan,2012).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian uji aktivitas minyak atsiri rimpang kunyit dengan
4
menggunaka bakteri yaitu Escherichia coli menggunakan metode
difusi agar.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya untuk menguji aktivitas anti
bakteri minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa) terhadap bakteri
Escherichia Coli.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktivitas antibakteri minyak atsiri rimpang kunyit
(Curcuma longa ) terhadap bakteri Escherichia coli?
2. Konsentrasi minyak atsiri rimpang kunyit (Cucurma longa)
berapakah yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia
coli?
3. Bagaimana aktivitas antibakteri minyak atsiri rimpang kunyit
dibandingkan dengan obat Streptomisin?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri minyak atsiri rimpang kunyit
(Curcuma longa) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
2. Untuk mengetahui konsentrasi minyak atsiri yang dapat di memiliki
untuk aktivitas antibakteri Escherichia coli.
3. Membandingkan antara antibakteri minyak atsiri rimpang kunyit
dengan obat Streptomisin.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini di harapkan dapat mengetahui potensi minyak atsiri
rimpang kunyit (curcuma longa) sebagai antibakteri escherichia
coli.
5
2. Dapat
memberikan
informasi
bagi
masyarakat
dan
dunia
kesehatan khususnya mengenai manfaat minyak artsiri dari
rimpang kunyit terhadap antibakteri escherichia coli.
F. KeaslianPenelitian
Tabel 1.1KeaslianPenelitian
Judul
Ujiaktivitasantib
akteriestraketan
olKunyit
(curcuma longa
Linnaeus)
terhadapbakteri
Staphylococcus
aureussecara in
vitro
Nama
JakaHer
mawan
Tempat
FakultasKe
dokteranU
niversitasM
uhammadi
yah
Surakarta
Tahun
2014
Persamaan
Sama
menggunak
an kunyit
sebagai
sampel
Menggunak
an difusi
agar
Perbedaan
Menggunakanbakt
eriStaphylococcusa
ureus.
Uji efektivitas
ekstrak kunyit
sebagai anti
bakteri terhadap
pertumbuhan
bakteri bacillus
s. Dan shigella
dysentriae
secara in vitro
Cut
Warnaini
Fakultas
Keokteran
UNPAD
2011
Sama
menggunak
ankunyitseb
agaisampel.
Uji
Menggunak
an media
difusi agar
Menggunakan
bakteri bacillus s.
Dan shigella
dysentriae
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Rimpang kunyit
Rimpang kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu
herbal yang mudah di temui di berbagai wilayah Indonesia
sehingga sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Warna kuning
dominan pada kunyit biasa digunakan sebagai pewarna makanan
dan penguat rasa dalam industri makanan.Kandungan senyawa
kimia bermanfaat di dalam kunyit sangat banyak.Karena itu,
pemanfaatannya pun sangat bervariasi. Kegunaan rimpang kunyit
yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia antara lain
sebagai perangsang ASI, obat memar dan rematik,sebagai
antiradang,obat penyakit hepatitis, pereda batuk dan demam,
sebagai anti kejang, serta obat luar. Selain itu, kunyit dapat
meningkatkan aktivitas pengenceran darah.Karena itu, perlu di
perhatikan penggunaan kunyit bersamaan dengan obat pengencer
darah karena dapat menyebab perdarahan.Bau khas kunyit
berasal dari minyak atsiri (3-5%) yang dikandungnya. Beberapa
jenis minyak atsiri tersebut antara lain alfa dan beta turmeron,
minyak atsiri pada kunyit bermanfaat untuk mengatasi diare
dengan mengurangi gerakan usus (Utami, 1996).
Warna kuning pada kunyit disebabkan oleh kelompok
kurkuminoid (3-5%) yang terdiri dari kurkumin. Kunyit juga kaya
akan kandungan mineral, seperti besi, mangan, kalsium, natrium,
kalium, timbal,alumunium serta sumber gula glukosa dan fruktosa.
(Azwar,2010)
6
7
Gambar 2.1 Kunyit (Curcuma longa) (Utami, 1996)
a. Sistematika tanaman
Nama Umum
: Kunyit
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
: Mangnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma Longa (Utami, 1996)
b. Nama daerah
Kunir,koneng temu kuning (Jawa); uder, kondin, hunik,
kunir,
kunyit
(Sumatra);
unyik,
nuyik,
kolalagu,
hamu
(Sulawesi); dio, cahang, henda, kunit (Kalimantan); turmerik
(Inggris). (Utami, 1996)
c. Ciri fisik
Tinggi tanaman ini sekitar 40-100 cm. Batanganya
merupakan batang semu, tersusun dari palapah daun, dan
agak lunak. Daunnya berbentuk bulat telur memanjang. Bunga
kunyit kuning muncul dari pucuk batang semu dengan panjang
sekitar 10 -15 cm. Warna bunganya putih. Warna kulit luar
rimpang jingga kecoklatan, sedangkan daging buahnya
bewarna merah jingga kekuning-kuningan serta rimpanganya
tumbuh bercabang.
8
d. Kerja senyawa aktif kunyit sebagai anti bakteri
Kandungan fitokimia di dalam kunyit yang bersifat
antibakteri telah dibuktikan secara empiris.Beberapa bukti
tentang manfaat kunyit di masyarakat adalah mengobati luka
pada kulit.Caranya dengan memborehkan parutan kunyit di
bagian yang luka.Kunyit merupakan minuman wajib bagi
perempuan setelah melahirkan. Gunanya untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan mengurangi proses peradangan,
minuman kunyit sering digunakan sebagai ramuan andalan
untuk kesehatan (Sunar, 2012).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ekstrak kunyit
mampu menurunkan jumlah bakteri usus yang berkaloni
(Escherichia coli) diantara tanaman keluarga zingiberaceae,
kunyit terbukti mengandung kurkumin (zat warna kuning)
paling tinggi dan memiliki kemampuan farmakologis sebagai
antibakteri,anti radang,antioksidan,anti kanker,anti HIV dan
antiparasit. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil
bahwa jumlah koloni bakteri Escherichia coli cenderung
dengan meningkatkan konsentrasi ekstrak rimpang kunyit.
(Paramita, 2002).
2. Bakteri Escherichia Colli
Bakteri Escherichia coli merupakan salah satu jenis bakteri
gram negative berbentuk batang panjang sekitar 2 µm, diameter
0,7
µm,
dan
bersifat
anaerob
fakulatif.
Escherichia
coli
membentuk koloni bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang
nyata. (Kusuma, 2010)
a. Klafikasi ilmiah
Klasifikasi ilmiah Escherichia coli yaitu
Kerajaan
: Prokaryotae
Divisi
: Gracilicutes
Kelas
: Scotobacteria
9
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: coli (Cohen, 2005)
Gambar 2.2 Bakteri Escherichia coli (cohen,2005)
Bakteri menjadi bersifat patogen hanya bila bakteri ini
berada diluar usus, yaitu lokasi normal tempatnya berada atau
lokasi lain dimana flora normal jarang terdapat. Ketika
pertahanan normal inang tidak ade kuat khususnya pada bayi
atau lanjut usia, pada stadium akhir penyakit-penyakit lain,
setelah
pengobatan
dengan
imunosuppresan,atau
pada
pemanasan kateter uretra atau infus fena dapat menimbulkan
infeksi lokal yang penting secara klinik,dan bakteri dapat
mencapai aliran darah lalu menimbulkan sepsis. Escherichia
coli tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan
produksi vitamin K2 atau dengan mencegah bakteri lain dalam
usus (Jawet et all,2001).
b. Uji Anti Bakteri
Uji Aktivitas Anti bakteri dengan menggunakan dua
metode utama yaitu:
1) Metode dilusi cair atau padat
Masing-masing konsentrasi obat ditambahkan pada
pembenihan suspense bakteri yang padat atau cair dan
diinkubasi. Uji ini tidak praktis dan jarang digunakan bila
pengenceran harus dibuat dalam tabung reaksi, namun uji
10
ini memiliki keuntungan yaitu memungkinkan adanya
suatu hasil kuantitatif yang menunjukan jumlah obat yang
diperlukan untuk menghambat mikroorganisme yang
diperiksa.Kegunaan dari metode ini adalah untuk mencari
KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu kadar obat terendah
yang dapat menghambat terhadap pertumbuhan bakteri di
tandai oleh kejernihan media merupakan KHM (Anonim,
1994).
2) Metode Difusi
Metode difusi cakram kertas saring atau cawan
berliang
renik
atau
silinder
tidak
beralas
yang
mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatan pada
media padat yang telah ditanami dengan biakan kuman
yang diperiksa. Setelah diinkubasi, garis tengah daerah
hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai
ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organisme yang
diperiksa ( Anonim, 1994).
3. Minyak Atsiri
a. Pengertian minyak atsiri
Minyak atsiri atau dikenal sebagai minyak eterik (aetherik
oil), minyak terbang (volatile oil), minyak esensial (essensial
oil), serta minyak aromatic (aromatic oil) adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang
namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang
khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian
atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam
perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal
sebagai bibit minyak wangi (Ketaren,1985).
Minyak atsiri mudah menguap karena titik uapnya
rendah, selain itu susunan senyawa komponennya kuat
mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga
11
seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa
penyusun memiliki efek tersendiri dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis,
minyak atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi
atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga
atau ayurverda (Ketaren,1985).
Sifat umum minyak atsiri yang baru biasanya tidak
berwarna kekuning-kuningan dan beberapa jenis ada yang
berwarna kemerahan-merahan atau biru, rasa dan bau khas.
Menguap pada suhu kamar, penguapan makin banyak bila
suhu dinaikkan. Pada umumya larut dalam etanol yang
kadarnya kurang dari 70%. Daya larut lebih kecil jika minyak
mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar (Anonim, 1985).
Penggunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung
dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri
ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, kosmetik
obat-obatan, maupun pewangi.
Minyak atsiri digunakan
sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi. Industri
kosmetika menggunakan minyak atsiri sebagai pembuatan
sabun, pasta gigi, shampo, lotion dan parfum. Fungsi minyak
atsiri sebagai wawangian juga digunakan untuk menutupi bau
tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga
yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan
insektida (Anonim,1985).
b. Cara Penyulingan
Penyulingan minyak atsiri diantaranya:
1) Pembuatan minyak atsiri dipilih dengan carapenyulingan
dipengaruhi oleh faktor, yaitu:
a) Besarnya tekanan uap yang digunakan.
b) Bobot molekul masing-masing komponen dalam minyak.
c) Kecepatan keluarnya minyak atsiri dari simplisia.
12
2) Ada tiga macam penyulingan, yaitu:
a) Penyulingan dengan air
Simplisia yang sudah dipotong-potong, digiling
kasar atau di gerus halus di didihkan dengan air, uap air
dialirkan melalui pendingin, sulingan berupa minyak
yang belum murni ditampung penyulingan cara ini
sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak tentang
pendidihan.
b) Penyulingan dengan air dan uap
Penyulingan dengan cara ini
memakai alat
semacam dandang. Simplisia diletakkan diatas bagian
yang berlubang-lubang sedangkan air di bagian bawah.
Uap dialirkan melalui pendingin dan sulingan ditampung.
Minyak yang diperoleh belum murni cara ini baik untuk
simplisia basah atau kering yang rusak oleh pendidihan.
c) Penyulingan dengan uap
Penyulingan dengan cara ini tidak memerlukan
air, uap air panas yang biasanya bertekanan lebih dari 1
atmosfir dialirkan melalui pipa air. Cara ini baik
digunakan untuk membuat minyak atsiri dari biji, akar,
kayu yang umumnya mengandung komponen minyak
atsiri yang bertitik didih tinggi (Anonim, 1985)
Yang bersifat kimia, fisika serta mempunyai bau
dan aroma yang khas, demikian pula peranannya
sangat besar sebagai obat. Komponen penyusun
minyak atsiri dibagi menjadi beberapa golongan sebagai
berikut :
1). Minyak atsiri hidrokarbon
Minyak kelompok ini komponen penyusunnya
sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon,
13
misalnya minyak terpetin diperoleh dari tanaman-tanaman
golongan pinus (family Pinaceae). Komponen terpetin
sebagian besar berupa asam-asam resin( hingga 90%) ,
ester-ester dari asam-asam lemak, dan senyawa inert
yang netral disebut resena. Terpetin larut dalam alcohol,
eter, kloroform, dan asam asetat glasialdan bersifat optis
aktif. Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat
luar, melebabarkan pembuluh darah kapiler , dan
merangsang
keluarnya
keringat.
Terpetin
jarang
digunakan sebagai obat dalam. ( Gunawan, 2004)
2). Minyak Atsiri Alkohol
Minyak pipermin dihasilkan oleh daun tanaman
pokok atau Mentha piperita Linn. Daun poko segar
mengandung minyak astir sekitar 1% , juga mengandung
resin dan tanin. Sementara daun yang sudah dikeringkan
mengandung 2% minyak permen. Seabagai penyusun
utamanya
adalah
mentol.
Pada
bidang
faramsi
diguanakan sebagai anti gatal , bahan pewangi, bahan
pewangi. (Gunawan, 2004)
3). Minyak atsiri fenol
Minyak atsiri cengkeh merupakan minyak atsiri fenol.
Minyak atsiri diperoleh dari tanaman cengkeh yang memiliki nama
latin yaitu Eugenia caryophyllata bagian yang dimanfaatkan bunga
dan daun. Minyak cengkeh tersusun dari eugenol samapai 95% dan
jumlah
minyak
mengandung
atsiri
keseluruhannya.
aseton-eugenol
beberapa
Selain
eugenol
senyawa
juga
kelompok
seskkuiterpen seta bahan yang tidak mudah menguap seperti tanin,
lilin, dan bahan serupa damar dan minyak cengkel memiliki
kegunaan antara lain : menghilangkan mual,muntah (Mulyani, 2004)
4). Minyak atsiri eter fenol
14
Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak
adas berasal dari hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau
dari Foeniculum vulgare ( family Apiaceae atau Umbelliferae ).
Minyak yang dihasilkan , terutama dari komponrn-komponen
terpenoid seperti anetol, sienol dan minyak adas digunakan untuk
sediaan obat batuk dan untuk menutup bau yang tidak enak
(Gunawan, 23004).
5). Minyak oksida
Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida.
Diperoleh hasil dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L (family
Mrytaceae). Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling
utama adalah sineol 85%. (Gunawan, 2004).
6). Minyak atsiri ester
Minyak gondopuro merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini
diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L
(family Erycaeae) komponen enyusun minyak atsiri ini adalah metil
salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai
karigen odoris, bahan farfum. (Mulyani, 2004).
4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat
berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak
saling larut, biasanya berupa air dan pelarut organik. Proses
ekstraksi ini dapat menggunakan sampel yang dalam keadaan
segar. Ekstrasi bertujuan untuk melarutkan senyawa senyawa
yang terdapat dalam jaringan tanaman.Macam-macam metode
ekstraksi yang sering digunakan adalah: (Anonim, 1986).
a. Metode Maserasi
15
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari. Metode ini digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang
mudah
mengembang
seperti
benzoin,
stiraks,
dan
lilin.Penggunaan metode ini biasanya menggunakan sampel
yang berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut beter
atau
aseton
untuk
melarutkan
lemak/lipi
(Anonim,
1986).Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non
air atau pelarut no polar. Prinsip kerja maserasi yaitu simplisia
direndam dalam pelarut yang cocok, maka ketika direndam
cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses
pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari
yang masuk ke dalam sel tersebut akhrinya mengandung zat
aktif.
Kelebihan dari metode ini adalah:
1) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dituhkan bejana
perendam,
2) Biayanya lebih rendah,
3) Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan.
Kekurangan dari metode ini adalah:
1) Proses penyarinya tidak sempurna, karena zat aktif
hanyamampu terekstrasi sebesar 50% saja,
2) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
b. Metode perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan
pelarut sampai sempurna yang dilakukan pada temperatur
ruangan. Prinsipn ekstrasi dengan perkolasi adalah serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana slinder, yang
16
bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari
akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampel dalam keadaan jenuh (Anonim,1986).
Kelebihan dari metode ini adalah:
1) Tidak terjadi kejenuhan,
2) Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan
penyari sehingga zat seperti terdorong keluar dari sel).
Kekurangan dari metode ini adalah:
1) Cairan penyari lebih banyak,
2) Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena
dilakukan secara terbuka.
c. Metode Soxhletasi
Soxhletasimerupakan
penyarian
simplisia
secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekulmolekul air oleh pendingin balik dan menyari simplisia dalam
klongsongdan selanjutnya masuk kembali kedalam llabu alas
bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak membarikan
noda lagi (Pratiwi ,2010).
Kelebihan dari metode ini adalah:
1) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang
kunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara
langsung.
2) Digunakan pelarut yang lebih sedikit,
3) Pemanasannya dapat diatur.
Kekurangan dari metode ini adalah:
17
1) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada
wadah
disebelah
bawah
terus-menerus
dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas.
2) Jumlah total senyawa yang diekstrasikan akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat
mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
3) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi (Anonim,1994).
d. Metode Refluks
Metode
refluks
adalah
termasuk
metode
berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinyu
menyari komponen kimian dalam simplisia cairan penyari
dipanaskan
sehingga
menguap
dan
uap
tersebut
dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali
ke labu atas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini
berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya berlaku
3 kali dalam waktu 4 jam (Anonim, 1986).
Kelebihan dari metode ini yaitu dapat digunakan untuk
mengekstrasi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar,
dan tahan pemanasan langsung (Anonim, 1986).Kekurangan
dari metode ini yaitu membutuhkan volume total pelarut yang
sangat besar (Pratiwi, 2010).
e. Metode Destilasi Uap Air
Metode ini diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak menguap atau mengandung komponen
kimia yang memiliki titik didih tinggi pada tekanan udara
normal,
misalnya
pada
penyarian
minyak
atsiri
yang
18
terkandung dalam tanaman daun raja.Prinsip kerja metode ini
yaitu jika dua cairan tidak tercampur digabungkan, tiap cairan
bertindak
seolah-olah
pelarut
ini
hanya
sendiri,
dan
menggunakan tekanan uap. Tekanan uap total dari campuran
yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap parsial, yaitu
tekanan yang digunakan oleh komponen tunggal, karena
pendidihan yang dimaksud yaitu tekanan uap total sama
dengan atmosfer, titik didih dicapai pada temperatur yang
lebih rendah daripada cairan yang berada dalam keadaan
murni (Anonim : 1986).
Kelebihan dari metode ini adalah:Alatnya sederhana
tetapi bisa menghasilkan minyak atsiri dalam jumlah yang
cukup banyak sehingga efisien dalam penggunaan minyak
yang dihasilkan tidak mudah menguap karena pembawanya
adalah air yang tidak mudah menguap pada suhu kamar.
Kekurangan dari metode ini adalah:
1) Tidak cocok untuk minyak atsiri yang rusak oleh panas
uap air.
2) Membutuhkan waktu destilasi yang lebih panjang untuk
hasil yang lebih banyak (Ketaren, 1985).
f.
Metode Infundasi
Merupakan metode penyairan dengan cara menyari
simplisia dalam air pada suhu 900C selama 15 menit.
Infundasi merupakan penyairan yang umum dilakukan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahanbahan nabati.Penyarian dengan metode ini menghasilkan
sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman
dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh pada metode
ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1994).
Kelebihan dari metode ini adalah:
19
1) Unit alat yang dipakai lebih sederhana,
2) Biayanya relatif rendah.
Kekurangan dari metode ini adalah:
1) Zat-zat
yang
mengendap
tertari
kemungkinan
kembali,
apabila
sebagian
kelarutannya
akan
sudah
mendingin,
2) Hilangnya zat-zat atsiri,
3) Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping
itu juga simplisia yang mengandung zat-zat albumindan
menyukarkan
penarikan
zat-zat
berkhasiat
tersebut
(Ketaren,1985).
g. Metode uji anti bakteri
1) Cara Kirby Bauer
Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam
pada agar diambil, disuspensikan kedalam 0,5 ml BHI
cair, diinkubasikan 4 sampai 8 jam pada suhu 370C.
Suspensi di tambah aquadest steril sehingga
kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi
bakteri 108 CFU per ml. kapas lidi dicelupkan dalam
suspense bakteri, allu di tekan-tekan
pada permukaan
media agar, selanjutnya diletakan kertas samir (disk) yang
mengandung antibiotic diatasnya diinkubasi pada suhu
370C selama 18 sampai 24 jam.
2) Cara Sumuran
Seperti cara Kirby bauer, setelah dioleskan pada
media agar, dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu.
Kedalam sumuran diberi larutan antibakteri , diinkubasikan
pada suhu 18 sampai 24 jam.
3) Poor Plate
Diambil suspensi bakteri satu ose dimasukkan
kedalam 4 ml agar base 1,5% yang mempunyai temeratur
20
500C, setelah suspensi homogenydi tuang pada media
Mueller Hinton, di tunggu sebentar sampai agar tersebut
membeku, diletakkan disk diatas media, diinkubasi 15
sampai 20 jam dengan temperature 370C ,interpretasikan
hasilnya
sesuai
standar
antibiotik
masing-masing
(Anonim,1994).
4) Konsentrasi Hambat minimum
Cara kerja aktifitas antibakteri ditentukan oleh
konsentrasi hambat minimum (KHM).Konsentrasi hambat
minimum adalah konsentrasi antibiotika yang terendah
yang dapat menghambat mikorganisme tertentu. Prosedur
ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
antibiotika
yang
pertumbuhan
masih
patogen
efektif
dan
untuk
mencegah
mengidentifikasi
dosis
antibiotik yang efektif dalam mengontrol infeksi ( Gupta,
1990).
Penetapan KHm dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Cara cair
Pada cara ini menggunakan media cair yang
telah
ditambahkan
zat
yang
menghambat
pertumbuhan bakteri atau jamur dengan pengenceran
tertentu kemudian diinokulasikan biakan bakteri atau
jamur dalam jumlah yang sama. Respon zat uji
ditandai dengan kejernihan atau keruhan pada tabung
setelah diinkubasi.
b) Cara padat
Pada cara ini digunakan media padat yang telah
dicampuri dengan larutan zat uji dengan berbagai
konsentrasi. Dengan cara ini satu cawan petri digores
lebih dari satu jenis mikroba untuk memperoleh nilai KHM
( Gupta, 1990).
21
Tabel 2.1 Standart hambatan pertumbuhan bakteri menurut
Greenwood (Pratama 2006)
Diameter zona hambat
20 mm
10-20 mm
5-10 mm
<5 mm
Respon hambatan pertumbuhan
Sangat kuat
Kuat
Sedang
Lemah
B. Hasil Penelitian yang relavan
Pada penelitian Hermawan (2014) dengan judul Uji Aktivitas
antibakteri estrak etanolkunyit (Cucurma longa) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus hasil akhir menentukan diameter zona hambat
memakai konsentrasi 20%, 40%, 70%, dan 100%. Didapatkan dengan
perbedaan antara konsentrasi 70% dengan kontrol positif dan kontrol
negatif. Dari hasil penelitian diatas, peneliti ingin meneliti uji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol kunyit (Cucurma longa) dengan bakteri
jumlah sampel yang dipakai berbeda sebagai dasar penelitian yang
akan dilakukan.
22
C. Kerangka Berfikir
Minyak atsiri rimpang Kunyit
(Curcuma Longa)
Uji Antibakteri terhada
Escherichia coli
Zona hambat
(mm)
efektif
Tidak efektif
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Terdapat aktivitas antibakteri minyak atsiri rimpang kunyit
(Cucurma longa) terhadap bakteri Escherichia coli.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Cara Pembuatan simplisia, Defartemen Kesehatan
Indonesia.
Anonim, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran,
Universitas Gajah Mada ;Yogyakarta.
Anonim, 2013, Mikrobiologi dasar, edisi 3, Binarupa Aksara , Jakarta.
Azwar, Saifudin, 2010, Metode Penelitian, PustakaPelajar ; Yogyakarta.
Cohen, 2005, Microbial Biochemistry-The outer membrane of gram
negative bacteria, Springer Science Bussines Davidson, P.
Michael., BranenA.L Antimicrobial’s in food. PrancisCRC Press.
Djamaan, 2012, Analisis Potensi Antibiotika secara Hayati, Farmakologi
dan terapi, Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Gupta, S., 1990, Mikrobiologi dasar, Binarupa Aksara ; Jakarta.
Hayati, 2008 Ajar AnalisHayati, Penerbit buku kedokteran edisi 3
Hermawan, Jaka., 2014, UjiAktivitas Antibakteri Estrak Etanol
Kunyit (curcuma longa Linnaeus)Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureussecara In vitro. Jurnal
Himma,A,2012 ,Pengaruh Estrak Rimpang Kunyit Kuning (Curcu
domestica Val) dengan pelarut etanol terhadapa Pertumbuhan
Bacillus Subtilis, Escherichia coli dan Shigela,Skripsi FKIP .
Universitas : Jember.
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas Medical Mikrobiologi
Immudangi, Universitas
Airlangga. Penerbit Bina Rupa Aksara :
Jakarta.
Jawetz, E, 2008, Mikrobiologi Kedokteran, Hartanto et al ; Jakarta.
Ketaren,S, 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, cetakan 1. Penerbit
Agro Media Pustaka : Jakarta.
Kusuma, Siswanto,2010, Sistensis dan Karakteristik Sifat-Sifat fisis
Paramita Ramesh,2002, Antibacterial activity of curcuma longa rhizome
extract on pathogenic bacteria.
37
38
Pratiwi, E, 2010, Pertandingan metode Maserasi, perkolasi, dan
Soxhletasi dalam Ekstrak senyawa Aktif Tanaman Kunyit, Situt
Pertanian ; Bogor.
Sunar, Dwi, 2012, Daftar Tanaman Obat Ampuh, Flashbooks ; Jogjakarta.
Utami, 2012, Antibiotik alami Untuk Mengatasi Penyakit, Agro Media
Pustaka USA : Jakarta.
Warnaini, 2011, Uji Ekfektivitas Esktrak Kunyit sebagai Antibakteri
terhadap Pertumbuhan bakteri bacillus dan Shigella secara in
vitro.Jurnal
.
Download