analisis kinerja keuangan serta pengaruhnya

advertisement
ANALISIS KINERJA KEUANGAN SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
PERTANIAN DI BURSA EFEK INDONESIA
CATTLEYA RIZKITA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan Pertanian
di Bursa Efek Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Cattleya Rizkita
NIM H34114028
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
CATTLEYA RIZKITA. Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap
Return Saham pada Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing
oleh RITA NURMALINA SURYANA.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
kinerja keuangan perusahaan serta menganalisis pengaruh kinerja keuangan
tersebut terhadap return saham. Pemilihan sampel yang digunakan adalah
perusahaan sektor pertanian yang sudah tercatat sebagai emiten di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2005 hingga 2011 dan sudah mengeluarkan laporan
keuangan setiap tahunnya. Jumlah sampel yang diambil sebanyak delapan
perusahaan. Metode analisis penelitian menggunakan metode Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) serta untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh terhadap return saham dilakukan analisis uji statistik dengan
menggunakan analisis regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk dan PT.
Sinar Mas Agro Resources, Tbk menghasilkan kinerja keuangan (EVA dan MVA)
yang baik dengan tingkat pengembalian saham berupa capital gain/loss yang baik
pula. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel EVA dan MVA berpengaruh
signifikan terhadap Return Saham dengan nilai probabilitas masing-masing
variabel sebesar 0.0000 dan 0.0054 serta taraf signifikasi sebesar α = 5%.
Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, MVA, return saham
ABSTRACT
CATTLEYA RIZKITA. Analysis of Financial Performance and Effect Toward to
Share Return an Agricultural Companies in Indonesia Stock Exchange.
Supervised by RITA NURMALINA SURYANA.
Financial performance is a description about the financial condition of a
company. The aim of this research is to analyse the financial performance and the
effect of it to share return. Samples that used in the research are companies of
agriculture sector that have been registered as issuers at Indonesia Stock
Exchange (BEI) in the period from 2005 to 2011 and have been issued a financial
report each year. The number of samples taken are eight companies. The analysis
method that is used are Economic Value Added (EVA) and Market Value Added
(MVA). The statistic analysis with using Panel Data Regression is also used to
find out whether any share return exists. The result shows that PT. Astra Agro
Lestari, Tbk, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk dan PT. Sinar Mas Agro
Resources, Tbk have put out positive financial performances with positive capital
gain/loss as the rate of return. The result of the statistic test shows that EVA and
MVA variables affects the share returns significantly with probability point of
each variable are 0.0000 and 0.0054 with 5% of standard of significancy.
Keywords: EVA, financial performance, MVA, stock return
ANALISIS KINERJA KEUANGAN SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
PERTANIAN DI BURSA EFEK INDONESIA
CATTLEYA RIZKITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return
Saham pada Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia
: Cattleya Rizkita
Nama
NIM
: H3411 4028
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS Pembimbing Diketahui oleh
Kusnadi MS
Tanggal Lulus:
o5 DEC
2013
Judul Skripsi: Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return
Saham pada Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia
Nama
: Cattleya Rizkita
NIM
: H34114028
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Desember
2013 ini ialah kinerja keuangan serta pengaruhnya terhadap return saham dengan
judul Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return Saham pada
Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana,
MS selaku pembimbing, serta Dr. Ir. Dwi Rachmina, MS yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu
Astried Febrina Santoso beserta staf PT. Indonesian Capital Market Electronic
Library (Indonesian Camel) Bursa Efek Indonesia, yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
kakak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Cattleya Rizkita
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Keuangan Perusahaan Sejumlah Sektor di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kinerja Keuangan
Penilaian Kinerja Keuangan
Laporan Keuangan
Investasi Saham
Return Saham
Hubungan Kinerja Keuangan dengan Return Saham
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Cakupan Penelitian
Desain Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data dan Informasi
Deskripsi Variabel dan Pengukuran
Metode Economic Value Added (EVA)
Metode Market Value Added (MVA)
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Regresi Data Panel
Hipotesis
Pemilihan Model Terbaik
Uji Asumsi Klasik
Pengujian Hipotesis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
iii
v
v
1
1
4
6
6
6
7
7
9
10
10
10
11
11
12
13
13
13
14
14
15
15
16
16
16
19
20
20
21
21
22
23
24
24
ii
Subsektor Perkebunan
Subsektor Peternakan
Subsektor Perikanan
Subsektor Lainnya
Analisis Variabel Kinerja Keuangan Economic Value Added (EVA)
Subsektor Perkebunan
Subsektor Peternakan
Subsektor Perikanan
Subsektor Lainnya
Analisis Variabel Kinerja Keuangan Market Value Added (MVA)
Subsektor Perkebunan
Subsektor Peternakan
Subsektor Perikanan
Subsektor Lainnya
Analisis Variabel Return Saham
Subsektor Perkebunan
Subsektor Peternakan
Subsektor Perikanan
Subsektor Lainnya
Nilai Variabel Kinerja Keuangan serta Return Saham
Perbandingan Kinerja Keuangan antar Perusahaan Sektor Pertanian
serta Keputusan Investor
Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Model Regresi
Hasil Uji Statistik
Implikasi Manajerial
Strategi Peningkatan Nilai Economic Value Added (EVA)
Strategi Peningkatan Nilai Market Value Added (MVA)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
24
29
29
29
30
30
35
36
37
38
38
43
44
45
46
46
51
52
53
54
56
57
57
58
65
66
66
67
68
68
69
70
73
iii
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Perkembangan jumlah emiten dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2011
Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha (miliar rupiah) tahun 2007-2011
Perkembangan struktur modal perusahaan sektor pertanian tahun
2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Annualised Return IHSG dan Indeks Sektoral tahun 2005-2011
Daftar emiten sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Langkah perhitungan Economic Value Added (EVA)
Langkah perhitungan Market Value Added (MVA)
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dan Economic Value Added (EVA) PT. Astra Agro Lestari, Tbk
periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dan Economic Value Added (EVA) PT. PP London Sumatera
Indonesia, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dan Economic Value Added (EVA) PT. Sinar Mas Agro Resources
and Technology, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dan Economic Value Added (EVA) PT. Tunas Baru Lampung, Tbk.
periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dan Economic Value Added (EVA) PT. Bakrie Sumatera Plantation,
Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dan Economic Value Added (EVA) PT. Danasupra Erapacific, Tbk.
periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dan Economic Value Added (EVA) PT. Bumi Teknokultura Unggul,
Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
2
2
3
5
15
17
20
31
32
33
34
35
36
37
38
iv
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
(MVA) pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode 2005-2011 (dalam
jutaan rupiah)
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. periode
2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk.
periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan
Rupiah)
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Nilai return saham pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode
2005-2011
Nilai return saham pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk.
periode 2005-2011
Nilai return saham pada PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk. periode 2005-2011
Nilai return saham pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode
2005-2011
Nilai return saham pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode
2005-2011
Nilai return saham pada PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011
Nilai return saham pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode
2005-2011
Nilai return saham pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode
2005-2011
Kinerja keuangan (EVA dan MVA) serta return saham berdasarkan
nilai rata-rata laju pertumbuhan pada delapan perusahaan sektor
pertanian periode 2005-2011
Statistik deskriptif variabel penelitian
Hasil output regresi panel data dengan metode Common Constant
(The Pooled OLS Method)
Hasil output trasnformasi regresi panel data dengan metode
Common Constant (The Pooled OLS Method)
Hasil output regresi panel data dengan metode Fixed Effect (FEM)
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
58
59
59
60
v
37 Hasil output uji chow dalam pemilihan model terbaik PLS vs FEM
38 Hasil output regresi panel data dengan metode Random Effect (REM)
39 Hasil output uji hausman dalam pemilihan model terbaik
FEM vs REM
40 Hasil output uji white heteroscedasticity untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas
41 Hasil output uji multikolinearitas
61
61
62
63
64
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Grafik pergerakan indeks harga saham sejumlah sektor
Perkembangan Indeks Harga Saham subsektor perkebunan tahun
2005-2011
Kerangka pemikiran operasional
Grafik distribusi normalitas
4
5
14
63
DAFTAR LAMPIRAN
1
Sumber data analisis perusahaan publik sektor pertanian tahun
2005-2011
73
2 Pergerakan grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun
2005-2011
74
3 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Astra Agro
Lestari, Tbk periode 31 Desember 2006 dan 2007
75
4 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. PP London
Sumatera Indonesia, Tbk periode 31 Desember 2006-2008
78
5 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Sinar Mas Agro
Resources and Technology, Tbk periode 30 Juni 2008 dan 2009
81
6 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Tunas Baru
Lampung, Tbk periode 31 Desember 2009 dan 2010
84
7 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Bakrie Sumatera
Plantation, Tbk periode 30 September 2008 dan 2009
88
8 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Cipendawa, Tbk
periode 30 Juni 2008 dan 2009
94
9 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Danasupra
Erapacific, Tbk periode 31 Desember 2010 dan 30 Juni 2011
97
10 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Bumi
Teknokultura Unggul, Tbk periode 31 Desember 2006 dan 2007
100
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat
mengakibatkan dampak yang besar terhadap keputusan investor dalam melakukan
transaksi pada pasar modal. Kondisi tersebut terjadi karena adanya krisis yang
dinamakan subprime mortgage yaitu suatu istilah yang digunakan pada praktik
pemberian kredit kepada peminjam yang tidak memenuhi persyaratan kredit untuk
diberikan pinjaman berdasarkan suku bunga. Krisis finansial global tersebut telah
menimbulkan kepanikan yang luar biasa di kalangan investor, yang membuat
indeks Dow Jones, Nasdaq, Hang Seng, Hongkong, Nikkei, serta IHSG merosot
tajam.
Pada saat ini pasar modal memiliki peranan yang penting untuk menunjang
perekonomian suatu negara. Indikator perekonomian suatu negara, selain dapat
diukur melalui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat diukur
melalui kinerja indeks pasar modal yang merupakan indikator kepercayaan
investor. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik surat hutang
(obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen
lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana
kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana
bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal
dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja
dan lain-lain. Fungsi kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana dan
lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang
dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing
instrument.
Pasar modal di Indonesia secara resmi dikelola oleh PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan diawasi oleh Kementerian Keuangan melalui Bapepam LK
(Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Bursa efek berperan
sebagai tempat bertemunya pihak yang memiliki dana dengan pihak yang
memerlukan dana. Produk utama dari bursa efek adalah saham. Saham yang
diperdagangkan mengalami fluktuasi tergantung transaksi yang dilakukan. Oleh
karena itu, para investor harus mampu memperkirakan pergerakan indeks harga
saham di bursa efek. Di dalam bursa efek terdapat sejumlah emiten, yaitu
perusahaan yang
memperoleh dana melalui pasar
modal
baik
dengan
menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya secara umum kepada
2
masyarakat atau perusahaan yang mencatatkan sahamnya dan diperdagangkan
di bursa saham. Indeks pasar modal di Indonesia disebut sebagai Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang terdiri dari sembilan indeks sektoral, yaitu
agribisnis, pertambangan, industri dasar, industri lainnya, industri produk
konsumen, properti, infrastruktur, lembaga keuangan, dan perdagangan. Tabel 1
menunjukkan tren nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung
mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga 2011. Tren peningkatan nilai
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga diikuti dengan meningkatnya jumlah
perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 1
Perkembangan jumlah emiten dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Emiten
336
344
383
396
402
442
436
4.54
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
IHSG
1 162.635
1 805.523
2 745.826
1 355.408
2 534.356
3 703.512
3 821.992
32.15
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2012 (diolah)
Salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan laju
perekonomian di Indonesia adalah sektor pertanian. Lebih dari empat puluh
persen masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sektor pertanian juga menjadi
sektor primer bagi banyak sektor, karena tidak sedikit hasil yang diproduksi oleh
sektor pertanian juga diperlukan oleh sektor lain. Selama tahun 2007 hingga tahun
2011, sektor pertanian dan sub sektornya yang meliputi perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan mengalami pertumbuhan dalam struktur Produk
Domestik Bruto (PDB). Sektor pertanian menempati urutan ketiga dalam struktur
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, di bawah sektor industri pengolahan
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan data Produk Domestik
Bruto (PDB) atas dasar konstan 2000 pada Tabel 2, menunjukkan bahwa
perkembangan setiap sektor lapangan usaha selalu meningkat setiap tahunnya.
Tabel 2 Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan
usaha (miliar rupiah) tahun 2007-2011
Sektor Usaha
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
Tahun
Rata-rata Laju
Pertumbuhan (%)
2007
271 509
2008
284 619
2009
295 884
2010
304 737
2011
313 728
3.68
171 278
538 085
13 517
121 809
340 437
172 496
557 764
14 994
131 010
363 818
180 201
570 103
17 137
140 268
368 463
186 635
597 135
18 050
15 022
400 475
189 179
634 247
18 921
160 090
437 251
2.53
4.21
8.85
7.07
6.51
142 327
165 906
192 199
217 977
241 285
14.13
183 659
198 800
209 163
221 024
236 077
6.48
181 706
193 049
205 434
217 782
232 465
6.38
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)
3
Seiring dengan meningkatnya peranan sektor pertanian, semakin banyak
pula investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya. Keputusan investor
sangat dipengaruhi oleh nilai return yang diterima. Return menjadi indikator
utama kemampuan keuangan perusahaan menciptakan nilai bagi para investor
dalam bentuk pembayaran dividen ataupun capital gain. Pada penelitian ini return
dihitung dalam bentuk capital gain. Oleh karena itu, dalam menginvestasikan
modalnya, investor harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti kondisi
lingkungan perusahaan secara eksternal dan internal, prospek perusahaan di masa
yang akan datang serta tingkat kemampuan manajemen dalam mengambil
keputusan strategik yang akan ditempuh oleh perusahaan sebagai usaha dalam
meningkatkan nilai perusahaan yang bersangkutan. Penilaian tersebut
mengharuskan manajemen perusahaan untuk merumuskan dan menyempurnakan
strategi bisnis mereka agar memiliki kemampuan bersaing.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting yang berguna
untuk perencanaan keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan juga
diperlukan bagi investor yang telah menanamkan modalnya maupun yang akan
menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Saat ini, berbagai metode
pengukuran kinerja keuangan telah digunakan sebagai salah satu tindakan
manajerial perusahaan.
Biaya modal merupakan salah satu unsur utama untuk menilai efektivitas
struktur modal perusahaan yang tercermin dalam hutang dan ekuitasnya. Hal ini
terkait dengan kemampuan perusahaan dalam mengelola struktur modal untuk
operasional perusahaan sehingga mampu memberikan return yang optimal
terutama bagi para investor. Berikut Tabel 3 menunjukkan data perkembangan
struktur modal perusahaan sektor pertanian tahun 2005 hingga 2011.
Tabel 3 Perkembangan struktur modal perusahaan sektor pertanian 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
Total Hutang
2005
6 481 734
2006
7 506 318
2007
10 917 357
2008
12 490 989
2009
11 841 020
2010
21 391 451
2011
22 556 143
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2013 (diolah)
Total Ekuitas
Total
6 971 472
8 413 670
13 560 556
17 766 434
19 820 531
28 640 504
33 548 570
13 453 206
15 919 988
24 477 913
30 257 423
31 661 551
50 031 955
56 104 713
Berdasarkan data struktur modal perusahaan sektor pertanian pada Tabel 3,
terlihat dari tahun 2005 hingga 2011 nilai hutang dan ekuitas perusahaanperusahaan sektor pertanian mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
selain adanya peningkatan operasional perusahaan, juga mengindikasikan
kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan sektor pertanian yang terus
mengalami kenaikan walaupun terjadi fluktuasi indeks harga saham terutama pada
tahun 2008.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang akan dilakukan meliputi
analisis kinerja keuangan pada perusahaan sektor pertanian. Analisis berikutnya
adalah menganalisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian
4
tersebut terhadap return saham yang akan menjadi acuan bagi para investor dan
manajer perusahaan dalam menyusun berbagai langkah strategik untuk
perencanaan usaha dan investasi yang dilakukan agar menghasilkan hasil yang
optimal.
Perumusan Masalah
Sektor pertanian memiliki peranan yang penting bagi perekonomian di
Indonesia. Namun, adanya krisis yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat
mengakibatkan penurunan peranan pada sektor pertanian. Semakin banyaknya
kegiatan ekspor yang dilakukan pada sektor ini, menunjukkan bahwa pergerakan
sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh aktivitas global, dimana aktivitasaktivitas tersebut memberikan dampak langsung pada sektor pertanian. Kontribusi
sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) semakin menurun
hingga 13.61% pada tahun 2009 (BPS, 2010), dimana sebelumnya sektor
pertanian mampu mengungguli sektor lain yaitu sebesar 26.32% (BPS, 2008).
Perkembangan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI)
menunjukkan fakta yang menarik. Berikut Gambar 1 menunjukkan perkembangan
nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan sektor lainnya.
5,000.000
IHSG
Harga
4,000.000
3,000.000
Pertanian
2,754.756
2,000.000
1,000.000
0.000
1,218.450
493.450
Pertambagan
2,284.319
2,146.036
1,753.090
Industri Dasar
918.766
Aneka Industri
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Period
Barang Konsumsi
Properti & Real Estate
Gambar 1 Grafik pergerakan indeks harga saham sejumlah sektor
Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010
Pada Gambar 1 terlihat dari sisi pergerakan indeks harga saham, terdapat
fakta menarik yang dapat diambil bahwa sektor pertanian memiliki pergerakan
indeks harga saham yang sangat fluktuatif. Indeks harga saham sektor pertanian
terus mengalami peningkatan yang cukup besar sampai dengan tahun 2007.
Namun, pada tahun 2008 terjadi penurunan indeks harga saham yang sangat
tajam. Fakta ini berbeda dengan tujuh sektor lainnya yang bergerak cenderung
tidak fluktuatif (relatif stabil) selama kurun waktu tujuh tahun tersebut. Keadaan
yang berfluktuatif tersebut akan menyulitkan seorang investor untuk menentukan
pilihan berinvestasi.
Nilai indeks harga saham sektor pertanian sebagian besar didominasi oleh
perusahaan-perusahaan di subsektor perkebunan, seperti PT. Astra Agro Lestari,
Tbk, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk, PT. Sinar Mas Agro Resources,
Tbk, PT. Tunas Baru Lampung, Tbk dan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.
Perusahaan-perusahaan subsektor perkebunan tersebut mempengaruhi fluktuasi
5
pergerakan indeks harga saham sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan di subsektor perkebunan sangat rentan terhadap perubahan
kondisi lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Kondisi ini
dikarenakan sebagian besar perusahaan-perusahaan tersebut merupakan
perusahaan-perusahaan yang sudah lama berdiri dengan memiliki permodalan
yang relatif besar serta penghasil utama produk minyak kelapa sawit mentah
(CPO), sehingga perhatian investor terhadap kinerja internal dan lingkungan
eksternal perusahaan jauh lebih besar dibandingkan dengan subsektor lainnya.
Oleh karena itu, krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 menjadi hal
yang sangat mendukung untuk diteliti keterkaitannya dengan return saham.
Gambar 2 menunjukkan perkembangan Indeks Harga Saham subsektor
perkebunan tahun 2005 hingga 2011.
Harga
30,000.000
PT Astra Agro Lestari
20,000.000
PT PP London Sumatera
Indonesia
10,000.000
PT Sinar Mas Agro R.T
0.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Periode
PT Tunas Baru Lampung
Gambar 2 Perkembangan Indeks Harga Saham subsektor perkebunan tahun 20052011
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2013
Pergerakan indeks harga saham sektor pertanian yang berfluktuatif
mempengaruhi return saham yang dihasilkan. Keputusan investor sangat
dipengaruhi oleh nilai return yang diterima. Return menjadi indikator utama
kemampuan keuangan perusahaan menciptakan nilai bagi para investor dalam
bentuk pembayaran dividen ataupun capital gain. Selama periode 2005 sampai
dengan 2011 sektor pertanian menempati urutan kedua paling rendah terkait nilai
annualised return, yaitu sebesar -199.72% (Tabel 4).
Tabel 4 Annualised Return IHSG dan Indeks Sektoral tahun 2005-2011
Indeks
IHSG
Pertanian
Pertambangan
Industri Dasar dan Kimia
Aneka Industri
Barang Konsumsi
Properti dan Real Estate
Transportasi dan Infrastruktur
Keuangan
Perdagangan Jasa dan Investasi
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2013 (diolah)
Tahun 2005 - 2011
Annualised return (%)
6.94
-199.72
-213.67
11.98
7.81
20.89
-7.25
3.30
13.92
-22.30
6
Peranan sektor pertanian yang semakin mengalami penurunan terhadap
perekonomian nasional, berimplikasi pula pada rendahnya minat investor
berinvestasi di saham sektor pertanian. Minat investor untuk berinvestasi saham di
sektor pertanian sangat rendah dan tertinggal jauh jika dibandingkan dengan
sektor lain (Bursa Efek Indonesia, 2010). Penilaian kinerja keuangan adalah salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga mencapai tujuan yang
telah ditetapkan perusahaan. Selain itu, pengukuran kinerja keuangan merupakan
salah satu faktor penting yang berguna untuk perencanaan keuangan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian yang sahamnya
tercatat dalam Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada
perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada
perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi investor dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan di sektor
pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan sebagai alat ukur.
3. Bagi peneliti dapat memperkuat kompetensi aspek manajerial di bidang
manajemen keuangan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada delapan perusahaan yang bergerak di sektor
pertanian yang telah go public. Pemilihan delapan perusahaan ini didasarkan pada
asumsi perusahaan sudah menyusun laporan keuangan tahunan dari tahun 2005
hingga tahun 2011. Skripsi ini hanya membahas mengenai analisis kinerja
keuangan perusahaan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) yang mempengaruhi terhadap return saham
perusahaan-perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
7
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Keuangan Perusahaan Sejumlah Sektor di Bursa Efek Indonesia
Dona (2010) melakukan analisis pada 33 perusahaan yang sudah tergabung
dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Agustus 2009 hingga
Januari 2010 dengan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan,
dimana dihasilkan 15 perusahaan memiliki nilai EVA positif yang menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik
dalam proses meningkatkan nilai tambah perusahaan, sementara 18 perusahaan
lainnya memiliki nilai negatif yang menandakan bahwa nilai perusahaan
berkurang sebagai akibat pengembalian yang dituntut investor. Hasil nilai negatif
juga dapat disebabkan karena biaya yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan
modal yang terukur dengan capital charge lebih besar dibandingkan dengan Net
Operating Profit After Tax (NOPAT) yang diperoleh perusahaan. Penyebab lain
yaitu karena perusahaan pada tahun tersebut tidak mampu menghasilkan laba atau
mengalami kerugian, sehingga nilai NOPAT menjadi negatif. Variabel
pengukuran kinerja keuangan selanjutnya adalah MVA, dimana dihasilkan lebih
banyak perusahaan yang menghasilkan nilai positif yaitu sebesar 24 perusahaan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi daripada
nilai buku perusahaan tersebut. Sedangkan hanya terdapat 9 perusahaan yang
menghasilkan nilai negatif, hal ini menandakan nilai pasar perusahaan tersebut
lebih rendah daripada nilai buku perusahaan , sehingga investor tidak tertarik
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Adriyana (2011), kinerja keuangan pada sektor pertanian subsektor
perkebunan yang tergabung dalam kelompok indeks LQ45 yaitu PT. Astra Agro
Lestari, Tbk, PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dan PT. London Sumatera,
Tbk periode 2007 hingga 2009 dengan menggunakan variabel Economic Value
Added (EVA) menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Astra Agro Lestari, Tbk,
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (UNSP) dan PT. London Sumatera, Tbk
pada tahun 2007, 2008 dan 2009 memiliki nilai EVA > 0 yang menunjukkan
bahwa proses nilai tambah kinerja perusahaan baik, hal ini berarti laba yang
tersedia mampu melebihi harapan investor. Keadaan ini menunjukkan bahwa
perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal dan memaksimumkan
nilai perusahaan.
Tamba (2012) menganalisis kinerja keuangan pada bank BUMN yang telah
go public, dimana studi kasus perusahaan yang diambil adalah PT. Bank Mandiri
Tbk, PT. Bank BNI, Tbk dan PT. Bank BRI, Tbk periode 2008 hingga 2010.
Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan tersebut dianalisis dengan
menggunakkan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added
(MVA). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan antara
Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI serta untuk memberikan timbal balik
kekayaan yang lebih besar bagi pihak perusahaan dan investor. Hasil penelitian
diperoleh bahwa ketiga perusahaan tersebut menghasilkan nilai EVA yang positif
periode 2008 hingga 2010, adapun hasil rata-rata nilai tersebut yaitu PT.Bank
Mandiri menghasilkan 4 741 121.37 juta, Bank BNI menghasilkan 1 189 823.18
8
juta dan Bank BRI sebesar 5 308 147.03 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah positif bagi
perusahaannya masing-masing pada masa periode tiga tahun berturut-turut.
Sementara pengukuran kinerja keuangan menggunakkan variabel MVA pun
dihasilkan pula nilai positif pada ketiga perusahaan, dengan hasil nilai rata-rata
masing-masing perusahaan yaitu pada Bank Mandiri sebesar 53 873 943.74, Bank
BNI sebesar 15 065 741.84 dan Bank BRI sebesar 64 642 062.45. Tercatat pada
hasil penelitian pada Bank BNI sempat menghasilkan nilai MVA negatif pada
tahun 2008, namun pada tahun selanjutnya terus menunjukkan kinerja pasar yang
terus membaik dan memberikan imbal balik yang tinggi bagi pemegang saham.
Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai pasar saham ketiga perusahaan mampu
memberikan kekayaan yang substansial bagi pemegang saham. Bagi peneliti hasil
tersebut dapat menunjukkan bahwa pada tahun 2008 saat terjadi krisis tidak hanya
sektor pertanian saja yang mengalami penurunan kinerja keuangan khususnya
pada nilai pasar saham namun sektor pada Bank BUMN pun terkena dampaknya.
Penelitian kinerja keuangan lain dilakukan Dewi (2004), dimana peneliti
menganalisis kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian yang telah go public
di Bursa Efek Jakarta pada periode 2001 hingga 2003. Perusahaan-perusahaan
sektor pertanian tersebut yang diteliti antara lain PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT.
Bakrie Sumatra Plantations, Tbk, PT. PP London Sumatra, Tbk, PT. Bahtera
Adimina Samudra, Tbk dan PT. Dharma Samudra Fishing, Tbk. Kinerja keuangan
masing-masing perusahaan dianalisis dengan menggunakan variabel Economic
Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima perusahaan
yang diteliti dengan menggunakan Economic Value Added, hanya dua perusahaan
yang menghasilkan nilai EVA positif yaitu PT. Bakrie Sumatra Plantation, Tbk
dan PT. PP London Sumatra, Tbk. Kedua perusahaan tersebut menunjukkan
bahwa telah mampu menciptakan nilai tambah positif bagi perusahaan serta
mampu menciptakan nilai bagi pemilik modal. Sementara, bagi tiga perusahaan
lainnya yang menghasilkan nilai negatif menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan tersebut belum memiliki kinerja keuangan yang baik. Faktor dominan
sehingga perusahaan memiliki nilai negatif adalah biaya modal yang lebih tinggi
dari laba usaha yang dihasilkan. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut bahwa
tidak hanya krisis pada tahun 2008 saja yang berdampak negatif bagi perusahaan
sektor pertanian namun periode sebelum terjadi krisis pun tidak semua perusahaan
memiliki kinerja keuangan perusahaan yang baik bila dianalisis dengan
menggunakan metode EVA.
Ningrum (2008) menganalisis kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2002 hingga
2007. Perusahaan telekomunikasi yang diteliti yaitu PT. Telkom, Tbk, PT.
Indosat, Tbk, PT. Excelcomindo Pratama, Tbk, PT. Bakrie Telecom, Tbk dan PT.
Mobile 8, Tbk. Pengukuran kinerja keuangan masing-masing perusahaan
menggunakan variabel Economic Value Added (EVA). Dari lima perusahaan yang
dianalisis terdapat perusahaan yang konsisten menghasilkan nilai EVA positif
yaitu PT. Telkom, Tbk, sedangkan PT. Indosat, Tbk menjadi urutan kedua
perusahaan yang memiliki kinerja perusahaan yang baik. Sementara untuk PT.
Excelcomindo Pratama, Tbk, PT. Bakrie, Tbk dan PT. Mobile 8, Tbk
menghasilkan nilai EVA yang negatif, sehingga perusahaan belum dapat
9
memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dikarenakan biaya modal yang
lebih tinggi dari laba usaha yang dihasilkan perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan terhadap pengukuran kinerja
keuangan perusahaan-perusahaan go public, terdapat beberapa perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang baik dan ada pula perusahaan yang memiliki
kinerja keuangan yang buruk. Perusahaan-perusahaan yang diteliti tidak hanya
pada cakupan sektor pertanian saja, namun juga sektor lainnya yang telah tercatat
di pasar modal Indonesia. Berdasarkan ulasan penelitian-penelitian terdahulu,
kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi yang buruk tidak hanya terjadi pada
saat krisis pada tahun 2008 namun tahun sebelumnnya pun terdapat perusahaan
yang menghasilkan nilai-nilai negatif berdasarkan variabel yang digunakan,
sehingga krisis yang terjadi pada tahun 2008 tidak selalu berdampak terhadap
beberapa perusahaan go public di Indonesia. Kinerja keuangan yang buruk terjadi
akibat beberapa faktor salah satunya karena biaya modal yang terlalu tinggi
daripada laba yang dihasilkan.
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham
Dona (2010) menganalisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan pada 33
perusahaan yang sudah tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode Agustus 2009 hingga Januari 2010 dengan menggunakan variabel
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Variabel
independen pada pengolahan data yaitu EVA dan MVA masing-masing
perusahaan, sedangkan variabel dependen adalah return saham. Analisis
pengolahan data untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen menggunakkan software statistik SPSS. Hasil olah
data diperoleh bahwa variabel independen tidak signifikan mempengaruhi
variabel return saham namun memiliki arah pengaruh yang positif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa EVA dan MVA memiliki pengaruh meningkatkan return
saham, tetapi tidak signifikan. Hal ini dikarenakan hasil pada grafik hipotesis
menunjukkan nilai pengaruhnya berada di daerah penolakan Ho.
Trisnawati (2009), melakukan analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap
return saham pada seluruh perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa
Efek Jakarta periode tahun 2003 hingga 2005 dengan mengunakan variabel
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Hasil olah data
menunjukkan bahwa variabel EVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham dengan hasil output sebesar 0.666. Begitu pula dengan variabel
MVA, hasil output menunjukkan bahwa variabel tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap return saham dengan nilai sebesar 0.466.
Astuti (2006) menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur yang telah go public periode 2001 hingga
2003. Variabel pengukuran kinerja keuangan menggunakan variabel Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dimana kedua variabel
tersebut merupakan variabel independen sedangkan return saham sebagai
variabel dependen. Analisis pengolahan data untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh terhadap return saham menggunakan software statistik SPSS. Hasil dari
olah data menunjukkan bahwa kedua variabel independen tidak berpengaruh
10
signifikan terhadap return saham dengan nilai Economic Value Added (EVA)
sebesar 0.085 dan nilai Market Value Added (MVA) sebesar 0.895.
Penelitian lainnya dilakukan pula oleh Aryayoga dan Harjito (2009), dimana
peneliti menganalisis pengaruh kinerja keuangan menggunakan variabel
Economic Value Added (EVA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin
(NPM) terhadap return saham perusahaan manufaktur yang telah go public yang
terdaftar di BEI periode tahun 2004 hingga 2007. Perusahaan manufaktur yang
diambil sebagai sampel yaitu sejumlah 30 perusahaan. Pengolahan statistik data
hasil perhitungan dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15.0. Hasil olah
data menunjukkan bahwa variabel Economic Value Added (EVA) dan Return on
Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap return pemegang saham
perusahaan manufaktur. Berbeda dengan variabel Net Profit Margin (NPM),
variabel ini menghasilkan adanya pengaruh terhadap return pemegang saham.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat
ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan yang dianalisis oleh peneliti
khususnya dengan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) dan diolah menggunakan software SPSS, seluruhnya
menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan variabel kinerja keuangan
terhadap return saham. Hal ini secara menguatkan dugaan bahwa profitabilitas
perusahaan yang diwakili oleh variabel-variabel kinerja keuangan tersebut tidak
memiliki pengaruh secara serentak terhadap return pemegang saham. Hipotesis
tersebut berbeda dengan hasil yang telah dilakukan oleh peneliti, dimana kinerja
keuangan baik menggunakkan variabel Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) berpengaruh secara simultan maupun parsial
terhadap return saham.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini diambil dari berbagai
penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian maupun metodemetode atau teknik yang akan digunakan. Adapun kerangka pemikiran teoritis
penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab berikut.
Kinerja Keuangan
Menurut Arifin dan Busono (2006), kinerja keuangan pada laporan
keuangan disajikan dalam laporan laba rugi yang terdiri dari pendapatan dan
beban yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban, yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal (investor). Definisi penghasilan
(income) meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gains).
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa
dikenal dengan sebutan berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fee),
11
bunga dan lainnya. Keuntungan menjelaskan kenaikan manfaat ekonomi,
dan dengan demikian hakekatnya tidak berbeda dengan pendapatan.
2. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau kurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. Definisi beban mencakup baik kerugian
maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang
biasa. Beban yang timbul dari aktivitas perusahaan yang meliputi beban
pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Kerugian memenuhi definisi beban
yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan
yang biasa. Misalnya, kerugian karena bencana dan dari pelepasan aktiva
lancar. Beban juga mencakupi kerugian yang belum direalisasi, misalnya
kerugian dari pengaruh kurs valuta asing.
Penilaian Kinerja Keuangan
Penilaian kinerja dalam suatu perusahaan tidak terlepas dari keterkaitannya
untuk mencapai tujuan perusahaan yang utama, yaitu meningkatkan nilai yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang
kondisi finansial perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengukur
keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan
disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang. Penilaian
kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui
kinerja suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk memperbaiki kinerja yang
dirasakan kurang baik. Penilaian kinerja sangat penting bagi proses merger
perusahaan, pengimplementasian program pemulihan usaha dan untuk
menentukan nilai wajar saham yang ditawarkan di bursa. Kinerja perusahaan
dapat diukur dari laporan keuangan berupa neraca, laba rugi, arus kas dan
perubahan modal.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan umumnya terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan
laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukan jumlah aktiva, utang dan
modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Perhitungan laba rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang
terjadi selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan modal menunjukan
sumber dan penggunaan juga alasanalasan yang menyebabkan perubahan modal
perusahaan. Menurut Munawir (1995) pengertian laporan keuangan adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Adapun pihak
yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu
perusahaan adalah pemilik perusahaan, manajer yang bersangkutan, kreditur,
bankir, investor dan pemerintah. Selain itu laporan keuangan dibuat untuk
mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan
memberikan informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan
dengan jangka waktu minimal satu tahun sekali. Keberhasilan perusahaan dapat
dinilai atau diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan, karena hasil-hasil
stabilitas serta koniuitas dan kelangsungan perusahaan tergantung dari cara kerja
12
juga efisiensi manajemennya. Jika hasil-hasil yang dicapai kurang memuaskan
maka para pemegang saham yang dalam hal ini merupakan pemilik perusahaan
mungkin akan mengganti manajemennya atau bahkan menjual saham yang
dimiliki.
Adapun fungsi dari laporan keuangan adalah mengukur tingkat biaya dari
berbagai perusahaan, menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian proses
dan produksi, menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan
yang bersangkutan, menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah
disertai wewenang dan tanggung jawab, dan menentukan perlu tidaknya
digunakan kebijakasanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang
lebih baik (Munawir, 1995).
Investasi Saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang
atau badan usaha terhadap perusahaan (Hin, 2008). Menurut Widoatmodjo
(2007), saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut dengan emiten
Sementara menurut Tambunan (2007) saham dapat didefinisikan sebagai bukti
penyertaan modal pada sebuah perusahaan. Berdasarkan definisi tersebut, saham
merupakan bukti penyertaan modal yang dikeluarkan oleh perusahaan emiten
sebagai suatu tanda adanya investasi yang dilakukan oleh investor dimana
investor akan mendapatkan return berupa dividen atau capital gain dari sejumlah
dana atau modal yang diinvestasikan.
Dividen dapat diperoleh investor bilamana perusahaan emiten tempat
sejumlah dana atau modal ditempatkan membukukan laba bersih di akhir
tahunnya (Tambunan, 2007). Dividen sering menjadi tolak ukur skala perusahaan.
Jika dividen dibayarkan secara rutin dengan pertumbuhan, maka umumnya saham
tersebut akan menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor. Sementara itu,
capital gain dapat diperoleh investor bilamana suatu harga saham yang
diinvestasikan oleh investor mengalami kenaikan harga dan investor memutuskan
untuk melepas kepemilikan saham tersebut dengan menjualnya di pasar saham.
Sehingga investor akan mendapatkan selisih nilai positif dari harga jual saham
terhadap harga beli saham. Pergerakan harga saham yang begitu cepat akan
membuat potensi terjadinya capital gain secara cepat pula yang tak jarang juga
menyebabkan potensi capital loss (Arifin, 2005).
Saham memiliki tingkat resiko yang jauh lebih tinggi daripada jenis
instrumen investasi lain baik yang berasal dari pasar modal, pasar keuangan
maupun pasar derivatif, namun tingkat resiko yang dihasilkannya sebanding
dengan tingkat keuntungannya. Keuntungan dari saham yang dapat diperoleh
investor yaitu dividen dan capital gain dapat melebihi tingkat keuntungan
investasi dari investasi lain. Tabungan dan deposito walaupun memiliki tingkat
kepastian dalam memberikan hasil keuntungan dibandingkan saham tetapi tingkat
keuntungan yang ditawarkan dari tabungan dan deposito relatif terbatas yaitu
mengacu pada besaran tingkat suku bunga Bank Indonesia (Hin, 2008). Untuk
valas US dolar misalnya, tingkat keuntungan yang dihasilkan dari selisih harga
jual dan harga beli valas relatif lebih kecil dibandingkan dengan capital gain yang
mampu diberikan saham namun capital loss yang diberikan saham dapat jauh
lebih besar dibandingkan dengan capital loss dari valas.
13
Return Saham
Return saham merupakan besaran atau nilai hasil pengukuran keuangan
terhadap investasi (Brigham et al, 1999). Menurut Achsien (2000), return adalah
presentasi perubahan dalam harga. Pengukuran dilakukan berdasarkan capital
gain dan deviden. Return berdasarkan capital gain dapat dihitung dengan cara :
Pi.t  Pi.t  1
Ri.t 
Pi.t  1
Dimana:
Pi.t
= harga saham I pada periode t
Pi.t-1 = harga saham I pada perode t-1
Hubungan Kinerja Keuangan dengan Return Saham
Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian menggunakan Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Pada prinsipnya pemodal
(investor) akan tertarik untuk berinvestasi pada saham yang menawarkan jumlah,
stabilitas dan tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang akan mereka terima, jika
para investor mengetahui dengan pasti laba yang akan mereka raih oleh
perusahaan tersebut di masa yang akan datang dan besarnya deviden yang akan
diterima. EVA dan MVA sebagai indikator dari keberhasilan manajemen dalam
memilih dan mengelola sumber-sumber dana yang ada di perusahaan tentunya
juga akan berpengaruh positif terhadap return pemegang saham. Terlebih lagi,
dalam konsep EVA dan MVA ini biaya modal saham juga diperhitungkan,
sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi para penyandang dana
perusahaan karena biaya modal yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan
dapat diketahui. Dengan meningkatnya EVA dan MVA perusahaan juga membaik
berarti kinerja perusahaan semakin baik sehingga kesejahteraan para pemegang
sahamnya pun dapat ditingkatkan. Dengan demikian, return pemegang saham
akan menyangkut prestasi perusahaan di masa yang akan datang, karena harga
saham serta deviden yang diharapkan oleh para pemodal (investor) merupakan
nilai intristik yang menunjukkan prestasi dan resiko saham tersebut di masa yang
akan datang. Terdapat dua hubungan variabel kinerja Economic Value Added
(EVA) dan Market Value Added (MVA) dengan return saham yaitu hubungan
searah dan berbeda arah. Hubungan searah artinya semakin tinggi nilai kinerja
keuangan baik EVA dan MVA akan semakin meningkatkan nilai return saham,
sebaliknya hubungan berbeda arah artinya semakin tinggi nilai kinerja keuangan
baik EVA dan MVA akan semakin menurunkan nilai return saham.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran terkait dengan permasalahan yang terjadi di lapangan
yang telah dirumuskan dalam permasalahan penelitian dan tujuan penelitian yang
telah dirumuskan sebelumnya. Kerangka pemikiran digambarkan dalam suatu
bagan alur kerangka pemikiran yang disebut kerangka pemikiran operasional.
Kerangka pemikiran operasional pada analisis kinerja keuangan serta
pengaruhnya terhadap return saham pada perusahaan sektor pertanian di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada Gambar 3.
14
Penurunan Peranan Sektor Pertanian di Indonesia
Penurunan Minat Investor di Sektor Pertanian
Dampak terhadap Kinerja Keuangan dan Return Saham
Analisis Kinerja Keuangan dan Return Saham
Kinerja Keuangan
1. Laporan Laba Rugi
2. Neraca Keuangan
Return Saham
1. Data Historis Saham
(Penutupan Harga
Saham)
3. Data Historis Saham
EVA
MVA
 NOPAT – COC
(Laba bersih +beban
bunga) – biaya modal
 (Harga pasar saham x
Shares Outstanding) –
Total Kapital
Ri.t 
Pi.t  Pi.t  1
Pi.t  1
Dimana:
Pi.t= harga saham I pada
periode t
Pi.t-1= harga saham I
pada perode t-1
Implikasi Manajerial Perusahaan Sektor Pertanian Go Public
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional
METODE PENELITIAN
Cakupan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder laporan
keuangan dari delapan perusahaan di sektor pertanian yang sahamnya tercatat di
15
Bursa Efek Indonesia (BEI). Delapan perusahaan tersebut ditunjukkan pada Tabel
5 berikut.
Tabel 5 Daftar emiten sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama Pemegang Saham
PT Astra Agro Lestari, Tbk
PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk
PT Tunas Baru Lampung, Tbk
PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk
PT Cipendawa, Tbk
PT Danasupra Erapacific, Tbk
PT Bumi Teknokultura Unggul, Tbk
Sub Sektor
Emiten Saham
AALI
LSIP
SMAR
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Lainnya
TBLA
UNSP
CPDW
DSFI
BTEK
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013
Berdasarkan data di atas, data masing-masing perusahaan akan diolah dan
dianalisis untuk memperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan, nilai tambah
dan nilai pasar serta pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham. Penelitian
dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, dari bulan Mei hingga Juli 2013.
Desain Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor pertanian yang sudah go public
periode tahun 2005 hingga 2011. Penelitian dilaksanakan melalui pendekatan
deskriptif kuantitatif dan kuantitatif ekonometrika yang diinterpretasikan
berdasarkan teori-teori dan literatur-literatur mengenai Economic Value Added
(EVA), Market Value Added (MVA) serta return saham. Di samping itu
digunakan pula analisis regresi menggunakan data panel. Analisis regresi
digunakan untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA) terhadap return saham.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif yang
terdiri dari data sekunder seperti laporan keuangan perusahaan tahunan dan
triwulanan yang diperoleh dari www.idx.co.id, situs perusahaan terkait dan
perpustakaan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data historis harga saham perusahaan
diperoleh dari www.finance.yahoo.com serta studi kepustakaan dengan
mempelajari buku-buku terkait dengan penelitian, internet, jurnal dan artikelartikel lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
16
Metode Pengumpulan Data dan Informasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kinerja
keuangan ini dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penarikan
dengan tujuan atau pertimbangan tertentu (Juanda, 2009). Purposive sampling
merupakan suatu metode pengambilan sampel yang tergolong dalam sampel
nonprobabilitas. Jumlah sampel yang diambil sebanyak delapan perusahaan.
Beberapa kriteria dalam pemilihan sampel yang dipakai dalam penilitian
ini adalah:
1. Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian yang telah tercatat sebagai
emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI)
2. Perusahaan tersebut mengeluarkan laporan keuangan tahunan dan juga
terdaftar harga sahamnya selama periode 2005 hingga 2011.
Penelusuran literatur dilakukan melalui laporan perusahaan dan instansi
terkait serta hasil pencarian melalui internet dengan data yang dibutuhkan.
Deskripsi Variabel dan Pengukuran
Untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka variabel dan
pengukuran yang akan digunakan yaitu:
Metode Economic Value Added (EVA)
Metode Economic Value Added (EVA) diperkenalkan pertama kali oleh
perusahaan konsultan di Amerika Serikat, Stern Steward & Co. Konsep metode
ini diperkenalkan sebagai alat ukur kinerja keuangan dan pasar untuk mengatasi
kelemahan metode akuntansi tradisional (rasio keuangan). Economic Value Added
(EVA) merupakan salah satu alat pengukur kinerja keuangan perusahaan yang
berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan. Berbeda dengan
metode pengukuran kinerja tradisional, metode ini mencoba untuk mengukur nilai
tambah yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan cara mengelola modal yang
diinvestasikan oleh shareholders atau bondholders.
Economic Value Added (EVA) merupakan selisih antara Net Operating
Profit After Tax (NOPAT) dan biaya modal (Cost of Capital). Net Operating
Profit After Tax (NOPAT) merupakan laba bersih setelah pajak ditambah biaya
bunga, sementara biaya modal didapat dari Weighted Average Cost of Capital
(WACC) dikalikan Invested Capital (IC). Weighted Average Cost of Capital
(WACC) merupakan penjumlahan dari biaya hutang dikalikan bobot hutang dan
biaya ekuitas dikalikan bobot ekuitas. Invested Capital (IC) merupakan
penjumlahan antara hutang dan ekuitas dikurangi hutang beban.
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) merupakan penjumlahan antara
laba bersih dan biaya bunga. Dalam laporan keuangan, laba bersih merupakan
laba yang sudah dikurangi pajak penghasilan. Sedangkan biaya bunga adalah
beban bunga bank yang tercatat pada laporan laba rugi triwulanan, karena
penelitian ini memakai data keuangan triwulanan. Biaya hutang (Kd) yang
dimaksud adalah perbandingan antara biaya bunga dengan hutang. Biaya bunga
adalah beban bunga dan hutang yang dimaksud adalah pengurangan antara jumlah
pasiva dan ekuitas. Lalu setelah nilainya didapat, maka biaya hutang perlu
dikurangi dengan pajak penghasilan, pajak penghasilan merupakan perbandingan
17
antara taksiran pajak penghasilan terhadap laba/rugi sebelum pajak. Biaya ekuitas
(Ke) dalam penelitian ini menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Alasan memakai model ini karena pemakaian rumus Capital Asset Pricing Model
(CAPM) memberikan prediksi yang lebih akurat antara risiko dengan tingkat
harapan pengembalian (expected return), dan lebih banyak dipakai dalam
penentuan biaya ekuitas dalam menilai Economic Value Added (EVA)
(Damodaran, 2001). Berikut Tabel 6 menjelaskan mengenai langkah perhitungan
Economic Value Added (EVA).
Tabel 6 Langkah perhitungan Economic Value Added (EVA)
Tahapan
Perhitungan
Net Operating Profit NOPAT = Laba Bersih + Beban Bunga
After Tax (NOPAT)
Sumber
Laporan Laba Rugi
Biaya Hutang
(Kd*)
Laporan
Laba
Neraca Keuangan
Kd = Beban Bunga
Total Hutang
Rugi,
Kd* = Kd (1 - T)
Biaya Ekuitas
(Ke)
Struktur Modal :
Ke = Rf +ß (Rm – Rf)
Data Histori Saham
Bobot Hutang
(Wd)
Wd =
Neraca Keuangan
Bobot Ekuitas
(We)
We =
Weighted Average
Cost of Capital
(WACC)
WACC = [(Kd x Wd) + (Ke x We)]
Neraca Keuangan, Data
Histori Saham
Invested Capital
(IC)
IC = Aset – Non Interest Bearing
Liabilities
Neraca Keuangan
Cost of Capital
(COC)
COC = WACC x IC
Neraca Keuangan
Economic Value
Added
(EVA)
EVA = NOPAT – COC
Neraca Keuangan,
Laporan Laba Rugi, Data
Historis Saham
Hutang
Hutang + Ekuitas
Ekuitas
Aset
Neraca Keuangan
Sumber : Keown et. Al, 2000
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menghitung Biaya Ekuitas (Ke)
menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) :
1.
Dimana : Rmt
= tingkat pengembalian pasar pada waktu ke-t
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada waktu t
IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada waktu t-1
2.

Co var iance( Ra, Rm)
Variance( Rm)
18
Covariance (Ra,Rm) = ∑[(Rai – AvRa)(Rmi – AvRm)]
Variance (Rm) = ∑ (Rmi – AvRm)2
Dimana : Rmi = Return pasar (return IHSG) hari ke-i
AvRm = Return rata-rata IHSG dalam periode satu triwulan
Rai
= Return saham perusahaan yang diteliti pada hari ke-i
AvRa = Return rata-rata saham perusahaan dalam peridoe satu
Triwulan
3. Ke  R   ( Rm  Rf )
Dimana : Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko = Tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia/SBI (rata-rata triwulanan)
β = Beta (risiko sistematis saham) perusahaan
Rm = Tingkat pengembalian pasar
f
Rumus yang digunakan adalah penjumlahan antara tingkat bebas risiko,
yang didapat dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan koefisien beta dari
saham yang didapat dari pengembalian saham biasa relatif terhadap pasar secara
keseluruhan dan beta tersebut dikalikan dengan premi risiko pasar (Keown et al.
2000). Struktur modal merupakan penjumlahan bobot antara bobot ekuitas dan
bobot hutang. Bobot ekuitas (We) didapat dari perbandingan antara ekuitas
terhadap total aktiva, sementara bobot hutang (Wd) adalah perbandingan antara
hutang dengan total aktiva. Keduanya dinyatakan dalam persen, sehingga hasil
akhir struktur modal juga berupa persentase. Setelah semua komponen untuk
menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) diketahui, langkah
selanjutnya adalah dilakukan penjumlahan antara perkalian bobot dan biaya
hutang dengan bobot dan biaya ekuitas. Penjumlahan ini merupakan sebuah
persentase.
Menurut Keown et al. (2005) bahwa Invested Capital (IC) merupakan
selisih antara asset dan Non Interest Bearing Liabilities. Asset di sini adalah total
aktiva, atau dalam penelitian ini digunakan penjumlahan antara hutang ditambah
ekuitas, dikarenakan dalam laporan keuangan nilai total aktiva (assets) adalah
sama dengan total pasiva. Sementara Non Interest Bearing Liabilities merupakan
kewajiban jangka pendek tanpa bunga yang meliputi hutang dagang, beban yang
masih harus dibayar, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), pajak yang
akan jatuh tempo (accrued taxes), dan sebagainya. Young dan O’Bryne (2002)
menyatakan bahwa IC sama dengan utang jangka pendek ditambah utang jangka
panjang, kewajiban jangka panjang lainnya, dan ekuitas pemegang saham beban.
Langkah selanjutnya adalah perkalian antara Weighted Average Cost of
Capital (WACC) dengan Invested Capital (IC) yang mengasilkan Cost of Capital
(COC). Menurut Awat (1999), bahwa Cost of Capital (COC) merupakan tingkat
keuntungan yang diperlukan untuk mempertahankan nilai pasar perusahaan. Cost
of Capital (COC) digunakan sebagai biaya modal untuk dijadikan pengurangan
dengan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yang hasil akhirnya akan
menghasilkan Economic Value Added (EVA) dalam bentuk nominal jumlah uang.
Berikut kriteria penentuan nilai Economic Value Added (EVA) menurut
Wijayanto (1993), sebagai berikut :
1. EVA > 0, telah terjadi nilai tambah ekonomi (NITAMI) dalam perusahaan,
sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para
penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan
pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan
19
kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan
berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga
menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik.
2. EVA < 0, menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis
(NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak dapat
memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu
tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang
ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak
ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang
baik.
3. EVA = 0, menunjukkan posisi impas karena semua laba telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur dan
pemegang saham.
Sedangkan O’byrne (1997) menyebutkan bahwa:
1. EVA positif berarti perusahaan memperoleh keuntungan lebih banyak dari
biaya modal, hal ini bisa menambah keuntungan EVAnya, jika selanjutnya
untuk menambah modal dan menjaga laju keuntungannya.
2. EVA negatif berarti perusahaan memperoleh keuntungan lebih kecil dari
modal biaya, ini berarti perusahaan gagal meningkatkan keuntungan dari
modal dasar dalam membuat investasi baru, yang juga lebih lanjut
memperoleh lebih kecil biaya modal.
Metode Market Value Added (MVA)
Konsep Market Value Added (MVA) diperkenalkan pertama kali oleh
perusahaan konsultan di Amerika Serikat, Stern Steward & Co. Konsep metode
ini diperkenalkan sebagai alat ukur kinerja keuangan dan pasar untuk mengatasi
kelemahan metode akuntansi tradisional (rasio keuangan). Market Value Added
(MVA) merupakan suatu metode yang digunakan dalam mengukur besarnya
penciptaan nilai kekayaan para pemegang saham, yang dapat dilihat melalui nilai
pasar (market price) perusahaan. Metode ini secara tidak langsung mampu
merefleksikan tingkat kemampuan manajemen untuk memposisikan nilai
perusahaan dalam jangka panjang. Penggunaan kedua metode ini banyak
diterapkan di beberapa perusahaan terkemuka di Amerika Serikat, namun
demikian penerapan kedua metode ini di berbagai perusahaan Indonesia belum
begitu besar (Utama, 1997). Metode ini menunjukkan nilai perusahaan dan
seharusnya merupakan net present value dari Economic Value Added (EVA).
Market Value Added (MVA) didefinisikan sebagai berikut.
MVA
= nilai pasar perusahaan – total kapital.
= Net Present Value (NPV) perusahaan
= nilai sekarang dari future EVA
Menurut Sartono (2001) kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan diatas
nilai modal yang disetor pemegang saham atau yang disebut Market Value Added
(MVA) dirumuskan sebagai berikut.
MVA = nilai pasar ekuitas – modal ekuitas yang disetor pemegang saham.
= (jumlah saham beredar x harga saham) – total nilai ekuitas
20
Nilai pasar perusahaan merupakan perkalian antara harga pasar saham
perusahaan dengan jumlah saham yang beredar (shares outstanding). Lalu total
kapital adalah nilai buku yang merupakan modal ekuitas yang disetor pemegang
saham. Harga pasar yang digunakan adalah harga pasar saham triwulanan yang
didapat dari rata-rata harga pasar saham bulanan. Sedangkan jumlah saham yang
beredar merupakan jumlah saham yang ditawarkan perusahaan selama periode
triwulanan. Data ini didapat dari pasar modal terpublikasi. Setelah semua
komponen diketahui, maka Market Value Added (MVA) pun dapat diketahui
nilainya. Tabel 7 di bawah ini menjelaskan mengenai langkah perhitungan Market
Value Added (MVA).
Tabel 7 Langkah perhitungan Market Value Added (MVA)
Tahapan
Perhitungan
Sumber
Nilai Pasar Ekuitas
Harga Penutupan Saham Akhir Bulan
Data Historis Harga Saham
Shares
Outstanding
Jumlah Saham Beredar
Data Historis Harga Saham
Total Kapital
Nilai Buku = Ekuitas
Neraca
MVA
(Harga Pasar Saham x Shares
Outstanding) – Total Kapital
Data Historis Harga Saham,
Neraca
Sumber: Sartono, 2001
Ketentuan atau tolak ukur dari Market Value Added (MVA) menurut
Sartono (2001), sebagai berikut :
1. Jika MVA positif (>0) artinya pihak manajemen telah mampu meningkatkan
kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham pun bertambah.
2.Jika MVA negatif (<0) artinya pihak manajemen telah menurunkan kekayaan
perusahaan dan pemegang saham berkurang.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data diolah secara kuantitatif dan deskriptif, pengolahan data untuk
mengetahui nilai Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan
return saham dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan software
microsoft excel. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y) menggunakan analisis regresi data panel, dilakukan pula
secara kuantitatif yaitu dengan program EViews versi 6. Setelah semua data
diproses dan diketahui nilainya dilakukan analisis secara deskriptif untuk
menjelaskan perbandingan antar variabel lalu dijelaskan pula pengaruh antar
variabel yang diuji.
Analisis Regresi Data Panel
Analisis regresi data panel dalam penelitian ini merupakan pengaruh
variabel Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) terhadap
return saham. Model persamaan yang digunakan dalam persamaan adalah sebagai
berikut:
21
=α+
+
+
dimana:
I
= n saham perusahaan
t
= n triwulan pengamatan
α
= intercept
Ci
= koefisien regresi variabel bebas (slope)
Rit
= return saham i pada triwulan t
EVAit = nilai Economic Value Added (EVA) saham i triiwulan t
MVAit = nilai Market Value Added (MVA) saham i triwulan t
Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah variabel-variabel
yang telah didefinisikan memiliki pengaruh terhadap return saham. Hipotesis
sendiri merupakan pernyataan dan jawaban sementara sebelum penelitian
dilakukan dan diharapkan teruji kebenarannya serta mampu memberikan pola
terbaik dalam menyelesaikan masalah seperti yang dirumuskan sebelumnya.
Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H0 : β1 = β2 = 0
Variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan-perusahaan di sektor
pertanian yang tercatat di BEI.
H1 : β1 ≠ β2 ≠ 0
Variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan-perusahaan di sektor
pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pemilihan Model Terbaik
Firdaus (2011), mengatakan bahwa terdapat dua pendekatan yang umum
diaplikasikan data panel, yaitu Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects
Model (REM). Keduanya dibedakan berdasarkan pada asumsi ada atau tidaknya
korelasi antara komponen error dengan peubah bebas. Penduga Fixed Effects
Model (FEM) dapat dihitung dengan beberapa teknik yaitu Pendekatan Pooled
Least Square (PLS), Pendekatan Within Group (WG), Pendekatan Least Square
Dummy Variable (LSDV) dan Two Way Error Components Fixed Effects Model.
Sedangkan, terdapat tiga jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung
estimator Random Effects Model (REM) yaitu Pendekatan Between Estimator,
Pendekatan Generalized Least Square (GLS), dan Hausman Test.
Nachrowi dan Usman (2006) mengatakan bahwa jalan tengah dikemukakan
pula oleh beberapa ahli ekonometrika, bahwa:
1. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) yang lebih besar
dibanding jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan Model
Fixed Effect.
2. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) yang lebih kecil
dibanding jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan Model
Random Effect.
22
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal/mendekati
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas hanya
digunakan jika jumlah observasi adalah kurang dari 30, untuk mengetahui apakah
error term mendekati distribusi normal. Jika jumlah observasi lebih dari 30, maka
tidak diperlukan uji normalitas. Sebab distribusi sampling error term telah
mendekati distribusi normal (Ajija et al, 2011).
Dalam uji melalui grafik, seringkali terjadi penilaian yang subyektif
terhadap interprestasi. Oleh karena itu, perlu pengujian yang pasti , yaitu
menggunakan Uji Jarque Berra (JB test). Uji Jarque Berra adalah uji statistic
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. (Winarno, 2009). Pengujian
hipotesis normalitas dapat dilihat sebagai berikut:
H0 : error term terdistribusi normal
H1 : error term tidak terdistribusi normal
Jika p-value < α, maka Ho ditolak.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Pada model regresi yang
baik antar variabel independen seharusnya tidak terjadi korelasi. Ada atau
tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi
masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi diantara masing-masing
variabel bebas lebih besar dari 0.8, maka terjadi multikolinearitas (Ajija et al,
2011).
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Agar dapat
mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistic melalui uji Durbin-Watson
(DW test). DW test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat digunakan
untuk menguji korelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept dalam
model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Nachrowi
dan Usman (2006) mengatakan:
1. Jika statistic DW bernilai 2, maka p akan bernilai 0 yang berarti tidak ada
autokorelasi
2. Jika statistic DW berniali 0, maka p akan bernilai 1 yang berarti ada
autokorelasi positif.
3. Jika statistic DW bernilai 4, maka p akan bernilai -1 yang berarti ada
autokorelasi negatif.
23
Namun akan sulit sekali jika nilai dari DW berada tidak tepat di 2, 0,
ataupun 4. Oleh karena itu, dibutuhkan uji lain, yaitu Uji LM atau dikenal juga
dengan The Breusch Godfrey (BG) test. Metode ini didasarkan pada nilai F dan
Obs*R-Square, dimana jika nilai probalitas dari Obs*R-Square melebihi tingkat
kepercayaan, maka H0 diterima. Artinya, tidak ada masalah autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas maka perlu
dilakukan Uji White Heteroscedasticity. Hasil yang diperhatikan dari uji ini
adalah nilai F dan Obs*R-Squared. Jika nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari X²
tabel, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, demikian juga sebaliknya.
Pengujian Hipotesis
1. Koefisien Determinasi ( )
Koefisien determinasi merupakan besaran yang memberikan informasi
goodness of fit dari persamaan, yaitu memberikan proporsi atau persentase
kekuatan pengaruh variabel yang menjelaskan (EVA dan MVA) secara simultan
terhadap variasi dari variabel dependen (R). Koefisien diterminasi (R2) digunakan
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R²
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas (Nachrowi dan Usman, 2006).
2. Pengujian terhadap Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F)
Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan uji
F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% nilai F ratio
dari masing-masing koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel.
Jika F-rasio > F-tabel atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa masing-masing
variabel independen berpengaruh secara positif terhadap dependen.
3. Pengujian dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan uji t.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikasi peran secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa
variabel independen lain dianggap konstan. Dengan tingkat signifikasin sebesar
95% nilai t hitung dari masing-masing koefisien regresi kemudian dibandingkan
dengan nilai t tabel, jika t-hitung < t-tabel atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa
masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif terhadap variabel
dependen.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dari sembilan indeks sektoral
menurut klasifikasi industri yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia. Bersama
dengan sektor manufaktur, sektor pertanian masuk kedalam klasifikasi sektor
primer (ekstraktif). Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996
dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari
dasar tanggal 28 Desember 1995 (Indonesia Stock Exchange, 2010).
Secara detail, perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam sektor
pertanian dikelompokkan menjadi empat subsektor, yaitu:
1. Subsektor perkebunan
2. Subsektor peternakan
3. Subsektor perikanan
4. Subsektor lainnya
Subsektor Perkebunan
Berdasarkan waktu penawaran umum perdana (IPO) pada tahun 2005
terdapat lima perusahaan yang tercakup dalam subsektor perkebunan, yaitu PT.
Astra Agro Lestari, Tbk, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk, PT. Sinar Mas
Agro Resources and Technology, Tbk, PT Tunas Baru Lampung, Tbk dan PT.
Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.
1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI)
PT Astro Agro Lestari,Tbk adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit
terkemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak 32 tahun yang lalu. Perusahaan
memfokuskan diri dalam menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) berkualitas
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri. Proses
produksi dilakukan dari hulu hingga hilir yang ditandai berupa adanya perkebunan
termasuk perkebunan plasma yang dikelola oleh masyarakat sekitar serta proses
pengolahan produk jadi melalui proses pabrikasi.
Sejak berdirinya perseroan diawali pada tahun 1983 ketika induk
perusahaan PT. Astra Internasional, Tbk memutuskan untuk melakukan
pengembangan usaha ke sektor agribisnis dengan membentuk unit usaha baru.
Unit ini bertanggung jawab untuk mengelola perkebunan ubi kayu dan karet.
Dengan melihat prospek kelapa sawit yang sangat menjanjikan, PT. Astra
Internasional, Tbk memutuskan untuk fokus mengembangkan bisnis kelapa sawit.
Pada tahun 1984 perusahaan mengakuisisi PT. Tunggal Perkasa Plantations, yang
memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 15 000 hektar di Riau, Sumatera.
Pada tahun 1988 PT. Astra Internasional, Tbk memutuskan menjadikan bisnis
perkebunan sawit sebagai entitas bisnis baru dengan nama PT. Suryaraya
Cakrawala. Tahun 1989 PT. Suryaraya Cakrawala diubah menjadi PT. Astra Agro
Niaga sampai pada akhirnya berubah menjadi PT. Astra Agro Lestari.
Setelah melewati serangkaian proses merger, akuisisi, pengembangan usaha
baru dan restrukturisasi, tercatat pada akhir tahun 2011 perusahaan memiliki aset
sebesar 10 204 triliun. Saat ini perusahaan memiliki 28 109 karyawan tetap dan
mengelola 272 994 hektar total perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Kalimantan
25
dan Sulawesi yang terdiri dari 212 622 hektar perkebunan inti dan 60 372 hektar
perkebunan plasma.
Perusahaan yang didirikan pada tahun 1989 melakukan IPO pada tanggal 9
Desember 1997 sebanyak 125.8 juta saham di bursa efek Indonesia dengan nilai
nominal Rp. 500 per saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 1 550 per
saham. Sebagian besar saham perusahaan dimiliki oleh PT. Astra Internasional
Tbk dan sisanya dimiliki oleh publik. Pada tahun 2011 PT. Astra Internasional
Tbk memiliki 79.7% saham perusahaan, sedangkan publik memiliki sebesar
20.3%.
Keberhasilan Perseroan dalam mengembangkan usaha perkebunan kelapa
sawit tak lepas dari segala upaya untuk mencapai visinya menjadi perusahaan
agribisnis yang paling produktif dan paling inovatif di dunia. Hal tersebut
merupakan cerminan dari keberhasilan Perseroan untuk menjadi perusahaan
perkebunan kelapa sawit dengan profitabilitas tinggi dan selalu memberikan nilai
tambah positif bagi masyarakat luas.
2. PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP)
Sejarah PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk berawal dari 105 tahun
yang lalu di tahun 1906 melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan
perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan LondonSumatera, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Lonsum, berkembang
menjadi salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia, dengan lebih dari
100 000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, kakao dan teh di empat pulau
terbesar di Indonesia. Di awal berdirinya, Perseroan melakukan diversifikasi
melalui penanaman karet, teh dan kakao. Di awal kemerdekaan Indonesia,
Lonsum lebih memfokuskan usahanya pada tanaman karet dan kemudian beralih
ke kelapa sawit di era tahun 1980.
Pada akhir dekade berikutnya, kelapa sawit telah menggantikan karet
sebagai komoditas utama Perseroan. Lonsum memiliki perkebunan inti dan
perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi yang
memanfaatkan keunggulan Perseroan di bidang penelitian dan pengembangan,
keahlian di bidang agro-manajemen serta tenaga kerja yang terampil dan
profesional.
Pada tahun 2009, Lonsum menjadi penghasil minyak sawit lestari (CSPO)
setelah menerima sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) atas
perkebunan dan pabrik kelapa sawitnya di Sumatera
Utara. Perjalanan
pengembangan minyak sawit lestari terus berlanjut ketika perkebunan dan pabrik
kelapa sawit di Sumatera Selatan memperoleh sertifikasi RSPO di tahun 2011.
Kini, Lonsum merupakan salah satu penghasil minyak sawit lestari terbesar di
Indonesia dengan produksi sekitar 195 000 ton minyak sawit lestari setiap
tahunnya. Di tahun 1994, Harrisons & Crosfield menjual seluruh kepemilikan
sahamnya di Lonsum kepada PT. Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang
kemudian mencatatkan Lonsum sebagai perusahaan publik melalui pencatatan
saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996 pergerakan harga
saham LSIP memiliki kecenderungan trend positif dengan harga penutupan tahun
2011 sebesar Rp. 2 250.
Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri) anak
perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk di bidang agribisnis menjadi
26
pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia
PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk (SIMP), sehingga Perseroan menjadi bagian dari
Grup Indofood (Grup). Di bulan Desember 2010, IndoAgri melepaskan 8%
kepemilikannya di Lonsum dimana 3.1% dijual ke SIMP. Pelepasan kepemilikan
ini telah meningkatkan porsi saham bagi investor publik menjadi sebesar 40.5%
dari 35.6%. Setelah melewati serangkaian proses merger, akuisisi, pengembangan
usaha baru dan restrukturisasi tercatat pada akhir tahun 2011 perusahaan memiliki
aset sebesar 6 791 triliun dengan laba bersih yang terus meningkat dengan laba
bersih pada tahun 2011 sebesar 1 701 triliun.
Perusahaan yang didirikan pada tanggal 18 Desember 1962 melakukan IPO
pada tanggal 5 Juli 1996 sebanyak 38.8 juta saham di Bursa Efek Jakarta dengan
nilai nominal Rp. 500 per saham. Pada awalnya kepemilikan saham perusahaan
pada saat IPO dikuasai oleh PT. Pan London Sumatera Plantations (PPLS), namun
pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri), anak
perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk di bidang agribisnis menjadi
pemegang saham mayoritas perusahaan melalui anak perusahaannya di Indonesia,
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk sehingga perseroan menjadi bagian dari Group
Indofood.
3. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR)
Didirikan tahun 1962 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun
1992. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR atau
Perseroan) adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa
sawit yang terintegrasi dan terbesar di Indonesia, dengan nilai penjualan bersih
sebesar Rp. 31.7 triliun dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk sebesar Rp. 1.8 triliun pada tahun 2011. Perusahaan melakukan penawaran
umum saham (IPO) pada tanggal 20 November 1992 sebanyak 150 juta saham di
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan nilai nominal Rp. 200 per saham.
Adapun pergerakan harga saham SMAR cukup baik dengan trend yang terus
meningkat dengan penutupan pada Desember 2011 yaitu Rp. 6 400.
Aktivitas utama Perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon
kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO)
dan inti sawit (PK) serta pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen
seperti minyak goreng, margarin dan shortening. Perseroan menanam kebun
kelapa sawit di Indonesia seluas sekitar 139 000 hektar termasuk plasma. Lima
belas pabrik pengolahan memproses TBS menjadi CPO dan PK, dengan total
kapasitas sebesar 3.9 juta ton per tahun. CPO diproses lebih lanjut menjadi produk
bernilai tambah, baik curah, industri maupun bermerek, melalui pabrik hilir
dengan kapasitas 1.4 juta ton per tahun. PK juga diproses lebih lanjut di pabrik
pengolahan inti sawit dengan kapasitas 444 ribu ton per tahun, menghasilkan
minyak inti sawit dan palm kernel meal yang memiliki nilai lebih tinggi. SMAR
juga mendistribusikan, memasarkan dan mengekspor produk konsumen berbasis
kelapa sawit. Selain minyak curah dan minyak industri, produk turunan SMAR
juga dipasarkan dengan berbagai merek, seperti Filma dan Kunci Mas. Saat ini,
merek-merek tersebut diakui kualitasnya dan memiliki pangsa pasar yang
signifikan di segmennya masing-masing di Indonesia.
27
4. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk (TBLA)
Didirikan tahun 1973, PT. Tunas Baru Lampung, Tbk menjadi salah satu
anggota kelompok usaha Sungai Budi yang dibentuk pada tahun 1974 dan
menjadi salah satu perintis industri pertanian di Indonesia. Keterlibatan tersebut
berasal dari keinginan untuk mendukung kemajuan negara dan memanfaatkan
keunggulan kompetitif Indonesia di bidang pertanian. Sejak PT. Tunas Baru
Lampung, Tbk mulai beroperasi di Lampung pada awal 1970, Perseroan telah
berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar dan termurah.
Perusahaan melakukan penawaran umum saham (IPO) pada tanggal 14 Februari
2000 sebanyak 140.385 juta saham di Bursa Efek Indonesia dengan nilai nominal
Rp. 500 per saham.
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk pertama kali terdaftar dalam Bursa Efek
Jakarta tanggal 14 Februari 2000 dengan trend harga saham yang meningkat
setiap tahunya pada penutupan tahun 2011sebesar Rp. 590. Perseroan juga
memasuki pasar yang baru tahun 1996 di Jawa Timur dengan mengakuisisi
sebuah pabrik penyulingan minyak goreng. Perseroan melihatnya sebagai pintu
gerbang memasuki pasar Indonesia Timur lainnya seperti Kalimantan, Bali,
Lombok, Maluku dan Papua. Sejak akuisisi ini, Perseroan telah meningkatkan
efisiensi pabrik penyulingan Jawa Timur dan memperluas kapasitas produksi di
tahun 1999. Perseroan juga telah meningkatkan kapasitas pabrik penyulingan dan
membangun pabrik CPO kedua di Lampung meneruskan hasil Penawaran Umum
Pertama sejak tahun 2000, dan mengakusisi PT. Agro Bumi Mas di tahun 2004,
yang menjadikan Perseroan memiliki pabrik pengolahan CPO yang ketiga. Pada
saat ini Perseroan sedang membangun pabrik CPO yang keempat di daerah
Banyuasin, Sumatera Selatan dengan kapasitas 2x45 ton/jam. Perseroan bertekad
meningkatkan produksi dan menjaga kualitas produk-produk Perseroan. Sebagai
tambahan untuk minyak goreng nabati, Perseroan juga memproduksi stearine,
minyak sawit, minyak inti sawit dan produk lain seperti sabun cream dan sabun
cuci dengan memanfaatkan asam lemak sebagai produk sampingan hasil
pengolahan CPO. Salah satu produk minyak goreng yang menjadi andalan dari
perseroan adalah Rose Brand.
Dilihat dari laporan keuangan tahun 2011, dari sisi keuangan perusahan
terus membukukan laba bersih yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dilihat
dari penjualan bersih pada tahun lalu sebesar Rp. 3.7 triliun, mengalami
peningkatan sebesar 26% bila dibandingkan dengan penjualan yang dicapai pada
tahun-tahun sebelumnya sebesar Rp. 2.9 triliun. Secara volume terjadi penurunan
sebesar 17%, dikarenakan Perseroan mengurangi kegiatan perdagangan untuk
ekspor CPO tersebut, namun harga jual CPO ekspor Perseroan mengalami
peningkatan sebesar 34%. Untuk hasil penjualan ekspor mengalami peningkatan
dari USD 251 juta pada tahun 2010 menjadi sebesar USD 296 juta pada tahun
2011 atau naik 18%, dimana penurunan hasil ekspor CPO dapat diimbangi dengan
kenaikan ekspor PKO dan bungkil sawit. Adapun komposisi penjualan ekspor
berbanding penjualan lokal adalah 70% berbanding 30%. Akibat dari peningkatan
panen TBS dan harga jual ekspor, laba kotor Perseroan mengalami peningkatan
yang signifikan dari Rp. 641 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp. 1.2 triliun pada
tahun 2011 atau naik 94%. Laba usaha Perseroan juga mengalami peningkatan
dari Rp. 350 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp. 614 miliar pada tahun 2011 atau
naik sebesar 76%. Margin laba usaha Perseroan pada tahun 2011 mengalami
28
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu dari sebesar 12%
menjadi 17%.
5. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP)
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk didirikan di Republik Indonesia pada
tahun 1911 dengan nama NV Hollandsch Amerikanse Plantage Maatschappij.
Nama perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan yang menandakan
beberapa kali penggantian kepemilikan. PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
adalah salah satu anggota Kelompok Usaha Bakrie yang termasuk perusahaan
swasta nasional pertama di Indonesia. Kelompok Usaha Bakrie didirikan oleh
almarhum Achmad Bakrie pada tahun 1942 dengan nama Bakrie & Brothers
General Merchant and Commission Agent di Lampung. Awalnya NV HAPM
merupakan sebuah departemen yang dibentuk khusus untuk meneliti tanaman dan
penyakit tanaman serta mencari obatnya yang berlokasi di Bunut, Kisaran.
Perusahaan melakukan penawaran umum saham (IPO) pada tanggal 6 Maret 1990
sebanyak 11.1 juta saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan nilai
nominal Rp. 1 000 per saham.
Anggaran dasar perusahaan pertama kali diumumkan dalam Lembaran
Berita Negara Republik Indonesia No. 14 tanggal 18 Februari 1941. Tambahan
No. 101 anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
antara lain dengan akta Notaris Sutjipto, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta No. 98
tanggal 14 Mei 2008 mengenai perubahan seluruh anggaran dasar perusahaan
dalam rangka penyesuaian terhadap Undang-Undang Republik Indonesia No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar
perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang perkebunan,
pengolahan, perdagangan dan pengangkutan hasil tanaman dan produk industri
serta pabrik kertas. Saat ini, perusahaan bergerak di bidang perkebunan,
pengolahan dan perdagangan hasil
tanaman dan industri. Dalam upaya
mengembangkan suatu basis kepemilikan yang luas, maka
tahun 1989
perusahaan menawarkan 30 persen dari sahamnya untuk umum.
Luas tanaman perkebunan perusahaan dan anak perusahaan adalah 124 063
hektar. Perusahaan telah beroperasi komersial sejak tahun 1911. Pada tanggal 23
November 1990 PT. United Sumatera Plantations telah melaksanakan usaha
patungan dengan pihak Globe, USA untuk mendirikan pabrik benang karet
dengan nama PT. Bakrie Rubber Industry, pabrik ini ditargetkan akan
berproduksi pada tahun 1993. Kemudian pada tahun 1991, perusahaan telah
mengembangkan sayapnya dengan rencana membuka 40 000 hektar perkebunan
kelapa sawit di Pasaman Sumatera Barat. Sejak tanggal 11 Mei 1993 PT. United
Sumatera Plantations telah berubah menjadi PT. Bakrie Sumatera Plantations,Tbk
yang disahkan melalui surat keputusan Menteri Kehakiman RI No. 023004.HT.01.TH.93. PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Kisaran (selanjutnya
disebut PT BSP) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha
perkebunan, pengolahan dari hasil
tanaman dan produksi industri serta
perdagangan hasil industri. Perkebunan yang diusahakan PT. BSP adalah
perkebunan karet dan kelapa sawit. Pada mulanya perusahaan hanya bergerak di
bidang perkebunan karet.
Pada tahun 1992 perusahaan mulai melaksanakan konversi atas sebagian
perkebunan karet menjadi
perkebunan kelapa sawit. Keputusan untuk
29
memasukan kelapa sawit ke dalam bisnis inti didasari pertimbangan bahwa bisnis
ini menguntungkan. Di samping itu kelapa sawit dikenal sebagai tanaman yang
memiliki produktivitas tinggi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya.
Perusahaan listing menjadi perusahaan go public pada pada 6 Maret 1990, namun
harga saham UNSP ini terus mengalami penurunan pada akhir penutupan tahun
2011 ditutup di harga Rp. 285 per lembar saham.
Subsektor Peternakan
6. PT. Cipendawa, Tbk (CPDW)
PT. Indo Setu Bara Resources, Tbk (selanjutnya disebut Perseroan)
didirikan dengan nama PT. Tjipendawa Farm Enterprise, berdasarkan Akta No. 90
pada tanggal 25 November 1970 yang dibuat oleh Notaris Juliaan Nimrod Siregar
Gelar Mangaradja Namora, S.H., Notaris di Jakarta. Komoditas utama perusahaan
adalah ayam beserta turunannya. Seluruh penjualan produk diserap oleh pasar
dalam negeri. Pada tahun 1990, Perseroan melakukan penawaran perdana untuk
menjadi Perusahaan Terbuka dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada
tanggal 18 Juni 1990 dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 2 Juli 1990
sebanyak 3 juta saham dengan nilai nominal Rp. 1 000 per saham. Semenjak itu
Perseroan dikenal sebagai perusahaan perunggasan dengan nama Cipendawa
(CPDW). Dalam rangka mengembangkan bisnis usahanya, pada tahun 2008
Perseroan mengakuisisi 99% saham PT. Sentra Alam Resources (SAR) yang
memiliki anak perusahaan PT. Pratama Sumber Resources, yang telah memiliki
dua Kuasa Pertambangan (KP) di Berau. Pada tahun 2011, Perseroan melepas
kepemilikan aset perunggasannya sehingga Perseroan menyatakan dirinya sebagai
perusahaan pertambangan batubara.
Subsektor Perikanan
7. PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI)
PT. Dharma Samudra Fishing,Tbk (DSFI) didirkan pada tanggal 2 Oktober
1973 berdasarkan akta notaris Tan Hong Kie No 3. Ruang lingkup perusahaan
meliputi pada bidang perikanan termasuk mengambil, mengolah, menjual serta
menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan hasil perikanan. Pada tanggal 24
Maret 2000, perusahaan melakukan penawaran perdana dengan jumlah saham
perusahaan 125 juta. Pada tanggal 28 Februari 2000, pernyataan pendaftaran
perusahaan untuk menwarakan 50 juta saham disertai 25 juta waran seri satu
dengan harga penawaran Rp. 900 per saham dinyatakan efektif. Pada tanggal 24
Maret 2000, seluruh saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh,
waran seri satu telah dicatatakan pada Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 17
Maret 2003, periode perdagangan waran seri satu di Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya telah berakhir. Tanggal 24 Maret 2003 merupakan tanggal terakhir
pelaksanaan waran seri satu dan sampai tanggal tersebut, perkembangan saham
DSFI sangat datar sejak tahun 2008 sampai dengan akhir 2011 perkembangan
saham DSFI hanya bergerak di kisaran Rp. 50 per lembar saham.
Subsektor Lainnya
8. PT Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK)
PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk didirikan pada tanggal 5 Maret 2002.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah bergerak dalam bidang bioteknologi
30
pertanian, Hak Pengelolaan Hutan (HPH), Hutan Tanam Industri (HTI) dan
perdagangan. Perusahaan mulai melakukan kegiatan komersialnya pada bulan
Juni 2001. Penawaran Umum dan Pencatatan Saham Perusahaan di Bursa Efek
dilakukan pada tahun 2004. Perusahaan melakukan penawaran umum saham
kepada masyarakat sebanyak 120 juta saham dengan nilai nominal Rp. 100 setiap
saham dengan harga penawaran Rp. 125 setiap saham disertai dengan penerbitan
waran seri sebanyak 276 juta yang diberikan secara cuma-cuma dengan nilai
nominal Rp. 100 setiap saham dengan harga pelaksanaan Rp. 125 setiap saham.
Pembelian dapat dilakukan selama masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 14
November 2004 sampai dengan 13 Mei 2007. Setiap pemegang satu waran berhak
membeli satu saham perusahaan. Bila waran tidak dilaksanakan sampai masa
berlakunya habis, maka waran tersebut menjadi kadaluarsa. Penawaran umum
saham ini telah didaftarkan ke Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) pada
tanggal 19 Februari 2004 dan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 13 Mei 2004. Penawaran umum saham ini telah memperoleh izin dari
Ketua BAPEPAM dengan Surat Keputusan No. S-1 102/ PM /2004 tanggal 29
April 2004.
Analisis Variabel Kinerja Keuangan Economic Value Added (EVA)
Nilai Economic Value Added (EVA) diperoleh dari penjumlahan laba bersih
atau Net Operating Profit After Tax (NOPAT) setelah pajak dengan biaya modal
atau Cost of Capital (COC). Komponen pembentuk Cost of Capital (COC) sendiri
diperoleh dari penjumlahan Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan
Invested Capital (IC), sementara NOPAT diperoleh dari penjumlahan laba bersih
dengan beban bunga. Data dihitung dengan menggunakan software miscrosoft
excel. Variabel Economic Value Added (EVA) merupakan variabel independen
(X) dalam pengolahan data statistik.
Subektor Perkebunan
1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk.
memiliki trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang semakin meningkat
setiap tahunnya dengan hasil nilai kinerja keuangan per triwulan yang semakin
meningkat pula. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan
sebesar 151%. Kinerja keuangan PT. Astra Agro Lestari, Tbk selalu mengalami
penurunan pada setiap awal tahun atau setiap triwulan pertama, hal tersebut
ditunjukkan dengan dihasilkannya nilai kinerja keuangan negatif atau kurang dari
nol pada periode tersebut. Penurunan kinerja diduga karena perusahaan selalu
melakukan perencanaan investasi baru untuk memaksimalkan nilai tambah
perusahaan di masa mendatang. Selain itu, pada tahun 2009 triwulan pertama
perusahaan menghasilkan nilai kinerja keuangan terendah diantara periodeperiode lainnya yaitu sebesar – 1 473 537.634, hal tersebut terjadi karena adanya
dampak dari krisis global di Amerika Serikat yang terjadi dimulai pada tahun
2008 triwulan keempat.
Kesimpulan dari kinerja keuangan perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk
pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki
31
kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya
tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya perusahaan telah
mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba atau
pengembalian yang diterima lebih besar daripada modal yang telah diinvestasikan.
Peningkatan kinerja PT. Astra Agro Lestari, Tbk diduga karena perusahaan giat
meningkatkan volume penjualan CPO (Crude Palm Oil) dengan meningkatkan
produksi melalui perluasan lahan serta peningkatan kerjasama dengan petani
plasma.
Tabel 8 Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. Astra Agro Lestari, Tbk periode
2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Tahun
Triwulan
WACC
1
0.161
2005
2
0.126
3
0.141
4
0.135
1
0.147
2006
2
0.158
3
0.157
4
0.224
1
0.242
2007
2
0.212
3
0.237
4
0.271
1
0.187
2008
2
0.207
3
0.115
4
0.181
1
0.316
2009
2
0.185
3
0.124
4
0.065
1
0.200
2010
2
0.260
3
0.250
4
0.073
1
0.244
2011
2
0.230
3
0.176
4
0.254
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
NOPAT
194 485.219
427 165.000
640 935.520
847 708.000
188 839.880
433 637.000
659 908.000
816 535.000
281 513.000
710 347.000
1 334 679.000
2 047 303.000
859 335.000
1 655 257.000
2 206 126.000
2 715 687.000
226 215.000
798 895.000
1 297 479.000
1 730 550.000
284 209.000
662 018.000
1 278 145.000
2 103 652.000
682 230.000
1 317 291.000
1 931 792.000
2 498 565.000
IC
2 396 274.616
2 367 695.000
2 556 310.490
2 683 230.000
2 854 668.220
2 915 410.000
2 788 611.000
3 014 738.000
3 105 880.000
3 177 876.000
3 389 908.000
4 065 602.000
4 892 654.000
4 673 852.000
4 655 130.000
5 156 245.000
5 373 963.000
5 767 009.000
6 160 212.000
5 156 245.000
6 498 343.000
6 498 343.000
6 722 261.000
7 211 687.000
7 868 345.000
7 476 389.000
7 594 153.000
8 139 615.000
COC
386 844.451
299 455.801
359 689.179
361 331.223
420 012.758
459 675.408
438 710.262
674 993.310
751 268.142
674 875.527
802 149.685
1 100 401.103
914 662.796
967 065.796
537 631.291
933 373.775
1 699 752.634
1 066 874.309
766 286.267
335 155.925
1 297 897.745
1 692 104.917
1 677 712.078
526 658.459
1 916 968.674
1 717 370.172
1 338 755.179
2 063 862.096
EVA
- 192 359.232
127 709.199
281 246.341
486 376.777
- 231 172.878
- 26 038.408
221 197.738
141 541.690
- 469 755.142
35 471.473
532 529.315
946 901.897
- 55 327.796
688 191.861
1 668 494.709
1 782 313.225
- 1 473 537.634
- 267 979.309
531 192.733
1 395 394.075
- 1 013 688.745
- 1 030 086.917
- 399 567.078
1 576 993.541
- 1 234 738.674
- 400 079.172
593 036.821
434 702.904
151
2. PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. PP London Sumatera
Indonesia, Tbk memiliki tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan
perusahaan sebesar 30% dengan trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang
semakin meningkat setiap tahunnya, walaupun terdapat beberapa penurunan nilai
kinerja keuangan pada sekitar periode akhir tahun (triwulan tiga atau empat),
misalnya saja pada tahun 2005 triwulan tiga dengan hasil penurunan nilai sebesar
100 416.19, tahun 2006 triwulan empat dengan hasil penurunan nilai sebesar 95
456.80, tahun 2008 triwulan empat dengan hasil penurunan nilai sebesar 309
799.217, tahun 2009 triwulan empat dengan hasil penurunan nilai sebesar – 227
840.757 dan tahun 2011 triwulan empat dengan hasil penurunan nilai sebesar – 82
338.411. Namun, kondisi tersebut tidak menjadikan patokan bahwa perusahaan
tersebut memiliki kinerja keuangan yang buruk karena di periode-periode lainnya
32
perusahaan menghasilkan laju pertumbuhan kinerja yang semakin meningkat.
Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat pun berdampak
pada kinerja keuangan PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk dimana
perusahaan menghasilkan nilai kinerja keuangan terburuk diantara periodeperiode lainnya pada tahun 2009 triwulan satu dengan nilai kinerja sebesar – 1
019 908.225. Kinerja keuangan PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk selalu
mengalami penurunan pada awal periode tahun atau triwulan pertama.
Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk
periode 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai
kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya perusahaan telah mampu
menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba atau
pengembalian yang diperoleh lebih besar daripada modal yang telah
diinvestasikan. Perusahaan melakukan peningkatan volume penjualan produksi
kelapa sawit dan benih kelapa sawit untuk memaksimalkan nilai tambah.
Tabel 9
Tahun
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. PP London Sumatera Indonesia,
Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Triwulan
WACC
1
0.078
2005
2
0.110
3
0.106
4
0.084
1
0.104
2006
2
0.117
3
0.125
4
0.100
1
0148
2007
2
0.111
3
0.099
4
0.076
1
0.164
2008
2
0.131
3
0.100
4
0.150
1
0.258
2009
2
0.072
3
0.113
4
0.226
1
0.186
2010
2
0.227
3
0.147
4
0.065
1
0.253
2011
2
0.068
3
0.214
4
0.285
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
NOPAT
69 330.00
177 789.00
346 220.00
426 193.00
76 594.00
152 322.00
262 539.00
359 079.00
105 891.000
197 726.000
411 412.000
630 248.000
261 197.000
503 355.000
796 730.000
970 782.000
116 152.000
312 219.000
533 080.000
760 504.000
175 952.000
432 832.000
658 492.000
1 059 642.000
394 947.000
886 396.000
1 312 466.000
1 701 513.000
IC
2 080 403.00
251 357.56
2 320 130.00
248 766.87
243 658.58
243 869.37
212 757.62
2 630 822.00
2 758 666.000
2 959 476.000
3 161 976.000
3 365 068.000
3 544 186.000
2 921 919.000
248 726.622
4 409 342.000
4 402 835.000
4 237 360.000
4 429 954.000
4 370 538.000
4 749 284.000
4 636 174.000
4 827 829.000
4 939 840.000
5 346 426.000
5 439 299.000
5 879 056.000
6 260 533.000
COC
161 991.20
27 589.74
245 803.81
20 871.74
25 296 .81
28 595.53
26 594.27
263 622.20
407 962.618
327 823.966
311 712.259
254 436.723
583 670.873
382 130.404
24 991.339
660 982.783
1 136 060.225
303 518.119
499 716.231
988 344.757
881 803.992
1 052 553.993
710 304.410
321 653.263
1 351 334.620
367 152.683
1 256 735.584
1 783 851.411
EVA
- 92 661.20
150 199.26
100 416.19
405 321.26
51 297.19
123 726.47
235 944.73
95 456.80
- 302 071.618
- 130 097.966
99 699.741
375 811.277
- 322 473.873
121 224.596
771 738.661
309 799.217
- 1 019 908.225
8 700.881
33 363.769
- 227 840.757
- 705 851.992
- 619 721.993
- 51 812.410
737 988.737
- 956 387.620
519 243.318
55 730.416
- 82 338.411
30
3. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk memiliki trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang
berfluktuatif. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar
201%. Kondisi fluktuatif tersebut ditunjukkan pada Tabel 10, dimana pergerakan
kinerja keuangan perusahaan menunjukkan keadaan yang tidak stabil (naik turun).
33
Namun dilihat dari sisi lain, selama periode penelitian dihasilkan lebih banyak
periode yang bernilai positif dibandingkan nilai negatif, dimana kondisi tersebut
menguntungkan bagi perusahaan. Adanya krisis yang terjadi pada tahun 2008 di
Amerika Serikat berdampak terhadap perusahaan yaitu menurunnya kinerja
keuangan pada tahun 2009 yang menghasilkan nilai kinerja negatif atau kurang
dari nol.
Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk periode 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan
memiliki kinerja keuangan yang baik hal tersebut ditunjukkan dengan
dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya
perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal
dimana laba atau pengembalian yang diperoleh lebih besar daripada modal yang
telah diinvestasikan.
Tabel 10
Tahun
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Triwulan
WACC
1
- 0.069
2005
2
0.096
3
0.200
4
0.123
1
0.102
2006
2
0.153
3
0.134
4
0.121
1
0.110
2007
2
- 0.199
3
0.130
4
0.099
1
0.062
2008
2
0.055
3
0.114
4
0.124
1
0.084
2009
2
0.145
3
0.144
4
0.181
1
0.112
2010
2
0.202
3
0.205
4
0.072
1
0.111
2011
2
0.171
3
0.139
4
0.154
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
NOPAT
32 029.50
96 434.73
174 232.94
429 872.98
259 671.05
487 103.40
650 037.75
758 394.25
220 934.680
570 178.744
926 663.917
1 150 836.804
482 481.813
1 218 677.898
1 430 104.828
1 310 378.061
91 125.155
373 700.221
783 361.175
1 062 619.721
495 179.716
646 837.883
941 050.547
1 516 386.000
657 322.000
1 306 553.000
1 900 933.000
2 062 243.000
IC
2 637 810.12
251 357.56
4 007 584.05
3 992 288.84
4 227 060.94
4 190 310.40
4 521 330.00
4 719 343.42
4 900 329.356
5 691 142.930
4 606 862.827
6 957 442.738
7 617 798.203
8 092 765.847
8 805 984.703
8 883 162.206
8 938 659.478
8 586 279.102
9 004 184.226
8 492 565.031
8 385 892.602
9 250 754.814
9 525 005.190
4 939 840.000
11 325 317.000
12 829 126.000
5 879 056.000
12 645 638.000
COC
- 182 563.05
24 093.21
802 124.33
492 700.78
430 851.40
641 631.92
604 934.88
568 765.5
540 892.186
- 1 129 833.723
596 680.196
688 930.347
470 407.669
442 407.018
1 001 139.221
1 105 716.806
748 833.892
1 249 259.118
1 300 437.549
1 538 049.249
939 173.103
1 868 167.948
1 948 561.044
353 777.905
1 259 764.165
2 198 942.990
815 111.938
1 952 579.406
EVA
214 592.54
72 341.52
- 627 891.39
- 62 827.80
- 171 180.35
- 154 528.51
45 102.87
189 628.67
- 319 957.506
1 700 012.467
329 983.720
461 906.457
12 074.144
776 270.880
428 965.607
204 661.255
- 657 708.737
- 875 558.897
- 517 076.374
- 475 429.528
- 443 993.387
1 221 330.064
1 007 510.497
1 162 608.095
- 602 442.165
- 892 389.990
1 085 821.062
109 663.594
201
4. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan
banyaknya nilai negatif atau kurang dari nol yang dihasilkan perusahaan serta
ketidakstabilan nilai kinerja perusahaan antar periode selama periode penelitian
per triwulan. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar
- 63%. Kinerja keuangan terburuk perusahaan dihasilkan pada tahun 2010
triwulan dua dengan hasil nilai kinerja sebesar – 1 221 330.064. Dampak dari
34
adanya krisis global yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat pun
dirasakan oleh perusahaan, dimana kinerja keuangan menghasilkan nilai negatif
pada awal tahun 2009.
Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk periode
tahun 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai
kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya perusahaan belum mampu
menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang diperoleh
lebih rendah daripada modal yang telah diinvestasikan.
Tabel 11 Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode
2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Tahun
Triwulan
WACC
1
0.094
2005
2
0.104
3
0.116
4
0.106
1
0.097
2006
2
0.123
3
0.137
4
0.182
1
0.175
2007
2
0.089
3
0.213
4
0.135
1
0.052
2008
2
0.144
3
0.067
4
0.104
1
0.121
2009
2
0.149
3
0.099
4
0.181
1
0.112
2010
2
0.202
3
0.205
4
0.072
1
0.111
2011
2
0.171
3
0.139
4
0.154
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
NOPAT
22 603.84
43 800.51
63 029.92
116 169.13
45 267.45
61 670.89
99 615.48
132 790.76
19 672.302
71 582.080
109 908.248
163 390.167
147 537.794
275 071.506
320 238.047
142 178.118
27 569.031
152 334.242
296 769.647
1 062 619.721
495 179.716
646 837.883
941 050.547
1 516 386.000
657 322.000
1 306 553.000
1 900 933.000
2 062 243.000
IC
1 289 133.05
1 171 810.15
1 153 899.52
1 300 416.95
1 312 514.53
1 429 076.26
1 582 296.82
1 823 159.76
1 721 148.907
1 687 601.597
1 794 536.704
2 069 839.870
2 147 217.173
2 235 103.285
2 135 935.830
2 750 291.481
2 533 065.007
2 603 473.360
2 651 418.359
8 492 565.031
8 385 892.602
9 250 754.814
9 525 005.190
4 939 840.000
11 325 317.000
12 829 126.000
5 879 056.000
12 645 638.000
COC
121 103.39
121 767.13
133 298.41
137 603.80
127 478.38
176 087.05
216 948.76
331 973.41
301 269.129
150 497.685
381 527.347
279 870.679
112 357.189
321 076.577
143 853.303
285 917.919
306 980.762
388 254.459
262 543.333
1 538 049.249
939 173.103
1 868 167.948
1 948 561.044
353 777.905
1 259 764.165
2 198 942.990
815 111.938
1 952 579.406
EVA
- 98 499.55
- 77 966.61
- 70 268.49
- 21 434.68
- 82 210.94
- 114 416.16
- 117 333.28
- 199 182.64
- 281 596.827
- 78 915.605
- 271 619.099
- 116 480.512
35 605.180
46 005.071
176 384.744
- 143 739.801
- 279 411.731
- 235 920.217
34 226.314
- 475 429.528
- 443 993.387
- 1 221 330.064
- 1 007 510.497
1 162 608.095
- 602 442.165
- 892 389.990
1 085 821.062
109 663.594
-63
5. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. (UNSP)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Bakrie Sumatera Plantation,
Tbk memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya hasil perhitungan kinerja keuangan yang bernilai kurang dari
nol atau negatif dan laju penurunan yang semakin merosot dari periode ke
periode. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 187%. Kinerja keuangan terburuk diperoleh pada tahun 2010 triwulan dua dengan
nilai kinerja sebesar – 3 486 432.06. Selain itu, krisis global yang terjadi di
Amerika Serikat pada tahun 2008 berdampak terhadap kinerja keuangan
perusahaan, dimana pada tahun 2009 triwulan satu diperoleh nilai penurunan
kinerja dari periode sebelumnya yaitu sebesar – 710 193.60. Penyebab terjadinya
penurunan kinerja PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk diduga karena buruknya
35
kinerja penjualan perusahaan dimana harga jual komoditas minyak sawit dan karet
yang turun tajam. Selain itu, penurunan kinerja keuangan perusahaan Bakrie ini
pun diduga akibat banyaknya hutang yang harus dibayar oleh perusahaan. Hutang
tersebut digunakan perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnis.
Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk
periode tahun 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai
kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya perusahaan belum mampu
menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang diperoleh
lebih rendah daripada modal yang telah diinvestasikan.
Tabel 12 Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.
periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Tahun
Triwulan
WACC
1
0.234
2005
2
0.542
3
0.355
4
0.456
1
0.231
2006
2
0.107
3
0.308
4
0.105
1
0.294
2007
2
0.111
3
0.103
4
0.120
1
0.112
2008
2
0.203
3
0.145
4
0.234
1
0.101
2009
2
0.234
3
0.121
4
0.453
1
0.234
2010
2
0.156
3
0.353
4
0.242
1
0.145
2011
2
0.117
3
0.124
4
0.134
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
NOPAT
15 649.71
18 968.56
19 565.90
29 567.22
54 345.21
21 455.098
14 895.90
21 039.32
55 987.981
22 948.01
45 958.32
12 938.56
23 867 90
893 2356.90
34 434.34
98 983.891
77 098.567
99 898.90
234 675.90
789 785.771
765 098.73
345 098 791
658 890 654
234 781.41
987 654.789
986 877.098
876 890.789
982 904.345
IC
247 204.475
281 357.561
246 291.584
248 766.867
243 658.576
243 869.372
212 757.621
193 021.019
193 269.272
191 376.285
260 458.240
264 758.927
265 044.726
260 260.182
248 726.622
15 055.215
183 326.088
170 329.931
128 804.418
5 236.770
3 039.230
96 760.704
97 825.929
98 391.636
280 174.725
99 767.300
134 780.596
127 485.128
COC
34 936.300
56 607.005
40 180.026
27 236.726
21 017.450
32 291.568
26 594.270
24 078.608
18 035.290
1 426.320
49 395.631
35 355.069
34 616.864
23 610.732
19 769.600
1 311.153
10 639.499
12 114.423
10 626.179
480.015
24.801
1 260.466
1 330.643
8 610.047
14 268.592
2 674.205
4 637.033
6 034.192
EVA
- 65 244.34
- 34 942.63
29 538.81
51 999.45
- 31 861.08
- 63 073 .93
28 466.54
68 623.54
- 140 898.72
- 10 966.60
- 437 881.71
- 315 357.01
- 412 936.36
-317 858.89
- 127 074.94
- 242 604.14
- 710 193.60
- 184 993.04
- 210 407.67
- 690 259.12
- 1 747 424.76
- 3 486 432.06
- 1 675 760.44
242 688.16
- 1 483 977.43
- 2 499 120.63
- 1 686 712.35
- 2 297 579.35
-187
Subsektor Peternakan
6. PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Cipendawa, Tbk menghasilkan
nilai kinerja keuangan yang buruk hampir di setiap triwulan periode penelitian
dengan kecenderungan laju yang semakin menurun. Tingkat nilai kinerja rata-rata
laju pertumbuhan perusahaan sebesar - 60%. Kinerja keuangan terburuk
dihasilkan perusahaan pada tahun 2011 triwulan dua dengan nilai sebesar – 18
770.890. Krisis global di Amerika Serikat pada tahun 2008 tidak terlalu
berdampak besar pada kinerja perusahaan karena pada periode-periode
sebelumnya pun perusahaan menghasilkan nilai yang lebih rendah. Nilai
penurunan yang dihasilkan dari dampak krisis yaitu sebesar – 3 518.651 pada
36
awal tahun 2009 Buruknya kinerja keuangan PT. Cipendawa diduga karena
perusahaan sulit bersaing di bisnis peternakan, khususnya dalam penjualan anak
ayam umur sehari (day old chicken/DOC).
Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Cipendawa, Tbk periode tahun 2005
hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang
buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata
laju pertumbuhan negatif artinya perusahaan belum mampu menciptakan nilai
tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang diperoleh lebih rendah
daripada modal yang telah diinvestasikan.
Tabel 13
Tahun
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. Cipendawa, Tbk. periode 20052011 (dalam jutaan rupiah)
Triwulan
WACC
1
0.075
2005
2
0.117
3
0.261
4
0.095
1
0.209
2006
2
0.126
3
- 0.350
4
0.626
1
- 0.145
2007
2
- 0.125
3
0.060
4
0.014
1
0.011
2008
2
0.018
3
0.069
4
0.113
1
0.100
2009
2
0.065
3
0.060
4
0.068
1
0.198
2010
2
0.027
3
0.060
4
0.072
1
0.068
2011
2
0.226
3
0.068
4
0.062
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
NOPAT
1 179.440
2 208.190
4 372.479
1 771.850
- 2 459.530
- 4 648.850
- 2 913.590
- 2 088.168
- 3 561.180
- 1 974.090
1 152.710
- 2 789.241
- 308.160
3 310.239
4 030.830
- 887.540
- 2 236.570
- 1 699.135
- 244.430
- 10 432.540
- 2 149.054
- 3 428.109
- 2 041.728
- 3 428.110
- 1 141.318
- 2 163.068
- 2 307.628
- 5 015.130
IC
24 202.760
25 432.190
27 715.760
25 500.650
22 625.800
20 268.537
21 753.840
22 799.610
19 618.340
99 778.410
24 307.480
20 798.574
20 470.370
18 843.160
19 807.665
15 055.215
12 862.540
13 225.610
11 896.620
5 236.770
3 039.230
18 308.022
19 564.370
11 844.180
72 956.510
73 551.850
3 421.220
684.730
COC
1 804.814
2 968.756
7 224.473
2 427.242
4 725.425
2 556.174
- 7 619.923
14 283.881
- 2 835.567
- 12 454.015
1 458.332
295.319
222 124
336.002
1 363.918
1 702.310
1 282.081
864.431
716.992
355.350
600.479
496.966
1 164.589
848.828
4 924.564
16 607.822
230.932
42.2248
EVA
- 625.374
- 760.566
- 2 851.994
- 655.392
- 7 184.955
- 7 205.024
4 706.333
- 16 372.049
- 725.613
10 479.925
- 305.622
- 3 084.560
- 530.284
2 974.237
2 666.912
- 2 589.850
- 3 518.651
- 2 563.566
- 961.422
- 10 787.890
- 2 749.533
- 3 925.075
- 3 206.317
- 4 276.938
- 6 065.882
- 18 770.890
- 2 538.560
- 5 057.378
-60
Subsektor Perikanan
7. PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Danasupra Erapacific, Tbk
menghasilkan nilai kinerja keuangan yang buruk pada periode tahun 2005 hingga
2009 dimana pada periode tersebut perusahaan menghasilkan nilai kinerja negatif
atau kurang dari nol. Namun, berbeda pada kondisi pada tahun 2010 dan 2011,
perusahaan menghasilkan trend laju pertumbuhan nilai kinerja keuangan yang
semakin meningkat setiap triwulannya. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju
pertumbuhan perusahaan sebesar - 10%. PT. Danasupra Erapacific, Tbk
membukukan laba Rp. 1 miliar pada semester satu tahun 2013, pendapatan
Danasupra ditopang oleh pembiayaan konsumen sebesar Rp. 47.18 juta, anjak
37
piutang Rp. 1.16 miliar dan lain-lain sebesar Rp. 966.26 juta1. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat hingga tahun 2013.
Krisis global pada tahun 2008 tidak terlalu berdampak pada PT. Danasupra
Erapacific, Tbk, dimana kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2009 triwulan
pertama menghasilkan nilai – 21 704.392 menurun jika dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Danasupra Erapacific, Tbk periode
tahun 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai
kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya perusahan belum mampu
menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang dihasilkan
perusahan lebih rendah dibandingkan daripada modal yang diinvestasikan.
Tabel 14 Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. Danasupra Erapacific, Tbk. Periode
2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Tahun
Triwulan
WACC
1
0.095
2005
2
0.213
3
0.163
4
0.109
1
0.086
2006
2
0.132
3
0.125
4
0.125
1
0.093
2007
2
0.007
3
0.190
4
0.134
1
0.131
2008
2
0.091
3
0.079
4
0.087
1
0.058
2009
2
0.071
3
0.082
4
0.092
1
0.008
2010
2
0.013
3
0.014
4
0.088
1
0.051
2011
2
0.027
3
0.034
4
0.047
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
NOPAT
5 878.484
11 119.321
11 858.295
13 161.043
3 828.721
7 225.310
- 18 257.304
- 32 118.745
3 394.343
6 349.607
9 112.091
12 293.196
3 993.448
2 483.375
- 8 566.019
- 63 472.286
- 11 064.893
- 20 123.436
- 60 109.916
- 89 248.709
298.515
3 513.479
5 520.771
15 077.393
1 901.184
5 067.678
6 863.687
11 517.346
IC
242 204.475
251 357.561
246 291.584
248 766.867
243 658.576
243 869.372
212 757.621
193 021.019
193 269.272
191 376.285
260 458.240
264 758.927
265 044.726
260 260.182
248 726.622
15 055.215
183 326.088
170 329.931
128 804.418
5 236.770
3 039.230
96 760.704
97 825.929
98 391.636
280 174.725
99 767.300
134 780.596
127 485.128
COC
22 936.300
53 607.005
40 180.026
27 236.726
21 017.450
32 291.568
26 594.270
24 078.608
18 035.290
1 426.320
49 395.631
35 355.069
34 616.864
23 610.732
19 769.600
1 311.153
10 639.499
12 114.423
10 626.179
480.015
24.801
1 260.466
1 330.643
8 610.047
14 268.592
2 674.205
4 637.033
6 034.192
EVA
- 17 057.816
- 42 487.684
- 28 321.730
- 14 075.684
- 17 188.729
- 25 066.258
- 44 851.574
- 56 197.353
- 14 640.947
4 923.287
- 40 283.539
- 23 061.873
- 30 623.416
- 21 127.356
- 28 335.619
- 64 783.439
- 21 704.392
- 32 237.859
- 70 736.096
- 89 728.725
273.714
2 253.013
4 190.128
6 467.346
- 12 367.408
2 393.473
2 226.655
5 483.154
-10
Subsektor Lainnya
8. PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. (BTEK)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Bumi Teknokultura Unggul,
Tbk menghasilkan nilai kinerja keuangan negatif atau kurang dari nol di seluruh
periode penelitian. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan
sebesar - 11%. Kinerja keuangan terburuk dihasilkan perusahaan pada tahun 2009
1
Bisnis Indonesia Group. Juli 2013. Laba Danasupra Erapacific Meningkat 22.98%.
http://m.bisnis.com/laba-danasupra-erapacific-meningkat-2298. September 2013
38
triwulan empat sebesar – 41 034.868. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa PT.
Bumi Teknokultura Unggul, Tbk memiliki kinerja keuangan yang buruk hal
tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju
pertumbuhan negatif dimana pada tahun 2005 hingga 2011 perusahaan belum
mampu menghasilkan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang
dihasilkan lebih rendah daripada modal yang diinvestasikan.
Tabel 15
Tahun
Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC),
Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan
Economic Value Added (EVA) PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk.
periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Triwulan
WACC
1
0.361
2005
2
0.153
3
0.092
4
0.120
1
0.128
2006
2
0.143
3
0.118
4
0.062
1
0.093
2007
2
0.193
3
0.185
4
0.261
1
0.110
2008
2
0.150
3
0.093
4
0.117
1
0.189
2009
2
0.392
3
0.185
4
0.438
1
0.237
2010
2
0.142
3
0.129
4
0.436
1
0.108
2011
2
0.172
3
0.205
4
0.089
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
NOPAT
- 1 892.860
- 2 918.920
42.550
- 5 501.910
715.740
- 2 678.360
- 5 622.530
- 9 263.890
- 6 158.220
- 2 382.320
- 8 351.140
- 7 692.420
- 2 989.260
- 5 313.780
- 7 399.950
- 8 767.250
- 1 703.800
- 3 486.770
- 4 008.160
- 6 232.280
406.925
- 1 670.430
- 3 303.200
- 4 548.890
- 1 963.380
- 1 624.260
- 5 004.080
- 3 633.820
IC
93 700.990
94 071.730
95 419.061
91 393.631
92 066.404
88 681.950
85 712.040
82 070.670
81 073.370
99 778.410
93 809.590
94 468.320
91 479.060
89 154.530
87 068.370
85 701.070
83 997.260
82 214.300
81 692.910
79 468.790
79 875.720
77 798.360
76 165.580
74 919.900
72 956.510
73 551.850
69 915.810
72 651.750
COC
33 839.183
14 379.328
8 785.716
10 997.509
11 752.131
12 665.603
10 071.165
5 106.565
7 503.183
19 219.091
17 342.901
24 678.845
10 025.568
13 397.545
8 127.050
10 039.891
15 841.724
32 195.750
15 134.834
34 802.588
18 959.592
11 026.181
9 796.880
32 656.653
7 883.505
12 650.900
14 366.028
6 473.564
EVA
- 35 732.043
- 17 298.248
- 8 743.166
- 16 499.419
- 11 036.391
- 15 343.963
- 15 693.695
- 14 370.455
- 13 661.403
- 21 601.411
- 25 694.041
- 32 371.265
- 13 014.828
- 18 711.325
- 15 527.000
- 18 807.141
- 17 545.524
- 35 682.520
- 19 142.994
- 41 034.868
- 18 552.667
- 12 696.611
- 13 100.080
- 37 205.543
- 9 846.885
- 14 275.160
- 19 370.108
- 10 107.384
-11
Analisis Variabel Kinerja Keuangan Market Value Added (MVA)
Nilai Market Value Added (MVA) diperoleh dari pengurangan nilai pasar
saham dengan nilai buku perusahaan yaitu modal yang disetor oleh pemegang
saham. Data dihitung dengan menggunakan software miscrosoft excel. Variabel
Market Value Added (MVA) merupakan variabel independen (X) dalam
pengolahan data statistik.
Subsektor Perkebunan
1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk.
memiliki trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang semakin meningkat
setiap tahunnya dengan hasil nilai kinerja keuangan per triwulan yang semakin
meningkat pula serta menghasilkan nilai kinerja keuangan positif atau lebih dari
39
nol di seluruh periode penelitian. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan
perusahaan sebesar 13%. Kinerja keuangan perusahaan terbaik dicapai oleh
perusahaan pada tahun 2008 triwulan satu yaitu sebesar 41 945 262.30.
Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan perusahaan PT. Astra Agro Lestari,
Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki
kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya
tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen
perusahaan telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan
para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai buku perusahaan.
Tabel 16
Tahun
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode 2005-2011 (dalam
jutaan rupiah)
Triwulan
Nilai Pasar Saham
1
5 132 926.93
2005
2
5 864 713.78
3
6 593 648.19
4
8 561 767.43
1
8 968 778.45
2006
2
10 258 858.00
3
13 084 919.61
4
16 383 404.71
1
20 149 467.95
2007
2
22 998 545.05
3
23 269 885.73
4
35 651 272.41
1
46 832 916.30
2008
2
40 183 858.37
3
29 955 944.66
4
13 045 330.74
1
18 906 782.16
2009
2
26 980 227.22
3
31 213 354.68
4
35 378.860.91
1
38 181 317.26
2010
2
33 721 347.16
3
31 672 655.31
4
38 869 551.97
1
36 103 569.04
2011
2
36 496 651.54
3
34 821 226.12
4
32 579 051.37
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Nilai Buku Saham
2 233 330.83
2 217 771.00
2 421 329.92
2 622 642.00
2 804 832.71
2 525 527.00
2 584 304.00
2 748 567.00
3 017 413.00
3 068 901.00
3 373 034.00
4 060 602.00
4 887 654.00
4 673 852.00
4 655 130.00
5 156 245.00
5 373 963.00
5 682 009.00
6 160 212.00
6 226 365.00
6 498 343.00
6 498 343.00
6 722 261.00
7 211 687.00
7 868 345.00
7 476 389.00
7 594 153.00
8 139 615.00
MVA
2 899 596.09
3 646 942.78
4 172 318.27
5 939 125.43
6 163 945.74
7 733 331.00
10 500 615.61
13 634 837.71
17 132 054.95
19 929 644.05
19 896 851.73
31 590 670.41
41 945 262.30
35 510 006.37
25 300 814.66
7 889 085.74
13 532 819.16
21 298 218.22
25 053 142.68
29 152 495.91
31 682 974.26
27 223 004.16
24 950 394.31
31 657 864.97
28 235 224.04
29 020 262.54
27 227 073.12
24 439 436.37
13
2. PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. PP London Sumatera
Indonesia, Tbk menghasilkan kinerja keuangan yang buruk pada periode tahun
2005 hingga 2010 dimana perusahaan menghasilkan nilai negatif atau kurang dari
nol dengan pergerakan yang fluktuatif. Namun berbeda pada tahun 2011,
perusahaan menghasilkan kinerja keuangan bernilai positif atau lebih dari nol di
setiap triwulan walaupun bergerak fluktuatif. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju
pertumbuhan perusahaan sebesar 33%. Kinerja keuangan terburuk dihasilkan
perusahaan pada periode tahun 2008 triwulan empat yaitu sebesar – 2 495 751.29.
Dampak dari adanya krisis global pada tahun 2008 pun dirasakan oleh perusahaan
dimana perusahaan menghasilkan nilai – 2 412 374.83 pada periode tahun 2009
triwulan pertama.
40
Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan perusahaan PT. PP London
Sumatera Indonesia, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa
perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik hal tersebut ditunjukkan dengan
dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif, artinya
perusahaan telah mampu meningkatkan kekayaan bagi perusahaan serta kekayaan
para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi daripada
nilai buku perusahaan.
Tabel 17
Tahun
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. periode 20052011 (dalam jutaan rupiah)
Triwulan
Nilai Pasar Saham
1
337 570.20
2005
2
451 571.46
3
486 879.20
4
646 185.28
1
750 316.31
2006
2
821 337.72
3
981 325.45
4
1 142 155.66
1
1 298 604.95
2007
2
1 419 417.16
3
1 431 717.43
4
2 581 351.86
1
3 125 291.56
2008
2
2 665 115.63
3
1 729 079.13
4
701 307.71
1
887 825.17
2009
2
1 478 882.01
3
1 919 705.82
4
2 206 983.28
1
2 447 567.07
2010
2
2 435 867.40
3
2 494 273.66
4
3 147 544.60
1
15 699 189.89
2011
2
16 243 449.50
3
15 561 163.10
4
14 828 182.74
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Nilai Buku Saham
828 060.00
912 849.00
1 066 053.00
1 124 937.00
1 187 399.00
1 162 921.00
1 263 400.00
1 345 900.00
1 437 219.00
1 512 892.00
1 707 650.00
2 315 027.00
2 565 547.00
1 707 650.00
3 807 917.00
3 197 059.00
3 300 200.00
3 204 913.00
3 476 890.00
3 813 465.00
3 973 860.00
3 938 552.00
4 162 621.00
4 554 105.00
4 948 296.00
5 024 307.00
5 450 377.00
5 839 424.00
MVA
- 490 489.80
- 461 277.54
- 579 173.80
- 478 751.72
- 437 082.69
- 341 583.28
- 282 074.55
- 203 744.34
- 138 614.05
- 93 474.84
- 275 932.57
266 324.86
559 744.56
957 465.63
- 1 358 837.87
- 2 495 751.29
- 2 412 374.83
- 1 726 030.99
- 1 557 184.18
- 1 606 481.72
- 1 526 292.93
- 1 502 684.60
- 1 668 347.34
- 1 406 560.40
10 750 893.89
11 219 142.50
10 110 786.10
8 988 758.74
33
3. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk menghasilkan trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang
semakin meningkat setiap tahunnya dengan kecenderungan nilai per triwulan
yang meningkat pula. Namun, berbeda dengan periode tahun lainnya, pada tahun
2008 perusahaan menghasilkan kinerja yang menurun walaupun nilai yang
dihasilkan masih menguntungkan bagi perusahaan. Kinerja keuangan terbaik
perusahaan dihasilkan pada tahun 2008 triwulan satu yaitu sebesar 22 003 740.11.
Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 168%.
Dampak dari adanya krisis pada tahun 2008 triwulan akhir pun dirasakan oleh
perusahaan, dimana kinerja menurun pada tahun 2009 triwulan pertama dengan
nilai sebesar – 97 049.00.
Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan perusahaan PT. Sinar Mas Agro
Resources and Technology, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh
bahwa perusahaan menghasilkan kinerja keuangan yang baik, hal tersebut
41
ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan
positif artinya pihak manajemen perusahaan telah mampu memaksimalkan
kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang
dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan.
Tabel 18
Tahun
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk.
periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah)
Triwulan
Nilai Pasar Saham
1
186 908.40
2005
2
2 419 915.56
3
2 799 939.75
4
2 600 487.47
1
3 975 480.34
2006
2
7 249 857.93
3
10 266 986.59
4
11 236 848.03
1
10 477 982.34
2007
2
11 085 561.70
3
11 595 358.76
4
14 631 356.91
1
25 951 371.75
2008
2
19 928 603.20
3
12 205 699.85
4
5 080 076.20
1
4 545 694.78
2009
2
8 100 027.17
3
9 383 234.79
4
8 009 604.86
1
8 741 953.62
2010
2
9 780 923.10
3
10 308 345.51
4
15 180 646.63
1
14 502 260.21
2011
2
17 718 137.11
3
18 911 745.34
4
18 505 762.80
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Nilai Buku Saham
- 358 683.14
1 612 415.33
1 683 848.72
2 950 100.59
2 147 576.05
2 280 905.31
2 462 999.09
2 577 214.73
2 766 355.98
3 043 381.81
3 343 039.01
3 528 245.91
3 947 631.64
4 606 950.11
4 769 676.06
4 615 204.23
4 642 743.78
4 799 189.57
4 769 676.06
4 795 878.01
5 225 455.06
5 311 299.35
5 322 572.03
5 829 703.00
6 550 525.00
7 121 750.00
7 033.572.00
7 335 552.00
MVA
545 591.54
807 500.24
1 116 091.03
- 349 613.13
1 827 904.29
4 968 952.62
7 803 987.51
8 659 633.30
7 711 626.36
8 042 179.90
8 252 319.75
11 103 110.99
22 003 740.11
15 321 653.09
7 436 023.79
464 871.97
- 97 049.00
3 300 837.60
4 613 558.73
3 213 726.85
3 516 498.56
4 469 623.75
4 985 773.48
9 350 943.63
7 951 735.21
10 596 387.11
11 878 173.34
11 170 210.80
168
4. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan diperoleh kondisi bahwa PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
menghasilkan trend laju penurunan kinerja keuangan pada periode tahun 2005
hingga 2006, dimana kinerja terburuk dihasilkan pada tahun 2006 triwulan tiga
yaitu sebesar – 589 492.22. Kondisi buruk tersebut tidak selamanya dihasilkan
oleh perusahaan, pada awal periode tahun 2007 hingga 2011 perusahaan
menunjukkan perkembangan kinerja keuangan yang semakin baik dengan
dihasilkannya nilai kinerja yang cenderung semakin meningkat pada setiap
tahunnya. Namun, pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan nilai
kinerja, tetapi nilai yang dihasilkan masih menguntungkan bagi pihak perusahaan
(nilai positif). Kinerja keuangan terbaik dihasilkan perusahaan pada tahun 2011
triwulan tiga yaitu dengan nilai sebesar 11 878 173.34. Tingkat nilai kinerja ratarata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 78%. Adanya krisis pada tahun 2008 di
Amerika Serikat dirasakan pula dampaknya oleh perusahaan, dimana pada tahun
2009 triwulan pertama dihasilkan nilai penurunan sebesar – 91 827.16.
Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki
kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya
42
tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen
perusahaan telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan
para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai buku perusahaan, walaupun perusahaan pernah
mengalami kondisi buruk pada tahun 2005 hingga 2006.
Tabel 19
Tahun
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Triwulan
1
2005
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
1
2011
2
3
4
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Nilai Pasar Saham
411 797.53
374 272.79
335 192.84
324 692.83
340 473.92
363 586.38
260 077.34
761 074.64
1 300 714.79
1 914 020.03
2 095 312.62
2 563 508.70
2 344 624.33
2 385 222.95
2 207 922.25
874 702.41
826 389.30
1 248 132.08
1 393 182.81
11 628 959.69
8 741 953.62
9 780 923.10
10 308 345.51
15 180 646.63
14 502 260.21
17 718 137.11
18 911 745.34
18 505 762.80
Nilai Buku Saham
511 465.69
512 075.25
506 219.20
511 960.25
535 816.83
530 880.52
849 569.56
864 441.08
867 872.85
894 788.41
906 747.92
934 959.64
1 068 494.80
1 182 369.53
1 108 358.41
893 569.21
918 216.47
1 003 383.38
1 127 503.80
6 963 024.15
5 225 455.06
5 311 299.35
5 322 572.03
5 829 703.00
6 550 525.00
7 121 750.00
7 033 572.00
7 335 552.00
MVA
- 99 668.15
- 137 802.47
- 171 026.36
- 187 267.42
- 195 342.91
- 167 294.14
- 589 492.22
- 103 366.44
432 841.94
1 019 231.62
1 188 564.70
1 628 549.06
1 276 129.54
1 202 853.42
1 099 563.84
- 18 866.80
- 91 827.16
244 748.70
265 679.01
4 665 935.54
3 516 498.56
4 469 623.75
4 985 773.48
9 350 943.63
7 951 735.21
10 596 387.11
11 878 173.34
11 170 210.80
78
5. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. (UNSP)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Bakrie Sumatera Plantation,
Tbk menghasilkan trend kinerja keuangan yang cenderung meningkat pada
periode tahun 2005 hingga 2009, walaupun terdapat penurunan pada beberapa
periode triwulan akhir seperti tahun 2005, 2006 dan 2009 triwulan empat, namun
penurunan tesebut tidak merugikan bagi perusahaan karena nilai yang dihasilkan
masih dalam keadaan postif atau lebih dari nol. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju
pertumbuhan perusahaan sebesar - 21%. Dampak adanya krisis pada tahun 2008
pun dirasakan oleh perusahaan, dimana perusahaan menghasilkan penurunan
kinerja keuangan pada awal tahun 2009 yaitu sebesar – 1 244 827.66. Peningkatan
kinerja keuangan ternyata tidak selamanya dirasakan oleh PT. Bakrie Sumatera
Plantation, Tbk karena dimulai tahun 2010 hingga 2011 perusahaan terus
mengalami penurunan kinerja. Kondisi tersebut diduga karena semakin
memburuknya kinerja penjualan dimana harga jual komoditas minyak sawit dan
karet yang turun tajam. Selain itu, penurunan kinerja keuangan perusahaan Bakrie
ini pun diduga akibat banyaknya hutang yang harus dibayar oleh perusahaan,
43
dimana hutang-hutang tersebut digunakan perusahaan untuk melakukan ekspansi
bisnis.
Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Bakrie Sumatera Plantation,
Tbk diperoleh bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk hal
tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju
pertumbuhan negatif artinya pihak manajemen perusahaan belum mampu
memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham
dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih rendah dibandingkan dengan nilai buku
perusahaan.
Tabel 20
Tahun
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Triwulan
1
2005
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
1
2011
2
3
4
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Nilai Pasar Saham
337 570.20
451 571.46
486 879.20
646 185.28
750 316.31
821 337.72
981 325.45
1 142 155.66
1 298 604.95
1 419 417.16
1 431 717.43
2 581 351.86
3 125 291.56
2 665 115.63
1 729 079.13
701 307.71
887 825.17
1 478 882.01
1 919 705.82
2 206 983.28
2 447 567.07
2 435 867.40
2 494 273.66
3 147 544.60
15 699 189.89
16 243 449.50
15 561 163.10
14 828 182.74
Nilai Buku Saham
828 060.00
912 849.00
1 066 053.00
1 124 937.00
1 187 399.00
1 162 921.00
1 263 400.00
1 345 900.00
1 437 219.00
1 512 892.00
1 707 650.00
2 315 027.00
2 565 547.00
1 707 650.00
3 807 917.00
3 197 059.00
3 300 200.00
3 204 913.00
3 476 890.00
3 813 465.00
3 973 860.00
3 938 552.00
4 162 621.00
4 554 105.00
4 948 296.00
5 024 307.00
5 450 377.00
5 839 424.00
MVA
473 188.51
556 685.52
435 284.86
429 615.63
716 970.75
1 448 238.02
1 681 005.90
1 433 238.02
1 771 994.18
2 643 801.39
3 609 325.27
5 194 988.56
6 312 552.60
3 946 389.14
1 824 528.13
- 1 433 898.49
- 1 244 827.66
- 147 376.90
493 827.66
102 782.72
- 296 988.60
- 1 945 502.52
- 3 818 518.72
- 3 394 738.68
- 3 606 467.14
- 2 987 425.75
- 3 575 556.13
- 5 193 690.79
-21
Subsektor Peternakan
6. PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011
yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Cipendawa, Tbk memiliki
trend laju kinerja keuangan yang cenderung menurun, walaupun terdapat pula
beberapa periode menunjukkan peningkatan kinerja, misalnya pada tahun 2005
dan 2006 triwulan dua. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan
perusahaan sebesar - 64%. Kinerja keuangan terburuk perusahaan dihasilkan pada
tahun 2008 triwulan dua yaitu dengan nilai sebesar – 11 543.32. Krisis yang
terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat, ternyata tidak terlalu berdampak pada
perusahaan sektor peternakan ini, karena terlihat pada Tabel 21 pada tahun 2009
triwulan satu perusahaan menghasilkan peningkatan nilai sebesar – 2 938.50, jika
dibandingkan dengan kondisi pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan
menghasilkan nilai yang lebih rendah daripada kondisi pada tahun 2009 triwulan
44
satu tersebut. Kondisi yang cukup baik pun diperoleh perusahaan pada periode
tahun 2010 hingga 2011, dimana perusahaan menghasilkan nilai kinerja keuangan
positif walaupun pergerakannya berfluktuatif.
Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Cipendawa, Tbk pada periode
tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan
yang buruk, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja
rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya pihak manajemen perusahaan belum
mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang
saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih rendah dibandingkan dengan
nilai buku perusahaan
Tabel 21
Tahun
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan
rupiah)
Triwulan
1
2005
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
1
2011
2
3
4
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Nilai Pasar Saham
6 392.19
14 457.91
13 124.82
9 767.51
9 717.53
12 543.98
9 508.42
8 672.43
9 175.62
10 467.07
9 751.72
7 379.19
4 471.40
4 718.81
7 414.77
6 839.62
6 819.32
6 997.46
7 790.43
5 984.67
7 232.12
7 864.51
7 907.54
7 840.31
7 831.37
6 134.29
8 101.42
7 831.37
Nilai Buku Saham
13 387.82
14 201.26
16 146.62
13 310.48
10 559.46
8 124.60
9 606.01
10 380.84
6 615.44
7 993.57
10 920.07
6 789.64
6 285.97
16 262.13
17 222.17
11 997.13
9 757.82
10 293.11
8 746.28
1 433.05
- 716.60
5 956.41
7 342.68
5 709.89
4 571.36
4 571.36
3 421.22
684.73
MVA
- 6 995.63
256.65
- 3 021.80
- 3 542.97
- 841.93
4 419.38
- 97.59
- 1 708.41
2 560.18
2 473.50
- 1 168.35
589.55
- 1 814.57
- 11 543.32
- 9 807.39
- 5 157.51
- 2 938.50
- 3 295.65
- 955.85
4 551.62
7 948.72
1 908.10
564.86
2 130.42
3 260.01
1 562.93
4 680.20
7 146.64
-64
Subsektor Perikanan
7. PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2008
yang telah dilakukan diperoleh kondisi bahwa PT. Danasupra Erapacific, Tbk
memiliki trend laju kinerja keuangan yang cenderung menurun dengan hasil nilai
kinerja keungan per triwulan hampir seluruhnya negatif atau kurang dari nol.
Namun, tingkat kinerja rata-rata laju pertumbuhan menghasilkan nilai sebesar
15%. Adanya krisis yang terjadi pada tahun 2008 triwulan akhir di Amerika
Serikat ternyata tidak terlalu berdampak terhadap perusahaan, pada tahun 2009
triwulan satu perusahaan menghasilkan nilai kinerja negatif yaitu sebesar – 9
068.12, namun pada periode-periode tahun sebelumnya perusahaan menghasilkan
nilai negatif yang lebih besar dibandingkan pada tahun 2009 triwulan awal.
Kondisi penurunan kinerja tersebut tidak selamanya dirasakan oleh perusahaan,
45
karena pada tahun 2009 hingga 2011 perusahaan memiliki trend laju pertumbuhan
kinerja keuangan yang baik dimana hampir sepanjang periode tersebut
menghasilkan nilai kinerja positif atau lebih dari nol.
Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Danasupra Erapacific, Tbk pada
periode tahun 2005 hingga 2011, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang
baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata
laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen perusahaan telah mampu
memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham
dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku
perusahaan.
Tabel 22
Tahun
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode 2005-2011
(dalam jutaan rupiah)
Triwulan
1
2005
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
1
2011
2
3
4
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Nilai Pasar Saham
62 388.15
79 499.69
67 532.20
56 356.92
55 714.07
66 428.31
54 714.07
66 428.31
64 871.17
96 171.05
182 342.13
161 345.68
122 542.37
103 942.45
94 304.71
92 856.78
92 856.78
93 742.49
93 081.88
92 856.78
92 856.78
92 956.78
92 856.78
92 885.35
92 856.78
92 856.78
93 039.44
92 856.78
Nilai Buku Saham
143 258.49
145 430.45
143 020.19
140 926.87
141 134.71
140 983.58
112 358.80
95 356.46
95 609.31
94 992.80
186 247.07
187 515.89
189 609.35
186 182.43
173 167.97
115 763.26
101 924.90
90 157.59
47 779.56
16 341.22
16 341.22
19 065.35
20 130.58
21 393.70
204 147.12
25 106.62
26 216.86
26 216.86
MVA
- 80 870.34
- 65 930.76
- 75 487.99
- 84 569.95
- 85 420.64
- 74 555.28
- 57 644.73
- 27 285.30
- 30 738.14
1 178.25
- 3 904.93
- 26 170.21
- 67 066.98
- 82 239.98
- 78 863.26
- 22 906.48
- 9 068.12
3 584.90
45 302.32
76 515.56
76 515.56
73 791.42
72 726.20
71 491.65
- 111 290.35
67 750.16
66 822.58
66 639.91
15
Subsektor Lainnya
8. PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. (BTEK)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, pada
tahun 2005 hingga 2007 diperoleh bahwa PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk
menghasilkan nilai negatif atau kurang dari nol, namun trend laju pergerakan
kinerja cenderung meningkat. Kinerja keuangan terburuk dihasilkan oleh
perusahaan pada tahun 2005 triwulan tiga yaitu sebesar – 72 032.78. Kondisi
penurunan tersebut tidak selamanya dirasakan oleh perusahaan, pada awal 2008
hingga 2011 perusahaan menghasilkan nilai kinerja positif atau lebih dari nol
dengan kecenderungan meningkat. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju
pertumbuhan perusahaan sebesar 172%. Dampak krisis yang terjadi pada tahun
2008 triwulan akhir pun dirasakan oleh perusahaan subesktor kehutanan ini,
46
dimana pada awal tahun 2009 perusahaan mengalami penurunan kinerja yaitu
sebesar – 15 294.85.
Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Bumi Teknokultura Unggul,
Tbk diperoleh bahwa pada tahun 2005 hingga 2011 perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai
kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen perusahaan
sudah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para
pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai buku perusahaan.
Tabel 23
Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added
(MVA) pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode 20052011 (dalam jutaan rupiah)
Triwulan
1
2005
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
1
2011
2
3
4
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Nilai Pasar Saham
29 160.38
23 936.37
23 322.66
23 556.43
23 556.43
23 788.13
23 556.43
24 206.26
36 856.81
60 307.42
66 738.62
97 613.51
191 040.72
183 179.11
156 255.15
105 117.69
68 702.41
75 324.88
78 348.79
103 817.76
110 770.45
243 384.71
575 718.09
539 671.13
815 841.72
974 417.34
958 842.64
950 936.29
Nilai Buku Saham
93 586.81
93 987.67
95 355.44
91 360.31
92 054.33
88 681.95
85 712.04
82 070.67
81 073.37
99 778.41
93 809.59
94 468.32
91 479.06
89 154.53
87 069.37
85 701.07
83 997.26
82 214.30
81 692.91
79 468.79
79 875.72
77 798.36
76 165.58
74 919.90
72 956.51
73 551.85
69 915.81
71 176.79
MVA
- 64 426.43
- 70 051.30
- 72 032.78
- 67 803.89
- 68 497.91
- 64 893.82
- 62 155.61
- 57 864.41
- 44 207.56
- 39 470.99
- 27 070.97
3 145.19
99 561.66
94 024.58
69 186.78
19 416.62
- 15 294.85
- 6 889.42
- 3 344.12
24 348.97
30 894.73
165 586.35
499 552.51
464 751.23
742 885.21
900 865.49
888 926.83
879 759.50
172
Analisis Variabel Return Saham
Return saham adalah pengembalian yang diterima oleh para pemegang
saham atas investasi yang telah dilakukan, yang bisa berupa deviden kas dan
selisih perubahan harga saham (capital gain/loss). Pada penelitian ini, return
saham merupakan variabel dependen. Variabel dependen adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Penghitungan nilai
retrun saham dilakukan dengan menggunakan software microsoft excel.
Subsektor Perkebunan
1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa pada tahun 2009 triwulan satu PT. Astra Agro Lestari, Tbk
menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 0.418 atau sebesar 41.8%.
47
Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan
dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2008
triwulan tiga perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar 0.763 atau sebesar - 76.3%. Artinya, harga saham pada PT. Astra Agro Lestari,
Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode
sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih banyak
menghasilkan nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham negatif,
dengan nilai return yang beragam.
Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat
ditarik bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga 2011
memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada pemegang
saham atas investasi yang telah dilakukan, hal tersebut ditunjukkan dari
perhitungan bahwa perusahaan menghasilkan nilai return saham positif yang lebih
banyak dibandingkan nilai return saham negatif.
Tabel 24
Nilai return saham pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode 20052011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Triwulan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Return Saham
0.277
0.004
0.267
0.005
0.241
0.085
0.355
0.343
0.017
0.105
0.267
0.005
- 0.033
0.168
- 0.763
- 0.110
0.418
0.209
0.245
0.086
0.086
- 0.207
0.083
0.257
- 0.127
0.039
- 0.183
0.140
405
2. PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa pada tahun 2009 triwulan dua PT. PP London Sumatera Indonesia,
Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 0.818 atau sebesar
81.8%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut
dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode
tahun 2008 triwulan tiga perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah
yaitu sebesar - 0.662 atau sebesar - 66.2%. Artinya, harga saham pada PT. PP
London Sumatera Indonesia, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan
harga saham periode sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih
48
banyak menghasilkan nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham
negatif, dengan nilai return yang beragam.
Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat
ditarik bahwa PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. pada periode tahun 2005
hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada
pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, hal tersebut ditunjukkan dari
perhitungan bahwa perusahaan menghasilkan nilai return saham positif yang lebih
banyak dibandingkan nilai return saham negatif.
Tabel 25
Nilai return saham pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk.
periode 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Triwulan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Return Saham
0.221
0.250
0.161
0.168
0.381
- 0.147
0.273
0.492
- 0.061
0.048
0.069
0.532
- 0.160
0.173
- 0.662
- 0.176
0.128
0.818
0.275
0.092
0.174
- 0.153
0.187
0.305
- 0.115
0.022
- 0.118
0.098
40
3. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa pada tahun 2009 triwulan dua PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 1.185
atau sebesar 118.5%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode
tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada
periode tahun 2008 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham
terendah yaitu sebesar - 0.537 atau sebesar - 53.7%. Artinya, harga saham pada
PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. mengalami penurunan
dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada masa periode
penelitian, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return saham positif
dibandingkan nilai return saham negatif, dengan nilai return yang beragam.
Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat
ditarik bahwa PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. pada periode
tahun 2005 hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang
49
baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, hal tersebut
ditunjukkan dari perhitungan bahwa perusahaan menghasilkan nilai return saham
positif yang lebih banyak dibandingkan nilai return saham negatif.
Tabel 26
Nilai return saham pada PT. Sinar Mas Agro
Technology, Tbk. periode 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Triwulan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Resources and
Return Saham
0.024
0.654
- 0.276
0.250
1.095
0.420
0.416
- 0.088
- 0.014
- 0.083
0.212
0.500
0.358
- 0.117
- 0.490
- 0.537
- 0.112
1.185
0.008
- 0.233
0.186
0.157
0.514
- 0.057
0.050
0.276
0.007
- 0.052
19
4. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa pada tahun 2007 triwulan dua PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 0.810 atau sebesar 81%.
Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan
dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2008
triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu
sebesar - 0.531 atau sebesar - 53.1%. Artinya, harga saham pada PT. Tunas Baru
Lampung, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode
sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih banyak
menghasilkan nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham negatif,
dengan nilai return yang beragam.
Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat
ditarik bahwa PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga
2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada
pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, hal tersebut ditunjukkan dari
perhitungan bahwa perusahaan menghasilkan nilai return saham positif yang lebih
banyak dibandingkan nilai return saham negatif.
50
Tabel 27 Nilai return saham pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 20052011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Triwulan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Return Saham
0.196
- 0.164
- 0.130
0.000
0.100
- 0.273
0.000
0.500
0.313
0.810
- 0.070
0.189
- 0.302
0.614
- 0.430
- 0.531
0.105
0.452
0.148
- 0.029
0.294
- 0.182
0.083
0.051
0.024
0.381
- 0.017
0.035
106
5. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. (UNSP)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa pada tahun 2009 triwulan dua PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk
menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 1.226 atau sebesar
122.6%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut
dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode
tahun 2008 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah
yaitu sebesar - 0.634 atau sebesar - 63.4%. Artinya, harga saham pada PT. Bakrie
Sumatera Plantation, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga
saham periode sebelumnya. Pada periode tahun 2005 hingga 2009 perusahaan
menghasilkan lebih banyak nilai return saham positif dibandingkan nilai return
saham negatif. Namun, berbeda pada tahun 2010 hingga 2011 perusahaan
mengalami penurunan hasil nilai return saham dimana perusahaan lebih banyak
menghasilkan nilai return negatif dibandingkan nilai return positif.
Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat
ditarik bahwa PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. memiliki pengembalian
berupa capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang
telah dilakukan.
51
Tabel 28 Nilai return saham pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode
2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Triwulan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Return Saham
0.544
- 0.068
- 0.146
0.186
0.964
0.092
- 0.011
0.102
0.186
0.322
0.013
0.477
- 0.218
0.056
- 0.622
- 0.634
0.192
1.226
0.261
- 0.175
- 0.147
- 0.253
- 0.081
0.147
- 0.077
0.167
- 0.321
0.000
153
Subsektor Peternakan
6. PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa pada tahun 2005 triwulan satu PT. Cipendawa, Tbk menghasilkan
nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 2.407 atau sebesar 240.7%. Artinya,
telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan
harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2006 triwulan
empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar - 0.650
atau sebesar – 65%. Artinya, harga saham pada PT. Cipendawa, Tbk. mengalami
penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada masa
periode penelitian, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return saham
negatif dibandingkan nilai return saham positif dengan nilai return yang beragam.
Selain itu, perusahaan juga banyak menghasilkan nilai impas (0.000), artinya
perusahaan tidak menghasilkan return atas investasi yang telah dilakukan.
Namun, hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan, perusahaan
menghasilkan nilai sebesar 151%.
Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat
ditarik bahwa PT. Cipendawa, Tbk. memiliki pengembalian capital gain/loss yang
baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan.
52
Tabel 29 Nilai return saham pada PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Triwulan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Return Saham
2.407
- 0.130
- 0.238
- 0.148
- 0.019
0.765
0.000
- 0.650
- 0.048
0.169
- 0.101
- 0.339
- 0.459
0.351
0.333
0.000
0.150
- 0.130
- 0.125
0.000
0.429
0.000
0.000
0.000
0.000
0.257
0.000
0.000
151
Subsektor Perikanan
7. PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa pada tahun 2006 triwulan satu dan empat PT. Danasupra Erapacific,
Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 0.364 atau sebesar
36.4%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut
dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode
tahun 2007 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah
yaitu sebesar - 0.212 atau sebesar – 21.2%. Artinya, harga saham pada PT.
Danasupra Erapacific, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga
saham periode sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih
banyak menghasilkan nilai return saham negatif dibandingkan nilai return saham
positif dengan nilai return yang beragam. Selain itu, perusahaan juga banyak
menghasilkan nilai impas (0.000), artinya perusahaan tidak menghasilkan return
atas investasi yang telah dilakukan.
Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat
ditarik bahwa PT. Danasupra Erapacific, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga
2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang buruk kepada
pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan.
53
Tabel 30 Nilai return saham pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode 20052011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Triwulan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Return Saham
0.333
0.000
- 0.125
- 0.214
0.364
- 0.133
- 0.154
0.364
0.080
0.247
- 0.020
- 0.212
- 0.205
- 0.145
- 0.057
0.000
0.000
0.020
- 0.020
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
-21
Subsektor Lainnya
8. PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. (BTEK)
Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil bahwa pada tahun 2010 triwulan dua PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk
menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 1.383 atau sebesar
138.3%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut
dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode
tahun 2008 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah
yaitu sebesar – 0.495 atau sebesar – 49.5%. Artinya, harga saham pada PT. Bumi
Teknokultura Unggul, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga
saham periode sebelumnya. Pada periode tahun 2005 hingga 2006 perusahaan
menghasilkan nilai return saham yang kurang baik, hal tersebut ditunjukkan pada
Tabel 31 dimana perusahaan menghasilkan nilai return saham negatif dan juga
nilai return sebesar 0.000. Kondisi tersebut berbeda pada masa periode penelitian
tahun 2007 hingga 2011, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return
saham positif dibandingkan nilai return saham negatif, dengan nilai return yang
beragam.
Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat
ditarik bahwa PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. pada periode tahun 2005
hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang buruk kepada
pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan.
54
Tabel 31 Nilai return saham pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode
2005-2011
Tahun
Triwulan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
Return Saham
- 0.250
- 0.167
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.800
- 0.044
0.279
0.509
0.675
0.079
0.293
- 0.495
0.010
- 0.485
0.471
- 0.067
0.257
0.455
1.383
0.770
0.296
0.171
0.134
- 0.011
0.087
-96
Nilai Variabel Kinerja Keuangan serta Return Saham
Berdasarkan perhitungan terhadap kinerja keuangan yang telah dilakukan
pada delapan perusahaan sektor pertanian go public dengan menggunakan metode
Economic Value Added (EVA) diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, artinya perusahaan sudah
mampu menciptakan nilai tambah ekonomis dimana diperoleh laba yang lebih
besar dari investasi yang telah ditanamkan. Selain itu, ada pula beberapa
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk, artinya perusahaan
belum mampu menciptakan nilai tambah ekonomis dimana laba yang tersedia
belum mampu memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang
saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi
yang ditanamkan. Beberapa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang
baik berdasarkan hasil perhitungan EVA diantaranya PT. Astra Agro Lestari, Tbk.
(AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP) dan PT. Sinar Mas
Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), sedangkan perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang buruk berdasarkan hasil perhitungan diantaranya
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.
(UNSP), PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW), PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI)
dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK).
Perhitungan kinerja keuangan lainnya, dilakukan dengan menggunakan
metode Market Value Added (MVA) pada delapan perusahaan sektor pertanian go
public diperoleh informasi sama seperti halnya pada hasil perhitungan dengan
metode EVA, bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki kinerja
55
keuangan yang baik, artinya nilai pasar yang dibentuk lebih tinggi daripada nilai
buku perusahaan dimana pihak manajemen telah mampu memaksimalkan
kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham. Sementara, terdapat
pula perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk artinya nilai pasar
yang dibentuk lebih rendah daripada nilai buku perusahaan dimana pihak
manajemen belum mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan
para pemegang saham. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja keuangan
MVA yang baik berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diantaranya PT.
Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk.
(LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT.
Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA), PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) dan
PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK). Sementara perusahaan-perusahaan
yang memiliki kinerja keuangan yang buruk berdasarkan hasil perhitungan yang
telah dilakukan diantaranya PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) dan PT.
Cipendawa, Tbk. (CPDW).
Hasil perhitungan penelitian lainnya dilakukan untuk mengetahui nilai dari
return saham. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil
bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia,
Tbk (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT.
Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk
(UNSP) dan PT. Cipendawa, Tbk (CPDW) menghasilkan nilai return saham yang
baik (positif), artinya memiliki pengembalian berupa dividen kas maupun capital
gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan.
Sementara, perusahaan-perusahaan yang menghasilkan nilai return saham yang
buruk (negatif) yaitu dan PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) dan PT. Bumi
Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) . Berikut Tabel 32 menunjukkan kinerja
keuangan (EVA dan MVA) serta return saham pada dealapan perusahaan sektor
pertanian periode 2005 hingga 2011.
Tabel 32
Kinerja keuangan (EVA dan MVA) serta return saham berdasarkan
nilai rata-rata laju pertumbuhan pada delapan perusahaan sektor
pertanian periode 2005-2011
Perusahaan
Kinerja Keuangan
EVA
MVA
√
√
√
√
√
√
√
AALI
LSIP
SMAR
TBLA
UNSP
CPDW
DSFI
BTEK
√
√
Keterangan :
(√)
Baik
( )
Buruk
Return Saham
√
√
√
√
√
√
56
Perbandingan Kinerja Keuangan antar Perusahaan Sektor Pertanian serta
Keputusan Investor
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga
dapat diketahui mengenai baik atau buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan
yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Penelitian ini mengukur
kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian go public periode 2005 hingga 2011
dengan menggunakan alat analisis kinerja keuangan modern yaitu Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Perusahaan yang diteliti
terdiri dari perusahaan subsektor perkebunan yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk.
(AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP), PT. Sinar Mas Agro
Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk.
(TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), perusahaan subsektor
peternakan yaitu PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW), perusahaan subsektor perikanan
PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) dan perusahaan subsektor lainnya yaitu
PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK).
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja keuangan yang telah dilakukan PT.
Astra Agro Lestari, Tbk merupakan salah satu perusahaan sektor perkebunan
penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbaik diantara perusahaan-perusahaan sektor
perkebunan lainnya yang diteliti yaitu PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk.
(LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT.
Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA). Kondisi tersebut ditunjukkan dengan trend
laju pertumbuhan peningkatan kinerja keuangan yang cenderung stabil setiap
tahunnya baik menggunakan alat analisis EVA maupun MVA. Selain itu, dilihat
dari return yang dihasilkan pun PT. Astra Agro Lestari, Tbk merupakan salah satu
perusahaan yang menghasilkan nilai pengembalian yang baik untuk para investor,
dimana tingkat rata-rata laju pertumbuhan yang dihasilkan sebesar 405%. PT.
Astra Agro Lestari, Tbk merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit
mentah (CPO) terbesar di Indonesia. Dalam menjalankan usahanya secara
berkelanjutan AALI fokus untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen
(tingkat ekstraksi). Hal ini dilakukan dengan menjalankan berbagai program
intensifikasi seperti penerapan mekanisasi dalam kegiatan pemupukan dan panen,
riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas kebun dan menjamin
ketersediaan bibit kelapa sawit di masa depan dan program penanaman kembali
yang telah dimulai sejak tahun 2009 dan 20102. Berbeda dengan PT. Bakrie
Sumatera Plantation, Tbk, walaupun termasuk dalam subsektor perkebunan
penghasil CPO, namun kinerja keuangan yang dihasilkan perusahaan semakin
memburuk khususnya pada periode-periode tahun akhir penelitian bahkan kondisi
tersebut masih dirasakan hingga tahun 2013. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk
(UNSP) akan fokus mengurangi beban bunga pinjaman di tahun depan. Langkah
ini mereka lakukan agar neraca keuangan UNSP semakin ringan. Salah satu cara
mengurangi beban hutang adalah mencari pendanaan berbunga lebih rendah.
Laporan keuangan UNSP semakin buruk karena harus menanggung beban bunga
2
Koran Sindo. 2013. PT Astra Agro Lestari, Tbk-Harga Sawit Fluktuatif, Kinerja tetap Moncer.
http://m.koran-sindo.com/node/318073. Oktober 2013
57
dan keuangan bersih yang nilainya mencapai Rp. 309.34 miliar3. Kutipan tersebut
menunjukkan bahwa menurunnya kinerja keuangan UNSP disebabkan karena
adanya permasalahan internal perusahaan.
Adanya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 ternyata
berdampak besar bagi perusahaan subsektor perkebunan. Kelima perusahaan
subsektor perkebunan yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI), PT. PP London
Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA) dan PT.
Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), dimana perusahaan-perusahaan tersebut
menurun kinerjanya pada periode tahun 2009 triwulan awal. Kondisi tersebut
sekaligus menjawab kebenaran bahwa perusahaan-perusahaan subsektor
perkebunan rentan akan aktivitas global, karena sebagian besar produk utama dari
perusahaan-perusahaan tersebut adalah minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Dampak krisis tersebut pun dirasakan oleh perusahaan subsektor lainnya
(kehutanan) yaitu PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) dimana terjadi
penurunan nilai kinerja keuangan pada awal tahun 2009. Kondisi tersebut berbeda
dengan perusahaan subsektor peternakan yaitu PT. Cipendawa, Tbk dan juga
perusahaan subsektor perikanan yaitu PT. Danasupra Erapacific, Tbk, adanya
krisis yang terjadi pada tahun 2008 tidak terlalu berdampak besar bagi kinerja
keuangan perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan diperlukan bagi seorang investor yang akan
menanamkan modalnya maupun yang telah menanamkan modalnya di suatu
perusahaan. Keputusan investor sangat dipengaruhi oleh nilai return yang
diterima. Return menjadi indikator utama kemampuan keuangan perusahaan
menciptakan nilai bagi para investor dalam bentuk pembayaran dividen ataupun
capital gain. Sebagai seorang investor sebaiknya dianjurkan untuk berinvestasi di
perusahaan sektor pertanian yang memiliki kinerja keuangan yang baik disertai
dengan return saham atau pengembalian yang baik pula. Perusahaan-perusahaan
yang dapat direkomendasikan bagi seorang investor diantaranya PT. Astra Agro
Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP) dan PT.
Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR). Sedangkan,
perusahaan-perusahaan yang sebaiknya dihindari oleh seorang investor
diantaranya PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), PT. Cipendawa, Tbk
(CPDW), PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura
Unggul, Tbk (BTEK). Hasil keputusan tersebut dapat menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan subsektor perkebunan memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan subsektor peternakan, perikanan maupun lainnya.
Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum dari data yang
digunakan. Analisis data yang akan dideskripsikan dilihat dari nilai rata-rata
(mean), nilai tengah (median), nilai maksimum, nilai minimum dan standar
deviasi. Berikut Tabel 33 menunjukkan hasil statistik deskriptif variabel penelitian
3
Kontan Mobile. Desember 2012. Lunasi utang lama, UNSP cari dana
http://mobile.kontan.co.id/news.lunasi-utang-lama-unsp-cari-dana-murah. Oktober 2013
murah.
58
delapan perusahaan sektor pertanian go public yang terdapat pada permodelan
data panel.
Tabel 33 Statistik deskriptif variabel penelitian
Variabel
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
Jarque-Bera
Probability
Sum
Sum Sq. Dev.
Observations
Return Saham
0.081344
0.086040
0.417980
-0.762615
0.232251
-1.654211
7.290267
34.24407
0.000000
2.277636
1.456396
28
EVA
239 664.3
256 209.6
1 782 313
-1 473 538
820 027.4
-0.121817
2.881000
0.085771
0.958021
6710602.
1.82E+13
28
MVA
20 262 786
22 868 827
41 945 262
2 899 596
10 956 684
-0.115165
1.932805
1.390618
0.498920
5.67E+08
3.24E+15
28
Tabel 33 menunjukkan hasil output Eviews versi 6 untuk statistik deskriptif
variabel penelitian tahun 2005 hingga 2011 dengan jumlah sampel keseluruhan
delapan perusahaan dan menggunakan data triwulanan. Dari tabel tersebut maka
dapat disimpulkan:
1. Variabel return saham memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.081344,
nilai tengah (median) sebesar 0.086040, nilai maksimum sebesar 0.417980
serta nilai minimum – 0.762615 dengan standar deviasi sebesar 0.232251
dan jumlah observasi sebanyak dua puluh delapan.
2. Variabel Economic Value Added (EVA) memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar 239 664.3, nilai tengah (median) sebesar 256 209.6, nilai
maksimum sebesar 1 782 313 serta nilai minimum – 1 473 538 dengan
standar deviasi sebesar 820 027.4 dan jumlah observasi sebanyak dua
puluh delapan.
3. Variabel Market Value Added (MVA) memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar 20 262 786, nilai tengah (median) sebesar 22 868 827, nilai
maksimum sebesar 41 945 262 serta nilai minimum 2 899 596 dengan
standar deviasi sebesar 10 956 684 dan jumlah observasi sebanyak dua
puluh delapan.
Analisis Model Regresi
1. Pemilihan Model Terbaik
Permodelan dalam menggunakan teknik regresi panel data dapat
menggunakan tiga pendekatan alternatif metode dalam pengolahannya.
Pendekatan-pendekatan tersebut adalah Metode Common Constant (The Pooled
OLS Method), Metode Fixed Effect (FEM) dan Metode Random Effect (REM).
Berikut merupakan aplikasi dari pemilihan model yang diterapkan terhadap model
regresi pertama dalam penelitian ini dengan variabel dependen return saham.
a. Metode Common Constant (The Pooled OLS Method) vs Fixed Effects
(FEM)
59
Metode Pooled Least Square akan dipilih saat tidak terdapat perbedaan data
matriks pada dimensi cross section. Model ini mengestimasikan nilai α yang
konstan untuk semua dimensi cross section. Tabel 34 menunjukkan hasil output
dari regresi panel data dengan metode Common Constant (The Pooled OLS
Method).
Tabel 34 Hasil output regresi panel data dengan metode Common Constant (The
Pooled OLS Method)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
EVA
MVA
0.421016
-1.36E-06
2.32E-08
0.644535
9.96E-07
7.13E-08
0.653210
-1.362940
0.325421
0.5143
0.1744
0.7452
0.008952
-0.000670
8.202936
13861.36
-734.8861
0.930358
0.396063
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.630408
8.200189
7.061111
7.109087
7.080508
2.185199
Tabel 34 menunjukkan bahwa tidak terdapat satu variabel pun yang terlihat
signifikan dengan test individual (t-test probability) yaitu sebesar α = 0.05,
dimana nilai Economic Value Added (EVA) menghasilkan 0.1744 dan nilai
Market Value Added (MVA) menghasilkan 0.7452. Selain itu, diperoleh nilai
koefisien determinasi ( ) yang rendah sebesar 0.008952 dengan nilai DurbinWatson stat sebesar 2.185199 yang menandakan bebas autokorelasi. Hasil output
tersebut dianggap tidak signifikan karena hasil probabilitas kedua variabel
independen yang jauh berada di atas nilai taraf signifikasi, oleh sebab itu
dilakukan pengujian kedua yaitu transformasi metode pooled least square dari
hasil data pooled least square pertama. Berikut Tabel 35 menunjukkan hasil
output transformasi metode pooled least square.
Tabel 35 Hasil output trasnformasi regresi panel data dengan metode Common
Constant (The Pooled OLS Method)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
EVA
MVA
-2.127718
-2.10E-06
6.12E-08
0.177042
2.74E-07
1.96E-08
-12.01818
-7.679577
3.124214
0.0000
0.0000
0.0020
0.225667
0.218149
2.253192
1045.836
-464.8280
30.01763
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
-1.708458
2.548215
4.476823
4.524799
4.496220
1.956261
60
Hasil output trasnformasi regresi panel data dengan metode pooled least
square diatas menunjukkan hasil nilai variabel Economic Value Added (EVA)
sebesar 0.000 dan nilai variabel Market Value Added (MVA) sebesar 0.0020.
Selain itu, diperoleh nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0.225667 dengan
nilai Durbin-Watson stat sebesar 1.956261 yang menandakan bebas autokorelasi
(mendekati dua). Berdasarkan hasil output transformasi regresi panel data pooled
least square dapat dikatakan bahwa menunjukkan model regresi yang baik.
Metode ini mengasumsikan bahwa nilai intersep antar individual dianggap sama,
dimana hal ini merupakan asumsi yang sangat membatasi (restricted), sehingga
model pooled least square ini tidak dapat menangkap gambaran sebenarnya atas
hubungan yang terjadi antar variabel bebas dengan variabel terikatnya, begitu juga
dengan hubungan diantara tiap individu cross section. Metode pooled regression
ini merupakan metode yang masih sederhana sehingga belum bisa
mendeskripsikan fenomena yang terjadi. Metode pooled least square ini tidak
menjamin bahwa metode ini merupakan metode yang terpilih, maka diperlukan
pembanding metode lain untuk memastikan metode yang benar-benar terpilih.
Kemudian, data diolah kembali dengan menggunakan metode Fixed Effect (FEM)
yang hasil outputnya dapat dilihat pada Tabel 36 berikut.
Tabel 36 Hasil output regresi panel data dengan metode Fixed Effect (FEM)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
EVA
MVA
-2.217101
-1.99E-06
8.75E-08
0.201583
2.89E-07
3.30E-08
-10.99847
-6.904755
2.655210
0.0000
0.0000
0.0086
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.278401
0.245766
2.213040
974.6116
-457.4573
8.530709
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-1.708458
2.548215
4.473276
4.633196
4.537932
2.088243
Metode Fixed Effect (FEM) pada Tabel 36 menunjukkan bahwa nilai
probabilitas variabel Economic Value Added (EVA) sebesar 0.0000 artinya nilai
tersebut siginifikan. Begitu pula dengan nilai probabilitas variabel Market Value
Added (MVA) yaitu sebesar 0.0086 yang artinya nilai signifikan. Selain itu nilai
adjusted
sebesar 0.245766 dan nilai Durbin-Watson stat sebesar 2.088243
yang menandakan bebas autokorelasi. Hasil output regresi masing-masing metode
baik Pooled Least Square (PLS) dan Fixed Effect (FEM) kemudian diuji dengan
menggunakan Uji Chow untuk menentukan metode mana yang terpilih, dengan
hipotesis sebagai berikut.
H0 : model mengikuti pooled least square
H1 : model mengikuti fixed effects
61
Prob < 0.05 maka tolak H0, artinya model mengikuti fixed effects
Tabel 37 Hasil output uji chow dalam pemilihan model terbaik PLS vs FEM
Effects Test
Statistic
Cross-section F
Cross-section Chi-square
2.077554
14.741363
d.f.
Prob.
(7,199)
7
0.0476
0.0395
Berdasarkan hasil output Uji Chow diperoleh nilai probabiltas cross-section
F sebesar 0.0476 dan nilai probabilitas cross-section chi-square sebesar 0.0395
yang artinya tolak H0 dengan taraf signifikasi α = 0.05, sehingga model yang
terpilih adalah model Fixed Effects (FEM). Namun, tidak hanya sampai disini saja
untuk menguji model terbaik, masih terdapat model lain yang perlu dibandingkan
kembali yaitu model Random Effects (REM).
b. Metode Fixed Effects (FEM) vs Random Effects (REM)
Metode Random Effects (REM) merupakan metode yang dipakai untuk
melakukan pengujian model terbaik. Diketahui sebelumnya, dari hasil Uji Chow
yang telah dilakukan, maka telah terpilih model Fixed Effects (FEM) sebagai
model sementara terpilih, namun hasil tersebut perlu dibandingkan kembali
dengan model Random Effects (REM). Oleh karena itu, data diolah kembali dan
menghasilkan output regresi panel data sebagai berikut (Tabel 38).
Tabel 38 Hasil output regresi panel data dengan metode Random Effect (REM)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
EVA
MVA
-2.146807
-2.04E-06
6.96E-08
0.261587
2.80E-07
2.48E-08
-8.206840
-7.272547
2.811089
0.0000
0.0000
0.0054
Effects Specification
S.D.
Cross-section random
Idiosyncratic random
0.529872
2.213040
Rho
0.0542
0.9458
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.209500
0.201825
2.207957
27.29728
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
-1.080279
2.472014
1004.266
2.029437
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.224474
1047.446
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
-1.708458
1.945773
62
Metode Random Effects (REM) pada Tabel 38 menunjukkan bahwa nilai
probabilitas variabel Economic Value Added (EVA) sebesar 0.0000 artinya nilai
tersebut siginifikan. Begitu pula dengan nilai probabilitas variabel Market Value
Added (MVA) yaitu sebesar 0.0054 yang artinya nilai signifikan. Selain itu nilai
adjusted
sebesar 0.201825 dan nilai Durbin-Watson stat sebesar 2.029437
yang menandakan bebas autokorelasi. Hasil output regresi masing-masing metode
baik Fixed Effect (FEM) dan Random Effects (REM) kemudian diuji dengan
menggunakan Uji Hausman. Uji ini dilakukan untuk menentukan metode mana
yang akan terpilih sebagai metode yang paling terbaik. Berikut hipotesisnya
adalah sebagai berikut.
H0 : model mengikuti random effects
H1 : model mengikuti fixed effects
Prob > 0.05 maka terima H0, artinya model mengikuti random effects
Tabel 39 Hasil output uji hausman dalam pemilihan model terbaik FEM vs REM
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
1.176928
2
Prob.
0.5552
Sumber: Data diolah, 2013
Berdasarkan hasil output Uji Hausman diperoleh nilai probabilitas crosssection random sebesar 0.5552 yang artinya terima H0 dengan taraf signifikasi α
= 0.05, sehingga model yang terpilih adalah model Random Effects (REM). Jadi,
kesimpulannya dapat ditarik bahwa berdasarkan tahapan model dan pengujianpengujian yang telah dilakukan didapatkan model terbaik untuk kasus dalam
penelitian ini adalah Random Effects Model (REM).
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diperoleh
bahwa data tersebar dengan normal yang artinya model regresi baik dengan taraf
signifikasi α = 0.01. Berikut Gambar 4 menunjukkan data menyebar secara
normal.
63
Gambar 4 Grafik distribusi normalitas
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas maka dilakukan
Uji White Heteroscedasticity dengan hasil output sebagai berikut (Tabel 40).
Tabel 40 Hasil output uji white heteroscedasticity untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
EVA
MVA
0.211349
-6.54E-08
-5.64E-09
0.059926
7.77E-08
2.86E-09
3.526856
-0.841754
-1.971074
0.0017
0.4079
0.0599
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.132640
0.063251
0.224786
1.263220
3.649292
1.911551
0.168846
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.081344
0.232251
-0.046378
0.096358
-0.002742
2.239791
Berdasarkan hasil ouput uji white heteroscedasticity diperoleh nilai
probabilitas Economic Value Added (EVA) sebesar 0.4079 artinya bahwa model
regresi tersebut baik yaitu bebas atau tidak terjadi heteroskedastsitas karena nilai
probabilitas EVA lebih besar dari taraf signifikan sebesar α = 0.05 (0.4079 >
0.05). Begitu pula dengan hasil nilai probabilitas Market Value Added (MVA)
diperoleh nilai sebesar 0.0599 yang artinya model regresi tersebut baik karena
bebas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (0.0599 > 0.05).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
64
masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi.
Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilakukan uji statistik melalui uji
Durbin-Watson. Berdasarkan hasil output regresi panel data Random Effects
(REM) diperoleh nilai Durbin-Watson stat sebesar 2.029437 artinya model regresi
baik karena bebas autokorelasi.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Pada model regresi yang
baik antar variabel independen seharusnya tidak terjadi korelasi. Ada atau
tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi
masing-masing variabel bebas. Dalam pengujian ada atau tidaknya gejala
multikolinearitas adalah dengan melihat besaran korelasi antara variabel
independen dan besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu
tolerance < 0.8. Berikut Tabel 41 menunjukkan hasil output uji multikolinearitas.
Tabel 41 Hasil output uji multikolinearitas
Variabel
Return Saham
EVA
MVA
Sumber: Data diolah, 2013
Return Saham
1.000000
-0.249252
-0.281999
EVA
-0.249252
1.000000
0.068520
MVA
-0.281999
0.068520
1.000000
Berdasarkan hasil output diatas diperoleh nilai koefisisen relasi antara
variabel Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA)
sebesar 0.0685, nilai ini cukup rendah artinya tidak ada korelasi antara variabel
Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA) sehingga
tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi ini dikatakan model regresi yang
baik (0.068520 < 0.8).
3. Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Determinasi ( )
Koefisien determinasi merupakan besaran yang memberikan informasi
goodness of fit dari persamaan yaitu memberikan proporsi atau persentase
kekuatan pengaruh variabel yang menjelaskan (EVA dan MVA) secara simultan
terhadap variasi dari variabel dependen (return saham). Berdasarkan pemilihan
model terbaik yaitu Random Effects Model (REM) diperoleh nilai koefisien
determinasi ( ) sebesar 0.209500 atau 20.95%, artinya variabel Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mampu menjelaskan nilai return
saham sebesar 20.95% dan sisanya yaitu 79.05% dijelaskan oleh faktor lain diluar
variabel yang diteliti (EVA dan MVA).
b. Uji-F
Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan uji
F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependen. Dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 27.29728
dengan probabilitas (sig-F) sebesar 0.0000, sedangkan F tabel sebesar 2.60.
65
Dengan demikian F hitung memiliki nilai jauh lebih besar dari pada F tabel
(27.29728 > 2.60), maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Economic
Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
c. Uji-t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikasi peran secara parsial
antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan
bahwa variabel independen lain dianggap konstan. Uji-t dilakukan untuk melihat
apakah masing-masing variabel independen (EVA dan MVA) berpengaruh
terhadap variabel dependen (return saham). Berdasarkan model Random Effects
(REM) diperoleh nilai probabilitas EVA sebesar 0.0000 artinya tolak H0 (0.0000
< 0.05) dengan taraf siginifikasi α = 0.05 dan hipotesisnya sebagai berikut.
H0 : = 0 (EVA tidak berpengaruh terhadap return saham)
H1 : ≠ 0 (EVA berpengaruh terhadap return saham)
Jadi, kesimpulannya dapat ditarik bahwa variabel Economic Value Added
(EVA) berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan nilai probabilitas
0.0000. Sedangkan untuk variabel Market Value Added (MVA) untuk melihat ada
tidaknya pengaruh terhadap return saham digunakan hipotesis sebagai berikut.
H0 : = 0 (MVA tidak berpengaruh terhadap return saham)
H1 :
≠ 0 (MVA berpengaruh terhadap return saham)
Berdasarkan hasil output model Random Effects (REM) diperoleh nilai
probabilitas Market Value Added (MVA) sebesar 0.0054 artinya tolak H0 (0.0054
< 0.05) dengan taraf siginifikasi α = 0.05. Jadi, kesimpulannya dapat ditarik
bahwa variabel Market Value Added (MVA) berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Hasil Uji Statistik
Berdasarkan hasil cross section dengan Random Effects (REM) terlihat
bahwa nilai statistik t untuk koefisien konstan sebesar -8.206840, koefisien
Economic Value Added (EVA) sebesar -7.272547 dan koefisen Market Value
Added (MVA) sebesar 2.811089. Nilai uji Durbin-Watson sebesar 2.029437,
dimana berdasarkan tabel uji Durbin-Watson jika DW dengan nilai 2.029437
maka terima H0 yang artinya tidak ada atau bebas autokorelasi. Hasil estimasi dan
pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan ternyata hasil return saham tidak
terdapat multikolinieritas dan heteroskedastisitas serta data menyebar secara
normal sehingga hasil pengujian tersebut dapat diaplikasikan lebih lanjut.
Hasil regresi pada tabel yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa
diperoleh nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0.209500 atau 20.95%, artinya
variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mampu
menjelaskan nilai return saham sebesar 20.95% dan sisanya yaitu 79.05%
dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti (EVA dan MVA).
Sementara, untuk hasil nilai t hitung variabel Economic Value Added (EVA)
sebesar -7.272547 dengan probabilitas sebesar 0.0000 < 0.05, maka tolak H0
66
artinya variabel Economic Value Added (EVA) terbukti mempunyai pengaruh
signifikan negatif terhadap return saham artinya kedua variabel saling
berpengaruh namun memiliki hubungan yang terbalik dimana semakin tinggi nilai
EVA dan MVA yang dihasilkan maka akan semakin menurunkan nilai return
saham. Nilai t hitung untuk variabel Market Value Added (MVA) diperoleh
sebesar 2.811089 dengan probabilitas sebesar 0.0054 < 0.05, maka tolak H0
artinya Market Value Added (MVA) terbukti mempunyai pengaruh signifikan
positif terhadap return saham artinya kedua variabel memiliki hubungan searah
dimana semakin tinggi nilai EVA dan MVA yang dihasilkan maka akan semakin
meningkatkan nilai return sahamnya.
Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka implikasi manajerial yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
Strategi Peningkatan Nilai Economic Value Added (EVA)
Unsur utama yang dapat menentukan nilai Economic Value Added (EVA)
adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yaitu penjumlahan laba bersih
dan beban bunga serta Weighted Average Cost of Capital (WACC) yaitu
penjumlahan dari biaya hutang dikalikan bobot hutang dan biaya ekuitas dikalikan
bobot ekuitas. Jika perusahaan ingin meningkatkan nilai EVA menjadi positif,
maka perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan nilai NOPAT atau
perusahaan dituntut untuk dapat menurunkan nilai WACC.
Pencapaian nilai Net Operating Profit After Tax (NOPAT) tergantung
performa perusahaan dalam mengelola modal yang ditanamkan dalam bentuk
peningkatkan pendapatan operasional terutama kinerja penjualan dan efisiensi
biaya, meliputi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya administrasi serta
penjualan. Kendala utama perusahaan-perusahaan sektor pertanian adalah
beberapa produk utama, seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO)
dan juga karet, penentuan harga jualnya tergantung harga standar yang ditetapkan
oleh pihak berwenang untuk skala nasional maupun internasional. Penetapan
harga tersebut sangat terkait dengan perubahan harga produk lainnya. Kendala
lain adalah siklus penjualan yang tidak stabil lebih mengarah ke musiman. Oleh
karena itu, perusahaan dapat memperkuat diversifikasi produk yang berkualitas
dan memperluas pangsa pasar agar tetap berlanjut. Hal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan fungsi penelitian dan pengembangan produk dan strategi
pemasaran yang lebih tepat. Sebagian besar perusahaan sektor pertanian kurang
memfokuskan kepada hal ini karena biaya relatif besar dan risiko kegagalan cukup
besar. Kalau pun ada kecil sekali porsinya dan hanya diakui sebagai beban
operasional saja. Menurut Stewart dalam Desai dan Ferri (2006), agar
menghasilkan nilai NOPAT yang tinggi, salah satu strateginya melakukan Equity
Equivalent Adjustment dengan melakukan pengurangan nilai aktiva tidak
berwujud atau amortisasi biaya penelitian dan pengembangan dalam beberapa
tahun dengan asumsi menghasilkan nilai tambah bagi produk. Amortisasi ini
untuk mengurangi beban dalam laporan laba rugi yang tidak dibebankan dalam
tahun bersangkutan sehingga nilai NOPAT menjadi tinggi selama periode
penelitian dan pengembangan.
67
Pengelolaan Weighted Average Cost of Capital (WACC) tergantung kepada
porsi antara ekuitas dan hutang. Sebagian besar WACC perusahaan sektor
pertanian relatif tinggi, karena porsi modal ekuitas lebih tinggi dibandingkan
hutang. Dari sisi risiko likuiditas penggunaan ekuitas relatif aman karena
pembayaran hak pemegang saham berupa dividen dapat ditunda waktunya
dibandingkan hutang yang harus sesuai perjanjian. Namun demikian biaya ekuitas
merupakan biaya tertinggi dibandingkan dengan biaya hutang jangka panjang dan
jangka pendek. Akibatnya beban modal yang harus ditanggung perusahaan juga
besar yang mengurangi nilai EVA. Oleh karena itu, perusahaan dapat
meningkatkan pembiayaan dari hutang jangka pendek karena biaya yang paling
kecil dibandingkan dengan lainnya, untuk memperkuat pengembangan usaha dari
sisi modal kerja. Selain itu, untuk menyiasati keterbatasan pemberian hutang dari
bank terhadap perusahaan-perusahaan sektor pertanian akibat kepercayaan
perbankan yang masih rendah terhadap sektor ini, maka perusahaan dapat mencari
alternatif pembiayaan lain melalui leasing untuk aset tetap dalam rangka
mendukung operasional perusahaan. Meskipun biaya leasing biasanya lebih
mahal daripada pinjaman dari bank, namun keuntungan yang didapat adalah
perusahaan tidak butuh usaha yang besar untuk mendapatkan aset tetap tersebut
sehingga risiko dapat diminimalisir. Menurut Stewart dalam Desai dan Ferri
(2006), jenis leasing yang diusulkan adalah capital leased karena dapat
diamortisasi biaya tersebut berikut bunganya dan pada akhir perjanjian leasing
dapat menjadi milik penyewa (lessee).
Menurut Gatot Wijayanto (1993), adapun cara untuk meningkatkan nilai
EVA perusahaan, yaitu:
1. Meningkatkan keuntungan atau profit tanpa menggunakan tambahan
modal
2. Mengurangi pemakaian modal
3. Melakukan investasi pada proyek-proyek dengan pengembalian tinggi,
dengan meyakinkan bahwa proyek-proyek tersebut bisa mendapatkan
lebih dari sekedar ongkos modal keseluruhan yang diperlukan
Menurut Taaki Wakasugi (1997), terdapat tiga cara untuk meningkatkan
EVA, yaitu:
1. Menumbuhkan bisnis dengan penanaman modal baru yang menjanjikan
hasil yang lebih besar daripada biaya modal
2. Mengembangkan EVA dengan tidak menumbuhkan atau membuat bisnis
baru tetapi meningkatkan efisiensi dan menambahkan keuntungan pada
modal yang ada
3. Menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan atau tidak berkembang
Strategi Peningkatan Nilai Market Value Added (MVA)
Fokus peningkatan nilai Market Value Added (MVA) ada pada nilai pasar
ekuitas dan nilai buku ekuitas. Semakin tinggi nilai pasar ekuitas dibandingkan
nilai buku ekuitas, maka akan meningkatan pula nilai MVA. Hal ini menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menaikkan kekayaan pemegang saham. Untuk itu,
kepercayaan investor perlu diperkuat dengan meningkatkan performa perusahaan
dalam mengelola modal yang diinvestasikan.
68
Menurut Stewart III (1992), terdapat tiga cara untuk meningkatkan nilai
MVA, yaitu:
1. Meningkatkan efisiensi operasional yang berpengaruh dan selisih antara
rate of return dan Weighted Average Cost of Capital (WACC). Rate of
Return = NOPAT/capital. Capital merupakan jumlah dana yang terdiri
dari hutang berbunga dan ekuitas saham
2. Menambah jumlah modal yang diinvestasikan ke dalam suatu proyek
dimana selisih antara rate of return dan WACC berharga positif
3. Menarik kembali modal dari operasional jika rate of return lebih kecil dari
WACC
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada delapan perusahaan sektor
pertanian go public periode 2005 hingga 2011 maka diperoleh beberapa simpulan
sebagai berikut:
1.
PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia,
Tbk (LSIP) dan PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR)
menghasilkan kinerja keuangan (EVA) yang sudah baik artinya perusahaanperusahaan tersebut telah mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik
modal dimana laba atau pengembalian yang diterima lebih besar daripada
modal yang diinvestasikan, sedangkan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk
(TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), PT. Cipendawa, Tbk
(CPDW) dan PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) dan PT. Bumi
Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) menghasilkan kinerja keuangan (EVA)
yang buruk artinya perusahaan-perusahaan tersebut belum mampu
menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba atau
pengembalian yang diterima lebih kecil daripada modal yang diinvestasikan.
PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia,
Tbk (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR),
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk (TBLA), PT. Danasupra Erapacific, Tbk
(DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) menghasilkan
kinerja keuangan (MVA) yang sudah baik artinya pihak manajemen
perusahaan telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan
para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai buku perusahaan, sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantation, Tbk (UNSP) dan PT. Cipendawa, Tbk (CPDW) menghasilkan
kinerja keuangan (MVA) yang buruk artinya pihak manajemen perusahaan
belum mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para
pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih rendah
dibandingkan dengan nilai buku perusahaan.
69
Nilai return saham dihasilkan bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI),
PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP), PT. Sinar Mas Agro
Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk.
(TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) dan PT. Cipendawa,
Tbk (CPDW) memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik
kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, sedangkan PT.
Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk
(BTEK) belum mampu menghasilkan pengembalian berupa capital gain/loss
yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan.
2.
Secara simultan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) signifikan berpengaruh terhadap return saham. Economic Value
Added (EVA) terbukti mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap return
saham artinya semakin tinggi nilai EVA yang dihasilkan akan semakin
menurunkan nilai return saham. Sedangkan Market Value Added (MVA)
terbukti mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap return saham artinya
semakin tinggi nilai MVA yang dihasilkan akan meningkatkan nilai return
sahamnya.
Saran
1 . Bagi emiten PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP. London
Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP) dan PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology, Tbk (SMAR) untuk lebih memperluas kebun plasma guna
meningkatkan volume penjualan.
2.
Bagi emiten PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), PT.
Cipendawa, Tbk (CDPW) dan PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI)
diharapkan untuk melakukan diversifikasi produk, memperluas pangsa
pasar serta meningkatkan kepercayaan investor.
3.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel
kinerja keuangan serta menggunakan periode waktu yang lebih lama dan
jumlah sampel perusahaan yang lebih banyak.
70
DAFTAR PUSTAKA
Achsien IH. 2000. Investasi Syariah di Pasar Modal : Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta: Gramedia.
Adriyana R. 2011. Penilaian Kinerja Perusahaan Agribisnis pada Kelompok
Indeks LQ-45 dengan Pendekatan Economic Value Added dan Kinerja
Relatif Saham. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Ajija, Shochrul R et al. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Salemba Empat:
Jakarta.
Arifin, J. dan Busono, A. W. 2006. Komputer Akuntansi dengan Microsoft Excel.
PT Elex Media Komputindo: Jakarta.
Arifin Z. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Raja Grafindo: Jakarta.
Aryayoga R. dan Harjito DA. 2009. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan
Return Saham di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Vol 7, No 1, Hlm 13-21.
Astuti SP. 2006. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA dan MVA
terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta Periode 2001-2003). [Tesis]. Semarang: Program Studi Magister
Manajemen, Universitas Diponegoro.
Awat NJ. 1999. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Brigham EF, Gapenski LC, Ehrhardt MC. 1999. Financial Management : Theory
and Practice. 9th Ed. Florida: Dryden Press.
Desai MA, Ferri F. 2006. Understanding Economic Value Added. Harvard
Business School.
Dewi N. 2004. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pertanian Go Public di
Bursa Efek Jakarta dengan Metode EVA dan MVA. [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dona R. 2010. Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA) dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.
Penerbit IPB Press.
Hin LT. 2008. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Elex Media Komputindo:
Jakarta.
71
Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Ed ke-2. Bogor : IPB
Press.
Keown AJ, Scott DF, Martin JD, Petty JW. 2000. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott DF. 2005. Financial Management:
Principles and Applications. 10th Ed. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Munawir S. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty
Nachrowi D dan Usman H. 2006. Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ningrum AP. 2008 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go
Public dengan metode Economic Value Added (EVA). [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
O’Byrne SF. 1997. EVA and Shareholder Return. Financial Practie and
Education. Spring Summer.
Sartono A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPEFYogyakarta.
Stewart III. 1992. The Quest for Value International Edition. New York.
Tamba A. 2012. Analisis Kinerja Keuangan dengan menggunakan Pendekatan
EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added) pada
Bank BUMN yang Go Public (Studi Kasus PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk, PT. Bank BNI (Persero) Tbk dan PT Bank BRI (Persero) Tbk).
[Skripsi]. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Hasanuddin.
Tambunan AP. 2007. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Trisnawati I. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual
Income, Earnings, Operating Leverage dan Market Value Added Terhadap
Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 11, No.1, Hlm 65-78.
Utama, S. 1997. Economic Value Added : Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan.
Usahawan No. 04 Tahun. XXVI. Jakarta.
Wakasugi, T. 1997. EVA dan Shareholder Value in Japan. Journal of Applied
Corporate Finance. Volume 9 No.4.
Widoatmodjo S. 2007. Cara Cepat Memulai Investasi Saham: Panduan bagi
Pemula. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wijayanto G. 1993. EVA/NITAMI: Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran
Kinerja Perusahaan, No.12, Desember, Manajemen Usahawan Indonesia.
Winarno WW. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Ed ke2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
www.bps.go.id. [diakses Februari 2013]
www.idx.co.id. [diakses Maret 2013]
72
Young SD, O’Byrne SF. 2002. EVA dan Manajemen Berbasis Nilai : Panduan
Praktis untuk Penerapan. Edisi Terjemahan, Lusy Widjaya. Jakarta:
Salemba Empat.
73
LAMPIRAN
Lampiran 1
Sumber data analisis perusahaan publik sektor pertanian tahun
2005-2011
Perusahaan
PT Astra Agro Lestari, Tbk
(AALI)
Triwulan
I
Sumber Data Analisis
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
PT PP London Sumatera
Indonesia, Tbk (LSIP)
II
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
PT Sinar Mas Agro Resources
and Technology, Tbk (SMAR)
III
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
PT Tunas Baru Lampung, Tbk
(TBLA)
IV
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
I
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
PT Cipendawa, Tbk (CPDW)
II
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
PT Danasupra Erapacific, Tbk
(DSFI)
III
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
PT Bumi Teknokultura Unggul,
Tbk (BTEK)
IV
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
I
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
II
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
III
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
IV
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Sa
I
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
II
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
III
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
IV
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
PT Bakrie Sumatera Plantation,
Tbk (UNSP)
Tahun
2005
2006
2007
2008
74
Perusahaan
Tahun
2009
2010
2011
Lampiran 2
Triwulan
I
Sumber Data Analisis
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
II
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
III
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
IV
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
I
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
II
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
III
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
IV
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
I
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
II
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
III
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
IV
Laporan Laba Rugi, Neraca
Keuangan, Data Histori Saham
Pergerakan grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun
2005- 2011
75
RIWAYAT HIDUP
Cattleya Rizkita dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1990.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak H. Maman
Surachman dan Ibu Hj. Teti Rosilawati. Penulis memiliki satu orang kakak lakilaki yang bernama Danika Reka Artha. Penulis memulai pendidikannya pada
tahun 1995 di TK Permata Bogor, kemudian penulis mengikuti pendidikan dasar
di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan tingkat
menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri 5
Bogor. Pendidikan tingkat akhir diselesaikan penulis pada tahun 2008 di SMA
Negeri 3 Bogor.
Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswi pada Program
Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis melanjutkan studi ke
jenjang strata satu dan diterima sebagai mahasiswa Alih Jenis Agribisnis IPB pada
tahun 2011. Pada kesehariannya penulis adalah seorang wirausaha muda pemilik
usaha distro di daerah Bogor Nirwana Residence (BNR).
Download