ANALISIS KINERJA KEUANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTANIAN DI BURSA EFEK INDONESIA CATTLEYA RIZKITA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Cattleya Rizkita NIM H34114028 *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait. ABSTRAK CATTLEYA RIZKITA. Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh RITA NURMALINA SURYANA. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan serta menganalisis pengaruh kinerja keuangan tersebut terhadap return saham. Pemilihan sampel yang digunakan adalah perusahaan sektor pertanian yang sudah tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005 hingga 2011 dan sudah mengeluarkan laporan keuangan setiap tahunnya. Jumlah sampel yang diambil sebanyak delapan perusahaan. Metode analisis penelitian menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) serta untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terhadap return saham dilakukan analisis uji statistik dengan menggunakan analisis regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk dan PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk menghasilkan kinerja keuangan (EVA dan MVA) yang baik dengan tingkat pengembalian saham berupa capital gain/loss yang baik pula. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel EVA dan MVA berpengaruh signifikan terhadap Return Saham dengan nilai probabilitas masing-masing variabel sebesar 0.0000 dan 0.0054 serta taraf signifikasi sebesar α = 5%. Kata kunci: EVA, kinerja keuangan, MVA, return saham ABSTRACT CATTLEYA RIZKITA. Analysis of Financial Performance and Effect Toward to Share Return an Agricultural Companies in Indonesia Stock Exchange. Supervised by RITA NURMALINA SURYANA. Financial performance is a description about the financial condition of a company. The aim of this research is to analyse the financial performance and the effect of it to share return. Samples that used in the research are companies of agriculture sector that have been registered as issuers at Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period from 2005 to 2011 and have been issued a financial report each year. The number of samples taken are eight companies. The analysis method that is used are Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA). The statistic analysis with using Panel Data Regression is also used to find out whether any share return exists. The result shows that PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk dan PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk have put out positive financial performances with positive capital gain/loss as the rate of return. The result of the statistic test shows that EVA and MVA variables affects the share returns significantly with probability point of each variable are 0.0000 and 0.0054 with 5% of standard of significancy. Keywords: EVA, financial performance, MVA, stock return ANALISIS KINERJA KEUANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTANIAN DI BURSA EFEK INDONESIA CATTLEYA RIZKITA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Judul Skripsi: Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia : Cattleya Rizkita Nama NIM : H3411 4028 Disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS Pembimbing Diketahui oleh Kusnadi MS Tanggal Lulus: o5 DEC 2013 Judul Skripsi: Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia Nama : Cattleya Rizkita NIM : H34114028 Disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus: PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Desember 2013 ini ialah kinerja keuangan serta pengaruhnya terhadap return saham dengan judul Analisis Kinerja Keuangan serta Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan Pertanian di Bursa Efek Indonesia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS selaku pembimbing, serta Dr. Ir. Dwi Rachmina, MS yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Astried Febrina Santoso beserta staf PT. Indonesian Capital Market Electronic Library (Indonesian Camel) Bursa Efek Indonesia, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Desember 2013 Cattleya Rizkita i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perusahaan Sejumlah Sektor di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kinerja Keuangan Penilaian Kinerja Keuangan Laporan Keuangan Investasi Saham Return Saham Hubungan Kinerja Keuangan dengan Return Saham Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Cakupan Penelitian Desain Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data dan Informasi Deskripsi Variabel dan Pengukuran Metode Economic Value Added (EVA) Metode Market Value Added (MVA) Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis Regresi Data Panel Hipotesis Pemilihan Model Terbaik Uji Asumsi Klasik Pengujian Hipotesis HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan iii v v 1 1 4 6 6 6 7 7 9 10 10 10 11 11 12 13 13 13 14 14 15 15 16 16 16 19 20 20 21 21 22 23 24 24 ii Subsektor Perkebunan Subsektor Peternakan Subsektor Perikanan Subsektor Lainnya Analisis Variabel Kinerja Keuangan Economic Value Added (EVA) Subsektor Perkebunan Subsektor Peternakan Subsektor Perikanan Subsektor Lainnya Analisis Variabel Kinerja Keuangan Market Value Added (MVA) Subsektor Perkebunan Subsektor Peternakan Subsektor Perikanan Subsektor Lainnya Analisis Variabel Return Saham Subsektor Perkebunan Subsektor Peternakan Subsektor Perikanan Subsektor Lainnya Nilai Variabel Kinerja Keuangan serta Return Saham Perbandingan Kinerja Keuangan antar Perusahaan Sektor Pertanian serta Keputusan Investor Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis Analisis Statistik Deskriptif Analisis Model Regresi Hasil Uji Statistik Implikasi Manajerial Strategi Peningkatan Nilai Economic Value Added (EVA) Strategi Peningkatan Nilai Market Value Added (MVA) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 24 29 29 29 30 30 35 36 37 38 38 43 44 45 46 46 51 52 53 54 56 57 57 58 65 66 66 67 68 68 69 70 73 iii DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Perkembangan jumlah emiten dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2011 Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (miliar rupiah) tahun 2007-2011 Perkembangan struktur modal perusahaan sektor pertanian tahun 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Annualised Return IHSG dan Indeks Sektoral tahun 2005-2011 Daftar emiten sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI) Langkah perhitungan Economic Value Added (EVA) Langkah perhitungan Market Value Added (MVA) Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Astra Agro Lestari, Tbk periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added 2 2 3 5 15 17 20 31 32 33 34 35 36 37 38 iv 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 (MVA) pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan Rupiah) Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Nilai return saham pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode 2005-2011 Nilai return saham pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. periode 2005-2011 Nilai return saham pada PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. periode 2005-2011 Nilai return saham pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 2005-2011 Nilai return saham pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode 2005-2011 Nilai return saham pada PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011 Nilai return saham pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode 2005-2011 Nilai return saham pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode 2005-2011 Kinerja keuangan (EVA dan MVA) serta return saham berdasarkan nilai rata-rata laju pertumbuhan pada delapan perusahaan sektor pertanian periode 2005-2011 Statistik deskriptif variabel penelitian Hasil output regresi panel data dengan metode Common Constant (The Pooled OLS Method) Hasil output trasnformasi regresi panel data dengan metode Common Constant (The Pooled OLS Method) Hasil output regresi panel data dengan metode Fixed Effect (FEM) 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 58 59 59 60 v 37 Hasil output uji chow dalam pemilihan model terbaik PLS vs FEM 38 Hasil output regresi panel data dengan metode Random Effect (REM) 39 Hasil output uji hausman dalam pemilihan model terbaik FEM vs REM 40 Hasil output uji white heteroscedasticity untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas 41 Hasil output uji multikolinearitas 61 61 62 63 64 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 Grafik pergerakan indeks harga saham sejumlah sektor Perkembangan Indeks Harga Saham subsektor perkebunan tahun 2005-2011 Kerangka pemikiran operasional Grafik distribusi normalitas 4 5 14 63 DAFTAR LAMPIRAN 1 Sumber data analisis perusahaan publik sektor pertanian tahun 2005-2011 73 2 Pergerakan grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2005-2011 74 3 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Astra Agro Lestari, Tbk periode 31 Desember 2006 dan 2007 75 4 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk periode 31 Desember 2006-2008 78 5 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk periode 30 Juni 2008 dan 2009 81 6 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Tunas Baru Lampung, Tbk periode 31 Desember 2009 dan 2010 84 7 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk periode 30 September 2008 dan 2009 88 8 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Cipendawa, Tbk periode 30 Juni 2008 dan 2009 94 9 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Danasupra Erapacific, Tbk periode 31 Desember 2010 dan 30 Juni 2011 97 10 Contoh neraca konsolidasian dan laporan laba rugi PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk periode 31 Desember 2006 dan 2007 100 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat mengakibatkan dampak yang besar terhadap keputusan investor dalam melakukan transaksi pada pasar modal. Kondisi tersebut terjadi karena adanya krisis yang dinamakan subprime mortgage yaitu suatu istilah yang digunakan pada praktik pemberian kredit kepada peminjam yang tidak memenuhi persyaratan kredit untuk diberikan pinjaman berdasarkan suku bunga. Krisis finansial global tersebut telah menimbulkan kepanikan yang luar biasa di kalangan investor, yang membuat indeks Dow Jones, Nasdaq, Hang Seng, Hongkong, Nikkei, serta IHSG merosot tajam. Pada saat ini pasar modal memiliki peranan yang penting untuk menunjang perekonomian suatu negara. Indikator perekonomian suatu negara, selain dapat diukur melalui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat diukur melalui kinerja indeks pasar modal yang merupakan indikator kepercayaan investor. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Fungsi kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument. Pasar modal di Indonesia secara resmi dikelola oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diawasi oleh Kementerian Keuangan melalui Bapepam LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Bursa efek berperan sebagai tempat bertemunya pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana. Produk utama dari bursa efek adalah saham. Saham yang diperdagangkan mengalami fluktuasi tergantung transaksi yang dilakukan. Oleh karena itu, para investor harus mampu memperkirakan pergerakan indeks harga saham di bursa efek. Di dalam bursa efek terdapat sejumlah emiten, yaitu perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal baik dengan menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya secara umum kepada 2 masyarakat atau perusahaan yang mencatatkan sahamnya dan diperdagangkan di bursa saham. Indeks pasar modal di Indonesia disebut sebagai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terdiri dari sembilan indeks sektoral, yaitu agribisnis, pertambangan, industri dasar, industri lainnya, industri produk konsumen, properti, infrastruktur, lembaga keuangan, dan perdagangan. Tabel 1 menunjukkan tren nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga 2011. Tren peningkatan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga diikuti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tabel 1 Perkembangan jumlah emiten dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Emiten 336 344 383 396 402 442 436 4.54 Rata-rata laju pertumbuhan (%) IHSG 1 162.635 1 805.523 2 745.826 1 355.408 2 534.356 3 703.512 3 821.992 32.15 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2012 (diolah) Salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan laju perekonomian di Indonesia adalah sektor pertanian. Lebih dari empat puluh persen masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung. Sektor pertanian juga menjadi sektor primer bagi banyak sektor, karena tidak sedikit hasil yang diproduksi oleh sektor pertanian juga diperlukan oleh sektor lain. Selama tahun 2007 hingga tahun 2011, sektor pertanian dan sub sektornya yang meliputi perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan mengalami pertumbuhan dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor pertanian menempati urutan ketiga dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, di bawah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar konstan 2000 pada Tabel 2, menunjukkan bahwa perkembangan setiap sektor lapangan usaha selalu meningkat setiap tahunnya. Tabel 2 Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (miliar rupiah) tahun 2007-2011 Sektor Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Tahun Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2007 271 509 2008 284 619 2009 295 884 2010 304 737 2011 313 728 3.68 171 278 538 085 13 517 121 809 340 437 172 496 557 764 14 994 131 010 363 818 180 201 570 103 17 137 140 268 368 463 186 635 597 135 18 050 15 022 400 475 189 179 634 247 18 921 160 090 437 251 2.53 4.21 8.85 7.07 6.51 142 327 165 906 192 199 217 977 241 285 14.13 183 659 198 800 209 163 221 024 236 077 6.48 181 706 193 049 205 434 217 782 232 465 6.38 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah) 3 Seiring dengan meningkatnya peranan sektor pertanian, semakin banyak pula investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya. Keputusan investor sangat dipengaruhi oleh nilai return yang diterima. Return menjadi indikator utama kemampuan keuangan perusahaan menciptakan nilai bagi para investor dalam bentuk pembayaran dividen ataupun capital gain. Pada penelitian ini return dihitung dalam bentuk capital gain. Oleh karena itu, dalam menginvestasikan modalnya, investor harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti kondisi lingkungan perusahaan secara eksternal dan internal, prospek perusahaan di masa yang akan datang serta tingkat kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan strategik yang akan ditempuh oleh perusahaan sebagai usaha dalam meningkatkan nilai perusahaan yang bersangkutan. Penilaian tersebut mengharuskan manajemen perusahaan untuk merumuskan dan menyempurnakan strategi bisnis mereka agar memiliki kemampuan bersaing. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting yang berguna untuk perencanaan keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan juga diperlukan bagi investor yang telah menanamkan modalnya maupun yang akan menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Saat ini, berbagai metode pengukuran kinerja keuangan telah digunakan sebagai salah satu tindakan manajerial perusahaan. Biaya modal merupakan salah satu unsur utama untuk menilai efektivitas struktur modal perusahaan yang tercermin dalam hutang dan ekuitasnya. Hal ini terkait dengan kemampuan perusahaan dalam mengelola struktur modal untuk operasional perusahaan sehingga mampu memberikan return yang optimal terutama bagi para investor. Berikut Tabel 3 menunjukkan data perkembangan struktur modal perusahaan sektor pertanian tahun 2005 hingga 2011. Tabel 3 Perkembangan struktur modal perusahaan sektor pertanian 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Total Hutang 2005 6 481 734 2006 7 506 318 2007 10 917 357 2008 12 490 989 2009 11 841 020 2010 21 391 451 2011 22 556 143 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2013 (diolah) Total Ekuitas Total 6 971 472 8 413 670 13 560 556 17 766 434 19 820 531 28 640 504 33 548 570 13 453 206 15 919 988 24 477 913 30 257 423 31 661 551 50 031 955 56 104 713 Berdasarkan data struktur modal perusahaan sektor pertanian pada Tabel 3, terlihat dari tahun 2005 hingga 2011 nilai hutang dan ekuitas perusahaanperusahaan sektor pertanian mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa selain adanya peningkatan operasional perusahaan, juga mengindikasikan kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan sektor pertanian yang terus mengalami kenaikan walaupun terjadi fluktuasi indeks harga saham terutama pada tahun 2008. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang akan dilakukan meliputi analisis kinerja keuangan pada perusahaan sektor pertanian. Analisis berikutnya adalah menganalisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian 4 tersebut terhadap return saham yang akan menjadi acuan bagi para investor dan manajer perusahaan dalam menyusun berbagai langkah strategik untuk perencanaan usaha dan investasi yang dilakukan agar menghasilkan hasil yang optimal. Perumusan Masalah Sektor pertanian memiliki peranan yang penting bagi perekonomian di Indonesia. Namun, adanya krisis yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat mengakibatkan penurunan peranan pada sektor pertanian. Semakin banyaknya kegiatan ekspor yang dilakukan pada sektor ini, menunjukkan bahwa pergerakan sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh aktivitas global, dimana aktivitasaktivitas tersebut memberikan dampak langsung pada sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) semakin menurun hingga 13.61% pada tahun 2009 (BPS, 2010), dimana sebelumnya sektor pertanian mampu mengungguli sektor lain yaitu sebesar 26.32% (BPS, 2008). Perkembangan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan fakta yang menarik. Berikut Gambar 1 menunjukkan perkembangan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan sektor lainnya. 5,000.000 IHSG Harga 4,000.000 3,000.000 Pertanian 2,754.756 2,000.000 1,000.000 0.000 1,218.450 493.450 Pertambagan 2,284.319 2,146.036 1,753.090 Industri Dasar 918.766 Aneka Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Period Barang Konsumsi Properti & Real Estate Gambar 1 Grafik pergerakan indeks harga saham sejumlah sektor Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010 Pada Gambar 1 terlihat dari sisi pergerakan indeks harga saham, terdapat fakta menarik yang dapat diambil bahwa sektor pertanian memiliki pergerakan indeks harga saham yang sangat fluktuatif. Indeks harga saham sektor pertanian terus mengalami peningkatan yang cukup besar sampai dengan tahun 2007. Namun, pada tahun 2008 terjadi penurunan indeks harga saham yang sangat tajam. Fakta ini berbeda dengan tujuh sektor lainnya yang bergerak cenderung tidak fluktuatif (relatif stabil) selama kurun waktu tujuh tahun tersebut. Keadaan yang berfluktuatif tersebut akan menyulitkan seorang investor untuk menentukan pilihan berinvestasi. Nilai indeks harga saham sektor pertanian sebagian besar didominasi oleh perusahaan-perusahaan di subsektor perkebunan, seperti PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk, PT. Sinar Mas Agro Resources, Tbk, PT. Tunas Baru Lampung, Tbk dan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Perusahaan-perusahaan subsektor perkebunan tersebut mempengaruhi fluktuasi 5 pergerakan indeks harga saham sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di subsektor perkebunan sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Kondisi ini dikarenakan sebagian besar perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan-perusahaan yang sudah lama berdiri dengan memiliki permodalan yang relatif besar serta penghasil utama produk minyak kelapa sawit mentah (CPO), sehingga perhatian investor terhadap kinerja internal dan lingkungan eksternal perusahaan jauh lebih besar dibandingkan dengan subsektor lainnya. Oleh karena itu, krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 menjadi hal yang sangat mendukung untuk diteliti keterkaitannya dengan return saham. Gambar 2 menunjukkan perkembangan Indeks Harga Saham subsektor perkebunan tahun 2005 hingga 2011. Harga 30,000.000 PT Astra Agro Lestari 20,000.000 PT PP London Sumatera Indonesia 10,000.000 PT Sinar Mas Agro R.T 0.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Periode PT Tunas Baru Lampung Gambar 2 Perkembangan Indeks Harga Saham subsektor perkebunan tahun 20052011 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2013 Pergerakan indeks harga saham sektor pertanian yang berfluktuatif mempengaruhi return saham yang dihasilkan. Keputusan investor sangat dipengaruhi oleh nilai return yang diterima. Return menjadi indikator utama kemampuan keuangan perusahaan menciptakan nilai bagi para investor dalam bentuk pembayaran dividen ataupun capital gain. Selama periode 2005 sampai dengan 2011 sektor pertanian menempati urutan kedua paling rendah terkait nilai annualised return, yaitu sebesar -199.72% (Tabel 4). Tabel 4 Annualised Return IHSG dan Indeks Sektoral tahun 2005-2011 Indeks IHSG Pertanian Pertambangan Industri Dasar dan Kimia Aneka Industri Barang Konsumsi Properti dan Real Estate Transportasi dan Infrastruktur Keuangan Perdagangan Jasa dan Investasi Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2013 (diolah) Tahun 2005 - 2011 Annualised return (%) 6.94 -199.72 -213.67 11.98 7.81 20.89 -7.25 3.30 13.92 -22.30 6 Peranan sektor pertanian yang semakin mengalami penurunan terhadap perekonomian nasional, berimplikasi pula pada rendahnya minat investor berinvestasi di saham sektor pertanian. Minat investor untuk berinvestasi saham di sektor pertanian sangat rendah dan tertinggal jauh jika dibandingkan dengan sektor lain (Bursa Efek Indonesia, 2010). Penilaian kinerja keuangan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Selain itu, pengukuran kinerja keuangan merupakan salah satu faktor penting yang berguna untuk perencanaan keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian yang sahamnya tercatat dalam Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi investor dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan sebagai alat ukur. 3. Bagi peneliti dapat memperkuat kompetensi aspek manajerial di bidang manajemen keuangan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada delapan perusahaan yang bergerak di sektor pertanian yang telah go public. Pemilihan delapan perusahaan ini didasarkan pada asumsi perusahaan sudah menyusun laporan keuangan tahunan dari tahun 2005 hingga tahun 2011. Skripsi ini hanya membahas mengenai analisis kinerja keuangan perusahaan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) yang mempengaruhi terhadap return saham perusahaan-perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 7 TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perusahaan Sejumlah Sektor di Bursa Efek Indonesia Dona (2010) melakukan analisis pada 33 perusahaan yang sudah tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Agustus 2009 hingga Januari 2010 dengan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, dimana dihasilkan 15 perusahaan memiliki nilai EVA positif yang menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik dalam proses meningkatkan nilai tambah perusahaan, sementara 18 perusahaan lainnya memiliki nilai negatif yang menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat pengembalian yang dituntut investor. Hasil nilai negatif juga dapat disebabkan karena biaya yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan modal yang terukur dengan capital charge lebih besar dibandingkan dengan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yang diperoleh perusahaan. Penyebab lain yaitu karena perusahaan pada tahun tersebut tidak mampu menghasilkan laba atau mengalami kerugian, sehingga nilai NOPAT menjadi negatif. Variabel pengukuran kinerja keuangan selanjutnya adalah MVA, dimana dihasilkan lebih banyak perusahaan yang menghasilkan nilai positif yaitu sebesar 24 perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan tersebut. Sedangkan hanya terdapat 9 perusahaan yang menghasilkan nilai negatif, hal ini menandakan nilai pasar perusahaan tersebut lebih rendah daripada nilai buku perusahaan , sehingga investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Adriyana (2011), kinerja keuangan pada sektor pertanian subsektor perkebunan yang tergabung dalam kelompok indeks LQ45 yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dan PT. London Sumatera, Tbk periode 2007 hingga 2009 dengan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA) menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (UNSP) dan PT. London Sumatera, Tbk pada tahun 2007, 2008 dan 2009 memiliki nilai EVA > 0 yang menunjukkan bahwa proses nilai tambah kinerja perusahaan baik, hal ini berarti laba yang tersedia mampu melebihi harapan investor. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. Tamba (2012) menganalisis kinerja keuangan pada bank BUMN yang telah go public, dimana studi kasus perusahaan yang diambil adalah PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank BNI, Tbk dan PT. Bank BRI, Tbk periode 2008 hingga 2010. Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan tersebut dianalisis dengan menggunakkan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan antara Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI serta untuk memberikan timbal balik kekayaan yang lebih besar bagi pihak perusahaan dan investor. Hasil penelitian diperoleh bahwa ketiga perusahaan tersebut menghasilkan nilai EVA yang positif periode 2008 hingga 2010, adapun hasil rata-rata nilai tersebut yaitu PT.Bank Mandiri menghasilkan 4 741 121.37 juta, Bank BNI menghasilkan 1 189 823.18 8 juta dan Bank BRI sebesar 5 308 147.03 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah positif bagi perusahaannya masing-masing pada masa periode tiga tahun berturut-turut. Sementara pengukuran kinerja keuangan menggunakkan variabel MVA pun dihasilkan pula nilai positif pada ketiga perusahaan, dengan hasil nilai rata-rata masing-masing perusahaan yaitu pada Bank Mandiri sebesar 53 873 943.74, Bank BNI sebesar 15 065 741.84 dan Bank BRI sebesar 64 642 062.45. Tercatat pada hasil penelitian pada Bank BNI sempat menghasilkan nilai MVA negatif pada tahun 2008, namun pada tahun selanjutnya terus menunjukkan kinerja pasar yang terus membaik dan memberikan imbal balik yang tinggi bagi pemegang saham. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai pasar saham ketiga perusahaan mampu memberikan kekayaan yang substansial bagi pemegang saham. Bagi peneliti hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa pada tahun 2008 saat terjadi krisis tidak hanya sektor pertanian saja yang mengalami penurunan kinerja keuangan khususnya pada nilai pasar saham namun sektor pada Bank BUMN pun terkena dampaknya. Penelitian kinerja keuangan lain dilakukan Dewi (2004), dimana peneliti menganalisis kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian yang telah go public di Bursa Efek Jakarta pada periode 2001 hingga 2003. Perusahaan-perusahaan sektor pertanian tersebut yang diteliti antara lain PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk, PT. PP London Sumatra, Tbk, PT. Bahtera Adimina Samudra, Tbk dan PT. Dharma Samudra Fishing, Tbk. Kinerja keuangan masing-masing perusahaan dianalisis dengan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima perusahaan yang diteliti dengan menggunakan Economic Value Added, hanya dua perusahaan yang menghasilkan nilai EVA positif yaitu PT. Bakrie Sumatra Plantation, Tbk dan PT. PP London Sumatra, Tbk. Kedua perusahaan tersebut menunjukkan bahwa telah mampu menciptakan nilai tambah positif bagi perusahaan serta mampu menciptakan nilai bagi pemilik modal. Sementara, bagi tiga perusahaan lainnya yang menghasilkan nilai negatif menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan tersebut belum memiliki kinerja keuangan yang baik. Faktor dominan sehingga perusahaan memiliki nilai negatif adalah biaya modal yang lebih tinggi dari laba usaha yang dihasilkan. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut bahwa tidak hanya krisis pada tahun 2008 saja yang berdampak negatif bagi perusahaan sektor pertanian namun periode sebelum terjadi krisis pun tidak semua perusahaan memiliki kinerja keuangan perusahaan yang baik bila dianalisis dengan menggunakan metode EVA. Ningrum (2008) menganalisis kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2002 hingga 2007. Perusahaan telekomunikasi yang diteliti yaitu PT. Telkom, Tbk, PT. Indosat, Tbk, PT. Excelcomindo Pratama, Tbk, PT. Bakrie Telecom, Tbk dan PT. Mobile 8, Tbk. Pengukuran kinerja keuangan masing-masing perusahaan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA). Dari lima perusahaan yang dianalisis terdapat perusahaan yang konsisten menghasilkan nilai EVA positif yaitu PT. Telkom, Tbk, sedangkan PT. Indosat, Tbk menjadi urutan kedua perusahaan yang memiliki kinerja perusahaan yang baik. Sementara untuk PT. Excelcomindo Pratama, Tbk, PT. Bakrie, Tbk dan PT. Mobile 8, Tbk menghasilkan nilai EVA yang negatif, sehingga perusahaan belum dapat 9 memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dikarenakan biaya modal yang lebih tinggi dari laba usaha yang dihasilkan perusahaan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan terhadap pengukuran kinerja keuangan perusahaan-perusahaan go public, terdapat beberapa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan ada pula perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk. Perusahaan-perusahaan yang diteliti tidak hanya pada cakupan sektor pertanian saja, namun juga sektor lainnya yang telah tercatat di pasar modal Indonesia. Berdasarkan ulasan penelitian-penelitian terdahulu, kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi yang buruk tidak hanya terjadi pada saat krisis pada tahun 2008 namun tahun sebelumnnya pun terdapat perusahaan yang menghasilkan nilai-nilai negatif berdasarkan variabel yang digunakan, sehingga krisis yang terjadi pada tahun 2008 tidak selalu berdampak terhadap beberapa perusahaan go public di Indonesia. Kinerja keuangan yang buruk terjadi akibat beberapa faktor salah satunya karena biaya modal yang terlalu tinggi daripada laba yang dihasilkan. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Dona (2010) menganalisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan pada 33 perusahaan yang sudah tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Agustus 2009 hingga Januari 2010 dengan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Variabel independen pada pengolahan data yaitu EVA dan MVA masing-masing perusahaan, sedangkan variabel dependen adalah return saham. Analisis pengolahan data untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menggunakkan software statistik SPSS. Hasil olah data diperoleh bahwa variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel return saham namun memiliki arah pengaruh yang positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa EVA dan MVA memiliki pengaruh meningkatkan return saham, tetapi tidak signifikan. Hal ini dikarenakan hasil pada grafik hipotesis menunjukkan nilai pengaruhnya berada di daerah penolakan Ho. Trisnawati (2009), melakukan analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada seluruh perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode tahun 2003 hingga 2005 dengan mengunakan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Hasil olah data menunjukkan bahwa variabel EVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham dengan hasil output sebesar 0.666. Begitu pula dengan variabel MVA, hasil output menunjukkan bahwa variabel tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham dengan nilai sebesar 0.466. Astuti (2006) menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang telah go public periode 2001 hingga 2003. Variabel pengukuran kinerja keuangan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dimana kedua variabel tersebut merupakan variabel independen sedangkan return saham sebagai variabel dependen. Analisis pengolahan data untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terhadap return saham menggunakan software statistik SPSS. Hasil dari olah data menunjukkan bahwa kedua variabel independen tidak berpengaruh 10 signifikan terhadap return saham dengan nilai Economic Value Added (EVA) sebesar 0.085 dan nilai Market Value Added (MVA) sebesar 0.895. Penelitian lainnya dilakukan pula oleh Aryayoga dan Harjito (2009), dimana peneliti menganalisis pengaruh kinerja keuangan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap return saham perusahaan manufaktur yang telah go public yang terdaftar di BEI periode tahun 2004 hingga 2007. Perusahaan manufaktur yang diambil sebagai sampel yaitu sejumlah 30 perusahaan. Pengolahan statistik data hasil perhitungan dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15.0. Hasil olah data menunjukkan bahwa variabel Economic Value Added (EVA) dan Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap return pemegang saham perusahaan manufaktur. Berbeda dengan variabel Net Profit Margin (NPM), variabel ini menghasilkan adanya pengaruh terhadap return pemegang saham. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan yang dianalisis oleh peneliti khususnya dengan menggunakan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dan diolah menggunakan software SPSS, seluruhnya menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan variabel kinerja keuangan terhadap return saham. Hal ini secara menguatkan dugaan bahwa profitabilitas perusahaan yang diwakili oleh variabel-variabel kinerja keuangan tersebut tidak memiliki pengaruh secara serentak terhadap return pemegang saham. Hipotesis tersebut berbeda dengan hasil yang telah dilakukan oleh peneliti, dimana kinerja keuangan baik menggunakkan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap return saham. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini diambil dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian maupun metodemetode atau teknik yang akan digunakan. Adapun kerangka pemikiran teoritis penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab berikut. Kinerja Keuangan Menurut Arifin dan Busono (2006), kinerja keuangan pada laporan keuangan disajikan dalam laporan laba rugi yang terdiri dari pendapatan dan beban yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban, yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (investor). Definisi penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dikenal dengan sebutan berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fee), 11 bunga dan lainnya. Keuntungan menjelaskan kenaikan manfaat ekonomi, dan dengan demikian hakekatnya tidak berbeda dengan pendapatan. 2. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau kurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Definisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dari aktivitas perusahaan yang meliputi beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Kerugian memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Misalnya, kerugian karena bencana dan dari pelepasan aktiva lancar. Beban juga mencakupi kerugian yang belum direalisasi, misalnya kerugian dari pengaruh kurs valuta asing. Penilaian Kinerja Keuangan Penilaian kinerja dalam suatu perusahaan tidak terlepas dari keterkaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan yang utama, yaitu meningkatkan nilai yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi finansial perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang. Penilaian kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk memperbaiki kinerja yang dirasakan kurang baik. Penilaian kinerja sangat penting bagi proses merger perusahaan, pengimplementasian program pemulihan usaha dan untuk menentukan nilai wajar saham yang ditawarkan di bursa. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan berupa neraca, laba rugi, arus kas dan perubahan modal. Laporan Keuangan Laporan keuangan umumnya terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukan jumlah aktiva, utang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan juga alasanalasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Menurut Munawir (1995) pengertian laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Adapun pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah pemilik perusahaan, manajer yang bersangkutan, kreditur, bankir, investor dan pemerintah. Selain itu laporan keuangan dibuat untuk mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan memberikan informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan dengan jangka waktu minimal satu tahun sekali. Keberhasilan perusahaan dapat dinilai atau diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan, karena hasil-hasil stabilitas serta koniuitas dan kelangsungan perusahaan tergantung dari cara kerja 12 juga efisiensi manajemennya. Jika hasil-hasil yang dicapai kurang memuaskan maka para pemegang saham yang dalam hal ini merupakan pemilik perusahaan mungkin akan mengganti manajemennya atau bahkan menjual saham yang dimiliki. Adapun fungsi dari laporan keuangan adalah mengukur tingkat biaya dari berbagai perusahaan, menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian proses dan produksi, menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah disertai wewenang dan tanggung jawab, dan menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakasanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik (Munawir, 1995). Investasi Saham Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha terhadap perusahaan (Hin, 2008). Menurut Widoatmodjo (2007), saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut dengan emiten Sementara menurut Tambunan (2007) saham dapat didefinisikan sebagai bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. Berdasarkan definisi tersebut, saham merupakan bukti penyertaan modal yang dikeluarkan oleh perusahaan emiten sebagai suatu tanda adanya investasi yang dilakukan oleh investor dimana investor akan mendapatkan return berupa dividen atau capital gain dari sejumlah dana atau modal yang diinvestasikan. Dividen dapat diperoleh investor bilamana perusahaan emiten tempat sejumlah dana atau modal ditempatkan membukukan laba bersih di akhir tahunnya (Tambunan, 2007). Dividen sering menjadi tolak ukur skala perusahaan. Jika dividen dibayarkan secara rutin dengan pertumbuhan, maka umumnya saham tersebut akan menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor. Sementara itu, capital gain dapat diperoleh investor bilamana suatu harga saham yang diinvestasikan oleh investor mengalami kenaikan harga dan investor memutuskan untuk melepas kepemilikan saham tersebut dengan menjualnya di pasar saham. Sehingga investor akan mendapatkan selisih nilai positif dari harga jual saham terhadap harga beli saham. Pergerakan harga saham yang begitu cepat akan membuat potensi terjadinya capital gain secara cepat pula yang tak jarang juga menyebabkan potensi capital loss (Arifin, 2005). Saham memiliki tingkat resiko yang jauh lebih tinggi daripada jenis instrumen investasi lain baik yang berasal dari pasar modal, pasar keuangan maupun pasar derivatif, namun tingkat resiko yang dihasilkannya sebanding dengan tingkat keuntungannya. Keuntungan dari saham yang dapat diperoleh investor yaitu dividen dan capital gain dapat melebihi tingkat keuntungan investasi dari investasi lain. Tabungan dan deposito walaupun memiliki tingkat kepastian dalam memberikan hasil keuntungan dibandingkan saham tetapi tingkat keuntungan yang ditawarkan dari tabungan dan deposito relatif terbatas yaitu mengacu pada besaran tingkat suku bunga Bank Indonesia (Hin, 2008). Untuk valas US dolar misalnya, tingkat keuntungan yang dihasilkan dari selisih harga jual dan harga beli valas relatif lebih kecil dibandingkan dengan capital gain yang mampu diberikan saham namun capital loss yang diberikan saham dapat jauh lebih besar dibandingkan dengan capital loss dari valas. 13 Return Saham Return saham merupakan besaran atau nilai hasil pengukuran keuangan terhadap investasi (Brigham et al, 1999). Menurut Achsien (2000), return adalah presentasi perubahan dalam harga. Pengukuran dilakukan berdasarkan capital gain dan deviden. Return berdasarkan capital gain dapat dihitung dengan cara : Pi.t Pi.t 1 Ri.t Pi.t 1 Dimana: Pi.t = harga saham I pada periode t Pi.t-1 = harga saham I pada perode t-1 Hubungan Kinerja Keuangan dengan Return Saham Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Pada prinsipnya pemodal (investor) akan tertarik untuk berinvestasi pada saham yang menawarkan jumlah, stabilitas dan tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang akan mereka terima, jika para investor mengetahui dengan pasti laba yang akan mereka raih oleh perusahaan tersebut di masa yang akan datang dan besarnya deviden yang akan diterima. EVA dan MVA sebagai indikator dari keberhasilan manajemen dalam memilih dan mengelola sumber-sumber dana yang ada di perusahaan tentunya juga akan berpengaruh positif terhadap return pemegang saham. Terlebih lagi, dalam konsep EVA dan MVA ini biaya modal saham juga diperhitungkan, sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi para penyandang dana perusahaan karena biaya modal yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan dapat diketahui. Dengan meningkatnya EVA dan MVA perusahaan juga membaik berarti kinerja perusahaan semakin baik sehingga kesejahteraan para pemegang sahamnya pun dapat ditingkatkan. Dengan demikian, return pemegang saham akan menyangkut prestasi perusahaan di masa yang akan datang, karena harga saham serta deviden yang diharapkan oleh para pemodal (investor) merupakan nilai intristik yang menunjukkan prestasi dan resiko saham tersebut di masa yang akan datang. Terdapat dua hubungan variabel kinerja Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dengan return saham yaitu hubungan searah dan berbeda arah. Hubungan searah artinya semakin tinggi nilai kinerja keuangan baik EVA dan MVA akan semakin meningkatkan nilai return saham, sebaliknya hubungan berbeda arah artinya semakin tinggi nilai kinerja keuangan baik EVA dan MVA akan semakin menurunkan nilai return saham. Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran terkait dengan permasalahan yang terjadi di lapangan yang telah dirumuskan dalam permasalahan penelitian dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Kerangka pemikiran digambarkan dalam suatu bagan alur kerangka pemikiran yang disebut kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran operasional pada analisis kinerja keuangan serta pengaruhnya terhadap return saham pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada Gambar 3. 14 Penurunan Peranan Sektor Pertanian di Indonesia Penurunan Minat Investor di Sektor Pertanian Dampak terhadap Kinerja Keuangan dan Return Saham Analisis Kinerja Keuangan dan Return Saham Kinerja Keuangan 1. Laporan Laba Rugi 2. Neraca Keuangan Return Saham 1. Data Historis Saham (Penutupan Harga Saham) 3. Data Historis Saham EVA MVA NOPAT – COC (Laba bersih +beban bunga) – biaya modal (Harga pasar saham x Shares Outstanding) – Total Kapital Ri.t Pi.t Pi.t 1 Pi.t 1 Dimana: Pi.t= harga saham I pada periode t Pi.t-1= harga saham I pada perode t-1 Implikasi Manajerial Perusahaan Sektor Pertanian Go Public Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional METODE PENELITIAN Cakupan Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder laporan keuangan dari delapan perusahaan di sektor pertanian yang sahamnya tercatat di 15 Bursa Efek Indonesia (BEI). Delapan perusahaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Daftar emiten sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Pemegang Saham PT Astra Agro Lestari, Tbk PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk PT Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk PT Tunas Baru Lampung, Tbk PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk PT Cipendawa, Tbk PT Danasupra Erapacific, Tbk PT Bumi Teknokultura Unggul, Tbk Sub Sektor Emiten Saham AALI LSIP SMAR Perkebunan Peternakan Perikanan Lainnya TBLA UNSP CPDW DSFI BTEK Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013 Berdasarkan data di atas, data masing-masing perusahaan akan diolah dan dianalisis untuk memperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan, nilai tambah dan nilai pasar serta pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham. Penelitian dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, dari bulan Mei hingga Juli 2013. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor pertanian yang sudah go public periode tahun 2005 hingga 2011. Penelitian dilaksanakan melalui pendekatan deskriptif kuantitatif dan kuantitatif ekonometrika yang diinterpretasikan berdasarkan teori-teori dan literatur-literatur mengenai Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) serta return saham. Di samping itu digunakan pula analisis regresi menggunakan data panel. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari data sekunder seperti laporan keuangan perusahaan tahunan dan triwulanan yang diperoleh dari www.idx.co.id, situs perusahaan terkait dan perpustakaan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data historis harga saham perusahaan diperoleh dari www.finance.yahoo.com serta studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku terkait dengan penelitian, internet, jurnal dan artikelartikel lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 16 Metode Pengumpulan Data dan Informasi Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kinerja keuangan ini dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penarikan dengan tujuan atau pertimbangan tertentu (Juanda, 2009). Purposive sampling merupakan suatu metode pengambilan sampel yang tergolong dalam sampel nonprobabilitas. Jumlah sampel yang diambil sebanyak delapan perusahaan. Beberapa kriteria dalam pemilihan sampel yang dipakai dalam penilitian ini adalah: 1. Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian yang telah tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2. Perusahaan tersebut mengeluarkan laporan keuangan tahunan dan juga terdaftar harga sahamnya selama periode 2005 hingga 2011. Penelusuran literatur dilakukan melalui laporan perusahaan dan instansi terkait serta hasil pencarian melalui internet dengan data yang dibutuhkan. Deskripsi Variabel dan Pengukuran Untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka variabel dan pengukuran yang akan digunakan yaitu: Metode Economic Value Added (EVA) Metode Economic Value Added (EVA) diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan konsultan di Amerika Serikat, Stern Steward & Co. Konsep metode ini diperkenalkan sebagai alat ukur kinerja keuangan dan pasar untuk mengatasi kelemahan metode akuntansi tradisional (rasio keuangan). Economic Value Added (EVA) merupakan salah satu alat pengukur kinerja keuangan perusahaan yang berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan. Berbeda dengan metode pengukuran kinerja tradisional, metode ini mencoba untuk mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan cara mengelola modal yang diinvestasikan oleh shareholders atau bondholders. Economic Value Added (EVA) merupakan selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan biaya modal (Cost of Capital). Net Operating Profit After Tax (NOPAT) merupakan laba bersih setelah pajak ditambah biaya bunga, sementara biaya modal didapat dari Weighted Average Cost of Capital (WACC) dikalikan Invested Capital (IC). Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan penjumlahan dari biaya hutang dikalikan bobot hutang dan biaya ekuitas dikalikan bobot ekuitas. Invested Capital (IC) merupakan penjumlahan antara hutang dan ekuitas dikurangi hutang beban. Net Operating Profit After Tax (NOPAT) merupakan penjumlahan antara laba bersih dan biaya bunga. Dalam laporan keuangan, laba bersih merupakan laba yang sudah dikurangi pajak penghasilan. Sedangkan biaya bunga adalah beban bunga bank yang tercatat pada laporan laba rugi triwulanan, karena penelitian ini memakai data keuangan triwulanan. Biaya hutang (Kd) yang dimaksud adalah perbandingan antara biaya bunga dengan hutang. Biaya bunga adalah beban bunga dan hutang yang dimaksud adalah pengurangan antara jumlah pasiva dan ekuitas. Lalu setelah nilainya didapat, maka biaya hutang perlu dikurangi dengan pajak penghasilan, pajak penghasilan merupakan perbandingan 17 antara taksiran pajak penghasilan terhadap laba/rugi sebelum pajak. Biaya ekuitas (Ke) dalam penelitian ini menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Alasan memakai model ini karena pemakaian rumus Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang lebih akurat antara risiko dengan tingkat harapan pengembalian (expected return), dan lebih banyak dipakai dalam penentuan biaya ekuitas dalam menilai Economic Value Added (EVA) (Damodaran, 2001). Berikut Tabel 6 menjelaskan mengenai langkah perhitungan Economic Value Added (EVA). Tabel 6 Langkah perhitungan Economic Value Added (EVA) Tahapan Perhitungan Net Operating Profit NOPAT = Laba Bersih + Beban Bunga After Tax (NOPAT) Sumber Laporan Laba Rugi Biaya Hutang (Kd*) Laporan Laba Neraca Keuangan Kd = Beban Bunga Total Hutang Rugi, Kd* = Kd (1 - T) Biaya Ekuitas (Ke) Struktur Modal : Ke = Rf +ß (Rm – Rf) Data Histori Saham Bobot Hutang (Wd) Wd = Neraca Keuangan Bobot Ekuitas (We) We = Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC = [(Kd x Wd) + (Ke x We)] Neraca Keuangan, Data Histori Saham Invested Capital (IC) IC = Aset – Non Interest Bearing Liabilities Neraca Keuangan Cost of Capital (COC) COC = WACC x IC Neraca Keuangan Economic Value Added (EVA) EVA = NOPAT – COC Neraca Keuangan, Laporan Laba Rugi, Data Historis Saham Hutang Hutang + Ekuitas Ekuitas Aset Neraca Keuangan Sumber : Keown et. Al, 2000 Langkah-langkah yang diperlukan dalam menghitung Biaya Ekuitas (Ke) menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) : 1. Dimana : Rmt = tingkat pengembalian pasar pada waktu ke-t IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada waktu t IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada waktu t-1 2. Co var iance( Ra, Rm) Variance( Rm) 18 Covariance (Ra,Rm) = ∑[(Rai – AvRa)(Rmi – AvRm)] Variance (Rm) = ∑ (Rmi – AvRm)2 Dimana : Rmi = Return pasar (return IHSG) hari ke-i AvRm = Return rata-rata IHSG dalam periode satu triwulan Rai = Return saham perusahaan yang diteliti pada hari ke-i AvRa = Return rata-rata saham perusahaan dalam peridoe satu Triwulan 3. Ke R ( Rm Rf ) Dimana : Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko = Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia/SBI (rata-rata triwulanan) β = Beta (risiko sistematis saham) perusahaan Rm = Tingkat pengembalian pasar f Rumus yang digunakan adalah penjumlahan antara tingkat bebas risiko, yang didapat dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan koefisien beta dari saham yang didapat dari pengembalian saham biasa relatif terhadap pasar secara keseluruhan dan beta tersebut dikalikan dengan premi risiko pasar (Keown et al. 2000). Struktur modal merupakan penjumlahan bobot antara bobot ekuitas dan bobot hutang. Bobot ekuitas (We) didapat dari perbandingan antara ekuitas terhadap total aktiva, sementara bobot hutang (Wd) adalah perbandingan antara hutang dengan total aktiva. Keduanya dinyatakan dalam persen, sehingga hasil akhir struktur modal juga berupa persentase. Setelah semua komponen untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) diketahui, langkah selanjutnya adalah dilakukan penjumlahan antara perkalian bobot dan biaya hutang dengan bobot dan biaya ekuitas. Penjumlahan ini merupakan sebuah persentase. Menurut Keown et al. (2005) bahwa Invested Capital (IC) merupakan selisih antara asset dan Non Interest Bearing Liabilities. Asset di sini adalah total aktiva, atau dalam penelitian ini digunakan penjumlahan antara hutang ditambah ekuitas, dikarenakan dalam laporan keuangan nilai total aktiva (assets) adalah sama dengan total pasiva. Sementara Non Interest Bearing Liabilities merupakan kewajiban jangka pendek tanpa bunga yang meliputi hutang dagang, beban yang masih harus dibayar, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes), dan sebagainya. Young dan O’Bryne (2002) menyatakan bahwa IC sama dengan utang jangka pendek ditambah utang jangka panjang, kewajiban jangka panjang lainnya, dan ekuitas pemegang saham beban. Langkah selanjutnya adalah perkalian antara Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan Invested Capital (IC) yang mengasilkan Cost of Capital (COC). Menurut Awat (1999), bahwa Cost of Capital (COC) merupakan tingkat keuntungan yang diperlukan untuk mempertahankan nilai pasar perusahaan. Cost of Capital (COC) digunakan sebagai biaya modal untuk dijadikan pengurangan dengan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yang hasil akhirnya akan menghasilkan Economic Value Added (EVA) dalam bentuk nominal jumlah uang. Berikut kriteria penentuan nilai Economic Value Added (EVA) menurut Wijayanto (1993), sebagai berikut : 1. EVA > 0, telah terjadi nilai tambah ekonomi (NITAMI) dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan 19 kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik. 2. EVA < 0, menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak dapat memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik. 3. EVA = 0, menunjukkan posisi impas karena semua laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur dan pemegang saham. Sedangkan O’byrne (1997) menyebutkan bahwa: 1. EVA positif berarti perusahaan memperoleh keuntungan lebih banyak dari biaya modal, hal ini bisa menambah keuntungan EVAnya, jika selanjutnya untuk menambah modal dan menjaga laju keuntungannya. 2. EVA negatif berarti perusahaan memperoleh keuntungan lebih kecil dari modal biaya, ini berarti perusahaan gagal meningkatkan keuntungan dari modal dasar dalam membuat investasi baru, yang juga lebih lanjut memperoleh lebih kecil biaya modal. Metode Market Value Added (MVA) Konsep Market Value Added (MVA) diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan konsultan di Amerika Serikat, Stern Steward & Co. Konsep metode ini diperkenalkan sebagai alat ukur kinerja keuangan dan pasar untuk mengatasi kelemahan metode akuntansi tradisional (rasio keuangan). Market Value Added (MVA) merupakan suatu metode yang digunakan dalam mengukur besarnya penciptaan nilai kekayaan para pemegang saham, yang dapat dilihat melalui nilai pasar (market price) perusahaan. Metode ini secara tidak langsung mampu merefleksikan tingkat kemampuan manajemen untuk memposisikan nilai perusahaan dalam jangka panjang. Penggunaan kedua metode ini banyak diterapkan di beberapa perusahaan terkemuka di Amerika Serikat, namun demikian penerapan kedua metode ini di berbagai perusahaan Indonesia belum begitu besar (Utama, 1997). Metode ini menunjukkan nilai perusahaan dan seharusnya merupakan net present value dari Economic Value Added (EVA). Market Value Added (MVA) didefinisikan sebagai berikut. MVA = nilai pasar perusahaan – total kapital. = Net Present Value (NPV) perusahaan = nilai sekarang dari future EVA Menurut Sartono (2001) kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan diatas nilai modal yang disetor pemegang saham atau yang disebut Market Value Added (MVA) dirumuskan sebagai berikut. MVA = nilai pasar ekuitas – modal ekuitas yang disetor pemegang saham. = (jumlah saham beredar x harga saham) – total nilai ekuitas 20 Nilai pasar perusahaan merupakan perkalian antara harga pasar saham perusahaan dengan jumlah saham yang beredar (shares outstanding). Lalu total kapital adalah nilai buku yang merupakan modal ekuitas yang disetor pemegang saham. Harga pasar yang digunakan adalah harga pasar saham triwulanan yang didapat dari rata-rata harga pasar saham bulanan. Sedangkan jumlah saham yang beredar merupakan jumlah saham yang ditawarkan perusahaan selama periode triwulanan. Data ini didapat dari pasar modal terpublikasi. Setelah semua komponen diketahui, maka Market Value Added (MVA) pun dapat diketahui nilainya. Tabel 7 di bawah ini menjelaskan mengenai langkah perhitungan Market Value Added (MVA). Tabel 7 Langkah perhitungan Market Value Added (MVA) Tahapan Perhitungan Sumber Nilai Pasar Ekuitas Harga Penutupan Saham Akhir Bulan Data Historis Harga Saham Shares Outstanding Jumlah Saham Beredar Data Historis Harga Saham Total Kapital Nilai Buku = Ekuitas Neraca MVA (Harga Pasar Saham x Shares Outstanding) – Total Kapital Data Historis Harga Saham, Neraca Sumber: Sartono, 2001 Ketentuan atau tolak ukur dari Market Value Added (MVA) menurut Sartono (2001), sebagai berikut : 1. Jika MVA positif (>0) artinya pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham pun bertambah. 2.Jika MVA negatif (<0) artinya pihak manajemen telah menurunkan kekayaan perusahaan dan pemegang saham berkurang. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data diolah secara kuantitatif dan deskriptif, pengolahan data untuk mengetahui nilai Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan return saham dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan software microsoft excel. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) menggunakan analisis regresi data panel, dilakukan pula secara kuantitatif yaitu dengan program EViews versi 6. Setelah semua data diproses dan diketahui nilainya dilakukan analisis secara deskriptif untuk menjelaskan perbandingan antar variabel lalu dijelaskan pula pengaruh antar variabel yang diuji. Analisis Regresi Data Panel Analisis regresi data panel dalam penelitian ini merupakan pengaruh variabel Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) terhadap return saham. Model persamaan yang digunakan dalam persamaan adalah sebagai berikut: 21 =α+ + + dimana: I = n saham perusahaan t = n triwulan pengamatan α = intercept Ci = koefisien regresi variabel bebas (slope) Rit = return saham i pada triwulan t EVAit = nilai Economic Value Added (EVA) saham i triiwulan t MVAit = nilai Market Value Added (MVA) saham i triwulan t Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang telah didefinisikan memiliki pengaruh terhadap return saham. Hipotesis sendiri merupakan pernyataan dan jawaban sementara sebelum penelitian dilakukan dan diharapkan teruji kebenarannya serta mampu memberikan pola terbaik dalam menyelesaikan masalah seperti yang dirumuskan sebelumnya. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : β1 = β2 = 0 Variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan-perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di BEI. H1 : β1 ≠ β2 ≠ 0 Variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan-perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan Model Terbaik Firdaus (2011), mengatakan bahwa terdapat dua pendekatan yang umum diaplikasikan data panel, yaitu Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM). Keduanya dibedakan berdasarkan pada asumsi ada atau tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas. Penduga Fixed Effects Model (FEM) dapat dihitung dengan beberapa teknik yaitu Pendekatan Pooled Least Square (PLS), Pendekatan Within Group (WG), Pendekatan Least Square Dummy Variable (LSDV) dan Two Way Error Components Fixed Effects Model. Sedangkan, terdapat tiga jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator Random Effects Model (REM) yaitu Pendekatan Between Estimator, Pendekatan Generalized Least Square (GLS), dan Hausman Test. Nachrowi dan Usman (2006) mengatakan bahwa jalan tengah dikemukakan pula oleh beberapa ahli ekonometrika, bahwa: 1. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) yang lebih besar dibanding jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan Model Fixed Effect. 2. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) yang lebih kecil dibanding jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan Model Random Effect. 22 Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal/mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas hanya digunakan jika jumlah observasi adalah kurang dari 30, untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal. Jika jumlah observasi lebih dari 30, maka tidak diperlukan uji normalitas. Sebab distribusi sampling error term telah mendekati distribusi normal (Ajija et al, 2011). Dalam uji melalui grafik, seringkali terjadi penilaian yang subyektif terhadap interprestasi. Oleh karena itu, perlu pengujian yang pasti , yaitu menggunakan Uji Jarque Berra (JB test). Uji Jarque Berra adalah uji statistic untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. (Winarno, 2009). Pengujian hipotesis normalitas dapat dilihat sebagai berikut: H0 : error term terdistribusi normal H1 : error term tidak terdistribusi normal Jika p-value < α, maka Ho ditolak. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Pada model regresi yang baik antar variabel independen seharusnya tidak terjadi korelasi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi diantara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0.8, maka terjadi multikolinearitas (Ajija et al, 2011). 3. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Agar dapat mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistic melalui uji Durbin-Watson (DW test). DW test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat digunakan untuk menguji korelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Nachrowi dan Usman (2006) mengatakan: 1. Jika statistic DW bernilai 2, maka p akan bernilai 0 yang berarti tidak ada autokorelasi 2. Jika statistic DW berniali 0, maka p akan bernilai 1 yang berarti ada autokorelasi positif. 3. Jika statistic DW bernilai 4, maka p akan bernilai -1 yang berarti ada autokorelasi negatif. 23 Namun akan sulit sekali jika nilai dari DW berada tidak tepat di 2, 0, ataupun 4. Oleh karena itu, dibutuhkan uji lain, yaitu Uji LM atau dikenal juga dengan The Breusch Godfrey (BG) test. Metode ini didasarkan pada nilai F dan Obs*R-Square, dimana jika nilai probalitas dari Obs*R-Square melebihi tingkat kepercayaan, maka H0 diterima. Artinya, tidak ada masalah autokorelasi. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas maka perlu dilakukan Uji White Heteroscedasticity. Hasil yang diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs*R-Squared. Jika nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari X² tabel, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, demikian juga sebaliknya. Pengujian Hipotesis 1. Koefisien Determinasi ( ) Koefisien determinasi merupakan besaran yang memberikan informasi goodness of fit dari persamaan, yaitu memberikan proporsi atau persentase kekuatan pengaruh variabel yang menjelaskan (EVA dan MVA) secara simultan terhadap variasi dari variabel dependen (R). Koefisien diterminasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Nachrowi dan Usman, 2006). 2. Pengujian terhadap Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% nilai F ratio dari masing-masing koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika F-rasio > F-tabel atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif terhadap dependen. 3. Pengujian dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikasi peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan. Dengan tingkat signifikasin sebesar 95% nilai t hitung dari masing-masing koefisien regresi kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel, jika t-hitung < t-tabel atau prob-sig < α = 5% berarti bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen. 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dari sembilan indeks sektoral menurut klasifikasi industri yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia. Bersama dengan sektor manufaktur, sektor pertanian masuk kedalam klasifikasi sektor primer (ekstraktif). Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995 (Indonesia Stock Exchange, 2010). Secara detail, perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam sektor pertanian dikelompokkan menjadi empat subsektor, yaitu: 1. Subsektor perkebunan 2. Subsektor peternakan 3. Subsektor perikanan 4. Subsektor lainnya Subsektor Perkebunan Berdasarkan waktu penawaran umum perdana (IPO) pada tahun 2005 terdapat lima perusahaan yang tercakup dalam subsektor perkebunan, yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk, PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk, PT Tunas Baru Lampung, Tbk dan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. 1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI) PT Astro Agro Lestari,Tbk adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak 32 tahun yang lalu. Perusahaan memfokuskan diri dalam menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri. Proses produksi dilakukan dari hulu hingga hilir yang ditandai berupa adanya perkebunan termasuk perkebunan plasma yang dikelola oleh masyarakat sekitar serta proses pengolahan produk jadi melalui proses pabrikasi. Sejak berdirinya perseroan diawali pada tahun 1983 ketika induk perusahaan PT. Astra Internasional, Tbk memutuskan untuk melakukan pengembangan usaha ke sektor agribisnis dengan membentuk unit usaha baru. Unit ini bertanggung jawab untuk mengelola perkebunan ubi kayu dan karet. Dengan melihat prospek kelapa sawit yang sangat menjanjikan, PT. Astra Internasional, Tbk memutuskan untuk fokus mengembangkan bisnis kelapa sawit. Pada tahun 1984 perusahaan mengakuisisi PT. Tunggal Perkasa Plantations, yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 15 000 hektar di Riau, Sumatera. Pada tahun 1988 PT. Astra Internasional, Tbk memutuskan menjadikan bisnis perkebunan sawit sebagai entitas bisnis baru dengan nama PT. Suryaraya Cakrawala. Tahun 1989 PT. Suryaraya Cakrawala diubah menjadi PT. Astra Agro Niaga sampai pada akhirnya berubah menjadi PT. Astra Agro Lestari. Setelah melewati serangkaian proses merger, akuisisi, pengembangan usaha baru dan restrukturisasi, tercatat pada akhir tahun 2011 perusahaan memiliki aset sebesar 10 204 triliun. Saat ini perusahaan memiliki 28 109 karyawan tetap dan mengelola 272 994 hektar total perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Kalimantan 25 dan Sulawesi yang terdiri dari 212 622 hektar perkebunan inti dan 60 372 hektar perkebunan plasma. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1989 melakukan IPO pada tanggal 9 Desember 1997 sebanyak 125.8 juta saham di bursa efek Indonesia dengan nilai nominal Rp. 500 per saham dengan harga penawaran sebesar Rp. 1 550 per saham. Sebagian besar saham perusahaan dimiliki oleh PT. Astra Internasional Tbk dan sisanya dimiliki oleh publik. Pada tahun 2011 PT. Astra Internasional Tbk memiliki 79.7% saham perusahaan, sedangkan publik memiliki sebesar 20.3%. Keberhasilan Perseroan dalam mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit tak lepas dari segala upaya untuk mencapai visinya menjadi perusahaan agribisnis yang paling produktif dan paling inovatif di dunia. Hal tersebut merupakan cerminan dari keberhasilan Perseroan untuk menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan profitabilitas tinggi dan selalu memberikan nilai tambah positif bagi masyarakat luas. 2. PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP) Sejarah PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk berawal dari 105 tahun yang lalu di tahun 1906 melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan LondonSumatera, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Lonsum, berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia, dengan lebih dari 100 000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, kakao dan teh di empat pulau terbesar di Indonesia. Di awal berdirinya, Perseroan melakukan diversifikasi melalui penanaman karet, teh dan kakao. Di awal kemerdekaan Indonesia, Lonsum lebih memfokuskan usahanya pada tanaman karet dan kemudian beralih ke kelapa sawit di era tahun 1980. Pada akhir dekade berikutnya, kelapa sawit telah menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan. Lonsum memiliki perkebunan inti dan perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi yang memanfaatkan keunggulan Perseroan di bidang penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen serta tenaga kerja yang terampil dan profesional. Pada tahun 2009, Lonsum menjadi penghasil minyak sawit lestari (CSPO) setelah menerima sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) atas perkebunan dan pabrik kelapa sawitnya di Sumatera Utara. Perjalanan pengembangan minyak sawit lestari terus berlanjut ketika perkebunan dan pabrik kelapa sawit di Sumatera Selatan memperoleh sertifikasi RSPO di tahun 2011. Kini, Lonsum merupakan salah satu penghasil minyak sawit lestari terbesar di Indonesia dengan produksi sekitar 195 000 ton minyak sawit lestari setiap tahunnya. Di tahun 1994, Harrisons & Crosfield menjual seluruh kepemilikan sahamnya di Lonsum kepada PT. Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang kemudian mencatatkan Lonsum sebagai perusahaan publik melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996 pergerakan harga saham LSIP memiliki kecenderungan trend positif dengan harga penutupan tahun 2011 sebesar Rp. 2 250. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri) anak perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk di bidang agribisnis menjadi 26 pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk (SIMP), sehingga Perseroan menjadi bagian dari Grup Indofood (Grup). Di bulan Desember 2010, IndoAgri melepaskan 8% kepemilikannya di Lonsum dimana 3.1% dijual ke SIMP. Pelepasan kepemilikan ini telah meningkatkan porsi saham bagi investor publik menjadi sebesar 40.5% dari 35.6%. Setelah melewati serangkaian proses merger, akuisisi, pengembangan usaha baru dan restrukturisasi tercatat pada akhir tahun 2011 perusahaan memiliki aset sebesar 6 791 triliun dengan laba bersih yang terus meningkat dengan laba bersih pada tahun 2011 sebesar 1 701 triliun. Perusahaan yang didirikan pada tanggal 18 Desember 1962 melakukan IPO pada tanggal 5 Juli 1996 sebanyak 38.8 juta saham di Bursa Efek Jakarta dengan nilai nominal Rp. 500 per saham. Pada awalnya kepemilikan saham perusahaan pada saat IPO dikuasai oleh PT. Pan London Sumatera Plantations (PPLS), namun pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd (IndoAgri), anak perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk di bidang agribisnis menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan melalui anak perusahaannya di Indonesia, PT. Salim Ivomas Pratama Tbk sehingga perseroan menjadi bagian dari Group Indofood. 3. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR) Didirikan tahun 1962 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1992. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR atau Perseroan) adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terbesar di Indonesia, dengan nilai penjualan bersih sebesar Rp. 31.7 triliun dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp. 1.8 triliun pada tahun 2011. Perusahaan melakukan penawaran umum saham (IPO) pada tanggal 20 November 1992 sebanyak 150 juta saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan nilai nominal Rp. 200 per saham. Adapun pergerakan harga saham SMAR cukup baik dengan trend yang terus meningkat dengan penutupan pada Desember 2011 yaitu Rp. 6 400. Aktivitas utama Perseroan dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK) serta pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng, margarin dan shortening. Perseroan menanam kebun kelapa sawit di Indonesia seluas sekitar 139 000 hektar termasuk plasma. Lima belas pabrik pengolahan memproses TBS menjadi CPO dan PK, dengan total kapasitas sebesar 3.9 juta ton per tahun. CPO diproses lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah, baik curah, industri maupun bermerek, melalui pabrik hilir dengan kapasitas 1.4 juta ton per tahun. PK juga diproses lebih lanjut di pabrik pengolahan inti sawit dengan kapasitas 444 ribu ton per tahun, menghasilkan minyak inti sawit dan palm kernel meal yang memiliki nilai lebih tinggi. SMAR juga mendistribusikan, memasarkan dan mengekspor produk konsumen berbasis kelapa sawit. Selain minyak curah dan minyak industri, produk turunan SMAR juga dipasarkan dengan berbagai merek, seperti Filma dan Kunci Mas. Saat ini, merek-merek tersebut diakui kualitasnya dan memiliki pangsa pasar yang signifikan di segmennya masing-masing di Indonesia. 27 4. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk (TBLA) Didirikan tahun 1973, PT. Tunas Baru Lampung, Tbk menjadi salah satu anggota kelompok usaha Sungai Budi yang dibentuk pada tahun 1974 dan menjadi salah satu perintis industri pertanian di Indonesia. Keterlibatan tersebut berasal dari keinginan untuk mendukung kemajuan negara dan memanfaatkan keunggulan kompetitif Indonesia di bidang pertanian. Sejak PT. Tunas Baru Lampung, Tbk mulai beroperasi di Lampung pada awal 1970, Perseroan telah berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar dan termurah. Perusahaan melakukan penawaran umum saham (IPO) pada tanggal 14 Februari 2000 sebanyak 140.385 juta saham di Bursa Efek Indonesia dengan nilai nominal Rp. 500 per saham. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk pertama kali terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta tanggal 14 Februari 2000 dengan trend harga saham yang meningkat setiap tahunya pada penutupan tahun 2011sebesar Rp. 590. Perseroan juga memasuki pasar yang baru tahun 1996 di Jawa Timur dengan mengakuisisi sebuah pabrik penyulingan minyak goreng. Perseroan melihatnya sebagai pintu gerbang memasuki pasar Indonesia Timur lainnya seperti Kalimantan, Bali, Lombok, Maluku dan Papua. Sejak akuisisi ini, Perseroan telah meningkatkan efisiensi pabrik penyulingan Jawa Timur dan memperluas kapasitas produksi di tahun 1999. Perseroan juga telah meningkatkan kapasitas pabrik penyulingan dan membangun pabrik CPO kedua di Lampung meneruskan hasil Penawaran Umum Pertama sejak tahun 2000, dan mengakusisi PT. Agro Bumi Mas di tahun 2004, yang menjadikan Perseroan memiliki pabrik pengolahan CPO yang ketiga. Pada saat ini Perseroan sedang membangun pabrik CPO yang keempat di daerah Banyuasin, Sumatera Selatan dengan kapasitas 2x45 ton/jam. Perseroan bertekad meningkatkan produksi dan menjaga kualitas produk-produk Perseroan. Sebagai tambahan untuk minyak goreng nabati, Perseroan juga memproduksi stearine, minyak sawit, minyak inti sawit dan produk lain seperti sabun cream dan sabun cuci dengan memanfaatkan asam lemak sebagai produk sampingan hasil pengolahan CPO. Salah satu produk minyak goreng yang menjadi andalan dari perseroan adalah Rose Brand. Dilihat dari laporan keuangan tahun 2011, dari sisi keuangan perusahan terus membukukan laba bersih yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dilihat dari penjualan bersih pada tahun lalu sebesar Rp. 3.7 triliun, mengalami peningkatan sebesar 26% bila dibandingkan dengan penjualan yang dicapai pada tahun-tahun sebelumnya sebesar Rp. 2.9 triliun. Secara volume terjadi penurunan sebesar 17%, dikarenakan Perseroan mengurangi kegiatan perdagangan untuk ekspor CPO tersebut, namun harga jual CPO ekspor Perseroan mengalami peningkatan sebesar 34%. Untuk hasil penjualan ekspor mengalami peningkatan dari USD 251 juta pada tahun 2010 menjadi sebesar USD 296 juta pada tahun 2011 atau naik 18%, dimana penurunan hasil ekspor CPO dapat diimbangi dengan kenaikan ekspor PKO dan bungkil sawit. Adapun komposisi penjualan ekspor berbanding penjualan lokal adalah 70% berbanding 30%. Akibat dari peningkatan panen TBS dan harga jual ekspor, laba kotor Perseroan mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp. 641 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp. 1.2 triliun pada tahun 2011 atau naik 94%. Laba usaha Perseroan juga mengalami peningkatan dari Rp. 350 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp. 614 miliar pada tahun 2011 atau naik sebesar 76%. Margin laba usaha Perseroan pada tahun 2011 mengalami 28 peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu dari sebesar 12% menjadi 17%. 5. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk didirikan di Republik Indonesia pada tahun 1911 dengan nama NV Hollandsch Amerikanse Plantage Maatschappij. Nama perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan yang menandakan beberapa kali penggantian kepemilikan. PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk adalah salah satu anggota Kelompok Usaha Bakrie yang termasuk perusahaan swasta nasional pertama di Indonesia. Kelompok Usaha Bakrie didirikan oleh almarhum Achmad Bakrie pada tahun 1942 dengan nama Bakrie & Brothers General Merchant and Commission Agent di Lampung. Awalnya NV HAPM merupakan sebuah departemen yang dibentuk khusus untuk meneliti tanaman dan penyakit tanaman serta mencari obatnya yang berlokasi di Bunut, Kisaran. Perusahaan melakukan penawaran umum saham (IPO) pada tanggal 6 Maret 1990 sebanyak 11.1 juta saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan nilai nominal Rp. 1 000 per saham. Anggaran dasar perusahaan pertama kali diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 14 tanggal 18 Februari 1941. Tambahan No. 101 anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan akta Notaris Sutjipto, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta No. 98 tanggal 14 Mei 2008 mengenai perubahan seluruh anggaran dasar perusahaan dalam rangka penyesuaian terhadap Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang perkebunan, pengolahan, perdagangan dan pengangkutan hasil tanaman dan produk industri serta pabrik kertas. Saat ini, perusahaan bergerak di bidang perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman dan industri. Dalam upaya mengembangkan suatu basis kepemilikan yang luas, maka tahun 1989 perusahaan menawarkan 30 persen dari sahamnya untuk umum. Luas tanaman perkebunan perusahaan dan anak perusahaan adalah 124 063 hektar. Perusahaan telah beroperasi komersial sejak tahun 1911. Pada tanggal 23 November 1990 PT. United Sumatera Plantations telah melaksanakan usaha patungan dengan pihak Globe, USA untuk mendirikan pabrik benang karet dengan nama PT. Bakrie Rubber Industry, pabrik ini ditargetkan akan berproduksi pada tahun 1993. Kemudian pada tahun 1991, perusahaan telah mengembangkan sayapnya dengan rencana membuka 40 000 hektar perkebunan kelapa sawit di Pasaman Sumatera Barat. Sejak tanggal 11 Mei 1993 PT. United Sumatera Plantations telah berubah menjadi PT. Bakrie Sumatera Plantations,Tbk yang disahkan melalui surat keputusan Menteri Kehakiman RI No. 023004.HT.01.TH.93. PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Kisaran (selanjutnya disebut PT BSP) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha perkebunan, pengolahan dari hasil tanaman dan produksi industri serta perdagangan hasil industri. Perkebunan yang diusahakan PT. BSP adalah perkebunan karet dan kelapa sawit. Pada mulanya perusahaan hanya bergerak di bidang perkebunan karet. Pada tahun 1992 perusahaan mulai melaksanakan konversi atas sebagian perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit. Keputusan untuk 29 memasukan kelapa sawit ke dalam bisnis inti didasari pertimbangan bahwa bisnis ini menguntungkan. Di samping itu kelapa sawit dikenal sebagai tanaman yang memiliki produktivitas tinggi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Perusahaan listing menjadi perusahaan go public pada pada 6 Maret 1990, namun harga saham UNSP ini terus mengalami penurunan pada akhir penutupan tahun 2011 ditutup di harga Rp. 285 per lembar saham. Subsektor Peternakan 6. PT. Cipendawa, Tbk (CPDW) PT. Indo Setu Bara Resources, Tbk (selanjutnya disebut Perseroan) didirikan dengan nama PT. Tjipendawa Farm Enterprise, berdasarkan Akta No. 90 pada tanggal 25 November 1970 yang dibuat oleh Notaris Juliaan Nimrod Siregar Gelar Mangaradja Namora, S.H., Notaris di Jakarta. Komoditas utama perusahaan adalah ayam beserta turunannya. Seluruh penjualan produk diserap oleh pasar dalam negeri. Pada tahun 1990, Perseroan melakukan penawaran perdana untuk menjadi Perusahaan Terbuka dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 18 Juni 1990 dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 2 Juli 1990 sebanyak 3 juta saham dengan nilai nominal Rp. 1 000 per saham. Semenjak itu Perseroan dikenal sebagai perusahaan perunggasan dengan nama Cipendawa (CPDW). Dalam rangka mengembangkan bisnis usahanya, pada tahun 2008 Perseroan mengakuisisi 99% saham PT. Sentra Alam Resources (SAR) yang memiliki anak perusahaan PT. Pratama Sumber Resources, yang telah memiliki dua Kuasa Pertambangan (KP) di Berau. Pada tahun 2011, Perseroan melepas kepemilikan aset perunggasannya sehingga Perseroan menyatakan dirinya sebagai perusahaan pertambangan batubara. Subsektor Perikanan 7. PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) PT. Dharma Samudra Fishing,Tbk (DSFI) didirkan pada tanggal 2 Oktober 1973 berdasarkan akta notaris Tan Hong Kie No 3. Ruang lingkup perusahaan meliputi pada bidang perikanan termasuk mengambil, mengolah, menjual serta menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan hasil perikanan. Pada tanggal 24 Maret 2000, perusahaan melakukan penawaran perdana dengan jumlah saham perusahaan 125 juta. Pada tanggal 28 Februari 2000, pernyataan pendaftaran perusahaan untuk menwarakan 50 juta saham disertai 25 juta waran seri satu dengan harga penawaran Rp. 900 per saham dinyatakan efektif. Pada tanggal 24 Maret 2000, seluruh saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh, waran seri satu telah dicatatakan pada Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 17 Maret 2003, periode perdagangan waran seri satu di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya telah berakhir. Tanggal 24 Maret 2003 merupakan tanggal terakhir pelaksanaan waran seri satu dan sampai tanggal tersebut, perkembangan saham DSFI sangat datar sejak tahun 2008 sampai dengan akhir 2011 perkembangan saham DSFI hanya bergerak di kisaran Rp. 50 per lembar saham. Subsektor Lainnya 8. PT Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk didirikan pada tanggal 5 Maret 2002. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah bergerak dalam bidang bioteknologi 30 pertanian, Hak Pengelolaan Hutan (HPH), Hutan Tanam Industri (HTI) dan perdagangan. Perusahaan mulai melakukan kegiatan komersialnya pada bulan Juni 2001. Penawaran Umum dan Pencatatan Saham Perusahaan di Bursa Efek dilakukan pada tahun 2004. Perusahaan melakukan penawaran umum saham kepada masyarakat sebanyak 120 juta saham dengan nilai nominal Rp. 100 setiap saham dengan harga penawaran Rp. 125 setiap saham disertai dengan penerbitan waran seri sebanyak 276 juta yang diberikan secara cuma-cuma dengan nilai nominal Rp. 100 setiap saham dengan harga pelaksanaan Rp. 125 setiap saham. Pembelian dapat dilakukan selama masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 14 November 2004 sampai dengan 13 Mei 2007. Setiap pemegang satu waran berhak membeli satu saham perusahaan. Bila waran tidak dilaksanakan sampai masa berlakunya habis, maka waran tersebut menjadi kadaluarsa. Penawaran umum saham ini telah didaftarkan ke Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) pada tanggal 19 Februari 2004 dan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 13 Mei 2004. Penawaran umum saham ini telah memperoleh izin dari Ketua BAPEPAM dengan Surat Keputusan No. S-1 102/ PM /2004 tanggal 29 April 2004. Analisis Variabel Kinerja Keuangan Economic Value Added (EVA) Nilai Economic Value Added (EVA) diperoleh dari penjumlahan laba bersih atau Net Operating Profit After Tax (NOPAT) setelah pajak dengan biaya modal atau Cost of Capital (COC). Komponen pembentuk Cost of Capital (COC) sendiri diperoleh dari penjumlahan Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan Invested Capital (IC), sementara NOPAT diperoleh dari penjumlahan laba bersih dengan beban bunga. Data dihitung dengan menggunakan software miscrosoft excel. Variabel Economic Value Added (EVA) merupakan variabel independen (X) dalam pengolahan data statistik. Subektor Perkebunan 1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk. memiliki trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang semakin meningkat setiap tahunnya dengan hasil nilai kinerja keuangan per triwulan yang semakin meningkat pula. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 151%. Kinerja keuangan PT. Astra Agro Lestari, Tbk selalu mengalami penurunan pada setiap awal tahun atau setiap triwulan pertama, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya nilai kinerja keuangan negatif atau kurang dari nol pada periode tersebut. Penurunan kinerja diduga karena perusahaan selalu melakukan perencanaan investasi baru untuk memaksimalkan nilai tambah perusahaan di masa mendatang. Selain itu, pada tahun 2009 triwulan pertama perusahaan menghasilkan nilai kinerja keuangan terendah diantara periodeperiode lainnya yaitu sebesar – 1 473 537.634, hal tersebut terjadi karena adanya dampak dari krisis global di Amerika Serikat yang terjadi dimulai pada tahun 2008 triwulan keempat. Kesimpulan dari kinerja keuangan perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki 31 kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba atau pengembalian yang diterima lebih besar daripada modal yang telah diinvestasikan. Peningkatan kinerja PT. Astra Agro Lestari, Tbk diduga karena perusahaan giat meningkatkan volume penjualan CPO (Crude Palm Oil) dengan meningkatkan produksi melalui perluasan lahan serta peningkatan kerjasama dengan petani plasma. Tabel 8 Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Astra Agro Lestari, Tbk periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Triwulan WACC 1 0.161 2005 2 0.126 3 0.141 4 0.135 1 0.147 2006 2 0.158 3 0.157 4 0.224 1 0.242 2007 2 0.212 3 0.237 4 0.271 1 0.187 2008 2 0.207 3 0.115 4 0.181 1 0.316 2009 2 0.185 3 0.124 4 0.065 1 0.200 2010 2 0.260 3 0.250 4 0.073 1 0.244 2011 2 0.230 3 0.176 4 0.254 Rata-rata laju pertumbuhan (%) NOPAT 194 485.219 427 165.000 640 935.520 847 708.000 188 839.880 433 637.000 659 908.000 816 535.000 281 513.000 710 347.000 1 334 679.000 2 047 303.000 859 335.000 1 655 257.000 2 206 126.000 2 715 687.000 226 215.000 798 895.000 1 297 479.000 1 730 550.000 284 209.000 662 018.000 1 278 145.000 2 103 652.000 682 230.000 1 317 291.000 1 931 792.000 2 498 565.000 IC 2 396 274.616 2 367 695.000 2 556 310.490 2 683 230.000 2 854 668.220 2 915 410.000 2 788 611.000 3 014 738.000 3 105 880.000 3 177 876.000 3 389 908.000 4 065 602.000 4 892 654.000 4 673 852.000 4 655 130.000 5 156 245.000 5 373 963.000 5 767 009.000 6 160 212.000 5 156 245.000 6 498 343.000 6 498 343.000 6 722 261.000 7 211 687.000 7 868 345.000 7 476 389.000 7 594 153.000 8 139 615.000 COC 386 844.451 299 455.801 359 689.179 361 331.223 420 012.758 459 675.408 438 710.262 674 993.310 751 268.142 674 875.527 802 149.685 1 100 401.103 914 662.796 967 065.796 537 631.291 933 373.775 1 699 752.634 1 066 874.309 766 286.267 335 155.925 1 297 897.745 1 692 104.917 1 677 712.078 526 658.459 1 916 968.674 1 717 370.172 1 338 755.179 2 063 862.096 EVA - 192 359.232 127 709.199 281 246.341 486 376.777 - 231 172.878 - 26 038.408 221 197.738 141 541.690 - 469 755.142 35 471.473 532 529.315 946 901.897 - 55 327.796 688 191.861 1 668 494.709 1 782 313.225 - 1 473 537.634 - 267 979.309 531 192.733 1 395 394.075 - 1 013 688.745 - 1 030 086.917 - 399 567.078 1 576 993.541 - 1 234 738.674 - 400 079.172 593 036.821 434 702.904 151 2. PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk memiliki tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 30% dengan trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang semakin meningkat setiap tahunnya, walaupun terdapat beberapa penurunan nilai kinerja keuangan pada sekitar periode akhir tahun (triwulan tiga atau empat), misalnya saja pada tahun 2005 triwulan tiga dengan hasil penurunan nilai sebesar 100 416.19, tahun 2006 triwulan empat dengan hasil penurunan nilai sebesar 95 456.80, tahun 2008 triwulan empat dengan hasil penurunan nilai sebesar 309 799.217, tahun 2009 triwulan empat dengan hasil penurunan nilai sebesar – 227 840.757 dan tahun 2011 triwulan empat dengan hasil penurunan nilai sebesar – 82 338.411. Namun, kondisi tersebut tidak menjadikan patokan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang buruk karena di periode-periode lainnya 32 perusahaan menghasilkan laju pertumbuhan kinerja yang semakin meningkat. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat pun berdampak pada kinerja keuangan PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk dimana perusahaan menghasilkan nilai kinerja keuangan terburuk diantara periodeperiode lainnya pada tahun 2009 triwulan satu dengan nilai kinerja sebesar – 1 019 908.225. Kinerja keuangan PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk selalu mengalami penurunan pada awal periode tahun atau triwulan pertama. Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk periode 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba atau pengembalian yang diperoleh lebih besar daripada modal yang telah diinvestasikan. Perusahaan melakukan peningkatan volume penjualan produksi kelapa sawit dan benih kelapa sawit untuk memaksimalkan nilai tambah. Tabel 9 Tahun Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan WACC 1 0.078 2005 2 0.110 3 0.106 4 0.084 1 0.104 2006 2 0.117 3 0.125 4 0.100 1 0148 2007 2 0.111 3 0.099 4 0.076 1 0.164 2008 2 0.131 3 0.100 4 0.150 1 0.258 2009 2 0.072 3 0.113 4 0.226 1 0.186 2010 2 0.227 3 0.147 4 0.065 1 0.253 2011 2 0.068 3 0.214 4 0.285 Rata-rata laju pertumbuhan (%) NOPAT 69 330.00 177 789.00 346 220.00 426 193.00 76 594.00 152 322.00 262 539.00 359 079.00 105 891.000 197 726.000 411 412.000 630 248.000 261 197.000 503 355.000 796 730.000 970 782.000 116 152.000 312 219.000 533 080.000 760 504.000 175 952.000 432 832.000 658 492.000 1 059 642.000 394 947.000 886 396.000 1 312 466.000 1 701 513.000 IC 2 080 403.00 251 357.56 2 320 130.00 248 766.87 243 658.58 243 869.37 212 757.62 2 630 822.00 2 758 666.000 2 959 476.000 3 161 976.000 3 365 068.000 3 544 186.000 2 921 919.000 248 726.622 4 409 342.000 4 402 835.000 4 237 360.000 4 429 954.000 4 370 538.000 4 749 284.000 4 636 174.000 4 827 829.000 4 939 840.000 5 346 426.000 5 439 299.000 5 879 056.000 6 260 533.000 COC 161 991.20 27 589.74 245 803.81 20 871.74 25 296 .81 28 595.53 26 594.27 263 622.20 407 962.618 327 823.966 311 712.259 254 436.723 583 670.873 382 130.404 24 991.339 660 982.783 1 136 060.225 303 518.119 499 716.231 988 344.757 881 803.992 1 052 553.993 710 304.410 321 653.263 1 351 334.620 367 152.683 1 256 735.584 1 783 851.411 EVA - 92 661.20 150 199.26 100 416.19 405 321.26 51 297.19 123 726.47 235 944.73 95 456.80 - 302 071.618 - 130 097.966 99 699.741 375 811.277 - 322 473.873 121 224.596 771 738.661 309 799.217 - 1 019 908.225 8 700.881 33 363.769 - 227 840.757 - 705 851.992 - 619 721.993 - 51 812.410 737 988.737 - 956 387.620 519 243.318 55 730.416 - 82 338.411 30 3. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk memiliki trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang berfluktuatif. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 201%. Kondisi fluktuatif tersebut ditunjukkan pada Tabel 10, dimana pergerakan kinerja keuangan perusahaan menunjukkan keadaan yang tidak stabil (naik turun). 33 Namun dilihat dari sisi lain, selama periode penelitian dihasilkan lebih banyak periode yang bernilai positif dibandingkan nilai negatif, dimana kondisi tersebut menguntungkan bagi perusahaan. Adanya krisis yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat berdampak terhadap perusahaan yaitu menurunnya kinerja keuangan pada tahun 2009 yang menghasilkan nilai kinerja negatif atau kurang dari nol. Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk periode 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba atau pengembalian yang diperoleh lebih besar daripada modal yang telah diinvestasikan. Tabel 10 Tahun Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan WACC 1 - 0.069 2005 2 0.096 3 0.200 4 0.123 1 0.102 2006 2 0.153 3 0.134 4 0.121 1 0.110 2007 2 - 0.199 3 0.130 4 0.099 1 0.062 2008 2 0.055 3 0.114 4 0.124 1 0.084 2009 2 0.145 3 0.144 4 0.181 1 0.112 2010 2 0.202 3 0.205 4 0.072 1 0.111 2011 2 0.171 3 0.139 4 0.154 Rata-rata laju pertumbuhan (%) NOPAT 32 029.50 96 434.73 174 232.94 429 872.98 259 671.05 487 103.40 650 037.75 758 394.25 220 934.680 570 178.744 926 663.917 1 150 836.804 482 481.813 1 218 677.898 1 430 104.828 1 310 378.061 91 125.155 373 700.221 783 361.175 1 062 619.721 495 179.716 646 837.883 941 050.547 1 516 386.000 657 322.000 1 306 553.000 1 900 933.000 2 062 243.000 IC 2 637 810.12 251 357.56 4 007 584.05 3 992 288.84 4 227 060.94 4 190 310.40 4 521 330.00 4 719 343.42 4 900 329.356 5 691 142.930 4 606 862.827 6 957 442.738 7 617 798.203 8 092 765.847 8 805 984.703 8 883 162.206 8 938 659.478 8 586 279.102 9 004 184.226 8 492 565.031 8 385 892.602 9 250 754.814 9 525 005.190 4 939 840.000 11 325 317.000 12 829 126.000 5 879 056.000 12 645 638.000 COC - 182 563.05 24 093.21 802 124.33 492 700.78 430 851.40 641 631.92 604 934.88 568 765.5 540 892.186 - 1 129 833.723 596 680.196 688 930.347 470 407.669 442 407.018 1 001 139.221 1 105 716.806 748 833.892 1 249 259.118 1 300 437.549 1 538 049.249 939 173.103 1 868 167.948 1 948 561.044 353 777.905 1 259 764.165 2 198 942.990 815 111.938 1 952 579.406 EVA 214 592.54 72 341.52 - 627 891.39 - 62 827.80 - 171 180.35 - 154 528.51 45 102.87 189 628.67 - 319 957.506 1 700 012.467 329 983.720 461 906.457 12 074.144 776 270.880 428 965.607 204 661.255 - 657 708.737 - 875 558.897 - 517 076.374 - 475 429.528 - 443 993.387 1 221 330.064 1 007 510.497 1 162 608.095 - 602 442.165 - 892 389.990 1 085 821.062 109 663.594 201 4. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Tunas Baru Lampung, Tbk memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya nilai negatif atau kurang dari nol yang dihasilkan perusahaan serta ketidakstabilan nilai kinerja perusahaan antar periode selama periode penelitian per triwulan. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar - 63%. Kinerja keuangan terburuk perusahaan dihasilkan pada tahun 2010 triwulan dua dengan hasil nilai kinerja sebesar – 1 221 330.064. Dampak dari 34 adanya krisis global yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat pun dirasakan oleh perusahaan, dimana kinerja keuangan menghasilkan nilai negatif pada awal tahun 2009. Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk periode tahun 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang diperoleh lebih rendah daripada modal yang telah diinvestasikan. Tabel 11 Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Triwulan WACC 1 0.094 2005 2 0.104 3 0.116 4 0.106 1 0.097 2006 2 0.123 3 0.137 4 0.182 1 0.175 2007 2 0.089 3 0.213 4 0.135 1 0.052 2008 2 0.144 3 0.067 4 0.104 1 0.121 2009 2 0.149 3 0.099 4 0.181 1 0.112 2010 2 0.202 3 0.205 4 0.072 1 0.111 2011 2 0.171 3 0.139 4 0.154 Rata-rata laju pertumbuhan (%) NOPAT 22 603.84 43 800.51 63 029.92 116 169.13 45 267.45 61 670.89 99 615.48 132 790.76 19 672.302 71 582.080 109 908.248 163 390.167 147 537.794 275 071.506 320 238.047 142 178.118 27 569.031 152 334.242 296 769.647 1 062 619.721 495 179.716 646 837.883 941 050.547 1 516 386.000 657 322.000 1 306 553.000 1 900 933.000 2 062 243.000 IC 1 289 133.05 1 171 810.15 1 153 899.52 1 300 416.95 1 312 514.53 1 429 076.26 1 582 296.82 1 823 159.76 1 721 148.907 1 687 601.597 1 794 536.704 2 069 839.870 2 147 217.173 2 235 103.285 2 135 935.830 2 750 291.481 2 533 065.007 2 603 473.360 2 651 418.359 8 492 565.031 8 385 892.602 9 250 754.814 9 525 005.190 4 939 840.000 11 325 317.000 12 829 126.000 5 879 056.000 12 645 638.000 COC 121 103.39 121 767.13 133 298.41 137 603.80 127 478.38 176 087.05 216 948.76 331 973.41 301 269.129 150 497.685 381 527.347 279 870.679 112 357.189 321 076.577 143 853.303 285 917.919 306 980.762 388 254.459 262 543.333 1 538 049.249 939 173.103 1 868 167.948 1 948 561.044 353 777.905 1 259 764.165 2 198 942.990 815 111.938 1 952 579.406 EVA - 98 499.55 - 77 966.61 - 70 268.49 - 21 434.68 - 82 210.94 - 114 416.16 - 117 333.28 - 199 182.64 - 281 596.827 - 78 915.605 - 271 619.099 - 116 480.512 35 605.180 46 005.071 176 384.744 - 143 739.801 - 279 411.731 - 235 920.217 34 226.314 - 475 429.528 - 443 993.387 - 1 221 330.064 - 1 007 510.497 1 162 608.095 - 602 442.165 - 892 389.990 1 085 821.062 109 663.594 -63 5. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. (UNSP) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya hasil perhitungan kinerja keuangan yang bernilai kurang dari nol atau negatif dan laju penurunan yang semakin merosot dari periode ke periode. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 187%. Kinerja keuangan terburuk diperoleh pada tahun 2010 triwulan dua dengan nilai kinerja sebesar – 3 486 432.06. Selain itu, krisis global yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 berdampak terhadap kinerja keuangan perusahaan, dimana pada tahun 2009 triwulan satu diperoleh nilai penurunan kinerja dari periode sebelumnya yaitu sebesar – 710 193.60. Penyebab terjadinya penurunan kinerja PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk diduga karena buruknya 35 kinerja penjualan perusahaan dimana harga jual komoditas minyak sawit dan karet yang turun tajam. Selain itu, penurunan kinerja keuangan perusahaan Bakrie ini pun diduga akibat banyaknya hutang yang harus dibayar oleh perusahaan. Hutang tersebut digunakan perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnis. Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk periode tahun 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang diperoleh lebih rendah daripada modal yang telah diinvestasikan. Tabel 12 Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Triwulan WACC 1 0.234 2005 2 0.542 3 0.355 4 0.456 1 0.231 2006 2 0.107 3 0.308 4 0.105 1 0.294 2007 2 0.111 3 0.103 4 0.120 1 0.112 2008 2 0.203 3 0.145 4 0.234 1 0.101 2009 2 0.234 3 0.121 4 0.453 1 0.234 2010 2 0.156 3 0.353 4 0.242 1 0.145 2011 2 0.117 3 0.124 4 0.134 Rata-rata laju pertumbuhan (%) NOPAT 15 649.71 18 968.56 19 565.90 29 567.22 54 345.21 21 455.098 14 895.90 21 039.32 55 987.981 22 948.01 45 958.32 12 938.56 23 867 90 893 2356.90 34 434.34 98 983.891 77 098.567 99 898.90 234 675.90 789 785.771 765 098.73 345 098 791 658 890 654 234 781.41 987 654.789 986 877.098 876 890.789 982 904.345 IC 247 204.475 281 357.561 246 291.584 248 766.867 243 658.576 243 869.372 212 757.621 193 021.019 193 269.272 191 376.285 260 458.240 264 758.927 265 044.726 260 260.182 248 726.622 15 055.215 183 326.088 170 329.931 128 804.418 5 236.770 3 039.230 96 760.704 97 825.929 98 391.636 280 174.725 99 767.300 134 780.596 127 485.128 COC 34 936.300 56 607.005 40 180.026 27 236.726 21 017.450 32 291.568 26 594.270 24 078.608 18 035.290 1 426.320 49 395.631 35 355.069 34 616.864 23 610.732 19 769.600 1 311.153 10 639.499 12 114.423 10 626.179 480.015 24.801 1 260.466 1 330.643 8 610.047 14 268.592 2 674.205 4 637.033 6 034.192 EVA - 65 244.34 - 34 942.63 29 538.81 51 999.45 - 31 861.08 - 63 073 .93 28 466.54 68 623.54 - 140 898.72 - 10 966.60 - 437 881.71 - 315 357.01 - 412 936.36 -317 858.89 - 127 074.94 - 242 604.14 - 710 193.60 - 184 993.04 - 210 407.67 - 690 259.12 - 1 747 424.76 - 3 486 432.06 - 1 675 760.44 242 688.16 - 1 483 977.43 - 2 499 120.63 - 1 686 712.35 - 2 297 579.35 -187 Subsektor Peternakan 6. PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Cipendawa, Tbk menghasilkan nilai kinerja keuangan yang buruk hampir di setiap triwulan periode penelitian dengan kecenderungan laju yang semakin menurun. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar - 60%. Kinerja keuangan terburuk dihasilkan perusahaan pada tahun 2011 triwulan dua dengan nilai sebesar – 18 770.890. Krisis global di Amerika Serikat pada tahun 2008 tidak terlalu berdampak besar pada kinerja perusahaan karena pada periode-periode sebelumnya pun perusahaan menghasilkan nilai yang lebih rendah. Nilai penurunan yang dihasilkan dari dampak krisis yaitu sebesar – 3 518.651 pada 36 awal tahun 2009 Buruknya kinerja keuangan PT. Cipendawa diduga karena perusahaan sulit bersaing di bisnis peternakan, khususnya dalam penjualan anak ayam umur sehari (day old chicken/DOC). Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Cipendawa, Tbk periode tahun 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang diperoleh lebih rendah daripada modal yang telah diinvestasikan. Tabel 13 Tahun Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Cipendawa, Tbk. periode 20052011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan WACC 1 0.075 2005 2 0.117 3 0.261 4 0.095 1 0.209 2006 2 0.126 3 - 0.350 4 0.626 1 - 0.145 2007 2 - 0.125 3 0.060 4 0.014 1 0.011 2008 2 0.018 3 0.069 4 0.113 1 0.100 2009 2 0.065 3 0.060 4 0.068 1 0.198 2010 2 0.027 3 0.060 4 0.072 1 0.068 2011 2 0.226 3 0.068 4 0.062 Rata-rata laju pertumbuhan (%) NOPAT 1 179.440 2 208.190 4 372.479 1 771.850 - 2 459.530 - 4 648.850 - 2 913.590 - 2 088.168 - 3 561.180 - 1 974.090 1 152.710 - 2 789.241 - 308.160 3 310.239 4 030.830 - 887.540 - 2 236.570 - 1 699.135 - 244.430 - 10 432.540 - 2 149.054 - 3 428.109 - 2 041.728 - 3 428.110 - 1 141.318 - 2 163.068 - 2 307.628 - 5 015.130 IC 24 202.760 25 432.190 27 715.760 25 500.650 22 625.800 20 268.537 21 753.840 22 799.610 19 618.340 99 778.410 24 307.480 20 798.574 20 470.370 18 843.160 19 807.665 15 055.215 12 862.540 13 225.610 11 896.620 5 236.770 3 039.230 18 308.022 19 564.370 11 844.180 72 956.510 73 551.850 3 421.220 684.730 COC 1 804.814 2 968.756 7 224.473 2 427.242 4 725.425 2 556.174 - 7 619.923 14 283.881 - 2 835.567 - 12 454.015 1 458.332 295.319 222 124 336.002 1 363.918 1 702.310 1 282.081 864.431 716.992 355.350 600.479 496.966 1 164.589 848.828 4 924.564 16 607.822 230.932 42.2248 EVA - 625.374 - 760.566 - 2 851.994 - 655.392 - 7 184.955 - 7 205.024 4 706.333 - 16 372.049 - 725.613 10 479.925 - 305.622 - 3 084.560 - 530.284 2 974.237 2 666.912 - 2 589.850 - 3 518.651 - 2 563.566 - 961.422 - 10 787.890 - 2 749.533 - 3 925.075 - 3 206.317 - 4 276.938 - 6 065.882 - 18 770.890 - 2 538.560 - 5 057.378 -60 Subsektor Perikanan 7. PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Danasupra Erapacific, Tbk menghasilkan nilai kinerja keuangan yang buruk pada periode tahun 2005 hingga 2009 dimana pada periode tersebut perusahaan menghasilkan nilai kinerja negatif atau kurang dari nol. Namun, berbeda pada kondisi pada tahun 2010 dan 2011, perusahaan menghasilkan trend laju pertumbuhan nilai kinerja keuangan yang semakin meningkat setiap triwulannya. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar - 10%. PT. Danasupra Erapacific, Tbk membukukan laba Rp. 1 miliar pada semester satu tahun 2013, pendapatan Danasupra ditopang oleh pembiayaan konsumen sebesar Rp. 47.18 juta, anjak 37 piutang Rp. 1.16 miliar dan lain-lain sebesar Rp. 966.26 juta1. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat hingga tahun 2013. Krisis global pada tahun 2008 tidak terlalu berdampak pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk, dimana kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2009 triwulan pertama menghasilkan nilai – 21 704.392 menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kesimpulan dari kinerja keuangan PT. Danasupra Erapacific, Tbk periode tahun 2005 hingga 2011 dapat ditarik bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya perusahan belum mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang dihasilkan perusahan lebih rendah dibandingkan daripada modal yang diinvestasikan. Tabel 14 Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Danasupra Erapacific, Tbk. Periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Triwulan WACC 1 0.095 2005 2 0.213 3 0.163 4 0.109 1 0.086 2006 2 0.132 3 0.125 4 0.125 1 0.093 2007 2 0.007 3 0.190 4 0.134 1 0.131 2008 2 0.091 3 0.079 4 0.087 1 0.058 2009 2 0.071 3 0.082 4 0.092 1 0.008 2010 2 0.013 3 0.014 4 0.088 1 0.051 2011 2 0.027 3 0.034 4 0.047 Rata-rata laju pertumbuhan (%) NOPAT 5 878.484 11 119.321 11 858.295 13 161.043 3 828.721 7 225.310 - 18 257.304 - 32 118.745 3 394.343 6 349.607 9 112.091 12 293.196 3 993.448 2 483.375 - 8 566.019 - 63 472.286 - 11 064.893 - 20 123.436 - 60 109.916 - 89 248.709 298.515 3 513.479 5 520.771 15 077.393 1 901.184 5 067.678 6 863.687 11 517.346 IC 242 204.475 251 357.561 246 291.584 248 766.867 243 658.576 243 869.372 212 757.621 193 021.019 193 269.272 191 376.285 260 458.240 264 758.927 265 044.726 260 260.182 248 726.622 15 055.215 183 326.088 170 329.931 128 804.418 5 236.770 3 039.230 96 760.704 97 825.929 98 391.636 280 174.725 99 767.300 134 780.596 127 485.128 COC 22 936.300 53 607.005 40 180.026 27 236.726 21 017.450 32 291.568 26 594.270 24 078.608 18 035.290 1 426.320 49 395.631 35 355.069 34 616.864 23 610.732 19 769.600 1 311.153 10 639.499 12 114.423 10 626.179 480.015 24.801 1 260.466 1 330.643 8 610.047 14 268.592 2 674.205 4 637.033 6 034.192 EVA - 17 057.816 - 42 487.684 - 28 321.730 - 14 075.684 - 17 188.729 - 25 066.258 - 44 851.574 - 56 197.353 - 14 640.947 4 923.287 - 40 283.539 - 23 061.873 - 30 623.416 - 21 127.356 - 28 335.619 - 64 783.439 - 21 704.392 - 32 237.859 - 70 736.096 - 89 728.725 273.714 2 253.013 4 190.128 6 467.346 - 12 367.408 2 393.473 2 226.655 5 483.154 -10 Subsektor Lainnya 8. PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. (BTEK) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk menghasilkan nilai kinerja keuangan negatif atau kurang dari nol di seluruh periode penelitian. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar - 11%. Kinerja keuangan terburuk dihasilkan perusahaan pada tahun 2009 1 Bisnis Indonesia Group. Juli 2013. Laba Danasupra Erapacific Meningkat 22.98%. http://m.bisnis.com/laba-danasupra-erapacific-meningkat-2298. September 2013 38 triwulan empat sebesar – 41 034.868. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk memiliki kinerja keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif dimana pada tahun 2005 hingga 2011 perusahaan belum mampu menghasilkan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba yang dihasilkan lebih rendah daripada modal yang diinvestasikan. Tabel 15 Tahun Nilai Weighted Average Cost Capital (WACC), Invested Capital (IC), Cost of Capital (COC), Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dan Economic Value Added (EVA) PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan WACC 1 0.361 2005 2 0.153 3 0.092 4 0.120 1 0.128 2006 2 0.143 3 0.118 4 0.062 1 0.093 2007 2 0.193 3 0.185 4 0.261 1 0.110 2008 2 0.150 3 0.093 4 0.117 1 0.189 2009 2 0.392 3 0.185 4 0.438 1 0.237 2010 2 0.142 3 0.129 4 0.436 1 0.108 2011 2 0.172 3 0.205 4 0.089 Rata-rata laju pertumbuhan (%) NOPAT - 1 892.860 - 2 918.920 42.550 - 5 501.910 715.740 - 2 678.360 - 5 622.530 - 9 263.890 - 6 158.220 - 2 382.320 - 8 351.140 - 7 692.420 - 2 989.260 - 5 313.780 - 7 399.950 - 8 767.250 - 1 703.800 - 3 486.770 - 4 008.160 - 6 232.280 406.925 - 1 670.430 - 3 303.200 - 4 548.890 - 1 963.380 - 1 624.260 - 5 004.080 - 3 633.820 IC 93 700.990 94 071.730 95 419.061 91 393.631 92 066.404 88 681.950 85 712.040 82 070.670 81 073.370 99 778.410 93 809.590 94 468.320 91 479.060 89 154.530 87 068.370 85 701.070 83 997.260 82 214.300 81 692.910 79 468.790 79 875.720 77 798.360 76 165.580 74 919.900 72 956.510 73 551.850 69 915.810 72 651.750 COC 33 839.183 14 379.328 8 785.716 10 997.509 11 752.131 12 665.603 10 071.165 5 106.565 7 503.183 19 219.091 17 342.901 24 678.845 10 025.568 13 397.545 8 127.050 10 039.891 15 841.724 32 195.750 15 134.834 34 802.588 18 959.592 11 026.181 9 796.880 32 656.653 7 883.505 12 650.900 14 366.028 6 473.564 EVA - 35 732.043 - 17 298.248 - 8 743.166 - 16 499.419 - 11 036.391 - 15 343.963 - 15 693.695 - 14 370.455 - 13 661.403 - 21 601.411 - 25 694.041 - 32 371.265 - 13 014.828 - 18 711.325 - 15 527.000 - 18 807.141 - 17 545.524 - 35 682.520 - 19 142.994 - 41 034.868 - 18 552.667 - 12 696.611 - 13 100.080 - 37 205.543 - 9 846.885 - 14 275.160 - 19 370.108 - 10 107.384 -11 Analisis Variabel Kinerja Keuangan Market Value Added (MVA) Nilai Market Value Added (MVA) diperoleh dari pengurangan nilai pasar saham dengan nilai buku perusahaan yaitu modal yang disetor oleh pemegang saham. Data dihitung dengan menggunakan software miscrosoft excel. Variabel Market Value Added (MVA) merupakan variabel independen (X) dalam pengolahan data statistik. Subsektor Perkebunan 1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk. memiliki trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang semakin meningkat setiap tahunnya dengan hasil nilai kinerja keuangan per triwulan yang semakin meningkat pula serta menghasilkan nilai kinerja keuangan positif atau lebih dari 39 nol di seluruh periode penelitian. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 13%. Kinerja keuangan perusahaan terbaik dicapai oleh perusahaan pada tahun 2008 triwulan satu yaitu sebesar 41 945 262.30. Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen perusahaan telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Tabel 16 Tahun Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan Nilai Pasar Saham 1 5 132 926.93 2005 2 5 864 713.78 3 6 593 648.19 4 8 561 767.43 1 8 968 778.45 2006 2 10 258 858.00 3 13 084 919.61 4 16 383 404.71 1 20 149 467.95 2007 2 22 998 545.05 3 23 269 885.73 4 35 651 272.41 1 46 832 916.30 2008 2 40 183 858.37 3 29 955 944.66 4 13 045 330.74 1 18 906 782.16 2009 2 26 980 227.22 3 31 213 354.68 4 35 378.860.91 1 38 181 317.26 2010 2 33 721 347.16 3 31 672 655.31 4 38 869 551.97 1 36 103 569.04 2011 2 36 496 651.54 3 34 821 226.12 4 32 579 051.37 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Nilai Buku Saham 2 233 330.83 2 217 771.00 2 421 329.92 2 622 642.00 2 804 832.71 2 525 527.00 2 584 304.00 2 748 567.00 3 017 413.00 3 068 901.00 3 373 034.00 4 060 602.00 4 887 654.00 4 673 852.00 4 655 130.00 5 156 245.00 5 373 963.00 5 682 009.00 6 160 212.00 6 226 365.00 6 498 343.00 6 498 343.00 6 722 261.00 7 211 687.00 7 868 345.00 7 476 389.00 7 594 153.00 8 139 615.00 MVA 2 899 596.09 3 646 942.78 4 172 318.27 5 939 125.43 6 163 945.74 7 733 331.00 10 500 615.61 13 634 837.71 17 132 054.95 19 929 644.05 19 896 851.73 31 590 670.41 41 945 262.30 35 510 006.37 25 300 814.66 7 889 085.74 13 532 819.16 21 298 218.22 25 053 142.68 29 152 495.91 31 682 974.26 27 223 004.16 24 950 394.31 31 657 864.97 28 235 224.04 29 020 262.54 27 227 073.12 24 439 436.37 13 2. PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk menghasilkan kinerja keuangan yang buruk pada periode tahun 2005 hingga 2010 dimana perusahaan menghasilkan nilai negatif atau kurang dari nol dengan pergerakan yang fluktuatif. Namun berbeda pada tahun 2011, perusahaan menghasilkan kinerja keuangan bernilai positif atau lebih dari nol di setiap triwulan walaupun bergerak fluktuatif. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 33%. Kinerja keuangan terburuk dihasilkan perusahaan pada periode tahun 2008 triwulan empat yaitu sebesar – 2 495 751.29. Dampak dari adanya krisis global pada tahun 2008 pun dirasakan oleh perusahaan dimana perusahaan menghasilkan nilai – 2 412 374.83 pada periode tahun 2009 triwulan pertama. 40 Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan perusahaan PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif, artinya perusahaan telah mampu meningkatkan kekayaan bagi perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan. Tabel 17 Tahun Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. periode 20052011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan Nilai Pasar Saham 1 337 570.20 2005 2 451 571.46 3 486 879.20 4 646 185.28 1 750 316.31 2006 2 821 337.72 3 981 325.45 4 1 142 155.66 1 1 298 604.95 2007 2 1 419 417.16 3 1 431 717.43 4 2 581 351.86 1 3 125 291.56 2008 2 2 665 115.63 3 1 729 079.13 4 701 307.71 1 887 825.17 2009 2 1 478 882.01 3 1 919 705.82 4 2 206 983.28 1 2 447 567.07 2010 2 2 435 867.40 3 2 494 273.66 4 3 147 544.60 1 15 699 189.89 2011 2 16 243 449.50 3 15 561 163.10 4 14 828 182.74 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Nilai Buku Saham 828 060.00 912 849.00 1 066 053.00 1 124 937.00 1 187 399.00 1 162 921.00 1 263 400.00 1 345 900.00 1 437 219.00 1 512 892.00 1 707 650.00 2 315 027.00 2 565 547.00 1 707 650.00 3 807 917.00 3 197 059.00 3 300 200.00 3 204 913.00 3 476 890.00 3 813 465.00 3 973 860.00 3 938 552.00 4 162 621.00 4 554 105.00 4 948 296.00 5 024 307.00 5 450 377.00 5 839 424.00 MVA - 490 489.80 - 461 277.54 - 579 173.80 - 478 751.72 - 437 082.69 - 341 583.28 - 282 074.55 - 203 744.34 - 138 614.05 - 93 474.84 - 275 932.57 266 324.86 559 744.56 957 465.63 - 1 358 837.87 - 2 495 751.29 - 2 412 374.83 - 1 726 030.99 - 1 557 184.18 - 1 606 481.72 - 1 526 292.93 - 1 502 684.60 - 1 668 347.34 - 1 406 560.40 10 750 893.89 11 219 142.50 10 110 786.10 8 988 758.74 33 3. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk menghasilkan trend pertumbuhan laju kinerja keuangan yang semakin meningkat setiap tahunnya dengan kecenderungan nilai per triwulan yang meningkat pula. Namun, berbeda dengan periode tahun lainnya, pada tahun 2008 perusahaan menghasilkan kinerja yang menurun walaupun nilai yang dihasilkan masih menguntungkan bagi perusahaan. Kinerja keuangan terbaik perusahaan dihasilkan pada tahun 2008 triwulan satu yaitu sebesar 22 003 740.11. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 168%. Dampak dari adanya krisis pada tahun 2008 triwulan akhir pun dirasakan oleh perusahaan, dimana kinerja menurun pada tahun 2009 triwulan pertama dengan nilai sebesar – 97 049.00. Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan perusahaan PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan menghasilkan kinerja keuangan yang baik, hal tersebut 41 ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen perusahaan telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Tabel 18 Tahun Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan Nilai Pasar Saham 1 186 908.40 2005 2 2 419 915.56 3 2 799 939.75 4 2 600 487.47 1 3 975 480.34 2006 2 7 249 857.93 3 10 266 986.59 4 11 236 848.03 1 10 477 982.34 2007 2 11 085 561.70 3 11 595 358.76 4 14 631 356.91 1 25 951 371.75 2008 2 19 928 603.20 3 12 205 699.85 4 5 080 076.20 1 4 545 694.78 2009 2 8 100 027.17 3 9 383 234.79 4 8 009 604.86 1 8 741 953.62 2010 2 9 780 923.10 3 10 308 345.51 4 15 180 646.63 1 14 502 260.21 2011 2 17 718 137.11 3 18 911 745.34 4 18 505 762.80 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Nilai Buku Saham - 358 683.14 1 612 415.33 1 683 848.72 2 950 100.59 2 147 576.05 2 280 905.31 2 462 999.09 2 577 214.73 2 766 355.98 3 043 381.81 3 343 039.01 3 528 245.91 3 947 631.64 4 606 950.11 4 769 676.06 4 615 204.23 4 642 743.78 4 799 189.57 4 769 676.06 4 795 878.01 5 225 455.06 5 311 299.35 5 322 572.03 5 829 703.00 6 550 525.00 7 121 750.00 7 033.572.00 7 335 552.00 MVA 545 591.54 807 500.24 1 116 091.03 - 349 613.13 1 827 904.29 4 968 952.62 7 803 987.51 8 659 633.30 7 711 626.36 8 042 179.90 8 252 319.75 11 103 110.99 22 003 740.11 15 321 653.09 7 436 023.79 464 871.97 - 97 049.00 3 300 837.60 4 613 558.73 3 213 726.85 3 516 498.56 4 469 623.75 4 985 773.48 9 350 943.63 7 951 735.21 10 596 387.11 11 878 173.34 11 170 210.80 168 4. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan diperoleh kondisi bahwa PT. Tunas Baru Lampung, Tbk menghasilkan trend laju penurunan kinerja keuangan pada periode tahun 2005 hingga 2006, dimana kinerja terburuk dihasilkan pada tahun 2006 triwulan tiga yaitu sebesar – 589 492.22. Kondisi buruk tersebut tidak selamanya dihasilkan oleh perusahaan, pada awal periode tahun 2007 hingga 2011 perusahaan menunjukkan perkembangan kinerja keuangan yang semakin baik dengan dihasilkannya nilai kinerja yang cenderung semakin meningkat pada setiap tahunnya. Namun, pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan nilai kinerja, tetapi nilai yang dihasilkan masih menguntungkan bagi pihak perusahaan (nilai positif). Kinerja keuangan terbaik dihasilkan perusahaan pada tahun 2011 triwulan tiga yaitu dengan nilai sebesar 11 878 173.34. Tingkat nilai kinerja ratarata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 78%. Adanya krisis pada tahun 2008 di Amerika Serikat dirasakan pula dampaknya oleh perusahaan, dimana pada tahun 2009 triwulan pertama dihasilkan nilai penurunan sebesar – 91 827.16. Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya 42 tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen perusahaan telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan, walaupun perusahaan pernah mengalami kondisi buruk pada tahun 2005 hingga 2006. Tabel 19 Tahun Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan 1 2005 2 3 4 1 2006 2 3 4 1 2007 2 3 4 1 2008 2 3 4 1 2009 2 3 4 1 2010 2 3 4 1 2011 2 3 4 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Nilai Pasar Saham 411 797.53 374 272.79 335 192.84 324 692.83 340 473.92 363 586.38 260 077.34 761 074.64 1 300 714.79 1 914 020.03 2 095 312.62 2 563 508.70 2 344 624.33 2 385 222.95 2 207 922.25 874 702.41 826 389.30 1 248 132.08 1 393 182.81 11 628 959.69 8 741 953.62 9 780 923.10 10 308 345.51 15 180 646.63 14 502 260.21 17 718 137.11 18 911 745.34 18 505 762.80 Nilai Buku Saham 511 465.69 512 075.25 506 219.20 511 960.25 535 816.83 530 880.52 849 569.56 864 441.08 867 872.85 894 788.41 906 747.92 934 959.64 1 068 494.80 1 182 369.53 1 108 358.41 893 569.21 918 216.47 1 003 383.38 1 127 503.80 6 963 024.15 5 225 455.06 5 311 299.35 5 322 572.03 5 829 703.00 6 550 525.00 7 121 750.00 7 033 572.00 7 335 552.00 MVA - 99 668.15 - 137 802.47 - 171 026.36 - 187 267.42 - 195 342.91 - 167 294.14 - 589 492.22 - 103 366.44 432 841.94 1 019 231.62 1 188 564.70 1 628 549.06 1 276 129.54 1 202 853.42 1 099 563.84 - 18 866.80 - 91 827.16 244 748.70 265 679.01 4 665 935.54 3 516 498.56 4 469 623.75 4 985 773.48 9 350 943.63 7 951 735.21 10 596 387.11 11 878 173.34 11 170 210.80 78 5. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. (UNSP) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk menghasilkan trend kinerja keuangan yang cenderung meningkat pada periode tahun 2005 hingga 2009, walaupun terdapat penurunan pada beberapa periode triwulan akhir seperti tahun 2005, 2006 dan 2009 triwulan empat, namun penurunan tesebut tidak merugikan bagi perusahaan karena nilai yang dihasilkan masih dalam keadaan postif atau lebih dari nol. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar - 21%. Dampak adanya krisis pada tahun 2008 pun dirasakan oleh perusahaan, dimana perusahaan menghasilkan penurunan kinerja keuangan pada awal tahun 2009 yaitu sebesar – 1 244 827.66. Peningkatan kinerja keuangan ternyata tidak selamanya dirasakan oleh PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk karena dimulai tahun 2010 hingga 2011 perusahaan terus mengalami penurunan kinerja. Kondisi tersebut diduga karena semakin memburuknya kinerja penjualan dimana harga jual komoditas minyak sawit dan karet yang turun tajam. Selain itu, penurunan kinerja keuangan perusahaan Bakrie ini pun diduga akibat banyaknya hutang yang harus dibayar oleh perusahaan, 43 dimana hutang-hutang tersebut digunakan perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnis. Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk diperoleh bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya pihak manajemen perusahaan belum mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih rendah dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Tabel 20 Tahun Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan 1 2005 2 3 4 1 2006 2 3 4 1 2007 2 3 4 1 2008 2 3 4 1 2009 2 3 4 1 2010 2 3 4 1 2011 2 3 4 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Nilai Pasar Saham 337 570.20 451 571.46 486 879.20 646 185.28 750 316.31 821 337.72 981 325.45 1 142 155.66 1 298 604.95 1 419 417.16 1 431 717.43 2 581 351.86 3 125 291.56 2 665 115.63 1 729 079.13 701 307.71 887 825.17 1 478 882.01 1 919 705.82 2 206 983.28 2 447 567.07 2 435 867.40 2 494 273.66 3 147 544.60 15 699 189.89 16 243 449.50 15 561 163.10 14 828 182.74 Nilai Buku Saham 828 060.00 912 849.00 1 066 053.00 1 124 937.00 1 187 399.00 1 162 921.00 1 263 400.00 1 345 900.00 1 437 219.00 1 512 892.00 1 707 650.00 2 315 027.00 2 565 547.00 1 707 650.00 3 807 917.00 3 197 059.00 3 300 200.00 3 204 913.00 3 476 890.00 3 813 465.00 3 973 860.00 3 938 552.00 4 162 621.00 4 554 105.00 4 948 296.00 5 024 307.00 5 450 377.00 5 839 424.00 MVA 473 188.51 556 685.52 435 284.86 429 615.63 716 970.75 1 448 238.02 1 681 005.90 1 433 238.02 1 771 994.18 2 643 801.39 3 609 325.27 5 194 988.56 6 312 552.60 3 946 389.14 1 824 528.13 - 1 433 898.49 - 1 244 827.66 - 147 376.90 493 827.66 102 782.72 - 296 988.60 - 1 945 502.52 - 3 818 518.72 - 3 394 738.68 - 3 606 467.14 - 2 987 425.75 - 3 575 556.13 - 5 193 690.79 -21 Subsektor Peternakan 6. PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2011 yang telah dilakukan, diperoleh kondisi bahwa PT. Cipendawa, Tbk memiliki trend laju kinerja keuangan yang cenderung menurun, walaupun terdapat pula beberapa periode menunjukkan peningkatan kinerja, misalnya pada tahun 2005 dan 2006 triwulan dua. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar - 64%. Kinerja keuangan terburuk perusahaan dihasilkan pada tahun 2008 triwulan dua yaitu dengan nilai sebesar – 11 543.32. Krisis yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat, ternyata tidak terlalu berdampak pada perusahaan sektor peternakan ini, karena terlihat pada Tabel 21 pada tahun 2009 triwulan satu perusahaan menghasilkan peningkatan nilai sebesar – 2 938.50, jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan menghasilkan nilai yang lebih rendah daripada kondisi pada tahun 2009 triwulan 44 satu tersebut. Kondisi yang cukup baik pun diperoleh perusahaan pada periode tahun 2010 hingga 2011, dimana perusahaan menghasilkan nilai kinerja keuangan positif walaupun pergerakannya berfluktuatif. Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Cipendawa, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011 diperoleh bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan negatif artinya pihak manajemen perusahaan belum mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih rendah dibandingkan dengan nilai buku perusahaan Tabel 21 Tahun Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan 1 2005 2 3 4 1 2006 2 3 4 1 2007 2 3 4 1 2008 2 3 4 1 2009 2 3 4 1 2010 2 3 4 1 2011 2 3 4 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Nilai Pasar Saham 6 392.19 14 457.91 13 124.82 9 767.51 9 717.53 12 543.98 9 508.42 8 672.43 9 175.62 10 467.07 9 751.72 7 379.19 4 471.40 4 718.81 7 414.77 6 839.62 6 819.32 6 997.46 7 790.43 5 984.67 7 232.12 7 864.51 7 907.54 7 840.31 7 831.37 6 134.29 8 101.42 7 831.37 Nilai Buku Saham 13 387.82 14 201.26 16 146.62 13 310.48 10 559.46 8 124.60 9 606.01 10 380.84 6 615.44 7 993.57 10 920.07 6 789.64 6 285.97 16 262.13 17 222.17 11 997.13 9 757.82 10 293.11 8 746.28 1 433.05 - 716.60 5 956.41 7 342.68 5 709.89 4 571.36 4 571.36 3 421.22 684.73 MVA - 6 995.63 256.65 - 3 021.80 - 3 542.97 - 841.93 4 419.38 - 97.59 - 1 708.41 2 560.18 2 473.50 - 1 168.35 589.55 - 1 814.57 - 11 543.32 - 9 807.39 - 5 157.51 - 2 938.50 - 3 295.65 - 955.85 4 551.62 7 948.72 1 908.10 564.86 2 130.42 3 260.01 1 562.93 4 680.20 7 146.64 -64 Subsektor Perikanan 7. PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan periode tahun 2005 hingga 2008 yang telah dilakukan diperoleh kondisi bahwa PT. Danasupra Erapacific, Tbk memiliki trend laju kinerja keuangan yang cenderung menurun dengan hasil nilai kinerja keungan per triwulan hampir seluruhnya negatif atau kurang dari nol. Namun, tingkat kinerja rata-rata laju pertumbuhan menghasilkan nilai sebesar 15%. Adanya krisis yang terjadi pada tahun 2008 triwulan akhir di Amerika Serikat ternyata tidak terlalu berdampak terhadap perusahaan, pada tahun 2009 triwulan satu perusahaan menghasilkan nilai kinerja negatif yaitu sebesar – 9 068.12, namun pada periode-periode tahun sebelumnya perusahaan menghasilkan nilai negatif yang lebih besar dibandingkan pada tahun 2009 triwulan awal. Kondisi penurunan kinerja tersebut tidak selamanya dirasakan oleh perusahaan, 45 karena pada tahun 2009 hingga 2011 perusahaan memiliki trend laju pertumbuhan kinerja keuangan yang baik dimana hampir sepanjang periode tersebut menghasilkan nilai kinerja positif atau lebih dari nol. Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Danasupra Erapacific, Tbk pada periode tahun 2005 hingga 2011, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen perusahaan telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Tabel 22 Tahun Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode 2005-2011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan 1 2005 2 3 4 1 2006 2 3 4 1 2007 2 3 4 1 2008 2 3 4 1 2009 2 3 4 1 2010 2 3 4 1 2011 2 3 4 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Nilai Pasar Saham 62 388.15 79 499.69 67 532.20 56 356.92 55 714.07 66 428.31 54 714.07 66 428.31 64 871.17 96 171.05 182 342.13 161 345.68 122 542.37 103 942.45 94 304.71 92 856.78 92 856.78 93 742.49 93 081.88 92 856.78 92 856.78 92 956.78 92 856.78 92 885.35 92 856.78 92 856.78 93 039.44 92 856.78 Nilai Buku Saham 143 258.49 145 430.45 143 020.19 140 926.87 141 134.71 140 983.58 112 358.80 95 356.46 95 609.31 94 992.80 186 247.07 187 515.89 189 609.35 186 182.43 173 167.97 115 763.26 101 924.90 90 157.59 47 779.56 16 341.22 16 341.22 19 065.35 20 130.58 21 393.70 204 147.12 25 106.62 26 216.86 26 216.86 MVA - 80 870.34 - 65 930.76 - 75 487.99 - 84 569.95 - 85 420.64 - 74 555.28 - 57 644.73 - 27 285.30 - 30 738.14 1 178.25 - 3 904.93 - 26 170.21 - 67 066.98 - 82 239.98 - 78 863.26 - 22 906.48 - 9 068.12 3 584.90 45 302.32 76 515.56 76 515.56 73 791.42 72 726.20 71 491.65 - 111 290.35 67 750.16 66 822.58 66 639.91 15 Subsektor Lainnya 8. PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. (BTEK) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, pada tahun 2005 hingga 2007 diperoleh bahwa PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk menghasilkan nilai negatif atau kurang dari nol, namun trend laju pergerakan kinerja cenderung meningkat. Kinerja keuangan terburuk dihasilkan oleh perusahaan pada tahun 2005 triwulan tiga yaitu sebesar – 72 032.78. Kondisi penurunan tersebut tidak selamanya dirasakan oleh perusahaan, pada awal 2008 hingga 2011 perusahaan menghasilkan nilai kinerja positif atau lebih dari nol dengan kecenderungan meningkat. Tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan perusahaan sebesar 172%. Dampak krisis yang terjadi pada tahun 2008 triwulan akhir pun dirasakan oleh perusahaan subesktor kehutanan ini, 46 dimana pada awal tahun 2009 perusahaan mengalami penurunan kinerja yaitu sebesar – 15 294.85. Kesimpulan dari hasil kinerja keuangan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk diperoleh bahwa pada tahun 2005 hingga 2011 perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik, hal tersebut ditunjukkan dengan dihasilkannya tingkat nilai kinerja rata-rata laju pertumbuhan positif artinya pihak manajemen perusahaan sudah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Tabel 23 Nilai pasar saham, nilai buku saham dan nilai Market Value Added (MVA) pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode 20052011 (dalam jutaan rupiah) Triwulan 1 2005 2 3 4 1 2006 2 3 4 1 2007 2 3 4 1 2008 2 3 4 1 2009 2 3 4 1 2010 2 3 4 1 2011 2 3 4 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Nilai Pasar Saham 29 160.38 23 936.37 23 322.66 23 556.43 23 556.43 23 788.13 23 556.43 24 206.26 36 856.81 60 307.42 66 738.62 97 613.51 191 040.72 183 179.11 156 255.15 105 117.69 68 702.41 75 324.88 78 348.79 103 817.76 110 770.45 243 384.71 575 718.09 539 671.13 815 841.72 974 417.34 958 842.64 950 936.29 Nilai Buku Saham 93 586.81 93 987.67 95 355.44 91 360.31 92 054.33 88 681.95 85 712.04 82 070.67 81 073.37 99 778.41 93 809.59 94 468.32 91 479.06 89 154.53 87 069.37 85 701.07 83 997.26 82 214.30 81 692.91 79 468.79 79 875.72 77 798.36 76 165.58 74 919.90 72 956.51 73 551.85 69 915.81 71 176.79 MVA - 64 426.43 - 70 051.30 - 72 032.78 - 67 803.89 - 68 497.91 - 64 893.82 - 62 155.61 - 57 864.41 - 44 207.56 - 39 470.99 - 27 070.97 3 145.19 99 561.66 94 024.58 69 186.78 19 416.62 - 15 294.85 - 6 889.42 - 3 344.12 24 348.97 30 894.73 165 586.35 499 552.51 464 751.23 742 885.21 900 865.49 888 926.83 879 759.50 172 Analisis Variabel Return Saham Return saham adalah pengembalian yang diterima oleh para pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, yang bisa berupa deviden kas dan selisih perubahan harga saham (capital gain/loss). Pada penelitian ini, return saham merupakan variabel dependen. Variabel dependen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Penghitungan nilai retrun saham dilakukan dengan menggunakan software microsoft excel. Subsektor Perkebunan 1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada tahun 2009 triwulan satu PT. Astra Agro Lestari, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 0.418 atau sebesar 41.8%. 47 Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2008 triwulan tiga perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar 0.763 atau sebesar - 76.3%. Artinya, harga saham pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham negatif, dengan nilai return yang beragam. Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat ditarik bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, hal tersebut ditunjukkan dari perhitungan bahwa perusahaan menghasilkan nilai return saham positif yang lebih banyak dibandingkan nilai return saham negatif. Tabel 24 Nilai return saham pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode 20052011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Return Saham 0.277 0.004 0.267 0.005 0.241 0.085 0.355 0.343 0.017 0.105 0.267 0.005 - 0.033 0.168 - 0.763 - 0.110 0.418 0.209 0.245 0.086 0.086 - 0.207 0.083 0.257 - 0.127 0.039 - 0.183 0.140 405 2. PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada tahun 2009 triwulan dua PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 0.818 atau sebesar 81.8%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2008 triwulan tiga perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar - 0.662 atau sebesar - 66.2%. Artinya, harga saham pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih 48 banyak menghasilkan nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham negatif, dengan nilai return yang beragam. Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat ditarik bahwa PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, hal tersebut ditunjukkan dari perhitungan bahwa perusahaan menghasilkan nilai return saham positif yang lebih banyak dibandingkan nilai return saham negatif. Tabel 25 Nilai return saham pada PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. periode 2005-2011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Return Saham 0.221 0.250 0.161 0.168 0.381 - 0.147 0.273 0.492 - 0.061 0.048 0.069 0.532 - 0.160 0.173 - 0.662 - 0.176 0.128 0.818 0.275 0.092 0.174 - 0.153 0.187 0.305 - 0.115 0.022 - 0.118 0.098 40 3. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada tahun 2009 triwulan dua PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 1.185 atau sebesar 118.5%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2008 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar - 0.537 atau sebesar - 53.7%. Artinya, harga saham pada PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham negatif, dengan nilai return yang beragam. Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat ditarik bahwa PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang 49 baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, hal tersebut ditunjukkan dari perhitungan bahwa perusahaan menghasilkan nilai return saham positif yang lebih banyak dibandingkan nilai return saham negatif. Tabel 26 Nilai return saham pada PT. Sinar Mas Agro Technology, Tbk. periode 2005-2011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Resources and Return Saham 0.024 0.654 - 0.276 0.250 1.095 0.420 0.416 - 0.088 - 0.014 - 0.083 0.212 0.500 0.358 - 0.117 - 0.490 - 0.537 - 0.112 1.185 0.008 - 0.233 0.186 0.157 0.514 - 0.057 0.050 0.276 0.007 - 0.052 19 4. PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada tahun 2007 triwulan dua PT. Tunas Baru Lampung, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 0.810 atau sebesar 81%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2008 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar - 0.531 atau sebesar - 53.1%. Artinya, harga saham pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham negatif, dengan nilai return yang beragam. Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat ditarik bahwa PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, hal tersebut ditunjukkan dari perhitungan bahwa perusahaan menghasilkan nilai return saham positif yang lebih banyak dibandingkan nilai return saham negatif. 50 Tabel 27 Nilai return saham pada PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. periode 20052011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Return Saham 0.196 - 0.164 - 0.130 0.000 0.100 - 0.273 0.000 0.500 0.313 0.810 - 0.070 0.189 - 0.302 0.614 - 0.430 - 0.531 0.105 0.452 0.148 - 0.029 0.294 - 0.182 0.083 0.051 0.024 0.381 - 0.017 0.035 106 5. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. (UNSP) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada tahun 2009 triwulan dua PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 1.226 atau sebesar 122.6%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2008 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar - 0.634 atau sebesar - 63.4%. Artinya, harga saham pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada periode tahun 2005 hingga 2009 perusahaan menghasilkan lebih banyak nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham negatif. Namun, berbeda pada tahun 2010 hingga 2011 perusahaan mengalami penurunan hasil nilai return saham dimana perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return negatif dibandingkan nilai return positif. Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat ditarik bahwa PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan. 51 Tabel 28 Nilai return saham pada PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. periode 2005-2011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Return Saham 0.544 - 0.068 - 0.146 0.186 0.964 0.092 - 0.011 0.102 0.186 0.322 0.013 0.477 - 0.218 0.056 - 0.622 - 0.634 0.192 1.226 0.261 - 0.175 - 0.147 - 0.253 - 0.081 0.147 - 0.077 0.167 - 0.321 0.000 153 Subsektor Peternakan 6. PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada tahun 2005 triwulan satu PT. Cipendawa, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 2.407 atau sebesar 240.7%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2006 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar - 0.650 atau sebesar – 65%. Artinya, harga saham pada PT. Cipendawa, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return saham negatif dibandingkan nilai return saham positif dengan nilai return yang beragam. Selain itu, perusahaan juga banyak menghasilkan nilai impas (0.000), artinya perusahaan tidak menghasilkan return atas investasi yang telah dilakukan. Namun, hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan, perusahaan menghasilkan nilai sebesar 151%. Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat ditarik bahwa PT. Cipendawa, Tbk. memiliki pengembalian capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan. 52 Tabel 29 Nilai return saham pada PT. Cipendawa, Tbk. periode 2005-2011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Return Saham 2.407 - 0.130 - 0.238 - 0.148 - 0.019 0.765 0.000 - 0.650 - 0.048 0.169 - 0.101 - 0.339 - 0.459 0.351 0.333 0.000 0.150 - 0.130 - 0.125 0.000 0.429 0.000 0.000 0.000 0.000 0.257 0.000 0.000 151 Subsektor Perikanan 7. PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada tahun 2006 triwulan satu dan empat PT. Danasupra Erapacific, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 0.364 atau sebesar 36.4%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2007 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar - 0.212 atau sebesar – 21.2%. Artinya, harga saham pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada masa periode penelitian, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return saham negatif dibandingkan nilai return saham positif dengan nilai return yang beragam. Selain itu, perusahaan juga banyak menghasilkan nilai impas (0.000), artinya perusahaan tidak menghasilkan return atas investasi yang telah dilakukan. Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat ditarik bahwa PT. Danasupra Erapacific, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang buruk kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan. 53 Tabel 30 Nilai return saham pada PT. Danasupra Erapacific, Tbk. periode 20052011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Return Saham 0.333 0.000 - 0.125 - 0.214 0.364 - 0.133 - 0.154 0.364 0.080 0.247 - 0.020 - 0.212 - 0.205 - 0.145 - 0.057 0.000 0.000 0.020 - 0.020 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -21 Subsektor Lainnya 8. PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. (BTEK) Berdasarkan hasil perhitungan per triwulan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada tahun 2010 triwulan dua PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk menghasilkan nilai return saham tertinggi yaitu sebesar 1.383 atau sebesar 138.3%. Artinya, telah terjadi kenaikan harga saham untuk periode tersebut dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Berbeda pada periode tahun 2008 triwulan empat perusahaan menghasilkan nilai return saham terendah yaitu sebesar – 0.495 atau sebesar – 49.5%. Artinya, harga saham pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. mengalami penurunan dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya. Pada periode tahun 2005 hingga 2006 perusahaan menghasilkan nilai return saham yang kurang baik, hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 31 dimana perusahaan menghasilkan nilai return saham negatif dan juga nilai return sebesar 0.000. Kondisi tersebut berbeda pada masa periode penelitian tahun 2007 hingga 2011, perusahaan lebih banyak menghasilkan nilai return saham positif dibandingkan nilai return saham negatif, dengan nilai return yang beragam. Kesimpulan dari hasil perhitungan tingkat rata-rata laju pertumbuhan dapat ditarik bahwa PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. pada periode tahun 2005 hingga 2011 memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang buruk kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan. 54 Tabel 31 Nilai return saham pada PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. periode 2005-2011 Tahun Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata laju pertumbuhan (%) Return Saham - 0.250 - 0.167 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.800 - 0.044 0.279 0.509 0.675 0.079 0.293 - 0.495 0.010 - 0.485 0.471 - 0.067 0.257 0.455 1.383 0.770 0.296 0.171 0.134 - 0.011 0.087 -96 Nilai Variabel Kinerja Keuangan serta Return Saham Berdasarkan perhitungan terhadap kinerja keuangan yang telah dilakukan pada delapan perusahaan sektor pertanian go public dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, artinya perusahaan sudah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis dimana diperoleh laba yang lebih besar dari investasi yang telah ditanamkan. Selain itu, ada pula beberapa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk, artinya perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah ekonomis dimana laba yang tersedia belum mampu memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan. Beberapa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik berdasarkan hasil perhitungan EVA diantaranya PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP) dan PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), sedangkan perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk berdasarkan hasil perhitungan diantaranya PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. (UNSP), PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW), PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK). Perhitungan kinerja keuangan lainnya, dilakukan dengan menggunakan metode Market Value Added (MVA) pada delapan perusahaan sektor pertanian go public diperoleh informasi sama seperti halnya pada hasil perhitungan dengan metode EVA, bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki kinerja 55 keuangan yang baik, artinya nilai pasar yang dibentuk lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan dimana pihak manajemen telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham. Sementara, terdapat pula perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk artinya nilai pasar yang dibentuk lebih rendah daripada nilai buku perusahaan dimana pihak manajemen belum mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja keuangan MVA yang baik berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diantaranya PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA), PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK). Sementara perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diantaranya PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) dan PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW). Hasil perhitungan penelitian lainnya dilakukan untuk mengetahui nilai dari return saham. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) dan PT. Cipendawa, Tbk (CPDW) menghasilkan nilai return saham yang baik (positif), artinya memiliki pengembalian berupa dividen kas maupun capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan. Sementara, perusahaan-perusahaan yang menghasilkan nilai return saham yang buruk (negatif) yaitu dan PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) . Berikut Tabel 32 menunjukkan kinerja keuangan (EVA dan MVA) serta return saham pada dealapan perusahaan sektor pertanian periode 2005 hingga 2011. Tabel 32 Kinerja keuangan (EVA dan MVA) serta return saham berdasarkan nilai rata-rata laju pertumbuhan pada delapan perusahaan sektor pertanian periode 2005-2011 Perusahaan Kinerja Keuangan EVA MVA √ √ √ √ √ √ √ AALI LSIP SMAR TBLA UNSP CPDW DSFI BTEK √ √ Keterangan : (√) Baik ( ) Buruk Return Saham √ √ √ √ √ √ 56 Perbandingan Kinerja Keuangan antar Perusahaan Sektor Pertanian serta Keputusan Investor Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik atau buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Penelitian ini mengukur kinerja keuangan perusahaan sektor pertanian go public periode 2005 hingga 2011 dengan menggunakan alat analisis kinerja keuangan modern yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Perusahaan yang diteliti terdiri dari perusahaan subsektor perkebunan yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), perusahaan subsektor peternakan yaitu PT. Cipendawa, Tbk. (CPDW), perusahaan subsektor perikanan PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) dan perusahaan subsektor lainnya yaitu PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK). Berdasarkan hasil pengukuran kinerja keuangan yang telah dilakukan PT. Astra Agro Lestari, Tbk merupakan salah satu perusahaan sektor perkebunan penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbaik diantara perusahaan-perusahaan sektor perkebunan lainnya yang diteliti yaitu PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA). Kondisi tersebut ditunjukkan dengan trend laju pertumbuhan peningkatan kinerja keuangan yang cenderung stabil setiap tahunnya baik menggunakan alat analisis EVA maupun MVA. Selain itu, dilihat dari return yang dihasilkan pun PT. Astra Agro Lestari, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan nilai pengembalian yang baik untuk para investor, dimana tingkat rata-rata laju pertumbuhan yang dihasilkan sebesar 405%. PT. Astra Agro Lestari, Tbk merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia. Dalam menjalankan usahanya secara berkelanjutan AALI fokus untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen (tingkat ekstraksi). Hal ini dilakukan dengan menjalankan berbagai program intensifikasi seperti penerapan mekanisasi dalam kegiatan pemupukan dan panen, riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas kebun dan menjamin ketersediaan bibit kelapa sawit di masa depan dan program penanaman kembali yang telah dimulai sejak tahun 2009 dan 20102. Berbeda dengan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk, walaupun termasuk dalam subsektor perkebunan penghasil CPO, namun kinerja keuangan yang dihasilkan perusahaan semakin memburuk khususnya pada periode-periode tahun akhir penelitian bahkan kondisi tersebut masih dirasakan hingga tahun 2013. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) akan fokus mengurangi beban bunga pinjaman di tahun depan. Langkah ini mereka lakukan agar neraca keuangan UNSP semakin ringan. Salah satu cara mengurangi beban hutang adalah mencari pendanaan berbunga lebih rendah. Laporan keuangan UNSP semakin buruk karena harus menanggung beban bunga 2 Koran Sindo. 2013. PT Astra Agro Lestari, Tbk-Harga Sawit Fluktuatif, Kinerja tetap Moncer. http://m.koran-sindo.com/node/318073. Oktober 2013 57 dan keuangan bersih yang nilainya mencapai Rp. 309.34 miliar3. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa menurunnya kinerja keuangan UNSP disebabkan karena adanya permasalahan internal perusahaan. Adanya krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 ternyata berdampak besar bagi perusahaan subsektor perkebunan. Kelima perusahaan subsektor perkebunan yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk. (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA) dan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), dimana perusahaan-perusahaan tersebut menurun kinerjanya pada periode tahun 2009 triwulan awal. Kondisi tersebut sekaligus menjawab kebenaran bahwa perusahaan-perusahaan subsektor perkebunan rentan akan aktivitas global, karena sebagian besar produk utama dari perusahaan-perusahaan tersebut adalah minyak kelapa sawit mentah (CPO). Dampak krisis tersebut pun dirasakan oleh perusahaan subsektor lainnya (kehutanan) yaitu PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) dimana terjadi penurunan nilai kinerja keuangan pada awal tahun 2009. Kondisi tersebut berbeda dengan perusahaan subsektor peternakan yaitu PT. Cipendawa, Tbk dan juga perusahaan subsektor perikanan yaitu PT. Danasupra Erapacific, Tbk, adanya krisis yang terjadi pada tahun 2008 tidak terlalu berdampak besar bagi kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan diperlukan bagi seorang investor yang akan menanamkan modalnya maupun yang telah menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Keputusan investor sangat dipengaruhi oleh nilai return yang diterima. Return menjadi indikator utama kemampuan keuangan perusahaan menciptakan nilai bagi para investor dalam bentuk pembayaran dividen ataupun capital gain. Sebagai seorang investor sebaiknya dianjurkan untuk berinvestasi di perusahaan sektor pertanian yang memiliki kinerja keuangan yang baik disertai dengan return saham atau pengembalian yang baik pula. Perusahaan-perusahaan yang dapat direkomendasikan bagi seorang investor diantaranya PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP) dan PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR). Sedangkan, perusahaan-perusahaan yang sebaiknya dihindari oleh seorang investor diantaranya PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), PT. Cipendawa, Tbk (CPDW), PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK). Hasil keputusan tersebut dapat menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan subsektor perkebunan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan subsektor peternakan, perikanan maupun lainnya. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum dari data yang digunakan. Analisis data yang akan dideskripsikan dilihat dari nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi. Berikut Tabel 33 menunjukkan hasil statistik deskriptif variabel penelitian 3 Kontan Mobile. Desember 2012. Lunasi utang lama, UNSP cari dana http://mobile.kontan.co.id/news.lunasi-utang-lama-unsp-cari-dana-murah. Oktober 2013 murah. 58 delapan perusahaan sektor pertanian go public yang terdapat pada permodelan data panel. Tabel 33 Statistik deskriptif variabel penelitian Variabel Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Sum Sum Sq. Dev. Observations Return Saham 0.081344 0.086040 0.417980 -0.762615 0.232251 -1.654211 7.290267 34.24407 0.000000 2.277636 1.456396 28 EVA 239 664.3 256 209.6 1 782 313 -1 473 538 820 027.4 -0.121817 2.881000 0.085771 0.958021 6710602. 1.82E+13 28 MVA 20 262 786 22 868 827 41 945 262 2 899 596 10 956 684 -0.115165 1.932805 1.390618 0.498920 5.67E+08 3.24E+15 28 Tabel 33 menunjukkan hasil output Eviews versi 6 untuk statistik deskriptif variabel penelitian tahun 2005 hingga 2011 dengan jumlah sampel keseluruhan delapan perusahaan dan menggunakan data triwulanan. Dari tabel tersebut maka dapat disimpulkan: 1. Variabel return saham memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.081344, nilai tengah (median) sebesar 0.086040, nilai maksimum sebesar 0.417980 serta nilai minimum – 0.762615 dengan standar deviasi sebesar 0.232251 dan jumlah observasi sebanyak dua puluh delapan. 2. Variabel Economic Value Added (EVA) memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 239 664.3, nilai tengah (median) sebesar 256 209.6, nilai maksimum sebesar 1 782 313 serta nilai minimum – 1 473 538 dengan standar deviasi sebesar 820 027.4 dan jumlah observasi sebanyak dua puluh delapan. 3. Variabel Market Value Added (MVA) memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 20 262 786, nilai tengah (median) sebesar 22 868 827, nilai maksimum sebesar 41 945 262 serta nilai minimum 2 899 596 dengan standar deviasi sebesar 10 956 684 dan jumlah observasi sebanyak dua puluh delapan. Analisis Model Regresi 1. Pemilihan Model Terbaik Permodelan dalam menggunakan teknik regresi panel data dapat menggunakan tiga pendekatan alternatif metode dalam pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah Metode Common Constant (The Pooled OLS Method), Metode Fixed Effect (FEM) dan Metode Random Effect (REM). Berikut merupakan aplikasi dari pemilihan model yang diterapkan terhadap model regresi pertama dalam penelitian ini dengan variabel dependen return saham. a. Metode Common Constant (The Pooled OLS Method) vs Fixed Effects (FEM) 59 Metode Pooled Least Square akan dipilih saat tidak terdapat perbedaan data matriks pada dimensi cross section. Model ini mengestimasikan nilai α yang konstan untuk semua dimensi cross section. Tabel 34 menunjukkan hasil output dari regresi panel data dengan metode Common Constant (The Pooled OLS Method). Tabel 34 Hasil output regresi panel data dengan metode Common Constant (The Pooled OLS Method) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C EVA MVA 0.421016 -1.36E-06 2.32E-08 0.644535 9.96E-07 7.13E-08 0.653210 -1.362940 0.325421 0.5143 0.1744 0.7452 0.008952 -0.000670 8.202936 13861.36 -734.8861 0.930358 0.396063 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.630408 8.200189 7.061111 7.109087 7.080508 2.185199 Tabel 34 menunjukkan bahwa tidak terdapat satu variabel pun yang terlihat signifikan dengan test individual (t-test probability) yaitu sebesar α = 0.05, dimana nilai Economic Value Added (EVA) menghasilkan 0.1744 dan nilai Market Value Added (MVA) menghasilkan 0.7452. Selain itu, diperoleh nilai koefisien determinasi ( ) yang rendah sebesar 0.008952 dengan nilai DurbinWatson stat sebesar 2.185199 yang menandakan bebas autokorelasi. Hasil output tersebut dianggap tidak signifikan karena hasil probabilitas kedua variabel independen yang jauh berada di atas nilai taraf signifikasi, oleh sebab itu dilakukan pengujian kedua yaitu transformasi metode pooled least square dari hasil data pooled least square pertama. Berikut Tabel 35 menunjukkan hasil output transformasi metode pooled least square. Tabel 35 Hasil output trasnformasi regresi panel data dengan metode Common Constant (The Pooled OLS Method) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C EVA MVA -2.127718 -2.10E-06 6.12E-08 0.177042 2.74E-07 1.96E-08 -12.01818 -7.679577 3.124214 0.0000 0.0000 0.0020 0.225667 0.218149 2.253192 1045.836 -464.8280 30.01763 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) -1.708458 2.548215 4.476823 4.524799 4.496220 1.956261 60 Hasil output trasnformasi regresi panel data dengan metode pooled least square diatas menunjukkan hasil nilai variabel Economic Value Added (EVA) sebesar 0.000 dan nilai variabel Market Value Added (MVA) sebesar 0.0020. Selain itu, diperoleh nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0.225667 dengan nilai Durbin-Watson stat sebesar 1.956261 yang menandakan bebas autokorelasi (mendekati dua). Berdasarkan hasil output transformasi regresi panel data pooled least square dapat dikatakan bahwa menunjukkan model regresi yang baik. Metode ini mengasumsikan bahwa nilai intersep antar individual dianggap sama, dimana hal ini merupakan asumsi yang sangat membatasi (restricted), sehingga model pooled least square ini tidak dapat menangkap gambaran sebenarnya atas hubungan yang terjadi antar variabel bebas dengan variabel terikatnya, begitu juga dengan hubungan diantara tiap individu cross section. Metode pooled regression ini merupakan metode yang masih sederhana sehingga belum bisa mendeskripsikan fenomena yang terjadi. Metode pooled least square ini tidak menjamin bahwa metode ini merupakan metode yang terpilih, maka diperlukan pembanding metode lain untuk memastikan metode yang benar-benar terpilih. Kemudian, data diolah kembali dengan menggunakan metode Fixed Effect (FEM) yang hasil outputnya dapat dilihat pada Tabel 36 berikut. Tabel 36 Hasil output regresi panel data dengan metode Fixed Effect (FEM) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C EVA MVA -2.217101 -1.99E-06 8.75E-08 0.201583 2.89E-07 3.30E-08 -10.99847 -6.904755 2.655210 0.0000 0.0000 0.0086 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.278401 0.245766 2.213040 974.6116 -457.4573 8.530709 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -1.708458 2.548215 4.473276 4.633196 4.537932 2.088243 Metode Fixed Effect (FEM) pada Tabel 36 menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel Economic Value Added (EVA) sebesar 0.0000 artinya nilai tersebut siginifikan. Begitu pula dengan nilai probabilitas variabel Market Value Added (MVA) yaitu sebesar 0.0086 yang artinya nilai signifikan. Selain itu nilai adjusted sebesar 0.245766 dan nilai Durbin-Watson stat sebesar 2.088243 yang menandakan bebas autokorelasi. Hasil output regresi masing-masing metode baik Pooled Least Square (PLS) dan Fixed Effect (FEM) kemudian diuji dengan menggunakan Uji Chow untuk menentukan metode mana yang terpilih, dengan hipotesis sebagai berikut. H0 : model mengikuti pooled least square H1 : model mengikuti fixed effects 61 Prob < 0.05 maka tolak H0, artinya model mengikuti fixed effects Tabel 37 Hasil output uji chow dalam pemilihan model terbaik PLS vs FEM Effects Test Statistic Cross-section F Cross-section Chi-square 2.077554 14.741363 d.f. Prob. (7,199) 7 0.0476 0.0395 Berdasarkan hasil output Uji Chow diperoleh nilai probabiltas cross-section F sebesar 0.0476 dan nilai probabilitas cross-section chi-square sebesar 0.0395 yang artinya tolak H0 dengan taraf signifikasi α = 0.05, sehingga model yang terpilih adalah model Fixed Effects (FEM). Namun, tidak hanya sampai disini saja untuk menguji model terbaik, masih terdapat model lain yang perlu dibandingkan kembali yaitu model Random Effects (REM). b. Metode Fixed Effects (FEM) vs Random Effects (REM) Metode Random Effects (REM) merupakan metode yang dipakai untuk melakukan pengujian model terbaik. Diketahui sebelumnya, dari hasil Uji Chow yang telah dilakukan, maka telah terpilih model Fixed Effects (FEM) sebagai model sementara terpilih, namun hasil tersebut perlu dibandingkan kembali dengan model Random Effects (REM). Oleh karena itu, data diolah kembali dan menghasilkan output regresi panel data sebagai berikut (Tabel 38). Tabel 38 Hasil output regresi panel data dengan metode Random Effect (REM) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C EVA MVA -2.146807 -2.04E-06 6.96E-08 0.261587 2.80E-07 2.48E-08 -8.206840 -7.272547 2.811089 0.0000 0.0000 0.0054 Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random 0.529872 2.213040 Rho 0.0542 0.9458 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.209500 0.201825 2.207957 27.29728 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat -1.080279 2.472014 1004.266 2.029437 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid 0.224474 1047.446 Mean dependent var Durbin-Watson stat -1.708458 1.945773 62 Metode Random Effects (REM) pada Tabel 38 menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel Economic Value Added (EVA) sebesar 0.0000 artinya nilai tersebut siginifikan. Begitu pula dengan nilai probabilitas variabel Market Value Added (MVA) yaitu sebesar 0.0054 yang artinya nilai signifikan. Selain itu nilai adjusted sebesar 0.201825 dan nilai Durbin-Watson stat sebesar 2.029437 yang menandakan bebas autokorelasi. Hasil output regresi masing-masing metode baik Fixed Effect (FEM) dan Random Effects (REM) kemudian diuji dengan menggunakan Uji Hausman. Uji ini dilakukan untuk menentukan metode mana yang akan terpilih sebagai metode yang paling terbaik. Berikut hipotesisnya adalah sebagai berikut. H0 : model mengikuti random effects H1 : model mengikuti fixed effects Prob > 0.05 maka terima H0, artinya model mengikuti random effects Tabel 39 Hasil output uji hausman dalam pemilihan model terbaik FEM vs REM Test Summary Cross-section random Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. 1.176928 2 Prob. 0.5552 Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan hasil output Uji Hausman diperoleh nilai probabilitas crosssection random sebesar 0.5552 yang artinya terima H0 dengan taraf signifikasi α = 0.05, sehingga model yang terpilih adalah model Random Effects (REM). Jadi, kesimpulannya dapat ditarik bahwa berdasarkan tahapan model dan pengujianpengujian yang telah dilakukan didapatkan model terbaik untuk kasus dalam penelitian ini adalah Random Effects Model (REM). 2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diperoleh bahwa data tersebar dengan normal yang artinya model regresi baik dengan taraf signifikasi α = 0.01. Berikut Gambar 4 menunjukkan data menyebar secara normal. 63 Gambar 4 Grafik distribusi normalitas b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas maka dilakukan Uji White Heteroscedasticity dengan hasil output sebagai berikut (Tabel 40). Tabel 40 Hasil output uji white heteroscedasticity untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C EVA MVA 0.211349 -6.54E-08 -5.64E-09 0.059926 7.77E-08 2.86E-09 3.526856 -0.841754 -1.971074 0.0017 0.4079 0.0599 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.132640 0.063251 0.224786 1.263220 3.649292 1.911551 0.168846 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.081344 0.232251 -0.046378 0.096358 -0.002742 2.239791 Berdasarkan hasil ouput uji white heteroscedasticity diperoleh nilai probabilitas Economic Value Added (EVA) sebesar 0.4079 artinya bahwa model regresi tersebut baik yaitu bebas atau tidak terjadi heteroskedastsitas karena nilai probabilitas EVA lebih besar dari taraf signifikan sebesar α = 0.05 (0.4079 > 0.05). Begitu pula dengan hasil nilai probabilitas Market Value Added (MVA) diperoleh nilai sebesar 0.0599 yang artinya model regresi tersebut baik karena bebas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (0.0599 > 0.05). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada 64 masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-Watson. Berdasarkan hasil output regresi panel data Random Effects (REM) diperoleh nilai Durbin-Watson stat sebesar 2.029437 artinya model regresi baik karena bebas autokorelasi. d. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Pada model regresi yang baik antar variabel independen seharusnya tidak terjadi korelasi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Dalam pengujian ada atau tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat besaran korelasi antara variabel independen dan besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu tolerance < 0.8. Berikut Tabel 41 menunjukkan hasil output uji multikolinearitas. Tabel 41 Hasil output uji multikolinearitas Variabel Return Saham EVA MVA Sumber: Data diolah, 2013 Return Saham 1.000000 -0.249252 -0.281999 EVA -0.249252 1.000000 0.068520 MVA -0.281999 0.068520 1.000000 Berdasarkan hasil output diatas diperoleh nilai koefisisen relasi antara variabel Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA) sebesar 0.0685, nilai ini cukup rendah artinya tidak ada korelasi antara variabel Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA) sehingga tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi ini dikatakan model regresi yang baik (0.068520 < 0.8). 3. Pengujian Hipotesis a. Koefisien Determinasi ( ) Koefisien determinasi merupakan besaran yang memberikan informasi goodness of fit dari persamaan yaitu memberikan proporsi atau persentase kekuatan pengaruh variabel yang menjelaskan (EVA dan MVA) secara simultan terhadap variasi dari variabel dependen (return saham). Berdasarkan pemilihan model terbaik yaitu Random Effects Model (REM) diperoleh nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0.209500 atau 20.95%, artinya variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mampu menjelaskan nilai return saham sebesar 20.95% dan sisanya yaitu 79.05% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti (EVA dan MVA). b. Uji-F Pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 27.29728 dengan probabilitas (sig-F) sebesar 0.0000, sedangkan F tabel sebesar 2.60. 65 Dengan demikian F hitung memiliki nilai jauh lebih besar dari pada F tabel (27.29728 > 2.60), maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham. c. Uji-t Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikasi peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan. Uji-t dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen (EVA dan MVA) berpengaruh terhadap variabel dependen (return saham). Berdasarkan model Random Effects (REM) diperoleh nilai probabilitas EVA sebesar 0.0000 artinya tolak H0 (0.0000 < 0.05) dengan taraf siginifikasi α = 0.05 dan hipotesisnya sebagai berikut. H0 : = 0 (EVA tidak berpengaruh terhadap return saham) H1 : ≠ 0 (EVA berpengaruh terhadap return saham) Jadi, kesimpulannya dapat ditarik bahwa variabel Economic Value Added (EVA) berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan nilai probabilitas 0.0000. Sedangkan untuk variabel Market Value Added (MVA) untuk melihat ada tidaknya pengaruh terhadap return saham digunakan hipotesis sebagai berikut. H0 : = 0 (MVA tidak berpengaruh terhadap return saham) H1 : ≠ 0 (MVA berpengaruh terhadap return saham) Berdasarkan hasil output model Random Effects (REM) diperoleh nilai probabilitas Market Value Added (MVA) sebesar 0.0054 artinya tolak H0 (0.0054 < 0.05) dengan taraf siginifikasi α = 0.05. Jadi, kesimpulannya dapat ditarik bahwa variabel Market Value Added (MVA) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil Uji Statistik Berdasarkan hasil cross section dengan Random Effects (REM) terlihat bahwa nilai statistik t untuk koefisien konstan sebesar -8.206840, koefisien Economic Value Added (EVA) sebesar -7.272547 dan koefisen Market Value Added (MVA) sebesar 2.811089. Nilai uji Durbin-Watson sebesar 2.029437, dimana berdasarkan tabel uji Durbin-Watson jika DW dengan nilai 2.029437 maka terima H0 yang artinya tidak ada atau bebas autokorelasi. Hasil estimasi dan pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan ternyata hasil return saham tidak terdapat multikolinieritas dan heteroskedastisitas serta data menyebar secara normal sehingga hasil pengujian tersebut dapat diaplikasikan lebih lanjut. Hasil regresi pada tabel yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa diperoleh nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0.209500 atau 20.95%, artinya variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mampu menjelaskan nilai return saham sebesar 20.95% dan sisanya yaitu 79.05% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti (EVA dan MVA). Sementara, untuk hasil nilai t hitung variabel Economic Value Added (EVA) sebesar -7.272547 dengan probabilitas sebesar 0.0000 < 0.05, maka tolak H0 66 artinya variabel Economic Value Added (EVA) terbukti mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap return saham artinya kedua variabel saling berpengaruh namun memiliki hubungan yang terbalik dimana semakin tinggi nilai EVA dan MVA yang dihasilkan maka akan semakin menurunkan nilai return saham. Nilai t hitung untuk variabel Market Value Added (MVA) diperoleh sebesar 2.811089 dengan probabilitas sebesar 0.0054 < 0.05, maka tolak H0 artinya Market Value Added (MVA) terbukti mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap return saham artinya kedua variabel memiliki hubungan searah dimana semakin tinggi nilai EVA dan MVA yang dihasilkan maka akan semakin meningkatkan nilai return sahamnya. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil analisis di atas, maka implikasi manajerial yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : Strategi Peningkatan Nilai Economic Value Added (EVA) Unsur utama yang dapat menentukan nilai Economic Value Added (EVA) adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yaitu penjumlahan laba bersih dan beban bunga serta Weighted Average Cost of Capital (WACC) yaitu penjumlahan dari biaya hutang dikalikan bobot hutang dan biaya ekuitas dikalikan bobot ekuitas. Jika perusahaan ingin meningkatkan nilai EVA menjadi positif, maka perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan nilai NOPAT atau perusahaan dituntut untuk dapat menurunkan nilai WACC. Pencapaian nilai Net Operating Profit After Tax (NOPAT) tergantung performa perusahaan dalam mengelola modal yang ditanamkan dalam bentuk peningkatkan pendapatan operasional terutama kinerja penjualan dan efisiensi biaya, meliputi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya administrasi serta penjualan. Kendala utama perusahaan-perusahaan sektor pertanian adalah beberapa produk utama, seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan juga karet, penentuan harga jualnya tergantung harga standar yang ditetapkan oleh pihak berwenang untuk skala nasional maupun internasional. Penetapan harga tersebut sangat terkait dengan perubahan harga produk lainnya. Kendala lain adalah siklus penjualan yang tidak stabil lebih mengarah ke musiman. Oleh karena itu, perusahaan dapat memperkuat diversifikasi produk yang berkualitas dan memperluas pangsa pasar agar tetap berlanjut. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan fungsi penelitian dan pengembangan produk dan strategi pemasaran yang lebih tepat. Sebagian besar perusahaan sektor pertanian kurang memfokuskan kepada hal ini karena biaya relatif besar dan risiko kegagalan cukup besar. Kalau pun ada kecil sekali porsinya dan hanya diakui sebagai beban operasional saja. Menurut Stewart dalam Desai dan Ferri (2006), agar menghasilkan nilai NOPAT yang tinggi, salah satu strateginya melakukan Equity Equivalent Adjustment dengan melakukan pengurangan nilai aktiva tidak berwujud atau amortisasi biaya penelitian dan pengembangan dalam beberapa tahun dengan asumsi menghasilkan nilai tambah bagi produk. Amortisasi ini untuk mengurangi beban dalam laporan laba rugi yang tidak dibebankan dalam tahun bersangkutan sehingga nilai NOPAT menjadi tinggi selama periode penelitian dan pengembangan. 67 Pengelolaan Weighted Average Cost of Capital (WACC) tergantung kepada porsi antara ekuitas dan hutang. Sebagian besar WACC perusahaan sektor pertanian relatif tinggi, karena porsi modal ekuitas lebih tinggi dibandingkan hutang. Dari sisi risiko likuiditas penggunaan ekuitas relatif aman karena pembayaran hak pemegang saham berupa dividen dapat ditunda waktunya dibandingkan hutang yang harus sesuai perjanjian. Namun demikian biaya ekuitas merupakan biaya tertinggi dibandingkan dengan biaya hutang jangka panjang dan jangka pendek. Akibatnya beban modal yang harus ditanggung perusahaan juga besar yang mengurangi nilai EVA. Oleh karena itu, perusahaan dapat meningkatkan pembiayaan dari hutang jangka pendek karena biaya yang paling kecil dibandingkan dengan lainnya, untuk memperkuat pengembangan usaha dari sisi modal kerja. Selain itu, untuk menyiasati keterbatasan pemberian hutang dari bank terhadap perusahaan-perusahaan sektor pertanian akibat kepercayaan perbankan yang masih rendah terhadap sektor ini, maka perusahaan dapat mencari alternatif pembiayaan lain melalui leasing untuk aset tetap dalam rangka mendukung operasional perusahaan. Meskipun biaya leasing biasanya lebih mahal daripada pinjaman dari bank, namun keuntungan yang didapat adalah perusahaan tidak butuh usaha yang besar untuk mendapatkan aset tetap tersebut sehingga risiko dapat diminimalisir. Menurut Stewart dalam Desai dan Ferri (2006), jenis leasing yang diusulkan adalah capital leased karena dapat diamortisasi biaya tersebut berikut bunganya dan pada akhir perjanjian leasing dapat menjadi milik penyewa (lessee). Menurut Gatot Wijayanto (1993), adapun cara untuk meningkatkan nilai EVA perusahaan, yaitu: 1. Meningkatkan keuntungan atau profit tanpa menggunakan tambahan modal 2. Mengurangi pemakaian modal 3. Melakukan investasi pada proyek-proyek dengan pengembalian tinggi, dengan meyakinkan bahwa proyek-proyek tersebut bisa mendapatkan lebih dari sekedar ongkos modal keseluruhan yang diperlukan Menurut Taaki Wakasugi (1997), terdapat tiga cara untuk meningkatkan EVA, yaitu: 1. Menumbuhkan bisnis dengan penanaman modal baru yang menjanjikan hasil yang lebih besar daripada biaya modal 2. Mengembangkan EVA dengan tidak menumbuhkan atau membuat bisnis baru tetapi meningkatkan efisiensi dan menambahkan keuntungan pada modal yang ada 3. Menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan atau tidak berkembang Strategi Peningkatan Nilai Market Value Added (MVA) Fokus peningkatan nilai Market Value Added (MVA) ada pada nilai pasar ekuitas dan nilai buku ekuitas. Semakin tinggi nilai pasar ekuitas dibandingkan nilai buku ekuitas, maka akan meningkatan pula nilai MVA. Hal ini menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menaikkan kekayaan pemegang saham. Untuk itu, kepercayaan investor perlu diperkuat dengan meningkatkan performa perusahaan dalam mengelola modal yang diinvestasikan. 68 Menurut Stewart III (1992), terdapat tiga cara untuk meningkatkan nilai MVA, yaitu: 1. Meningkatkan efisiensi operasional yang berpengaruh dan selisih antara rate of return dan Weighted Average Cost of Capital (WACC). Rate of Return = NOPAT/capital. Capital merupakan jumlah dana yang terdiri dari hutang berbunga dan ekuitas saham 2. Menambah jumlah modal yang diinvestasikan ke dalam suatu proyek dimana selisih antara rate of return dan WACC berharga positif 3. Menarik kembali modal dari operasional jika rate of return lebih kecil dari WACC SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada delapan perusahaan sektor pertanian go public periode 2005 hingga 2011 maka diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1. PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP) dan PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR) menghasilkan kinerja keuangan (EVA) yang sudah baik artinya perusahaanperusahaan tersebut telah mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba atau pengembalian yang diterima lebih besar daripada modal yang diinvestasikan, sedangkan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk (TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), PT. Cipendawa, Tbk (CPDW) dan PT. Danasupra Erapacific, Tbk. (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) menghasilkan kinerja keuangan (EVA) yang buruk artinya perusahaan-perusahaan tersebut belum mampu menciptakan nilai tambah bagi para pemilik modal dimana laba atau pengembalian yang diterima lebih kecil daripada modal yang diinvestasikan. PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk (TBLA), PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) menghasilkan kinerja keuangan (MVA) yang sudah baik artinya pihak manajemen perusahaan telah mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan, sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) dan PT. Cipendawa, Tbk (CPDW) menghasilkan kinerja keuangan (MVA) yang buruk artinya pihak manajemen perusahaan belum mampu memaksimalkan kekayaan perusahaan serta kekayaan para pemegang saham dimana nilai yang dibentuk di pasar lebih rendah dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. 69 Nilai return saham dihasilkan bahwa PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. (SMAR), PT. Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA), PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) dan PT. Cipendawa, Tbk (CPDW) memiliki pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan, sedangkan PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) dan PT. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) belum mampu menghasilkan pengembalian berupa capital gain/loss yang baik kepada pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan. 2. Secara simultan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) signifikan berpengaruh terhadap return saham. Economic Value Added (EVA) terbukti mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap return saham artinya semakin tinggi nilai EVA yang dihasilkan akan semakin menurunkan nilai return saham. Sedangkan Market Value Added (MVA) terbukti mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap return saham artinya semakin tinggi nilai MVA yang dihasilkan akan meningkatkan nilai return sahamnya. Saran 1 . Bagi emiten PT. Astra Agro Lestari, Tbk (AALI), PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP) dan PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR) untuk lebih memperluas kebun plasma guna meningkatkan volume penjualan. 2. Bagi emiten PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP), PT. Cipendawa, Tbk (CDPW) dan PT. Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) diharapkan untuk melakukan diversifikasi produk, memperluas pangsa pasar serta meningkatkan kepercayaan investor. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel kinerja keuangan serta menggunakan periode waktu yang lebih lama dan jumlah sampel perusahaan yang lebih banyak. 70 DAFTAR PUSTAKA Achsien IH. 2000. Investasi Syariah di Pasar Modal : Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta: Gramedia. Adriyana R. 2011. Penilaian Kinerja Perusahaan Agribisnis pada Kelompok Indeks LQ-45 dengan Pendekatan Economic Value Added dan Kinerja Relatif Saham. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ajija, Shochrul R et al. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Salemba Empat: Jakarta. Arifin, J. dan Busono, A. W. 2006. Komputer Akuntansi dengan Microsoft Excel. PT Elex Media Komputindo: Jakarta. Arifin Z. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Raja Grafindo: Jakarta. Aryayoga R. dan Harjito DA. 2009. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Vol 7, No 1, Hlm 13-21. Astuti SP. 2006. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA dan MVA terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2003). [Tesis]. Semarang: Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Awat NJ. 1999. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Brigham EF, Gapenski LC, Ehrhardt MC. 1999. Financial Management : Theory and Practice. 9th Ed. Florida: Dryden Press. Desai MA, Ferri F. 2006. Understanding Economic Value Added. Harvard Business School. Dewi N. 2004. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pertanian Go Public di Bursa Efek Jakarta dengan Metode EVA dan MVA. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dona R. 2010. Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Penerbit IPB Press. Hin LT. 2008. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta. 71 Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Ed ke-2. Bogor : IPB Press. Keown AJ, Scott DF, Martin JD, Petty JW. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott DF. 2005. Financial Management: Principles and Applications. 10th Ed. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Munawir S. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty Nachrowi D dan Usman H. 2006. Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ningrum AP. 2008 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go Public dengan metode Economic Value Added (EVA). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. O’Byrne SF. 1997. EVA and Shareholder Return. Financial Practie and Education. Spring Summer. Sartono A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPEFYogyakarta. Stewart III. 1992. The Quest for Value International Edition. New York. Tamba A. 2012. Analisis Kinerja Keuangan dengan menggunakan Pendekatan EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added) pada Bank BUMN yang Go Public (Studi Kasus PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank BNI (Persero) Tbk dan PT Bank BRI (Persero) Tbk). [Skripsi]. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin. Tambunan AP. 2007. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Trisnawati I. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage dan Market Value Added Terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 11, No.1, Hlm 65-78. Utama, S. 1997. Economic Value Added : Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan. Usahawan No. 04 Tahun. XXVI. Jakarta. Wakasugi, T. 1997. EVA dan Shareholder Value in Japan. Journal of Applied Corporate Finance. Volume 9 No.4. Widoatmodjo S. 2007. Cara Cepat Memulai Investasi Saham: Panduan bagi Pemula. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Wijayanto G. 1993. EVA/NITAMI: Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan, No.12, Desember, Manajemen Usahawan Indonesia. Winarno WW. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Ed ke2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. www.bps.go.id. [diakses Februari 2013] www.idx.co.id. [diakses Maret 2013] 72 Young SD, O’Byrne SF. 2002. EVA dan Manajemen Berbasis Nilai : Panduan Praktis untuk Penerapan. Edisi Terjemahan, Lusy Widjaya. Jakarta: Salemba Empat. 73 LAMPIRAN Lampiran 1 Sumber data analisis perusahaan publik sektor pertanian tahun 2005-2011 Perusahaan PT Astra Agro Lestari, Tbk (AALI) Triwulan I Sumber Data Analisis Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk (LSIP) II Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham PT Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR) III Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham PT Tunas Baru Lampung, Tbk (TBLA) IV Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham I Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham PT Cipendawa, Tbk (CPDW) II Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham PT Danasupra Erapacific, Tbk (DSFI) III Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham PT Bumi Teknokultura Unggul, Tbk (BTEK) IV Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham I Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham II Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham III Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham IV Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Sa I Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham II Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham III Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham IV Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk (UNSP) Tahun 2005 2006 2007 2008 74 Perusahaan Tahun 2009 2010 2011 Lampiran 2 Triwulan I Sumber Data Analisis Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham II Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham III Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham IV Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham I Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham II Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham III Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham IV Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham I Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham II Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham III Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham IV Laporan Laba Rugi, Neraca Keuangan, Data Histori Saham Pergerakan grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2005- 2011 75 RIWAYAT HIDUP Cattleya Rizkita dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak H. Maman Surachman dan Ibu Hj. Teti Rosilawati. Penulis memiliki satu orang kakak lakilaki yang bernama Danika Reka Artha. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1995 di TK Permata Bogor, kemudian penulis mengikuti pendidikan dasar di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri 5 Bogor. Pendidikan tingkat akhir diselesaikan penulis pada tahun 2008 di SMA Negeri 3 Bogor. Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswi pada Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis melanjutkan studi ke jenjang strata satu dan diterima sebagai mahasiswa Alih Jenis Agribisnis IPB pada tahun 2011. Pada kesehariannya penulis adalah seorang wirausaha muda pemilik usaha distro di daerah Bogor Nirwana Residence (BNR).