modul bantuan hidup dasar dan penanganan tersedak

advertisement
MODUL BANTUAN HIDUP DASAR
DAN PENANGANAN TERSEDAK
TIM BANTUAN MEDIS
BEM IKM FKUI
1
PENDAHULUAN
Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia.
Berdasarkan WHO tahun 2005, terdapat 17,5 juta kasus di dunia yang meninggal
dikarenakan penyakit jantung dan pembuluh darah.1 Setiap tahunnya angka kejadian
terus meningkat, dan diprediksikan akan mencapai angka dua puluh juta kasus pada
tahun 2015.1 Salah satu penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah henti
jantung atau cardiac arrest.1 Tiap tahunnya di Amerika terjadi 420.000 kasus henti
jantung.2 Henti jantung sendiri adalah kondisi gawat darurat karena dapat terjadi
secara mendadak dan membutuhkan penanganan cepat. Jika tidak dilakukan bantuan
hidup dasar segera, korban dapat meninggal.
Selain henti jantung, tersedak merupakan kejadian gawat darurat yang menjadi
salah satu penyebab tertinggi kematian anak, terutama anak di bawah 3 tahun.3 Hal ini
dapat terjadi karena tersedak sering disebabkan oleh benda-benda yang tidak
berbahaya seperti makanan, koin, dan mainan.3
Pengalaman
kegawatdaruratan
mendorong
masyarakat
awam
untuk
mengetahui hal apa saja yang dapat ia lakukan selama menunggu pertolongan medis
lanjut. Dengan mengetahui macam-macam kasus kegawatdaruratan yang ada,
diharapkan masyarakat dapat melakukan pertolongan yang tepat terhadap kasus
tersebut. Pada modul ini, akan dibahas mengenai bantuan hidup dasar dan penanganan
tersedak.
Referensi
1. World Health Organization. Global atlas on cardiovascular disease prevention
and control. Switzerland: WHO; 2011. 164p. ISBN 978 92 4 156437 3
2. AHA. About cardiac arrest [Internet]. 2014 [cited 24 June 2015]. Available
from:
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/CardiacArrest/AboutCardiac-Arrest_UCM_307905_Article.jsp
3. Prevention of Choking Among Children. PEDIATRICS [Internet]. 2010 [cited
24 June 2015];125(3):601-607. Available from:
http://pediatrics.aappublications.org/content/125/3/601.full#sec-1
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum:
Membentuk safe community dengan siswa SMA yang dapat melakukan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) dan penanganan tersedak
Tujuan Pembelajaran Khusus:

Siswa mengetahui prinsip Bantuan Hidup Dasar

Siswa mengetahui indikasi perlakuan Bantuan Hidup Dasar

Siswa dapat melakukan Bantuan Hidup Dasar

Siswa mengetahui indikasi penanganan tersedak

Siswa dapat melakukan penanganan tersedak
3
LAMPIRAN
Materi: Bantuan Hidup Dasar
Keadaan henti jantung saat ini menjadi salah satu penyebab tertinggi kasus
kematian di berbagai belahan dunia. Henti jantung dapat terjadi kapan saja, di mana
saja, dan disebabkan oleh berbagai macam hal juga kondisi dan lingkungan yang
beragam. Anak dan bayi pun dapat terkena kejadian henti jantung ini. Oleh karena itu,
dibutuhkan serangkaian tindakan guna mencegah kematian yang diakibatkan oleh
henti jantung.1 Untuk melakukan pertolongan terhadap kejadian ini, diperlukan
sebuah teknik untuk menolong nyawa saat henti jantung. Teknik ini dinamakan
dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD).1
Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan sebuah fondasi utama yang
dilakukan untuk menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung. BHD
terdiri dari identifikasi henti jantung dan aktivasi Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT), Resusitasi Jantung Paru (RJP) dini, dan kejut jantung
menggunakan automated external defibrillator (AED) atau alat kejut jantung
otomatis.2 Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah serangkaian tindakan penyelamatan
jiwa untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dari korban yang mengalami
henti jantung.1 Inti dari RJP yang optimal adalah bagaimana cara memberikan RJP
sedini mungkin dan seefektif mungkin,1 oleh karena itu pada bahasan ini akan
dijelaskan mengenai bagaimana cara mengenali korban henti jantung sedini mungkin
hingga bagaimana cara menanganinya.
Keberhasilan dari resusitasi setelah henti jantung akan bergantung pada
langkah-langkah yang harus kita lakukan secara berurutan. Hal ini disebut juga
Rantai Keselamatan (gambar 1) yang mencakup:
1. Deteksi dini dari henti jantung dan aktivasi sistem pelayanan gawat
darurat terpadu (SPGDT)
2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat
3. Melakukan kejut jantung secara dini
4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif
5. Melakukan resusitasi setelah henti jantung secara terintegrasi
4
Gambar 1. Rantai Keselamatan1
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat korban, hal
yang harus dilakukan adalah memastikan/mengetahui apakah korban mengalami
henti jantung atau tidak.1 Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya
mengaktifkan SPGDT, dan meminta alat kejut jantung otomatis (AED), dan segera
lakukan RJP dengan awalnya berupa penekanan dada. Lalu jika alat kejut jantung
otomatis (AED) datang, segera pasangkan pada korban untuk melakukan kejut
jantung jika terdeteksi perlu kejut jantung. Untuk poin nomor 4 dan 5 dari Rantai
Keselamatan, yaitu Bantuan Hidup Lanjut dan resusitasi pasca henti jantung
secara terintegrasi dilakukan oleh tenaga medis lanjutan.1
Berikut penjelasan lengkap mengenai masing-masing poin di atas pada
korban dewasa:
1. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera
Sebelum melakukan tindakan, pertama penolong harus mengamankan
lingkungan sekitar dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang
sekitar jika ada. Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa
pernapasan korban, jika korban tidak sadarkan diri dan bernapas secara
abnormal
(terengah-engah),
penolong
harus
mengasumsikan
korban
2
mengalami henti jantung. Penolong harus dapat memastikan korban tidak
responsif dengan cara memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk
korban atau menggoyangkan bahu korban.2,3
Jika
respons
korban
maka
tidak
penolong
memberikan
harus
segera
mengaktifkan SPGDT dengan menelepon
Ambulans
Gawat
Darurat
118
Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, atau nomor 021 –
65303118,
terdekat.
atau
Ketika
ambulans
rumah
mengaktifkan
sakit
SPGDT,
Gambar 2. Memeriksa kesadaran korban2
5
penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang
sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian
tindakan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi
kejadian terdapat lebih dari satu penolong, misalnya, penolong pertama
memeriksa respons korban kemudian melanjutkan tindakan BHD sedangkan
penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans terdekat
dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).4
2. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi jantung paru terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas
dengan perbandingan 30:2, berarti 30 kali penekanan dada kemudian
dilanjutkan dengan memberikan 2 kali bantuan napas. Bantuan napas
diberikan jika penolong yakin melakukannya.1
Penekanan dada yang efektif dilakukan dengan prinsip tekan kuat,
tekan cepat, mengembang sempurna, dan interupsi minimal.2 Untuk
memaksimalkan efektivitas penekanan dada, korban harus berada di tempat
yang permukaannya rata. Penolong berlutut di samping korban apabila lokasi
kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di samping korban apabila di rumah
sakit. Penolong meletakkan pangkal telapak tangan di tengah dada korban dan
meletakkan tangan yang lain di atas tangan yang pertama dengan jari-jari
saling mengunci dan lengan tetap lurus.2
Gambar 3. Posisi badan serta tangan penolong pada dada korban2
Penolong memberikan penekanan dada dengan kedalaman minimal
5cm (prinsip tekan kuat) dengan kecepatan minimal 100 kali permenit (prinsip
tekan cepat). Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk
6
mengembang kembali untuk memungkinkan darah terisi terlebih dahulu pada
jantung
(prinsip
mengembang
sempurna).
Penolong
juga
harus
meminimalisasi interupsi saat melakukan penekanan (prinsip interupsi
minimal).2
Bantuan napas diberikan setelah membuka jalan napas korban dengan
teknik menengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head tilt – chin lift).2
Gambar 4. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan mengangkat dagu2
Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan
telunjuk agar tertutup kemudian diberikan napas bantuan sebanyak dua kali,
masing-masing sekitar 1 detik, buang napas seperti biasa melalui mulut.2
Napas bantuan diberikan dari mulut ke mulut atau menggunakan pelindung
wajah yang diletakkan di wajah korban. Lihat dada korban saat memberikan
napas bantuan, apakah dadanya mengembang, kemudian tunggu hingga
kembali turun untuk memberikan napas bantuan berikutnya.2
Gambar 5. Memberikan napas bantuan2
Jika memungkinkan, RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus
RJP) dengan penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat
7
kejut jantung otomatis (AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan
dari tenaga kesehatan telah datang.1
3. Melakukan kejut jantung dengan alat kejut jantung otomatis (AED)
Alat kejut jantung otomatis (AED) merupakan alat yang dapat
memberikan kejutan listrik pada korban. Pertama, pasang terlebih dahulu
bantalan (pad) alat kejut jantung otomatis pada dada korban sesuai instruksi
yang ada pada alat. Setelah dinyalakan, ikuti instruksi dari alat tersebut yaitu
jangan menyentuh korban karena alat kejut jantung otomatis akan menganalisis
irama jantung korban.5 Jika alat mengidentifikasi irama jantung yang abnormal
dan membutuhkan kejut jantung (untuk mengembalikan irama kelistrikan
jantung menjadi normal), minta orang-orang agar tidak ada yang menyentuh
korban, lalu penolong menekan tombol kejut jantung pada alat. Lanjutkan
penekanan dada segera setelah alat memberikan kejutan listrik pada korban.2
Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kelistrikan jantung seperti semula.
Gambar 6. Memasang bantalan (pad) pada dada korban sesuai petunjuk2
Gambar 7. Meminta orang-orang disekitar agar tidak menyentuh korban jika akan melakukan kejut
jantung2
8
Gambar 8. Melakukan RJP setelah dilakukan kejut jantung otomatis2
Posisi Pemulihan
Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Posisi
ini dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko
tersumbatnya jalan napas dan tersedak. Tidak ada standard baku untuk
melakukan posisi pemulihan, yang terpenting adalah korban dimiringkan agar
tidak ada tekanan pada dada korban yang bisa mengganggu pernapasan.
Namun rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakkan tangan kanan
korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban sehingga korban
miring ke arah kanan dengan lengan di bawah kepala korban. Berikut gambar
mengenai posisi pemulihan:
Gambar 9. Cara melakukan posisi pemulihan5
9
Secara umum, langkah-langkah pertolongan bantuan hidup dasar pada dewasa
dari identifikasi korban sampai pemasangan AED adalah sebagai berikut:
Gambar 10. Algoritma Bantuan Hidup Dasar korban dewasa2
10
Selanjutnya adalah Bantuan Hidup Dasar pada anak. Berikut adalah Rantai
Keselamatan (gambar 11) pada anak:
Gambar 11. Rantai Keselamatan untuk Anak1
1. Mencegah terjadinya cedera dan henti jantung
2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat
3. Aktivasi sistem pelayanan gawat darurat terpadu (SPGDT)
4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif
5. Melakukan resusitasi pasca henti jantung secara terintegrasi
Berikut adalah langkah-langkah dalam BHD pada anak:4
1. Pastikan Keselamatan Diri Sendiri dan Korban
Selalu pastikan area penolong dan korban aman untuk kedua belah pihak.
2. Pastikan Korban Membutuhkan RJP
Jika korban bernapas secara normal, tidak perlu melakukan RJP. Jika
tidak ada cedera, segera miringkan kepala korban atau baringkan dalam
posisi pemulihan untuk mematenkan jalan napas dan mencegah tersedak.
Namun, jika korban tidak sadarkan diri, tidak memberikan respons, dan
tidak bernapas atau napasnya terengah-engah, segera mulai lakukan RJP.4
3. Mulai Penekanan Dada
Penekanan dada dilakukan secara cepat dengan kecepatan minimal 100
kali per menit, lalu secara kuat, berikan penekanan dengan gaya tekan
hingga sedalam minimal 4 cm pada bayi dan minimal 5 cm pada anak.
Lalu pastikan dada mengembang kembali secara sempurna untuk
memungkinkan darah kembali terisi dahulu pada jantung, minimalisasi
interupsi saat penekanan dada, dan jangan berikan bantuan napas yang
berlebihan.4 Lakukan penekanan pada permukaan yang datar dan keras.
11
Untuk kasus bayi, penekanan dada dilakukan pada tulang dada dengan
2 jari, tempatkan jari dibawah garis antara puting bayi. Jangan sampai
melakukan penekanan pada ujung tulang dada dan tulang rusuk.
Gambar 12. Penekanan pada Bayi4
Untuk anak, penekanan dada dilakukan pada bagian setengah bawah
dari tulang dada, dengan 1 atau 2 tangan, menggunakan bagian pangkal
dari telapak tangan.4
Pada anak, akan lebih baik jika penolong tidak hanya melakukan
penekanan, tetapi juga memberikan napas bantuan. Akan tetapi, jika
penolong tidak terlatih untuk memberikan napas bantuan, maka tidak perlu
dilakukan.4
4. Buka Jalan Napas dan Beri Napas Bantuan
Pada anak yang tidak sadarkan diri, biasanya lidah menghalangi
saluran pernapasan, oleh karena itu penolong harus membuka jalan napas
korban dengan teknik menengadahkan kepala dan mengangkat dagu
seperti pada dewasa.4
Lakukan penekanan dada dan bantuan napas secara terkoordinasi.
Untuk 1 orang penolong, rasio perbandingan dengan pemberian napas
bantuan yang dilakukan adalah 30:2, dimana setelah dilakukan 30
penekanan terlebih dahulu, diikuti dengan 2 napas bantuan, sebanyak 5
siklus.4 Untuk korban anak dan bayi, jika terdapat 2 penolong yang
merupakan tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk melakukan
bantuan hidup dasar dilakukan bantuan dengan perbandingan penekanan
dada dan napas bantuan sebesar 15:2.1 Untuk bayi, lakukan pemberian
12
napas dengan teknik mulut penolong ke mulut dan hidung bayi, pastikan
seluruh mulut dan hidung korban tertutup. Untuk anak, lakukan dengan
teknik mulut ke mulut seperti pada orang dewasa. Setiap napas diberikan
sekitar 1 detik, pastikan terdapat kenaikan dada ketika diberikan napas
bantuan.4
5. Mengaktifkan SPGDT
Jika ada dua penolong, salah satu penolong harus segera mengaktifkan
SPGDT bersamaan dengan Bantuan Hidup Dasar yang dilakukan oleh
penolong yang satu. Pada anak, SPGDT dilakukan setelah melakukan
siklus RJP selama 2 menit (5 siklus, di mana masing-masing siklus terdiri
dari 30 penekanan dan 2 bantuan napas). Setelah itu, penolong harus
kembali dan menggunakan alat kejut jantung otomatis (AED) jika ada atau
melanjutkan RJP. RJP dilakukan hingga bantuan datang atau korban
bernapas secara normal kembali.4
13
Referensi
1. Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson DP, Berg RA, Sayre MR, et al.
Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation 2010;122; S676-S684
2. Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
et al. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care. Circulation 2010;122; S685-S705
3. Butterworth J, Mackey DC, Wasnick J. Morgan and Mikhail’s Clinical
Anesthesiology, 5th ed. 2013. McGraw-Hill Medical
4. Berg MD, Schexnayder SM, Chameides L, Terry M, Dooghue A, Hickey RW,
et al. Part 13: Pediatric Basic Life Support: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care. Circulation 2010;122; S862-S875
5. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castren M, et
al. European resuscitation council guidelines for resuscitation 2010 Section 2.
Adult basic life support and use of automated external defibrillator.
Resuscitation 81 (2010) 1277 – 1292
Referensi gambar
1. Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson DP, Berg RA, Sayre MR, et al.
Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation 2010;122; S676-S684
2. Koster RW, Baubin MA, Bossaert LL, Caballero A, Cassan P, Castren M, et
al. European resuscitation council guidelines for resuscitation 2010 Section 2.
Adult basic life support and use of automated external defibrillator.
Resuscitation 81 (2010) 1277 – 1292
14
Daftar Tilik Bantuan Hidup Dasar Dewasa
No
1
2
Proses yang Dilakukan
Amankan diri dan lokasi serta perkenalkan diri
Memakai perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan, pelindung wajah)
Mengecek apakah korban bernapas terengah-engah atau tidak bernapas dan kesadaran
3
korban dengan memanggil korban, menepuk-nepuk korban atau menggoyangkan bahu
korban
4
5
6
Minta bantuanAktifkan SPGDT
Penekanan dada di tulang dada (di tengah dada) sebanyak 30 kali.
Tekan kuat, tekan cepat, mengembang sempurna, dan interupsi minimal
Membuka jalan napas korban dengan teknik menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu
Menjepit hidung korban lalu memberikan napas bantuan 2 kali masing-masing sekitar 1
7
detik melalui mulut ke mulut atau menggunakan pelindung wajah.
Lihat dada korban saat memberikan napas bantuan
8
9
Siklus RJP dilakukan dengan perbandingan (30:2)
RJP dilakukan hingga ada alat kejut jantung otomatis atau bantuan datang
Memasang alat kejut jantung otomatis (AED) pada dada korban, lakukan sesuai instruksi
alat
10
Resusitasi jantung paru sesuai instruksi alat
11
Melakukan posisi pemulihan jika korban bernapas kembali
12
Seluruh langkah dilakukan secara berurutan
15
(√)
Daftar Tilik Bantuan Hidup Dasar Anak
No
1
2
3
Proses yang Dilakukan
Amankan diri dan lokasi serta perkenalkan diri
Memakai perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan, pelindung wajah)
Mengecek apakah korban bernapas terengah-engah atau tidak bernapas dan kesadaran
korban.
Jika tidak bernapas atau tidak sadar, lakukan RJP selama 2 menit (5 siklus) yang terdiri
atas 30 kali penekanan pada dada dan 2 kali bantuan napas
Penekanan dada

Penekanan dada pada anak-anak  sama seperti orang dewasa atau hanya
menggunakan 1 tangan

Penekanan dada pada bayi  menggunakan kedua ibu jari jika menggunakan dua
tangan atau jari telunjuk dan jari tengah jika menggunakan satu tangan

Prinsip: Tekan kuat, tekan cepat, mengembang sempurna, dan interupsi minimal
Bantuan Napas

Membuka jalan napas korban dengan teknik menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu

Untuk korban anak, jepit hidung korban lalu berikan napas bantuan 2 kali masingmasing sekitar 1 detik melalui mulut penolong ke mulut korban

Untuk korban bayi, berikan napas bantuan 2 kali masing-masing sekitar 1 detik
melalui mulut penolong ke mulut dan hidung korban

4
5
Lihat dada korban saat memberikan napas bantuan
Minta bantuanAktifkan SPGDT
Memasang alat kejut jantung otomatis (AED) pada dada korban, lakukan sesuai instruksi
alat
6
Resusitasi jantung paru sesuai instruksi alat
7
Melakukan posisi pemulihan jika korban bernapas kembali
8
Seluruh langkah dilakukan secara berurutan
16
(√)
Materi: Tersedak
Tersedak atau tersumbatnya saluran napas dengan benda asing dapat menjadi
penyebab kematian. Biasanya saat seseorang mengalami tersedak, orang lain dapat
membantu saat korban masih sadar. Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil
dan tingkat kelangsungan hidupdapat mencapai 95%.1
Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika makanan tidak
dikunyah sempurna, serta makan sambil berbicara atau tertawa. Pada anak-anak,
penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna dan makan
terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan bendabenda padat kecil ke dalam mulutnya.2
Karena pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari keberhasilan
penanganan, penting bagi kita untuk dapat membedakan tersedak dengan pingsan,
serangan jantung, kejang, atau keadaan-keadaan lain yang juga dapat menyebabkan
kesulitan bernapas tiba-tiba, kebiruan, dan hilang kesadaran.1
Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan atau berat.
Penyelamat harus segera melakukan penanganan jika korban tersedak menunjukkan
tanda-tanda penyumbatan yang berat yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk
dan kesulitan bernapas, antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan
untuk berbicara atau bernapas.1 Korban dapat sambil memegang atau mencengkeram
lehernya. Hal itu merupakan tanda umum dari tersedak. Segera tanyakan, “Apa anda
tersedak?” Jika korban mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini
dapat
menunjukkan
korban
mengalami
sumbatan saluran napas yang ringan. Jika
korban mengiyakan dengan menganggukkan
kepalanya
tanpa
berbicara,
ini
dapat
menunjukkan korban mengalami sumbatan
saluran napas yang berat.3 Pada bayi yang
tersedak,
harus
diperhatikan
apakah
ada
perubahan sikap bayi tersebut karena mereka
belum bisa melakukan tanda umum tersedak.
Perubahan
yang
mungkin
terlihat
adalah
kesulitan bernapas, batuk yang lemah, dan
Gambar 1. Tanda umum tersedak1
suara tangisan lemah.1
17
Ketika yang ditemukan adalah tanda-tanda penyumbatan ringan dan korban
dapat batuk, jangan menghalangi proses batuk dan usaha bernapas spontan dari
korban. Jika batuk pada korban menjadi tanpa suara, kesulitan bernapas meningkat,
dan disertai suara napas tidak biasa pada korban, atau jika korban menjadi tidak
sadarkan diri yang merupakan tanda-tanda penyumbatan berat, segera aktivasi
SPGDT. Jika terdapat lebih dari satu penyelamat, satu penyelamat mengaktivasi
SPGDT dan satu penyelamat lagi membantu korban.1
Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani tersedak,
antara lain back blow (tepukan di punggung), abdominal thrust (hentakan pada
perut) disebut juga dengan manuver Heimlich, dan chest thrust (hentakan pada
dada).1
Tepukan di punggung (back blow) dilakukan dengan memberikan lima kali
tepukan di punggung korban. Berikut cara melakukan tepukan di punggung (back
blow)3
1.
Berdiri di belakang korban den sedikit bergeser kesamping
2.
Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban dengan salah satu
tangan
3.
Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara tulang belikat
menggunakan tangan bagian bawah
Namun, untuk mempermudah, jika menemukan orang tersedak disarankan
untuk langsung melakukan manuver hentakan pada perut sampai sumbatan hilang.1
Yang perlu diingat adalah manuver hentakan pada perut hanya boleh dilakukan untuk
anak berusia diatas 1 tahun dan dewasa.3 Manuver hentakan pada perut dapat
membuat korban batuk yang diharapkan cukup kuat untuk menghilangkan sumbatan
pada saluran napas.1 Manuver hentakan pada perut membuat tekanan (penekanan)
pada paru-paru dan memaksa udara keluar.1 Udara yang dipaksa keluar juga akan
memaksa keluar benda yang membuat korban tersedak.
18
Berikut cara melakukan manuver hentakan pada perut1,2:
1. Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di
belakang korban dan letakkan salah satu kaki di
sela kedua kaki korban.
2. Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain
menggenggam kepalan tangan tersebut. Lingkarka
tubuh korban dengan kedua lengan kita.
3. Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh
korban tepat di bawah tulang dada atau di ulu hati
4. Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat
dan kuat untuk membantu korban membatukkan
benda
yang
menyumbat
saluran
napasnya.
Manuver ini terus diulang hingga korban dapat
kembali bernapas atau hingga korban kehilangan
kesadaran.1
Gambar 2. Manuver Hentakan pada perut (Heimlich)1
Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara perlahan sehingga
posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap saluran napas dibuka saat RJP,
penyelamat harus memeriksa apakah terdapat benda asing pada mulut korban dan
mengambilnya apabila menemukannya.1,3
Apabila korban tersedak sedang hamil atau mengalami kegemukan, manuver
hentakan pada perut mungkin tidak efektif. Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat
dilakukan manuver hentakan pada dada.3
1. Letakkan tangan di bawah ketiak korban
2. Lingkari dada korban dengan lengan kita
3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada korban
(sama seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP)
4. Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan hentakan ke
dalam dan ke atas.
Perlu diketahui bahwa manuver hentakan pada perut tidak direkomendasikan
untuk bayi dengan usia di bawah 1 tahun karena dapat menyebabkan cedera pada
organ dalamnya sehingga untuk mengatasi tersedak dilakukan manuver tepukan di
punggung dan hentakan pada dada.4
19
Berikut langkah-langkah manuver tepukan punggung dan hentakan dada pada bayi:4
1. Posisikan bayi menelungkup seperti pada
gambar 3 dan lakukan tepukan di punggung
dengan menggunakan pangkal telapak tangan
sebanyak lima kali.
2. Kemudian, dari posisi menelungkup, telapak
tangan kita yang bebas menopang bagian
belakang kepala bayi sehingga bayi berada di
antara kedua tangan kita (tangan satu menopang
bagian belakang kepala bayi, dan satunya
menopang mulut dan wajah bayi).
3. Lalu, balikan bayi sehingga bayi berada pada
Gambar 3. Tepukan di punggung pada
anak dibawah 1 tahun2
posisi menengadah dengan telapak tangan yang
berada di atas paha menopang belakang kepala
bayi dan tangan lainnya bebas seperti pada
gambar 4.
4. Lakukan manuver hentakan pada dada sebanyak
lima kali dengan menggunakan jari tengah dan
telunjuk tangan yang bebas di tempat yang sama
dilakukan penekanan dada saat RJP pada bayi
5. Jika korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP
Gambar 4. Dorongan pada dada pada
anak dibawah 1 tahun2
Jika penyelamat tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan, segera aktivasi
SPGDT, jangan ditunda. Penyelamat mungkin dapat berhasil menghentikan korban
tersedak sebelum bantuan datang namun akan lebih baik jika korban ditangani oleh
tenaga medis. Jika masih terdapat benda asing pada saluran napas, tenaga medis yang
datang dapat melakukan penanganan segera dan membawa korban ke rumah sakit
untuk penanganan lebih lanjut.2
Gambar 5. Algoritma pertolongan tersedak3
20
Referensi:
1. Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685S705.
2. Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015 Jun 26]
Available at: http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm
3. ECC
Guidelines.
Part
3:
Adult
Basic
Life
Support.
Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.
4. ECC Guidelines. Part 9: Pediatric Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-253-I-290.
Referensi Gambar:
1. AHA
Guidelines.
Part
3:
Adult
Basic
Life
Support.
Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.
2. Medline Plus. Choking [Internet]. [updated 2015 June 24; cited 2015 June 30];
Available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/choking.html
3. Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685S705.
21
Daftar Tilik Tersedak
No
Proses yang Dilakukan
1
Amankan diri dan lokasi serta perkenalkan diri
2
Memakai perlengkapan perlindungan diri (sarung tangan, faceshield)
3
4
5
6
Periksa kondisinya :
tanya: “apakah anda tersedak / tercekik ?”
Meminta korban untuk batuk
Korban dapat batuk dan sadar
Perhatikan apakah korban menjadi batuk tidak bersuara, suara napas
abnormal, kesulitan bernapas, dan tidak sadarkan diri
Mengaktifkan SPGDT
Melakukan tepukan di punggung (back blow)
7

Dengan bagian bawah telapak tangan

Sebanyak 5 kali

Arah tepukan benar (depan – atas)
Melakukan manuver Hentakan pada perut
 Korban dimiringkan kedepan
 1 kaki di sela kedua kaki korban
8
 Kedua lengan penolong merangkul korban dan
posisi tangan benar
 Arah hentakan benar (arah ke dalam – ke atas)
Sumbatan jalan napas berat dan korban sadar
9
Melakukan Resusitasi jantung paru
Sumbatan jalan napas berat dan korban tidak sadarkan diri
22
(√)
Download