Kegiatan Orasi Ilmiah PIDATO ORASI ILMIAH 5 Maret 2015 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK OLEH GURU KONSTRUKSI BANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (Studi tindakan oleh guru konstruksi bangunan kelas X di SMKN 6 Bandung) Disampaikan sebagai prasyarat untuk menduduki jabatan fungsional widyaiswara utama di PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri Oleh: Drs Tatang Taslimuharom, MP NIP. 19600760 198503 1 005 Pembina Utama Muda/IVc Widyasiwara Madya PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG MESIN DAN TEKNIK INDUSTRI 2015 T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 1 Kegiatan Orasi Ilmiah ABSTRAK PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK OLEH GURU KONSTRUKSI BANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (Studi tindakan kelas oleh guru konstruksi bangunan kelas X di SMK Negeri 6 Bandung) Oleh: T. Taslimuharom Pendekatan saintifik merupakan kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh guru untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Permasalahan dalam penelitian ini adalah , apakah penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran konstruksi bangunan secara signifikan dapat meningkatkan kompetensi siswa mata pelajaran konstruksi bangunan. Dalam Penelitian ini penulis menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa mata pelajaran konstruksi bangunan kelas X di SMK Negeri 6 Bandung Waktu Penelitian dilaksanakan 27 Maret sampai dengan 20 Agustus 2014, sebagai objek penelitian adalah guru kelas X pada mata pelajaran konstruksi bangunan SMKN 6 Bandung Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dimana data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, pemberian angket, test, dan catatan lapangan, setelah diadakan perlakuan selama empat siklus. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik secara signifikan dapat meningkatkan kompetensi siswa pada pelajaran konstruksi bangunan, peningkatan ini ditunjukkan nilai akhir hasil belajar pada siklus I sebesar 72,39 meningkat menjadi 87,86, serta temuan efektivitas belajar pada siklus I sebesar 37,86 meningkat menjadi 62,32 pada siklus IV. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik akan berhasil bila kegiatan proses pembelajaran dengan sepenuhnya melibatkan siswa aktif belajar (student centre learning) melalui aspek-aspek: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan hasil unjuk karya, serta bimbingan guru selalu untuk mengarahkannya dan menciptakan iklim belajar yang kondusif, guru kreatif melakukan inovasi pembelajaran dan dapat membangkitkan motivasi dan semangat belajar, guru berperan menjadi fasilitator, mediator, dan manajer dari proses pembelajaran. Kata Kunci : Pendekatan saintifik, Kompetensi T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 2 Kegiatan Orasi Ilmiah ABSTRACT THE APPLICATION OF SCIENTIFIC APPROACH BY BUILDING CONSTRUCTION TO IMPROVE TEACHERS COMPETENCE OF STUDENTS IN VOCATIONAL HIGH SCHOOLS (Studies class action by teachers construction of class X The SMK Negeri 6 Bandung) by: T. Taslimuharom Scaintific approach is pedagogical competence that must be controlled by teachers to improve student competency in their mastery of the material learning widely and deeply.The troubles in this research is, whether the application of the approach of rendering in learning the construction of buildings significantly able to increase student competency subjects the construction of buildings.In this research approach writer applying learning rendering for the purpose of raising student competency subjects the construction of buildings class x in vocational school 6 bandung. The study was conducted from March to August 2014, as the object, of the teacher of class X on the subjects of building construction of SMKN 6 Bandung. The method used in this study is the class-action research, in which the data were collected through observation, interviews, questionnaire administration, test, and research notes (field notes), obtained after treatment for four cycles treatment. Application of learning with scientific approach can significantly improve the students' competence in the subject building construction, improvement is indicated ultimate value of learning outcomes in the first cycle of 72.39 increased to 87.86, as well as the findings of the effectiveness of learning in the first cycle of 37.86 increased to 62,32 on the fourth cycle. Application of learning with scientific approach will be successful when learning activities to engage students fully active learning (student learning center) through the following aspects: observe, inquire, gather information, to associate and communicate the results of the work performance, as well as the guidance of the teacher is always to steer and create a climate conducive learning, creative teachers and learning innovation can generate motivation and enthusiasm for learning,. Teachers act as facilitators, mediators, and manager of the learning process. Keywords: scientific approach, competence. T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 3 PHOTO KEGIATAN ORASI ILMIAH T. Taslimuharom MP Kegiatan OrasiDrs Ilmiah PPPPTK Bidang Mesin dan Teknik Industri , 5 Maret 2015 Bissmillahirahmaanirahim, T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 4 Kegiatan Orasi Ilmiah Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua Yth. Bapak Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia; Yth. Ibu Kepala Pusat Kajian Inovasi Pelayanan Publik LAN-RI; Yth. Bapak Kepala PPPP TK Bidang Mesin dan Teknik Industri ; Yth. Bapak/Ibu Pejabat Pembina Widyaiswara dari Lembaga Administrasi Negara ; Yth. Bapak/Ibu para Pejabat Struktural dilingkungan PPPP TK BMTI ; Yth, Bapak Pembimbing dan Pembahas KTI; Yth, Bapak/Ibu Widyaiswara dan pejabat fungsional dilingkungan PPPPTK BMTI ; Yth, Bapak Kepala Sekolah dan Guru-guru SMK; Serta para undangan dan hadirin yang saya muliakan. Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan selamat datang, dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran Ibu dan Bapak sekalian. Selanjutnya perkenankanlah saya menyapa Ibu dan Bapak sekalian: “Hadirin yang saya hormati”. Hadirin yang saya hormati, Dalam kesempatan yang berbahagia ini, tak lupa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pemurah, dan Maha Pengasih, hari ini dengan limpahan rahmat dan inayah-Nya kita semua dapat hadir dalam acara orasi ilmiah saya. Orasi ilmiah dengan menyampaikan pidato ini dimaksudkan sebagai prasyarat dan pengukuhan menjadi pejabat fungsional Widyaiswara Utama, dalam materi : Penerapan Pendekatan Saintifik oleh Guru Konstruksi Bangunan untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Berbagai upaya dalam pembelajaran telah dilakukan oleh seorang pendidik/guru. Beberapa metode/model pembelajaran telah diterapkan, tetapi hasil secara menyeluruh pada kegiatan belajar mengajar masih kurang memuaskan, guru mempunyai tanggungjawab untuk mencerdaskan peserta didik, guru diberi amanah supaya peserta didik menjadi manusia yang berkualitas, bermakna bagi pribadinya, bagi masyarakat, bangsa negara dan agama. Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan suatu pembaharuan dalam pembelajaran yang praktis diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Seorang pendidik harus berani merubah gaya mengajar, sehingga harapan peserta didik dapat dipenuhi. Pembelajaran seperti apakah yang sudah sajikan oleh guru di mata murid-murid . Tentunya guru yang menyajikan pembelajaran sebagaimana harapan murid-murid. Yang menyenangkan, yang kehadirannya selalu dinantikan dan diharapkan, dan ketiadaannya kelak akan selalu dikenang. Selanjutnya menurut Peraturan Pemerintah Pasal 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hadirin yang saya hormati, Sajian Orasi Ilmiah ini akan saya sampaikan dalam tata urutan penyajian meliputi deskripsi mengenai latar belakang, fokus dan lokus, metodologi, landasan konseptual serta analisis, dan rekomendasi. Substansi yang disajikan dalam Orasi ilmiah ini merupakan saripati dari pemikiran analitis yang telah dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah . Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari studi pendahuluan, pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru konstruksi bangunan menggunakan pendekatan konvensional maka hasil belajar siswa pelajaran konstruksi bangunan masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan, ini disebabkan beberapa alasan yang dilontarkan pengelola pendidikan, guru dan warga sekolah lainnya beranggapan bahwa pelajaran T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 5 Kegiatan Orasi Ilmiah konstruksi bangunan termasuk sulit, kurangnya alat peraga, faktor guru yang enggan meningkatkan kemampuan mengajar, guru melakukan kegiatan pembelajaran konstruksi bangunan masih dominan berperan aktif dalam proses pembelajaran (teacher-centered), sedangkan siswa diposisikan sebagai obyek, yang hanya cenderung menerima mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sementara dari guru terungkap keluhan yang menyatakan bahwa siswa yang diajar kurang mempunyai kemampuan yang memadai, rendahnya motivasi (perhatian dan konsentrasi) siswa ketika sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini terlihat bahwa ada beberapa siswa yang kurang menunjukkan perhatian penuh, sebagian terlihat mengantuk, mengobrol ketika pembelajaran sedang berlangsung. Lebih dari itu, beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru tidak bisa dijawab dengan benar oleh beberapa siswa, kelemahan siswa terutama dalam menerapkan konsep, hukum yang relevan dalam memecahkan masalah. Kondisi sebagaimana diungkapkan di atas akan bermuara pada tingkat kompetensi siswa. Kemungkinan lain menyangkut strategi pembelajaran yang digunakan guru tidak menampakkan struktur kegiatan pembelajaran. Hal ini tidak menunjukkan tahap-tahap pembelajaran, situasi belajar yang dikembangkan guru dan siswa tidak memungkinkan siswa untuk aktif dalam mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Permasalahan secara umum dihadapi dalam pembelajaran konstruksi bangunan selama ini, tampaknya terjadi pula dalam pembelajaran pada setiap kelas di SMK Negeri 6 Bandung. Untuk meminimalisasi permasalahan, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang praktis yaitu pendekatan saintifik (scientific approach) oleh guru dengan harapan mampu memberikan suasana pembelajaran di kelas lebih kondusif, siswa aktif belajar dan memudahkan guru dalam menerapkannya di kelas. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran konstruksi bangunan akan memudahkan siswa dalam memperoleh dan memahami konsep dan hubungan antar konsep yang dikenalkan guru. Dengan perkataan lain pendekatan saintifik digunakan guru sebagai strategi pembelajaran agar siswa dengan mudah mendapatkan konsep, pada gilirannya akan memberi kemudahan bagi peserta didik untuk menjelaskan masalah yang dihadapinya, Atas dasar permasalahan dan studi pendahuluan, peneliti beranggapan sangatlah penting untuk meneliti, apakah pendekatan saintifik dapat diterapkan sebagai suatu pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran konstruksi bangunan. Bagaimanakah peran guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran? Apakah pendekatan saintifik diterapkan guru, dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa atas konsep dan hubungan antar konsep sehingga dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah? Adakah segi pertimbangan lain yang dapat mempengaruhi efektifitas pelaksanaannya secara berdaya dan berhasil guna? Hadirin yang saya hormati, Pengkajian untuk medapatkan jawaban dari permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini, maka dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan metodologi penelitian deskriptif-kualitatif dan observasi yang menggambarkan peran guru dalam penerapan pendekatan saintifik pelajaran konstruksi bangunan. Melakukan penelitian tindakan kelas melalui pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan pelaksanaan pembelajaran. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan pelaksanaan pembelajaran yang menjadi fokus penelitian. (Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002: 2). Dipilihnya pendekatan penelitian kualitatif dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan, menurut Strauss dan Corbin (1997:11-13), penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 6 Kegiatan Orasi Ilmiah Kajian untuk mendapatkan data dan informasi terkait dengan fokus kajian, dilakukan kajian lapangan di SMK Negeri 6 Bandung, sebagai lokus kajian dan guru konstruksi bangunan sebagai subjek/pelaku dalam penerapan pendekatan saintifik di kelas X pada mata pelajaran konstruksi bangunan. Seluruh jenis data yang dibutuhkan dalam kajian ini, dikumpulkan dengan empat cara, yakni; pertama, data primer dilakukan dari hasil wawancara, dengan menggunakan seperangkat instrumen wawancara (interview guide) untuk mendapatkan klarifikasi dan kejelasan informasi; kedua, pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan; ketiga, untuk keperluan penyusunan deskripsi yang menyeluruh, terinci, dan aktual, maka dilakukan studi dokumentasi untuk memperoleh data sekunder yang berkaitan langsung dengan fokus kajian, sebagai bagian dari pengamatan di lapangan (field review), untuk melengkapi data primer yang diperoleh; dan keempat, dilakukan studi kepustakaan sebagai bagian dari reference review. Berdasarkan analisis terhadap hasil pengamatan di lapangan dan study kepustakaan tersebut akan diperoleh suatu deskripsi atau gambaran atas permasalahan yang dikaji. Untuk analisis ini dilakukan data kualitatif yang diperoleh dengan pendalaman dari berbagai referensi yang tersedia. Hadirin yang saya hormati, Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan pembiasaan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang siswa, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan siswa. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi siswa dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar, guru sebagai fasilitator sekaligus sebagai motivator. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat siswa lebih mudah mencapai target belajar. (Paulina Panen, Dina Mustika, Mestika Sekarwinahyu, 2001:11). Pendekatan saintifik (scientific appoach) merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam pembelajaran ini peserta T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 7 Kegiatan Orasi Ilmiah didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan dalam materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri. (Kemendikbud 2013:7) Hadirin yang saya hormati, Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan keterampilan ilmiah yang meliputi: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Peserta didiklah yang harus aktif (student centered), melakukan keterampilan ilmiah, bukan gurunya (teacher-centered). Pendekatan saintifik tampak jelas ketika siswa terlibat dalam model pembelajaran, yaitu (1) Project Based Learning, (2) Problem Based Learning, dan(3) Discovery Learning. Kegiatan pembelajaran melalui proses mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data/informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. (1) Kegiatan mengamati, bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. (2) Kegiatan menanya, dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah. (3) Kegiatan mencoba, bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip/prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini. (4) Kegiatan mengasosiasi, bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh diklasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 8 Kegiatan Orasi Ilmiah lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif. (5) Kegiatan mengkomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk karya. (Kemendikbud, 2013:8) Tantangan baru dinamika kehidupan semakin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Dengan dukungan kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir siswa hingga situasi baru yang tak terduga. Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan langkah sebagai berikut; (1) Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung dan/atau rekonstruksi sehingga siswa mencari informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyimak fakta/fenomena tersebut (2) Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,dan teori (3) Mendorong siswa aktif mencoba melalui kegiatan eksperimen (4) Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data, mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena (5) Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam mengkomunikasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki melalui presentasi dan/atau unjuk karya dengan aplikasi pada situasi baru yang terduga sampai tak terduga. Hadirin yang saya hormati, Pendekatan saintifik pada hakekatnya dilaksanakan untuk menangani berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran dengan mengedepankan inovatif seorang pengajar/guru dalam meningkatkan peran aktif siswa (student centered). Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Langkah pembelajaran saintifik dengan kegiatan pembelajaran dan maknanya (1) Kegiatan mengamati dapat dilakukan dengan membaca, dan/atau menyimak teks atau kegiatan lain untuk menemukan sesuai pokok bahasan. (2) Kegiatan menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas dalam menemukan pokok bahasannya. (3) Kegiatan mencoba/mengumpulkan informasi dilakukan dengan membaca teks lainnya yang bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dan keingintahuan peserta. (4) Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/ mengestimasi sesuai pokok bahasan dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 9 Kegiatan Orasi Ilmiah (5) Kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan dalam bentuk lisan atau tulisan. Hasil diskusi kelompok tentang pokok bahasan dipresentasikan di depan kelas atau membuat laporan yang kemudian ditempel dalam majalah dinding sekolah. (Kemendikbud, 2014:7) Hadirin yang saya hormati, Analisis dan interpretasi atas data yang dihasilkan baik pada kajian lapangan (field review) maupun pada kajian kepustakaan (reference review) serta data yang digali dan dikonfirmasi dari hasil pengamatan dan wawancara, dapat disampaikan hasil kajian atas problematik yang menjadi fokus dalam penulisan karya ilmiah ini. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, penerapan pembelajaran oleh guru menggunakan pembelajaran konvensional, guru melakukan metode ceramah, mencatat di papan tulis atau mendikte materi pelajaran yang harus dicatat oleh siswa, maka siswa hanya mendengar , mencatat, menanya dan menjawab, guru yang enggan meningkatkan kemampuan mengajar, tidak adanya inovasi dalam pembelajaran. Guru melakukan kegiatan pembelajaran masih dominan berperan aktif dalam proses pembelajaran (teacher-centered), sedangkan siswa diposisikan sebagai obyek, yang hanya cenderung menerima mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hambatan dan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran ialah situasi kelas yang kurang kondusif ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan ketika guru menerangkan mata pelajaran, terutama siswa yang duduk di belakang; Sementara siswa yang diajar kurang kemampuan dasar, kurang termotivasi dalam belajar, terdapat siswa belum memiliki buku/modul, minimnya alat peraga; tingkat penguasaan siswa dalam pelajaran konstruksi bangunan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan, hasil belajar siswa masih terkonsentrasi untuk menilai tingkat penguasaan dari segi kognitif. Berdasarakan hasil observasi yang dilakukan dalam implementasi pembelajaran konstruksi bangunan di kelas maupun analisis terhadap persiapan mengajar yang disusun oleh guru, tampaknya selama ini pelaksanaan pembelajaran masih mengalami berbagai hambatan dan permasalahan dengan identifikasi sebagai berikut: (1) Masih besarnya pola pikir (mindset) masa lalu yang menganggap siswa seperti kertas putih atau “tabula rasa”, tugas guru hanya memberi informasi, guru menganggap bahwa ia telah mengajar, tetapi disisi lain siswa tidak belajar. (2) Proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya cenderung dengan pola “ala bank”, yaitu guru menulis di papan tulis dan murid mencatat di buku serta guru menerangkan, sedangkan murid mendengarkan. (3) Penyajian materi pada umumnya masih pada tingkat hafalan, pemahaman, dan aplikasi, serta kurang memerlukan pemikiran lebih tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi yang berperan meningkatkan keterampilan intelektual siswa. (4) Kemampuan teknis dalam pembelajaran guru belum optimal, kurangnya keterampilan guru dalam memilih strategi pembelajaran dan model mengajar yang cocok dalam pelajaran konstruksi bangunan. Karena penyampaian mata pelajaran masih menganut cara konvensional, sehingga dalam rencana pembelajaran tidak tampak langkah-langkah pembelajaran, situasi belajar dan sumber belajar yang berkaitan dengan teknologi perlu dikembangkan. Akibatnya metode mengajar dengan ceramah hampir mewarnai seluruh kegiatan belajar mengajar. Pada kondisi awal ini peneliti memberikan masukan/arahan dan pembekalan pembelajaran kepada guru tentang proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik untuk mata pelajaran konstruksi bangunan. Hasil penelitian penerapan pendekatan saintifik dilaksanakan dengan empat siklus dan dimulai dengan studi pendahuluan (kondisi awal), masing-masing siklus dilakukan satu kali pertemuan pembelajaran (tatap muka), meliputi aspek; mengamati dan menanya, mengumpulkan informasi/eksperiman, mengasosiasikan/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan hasil unjuk karya T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 10 Kegiatan Orasi Ilmiah Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru yang melakukan penerapan pembelajaran pendekatan saintifik serta melaksanakan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung pada saat proses pembelajaran. Pelaksanaan penerapan pendekatan saintifik melalui penelitian tindakan kelas untuk setiap siklus mengikuti tahapan ; (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan penerapan pembelajaran pendekatan saintifik, (3) pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan proses pembelajaran saintifik, dan (4) refleksi dari kegiatan pembelajaran (hasil observasi) dianalisis dan sekaligus melakukan perbaikan (review) agar tahap perencanaan pada siklus berikutnya dapat lebih baik. Berdasarkan hasil kajian dengan analisis hasil pengamatan (observasi) di lapangan dan study kepustakaan diperoleh suatu deskripsi atau gambaran atas permasalahan yang dikaji, dengan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran penerapan pendekatan saintifik sebagai berikut: Kegiatan Pendahuluan:Guru belum mengkondisikan kelas dan tidak optimalnya dalam memberikan motivasi pada siswa. Pada kegiatan ini, guru harus kreatif sehingga menciptakan iklim belajar yang kondusif, dan memberikan motivasi kepada siswa sehingga aktivitas belajar siswa tercipta dengan penuh rangsangan kepada siswa sehingga siswa aktif belajar. Kegiatan Inti: Pada penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, guru harus kreatif dan inofatif; jelas dan mudah dipahami serta dapat dilaksanakan oleh siswa. Peserta didik belajar sesuai petunjuk yang diberikan oleh guru dengan langkah-langkah pembelajaran saintifik yang meliputi: Mengamati; Menanya; Mengumpulkan Informasi/ Mencoba; Mengasosiasikan; Mengkomunikasikan. Kegiatan Penutup: Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, guru melakukan; umpan balik antar siswa, antara siswa dan guru sesuai materi pembelajaran. Memberikan tugas mencari contoh karya lain. Melaksanakan tes, penilaian; lisan, kerja kelompok, pengamatan, sikap dilakukan selama proses kegiatan Hadirin yang saya hormati, Untuk menganalisis hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menguraikan deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai dengan siklus IV dan menguraikan hasil pembahasan dari siklus I sampai dengan siklus IV. Berdasarkan hasil analisis dan kajian diperoleh peningkatan kompetensi siswa dengan nilai rata-rata dari siklus I sebesar 72,39 meningkat pada siklus IV menjadi 87,86. Hasil pengamatan tindakan penerapan pendekatan saintifik dianalisis perkembangan aspek pengamatan seperti pada ganbar 1. 100 90 Nilai Aspek Pengamatan 80 70 90 86 85.3 84 82 80 73.3 72.5 70 70 67.5 77.5 60 94 88 86.6 87.5 Mengamati & Menanya Mengumpulkan Informasi Mengasosiasikan 50 40 Mengkomunikasik an 30 20 10 0 SIKLUS : I II III IV Gambar 1. Grafik Hasil Pengamatan Tindakan Penerapan Saintifik T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 11 Kegiatan Orasi Ilmiah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan pengelola pendidikan, penerapan pembelajaran pendekatan saintifik, guru lebih mudah menyampaikan ilmu, karena siswa lebih aktif, mandiri dan pelaksanaan pembelajaran sangat efektif, siswa memperoleh pembelajaran secara ilmiah, merasa yakin ilmu yang diperolehnya adalah konsep dasar dan dapat mengembangkannya untuk dunia pendidikan sehingga kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa akan tercapai sesuai tujuan pembelajaran. Makna penerapan pendekatan saintifik dapat dikembangkan kompetensi siswa antara lain melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi, rasa ingin tahu, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, berpikir sistematis, mengemukakan pendapat, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Hadirin yang saya hormati, Pengakuan siswa dari hasil wawancara, bahwa kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik memberikan motivasi, tantangan dan semangat dalam belajar mata pelajaran konstruksi bangunan. Pelaksanaan pembelajaran tidak monoton, interaksi pembelajaran bersifat multi arah dan pembelajaran yang tadinya berpusat kepada guru (teacher centered) menjadi peserta belajar aktif (student centered), adanya diskusi kelompok maupun diskusi kelas membuat suasana belajar lebih menarik dan menambah semangat belajar dan tantangan untuk memperoleh ilmu konstruksi bangunan. Diskusi kelompok memberikan kesempatan kepada siswa untuk memupuk kerja sama dalam memecahkan masalah, menumbuhkan sifat demokrasi dan toleran, siswa lebih percaya diri karena dapat membantu sesamanya dalam memecahkan masalah dalam kelompok, lebih aktif dan belajar bersosialisasi. Proses pembelajaran pada satuan pendidkan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Siswa merasakan dampak positif dalam mengikuti proses pembelajaran konstruksi bangunan, dengan belajar secara mandiri dapat dikuasi dan kelak bermanfaat bagi dunia kerja. (PP. SNP;2005) Hadirin yang saya hormati, Setelah dilakukan tindakan pembelajaran pendekatan saintifik oleh guru (siklus I sampai dengan siklus IV) pada mata pelajaran konstruksi bangunan kelas X di SMKN 6 Bandung, mengalami peningkatan kualitas pembelajaran, dibandingkan dengan pembelajaran sebelum pendekatan saintifik diterapkan. Jadi setelah dilakukan tindakan dengan menggunkan pembelajaran pendekatan saintifik telah terjadi perubahan dan perbaikan pembelajaran. Pola interaksi pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran pendekatan saintifik, tidak hanya monoton dari guru ke siswa, ini tampak dari keterlibatan, aktivitas, dan kreatifitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Selama proses penerapan pembelajaran pendekatan saintifik pola interaksi belajar mengajar dapat berlangsung secara multi arah. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu,diperoleh peserta didik. (Permendikbud,2013) Berdasarkan hasil penelitian dengan penerapan pendekatan saintifik, diperoleh aktivitas belajar setiap aspek pada siklus I, II, III dan siklus IV, dapat ditapsirkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran konstruksi bangunan sangat meningkat, hal ini berdasarkan temuan pada aspek ”mengamati dan menanya” pada siklus I sebesar 80% meningkat menjadi 94% pada siklus IV. Demikian juga pada penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada aspek ”mengumpulkan informasi” pada siklus I sebesar 70% meningkat menjadi 88% pada siklus IV. Selanjutnya pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada aspek ”mengolah informasi” pada siklus I sebesar 70% meningkat menjadi 86,67% pada siklus IV, dan pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik pada aspek kegiatan ”mengkomunikasikan” diperoleh 67,5% pada siklus I, meningkat menjadi 87,5% pada siklus IV. T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 12 Kegiatan Orasi Ilmiah Hadirin yang saya hormati, Dari hasil kajian dan pembahasan penelitian, akhirnya dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran pendekatan saintifik oleh guru konstruksi bangunan di SMKN 6 Bandung sebagai berikut: (1) Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik oleh guru secara signifikan dapat meningkatkan kompetensi siswa pelajaran konstruksi bangunan, peningkatan ini ditunjukkan nilai akhir hasil belajar pada siklus I sebesar 72,39 meningkat menjadi 87,86, serta temuan efektivitas belajar siklus I sebesar 37,86 meningkat menjadi 62,32 pada siklus IV. (2) Perencanaan dan penerapan pembelajaran pendekatan saintifik mata pelajaran konstruksi bangunan dengan langkah-langkah seperti pada gambar 2 Identifikasi Tujuan/ Rumusan Tujuan Menetapkan Isi (Topik) Belajar Perencanaan Pembelajaran Pendekatan Saintifik mata pelajaran Konstruksi Bangunan Penerapan Pembelajaran Pendekatan Saintifik untuk mata pelajaran Konstruksi Bangunan Kegiatan Pendahuluan Tes awal (Pre Test) Kegiatan Inti Mengamati Menanya Mengumpulkan informasi/ Mencoba Mengasosiasikan Mengkomunikasikan Kegiatan Penutup Tes Akhir (PostTest) Hasil Belajar (Kompetensi Siswa) Gambar 2: Penerapan Pembelajaran Pendekatan Saintifik untuk mata pelajaran Konstruksi Bangunan T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 13 Kegiatan Orasi Ilmiah Hadirin yang saya hormati, Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan di atas dapat diajukan beberapa rekomendasi penerapan pembelajaran pendekatan saintifik oleh guru mata pelajaran konstruksi bangunan kelas X di SMKN 6 Bandung sebagai berikut: (1) Setiap selesai pembelajaran, guru diharapkan melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat melakukan perbaikan terhadap kekurangan melalui pengalaman yang diperoleh selama menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. (2) Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat dioptimalkan di SMKN 6 Bandung, jika didukung oleh sarana prasarana, fasilitas, kesiapan dan kemauan serta kemampuan untuk melakukan inovasi pembelajaran ke arah pembelajaran dengan memperhatikan latar belakang/kondisi siswa, dilakukan secara utuh dan berkesinambungan, menggunakan metode mengajar yang bervariasi, menekankan pada pemecahan masalah, dan pola evaluasi yang berkelanjutan (3) Penelitian tindakan kelas agar dilaksanakan berkelanjutan karena sangat bermanfaat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (meningkatkan kompetensi profesional guru). Hadirin yang saya hormati, Demikian materi orasi ilmiah ini disampaikan, dengan harapan semoga manfaat bagi kita yang sangat peduli terhadap peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana manusia biasa, sangat menyadari bahwa saya tidak luput dari berbagai kekurangan dan kekhilafan, oleh sebab itu pada kesempatan ini dimohon maaf, dan terima kasih atas segala perhatian, saran perbaikan terhadap materi yang disampaikan ini. Untuk mewujudkan Orasi ilmiah ini, diperoleh dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu patut kiranya pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada : Bapak Kepala Lembaga Administrasi Negara RI; Bapak Kepala PPPPTK BMTI; Bapa Prof. J Purba M.Pd, sebagai pembimbing dalam penulisan KTI ini; Bapak Kepala SMK Negeri 6 Bandung; Rekan-rekan Widyaiswara di PPPPTK BMTI; Bapak–Ibu pegawai di lingkungan PPPPTK BMTI; Bapak–Ibu Guru dan pegawai SMK Negeri 6 Bandung ; Istri dan anak-anak tercinta. Juga kepada teman-teman sejawat dan para hadirin yang terhormat yang telah berkenan hadir pada acara orasi ilmiah hari ini. Sangat disadari bahwa dalam meniti karir pada jabatan fungsional widyaiswara madya menuju widyaiswara utama ini adalah bimbingan widyaiswara utama di PPPPTK BMTI, serta temanteman widyaiswara yang banyak melakukan kerjasama pada setiap kegiatan. Sekian, dan semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk dan membimbing kita dalam menapaki jalan yang masih panjang didepan kita. Amien !!! Billahittaufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum Wr.Wb. T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 14 Kegiatan Orasi Ilmiah DAFTAR PUSTAKA 1) Buku: Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman. Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press. Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty. Educational Policy, 12, 525-541 Battencourt,A. What is Constructivism and Why are They all, talking about it? Michigan State University Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.Benyamin Surasega, Model Pembelajaran, 1990) Hadjar 1996, dalam Basrowi dan Sudikin, 2002, Kuantitatif Penelitian Kualitatif dan Penelitian Strauss, A, & Corbin, J. (1990). Dasar-dasar penelitian kualitatif: teori Beralas prosedur dan teknik. Newbury Park, CA:Sage Publications, Inc. Harding, S. (1998). Is Science Multicultural Postcolonialisms, Feminisms, and Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press. Hlynka, DH, Six Postmodemism in search of an Author. In Anglin, G.J. Instructional Technology: Past, present and Future.2nd Ed.Englewood, Libraries Unlimited, 1995 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Konsep Pendekatan Saintifik, Buku Guru Diklat Implemetasi Kurikulum 2013, Jakarta 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik, Jakarta 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika (melalui Pendekatan Saintifik), Jakarta 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Teknis Penilaian Hasil Belajar, Jakarta 2013 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendekatan Saintifik dan Model-model Pembelajaran, Jakarta 2014. Lorsbach, A. & Tobin K. Constructivism as a Referent for Science Teaching. NARST Research Matters The Science Teacher,1992. Matthews, M. Science Teaching, New York, Routledge, 1994 Paulina Panen, Dina Mustafa, Mestika Sekarwinahyu, Konstruktivisme Pembelajaran, Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Jakarta 2001 dalam Piaget. J. Psychology and Epistemology. New York, The Viking Press, 1971 Sulipan, Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Eksismedia, Tantiarama, Bandung 2010 Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia. T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 15 Kegiatan Orasi Ilmiah von G’lasersfeld, E. Cognition, Construction of knowledge, and teaching. Synthese, 80, 121-140, 1989 2) Artikel: Anwar Fuad, Penerapan Strategi Pembelajaran Model PAKEM Guna Meningkatkan Motivasi Peserta Diklat Mekanik Otomotif pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan – Bidang Mesin dan Teknik Industri , Bandung, 2008 Sinaga, Holong R. Penerapan Pembelajaran Kooperatif pada Diklat Kualitas Bahan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Diklat Depertemen Teknik Bangnan PPPPTK BMTI, Bandung 2010 http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education 3) Peraturan Pemerintah: Permendikbud Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum, Jakarta Juni 2013 Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013,tentang Standar Proses, Jakarta Juni 2013 Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta Juni 2013 Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta Juni 2013 Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta Juni 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. Model Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik, Jakarta 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Teknis kurikulum Jakarta 2013. Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Jakarta Juni 2013 Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Th. 2013 No.71), Jakarta Juni 2013 T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 16 Kegiatan Orasi Ilmiah RIWAYAT HIDUP Nama Peneliti, Drs Tatang Taslimuharom, MP, dilahirkan di Bandung tanggal 6 Juli 1960, tempat bekerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI), Jabatan fungsional Widyaiswara Madya, Pangkat dan Golongan/Ruang adalah Pembina Utama Muda, IV/c, Pendidikan S-1 lulus tahun 1984 jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FKT IKIP Yogyakarta, dan S-2 lulus tahun 2001 jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB). Pengalaman kerja selama menjabat sebagai widyaiswara di PPPPTK BMTI, diangkat pertama menjadi widyaiswara pada tahun 1992, menjabat wakil kepala Instalasi Bangunan tahun 1997– 2000, Wakil Kepala Instalasi Bangunan Bidang Pengembangan tahun 2003-2006, menjabat sebagi Ketua Jurusan Plambing tahun 2006–2009, menjabat Koordinator Jabatan Fungsional tahun 2012 sampai dengan sekarang. Pengalaman kerja di Industri, sebagai konsultan/ tenaga ahli di Satui Mine BHP Mineral Indonesia tahun 1997, Perencanaan fasilitas Plambing SMKK, SMEA dan SMIK bersama CV. Gamma Insulo Jakarta tahun 1994–1995, Penulisan Modul Plambing untuk PT.Nusa Halmahera Mineral tahun 1997. Pengalaman akademis, menjadi narasumber/ fasilitator pada diklat kompetensi untuk guru-guru SD/SMP/SMA/SMK di provinsi Jawa Barat, Jakarta, Papua, Nangroe Aceh Drussalam, Riau, Padang. Sebagai narasumber/fasilitator pada diklat penguatan kepala sekolah/pengawas sekolah. Sebagai narasumber/fasilitator diklat Kurikulum. Penulisan Buku: Hidrolika untuk D3GK Kejuruan P3GT Bandung tahun 1986, Teknik Penjernihan Air untuk Diklat Kompetensi Guru Kejuruan P3GT Bandung tahun 1990, Instalasi Air Limbah dan Drainase Industri untuk SMK,Direktorat PSMK tahun 2008,Sistem Penyediaan Air Bersih Direktorat PSMK tahun 2013, Teknik Saniter dan Drainase Direktorat PSMK tahun 2013, Sistem Pemipaan untuk SMK Direktorat PSMK tahun 2013. Keanggotaan profesi ilmiah di PPPPTK BMTI, sebagai penulis dan editor pada majalah SWARA dan DesainTek. Dan sebagai anggota Ikatan Widyaiswara Indonesia. Karya Tulis Ilmiah yang pernah dimuat dalam majalah antara lain, Penulisan Makalah pengembangan Kurikulum D3GK Plambing, Penulisan Artikel pada Majalah Swara (judul:Pembelajaran MATOA, Pendekatan PAKEM, Hypnoteaching I & II, Revolusi Pembelajaran, Revolusi Hati), Penulisan artikel pada majalah DesainTek judul Alat Bantu Belajar Teknik Saniter, Karya tulis ilmiah yang dibuat dalam bentuk penelitian, yaitu dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kreatif untuk peningkatan kompetensi peserta diklat pengujian beton di PPPPTK BMTI tahun 2011, Alat bantu belajar teknik saniter untuk menentukan macam-macam aliran air tekanan air dan debit air tahun 2012. T. Taslimuharom/PPPPTK BMTI/2015 Page 17