Yohanes Freadyanus Kasi / Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Universal Design for Learning (UDL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Di Sekolah Inklusi Pada Materi Tekanan Zat Cair 127 Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Universal Design for Learning (UDL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Di Sekolah Inklusi Pada Materi Tekanan Zat Cair Yohanes Freadyanus Kasi*, Didi Teguh Chandra, Hernani Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat-Indonesia * e-mail: [email protected] Abstrak – Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan metode Universal Design for Learning (UDL) terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran IPA-Fisika pada materi tekanan zat cair di sekolah inklusi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian randomized pretestposttest kontrol group design. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII D sebagai kelas kontrol dan Kelas VIII E sebagai kelas eksperimen di salah satu SMP inklusi di Kota Kupang dengan teknik random sampling. Data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka analisis uji hipotesis menggunakan statistic parametrik independent Sample t-Test menggunakan program SPSS versi 22.0. Rata-rata nilai pretes pada kelas eksperimen adalah 37,2 sedangkan pada kelas kontrol adalah 33,2, Setelah dilakukan proses pembelajaran, kelas eksperimen peroleh rata-rata postes 77,3 dan kelas kontrol memperoleh rata-rata postes 41,0. Peningkatan belajar dapat dilihat dari rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen 0,63 kategori sedang dan pada kelas kontrol 0,11 kategori rendah. Uji statistik menunjukkan nilai signifikansi N-Gain pada Sig. (2-tailed) 0,000<0,025 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Disimpulkan bahwa metode UDL meningkatkan penguasaan konsep siswa secara lebih baik dibandingkan dengan metode diskusi di sekolah inklusi. Kata kunci: Universal Design for Learning, sekolah inklusi, penguasaan konsep I. PENDAHULUAN Berdasarkan kenyataan bahwa dalam pembelajaran di kelas banyak faktor baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi ketercapaian kompetensi tujuan. Faktor internal seperti sikap siswa terhadap belajar, motivasi belajar, persepsi terhadap materi pelajaran, konsentrasi belajar, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa dan kebiasaan belajar, sedangkan faktor eksternal seperti guru, sarana prasarana, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan kurikulum sekolah [1]. Kedua faktor ini saling berkaitan dan mendukung untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam prosesnya harus ada kerjasama yang baik dari pihak sekolah sebagai penyedia kurikulum, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek yang diajar guna mendapatkan ilmu pengetahuan. Menurut Sukmadinata (2013) dalam bidang sosial sangat sulit untuk menemukan kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik yang sama. Kelas-kelas rombongan belajar di sekolah meskipun tingkatnya sama tetapi memiliki variasi dalam kecerdasan, prestasi, kesulitan belajar, minat, latar belakang sosial, budaya dan ekonomi [2]. Hal ini karena masing-masing siswa dalam kelas memiliki kemudahan dan kesulitan yang berbeda dalam belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2012) ada bermacam-macam hal yang menyebabkan kemudahan dan kesulitan siswa dalam belajar [1]. Kemudahan siswa seperti memiliki fasilitas yang baik di lingkungan rumah dan sekolah sedangkan salah satu kesulitan siswa seperti kesulitan belajar bagi anak yang berkebutuhan khusus. Hasil penelitian Sears et al. (2014) menunjukkan bahwa siswa berkebutuhan khusus memperoleh konten yang kurang dalam pembelajaran biologi, kimia, dan fisika, akibatnya 45 % siswa berkebutuhan khusus di kelas sains tidak mengerti isi dari ilmu yang dipelajari [3]. Dalam hal mengatasi masalah di atas Carrington & Macarthur (2012) dalam buku berjudul “Teaching in Inclusive School Communities” menjelaskan bahwa perlu ada perubahan akan sistem dalam sekolah dimana tujuan dari pendidikan adalah dapat memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh siswa baik yang normal maupun yang berkebutuhan khusus [4]. Sekolah yang menjalankan sistem tersebut disebut sekolah inklusi [4 – 6]. Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi siswa reguler dan penyandang cacat dalam program yang sama. Pentingnya pendidikan inklusi tidak hanya memenuhi target pendidikan dasar 9 tahun akan tetapi lebih banyak keuntungannya yaitu memenuhi hak-hak bagi kesejahteraan siswa. Dalam prosesnya guru harus mempunyai waktu, pengetahuan dan keterampilan ekstra untuk menjalankan proses pembelajaran dalam kelas pendidikan inklusi [7]. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya suatu metode yang dirancang secara baik, sehingga dalam prosesnya mampu mengakomodir seluruh siswa dalam kelas inklusi dalam satu kali pembelajaran tanpa adanya waktu dan perhatian tambahan untuk menjelaskan kepada siswa berkebutuhan khusus. Universal Design For Learning (UDL) didefinisikan sebagai desain bahan ajar yang dibuat Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823 128 Yohanes Freadyanus Kasi / Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Universal Design for Learning (UDL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Tekanan Zat Cair Di Sekolah Inklusi secara umum sehingga mudah dimengerti oleh siswa yang beragam. Dalam prosesnya UDL mengurangi kesulitan belajar siswa yang memiliki kebutuhan belajar yang beragam, termasuk siswa penyandang cacat, perbedaan budaya, latar belakang ekonomi, persepsi tentang materi pembelajaran dan penguasaan dasar siswa. II. LANDASAN TEORI UDL menyediakan kisi-kisi untuk menciptakan tujuan instruksional, metode, bahan, dan penilaian yang mengakomodasi semua siswa, pendekatan lebih fleksibel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu [8]. Model UDL dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam mengakomodir siswa dalam kelas yang beragam. Siswa juga mampu memahami materi yang disampaikan oleh guru baik dari segi konten maupun pedagoginya. Penelitian oleh Marino et al. 2014 menunjukkan bahwa video game dapat meningkatkan keterlibatan dan prestasi siswa penyandang cacat. Dengan menyelaraskan konten dalam game dengan kerangka UDL dapat memungkinkan guru untuk meningkatkan aksebilitas konten dari peserta didik [9]. UDL lebih memudahkan guru dalam mengakomodir pembelajaran bagi peserta didik di kelas inklusi. Penelitian yang dilakukan oleh Courey et al. 2012 menunjukkan hasil bahwa guru bisa mendapatkan keuntungan dari instruksi dengan perencanaan pelajaran yang menggunakan UDL [10]. Tiga prinsip UDL yang paling sering dikutip dalam NCUDL (2012) [8], adalah sebagai berikut: 1. Prinsip "sebagai sarana representasi" mengacu pada beberapa alat percobaan sederhana, bahasa, ekspresi, simbol, dan merupakan salah satu pedoman yang menyediakan pilihan untuk penguasaan konsep; 2. Prinsip "sebagai sarana ekspresi dan tindakan" mencakup pedoman untuk beberapa sarana tindakan fisik, ekspresi dan komunikasi, dan fungsi eksekutif. 3. Prinsip "keterlibatan" mengacu pada beberapa cara merekrut, mempertahankan usaha, ketekunan siswa dan self-regulation siswa. Neuroscience menunjukkan bahwa perbedaan individu adalah bervariasi sebagai akibat dari DNA manusia. Dalam prosesnya tiga jaringan otak primer ikut berpartisipasi dalam aktivitas manusia yaitu : (1) Recognation network (The "what" of learning), bagaimana kita mengumpulkan fakta dan mengkategorikan apa yang kita lihat, dengar dan baca. (2) Strategi network (The "how" of learning), perencanaan serta melakukan tugas-tugas, bagaimana mengatur dan mengekspresikan ide - ide. Menulis esai atau memecahkan masalah sains dan (3)Affective network (The "why" of learning), bagaimana siswa tetap termotivasi. Bagaimana mereka ditantang, gembira atau tertarik dan ini merupakan dimensi afektif individu [11]. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk randomized pretest- posttest control group design. Awalnya dipilih secara acak kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian dilakukan pretes terhadap kedua kelompok. Selanjutnya, kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda dan diakhiri dengan pemberian postes. Perangkat tes pada pretes dan postes adalah sama. Desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Desain Kelompok Kontrol Pretes-Postes Beracak Kelas Pretes Perlakuan Postes Eksperimen Kontrol Keterangan : O1 : pretes O2 : postes O1 O1 X1 X2 O2 O2 X1 : metode UDL X2 : metode diskusi Subjek penelitian ini adalah siswa pada salah satu sekolah inklusi di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Subjek penelitian diambil dari kelas dengan siswa berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan belajar dalam pembelajaran IPA dalam kelas pendidikan inklusi. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan identifikasi melalui data dari wawancara dengan guru bagian kesiswaan dan guru mata pelajaran IPA untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penelitian ini melibatkan 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan penguasaan konsep diukur dengan menggunakan soal pilihan ganda yang berjumlah 30 butir soal. Hal tersebut dapat dilihat melalui nilai N-Gain dari hasil skor pretes dan postes siswa. Pada pelaksanaan penelitian diberikan perlakuan berupa pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan metode Universal Design for Learning (UDL) untuk kelas eksperimen dan pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol selama lima kali pertemuan pada materi tekanan zat cair. Pertemuan pertama membahas tentang tekanan hidrostatik, kedua tentang hukum Pascal, ketiga tentang tekanan darah, keempat tentang difusi dan materi terakhir tentang osmosis. Secara keseluruhan, nilai rata-rata pretes, postes dan N-Gain peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang mendapatkan pembelajaran IPA terpadu dengan metode UDL dan siswa yang mendapat pembelajaran IPA terpadu dengan metode diskusi disajikan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Nilai Rata-rata Pretes, Postes dan N-Gain Peningkatan Penguasaan konsep Kelas Nilai Rata-Rata Pretes Postes N-Gain Eksperimen 37,2 77,3 0,63 Kontrol 33,2 41,0 0,11 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823 Yohanes Freadyanus Kasi / Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Universal Design for Learning (UDL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Di Sekolah Inklusi Pada Materi Tekanan Zat Cair Data pada tabel 2 di atas menunjukkan nilai rata-rata pretes untuk kelas eksperimen yaitu 37,2 dan untuk kelas kontrol sebesar 33,2, yang menunjukkan bahwa kemampuan awal penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah hampir sama. Setelah masing-masing kelas diberikan perlakuan, kelas eksperimen dengan metode UDL dan kelas kontrol dengan metode diskusi, terjadi peningkatan penguasaan konsep untuk kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen terjadi peningkatan penguasaan konsep sebesar 40,1 dengan nilai rata-rata postes 77,3 dengan nilai N-Gain sebesar 0,63 pada kategori sedang, sedangkan untuk kelas kontrol terjadi peningkatan penguasaan konsep hanya sebesar 7,7 dengan nilai rata-rata postes 41,0 dengan nilai N-Gain sebesar 0,11 pada kategori rendah. Untuk melihat apakah metode pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan maka perlu dilakukan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis, nilai rata-rata peningkatan penguasaan konsep (N-Gain) antara kedua kelas terlebih dahulu diuji normalitas dengan menggunakan program SPSS 22.0. Hasil uji normalitas dari untuk peningkatan penguasaan konsep disajikan pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Nilai N-Gain Peningkatan Penguasaan konsep Data N Mean P Kesimpulan Eksperimen 30 0.63 0.42 Normal Kontrol 30 0.11 0.22 Normal Data dari tabel di atas menjelaskan bahwa hasil uji normalitas untuk data kelas eksperimen dengan metode UDL dan kelas kontrol dengan metode diskusi menunjukkan nilai Sig (2-tailed) atau probabilitas 0,42>0,05 pada kelas eksperimen dan 0,22>0,05 pada kelas kontrol maka dapat dapat disimpulkan data untuk masing-masing kelas berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya data peningkatan penguasaan konsep diuji homogenitas dengan uji Levene menggunakan program SPSS 22.0. Hasil uji homogenitas peningkatan penguasaan konsep disajikan pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Nilai N-Gain Peningkatan Penguasaan konsep Data N Mean P Kesimpulan Eksperimen 30 0.63 0.008 Tidak Homogen Kontrol 30 0.11 Data tabel di atas menjelaskan bahwa untuk uji homogenitas pada kedua kelompok adalah tidak homogen dengan nilai Sig (2-tailed) atau probabilitas 0,008<0,05. Selanjutnya karena data peningkatan penguasaan konsep yang dihasilkan merupakan data yang berdistribusi normal namun tidak homogen maka untuk mengetahui perbedaan peningkatan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan uji t. Uji ini dilakukan dengan menggunakan statistic parametrik yaitu Independent Sample t-Test 129 menggunakan program SPSS versi 22.0. Sebelum dilakukan uji t perlu dibuat rumusan hipotesis perbedaan peningkatan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu: H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. H1 :Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji t dua pihak perbedaan peningkatan kemampuan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Penguasaan Konsep Data N Mean P Sig Eksperimen 30 0.63 0.00 P <0,025 Kontrol 30 0.11 Dari tabel 5 dapat dijelaskan bahwa karena nilai signifikansi N-gain pada Sig. (2-tailed) 0,000<0,025 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dengan pernyataan terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep antara kelas eksperimen yang menjalankan pembelajaran dengan metode UDL dengan kelas kontrol yang menjalankan pembelajaran dengan metode diskusi. Peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen dengan metode UDL sangat mungkin karena pembelajaran IPA terpadu berbasis UDL ini menggunakan tiga prinsip yang berkaitan yaitu prinsip representasi, aksi dan ekspresi serta keterlibatan yang dapat mendorong siswa untuk mempolakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya pada saat pembelajaran dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Trianto, 2014 bahwa “sains akan mudah dipelajari jika prosesnya lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiahnya sendiri. Pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan metode UDL yang dilakukan juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama kelompok dalam melakukan percobaan sehingga aktivitas tersebut dapat mengembangkan keterampilan, baik proses maupun sosial siswa dalam kelas inklusi. Aktivitas ini sesuai dengan Trianto, 2014 bahwa dalam pembelajaran siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, tujuan dibentuknya kelompok ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan belajar. Siswa juga merasakan keuntungan dari kolaborasi dengan kelompok, karena selain dapat meningkatkan keterampilan kerja sama juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dari siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat pada referensi [4] yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan model kolaboratif yang penyelenggaraannya Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823 130 Yohanes Freadyanus Kasi / Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Universal Design for Learning (UDL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Tekanan Zat Cair Di Sekolah Inklusi bersifat luas dapat mengakomodir seluruh siswa dalam kelas tersebut. [6] V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode UDL memberikan peningkatan penguasaan konsep lebih baik dengan rata-rata i N-Gain 0,63 pada kategori sedang dibandingkan dengan peningkatan penguasaan konsep dengan metode Diskusi dengan rata-rata N-Gain 0,11 pada kategori rendah. [7] UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih peneliti sampailan kepada keluarga, teman-teman, kepala sekolah, para guru dan siswa di SMPN 15 Kota Kupang, Civitas Akademik Universitas Pendidikan Indonesia dan Civitas Akademik STKIP Nusa Bunga Floresta yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini [8] [9] [10] [11] Booth, T. and Ainscow, M. (2011), Index for Inclusion: developing learning and participation in schools, Bristol, CSIE. Satrio (2015).INKLUSI Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus. Diunduh tanggal 14 November 2015 dari http://sekolah-mandiri.sch.id/node/18 National Center On Universal Design for Learning. (2012). What is Universal Design for Learning. CAST. http://www.udlcenter.org/aboutudl/whatisudl Marino,M.T., Gotch C.M., Israel M., Vasquez E., Basham J.D & Becht K.(2014). UDL in the Middle School Science Classroom: Can Video Games and Alternative Text Heighten Engagement and Learning for Students With Learning Disabilities?. SAGE, Volume : 37 (2). Courey,S.J. Phyllis T., Jody S., and Pam L., (2012) “Improved Lesson Planning With Universal Design for Learning” ; (UDL), SAGE,Teacher Education and Special Education 36(1) 7–27 CAST. (2015). About Universal Design for Learning. Diunduh tanggal 09 Mei 2015 dari http://www.cast.org/ourwork/about-udl.html. PUSTAKA [1] Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta [2] Sukmadinata. N.S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya. [3] Sears,M.E.K., Johnson,T.M., Berkeley,S, Weiss,M.P., Burton,E.E.P., Evmenova,A.S., Menditto,A., & Hursh Hursh,J.C. (2014). An Exploratory Study of Universal Design for Teaching Chemistry to Students With and Without Disabilities. International Journal of Inclusive Education.Volume 13. [4] Carrington,S & Macarthur, J. (2012). Teaching In Inclusive School Communities. Australia : John Wiley & Sons Australia. [5] Ainscow, M. (2006). Making education inclusive: how should the task be conceptualised?, Suports, 10 (1). TANYA JAWAB Abdul Haris Odja (UNG) ? 1. Kesalahpahaman konsep level ringan? 2. Ini adalah pembelajaran IPA terpadu tetapi belum melihat keterpaduan ipa nya. Ini bagaimana? Yohanes Freadyanus Kasi (UPI) √ 1. Level ringan yang dimaksud adalah level kebutuhan anak khusus. 2. Iya. Metode IPA terpadu sudah tepakai. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823